22
Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan budaya terhadap proses pembelajaran Donosuko Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021 0 PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DARI ASPEK INTELEGENSI, SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN [email protected] ABSTRAK Individu sebagai sosok unik yang berkecenderungan untuk selalu memposisikan dirinya pada posisi yang pas, nyaman, aman, dan menguntungkan bagi diri individu itu sendiri dengan cara mudah sesuai dengan seleranya, sehingga sering kali kecenderungannya merugikan, bahkan menyakiti orang lain. Satu keniscayaan Setiap diri individu selalu memiliki perbedaan cara, sifat, karakter, kemampuan dan kecenderungan yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya, perbedaan tersebut secara fisik, psikis, dan kultur sosial dalam merespone stimulus kehidupan yang dihayatinya. Dalam proses atau kegiatan belajar dan pembelajaran individu siswa selalu menunjuk perbedaan satu dengan lainnya baik dari sisi kecerdasannya ( IQ ), kultur social ekonominya yang sama sama kuatnya dalam pencapaian keberhasil belajarnya disekolah. Permasalahannya seberapa besar pengaruh nya antara IQ, social ekoonomi dan kultur/Budaya yang dimiliki indidu tersebut bagi pencapaian hasil proses pembelaraannya, apakah tiga aspek tersebut sama - sama kuatnya dalam mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran atau salah satu, salah dua dari aspek teserbut. Untuk mengetahui kepastiannya peneliti melakukan pendekatan peneliian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa varians sehingga bisa diketahui peran masing masing aspek tersebut dalam pencapaian hasil pembelarannya Kata kunci : intelegensi, social ekonomi,budaya, proses pembelajaran.

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

0

PENGARUH PERBEDAAN INDIVIDU DARI ASPEK INTELEGENSI,

SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA TERHADAP PROSES

PEMBELAJARAN

[email protected]

ABSTRAK

Individu sebagai sosok unik yang berkecenderungan untuk selalu

memposisikan dirinya pada posisi yang pas, nyaman, aman, dan

menguntungkan bagi diri individu itu sendiri dengan cara mudah sesuai dengan

seleranya, sehingga sering kali kecenderungannya merugikan, bahkan

menyakiti orang lain.

Satu keniscayaan Setiap diri individu selalu memiliki perbedaan cara, sifat,

karakter, kemampuan dan kecenderungan yang berbeda antara individu satu

dengan yang lainnya, perbedaan tersebut secara fisik, psikis, dan kultur sosial

dalam merespone stimulus kehidupan yang dihayatinya.

Dalam proses atau kegiatan belajar dan pembelajaran individu siswa selalu

menunjuk perbedaan satu dengan lainnya baik dari sisi kecerdasannya ( IQ ),

kultur social ekonominya yang sama – sama kuatnya dalam pencapaian

keberhasil belajarnya disekolah.

Permasalahannya seberapa besar pengaruh nya antara IQ, social ekoonomi

dan kultur/Budaya yang dimiliki indidu tersebut bagi pencapaian hasil proses

pembelaraannya, apakah tiga aspek tersebut sama - sama kuatnya dalam

mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran atau salah satu, salah

dua dari aspek teserbut.

Untuk mengetahui kepastiannya peneliti melakukan pendekatan peneliian

kuantitatif dengan menggunakan teknik analisa varians sehingga bisa diketahui

peran masing masing aspek tersebut dalam pencapaian hasil pembelarannya

Kata kunci : intelegensi, social ekonomi,budaya, proses pembelajaran.

Page 2: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

1

PENDAHULUAN

Berbagai aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang

menonjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam

pola perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa

yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu

mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara

keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif. Sejauh mana

individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-

kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.

Setiap orang, apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia

berada di dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu

menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau

perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang

perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan

sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut

perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam

“perbedaan individual” menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada

aspek fisik maupun psikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi,

bertutur bahwa bayinya banyak menangis, banyak bergerak, dan kuat minum.

Ibu lain yang juga memiliki seorang bayi, menceritakan bahwa bayinya

pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu itu telah

menunjukkan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu

sama lainnya.

Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswi yang

berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak

terdapat seorang pun yang sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir

sama atau mirip, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara

keduanya tentu terdapat perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh

seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan fisiknya, seperti tinggi badan,

bentuk badan, wurna kulit, bentuk muka, dan semacamnya. Dari fisiknya

Page 3: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

2

seorang guru cepat mengenal siswa di kelasnya satu per satu. Ciri lain yang

segera dapat dikenal adalah tingkah laku masing-masing siswa, begitu pula

suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam, dan sebagainya.

Ada siswa yag nada suaranya kecil dan ada yang besar atau rendah, ada yang

berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila ditelusuri secara

cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis yang berbeda-

beda.

Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan individu,

sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang mempengaruhi penilaian

sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak memasuki sekolah

dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami kemajuan secara

teratur dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya dengan faktor

umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu

menangkap/ mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan

materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama.

Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan

pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti

kemalasan atau sikap keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkan kenyataan

bahwa para siswa memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk

menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu

tingkat perkembangan.

Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap

lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf

inteligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi

terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat

diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula

sebaliknya .Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan

meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya

akan berubah (Syaiful, 2008).

Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain

terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri

Page 4: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

3

seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan

pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status

sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan

individu yang status sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian

Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa

mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang

berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi

tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat

ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi.

Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi

kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan

tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses hubungan

antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian

pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu

melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia. Disini

kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran manusia dengan

alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu yang memicu akal

budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu yang berguna bagi

kehidupannya.

PERMASALAHAN

Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya dan

juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan ciri-ciri dari semua

pelajaran pada suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan

individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan teknik-teknik

pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan

tersebut, tampaknya hal ini telah mendapat banyak perhatian dari para ahli ilmu

jiwa dan petugas sekolah. Dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat ke

dalam 3 aspek :

a) Intelegensi

Page 5: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

4

b) Sosial Ekonomi

c) Budaya

PEMBAHASAN MASALAH

1. Inteligensi

a. Pengertian Inteligensi

Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua orang

sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali

kita dengar seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas

(inteligen) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak

inteligen). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam

masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu

dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi

bukan merupakan kata asli yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata

inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa

latin yaitu “inteligensia“. Sedangkan kata “inteligensia“ itu sendiri

berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan

lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai

pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta

atau kebenaran. Untuk memperjelas pengertian inteligensi, maka

penulis memaparkan

beberapa definisi inteligensi yang di kemukakan oleh beberapa ahli

phisikologi maupun pendidik diantaranya :

Menurut para ilmuwan, dewasa ini manusia menggunakan 10

persen dari kemampuan otaknya. Dari 10 persen itu sebagian besar

hanya mengoptimalkan belahan otak kiri (Stanford Research Institute).

Pada dasarnya setiap orang dapat menjadi jenius. Idealnya memang

harus dipersiapkan sejak kecil dengan mengaktifkan fungsi otak untuk

mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang menunjang proses

pembelajaran. Usia remaja juga dapat memberdayakan otak secara

Page 6: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

5

optimal, untuk itu kita harus mengetahui terlebih dahulu cara kerja otak

tersebut. (Sidiarto L. 2008)

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kecerdasan

otak, diketahui bahwa kecerdasan otak yang bersumber di sistem

limbik justru memberikan kontribusi jauh lebih besar dibandingkan

dengan kecerdasan yang bersumber dari neokorteks. Terdapat dua

kecerdasan yang bersumber selain dari neo kortex

yaitu pada emosional di sistem limbik dan spiritual di God

spot (temporal). Kontribusi kecerdasan emosional dan spiritual

terhadap keberhasilan karir atau hidup seseorang diperkirakan sekitar

80 %, sedangkan sisanya merupakan kontribusi dari kecerdasan

rasional. Dari 80 % kontribusi tersebut ternyata spiritual mendominasi

sekitar 60 % dan sisanya merupakan kontribusi emosional .

Dengan demikian untuk mengatasi segala tantangan dan perubahan

yang terjadi. Oleh karena itu harus cerdas dan juga mampu

menggunakan semua kecerdasan otak yaitu intelektual, emosional dan

spiritual.

