of 259 /259
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: FITRI NUR FAOZAH NIM 108016200007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ... · i ABSTRAK Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point

  • Author
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ... · i ABSTRAK Fitri Nur Faozah, NIM...

  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

    STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP

    HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA

    (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

    Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Disusun Oleh:

    FITRI NUR FAOZAH

    NIM 108016200007

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • i

    ABSTRAK

    Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Pengaruh Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil

    Belajar Kimia Pada Konsep Ikatan Kimia” (Di SMA Dharma Karya UT

    Tangerang Selatan. Skripsi, Program Studi Kimia, Jurusan Ilmu

    Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap hasil belajar

    kimia siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Dharma Karya UT Tangerang

    Selatan pada bulan September sampai bulan Oktober 2013. Metode penelitian

    yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian

    nonequivalent control group design. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas

    X yang terdiri dari kelas X-2 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas

    kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar berupa tes

    pilihan ganda (objektif). Analisis data postes kedua kelompok menggunakan uji-t,

    diperoleh hasil thitung sebesar 8,165 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar

    2,021, maka thitung>ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho dan Ha diterima,

    yang menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD

    menggunakan media power point terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep

    ikatan kimia.

    Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe STAD, Media Power Point, Hasil Belajar

    Siswa, Ikatan Kimia

  • ii

    ABSTRACT

    Fitri Nur Faozah, NIM 108016200007, “Effect of Cooperative Learning Model

    STAD Using Media Power Point Against Chemical Learning Outcomes In

    Concepts of Chemical Bonding (In SMA Dharma Karya UT South Tangerang

    Chemical Study Programe, Natural Science Concentration, Education and

    Teaching Science, Islamic State University.

    The research is purposed to understand the effect of cooperative learning

    model STAD Type. Using Media Power Point Against Chemical Student Learning

    Outcomes. The research is held in SMA Dharma Karya UT South Tangerang on

    September to October 2013. The research methode uses Experiment Quacy with

    design of research is nonequivalent control group design. And research sample is

    X class Student which is consist of X-2 as experiment class and X-1 as control

    class. The used instrument to measure learning result is multiple choice

    (objective). Postest analysis data of two groups use t-test, the result of tcount in the

    amount of 8,165 and ttable in significant degree 0,05 in the amount of 2,021, then

    tcount>ttable. Then it can be concluded refusing H0 and Ha accepting, that explain is

    found of the effect cooperative learning model STAD type using media Power

    Point against chemical student learning outcomes in concepts of chemical

    bonding

    Keyword : Cooperative model of STAD type, Power Point Media, Student

    Learning Outcome, Chemical bounded

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum wr. Wb

    Alhamdulillah syukurillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT. Karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini

    dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda

    Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang

    setia pada ajarannya.

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada

    Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan

    berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

    terima kasih kepada:

    1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

    Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

    Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sekaligus dosen

    Pembimbing I, yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika

    peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

    4. Ibu Nanda Saridewi, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

    arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

    5. Bapak Drs. Moh. Wahid Hasyim., Kepala SMA Dharma Karya UT yang telah

    memberikan izin penelitian dan Bapak Arif Soleh, S.Pd., guru mata pelajaran

    kimia, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian.

    6. Orang tua tercinta, yang telah mendukung penulis dalam penelitian ini

    maupun dalam penyusunan skripsi ini dari segi moril maupun materil.

  • iv

    7. Kawan-kawan kelas Program Studi Kimia Angkatan 2008 Jurusan Pendidikan

    IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penyusun

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    8. Sahabat-sahabat: Rian, Gofar, Samroh, Eka, Lena, Okta, Vivi, Irma dan Rizal

    Guntara. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya sehingga skripsi ini

    dapat terselesaikan.

    Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik

    sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan mengenai pengaruh model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media power point terhadap

    hasil belajar kimia siswa pada konsep ikatan kimia.

    Wassalamu’alaikum wr. wb.

    Jakarta, 16 Desember 2013

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ........................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4

    C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 4

    D. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5

    BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS ................................................................. 6

    A. Deskripsi Teoretis .............................................................................. 6

    1. Belajar .......................................................................................... 6

    a. Pengertian Belajar .................................................................. 6

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................ 7

    2. Hasil Belajar ................................................................................. 8

    a. Pengertian Hasil Belajar ......................................................... 8

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil

    Belajar .................................................................................... 9

    3. Model Pembelajaran Kooperatif .................................................. 14

    a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

    Learning) ................................................................................ 14

    b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif ................... 15

    c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif ....................... 16

    d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............... 16

  • vi

    e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif .................. 18

    f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

    Kooperatif .............................................................................. 19

