Upload
rahmawati
View
54
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
farmakologi
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DAN
RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP BOBOT BADAN DAN LEMAK TIKUS JANTAN DEWASA
GUSMAYANTI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
4
ABSTRAK
Gusmayanti. Pengaruh Pemberian Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Rimpang Bangle (Zingber purpureum Roxb.) terhadap Bobot Badan dan Lemak Tikus Jantan Dewasa. Dibimbing oleh Min Rahminiwati dan Eva Harlina.
Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Bangle (Zingber purpureum Roxb.) telah banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional. Beberapa penelitian membuktikan kedua tanaman ini dapat menurunkan aktivitas enzim lipase. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle dengan dosis berbeda terhadap bobot badan dan bobot jaringan lemak testis, ginjal dan omentum, dan membandingkan gambaran histopatologi lemak omentum. Sebanyak 40 ekor tikus dewasa galur Sprague Dawley umur 56 hari atau yang memiliki bobot badan diatas 236 g dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (pakan normal, rendah lemak), kelompok kontrol positif (pakan kaya lemak), kelompok uji dosis rendah ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle (302,4 mg/200g BB) dan kelompok uji dosis tinggi ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle (604,8 mg/200 g BB). Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap penggemukan dan tahap uji dosis, masing-masing selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle dosis rendah maupun dosis tinggi menyebabkan persentasepertambahan bobot badan yang lebih kecil namun tidak berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan kelompok pakan kaya lemak (kontrol positif). Pemberian ekstrak dosis rendah cenderung menghambat persentase pertambahan bobot badan. Pemberian ekstrak juga tidak mempengaruhi persentase bobot jaringan lemak ginjal, testis maupun omentum, namun memperkecil ukuran sel lemak omentum.
5
ABSTRACT
Gusmayanti. Influence of Extract of Jati Belanda’s (Guazuma ulmifolia Lamk.) leaves and Bangle’s (Zingiber purpureum Roxb.) Rhizomes on Body Weight and Mass of Adipose Tissues of Male Rats (Rattus novergicus). Under the direction of Min Rahminiwati and Eva Harlina.
Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) and Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) had been used as traditional medicine. Many researches have proved that both of these plants could decrease lipase activities. The aim of the research was to study the effect of low and high dose of alcohol extract of jati belanda leaves and bangle rhizomes on reducing body weight and renal, testicle and mesenteric adipose tissue mass and comparing the size of mesenteric adipose cells.
Fourty male rats, 56 days old or minimum body weight are 236 g were divided into 4 groups, one group as a negative control received normal feed, the second group as a positive control received high fat diet (25%), the third group was treated by high fat diet and low dose of alcohol extract of jati belanda leaves and bangle rhizomes (302,4 mg/200g BW) and the last group was treated by high fat diet with high dose of alcohol extract of jati belanda leaves and banglerhizomes (604,8 mg/200 g BW). The research was conducted in two steps, fattening step and dose test step, and in 4 weeks for each step. The result showed that low and high dose of alcohol extract of jati belanda leaves and banglerhizomes decreased percentage of body weight gain but not significantly different (p<0,05) comparing to high fat diet group. The low dose of extract tends to decrease percentage of body weight gain. The alcohol extract of jati belandaleaves and bangle rhizomes did not influence adipose tissue mass of mesenteric cell but decrease the size.
6
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Pemberian Ramuan
Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Rimpang Bangle
(Zingiber purpureum Roxb.) terhadap Bobot Badan dan Lemak Tikus Jantan
Dewasa adalah hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Penulis,
Gusmayanti
B04104026
7
PENGARUH PEMBERIAN RAMUAN EKSTRAKDAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) DAN RIMPANG
BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP BOBOT BADAN DAN LEMAK TIKUS JANTAN DEWASA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedoteran Hewan Pada Fakultas Kedoteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
GusmayantiB 04104026
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWANINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
8
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda(Guazuma ulmifolia Lamk.) dan Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) terhadap Bobot Badan dan Lemak Tikus Jantan Dewasa
Nama : GusmayantiNRP : B 04104026
Disetujui,
Dr.drh. Min Rahminiwati, MS.Pembimbing I
Dr.drh. Eva Harlina, MSi.Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Nastiti KusumoriniWakil Dekan Fakultas Kedoteran Hewan
Tanggal lulus :
9
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Hewan.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan
skiripsi ini , untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Mamaku tercinta, Kakak-Kakakku Rusda Zul Feni dan Syafriadi, almarhum
Papa serta keluarga besarku atas cinta, doa dan dukungan.
2. Prof.Dr.Ir. Wasmen Manalu selaku pembimbing akademik atas bimbingan
dan motivasi yang sangat membangun.
3. Dr.drh. Min Rahminiwati, MS sebagai pembimbing pertama atas bimbingan
dan masukan sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Dr.drh. Eva Harlina, MSi sebagai pembimbing kedua atas waktu,
bimbingan, dan nasehat yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. drh. Dewi Ratih Agungpriyono, PhD dan Bapak Bayu Febran SSi, Apt
selaku dosen penilai dan dosen penguji ujian akhir sarjana atas masukan dan
kritikan yang sangat membantu
6. Staf pengajar dan pegawai laboratorium Farmakologi dan Toksikologi.
7. Rena, Iya, Phia, Ochie, Yulia dan semua teman-teman Asteroidea angkatan
41, Dini, Nainonk, Mungky, Ge, Puput, Betty, Ana, Yus, Dr-Q (Ami, Ame,
Ebonk, Amen, Rira, Mona, Dina), teman sekamarku di asrama Egih dan
Mega.
8. Starrers, Hanum, Selly, Hani, Nira, Lina, Jane, Fidri, Ian, Vika, Ari, Siska,
Dian, Yuli, Eda, Meri, Ovi, Reni, serta semua pihak yang ikut membantu.
Penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun untuk
perbaikan skripsi ini dimasa akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2008
Gusmayanti
10
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Payakumbuh tanggal 3 Agustus 1985. Penulis adalah
anak ketiga dari pasangan Bapak Syafrudin dan Ibu Yeni Cortis dan memiliki dua
orang kakak Rusda Zul Feni dan Syafriadi.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 09 Banda Dalam
tahun 1992-1998, SLTP Negeri 1 Luhak tahun 1998-2001, SMU Negeri 1
Kecamatan Suliki tahun 2001-2004. Penulis masuk IPB pada tahun 2004 melalui
jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program studi Kedokteran
Hewan.
Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan himpunan minat dan
profesi Ruminansia sebagai anggota divisi pendidikan pada periode 2005-2006,
Buletin Fresh sebagi bendahara periode 2007-2008, Veteriner Japanese Club
sebagi wakil ketua periode 2007-2008. Penulis juga aktif dalam Ikatan
Kekeluargaan Mahasiswa Payakumbuh tahun 2004 hingga sekarang.
11
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) .............................................
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) ....................................................
Lemak ...................................................................................................
Pencernaan dan Penyerapan Lemak ...................... ..............................
Proses Lipolisis......................................................................................
Obesitas .................................................................................................
Hewan Coba ..........................................................................................
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ................................................................................
Alat dan Bahan ......................................................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Pengambilan dan Pemeriksaan Jaringan Lemak Post Mortem .............
Analisis Statistik ...................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertambahan Bobot Badan .................................... ...............................
Bobot Lemak .........................................................................................
halaman
vii
viii
ix
1
2
3
4
5
6
10
10
13
15
15
16
18
18
19
22
12
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Daftar Pustaka ..........................................................................................
Lampiran ..................................................................................................
26
27
30
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah dan besar sel lemak pada individu normal dan obese
Tabel 2 Klasifikasi berat badan menurut WHO ...................................
Tabel 3 Komposisi dan persentase bahan pakan ..................................
Tabel 4 Rata-rata prosentase pertambahan bobot badan tikus pada
periode penggemukan dan periode uji dosis ramuan ekstrak
jati belanda dan bangle ...........................................................
Tabel 5 Rata-rata prosentase bobot jaringan lemak organ terhadap
bobot badan setelah 8 minggu perlakuan ................................
Halaman
12
12
16
19
23
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Guazuma ulmifolia Lamk. ...................................................
Gambar 2. Zingiber purpureum Roxb. ..................................................
Gambar 3. Skema perjalanan lemak melalui saluran pencernaan dan
mekanisme kerja ramuan daun jati belanda dan rimpang
bangle...................................................................................
Gambar 4. Proses lipolisis......................................................................
Gambar 5. Rata-rata pertambahan bobot badan tikus pada periode
penggemukan ......................................................................
Gambar 6. Rata-rata pertambahan bobot badan tikus pada periode uji
dosis ....................................................................................
Gambar 7. Gambaran histopatologi jaringan lemak .............................
Halaman
3
4
9
10
20
21
24
15
DAFTAR LAMPIRAN
1. Prosentase pertambahan bobot badan pada periode penggemukan dan periode uji dosis dan prosentase bobot lemak organ (%) ..........
2. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok KPN..
3. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok KPL...
4. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok BL I...
5. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok BL II.
6. Analisis statistik bobot badan periode penggemukan........................
7. Analisis statistik bobot badan periode uji dosis.................................
8. Analisis statistik bobot jaringan lemak ginjal ...................................
9. Analisis statistik bobot jaringan lemak testis ....................................
10. Analisis statistik bobot jaringan lemak omentum .............................
11. Analisis statistik bobot rata-rata jaringan lemak................................
12. Metode pembuatan sediaan histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin .............................................................................
Halaman
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adanya peningkatan ekonomi merupakan dambaan semua orang.
