Upload
others
View
5
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PROFITABILITAS,
UKURAN BANK, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING
(ISR) DENGAN KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
ANNA INTAN WAHIDA
NIM. 21314080
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
i
PENGARUH PROFITABILITAS,
UKURAN BANK, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP
PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING
(ISR) DENGAN KOMISARIS INDEPENDEN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
ANNA INTAN WAHIDA
NIM. 21314080
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
“Barangsiapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah akan
mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.”
(H.R. Muslim)
“Sapa nandur bakal ngunduh. Becik ketitik ala ketara.
Utang beras bayar beras, utang tela bayar tela.”
(Almh. Mbah Cokro)
“Accept yourself, love yourself, and keep moving forward. If you want to
fly, you have to give up what weighs you down.”
(Roy T. Bennett)
“Don’t let past mistakes make you lose hope of achieving good. Some of
those with the worst past have made a great future for themself.”
(Mufti Menk)
“When you feel like giving up, look back at how far you’ve come.”
(Anonym)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Teruntuk kedua orang tuaku tercinta, Ibu Dwi Haryati dan Bapak M.E.
Supadiono yang telah membimbing, mendidik serta mencurahkan segala
usaha dan doanya tanpa mengenal lelah demi masa depan penulis. Semoga
Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan rahmat dan kebaikan
bagi ibu bapak baik di dunia maupun di akhirat.
Kakek dan nenek yang senantiasa memberi dukungan dan doa kepada
penulis.
Adikku tersayang, Muhammad Mannasalwa H.
Saudara-saudaraku.
Sahabat terbaik.
Teman – teman seperjuangan.
Almamater.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia, hidayah dan pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang seperti saat ini.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dukungan, bantuan dan doa. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga
4. Ibu Dr. Hikmah Endraswati, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan dan
sambungan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Taufiqul Mu'in, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik.
6. Segenap dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
berguna bagi penulis.
7. Kedua orang tua tercinta, kakek, nenek, dan seluruh keluarga besar yang
telah membimbing, memberi motivasi dan dukungan baik secara moril
ix
maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih atas kasih sayang, nasehat, dan doa restunya.
8. Teman-teman Program Studi S1 Perbankan Syariah yang telah memberi
semangat dan masukan kepada penulis.
9. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan
berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Oktober 2019
Penulis
Anna Intan Wahida
NIM. 213 14 080
x
ABSTRAK
Wahida, Anna Intan. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Bank, Kepemilikan
Institusional, dan Kepemilikan Manajerial terhadap Pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) dengan Komisaris Independen sebagai
Variabel Moderasi. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi S1 Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr.
Hikmah Endraswati, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh bukti
empiris pengaruh antara profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial terhadap Islamic Social Reporting (ISR) dengan komisaris
independen sebagai variabel moderasi pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan data
sekunder. Sumber data dalam penelitian ini berupa annual report yang
dipublikasikan melalui website masing-masing perusahaan. Sedangkan sampel
penelitian yang digunakan yaitu sebanyak 11 bank umum syariah pada periode
tahun 2014-2018. Data yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan alat bantu SPSS versi 23. Teknik analisis data dalam penelitian ini
meliputi uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji F, uji t, dan untuk uji
moderasi menggunakan uji nilai selisih mutlak.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan
ukuran bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan ISR.
Sedangkan variabel kepemilikan institusional serta kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan ISR. Berdasarkan hasil uji nilai selisih
mutlak, menunjukkan bahwa variabel komisaris independen mampu memoderasi
pengaruh profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional terhadap
pengungkapan ISR. Sedangkan komisaris independen tidak mampu memoderasi
pengaruh antara kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan ISR.
Kata kunci: Corporate Governance, ISR, Profitabilitas (ROA),Ukuran Bank.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................ Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN......................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 13
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 15
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ ....18
A. Telaah Pustaka ..................................................................................... 18
B. Kerangka Teori..................................................................................... 26
C. Kerangka Penelitian ............................................................................. 43
D. Hipotesis .............................................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 53
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 53
B. Populasi dan Sampel............................................................................. 54
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 57
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian .................... 58
xii
E. Uji Instrumen Penelitian ....................................................................... 63
1. Analisis Statistik Deskriptif ......................................................... 63
2. Uji asumsi klasik ......................................................................... 64
3. Uji Nilai Selisih Mutlak ............................................................... 67
F. Alat Analisis Data ................................................................................ 69
BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................... 70
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 70
B. Analisis Data ........................................................................................ 70
1. Statistik Deskriptif ....................................................................... 70
2. Uji Asumsi Klasik........................................................................ 73
3. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 77
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 94
A. Kesimpulan .......................................................................................... 94
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 95
C. Saran .................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia......................................2
Tabel 1.2 Research Gap Penelitian..........................................................................9
Tabel 2.1 Ringkasan penelitian terdahulu..............................................................18
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian......................................................................54
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian.......................................................................56
Tabel 3.3 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi...............................67
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif.................................................................71
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas..............................................................................74
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas....................................................................75
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser....................................................................................76
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi...........................................................................77
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi............................................................78
Tabel 4.7 Hasil Uji F..............................................................................................79
Tabel 4.8 Hasil Uji t...............................................................................................80
Tabel 4.9 Koefisien Determinan Uji Nilai Selisih Mutlak.....................................83
Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik Selisih Mutlak.........................................................84
Tabel 4.11 Hasil Uji Selisih Mutlak.......................................................................85
Tabel 4.12 Hasil Penelitian....................................................................................93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian...............................................................44
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Laporan Tahunan Bank Umum Syariah Periode 2014-2018
Lampiran 2
Daftar Indeks ISR
Lampiran 3
Data Penilaian (scoring) Indeks ISR
Lampiran 4
Hasil Seluruh Uji dalam Penelitian
a. Uji Statisitik Deskriptif
b. Uji Normalitas
c. Uji Multikolinearitas
d. Uji Glejser
e. Uji Autokorelasi
f. Uji Koefisien Determinasi
g. Uji F
h. Uji t
i. Koefisien Determinan Uji Nilai Selisih Mutlak
j. Uji Statistik Nilai Selisih Mutlak
k. Uji Nilai Selisih Mutlak
Pernyataan Publikasi Skripsi
Declaration
Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan
kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern: neorevivalis dan
modernis. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan
etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari
segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing tercatat di
Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya
mengelola dana jamaah haji secara nonkonvensional. Rintisan institusional
lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di
Kairo, Mesir (Antonio, 2001:18).
Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank Islam
tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad
dan laporan International Association of Islamic Bank, hingga akhir 1999
tercatat lebih dari dua ratus lembaga keuangan Islam yang beroperasi di
seluruh dunia, baik di negara-negara berpenduduk muslim maupun di
Eropa, Australia, maupun Amerika (Khursid Ahmad, 1999 dalam Antonio,
2001:18).
2
Menurut KNKCG (2004), sebagai industri, perbankan syariah
memiliki karakteristik yang secara umum melekat pada industri perbankan.
Pertama, ia adalah industri yang padat regulasi (highly regulated). Hampir
setiap gerak-gerik dan aktivitas bank tidak luput dari ketentuan dan
pantauan regulator. Semua regulasi itu bertujuan untuk memberikan
perlindungan yang maksimal atas kepentingan publik. Kondisi tersebut
diperlukan sebagai konsekuensi dari karakteristik industri perbankan yang
kedua, sebagai institusi bisnis yang berlandaskan kepercayaan. Bank pada
hakikatnya menjalankan aktivitas intermediasi atas dana masyarakat yang
diserahkan kepadanya, yang pada gilirannya menjadi bagian dari
perputaran roda perekonomian (Abdullah, 2010:12).
Di Indonesia sendiri, industri perbankan syariah mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini dapat
dibuktikan dari data Statistik Otoritas Jasa Keuangan per-Desember 2018
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Kelompok Bank
Tahun
2014 2015 2016 2017 Desember
2018
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 12 12 13 13 14
Jumlah Kantor 2.163 1.990 1.869 1.825 1.875
Unit Usaha Syariah
Jumlah bank
umum
konvensional
yang memiliki
UUS
22 22 21 21 20
Jumlah kantor
UUS 320 311 332 344 354
3
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Jumlah Bank 163 163 166 167 167
Jumlah Kantor 439 446 453 441 495
Sumber: www.ojk.go.id
Dari data di atas dapat dilihat bahwa perkembangan bank syariah di
Indonesia cukup baik dan dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan
yang cukup berarti. Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), total aset bank syariah pada Desember 2018 telah
mencapai Rp 477.327 miliar. Jumlah tersebut terdiri dari Bank Umum
Syariah (BUS) senilai Rp 316.691 miliar dan Unit Usaha Syariah (UUS)
senilai Rp 160.636 miliar. Dengan demikian, prospek industri perbankan
syariah diyakini semakin baik di masa mendatang.
Menurut Taufik, dkk. (2015), pertumbuhan dan perkembangan yang
begitu pesat ini, tak khayal membuat regulasi mengenai perbankan syariah
diperketat. Perbankan syariah dalam menjalankan aktivitasnya harus
mengikuti aspek kepatuhan terhadap prinsip dan syariat Islam. Salah satu
bentuk kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip Islam yaitu dengan
mengungkapkan dan melaporkan tanggung jawab sosialnya atau biasa
disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR).
Mardikanto (2014:130) menyatakan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui praktik bisnis. Namun, itu bukan amal tetapi itu adalah
strategi bisnis inti dari sebuah organisasi. Post et al. (2002) dalam Solihin
(2009) menyatakan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
4
Responsibility) merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab
perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders). Yang
dimaksud pemangku kepentingan dalam hal ini adalah orang atau
kelompok yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh berbagai
keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan.
Praktik pengungkapan CSR telah banyak diterapkan oleh
perusahaan publik di Indonesia. Walaupun secara umum praktik CSR lebih
banyak dilakukan oleh perusahaan tambang maupun manufaktur, namun
seiring dengan adanya trend global akan praktik CSR, saat ini industri
perbankan juga telah menyebutkan aspek pertanggunggjawaban sosial
dalam laporan tahunannya walaupun dalam bentuk yang relatif sederhana.
Pengungkapan tersebut tidak hanya dilakukan oleh perbankan
konvensional tetapi juga dilakukan oleh perbankan syariah. Kegiatan CSR
yang dilaksanakan bank syariah lebih sering ditujukan pada korban-korban
bencana, bakti sosial, beasiswa dan penghijauan. Selain itu, sebagai
lembaga keuangan kegiatan sosial juga mereka laksanakan melalui
program pembiayaan Qardhul Hassan yang ditujukan pada nasabah tidak
mampu dengan tidak membebankan bagi hasil (Dipika, 2014 dalam
Husna, 2016).
Perbankan syariah saat ini dituntut oleh masyarakat untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya pada laporan tahunan
yang dimiliki perbankan syariah tersebut. Setiap perusahaan memiliki
berbagai tingkat dalam kuantitas dan kualitas dalam mengungkapkan item
5
pengungkapan. Informasi yang berkaitan dengan karyawan atau tanggung
jawab sosial merupakan item yang paling diungkapkan oleh suatu
perusahaan (Nugraheni dan Anuar, 2014 dalam Yuliani, 2016).
Dusuki dan Dar (2005) dalam Fitria dan Hartanti (2010)
menyatakan bahwa pada perbankan syariah, tanggung jawab sosial sangat
relevan untuk dibicarakan mengingat beberapa faktor berikut; perbankan
syariah berlandaskan prinsip syariah yang meminta mereka untuk
beroperasi dengan landasan moral, etika, dan tanggung jawab sosial.
Selain itu adanya prinsip atas ketaatan pada perintah Allah dan Khalifah.
Dan yang terakhir adanya prinsip atas kepentingan umum, terdiri dari
penghindaran dari kerusakan dan kemiskinan.
Terkait dengan adanya kebutuhan mengenai pengungkapan
tanggung jawab sosial di perbankan syariah, saat ini, marak
diperbincangkan mengenai Islamic Social Reporting Index (selanjutnya
disebut indeks ISR). Indeks ISR berisi kompilasi item-item standar CSR
yang ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut
oleh para peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan
oleh suatu entitas islam. Indeks ISR diyakini dapat menjadi pijakan awal
dalam hal standar pengungkapan CSR yang sesuai dengan perspektif Islam
(Fitria dan Hartanti, 2010).
ISR pertama kali digagas oleh Haniffa (2002) dan dikembangkan
lebih lanjut oleh Othman et al. (2009) di Malaysia. Munculnya konsep ISR
6
disebabkan karena adanya keterbatasan dalam pelaporan tanggung jawab
sosial konvensional, sehingga muncul kerangka konseptual ISR yang
sesuai dengan konsep syariah. Konsep ISR tidak hanya membantu dalam
proses pengambilan keputusan bagi para muslim tetapi juga membantu
perusahaan dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban terhadap Allah
SWT dan seluruh ciptaan Allah SWT (Gustani, 2015 dalam Kurniawati
dan Yaya, 2017:163).
Perkembangan pelaporan berbasis indeks ISR di Indonesia masih
sangat lambat dibandingkan perkembangan indeks ISR di negara-negara
Islam lain, dimana ISR telah menjadi bagian pelaporan organisasi syariah.
Hasil penelitian Fitria dan Hartanti (2010) menunjukkan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa bank syariah di
Indonesia masih terbatas atau hanya dapat memenuhi 50% dari skor
maksimal jika semua item diungkapkan secara sempurna pada ISR indeks.
Pengungkapan ISR dapat menjadi salah satu strategi bank syariah dalam
mengembangkan aktivitasnya dan menarik perhatian nasabah bank
konvensional untuk beralih. Pengungkapan ISR patut di dorong karna bank
syariah memiliki pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan bank konvensional (Pratama dkk., 2018:104).
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan adalah good corporate governance
(GCG) dimana di dalamnya terdapat indikator diantaranya dewan
komisaris, dewan direksi, dewan pengawas syariah (DPS), kepemilikan
7
manajerial maupun kepemilikan institusional. Dewan komisaris sebagai
puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan
terhadap aktivitas pengawasan (Siallagan dan Machfoedz, 2006).
Dewan komisaris sebagai pengawas dalam suatu perusahaan,
sedangkan komisaris independen sebagai kekuatan penyeimbang dalam
pengambilan keputusan dari dewan komisaris. Peranan dewan komisaris
dan komisaris independen sangat penting dan diperlukan komitmen penuh
dari dua hal tersebut dalam menentukan keberhasilan implementasi GCG
tersebut (Effendi, 2009 dalam Ramdhaningsih dan Utama, 2013). Menurut
Muntoro (2006), komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan
independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham
(mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan diatas
kepentingan lainnya. Dengan demikian semakin banyak jumlah ukuran
dewan komisaris independen, maka kemampuan dewan komisaris untuk
mengambil keputusan dalam rangka melindungi pemangku kepentingan
dan mengutamakan perusahaan akan semakin objektif.
Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional) merupakan salah satu faktor GCG yang berpengaruh untuk
pelaksanaan CSR (Rustiarini, 2009 dalam Ramdhaningsih dan Utama,
2013). Kepemilikan manajerial dapat dilihat dari besarnya persentase
kepemilikan saham pihak manajemen perusahaan. Sementara kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan dari sebuah
institusi. Adapun profitabilitas menunjukkan kinerja suatu perusahaan
8
untuk menghasilkan keuntungan sehingga dapat berpengaruh pada
pembuatan keputusan investasi. Artinya, semakin baik kinerja keuangan
yang dimiliki investor perusahaan, maka akan memiliki kepercayaan yang
tinggi untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya (Ramdhaningsih
dan Utama, 2013).
