Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENURUNAN FISIK TERHADAP TINGKATDEPRESI PADA LANSIA DI DESA MEUREUBO,LANGUNG DAN PAYA PEUNAGA KECAMATAN
MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT
Skripsi
OLEH :
M. AZHAR07C10104104
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH- ACEH BARAT
2013
PENGARUH PENURUNAN FISIK TERHADAP TINGKATDEPRESI PADA LANSIA DI DESA MEUREUBO,LANGUNG DAN PAYA PEUNAGA KECAMATAN
MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT
Skripsi
OLEH :
M. AZHAR07C10104104
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaKesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umur Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1980 penduduk Indonesia berjumlah 147,49 jiwa, meningkat menjadi
179,38 juta jiwa pada tahun 1990, dan diproyeksikan menjadi sebesar 210,439
juta jiwa. Secara demografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah
penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta atau 4,5% jumlah penduduk,
meningkat menjadi 11,3 juta atau 6,4 juta pada tahun 1990. Pada tahun 2000
diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,3 juta orang
akan berusia 60 tahun. Sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat
menjadi 24 juta jiwa atau 9,77% dan tahun 2020 diperkirakan menjadi 28,8 juta
jiwa atau 11,134% dari total jumlah penduduk (Departemen Kesehatan RI, 2010).
Sementara jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat berdasarkan data Badan
Pusat Statistik pada tahun 2010 berjumlah 173.558 jiwa dari 12 Kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Barat. Selanjutnya pada tahun 2011 berjumlah 177.532
jiwa dan pada tahun 2012 berjumlah 178.113 jiwa (Badan Pusat Statistik Propinsi
Aceh, 2012). Salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Barat adalah
Kecamatan Meureubo yang memiliki jumlah penduduk sebesar 27.879 jiwa pada
tahun 2012 dengan jumlah lansia 3.310 jiwa yang didapat dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Barat.
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak
terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam
pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk
adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age
ratiodependency). Selain itu dampak dari proses menjadi tua adalah penduduk
usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Makin
lanjut usia seseorang makin banyak pula mengalami permasalahan terutama fisik,
mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang mendasar
pada lanjut usia adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan pembinaan
kesehatan pada kelompok pra lanjut usia dan lanjut usia (Departemen Kesehatan
RI, 2010). Selain itu, dampak tersebut juga akan membawa usia lanjut jatuh
kepada yang namanya depresi. Depresi disebabkan oleh banyaknya pemikiran
yang tidak menentu, bisa dikarenakan menurunnya tingkat kesehatan lanjut usia
yang mengakibatkan seluruh badan terasa sakit-sakitan, takut akan usia lanjutnya
tidak ada yang akan peduli. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat menjelaskan bahwa jumlah usia lanjut sekitar 7354 jiwa pada tahun
2011, dimana jumlah tersebut merupakan hasil survei penyuluhan dari beberapa
puskesmas yang dilakukan oleh petugas kesehatan Kabupaten Aceh Barat.
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri
tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir
dengan bunuh diri. Secara global, lima puluh persen dari penderita depresi
berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya ada lima
belas persen. Diagnosis Major Depressive Disorder (gangguan depresi berat)
dalam DSM-IV mensyaratkan keberadaan suasana peranan berupa depresi atau
kehilangan minat pada berbagai kegiatan, ditambah tiga atau empat gejala
tambahan (misalnya letih, kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, dan perasaan
tidak berharga). Gejala-gejala terjadinya depresi yaitu sering mengalami gangguan
tidur/sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaannya sehari-
hari, kebersihan dan kerapian sering diabaikan, cepat sekali menjadi
marah/tersinggung, daya konsentrasi berkurang, pada pembicaraan sering disertai
topik yang berhubungan dengan rasa pesimis/putus asa, berkurang/hilangnya
nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat, dan kadang-kadang
dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri. Depresi dapat timbul
secara spontan ataupun sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam
kehidupan seperti cacat fisik/mental seperti stroke sehingga menjadi sangat
bergantung pada orang lain, suasana duka cita dan meninggalnya pasangan hidup.
Gejala-gejala diatas tidak mungkin memiliki penyebab fisiologis
berdasarkan kondisi medis secara umum dan gejala-gejala itu harus berlangsung
paling tidak selama 2 minggu. Dysthimia, sebuah gangguan suasana perasaan
yang sering muncul sebelum episode depresi berat, mensyaratkan lebih sedikit
gejala tetapi durasi “feeling blue” yang lebih panjang (American Psychiatric
Association, 1994 dalam Norman, dan kawan-kawan, 2007).
