Author
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP
HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA
(Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
FITRI NUR FAOZAH
NIM 108016200007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil
Belajar Kimia Pada Konsep Ikatan Kimia” (Di SMA Dharma Karya UT
Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Kimia, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar
kimia siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang
Selatan pada bulan September sampai bulan Oktober 2013. Metode penelitian
yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian
nonequivalent control group design. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas
X yang terdiri dari kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar berupa tes
pilihan ganda (objektif). Analisis data postes kedua kelompok menggunakan uji-t,
diperoleh hasil thitung sebesar 8,165 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar
2,021, maka thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho dan Ha diterima,
yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep
ikatan kimia.
Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe STAD, Media Power Point, Hasil Belajar
Siswa, Ikatan Kimia
ii
ABSTRACT
Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Effect of Cooperative Learning Model
STAD Using Media Power Point Against Chemical Learning Outcomes In
Concepts of Chemical Bonding (In SMA Dharma Karya UT South Tangerang
Chemical Study Programe, Natural Science Concentration, Education and
Teaching Science, Islamic State University.
The research is purposed to understand the effect of cooperative learning
model STAD Type. Using Media Power Point Against Chemical Student Learning
Outcomes. The research is held in SMA Dharma Karya UT South Tangerang on
September to October 2013. The research methode uses Experiment Quacy with
design of research is nonequivalent control group design. And research sample is
X class Student which is consist of X-2 as experiment class and X-1 as control
class. The used instrument to measure learning result is multiple choice
(objective). Postest analysis data of two groups use t-test, the result of tcount in the
amount of 8,165 and ttable in significant degree 0,05 in the amount of 2,021, then
tcount>ttable. Then it can be concluded refusing H0 and Ha accepting, that explain is
found of the effect cooperative learning model STAD type using media Power
Point against chemical student learning outcomes in concepts of chemical
bonding
Keyword : Cooperative model of STAD type, Power Point Media, Student
Learning Outcome, Chemical bounded
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb
Alhamdulillah syukurillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. Karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang
setia pada ajarannya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada
Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen
Pembimbing I, yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika
peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
4. Ibu Nanda Saridewi, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.
5. Bapak Drs. Moh. Wahid Hasyim., Kepala SMA Dharma Karya UT yang telah
memberikan izin penelitian dan Bapak Arif Soleh, S.Pd., guru mata pelajaran
kimia, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.
6. Orang tua tercinta, yang telah mendukung penulis dalam penelitian ini
maupun dalam penyusunan skripsi ini dari segi moril maupun materil.
iv
7. Kawan-kawan kelas Program Studi Kimia Angkatan 2008 Jurusan Pendidikan
IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penyusun
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat: Rian, Gofar, Samroh, Eka, Lena, Okta, Vivi, Irma dan Rizal
Guntara. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik
sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan mengenai pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap
hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Jakarta, 16 Desember 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS ................................................................. 6
A. Deskripsi Teoretis .............................................................................. 6
1. Belajar .......................................................................................... 6
a. Pengertian Belajar .................................................................. 6
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................ 7
2. Hasil Belajar ................................................................................. 8
a. Pengertian Hasil Belajar ......................................................... 8
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil
Belajar .................................................................................... 9
3. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 14
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) ................................................................................ 14
b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ................... 15
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ....................... 16
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............... 16
vi
e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif .................. 18
f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif .............................................................................. 19
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) ................................................................. 20
a. Pengertian Model Pembelajaran Koorperatif Tipe STAD ..... 20
b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD ..................................................................................... 21
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe
STAD ..................................................................................... 24
5. Media Pembelajaran dan Media Power Point .............................. 24
a. Pengertian Media ................................................................... 24
b. Macam-macam Media ............................................................ 25
c. Media Power Point ................................................................ 26
6. Ikatan Kimia ................................................................................. 28
a. Ikatan Ion ............................................................................... 29
b. Ikatan Kovalen ....................................................................... 30
c. Ikatan Kovalen Koordinasi .................................................... 31
d. Ikatan Logam ......................................................................... 31
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 32
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 36
D. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 36
BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 37
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 37
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 37
1. Metode Penelitian ........................................................................ 37
2. Desain Penelitian .......................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 38
1. Populasi ........................................................................................ 38
2. Sampel .......................................................................................... 39
D. Prosedur Penelitian ............................................................................ 39
vii
E. Teknik Pengunpulan Data .................................................................. 40
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 41
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 49
1. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 49
a. Uji Normalitas ........................................................................ 49
b. Uji Homogenitas .................................................................... 50
2. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 51
3. Analisis Data ................................................................................ 52
H. Hipotesis Statistik .............................................................................. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 53
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 53
1. Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................. 53
2. Deskripsi Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................. 54
3. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ....................................................................... 55
4. Analisis Hasil Lembar Observasi ................................................. 55
a. Lembar Observasi Guru ......................................................... 55
b. Lembar Observasi Siswa ........................................................ 57
B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ......................................................... 58