Menurut Zarkasyi (2008:112), pelaksanaan GCG sangat diperlukan
untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional
sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan
baik dan sehat. Oleh karena itu, Bank for International Sattlement (BIS)
sebagai lembaga yang mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang
harus dianut oleh perbankan, telah pula mengeluarkan Pedoman
pelaksanaan GCG bagi dunia perbankan secara internasional. Pedoman
serupa dikeluarkan pula oleh lembaga-lembaga internasional lainnya.
Othman et al. (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi perusahaan yang tercatat di bursa Malaysia untuk
memberikan pelaporan CSR secara syariah. Hasil dari penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa karakteristik dari perusahaan seperti ukuran
perusahaan, profitabilitas, komposisi dewan secara signifikan
mempengaruhi perusahaan untuk menyediakan pelaporan tanggung jawab
sosial perusahaan secara syariah sedangkan untuk faktor jenis industri
sendiri tidak berpengaruh terhadap pelaporan tanggung jawab sosial
perusahaan secara syariah. Selain itu, ISR di Malaysia masih di tahap
konseptual dan tidak ada pedoman praktis yang nyata seperti atau standar
9
yang dapat diadopsi oleh perusahaan dalam penerapan CSR syariah
tersebut.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada beberapa hal. Perbedaan utama terletak pada variabel yang
digunakan. Dalam penelitian ini, variabel yang dianggap mempengaruhi
luas pengungkapan ISR yakni profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial serta menggunakan model
moderasi dengan komisaris independen sebagai variabel moderasi.
Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan metode penelitian dan alat
uji yang berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu. Dan penelitian ini
menggunakan periode waktu 2014-2018 sehingga hasil penelitian ini
menggambarkan situasi yang lebih terkini.
Berbagai penelitian sebelumnya tentang pengungkapan CSR
dijabarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Research Gap Penelitian
No. Peneliti
(tahun)
Variabel
Dependen
Variabel
Independen Hasil penelitian
1.
Othman
et al.
(2009)
Islamic
social
reporting
(ISR)
Profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
komposisi
dewan direksi,
jenis industri
Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
social reporting
Charles,
Chariri
(2012)
Corporate
Social
Responsibi
lity (CSR)
Islamic
Governance,
komisaris
independen,
rapat dewan
komisaris,
komite
Profitabilitas tidak
berpengaruh positif
terhadap tingkat
pengungkapan CSR
10
audit
independen,
rapat komite
audit, dan
profitabilitas
2.
Pratama
dkk.
(2018)
Islamic
social
reporting
(ISR)
Profitabilitas,
ukuran bank,
kepemilikan
institusional,
leverage
Ukuran bank
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
social reporting
Rahayu
&
Cahyati
(2014)
Corporate
Social
Responsibi
lity (CSR)
Ukuran Dewan
Komisaris,
Ukuran Dewan
Pengawas
Syariah (DPS),
jumlah rapat
DPS, ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
leverage
Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan
CSR
3.
Pratama
dkk.
(2018)
Islamic
social
reporting
(ISR)
Profitabilitas,
ukuran bank,
kepemilikan
institusional,
leverage
Kepemilikan
institusional
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
social reporting
Terzaghi
(2012)
Corporate
Social
Responsibi
lity (CSR)
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
komite audit
Kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh signifikan
terhadap CSR
4. Zulaikha
(2014)
Corporate
Social
Responsibi
lity (CSR)
Kepemilikan
manajerial,
ukuran
perusahaan,
manajemen laba
Kepemilikan
manajerial berpengaruh
positif signifikan
terhadap CSR
Terzaghi
(2012)
Corporate
Social
Responsibi
lity (CSR)
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
komite audit
Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh signifikan
terhadap CSR
5. Santioso Corporate Profitabilitas, Komisaris independen
11
&
Chandra
(2012)
Social
Responsibi
lity (CSR)
ukuran
perusahaan, dan
proporsi dewan
komisaris
independen,
leverage dan
umur
perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
CSR
Ramdha
ningsih
dan
Utama
(2013)
Corporate
Social
Responsibi
lity (CSR)
Ukuran dewan
komisaris,
komisaris
independen,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
dan
profitabilitas.
Komisaris independen
tidak berpengaruh
signifikan pada
pengungkapan CSR
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2019
Berdasarkan tabel research gap di atas, dapat terlihat bahwa
terdapat inkonsistensi hasil penelitian-penelitian sebelumnya sehingga
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menjawab permasalahan yang
ada. Penelitian ini perlu dilakukan kembali dengan menambahkan
komisaris independen sebagai variabel moderasi, dengan harapan hasil
dari penelitian ini akan memperkuat teori yang ada. Dalam penelitian ini
indikator GCG akan diproksikan dengan kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial serta komisaris independen sebagai variabel
moderasi.
Komisaris independen diukur dengan membandingkan jumlah
komisaris independen dengan jumlah dewan komisaris. Semakin besar
persentase anggota yang berasal dari luar perusahaan (komisaris
independen) akan menjadikan peranan dewan komisaris semakin efektif
12
dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan,
karena dianggap semakin independen. Di Indonesia, anggota dewan yang
berasal dari luar perusahaan menggunakan terminologi komisaris
“ekstem“ atau “independen” (Nuryaman, 2009). Pada penelitian
sebelumnya, yang dilakukan oleh Pratama, dkk. (2018) menunjukkan
bahwa komisaris independen memoderasi hubungan antara profitabilitas
terhadap ISR dan komisaris independen juga memoderasi hubungan antara
kepemilikan institusional terhadap ISR. Maka dari itu, variabel komisaris
independen akan digunakan sebagai variabel moderasi dalam penelitian
ini.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan mengkaji lebih lanjut mengenai “Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Bank, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan
Manajerial terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderasi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana profitabilitas dapat mempengaruhi pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di Indonesia?
2. Bagaimana ukuran bank dapat mempengaruhi pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di Indonesia?
13
3. Bagaimana kepemilikan institusional dapat mempengaruhi
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di
Indonesia?
4. Bagaimana kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di
Indonesia?
5. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR) yang dimoderasi oleh komisaris independen?
6. Bagaimana pengaruh ukuran bank terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR) yang dimoderasi oleh komisaris independen?
7. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang dimoderasi oleh
komisaris independen?
8. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang dimoderasi oleh
komisaris independen?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh profitabilitas dapat
mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada
Bank Syariah di Indonesia.
14
2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh ukuran bank dapat
mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada
Bank Syariah di Indonesia.
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kepemilikan institusional
dapat mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
pada Bank Syariah di Indonesia.
4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial
dapat mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
pada Bank Syariah di Indonesia.
5. Untuk menganalisis dan mengetahui hubungan komisaris independen
dalam memoderasi hubungan antara profitabilitas dengan
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di
Indonesia.
6. Untuk menganalisis dan mengetahui hubungan komisaris independen
dalam memoderasi hubungan antara ukuran bank dengan pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di Indonesia.
7. Untuk menganalisis dan mengetahui hubungan komisaris independen
dalam memoderasi hubungan antara kepemilikan institusional dengan
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di
Indonesia.
8. Untuk menganalisis dan mengetahui hubungan komisaris independen
dalam memoderasi hubungan antara kepemilikan manajerial dengan
15
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Syariah di
Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan mengenai pengaruh profitabilitas, ukuran bank,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) yang dimoderasi oleh
komisaris independen.
b. Dapat dijadikan acuan untuk Perbankan Syariah sehingga dalam
praktik ISR diharapkan Perbankan Syariah mengacu pada indeks.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan bahan
masukan bagi pemerintah dalam penyusunan peraturan pelaksanaan
lebih lanjut terkait pelaksanaan kewajiban Corporate Social
Responsibility (CSR) pada Perbankan Syariah.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan
pertimbangan bagi Perbankan Syariah mengenai pentingnya penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam
pengungkapan pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.
16
c. Penelitian ini dapat digunakan bagi masyarakat luas untuk
menambah wawasan dan pemahaman yang berkaitan dengan
pentingnya peran dan tanggung jawab Perbankan Syariah dalam
pelaksanaan CSR yang sesuai dengan prinsip syariah.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat/ kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi ringkasan penelitian terdahulu, kerangka teori yang
digunakan, kerangka penelitian, dan hipotesis yang akan diuji.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini akan dibahas tentang jenis penelitian, variabel penelitian, definisi
konsep dan operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, serta metode analisis.
BAB IV : ANALISIS DATA
Bab ini berisi deskripsi objek penelitian, hasil analisis data dan
pembahasan atas hasil pengolahan data.
BAB V : PENUTUP
17
Pada bab ini berisi kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian yang
telah dikakukan serta saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu
sebagai salah satu dasar pijakan atau acuan untuk menyusun penelitian ini.
Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari hasil penelitian-penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Berikut beberapa penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan pengaruh profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR) dengan komisaris independen sebagai variabel
moderasi:
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
(tahun)
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Profitabilitas
1.
Rohana
Othman,
Azlan Md
Thani dan
Erlane K.
Ghani
(2009)
Dependen: Islamic
Social Reporting
(ISR)
Independen:
Ukuran Perusahaan
(size), Profitabilitas,
Komposisi Dewan
Direksi
Variabel profitabilitas
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR).
2. Septi
Widiawati Dependen:
Islamic Social
Variabel profitabilitas
berpengaruh positif dan
19
dan Surya
Raharja
(2012)
Reporting
Independen:
Ukuran perusahaan,
profitabilitas, tipe
industri, jenis bank
signifikan terhadap
Islamic Social Reporting.
3.
A. Nur
Abdi
Pratama,
Saiful
Muchlis,
Idra
Wahyuni
(2018)
Dependen:
Islamic Social
Reporting
Independen:
Profitabilitas, ukuran
bank, kepemilikan
institusional,
leverage
Variabel profitabilitas
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Islamic Social Reporting
4.
Charles dan
Chariri
(2012)
Dependen:
Luas pengungkapan
CSR
Independen:
Islamic Corporate
Governance
(Keberadaan DPS,
Komposisi keahlian
DPS), Ukuran dewan
komisaris, komposisi
dewan komisaris
independen,
frekuensi rapat
dewan komisaris,
ukuran komite audit,
frekuensi rapat
komite audit,
komposisi komite
audit independen,
profitabilitas
Variabel profitabilitas
tidak berpengaruh
terhadap tingkat
pengungkapan CSR
5.
Intan
Gestari
(2014)
Dependen:
Tingkat
pengungkapan
Iislamic Social
Reporting (ISR)
Independen:
Ukuran dewan
komisaris, komposisi
dewan lomisaris
independen,
frekuensi rapat
Variabel profitabilitas
tidak berpengaruh
terhadap terhadap
pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR).
20
dewan komisaris,
ukuran komite audit,
frekuensi rapat
komite audit, ukuran
dewan pengawas
syariah, frekuensi
rapat dewan
pengawas syariah,
kualitas auditor dan
profitabilitas
Ukuran bank
1.
Rohana
Othman,
Azlan Md
Thani dan
Erlane K.
Ghani
(2009)
Dependen: Islamic
Social Reporting
(ISR)
Independen:
Ukuran Perusahaan
(size), Profitabilitas,
Komposisi Dewan
Direksi
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap ISR
2.
Zulaikha
(2014)
Dependen: CSR
Independen:
Manajemen laba,
kepemilikan
manajerial, ukuran
perusahaan
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pengungkapan CSR
3.
A. Nur
Abdi
Pratama,
Saiful
Muchlis,
Idra
Wahyuni
(2018)
Dependen:
Islamic Social
Reporting
Independen:
Profitabilitas, ukuran
bank, kepemilikan
institusional,
leverage
Variabel ukuran bank
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
Islamic Social Reporting
4.
Ribut Sri
Rahayu &
Ari Dewi
Cahyati
(2014)
Dependen:
pengungkapan CSR
Independen:
Ukuran DPS, jumlah
rapat DPS, ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR
21
leverage, ukuran
dewan komisaris
5.
Santi
Lestari
(2015)
Dependen:
Pengungkapan ISR
Independen:
Tingkat profitibilitas,
likuiditas, leverage,
ukuran perusahaan
dan umur perusahaan
Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR
Kepemilikan Institusional
1.
Saidatul
Husna
(2016)
Dependen:
Pengungkapan
Islamic Social
Reporting
Independen:
Ukuran Dewan
Pengawas Syariah,
Ukuran Dewan
Komisaris,
Kepemilikan
Institusional, Kinerja
Keuangan
Kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan
Islamic Social Reporting
2.
A. Nur
Abdi
Pratama,
Saiful
Muchlis,
Idra
Wahyuni
(2018)
Dependen:
Islamic Social
Reporting
Independen:
Profitabilitas, ukuran
bank, kepemilikan
institusional,
leverage
Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif
signifikan terhadap ISR
3.
Muhammad
Titan
Terzaghi
(2012)
Dependen:
pengungkapan
tanggung jawab
sosial perusahaan
Independen:
Ukuran dewan
komisaris dan
profile, Earning
Management,
kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan institusional
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
22
komposisi dewan
komisaris, komite
audit, dan
kepemilikan
institusional
4.
Rahma Dwi
Yuliani
(2016)
Dependen:
Pengungkapan ISR
Independen:
Rangkap jabatan
DPS, jumlah rapat
DPS, jumlah komite
remunerasi dan
nominasi, jumlah
rapat komite
remunerasi dan
nominasi, struktur
kepemilikan asing
dan institusional
Struktur kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR
5.
Mahdalena
(2017)
Dependen:
CSR berdasarkan
indeks Islamic Social
Reporting
Independen:
Komposisi Dewan
Komisaris
Independen, Ukuran
Dewan Pengawas
Syariah, Ukuran
Komite Audit, dan
Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan Institusional
tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan
Corporate Social
Responsibility berdasarkan
indeks Islamic social
Reporting (ISR)
Kepemilikan manajerial
1.
Fr. Reni.
Retno
Anggraini
(2006)
Dependen:
pengungkapan
informasi sosial oleh
perusahaan
Independen: Kepemilikan
Manajemen Tingkat
Leverage,
Ukuran perusahaan
(SIZE),
Tipe Industri,
Kepemilikan manajemen
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
pengungkapan informasi
sosial perusahaan
23
profitabilitas
2.
Muhammad
Ihlashul
‘Amal
(2011)
Dependen:
Corporate Sosial
and Environmental
Disclosures (CSED)
Independen:
Manajemen Laba,
Kepemilikan
Manajemen, Ukuran
Perusahaan dan
Profitabilitas
Kepemilikan manajerial
berpengaruh positif
signifikan terhadap
pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan
3.
Zulaikha
(2014)
Dependen: CSR
Independen:
Manajemen laba,
kepemilikan
manajerial, ukuran
perusahaan
Kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan
terhadap CSR
4.
Muhammad
Titan
Terzaghi
(2012)
Dependen:
pengungkapan
tanggung jawab
sosial perusahaan
Independen:
Ukuran dewan
komisaris dan
profile, Earning
Management,
kepemilikan
manajerial,
komposisi dewan
komisaris, komite
audit, dan
kepemilikan
institusional
Kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan
tanggung jawab sosial
perusahaan
5.
Diyong
Murdi Janra
(2015)
Dependen:
CSR
Independen:
Kepemilikan
Manajerial,
Leverage,
Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan
Kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan
tanggung jawab sosial
perusahaan
Komisaris independen
24
1.
Yulia
Setyarini
dan Melvi
Paramitha
(2011)
Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Independen:
Kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional, jumlah
Dewan Komisaris
Independen
Dewan Komisaris
independen berpengaruh
positif signifikan terhadap
CSR
2.
Linda
Santioso
dan Erline
Chandra
(2012)
Dependen:
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
Independen:
Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Leverage, Umur
Perusahaan dan
Dean Komisaris
Independen
Variabel proporsi Dewan
Komisaris independen
berpengaruh positif
signifikan terhadap CSR
3.
Amalia
Ramdhanin
gsih dan I
Made
Karya
Utama
(2013)
Dependen:
Corporate Social
Responsibility
Independen:
Ukuran Dewan
Komisaris,
Komisaris
independen,
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
profitabilitas
Komisaris independen
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan CSR
4.
Dwi Arini
Untoro dan
Zulaikha
(2013)
Dependen:
Luas Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
Independen:
Ukuran Dewan
Komisaris, Proporsi
Dewan Komisaris
Independen, Ukuran
Komite Audit
Proporsi Dewan Komisaris
Independen tidak
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap luas
pengungkapan CSR
25
Variabel kontrol:
Firm size, leverage,
profitabilitas
5.
Abdul
Qoyum
(2017)
Dependen:
Corporate Social
Responsibility
dengan indeks
Islamic Social
Reporting (ISR)
Independen:
Ukuran dewan
komisaris, proporsi
komisaris
independen, ukuran
dewan pengawas
syariah, ukuran
dewan direksi dan
ukuran perusahaan
Proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh
negatif terhadap
pengungkapan Corporate
Social Responsibility
dengan indeks Islamic
Social Reporting (ISR)
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2019.
Berdasarkan penelitian – penelitian terdahulu tersebut diatas, peneliti
menemukan adanya gap, diantaranya:
1. Dari ringkasan penelitian sebelumnya, terdapat hasil temuan penelitian
yang berbeda-beda sehingga peneliti ingin membuktikan hasil temuan
yang lebih baik.
2. Perbedaan objek yang diambil dan periode tahun penelitian – penelitian
sebelumnya sehingga penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya.
3. Belum banyak penelitian yang meneliti tentang dewan komisaris
independen memoderasi profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap Islamic Social
Reporting (ISR).
26
B. Kerangka Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Widyaningsih
(2018:40), menjelaskan bahwa teori agensi sebagai suatu kontrak
dimana satu pihak prinsipal memperkerjakan pihak lain (agen) untuk
melakukan beberapa pekerjaan atas nama prinsipal. Teori ini
menganalisa kepentingan dan perilaku dari pihak yang bertindak
sebagai pembuat keputusan bagi pihak lain yang bertindak sebagai
pemberi wewenang kepada pihak pertama dengan maksud agar pihak
pertama bertindak dan membuat keputusan sesuai dengan
kepentingannya. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.
Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat
keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu,
manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada
pemegang saham (Widyaningsih 2018:40).
Terzaghi (2012:33) menyatakan bahwa teori agensi
mengasumsikan semua individu bertindak atas kepentingan mereka
sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik
kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam
perusahaan. Sedangkan para agen disumsikan menerima kepuasan
berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam
hubungan tersebut. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan
27
perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi
keuangan yang lebih baik daripada pihak prinsipal (keunggulan
informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan
kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena
memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Endraswati
(2017:9) menyatakan bahwa mekanisme yang dapat digunakan untuk
mengurangi problem agensi adalah monitoring dan bonding. Karena
itu muncul monitoring cost dan bonding cost. Biaya agensi yang lain
adalah residual loss. Monitoring yang dimaksud adalah melakukan
pemantauan, sementara bonding merujuk pada melakukan pembatasan
pada tindakan yang dilakukan. Monitoring dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu: pembentukan Dewan Komisaris, pasar corporate
control, pemegang saham mayoritas, pemegang saham terkonsentrasi
dan adanya pasar manajer. Brigham dan Gapenski (2010) dalam
Endraswati (2017:9) menyatakan bahwa untuk mengurangi biaya
agensi, maka free cash flow yang tersedia di perusahaan setelah semua
proyek investasi yang menghasilkan nilai tunai bersih dilaksanakan,
harus dikurangi. Cara yang dilakukan untuk melakukan bonding
adalah dengan peningkatan hutang dan peningkatan pembayaran
dividen kas serta remunerasi.
Menurut Weisbach (1988) dalam Endraswati (2017:9), Dewan
Komisaris yang didominasi oleh anggota dari luar (Dewan Komisaris
28
independen), akan mendorong monitoring yang lebih efektif.
Sementara itu, Pratama dkk. (2018:105) menyatakan bahwa
pemenuhan kebutuhan para pemegang saham untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial dapat diakomodasi oleh
komisaris independen. Komisaris independen juga berfungsi untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasehat.
2. Shari’ah Enterprise Theory (SET)
Menurut Meutia (2010: 28) dalam Pratama dkk. (2018:105),
Syariah enterprise theory merupakan enterprise theory yang sudah
diinternalisasi dengan nilai-nilai Islam guna menghasilkan teori yang
transedental dan lebih humanis. Berbeda dengan teori pendahulunya
seperti enterprise theory dan stakeholder theory yang menempatkan
pertanggungjawaban hanya pada perusahaan dan stakeholder. Syariah
enterprise theory ini memiliki cakupan stakeholder yang lebih luas,
meliputi Allah, manusia dan alam (Triyuwono, 2007 dalam Pratama
dkk., 2018:105).
Menurut SET, stakeholder meliputi Tuhan, manusia, dan alam.
Tuhan merupakan pihak paling tinggi dan menjadi satu-satunya tujuan
hidup manusia. Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai stakeholder
tertinggi adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi
konstruksi akuntansi syari’ah. Intinya adalah bahwa dengan
sunnatullah ini, akuntansi syari’ah hanya dibangun berdasarkan pada
29
tata -aturan atau hukum-hukum Tuhan (Triyuwono, 2007 dalam
Pratama dkk., 2018:105).
Pratama dkk., (2018:105) menyatakan bahwa isu tanggung
jawab sosial dalam prespektif syariah sangat cocok disandingkan
dengan shari’a enterprise theory untuk membantu manajemen dalam
melakukan pengelolaan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip
islam, karena mengandung nilai keadilan, kebenaran, kejujuran,
amanah dan pertanggungjawaban serta di intenalisasikan dengan nilai
tauhid.
3. Corporate Governance
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal
dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam
hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana
sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan
tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak
menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate
governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan
antara pemilik dan manajer. Adanya pemisahan kepemilikan oleh
principal dengan pengendalian oleh agent dalam sebuah organisasi
cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal dengan
agent. Salah satu cara yang diharapkan dapat digunakan untuk
mengontrol biaya keagenan yaitu dengan menerapkan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance). Dalam good
30
corporate governance terdapat lima prinsip yang dianggap positif bagi
pengelolaan sebuah perusahaan yaitu keterbukaan, akuntabilitas,
tanggung jawab, independensi, dan kewajaran. (Terzaghi, 2012: 36).
Menurut Zarkasyi (2008: 113-114), prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Keterbukaan (Transparancy)
Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh stakeholders sesuuai dengan haknya. Informasi yang
diungkapkan tidak terbatas pada hal-hal yang bertalian dengan visi,
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolan resiko (risk
management), sistem pengawasan dan pengendalian intern, status
kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi bank.
Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia
jabatan, dan hak-hak pribadi. Kebijakan bank harus tertulis dan
dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders)
dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.
31
b. Akuntabilitas (Accountability)
Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari
masing-masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan. Bank harus meyakini bahwa
semua organ organisasi bank mempunyai kompetensi sesuai
dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam
pelaksanaan GCG.
Bank harus memastikan terdapatnya check and balance
system dalam pengelolaan bank. Bank harus memiliki ukuran
kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang
disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values),
sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards and
punishment system.
c. Tanggung Jawab (Responsibility)
Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus: (1)
berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian (prudential banking
practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku;
dan (2) bank harus bertindak sebagai good corporate citizen
(perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan
melaksanakan tanggung jawab sosial.
d. Independensi (Independency)
Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak
wajar oleh stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh
32
kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict
of interest). Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan
bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.
e. Kewajaran (Fairness)
Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal
treatment). Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh
stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap
informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
4. Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Khoirudin (2013), Corporate Social Responsibilty
(CSR) secara umum didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk
tidak hanya berupaya mencari keuntungan dari roda bisnisnya, tetapi
juga menjaga keharmonisan dengan lingkungan sosial di sekitar
tempatnya berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada
peningkatan kehidupan komunitas setempat di segala aspeknya.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial akan membuat perusahaan tidak
hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut
berkontribusi bagi kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan
lingkungan sekitar dalam jangka panjang (Susanto, 2009 dalam
Terzaghi, 2012:34).
33
Menurut Gray et al (1987) dalam Murwaningsari (2009:33)
menyatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika
manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak hanya
mengutamakan atas laba perusahaan tetapi juga dalam menjalankan
aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Ruang
lingkup tanggung jawab sosial (CSR) antara lain: (a) Basic
Responsibility, tanggung jawab yang muncul karena keberadaan
perusahaan. Contohnya kewajiban membayar pajak, mentaati hukum,
memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham (b)
Organizational Responsibility, tanggung jawab perusahaan untuk
memenuhi kepentingan stakeholder, yaitu karyawan, konsumen,
pemegang saham dan masyarakat. (c) Societal Responsibility,
tanggung jawab yang menjelaskan tahapan ketika interaksi antara
bisnis dan masyarakat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan.
Pertanggungjawaban sosial berhubungan juga dengan social
contract theory. Menurut teori ini, diantara bisnis perusahaan dan
masyarakat terdapat suatu kontrak sosial yang secara implisit maupun
eksplisit. Dimana dalam kontrak sosial, akuntansi sosial digunakan
sebagai serangkaian teknik pengumpulan dan pengungkapan data
sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja
sosial organisasi dalam memberi penilaian mengenai kelayakan operasi
organisasi (Parker, 2002 dalam Setyarini dan Paramitha, 2011).
34
5. Islamic Social Reporting (ISR)
Othman, et.al (2009) melakukan penelitian mengenai praktek
pelaporan CSR perusahaan syariah yang listed di bursa Malaysia, dan
hasilnya memperlihatkan bahwa kebanyakan masih pada tahap
konseptual. Hal ini dikarenakan belum adanya standar yang bisa di
adopsi perusahaan dalam penerapan CSR syariah tersebut. Penelitian
dalam ranah CSR syariah umumnya menggunakan model indeks
Islamic Social Reporting yang dikembangkan dengan dasar dari
standar pelaporan berdasarkan AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions) yang kemudian
dikembangkan oleh masing-masing peneliti berikutnya (Haniffa, 2002;
Maali et al, 2006; Ousama dan Fatima, 2006; Sulaiman, 2005; Othman
et al, 2009).
Menurut Haniffa (2002), Islamic Social Reporting (ISR)
merupakan perluasan dari pelaporan sosial yang meliputi harapan dari
masyarakat yang lebih luas tidak hanya peran perusahaan dalam
perekonomian tetapi juga peran perusahaan dalam perspektif spiritual.
Selain itu, indeks ISR juga menekankan pada keadilan sosial terkait
pelaporan mengenai lingkungan, hak minoritas, dan karyawan.
Ketiadaan standar CSR secara syariah menjadikan pelaporan CSR
perusahaan syariah menjadi tidak seragam dan standar. Standar yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions) tidak dapat dijadikan sebagai suatu
35
standar pengungkapan CSR karena tidak menyebutkan keseluruhan
item-item terkait CSR yang harus diungkapkan suatu perusahaan.
Menurut Fitria dan Hartanti (2010), indeks ISR adalah indeks
yang berisi kompilasi item-item standard CSR yang ditetapkan oleh
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti-
peneliti mengenai item-item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh
suatu entitas Islam. Indeks ISR pertama kali dikembangkan oleh
Haniffa (2002) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh
Othman et al. (2009). Adapun item-item utama dalam Islamic Social
Reporting Index (ISR) yakni: 1. Keuangan dan investasi 2. Produk dan
pelayanan 3. Tenaga Kerja 4. Masyarakat 5. Lingkungan dan 6. Tata
kelola perusahaan, yang di dalamnya terdapat indikator untuk
mengukur dan menilai tingkat pengungkapannya.
6. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam
operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya
yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam (Pratama, dkk.
2017:106). Adapun dalam istilah internasional sering disebut Islamic
Banking atau interest-free banking yaitu lembaga keuangan yang
operasional dan berbagai produknya dikembangkan berdasarkan
syari’ah Islam, khususnya berkaitan pelarangan praktik riba (bunga),
36
maisir (spekulasi), dan gharar atau ketidakjelasan (Muhamad, 2002
dalam Dahlan, 2012:99).
Dalam pasal 1 angka 7 UU No. 10 tahun 2008 disebutkan: Bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Dahlan, 2012:101).
Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan
antara bank syariah dengan bank konvensional seperti yang
dikemukakan Antonio (2001:34), diantaranya: (1) Melakukan investasi
yang halal saja (2) Berdasarkan prinsip bagi hasil, Jual beli atau sewa
(3). Profit dan falah oriented. (4) Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk kemitraan (5) Perhimpunan dan penyaluran dana sesuai arahan
dewan pengawas syariah.
7. Komisaris Independen
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan
internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan
(Siallagan dan Machfoedz, 2006:6). Menurut Nuryaman (2009:95),
peranan dewan komisaris dapat dilihat dari karakteristik dewan, salah
satunya adalah komposisi keanggotaannya. Efektivitas fungsi
pengawasan dewan tercermin dari komposisinya, apakah pengangkatan
anggota dewan berasal dari dalam perusahaan dan/atau dari luar
perusahaan. Komposisi keanggotaan dewan, dalam hal ini semakin
besar persentase anggota yang berasal dari luar pemisahaan (komisaris
37
independen) akan menjadikan peranan dewan komisaris semakin
efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan
perusahaan, karena dianggap semakin independen. Di Indonesia,
anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan menggunakan
terminologi komisaris “ekstem“ atau “independen”.
Dewan Komisaris Independen (Board independent) adalah
komisaris yang tidak mempunyai ikatan bisnis atau hubungan keluarga
dengan pemegang saham maupun direksi. Kepentingan manajer dan
pemegang saham dapat diselaraskan oleh adanya dewan komisaris,
karena mereka mewakili mekanisme internal utama untuk mengawasi
perilaku mengeksploitasi peluang atau keuntungan jangka pendek dan
mengabaikan keuntungan jangka panjang manajemen, hal ini dapat
dilihat dari perspektif teori agensi (Prastuti & Budiasih, 2015 dalam
Widyaningsih, 2018:41).
Menurut Muntoro (2006) dalam Untoro dan Zulaikha (2013:4),
komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi
dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas)
dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan diatas
kepentingan lainnya. Dengan demikian, semakin banyak jumlah
ukuran dewan komisaris independen, maka kemampuan dewan
komisaris untuk mengambil keputusan dalam rangka melindungi
pemangku kepentingan dan mengutamakan perusahaan akan semakin
objektif.
38
Semakin tinggi proporsi komisaris independen dalam
perusahaan, maka akan semakin rendah konflik di antara anggota
organisasi. Hal ini disebabkan komisaris independen akan bersifat
lebih tegas dalam melakukan monitoring pada perusahaan. Komisaris
Independen adalah pihak yang betul-betul independen dalam
perusahaan sehingga bisa menengahi apabila ada konflik kepentingan
dalam perusahaan (Endraswati, 2017:11). Komisaris independen
merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar
tercipta perusahaan yang good corporate governance (Pratama dkk.,
2018:107).
8. Profitabilitas
Profitabilitas adalah suatu kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas diharapkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin tinggi. Hal
tersebut dapat memengaruhi tingkat pengungkapan yang dilakukan
oleh perusahaan agar menarik minat investor untuk mananamkan
modalnya kepada perusahaan. Selain itu semakin tinggi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan akan memberikan motivasi kepada
manajemen untuk menyajikan informasi yang lebih luas untuk meya-
kinkan investor sehingga investor akan meningkatkan kompensasi
untuk menejemen. Pengungkapan informasi yang lebih luas salah
satunya adalah pengungkapan mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan (Kurniawati dan Yaya, 2017: 166).
39
Menurut Harahap, dkk. (2017) rasio profitabilitas dianggap
sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan
operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat
pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan
tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas
yang diperoleh semakin tinggi pula.
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen
menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan
pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga
semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar
pengungkapan informasi sosial perusahaan (Hackston & Milne , 1996
dalam Anggraini, 2006).
Pada penelitian ini, rasio profitabilitas diukur menggunakan
Return On Asset (ROA) dengan rumus perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dan total aktiva (Najmudin, 2011: 88). Rasio
profitabilitas yang terpenting adalah Return On Asset (ROA) karena
ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik,
karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Harahap, dkk.
2017: 71).
9. Ukuran Bank
Ukuran bank atau yang biasanya disebut ukuran perusahaan
adalah suatu skala yang menggambarkan besar kecilnya perusahaan
40
berdasarkan berbagai cara yaitu dengan total aset, total penjualan, atau
total modal. Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan
perusahaan kecil. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2008, kriteria untuk perusahaan kecil adalah memiliki
kekayaan bersih di atas Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta, untuk
perusahaan menengah kriterianya adalah memiliki kekayaan Rp. 500
juta sampai dengan Rp. 10 Milyar, sedangkan pada perusahaan besar
kriterianya adalah memiliki kekayaan bersih di atas Rp. 10 Milyar, dan
untuk ketiga perusahaan tersebut tidak memperhitungkan tanah dan
bangunan tempat usaha (Adnan, dkk, 2016: 52).
Luasnya tanggung jawab sosial juga dapat dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan (size). Ukuran perusahaan banyak diproksi dengan
besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang
memiliki aset besar tentu lebih luas aktivitas yang dilakukan termasuk
aktivitas tanggung jawab sosial (Zulaikha, 2014: 182).
Ukuran perusahaan memiliki korelasi dengan kultur
perusahaan. Kultur perusahaan yang kuat dapat mempengaruhi kinerja
karyawan, dimana kultur perusahaan yang kuat tersebut akan terbentuk
dari berbagai faktor seperti jenis industri, ukuran bank, dan lingkungan
yang mempengaruhi perusahaan itu sendiri. Unsur ukuran bank
menjadi salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan (Pratama, dkk., 2018).
41
10. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan oleh sebuah institusi atau organisasi seperti Negara, pihak
swasta, bank, perusahaan asuransi dan perusahaan sekuritas.
Kepemilikan institusional seringkali menjadi pemegang saham
mayoritas sehingga mempunyai peran yang sangat besar untuk
menentukan kebijakan dari perusahaan (Nuraina, 2012 dalam Pratama,
dkk., 2018).
Adanya pemegang saham seperti kepemilikan institusional
memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya
kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-
institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan
kemakmuran pemegang saham. Signifikansi kepemilikan institusional
sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi mereka yang
cukup besar dalam pasar modal (Savira, 2015: 56).
Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin
kuat tingkat pengendalian yang dilakukan pihak eksternal terhadap
perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan
semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat.
Kepemilikan institusional dapat diukur melalui perbandingan jumlah
42
saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah saham yang beredar
(Sholekah, 2014 dalam Widyaningsih, 2018:41).
11. Kepemilikan Manajerial
Menurut Jansen dan Meckling (1976) dalam Siallagan dan
Machfoedz (2006:4) menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik
keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di
dalam perusahaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ross et al (1999)
dalam Siallagan dan Machfoedz (2006:4) yang menyatakan bahwa
semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka
manajemen akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk
kepentingannya sendiri.
Menurut Zulaikha (2014:182), manajemen dapat mempengaruhi
luasnya pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan. Hal ini
terkait pemilik perusahaan yang sekaligus menjadi manajemen
perusahaan yang tercermin dalam keberadaan kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajerial dapat dilihat dari besarnya persentase
kepemilikan saham pihak manajemen perusahaan (Ramdhaningsih dan
Utama, 2013). Adanya kepemilikan saham ini, manajerial akan
bertindak hati-hati karena turut menanggung konsekuensi atas
keputusan yang diambil. Mereka lebih termotivasi meningkatkan
kinerjanya untuk mengelola perusahaan sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat diukur melalui
43
perbandingan jumlah saham yang dimiliki manajemen terhadap jumlah
saham yang beredar (Sholekah, 2014 dalam Widyaningsih, 2018:41).
C. Kerangka Penelitian
Pada dasarnya kerangka pemikiran diturunkan dari beberapa teori
maupun konsep yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sehingga
memunculkan asumsi-asumsi yang berbentuk bagan alur pemikiran yang
mungkin dapat dirumuskan ke dalam hipotesis operasional atau hipotesis
yang dapat diuji (Sujarweni, 2015: 66) .
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya dan hasil dari
penelitian-penelitan terdahulu, maka sebuah model untuk penelitian ini
terlihat pada gambar 2.1 dimana sebagai dasar untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh Profitabilitas, Ukuran Bank, Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial sebagai variabel independen terhadap Islamic
Social Reporting (ISR) sebagai variabel dependen dan hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen tersebut apakah juga
dipengaruhi oleh variabel moderasi, dalam hal ini yaitu Komisaris
Independen.
44
H1
H5
H2
H6
H3
H7
H4 H8
Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian
Komisaris Independen sebagai variabel moderasi didasarkan pada
penelitian Pratama, dkk. (2018), Dananjaya & Ardiana (2016), Mahmudah
(2018) serta Sinaga & Suardhika (2019) yang meletakkan variabel
komisaris independen sebagai variabel pemoderasi dalam penelitiannya.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian dan hasil temuan dari penelitian-
penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Pengaruh profitabilitas terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
Profitabilitas
(ROA)
(X1)
Ukuran Bank
Kepemilikan
Institusional
Kepemilikan
Manajerial
Komisaris
Independen
Islamic Social
Reporting
(ISR)
45
Semakin tinggi tingkat profitabilitas diharapkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba semakin tinggi. Hal tersebut
dapat memengaruhi tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan agar menarik minat investor untuk mananamkan modalnya
kepada perusahaan (Kurniawati dan Yaya, 2017). Profitabilitas dalam
penelitian ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA).
Othman et. al (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi ISR dan menunjukkan hasil bahwa
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISR. Hasil
penelitian di atas diperkuat oleh penelitian dari Pratama, dkk. (2018),
Widiawati dan Raharja (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Islamic
Social Reporting (ISR)
2. Pengaruh ukuran bank terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
Penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Priantinah (2012)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total asset
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR hal ini
dikarenakan semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan
yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya keagenan
46
tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang
lebih luas.
Hasil dari penelitian oleh Nuryaman (2009) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan
sukarela. Semakin besar suatu perusahaan, maka perusahaan akan
menghadapi biaya politik yang tinggi, perusahaan besar akan
menghadapi tuntutan lebih besar dari para stakeholder untuk
menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan.
Penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian dari
Othman et al. (2009), Widiawati dan Raharja (2012) dan Pratama dkk.
(2018) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara positif
berpengaruh signifikan terhadap tingkat ISR. Berdasarkan hal tersebut,
hipotesis yang akan diajukan berdasarkan uraian di atas:
H2: Ukuran bank berpengaruh positif terhadap Islamic
Social Reporting (ISR)
3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Islamic Social Reporting
(ISR)
Teori keagenan mengatakan bahwa sulit untuk mempercayai
bahwa manajemen (agent) akan selalu bertindak berdasarkan
kepentingan pemegang saham (principal), maka diperlukan monitoring
dari pemegang saham sehingga konflik keagenan yang terjadi dapat
dikurangi (Copeland dan Weston, 1992 dalam Ahmad dan Septriani,
2008).
47
Menurut Ahmad dan Septriani (2008: 50), kepemilikan
institusional dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik
keagenan antara pemegang saham dan manajer. Kepemilikan
institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham pada
akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga seperti perbankan, asuransi
atau institusi lain. Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan
kinerja manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku
opportunistik. Dengan melibatkan kepemilikan institusional, manajer
bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham sehingga
mengurangi biaya keagenan (Bathala, 1994 dalam Ahmad dan
Septriani, 2008).
Hasil penelitian Pratama, dkk. (2018) dan Husna (2016)
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
signifikan terhadap ISR. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Terzaghi (2012) dan Yuliani (2016) menemukan hasil kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap ISR. Dari uraian
tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Kepemilikan Institusional berpengaruh positif
terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
4. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Islamic Social Reporting
(ISR)
Menurut Downes dan Goodman (1999) dalam Murwaningsari
(2009: 32), kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang
48
juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada
suatu perusahaan yang bersangkutan. Dalam teori keagenan dijelaskan
bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham
mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan manajer
mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak
menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran
tersebut akan menambah biaya perusahaan yang menyebabkan
penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan deviden yang akan
diterima.
Menurut Zulaikha (2014), kepemilikan menajerial merupakan
kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Dalam sebuah
perusahaan apabila di dalamnya ada kepemilikan manajerial, maka
akan lebih intens untuk memberikan informasi kepada publik agar
perusahaan mendapatkan legitimasi oleh publik. Dari penelitian
tersebut, menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISR.
Hasil dari penelitian tersebut didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anggraini (2006) dan ‘Amal (2011) yang menemukan
bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan
terhadap ISR. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan diajukan
berdasarkan uraian di atas:
49
H4: Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap
Islamic Social Reporting (ISR)
5. Peran variabel Komisaris Independen dalam memoderasi pengaruh
profitabilitas terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
Teori agensi menyatakan dewan komisaris yang berasal dari
luar perusahaan (independen) akan dipandang lebih baik karena mereka
akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan secara
lebih obyektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan
komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan (Sulistyawati
dkk., 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2018)
menunjukkan bahwa komisaris independen memoderasi hubungan
antara profitabilitas terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting.
Dengan keberadaan komisaris independen pada bank umum syariah
yang memiliki profit yang cukup tinggi akan mendorong untuk
melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial berdasarkan Islamic
Social Reporting. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H5: Komisaris Independen memoderasi pengaruh
profitabilitas terhadap ISR
6. Peran variabel Komisaris Independen dalam memoderasi pengaruh
ukuran bank terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
50
Peningkatan ukuran bank menunjukkan semakin besar investasi
yang dilakukan, salah satu instrumen untuk mendapatkan modal dalam
rangka melakukan investasi yakni dengan menerbitkan saham. Dana
yang bersumber dari penjualan saham menjadi cara untuk
meningkatkan investasi. Strategi untuk tetap menjaga perusahaan
memiliki kinerja yang baik yakni para pemegang saham menunjuk
para komisaris independen sebagai agen yang bertujuan untuk
menyesuaikan keinginan para pemegang saham dengan pihak
manajerial perusahaan terutama pada bank syariah yang berasaskan
profit and falah oriented. Fungsi komisaris independen dalam
mengawasi pelaporan tanggung jawab sosial berdasarkan indeks
Islamic Social Reporting (ISR). Semakin besar ukuran bank syariah
maka akan semakin besar pula pengungkapan tanggung jawab
sosialnya (Mahmudah, 2018). Dari uraian tersebut, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah:
H6: Komisaris Independen memoderasi pengaruh ukuran
bank terhadap ISR
7. Peran variabel Komisaris Independen dalam memoderasi pengaruh
Kepemilikan Institusional terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk
investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan
tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi
51
perusahaan tersebut. Karena institusi memantau secara profesional
perkembangan investasinya maka tingkat pengendalian terhadap
tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat
ditekan (Murwaningsari, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2018)
menyatakan bahwa komisaris independen mampu memoderasi
hubungan antara kepemilikan institusional terhadap pengungkapan
Islamic Social Reporting. Peran komisaris sebagai penghubung antara
kepentingan pemegang saham dan manajemen untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan bank umum syariah. Sehingga hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut:
H7: Komisaris Independen memoderasi pengaruh
Kepemilikan Institusional terhadap ISR
8. Peran variabel Komisaris Independen dalam memoderasi pengaruh
Kepemilikan Manajerial terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
Adanya kepemilikan saham oleh manajemen akan
menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh manajemen perusahaan. Semakin besar kepemilikan
manajerial maka semakin kecil agency problem. Hal ini sesuai dengan
teori keagenan, dimana dengan adanya pemisahan antara pemegang
saham dengan manajemen akan menimbulkan konflik atau agency
problem. Kepemilikan saham oleh pihak manajemen maka akan
memperkecil adanya agency problem tersebut. Manajer akan
52
memaksimalkan kepentingan perusahaan dibandingkan dengan
kepentingan sendiri (Savira, 2015).
Menurut Siregar (2006:322) dalam Terzaghi (2012), ketentuan
minimum dewan komisaris independen sebesar 30% mungkin belum
cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut
dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika
pihak komisaris independen merupakan pihak yang mayoritas maka
mungkin dapat lebih efektif dalam menjalankan perannya.
Semakin besar persentase anggota yang berasal dari luar
perusahaan (komisaris independen) akan menjadikan peranan dewan
komisaris semakin efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan
terhadap pengelolaan perusahaan, karena dianggap semakin
independen (Nuryaman, 2009). Berdasarkan uraian tersebut, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H8: Komisaris Independen memoderasi pengaruh
Kepemilikan Manajerial terhadap ISR
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sujarweni
(2015:39), penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran). Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala-
gejala yang mempunyai karakteristik tertentu di dalam kehidupan manusia
yang dinamakannya variabel. Dalam pendekatan kuantitatif hakikat
hubungan di antara variabel-variabel dianalisis dengan menggunakan teori
yang objektif.
Sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data
sekunder ini dapat diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, data
statistik maupun dari internet (Bawono, 2006:30). Sumber data sekunder
yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan tahunan (annual report)
bank umum syariah pada periode 2014-2018 yang dipublikasikan melalui
website masing-masing perusahaan.
54
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2015: 80) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh bank umum syariah
di Indonesia yang berjumlah 14 unit bank berdasarkan data dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan periode tahun penelitian 2014-
2018. Daftar populasi yang digunakan yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian
No. Bank Umum Syariah
1. PT. Bank Aceh Syariah
2. PT. BPD Nusa Tenggara Barat Syariah
3. PT. Bank Muamalat Indonesia
4. PT. Bank Victoria Syariah
5. PT. Bank BRI Syariah
55
6. PT. Bank Jabar Banten Syariah
7. PT. Bank BNI Syariah
8. PT. Bank Syariah Mandiri
9. PT. Bank Mega Syariah
10. PT. Bank Panin Dubai Syariah
11. PT. Bank Syariah Bukopin
12. PT. BCA Syariah
13. PT. Maybank Syariah Indonesia
14. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2019
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015: 81), sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 11
Bank Umum Syariah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel
56
berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai
sangkut pautnya dangan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Ruslan, 2010: 157).
Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel yakni sebagai
berikut:
a. Bank Umum Syariah yang terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan
mulai dari tahun 2014-2018.
b. Bank Umum Syariah pada periode 2014-2018 yang menerbitkan
laporan tahunannya melalui website masing-masing perusahaan.
c. Bank Umum Syariah yang menerbitkan laporan tanggung jawab
sosialnya (Corporate Social Responsibility) pada laporan tahunan.
d. Bank Umum Syariah yang memiliki data yang lengkap terkait
dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Dari kriteria – kriteria tersebut di atas, maka bank yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
No. Bank Umum Syariah Kode Bank
1. PT. Bank Muamalat Indonesia BMI
2. PT. Bank BNI Syariah BNIS
3. PT. Bank BRI Syariah BRIS
4. PT. Bank Jabar Banten Syariah BJBS
5. PT. BCA Syariah BCAS
57
6. PT. Bank Syariah Mandiri BSM
7. PT. Bank Mega Syariah BMS
8. PT. Bank Panin Dubai Syariah BPDS
9. PT. Bank Syariah Bukopin BSB
10.
PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah
BTPNS
11. PT. Maybank Syariah Indonesia MBS
Sumber: Data diolah, 2019
Sampel akhir bank umum syariah sebanyak 11 bank dengan jangka
waktu 5 tahun (2014-2018), sehingga menghasilkan jumlah n statistik 55.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan data adalah teknik atau cara yang dilakukan
oleh peneliti untuk mendapatkan data yang akan dianalisis atau diolah
untuk menghasilkan suatu kesimpulan (Bawono, 2006: 29). Metode
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur
seperti dari buku-buku, jurnal-jurnal dan artikel yang berkaitan dengan
penelitian ini.
58
2. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan menggunakan data yang berasal
dari dokumen – dokumen yang sudah ada yaitu berupa laporan tahunan
(annual report) yang telah dipublikasikan oleh masing-masing bank
pada periode tahun 2014-2018 . Sehingga dapat diketahui keseluruhan
data tersebut yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time
series (data runtut waktu).
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Definisi Operasional menjelaskan mengenai definisi variabel-
variabel yang akan digunakan, baik variabel dependen maupun variabel
independen (Bawono, 2006:27). Dalam penelitian ini, terdapat 3 variabel
yang digunakan yaitu variabel dependen (terikat), variabel independen
(bebas) dan variabel moderasi. Berikut ini penjelasan dari ketiga variabel
tersebut menurut Sugiyono (2012: 39):
1. Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2012: 39).
Variabel dependen atau variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial pada
laporan tahunan bank umum syariah yang diukur dengan nilai (score)
dari indeks Islamic Social Reporting (ISR). Indeks ISR dalam
59
penelitian ini menggunakan indeks ISR dari penelitian Setiawan dkk.
(2016) yang berisi 48 item pengungkapan ISR yang diadaptasi dari
indeks ISR yang dibuat Haniffa (2002) dan kemudian dikembangkan
oleh Othman et. al. (2009). Komponen indeks ISR terdiri dari 6 tema
pokok pengungkapan yakni: Keuangan dan investasi, produk dan
pelayanan; tenaga kerja; masyarakat (sosial); lingkungan; dan tata
kelola perusahaan, yang di dalamnya terdapat indikator untuk
mengukur dan menilai tingkat pengungkapannya Othman et. al.
(2009).
Penilaian indeks ISR dilakukan dengan menggunakan
pemberian nilai (scoring):
- Nilai 1 jika ada item yang diungkapkan
- Nilai 0 jika tidak ada item yang diungkapkan
Berikut rumus dalam menghitung tingkat pengungkapan ISR
setelah dilakukan scoring pada indeks ISR (Othman et. al., 2009):
𝐼𝑆𝑅 = Jumlah item yang diungkapkan
Jumlah item yang diharapkan× 100%
2. Variabel independen
Variabel independen atau yang sering disebut dengan variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau variabel
terikat (Sugiyono, 2012: 39). Pada penelitian ini, terdapat 4 variabel
60
independen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Profitabilitas
Menurut Mawaddah (2015) dalam Pratama dkk. (2018),
profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham
tertentu.
Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On
Asset (ROA). Return On Asset (ROA) merupakan rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya (Andreani Caroline
Barus dan Leliani, 2013 dalam Harahap dkk., 2017).
Perhitungan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Najmudin,
2011:88; Nur dan Priantinah, 2015:27; Rahayu dan Cahyati, 2014;
‘Amal, 2011):
ROA =laba bersih setelah pajak
Total aktiva
b. Ukuran bank
Menurut Adnan (2016) dalam Pratama dkk. (2018), ukuran
bank merupakan sesuatu yang dapat mengukur atau menentukan
nilai dari besar atau kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan
61
memiliki korelasi dengan kultur perusahaan. Kultur perusahaan
yang kuat dapat mempengaruhi kinerja karyawan, dimana kultur
perusahaan yang kuat tersebut akan terbentuk dari berbagai faktor
seperti jenis industri, ukuran bank, dan lingkungan yang
mempengaruhi perusahaan itu sendiri. Unsur ukuran bank menjadi
salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan (Pratama dkk., 2018). Perhitungan ukuran bank
dapat dirumuskan sebagai berikut (Inuzula dkk., 2015:71; Nur dan
Priantinah, 2015:27):
Ukuran Bank = Ln (total aset)
c. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional adalah jumlah saham yang
dimiliki oleh
suatu institusi dalam sebuah perusahaan. Proporsi Kepemilikan
Institusional diukur berdasarkan persentase kepemilikannya
(Murwaningsari, 2009:27). Perhitungan kepemilikan institusional
berdasarkan penelitian Murwaningsari (2009:27) yaitu:
%Kepemilikan Institusional =Jumlah saham institusional
Jumlah saham yang beredar
d. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham yang dimiliki
oleh pihak manajemen dalam sebuah perusahaan. Proporsi
62
kepemilikan manajerial diukur berdasarkan persentase
kepemilikannya (Murwaningsari, 2009: 27). Dalam penelitian ini
merujuk pada penelitian Murwaningsari (2009:27) yang mengukur
kepemilikan manajerial dengan rumus sebagai berikut:
%Kepemilikan manajerial =Jumlah saham manajemen
Jumlah saham yang beredar
3. Variabel moderasi
Menurut Sugiyono (2012: 39), variabel moderasi adalah
variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen.
Variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
komisaris independen. Siallagan dan Machfoedz (2006) dalam
Pratama, dkk. (2018) menyatakan bahwa dewan komisaris sebagai
puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan
terhadap aktivitas pengawasan. Komisaris independen dapat bertindak
sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para
manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta
memberikan nasihat kepada manajemen (Ujiyantho dan Pramuka,
2007 dalam Pratama dkk., 2018). Komisaris independen merupakan
posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta
perusahaan yang good corporate governance (Pratama, dkk., 2018).
63
Menurut KNKG (2006) dalam Lestari (2013), untuk menghitung
komisaris independen dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Komisaris independen = Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
E. Uji Instrumen Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2016:238-239). Statistik deskriptif berusaha untuk
menggambarkan berbagai karakteristik data yang berasal dari suatu
sampel seperti mean, median, modus, presentil, desil, quartile, dalam
bentuk analisis angka maupun gambar/ diagram (Sujarweni,
2015:113).
Sedangkan menurut Ghozali (2013:19), statistik deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Menurut
Sugiyono (2016:239), statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti
hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.
64
2. Uji asumsi klasik
Menurut Ghozali (2013), pengujian asumsi klasik bertujuan
untuk mengetahui dan menguji kelayakan atau model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini. Pengujian asumsi klasik juga
dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang
digunakan tidak terdapat multikolonieritas, heteroskedastisitas dan
autokolerasi. Beberapa uji asumsi klasik yang digunakan diantaranya
(Ghozali, 2013) :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2013:
154). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah
Kolmogrov-Smirnov. Apabila signifikasi lebih besar dari taraf
signifikansi (α) 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal.
65
b. Uji Multikolinieritas
Ghozali, (2013:103-104) menyatakan bahwa uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana
setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan
diregres terhadap variabel independen lainnya. Dasar pengambilan
keputusannya adalah apabila nilai tolerance ≤ 0,01 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 , maka model regresi menunjukkan adanya
multikolinearitas (Ghozali, 2013: 103-104).
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:134), uji heteroskedasitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Analisis
66
deteksi adanya masalah heteroskedasitas dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan uji glejser.
Uji heteroskedasitas dapat dilakukan dengan menggunakan
uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2013:137).
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedasitas. Dan
sebaliknya, jika probabilitas signifikannya di atas tingkat
kepercayaan 5% maka tidak mengandung adanya heteroskedasitas
(Ghozali, 2013:138).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
(Ghozali, 2013:107).
Analisis deteksi adanya atau tidaknya autokorelasi dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel
67
lag diantara variabel independen (Ghozali, 2013: 108). Hipotesis
yang akan diuji adalah:
H0: tidak ada autokorelasi (r=0)
Ha: ada autokorelasi (r≠0)
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi yaitu:
Tabel 3.3
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi
positif
Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi
positif
No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi
negatif
Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi
negatif
No decision 4-du≤ d ≤4-dl
Tidak ada
autokorelasi,
positif atau negatif
Tidak ditolak du <d <4-du
Sumber: Ghozali, (2013: 108)
3. Uji Nilai Selisih Mutlak
Variabel moderating adalah variabel independen yang akan
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen
68
lainnya terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:213). Frucot dan
Shearin (1991) dalam Ghozali (2013:224) mengajukan model regresi
yang agak berbeda untuk menguji pengaruh moderasi yaitu dengan
model nilai selisih mutlak dari variabel independen dengan rumus
persamaan regresi yakni sebagai berikut:
Y = α + β1 ZX1 + β2 ZX2 + β3 ZX3 + β4 ZX4 + β5 ZX5+ β6
AbsX1_ X5+ β7 AbsX2_ X5 + β8 AbsX3_ X5+ β9 AbsX4_ X5+ε
Dimana :
Y = Islamic Social Reporting (ISR)
α = Konstanta
β 1- β9 = Koefesien Regresi
ZX1 = Profitabilitas terstandardisasi
ZX2 = Ukuran Bank terstandardisasi
ZX3 = Kepemilikan Institusional terstandardisasi
ZX4 = Kepemilikan Manajerial terstandardisasi
ZX5 = Komisaris Independen terstandardisasi
AbsX1_ X5 = Selisih mutlak profitabilitas dengan komisaris
independen
AbsX2_ X5 = Selisih mutlak ukuran bank dengan komisaris
independen
AbsX3_ X5 = Selisih mutlak kepemilikan institusional dengan
komisaris independen
69
AbsX4_ X5 = Selisih mutlak kepemilikan manajerial dengan
komisaris independen
ε = error
Pengambilan keputusan dalam uji nilai selisih mutlak dapat
dilihat dari nilai signifikansinya, jika nilai signifikansi < 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel
moderator (Ghozali, 2013).
F. Alat Analisis Data
Penelitian kuantitatif ini menggunakan data sekunder time series
dalam periode waktu tahun 2014-2018. Data time series atau data runtut
waktu yaitu rangkaian nilai yang diambil pada waktu yang berbeda. Data
tersebut dapat dikumpulkan secara berkala pada interval waktu tertentu,
misalnya harian, mingguan, bulanan, atau tahunan (Sujarweni, 2015: 90).
Dalam perhitungan statistik, alat yang digunakan guna membantu
olah data adalah aplikasi perangkat lunak SPSS versi 23 yang merupakan
program statistik yang berfungsi untuk membantu dalam proses data
statistik secara tepat dan cepat, dan menghasilkan berbagai output yang
dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Analisis ini memberikan
suatu gambaran yang nantinya akan diinterpretasikan dalam pembahasan.
70
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini yaitu bank umum syariah di Indonesia
yang berjumlah 14 unit bank umum syariah berdasarkan data dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dengan periode tahun penelitian 2014-2018. Data
dalam penelitian ini berdasarkan laporan tahunan (annual report) yang
diterbitkan oleh masing-masing perusahaan setiap tahunnya. Hasil
pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dimana
sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah sampel yang
memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
B. Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
dari suatu data melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, minimum
(min), dan maksimum (max). Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk
semua variabel yang ada dalam penelitian ini. Berikut hasil statistik
deskriptif dari seluruh variabel yang diuji dalam penelitian ini dengan
program SPSS 23:
71
Tabel 4.1
Hasil Uji Statisitik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Profitabilitas 55 -.2013 .1240 .003558 .0478456
Ukuran bank 55 27.2184 32.2195 30.053542 1.1878997
Kepemilikan
Institusional 55 .0084 1.0000 .981735 .1336819
Kepemilikan
Manajerial 55 .0000 1.5101 .136998 .4035104
Komisaris
independen 55 .4000 1.0000 .658800 .1499271
ISR 55 .5208 .8750 .676213 .0897369
Valid N
(listwise) 55
Sumber: Data diolah, 2019.
Pada tabel 4.1 menjelaskan hasil dari pengujian statistik deskriptif
pada tahun 2014-2018 adalah sebanyak 55 data pengamatan. Dari tabel 4.1
juga dapat dilihat besarnya nilai minimum, maximum, mean, dan standar
deviasi dari setiap variabel. Tabel ini digunakan untuk membantu dalam
melakukan identifikasi terhadap besar kecilnya penyimpangan atas
masing-masing variabel yang mempengaruhi variabel satu dengan yang
lainnya. Berikut penjelasan dari tiap-tiap variabel:
a. Variabel Profitabilitas memiliki nilai terkecil (minimum) -0,2013 dan
nilai tertinggi (maksimum) 0,1240. Nilai rata-rata profitabilitas dari 55
data pengamatan adalah 0,003558 dengan standar deviasi 0,0478456.
