Upload
dinhkien
View
244
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Skripsi
PENGARUH PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP USAHA DAN
ENERGI (Kuasi Eksperimen di MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh)
Oleh:
JULIANI HIDAYAH
105 016 300 595
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i
ABSTRACT
Juliani Hidayah, Influence of Generative Learning Model’s to Control the
Students Concept (case of study in MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh). Program Thesis Education of Physics Major Education Knowladge Science
Faculty of Education and Theacher University Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010.
This research means for deployment generative learning model to control the
students concept. This research hold at MTs Jamiatus Sholihin during July until
August two thousand and ten. Here by this research use method Quasi
eksperiment that consist two clasess are class eksperimen and class control, and
take of sample use technical probability sampling. Account of sample research
are 30 person in eight grade of first as class control and 30 in eight grade of
second as class eksperiment. And take for data make use of instrument Consept
control of stadying physic toward pretest and posttest but in the other hand for
knowing students motivation toward generative learning that do it with spread of
question naire. Before test analysis data are normalitas and test homogenitas.
Hypothesis that purpose is hypothesis zero (H0) that is no influence in purpose of
generative learning model’s to control the students concept and hypothesis
alternative (Ha) that is signifinance influence toward generative learning model’s
to control the students concept.
In this research get score pretest for class eksperiment is about 62.6 (sixty two
point six) and score level class control is about 62.97 (sixty two point ninety
seven) but the other hand result of posttest 71.2 (seventy one point two) and score
quite even of posttest in class control is 61.1 (sixty one point one). In the account
of test with standard 95% (α = 0,05) get of price ttabel = 2.00 tacount for score
pretest category eksperiment and category control get of tacount 4.34 because tacount
is 4.34 and score ttabel = 2.00. Result of research showed that tacount > ttabel so Ho
rejegted and Ha accepted to standard 0.95%. It case show that there is difference
between category score level posttest eksperiment with category score level class
control. And means there is significiant influence in generative learnings model
toward result stedents concept.
key world : generative learning model, concept student
ii
ABSTRAK
Juliani Hidayah. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap
Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi (Kuasi
Ekperimen di Jamiatus Sholihin Cipondoh). Skripsi Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran generatif
dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Penelitian ini dilaksanakan di
MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh pada bulan juli sampai agustus 2010. Adapun
metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen yang terdiri
dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengambilan sampel
mengguanakan tehnik Probability Samplling dengan teknik simple random
sampling, sampel penelitian ini berjumlah 30 orang kelas VIII.1 sebagai kelas
kontrol dan 30 siswa kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen. Pengambilan data
menggunakan instrumen penguasaan konsep fisika terhadap pretes dan postes
sedangkan untuk mengetahui motivasi siswa terhadap pembelajaran generatif
dilakukan dengan menyebarkan angket. Uji persyaratan sebelum menganalisis
data yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hipotesis yang diajukan adalah
hipotesis nihil (Ho) yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran generatif terhadap penguasaaan konsep siswa dan hipotesis
alternatife (Ha) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep siswa.
Dalam penelitian ini diperoleh skor rata – rata pretes untuk kelas eksperimen
adalah 62,6 dan skor rata-rata kelas kontrol adalah 61,1 sedangkan hasil postes
untuk kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata 71,2 dan rata-rata kelas kontrol
adalah 62,97. Berdasarkan perhitungan uji-t dengan taraf kepercayaan 95% (α =
0,05) diperoleh dengan harga ttabel = 2,00 thitung untuk skor pretes kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 0,71 dari hasil pengujian diperoleh
thitung < ttabel dengan demikian H0 diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan
95%. Sedangkan hasil uji kesamaan dua rata-rata postes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga thitung sebesar 4,34. Karena
thitung sebesar 4,34 dan nilai ttabel 2,00 Hasil pengujian yang diperoleh
menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan demikian Ho ditolah dan Ha diterima
pada taraf kepercayaan 0,95%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok eksperimen denga rata-rata
skor postes kelompok kontrol. Dan dapat diartikan bahwa terdapat pengarah yang
signifikan penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep
siswa.
Kata kunci : model pembelajaran generatif, penguasaan konsep
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Generatif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha Dan Energi” .
Sholawat serta salam ini selalu tercurah kepada Nabi kiat Muhammad SAW, para
sahabat dan para pengikutnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan
motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, di antaranya:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., ketua Jurusan Pendidikan IPA.
3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan M.Pd selaku dosen pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi.
4. Ibu Kinkin Suartini M.Pd selaku dosen pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi.
5. Kepala Perpustakaan Ilmu Tarbiyah & Keguruan dan Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh staf, yang telah menyediakan
tempat serta buku-buku sebagai bahan referensi.
6. Kepala MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas kesediaannya menyediakan
tempat, sarana dan prasarana dalam rangka penelitian skripsi serta atas doa dan
motivasinya
iv
7. Guru bidang studi fisika MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, atas bimbingan,
arahan serta doanya.Seluruh guru-guru dan siswa/i MTs Jamiatus Sholihin,
terimakasih atas bantuan, doa dan kerjasamanya.
8. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta
mencururahkan segala kasih sayang dengan tulus, untuk adik tersayang dan
seluruh keluarga atas doa dan bantuan baik moril maupun materil.
9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPA Prodi Fisika (2005) atas
doa dan motivasi, kebersamaan merupakan kebahagiaan yang tak ternilai
harganya. Serta teman-teman tercinta: Resa, Indri, Leni, Yunita dan Yayan.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi sedikit pun rasa terima kasih dan penghormatan. Terima kasih
atas doa dan motivasi semoga menjadi amal saleh di sisi Allah SWT, Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi ......................................................................................................... v
Daftar Tabel ..................................................................................................... vii
Daftar Gambar ................................................................................................. viii
Daftar Lampiran .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 5
D. Perumusan Masalah ................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme ................................. 6
2. Model Pembelajaran Generatif ............................................ 10
3. Hasil Belajar ........................................................................ 17
B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................. 27
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 29
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 31
B. Metode Penelitian ...................................................................... 31
C. Desain Penelitian ....................................................................... 31
D. Populasidan Sampel ................................................................... 32
E. Tehnik Pengambilan Sampel ..................................................... 32
F. Prosedur Penelitian .................................................................... 33
vi
G. Variabel Penelitian ..................................................................... 34
H. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................... 35
I. Instrumen Penelitian .................................................................. 35
J. Tehnik Analisis Data ................................................................. 39
K. Hipotesis Statistik ...................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................ 44
B. Pengujian Prasyarat Analisis ..................................................... 46
C. Analisis Data dan Pembahasan .................................................. 47
D. Pembahasan dan Hasil Penelitian .............................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 60
B. Saran ......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 61
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPA adalah suatu proses yang kompleks. Dewasa ini,
pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan model pembelajaran
konvensional dimana kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktifitas peserta
didik dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal
yang dianggap penting. Hal ini, salah satunya disebabkan oleh padatnya materi
yang harus dibahas dan diselesaikan oleh guru berdasarkan kurikulum yang
berlaku. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah suatu bidang ilmu dari usaha
manusia dalam mencari penjelasan yang rasional berkaitan dengan kejadian-
kejadian yang terjadi di alam ini.1
Proses belajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung terus-menerus yang
menghasilkan perubahan. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan, tapi juga menyangkut segala aspek yang ada pada diri
seseorang dan tingkah laku pribadi seseorang. Untuk dapat menghasilkan
perubahan pada peserta didik, maka diperlukan model pelajaran yang baik.
Sekolah sebagai lembaga formal harus dapat melakukan kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang dapat merangsang peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Namun dalam proses pembelajaran sekarang ini masih terpusat pada guru, dan
tidak pada peserta didik. Seharusnya guru menjadi fasilititator bagi peserta didik.
IPA seharusnya merupakan mata pelajaran yang menarik karena objek
yang dipelajari berkaitan dengan alam dan terus mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan teknologi, dalam kenyataannya fisika sebagai salah satu
mata pelajaran yang menarik ternyata menjadi mata pelajaran yang banyak tidak
disukai siswa dengan berbagai alasan seperti sulit, hanya menghapal rumus, tidak
memberi kesan dan membosankan.
Pendidikan IPA mempunyai potensi besar untuk memainkan peran
strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era
1 Zurida Ismail, Kaedah Mengajar Sains, (Bukit Tinggi: PTS Profesional Publishing, 2005) h. 1
2
industrialisasi dan globalisasi. Globalisasi yang termanifestasikan dalam
strukturnya melibatkan semua jaringan dengan tatanan global seragam dalam pola
hubungan yang bersifat penetratik, kompetitif, rasional dan pragmatis.
Konsekuensinya adalah bahwa didalam berbagai penyiapan sumber daya manusia,
harus bersifat realistis karena globalisasi menjadi tantangan yang terkait dengan
daya saing dan prakarsa, yaitu kemampuan yang belum sepenuhya menjadi ciri
dan budaya kita dan harus disertai kemampuan berpikir rasional, kritis dan
kreatif.2
Aktifitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga peserta didiklah yang harus banyak aktif. Namun pada kenyataannya di
sekolah-sekolah seringkali guru yang memegang peran utama. Peserta didik tidak
diberi kesempatan untuk aktif, dimana pelajaran fisika harus menggunakan
kemampuan berfikir untuk menelaahnya, sehingga sebagian peserta didik
menganggap fisika terkesan pelajaran yang menakutkan, membosankan. Dengan
deretan rumus-rumus yang seringkali membutuhkan daya fikir yang cukup tinggi.
Anggapan ini mengakibatkan peserta didik merasa sulit untuk memahami konsep-
konsep fisika.
Hasil belajar fisika yang diperoleh pada semua jenjang pendidikan
termasuk tingkat SLTP sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
terbukti dengan hasil ujian fisika masih tergolong rendah. Kegagalan ini bisa
terjadi mungkin sebagai akibat dan kekeliruan cara memandang proses
pembelajaran sebagian besar dilakukan melalui informasi, bukan melalui
pemrosesan informasi yang mengacu kepada pembentuka skemata atau jaringan
konsep siswa.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran, khususnya di SLTP, namun mutu pendidikan MIPA
(khusunya fisika) masih merupakan isu yang sangat hangat dibicarakan akibat
masih rendahnya hasil belajar siswa. Masalah rendahnya daya serap dan
ketuntasan belajar fisika siswa juga terjadi di MTs Jamiatus Sholihin Cipondoh.
2 Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: PT.
Macanan Jaya Cemerlang, 2002), h. 102-103
3
Selain itu juga, pola pembelajaran fisika di kelas VIII MTs Jamiatus
Sholihin Cipondoh berlangsung secara konvensional, dimana guru hanya
memberikan konsep-konsep dan rumus-rumus fisika yang penting dan ilmiah
sesuai dengan yang digariskan kurikulum. Fenomena ini disebabkan oleh
penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, dan proses pembelajaran masih
terpusat pada guru dengan keadaan ini tentu saja mengakibatkan pembentukan
konsep yang tidak benar pada siswa. Selain itu guru kelas VIII MTs Jamiatus
Sholihin tidak pernah menggali dan memberi perhatian pada konsepsi awal siswa
terhadap suatu konsep awal fisika.
Dunia pendidikan Barat sedang diramaikan oleh isu konstruktivisme, yaitu
suatu pandangan baru tentang proses belajar dan mengajar yang muncul sekitar
pertengahan 1980-an. Gerakan dalam praktik pendidikan dengan berdasar pada
pandangan ini makin banyak dilakukan di berbagai negara pada awal 1990-an
hingga sekarang. Konstruktivisme merupakan model pembelajaran yang
mengedepankan aktivitas peserta didik dalam setiap interaksi edukatif untuk dapat
melakukan eksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.
Aliran kosrtuktivisme ini, dalam kajian ilmu pendidikan merupakan aliran
yang berkembang dalam psikologi kognitif yang secara teoritik menekankan
peserta didik untuk berperan aktif dalam menemukan pengetahuan baru.
Pembelajaran konstruktivisme memugkinkan terjadinya ruang yang lebih baik
bagi keterlibatan peserta didik di kelas, melakukan eksplorasi serta menggali
secara lebih dalam kemampuan, potensi dan sikap perilaku yang terbuka. Salah
satu strategi dari model pembelajaran konstruktivime adalah pembelajaran
generatif.
Implementasi pembelajaran generatif dapat membangkitkan rasa ingin
tahu peserta didik tentang pelajaran (terutama fisika) dan persoalan-persoalan
fisika yang terkadang membuka peluang bagi peserta didik memberikan
pemikiran yang di luar dugaan. Dengan penerapan pembelajaran generatif
beberapa konsep yang dirasakan sulit bagi peserta didik menjadi lebih mudah
dipahami karena pembelajaran terfokus pada ide-ide awal peserta didik menuju
4
konsep ilmiah. Hal ini tentunya memberikan peluang yang besar untuk siswa
meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar.
Penerapan pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika dapat
mencapai hasil maksimal dengan adanya kegiatan pengalaman yang mendukung
terlaksananya pembelajaran generatif yaitu pengamatan langsung atau
eksperimen. Kegiatan eksperimen sangat diperlukan dalam pelajaran fisika untuk
membantu siswa lebih memahami konsep-konsep fisika, sehingga siswa mampu
menerapkan pada konsep nyata bukan hanya teori.
Konsep usaha dan energi cocok untuk penerapan model pembelajaran
generatif karena konsep ini dapat dikembangkan dengan cara melibatkan aktifitas
peserta didik dalam pembelajaran serta membantu peserta didik dalam
mempelajari mempelajari konsep serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Konsep usaha dan energi diajarkan di kelas VIII semester 2.
Berdasarkan latar belakang yang terjadi seperti yang telah diungkapkan di
atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah berdasarkan penelitian
terhadap efektifitas model pembelajaran konstruktivisme dengan pembelajaran
generatif dan peranannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga
dengan demikian penulis memilih judul: ”Pengaruh Pembelajaran Generatif
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Usaha dan Energi.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Mata pelajaran fisika banyak tidak disukai oleh siswa dengan alasan sulit,
hanya menghapal rumus, tidak memberi kesan dan membosankan.
2. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, dimana siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
3. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada belum melibatkan peran aktif siswa
dalam pembelajaran.
4. Rendahnya hasil belajar siswa.
5
5. Model pembelajaran yang ada tidak efektif dan belum dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
6. Pembelajaran generatif belum diterapkan dalam proses pembelajaran fisika.
C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah dalam penelitian ini, maka masalah
yang diteliti dibatasi pada penerapan model pembelajaran generatif terhadap
penguasaan konsep siswa. Adapun lingkup masalah akan dibatasi pada:
1. Model pembelajaran generatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran generatif menurut Lingbiao yang terdiri dari empat unsur
(orientasi, aktivasi, penilaian dan perluasan).
2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang
berupa aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang direvisi; C1
(mengetahui), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran generatif berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknnya pengaruh model
pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Hasil belajar siswa sebelum pembelajaran generatif.
2. Hasil belajar siswa sesudah pembelajaran generatif.
6
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitin ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, pesera didik,
guru dan sekolah. Adapun manfaat dari penelitian yang diperoleh ini diharapkan
dapat:
1. Mengatasi kesulitan peserta didik terutama mengenai penguasan konsep
dengan menerapkan model pembelajaran generatif.
2. Dijadikan alternatif metode pembelajaran untuk mencapai yang lebih baik
lagi.
3. Memberikan sumbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian pendidikan
khususnya dalam penelitian pembelajaran yaitu model pembelajaran
generatif.
7
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Paulina Pannen mengungkapkan, konstruktivisme merupakan “salah satu
aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan
hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”.1 Pengetahuan merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas
seseorang (peserta didik). Konstruktivsme menjadi sumber terhadap berbagai seruan
dan kecenderungan yang muncul dalam dunia pendidikan. Konstruktivisme menjadi
kata kunci dalam hampir setiap pembicaraan mengenai pembelajaran di berbagai
kalangan.
Donald mengartikan konstruktivisme sebagai “Constructivism is a way of
teaching and learning that intends to maximize student understanding.”2
Konstruktivisme adalah cara dari mengajar dan belajar yang bermaksud untuk
memaksimalkan pemahaman siswa. Setiap individu mengkonstruksi pengetahuan
secara aktif, tidak hanya mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang
diamati atau yang diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi,
menyaring, memberi arah dan menguji kebenaran atas informasi yang diterima
sehingga dalam bidang pendidikan perlu dioptimalkan upaya pengembangan model
pembelajaran konstruktivisme.
Jadi, pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses pembelajaran
yang aktif dimana siswa adalah sebagai fokus dalam pembelajaran sementara guru
membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam pendekatan
1 Paulina Pannen, dkk, Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Draft Bahan Ajar PEKERTI/AA,
(Jakarta:PAU-PPAI-UT, 2001), hal. 3 2 Donald. R. Cruickshank, The Art Of Teaching, (United State: Mc Graw Hill, 2006), h. 255
8
konstruktivisme, di samping membantu memperoleh informasi, ide, dan cara
mengekspresikan diri, juga maksud mengajari peserta didik bagaimana belajar yang
menyenangkan.
Konstruktivisme menurut Louis “Constructivism is a theory which regards
learning as an active process in which learners construct and internalise new
concepts, ideas and knowledge based on their own present and past knowledge and
experiences.”3 Konstruktivisme adalah teori mengenai pengetahuan sebagai proses
aktif pada gagasan siswa dan konsep internal, ide dan pengetahuan dasar pada
pengetahuan awal dan akhir serta pengalaman yang dimiliki. Perolehan pengetahuan
tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil perolehan
sebelumnya yang tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan
pengetahuan baru.Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran yang
didasarkan atas keyakinan bahwa pemahaman pengetahuan tidak diperoleh secara
langsung utuh, melainkan hasil interaksi peserta didik dengan lingkungannya.
