121
“PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA” SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Nervi Pradewi NIM: 106011000035 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

“PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

“PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE

LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DI MTS PEMBANGUNAN UIN

JAKARTA”

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

Nervi Pradewi

NIM: 106011000035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan
Page 3: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan
Page 4: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bernama:

Nama : Nervi Pradewi

NIM : 106011000035

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Skripsi : “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning dalam

Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Pembangunan UIN Jakarta”

Dosen Pembimbing:

Nama : Bahrissalim, M.Ag

NIP : 19680307 199803 1 002

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Desember 2010

Nervi Pradewi

Page 5: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

i

ABSTRAK

Nama : Nervi Pradewi

Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning

dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Pembangunan UIN Jakarta

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan

Agama Islam

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran

yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban

Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau. Mata

pelajaran inilah yang masih membutuhkan perhatian bagi seorang guru untuk

tetap bisa menjadikan siswanya aktif di kelas, karena kebanyakan menurut para

siswa pelajaran ini cenderung monoton atau membosankan. Bagaimana

mengaktifkan siswa di kelas pada saat pelajaran SKI berlangsung, hal itu menjadi

tugas seorang guru untuk memecahkannya. Suasana kelas perlu direncanakan dan

dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana

sedemikian rupa sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong dalam

pengerjaan tugas mereka.

Cooperative learning yang merupakan salah satu model pembelajaran

yang sengaja diciptakan dengan tujuan pokok yaitu interaksi siswa dalam proses

pengajaran, sepertinya cocok bila diterapkan dalam pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam dalam meningkatkan aktivitas siswa di kelas dalam proses

pembelajaran.

Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta dengan

menggunakan sistem random sampling khususnya kelas VIII dengan

menggunakan koefisien korelasi product moment. Setelah penelitian dilakukan,

penulis memperoleh hasil penelitian prosentase tingginya penerapan model

cooperative learning pada sekolah tersebut sebesar 74,33%, sedangkan prosentase

aktivitas belajar siswa SKI pada sekolah tersebut sebesar 66,62%. Selain itu

peneliti mendapatkan angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y atau xyr

adalah 0,711 berdasarkan interpretasi nilai, xyr berada pada rentangan antara 0,70

– 0,90 yang berarti antara variabel X dengan variabel Y yaitu antara Penerapan

model Cooperative Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa MTs Pembangunan

UIN Jakarta memang terdapat korelasi/pengaruh yang kuat atau tinggi.

Page 6: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

ii

KATA PENGANTAR

بسم ا اهلل الّر حمن الّر حيم

Alhamdulillah… Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena atas rahmat, karunia serta ridho-Nya skripsi dengan judul

“Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning dalam Meningkatkan

Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Pembangunan UIN Jakarta” ini dapat penulis selesaikan dengan maksimal.

Shalawat serta salam tak lupa pula penulis hanturkan kepada junjungan nabi besar

kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan

hingga zaman terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan S1, jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana

yang diharapkan walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan

segala keterbatasan yang penulis miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi beberapa pihak

yang telah membantu. Adapun pihak-pihak yang berjasa itu diantaranya:

1. Kedua orang tuaku tercinta yang telah merawat, membesarkan, mendidik,

membimbing serta mencurahkan seluruh kasih dan sayangnya dengan penuh

keikhlasan yang tidak bosan-bosannya mendo’akan puterinya ini. Terimakasih

atas dukungan moril dan materil selama ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bahrissalim, M.Ag. sebagai Ketua Jurusan dan dosen pembimbing skripsi

yang telah membagi ilmunya dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan

membimbing penulis dalam menyusun skripsi.

4. Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag. sebagai Sekretaris Jurusan dan dosen penasehat

akademik.

Page 7: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

iii

5. Drs. Rusli Ishaq, M.Pd. sebagai Kepala MTs Pembangunan UIN Jakarta, yang

telah memberikan kemudahan dalam pengizinan penelitian di sekolahnya,

sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan lancer pada sekolah tersebut.

6. Abdul Mutaqin, S.Ag sebagai guru bidang studi sejarah kebudayaan Islam,

yang banyak membantu serta member arahan kepada penulis dalam penelitian

di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah

memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang

berkaitan dengan skripsi ini.

9. Untuk adik-adikku tercinta Endah, Merlin, dan Faiq, yang telah memberikan

warna-warni kehidupan dan semangat serta inspirasi yang sangat berharga

bagi penulis.

10. Sobat Ucruters K’ Lulu, dan Erika juga teman kostanku Uyunk, Pepet, Didiy,

serta Tim Rockers yang lainnya, yang turut membantu saat penulis

menemukan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman Paduan Suara Tarbiyah (PST), yang telah memberikan aku

waktu luang untuk vakum sementara demi suksesnya skripsi ini.

12. Sahabatku kelas A Nadia, Neneng, Indah, Pipit, Sanah, Neng serta “Shohibul

Alif” yang tak dapat disebutkan satu persatu, juga teman-teman kelas

peminatan Sejarah (History Community), yang telah memberikan sumbangsih

pemikiran dan pengalaman yang indah untuk penulis.

13. Teman-teman jurusan PAI lainnya terutama nduL, Goni, Aji, Acong, serta

Evi, dan Mpeb yang turut membantu penulis sampai rampungnya

kepengurusan masalah skripsi ini.

14. Annida, Alsa, Haidir, dan Umar, terimaksih atas perkenalan sekaligus

bantuannya dalam memberikan jawaban atas wawancara dalam penelitian ini.

Page 8: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

iv

Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain

“Jazâkumullah Khairan Katsîran” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas

Allah dengan berlipat ganda. Amiin..

Akhirnya semoga toresan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

diri saya sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 16 Desember 2010

Penulis

Nervi Pradewi

Page 9: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 8

C. Pembatasan Maslaah ................................................................ 9

D. Perumusan Masalah ................................................................. 9

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ..................................... 10

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ....................................................................... 11

1. Cooperative Learning .......................................................... 11

a. Pengertian Cooperative Learning ................................... 11

b. Tujuan Cooperative Learning ......................................... 15

c. Karakteristik Cooperative Learning ................................ 18

d. Unsur-unsur Cooperative Learning ................................. 19

e. Teknik-teknik Cooperative Learning .............................. 22

f. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning ....................... 25

2. Sejarah Kebudayaan Islam .................................................. 29

a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ............................ 29

b. Tujuan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs ........ 31

c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs ....... 32

Page 10: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

vi

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah

Kebudayaan Islam ........................................................... 32

3. Aktivitas Belajar .................................................................. 36

a. Pengertian Aktivitas ........................................................ 36

b. Tujuan Pembelajaran yang Berorientasikan pada

Aktivitas Siswa ............................................................... 37

c. Macam-macam Aktivitas ................................................ 37

d. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ................................... 39

B. Kerangka Berpikir .................................................................. 40

C. Pengajuan Hipotesis Penelitian .............................................. 41

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian ................................................................. 42

B. Metode Penelitian .................................................................. 42

C. Populasi dan Sampel .............................................................. 44

D. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 45

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 45

F. Instrumen Penelitian .............................................................. 47

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 51

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 57

B. Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................... 59

C. Deskripsi Data ........................................................................ 60

D. Analisa ................................................................................... 82

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 88

B. Saran ....................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 90

LAMPIRAN

Page 11: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Cooperative Learning dengan Pembelajaran Konvensional .. 14

Tabel 2.2 SK-KD Kelas VII semester I .................................................................. 32

Tabel 2.3 SK-KD Kelas VII semester II ................................................................ 33

Tabel 2.4 SK-KD Kelas VIII semester I ................................................................ 34

Tabel 2.5 SK-KD Kelas VIII semester II ............................................................... 34

Tabel 2.6 SK-KD Kelas IX semester I ................................................................... 35

Tabel 2.7 SK-KD Kelas IX semester II .................................................................. 35

Tabel 3.1 Data Populasi dan Sampel ...................................................................... 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ................................................... 48

Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban ......................................................................... 52

Tabel 3.4 Skala Penerapan Model Cooperative Learning dan Skala Aktivitas

Belajar Siswa SKI .................................................................................. 53

Tabel 3.5 Interpretasi Terhadap Besarnya “r” Product Moment ............................ 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X dan Variabel Y ...................................... 59

Tabel 4.3 Berkaitan dengan Belajar Secara Kelompok .......................................... 62

Tabel 4.4 Berkaitan dengan Kekompakan Kerja Kelompok .................................. 62

Tabel 4.5 Berkaitan dengan Prinsip Saling Membantu .......................................... 63

Tabel 4.6 Berkaitan dengan Tanggung Jawab Individu ......................................... 64

Tabel 4.7 Berkaitan dengan Hasil yang Maksimal ................................................. 64

Tabel 4.8 Berkaitan dengan Interaksi Kelompok ................................................... 66

Tabel 4.9 Berkaitan dengan Pembagian Kelompok Oleh Guru ............................. 67

Tabel 4.10 Berkaitan dengan Semangat Belajar Cooperative Learning .................. 69

Tabel 4.11 Tingkat Skala Penerapan Cooperative Learning Berdasarkan Indikator

70

Tabel 4.12 Berkaitan dengan Membaca ................................................................... 72

Tabel 4.13 Berkaitan dengan Memperhatikan ......................................................... 73

Tabel 4.14 Berkaitan dengan Bertanya .................................................................... 74

Tabel 4.15 Berkaitan dengan Menjawab .................................................................. 75

Tabel 4.16 Berkaitan dengan Diskusi ....................................................................... 76

Page 12: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

viii

Tabel 4.17 Berkaitan dengan Mengeluarkan Pendapat ............................................ 76

Tabel 4.18 Berkaitan dengan Mendengarkan ........................................................... 77

Tabel 4.19 Berkaitan dengan Menyimak .................................................................. 77

Tabel 4.20 Berkaitan dengan Mencatat ..................................................................... 78

Tabel 4.21 Berkaitan dengan Mengerjakan Tugas .................................................... 79

Tabel 4.22 Berkaitan dengan Menaruh Minat ........................................................... 79

Tabel 4.23 Berkaitan dengan Tidak Merasa Bosan .................................................. 80

Tabel 4.24 Tingkat Skala Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan Indikator ............... 81

Tabel 4.25 Data Kelompok ...................................................................................... 84

Tabel 4.26 Nilai Hasil Perhitungan .......................................................................... 85

Page 13: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perolehan Pembelajaran

dalam Cooperative Learning .................................................................. 17

Gambar 2.2 Penataan Bangku pada Ruang Kelas Cooperative Learning

Menurut Spencer Kagan ........................................................................ 28

Page 14: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumusan yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia

No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Point 1

tentang istilah “Pendidikan” menjelaskan sebagai berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.”1

Selain itu juga sesuai dengan prinsip dari penyelenggaraan pendidikan

dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 Point 1 menegaskan bahwa:

“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta

tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”2

Pernyataan di atas mengatakan, maksud demokratis disini adalah

bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya, mendapatkan kesempatan yang

1Afnil Guza (ed.), Undang-undang Sisdiknas (UU RI No 20 Tahun 2003) dan Undang-

undang Guru dan Dosen (UU RI No 14 Tahun 2005) (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), h. 2. 2 Guza, Undang-undang Sisdiknas…, h. 61

Page 15: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

2

sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Disamping itu, dalam pendidikan

demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak

didik dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan

sebagainya). Di kalangan taman siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu

sikap demokrasi yang mengakui hak si anak untuk tumbuh berkembang

menurut kodratnya.3 Pembelajaran dalam hal ini bertugas mengarahkan

proses pendidikan agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana

yang diinginkan.

...

Artinya: “Dikabarkan Abdan, dari Abdullah, kepada Yunus Anijuhri

berkata :telah dikabarkan kepada Abu Salamah bin Abdurrahman

dari Abu Hurairah r.a. Nabi bersabda: tidak ada anak yang

dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (kesucian) maka kedua

orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi,

Nasrani, atau Majusi…” (HR. Bukhari).4

Dalam pandangan Islam, pendidikan bertujuan untuk mengarahkan

dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah anak didik melalui

ajaran Islam menuju ke arah titik maksimal pertumbuhan dan

perkembangannya. Maka dari pernyataan di atas, pendidikan yang telah

ditanamkan sejak kecil merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan

selanjutnya. Oleh sebab itu pendidikan ditanamkan dalam pribadi anak sejak

ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian dilanjutkan dengan

pembinaan pendidikan ini di sekolah.

3Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), ed.5,

h. 243-244 4 Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.

Page 16: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

3

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis

merencanakan bermacam-macam lingkungan, salah satunya yakni lingkungan

pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk

melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar

itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke

tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam

suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses

pembelajaran.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta

didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik (guru)

merupakan suatu komponen pendidikan yang penting dalam penyelenggaraan

pendidikan. Karena tugasnya mengajar, maka seorang guru harus mempunyai

wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai

tenaga pengajar, setiap guru harus memiliki kemampuan pedagogik dan

profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan

kemampuannya itu guru dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator,

pembimbing, penyedia lingkungan, komunikator, model pembelajaran,

evaluator, inovator, agen moral dan politik, agen kognitif, dan manajer di

kelasnya.5

Disamping harus memiliki kemampuan pedagogik dan profesional,

setiap guru selaku tenaga pendidik harus memiliki kemampuan kepribadian,

dan kemampuan sosial seperti yang sudah ditetapkan dalam Undang-undang

RI tentang guru dan dosen.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

mengenai Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal 20 point (a) tentang Kewajiban

Guru dinyatakan bahwa :

“Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.”6

5 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2009), h. 9.

6 Guza, Undang-undang Sisdiknas…, h. 61.

Page 17: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

4

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan pada Bab IV

tentang Standar Proses Pasal 19 point 1 juga dikatakan bahwa :

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”7

Dari kedua landasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

sesungguhnya seorang pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar

dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu dalam hal ini juga ditekankan

bahwa seorang pendidik harus kreatif dan terampil dalam melaksanakan

proses pendidikan yang dapat membuat siswa interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, serta memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif.

Proses pembelajaran saat ini sudah tidak memakai paradigma lama

lagi seperti teori yang dibangun oleh John Locke dengan tabula rasa. Locke

mengatakan bahwa pikiran seorang anak ibarat kertas kosong yang putih

bersih dan siap menunggu coretan-coretan dari sang guru. Paradigma lama itu

sudah berubah, siswa dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan potensi yang

ada dalam dirinya, dengan sistem proses pembelajaran yang membuat siswa

aktif, kreatif, dan kritis.

Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke

seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena

pembelajaran ini dirancang agar dapat mengaktifkan serta mengembangkan

kreativitas siswa sehingga pembelajaran menjadi efektif namun tetap

menyenangkan.

Menurut Prof. Dr. S. Nasution di dalam belajar perlu ada aktivitas,

sebab pada prinsipnya sesuai dengan semboyan yang dipopulerkan oleh

Dewey belajar itu dengan berbuat (Learning By Doing). Tidak ada belajar

7Guza, Undang-undang Sisdiknas…, h. 109.

Page 18: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

5

jika tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas

yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.8

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,

dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Menurut Frobel dalam buku Sardiman, A.M. mengatakan bahwa anak itu

harus bekerja sendiri. Untuk memberikan motivasi, maka dipopulerkan

semboyan berpikir dan berbuat. Dimana dinamika kehidupan manusia,

berpikir dan berbuat adalah salah satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Begitupun dalam belajar tentu tidak akan mungkin untuk meninggalkan dua

kegiatan tersebut yakni berpikir dan berbuat.9

Mengenai keaktifan itu sendiri Robert M. Gagne memberikan batasan

lewat lima macam kemampuan hasil belajar, yaitu10

:

1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari

sistem lingkungan skolastik)

2. Teknik kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam arti

seluas-luasnya, termasuk memecahkan suatu masalah

3. Informasi verbal, pengetahuan dalam informasi dan fakta

4. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah

5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimiliki seseorang

Dalam Islam, aktivitas belajar merupakan suatu yang penting dalam

pendidikan. Mengingat betapa pentingnya aktivitas belajar ini, sehingga

wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah Swt, kepada rasulnya adalah

berkenaan dengan masalah aktivitas belajar, nabi pun melakukan aktivitas

belajar dengan bantuan bimbingan malaikat Jibril yang berupa surat al-„Alaq

ayat 1-5 yang berbunyi :

8S. Nasution , Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), ed. ke-5, h. 88-89.

9Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2007), h. 96. 10

J.J. Hasibuan et.al., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995),

cet.ke-6, h. 5.

Page 19: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

6

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan

perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.(QS. Al-„Alaq : 1-5).

Definisi pendidikan agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004

Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah:

"Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam

dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman”. Rumusan

tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan Agama

Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan

kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-

nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju

ketahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama

kedalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi

ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa

menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamanya terhadap

ajaran dan nilai Agama Islam (tahapan psikomotorik) yang telah

diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia

muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.11

11

Suhatman, “Pentingnya Pendidikan Agama Islam”, dari

http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, 7

Januari 2009 diakses pada 1 September 2010

Page 20: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

7

Seperti yang telah diketahui bersama, ruang lingkup pelajaran

Pendidikan Agama Islam terbagi menjadi 4 (empat), yaitu: Fiqih, Qur‟an

Hadits, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Akidah Akhlak.

Sehubungan dengan hal ini peneliti melakukan pembatasan penelitian

hanya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, yaitu mengenai

masalah kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) yang kebanyakan menurut para siswa cenderung

monoton atau membosankan. Selain faktor buku-buku pelajaran SKI yang

cenderung kurang menarik untuk dibaca, karena didominasi dalam bentuk

teks-teks saja, selain itu juga salah satunya dapat terjadi karena metode

pembelajaran yang dipakai cenderung menggunakan metode ceramah saja.

Mungkin pada awalnya seorang guru menggunakan metode ceramah

pada kegiatan pengajarannya, yang diharapkan agar siswa mengerti dan

paham akan materi yang berupa fakta dan informasi dapat tersampaikan

dengan baik. Padahal telah diketahui bahwasanya kelemahan daripada metode

tersebut lebih membuat siswa pasif. Hal ini bertolak belakang dengan tujuan

dari pendidikan itu sendiri.

Dari latar belakang tersebut, perlu adanya kreatifitas seorang guru

yang dapat menerapkan metode pengajaran dalam proses pembelajaran aktif,

sehingga hasil dari proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara

sempurna dan tidak terjadi kontradiksi dengan tujuan pendidikan yang ingin

mencapai keaktifan siswa. Dari hasil penelitian Aspiyah, yang meneliti

tentang Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Motivasi Belajar studi kasus

pada sebuah sekolah, diketahui terdapat pengaruh yang signifikan antara

penerapan metode ceramah dengan motivasi siswa, sehingga tidak

menimbulkan keaktifan pada diri siswa saat pembelajaran dilakukan.