Nilai rata-rata lebih kecil dari standar deviasi, sehingga dapat
72
disimpulkan jika nilai penyimpangan yang terjadi melebihi nilai rata-
ratanya.
b. Variabel Ukuran Bank memiliki nilai terkecil (minimum) 27,2184 dan
nilai tertinggi (maksimum) 32,2195. Nilai rata-rata ukuran bank dari
55 data pengamatan adalah 30,053542 dengan standar deviasi
1,1878997. Nilai rata-rata lebih besar dari standar deviasi, sehingga
dapat disimpulkan jika nilai penyimpangan yang terjadi tidak melebihi
nilai rata-ratanya.
c. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai terkecil (minimum)
0.0084 dan nilai tertinggi (maksimum) 1,00. Nilai rata-rata
kepemilikan institusional dari 55 data pengamatan adalah 0,981735
dengan standar deviasi 0,1336819. Nilai rata-rata lebih besar dari
standar deviasi, sehingga dapat disimpulkan jika nilai penyimpangan
yang terjadi tidak melebihi nilai rata-ratanya.
d. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai terkecil (minimum)
0.0000 dan nilai tertinggi (maksimum) 1,5101. Nilai rata-rata
kepemilikan manajerial dari 55 data pengamatan adalah 0,136998
dengan standar deviasi 0,4035104. Nilai rata-rata lebih kecil dari
standar deviasi, sehingga dapat disimpulkan jika nilai penyimpangan
yang terjadi melebihi nilai rata-ratanya.
e. Variabel komisaris independen memiliki nilai terkecil (minimum)
0,4000 dan nilai tertinggi (maksimum) 1.0000. Nilai rata-rata
komisaris independen dari 55 data pengamatan adalah 0.658800
73
dengan standar deviasi 0.1499271. Nilai rata-rata lebih kecil dari
standar deviasi, sehingga dapat disimpulkan jika nilai penyimpangan
yang terjadi melebihi nilai rata-ratanya.
f. Variabel ISR memiliki nilai terkecil (minimum) 0,5208. Sedangkan
nilai tertinggi (maksimum) 0.8750. Nilai rata-rata ISR dari 55 data
pengamatan adalah 0.676213 dengan standar deviasi 0.0897369. Nilai
rata-rata lebih besar dari standar deviasi, sehingga dapat disimpulkan
jika nilai penyimpangan yang terjadi tidak melebihi nilai rata-ratanya.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2013: 154). Dalam penelitian ini menggunakan uji
normalitas residual dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S test) merupakan pengujian statistik paling
mendasar dan paling banyak digunakan. Konsep dasarnya adalah
melakukan pengukuran normalitas suatu data dengan membandingkan
serangkaian data paa sampel terhadap distribusi normal serangkaian
nilai dengan mean dan standar deviasi yang sama. Uji Kolmogorov-
Smirnov merupakan uji yang lebih kuat daripada uji chi-square ketika
asumsi-asumsinya terpenuhi (Wahana Komputer, 2017:128).
74
Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, normalitas distribusi suatu
data akan dengan lebih cepat diketahui karena dapat diketahui dari
perhitungan nilai signifikansi (p) dengan aturan (Wahana Komputer,
2017:128):
1) Jika p > 0,05 maka data terdistribusi normal
2) Jika p < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal
Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji normalitas data residual
dengan menggunakan program SPSS 23 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 55
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .06115207
Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .076
Negative -.103
Test Statistic .103
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data diolah, 2019
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa nilai signifikansi dari
profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional dan kepemilikan
75
manajerial sebesar 0,200 lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa
penelitian memiliki distribusi data normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan linear (korelasi) yang sempurna diantara variabel-variabel
independen. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi
diantara variabel independen. Apabila nilai tolerance ≤ 0,01 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10 , maka model regresi menunjukkan adanya
multikolinearitas (Ghozali, 2013). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Profitabilitas .957 1.045
Ukuran bank .893 1.120
Kepemilikan Institusional .897 1.115
Kepemilikan Manajerial .853 1.172
a. Dependent Variable: ISR
Sumber: Data diolah, 2019
Hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.3 menunjukkan hasil bahwa
variabel independen profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional,
dan kepemilikan manajerial memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF <
76
10 sehingga dapat diartikan jika variabel-variabel independen tersebut
tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Uji heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan pendekatan grafik. Di bawah ini, hasil uji
heteroskedastisitas menggunakan pendekatan glejser.
Uji Glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual
terhadap variabel independen lainnya. Dasar pengambilan keputusannya
adalah hipotesis diterima jika nilai signifikansi > 5%. Berikut ini
merupakan hasil uji glejser dengan menggunakan program SPSS 23:
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .220 .126 1.744 .087
Profitabilitas -.038 .101 -.051 -.373 .710
Ukuran bank -.007 .004 -.249 -1.760 .084
Kepemilikan Institusional .051 .037 .194 1.376 .175
Kepemilikan Manajerial -.002 .013 -.018 -.127 .900
a. Dependent Variable: abs
77
Berdasarkan hasil diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial masing-masing lebih besar dari 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedasitas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .732a .536 .498 .0635511 2.169
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Kepemilikan
Institusional, Ukuran bank
b. Dependent Variable: ISR
Sumber: Data diolah, 2019
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil nilai Durbin Watson adalah
2,169. Nilai ini terletak antara du (1,724) dan 4- du (2,276) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (Uji Adjusted R2)
Uji analisis koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali,
2013:95). Berikut hasil uji analisis koefisien determinasi:
78
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .732a .536 .498 .0635511
a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas,
Kepemilikan Institusional, Ukuran bank
b. Dependent Variable: ISR
Sumber: Data diolah, 2019
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang di masukkan ke dalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti
meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R²
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke
dalam model (Ghozali, 2013: 95).
Tabel 4.6 menunjukkan hasil bahwa nilai adjusted R2 pada model
regresi sebesar 0,498. Hal ini berarti sebesar 49,8% variasi ISR yang dapat
dijelaskan oleh variabel profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial. Sedangkan sisanya 50,2%
(100%-49,8%) diterangkan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian
ini.
79
b. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen
berpengaruh secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen (Bawono, 2006:100). Untuk mengetahui apakah secara bersama-
sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan atau tidak, dapat dilihat dengan melihat besarnya nilai
signifikansinya. Jika nilai sign. lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa pada α
sebesar 0,05 variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan (Bawono, 2006: 101-102). Berikut
hasil uji simultan disajikan pada tabel 4.8:
Tabel 4.7
Hasil Uji F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .233 4 .058 14.417 .000b
Residual .202 50 .004
Total .435 54
a. Dependent Variable: ISR
b. Predictors: (Constant), KepemilikanManajerial, Profitabilitas,
KepemilikanInstitusional, Ukuran bank
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 4.7 menunjukkan nilai signifikansi hasil uji F sebesar 0,000
kurang dari 0,05 dan nilai F hitung sebesar 14.417. Hal ini menunjukkan
bahwa semua variabel independen yakni profitabilitas, ukuran bank,
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu ISR.
80
c. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji-t)
Uji t atau uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 97). Untuk mengetahui
signifikan dan tidaknya variabel independen secara individu
mempengaruhi variabel dependen, dapat dilihat dari besarnya nilai sign.
Jika nilai sign. lebih kecil dari α=0,05 berarti bahwa pada sebesar 0,05
variabel independen secara sendiri-sendiri mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan (Bawono, 2006:103). Berikut hasil pengujian
secara parsial (uji t):
Tabel 4.8
Hasil Analisis Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.856 .231 -3.704 .001
Profitabilitas .423 .185 .225 2.288 .026
Ukuran bank .050 .008 .656 6.436 .000
Kepemilikan Institusional .044 .068 .066 .650 .518
Kepemilikan Manajerial -.022 .023 -.100 -.959 .342
a. Dependent Variable: ISR
Sumber: Data diolah, 2019
Keterangan:
1) Konstanta -0.856 menyatakan bahwa jika rata-rata variabel independen
konstan, maka rata-rata tingkat ISR akan turun sebesar 0.856 satuan.
81
Koefisien regresi Profitabilitas sebesar 0.423 menyatakan bahwa setiap
kenaikan satu kesatuan rasio Profitabilitas akan menaikkan tingkat ISR
sebesar 0.423 satuan.
2) Koefisien regresi ukuran bank sebesar 0.050 menyatakan bahwa setiap
kenaikan satu satuan rasio ukuran bank akan menaikkan tingkat ISR
sebesar 0.050 satuan.
3) Koefisien regresi Kepemilikan Institusional sebesar 0.044 menyatakan
bahwa setiap kenaikan satu kesatuan rasio Kepemilikan Institusional akan
menaikkan tingkat ISR sebesar 0.044 satuan.
4) Koefisien regresi Kepemilikan Manajerial sebesar -0.022 menyatakan
bahwa setiap kenaikan satu kesatuan rasio Kepemilikan Manajerial akan
menurunkan tingkat ISR sebesar 0.022 satuan.
Hipotesis 1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ISR
Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap ISR. Berdasarkan pada tabel 4.8 dapat dilihat
bahwa nilai koefisien regresinya sebesar 0,423 dengan signifikansi sebesar
0.026 yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05 menandakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap ISR, dengan demikian H1
diterima.
Hipotesis 2 : Ukuran bank berpengaruh positif terhadap ISR
Hipotesis kedua penelitian ini menyatakan bahwa ukuran bank
berpengaruh terhadap ISR. Berdasarkan hasil pengolahan yang
ditampilkan pada tabel 4.8 diperoleh nilai koefisien regresinya sebesar
82
0,050 dengan signifikansi sebesar 0.000 yang nilai signifikansinya lebih
kecil dari 0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran bank
memiliki pengaruh positif terhadap ISR, dengan demikian H2 diterima.
Hipotesis 3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap
ISR
Berdasarkan pada tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ISR, dimana kepemilikan institusional memperoleh nilai
koefisien regresinya sebesar 0,044 dan memiliki nilai signifikansi sebesar
0.518 yang lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap
ISR, dengan demikian H3 ditolak.
Hipotesis 4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
ISR
Berdasarkan hasil pengolahan yang ditampilkan pada tabel 4.8 di
atas, dapat diketahui bahwa kepemilikan manajerial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ISR, dimana kepemilikan manajerial
memperoleh nilai koefisien regresinya sebesar -0,022 dan memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.342 atau lebih besar dari 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ISR, dengan demikian H4 ditolak.
83
4. Analisis Nilai Selisih Mutlak
Pengujian nilai selisih mutlak dilakukan untuk mengetahui
pengaruh komisaris independen sebagai variabel moderasi terhadap
hubungan tingkat profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR).
Tabel 4.9
Koefisien Determinan Uji Nilai Selisih Mutlak
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,836a ,699 ,639 ,05393
a. Predictors: (Constant), absX4_X5, Zscore:
Profitabilitas, Zscore: Komisaris independen, Zscore:
Ukuran bank, Zscore: Kepemilikan Institusional,
absX1_X5, absX2_X5, absX3_X5, Zscore: Kepemilikan
Manajerial
Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,639
lebih besar dari nilai adjusted R2 pada tabel 4.7. Hal tersebut berarti
menunjukkan bahwa setelah adanya variabel moderasi yakni komisaris
independen dapat meningkatkan nilai adjusted R2 sebelumnya yang
ditampilkan pada tabel 4.6 yang bernilai 0,498.
84
Tabel 4.10
Hasil Uji statistik selisih mutlak
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,304 9 ,034 11,607 ,000b
Residual ,131 45 ,003
Total ,435 54
a. Dependent Variable: ISR
b. Predictors: (Constant), absX4_X5, Zscore: Profitabilitas, Zscore: Komisaris
independen, Zscore: Ukuran bank, Zscore: Kepemilikan Institusional,
absX1_X5, absX2_X5, absX3_X5, Zscore: Kepemilikan Manajerial
Sumber: Data diolah, 2019
Hasil Anova atau F test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar
11,607 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh di bawah 0,05. Hal ini
berarti menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu
profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial serta variabel moderasi (komisaris independen) secara bersama-
sama atau simultan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial
menggunakan ISR.
85
Tabel 4.11
Hasil Uji Selisih Mutlak
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,649 ,029 22,733 ,000
Zscore: Profitabilitas ,025 ,008 ,277 3,143 ,003
Zscore: Ukuran bank ,054 ,009 ,602 6,173 ,000
Zscore: Kepemilikan
Institusional -,065 ,027 -,724 -2,376 ,022
Zscore: Kepemilikan
Manajerial -,074 ,046 -,830 -1,615 ,113
Zscore: Komisaris
independen -,028 ,019 -,308 -1,428 ,160
absX1_X5 -,021 ,010 -,217 -2,069 ,044
absX2_X5 ,046 ,012 ,447 3,878 ,000
absX3_X5 -,095 ,037 -1,066 -2,537 ,015
absX4_X5 ,064 ,046 ,840 1,403 ,167
a. Dependent Variable: ISR
Sumber: Data diolah, 2019
Dari tabel 4.11 tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh profitabilitas terhadap ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak menunjukkan bahwa
variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISR
dengan nilai koefisien sebesar 0,025 serta nilai signifikansinya sebesar
0,003. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu kesatuan rasio
profitabilitas akan meningkatkan tingkat ISR sebesar 0,025 satuan.
Dengan demikian, H1 pada penelitian ini yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap ISR diterima.
86
Hasil dari penelitian ini diperkuat dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Othman, et.al. (2009) yang
meneliti tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ISR
perusahaan syariah di Malaysia dimana hasil penelitiannya menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).
Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratama dkk. (2018) yang dalam penelitiannya berjudul
“Determinan Pengungkapan terhadap Islamic Social Reporting (ISR)
pada Perbankan Syariah dengan Komisaris Independen sebagai
Variabel Moderating” yang menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR). Widiawati dan Raharja (2012) yang melakukan
penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ISR
perusahaan yang terdapat pada Daftar Efek Syariah (DES) juga
menyatakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ISR.
b. Pengaruh Ukuran Bank terhadap ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak menunjukkan bahwa
variabel ukuran bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap ISR
dengan nilai koefisien sebesar 0,054 serta nilai signifikansinya sebesar
0,000. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu kesatuan rasio ukuran
bank akan meningkatkan tingkat ISR sebesar 0,054 satuan. Dengan
87
demikian, H2 pada penelitian ini yang menyatakan bahwa ukuran bank
berpengaruh positif terhadap ISR diterima.
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Pratama dkk. (2018) dan Othman et.al. (2009) yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ISR.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian dari
Nuryaman (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan dapat mempengaruhi pengungkapan sukarela.
Semakin besar suatu perusahaan, maka perusahaan akan menghadapi
biaya politik yang tinggi, perusahaan besar akan menghadapi tuntutan
lebih besar dari para stakeholder untuk menyajikan laporan keuangan
yang lebih transparan.
Akan tetapi, hasil dari penelitian ini bertentangan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu dan Cahyati (2014)
dan Lestari (2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.
c. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ISR dengan nilai koefisien sebesar -0,065 serta nilai
signifikansinya sebesar 0,022. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan
satu kesatuan rasio kepemilikan institusional akan menurunkan tingkat
88
ISR sebesar 0,065 satuan. Dengan demikian, H3 pada penelitian ini
yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap ISR ditolak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Terzaghi (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Menurut Terzaghi (2012), kondisi seperti ini
mencerminkan kepemilikan institusi di Indonesia belum
mempertimbangkan tanggung jawab sosial sebagai salah satu kriteria
dalam melakukan investasi sehingga para investor institusi ini
cenderung tidak menekan perusahaan untuk mengungkapkan CSR
secara detail dalam laporan tahunan perusahaan. Bahkan terkadang
investor institusional hanya memfokuskan untuk memaksimalkan
keuntungan saja tanpa mempedulikan tanggung jawab sosial
perusahaan.
d. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak menunjukkan bahwa
variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ISR dengan nilai koefisien sebesar -0,074 serta nilai
signifikansinya sebesar 0,113. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan
satu kesatuan rasio kepemilikan manajerial akan menurunkan tingkat
ISR sebesar 0,074 satuan. Dengan demikian, H4 pada penelitian ini
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif
89
terhadap ISR ditolak. Hasil penelitian yang negatif dan tidak signifikan
ini menunujukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap ISR.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Terzaghi (2012) dan Janra (2015) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Terzaghi (2012), hal ini
dimungkinkan karena secara statistik rata-rata jumlah kepemilikan
saham manajerial pada perusahaan di Indonesia relatif kecil sehingga
belum terdapat keselarasan kepentingan antara pemilik dan manajer.
Adanya kepemilikan manajerial yang relatif kecil menyebabkan
manajer belum dapat memaksimalkan nilai perusahaan melalui
pengungkapan CSR.
e. Komisaris independen memoderasi hubungan antara profitabilitas
terhadap pengungkapan ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak dapat disimpulkan bahwa
koefisien regresi nilai absolut perbedaan antara profitabilitas dan ISR
(absX1_X5) yaitu sebesar -0,021 dengan tingkat signifikansi 0,044. Hal
tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan rasio
absX1_X5 akan menurunkan tingkat pengungkapan ISR sebesar 0,021.
Dengan tingkat signifikansi 0,044 < 0,05 maka hipotesis H5 yang
menyatakan bahwa komisaris independen memoderasi hubungan antara
90
profitabilitas bank umum syariah terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR) diterima.
Hasil dari penelitian ini memperkuat hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2018) yang meneliti
tentang determinan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
dimana menunjukkan hasil bahwa komisaris independen dapat
memoderasi hubungan antara profitabilitas terhadap ISR. Dengan
keberadaan komisaris independen pada bank umum syariah yang
memiliki profit yang cukup tinggi akan mendorong untuk melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial berdasarkan Islamic Social
Reporting.
f. Komisaris independen memoderasi hubungan antara ukuran bank
terhadap pengungkapan ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak dapat disimpulkan bahwa
koefisien regresi nilai absolut perbedaan antara profitabilitas dan ISR
(absX2_X5) yakni sebesar 0,046 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan absX2_X5 akan
menaikkan atau meningkatkan tingkat pengungkapan ISR sebesar
0,046. Tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 maka hipotesis H6 yang
menyatakan bahwa komisaris independen memoderasi hubungan antara
ukuran bank umum syariah terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR) diterima. Diterimanya hipotesis ini menunjukkan
bahwa peran komisaris independen pada bank umum syariah yang
91
berukuran besar maka semakin besar pula tingkat independensi dan
efektivitas dalam menjalankan fungsi pengawasannya terhadap
pengelolaan perusahaan sehingga pengungkapan Islamic Social
Reporting semakin luas.
Hasil dari penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2018) yang meneliti
tentang determinan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
dimana menunjukkan hasil bahwa komisaris independen tidak
memoderasi hubungan antara ukuran bank terhadap ISR.
g. Komisaris independen memoderasi hubungan antara kepemilikan
institusional terhadap pengungkapan ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak dapat disimpulkan bahwa
koefisien regresi nilai absolut perbedaan antara profitabilitas dan ISR
(absX3_X5) yakni sebesar -0.095 dengan tingkat signifikansi 0,015.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan absX3_X5
akan menurunkan tingkat pengungkapan ISR sebesar 0,095. Tingkat
signifikansi 0,015 < 0,05 maka hipotesis H6 yang menyatakan bahwa
komisaris independen memoderasi hubungan antara kepemilikan
institusional bank umum syariah terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR) diterima.
Hasil dari penelitian ini memperkuat hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Pratama dkk. (2018) yang meneliti
tentang determinan pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
92
dimana menunjukkan hasil bahwa komisaris independen dapat
memoderasi hubungan antara kepemilikan institusional terhadap
pengungkapan ISR. Peran komisaris sebagai penghubung antara
kepentingan pemegang saham dan manajemen untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan bank umum syariah.
h. Komisaris independen memoderasi hubungan antara kepemilikan
manajerial terhadap pengungkapan ISR
Berdasarkan hasil uji selisih mutlak dapat disimpulkan bahwa
koefisien regresi nilai absolut perbedaan antara profitabilitas dan ISR
(absX4_X5) yakni sebesar 0.064 dengan tingkat signifikansi 0,167. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan absX4_X5 akan
menaikkan atau meningkatkan tingkat pengungkapan ISR sebesar
0,064. Tingkat signifikansi 0,167 > 0,05 maka hipotesis H7 yang
menyatakan bahwa komisaris independen memoderasi hubungan antara
kepemilikan manajerial bank umum syariah terhadap pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) ditolak. Ditolaknya hipotesis ini
menunjukkan bahwa peran komisaris independen pada bank umum
syariah yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak manajemen
dianggap kurang efektif sehingga tingkat pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR) semakin rendah.
93
Tabel 4.12
Hasil Penelitian
Hipotesis Hasil
H1
Profitabilitas berpengaruh
positif terhadap
pengungkapan ISR
Diterima
H2
Ukuran bank berpengaruh
positif terhadap
pengungkapan ISR
Diterima
H3
Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif
terhadap pengungkapan
ISR
Ditolak
H4
Kepemilikan manajerial
berpengaruh positif
terhadap pengungkapan
ISR
Ditolak
H5
Komisaris independen
memoderasi hubungan
antara profitabilitas
terhadap pengungkapan
ISR
Diterima
H6
Komisaris independen
memoderasi hubungan
antara ukuran bank
terhadap pengungkapan
ISR
Diterima
H7
Komisaris independen
memoderasi hubungan
antara kepemilikan
institusional terhadap
pengungkapan ISR
Diterima
H8
Komisaris independen
memoderasi hubungan
antara kepemilikan
manajerial
terhadap pengungkapan
ISR
Ditolak
Sumber: Data diolah, 2019
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menguji
pengaruh profitabilitas, ukuran bank, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial dengan komisaris independen sebagai variabel
moderasi. Maka, dapat disimpulkan hasil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
2. Variabel ukuran bank berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
3. Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
4. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
95
5. Variabel komisaris independen mampu memoderasi pengaruh antara
profitabilitas terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
6. Variabel komisaris independen mampu memoderasi pengaruh antara
ukuran bank terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
7. Variabel komisaris independen mampu memoderasi pengaruh antara
kepemilikan institusional terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR) Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
8. Variabel komisaris independen tidak memoderasi pengaruh antara
kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting (ISR) Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018.
B. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat unsur subjektivitas peneliti dalam pemberian nilai (scoring)
pada masing-masing item pengungkapan Islamic Social Reporting
(ISR) dikarenakan belum adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan
acuan.
2. Sumber data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini hanya
terbatas pada laporan tahunan (annual report) perusahaan saja
sehingga informasi pengungkapan ISR yang didapatkan dirasa kurang
maksimal.
96
3. Periode penelitian yang hanya lima tahun sehingga analisis
pengungkapan ISR dirasa kurang mendalam.
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut di atas, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat memperluas objek
penelitian, tidak hanya dalam lingkup perbankan syariah saja tetapi
juga dapat menggunakan perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index (JII) dan Indonesia Sharia Stock Index (ISSI).
2. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menambah sumber data atau
informasi pengungkapan ISR seperti laporan-laporan lainnya yang
dikeluarkan oleh perusahaan, koran, maupun dari informasi lainnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel-
variabel independen lain yang dapat mencerminkan atau
mempengaruhi Islamic Social Reporting (ISR) pada suatu perbankan
atau perusahaan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperpanjang periode
penelitian supaya dapat diketahui perkembangan pengungkapan ISR
dari tahun ke tahun.
5. Bagi pemerintah, disarankan untuk mengeluarkan peraturan khusus
tentang praktik pengungkapan ISR pada perbankan syariah di
97
Indonesia karena belum adanya peraturan baku tentang item-item
pengungkapan ISR.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mal An. 2010. Corporate Governance: Perbankan Syariah di
Indonesia. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Adnan, Ridwan dan Fildzah. 2016. Pengaruh Ukuran Bank, Dana Pihak
Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Loan To Deposit Ratio
Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis. Vol.3, No.2.
Ahmad, Afridian Wirahadi dan Yossi Septriani. 2008. Konflik Keagenan :
Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya. Jurnal Akuntansi &
Manajemen. Vol. 3, No. 2, Desember 2008.
Amal, Muhammad I. 2011. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan
Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Skripsi.
Semarang: UNDIP.
Anggraini, Fr. Reni. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam
Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-
Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional
Akuntansi 9. Padang.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.
Jakarta: Gema Insani Press.
Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analysis dengan SPSS. Salatiga:
STAIN Salatiga.
Chariri, Charles. 2012. Analisis Pengaruh Islamic Corporate Governance
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi
Kasus Pada Bank Syariah Di Asia). Diponegoro Journal of
Accounting.
Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah: Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta:
Teras.
Dananjaya, Dewa G.Y. dan Putu Agus Ardiana. 2016. Proporsi Dewan
Komisaris Independen sebagai Pemoderasi Pengaruh Kepemilikan
Institusional pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi. Vol. 15,
No. 2, Mei 2016.
Dipika, Nur Anisa. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Islamic Social
Reporting (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2010-2012). Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Endraswati, Hikmah.2017. Struktur Islamic Corporate Governance dan
Kualitas Pengungkapan Laporan Keuangan pada Bank Syariah di
Indonesia Perspektif Governance dan Finance. Salatiga: LP2M-
Press IAIN SALATIGA.
Fitria, Soraya dan Dwi Hartanti. 2010. Islam dan Tanggung Jawab Sosial:
Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting
Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks. Simposium
Nasional Akuntansi 13. Purwokerto.
Gestari, Intan. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting
Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Doctoral Dissertation.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haniffa, R. 2002. Social Reporting Disclosure-An Islamic Perspective.
Indonesian Management & Accounting Research. Vol. 1 No. 2.
Harahap, Nurlaila, dkk. 2017. Pengaruh Islamic Social Reporting (ISR),
Umur Perusahaan dan Kepemilikan Saham Publik terhadap
Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta
Islamic Index (JII) tahun 2010-2014. Kitabah. Vol.1, No.1, Juni
2017.
Husna, Saidatul. 2016. Pengaruh Good Corporate Governance dan Kinerja
Keuangan terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting pada
Perbankan Syariah di Indonesia. Skripsi. UIN Suska Riau.
Inuzula, Lakharis, dkk. 2015. Peran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan
Komisaris dalam Mengungkapkan Islamic Social Reporting pada
Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Magister Akuntansi.Vol.
4, No.4, Nopember 2015.
Janra, Diyong Murdi. 2015. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage,
Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Studi Empiris
Pada Perusaahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-
2013). Jurnal Akuntansi. Vol. 3, No. 1, Februari 2015.
Khoiruddin, Amirul. 2013. Pengaruh Elemen Good Corporate Governance
Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Kurniawati, Mahardhika dan Rizal Yaya. 2017. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Kinerja Keuangan dan Kinerja Lingkungan
terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting. Jurnal Akuntansi
dan Investasi, Vol. 18 No. 2. Yogyakarta.
Lestari, Santi. 2015. Pengaruh Tingkat Profitabilitas , Likuiditas Leverage,
Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan terhadap pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) pada Perbankan Syariah Indonesia
Tahun 2010.2014. Naskah publikasi.
Maali, B., Casson, P., & Napier, C. 2006. Social Reporting by Islamic
Banks. ABACUS. Vol.42, No. 2.
Mahdalena. 2017. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris Independen,
Ukuran Dewan Pengawas Syariah, Ukuran Komite Audit, dan
Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility berdasarkan indeks Islamic Social Reporting pada
Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia. Skripsi.
Riau: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Mahmudah, Siti. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Bank, Leverage
terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting dengan Komisaris
Independen sebagai Variabel Moderating. Skripsi. Salatiga: IAIN
Salatiga.
Mardikanto, Totok. 2014. Corporate Social Responsibility: Tanggung
Jawab Sosial Korporasi. Bandung: Alfabeta.
Mawaddah, Nur. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Bank Syariah. Jurnal Etikonomi. Vol. 14, No. 2, Oktober 2015.
Muntoro, Ronny Kusuma. 2006. Membangun Dewan Komisaris yang
Efektif. Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia. Vol 3, No. 11.
Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate
Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam
Satu Continuum. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol.11, No.1.
Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syariah Modern.
Yogyakarta: Andi.
Natalylova, K. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Corporate
Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan Yang Mendapat
Indonesia Sustainability Awards. Jurnal Media Bisnis Universitas
Trisakti. Vol. 5 No. 3, Nopember 2013.
Nur, Marzully dan Denies Priantinah. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility di
Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile
yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Nominal. Vol. 1, No.
1.
Nuryaman. 2009. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan,
dan Mekanisme. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6,
No. 1, Juni 2009.
Othman, et.al. 2009. Determinants of Islamic Social Reporting Among Top
Shariah-Approved Companies in Bursa Malaysia. Research Journal
International Studies.
Otoritas Jasa Keuangan. 2018. Statistik Perbankan Indonesia Desember
2018. www.ojk.go.id.
Ousama, A.A. dan A. H. Fatima. 2006. The determinants of voluntary
disclosure in the annual reports by Shariah-Approved companies
listed on Bursa Malaysia”, Paper presented at IIUM International
Accounting Conference 3, Malaysia, 26-28 June.
Pratama. dkk. 2018. Determinan Pengungkapan Islamic Social Reporting
(ISR) pada Perbankan Syariah dengan Komisaris Independen
Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ekonomi, Keuangan dan
Perbankan Syariah. Vol. 1, No. 2.
Qoyum, Abdul, dkk. 2017. The Impact of Good Corporate Governance,
Company Size Nn Corporate Social Responsibility Disclosure : Case
Study of Islamic Banking in Indonesia. Iqtishadia. Vol. 10, No.1.
Rahayu, R. S., & Cahyati, A. D. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada
Perbankan Syariah. Jurnal Fakultas Ekonomi. Vol. 5, No. 2,
Agustus 2014.
Ramdhaningsih, Amalia dan I Made Karya Utama. 2013. Pengaruh
Indikator Good Corporate Governance dan Profitabilitas pada
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi.
Vol. 3, No.3, Juni 2013.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian: Public Relations & Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Santioso, Linda dan Erlin Chandra. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage
dan Umur Perusahaan, dan Dewan Komisaris Independen dalam
Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Vol. 14, No. 1, April 2012.
Savira, Mariska Nanda. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran
Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Pengawas Syariah,
Crossdirectorship, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institusional terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Setiawan, Iwan, dkk. 2016. Apakah Ukuran, Profitabilitas, dan Praktik
Manajemen Laba Memengaruhi Tingkat Pelaksanaan dan Pelaporan
Islamic Social Reporting Pada Perbankan Syariah Di Indonesia?.
Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisni. Vol. 3, No. 2, Oktober 2016.
Setyarini, Yulia dan Melvie Paramitha. 2011. Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibility.
Jurnal Kewirausahaan. Vol. 5, No. 2, Desember 2011.
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Maz’ud. 2006. Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.
Sinaga, Cyntia Habibah dan I Made Sadha Suardikha. 2019. Pengaruh
Leverage dan Capital Intensity pada Tax Avoidance dengan Proporsi
Komisaris Independen sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal
Akuntansi.Vol. 27, No. 1, April 2019.
Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility; From Charity to
Sustainability.Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Sujarweni, Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi.
Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Sulistyawati, dkk. 2016. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pada Laporan Keuangan dan Determinasinya. Seminar Nasional
IENACO.
Taufik, dkk. 2015. Pengaruh Islamic Governance Score, Leverage Dan
Profitabilitas Terhadap Islamic Social Reporting Index pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis
Sriwijaya. Vol.13, No. 2.
Terzaghi, Muhammad Titan. 2012. Pengaruh Earning Management dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi
(JENIUS). Vol.2, No. 1, Januari 2012.
Untoro, Dwi Arini dan Zulaikha. 2013. Pengaruh Karakteristik Good
Corporate Governance (GCG) terhadap Luas Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR). Diponegoro Journal of
Accounting. Vol. 2, No. 2.
Untung, Budi. 2014. CSR dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: ANDI.
Wahana Komputer. 2017. Shortcourse Mudah Menguasai SPSS.Yogyakarta:
ANDI.
Widiawati, Septi dan Surya Raharja. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Islamic Social Reporting Perusahaan - Perusahaan
Yang Terdapat Pada Daftar Efek Syariah Tahun 2009-2011.
Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1, Nomor 2, Tahun
2012.
Widyaningsih, Dewi. 2018. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Komisaris Independen, Serta Komite Audit Pada Nilai
Perusahaan Dengan Pengungkapan CSR sebagai Variabel
Moderating dan Firm Size sebagai Variabel Kontrol. Jurnal
Akuntansi dan Pajak. Vol. 19, No. 1, September 2018.
Yuliani, Rahma Dwi. 2016. Corporate Governance dan Pengungkapan
Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia dan
Malaysia (Studi Empiris Pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan
Malaysia Tahun 2012-2014). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Yusuf, Bachtiar. 2016. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan
Profitabilitas terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
pada Perbankan Syariah Periode 2012-2014. Skripsi. Pekalongan:
STAIN Pekalongan.
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance pada Badan
Usaha, Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya.
Bandung: Alfabeta.
Zulaikha. 2014. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Corporate Social Reporting. Jurnal
Akuntansi & Auditing. Volume 10, No. 2, Mei 2014.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Laporan Tahunan Bank Umum Syariah Periode 2014-2018
TAHUN Total Asset ROA (X1)
Ukuran
Bank (X2)
INST
(X3)
MJR
(X4)
KI
(X5)
Indeks
ISR (Y)
BMI 2014 Rp 62.413.310.000.000 0,0017 31,76 1 0 0,5 0,75
BMI 2015 Rp 57.141.000.000.000 0,002 31,67 1 0 0,5 0,77083
BMI 2016 Rp 55.786.000.000.000 0,0022 31,65 1 1,5101 0,6 0,75
BMI 2017 Rp 61.697.000.000.000 0,0011 31,75 1 1,5101 0,4 0,72917
BMI 2018 Rp 57.227.000.000.000 0,0008 31,67 1 1,5101 0,6 0,72917
BSM 2014 Rp 66.955.671.000.000 0,0017 31,83 1 0 0,6 0,79167
BSM 2015 Rp 70.369.709.000.000 0,0056 31,88 1 0 0,6 0,79167
BSM 2016 Rp 78.831.722.000.000 0,0059 31,99 1 0 0,6 0,79167
BSM 2017 Rp 87.915.020.000.000 0,0059 32,10 1 0 0,75 0,79167
BSM 2018 Rp 98.341.116.000.000 0,0088 32,21 1 0 0,75 0,875
BNIS 2014 Rp 20.341.033.000.000 0,0127 30,60 1 0 0,6667 0,75
BRIS 2014 Rp 24.230.247.000.000 0,0008 30,64 1 0 0,8 0,75
BRIS 2015 Rp 27.687.188.000.000 0,0077 30,81 1 0 0,6 0,64583
BRIS 2016 Rp 31.543.384.000.000 0,0095 30,95 1 0 0,6 0,75
BRIS 2017 Rp 37.915.084.000.000 0,0051 31,08 1 0 0,75 0,72917
BRIS 2018 Rp 19.492.112.000.000 0,0043 31,26 1 0 0,75 0,70833
BNIS 2015 Rp 23.017.667.000.000 0,0143 30,76 1 0 0,6667 0,75
BNIS 2016 Rp 28.314.000.000.000 0,0144 30,97 1 0 0,5 0,79167
BNIS 2017 Rp 34.822.000.000.000 0,0131 31,18 1 0 0,75 0,77083
BNIS 2018 Rp 41.049.000.000.000 0,0142 31,34 1 0 0,5 0,77083
BCAS 2014 Rp 2.994.400.000.000 0,008 28,72 1 0 0,6667 0,66667
BCAS 2015 Rp 4.349.600.000.000 0,01 29,10 1 0 0,6667 0,60417
BCAS 2016 Rp 4.995.600.000.000 0,011 29,23 1 0 0,6667 0,625
BCAS 2017 Rp 5.961.000.000.000 0,012 29,41 1 0 0,6667 0,75
BCAS 2018 Rp 7.064.000.000.000 0,012 29,58 1 0 0,6667 0,6875
BMS 2014 Rp 7.042.486.000.000 0,0029 29,58 1 0 1 0,54167
BMS 2015 Rp 5.559.820.000.000 0,003 29,34 1 0 1 0,54167
BMS 2016 Rp 6.135.242.000.000 0,0263 29,44 1 0 1 0,64583
BMS 2017 Rp 7.034.300.000.000 0,0156 29,58 1 0 1 0,70833
BMS 2018 Rp 7.336.342.000.000 0,0093 29,62 1 0 1 0,6042
BSB 2014 Rp 5.160.517.000.000 0,0027 29,27 0,9903 0,0097 0,6667 0,70833
BSB 2015 Rp 5.827.154.000.000 0,0079 29,39 1 1 0,5 0,625
BSB 2016 Rp 6.900.890.000.000 -0,0112 29,56 1 1 0,5 0,5875
BSB 2017 Rp 7.166.257.000.000 0,0002 29,60 0,9967 0,0033 0,5 0,625
BSB 2018 Rp 6.328.447.000.000 0,0002 29,47 0,0084 0,9916 0,5 0,58333
BJBS 2014 Rp 6.090.945.000.000 0,0072 29,43 1 0 0,5 0,54167
BJBS 2015 Rp 6.439.966.000.000 0,0025 29,49 1 0 0,5 0,60417
BJBS 2016 Rp 7.441.653.000.000 -0,0809 29,63 1 0 0,5 0,54167
BJBS 2017 Rp 7.713.558.000.000 -0,0569 29,67 1 0 0,75 0,52083
BJBS 2018 Rp 6.741.449.000.000 0,0054 29,53 1 0 1 0,6875
BPDS 2014 Rp 6.207.678.000.000 0,0199 29,45 1 0 0,6667 0,625
BPDS 2015 Rp 7.134.235.000.000 0,0114 29,59 1 0 0,6667 0,70833
BPDS 2016 Rp 8.757.964.000.000 0,0037 29,80 1 0 0,5 0,72917
BPDS 2017 Rp 8.629.275.000.000 -0,1077 29,78 1 0 0,6667 0,52083
BPDS 2018 Rp 8.771.058.000.000 0,0026 29,80 1 0 0,6667 0,66667
BTPNS 2014 Rp 3.780.498.000.000 0,0423 28,96 1 0 0,6667 0,7083
BTPNS 2015 Rp 5.196.199.000.000 0,0524 29,27 1 0 0,6667 0,729167
BTPNS 2016 Rp 7.323.347.000.000 0,09 29,62 1 0 0,6667 0,583333
BTPNS 2017 Rp 9.156.522.000.000 0,112 29,84 1 0 0,6667 0,625
BTPNS 2018 Rp 12.039.275.000.000 0,124 30,11 1 0 0,5 0,7292
MAYBANK 2014 Rp 2.449.723.000.000 0,0361 28,52 1 0 0,5 0,52083
MAYBANK 2015 Rp 1.743.439.000.000 -0,2013 28,18 1 0 0,6667 0,54167
MAYBANK 2016 Rp 1.344.720.000.000 -0,0951 27,92 1 0 0,6667 0,58333
MAYBANK 2017 Rp 1.275.648.000.000 0,055 27,87 1 0 0,6667 0,75
MAYBANK 2018 Rp 661.912.000.000 -0,0686 27,21 1 0 0,6667 0,58333
Lampiran 2
Daftar Indeks Islamic Sosial Reporting (ISR)
No. Item pokok pengungkapan indeks
ISR
Skor Sumber
Referensi
A TEMA KEUANGAN DAN
INVESTASI
1.
Aktivitas yang mengandung riba
(beban bunga dan pendapatan bunga)
1
Haniffa (2002),
Othman et al.
(2009),
Fitria dan
Hartanti
(2010)
2 Kegiatan yang mengandung
ketidakjelasan (gharar)
1
Haniffa (2002),
Othman et
al.(2009),
Setiawan dkk.
(2016)
3 Zakat
(metode yang digunakan, jumlah
zakat dan penerima zakat)
1 Haniffa (2002),
Othman et al.
(2009),
Fitria dan
Hartanti
(2010)
4
Kebijakan atas keterlambatan
pembayaran piutang dan
penghapusan piutang tak tertagih
1
Othman et al.
(2009),
Fitria dan
Hartanti
(2010)
5 Kegiatan investasi (secara umum)
1 Haniffa (2002),
Setiawan dkk.
(2016)
6 Proyek pembiayaan (secara umum) 1 Haniffa (2002),
Setiawan dkk.
(2016)
B TEMA PRODUK DAN
JASA
7 Persetujuan Dewan Pengawas
Syariah untuk suatu produk baru
1 Haniffa (2002),
Setiawan dkk.
(2016)
8 Definisi setiap produk
1 Haniffa (2002),
Setiawan dkk.
(2016)
9 Pelayanan atas keluhan konsumen 1 Haniffa (2002),
Setiawan dkk.
(2016)
C TEMA KARYAWAN
10 Jam kerja karyawan 1 Othman et al.
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
11 Hari libur
1 Othman et al.
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
12 Tunjangan karyawan 1 Haniffa (2002),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
13 Renumerasi karyawan
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
14 Pendidikan dan pelatihan karyawan
(Pengembangan Sumber Daya
Manusia)
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
15 Kesetaraan hak antara pria dan
wanita
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
16 Keterlibatan karyawan
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
17 Kesehatan dan keselamatan
karyawan
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
18 Lingkungan kerja
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
19 Karyawan dari kelompok khusus
(misalnya cacat fisik atau mantan
pengguna narkoba)
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
20 Tempat beribadah yang memadai
bagi karyawan
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
D TEMA SOSIAL
21 Pemberian donasi (sadaqoh) 1 Haniffa (2002),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
22 Wakaf 1 Haniffa (2002),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
23 Pinjaman untuk kebaikan (Qardh
Hassan)
1 Maali et.al
(2003),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
24 Sukarelawan dari kalangan karyawan
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
25 Pemberian beasiswa sekolah
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
26 Pemberdayaan kerja para lulusan
sekolah/kuliah
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
27 Pengembangan generasi muda
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
28 Peningkatan kualitas hidup
masyarakat
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
29 Kepedulian terhadap anak-anak
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
30 Menyokong kegiatan sosial
kemasyarakatan/kesehatan/olahraga
1 Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
E TEMA LINGKUNGAN
31 Konservasi lingkungan hidup
1 Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
32 Tidak membuat polusi lingkungan
hidup
1 Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
33 Pendidikan mengenai lingkungan
hidup
1 Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
34 Penghargaan/sertifikasi lingkungan
hidup
1 Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
35 Sistem manajemen lingkungan
1 Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
F TEMA TATA KELOLA
PERUSAHAAN
36 Status kepatuhan terhadap syariah 1
Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
37 Rincian nama direksi/manajemen
1
Haniffa (2002),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
38 Profil jajaran direksi/manajemen
1
Haniffa (2002),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
39 Rincian tanggung jawab manajemen
1
Haniffa (2002),
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
40 Pernyataan mengenai renumerasi
manajemen
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
41 Jumlah pelaksanaan rapat
manajemen
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
42 Rincian nama dewan pengawas
syariah
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
43 Profil dewan pengawas syariah
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
44 Rincian tanggung jawab dewan
pengawas syariah
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
45 Pernyataan mengenai
renumerasi dewan pengawas
Syariah
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
46 Jumlah pelaksanaan rapat dewan
pengawas syariah
1
Othman et.al
(2009), Setiawan
dkk. (2016)
47 Struktur kepemilikan saham
1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
48 Kebijakan anti korupsi 1
Othman et.al
(2009) , Setiawan
dkk. (2016)
TOTAL 48
Sumber: Data diolah, 2019
LAMPIRAN 3
Data Penilaian (scoring) Indeks ISR
Tahun Item BMI BSM BRIS BNIS BCAS BMS BSB BJBS BPDS MAYBANK BTPNS
2014 A TEMA KEUANGAN DAN INVESTASI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B TEMA PRODUK DAN JASA
7 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
9 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
C TEMA KARYAWAN
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
13 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D TEMA SOSIAL
21 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
23 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
25 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
27 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0
28 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
29 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E TEMA LINGKUNGAN
31 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
32 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 36 38 36 36 32 31 34 26 30 25 28
Tahun Item BMI BSM BRIS BNIS BCAS BMS BSB BJBS BPDS MAYBANK BTPNS
2015 A TEMA KEUANGAN DAN INVESTASI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B TEMA PRODUK DAN JASA
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
C TEMA KARYAWAN
10 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1
18 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D TEMA SOSIAL
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
22 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0
23 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0
26 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
28 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
29 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E TEMA LINGKUNGAN
31 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
32 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 37 38 31 36 29 26 30 29 34 26 28
Tahun Item BMI BSM BRIS BNIS BCAS BMS BSB BJBS BPDS MAYBANK BTPNS
2016 A TEMA KEUANGAN DAN INVESTASI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B TEMA PRODUK DAN JASA
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
C TEMA KARYAWAN
10 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
18 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D TEMA SOSIAL
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
22 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
23 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
28 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
29 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E TEMA LINGKUNGAN
31 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
32 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 36 38 36 38 30 31 33 29 35 28 28
Tahun Item BMI BSM BRIS BNIS BCAS BMS BSB BJBS BPDS MAYBANK BTPNS
2017 A TEMA KEUANGAN DAN INVESTASI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B TEMA PRODUK DAN JASA
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
C TEMA KARYAWAN
10 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
18 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D TEMA SOSIAL
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
22 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
28 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
29 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
E TEMA LINGKUNGAN
31 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
32 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
33 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 35 38 35 37 36 34 30 28 32 26 30
Tahun Item BMI BSM BRIS BNIS BCAS BMS BSB BJBS BPDS MAYBANK BTPNS
2018 A TEMA KEUANGAN DAN INVESTASI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B TEMA PRODUK DAN JASA
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
C TEMA KARYAWAN
10 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D TEMA SOSIAL
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
22 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
23 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1
26 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
27 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
28 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
29 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
E TEMA LINGKUNGAN
31 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
32 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0
33 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
F TEMA TATA KELOLA PERUSAHAAN
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 35 42 34 37 33 34 30 33 32 28 30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anna Intan Wahida
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 31 Januari 1997
Jenis kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : TK Tarbiyatul Banin I lulus tahun 2002
SD Negeri Salatiga 12 lulus tahun 2008
SMP Negeri 4 Salatiga lulus tahun 2011
SMA Negeri 3 Salatiga lulus tahun 2014
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 11 Oktober 2019
Penulis,
Anna Intan Wahida
NIM. 213 14 080