Beberapa Pengertian Intelegensi menurut Para Ahli dalam

Dalyono. 2007)

1. Super dan Cites mengemukakan” Intelegence has frequently been

difined as the ability to adjust to the environment or to learning from

experience” (Super & Cites, 1962: 83) Intelegnsi sebagai

kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dati

pengalaman. Dimana manusia hidup dan berinteraksi didalam

lingkungannya yang kompleks untuk itu ia memerlukan kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Garrett (1946: 372) mengemukakan “ Intelegence includes at least

the abilities demanded in the solution of problems which requer the

comprehension and use of symbols” (intelegensi itu setidak-tidaknya

mencakup kemampuan kemampuan yang diperlukan untuk

pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta

Page 7: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

6

mengunakan symbol-simbol. Karena manusia hidup senantiasa

menghadapi permasalahan, setiap permasalahan harus dipecahkan

agar manusia manusia memperoleh keseimbangan (homeostasis)

dalam hidup.

3. Bischor, 1954 mengemukakan “ Intelegence is the ability to solve

problems of all kinds” Intelegensi ialah kemampuan untuk

memecahkan segala jenis masalah. Defenisi intelegensi yang

dikemukakan bischor ini memuat perbedaan dengan defenisi

menurut gareet yaitu intelegensi dalam asti khusus sementara bischor

dalam artian yang lebih luwes namun bersifat operasional dan

fungsional bagi kehidupan manusia.

4. Haidentich 1970 mengemukakan” intelegence refers to ability to

learn and to utilize what has been learned in adjusting to unfamiliar

situation, or in the solving of problems” Intelegensi

menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang

telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi

yang kurang dikenal atau dalam pemecahan masalah-masalah.

Dimana manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru

serta permasalahan hal ini memerlukan kemampuan individu untuk

belajar menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan

yang dihadapi.

Menurut Purwanto, N.(1998) “dalam mendidik dan mengajar,

pendidik tidak cukup hanya menyisihkan pengetahuan-pengetahuan

atau tanggapan-tanggapan yang banyak ke dalam otak anak-anak”

.Pendapat ini mempertegas bahwa anak harus diajar berpikir dengan

baik, supaya anak tersebut dapat berpikir dengan baik pula, dan kita

perlu memberikan :

1) pengetahuan siap (parate kennis), yaitu pengetahuan pasti yang

sewaktu-waktu siap untuk dapat dipergunakan, seperti : hafal tentang

huruf abjad, perkalian, dan sebagainya,

Page 8: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

7

2) pengetahuan yang berisi, yang mengandung arti (tidak verbalistis) dan

yang benar-benar dimengerti oleh anak-anak,

3) melatih kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan berpikir

secara teratur dan skematis,

4) soal-soal yang mendorong anak untuk berpikir, dalam hal ini faktor

motivasi memegang peranan yang penting.

Williem Sterm, “inteligensi ialah suatu kesanggupan untuk

menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat

berpikir yang sesuai dengan tujuannya, dan inteligensi tersebut sebagian

besar tergantung dengan dasar dan turunan” Berdasar pendapat tersebut

pendidikan dan lingkungan tidaklah begitu berpengaruh kepada

inteligensi seseorang.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi

sehingga mengakibatkan adanya perbedaan inteligensi seseorang

dengan yang lainnya yaitu :

1) Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat dan tidaknya

memecahkan suatu soal atau masalah, pertama-tama ditentukan oleh

pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada pula yang bodoh,

meskipun sama-sama menerima latihan dan pelajaran yang sama,

tetapi perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.

2) Kematangan : Setiap organ di dalam tubuh manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan, setiap organ ( fisik maupun psikis )

dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan

untuk menjalankan fungsinya masingmasing.

3) Pembentukan : yaitu segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan inteligensi.

4) Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan

kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Sedangkan menurut Jean Piaget, “intelligence atau inteligensi

diartikan sama dengan kecerdasan, yaitu seluruh kemampuan berpikir

Page 9: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

8

dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang

kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis,

mensiotesis, mengevaluasi dan menyelesaikan persoalan-persoalan”.