Sejarah Kebudayaan Islam lebih cenderung metode pembelajarannya

menggunakan metode ceramah karena tujuan pembelajarannya cenderung ke

ranah kognitif, dan banyak guru yang menganggap bahwa pengetahuan siswa

dapat terpenuhi dengan pemberitahuan dengan cara ceramah saja. Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) di dalamnya tidak hanya berisi kejadian atau

Page 21: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

8

peristiwa tanpa arti sama sekali. Tapi bagi generasi penerus bisa dijadikan

cerminan diri, sumber pengalaman, dan pelajaran yang tidak ternilai harganya

untuk bekal meneruskan perjuangan dimasa mendatang. Untuk itu diperlukan

adanya model pembelajaran yang dapat membantu siswa menjadi aktif dalam

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

Anita Lie, dalam bukunya menjelaskan sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama

siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran

gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak

sebagai fasilitator.12

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model cooperative

learning ini merupakan salah satu cara dimana siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok belajar yang menuntut siswa untuk lebih aktif dikelas,

sehingga pembelajaran menjadi optimal. Dengan demikian model ini efektif

digunakan dalam kelas. Dari sini saya akan meneliti sejauh mana model

pembelajaran ini mempengaruhi keaktifan siswa pada mata pelajaran SKI.

Peneliti akan memberi judul: “Pengaruh Penerapan Model Cooperative

Learning dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Pembangunan UIN

Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Masih banyaknya guru Sejarah Kebudayaan Islam yang belum berhasil

dalam merencanakan program pengajaran secara baik

2. Terbatasnya buku-buku pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menarik

minat untuk dipelajari, karena isinya terlalu dominan teks

12

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), cet ke-7, h. 12

Page 22: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

9

3. Adanya persepsi bagi sebagian besar siswa, bahwa pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam kurang menarik dan membosankan

4. Terbatasnya penguasaan model pembelajaran yang efektif dari guru mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang dapat membuat siswa menjadi

pasif

5. Selama ini penerapan metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

menjadikan siswa pasif, mungkin penerapan model cooperative learning

dalam mata pelajaran tersebut dapat menjadi alternatif dalam upaya

peningkatan aktivitas belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Setelah penulis mengemukakan identifikasi masalah di atas, dapatlah

terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Untuk itu supaya memperjelas

dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis

berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:

1. Selama ini penerapan metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

menjadikan siswa pasif, mungkin penerapan model cooperative learning

dalam mata pelajaran tersebut dapat menjadi alternatif dalam upaya

peningkatan aktivitas belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dijabarkan di atas maka

permasalahan dapat dirumuskan yaitu:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan model Cooperative Learning pada

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Pembangunan

UIN Jakarta?

2. Apakah model Cooperative Learning pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Pembangunan UIN Jakarta dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa?

Page 23: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

10

3. Sejauh mana pengaruh antara model Cooperative Learning dan aktivitas

belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Pembangunan UIN Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

Tujuan dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan penerapan model cooperative learning dapat mengaktifkan

siswa. Sedangkan manfaat hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam

penyusunan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan, khususnya pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI) agar lebih optimal.

2. Bagi sekolah, sebagai pengembangan pengetahuan dalam penerapan model

Cooperative Learning dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI) guna meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan wawasan baru dalam membahas

masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI) melalui model Cooperative Learning di MTs Pembangunan UIN

Jakarta.

Page 24: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

11

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Cooperative Learning

a. Pengertian Cooperative Learning

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan

dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya

pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas

kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.1 Adapun pihak yang

terlibat dalam kegiatan pembelajaran yaitu pendidik dan peserta didik

yang keduanya berinteraksi secara edukatif antara satu dengan yang

lainnya.

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah

satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada faham konstruktivis,

dimana dalam hal pembelajaran ini diharapkan dapat membangun

interaksi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.2

Cooperative learning merupakan sebuah model pembelajaran

yang sengaja diciptakan untuk mencapai pembelajaran yang maksimal

di dalam ruang kelas. Model ini diteliti sekitar pada tahun 1970-an.

1 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,

2010), cet. ke-3, h. 11 2 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas…, h. 11-12

Page 25: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

12

Pada waktu itu, empat kelompok peneliti independen mulai

mengembangkan dan meneliti teknik-teknik cooperative learning di

dalam kelas. Saat ini, sudah banyak peneliti di seluruh dunia yang

mempelajari aplikasi praktis dari prinsip-prinsip cooperative learning,

dan akibatnya sudah banyak pula teknik-teknik cooperative learning

baru yang ditemukan.3

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu

sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Slavin mengatakan, “In cooperative learning methods, student

work together in four memberi teams to master material initially

presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-

6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih

bergairah dalam belajar.

Sedangkan Johnson mengemukakan, “cooperative learning is the

instructional use to small groups that allows students to work together

to maximize their own and each other as learning”. Berdasarkan uraian

tersebut, cooperative learning adalah mengelompokkan siswa ke dalam

suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan

kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama

lain dalam kelompok tersebut.4

Anita Lie menyebut cooperative learning dengan istilah

pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pengajaran yang

memberiikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan

3 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media,

2008), cet ke-3, h. 9 4 Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas…, h. 15-17

Page 26: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

13

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam sistem ini,

guru bertindak sebagai fasilitator.5

Secara sederhana menurut Abdurrahman dan Bintoro,

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih

asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat

nyata. Dalam cooperative learning guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan, adanya interaksi

tatap muka, menunjukkan akuntabilitas individual dan keterampilan

menjalin hubungan antar pribadi.6

Berdasarkan dari uraian beberapa pendapat diatas, dapat

disimpulkan bahwa cooperative learning adalah sebuah sistem

pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil atau tim

untuk berbagi pekerjaan dan saling membantu secara kolaboratif

menyelesaian tugas yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran ini

guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mengutamakan siswa

sebagai pusatnya, siswa dapat berperan ganda yaitu sebagai siswa dan

sebagai guru dalam proses pembelajaran.

Semua teknik cooperative learning menyumbangkan ide bahwa

siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap

teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya.7

Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-

satunya cara anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadi mereka

adalah jika kelompok mereka dapat sukses. Oleh karena itu, untuk

meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu

teman satu timnya untuk melakukan apa pun guna membuat kelompok

5Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), cet ke-7, h. 12 6Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiakan dengan Pembelajaran

Kontekstual” dalam Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Ponorogo, Vol. 3 No. 2

Juli Desember 2005, h. 6 7Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset… h. 10

Page 27: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

14

mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota

satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal.8

Ada perbandingan yang terlihat jelas antara cooperative learning

dengan pembelajaran konvensional, diantaranya dapat diketahui melalui

tabel berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan Cooperative Learning dengan Pembelajaran Konvensional9

Cooperative Learning Belajar Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling

membantu, dan saling memberiikan motivasi

sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa

yang mendominasi kelompok atau

menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap

anggota kelompok, dan kelompok diberi

umpan balik tentang hasil belajar para

anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan

dan siapa yang dapat memberiikan bantuan.

Akuntabilitas individual yang sering

diabaikan sehingga tugas-tugas sering

diborong oleh salah seorang anggota

kelompok lainnya hanya

“mendompleng” keberhasilan

“pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,

etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan bantuan

dan siapa yang dapat memberiikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk memberiikan

pengalaman memimpin bagi para anggota

kelompok

Pemimpin kelompok yang sering

ditentukan oleh guru atau kelompok

dibiarkan untuk memilih pemimpinnya

dengan cara masing-masing

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam

kerja gotong royong seperti kepemimpinan,

kemampuan berkomunikasi, mempercayai

Keterampilan sosial sering tidak secara

langsung diajarkan

8Slavin, Cooperative Learning: Teori,…, h. 34

9Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasikan Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. ke-1, h. 43-44

Page 28: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

15

orang lain, da mengelola konflik secara

langsung diajarkan

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi masalah

dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering tidak dilakukan oleh

guru pada saat belajar kelompok

sedang berlangsung

Guru memperhatikan secara proses kelompok

yang sedang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan

proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian

tugas tetapi juga hubungan interpersonal

(hubungan antar pribadi yang saling

menghargai)

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

b. Tujuan Cooperative Learning

Menurut Slavin (1994) dalam Suradi dan Djadir (3;2004), tujuan

cooperative learning adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan

individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai empat

tujuan pembelajaran penting yang dirangkum sebagai berikut:

1) Hasil Belajar Akademik

Cooperative learning meliputi berbagai macam tujuan sosial.

Namun demikian menurut Ibrahim dkk (2000) dalam Suradi dan

Djadir (3;2004), bahwa cooperative learning juga bertujuan untuk

meningkatkan kinerja pembelajar dalam tugas - tugas akademik. Para

ahli mengemukakan bahwa model ini unggul dalam membantu

pembelajar menyelesaikan konsep-konsep yang sulit. Struktur

penghargaan pada cooperative learning dapat meningkatkan

penilaian pembelajar pada belajar akademik dan perubahan norma

yang berhubungan dengan hasil belajar. Selain itu, cooperative

Page 29: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

16

learning dapat memberiikan keuntungan baik pada pembelajar

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama

menyelesaikan tugas - tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain dari model cooperative learning adalah

penerimaan terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,

maupun kemampuan. Allport (Ibrahim, 2000) mengemukakan bahwa

kontak fisik di antara orang-orang yang berbeda ras atau kelompok

etnis tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan dan perbedaan ide.

Cooperative learning memungkinkan pembelajar yang berbeda latar

belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu dengan

yang lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu dengan yang

lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Keterampilan sosial amat penting untuk dimiliki oleh

masyarakat. Banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan

dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di dalam

masyarakat yang secara budaya beragam. Atas dasar itu, Ibrahim

(2000) mengemukakan bahwa tujuan penting yang lain dari

cooperative learning adalah untuk mengajarkan kepada pembelajar

keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

4) Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

Lingkungan belajar untuk cooperative learning dicirikan oleh

proses demokrasi dan peran aktif pembelajar dalam menentukan apa

yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Pembelajar

menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan

kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun pembelajar

diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di

dalam kelompoknya. Jika cooperative learning ingin menjadi sukses,

materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di berbagai sumber

Page 30: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

17

belajar. Keberhasilan Juga menghendaki syarat dari menjauhkan

kesalahan tradisional yaitu secara ketat mengelola tingkah laku

pembelajar dalam kerja kelompok.10

Selain unggul dalam membantu pembelajar dalam menyelesaikan

konsep-konsep sulit, model ini sangat berguna untuk membantu

pembelajar menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan

kemampuan membantu teman. Dalam buku Slavin digambarkan sebuah

diagram faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan cooperative

learning, di mana dalam gambar tersebut dijelaskan tujuan kelompok

yang didasarkan pada pembelajaran anggota kelompok akan sampai pada

hasil pembelajaran maksimal.

Gambar 2.1

Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perolehan Pembelajaran dalam

Cooperative Learning

10

Samsul, “Jurnal Model Pembelajaran Cooperative Learning”, dari

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:O0IwBDgeSlwJ:www.unjabisnis.com/20

10/04/jurnal-model-pembelajaran-kooperatif-

learning.html+tujuan+pembelajaran+kooperatif&cd=10&hl= id&ct=clnk&gl=id, 08 April 2010

Tujuan kelompok

yang didasarkan

pada pembelajaran

anggota kelompok

Motivasi untuk

mendorong teman

satu kelompok

untuk belajar

Penjelasan terperinci

(penjelasan oleh

teman)

Menjadikan teman

sebagai model

Perluasan kognitif

Praktik oleh teman

Pembenaran dan

koreksi oleh teman

Pembelajaran

Page 31: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

18

c. Karakteristik Cooperative Learning

Cooperative learning berbeda dengan strategi pembelajaran yang

lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang

lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan

yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian

penguasaan bahan pelajaran, tetapi ada juga unsur hubungan sosial

dalam proses pengerjaan tugas.

Adapun karakteristik dari cooperative learning, dijelaskan di

bawah ini:

1) Pembelajaran secara tim

Johnson menyatakan:

“cooperative learning is the instructional use of small groups so

that student's work together to achieve shared goals. In

cooperative learning groups, students are given two

responsibilities: to learn the assigned material and to make sure

that all other group memberis do likewise.”11

Cooperative learning adalah penggunaan pembelajaran kelompok

kecil sehingga siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam kelompok cooperative learning, siswa diberi dua tanggung

jawab: untuk mempelajari materi yang ditugaskan dan untuk

memastikan bahwa semua anggota kelompok lainnya melakukan hal

yang sama.

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena

itu, harus mampu membuat setiap siswa belajar. Seluruh anggota tim

(anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran

ditentukan oleh keberhasilan tim itu sendiri.

11

Fathi Ashtiani, “A Comparison of the Cooperative Learning Model and Traditional

Learning Model on Academic Achievement”, dari:

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:P3

Tb0MUJMZ4J:scialert.net/fulltext/%3Fdoi%3Djas.2007.137.140+slavin+say+cooperative+learnin

g+is+meaning&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010

Page 32: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

19

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat

fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi

pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikan juga pada cooperative

learning. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa cooperative

learning memerlukan perencanaan yang matang agar proses

pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi pelaksanaan

menunjukkan bahwa cooperative learning harus dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang

sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah

disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa dalam

cooperative learning adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota

kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab

setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam

cooperative learning perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik

melalui tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan cooperative learning ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama

perlu ditekankan dalam proses cooperative learning. Setiap anggota

kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-

masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikan melalui

aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan

bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau

dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.12

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2007), cet. ke-2, h. 242-244

Page 33: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

20

d. Unsur-unsur Cooperative Learning

Roger dan Daviv Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja

kelompok dapat dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, lima unsur model cooperative learning yang harus

diterapkan, yakni:

1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam buku Louis Cohen et.al dijelaskan bahwa:

“cooperative learning requires the structuring of positive

interdependence, such that the successful outcome is only

achievable throught such interdependence and requires face-

to-face interaction with individual and group

accountability.”13

Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya saling ketergantungan

positif, sehingga menghasilkan kesuksesan yang hanya dapat dicapai

dengan pikiran saling ketergantungan tersebut dan membutuhkan

interaksi tatap muka dengan akuntabilitas individu dan kelompok.

Unsur ini merupakan hubungan timbal balik yang didasari

adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota

kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan

yang lain pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan kelompok kerja

yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas dengan sedemikian rupa

sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya

sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. Kondisi seperti

ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan

secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari

dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya,

yang mendorong setiap anggota untuk bekerja sama.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama.

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

13

Louis Cohen, et.al, A Guide to Teaching Practice, (New York: RoutledgeFalmer, 2004),

ed. ke-5, h. 179.

Page 34: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

21

Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk

melakukan yang terbaik.

3) Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para

pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua

anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada

hasil pemikiran satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini

jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.

Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

Sinergi tidak dapat didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi

merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota

kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan

menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi

pribadi.

4) Komunikasi Antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali

dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan

siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara

berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian

mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling

mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan

pendapat mereka.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka

agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu

evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,

Page 35: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

22

tetapi dapat diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali

pembelajar terlibat dalam kegiatan Cooperative Learning.14

e. Teknik-teknik Cooperative Learning

Dalam pembelajaran ini, terdapat beberapa teknik yang dapat

digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas, yaitu:

1) Teknik Mencari Pasangan (Make a Match), yaitu teknik yang

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan

teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan.

Teknik ini dapat digunakan dalam semua pelajaran dan untuk

semua tingkatan usia anak didik.

2) Teknik Bertukar Pasangan, teknik ini memberi siswa kesempatan

untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini dapat digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.

3) Teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat, teknik yang

dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer

Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran

Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk

bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain

dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Teknik ini dapat

digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan

usia.

4) Teknik Berkirim Salam dan Soal, teknik ini memberi siswa

kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka.

Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih

terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh

teman-teman sekelasnya. Teknik ini cocok untuk persiapan

menjelang ujian. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.

14

Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 31-35

Page 36: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

23

5) Teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads), teknik ini

dkembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberiikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik

ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja

sama mereka. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

6) Teknik Kepala Bernomor Terstruktur, teknik ini sebagai modifikasi

Kepala Bernomor yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik

Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas.

Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab

pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan

kelompoknya. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata

pelajaran dan semua untuk semua tingkatan usia anak didik.

7) Teknik Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), teknik ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan dapat digunakan

bersama dengan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini dapat

digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia

anak didik. Sruktur teknik ini memberi kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan

kelompok lain.

8) Teknik Keliling Kelompok, dalam kegitan Keliling Kelompok,

masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk

memberiikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan

pemikiran anggota lain. Teknik ini dapat digunakan dalam semua

mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik.

9) Teknik Kancing Gemerincing, dalam kegiatan Kancing

Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan

kesempatan untuk memberiikan kontribusi mereka dan

mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan

dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan

Page 37: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

24

kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Teknik ini

dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan

usia anak didik.

10) Teknik Keliling Kelas, Teknik ini dapat digunakan dalam semua

mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik. Namun, jika

digunakan untuk anak-anak tingkat dasar, teknik ini perlu disertai

dengan manajemen kelas yang baik supaya tidak terjadi kegaduhan.

Dalam kegiatan kelas, masing-masing kelompok mendapatkan

kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat

hasil kerja kelompok lain.

11) Teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle),

teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberiika

kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat

yang bersamaan. Pendekatan ini dapat digunakan dalam mata

pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika, dan

bahasa. Bahan pelajaran yang cocok digunakan dengan teknik ini

adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi

antarsiswa.

12) Teknik Tari Bambu, teknik ini sebagai modifikasi Kecil Lingkaran

Besar (Inside-Outside Circle). Salah satu keunggulan teknik ini

adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untu

berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan sisngkat dan

teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam

suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi.

13) Teknik Jigsaw, teknik ini dikembangkan oleh Aronson et al.

sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini menggabungkan

kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

Pendekatan ini dapat pula digunakan dalam beberapa mata

pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

Page 38: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

25

matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua

kelas atau tingkatan.

14) Teknik Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling), teknik ini

dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa,

pengajar, dan bahan pelajaran. Teknik ini menggabungkan kegiatan

membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Bahan pelajaran

yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang

bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup

kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lainnya.15

f. Pengelolaan Kelas Cooperative Learning

Pengelolaan kelas model cooperative learning ini bertujuan untuk

membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama

dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting

yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model cooperative

learning, yakni:

1) Pengelompokan

Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan

cirri-ciri yang menonjol dalam model cooperative learning.

Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan

keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio-ekonomi dan

etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis,

kelompok pembelajaran cooperative learning bisaanya terdiri dari

satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan

kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan

akademis kurang.

