72
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN HYPERMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP DINAMIKA GERAK LURUS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Menempuh Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: RIZAL NURSEPTIANA 1112016300008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43928/1/RIZAL...DINAMIKA GERAK LURUS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

  • Upload
    lydien

  • View
    224

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER BERBANTUAN

HYPERMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP

DINAMIKA GERAK LURUS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Menempuh Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RIZAL NURSEPTIANA

1112016300008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

ABSTRAK

RIZAL NURSEPTIANA 1112016300008. Pengaruh Model pembelajaranTreffinger berbantuan Hypermedia terhadap Hasil Belajar pada KonsepDinamika Gerak Lurus. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika JurusanPendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modelpembelajaran Treffinger berbantuan hypermedia terhadap hasil belajar fisikasiswa SMA-sederajat pada materi Dinamika Gerak Lurus. Penelitian inidilaksanakan di MA Negeri 19 Jakarta pada bulan Mei sampai Juni 2017. Dalampenelitian ini yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X MIA 1 denganjumlah sampel 32 subjek, sedangkan yang menjad kelas kontrol adalah kelas XMIA 3 dengan jumlah sampel sebanyak 30 subjek. Penentuan sampel dalampenelitian ini berdasarkan teknik purpossive sampling. Metode penelitian yangdigunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control groupdesign. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dan nontesberupa dan lembar keterlaksanaan model pembelajaran. Data hasil instrumen tesdianalisis secara kuantitatif, sedangkan hasil instrumen nontes dianalisis secarakuantitatif, menghasilkan data berupa presentase yang kemudian di konversimenjadi data kualitatif. Kesimpulan penelitian : Uji hipotesis menggunakan ujiMann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pengaruh penggunaanmodel pembelajaran Treffinger berbantuan hypermedia terhadap hasil belajarfisika siswa pada materi Dinamika Gerak Lurus. Nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,031lebih kecil dari nilai taraf signifikansi (0,05). Rata-rata hasil belajar siswa kelaseksperimen (77,06) lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa kelaskontrol (72,67). Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Treffingerberbantuan hypermedia unggul pada jenjang C1 (mengingat) (79,69), C2(memahami) (61,71%), C3 (menerapkan) (80,9%), dan C4 (menganalisis)(81,25%). Hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran selamapembelajaran sebesar 87,33% dalam kategori sangat baik.

Kata Kunci: Treffinger, Hypermedia, Hasil Belajar, , Lembar Observasi,Dinamika Gerak Lurus

ii

ABSTRACT

RIZAL NURSEPTIANA 1112016300008. The Influence of the Hypermedia-assisted Treffinger Learning Model on Learning Outcomes in the Concept ofStraight Motion Dynamics. Undergraduate Thesis Physical Education StudyProgram Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah andTeacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2019.

This study aims to determine the effect of the use of the hypermedia-assistedTreffinger learning model on the results of high-level students' physics learningon the material of Straight Motion Dynamics. This research was conducted in thePublic MA 19 Jakarta in May to June 2017. In this study, the experimental classwas class X MIA 1 with a total sample of 32 subjects, while those in the controlclass were class X MIA 3 with a total sample of 30 subjects. Determination of thesample in this study was based on purposive sampling technique. The researchmethod used was quasi-experimental design with nonequivalent control groupdesign. The instruments used were multiple choice objective tests and non-formsin the form and implementation sheet of the learning model. The results of the testinstrument data were analyzed quantitatively, while the non-test instrumentresults were analyzed quantitatively, producing data in the form of percentageswhich were then converted into qualitative data. Research conclusion: Hypothesistesting using the Mann-Whitney test shows that there is an influence of the use ofthe Treffinger learning model assisted by hypermedia on the results of studentphysics learning in the material of Straight Motion Dynamics. Sig. (2-tailed)value of 0.031 is smaller than the value of the significance level α (0.05). Theaverage student learning outcomes of the experimental class (77.06) were higherthan the average learning outcomes of the control class students (72.67).Learning uses the Treffinger learning model assisted by superior hypermedia atlevels C1 (remembering) (79.69), C2 (understanding) (61.71%), C3 (applying)(80.9%), and C4 (analyzing) (81, 25%). The results of the observation of theimplementation of the learning model during learning amounted to 87.33% in theexcellent category.

Keywords: Treffinger, Hypermedia, Learning Outcomes, Observation Sheets,Straight Motion Dynamics

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menciptakan

semesta dengan segala kesempurnaan. Sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurah untuk Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para

sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah

SWT. Atas ridho-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Hypermedia

terhadap Hasil Belajar pada Konsep Dinamika Gerak Lurus”.

Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan

terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, memberikan

arahan dan saran untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi

4. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang telah

meluangkan waktu, tenaga, memberikan arahan dan saran untuk membimbing

penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa

memberi masukan kepada penulis.

6. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan kritik, arahan, dan saran kepada penulis.

7. Bapak Hasian Pohan, M.Si., selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan kritik, arahan, dan saran kepada penulis.

8. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

iv

iv

9. Ibu Eliza Andayani, M.Pd. selaku guru mata pelajaran fisika yang telah

memberikan bantuannya selama penelitian berlangsung.

10. Dewan guru, staff, karyawan dan siswa-siswi MA Negeri 19 Jakarta yang

telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.

11. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Ayahanda Suryana, Ibunda Suryati,

Adik-Adikku M. Rizky, Rizka, Rafi, serta semua keluarga yang selalu

mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar

dan meraih cita-cita. Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak dan Mamah.

12. Keluarga Besar Super Private Class (SPC) yang senantiasa mendukung

penulis dalam penulisan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan, dan Ticha Putri Solicha yang senantiasa

menemani, terimakasih untuk waktu serta ilmunya. Semoga kita bisa sukses

bersama-sama.

14. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2012 (Anak Einstein) yang

selalu memberikan dukungan, motivasi, dan berbagi ilmu selama penulisan

skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang terlah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini

sangat dinantikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

pembaca dan umumnya bagi penyelenggara khazanah keilmuan di lingkungan

pendidikan.

Jakarta, Januari 2019

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... x

BAB I ................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 4

D. Perumusan Masalah .................................................................................. 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 4

1. Tujuan Penelitian................................................................................... 4

2. Manfaat Penelitian................................................................................. 5

BAB II ................................................................................................................ 6

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR..................................... 6

A. Deskripsi Konseptual ................................................................................ 6

1. Model Pembelajaran Treffinger ............................................................. 6

2. Media Pembelajaran ............................................................................ 11

3. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar........................................................ 13

4. Kajian Materi Subjek.............................................................................. 15

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan...................................................... 25

C. Kerangka Berpikir................................................................................... 27

D. Perumusan Hipotesis............................................................................... 28

BAB III............................................................................................................. 29

METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 29

A. Waktu dan Tempat Penelitin ................................................................... 29

1. Waktu Penelitian ................................................................................. 29

vi

2. Tempat Penelitian................................................................................ 29

B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................. 29

C. Populasi dan Sampel Penelitan................................................................ 30

1. Populasi .............................................................................................. 30

2. Sampel ................................................................................................ 30

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30

1. Variabel yang diteliti ........................................................................... 31

2. Sumber data ........................................................................................ 31

E. Instrumen Tes ......................................................................................... 31

1. Validitas.............................................................................................. 32

2. Reliabilitas .......................................................................................... 33

3. Tingkat Kesukaran .............................................................................. 34

4. Daya Pembeda..................................................................................... 35

F. Instrumen Non Tes.................................................................................. 36

G. Teknik Analisi Data ................................................................................ 37

1. Pengujian Prasyarat Analisis................................................................ 37

H. Hipotesis Statistik ................................................................................... 41

BAB IV............................................................................................................. 42

HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 42

A. Deskripsi Data ........................................................................................ 42

1. Hasil Pretest........................................................................................ 42

2. Hasil Posstest ...................................................................................... 43

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa ................................................. 44

4. Hasil Analisis Data Non Tes................................................................ 48

B. Analisis Data .......................................................................................... 48

1. Hasil Uji Prasyarat Analisis ................................................................. 48

2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................... 51

BAB V .............................................................................................................. 55

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 55

A. Kesimpulan............................................................................................. 55

vii

B. Saran....................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 56

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian 30

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes 31

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes 33

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas 34

Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran 35

Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes 35

Tabel 3.7 Daya Pembeda 36

Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes 36

Tabel 3.9 Penilaian Skor Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran 37

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran 37

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 42

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 43

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest &

Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 44

Tabel 4.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Treffinger. 48

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelompok

Eksperimen dan Kontrol 49

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Hasil Belajar Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Hasil Belajar Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Treffinger 10

Gambar 2.2 Pengaruh Gaya pada Percepatan untuk Massa Konstan 16

Gambar 2.3 Pengaruh Massa pada Percepatan untuk Gaya Konstan 17

Gambar 2.4 Gaya Normal pada Bidang Miring 18

Gambar 2.5 Gaya Normal pada Bidang Datar dengan Gaya Tarik

yang Membentuk Sudut θ 19

Gambar 2.6 Gaya Normal pada Bidang Datar dengan Gaya Dorong

yang Membentuk Sudut θ 19

Gambar 2.7 Pasangan Gaya Aksi-reaksi 21

Gambar 2.8. Pasangan Gaya Aksi-reaksi 21

Gambar 2.9. Benda dalam Keadaan Diam 22

Gambar 2.10. Benda Bergerak ke Atas 23

Gambar 2.11. Benda Bergerak ke Bawah 23

Gambar 2.12. Dua Benda yang Dihubungkan melalui Katrol dengan

Kedua Benda Menggantung 24

Gambar 2.13. Dua Benda yang Dihubungkan melalui Katrol dengan Salah

Satu Benda Menggantung 25

Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berpikir 28

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pretest & Posttest Kelompok Kontrol

dan Kelompok Eksperimen 46

Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest Kelompok

Kontrol dan Kelompok Eksperimen pada Jenjang Kognitif 47

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Observasi Penelitian Awal 59

LAMPIRAN A.1 Pedoman Wawancara Guru Pra-Penelitian 60

LAMPIRAN A.2 Pedoman Wawancara Siswa Pra-Penelitian 62

LAMPIRAN B Perangkat Pembelajaran 64

LAMPIRAN B.1 RPP kelas Eksperimen 65

LAMPIRAN B.2 LKS Eksperimen 77

LAMPIRAN C Perangkat Pembelajaran 79

LAMPIRAN C.1.a Kisi-Kisi Instrumen Tes 80

LAMPIRAN C.1.b Instrumen Tes Hasil Belajar 81

LAMPIRAN C.2.a Uji Validitas Butir Soal 113

LAMPIRAN C.2.b Uji Reliabilitas Instrumen 114

LAMPIRAN C.2.c Uji Taraf Kesukaran 115

LAMPIRAN C.2.d Uji Daya Pembeda 116

LAMPIRAN C.3 Soal Instrumen Tes Penelitian 117

LAMPIRAN C.4 Lembar Observasi keterlaksanaan Model

Pembelajaran Treffinger 123

LAMPIRAN D Analisis Data Hasil Penelitian 127

LAMPIRAN D.1 Data Skor Hasil Pretest dan Posttest 128

LAMPIRAN D.2 Nilai Pretest Hasil Belajar Kelas Kontrol

Dan Kelas Eksperimen 129

LAMPIRAN D.3 Nilai Posttest Hasil Belajar Kelas

Kontrol Dan Kelas Eksperimen 130

LAMPIRAN D.4.a Uji Normalitas Hasil Pretest Dan

Posttest 131

LAMPIRAN D.4.b Uji Homogenitas Hasil Pretest Dan

Posttest 132

LAMPIRAN D.4.c Uji Hipotesis Hasil Posttest 133

LAMPIRAN D.4.c Tabel Uji Hipotesis 134

LAMPIRAN D.5 Data Hasil Perhitungan Lembar Observasi

Keterlaksanaan Model Pembelajaran 135

xi

LAMPIRAN D.6 Presentase Kognitif Pretest Kelas Kontrol 136

LAMPIRAN E Perangkat Tambahan 140

LAMPIRAN E.1 Surat Keterangan Uji Coba Instrumen 141

LAMPIRAN E.2 Surat Keterangan Observasi 142

LAMPIRAN E.3 Surat Keterangan Penelitian 143

LAMPIRAN E.4 Uji Referensi 144

LAMPIRAN E.5 Daftar Riwayat Hidup Penulis 148

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab1

Peran pendidikan sangat penting di era modern sekarang ini dalam

mengahadapi canggihnya teknologi komunikasi yang berkembang pesat, dimana

dengan pendidikan diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang cerdas, siap,

terbuka, dan demokratis. Dalam kehidupannya setiap individu senantiasa

menghadapi masalah sederhana maupun kompleks. Kesuksesan sebagai individu

salah satunya ditentukan oleh kreativitasnya dalam menyelesaikan masalah,

mengangggap masalah bukan hal yang menakutkan bahkan dihindari tetapi

sesuatu yang harus dihadapi dengan penuh keyakinan. Individu kreatif memiliki

beberapa karakteristik yang berbeda dengan individu biasa. Memandang masalah

dari berbagai perspektif yang memungkinkannya memperoleh berbagai alternative

solusi.

Belajar fisika pada dasarnya adalah menguasai produk yang berupa

kumpulan hukum, teori, prinsip, aturan, dan rumus yang terbangun oleh konsep-

konsep sesuai proses pengkajiannya. Fisika dalam pembelajaran atau pelaksanaan

pendidikan tidak cukup hanya memperhatikan dua aspek proses dan produk aspek

materi yang dikuasai siswa, tetapi lebih dari itu, dalam aspek proses diharapkan

dapat memunculkan keterlibatan sikap ilmiah (scientific attitude) pada individu

pembelajar. Melalui pembelajaran Fisika, siswa diharapkan memiliki kemampuan

1 M.B. Panjaitan, M Nur, B. Jatmiko. “Model Pembelajaran Sains Berbasis ProsesKreatif-Inkuiri untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif dan Pemahaman Konsep Siswa SMP”.(Pematangsiantar: Jurnal Pendidikan Fisika, 2013), hlm, 9

2

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja

sama.2

Agar siswa dapat dengan baik menguasai mata pelajaran Fisika, maka

siswa dituntut untuk aktif dalam perlaksanaan pembelajaran. Akan tetapi metode

pembelajaran konvensional kebanyakan masih diterapkan oleh guru di dalam

kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di MAN 19 Jakarta,

menurut keluhan siswanya mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran

yang sulit untuk dikuasai. Guru lebih banyak berperan sebagai informan bagi

siswa. Materi-materi yang dirasa penting dicatatkan oleh guru di papan tulis,

sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan

interaksi antara guru dengan siswa kurang terjadi. Keadaan seperti ini membuat

siswa merasa bosan dan kurang aktif dengan proses pembelajaran yang hanya

didominasi oleh guru, sehingga menyebabkan siswa kurang dapat menerima

apalagi memahami materi pelajaran.3

Upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan suatu pembelajaran yang

tepat agar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berperan aktif

serta berpikir kreatif dalam mengemukakan gagasan atau ide-ide yang dimilkinya,

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran

yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika adalah model pembelajaran

Treffinger.

Model pembelajaran Treffinger merupakan model pembelajaran kreatif

yang mengajak siswa berfikir kreatif dalam menghadapi masalah. Model

pembelajaran ini terdiri dari 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge

2 Indra Sakti. “Pengaruh Media Animasi Fisika Dalam Model Pembelajaran Langsung(direct instruction) Terhadap Minat Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA NegeriKota Bengkulu”. (Bengkulu: Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013), hlm. 493.

3 Aris Prasetyo Nugroho. “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika menggunakanPermainan Ular Tangga ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas Viii pada Materi Gaya”(Surakarta: Jurnal Pendidikan Fisika Vol.1 No.1,2013), hlm 12

3

(memahami tantangan), Generating Ideas (membangkitkan gagasan), dan

Preparing for Action (mempersiapkan tindakan)4.

Penerapan model Treffinger dalam pembelajaran Fisika diharapkan

mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena bersifat membuat siswa aktif

serta mengupayakan siswa berpikir kreatif dalam pembelajaran. Ranah afektif

dalam Treffinger ini juga menfasilitasi siswa untuk dapat memberikan sikap

positif terhadap mata pelajaran Fisika.

Selain itu, penggunaan media pembelajaran di dalam kelas untuk sekolah

terkait masih kurang bahkan dapat dikatakan bahwa guru jarang menggunakan

media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang

dipergunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Media

pembelajaran dapat berupa media grafis, media audio, media proyeksi diam, dan

media permainan. Guru dapat menciptakan dan mengembangkan suatu media

pembelajaran berbasis permainan bagi siswa. Penggunaan media pembelajaran

bisa berpengaruh terhadap kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.

Pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan

dan kondisi siswa, sehingga diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus mampu memilih media pembelajaran

yang tepat agar siswa dapat termotivasi untuk berpikir kreatif dalam

pembelajaran.5

Atas dasar uraian diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Hypermedia Terhadap

Hasil belajar Siswa pada Konsep Dinamika Gerak Lurus”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat didefinisikan masalah

sebagai berikut:

4 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta : PustakaPelajar, 2013), h. 318

5Aris Prasetyo Nugroho, loc. cit.

4

a. Pembelajaran Fisika di kelas belum banyak memberikan kesempatan pada

siswa untuk lebih aktif, karena pembelajaran Fisika di dalam kelas umumnya

masih didominasi oleh guru.

b. Kurangnya media yang digunakan dalam pembelajaran fisika.

c. Kurang tepatnya guru menggunakan strategi atau model pembelajaran yang

digunakan untuk merangsang keaktifan siswa.

d. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih cenderung rendah.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari perluasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini,

maka masalah penelitian ini dibatasi pada :

a. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata

pelajaran fisika pada konsep Dinamika Gerak Lurus.

b. Pada penelitian ini, diambil dua kelas secara acak, dimana satu kelas

menggunakan model pembelajaran Treffinger dan satu kelas lagi menggunakan

model pembelajaran Konvensional.

c. Siswa, siswa yang dimaksud adalah siswa MA Negeri 19 Jakarta, yaitu kelas X

MIA.

d. Penggunaan Media dalam penelitian ini hanya sebagai alat bantu presentasi

berupa hypermedia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalahnya adalah :

“Apakah penggunaan model pembelajaran Treffinger berbantuan hypermedia

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep dinamika gerak lurus?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

”Mengetahui adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa setelah diajarkan

menggunakan model pembelajaran Treffinger berbantuan hypermedia.”

5

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kemajuan

pembelajaran Fisika. Berikut ini beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu :

a. Bagi siswa, diharapkan model pembelajaran Treffinger mampu meningkatkan

hasil belajar.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan model pembelajaran Treffinger

dapat menjadi alternatif model pembelajaran Fisika untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

c. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang hal-hal yang berhubungan

dengan pembelajaran Fisika, khususnya mengenai model pembelajaran untuk

meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Konseptual

1. Model Pembelajaran Treffinger

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu

strategi, metode, dan teknik. Model pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu

model dan pembelajaran. Dalam pengertian model, model secara umum

dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk

merepresentasikan sesuatu hal.6 Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah

bentuk yang lebih komprehensif. Menurut Mills model adalah bentuk representasi

akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok

orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.7 Dalam pengertian model yang

lain yaitu suatu kerangka konseptual yang akan digunakan sebagai pedoman dan

acuan untuk suatu kegiatan.8

Pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat

dijelaskan. Pembelajaran menurut Gagne, Briggs, dan Vager adalah serangkaian

kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada

siswa.9 Pembelajaran menurut Winkel merupakan seperangkat tindakan yang

dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan

memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian

kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik.10

Dari pengertian model dan pembelajaran diatas, jadi model pembelajaran

dapat diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010),h. 21.

7 Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), cet I, h. 153.

8 Ibid., h. 154.9 Sobry Sutikno, Metode & Model-model Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2014), Cet.

I, h. 11.10 Ibid., h. 12.

7

tutorial dan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pemandu bagi para pengajar dalam

merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Ismail menyatakan istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khususyang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu: (1) Rasionalteoritik yang logis disusun oleh perancangnya. (2) Tujuan pembelajaran yangakan dicapai. (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebutdapat dilaksanakan secara berhasil. (4) Lingkungan belajar yang diperlukanagar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 11

Dalam dunia pendidikan inovasi dan pengembangan dalam pembelajaran

harus selalu berkembang agar terwujudnya suatu pembelajaran yang baik sesuai

dengan tujuan pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu

inovasi yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran yang tepat untuk

mengembangkan kemampuan siswa. Dalam hal ini adalah kemampuan berpikir

kreatif dengan model pembelajaran Treffinger.

Model Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang

menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran

praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Model pembelajaran Treffinger dapat

membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu

siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang dijarkan, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk menunjukan potensi-potensi kemampuan yang

dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan

masalah.12 Model Treffinger melibatkan dua ranah, yaitu ranah kognitif dan ranah

11 Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013,(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), h. 4-5.

12 Dwi Retnowati dan Budi Murtiyasa, “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep danDisposisi Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger” Jurnal PendidikanMatematika, 2013, h. 16

8

afektif.13 Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara

keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

Menurut Treffinger, digagasnya model ini adalah karena perkembagan

zaman yang terus menerus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya

permasalahan yang harus dihadapi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,

diperlukan suatu cara agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan dan

menghasilkan solusi yang paling tepat.14 Maka dari itu yang perlu dilakukan untuk

mengatasi hal tersebut adalah dengan memerhatikan fakta-fakta penting yang ada

di lingkungan sekitar, lalu memunculkan berbagai gagasan dan memilih solusi

yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata.

a. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Treffinger

Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif menggambarkan

susunan tiga tingkat yang mulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke

fungsi-fungsi berpikir kreatif yang lebih majemuk. Seperti dalam model Renzulli

yang dikutip oleh Parke, siswa terlibat dalam kegiatan membangun keterampilan

pada dua tingkat pertama untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata

pada tingkat ketiga. Model Treffinger terdiri dari langkah-langkah berikut: basic

tools, practise with process, dan working with real problems.15

1. Tingkat I, Basic Tools atau teknik-teknik kreativitas tingkat I meliputi

keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Pada bagian

pengenalan, fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan perkembangan

dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan

keterincian (elaboration) dalam berpikir. Pada bagian afektif, tahap I meliputi

kesediaan untuk menjawab, rasa ingin tahu, dan kepercayaan terhadap diri

sendiri.