Pendapat ini mempertegas bahwa inteligensi adalah seluruh

kemungkinan koordinasi yang memberi struktur kepada tingkah laku

suatu organisme sebagai adaptasi mental terhadap situasi baru. Dalam

arti sempit inteligensi sering kali diartikan sebagai inteligensi

perasional, termasuk pula di dalamnya tahapan-tahapan yang sejak dari

periode sensorimotoris sampai dengan operasional formal. (Suryabrata

S. 2010)

Menurut pendapat Munandar U. (1999) “bahwa inteligensi meliputi

terutama kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan,

perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi

mental, keterampilan pengambilan suatu keputusan dan keseimbangan

serta integritas intelektual secara umum”.

Menurut English & English dikutip oleh Sunarto H.,(1999) bahwa

: istilah intelek yang berarti antara lain :

1) kekuatan mental dimana manusia dapat berpikir,

2) suatu rumpun nama untuk proses koqnitif, terutama untuk aktivitas

yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan,

menimbang, dan memahami),

3) kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir”.

Wechler, “merumuskan inteligensi sebagai keseluruhan

kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta

kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.

Dari pendapat ini bahwa hal-hal yang mempengaruhi

perkembangan intelek itu antara lain:

1) bertambahnya informasi yang disimpan (di dalam otak) seseorang

sehingga ia mampu berpikir reflektif,

2) banyaknya pengalaman dan latihan-latihan untuk memecahkan suatu

masalah, sehingga seseorang dapat berpikir proporsional,

Page 10: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

9

3) adanya kebebasan berpikir menimbulkan keberanian seseorang dalam

menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki

masalah secara keseluruhan dan menunjang keberanian anak dalam

memecahkan suatu masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan

benar.

Menurut dasar-dasar teori Piaget, “ perkembangan inteligensi yaitu

:

1) fungsi inteligensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis,

2) bertambahnya usia menyebabkan berkembangnya struktur inteligensi

baru, sehingga pengaruh pula terhadap terjadinya perubahan

kualitatif”

Sedangkan Semiawan C., (1977) mengatakan, “Kemampuan

menghablurkan mencakup kemampuan berpikir verbal dan berpikir

kuantitatif, sedangkan kemampuan menganalisis perubahan mencakup

berpikir abstrak dan berpikir verbal” Menurut Bobbi Deporter dan Mike

Henachi, “semua kecerdasan yang tinggi, termasuk intuisi ada dalam

otak sejak lahir, dan selama lebih dari tujuh tahun pertama kehidupan,

kecerdasan ini dapat disingkapkan jika dirawat dengan baik”.

Pendapat ini mempertegas agar supaya kecerdasan-kecerdasan ini

terawat secara baik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,

antara lain yaitu :

1) struktur syaraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi

dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi,

2) anak harus merasa aman secara fisik dan emosional,

3) harus ada model

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, sehingga terdapat

perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:

1) Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang

dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya

Page 11: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

10

memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh pembawaan kita.

Orang itu ada yang pintar ada pula yang bodoh. Sekalipun

menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan

itu masih tetap ada.

2) Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ(fisik maupun non

fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai

kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak

dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih

terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi

jiwanya masih belum matang untuk mengenai soalitu dan

kematangan erat hubungannya dengan umur.

3) Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri

seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat

kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan

disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam

sekitar)

4) Minat dan pembawaan yang khas, Minat mengarahkan perbuatan

kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Dalam diri manusia terdapat dorongan – dorongan(motif-motif)

yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.

Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and

exploring motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan

terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap

sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk

berbuat lebih giat dan lebih baik

5) Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih

metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-

masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga

bebas dalam memilih masalah sesuati dengan kebutuhannya.

Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak

Page 12: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

11

selamanya menjadi syarat dalam pembentukan intelegensi.

(Dalyono, 2007.)

2. Sosial Ekonomi

Mekanisme Pembentukan Perilaku Menurut Aliran Holistik

(Humanisme)

Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan,

yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri

individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku,

meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau

humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what

(apa), how (bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan

kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan

perilaku itu. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara

mencapai tujuan (goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri.

Sedangkan why (mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang

menggerakan terjadinya dan berlangsungnya perilaku (how), baik

bersumber dari diri individu itu sendiri (motivasi instrinsk) maupun yang

bersumber dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Perilaku individu diawali dari adanya kebutuhan. Setiap individu, demi

mempertahankan kelangsungan dan meningkatkan kualitas hidupnya, akan

merasakan adanya kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan

tertentu dalam dirinya. Dalam hal ini, Maslow mengungkapkan jenis-jenis

kebutuhan-individu secara hierarkis, yaitu:

1. kebutuhan fisiologikal, seperti : sandang, pangan dan papan

2. kebutuhan keamanan, tidak dalam arti fisik, akan tetapi juga mental,

psikologikal dan intelektual

3. kebutuhan kasih sayang atau penerimaan

4. kebutuhan prestise atau harga diri, yang pada umumnya tercermin

dalam berbagai simbol-simbol status

5. kebutuhan aktualisasi diri.

Page 13: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

12

Sementara itu, Stranger (Makmun, 2003) mengetengahkan empat jenis

kebutuhan individu, yaitu:

1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement), yaitu kebutuhan untuk

berkompetisi, baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam

mencapai prestasi yang tertinggi.

2. Kebutuhan berkuasa (need for power), yaitu kebutuhan untuk mencari

dan memiliki kekuasaan dan pengaruh terhadap orang lain.

3. Kebutuhan untuk membentuk ikatan (need for affiliation), yaitu

kebutuhan untuk mengikat diri dalam kelompok, membentuk keluarga,

organisasi ataupun persahabatan.

4. Kebutuhan takut akan kegagalan (need for fear of failure), yaitu

kebutuhan untuk menghindar diri dari kegagalan atau sesuatu yang

menghambat perkembangannya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut selanjutnya menjadi dorongan

(motivasi) yang merupakan kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan

suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri

(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Jika kebutuhan yang serupa muncul kembali maka pola mekanisme

perilaku itu akan dilakukan pengulangan (sterotype behavior), sehingga

membentuk suatu siklus

Berkaitan dengan motif individu, untuk keperluan studi psikologis,

motif individu dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu :

1. Motif primer (basic motive dan emergency motive); menunjukkan

kepada motif yang tidak pelajari, dikenal dengan istilah drive, seperti :

dorongan untuk makan, minum, melarikan diri, menyerang,

menyelamatkan diri dan sejenisnya.

2. Motif sekunder; menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam

individu karena pengalaman dan dipelajari, seperti : takut yang

dipelajari, motif-motif sosial (ingin diterima, konformitas dan

Page 14: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

13

sebagainya), motif-motif obyektif dan interest (eksplorasi, manipulasi.

minat), maksud dan aspirasi serta motif berprestasi.

Untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari indikator-

indikatornya, yaitu : (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3)

persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam

mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk

mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan

yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang

dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran

kegiatan.

Dalam diri individu akan didapati sekian banyak motif yang mengarah

kepada tujuan tertentu. Dengan beragamnya motif yang terdapat dalam

individu, adakalanya individu harus berhadapan dengan motif yang saling

bertentangan atau biasa disebut konflik.

Bentuk-bentuk konflik tersebut diantaranya adalah :

1. Approach-approach conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif

atau lebih dan semua alternatif motif sama-sama kuat, dikehendaki serta

bersifat positif.

2. Avoidance-avoidance conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif

atau lebih dan semua alternatif motif sama-sama kuat namun tidak

dikehendaki dan bersifat negatif.

3. Approach-avoidance conflict; jika individu dihadapkan pada dua motif

atau lebih, yang satu positif dan dikehendaki dan yang lainnya motif

negatif serta tidak dikehendaki namun sama kuatnya.

Jika seorang individu dihadapkan pada bentuk-bentuk motif seperti

dikemukakan di atas tentunya dia akan mengalami kesulitan untuk

mengambil keputusan dan sangat mungkin menjadi perang batin yang

berkepanjangan.

Dalam pandangan holistik, disebutkan bahwa dalam rangka memenuhi

kebutuhan dalam dirinya, setiap aktivitas yang dilakukan individu akan

mengarah pada tujuan tertentu. Dalam hal ini, terdapat dua kemungkinan,

Page 15: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

14

tercapai atau tidak tercapai tujuan tersebut. Jika tercapai tentunya individu

merasa puas dan memperoleh keseimbangan diri (homeostatis). Namun

sebaliknya, jika tujuan tersebut tidak tercapai dan kebutuhannya tidak

terpenuhi maka dia akan kecewa atau dalam psikologi disebut frustrasi.

Reaksi individu terhadap frustrasi akan beragam bentuk perilakunya,

bergantung kepada akal sehatnya (reasoning, inteligensi). Jika akal sehatnya

berani mengahadapi kenyataan maka dia akan lebih dapat menyesuaikan diri

secara sehat dan rasional (well adjustment). Namun, jika akal sehatnya tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, perilakunya lebih dikendalikan oleh sifat

emosinalnya, maka dia akan mengalami penyesuaian diri yang keliru

(maladjusment).

Bentuk perilaku salah suai (maldjustment), diantaranya : (1) agresi

marah; (2) kecemasan tak berdaya; (3) regresi (kemunduran perilaku); (4)

fiksasi; (5) represi (menekan perasaan); (6) rasionalisasi (mencari alasan);

(7) proyeksi (melemparkan kesalahan kepada lingkungan); (8) sublimasi

(menyalurkan hasrat dorongan pada obyek yang sejenis); (9) kompensasi

(menutupi kegagalan atau kelemahan dengan sukses di bidang lain); (10)

berfantasi (dalam angan-angannya, seakan-akan ia dapat mencapai tujuan

yang didambakannya).

Di sinilah peran guru untuk sedapat mungkin membantu para peserta

didiknya agar terhindar dari konflik yang berkepanjangan dan rasa frustasi

yang dapat menimbulkan perilaku salah-suai. Sekaligus juga dapat

memberikan bimbingan untuk mengatasinya apabila peserta didik

mengalami konflik yang berkepanjangan dan frustrasi.

3. Budaya

Goodenough, 1971; Spradley, 1972; dan Geertz, 1973 mendefinisikan

arti kebudayaan di mana kebudayaan merupakan suatu sistem pengetahuan,

gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang

berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam

Page 16: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

15

bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat

mereka berada (Sairin , 2002).

Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki

suatu masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power),

yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan

itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan

yang menjadi milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial,

politik, kesenian dan sebagainya.

Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang

lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia

selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun

non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas

hidup manusia.

Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah

mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya

proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil pembelajaran

manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui situasi tertentu

yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan menjadi sesuatu

yang berguna bagi kehidupannya.

Kepribadian dalam Proses Kebudayaan

Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam

perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada

kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekedar jumlah kepribadian-

kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk kepada peranan individu

bukan hanya sebagai bidak-bidak di dalam papan catur kebudayaan.

Individu adalah creator dan sekaligus manipulator kebudayaannya. Di dalam

hal ini studi kebudayaan mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler”

yang berarti bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu

interaksi yang saling menguntungkan. Di dalam perkembangan kepribadian

Page 17: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

16

diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang

melalui kepribadian–kepribadian tersebut. Inilah yang disebut sebab-akibat

sirkuler antara kepribadian dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan kepada

kita bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara

pasif tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial

yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan

kepribadian yang kreatif tersebut. Namun apa yang terjadi di dalam lembaga

pendidikan yang disebut sekolah kita ialah sekolah telah menjadi sejenis

penjara yang memasung kreativitas peserta didik.

Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku

yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia bukanlah

diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus dipelajari

kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Di sini kita

lihat betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pembentukan

kepribadian manusia.

Para pakar yang menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam

kebudayaan mula-mulanya muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis

Para ahli psikologi behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu

reaksi dari rangsangan dari sekitarnya.

Di sinilah peran pendidikan di dalam pembentukan perilaku manusia.

Begitu pula psikolog aliran psikoanalis menganggap perilaku manusia

ditentukan oleh dorongan-dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini

ditentukan antara lain oleh kebudayaan di mana pribadi itu hidup. John

Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan behaviorisme dan

psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian manusia sebagai berikut.

a. Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak disadari

untuk belajar.

b. Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan reaksi-

reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan meletakkan kondisi, yang

terakhir ini kebudayaan merupakan perangsang-perangsang untuk

terbentuknya perilaku-perilaku tertentu.

Page 18: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

17

c. Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment” terhadap

perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan mendorong suatu

bentuk perilaku yang sesuai dengan system nilai dalam kebudayaan

tersebut dan sebaliknya memberikan hukuman terhadap perilaku-perilaku

yang bertentangan atau mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat

budaya tertentu.

d. Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan tertentu

melalui proses belajar. Apabila analisis Gillin di atas kita cermati,

tampak betapa peranan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian

manusia, maka pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan

kepribadian juga akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar

aliran behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan

terhadap pengembangan kepribadian manusia. Pada dasarnya pengaruh

kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian tersebut sebagaimana

dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai berikut :

1. Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah kita lihat

kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara

pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya dinamika

tersebut bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi yang muncul

dari aktor dan manipulator dari interaksi tersebut ialah manusia.

2. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangan untuk

mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan tersebut

tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi dalam suatu

masyarakat manusia yang berbudaya.

3. Dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor penting ialah

imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperolehnya secara

langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa imajinasi

tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal ini berarti

apabila seseorang hidup terasing seorang diri dari nol di dalam

perkembangan kepribadiannya. Bayangkan bagaimana kehidupan

kebudayaan manusia apabila setiap kali harus dimulai dari nol.

Page 19: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

18

4. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam

masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya manusia

itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam

masyarakatnya, namun demikian itu berarti seseorang akan melawan

arus di dalam perkembangan hidupnya. Yang paling efisien adalah dia

secara harmonis mencari keseimbangan antara tujuan hidupnya

dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.

5. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang berkembang itu

dapat dibedakan antara tuj€uan dalam waktu yang dekat maupun

tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu yang dekat maupun

tujuan dalam jangka waktu yang panjang, sangat dipengaruhi oleh

nilai-nilai hidup di dalam suatu masyarakat.

6. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan

kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar

adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is

agoal teaching behavior.

7. Dalam psikoanalisis juga dikemukakan mengenai peranan super-ego

dalam perkembangan kepribadian. Super-ego tersebut tidak lain

adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti yang telah diuraikan,

dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan imajinasi yang

dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai budaya yang hidup di

dalam suatu masyarakat.

8. Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia. Bersama-

sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan energi yang ada di

dalam diri pribadi seseorang. Energi tersebut perlu dicarikan

keseimbangan dengan kondisi yang ada serta dorongan super-ego

diarahkan oleh nilai-nilai budaya.Dengan kata lain di dalam

pengembangan ide, ego, dan super-ego dari kepribadian seseorang

berarti mencari keseimbangan antara energi di dalam diri pribadi

dengan pola-pola kebudayaan yang ada.

Page 20: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

19

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulan bahwa perbedaan

individual dalam proses pembelajaran tidak hanya semata-mata karena faktor

seperti kemalasan atau keras kepala, namun setiap anak memiliki sifat psikis

yang berbeda-beda. Dari perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari 3

aspek, yaitu :

1. Intelegensi

Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap

lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf

inteligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih mampu

bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang

dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian

pula sebaliknya .Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang

tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka

konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008).

2. Sosial Ekonomi

Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain

terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri

seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung

didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu

yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih

positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah. Hal ini

didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi

sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi

dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah.

Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri

yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki

tingkat konsep diri yang tinggi.

3. Budaya

Page 21: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

20

Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi

kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil

perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah

mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada

akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil

pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui

situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan

menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.

Jadi pendidik harus jeli, telaten dan sabar dalam menghadapi perbedaan

indvidu dari anak didiknya.

Page 22: Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial

Pengaruh perbedaan individu dari aspek intelegensi sosial ekonomi dan

budaya terhadap proses pembelajaran

Donosuko

Jurnal ilmiah konseling , Desember 2021

21

DAFTAR REFERENSI :

Dalyono. M. 2007. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta Jakarta.

Depoter, Bobbi & Mike Hernachi 1999, Quantum Learning Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bandung

Hartono S., 2001. Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta, Jakarta

Makmun.S.A. 2003. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya Remaja. Bandung

Purwanto, N. 2003. Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung

Semiawan C, 2001. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Grasindo Jakarta

Suryabrata, S. 2010.Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Utami Munandar. U, 2002, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta

: Rineka Cipta Jakarta)