Secara umum, kelompok heterogen disukai oleh para guru

yang telah menggunakan model cooperative learning karena

beberapa alasan. Pertama, kelompok heterogen memberiikan

kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling

15

Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 54-70

Page 39: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

26

mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi

antar ras, agama, etnik, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen

memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang

yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten

untuk setiap tiga orang.

2) Semangat cooperative learning

Agar kelompok dapat bekerja secara efektif dalam proses

cooperative learning, masing-masing anggota kelompok perlu

mempunyai semangat cooperative learning (gotong royong).

Semangat cooperative learning ini tidak dapat diperoleh dalam

sekejap. Semangat ini dapat dirasakan dengan membina niat dan kita

siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya.

Menurut Anita Lie dalam bukunya, niat dan kiat siswa dapat

dibina dengan beberapa kegiatan yang dapat membuat relasi masing-

masing anggota kelompok lebih erat seperti dibawah ini:

a) Kesamaan kelompok

Kelompok akan merasa bersatu jika mereka dapat

menyadari kesamaan yang mereka punyai. Kesamaan ini tidak

berarti menyeragamkan semua keinginan, minat, dan

kemampuan anggota kelompok. Justru kesamaan ini untuk dapat

melihat persamaan yang mereka punyai, masing-masing anggota

kelompok harus dapat melihat keunikan rekan-rekannya yang

lain terlebih dahulu. Beberapa kegiatan dapat dilakukan guru

untuk memberiikan kesempatan kepada para siswa agar lebih

mengenal satu sama lain dengan lebih baik dan akrab, misalnya

kegiatan wawancara kelompok atau dengan mengadakan game

perkenalan.

b) Identitas kelompok

Berdasarkan kesamaan mereka, kelompok dapat

merundingkan nama yang tepat untuk kelompok mereka.

Mengenai identitas kelompok ini sebenarnya hanya sebagai

Page 40: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

27

tambahan jika diperlukan agar lebih semangat dan akrab dalam

perkelompokan.

c) Sapaan dan sorak kelompok16

Untuk lebih tercipta semangat dari tiap kelompok, siswa

dapat ditugaskan untuk menciptakan sapaan dan sorak khas

kelompok. Siswa dapat didorong mengembangkan kreatifitas

mereka dengan menciptakan cara menyapa rekan-rekan dalam

satu kelompok yang disesuaikan dengan identitas kelompok

mereka sebelumnya.

3) Penataan ruang kelas17

Dalam model cooperative learning, siswa juga bisa belajar dari

sesama teman dan guru hanya berperan sebagai fasilitator, seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka, dalam penataan ruang

kelas juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang

pembelajaran cooperative learning. Tentu saja, keputusan guru

dalam penataan ruang ini harus disesuaikan dengan kondisi dan

situasi ruang kelas dan sekolah.

Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas adalah

mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku

siswa yang tidak yang tidak diharapkan melalui penataan tempat

duduk, perabot, dan barang-barang lainnya yang ada di dalam kelas,

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi aktif antara siswa dan

guru serta antar siswa, dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu

penataan kelas harus memungkinkan guru dapat memantau semua

tingkah laku siswa sehingga dapat dicegah munculnya masalah

disiplin. Melalui penataan kelas, diharapkan siswa dapat

memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran dan akan

16

Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 48-51 17

Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 38-39

Page 41: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

28

bekerja secara efektif.18

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah:

a) ukuran ruang kelas,

b) jumlah siswa,

c) tingkat kedewasaan siswa,

d) toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu

lalangnya siswa,

e) toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu

lalangnya siswa lain,

f) pengalaman guru dalam melaksanakan model cooperative

learning,

g) Pengalaman siswa dalam melaksanakan model cooperative

learning.19

Dalam model cooperative learning, penataan ruang kelas perlu

memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata

sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis

dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik,

dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok

bisa dekat satu sama lain, tetapi tidak mengganggu kelompok yang

lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu

bagian kelas untuk kegiatan lain.

Pendekatan yang paling efektif terhadap manajemen kelas bagi

pembelajaran kooperatif adalah untuk menciptakan sebuah sistem

penghargaan positif yang didasarkan pada kelompok. Guru

memberiikan perhatian terhadap perilaku kelompok yang

diinginkannya di dalam kelas. Dengan segera kelompok lainnya akan

menjadikan kelompok yang menerima perhatian positif dari guru

tersebut sebagai model.

18

Abdul Majid, Pengelolaan Kelas, dari:

http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/pengelolaan-kelas.html, diakses pada tanggal 13 Oktober

2010 19

Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 52

Page 42: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

29

Unsur penting lainnya dalam sebuha sistem manajemen

pembelajaran kooperatif yang baik adalah harapan yang jelas. Guru

perlu mendefinisikan dengan jelas dan sebelum kegiatan dimulai

sikap-sikap yang perlu diterapkan untuk memfungsikan kelas dengan

baik, dan sikap-sikap seperti apa yang akan dihargai. Sikap yang

dihargai maksudnya seperti memberi perhatian penuh jika guru

menerangkan, memberi bantuan ekstra kepada teman, kooperatif

dengan teman satu tim, perhatian terhadap kebutuhan opini, dll.20

2. Sejarah Kebudayaan Islam

a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sejarah adalah “Ilmu

pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa yang benar-benar

terjadi di masa lampau”.21

Kebudayaan adalah “Hasil kegiatan dan

penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian,

dan adat istiadat”.22

Dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran sejarah

kebudayaan Islam adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang

kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan

kebisaaan.23

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata

pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan

kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam

20

Slavin, Cooperative Learning: Teori,…, h. 258-260 21

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai

Pustaka, 2007), ed. ke-3, cet. ke- 4, h. 1011 22

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar…, h. 170 23

Latifah, “Efektifitas Pelaksanaan Quantum Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar

Sejarah Kebudayaan Islam”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:

Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 13

Page 43: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

30

sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat

Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani

ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di

Indonesia. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan

Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta

didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan

Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan

untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian

peserta didik.24

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Sejarah

Kebudayaan Islam merupakan salah satu bagian dari cabang ilmu

Pendidikan Agama Islam di madrasah yang di dalamnya membahas

tentang peristiwa-peristwa penting, peradaban Islam serta tokoh-tokoh

populernya dalam Sejarah Kebudayaan Islam agar tertanamnya nilai-

nilai kepahlawanan dan keilmuan dalam diri peserta didik.

Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam mempunyai tiga fungsi

dasar, sebagai berikut:

4) Fungsi edukatif, yaitu melalui sejarah peserta didik ditanamkan

untuk mengakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami

dalam menjalankan hidup sehari-hari.

5) Fungsi keilmuan, yaitu melalui sejarah peserta didik akan

memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam

dan kebudayaan.

6) Fungsi transformasi, yaitu sejarah merupakan salah satu sumber

yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat.25

b. Tujuan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:26

24

http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-Bhs-

Arab-Tk-MTs. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 25

Latifah, “Efektifitas Pelaksanaan Quantum Learning…, h. 14

Page 44: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

31

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam

yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka

mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini,

dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di

masa lampau.

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah

dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,

politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk

mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

c. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah

Tsanawiyah meliputi:27

1) Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam

2) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah

3) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah

4) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

5) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umaiyah

6) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

Abbasiyah

26

http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-Bhs-Arab-

Tk-MTs. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 27

http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-Bhs-Arab-

Tk-MTs. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010

Page 45: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

32

7) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah

8) Memahami perkembangan Islam di Indonesia

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam hal ini peneliti akan menjabarkan seluruh SK-KD

Sejarah Kebudayaan Islam secara keseluruhan dari kelas VII, VIII, dan

IX, yaitu28

:

Tabel 2.2

Kelas VII semester I

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami sejarah

kebudayaan Islam

1.1 Menjelaskan pengertian

kebudayaan Islam

1.2 Menjelaskan tujuan dan manfaat

mempelajari sejarah kebudayaan

Islam

1.3 Mengidentifikasi bentuk/wujud

kebudayaan Islam

2. Memahami sejarah Nabi

Muhammad SAW periode

Makkah

2.1 Mendeskripsikan misi Nabi

Muhammad SAW sebagai rahmat

bagi alam semesta, pembawa

kedamaian, kesejahteraan, dan

kemajuan masyarakat

2.2 Mengambil ibrah dari misi Nabi

Muhammad SAW sebagai rahmat

bagi alam semesta, pembawa

kedamaian,

kesejahteraan, dan kemajuan

masyarakat untuk masa kini dan

yang akan datang

2.3 Meneladani perjuangan Nabi

Muhammad dan para sahabat

dalam menghadapi masyarakat

Makkah

3. Memahami sejarah Nabi

Muhammad SAW periode

Madinah

3.1 Mendeskripsikan sejarah Nabi

Muhammad SAW dalam

membangun masyarakat melalui

kegiatan ekonomi dan

28

http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-Bhs-Arab-

Tk-MTs. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010

Page 46: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

33

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

perdagangan

3.2 Mengambil ibrah dari misi Nabi

Muhammad SAW dalam

membangun masyarakat melalui

kegiatan ekonomi dan

perdagangan untuk masa kini dan

yang akan datang

3.3 Meneladani semangat perjuangan

Nabi dan para sahabat di Madinah

Tabel 2.3

Kelas VII semester II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami sejarah

perkembangan Islam pada

masa Khulafaurrasyidin

1.1 Menceritakan berbagai prestasi

yang dicapai oleh

Khulafaurrasyidin

1.2 Mengambil ibrah dari prestasi-

prestasi yang dicapai oleh

Khulafaurrasyidin untuk masa

kini dan yang akan datang

1.3 Meneladani gaya kepemimpinan

Khulafaurrasyidin

2. Memahami perkembangan

Islam pada masa Bani

Umaiyah

2.1 Menceritakan sejarah berdirinya

daulah Amawiyah

2.2 Mendeskripsikan perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam

pada masa Bani Umaiyah

2.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan

muslim dan perannya dalam

kemajuan kebudayaan/peradaban

Islam pada masa Bani Umaiyah

2.4 Mengambil ibrah dari

perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam

pada masa Bani Umaiyah untuk

masa kini dan yang akan datang

2.5 Meneladani kesederhanaan dan

kesalihan Umar bin abdul Aziz

Page 47: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

34

Tabel 2.4

Kelas VIII semester I

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami perkembangan

Islam pada masa Bani

Abbasiyah

1.1 Menceritakan sejarah berdirinya

Daulah Abbasiyah

1.2 Mendeskripsikan perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Bani Abbasiyah

1.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan

muslim dan perannya dalam

kemajuan kebudayaan/peradaban

Islam pada masa Bani Abbasiyah

1.4 Mengambil ibrah dari

perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Bani Abbasiyah untuk masa

kini dan yang akan datang

1.5 Meneladani ketekunan dan

kegigihan Bani Abbasiyah

Tabel 2.5

Kelas VIII semester II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

2. Memahami perkembangan

Islam pada masa Dinasti Al

Ayyubiyah

2.1 Menceritakan sejarah berdirinya

Dinasti al-Ayyubiyah

2.2 Mendeskripsikan perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Dinasti al-Ayyubiyah

2.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan

muslim dan perannya dalam

kemajuan kebudayaan/peradaban

Islam pada masa Dinasti Al

Ayyubiyah

2.4 Mengambil ibrah dari

perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Dinasti al-Ayyubiyah untuk

masa kini dan yang akan datang

2.5 Meneladani sikap keperwiraan

Shalahuddin al-Ayyubi

Page 48: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

35

Tabel 2.6

Kelas IX semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami perkembangan

Islam di Indonesia

1.1 Menceritakan sejarah masuknya

Islam di Nusantara melalui

perdagangan, sosial, dan

pengajaran

1.2 Menceritakan sejarah beberapa

kerajaan Islam di Jawa, Sumatera,

dan Sulawesi

1.3 Mengidentifikasi para tokoh dan

perannya dalam perkembangan

Islam di Indonesia

1.4 Meneladani semangat para tokoh

yang berperan dalam

perkembangan Islam di Indonesia

Tabel 2.7

Kelas IX semester II

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

1. Memahami sejarah tradisi

Islam Nusantara

1.1 Menceritakan seni budaya lokal

sebagai bagian dari tradisi Islam

1.1 Memberikan apresiasi terhadap

tradisi dan upacara adat kesukuan

Nusantara

3. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan

dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan

belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada

siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

terciptalah situasi belajar aktif.,

Sardiman AM (2004), yang menganggap bahwa sekolah adalah

salah satu pusat kegiatan belajar karena merupakan arena untuk

Page 49: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

36

mengembangkan aktivitas.29

J. Dewey sendiri juga menegaskan bahwa

sekolah harus dijadikan tempat kerja. Sehubungan dengan itu, ia

menganjurkan pengembangan metode-metode proyek, problem

solving, yang merangsang anak didik untuk melakukan kegiatan,

dengan semboyan yang ia populerkan yaitu learning by doing.30

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental. Dalam kegiatan belajar mengajar kedua aspek itu harus selalu

berkaitan. Sebagai contoh, seseorang itu sedang belajar dengan

membaca. Secara fisik keliahatan bahwa orang tersebut membaca

menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran dan sikap mentalnya

tidak tertuju pada buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada

keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Sehubungan

dengan hal tersebut, Piaget menerangkan bahwa seseorang anak itu

berpikir sepanjang berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak

berpikir. Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri, maka harus diberi

kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan

timbul setelah anak itu berpikir pada taraf perbuatan.31

Dengan mengemukakan beberapa kutipan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan siswa di

kelas dalam proses pembelajaran baik itu kegiatan yang bersifak fisik

maupun mental. Jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa

harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat

diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak

berlangsung dengan baik.

b. Tujuan Pembelajaran yang Berorientasikan pada Aktivitas Siswa

Pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara

optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.

29

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2007), h. 100 30

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi..., h. 97 31

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi..., h. 100

Page 50: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

37

Pembelajaran yang berorientasikan pada aktivitas siswa bertujuan

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar mandiri dan kreatif,

sehingga ia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Secara khusus

pembelajaran yang berorientasikan pada aktivitas ini bertujuan, pertama

meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya

siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, akan

tetapi bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.

Kedua, mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Artinya,

diharapkan bukan hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang

akan tetapi seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.32

c. Macam-macam Aktivitas

Oemar Hamalik mengatakan dalam bukunya, “pengajaran yang

efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri

atau melakukan aktivitas sendiri”.33

Mengingat aktivitas belajar tersebut

merupakan credit point siswa dalam mencapai nilai yang baik.

Beberapa contoh aktivitas belajar, meliputi34

:

a. Mendengarkan

b. Memandang

c. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap

d. Menulis atau mencatat

e. Membaca

f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi

g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

h. Menyusun paper atau kertas kerja

i. Mengingat

32

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2008),

cet. ke-1, h. 181 33

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 171 34

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991),

cet. 1, h. 125-129

Page 51: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

38

j. Berpikir

k. Latihan atau praktek

Paul B Dierdrich (2007) membuat suatu daftar yang berisi 177

macam kegiatan siswa yang merupakan jenis-jenis aktivitas antara

lain35

:

1) Visual activities seperti: membaca, memperhatikan, menggambar,

mendemonstrasikan, percobaan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberii saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview,

diskusi, interupsi.

3) Listening activities seperti: mendengarkan uraian, percakapan

diskusi, pidato.

4) Writing activities seperti: menulis cerita, karangan, laporan, tes,

angket, menyalin.

5) Drawing activities seperti: menggambar, membuat grafik, peta

diagram, pola.

6) Motor activities seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.

7) Mental activities seperti: menanggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

berani, tenang, gugup.

Terkait dengan judul yang akan diteliti, maka dalam penelitian ini

hanya akan dibahas beberapa aktivitas. Penelitian ini akan lebih

cenderung kepada oral activities yaitu seperti menyatakan,

merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, diskusi. Namun dalam

pencapaian aktivitas itu juga didalamnya juga terkait 4 aktivitas lainnya

yaitu Visual activities, Listening activities, Writing activities, dan

Emotional activities.

35

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi..., h. 101

Page 52: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

39

d. Nilai Aktivitas dalam Pembelajaran

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

sendiri. Dengan melakukan aktivitas peserta didik dapat memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta

mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di

masyarakat.

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pembelajaran para

siswa, oleh karena:36

1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

3) Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dengan guru.

7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta

menghindarkan verbalitas.

8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju

kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral.

Oleh karena itu, maka proses pendidikan bukan hanya mengembangkan

intelektual saja, akan tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak

36

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar…, h. 175

Page 53: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

40

didik. Dengan demikian, pendidikan pada dasarnya memberikan pengalaman

belajar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa,

melalui proses interaksi baik antara siswa, siswa dengan guru atau siswa

dengan lingkungan.

Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang

dilakukan terhadap siswa. Pada masa kini, siswa tidak dapat menerima

pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. Dalam proses

pembelajaran siswa ditempatkan sebagai peserta yang dapat berinteraksi

secara aktif.

Walaupun sudah disadari bahwa siswa akan mendapatkan banyak

keuntungan dari diskusi yang mengaktifkan mereka, namun belum banyak

guru yang melakukannya, terutama dalam pembelajaran sejarah kebudayaan

Islam. Ada pula penerapan strategi yang sering digunakan untuk

mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh

kelas. Tetapi, strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha

dan mendorong siswa berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi

penonton sementara arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang.

Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa

sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain.

Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana sedemikian rupa

sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong dalam pengerjaan tugas

mereka.

Maka dari itu, cooperative learning yang merupakan salah satu model

pembelajaran yang sengaja diciptakan dengan tujuan pokok yaitu interaksi

siswa dalam proses pengajaran, sepertinya cocok bila diterapkan dalam

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam meningkatkan aktivitas siswa

di kelas dalam proses pembelajaran.

Page 54: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

41

C. Pengajuan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, yang didukung oleh deskripsi

teoritis, maka penulis merumuskan sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa:

Ha : “Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model

Cooperative Learning dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa

pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”

Page 55: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam

dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, dengan penjelasan

sebagai berikut:

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yaitu model

cooperative learning, yang diberi simbol sebagai variabel (X).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu aktivitas belajar

siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diberi simbol

sebagai variabel (Y).

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti disini adalah metode penelitian ex

post facto. Ex post facto artinya “dari sesudah fakta”, ex post facto sebagai

metode penelitian yang menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel

bebas X telah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2006), cet. ke-16, h. 118

Page 56: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

43

perlakuan lagi, tinggal melihat efeknya pada variabel terikat.2 Dalam

penelitian ini, perubahan dalam variabel bebas (penerapan model cooperative

learning) itu telah terjadi pada sekolah yang diteliti, dan peneliti harus

menyelidikinya secara introspeksi guna mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap variabel terikat (aktivitas belajar siswa SKI) yang

diamati.