Seperti yang dikutip Subarinah, Brien dan Brandt (1997) mendefinisikan
konstruktivisme sebagai ”suatu pendekatan pengajaran berdasarkan kepada
penyelidikan tentang bagaimana manusia belajar, yaitu setiap individu membangun
pengetahuannya dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain”.4 Jadi
belajar itu merupakan kerja mental siswa yang aktif bukan menerima pengajaran dari
guru secara pasif, yaitu setiap individu membangun pengetahuannya dan bukan hanya
menerima pengetahuan dari orang lain.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui
dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman
demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
3 Louis Cohen, A Guide To Teaching Practice, (New York: Routledgefalmer, 2006) h. 167
4 Sri Subarinah, Pengembangan Rancangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivisme pada Program Studi Pendidikan Matemetika FKIP Universitas
Mataram, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret 2005), hal. 255
9
lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum
seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan
mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses
saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya
yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor
ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten
atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.
Menurut Zurida Ismail, pembelajaran konstruktivisme adalah ”proses
membina hubungan pengetahuan yang telah ada secara aktif ”.5 Pengetahuan
bukanlah hal-hal yang terlepas dari siswa, tetapi ciptaan siswa itu sendiri yang
dikonstrusikan dari pengalaman.
Jadi, konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan
bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran seseorang. Berdasarkan paham
konstruktivisme, ilmu pengetahuan tidak dapat dipindahkan (transfer) dari seorang
guru kepada siswa dalam bentuk yang serba sempurna, melainkan bertahap sesuai
dengan pengalaman masing-masing siswa. Konstruktivisme menyatakan dalam
proses pembelajaran sebagai proses dimana siswa berperan aktif dalam membentuk
struktur kognitif berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Jadi pengetahuan
dibentuk oleh siswa secara aktif dan tidak hanya diterima dari guru secara pasif.
Pengetahuan riil bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau
ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta,
konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa harus mengkonstruksi
pengetahuan sendiri kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal
5 Zurida Ismail, Op Cit, h. 6
10
ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya sendiri dan bergulat dengan ide-ide kemudian mampu
mengonstruksikannya.
Peran guru dalam pembelajaran dengan konstrutivisme adalah sebagai
mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar pesesrta didik berjalan
dengan baik. Peran ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas berikut:
1) Menyediakan kondisi atau pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, mendukung proses belajar siswa, memberi semangat dan berpartisipasi
aktif pada setiapo kegiatan siswa.
2) Menyiapkan konflik kognitif dalam upaya mengubah miskonseosi yang dibawa
siswa menuju konsep yang benar.
3) Menyediakan saran yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara produktif atau membantu
siswa dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya.
4) Memonitor, mengevaluasi dan memberikan umpan balik kepada siswa apakah
siswa berhasil atau tidak.6
Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti
partisipasi guru dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, berpikir kritis dan mengadakan justifikasi.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, guru selalu berusaha agar seorang siswa
mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat
digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru dan dapat memecahkan persoalan
yang lain. Sementara itu seorang siswa yang sekedar menemukan jawaban benar
belum tentu dapat menyelasaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti
bagaimana menemukan jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu
seseorang berpikir secara benar dengan membimbingnya.
Daniel mendefinisikan konstruktivisme sebagai, “contructivism is a broad
movement that is as much a philosophical position as an education statergi”.7
6 Paulina Pannen, dkk. Op.Cit. h. 23
11
Konstruktivisme adalah pergerakan sebagai filosofi pada stategi pendidikan. Dalam
proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus menjadi pusat perhatian
sehingga siswa aktif mengembangkan pengetahuan dengan bantuan guru. Proses
pembelajaran dengan penekanan siswa belajar secara aktif ini sangat penting dan
perlu dikembangkan karena kreatif siswa akan membantu mereka untuk berdiri
sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Mereka juga akan terbantu menjadi orang yang
kritis dalam menganalisa suatu hal karena mereka berpikir bukan meniru saja.
Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut teori konstruktivis,
diantaranya adalah : a. Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika
konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.b. Seseorang
belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu daerah
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangannya saat ini. Seseorang belajar
konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona tersebut. Seseorang bekerja
pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka terlibat dalam tugas yang tidak
dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat menyelesaikannya jika dibantu sedikit
dari teman sebaya atau orang dewasa.c. Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu
pemberian dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah.
Dukungan itu sifatnya lebih terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara
bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja
atas arahan dari mereka sendiri.
Mulyasa berpendapat strategi model pembelajaran konstruktivisme adalah
sebagai berikut:
1) Pusat kegiatan pembelajaran adalah peserta didik yang aktif.
2) Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
3) Bangkitkan motivasi belajar peserta didik yang membuat materi pelajaran sebagai
hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan peserta didik.
7 Louis Cohen dkk, Efffective Teaching, (London: Sage Publication, 2005) h. 61
12
4) Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan model pembelajaran yang
membuat peserta didik bosan.8
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
konstruktivisme ini, guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan ilmiah supaya siswa
mau mengganti dan memodifikasi gagasan yang non ilmiah menjadi ilmiah. Dengan
demikian arsitek pengubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan penyedia kondisi belajar supaya pembelajaran bisa
berlangsung dengan kondusif dan memberikan kemudahan belajar bagi siswa dengan
menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Karena dengan
lingkungan belajar yang kondusif memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar dan
dapat menunjang keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
Jadi, belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses aktif, sehingga
dalam pembelajaran siswa perlu diupayakan agar dapat mengkonstruksi pengetahuan
yang diperoleh dengan memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Jika
pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan konsep ilmiah (miskonsepsi) maka
perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen, atau dengan
memberikan masalah yang menimbulkan konflik kognitif.
2. Model Pembelajaran Generatif
a. Pengertian Pembelajaran Generatif
Pembelajaran generatif atau generative learning terdiri dari dua kata yaitu
generative dan learning. Generative is having the power of producing,9 generatif
berarti kekuatan untuk menghasilkan sedangkan learning is gaining of knowledge or
skill10
, pembelajaran adalah peningkatan pengetahuan atau kemampuan Jadi
generative learning adalah suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan
pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan
8 E. Mulyasa, Kurikilum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-1, hal.
242 9 Thorndike Barnhart, Advanced Junior Dictionary, (New York), Second Edition, h. 339
10 Ibid., h. 465
13
melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha
kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan.
Dengan demikian pengetahuan mutlak diperoleh dengan belajar yaitu dari
hasil kontruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat
panca inderanya. Singkatnya, generatif learning menolak adanya transfer
pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan
pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan. Sebaliknya, kondisi ini akan
berbeda jika pembelajaran itu ditunjukan untuk menggali pengetahuan dari
pengetahuan seseorang.
Parulina Hutapea dan Nuriana Thoha menjelaskan bahwa pembelajaran
generatif adalah pembelajaran yang mengarah pada perubahan transformasi, yang
dapat mencakup perubahan norma atau strategi serta asumsi-asumsi yang berkenaan
dengan norma organisasi.11
Teori generative learning dikemukakan oleh Wittrock seperti dikutip Paulina
Pannen, berasumsi bahwa ”siswa bukan penerima informasi yang pasif, melainkan
siswa aktif berpartisipasi dalam proses belajar dan dalam mengkontruksikan makna
informasi yang ada disekitarnya”.12
Sangat penting bagi guru untuk meminta siswa
to generate ”menghasilkan” sendiri makna dari informasi yang diperolehnya. Siswa
akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di
kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajarinya.
Belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membentuk makna mentah
itu dari bacaan, berinteraksi dengan lingkungan ataupun pengalaman fisik. Sesuai
prinsip tersebut, maka proses pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa
memperoleh sendiri pengetahuannya.
11
Parulina Hutapea dkk, Kompetensi Plus Teori, Desain,Kasus, dan Penerapan Untuk HR dan
Organisasi yang Dinamis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 110 12
Paulina Pannen, dkk, Op. Cit hal. 79
14
Seperti yang dikutip Kathleen Chamberlain, Wittrock (1974) “Find the
meanings and concepts that the learner has generated already from his or her
background, attitudes, abilities, and experiences and determine ways so that the
learner will generate new meanings and concepts that will be useful to him or her”. 13
Menjelaskan pengertian generatif (Generatif berarti) searti dengan konstruksi
(pengertian konstruktivisme) dan dimana guru harus: “ Menemukan pengertian dan
konsep siswa yang siap untuk dihasilkan dari latar belakangnya, sikap, bakat dan
pengalaman dan menentukan jalan yang siswa pengertian baru akan hasilkan dan
konsep yang akan dipergunakannya.” Pembelajaran generatif sama dengan
konstruktivisme dimana siswalah yang mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Dalam generative learning, siswa lebih diberi tempat dari pada guru. Artinya,
dalam proses pembelajaran siswa merupakan pusat pembelajaran (student center).
Generative learning mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Di dalam
kelas yang menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan
memberikan ceramah/mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Menurut George Mason, ”generative learning is a theory that involves the
active integration of new ideas with learner’s existing schemata”.14
Menyatakan
bahwa dalam strategi generative lerning siswa terlibat secara aktif selama proses
pembelajaran dalam menghubungkan ide-ide baru dengan struktur kognitif
(pengetahuan) yang telah dimiliki siswa.
Menurut George Mason, pembelajaran generatif dibagi menjadi 4 unsur yaitu:
1) Ingatan; siswa menggali informasi dari pengetahuan sebelumnya dengan cara
pengulangan, latihan, meninjau ulang dan dengan alat bantu mengingat.
2) Penggabungan; siswa menggabungkan/menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya dengan cara penguraian (uraian dalam bentuk cerita),
ringkasan (menjelaskan dengan singkat), memecahkan persoalan, mengajukan
pertanyaan/contoh dan mengajukan persamaan dan kiasan.
13
Curiculum in Primary Practice, Science 7-11 developing Primary Teaching Skills, (USA dan
Canada: Clive Carre dan Carrie Ovens, 1994), h. 39 14
George Mason, Strategi Generative Learning http://nasaui.ited.uidaho.edu/nasaspark/ datashar
.htm. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
15
3) Pengorganisasian; siswa mengaitkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya
berupa ide dan konsep-konsep baru ke dalam metode yang berarti dengan
menganalisis ide-ide pokok, penguraian, mengkatagorikan, pengelompokkan dan
peta konsep.
4) Perluasan; siswa mengembangkan materi baru kepada informasi/ide-ide yang
telah ada dalam ingatan siswa, dengan cara manggeneralisir gambaran jiwa/fisik,
prosa, perluasan kalimat, mempertajam penglihatan, film dan papan buletin.15
Secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata
lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk
akal dan bermanfaat. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian di dalam
pembelajaran akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana
siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.
Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran
yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti didalam
proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan
menyenangkan. Siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk membangun
pengetahuan baru.
Sedangkan menurut Grouws, “generative learning is learners actively
participate in the learning process and generate knowledge by forming mental
connections between concepts”.16
Grouws berpandangan bahwa dalam pembelajaran
siswa berpartisipasi aktif dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya
sendiri melalui proses pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi
konsep baru.
15
Ibid. 16
Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM, 2009 /Strategi
Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
16
Menurut Grouws, ada 2 jenis aktivitas generative:
1) Aktivias itu menghasilkan hubungan yang dinamis (judul, rubrik, pertanyaan,
tujuan, ringkasan, grafik, tabel dan ide pokok)
2) Aktivitas itu menghasilkan penggabungan hubungan antara apa yang siswa lihat,
dengar atau baca dan ingatan (demonstrasi, kiasan, persamaan, contoh, gambar,
aplikasi, penafsiran penguraian dan kesimpulan)17
Siswa pada semua usia memiliki konsep tentang berbagai fenomena yang
dibawanya ke dalam kelas. Konsep awal ini dapat bersumber antara lain dari latar
belakang kebudayaan, keluarga dan media maupun hal-hal lain dimana siswa secara
langsung mendengar, melihat dan sekaligus menggunakannya. Konsep ini sangat
membantu dalam konteks keseharian siswa. Sementara itu, konsep baru yang
dipelajarisiswa di dalam kelas akan lebih mudah diterima jika dikaitkan dengan
skema pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga terjadi proses
asimilasi/asosiasi.
Wittrock menyimpulkan bahwa “the essence of the generative learning model
is that the mind or the brain, is not a passive consumer of information. Instead, it
actively construct its own interpretations of information and draws inferences from
them”.18
Ini berarti bahwa pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh kerja otak
siswa itu sendiri dan bukan diterima secara pasif dari lingkungannya. Dengan
demikian pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan
dipindahkan dari guru kepada siswa.
Dalam melaksanakan pembeljaran generatif, guru perlu memperhatikan
beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :a. Menyajikan demonstrasi untuk
menantang intuisi siswa. Setelah dosen mengetahui intuisi yang dimiliki siswa, guru
mempersiapkan demonstrasi yang menghasilkan peristiwa yang dapat berbeda dari
intuisi siswa. Dengan melihat peristiwa yang berbeda dari dugaan mereka maka di
dalam pikiran mereka timbul perasaan kacau (dissonance) yang secara psikologis
17
Ibid. 18
Wittrock, Stategi Pembelajaran Generatif, http:/ /www. stemnetnf.ca/dfurey/metacog/generate .html
2000/Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
17
membangkitkan perasaan tidak tenteram sehingga dapat memotivasi mereka untuk
mengurangi perasaan kacau itu dengan mencari alternatif penjelasan. b.
Mengakomodasi keinginan siswa dalam mencari alternatif penjelasan dengan
menyajikan berbagai kemungkinan kegiatan siswa antara lain berupa
eksperimen/percobaan, kegiatan kelompok menggunakan diagram, analogi, atau
simulasi, pelatihan menggunakan tampilan jamak (multiple representation) untuk
mengaktifkan siswa dalam proses belajar. Variasi kegiatan ini dapat membantu siswa
memperoleh penjelasan yang cukup memuaskan. c. Untuk lebih memperkuat
pemahaman mereka maka guru dapat memberikan soal-soal terbuka (open-ended
questions), soal-soal kaya konteks (context-rich problems) dan pertanyaan terbalik
(reverse questions) yang dapat dikerjakan secara kelompok.
Menurut Sanerya Hendrawan, generative learning adalah “pembelajaran yang
mencakup perluasan kapasitas mencipta hasil-hasil yang diinginkan.”19
Pada
prinsipnya guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi
siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri.
Guru berperan dalam membantu proses pembelajaran dengan cara-cara mengajar
yang membuat informasi menjadi lebih bermakna bagi siswa. Tugas guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan/ menerapkan sendiri ide-
ide dan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri dalam belajar.
b. Tahapan Pembelajaran Generatif
Menurut Lingbiao, ada 4 tahapan pokok dalam pembelajaran generatif yang
secara fungsional memiliki fungsi yang berbeda:
1) Tahapan orientasi dan elisitasi, dimana guru memberikan orientasi umum dan
rasionalisasi konsep yang akan ditanamkan.
2) Tahapan aktivitas dan interkasi, dimana guru mengarahkan perhatian siswa
kepada konsep-konsep yang penting.
19
Sanerya Hendrawan, Spiritual Managemen, (Bandung, Mizan Pustaka: 2009), 68.
18
3) Tahapan assesment (penilaian) dan umpan balik, merupakan tahapan evaluasi
belajar siswa untuk melihat tingkat penguasaan siswa.
4) Tahapan sistematisasi dan extention, yaitu guru membantu siswa membangun
jalinan konsep dari konsep-konsep yang sudah dipelajari sehingga hubungan
antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya menjadi jelas.20
Dalam pembelajaran generatif, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu (asimilasi). Pemahaman
yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar yang
bermakna (akomodasi). Siswa diarapkan mampu mempraktekkan
pengalaman/pengetahuan yang telah diperolehnya dalam konteks kehidupan nyata.
Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap pengembangan pengetahuan
tersebut. Dengan demikian siswa dapat memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan yang dipelajarinya.
Seperti dikutip Made Wena, Cosgrove menyatakan bahwa pembelajaran
generatif terdiri atas empat tahap, yaitu: a. pendahuluan atau tahap eksplorasi, b.
pemfokusan, c. tantangan atau tahap pengenalan konsep, d. penerapan konsep.21
Russell Tytler juga menyatakan bahwa model pembelajaran generatif terdiri dari
empat fase pembelajaran: a. fase prmilinari/eksplorasi pendahuluan, b. fase
focusing/pemusatan, c. fase challenge/tantangan, dan d. fase application/aplikasi.22
Hal tersebut senada dengan fase pengajaran dan pembelajaran strategi generatif
menurut Osborne yaitu:
1) Awalan yaitu, menentukan pandangan siswa; menjelaskan pandangan tersebut;
memahami pandangan saintifik; mengenal pasti pandangan ilmu lama;
mempertimbangkan bukti-bukti yang menyebabkan perubahan pandangan lama
pelajar.
20
IB. Putu Mardan, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widya IKIP Negri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV,
April 2001), h. 51 21
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional,
(jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 177 22
Made Sumadi, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Aktivitas
Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumen dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri I
Singaraja, (Aneka Widya IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001), hal. 3
19
2) Fokus yaitu, menetapkan konteks; membekalkan pengalaman yang memberikan
motivasi; menyertai dan mengemukakan soalan berbentuk terbuka dan
berorientasikan individu; menafsirkan respon siswa; menafsirkan dan
menerangkan pandangan siswa.
3) Cabaran yaitu, memudahkan pertukaran pandangan di kalangan pelajar;
memastikan semua pandangan dipertimbangkan; meneruskan perbincangan secara
terbuka; mencadangkan prosedur yang cukup jelas jika perlu; mengemukakan
bukti untuk mendukung pandangan ahli sain/ilmuan.
4) Aplikasi yaitu, membentuk masalah yang boleh diselesaikan secara mudah dengan
menggunakan padangan saintifik; membantu siswa menjelaskan padangan baru
dengan meminta mereka menggunakan pandangan tersebut dalam semua
penyelesaian; murid dapat menyatakan secara lisan cara penyelesaian masalah;
guru mengambil bagian, memberi rangsangan dan menyumbangkan idea dalam
perbincangan penyelesaian masalah; membantu menyelesaikan masalah yang
lebih rumit.23
Ketiga pandangan di atas tentang tahapan pembelajaran generatif menunjukan
bahwa tugas guru adalah hanya membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi dan memposisikan
sebagai fasilitator daripada memberi informasi dan mengajari.
Dalam pandangan pembelajaran generatif, kebebasan berinisiatif dipandang
sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri.
Tujuan pembelajaran generatif menekankan pada penciptaan pemahaman yang
menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks-konteks nyata.
Secara umum, model pembelajaran generatif memiliki empat komponen: a)
proses motivasi; ditentukan oleh minat (interest) dan atribut (atributin), b) proses
belajar; dapat dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (intention), c) proses
penciptaan pengetahuan; dilandasi pada beberapa komponen ingatan yaitu
pengetahuan awal, kepercayaan/sistem nilai, konsep, keterampilan srategi kognitif
dan pengalaman, d) proses generasi; menggerasikan hubungan antara berbagai
bagian informasi yang mereka peroleh dari pengalaman.24
23
Kathleen Chamberlain, reading, Writing & Inquiry in the Science Classroom Grades 6-12,
(California: Corwin Press, 2009), h. 10 24
Paulina Pannen, op.cit., h. 79
20
Hal penting yang harus diingat dalam pembelajaran generatif adalah
pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan
siswa dalam pembelajaran generatif, sehingga identifikasi pengetahuan awal siswa
merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, tergantung
tujuan pembelajaran, ada beragam aktivitas yang dapat dipilih oleh guru untuk dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam konstruksi pengetahuan berdasarkan
pengetahuan awalnya.
Jadi, pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat
menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya
melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya
dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal
ditemukan.
3. Hasil Belajar
a. Konsep Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar adalah “kata kunci (key term) yang vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan”.25
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
Banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan
belajar adalah menyerap pengetahuan. Seperti dikutip Ngalim, Morgan menyatakan
bahwa “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”26
Perubahan sebagai hasil
dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), cet. Ke-9, hal. 94 26
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya CV. Bandung, 1984), hal. 80-81
21
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Menurut Gagne seperti dikutip Ngalim, “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami sesuatu
itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.27
Belajar merupakan proses dasar
dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Aktivitas dan
prestasi menusia tidak lain adalah hasil dari belajar.
Manusia terlahir sebagai makhluk yang lemah tidak mampu berbuat apa-apa
serta tidak mengatahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase
perkembangannya, manusia bisa mengetahui berbagai skill (keterampilan) maupun
pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan suatu
usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan
perubahan baik fisik, mental dan juga tingkah laku yang harus didukung oleh
lingkungannya.
2) Ciri-ciri Belajar
Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu.
Secara implisit, dapat diidentifikasi beberapa ciri perubahan yang merupakan prilaku
belajar, diantaranya:
a) Bahwa perubahan intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan itu
dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan.
b) Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan
(normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success).
c) Bahwa perubahan itu efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu
bagi pelajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan
dipergunakan.28
27
Ibid, h. 80 28
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 158
22
Belajar mencakup semua aspek mental psikologis manusia. Belajar itu bukan
sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar
berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
3) Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang
benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan
tingkah laku tertentu.
Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal
dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar diarahkan
untuk mencapai ketiga ranah: kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan belajar
kognitif memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi dan
kemampuan berpikir analisis, sistesis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif mencakup
pemilihan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan dalam proses belajar mengajar.
Tujuan belajar psikomotor untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan
dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa
dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal siawa. Faktor internal siswa meliputi
psikologis dan psikis siswa itu sendiri sedangkan faktor eksternal siswa meliputi
lingkungan di luar diri siswa.
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa,
banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan
rohani siswa.
b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.
23
c) Faktor pendekatan belajar (approach to learn). Yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk malakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.29
b. Konsep hasil belajar
Hasil belajar atau achievement merupakan “realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”.30
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari prilakunya, baik prilaku
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motorik.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal
cenderung mewujudkan hasil yang berisi sebagai berikut:
1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik
pada diri siswa.
2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
3) Hasil belajar yang dicapai berguna bagi dirinya.
4) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif).
5) Kemampuan siswa untuk mengontrol/menilai dan mengendalikan dirinya
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.31
Adapun hasil belajar yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang diketahui,
diperoleh atau didapat setelah melalui proses belajar, baik karena ada guru yang
mengajar ataupun siswa sendiri yang memanfaatkan lingkungannya untuk belajar.
Hasil belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor endogen)
maupun dari luar diri (faktor eksogen) individu.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa hasil belajar berupa perolehan
perubahan tingkah laku yang meliputi; pengamatan, pengenalan, pengertian,
perbuatan, keterampilan, perasaan, minat dan bakat. Dalam dunia pendidikan hasil
29
Muhubbin Syah, Op.Cit, hal. 132 30
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), hal. 102 31
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Preoses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001),
hal. 56-57
24
belajar digunakan sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada hasil belajar dimana peningkatan
hasil belajar hanya pada ranah kognitif yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi dan analisis.
6. Energi dan Usaha
a. Peta konsep
terdiri
dari
perubahannya
memenuhi
dapat
berupa
perubahannya
memberikan
Gambar 1. Peta Konsep Usaha dan Energi
b. Pengertian Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja (usaha). Energi adalah
suatu besaran turunan yang mempunyai satuian dalam SI Joule. Satuan energi selain
satuan dalam SI adalah erg, kalori (kal). Kesetaraan satuan kalori dengan satuan joule
dikemukakan oleh J.P Joule yaitu 1 kal = 4,2 joule.
Energi
Energi Kalor
Energi Kimia
Energi Kinetik
Energi Potensial
Energi Mekanik
Energi Cahaya
Energi Bunyi
Energi Listrik
Energi Surya
Energi Nuklir
Hukum Kekekalan Energi
Usaha
25
c. Bentuk-Bentuk Energi
Untuk memperoleh energi manusia harus makan karena makanan
mengandung energi kimia. Selain energi kimia yang tersimpan dalam makanan masih
banyak bentuk-bentuk energi yang kita jumpai dialam ini, antara lain:
a) Energi mekanik, yaitu energi yang terdiri dari energi potensial dan energi kinetik.
b) Energi potensial, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya.
Misalnya energi potensial gravitasi dan energi potensial pegas.
c) Energi kinetik, yaitu energi yang dimiliki suatu benda karena bergerak.
d) Energi bunyi, yaitu energi yang dihasilkan oleh benda-benda yang bergetar.
e) Energi listrik, yaitu energi yang terdapat dalam arus listrik.
f) Energi panas (kalor), yaitu energi yang timbul dari energi kinetik suatu benda.
d. Perubahan Bentuk Energi
Untuk memperoleh bentuk energi sesuai dengan kebutuhan, kita dapat
merubah bentuk energi satu ke bentuk lainnya. Selama terjadi perubahan bentuk
energi tidak ada energi yang hilang. Sifat tersebut dikenal dengan hukum kekekalan
energi yang berbunyi: ”Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,
tetapi dapat berubah bentuk yang satu kebentuk yang lain”. Berikut ini beberapa
contoh perubahan bentuk energi, antara lain:
a) Energi gerak menjadi energi kalor, misalnya dua buah batu yang digesek-
gesekkan.
b) Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya aki, batu baterai.
c) Energi listrik menjadi energi gerak, misalnya kipas angin.
d) Energi listrik menjadi energi kalor, misalnya setrika listrik, kompor listrik.
e) Energi listrik menjadi energi cahaya, misalnya bolam ( lampu listrik).
26
e. Sumber Energi
Matahari adalah merupakan sumber energi utama yang dapat kita pakai terus
menerus dan hampir jumlahnya tidak berkurang. Selain matahari kita mengenal
sumber energi lain yang dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a) Sumber energi yang dapat diperbaharui yaitu sumber energi yang tidak akan habis
jika dikelola dengan baik. Contoh: air, tanah, hutan dan sumber energi hewani.
b) Sumber energi yang tidak dapat diperbaharui yaitu sumber energi yang bisa habis
jika dieksploitasi secara terus menerus. Contohnya gas bumi, minyak bumi, panas
bumi dan batu bara.
f. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Semakin
cepat benda bergerak, energi kinetiknya semakin besar. Disamping itu semakin besar
massa benda yang bergerak, semakin besar pula energi kinetiknya. Sehingga dapat
disimpulkan besar energi kinetik suatu benda sebanding dengan massa benda dan
kuadrat kecepatannnya. Untuk menghitung energi kinetik suatu benda dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan: m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
Ek= energi kinetik (J)
g. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang tersimpan pada suatu benda karena
kedudukan atau keadaannya. Energi potensial bisa berupa energi potensial gravitasi
maupun energi potensial pegas. energi potensial gravitasi adalah energi potensial
yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya terhadap bumi.
Sedangkan energi potensial pegas adalah energi yang dimiliki sebuah pegas yang
direnggangkan atau ditekan. Besar energi potensial gravitasi berbanding lurus dengan
Ek = ½ x m x v2
27
massa benda, percepatan gravitasi dan ketinggian benda dari permukaan bumi. Secara
matematis, energi potensial dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : m = massa benda (kg) Ep = Energi potensial (J)
g = percepatan gravitasi (ms-2
)
h = tinggi benda (m)
h. Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan gabungan dari energi kinetik dan energi potensial,
maka secara matematis dapat dirumuskan:
Apabila sebuah benda berada diam pada ketinggian tertentu, energi kinetik
benda tersebut nol (Ek = 0), tetapi benda memiliki energi potensial gravitasi.
Sehingga energi mekaniknya sama dengan energi potensial. Misalnya buah-buahan
yang berada ditangkainya. Buah-buahan tersebut diam tetapi berada pada pada
ketinggian tertentu, maka memiliki energi potensial tetapi energi kinetiknya nol.
Apabila benda bergerak dipermukaan bumi (h = 0), energi potensial benda
tersebut nol (Ep = 0), maka energi mekaniknya sama dengan energi kinetiknya.
Misalkan sebuah mobil yang melaju dijalan.
Dengan menggunakan hukum kekekalan energi mekanik, kita dapat
menghitung kecepatan benda saat menyentuh tanah apabila jatuh dari ketinggian
tertentu yaitu dengan persamaan sebagai berikut:
Saat benda diam pada ketinggian tertentu, energi mekaniknya dirumuskan:
Ep = m x g x h
Em = Ek + Ep
Em = Ep
Em = m x g x h
28
Apabila benda jatuh saat menyentuh tanah energi potensial berubah menjadi
energi kinetik, sehingga energi mekaniknya sama dengan energi kinetik dirumuskan
sebagi berikut:
Dari dua persamaan diatas dapat diturunkan sebagai berikut:
Ket: g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi benda saat mulai jatuh (m)
v = kecepatan benda jatuh bebas saat
menyentuh tanah (m/s)
Dari rumus terakhir terlihat bahwa besar kecepatan benda yang jatuh bebas
tidak tergantung pada massa benda, tetapi besarnya bergantung pada tinggi benda saat
mulai jatuh. Dengan hukum kekekalan energi tersebut dapat disimpulkan, jika ada
dua buah benda massanya tidak sama jatuh dari ketinggian yang sama kecepatan
benda adalah sama atau kedua benda menyentuh tanah dalam waktu yang bersamaan.
i. Pengertian Usaha
Usaha adalah hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan benda berpindah
tempat. Dalam melakukan usaha selalu membutuhkan energi sehingga usaha sangat
erat dengan energi.
Maka dari itu satuan usaha selalu satuan energi yaitu Joule (J). Besar usaha
berbanding lurus dengan besar perpindahan dan besar gaya yang bekerja. Usaha 1
Joule dilakukan bila gaya sebesar 1 Newton memindahkan benda sejauh 1 meter.
Usaha merupakan besaran vektor, maka usaha dapat bernilai positif, negatif maupun
nol.
Em = Ek
Em = ½ x m x v2
½ x m x v2 = m x g x h
v = √2 x g x h
29
j. Usaha yang Dihasilkan Satu Gaya
Bila sebuah gaya bekerja pada benda sehingga berpindah searah dengan gaya,
maka usaha yang dilakukan dinyatakan sebagai:
Bila sebuah benda bekerja pada benda sehingga berpindah berlawanan arah
gaya, maka usaha yang dilakukan dimyatakan sebagai:
Ket: W = usaha (J)
F = gaya yang bekerja (N)
s = perpindahan (m)
k. Usaha oleh Beberapa Gaya
Apabila beberapa gaya bekerja pada sebuah benda, maka usaha yang
dihasilkan adalah hasil kali antara resultan gaya dengan jarak perpindahan. Apabila
arah gaya-gaya yang bekerja searah maka resultannya adalah R = F1 + F2 + F3 + ....
maka
Apabila arah gaya-gaya yang bekerja berlawanan arah, maka resultannya:
R = F1 – F2 apabila F1 > F2
maka
ket : W = usaha (J)
F = gaya yang bekerja (N)
s = perpindahan (m)
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bayyati, jurusan Pendidikan
Kimia , Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah. Dengan judul “
Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi”. Penelitian ini
menggunakan metode quasi eksperimen one group pretest-postest. Penelitian ini
W = F x s
W = F x s
W = (F1 + F2 + F3 + ....) x s
W = (F1 - F2 ) x s
30
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran konstruktivisme dengan strategi generative learning.32
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Redhana dan I Dewa
Ketut Sastrawidana, jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, IKIP Negeri
Singaraja. Dengan judul ”Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Pemecahan
Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II”. Penelitian
tindakan kelas ini dilakuka pada mata kuliah Kimia Dasar II mahasiswa TPB Jurusan
Pendidikan Kimia Tahun Akademik 2001/2002, terdiri dari 23 orang mahasiswa.
Penelitian ini dirancang dua sisklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi tindakan. Penelitian
ini menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar mahasiswa tergolong baik (7,11,
skala 11).33
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh I Ketut Tika, Program Studi
Pendidikan Fisika, IKIP Singaraja. Dengan judul ” Model Belajar Generatif Sebagai
Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja”. Penelitian tindakan ini
bertujuan mendeskripsikan efektivitas model belajar generatif dalam memperbaiki
kesalahan konsepsi mahasiswa dalam mata kuliah Fisika Dasar. Data dikumpulkan
dengan menggunakan tes, kuesioner dan pedoman observasi. Dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa konsep awal mahasiswa tentang konsep-konsp fisika cukup
bervariasi dan sebagian besar (70,6%) berlabel miskonsepsi, dan pada siklus I terjadi
penurunan prestasi mahasiswa yang masih mengalami miskonsepsi sebesar 50,8 %,
yaitu dari 68,4 % menjadi 17,2 % dan berubah menjadi miskonsepsi ilmiah.34
32
Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi, (Jakarta: 2007) 33
Redhana I Wayan dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif Dengan Strategi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Dasar II, (Aneka Widia IKIP
Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001) 34
Tika. I Ketut, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan Konsepsi Dalam
Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, (Aneka Widia
IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001)
31
Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh Mahayukti, yang berjudul ”
Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja”. Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru dan
36 siswa kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran generatif dengan metode PQ4R dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran metematika siswa kelas II SLTP Laboratorium
IKIP Negeri Singaraja.35
Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh IB Putu Mardana, yang
berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif”. Penelitian ini dilaksanankan di kelas
II3 SMUN 3 Singaraja dengan melibatkan seorang guru untuk melaksanakan
tindakan. Denngan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif diperoleh temuan
bahwa 1) penerapan model pembelajaran generatif dapat mengubah miskonsepsi
siswa menjadi kopnsep ilmiah, 2) penerapan model pembelajaran generatif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika, dan 3) persepsi siswa
terhadap penerapan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika
menunjukkan persepsi yang positif.36
Penelitian yang relevan juga dilaksanakan oleh Made Sumadi, yang berjudul
“Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas
Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I
SLTP Negeri 1 Singaraja.” Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD sebanyak 40
35
Mahayukti. Ayu, Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode PQ4R Dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP
Negeri Singaraja, , (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001). 36
Mardana, IB Putu, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV,
April 2001).
32
orang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penerapan strategi pembelajaran
generatif tergolong berhasil.37
Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Ketut Tika, yang berjudul
“Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa SMU
Nergeri Di Singaraja”. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model belajar
generatif sebagai model alternatif dalam mengubah miskonsepsi siswa tentang gerak
rotasi dan gerak harmonik. Pengujian efektivitas model belajar generatif dilakukan
melalui studi ekperimental dengan rancangan pretest-postest control group design.
Penelitian ini dilakukan di kelas III SMU Negeri 1 Singaraja tahun ajaran 1998/1999
dengan melibatkan 40 orang siswa sebagai kelas eksperimen dan 37 orang sebagai
kelas kontrol.38
C. Kerangka Berpikir
Peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan adalah salah
satu sasaran yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
kualitas guru yang bertugas melaksanakan pendidikan dan memberikan bimbingan.
Oleh sebab itu, guru dituntut untuk selalu memperluas wawasan dan menambah bekal
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki agar tidak tertinggal dari kemajuan yang
semakin cepat. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mencakup aspek pengetahuan yang
tidak terbatas pada fakta dan konsep saja tetapi juga aplikasi konsep dan prosesnya
yang mengacu pada pemelekan pikir.
Pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat
menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya
melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya
37
Sumadi. Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk meningkatkan Aktivitas
Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1
Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001). 38
Ketut Tika, Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa SMU
Negeri Di Singaraja, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001).
33
dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal
ditemukan.
Model pembelajaran generatif terdiri dari empat unsur (orientasi, aktivasi,
penilaian dan perluasan). Dari tahap-tahap tersebut, siswa lebih aktif dalam
pembelajaran karena siswa mengemukakan gagasan/pendapat. Penguasaan konsep
siswa merupakan suatu hasil pemikiran siswa yang dapat menjadikan siswa tersebut
untuk mengetahui dan memahami mengenai suatu objek dan dapat membantu siswa
untuk memecahkan segala masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan hasil pemikirannya tersebut.
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran
yang dilandasi konstruktivisme dapat meningkatkan penguasaan konsep para siswa,
serta mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk menghasilkan
pengetahuan sendiri. Model pembelajaran generatif diduga dapat mempengaruhi
peningkatan penguasaan konsep siswa secara signifikan.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan dan
sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian adalah penerapan model
pembelajaran generatif berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Jamiatus Sholihin Cipondoh, Tangerang. Penelitian dilakukan
pada tahun pelajaran 2009/2010.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode quasi eksperimen yaitu
metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel.
Dalam kontrol atau pengendalian variabel tidak biasa dilakukan secara ketat atau
secara penuh. Sehingga perlu dicari atau dilakukan pengontrolan yang sesuai
dengan kondisi yang ada. Dimana peneliti harus dapat memilih dan menentukan
variabel mana yang boleh dilonggarkan pengendaliannya, dalam arti kata tidak
dilakukan sepenuhnya.
Peneliti melakukan analisis dan evaluasi hasil belajar siswa terhadap
pretes dan postes yang kemudian diolah untuk mengetahui hasil belajar siswa
kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah pada tiap indikator serta
mengetahui apakah kenaikan ini signifikan atau tidak setelah diterapkan model
pembelajaran generatif.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu two group pretest-posttest design,
dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini menggunakan
dua kelas, yaitu kelas kontrol (tidak diberikan perlakukan, menggunakan model
konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan model konstruktivisme
dengan model generative learning). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek
yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
35
Tabel 1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatment Posttest
E T1 X1 T2
C T1 X2 T2
Keterangan:
E : Kelas eksperimen
C : Kelas kontrol
T1 : Nilai pretest
T2 : Nilai posttest
X1 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran konstruktivisme dengan
strategi generative learning).
X2 : Perlakuan (penerapan model pembelajaran dengan metode
konvensional).
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.1 Populasi target dalam
penelitin ini adalah seluruh siswa MTs Jamiatus Sholihin. Populasi terjangkau
pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Jamiatus Sholihin.
Sampel adalah sebagian/wakil populasi yang diteliti.2 Sample yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII.1 dan siswa kelas
VIII.2 MTs Jamiatus Sholihin.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan Probability Samplling dengan
teknik simple random sampling. Dikatakan sampel (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Simpel random sampling
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 115 2 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, h. 117
36
adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit
sampling.3
F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pretest (T1) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa sebelum
diajar menggunakan model pembelajran konstruktivisme dengan model
generative learning pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas
kontrol.
2. Melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme dengan model generative learning (X1).
3. Melakukan posttest (T2) untuk mengukur hasil belajar fisika siswa setelah
diajar menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan model
generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi
pada kelas kontrol.
4. Menganalisis T1 dan T2 untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa yang
dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
5. Menganalisis T2 untuk mengetahui penguasaan konsep siswa setelah
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dengan
model generative learning pada kelas eksperimen dan menggunakan metode
diskusi pada kelas kontrol.
6. Menganalisis T2 untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar fisika
siswa setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran
konstruktivisme dengan model generative learning pada kelas eksperimen dan
menggunakan metode diskusi pada kelas kontrol.
7. Membandingkan T2 pada kelas eksperimen dengan T2 pada kelas kontrol
untuk mengatahui pengaruh penerapan pembelajaran konstruktivisme dengan
smodel generative learning.
3 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 200), h. 126
37
8. Menerapkan uji staristik yang cocok untuk menentukan apakah pengaruh
penerapan pembalajaran konstruktivisme dengan model generative learning
itu signifikan atau tidak.
G. Variabel Penelitian
Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam, dalam metodologi
pelitian, variabel yang dimaksudkan adalah “segala sesuatu yang akan menjadi
objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.4 Dalam
penelitian ini dikenal dengan istilah bivariate variabel (hubungan antara dua
variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel dependent
(variabel terikat). Variabel independent yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel lain. Adapun variabel variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel
yang dipengaruhi oleh variabel oleh variabel independent. Oleh karena itu
variabel ini sering disebut dengan terpengaruh.
Penelitian ini memiliki diua variabel. Pertama pengaruh model
pembelajaran generatif sebagai variabel bebas (Variabel X). penguasaan konsep
siswa sebagai variabel terikat(variabel Y).
1. Variabel Bebas
a. Definisi Konseptual
Pembelajaran generatif adalah suatu proses pembelajaran yang dapat
menghasilkan pengetahuan. Artinya pengetahuan itu didapat tidak dengan
sendirinya melainkan melalui usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya dan usaha kognitifnya karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang
tinggal ditemukan.
b. Definisi Operasional
Pembelajaran generatif adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa yang
sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran generatif,
sehingga identifikasi pengetahuan awal siswa merupakan langkah penting dalam
proses pembelajaran. Dimana pembelajaran generatif ini terdiri dari orientasi,
aktivasi, penilaian dan perluasan.
4 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, h. 99.
38
2. Variabel Terikat
a. Definisi Konseptual
Penguasaan konsep adalah berpikir secara tajam untuk menganalisis dan
mengevaluasi suatu pernyataan atau informasi yang diperoleh, sehingga informasi
tersebut dapat dinilai kebenarannya dan masuk akal sehingga dapat dipercaya.
b. Definisi Operasional
Penguasaan konsep adalah suatu ide atau gagasan yang terbentuk dari
pengelompokan dua atau lebih objek yang terdapat pada pemikiran manusia
meliputi aspek kognitif yang terdiri dari C1 (mengetahui), C2 (memahami), C3
(mengaplikasi), C4 (menganalisis).
H. Tehnik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes. Data tes berupa pretes dan
postes. Pretes adalah test hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengetahuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran generatif.
Sedangkan postes adalah tes hasil belajar sesudah pembelajaran menggunakan
model pembelajaran generatif untuk melihat ketuntasan hasil belajar dan apakah
terdapat peningkatan hasil belajar akibat adanya perlakuan.
I. Instrumen Penelitian
1. Kisi-Kisi Hasil Belajar
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal
pilihan ganda. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa dengan 4 pilihan.
Tes ini meliputi pokok bahasan Fisika. Kisi-kisi instrumren dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
39
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Usaha dan Energi
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
Aspek Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Standar Kompetensi:
Memahami peranan usaha,
gaya, dan energi dalam
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar:
Menjelaskan hubungan energi
dan perubahannya, prinsip
usaha dan energi serta
penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Menunjukkan bentuk-
bentuk energi dan
contohnya dalam
kehidupan sehari-hari.
1 2,3,
4 4
2. Mengaplikasikan
konsep energi dan
perubahannya dalam
kehidupan sehari-hari.
5, 6 7 8 4
3. Membedakan konsep
energi kinetik dan energi
potensial pada suatu
benda.
9 10 11 12,
13 5
4. Mengenal hukum
kekekalan energi melalui
contoh dalam kehidupan
sehari-hari.
14 15 16 17 4
5. Menjelaskan kaitan
antara usaha dan energi. 18 19 20 3
Jumlah Soal 6 6 4 4 20
2. Kalibrasi
Sebelum diberikan kepada sampel, soal tersebut terlebih dahulu diuji
cobakan kepada siswa kelas IX Mts Jamiatus Sholihin. Uji coba ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti uji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran maupun daya pembeda.
a. Uji Validitas
Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes itu dapat mengukur apa yang
hendak diukur atau istilahnya valid. Dalam penelitian ini digunakan validitas isi
(content validity) yang berarti tes disusun sesuai dengan materi dan indikator
yang dijudgment oleh praktisi pendidikan (dosen atau guru).
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Point
Biserial (rpbi) karena skor butir soal berbentuk skor dikotomi (skor butir 0 atau 1).
Untuk memberikan interpretasi terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai “r”
product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr). Adapun
rumus rpbi yaitu:
40
q
p
SD
MMr
t
tp
pbi
Keterangan:
rpbi = angka indeks korelasi point biserial
Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Mt = mean dari skor total
SDt = standar deviasi total
p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item
q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item5
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan
dengan rtabel dengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi ≥ rtabel maka soal
tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Dari 35 butir soal
yang diujicobakan terdapat 20 butir soal yang valit, yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 9, 10,
12, 13, 15, 17, 20, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 32, 35. 6
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat penilaian ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya.7 Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus
K-R 20 (Kuder-Richardson 20) karena skor butir soal berbentukskor dikotomi.
2
2
111 s
pqs
n
nr , dengan
n
n
XX
S
2
2
2
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes8
Kualifikasi koefisien reabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 sangat tinggi
5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-
14, h. 258 6 Lampiran 3
7 Nana Sudjana, op.cit., h. 16
8 Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet. Ke-3
h. 100-101
41
0,71 – 0,90 tinggi
0,41 – 0,70 cukup
0,21 – 0.40 rendah
< 0,20 sangat rendah
Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,67 sehingga dapat disimpulkan
bahwa soal tersebut reliabel dengan kategori cukup.9
c. Uji Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka soal-
soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu.
Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus:
JS
BP
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria indeks kesukaran:
IK = 0,00 : terlalu sukar
0,00<IK≤0,30 : sukar
0,30<IK≤0,70 : sedang
0,70<IK≤1,00 : mudah
IK = 1,00 : terlalu mudah10
d. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (lemah
prestasinya). Cara perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
BA PPD , dimana
A
AA
J
BP dan
B
BB
J
BP
9 Lampiran 5
10 M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 133
42
Keterangan:
D = daya pembeda
PA = proporsi kelas atas
PB = proporsi kelas bawah
BA = banyak siswa kelas atas yang menjawab benar untuk setiap butir soal
BB = banyak siswa kelas bawah yang menjawab benar untuk setiap butir soal
JA = jumlah siswa kelas atas
JB = jumlah siswa kelas bawah
Klasifikasi Daya Pembeda Soal
D = - : jelek sekali
D < 0,20 : jelek (poor)
D = 0,20-0,40 : cukup (satisfactory)
D = 0,40-0,70 : baik (good)
D = 0,70-1 : sangat baik (excellent)11
J. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1. Uji Persyaratan Analisis Data
Untuk menganallisis data, dipakai kesamaan dua rata-rata dan uji statistik
yang digunakan adalah uji-t. Namun sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilakukannya
analisis data.
a. Pemberian skor
Sebelum menskor jawaban siswa, terlebih dahulu ditentukan standar
penskoran untuk tiap tahap sehingga dalam pelaksanaannya unsur subjektivitas
dapat diminimalisir.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji
liliefors. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
a) Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar.
11
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet.
Ke-5, h. 389
43
b) Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus:
c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan
sebut dengan F(Z) = 0,5 ± Z
d) Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan sebut dengan S(Z)
e) Tentukan nilai Lo dengan rumus Lo = F(Z) – S(Z)
f) Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo
g) Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang
diambil dari tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan:
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
Ha : Sampel berdistribusi tidak normal
b. Jika Lo < Lt maka sampel berdistribusi normal
c. Jika Lo > Lt maka sampel berdistribusi tidak normal
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
populasi. Uji homogenitas yang dilakukan adalah uji Fisher. Adapun rumus yang
digunakan:
dengan
Adapun kriteria pengujiannya adalah
Jika Fhitung ≤ Ftabel artinya kedua sampel homogen
Jika Fhitung > Ftabel artinya kedua sampel tidah homogen
Untuk taraf signifikasi ( α ) = 0,05 dan derajat kebebasan pembilang dk =
nb – 1, dengan nb merupakan ukuran sampel yang variasinya besar dan nk
merupakan ukuran sampel yang variasinya kecil.
44
2. Uji Analisis Data
a. Uji Hipotesis
Menganalisis data pretes dan postes secara statistik untuk mengetahui
apakah kenaikan penguasaan konsep tersebut signifikan atau tidak. Dalam hal ini
digunakan uji-t karena data tersebut berdistribusi normal dengan taraf signifikasi
α = 0,05. Untuk itu menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
N1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen
N2 : Jumlah sampel kelompok kontrol
V1 : Varians data kelompok eksperimen (sd1)2
V2 : Varians data kelompok kontrol (sd2)2
S : Standar deviasi gabungan
X1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
X2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
Adapun kriteria ttabel, jika:
thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak
thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima
K. Hipotesis Statistik
Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
Ho : µX = µY
Ha : µX > µY
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil
Ha = Hipotesis alternatif
µX = nilai rata-rata hasil belajar siswa sesudah diajar dengan model pembelajaran
generatif (posttest).
µY = nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diajar dengan model pembelajaran
generatif (pretest).
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil pengolahan data pretes siswa pada kelas eksperimen dengan sampel
30 siswa diperoleh data sebagai berikut,skor terendah adalah 45, siswa yang
mendapat skor terendah pada interval 45 sampai 52 adalah 16,67% , skor tertinggi
90, siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 85 samapi 92 sebanyak
6,67%. Skor terbanyak berada pada interval 53 sampai 60 dengan persentase
36,67%, skor rata-rata sebesar 62,6 yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak
46,67% dan siswa yang mendapat skor di bawah rata- rata sebanyak 53.33% dan
simpangan bakunya sebesar 11,25.
Hasil pengolahan data pretes siswa pada kelas kontrol dengan sampel 30
siswa diperoleh informasi sebagai berikut skor terendah 40, siswa yang mendapat
skor terendah pada interval 40 sampai 47 adalah 10%, skor tertinggi 85, siswa
yang mendapat skor tertinggi pada interval 80 sampai 87 sebanyak 10%. Skor
terbanyak berada pada interval 64 sampai 71 dengan persentase 30%. Skor rata-
rata sebesar 62,97 siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 50% dan
siswa yang mendapat skor di bawah rata sebanyak 50%. Simpangan bakunya
11,25.
Deskripsi data hasil pretes kelas kontrol dapat dilihat lebih jelas pada
gambar 4.1.
Gambar 3 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
0
2
4
6
8
10
12
kelas eksperimen
kelas kontrol
45
2. Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil pengolahan data postes siswa pada kelas eksperimen dengan sampel
30 siswa diperoleh informasi sebagai berikut skor terendah 40, siswa yang
mendapat skor terendah pada interval 45 sampai 53 adalah 6,67%. Skor tertinggi
95, siswa yang mendapat skor tertinggi pada interval 90 sampai 98 sebanyak 20%.
Skor terbanyak berada pada interval 50 sampai 62 dengan persentase 26,67%.
Skor rata-rata sebesar 71,2. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak
43,33% dan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 56,67%.
Simpangan bakunya sebesar 13,98.
Hasil pengolahan data postes siswa pada kelas kontrol dengan sampel 30
siswa diperoleh informasi sebagai berikut skor terendah 40, siswa yang mendapat
skor terendah pada interval 40 sampai 47 adalah 13,33%. Skor tertinggi 85, siswa
yang mendapat skor tertinggi pada interval 80 sampai 87 dengan persentase 10%.
Skor terbanyak berada pada interval 48 samapi 55 dengan persentase 26,67%.
Skor rata-rata sebesar 61,1. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak
43,33% dan siswa yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 56,67%.
Simpangan bakunya sebesar 12,11.
Deskripsi hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
lebih jelas pada gambar 4.2
Gambar 4 Histogram Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
0
1
2
3
4
5
6
7
8
kelas eksperimen
kelas kontrol
46
Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretes dan
Postes Kelompok Ekperimen dan Kelompok Kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3
di bawah ini:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretes
dan Postes Kelompok Ekperimen dan Kelompok Kontrol
Data
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretes Postes Pretes Postes
Nilai tertinggi 90 95 85 85
Nilai terendah 45 50 40 40
Mean 62,6 71,2 61,1 62,9
Median 53,2 65,1 52,3 55,5
Modus 56,5 62,5 51,1 69,1
Standar Deviasi 11,3 13,9 11,2 12,1
Hasil pengolahan data pada kelompok eksperimen diperoleh nilai postes
dengan nilai tertinggi sebesar 90, nilai terendah sebesar 45, mean sebesar 62,5,
median sebesar 56,5 dan standar deviasi sebesar 11,3. Nilai pretes diperoleh nilai
tertinggi sebesar 95, nilai terendah sebesar 50, mean sebesar 71,2, median sebesar
65,1, modus sebesar 62,5 dan standar deviasi sebesar 13,9.
Hasil pengolahan data pada kelompok kontrol diperoleh nilai postes
dengan nilai tertinggi sebesar 85, nilai terendah 40, mean sebesar 61,1, median
sebesar 52,3, modus sebesar 51,1, dan standar deviasi sebesar 11,2. Nilai postes
diperoleh nilai tertinggi sebesar 85, nilai terendah 40, mean sebesar 62,9, median
sebesar 55,5, modus sebesar 69,1 dan standar deviasi sebesar 12,1.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
47
Berdasarkan uji persyaratan analisis data, maka sebelum dilakukan
pengujian hipotesis perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data
hasil penelitian. Uji persyratan analisis yang perlu dipenuhi adalah uji normalitas
dan uji homogenitas.
Uji normalitas yang dipakai adalah uji liliefors. Dari hasil pengujian pretes
kelas kontrol (tidak diberikan perlakuan model pembelajaran generatif) diperoleh
harga Lhitung atau Lo = 0,1207. Dari tabel harga kritis uji liliefors dengan taraf
signifikasi (α ) = 0,05 maka didapat harga Lt = 0,1610. Karena Lo < Lt maka
dapat disimpulkan bahwa data populasi hasil pretes kelas kontrol berdistribusi
normal. Sedangkan untuk hasil postes kelas kontrol diperoleh harga Lo = 0,1183
dengan Lt = 0,1610. Karena Lo < Lt maka dapat disimpulkan bahwa data populasi
hasil postes berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen (diberikan perlakuan
model pembelajaran generatif) hasil pretes diperoleh harga Lo = 0,1550 dengan
harga Lt = 0,1610 karena Lo < Lt maka didapat data populasi kelas eksperimen
berdistribusi normal. Sedangkan hasil postes diperoleh dengan harga Lo = 0,1591
dengan harga Lt = 0,1610 karena didapat Lo < Lt maka didapat data postes kelas
eksperimen berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau
uji Fisher. Dari hasil pengujian untuk kelas kontrol diperoleh harga Fhitung = 1,34.
Dari tabel harga distribusi F dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 maka didapat
harga Ftabel = 1,85. Karena harga Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa
data populasi kelas kontrol bersifat homogen. Sedangkan untuk kelas eksperimen
diperoleh Fhitung = 1,10 dengan Ftabel = 1,85 maka Fhitung < Ftabel maka dapat
disimpulkan bahwa data populasi pada kelas eksperimen bersifat homogen.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
48
Penguasaan konsep kelas eksperimen yang diberikan perlakuan mengalami
peningkatan yang lebih baik dari pada nilai pada kelas kontrol. Data penelitian ini
dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi berikut:
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pretest N
o Interval f X fX
Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 45 – 52 5 48,5 242,5 44,5 52,5 5 2352,52 11761,25
2 53 – 60 11 56,5 621,5 52,5 60,5 16 3203,56 35239,16
3 61 – 68 5 64,5 322,5 60,5 68,5 21 4160,25 20801,25
4 69 – 76 6 72,5 435 68,5 76,5 27 5256,25 31537,5
5 77 – 84 1 80,5 80,5 76,5 84,5 28 6480,25 6480,25
6 85 - 92 2 88,5 177 84,5 92,5 30 7832,25 15664,5
Jumlah 30 - 1879 - - - - 121483,9
1
Data pretes pada kelas eksperimen diperoleh rentangan nilai antara 45 – 90
dengan rata-rata sebesar 62,6, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah
sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar
52,23 dan 56,5.
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Postest N
o Interval f X fX
Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 45 – 53 2 49 98 44,5 53,5 2 2401 4802
2 54 – 62 8 58 464 53,5 62,5 10 3364 26912
3 63 – 71 7 67 469 62,5 71,5 17 4489 31423
4 72 – 80 6 76 456 71,5 80,5 23 5776 34656
5 81 – 89 1 85 85 80,5 89,5 24 7225 7225
6 90 – 98 6 84 564 89,5 98,5 30 8836 53016
Jumlah 30 - 2136 - - - - 157943
Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 95 dengan rata-rata
sebesar 69,8 standar deviasi sebesar 13,7 dengan jumlah sampel sebanyak 30
orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 75,5 dan 62,5.
Penyajian data pretes dan postes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9 Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes
49
Pretes Postes
N X̅ Mdn Mo SD N X̅ Mdn Mo SD
30 62,2 53,23 56,5 11,25 30 69,8 75,5 62,5 13,7
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan
standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen sebelum dan
sesudah perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran generatif. Rata-rata
median, modus dan standar deviasi mengalami peningkatan, hal ini menunjukan
bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap
penguasaan konsep siswa.
2. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Kontrol
Kelas kontrol merupakan kelas yang tidak diberi perlakuan dengan model
pembelajaran generatif. Kelas ini hanya menggunakan model pembelajaran
konvensional. Data penelitian kelas kontrol dapat dilihat pada tabel distribusi
berikut:
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pretes
No Interval f X fX Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 40 – 47 4 43,5 174 39,5 47,5 4 1892,25 7569
2 48 – 55 8 51,5 412 47,5 55,5 12 2652,25 21218
3 56 – 63 5 59,5 297,5 55,5 63,5 17 3540,25 17701,25
4 64 – 71 7 67,5 472,5 63,5 71,5 24 4556,25 31893,75
5 72 – 79 3 75,5 226,5 71,5 79,5 27 5700,25 17100,25
6 80 – 87 3 83,5 250,5 79,5 87,5 30 6972,25 20916,75
Jumlah 30 - 1833 - - - - 116399
Data pretes pada kelas kontrol diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85
dengan rata-rata sebesar 61 standar deviasi sebesar 12,11 dengan jumlah sampel
sebanyak 30 orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar
52,3 dan 51,1.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Postes N
o Interval f X fX
Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 40 – 47 3 43,5 130,5 39,5 47,5 3 1892,25 5676,75
2 48 – 55 5 51,5 257,5 47,5 55,5 8 2652,25 13261,25
3 56 – 63 7 59,5 416,5 55,5 63,5 15 3540,25 24781,75
4 64 – 71 9 67,5 607,5 63,5 71,5 24 4556,25 41006,25
50
5 72 – 79 3 75,5 226,5 71,5 79,5 27 5700,25 17100,25
6 80 – 87 3 83,5 250,5 79,5 87,5 30 6972,25 20916,75
Jumlah 30 - 1889 - - - - 122743
Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata
sebesar 62,83, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah sampel sebanyak 30
peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 55,5 dan 69,1.
Penyajian data pretes dan postes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Pretes Postes
N X̅ Mdn Mo SD N X̅ Mdn Mo SD
30 61 52,3 51,1 11,25 30 62,83 55,5 69,1 12,11
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan
standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol sesudah dan sebelum
pembelajaran tanpa dikenakan perlakuan, dimana median dan modus mengalami
penurunan dan standard deviasi mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi pretes dan postes kelas
kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat perbedaan skor pretes dan postes yaitu
pada tabel di bawah ini:
Tabel 10 Perbedaan Skor Pretes – Postes
Pada Kelas Kontrol dan Kelas Ekperimen Test
Pretes Postes Perbedaan Skor Kelas
K 61 62,83 1,83
E 62,2 69,8 7,6
Selisih 1,2 6,97 5,77
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil pretes dan postes
kelas kontrol 61 dan postes kelas kontrol 62,83 sehingga menghasilkan perbedaan
skor pretes – postes kelas kontrol 1,83 sedangkan pada kelas eksperimen nilai
pretes 62,2 dengan postes 69,8 dan memperoleh selisih perbedaan skor 7,6 dengan
selisih kenaikan nilai rata-rata tersebut diperoleh perbedaan skor 5,77. Jadi
perbedaan skor pretes dan postes kelas eksperimen lebih besar dari pada pada
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan nilai rata-rata yang
51
dipengaruhi adanya penerapan model pembelajaran generatif terhadap penguasaan
konsep siswa.
3. Pembahasan Model Pembelajaran Generatif Terhadap Penguasaan
Konsep Siswa
Pengaruh model pembelajaran generatif terhadap penguasaan konsep
siswa dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan. Pengaruh model pembelajaran
generatif juga dapat dilihat dari aktivitas siswa pada kegiatan yang diberikan guru
untuk siswa begitu termotivasi dalam bereksperimen dan demontrasi.
Berdasarkan perhitungan data statistik, data pretes pada kelas kontrol
diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata sebesar 62,83, standar
deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan
nilai median dan modusnya sebesar 55,5 dan 69,1.
Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 85 dengan rata-rata
sebesar 61 standar deviasi sebesar 12,11 dengan jumlah sampel sebanyak 30
orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 52,3 dan 51,1.
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan standar
deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol sesudah dan sebelum
pembelajaran tanpa dikenakan perlakuan, dimana median dan modus mengalami
penurunan dan standard deviasi mengalami peningkatan.
Data pretes pada kelas eksperimen diperoleh rentangan nilai antara 45 – 90
dengan rata-rata sebesar 62,6, standar deviasi sebesar 11,25 dengan jumlah
sampel sebanyak 30 peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar
52,23 dan 56,5.
Data hasil postes diperoleh rentangan nilai antara 40 – 95 dengan rata-rata
sebesar 69,8 standar deviasi sebesar 13,7 dengan jumlah sampel sebanyak 30
orang peserta didik sedangkan nilai median dan modusnya sebesar 75,5 dan 62,5.
52
Berdasarkan data-data di atas, terdapat perbedaan mean, median dan
standar deviasi penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen sebelum dan
sesudah perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran generatif. Dimana
rata-rata median, modus dan standar deviasi mengalami peningkatan, hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif
terhadap penguasaan konsep siswa.
Penyajian data pretes dan postes kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13 Hasil Belajar Pretes dan Postes Kelas Kontrol
Dan Kelas Ekperimen
Test Pretes Postes
Kelas N X Me Mo SD N X Me Mo SD
K 30 61 52,3 51,1 12,11 30 62,83 55,5 69,1 11,25
E 30 62,2 53,23 56,5 11,25 30 69,8 75,5 62,5 13,7
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi di atas, terdapat perbedaan
rata-rata hasil belajar fisika sebelum dan setelah diberi perlakuan. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerpan model pembelajaran generatif
terhadap penguasaan konsep siswa.
Pengaruh model pembelajaran juga dapat dilihat pada aktivitas siswa
dalam pelaksanaan pembelajaran yang begitu penasaran dalam bereksperimen,
demonstrasi dan menyelesaikan masalah secara berkelompok sehingga
pemahaman konsep dapat dibangun atau di konstruk.
Dari hasil penelitian nilai rata-rata pada kelas kontrol 62,83 dengan jumlah
sampel masing-masing kelas 30 siswa. Dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung
postes 4,34 taraf signifikasi (α) = 0,05 diperoleh dengan harga tabel 2,00. Hal ini
menunjukkan bahwa thitung > ttabel terdapat perbedaan hasil belajar postes
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yakni nilai rata-rata postes
kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol artinya terdapat
pengaruh positif antara penggunaan model pembelajaran generatif terhadap
penguasaan konsep siswa.
53
Gambar 6 Rata-Rata Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan data-data hasil analisis pretes dan postes peserta didik serta
peningkatan hasil penguasaan konsep siswa menunjukkan bahwa penguasaan
konsep siswa pada kelas eksperimen lebih baik dan lebih tinggi dibandingkan
penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap penerapan model pembelajaran generatif dengan penguasaan
konsep siswa.
4. Hasil Analisis Data dengan Uji-t
Setelah uji persyaratan dilakukan, didapat bahwa data hasil pretes dan poster
kelas kontrol dan kelas ekperimen merupakan data yang berdistribusi normal,
dengan demikian pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan perhitungan dengan uji-t dimana thitung < ttabel (0,71 < 2,00) maka Ha
ditolak dan Ho diterima, artinya rata-rata pretes kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen sama (homogen), sehingga kedua kelompok layak untuk
dijadikan sampel penelitian.
Dari hasil postes didapat thitung > ttabel (4,34 > 2,00) maka hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat perbedaan hasil
belajar postes kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, yakni nilai rata-
56
58
60
62
64
66
68
70
Pretes postes
Kelas kontrolKelas eksperimen
54
rata postes kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol artinya
terdapat pengaruh positif antara penggunaan model pembelajaran generatif
terhadap penguasaan konsep siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pengaruh model pembelajaran generatif terhadap
peningkatan penguasaan konsep siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penerapam model pembelajaran yang dilakukan di MTs Jamiatus Sholihin
Cipondoh adalah model pembelajaran generatif. Penerapan model ini dilakukan
karena model pembelajaran generatif merupakan merupakan model pembelajaran
yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan
menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Dan
pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab
persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab
permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan batu itu akan disimpan dalam
memori jangka panjang.
Aplikasi penggunaan model pembelajaran generatif ini, yaitu
menggunakan kelompok kecil supaya siswa bekerja sama dan dapat bertanggung
jawab pada tugas yang siswa pegang. Dalam kelompok pembelajaran generatif,
siswa diberikan berbagai persoalan dan mereka harus menjawab dan memecahkan
masalah yang diberikan guru kemudian siswa mendiskusikannya dengan
kelompok masing-masing dan saling memberikan ide, gagasan dan pendapatnya,
lalu siswa mendiskusikan untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah siswa
pelajari. Hal ini sejalan dengan pengertian model pembelajaran generatif menurut
Grouws yang berpandangan bahwa dalam pembelajaran siswa berpartisipasi aktif
dalam membangun konsep-konsep dengan kemampuannya sendiri melalui proses
pembentukan mental sehingga konsep itu terbangun menjadi konsep baru.1
1 Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM, 2009 /Strategi
Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
55
Berikut ini adalah hasil temuan dalam penerapan pembelajaran generatif di
MTs. Jamiatus Sholihin Cipondoh, yaitu siswa memahami apa yang ditugaskan
guru, siswa mampu menyelesaikan tugas belajar, siswa mampu memanfaatkan
sumber belajar. Dalam penerapan pembelajaran generatif pada tahap awal hampir
seluruh siswa belum mengetahui dan memahami penerapannya, sehingga
menyebabkan siswa kurang mampu memahami pelajaran dengan baik dan
rendahnya tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan. Hal tersebut
terjadi karena minat dan perhatian serta konsentrasi siswa dalam belajar masih
kurang. Akan tetapi dalam pertemuan berikutnya sebagian siswa telah mampu
menguasai dan memahami tahapan proses model pembelajaran generatif, sehingga
dirasakan suasana pembelajaran yang baik dan efektif. Dan dari hasil temuan
dalam pembelajaran generatif didapatkan rasa saling menghormati dan
menghargai antar satu sama lain lebih tinggi serta rasa tanggung jawab siswa jauh
lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa hasil
belajar fisika dengan menggunaklan model pembelajaran generatif dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif
terhadap penguasaan konsep siswa. Sebelum dilakukan model pembelajaran
generatif kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. aktivitas siswa dapat
dikatakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru sehingga siswa kurang
mampu mengemukakan dan mengaplikasikan ide pada bermacam situasi serta
kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam kerja ilmiah.
Pengetahuan itu didapat tidak dengan sendirinya melainkan melalui usaha
seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya dan usaha kognitifnya
karena pengetahuan bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan. Pembelajaran
generatif ini mengedepankan aktivitas siswa dalam setiap interaksi edukatif untuk
dapat melakukan eksplorisasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Dimana
tersedianya ruang yang lebih baik bagi keterlibatan siswa di dalam kelas,
melakukan eksplorisasi serta menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi,
dan sikap perilaku yang terbuka. Pembelajaran generatif juga dapat
56
membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang dunia fisika dan persoalan-
persoalan fisika yang terkadang membuka peluang bagi siswa memberikan
pemikiran yang diluar dugaan guru. Dengan pembelajaran generatif, beberapa
konsep yang dirasakan sulit bagi siswa menjadi lebih mudah dipahami karena
pembelajaran terfokus pada ide-ide awal siswa menuju konsep ilmiah. Hal ini
sejalan dengan pengertian pembelajaran generatif menurut George Masson yang
menyatakan bahwa siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dalam
menghubungkan ide-ide baru dengan struktur kognitif (pengetahuan) yang telah
dimiliki siswa.2
Berdasarkan tes tertulis di awal pembelajaran, yang selanjutnya dilakukan
uji kesamaan dua rata-rata pretes diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua
kelompok penelitian pada konsep usaha dan energi menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua
kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang konsep usaha dan
energi. Karena pada proses pembelajaran pertama kali banyak siswa yang belum
memahami arti belajar yang sesungguhnya.
Pada pertemuan kedua dan ketiga selama penyelidikan siswa terlihat lebih
serius dan bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran misalnya jujur
dalam bekerja sama, saling menghargai, sangat antusias dan bersemangat dalam
menyampaikan ide dan gagasannya dalam pembelajaran. Ide gagasan tersebut
harus dihargai dan siswa diberikan kesempatan yang luas untuk mengembangkan
ide dan kreatifitasnya.
Dengan penggunaan pembelajaran generatif pada kelompok eksperimen
dan tanpa penggunaan model pembelajaran generatif pada kelompok kontrol telah
dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep usaha dan energi. Akan
tetapi, peningkatan hasil belajar siswa lebih baik pada kelompok eksperimen
dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai-nilai rata-rata
postes yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
2 George Mason, Strategi Generative Learning http://nasaui.ited.uidaho.edu/nasaspark/ datashar
.htm. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm, 1 Januari 2011.
57
kelompok kontrol dan hasil uji kesamaan dua rata-rata postes yang menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor postes kelompok
kontrol.
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
yang diakibatkan adanya perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen.
Dimana sebelum penerapan model pembelajaran generatif nilai pretes siswa lebih
kecil dibandingkan nilai postes siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bayyati yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran generatif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perubahan materi,3 selain itu
penelitian lain juga dilakukan oleh IB Putu Mardana, menunjukkan bahwa model
pembelajaran generatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di
SMUN 3 Singaraja.4
Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada BAB II bahwa pengaruh model
pembelajaran generatif dapat dilihat dari peningkatan penguasaan konsep siswa.
setelah dilakukan perhitungan penguasaan konsep siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dan juga dapat dilihat dari
perhitungan peningkatan niali rata-rata postes kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata postes kelas kontrol. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran generatif berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa MTs Jamiatus Solihin Cipondoh.
3 Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Perubahan Materi, (Jakarta: 2007) 4 IB Putu, Mardana, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3 Singaraja Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Generatif, (Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th
XXXIV, April 2001).
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pembelajaran generatif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran generatif. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil
perhitungan uji hipotesis melalui uji t pada taraf signifikasi 0,05 didapat thitung
>ttabel yaitu 4,34 > 2,00 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
B. Saran
1. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif dapat
berjalan dengan baik dan efektif seperti apa yang diharapkan. Namun, perlu
kiranya pembelajaran generatif sebaiknya diterapkan pada awal siswa masuk
sekolah, agar siswa terbiasa dengan kegiatan yang dirancang pada
pembelajaran generatif tersebut.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran
generatif pada konsep getaran dan gelombang karena pada konsep ini siswa
lebih banyak melakukan pengamatan langsung atau eksperimen sehingga dapat
tercipta kegiatan pengalaman yang mendukung terlaksananya pembelajaran
generatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Arikunto, Suharsini, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2002, cet. Ke-3.
Barnhart, Thorndike, Advanced Junior Dictionary, New York, Second Edition.
Bayyati, Pengaruh Model Pembelajarn Konstruktivisme Dengan Strategi
Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Perubahan Materi, Jakarta: 2007
Chamberlain, Kathleen, reading, Writing & Inquiry in the Science Classroom
Grades 6-12, California: Corwin Press, 2009.
Cohen, Louis dkk, Efffective Teaching, London: Sage Publication, 2005.
Cohen, Louis, A Guide To Teaching Practice, New York: Routledgefalmer, 2006.
Cruickshank, Donald. R. The Art Of Teaching, United State: Mc Graw Hill, 2006.
Curiculum in Primary Practice, Science 7-11 developing Primary Teaching Skills,
USA dan Canada: Clive Carre dan Carrie Ovens, 1994.
E. Mulyasa, Kurikilum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002.
Grouws, Generative, http//121.ed.psu.edu/success/lessons/lesson3/ISCa3 L.HTM,
2009 /Strategi Pembelajaran Generatif.htm.
Hendrawan,Sanerya, Spiritual Managemen, Bandung, Mizan Pustaka: 2009.
Hutapea, Parulina dkk, Kompetensi Plus Teori, Desain,Kasus, dan Penerapan
Untuk HR dan Organisasi yang Dinamis, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
IB. Putu Mardan, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, Aneka
Widya IKIP Negri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001.
Ismail, Zurida, Kaedah Mengajar Sains, Bukit Tinggi: PTS Profesional
Publishing, 2005.
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
2001.
Mahayukti. Ayu, Pengembangan model Pembelajaran Generatif Dengan Metode
PQ4R Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika
Siswa Kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, Aneka
Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001.
Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Mardana, IB Putu, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMUN 3
Singaraja Melalui Implementasi Model Pembelajaran Generatif, Aneka
Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001.
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Mason, George, Strategi Generative Learning Error! Hyperlink reference not
valid.. 2009/ Strategi Pembelajaran Generatif.htm.
Pannen, Paulina dkk, Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Draft Bahan Ajar
PEKERTI/AA, Jakarta:PAU-PPAI-UT, 2001.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Karya CV. Bandung,
1984.
Redhana I Wayan dan I Dewa Ketut Sastrawidana, Pembelajaran Generatif
Dengan Strategi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Kimia Dasar II, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2
Th XXXIV, April 2001.
Semiawan, Conny, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar,
Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2002.
Subarinah, Sri, Pengembangan Rancangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan
Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme pada Program Studi
Pendidikan Matemetika FKIP Universitas Mataram, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No. 053, Tahun ke-11. Maret 2005.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007, cet. Ke-5.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004, cet. Ke-14.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Preoses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.
Sumadi, Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif untuk
Meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan Berargumen
dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri I Singaraja, Aneka Widya
IKIP Negeri Singaraja, No. 2 Th. XXXIV, April 2001.
Sumadi. Made, Pengembangan Strategi Pembelajaran Generatif Untuk
meningkatkan Aktivitas Mengajukan Masalah, Kemampuan
Berargumentasi, dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Negeri 1
Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja, No.2 Th XXXIV, April
2001.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004, cet. Ke-9.
Tika, Ketut, Efektivitas Model Belajar Generatif Dalam Pembelajaran Fisika
Pada Siswa SMU Negeri Di Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri
Singaraja, No.2 Th XXXIV, April 2001.
Tika. I Ketut, Model Belajar Generatif Sebagai Alternatif Perbaikan Kesalahan
Konsepsi Dalam Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Jurusan
Pendidikan MIPA STKIP Singaraja, Aneka Widia IKIP Negeri Singaraja,
No.2 Th XXXIV, April 2001.
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Wittrock, Stategi Pembelajaran Generatif, http:/ /www. stemnetnf.ca/
dfurey/metacog/generate .html 2000/Strategi Pembelajaran Generatif.htm.
Perhitungan Daya Pembeda soal Uji Coba
Untuk menghitung daya pembeda soal menggunakan rumus:
D=PA − PB , dimana PA = BA
JA
dan PB= BB
JB
Untuk soal no. 1 ; PA=7
9 =0,77 dan PB=
4
9=0,44 maka D=0,77 - 0,44=0,33
Taraf Kesukaran Soal Uji Coba
No
soal BA JA BB JB PA PB D Keterangan
1 7 9 4 9 0,78 0,44 0,34 Cukup
2 8 9 9 9 0,89 1 -0,11 Drop
3 7 9 0 9 0,78 0 0,78 Baik Sekali
4 8 9 5 9 0,89 0,56 0,33 Cukup
5 9 9 4 9 1 0,44 0,56 Baik
6 2 9 2 9 0,22 0,22 0,00 Buruk
7 8 9 8 9 0,89 0,89 0,00 Buruk
8 7 9 0 9 0,78 0 0,78 Baik sekali
9 6 9 3 9 0,67 0,33 0,34 Cukup
10 7 9 4 9 0,78 0,44 0,34 Cukup
11 5 9 3 9 0,56 0,33 0,23 Cukup
12 6 9 3 9 0,67 0,33 0,34 Cukup
13 7 9 3 9 0,78 0,33 0,45 Baik
14 7 9 6 9 0,78 0,67 0,11 Buruk
15 8 9 2 9 0,89 0,22 0,67 Baik
16 6 9 6 9 0,67 0,67 0,00 Buruk
17 7 9 2 9 0,78 0,22 0,56 Baik
18 8 9 8 9 0,89 0,89 0,00 Buruk
19 8 9 6 9 0,89 0,66 0,23 Cukup
20 6 9 2 9 0,67 0,22 0,45 Baik
21 5 9 2 9 0,56 0,22 0,34 Cukup
22 7 9 0 9 0,78 0 0,78 Baik sekali
23 6 9 3 9 0,67 0,33 0,34 Cukup
24 5 9 5 9 0,56 0,56 0,00 Buruk
25 7 9 0 9 0,78 0 0,78 Baik sekali
26 8 9 2 9 0,89 0,22 0,67 Baik
27 5 9 5 9 0,56 0,56 0,00 Buruk
28 8 9 3 9 0,89 0,33 0,56 Baik
29 8 9 2 9 0,89 0,22 0,67 Baik
30 7 9 2 9 0,78 0,22 0,56 Baik
31 6 9 3 9 0,67 0,33 0,34 Cukup
32 7 9 0 9 0,78 0 0,78 Baik sekali
33 4 9 2 9 0,44 0,22 0,22 Cukup
34 2 9 3 9 0,22 0,33 0,11 Drop
35 8 9 2 9 0,89 0,22 0,67 Baik
Perhitungan Distribusi Frekuensi, Rata-Rata (Avarage) dan Standar Deviasi Kelas
Eksperimen
A. Pretest
1. Distrbusi Frekuensi
Diketahui data skor hasil belajar peserta didik sebagai berikut:
45 45 50 50 50 55 55 55 60 60
60 60 60 60 60 60 65 65 65 65
65 70 70 70 75 75 75 80 90 90
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Rentang kelas (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 90 – 45
= 45
b. Banyak kelas interval (K) = l – 3,3 log n
= 1 – 3,3 log 30
= 1 + 4,875
= 5,875 dibulatkan menjadi 6
c. Panjang kelas interval (i) = 𝑅
𝐾=
45
6= 7,5 dibulatkan menjadi 8
d. Distribusi frekuensi pretest
No Interval f X fX Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 45 – 52 5 48,5 242,5 44,5 52,5 5 2352,52 11761,25
2 53 – 60 11 56,5 621,5 52,5 60,5 16 3203,56 35239,16
3 61 – 68 5 64,5 322,5 60,5 68,5 21 4160,25 20801,25
4 69 – 76 6 72,5 435 68,5 76,5 27 5256,25 31537,5
5 77 – 84 1 80,5 80,5 76,5 84,5 28 6480,25 6480,25
6 85 - 92 2 88,5 177 84,5 92,5 30 7832,25 15664,5
Jumlah 30 - 1879 - - - - 121483,91
Keterangan:
f = frekuensi Bts atas = skor terakhir ditambah 0,5
X = nilai tengah dari interval Bts bwh = skor pertama dikurangi 0,5
2. Rata-rata (average)
a. Mean ( X ) = fX
N
= 1879
30= 62,6
b. Median (Mdn) = l+ l
2 N-fkb
fi × i, dengan
l : batas bawah dari interval yang mengandung median (1/2 N)
N : jumlah frekuensi
fkb : frekuensi kumulatif yang terletak dibawah interval yang mengandung median
fi : frekuensi dari interval yang mengandung median
maka, Mdn = 52,5 + 1
2 30 −14
11 × 8 = 52,5 − 0,73 = 53,23
c. Modus (Mo) = u- fb
fa+fb ×i , dengan
u : batas atas dari interval yang mengandung modus
fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
maka, Mo =60,5 − 5
5 +5 × 8 = 60,5 − 4 = 56,5
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) = fX2
N-
fX
N
2
= 121483 ,91
30−
1879
30
2
= 4049,46 − 3922,93 = 11,25
B. Postest
1. Distribusi frekuensi
Diketahui data skor hasil belajar peserta didik sebagai berikut:
40 50 55 55 55 55 60 60 60 60
65 65 65 65 65 70 70 75 75 80
80 80 80 85 95 95 95 95 95 95
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Rentang kelas (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 95 – 40
= 55
b. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,875
= 5,875 dibulatklan menjadi 6
c. Panjang kelas interval (i) = R
K=
55
6=9,2 dibulatkan menjadi 9
d. Tabel distribusi frekuensi postest
No Interval f X fX Bts
bwh
Bts
atas
fka X2 fX
2
1 45 – 53 2 49 98 44,5 53,5 2 2401 4802
2 54 – 62 8 58 464 53,5 62,5 10 3364 26912
3 63 – 71 7 67 469 62,5 71,5 17 4489 31423
4 72 – 80 6 76 456 71,5 80,5 23 5776 34656
5 81 – 89 1 85 85 80,5 89,5 24 7225 7225
6 90 – 98 6 84 564 89,5 98,5 30 8836 53016
Jumlah 30 - 2136 - - - - 157943
2. Rata-rata (avarage)
a. Mean (X) = fX
N
= 2136
30 = 71,2
b. Median (Mdn) = l+ 1
2 N-fkb
fi ×i
= 62,5 + 1
2 30−13
7 × 9 = 62,5 + 2,57 = 65,07
c. Modus (Mo) = u - fb
fa+fb ×i
= 62,5 − 7
7+2 × 9 = 62,5 − 7 = 55,5
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) = fX2
N-
fX
N
2
= 157943
30−
2136
30
2
= 5264,77 − 5069,44
= 13,98
Perhitungan Distribusi frekuensi, rata-rata (average) dan standar deviasi (Kelas
Kontrol)
A. Pretest
1. Distribusi frekuensi
Diketahui data skor hasil belajar peserta didik sebagai berikut:
40 45 45 50 50 55 55 55 60 60
60 60 60 60 60 65 65 65 65 65
65 70 70 70 75 75 75 80 80 85
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Rentang kelas (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 85 – 40
= 45
b. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 4,875
= 5,875 dibulatklan menjadi 6
c. Panjang kelas interval (i) = dibulatkan menjadi 8
d. Tabel distribusi frekuensi postest
No Interval f X fX Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 40 – 47
3 43,5 130,5 39,5 47,5 3 1892,25 5676,75
2 48 – 55 5 51,5 257,5 47,5 55,5 8 2652,25 13261,25
3 56 – 63 7 59,5 416,5 55,5 63,5 15 3540,25 24781,75
4 64 – 71 9 67,5 607,5 63,5 71,5 24 4556,25 41006,25
5 72 – 79 3 75,5 226,5 71,5 79,5 27 5700,25 17100,25
6 80 – 87 3 83,5 250,5 79,5 87,5 30 6972,25 20916,75
Jumlah 30 - 1889 - - - - 122743
Keterangan:
f = frekuensi Bts atas = skor terakhir ditambah 0,5
X = nilai tengah dari interval Bts bwh= skor pertama dikurangi 0,5
2. Rata-rata (avarage)
a. Mean (X) =
= = 62,97
b. Median (Mdn) = l
=
c. Modus (Mo) =
=
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) =
=
=
= 11,25
B. Postest
1. Distribusi frekuensi
Diketahui data skor hasil belajar peserta didik kelas kontrol sebagai berikut:
40 40 45 45 50 50 50 50 50 55
55 55 60 60 60 60 60 65 65 65
70 70 70 70 75 75 75 80 80 85
Langkah-langkah dalam penyusunan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Rentang kelas (R) = skor terbesar – skor terkecil
= 85 – 40
=45
b. Banyak kelas interval (K) = l – 3,3 log n
= 1 – 3,3 log 30
= 1 + 4,875
= 5,875 dibulatkan menjadi 6
c. Panjang kelas interval (i) = dibulatkan menjadi 8
d. Distribusi frekuensi pretest
No Interval f X fX Bts
bwh
Bts
atas fka X
2 fX
2
1 40 – 47 4 43,5 174 39,5 47,5 4 1892,25 7569
2 48 – 55 8 51,5 412 47,5 55,5 12 2652,25 21218
3 56 – 63 5 59,5 297,5 55,5 63,5 17 3540,25 17701,25
4 64 – 71 7 67,5 472,5 63,5 71,5 24 4556,25 31893,75
5 72 – 79 3 75,5 226,5 71,5 79,5 27 5700,25 17100,25
6 80 - 87 3 83,5 250,5 79,5 87,5 30 6972,25 20916,75
Jumlah 30 - 1833 - - - - 116399
Keterangan:
f = frekuensi Bts atas = skor terakhir ditambah 0,5
X = nilai tengah dari interval Bts bwh= skor pertama dikurangi 0,5
2. Rata-rata (avarage)
a. Mean ( X ) =
=
b. Median (Mdn) = l , dengan
l : batas bawah dari interval yang mengandung median (1/2 N)
N : jumlah frekuensi
fkb : frekuensi kumulatif yang terletak dibawah interval yang
mengandung median
fi : frekuensi dari interval yang mengandung median
maka, Mdn =
c. Modus (Mo) = , dengan
u : batas atas dari interval yang mengandung median
fa : frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung
modus
fb : frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung
modus
maka, Mo = 55,5
3. Standar deviasi/simpangan baku (SD) =
=
= = 12,11
Siswa Pretest Postest
1 45 40
2 45 50
3 50 55
4 50 55
5 50 55
6 55 55
7 55 60
8 55 60
9 60 60
10 60 60
11 60 65
12 60 65
13 60 65
14 60 65
15 60 65
16 60 70
17 65 70
18 65 75
19 65 75
20 65 80
21 65 80
22 70 80
23 70 80
24 70 85
25 75 95
26 75 95
27 75 95
28 80 95
29 90 95
30 90 95
N = 30 1905 2140
S2 129,5689 117,4713
F 1,10
Ft 1,85
Uji Homogenitas Kelas Eksperimen
Uji Homogenitas menggunakan rumus:
dengan
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Fhitung sebesar 1,10, sedangkan harga Ftabel dengan n = 30
dan taraf keyakinan 0,05 sebesar 1,85 karena Fhitung < Ftabel yaitu 1,10 < 1,85 maka dapat disimpulkan
bahwa sampel kelas eksperimen bersifat homogen.
Uji Homogenitas Kelas Kontrol
Uji homogenitas menggunakan rumus:
F =
dengan S2 =
Siswa Pretest Postest
1 40 40
2 45 40
3 45 45
4 50 45
5 50 50
6 55 50
7 55 50
8 55 50
9 60 50
10 60 55
11 60 55
12 60 55
13 60 60
14 60 60
15 60 60
16 65 60
17 65 60
18 65 65
19 65 65
20 65 65
21 65 70
22 70 70
23 70 70
24 70 70
25 75 75
26 75 75
27 75 75
28 80 80
29 80 80
30 85 85
N = 30 1885 1830
S2 68,7644 51,3793
F 1,34
Ft 1,85
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Fhitung sebesar 1,34, sedangkan harga Ftabel
dengan n= 30 dan taraf keyakinan 0,05 sebesar 1,85, karena Fhitung < Ftabel yaitu 1,34 < yaitu
1,34 < 1,85, maka dapat disimpulkan bahwa sampel bahwa sampel kelas kontrol bersifat
homogen.
Kisi-Kisi Instrumen
Sekolah : MTs Jamiatus Solihin Cipondoh
Kelas : VIII (Delapan)
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Alokasi Waktu : 1 x 2 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi : Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Jawaban Tingkatan
Kognitif
Menjelaskan hubungan
bentuk energi dan
perubahannya, prinsip
usaha dan energi serta
penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Energi dan
Perubahannya
Menunjukkan
bentuk-bentuk
energi
1. Alat berikut yang menghasilkan energi listrik adalah ….
a. solder c. setrika listrik
b. baterai d. bahan
makanan
*C C1
Memahami
pengertian energi
kinetik
2. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena
….
a. geraknya c.
panasnya
b. kedudukannya d. kecepatannya
A C1
Mengaplikasikan
konsep energi
3. Kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar seperti
bensin, solar dan lain-lain. Energi yang dibutuhkan
kendaraan bermotor tersebut adalah energi ….
a. kinetik c. mekanik
b. kimia d.
bunyi
*B C2
Mengaplikasikan
contoh energi
4. Benda yang digesek-gesekkan memiliki energi ….
a. potensial dan energi kalor c. mekanik dan potensial
b. listrik dan energi mekanik d. kalor dan energi kinetic
*D C2
Mengaplikasikan
contoh energi
5. Sebuah benda yang dilempar mengenai dinding memiliki
energi ….
a. kinetik dan potensial c. listrik dan kalor
b. kinetik dan mekanik d. mekanik dan potensial
*A C2
Mengaplikasikan
perubahan energi
6. Perubahan energi potensial dan energi kinetik pada roller
coaster terjadi pada saat ….
a. energi potensial pada saat roller coaster bergerak menurun
A C3
dan energi kinetik terjadi pada saat roller coaster bergerak
naik
b. energi potensial pada saat roller coaster bergerak naik dan
energi kinetik terjadi pada saat roller coaster bergerak
menurun
c. energi potensial pada saat roller coaster bergerak menurun
dan energi kinetik terjadi pada saat roller coaster diam.
d. energi potensial pada saat roller coaster diam dan energi
kinetik terjadi pada saat roller coaster bergerak naik
Memahami proses
terjadinya energi
7. Urutan proses terjadinya listrik pada kincir angin yang
benar adalah ….
a. energi angin yang memutar kincir angin, diteruskan untuk
memutar rotor pada generator di bagian belakang kincir angin,
sehingga akan menghasilkan energi listrik
b. energi angin memutar rotor pada belakang generator yang
akan memutar kincir sehingga terjadilah energi listrik
c. energi angin akan memutar kincir sehingga akan
menghasilkan energi listrik pada generator
d. energi angin akan memutar rotor sehingga akan
menghasilakan energi listrik pada generator
A C3
Memahami
perubahan energi
8. Perubahan energi yang terjadi pada kipas angin listrik
adalah energi ….
a. gerak menjadi energi listrik
b. listrik menjadi energi gerak
c. kinetik menjadi energi panas
d. panas menjadi energi kinetic
B C1
Memahami
perubanhan energi
9. Benda yang mengubah energi listrik menjadi energi gerak
adalah ….
a. bohlam c. kompor
b. kipas angin listrik d. biola
*B C1
Memahami
perubahan energi
10. Perubahan energi yang terjadi pada batu baterai dan aki
adalah energi ….
a. panas menjadi energi kimia
b. gerak menjadi energi kimia
c. kimia menjadi energi listrik
d. panas menjadi energi listrik
*C C1
Memahami
perubahan energi
11.
Perubahan energi yang terjadi adalah….
a. kinetik menjadi energi panas
b. potensial menjadi energi gerak
c. kinetik menjadi energi potensial
d. kinetik menjadi energi gerak
C C2
Mengaplikasikan
perubahan energi
12. Pada saat benda bergerak jatuh, besaran yang berkurang
adalah ….
a. energi kinetik c. energi mekanik
b. energi potensial d. kecepatan jatuh
*B C2
Mengaplikasikan
perubahan energi
13. Jika sebuah benda yang bergerak memiliki massa 4 kg dan
energi yang dimilikinya 200 J, maka kecepatan benda tersebut
adalah ….
a. 10 m/s b.20 m/s c. 30 m/s d. 40 m/s
*A C3
Mengaplikasikan
perubahan energi
14. Sebuah benda pada ketinggian 10 m memiliki energi 400
J. Jika percepatan gravitasi 10 m/s, maka massa benda tersebut
adalah ….
a. 2 kg b. 4 kg c.6 kg d. 8 kg
B C3
Energi
Potensial dan
Energi Kinetik
Memahami
konsep energi
kinetik
15. Benda yang bergerak memiliki energi ….
a. mekanik b. panas c. potensial d. kinetic *D C1
Memahami
konsep energi
potensial
16. Energi potensial gravitasi adalah ….
a.energi yang dimiliki sebuah benda karena ketinggiannya
terhadap titik acuan
b. energi yang dimiliki sebuah benda karena geraknya
A C1
c.energi yang dimiliki sebuah benda karena kecepatannya
d. energi yang dimiliki sebuah benda karena massanya
Mengaplikasikan
konsep energi
potensial
A
17.
B
C
D
Pada gambar diatas keempat bola identik dan diletakkan pada
tempat seperti gambar. Energi potensial terbesar dimiliki oleh
bola….
a. A b. B c. C d. D
*A C2
Mengaplikasikan
konsep energi
potensial
18. Buah kelapa tergantung pada tangkainya pada ketinggain
10 m. Jika massa buah kelapa 800 gram dan percepatan
gravitasi ditempat itu 10 m/s2
, maka energi potensialnya
adalah….
a. 80 J b. 85 J c. 95 J d. 105 J
A C2
Mengaplikasikan
konsep energi
potensial
19. Sebuah benda bermassa 1 kg dilempar vertikal keatas
dengan kecepatan 20 m/s. Jika percepatan gravitasi 10 m/s2
maka ketinggian benda saat Ek = 4/3 Ep adalah…
a. 1,5 m b. 10,0 m c. 15,0 m d. 20,0
m
C C3
Mengaplikasikan
konsep energi
potensial
20. Sebuah benda dengan Ep = 2 Ek, massa yang dimiliki
benda 5 kg. Jika benda jatuh dari ketinggian 10 m, maka
kecepatannya adalah ….
a. 5 m/s b. 10 m/s c. 15 m/s d. 20 m/s
*B C3
Mengaplikasikan 21. Dua buah benda p dan q dengan kecepatan masing-masing A C3
konsep energi
kinetik
72 km/jam dan 36 km/ jam, jika masing-masing benda
memilki massa 15 kg dan 20 kg maka perbandingan besar
energi benda p dan q adalah ….
a. EkP > Ek q c. EkP = Ek q
b. EkP < Ek q d. EkP = Ek q = 0
Menganalisis
konsep energi
potensial
22. Dua buah benda p dan q tergantung di pohon dengan
ketinggian masing-masing 5 m dan 8 m, massa benda p = 4
kg, jika energi potensial total = 400 J, maka massa benda q
adalah ….
a. kg b. 1,5 kg c. 2 kg d. 2,5 kg
*D C4
Menganalisis
konsep energi
kinetik
23. Benda A dan B masing-masing memiliki massa 5 kg dan 2
kg, jika kecepatan benda B = 10 m/s dan energi kinetik total =
2350 J, berapakah kecepatan benda A ….
a. 10 m/s b. 20 m/s c. 30 m/s d. 40
m/s
*C C4
Energi
Mekanik
Mengetahui
hukum kekekalan
energi mekanik
24. Bunyi hukum kekekalan energi adalah ….
a. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan
b. energi dapat dimusnahkan dan diciptakan
c. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi tidak
dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya
d. energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan tetapi hanya
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya
D C1
Memahami
hukum kekekalan
energi mekanik
25. Hubungan antara Em , Ek dan Ep yang benar adalah ….
a. Em = Ek + Ep c. Em = Ek – Ep
b. Em = Ek/Ep d. Em = Ep/Ek
*A C1
Memahami
hukum kekekalan
energi mekanik
26. Untuk memperoleh bentuk energi sesuai dengan
kebutuhan kita dapat mengubah bentuk energi satu kebentuk
lainnya. Selama terjadi perubahan bentuk energy tidak ada
energi yang hilang. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa….
a. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan
b. energi dapat dimusnahkan dan diciptakan
c. energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi tidak
dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lainnya
d. energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan tetapi hanya
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya
*D C2
Mengaplikasi
hukum kekekalan
energi mekanik
27. Perhatikan tabel dibawah ini!
Ek Ep
1 80 60 20
2 60 50 20
3 40 20 20
4 20 20 20
Yang menyatakan hubungan Em, Ek dan Ep adalah ….
a. 1 dan 2 b.2 dan 3 c. 3 dan 4 d. 1
dan 3
D C2
Mengaplikasi
hukum kekekalan
energi mekanik
28. Sebuah benda memiliki energi mekanik 100 J, jika energi
kinetiknya 75 J, maka energi potensial benda tersebut adalah
….
a. 25 J b. 50 J c. 75 J d. 100 J
*A C3
Menganalisis
hukum kekekalan
energi mekanik
29. Dua buah benda A dan B masing-masing bermassa 2 kg
dan 4 kg memiliki kecepatan 4 m/s dan 5 m/s. Jika benda A
berada pada ketinggian 10 m dan energi mekanik total yang
dimiliki kedua benda 586 J, maka ketinggian benda tersebut
adalah ….
a. 6 m b. 8 m c. 10 m d. 12 m
*A C4
Usaha
Mengetahui
pengertian usaha
30. Hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan suatu benda
berpindah tempat disebut ….
a. energi b. usaha c. gaya d. daya
*B C1
Memamai aplikasi
usaha
31. Sebuah benda dengan gaya 40 N berpindah sejauh 10 m.
Berapa usaha benda tersebut ….
a. 400 J b. 200 J c. 100 J d. 50 J
A C2
Mengaplikasi
pengertian usaha
32. Buah pepaya (m= 1 kg) jatuh dari tangkainya setinggi 4 m.
Jika percepatan gravitasi di tempat itu 10 m/s2, maka usaha
yang bekerja pada pepaya sebesar….
a. 20 J b. 40 J c. 50 J d. 60 J
*B C3
Mengaplikasi
pengertian usaha
33. Nur dan Ani mendorong sebuah peti masing-masing
dengan gaya 60 N dan 75 N. akibat dorongan mereka maka
peti berpindah sejauh 2m. Usaha bersama yang mereka
D C3
lakukan adalah….
a. 15 J b. 30 J c. 135 J d. 270 J
Menganalisis
aplikasi usaha
34. Nuri dan Mari masing-masing mendorong sebuah balok,
usaha total yang mereka lakukan sebesar 900 N. Nuri
mendorong dengan gaya 200 N dan benda tersebut sama-sama
berpindah sejauh 2 m, maka massa benda yang didorong
Mari adalah ….(gaya gravitasi 10 m/s2)
a. 10 kg b. 15 kg c. 20 kg d 25
kg
D C4
Menganlisis
aplikasi usaha
35. Ani dan Ina mendorong sebuah peti dengan usaha 900 J,
jika Ina mendorong dengan gaya 250 N dan benda berpindah
sejauh 2 m, maka gaya yang dilakukan Ani adalah ….
a. 200 N b. 400 N c. 600 N
d. 800 N
*A C4
* soal yang valid yang digunakan untuk pretes dan postes
C1 : Ingatan
C2 : Pemahaman
C3 : Aplikasi
C4 : Analisis
Lembar Kerja Siswa(LKS)
Nama Sekolah : Mts Jamiatul Gulami
Kelas / semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : fisika
Materi pokok : Energi Potensial
Nama Kelompok :
A. Judul : Energi Potensial
B. Tujuan : Menguji energi potensial
C. Alat dan Bahan : Dua buah buku dengan perbedaan yang cukup besar.
D. Prosedur percobaan
1. Kita misalkan buku yang ringan sebagai buku A dan yang lebih berat sebagai buku B.
Jatuhkan buku A terlebih dahulu dari ketinggian 1 , kemudian jatuhkan buku B dari
ketinggian yang sama.
2. Jatuhkan buku B dari ketinggian 20 m. Kemudian sekali lagi jatuhkan buku dari ketinggian
100 m.
Diskusi:
1. Dari percobaan yang telah kamu lakukan tulis perubahan energi yang terjadi.
2. Pada ketinggian yang sama yaitu langkah 1, buku mana yang lebih memilki energi potensial
paling besar? Jelaskan jawabanmu.
3. Berdasarkan langkah 2, tentukan posisi dimana energi potensial buku B paling besar dan
paling kecil.
Kesimpulan:
Lembar Penugasan Siswa
Nama :
Kelas :
Materi Pokok :
Lengkapilah pernyataan di bawah ini:
1. Energi potensial adalah ….
2. . Energi potensial (EP) berbanding …. Dengan berat benda (w). Makin besar berat benda,
makin …. energi potensialnya. Makin kecil berat benda, makin …. energi potensialnya.
Kita dapat menuliskan hubungan EP dan w sebagai:
EP ~ ….
3. Energi Potensial (EP) berbanding …. Dengan ketinggian benda (h). Makin tinggi posisi
benda, makin …. energi potensialnya. Makin rendah posis benda, makin …. energi
potensialnya. kita dapat menuliskan hubungan EP dan h sebagai:
EP ~ ….
4. Berat (w) adalah hasil perkalian massa benda (m) dan percepatan gravitasi (g), sehingga
energi potensial (EP) dapat dirumuskan :
EP = ….
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Nama Sekolah : Mts Jamiatus Sholihin
Kelas / semester : VIII / 2
Mata Pelajaran : fisika
Materi pokok : Usaha dan Energi
Nama Kelompok :
A. Judul : Perubahan energi
B. Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami terjadinya perubahan energi cahaya.
C. Alat dan Bahan : 1. Mobil mainan berlampu
2. Baterai
3. Lampu
4. Kawat penghantar
D. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan kawat penghantar pada kedua kutub baterai, kemudian sentuhlah kawat-kawat
tersebut pada kulit! Apa yang kamu rasakan?
2. Pasangkan sebuah baterai pada mobil maianan yang memiliki lampu, kemudian nyalakan
saklar mobil mainan tersebut! Amati perubahan yang terjadi!
3. Hubungkan kedua kutub baterai dengan kawat penghantar! Kemudian masing-masing ujung
kawat dihubungkan dengan lampu (gambar di bawah ini). Apakah yang terjadi?
BATERAI
Gambar. Susunan Listrik Sederhana
4. Buatlah kesimpulan dari kegiatan di atas!
Perhitungan Uji-t
Postes
Kelas
Kontrol
Postes
Kelas
Eksperimen
40 40
40 50
45 55
45 55
50 55
50 55
50 60
50 60
50 60
55 60
55 65
55 65
60 65
60 65
60 65
60 70
60 70
65 75
65 75
65 80
70 80
70 80
70 80
70 85
75 95
75 95
75 95
80 95
80 95
85 95
1830 2140
Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, kemudian untuk pengujian hipotesis data dianalisis
dengan uji-t dengan rumus:
dengan S =
S =
= = = 11,11
sehingga thitung = = =
Adapun kriteria pengujiannya adalah:
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan data diatas diperoleh harga thitung sebesar 2,73 sedangkan harga ttabel pada taraf
signifikasi 5 % sebesar 2.00. Karena thitung > ttabel yaitu 2,73 > 2,00 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternative (H1) diterima.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MTs. JAMI’ATUS SHOLIHIN CIPONDOH
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
Kelas / Semester : VIII / 2
Materi Pokok : ENERGI DAN USAHA
A. Standar Kompetensi
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Materi Konsep
Energi
D. Indikator
1. Menjelaskan konsep energi.
2. Menunjukkan bentuk-bentuk energi.
3. Menunjukkan contoh energi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-
hari.
E. Alokasi Waktu
2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran)
F. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. Menjelaskan konsep energi.
2. Menunjukkan bentuk-bentuk energi.
3. Menunjukkan contoh energi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-
hari.
G. Metode Pembelajaran
1. Eksperimen
2. Diskusi kelompok
H. Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Kegiatan Belajar Mengajar
Waktu Guru Peserta didik
Pendahuluan
Kegiatan inti
Penutup
Guru memberikan apersepsi:
Kenapa kita dapat melakukan
aktifitas?
Guru menyampaikan tujuan
pelajaran.
Guru memberikan motivasi: Apa
yang dimaksud dengan energi?
Fase Orientasi
Guru memberikan sedikit
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi.
Fase Aktivasi
Guru membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok.
Guru membimbing peserta didik
dalam melakukan eksperimen.
Guru membagikan tugas pada
setiap kelompok untuk
didiskusikan bersama.
Fase Penilaian
Guru membimbing persentasi
oleh masing-masing kelompok.
Fase Perluasan
Guru memberikan kesimpulan
dari meteri energi.
Peserta didik bersiap-siap
mencari jawaban.
Peserta didik berkelompok sesuai
dengan yang ditentukan.
Peserta didik melakukan
eksperimen tentang energi.
Peserta didik berdiskusi dengan
kelompok masing-masing tentang
tugas yang telah diberikan.
Setiap kelompok mempersiapkan
hasil persentasinya.
Peserta didik berinisiatif
menyimpulkan materi yang telah
diajarkan.
10’
5’
5’
5’
5’
15’
10’
15’
10’
I. Sumber Belajar
1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII.
Surakarta: Inprosa.
2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1. Jakarta:
Erlangga.
J. Media Pembelajarn
1. Lembar Penugasan Siswa
2. Lembar Kerja Siswa
K. Penilaian
Tes essay:
1. Apakah yang dimaksud dengan energi ?
2. Sebutkan minimal 5 bentuk-bentuk energi ?
3. Sebutkan contoh perubahan energi gerak menjadi energi bunyi!
4. Sebutkan minimal tiga sumber energi!
Jawaban :
1. energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha.
2. energi kimia, energi cahaya, energi bunyi, energi panas dan energi kinetik.
3. gitar yang dipetik dan biola yang digesek.
4. matahari, minyak bumi dan makanan.
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(M. Syakir S. Ag) (Juliani Hidayah)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MTs. JAMI’ATUS SHOLIHIN CIPONDOH
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
Kelas / Semester : VIII / 2
Materi Pokok : ENERGI DAN USAHA
A. Standar Kompetensi
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Materi Konsep
Energi kinetik dan energi potensial
D. Indikator
1. Menjelaskan mengenai konsep energi kinetik dan energi potensial.
2. Menunjukkan contoh energi kinetik dan potensial dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda.
4. Mengaplikasikan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda.
5. Memformulasikan rumus energi kinetik dan energi potensial.
E. Alokasi Waktu
2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran)
F. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. Menjelaskan mengenai konsep energi kinetik dan energi potensial.
2. Menunjukkan contoh energi kinetik dan potensial dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membedakan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda.
4. Mengaplikasikan konsep energi kinetik dan energi potensial pada suatu benda.
5. Memformulasikan rumus energi kinetik dan energi potensial.
G. Metode Pembelajaran
1. Eksperimen
2. Diskusi kelompok
H. Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Kegiatan Belajar Mengajar
Waktu Guru Peserta didik
Pendahuluan
Kegiatan inti
Guru memberikan
apersepsi:Apakah batu yang jatuh
dari ketinggian tertentu memiliki
energi?
Mana yang lebih berbahaya
tabrakan antar mobil dengan
kecepatan rendah dengan
kecepatan tinggi?
Guru menyampaikan tujuan
pelajaran.
Guru memberikan motivasi: Apa
yang dimaksud dengan energi
potensial?
Apa yang dimaksud dengan
energi kinetik?
Fase Orientasi
Guru memberikan sedikit
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi.
Fase Aktivasi
Guru membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok.
Guru membimbing peserta didik
dalam melakukan eksperimen.
Guru membagikan tugas pada
setiap kelompok untuk
didiskusikan bersama.
Peserta didik bersiap-siap
mencari jawaban.
Peserta didik berkelompok
sesuai dengan yang
ditentukan.
Peserta didik melakukan
eksperimen tentang energi.
Siswa berdiskusi dengan
kelompok masing-masing
tentang tugas yang telah
diberikan.
10’
5’
5’
5’
5’
15’
10’
Penutup
Fase Penilaian
Guru membimbing persentasi
oleh masing-masing kelompok.
Fase Perluasan
Guru memberikan kesimpulan
dari meteri energi.
Setiap kelompok
mempersiapkan hasil
persentasinya.
Peserta didik berinisiatif
menyimpulkan materi yang
telah diajarkan.
15’
10’
I. Sumber Belajar
1. Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII.
Surakarta: Inprosa.
2. Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1.
Jakarta: Erlangga.
J. Media Pembelajarn
1. Lembar Penugasan Siswa
2. Lembar Kerja Siswa
K. Penilaian
Tes essay:
1. Apakah yang dimaksud dengan energi kinetik dan energi potensial ?
2. Sebutkan contoh-contoh energi kinetik dan energi potensial dalam kehidupan
sehari-hari!
3. Jika sebuah benda yang bergerak memiliki massa 4 kg dan energi yang
dimilikinya 200 J, maka kecepatan benda tersebut adalah ….
4. Sebuah benda pada ketinggian 10 m memiliki energi 400 J. Jika percepatan
gravitasi 10 m/s, maka massa benda tersebut adalah ….
Jawaban :
1. energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena benda bergerak.
Energi potensial adalah energi yang tersimpan pada suatu benda karena
ketinggiannya terhadap titik acuan dan keadaannya.
2. energi kinetik : mobil yang melaju dan bola yang menggelinding.
energi potensial : buku yang diletakkan diatas meja dan pegas yang ditekan.
3. dik : m = 4 kg
Ek = 200 J
jawab : Ek = ½ mv2
200 = ½. 4 kg. v2
200 = 2 . v2
v2
= 100
v = 10 m/s
4. dik : h = 10 m
E = 400 J
g = 10 m/s2
jawab: Ep = m . g .h
400 = m . 10 m/s2 . 10 m
m = 400/100
m = 10 kg
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(M. Syakir S. Ag) (Juliani Hidayah)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MTS JAMIATUS SHOLIHIN CIPONDOH
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
Kelas / Semester : VIII / 2
Materi Pokok : ENERGI DAN USAHA
A. Standar Kompetensi
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha dan energi
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Materi Konsep
Usaha
D. Indikator
1. Menjelaskan konsep usaha.
2. Menunjukkan usaha yang dihasilkan oleh sebuah gaya.
3. Memformulasikan konsep usaha.
E. Alokasi Waktu
2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran)
F. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. Menjelaskan konsep usaha.
2. Menunjukkan usaha yang dihasilkan oleh sebuah gaya.
3. Memformulasikan konsep usaha.
G. Metode Pembelajaran
1. Eksperimen
2. Diskusi kelompok
H. Langkah-Langkah Kegiatan
Tahapan Kegiatan Belajar Mengajar
Waktu Guru Peserta didik
Pendahuluan
Kegiatan inti
Penutup
Guru memberikan apersepsi:
Jika kamu mendorong tembok,
apakah dalam fisika dikatakan
melakukan usaha?
Guru menyampaikan tujuan
pelajaran.
Guru memberikan motivasi:
Apa yang dimaksud dengan
usaha?
Fase Orientasi
Guru memberikan sedikit
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi.
Fase Aktivasi
Guru membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok.
Guru membimbing peserta
didik dalam melakukan
eksperimen.
Guru membagikan tugas pada
setiap kelompok untuk
didiskusikan bersama.
Fase Penilaian
Guru membimbing persentasi
oleh masing-masing
kelompok.
Fase Perluasan
Guru memberikan kesimpulan
dari meteri usaha.
Peserta didik bersiap-siap
mencari jawaban.
Peserta didik berkelompok
sesuai dengan yang
ditentukan.
Peserta didik melakukan
eksperimen tentang usaha.
Siswa berdiskusi dengan
kelompok masing-masing
tentang tugas yang telah
diberikan.
Setiap kelompok
mempersiapkan hasil
persentasinya.
Peserta didik berinisiatif
menyimpulkan materi yang
telah diajarkan.
10’
5’
5’
5’
5’
15’
10’
15
10’
I. Sumber Belajar
1.Sri Kuswardani, M. 2007. IPA TERPADU 2 UNTUK SMP/MTs KELAS VII.
Surakarta: Inprosa.
2.Kanginan, Marthen. 2004. Sains FISIKA SMP 2A Untuk Kelas 2 Semester 1.
Jakarta: Erlangga.
J. Media Pembelajarn
1.Lembar Penugasan Siswa
2.Lembar Kerja Siswa
K. Penilaian
Tes essay:
1.Apa yang dimaksud dengan usaha?
2.Bila sebuah gaya bekerja pada benda sehingga berpindah berlawanan arah
maka usaha yang dihasilkan adalah...(gambarkan)
3.Seseorang mengangkat karung ke punggung, karung berpindah sejauh 50 cm
keatas. Berapa usahanya jika F = 500 N…
Jawaban :
1. Usaha adalah hasil kerja suatu gaya yang mengakibatkan benda berpindah
tempat.
2. W = -F . s
s
F
3. karena arahnya tegak lurus sehingga sudutnya 0 maka usahanya juga 0.
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(M. Syakir S. Ag) (Juliani Hidayah)
Skor untuk item no Keputusan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 drop
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 42 Buruk : 0,00 ≤TK <0,2010 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 33 Cukup20 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 27 Baik : 0,40 ≤TK <0,7027 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 27 Baik Sekali: 0,70 ≤TK <1,00
32 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 26
15 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 25
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 25
28 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 23
16 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 22
29 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 22
7 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 21
13 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 21
18 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 21
23 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 21
26 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 21
8 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 20
21 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 20
9 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 19
12 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 19
14 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 19
22 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 19
24 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 19
31 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 19
34 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 19
6 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 18
11 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 18
1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 17
17 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 17
30 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 17
2 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 16
33 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 12
5 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 11
19 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 11
4 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 8
3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 5
Kelo
mp
ok
Baw
ah
Subjek
Tid
ak d
imasu
kk
an d
alam p
erhitu
ng
an
: 0,20 ≤TK <0,40
Kelo
mp
ok
Atas
ANALISIS BUTIR SOAL
INSTRUMEN TES
Daya Pembeda
ΣNo
: TK < 0
7 8 7 8 9 2 8 7 6 7 5 6 7 7 8 6 7 8 8 6 5 7 6 5 7 8 5 8 8 7 6 7 4 2 8
4 9 0 5 4 2 8 0 3 4 3 3 3 6 2 6 2 8 6 2 2 0 3 5 0 2 5 3 2 2 3 0 2 3 2
0,3
3
-0,1
1
0,7
8
0,3
3
0,5
6
0,0
0
0,0
0
0,7
8
0,3
3
0,3
3
0,2
2
0,3
3
0,4
4
0,1
1
0,6
7
0,0
0
0,5
6
0,0
0
0,2
2
0,4
4
0,3
3
0,7
8
0,3
3
0,0
0
0,7
8
0,6
7
0,0
0
0,5
6
0,6
7
0,5
6
0,3
3
0,7
8
0,2
2
-0,1
1
0,6
7
cukup
dro
p
bai
k s
ekal
i
cukup
bai
k
buru
k
buru
k
bai
k s
ekal
i
cukup
cukup
cukup
cukup
bai
k
buru
k
bai
k
buru
k
bai
k
buru
k
cukup
bai
k
cukup
bai
k s
ekal
i
cukup
buru
k
bai
k s
ekal
i
bai
k
buru
k
bai
k
bai
k
bai
k
cukup
bai
k s
ekal
i
cukup
dro
p
bai
k
WLD
aya
Bed
aK
eputu
san
WH
Perhitungan Taraf kesukaran Soal Uji Coba
Untuk menghitung taraf kesukaran suatu soal, menggunakan rumus : JS
BP
Untuk soal no. 1 didapat B = 20 dan JS = 35, maka dapat didistribusikan kedalam rumus sebagai
berikut:
57,035
20
JS
B P
Taraf Kesukaran Soal Uji Coba
No soal B P Keterangan
1 20 0.57 Sedang
2 31 0.89 Mudah
3 14 0.40 Sedang
4 27 0.77 Mudah
5 22 0.63 Sedang
6 8 0.23 Sukar
7 27 0.77 Mudah
8 15 0.43 Sedang
9 19 0.54 Sedang
10 20 0.57 Sedang
11 16 0.46 Sedang
12 19 0.54 Sedang
13 17 0.49 Sedang
14 22 0.63 Sedang
15 16 0.46 Sedang
16 21 0.60 Sedang
17 19 0.54 Sedang
18 30 0.86 Mudah
19 30 0.86 Mudah
20 19 0.54 Sedang
21 14 0.40 Sedang
22 15 0.43 Sedang
23 17 0.49 Sedang
24 21 0.60 Sedang
25 15 0.43 Sedang
26 18 0.51 Sedang
27 19 0.54 Sedang
28 21 0.60 Sedang
29 21 0.60 Sedang
30 16 0.46 Sedang
31 16 0.46 Sedang
32 15 0.43 Sedang
33 12 0.34 Sedang
34 8 0.23 Sukar
35 18 0.51 Sedang
Perhitungan Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar.
2. Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data dengan rumus:
3. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z dan sebut
dengan F(Z) = 0,5 ± Z
4. Hitung frekuensi kumulatif dari masing-masing nilai Z dan sebut dengan S(Z)
5. Tentukan nilai Lo = F(Z) – S(Z)
6. Ambil nilai terbesar dari selisih tersebut sehingga diperoleh nilai Lo
7. Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt (nilai yang diambil dari
tabel harga kritis uji liliefors) dengan aturan:
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
Ha : Sampel berdistribusi tidak normal
b. Jika Lo < Lt maka Ho diterima
Jika Lo > Lt maka Ho ditolak
Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen
X f fX x x2 fx
2 Z Zt F(Z) fk
a
S(Z) Lo
45 2 90 -18,5 342,25 684,5 -16,5 0,4505 0,0495 2 0,0667 0,0172
50 3 150 -13,5 182,25 546,75 -1,21 0,3869 0,1131 5 0,1667 0,0536
55 3 165 -8,5 72,25 216,75 -0,76 0,2764 0,2236 8 0,2667 0,0431
60 8 480 -3,5 12,25 98 -0,31 0,1717 0,3783 16 0,5333 0,1550
65 5 325 +1,5 2,25 11,25 0,13 0,0517 0,5517 21 0,7000 0,1483
70 3 210 +6,5 42,25 126,75 0,58 0,2190 0,7190 24 0,8000 0,0810
75 3 225 +11,5 132,25 396,75 1,03 0,3485 0,8485 27 0,9000 0,0515
80 1 80 +16,5 272,25 272,25 1,47 0,4292 0,9292 28 0,9333 0,0041
90 2 180 +26,5 702,25 1404,5 2,37 0,4911 0,9911 30 1,0000 0,0089
Jml 30 190
5
- - 3757,5 - - - - - -
Berdasarkan tabel diatas:
SD =
= =
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Lo sebesar 0,1550 sedangkan harga Lt
dengan n = 30 dan pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,161. Karena Lo < Lt (0,1550 <
0,161) dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.
Uji Normalitas Postest Kelas Eksperimen
X f fX x x
2 fX
2 Z Zt F(Z) fka S(Z) Lo
40 1 40 -31,3 979,69 979,69 -2,04 0,4793 0,0207 1 0,0333 0,0126
50 1 50 -21,3 453,69 453,69 -1,38 0,4162 0,0838 2 0,0667 0,0171
55 4 220 -16,3 265,69 1062,76 -1,06 0,3554 0,1446 6 0,2000 0,0554
60 4 240 -11,3 127,69 510,76 -0,73 0,2673 0,2327 10 0,3333 0,1006
65 5 325 -6,3 39,69 198,45 -0,41 0,1591 0,3409 15 0,5000 0,1591
70 2 140 -1,3 1,69 3,38 -0,08 0,0319 0,4681 17 0,5667 0,0986
75 2 150 3,7 13,69 27,38 0,24 0,0948 0,5948 19 0,6333 0,0385
80 4 320 8,7 75,69 302,76 0,57 0,2157 0,7157 23 0,7667 0,0510
85 1 85 13,7 187,69 187,69 0,89 0,3133 0,8133 24 0,8000 0,0133
95 6 570 23,7 561,69 3370,14 1,54 0,4382 0,9382 30 1,0000 0,0618
Jml 30 2140 - - 7096,7 - - - - - -
Berdasarkan tabel diatas:
SD =
= =
Dari perhitungan di atas diperoleh harga Lo sebesar 0, 1591 sedangkan harga Lt
dengan N = 30 dan pada taraf signifikasi 5% sebesar 0,161. Karena Lo < Lt (0,1591 <
0,161) dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal.
Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba
A. Perhitungan Validitas
Pengujian validitas ini menggunakan rumus krelasi Point Biserial (rpbi). Untuk memberi
interpretasi terhadap angka indeks rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment dengan
terlebih dahulu mencari df-nya (df = N – nr).
Adapun nilai rpbi dicari dengan rumus:
q
p
SD
MMr
tp
pbi
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencari Mp setiap butir soal (no.1)
soalbutir benar tiapdengan menjawab yang siswa banyaknya
soalbutir benar tiapdengan menjawab yang siswaskor aljumlah totMp
20
421
05,21 2. Mencari Mt
N
XM t
4,19
34
658
3. Mencari SD
22
N
X
N
XSD
2
34
658
34
13748
46,5
42,37435,404
4. Mencari p setiap butir soal (no.1)
59,034
20
siswajumlah
1 no. soalbenar dengan menjawab yang siswa banyaknya
p
5. Mencari q setiap butir soal (no.1)
q = 1 – p
= 1- 0,59 = 0,41
B. Perhitungan Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas soal menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20):
n
n
XX
Sdengan ,S
(p.q)S
1n
nr
2
2
2
2
2
11
Berdasarkan data dari uji validitas didapat:
34 n 47,7(p.q) 13478X 658 X 2
Dengan demikian data-data diatas dapat didistribusikan kedalam rumus.
Langkah pertama yaitu mencari nilai S2:
n
n
XX
S
2
2
2
88,21
34
24,1273413478
34
34
65813478
2
Kemudian nilai tersebut didistribusikan ke rumus K-R 20:
607,0
59,003,1
21,88
77,4721,88
134
34r11
Dengan interpretasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
< 0,20 : sangat rendah
Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 = 0,607 sehingga dapat disimpulkan bahwa soal
tersebut soal yang reliabel termasuk kedalam kategori cukup.