77
viii PENGARUH PEMBERIAN MSG (Monosodium Glutamate) PADA TIKUS Sprague-Dowley BETINAUSIA REPRODUKTIF SELAMA 2 MINGGU TERHADAP KADAR ENZIM PENANDA KERUSAKAN SEL HATI (AST/ALT) Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN DISUSUN OLEH : ERISKA MUHARANI NIM: 1113103000056 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN LMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

PENGARUH PEMBERIAN MSG (Monosodium Glutamate) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34220/1/ERISKA... · Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Biokimia,

Embed Size (px)

Citation preview

viii

PENGARUH PEMBERIAN MSG (Monosodium

Glutamate) PADA TIKUS Sprague-Dowley BETINAUSIA

REPRODUKTIF SELAMA 2 MINGGU TERHADAP

KADAR ENZIM PENANDA KERUSAKAN SEL HATI

(AST/ALT)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

DISUSUN OLEH :

ERISKA MUHARANI

NIM: 1113103000056

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN LMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

ii

PENGARUH PEMBERIAN MSG (Monosodium

Glutamate) PADA TIKUS Sprague-Dowley BETINAUSIA

REPRODUKTIF SELAMA 2 MINGGU TERHADAP

KADAR ENZIM PENANDA KERUSAKAN SEL HATI

(AST/ALT)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

DISUSUN OLEH :

ERISKA MUHARANI

NIM: 1113103000056

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN LMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 September 2016

Eriska Muharani

Materai

Rp.6000

iv

PENGARUH PEMBERIAN MSG (Monosodium Glutamate)PADA TIKUS

Sprague-DowleyBETINA USIA REPRODUKTIF

SELAMA 2 MINGGU TERHADAP KADAR ENZIM PENANDA

KERUSAKAN SEL HATI (AST/ALT)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Eriska Muharani

NIM: 1113103000056

Pembimbing 1

dr. Lucky Briliantina, M.Biomed

Pembimbing 2

Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD

NIP : 196905112003121001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M / 1437 H

v

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul PENGARUH PEMBERIAN MSG (Monosodium

Glutamate) PADA TIKUSSpragueDowley BETINA USIA REPRODUKTIF

SELAMA2 MINGGU TERHADAP KADAR ENZIM KERUSAKAN SEL

HEPAR (AST/ALT) yang diajukan oleh Eriska Muharani (NIM:

1113103000056), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan pada 2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi

Pendidikan Dokter.

Ciputat, 21 September 2016

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Lucky Briliantina, M.Biomed

Pembimbing I

dr. Lucky Briliantina, M.Biomed

Pembimbing II

Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, Ph. D

NIP. 196905112003121001

Penguji I

dr. Flori Ratna Sari, Ph. D

NIP.197707272006042001

Penguji II

Dr. Endah Wulandari, S. Si, M. Biomed

NIP.197110092005012005

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kepala PSPD FKIK UIN

Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP.196508081988031002 NIP. 197805072005011005

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum wr. Wb

Alhamdulillahirobbil ‘Alamiin, Puji dan Syukur saya haturkan kehadirat

Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya saya dapat

menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam juga tak

hentinya selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada keluarga,

para sahabat dan seluruh ummatnya sampai akhir zaman.

Penelitian ini tentunya tidak akan dapat saya selesaikan dengan baik jika tanpa

bimbingan, bantuan, dukungan serta do’a dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua

Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen-dosen Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter yang selalu memberi bimbingan, arahan

ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program studi

Pendidikan Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed dan Bapak Chris Adhiyanto, S.Si,

M.Biomed, Ph.D selaku dosen pembimbing penelitian saya ini, yang

selalu membimbing, mengarahkan, memberi semangat saya dalam

menyelesaikan penelitian ini dengan baik, serta para dewan penguji

3. Kedua orang tua saya yang tercinta, Edi Susanto, S.sos, S.H dan Dra.

Rosyidah, yang tak henti-hentinya memberikan saya cinta, kasih sayang,

motivasi, dukungan serta do’a untuk kelancaran semua ikhtiar yang saya

lakukan.

vii

4. Untuk kedua adik tersayang, Reska Mayang Sari dan Erika Sukma Sari

yang selalu menjadi penyemangat semua usaha serta memberikan

dukungan dan do’a selalu, serta kakak-kakak sepupu tercinta.

5. Drg Laifa selaku penanggung jawab (PJ) Laboratorium Riset. Ibu DR.

Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ Laboratorium Biokimia, Ibu

Nurlaely Mida Rachmawati, Ph.D selaku PJ Animal House yang telah

memberikan izin atas penggunaan lab pada penelitian ini.

6. Untuk teman seperjuangan pada penelitian ini, Filzah Widha Wasilah,

Sandy Rahmando dan M. Iqbal Syauqi yang telah banyak membantu

7. Sahabat-Sahabat terbaik saya sepanjang masa yang selalu berusaha baik

dalam motivasi dan do’a, Halimatul Sa’diah, Liska Ayulia, Kak Eka

Rahma, Nur Azizah, dan Aprillita Noor Amelia.

8. Seluruh Mahasiswa PSPD 2013, teman-teman dan sahabat-sahabat saya

yang selalu memberi saya semangat dan motivasi.

9. Untuk pihak laboran yang terlibat ibu Ayi, ibu Lilis, pak Rachmadi, serta

pak satpam dan bu satpam FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Serta semua pihak yang sangat mendukung saya, yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran atas kurang dan kekeliruan dalam penelitian

ini, agar penelitian ini dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai

pihak. Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan

manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 21 September 2016

Penulis

viii

ABSTRAK

Eriska Muharani, Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Pengaruh

pemberian MSG (Monosodium Glutamate) selama 2 mingguterhadap kadar

enzim penanda kerusakan hati (AST/ALT) pada tikus jenisSprague-Dowley

Usia reproduktif (8-12 Minggu).2016.

Monosodium Glutamate (MSG) merupakan suatu penyedap makanan yang

mempunyai senyawa L-Glutamic Acid yang dapat membentuk radikal bebas pada

konsumsi yang berlebihan, akumulasi senyawa ini akan mengakibatkan terjadinya

stress oksidatif dan akan menyebabkan kerusakan pada tingkat seluler organ

hepar. Kerusakan sel hepar dapat ditandai dengan peningkatan kadar transaminase

pada serum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pada pemberian MSG

pada dosis 2,4 g/kgBB, 3,6 g/kgBB dan 4,8 g/kgBB selama 2 minggu terhadap

terjadinya kerusakan sel hepar dengan melihat adanya peningkatan pada kadar

transaminase serum (AST/ALT). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

peningkatan kadar serum AST dan ALT pada setiap kelompok perlakuan dengan

p value >0,05. Dapat disimpulkan bahwa MSG dapat meningkatkan kadar AST

dan ALT sebagai tanda kerusakan pada sel hepar, namun tidak adanya perbedaan

peningkatan antar kelompok yang signifikan.

Kata Kunci : MSG (Monosodium Glutamate), AST, ALT, TikusSprague-Dowley

ABSTRACT

Eriska Muharani, Medical and Medical Profession Study Program. Effect of

Monosodium Glutamate during 2 weeks on increase enzym level as a marker

damage of hepatocyte (AST/ALT) in Sprague-Dowley reproductive rats.2016.

Monosodium Glutamate (MSG) is a flavoring food has a biochemical compound

L-glutamic acid that can be form a free radicals in excessive consumption, the

accumulative of free radicals can result oxidative stress and causing hepatocellular

injury. Hepatocellular injury marked by increased transaminase serum. This study

was carried out to investigate the effect of MSG at dose 2,4 g/kgBB, 3,6 g/kgBB,

and 4,8 g/kgBB in 2 weeks on hepatocellular damage and can be seen in increase

AST and ALT serum level. The result showed a good increase of AST and ALT

serum level in each treatment group with the p value>0,05. In conclusion the

administration of MSG could higher serum of AST and ALT as a marked of

hepatocellular damage, but there was no significant difference in improvement

between treatment group.

Key words : MSG (Monosodium Glutamate), AST, ALT, Sprague-Dowley rat

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

ABSTRAK ...............................................................................................viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3. Hipotesis ......................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................ 4

1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................... 4

1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

1.5.1. Bagi Institusi Pemerintah ...................................................... 4

1.5.2. Bagi Keilmuan ..................................................................... 4

1.5.3. Bagi Masyarakat ................................................................... 5

1.5.4. Bagi Peneliti .......................................................................... 5

1.5.5. Bagi Peneliti Lain ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Monosodium Glutamat (MSG) ....................................................... 6

2.1.1 Sejarah ................................................................................ 6

2.1.2 Struktur Kimia ..................................................................... 6

2.1.3 Metabolisme asam glutamat ................................................ 8

2.1.4 Manfaat Asam glutamat ...................................................... 10

2.1.5 Efek Toksis MSG ................................................................ 12

2.2 Organ Hepar .................................................................................... 14

2.2.1 Anatomi Hepar .................................................................... 14

2.2.2 Histologi Hepar ................................................................... 16

2.2.3 Fungsi Hepar sebagai organ detoksifikasi ........................... 18

2.2.4 Biotransformasi Hepar......................................................... 20

2.2.5 Biokimia Hepar ................................................................... 22

2.2.6 AST dan ALT ...................................................................... 23

x

2.3 Kerangka Teori ................................................................................ 25

2.4 Kerangka Konsep ............................................................................ 26

2.5 Defenisi Operasional ....................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 28

3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 28

3.2 Lokasi dan waktu penelitian ............................................................ 28

3.3 Populasi dan sampel ........................................................................ 29

3.4 Cara kerja penelitian ........................................................................ 30

3.4.1 Pengelompokan hewan coba ............................................... 30

3.4.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................... 31

3.4.3 Pemberian MSG .................................................................. 32

3.4.4 Pengambilan Serum ............................................................. 32

3.4.5 Pembuatan dan Pelarutan Sampel dan AST/ALT ............... 33

3.5 Pengelolaan dan analisis data .......................................................... 33

3.6 Alur Penelitian ................................................................................. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 36

4.1. Hasil ............................................................................................. 36

4.1.1. Data Berat Badan Tikus....................................................... 36

4.1.2. AST (Aspartat Aminotransferase)/SGOT ........................... 37

4.1.3. ALT (Alanain Aminotranferase)/SGPT .............................. 39

4.2. Pembahasan.................................................................................... 40

4.2.1. AST (Aspartat Aminotransferase)/SGOT ........................... 40

4.2.2. ALT (Alanain Aminotranferase)/SGPT ............................. 41

4.3. Keterbatasan penelitian .................................................................. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 44

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 44

5.2. Saran ............................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45

LAMPIRAN ............................................................................................. 48

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data berat badan tikus ................................................................ 36

Tabel 4.2 Hasil Uji One Way Anova AST ................................................. 38

Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Post-hoc LSD AST ....................................... 39

Tabel 4.4 Hasil Uji One Way Anova ALT ................................................. 41

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Post-hoc LSD ALT ....................................... 42

Tabel 4.6 Hasil Uji Analisis oneway Anova pada Peroksidasi Lipid ........ 47

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Asam Glutamat......................................................... 7

Gambar 2.2 Struktur Monosodium Glutamat ............................................ 7

Gambar 2.3 Jaras Pengecapan .................................................................... 8

Gambar 2.4 Reaksi Katalisis L-Glutamat .................................................. 11

Gambar 2.5 Anatomi Hepar ....................................................................... 15

Gambar 2.6 Overview Histological Componen Hepar .............................. 16

Gambar 2.7 Photomicrograph of Hepar ..................................................... 17

Gambar 2.8 Pemeriksaan Biokimia Hati .................................................... 22

Gambar 4.1 Grafik Hasil Kadar Konsentrasi Absorban AST .................... 37

Gambar 4.2 Grafik Hasil Kadar Konsentrasi Absorban ALT .................... 40

Gambar 4.3 Hasil Kadar Konsentrasi Absorban MDA sampel .................. 46

Gambar 6.1 Sampel Tikus ........................................................................... 59

Gambar 6.2 Pengukuran Berat Badan Tikus ............................................... 59

Gambar 6.3 Pemberian MSG ...................................................................... 59

Gambar 6.4 Proses Sacrificed Menggunakan eter ...................................... 59

Gambar 6.5 Pengambilan Sampel darah melalui Cardiac Puncture .......... 59

Gambar 6.6 Proses Sentrifugasi .................................................................. 59

Gambar 6.7 Alat Sentrifugasi ...................................................................... 60

Gambar 6.8 Proses Pengambilan Hasil Sentrifugasi ................................... 60

Gambar 6.9 Proses Pemindahan Serum ...................................................... 60

Gambar 6.10 Sampel Serum ....................................................................... 60

Gambar 6.11 Ice Box ................................................................................... 60

Gambar 6.12 Alat dan Bahan Pemeriksaan AST dan ALT ........................ 60

Gambar 6.13 Proses Pembuatan Campuran Bahan ..................................... 61

Gambar 6.14 Pencampuran Sampel dan Kit AST/ALT .............................. 61

Gambar 6.15 Proses Pembacaan Sampel dengan Spektrofotometer UV .... 61

Gambar 6.16 Menimbang Dosis MSG yang dibutuhkan ............................ 61

Gambar 6.17 Alat dan Bahan untuk Melarutkan MSG ............................... 61

Gambar 6.18 Pencampuran Bahan .............................................................. 61

Gambar 6.19 Proses Peralutan MSG ........................................................... 62

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat ................................................. 52

Lampiran 2 Identifikasi MSG (Monosodium Glutamat) ............................ 53

Lampiran 3 Data Berat Badan Tikus ........................................................... 54

Lampiran 4 Data Awal Kelompok Penelitian ............................................. 56

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik..................................................................... 57

Lampiran 6 Grafik dan Hasil Statistik Peroksidasi Lipid ........................... 63

Lampiran 7 Gambar Proses Penelitian ........................................................ 66

Lampiran 8 Cara Perhitungan ..................................................................... 70

Lampiran 9 Riwayat Penulis ....................................................................... 71

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan kesehatan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan

terpenuhinya nutrisi sebagai sumber gizi yang di konsumsi oleh masyarakat.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementrian

Kesehatan Indonesia pada tahun 2010, 14 % anak mengalami kelebihan berat

badan pada anak dibawah usia 5 tahun dan pada usia kelompok 6-13 tahun yang

mengalami kegemukkan sebanyak 9,2%, Menteri Kesehatan tahun 2012 ibu

Nafsiah Mboi mengkonfirmasi untuk masalah gizi yang harus di antisipasi adalah

mulai meningkatnya prevalensi balita dengan kelebihan berat badan. Dan dalam

kurun waktu 3 tahun (2007-2010) prevalensi anak kelebihan berat badan

meningkat dari 12,2 % menjadi 14,3% 1.