Peneliti menggunakan penghitungan statistik korelasi yang bertujuan

untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian

lewat interpretasi data. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menyelidiki

pengaruh penerapan model cooperative learning terhadap aktivitas belajar

siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tujuan menggunakan

statistik guna menjawab permasalahan yang ada atau tidaknya hubungan

kedua variabel yang diteliti dan diprediksi tentang berapa besar kontribusi

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Penelitian ini didasarkan pada pemahaman melalui library research

(penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan).

1. Penelitian kepustakaan

Melalui kepustakaan ini, peneliti berusaha mengkaji beberapa buku

yang berkaitan dengan judul penelitian, dalam rangka menyusun landasan

teori penelitian yang telah dilakukan.

2. Penelitian lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung ke tempat

obyek penelitian yaitu Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta,

karena penelitian ini memerlukan data-data dan fakta yang valid agar dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Dalam teknik penelitian, peneliti mengacu pada buku Pedoman

Penelitian Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

2Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,(Bandung: Sinar Baru Offset,

1989), Cet.1, h. 56

Page 57: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

44

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan salah satu unsur penting dalam suatu

penelitian. Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.3

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di

MTs Pembangunan UIN Jakarta. Sedangkan populasi terjangkau dalam

penelitian ini adalah siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta kelas IX tahun

ajaran 2010-2011 sebanyak 228 siswa, karena kelas IX inilah yang telah

menggunakan model cooperative learning secara maksimal pada mata

pelajaran sejarah kebudayaan Islam di sekolah itu.

Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat

yang sama dengan populasi.4 Peneliti akan mengambil sampel dengan

menggunakan teknik simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana)

karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Dinamakan random karena

peneliti mencampur subjek-subjek dalam populasi sehingga semua subjek

dianggap sama. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap

homogen.5 Suharsimi Arikunto mengatakan dalam bukunya jika jumlah

subyeknya besar (di atas 100 orang), dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25

% atau lebih.6

Oleh karena itu, peneliti akan mengambil 15 % dari siswa kelas IX di

MTs Pembangunan UIN Jakarta yang terbagi menjadi 7 kelas, yaitu IX-1 s.d

IX-7. Dari sini peneliti akan mengambil dari masing-masing kelas sebanyak 4-

5 orang siswa atau siswi.

3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …,. h. 115

4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …, h. 117

5 Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research

Publishing, 2009), cet. 1, h. 89

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …, h. 134

Page 58: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

45

Tabel 3.1

Data Populasi dan Sampel

No Kelas Jumlah

Siswa

Populasi Sampel

1 IX 228 228 34

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta

yang beralamat di Jl. Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan Oktober hingga

selesai.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang

diselidiki.7 Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling

efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan

sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian

atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.8

Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung ke lapangan,

yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke MTs Pembangunan

UIN Jakarta untuk mengamati proses penerapan cooperative learning,

keadaan tempat belajar, guru, para siswa, serta fasilitas yang dimiliki dan

kepengurusan yayasan MTs Pembangunan UIN Jakarta tersebut.

7Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yoyakarta: Andi Offset, 1994), cet ke-20, h. 136.

8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 229

Page 59: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

46

2. Wawancara

Wawancara yang biasa juga disebut dengan interview atau kuesioner

lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Wawancara

digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk

mencari data variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,

perhatian, sikap terhadap sesuatu. Secara garis besar ada dua macam

pedoman wawancara, yaitu:

a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas

pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis

pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara.

Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. jenis

wawancara ini cocok untuk penelitian kasus.

b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pewawancara tinggal membubuhkan tanda ( √ ) pada nomor yang

sesuai.

Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi

structured”. Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan serentetatn

pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam

dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang

diperoleh bias meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap

dan mendalam.9

Wawancara dalam penelitian ini berfungsi sebagai pelengkap yang

dilakukan dengan berdialog dan tanya jawab kepada guru bidang studi

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan 4 orang siswa kelas IX di MTs

Pembangunan UIN Jakarta.

9Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 155-227

Page 60: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

47

3. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Jenis angket yang digunakan oleh

peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan

jawabannya sehingga responden tinggal memilih.10

Maksudnya, angket

yang menghendaki jawaban pendek atau jawabannya diberikan dengan

membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan disertai

alternatif jawabannya, responden diminta untuk memilih salah satu

jawaban atau lebih dari alternatif yang sudah disediakan. Untuk

mendapatkan data yang komperhensif, angket ini dibagikan kepada siswa-

siswi kelas MTs Pembangunan UIN Jakarta yang menjadi responden.

Angket tersebut berisi pertanyaan seputar penerapan model cooperative

learning yang dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta dan

kegiatan belajar mengajar (KBM) secara aktivitas pada proses

pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga

lebih mudah diolah. Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka

penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu angket dan pedoman

wawancara.

1. Angket

Angket ini bersifat tertutup, yaitu jawaban yang diberikan sudah

ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan

memberikan jawab lain. Sedangkan alternatif jawaban yang digunakan

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 151-152

Page 61: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

48

adalah selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah

(TP).

Adapun angket yang disebarkan dalam bentuk pernyataan dimana

15 butir pernyataan untuk variabel X (penerapan model cooperative

learning) dan 15 butir pernyataan untuk variabel Y (aktivitas belajar siswa

SKI), sehingga total seluruh pernyataan ada 30 butir.

Adapun kisi-kisi instrumen angket ini pada masing-masing variabel

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Butir

Pernyataan

Penerapan

model

cooperative

learning

a. Karakteristik

cooperative

learning

b. Unsur-unsur

cooperative

learning

c. Pengelolaan

kelas

cooperative

learning

Belajar secara kerja kelompok

Kekompakan kerja kelompok

Prinsip saling membantu

Tanggung jawab individu

Hasil yang maksimal

Interaksi kelompok

Pembagian kelompok oleh

guru

Semangat belajar cooperative

learning

1

15

4,14

13

6,11

10,12

3,5,7,8

2,9

Aktivitas

belajar siswa

SKI

a. Visual activities

b. Oral activities

Membaca

Memperhatikan

Bertanya

Menjawab

Diskusi

Mengeluarkan pendapat

Mendengarkan

17,20

19

21

22,29

30

26

Page 62: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

49

c. Listening

activities

d. Writing

act

ivit

ies

e. Emotional

activities

Menyimak

Mencatat

Mengerjakan tugas

Menaruh minat

Tidak Merasa bosan

24

16

28

18

23,25

27

Setelah angket dibuat dan disebarkan kepada 34 siswa, lalu peneliti

akan melakukan uji coba instrumen dalam penelitian ini, yaitu uji validitas

dan uji reliabilitas.

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.11

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud.12

Dalam melakukan kevalidan dalam tiap-tiap butir

instrumen angket ini, peneliti menggunakan rumus korelasi product

moment dari Pearson:

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 168 12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 168-169

Page 63: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

50

)')('(

)')('(''

yx

yx

xySDSD

ccN

yx

r

Keterangan:

'' yx = Jumlah hasil perkalian silang (product moment) antara:

frekuensi sel (f) dengan x‟ dan y‟

'xc = Nilai korelasi pada variabel X yang dapat dicari / diperoleh

dengan rumus: N

fxcx

''

'yc = Nilai korelasi pada variabel Y yang dapat dicari / diperoleh

dengan rumus: N

fycx

''

'xSD = Deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit

(dimana i-1)

'ySD = Deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit

(dimana i-1)

N = Number of Cases13

Adapun kriteria validitasnya adalah sebagai berikut :

Apabila tabelhitung rr maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid

Apabila tabelhitung rr maka butir pernyataan tersebut dikatakan tidak

valid

Hasil perhitungan koefisien korelasi per butir pernyataan

dikonsultasikan dengan tabelr dengan N = 34 dan df = 32 (34-2) dengan

taraf signifikan 5 % maka diperoleh tabelr sebesar 0,349.14

13

Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2008), ed. I, h. 220 14

Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, h. 402

Page 64: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

51

b. Uji Reliabilitas

Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang

baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk

memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat

dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk

pada tingkat keterandalan sesuatu. reliabel artinya dapat dipercaya, jadi

dapat diandalkan.15

Peneliti akan menggunakan teknik pencarian

reliabilitas tersebut dengan menggunakan rumus alpha, yaitu:

)1)(1

(2

2

11t

b

k

kr

Keterangan:

11r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan

2

b = jumlah varians butir 2

1 = varians

total16

2. Pedoman Wawancara

Untuk menunjang penelitian, peneliti juga menggunakan teknik

wawancara guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dan siswa di

MTs Pembangunan UIN Jakarta. Adapun hal-hal yang akan ditanyakan

adalah mengenai penerapan model cooperative learning, dan kondisi

belajar siswa saat diterapkan model cooperative learning.

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 178 16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 196

Page 65: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

52

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya data diolah

dan dianalisis untuk menjawab masalah dan hipotesis penelitian. Untuk

mengolah data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah

analisa sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data di lapangan.17

Pada tahap ini peneliti akan melakukan

pengecekan terhadap data yang diperoleh, khususnya pada angket yang

telah diisi oleh siswa.

Angket tersebut harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan

pengisian, kejelasan penulisannya dan kebenaran pengisian angket,

sehingga terhindar dari kekeliruan atau kesalahan. Jika ada pernyataan

yang menyimpang dari yang diteliti, maka pernyataan tersebut dapat

dibuang atau tidak digunakan.

2. Skoring

Tahap selanjutnya setelah dilakukan pengecekan terhadap angket

kemudian pemberian skor pada setiap butir-butir pertanyaan yang terdapat

dalam angket. Pemberian skor ini dilakukan dengan memperhatikan jenis

data yang ada.

Adapun untuk pemberian skor pada tiap-tiap alternatif jawaban dari

pernyataan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Skor Alternatif Jawaban

Alternatif

Jawaban

Nilai

Pernyataan

Alternatif

Jawaban

Nilai

Pernyataan

Selalu 4 Sangat Setuju 4

Sering 3 Setuju 3

17

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan

Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2009), h. 165

Page 66: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

53

Kadang-kadang 2 Kurang Setuju 2

Tidak Pernah 1 Tidak Setuju 1

3. Tabulasi

Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud

tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur

angka-angka serta menghitungnya.18

Setelah data-data diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisis data.

Teknik analisis data yaitu peneliti berusaha untuk memberikan uraian

mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan aktivitas belajar

siswa SKI.

Setelah angket melewati uji validitas dan uji reliabilitas, Langkah

selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor dengan

menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:

P = f x 100 %

N

Keterangan:

P = Angka Prosentase

f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of ceses (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

Langkah terakhir yang peneliti lakukan untuk mengetahui tingkat

penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan aktivitas belajar

siswa SKI, yaitu peneliti menggunakan perhitungan sederhana dengan

langkah-langkah:

1) Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan

mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tetinggi.

18

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif…, h. 168

Page 67: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

54

2) Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya

yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun cara perhitungannya dengan

menggunakan rumus mean yaitu:

N

XMx

Keterangan:

Mx : Mean/nilai rata-rata

ƩX : Jumlah skor pada tiap indikator

N : Banyaknya Responden

3) Menentukan kategori, yaitu dengan menggunakan rumus:19

Tabel 3.4

Skala Penerapan Model Cooperative Learning dan

Skala Aktivitas Belajar Siswa SKI

No. Skor Keterangan

1 0% – 25% Rendah

2 26% - 50% Sedang

3 51% – 75% Tinggi

4 76% – 100% Sangat Tinggi

Sedangkan data yang dibahas adalah dua variabel yang saling

berpengaruh, maka data tersebut juga dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengkaji hipotesis

tentang ada atau tidak adanya pengaruh antara variabel X dengan variabel Y

dan apakah hubungan tersebut positif atau negatif. Penghitungan korelasi

product moment yang digunakan dengan rumus sebagai berikut:

19

Nurbayati Suri, “Efektivitas Penggunaan Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Di SD al-Azhar 12 Cikarang-Bekasi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid Jakarta, 2009), h. 53, t.d.

Page 68: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

55

)')('(

)')('(''

yx

yx

xySDSD

ccN

yx

r

Keterangan:

'' yx = Jumlah hasil perkalian silang (product moment) antara: frekuensi sel

(f) dengan x‟ dan y‟

'xc = Nilai korelasi pada variabel X yang dapat dicari / diperoleh dengan

rumus: N

fxcx

''

'yc = Nilai korelasi pada variabel Y yang dapat dicari / diperoleh dengan

rumus: N

fycx

''

'xSD = Deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit (dimana i-

1)

'ySD = Deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit (dimana i-

1)

N = Number of Cases20

Setelah diperoleh nilai "" xyr maka selanjutnya adalah memberikan

interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment, yaitu:

1. Interpretasi kasar atau sederhana

Yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks

korelasi “r” product moment dengan pedoman tabel dibawah ini:

20

Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik …, h. 220

Page 69: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

56

Tabel 3.5

Interprestasi Terhadap Besarnya “r” Product Moment21

Besar “r” Product

Moment

Interprestasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau

sangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan

(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan

variabel Y)

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi

yang lemah atau yang rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi

yang sedang atau cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi

yang kuat atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi

yang sangat kuat atau sangat tinggi

2. Interprestasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yaitu

dengan jalan berkonsultasi pada nilai "" tabelr

Untuk lebih mempermudah interpretasi terhadap angka indeks

korelasi “r” product moment dapat ditempuh dengan jalan berkonsultasi

pada nilai “r” tabel (rt). Apabila cara ini ditempuh maka prosedur yang

akan dilalui adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nihil (Ho).

2) Menguji kebenaran hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan

membandingkan besarnya “r” Product Moment dengan “r” yang

tercantum dalam tabel nilai )( tr , terlebih dahulu mencari derajat

21

Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik …, h. 193

Page 70: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

57

bebasnya (db) atau degrees of freedom (df) atau taraf signifikansi 1%

dan 5% dengan rumus:

df = N – nr

df = Dergees of freedom

N = Number of cases

nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan

Apabila “r” sama dengan atau lebih besar dari rt, maka Hipotesa

Alternatif (Ha) diterima, berarti terdapat korelasi positif antara kedua

variabel tersebut. Dan jika Hipotesis Nihil (Ho) maka tidak dapat

disetujui/diterima, berarti tidak terdapat korelasi yang positif antara kedua

variabel tersebut.22

3. Mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y, dengan rumus:

KD = r2 x 100 %

KD = Kontribusi variabel terhadap Y.

r2 = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

22

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan …, h. 193-195

Page 71: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

H. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MTs Pembangunan UIN Jakarta

Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh

di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya

pendidikan Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia

Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti

perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

2. Tokoh Pendiri MTs Pembangunan UIN Jakarta

Berdirinya Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tidak lepas dari jasa-jasa para tokoh yang peduli terhadap

pendidikan generasi Islam yakni pejabat-pejabat UIN Jakarta dan Depag,

pada masa itu antara lain adalah:

a. Drs. H. Kafrawi Ridwan, M.A. (Direktur Perguruan Tinggi Depag. RI

dan Wakil Rektor III IAIN Syarif Hidayatullah Tahun …).

Page 72: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

59

b. Prof. Dr. H.A. Rahman Partosentono (Wakil Rektor I IAIN Syarif

Hidayatullah Tahun…).

c. Drs. Husen Assegaf, M.A. (Wakil Rektor II IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun…).

d. Drs. H. Bakran Yakob (Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas

Tarbiyah, IAIN Syarif Hidayatullah Tahun…).

e. Dr. H. Agustiar, M.A (Ketua Jurusan Pedagogik, Fakultas Tarbiyah,

IAIN Syarif Hidayatullah Tahun…).

f. Drs. H.A. Muzakir (Kasubid II Direktorat Pendidikan Departemen

Agama RI Tahun…).

g. Drs. H.M. Ali Hasan (Kepala Seksi Pembina Tenaga Guru dan

Pengawasan Subdit V Direktorat Pendidikan Agama Departemen

Agama RI Tahun…).1

3. Fasilitas MTs Pembangunan UIN Jakarta

a. Ruang kelas

MTs Pembangunan Jakarta ini mempunyai ruang kelas sebanyak

10 ruang kelas. Selain itu ada juga sebuah ruangan yang dinamakan

dengan ruang kelas audio visual. Ruangan lesehan (tanpa kursi dan

meja) ini biasanya secara bergiliran oleh guru saat sang guru

membutuhkan media dalam pembelajarannya.

b. ….

4. Tenaga Edukatif

Sampai saat ini tenaga edukatif pada MTs Pembangunan UIN

Jakarta berjumlah 38 orang.

I. Uji Coba Instrumen Penelitian

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa setelah

dilakukan penyebaran angket, maka peneliti melakukan uji coba pada angket

1Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Siswa…, h. 3

Page 73: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

60

Variabel Y

(Aktivitas Belajar Siswa SKI)

Rhitung Rtabel Status

0.353 0.349 Valid

0.419 0.349 Valid

0.427 0.349 Valid

0.389 0.349 Valid

0.377 0.349 Valid

0.398 0.349 Valid

0.366 0.349 Valid

0.368 0.349 Valid

0.369 0.349 Valid

0.357 0.349 Valid

0.367 0.349 Valid

0.360 0.349 Valid

0.387 0.349 Valid

0.376 0.349 Valid

0.351 0.349 Valid

Variabel X

(Penerapan model Cooperative Learning)

Rhitung Rtabel Status

0.391 0.349 Valid

0.417 0.349 Valid

0.469 0.349 Valid

0.356 0.349 Valid

0.410 0.349 Valid

0.392 0.349 Valid

0.420 0.349 Valid

0.483 0.349 Valid

0.434 0.349 Valid

0.393 0.349 Valid

0.384 0.349 Valid

0.360 0.349 Valid

0.390 0.349 Valid

0.485 0.349 Valid

1 0.349 Valid

tersebut. Adapun hasil dari uji coba instrument angket tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Uji Validitas

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Variabel X dan Variabel Y

Dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen berupa

angket yang telah disebarkan mempunyai status valid. Karena dari tiap-

tiap butir pernyataan mempunyai hitungr yang lebih besar dibandingkan

tabelr product moment ( hitungr > tabelr ).

2. Uji Reliabilitas

Angket ini juga telah diuji tingkat reliabilitasnya dengan rumus

penghitungan Alpha. Dari rumus tersebut didapatkan 11r pada variabel X

sebesar 0,8182. Selanjutnya hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r

Page 74: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

61

product moment. Pada taraf signifikansi 5% adalah lebih besar dari tabelr

(0,8182 > 0,349) dan pada taraf signifikansi 1%, xyr adalah juga jauh lebih

besar daripada tabelr (0,8182 > 0,449).

Pada variabel Y, 11r sebesar 0,8439. Pada taraf signifikansi 5%

adalah lebih besar dari tabelr (0,8439 > 0,349) dan pada taraf signifikansi

1%, xyr adalah juga jauh lebih besar daripada tabelr (0,8439 > 0,449).

