89
PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP PEMBENTUKAN JARINGAN GRANULASI PADA LUKA BAKAR TIKUS Sprague dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi) Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : SYIFA QURROTU AINI NIM : 1111103000071 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014

PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

  • Upload
    doduong

  • View
    301

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP

PEMBENTUKAN JARINGAN GRANULASI PADA

LUKA BAKAR TIKUS Sprague dawley

(Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan

Plat Besi)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

SYIFA QURROTU AINI

NIM : 1111103000071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014

Page 2: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia
Page 3: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul Penganrh Salep Ekstrak I)aun Binahong (Anredera cordifulia(Tenore) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi pada Luka Bakar TikusSprngue dawley (Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan PlatBesi) yang diajukan oleh Syifa Qurrotu Aini (1111103000071),telah diujikan dalam sidang diFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 8 September 2014. Laporan penelitian ini telahditerima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada programStudi Pendidikan Dokter.

J akarta, 8 Septembe r 201 4

DEWANPENGUJI

Pembi{bing I Pembimbing II

Rr. Ayu Fitri llaftari, M.Biomed.

Penguji, /

Ul/ fD-dr. Dyah Ayu Woro, M.Bior

Penguji II

dr. Achmad Luthfi Sp.B-KBD

INAN FAKT]LTAS

Dekan FKIK UIN

,,,r%in,spAnd dr. Wi

tll

!]'

Kaprodi PSPD

Ardini, M.Gi,z| Sp.GK

Page 4: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH SALEP EKSTRAKDAUN BINAHON G (Anredera cordifotia(Tenore) Steenisf TERIIADAP PEMBENTUKAN JARINGAN GRANULASI

PADA LUKA BAKAR TIKUS Sprague dawley(Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi)

Laporan PenelitianDiajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokfer, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SarjanaKedokteran (S.Ked)

OlehSvifa Ourrotu Aini

NIM: 1111103000071

Pembirfibing I

Rr. Ayu Fitri Hfosari, M. Biomed.

Pembimbing II

$Crhdr. Dyah Ayu Woro, M. Biomed.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAI\ I}OKTERFAKT]LTAS Kf,DOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HII}AYATI]LLAH

JAKARTA1435 rr / 2014M

l,

t,I

I

b,

Page 5: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr.wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabatnya.

Untuk menyelesaikan penelitian ini saya mendapat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi., Sp.GK. selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh

dosen di program studi ini yang selalu membimbing serta memberikan

ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari M.Biomed. dan dr. Dyah Ayu Woro M. Biomed.

selaku dosen pembimbing yang telah membantu, menyediakan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dari awal hingga akhir

penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, H. Dahlan SH dan Hj. Saidah S. Ag, yang selalu

memberikan semangat, motivasi, dan cinta kasihnya sepanjang hidup saya.

Juga adik – adik saya, Laily Amalia Nikmah, Sabila Nur Azkiyah dan

Khalida Syilla Fasiha serta seluruh keluarga besar H. Nian yang senantiasa

membuat saya bersemangat dalam menjalani pendidikan di Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. dr. Nurul Hiedayati Ph. D selaku penanggungjawab (PJ) laboratorium

farmakologi, Ibu Zeti Haryyati, M. Biomed. selaku penanggungjawab (PJ)

laboratorium biologi dan Ibu Nurlaeley Mida Rachmawati, S. Si, M.

Page 6: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

v

Biomed., Ph. D selaku penanggungjawab (PJ) Animal House, serta Ibu Rr.

Ayu Fitri Hapsari M. Biomed selaku penanggungjawab laboratorium

histologi yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium dalam

penelitian ini.

6. Teman-teman seperjuangan saya, yaitu Kelompok Belimbing, Asmi

Utami Asfar, Audi Fikri Aulia, Farah Nabilla Rahma, dan Seflan Syahrir

Ahliadi, serta seluruh laboran yang terlibat, antara lain : Mas Rachmadi,

Mba Suryani, dan Mba Din, serta Mas Harris dan Mas Panji yang telah

membantu dalam proses penelitian ini.

7. Pihak LIPI dan BALITRO yang telah membatu peneliti dalam pembuatan

ekstrak.

8. Ka Bayu dan Ka Zata, Program Studi Kesehatan Masyarakat 2010, yang

telah membantu saya dalam mengolah data.

9. Teman-teman PSPD 2010, 2011, 2012, dan 2013 yang selalu memberi

dukungan kepada saya.

10. Bapak-bapak Satpam dan OB FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

senantiasa membuka pagar dan menunggu peneliti saat penelitian di hari

libur.

Saya menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak agar laporan penelitian ini dapat menjadi lebih baik.

Demikian laporan penelitian ini saya tulis. Semoga dapat bermanfaat bagi

para pembaca umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Wassalamu‟alaikum wr.wb.

Ciputat, 11 Agustus 2014

Peneliti

Page 7: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

vi

PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis) TERHADAP PEMBENTUKAN JARINGAN

GRANULASI PADA LUKA BAKAR TIKUS Sprague dawley

(Studi Pendahuluan Lama Paparan Luka Bakar 30 Detik dengan Plat Besi)

(ABSTRAK)

Syifa Qurrotu Aini

Pendahuluan: Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) sering

digunakan untuk membantu penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh salep ekstrak daun Binahong terhadap pembentukan

jaringan granulasi pada luka bakar derajat III dan untuk mengetahui perbedaan

efektivitas salep ekstrak daun Binahong terhadap pembentukan jaringan granulasi

dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40%. Parameter pembentukan jaringan

granulasi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : kepadatan deposit kolagen,

jumlah sel fibroblas, dan neovaskularisasi. Metode: Penelitian ini menggunakan

metode penelitian eksperimental. Subjek penelitian berupa tikus strain Sprague

dawley berjumlah 25 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu

kontrol positif, kontrol negatif, salep ekstrak daun Binahong 10%, salep ekstrak

daun Binahong 20%, dan salep ekstrak daun Binahong 40% dengan membuat luka

bakar dengan lama paparan luka bakar 30 detik pada kulit bagian dorsal tikus

menggunakan besi panas yang berukuran 4 x 2 cm. Hasil: Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepadatan deposit kolagen pada kelompok kontrol positif

paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain dan jumlah sel fibroblas paling

banyak terdapat pada kelompok perlakuan P2 (konsentrasi ekstrak 20%) dengan

perbedaan yang signifikan. Kepadatan deposit kolagen pada kelompok perlakuan

yang diberikan salep ekstrak daun Binahong lebih rendah dibandingkan kelompok

kontrol. Jumlah neovaskularisasi pada kelompok perlakuan P3 (konsentrasi

ekstrak 40%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain namun

perbedaannya tidak signifikan. Kesimpulan: Salep ekstrak daun Binahong

memiliki efektivitas pada kepadatan deposit kolagen dan jumlah sel fibroblas

namun tidak memiliki efektifitas pada neovaskularisasi dalam pembentukan

jaringan granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley.

Kata Kunci : Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), Luka Bakar ,

Jaringan Granulasi, Tikus

Page 8: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

vii

EFFECT OF BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) LEAF

EXTRACT OINTMENT ON THE FORMING OF GRANULATION

TISSUE IN BURN WOUND Sprague dawley RAT

(The Study Advance for Exposure Time During 30 seconds with A Metal

Plate)

(ABSTRACT)

Syifa Qurrotu Aini

Introduction : Binahong leaf (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) can be used

to improve wound healing activity. The aims of this research were to study the

effectivity of Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), and to study the

differences effectivity of Binahong leaf extract ointment (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis) on the forming of granulation tissue with concentration 10%,

20%, and 40%. The parameter that used in this research were density of collagen

deposition, number of fibroblast cells, and number of neovascularization.

Methode: This research using laboratory experimental method. The subject in this

research were 25 rats which divided into 5 groups, namely positive control,

negative control, and treatment group with concentration 10%, 20%, and 40% of

Binahong leaf extract ointment. Rat‟s back skin were wounded by hot plate (4 x 2

cm) to make burn wound. Result: Research result shows that the density of

collagen deposition in positive control and the number of fibroblast cell in group

P2 (extract concentration 20%) is the most among others with significantly

differences. The number of neovascularization in group P3 (extract concentration

40%) is more than the other group that is applied by Binahong leaf extract

ointment,but not significantly differences. Conclusion: Binahong leaf extract

ointment possess effectivity to the density of collagen deposition and the number

of fibroblast cell but not to the number of neovascularization on the forming of

granulation tissue in burn wound Sprague dawley rat.

Keyword: Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis), Burn Wound,

Granulation Tissue, Rats

Page 9: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ..................................................................................

1.2 Rumusan masalah .............................................................................

1.3 Hipotesis ...........................................................................................

1.4 Tujuan penelitian ..............................................................................

1.4.1 Tujuan umum ..........................................................................

1.4.2 Tujuan khusus .........................................................................

1.5 Manfaat penelitian ............................................................................

1.5.1 Bagi peneliti ............................................................................

1.5.2 Bagi institusi ............................................................................

1.5.3 Bagi keilmuan...........................................................................

1.5.4 Bagi masyarakat ......................................................................

1.6 Kerangka teori ..................................................................................

1.7 Kerangka konsep ..............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori ...................................................................................

2.1.1 Tanaman Binahong …..............................................................

2.1.2 Kulit ………………………………………………………….

2.1.3 Jaringan granulasi ……………………………………………

2.1.4 Luka bakar …………………………………………………...

2.1.5 Penanganan luka bakar ………………………………………

2.1.6 Pemberian topikal ekstrak daun Binahong …………………..

2.1.7 Tikus Sprague dawley ............................................................

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian ..............................................................................

3.2 Waktu dan tempat penelitian ............................................................

3.3 Bahan yang diuji ……………..........................................................

3.4 Populasi dan sampel penelitian …………………………………….

3.4.1 Kriteria inklusi……………………………………………….

i

ii

iii

iv

vi

viii

x

xi

xii

xiii

1

1

3

3

4

4

4

4

4

5

5

5

5

6

7

7

7

10

18

24

28

32

33

35

35

35

35

35

36

Page 10: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

ix

3.4.2 Kriteria eksklusi……………………………………………...

3.4.3 Besar sampel …………………………………………………

3.5 Identifikasi variabel ………………………………………..............

3.5.1 Varibel bebas ………………………………………………...

3.5.2 Variabel terikat ………………………………………………

3.6 Definisi operasional .........................................................................

3.7 Alat dan bahan ……………………………………………………..

3.7.1 Alat penelitian ……...………………………………………..

3.7.2 Bahan penelitian ……………………………………………..

3.8 Alur penelitian ……………………….…………………………….

3.9 Cara kerja penelitian ……….………………………………………

3.9.1 Pembuatan luka bakar pada tikus ..………………...............

3.9.2 Pembuatan ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis) …………..………………………………...

3.9.3 Pembuatan salep ekstrak daun Binahong …………………....

3.9.4 Perlakuan hewan coba ……………………………………….

3.9.5 Persiapan eksisi luka …………………………….…………..

3.9.6 Pembuatan preparat histopatologi kulit ………..…………….

3.9.7 Pengamatan histopatologi ...………………………………….

3.10 Analisis data …………………………………………………….....

3.11 Etika penelitian ................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kepadatan deposit kolagen ...............................................................

4.2 Jumlah sel fibroblas .........................................................................

4.3 Neovaskularisasi ...............................................................................

4.4 Keterbatasan penelitian .....................................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...........................................................................................

5.2 Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

36

36

37

37

37

37

38

38

38

39

40

40

40

41

43

43

44

44

49

50

51

52

55

58

61

62

62

62

64

69

Page 11: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Respon sistemik terhadap luka bakar ……………………………...

Tabel 4.1 Rerata kepadatan deposit kolagen…………...................................

Tabel 4.2 Hasil analisis data pengaruh ekstrak daun Binahong terhadap

kepadatan deposit kolagen ...............................................................

Tabel 4.3 Rerata jumlah sel fibroblas ...............................................................

Tabel 4.4 Hasil analisis data pengaruh ekstrak daun Binahong terhadap

jumlah sel fibroblas .........................................................................

Tabel 4.5 Rerata jumlah pembuluh darah .......................................................

Tabel 4.6 Hasil analisis data pengaruh ekstrak daun Binahong terhadap

neovaskularisasi .............................................................................

27

53

54

56

57

59

60

Page 12: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rerata Kepadatan Deposit Kolagen ................................................

Grafik 4.2 Rerata Jumlah Sel Fibroblas ...........................................................

Grafik 4.3 Rerata Jumlah Pembuluh Darah .....................................................

53

56

59

Page 13: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun binahong ............................................................................

Gambar 2.2 Komponen Sistem Integumen …………………………………..

Gambar 2.3 Struktur epidermis ………………………………………………

Gambar 2.4 Gambaran histologis jaringan granulasi …………………….…..

Gambar 2.5 Tahap penyembuhan luka primer dan sekunder ………………...

Gambar 2.6 Langkah – langkah proses angiogenesis ………………………..

Gambar 2.7 Frekuensi Mortalitas Akibat Luka Bakar karena Api per

100.000 anak -anak di daerah WHO berdasarkan Tingkat

Pendapatan Negara ……………………………….……………..

Gambar 2.8 Ilustrasi Kedalaman Luka Bakar dan Hubungannya dengan

Lapisan Kulit …………………………………………………….

Gambar 2.9 Rules of nine Wallace …………………………………………...

Gambar 2.10 Bentuk sediaan obat topikal …………………………………...

Gambar 3.1 Hasil tes homogenitas salep ekstrak daun binahong …………....

Gambar 3.2 Contoh Hasil Pengolahan Foto dengan Menggunakan Program

Adobe Photoshop 6.0 ……………………………………………

Gambar 3.3 Hasil penilaian kepadatan deposit kolagen dengan menggunakan

histogram format RGB Blue …………………………………….

Gambar 3.4 Pengaturan Grid Line pada Program Adobe Photshop CS3 …….

Gambar 3.5 Pengaturan Guides, Grid & Slices pada Program Adobe

Photoshop CS3 ..........................................................................

Gambar 3.6 Grid line yang muncul pada Program Adobe Photoshop CS3 ….

Gambar 4.1 Gambaran makroskopik luka bakar pada tikus Sprague dawley

pada hari pertama setelah pembuatan luka ..................................

Gambar 4.2 Gambaran makroskopik luka bakar pada tikus Sprague dawley

pada hari ke – 5 setelah pembuatan luka ......................................

Gambar 4.3 Deposit kolagen pada jaringan granulasi luka bakar ....................

Gambar 4.4 Sel fibroblas pada jaringan granulasi luka bakar .........................

Gambar 4.5 Neovaskularisasi pada jaringan granulasi luka bakar ..................

Gambar 6.1 Aklimatisasi sampel penelitian ....................................................

Gamabr 6.2 Proses pencukuran sampel penelitian ..........................................

Gambar 6.3 Proses pembuatan besi panas untuk membuat luka bakar ...........

Gambar 6.4 Proses pembuatan luka bakar pada sampel penelitian ..................

Gambar 6.5 Kondisi luka bakar pada sampel penelitian ..................................

Gambar 6.6 Proses pemberian salep ekstrak daun Binahong ..........................

Gambar 6.7 Proses sacrifice sampel penelitian ...............................................

Gambar 6.8 Proses pengambilan organ kulit ...................................................

Gambar 6.9 Fiksasi organ kulit dalam larutan formalin ..................................

Gambar 6.10 Proses pembuatan preparat .........................................................

Gambar 6.11 Proses pewarnaan preparat .........................................................

Gambar 6.12 Proses pengambilan foto preparat ..............................................

8

11

12

19

20

22

24

25

27

32

42

46

46

48

48

49

51

51

52

56

59

73

73

73

73

73

73

74

74

74

74

74

74

Page 14: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil identifikasi tanaman ..............................................................

Lampiran 2 Hasil ekstraksi tanaman ..................................................................

Lampiran 3 Surat keterangan tikus sehat ……………………………………....

Lampiran 4 Surat persetujuan etik …………………………………………......

