of 22 /22
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan budaya terhadap proses pembelajaran Donosuko Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021 0 PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DARI ASPEK INTELEGENSI, SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN [email protected] ABSTRAK Individu sebagai sosok unik yang berkecenderungan untuk selalu memposisikan dirinya pada posisi yang pas, nyaman, aman, dan menguntungkan bagi diri individu itu sendiri dengan cara mudah sesuai dengan seleranya, sehingga sering kali kecenderungannya merugikan, bahkan menyakiti orang lain. Satu keniscayaan Setiap diri individu selalu memiliki perbedaan cara, sifat, karakter, kemampuan dan kecenderungan yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya, perbedaan tersebut secara fisik, psikis, dan kultur sosial dalam merespone stimulus kehidupan yang dihayatinya. Dalam proses atau kegiatan belajar dan pembelajaran individu siswa selalu menunjuk perbedaan satu dengan lainnya baik dari sisi kecerdasannya ( IQ ), kultur social ekonominya yang sama sama kuatnya dalam pencapaian keberhasil belajarnya disekolah. Permasalahannya seberapa besar pengaruh nya antara IQ, social ekoonomi dan kultur/Budaya yang dimiliki indidu tersebut bagi pencapaian hasil proses pembelaraannya, apakah tiga aspek tersebut sama - sama kuatnya dalam mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran atau salah satu, salah dua dari aspek teserbut. Untuk mengetahui kepastiannya peneliti melakukan pendekatan peneliian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa varians sehingga bisa diketahui peran masing masing aspek tersebut dalam pencapaian hasil pembelarannya Kata kunci : intelegensi, social ekonomi,budaya, proses pembelajaran.

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

budaya terhadap proses pembelajaran
0
PEMBELAJARAN
[email protected]
ABSTRAK
memposisikan dirinya pada posisi yang pas, nyaman, aman, dan
menguntungkan bagi diri individu itu sendiri dengan cara mudah sesuai dengan
seleranya, sehingga sering kali kecenderungannya merugikan, bahkan
menyakiti orang lain.
Satu keniscayaan Setiap diri individu selalu memiliki perbedaan cara, sifat,
karakter, kemampuan dan kecenderungan yang berbeda antara individu satu
dengan yang lainnya, perbedaan tersebut secara fisik, psikis, dan kultur sosial
dalam merespone stimulus kehidupan yang dihayatinya.
Dalam proses atau kegiatan belajar dan pembelajaran individu siswa selalu
menunjuk perbedaan satu dengan lainnya baik dari sisi kecerdasannya ( IQ ),
kultur social ekonominya yang sama – sama kuatnya dalam pencapaian
keberhasil belajarnya disekolah.
dan kultur/Budaya yang dimiliki indidu tersebut bagi pencapaian hasil proses
pembelaraannya, apakah tiga aspek tersebut sama - sama kuatnya dalam
mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran atau salah satu, salah
dua dari aspek teserbut.
kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa varians sehingga bisa diketahui
peran masing masing aspek tersebut dalam pencapaian hasil pembelarannya
Kata kunci : intelegensi, social ekonomi,budaya, proses pembelajaran.
budaya terhadap proses pembelajaran
1
PENDAHULUAN
menonjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam
pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa
yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu
mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara
keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana
individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-
kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia
berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu
menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau
perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang
perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan
sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut
perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam
“perbedaan individual” menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada
aspek fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi,
bertutur bahwa bayinya banyak menangis, banyak bergerak, dan kuat minum.
Ibu lain yang juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya
pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah
menunjukkan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu
sama lainnya.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswi yang
berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak
terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir
sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara
keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh
seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan,
bentuk badan, wurna kulit, bentuk muka, dan semacamnya. Dari fisiknya
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
2
seorang guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu per satu. Ciri lain yang
segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula
suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dan sebagainya.
Ada siswa yag nada suaranya kecil dan ada yang besar atau rendah, ada yang
berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara
cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-
beda.
sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah
dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara
teratur dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor
umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu
menangkap/ mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan
materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama.
Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan
pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti
kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkan kenyataan
bahwa para siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk
menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu
tingkat perkembangan.
lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf
inteligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi
terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat
diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula
sebaliknya .Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan
meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya
akan berubah (Syaiful, 2008).
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
3
pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status
sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan
individu yang status sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian
Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa
mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang
berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi
tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat
ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi.
Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi
kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan
tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses hubungan
antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian
pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu
melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini
kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan
alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal
budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi
kehidupannya.
PERMASALAHAN
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya dan
juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan ciri-ciri dari semua
pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan
individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik
pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan
tersebut, tampaknya hal ini telah mendapat banyak perhatian dari para ahli ilmu
jiwa dan petugas sekolah. Dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat ke
dalam 3 aspek :
budaya terhadap proses pembelajaran
4
sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali
kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas
(inteligen) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak
inteligen). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam
masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu
dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi
bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata
inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa
latin yaitu “inteligensia“. Sedangkan kata “inteligensia“ itu sendiri
berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan
lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai
pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta
atau kebenaran. Untuk memperjelas pengertian inteligensi, maka
penulis memaparkan
phisikologi maupun pendidik diantaranya :
persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu sebagian besar
hanya mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research Institute).
Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi jenius. Idealnya memang
harus dipersiapkan sejak kecil dengan mengaktifkan fungsi otak untuk
mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang menunjang proses
pembelajaran. Usia remaja juga dapat memberdayakan otak secara
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
5
optimal, untuk itu kita harus mengetahui terlebih dahulu cara kerja otak
tersebut. (Sidiarto L. 2008)
otak, diketahui bahwa kecerdasan otak yang bersumber di sistem
limbik justru memberikan kontribusi jauh lebih besar dibandingkan
dengan kecerdasan yang bersumber dari neokorteks. Terdapat dua
kecerdasan yang bersumber selain dari neo kortex
yaitu pada emosional di sistem limbik dan spiritual di God
spot (temporal). Kontribusi kecerdasan emosional dan spiritual
terhadap keberhasilan karir atau hidup seseorang diperkirakan sekitar
80 %, sedangkan sisanya merupakan kontribusi dari kecerdasan
rasional. Dari 80 % kontribusi tersebut ternyata spiritual mendominasi
sekitar 60 % dan sisanya merupakan kontribusi emosional .
Dengan demikian untuk mengatasi segala tantangan dan perubahan
yang terjadi. Oleh karena itu harus cerdas dan juga mampu
menggunakan semua kecerdasan otak yaitu intelektual, emosional dan
spiritual.
Dalyono. 2007)
1. Super dan Cites mengemukakan” Intelegence has frequently been
difined as the ability to adjust to the environment or to learning from
experience” (Super & Cites, 1962: 83) Intelegnsi sebagai
kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dati
pengalaman. Dimana manusia hidup dan berinteraksi didalam
lingkungannya yang kompleks untuk itu ia memerlukan kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Garrett (1946: 372) mengemukakan “ Intelegence includes at least
the abilities demanded in the solution of problems which requer the
comprehension and use of symbols” (intelegensi itu setidak-tidaknya
mencakup kemampuan kemampuan yang diperlukan untuk
pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
6
dalam hidup.
3. Bischor, 1954 mengemukakan “ Intelegence is the ability to solve
problems of all kinds” Intelegensi ialah kemampuan untuk
memecahkan segala jenis masalah. Defenisi intelegensi yang
dikemukakan bischor ini memuat perbedaan dengan defenisi
menurut gareet yaitu intelegensi dalam asti khusus sementara bischor
dalam artian yang lebih luwes namun bersifat operasional dan
fungsional bagi kehidupan manusia.
4. Haidentich 1970 mengemukakan” intelegence refers to ability to
learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliar
situation, or in the solving of problems” Intelegensi
menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang
telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi
yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah.
Dimana manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru
serta permasalahan hal ini memerlukan kemampuan individu untuk
belajar menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan
yang dihadapi.
pendidik tidak cukup hanya menyisihkan pengetahuan-pengetahuan
atau tanggapan-tanggapan yang banyak ke dalam otak anak-anak”
.Pendapat ini mempertegas bahwa anak harus diajar berpikir dengan
baik, supaya anak tersebut dapat berpikir dengan baik pula, dan kita
perlu memberikan :
sewaktu-waktu siap untuk dapat dipergunakan, seperti : hafal tentang
huruf abjad, perkalian, dan sebagainya,
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
7
2) pengetahuan yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistis) dan
yang benar-benar dimengerti oleh anak-anak,
3) melatih kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan berpikir
secara teratur dan skematis,
4) soal-soal yang mendorong anak untuk berpikir, dalam hal ini faktor
motivasi memegang peranan yang penting.
Williem Sterm, “inteligensi ialah suatu kesanggupan untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat
berpikir yang sesuai dengan tujuannya, dan inteligensi tersebut sebagian
besar tergantung dengan dasar dan turunan” Berdasar pendapat tersebut
pendidikan dan lingkungan tidaklah begitu berpengaruh kepada
inteligensi seseorang.
dengan yang lainnya yaitu :
dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat dan tidaknya
memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama ditentukan oleh
pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh,
meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama,
tetapi perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2) Kematangan : Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan, setiap organ ( fisik maupun psikis )
dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
untuk menjalankan fungsinya masingmasing.
3) Pembentukan : yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi.
Sedangkan menurut Jean Piaget, “intelligence atau inteligensi
diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berpikir
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
8
kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis,
mensiotesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan”.
Pendapat ini mempertegas bahwa inteligensi adalah seluruh
kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku
suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam
arti sempit inteligensi sering kali diartikan sebagai inteligensi
perasional, termasuk pula di dalamnya tahapan-tahapan yang sejak dari
periode sensorimotoris sampai dengan operasional formal. (Suryabrata
S. 2010)
terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan,
perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi
mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan keseimbangan
serta integritas intelektual secara umum”.
Menurut English & English dikutip oleh Sunarto H.,(1999) bahwa
: istilah intelek yang berarti antara lain :
1) kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir,
2) suatu rumpun nama untuk proses koqnitif, terutama untuk aktivitas
yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan,
menimbang, dan memahami),
Wechler, “merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan
kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta
kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
Dari pendapat ini bahwa hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan intelek itu antara lain:
1) bertambahnya informasi yang disimpan (di dalam otak) seseorang
sehingga ia mampu berpikir reflektif,
2) banyaknya pengalaman dan latihan-latihan untuk memecahkan suatu
masalah, sehingga seseorang dapat berpikir proporsional,
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
9
menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki
masalah secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak dalam
memecahkan suatu masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan
benar.
:
2) bertambahnya usia menyebabkan berkembangnya struktur inteligensi
baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan
kualitatif”
menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir
kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis perubahan mencakup
berpikir abstrak dan berpikir verbal” Menurut Bobbi Deporter dan Mike
Henachi, “semua kecerdasan yang tinggi, termasuk intuisi ada dalam
otak sejak lahir, dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan,
kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik”.
Pendapat ini mempertegas agar supaya kecerdasan-kecerdasan ini
terawat secara baik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
antara lain yaitu :
1) struktur syaraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi
dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi,
2) anak harus merasa aman secara fisik dan emosional,
3) harus ada model
perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:
1) Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang
dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
10
Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun
menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan
itu masih tetap ada.
pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ(fisik maupun non
fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai
kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak
dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih
terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi
jiwanya masih belum matang untuk mengenai soalitu dan
kematangan erat hubungannya dengan umur.
3) Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat
kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan
disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar)
Dalam diri manusia terdapat dorongan – dorongan(motif-motif)
yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and
exploring motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan
terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap
sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik
5) Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-
masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga
bebas dalam memilih masalah sesuati dengan kebutuhannya.
Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
11
(Dalyono, 2007.)
(Humanisme)
yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri
individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku,
meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau
humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what
(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan
kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan
perilaku itu. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara
mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri.
Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang
menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik
bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang
bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi
mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan
merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan
tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis
kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:
1. kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan
2. kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental,
psikologikal dan intelektual
4. kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin
dalam berbagai simbol-simbol status
5. kebutuhan aktualisasi diri.
budaya terhadap proses pembelajaran
12
kebutuhan individu, yaitu:
mencapai prestasi yang tertinggi.
2. Kebutuhan berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk mencari
dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain.
3. Kebutuhan untuk membentuk ikatan (need for affiliation), yaitu
kebutuhan untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga,
organisasi ataupun persahabatan.
4. Kebutuhan takut akan kegagalan (need for fear of failure), yaitu
kebutuhan untuk menghindar diri dari kegagalan atau sesuatu yang
menghambat perkembangannya.
(motivasi) yang merupakan kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Jika kebutuhan yang serupa muncul kembali maka pola mekanisme
perilaku itu akan dilakukan pengulangan (sterotype behavior), sehingga
membentuk suatu siklus
motif individu dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu :
1. Motif primer (basic motive dan emergency motive); menunjukkan
kepada motif yang tidak pelajari, dikenal dengan istilah drive, seperti :
dorongan untuk makan, minum, melarikan diri, menyerang,
menyelamatkan diri dan sejenisnya.
individu karena pengalaman dan dipelajari, seperti : takut yang
dipelajari, motif-motif sosial (ingin diterima, konformitas dan
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
13
Untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari indikator-
indikatornya, yaitu : (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3)
persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam
mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan
yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang
dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran
kegiatan.
Dalam diri individu akan didapati sekian banyak motif yang mengarah
kepada tujuan tertentu. Dengan beragamnya motif yang terdapat dalam
individu, adakalanya individu harus berhadapan dengan motif yang saling
bertentangan atau biasa disebut konflik.
Bentuk-bentuk konflik tersebut diantaranya adalah :
1. Approach-approach conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif
atau lebih dan semua alternatif motif sama-sama kuat, dikehendaki serta
bersifat positif.
atau lebih dan semua alternatif motif sama-sama kuat namun tidak
dikehendaki dan bersifat negatif.
3. Approach-avoidance conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif
atau lebih, yang satu positif dan dikehendaki dan yang lainnya motif
negatif serta tidak dikehendaki namun sama kuatnya.
Jika seorang individu dihadapkan pada bentuk-bentuk motif seperti
dikemukakan di atas tentunya dia akan mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan dan sangat mungkin menjadi perang batin yang
berkepanjangan.
kebutuhan dalam dirinya, setiap aktivitas yang dilakukan individu akan
mengarah pada tujuan tertentu. Dalam hal ini, terdapat dua kemungkinan,
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
14
tercapai atau tidak tercapai tujuan tersebut. Jika tercapai tentunya individu
merasa puas dan memperoleh keseimbangan diri (homeostatis). Namun
sebaliknya, jika tujuan tersebut tidak tercapai dan kebutuhannya tidak
terpenuhi maka dia akan kecewa atau dalam psikologi disebut frustrasi.
Reaksi individu terhadap frustrasi akan beragam bentuk perilakunya,
bergantung kepada akal sehatnya (reasoning, inteligensi). Jika akal sehatnya
berani mengahadapi kenyataan maka dia akan lebih dapat menyesuaikan diri
secara sehat dan rasional (well adjustment). Namun, jika akal sehatnya tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, perilakunya lebih dikendalikan oleh sifat
emosinalnya, maka dia akan mengalami penyesuaian diri yang keliru
(maladjusment).
marah; (2) kecemasan tak berdaya; (3) regresi (kemunduran perilaku); (4)
fiksasi; (5) represi (menekan perasaan); (6) rasionalisasi (mencari alasan);
(7) proyeksi (melemparkan kesalahan kepada lingkungan); (8) sublimasi
(menyalurkan hasrat dorongan pada obyek yang sejenis); (9) kompensasi
(menutupi kegagalan atau kelemahan dengan sukses di bidang lain); (10)
berfantasi (dalam angan-angannya, seakan-akan ia dapat mencapai tujuan
yang didambakannya).
Di sinilah peran guru untuk sedapat mungkin membantu para peserta
didiknya agar terhindar dari konflik yang berkepanjangan dan rasa frustasi
yang dapat menimbulkan perilaku salah-suai. Sekaligus juga dapat
memberikan bimbingan untuk mengatasinya apabila peserta didik
mengalami konflik yang berkepanjangan dan frustrasi.
3. Budaya
arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu sistem pengetahuan,
gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang
berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
15
bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat
mereka berada (Sairin , 2002).
suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power),
yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan
itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan
yang menjadi milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial,
politik, kesenian dan sebagainya.
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang
lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia
selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun
non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia.
proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran
manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu
yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu
yang berguna bagi kehidupannya.
Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah kepribadian-
kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu
bukan hanya sebagai bidak-bidak di dalam papan catur kebudayaan.
Individu adalah creator dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam
hal ini studi kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”
yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu
interaksi yang saling menguntungkan. Di dalam perkembangan kepribadian
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
16
sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada
kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara
pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial
yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan
kepribadian yang kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga
pendidikan yang disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis
penjara yang memasung kreativitas peserta didik.
Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku
yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah
diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari
kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita
lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan
kepribadian manusia.
Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu
reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.
Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia.
Begitu pula psikolog aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia
ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini
ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu hidup. John
Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan
psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut.
a. Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari
untuk belajar.
b. Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-
reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang
terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk
terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.
budaya terhadap proses pembelajaran
17
perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu
bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam kebudayaan
tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap perilaku-perilaku
yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat
budaya tertentu.
melalui proses belajar. Apabila analisis Gillin di atas kita cermati,
tampak betapa peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian
manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan
kepribadian juga akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar
aliran behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan
terhadap pengembangan kepribadian manusia. Pada dasarnya pengaruh
kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian tersebut sebagaimana
dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai berikut :
1. Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah kita lihat
kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara
pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya dinamika
tersebut bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi yang muncul
dari aktor dan manipulator dari interaksi tersebut ialah manusia.
2. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangan untuk
mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut
tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi dalam suatu
masyarakat manusia yang berbudaya.
imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperolehnya secara
langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa imajinasi
tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti
apabila seseorang hidup terasing seorang diri dari nol di dalam
perkembangan kepribadiannya. Bayangkan bagaimana kehidupan
kebudayaan manusia apabila setiap kali harus dimulai dari nol.
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
18
masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya manusia
itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam
masyarakatnya, namun demikian itu berarti seseorang akan melawan
arus di dalam perkembangan hidupnya. Yang paling efisien adalah dia
secara harmonis mencari keseimbangan antara tujuan hidupnya
dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.
5. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu
dapat dibedakan antara tuj€uan dalam waktu yang dekat maupun
tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu yang dekat maupun
tujuan dalam jangka waktu yang panjang, sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai hidup di dalam suatu masyarakat.
6. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan
kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar
adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is
agoal teaching behavior.
dalam perkembangan kepribadian. Super-ego tersebut tidak lain
adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti yang telah diuraikan,
dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan imajinasi yang
dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang hidup di
dalam suatu masyarakat.
8. Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia. Bersama-
sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan energi yang ada di
dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu dicarikan
keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super-ego
diarahkan oleh nilai-nilai budaya.Dengan kata lain di dalam
pengembangan ide, ego, dan super-ego dari kepribadian seseorang
berarti mencari keseimbangan antara energi di dalam diri pribadi
dengan pola-pola kebudayaan yang ada.
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan
budaya terhadap proses pembelajaran
19
KESIMPULAN
individual dalam proses pembelajaran tidak hanya semata-mata karena faktor
seperti kemalasan atau keras kepala, namun setiap anak memiliki sifat psikis
yang berbeda-beda. Dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari 3
aspek, yaitu :
1. Intelegensi
lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf
inteligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu
bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang
dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian
pula sebaliknya .Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang
tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka
konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).
2. Sosial Ekonomi
seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung
didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu
yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih
positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah. Hal ini
didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi
sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi
dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah.
Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri
yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki
tingkat konsep diri yang tinggi.
3. Budaya
budaya terhadap proses pembelajaran
20
kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil
perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah
mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada
akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil
pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui
situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan
menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Jadi pendidik harus jeli, telaten dan sabar dalam menghadapi perbedaan
indvidu dari anak didiknya.
budaya terhadap proses pembelajaran
21
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bandung
Hartono S., 2001. Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta
Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung
Purwanto, N. 2003. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Semiawan C, 2001. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Grasindo Jakarta
Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Utami Munandar. U, 2002, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta
: Rineka Cipta Jakarta)