Karena pada kedua variabel tersebut mempunyai 11r yang lebih besar

daripada tabelr , maka dapat disimpulkan angket ini reliable.

J. Deskripsi Data

Data-data yang diperoleh oleh peneliti mengenai penerapan model

cooperative learning dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa ini melalui

instrumen angket. wawancara guru bidang studi, dan wawancara siswa.

Peneliti awalnya melakukan observasi terlebih dahulu dan meminta

konfirmasi kepada pihak sekolah (kepala sekolah). Melalui observasi

tersebut, didapatkan hasil bahwa kebanyakan guru bidang studi pada sekolah

tersebut telah menerapkan model cooperative learning.

Sesuai dengan trade mark mereka yang menitik beratkan pada basic

sains, pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam, siswa dalam

pembelajaran kooperatifnya pada akhirnya biasanya dianjurkan membuat

presentasi kelompok nantinya dengan memakai power point sesuai dengan

kreatifitas mereka.2 Melihat hal tersebut, peneliti merasa cocok untuk

melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran angket hanya pada kelas IX

saja. Sesuai dengan anjuran dari guru bidang studi, karena kelas IX

merupakan kelas yang sudah menerapkan model cooperative learning secara

maksimal dibandingkan dengan tingkat kelas lain pada proses

pembelajarannya. Angket disebar pada 4-5 siswa di masing-masing 7 kelas

2Wawancara guru bidang studi.

Page 75: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

62

yaitu, IX-A, IX-B, IX-C, IX-D, IX-E, IX-F, dan IX-G. Peneliti memberikan

pertanyaan yang mencakup kedua variabel sebanyak 30.

Setelah data diperoleh dari hasil angket yang telah disebarkan kepada

responden, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil angket dengan

mencari angka prosentase.

1. Variabel Bebas (Penerapan Model Coopeartive Learning)

Data mengenai penerapan model coopeartive learning yang

menjadi variabel X merupakan data yang diperoleh langsung dari

pengisian instrumen penelitian yang berbentuk angket yang disebarkan

kepada siswa sebagai responden yang mengamati dan merespon penerapan

model coopeartive learning yang ada di kelas, dengan 15 pernyataan.

Tabel. 4.3

Berkaitan Belajar Secara Kerja Kelompok

No. Pernyataan

1. Dengan belajar secara kelompok (cooperative learning) membuat

tugas SKI biasanya menjadi lebih ringan dikerjakan

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

14

18

1

1

41,18%

52,94%

2,94 %

2,94 %

Jumlah 34 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa (52,94%)

menjawab siswa menyetujui bahwa dengan belajar secara kelompok

(cooperative learning) membuat tugas SKI biasanya menjadi lebih ringan

dikerjakan, bahkan ada juga yang menjawab sangat menyetujui dengan

persentase (41,18%). Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak siswa yang

menganggap bahwa dengan belajar secara kooperatif yang telah diterapkan

Page 76: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

63

di kelas dapat membantu mereka dalam pengerjaan tugas, karena

dilakukan secara bersama-sama dengan teman kelompoknya.

Tabel. 4.4

Berkaitan dengan Kekompakan Kerja Kelompok

No. Pernyataan

15. Dengan belajar kelompok (cooperative learning), kesulitan yang

saya hadapi lebih sedikit dalam pembelajaran SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

9

21

4

-

26,47%

61,76%

11,76%

-

Jumlah 34 100%

Melihat data tersebut, menunjukkan siswa mengakui bahwa dengan

menerapkan pembelajaran secara kooperatif di kelas, maka tingkat

kesulitan baik mengenai pemahaman dan tugas menjadi lebih sedikit

dibandingkan bila harus belajar sendiri. Hal itu terbukti lewat prosentase di

atas, siswa sangat menyetujui hal tersebut sebesar 26,47%. Bahkan

sebagian besar siswa dengan prosentase sebesar 61,76% menyetujui

pernyataan tersebut, walaupun tetap masih ada yang tidak setuju dengan

prosentase sebesar 11,76%.

Tabel. 4.5

Berkaitan dengan Prinsip Saling Membantu

No. Pernyataan

4. Bila ada teman kelompok saya ada masalah dengan tugasnya, saya

siap berusaha membantunya

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

5

22

14,71%

64,71%

Page 77: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

64

Kurang Setuju

Tidak Setuju

7

-

20,59%

-

Jumlah 34 100%

14. Saya tidak malu bertanya pada teman sekelompok, jika

menemukan kesulitan dalam membuat tugas kelompok

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

12

19

2

1

35,29%

55,88%

5,88%

2,94%

Jumlah 34 100%

Berkaitan dengan prinsip saling membantu, sebagian besar siswa (64,71)

tidak berkeberatan membantu temannya bila menemukan kesulitan dalam

tugasnya, dan lebih dari sebagian siswa (55,88%) tidak malu dan ragu

untuk bertanya pada temannya bila menemukan kesulitan. Tapi masih ada

juga sebagian kecil (20,59%) yang kurang setuju untuk membantu teman

kelompoknya. Bahkan ada sedikit sekali (2,94%) yang tidak setuju untuk

bertanya pada temannya jika menemukan kesulitan. Dalam hal ini pada

dasarnya lebih kepada karakter dari masing-masing individu, namun

sebagian besar siswa di MTs Pembangunan UIN Jakarta ini melaksanakan

nilai pembelajaran kooperatif yang paling mendasar yaitu bekerja sama

dan saling membantu teman kelompok.

Tabel. 4.6

Berkaitan dengan Tanggung Jawab Individu

No. Pernyataan

13. Dengan belajar kelompok (cooperative learning), saya bertanggung

jawab atas tugas saya tanpa mengandalkan teman kelompok saya

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 6 17,64%

Page 78: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

65

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

25

2

1

73,52%

5,88%

2,94%

Jumlah 34 100%

Mengenai tanggung jawab individu ini, sebagian besar siswa (73,52%)

menjawab setuju dalam bertanggung jawab secara individu, tanpa

mengandalkan teman kelompok. hal ini mungkin karena pengaruh dari

guru bidang studi SKI sendiri yang mempunyai prinsip bahwa “dalam

penerapan cooperative learning ini diharapkan walaupun bekerja secara

kelompok namun tetap harus menumbuhkan rasa tanggung jawab pada

tiap siswa dalam kelompoknya. Selain terhadap diri sendiri juga terhadap

materi yang dihadapi”.3 Sehingga banyak siswa yang menyetujui bahwa

mereka harus tetap bertanggung jawab atas tugas dan kelompoknya.

Tabel. 4.7

Berkaitan dengan Hasil Yang Maksimal

No. Pernyataan

6. Dengan belajar kelompok (cooperative learning), saya menjadi

lebih memahami dalam belajar SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

8

24

-

2

23,53%

70,59%

-

5,88%

Jumlah 34 100%

11. Saya bisa mendapatkan hasil nilai yang lebih bagus, bila belajar

secara berkelompok (cooperative learning)

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 8 23,53%

3 Wawancara guru bidang studi.

Page 79: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

66

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

21

3

2

61,76%

8,82%

5,88%

Jumlah 34 100%

Melihat hasil prosentasi di atas, diketahui bahwa sebagian kecil (23,53%)

siswa sangat menyetujui bahwa dengan belajar kelompok (cooperative

learning) dapat lebih memahami dalam belajar SKI dan bisa mendapatkan

hasil nilai yang lebih bagus. Sebagian besar siswa juga menyetujui hal

tersebut yaitu dengan prosentase 70,59% dan 61,76%. Dalam hal ini ada

juga data pendukung melalui wawancara siswa. Dengan percaya dirinya

siswa ini berkata: “Saya pernah merasakan bahwa dengan model

pembelajaran kelompok yang diterapkan guru, mempunyai pengaruh

terhadap nilai saya. Pada kelas 8 kemarin dengan guru yang berbeda

menggunakan teknik pembelajaran kelompok yang saya suka yang

membuat saya semangat belajar dan mendapat nilai bagus”.4 Namun ada

juga siswa yang kurang menyetujui dan tidak menyetujui pernyataan

tersebut, seperti salah satu siswa yang pada saat diwawancarai

mengatakan: “Menurut saya nilai tidak dipengaruhi karena penerapan

model pembelajaran di kelas, tapi itu tergantung dari siswanya sendiri.

Saya berpikir saya harus menyukai semua pelajaran agar saya mau belajar

pelajaran itu. Bukan dari model pembelajarannya, karena sebagus apapun

model yang dipakai, tapi apabila siswanya tidak mempunyai kemauan

dalam pelajaran, maka tetap saja nilainya tidak bisa bagus.”5

Tabel. 4.8

Berkaitan dengan Interaksi Kelompok

No. Pernyataan

10. Saya berusaha untuk mengenal satu sama lain dengan teman-

teman kelompok saya, supaya kami dekat dan menghasilkan kerja

4Wawancara siswa

5Wawancara siswa

Page 80: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

67

sama yang maksimal

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

8

24

2

-

23,53%

70,59%

5,88%

-

Jumlah

34 100%

12. Dengan belajar kelompok (cooperative learning), saya bisa belajar

untuk menerima perbedaan dari tiap teman kelompok saya

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

7

27

-

-

20,59%

79,41%

-

-

Jumlah 34 100%

Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa 70,59%

menjawab siswa menyetujui bahwa dalam belajar kelompok siswa harus

saling mengenal satu sama lain. Sebagian besar dan selebihnya (79,41%

dan 20,59%) siswa menyetujui bahkan sangat menyetujui bahwa siswa

juga harus dapat saling menerima perbedaan. Mengenai unsur cooperative

learning ini, siswa dapat menjalankannya dengan baik, karena sesuai

dengan teori yang ada, bahwa dalam pembelajaran kooperatif ini

diperlukan sekali adanya komunikasi kelompok yang baik yang dapat

menerima perbedaan dari masing-masing anggotanya. Sehingga pada

dasarnya bukan hasil secara akademik saja yang tercapai, namun juga

siswa dapat bersosialisasi dengan sangat baik di lingkungannya.

Page 81: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

68

Tabel. 4.9

Berkaitan dengan Pembagian Kelompok Oleh Guru

No. Pernyataan

3. Guru selalu membagi kelompok secara heterogen (menggabungkan

dari faktor jenis kelamin, tingkat kepandaian, dll) dalam penerapan

belajar kelompok (cooperative learning) dalam pembelajaran SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

3

7

18

6

8,82%

20,59%

52,94%

17,65

Jumlah 34 100%

5. Dalam belajar kelompok (cooperative learning) pembelajaran SKI,

setiap pimpinan/ketua kelompok dipilih secara demokratis

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

6

19

6

3

17,65%

55,88%

17,65%

8,82%

Jumlah 34 100%

7. Dalam belajar kelompok (cooperative learning), setiap

pimpinan/ketua kelompok dipilih secara bergiliran pada tiap

pertemuan SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

4

9

18

3

11,76%

26,47%

52,94%

8,82%

Jumlah 34 100%

8. Pada saat belajar kelompok (cooperative learning) sedang

berlangsung, guru terus memantau proses diskusi antar siswa di tiap

Page 82: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

69

kelompok

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

9

24

1

-

26,47%

70,59%

2,94%

-

Jumlah 34 100%

Dalam hal ini, berkaitan dengan pembagian kelompok yang dilakukan oleh

guru bidang studi SKI di MTs Pembangunan UIN Jakarta. Telah diketahui

lebih dari setengah siswa (52,94%) tidak menyetujui bahwa guru SKI

melakukan pembagian kelompok secara heterogen. Lalu diketahui juga

lebih dari setengah siswa (55,88%) mengakui bahwa pemilihan pimpinan

kelompok dilakukan secara demokratis. Namun dalam hal ini siswa

mengakui bahwa biasanya pemilihan pemimpin kelompok dilakukan

hanya pada kelompok masing-masing saja, tanpa ditunjuk oleh guru.6

Pemilihan ketua/pimpinan kelompok dalam model ini sebenarnya cukup

dibutuhkan sedikit serius, karena guru dapat melatih siswa dalam

memimpin kelompoknya dengan baik seperti apa.

Pada prosentase angket ini, lebih dari setengah siswa (52,94%) tidak

menyetujui guru telah melakukan pimpinan kelompok secara bergiliran.

Lalu dalam hal pemantauan, sebagian besar siswa (70,59%) menyetujui

bahwa guru selalu memantau proses diskusi dalam pembelajaran

kelompok ini. Sejalan dengan hal ini empat orang siswa yang sudah

diwawancarai pun menyetujui bahwa guru bidang studi SKI sangat

memantau mereka saat pembelajaran kelompok ini berlangsung di kelas.

“Pak guru sangat memantau kami dan sering berkeliling melihat pekerjaan

kelompok kami. Terkadang memberi pengarahan bila ada yang belum

dimengerti.” Kata siswa.

6 Wawancara dengan siswa

Page 83: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

70

Tabel. 4.10

Berkaitan dengan Semangat Belajar Cooperative Learning

No. Pernyataan

2. Setelah guru menerapkan belajar kelompok (cooperative learning)

di kelas, saya menjadi lebih aktif dalam pembelajaran SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

6

17

8

3

17,65%

50%

23,53%

8,82%

Jumlah 34 100%

9. Berdiskusi pada pembelajaran SKI, membuat saya lebih

bersemangat dan tidak mengantuk atau bosan saat di kelas

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Sangat Setuju

Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju

4

22

7

1

11,76%

64,70%

20,59%

2,94%

Jumlah 34 100%

Melihat hasil persentase di atas, diketahui bahwa berkaitan dengan

semangat belajar cooperative learning, setengah dari seluruh siswa (50%)

menjawab setuju bahwa mereka menjadi lebih aktif dalam proses

pembelajaran. Ada juga sedikit sekali (8,82%) siswa yang tidak

menyetujui. Lalu lebih dari setengah (64,70%) siswa menjawab setuju

bahwa mereka merasa tidak bosan dan merasa bersemangat bila proses

pembelajaran menggunakan model cooperative learning. Pada wawancara

siswa, Tiga dari empat orang siswa secara terang-terangan mengakui

bahwa mereka menyukai pelajaran SKI karena sang guru menerapkan

model cooperative learning di kelas, dengan alasan yang berbeda-beda

seperti: Siswa 1: “Suka, karena jadi lebih mudah memahaminya, selain itu

Page 84: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

71

jadi tidak monoton dan tidak gampang mengantuk”. Siswa 3: “Suka, tapi

tergantung pada teknik pembelajaran yang di pakai. Ada beberapa teknik

pembelajaran yang membuat saya suka sama pelajaran ini”. Dan siswa 4:

“Suka, karena dengan berdiskusi dengan teman menjadi lebih paham”.

Berdasarkan skor penelitian yang ada pada angket dan tingkat kategori

skala penerapan model cooperative learning pada bab III, maka dapat

disajikan besarnya tingkat skala tersebut secara terperinci berdasarkan

indikator penilaian di bawah ini.

Tabel 4.11

Tingkat Skala Penerapan Cooperative Learning Berdasarkan Indikator

Variabel Indikator

Nilai

Harap

(NH)

Nilai

Skor

(NS) Ket

Penerapan

Model

Cooperativ

e Learning

1. Belajar Secara

Kelompok 1x4 = 4

113:34

= 3,32 %83%100

4

32,3x

Sangat

Tinggi

2. Kekompakan Kerja

Kelompok 1x4 = 4

107:34

= 3,15 %75,78%100

4

15,3x

Sangat

Tinggi

3. Prinsip Saling

Membantu 2x4 = 8

210:34

= 6,18

%25,77%1008

18,6x

Sangat

Tinggi

4. Tanggung Jawab

Individu 1x4 = 4

104:34

= 3,06 %5,76%100

4

06,3x

Sangat

Tinggi

5. Hasil yang

Maksimal 2x4 = 8

209:34

= 6,15 %88,76%100

8

15,6x

Sangat

Tinggi

6. Interaksi Kelompok 2x4 = 8 219:34

= 6,44 %5,80%100

8

44,6x

Sangat

Tinggi

7. Pembagian

Kelompok oleh

Guru

4x4 =

16

363:34

= 10,68

%75,66%10016

68,10x

Tinggi

8. Semangat Belajar

Cooperative

Learning 2x4 = 8

191:34

= 5,62

%25,70%1008

62,5x

Tinggi

Total Nilai 60 44,6 %33,74%100

60

6,44x

Sangat

Tinggi

Dilihat dari total nilai setiap indikator yang ada, maka dapat disimpulkan

bahwa guru sangat menerapkan nilai, karakter, dan unsur-unsur dalam proses

Page 85: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

72

penerapan model cooperative learning di MTs Pembangunan Jakarta.

Dengan begitu proses pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam menjadi lebih menyenangkan, namun tetap mencapai tujuan

pembelajaran.

Mengenai penerapan model cooperative learning yang digunakan oleh

guru bidang studi SKI di MTs Pembangunan UIN Jakarta, peneliti juga

mendapat data lewat wawancara yang sebagainnya telah turut dideskrisikan

pada tiap penjelasan tabel di atas, selain itu juga ada informasi tambahan

seputar penerapan model cooperative learning di sekolah tersebut.

Dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ini guru mengakui biasanya

sering menggunakan pembelajaran secara kooperatif dan membagi kelompok

kecil yang masing-masing kelompok berdiskusi dan berinteraksi dengan

temannya. Lalu untuk model pembelajarannya sang guru lebih sering

menggunakan teknik “chalk talk” yaitu menyiapkan spidol dengan di oper

dan siap diterima oleh orang yang harus mengatakan apa yang ada dalam

pikirannya tentang materi pada saat itu. Lalu untuk jigsaw juga diterapkan

namun tidak terlalu sering.

Namun yang pasti dalam penerapan cooperative learning ini, apapun

modelnya, hal yang paling ditekankan di sini adalah unsur-unsur atau nilai

dalam pembelajaran kooperatif sendiri, seperti kerja sama, kekompakan, dan

keaktifan yang merata pada setiap siswa. Selain itu yang paling prinsip,

menumbuhkan rasa tanggung jawab pada siswa dalam kelompoknya. Selain

terhadap diri sendiri juga terhadap materi yang dihadapi. Perlunya sebuah

kekompakan walaupun tetap harus mempunyai tanggung jawab atas

pekerjaannya sendiri, dan tetap kondusif walaupun bekerja secara kelompok.