Lampiran 5 Gambar proses penelitian ................................................................

Lampiran 6 Riwayat hidup penulis .....................................................................

69

70

71

72

73

75

Page 15: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Luka bakar merupakan luka yang ditimbulkan akibat trauma termal.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, prevalensi luka bakar di

Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 1 – 4 tahun sebesar

1,5%.1 Frekuensi kematian akibat luka bakar di negara dengan pendapatan rendah

dan menengah sebelas kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan

pendapatan tinggi. Kebanyakan kematian luka bakar juga terjadi di daerah Afrika,

Asia Tenggara dan Timur Tengah.2

Luka bakar dapat menimbulkan komplikasi beberapa infeksi, antara lain:

infeksi respirasi (24%), infeksi ginjal (15%), infeksi kardiovaskular (16%), infeksi

hematologi (1%), dan infeksi neurologi(1%). Luka bakar memiliki klasifikasi

berdasarkan kedalaman luka dan luas luka, antara lain : luka bakar derajat I,

derajat II, dan derajat III. Luka bakar derajat III merupakan luka yang paling luas

dan merusak seluruh lapisan kulit. Salah satu faktor yang mempengaruhi

mortalitas pada luka bakar adalah luas luka bakar yaitu ≥ 50% Total Body Surface

Area (TBSA).3

Salah satu komponen dari penyembuhan luka bakar adalah pembentukan

jaringan granulasi. Pembentukan jaringan granulasi didahului oleh adanya respon

inflamasi pada luka tersebut. Komponen jaringan granulasi terdiri atas sel leukosit

(makrofag dan neutrofil), fibroblas, dan angiogenesis. Jaringan granulasi akan

terbentuk dari awal terjadinya luka hingga minggu ke - 4 setelah timbulnya luka.4

Pembentukan jaringan granulasi juga dapat mempengaruhi waktu penyembuhan

luka.

Masyarakat Indonesia masih sering menggunakan obat – obatan herbal

sebagai media penyembuhan luka. Salah satu bahan herbal yang sering digunakan

adalah daun binahong. Binahong (Anredera cordifolia(Tenore)Steenis) adalah

tanaman yang berasal dari negara Amerika Selatan. Penyebaran tanaman ini

cukup luas, yaitu meliputi Afrika, daerah Australia-Asia, Eropa, dan Amerika

Page 16: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

2

Utara.5

Binahong memiliki penyebaran yang cukup luas di Indonesia. Di

Indonesia, tanaman ini sering dikenal sebagai penghias gapura yang melingkar di

atas jalan taman.6 Selain itu, masyarakat juga sering menggunakan tumbukan

daun Binahong sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan luka. Tanaman ini

sering dijadikan sebagai makanan di beberapa negara, seperti Vietnam dan

Taiwan. Masyarakat Cina, Korea, dan Taiwan juga sering mengkonsumsi tanaman

ini karena dipercaya dapat membantu penyembuhan dari suatu penyakit.7

Hampir seluruh bagian tanaman Binahong dapat digunakan untuk terapi

herbal.8

Namun, masyarakat lebih sering menggunakan daun Binahong untuk

langsung dimanfaatkan. Daun Binahong memiliki banyak manfaat, antara lain

sebagai antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, dan analgesik.5 Binahong juga

dipercaya dapat menyembuhkan penyakit diabetes, wasir, penyakit jantung, tifus,

stroke, reumatik, pemulihan pasca operasi, menyembuhkan luka dalam dan luka

khitanan, sesak napas, keputihan, hepatomegali dan asam urat.6

Binahong memiliki zat aktif, antara lain: flavonoid yang berkhasiat

sebagai antibakteri, asam oleanolat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dan

mengurangi nyeri pada luka bakar, dan ancordin yang berkhasiat untuk

menstimulasi pembentukan antibodi dan menstimulasi pembentukan nitric oxide.

Nitric oxide dapat meningkatkan sirkulasi darah yang membawa nutrien ke sel,

merangsang produksi hormon pertumbuhan, dan mengganti sel yang rusak dengan

sel yang baru.7 Penelitian yang dilakukan oleh Chotimah (2013) menunjukkan

pemberian ekstrak daun Binahong dapat meningkatkan sel fibroblas pada

penyembuhan luka akibat ekstraksi gigi.9 Beberapa studi menyebutkan bahwa

ekstrak daun Binahong memiliki kemampuan antibakteri, baik bakteri gram

positif maupun bakteri gram negatif. Selain itu, binahong juga dapat digunakan

sebagai obat untuk penyakit menular seksual.10

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Persada et al (2014) tingkat

kesembuhan luka bakar derajat II dengan pemberian Binahong lebih tinggi

dibandingkan dengan hidrogel secara mikroskopik, namun secara mikroskopik

tidak terdapat perbedaan yang signifikan.11

Penelitian – penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun Binahong

terhadap waktu penyembuhan luka sudah banyak dilakukan, umumnya pada luka

Page 17: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

3

insisi. Namun, penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun Binahong terhadap

pembentukan jaringan granulasi pada luka bakar masih jarang dilakukan.

Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan ini untuk mengetahui

pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong terhadap pembentukan jaringan

granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley dengan studi pendahuluan lama

paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi. Penelitian ini meliputi uji

histopatologi jaringan granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley yang

diberikan ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi yang berbeda dengan lama

paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

1.2 Rumusan Masalah

- Apakah terdapat pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap pembentukan jaringan

granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka

bakar 30 detik dengan plat besi?

- Bagaimana pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (Anredera

cordifolia(Tenore)Steenis) dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong

sebesar 10%, 20%, dan 40% terhadap pembentukan jaringan granulasi

(sel fibroblas, deposit kolagen, dan neovaskularisasi) pada luka bakar tikus

Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat

besi?

1.3 Hipotesis

- Terdapat pengaruh pemberian salep ekstrak daun Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong

sebesar 10%, 20%, dan 40% terhadap pembentukan jaringan granulasi

pada luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30

detik dengan plat besi.

- Terdapat peningkatan kepadatan deposit kolagen, peningkatan jumlah sel

fibroblas, dan peningkatan jumlah neovaskularisasi pada pembentukan

jaringan granulasi luka bakar tikus Sprague dawley. Semakin tinggi

konsentrasi ekstrak daun binahong maka kepadatan deposit kolagen,

jumlah sel fibroblas, dan jumlah neovaskularisasi semakin meningkat.

Page 18: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian salep ekstrak daun

Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan

konsentrasi ekstrak daun Binahong sebesar 10%, 20%, dan 40%

terhadap pembentukan jaringan granulasi pada luka bakar tikus

Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan

plat besi.

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui perbedaan kepadatan deposit kolagen dalam

jaringan granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley

dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi yang

diberikan salep ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore)Steenis) dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong

sebesar 10%, 20%, dan 40%.

Untuk mengetahui perbedaan jumlah sel fibroblas dalam

jaringan granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley

dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi yang

diberikan salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia

(Tenore)Steenis) dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong

sebesar 10%, 20%, dan 40%.

Untuk mengetahui perbedaan jumlah neovaskularisasi dalam

jaringan granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley

dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi yang

diberikan salep ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore)Steenis) dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong

sebesar 10%, 20%, dan 40%.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

- Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama

menempuh pendidikan di program studi pendidikan dokter UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 19: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

5

- Menambah pengetahuan peneliti terhadap penerapan beberapa ilmu

kedokteran terhadap perkembangan dunia kesehatan.

b. Bagi Institusi

- Menambah informasi dan literatur mengenai bidang keilmuan

histopatologi.

- Memajukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

mempublikasikan penelitian ini.

c. Bagi Keilmuan

- Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh salep ekstrak daun

Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap

pembentukan jaringan granulasi luka bakar tikus Sprague dawley

dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

- Sebagai sumber referensi bagi praktisi yang tertarik dalam penelitian

histopatologi.

d. Bagi Masyarakat

- Menambah pengetahuan masyarakat mengenai bahan alam yang

efektif untuk penyembuhan luka bakar.

- Sebagai rujukan untuk pemanfaatan ekstrak daun binahong dalam

upaya peningkatan kesehatan masyarakat.

1.6 Kerangka Teori

Bagan 1.1 Kerangka Teori

Page 20: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

6

1.7 Kerangka Konsep

Bagan 1.2 Kerangka Konsep

Salep ekstrak etanol

daun binahong

dengan konsentrasi

ekstrak sebesar

10%, 20%, dan 40%

Luka bakar pada tikus

Sprague dowley dengan

lama paparan luka

bakar 30 detik dengan

plat besi

Peningkatan Kepadatan

Deposit Kolagen

Peningkatan Jumlah

Sel Fibroblas Peningkatan Jumlah

Neovaskularisasi

Pembentukan Jaringan

Granulasi

Page 21: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman

Binahong adalah tumbuhan merambat dan berumur panjang (perennial)

dan panjangnya dapat mencapai 5 meter. Tanaman ini memiliki batang yang

lunak, berbentuk silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid,

permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun

dengan bentuk tidak beraturan dan bertekstur kasar. Bunga majemuk berbentuk

tandan , bertangkai panjang, muncul di ketiak daun. Mahkota bunga berwarna

krem keputihan berjumlah lima helai dan tidak berlekatan, panjang helaian

mahkota 0,5 – 1 cm, dan berbau harum. Akar binahong berbentuk rimpang dan

lunak.6 Berikut adalah deskripsi daun binahong :

Warna : Hijau

Bentuk : Tunggal, berbentuk jantung, bertangkai pendek, tersusun

berselang – seling, panjang daun 5 – 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun

tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, dan permukaan

licin.6,12

Berdasarkan ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi dari tanaman

binahong :13

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Basellaceae

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia (Tenore) Steenis

Page 22: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

8

Gambar 2.1 Daun Binahong

Tanaman Binahong tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini

juga dapat tumbuh pada ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut dengan

suhu 200C -30

0C pada bulan Januari dan 10

0C – 30

0C pada bulan Juli serta dengan

curah hujan 500 – 2000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh pada beberapa

vegetasi, seperti hutan, lahan pertanian dan lahan yang berumput. Pada tanah

lembab yang subur, tanaman ini dapat tumbuh secara agresif setinggi 40 meter

dan membentuk pohon kanopi. Kecepatan pertumbuhan binahong 1 meter per

bulan, dan lebih dari 1 meter pada musim panas. Binahong lebih cepat tumbuh di

daerah yang memiliki banyak cahaya.13

Oleh karena itu, tanaman binahong dapat

tumbuh dengan mudah di Indonesia karena Indonesia merupakan negera tropis

yang mendapat intensitas sinar matahari yang tinggi.

Perbanyakan tanaman binahong dapat dilakukan secara vegetatif dengan

menggunakan akar rimpang dan secara generatif dengan menggunakan biji.

Sampai saat ini, umumnya perbanyakan tanaman secara vegetatif karena lebih

cepat pertumbuhannya dan sifatnya sama seperti induknya. Perbanyakan dari akar

dengan mencabut atau memisahkan rimpang dari pohon induk.13,6

Rimpang yang

dipilih adalah rimpang yang paling tua. Selanjutnya, rimpang ditanam pada media

tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang 1 : 1. Rimpang yang telah

ditanam diberikan pelindung sampai 50%. Perbanyakan secara generatif dapat

menggunakan biji yang telah matang. Biji yang disemai saat pembibitan harus

memiliki 4 – 6 daun, dan setelah berumur 1 bulan dapat dipindahkan ke

lapangan.6

Page 23: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

9

Tanaman Binahong merupakan tanaman asli dari kawasan Amerika

Selatan dan penyebaran cukup luas hingga ke beberapa negara. Hampir diseluruh

benua terdapat tanaman ini, kecuali di benua Antartika, antara lain : Amerika

Selatan (Bolivia, Ekuador, Paraguay, Peru), Mesoamerika (Costa rica, Honduras,

Elsavador), Amerika Utara (bagian selatan Amerika Serikat), Asia (China), Eropa

(Perancis), Afrika (Malawi, Senegal) dan Australia.6

2.1.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Daun Binahong

Daun binahong mengandung senyawa fenol yang tinggi, asam askorbat

dan antioksidan. Senyawa tersebut juga dapat digunakan sebagai antibakteri.

Asam oleanolat yang terdapat di dalam daun binahong dapat berfungsi sebagai

antiinflamasi. Rimpang binahong mengandung protein ancordin yang dapat

menstimulasi nitrit oksida sehingga sirkulasi aliran darah menuju menjadi lebih

baik serta dapat juga menstimulasi tubuh menghasilkan hormon pertumbuhan dan

merangsang pergantian sel yang rusak dengan sel yang baru.7

Saponin dapat ditemukan pada bagian daun, batang, akar tanaman

binahong. Kadar saponin dalam daun sebesar 28.14±0.22 mg/g, batang sebesar

3.65±0.11 mg/g, dan dalam rimpang sebesar 43.15±0.10 mg/g. Saponin dapat

diklasifikasikan menjadi triterpenoid, steroid, dan alkaloid. Saponin dapat

berfungsi sebagai antibakteri, antiviral, antitumor, penurun kolesterol dan dapat

menstimulasi pembentukan kolagen yang memiliki peran penting dalam proses

penyembuhan luka. Saponin juga berperan sebagai hormon steroid yang berperan

sebagai zat analgesik dan antiinflamasi. Saponin dapat berpotensi sebagai “salep

hidrokarbon” untuk pembentukan kolagen tipe 1.7

Daun Binahong juga mengandung zat aktif lain, yaitu flavonoid. Jenis

flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak Binahong adalah flavonol.15

Flavonoid berperan sebagai antioksidan dan antimikroba. Flavonoid memiliki

gugus hidroksil yang dapat menetralisir radikal bebas. Flavonoid juga dapat

menghambat enzim yang membantu pembentukan radikal bebas dan

meningkatkan proteksi antioksidan lain. Proses peroksidasi lipid dapat

menimbulkan radikal bebas. Flavonoid melindungi lipid agar tidak mengalami

kerusakan akibat stress oksidatif dan akan mencegah terjadinya radikal bebas.18

Page 24: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

10

Flavonoid dapat menghambat enzim DNA gyrase sehingga pertumbuhan

bakteri akan terhambat. Flavonoid juga dapat berperan sebagai antiinflamasi.

Flavonoid dapat mengganggu transduksi sinyal dan aktivasi sel imun dengan cara

menghambat enzim kinase dan fosfodiesterase.18

Binahong juga mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai kofaktor

hidroksilasi prolin dalam pembentukan kolagen. Vitamin C dapat menstimulasi

angiogenesis. Terdapat perbedaan kadar vitamin C pada daun binahong segar dan

ekstrak daun binahong. Kadar vitamin C pada daun binahong segar sebesar

13.05±0.64mg/100gr dan pada ekstrak daun binahong sebesar 6.76±0.77

mg/100gr.16,17

2.1.2 Kulit

Kulit merupakan organ terbesar tubuh.19

Proporsi kulit sebesar 16% dari

berat tubuh total. Luas area kulit tubuh sebesar 1,5 – 2 m2. Kulit merupakan

pertahanan tubuh pertama yang melawan organisme patogen dari luar.20

Kulit

memiliki dua komponen utama yaitu :

1. Membran kutaneus, yang terdiri atas 2 komponen yaitu : epidermis (epitel

superfisial) dan dermis (jaringan ikat yang terletak dibawah epidermis)

2. Struktur tambahan, antara lain : rambut, kuku, dan kelenjar eksokrin

multiseluler. Struktur – struktur tersebut terletak di dermis dan menonjol

ke permukaan kulit melalui epidermis.

Terdapat lapisan hipodermis atau lapisan subkutan yang terletak di bawah

lapisan dermis. Lapisan hipodermis memisahkan antara fasia dalam organ yaitu

otot dan tulang dengan sistem integumen.20

Fungsi kulit dan hipodermis, antara lain :

1. Proteksi jaringan yang terdapat dibawahnya dan organ terhadap aberasi,

kehilangan cairan dan zat kimia

2. Ekskresi garam, air, dan zat sisa organik oleh kelenjer integumen

3. Mempertahankan suhu tubuh normal melalui insulasi maupun pendinginan

evaporasi

Page 25: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

11

4. Produksi melanin yang melindungi jaringan dari radiasi ultraviolet

5. Sintesis vitamin D

6. Tempat penyimpanan lipid di dalam adiposit pada lapisan dermis dan

dalam jaringan adiposa di lapisan subkutan.