13 Sarson W.Dj.Pomalato, “Mengembangkan Kreativitas Matematika Siswa dalamPembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger”, Mimbar Pendidikan, 2006, h.23.

14 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta : PustakaPelajar, 2013), h. 318.

15 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,2012, Cet. III, h.172-174.

9

2. Tingkat II, Practice with Process atau teknik-teknik kreativitas tingkat II,

yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan

yang telah dipelajari pada tahap I dalam situasi praktis. Untuk tujuan ini

digunakan strategi seperti bermain peran, simulasi, dan studi kasus.

Kemahiran dalam berpikir kreatif menuntut siswa memiliki keterampilan

untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi, dan

fantasi.

3. Tingkat III, Working with Real Problems atau teknik kreatif tingkat III, yaitu

menerapkan keterampilan yang dipelajari pada dua tingkat pertama terhadap

tantangan pada dunia nyata. Disini siswa menggunakan kemampuannya

dengan cara-cara yang bermakna bagi kehidupannya. Siswa tidak hanya

belajar keterampilan berpikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan

informasi ini dalam kehidupan mereka.

Langkah-langkah pembelajaran Treffinger diatas, sejalan dengan pendapat

Sarson W.Dj.Pomalato, bahwa model Treffinger terdiri dari 3 tahap, 3 tahapan

tersebut antara lain:

1. Pengembangan fungsi-fungsi divergen, dengan penekanan keterbukaan

kepada gagasan-gagasan baru dan berbagai kemungkinan.

2. Pengembangan berpikir dan merasakan secara lebih kompleks, dengan

penekanan kepada penggunaan gagasan dalam situasi kompleks.

3. Pengembangan keterlibatan dalam tantangan nyata, dengan penekanan

kepada penggunaan proses-proses berpikir dan merasakan secara kreatif

untuk memecahkan masalah secara bebas dan mandiri16.

Selain itu juga, Treffinger menyebutkan bahwa model pembelajran ini

terdiri atas tiga komponen penting, yaitu Understanding Challenge, Generating

Ideas, dan Preparing for Action, yang kemudian dirinci ke dalam enam tahapan.

Penjelasan mengenai model ini adalah sebagai berikut:

1. Komponen I (Understanding Challenge (Memahami Tantangan), terdiri atas:

a. Menentukan tujuan : Guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai

dalam pembelajarannya.

16 Pomalato, loc. cit.

10

b. Menggali data : Guru mendemonstrasi/menyajikan fenomena alam yang

dapat mengundang keingintahuan siswa.

c. Merumuskan masalah : Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi permasalahan.

2. Komponen II Generating Idea (Membangkitkan Gagasan), terdiri atas:

a. Memunculkan gagasan : Guru memberi waktu dan kesempatan pada siswa

untuk mengungkapakan gagasannya dan juga membimbing siswa untuk

menyepakati alternative pemecahan yang akan diuji.

3. Komponen III Preparing for Action (Mempersiapkan Tindakan), terdiri atas:

a. Mengembangkan solusi : Guru mendorong siswa untu mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah.

b. Membangun penerimaan : Guru mengecek solusi yang telah diperoleh siswa

dan memberikan permasalahan yang baru namun lebih kompleks, agar siswa

dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh17.

Dari pendapat-pendapat di atas mengenai langkah-langkah model

Treffinger dapat disimpulkan bahwa model Treffinger dapat digambarkan seperti

pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model Treffinger

17 Huda, op. cit., h. 318-319.

Tingkat I

Kognitif :pengetahuan,ingatan

Afektif : Rasaingin tahu,percaya diri

Tingkat II

Kognitif:penerapan,analisis

Afektif:Berimajinasi,berkreasi

Tingkat III

Kognitif:Pengelolaansumber

Afektif:Perwujudan diri

11

c. Manfaat Model Pembelajaran Treffinger

Karakteristik yang paling dominan dari model pembelajaran Treffinger ini

adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa

untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk

memecahakan permasalahan. Artinya, siswa diberi keleluasan untuk berkreativitas

menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan cara-cara yang dikehendaki.

Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditepuh oleh siswa ini

tidak keluar dari permasalahan.

Manfaat yang bisa diperoleh dari menerapkan model ini antara lain:

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan

cara menyelesaikan suatu permasalahan.

b. Membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

c. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa karena disajikan masalah pada

awal pembelajaran dan memberi keleluasan kepada siswa untuk mencari

arah-arah penyelesaian sendiri.

d. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah,

mengumpulakan data, menganalisis data, membangun hipotesis, dan

percobaan untuk memecahkan suatu permasalahan. dan;

e. Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya

kadalam situasi baru18.

2. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius, yang merupakan bentuk kata

jamak dari medium. Secara harfiah, media berarti tengah, perantara, atau

pengantak, yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima. Pengertian

media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

fotografis, atau elektronis untuk menangkap memproses dan menyusun kembali

informasivisual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu

yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,

18 Ibid., h. 320.

12

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa. 19 Dikatakan demikian karena di dalam

media pembelajaran terdapat proses penyampaian pesan dari pendidik kepada

anak didik. Sedangkan pesan yang dikirimkan, biasanya berupa informasi atau

keterangan dari pengirim pesan. Media pembelajaran adalah alat bantu yang

sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar mengajar.

Dengan adanya media pembelajaran, peran guru menjadi semakin luas.

Sedangkan anak didik akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, dan

terangsang untuk memahami bahan ajar yang tengah diajarkan dalam bentuk

komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien.

a. Hypermedia

Hypermedia merupakan salah satu jenis multimedia. Hypermedia adalah

pendekatan berbasis komputer untuk manajemen informasi multimedia dimana

data disimpan dalam jaringan node yang dihubungkan dengan link. Hypermedia

adalah perluasan dari hypertext yang memungkinkan gambar, film, dan animasi

flash untuk dihubungkan dengan konten lainnya. Hypermedia dapat disimpulkan

sebagai salah satu jenis multimedia yang memungkinkan gambar, film, dan

animasi untuk dapat dihubungkan dengan konten lainnya menggunakan link.

Hypermedia mengacu pada penggunaan perangkat lunak (software)

komputer yang menggunakan elemen dari teks, grafik, video dan audio yang

dihubungkan pada suatu jalur (link) dengan cara mempermudah pengguna (siswa)

untuk beralih dari suatu informasi ke informasi lainnya. Dalam hypermedia,

pengarang dapat membuat suatu korpus materi yang berkaitan yang meliputi teks,

grafik, grafik/gambar animasi, bunyi, video, musik, dan lain-lain20. Dari

penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hypermedia merupakan

multimedia yang dapat membuat suatu gabungan dari berbagai media yang saling

berkaitan meliputi teks, grafik, gambar animasi, bunyi, video, musik, dan lain-lain

dengan disertai link dan nodes.

19 Robertus Angkowo dan A. Kosasih, Optimalisasi Media pembelajaran, (Jakarta ; PT.Grasindo, 2007), h. 10

20 M. Iksan Ansori, dkk., “Efektivitas pembelajaran Hypermedia dan Slide PowerpointTerhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan Visuospasial”, Jurnal Teknologi Pendidikandan pembelajaran, Vol. 1, 2013, h. 324

13

3. Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar erat kaitannya dengan arti perubahan, baik perubahan keseluruhan

tingkah laku ataupun hanya terjadi dalam beberapa aspek dari keperibadian orang

yang belajar. Belajar juga adalah proses seseorang memperoleh berbagai

kecakapan, keterampilan, dan sikap.21 Selain itu, belajar adalah tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman.22

Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana

suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.23 Berdasarkan

pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku yang relatif menetap yang diperoleh dari serangkaian pengalaman

yang dialaminya dan interaksi dengan lingkungan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti

proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Selain itu, hasil

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

belajar. Hasil belajar ini seringkali digunakan untuk mengetahui kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.24 Hasil belajar akan

tampak pada setiap perubahan seperti pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika),

sikap, dan lain-lain.25

21 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 1994), Cet. 2, h. 1.

22 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.66.23 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Erlangga,

2006), h.224 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet.

V, h. 3.25 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 38.

14

c. Klasifikasi Hasil Belajar

Menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar

meliputi, perubahan dalam ranah atau domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar ranah

kognitif saja. Kategori-kategori dalam ranah kognitif ini adalah:26

1) Mengingat

Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengenali (mengidentifikasi) dan

mengingat kembali (mengambil). Proses mengenali adalah mengambil

pengetahuan yang dibuatkan dari memori jangka panjang untuk

membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan proses

mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

memeori jangka panjang ketika soalnya menghendaki demikian.

2) Memahami

Memahami adalah membangun makna dari materi pembelajaran, termasuk

apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru. Proses kognitif yang

dilakukan siswa adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,

merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3) Mengaplikasikan

Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur

dalam keadaan tertentu. Proses kognitif yang dilakukan siswa dalah mengeksekusi

atau melaksanakan dan mengimplementasikan.

4) Menganalisis

Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunannya menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan

antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Proses

kognitif yang dilakukan siswa adalah membedakan, mengorganisasikan, dan

mendekontruksikan.

26 Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,Pengajaran, dan Asesmen: A Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. dari A Taxonomy forLearning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy Edicational Objectives olehAgung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet I., h. 99-102

15

5) Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau

standar. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah memeriksa dan mengkritik.

Memeriksa ini dengan cara mengkoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan

menguji.

6) Menciptakan

Menciptakan adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu

yang baru dam koheren atau membuat suatu produk yang orisinil.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian

hasil belajar, yaitu sebagai berikut:27

1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)

Faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang akan

dicapai. Selain factor kemampuan, ada juga factor-faktor lain seperti motivasi,

minat, perhatian, kebiasaan, ketekunan, kondisi social ekonomis, fisik, dan psikis.

2) Faktor Eksternal ( yang berasal dari luar siswa)

Salah satu faktir eksternal yang paling dominan adalah kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi atau rendahnya atau efektif atau

tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan instruksional.

4. Kajian Materi Subjeka. Gaya

Gaya digambarkan sebagai tarikan atau dorongan atau pun sebagai

penyebab benda bergerak atau pun berubah bentuk. Gaya juga tidak selalu

menyebabkan gerak, misalnya ketika kita mendorong tembok yang kokoh.sebuah

gaya memiliki nilai dan arah, sehingga gaya merupakan besaran vektor dan

mengikuti aturan operasi matematis vektor.28

b. Hukum I Newton (Hukum Kelembaman)

Menurut Newton, benda dapat mempertahankan keadaan atau bergerak

tetap sepanjang garis lurus kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.

27 Robertus Angkowo dan A. Kosasih, Op.Cit., h.5028 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga) h. 90

16

Kemampuan benda mempertahankan keadaan ini disebut dengan inersia atau

lembam. Oleh karena itu Hukum I Newton ini dinamakan juga Hukum Inersia

atau Hukum Kelembaman. Hukum I Newton menyatakan ”jika resultan gaya yang

bekerja pada benda sama dengan nol (ƩF=0), maka benda yang diam akan tetap

diam, dan benda bergerak akan bergerak lurus beraturan”.29

Secara matematis, Hukum I Newton dituliskan sebagai berikut.= 0 (2.1)

Keterangan :

= gaya yang bekerja pada benda (N)

c. Hukum II Newton

Hukum II Newton menjelaskan pengaruh gaya pada percepatan benda.

Jika resultan gaya pada benda tidak nol (ΣF ≠ 0) maka benda akan mengalami

percepatan. Hukum II Newton menggambarkan hubungan percepatan dengan

massa dan gaya sebagai berikut.30

1) Pengaruh gaya pada percepatan untuk massa konstan diilustrasikan pada

Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2. Pengaruh Gaya pada Percepatan untuk Massa Konstan

Berdasarkan gambar di atas diperoleh besar percepatan sebanding dengan

gaya, sehingga dapat dirumuskan,

a ~ F (2.2)

2) Pengaruh massa pada percepatan untuk gaya konstan diilustrasikan pada

Gambar 2.3 berikut.

29 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga) h. 91

30 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga) h. 94

17

Gambar 2.3. Pengaruh Massa pada Percepatan untuk Gaya Konstan

Dari gambar di atas diperoleh besar percepatan berbanding terbalik dengan

massa, sehingga dapat dirumuskan, ~ (2.3)

Berdasarkan keadaan tersebut, Hukum II Newton menyatakan “percepatan

yang ditimbulkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda berbanding

lurus dengan besar gaya itu, dan berbanding terbalik dengan massa benda.” Secara

matematis Hukum II Newton dapat dirumuskan sebagai berikut.= (2.4)

dengan :

F = gaya yang bekerja pada benda (N)

m = massa benda yang diberi gaya (kg)

a = percepatan benda yang diberi gaya (m.s-2)

Suatu benda dapat bergerak karena pengaruh gaya. Pada Hukum Newton

terdapat tiga gaya yang berkerja antara lain:

1) Gaya berat (w)

Selain mengajukan tiga hukum mengenai gerak, Newton juga mengajukan

Hukum Gravitasi Universal. Hukum tersebut digunakan untuk menjelaskan

interaksi dua benda yang menyatakan bahwa dua benda dengan massa m1 dan m2

yang berada pada jarak r mempunyai gaya tarik menarik sebesar := (2.5)

Berdasarkan persamaan 2.5, jika m1 adalah massa bumi dan m2 adalah massa

benda yang dipengaruhi gaya tarik bumi maka percepatan gravitasi (g) dapat

dirumuskan dengan, = (2.6)

18

Dari persamaan (2.6) besarnya gaya tarik bumi terhadap benda benda di bumi

dapat dinyatakan dengan, = (2.7)

Gaya tarik bumi ini selanjutnya disebut sebagai gaya berat (w) dengan satuan

Newton (N), sehingga gaya berat benda dapat dituliskan,= (2.

8)

Keterangan :

F = gaya yang bekerja pada benda (N)

G = konstanta gravitasi (6,67 . 10-11 Nm2kg-2)

r = jarak antara dua benda (m)

w = berat benda (N)

m = massa benda (kg)

g = percepatan gravitasi (m.s-2)

2) Gaya normal (N)

Gaya normal adalah gaya yang tegak lurus dengan permukaan tempat di

mana benda berada. Besar gaya normal (N) ada berbagai keadaan adalah sebagai

berikut.

a) Pada bidang miring diilustrasikan pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4. Gaya Normal pada Bidang Miring= (2.9)

b) Pada bidang datar dengan ditarik gaya yang membentuk sudut θ diilustrasikan

pada Gambar 2.5 berikut.

19

Gambar 2.5. Gaya Normal pada Bidang Datar dengan Gaya Tarik yang

Membentuk Sudut θ= − (2.10)

c) Pada bidang datar dengan didorong gaya yang membentuk sudut θ

diilustrasikan pada Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6. Gaya Normal pada Bidang Datar dengan Gaya Dorong yang

Membentuk Sudut θ= + (2.11)

Keterangan :

N = gaya berat (N)

w = berat benda (N)

m = massa benda (kg)

θ = sudut kemiringan (˚)

3) Gaya gesek

Gesekan antara permukaan benda yang bergerak dengan bidang tumpu

benda menimbulkan gaya gesek yang arahnya selalu berlawanan dengan arah

gerak benda. Gaya gesek dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gaya gesek statis dan

gaya gesek kinetis.

a) Gaya gesek statis

Gaya gesek statis adalah gaya gesek bekerja pada saat benda diam

(berhenti). Sebuah balok ditarik dengan gaya F, karena tetap diam maka fs = F

agar memenuhi Hukum I Newton (ƩF = 0).

20

Gaya gesek statis memiliki nilai maksimum fsmax yaitu pada saat benda

tepat akan bergerak. Gaya gesek statis maksimum fsmax ini dipengaruhi oleh gaya

normal dan tingkat kekasaran bidang sentuh yang ditentukan berdasarkan nilai

koefisien gesek statisnya (μs). Gaya ini sebanding dengan gaya normal dan

koefisien gesek statis. Secara matematis gaya gesek statis dapat dirumuskan,

= (2.12)

Berdasarkan persamaan gaya gesek statis maksimum, maka nilai gaya statis

memenuhi syarat:

≤ (2.13)

Keterangan:

s = gaya gesek statis (N)

μs = koefisien gesek statis

N = gaya normal (N)

b) Gaya gesek kinetis

Gaya gesek kinetis adalah gaya gesek yang bekerja pada saat benda

bergerak. Besar gaya gesek kinetis fk sebanding dengan gaya normal dan koefisien

gesek kinetis μk. Dari hubungan tersebut gaya gesek kinetis dapat dirumuskan

sebagai berikut.

= (2.14)

Keterangan:

= gaya gesek kinetis maksimum (N)

μs = koefisien gesek statis

N = gaya normal (N)

d. Hukum III Newton

Hukum III Newton menyatakan apabila sebuah benda memberikan gaya

kepada benda lain, maka benda kedua memberikan gaya kepada benda yang

pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama tetapi berlawanan arah.31

Secara matematis Hukum III Newton dapat dituliskan sebagai berikut :

Faksi = -Freaksi (2.15)

31 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga) h. 97

21

Keterangan:

Faksi : gaya yang diberikan oleh benda yang melakukan aksi

Freaksi : gaya balasan yang yang diberikan benda yang melakukan

reaksi

Hukum III Newton dapat terjadi jika memenuhi syarat berikut :

1) Gaya aksi-reaksi bekerja pada dua benda yang berbeda.

2) Besarnya gaya aksi-reaksi sama, namun arahnya berlawanan.

3) Gaya aksi-reaksi timbul secara berpasangan (tidak ada gaya aksi tanpa reaksi,

dan sebaliknya).

Pasangan gaya aksi- ditunjukkan pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7. Pasangan Gaya Aksi-reaksi

F1 dan F’1 serta F2 dan F’2 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi.

d. Aplikasi Hukum Newton

1) Gerak horisontal (Benda dihubungkan dengan tali)

Gambar 2.8. Pasangan Gaya Aksi-reaksi

Pada gerak horisontal seperti Gambar 2.8 berlaku Hukum II Newton sesuai

dengan persamaan (2.4). Penentuan besar tegangan tali dan percepatannya dapat

dilakukan dengan meninjau masing-masing balok seperti berikut.

a) Meninjau balok 1

Gaya yang bekerja adalah gaya tarik F dan T1 yang arahnya berlawanan,

sehingga berlaku:

22

F – T1 = m1a1 (2.16)

b) Meninjau balok 2

Gaya yang bekerja adalah T2 sehingga berlaku:

T2 = m1a1 (2.17)

Apabila tali yang digunakan tidak bertambah panjang saat ditarik, maka kedua

balok akan bergerak dengan percepatan sama (a1 = a2 = a). Apabila persamaan

(2.16) dan (2.17) dijumlahkan, dapat diperoleh persamaan:

F – T1 + T2 = (m1 + m2) a (2.18)

Karena benda berada dalam satu sistem maka besar tegangan tali sama (T1 = T2)

sehingga, = (2.19)

2) Gerak vertikal

Pada gerak vertikal terdapat 3 kemungkinan keadaan yang terjadi.

a) Sistem diam atau bergerak lurus beraturan

Apabila benda dalam keadaan diam, atau dalam keadaan bergerak lurus

beraturan seperti pada Gambar 2.9, maka berlaku persamaan:

Gambar 2.9. Benda dalam Keadaan Diam

= (2.20)

b) Sistem bergerak ke atas

Apabila benda bergerak ke atas dengan percepatan a seperti pada Gambar

2.10, maka berlaku persamaan:

23

Gambar 2.10. Benda Bergerak ke Atas

= + (2.21)

c) Sistem bergerak ke bawah

Apabila benda bergerak ke bawah dengan percepatan a seperti pada

Gambar 2.11, maka berlaku persamaan:

Gambar 2.11. Benda Bergerak ke Bawah

= − (2.22)

Keterangan :

T = gaya tegangan tali (N)

3) Gerak benda yang dihubungkan dengan katrol

a) Dua buah benda dihubungkan melalui katrol dengan tali yang diikatkan pada

ujung-ujungnya

Apabila massa tali diabaikan, dan tali dengan katrol tidak ada gaya

gesekan, m1 > m2 dan gerak sistem ke arah m1 sepeti pada Gambar 2.12,

24

Gambar 2.12. Dua Benda yang Dihubungkan melalui Katrol dengan Kedua

Benda Menggantung

Maka berlaku:

Tinjauan benda m1

= 1 − 1 (2.23)

Tinjauan benda m2

= 2 + 2 (2.24)

Karena gaya tegangan tali dimana-mana sama, maka persamaan (2.23) dan

persamaan (2.24) dapat digabungkan sebagai berikut.

m1g - m1a = m2g + m2a

m1a + m2a = m1g - m2g

( m1 + m2)a = ( m1 - m2 ) g= ( )( ) (2.25)

b) Dua buah benda melalui dengan katrol dengan tali yang diikatkan pada ujung-

ujungnya dengan salah satu benda diletakkan di atas meja seperti pada Gambar

2.13 maka berlaku:

25

Gambar 2.13. Dua Benda yang Dihubungkan melalui Katrol dengan Salah

Satu Benda Menggantung

Tinjau benda A

Apabila gaya gesek pada sistem dianggap nol, maka pada benda bekerja gaya

berat (w1) dan gaya tegang tali (T) sehingga berlaku persamaan:

w – T = m1a

m1 g – T = m1a

T = m1(g - a) (2.26)

Tinjau benda B

Gaya yang bekerja adalah T, sehingga untuk benda 2 berlaku persamaan:

T = m2 a (2.27)

Pada sistem di atas, tali benda A dan B sama, maka besar tegangan tali benda A

dan B sama. Dari persamaan (2.26) dan (2.27) dapat diperoleh:

m1(g - a) = m2 a

(m1 + m2) a = m1 g

a = (2.28)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan model

pembelajaran Treffinger diantaranya:

1. Sarson W. Dj. Pomalato, (2006). dalam penelitiannya yang berjudul

“Mengembangkan Kreativitas Matematik Siswa dalam Pembelajaran

Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger”. Menyatakan bahwa secara

26

umum kreativitas siswa yang memperoleh pembelajaran Treffinger lebih baik

dibandingkan dengan kreativitas matematik siswa yang memperoleh

pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji ANOVA dengan

didapat nilai F = 111,678 dengan nilai Sig = 0,000.

2. Dwi Retnowati dan Budi Murtiyasa. (2013). dalam penelitiannya yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Disposisi Matematis

Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger”. Hasil penelitian yang

dilakukan di kelas X2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun ajaran

2012/2013 ini menunjukkan bahwa penggunaan model treffinger dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis siswa. Hal ini dapat

dilihat dari peningkatan persentase indikator-indikator yang diamati, yaitu: 1)

kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam

pemecahan masalah meningkat dari (30,43%) menjadi (73,91%), 2)

kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain meningkat

dari (21,74%) menjadi (52,17%), 3) kemampuan siswa membuat kesimpulan

meningkat dari (13,04%) menjadi (43,48%)..

3. Bambang Priyo Darminto. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul

“Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa

Melalui Pembelajaran Model Treffinger.”Menyatakan bahwa penerapan

pembelajaran model Treffinger di Universitas Muhammadiyah Purworejo

tahun akademik 2013/2014 dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis bagi mahasiswa, yang ditandai dengan kenaikan rata-rata

skor posttest sebanyak 4,9247 yang bias dikatakan cukup signifikan.

4. Dianty Eprilian dkk. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Model Treffinger Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil

Belajar Ipa.” Menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas

dan analisis data yang telah dilaksanakan di kelas V SD Negeri 03 Metro Barat

pada pembelajaran IPA melalui model Treffinger dapat meningkatkan aktivitas

dan kemampuan berpikir kreatif siswa ditandai dengan meningkatnya hasil

belajar siswa.

27

5. Lusy Rahmawaty, dkk. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Treffinger Terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Suhu

dan Kalor Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran

2014/2015” Menyatakan bahwa berdasarkan data hasil penelitian, analisis data,

dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan pada penggunaan model pembelajaran Treffinger terhadap

kreativitas siswa kelas X SMA Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2014/2015

ditandai dengan thitung = 5,011 > ttabel .= 2, dan besar pengaruhnya adalah

11,39% pada interval 0% - 11,39% dalam kategori sangat rendah. Model

pembelajaran Treffinger juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

ditunjukkan oleh besarnya db = 62, pada taraf signifikansi 5% ditemukan ttabel =

2,000 dan berdasarkan nilai t dapat dituliskan thitung = 5,471 > ttabel 2,000.

C. Kerangka Berpikir

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi antara

guru dengan siswa. Dalam proses komunikasi pembelajaran kadang tidak selalu

berjalan mulus maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu

memfasilitasi komunikasi antara guru dan siswa sehingga mampu memperjelas

materi ajar yang akan disampaikan.

Model pembelajaran Treffinger merupakan model pembelajaran yang lebih

mengutamakan segi proses. Dalam model pembelajaran Treffinger ini diterapkan

komponen-komponen untuk proses belajar mengajar, komponennya terdiri dari

tiga komponen penting yaitu understanding challenge (memahami tantangan),

generating idea (membangkitkan gagasan), dan preparing for action

(mempersiapkan tindakan). Dari ketiga komponen tersebut, siswa dituntut

berperan aktif dalam pembelajaran dan mampu menggali potensi dalam

memahami persoalan, menemukan gagasan, dan menemukan pemecahan atas

masalah yang dihadapinya. Selain itu juga dengan menggunakan ketiga tahapan

model Treffinger siswa dapat membangun keterampilan, membangun kemampuan

berpikir kreatifnya dan menemukan penyalurannya untuk mengungkapkan

kreativitasnya. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.14.

berikut ini:

28

Gambar 2.14 Bagan Kerangka Berpikir

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritis dan kerangka berpikir, maka

hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Treffinger

berbantuan hypermedia terhadap hasil belajar siswa.

H1 : Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Treffinger berbantuan

hypermedia terhadap hasil belajar siswa.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Treffingerberbantuan hypermedia

Siswa turut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

Peningkatan hasil belajar

Kurangnya interaksiguru dan siswaselama kegiatan

pembelajaran

Hasil belajar siswa belum memenuhi KKM

Guru kurangmemaksimalkan

penggunaan mediapengajaran

Prosespembelajaran

belum melibatkansiswa sepenuhnya

29

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitin

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semseter ganjil tahun ajaran

2016/2017 dari tanggal 13 Maret sampai dengan 3 Mei 2017.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di MAN 19 Jakarta yang beralamat di Jl.

H. Muchtar raya/H.Jaelani III Petukangan Utara Jakarta Selatan

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah Kuasi Eksperimen atau

eksperimen semu yaitu metode penelitian yang tidak memungkinkan peneliti

melakukan pengontrolan secara penuh terhadap kondisi kelas dan lingkungan

belajar kelas eksperimen.32 Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok

homogen, dengan membagi dua kelompok, yaitu kelompok X1 dan kelompok X2.

Kelompok X1 adalah kelompok yang diberi perlakuan model pembelajaran

Treffinger, sedangkan kelompok X2 adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan

model pembelajaran Treffinger. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung.

Untuk pelaksanaannya diperlukan dua kelompok, yaitu:

1. Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar menggunakan

model pembelajaran Treffinger.

2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang tidak diajar menggunakan

model pembelajaran Treffinger (konvensional).

Jenis Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen atau eksperimen semu

dengan desain Non-equivalent control group design. Penelitian eksperimen semu

ini dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada atau tidaknya pengaruh suatu

tindakan apabila dibandingkan dengan tindakan yang lainnya.

32 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT RemajaRosdakarya, 2011), Cet.7, h. 207

30

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

E XE A YE

K XK B YK

Keterangan:

E = Kelompok eksperimen

K = Kelompok kontrol

XE = Pre test kelompok eksperimen

XK = Pre test kelompok kontrol

A = Menggunakan Model Treffinger

B = Menggunakan Model Konvensional

YE = Post test kelompok eksperimen

YK = Post test kelompok control

C. Populasi dan Sampel Penelitan

1. Populasi

Populasi adalah kelompok dan wilayah yang terdiri atas objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.33 Populasi terjangkau dalam

kelompok ini adalah seluruh siswa kelas X MIA MA Negeri 19 Jakarta.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari kelompok kecil yang kita teliti dan tarik

kesimpulan dari padanya.34 Sample ini diambil dari populasi terjangkau dengan

teknik purpossive sampling sebanyak dua kelas dari populasi terjangkau. Satu

kelas dipilih sebagai kelas eksperimen dan satu kelas dipilih sebagai kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes yang

akan diberikan pada awal dan akhir pokok materi yang telah dipelajari. Adapun

33 Ibid, h. 25034 Ibid, h. 250

31

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Variabel yang diteliti

Variabel bebas : Model Pembelajaran Treffinger berbantuan Media.

Variabel terikat : Hasil belajar Siswa.

2. Sumber data

Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sampel yang

terdiri dari siswa kontrol dan siswa kelas eksperimen, guru dan peneliti.

E. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif

pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban yang disusun berdasarkan indikator

kurikulum 2013. Kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes

Konsep IndikatorIndikator Soal Jumla

hC1 C2 C3 C4HukumNewtontentangGerak

Mengkaji gerakberdasarkan hukumNewton I, II, dan III

1*,3*,4*, 5*,6

2* 6

Gaya

Memformulasikanhubungan antara gaya,massa, dan percepatanpada gerak lurus.

12*7,8*,9*,10*,11

*6

Memproyeksikan jenis-jenis gaya pada geraklurus.

17*,1813*,14,

16*15 6

PenerapanHukumNewton

Menganalisis hubunganantara gaya, massa, danpercepatan pada geraklurus dalam penyelesaianmasalah

21, 22,24*,25

19*,20 23,26* 8

Memformulasikan gayagesek pada suatu benda.

28,30 27,29* 4

Memecahkan masalahterkait dengan konsepTegangan tali.

34,36,37,38*,39*,40

31*,32*,

33*,3510

Jumlah 5 10 15 10 40

Presentase Soal 12,5% 25% 37,5% 25% 100%

Keterangan: *soal yang valid

32

Tabel. 3.2 merupakan kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siswa, instrumen

tes ini diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tanpa ada perbedaan.

Instrumen yang digunakan berupa tes yang berbentuk Pilihan Ganda sebanyak 22

soal.

Sebelum diberikan pada kelompok sampel, instrumen ini dilakukan

pengujian berupa validitas, realibilitas, serta untuk mengetahui tingkat kesukaran

soal dan daya beda. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen.

1. Validitas

Suatu tes dikatakan valid, jika tes tersebut mampu memberikan informasi

yang sesuai (tepat) dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.35

Validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas empiris. Validitas

instrumen diuji cobakan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 34 Jakarta.

Perhitungan validitas empiris menggunakan perangkat lunak Microsoft excel.

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara memasukkan hasil jawaban

siswa kedalam kolom yang telah disediakan dan sebelumnya sudah terisi kunci

jawaban yang sebenarnya. Selanjutnya dengan menggunakan formula IF yang

telah tersedia maka akan didapat hasilnya.

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah rumus korelasi

point biserial. Rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:36

= −Keterangan:

: koefisien korelasi point biserial

: mean skor dari testee yang menjawab benar item yang dicari

korelasinya dengan test

: mean skor total

: standar deviasi dari skor total

35 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2011), Cet. 3, h.247

36 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara,2018), Cet.1, h.93.

33

: proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang

sedang diuji validitas itemnya.( = ): proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang

sedang diuji validitas itemnya. ( = 1 − )Kemudian disamakan dengan r table dengan kriteria pengujian, jika rpbi ≥

rtabel, maka butir soal tersebut adalah valid. Jika rpbi ≤ rtable maka butir soal tersebut

adalah tidak valid.

Dalam prosesnya Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara

memasukkan hasil jawaban siswa kedalam kolom yang telah disediakan dan

sebelumnya sudah terisi kunci jawaban yang sebenarnya. Selanjutnya dengan

menggunakan formula IF yang telah tersedia maka akan didapat hasilnya.

Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir SoalJumlah Soal 40

Jumlah Siswa 22Nomor Soal

Valid1,2,3,4,5,8,9,10,11,12,13,16,17,19,24,26,29,31,32,33,38,

39Jumlah Soal

Valid22

Persentase(%) 55%

2. Reliabilitas

Selain kevalidan, instrumen juga harus dilakukan uji reliabilitas. Uji

reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan

mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan

hasil yang tetap.37 Reliabilitas instrumen uji coba hasil belajar dihitung dengan

menggunakan rumus KR-20, yaitu:38

2

2

11 1 S

pqS

n

nr

37 Ibid., h. 100.38 Ibid., h. 115.

34

Dimana:

11r = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item salah pq 1

Σ pq= jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya itemS = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Penentuan kriteria reliabilitas suatu instrumen didasarkan pada Tabel 3.4

berikut ini:

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas

Koefisien Korelasi Koefisien Reliabilitas

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

< 20 Kecil

Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen yang diujicobakan,

diperoleh nilai reliabilitas hasil belajar siswa sebesar 0,86. Hal ini menunjukkan

bahwa instrumen tersebut termasuk dalam kategori “tinggi”. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa instrumen tes ini layak digunakan dalam penelitian.

Pengolahan hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilakukan pada Lampiran

C2.b.

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran dari setiap butir soal dapat dilihat dari taraf kesukaran

soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Semakin besar bilangan indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil

perhitungan, berarti semakin mudah soal tersebut.39 Taraf kesukaran dapat dicari

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:40

39 Ibid., h. 222.40 Ibid., h. 223.

35

=Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benar

JS = jumlah seluruh peserta tes

Penentuan kriteria taraf kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah

berikut ini:

Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran

Rentang nilai Taraf Kesukaran Kategori0,00 ≤ TK < 0,30 Sukar0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang0,70 ≤ TK < 1,00 Mudah

Data rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen dapat dilihat

pada Tabel 3.6 di bawah ini. Pengolahan hasil uji taraf kesukaran instrumen tes

dapat dilihat pada Lampiran C2. c.

Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes

Kriteria SoalButir Soal

Jumlah Soal PresentaseSukar 16 40 %

Sedang 10 25 %Mudah 14 35 %Jumlah 40 100 %

4. Daya Pembeda

Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal

dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda tiap

butir soal digunakan rumus daya pembeda berikut :41

= −Keterangan :

D = daya pembeda

BA= jumlah skor kelompok atas yang menjawab benar

41 Ibid., h.228.

36

BB= jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar

JA= jumlah skor maksimum kelompok atas yang seharusnya

JB = jumlah skor maksimum kelompok bawah yang seharusnya

Koefisien daya pembeda diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria

sebagai berikut.42

Tabel 3.7 Daya Pembeda 43

Daya pembeda Kriteria Soal

Bernilai negatif Drop0,00 – 0,20 Jelek0,21 – 0,40 Cukup0,41 – 0,70 Baik0,71 – 1,00 Sangat baik

Hasil uji daya beda instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes

Kriteria SoalButir Soal

Jumlah Soal PresentaseDrop 9 22,5%Buruk 8 20%Cukup 7 17,5 %Baik 10 25%

Sangat Baik 6 15 %Jumlah 40 100%

Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa terdapat sembilan soal drop,

delapan soal memiliki daya pembeda buruk, tujuh soal memiliki daya pembeda

cukup, sepuluh soal memiliki daya pembeda baik, dan 6 soal memiliki daya

pembeda sangat baik. (Lampiran C2.d.)

F. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes pada penelitian ini berupa lembar observasi

keterlaksanaan model pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana Model

42 Ibid., h. 232.43 Ibid., h. 232

37

Pembelajaran yang diterapakan. Berikut ini adalah ketentuan instrumen nontes

tersebut pada tabel 3.9.

Tabel 3.9 Penilaian Skor Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran44

JawabanNilai

Pernyataan PositifSangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4Cukup (C) 3

Tidak Setuju (STS) 2Sangat Tidak Setuju (STS 1

Selanjutnya data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:45

Skor ideal = jumlah item x skor maksimal

Angka persentase = 100%Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Lembar Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Rubrik Penilaian Skala Penilaian0 − 20% Sangat kurang21-40% Kurang41-60% Cukup61-80% Baik

81-100% Baik Sekali

G. Teknik Analisi Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah usaha untuk menentukan apakah data variabel yang

kita miliki mendekati populasi distribusi normal atau tidak, yang selanjutnya

menentukan teknik pengujian hipotesis dengan teknik statistika parametrik atau

44 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif danR&D), (Bandung: Alfabeta, 2017),Cet. 25, h. 135.

45 Ibid., h. 137.

38

non parametrik.46 Dengan kata lain untuk mengadakan pengujian terhadap normal

tidaknya sebaran data yang akan dianalisis.

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan shapiro

wilk pada software SPSS melalui langkah-langkah sebagai berikut:47

1) Menyusun hipotesis

: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2) Tingkat signifikan α = 5%

3) Untuk memutuskan hipoesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan

data.

4) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika hasil sig atau p-value > α (0,05), diterima maka sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal

Jika hasil sig atau p-value ≤ α (0,05), ditolak , maka sampel berasal dari

populasi berdistribusi tidak normal.

b. Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian data mengenai sama tidaknya variansi-

variansi atau keragaman nilai yang secara statistic sama.48 Perhitungan uji

homogenitas (uji Levene) pada software SPSS melalui langkah-langkah sebagai

berikut: 49

1) Menyusun hipotesis

= varians hasil belajar kedua kelompok homogen.

= varians hasil belajar kedua kelomok tidak homogen.

2) Tingkat signifikan α = 5%

46 Kadir, Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan ProgramSPSS/LISREL dalam Penelitian, (Jakarta : PT. rajaGrafindo Persada, 2015), h. 144

47 Ibid., h. 15648 Ibid.., h. 15949 Ibid.., h. 169

39

3) Untuk memutuskan hipoesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukan oleh significance pada output yang dihasilkan setelah pengelolaan

data, nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan “p”.

4) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika signifikansi (p-value) > α (0,05) maka H0 diterima, maka varians kedua

kelompok sama atau homogen

Jika signifikansi (p-value) ≤ α (0,05) maka H0 ditolak, , maka varians kedua

kelompok berbeda atau tidak homogen:

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan pengujian untuk menjawab rumusan

masalah. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data

hasil penelitian serta uji hipotesis yang digunakannya:

1) Untuk data yang berdistribusi normal dan homogen

Untuk data berdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis menggunakan

statistik parametrik yaitu uji t dengan persamaan sebagai berikut: 50= ̅ ̅....... (3.5)

dengan = ( ) ( )....... (3.6)

dan = ∑( ̅)....... (3.7)

Keterangan: ̅ = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen̅ = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol

= Jumlah sampel kelas x1

= Jumlah sampel kelas x2

= Varian kelas X1

= Varian kelas X2

= Hasil hitung distribusi

50 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 239

40

= Varian gabungan.

jika:

thitung < ttabel = Tolak H0, Terima H1

thitung > ttabel = Terima H0, Tolak H1

Perhitungan uji hipotesis menggunakan software SPSS melalui langkah-

langkah sebagai berikut: 51

a) Menyusun hipotesis

= Tidak terdapat pengaruh penggunaan pocket book terhadap hasil belajar.

= Terdapat pengaruh penggunaan pocket book terhadap hasil belajar.

b) Tingkat signifikan α = 5%

c) Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukan oleh Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah

pengolahan data.

d) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Tingkat signifikansi() > Nilai signifikansi (2-tailed), maka H0 diterima, dan

H1 ditolak.

Tingkat signifikansi() < Nilai signifikansi (2-tailed), maka H0 ditolak, dan

H1 diterima.

2) Untuk data yang jika salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal atau

homogen

Uji Mann-Whitney adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai

pengganti uji-t, dalam hal asumsi distribusi-t tidak terpenuhi. Untuk data

berdistribusi normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis menggunakan

statistik Mann-Whitney(U) dengan persamaan sebagai berikut: 52= + ( + 1) − ∑ ....... (3.8)= + ( + 1) − ∑ ....... (3.9)

Keterangan :

Ua = jumlah banyaknya unsur-unsur A mendahului unsur-unsur B

51 Sufren dan Yonathan Natanael, Mahir menggunakan SPSS secara otodidak, (Jakarta:PT Elex Media Komputindo, 2013), hal 115-121

52 Kadir, Op.cit.., h. 489-491

41

Ub = Jumlah banyaknya unsur-unsur B mendahului unsur-unsur.

Perhitungan uji Mann-Whitney pada software SPSS melalui langkah-

langkah sebagai berikut: 53

a) Sebelumnya telah ditetapkan terlebih dahulu hipotesis statistik, sama halnya

dengan perhitungan secara manual yaitu :

= Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Treffinger berbantuan

hypermedia terhadap hasil belajar.

= Terdapat pengaruh pengaruh model pembelajaran Treffinger berbantuan

hypermedia terhadap hasil belajar.

b) Untuk memutuskan hipotesis mana yang akan dipilih, perhatikan nilai yang

ditunjukan oleh Sig. (2-tailed) pada output yang dihasilkan setelah

pengolahan data, nilai ini dalam karya ilmiah biasa disimbolkan dengan “p”.

c) Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika signifikansi (p) ≤ ( = 0,05) maka H0 ditolak H1 diterima

Jika signifikansi (p) > ( = 0,05) maka H0 diterima H1 ditolak

H. Hipotesis Statistik

Hiptesis statistik penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 = ≤H1 = >

Keterangan :

: rata-rata tingkat hasil belajar siswa pada kelompok yang diajar

dengan model pembelajaran Treffinger.

: rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok yang diajar dengan

pembelajaran konvensional

53 Sufren dan Yonathan Natanael, op.cit, h.. 122-127

42

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilakukan di kelas X MIA MAN 19 Jakarta. Kelas X MIA 1

sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 3 sebagai kelas kontrol. Siswa kelas

eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Treffinger dan siswa

kelas kontrol diberikan perlakuan dengan model pembelejaran konvensional.

Pokok bahasan yang diajar pada penelitian ini adalah materi Dinamika Gerak

Lurus.

Berikut ini akan disajikan dari data yang telah diperoleh. Data-data yang

dideskripsikan merupakan data hasil pretest dan posttest dari kelas eksperimen

dan kontrol, serta lembar observasi, dari kelas eksperimen.

1. Hasil Pretest

Hasil yang diperoleh siswa kelas X MIA 1 sebagai kelompok eksperimen

dan siswa kelas X MIA 3 sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan

statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data nila pretest

yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pemusatan danPenyebaran Data

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Nilai Terendah 14 9

Nilai Tertinggi 59 59

Mean 34,62 38,87

Median 36 36

Standar Deviasi 9,86 9,99

43

Perhitungan-perhitungan untuk menentukan Tabel 4.1 di atas didapat

menggunakan SPSS pada lampiran D1.

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai

terendah yang diperoleh dari kedua kelompok masing-masing yaitu 14 untuk kelas

eksperimen dan 9 untuk kelas kontrol. Nilai tertinggi pada kelompok eksperimen

sama dengan kelompok kontrol yaitu 59. Nilai rata-rata atau mean yang diperoleh

dari kedua kelompok tersebut yaitu kelompok eksperimen sebesar 34,62 dan

kelompok kontrol 38,87. Median atau nilai tengah yang dihasilkan oleh kelompok

eksperimen adalah 36, sementara kelompok kontrol sebesar 36. Pada kelompok

eksperimen memperoleh standar deviasi sebesar 9,86, sedangkan kelompok

kontrol memperoleh sebesar 9,99. Bila semakin besar nilai standar deviasi maka

data sampel semakin heterogen (bervariasi) dari rata-ratanya dan sebaliknya jika

semakin kecil maka data sampel semakin homogen (sama). Hal ini menunjukkan

bahwa kelompok eksperimen memiliki data sampel yang lebih homogen (sama)

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang semakin heterogen (bervariasi).

Dengan selisih standar deviasi yang cukup tipis dari kedua kelompok tersebut

adalah sebesar 0,13.

2. Hasil Posstest

Hasil yang diperoleh siswa kelas X MIA 1 sebagai kelompok eksperimen

dan siswa kelas X MIA 3 sebagai kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan

statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data nila posttest

yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pemusatan danPenyebaran Data

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Nilai Terendah 45 50Nilai Tertinggi 94 91

Mean 77,06 72,67Median 79,5 73

Standar Deviasi 12,74 10,00

44

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, data tersebut terlihat bahwa nilai terendah

yang diperoleh kelompok eksperimen sebesar 45, sementara kelompok kontrol

sebesar 50. Nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok eksperimen sebesar 94,

dan kelompok control diperoleh hasil 91. Mean yang diperoleh pada masing-

masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berturut-turut sebesar 77,06

dan 72,67. Untuk median atau nilai tengah yang dihasilkan oleh kelompok

eksperimen yaitu 79,5 sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 73,00. Pada

kelompok eksperimen memperoleh standar deviasi sebesar 12,74 sedangkan

kelompok kontrol sebesar 10,00. Berdasarkan hasil standar deviasi yang diperoleh

menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki data sampel yang lebih homogen

(sama) bila dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang semakin heterogen

(bervariasi). Tetapi walaupun begitu perbedaan standar deviasi dari kedua

kelompok tersebut tidak terlalu jauh, hanya memiliki selisih 2,74.

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa

a. Hasil Pretest dan Posttest

Berdasarkan hasil perhitungan data pretest dan posttest kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh pada rekapitulasi data sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest &

Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pemusatan dan PenyebaranData

KelompokEksperimen

KelompokKontrol

Pretest Posttest Pretest PosttestNilai Terendah 14 45 9 50Nilai Tertinggi 59 94 59 91

Mean 34,62 77,06 38,87 72,67Median 36 79,5 36 73

Standar Deviasi 9,86 12,74 9,99 10,00

Berdasarkan Tabel 4.3, dari data tersebut terlihat bahwa nilai terendah

pada kelompok eksperimen pada saat pretest adalah 14 dan pada saat posttest

adalah 45. Pada kelompok kontrol nilai terendah pada saat pretest yaitu 9 dan

pada saat posttest yaitu 50. Selanjutnya, nilai tertinggi pada kelompok eksperimen

mengalami peningkatan dari nilai pretest sebesar 59 menjadi 94 pada saat posttest.

45

Nilai tertinggi saat pretest pada kelompok kontrol sama dengan kelompok

eksperimen yakni adalah 59, dan pada saat posttest adalah 91.

Nilai rata-rata pada kelompok eksperimen saat pretest sebesar 34,62,

sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 38,87. Pada saat posttest nilai rata-rata

pada kelompok eksperimen mencapai 77,06, sedangkan pada kelompok kontrol

sebesar 72,67. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa pretest kelompok

kontrol memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

eksperimen. berbeda dengan posttest nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen sama-sama mengalami peningkatan. Peningkatan nilai rata-

rata pada kelompok eksperimen sebesar 42,44 sedangkan pada kelompok kontol

sebesar 33,80. Artinya, peningkatan yang terjadi pada kelompok eksperimen lebih

tinggi dibandingkan peningkatan yang terjadi pada kelompok kontrol.

Median atau nilai tengah pada kelompok eksperimen saat pretest yaitu 36

dan saat posttest yaitu 76,5. Median pada kelompok kontrol saat pretest 36 dan

saat posttest 73. Standar deviasi pada kelompok eksperimen ketika pretest sebesar

9,86 dan berubah menjadi 12,74 pada saat posttest. Standar deviasi pada

kelompok kontrol yaitu 9,99 saat pretest dan 10 saat posttest.

b. Nilai Rata-rata

Nilai rata-rata hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol maupun

kelompok eksperimen terjadi peningkatan, namun antara kelompok kontrol

dengan kelompok eksperimen terdapat perbedaan peningkatan. Perbedaan

peningkatan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) pada kedua kelompok tersebut. Nilai rata-

rata (mean) untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada saat pretest

dan posttest dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

46

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pretest & Posttest Kelompok Kontroldan Kelompok Eksperimen

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata (mean)

kelompok kontrol pada saat pretest adalah sebesar 38,87, sementara kelompok

eksperimen sebesar 34,62. Pada saat posttest nilai rata-rata (mean) kelompok

kontrol mencapai 72,67, sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar 77,06.

Artinya, pada saat pretest kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata (mean)

lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata (mean) kelompok kontrol. Pada saat

posttest kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata (mean) lebih tinggi

dibandingkan kelompok kontrol. Namun meskipun demikian, pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa setelah diberikan

perlakuan yang berbeda, nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Nilai rata-rata (mean) kelompok kontrol meningkat sebesar 33,80,

sedangkan kelompok eksperimen mengalami kenaikan sebesar 42,44.

c. Hasil Belajar Kognitif

Selain melihat hasil belajar siswa pada nilai rata-rata (mean), hasil belajar

siswa juga dapat terlihat pada kemampuan berpikir kognitif siswa. Hasil belajar

siswa pada jenjang kognitif dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:

34,6238,87

77,0672,67

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Eksperimen Kontrol

Pretest

postest

47

Gambar 4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest & Posttest KelompokKontrol dan Kelompok Eksperimen pada Jenjang Kognitif

Berdasarkan Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa hasil belajar kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen mengalami peningkatan pada jenjang kognitif.

Pada saat pretest kemampuan kelompok kontrol dalam mengingat (C1) 70,31%,

memahami (C2) 38,28%, menerapkan (C3) 34,72%, dan menganilisis (C4) 10%.

Pada saat posttest kemampuan kelompok kontrol dalam mengingat (C1) 68,75%,

memahami (C2) 51,56%, menerapkan (C3) 76,73%, dan menganalisis (C4) 67,5%.

Sementara kemampuan kelompok eksperimen pada saat pretest dalam hal

mengingat (C1) 64,06%, memahami (C2) 30,47%, menerapkan (C3) 29,51%, dan

menganalisis (C4) 24,37%. Pada saat posttest kemampuan kelompok eksperimen

dalam mengingat (C1) 76,69%, memahami (C2) 61,72%, menerapkan (C3) 80,9%,

dan menganalisis (C4) 81,25%.

Diagram di atas juga menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih

unggul dalam meningkatkan kemampuan ranah kognitif dibandingkan kelompok

kontrol. Pada kelompok eksperimen kemampuan berpikir C1 meningkat sebesar

15,63%, C2 meningkat sebesar 31,26%, C3 mengalami peningkatan 51,39%, dan

peningkatan C4 sebesar 56,88%. Sementara pada kelompok kontrol kemampuan

berpikir C1 tidak terjadi peningkatan, namun mengalami penurunan sebesar

64,06

30,46 29,5124,37

79,69

61,72

80,9 81,25

70,31

38,2834,72

10

68,75

51,56

76,73

67,5

C1 C2 C3 C4

Eksperimen Pretest Eksperimen Postest Kontrol Pretest Kontrol Postest

48

1,56%. Pada kemampuan berpikir C2 meningkat sebesar 13,28%, C3 mengalami

peningkatan sebesar 42,01%, dan C4 meningkat sebesar 57,5%.

4. Hasil Analisis Data Non Tes

Analisis data nontes dilakukan pada lembar observasi keterlaksanaan

model pembelajaran untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran

Treffinger. Berikut merupakan tabel 4.4 hasil perhitungan lembar observasi

keterlaksanaan model pembelajaran Treffinger.

Tabel 4.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Treffinger.

No Indikator Persentase Kesimpulan1. Understanding Challenge 85% Sangat Baik2. Generating Ideas 88% Sangat Baik3. Preparing for Action 89% Sangat Baik

Rata-rata 87,33% Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Treffinger pada materi dinamika gerak lurus. Dlihat dari skor rata-

rata persentase yang diperoeleh sebesar 87,33%. Hal ini menunjukkan bahwa

penggunaan model pembelajaran Treffinger di kelas eksperimen terlaksana

dengan sangat baik.

B. Analisis DataPenelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik analisis

yang proses analisisnya dilakukan dengan perhitungan matematis, hal ini

dikarenakan hasil dari penelitian ini berupa angka pada hasil tes hasil belajar

siswa. Data yang telah terkumpul dari kelas eksperimen dan kontrol diolah dan

dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Proses

pengolahan data dimulai dari uji prasyarat, yaitu normalitas dan uji homogenitas,

kemudian dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata kelas, proses pengolahan

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.

1. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasayarat

analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas.

49

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan terhadap dua buah data, yaitu hasil pretest

dan posttest pada kelas X MIA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X MIA

3 sebagai kelompok kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan

SPSS-22 dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk karena jumlah sampel tiap kelas

kurang dari 50. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan dapat

dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest Kelompok Eksperimendan Kontrol

StatistikPretest Postest

KelasEksperimen Kelas Kontrol

KelasEksperimen

KelasKontrol

Sig. 0,284 0,063 0,003 0,016Uji Saphiro

WilkSig ≥ 0,05 = Ho diterima

KeputusanData

berdistribusinormal

Databerdistribusi

normal

Databerdistribusitidak normal

Databerdistribusitidak normal

.Dari tabel 4.5 diatas didapat nilai signifikansi untuk Skor Pretest kelas

Eksperimen dan kelas control masing-masing 0,284 dan 0,63. Sehingga bisa

didapat hasil distribusi data kedua kelas normal karena nilai signifikansinya lebih

besar dari 0,05. Kemudian nilai signifikansi untuk Skor Posttest kelas Eksperimen

dan kelas control didapat nilai masing-masing 0,003 dan 0,16 yang berarti kedua

data tersebut tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar

dari pada 0,05.

b. Uji homogenitas

Uji prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas varians data. Uji

homogenitas dilakukan untuk mengetahui a pakah varians sampelnya sama

(homogen) atau varians sampelnya berbeda (heterogen). (Output uji normalitas

dengan SPSS dapat dilihat pada lampiran D3.a).

50

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Hasil Belajar KelasEksperimen dan Kelas Kontrol

Statistik Pretest Posttest

Sig. 0,996 0,304Uji Leverne’s Sig ≥ 0.05 = Ho diterimaKeputusan Data homogen Data homogen

Nilai sig. diperoleh dari tabel uji Levene pada taraf signifikansi 5% atau

0,05. Keputusan diambil berdasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis

homogenitas, yaitu jika = 5% = 0,05 < ., maka data dinyatakan homogen.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai sig. data pretest dan posttest di atas 0,05 yaitu

pretest sebesar 0,996 dan posttest sebesar 0,0304 sehingga dapat disimpulkan

varian untuk kedua kelas adalah homogen.