Peningkatan ini akan berpengaruh terhadap pola makan yang seringkali
mempunyai efek yang kurang baik terhadap kesehatan karena kandungan gizi
yang tidak seimbang. Bila pola makan buruk ini diteruskan akibat yang dapat
dirasakan adalah kelebihan berat badan yang akhirnya dapat berlanjut ke arah
kegemukan (obesitas) (Purwati et al., 2002).
Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke
tahun. Hasil pemantauan Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun
2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi obesitas 9,16 % pada pria dan 11,02
% pada wanita (Merdikoputro, 2006). Menurut Beck (1977) penderita obesitas
umumnya mempunyai risiko yang lebih besar terhadap penyakit jantung koroner,
darah tinggi, diabetes mellitus, stroke, batu empedu dan sebagainya.
Purwati et al. (2002) menyebutkan bahwa tubuh seseorang yang normal
mengandung lemak 15-20% dari berat badan pada pria umur 18-30 tahun dan 20-
25% pada wanita dengan umur yang sama. Apabila jumlah lemak melebihi angka
tersebut maka seseorang dapat dikatakan gemuk. Pada penderita kegemukan yang
didapat setelah dewasa, terjadi penambahan volume sel lemak tanpa penambahan
jumlah sel, sehingga dengan latihan fisik dan pengurangan asupan kalori akan
lebih mudah menurunkan timbunan lemak.
Upaya untuk mengatasi masalah kelebihan lemak memicu semakin
banyaknya bermunculan produk obat-obatan. Obat-obat tersebut bertujuan untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Marinetti (1990) menyebutkan obat-
obat tersebut dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya, diantaranya
cholestiramin yang bekerja dengan cara membentuk ikatan resin dengan asam
empedu untuk mencegah asam empedu berikatan dengan asam lemak, sehingga
absorbsi asam lemak dapat dikurangi; mevacor dengan jalan inhibisi sintesis
kolesterol di hati; niasin dan lopid (gemfibrozil) menghambat terjadinya lipolisis
dari bahan makanan; dan probucol (lorelco) bekerja dengan cara menghambat
sintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi asam empedu.
17
Indonesia sebagai negara tropis kaya akan keanekaragaman hayati.
Banyak tanaman tradisional Indonesia yang dimanfaatkan untuk industri farmasi,
karena mengandung senyawa metabolit yang berguna untuk berbagai bidang
kehidupan. Salah satu tanaman yang banyak mendapat perhatian adalah daun jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan bangle (Zingiber purpureum Roxb.)
karena kandungan senyawa aktifnya diduga dapat menghambat aktivitas enzim
lipase yang berperan dalam proses penyerapan lemak (Rahardjo, 2004).
Penelitian-penelitian terhadap daun jati belanda menunjukkan bahwa
ekstrak etanol daun jati belanda dapat menurunkan aktivitas enzim lipase
(Rahardjo, 2004). Pemberian lendir daun jati belanda peroral menunjukkan efek
penghambatan kenaikan bobot badan tikus dibandingkan pemberian air suling
sebagai kontrol (Pramono et al., 2005). Bangle sejak dulu dipercaya sebagai
pelangsing perut, terutama para ibu pasca melahirkan. Pusat Studi Biofarmaka
IPB sejak tahun 2001 telah meneliti manfaat bangle. Dari hasil penelitian, ekstrak
rimpang bangle mampu menghambat dan mengaktifkan enzim lipase tergantung
dosis yang diberikan (Dyah dalam Riyanto 2006).
Semakin maraknya penggunaan tanaman tradisional terutama sebagai obat
pelangsing menarik minat penulis untuk melakukan pengujian khasiat ekstrak
alkohol campuran daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dan rimpang
bangle. Telah diketahui bahwa daun jati belanda dan rimpang bangle masing-
masing mempunyai efek terhadap penurunan bobot badan melalui penghambatan
aktivitas lipase. Pemberian ekstrak campuran daun jati belanda dan rimpang
bangle diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya
memberikan daun jati belanda saja atau rimpang bangle saja. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan untuk
penderita kegemukan (obesitas)
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian
ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle dengan dosis berbeda
terhadap bobot badan dan bobot jaringan lemak testis, ginjal dan omentum dan
mempelajari gambaran histologi lemak omentum.
18
TINJAUAN PUSTAKA
Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
Guazuma ulmifolia Lamk. dikenal juga dengan nama daerah Bastard
Cedar atau West Indian Elm (Inggris), Bois d’orme (Perancis), Caulote (Spanyol),
jati belanda (Indonesia) dan Jatos landi (Jawa). Jati belanda secara taksonomi
termasuk ke dalam kelas Magnoliopsida, ordo Malvales, famili Stercuiliaceace
dan genus Guazuma (Widowati, 2006).
Menurut Widowati (2006) tanaman jati belanda berbentuk pohon dengan
tinggi 10-20 m dan percabangan ramping. Daun tanaman ini berbentuk bulat telur
sampai lanset, permukaannya berambut dan kasar dan tepi daun bergerigi. Bunga
jati belanda tumbuh di ketiak daun, bentuknya bulat agak ramping dan mahkota
bunga berwarna kuning. Buah yang belum masak berwarna hijau sedangkan yang
sudah masak berwarna hitam, seperti yang disajikan pada Gambar 1.
(a) (b)Gambar 1 Guazuma ulmifolia Lamk, (a) daun dan bunga dan (b) buah. Sumber :
www.acguanacaste.ac.id.
Berdasarkan analisis fitokimia Balai Penelitian Tanamam Rempah dan
Obat (Balitro), jati belanda mengandung triterpenoid, sterol, alkaloid, karoteniod,
flavonoid, tanin, karbohidrat dan saponin. Tanin banyak terkandung di bagian
daun dan mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan
protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang berbentuk
lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi makanan oleh
usus dapat dikurangi. Dalam perkembangannya, daun jati belanda juga banyak
dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol dan rematik gout (Hendri,
19
2007). Menurut Rahardjo (2004), ekstrak etanol daun jati belanda dapat
menurunkan kadar kolesterol darah kelinci dengan cara menghambat aktivitas
enzim lipase pankreas yang berfungsi dalam proses penyerapan lemak yang
berasal dari makanan. Efek itu disebabkan senyawa alkaloid yang berstruktur
kimia mirip Orlistat penghambat aktivitas enzim lipase. Akibatnya, penyerapan
lemak oleh hati terhambat sehingga kadar kolesterol dalam darah menurun.
Jati belanda merupakan salah satu tanaman yang sudah banyak digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional. Untuk mengetahui tingkat keamanan
konsumsinya maka dilakukan penelitian toksisitas akut dan subkronik pada tikus
putih dengan pemberian infus secara oral selama 1, 3 dan 6 bulan dengan dosis
100 kali dosis manusia. Hasil pemeriksaan mikroskopik menunjukkan perlakuan
tidak mempengaruhi organ hati, jantung, paru-paru, ginjal, limpa, usus dan
lambung. Dengan demikian jati belanda termasuk bahan yang tidak toksik
(Nuratmi et al., 2006).
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.)
Bangle menurut laporan ITIS (Intergrated Taxonomic Information
System,. 2008) merupakan ordo Zingiberales, family Zingiberaceae, genus
Zingiber dan spesies Zingiber purpureum Roxb. atau Zingiber cassumunar Roxb.
Tanaman ini mempunyai bentuk batang yang tegak, berwarna hijau setinggi 1,5
hingga 2 meter. Daun bangle tunggal dengan pangkal tumpul, ujung runcing,
berbentuk lonjong, berbulu panjang, panjang daun 23-25 cm dan lebar 20-25 cm.
Bangle memiliki bentuk bunga bulat telur yang majemuk, keluar dari ujung
batang dan bentuknya seperti tandan (Hernani & Syukur, 2002). Akar rimpang
(rhizom) lebih muda dari jahe, isi berwarna kuning, pahit dan rasanya tidak enak
(Heyne, 1987). Daun dan rimpang bangle disajikan pada Gambar 2.
Hasil uji fitokimia rimpang bangle menunjukkan bahwa ekstrak air
(seduhan) dan etanol mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid dan
steroid. Ekstrak metanol mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid dan
steroid (Rudita, 2005). Senyawa flavonoid dan tanin yang terkandung dalam
rimpang bangle mempunyai sifat menurunkan aktivitas enzim lipase pakreas
sehingga penyerapan lemak pada pakan dapat dikurangi dan akan terbuang
20
melalui feses (Dyah dalam Riyanto, 2006). Menurut Dyah dalam Riyanto (2006),
untuk mengurangi lemak dalam tubuh dapat dilakukan dengan dua metode.
Pertama, dengan mengaktifkan enzim lipase supaya lemak berlebih diubah
menjadi asam lemak atau gliserol. Cara kedua, sebaliknya dengan menghambat
aktivitas enzim lipase dari golongan lain sehingga penyerapan lemak terhambat.
Terdapat dua jenis lipase yang fungsinya berlawanan yaitu lipoprotein lipase atau
lipase pankreas yang berfungsi dalam proses lipogenesis dan lipase peka hormon
yang berfungsi dalam proses lipolisis (Ganong, 2002). Dari penelitian secara
invitro atau secara enzimatik, rimpang bangle mengandung senyawa yang
berfungsi sebagai pengaktif dan penghambat kerja enzim lipase.
(a) (b)Gambar 2 Zingiber purpureum Roxb. (a) daun dan (b) rimpang. Sumber:
Medicaholistik.com (2008).
Bangle digolongkan sebagai rempah-rempah yang memiliki khasiat sebagai
karminatif (peluruh kentut), peluruh dahak (expectorant), pembersih darah,
pencahar (laksansia), obat cacing (antihelmentik), anti-inflamasi, antiseptik dan
lain-lain. Bahan kimia aktif yang terkandung dalam minyak hasil destilasi
rimpang bangle adalah sabinene (27-34%), g-terpinene (6-8%), a-terpinene (4-
5%), terpinene-4-ol (30-35%) dan (E)-1-(3,4-dimethoxyphenyl)butadiene
(DMPBD) (12-19%) (Chamratpan, 2005). Menurut Ozaki et al. (1991) pemberian
ekstrak metanol per oral rimpang bangle menunjukan aktifitas anti-inflamasi dan
analgesik.
Lemak
Lemak seperti juga karbohidrat mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen
dan oksigen, tetapi disusun dalam bentuk dan proporsi yang berbeda. Lemak
21
dibentuk dari kombinasi gliserol dan asam lemak, masing-masing unit gliserol
berikatan dengan tiga unit asam lemak untuk membentuk trigliserida (Beck,
1977). Lemak adalah campuran trigliserida dan trigliserida yang paling sederhana
adalah yang ketiga asam lemaknya sama. Namun demikian, kebanyakan
trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda dan dikenal
sebagai trigliserida majemuk. Lemak alami adalah campuran dari trigliserida
majemuk yang berbeda-beda (Gaman & Sherrington, 1981).
Penggunaan lemak dalam ransum akan memberikan keuntungan secara
ekonomis karena tingginya nilai kalori lemak dibandingkan bahan lain dalam
bobot yang sama sehingga dapat menghemat ransum. Setiap satu gram lemak
mengandung 38 KJ atau setara 9 kkal energi, yang nilanya dua kali lebih besar
dari energi yang dikandung oleh protein dan karbohidrat pada berat yang sama.
Pada keadaan ini lemak mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertambahan
bobot badan (Greenwood, 1992).
Tiga bentuk utama lemak yang terdapat dalam diet manusia dan mamalia
lainnya yaitu gliserida, terutama dalam bentuk trigliserida (triacylglycerol),
fosfolipid dan sterol terutama kolesterol. Trigliserida adalah bentuk lemak yang
paling efisien untuk menyimpan kalor untuk proses-proses yang membutuhkan
energi dalam tubuh. Bentuk lemak ini merupakan bentuk yang paling banyak
ditemukan dalam bahan makanan dan jaringan, terutama jaringan lemak (hampir
99% volume sel lemak terdiri dari trigliserida). Bentuk fosfolipid dan kolesterol
mempunyai fungsi pokok dalam pembentukan membran sel (Linder, 1992).
Pencernaan dan Penyerapan Lemak
Kebanyakan pencernaan lemak dimulai di duodenum dengan melibatkan
salah satu enzim terpenting yaitu lipase pankreas (Ganong, 2002). Menurut
Wildman dan Medeiros (2000), pelepasan lipase dari pankreas dikontrol oleh
hormon kolesistokinin yang diproduksi oleh sel mukosa intestin. Tidak hanya itu,
hormon kolesistokinin juga memfasilitasi pelepasan getah empedu dengan cara
merangsang kontraksi kantung empedu. Linder (1992) menambahkan bahwa
pemecahan lemak menjadi asam lemak, monogliserida, kolin dan lain sebagainya
terjadi melalui kerjasama antara garam-garam empedu dan lipase pankreas dalam
22
lingkungan pH yang tinggi yang disebabkan oleh sekresi bikarbonat. Nilai pH
optimal agar enzim dapat bekerja aktif berkisar antara 3 hingga 6 (Mayes, 2003).
Hati dengan memproduksi garam empedu memegang peranan penting
dalam proses pencernaan lemak. Kantung empedu menyimpan getah empedu
yang diproduksi oleh hati dan akan berkontraksi untuk mengeluarkan getah
empedu secara cepat ke duodenum pada saat proses pencernaan melalui duktus
koledukus (Mayes, 2003). Tikus tidak mempunyai kantung empedu seperti pada
rodensia lainnya. Saluran empedu tiap lobus hati tikus akan berkumpul, kemudian
menyatu membentuk duktus koledukus, tetapi duktus koledukus tidak mampu
menampung getah empedu (Bivin et al. dalam Gultom, 2003).
Enzim lipase dari pakreas akan bercampur dengan getah empedu di dalam
duktus koledukus sebelum masuk ke duodenum (Mayes, 2003). Di dalam
duodenum, lipase yang telah diaktifkan oleh getah empedu akan mengkatalisis
reaksi hidrolisis ester kolesterol, ester vitamin yang larut dalam lemak, fosfolipid
dan trigliserida. Getah empedu akan mengemulsi lemak bekerjasama dengan
lesitin dan monogliserida. Bila konsentrasi getah empedu tinggi maka lipid dan
getah empedu berinteraksi spontan membentuk misel. Pembentukan misel
selanjutnya akan melarutkan lipid dan memungkinkan mekanisme transport ke
enterosit (sel epitel usus) (Ganong, 2002). Menurut Linder (1992) misel-misel
yang terbentuk bersifat stabil dan terdiri atas asam lemak rantai panjang,
monogliserida dan asam-asam empedu yang terdifusi ke permukaan enterosit dan
melepaskan materi untuk diserap.
Asam-asam lemak, monogliserida, fosfat kolesterol dan derifat lemak
lainnya yang terbentuk selama proses pencernaan diserap ke dalam mukosa
intestin (Linder, 1992). Nasib asam lemak dalam mukosa usus tergantung pada
ukurannya. Asam lemak yang jumlah atom karbonnya kurang dari 10-12, dari sel
mukosa langsung masuk ke darah porta dan akan ditransport sebagai asam lemak
bebas (tanpa esterifikasi). Asam lemak bebas yang masuk ke peredaran darah
melalui vena porta terikat pada albumin dan memungkinkan penggunaannya
secara langsung oleh jaringan sebagai sumber energi (Ganong, 2002).
Asam lemak yang jumlah atom karbonnya lebih dari 10-12 mengalami
esterifikasi kembali menjadi trigliserida dalam sel-sel mukosa interstin. Selain
23
itu, sebagian kolesterol yang diserap juga diesterifikasi. Trigliserida dan ester
kolesterol kemudian dilapisi oleh protein, kolesterol dan fosfolipid membentuk
kilomikron (Linder, 1992). Ganong (2002) menambahkan bahwa zat ini
kemudian masuk ke peredaran limfatik. Bagian terbesar dari lemak makanan
yang telah memasuki sistem limfatik secara perlahan masuk ke aliran darah
sebagai kilomikron melalui duktus thoracicus.
Trigliserida dan ester kolesterol dalam darah ditranspor di dalam suatu
fosfolipid, kolesterol dan membran protein yang disebut dengan lipoprotein.
Lipoprotein merupakan produk utama hepatosit dan enterosit. Komposisi
lipoprotein berbeda-beda tergantung pada tipe dan fungsi fisiologisnya (Wildman
dan Medeiros, 2000).
Kilomikron merupakan bagian atau anggota kelas lipoprotein yang ada
dalam plasma (Linder, 1992). Mayes (2003) menjelaskan terdapat berbagai
lipoprotein selain kilomikron yaitu lipoprotein dengan kepadatan (densitas) yang
sangat rendah (VLDL: Very Low Density Lipoprotein) yang berfungsi
mengangkut trigliserida dari hati; Lipoprotein densitas rendah (LDL: Low Density
Lipoprotein) yang merupakan lipoprotein kaya akan kolesterol dan terbentuk dari
metabolisme VLDL dengan jalan menghilangkan trigliserida dan protein, dan
lipoprotein densitas tinggi (HDL: High Density Lipoprotein) yang merupakan
lipoprotein kaya kolesterol dan terlibat dalam pengeluaran kolesterol dari
jaringan. Skema proses pencernaan, penyerapan dan disposisi lemak
diperlihatkan pada Gambar 3.
Gaman & Sherrington (1992) menyebutkan bahwa lemak diuraikan dalam
tubuh melalui proses oksidasi dan sejumlah energi dibebaskan. Kelebihan lemak
yang tidak segera digunakan untuk energi disimpan dalam jaringan adiposa dalam
bentuk trigliserida yang berfungsi sebagai cadangan energi, membantu mencegah
kehilangan panas yang berlebihan dalam tubuh atau menjaga agar suhu tubuh
tetap stabil. Trigliserida terbentuk melalui proses esterifikasi yang dikatalisis oleh
enzim lipoprotein lipase yang berada di dinding kapiler dari ikatan asam lemak
dengan gliserol (Ganong, 2002). Lemak juga disimpan dalam jaringan adiposa
sekitar organ seperti ginjal untuk melindungi organ dari kerusakan fisik.
Gambar 3 Skema perjalanan lemak melalui saluran pencernaan dan mekanisme kerja ramuan daun jati belanda dan rimpang bangle. TG: trigliserida; MG: monogliserida; PL: fosfolipid; kolesterol; E: ester kolesterol; CM: kilomikron; LPL: lipase lipoprotein; HSL: Hormone sensitive lipase; LCAT: Lecitin Cholesterol Acyl Transferase; BA: bile acid; FFA: free fatty acid; VLDL: very low density lipoprotein; LDL: low density lipoprotein; IDL: intermediet density lipoprotein;HMGCoA: 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA; (1) Pencernaan lemak makanan dan masuk ke mukosa intestin; (2) Distribusi melalui kilomikron; (3) Sisanya (remnant) masuk ke dalam hati; (4) Pengeluaran VLDL oleh hati (dan intestin); (5) Konversi menjadi LDL dan pengambilan kolesterol; (6) Fungsi HDL; (7) Kembalinya kolesterol ke dalam hati melalui HDL. Sumber : Linder (1992) dan Kristiani (2003).
9
gliserol
FFA
Inhibisi oleh jati belanda dan bangle
Inhibisi oleh jati belanda dan bangle
Aktivasi oleh jati belanda dan bangle
Inhibisi oleh jati belanda
HSL
Proses Lipolisis
Penyediaan asam lemak bebas untuk jaringan diatur oleh dua enzim lipase
yaitu lipoprotein lipase dan lipase peka hormon. Lipoprotein lipase terdapat pada
dinding kapiler yang berfungsi untuk menyediakan asam lemak dan gliserol yang
kemudian disusun menjadi trigliserida yang disimpan dalam sel lemak atau
jaringan adiposa. Enzim lipase yang kedua adalah lipase peka hormon, terletak
intrasel di jaringan adiposa yang berfungsi mengkatalisis pemecahan simpanan
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Artinya kerja lipoprotein
lipase dan lipase peka hormon berlawanan. Lipoprotein lipase meningkat akibat
pemberian makan dan menurun akibat puasa dan stres, sebaliknya lipase peka
hormon meningkat akibat puasa dan stres tetapi menurun akibat pemberian makan
(Ganong, 2002).
Proses lipolisis diawali dari suatu proses hidrolisis trigliserida dengan
bantuan enzim lipase peka hormon yang terdapat dalam sel lemak. Penguraian
trigliserida menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak akan
berikatan dengan serum albumin dalam sirkulasi dan diangkut ke jaringan lain
dalam tubuh yang kemudian mengalami oksidasi (Wirahadikusumah, 1985).
Rusdiana (2004) menambahkan oksidasi sempurna asam lemak menghasilkan
energi sebesar 9 kkal/g. Gliserol yang terbentuk pada lipolisis mengalami
fosforilasi dan dioksidasi menjadi dihidroksiaseton fosfat yang selanjutnya
mengalami isomerasi menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Gliseraldehida-3-fosfat
memungkinkan perubahan menjadi piruvat atau glukosa di hati untuk selajutnya
diproses menjadi energi (ATP) (Rusdiana, 2004).
Trigliserida dalam depot lemakHidrolisis oleh
enzim lipase peka hormon
Asam lemak bebas
gliserolSerum albumin dalam sirkulasi fosforilasi
oksidasijaringan
Dihidroksi aseton fosfat
Gliseraldehid-3-fosfat
Asam piruvathati ATP
Gambar 4 Proses lipolisis. Sumber: Rusdiana, 2004.
Obesitas
Obesitas atau kegemukan adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya
timbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh (Wahyu, 2006). Obesitas
biasanya berkembang akibat mengkonsumsi sejumlah energi yang melebihi
kebutuhan energi per hari atau akibat terlalu sedikit energi yang digunakan untuk
melakukan aktivitas. Energi hasil konsumsi disimpan dalam bentuk lemak dan
lemak ini hanya bisa berkurang apabila energi digunakan dalam jumlah yang lebih
besar dari yang dikonsumsi (Wiseman, 2002). Menurut Ganong (2002) obesitas
terjadi apabila terdapat kelebihan berat badan akibat lemak sebesar 20% pada pria
dan 25% pada wanita.
Obesitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor
genetik, disfungsi pada salah satu bagian otak, emosi, faktor lingkungan dan
proses perkembangan (Mu’tadin, 2002). Obesitas dimungkinkan dapat menurun
secara genetik karena banyak gen yang terlibat dalam proses pengeluaran dan
pemasukan energi. Penelitian terhadap gen obese pada tikus telah membuka
wawasan mengenai bidang ini. Gen obese memproduksi suatu protein yang
dikenal dengan nama leptin terutama di sel-sel lemak (adiposa) yang disekresikan
ke dalam darah. Leptin bekerja pada hipotalamus yang mengakibatkan
menurunnya nafsu makan dan meningkatnya penggunaan energi. Selain itu leptin
berfungsi sebagai suatu duta/massanger dari jaringan adiposa yang memberikan
informasi ke otak mengenai jumlah massa lemak (Wiseman, 2002). Pada
penderita obesitas kadar leptin dalam plasma meningkat karena banyaknya
timbunan lemak tetapi kemungkinan terdapat kegagalan pada transport leptin ke
otak sehingga penggunaan energi berkurang (Ganong, 2002).
Hipotalamus mempengaruhi tingkat konsumsi makanan yaitu pada
hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan)
dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan
(pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila
HL rusak atau hancur maka individu menolak untuk makan atau minum dan akan
mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum. Sedangkan bila kerusakan
terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus sehingga
mengalami kegemukan (Mu’tadin, 2002).
Menurut Mu’tadin (2002) faktor lingkungan juga mempengaruhi
seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan
yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang
tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak
dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami
masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan. Faktor emosi turut
berkontribusi menyebabkan kegemukan pada diri seseorang. Saat seseorang
merasa cemas, sedih, kecewa atau tertekan, biasanya akan cenderug
mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan (Wahyu, 2006).
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak hingga 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
yang berat badannya normal (Anonimus, 2007). Menurut Linder (1992) jumlah
sel lemak ditentukan saat masa kanak-kanak dan overfeeding akan meningkatkan
jumlahnya seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi jumlah volume lemak di dalam setiap sel. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Aoki et al. (2006), penggunaan licorice flavonoid oil (LFO)
pada pakan kaya lemak selama 8 minggu dapat memperkecil volume sel lemak.
Tabel 1 Jumlah dan besar sel lemak pada individu normal dan obese (gemuk)
Kondisi Berat sel (µg lipid/sel) Total sel (x 109)
Berat badan normalRemaja, onset obeseDewasa, onset obesePengurangan obese*)
0.66 ± 0.060.90 ± 0.050.98 ± 0.140.45 ± 0.05
26 ± 6.885 ± 6.962 ± 4.262 ± 5.3
Keterangan: *) penurunan berat badan 50 kg. Sumber : Linder, 1992.
Kriteria obesitas dapat ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) membagi obesitas berdasarkan IMT yang
diperlihatkan pada Tabel 2. Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan cara
membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (meter) atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan 2 (m2)
Tabel 2 Klasifikasi berat badan menurut WHO
Klasifikasi berat badan Interval IMT
KurusNormal
Obesitas grade IObesitas grade IIObesitas grade III
<18.4918.5 – 24.9925.0 – 29.9930.0 – 39.99
>40.0Sumber : Wildman and Medeiros, 2000
Kegemukan dan obesitas diyakini berkaitan dengan berbagai penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung kongestif (congestif heart failure), hipertensi,
kencing manis (diabetes melitus tipe 2) dan penyakit radang persendian
(osteoartritis). Beberapa pasien anak-anak yang menderita kegemukan dan
obesitas juga dilaporkan mengalami periode tidak bernafas waktu tidur (sleep
apnea) yang dapat menurunkan daya fikirnya dikemudian hari (Wahyu, 2006).
Hewan Coba
Tikus yang sudah banyak digunakan dalam penelitian di laboratorium
adalah tikus putih (Rattus sp) yang berasal dari Asia Tengah (Malole dan
Pramono, 1989). Tikus digunakan sebagai hewan model karena mudah didapat
dan dipelihara, mempunyai ukuran yang pantas untuk dijadikan sebagai hewan
coba, mudah bereproduksi dalam kondisi laboratorium, serta mempunyai
karakteristik genetik yang terdefinisi dengan baik (Joniken et al., 1985). Jenis
kelamin tikus dalam penelitian perlu dipertimbangkan (Betty, 2003). Pada
berbagai penelitian dapat digunakan tikus jantan dari galur tertentu. Penggunaan
tikus jantan dimaksudkan untuk menghindari adanya pengaruh hormonal terhadap
hewan coba yang digunakan, misalnya hormon estrogen. Grundy (1991) dalam
Nurhidayati (2005) menambahkan bahwa hormon estrogen berpengaruh terhadap
aktivitas reseptor LDL yang selanjutnya berpengaruh terhadap kolesterol darah.
Tikus memiliki berbagai galur dengan kekhususan tertentu. Galur yang
sering digunakan adalah Sprague-Dawley albino putih, kepala kecil dan ekor lebih
panjang dari badannya; galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor lebih
pendek; galur Long-Evans berwarna hitam di kepala dan tubuh bagian depan
(Malole dan Pramono, 1989).
Galur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sprague-Dawley yang
berjenis kelamin jantan dewasa. Galur ini mempunyai pertumbuhan yang cepat
ditandai dengan pencapaian bobot badan hingga 300 g pada jantan dan 200 g pada
betina umur 12 minggu (Weihe, 1989).
Pakan tikus diberikan secara ad libitum dan tikus akan mengatur pola
makannya untuk menjaga keseimbangan energi (Pahlavani et al. dalam
Simanullang, 1999). Menurut Malole dan Pramono (1989), konsumsi pakan tikus
secara normal rata-rata 10 g per 100 g berat badan dan minum 10-12 ml per 100 g
berat badan, sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) seekor tikus
dewasa membutuhkan 12-20 g pakan dan minum 20-45 ml. Tingkat konsumsi
pakan dipengaruhi oleh temperatur kandang, kelembaban, kesehatan dan kualitas
pakan. Kualitas pakan tikus merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berbiak, hidup lama
atau bereaksi terhadap obat. Pakan tikus secara normal sebaiknya mengandung
kadar lemak 5%, pati 45-50%, protein 20-25% (tetapi hanya 12% jika protein
tersebut mengandung asam amino esensial dalam jumlah dan konsentrasi yang
tepat), serat kasar 5% dan abu 4-5% (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2007 hingga bulan April 2008 di
Bagian Farmakologi dan Toksikologi Departemen Anatomi, Fisiologi dan
Farmakologi, Bagian Patologi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, serta
kandang Ladang Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
1. Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan dalam percobaan ini adalah tikus putih jantan
dewasa yang berumur diatas 56 hari atau yang memiliki bobot badan diatas 236 g,
galur Sprague Dawley sebanyak 40 ekor yang dibagi kedalam empat kelompok
percobaan, masing-masing 10 ekor.
2.Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ramuan ekstrak daun
jati belanda dan rimpang bangle, bahan pakan yang terdiri dari pakan ayam broiler
yang berbentuk serbuk dengan kandungan protein 21.0-23.0 %, lemak minimal
5%, serat maksimal 5%, abu maksimal 7%, kalsium minimal 0.9%, phosphor
minimal 0.6% dan kandungan air maksimal 13%; lemak sapi yang dilelehkan;
CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) atau biasa dikenal dengan tepung kanji; dan
minyak kedelai. Semua bahan dicampur dan dibentuk menjadi pelet. Air minum
yang diberikan adalah air bersih yang diganti setiap hari. Selain itu chloroform
yang diperlukan untuk anastetik perinhalasi ketika menidurkan tikus sebelum
dinekropsi, dan Buffer Normal Formalin (BNF) 10% untuk mengawetkan lemak
organ.
Alat-alat yang digunakan terdiri dari timbangan Triple Beam Balance
(skala 0.1 g), tempat pakan, botol air minum, kandang individu yang terbuat dari
plastik dengan ukuran 60 x 40 x 15 cm, tutup kandang berupa kawat bercelah,
sonde lambung, alat bedah untuk nekropsi, kantong plastik dan alat bantu dalam
membuat pakan yang terdiri atas kompor listrik, ember, spoit bekas yang
ujungnya dibuang, panci, mortar dan alu untuk mencairkan CMC, loyang dan
oven untuk mengeringkan pakan.
Metode Penelitian
1. Pembuatan Pakan
a. Pakan normal
Pakan normal diformulasikan dari campuran 90% pakan ayam broiler yang
berbentuk serbuk dan 10% CMC. CMC dicairkan dengan menggunakan air panas
kemudian dicampurkan kedalam pakan ayam broiler dan dicetak menjadi pelet
dengan spoit bekas, kemudian dikeringkan di dalam oven.
b.Pakan kaya lemak
Pakan kaya lemak disusun dengan mencampurkan bahan-bahan sebagai
berikut: pakan ayam broiler, lemak sapi yang dilelehkan untuk mendapatkan kadar
lemak 100%, CMC cair dan minyak kedelai. Semua bahan dicampur dengan
persentase tertentu untuk mendapatkan pakan dengan kadar lemak maksimal 25 %
dan dibentuk menjadi pelet. Kadar lemak masing-masing bahan yaitu lemak sapi
100% (Anggorodi, 1985), konsentrat 5% (tercantum dalam kemasan), minyak
kedelai 7% (tercantum dalam kemasan), dan CMC (tepung kanji) 1.3%
(Anggorodi, 1985). Persentase bahan dalam 1 kg pakan yang mengandung
maksimal 25% lemak disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi dan persentase bahan pakan
Bahan Persentase dalam
pakan (%)
Berat dalam
pakan (g)
Kandungan
lemak dalam
bahan (%)
Kadar lemak
dalam pakan
(%)
konsentrat 76.5 765 5.0 3.825
Lemak sapi 21.0 210 100.0 21.000
Minyak kedelai 1.5 15 7.0 0.105
CMC 1.0 10 1,3 0.013
Jumlah total 100.0 1000 24.943 ≈ 2 5
3. Periode Penggemukan
Periode ini merupakan rangkaian proses penggemukan tikus yang
dilakukan selama empat minggu. Tikus dibagi dalam empat kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri atas 10 ekor. Kelompok pertama diberi pakan
normal (kontrol negatif), sedangkan ketiga kelompok lainnya diberi pakan kaya
lemak. Masing-masing hewan diberi makan 20-25 g/hari dan minum sebanyak
100-150 ml/hari yang diganti setiap harinya. Penimbangan berat badan dilakukan
seminggu sekali selama 4 minggu.
4. Uji Dosis
Pada penelitian ini, keempat kelompok tikus diberi perlakuan yang
berbeda selama empat minggu yaitu:
1. Kelompok kontrol negatif yang diberi pakan normal dengan kandungan
lemak rendah dan dicekok dengan aquades (KPN).
2. Kelompok kontrol positif yang diberi pakan kaya lemak dengan kandungan
lemak 25% dan dicekok aquades (KPL).
3. Kelompok uji dosis rendah yang diberi pakan kaya lemak dengan kandungan
lemak 25% dan dicekok ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang
bangle dosis 302.4mg/200 g BB (BL I).
4. Kelompok uji dosis tinggi yang diberi pakan kaya lemak dengan kandungan
lemak 25% dan dicekok ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang
bangle dosis 604.8mg/200 g BB (BL II).
Perbandingan campuran ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang
bangle tidak dapat dicantumkan dalam tulisan ini karena formula tersebut akan
dipatenkan.
Dosis BL I diperoleh dari rumus:
D =50
70X a mg X 0,018 X MR (/200g BB)
Keterangan: : perbandingan bobot manusia pada penyetaarn dosis Laurence dan Bacharah (1964) dan manusia normal.
a mg : dosis yang diberikan untuk manusia.0,018 : penyetaraan dosis pada tikus (Laurence dan Bacharah, 1964).MR : perbandingan laju metabolisme tikus terhadap manusia (laju
metabolisme tikus 4x laju metabolisme manusia).
70
50
Dosis BL II adalah dua kali dosis BL I. Pakan diberikan 20-25 g/ekor/hari,
baik pakan normal maupun pakan kaya energi dan tanpa penimbangan sisa pakan.
Campuran ekstrak jati belanda dan bangle diberikan 2 kali sehari secara peroral
menggunakan sonde lambung.
Pengambilan dan Pemeriksaan Jaringan Lemak Post Mortem
Pada akhir penelitian hewan coba dieuthanasi menggunakan chloroform
(CCl4) over dosis, kemudian dinekropsi untuk pengambilan jaringan lemak ginjal,
testis dan omentum. Lemak ditimbang kemudian difiksasi dalam cairan Buffer
Normal Formalin (BNF) 10%. Lemak dibuat sediaan histopatologi dan diwarnai
dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin). Prosedur pembuatan sediaan
histopatologi lemak disajikan pada lampiran 12.
Analisis Statistik
Data prosentase pertambahan bobot badan dan prosentase bobot jaringan
lemak diolah menggunakan ANOVA pada sistem SPSS 13 dan bila dalam analisis
berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan. Uji Barlett dilakukan terlebih
dahulu untuk memengetahui homogenitas varian. Prosentase bobot jaringan lemak
diperoleh dengan membandingkan bobot lemak (g) terhadap bobot badan (g)
dikali 100%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertambahan Bobot Badan
Pada periode penggemukan, persentase pertambahan bobot badan
kelompok yang diberi pakan kaya lemak lebih besar dan berbeda nyata (p≤0,05)
dibandingkan kelompok yang hanya mengkonsumsi pakan normal (KPN). Hal ini
membuktikan bahwa konsumsi lemak tinggi dapat meningkatkan bobot badan.
Sebaliknya pada periode uji dosis, persentase pertambahan bobot badan lebih
rendah dan tidak berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan kelompok yang
mengkonsumsi kaya lemak (KPL). Persentase pertambahan bobot badan
kelompok uji dosis rendah (BL I) cenderung lebih kecil dibandingkan kelompok
uji dosis tinggi (BL II). Rata-rata persentase pertambahan bobot badan selama
penelitian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata persentase pertambahan bobot badan tikus pada periode penggemukan dan periode uji dosis ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle
Keterangan : KPN: kontrol pakan normal; KPL: kontrol pakan lemak 25%; BL I: uji dosis rendah ekstrak
alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle; BL II: uji dosis tinggi ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle.
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Pada periode penggemukan seperti dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar
5, seluruh tikus menunjukkan persentase pertambahan bobot badan. Kelompok BL
II memperoleh persentase pertambahan bobot badan yang paling tinggi dan
berbeda nyata (p≤0,05), diikuti kelompok KPL yang juga berbeda nyata (p≤0,05)
dibandingkan kelompok KPN sedangkan kelompok BL I tidak berbeda nyata
(p>0,05) dibandingkan kelompok kontrol negatif (KPN),
Peningkatan bobot badan dapat disebabkan oleh konsumsi pakan yang
tinggi lemak sehingga menghasilkan jumlah energi yang lebih besar dibandingkan
pakan normal. Menurut Ganong (2002) satu gram lemak menghasilkan energi
Periode Pertambahan bobot badan (%)
KPN KPL BL I BL II
Penggemukan
Uji dosis
21,812 ± 4,800 a
6,788 ± 4,436 a28,067 ± 7,104 bc
9,162 ± 7,987 a
25,048 ± 6,886 ab
4,692 ± 4,602 a32,322 ± 6,652 c
8,988 ± 2,726 a
sebesar 9,3 kkal, yang nilainya dua kali lebih besar dibandingkan energi yang
dihasilkan oleh karbohidrat dan protein pada berat yang sama. Tidak ada
perbedaan yang nyata antara kelompok BL I dan KPN diduga adanya kekurangan
pada individu kelompok tersebut dalam hal efisiensi kecernaan pakan. Pada
penelitian ini tidak dilakukan penghitungan konsumsi pakan harian dan persentase
hasil metabolisme yang dibuang melalui feses sehingga hal tersebut tidak dapat
dibuktikan.
21.812
28.06725.048
32.322
0
5
10
15
20
25
30
35
KPN KPL BL I BL II
Perlakuan
Per
tam
bah
an b
ob
ot
bad
an (
%)
Gambar 5Rata-rata pertambahan bobot badan tikus pada periode penggemukan. KPN : kontrol pakan normal, KPL : kontrol pakan lemak 25%, BL I : uji dosis rendah ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle, BL II : uji dosis tinggi ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle.
Menurut Linder (1992), banyaknya energi yang dikonsumsi dapat
menyebabkan peningkatan bobot badan dan kelebihan energi akan disimpan
dalam bentuk lemak. Banyak hal yang mempengaruhi jumlah energi yang
dihasilkan, termasuk jenis yang dikonsumsi dan lamanya mengkonsumsi jenis
pakan tersebut. Pakan dengan kandungan lemak tinggi menghasilkan jumlah
energi yang lebih besar dari yang dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas.
Kelebihan energi tersebut disimpan dalam bentuk jaringan lemak, baik lemak
perifer maupun lemak pembungkus organ.
Pada uji dosis ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle
selama empat minggu diperoleh persentase pertambahan bobot badan yang lebih
rendah dibandingkan pada proses penggemukan (Tabel 4 dan Gambar 6).
Penurunan persentase pertambahan bobot badan terdapat pada semua kelompok,
tidak hanya pada kelompok uji, hal ini diduga disebabkan oleh stres pada saat
aab
c
bc
pencekokan. Pada keadaan stres terjadi peningkatan ACTH (adrenokortikotropik
hormon) yang merangsang peningkatan sekresi glukokortikoid di korteks adrenal.
Glukokortikoid disintesis dari kolesterol, sehingga kolesterol yang terbentuk dari
pemecahan lemak dalam pakan sebagian digunakan untuk pembentukan
glukokortikoid. Selain itu stres meningkatkan aktivitas lipase peka hormon
sehingga proses lipolisis dari jaringan adiposa dapat terjadi (Ganong, 2002).
Perbandingan persentase pertambahan bobot badan disajikan pula dalam bentuk
histogram pada Gambar 6.
6.788
9.162
4.692
8.988
0
2
4
6
8
10
KPN KPL BL I BL II
Perlakuan
Per
tam
bah
n b
ob
ot
bad
an (
%)
Gambar 6Rata-rata pertambahan bobot badan tikus pada periode uji dosis. KPN : kontrol pakan normal, KPL : kontrol pakan lemak 25%, BL I : uji dosis rendah ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle, BL II : uji dosis tinggi ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle.
Menurut Rahardjo (2004), terhambatnya pertambahan bobot badan
disebabkan oleh efek alkaloid daun jati belanda dan rimpang bangle yang
berstruktur kimia mirip orlistat yaitu penghambat aktivitas lipase pankreas.
Akibatnya, penyerapan asam lemak di mukosa usus terhambat. Namun, pada
rimpang bangle terdapat senyawa aktif lainnya yaitu flavonoid yang cara kerjanya
berlawanan dengan alkaloid yaitu dengan cara meningkatkan aktivitas enzim
lipase (Darusman, 2001). Dari penelitian Darusman (2001) diperoleh hasil bahwa
senyawa flavonoid yang terkandung pada tanaman rimpang bangle dapat
meningkatkan aktivitas enzim lipase secara invitro.
Peningkatan dosis ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle
tidak mempengaruhi penurunan persentase pertambahan bobot badan tikus. Dari
hasil percobaan terlihat bahwa pemberian ramuan ekstrak daun jati belanda dan
a
a
a
a
rimpang bangle dengan dosis rendah (302,4 mg/200g BB) cenderung lebih efektif
mencegah peningkatan persentase pertambahan bobot badan dibandingkan dosis
tinggi (604,8 mg/200g BB). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh senyawa
flavonoid pada rimpang bangle berfungsi meningkatkan aktivitas enzim
lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase yang terdapat di dinding kapiler
berperan dalam proses pembentukan jaringan lemak. Menurut Dyah dalam
Riyanto (2006), senyawa dominan yang terkandung dalam ekstrak rimpang bangle
adalah flavonoid dan tanin. Dengan demikian apabila dosis ekstrak ditingkatkan
maka akan semakin besar pula pengaruh senyawa flavonoid terhadap bobot badan
tikus, sedangkan senyawa alkaloid yang berfungsi menghambat aktivitas enzim
lipase pankreas tidak terlalu meningkat dibandingkan peningkatan senyawa
flavonoid.
Tidak tersarinya lendir daun jati belanda kemungkinan menjadi penyebab
lain kurang bermaknanya efek penghambatan pertambahan bobot badan. Lendir
yang terkandung pada daun jati belanda berfungsi sebagai pelicin sehingga dapat
mengurangi absorbsi makanan (Rahardjo, 2004). Lendir daun jati belanda tidak
terlarut dalam ekstrak alkohol melainkan larut dalam air. Apabila konsentrasi
pelarut alkohol diturunkan atau pelarut yang digunakan adalah pelarut air maka
lendir dan senyawa aktif lainnya dapat terlarutkan, sehingga pertambahan bobot
badan dapat ditekan (Pramono et al., 2005). Hasil penelitian Pramono et al.
(2005) menunjukkan bahwa pemberian lendir daun jati belanda peroral dapat
menghambat kenaikan bobot badan tikus.
Selain itu singkatnya waktu perlakuan juga mempengaruhi hasil penelitian.
Diduga aktivitas penghambatan oleh enzim lipase belum bekerja maksimal dalam
waktu singkat sehingga belum bekerja dalam menghambat pertambahan bobot
badan (Pramono et al., 2005).
Bobot Lemak
Jaringan lemak viseral adalah organ yang dapat melepaskan berbagai
protein yang bekerja seperti sistem endokrin, parakrin dan autokrin yang ekspresi
dan sekresinya akan meningkat pada obesitas. Pada penderita obesitas terjadi
peningkatan ekspresi dan sekresi berbagai adipokin seperti TNF-α dan TGF-β1
oleh jaringan adiposa. TNF-α dan TGF-β1 dapat meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular. Jaringan lemak viseral menghasilkan TNF-α lebih banyak
dibandingkan jaringan lemak subkutan (Budhiarta, 2006). Oleh sebab itu pada
penelitian ini diambil jaringan lemak ginjal, testis dan omentum sebagai jaringan
lemak yang dapat mewakili jaringan lemak yang terdapat di ruang abdomen.
Hasil pengukuran bobot jaringan lemak organ ginjal, testis, dan omentum
serta total keseluruhan bobot lemak organ disajikan pada Tabel 5. Hampir seluruh
kelompok yang diberi pakan lemak tinggi memiliki bobot lemak ginjal, testis
maupun omentum lebih besar dan berbeda nyata (p≤0,05) dibandingkan kelompok
yang diberi pakan normal. Kelompok BL I dan BL II yang diberi ekstrak alkohol
daun jati belanda dan rimpang bangle dosis rendah maupun tinggi memiliki bobot
jaringan lemak ginjal, testis maupun omentum yang tidak berbeda nyata (p>0,05)
dibandingkan kelompok KPL. Dengan demikian pemberian ekstrak alkohol daun
jati belanda dan rimpang bangle tidak berpengaruh terhadap bobot lemak organ.
Tabel 5 Rata-rata persentase bobot jaringan lemak organ terhadap bobot badan setelah 8 minggu perlakuan
Kelompok Lokasi Lemak
Ginjal (%) Testis (%) Omentum (%) Rata-rata ( %)
KPN 0,672 ± 0,377 a 0,788 ± 0,357 a 0,851 ± 0,266 a 0,711 ± 0,315 a
KPL 1,131 ± 0,369 ab 1,020 ± 0,230 ab 1,218 ± 0,257 b 1,123 ± 0,250 ab
BL I 1,248 ± 0,758 b 1,105 ± 0,263 ab 1,138 ± 0,334 ab 1,175 ± 0,431 b
BL II 1,603 ± 0,617 b 1,263 ± 0,421 b 1,203 ± 0,285 b 1,356 ± 0,431 b
Keterangan : KPN: kontrol pakan normal; KPL: kontrol pakan lemak 25%; BL I: uji dosis rendah ekstrak
alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle; BL II: uji dosis tinggi ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle.
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Hal ini kemungkinan disebabkan waktu perlakuan yang singkat sehingga
timbunan lemak yang terbentuk selama proses penggemukan belum dapat
diuraikan menjadi asam lemak dan gliserol. Menurut Dyah dalam Riyanto
(2006), reaksi ekstrak rimpang bangle relatif kurang cepat dibandingkan senyawa
kimia lain dalam menurunkan berat badan, tetapi rimpang bangle memiliki efek
samping lebih kecil
Berdasarkan gambaran histologi pada lemak ginjal, testis dan omentum
dapat disimpulkan bahwa besarnya diameter sel lemak pada kelompok yang diberi
pakan kaya lemak lebih besar dibandingkan kelompok kontrol negatif. Kelompok
yang dicekok ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle dosis rendah
(BL I) dan dosis tinggi (BL II) memiliki ukuran sel lemak yang lebih kecil
dibandingkan kelompok kontrol positif. Hal ini menjelaskan bahwa diameter sel
lemak dapat membesar dan mengecil akibat pengaruh pakan.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 7Gambaran histologi jaringan lemak omentum. a. Kelompok:pakan normal (KPN), b. Kelompok pakan lemak 25 % (KPL), c. Kelompok uji dosis rendah ekstrak alkohol daun jati belanda dan rimpang bangle (BL I), d. Kelompok uji dosis tinggi ramuan ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle (BL II).
Sel lemak (adiposit) merupakan tempat penyimpanan cadangan energi
berupa trigliserida. Proses metabolisme yang terdiri atas proses esterifikasi dan
lipolisis terjadi di dalam jaringan adiposa. Resultan kedua proses ini menentukan
2µm 2µm
2µm 2µm
besarnya depot asam lemak. Artinya bila proses lipolisis lebih dominan maka
depot asam lemak akan mengecil dan sebaliknya bila proses esterifikasi lebih
dominan maka depot asam lemak akan membesar (Mayes, 2003). Pada proses
lipolisis enzim lipase mengubah timbunan lemak yang berlebih menjadi asam
lemak atau gliserol. Menurut Ganong (2002) terdapat suatu lipase intrasel
jaringan adiposa yaitu lipase peka hormon yang berfungsi sebagai katalisator
hidrolisis lemak dari jaringan adiposa. Peluruhan lemak berkaitan dengan
aktivitas hidrolitik enzim. Enzim yang dapat menghidrolisis lemak adalah
golongan lipase yang mengkatalisis proses hidrolisis ikatan ester yang disebut
hidrolase ester gliserol (Darusman, 2001).
Konsumsi energi diawal kehidupan (sebelum dewasa kelamin) akan
menentukan jumlah sel lemak setelah dewasa. Jumlah sel lemak setelah dewasa
akan tetap sama dengan jumlah sel sebelum dewasa kelamin yaitu pada saat
kapasitas jaringan lemak untuk berproliferasi menurun. Menurunkan bobot badan
secara drastis tidak menyebabkan penurunan jumlah sel lemak namun mengurangi
ukuran sel lemak. Peningkatan bobot badan lebih cepat terjadi pada individu yang
sudah pernah mengalami penurunan massa sel lemak dibandingkan individu yang
belum sama sekali (Linder, 1992).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase pertambahan bobot badan tikus yang mengkonsumsi pakan tinggi
lemak lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan yang hanya mengkonsumsi
pakan normal
2. Ekstrak campuran daun jati belanda dan rimpang bangle dosis rendah
(302,4mg/200g BB/hari) cenderung lebih efektif dalam mencegah
pertambahan bobot badan dibandingkan dosis tinggi (604,8mg/200g BB/hari)
3. Pemberian ekstrak daun jati belanda dan rimpang bangle tidak berpengaruh
terhadap penurunan bobot jaringan lemak ginjal, testis dan omentum, namun
berpengaruh terhadap penurunan ukuran sel lemak.
Saran
1. Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan dengan jangka waktu penelitian yang
lebih lama agar pengaruh ekstrak terhadap bobot badan dan bobot lemak lebih
jelas
2. Diperlukan data pendukung seperti kadar kolesterol, kadar lipase, insulin,
infiltrasi sel lemak ke dalam hati dan gambaran histologi pankreas untuk
memperkuat kesimpulan
3. Perlu digunakan jaringan potong beku dan pewarna khusus lemak seperti
sudan black atau oil red dalam pengamatan histologi jaringan lemak agar sel
lemak yang mengalami lipolisis terlihat jelas
4. Sebaiknya dilakukan juga penelitian terhadap hewan coba yang digemukkan
dan pemberian ekstrak yang sejalan dengan restrictive feeding programe.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas: Kemajuan Mutakhir. Jakarta: UI Press
Anonimus. 2007. Penyebab Obesitas. http://www.id.wikipedia.org./wiki/obesitas [11 Februari 2008]
Aoki, F. et al. 2006. Suppression by Licorice Flavonoid of Abdominal Fat Accumulation and Body Weight Gain in High-Fat Diet-Induced Obese C57BL/6J Mice. J.Biosci. Biotechnol. Biochem., 71 (1),206-214.2007
Beck, ME. 1977. Nutrition and Dietetics for Nurse. Ed. 5th. Edinburgh London and New York: Churchil Livingstone
Budhiarta, AAG. 2006. Peran Penurunan Berat Badan terhadap Kadar Plasminogen Activator 1 pada Obesitas Abdominal. J. Peny. Dalam 7(3),161-169.2006
Chamratpan, S., Homchuen S. 2005. Plai. Ethnobotany in Upper Northeastern Thailand. http://www.whitelotusaromatics.com/White Lotus Aromatics [20Mei 2008]
Darusman, LK., Eti R., Sulistiyani. 2001. Kajian Senyawa Golongan Flavonoid Asal Tanaman Rimpang bangle sebagai Senyawa Peluruh Lemak melalui Aktivitas Lipase. [Laporan Penelitian]. Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB. Bogor
Gaman, PM., Sherrington KB. 1992. Ilmu Pangan Pengantar, Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Murdijati et al (penerjemah) dari The Science of Food, An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbilogy. Ed. 2th. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Ganong,WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ahli bahasa: Brahm U Pendit et el. Editor edisi bahasa Indonesia H.M Djauhari Widjajakusumah. Edisi ke-20.Jakarta: EGC
Greenwood, JK. 1992. The IBD Nutrition Book. New York, Chicester, Toronto, Singapore: John Wiley & sons. Inc
Gultom, AM. 2003. Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica) dalam Ransum untuk Meningkatkan Bobot Badan Tikus Putih (Rattus novergucus). [skripsi]. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor: IPB Press
Hendry, J. 2007. Daun jati belanda Si Pelangsing Pengusir Kaki Gajah. http://www.pikiran rakyat.com [11Februari 2008]
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan (penerjemah). Jakarta: Yayasan Sarana Warna Jaya
Linder, MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi. Jakarta: UI Press
Malole, MBM., SU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Institut Pertanian Bogor: Pusat Antar Universitas
Marinetti, GV. 1990. Disorders of Lipid Metabolism. New York and London: Plenum Press
Mayes PA., Robert KM., Daryl KG. and Victor VW. 2003. Biokimia Harper. Alih bahasa oleh Andry Hartono. Edisi ke-25. Jakarta EGC
Merdikoputro, D. 2006. Mampu Menurunkan 100 Kg. http://www.suaramerdeka. com. [03 agustus 2008]
Mu’tadin, Z. 2002. Obesitas dan Faktor Penyebab. http://www.epsikologi.com/130502htm. [11 Februari 2008]
Nuratmi, B., Adjirni, B. Wahyudi. 2006. Penelitian Toksisitas Akut dan Subkronik Daun Daun jati belanda Pada Hewan Percobaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Nuratmi, B., Dian S., Lucie W. 2005. Uji Khasiat Seduhan Rimpang Rimpang bangle (Zingber purpureum Roxb.) sebagai Laksansia pada Tikus Putih.Media Litbang Kesehatan vol XV no. 3. Jakarta
Nurcahyo. 2007. Musuh Kolesterol dari Amazon. Majalah Trubus. Januari 2007
Nurhidayati. 2005. Potensi Serat Selulosa Mikrob sebagai Penurun Kolesterol darah pada Tikus Putih Galur Wistar. [skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas MIPA IPB. Bogor: IPB Press
Ozaki, Y., Kawahara N., and Harada M. 1991. Anti-inflamatory Effect of Zingiber cassumunar Roxb. and its Active Principles. Chem.Pharm. Bull (Tokyo). 39(9):2353-6. Sep 1991
Pramono, S., Setyo SR., Ngatijan. 2005 Influence of Etanol Extract of Daun jati belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) On Lipase Enzym Activity of Rattus norvegicus Serum. [Majalah Inovasi] Vol.4/XVII/Agustus 2005
Purwati, S., Rahayuningsih S., Salimar. 2002. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan. Jakarta: Penebar Swadaya
Rahardjo, SS. 2004. Pengaruh Ektrak Etanol Daun Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Aktivitas Enzim Lipase Serum Rattus novergicus. [tesis] Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta: UGM Press
Riyanto, S. 2006. Dengan Rimpang bangle: Sayonara Lemak. http://www.kalbe.co.id [2 Juli 2008]
Rudita, RA. 2005. Pengaruh Beberapa Ekstrak Rimpang Rimpang bangleterhadap Aktivitas Enzim Kolesterol Oksidase secara in-vitro. [skripsi]. Departemen Kimia. Fakultas MIPA IPB. Bogor: IPB Press
Rusdiana. 2004. Metabolisme Asam Lemak. http://www.libraryusu.ac.id . [17 Agustus 2008]
Smith, JB., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Derah Tropis. Jakarta: UI Press
Syukur, C., Hernani. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya
Wahyu, GG. 2006. Kegemukan dan Obesitas. http://www.ukhuwah.or.id [11 Februari 2008]
Widowati, L. 2006. Jadi Langsing Tanpa Pusing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional, Departemen Kesehatan RI
Wildman, REC. and Medeiros DM. 2000. Advance Human Nutrition. Boca Raton, London, New York, Washington, D.C: CRC Press
Wirahadikusumah, M. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbihdrat, dan Lipid. Bandung: ITB Press
Wiseman, G. 2002. Nutrition and Helth. London and New York: Taylor & Francis Group
LAMPIRAN
Lampiran 1. Persentase pertambahan bobot badan pada periode penggemukan dan periode uji dosis dan persentase bobot lemak organ (%)
kelompok penggemukan uji dosis ginjal testis omentum rata-rataKPN 23.579 2.668 0.346 0.718 0.891 0.652
KPN 16.201 1.992 0.922 0.678 0.976 0.859KPN 20.296 7.222 0.529 0.588 0.735 0.618KPN 21.018 5.538 0.467 0.604 0.659 0.577
KPN 18.702 4.591 1.409 1.571 1.382 1.454KPN 21.539 13.479 0.633 0.546 0.690 0.623
KPN 31.352 11.960 0.395 0.813 0.627 0.612KPL 23.485 11.975 1.271 1.207 1.334 1.271
KPL 23.607 7.078 1.627 1.180 1.403 1.403KPL 35.290 15.961 1.085 0.901 1.085 1.024KPL 26.169 23.829 0.665 0.748 0.769 0.727
KPL 38.720 3.019 1.131 1.246 1.339 1.239KPL 22.609 8.592 1.382 0.703 1.482 1.189
KPL 34.818 4.158 1.353 1.264 1.397 1.338KPL 19.837 -1.319 0.535 0.913 0.936 0.795BL I 24.404 8.272 1.528 1.310 1.213 1.350
BL I 25.426 7.036 1.805 1.248 1.560 1.537BL I 28.165 4.435 0.290 0.941 0.845 0.692
BL I 17.304 0.125 0.651 0.852 0.651 0.718BL I 17.614 9.316 2.546 1.575 1.575 1.899
BL I 24.336 0.573 0.829 0.959 1.011 0.933BL I 19.236 9.270 1.322 1.300 1.300 1.307BL I 29.891 -3.488 0.560 0.785 0.785 0.710
BL I 39.052 6.688 2.023 0.974 1.299 1.432BL II 36.270 5.938 0.909 0.974 0.909 0.931
BL II 22.100 4.857 1.152 0.972 1.107 1.077BL II 30.627 9.479 2.111 1.579 1.473 1.721BL II 27.198 11.690 1.604 1.337 1.152 1.364
BL II 39.459 11.134 2.777 2.158 1.782 2.239BL II 24.325 12.662 1.949 1.472 1.321 1.581
BL II 35.123 7.021 0.893 1.033 0.921 0.949BL II 41.047 10.386 1.727 1.000 1.182 1.303
BL II 34.746 7.723 1.308 0.841 0.981 1.043
Lampiran 2. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok KPN
(a) tikus 1
(b) tikus 2
(c) tikus 3
2µm
2µm
2µm
Lampiran 3. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok KPL
(a) tikus 1
(b) tikus 2
(c) tikus 3
2µm
2µm
2µm
Lampiran 4. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok BL I
(a) tikus 1
(b) tikus 2
(c) tikus 3
2µm
2µm
2µm
Lampiran 5. Gambaran histopatologi jaringan lemak omentum kelompok BL II
(a) tikus 1
(b) tikus 2
(c) tikus 3
2µm
2µm
2µm
2µm
Lampiran 6. Analisis statistik bobot badan periode penggemukan
Descriptives
N MeanStd.
DeviationStd. Error
95% Confidence Interval for Mean
MinimumMaximu
mLower Bound
Upper Bound
KPN 7 21.8124 4.80091 1.81457 17.3723 26.2525 16.20 31.35KPL 8 28.0669 7.10378 2.51156 22.1280 34.0058 19.84 38.72BL I 9 25.0476 6.88622 2.29541 19.7543 30.3408 17.30 39.05BL II 9 32.3217 6.65151 2.21717 27.2089 37.4345 22.10 41.05
Total 33 27.0771 7.31290 1.27301 24.4841 29.6702 16.20 41.05
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 486.475 3 162.158 3.839 .020Within Groups 1224.838 29 42.236
Total 1711.314 32
Duncan
kelompok N
Subset for alpha = .05
1 2KPN 7 21.8124BL I 9 25.0476KPN 8 28.0669 28.0669BL II 9 32.3217
Sig. .075 .196
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 7. Analisis statistik bobot badan periode uji dosis
Descriptives
N MeanStd.
DeviationStd. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimu
mMaximu
mLower Bound
Upper Bound
KPN7 6.7786 4.43607 1.67668 2.6759 10.8812 1.99 13.48
KPL 8 9.1616 7.98710 2.82387 2.4842 15.8390 -1.32 23.83BL I 9 4.6919 4.60212 1.53404 1.1544 8.2294 -3.49 9.32BL II 9 8.9878 2.72573 .90858 6.8926 11.0830 4.86 12.66
Total 33 7.3897 5.33187 .92816 5.4991 9.2803 -3.49 23.83
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 116.220 3 38.740 1.416 .258Within Groups 793.501 29 27.362
Total 909.722 32
Duncan α=0.05
Kelompok N
Subset for alpha =
.05
1BL I 9 4.6919KPN 7 6.7786BL II 9 8.9878KPL 8 9.1616
Sig. .125
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Duncan α=0.25
perlakuan N
Subset for alpha = .25
1 23.00 9 4.69191.00 7 6.7786 6.77864.00 9 8.98782.00 8 9.1616Sig. .427 .393
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 8. Analisis statistik bobot jaringan lemak ginjal
Descriptives
N MeanStd.
DeviationStd. Error
95% Confidence Interval for Mean
MinimumMaximu
mLower Bound
Upper Bound
KPN7 .6716 .37698 .14248 .3229 1.0202 .35 1.41
KPL 8 1.1311 .36886 .13041 .8228 1.4395 .54 1.63BL I 9 1.2838 .75755 .25252 .7015 1.8661 .29 2.55BL II 9 1.6033 .61721 .20574 1.1289 2.0778 .89 2.78
Total 33 1.2041 .63647 .11080 .9784 1.4297 .29 2.78
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.519 3 1.173 3.602 .025Within Groups 9.444 29 .326
Total 12.963 32
Duncan
Kelompok N
Subset for alpha = .05
1 2KPN 7 .6716KPL 8 1.1311 1.1311BL I 9 1.2838BL II 9 1.6033
Sig. .115 .124
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 9. Analisis statistik bobot jaringan lemak testis
Descriptives
N MeanStd.
DeviationStd. Error
95% Confidence Interval for Mean
MinimumMaximu
mLower Bound
Upper Bound
KPN7 .7883 .35664 .13480 .4585 1.1181 .55 1.57
KPL 8 1.0203 .23030 .08142 .8277 1.2128 .70 1.26BL I 9 1.1049 .26296 .08765 .9028 1.3070 .79 1.58BL II 9 1.2629 .42107 .14036 .9392 1.5866 .84 2.16
Total 33 1.0603 .35461 .06173 .9346 1.1860 .55 2.16
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .918 3 .306 2.857 .054Within Groups 3.106 29 .107
Total 4.024 32
Duncan
Kelompok N
Subset for alpha = .05
1 2KPN 7 .7883KPL 8 1.0203 1.0203BL I 9 1.1049 1.1049BL II 9 1.2629
Sig. .074 .167
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 10. Analisis statistik bobot jaringan lemak omentum
Descriptives
N MeanStd.
DeviationStd. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimu
mMaximu
mLower Bound
Upper Bound
KPN7 .8514 .26633 .10066 .6051 1.0977 .63 1.38
KPL 8 1.2181 .25715 .09092 1.0031 1.4331 .77 1.48BL I 9 1.1377 .33365 .11122 .8812 1.3941 .65 1.58BL II 9 1.2031 .28495 .09498 .9841 1.4221 .91 1.78
Total 33 1.1143 .30996 .05396 1.0044 1.2242 .63 1.78
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .646 3 .215 2.571 .073Within Groups 2.429 29 .084
Total 3.074 32
Duncan
Kelompok N
Subset for alpha = .05
1 2KPN 7 .8514BL I 9 1.1377 1.1377BL II 9 1.2031KPL 8 1.2181
Sig. .055 .602
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 11. Analisis statistik bobot rata-rata jaringan lemak
Descriptives
N MeanStd.
DeviationStd. Error
95% Confidence Interval for Mean
MinimumMaximu
mLower Bound
Upper Bound
KPN7 .7707 .31534 .11919 .4791 1.0624 .58 1.45
KPL 8 1.1233 .25030 .08849 .9140 1.3325 .73 1.40BL I 9 1.1753 .43102 .14367 .8440 1.5066 .69 1.90BL II 9 1.3564 .43135 .14378 1.0249 1.6880 .93 2.24
Total 33 1.1263 .41054 .07147 .9807 1.2718 .58 2.24
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.383 3 .461 3.335 .033Within Groups 4.010 29 .138
Total 5.393 32
Duncan
Kelompok N
Subset for alpha = .05
1 2KPN 7 .7707KPL 8 1.1233 1.1233BL I 9 1.1753BL II 9 1.3564
Sig. .065 .242
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.162.b The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 12. Metode pembuatan sediaan histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Sampling organ
Fiksasi (BNF 10%)
Dehidrasi
(Alkohol 70%, 80%, 90%, alk. Absolut I dan II masing-masing 2 jam)
Embeding
(Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 56 o C)
Sectioning
(Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrtom 2µm)
Mounting (penempelan pada gelas objek)
Staining (pewarnaan)
Bagan pewarnaan Hematoksilin-Eosin
Xylol I (2 menit)
Xylol II (2 menit)
Alkohol absolut (2 menit)
Alkohol 95% (1 menit)
Alkohol 80% (1 menit)
Cuci dengan air kran (1 menit)
Mayer’s Haematoksilin (8 menit)
Cuci dengan air kran (30 detik)
Lithium carbonat (15-30 detik)
Cuci dengan air kran (2 menit)
Eosin (2-3 menit)
Cuci dengan air kran (30-60 detik)
Alkohol 95 % (10 celupan)
Alkohol absolut I (10 celupan)
Alkohol absolut II (2 menit)
Xylol I (1 menit)
Xylol II (2 menit)
Tutup dengan cover glasss