7. Mendeteksi rangsangan sentuhan, tekanan, nyeri dan suhu dan

menyampaikan informasi rangsangan tersebut ke sistem saraf pusat.

Gambar 2.2 Komponen Sistem Integumen

Sumber : Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF, 2012

2.1.2.1 Epidermis

Lapisan epidermis tersusun atas sel epitel skuamosa berlapis dan

berkeratin. Epitel ini berperan sebagai proteksi mekanik dan menjaga agar

mikroorganisme tetap di luar tubuh. Epidermis bersifat avaskular. Sel – sel yang

terletak di lapisan epidermis mendapat nutrisi dan oksigen dari kapiler dermis

melalui difusi. Epidermis di dominasi oleh keratinosit yang menghasilkan

keratin.20

Page 26: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

12

Gambar 2.3 Struktur Epidermis

Sumber : Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF, 2012

Keratinosit yang terdapat di dalam epidermis tersusun berlapis –

lapis. Lapisan epidermis disebut stratum. Lapisan – lapisan tersebut dari membran

basal ke permukaan antara lain : stratum basalis, stratum spinosum, stratum

granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum. Pada kulit yang tipis,

terdapat 4 lapisan keratinosit dengan ketebalan 0.08 mm dan tidak terdapat

stratum lusidum sedangkan pada kulit yang tebal terdapat 5 lapisan keratinosit

dengan ketebalan 0.5 mm dan terdapat stratum lusidum. Kulit tebal terletak pada

telapak tangan dan telapak kaki.20

Stratum basalis merupakan lapisan paling dalam epidermis. Sel

yang terletak pada lapisan ini memiliki hemidesmosom yang menempel pada

membran basalis yang memisahkan epidermis dengan jaringan ikat longgar yang

berdekatan dengan dermis. Stratum basalis membentuk lekukan epidermis

(epidermal ridge) yang meluas hingga ke bagian dermis dan dekat dengan papila

dermis yang meluas hingga ke bagian epidermis. Pola lekukan epidermis setiap

orang berbeda – beda dan tidak pernah berubah. Pola – pola lekukan epidermis

pada ujung jari membentuk sidik jari dan sering digunakan unutk proses

identifikasi.20

Sel yang terdapat di stratum basalis merupakan stem cell dan

memiliki daya regenerasi yang tinggi. Selain itu, pada bagian permukaan kulit

yang memiliki sedikit rambut, terdapat sel Merkel di stratum basalis. Terdapat sel

taktil yang berfungsi untuk menghantarkan rangsangan sentuhan dan sel melanosit

yang menghasilkan melanin.20

Page 27: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

13

Stratum spinosum tersusun atas 8 – 10 lapis keratinosit. Lapisan ini

terletak di bagian atas stratum basalis. Keratinosit pada lapisan ini mengalami

proses kimiawi. Sitoplasma sel mengkerut namun menyisakan komponen

sitoskeleton dan desmosom yang masih intak. Selain itu juga terdapat sel

Langerhans (sel dendritik) yang berperan untuk respon imun.20

Stratum granulosum terdiri atas 3 -5 lapis keratinosit yang

merupakan derivat dari stratum spinosum yang terletak dibawahnya. Keratinosit

pada lapisan ini mulai berhenti membelah dan menghasilkan keratin dan

keratohialin yang banyak. Ketika keratin yang dihasilkan semakin banyak maka

keratinosit akan semakin tipis dan datar. Membran sel akan menebal dan

permeabilitasnya berkurang. Keratohialin membentuk granula sitoplasmik yang

menyebabkan sel dehidrasi. Akibat dehidrasi tersebut, nukleus dan organel sel

mengalami disintegrasi sehingga sel menjadi mati.20

Stratum lusidum terletak pada telapak tangan dan telapak kaki. Sel

pada lapisan ini berbentuk datar, tanpa organel dan terisi oleh keratin.20

Stratum korneum terletak pada bagian epidermis yang paling luar.

Lapisan ini tersusun atas 15 – 30 lapis keratinosit. Pada keadaan normal, stratum

korneum bersifat kering dan water resistent. Air yang berasal cairan interstitial

dapat berpenetrasi ke permukaan kulit dan mengalami evaporasi. Proses tersebut

dinamakan perspirasi. Perspirasi ada yang dapat dilihat dan dirasakan secara sadar

(Sensible Perspiration) dan ada juga yang tidak dapat dilihat dan dirasakan

(Insensible Perspiration). Jika terjadi kerusakan pada stratum korneum yang

mengganggu efektifitasnya sebagai penahan air, maka frekuensi insensible

perspiration akan meningkat dan tubuh akan kehilangan lebih banyak cairan. Pada

luka bakar yang parah dapat menyebabkan terjadinya kulit kering yang berlebihan

(xerosis).20

2.1.2.2 Dermis

Dermis terletak di antara epidermis dan hipodermis. Lapisan ini

banyak mengandung jaringan ikat, kelenjar, dan pembuluh darah.27

Dermis

memiliki dua komponen utama yaitu :

1. Lapisan papilar (pada bagian superfisial)

Page 28: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

14

2. Lapisan retikular (pada bagian dalam)

Lapisan papilar merupakan papila dermis yang berproyeksi

diantara lekukan epidermal. Lapisan ini tersusun atas jaringan ikat longgar yang

mengandung kapiler, pembuluh limfatik, dan neuron sensori yang menyuplai

permukaan kulit.20

Jaringan ikat longgar yang menyusun lapisan ini terdiri atas

serat kolagen tipe III dan serat kolagen. Sel – sel yang terdapat pada lapisan ini,

antara lain : sel fibroblas, makrofag, sel plasma, dan sel mast. Pada beberapa

bagian papilla dermis terdapat korpuskel Meissner. Korpuskel Meissner

merupakan mekanoreseptor yang berespon terhadap deformasi ringan epidermis.

Reseptor ini banyak terdapat di daerah yang peka terhadap rangsangan taktil,

seperti bibir, genitalia eksterna, dan puting susu. Mekanoreseptor lain yang

terletak pada papilla dermis adalah bulbus akhir Krause (Krause end bulb). Fungsi

dari mekanoreseptor ini adalah untuk merespon rangsangan dingin.45

Lapisan retikular tersusun atas anyaman jaringan ikat yang tidak

beraturan yang mengandung serat kolagen dan serat elastin. Serat kolagen terletak

pada bagian superfisial lapisan retikular dan masuk kedalam lapisan papilar,

sehingga batas antara lapisan papilar dan lapisan retikular tidak dapat dibedakan.20

Pada bagian intersitisial lapisan retikular terdapat proteoglikan yang banyak

mengandung dermatan sulfat. Sel yang terdapat pada lapisan ini, antara lain: sel

fibroblas, sel mast, limfosit, makrofag dan sel lemak pada bagian dalam lapisan

retikular. Pada lapisan ini terdapat 2 mekanoreseptor, yaitu korpuskel pacini dan

korpuskel ruffini. Korpuskel pacini berfungsi untuk merespon rangsangan tekanan

dan getaran sedangkan korpuskel ruffini berfungsi untuk merespon regangan. 45

Sel Fibroblas

Fibroblas merupakan sel terbanyak yang terdapat di jaringan ikat.

Sel ini berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi. Fibroblas dapat

berada dalam keadaan aktif maupun inaktif. Fibroblas yang aktif memiliki bentuk

memanjang dengan sitoplasma lebih pucat dan biasanya sulit dibedakan dengan

serat kolagen pada pewarnaan hematoxylin eosin. Bagian sel yang dapat terlihat

dengan jelas adalah nukleus yang berbentuk oval, lebih gelap, besar dan

mengandung nukleolus. Pada mikroskop elektron, apparatus golgi terlihat lebih

Page 29: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

15

menonjol dan retikulum endoplasma kasar lebih banyak terutama saat sel sedang

aktif memproduksi matriks seperti pada penyembuhan luka.45

Sel fibroblas yang tidak aktif memiliki bentuk lebih kecil dan lebih

oval. Nukleusnya lebih kecil dan memanjang. Pada mikroskop elektron akan

terlihat retikulum endoplasma yang jarang namun banyak terdapat ribosom bebas.

Sel fibroblas yang tidak aktif disebut juga sel fibrosit. Pembelahan sel fibroblas

jarang terlihat pada jaringan normal. Namun, saat terjadi luka, sel tersebut akan

berproliferasi dan menjadi lebih aktif untuk memproduksi matriks ekstraseluler.

Saat penyembuhan luka, sel menjadi lebih besar dan bersifat basofilik. 45

Kolagen

Serat kolagen terletak pada seluruh jaringan ikat. Pada potongan

histologi, serat kolagen yang bersifat asidofilik akan berwarna merah muda pada

pewarnaan eosin, berwarna biru pada pewarnaan Mallory trichrome, dan berwarna

hijau pada pewarnaan Masson’s trichrome. Serat kolagen tersusun atas subunit

tropokolagen yang memiliki sekuens asam amino rantai alfa. Serat kolagen

menyusun 20% protein tubuh dan merupakan serat yang fleksibel dan memiliki

kekuatan regangan yang besar.45

Serat kolagen dibentuk dari agregat serat tipis yang berdiameter 10

sampai 300 nm. Serat tipis tersebut merupakan molekul tropokolagen dengan

panjang 280 nm dan berdiameter 1,5 nm. Molekul tropokolagen tersusun atas 3

rantai polipeptida yang disebut rantai alfa yang saling berpilin dan membentuk

konfigurasi triple helical. Setiap rantai alfa memiliki 1000 asam amino. Setiap 3

asam amino terdapat asam amino glisin. Asam amino lain yang menyusun rantai

alfa adalah prolin, hidroksiprolin, dan hidroksilisin. Ikatan hidrogen yang terdapat

pada hidroksiprolin menjaga agar ketiga rantai alfa tetap bersama sedangkan

hidroksilisin memberikan bentuk serat karena dapat saling mengikat molekul

kolagen.45

Setiap rantai alfa dikode oleh mRNA (messanger Ribonucleic

Acid) yang berbeda. Sekuens asam amino pada rantai alfa tersebut membagi

kolagen menjadi 15 tipe kolagen yang berbeda, yaitu: 45

a. Kolagen Tipe 1

- Tipe kolagen yang paling banyak ditemukan

Page 30: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

16

- Membentuk serat yang tebal

- Terdapat di dermis, tendon, ligamen, kapsula organ, tulang, dentin, dan

sementum

- Dapat disintesis oleh sel fibroblas, osteoblas, odontoblas, dan

cementoblas

- Fungsi : menahan tekanan

b. Kolagen Tipe II

- Membentuk serat yang ramping

- Hanya ditemukan pada matriks kartilago hialin dan elastin

- Fungsi : menahan tekanan

- Dapat diproduksi oleh sel kondroblas

c. Kolagen Tipe III (serat retikular)

- Merupakan kolagen yang terglikosilasi tinggi

- Membentuk serat tipis dengan diameter 0,5 – 2,0

- Serat kolagen ini banyak terdapat di sistem limfatik, limpa, hati, sistem

kardiovaskular, paru, dan kulit.

- Membentuk struktur rangka limpa, otot polos, jaringan adiposa, hati, dan

nodus limfatik

- Dapat diproduksi oleh sel fibroblas, sel retikular, sel otot polos, dan

hepatosit

d. Kolagen Tipe IV

- Tidak membentuk serat, namun membentuk anyaman molekul

prokolagen yang melapisi lamina basalis

- Diproduksi oleh sel epitel, sel otot, dan sel Schwann

e. Kolagen Tipe V

- Membentuk serat yang sangat tpis

- Terdapat di dermis, ligamen, tendon, kapsul organ, tulang, plasenta, dan

sementum

- Berasosiasi dengan kolagen tipe 1 dan matriks dasar plasenta

- Diproduksi oleh sel fibroblas dan mesenkim

f. Kolagen Tipe VII

- Membentuk agregat kecil yang disebut anchoring fibril

Page 31: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

17

- Terletak pada pertemuan antara epidermis dan dermis

- Diproduksi oleh sel epidermis

Sintesis Kolagen

Sintesis kolagen terjadi di retikulum endoplasma kasar dalam

bentuk rantai preprokolagen. Molekul preprokolagen yang telah disintesis masuk

ke dalam sisterna retikulum endoplasma kasar. Di dalam sisterna RE kasar,

molekul tersebut dimodifikasi. Asam amino prolin dan lisin akan terhidroksilasi

oleh enzim peptidil prolin hidroksilase dan peptidil lisin hidroksilase untuk

membentuk hidroksiprolin dan hidroksilisin. Proses ini disebut modifikasi post

translasi. Beberapa hidroksilisin mengalami glikosilasi dengan penambahan gugus

glukosa dan galaktosa.45

Tiga molekul preprokolagen membentuk konfigurasi heliks yang

disebut molekul prokolagen. Terdapat propeptida yang menjaga ikatan kolagen

tersebut dan mencegah agregasi spontan serat kolagen di dalam sel. Molekul

prokolagen meninggalkan RE kasar melalui vesikel transfer yang memindahkan

molekul tersebut ke apparatus golgi. Di apparatus golgi, molekul tersebut

dimodifikasi dengan penambahan oligosakarida. Molekul prokolagen yang telah

dimodifikasi kemudian dikemas di dalam jaringan trans golgi dan langsung

dikeluarkan dari sel.45

Saat prokolagen masuk ke dalam lingkungan ekstraseluler, enzim

prokolagen peptidase akan memecah ikatan antara propeptida dengan kolagen.

Molekul kolagen akan terbentuk lebih kecil dan disebut molekul tropokolagen.

Ikatan kovalen yang dibentuk oleh lisin dan hidroksilisin molekul tropokolagen

akan membentuk struktur serat. Pada kolagen tipe IV, propeptida yang terdapat

pada prokolagen tidak dihilangkan sehingga struktur kolagennya tidak

membentuk serat. 45

2.1.2.3 Hipodermis

Hipodermis terletak dibawah lapisan retikular dermis. Namun,

secara umum antara lapisan retikular dengan hipodermis tidak dapat dibedakan

dengan jelas karena jaringan ikat pada kedua lapisan saling bertautan. Fungsi

hipodermis adalah untuk stabilisasi kulit terhadap jaringan yang terdapat

Page 32: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

18

dibawahnya yaitu otot dan tulang.28

Hipodermis tersusun atas jaringan ikat

longgar dan jaringan adiposa. Pada bagian superfisial terdapat pembuluh darah

arteri dan vena yang besar.20,27

2.1.3 Jaringan Granulasi

2.1.3.1 Definisi Jaringan Granulasi

Jaringan vaskular yang baru terbentuk secara normal pada proses

penyembuhan luka jaringan lunak dan membentuk sikatrik, terdiri atas masa yang

kecil, translusen, merah dan bernodul.19

Jaringan granulasi merupakan salah satu

komponen dari proses penyembuhan luka. Jika suatu luka mengenai area yang

luas atau luka tersebut mengenai daerah yang dilapisi dengan kulit yang tipis,

perbaikan jaringan terjadi pada bagian dermis dan epitel.

Pembelahan fibroblas dan sel mesenkim menghasilkan sel yang mobile

yang masuk ke dalam area luka. Sel endotel pembuluh darah yang rusak mulai

membelah, membentuk kapiler baru yang memperlancar sirkulasi. Kombinasi

bekuan darah, fibroblas, dan jaringan kapiler yang luas disebut sebagai jaringan

granulasi.21

Secara makroskopis, jaringan granulasi berwarna merah, lembut, dan

bergranul, seperti yang terlihat di bawah keropeng pada kulit luka. Secara

histologi ditandai dengan proliferasi sel fibroblas dan kapiler baru yang halus dan

berdinding tipis di dalam matriks ekstraseluler yang longgar.21

Page 33: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

19

Gambar 2.4 Gambaran Histologis Jaringan Granulasi

A. Jaringan granulasi yang menunjukkan banyak pembuluh darah, edema,

dan suatu ekstraseluler matriks yang longgar yang kadang mengandung sel

radang. Hasil pewarnaan trikrom yang mewarnai biru kolagen.

B. Pewarnaan trikrom jaringan parut matur, kolagen padat, hanya disertai

saluran vaskular yang tersebar.

Sumber : Kumar et al, 2007

2.1.3.2 Proses Penyembuhan Luka

Proses perbaikan jaringan akibat luka sangat penting untuk

mempertahankan kehidupan. Setiap jaringan yang rusak dapat mengalami

perbaikan, namun kemampuannya sangat bervariasi. Proses penyembuhan luka

merupakan proses yang kompleks, namun terjadi secara teratur. Proses tersebut

terdiri atas serangkaian proses berikut :21

1. Induksi respon peradangan akut

2. Regenerasi sel parenkim

3. Migrasi dan proliferasi sel parenkim dan sel jaringan ikat

4. Sintesis protein ekstraseluler

5. Remodeling unsur parenkim untuk mengembalikan fungsi jaringan

6. Remodeling jaringan ikat untuk memperkuat luka.

Secara umum, proses penyembuhan luka juga dapat

diklasifikasikan menjadi 3 fase, yaitu: fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase

remodeling.22

Selain itu, berdasarkan keparahan lukanya, proses penyembuhan

luka ada yang bersifat primer maupun sekunder.21

Page 34: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

20

Gambar 2.5 Tahap Penyembuhan Luka Primer (kiri) dan Sekunder (kanan).

Sumber : Kumar et al, 2007

Penyembuhan primer terjadi pada luka fokal pada kontinuitas

membran basalis epitel dan menyebabkan kematian sel dalam jumlah yang sedikit

sedangkan penyembuhan sekunder terjadi pada luka yang menyebabkan

kehilangan sel atau jaringan luas sehingga merangsang pertumbuhan jaringan

granulasi dan menyebabkan pertumbuhan jaringan parut.21

Perbedaan antara penyembuhan primer dan penyembuhan

sekunder, antara lain: secara intrinsik, jika terjadi kerusakan jaringan yang luas

maka jumlah debris jaringan nekrosis dan fibrin lebih banyak sehingga reaksi

radang menjadi lebih hebat dan berpotensi besar mengalami cedera sekunder

akibat radang, jaringan granulasi yang terbentuk lebih besar sehingga jaringan

parut yang terbentuk juga lebih besar, dan penyembuhan sekunder menunjukkan

adanya kontraksi luka.21

a. Fase Inflamasi

Fase inflamasi merupakan fase awal proses penyembuhan luka. Fase ini

terdiri atas 2 komponen, yaitu respon vaskular dan hemostasis, serta respon

seluler. Perdarahan terjadi segera setelah jaringan luka akibat disrupsi pembuluh

Page 35: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

21

darah. Hemostasis terdiri atas 2 proses, yaitu pembentukan bekuan fibrin dan

koagulasi. Trombosit memiliki peran yang sangat penting dalam proses

hemostasis tersebut. Trombosit diaktivasi oleh matriks ekstraseluler di dinding

pembuluh darah sehingga membentuk agregat dan pada saat yang bersamaan

mengeluarkan mediator (serotonin, adenosine difosfat, dan tromboksan A2) dan

protein pengikat (fibrinogen, fibronektin, trombospodin, dan Von Willebrand

Factor VIII ). Dalam proses ini, terjadi perubahan fibrinogen menjadi fibrin oleh

trombin sehingga akan terbentuk bekuan fibrin.22

Respon seluler dari fase inflamasi ditandai dengan datangnya

leukosit, neutrofil dan monosit ke tempat luka. Sel – sel tersebut mengeluarkan zat

sitokin yang merupakan faktor kemotaksis untuk memanggil sel – sel leukosit lain

dan mengeluarkan faktor pertumbuhan sedangkan monosit akan berubah menjadi

makrofag dan memfagositosis sisa – sisa kotoran di tempat luka tersebut. Proses

ini berlangsung dalam waktu 24 jam setelah terjadinya luka.21, 22

b. Fase Proliferasi

Dalam fase proliferasi akan terjadi proses reepitelisasi, migrasi

keratinosit, proliferasi keratinosit, pembentukan Basement Membrane Zone

(BMZ), rekonstitusi dermis, fibroplasia, dan angiogenesis. Reepitelisasi

merupakan proses pengembalian epidermis intak setelah terjadi luka. Proses ini

dapat terjadi karena adanya migrasi sel keratinosit ke daerah luka, diferensiasi

neoepitel menjadi stratum epidermis, restorasi BMZ yang intak yang

menghubungkan dermis dan epidermis di bawahnya. Keratinosit bermigrasi dalam

waktu 24 jam setelah terjadi luka. Faktor yang mempengaruhi migrasi keratinosit

antara lain: matriks ekstraseluler, reseptor integrin, metalloprotease (MMP), dan

faktor pertumbuhan.22

Rekonstitusi dermis terjadi pada hari ke 3 – 4 setelah terjadinya

luka. Proses ini dicirikan dengan terbentuknya jaringan granulasi, yang terdiri atas

pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi) dan akumulasi fibroblas

dan bahan dasar matriks. Pada hari ke-4, fibroblas mulai berploriferasi dan

bermigrasi ke dalam bekuan fibrin serta menghasilkan kolagen baru dan protein

matriks lainnya. Molekul struktural matriks ekstraseluler, fibronektin dan kolagen

berperan untuk pembentukan jaringan granulasi. Fibronektin membantu fibroblas

Page 36: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

22

berikatan dengan matriks ekstraseluler dan menyediakan tempat adhesi saat

migrasi sel. Fibronektin juga berperan sebagai penyangga serat kolagen dan

memediasi kontraksi luka. Migrasi fibroblas dapat distimulasi oleh PDGF dan

TGF-beta yang dihasilkan oleh makrofag.22

Jumlah fibroblas mencapai puncaknya

pada minggu ke 1-2 setelah terbentuknya luka. 28

Proses pembentukan pembuluh darah baru (neovaskularisasi)

melalui dua proses, yaitu: vaskulogenesis, yang jaringannya berasal dari angioblas

(prekursor sel endotel) selama perkembangan embrionik dan angiogenesis atau

neovaskularisasi yaitu pembuluh darah yang telah ada mengeluarkan tunas kapiler

untuk menghasilkan pembuluh darah baru. Berikut tahapan – tahapan umum

perkembangan pembuluh kapiler yang baru :21

1. Terjadi degradasi proteolitik pada membran basal pembuluh darah induk

dan degradasi matriks ekstraseluler di sekitar pembuluh darah induk

Gambar 2.6 Langkah – langkah Proses Angiogenesis

Sumber : Kumar et al, 2007

2. Migrasi sel endotel dari kapiler induk ke arah rangsangan angiogenik

3. Proliferasi sel endotel

4. Maturasi sel endotel untuk menyokong pembuluh endotel berupa

rekrutmen dan proliferasi sel perisit (untuk kapiler) dan sel otot polos

(untuk pembuluh darah yang lebih besar).

Pembuluh darah baru tidak membentuk interendothelial junction

dan meningkatnya transitosis sehingga mudah mengalami kebocoran dan

menyebabkan jaringan granulasi mengalami edema. Faktor yang menginduksi

angiogenesis, antara lain : FGF (Fibroblast Growth Factor) dan VEGF (Vascular

Endothelial Growth Factor). Kedua zat tersebut disekresikan oleh sel stroma.

Selain itu juga terdapat aktivitas kinase intrinsik sel endotel yang menginduksi sel

Page 37: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

23

endotel untuk menyekresi proteinase untuk mendegradasi membran basalis,

meningkatkan migrasi sel endotel, dan mengarahkan pembentukan pembuluh

darah baru.21

Kontraksi luka terjadi pada puncak minggu kedua. Selama pembentukan

jaringan granulasi fibroblas secara bertahap bermodulasi menjadi miofibroblas

yang memiliki berkas mikrofilamen aktin. Pseudopodia miofibroblas memanjang

dan aktin sitoplasma berikatan dengan fibronektin ekstraseluler, menempel pada

serat kolagen dan retraksi, menghubungkan serat kolagen dengan sel sehingga

membentuk kontraksi luka. Kontraksi miofibroblas dipengaruhi oleh PGF1, 5-

hidroksitriptamin, angiotensin, vasopressin, bradikinin, epinefrin, dan

norepinefrin.22

c. Fase Remodeling

Perubahan jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan

perubahan dalam komposisi matriks ekstraseluler. Pada dermis orang dewasa

normal, komposisi kolagen tipe I sebesar 80% sedangkan komposisi kolagen tipe

III sebesar 10%. Sedangkan pada fase penyembuhan luka, kolagen tipe III lebih

dominan. Muncul pada hari ke 2 – 3 setelah luka, dan bertahan hingga hari ke 7 –

8. Perubahan tersebut terjadi untuk mencapai keseimbangan antara sintesis dan

degradasi matriks ekstraseluler.21,22

Degradasi matriks ekstraseluler dan kolagen dilakukan oleh

kelompok metalloproteinase (bergantung pada ion Zn). Metaloproteinase terdiri

atas kolagenase interstitial yang memecah kolagen fibril tipe I, II, dan III,

gelatinase (kolagenase tipe IV), yang memecah kolagen amorf dan fibronektin,

dan stromelisin yang mengatabolisasi proteoglikan, laminin, fibronektin, dan

kolagen amorf. Enzim dalam bentuk tidak aktif dan dapat diaktifkan oleh zat – zat

yang muncul pada daerah luka. Metaloproteinase yang aktif dapat dihambat

dengan TIMP (Tissue Inhibitor Metalloproteinase) yang dihasilkan oleh sel

mesenkim untuk mencegah terjadinya kerusakan. Aktivasi kolagenase dan

inhibitornya diatur secara spasial dan temporal dan sangat penting untuk

remodeling ekstraseluler matriks untuk pemulihan jaringan.21,22

Page 38: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

24

2.1.4 Luka Bakar

2.1.4.1 Epidemiologi Luka Bakar

Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004

diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia

kurang dari 20 tahun. Luka bakar karena api merupakan penyebab kematian ke-11

pada anak berusia 1 – 9 tahun. Anak – anak berisiko tinggi terhadap kematian

akibat luka bakar, dengan prevalensi 3,9 kematian per 100.000 populasi. Luka

bakar dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup.2 Di Amerika Serikat, luka

bakar menyebabkan 5000 kematian per tahun dan mengakibatkan lebih dari

50.000 pasien di rawat inap.21

Di Indonesia, menurut RISKESDAS (2013)

prevalensi luka bakar di Indonesia sebesar 0,7%.1

Secara global, 96.000 anak – anak yang berusia di bawah usia 20 tahun

mengalami kematian akibat luka bakar pada tahun 2004. Frekuensi kematian lebih

tinggi sebelas kali di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

dibandingkan dengan negara dengan pendapatan tinggi sebesar 4,3 per 100.000

orang dan 0,4 per 100.000 orang.2

Kebanyakan kematian terjadi pada daerah yang miskin, seperti Afrika,

Asia Tenggara, dan daerah Timur Tengah. Frekuensi kematian terendah terjadi

pada daerah dengan pendapatan tinggi , seperti Eropa dan Pasifik Barat.2

Gambar 2.7 Frekuensi Mortalitas Akibat Luka Bakar karena Api per 100.000 anak

-anak di daerah WHO berdasarkan Tingkat Pendapatan Negara, 2004

Sumber : WHO (2008), Global Burden of Disease: 2004 Update

Page 39: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

25

2.1.4.2 Klasifikasi Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:

penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.

a. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab

Luka bakar termal

Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa

disebabkan oleh cairan panas,berkontak dengan benda padat

panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena

aliran listrik.

Luka bakar inhalasi

Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas,

cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran

yang tidak sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian

terbesar pada pasien luka bakar.2

b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar

Derajat I atau Luka bakar superfisial

Luka bakar hanya mengenai epidermis dan menimbulkan respon

inflamasi sederhana. Biasanya disebabkan oleh paparan terhadap

radiasi sinar matahari atau kontak terhadap benda padat. Luka

bakar tipe ini dapat sembuh dalam seminggu dan tidak

menimbulkan perubahan permanen pada warna, tekstur, dan

ketebalan kulit.

Gambar. 2.8 Ilustrasi Kedalaman Luka Bakar dan Hubungannya dengan Lapisan

Kulit

Sumber : Senarath-Yapa K & Enoch S, 2009

Page 40: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

26

Derajat II atau Luka bakar parsial/dalam

Pada luka bakar derajat II, kerusakan jaringan meliputi

epidermis dan dermis. Luka bakar derajat II dibagi menjadi 2,

yaitu luka bakar derajat II superfisial dan luka bakar derajat II

dalam. Pada luka bakar derajat II superfisial, kerusakan terjadi

pada bagian epidermis dan permukaan dermis namun struktur

tambahan kulit masih utuh sedangkan pada luka bakar derajat II

dalam terjadi kerusakan pada seluruh epidermis dan dermis serta

struktur tambahan kulit. Luka bakar derajat II superfisial dapat

sembuh dalam waktu kurang dari 3 minggu, sedangkan luka

bakar derajat II dalam sembuh dalam waktu lebih dari 3 minggu.

Derajat III atau Luka bakar penuh

Pada luka bakar ini, kerusakan terjadi pada seluruh lapisan

epidermal, meliputi epidermis, dermis dan jaringan subkutan

serta folikel rambut yang dalam. Luka bakar jenis ini

menimbulkan kerusakan pada lapisan kulit yang luas.2

c. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka

Luas luka bakar ditentukan berdasarkan area permukaan tubuh

total (Total Body Surface Area/TBSA). Metode yang digunakan

adalah Rule of Nine Wallace. Metode ini digunakan untuk orang

dewasa dan anak – anak berusia lebih dari 10 tahun, sedangkan

Grafik Lund dan Browder digunakan untuk anak berusia kurang dari

10 tahun. Pada metode rule of nine, proporsi bagian kepala dan

daerah leher sebesar 9%, setiap bagian lengan termasuk tangan

sebesar 9%, setiap bagian tungkai dan kaki sebesar 18% , bagian

batang tubuh (punggung, toraks, dan abdomen) pada satu sisi sebesar

18%.24

Page 41: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

27

Gambar. 2.9 Rules of Nine Wallace

Sumber: Senarath-Yapa K & Enoch S, 2009

2.1.4.3 Patofisiologi Luka Termal

Respon inflamasi secara dapat terjadi secara lokal maupun sistemik

akibat luka termal. Proses tersebut terjadi secara kompleks. Respon

inflamasi terjadi segera setelah terjadinya luka, sedangkan respons

sistemik bersifat progresif dan mencapai puncaknya pada hari ke 5 – 7

setelah terjadinya luka.23

Respon Sistemik Terhadap Luka Bakar

Tabel 2.1 Respon Sistemik terhadap Luka Bakar

Sumber: Cakir B & Yegen C, 2004

2.1.5 Penanganan Luka Bakar

Luka bakar dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan

baik. Pasien luka bakar sama prioritasnya dengan pasien trauma sehingga perlu

Page 42: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

28

dilakukan penanganan secara primer maupun sekunder ( lanjutan ). Pada

penanganan luka bakar perlu dilakukan penilaian terhadap hal – hal berikut :29,30

1. Jalan Nafas (Airway)

Luka bakar yang luas dapat menimbulkan edema massif dan

menimbulkan obstruksi pada saluran nafas. Tanda – tanda obstruksi

saluran nafas, yaitu : perubahan suara, penggunaan otot – otot

pernafasan, dan kecemasan yang tinggi. Selain itu, terdapat beberapa

kondisi pada pasien luka bakar yang meningkatkan resiko terjadinya

obstruksi saluran pernafasan, antara lain : luka bakar yang luas, semua

pasien dengan luka bakar jenis deep burn (>35%-40% TBSA sebaiknya

dipasang endotracheal tube (ETT)).30

Pemasangan ETT dapat dilakukan

lebih awal jika pasien mengalami obstruksi saluran nafas. Selain itu,

ETT juga dapat dipasang jika memerlukan waktu yang cukup lama untuk

merujuk pasien. Trakeostomi tidak dibutuhkan pada penanganan

resusitasi.30

2. Pernapasan (Breathing)

Periksa frekuensi pernafasan. Hati – hati pada pernafasan yang cepat

atau lambat.29

3. Sirkulasi (Circulation)

Luka bakar dapat menyebabkan hilangnya cairan yang cukup banyak

bergantung pada luas luka dan kedalamannya. Oleh karena itu, perlu

cairan pengganti berupa larutan Ringer Laktat yang diberikan secara

intravena. Perlu dilakukan pemasangan foley kateter untuk memonitor

respon fisiologis tubuh terhadap cairan yang diberikan. Target urine

output pada orang dewasa sebesar 0.5 ml/kg/jam, sedangkan pada anak –

anak sebesar 1 ml/kg/jam.30

4. Kecacatan (Disability)

Nilai apakah ada compartment syndrome atau tidak.29

5. Paparan (Exposure)

Persentase area yang terkena luka bakar 29

Morbiditas dan mortalitas luka bakar bergantung pada luas permukaan luka

bakar . Selain itu, morbiditas dan mortalitas luka bakar akan meningkat

Page 43: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

29

seiring bertambahnya usia. Luka bakar yang kecil pada lansia dapat

menimbulkan kematian.29

2.1.5.1 Pertolongan Pertama (First aid) Perawatan Luka

Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk

segera pasien yang mengalami luka bakar parah ke rumah sakit. Berikut

langkah – langkah yang dilakukan untuk pertolongan pertama pada luka

bakar, antara lain:29

a. Jika pasien belum mendapatkan pertolongan pertama, alirkan

air dingin pada luka bakar pasien untuk mencegah kerusakan

lebih jauh dan melepaskan pakaian yang terbakar.

b. Jika luka bakar terbatas, kompres dengan air dingin selama

30 menit untuk mengurangi nyeri dan edema dan

meminimalisasi kerusakan jaringan.

c. Jika luka bakar luas, setelah dialirkan air dingin, pasang

pembalut yang bersih pada daerah luka untuk mencegah

hipotermia.

2.1.5.2 Initial Treatment Wound Care

a. Luka bakar harus steril

b. Pemberian profilaksis tetanus

c. Bersihkan semua bulla, kecuali pada luka bakar yang sangat

kecil. Eksisi dan lakukan debridement pada jaringan nekrosis

yang menempel.

d. Setelah di-debridement, bersihkan luka bakar dengan larutan

chlorhexidine 0.25% (2.5g/liter), 0.1% (1g/liter) larutan

cetrimide, atau antiseptik lain yang berbahan dasar air.30

e. Jangan menggunakan larutan berbahan dasar alkohol

f. Gosok dengan hati – hati jaringan nekrotik yang longgar.

Berikan lapisan tipis krim antibiotik (silver sulfadiazine)

g. Balutkan kain kasa pada luka. Gunakan kasa kering yang tebal

untuk mencegah terjadinya kebocoran pada lapisan luar.

2.1.5.3 Daily Treatment Wound Care

Page 44: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

30

a. Ganti balutan kasa setiap hari (dua kali sehari jika

memungkinkan) atau sesering mungkin untuk mencegah

terjadinya kebocoran cairan.

b. Inspeksi luka, ada perubahan warna atau tidak yang

mengindikasikan adanya infeksi

c. Demam dapat muncul hingga luka tertutup

d. Adanya selulitis mengindikasikan adanya infeksi

e. Berikan antibiotik sistemik jika mengalami infeksi

Streptococcus hemolyticus

f. Infeksi Pseudomonas aeruginosa sering menimbulkan

septicemia dan kematian. Berikan aminoglikosida sistemik.

g. Pemberian antibiotik topikal setiap hari. Jenis antibiotik

topikal yang dapat diberikan antara lain :

- Nitrat silver (0.5% aqueous), paling murah, diaplikasikan

pada balutan kassa oklusif namun tidak dapat penetrasi ke

dalam jaringan parut. Obat ini dapat menyebabkan deplesi

elektrolit dan menyebabkan noda.

- Silver sulfadiazine (1% ointment), diaplikasikan pada

selapis balutan kasa, memiliki kemampuan penetrasi ke

dalam jaringan parut yang terbatas, dan dapat menyebabkan

neutropenia.

- Mafenide acetate (11 % ointment), diaplikasikan tanpa

balutan kasa, memiliki kemampuan penetrasi ke dalam

jaringan parut yang lebih baik, dapat menyebabkan asidosis.29

2.1.5.4. Antibiotik Topikal Silver Sulfadiazine

Silver sulfadiazine merupakan antibiotik topikal pilihan untuk

luka bakar. Komponen aktif silver sulfadiazine terdiri atas silver nitrat

dan sodium sulfadiazine. Atom silver menggantikan atom hidrogen pada

molekul sulfadiazine. Obat ini sering digunakan pada luka bakar

permukaan (superficial burn) dan dalam (deep burn). Silver sulfadiazine

memiliki spektrum antimikroba yang luas (Gram +, Gram -, dan ragi )

dan bersifat bakterisidal.31

Page 45: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

31

Komponen silver akan berikatan dengan DNA bakteri

sehingga akan menghambat proses sintesis protein bakteri dan

menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat. Silver sulfadiazine

memiliki kemampuan disosiasi sedang sehingga dapat berperan sebagai

reservoir silver yang sangat mudah berdisosiasi jika dalam berbentuk

garam.32

. Ion silver dapat berikatan dengan enzim yang terdapat di dalam

bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan metabolisme

bakteri. Selain itu, ion silver juga dapat terdeposit dinding sel dan

membran plasma bakteri sehingga menyebabkan struktur luar bakteri

tersebut menjadi abnormal.42

Sulfadiazine merupakan antibiotik golongan sulfonamide.

Sulfadiazine dapat menghambat sintesis asam folat bakteri dengan cara

menghambat enzim dihydropteroat sintase sehingga pembentukan asam

dihidrofolik dari PABA (p-aminobenzoic acid) akan menurun. Penurunan

pembentukan asam dihidrofolik akan menghambat pembentukan purin

dan DNA bakteri sehingga pertumbuhan bakteri akan berkurang.43

Pemberian silver sulfadiazine kontraindikasi untuk penderita alergi

sulfa daan ibu hamil. Pada ibu hamil, komponen sulfonamide

menyebabkan kernikterik pada bayi. Selain itu, obat ini tidak boleh

diberikan pada luka bakar di daerah wajah karena dapat menimbulkan

iritasi mata. Efek samping obat ini adalah dapat menyebabkan leukopenia

pada hari ke 3 dan ke 5 setelah terjadi luka bakar. Namun, beberapa

dokter menyakini bahwa leukopeni tersebut terjadi karena penurunan

migrasi leukosit ke daerah luka dan tidak disebabkan oleh supresi pada

sumsum tulang.31

2.1.6 Pemberian Topikal Ekstrak Daun Binahong

Cara pemberian obat untuk luka bakar dapat melalui topikal

maupun sistemik bergantung jenis obatnya dan efek terapi yang diinginkan. Cara

pemberian obat juga bergantung pada pembawa zat aktif obat tersebut. Salah satu

cara pemberian obat luka bakar pada kulit adalah dengan pemberian obat topikal.

Bentuk obat topikal kulit bermacam – macam, seperti salep, bubuk, krim, gel,

Page 46: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

32

larutan, hidrogel, lotion dan salep. Bentuk obat tersebut bergantung pada sifat

kelarutan zat aktif dan zat pembawa yang digunakan.25

Pada bentuk obat topikal kulit salep, zat pembawa yang digunakan

adalah vaselin album dan adeps lanae. Kedua zat tersebut bersifat lipofilik. Oleh

karena itu, kedua zat tersebut dapat menahan uap air sehingga keringat tidak dapat

menembus kulit dan tertahan pada kulit sehingga menimbulkan hidrasi pada kulit

di bawah pembawa. Pembawa yang bersifat lipofilik umumnya cenderung baik

bagi absorpsi obat.26

Gambar 2.10 Bentuk Sediaan Obat Topikal

Sumber : Lullman H., et al, 2000

2.1.7 Tikus Sprague dawley

Tikus Sprague dawley adalah salah satu jenis tikus putih (Rattus

novergicus) yang sering digunakan untuk penelitian. Hampir 20% penelitian

menggunakan hewan ini untuk kepentingan ilmiah. Berat tikus Sprague dawley

saat lahir sebesar 5 gr dan sangat aktif. Hewan ini dapat tumbuh dengan cepat

hingga minggu ke – 3. Berat tikus jantan dewasa sebesar 400 – 500 gr. Tikus ini

dapat bertahan hidup hingga usia 2 tahun dan merupakan hewan yang jinak.

Penelitian mengenai struktur anatomi tikus telah banyak dilakukan.

Lambung tikus memiliki bagian aglandular yang lebih besar yaitu 1/3 bagian dari

total mukosa gaster. Kelenjar lambung tidak memiliki kelenjar kardiak dan kaya

Page 47: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

33

sel mast yang menghasilkan histamin. Sekum yang luas membantu untuk

pencernaan selulosa.

Suhu dan kelembaban lingkungan yang sesuai untuk tikus yaitu 200C- 25

0C

dan 50 – 55%. Tikus dapat beradaptasi sesuai suhu dan kelembaban lingkungan di

sekitarnya. Kelembaban pada jangkauan 40 – 70% masih dapat ditoleransi oleh

tikus. Namun, saat penelitian, suhu dan kelembaban lingkungan tikus harus dijaga

relatif konstan untuk meminimalisasi efek fluktuasi pada data penelitian melalui

perubahan konsumsi makan dan minum, serta kerentanan terhadap penyakit.

Ventilasi merupakan bagian yang penting pada kandang tikus. Kondisi

ventilasi ini berkaitan dengan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan.

Frekuensi pertukaran udara segar 100% yang direkomendasikan bervariasi yaitu

10-20 pertukaran per jam, bergantung pada kepadatan populasi dan penggunaan

filter udara. Penggunaan filter portable yang murah direkomendasikan untuk

menghilangkan zat – zat toksik dan patogen.

Pencahayaan juga merupakan bagian terpenting pada perawatan tikus.

Kerusakan retina akibat paparan cahaya yang berlebih dapat terjadi pada tikus

albino (tikus putih). Tikus juga memiliki pendengaran yang sensitif. Kadar

kebisingan 160 dB dapat menyebabkan kerusakan mekanik pada telinga tikus.

Oleh karena itu, kadar kebisingan di sekitar kandang tikus harus dijaga kurang

dari 85 dB. Paparan kebisingan sebesar 107 – 112 dB selama 1 ½ jam selama 5

hari berturut – turut dapat menyebabkan pembesaran pada kelenjar adrenal,

eosinopenia, leukositosis, dan peningkatan nafsu makan pada tikus.

Tikus Sprague dawley sering digunakan untuk penelitian mengenai uji

efikasi, keamanan, dan toksisitas obat, penelitian mengenai reproduksi,

perkembangan, penuaan, nutrisi, onkologi, dan teratologi. Tikus ini memiliki

kemampuan reproduksi yang sangat baik.

Kulit hewan pengerat sering digunakan untuk penelitian mengenai per

cutaneus permeation secara in vitro dan in vivo. Hewan pengerat yang sering

digunakan adalah tikus, mencit, dan marmut. Keuntungan dari penggunaan hewan

ini adalah ukurannya yang kecil, perawatan mudah, dan harga yang lebih murah.

Diantara hewan pengerat lain, kulit tikus memiliki struktur yang mirip dengan

Page 48: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

34

jaringan manusia. Permeation rate pada kulit hewan pengerat lebih tinggi

dibandingkan dengan kulit manusia, kecuali pada kulit tikus.51

Page 49: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

35

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan

secara deskriptif analitik.39

Penelitian ini menggunakan evaluasi histopatologi

untuk melihat efek salep ekstrak daun binahong terhadap pembentukan jaringan

granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar

30 detik dengan plat besi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Agustus 2014 di

Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Proses determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, sedangkan proses ekstraksi dilakukan oleh

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO). Pembuatan preparat

dilakukan oleh Laboratorium Patologi Anatomi FKUI sedangkan pengamatan

preparat histopatologi jaringan luka dilakukan di Laboratorium Histologi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses pembuatan salep ekstrak daun binahong

dilakukan di Laboratorium Farmakologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Bahan yang diuji

Bahan yang diuji adalah daun binahong (Anredera cordifolia(Tenore)

Steenis) yang dideterminasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Bogor. Berat daun binahong basah sebesar 4 kg dan berat daun yang telah

dikeringkan sebesar 530,6 gr. Daun binahong yang telah kering diekstraksi oleh

Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO).

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih strain Sprague dawley

yang didapatkan dari penyedia fasilitas dan model hewan coba (iRATco) yang

disertai surat keterangan sehat dari Rumah Sakit Hewan Fakultas Kedokteran

Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB). Sampel yang diambil adalah tikus

yang memenuhi kriteria berikut :

Page 50: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

36

3.4.1 Kriteria Inklusi

Tikus Sprague dawley, berjenis kelamin jantan, kondisi sehat,

berusia 12 – 16 minggu dengan berat 350 - 450 gr.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Tikus Sprague dawley yang memiliki bekas luka di daerah dorsal

atau memiliki kelainan pada kulit di bagian dorsal

3.4.3 Besar Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Federer, yaitu :46

( T – 1 ) ( N – 1 ) ≥ 15

Keterangan : T = jumlah perlakuan , N = jumlah sampel

Dalam penelitian ini terdapat 5 perlakuan, sehingga jumlah sampel

yang dibutuhkan yaitu :

(5 – 1) (N - 1) ≥ 15

(4) (N – 1) ≥ 15

(N – 1) ≥ 15/4

N – 1 ≥ 3,75

N ≥ 4,75 , dibulatkan menjadi 5.

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang dibutuhkan minimal

5 ekor tikus untuk setiap kelompok perlakuan. Pada penelitian ini sampel yang

digunakan adalah 5 ekor tikus dalam setiap kelompok penelitian sehingga jumlah

keseluruhan sampel yang digunakan adalah sebanyak 25 ekor tikus. Seluruh

sampel diberikan makanan dan minuman secara ad libitum.

Secara random, sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, 1

kelompok kontrol positif, dan 1 kelompok negatif, dengan rincian sebagai berikut:

Kelompok Kontrol Positif (K+) yang diberikan salep Silver Sulfadiazin: 5

ekor tikus

Kelompok Kontrol Negatif (K-) yang hanya diberikan basis salep: 5 ekor

tikus

Kelompok Perlakuan 1 (P1) yang diberikan salep ekstrak daun Binahong

dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong sebesar 10%: 5 ekor tikus

Page 51: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

37

Kelompok Perlakuan 2 (P2) yang diberikan salep ekstrak daun Binahong

dengan konsentrasi ekstrak sebesar 20%: 5 ekor tikus

Kelompok Perlakuan 3 (P3) yang diberikan salep ekstrak daun Binahong

dengan konsentrasi ekstrak daun Binahong sebesar 40%: 5 ekor tikus

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel Bebas

Ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia(Tenore)Steenis)

dengan konsentrasi sebesar 10%, 20%, dan 40%.