Tidak semua materi pelajaran yang dapat diterapkan model cooperative

learning ini. Pada sekolah ini khususnya di kelas IX “biasanya hanya topik-

topik yang membutuhkan penelusuran yang lebih oleh siswa. Terkadang ada

materi yang tidak perlu berpanjang lebar menjelaskan, karena siswa sudah

cukup pandai mencari tahu informasi sendiri tentang materi itu, misalnya

Page 86: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

73

tentang sejarah tokoh. Dalam hal ini saya bisa secara langsung memberikan

tugas kepada siswa” kata guru bidang studi SKI. 7

Mengenai teknik yang biasa digunakan dalam model cooperative

learning ini siswa juga mengakui ada beberapa teknik yang biasa dipakai oleh

guru. Tanpa mengetahui namanya mereka menjawab “Pak guru sering

menggunakan metode kelompokan dan membagikan kelompok dari awal

pertemuan. Tergantung materi yang ada, kadang pak guru membagikan hand

out tapi kadang juga pak guru memberikan suatu masalah yang kami harus

pecahkan (baik dalam bentuk soal atau pernyataan). Setelah itu kami

persentasikan atau berkunjung ke kelompok lain untuk memberi tahu masalah

kita pada kelompok tersebut”.8 Hal yang disampaikan oleh siswa ini

maksudnya adalah teknik jigsaw.

2. Variabel Terikat (Aktivitas Belajar Siswa SKI)

Data mengenai aktivitas belajar siswa SKI yang menjadi variabel

Y merupakan data yang diperoleh langsung dari pengisian instrumen

penelitian yang berbentuk angket yang disebarkan kepada siswa sebagai

responden dengan 15 pertanyaan.

Tabel. 4.12

Berkaitan dengan Membaca

No. Pernyataan

17. Saya membaca beberapa buku untuk menunjang belajar SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

5

4

18

7

14,71%

11,76%

52,94%

20,58%

Jumlah 34 100%

20. Saya membaca ulang materi SKI dirumah, agar tidak lupa pada

7Wawancara guru bidang studi

8Wawancara siswa

Page 87: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

74

materi tersebut

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

2

8

16

8

5,88%

23,53%

47,06%

23,53%

Jumlah 34 100%

Dalam hal ini, ternyata tidak banyak siswa yang membaca materi

pelajaran SKI sebelum atau sesudah proses pembelajaran dilakukan

secara konsisten. Kebanyakan dari mereka hanya melakukannya kadang-

kadang saja, hal itu terlihat dari besarnya prosentasi di atas yaitu sebesar

52,94% dan 47,06%.

Tabel. 4.13

Berkaitan dengan Memperhatikan

No. Pernyataan

19. Saya memperhatikan guru, ketika guru sedang memberikan

contoh lewat gambar/media atau demonstrasi saat pembelajaran

berlangsung

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

12

20

2

-

35,29%

58,82%

5,88%

-

Jumlah 34 100%

Melihat hasil prosentase di atas setengah dari seluruh siswa (58,82%)

menjawab sering mereka memperhatikan guru saat guru sedang

memberikan contoh lewat gambar/media atau demonstrasi saat

pembelajaran berlangsung. Sebagian kecil yaitu 35,29 % siswa yang

menjawab selalu dan sedikit sekali (5,88%) yang menjawab kadang-

kadang. Hal ini sesuai dengan keterangan yang sempat disampaikan oleh

Page 88: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

75

guru bidang studi SKI bahwa kebanyakan siswa kelas IX MTs

Pembangunan UIN Jakarta memang cukup senang dengan pembelajaran

lewat media yang sering ditampilkan sang guru, bahkan siswa juga dapat

belajar banyak dan lebih bagus dalam penggunaan media terutama power

point.9

Tabel. 4.14

Berkaitan dengan Bertanya

No. Pernyataan

21. Saya senang bertanya saat guru memberikan kesempatan siswa

bertanya pada pembelajarn SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

4

14

15

1

11,76%

41,18%

44,12%

2,94%

Jumlah 34 100%

Untuk aktivitas bertanya ini, hampir dari setengah (41,18%) siswa

menjawab bahwa mereka sering bertanya, dan hampir setengah juga

(44,12%) mereka menjawab kadang-kadang. Lalu hanya sedikit sekali

(2,94%) siswa menjawab tidak pernah bertanya. Sejalan dengan hal ini

guru bidang studi SKI juga mengatakan: “hampir setiap diskusi pasti

banyak yang bertanya atau mengeluarkan pendapatnya. Saya pun

mempunyai catatan-catatan khusus siapa-siapa saja siswa yang

mempunyai aktivitas secara menonjol (bertanya atau mengeluarkan

pendapat) dan sebaliknya, karena nantinya aktivitas itulah yang saya ikut

masukan ke dalam nilai mereka”.10

Melihat hal ini, berarti mereka

mempunyai aktivitas bertanya yang cukup dalam pembelajaran SKI.

9Wawancara guru bidang studi

10 Wawancara guru bidang studi

Page 89: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

76

Tabel. 4.15

Berkaitan dengan Menjawab

No. Pernyataan

22. Saya menjawab apa yang selalu guru tanyakan pada saya

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

4

10

19

1

11,76%

29,41%

55,88%

2,94%

Jumlah 34 100%

29. Saya selalu bersemangat dalam menjawab soal-soal seputar

pelajaran SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

2

6

25

1

5,88%

17,64%

73,53%

2,94%

Jumlah 34 100%

Untuk aktivitas menjawab ini, setengah (55,88%) dari seluruh siswa

menjawab kadang-kadang untuk menjawab apa yang ditanyakan oleh

guru, dan sebagian kecil yang menjawab dengan sering (29,41).

Mengenai semangat bertanya hanya sebagian kecil (17,64%) dari mereka

yang menjawab mereka sering bersemangat dalam menjawab, dan

sebagian besar (73,53%) dari mereka yang menjawab kadang-kadang.

Namun hanya sedikit sekali yang menjawab tidak pernah (2,94%). Hal

ini menunjukkan tidak jauh berbeda dengan aktivitas bertanya, siswa

pada MTs Pembangunan UIN Jakarta ini mempunyai aktivitas menjawab

yang cukup tinggi, hal ini disebabkan sedikitnya siswa yang menjawab

tidak pernah menjawab dalam proses pembelajaran SKI.

Page 90: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

77

Tabel. 4.16

Berkaitan dengan Diskusi

No. Pernyataan

30. Ketika ada tugas SKI yang tidak dimengerti, saya senang

berdiskusi dengan teman

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

8

13

12

1

23,53%

38,24%

35,29%

2,94%

Jumlah 34 100%

Cooperative learning ini memang sangat berkaitan dengan diskusi. Pada

indikator cooperative learning di atas telah diketahui bahwa siswa

mempunyai minat yang tinggi terhadap pembelajaran tersebut, sehingga

sejalan dengan itu siswa dalam hal aktivitas diskusi ini pun, banyak yang

mengakui sering melakukan diskusi pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Hal ini dapat diketahui melalui besarnya prosentase pada

tabel di atas yaitu yang menjawab sering sebesar 38,24% dan kadang-

kadang 35,29%, dan hanya 2,94% yang menjawab tidak pernah.

Tabel. 4.17

Berkaitan dengan Mengeluarkan Pendapat

No. Pernyataan

26. Saya tertarik untuk mengeluarkan pendapat saya pada saat proses

pembelajaran SKI berlangsung

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

3

14

16

1

8,82%

41,18%

47,06%

2,94%

Jumlah 34 100%

Page 91: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

78

Mengeluarkan pendapat adalah hal yang biasanya dianggap sebagai dasar

penialaian seorang guru terhadap aktivitas siswa. Melihat tabel di atas

dapat diketahui bahwa ternyata hanya sedikit sekali yang tidak pernah

mengeluarkan pendapatnya, dan hampir separuh dari seluruh siswa

mengaku sering dan kadang-kadang dalam mengeluarkan pendapatnya.

Hal ini terlihat dari besarnya prosentase yaitu sebesar 41,18% dan

47,06%. Sesuai dengan keterangan dari sang guru pun, siswa kelas IX ini

cukup kritis dalam menanggapi persoalan dalam materi yang

disampaikan oleh guru.

Tabel. 4.18

Berkaitan dengan Mendengarkan

No. Pernyataan

24. Saya mendengarkan pendapat teman saat dilakukan diskusi dalam

kelas SKI

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

11

16

7

-

32,35%

47,06%

20,59%

-

Jumlah 34 100%

Melihat hasil prosentase di atas, diketahui bahwa seluruh mendengarkan

pendapat temannya saat temannya berbicara dalam diskusi kelompok. hal

itu terlihat dari besarnya prosentase jawaban “selalu” sebesar 32,35%,

“sering” sebesar 47,06%, dan “kadang-kadang sebesar ” 20,59%. Melihat

hal ini dapat diketahui bahwa siswa dapat menghargai pendapat

temannya dan menghargai temannya saat berbicara.

Page 92: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

79

Tabel. 4.19

Berkaitan dengan Menyimak

No. Pernyataan

16. Saya menyimak setiap penjelasan pelajarn SKI yang diterangkan

oleh guru

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

6

11

16

1

17,65%

32,35%

47,06%

2,94%

Jumlah 34 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian siswa menjawab “sering”

menyimak penjelasan materi yang dilakukan oleh guru dengan

prosentase 32,35% dan ada juga sebagian besar menjawab “kadang-

kadang” dengan prosentase 47,06%. Kegiatan menyimak ini sangat perlu

dilakukan oleh siswa, karena sebagian besar pemahaman siswa tentang

materi pelajaran itu tergantung sejauh mana siswa menyimak.

Tabel. 4.20

Berkaitan dengan Mencatat

No. Pernyataan

28. Saya mencatat materi pelajaran SKI yang sudah disampaikan oleh

guru dan teman-teman

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

7

9

16

2

20,59%

26,47%

47,06%

5,88%

Jumlah 34 100%

Melihat hasil prosentase jawaban angket di atas dapat diketahui bahwa

memang tidak banyak siswa yang rajin mencatat. Hal tersebut dapat

Page 93: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

80

diketahui dari jawaban siswa yang menjawab “selalu” hanya sebesar

20,59% dan yang menjawab “sering” hanya 26,47%. Namun walaupun

demikian, aktivitas mencatat ini dapat dikatakan cukup baik dilakukan

oleh siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta.

Tabel. 4.21

Berkaitan dengan Mengerjakan Tugas

No. Pernyataan

18. Saya mencatat materi pelajaran SKI yang sudah disampaikan oleh

guru dan teman-teman

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

6

24

4

-

17,65%

70,59%

11,76%

-

Jumlah 34 100%

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar siswa mengerjakan

tugasnya, hal ini dapat terlihat dari besarnya prosentase jawaban “sering”

sebesar 70,59%. Dapat disimpulkan bahwa siswa cukup rajin dalam

mengerjakan tugasnya. Dalam pembelajaran SKI ini guru bidang studi

mengakui bahwa sang guru mempunyai dua nilai untuk tugas masing-

masing siswa yaitu nilai pribadi/individu dan nilai kelompok.

Tabel. 4.22

Berkaitan dengan Menaruh Minat

No. Pernyataan

23. Saya senang saat belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

5

16

13

-

14,71%

47,06%

38,24%

-

Page 94: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

81

Jumlah 34 100%

25. Melalui diskusi atau belajar kelompok yang dibuat oleh guru

dalam pelajaran SKI, memudahkan saya dalam memahami

pelajaran

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

8

17

9

-

23,53%

50,00%

26,47%

-

Jumlah 34 100%

Melihat hasil prosentase jawaban di atas, dapat diketahui bahwa sebagian

besar siswa menyukai pelajaran SKI di kelas dan beranggapan bahwa

dengan berdiskusi siswa menjadi lebih senang, karena dapat lebih

memahami pelajaran SKI. Guru bidang studi SKI di MTs Pembangunan

UIN Jakarta mengakui, berkaitan dengan hal ini biasanya sang guru

sering mengadakan catatan evaluasi dengan angket yang disebar

keseluruh siswa, sejauh mana mereka menaruh minat pada pelajaran

ini.11

Tabel. 4.23

Berkaitan dengan Tidak Merasa Bosan

No. Pernyataan

27. Saya tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam

Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

5

6

21

2

14,71%

17,65%

61,76%

5,88%

Jumlah 34 100%

11

Wawancara guru bidang studi

Page 95: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

82

Melihat hasil prosentase di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

siswa menjawab “selalu” tidak bosan dengan 14,71%, “sering” sebesar

17,65%, dan “kadang-kadang” sebesar 61,76%.

Berdasarkan skor penelitian yang ada pada angket dan tingkat kategori

skala aktivitas belajar siswa SKI pada bab III, maka dapat disajikan besarnya

tingkat skala tersebut secara terperinci berdasarkan indikator penilaian di

bawah ini.

Tabel 4.24

Tingkat Skala Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan Indikator

Variabel Indikator

Nilai

Harap

(NH)

Nilai

Skor

(NS)

Keteranga

n

Aktivitas

Belajar

Siswa SKI

1. Membaca 2x4 = 8 147:34

= 4,32 %54%100

8

32,4x Tinggi

2. Memperhatikan 1x4 = 4 112:34

= 3,29

%25,82%1004

29,3x

Sangat

Tinggi

3. Bertanya 1x4 = 4 89:34 =

2,62 %5,65%100

4

62,2x Tinggi

4. Menjawab 2x4 = 8 162:34

= 4,76 %5,59%100

8

76,4x Tinggi

5. Diskusi 1x4 = 4 96:34 =

2,82 %5,70%100

4

82,2x Tinggi

6. Mengeluarkan

Pendapat 1x4 = 4

87:34 =

2,56 %64%100

4

56,2x Tinggi

7. Mendengarkan 1x4 = 4 106:34

= 3,12 %78%100

4

12,3x

Sangat

Tinggi

8. Menyimak 1x4 = 4 90:34 =

2,65

%25,66%1004

65,2x

Tinggi

9. Mencatat 1x4 = 4 89:34 =

2,62 %5,65%100

4

62,2x Tinggi

10. Mengerjakan

Tugas 1x4 = 4

104:34

= 3,06

%50,76%1004

06,3x

Sangat

Tinggi

11. Menaruh Minat 2x4 = 8 195:34

= 5,74 %75,71%100

8

74,5x Tinggi

Page 96: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

83

12. Tidak Merasa

Bosan 1x4 = 4

82:34 =

2,41

%25,60%1004

41,2x

Tinggi

Total Nilai 60 39,97 %62,66%100

60

97,39x

Tinggi

Dilihat dari total nilai setiap indikator yang ada, maka dapat

disimpulkan bahwa siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta mempunyai

aktivitas belajar SKI yang tinggi. Sehubungan dengan aktivitas yang ada pada

MTs Pembangunan kelas IX ini, peneliti juga mendapatkan data lain melalui

hasil wawancara yang sebagiannya telah turut dideskripsikan dengan

penjelasan tabel di atas.

Guru bidang studi SKI mengakui pada setiap pertemuan mempunyai

catatan-catatan khusus siapa-siapa saja siswa yang mempunyai aktivitas

secara menonjol (bertanya atau mengeluarkan pendapat) dan sebaliknya,

karena nantinya aktivitas itulah akan dimasukan ke dalam nilai mereka.12

Catatan yang dimaksud juga telah dilampirkan dalam skripsi ini.

Selain itu guru bidang studi SKI juga mengakui mengenai penerapan

model cooperative learning ini kelebihannya, siswa mempunyai keterlibatan

secara penuh, karena siswa dapat dengan bebas mengeluarkan pendapatnya

sendiri dan dapat mengajarkannya (memberikan informasi yang ia tahu) pada

temannya, lalu kekurangannya yang terkadang masih ditemukan adalah masih

mengandalkan orang lain. Namun untuk menghindari adanya saling

mengandalkan, yang guru lakukan adalah menunjuk siswa yang pasif untuk

bertanya atau mengeluarkan pendapat, dan diusahakan siswa mempunyai

aktivitas belajar yang merata. Karena terkadang ada juga siswa yang baru

bertanya (pertanyaannya bagus) ketika baru ditunjuk.13

12

Wawancara guru bidang studi 13

Wawancara guru bidang studi

Page 97: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

84

K. Analisis

Setelah angket diuji validitas dan reliabilitas, maka telah diketahui skor

dari masing-masing responden dan pada masing-masing variabel, yaitu

sebagai berikut:

Karena jumlah reponden lebih dari 30 orang ( N = 34), maka

sebaiknya perhitungannya dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa

Peta Korelasi atau Diagram Korelasi atau dikenal dengan nama Scatter

Diagram. Selain itu, karena data skor yang di dapat terlalu luas bila dalam

bentuk Tabel distribusi Frekuensi, maka dalam hal ini skor akan disajikan

dalam data kelompok. Rumus yang digunakan dalam mencari indeks korelasi

di sini adalah:

)')('(

)')('(''

yx

yx

xySDSD

ccN

yx

r

Untuk mencapai perhitungan dengan rumus tersebut, maka ada

langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Menyiapkan peta korelasi, dengan urutan kerja sebagai berikut:

a. Mencari nilai tertinggi (highest score) dan nilai terendah (lowest

score)

- Variabel X H = 56 dan L = 30

- Variabel Y H = 52 dan L = 33

Skor Variabel Y

(Aktivitas Belajar Siswa SKI)

51 34 40 35 43 33 35 36

45 29 33 38 38 49 46 52

49 38 40 36 47 29 33 41

40 40 38 39 42 49 34 34

50 43

Skor Variabel X

(Penerapan Cooperative Learning)

56 43 45 42 44 41 41 42

52 37 41 51 45 46 47 48

50 42 43 43 49 30 42 47

45 45 40 38 54 45 44 40

54 42

Page 98: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

85

b. Mencari besar atau luas dari masing-masing interval X dan variabel Y

dengan terlebih dahulu mencari range dan banyaknya data kelompok

- Variabel X R = H- L = 56 – 30 = 26

Variabel Y R = H – L = 52 – 29 = 23

- K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 34 = 5,83 dibulatkan 6

- Variabel X i = 6

26

K

R4,3 dibulatkan 5

- Variabel Y i = 6

23

K

R3,8 dibulatkan 4

Tabel 4.25

Data Kelompok

X Y

52 – 56

47 – 51

42 – 46

37 – 41

32 – 36

27 - 31

49 – 52

45 – 48

41 – 44

37 – 40

33 – 36

29 – 32

c. Membuat peta korelasi

X

Y 27-31 32-36 37-41 42-46 47-51 52-56 fy y‟ fy‟ fy‟

2 x‟y‟

49-

52

|| 2

6

|| 2

12

|| 2

18 6 +3 18 54 36

45-

48

|| 2

8

| 1

6 3 +2 6 12 14

41-

44

|| 2

2

| 1

2

| 1

3 4 +1 4 4 7

37-

40

|| 2

0

||||| | 6

0

| 1

0

9 0 0 0 0

33-

36

|||| 4

0

||||| | 6

- 6

10 -1 -10 10 -6

Page 99: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

86

29-

32

| 1

4

| 1

0

2 -2 -4 8 4

fx 1 0 7 16 6 4 =34 =14 =88 =55

x‟ -2 -1 0 +1 +2 +3

fx‟ -2 0 0 16 12 12 =38

fx‟2 4 0 0 16 24 36 =80

x‟y‟ 4 0 0 2 22 27 =55

Dari peta korelasi di atas maka dapat diperoleh:

Tabel 4.26

Nilai Hasil Perhitungan

N 34

'' yx 55

'fx 38

2'fx 80

'fy 14

2'fy 88

2. Mencari Cx‟ 12,134

38''

N

fxCx

Mencari Cy‟ 41,034

14''

N

fyCy

3. - Mencari SDx‟ =

22 ''

N

fx

N

fxi =

2

34

38

34

801

= 2544,135,2112,135,21 2

= 047,10956,11

- Mencari SDy‟ =

22 ''

N

fy

N

fyi =

2

34

14

34

881

= 1681,059,2141,059,21 2

= 556,14219,21

Page 100: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

87

4. Mencari angka indeks korelasi “r” product moment:

)')('(

)')('(''

yx

yx

xySDSD

ccN

yx

r

= )556,1)(047,1(

)41,0)(12,1(34

55

= 711,06291,1

1588,1

6291,1

4592,0618,1

L. Interpretasi Data

Untuk mengetahui apakah pengaruh pada penerapan model

cooperative learning dengan peningkatan aktivitas siswa belajar siswa

signifikan atau tidak maka nilai rxy atau r hasil perhitungan dibandingkan

dengan r tabel, sebelum membandingkannya terlebih dahulu dicari derajat

kebebasannya atau df (degrees of freedom) dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

df = N – nr

df = 34 – 2

= 32

Karena di dalam tabel nilai koefisien korelasi tidak terdapat df sebesar

32, maka diperoleh r tabel dengan df yang mendekati yaitu 30 pada taraf

signifikansi 5% sebesar 0,349 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0,449.

Ternyata xyr jauh lebih besar daripada tabelr , pada taraf signifikansi 5%

adalah lebih besar dari tabelr (0,711 > 0,349) maka pada taraf signifikansi 5%

Ha diterima, ini berarti pada taraf 5% terdapat korelasi atau terdapat pengaruh

positif yang signifikansi antara variabel X dengan variabel Y.

Selanjutnya pada taraf signifikansi 1%, xyr adalah juga jauh lebih besar

daripada tabelr (0,711 > 0,449), maka pada taraf signifikansi 1% Ha diterima,

ini berarti pada taraf 1% terdapat korelasi atau pengaruh positif yang

signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Page 101: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

88

Dari hasil konsultasi antara xyr dan tabelr maka peneliti berkesimpulan

bahwa ada korelasi atau pengaruh antara penerapan model cooperative

learning dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran

sejarah kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

Angka korelasi antara variabel X dengan variabel Y atau xyr adalah

0,711 berdasarkan interpretasi nilai, xyr berada pada rentangan antara 0,70 –

0,90 yang berarti antara variabel X dengan variabel Y yaitu antara Penerapan

model Cooperative Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa MTs

Pembangunan UIN Jakarta memang terdapat korelasi/pengaruh yang kuat

atau tinggi.

Perhitungan koefisien determinasi (KD) yang peneliti manfaatkan untuk

mengetahui kontribusi variabel X dan variabel Y sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

= (0,711)2 x 100%

= 0,505521 x 100%

= 50,5521 %

Jadi, angka koefisien penentu sebesar 50,5521% menunjukkan bahwa

kontribusi penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah

50,5521% sedangkan sisanya 49,4479% adalah sumbangan dari variabel lain

yang juga menunjang tingkat aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran

sejarah kebudayaan Islam.

Page 102: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian yang telah

diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian

ini mengenai Penerapan Model Cooperative Learning dan Pengaruhnya

dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta, di antaranya sebagai

berikut:

1. Penerapan Model Cooperative Learning pada Mata Pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta, dilakukan dengan

menitikberatkan unsur-unsur penting sebuah kerja kelompok itu sendiri.

Perlunya sebuah kekompakan walaupun tetap harus mempunyai tanggung

jawab atas pekerjaannya sendiri, dan tetap kondusif walaupun bekerja

secara kelompok. Unsur-unsur penting inilah yang menjadi inti agar tetap

efektif dalam proses pembelajaran.

2. Angka koefisien penentu sebesar 50,5521% menunjukkan bahwa

kontribusi penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam

adalah 50,5521% sedangkan sisanya 49,4479% adalah sumbangan dari

variabel lain yang juga menunjang tingkat aktivitas belajar siswa pada

Page 103: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

90

mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Dari sisni dapat terlihat bahwa

model cooperative learning yang merupakan salah satu faktor

peningkatan aktivitas belajar, mempunyai kontribusi besar dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada MTs Pembangunan Jakarta.

3. Dari hasil penelitian ini, diperoleh angka korelasi antara Penerapan Model

Cooperative Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa atau xyr adalah

0,711 berdasarkan interpretasi nilai, xyr berada pada rentangan antara 0,70

– 0,90 yang berarti dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang

signifikan atau adanya hubungan antara Penerapan Model Cooperative

Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa MTs Pembangunan UIN

Jakarta.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini beberapa saran yang dapat

diberikan, di antaranya sebagai berikut:

1. Perlunya seorang guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam lebih

kreatif dalam mengolah proses belajar mengajar yang menyenangkan,

sehingga siswa tidak merasa lagi bahwa pelajaran sejarah kebudayaan

Islam itu pelajaran yang membosankan atau monoton.

2. Perlunya sang guru memperkaya pengetahuannya tentang teknik-teknik

cooperative learning yang lainnya, karena sesungguhnya masih banyak

lagi teknik-teknik dalam pembelajaran kooperatif ini.

3. Dalam menerapkan model cooperative learning di kelas, hendaknya sang

guru juga dapat mengajarkan unsur kepemimpinan dalam kerja kelompok,

seperti pemilihan ketua kelompok yang bergantian agar siswa juga dapat

secara bergiliran belajar cara memimpin secara tidak langsung.

4. Agar proses pembelajaran kooperatif tetap berjalan secara optimal,

hendaknya guru melakukan pemantauan secara maksimal terhadap

aktivitas diskusi siswa. Selain itu agar guru mengetahui siswa mana yang

membutuhkan bantuan.

Page 104: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

91

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

1991), cet. 1

A. M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2007).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2006), cet. ke-16.

Aziz, Syaikh Abdul, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth).

Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya), (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009).

Cohen, Louis, et.al, A Guide to Teaching Practice, (New York: RoutledgeFalmer,

2004), ed. ke-5.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta;

Balai Pustaka, 2007), ed. ke-3, cet. ke- 4.

Guza, Afnil (ed.), Undang-undang Sisdiknas (UU RI No 20 Tahun 2003) dan

Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No 14 Tahun 2005), (Jakarta:

Asa Mandiri, 2009).

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT Bumi Aksara,

2009). …………, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2006), ed.5

Hasibuan, J.J., et.al., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1995), cet.ke-6.

Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok , (Bandung:

Alfabeta, 2010), cet. ke-3.

Latifah, “Efektifitas Pelaksanaan Quantum Learning untuk meningkatkan Hasil

Belajar Sejarah Kebudayaan Islam”, Skripsi Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2009)

Page 105: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

92

Lie, Anita, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), cet ke-7.

Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Panduan Siswa

Ibtidaiyah/Tsanawiyah/Aliyah, (Jakarta, 2010), h. 1-3.

Nasution, S., Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), ed. ke-5.

Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic

Research Publishing, 2009), cet. 1.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2007), cet. ke-2.

…………, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana,

2008), cet. ke-1.

Slavin, Robert E., Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung:

Nusa Media, 2008), cet ke-3.

Sudijono, Prof. Dr. Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo, 2008), ed. I.

Sudjana, Nana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,(Bandung: Sinar

Baru Offset, 1989), Cet.1

Suri, Nurbayati, “Efektifitas Penggunaan Audio Visual sebagai Media

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD al-Azhar 12 Cikarag-

Bekasi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan

Utama UIN Jakarta, 2009), h.53.

Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiakan dengan

Pembelajaran Kontekstual” dalam Cendekia Jurnal Kependidikan dan

Kemasyarakatan, Ponorogo, Vol. 3 No. 2 Juli Desember 2005.

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasikan Konstruktivistik,

(Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. ke-1.

Ashtiani, Fathi, A Comparison of the Cooperative Learning Model and

Traditional Learning Model on Academic Achievement,

dari:http://webcache.googleusercontent.com

Page 106: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

93

/search?q=cache:P3Tb0MUJMZ4J:scialert.net/fulltext/%3Fdoi%3Djas.200

7.137.140+slavin+say+cooperative+learning+is+meaning&cd=7&hl=id&c

t=clnk&gl=id

http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-

Bhs-Arab-Tk-MTs

Majid, Abdul, Pengelolaan Kelas, dari:http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/

pengelolaan-kelas.html,

Samsul, “Jurnal Model Pembelajaran Cooperative Learning”, dari

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:O0IwBDgeSlwJ:

www.unjabisnis.com/2010/04/jurnal-model-pembelajaran-kooperatif-

learning.ht

ml+tujuan+pembelajaran+kooperatif&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id,08

April 2010.

Suhatman, “Pentingnya Pendidikan Agama Islam”, dari

http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-

pendidikan-agama_1274.html, 7 Januari 2009 diakses pada 1 September

2010.

Page 107: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 108: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

ANGKET PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP

AKTIVITAS BELAJAR SISWA

A. Petunjuk Pengisian

1. Isilah nama dan kelas anda pada tempat yang telah disediakan

2. Bacalah yang cermat setiap pernyataan dan pilihlah jawaban yang tersedia dengan

sejujur-jujurnya

3. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai apapun termasuk nilai rapor anda

4. Jawaban anda akan dirahasiakan

5. Berilah tanda ( X ) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai

dengan keadaan sebenarnya, dengan ketentuan:

1 = Tidak Setuju

2 = Kurang Setuju

3= Setuju

4= Sangat Setuju

B. Identitas Siswa

Nama Lengkap :

Kelas :

C. Uraian Pertanyaan

PERNYATAAN

(VARIABEL X)

JAWABAN

PERNYATAAN

SS S KS TS

1. Dengan belajar secara kelompok (cooperative

learning) membuat tugas SKI biasanya menjadi

lebih ringan dikerjakan

2. Setelah guru menerapkan belajar kelompok

(cooperative learning) di kelas, saya menjadi lebih

aktif dalam pembelajaran SKI

3. Guru selalu membagi kelompok secara heterogen

(menggabungkan dari factor jenis kelamin, tingkat

kepandaian, dll) dalam penerapan belajar kelompok

(cooperative learning) dalam pembelajaran SKI

4. Bila ada teman kelompok saya ada masalah dengan

tugasnya, saya siap berusaha membantunya

5. Dalam belajar kelompok (cooperative learning)

pembelajaran SKI, setiap pimpinan/ketua kelompok

dipilih secara demokratis

6. Dengan belajar kelompok (cooperative learning),

saya menjadi lebih memahami dalam belajar SKI

7. Dalam belajar kelompok (cooperative learning),

setiap pimpinan/ketua kelompok dipilih secara

bergiliran pada tiap pertemuan SKI

8. Pada saat belajar kelompok (cooperative learning)

sedang berlangsung, guru terus memantau proses

diskusi antar siswa di tiap kelompok

Page 109: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

9. Berdiskusi pada pembelajaran SKI, membuat saya

lebih bersemangat dan tidak mengantuk atau bosan

saat di kelas

10. Saya berusaha untuk mengenal satu sama lain

dengan teman-teman kelompok saya, supaya kami

dekat dan menghasilkan kerja sama yang maksimal

11. Saya bisa mendapatkan hasil nilai yang lebih bagus,

bila belajar secara berkelompok (cooperative

learning)

12. Dengan belajar kelompok (cooperative learning),

saya bisa belajar untuk menerima perbedaan dari

tiap teman kelompok saya

13. Dengan belajar kelompok (cooperative learning),

saya bertanggung jawab atas tugas saya tanpa

mengandalkan teman kelompok saya

14. Saya tidak malu bertanya pada teman sekelompok,

jika menemukan kesulitan dalam membuat tugas

kelompok

15. Dengan belajar kelompok (cooperative learning),

kesulitan yang saya hadapi lebih sedikit dalam

pembelajaran SKI

Selanjutnya juga berilah tanda ( X ) pada salah satu jawaban yang anda anggap

paling sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan ketentuan:

1 = Tidak Pernah

2 = Kadang-kadang

3 = Sering

4 = Selalu

PERNYATAAN

(VARIABEL Y)

JAWABAN

PERNYATAAN

SL SR KK TP

16. Saya menyimak setiap penjelasan pelajarn SKI

yang diterangkan oleh guru

17. Saya membaca beberapa buku untuk menunjang

belajar SKI

18. Saya mencatat materi pelajaran SKI yang sudah

disampaikan oleh guru dan teman-teman

19. Saya memperhatikan guru, ketika guru sedang

memberikan contoh lewat gambar/media atau

demonstrasi saat pembelajaran berlangsung

20. Saya membaca ulang materi SKI dirumah, agar

tidak lupa pada materi tersebut

21. Saya senang bertanya saat guru memberikan

kesempatan siswa bertanya pada pembelajarn SKI

Page 110: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

22. Saya menjawab apa yang selalu guru tanyakan

pada saya

23. Saya senang saat belajar Sejarah Kebudayaan

Islam di kelas

24. Saya mendengarkan pendapat teman saat

dilakukan diskusi dalam kelas SKI

25. Melalui diskusi atau belajar kelompok yang dibuat

oleh guru dalam pelajaran SKI, memudahkan saya

dalam memahami pelajaran

26. Saya tertarik untuk mengeluarkan pendapat saya

pada saat proses pembelajaran SKI berlangsung

27. Saya tidak merasa bosan dalam mengikuti

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

28. Saya mencatat materi pelajaran SKI yang sudah

disampaikan oleh guru dan teman-teman

29. Saya selalu bersemangat dalam menjawab soal-

soal seputar pelajaran SKI

30. Ketika ada tugas SKI yang tidak dimengerti, saya

senang berdiskusi dengan teman

Page 111: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

WAWANCARA KEGIATAN GURU DALAM MENGAJAR

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari / Tanggal : Kamis, 02 Desember 2010

Responden : Abdul Mutaqin, S. Ag

Tempat : Ruang Guru

Tujuan Wawancara : Mengetahui sejauh mana penerapan model cooperative learning

digunakan dan pengaruh terhadap aktivitas siswa

Daftar Pertanyaan Wawancara Guru

1. Menurut bapak, apakah model Cooperative Leraning ini cocok diterapkan dalam pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam?

Jawab : Saya melihat, falsafah yang mendasari model pendidikan ini adalah falsafah homo

homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bentuk

Pembelajaran ini berupa model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Saya menilai, pembelajaran SKI bisa menggunakan pendekatan ini, terutama

pada topik-topik yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama untuk saling

berbagi informasi dan melengkapi temuan mereka kepada temannya yang lain.

Ada beberapa alasan mengapa perlu diterapkan model cooperative learning ini.

Alasan yang pertama, dikarenakan paradigma yang berkembang dari siswa

bahwa pelajaran ini cenderung membosankan dan yang kedua karena pelajaran

ini cenderung “banyak mengingat” seperti tanggal atau nama tokoh dan

sebagainya. Maka mengenai cocok atau tidaknya secara materi itu tergantung dari

sudut pandang yang ada, yang pasti dengan pembelajaran cooperative learning ini

masalah yang ada dalam tugas dapat dipecahkan bersama-sama dan dapat

membangun suasana baru dalam belajar.

2. Bagaimana penerapan model Cooperative Learning ini diterapkan dalam pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta ini?

Jawab : Saya sering menggunakan pembelajaran secara kooperatif dan membagi

kelompok kecil yang masing-masing kelompok berdiskusi dan berinteraksi

dengan temannya.

Untuk model pembelajarannya saya lebih sering menggunakan “chalk talk” yaitu

menyiapkan spidol dengan di oper dan siap diterima oleh orang yang harus

mengatakan apa yang ada dalam pikirannya tentang materi pada saat itu. Lalu

untuk jigsaw juga diterapkan namun tidak terlalu sering.

Namun yang pasti dalam penerapan cooperative learning ini, apapun modelnya

yang penting adalah unsur-unsur atau nilai dalam pembelajaran kooperatif

sendiri, seperti kerja samanya, kekompakannya, dan keaktifan yang merata pada

setiap siswa. Selain itu yang paling prinsip, saya menumbuhkan rasa tanggung

jawab pada siswa dalam kelompoknya. Selain terhadap diri sendiri juga terhadap

Page 112: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

materi yang dihadapi. Misalnya dalam tpoik teori masuknya Islam ke nusantara,

saya menugaskan kepada siswa masing-masing menemukan satu teori. Nanti,

masing-masing mereka, saling berbagi sesame teman kelompoknya dan

menyampaikan di muka kelas secara utuh. Setiap dari mereka siswa saya

persilahkan mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

3. Pada materi apa yang benar-benar cocok untuk diterapkan model pembelajaran ini?

Jawab : Memang tidak semua materi pelajaran yang dapat diterapkan model cooperative

learning ini. Kalau saya hanya topik-topik yang membutuhkan penelusuran yang

lebih oleh siswa. Terkadang ada materi yang saya tidak perlu berpanjang lebar

menjelaskan, karena siswa sudah cukup pandai mencari tahu informasi sendiri

tentang materi itu, misalnya tentang sejarah tokoh. Dalam hal ini saya bisa

secara langsung memberikan tugas kepada siswa.

4. Bagaimana dengan manajemen kelas yang dipakai pada kelas yang diterapkan model

pembelajaran ini?

Jawab : Untuk manajemen kelas pada cooperative learning ini tidak terlalu merepotkan.

Pembagian kelompok sudah dilakukan pada awal pertemuan dan bersifat

permanen, karena menurut saya tidak efektif bila setiap pertemuan melakukan

pembagian kelas. Lalu mengenai bentuk bangku itu dapat disesuaikan dengan

kondisi yang ada, tapi yang lebih efektif menurut saya bentuk leter U. Dan saya

terus memantau diskusi siswa dari awal sampai akhir, karena disinilah siswa

perlu diberi penguatan-penguatan atau reward atas pendapat atau pertanyaan

maupun jawabannya.

5. Bagaimana aktivitas siswa di kelas, apakah siswa senang dengan berdiskusi atau

mengeluarkan pendapatnya?

Jawab : Untuk aktivitas ini, hampir setiap diskusi pasti banyak yang bertanya atau

mengeluarkan pendapatnya. Saya pun mempunyai catatan-catatan khusus siapa-

siapa saja siswa yang mempunyai aktivitas secara menonjol (bertanya atau

mengeluarkan pendapat) dan sebaliknya, karena nantinya aktivitas itulah yang

saya ikut masukan ke dalam nilai mereka.

Setiap siswa mendapat dua penilaian; nilai sendiri dan nilai kelompok. nilai

kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Dengan cara ini, setiap

siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, baik

untuk dirinya dan kelompoknya.

6. Sejauh mana siswa menaruh minat terhadap proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam?

Jawab : Mengenai minat itu variatif, tapi tiap tahunnya selain tahun ini saya sering

mengadakan catatan evaluasi dengan angket yang disebar keseluruh siswa,

sejauh mana mereka menaruh minat pada pelajaran saya ini. Tapi sayangnya

untuk tahun ini belum lagi saya lakukan. Dari tahun-tahun yang lalu, tanggapan

mereka, ada yang senang dengan cara mengajar saya dan ada juga yang tidak.

7. Apakah terdapat keluhan siswa tentang penggunaan model kooperatif ini di kelas pada

pelajaran bapak? atau siswa terlihat menyukai penerapan model ini?

Page 113: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

Jawab : Siswa menyukai penerapan diskusi dengan cooperative learning ini, bila ada

keluhan paling hanya mengenai materinya saja yang terlalu banyak nama yang

dihapal.

8. Menurut pendapat bapak, apakah ada pengaruh yang signifikan antara diterapkannya

model pembelajaran ini dengan aktivitas siswa di kelas?

Jawab : Pengaruhnya cukup besar bila dibandingkan dengan saya harus menyampaikan

materi dengan metode ceramah. Dalam hal ini aktivitas siswa lebih terbentuk

secara positif bila menerapkan cooperative learning ini dalam pembelajaran.

9. Menurut bapak, kekurangan dan kelebihan apa yang terlihat dalam penerapan model ini di

kelas?

Jawab : Untuk kelebihannya, di sini siswa mempunyai keterlibatan secara penuh, karena

siswa dapat dengan bebas mengeluarkan pendapatnya sendiri dan dapat

mengajarkannya (memberikan informasi yang ia tahu) pada temannya.

Untuk kekurangannya yang terkadang masih ditemukan adalah mengandalkan

orang lain.

10. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut? Jawab : Untuk menghindari adanya saling mengandalkan, saya biasanya menunjuk siswa

yang pasif untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat, dan diusahakan siswa

mempunyai aktivitas belajar yang merata. Karena terkadang ada juga siswa

yang baru bertanya (pertanyaannya bagus) ketika baru ditunjuk.

Guru Bidang Studi SKI

Abdul Mutaqin, S.Ag.

Page 114: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

WAWANCARA KEGIATAN GURU DALAM MENGAJAR

Wawancara dilaksanakan pada:

Hari / Tanggal : Kamis, 02 Desember 2010

Responden : Annida Jihan, Nisrina F, Umar Musa, dan Haidir Fajar H

Tempat : Ruang Laboraturium dan Koridor Kelas Lt. 2

Tujuan Wawancara : Mengetahui sejauh mana penerapan model cooperative learning

digunakan dan pengaruh terhadap aktivitas siswa

Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa

1. Apakah kamu menyukai pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dengan penerapan

model cooperative learning? Mengapa?

Jawab :

Siswa 1 : Suka, karena jadi lebih mudah memahaminya, selain itu jadi tidak monoton

dan tidak gampang mengantuk.

Siswa 2 : Terkadang suka tapi juga terkadang ada kurang sukanya juga. Karena kalau

belajar dibentuk kelompokan terkadang malah jadi ajang tempat mengobrol.

Siswa 3 : Suka, tapi tergantung pada teknik pembelajaran yang di pakai. Ada

beberapa teknik pembelajaran yang membuat saya suka sama pelajaran ini.

Siswa 4 : Suka, karena dengan berdiskusi dengan teman menjadi lebih paham.

2. Apakah menurut kamu pengelolaan kelas dalam menerapkan model cooperative learning

ini merepotkan atau tidak?

Siswa 1 : Tidak. Kalau kita membuat kelompok di kelas, biasanya simple saja, teman

sekelompok biasanya juga teman-teman yang bersebelah-belahan bangkunya.

Siswa 2 : Tidak. Kalau kita buat kelompok di kelas audio visual, kita hanya tinggal

duduk bersama-sama, karena di sana tempatnya lesehan. Tapi, kalau belajar

di kelas juga tidak repot, karena tinggal di rapatkan saja meja dan bangkunya

masing-masing tiap kelompok.

Siswa 3 : Tidak repot. Karena meja dan bangku bila sudah tertata dalam bentuk

kelompok, siswa-siswanya yang menghampiri meja kelompoknya, bukan tiap

siswa mendorong-dorong meja dan bangkunya sendiri ke tempat

kelompoknya.

Siswa 4 : Tidak repot. Simple-simple saja dan tidak memakan banyak waktu untuk

menata kelompoknya.

3. Teknik atau model pembelajaran cooperative learning apa yang biasanya guru gunakan di

dalam kelas pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam?

Siswa 1 dan 2 : Pak guru biasanya membagikan hand out atau sebuah materi yang harus

kita pecahkan lalu tiap kelompok di minta untuk persentasi dengan power

point, atau terkadang perwakilan kelompok diminta untuk datang dan

mempersentasikan kepada kelompok lain (jigsaw). Setelah itu ada tanya

jawab yang kadang pak guru juga memberikan pertanyaan kepada siswa

yang dianggap berisik atau mengganggu.

Page 115: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

Siswa 3 dan 4 : Pak guru sering menggunakan metode kelompokan dan membagikan

kelompok dari awal pertemuan. Tergantung materi yang ada, kadang pak

guru membagikan hand out tapi kadang juga pak guru memberikan suatu

masalah yang kami harus pecahkan (baik dalam bentuk soal atau

pernyataan). Setelah itu kami persentasikan atau berkunjung ke kelompok

lain untuk member tahu masalah kita pada kelompok tersebut.

4. Sejauh mana guru memantau kamu pada saat proses pembelajaran SKI berlangsung

dengan penerapan model cooperative learning ini?

Siswa 1 : Pak guru sangat memantau kami. Beliau sering berkeliling memantau

masing-masing kelompok.

Siswa 2 : Pak guru memanatau kelompok kami sekaligus terkadang memberi

pengarahan bila ada yang belum dimengerti.

Siswa 3 : Pak guru benar-benar memantau dan tidak keluar ruang kelas kecuali ada

urusan yang benar-benar penting menurutnya.

Siswa 4 : Pak guru sangat memantau kami dan sering berkeliling melihat pekerjaan

kelompok kami.

5. Menurut kamu apakah ada peningkatan nilai bila guru menerapakan model cooperative

learning di kelas pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam?

Siswa 1 : Menurut saya nilai tidak dipengaruhi karena penerapan model pembelajaran

di kelas, tapi itu tergantung dari siswanya sendiri. Saya berpikir saya harus

menyukai semua pelajaran agar saya mau belajar pelajaran itu.

Siswa 2 : Kalau menurut saya, nilai bagus atau tidaknya itu tergantung pada pribadi

siswanya masing-masing. Model pembelajaran apapun yang diterapkan oleh

guru, apabila ia tidak punya kemauan atas pelajaran tersebut, maka ia tidak

bisa mendapat nilai bagus.

Siswa 3 : Menurut saya sangat pengaruh. Saya merasakan itu. Pada kelas 8 kemarin

dengan guru yang berbeda menggunakan teknik pembelajaran kelompok yang

saya suka yang membuat saya semangat belajar dan mendapat nilai bagus.

Siswa 4 : Menurut saya bisa berpengaruh. Karena bila kita suka dengan gaya mengajar

sang guru tersebut dan model pembelajaran yang diterapkan, maka kita juga

punya semangat belajar dan mendapat nilai bagus.

Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4

(Annida Jihan) (Nisrina F) (Umar Musa) (Haidir Fajar H)

Page 116: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

12

34

56

78

91

01

11

21

31

41

5

1F

aisa

l4

44

34

44

43

43

43

44

56

31

36

2S

yah

da

H4

32

23

32

33

33

33

33

43

18

49

3N

yim

as N

42

23

23

23

33

43

44

34

52

02

5

4B

alq

is

33

22

33

33

23

33

33

34

21

76

4

5A

nnis

a S

33

32

24

23

33

33

34

34

41

93

6

6A

nja

ni

K J

21

23

33

33

24

33

33

34

11

68

1

7F

enti

Mah

aran

i1

42

23

33

33

32

33

33

41

16

81

8N

adya

Riz

ky A

32

13

23

23

33

43

43

34

21

76

4

9A

uli

a N

auval

P3

43

43

34

43

43

43

34

52

27

04

10

Fit

ri A

sshiy

ami

33

23

13

13

33

13

33

23

71

36

9

11

Shar

fina

F4

21

33

33

33

23

32

33

41

16

81

12

Zuhti

sya

I4

22

44

33

43

43

43

44

51

26

01

13

Annid

a Ji

han

3

32

33

42

33

34

33

33

45

20

25

14

Nis

rina

F3

33

33

42

33

43

43

23

46

21

16

15

Sit

i K

ho

zanah

34

23

33

33

34

33

43

34

72

20

9

16

M A

dam

Z4

33

42

31

42

34

43

44

48

23

04

17

Ad

e A

uro

ra4

42

34

43

33

33

33

44

50

25

00

18

Anin

dit

yo

A B

43

12

33

23

33

33

33

34

21

76

4

19

Am

ira

S P

33

23

33

23

33

33

33

34

31

84

9

20

Res

sy Y

ud

o P

32

32

43

23

23

33

34

34

31

84

9

21

Nad

hir

a R

43

23

33

24

34

33

44

44

92

40

1

22

Dev

i S

31

13

11

22

23

23

13

23

09

00

23

Ham

isen

o B

42

13

34

34

13

44

31

24

21

76

4

24

Khan

za S

yif

a 4

32

33

32

33

34

34

34

47

22

09

25

Fat

han

Nau

fal

44

23

14

23

43

33

24

34

52

02

5

26

Um

ar M

usa

33

22

33

24

33

43

34

34

52

02

5

27

Rif

da

Shif

a N

33

13

23

13

23

33

34

34

01

60

0

28

Dar

in S

alsa

bil

a3

23

34

12

32

31

33

32

38

14

44

29

Hai

dir

Faj

ar H

43

44

43

43

43

24

44

45

42

91

6

30

Ad

enio

Ilh

am3

32

33

33

34

33

33

33

45

20

25

31

Mau

dy K

husn

i3

33

33

32

43

23

33

33

44

19

36

32

Gin

o M

aula

na

31

24

23

23

33

33

32

34

01

60

0

33

Ris

tya

H4

34

33

44

44

44

33

34

54

29

16

34

Rif

ki

Afa

nd

i3

22

33

32

33

33

33

33

42

17

64

0.3

91

0.4

17

30

.46

89

0.3

56

0.4

10

30

.39

21

0.4

20

30

.48

34

0.4

33

60

.39

32

0.3

83

70

.35

98

0.3

89

80

.48

53

1

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

11

39

47

51

00

96

10

68

21

10

97

10

81

03

10

91

04

11

01

07

15

14

68

33

2

39

12

84

18

93

06

29

43

37

22

03

64

29

13

52

33

13

55

33

03

72

34

24

41

6

Ku

ad

rat

Sk

or

To

tal

No

Rh

itu

ng

Rta

bel

Uji

Va

lid

ita

s A

ng

ket

Pen

era

pa

n C

oo

per

ati

ve

Lea

rnin

g

Ko

resp

on

den

Sk

or

To

tal

No

. S

oa

l

Sta

tus

Ju

mla

h

Ju

mla

h K

ud

rat

Page 117: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

1F

aisa

l3

44

43

33

44

44

33

23

51

26

01

2S

yah

da

H2

22

32

22

23

32

22

23

34

11

56

3N

yim

as N

31

34

22

22

23

33

42

44

01

60

0

4B

alq

is

32

33

13

22

23

22

22

33

51

22

5

5A

nnis

a S

21

43

23

33

33

33

43

34

31

84

9

6A

nja

ni

K J

22

33

13

22

23

22

22

23

31

08

9

7F

enti

Mah

aran

i2

13

41

23

34

22

22

22

35

12

25

8N

adya

Riz

ky A

22

33

22

23

33

22

22

33

61

29

6

9A

uli

a N

auval

P4

23

33

33

22

34

24

34

45

20

25

10

Fit

ri A

sshiy

ami

22

22

12

22

32

21

22

22

98

41

11

Shar

fina

F3

23

32

21

22

32

22

22

33

10

89

12

Zuhti

sya

I2

33

32

22

33

42

22

23

38

14

44

13

Annid

a Ji

han

3

23

32

22

23

23

23

24

38

14

44

14

Nis

rina

F3

34

43

33

43

33

34

33

49

24

01

15

Sit

i K

ho

zanah

23

33

43

33

44

32

42

34

62

11

6

16

M A

dam

Z4

23

43

34

34

44

43

34

52

27

04

17

Ad

e A

uro

ra4

43

32

44

44

32

42

42

49

24

01

18

Anin

dit

yo

A B

31

34

12

22

43

22

32

43

81

44

4

19

Am

ira

S P

23

33

43

32

33

22

22

34

01

60

0

20

Res

sy Y

ud

o P

21

34

22

23

33

32

22

23

61

29

6

21

Nad

hir

a R

34

43

33

23

43

24

43

24

72

20

9

22

Dev

i S

32

23

21

22

22

21

12

22

98

41

23

Ham

isen

o B

12

22

14

23

34

13

31

13

31

08

9

24

Khan

za S

yif

a 2

23

42

43

43

32

22

23

41

16

81

25

Fat

han

Nau

fal

22

33

32

23

34

32

22

44

01

60

0

26

Um

ar M

usa

31

34

13

23

42

32

23

44

01

60

0

27

Rif

da

Shif

a N

24

33

22

23

32

32

22

33

81

44

4

28

Dar

in S

alsa

bil

a4

24

32

23

32

23

41

22

39

15

21

29

Hai

dir

Faj

ar H

32

33

23

23

44

32

32

34

21

76

4

30

Ad

enio

Ilh

am4

23

42

34

44

43

33

42

49

24

01

31

Mau

dy K

husn

i2

13

32

22

23

32

23

22

34

11

56

32

Gin

o M

aula

na

22

33

32

22

32

22

22

23

41

15

6

33

Ris

tya

H4

44

43

34

33

23

44

23

50

25

00

34

Rif

ki

Afa

nd

i2

23

41

43

34

33

23

24

43

18

49

0.3

53

0.4

18

60

.42

74

0.3

89

0.3

77

40

.39

76

0.3

65

10

.36

82

0.3

69

10

.35

68

0.3

67

30

.35

98

0.3

86

80

.37

59

0.3

50

7

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

0.3

49

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

VA

LID

90

75

10

41

12

72

89

85

94

10

61

01

87

82

89

77

96

13

59

55

65

7

26

01

95

32

83

80

17

62

51

23

12

76

34

83

17

23

92

20

25

91

87

29

43

96

1J

um

lah

Ku

dra

t

Ku

ad

rat

Sk

or

To

tal

Uji

Va

lid

ita

s A

ng

ket

Ak

tiv

ita

s B

ela

jar

Sis

wa

SK

I

Ko

resp

on

den

No

. S

oa

lJ

um

lah

No

Rh

itu

ng

Rta

bel

Sta

tus

Ju

mla

h

Page 118: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

Penghitungan Uji Reliabilitas

Penghitungan ini memakai rumus alpha:

)1)(1

(2

2

11t

b

k

kr

Keterangan:

11r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan

2

b = jumlah varians butir

2

1 = varians total

(Penghitungan ini merujuk pada hasil yang ada di tabel uji validitas)

Variabel X (Penerapan model cooperative learning) :

454,034

44,15

34

56,375391

34

34

113391

2

)1(2

709,034

12,24

34

88,259284

34

34

94284

2

)2(2

693,034

56,23

34

44,165189

34

34

75189

2

)3(2

349,034

88,11

34

12,294306

34

34

100306

2

)4(2

675,034

94,22

34

06,271294

34

34

96294

2

)5(2

419,034

26,14

34

74,276291

34

34

97291

2

)9(2

263,034

94,8

34

06,343352

34

34

108352

2

)10(2

558,034

97,18

34

03,312331

34

34

103331

2

)11(2

164,034

56,5

34

44,349355

34

34

109355

2

)12(2

349,034

88,11

34

12,318330

34

34

104330

2

)13(2

Figure 1

Page 119: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

192,034

53,6

34

47,330337

34

34

106337

2

)6(2

654,034

24,22

34

76,197220

34

34

82220

2

)7(2

239,034

12,8

34

88,355364

34

34

110364

2

)8(2

558,0263,0419,0239,0654,0192,0675,0349,0693,0709,0454,02

b

347,6155,0474,0349,0164,0

Varians total = 896,2634

47,914

34

53,6741768332

34

34

151468332

2

Masukkan ke rumus:

)1)(1

(2

2

11t

b

k

kr

)236,01(14

15)

896,26

347,61(

115

1511

xxr

= 1,071 x 0,764 = 0,8182

474,034

12,16

34

88,355372

34

34

110372

2

)14(2

155,034

27,5

34

73,336342

34

34

107342

2

)15(2

Page 120: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

Variabel Y (Aktivitas Belajar Siswa SKI) :

640,034

76,21

34

24,238260

34

34

90260

2

)1(2

869,034

56,29

34

44,165195

34

34

75195

2

)2(2

291,034

88,9

34

12,318328

34

34

104328

2

)3(2

325,034

06,11

34

94,368380

34

34

112380

2

)4(2

692,034

53,23

34

47,152176

34

34

72176

2

)5(2

530,034

03,18

34

97,232251

34

34

89251

2

)6(2

544,034

50,18

34

50,212231

34

34

85231

2

)7(2

474,034

12,16

34

88,259276

34

34

94276

2

)8(2

482,0499,0516,0474,0544,0530,0692,0325,0291,0869,0640,02

b

328,8675,0371,0766,0654,0

516,034

53,17

34

47,330348

34

34

106348

2

)9(2

499,034

98,16

34

02,300317

34

34

101317

2

)10(2

482,034

38,16

34

62,222239

34

34

87239

2

)11(2

654,034

24,22

34

76,197220

34

34

82220

2

)12(2

766,034

03,26

34

97,232259

34

34

89259

2

)13(2

371,034

62,12

34

38,174187

34

34

77187

2

)14(2

675,034

94,22

34

06,271294

34

34

96294

2

)15(2

Page 121: “PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVErepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2599/1/NERVI... · Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian ... Tabel 4.22 Berkaitan

Varians total = 323,3934

97,1336

34

03,5432055657

34

34

135955657

2

Masukkan ke rumus:

)1)(1

(2

2

11t

b

k

kr

)212,01(14

15)

323,39

328,81(

115

1511

xxr

= 1,071 x 0,788 = 0,8439