2. Uji Hipotesis

Pengujian normalitas dan homogenitas telah menunjukkan bahwa nilai tes

kemampuan hasil belajar siswa pada kedua kelas, salah satu kelas berdistribusi

tidak normal namun varians kedua kelas homogen. Oleh karena itu pengujian

kesamaan dua rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan analisis non

parametric test - 2 indepentent sample yang terdapat pada aplikasi SPSS. (Output

uji hipotesis dengan SPSS dapat dilihat pada lampiran D3.c)

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Hasil Belajar Siswa KelasEksperimen dan Kelas Kontrol

PosttestMann-Whitney U 328.500

Asymp. Sig.(2-tailed) 0,031Keputusan Diterima

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest kelas

eksperimen dan kontrol, dapat diidentifikasi bahwa harga u = 328,5 dan hasil

sig.(2-tailed) = 0,031 maka untuk uji satu arah nilai dibagi 2, dan 0,0155 < 0,05,

sehingga hasil uji kesamaan dua rata-rata menolak H0 dan menerima H1. H0

menyatakan bahwa rata-rata nilai kemampuan hasil belajar siswa yang diajar

dengan model pembelajaran Treffinger lebih kecil sama dengan rata-rata nilai

51

kemampuan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional, dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kemampuan hasil belajar

siswa yang diajar dengan model pembelajaran Treffingger lebih tinggi daripada

rata-rata nilai kemampuan hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran konvensional.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model

pembelajaran Treffinger terhadap hasil belajar siswa pada materi dinamika gerak

lurus. Hal tersebut didukung oleh hasil uji hipotesis data posttest antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,031 dan

nilai taraf signifikansi sebesar 0,05. Artinya, nilai Sig. (2-tailed) < nilai taraf

signifikansi. Jika ditinjau berdasarkan skor rata-rata (mean), skor kelas

eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Treffinger lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

konvensional. Keadaan ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada materi

dinamika gerak lurus menerapkan model pembelajaran Treffinger lebih baik

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Lusy Rahmawati, dkk yang menyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran Treffinger berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.54

Jika dilihat lagi, penggunaan model pembelajaran Treffinger dalam

pembelajaran lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar pada jenjang

kognitif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada umumnya.

Peningkatan hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir C1 sebesar

15,63%, C2 meningkat sebesar 31,26%, C3 mengalami peningkatan 51,39%, dan

peningkatan C4 sebesar 56,88%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Lusy

Rahmawati, dkk menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Treffinger

54 Lusy Rahmawati, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari, “Pengaruh Model PembelajaranTreffinger terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Suhu dan Kalor SIswa Kelas X SMA Negeri 3Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015”, Jurnal Radiasi Vol. 7, No. 1, 2015, h. 31.

52

yang digunakan sebagai bahan ajar menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan

hasil belajar peserta didik.55

Ranah kognitif mengingat (C1) kelas eksperimen memperoleh presentase

yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada

kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Treffinger yang yang

memudahkan untuk mengingat. Menurut Dwi Retnowati, penggunaan model

pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep

dan pembelajaran yang berpusat pada siswa membuat siswa berperan aktif secara

langsung dalam tahapan mengingat sehingga siswa mampu untuk memahami soal

mengingat (C1).56

Ranah kognitif memahami (C2) kelas eksperimen memperoleh presentase

yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan penggunaan

model pembelajaran Treffinger yang dapat membantu siswa untuk lebih

memahami konsep serta ditambah alat bantu hypermedia yang menyajikan

ilustrasi yang menunjang materi yang membuat siswa lebih mudah untuk

memahami.57 Selain itu, Hal tersebut didukung oleh penelitian Indra Sakti yang

menyatakan terdapat pengaruh Media Animasi terhadap hasil belajar siswa karena

dengan media siswa lebih mudah untuk membentuk konsep dan

membandingkannya dengan yang sudah ada sehingga mereka dapat lebih mudah

memahami dibanding hanya dengan membaca atau mendengarkan saja.58

Kemampuan menerapkan (C3) juga dapat ditingkatkan dengan

penggunaan model pembelajaran Treffinger. Hal ini karena dalam penggunaan

model pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah Menurut Bambang Priyo Darminto, penggunaan model pembelajaran

Treffinger dapat mengembangkan kreativitas. Di samping itu, siswa dapat

55 Lusy Rahmawati, Loc.cit.56 Dwi retnowati, Budi Murtiyasa, “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan

Disposisi Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger”, Jurnal Seminar NasionalPendidikan Matematika, 2013, h. 21.

57 Dwi retnowati, Budi Murtiyasa, Loc.cit.58 Indra Sakti, “Pengaruh Media Animasi Fisika dalam Model Pembelajaran Langsung

(direct instruction) Terhadap Minat Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA NegeriKota Bengkulu,” Jurnal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013, h. 497.

53

membangun sendiri pengetahuannya sehingga memiliki konsep yang lebih matang

untuk menyelesaikan masalah konseptual yang didasarkan metode ilmiah. 59

Pada ranah kognitif menganalisis (C4) kelas eksperimen juga mengalami

peningkatan. Hal ini dikarenakan pada kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran Treffinger ini terdapat tahapan Generating Ideas dimana siswa

melakukan eksperimen untuk membentuk gagasannya sendiri sehingga

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Treffinger menuntut siswa untuk

aktif selama proses pembelajaran secara langsung dari pengalamannya sendiri,

juga adanya diskusi berkelompok dan penyelesaian soal disetiap kegiatan

eksperimen mampu meningkatkan ranah menganalisis. Pembelajaran secara

berkelompok mampu menunjukkan hasil yang baik, hal ini diakibatkan karena

proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan secara bersama-sama

menggantikan proses pembelajaran klasikal dengan sistem ceramah yang proses

pengkonstruksian pengetahuan dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang

ditangkap oleh siswa secara individu.60 Berdasarkan pendapat Von Glasersfeld

yang dikutip dalam jurnal Setiawan mengatakan bahwa pengkonstruksian

pengetahuan secara bersama-sama melalui kerja kelompok memungkinkan siswa

dapat mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain dan secara

bersama-sama membangun pengertian.61

Selain itu pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Treffinger ini

terdapat tahapan Preparing for Action dimana setelah siswa mencari informasi

melalui eksperimen, siswa dituntut untuk mengemukaan solusi untuk setiap

masalah. Lusy Rahmawati dkk menyatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kreativitas siswa yang berguna

dalam pemecahan masalah.62

59 Bambang Priyo Darminto, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan MasdalahMatematis Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Treffinger”, Jurnal Program StudiPendidikan Matematika dan Sains Tahun , No. 2, 2013, h. 107.

60 I Gusti Agung Nyoman Setiawan, “ Penerapan Pengajaran Kontekstual BerbasisMasalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Laboratorium Singaraja,Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Vol 2, 2008, h.55

61 Lusy Rahmawati, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari, Op.cit. h. 31.62 I Gusti Agung Nyoman Setiawan, Op.cit., h.55.

54

Hasil lembar keterlaksanaan model pembelajaran memberikan

pemahaman bahwa penggunaan model pembelajaran Treffinger terlaksana

dengan sangat baik pada setiap indikatornya. Untuk tahapan pertama

Understanding Challenge mendapat persentase rata-rata 85%, Generating ideas

mendapat persentase rata-rata 88%, dan Preparing for Action mendapatkan

persentase rata-rata 89%. Secara keseluruhan mendapat persentase rata-rata

87,33% yang berarti semua tahapan pada model terlaksana dengan sangat baik.

Hal ini sejalan menurut pernyataan Lusy Rahmawati saat penggunaan model

pembelajaran Treffinger dapat terlaksana sebagaimana mestinya terdapat

pengaruh yang signifikan model pembelajaran Treffinger terhadap kreativitas

siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar.63

63 Lusy Rahmawati, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari, Op.cit. h. 31.

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan yaitu:

1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Treffinger berbantuan

hypermedia terhadap hasil belajar siswa pada materi Dinamika Gerak Lurus

di MAN 19 Jakarta. Hasil uji hipotesis dengan jumlah responden 66 pada= 0,05 diperoleh nilai probabilitas 0,0155 kesimpulan yang didapat adalah

diterima.

2. Hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Treffinger

lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran konvesional, terlihat dari hasil peningkatan persentase jenjang

belajar kognitif kelas eksperimen yang lebih baik dibanding kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan temuan selama penelitian, saran yang dapat diajukan untuk

penelitian ini antara lain:

1. Pengelolaan waktu yang baik sangat menentukan keberhasilan proses belajar

mengajar di kelas, sehingga alokasi waktu sebaiknya diperhatikan pada saat-

saat tertentu, misalnya : awal pembelajaran, pelaksanaan eksperimen dan

penyajian hasil didepan kelas.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Treffinger dapat

dilakukan pada materi lain, terutama untuk materi dengan konsep luas seperti:

Dinamika Rotasi, Alat Optik, Listrik, Magnet, dll

3. Perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan lagi pada instrumen soal yang

berkaitan dengan jenjang kognitif.

56

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.

Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013.

Anderson, Lorin W., and David R. Krathwohl. Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: A Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom, Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A

Revision of Bloom’s Taxonomy Edicational Objectives oleh Agung

Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 2010.

Angkowo, Robertus., dan A. Kosasih. Optimalisasi Media pembelajaran. Jakarta:

PT. Grasindo, 2007.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2011.

Arikunto,Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi

Aksara, Cet.1, 2018.

Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2006.

Darminto, Bambang Priyo. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Mahasiswa melalui Model Pembelajaran Treffinger. Jurnal

Program Studi Pendidikan Matematika dan Sains Tahun , No. 2, 2013.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Dimyati., dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajara. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Dina, Indriana. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: DIVA Press,

Cet. 1, 2011.

Echolis, John M., dan Hassan Sadily. Kamus Indonesia Inggris Edisi Ketiga yang

Diperbaharui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001

Gredler, Margaret E. Bell. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, Cet. 2, 1994.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

57

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014.

Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2013.

Isaksen, S. G., Treffinger, D. J., dan Dorval, K. B. Creative Approaches to

Problem Solving. California: SAGE Publications, 2011.

Kadir. Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program

SPSS/LISREL dalam Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2015

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press. Group, Cet. 1, 2013.

Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka

Cipta, Cet. 3, 2012.

Nugroho, Aris Prasetyo. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika

menggunakan Permainan Ular Tangga ditinjau dari Motivasi Belajar

Siswa Kelas VIII pada Materi Gaya. Surakarta: Jurnal Pendidikan Fisika

Vol.1 No.1,2013.

Panjaitan, M.B., dan M Nur, B. Jatmiko. Model Pembelajaran Sains Berbasis

Proses Kreatif-Inkuiri untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif dan

Pemahaman Konsep Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 2013.

Pomalato, Sarson W.Dj. Mengembangkan Kreativitas Matematika Siswa dalam

Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Model Treffinger. Mimbar

Pendidikan, 2006.

Rahmawati,Lusy., dan Eko Setyadi Kurniawan, Ashari. Pengaruh Model

Pembelajaran Treffinger terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Suhu dan

Kalor SIswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran

2014/2015. Jurnal Radiasi Vol. 7, No. 1, 2015.

Retnowati, Dwi., dan Budi Murtiyasa. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep

dan Disposisi Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger.

Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 2013.

Sakti, Indra. Pengaruh Media Animasi Fisika dalam Model Pembelajaran

Langsung (direct instruction) Terhadap Minat Belajar dan Pemahaman

58

Konsep Fisika Siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu. Jurnal Prosiding

Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013.

Setiawan, I Gusti Agung Nyoman. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis

Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA

Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan, Vol 2, 2008.

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.

Sufren., dan Yonathan Natanael. Mahir menggunakan SPSS secara otodidak.

Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D). Bandung: Alfabeta, Cet. 25, 2017.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, Cet.7, 2011.

Sutikno, Sobry. Metode & Model-model Pembelajaran. Lombok: Holistica, Cet.

1, 2014.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,

2010.