Permasalahan gizi yang terjadi salah satunya merupakan meningkatnya

frekuensi makan anak yang didukung dengan makanan yang mempunyai rasa

enak dan gurih yang mempunyai komposisi dari bahan penyedap biasa dinamakan

MSG (Monosodium Glutamate), merupakan salah satu senyawa yang pada

dasarnya sangat mudah ditemukan dan banyak diproduksi oleh alam beberapa

diantaranya mengandung dalam kadar yang cukup tinggi seperti : daging, brokoli,

jamur, telur, ayam, kentang, kecap, saus, keju dan masih ada beberapa lainnya,

termasuk dalam hal ini penyedap alami seperti : vanili atau daun pandan, namun

yang menjadi salah satu perhatian adalah banyaknya makanan cepat saji ataupun

makanan dan bumbu makanan instan yang beredar dengan masa waktu kadaluarsa

yang cukup lama, bahan-bahan yang terkandung dalam makanan dan bumbu

makanan tersebut tentu tidak lepas dari peran MSG sebagai pemberi citarasa enak

atau umami, MSG yang mengandung sekitar 78% Asam Glutamat dan 22 %

Natrium3,6,20

. MSG mempunyai fungsi dasar sebagai neurotransmitter yang

berfungsi sebagai mediator untuk menyalurkan transmisi ke post sinaptik, serta

peran pada metabolisme energi dan asam amino.

2

Berdasarkan hasil penelitian untuk batasan metabolisme (30mg/kg/hari),

rata-rata dalam sehari dibatasi penambahan MSG maksimal 2,5-3,5g (untuk Berat

Badan 50-70 kg) dengan perhitungan dosis untuk satu sendok teh pemakaian rata-

rata berisi 4-6 gram MSG2

dan tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam dosis

tinggi sekaligus, sedangkan masyarakat umum Indonesia rata-rata mempunyai

kebiasaan dalam penggunaan bahan penyedap rasa tanpa melihat takaran

maksimal yang dianjurkan.

Kurang adanya pencantuman komposisi MSG yang jelas dan terinci bisa

menjadi bahan perhatian dalam pendistribusian bahan penyedap tersebut, karena

bisa jadi ada suatu kekhawatiran bahwa efek MSG ini memang bersifat lambat.

Glutamat pada MSG (Monosodium Glutamate) memberikan beberapa efek reaksi

pada keadaan seluler, diantaranya peningkatan sintesis enzim suksinil CoA ligase

yang berakibat menurunnya suksinil CoA sebagai regulator sel pada karena

dikonsumsi oleh enzim tersebut, sehingga dapat meningkatkan aktifitas α-KGDH

selain itu juga Glutamat dapat membentuk Gliseraldehid 3 fosfat dehidroginase

(yang merupakan enzim yang berperan pembentukan ATP pada jalur glukosa)

yang dapat mengkatalisis NADH-dependent superoxide sebagai barrier untuk

enzim α-KGDH menurun dan mengakibatkan aktivitas α-KGDH semakin

meningkat menyebabkan faktor-faktor perusak sel hepar meningkat. Selain itu

reseptor glutamat juga membantu dalam masuknya Ca2+

dengan berlebihan dan

akan mengaktivasi NO sintase serta protein kinase C dan membentuk radikal

bebas dan menyebabkan terjadinya stress oksidatif22

. Proses stress oksidatif yang

terjadi menyebabkan kerusakan pada sel hepar, diantaranya dengan merusak

membran lipid dan mitokondria dari sel tersebut sehingga komponen senyawa-

senyawa intrasel dilepas keluar dan beredar di aliran darah, salah satunya adalah

AST dan ALT, dimana kedua enzim tersebut secara normal berada didalam

intrasel sebagai enzim yang salah satunya berfungsi dalam pembuatan protein-

protein intrasel. Kadar AST dan ALT didalam serum dapat menunujukkan adanya

kerusakan tingkat sel pada hepar dan adanya proses stress oksidatif diduga juga

dapat merusak komponen enzim tersebut. Menurut penelitian Tawfik dan Al-Badr

pada tahun 2012 juga menyebutkan tikus dengan pemberian MSG dosis 0,6 dan

3

1,6 mg/gBB selama 14 hari memberikan hasil kenaikan pada beberapa kadar

senyawa biokimia pada darah, salah satunya pada kadar ALT serum4.

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa adanya perubahan histologi

pada pemberian MSG 400 mg/BB/hari pada tikus jantan berupa nekrosis,

hemoragik pada sel hepar, dan kongesti sinusoid yang ditandai oleh meningkatnya

jumlah sel kupffer pada hepar5. Hasil penelitian yang lainnya juga melaporkan

pengaruh MSG pada pemberian dosis 2 mg/BB/hari selama 75 hari secara oral

terhadap mencit, menemukan adanya perubahan histologi pada hepar yang

meliputi kerusakan inti hepatosit, terjadinya inflamasi, peningkatan diameter

hepatosit yang bisa berpengaruh terhadap kadar biokimia fungsi hati tersebut7.

Penelitian lain juga melaporkan bahwa pemberian MSG pada dosis 0,04 mg/kgBB

dan 0,08 mg/kgBB pada tikus dewasa secara oral selama 14 hari berturut-turut

dapat menghambat berkembangnya sel-sel pada organ hepar, bahkan pada dosis

tersebut yang diberikan selama 14 hari secara oral diketahui meningkatkan kadar

asetilkolin yang menyebabkan kadar enzim kolinesterase pada plasma juga

meningkat sehingga menyebabkan dilatasi dari vena sentral yang berisi sel-sel

darah merah yang lisis, terjadinya nekrosis.

MSG mempunyai efek toksis terhadap sel hepar dengan mempengaruhi

integritas selular, merusak permeabilitas membrane, dan homeostasis volume sel.

Kerusakan Iskemik atau gangguan farmakologik dari transport selular dapat

dikarenakan adanya pembengkakan parenkim dari sel8.

1.2 Rumusan Masalah

- Adakah pengaruh pemberian MSG selama 2 minggu terhadap aktivitas

AST yang ada di sel hepar?

- Adakah pengaruh pemberian MSG selama 2 minggu terhadap aktivitas

ALT yang ada di sel hepar?

1.3 Hipotesis

- Adanya perubahan peningkatan pada kadar AST yang dihasilkan oleh

hepar tikus akibat pemberian MSG selama 2 minggu

4

- Adanya perubahan peningkatan pada kadar ALT yang dihasilkan oleh

hepar tikus akibat pemberian MSG selama 2 minggu

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

- Untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian MSG selama 2

minggu pada tikus jenis sprague-dowley betina usia reproduktif

terhadap kadar AST dan ALT.

1.4.2 Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui adanya perubahan tingkat AST/ALT yang

dihasilkan oleh kerusakan hepatosit dengan pemberian MSG secara

induksi selama 2 minggu pada tikus usia muda 8-12 minggu..

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk :

1.5.1 Untuk Institusi Pemerintah

Diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan kejelasan dan

sedikit informasi tentang adanya perubahan yang terjadi pada kadar

AST/ALT hasil dari kerusakan organ hepar tikus muda usia 8-12

minggu pada pemberian MSG secara induksi sehingga bisa menjadi

referensi dalam pemberian batas konsumsi pada bumbu/bahan

penyedap rasa makanan buatan salah satunya MSG bagi masyarakat

secara umum dan kehati-hatian konsumsi berlebihan pada individu

yang mempunyai riwayat kelainan pada organ heparnya.

1.5.2 Untuk Keilmuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan

pengetahuan, maupun awal pemikiran yang lainnya dalam bidang

ilmu kesehatan dan dalam bidang biomedik

5

1.5.3 Untuk Masyarakat

- Menambah pengetahuan/Informasi tentang efek MSG

(Monosodium Glutamat) terhadap kadar enzim fungsi hati yang

dapat menjadi gambaran tentang kondisi fungsional organ

tersebut.

- Dapat menjadi acuan dalam penerapan dan penggunaan bijak

bahan-bahan kimiawi makanan yang sering dipakai sehari-hari.

1.5.4 Untuk Peneliti

- Sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh MSG terhadap fungsi organ tubuh dan menambah

wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian.

- Sebagai salah satu dari persyaratan bagi peneliti dalam

menempuh program preklinik yang ingin meraih Gelar Sarjana

Kedokteran pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.5.5 Untuk Peneliti Lain

- Hasil penelitian yang dilakukan dapat membuka kesempatan

untuk membuat penelitian lain tentang pengaruh pemberian MSG

terhadap fungsi organ hepar yang lain atau dengan fungsi organ

yang berbeda.

- Dapat memberikan kesempatan bagi penelitian lanjutan tentang

pengaruh MSG terhadap anatomi dan histologi hepar

- Dapat memberikan kesempatan bagi penelitian lanjutan tentang

pengaruh MSG terhadap fungsi organ tubuh yang lain.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Monosodium Glutamat (MSG)

2.1.1 Sejarah

Seorang dokter berkebangsaan Jepang Dr. Kikunae Ikeda menemukan zat

rasa unik dalam rumput laut (Laminaria japonica) yang disebut umami (dari kata

bahasa Jepang umai yang berarti lezat) atau sering dikatakan cita rasa yang gurih

pada masyarakat Indonesia. Sejak penemuan itu Jepang akhirnya mulai

memproduksi MSG secara masal, sehingga ditetapkan sebagai sejarah pertama

kalinya penemuan terhadap adanya senyawa monosodium glutamate (MSG)

sebagai penambah cita rasa. 9-10

Sejak penemuan itu, Jepang memproduksi asam glutamat melalui ekstraksi

dari bahan alamiah. Namun karena permintaan pasar akan konsumsi MSG terus

melonjak, cara produksi L-glutamic acid melalui fermentasi pada tahun 1956

mulai ditemukan. L-glutamic acid merupakan inti dari MSG yang berbentuk

butiran putih mirip garam sebagai kandungan (monosodium) dan tidak memiliki

rasa jika dicicipi, tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan terbentuk asam

glutamat bebas yang ditangkap oleh reseptor khusus di otak dan

mempresentasikan rasa dasar dalam makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan

gurih.9-10

Setidaknya dari beberapa pemberitaan sampai tahun 1997 sebelum krisis,

setiap tahun produksi MSG Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun dengan

konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sekitar 24,1% per tahun.9-10

2.1.2 Struktur Kimia

Glutamat merupakan jenis asam amino yang non-esensial di dalam tubuh

secara nutrisional memiliki jalur biosintesis yang pendek, dan merupakan

senyawa yang bisa membantu sebagai penggabung metabolisme di dalam tubuh

manusia. Namun selain itu juga bahan ini dapat dengan mudah di temukan di

alam, karena senyawa ini merupakan senyawa alami, dimana ditemukan dalam

7

Gambar 2.1 Struktur Asam Glutamat

Sumber : DW Ball, JW Hill, dan RJ Scott: Introduction to

Chemistry: General, Organic, and Biological v.1.0. 2011

Gambar 2.2 Struktur Monosodium Glutamat

Sumber : I Rahayu. Praktis Belajar Kimia 1. 20099(34)

bahan makanan yang mengandung protein seperti daging, susu, ikan dan sayur-

sayuran dan lain-lain. Glutamat sebagai senyawa nutrisional non-esssensial,

didalam tubuh senyawa ini mengalami aminasi reduktif α-ketoglutarat yang

dikatalisis oleh glutamat dehidroginase melalui jalur asam sitrat sehingga menjadi

L- glutamat.