    4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams

    Achievement Division) ................................................................. 20

    a. Pengertian Model Pembelajaran Koorperatif Tipe STAD ..... 20

    b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe

    STAD ..................................................................................... 21

    c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe

    STAD ..................................................................................... 24

    5. Media Pembelajaran dan Media Power Point .............................. 24

    a. Pengertian Media ................................................................... 24

    b. Macam-macam Media ............................................................ 25

    c. Media Power Point ................................................................ 26

    6. Ikatan Kimia ................................................................................. 28

    a. Ikatan Ion ............................................................................... 29

    b. Ikatan Kovalen ....................................................................... 30

    c. Ikatan Kovalen Koordinasi .................................................... 31

    d. Ikatan Logam ......................................................................... 31

    B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 32

    C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 36

    D. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 36

    BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................... 37

    A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 37

    B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 37

    1. Metode Penelitian ........................................................................ 37

    2. Desain Penelitian .......................................................................... 38

    C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 38

    1. Populasi ........................................................................................ 38

    2. Sampel .......................................................................................... 39

    D. Prosedur Penelitian ............................................................................ 39

  • vii

    E. Teknik Pengunpulan Data .................................................................. 40

    F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 41

    G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 49

    1. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................... 49

    a. Uji Normalitas ........................................................................ 49

    b. Uji Homogenitas .................................................................... 50

    2. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 51

    3. Analisis Data ................................................................................ 52

    H. Hipotesis Statistik .............................................................................. 52

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 53

    A. Hasil Penelitian .................................................................................. 53

    1. Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelompok

    Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................. 53

    2. Deskripsi Data Postes Hasil Belajar Siswa Kelompok

    Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............................................. 54

    3. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol ....................................................................... 55

    4. Analisis Hasil Lembar Observasi ................................................. 55

    a. Lembar Observasi Guru ......................................................... 55

    b. Lembar Observasi Siswa ........................................................ 57

    B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ......................................................... 58

    1. Uji Prasyarat Sempel .................................................................... 58

    a. Uji Normalitas ........................................................................ 58

    b. Uji Homogrnitas ..................................................................... 59

    2. Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 59

    a. Uji Normalitas ........................................................................ 60

    b. Uji Homogenitas .................................................................... 60

    3. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 61

    C. Pembahasan ........................................................................................ 63

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 68

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 68

  • viii

    B. Saran ................................................................................................... 68

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 72

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................................... 12

    Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ............................. 17

    Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu ...................................................................... 23

    Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok ............................................................... 23

    Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Grup Design ...................... 38

    Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 41

    Tabel 3.3 Instrumen Tes Pilihan Ganda Materi Ikatan Kimia ............................. 42

    Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ...................................................................... 45

    Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran ..................................................................... 46

    Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................... 47

    Tabel 3.7 Kriteria Interpretasi Skor ..................................................................... 52

    Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .............. 53

    Tabel 4.2 Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ............... 54

    Tabel 4.3 Rekap Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok

    Kontrol .................................................................................................. 55

    Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Guru .................................................................. 56

    Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siswa ................................................................. 57

    Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol ................................................................................ 58

    Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol ................................................................................ 59

    Tabel 4.8 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol ................................................................................. 60

    Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol ................................................................................ 61

    Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan

    Kelompok Kontrol .............................................................................. 62

    Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Postes Kelompok Eksperimen

    dan Kelompok Kontrol ....................................................................... 63

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ................................................................. 36

    Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian ............................................................... 37

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ..................................................................... 72

    Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ............................................................................ 91

    Lampiran 3 Lembar soal ....................................................................................... 107

    Lampiran 4 Soal Kuis ........................................................................................... 112

    Lampiran 5 Bentuk Media Power Point .............................................................. 114

    Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 129

    Lampiran 7 Soal Instrumen yang Dipakai Penelitian .......................................... 142

    Lampiran 8 Data Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok

    Kontrol ............................................................................................. 145

    Lampiran 9 Data Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok

    Kontrol ............................................................................................ 159

    Lampiran 10 Daftar Nilai N-Gain ........................................................................ 174

    Lampiran 11 Hasil Lembar Observasi .................................................................. 176

    Lampiran 12 Data Nilai Kelompok Eksperimen ................................................... 178

    Lampiran 13 Hasil Anates .................................................................................... 179

    Lampiran 14 Uji Referensi .................................................................................... 188

    Lampiran 15 Surat-surat ....................................................................................... 196

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai eduktif.

    Nilai eduktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.

    Interaksi yang bernilai eduktif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang

    dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan

    sebelum pengajaran dilakukan.1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

    aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa, dan Negara.2

    Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru salah

    satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini

    variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktik.

    Tujuan dari pengembangan wariasi mengajar untuk meningkatkan dan

    memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar,

    memberikan kesempatan memungkinkan berfungsinya motivasi, membentuk

    sikap positif terhadap guru dan sekolah, member kemungkinan fasilitas

    belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.3

    Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu

    pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,

    dengan ciri: obyektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu

    1Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

    2006), h. 1 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Predana Media Grup,2006), h. 2 3 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 3

  • 2

    Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan

    seisinya.4

    Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering

    dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari,

    sehingga untuk memberikan pemahan konsep maka harus diberikan suatu

    cara atau metode yang tepat yang diberikan terhadap peserta didik bisa

    berupa metode, praktikum atau eksperimen. Dengan sebuah metode siswa

    akan mampu untuk lebuh memahami lagi konsep-konsep yang diberikan di

    dalam sebuah proses belajar mengajar. Pelajaran kimia di sekolah dirasa

    kurang menarik siswa untuk mempelajarinya, karena dalam mempelajarinya

    lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, sehingga

    materi yang harus dipelajari sangat banyak. Maka tidaklah heran jika

    pembelajaran kimia banyak diberiakan dalam bentuk hafalan.

    Cara pengajaran yang monoton akan membuat siswa pasif dalam

    belajar, siswa akan menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari.

    Media atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam pada proses pembelajaran

    akan memberikan motivasi bagi siswa untuk lebih aktif dalam belajar.

    Perbaikan hasil belajar dapat dicapai melalui peningkatan

    pemahaman siswa terhadap konsep materi ajar yang diberikan dan juga

    disertai dengan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dikelas

    berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah

    satunya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran diperlukan untuk

    mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan interaktif antara

    siswa dan guru. Salah satu diantara model pembelajaran adalah model

    pembelajaran kooperatif.5

    Sejauh ini masih banyak guru yang memakai media papan tulis

    dalam pembelajaran yang biasanya akan membuat siswa merasa bosan dan

    jenuh, padahal ada beberapa media yang lebih menarik dan mudah untuk

    4Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

    2009), h. 46 5Monlila Beni Rian T, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil

    Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,Vol 2, No 1, Tahun 2011, h. 234

  • 3

    diterapkan yaitu salah satu nya dengan media power point. Power point salah

    satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program

    multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam

    penggunaan dan relatif murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain

    alat untuk penyimpanan data (data storage). power point dapat digunakan

    sebagai media pembelajaran.6

    Penggunaan media pembelajaran power point dapat

    dikombinasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dan tepat, salah

    satunya yaitu model pembelajaran tipe STAD. Media power point dapat

    digunakan pada tahap guru menyajikan materi pelajaran, sehingga waktu

    yang digunakan untuk menyajikan materi juga dapat dipersingkat karena guru

    tidak perlu mencatat materi yang disajikan pada papan tulis. Model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

    pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa

    dalam proses pembelajaran.7

    Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk

    mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilihat dari segi

    kognitif mengenai salah satu konsep kimia yang mengambil judul “Pengaruh

    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Power

    Point Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Ikatan Kimia”.

    6Tejo Nurseto, ”Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &

    Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 7Indriyani NST, “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point Melalui Model

    Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok

    Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”,

    Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 1, No 1, Tahun 2011, h. 2

  • 4

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti

    mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

    1. Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering

    dikatan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan

    dipelajari.

    2. Pembelajaran di sekolah masih bertumpu pada hapalan terhadap suatu

    konsep sehingga pelajaran tidak memiliki makna bagi siswa.

    3. Kurangnya minat siswa untuk belajar kimia.

    4. Guru biasanya menggunakan metode ceramah di dalam mengajar, kurang

    variasi dalam pembelajaran.

    C. Pembatasan masalah

    Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka

    masalah yang akan diteliti hanya dibatasi pada:

    1. Subjek yang diteliti adalah siswa dan siswi kelas X di SMA Dharma

    Karya UT Tangerang Selatan.

    2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD dengan menggunakan media power point.

    3. Konsep yang digunakan dalam penelitian yaitu Ikatan Kimia.

    4. Hasil belajar yang dimaksud adalah domain kognitif jenjang C1 sampai

    C4.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah

    dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan akan dicari jawabannya dalam

    penelitian ini: “Apakah Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

    Tipe STAD Menggunakan Media Power Point terhadap Hasil Belajar Kimia

    pada Konsep Ikatan Kimia?”

  • 5

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

    pembelajara kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada

    konsep ikatan kimia kelas X di SMA Dharma Karya UT Tangerang

    Selatan.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, bagi:

    a. Siswa, dapat meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran

    dan mendorong siswa untuk aktif, terampil dan kreatif selama

    pembelajaran.

    b. Sekolah, dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang baik

    sehingga dapat dikembangkan dengan materi-materi yang beragam.

    c. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

    penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang kaitannya dengan hasil

    belajar siswa.