1. Uji Prasyarat Sempel .................................................................... 58
a. Uji Normalitas ........................................................................ 58
b. Uji Homogrnitas ..................................................................... 59
2. Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 59
a. Uji Normalitas ........................................................................ 60
b. Uji Homogenitas .................................................................... 60
3. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 61
C. Pembahasan ........................................................................................ 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 68
A. Kesimpulan ........................................................................................ 68
viii
B. Saran ................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN ....................................................................................................... 72
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................................... 12
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 17
Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu ...................................................................... 23
Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok ............................................................... 23
Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Grup Design ...................... 38
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41
Tabel 3.3 Instrumen Tes Pilihan Ganda Materi Ikatan Kimia ............................. 42
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ...................................................................... 45
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran ..................................................................... 46
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................... 47
Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Skor ..................................................................... 52
Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .............. 53
Tabel 4.2 Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............... 54
Tabel 4.3 Rekap Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .................................................................................................. 55
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Guru .................................................................. 56
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siswa ................................................................. 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 58
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 59
Tabel 4.8 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................. 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .............................................................................. 62
Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Postes Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ....................................................................... 63
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 36
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian ............................................................... 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ..................................................................... 72
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ............................................................................ 91
Lampiran 3 Lembar soal ....................................................................................... 107
Lampiran 4 Soal Kuis ........................................................................................... 112
Lampiran 5 Bentuk Media Power Point .............................................................. 114
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 129
Lampiran 7 Soal Instrumen yang Dipakai Penelitian .......................................... 142
Lampiran 8 Data Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ............................................................................................. 145
Lampiran 9 Data Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ............................................................................................ 159
Lampiran 10 Daftar Nilai N-Gain ........................................................................ 174
Lampiran 11 Hasil Lembar Observasi .................................................................. 176
Lampiran 12 Data Nilai Kelompok Eksperimen ................................................... 178
Lampiran 13 Hasil Anates .................................................................................... 179
Lampiran 14 Uji Referensi .................................................................................... 188
Lampiran 15 Surat-surat ....................................................................................... 196
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai eduktif.
Nilai eduktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai eduktif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan.1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.2
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru salah
satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini
variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktik.
Tujuan dari pengembangan wariasi mengajar untuk meningkatkan dan
memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar,
memberikan kesempatan memungkinkan berfungsinya motivasi, membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah, member kemungkinan fasilitas
belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.3
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,
dengan ciri: obyektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu
1Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h. 1 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2 3 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 3
2
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan
seisinya.4
Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari,
sehingga untuk memberikan pemahan konsep maka harus diberikan suatu
cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa
berupa metode, praktikum atau eksperimen. Dengan sebuah metode siswa
akan mampu untuk lebuh memahami lagi konsep-konsep yang diberikan di
dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di sekolah dirasa
kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam mempelajarinya
lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, sehingga
materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidaklah heran jika
pembelajaran kimia banyak diberiakan dalam bentuk hafalan.
Cara pengajaran yang monoton akan membuat siswa pasif dalam
belajar, siswa akan menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari.
Media atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam pada proses pembelajaran
akan memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar.
Perbaikan hasil belajar dapat dicapai melalui peningkatan
pemahaman siswa terhadap konsep materi ajar yang diberikan dan juga
disertai dengan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dikelas
berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah
satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran diperlukan untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan interaktif antara
siswa dan guru. Salah satu diantara model pembelajaran adalah model
pembelajaran kooperatif.5
Sejauh ini masih banyak guru yang memakai media papan tulis
dalam pembelajaran yang biasanya akan membuat siswa merasa bosan dan
jenuh, padahal ada beberapa media yang lebih menarik dan mudah untuk
4Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 46 5Monlila Beni Rian T, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,Vol 2, No 1, Tahun 2011, h. 234
3
diterapkan yaitu salah satu nya dengan media power point. Power point salah
satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program
multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam
penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain
alat untuk penyimpanan data (data storage). power point dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.6
Penggunaan media pembelajaran power point dapat
dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah
satunya yaitu model pembelajaran tipe STAD. Media power point dapat
digunakan pada tahap guru menyajikan materi pelajaran, sehingga waktu
yang digunakan untuk menyajikan materi juga dapat dipersingkat karena guru
tidak perlu mencatat materi yang disajikan pada papan tulis. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran.7
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari segi
kognitif mengenai salah satu konsep kimia yang mengambil judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power
Point Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia”.