Struktur asam amino glutamat dan MSG tidak jauh berbeda hanya pada MSG

gugus karboksilnya mengandung hydrogen yang digantikan oleh natrium, dimana

dikenal secara kimia dengan nama 2-amino pentanedioic atau 2-amino glutaric

acid (asam glutamat)10,33.

COOH - CH2 - CH2 - CH2 - COOH

|

NH2

Asam Glutamate

COOH – CH2 – CH2 – COONaH2O

|

Na

Monosodium Glutamate

Secara sifat kimia, asam glutamate dan monosodium glutamate (MSG)

mempunyai sifat yang sama yaitu berbentuk tepung kristal berwarna putih yang

mudah larut dan tidak berbau. Unsur pokok dari MSG dalam bentuk tersebut

adalah Glutamate 78,2%, Na (Sodium) 12,2%, dan H2O 9,6%.

Dalam 1 gram MSG mengandung 1, 27 gr glutamate dan 0,122 Na11

8

Gambar 2.3 Jaras Pengecapan

Sumber : Duus, Peter, 2010; Diagnosis Topic Neurologi DUUS,

edisi 4, Goettingen and Freburg (35)

2.1.3 Metabolisme Asam Glutamat

Kandungan MSG telah banyak dipasaran, sehingga masuknya MSG kedalam

mulut sudah pasti kebanyakan adalah melewati oral, dimana akan melalui proses

pencernaan, dimulai dari lidah yang mempunyai taste receptor cells (TCRs) yang

terdapat pada taste buds yang berfungsi sebagai pendeteksi substansi kimia dan

menginformasikan sensasi rasa ke otak12

.

Sensasi rasa enak yang diterima taste bud berupa umami akan diterima oleh

reseptor mGluR4 dan berikatan dalam domain ekstrasel dan menyalurkan sinyal

melalui protein reseptor ke sinyal intrasel pasangannya, dimana mGluR4 ini

bekerja dengan memutuskan ikatan L-Glutamat sehingga L-Glutamat berada

dalam bentuk bebas akan dihantarkan ke otak melalui nervus cranialis VII yang

menuju serebrum dengan jalur dari N.VII, ganglia basalis, hipokampus lalu

Serebrum, kemudian otak akan mempresentasikan sensasi yang didapat sebagai

rasa yang lezat dan gurih10,

13. Sedangkan menurut Krisna VN (2010), gugus L-

glutamat yang merangsang reseptor spesifik pada taste buds mengalami ionisasi,

seperti reseptor asam amino atau reseptor glutamat lain dalam menginduksi rasa

umami13

.

9

Setelah melalui proses pengecapan rasa, asam amino glutamate masuk ke

proses pencernaan selanjutnya di absorbsi di usus sekitar 57% dan dikonversikan

urea melalui hati, 6% menjadi plasma protein, 23% melalui sirkulasi sebagai asam

amino bebas dan sisanya disimpan dalam organ hepar sebagai protein hepar oleh

enzim tertentu. Untuk metabolisme MSG didalam tubuh sama seperti

metabolisme Asam Glutamat yang sudah ada didalam tubuh, menjadi salah satu

asam amino dekarboksilat selain aspartat yang punya posisi dalam metabolisme

perantara yang berperan dalam produksi energi, sintesis urea, sintesis glutation

dan sebagai neurotransmitter, juga terlebih karena sebagian besar sel-sel didalam

tubuh mengandung adanya glutamate terutama adanya di matriks mitokondria sel,

sekitar 50-70% dari total asam amino bebas14

. Tenaga pereduksi yang diberikan

diberikan oleh NADPH.

NH4 + α-Ketoglutarat + NADPH L- Glutamate + NADP+ + H2O

Merupakan reaksi sintesis dasar yang penting didalam biosintesis semua asam

amino, karena glutamate adalah donor gugus amino dalam biosintesis asam amino

yang lain melalui transaminasi.

Glutamat menjalankan beberapa fungsi penting pada proses metabolisme

didalam tubuh, antara lain :

Substansi untuk sintesa protein

Glutamat merupakan salah satu asam amino yang banyak terdapat pada bahan

– bahan alami, dimana 10-40% terkandung dalam protein karena merupakan

bahan yang pentinng dalam sintesa protein, karena rantai α yang dimilikinya

merupakan karakter fisik kimia yang dapat menjadi struktur sekunder dari

protein16

.

Prekursor Glutamin

Glutamate dan glutamine merupakan mata rantai karbon dan nitrogen di

dalam proses metabolisme karbohidrat dan protein di dalam tubuh. Glutamin

merupakan bentukan dari glutamate yang dibentuk oleh glutamin sitetase, dimana

glutamin merupakan enzim alosterik17

.

10

Pasangan Transaminasi dengan α-ketoglutarat

Transaminasi yang dilakukan oleh asam glutamat dalam memindahkan

nitrogen yang reversible dalam membentuk L-glutamate menjadi α-ketoglutarat,

proses asam glutamat ini akan membentuk senyawa amoniak dari aktivitasnya. L-

glutamate dehidroginase menempati posisi sentral dalam metabolisme nitrogen

dimana akan memanfaatkan hepar sebagai tempat dan menggunakan enzim

didalamnya15,18

.

Glutamate + NH4 + ATP Glutamin + ADP + Pi + H+

Ini juga merupakan reaksi yang sangat penting didalam metabolisme asam

amino. Ammonia akan dikonversikan menjadi glutamin sebelum masuk kedalam

sirkulasi17

.

Neurotransmitter

Seperti diketahui untuk transmitter utama diotak adalah senyawa glutamat

yang berfungsi sebagai mediator untuk menyalurkan transmisi ke post-sinapstik.

Dan selain itu glutamate berfungsi sebagai prekursor dari neurotransmitter

lainnya, yaitu Gamma Ammino Butiric Acid (GABA)14

.

Cara pemberian MSG juga mempengaruhi metabolisme yang akan terjadi

padanya, jika secara parenteral maka MSG (Glutamatnya) tidak akan melewati

jalur usus dan vena portal, sedangkan jika melalui oral akan dimetabolisme oleh

hepar yang punya kemampuan mengubah asam glutamate menjadi alanine yang

nantinya akan beredar didalam darah, adanya peningkatan pemberian glutamate

akan mempengaruhi kadar dalam plasma, dan kemampuan fungsi hepar sebagai

organ yang memetabolisme senyawa tersebut15

.

2.1.4 Manfaat Asam Glutamat

Asam Glutamat, merupakan salah satu faktor penting pada perjalanan organ

saraf sebagai neurotransmitter yang sangat berperan dalam otak, serta

mengaktivasi regulasi dari sifat-sifat sel-sel saraf, sepeti : Plastisitas, sinaptik,

pembelajaran, memori, aktifitas motorik dan perkembangan saraf itu sendiri,

selain itu juga memeran peran yang tidakkalah penting dalam metabolisme energi

dan sintesis asam amino-asam amino lainnya, seperti glutation dan protein37

.

11

Gambar 2.4 Reaksi Katalisis L-glutamat

Sumber : DL Nelson dan MM Cox. Lehninger: Principes of

Biochemistry 4th

Ed. 2009

Selain sebagai Neurotransmitter pada sinaps eksitatori di sistem saraf

pusat dimana diperankan oleh mGluRs (merupakan salah satu jenis reseptor

glutamate). Glutamate disini juga memodulasi eksitabilitas sel dan transmisi

sinaps melalui second messenger signaling. L-glutamat akan berikatan dengan

mGluR4 (metabotropic glutamate receptors) sebagai reseptor yang ada pada taste

bud, lalu mGluR4 memutus ikatan kimia L-glutamat menjadi L-glutamat bebas

yang akan dihantarkan ke otak, setelah itu akan berikatan dengan reseptor

glutamat yang ada di otak dan dipresentasikan sebagai rasa umami. Selain itu, L-

glutamat juga bisa mengalami ionisasi yang dapat merangsang reseptor spesifik

taste buds seperti asam amino atau reseptor glutamat lain yang menginduksi rasa

umami.9

L-glutamat yang ada di hepatosit akan ditanspor dari sitosol ke

mitokondria. Selanjutnya senyawa L-glutamat akan dikatalisis oleh L-glutamat

dehidrogenase menjadi α-ketoglutarat. Proses ini menyebabkan terbebaskannya

nitrogen dalam bentuk amonia (ion amonium).15,19

.

12

2.1.5 Efek Toksik MSG

Telah dibuktikan dengan baik bahwa toksisitas MSG terhadap pemberian

lebih banyak dikarenakan terjadinya lesi pada otak, seperti pada area nukleus

arkuata hipotalamus berdasarkan pemberian pada mencit muda oleh pemberian

MSG secara peroral atau subkutan dimana terjadi peningkatan 4 kali lipat pada

area tersebut, diikuti dengan kenaikan glutamat dalam plasma13

. Puncaknya pada

plasma terjadi setelah 15 menit dan dalam nukleus arkuata dicapai setelah 3 jam

kemudian, setelah itu menunjukkan bahwa pada peningkatan kadar glutamate

dalam range tertentu memberikan gambaran lesi pada nukleus arkuata

hipotalamus. Stegink dan teman-teman menetapkan bahwa tidak akan terjadi pada

tikus yang kadar MSG Plasma dibawah 50 uMol/dl. Menurut Olney, Konsetrasi

diatas 60 u Mol/dl dapat menyebabkan kerusakan pada otak, lalu beberapa

penelitian mengatakan bahwa MSG dapat menyebabkan gangguan endokrinal

melalui mekanisme HP Axis.

Pada beberapa penelitian MSG juga mempunyai efek toksis terhadap sel

hepar dengan mempengaruhi integritas selular, merusak permeabilitas membrane,

dan homeostasis volume sel. Kerusakan Iskemik atau gangguan farmakologik

dari transport selular dapat dikarenakan adanya pembengkakan parenkim dari sel

hepar, dalam keadaan normal akan ditemukan proses pembentukan darah diantara

sel-sel hepar dan didinding pembuluh darah, namun pada pemberian MSG yang

mempunyai efek toksik, menyebabkan pembengkakan pada sel-sel hepar dan

dilatasi vena sentralnya maka fungsi hematopoietic dari hepar akan kemungkinan

besar terganggu, selain itu protein total dan albumin akan meningkat sebagai

reaksi pada pemberian MSG pada jangka waktu yang pendek, namun efek

toksisitas dari radikal bebas ini akan lebih berpengaruh terutama penggunaan

jangka panjang, diantaranya mempertinggi angka toksisitas pada aktivitas hepato-

selular serta efek didalam komponen globulin dan albumin pada protein sehingga

menjadikan nekrosis lalu kerusakan hepatosit secara akut dimana juga sebagai

hasil dari level albumin yang rendah sehingga memberikan gangguan pada fungsi

hepar dan menyebabkan atrofi8.

Glutamat pada MSG (Monosodium Glutamate) memberikan beberapa efek

reaksi pada keadaan seluler, diantaranya peningkatan sintesis enzim suksinil CoA

13

ligase yang berakibat pada suksinil CoA sebagai regulator pada sel menjadi

menurun karena dikonsumsi oleh enzim tersebut, sehingga dapat meningkatkan

aktifitas α-KGDH (Ketoglutarat Dehidroginase), selain itu juga dapat membentuk

Gliseraldehid 3 fosfat dehidroginase (yang merupakan enzim yang berperan

pembentukan ATP pada jalur glukosa) dalam hal ini dapat mengkatalisis NADH-

dependent superoxide, sehingga regulator α-KGDH dan akhirnya barrier untuk

enzim tersebut menurun dan mengakibatkan aktivitas α-KGDH semakin

meningkat menyebabkan faktor-faktor perusak sel hepar meningkat. Selain itu

reseptor glutamat juga membantu dalam masuknya Ca2+

dengan berlebihannya

kadar maka Ca2+

yang masuk via reseptor ini akan mengaktivasi NO sintase dan

protein kinase C dan membentuk radikal bebas22

.

Peningkatan beberapa senyawa dalam aktivitas seluler menyebabkan

peningkatan senyawa ROS didalam sel dan menginisiasi adanya stress oksidatif

pada sel yang berakibat pada pembengkakan pada sel, terjadinya peroksidasi lipid,

↓ level Glutathione seperti yang telah dijelaskan diatas sebelumnya.