3.5.2 Variabel Terikat

Kepadatan deposit kolagen, jumlah sel fibroblas, dan

neovaskularisasi

3.6 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kepadatan

Deposit

Kolagen

Kolagen yang terbentuk

di jaringan granulasi

- Mikroskop

Olympus

BX41

- Program

Adobe

Photoshop

6.0

Intensitas

deposit kolagen

pada jaringan

granulasi

Numerik

3 Jumlah

Fibroblas

Fibroblas adalah sel

yang memiliki inti

lonjong ketika dipotong

memanjang dan

memiliki inti berwarna

lebih pucat

- Mikroskop

Olympus BX41

- Program

ImageJ 1.48v

Jumlah sel

fibroblas

Numerik

4 Neovaskula-

Risasi

Pembuluh darah yang

terdapat dalam jaringan

granulasi

- - Mikroskop

Olympus

BX41

- - Program

Adobe

Photoshop

CS3

-

Jumlah

pembuluh darah

Numerik

5 Salep ekstrak

daun binahong

Salep ekstrak daun

binahong dengan

konsentrasi ekstrak daun

binahong sebesar 10%,

20%, dan 40%

- - Kategorik

6 Basis Salep Salep yang berisi vaselin

album dan adeps lanae

tanpa ekstrak daun

binahong

- - Kategorik

7 Kontrol Positif Salep silver sulfadiazine - - Kategorik

Page 52: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

38

3.7 Alat dan Bahan

3.7.1 Alat Penelitian

1. Plat besi berukuran 4 x 2 cm

2. Hot Plate Magnetic stirrer

3. Beker glass

4. Gunting dan Pinset

5. Pisau cukur

6. Karton

7. Staples

8. Pot obat

9. Kandang hewan coba

10. Timbangan elektronik

11. Termometer

12. Lumpang dan Alu

13. Cawan porselen

14. Spatula

15. Stopwatch

16. Mikroskop

3.7.2 Bahan Penelitian

1. Ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia(Tenore)Steenis)

2. Adeps lanae

3. Vaselin album

4. Formalin

5. Eter

6. Pelarut etanol 96 %.

Page 53: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

39

3.8 Alur Penelitian

(Gambar terlampir pada lampiran 5)

Aklimatisasi sampel

selama 1 minggu Pemilihan sampel

Persiapan

Penelitian

Pembuatan Luka Bakar

pada Tikus

Pemberian salep ekstrak

daun binahong, kontrol

positif, dan kontrol

negatif selama 5 hari

Pembuatan salep ekstrak daun Binahong di BALITRO dan

Laboratorium Farmakologi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada hari ke - 6 ,

dilakukan eksisi luka

Sampel jaringan ditempatkan di

dalam pot lalu dikirim ke

Laboratorium Patologi Anatomi

FKUI untuk dibuat preparat

Proses pengamatan histopatologi kulit di

Laboratorium Histologi

FKIK UIN Syarif

Hidayatullah

Pengolahan data hasil

pengamatan preparat

histopatologi kulit

Pembuatan Laporan

Hasil Penelitian

Determinasi tanaman

oleh LIPI Bogor

Page 54: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

40

3.9 Cara Kerja Penelitian

3.9.1 Pembuatan Luka Bakar pada tikus50

3.9.2 Pembuatan Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

(Tenore) Steenis)

a. Persiapan Sampel

Daun binahong diperoleh dari Pusat Penjualan Binahong

yang berlokasi di Palmerah, Jakarta Barat. Daun binahong

dikeringkan selama 3 hari. Kemudian daun binahong yang

telah kering diblender hingga halus.

b. Determinasi Sampel

Determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor dengan surat

determinasi terlampir. (Lampiran 1)

c. Ekstrak Sampel

Daun binahong basah didapatkan sebanyak 4 kg setelah

pengeringan didapatkan sebanyak 530,6 gr dan dihaluskan.

Page 55: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

41

Sampel yang telah halus direndam dalam pelarut etanol 96%

sebanyak 2500 ml dengan perbandingan 1 kg daun : 5 liter

pelarut etanol 96%.

Sampel sebanyak 530,6 gr yang telah direndam di dalam

etanol dikocok selama 2 – 3 jam, kemudian didiamkan

selama 24 jam. Setelah didiamkan selama 24 jam, sampel

kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil filtrat

penyaringan kemudian dirotavapor. Saat dirotavapor, pelarut

etanol divakum lalu didestilasi sehingga menjadi cair. Cairan

pelarut etanol dari hasil destilasi kemudian ditampung. Jika

pelarut sudah menguap semua akan didapatkan ekstrak kental

daun binahong. Didapatkan ekstrak kental daun binahong

sebanyak 26,2 gr.

3.9.3 Pembuatan Salep Ekstrak Daun Binahong

a. Persiapan Bahan Salep

Bahan yang akan digunakan untuk membuat basis salep dan

ekstrak daun Binahong ditimbang sesuai dengan takaran.

Basis Salep

Basis yang akan digunakan basis berlemak yaitu adeps

lanae dan vaseline album. Sebelum dibuat basis salep,

dipanaskan lumpang dan alu di dalam oven dengan suhu

500C hingga panas, kemudian lumpang dan alu yang telah

panas dikeluarkan dari oven dan masukkan adeps lanae

terlebih dahulu dan diaduk hingga lebur kemudian

dilanjutkan dengan memasukkan vaselin album dan diaduk

dengan kecepatan konstan hingga homogen dengan

membentuk basis salep.

b. Pencampuran Basis Salep dengan Ekstrak Daun Binahong

Basis salep yang telah dibuat, ditambahkan dengan ekstrak

daun Binahong dan diaduk hingga homogen dengan

menggunakan lumpang dan alu yang panas yang

disesuaikan dengan masing – masing konsentrasi.

Page 56: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

42

Formula standar basis salep yang digunakan menurut

Niswah Paju et al (2013) ialah :

R/ Adeps lanae 15 g

Vaseline Album 85 g

m.f salep 100 g

Sediaan salep yang akan digunakan pada penelitian ini

memiliki masing – masing konsentrasi ekstrak daun

Binahong yaitu 10%, 20% dan 40% dibuat sebanyak 30g.

a. Formulasi salep ekstrak daun Binahong 10%

R/ Ekstrak daun Binahong 3 g

Basis salep 27 g

m.f salep 30 g

b. Formulasi salep ekstrak daun Binahong 20 %

R/ Ekstrak daun Binahong 6 g

Basis salep 24 g

m.f salep 30 g

c. Formulasi salep ekstrak daun Binahong 40%

R/ Ekstrak daun Binahong 12 g

Basis salep 18 g

m.f salep 30 g

c. Pengujian Sediaan Salep

Untuk mengetahui homogenitas salep dilakukan uji

homogentitas, yaitu dengan mengoleskan sediaan pada

sekeping kaca transparan dimana sediaan diambil pada

bagian atas, tengah, dan bawah.

Gambar 3.1 Hasil Tes Homogenitas Salep Ekstrak Daun

Binahong

Page 57: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

43

Salep dikatakan homogen apabila basis salep dan

ekstrak daun binahong sudah tercampur merata dan ketika

dioleskan di atas kaca tidak menggumpal.

3.9.4 Perlakuan Pada Hewan Coba

Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap

kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus. Kategori

perlakuan hewan coba, yaitu:

1. Kontrol negatif: 5 ekor tikus diberikan salep yang

hanya berisi basis salep (vaselin album dan adeps

lanae)

2. Kontrol positif: 5 ekor tikus diberikan salep silver

sulfadiazine (SSD)

3. Kelompok Perlakuan I: 5 ekor tikus diberikan salep

ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi 10%

4. Kelompok Perlakuan II: 5 ekor tikus diberikan salep

ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi 20%

5. Kelompok Perlakuan III: 5 ekor tikus diberikan

salep ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi

40%

Sebelum perlakuan, sampel diaklimatisasi selama 1 minggu.

Setelah dilakukan pembuatan luka bakar, kelima kelompok

tersebut diberikan masing – masing sediaan salep pada pagi dan

sore hari selama 5 hari. Pada hari ke -6 dilakukan eksisi pada

luka untuk menilai histopatologi kulit yang mengalami luka.

3.9.5 Persiapan Eksisi Luka

Sebelum dieksisi, hewan dianestesi dengan eter. Eksisi luka

dengan cara pembedahan. Preparat luka yang telah diambil

dimasukkan kedalam larutan formalin 10% lalu dikirim ke

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia (FKUI).

3.9.6 Pembuatan Preparat Histopatologi Kulit

Page 58: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

44

Pembuatan preparat dilakukan dengan menggunakan pewarnaan

Hematoxylin Eosin (HE) dan pewarnaan trichrome . Pewarnaan

HE digunakan untuk melihat sel fibroblas dan neovaskularisasi

sedangkan pewarnaan trichrome untuk menilai deposit kolagen.

Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi

Anatomi FKUI.

3.9.7 Pengamatan Histopatologi

Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan

mikroskop dengan perbesaran 100x – 400x di Laboratorium

Histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

menggunakan Mikroskop Olympus BX41 yang dilengkapi

dengan software aplikasi DP2-BSW.

3.9.7.1 Cara Pengukuran

Kepadatan Deposit Kolagen

Kepadatan deposit kolagen diukur dengan membuat foto

sediaan kulit dorsal yang telah diberi luka bakar dengan

menggunakan mikroskop. Hasil foto disimpan dan

dianalisis secara kuantitatif dengan mengukur serapan

warna RGB (Red,Green, Blue) atau format RGB

menggunakan program komputer adobe Photoshop 6.

Jumlah Sel Fibroblas

Jumlah sel fibroblas diukur dengan membuat foto sediaan

kulit dorsal yang telah diberi luka bakar dengan

menggunakan mikroskop. Hasil foto disimpan dan

dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung jumlah sel

fibroblas dari 5 lapang pandang yang berbeda dan dipilih

secara acak. Jumlah sel fibroblas dari kelima lapang

pandang tersebut kemudian dirata – rata.

Neovaskularisasi

Jumlah neovaskularisasi diukur dengan membuat foto

sediaan kulit dorsal yang telah diberi luka bakar dengan

menggunakan mikroskop. Hasil foto disimpan dan

Page 59: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

45

dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung jumlah

pembuluh darah yang terbentuk dari 5 lapang pandang yang

berbeda dan dipilih secara acak. Jumlah neovaskularisasi

dari kelima lapang pandang tersebut kemudian dirata – rata.

3.9.7.2 Cara Penggunaan program Adobe Photoshop 6.0

Cara pengukuran kepadatan deposit kolagen menggunakan

program Adobe Photoshop 6.0 adalah sebagai berikut :

1. Preparat difoto dengan kamera mikroskop fotografi

dengan pembesaran 200x. Foto – foto tersebut

kemudian disimpan.

2. Langkah – langkah untuk memperoleh nilai mean RGB

Membuka program adobe photoshop 6.0

Buka file foto yang sudah disimpan

Klik magic wound tool ( terletak di sebelah kiri )

Tempatkan kursor pada foto di bagian warna yang

akan dihilangkan . Misal, di dalam foto tersebut

terdapat warna ungu dan warna biru. Warna ungu

menggambarkan lapisan sel epitel sedangkan warna

biru menggambarkan kepadatan kolagen dengan

pewarnaan trichrome. Pada penelitian ini, akan

dinilai kepadatan kolagen sehingga warna ungu

harus dihilangkan. Letakan kursor pada daerah

warna ungu.

Klik menu edit, pilih submenu cut. Maka warna

ungu tadi akan hilang semua. Demikian seterusnya

untuk warna lain yang akan dihilangkan. Sehingga

hanya tampak warna yang akan dianalisis saja.

Page 60: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

46

Gambar 3.2 Contoh Hasil Pengolahan Foto dengan Menggunakan Program Adobe

Photoshop 6.0

A. Foto sebelum dilakukan pengolahan (masih terdapat warna lain selain

warna biru)

B. Foto setelah dilakukan pengolahan (dominasi warna biru)

(Pewarnaan trichrome, perbesaran 200x)

Selanjutnya, klik menu image, pilih submenu

histogram. Klik blue, maka nilai mean akan

tampak. Nilai mean ini merupakan jumlah titik atau

pixels yang menandakan ketebalan pulasan kolagen

(warna biru)

Gambar 3.3 Hasil Penilaian Kepadatan Deposit Kolagen dengan

Menggunakan Histogram Format RGB Blue

Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop 6.0

A B

Page 61: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

47

3.9.7.3 Cara Menghitung Sel Menggunakan Aplikasi ImageJ

Langkah – langkah menghitung sel dengan

menggunakan aplikasi ImageJ adalah sebagai berikut :

1. Buka aplikasi ImageJ

2. Buka gambar yang akan dihitung jumlah sel nya , klik

File, lalu pilih Open, pilih gambar yang akan dihitung

jumlah selnya

3. Klik Plugin, lalu pilih Analysis, selanjutnya pilih Cell

counter

4. Klik Keep original .

5. Setelah itu, pilih Initiate untuk meng-copy gambar

yang akan dihitung jumlah sel nya

6. Klik Type 1 untuk menandai sel yang akan dihitung.

Jika ingin menghitung lebih dari satu jenis sel bisa

memilih Type 2,Type 3 dan seterusnya. Dalam

penelitian ini, Type 1 menandakan sel fibroblas.

7. Letakan kursor pada inti sel yang akan dhitung, lalu

tekan pada inti sel tersebut. Setelah ditekan akan

muncul sebuah titik yang menandakan bahwa sel

tersebut sudah dihitung sehingga mengurangi resiko

terhitung kembali.

8. Jumlah sel sama dengan jumlah inti sel yang ditandai.

Banyaknya jumlah penanda akan secara otomatis

terhitung dan hasilnya dapat dilihat pada Result.

3.9.7.4 Cara menghitung jumlah pembuluh darah pada foto

preparat

Berikut langkah – langkah yang dilakukan untuk

menghitung jumlah pembuluh darah baru

(neovaskularisasi) pada foto preparat, antara lain :

1. Buka aplikasi Adobe Photoshop CS3

Page 62: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

48

2. Buka foto yang akan dihitung jumlah pembuluh

darahnya dengan cara, klik file, lalu pilih open, pilih

foto yang akan dihitung jumlah pembuluh darahnya

3. Untuk memudahkan dalam penghitungan dan

meminimalisasi kesalahan dalam penghitungan

gunakan garis bantu (grid line).

4. Untuk memunculkan grid line, tekan Ctrl + K secara

bersamaan sehingga nanti akan muncul tampilan

sebagai berikut :

Gambar 3.4 Pengaturan Grid Line pada Program Adobe Photshop CS3

Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop CS3

5. Selanjutnya pilih Guides, Grid & Slices, sehingga

akan muncul tampilan sebagai berikut :

Gambar 3.5 Pengaturan Guides, Grid & Slices pada Program Adobe Photoshop

CS3

Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop CS3

Page 63: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

49

Atur warna garis yang diinginkan dan jarak dari

setiap garis, setelah itu klik OK.

6. Tekan Ctrl + „ untuk memunculkan grid line

Gambar 3.6 Grid line yang muncul pada Program Adobe Photoshop

CS3

Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop CS3

7. Hitung pembuluh darah yang terlihat pada foto. Pembuluh

darah ditandai dengan adanya lumen yang dilapisi sel endotel

atau lumen yang berisi sel darah baik yang terpotong secara

memanjang atau melintang. Penghitungan dilakukan pada

semua kotak dimulai dari kotak paling atas kiri hingga ke kotak

paling bawah kanan. Selanjutnya jumlah pembuluh darah dari

setiap kotak dijumlahkan.

3.10 Analisis Data

Data hasil penelitian pengaruh pemberian salep ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia(Tenore)Steenis) dianalisis dengan

menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada efektifitas

yang bermakna dari masing – masing sediaan uji yang mengandung

kontrol positif, ekstrak daun Binahong dengan berbagai konsentrasi,

dan kontrol negatif terhadap pembentukan jaringan granulasi pada luka

bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik

dengan plat besi.

Page 64: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

50

Data pada penelitian ini berupa variabel kategorik-

numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan sehingga

menggunakan uji one way ANOVA jika distribusi normal. Jika

distribusi data tidak normal maka menggunakan uji nonparametrik

yakni Uji Kruskall-Wallis.