Lanjut usia pada umumnya di Indonesia tinggal bersama keluarga sehingga
keluarga dapat digolongkan orang yang sangat berarti bagi lansia, dukungan
keluarga keluarga merupakan salah satu bentuk terapi keluarga yang
termasuk pada penatalaksanaan depresi pada usia lanjut. Jadi dengan adanya
dukungan keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya dapat
memberikan kekuatan pada lanjut usia untuk menjalankan hari tua yang lebih
baik.
Berdasarkan pada penjelasan latar belakang, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul proposal yaitu“ Pengaruh Penurunan
Fisik Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Desa Meureubo, Langung
dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah
Bagaimana Pengaruh Penurunan Fisik Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di
Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten
Aceh Barat.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi:
1.3.1.Tujuan umum
Mengetahui pengaruh penurunan fisik terhadap tingkat depresi pada lansia
di Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2.Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui penurunan fisik yang terjadi pada lansia di Desa
Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo.
2. Untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia yang terjadi di Desa
Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat teoritis disini
adalah Untuk menambah bahan rujukan yang berhubungan dengan Pengaruh
Penurunan Fisik Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi masyarakat merupakan suatu informasi dan pengetahuan dalam
menjaga kondisi psikologisnya terutama saat memasuki masa-masa usia
lanjut.
2. Bagi rumah sakit/tenaga kesehatan untuk dapat menyediakan pelayanan
dalam upaya mencegah dan mengobati masyarakat yang mengalami
gejala-gejala depresi.
3. Bagi pemerintah merupakan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan program-program yang berhubungan langsung dengan
kondisi psikologis masyarakat terutama lansia (usia lanjut).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penurunan Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology) misalnya
tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang
makin rapuh. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa
lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial yang
selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Menurut Neil Niven (2000) ada dua gambaran tentang proses penuaan
yang menarik perhatian pada dekade terakhir ini adalah:
1. Terdapat penurunan fungsi sosial seperti intelektual, memori dan
kemampuan memecahkan masalah pada lansia.
2. Orang-orang tua menjadi lebih terisolasi saat mereka makin tua.
Faktor utama dalam penurunan fungsi psikologis akibat usia adalah
adanya penyakit. Oleh karena itu seseorang harus memisahkan perubahan-
perubahan tersebut yang berkenaan dengan penyakit dan perubahan ini adalah
akibat dari proses penuaan itu sendiri. Kemunduran fungsi intelektual sejalan
dengan usia bukan tidak dapat dihindarkan. Sebenarnya terdapat perbedaan-
perbedaan penampilan individu. Walaupun derajat tertentu dari ketidakpastian
seperti pada penyebab suatu penyimpangan pada berfungsinya kogniti, hal yang
paling penting adalah bahwa situasi tidak permanen dan dapat dengan mudah
diubah dengan menggunakan teknik latihan yang sederhana dan tidak mahal
(Schaie & Willis 1991 dalam Niven 2000).
2.1.1. Kesehatan Fisik
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia.
Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik,
panca indera, potensi dan kapasitas intelektual mulai menurun pada tahap-tahap
tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali
dengan ketidak berdayaannya. Kemunduran fisik ditandai dengan beberapa
serangan penyakit seperti gangguan pada sirkulasi darah, persendian, sistem
pernafasan, neurologik, metabolik, neoplasma dan mental. Sehingga keluhan yang
sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan,
saluran kencing, fungsi indra dan menurunnya konsentrasi. Untuk mengkaji fisik
pada orang lanjut usia harus dipertimbangkan keberadaannya seperti menurunnya
pendengaran, penglihatan, gerakan yang terbatas, dan waktu respon yang lamban.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis maupun sosial yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Fisik yang sehat perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologis maupun sosial, sehingga mau tidaknya harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat menjaga fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja
secara seimbang (Fitriyanti, 2009).
2.1.2. Kesehatan Psikis
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara
otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Salah satu penyebab
menurunnya kesehatan psikis adalah menurunnya pendengaran. Dengan
menurunnya fungsi dan kemampuan pendengaran bagi orang lanjut usia maka
banyak dari mereka yang gagal dalam menangkap isi pembicaraan orang lain
sehingga mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang
percaya diri.
Menurut Fitriyanti (2009) menjelaskan bahwa menurunnya kondisi psikis
ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif. Lebih lanjut dikatakan dengan
adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia
maka akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia sebagai berikut :
(1)Tipe kepribadian Konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami
gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
(2)Tipe Kepribadian Mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami
post power syndrom, apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan
kegiatan yang memberikan otonomi pada dirinya.
(3)Tipe Kepribadian Tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi
kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada
masa lanjut usia tidak akan timbul gejolak. Akan tetapi jika pasangan
hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi
merana apalagi jika terus terbawa arus kedukaan.
(4)Tipe Kepribadian Bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa
lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonomi rusak.