6Tejo Nurseto, ”Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 7Indriyani NST, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”,
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Tahun 2011, h. 2
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering
dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan
dipelajari.
2. Pembelajaran di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu
konsep sehingga pelajaran tidak memiliki makna bagi siswa.
3. Kurangnya minat siswa untuk belajar kimia.
4. Guru biasanya menggunakan metode ceramah di dalam mengajar, kurang
variasi dalam pembelajaran.
C. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka
masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:
1. Subjek yang diteliti adalah siswa dan siswi kelas X di SMA Dharma
Karya UT Tangerang Selatan.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media power point.
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian yaitu Ikatan Kimia.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah domain kognitif jenjang C1 sampai
C4.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan akan dicari jawabannya dalam
penelitian ini: “Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Menggunakan Media Power Point terhadap Hasil Belajar Kimia
pada Konsep Ikatan Kimia?”
5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajara kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada
konsep ikatan kimia kelas X di SMA Dharma Karya UT Tangerang
Selatan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, bagi:
a. Siswa, dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran
dan mendorong siswa untuk aktif, terampil dan kreatif selama
pembelajaran.
b. Sekolah, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang baik
sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam.
c. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang kaitannya dengan hasil
belajar siswa.
6
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga
ke liang lahat nanti.1 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif).2
Bambang Warsita menulis dalam bukunya yang berjudul
Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, “Belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman
(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengkomunikasikannya kepada orang lain”.3
Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dalam buku Belajar
dan Pembelajaran, “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil
belajar berupa kapabilias. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah
dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif
yang dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat
1Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), h. 62 2Arief S. Sadiman. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2 3Bambang Warsita, loc. cit.
7
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.4
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang semenjak lahir untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
dari interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat terjadi dimanapun
dan dengan cara apapun. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar
akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh
pengalaman baru dalam hidupnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar
siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:5
1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Misal: seorang siswa yang berinteligensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua
(faktor eksternal), kemungkinan akan memilih pendekatan belajar yang
lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Dari pengaruh faktor-faktor
tersebut dapat timbul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan
berprestasi rendah. Sebagai seorang guru, diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa
yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan
mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
4Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006), h.10 5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 129
8
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi
tiga macam, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan atau
pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi
dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum.6
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap:
1) Hasil Belajar Penguasaan Materi (kognitif)
Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan
untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan
(content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep
kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang
lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh
bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam
jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jejang
kemampuan yang lebih tinggi sifatya lebih kompleks, dan merupakan
peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah.7
2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)
Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai,
berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau
metode. Ciri-ciri belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam
6Luqman Hakim, “Pengaruh Pembelajaran Promblem Based Instruction Disertai Media
Audio Visual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Ngemplak Tahun
Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 2, Tahun 2012, h. 5 7Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 15
9
berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pejalaran,
kedisiplinan, motifasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan
sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk., menjadi
lima jenjag, yakni: (1) perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan
(responding), (3) penilaian/penghargaan (valuing), (4)
pengorganisasian (organization), (5) karakterisasi terhadap suatu atau
beberapa nilai (characterization by a value or value complex).8
3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotorik)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampua bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1950) menyatakan
bahwa hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemapuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan
afektif, akan tanpak setelah siswa menunjukan prilaku atau perbuatan
tertentu sesuai dengan makna yang tergantung pada kedua ranah
tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah keseluruhan efek dari proses belajar berupa perkembangan
tingkah laku yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan ranah
psikomotorik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi
dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.
Faktor-faktor intern meliputi sebagai berikut:
1. Faktor jasmani
Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Hasil belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kesehatan
8 Ibid., h. 19-20
10
adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan
baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,
belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang nenyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat
berupa buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh
dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia
belajar pada lembaga pendidikan yang khusus mengenai cacat tubuh.9
2. Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang tergolong kedalam
faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
belajar siswa, yaitu: tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.10
a) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psikomotor untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan degan cara yag tepat. Jadi,
intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif yang
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap ibjel orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif.
9Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), h. 54-55 10Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), Cetakan ke-15, h. 131-134
11
c) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan
terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan
salah satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa.
d) Minat siswa
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar
pengaruhnya terhadap belajar. Semakin besar minat seseorang
dalam belajar maka semakin besar kemungkinan hasil belajar
kimia meningkat dan sebagainya.
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
atau hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi
dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi intristik) dan dapat
pula berasal dari prngaruh luar (motivasi ekstriksik).
Selain faktor intern, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor
ekstern. Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3
faktor, yaitu:11
1. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, penjara dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
3. Faktor masyarakat
11Slameto, op. cit., h. 60-70
12
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal
dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul
untuk bentuk kehidupan masyarakat.
Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel.
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar12
Ragam Faktor dan Elemennya
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan belajar
1. Aspek Fisiologis
- Tonus Jasmani
- Mata dan Telinga
2. Aspek Psikologis
- ntelegensi
- Sikap
- Minat
- Bakat
- Motivasi
1. Lingkungan Sosial
- Keluarga
- Guru dan Staf
- Masyarakat
- Teman
2. Lingkungan
ninsosial
- Rumah
- Sekolah
Peralatan
- Alam
1. Pendekatan
Tinggi
- Speculative
- Achieving
2. Pendekatan
Sedang
- Analytical
- Deep
3. Pendekatan
Rendah
- Reproductive
- Surface
Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas
tidak dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut
dengan lannya saling mempengaruhi. maka dari itu seorang guru dapat
memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas
ketika menganalisis kesuliatn belajar siswa. Guru pun dapat
memahami dan memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan
belajar.
12 Muhibbin Syah, op. cit., h. 137
13
Hasil belajar di sekolah perlu dinilai oleh seorang guru.
Penilaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar tujuan penilaian hasil
belajar belajar adalah:13
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya.
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam
belajar.
d. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan
kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)
untuk keperluan belajar.
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar
(PMB).
Penilaian juga bertujuan untuk menilai apakah metode yang
digunakan oleh guru telah sesuai atau belum. Jika tingkat keberhasilan
dalam belajar rendah, maka guru dapat mengevaluasi metode mengajar
dengan yang mereka gunakan selama ini dan memperbaikinya jika
terdapat kekurangan.
Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga
memiliki fungsi sebagai berikut:14
a. Fungsi administratif berfungsi untuk penyusunan daftar nilai dan
pengisian rapor.
b. Fungsi promosi untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik
kelas atau tidak, lulus atau tidak.
13 Ibid., h. 140 14 Ibid., h. 141
14
c. Fungsi diagnosik untuk mendiagosis atau mengidentifikasi
kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial
teaching (pengajaran perbaikan).
d. Sebagai sumber data BK untuk memasok data siswa tertetu yang
memerlukan bimbingan dan konseling (BK).
e. Sebagai bahan pertimbangan pada masa yang akan datang yang
meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat proses
belajar mengajar (PBM).
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.15
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi belajar dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam
kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk
sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok.16
Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students
work together in four member teams to master material initially presented
by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa
cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari
4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
lebih bergairah belajar.17
Jhonson & Jhonson menyebutkan bahwa, “Pembelajaran
kooperatif adalah cara yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa
15Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 15 16Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 130 17Isjoni. loc. cit.
15
bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di
dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta
mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran”.18
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah cara dalam pembelajaran
yang menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran sehingga siswa
dibebaskan untuk mengeksplorasi ilmunya dan pembelajaran ini lebih
menekankan sebuah kerja sama antar siswa.
b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson mengemukakan, “Ada lima unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai
berikut:”19
1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)
Yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua
anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
Yaitu keberhasilan kelompok sangat bergantung dari masing-
masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota
kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus
dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3) Interaksi tatap muka (face of promotion interaction)
Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan
diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.
18 Zulfiani, loc. cit. 19Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Edisi ke-2, h. 212
16
4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka, agar selajutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren
sebagai berikut:20
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpadangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara
para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan kerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual
materi yang ditagani dalam kelompok kooperatif.
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunkan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
20Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 13-14
17
Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan
daripada secara verbal.
Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar, tahap
ini dikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang
apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-
usaha kelompok maupun individu.21
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif22
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 :
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 :
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3 :
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efektif dan
efisien.
Tahap 4 :
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Tahap 5 :
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah di pelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Tahap 6 :
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
21Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pres, 2012), Edisi ke-2, h. 211 22 Ibid.
18
e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil
dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu:
STAD (Student Teams Achievement Division). TGT (TeamcGames
Taurnament), TAI (Team Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative
Integrated Reading & Composition) dan jigsaw. Tiga diantaranya yaitu
STAD, TGT, dan Jigsaw dapat diterapkan pada hampir seluruh subjek
mata pelajaran, sedangkan TAI dan CIRC digunakan pada subjek mata
pelajaran dan jenjang tertentu.23
1) STAD (Student Teams Achievement Divisions)
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan
pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa
dibagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang berbeda
jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Guru menyampaikan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi
verbal atau teks. Secara individu setiap 2 minggu siswa diberi kuis.
Kuis itu di skor pengembangan.
2) Jigsaw
Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.
Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu
yang diberikan. Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa
membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi
kelompok mahasiswa (homogen), tes/kuis, dan penguatan dari guru.
3) TGT (Team Games Taurnament)
TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak
menggunakan kuis atau silang Tanya melainkan menggunakan
turnamen dan lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi
dengan anggota tim lain agar dapat menyumbangkan poin pada skor
mereka. TGT terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah,
23Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), h. 137-138
19
pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi hasil bahasan
kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.
4) TAI (Team Accelerated Instruction)
Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan
belajar secara individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal
bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam
kelompoknya. Setelah itu, hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh
anggota tim yang lain. Jika seorang siswa telah mampu menjawab suatu
soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya
sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang yang lebih sulit.
5) CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition)
Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada
pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri
dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal
tim dan kuis.
Selain lima macam bentuk pembelajaran kooperatif di atas,
terdapat beberapa pembelajaran kooperatif lain yakni Group
Investigation, Learning Together dan lain sebagainya.
f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam
pembelajaran ini adalah:24
1) Saling ketergantungan yang positif.
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan oengelolaan kelas.
4) Suasana kelas ysng rileks dan menyenangkan.
5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat atara siswa dengan
guru, dan
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
24Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 24-25
20
Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga
memiliki kelemahan, yaitu:
1) Guru yang harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
4) Saat diskusi kelas, terkadang didomisili seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions)
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD kepanjangan dari Student Teams Achievement Division
(pembagian tim-tim pencapaian siswa). STAD adalah suatu tim pembantu
pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar bekerjasama. STAD ini
terdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berkemampuan heterogen sehingga
dalam satu kelompok terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua siswa
berkemampuan sedang dan dua siswa berkemampuan rendah. Di
dalamnya siswa diberi kesempatan untuk kolaborasi dan elaborasi dengan
teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok.25
Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.26
STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada,
mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu
pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua
25Zulfiani, op. cit., h. 138 26Isjoni, op. cit., h. 51
21
sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan
bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika,
berhitung dan studi terapan, pengggunaan dan mekanika bahasa, geografi
dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.27
Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam
kelompok agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama
lain menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu
kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna, dan menyenangkan28
Slavin memaparkan bahwa : ”Gagasan utama di belakang STAD
adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”.29
b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Divisions)
Pada proses pembelajarannya, belajar koperatif tipe STAD melalui
lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan
kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor
perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.30
1) Tahap Penyajian Materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi
yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang ikatan
kimia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan
mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari,
agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. .
27Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2009), h. 12 28Zulfiani. loc. cit. 29Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cetakan ke-3, h. 214 30Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 51-53
22
Dalam pengembangan materi pelajaran perlu ditekankan hal-
hal sebagai berikut: a. mengembangkan materi pembelajaran sesuai
degan apa yang akan dipelajari siswa dan kelompok, b. menekankan
bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hapalan, c.
memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol
pemahaman siswa, d. memberikan penjelasan mengenai jawaban
pertanyaan itu benar atau salah, dan e. beralih kepada materi
selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.
2) Tahap Kerja Kelompok
Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan
yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi
tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi yang telah dijelaskan, dan satu
lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3) Tahap Tes Individu
Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasian belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual,
mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual
diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, msing-masing
selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah
dipelajari secara individual selama bekerja dalam kelompok. Skor
perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan
pada perhitungan perolehan skor kelompok.
4) Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan
skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh
prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan
skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran
23
perkembangan individu yang dikemukakan Slavin seperti terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu 31
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara
menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan
hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
5) Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor
rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat
dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk
menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok sebagai
berikut:
Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15 Kelompok Baik
20 Kelompok Hebat
25 Kelompok Super
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe STAD
Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut:
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa membangun sendiri
pengetahuannya melalui interaksi dengan orang lain. Melalui interaksi
31Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2009), h. 159
24
dengan anggota kelompoknya siswa memiliki kesempatan untuk
mengemukakan pendapat/pengetahuannya dari hasil diskusi dengan angota
kelompoknya. Dengan belajar keolmpok diharapkan dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan materi pelajaran dengan bantuan temannya.
Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat
kepandaian, jenis kelamin, tingkat ekonomi diharapkan dapat membentuk
rasa saling menghargai sesama siswa. Hal ini dapat meminimalkan
kesenjangan sosial yang terjadi sebelumnya diantara mereka. Dengan
diadakannya tugas individu maupun kelompok diharapkan dapat
memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk
dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
memerlukan waktu yang lama. Apabila kemampuan guru kurang
memadai, sarana dan prasarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran
kooperatif tipe STAD sangat sulit untuk dilaksanakan. Sedangkan dari
pihak siswa, apabila tidak ada kesadaran akan akan tanggung jawab dan
kerja sama pada setiap anggota, maka hasil yang diperoleh setiap siswa
tersebut tidak akan maksimal yang pada akhirnya akan mempengaruhi
nilai kelompok
5. Media pembelajaran dan media power point
a. Pengertian media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau
pengantar”. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan.32
b. Macam-macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua
jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasi ini dapat dilihat dari jenisnya,
daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
32Syaiful Bahri Djaramah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), h. 120
25
1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan
hitam. Media ini cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan
dalam pendengaran.
b) Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar
atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang
menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film
kartun.
c) Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media, diantaranya:
1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film
rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak seperti film suara atau video
cassette.
2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:
a) Media dengan daya liput luas dan serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang
serta dapat menjangkau jumlah anak didik dan banyak dalam
waktu yang sama.
Contoh : radio dan televisi
26
b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan
tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai yang
harus mengguanakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk pengajaran individual
Media ini penggunaannya hanya seorang diri. Yang
termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran
melalui komputer.
3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:
a) Media sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah,
cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b) Media kompleks
Media ini bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta
harganya yang mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya
memerlukan keterampilan yang memadai.33
c. Media Power Point
Power point salah satu software yang dirancang khusus untuk
mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak
membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data
storage).34
Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya
pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office.
Jadi pada waktu penginstalan program microsoft office dengan sendirinya
program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan
pengembangan pembelajaran dengan komputer.35
33Ibid., h. 124-126 34Tejo Nurseto, “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 35Ouda Teda Ena, “Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak
Presentasi”,http://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+denga
n+google&meta=, Artikel, Tahun 2008, h.3 Diakses: 2 mei 2013
http://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+dengan+google&metahttp://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+dengan+google&meta
27
Kelebihan Power point antara lain: dapat menyajikan teks,
gambar, film, sound efek, lagu, grafik, dan animasi sehingga menimbulkan
pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan
efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu
singkat dan tanpa biaya, dapat dikoneksikan dengan internet.
Adapun Prosedur pembuatan media power point adalah:
a. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian
antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama
latar belakang kemampuan, usia juga jenjang pendidikan. Perlu juga
mengidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti gambar,
animasi, video, dll.
b. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi
dan sasaran seperti video, gambar, animasi, suara. Pengumpulan bahan
tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui internet
(browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori anda, jika
diperlukan memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan
misalnya untuk kebutuhan video dengan shooting, rekaman audio. dan
untuk kebutuhan gambar melalui scanning image. Bersamaan dengan
itu dilakukan juga penyusunan materi yang diambil dari bahan utama
misalnya buku, modul, makalah lengkap. Materi untuk power point
sebaiknya dikemas menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau
poin-poin.
c. Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya
proses pengerjaan di power point hingga selesai. Selanjutnya
mengubah hasil akhir presentasi apakah dalam bentuk slide show, web
pages.
d. Setelah program selesai dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya
dilakukan review program dari sisi bahasa, teks, tata letak, dan
kebenaran konsep, selanjutnya di revisi dan siap digunakan.36
36Tejo Nurseto, loc. cit.
28
6. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang
membentuk suatu molekuk. Atom-atom yang berikatan bias berasal dari unsur
yang sejenis ataupun berlainan jenis. Di alam, umumnya unsur-unsur
cenderung saling berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur gas
mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil,
seperti konfigurasi elektron gas mulia.37
Berdasarkan konfigurasi elektron, dirumuskan aturan sebagai berikut:
a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron
valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha memperoleh
konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini
dirumuskan menjadi aturan oktet.
b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan
nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki konfigurasi elektron
gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk
mencapai kestabilan. Hal ini di rumuskan menjadi aturan duplet.
Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat
meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama. Peristiwa ini
akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.
a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk
ikatan ion.
b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk
ikatan kovalen.
c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama
dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian disebut
ikatan kovalen koordinasi.
d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama
membentuk ikatan logam.
37Sandri Justiana, Kimia 1, (Jakarta : Yudistira, 2009), h. 41
29
a. Ikatan Ion
Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan
atom unsur non logam. Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron
yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima.
Contohnya ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom
non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai
akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion.
Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan
menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu unsur
dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( )
atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda tersebut menyatakan
jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang
Lewis untuk menggambarkan ikatan ion.
Penggunaan tanda yang berbeda untuk elektron ( dan ×) untuk
membedakan asal elektron valensi. Namun, pada dasarnya, kita tidak dapat
membedakan asal suatu elektron dalam ikatan kimia.
Sifat Fisis Senyawa Ion
Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:
a) Berupa padatan pada suhu ruang
b) Bersifat keras tapi rapuh
c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut
e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik
dalam fase cair atau jika larut dalam air.
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk
menggunakan elektron bersama agar memiliki konfigurasi elektron
seperti gas mulia terdekat. Atom-atom yang berikatan secara kovalen
+ ClNa xx x
x
xx x
Na Cl -+
30
umumnya adalah atom-atom non logam. Contoh ikatan kovalen yang
terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.
Atom Cl (Z = 17) memiliki konfigurasi elektron (2.8.7). Gas mulia
yang memiliki konfigurasi elektron terdekat adalah Ar (2.8.8). Sewaktu
atom Cl bergabung dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak
mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan kemampuan kedua atom Cl untuk
menarik elektron adalah sama. Meski demikian, masing-masing atom Cl
dapat menggunakan 1 elektron valensinya membentuk sepasang elektron
yang dapat digunakan bersama. Dengan demikian, kedua atom Cl dapat
memenuhi aturan oktet. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai akibat
penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom disebut ikatan
kovalen.
Jenis Ikatan Kovalen
Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama
(pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara 2 atom
unsur dapat berupa:
1) Ikatan kovalen tunggal (─)
Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan
elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain, hanya
terdapat 1 pasangan elektron ikatan.
2) Ikatan kovalen rangkap
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan
penggunaan bersama dua atau lebih pasangan elektron ikatan oleh
dua atom yang berikatan.
Cl + Cl xx
x x
x
x xCl
x x
x
x x
xxCl
Lambang Lewis
pasangan
elektron ikatan
(PEI) pasangan elektronbebas (PEB)
masing-masingatom Cl memiliki 8 elektron
Cl Clx x
x x
xx
garis tunggal ( ) menunjukkan adalanya 1 pasangan elektronyang digunakanbersama
Cl Cl
penyederhanaan penulisanstruktur Lew is
31
Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai
berikut:
a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
b. Bersifat lunak dan tidak rapuh
c. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
d. Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic
e. Umumnya tidak dapat menghantar listrik
c. Ikatan Kovelen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana
elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah pada molekul CO.
d. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat
penggunaan bersama elaktron-elektron valensi antar atom-atom logam.
Sifat Fisis Ikatan Logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat,
strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron bebas.
Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:
1) Berupa padatan pada suhu ruang
2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa
3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
4) Menghatar listrik dengan baik
5) Menghantar panas dengan baik
6) Mempunyai permukaan yang mengkilap
C + O X X
XX X
X C OX X X X
XX C O
Molekul CO memiliki ikatan rangkap tiga yang terdiri dari 2 ikatan kovalen biasa dan 1 ikatan kovalen koordinasi. Dengan adanya ikatan kovalen koordinasi, konfigurasi elekrton C dan O pada molekul CO sesuai dengan aturan oktet.
32
B. Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani NST, Erviyenni, Lenny
Anwar. Yang berjudul “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem
Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”. Berdasarkan analisis
statistik uji-t dapat disimpulkan bahwa penggunaan media melalui microsoft
office powerpoint jenis model pembelajaran kooperatif STAD pada kelas
eksperimen untuk meningkatkan siswa hasil belajar dengan 14,54%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan microsoft office powerpoint
melalui media pembelajaran STAD tipe model memberikan positif pengaruh
terhadap tingkat pemahaman siswa tentang masalah struktur atom dan sistem
periodik.38
Penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, Tri
Redjeki dan Budi Hastuti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok
Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pembelajaran
STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas
proses belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat
dari aspek aktivitas siswa dalam belajar kimia pada kondisi awal, siklus 1 dan
siklus 2. Pada kondisi awal, siswa memiliki aktivitas belajar kimia sebesar 45
% yang tergolong cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 69,17 % pada
siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 71,67 %. (2) Metode pembelajaran STAD
(Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari
38Indriyani NST, Erviyenni, Lenny Anwar, “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1
Pangkalan Kerinci”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011, h. 10
33
hasil tes kognitif siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa
sebesar 40 % yang kemudian meningkat menjadi 70 % pada siklus 2. Dilihat
dari aspek afektif siswa, pada siklus 1 afektif siswa sebesar 15 %, kemudian
meningkat pada siklus 2 sebesar 25 %.39
Penelitian yang dilakukan oleh Verawati Turanda, Rosmaini S dan
Darmadi dengan judul “Penggunaan Media Microsoft Office Powerpoint
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru” Hasil
penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata daya serap siswa adalah
74,85% (Cukup) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,08%
(Baik), ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 91,66% (Amat Baik) pada
siklus II menjadi 100% (Amat Baik). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media powerpoint melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas
VII2 SMPN 32 Pekanbaru.40
Penelitian yang dilakukan oleh Dedy Hamdani dengan judul
penelitian “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft
Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian
(a) hasil belajar siswa terdiri dari aspek pemahaman konsep dan aspek kinerja
ilmiah. Untuk aspek pemahaman konsep pada siklus I dengan nilai rata-rata
70,09 dan ketuntasan belajar 87,80% (tuntas), pada siklus II dengan nilai rata-
rata 73,85 dan ketuntasan belajar 97,56% (tuntas). Sedangkan pada aspek
kinerja ilmiah pada siklus I dengan skor rata-rata 12,50 dalam kategori cukup
dan pada siklus II dengan skor rata-rata 13,37 dalam kategori baik. (b)
aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dengan skor rata-
39Imtihani, Tri Redjeki, Budi Hastuti, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran
2011/2012”, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 92 40Verawati Turada, Rosmaini S, Darmadi, “Penggunaan Media Microsoft Office
Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3,
No 1, November 2012, h. 2
34
rata sebesar 33 dalam kategori baik, pada siklus II sebesar 37,5 dalam
kategori baik.41
Penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis
dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Disiplin
Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa” menunjukan bahwa adanya
pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa, dan
prsetasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang mengikuti model
pembelajaran konvensional dengan nilai F = 4,235 pada angka signifikan
0,043.42
Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Madra dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau
dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Dari
hasil temuan penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gianyar dengan memperhitungkan motivasi.43
Penelitian yang dilakukan oleh R. Ahmad Zaky El Islami dengan
judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”. Dari hasil penelitian,
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada
konsep sistem koloid, hal ini berdasarkan perhitungan statistik, nilai thitung
41Dedy Hamdani, “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft Power
Point pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
VIIIB SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, No 2, Maret 2009, h. 1 42I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
terhadap Disiplin Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,
Vol 2, No 3, Desember 2008, h. 1043 43I Ketut Madra, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”, Jurnal
Pendidikan Kimia, Vol 5, No 8, Tahun 2011, h. 1
35
sebesar 10,22 dan ttabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikansi 0,05, karena
thitung > ttabel maka Ha diterima.44
C. Kerangka Berfikir
Penguasaan kimia sangat diperlukan, terlebih banyak hal yang
bermanfaat bagi kemajuan manusia di bidang sains dan sosial. Kimia adalah
ilmu sains yang tentunya bersifat konseptual dan aplikatif. Bersifat konseptual
artinya kimia merupakan sebuah disiplin ilmu yang memiliki teori-teori yang
akan menunjang kebermanfaatan kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan bersifat aplikatif artinya kimia adalah sebuah ilmu yang bisa
langsung dirasakan manfaatnya di lingkungan sekitar kita, contoh kecilnya
adalah udara yang kita hirup untuk bernapas.
Siswa akan menemukan gagasan-gagasan yang saling berkaitan antara
teori dengan aplikasinya. Oleh karena itu, kimia sudah sangat perlu
dikembangkan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model cooperative
learning Tipe STAD ini akan ditemukan sebuah kolaborasi antara teori
dengan hal nyata yang bisa divisualkan.
Pada mod