3.11 Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik

Penelitian Kesehatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hewan

coba sebanyak 25 ekor tikus Sprague dawley diberikan makanan dan

minuman secara ad libitum. Hewan ditempatkan di kandang yang

sesuai dengan habitat tikus. Setiap kandang berisi 1 ekor tikus. Pada

leher hewan dipasangkan collar neck agar kepala hewan tidak

mengenai luka yang ada dipunggungnya. Setelah diberikan perlakuan

selama 5 hari, pada hari ke – 6 dilakukan terminasi dengan

menggunakan anestesi eter. Anestesi ini dilakukan agar tikus tidak

menderita. Selanjutnya, dilakukan pengambilan sampel jaringan kulit

bagian dorsal. Sampel jaringan kemudian dibawa ke Laboratorium

Patologi Anatomi FKUI. Bagian tubuh tikus yang tidak diambil untuk

sampel jaringan dikuburkan.

Page 65: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

51

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara makroskopik, gambaran luka bakar pada tikus Sprague dawley

yang diberikan paparan luka bakar selama 30 detik dengan plat besi terlihat kulit

tikus yang diberikan paparan luka bakar berwarna merah kecoklatan dan terdapat

bula pada hari pertama setelah dibuat luka bakar. Selain itu juga terdapat beberapa

bagian kulit yang mengelupas.

Gambar 4.1 Gambaran Makroskopik Luka Bakar pada tikus Sprague dawley pada

hari pertama setelah pembuatan luka

Luka bakar kemudian diberikan salep ekstrak daun Binahong dengan

konsentrasi 10%, 20%, dan 40%, krim silver sulfadiazin (kontrol +), dan basis

salep (kontrol -) selama 5 hari. Pada hari ke-5, terlihat terdapat keropeng pada

luka yang berwarna kecoklatan dan bula sudah tidak terlihat. Luas luka cenderung

mengecil.

Page 66: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

52

Gambar 4.2 Gambaran Makroskopik Luka Bakar pada tikus Sprague dawley pada

hari ke -5 setelah pembuatan luka

Pada penelitian ini juga dilakukan identifikasi luka bakar secara

mikroskopik, yaitu berupa pembentukan jaringan granulasi. Sel fibroblas, deposit

kolagen, dan neovaskularisasi merupakan komponen penyusun jaringan granulasi

yang digunakan sebagai parameter pembentukan jaringan granulasi dalam

penelitian ini.

4.1 Kepadatan Deposit Kolagen

Berikut ini adalah gambaran histopatologi deposit kolagen dalam jaringan

granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar

selama 30 detik dengan plat besi. Terlihat deposit kolagen berwarna biru dengan

pewarnaan trichrome.

Gambar 4.3 Deposit Kolagen (biru) pada Jaringan Granulasi Luka Bakar.

(a)Kelompok P1;(b) Kelompok P2;(c) Kelompok P3;(d) Kontrol positif;(e)

Kontrol negatif

(Pewarnaan Trichrome, Perbesaran 200X)

Pada penelitian ini, data kepadatan deposit kolagen yang diambil

merupakan rerata ketebalan pulasan kolagen yang dianalisis secara kuantitatif

Page 67: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

53

dengan mengukur serapan warna RGB (Red, Green, Blue) menggunakan program

komputer adobe photsoshop 6.0 dari semua kelompok penelitian. Data yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Rerata Kepadatan Deposit Kolagen

Kelompok

Perlakuan

N Rerata Kepadatan Deposit

Kolagen

P1 5 187.644

P2 5 169.1192

P3 5 183.5344

K+ 5 226.1024

K- 5 223.414

Grafik 4.1 Rerata Kepadatan Deposit Kolagen

Keterangan : P1 = Konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 10%

P2 = Konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 20%

P3 = Konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 40%

K+ = Salep Silver Sulfadiazin

K- = Basis salep

Dari Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 dapat disimpulkan bahwa ketebalan

pulasan kolagen yang menggambarkan kepadatan deposit kolagen pada

pembentukan jaringan granulasi paling tinggi terdapat pada kelompok kontrol

positif yaitu sebesar 226,1024 pixel. Kepadatan deposit kolagen pada kelompok

perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong lebih rendah dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Kepadatan deposit kolagen pada kelompok perlakuan

yang diberikan ekstrak daun binahong terendah terdapat pada kelompok perlakuan

yang diberikan ekstrak daun binahong sebesar 20% (Kelompok P2).

0

50

100

150

200

250

Rer

ata

Dep

osi

t K

ola

gen

(pix

el)

Kelompok Penelitian

Grafik Rerata Kepadatan Deposit Kolagen

p1

p2

p3

k+

k-

Page 68: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

54

Selanjutnya dilakukan penghitungan secara statistik menggunakan

One-Way Anova karena distribusi data normal dan variasi data homogen. Setelah

dilakukan penghitungan didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Pengaruh Ekstrak Daun Binahong terhadap

Kepadatan Deposit Kolagen

Kelompok

Perlakuan N Mean

Standar

Deviation P Value

Kepadatan

Deposit

Kolagen

P1 5 187,64 12,62492 0,000

P2 5 169,12 13,21485

P3 5 183,53 9,18782

K+ 5 226,10 12,56250

K- 5 223,41 17,08568

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terdapat nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang

berarti minimal terdapat dua kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardana (2013) menunjukkan

bahwa pemberian topikal ekstrak daun binahong sebanyak 5% dapat

meningkatkan deposit kolagen pada penyembuhan luka bakar kulit derajat 3

dibandingkan dengan kontrol negatif.41

Kandungan zat saponin pada ekstrak daun

binahong dapat menstimulasi pembentukan kolagen tipe 1. Selain itu, flavonoid

yang terdapat dalam ekstrak daun binahong juga dapat menghambat proses

peroksidasi lipid. Adanya penghambatan pada proses peroksidasi lipid

meningkatkan sintesis DNA pada fibroblas, mencegah kerusakan sel, dan

meningkatkan serat kolagen sehingga viabilitas serat kolagen meningkat.14

Studi lain menyebutkan bahwa serabut kolagen mulai terlihat pada hari ke-

3 pasca perlukaan yang muncul dari tepi luka. Pada fase proliferasi, serabut

kolagen diproduksi oleh fibroblas dan dipengaruhi oleh TGF β dari sel makrofag.

Jenis serabut kolagen yang dihasilkan adalah kolagen tipe III. Sintesis kolagen

tipe III akan berubah menjadi kolagen tipe I yang memiliki kekuatan regang lebih

kuat pada fase remodeling, yaitu pada hari ke - 14 pasca perlukaan.34

Penelitian yang dilakukan oleh Jiang et al (2004) menunjukan bahwa

pembentukan kolagen dipengaruhi oleh kadar keasaman (pH).47

Molekul kolagen

berbentuk globular pada pH sekitar 2,5 – 4,5. Pada pH yang lebih tinggi yaitu

Page 69: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

55

sekitar 5,5–9,5, molekul kolagen berubah menjadi serat (fibrillar). Bentuk

molekul kolagen tersebut mempengaruhi kepadatan kolagen. 47

Pada penelitian ini, kadar keasaman salep dapat mempengaruhi proses

pembentukan kolagen pada jaringan granulasi. Penelitian yang dilakukan oleh

Paju (2013) menunjukkan bahwa kadar pH pada salep yang diberikan ekstrak

daun binahong lebih rendah (lebih asam) dibandingkan dengan kontrol positif dan

kontrol negatif.26

Hal tersebut dapat menyebabkan perbedaan molekul kolagen

yang terbentuk pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kemungkinan

pada kelompok perlakuan yang diberikan salep ekstrak daun binahong, molekul

kolagen yang telah berubah menjadi serat lebih sedikit dibandingkan dengan

kelompok kontrol sehingga kepadatannya berkurang. Kepadatan kolagen juga

berpengaruh terhadap pulasan warna saat pewarnaan trichrome. Oleh karena itu,

intensitas serapan warna kolagen pada kelompok perlakuan lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif.

Pada penelitian ini juga didapatkan serat kolagen yang terlihat terputus –

putus pada kelompok perlakuan, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh jenis

kolagen yang terbentuk merupakan kolagen tipe III yang mudah rapuh dan daya

regangnya kurang kuat sehingga saat pembuatan preparat kolagen mudah rusak.

4.2 Jumlah Sel Fibroblas

Berikut ini adalah gambaran mikroskopik sel fibroblas dalam jaringan

granulasi luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30

detik dengan plat besi. Terlihat sel fibroblas yang berbentuk lonjong dan inti sel

berbentuk lonjong dan memiliki warna lebih ungu dengan pewarnaan hematoxylin

eosin (HE).

Page 70: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

56

Gambar 4.4 Sel Fibroblas (panah) pada Jaringan Granulasi Luka Bakar.

(a)Kelompok P1;(b)Kelompok P2;(c) Kelompok P3;(d) Kontrol positif;(e)

Kontrol negatif

(Pewarnaan HE, Perbesaran 400X)

Data jumlah sel fibroblas merupakan rerata jumlah sel yang memiliki inti

lonjong ketika dipotong memanjang dan memiliki inti berwarna lebih pucat dari

masing – masing kelompok penelitian. Data yang diperoleh selama penelitian

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Rerata Jumlah Sel Fibroblas

Kelompok

Perlakuan

N Rerata Jumlah Sel Fibroblas

P1 5 28,96

P2 5 59,38

P3 5 30,1

K + 5 37,76

K - 5 54,34

Grafik 4.2 Rerata Jumlah Sel Fibroblas

0

20

40

60

80

Rer

ata

Ju

mla

h S

el

Fib

rob

las

(bu

ah

)

Kelompok Penelitian

Grafik Rerata Jumlah Sel Fibroblas

p1

p2

p3

k+

k-

Page 71: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

57

Dari tabel 4.3 dan grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa rerata jumlah sel

fibroblas tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan P2. Sedangkan kelompok

perlakuan P1 dan P3 memiliki jumlah sel fibroblas lebih rendah dari kontrol

negatif dan kontrol positif. Jumlah sel fibroblas pada kelompok kontrol negatif

lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

Selanjutnya dilakukan penghitungan secara statistik dengan menggunakan

One Way Anova karena distribusi data normal dan variasi data homogen setelah

ditransformasi. Data yang di dapat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Pengaruh Ekstrak Daun Binahong terhadap Jumlah

Sel Fibroblas

Dari tabel 4.4 diatas diperoleh nilai p sebesar 0,004 (p<0,05) menunjukkan

bahwa minimal terdapat dua kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna.

Berdasarkan nilai mean, jumlah sel fibroblas pada kelompok perlakuan P2

(konsentrasi ekstrak daun binahong 20%) lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok perlakuan lain.

Hal ini sesuai dengan penelitian Sumartiningsih (2012) yang menyebutkan

bahwa pemberian ekstrak daun binahong selama 3 hari dengan akan

meningkatkan jumlah sel fibroblas sebanyak 2%.40

Ekstrak daun binahong banyak

mengandung zat aktif, salah satunya adalah flavonoid. Dari suatu penelitian

diketahui bahwa flavonoid dapat meningkatkan reseptor Insulin-like Growth

Factor (IGF) yang berperan untuk proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen.34

Pada penelitian yang dilakukan oleh Zulfitri (2012) menunjukkan bahwa

semakin besar konsentrasi ekstrak daun binahong maka pertumbuhan sel akan

semakin meningkat.35

Namun pada penelitian ini, jumlah sel fibroblas tertinggi

terdapat pada kelompok P2 dengan konsentrasi ekstrak daun binahong 20%.

Kelompok

Perlakuan N Mean

Standar

Deviation P Value

Jumlah sel

fibroblast

P1 5 1,4455 0,04733 0,004

P2 5 1,7463 0,07472

P3 5 1,4471 0,07832

K+ 5 1,5612 0,04583

K- 5 1,7168 0,05556

Page 72: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

58

Kelembaban daerah luka merupakan fakor penting yang mempengaruhi

pertumbuhan sel fibroblas. Kelembaban yang sesuai dapat mempercepat

pembentukan faktor pertumbuhan sehingga pertumbuhan sel akan meningkat.44

Basis salep yang berbahan dasar lemak dapat menjaga kelembaban di daerah luka.

Pada salep dengan konsentrasi ekstrak binahong 20%, komposisi basis salep dan

ekstrak sesuai dengan kelembaban yang dibutuhkan sehingga pertumbuhan sel

akan meningkat. Pada salep dengan konsentrasi ekstrak daun binahong 40%,

kadar basis salepnya lebih rendah sehingga kelembabannya akan lebih berkurang

dan pertumbuhannya sel akan lebih berkurang jika dibandingkan dengan

kelompok P2.

Proliferasi sel fibroblas terjadi ketika adanya luka. Luka tersebut

merangsang aktivasi dari trombosit sehingga trombosit mengalami degranulasi.

Trombosit yang terdegranulasi akan mensekresi fibroblast growth factor (FGF).

Selanjutnya, FGF akan merangsang proliferasi dari sel fibroblas sehingga pada

saat terjadinya luka terjadinya peningkatan dari sel fibroblas. Sel fibroblas

menghasilkan kolagen untuk menutup luka.48

Proliferasi sel fibroblas akan menurun ketika kolagen yang dihasilkan

sudah cukup untuk penyembuhan luka. Jika kolagen yang dihasilkan masih

kurang dari yang dibutuhkan, proliferasi sel fibroblas akan tetap terjadi. Hal

tersebut dipengaruhi oleh growth factor yang merangsang proliferasi sel fibroblas.

Sintesis kolagen mencapai puncaknya pada hari ke 5-7 setelah terjadinya luka.48,49

Pada penelitian ini, jumlah sel fibroblas pada kelompok P2 lebih tinggi

dibandingkan kelompok lain hal tersebut dikarenakan kolagen yang terbentuk

masih sedikit. Kepadatan deposit kolagen pada kelompok P2 paling rendah

dibandingkan dengan kelompok lain sehingga jumlah sel fibroblas pada kelompok

P2 lebih tinggi dibandingkan kelompok lain.

4.3 Neovaskularisasi

Berikut ini adalah gambaran mikroskopik dari neovaskularisasi pada

jaringan luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan 30 detik dengan

plat besi, terlihat lumen pembuluh darah yang dikelilingi oleh sel endotel dan juga

lumen yang berisi sel darah merah.

Page 73: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

59

Gambar 4.5 Neovaskularisasi (panah hijau) pada Jaringan Granulasi Luka Bakar.

(a)Kelompok P1;(b) Kelompok P2;(c) Kelmpok P3;(d) Kontrol positif; (e)

Kontrol negatif

(Pewarnaan HE, Perbesaran 400X)

Data neovaskularisasi yang diambil adalah rerata jumlah pembuluh darah

yang terdapat pada preparat kelompok penelitian. Data yang diperoleh selama

penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Rerata Jumlah Pembuluh Darah

Kelompok

Perlakuan

N Rerata Jumlah Pembuluh Darah

P1 5 2,8

P2 5 2,64

P3 5 4,48

K+ 5 5,88

K- 5 3,2

Grafik 4.3 Rerata Jumlah Pembuluh Darah

0

2

4

6

8

Rer

ata

Ju

mla

h

Neo

vask

ula

risa

si

(bu

ah

)

Kelompok Penelitian

Grafik Rerata Jumlah Neovaskularisasi

p1

p2

p3

k+

k-

Page 74: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

60

Dari tabel 4.5 dan grafik 4.3 di atas disimpulkan bahwa rerata jumlah

pembuluh darah yang terbentuk pada kelompok perlakuan P3 (konsentrasi ekstrak

binahong 40%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif,

namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Di

antara kelompok perlakuan lain yaitu P1 dan P2, kelompok perlakuan P3 memiliki

rerata jumlah pembuluh darah tertinggi.