Selain itu pada tahun 1968 Robert Ho-Man Kwok melaporkan di New

England Journal of Medicine mengenai Sindrom Restoran Cina dimana akibat

dari mengkonsumsi MSG memperlihatkan gejala-gejala seperti rasa panas,

tertusuk-tusuk pada wajah dan leher, dada sesak dan lain-lain 21

mengemukakan

juga reaksi sensitivitas yang terjadi bisa juga seperti sakit kepala, migrain, kejang-

kejang, mual, muntah, berdebar-debar, sesak nafas dan ruam pada kulit20

.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dr. H. Sampoerno,

MBA mengatakan bahwa WHO (World Health Organitaton) dan FAO

(Organisasi Pangan Dunia), merekomendasikan MSG sebagai salah satu bahan

tambahan penguat rasa dalam masakan dan kemasan yang aman untuk

dikonsumsi. Hal ini berdasarkan penelitian, dimana pada sidang CODEX

ALIMENTARY COMMISSION pada tahun 1970, dimana BPOM di Amerika

merekomendasikan MSG menjadi makanan sehari-hari, yang bisa paling banyak 6

mg/kgBB manusia dewasa, berarti tidak boleh penggunaan lebih dari 2 gr per hari,

jika lebih dari kadar tersebut berdasarkan penelitian lembaga meneliti dapat

menimbulkan reaksi alergi bagi pengkonsumsi. Federation of America Society

for Experimental Biology (FASEB) mengungkapkan bahwa Glutamat dan

14

Aspartat menimbulkan efek toksik ketika diberikan dalam dosis yang tinggi pada

spesies yang rentan, sehingga dapat dihubungkan dengan 2 faktor yaitu ;

- Kadar Glutamat yang tinggi dalam darah

- Spesies binantang yang rentan terhadap toksisitas dari glutamat

Federation of America Society for Experimental Biology (FASEB) juga

menyebutkan batasa aman dari penggunaan atau konsumsi dari MSG sebgai

bahan pangan adalah sebesar 0,5 gr – 2,5 gr perhari20

.

2.2 Organ Hepar

2.2.1 Anatomi Hepar

Hepar adalah organ pusat metabolik terbesar (dengan berat kurang lebih

1400-1600 g) dan terpenting bagi tubuh, dapat dipandang sebagai pabrik biokimia

utama tubuh dan merupakan salah satu organ viscera terbesar pada tubuh manusia

yang terletak pada regio hypocondrium dextra dan epigastrium, meluas sedikit

(pada kuadran kanan atas hingga kiri atas) pada regio hypocondrium sinistra,

posisi ini membuat organ hepar terbgai menjadi 2 facies ; Facies diaphragmatika (

terbentuk pada dinding inferior dari diaphragma) membentang ke arah anterior,

superior dan posterior dari hepar dan Facies Visceralis ( yang sebagian besar ikut

tertutupi oleh peritoneum visceralis. Hepar juga berada diantara beberapa organ

yang lainnya sehingga mempunyai batas-batas disetiap sisi, dimana batas atasnya

berada sejajar dengan ruang interkostal V kanan, batas bawahnya menyerong ke

atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri23

.

Untuk melekatnya organ hepar dengan lapisan maupun organ sekitar, hepar

dilengkapi dengan ligamentum-ligamentum disekitarnya yang masing berfungsi

untuk tetap menjaga hepar pada tempatnya seperti : Ligamentum Teres Hepatis,

Ligamentum Coronarium, Ligamentum Falciform.

Organ hepar juga terbagi menjadi beberapa lobus, hepar terbagi menjadi

Lobus dextra dan Lobus Sinistra oleh fossae vesicae biliaris dan vena cava

inferior, dimana lobus dextra mempunyai ukuran lebih besar dibanding lobus

15

Gambar 2.5 Anatomi Hepar

Sumber : Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy.

25th

Edition, 2014

sinistra, setelah terbagi menjadi 2 lobus, disetiap lobus akan terbagi menjadi

beberapa lobus kembali, sehingga sering juga dikatakan 4 Lobus : 2 Mayor dan 2

Minor, dimana Lobus dextra dan sinistra masuk dalam pembagian lobus mayor

dan pada lobus dextra terdapat 2 lobus lagi yakni ; Lobus Caudatus (pada bagian

posterior), pada bagian ini berbentuk cekung dan terdapat celah transversal

sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis, dan Lobus Quadratus (pada bagian

Inferior), dimana memiliki masing-masing fungsi yang berbeda-beda. Secara

mikroskopis hepar mempunyai sekitas 50.000-100.000 lobulis yang berbentuk

heksagonal22,24

.

Hepar dibagi oleh bidang utama, yang membagi hepar menjadi 2 bidang yang

sama, dibuat garis khayalan dari garis parasagittalis yang melewati fossae vesicae

biliaris sampai ke sulcus vena cavae. Garis bidang ini terletak pada vena hepatica

media, yang penting bidang utama membagi separuh kiri hepar dari separuh

kanan. Antar lobus ini tidak mempunyai ukuran yang sama dan memiliki sedikit

relevansi dengan anatomi pembedahan22

.

Secara anatomi delapan segmen hepar berhubungan dengan arteri hepatica,

porta hepatis dan drainase biliaris dari segmen-segmen tersebut. Lobus caudatus

didefinisikan sebagai Segmen I, selebihnya diberi nomer sesuai arah jarum jam

sampai segmen VIII.

16

Gambar 2.6 Overview Histological Component’s of hepar

Sumber : Tortora, Gerard J and Berrard Derickson. Principles of

anatomy and physiology.2000

2.2.2 Histologi Hepar

Selain secara makroskopik, Hepar (Liver) juga mempunyai susunan yang

khas, dimana hepar tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagai

lobulus (susunan jaringan berbentuk heksagonal mengelilingi vena sentral),

disetiap 6 sudutnya terdapat masing-masing 3 pembuluh : Arteri hepatika, cabang

Vena porta dan duktus biliaris, darah dari arteri dan vena tersebut mengalir

melalui perifer menuju sentral yang terdapat sinusoid, dan terdapat sel kupffer

sebagai sel pelindung yang berfungsi menelan dan menghancurkan sel darah

merah dan bakteri yang melewatinya. Sel-sel hepar (hepatosit) tersusun antara

sinusoid dalam lempeng-lempeng yang tebalnya 2 sel sehingga masing-masing

tepilateral yang menjadi bagian menghadap ke genangan darah pada sinusoid,

vena sentral sebagai ujung-ujung dari sinusoid juga akan menyatu membentuk

vena hepatika yang akan mengalirkan darah keluar dari hati lalu ke saluran tipis

pengangkut empedu, kanalikulus biliaris yang berjalan diantara sel-sel didalam

setiap lempeng hati22,26

.

Berdasarkan letaknya terhadap suplai darah dari arteri hepatik, maka

parenkim asinus dibagi menjadi 3 zona yaitu : Zona 1 (periportal) merupakan

zona yang paling dekat dengan suplai darah hepatik, Zona 2 (Midzonal), Zona 3

(Zona Sentral) merupakan daerah asinus zona hepar yang paling dekat dengan

vena sentral

17

Gambar 2.7 Photomicroghraps of Hepar

Sumber : Tortora, Gerard J and Berrard Derickson. Principles of

anatomy and physiology.2009

Pembagian zona tersebut sangat berarti secara fungsional karena

mempengaruhi gradien komponen didalam darah dan hepatosit yang meliputi :

kadar oksigenitas darah dan heterogenitas kadar protein didalam hepatosit22

.

Dari keterangan diatas juga di dapatkan bahwa konsep lobulus hepar bermacam-

macam, terbagi menjadi 3 yakni :

• Lobulus klasik

– Terdapat pada hewan

– Area portal (Triad) berupa : Arteri hepatica, Vena porta , Duktus

biliaris interlobular dan Pembuluh limfe

• Lobulus portal

– Mengikuti Aliran empedu

• Asinus hepatic (Asinus Rappaport)

– Mengikuti Aliran darah

Macam-macam konsep tersebut akan mempengaruhi bagaimana terjadinya

kerusakan dan juga menentukan bagian mana yang lebih terpengaruh karena

penilaian terhadap urutan aliran yang terkena sangat berpengaruh dalam

penelitian, sehingga dapat ditemukan tempat yang lebih spesifik untuk

mengidentifikasi jejas akibat reaksi dari berbagai macam senyawa yang

melewatinya, dengan gambaran konsep lobulus hepar sebagai berikut27

:

18

2.2.3 Fungsi Hepar sebagai Organ Detoksifikasi

Secara spesifik dibawah ini akan disebutkan beberapa fungsi hepar sebagai

organ metabolisme baik sebagai organ utama membantu pencernaan maupun yang

tidak berhubungan dengan pencernaan :

1. Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrien

(Karbohidrat, protein, dan lemak) setelah zat-zat tersebut melalui

proses penyerapan dari organ saluran cerna.

2. Mendetoksifikasi atau menguraikan zat-zat sisa metabolisme tubuh

(telah melewati sirkulasi dari jaringan lain) dan hormon serta

berbagai jenis obat yang mempunyai sifat metabolisme didalam

hepar dan senyawa-senyawa asing lainnya.

3. Membentuk protein-protein plasma, termasuk sebagai salah satu

contohnya adalah protein yang dibutuhkan dalam pembekuan darah,

sebagai pengangkut hormon steroid, tiroid dan kolesterol darah,

yang menjaga sifat tekanan didalam aliran darah, sebagai salah satu

co-transport (tempat beberapa obat melekat yang menjadikannya

sebagai transportasi didalam aliran darah ).

4. Menyimpan hasil dari glukosa yang dikonsumsi yang diperlukan

saat tubuh kekurangan glukosa (glikogen hati) sebagai komponen

utama untuk menjadi sumber energi setelah melewati beberapa

siklus biokimia, selain itu juga tempat penyimpanan lemak, zat besi,

tembaga dan banyak dari macam vitamin.

5. Sebagai salah satu jalur yang dilewati oleh senyawa provitamin D

untuk membantu dalam proses pengaktifan sebagai vitamin D yang

nantinya akan sangat berguna bagi tubuh baik sebagai vitamin yang

digunakan oleh jaringan maupun sebagai hormon yang dikarenakan

disintesis sendiri oleh tubuh, yang nantinya juga akan dibantu oleh

organ renal.

6. Mengeluarkan atau juga memisahkan dari peredaran darah bakteri

dan sel-sel darah merah yang sudah tua (yang berusia kurang lebih

19

120 hari). Sebagai fungsi hepar yang dijalankan oleh satu jenis sel

makrofag di dalam organ tersebut.

7. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, dimaana bilirubin sebagai

produk penguraian yang berasal dari dekstruksi sel-sel daram merah

yang telah tua, yang nantinya juga bermanfaat dalam mewarnai urin

dan feses, serta sebagau patokan terjadinya beberapa kelainan dari

organ hepar

8. Membuat garam empedu sebagai turunan dari kolesterol sebagai

fungsi membantu pencernaan dan penyerapan lemak kedalam

sirkulasi dengan metode pembuatan misel yang mempunyai efek

deterjen yang mengubah globulus (gumpalan) lemak besar menjadi

emulsi lemak yang terdiri dari butiran - butiran lemak dengan

diameter kurang lebih 1mm.

Darah yang memasuki asinus hepar 60-70% mempunyai kandungan oksigen

rendah yang berasal dari vena porta, sedangkan 30-40% yang kaya oksigen

berasal dari arteri hepatika, karena untuk perjalanan yang berasal dari vena porta

(traktus porta) ke vena sentral para oksigen digunakan sebagai kebutuhan

mtabolisme yang tinggi dari sel parenkim. Heterogenitas kadar protein hepatosit

sepanjang periportal sampai zona sentral mempengaruhi gradien fungsi

metabolisme hepatosit, zona periportal yang kaya akan mitokondria mempunyai

aktivitas lebih banyak terhadap asam lemak, glukoneogenesis, serta detoksifikasi

amoniak menjadi urea22

.

` Secara umum hepar dalam menjalankan fungsinya sebagai organ

detoksifikasi mempunyai struktur sel fagositik, diantara lembaran sel hepar

terdapat kapiler yang dinamakan sinusoid (asinus) yang merupakan cabang vena

porta dan arteri hepatika yang diantanya sinusoid dibatasi oleh sel-sel fagositik ini

(Sel kupffer) yang merupakan sistem retikuloendhotelial berfungsi

menghancurkan bakteri dan benda asing (radikal2 bebas) yang masuk ke dalam

aliran tubuh dan melewati hepar22

.

Gradien enzim yang terlibat dalam bioaktivasi detoksifikasi xenobiotik

juga berbeda sepanjang asinus hepar. Glutation mempunyai kadar dan aktivitas

yang lebih tinggi di periportal dibandingkan zona sentral, sedangkan protein

20

sitokrom P450 (terutama isosim CYP2E1) terdapat dalam jumloah dan aktivitas

yang lebih besar di zona sentral dibandingkan periportal.

2.2.4 Biotransformasi Hepar

Merupakan mekanisme tubuh mengaktivasi dan mengekskresikan bahan-

bahan asing keluar dari tubuh, bahan-bahan yang dimaksud tersebut antara lain :

berasal dari alam (xenobiotik), maupun sintetik yang terutama terjadi didalam

organ hepar.

Proses biotransformasi ini mengalami 2 reaksi, yaitu reaksi fase 1

(perubahan) dan reaksi fase 2 (pembentukan konjugasi).

Reaksi Fase I = terjadi didalam REH (Retikulum Endoplasma Halus),

dimana terjadinya penambahan gugus fungsional kedalam molekul nonpolar atau

mengubah gugus fungsional pada senyawa maupun zat asing tersebut sehingga

menyebabkan peningkatan polaritas dan penurunan aktifitas biologik atau sifat

racun dari sumber asing, namun buruknya kejadian fase 1 ini pada bahan tertentu

dapat menyebabkan bahan-bahan asing tersebut meningkat untuk aktivitas toksik.

Reaksi penting pada Fase 1 terhadap boitransformasi ini adalah reaksi oksidasi

berupa hidroksilasi, pembentukan epoksida, sulfoksida, dealkilasi dan

desaminasi), reaksi reduksi (dari senyawa karbonil->azo atau nitro dan

dehalogenasi), metilasi dan desulfurisasi.

Reaksi Fase II = merangkaikan substrat (seperti bilirubin, obat-obat, steroid,

dan bahan-bahan xenobiotik) pada molekul yang sangat polar dan bermuatan

negatif, reaksi ini dikatalisi oleh enzim transferase. Merupakan produk berupa

konjugat ( merupakan molekul yang sangat polar dan dapat larut didalam air,

sehingga mudah untuk disekresi), untuk konjugat dengan BM > 300 akan

disekresikan melalui sistem bilier, sedangkan untuk konjugat dengan BM <300

akan disekresikan melalui organ sistem renal15

.

MSG dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa, peningkatan kadar

peroksidasi lipid , kadar total glutation dan protein yang terikat dengan bahan

tersebut serta peningkatan aktivitas enzim Glutathione Peroksidase (GR),

Glutathione-S-Transferase (GST) dan Glutathione Peroksidase (GPX) 3,28

.

21

Seperti dijelaskan di atas, MSG menyebabkan kadar peroksidasi lipid yang

merupakan suatu bentuk kerusakan oksidatif pada tingkat biomolekul lipid akibat

reaktivitas senyawa oksigen reaktif (ROS) yang biasa terjadi pada membran sel,

sedangkan lipid terutama jenis asam lemak jenuh merupakan salah satu senyawa

pembentuk dari bangunan struktur membran sel. Pengukuran tingkat peroksidasi

lipid dapat diukur dengan produk akhirnya yaitu malondialdehide (MDA), dimana

peroksidasi ini akan mempengaruhi fluiditas membran, struktur dan fungsi

membran38

.

Radikal bebas dapat merusak membran sel dengan beberapa cara :

a. Radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim dan atau reseptor

yang berbeda pada membran sel, sehingga merubah aktivitas komponen-

komponen yang terdapat pada membran sel tersebut.

b. Radikal bebas berikatan secara kovalen dengan komponen membran sel

sehingga merubah struktur membran dan mengakibatkan perubahan

fungsi mebran dan atau mengubah karakter membran menjadi seperti

antigen

c. Radikal membran mengganggu sistem transportmembran sel melalui

ikatan kovalen,mengoksidasi kelompok thiol, atau dengan merubah asam

lemak polyunsaturated.

d. Radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung terhadap

asam lemak polyunsaturated dinding sel, peroksida-peroksida lipid akan

terbentuk dalam rantai panjang dan merusal organisasi membran sel.

Bila produksi radikal bebas in vivo atau in vitro melebihi dari kemampuan

normal pertahanan tubuh maka secara general akan terjadi gangguan metabolik

dan seluler. Jika posisi radikal bebas yang terbentuk dekan dengan DNA, maka

bisa menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi atau

sitotoksisitas. Radikal bebas juga bisa bereaksi dengan nukleotida sehingga

menyebabkan perubahan yang signifikan pada komponen biologi selulernya, dan

jika radikal bebas tersebut merusak grup thiol maka akan dapat terjadi perubahan

pada aktivitas enzim-enzimnya38

.

22

Gambar 2.8 Pemeriksaan Fungsi Biokimia Hati

Sumber : Sudoyo, Aru.W, et al. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV,

2006

2.2.5 Biokimia Hepar

Selain mempunyai fungsi sebagai organ detoksifikasi, organ hati juga

merupakan salah satu organ terbesar penghasil beberapa senyawa protein dan

enzim yang berguna bagi tubuh, seperti albumin, bilirubin, faktor-faktor

pembekuan, dan mengeluarkan enzim penanda jika adanya kerusakan. Dalam

pemeriksaan biokimia terhadap fungsi-fungsi hati dan pertanda bahwa adanya

kelainan atau kerusakan dari hatiyang biasa disebut sebagai tes fungsi hati (LFTs),

dimana tidak hanya untuk AST dan ALT saja. Pemeriksaan ini sebenarnya

dikelompokkan dalam 3 kategori :

1). Peningkatan enzim amino transferase (AST/ALT) = merupakan

pemeriksaan sebuah pertanda adanya perlukaan hepatoselular atau inflamasi

2). Pemeriksaan Fosfatasealkali dan ɣ-GT = merupakan pemeriksaan

sebagai penanda adanya keadaan patologis yang mempengaruhi sistem

empedu intra-dan ekstra- hepatis

3). Pemeriksaan Albumin, urea dan faktor pembekuan (Kecuali III dan IV)

= pemeriksaan yang mewakili fungsi sintesis hati23

.

23

2.2.6 Aspartate Aminotransferase (AST) dan Alanin Aminotransferase

(ALT)

AST dan ALT merupakan enzim yang terdapat dalam jaringan tubuh,

keberadaan kedua enzim ini adalah didalam selular walaupun berbeda tempat,

namun ketika terjadinya cedera pada tingkat seluler baik akut maupun kronik

maka kedua enzim ini akan dilepaskan ke dalam darah (serum).

AST dan ALT merupakan enzim yang mengkatalisis, mentransfer α-amino

dari grup aspartat atau alanin ke α-keto dari grup asam ketoglutarat untuk

menghasilkan oksaloasetat dan asam piruvat yang berkelanjutan, yang mana

sangat penting pada siklus asam sitrat di dalam sel pembentuk ATP dan kedua

enzim ini memerlukan adanya piridoxal-5-phosphate (Vit.B6) dalam membantu

dalam reaksi ini30

.

Kedua Aminotransferase ini mempunyai konsentrasi yang tinggi di hati,

namun untuk AST juga terdapat juga pada organ selain hati seperti jantung, otot

rangka, ginjal, otak dan sel darah merah, sedangkan untuk ALT sebaliknya

dimana mempunyai konsentrasi sangat rendah pada beberapa organ yang

disebutkan, sehingga dapat dikatakan peningkatan ALT serum lebih spesifik

meyakinkan bahwa adanya kerusakan atau kelainan yang terjadi pada hati. Pada

konsentrasinya di sel hati ALT berada pada sitoplasma (sitosol) dimana

aktivitasnya di organ hati lebih tinggi 3000 kali lipat daripada di serum, sehingga

jika adanya cedera akan meningktkan kadar ALT pada serum, sedangkan AST

bisa terdapat pada sitosol dan mitokondria (80% total aktivitas)29

.

Pada histologi hati, terdapat zona-zona pembagian asinus, untuk zona 3 pada

asinus hepatika terdapat konsentrasi yang lebih tinggi untuk AST, dan apabila

terjadi kerusakan pada zona ini baik akibat iskemik atau bahan-bahan yang toksik

terhadap selnya, maka akan terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada level

AST, pada cedera akut hepatoseluler level AST lebih sering duluan mencapai

puncak sebelum peningkatan kadar ALT, karena AST merupakan enzim yang

khas pada pertanda kelainan di daerah distribusi intralobular, namun jika

kerusakan masih berlanjut kadar ALT dapat meningkat lebih tinggi, terutama pada

kasus kronis29,30

.

24

Pada proses pembersihan aminotransferase ini akan dibuang keluar dari

pembuluh-pembuluh di hati oleh sel-sel sinusoid. Untuk T1/2 pada kadar

sirkulasi untuk ALT adalah 47 jam, 17 jam untuk AST total, dan kira-kira 87 jam

untuk AST yang ada di mitokondria30

.

25

2.3 Kerangka Teori

Monosodium Glutamate

(MSG)

↑ Asupan

nutrisi

Mengandung Senyawa

Glutamate

Membentuk

Radikal Bebas

Peroksidasi Lipid

Merusak Struktur

Membran Sel Hepar

↓ Level Glutation

pada sel

Pelepasan

sitokrom c

Aktivasi Proses

Apoptosis sel

hepar

Sitotoksisitas

Seluler

Penanda Kerusakan

Sel Hepar

↑ Jaringan

Adiposa

(Lemak )

↑ Enzim

oksidasi untuk

FFA

Stress

Oksidatif

↑ Produksi

Hidroksietil, XO,

NADPH

Kerusakan

Mitokondria

Berikatan dengan

apaf-1

Pelepasan AST dan

ALT ke aliran darah

↑ Influks Ca2+

ke

intrasel lewat

NMDA

↑Aktivitas α-KGDH

Aktivasi NO

sintase dan pkC

↑ ROS

Memberikan

rasa umami

Pemeriksaan AST

dan ALT serum

↑ Sintesis Suksinil

co-A ligase

↑ Konsumsi suksinil coA

sebagai regulator sel

26

2.4 Kerangka Konsep

2.5 Definisi Operasional

No Variabel

Penelitian

Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara

Pengukuran

Skala

Pengukuran

1. Berat Badan

Tikus

Adalah ukuran

dari berat tikus

yang diukur

pada hari

pertama

sebelum

dilakukannya

pemberian

MSG (Dengan

Syarat 100-

150)

Timbangan

Analitik

Tikus diletakkan

pada sebuah

toples,

sebelumnya

timbangan telah

di kalibrasi

dengan berat

toples terlebih

dahulu, lalu

ditimbang

Numerik

2. Aspartat Enzim yang Spektrofoto Serum Hasil Numerik

Induksi Monosodium

Glutamate (MSG)

Kerusakan Mitokondria dan

mebran sel

Kerusakan Sel

Hepar

Sekresi enzim

AST dan ALT

dari dalam sel

27

aminotransf

erase

ada pada hepar

yang juga

banyak

terdapat pada

jantung, dan

otot rangka,

dilepaskan saat

ada kerusakan

pada jaringan

tersebut

meter pengambilan

darah

dicampurkan

sama Reagen 1

dan 2 AST lalu

dinilai dengan

ELISA Reader

(Spektrofotomet

er)

3. Alanine

aminotranfe

rase

Enzim Utama

yang Banyak

terdapat pada

Hepar dan

dilepaskan saat

ada kerusakan

pada jaringan

tersebut

Spektrofoto

meter

Serum Hasil

pengambilan

darah

dicampurkan

sama Reagen 1

dan 2 ALT lalu

dinilai dengan

ELISA Reader

(Spektrofotomet

er)

Numerik

4. Tikus usia

reproduktif

Merupakan

tikus jenis

sprague-dowly

dengan usia

reproduktif

kisaran 8-12

minggu

Merupakan

tikus jenis

sprague-

dowly

dengan usia

reproduktif

kisaran 8-12

minggu

Dengan menilai

aktifitas

reproduksi, serta

surat keterangan

usia tikus

Kategorik

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pada Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental in vivo

dengan rancangan acak lengkap terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol, dan penilaian hasil hanya pada akhir pemberian.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Hewan FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H Juanda no.95 Ciputat

Tangerang Selatan

Waktu : Penelitian dimulai Mei 2016 – Juli 2016

Dengan Jadwal Penelitian sebagai berikut :

No Kegiatan Bulan Kegiatan

April Mei Juni Juli Agustus

1 Studi Pustaka dan penulisan

proposal x

2 Persiapan bahan dan peranti

penelitian x

3 Penelitian x x

4 Analisis Data x x

5 Penulisan x

29

3.3 Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan tikus putih (Ratus Novergicus) betina strain

Sprague-Dawley, usia 8-12 minggu , berat 100-150 gram. Jumlah sampel dihitung

dengan Rumus Frederer:

( t - 1 ) ( n - 1 ) > 15

dengan keterangan dimana :

t = sebagai jumlah kelompok penelitian

n = sebagai jumlah ulangan sampel.

( t – 1 ) ( n – 1 ) > 15

( 4 – 1 ) ( n – 1 ) > 15

3 ( n – 1 ) > 15

n – 1 > 5

n > 6

Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan,

sebanyak 3 kelompok dan kelompok kontrol, jumlah kelompok penelitian adalah

4 kelompok. Berdasarkan perhitungan maka dibutuhkan minimal adalah 6 tikus

perkelompok penilitian untuk diambil sampel serumnya, sehingga pada total

ulangan untuk sampel adalah dibutuhkan sebanyak 24 sampel. Untuk masing-

masing kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dibutuhkan sampel serum dari

sejumlah 6 tikus untuk diteliti dengan pengulangan sebanyak 4 kali yang nanti

sampel serum diambil secara random dari 6 ekor tikus usia reproduktif sehingga

dipergunakan sampel serum sebanyak 6 dari kelompok kontrol dan 18 untuk

kelompok perlakuan

Kelompok penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol yang masing-masing kelompok terdiri dari:

30

(Kelompok Kontrol)

Kelompok A : kelompok dengan kontrol murni positif, diberikan

aquadest 4 ml/hari

(Kelompok Perlakuan)

Kelompok B : kelompok dengan pemberian MSG 2,4 g/kgBB/ hari

dalam 4 ml akuades

Kelompok C : kelompok dengan pemberian MSG 3,6 g/kgBB/ hari

dalam 4 ml akuades

Kelompok D : kelompok dengan pemberian MSG 4,8 g/kgBB/ hari

dalam 4 ml akuades

3.4 Cara Kerja Penelitian

3.4.1 Pengelompokkan Hewan Coba

Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental, menggunakan 2

kelompok : Kelompok kontrol dan Kelompok perlakuan yang masing-masing

akan dipelihara pada tempat yang berbeda dikelompokkan sesuai kontrol dan

perlakuan dosis masing-masing dengan menggunakan kandang hewan dari plastik

dan diberi label, 1 kandang diisi dengan 2 tikus, kelompokan sesuai dosis yakni :

kontrol murni, kelompok perlakuan dosis MSG 2,4 g, kelompok perlakuan dosis

MSG 3,6 g, dan kelompok perlakuan dosis MSG 4,8 g, tiap kelompok terdiri dari

minimal 6 tikus, 1 kelompok memakai minimal 3 kandang hewan, 3 tempat

makan dan minimal 3 tempat minum, dan telah melewati penyeleksian hewan

percobaan dengan syarat hewan yang digunakan adalah hewan sehat, usia 8-12

minggu, dan berat 100-150 g, lalu dilakukan proses aklimatisasi di kandang

hewan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama kurang lebih 1 minggu,

yakni hanya diberi makan dan minum serta mengganti sekam sebagai alas

kandangnya.

31

3.4.2 Alat dan Bahan Penelitian

Bahan Penelitian

- Binatang percobaan

Penelitian ini menggunakan tikus putih bstrain Sprague-Dawley usia

reproduksi 8-12 minggu, berat 100-150 g sebanyak 24 ekor di dapat dari

iRATCo.Animal Facility and Modeling Provider, Bogor

- Monosodium Glutamat (MSG)

MSG merupakan sodium I Glutamate onohydrate ( C5H8NnaO4)

M=187.13 g/mol diperoleh dari Merck Jerman. Sediaan bentuk kristal

putih, LD50 15800 mg/kgBB. Cat No. K39104445 935

- Pakan dan air minum

Pakan : Pakan tikus berupa pellet ayam buatan PT. Comfeed (Cirebon)

Air Minum : Berupa air ledeng dengan penyaringan menggunakan Pure it

yang dimasukkan kedalam botol minum hewan terbalik

Pemberian makan dan minum dilakukan secara ad libitum

- Aquadest Destilata

- Pembius Eter aktif

- Kit Pemeriksaan AST dan ALT. Merk DiaSys

- ASAT (GOT) FS (IFCC mod.)

REF = 1 2601 99 10 021 daan ALAT (GPT) FS (IFCC mod.) REF= 1

2701 99 021

Alat Penelitian

- Alat timbangan tikus

- Alat ukur bahan ( Timbangan untuk MSG )

- Alat dan wadah pembuatan serta penyimpanan bahan

o Gelas Ukur 500 cc dan 250 cc

o Alat pengaduk

o Tabung Erlyn Meyer

- Sonde lambung

- Spuit 5 cc dan 3cc Merk Terumo

- Minor set bedah

32

- Meja operasi

- Kandang tikus dan alat makan-minum

- Tabung Vaccutainer EDTA

- Sentrifugator Hettich EBA-21

- Microtube 1,5 ml Biologix

- Microtip Biologix

- Micropipet Nichipet

- Coolbox

- Tabung Kuvvet Brand

- ELLISA Reader ( Spektrofotometer) Shimadzu

3.4.3 Pemberian MSG

Tikus yang telah diaklimatisasi akan diberi perlakuan secara induksi, masing-

masing dosis tiap tikus akan diberikan secara peroral 1x/ hari, kemudian di

letakkan lagi didalam kandang sesuai pembagian kelompok, dan diberi makan

pellet dan minum dengan hasil dari penyaring air yang tersedia sesuai jadwal,

dilakukan selama 2 minggu berturut-turut.

3.4.4 Pengambilan Serum

Tikus yang telah diberi/diinduksi dengan MSG sesuai dosis pengelompokan

secara oral selama 2 minggu berturut-turut akan dilakukan proses pengambilan

darah pada hari ke-15 melalui pungsi jantung lalu diambil serumnya, dimana tikus

yang telah cukup hari akan dibius dengan Eter di dalam sebuah toples selama

kurang lebih 3-5 menit sampai pingsan, lalu setelah pingsan tikus akan dibedah,

dimulai dari pembukaan kulit bagian abdomen hingga perbatasan diafragma, lalu

diafragma dibuka dan membebaskan area jantung untuk dipungsi, lalu diambil

darahnya menggunakan spuit 3cc sebanya 3-4 ml per tikus.

Setelah dilakukan pengambilan darah melalui pungsi jantung, darah

dimasukkan ke dalam vaccutainer yang berisi EDTA dan disentrifugasi selama

kurang lebih 15 menit dengan kecepatan kurang lebih 5000 rpm, dan setelah

terlihat pemisahan antara serum dan sel-sel darah lainnya, serum diambil dengan

33

menggunakan microtip dan micropipet dan dipindahkan ke dalam tabung

microtube (1,5 ml) dan selanjutnya serum disimpan terlebih dahulu didalam

kulkas bagian freezer dengan suhu minimal 4ᵒ C.

3.4.5 Pembuatan dan Pelarutan Sampe dan AST /ALT

Pada pembuatan larutan AST/ALT, serum yang dibekukan tadi diambil dan

dibiarkan mencair, lalu setelah serum normal kembali dilakukan pencampuran

antara serum dan reagen untuk AST/ALT dengan menggunakan alat microtip dan

micropipet dan sesuai dengan petunjuk yang ada didalamnya dan waktu tunggu

pencampuran juga sesuai dengan petunjuknya.

Setelah selesai dengan pencampuran antara serum dan reagen AST/ALT yang

berjumlah 2 reagen, larutan tersebut dimasukkan kedalam ELISA reader

(Spektrofotometer) yang sebelumnya alat tersebut telah dikalibrasi terlebih dahulu

menggunakan aquadest, lalu menuliskan hasil yang telah dibaca yang

dinterpretasikan oleh spektrofotometer tersebut permenit selama 3 menit tiap

sampel.

3.5 Pengelolaan dan Analisis Data

Data yang telah didapat dan dikalkulasikan terlebih dahulu untuk mencari

nilai mean (rata-rata dari setiap kelompok perlakuan) dan standart deviasi suatu

data setelah itu baru dilakukan pengujian asumsi normalitas data terhadap variabel

yang akan dilakukan analisis. Dimana data dapat dikatakan terdistribusi normal

jika hasil kolmogorov-smirnov memiliki nilai p value > 0,05. Namun jika tidak,

maka data tidak terdistribusi normal, dengan hasil test Kolmogorov-Smirnov

senilai p<0,005 dan hasil data yang bukan merupakan rasio, maka dapat dilakukan

analisis dengan non-parametrik yaitu one-sampel kolmogorov smirnov juga, lalu

dilakukan pengukuran homogenitas dari data tersebut dengan hasil data akan

dikatakan mempunyai varian yang bersifat homogen jika p valuenya (>0,005),

setelah dikatakan homogen maka dilanjutkan uji statistik dengan uji parametrik

(Uji T-Independen atau Uji ANOVA ), dan akan dinyatakan signifikan jika p

34

valuenya <0,05, setelah mendapat hasil anova, dilakukan juga penilaian

perbandingan nilai hasil antar kelompok perlakuan, baik dari kelompok perlakuan

normal/kontrol (K) ke semua perlakuan dengan pemberian MSG, maupun antar

masing-masing kelompok perlakuan MSG.

35

3.6 Alur Penelitian

Tikus tiba di anaimal house dan

dipindahkan ditiap kandang yang

disediakan

Masa adaptasi hewan coba, dan pemberian makan, minum,

serta mengganti sekam sebagai alas kandang

Tikus dikelompokkan

dan diberi tanda sesuai

kelompok perlakuan

Berat badan ditimbang setiap sebelum

melakukan induksi

Tikus diinduksi selama 14 hari dan tetap diberi makan, minum serta

mengganti kandang

Kelompok Dosis 1

dengan MSG

2,4g/4ml/hari

Kelompok kontrol

dengan aquadest

4ml/hari

Kelompok Dosis 2

dengan MSG

3,6g/4ml/hari

Kelompok Dosis 3

dengan MSG

4,8g/4ml/hari

Sacrifice

Pengukuran Berat Badan, Pembiusan, Pmebedahan,

Pnegambilan darah dengan Cardiac Puncture (3-4 ml darah)

Setrifugasi darah dengan kecepatan 6000rpm,

hasil serum disimpan dalam kulkas 4ᵒC

Analisis Kadar AST/ALT dengan menggunakan

Kit AST/ALT dan pengolahan data

Didapatkan hasil pengolahan data kadar

AST/ALT

Hari Ke 1

Hari Ke 14

Hari Ke 15

36

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 2,4 3,6 4,8

Be

rat

Bad

an T

iku

s (g

)

Dosis MSG (g/kgBB/hari)

BB sebelumperlakuan

BB sesudahperlakuan

Gambar 4.1 Grafik Data Berat Badan sebelum dan sesudah perlakuan

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Data yang didapat berupa data kenaikan berat badan tikus dan kenaikan

enzim AST/ALT, sebagai gambaran adanya gangguan metabolisme dan

gangguan pada fungsi hati. Jumlah rata-rata hasil yang didapat merupakan hasil

pengukuran kadar AST/ALT serum dengan menggunakan spektrofotometer dan

pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan digital. Kelompok yang

digunakan selama penelitian dibagi atas kelompok kontrol dengan dosis MSG 0

g/kgBB/hari yang menjadi kelompok normal yang diberi aquadest tanpa MSG,

kelompok tikus dengan perlakuan pemberian MSG 2,4 g/kgBB, kelompok tikus

dengan perlakuan pemberian MSG 3,6 g/kgBB, dan kelompok tikus dengan

pemberian MSG sebanyak 4,8 g/kgBB. Data yang didapatkan selama penelitian

adalah :

4.1.1. Data Berat Badan Tikus

Grafik 4.1 Data Berat Badan Tikus sebelum dan sesudah perlakuan

37

Gambar 4.2 Grafik Hasil kadar konsentrasi absorban AST

masing-masing kelompok perlakuan

*P<0,05=untuk Dosis 0 g/kgBB vs 4,8g/kgBB

#P<0,05=untuk Dosis 0 g/kgBB vs 3,6g/kgBB

Grafik 4.1 di atas menunjukkan hasil dari penimbangan berat badan tikus

tiap perlakuan, yang diambil sebelum dilakukannya perlakuan pemberian MSG

dan setelah dilakukan perlakuan dengan MSG lebih tepatnya sebelum

dilakukannya sacrifice pada tikus. Terlihat adanya peningkatan berat badan yang

cukup terlihat pada semua kelompok tikus antara sebelum dilakukan perlakuan

dan setelah dilakukannya perlakuan, berupa pemberian aquadest dan MSG.

4.1.2. AST (Aspartat Aminotransferase)/SGOT

Berdasarkan dari hasil grafik 4.2 didapati kadar AST/SGOT pada tikus

dengan kelompok perlakuan kontrol dengan mendapat rerata hasil paling rendah

dibandingkan yang lainnya, sedangkan untuk ketiga perlakuan lainnya yaitu pada

kelompok pemberian MSG 2,4g/kgBB/hari, 3,6g/kgBB/hari dan 4,8g/kgBB/hari

menunjukkan adanya peningkatan kadar AST yang cukup terlihat pada perlakuan

kelompok kontrol, maupun antara masing-masing kelompok yang diberi MSG.

Selanjutnya perbedaan hasil AST/SGOT yang telah dihitung seperti diatas,

dilanjutkan dengan diuji secara statistik dengan menggunakan Oneway Anova,

namun sebelumnya data tersebut juga telah melewati uji normalitas dan uji

homogenitas agar memastikan bahwa distribusi pemeriksaan kadar biokimia ini

#

38

normal dan juga varian data yang heterogen dengan melihat hasil nilai batas uji

normal dan homogenitas data ini adalah p=>0,05 dan dapat dinyatakan sebaran

data normal dan varian data dinilai homogen. Setelah di uji dengan uji Oneway

Anova maka didapatkan juga nilai p-value >0,05 yang artinya perbedaan kadar

tiap kelompok pada hasil AST/SGOT diniliai tidak signifikan (Lampiran 5).

Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan peningkatan

yang bervariasi pada perbandingan pada nilai rata-rata kadar AST/SGOT,

peningkatan yang terjadi semakin tinggi sesuai peningkatan dosis yang diberi,

namun pada hasil ini didapatkan nilai p valuenya >0,05 yang berarti perbedaan

pada peningkatan kadar tiap kelompok ini tidak signifikan, tidak dapat

menyangkal hipotesis 0 dimana tidak ada perbedaan kenaikan yang berarti dari

pemberian MSG pada masing-masing dosis sama saja.

Hasil uji statistik post hoc juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang

bervariasi pada perbandingan pada nilai kadar AST/SGOT antara kelompok

kontrol dengan semua kelompok perlakuan MSG 2,4g/kgBB/hari, 3,6g/kgBB/hari

dan 4,8g/kgBB/hari pada beberapa hasil p value-nya ada yang mencapai (<0,05)

yaitu pada perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok MSG

3,6g/kgBB/hari, dan kelompok kontrol dengan kelompok MSG 4,8g/kgBB/hari,

merupakan hasil yang menunjukkan suatu perubahan berupa peningkatan kadar

enzim yang signifikan dibandingkan dengan antar kelompok lain, yaitu pada

perbandingan kelompok dosis lainnya yang diberi perlakuan MSG maupun

kontrol yang didapatkan hasil perubahan tidak signifikan, dimana kadar

AST/SGOT antara kelompok MSG 2,4g/kgBB/hari, kelompok MSG

3,6g/kgBB/hari dan kelompok MSG 4,8g/kgBB/hari dengan nilai p value-nya

(>0,05) yang berarti tidak ada peningkatan yang cukup berarti (Lampiran 5).

39

Gambar 4.3 Grafik Hasil konsentrasi absorban ALT

masing-masing kelompok perlakuan

**P<0,05=untuk Dosis 3,6g/kgBB vs 4,8g/kgBB

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

0 2,4 3,6 4,8Kad

ar K

on

sen

tras

i Ab

sorb

an A

LT

(μ/L

)

Dosis MSG (g/kgBB/hari)

*

4.1.3 ALT (Alanin Aminotransferase)/SGPT

Berdasarkan dari hasil grafik 4.3 didapati bahwa kadar ALT pada pada

kelompok perlakuan kontrol mendapat rerata hasil yang lebih rendah

dibandingkan dari kelompok yang lainnya dan demikian juga untuk ketiga

perlakuan lainnya yaitu pada kelompok MSG 2,4g/kgBB/hari, 3,6g/kgBB/hari dan

4,8g/kgBB/hari menunjukkan adanya peningkatan kadar ALT yang juga terlihat,

namun pada diagram perlakuan kelompok MSG 3,6g/kgBB/hari ditemukan hasil

kadar sedikit lebih rendah dibanding dengan hasil kelompok lainnya

Selanjutnya perbedaan hasil ALT yang telah dihitung seperti diatas,

dilanjutkan dengan diuji secara statistik dengan menggunakan Oneway Anova,

namun sebelumnya data tersebut juga telah melewati uji normalitas dan uji

homogenitas agar memastikan bahwa distribusi pemeriksaan kadar biokimia ini

normal dan juga varian data yang heterogen dengan melihat hasil nilai batas uji

normal dan homogenitas data ini adalah p=>0,05 yang dapat dinyatakan bahwa

sebaran data normal dan varian data dinilai homogen dan setelah itu di uji dengan

uji Oneway Anova maka didapatkan nilai p-value >0,05, perbedaan pada kadar

enzim ALT pada tiap sampel kelompok perlakuan tidak signifikan, yang artinya

40

kenaikan kadar ALT yang terjadi pada sampel tiap kelompok tidak memiliki

perubahan yang bermaknabahwa perbedaan pada kadar enzim ALT pada tiap

sampel kelompok perlakuan dikatakan tidak signifikan, yang artinya kenaikan

kadar ALT yang terjadi pada sampel tiap kelompok tidak memiliki perubahan

yang bermakna (Lampiran 6).

Untuk melihat rata-rata perbedaan kadar antar sampel pada tiap perbandingan

1 kelompok dengan masing-masing kelompok lainnya. Penelitian dilanjutkan

dengan uji analisis Post-hoc dengan memilih LSD sebagai cara untuk melihat

adanya beberapa perbandingan kadar tiap kelompok, meskipun sudah diketahui

pada uji anova bahwa perubahan didalam data ini tidak signifikan, namun uji ini

tetap dapat dilakukan setelah mendapat hasil dari uji Oneway Anova, terlepas dari

hasil yang didapatkan pada uji Anova.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan perubahan kadar antar

kelompok hampir semua tidak signifikan, nilai pada kadar ALT antar kelompok

kontrol dengan semua kelompok perlakuan MSG 2,4g/kgBB/hari, 3,6g/kgBB/hari

dan 34,8g/kgBB/hari dimana p value-nya (>0,05), dimana untuk kadar signifikan

memerlukan nilai p value <0,05, namun diantara kelompok perlakuan masih ada

nilai p-Valuenya <0,05 terjadi perubahan yang bernilai signifikan yaitu pada

perbedaan dari hasil kadar antara kelompok MSG 3,6g/kgBB/hari dengan

kelompok MSG 4,8g/kgBB/hari dengan nilai asli (0,03). (Lampiran 6)

Hasil pengukuran AST (SGOT) dan ALT (SGPT) pada uji anova ditemukan

hasil uji statistik anova yang tidak signifikan, dimana pengukuran dua enzim ini

tidak dapat membantah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan

perubahan pada tiap-tiap kelompok yang diberi perlakuan.

4.2. Pembahasan

4.2.1 AST (Aspartat Aminotranferase)/SGOT

Kenaikan kadar AST (SGOT) pada tikus yang diberi MSG menunjukkan

adanya suatu gangguan fungsi organ hati yang berperan dalam mengeluarkan

enzim tersebut, adanya peningkatan melebihi kadar normal AST merupakan salah

satu tanda kerusakan sel hati, Edoardo (2005) menjelaskan bahwa kelainan hati

41

dapat dilihat dengan adanya perubahan pada kadar AST dan ALT, karena kedua

enzim tersebut mempunyai konsentrasi tinggi di sel hati. Hasil ini juga sesuai

dengan penelitian Eweka et.al (2011) bahwa MSG dapat merusak sel hepar yang

dapat ditandai dengan adanya peningkatan kadar serum transaminase30

.

Nilai kadar AST yang meningkat dengan p value >0,05 menunjukkan bahwa

ada suatu kemungkinan dimana telah terjadi kerusakan sel hati, dengan dugaan

pada tidak adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Kimm

(2008) telah menjelaskan tentang serum AST dapat digunakan sebagai indikator

kesehatan dan kelainan pada sel hepar dan merupakan petunjuk adanya kerusakan

yang bersifat akut, dimana kadar AST masih lebih tinggi dibanding dengan

ALT29

.

Hasil data yang berbeda pada kedua pemeriksaan juga menunjukkan adanya

perbedaan petunjuk kerusakan pada sel hati, pada kadar AST yang tinggi dapat

menunjukkan selain adanya kerusakan yang masih bersifat akut, namun masih

adanya kemungkinan kerusakan sel pada organ lainnya, karena meskipun enzim

ini merupakan salah satu enzim utama pada hati, namun keberadaan enzim ini

juga bisa ada pada beberapa organ lainnya seperti jantung, otot rangka, ginjal,

otak dan sel darah merah29

.

Selain itu kenaikan pada kadar AST juga dapat menunjukkan bahwa secara

histologis dapat telah terjadi kerusakan sel dibagian zona 3 asinus, seperti yang

juga dijelaskan pada penelitian Edoardo (2005) dimana pada zona 3 dari sinus

hepatika mempunyai konsenterasi yang tinggi adanya AST29,30

.

4.2.2 ALT (Alanin Aminotransferase)/SGPT

Hasil pengamatan menunjukkan adanya kenaikan kadar ALT, namun tidak

bersifat signifikan setelah di uji secara statistik, baik secara keseluruhan maupun

pada setiap perbandingan kelompok. Hasil dari grafik ALT menunjukkan adanya

kadar yang lebih tinggi pada salah satu kelompok perlakuan, hal ini tidak menutup

kemungkinan banyak faktor yang dapat mempengaruhi pada kadar ALT tersebut

42

seperti yang disebutkan pada Boyer’s Hepatology (2012), kadar ALT dapat

dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin, umur, berat badan, dan penyakit yang

sedang diderita31

. Widi. T (2015) juga telah melaporkan hasil yang sama dengan

percobaan ini, dimana didapatkan nilai ALT lebih tinggi pada salah satu

kelompok pada dosis rendah36

, dimana perbedaan yang terjadi dapat karena

adanya variasi yang terjadi pada keadaan tubuh tikus atau kesalahan ketika proses

pengambilan darah serta kurang tepatnya pencairan dalam pencampuran antara

reagen dan sampel.

Kadar ALT yang meningkat meskipun tidak signifikan dapat menunjukkan

bahwa memang ada kerusakan pada sel hati, karena keberadaan enzim ini hanya

terdapat pada sel hati.

Kerusakan yang terjadi dikarenakan MSG (Monosodium Glutamate) sebagai

senyawa yang sangat mudah dikonsumsi ternyata dapat menimbulkan efek-efek

yang kurang baik pada beberapa organ tubuh. Farombi EO (2006) menyebutkan

bahwa pemberian MSG pada tikus dapat menurunkan antioksidan alami pada hati

seperti glutathione, katalase dan superoxide dismutase sehingga sel hepar menjadi

lebih rentan terhadap stress oksidatif, dimana pada metabolisme juga L-Glutamat

yang berubah menjadi α-ketoglutarat akan mengelarkan ion amonium, kelebihan

ion amonium ini dapat merusak mitokondria melalui aktifasi jalur Ca2+

independent apoptosis intrinsik. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh radikal

bebas yang terjadi karena reaksi polyunsaturated asam lemak pada membran sel

yang juga mengaktifkan sinyal apoptosis, Taufik MS (2012)8.

Bukti kerusakan secara mikroskopik juga terdapat pada penelitian Eweka

(2011) menyebutkan adanya kerusakan sel-sel hati berupa gambaran sel yang

nekrosis disekitar sinus.

Eweka melaporkan bahwa Kelainan Histologis diatas terjadi dikarenakan

adanya pembengkakan parenkim dari sel hepar dan pelebaran pada sinusoid-

sinusoid. Sedangkan Taufik (2005) telah menjelaskan bahwa pemberian MSG

dapat menyebabkan pembengkakan pada sel-sel hepar dan dilatasi vena

sentralnya, yang mengakibatkan gangguan fungsi hematopoietic oleh hepar,

adanya dilatasi pada vena sentral menunjukkan bahwa adanya lisis sel darah

43

merah pada kelompok yang diberikan perlakuan dibandingkan dengan kelompok

kontrol4.

Dosis MSG yang diberikan pada penelitian Eweka AO tersebut adalah 0,04

dan 0,08 mg/kgBB, merupakan kadar dengan takaran yang sangat sedikit, namun

diberikan dengan jangka waktu yang cukup lama dan berhasil menjukkan adanya

kerusakan pada organ secara histochemical. Pada penelitian lainnya juga

menyebutkan adanya peningkatan ALT serum pada dosis pemberian 0,6 dan 1,6

g/kgBB4,8

, yang artinya ada kemungkinan pada dosis yang diberikan oleh peneliti

yaitu 2,4g/kgBB,3,6g/kgBB,dan 4,8g/kgBB dalam waktu yang lebih singkat

(kurang lebih 14 hari) dapat juga sudah mulai terjadi proses kerusakan pada sel

hati dan dapat mempengaruhi gambaran dari kadar AST/ALT pada serum.

Jadi, berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sementara bahwa

pada pemberian MSG 2,4g/kgBB/hari, 3,6g/kgBB/hari dan dosis 4,8g/kgBB/hari

selama 14 hari dapat menyebabkan adanya perubahan dari kadar AST(SGOT) dan

ALT(SGPT) yang merupakan salah satu enzim yang berperan dalam

menunjukkan adanya tanda kerusakan pada sel hepar.

4.3 Keterbatasan Penelitian

- Hewan coba yang banyak mati dan mengalami sakit (stress) karena lingkungan

kandang yang saat itu sedang banyak dipakai berbagai macam penelitian lain.

- Kesehatan hewan coba yang tidak dipastikan melalui pemeriksaan, namun yang

melalui surat sehat yang didapat dari tempat pembelian.

44

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil ujia statistik dan pembahasan pemberian MSG dengan

dosis 2,4g/kgBB, 3,6g/kgBB dan 4,8 g/kgBB adanya perubahan pada kadar AST

(SGOT) dan ALT (SGPT), perubahan yang terjadi berupa :

- Terjadinya peningkatan kadar AST pada serum sampel perlakuan yang

signifikan.

- Terjadinya peningkatan kadar ALT pada serum sampel perlakuan yang

tidak signifikan, ini juga menunjukkan juga adanya kerusakan sel hati

dan adanya variasi kadar pada beberapa perlakuan dikarenakan adanya

beberapa faktor.

5.2 Saran

1. Diharapkan penelitian selanjutnya terdapat pemeriksaan perbandingan dosis

yang lebih bervariasi

2. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan jangka

waktu yang lebih panjang

3. Diharapkan penelitian selanjutnya terdapat pemeriksaan perbandingan

pemeriksaan kadar-kadar enzim penanda yang lainnya.

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013

2. Prawirohadjono W, Dwiprahasto, et al. The Administration to indonesians if

Monosodium L-Glutamate in Indonesian Foods : An Assesment of Adverse

Reactions in a Randomized Double-Blind, Crossover, Placebo-Controlled

Study. The Journal of Nutrition. 2008 ; 130 (1074S-1076S)

3. Farombi EO, Onyema OO. Monosodium glutamate-induced oxidative damage

and genotoxicity in the rat : modulatory role of vitamin C, vitamin E and

quercetin. 2006 ; 25(5) :251-9

4. Taufik MS, Al-Badr N. Adverse effect of monosodium glutamate on liver and

kidney functions in adult rats and potential protective effect of vitamins C and

E. Food and Nutrition Sciences. 2012; 3 (651-9)

5. Pavlovic V, Cekic S, Kocic G, Sokolovic D, Zivkovic V. Effect of

Monosodium Glutamate on Apoptosis and bcl-2/bax protein level in Rat

Thymocyte Culture. Journal Physiol. 2007; 56 :616-626

6. Sharma V, Deshmukh R. AJINOMOTO (MSG): a fifth taste or a bio bomb.

EJPMR. 2015 Jan 21; 5(2): 381-400

7. T Bhattacharya, A bhakta, SK Ghosh. Long term effect of Monosodium

Glutamate in liver of albino mice after neo-natal exposure.2011;13(1):11-16

8. Eweka AO, PS lgbigbi, RE Ucheya.Histochemical of the Effect of Monosodium

Glutamat on the liver of Adult Wistar Rats. 2011 Jan-Jun; 1(1) : 21-29

9. Ardyanto TD. MSG dan kesehatan: sejarah, efek dan kontroversinya.

INOVASI. 2004 Aug; 1(16): 52-6

10. Brilliantina L. Pengaruh pemberian monosodium glutamat pada induk tikus

hamil terhadap berat badan dan perkembangan otak anaknya pada usia 7 dan

14 hari. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012

11. Sukawan UY.Efek toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada binatang

percobaan.Jurnal Sutisning.2008; 3 (2) : 306-314

12. Pulido S.G.A.O dan Bigiani A.Glutamate Reseptors in Peripheral Tissue

:Excitatory Transmission Outside the CNS, Springer US.2005

46

13. Khrisna VN, Karthika D, Surya DM, Rubini MF, Vishalini M, Pradeepa

YJ.Analysis of Monosodium L-Glutamate in food Products by High-

Performance Thin Layer Chomatography. Journal of Young Pharmacist. 2009;

2(3): 297-300

14. Filer, L.J, Garattini. S, Kare M.R, Reynolds, W.A, and Wurtman, R.J, et

al.Giacometti T Free and Bound glutamate in natural products. In : Glutamic

Acid:Advances in Biochemistry. Raven Press. The Journal of Nutrition;

1979:25-34

15. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW.2009. Biokimia Harper. Edisi 27.

Jakarta ; EGC.

16. Molina EP. Endocrine Physiology. New York ;McGraw-Hill ; 207-25

17. Ganong WF.2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta ; Penerbit Buku

Kedokteran EGC

18. Guyton AC, Hall JE.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta ;

Penerbit Buku Kedokteran EGC

19. Nelson DL, Cox MM.2005. Lehninger: principles of biochemistry.4th

Edition.

New York ; Freeman and Company

20. FDA. Questions and answer on monosodium glutamate (MSG). 2012

21. Geha, RS;Beiser A;Ren.C;Patterson, R;Greenberger,PA;Grammer, LC;Ditto,

AM;Harris, KE;Shaughnessy, MA;Yarnold, PR;Corren, J;Saxon. A.Review of

allerged reaction to Monosodium Glutamate and outcome of a multicenter

double-blind placebo-controlled study. Journal of Nutrition, 2000;130: 1058S-

1062S

22. Sherwood, Lauralee.2011. Fisiologi manusia. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

23. Sudoyo, Aru.W, et al.2006. Ilmu Penyakit Dalam UI . Edisi IV: Jakarta ;

Interna Publishing

24. Richard L.Drake; Vogl, AW;Mitchell Adam, W.M.2014.Dasar-dasar Anatomy

GRAY. Indonesian Edition. Singapore; Elsevier

25. Netter FH.2013. Atlas anatomi manusia. Edisi 5. Indonesia: Elsevier

26. Mescher A.L.2011. Histologi dasar junqueira: teks dan atlas. Jakarta; EGC

47

27. Tortora GJ, Derrickson B.2009. Principles of anatomy and physiology. Edisi

12. Amerika Serikat: WILEY

28. Husarova V, Ostatnikova D.Monosodium Glutamate toxic effects and their

implications for human intake :a review.JMED Research.2013

29. Kim WR, Flamm SL, et al. Serum Activity of Alanin Aminotransferase (ALT)

as an Indicator of Health and Disease.Hepatology 2008;47(4)

30. Giannini, E.G; Testa R, Savarino V.Liver enzyme alteration : a guide for

clinicans. JAMC. 2005;172(3)

31. Boyer TD, Manns MP, Sanyal AJ.2012.Zakim and Boyer’s Hepatology:A

textbook of liver disease. Edisi ke-6. Philadelphia; Saunders

32. Singh K, Ahluwalia P.Effect of Monosodium Glutamateon lipid peroxidation

and certain antioxidant enzymes in cardiac tissue of alcoholic adult male

mice.Journal of Cardiovaskular Disease Research.2012. 3(1);12-18

33. Ball DW, Hill JW, Scott RJ. Introduction to chemistry: general, organic, and

biological v.1.0; 2011

34. Rahayu I. Praktis belajar kimia 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional; 2009

35. Duus, Peter. Diagnosis Topic Neurologi DUUS. edisi 4. Goettingen and

Freburg. 2010.

36. Aliftiyo WT, Kusmijati Tjahjono DK, Andrew Johan. Pengaruh Pemberian

Madu terhadap fungsi hati tikus wistar jantan yang diinduksi Monosodium

Glutamat. Medika Media Muda Jurnal. Oktober 2015. 1611-1618

37. Arthur J.L Cooper and Thomas M. Jeitner. Central role of Glutamate

Metabolism of Nitrogen Homeostasis in Normal and Hyperammonemic Brain.

Mdpi Journals/biomolecules. Maret 2016. ,6,16;doi:10.3390

38. Powers, S.K., Jackson, M. J. Exercise-Induced Oxidative Stress : Cellular

Mechanisms and Impact on muscle force production. The American

Physiological Society. 2008. Physiol Rev 88:1243-1276

48

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

49

Lampiran 2

Identifikasi MSG (Monosodium Glutamate)

50

Lampiran 3

Data Berat Badan Tikus

A. Data Berat Badan Tikus

Dosis MSG

(g/kgBB/hari)

BB sebelum perlakuan

(kg)

BB Sesudah perlakuan

(kg)

0 1 105 132

2 117 127

3 123 143

4 122 133

5 103 121

6 135 139

2,4 1 125 141

2 106 125

3 133 155

4 105 126

5 103 127

6 118 142

3,6 1 106 118

2 123 149

3 127 158

51

B. Rata-rata Berat Badan Tikus

4 119 128

5 123 141

6 119 142

4,8 1 135 157

2 113 136

3 133 154

4 120 135

5 122 143

6 108 126

Dosis MSG

(g/kgBB/hari)

Rata-rata BB sebelum

perlakuan (kg)

Rata-rata BB Sesudah

perlakuan (kg)

0 117,5 132,5

2,4 115 136

3,6 119,5 140

4,8 122 142

52

Lampiran 4

Data Awal Kelompok Penelitian

1. Data AST(Aspartat Aminotransaminase)/SGOT (μkat/L)

Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

1 0,376 0,438 0,662 1,360

2 0,179 0,268 0,895 0,599

3 0,456 0,725 0,868 0,752

4 0,68 1,18 0,947 0,966

5 0,662 1,074 1,011 1,566

6 0,546 0,664 0,716 0,519

Mean 0,483 0,721 0,849 0,960

St.Deviasi 0,189 0,354 0,135 0,432

2. Data ALT (Alanin Aminotransferase)/SGPT (μkat/L)

Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

1 0,698 1,01 0,242 1,060

2 0,725 0,349 0,689 1,680

3 0,608 0,948 0,358 0,573

4 0,423 0,367 0,242 1,145

5 0,546 0,716 0,555 0,432

6 0,089 0,653 0,626 0,626

Mean 0,515 0,671 0,531 0,919

St.Deviasi 0,235 0,279 0,330 0,467

53

Lampiran 5

Hasil Uji Statistik AST

A. Uji Normalitas dan Varian Data

a. AST/SGOT

54

(Lanjutan)

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

AST Kontrol .161 6 .200* .939 6 .648

P1 .174 6 .200* .951 6 .752

P2 .220 6 .200* .935 6 .617

P3 .189 6 .200* .916 6 .478

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

AST

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.921 3 20 .059

55

(Lanjutan)

Uji OneWay ANOVA dan Post-Hoc LSD

a. AST/SGOT

ANOVA

AST

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .757 3 .252 2.816 .065

Within Groups 1.792 20 .090

Total 2.549 23

Multiple Comparisons

AST

LSD

(I)

Perlakuan

(J)

Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol P1 -.23833 .17283 .183 -.5989 .1222

P2 -.36667* .17283 .047 -.7272 -.0061

P3 -.47717* .17283 .012 -.8377 -.1166

P1 Kontrol .23833 .17283 .183 -.1222 .5989

P2 -.12833 .17283 .466 -.4889 .2322

P3 -.23883 .17283 .182 -.5994 .1217

P2 Kontrol .36667* .17283 .047 .0061 .7272

P1 .12833 .17283 .466 -.2322 .4889

P3 -.11050 .17283 .530 -.4710 .2500

P3 Kontrol .47717* .17283 .012 .1166 .8377

P1 .23883 .17283 .182 -.1217 .5994

P2 .11050 .17283 .530 -.2500 .4710

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

56

Lampiran 6

Hasil Uji Statistik ALT

b. ALT/SGPT

57

(Lanjutan)

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

ALT Kontrol .141 6 .200* .993 6 .995

P1 .195 6 .200* .906 6 .411

P2 .248 6 .200* .915 6 .473

P3 .235 6 .200* .917 6 .487

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

ALT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.622 3 20 .079

58

(Lanjutan)

b. ALT/SGPT

ANOVA

ALT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .621 3 .207 1.843 .172

Within Groups 2.245 20 .112

Total 2.866 23

Multiple Comparisons

ALT

LSD

(I)

Perlakuan

(J)

Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol P1 -.02767 .19345 .888 -.4312 .3759

P2 .17483 .19345 .377 -.2287 .5784

P3 -.27617 .19345 .169 -.6797 .1274

P1 Kontrol .02767 .19345 .888 -.3759 .4312

P2 .20250 .19345 .308 -.2010 .6060

P3 -.24850 .19345 .214 -.6520 .1550

P2 Kontrol -.17483 .19345 .377 -.5784 .2287

P1 -.20250 .19345 .308 -.6060 .2010

P3 -.45100* .19345 .030 -.8545 -.0475

P3 Kontrol .27617 .19345 .169 -.1274 .6797

P1 .24850 .19345 .214 -.1550 .6520

P2 .45100* .19345 .030 .0475 .8545

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

59

Gambar 6.5 Pengambilan

Sampel Darah melalui Cardiac

Puncture

Gambar 6.1 Sampel Tikus Gambar 6.2 Pengukuran Berat Badan

Tikus

Gambar 6.3 Pemberian MSG Gambar 6.4 Proses Sacrificed

Menggunakan Eter

Gambar 6.6 Proses Sentrifugasi

Lampiran 7

Gambar Proses Penelitian

60

Gambar 6.7 Alat Sentrifugasi Gambar 6.8 Proses Pengambilan

Hasil Sentrifugasi

Gambar 6.9 Proses Pemindahan

Serum

Gambar 6.10 Sampel Serum

Gambar 6.11 Ice Box Gambar 6.12 Alat dan Bahan

Pemeriksaan AST dan ALT

(Lanjutan)

61

Gambar 6.14 Pencampuran

Sampel dan Kit AST/ALT Gambar 6.13 Proses pembuatan

campuran bahan

Gambar 6.15 Proses Pembacaan

Sampel dengan Spektrofotometer UV

Gambar 6.18 Pencampuran Bahan Gambar 6.17 Alat dan Bahan untuk

melarutkan MSG

Gambar 6.16 Menimbang dosis MSG

yang dibutuhkan

(Lanjutan)

62

Gambar 6.19 Proses Peralutan MSG

(Lanjutan)

63

Lampiran 8

Cara Perhitungan

Dosis Pemberian MSG

1. Dosis 2,4g/kgBB/hari =

= 0,36g/hari

Konsentrasi = 0,36g/4mL

=0,09g/mL

2. Dosis 3,6g/kgBB/hari=

= 0,54g/hari

Konsentrasi = 0,54g/4mL

=0,135g/mL

3. Dosis 4,8g/kgBB/hari=

= 0,72g/hari

Konsentrasi = 0,72g/4mL

=0,18g/mL

64

Lampiran 9

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Eriska Muharani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 22 Juni 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Musi Raya Utara,528. Perumnas, Sako

Palembang. Sumatera Selatan

e-Mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

- 2000-2006 : SDN 117 Palembang

- 2006-2009 : MTs PP Qodratullah Langkan, Banyuasin

- 2009-2012 : MA PP Qodratullah Langkan, Banyuasin

- 2013-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta