Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DANKEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
Skripsi
Oleh :
Andre Casing
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR(OCB) AND LEADERSHIP TOWARDS EMPLOYEE PERFORMANCE
By :
ANDRE CASING
Employee performance is very helpfull in all institutional or organizationalactivities. Reliable human resources and high performance are added values forthe organization. Factors that influence employee performance includeorganizational citizenship behavior (OCB) and leadership. This researchdiscusses about the influence of the Organizational Citizenship Behaviour (OCB)and the leadership towards employee performance in Senior High School 1Tumijajar. The purposes of this research is to find out the influence of the OCBand the leadership towards employee performance in Senior High School 1Tumijajar. The type of this research is qualitative and quantitative research withsurvey or questionnaire. This research is population with a total of 100respondents. The data analysis that used in this research is multiple regressionanalysis to find out interrelatedness between the variables, hyphotesis testingusing t test and determination analysis (R2). Researchers found thatorganizational citizenship behaviour and leadership had a positive andsignificance of 0.000 and 0.002 > 0.05. employees are expected to strive to carryout tasks better and have initiatives in work that are expected to have a goodimpact on the organization.
Keywords : Organizational Citizenship Behaviour, Leadership, andEmployee Performance
ABSTRAK
PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR DANKEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
Oleh :
ANDRE CASING
Kinerja karyawan sangat membantu dalam semua kegiatan kelembagaan atauorganisasi. Sumber daya manusia yang handal dan kinerja tinggi adalah nilaitambah bagi sebuah organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerjakaryawan yaitu Organizational citizenship Behaviour (OCB) dan kepemimpinan.Penelitian ini membahas tentang pengaruh Organizational Citizenship Behavior(OCB) dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh OCB dankepemimpinan terhadap kinerja karyawan di SMA 1 Tumijajar. Jenis penelitianini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan metode survei ataukuesioner. Penelitian ini adalah penelitian populasi dengan jumlah respondensebanyak 100. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisregresi berganda untuk mengetahui keterkaitan antar variabel, pengujian hipotesismenggunakan uji t dan analisis determinasi (R2). Peneliti menemukan bahwaperilaku dan organizational citizenship behaviour (OCB) berpengaruh positif dansignifikansi sebsar 0,000 dan 0,002> 0,05. Karyawan diharapkan berusaha untukmelakukan tugas dengan lebih baik dan memiliki inisiatif dalam pekerjaan yangdiharapkan memiliki dampak yang baik pada organisasi.
Kata kunci : Organizational Citizenship Behaviour, Kepemimpinan, danKinerja Karyawan
PENGARUH ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DANKEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
Oleh :
Andre Casing
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Januari 1996 sebagai anak
kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Tanggono dan Ibu Siti Rohani.
Peneliti memiliki seorang kakak yang bernama Fera Lestari dan dua adik bernama
Widya Cubing dan rijit san’tupaan.
Riwayat pendidikan peneliti dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 2 Rajabasa (2001-
2008), pendidikan Sekolah Menengah Pertama Yadika Natar (2008-2011), dan
Sekolah Menengah Atas Fransiskus Bandar Lampung (2011-2014).
Peneliti terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung pada tahun 2014 dengan jurusan Manajemen dan konsentrasi
Manajemen Sumber Daya Manusia. Peneliti telah melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Mulya Asri, Kecamatan Tulang Bawang, Kabupaten
Tulang Bawang Barat pada tahun 2018 selama 40 hari.
MOTTO
“Ubah pikiranmu dan kau dapat mengubah duniamu”
(Vincent Peale)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah : 286)
“Hidup itu adalah seni menggambar tanpa penghapus”
(Andre Casing)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah SWT
berikan. Skripsi ini kepersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku Bapak Tanggono dan Ibu Siti Rohani,
terimakasih atas segala keringat, doa yang tidak pernah putus untuk
keberhasilanku, motivasi dan kasih sayang yang telah kalian berikan kepadaku
sejak aku masih di dalam kandungan ibu hingga saat ini.
Kakakku dan adikku,
Fera Lestari, Widya Cubing, dan Rijit San’tupaan
Terimakasih atas doa, motivasi, dan kasih sayang yang telah kalian berikan
kepadaku selama ini. Terimakasih telah memberikan keceriaan dan menjadi
penghiburku ketika rasa penat dan lelah menerpaku.
Serta Almamaterku, Universitas Lampung
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Organizational Citizenship
Behavior dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan”. Penyusunan skripsi
ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Sarjana
Ekonomi Jurusan S1 Manajemen di Universitas Lampung.
Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan untuk
itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh peneliti dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Hj. R.R. Erlina, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Bisnis Universitas
Lampung dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak mengarahkan,
memberi saran, pembelajaran, nasihat serta senantiasa membimbing peneliti
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Yuningsih, S.E., M.M., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan selaku Dosen Penguji Utama yang telah banyak mengarahkan,
memberi saran, kritik, pembelajaran, nasihat, dan motivasi.
4. Bapak Mirwa Karim, S.E., M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
mengarahkan, memberi saran, pembelajaran, serta senantiasa membimbing
peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Faila Shofa, S.E., M.S.M., selaku Dosen pembimbing akademik yang
telah banyam mengarahkan, memberi saran, kritik, pembelajaran, nasihat, dan
motivasi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung yang telah banyak memberikan pengetahuan hingga
peneliti menyelesaikan pendidikan sarjana.
7. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan berkas administrasi dan kearsipan.
8. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Tanggono dan Ibu Siti Rohani atas doa,
cinta, kasih sayang, nasihat, serta motivasi yang selalu tercurah untukku
hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Kakak dan adikku tercinta, Fera Lestari, Widya Cubing, dan Rijit San’tupaan
atas keceriaan yang telah kalian berikan sehingga menjadi penyemangat
dalam penulisan skripsi ini.
10. Untuk Sahabat seperjuanganku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Radian
Mulka, S.E., Renaldi Septian, S.E., Dion Syahrani, S.E., Ruci Dandy
Ariwibowo Bimantara, S.E., Dwi Jecielta, S.E., dan Nanda Putri, S.E., terima
kasih atas segalanya yang sudah kita lewati semasa kuliah, dan atas
dukungan, doa, motivasi, pelajaran dan pengalaman, semoga kita sukses dan
tercapai cita-citanya.
11. Untuk Teman seperjuangan skripsi, Surya Erlando Pohan, S.E., Muhammad
Ramadhan, Marco Stansyah dan Redho Alvian, terima kasih atas bimbingan
dan masukan selama pembuatan skripsi.
12. Untuk teman-teman Manajemen Paralel 2014 yang tidak bisa saya sebutkan
satu satu, terima kasih atas kebersamaan selama menjadi mahasiswa di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
13. Kepada semua responden yang telah membantu peneliti dalam menyusun
penelitian ini dan semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan
kepada peneliti.
14. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun
ada harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membacanya,
Aamiin.
Bandar Lampung, 22 April 2019
Peneliti
Andre Casing
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iDAFTAR TABEL ................................................................................................. iiiDAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ivDAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang .............................................................................................1B. Rumusan Masalah ......................................................................................10C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................10
1. Tujuan Penelitian .................................................................................102. Manfaat Penelitian ...............................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISA. Organizational Citizenship Behavior (OCB).............................................13
1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB).....................132. Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB) ........................14
B. Kepemimpinan ..........................................................................................171. Pengertian Kepemimpinan ...................................................................172. Karakteristik Pemimpin .......................................................................183. Dimensi Kepemimpinan ......................................................................254. Tipe-tipe Pemimpin .............................................................................27
C. Kinerja Karyawan ......................................................................................291. Pengertian Kinerja ...............................................................................292. Dimensi Kinerja ..................................................................................313. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ........................................324. Penilaian Kinerja .................................................................................345. Tujuan Penilaian Kinerja .....................................................................35
D. Penelitian Terdahulu ..................................................................................36E. Rerangka Pemikiran ..................................................................................38F. Hipotesis ....................................................................................................39
BAB III METODOLOGI PENELITIANA. Jenis Penelitian ..........................................................................................41B. Lokasi Penelitian .......................................................................................42C. Populasi Penelitian ....................................................................................42D. Metode Pengumpulan Data .......................................................................42
1. Penelitian Pustaka ...............................................................................42
ii
2. Wawancara ..........................................................................................433. Kuesioner ............................................................................................434. Observasi .............................................................................................44
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...........................................441. Variabel bebas .....................................................................................442. Variabel terikat ....................................................................................45
F. Uji Validitas, Uji Reliabilitas dan Uji Normalitas ....................................461. Uji Validitas ........................................................................................462. Uji Reliabilitas ....................................................................................493. Uji Normalitas .....................................................................................51
G. Alat Analisis ..............................................................................................521. Kualitatif .............................................................................................522. Kuantitatif ...........................................................................................53
H. Pengujian Hipotesis ...................................................................................541. Uji Koefisiensi Regresi Parsial(Uji t) .................................................542. Uji Koefisiensi Regresi Bersama-sama (Uji F)....................................543. Uji Koefisiensi Determinasi (R2) .........................................................55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Karakteristik Responden ...........................................................................56
1. Karakteritik Responden Berdasarakan Jenis Kelamin ........................562. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .............................573. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................584. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ..................585. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja .............................59
B. Hasil Uji Normalitas .................................................................................59C. Hasil Teknik Analisis Data ........................................................................59
1. Hasil Data Kualitatif ............................................................................592. Hasil Data Kuantitatif .........................................................................71
D. Hasil Uji Hipotesis ...................................................................................751. Hasil Uji Koefisiensi Regresi Parsial (Uji t) .......................................752. Hasil Uji Koefisiensi Regresi Bersama-sama (Uji F) ..........................763. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................................78
E. Pembahasan................................................................................................79
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan..................................................................................................82B. Saran ...........................................................................................................83C. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Jumlah Karyawan SMA 1 Tumijajar Tahun 2018 ...........................................82.1. Penelitian Terdahulu .......................................................................................363.1. Operasionalisasi Variabel ...............................................................................453.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner ........................................................................473.3. Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................................503.4. Hasil Uji Normalitas ......................................................................................524.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................564.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........................................574.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................................584.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan .............................584.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ........................................594.6. Deskripsi Jawaban Tentang Altruism .............................................................604.7. Deskripsi Jawaban TentangConscientiousness ...............................................604.8. Deskripsi Jawaban Tentang Sportmanship .....................................................614.9. Deskripsi Jawaban Tentang Courtesy .............................................................624.10. Deskripsi Jawaban Tentang Civic Virtue .....................................................634.11. Deskripsi Jawaban Tentang Idealized influence ..........................................634.12. Deskripsi Jawaban Tentang Inspirational Motivation .................................644.13. Deskripsi Jawaban Tentang Intelectual Stimulation ....................................654.14. Deskripsi Jawaban Tentang Individual Consideration .................................664.15. Deskripsi Jawaban Tentang Work Quality ..................................................674.16. Deskripsi Jawaban Tentang Work Quantity .................................................684.17. Deskripsi Jawaban Tentang Competence ....................................................694.18. Deskripsi Jawaban Tentang Attendance Rate ..............................................694.19. Deskripsi Jawaban Tentang Team Work .....................................................704.20 Hasil Uji Regresi Linier OCB dengan Kinerja Karyawan .............................714.21 Hasil Uji Regresi Linier Kepemimpinan dengan Kinerja Karyawan ............734.22. Hasil Uji Regresi Linier Berganda................................................................744.23. Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) .....................................................764.24. Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ................................................774.25. Hasil Uji Koefisiensi Deterrminasi R2 .........................................................78
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rerangka Pemikiran ........................................................................................39
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Penelitian .....................................................................................L-12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...............................................................L-23. Karakteristik Responden ...............................................................................L-34. Distribusi Jawaban Responden OCB .............................................................L-45. Distribusi Jawaban Responden Kepemimpinan.............................................L-56. Distribusi Jawaban Responden Kinerja Karyawan ........................................L-67. Uji Regresi Linier Sederhana ........................................................................L-78. Uji Regresi Linier Berganda .........................................................................L-89. Uji Hipotesis .................................................................................................L-910. Koefisiensi Determinasi ..............................................................................L-10
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu menurut Mulyasa (2009) merupakan syarat untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sebagaimana
diketahui bahwa banyak negara yang tidak memiliki sumber daya alam yang
melimpah namun dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
Hal ini dikarenakan kualitas pendidikan yang baik, sehingga dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Sekolah adalah sebuah organisasi yang kompleks dan unik, terdiri dari beberapa
individu dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi yang memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi (Mulyasa, 2009).
Faktor sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang paling
besar peranannya dalam pencapaian tujuan organisasi yang dapat menggerakkan
tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sumber daya manusia
juga dapat menjadi faktor penghambat menuju tercapainya tujuan organisasi. Hal
ini disebabkan seorang individu sebagai penentu arah kebijakan-kebijakan dan
pelaksanaan langsung pencapaian tujuan organisasi.
2
Organizational Citizenship Behavior (OCB) atau Perilaku Kewargaan
Organisasional merupakan istilah bagi seorang karyawan yang memberikan nilai
lebih terhadap pekerjaan yang menjadi tugasnya maupun nilai tambah bagi
organisasi (Chelagat, et al, 2015). Menurut Dinka (2018) Organizational
Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang bebas, tidak secara
langsung atau eksplisit diakui dalam sistem pemberian penghargaan.
Robbins (2006) menyatakan bahwa Organizational citizenship behaviour
merupakan perilaku dari seorang individu yang ada di sebuah organisasi yang
melaksanakan tugasnya melebihi dari apa yang seharusnya dikerjakan. Perilaku
yang dimaksudkan sebagai OCB juga merupakan perilaku extra-role yang
dimiliki oleh seorang individu untuk menampilkan kemampuan individu
terbaiknya melebihi dari apa yang seharusnya dilakukan. Perilaku extra role
adalah perilaku dalam bekerja yang tidak terdapat pada deskripsi kerja formal
karyawan tetapi sangat dihargai jika ditampilkan karyawan karena meningkatkan
efektivitas dan kelangsungan hidup organisasi.
Organizational Citizenship Behavior (OCB) berkontribusi langsung pada
performa organisasi, yaitu dengan membuat organisasi menjadi tempat yang
menarik untuk bekerja dengan rekan kerja (Dinka, 2018). Hal ini karena setiap
karyawan memperlakukan rekan kerjanya dengan ramah dan penuh pertimbangan.
Terdapat beberapa manfaat dari perilaku OCB bagi organisasi dan karyawan itu
sendiri antara lain adalah dapat meningkatkan tingkat turnover karyawan, dapat
membuat karyawan lebih lama berada di dalam pekerjaannya, kualitas yang tingi
dalam perusahaan membantu kesuksesan organisasi (Chelagat et al, 2015).
3
Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat tercipta salah satunya melalui
budaya organisasi (Kusdi, 2011). Budaya organisasi yang baik akan
menambahkan nilai positif bagi kelancaran kinerja organisasi (Bogler dan
Somech, 2005). Kelancaran kinerja organisasi selalu dikaitkan dengan efektivitas
dan efisiensi pelaku organisasi dalam menjalankan tugas demi terwujudnya tujuan
organisasi. Budaya organisasi yang tertanam dengan baik dalam sebuah
organiasasi akan memberikan suasana nyaman bagi sesama karyawan di sekolah.
Kesadaraan mengenai tugas dan visi organisasi yang didukung oleh budaya
organisasi yang kuat mendukung berkembangnya Organizational Citizenship
Behavior (OCB) (Kusdi, 2011).
Hubungan antara organizational citizenship behavior dengan kinerja dalam jurnal
yang dikemukakan oleh Bogler dan Socmech (2005) menunjukan bahwa adanya
tingkat efektiftas dalam organisasi dengan adanya karyawan melalui OCB. Hal
ini mendukung perkembangan kinerja karyawan seperti yang diungkapkan oleh
Chelagat et al (2015) dalam penelitiannya yang membahas mengenai OCB
terhadap kinerja yang mengungkapkan sebuah pengaruh yang signifikan antara
aspek OCB dengan kinerja karyawan. Menurut Dinka (2018)) organizational
citizenship behavior (OCB) dapat dilihat melalui lima dimensi yaitu, altruism,
conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue. Kelima dimensi dari
OCB tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasi secara efektif ketika kelima
dimensi tersebut terlihat pada setiap individu didalam organisasi.
Kepemimpinan haruslah menjadi suatu tonggak yang kuat dalam sebuah
organisasi. Syarat dari kepemimpinan yang dikemukakan oleh Kartono (2005)
4
adalah kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan. Ketiga syarat yang saling
mengikat akan menjadikan kepemimpinan yang berkualitas. Pemimpin yang
berkualitas nantinya akan memimpin individu-individu di organisasi. Sebagai
pemimpin, kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat
mendorong sekolah mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran melalui berbagai
program yang dilaksanakan secara terencana.
Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan di dalam organisasi. Agar menjadi
pemimpin yang efektif, seorang pimpinan harus dapat mempengaruhi seluruh
karyawan yang dipimpinnya melalui cara-cara yang positif untuk mencapai tujuan
organisasi, karena menurut Basit et al (2017) kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang-orang agar mereka mau berusaha dalam mencapai tujuan-
tujuan kelompok. Keterkaitan antara kepemimpinan dan perilaku individu inilah
yang nantinya akan dilihat. Kedua faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi
tersebut akan menjadi fokus pada penelitian ini.
Menurut Robbins (2006) gaya kepemimpinan merupakan suatu strategi atau
kemampuan yang dimiliki seorang individu dalam mempengaruhi suatu kelompok
kearah tercapainya tujuan. Basit et al. (2017) menyatakan bahwa pada era
persaingan global, banyak organisasi menggeser paradigma gaya kepemimpinan
mereka dari kepemimpinan transaksional ke kepemimpinan transformasional
sebagai cara untuk mencapai strategi dan tujuan. Gaya kepemimpinan
transformasional sesuai dengan lingkungan organisasi yang dinamis (Basit et al
2017). Kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi atau
5
budaya dan organisasi apapun karena pemimpin yang mendorong para
pengikutnya untuk merubah motif, kepercayaaan, nilai, dan kemampuan sehingga
minat dan tujuan pribadi dari para pengikut dapat selaras dengan visi dan tujuan
organisasi (Yukl, 2010).
Basit et al (2017) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Seorang pemimpin akan
mempunyai sebuah kepribadian (Idealized Influence) yang nantinya akan dapat
mempengaruhi anggota timnya agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama, pemimpin juga harus dapat memotivasi karyawannya (Inspirational
Motivation) dengan memberikan rangsangan intelektual (Intellectual Stimulation)
kepada karyawan untuk dapat menggali ide-ide baru sehingga karyawan
merasakan perhatian yang bersifat individual (Individualized Consideration)
(Basit et al., 2017).
Pelaksanaan manajemen sekolah harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
sehingga diperlukan seorang pemimpin yaitu kepala sekolah yang memiliki
kemampuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan yang luas tentang
sekolah dan pendidikan. Wibawa seorang kepala sekolah harus dikembangkan
dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja,
keteladanan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang
konduktif, sehingga dapat menjadi cerminan dan tauladan bagi pada karyawan.
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
tangguh sehingga diharapkan dapat mengambil keputusan secara tepat, disamping
memiliki sikap prakarsa yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan.
6
Wahjosumidjo (2003) menyatakan bahwa kepala sekolah selayaknya mampu
memobilitasi atau memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang dimiliki,
terkait dengan berbagai program, proses, evaluasi, pengembangan, kurikulum,
pembelajaran di sekolah, pengelolaan tenaga kependidikan, sarana prasarana,
pelayanan terhadap siswa, dan hubungan masyarakat.
Sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan sepenuhnya
karena kinerja yang dihasilkan oleh setiap komponen berjalan dengan lancar dan
saling mendukung (Robbins, 2006). Kinerja merupakan gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema
strategis (strategic planning) suatu organisasi yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
(Mangkunegara, 2009).
Kinerja merupakan hasil dari usaha yang dikerjakan komponen organisasi dalam
melaksanakan tugasnya. Pengukuran kinerja memiliki beberapa skala, mulai dari
yang paling kecil yaitu kinerja individu, kinerja tim hingga yang paling besar
kinerja perusahaan. Penilaian kinerja menurut Rivai dalam Suwanto dan Priansa
(2011) mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk
mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.
Chelagat et al (2015) dalam penelitiannya mengungkapkan beberapa indikator
yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu work quality (kualitas) yang dilihat
dari segi kerapihan bekerja, work quantity (kuantitas) diukur mulai dari
7
penyusunan rencana kerja, competence (kehandalan) yaitu kemampuan individu
dalam pelaksanaan tugas, attendance rate (tingkat kehadiran) yang
memncerminkan kedisiplinan karyawan, serta team Work (Kerjasama) antar
sesama rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh OCB dan kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar yang merupakan salah satu
sekolah menengah atas yang ada di provinsi Lampung. SMA 1 Tumijajar
didirikan pada tanggal 9 November 1983, telah menjadi salah satu sekolah
menengah atas tertua di kabupaten Tulang Bawang Barat dan menjadikan sekolah
ini sebagai sekolah unggulan yang ada di kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal
ini menyangkut tentang perbaikan kualitas sistem yang ada pada sekolah tersebut.
Perbaikan kualitas ini dapat digolongkan sebagai hasil yang telah dicapai oleh
SMA 1 Tumijajar dalam perjalanannya mencapai visi dan misinya. Pada saat ini
SMA 1 Tumijajar telah memiliki berbagai macam prestasi baik dalam bidang
akademik maupun non akademik. Prestasi-prestasi tersebut tidak terlepas dari
tindakan dan perilaku individu serta pemimpin di dalam organisasi. SMA 1
Tumijajar mempunyai keterbukaan pikiran akan pentingnya saling membantu
antar sesama rekan kerja.
Munculnya beberapa penyelenggara pendidikan atau sekolah baru yang bersaing
dengan SMA 1 Tumijajar, membuat tingkat persaingan tinggi yang dapat
menggeser posisi SMA 1 Tumijajar yang sekarang. Persaingan tersebut
menyangkut kinerja dari para penyelenggara pendidikan. Sehingga mengharuskan
untuk melakukan berbagai perubahan internal agar tetap eksis sebagai penanda
8
tingkat kedewasaan dalam berkarya. Terdapat dua unsur penting yang menjadi
ujung tombak bagi industri jasa pendidikan yaitu meningkatkan kualitas tenaga
edukasi, kemudian tenaga administrasi. Peranan yang dilakukan oleh tenaga
administrasi sangat penting menyangkut pelayanan kepada siswa-siswi.
TABEL 1.1. JUMLAH KARYAWAN SMA 1 TUMIJAJAR TAHUN 2018
No Jabatan Jumlah
1. Tenaga Pendidik (Guru) 80 Orang
2. Tenaga Administrasi 9 Orang
3. Tenaga Kebersihan 5 Orang
4. Koperasi 3 Orang
5. Keamanan 2 Orang
Jumlah 99 Orang
Sumber : SMAN 1 Tumijajar, 2018.
Tabel 1.1. ,menunjukkan jumlah karyawan yang ada di SMA I Tumijajar cukup
banyak yaitu berjumlah 99 Orang. Jika seluruh karyawan dapat menjalankan
tugas yang diberikan dengan baik bahkan bisa melebihi tugas yang telah
ditetapkan, maka dapat berdampak baik bagi organisasi. Pelayanan prima dari
tenaga kerja atau karyawan yang berada di SMA 1 Tumijajar haruslah juga
mengalami peningkatan.
Hasil observasi peneliti di SMA 1 Tumijajar menemukan realitas yang kurang
menyenangkan, seperti keadaan kelas yang seharusnya rapih sebelum
pembelajaran dimulai masih terlihat berantakan dan halaman sekolah terlihat
kotor dikarenakan tenaga kebersihan tidak tepat waktu atau kurang disiplin dalam
mengejakan tugasnya dan hal ini akan berdampak pada kenyamanan dalam proses
9
belajar mengajar. Kemudian terlihat alat-alat olahraga dibiarkan tergeletak tidak
beraturan di halaman sekolah tanpa ada karyawan yang beritikad untuk
mengambil atau membereskan kembali ke gudang penyimpanan barang. Hal ini
mencerminkan bahwa masih kurangnya rasa kepedulian dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh karyawan. Karyawan sebagai penggerak dalam organisasi harus
memiliki rasa kepedulian dan spontanitas dalam diri, seperti yang dikatakan Dinka
(2018) bahwa karyawan yang baik (good citizens) adalah cenderung untuk
menampilkan OCB dilingkungan kerjanya, sehingga organisasi akan lebih baik
dengan adanya karyawan yang bertindak OCB.
Fakta lain yang terlihat adalah masih banyak tenaga pendidik atau guru yang
terlambat masuk atau ijin untuk keperluan pribadi yang tidak jelas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa guru belum memiliki kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial yang diharapkan, dimana seharusnya guru memiliki kepekaan
terhadap lingkungan, dan menampilkan diri sebagai pribadi yang bertanggung
jawab sehingga dapat memberikan contoh dan menjadi teladan bagi warga
sekolah. Seorang pemimpin harus dapat memberikan suri tauladan yang baik
terhadap bawahannya, keberadaan kepala sekolah yang jarang berada ditempat
membuat para karyawan tidak disiplin dan mengabaikan tugas dan kewajiban
yang semestinya dilakukan karena kurangnya pengawasan dari pimpinan.
Melihat fenomena yang terjadi maka penulis mengidentifikasi beberapa hal terkait
persoalan tersebut, yaitu kurangnya supervisi dan motivasi dari pimpinan atau
dalam hal ini adalah kepala sekolah terhadap karyawan dalam menjalankan
organisasi di sekolah. Sikap kurang peduli terhadap visi misi lembaga juga
10
berperan dalam rendahnya kinerja ditambah lagi dengan kebijaksanaan pimpinan
yang belum menyentuh motivasi mendasar bagi para karyawan untuk berinovasi
guna meningkatkan kualitas kerjanya. Maka peneliti menduga adanya
kemungkinan hubungan sebab akibat kepemimpinan dan Organizational
Citizenship behavior (OCB) terhadap kinerja karyawan. Hal ini menarik untuk
diteliti lebih lanjut. Sehubungan dengan hal diatas maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Organizational Citizenship
Behaviour dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada latar belakang masalah, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah organizational citizenship behavior (OCB) berpengaruh terhadap
kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar?
2. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada
SMA 1 Tumijajar?
3. Apakah organizational citizenship behavior (OCB) dan kepemimpinan
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada SMA
1 Tumijajar ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian sebagaimana diuraikan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
11
1. Untuk mengetahui pengaruh organizational citizenship behaviour (OCB)
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja karyawan
pada SMA 1 Tumijajar.
3. Untuk mengetahui pengaruh organizational citizenship behavior (OCB)
dan kepemimpinan secara bersama-sama pada SMA 1 Tumijajar.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Bagi SMA 1 Tumijajar
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan informasi tambahan bagi
SMA 1 Tumijajar untuk pembenahan dalam praktik kepemimpinan dan
manajemen organisasi, sehingga organizational citizenship behavior
(OCB) dapat diterapkan dengan baik serta ditingkatkan.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan informasi tambahan bagi
pihak yang berkepentingan tentang pengelolaan anggota organisasi,
khususnya bagi institusi pendidikan dalam pemenuhan hak-hak anggota
organisasi.
b. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam melakukan kajian
atau penelitian dengan pokok permasalahan yang sama, serta bahan masukan
dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan
penelitian ini.
12
c. Bagi Peneliti
1) Sebagai bahan pertimbangan antara teori-teori yang diperoleh di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi di lapangan dan
pengembangan mengenai manajemen sumber daya manusia.
2) Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen sumber daya
manusia, sehingga dapat menjadi bahan kajian dan sumber referensi bagi
penelitian selanjutnya, khususnya dalam mengembangkan penelitian
tentang hubungan antara variabel-variabel organizational citizenship
behavior (OCB) dan kepemimpinan.
II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) berfokus kepada perilaku
setiap individu dalam melaksanakan tugasnya yang melebihi dari deskripsi
kerjanya. Organ dalam Djati (2009) memberikan pengertian OCB sebagai bentuk
perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual untuk meningkatkan
efisiensi kinerja organisasi dengan membantu tujuan dari produktifitas individu.
Menurut Organ dalam Djati (2009) Organizational Citizenship Behavior (OCB)
merupakan perilaku individu yang bebas, tidak secara langsung atau eksplisit
diakui dalam sistem pemberian penghargaan dan dalam mempromosikan fungsi
efektif organisasi. OCB adalah perilaku karyawan yang melebihi peran yang
diwajibkan, yang tidak secara langsung atau eksplisit diakui oleh sistem reward
formal menurut (Djati, 2009).
OCB merupakan kontribusi individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja
dan di reward oleh perolehan kinerja tugas. OCB ini melibatkan beberapa
perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-
tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur prosedur di tempat kerja.
14
Perilaku-perilaku ini menggambarkan nilai tambah karyawan yang merupakan
salah satu bentuk perilaku pro sosial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif
dan bermakna membantu (Dinka, 2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
OCB merupakan sebuah perilaku dari seorang pegawai organisasi yang tidak
diatur secara formal yang dilakukan oleh individu dalam organisasi dan dapat
meningkatkan kinerja sebuah organisasi.
2. Indikator Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Terdapat beberapa ahli yang memberikan pandangan tentang karakteristik yang
menyangkut tentang perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada
karyawan. Dinka (2018) dalam penelitiannya menerangkan bahwa terdapat 5
dimensi dalam OCB, yaitu:
a. Altruism (Ketidakegoisan)
Altruism merupakan Perilaku yang bertujuan untuk membantu rekan kerja agar
dapat memecahkan masalahnya dalam situasi yang sulit yang dihadapi di dalam
organisasi maupun masalah pribadinya. Dimensi ini mengarah kepada perilaku
seseorang dalam memberi pertolongan yang bukan merupakan tangggung
jawabnya. Secara lebih rinci, komponen altruism memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Membantu rekan kerja yang beban kerjanya berlebih.
2) Menggantikan peran atau pekerjaan rekan kerja yang berhalangan hadir.
3) Rela membantu rekan kerja yang memiliki masalah dengan pekerjaan.
4) Membantu rekan kerja yang lain agar lebih produktif.
15
5) Membantu proses orientasi lingkungan kerja atau memberi arahan kepada
pegawai yang baru meskipun tidak diminta.
b. Conscientiousness (sifat berhati-hati)
Perilaku ini menunjukkan usaha lebih yang dilakukan karyawan dibandingkan
harapan perusahaan. Perilaku ini bersifat sukarela tanpa mempertimbangkan
reward maupun penghargaan yang akan diterima. Secara lebih rinci, komponen
conscientiousness memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ketika tidak masuk kerja, melapor kepada atasan atau rekan kerja terlebih
dahulu.
2) Menyelesaikan tugas sebelum waktunya.
3) Selalu berusaha melakukan lebih dari apa yang seharusnya dilakukan.
4) Secara sukarela melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi organisasi
disamping tugas utama.
5) Tidak membuang-buang waktu kerja.
6) Tidak mengambil waktu istirahat secara berlebihan.
7) Mematuhi peraturan dan ketentuan organisasi meskipun dalam kondisi
tidak ada seorang pun yang mengawasi.
c. Sportmanship (sikap sportif)
Perilaku toleransi yang diperlihatkan karyawan saat keadaan perusahaan kurang
ideal tanpa mengajukan keberatan. Seseorang yang mempunyai tingkat
sportsmanship yang tinggi akan meningkatkan iklim kerja yang positif antar
pegawai dan akan membuat lingkungan kerja yang kondusif. Secara lebih rinci,
komponen sportsmanship memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
16
1) Tidak menghabiskan waktu untuk mengeluh atas permasalahan yang
sepele.
2) Tidak membesar-besarkan permasalahan yang terjadi dalam organisasi.
3) Menerima setiap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh organisasi.
4) Mentolerir ketidaknyamanan yang terjadi di tempat kerja.
d. Courtesy (Kesopanan)
Perilaku yang bertujuan untuk menjaga hubungan yang baik sesama pegawai agar
dapat menghindari masalah-masalah interpersonal. Dimensi ini mengarah pada
rasa hormat dan menghargai satu sama lain sesama pegawai. Perilaku ini
mengarah ke perilaku yang melebihi dari deskripsi kerja sebagai seorang
karyawan. Komponen courtesy memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Menghormati hak-hak dan privasi rekan kerja.
2) Mencoba untuk tidak membuat masalah dengan rekan kerja.
3) Mencoba menghindari terjadinya perselisihan antar rekan kerja.
4) Mempertimbangkan dampak terhadap rekan kerja dari setiap tindakan
yang dilakukan.
5) Berkonsultasi terlebih dahulu dengan rekan kerja yang mungkin akan
terpengaruh dengan tindakan yang akan dilakukan.
e. Civic Virtue (moral kemasyarakatan)
Perilaku yang mendedikasikan dirinya kepada tanggung jawab perusahaan seperti
mengikuti perubahan dalam organisasi, mengambil inisiatif untuk rekomendasi
sebuah perubahan demi efisiensi maupun kemajuan perusahaan. Dimensi ini
mengarah pada tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada seseorang untuk
17
meningkatkan kualitas kinerja bidang pekerjaannya. Secara lebih rinci, komponen
civic virtue memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Peduli terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam
organisasi.
2) Turut serta dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi.
3) Mengambil inisiatif untuk memberikan rekomendasi atau saran inovatif
untuk meningkatkan kualitas organisasi secara keseluruhan.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Seorang pemimpin yang sebenarnya pasti memiliki jiwa kepemimpinan didalam
jiwanya. Seorang pemimpin harus dapat menyusun arah strategi dan juga
memelihara suatu organisasi agar kondusif dalam mencapai tujuannya. Robbins
(2006) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok menuju pencapaian sasaran.
Basit et al (2015) mengatakan kepemimpinan sebagai kemampuan seseorang atau
pemimpin, untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-
keinginannya dalam suatu keadaan tertentu. United Nation Development
Programmes (UNDP) mengatakan seorang pemimpin harus mampu menjawab
enam pertanyaan yang fundamental yaitu apa visi organisasi dan apa yang dilihat
di masa depan dan apa kegiatan yang selalu disepakati bersama (vision), apa misi
organisasi dan bagaimana organisasi tetap eksis dan bertahan hidup (mission), apa
aktivitas organisasi dipercaya dan dinilai (values), apa pedoman yang diberikan
18
kepada pegawai dan bagaimana pegawai menetapkan kualitas layanan (policy),
dalam jangka panjang dan jangka pendek apakah hasil kerja dapat mencapai visi,
misi dan tujuan (objectives and goals), dan bagaimana pegawai digerakkan ke
visi, misi, tujuan dan sasaran.
Luthans (2006) mengidentifikasikan dua jenis kepemimpinan politis, yaitu
transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional tradisional
mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin dan pengikut atau karyawan,
pimpinan akan terus mengupayakan perbaikan-perbaikan evaluasi program,
jalinan komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan kegiatan
tugas-tugas untuk pemecahan masalah. Sedangkan kepemimpinan
transformasional lebih mendasarkan kemampuan seorang pemimpin dalam
bekerja atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber
daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber
daya manusia seperti pimpinan, staff, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti,
dan lain-lain.
2. Karakteristik Pemimpin
a. Pemimpin Transaksional
Menurut Luthans (2006) karakteristik dan pendekatan pemimpin transaksional
yaitu:
1) Karisma, yaitu: memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga,
mendapatkan respek dan kepercayaan.
19
2) Inspirasi, yaitu: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan
simbol-simbol untuk memfokuskan usaha, mengekspresikan tujuan
penting dalam cara yang sederhana.
3) Stimulasi intelektual, yaitu: menunjukkan inteligensi, rasional, pemecahan
masalah secara hati-hati.
4) Memperhatikan individu, yaitu: menunjukkan perhatian terhadap pribadi,
memperlakukan karyawan secara individual, melatih, menasehati.
b. Pemimpin Transformasional
Basit et al. (2015) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional memiliki
visi, keahlian retorika, dan pengelolaan kesan yang baik dan menggunakannya
untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
Pemimpin transformasional diyakini lebih berhasil dalam mendorong perubahan
organisasi karena tergugahnya emosi pengikut serta kesediaan mereka untuk
bekerja mewujudkan visi sang pemimpin. Sementara itu, pemimpin transaksional
tidak memiliki sifat pemimpin seperti transformasional, tidak mampu
mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan pengikutnya ataupun
menginspirasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang mereka pikir bisa.
Pemimpin transaksional diyakini memotivasi pengikut dengan cara menetapkan
tujuan dan menjanjikan imbalan bagi kinerja yang baik. Kepemimpinan
transaksional hanya melanggengkan status quo, penggunaan imbalan oleh
pemimpin tidak menghasilkan perubahan jangka panjang seperti pada
kepemimpinan transformasional. Luthans (2006) mengemukakan bahwa
pemimpin transformasional lebih sering memakai taktik legitimasi dan melahirkan
20
tingkat identifikasi dan internalisasi yang lebih tinggi, serta memiliki kinerja yang
lebih baik dalam mengembangkan pengikutnya.
Menurut Robbins (2006), kepemimpinan transformasional lebih unggul daripada
kepemimpinan transaksional, dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para
pengikut yang melampaui apa yang bisa dicapai lebih dari pemimpin yang hanya
menerapkan pendekatan transaksional.
Berdasarkan kajian kepemimpinan tersebut, penelitian ini akan membahas
mengenai kepemimpinan berdasarkan pendekatan transformasional. Pendekatan
transformasional merupakan pendekatan atau perspektif yang paling populer yang
digunakan dalam mempelajari kepemimpinan pada saat ini, serta dipandang sesuai
dengan obyek yang akan diteliti.
Basit et al (2017) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai sebuah
perilaku yang bersifat proaktif, meningkatkan perhatian atas kepentingan bersama
kepada para pengikut, dan membantu para pengikut mencapai tujuan pada
tingkatan yang paling tinggi. Khuntia dan Suar (2004) menekankan bahwa dalam
kepemimpinan transformasional, pemimpin dapat merubah kepercayaan, nilai,
dan perilaku para pengikut sehingga konsisten dengan visi organisasi. Khuntia
dan Suar (2004) menegaskan bahwa pemimpin yang menerapkan kepemimpinan
transformasional memberikan pengaruhnya kepada para pengikut dengan
melibatkan pengikutnya berpartisipasi dalam penentuan tujuan, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, dan memberikan umpan balik melalui pelatihan,
pengarahan, konsultasi, bimbingan, dan pemantauan atas tugas yang diberikan.
Pemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mendorong para
21
pengikutnya untuk merubah motif, kepercayaaan, nilai, dan kemampuan sehingga
minat dan tujuan pribadi dari para pengikut dapat selaras dengan visi dan tujuan
organisasi (Basit et al, 2017).
Wahjosumidjo (2006) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional
merubah dan memperluas minat para pengikutnya, dan menghasilkan kesadaran
akan penerimaan tujuan dan misi bersama. Wahjosumidjo (2005) mengemukakan
bahwa kepemimpinan transformasional memerlukan peningkatan level motivasi
dari para pengikut melebihi nilai yang dipertukarkan dan melebihi dari apa yang
diharapkan oleh para pengikut, dengan demikian para pengikut dapat mencapai
kinerja pada level yang lebih tinggi dan terwujudnya aktualisasi diri.
Karakteristik penting dari kepemimpinan transformasional meliputi:
1) Menantang status quo.
2) Terlibat dalam pembuatan visi untuk masa depan organisasi,
3) Mempromosikan perubahan yang tepat dalam nilai-nilai, sikap dan
perilaku pengikut dengan menggunakan taktik dan strategi pemberdayaan.
Yukl (2010) mengemukakan bahwa para pemimpin transformasional membuat
para pengikut menjadi lebih menyadari kepentingan dan nilai dari pekerjaan dan
membujuk pengikut untuk tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri demi
organisasi. Para pemimpin mengembangkan keterampilan dan keyakinan
pengikut untuk menyiapkan mereka mendapatkan tanggung jawab yang lebih
banyak dalam sebuah organisasi yang memberikan wewenang. Para pemimpin
memberikan dukungan dan dorongan saat diperlukan untuk mempertahankan
antusiasme dan upaya menghadapi halangan, kesulitan dan kelelahan. Melalui
22
kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan,
kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka
termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan dari
mereka.
Para pemimpin transformasional yang sesungguhnya yakni ketika memberikan
kesadaran tentang apa itu benar, baik, indah, membantu meninggikan kebutuhan
dari para bawahan dalam mencapai apa yang diinginkan dan dalam mencapai
aktualisasi, pemimpin membantu dalam mencapai tingkat kedewasaan moral yang
lebih tinggi, dan ketika para pemimpin itu mampu menggerakkan para
bawahannya untuk melepaskan kepentingan diri mereka sendiri untuk kebaikan
kelompok, organisasi, maupun masyarakat (Sopiah, 2008).
Rivai dan Mulyadi (2012) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional
memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dengan apa yang sesungguhnya
diharapkan bawahan itu dengan meningkatkan nilai tugas, dengan mendorong
bawahan mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan organisasi
yang diselaraskan dengan menaikkan tingkat kebutuhan bawahan ke tingkat yang
lebih baik.
Yukl (2010) mengemukakan beberapa pedoman bagi para pemimpin yang
berusaha untuk menginspirasikan dan memotivasi pengikut, yaitu:
1) Menyatakan visi yang jelas dan menarik
Para pemimpin transformasional memperkuat visi yang ada atau
membangun komitmen terhadap sebuah visi baru. Sebuah visi yang jelas
23
mengenai apa yang dapat dicapai organisasi atau akan jadi apakah sebuah
organisasi itu akan membantu orang untuk memahami tujuan, sasaran dan
prioritas dari organisasi.
2) Menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat dicapai
Tidaklah cukup hanya menyampaikan sebuah visi yang menarik,
pemimpin juga harus meyakinkan para pengikut bahwa visi itu
memungkinkan. Amatlah penting untuk membuat hubungan yang jelas
antara visi itu dengan sebuah strategi yang dapat dipercaya untuk
mencapainya. Hubungan ini lebih mudah dibangun jika strateginya
memiliki beberapa tema jelas yang relevan dengan nilai bersama dari para
anggota organisasi.
3) Bertindak secara rahasia dan optimis
Para pengikut tidak akan meyakini sebuah visi kecuali jika pemimpinnya
memperlihatkan keyakinan diri dan pendirian. Pemimpin harus tetap
optimis tentang kemungkinan keberhasilan organisasi dalam mencapai
visinya, khususnya dalam menghadapi halangan dan kemunduran
sementara. Keyakinan dan optimisme seorang pemimpin dapat amat
menular. Keyakinan diperlihatkan baik dalam perkataan maupun tindakan.
4) Memperlihatkan keyakinan terhadap pengikut
Pengikut akan memiliki kinerja yang lebih baik saat pemimpinnya
memiliki harapan yang tinggi bagi mereka dan memperlihatkan keyakinan
terhadap mereka.
24
5) Menggunakan tindakan dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-
nilai penting.
Tindakan dramatis dengan perilaku kepemimpinan yang konsisten dengan
visi organisasi merupakan cara efektif untuk menekankan nilai penting.
Tindakan simbolis untuk mencapai sebuah sasaran penting atau
mempertahankan sebuah nilai penting akan memberikan pengaruh saat
pemimpin itu membuat resiko kerugian pribadi yang cukup besar,
membuat pengorbanan diri, atau melakukan hal-hal yang tidak
konvensional.
6) Memimpin dengan memberikan contoh
Salah satu cara seorang pemimpin mempengaruhi komitmen bawahan
adalah dengan menetapkan sebuah contoh dari perilaku yang dapat
dijadikan contoh dalam interaksi keseharian dengan bawahan. Seorang
pemimpin yang meminta bawahan untuk membuat pengorbanan khusus
harus menetapkan sebuah contoh dengan melakukan hal yang sama. Nilai-
nilai yang menyertai seorang pemimpin harus diperlihatkan dalam
perilakunya sehari-hari, dan harus dilakukan secara konsisten bukan hanya
saat diperlukan.
7) Memberikan kewenangan kepada orang-orang untuk mencapai visi itu
Pemimpin mendelegasikan kewenangan kepada bawahan untuk keputusan
tentang bagaimana melakukan pekerjaan. Hal ini berarti pemimpin
meminta bawahan untuk menentukan sendiri cara terbaik untuk
menerapkan strategi atau mencapai sasaran.
25
3. Dimensi Kepemimpinan
Menurut Basit et al.,(2017) indikator kepemimpinan transformasional dapat
dilihat dari pembagian dimensi kepemimpinan:
a. Idealized Influence/charisma (Pengaruh Ideal/ Karisma)
Perilaku yang menghasilkan rasa hormat (respect) dan rasa percaya diri (trust)
dari orang-orang yang dipimpinnya yaitu karyawan. Idealized Influence
mengandung makna saling berbagi resiko, melalui pertimbangan atas
kebutuhan yang dipimpin di atas kebutuhan pribadi.
Pengaruh yang ideal berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap pemimpin.
Pemimpin diidentifikasikan dengan dijadikan sebagai panutan, dipercaya,
dihormati dan mempunyai visi dan misi yang jelas menurut persepsi bawahan
dapat diwujudkan. Kepercayaan pemimpin tersebut didelegasikan terhadap
bawahannya sebagai salah satu perhatian yang ditunjukkan pemimpin
terhadap bawahannya. Pemimpin yang karismatik akan mampu
menumbuhkan antusiasme dan loyalitas di kalangan para anggota organisasi,
mendorong karyawan untuk mengemukakan pendapat dan pandangan secara
bebas serta mampu mengarahkan perhatian ke visi yang mengantisipasi situasi
dan kondisi di masa datang.
b. Inspirational Motivation (Motivasi yang Inspirasi)
Tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan dan makna
atas pekerjaan karyawan, termasuk didalamnya adalah perilaku yang mampu
mendemostrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi dan pemimpin yang
26
bertindak dengan cara mendorong dan menginspirasi bawahan, semangat ini
dibangkitkan melalui antusiasme dan optimisme. Dimensi ini sering tumpang
tindih dengan pengertian karisma, tergantung pada seberapa besar bawahan
berusaha mengidentifikasikan diri mereka dengan pemimpin. Menetapkan
simbol-simbol dan menyederhanakan himbauan-himbauan emosional untuk
meningkatkan kesadaran dan pengertian mengenai tujuan bersama.
c. Intellectual Stimulation (Rangsangan Intelektual)
Pemimpin yang mendemostrasikan tipe kepemimpinan dengan senantiasa
menggali ide-ide baru dalam berinovasi dan solusi yang kreatif dari orang-
orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang memiliki intelektualitas mengajak
para anggota organisasi untuk berpikir secara rasional serta menggunakan data
dan fakta dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Para bawahan juga didorong untuk
berpikir dengan cara mereka sendiri, menghadapi tantangan, dan
mempertimbangkan cara-cara yang kreatif untuk mengembangkan diri mereka
sendiri.
d. Individualized Consideration (Perhatian yang bersifat Individual)
Dimensi ini di refleksikan oleh pemimpin yang selalu mendengarkan dengan
penuh perhatian sebagai pertimbangan dari pimpinan terhadap bawahannya,
dan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan
dari orang-orang yang dipimpinnya. Bukan saja kebutuhan mereka dikenali
dan perspektif mereka ditingkatkan, tetapi pemimpin juga menyediakan sarana
untuk mencapai tujuan secara lebih efektif, dan pekerjaan yang menantang.
27
4. Indikator Kepemimpinan
Terdapat beberapa Indikator kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
a. Kepemimpinan Otokrasi (Autocratic Leadership)
Pemimpin yang bertipe otokrasi, yaitu dalam mengambil keputusan diputuskan
pada pemimpin dalam Pasolong (2007). Tipe kepemimpinan ini semuanya
ditentukan oleh pemimpin, pepimpin adalah segalanya. Semua keputusan diambil
oleh pemimpin dan anak buahnya tidak mempunya hak untuk bersuara. Bawahan
hanya menjalanka intruksi yang diberikan. Pola komunikasi yang terjadi adalah
satu arah dari pimpinan ke bawahan. Melalui pola kepemimpinan ini semua tugas
yang diberikan pasti akan selesai karena pemimpin akan memastikan semuanya
berjalan dengan baik. Ciri-ciri kepemimpinan otokrasi yang dikemukakan oleh
Siagian dalam Pasolong (2007), adalah :
1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi.
2) Mengidentifikasi tujuan pribadi.
3) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata.
4) Tidak mau menerima kritikan, saran dan pendapat.
5) Terlalu tergantung kepada kepuasan formalnya.
6) Tindakan pergerakannya sering menggunakan approach yang
mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat manghukum).
b. Kepemimpinan Kharismatik (Charismatic Leadership)
Tipe kepemimpinan kharismatik ini sangat sulit untuk dijelaskan sifat-sifat atau
karakteristik yang dimilikinya karena Kharisma seseorang itu muncul alami dari
28
dirinya sendiri. Conger dalam Pasolong (2007), menyatakan bahwa pemimpin
kharismatik menurut kejujurannya adalah agen perubahan, mereka melihat
kekurangan dalam situasi apa saja.
c. Kepemimpinan Demokratik (Democratic Leadership)
Tipe kepemimpinan yang memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada
semua anggota tim adalah tipe demokratik. Seluruh anggota tim berperan aktif
dalam mengambil keputusan dan juga dalam memberi masukan kepada
pemimpin. Begitu pula sang pemimpin yang bersifat terbuka terhadap usul yang
telah diberikan oleh anggotanya, karena pemimpin akan menganggap masukan
atau usulan dari para anggotanya bersifat baik adanya. Ciri-ciri kepemimpinan
demokratik menurut Pasolong (2007) adalah sebagai berikut :
1) Semua keputusan dan kebijakan didasarkan pada hasil prosesi demokrasi
2) Pemimpin senang menerima kritikan, saran dan pendapat dari bawahan.
3) Selalu berusaha melakukan kerjasama dengan bawahan.
4) Siap berkompetensi dengan bawahannya.
d. Kepemimpinan Laissez – Faire (Laissez-Faire Leadership)
Tipe kepemimpinan Laissez – Faire bercondong ke sifat pemimpin yang
memberikan kebebasan kepada bawahannya dalam bertindak tanpa diperintahkan.
Pemimpin bersifat pasif dan menunggu semuanya dari karyawannya. Pola
kepemimpinan yang terjadii adalah satu arah dari anak buah kepada pimpinan.
Tipe kepemimpinan ini cocok diterapkan jika mempunyai karyawan dengan
inisiatif yang baik.
29
Pasolong (2007) mendefinisikan pemimpin yang bertipe kepemimpinan Laissez –
Faire sebagai pemimpin yang memberikan kebebasan kepada bawahannya untuk
bertindak tanpa diperintahkan, artinya bahwa memberikan kelompoknya dan
setiap orang berbuat semaunya. Pemimpin tidak ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan kegiatan, sehingga semua kegiatan dan tanggung jawab dilakukan
oleh bawahan sendiri.
e. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic Leadership)
Pasolong (2007) mengatakan bahwa pemimpin yang bertipe paternalistik pada
umumnya terdapat pada masyarakat yang masih tradisional dan agratis, pemimpin
yang bertipe peternalistik dapat dilihat dari hubungan famili dan atau ikatan
primodial, adat istiadat yang sangat besar pengaruhnya terhadap berperilaku, dan
hubungan pribadi yang masih menonjol.
C. Kinerja Karyawan
1. Pengertian Kinerja
Weson, et al. seperti dikutip Wibowo (2016) mengemukakan bahwa kinerja
adalah nilai serangkaian perilaku pekerja yang memberikan kontribusi, baik
secara positif maupun secara negatif, pada penyelesaian tujuan organisai.
Pendapat lain memandang kinerja sebagai cara untuk memastikan bahwa pekerja
individual atau tim tahu apa yang diharapkan dari mereka dan mereka tetap fokus
pada kinerja efektif dengan memberikan perhatian pada tujuan, ukuran penilaian
Cascio seperti dikutip (Wibowo, 2016).
30
Menurut Wibowo (2016) Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi
yaitu, kinerja pegawai (per individu) dan kinerja organisasi. Kinerja karyawan
adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja
organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja
karyawan dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan
aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut.
Robbins (2006) menjelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat efisiensi dan
efektivitas serta inovasi dalam pencapaian tujuan oleh pihak manajemen dan
divisi-divisi yang ada dalam organisasi. Kinerja dikatakan baik dan sukses jika
tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik. Kinerja juga dipandang
sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan, motivasi, dan kesempatan,
sehingga kinerja seseorang dipengaruhi oleh kepuasan kerja (Robbins, 2006).
Hasibuan (2014) menyatakan kinerja adalah sebagai hasil karya, timbul dari suatu
kombinasi usaha, kemampuan dan pengalaman seseorang. Pemaknaan terhadap
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (usaha), motivasi,
pengalaman dan kesempatan merupakan faktor-faktor yang menentukan kinerja
seseorang. Seorang karyawan akan memiliki kinerja yang baik jika didukung oleh
kekuatan faktor-faktor pendukungnya.
Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut
merupakan kinerja. Kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai dalam suatu
periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar
31
target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kinerja
merupakan keadaan perilaku seseorang yang harus dicapai dengan persyaratan
terentu. Robbins (2006) berpendapat bahwa kinerja pegawai adalah sebagai
fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi, yaitu kinerja = f(A x m).
Jika ada yang tidak memadai, kinerja itu akan dipengaruhi secara negatif. Kinerja
harus diperlakukan sebagai sesuatu yang dinamis sehingga kita dapat
menyingkirkan kendala-kendala terhadap kinerja. Dalam hal ini diperlukan
adanya komunikasi yang berkesinambungan di antara para pekerja agar mereka
mengetahui apa yang harus dikerjakan, kapan dikerjakan, dan seberapa jauh
mereka harus bekerja.
2. Indikator Kinerja
Kinerja sebagai hasil karya seseorang yang ditimbulkan karena adanya beberapa
atau variasi dari usaha orang tersebut, karena kemampuan dan pengalaman orang
tersebut. Kinerja karyawan memiliki beberapa dimensi, menurut Chelagat et a.l,
(2015) dimensi-dimensi yang membangun suatu kinerja seorang karyawan di
dalam sebuah organisasi, yaitu :
a. Work Quality (Kualitas Kerja)
Kualitas kerja yaitu dilihat dari segi kerapihan bekerja, kecepatan
penyelesaian pekerjaan, dan kecakapan dalam melakukan pekerjaan.
b. Work Quantity (Kuantitas Kerja)
Aspek kuantitas kerja diukur dimulai dari penyusunan rencana kerja,
kemampuan di dalam penyelesaian tugas, dan penyelesaian tugas
pekerjaan dibandingkan dengan waktu yang telah ditetapkan.
32
c. Competence (Kehandalan)
Kehandalan yaitu mengukur kemampuan dan kecakapan serta
kesanggupan dalam melaksanakan tugas pekerjaan sebagaimana yang
telah diarahkan oleh pimpinan, baik dalam menjalankan peraturan
maupun inisiatif dan disiplin.
d. Attendance Rate (Tingkat Kehadiran)
Tingkat kehadiran menjadi salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan. Semakin tinggi kehadirannya atau rendahnya kemangkiran
maka karyawan tersebut telah memiliki disiplin kerja yang tinggi yang
dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.
e. Team work (Kerjasama)
Melihat bagaimana para karyawan bekerja sama dengan karyawan yang
lain sesama rekan kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, baik tugas
pribadi maupun pekerjaan bersama atau kelompok.
3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sependapat dengan
Keith Davis dalam mangkunegara (2009) yang merumuskan faktor-faktor kinerja
sebagai berikut:
Human Performance = Ability x Motivation
Motivation = Attitude x Situation
Ability = Knowledge x Skill
33
Penjelasan :
a. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowladge + skill). Artinya, pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior,
gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja maksimal.
b. Faktor Motivasi
Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja
(situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif (pro)
terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya
jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerja yang dimaksud
mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Sedangkan menurut
Simamora dalam Mangkunegara (2009) kinerja di pengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu:
a. Faktor Individual yang terdiri dari:
1) Kemampuan dan keahlian
2) Latar belakang
3) Demografi
b. Faktor Psikologis yang terdiri dari :
1) Persepsi
34
2) Attitude
3) Personality
4) Pembelajaran
5) Motivasi
c. Faktor Organisasi yang terdiri dari :
1) Sumber daya
2) Kepemimpinan
3) Penghargaan
4) Struktur
5) Job design
4. Penilaian Kinerja
Wibowo (2016) mengemukakan penilaian kinerja adalah proses dengan mana
kinerja individual diukur dan dievaluasi. Penelitian kinerja menjawab pertanyaan,
seberapa baik pekerja berkinerja selama periode waktu tertentu. Penilainan adalah
suatu kesempatan untuk melihat secara menyeluruh kandungan pekerjaan, beban
dan volume melihat kembali apa yang dicapai selama periode laporan dan
menyepakati sasaran selanjutnya (Armstrong dalam Wibowo 2016).
Menggison dalam Mangkunegara (2009) mengungkapkan penilaian kinerja adalah
suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang
karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Mangkunegara (2009) juga berpendapat bahwa penilaian kinerja merupakan
penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan
karyawan dan kinerja organisasi.
35
5. Tujuan Penilaian Kinerja
Tujuan evaluasi kinerja yang dilakukan adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja karyawan dalam sebuah organisasi melalui peningkatan
kinerja dari Sumber daya manusia organisasi. Mangkunegara (2009) menyatakan
kegunaan penilaian kinerja karyawan adalah:
a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi,
pemberhentian dan besarnya balas jasa.
b. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaan.
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan perusahan.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi progam latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan
pengawasan.
e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyan
yang berada di dalam organisasi.
f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai
performance yang baik.
g. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan
meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
h. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan.
i. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.
j. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job
description).
36
D. Penelitian Terdahulu
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU
No Judul Nama Peneliti Hasil
1. Organizational
Citizenship
Behaviour and
Employees’
Performance
Assessment: The
Case of Dire Dawa
University
Desta Dirbeba
Dinka (2018).
American Journal
of Theoretical
and Applied
Business 4(1): 15-
26
Hasil menunjukkan bahwa
kinerja karyawan berkorelasi
positif dan signifikan terhadap
dimensi Organizational
Citizenship Behavior (OCB).
2 Organizational
citizenship
behavior in school
How does it relate
to participation
in decision making
Ronit Bogler and
Anit Somech
(2005) Journal of
Educational
Administration
Vol. 43 No. 5,
pp. 420-438
Hasil penelitian ini
menunjukkan kinerja guru
memiliki peran penting dalam
pelaksanaan Organizational
Citizenship Behaviour (OCB)
dan memiliki dampak langsung
terhadap kehidupan di sekolah.
3 Effect of
Organizational
Citizenship
Behavior on
Employee
Performance in
Banking Sector,
Nairobi County,
Kenya
Joy Chelagat et al
(2015)
International
Journal of
Business,
Humanities and
Technology Vol.
5, No. 4;
Hasil penelitian menunjukkan
perilaku warga organisasi
merupakan faktor penting
untuk meningkatkan kinerja
karyawan. Implikasi dari
penelitian ini yaitu bijaksana
bagi karyawan bank untuk
mengambil tugas tambahan,
secara sukarela membantu
karyawan baru di tempat kerja,
menjaga sikap positif dan
mentoleransi antar karyawan.
37
TABEL 2.1 PENELITIAN TERDAHULU (LANJUTAN)
No Judul Nama Peneliti Hasil
4 The Influence Of
The Morale and
The Commitment
Of Administration
Staff Toward The
Organizational
Citizenship
Behavior Anf
Impact Toward
Service Quality
Performance At
Private University
In Surabaya
S. Pantja Djati (2009)
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, vol.11,
20-30
Hasilnya menetapkan
bahwa terdapat
hubungan antara OCB
yang positif dan
signifikan dari staff
administrasi terhadap
kualitas pelayanan.
5 Impact Of
Leadership Style
On Employee
Performance (A
Case Study On A
Private
Organization In
Malaysia)
Basit et all (2017)
International Journal of
Accounting & Business
Management Vol. 5
(No.2), November,
2017 ISSN: 2289-4519
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan
dan positif gaya
kepemimpinan
demokratis dan laissez-
faire terhadap kinerja
karyawan. Sedangkan
gaya kepemimpinan
yang lainnya ditemukan
memiliki dampak
signifikan negatif
terhadap kinerja
karyawan.
38
E. Rerangka Pemikiran
Teori-teori di atas dapat menimbulkan asumsi ketika seorang karyawan memiliki
tingkat OCB kompetensi yang baik dalam dirinya maka akan langsung
mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan tersebut Tingkat OCB dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait. Peneliti lebih memilih faktor-faktor
yang mempengaruhi OCB yang dikemukakan oleh Dinka (2018) karena faktor-
faktor yang disebutkan lebih komprehensif dan lebih sering dipergunakan sebagai
tolak ukur dalam penelitian oleh peneliti lainnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat OCB. Penelitian yang dilakukan oleh Dinka (2018)
mengungkapkan peran dari seorang individu dalam sebuah organisasi seperti
sikap antar rekan kerja, tanggung jawab, menjaga hubungan baik dengan
karyawan serta berhati-hati dalam bertindak memiliki hubungan yang positif
terhadap terhadap kinerja individu itu sendiri. Peran kepemimpinan yang terdapat
dalam organisasi dapat mendorong dan memotivasi karyawan agar dapat lebih
baik dalam bekerja (Basit et al., 2017) sehingga karyawan dapat menyelesaikan
tugas secara baik dan tepat waktu serta dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi Chegalat et al (2015). Terdapat 3 (tiga) variabel dalam penelitian ini
yaitu:
1. Organizational Citizenship Behaviour (OCB) (X1)
2. Kepemimpinan (X2)
3. Kinerja Karyawan (Y)
Berdasarkan jurnal-jurnal yang dijadikan acuan penelitian oleh peneliti, maka
peneliti menggambarkan kerangka pemikiran penelitian yakni sebagai berikut :
39
GAMBAR 2.1. RERANGKA PEMIKIRAN PENGARUH ORGANIZATIONCITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP
KINERJA KARYAWAN
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dibutuhkan suatu pengujian
hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Organization Citizenship
Behavior terhadap kinerja karyawan. Sugiyono (2015) menyatakan bahwa
hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, maka hipotesis penelitian penelitian ini sebagai berikut.
40
1. Organization citizenship behavior berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar.
2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan pada SMA 1 Tumijajar.
3. Organization citizenship behavior dan kepemimpinan secara bersama-
sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada
SMA 1 Tumijajar.
III. METODOLOGI PENEITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Anwar (2011)
penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka
memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal
dari subjek atau objek penelitian yang pada item ini diukur dengan menggunakan
skala likert. Proses pengumpulan data menggunakan uji kuesioner dengan
menyebarkan kuesioner pada karyawan SMA 1 TUMIJAJAR yang berada di
Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Jenis riset atau penelitian yang penggunaannya disesuaikan dengan informasi
yang dicari dalam riset sumber daya manusia salah satunya adalah penelitian
kausal. Penelitian kausal merupakan desain penelitian yang disusun untuk
meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antar variabel (Anwar,
2011). Variabel yang memengaruhi disebut variabel independen, sedangkan
variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen. Anwar (2011)
mengungkapkan bahwa umumnya hubungan sebab-akibat sudah dapat diprediksi
oleh peneliti, sehingga peneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab,
variabel antara, dan variabel terikat.
42
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada SMA 1 Tumijajar yang
lokasinya berada di Jl. Jendral Sudirman No.92 Daya Murni, Kecamatan Tumijar
Kabupaten Tulang Bawang Barat.
C. Populasi Penelitian
Populasi dapat diukur dengan suatu objek dan benda alam yang lain, populasi juga
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh suatu subjek atau
objek. Menurut Sugiyono (2015) populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Adapun populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan
SMA N 1 Tumijajar dengan jumlah 99 orang yang terdiri dari jabatan atau
golongan yang berbeda yaitu tenaga pendidik, tenaga administrasi, tenaga
kebersihan, keamanan dan koperasi.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Pustaka
Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji sumber pustaka untuk memperoleh data
melalui sumber pustaka yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini. Sumber
pustaka yang dipelajari peneliti berupa literatur dan buku yang berhubungan
43
dengan penulisan skripsi. Contohnya jurnal, buku, karya ilmiah, penelitian
terdahulu serta sumber-sumber yang berhubungan dengan judul penelitian yang
diambil oleh peneliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaaan
secara lisan kepada subjek penelitian. Pengajuan pertanyaaan dapat dilakukan
dengan berbicara berhadapan langsung dengan responden atau bila hal itu tidak
mungkin dilakukan, juga bisa melalui alat komunikasi, misalnya alat komunikasi
handphone (Anwar 2011). Data yang dikumpulkan berupa informasi yang
diberikan responden melalui wawancara dan dicatat oleh pewawancara sesuai
dengan daftar pertanyaan.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan instrumen penelitian dengan serangkaian daftar pertanyaan
yang dibuat untuk mengumpulkan data yang umumnya bersifat kualitatif (Silaen
dan Widiyono, 2013). Pengukuran kuesioner pada penelitian ini menggunakan
skala likert yaitu skala yang didasarkan pada penjumlahan sikap responden dalam
merespon pertanyaan berkaitan indikator-indikator suatu konsep atau variabel
yang sedang diukur dengan lima alternatif (Silaen dan Widiyono, 2013). Skala
likert dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu. Penentuan
skor yang diberikan pada setiap jawaban responden berdasarkan uraian alternatif
jawaban adalah sebagai berikut:
44
a. Jawaban sangat setuju (SS) : 5
b. Jawaban setuju (S) : 4
c. Jawaban netral (N) : 3
d. Jawaban tidak setuju (TS) : 2
e. Jawaban sangat tidak setuju (STS) : 1
4. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui proses pencatatan perilaku
subjek, objek, atau kejadian yang sistematik tanpa disertai oleh pertanyaan atau
komunikasi dengan individu-individu yang diteliti (Anwar, 2011).
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat-sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Berdasarkan fungsinya,
variabel dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu variabel terikat dan
variabel bebas, variabel moderator, variabel antara, extraneous variable, variabel
laten dan manifest, serta variabel indogen dan eksogen. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab-
perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2015). Variabel bebas
sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent, variabel pengaruh,
45
variabel perlakuan, variabel treatment dan variabel risiko dikarenakan variabel ini
adalah variabel yang bebas (tidak dipengaruhi variabel lain) sebaliknya disebut
sebagai variabel pengaruh karena variabel ini mempengaruhi variabel lainnya dan
dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kecerdasan
Organizational Citizenship Behavior (X1) dan Kepemimpinan (X2).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah kebalikannya dari variabel bebas. Jika variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi, maka variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi. Sugiyono (2015) mengatakan bahwa variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas dan dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
Kinerja Karyawan (Y). Variabel penelitian dan definisi operasional dapat dilihat
pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
TABEL 3.1 OPERASIONAL VARIABEL
Variabel Dimensi Indikator Skala
OrganizationalCitizenshipBehaviour(OCB) (X1)
Organizational CitizenshipBehaviour
1. Altruism2. Conscientiousness3. Sportmanship4. Courtesy5. Civic virtue
Dinka (2018)
1. MembantuRekan kerja
2. Berhati-hatidalambertindak.
3. Memiliki sikaptoleransi.
4. Menjagahubungan baik.
5. Bertanggungjawab.
Skal Likert
46
TABEL 3.1 OPERASIONAL VARIABEL (LANJUTAN)
Variabel Dimensi Indikator Skala
Kepemimpinan(X2)
Kepemimpinan:
1. Idealized influence2. Inspirational
motivation3. Intellectual stimulation4. Individual
Consideration
Basit et al (2017)
1. Pemimpin yangkarismatik.
2. Pemimpinmenginspirasibawahan.
3. Pemimpinmemiliki ide-ide baru.
4. Pemimpin yangperhatian.
SkalaLikert
KinerjaKaryawan (Y)
Kinerja Karyawan (Y)
1. Work Quality2. Work Quantity3. Competence4. Attendance Rate5. Team Work
Chelagat et al (2015)
1. Kerapihandalam bekerja.
2. Kemampuanpenyelesaianpekerjaan.
3. Kemampuanmelaksanakantugas.
4. Disiplin waktu.5. Kemampuan
bekerjasama.
SkalaLikert
F. Uji Validitas, Uji Reliabilitas, dan Uji Normalitas
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan alat ukur yang menunjukan tingkat keakuratan atau
ketepatan suatu instrumen untuk mengukur apa yang hendak diukur guna
menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya. Uji validitas instrumen
dilakukan dengan menguji validitas konstruk melalui penggunaan analisis faktor.
Validitas kontruk menunjukkan seberapa valid hasil yang diperoleh dari
penggunaan suatu pengukur atau indikator sesuai dengan konsep teori yang
digunakan.
47
Uji Validitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS 20,0. Menurut
Sekaran (2010), apabila hasil model analisis faktor menunjukkan bahwa dengan
signifikansi di bawah 0.05 dan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), anti image, dan
factor loading ≥ 0.5 maka dinyatakan valid dan sampel bisa diteliti lebih lanjut.
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan pada setiap item
pertanyaan, yang terdiri dari 39 item pertanyaan. Hasil pengujian validitas
instrumen untuk setiap item pertanyaan diperlihatkan pada Tabel 3.2 berikut :
TABEL 3.2 HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER
Pertanyaan Nilai KMO Anti ImageLodingFactor
Simpulan
Organizational Citizenship Behavior (X1)
X1.1
0,784
0,740 0,526 Valid
X1.2 0733 0,577 Valid
X1.3 0,796 0,666 Valid
X1.4 0,785 0,714 Valid
X1.5 0,809 0,679 Valid
X1.6 0,864 0,576 Valid
X1.7 0,805 0,660 Valid
X1.8 0,871 0,576 Valid
X1.9 0,796 0,654 Valid
X1.10 0,839 0,565 Valid
X1.11 0,715 0,512 Valid
X1.12 0,581 0,644 Valid
48
TABEL 3.3 HASIL UJI VALIDITAS KUISIONER (LANJUTAN)
Pertanyaan Nilai KMO Anti ImageLodingFactor
Simpulan
Kepemimpinan (X2)X2.1
0,747
0,655 0,535Valid
X2.2 0,638 0,614Valid
X2.3 0,743 0,591Valid
X2.4 0,786 0,693Valid
X2.5 0,772 0,670Valid
X2.6 0,761 0,606Valid
X2.7 0,684 0,562Valid
X2.8 0,743 0,684Valid
X2.9 0,777 0,588Valid
X210 0,821 0,568Valid
X2.11 0,789 0,542Valid
X2.12 0,798 0,542Valid
X2.13 0,788 0,500Valid
X2.14 0,778 0,610Valid
X2.15 0,632 0,580Valid
Kinerja Karyawan(X1)
Y.1
0,787
0,842 0,546 Valid
Y.2 0,720 0,542 Valid
Y.3 0,740 0,694 Valid
Y.4 0,832 0,672 Valid
Y.5 0,813 0,634 Valid
Y.6 0,771 0,638 Valid
Y.7 0,747 0,507 Valid
Y.8 0.820 0,523 Valid
Y.9 0,794 0,567 Valid
Y.10 0,735 0,667 Valid
Y.11 0,884 0,671 Valid
Y.12 0,784 0,664 Valid
Sumber : Data diolah dari Lampiran, 2019
49
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil uji validitas instrumen yang
dapat dilihat dari Tabel 3.2 untuk kuesioner Organizational Citizenship Behaviour
(OCB), kepemimpinan dan kinerja karyawan menunjukkan nilai instrumen >0,5
dan angka anti image sebesar >0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir soal
seluruh variabel berstatus valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menurut (Ghozali, 2013) adalah sebuah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari sebuah variabel. Alat ukur dapat
dikatakan handal apabila digunakan untuk mengukur kembali dalam kondisi yang
relatif sama, menghasilkan data sama atau sedikit bervariasi. Hasil pengukuran
yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi akan mampu memberikan hasil yang
terpercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas instrumen ditunjukan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas. Jika suatu instrumen dipakai dua kali untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya yang diperoleh konsisten,
maka instrumen tersebut reliabel.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, menggunakan koefisien
reliabilitas Alfa Cronbach. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha
Cronbach > 0.60 sehingga jika nilainya lebih kecil dari 0,60 maka kuesioner
penelitian ini tidak reliabel (Sanusi, 2011) yaitu :
∑
50
Keterangan :Rii : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan∑ : Jumlah varian butir
: Varian Total
TABEL 3.3 HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel Item Cronbach’ alpa Cronbach’s Alpha if Itemdeleted
Keterangan
OrganizationalCitizenship
Behaviour (X1)
X1.1
0,813
0,804 Reliabel
X1.2 0,802 Reliabel
X1.3 0,793 Reliabel
X1.4 0,788 Reliabel
X1.5 0,794 Reliabel
X1.6 0,802 Reliabel
X1.7 0,793 Reliabel
X1.8 0,801 Reliabel
X1.9 0,789 Reliabel
X1.10 0,803 Reliabel
X1.11 0,804 Reliabel
X1.12 0,818 Reliabel
Kepemimpinan(X2)
X2.1
0,816
0,815 Reliabel
X2.2 0,812 Reliabel
X2.3 0,802 Reliabel
X2.4 0,796 Reliabel
X2.5 0,794 Reliabel
X2.6 0,800 Reliabel
X2.7 0,803 Reliabel
X2.8 0,815 Reliabel
X2.9 0,803 Reliabel
X2.10 0,809 Reliabel
X2.11 0,805 Reliabel
X2.12 0,805 Reliabel
X2.13 0,808 Reliabel
X2.14 0,802 Reliabel
X2.15 0,814 Reliabel
51
TABEL 3.3 HASIL UJI RELIABILITAS (LANJUTAN)
Variabel Item Cronbach’ alpa Cronbach’s Alpha if Itemdeleted
Keterangan
KinerjaKaryawan (Y)
Y.1
0,815
0,817 Reliabel
Y.2 0,802 Reliabel
Y.3 0,809 Reliabel
Y.4 0,791 Reliabel
Y.5 0,796 Reliabel
Y.6 0,794 Reliabel
Y.7 0,805 Reliabel
Y.8 0,805 Reliabel
Y.9 0,806 Reliabel
Y.10 0,800 Reliabel
Y.11 0,797 Reliabel
Y.12 0,801 ReliabelSumber : Data diolah dari Lampiran, 2019
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 3.3 menunjukkan nilai cronbach’s
alpha lebih besar dari 0.60 sehingga dapat dinyatakan instrumen dalam penelitian
ini reliabel.
3. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013) Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik adalah salah
satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan
melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual.
52
TABEL 3.4 HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UnstandardizedResidual
N 100
Normal Parametersa Mean ,0000000
Std. Deviation 1.52335747Most Extreme Differences Absolute ,154
Positive ,154Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1,539
Asymp. Sig. (2-tailed) ,058
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah dari Lampiran, 2019
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa hasil Kolmogrorov-Smirnov menunjukkan angka
1.539 dengan tingkat signifikansi berada diatas atau > 0.05 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel telah terdistribusi secara normal.
G. Alat Analisis
1. Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif, yaitu penelitian kualitatif tidak
dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti terjun ke
lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari
fenomena yang ada di lapangan. Peneliti dihadapkan kepada data yang diperoleh
dari lapangan yangi harus dianalisis sehingga menemukan makna yang kemudian
menjadi hasil penelitian.
53
Alat analisis Kualitatif yang digunakan peneliti berkaitan dengan penulisan ini
menggunakan kuesioner dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden
mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kepemimpinan
terhadap Kinerja Karyawan.
2. Kuantitatif
Alat analisis kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui organizational
citizenship behavior (OCB) dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan.
Menurut Sugiyono (2015) alat analisis kuantitatif menggunakan perhitungan
rumus analisis linier sederhana dan linier berganda yaitu :
Analisis linier sederhana : Y = a0 + b1X1+ e
Y = a0 + b1X2+ e
Analisis linier berganda : Y = a0 + b1X1+ b2X2 + e
Keterangan:
Y : Kinerja Karyawan
X1 : Organizational Citizenship Behavior (OCB
X2 : Kepemimpinan
a0 : Konstanta
b1 : Koefisien X1
b2 : Koefisien X2
e : standart error
54
Analisis regresi linier sederhana dan berganda adalah hubungan secara linier
antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini dapat
digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen apakah terdapat hubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan (Sugiyono,2015).
H. Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisiensi Regresi Parsial (Uji t)
Menurut Ghozali (2013) uji koefisiensi regresi parsial (Uji t) pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan
signifikansi terhitung tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Ho didukung dan Ha tidak didukung jika t hitung < t tabel untuk α = 0,05
b. Ho tidak didukung dan Ha didukung jika t hitung > t tabel untuk α = 0,05
2. Uji Koefisiensi Regresi Bersama-sama (Uji F)
Menurut Ghozali (2013), Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel independen yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama
terhadap satu variabel dependen. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh signifikansi antara variabel independen dan variabel dependen secara
bersama˗sama. Hal ini dapat dikatakan berpengaruh signifikan apabila nilai sig <
α (0,05). Hasil uji F dapat dilihat pada Output ANOVA dari hasil analisis regresi
berganda dengan kriteria :
55
a. Jika F hitung > F tabel, maka Ho tidak didukung dan Ha didukung,
yang berarti terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. Jika F hitung < F tabel, maka Ho didukung dan Ha tidak didukung,
yang berarti tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2013) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan sebuah model menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0 ≤ R² ≤1). Nilai (R²) yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu, berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa organizational citizenship behavior dan kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan yaitu :
1. Organizational Citizenship Behaviour berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar. Hal ini dikarenakan
perilaku Courtesy dan civic virtue yang dilakukan oleh karyawan memiliki
kontribusi rata-rata tertinggi sebesar 4,16 diantara dimensi lainnya
terhadap kinerja karyawan.
2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan pada SMA 1 Tumijajar. Hal ini dikarenakan perilaku
Intellectual stimulation yang dilakukan oleh karyawan memiliki kontribusi
rata-rata tertinggi sebesar 4,13 diantara dimensi lainnya terhadap kinerja
karyawan.
3. Organizational Citizenship Behaviour dan kepemimpinan secara bersama-
sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada
SMA 1 Tumijajar. Hal ini dikarenakan perilaku kehadiran yang dilakukan
83
oleh karyawan memiliki kontribusi rata-rata tertinggi sebesar 4,20 diantara
dimensi lainnya terhadap Organizational Citizenship Behaviour dan
kepemimpinan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka peneliti memberikan saran-saran
yang diharapkan dapat berguna mengenai organizational citizenship behavior dan
kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada SMA 1 Tumijajar. Saran ini
dibuat berdasarkan distribusi jawaban responden dari setiap variabel, maka
peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Hendaknya karyawan dapat mematuhi peraturan dan ketentuan organisasi
yang telah ditetapkan meskipun dalam kondisi tidak ada seorang pun yang
mengawasi, karyawan diharapkan dapat lebih mengembangkan sikap
insiatif tanpa mempertimbangakan reward atau penghargaan yang akan
diberikan. Hal ini dikarenakan perilaku Conscientiousness yang
menunjukkan usaha lebih atau sukarela yang dilakukan oleh karyawan
memiliki kontribusi rata-rata terendah sebesar 4.08 diantara dimensi
lainnya terhadap kinerja karyawan.
2. Hendaknya pemimpin dapat menyampaian visi dan misi organisasi dengan
baik dan jelas, sikap tenang seorang pemimpin dalam menghadapi situasi
krisis juga dipertimbangkan. Karyawan menganggap sikap yang ada
dalam diri pimpinan akan berdampak pada keputusan yang akan diambil,
sikap seorang pemimpin yang tegas dan beribawa menghasilkan rasa
hormat dari karyawan. Hal ini dikarenakan perilaku Idealized influence
84
memiliki kontribusi rata-rata terendah sebesar 4,07 diantara dimensi
lainnya terhadap kinerja karyawan.
3. Hendaknya pemimpin memantau pekerjaan karyawan dan mengkoreksi
jika terdapat kesalahan sehingga karyawan dapat menyelesaikan tanggung
jawab pekerjaannya dengan maksimal. Hal ini dikarenakan perilaku
competence memiliki dalam kinerja karyawan kontribusi rata-rata terendah
sebesar 4,08 diantara dimensi lainnya.
4. Mengingat pentingnya proses kepemimpinan dalam sebuah organisasi,
hendaknya seorang pemimpin untuk selalu mempertimbangkan
kesejahteraan dan kebutuhan karyawan dalam rangka pembuatan
kebijakan-kebijakan untuk memajukan perusahaan.
C. Keterbatasan Masalah
1. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan metode kuesioner,
yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak
menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.
2. Hendaknya ruang lingkup penelitian diperluas sehingga mampu mendapat
hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Sanusi, 2011. Metode Penelitian Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.
Basit. Abdul, Veronica Sebastian & Zubair Hassan 2017, Impact Of LeadershipStyle On Employee Performance (A Case Study On A PrivateOrganization In Malaysia). International Journal of Accounting &Business Management Vol. 5 (No.2), November, 2017 ISSN: 2289-4519
Bogler Ronit and Anit Somech. 2005. Organizational citizenship behavior inschool How does it relate to participationin decision making. Journal ofEducational Administration Vol. 43 No. 5, pp. 420-438.
Chelagat., Lelei Joy Chepkwony, Protus Kiprop., & Ambrose Kemboi. (2015)Effect of Organizational Citizenship Behavior on EmployeePerformance in Banking Sector, Nairobi County, Kenya InternationalJournal of Business, Humanities and Technology Vol. 5, No. 4;
Dinka. Desta Dirbeba 2018. Organizational Citizenship Behaviour andEmployees’ Performance Assessment: The Case of Dire DawaUniversity American Journal of Theoretical and Applied Business2018; 4(1): 15-26
Djati S. Pantja &Michael Adiwijaya . 2009. The Influence Of The Morale and TheCommitment Of Administration Staff Toward The OrganizationalCitizenship Behavior Anf Impact Toward Service Quality PerformanceAt Private University In Surabaya
Ghozali, Imam. 2010. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Malayu. S.P. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi)Bumi Akasara. Jakarta.
Kartono, Kartini, 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Rajawali Pers.
Kusdi. 2011. Budaya Organisasi Teori, Penelitian dan Praktik: Jakarta, SalembaEmpat.
Lutans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh . PT. Andi Yogyakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu A.A. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional ( menciptakan pembelajaran kreatif
dan menyenangkan). Bandung Rosda. Cetakan Kesembilan
Pasolong. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan perilakuOrganisasi Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Robins, Stepent P. (2006) Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT.Indeks Kelompok Gramedia
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatifdan R & D). Penerbit CV Alfabeta : B
Sopiah. 2008. Perilaku organisasi. Yogyakarta : Andi Offset
Suwanto & Priansa, D. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :Kencana Prenada Media Grub
Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta. Galia Indonesia.
Wibowo. 2008. Manajemen Kinerja. Jakarta
Yulk, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta : PT.
Indeks