(5)Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara,
karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
2.2. Tingkat Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase depresi. Depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai
dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulasi tertentu, pengurangan aktivitas
fisik maupun mental dan kesukaran dalam berfikir (Kartini dan Dali, 2003).
Depresi adalah gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam
perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana
dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan
atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang
menurun (Wenar & Kerig, 2000).
Ada beberapa definisi depresi menurut para ahli yaitu:
Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi
emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara
dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang
psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah
yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas.
Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).
Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh;
rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika
depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.
Menurut Beck (1989) dalam Neil Niven (2000) mengatakan bahwa depresi
menyebabkan seseorang mengalami masalah untuk melakukan sesuatu bahkan
untuk makan dan eliminasi. Efisiensi dari suatu masalah muncul jika, meskipun
seseorang memahami apa yang harus dilakukan, tetapi ia belum merasakan
stimulasi dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan hal tersebut. Meskipun
dalam keadaan genting atau terancam, mereka tidak terlihat dapat membangkitkan
keinginan mereka untuk melakukan hal tersebut. depresi merupakan salah satu
gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman
subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang
meresap dari seseorang yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu.
Depresi pada lansia adalah proses patoligis bukan merupakan proses dalam
kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan
memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun lansia cenderung menyangkal bahwa
dirinya mengalami depresi. Gejala umum diantaranya mereka muncul dengan
menunjukkan sikap rendah diri dan biasanya sulit untuk didiagnosa (Evans, 2000).
Gejala tersebut antara lain penurunan nafsu makan, gangguan tidur,
kelelahan dan kurang energi, nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, merasa
bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mendapatkan
informasi, sulit membuat keputusan dan selalu menghindar, kurang percaya diri,
merasa bersalah dan tidak mau dikritik.
Selanjutnya menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati
(kepedihan, kesendirian, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Depresi
merupakan salah satu gangguan mood. Depresi sendiri adalah gangguan unipolar
yaitu gangguan yang mengacu pada suatu kutub (arah) atau tunggal yang terdapat
perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi, perubahan dalam
fungsi dan perilaku motorik serta perubahan kognitif (Nevid et.al, 2005).
Ada beberapa gejala yang menyebabkan terjadinya depresi yaitu sering
mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan
merupakan kebiasaannya sehari-hari, kebersihan dan kerapihan sering diabaikan,
cepat sekali menjadi marah/tersinggung, daya konsentrasi berkurang, pada
pembicaraan sering disertai topik yang berhubungan dengan rasa pesimis/perasaan
putus asa, kurang/hilangnya nafsu makan sehingga buat badan menurun secara
cepat, dan kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk
bunuh diri (Departemen kesehatan RI, 2010). Selanjutnya pengertian depresi
menurut Kaplan (2010, diakses 21 Juni 2012) merupakan satu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh
diri.
Menurut Becker (1974) dalam Neil Niven (2000) menuliskan beberapa
tanda-tanda gejala yang paling umum terjadi dalam kondisi depresi yaitu:
1. Sedih, kesepian, apatis atau suasana hati yang tidak stabil
2. Konsep diri yang negatif
3. Merasa terganggu pada fungsi-fungsi tubuhnya, diikuti dengan
penurunan selera makan dan kurang tidur, konstipasi dan penurunan
minat seksual
4. Keluhan-keluhan fisik seperti gatal-gatal, kelemahan dan kelelahan
5. Perubahan aktifitas fisik seperti kelambanan atau agitasi
6. Kerusakan proses piker dengan konsentrasi yang mudah pecah,
bimbang, tidak berminat dan dihantui pikiran ketidakberdayaan dan
keputusasaan.
Gejala-gejala di atas kadang-kadang timbul juga pada gangguan psikologis
lain, tetapi ada bukti yang menyatakan bahwa depresi adalah suatu kondisi yang
cukup berbeda dengan gangguan yang lain (Murphy et al, 1974 dalam Neil Niven,
2000). Menurut Perris (1982) dalam Neil Niven (2000) ada perbedaan dari tipe-
tipe depresi. Perbedaan nyata adalah antara depresi endogen dan depresi reaktif
(atau eksogen). Depresi endogen ditimbulkan oleh sesuatu yang diperkirakan
berasal dari adanya sesuatu yang tidak beres dalam individu itu sendiri, seperti
predisposisi genetik pada gangguan atau suatu disfungsi psikologis. Depresi
reaktif diakibatkan dari sebab-sebab psikologis seperti kematian pasangan,
kehilangan pekerjaan yang diperkirakan sebagai respon seseorang terhadap
kejadian-kejadian ekternal.
Perbedaan utama yang lain adalah antara depresi unipolar dan depresi
bipolar. Depresi bipolar terjadi pada pasien yang mengalami hipomania berulang.
Mania dan hipomania dalam berbagai keadaan berlawanan dengan depresi yang
ditandai dengan perasaan gembira hati dan jasmani yang berlebihan. Suasana hati
yang berubah-ubah ini tidak selalu berubah seperti gayung besar, seringkali
terdapat periode perilaku normal diantara perilaku yang tidak normal. Individu
lain, bagaimanapun mengalami penderitaan depresi tanpa ada hubungannya
dengan hipomania dan ini dianggap mengalami depresi unipolar. Depresi juga
dapat terjadi akibat pemikiran yang salah seperti :
1. Abstraksi selektif, individu hanya berpikir tentang hal-hal negatif dari
perilakunya.
2. Generalisasi berlebihan, karena terjadi suatu kesalahan maka
seterusnya akan salah.
3. Pernyataan berlebihan, pernyataan tentang hal-hal negatif dan
meminimalkan aspek positif seseorang.
4. Personalisasi, kejadian-kejadian negatif dihubung-hubungkan dengan
dirinya meskipun tidak berhubungan sama sekali.
2.3. Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Penuaan
adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Mickey Stanley dan Patricia Gauntlett Beare,
2006).
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Kuntjoro, 2002).
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan
dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari
oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya
(Arya, 2008).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek
sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara
Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini
dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh
terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin
menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial
yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.
Lansia (lanjut usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana
diketahui bahwa, ketika manusia mencapai usia dewasa ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak (Darmojo, 2004).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menurut Prayitno (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang
berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun keatas, tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupan sehari-hari.
Beberapa masalah umum yang unik bagi orang usia lanjut :
1. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus tergantung pada
orang lain.
2. Status ekonominya sanghat terancam, sehingga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
meninggal atau pergi jauh dan cacat.
5. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang
dewasa.
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus
direncanakan untuk orang dewasa.
8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang
berusia lanjut dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama
yang berat dengan kegiatan yang lebih cocok.
9. Menjadi “korban” atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya
darat dan kriminalitas karena mereka tidak sanggup lagi untuk
mempertahankan diri.
Selain itu ada beberapa pengertian dewasa akhir (lansia) menurut beberapa
ahli:
Menurut J.W. Santrock (2002), ada dua pandangan tentang definisi orang
lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang
yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan
seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang
Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60
tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan
mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi
menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh
tahun dan usia lanjut yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir
kehidupan seseorang.
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia diantaranya
(Mohammad et.al. 2004):
1.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2.Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad membagi periodisasi
biologis perkembangan manusia sebagai berikut:
a. 0-1 tahun = masa bayi
b. 1-6 tahun = masa prasekolah
c. 6-10 tahun = masa sekolah
d. 10-20 tahun = masa pubertas
e. 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)
f. 65 tahun keatas = masa lanjut usia (senium)
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikologi UI), lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat
bagian:
a. Fase iuventus antara 25 sampai 40 tahun
b. Fase vertilitas antara 40 sampai 50 tahun
c. Fase prasenium antara 55 sampai 65 tahun
d. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
4. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, pengelompokkan lanjut
usia sebagai berikut:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) 18 atau 29-25 tahun
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas 25-60 tahun atau
65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
d. 70-75 tahun (young old)
e. 75-80 tahun (old)
f. Lebih dari 80 tahun (very old)
2.4. Kerangka Teori
Gambar 1. Hubungan penurunan fisik terhadap Depresi pada lansia.
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
2.6. Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara penurunan fisik dengan depresi pada lansia di
Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo.
Ho : Tidak ada hubungan antara penurunan fisik dengan depresi pada
lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan
Meureubo.
Depresi pada LansiaPenurunan Fisik
Lanjut Usia Penurunan Fisik Depresi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan pendekatan
Croos Sectional yaitu rancangan penelitian yang mempelajari hubungan penyakit
dan paparan (faktor peneliti) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
serentak pada individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode ( murti,
1997).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga
Kecamatan Meureubo Kabupatan Aceh Barat.
3.2.2.Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilaksanakan sejak tanggal 15 sampai dengan
tanggal Oktober Tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para lansia di Desa Meureubo,
Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat yang
berjumlah 1102 orang (Periode Januari s/d November tahun 2012)
3.3.2.Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil dangan teknik simple
random sampling (acak sederhana) dengan alasan masing - masing dapat
terpilih menjadi sampel karena semua anggota dari populasi
memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih, dengan rumus sebagai berikut
(Notoadmojo, 1996):
Sampel : = ( )Keterangan :
N= Besarnya populasi
n= Besarnya sampel
d= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan sebesar 10% (0,1), jadi
jumlah sampel adalah sebanyak 92 orang lansia.n = ( , )n= ( , )n= 99,90 atau dibulatkan menjadi 100 orang sampel
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner, untuk mencari informasi dari responden tentang penurunan fisik lansia
dan tingkat depresi lansia pada masyarakat di Desa Meureubo, Langung dan Paya
Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang berupa
data gambaran umum, lokasi penelitian dan jumlah lansia.
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel PenelitianNo Variabel Independen1. Variabel : Penurunan Fisik
Definisi : Masa dimana mali terjadinya penurunan kondisifisik secara patologis ganda seperti tenaga yangberkurang, energi menurun, kulit makin keriputdan lain sebagainya.
Cara Ukur : Pengisian KuesionerAlat Ukur : KuesionerHasil Ukur : Tinggi
SedangRendah
Skala Ukur : Ordinal
Variabel Dependen2. Variabel : Tingkat Depresi
Definisi : Keadaan patah hati atau putus asa yang di sertaidengan melemahnya kepekaan terhadapstimulusi tertentu, pengurangan aktifitas fisikmaupun mental dan kesukaran dalam berfikir.
Cara Ukur : Pengisian KuesionerAlat Ukur : KuesionerHasil Ukur : Mengalami Depresi
Mengalami Depresi dengan tarif SedangTidak mengalami Depresi
Skala Ukur : Ordinal
3.6. Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran dalam penelitian ini yang di gunakan adalah berupa
kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari
responden. Alat ukur digunakan adalah lebaran angket atau kuesioner.
Berdasarkan penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah
sebagai berikut :
3.6.1. Penurunan Fisik
Tinggi : Jika responden mendapatkan nilai > 21 dari total skor
Sedang : jika responden mendapatkan nilai > 11 dari total skor
Rendah : Jika responden Mendapat nilai < 10 dari total skor
3.6.2. Tingkat Depresi
Mengalami depresi : Jika responden mendapatkan nilai > 21 dari total skor
Sedang mengalami depresi : jika responden mendapatkan nilai > 11 dari
total skor
Tidak mengalami depresi : Jika responden Mendapat nilai < 10 dari total skor
3.7. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan langkah sebagai berikut :
1.Pengklasifikasi pertanyaan dengan kuesioner.
2.Menanyakan kesediaan responden dalam mengisi kuesioner.
3.Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan kuesioner.
4.Mengecek kelengkapan kuesioner yang telah di isi responden.
5.Menganalisis hasil kuesioner yang telah di isi oleh responden.
3.8. Analisa Data
Dalam penelitian ini teknik analisa data yang di gunakan adalah
penghitungan statistik sederhana berupa persentase atau proporsi ( Budiarto,
2002). Dibawah ini ada dua analisa yang digunakan yaitu :
3.8.1. Analisa Univariat
Statistik Univariat adalah suatu prosuder untuk menganalisa data dari satu
variabel yang bertujuan untuk mengdeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada
penelitian ini, analisa data dengan metode statistik Univariat digunakan untuk
menganalisa sub variabel dari faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk tabel
distribusi frekuensi.
3.8.1.Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah suatu proses prosedur untuk menganalisa
hubungan antara 2 (dua) variabel. Analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis atau untuk melihat hubungan variabel independen (depresi lansia)
dengan variabel independen (penurunan fisik) akan digunakan uji Chi Square (uji
x2) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan tingkat kealpaan (α=0,05)
(Djarwanto, 2006) dengan rumus sebagai berikut:= ∑ ( )Keterangan:
0 = Nilai pengamatan
E = Nilai yang diharapkan
Adapun hipotesisnya sebagai berikut:
1. HO diterima = jika x2 hitung < x2 tabel artinya tidak ada hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen.
2. HO ditolak = jika x2 hitung > x2 tabel artinya ada hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen.
3. Confidence level (CL) = 95% dengan α = 0,05
4. Derajat kebebasan (DK) = (b-1)(k-1)
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Kecamatan Meureubo terletak di wilayah Kabupaten Aceh Barat. Wilayah
Kecamatan Meureubo berada dipinggir pantai barat Kabupaten Aceh Barat yang
berhadapan langsung dengan laut lepas samudera Hindia. Perbatasan wilayahnya
adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Peureumeu Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupeten Aceh Barat.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupeten Aceh Barat.
32
4.1.2. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden dalam penelitian yang di teliti yaitu umur, jenis
kelamin.
Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden( Umur, Jenis Kelamin) Lansia Di Desa Meureubo, Langung danPaya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat
Karekteristik Frekuensi Persentase (%)Umur60-69 tahun 55 55%70-79 tahun 33 33%80-90 tahun 12 12%Total 100 100 %Jenis KelaminPerempuan 56 56 %Laki-laki 44 44 %Total 100 100 %
Sumber : Data primer (diolah, 2013)
Pada tabel diatas menunjukan bahwa karakteristik umur responden pada
penelitian sebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak 55 responden (55%),
sedangkan jenis kelamin sebagian besar perempuan sebanyak 56 responden
(56%).
2. Penurunan Fisik
Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan FisikPada Lansia Di Desa Meureubo, Langung dan Paya PeunagaKecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat
Penurunan Fisik Frekuensi Persentase (%)Tinggi 37 37%Sedang 52 52%Rendah 11 11%Total 100 100 %
Sumber : Data primer (diolah, 2013)
Pada tabel diatas menunjukan bahwa dari 100 responden sebagian besar
responden memiliki penurunan fisik sedang sebanyak 52 responden (52%).
32
3. Tingkat Depresi Pada Lansia
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat DepresiPada Lansia Di Desa Meureubo, Langung dan Paya PeunagaKecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat
Tingkat Depresi Frekuensi Persentase (%)Depresi 10 10%Sedang 76 76 %
Tidak Depresi 14 14 %Total 100 100 %
Sumber : Data primer (diolah, 2013)
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 100 responden sebagian besar
responden mengalami tingkat depresi sedang sebanyak 76 responden (76%)
4.1.3. Analisa Bivariat
1. Pengaruh Penurunan Fisik terhadap Tingkat Depresi pada Lansia
Tabel 4.4. Distribusi Pengaruh Penurunan Fisik terhadap Tingkat Depresipada Lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya PeunagaKecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat
Tingkat DepresiPenurunan Depresi Sedang Tdk Total P.value α ORFisik Depresi
N % N % N % N %Tinggi 5 13,5% 28 75,7% 4 10,8% 37 100%sedang 5 9,6% 38 73,1% 9 17,3% 52 100% 0,048 0,05 2,5rendah 0 0% 10 90.9% 1 9,1% 11 100%Total 10 76 14 100 100%Sumber : Data primer (diolah, 2013)
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan dari 100 responden diketahui
responden penurunan fisik katagori tinggi dengan tingkat depresi sebanyak 5
responden (13,5%), sedangkan penurunan fisik katagori sedang dengan tingkat
depresi sebanyak 5 responden (9,6%) dan penurunan fisik katagori rendah dengan
tingkat depresi tidak ada responden.
Hasil analisis statistic dengan menggunakan uji Chi-square pada derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05). Dengan nilai P.Value = 0,048. Dimana nilai P.Value
32
< α = 0,05. Hal ini menunjukkan ada pengaruh penurunan fisik terhadap tingkat
depresi pada lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan
Odds Ratio (OR) sebesar 2,5 artinya responden yang penurunan fisik tinggi
mempunyai peluang 2 kali untuk mengalami depresi.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa katagori umur
responden pada penelitian ini sebagian besar berumur 60-69 sebanyak 55
responden (55%), sedangkan jenis kelamin sebagian besar perempuan sebanyak
56 responden (56 %). Jadi umur lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya
Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat sebagian besar 60-69, dan
jenis kelamin sebagian besar perempuan.
Usia adalah salah satu karakteristik responden yang diidentifikasi oleh
peneliti untuk mengetahui tingkat depresi yang terjadi pada lansia. Hal ini sesuai
dengan teori Salloum & Daley (2001) bahwa depresi adalah suatu gangguan
psikiatri yang paling sering menyerang lansia. Secara teoritis lansia adalah
seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas yang menua dan
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah kesejahteraan dihari tua kecuali bila
sebelum umur tersebut proses menua telah terjadi lebih awal dilihat dari kondisi
fisik, mental dan sosial (Setiati, 2000). Namun pengalaman hidup pada lansia
tidak hanya berkembang kearah hal-hal yang kurang baik, tetapi dapat menjadi
perkembangan kematangan, kebijaksanaan serta pandangan dan sikap yang jauh
32
lebih baik dan mendalam, hal ini dipengaruhi pengalaman semasa hidupnya
(Nugroho, 2000) Penuaan adalah hal normal dan terjadi pada setiap orang
(Stanley, 2007). Tetapi tahap proses menua pada masing-masing individu tidaklah
sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan lansia. Sedangkan pada
prosesnya menjadi tua seringkali diikuti oleh perubahan baik fisik maupun
psikologis. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia merupakan perubahan yang
normal yang akan dialami oleh seseorang seiring dengan bertambahnya usia.
Dimana dalam proses menua terjadi perubahan pada system integumen/kulit kulit
lansia, Sistem penglihatan, sistem pendengaran, sistem pembauan, sistem
pernafasan, sistem jantung dan pembuluh darah, system pencernaan, sistem
reproduksi, perkemihan, tulang dan otot serta perubahan pada sistem saraf (Perry
Potter, 2005).
Proses menua juga diikuti perubahan psikologis baik secara mental
maupun emosional ,sosial ekonomi, serta spiritual yang berupa kehilangan,
perubahan harga diri dan berkurangnya dukungan serta perhatian dari orang
disekelilingnya, pensiun, adanya isolasi sosial, berkurangnya pendapatan,
penyakit kronis, dan bahkan kematian (Hawari, 2007). Perubahan-Perubahan yang
terjadi pada lansia akibat proses menua sering menimbulkan beberapa dampak
bagi lansia diantaranya perubahan tingkah laku, sensitifitas emosional meningkat
serta menimbulkan kecemasan Sedangkan dari penrubahan-perubahan yang
timbul sebagai dampak proses menua lansia dituntut untuk menyesuaikan diri
secara emosional. Penyesuaian emosional terhadap penuaan pada dasarnya
merupakan perluasan dari penyesuaian yang telah di lakukan individu terhadap
perubahan-perubahan dalam hidupnya (Darmojo, 1999). Penyesuaian individu
32
terhadap penuaan dapat berupa tindakan konstruktif dan destruktif . Tindakan
secara konstruktif individu akan termotivasi untuk belajar mengadakan
penyesuaian terhadap perubahan yang tidak menyenangkan dan terfokus pada
kelangsungan hidup.Tetapi sebaliknya tindakan yang bersifat destruktif individu
akan bertingkah laku maladaptif dan disfungsional. Sebagai contoh: individu
menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus
diri dan tidak mau makan (Suliswati, 2005).
Perbedaan depresi perempuan dan subjek laki-laki disebabkan salah
satunya adanya perbedaan keadaan hormonal dan keadaan fiologis.
Resiko depresi meningkat pada wanita, terutama yang memiliki riwayat
depresi, baru saja kehilangan, hidup sendiri, lemahnya dukungan sosial, tinggal
dirumah perawatan jangka panjang penurunan kesehatan dan keterbatasan
fungsional ( Green et al, 1992, Schoevers et al, 2000, Sadavoy et al, 2004 dalam
Azzizah, 2011). Resiko bunuh diri pada lansia wanita yang mengalami depresi
dua kali atau tiga kali lebih tinggi daripada laki-laki ( Jones, 2002 dalam Azzizah,
2011). Tinggi angka depresi pada lansia wanita lebih berhubungan dengan transisi
fungsi reproduksi dan hormonal atau menopouse (Sadavoy et al, 2004 dalam
Azzizah, 2011).
2. Penurunan Fisik
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden
dimana penurunan fisik sebagian besar responden memiliki penurunan fisik
katagori sedang sebanyak 52 responden (52%). Jadi lansia di Desa Meureubo,
Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat
memiliki penurunan fisik tergolong sedang.
32
Hal ini sama dengan Hull (2003) yang menjelaskan Keberadaan lansia
yang semakin meningkat akan menimbulkan berbagai macam masalah. Masalah
yang muncul seperti masalah fisik, psikologis, dan sosial akibat proses degeneratif
yang muncul dengan seiring bertambahnya usia, sehingga akan menjadi tantangan
bagi lansia dan lingkunganya. Semua orang akan mengalami masa tua atau lanjut
usia yang secara alami tidak dapat dihindarkan.
Penurunan fisik lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap
yaitu kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami
bersamaan dengan proses kemunduran. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada lanjut usia (Constantinides, 1994) dalam Darmojo dan Mastono,
2006).
3. Tingkat Depresi Pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi pada
responden sebagian besar memiliki tingkat depresi sedang sebanyak 76 responden
(76%). Jadi lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan
Meureubo Kabupetan Aceh Barat memiliki tingkat depresi sedang.
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial
yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada
umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah
hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara,
penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan
32
penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor
psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan
hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan
penyakit fisik (Kane, 1999).
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari
episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa
kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor
lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut,
seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan
finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman
keamanan dapat menimbulkan depresi (Hardywinoto, 1999).
4.2.2. Analisis Bivariat
1. Pengaruh Penurunan Fisik terhadap Tingkat Depresi pada Lansia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh penurunan
fisik terhadap tingkat depresi pada lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya
Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupetan Aceh Barat. Dari hasil penelitian ini
juga menunjukkan Odds Ratio (OR) sebesar 2,5 artinya responden yang
penurunan fisik tinggi mempunyai peluang 2 kali untuk mengalami depresi.
Dimana dari hasil bivariat yaitu dari 100 responden diketahui responden
penurunan fisik katagori tinggi dengan tingkat depresi sebanyak 5 responden
(13,5%), sedangkan penurunan fisik katagori sedang dengan tingkat depresi
32
sebanyak 5 responden (9,6%) dan penurunan fisik katagori rendah dengan tingkat
depresi tidak ada responden.