Selanjutnya dilakukan penghitungan secara statistik dengan menggunakan

One-Way Anova, namun karena distribusi data tidak normal maka menggunakan

uji Kruskal Wallis. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Analisis Data Pengaruh Ekstrak Daun Binahong terhadap Jumlah

Pembuluh Darah

Kelompok

Penelitian

N Mean Rank P value

Neovaskularisasi P1 5 10,40 0,713

P2 5 11,00

P3 5 14,60

K+ 5 16,00

K- 5 13,00

Dari tabel 4.6 di atas, terdapat nilai (P>0,05) yang menunjukkan bahwa

perbedaan jumlah pembuluh darah antar kelompok penelitian tidak bermakna,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun binahong tidak berpengaruh

terhadap neovaskularisasi pada pembentukan jaringan granulasi pada luka bakar

tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

Kelompok perlakuan P3 yang mengandung konsentrasi ekstrak daun

binahong 40% memiliki rerata jumlah neovaskularisasi paling tinggi

dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Zulfitri (2012) menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong

dengan konsentrasi 0 %, 20%, 40% dan 80% dapat meningkatkan pembuluh darah

kapiler pada area luka. Eksisi luka dilakukan pada hari ke-4 setelah perlakuan.

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun binahong,maka jumlah pembuluh darah

yang terbentuk semakin banyak. Pembuluh darah baru secara klinis mulai terlihat

pada hari ke 3 – 5 setelah terjadinya luka. Ekstrak daun binahong memiliki

flavonoid jenis quercetin.35

Quercetin dapat menghambat HIF-prolyl hydroxylase,

Page 75: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

61

yaitu enzim yang berperan untuk hidroksilasi dan degradasi enzim Hypoxia

Inducible Factor 1 Alfa ( HIF-1 Alfa ). Ketika enzim tersebut terhambat maka

akan mengaktivasi HIF-1 dan menginduksi jalur angiogenesis HIF -1 & VEGF (

Vascular Endothelial Growth Factor ).36

Proses angiogenesis tidak berlangsung secara terus menerus. Terdapat

beberapa mekanisme untuk menstabilisasi proses angiogenesis. Secara fisiologis,

proses pembentukan pembuluh darah baru terjadi pada fase regeneratif yang

dimulai sekitar hari ke 4 hingga hari ke-21 setelah luka.35,38

Pada fase

penyembuhan tertentu, faktor pertumbuhan yang berperan dalam proses

angiogenesis akan menurun sehingga pembuluh darah baru yang terbentuk akan

berkurang. Selain itu, perisit yang menstabilisasi sel endotel mensekresikan TGF-

β sebagai inhibitor proliferasi vaskular. Interferon β yang dihasilkan oleh

epidermis juga akan mengganggu proses angiogenesis. Oleh karena itu, inhibitor

angiogenesis endogen berpengaruh terhadap stabilisasi proses angiogenesis.36,37

Pada penelitian ini, peningkatan jumlah neovaskularisasi yang terbentuk

sesuai dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun binahong yang terkandung di

dalam salep. Namun, berdasarkan penghitungan secara statistik, peningkatan

tersebut tidak signifikan karena terdapat beberapa sampel dari setiap kelompok

yang bernilai nol sehingga distribusi datanya menjadi tidak normal dan variasi

datanya kurang homogen.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian ini berlangsung, banyak hambatan yang didapat,antara

lain :

1. Kurangnya waktu yang disediakan untuk penelitian sehingga peneliti

menggunakan waktu kuliah untuk melakukan penelitian

2. Proses perawatan dan kebersihan hewan sampel yang masih kurang

sehingga dapat menyebabkan resiko infeksi pada luka bakar sampel

3. Pada penelitian ini, pemotongan jaringan yang diambil untuk

pembuatan preparat hanya pada salah satu bagian luka sehingga kurang

menggambarkan kondisi luka secara keseluruhan.

Page 76: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

62

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap pembentukan jaringan granulasi

(kepadatan deposit kolagen (p value = 0,000) dan jumlah sel

fibroblas (p value = 0,004)) pada luka bakar tikus Sprague dawley

dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.

2. Kepadatan deposit kolagen tertinggi terdapat pada kelompok kontrol

positif dan kepadatan deposit kolagen pada kelompok perlakuan yang

diberikan salep ekstrak daun Binahong lebih rendah dibandingkan

dengan kelompok kontrol positif dan negatif.

3. Jumlah sel fibroblas pada kelompok perlakuan P2 menunjukkan

jumlah sel fibroblas yang lebih tinggi dibandingkan kelompok

perlakuan lain.

4. Pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore)

Steenis) dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40% tidak berpengaruh

terhadap pembentukan neovaskularisasi pada jaringan granulasi luka

bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik

dengan plat besi.

5.2 Saran

Saran bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Diharapakan dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh

ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dengan

dosis yang beragam, jumlah sampel penelitian yang lebih besar, dan

waktu penelitian yang lebih panjang. Sebaiknya diteliti juga mengenai

bagian lain dari tanaman binahong, seperti umbi, akar, dan batang.

Page 77: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

63

2. Sebaiknya digunakan pewarnaan yang spesifik untuk menandai sel yang

akan dinilai agar sel dapat dibedakan dengan jelas.

Page 78: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

64

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Riset

kesehatan dasar (RISKESDAS 2013). Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia. 2013.p101-109

2. WHO. World report on child injury prevention; 2008.p79-93

3. Pavoni V, Gianesello L, Paprella L, Buoninsegni LT, Barboni E. Outcome

predictors and quality of life of severe burn patients admitted to ICU.

Scandinavian Journal of Trauma Resuscitation and Emergency Medicine.

2010;18:24.

4. Rhyner S. Rubin's Pathology: Clinicopatholigic foundations of medicine.

sixth edition [internet]. China: Lippincott Williams & Wilkins; 2012 [cited

2014 April 3]. Available from: Google books.

5. Gupta N, Jain UK. Prominent wound healing properties of indigenous

medicines. Journal of National Pharmaceutical. 2010; 1:2-10

6. Manoi F. Binahong (Anredera cordifolia) sebagai obat. Warta Penelitian

Pengembangan Tanaman Obat. 2009; 13:1-32.

7. Astuti SM, Sakinah M, Andayani R, Risch A. Determination of saponin

compound from Anredera cordifolia (Ten.) Steenis plant (Binahong) to

potential treatment for several diseases. Journal of Agriculture Science.

December 2011. Vol.3 - No.4.

8. Miladiyah I, Prabowo BR. Ethanolic extract of Anredera Cordifolia (Ten.)

Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs. Universa Medica.

January - April 2012. Vol 31 - No. 1.

9. Chotimah C. Anredera cordifolia extract with IL-10 as antiinflammation

and accelerating wound healing post dental extraction. Universitas

Airlangga. 2013.

10. Tshikalange TE. The traditional use of medicinal plants to treat sexually

transmitted disease. Faculty of Natural and Agricultural Sciences of the

University of Pretoria. 2005.

11. Persada AN, Windarti I, Fiana DN. Perbandingan tingkat kesembuhan

luka bakar derajat II antara pemberian topikal daun binahong (Anredera

Page 79: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

65

cordifolia (Ten.)Steenis) tumbuk dan hidrogel pada tikus putih (Rattus

norvegicus) galur Sprague dawley. Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung. 2014.

12. Vivian-Smith G. Anredera cordifolia (vine,climber). Global Invasive

Species Database [internet]; 2006 (updated 2006 April 10th ; cited 2014

March 20th ). Available from:

http://www.issg.org/database/species/ecology.asp?si=776.htm

13. Vivian-Smith G, Lawson BE, Turnbull I, Downey PO. The biology of

Australian weeds 46. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Plant Protection

Quarterly. 2007;Vol.22(1): 2-20.

14. Yuswantina R. Uji Aktivitas penangkal radikal dari ekstrak petroleum

ether, etil, asetat dan ethanol, rhizome Binahong dengan metode DPPH

(2,2-difenil 1-1 picrilhidrazil). Fakultas Farmasi UMS. 2009.

15. Selawa W, Runtuwene MRJ, Citraningtyas G. Kandungan flavonoid dan

kapasitas antioksidan total ekstrak etanol Binahong (Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis). Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT. Februari 2013. Vol. 2

No. 01.

16. Skipper A. Dietitian's handbook of enteral and parenteral nutrition third

edition [internet]. USA: Jones & Bartlett Learning; 2012 [cited 2014 April

14]. Available from: Google books.

17. Nur DM. Perbedaan kadar vitamin C pada daun Binahong segar dan

ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia ( Ten ) Steenis). Universitas

Muhammadiyah Semarang; 2010.

18. Kumar S, Pandey AK. Chemistry and biological activities of flavonoids:

an overview. The Scientific World Journal. 2013;Vol.2013:1-16

19. Dorland, WAN. Dorland's illustrated medical dictionary 32nd edition.

USA: Elsevier saunders; 2011.

20. Martini FH, Nath JL, Bartholomew. Fundamentals anatomy & physiology

Ninth edition. USA: Benjamin cummings; 2012.p145-155

21. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi Robbins edisi 7

volume 1 [Alih bahasa: Awal Prasetyo]. Jakarta: EGC; 2007.p75-84

Page 80: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

66

22. Li J,Chen J, Kirsner R. Pathophysiology of acute wound healing. Clinics

in Dermatology. 2007; 25: 9 - 18.

23. Cakir B, Yegen BC. Systemic response to burn injury. Turk J Med Sci 34

.2004: p215-226

24. Senarath-Yapa K, Enoch S. Management of burns in the community.

Clinical Review Wounds UK. 2009. Vol. 5 No. 2

25. Lullman H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. Color atlas of pharmacology

2nd edition. New York: Thieme; 2000.p16-18

26. Paju N, Yamlean PVY, Kojong N. 2013. Uji efektifitas ekstrak daun

Binahong (Anredera cordifolia (TEN) Steenis) pada kelinci (Oryctolagus

cuniculus) yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal ilmiah

Farmasi – UNSRAT. Februari 2013.Vol. 2 No. 01.

27. Sheerwood L. Human Physiology: From cells to system seventh edition.

Canada : Brooks/Cole Cengage Learning. 2010.

28. Kamer E, Unalp HR, Gundogan U, Dintz G, Ortac R, Olukman M, et al.

Effect of ascorbic acid on incisional wound healing in streptozotocin -

induced diabetic rats. Original Research. Wound. 2010; 22(2): 27-31.

29. WHO. Management of burn. WHO Surgical Care at the District Hospital.

Malta : Interprint Limited; 2003.

30. Center for Emergency Preparedness and Disaster Response . Trauma/Burn

clinical guidelines. A Quick Guide for the Management of Trauma/Burn

Disasters for Emergency Departement Personnel. Yale: Yale New Haven

Health; 2013.

31. Greenhalgh DG. Topical antimicrobial agents for burn wounds. Clin

Plastic Surgery 36. 2009 May 11; 597-606.

32. Anderson RJ, Groundwater PW, Todd A, Worsley AJ. Antibacterial

agents: chemistry, mode of action, mechanism of resistence, and clinical

applications [internet]. UK : John Wiley and Son, Ltd. 2012 [cited 2014

April 24]. Available from; Google books

33. Nijveldt RJ, Nood EV, Hoorn DEV, Boelens PG, Norren KV, Leeuwen

PAV. Flavonoids : a review of probable mechanism of action and potential

Page 81: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

67

applications. The American Journal of Clinical Nutrition. 2001

October;74:418-25.

34. Sabirin IPR, Maskoen AM, Hernowo BS. Peran ekstrak etanol topikal

daun mengkudu (Morinda citrofolia L.) pada penyembuhan luka ditinjau

dari imunoekspresi CD34 dan kolagen pada tikus galur Wistar. FKG

Unjani. MKB volume 45 No. 4 Desember 2013.

35. Zulfitri AMI, Khoswanto C, Istiati S. The Effect of extract Binahong leaf

gel (Anredera cordifolia) to improve guinea pigs (Cavia cobaya)

fibroblast cell and capillaries number over wound healing process after

tooth extraction. Journal Media Oral Biology Dental Journal. July 2012;

Vol.4 No.2.

36. Jeon H, et al. Quercetin activates an angiogenic pathway, hypoxia

inducible factor (HIF) – 1 vascular endothelial growth factor, by inhibiting

HIF-prolyl hydroxylase : a structural analysis of quercetin for inhibiting

HIF-prolyl hydroxylase. Molecular Pharmacology. 2007 Jun;71(6):1676-

84.

37. William WL, Vincent WL. Angiogenesis in wound healing. Contemporary

Surgery. A supplement to Contemporary Surgery. November 2003.

38. de Mendoca RJ. Angiogenesis in wound healing. Departement of

Biological Science. Federal University of Triangulo Minciro, Brazil.

Available from: . [cited: 24th

July 2014, 10.32 am]

39. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi 5. Seri

Evidence Based Medicine 1. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

40. Sumartiningsih S. The benefit of topically administered Binahong for

treatment of sport injury (hematoma). Paper presented at: International

Conference: Research and Application on Traditional Complementary and

Alternative Medicine in Health Care (TCAM). 2012 June 22nd-23rd;

Surakarta, Indonesia.

41. Wardana S. Pengaruh pemberian topikal ekstrak daun Binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap luasan serabut kolagen dalam

penyembuhan luka sayat kulit derajat 3 pada tikus putih Wistar (Rattus

norvegicus). FK UNS. 2013

Page 82: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

68

42. Jung WK, Koo HC, Kim W, Shin S, Kim SH, Park YH. Antibacterial

activity and mechanism of action of the silver ion in Staphylococcus

aureus and Eschericia coli. Appl Environ Microbiol. Apr

2008;74(7):2171-2178.

43. Katzung BG. Basic & clinical pharmacology. 10th Edition. USA:

McGraw Hill Lange; 2006.

44. Sumaryo H, Dwitiyanti, Lestari PM. Pembuatan sediaan topikal dan uji

aktivitas dari kombinasi zinc oxide dengan madu (Mel depuratum) untuk

luka terbuka pada tikus putih jantan. Fakultas Farmasi dan Sains

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka

45. Gartner LP, Hiatt JL. Color textbook of histology. Second Edition. China:

Saunders. 2001.p75-77,325-333

46. Federer WT. Experimental design: Theory and application. New Delhi:

Oxford & IBH Publishing Co; 1967.

47. Jiang F, Horber H, Howard J, Muller DJ. Assembly of collagen into

microribbons: Effect of pH and electrolytes. Journal of Structural Biology

Elsevier. 2004;148: 268-278.

48. Tanggo VTIP. Pengaruh pemberian topikal ekstrak kulit delima pada

penyembuhan luka split thickness kulit tikus. Departemen/SMF Ilmu

Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik FK UNAIR. 2013.

49. Anindyajati TP, Harsini, Widjijono. Pengaruh konsentrasi ekstrak kulit

batang jambu mete dalam bahan kumur terhadap proliferasi sel fibroblas

pada penyembuhan luka (in vivo). Departemen Biomaterial. FKG UGM.

2013

50. Akhoondinasab MR, Akhoondinasab M, Saberi M. Comparison of healing

effect of aloe vera extract and silver sulfadiazin in burn injuries in

experimental rat model. Original Article. January 2014. Vol.3 No.1.

51. Godin B ,Touitou E. Transdermal skin delivery: Predictions for human

from in vivo, ex vivo, and animal models. Advanced Drugs Delivery

Review. 2007.p3

Page 83: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

69

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji

Gambar 6.1 Hasil Determinasi Tanaman

Page 84: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

70

Lampiran 2

Hasil Ekstraksi Bahan Uji

Gambar 6.2 Hasil Ekstraksi Tanaman

Page 85: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

71

Lampiran 3

Surat Keterangan Tikus Sehat

Gambar 6.3 Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 86: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

72

Lampiran 4

Surat Persetujuan Etik

Gambar 6.4 Surat Persetujuan Etik

Page 87: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia
Page 88: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia
Page 89: PENGARUH SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25790/1/SYIFA... · PENGARUH. SALEP EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia

75

Lampiran 6

Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Syifa Qurrotu Aini

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 13 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bojong Renged Benda Baru RT 01/06 No.

19 Desa Rawa Rengas Kecamatan Kosambi

Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1997-1999 : TK Islam Al Fajar

1999-2005 : SD Negeri 1 Rawa Rengas

2005-2008 : SMP Negeri 2 Tangerang

2008-2011 : SMA Negeri 1 Tangerang

2011-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter , FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta