49
i PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI FITASE DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR PUYUH (Cortunix cortunix japonica) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Program Studi Peternakan Oleh: NOFIA PUTRI CAHYANINGRUM H0511049 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018

PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

i

PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT

SUPLEMENTASI FITASE DALAM RANSUM TERHADAP

KUALITAS FISIK TELUR PUYUH

(Cortunix cortunix japonica)

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Program Studi Peternakan

Oleh:

NOFIA PUTRI CAHYANINGRUM

H0511049

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018

Page 2: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

ii

Page 3: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nofia Putri Cahyaningrum

NIM : H0511049

Program Studi : Peternakan

menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “ Pengaruh Penurunan P

Tersedia Yang Mendapat Suplementasi Fitase Dalam Ransum Terhadap

Kualitas Fisik Telur Puyuh (Cortunix cortunix japonica)” tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik dan sepanjang

pengetahuan penulis juga tidak ada unsur plagiasi, falsifikasi, fabrikasi karya atau

data, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari

terbukti ada penyimpangan dari pernyataan tersebut, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Surakarta, Juni 2018

Yang menyatakan

Nofia Putri Cahyaningrum

NIM. H0511049

Page 4: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penurunan P Tersedia Yang Mendapat Suplementasi

Fitase Dalam Ransum Terhadap Kualitas Fisik Telur Puyuh (Cortunix

cortunix japonica)” dengan baik. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis

telah mendapat bimbingan, dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Dr. Adi Magna Patriadi N., S.Pt., M.P. selaku Pembimbing Utama Skripsi

yang dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta

dukungan dalam memberikan bimbingan sebelum maupun sesudah penelitian

sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Winny Swastike, S.Pt., M.P., selaku Pembimbing Pendamping Skripsi yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan

dengan penuh kesabaran, memotivasi dan saran-saran yang berguna semenjak

awal sampai akhirnya terbentuknya skripsi ini.

5. Ir. Lilik R. Kartikasari, M.P., M.Agr.Sc., Ph.D. selaku Penguji Skripsi yang

telah memberikan evaluasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayu Intan Sari, S.Pt., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis selama

menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak, Ibu dosen serta staff dan seluruh civitas akademika Program Studi

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu

yang telah diberikan dan bantuannya selama penulis menempuh masa

perkuliahan.

8. Kedua orang tua, Bapak Joko Siswanto dan Ibu Sutini, serta Mas A’an Andri

Novan Supriyadi, adik-adik penulis Ikhvan Safrudin, Siti Zuliana Fatmawati

dan Izzan Serkhan Nawarudin atas segala dukungan, kasih sayang, semangat,

pengorbanan dan doanya.

Page 5: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

v

9. Seluruh teman-teman tim penelitian dan teman-teman Peternakan angkatan

khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia

Wistridian. yang selalu memberi dukungan, bantuan dan mengisi hari-hari

penulis selama empat tahun.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan skripsi ini

dan memberi dukungan, doa serta semangat bagi penulis untuk terus

berjuang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua

pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca.

Surakarta, Juni 2018

Penulis

Page 6: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN..... .......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

PERNYATAAN... .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................... xi

ABSTRACT .............................................................................................. xii

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

A. Puyuh ............................................................................................. 4

B. Ransum Puyuh...... ......................................................................... 5

C. Asam Fitat ..................................................................................... 6

D. Enzim Fitase.... .............................................................................. 7

E. Kualitas Telur ............................................................................... 8

HIPOTESIS ............................................................................................. 9

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ..................................... 10

A. Tempat dan Waktu Penelitian. ...................................................... 10

B. Bahan dan Alat Penelitian ............................................................. 10

C. Desain Penelitian ........................................................................... 14

D. Metode Penelitian .......................................................................... 14

E. Analisis Data ................................................................................. 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 18

A. Tebal Kerabang dan Prosentase Kerabang .................................... 18

Page 7: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

vii

B. Indeks Putih Telur ......................................................................... 20

C. Nilai Haugh Unit (HU) ................................................................. 21

V. SIMPULAN ...................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 23

LAMPIRAN ............................................................................................. 27

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................... 38

Page 8: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kandungan Asam Fitat pada Beberapa Bahan Pakan. ....................... 7

2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum.. ..................... 11

3. Susunan Ransum dan Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan ......... 11

4. Rerata hasil penelitian pengaruh suplementasi fitase dalam ransum

terhadap kualitas fisik telur puyuh ..................................................... 18

Page 9: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Analisis Variansi Tebal Kerabang ............................................ 28

2. Hasil Analisis Variansi Persentase Kerabang .................................... 32

3. Hasil Analisis Variansi Indeks Putih Telur ........................................ 35

4. Hasil Analisis Variansi Nilai Haugh Unit (HU).. .............................. 38

5. Ucapan Terimakasih .......................................................................... 41

Page 10: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

x

PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT

SUPLEMENTASI FITASE DALAM RANSUM TERHADAP

KUALITAS FISIK TELUR PUYUH

(Cortunix cortunix japonica)

NOFIA PUTRI CAHYANINGRUM

H0511049

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penggunaan fitase

dalam ransum terhadap kualitas fisik telur puyuh. Materi yang digunakan 480

ekor puyuh petelur (Coturnix coturnix japonica) yang berumur 28 hari dengan

rata-rata bobot badan awal 94,3±15,7 g (CV=8,38%). Desain penelitian

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan empat

perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari enam ulangan dan setiap ulangan terdiri

dari 20 ekor puyuh. Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap

adaptasi, perlakuan dan pengujian kualitas fisik telur puyuh. Perlakuan yang

diberikan P0 = Ransum dengan P tersedia 0,6%, P1 = Ransum dengan P tersedia

0,5% + fitase 0,010% (500 FTU/kg), P2 = Ransum dengan P tersedia 0,4% +

fitase 0,015% (750 FTU/kg), P3 = Ransum dengan P tersedia 0,3% + fitase

0,020% (1.000 FTU/kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum puyuh yang

diberi fitase dan P dengan level berbeda memberikan pengaruh terhadap ketebalan

kerabang, persentase kerabang dan nilai Haugh Unit (HU) pada telur puyuh (P<0,05),

tetapi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap indeks putih telur. Simpulan dari hasil

penelitian ini adalah penurunan P tersedia sampai aras 0,5% yang mendapat

suplementasi fitase 500 FTU/kg pada ransum puyuh petelur dapat

mempertahankan kualitas fisik telur puyuh.

Kata kunci : Fitase, burung puyuh, ketebalan kerabang, persentase kerabang dan indeks

putih telur dan Nilai Hauhg Unit (HU).

Page 11: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

xi

THE EFFECT OF DECREASE P AVAIBLE THAT GET PHYTASE

SUPLEMENTATION IN DIETS ON PHYSICAL QUALITY OF

QUAILS EGGS (Cortunix cortunix japonica)

NOFIA PUTRI CAHYANINGRUM

H0511049

ABSTRACT

This experiment purposed to determine the effect of the use of fitase in

rations on the physical quality of quail eggs. The experiment used 480 female

quails (Coturnix coturnix japonica) aged 28 days with an average body weight of

94.3 ± 15.7 g (CV = 8.38%). Data were analyzed by use analysis of variance and

by Duncan's New Multiple Range Test (DMRT) for significant results. Each

treatment consisted of six replicates and each replication consisted of 20 quails.

The experiment was conducted through three stages, namely adaptation stage,

treatment and physical quality test of quail egg. The treatment given P0 = diet

with P is available 0.6%, P1 = diet with P is 0.5% + fitase 0.010% (500 FTU / kg),

P2 = diet with P available 0.4% + fitase 0.015% 750 FTU / kg), P3 = diet with P

available 0.3% + fitase 0.020% (1,000 FTU / kg). The results showed that the

quail diet given phytase and P with different levels gave effect to the thickness of

the shell, the percentage of shell and Haugh Unit (HU) value on quail egg (P

<0,05), but no effect (P> 0,05) against the egg white index. The conclusion of this

research is decrease P available until 0,5% that get supplementation of fitase 500

FTU/ kg in female quails can maintain physical quality of quail egg.

Keywords: phytase, quail, thickness of the shell, percentage of shell and Haugh

Unit (HU)

Page 12: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan pakan penyusun ransum unggas sebagian besar berasal dari biji-

bijian seperti jagung, kedelai, bekatul, gandum dan wheat pollard. Bahan pakan

yang berasal dari tanaman memiliki kandungan fosfor (P) dalam bentuk senyawa

fitat (Piliang, 2002). Menurut Sariyska et al. (2005) P dalam biji-bijian sekitar 50-

80% diikat oleh asam fitat, sehingga tidak dapat dicerna dalam saluran pencernaan

unggas.

Asam fitat merupakan antinutrisi bagi ternak unggas, karena unggas

memiliki sedikit enzim fitase pada saluran pencernaannya. Sedikitnya enzim fitase

pada saluran pencernaan unggas menyebabkan kandungan senyawa asam fitat

dalam biji-bijian tidak bisa dicerna dengan baik karena kuatnya sifat pelekatannya

(chelating) (Shin et al., 2001). Asam fitat tidak hanya mengikat P tetapi juga

mengikat protein, mineral (Mg, Fe, Zn, Mn, Ca) dan enzim protein yang sangat

berguna bagi pertumbuhan dan produksi (Applegate dan Angel, 2004) yang dapat

mengakibatkan dampak negatif pada pencernaan mineral dan protein

(Maenz, 2005). Protein yang terikat asam fitat dapat mengakibatkan menurunnya

aktivitas enzim protease dan tripsin sehingga protein tercerna akan menurun

(Sajidan et al., 2004). Selain itu P yang diikat oleh fitat sangat reaktif mengikat

Ca sehingga terbentuk ikatan fitat-P dan Ca. Hal ini akan menurunkan

pemanfaatan Ca oleh unggas tetapi konsumsi Ca dalam ransum akan meningkat

(Panda et al., 2007).

Ikatan fitat dalam ransum dapat dikurangi dengan suplementasi enzim

fitase. Nuhriawangsa et al. (2010) menyatakan bahwa suplementasi fitase secara

in vitro dapat meningkatkan kandungan P dan Ca pada bekatul padi. Diperkuat

dengan laporan Lim et al. (2001) Suplementasi enzim fitase dalam ransum nyata

dapat meningkatkan P, Zn, Mg, dan Cu, serta dapat meningkatkan retensi

nitrogen, mineral Ca, P, Mg, dan Zn, serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan

efisiensi penggunaan ransum (Selle et al., 2003). Ravidran et al. (2008) juga

melaporkan bahwa suplementasi enzim fitase sebesar 750 FTU/kg dapat

meningkatkan P tersedia sebesar 0,16%. Selain itu, suplementasi fitase dapat

Page 13: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

2

meningkatkan pemanfaatan Ca dan kualitas kerabang telur pada ayam petelur

( Gordon dan Roland, 1998).

Hasil penelitian Lim et al. (2003) menunjukkan bahwa pemberian fitase

sebesar 300 FTU/kg dapat memperbaiki produksi telur dan meningkatkan

ketersedian P. Selain itu, suplementasi fitase dengan penurunan P tersedia dalam

ransum meningkatkan retensi P dan penggunaan fitase sebesar 500 FTU/kg dapat

menurunkan imbuhan P tersedia dalam ransum menjadi 0,25%

(Yang et al., 2009). Kalsium merupakan mineral penting yang dibutuhkan dalam

proses pembentukan kerabang telur. Kekurangan Ca menyebabkan terjadinya

mobilisasi Ca dari tulang meduler untuk pembentukan kerabang (Yuwanta, 2004).

Suplementasi fitase dengan aras penurunan P tersedia dan Ca tetap dalam pakan

diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan Ca pada puyuh. Berdasarkan hal

tersebut diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh suplementasi fitase

dalam ransum terhadap kualitas fisik telur puyuh.

B. Rumusan Masalah

Bahan pakan yang berasal dari jenis biji-bijian merupakan bahan pakan

yang disukai puyuh, contohnya jagung, kedelai. Namun dalam jagung terdapat

kandungan asam fitat sehingga tidak bisa dimanfaatkan dalam saluran pencernaan

ternak puyuh. Ketidak mampuan ternak puyuh memanfaatkan asam fitat ini

sehingga dapat menyebabkan kekurangan P dari bahan pakan penyusun ransum

dan perlu ditambahkan dalam bentuk bahan anorganik untuk memenuhi

kebutuhan P. Asam fitat dapat mengikat protein dan mineral seperti Mg, Fe, Zn,

Mn, Ca serta enzim protein yang sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksi.

Oleh karena itu suplementasi fitase akan meningkatkan kecernaan mineral P

ataupun mineral lainnya yang terikat asam fitat. Fitase juga mampu memecah

ikatan kompleks karbohidrat dan protein yang berikatan dengan asam fitat, namun

hasil pemecahan asam fitat berupa Ca dan P belum dapat digunakan secara

optimal untuk produksi telur.

Suplementasi fitase dalam ransum diharapkan meningkatkan kualitas fisik

pada telur puyuh seperti ketebalan kerabangdan putih telurnya. Berdasarkan

Page 14: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

3

uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh suplementasi

fitase dalam ransum terhadap kualitas fisik telur puyuh.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penurunan

kandungan P tersedia yang mendapat suplementasi fitase dalam ransum puyuh

petelur terhadap Tebal Kerabang, Persentase Kerabang, Indeks Putih Telur dan

Nilai Haugh Unit (HU).

Page 15: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Puyuh

Puyuh yang banyak diternakan di Indonesia yaitu dari jenis Coturnix

coturnix japonica. Ciri-ciri dari puyuh tersebut yaitu memiliki bentuk tubuh lebih

besar dari puyuh yang lain, badannya bulat, ekornya pendek, paruhnya pendek

dan kuat, tiga jari kaki menghadap ke muka dan satu jari kaki ke arah belakang.

Pertumbuhan bulunya lengkap setelah berumur dua sampai tiga minggu. Puyuh

jantan dewasa, bulu dadanya berwarna merah sawo matang tanpa adanya belang

serta bercak-bercak hitam. Puyuh betina dewasa, bulu dadanya berwarna merah

sawo matang dengan garis-garis atau belang-belang hitam. Puyuh jenis ini dapat

menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama satu tahun.Telur

puyuh memiliki ciri warna coklat tua, biru, putih, dengan bintik-bintik hitam,

coklat dan biru (Listiyowati dan Roospitasari, 2009).

Klasifikasi puyuh menurut Wuryadi (2013) yaitu sebagai berikut:

Filum : Chordata

Class : Aves

Ordo : Galiformes

Family : Phasianidae

Subfamily : Perdicinae

Genus : Coturnix

Subspesies : Coturnix coturnix japonica

Bobot rata-rata seekor puyuh betina sekitar 150 g dan mencapai puncak

produksi lebih dari 80% pada minggu ke-13. Produktivitasnya akan menurun

dengan persentase bertelur kurang dari 50% di atas 14 bulan, kemudian sama

sekali berhenti bertelur saat berumur 2,5 tahun atau 30 bulan. Puyuh jantan

dewasa memiliki bobot badan sekitar 100 sampai 140 g (Anggorodi, 1979).

Page 16: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

5

B. Ransum Puyuh

Ransum merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan beternak

puyuh. Puyuh membutuhkan nutrien dari ransum untuk memenuhi kebutuhan

hidup pokok, pertumbuhan jaringan, reproduksi dan produksi. Faktor ransum

mempunyai pengaruh yang cukup besar (Listiyowati dan Roospitasari, 2004).

Puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase pertumbuhan dan

fase produksi (bertelur). Fase pertumbuhan puyuh terbagi lagi menjadi dua, yaitu

fase starter (umur 0-3 minggu) dan fase grower (umur 3-6 minggu) sedangkan

fase produksi telur yaitu layer (6 minggu-afkir) (Marsudi dan Saparinto, 2012).

Perbedaan fase ini berdampak pada pemberian ransum berdasarkan perbedaan

kebutuhannya. Kebutuhan nutrien puyuh petelur pada fase grower dan layer dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrien puyuh petelur fase grower dan layer.

Nutrien Grower Layer

Energi metabolis (Kkal/kg) Min. 2600 Min. 2700

Protein kasar (%) Min. 17 Min. 17

Lemak kasar (%) Maks. 7 Maks. 7

Serat kasar (%) Maks. 7 Maks. 7

Abu (%) Maks. 14 Maks. 8

Ca (%) 2,5-3,50 0,9-1,20

P tersedia (%) 0,6-1,0 0,40

Lisin (%) Min. 0,90 Min. 0,80

Metionin (%) Min. 0,40 Min. 0,35

Metionin + Sistin (%) Min. 0,60 Min. 0,50 Standar Nasional Indonesia (2006)

Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa faktor penting yang harus

diperhatikan dalam ransum adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan

P. Komponen nutrien tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi terutama

untuk pertumbuhan dan produksi telur. Roland et al. (1978) menyatakan bahwa

kebutuhan Ca dan konsumsi ransum yang tercukupi pada periode produksi akan

sangat menentukan besarnya massa Ca kerabang, bobot telur dan kualitas

kerabang telur.

Page 17: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

6

C. Asam Fitat

Asam fitat merupakan inositol heksakisfosfat acid yang mengikat

karbohidrat, protein dan mineral yang hampir terdapat pada semua jenis tanaman

(Applegate dan Angel, 2004). Mineral yang diikat seperti besi, tembaga, seng,

kalsium, magnesium dan potassium (McCleary, 2005). Nutrien yang diikat oleh

asam fitat tidak dapat dicerna oleh ternak unggas. Senyawa ini akan membentuk

ikatan komplek dengan mineral dan protein, sehingga sulit dipecah dalam saluran

pencernaan (Applegate dan Angel, 2004). Asam fitat juga menyebabkan

penurunan ketersediaan mineral karena dapat membentuk kompleks dengan Ca

dan Mg (Panda et al., 2007).

Asam fitat pada kondisi alami akan membentuk ikatan baik dengan

mineral bervalensi dua (Ca, Mg, Fe), maupun protein menjadi senyawa yang

sukar larut. Hal ini menyebabkan mineral dan protein tidak dapat diserap tubuh,

atau nilai cernanya rendah. Oleh karena itu, asam fitat dianggap sebagai antinutrisi

pada bahan pangan. Adapun sifat-sifat dari senyawa fitat adalah melindungi

kerusakkan oksidatif pada biji-bijian selama proses penyimpanan, menurunkan

bioavaibilitas beberapa mineral dan sebagai antioksidan. Senyawa fitat dapat

menurunkan nilai gizi protein karena apabila fitat berikatan dengan protein akan

membentuk senyawa kompleks yang mengakibatkan protein menjadi tidak larut

(Fatima, 2005).

Kadar fitat dalam kacang-kacangan bervariasi, tergantung jenisnya,

misalnya 0,54-1,58% pada kacang merah; 0,43% pada kacang tolo; dan 1,4% pada

kedelai. Pada kedelai, 2 – 3% protein terikat oleh fitat ini. Hal ini menjadi masalah

karena kedelai / bungkil kedelai merupakan sumber protein utama dalam ransum

unggas. Pada jagung, wheat bran dan bekatul kadar P yang terikat dalam fitat

masing-masing 90%, 70% dan 75% dari total P. Berikut kandungan asam fitat

pada beberapa bahan pakan dalam Tabel 1:

Page 18: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

7

Tabel 1. Kandungan asam fitat pada beberapa bahan pakan

No Bahan Pakan Kandungan Asam Fitat (%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Barley

Bungkil biji kapas

Oat

Bungkil rapeseed

Bungkil wijen

Bungkil Kedelai

Terigu

0.97-1.08

2.86-4.29

0.84-1.01

3.00-5.00

1.44-5.18

1.00-147

0.62-1.35

Sumber : Widodo, 2005

Bahan pakan untuk ternak nonruminansia berbasis jagung dan kedelai,

sehingga mempunyai kelemahan yaitu kandungan fosfornya yang terikat asam

fitat sekitar 50 sampai 80% (Lantzsch, 1990). Asam fitat tersebut tidak dapat

dimanfaatkan oleh ternak nonruminansia, sehingga memerlukan tambahan fitase

yang dapat menghidrolisis asam fitat (Applegate dan Angel, 2004).

D. Enzim Fitase

Fitase (myo-inositol hexakisphosphat phosphohydrolase) merupakan

salah satu enzim yang tergolong dalam kelompok fosfatase yang mampu

menghidrolisis senyawa fitat (myo-inosotol 1,2,3,4,5,6 heksakisfosfat) menjadi

myo-inositol dan fosfat anorganik (McCleary, 2005). Pengelompokan ini

didasarkan pada kemampuan fitase untuk melepas molekul fosfor (H2O3PO) pada

atom C dari gugus benzene inositol sehingga pemanfaatan unsur P dalam tubuh

unggas menjadi optimal (Applegate dan Angel, 2004). Fosfor pada fitat tidak

dapat digunakan oleh hewan berlambung sederhana karena tidak adanya fitase di

dalam alat pencernaan (Sajidan et al., 2004).

Asam fitat akan membentuk ikatan dengan mineral yang bervalensi dua

maupun protein menjadi senyawa yang sukar larut sehingga menyebabkan mineral

dan protein tidak dapat diserap tubuh dan nilai cernanya menjadi rendah. Untuk

menekan kerugian dari asam fitat yang terkandung dalam ransum perlu

ditambahkan enzim pencerna asam fitat tersebut yaitu fitase (Maenz, 2005).

Suplementasi fitase ke dalam ransum akan mengurangi aktivitas asam fitat dalam

saluran pencernaan, sehingga bahan pakan dapat lebih efisien untuk dicerna

(Widowati et al., 2001).

Page 19: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

8

Aktivitas fitase pada saluran pencernaan dipengaruhi oleh kandungan

mineral pakan, pH dan temperatur. Aktivitas fitase juga dipengaruhi oleh

kandungan air, sehingga aktivitas semakin baik dengan adanya kandungan air

yang tinggi (Maenz, 2005). Selain itu penggunaan fitase tidak dianjurkan pada

kondisi pH rendah (asam), karena aktivitas fitase terjadi pada pH tertentu. Fitase

sebagian besar mempunyai aktivitas pH optimal sekitar 5, sehingga aktivitas fitase

pada lambung rendah dan akan meningkat setelah mencapai usus halus

(Anselme, 2006).

Penggunaan fitase dalam ransum bermanfaat dalam optimalisasi P pada

ternak monogastrik sehingga dapat mereduksi polusi P dilingkungan (Shin et al.,

2001). Penggunaan fitase pada pakan juga efektif memperbaiki penggunaan dan

ketersediaan Ca dan P (Traylor et al., 2001). Fitase dapat meningkatkan

pemanfaatan Ca dan kualitas kerbang telur pada ayam petelur (Gordon dan

Roland, 1998).

E. Kualitas Telur

Telur dibagi atas tiga bagian utama yaitu kulit telur atau kerabang, bagian

cairan yang bening, dan bagian yang berwarna kuning. Bagian cairan yang bening

atau tidak berwarna itu dibagi atas yang berbentuk encer dan berbentuk kental

yang gunanya untuk mengikat kuning telur agar tetap pada posisinya

(Hartono, 2004).

Kualitas telur sangat mempengaruhi daya terima konsumen, seperti

kebersihan, kesegaran, berat telur, kualitas kerabang, indeks kuning telur, Haugh

Unit (HU), dan komposisi kimianya (Stadelman, 1977). Menurut North dan Bell

(1992) kualitas telur ditentukan berdasarkan kualitas secara interior dan eksterior.

Kualitas interior telur meliputi indeks kuning telur, yolk ratio, albumen ratio,

albumen index, dan Haugh Unit. Kualitas eksterior meliputi indeks telur, bobot

telur, dan bobot kerabang telur.

Nilai HU (Haugh Unit) digunakan untuk mengetahui kekentalan telur

yang ditentukan berdasarkan hubungan logaritma tinggi albumen (mm) dengan

berat telur (g). Menurut Parizadian et al. (2011) nilai HU telur puyuh adalah

Page 20: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

9

92,88. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan untuk

mengukur nilai HU telur, yaitu (1) telur disimpan pada temperatur lebih dari 12oC,

(2) putih telur tidak rusak saat telur dipecahkan, (3) pengukuran tinggi putih telur

kental dilakukan segera setelah telur dipecahkan, (4) pengukuran dilakukan

dengan menggunakan alat tripod micrometer dan (5) untuk mendapatkan hasil

yang lebih akurat dapat dilakukan pengukuran lebih dari satu kali.

Komposisi kerabang terdiri atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium dan

0,9% fosfor (pada kerabang dalam bentuk fosfat). Ketebalan kerabang telur

banyak dipengaruhi oleh kadar kalsium dalam ransum yang akan menentukan

ketersediaan garam-garam kalsium dalam darah untuk pembentukan telur

(Yuwanta, 2004). Ada dua sumber kalsium untuk produksi kerabang telur, yaitu

pakan dan deposit dalam tulang tertentu. Secara normal, sebagian kalsium untuk

pembentukan telur berasal langsung dari pakan, tetapi beberapa berasal dari

timbunan kalsium, tulang meduler, terutama pada malam hari bila ayam tidak

makan (Suprijatna et al., 2005). Fungsi kerabang telur adalah melindungi bagian

dalam telur dari pengaruh tekanan luar, menjaga kestabilan anak ayam selama

stadium penetasan, sebagai sumber kalsium bagi anak ayam dan sebagai tempat

pertukaran udara selama penetasan (Yuwanta, 2010).

HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penurunan P tersedia dengan

suplementasi fitase dalam ransum puyuh petelur meningkatkan terhadap tebal

kerabang, persentase kerabang, indeks putih telur dan nilai Haugh Unit (HU).

Page 21: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

10

III. MATERI DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Januari

2015 di Kandang Percobaan Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret, yang berlokasi di Desa Jatikuwung, Kecamatan

Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Analisis kandungan bahan kering, protein

kasar, Ca dan P dalam bahan pakan dilakukan di Laboratorium Chem-Mix

Pratama, Bantul.

Bahan dan Alat Penelitian

1. Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah puyuh petelur betina

(Coturnix coturnix japonica) yang berumur 28 hari sebanyak 480 ekor dengan

rata-rata bobot badan awal 94,3 ± 15,7 g (CV = 8,38%).

2. Ransum

Ransum atau bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pakan berbasis jagung dan kedelai (corn-soybean diet) yang terdiri dari jagung

kuning, bekatul, bungkil kedelai, minyak kelapa, limestone, dikalsium fosfat, DL-

metionin, premiks, NaCl, semen merah sebagai filler dan fitase. Kandungan

nutrien bahan pakan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 2 dan susunan

ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

3. Vaksinasi

Vaksin yang diberikan adalah ND B1 dan ND La Sota. Vaksin diberikan

kepada puyuh pada umur 42 hari dengan media air minum. Vaksin diberikan

dengan dosis setengah dari dosis yang diberikan pada ayam. Sebelum dan sesudah

vaksinasi diberikan antistres melalui air minum.

Page 22: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

11

Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum Nama Bahan EM PK LK SK Ca P tersedia Lisin Metionin

Kkal/kg ---------------------------------- % ----------------------------------------- Jagung kuning 3350,001) 7,342) 3,392) 1,892) 0,242) 0,063) 0,261) 0,181)

Bekatul 2980,001) 11,712) 10,692) 13,342) 0,282) 0,053) 0,591) 0,261)

Bungkil kedelai 2230,001) 42,922) 2,882) 8,122) 0,442) 0,283) 2,691) 0,621)

Minyak kelapa 8600,001) - - - - - - -

DL-metionin - - - - - - - 99,001)

Limestone - - - - 38,001) - - -

Dikalsium

fosfat

- - - - 29,004) 19,004) - -

Premiks - - - - 48,005) 13,005) - -

Keterangan : 1) NRC (1994) 2) Hasil dianalisis Laboratorium Chem-Mix Pratama (2014)

3) P tersedia diperoleh dari hasil analisis Laboratorium Chem-Mix

Pratama dikalikan dengan proporsi P tersedia dibagi P total

menurut NRC (1994)

4) Hartadi et al. (1994)

5) Mineral B12 (Produksi Eka Farma Semarang).

Tabel 3. Susunan Ransum dan Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan

Bahan Pakan P0 P1 P2 P3

-------------------------------- % ------------------------------

Jagung kuning 50,000 50,000 50,000 50,000

Bekatul 11,170 11,170 11,170 11,170

Bungkil kedelai 30,700 30,700 30,700 30,700

Minyak kelapa 0,400 0,400 0,400 0,400

DL-metionin 0,080 0,080 0,080 0,080

Dikalsium fosfat 2,150 1,700 1,200 0,750

Limestone 5,100 5,450 5,830 6,180

Premiks 0,150 0,150 0,150 0,150

NaCl 0,250 0,250 0,250 0,250

Filler 0,000 0,090 0,205 0,300

Fitase 0,000 0,010 0,015 0,020

Jumlah 100,000 100,000 100,000 100,000

Kandungan Nutrien

Energi metabolis

(Kkal/kg) 2700,000 2700,000 2700,000 2700,000

Protein kasar (%) 18,020 18,020 18,020 18,020

Lemak kasar (%) 3,740 3,740 3,740 3,740

Serat kasar (%) 4,900 4,900 4,900 4,900

Ca (%) 3,240 3,240 3,240 3,240

P tersedia (%) 0,600 0,500 0,400 0,300

Lisin (%) 1,010 1,010 1,010 1,010

Metionin (%) 0,400 0,400 0,400 0,400

Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan Kandungan Bahan Pakan pada Tabel 2.

Page 23: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

12

4. Vitamin

Vitamin yang diberikan pada penelitian ini adalah antistres yang

diberikan melalui air minum. Antistres juga diberikan pada waktu mulai

pergantian pakan hingga awal bertelur.

5. Kandang dan Peralatan Pemeliharaan

a. Kandang

Penelitian ini menggunakan 24 unit kandang baterai untuk pemeliharaan

dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi berturut-turut 0,9; 0,6 dan 0,3 m. Setiap

unit kandang pemeliharaan diisi dengan 20 ekor puyuh.

b. Peralatan

1) Tempat pakan dan minum

Tempat pakan untuk pemeliharaan terbuat dari plastik berjumlah 120

buah yang ditempatkan 5 buah pada setiap unit kandang dan tempat minum untuk

pemeliharaan berjumlah 48 buah, pada setiap unit kandang ditempatkan 2 buah.

2) Higrometer

Higrometer digital digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban di

dalam dan luar kandang.

3) Timbangan

Timbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital

dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g untuk menimbang bahan pakan

penyusun ransum. Timbangan digital kapasitas 500 g dengan kepekaan 0,1 g merk

camry untuk menimbang puyuh. Timbangan dengan kapasitas 400 g dan kepekaan

0,001 g untuk menimbang fitase, telur dan bobot kerabang telur puyuh.

4) Lampu pijar

Lampu yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 8 buah dengan

daya 15 watt yang ditempatkan pada setiap sudut ruangan dan 1 buah lampu

dengan daya 18 watt yang ditempatkan pada tengah kandang perlakuan.

Page 24: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

13

6. Peralatan Uji Kualitas Fisik Telur Puyuh

a. Egg tray

Egg tray digunakan untuk menempatkan telur sampel penelitian.

b. Plat kaca

Plat kaca digunakan untuk meletakan sample telur penelitian yang telah

dipecahakan dari cangkangnya dan diukur panjang, lebar serta tingginya.

c. Jangka sorong

Jangka sorong yang digunakan dalam penelitian ini adalah jangka sorong

dengan merk vernier caliper dengan kepekaan 0,05mm, digunakan untuk

mengukur panjang diameter albumen.

d. Mikrometer

Menggunakan mikrometer dengan kepekaan 0,01mm untuk mengukur

ketebalan cangkang sample telur penelitian.

e. Tripod mikrometer

Menggunakan tripod mikrometer untuk mengukur tinggi putih telur.

f. Pisau kecil

Menggunakan pisau kecil untuk memecahkan sampel telur penelitian

g. Tisu

Menggunakan tisu untuk membersihkan plat kaca dan peralatan lain yang

digunakan dari sample telur sebelumnya.

h. Plastik clip

Menggunakan plastik clip untuk memisahkan sample-sample telur tiap

perlakuan.

i. Kertas label

Memberi tanda pada sample telur penelitian tiap perlakuan.

j. Baskom Plastik

Baskom plastik sebagai tempat menampung telur yang sudah dipecah.

k. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat data yang diperoleh dalam setiap

pengukuran.

Page 25: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

14

C. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola searah

dengan empat perlakuan (P0, P1, P2 dan P3), masing-masing perlakuan diulang

enam kali dan setiap ulangan terdiri dari 20 ekor puyuh petelur yang ditempatkan

pada kandang kelompok. Adapun perlakuannya sebagai berikut :

P0 = Ransum dengan P tersedia 0,6%

P1 = Ransum dengan P tersedia 0,5% + fitase 0,010% (500 U/kg)

P2 = Ransum dengan P tersedia 0,4% + fitase 0,015% (750 U/kg)

P3 = Ransum dengan P tersedia 0,3% + fitase 0,020% (1000 U/kg)

D. Metode Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Persiapan Kandang

Tahap persiapan kandang meliputi pembersihan, pembuatan petak

kandang, pengapuran dan desinfeksi. Peralatan kandang seperti tempat pakan dan

minum dicuci kemudian direndam dalam larutan antiseptik dan dikeringkan di

bawah sinar matahari. Pengapuran dan desinfeksi dilakukan pada dinding dan

lantai kandang.

b. Persiapan puyuh

Puyuh petelur umur 28 hari sebanyak 480 ekor terlebih dahulu ditimbang

untuk mengetahui bobot badan awal pada saat penelitian. Puyuh didistribusikan

secara rata ke dalam 24 unit kandang.

c. Penentuan petak kandang

Penentuan petak kandang dilakukan secara acak yaitu dengan

pengundian.

d. Penyusunan ransum

Penyusunan ransum dilakukan dengan mencampur bahan pakan dengan

proporsi terkecil dahulu hingga terbesar secara merata. Ransum dengan proporsi

terkecil seperti limestone, dikalsium fosfat, DL-metionin, filler, premix dan NaCl

dicampur terlebih dahulu dengan cara memasukkan ke dalam kantong plastik lalu

Page 26: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

15

digojok sampai homogen, setelah itu mencampur bungkil kedelai dengan minyak

kelapa. Ransum terbesar seperti jagung, bekatul dan bungkil kedelai dicampur

dengan ransum proporsi terkecil yang telah homogen. Ransum perlakuan disusun

dengan memperhatikan kandungan P tersedia dan menambahkan fitase sesuai

level yang telah ditentukan.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap adaptasi, perlakuan

dan pengujian kualitas fisik telur puyuh. Tahap adaptasi dilakukan pada puyuh

berumur 28 hari dengan tujuan agar ternak dapat menyesuaikan dengan

lingkungan, kandang dan pakan. Selain itu pada tahap ini diharapkan konsumsi

ransum dan bobot badan dapat seragam. untuk tahap adaptasi kandang

sebelumnya disucihamakan kemudian dilakukan pengapuran untuk mencegah

tumbuhnya bakteri dan jamur. Sesuai dengan pernyataan Subekti dan Hastuti

(2013) Sebelum puyuh datang, hendaknya kandang besarta perlengkapannya

berupa tempat pakan, tempat minum, dan alat penerang harus dalam kondisi

bersih dan siap dipakai agar terhindar dari bakteri pengganggu. Penyusunan

ransum dilakukan setiap tiga hari sekali untuk menghindari ketengikan karena

adanya minyak kelapa yang dapat mengurangi palatabilitas ransum. Tahap

penyusunan ransum dengan cara bertahap yaitu mencampur bahan-bahan yang

mempunyai proporsi terkecil terlebih dahulu kemudian bahan-bahan yang

mempunyai proporsi besar agar pencampurannya bisa homogen. Cara bertahap itu

dimaksudkan agar tiap bahan makanan tercampur homogen ditiap bagian sehingga

sejumlah unsur nutrisi yang dirancang benar-benar sampai ketujuannya (Rasyaf,

2000).

Tahap adaptasi dilakukan pada puyuh berumur 28 hari dengan tujuan

agar ternak dapat menyesuaikan dengan lingkungan, kandang dan pakan. Selain

itu pada tahap ini diharapkan konsumsi ransum dan bobot badan dapat seragam.

Selama masa adaptasi puyuh diberi ransum komersial dua kali sehari yaitu pada

pukul 07.00 dan 13.30. Ransum komersial diberikan pada puyuh berumur 28-39

hari, selanjutnya pada umur 40-41 hari puyuh diadaptasi dengan ransum basal

dengan perbandingan 50% ransum komersial dan 50% ransum basal. Ransum

Page 27: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

16

basal diberikan dari umur 42 hari sampai produksi telur mencapai 10%. Ransum

perlakuan diberikan setelah produksi telur lebih dari 10% selama dua periode

produksi (2×28 hari).

Koleksi telur dilakukan selama tiga hari dalam setiap periode. Satu periode

meliputi 28 hari (Noviandi et al., 2003). Tahap pengujian kualitas fisik telur puyuh ada

beberapa tahap. Pertama, telur dikumpulkan dan dilakukan penimbangan serta

pemilahan bobot telur yang seragam. Kedua, pemisahan antara isi telur dengan

kerabang. Kerabang telur yang bersih ditimbang untuk mengetahui bobot kerabangnya

dan diambil sampel secara komposit. Setelah itu dilakukan pengukuran kualitas fisik

telur menurut metode Yuwanta (2010), meliputi tebal kerabang, persentase kerabang,

indeks putih telur dan nilai HU.

3. Peubah Penelitian

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah tebal kerabang, persentase

kerabang, indeks putih telur dan nilai HU.

a. Tebal Kerabang

Pengukuran tebal kerabang telur dengan menggunakan mikrometer ketelitian

0,01 mm. Pengukuran tebal kerabang telur dilakukan pada bagian ujung

tumpul, tengah (ekuator), dan ujung lancip telur kemudian dibuat rata-rata

(Yuwanta, 2010).

b. Persentase Kerabang

Persentase kerabang telur diukur berdasarkan perbandingan antara berat

kerabang telur dengan berat telur dikalikan 100% (Yuwanta, 2010). Berat kerabang

telur puyuh ini dihasilkan dengan metode pengeringan matahari selama 3 jam.

c. Indeks Putih Telur

Indeks putih telur adalah perbandingan antara tinggi putih telur dengan panjang

putih telur encer (Yuwanta, 2010). Pengukuran tinggi putih telur telur

menggunakan tripod mikrometer dengan ketelitian 0,01 mm dan lebar putih telur

telur puyuh menggunakan jangka sorong, dengan rumus sebagai berikut :

Page 28: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

17

d. Nilai Haugh Unit (HU)

Haugh Unit yaitu satuan nilai dari putih telur yang dikemukakan oleh Haugh,

yaitu dengan cara menghitung secara logaritma terhadap tinggi putih telur kental

dan kemudian ditranformasikan ke dalam nilai koreksi dari fungsi berat telur

(Yuwanta, 2010). Perhitungan HU menggunakan rumus sebagai berikut :

HU = log 100 (H – 1,7 P0,37 + 7,57)

Keterangan :

H = Tinggi putih telur kental (mm)

P = Berat telur (g)

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis

variansi. Apabila hasil analisis variansi terdapat pengaruh perlakuan maka

dilanjutkan dengan uji beda mean menggunakan uji Duncan’s New Multiple

Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antar mean perlakuan

(Yitnosumarto, 1993).

Page 29: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah tabel hasil rerata analisis statistik yang menunjukan

pengaruh perlakuan terhadap beberapa variabel pada penelitian ini.

Tabel 4. Rerata hasil penelitian pengaruh suplementasi fitase dalam ransum

terhadap kualitas fisik telur puyuh

Peubah Perlakuan Nilai

P P0 P1 P2 P3

Tebal Kerabang (mm) 0,258a 0,252a 0,242b 0,250ab 0,004

Persentase Kerabang (%) 8,541a 8,458a 8,180b 8,352ab 0,029

Indeks Putih telur (%) 0,106 0,102 0,250 0,107 0,415

Nilai HU 99,780ab 98,867b 99,477b 100,681a 0,019 Keterangan : P0 = Ransum dengan P tersedia 0,6%

P1 = Ransum dengan P tersedia 0,5% + fitase 0,010% (500 U/kg)

P2 = Ransum dengan P tersedia 0,4% + fitase 0,015% (750 U/kg)

P3 = Ransum dengan P tersedia 0,3% + fitase 0,020% (1000 U/kg) a,b,c Nilai rata-rata yang diikuti superskrip yang berbeda pada baris yang

sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).

A. Tebal Kerabang dan Persentase Kerabang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum puyuh yang diberi fitase dan P

dengan level berbeda memberikan pengaruh terhadap ketebalan kerabang dan

persentase kerabang pada puyuh petelur (P<0,05) (Tabel 3). Hasil penelitian tebal

kerabang dan persentase kerabang setelah pemberian ransum P1 dan P3

menunjukkan sama dengan ransum P0 tetapi pada ransum P2 berbeda dengan

terjadinya penurunan tebal kerabang dan persentase kerabang. Hal ini menunjukkan

bahwa ransum P1 dengan penurunan P tersedia 0,5% disuplementasi fitase 500

FTU/kg dan ransum P3 dengan penurunan P menjadi 0,3% dengan disuplementasi

fitase 1.000 FTU/kg dapat mengimbangi ransum P0 tanpa fitase dengan kadar P

0,6%, tetapi pada ransum P2 dengan penurunan P menjadi 0,4% dengan

suplementasi 750 FTU/kg menurunkan tebal kerabang dan persentase kerabang.

Penelitian ini penggunaan kebutuhan P tersedia pada ransum puyuh petelur pada

fase layernya sebesar 0,6% di dasarkan pada NRC (1994).

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang sama, hal ini sama dengan

pernyataan Englmaierová et al. (2014) bahwa penambahan fitase dengan level 150

FTU/kg pada ransum yang mengandung non-phytate phosphorus (NPP) (3.0, 2.1,

and 1.7 g/kg) berpengaruh terhadap tebal kerabang. Hasil penelitian Sharifi et al.

Page 30: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

19

(2012) menunjukan hal yang sama penambahan fitase dengan level 300 FTU/kg

dan 600 FTU/kg dapat mempengaruhi persentase kerabang. Ini mungkin

dikarenakan efek fitase pada pelepasan fitat mineral (P dan Ca) dan meningkatkan

retensi kulit telur yang dapat meningkatkan kualitas cangkang telur. Ditunjang

juga oleh penelitian Ahmadi et al. (2008) penambahan fitase level 0 FTU/kg, 150

FTU/kg dan 300 FTU/kg mempertahankan persentase kerabang telur .

Penambahan P tersedia dan suplementasi enzim fitase 1.000 FTU/kg

pada ransum dapat menghidrolisis asam fitat sehingga P dalam pakan dan mineral

(Mg, Fe, Zn, Mn, Ca) dapat terserap optimal di saluran pencernaan dan akan

mengurangi pengaruh negatif antinutrisi dari asam fitat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Shin et al. (2001) bahwa pemanfaatan unsur P dalam ransum ternak

monogastrik dapat dioptimalkan dengan penambahan fitase. Ditunjang dengan

penelitian terdahulu bahwa suplementasi fitase sebesar 1.000 FTU/kg (Amin et

al., 2011) dan 1.200 FTU/kg (Singh, 2008) pada ransum rendah P tersedia dapat

meningkatkan ketersedian P tersedia yang sama dengan ransum tanpa

disuplemntasi fitase. Peningkatan ketersediaan P dapat meningkatkan ketebalan

kerabang dan persentase kerabang. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Cabuk et al.

(2004) bahwa penambahan fitase dapat meningkatkan ketersediaan P serta

meningkatakan ketebalan kerabang dan persentase kerabang.

Perlakuan P1 dan P3 menunjukan tebal kerabang dan persentase kerabang

sama dengan P0. Menunjukkan bahwa penambahan fitase dengan mengurangi

kendungan P pada ransum menghasilkan tebal kerabang dan persentase kerabang

setara dengan P0. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan Cad an P pada

pembentukan kerabang dapat disuplai dari hasil hidrolisis fitase. Viveros et al.

(2002) yang mengatakan bahwa suplementasi enzim fitase sebanyak 500 FTU/kg

pada ransum yang mengandung P tersedia rendah (0,22% - 0,14%) mampu

meningkatkan penggunaan P, Ca, Mg, dan Zn.

Perlakuan P2 dengan suplementasi fitase 750 FTU/kg lebih rendah

daripada P3 ini disebabkan perlakuan P2 belum efisien penyerapan Ca di

bandingkan perlakuan P3 dengan suplementasi fitase 1.000 FTU/kg. Menurut

Setiyawan (2007) bahwa suplementasi enzim fitase sebesar 1.000 FTU/kg ransum

memberikan hasil yang lebih baik ketersediaan hayati mineral pada unggas.

Page 31: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

20

Rataan nilai kerabang telur selama penelitian, yaitu 0,242-0,258 mm.

Menurut Ilsa et al. (2016) ketebalan kerabang telur rata-rata adalah 0,197 - 0,260

mm. Tebal kerabang hasil penelitian menunjukan pada kisaran, yang dapat

diartiakan bahwa ketebalan kerabang yang dihasilkan dalam penelitan normal.

Hasil rataan nilai persentase kerabang telur dari hasil peneiltian adalah 8,180% –

8,541%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Vilchez et al. (1992) dan

Romasta (2003) bahwa rata-rata presentase kerabang telur puyuh (Coturnix

coturnix japonica) sebesar 7 - 9,5 % dari bobot telur. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa bobot kerabang telur masih dalam kisaran normal.

B. Indeks Putih Telur

Hasil penelitian menunjukkan ransum penelitian tidak berpengaruh

(P>0,05) terhadap indeks putih telur (Tabel 3). Ransum perlakuan P0, P1, P2, dan

P3 tidak berbeda, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan P tersedia 0,5% dengan

suplementasi fitase 500 FTU/kg sampai dengan penurunan P tersedia 0,3%

dengan suplementasi fitase 1.000 FTU/kg tidak mempengaruhi indeks putih telur.

Artinya penggunaan ransum perlakuan tidak memberikan efek negatif terhadap

indeks putih. Hasil penambahan fitase terhadap indeks putih telur pada penelitian

ini sama dengan penelitian Sharifi et al. (2012), penambahan fitase level 300

FTU/kg dan 600 FTU/kg tidak mempengaruhi nilai indeks putih telur. Ditunjang

oleh penelitian Cabuk et al. (2008) bahwa penambahan fitase hingga level 300

FTU/kg tidak mempengaruhi nilai indeks putih telur.

Rataan indeks putih telur dalam penelitian ini, yaitu 0,102-0,250, rataan

nilai indeks putih tersebut masih kisaran normal menurut Purnomo dan Adiyono

(1985) bahwa indeks putih telur yang baik berkisar antara 0,05 – 0,250.

Page 32: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

21

C. Nilai Haugh Unit (HU)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum puyuh yang disuplementasi

fitase memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap nilai Haugh Unit pada telur puyuh

(Tabel 3). Pemberian ransum P1 dan P2 tidak berbeda dengan ransum P0 begitu

juga ransum P3 tidak berbeda dengan P0. Hal ini menunjukkan penurunan P

tersedia dan penambahan fitase tidak berpengaruh terhadap nilai HU. Ransum P3

dengan kadar P tersedia 0,3% yang disuplementasi fitase 1.000 FTU/kg

menunjukkan nilai HU berbeda dengan ransum P1 dan P2. Nilai HU ransum P3

lebih tinggi dibanding P1 dan P2. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan fitase

1000 FTU dapat meningkatkan nilai HU pada P3 dibandingkan dengan P1 dan P2.

Nilai HU pada penelitian ini berbeda dengan penelitian menurut

Englmaierová et al. (2014) yang menyatakan bahwa penambahan fitase dengan

level 150 FTU/kg pada ransum yang mengandung non-phytate phosphorus (NPP)

(3.0, 2.1, and 1.7 g/kg) menunjukan nilai HU tidak berbeda nyata. Sama halnya

dengan penelitian Sharifi et al. (2012) penambahan fitase hingga level 600

FTU/kg menunjukan nilai HU tidak berbeda nyata. Perbedaan ini disebabkan

karena perbedaan penambahan level fitase dan kandungan P pada ransum.

Kualitas telur ditentukan berdasarkan nilai Haugh Unit, yaitu kualitas AA

dengan nilai HU minimal 72, kualitas A dengan nilai HU pada kisaran 60 - 72,

kualitas B dengan nilai antara 31 - 60 dan kualitas C apabila nilai HU < 31

(Nesheim et al., 1979). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Haugh Unit

tergolong dalam kelas AA (baik sekali) yaitu mempunyai nilai sebesar 98,867 –

100,681. Nilai yang didapatkan pada penelitian ini masih sesuai dengan standar

yang ditentukan oleh ISA (2009) yaitu lebih dari 82 untuk telur unggas.

Page 33: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

22

V. SIMPULAN

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah pemberian P-tersedia 0,5%

dengan suplementasi fitase 500 FTU/kg pada ransum puyuh petelur dapat

mempertahankan kualitas fisik telur puyuh. Penuruna P tersedia pada aras 0,4%

dengan suplementasi enzim fitase 750 FTU/kg menurunkan ketebalan kerabang

dan persentase kerabang telur puyuh.

Page 34: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

23

DAFTAR PUSTAKA

Amin M., D. Jusadi dan I. Mokoginta. 2011. Penggunaan enzim fitase untuk

meningkatkan ketersediaan fosfor dari sumber bahan nabati pakan dan

pertumbuhan ikan lele (Clarias sp). Jurnal Saintek Perikanan. 6:52-60.

Anggorodi, H. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. P.T. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Anselme, P. 2006. Considerations on the Use of Microbial Phytase. CEFIC.

Inorganic Feed Phosphates, Brussels.

Applegate, T. J. and R. Angel. 2004. Phytase: Basic of Enzyme Function. Farm

Animal Management at Purdue. Department of Animal Science. Purdue

University, West Lafayette.

Cabuk, M., M. Bozkurt, F. Kırkpınar and H. Ozkul. 2004. Effect of phytase

supplementation of diets with different levels of phosphorus on

performance and egg quality of laying hens in hot climatic conditions.

South African Journal of Animal Science. 34: 13-17.

Englmaierová, M., V. Skřivanová and M. Skřivan. 2014. The effect of non-

phytate phosphorus and phytase levels on performance, egg and tibia

quality, and pH of the digestive tract in hens fed higher-calcium-content

diets. Czech Journal of Animal Science. 59 (3): 107–115

Gordon, R. W. And D. A. Sr. Roland. 1998.Ifluence Of Supplemental Phytase On

Calcium And Phosporus Utilization In Laying Hens. Poultry Science.

77: 290-294.

Hartadi, H., S. Reksohadiprojo dan A. D. Tillman. 1994. Tabel Komposisi Pakan

untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hartono, T. 2004. Permasalahan Burung Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya,

Jakarta.

ISA. 2009. Hisex Nutrition Management Guide. A Hendrix Genetik Company.

Institut de Sélection Animale B.V., Netherlands.

Lantzsch, H. J. 1990. Untersuchungen uber ernahrungsphysiologische effekte des

phytats bei monogastriern. Ubers. Tierernahr. 18:197-212.

Lim H. S., H. Namkung and I. K. Paik. 2001 Effect of Fiber and Phytate Source

and of Calcium and Phosphorus Level on Phytate Hydrolysis in the

Chick1. Poultry Science. Volume 63: 333–338.

Lim H. S., H. Namkung and I. K. Paik. 2003. Effects of phytase supplementations

on the performance, egg quality and phosphorous excreation of laying

hens fed different levels of dietary calcium and nonphytate phosphorous.

Poulty Science.82:92-9.

Listiyowati, E dan K. Roospitasari. 2004. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara

Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Page 35: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

24

Listiyowati, E dan K. Roospitasari. 2009. Beternak Puyuh secara Komersial.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Maenz, D. D. 2005. Enzymatic characteristic of phytases as they relate to their use

in animal feeds. In: Enzyme in Animal Nutrition. (Ed. M. R. Bedford

dan G. G. Partridge). CABI Pub. United Kingdom. pp: 61-84.

McCleary. 2005. Analysis of feed enzymes. In: Enzyme in Animal Nutrition. (Ed.

M. R. Bedford dan G. G. Partridge). CAB International Publishing,

United Kingdom. pp: 85-108.

National Research Council. 1994.Nutrient Requirement of Poultry. Ninth Revised

Edition. National Academic Press, Washinton DC.

Nesheim, M.C., R. E. Autic and L. E. Card. 1979. Poultry Productin. 12th Ed. Lea

& Febiger, Philadelphia.

North, M. O. and D. D. Bell. 1992. Commercial Chicken Production Manual. Van

Nostrand Reinhold. New York.

Nuhriawangsa, A. M. P., Sajidan, Z. Bachruddin dan A. Wibowo. 2010. Produksi

Pakan Tambahan yang Mengandung Fitase dari Bakteri Rekombinan

untuk Meningkatkan Kualitas Pakan dan Daging Ayam Broiler. Laporan

Penelitian Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.

Panda, A. K., S. V. R. Rao, M. V. L. N. Raju, S. S. Gajula and S. K. Bhanja.

2007. Performance of broiler chicken fed low non phytate phosphorous

diets supplemented with microbial phytase. The Journal of Poultry

Science. 44:258-264.

Piliang, W.G. 2002. Nutrisi Mineral. Edisi V. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ravidran, V., A. J. Cowieson and P. H. Selle. 2008. Influence of dietary

electrolyte balance and microbial phytase on growth performance,

nutrient utilization, and excreta quality of broiler chickens. Poultry

Science. 87:677-688.

Roland, Sr. D. A., D. R. Sloan and R. H. Harms. 1978. The ability of hens to

maintain calcium deposition in the egg shell and egg yolk as the hen ages.

Poultry Science 54: 1720-1723.

Romasta. 2003. Studi pemberian empat campuran minyak ikan hiu, dedak

gandum kasar dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) terhadap kualitas

telur burung puyuh (Cortunix coturnix japonica). Skripsi. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sajidan, A. Ratriyanto dan A. M. P. Nuhriawangsa. 2004. Pengaruh bakteri

penghasil fitase pada pakan campuran wheat pollard terhadap performan

ayam broiler. Buletin Peternakan. 28:105-114.

Sariyska, M. V., S. A. Gargova, L. A. Koleva and A. I. Angelov. 2005.

Aspergillus niger phytase: Purification and characterization. Journal

Biotechnology. 19:98-105.

Page 36: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

25

Selle, P. H., A. J. Cowieson and V. Ravindran. 2003. Consequences of calcium

interactions with phytate and phytase for poultry and pigs. Livestock

Science. 124: 126-141.

Setiyatwan H. 2007. Suplementasi fitase, seng, dan tembaga dalam ransum

sebagai stimulan pertumbuhan dan status mineral pada ayam broiler.

[Disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sharifi, M. R., M. Shams Shargh, S. Hassani, H. Senobar and S. Jenabi. 2012. The

effects of dietary nonphytate phosphorus levels and phytase on laying

performance and egg quality parameters of Japanese quails (Coturnix

coturnix japonica). Arch Geflugelk. 76: 13-19.

Shin, S., N. C Ha, B, C .Oh, T. K. Oh and B. H. Oh. 2001. Enzyme mechanism

and catalytic property of Propeller phitase. Structure. 9: 851-858.

Singh, P. K. 2008. Significance of phytic acid and supplemental phytase in

chicken nutrition.World's Poultry Science Journal. 64:553-580.

Stadelman. W. J and O. J Cotteril, 1977. Egg Science and Technology. Fourt Ed.

Food Product Press. An Imprint of the Haworth. Press. Inc. New York.

London.

Standard Nasional Indonesia. 2006. Pakan Puyuh Petelur (Quail Layer). Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.

Subekti, E dan D. Hastuti. 2013. Budidaya puyuh (coturnix coturnix japonica ) di

pekarangan sebagai sumber protein hewani dan penambah income

keluarga. Mediagro. 9:1-10.

Suprijatna, E., S. Kismiati, & N. R. Furi. 2005. Penampilan produksi dan kualitas

telur pada puyuh (Coturnix-coturnix japonica) yang memperoleh ransum

protein rendah disuplementasi enzim komersial. J. Indonesia. Trop.

Anim. Agric. 33 (1): 68.

Traylor, S. L., G. L. Cromwell, M.D. Lindermann And D. A. Kuabe. 2001. Effect

Of Levels Of Suplemental Phitase On Ileal Digestibility Of Amino Acid,

Calcium And Phosporus In Dehulled Soybean Meal For Growing Pigs.

Journal Of Animal Science. 79: 2634-2642.

Vilchez, C., S. P. Touchburn, E.R. Chavez, and P. C. Laque. 1992. Research Note

: Eggshell quality in japanese quail fed different fatty acids. Poultry Sci. 71:

1568 – 1571.

Viveros, A., A. Brenes, I. Arija And C. Centeno. 2002. Effects of microbial

phytase suplementation on mineral utilization and serum enzyme

activities in broiler chicksfed different levels of phosphorus. Poult. Sci.

81: 1172–1183.

Widowati, S. D., E. Riyanti, P. Raharto dan L. Sukarno. 2001. Karakter fitase dari

Bacillus coagulans. Dalam: Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan

dan Bioteknologi Tanaman. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Peranian, Bogor. hal. 245-255.

Page 37: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

26

Yang, Z. B., Z. Y. Huang, J. P. Zhou, W. R. Yang, S. Z. Jiang and G. G. Zhang.

2009. Effects of a new recombinant phytase on performance and mineral

utilization of laying ducks fed phosphorus-deficient diets. Journal of

Applied Poultry Research.18:284-291.

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interprestasinya.

P.T. Gramedia Pustaka Utama, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Cetakan ke-1. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Page 38: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

27

LAMPIRAN

Page 39: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

28

Lampiran 1. Hasil Analisis Variansi Tebal Kerabang

The SAS System 05:55 Friday, January 2, 2009 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlk 4 P0 P1 P2 P3

Number of Observations Read 24

Number of Observations Used 24

The SAS System 05:55 Friday, January 2, 2009 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: tblkrb tblkrb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 0.00086117 0.00028706 6.06 0.0042

Error 20 0.00094685 0.00004734

Corrected Total 23 0.00180802

R-Square Coeff Var Root MSE tblkrb Mean

0.476307 2.741140 0.006881 0.251012

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 0.00086117 0.00028706 6.06 0.0042

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 0.00086117 0.00028706 6.06 0.0042

The SAS System 05:55 Friday, January 2, 2009 3

Page 40: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

29

The GLM Procedure

Levene's Test for Homogeneity of tblkrb Variance

ANOVA of Squared Deviations from Group Means

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

perlk 3 1.896E-8 6.319E-9 2.42 0.0959

Error 20 5.216E-8 2.608E-9

Welch's ANOVA for tblkrb

Source DF F Value Pr > F

perlk 3.0000 4.48 0.0282

Error 10.7461

The SAS System 05:55 Friday, January 2, 2009 4

The GLM Procedure

Level of ------------tblkrb-----------

perlk N Mean Std Dev

P0 6 0.25873810 0.01016814

P1 6 0.25297619 0.00500773

P2 6 0.24210317 0.00659687

P3 6 0.25023016 0.00416926

The SAS System 05:55 Friday, January 2, 2009 5

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for tblkrb

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error

rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 20

Error Mean Square 0.000047

Page 41: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

30

Number of Means 2 3 4

Critical Range .008287 .008698 .008960

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlk

A 0.258738 6 P0

A

A 0.252976 6 P1

A

B A 0.250230 6 P3

B

B 0.242103 6 P2

Lampiran 2. Hasil Analisis Varians Persentase Tebal kerabang

The SAS System 06:13 Friday, January 2, 2009 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlk 4 P0 P1 P2 P3

Number of Observations Read 24

Number of Observations Used 24

The SAS System 06:13 Friday, January 2, 2009 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: prokrb prokrb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 0.43598348 0.14532783 3.69 0.0290

Error 20 0.78693751 0.03934688

Corrected Total 23 1.22292099

Page 42: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

31

R-Square Coeff Var Root MSE prokrb Mean

0.356510 2.366157 0.198360 8.383234

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 0.43598348 0.14532783 3.69 0.0290

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 0.43598348 0.14532783 3.69 0.0290

The SAS System 06:13 Friday, January 2, 2009 3

The GLM Procedure

Levene's Test for Homogeneity of prokrb Variance

ANOVA of Squared Deviations from Group Means

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

perlk 3 0.00291 0.000970 0.84 0.4889

Error 20 0.0231 0.00116

Welch's ANOVA for prokrb

Source DF F Value Pr > F

perlk 3.0000 4.18 0.0335

Error 10.9422

The SAS System 06:13 Friday, January 2, 2009 4

The GLM Procedure

Level of ------------prokrb-----------

perlk N Mean Std Dev

P0 6 8.54110322 0.14702993

P1 6 8.45873512 0.20095936

P2 6 8.18049683 0.19146697

P3 6 8.35259998 0.24233332

Page 43: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

32

The SAS System 06:13 Friday, January 2, 2009 5

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for prokrb

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error

rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 20

Error Mean Square 0.039347

Number of Means 2 3 4

Critical Range .2389 .2508 .2583

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlk

A 8.5411 6 P0

A

A 8.4587 6 P1

A

B A 8.3526 6 P3

B

B 8.1805 6 P2

Lampiran 3. Hasil Analisis Varians Indeks Putih Telur

The SAS System 07:23 Thursday, January 2, 2009 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlk 4 P0 P1 P2 P3

Number of Observations Read 24

Number of Observations Used 24

Page 44: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

33

The SAS System 07:23 Thursday, January 2, 2009 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: inalb inalb

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 0.09535013 0.03178338 1.00 0.4152

Error 20 0.63850283 0.03192514

Corrected Total 23 0.73385296

R-Square Coeff Var Root MSE inalb Mean

0.129931 126.0872 0.178676 0.141708

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 0.09535013 0.03178338 1.00 0.4152

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 0.09535013 0.03178338 1.00 0.4152

The SAS System 07:23 Thursday, January 2, 2009 3

The GLM Procedure

Levene's Test for Homogeneity of inalb Variance

ANOVA of Squared Deviations from Group Means

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

perlk 3 0.0509 0.0170 1.56 0.2298

Error 20 0.2171 0.0109

Welch's ANOVA for inalb

Source DF F Value Pr > F

Page 45: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

34

perlk 3.0000 1.33 0.3169

Error 10.4774

The SAS System 07:23 Thursday, January 2, 2009 4

The GLM Procedure

Level of ------------inalb------------

perlk N Mean Std Dev

P0 6 0.10633333 0.00450185

P1 6 0.10233333 0.00417931

P2 6 0.25083333 0.35722453

P3 6 0.10733333 0.00731209

The SAS System 07:23 Thursday, January 2, 2009 5

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for inalb

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error

rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 20

Error Mean Square 0.031925

Number of Means 2 3 4

Critical Range .2152 .2259 .2327

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlk

A 0.2508 6 P2

A

A 0.1073 6 P3

A

A 0.1063 6 P0

Page 46: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

35

A

A 0.1023 6 P1

Lampiran 4. Hasil Analisis Varians Nilai Haugh Unit (HU)

The SAS System 10:04 Thursday, March 15, 2016 1

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

perlk 4 P0 P1 P2 P3

Number of Observations Read 24

Number of Observations Used 24

The SAS System 10:04 Thursday, March 15, 2016 2

The GLM Procedure

Dependent Variable: HU HU

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 3 10.28207183 3.42735728 4.16 0.0192

Error 20 16.46541331 0.82327067

Corrected Total 23 26.74748515

R-Square Coeff Var Root MSE HU Mean

0.384413 0.910059 0.907343 99.70156

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

perlk 3 10.28207183 3.42735728 4.16 0.0192

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Page 47: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

36

perlk 3 10.28207183 3.42735728 4.16 0.0192

The SAS System 10:04 Thursday, March 15, 2016 3

The GLM Procedure

Levene's Test for Homogeneity of HU Variance

ANOVA of Squared Deviations from Group Means

Sum of Mean

Source DF Squares Square F Value Pr > F

perlk 3 1.4789 0.4930 0.53 0.6666

Error 20 18.5889 0.9294

Welch's ANOVA for HU

Source DF F Value Pr > F

perlk 3.0000 3.87 0.0415

Error 10.8854

The SAS System 10:04 Thursday, March 15, 2016 4

The GLM Procedure

Level of --------------HU-------------

perlk N Mean Std Dev

P0 6 99.780092 1.11629905

P1 6 98.867170 0.93137486

P2 6 99.477135 0.63976971

P3 6 100.681835 0.87760735

The SAS System 10:04 Thursday, March 15, 2016 5

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for HU

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error

rate.

Page 48: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

37

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 20

Error Mean Square 0.823271

Number of Means 2 3 4

Critical Range 1.093 1.147 1.182

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N perlk

A 100.6818 6 P3

A

B A 99.7801 6 P0

B

B 99.4771 6 P2

B

B 98.8672 6 P1

Page 49: PENGARUH PENURUNAN P TERSEDIA YANG MENDAPAT …eprints.uns.ac.id/42764/1/H0511049_abstrak.pdf · khususnya Budi Ary Nugroho, Agung Dwi, Fajar Kristiawan dan Anindia Wistridian. yang

38

Lampiran 5. Ucapan Terima Kasih

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi berjudul Pengaruh Penurunan P Tersedia yang mendapat

Suplementasi Fitase dalam Ransum terhadap Kualitas Fisik Telur Puyuh

(Coturnix coturnix japonica) merupakan bagian penelitian dari :

Nama Dosen : Dr. Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa, S. Pt., M. P.

Dr. sc. agr. Adi Ratriyanto, S. Pt., M. P.

Rysca Indreswari, S. Pt., M. Si.

Winny Swastike, S. Pt., M. P.

Judul Penelitian : Aplikasi Fitase untuk Meningkatkan Kualitas Pakan dan

Produksi Puyuh Petelur dengan Limbah Ramah Lingkungan

Skema Penelitian : Hibah Penelitian Strategis Nasional

Tahun : 2014

Sumber Dana : DP2M DIKTI

Nomor Kontrak : 499/UN27.11/PL/2014

Penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk

melaksanakan penelitian tersebut.

Surakarta, Juni 2018

Penulis

Nofia Putri C

H0511049