Pernyataan ini dikuatkan oleh penelitian Relawati (2010) yang
mendapatkan hasil bahwa semakin baik aktifitas fisik lansia maka akan semakin
menurunkan tingkat depresinya (p = 0,01). Hasil serupa juga dikemukakan oleh
Fan dan Young (2002) bahwa lansia yang memiliki aktifitas fisik dengan
frekuensi tinggi berhubungan dengan skor depresi yang lebih rendah (p = 0,009).
Depresi pada lanjut usia dapat terjadi simptom yang kompleks yang
disebabkan oleh gangguan fisik maupun kognitif dan stresor dari luar.
Peningkatan fisik sangat dibutuhkan para lanjut usia dalam menyesuaikan diri
menghadapi stresor psikososial terutama stresor yang berhubungan dengan
kehilangan. Dari populasi lanjut usia, sekitar 60-80%, diperkirakan dalam kondisi
tidak berdaya dan membutuhkan pertolongan keluarga dan fisik yang kuat, untuk
keperluan sehari – hari yang bermakna. Hampir semua populasi lanjut usia lebih
membutuhkan dukungan emosional dari pada finansial (Osterweill dkk, 2000).
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Karakteristik responden pada penelitian yaitu umur responden sebagian
besar berumur 60-69 tahun, jenis kelamin sebagian besar perempuan.
2. Penurunan fisik pada responden di Desa Meureubo, Langung dan Paya
Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tergolong sedang.
3. Tingkat depresi pada lansia di Desa Meureubo, Langung dan Paya
Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat sebagian besar
mengalami depresi dengan tarap sedang.
4. Ada pengaruh penurunan fisik terhadap tingkat depresi pada lansia di Desa
Meureubo, Langung dan Paya Peunaga Kecamatan Meureubo Kabupaten
Aceh Barat.
5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran antara
lain :
1. Bagi Responden (Lansia)
Bagi lansia di Kecamatan Meureubo dan sekitarnya yang berusia 60 ke
atas disaran untuk tetap menjaga kemampuan kognitif dengan cara melatih
kemampuan memorinya misalnya membaca buku, sebagai cara untuk
mencegah penurunan intelektual. Menghindari pemikiran negatif
menganai diri sendiri dan masa depan, menghilangkan perasan bersalah
34
atau menyesal, mengenai kesalahan dimasa lalu, istirahat dengan cukup
dan menjaga pola makan.
Bagi lansia perempuan diharapkan dapat mengotrol perasaan, bisa lebih
terbuka dengan apa yang dirasakan, bila ada masalah cerita pada teman
yang dipercayai jangan merenungkan masalah kedalam pikiran,
menghindar perasaan sedih dan mudah tersinggung.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran atau
referensi bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan
wawasannya tentang psikologis dan depresi pada lansia.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Area dan lokasi penelitian lebih diperluas dengan jumlah sampel yang
lebih representatif. Sehingga hasil yang di peroleh lebih memungkinkan
untuk melakukan generalisasi pada jumlah populasi lebih besar dan
variabel-variabel yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Acin. 2005. Bila Kecemasan Melanda. www//http://The Largest IndonesiaCommunity ac.id.Tanggal 11-04-2013.
Admin. 2007. Minyak Essensial Penenang Hati.www//http://Gaya Hidup SehatOnline. mht. Tanggal 11-04-2013.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.PT Rineka Cipta. Jakarta.
Azzizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Balkam. 2001. Aromaterapi Penuntun Praktis untuk Pijat Minyak Astiri danAroma. Dahara Prize, hal:1,5,6. Semarang.
Budiarto. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.EGC. Jakarta.
Catterhine. 2008. Lavender Oil. www//http://Wikkipedia, free encyclopedia.mht,Tanggal 11-04-2013.
Darmojo. 1999. Geriatri. FKUI, hal:3,4,7,422,423. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien DenganGangguan Penyakit Jiwa Jilid III Edisi I. Jakarta.
Dewi. 2005. Minyak Cantik Aromaterapi. www//http://harapanku.wordpress. mht.Tanggal 11-04-2013.
Fan dan Young. 2007. Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan Depresi padaLansia. http://etd.ugm.ac.id. Diakses tanggal 7 -10 -2013.
Hawari. 2001. Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.
Hawari. 2007. Sejahtera Di Usia Senja Dimensi Psikoreligi Pada Lanjut Usia(Lansia). Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Hurlock. 2007. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Erlangga. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
__________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
__________.2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Profil Kecamatan Meureubo tahun 2013. Meulaboh.
Provinsi Aceh. Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012.
Relawati, A. 2010. Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Aktifitas Fisik padaLansia di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta.http://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 7-9-2013.