  • 6

    BAB II

    DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoretis

    1. Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada

    semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga

    ke liang lahat nanti.1 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar

    adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan

    tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat

    pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang

    menyangkut nilai dan sikap (afektif).2

    Bambang Warsita menulis dalam bukunya yang berjudul

    Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, “Belajar adalah

    perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman

    (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa

    melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu

    mengkomunikasikannya kepada orang lain”.3

    Menurut Gagne yang dikutip oleh Dimyati dalam buku Belajar

    dan Pembelajaran, “Belajar merupakan kegiatan yang kompleks”. Hasil

    belajar berupa kapabilias. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

    pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah

    dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif

    yang dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat

    1Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2008), h. 62 2Arief S. Sadiman. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan

    Pemanfaatannya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2 3Bambang Warsita, loc. cit.

  • 7

    proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

    pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.4

    Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

    ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang semenjak lahir untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

    dari interaksinya dengan lingkungan. Belajar dapat terjadi dimanapun

    dan dengan cara apapun. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar

    akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh

    pengalaman baru dalam hidupnya.

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

    Secara global, faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar

    siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:5

    1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau

    kondisi jasmani dan rohani siswa

    2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan

    di sekitar siswa

    3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang

    meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

    melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

    Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan

    mempengaruhi satu sama lain. Misal: seorang siswa yang berinteligensi

    tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua

    (faktor eksternal), kemungkinan akan memilih pendekatan belajar yang

    lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Dari pengaruh faktor-faktor

    tersebut dapat timbul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan

    berprestasi rendah. Sebagai seorang guru, diharapkan mampu

    mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa

    yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan

    mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.

    4Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rieka Cipta, 2006), h.10 5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (PT Remaja

    Rosdakarya, 2010), h. 129

  • 8

    2. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

    setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi

    tiga macam, yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan atau

    pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis belajar dapat diisi

    dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum.6

    Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi

    secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga

    aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar

    capaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap:

    1) Hasil Belajar Penguasaan Materi (kognitif)

    Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan

    untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan

    (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep

    kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang

    lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak.

    Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh

    bloom dkk. dikategorikan lebih terinci secara hierarkis kedalam enam

    jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2),

    penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Jejang

    kemampuan yang lebih tinggi sifatya lebih kompleks, dan merupakan

    peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah.7

    2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)

    Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai,

    berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau

    metode. Ciri-ciri belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam

    6Luqman Hakim, “Pengaruh Pembelajaran Promblem Based Instruction Disertai Media

    Audio Visual terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri Ngemplak Tahun

    Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3, No 2, Tahun 2012, h. 5 7Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN

    Jakarta Press, 2006), h. 15

  • 9

    berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pejalaran,

    kedisiplinan, motifasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan

    sebagainya. Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk., menjadi

    lima jenjag, yakni: (1) perhatian/penerimaan (receiving), (2) tanggapan

    (responding), (3) penilaian/penghargaan (valuing), (4)

    pengorganisasian (organization), (5) karakterisasi terhadap suatu atau

    beberapa nilai (characterization by a value or value complex).8

    3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotorik)

    Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan

    keterampilan (skill) atau kemampua bertindak setelah seseorang

    menerima pengalaman belajar tertentu. Simpson (1950) menyatakan

    bahwa hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk

    keterampilan dan kemapuan bertindak individu. Hasil belajar

    psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan

    afektif, akan tanpak setelah siswa menunjukan prilaku atau perbuatan

    tertentu sesuai dengan makna yang tergantung pada kedua ranah

    tersebut dalam kehidupan siswa sehari-hari.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah keseluruhan efek dari proses belajar berupa perkembangan

    tingkah laku yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan ranah

    psikomotorik.

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi

    dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah

    faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor

    ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.

    Faktor-faktor intern meliputi sebagai berikut:

    1. Faktor jasmani

    Meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Hasil belajar siswa

    dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kesehatan

    8 Ibid., h. 19-20

  • 10

    adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh

    terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika

    kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan

    baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin

    dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,

    belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

    Cacat tubuh adalah sesuatu yang nenyebabkan kurang baik atau

    kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat

    berupa buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh

    dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa

    yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia

    belajar pada lembaga pendidikan yang khusus mengenai cacat tubuh.9

    2. Faktor psikologis

    Sekurang-kurangnya ada lima faktor yang tergolong kedalam

    faktor psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan

    belajar siswa, yaitu: tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa,

    bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.10

    a) Intelegensi siswa

    Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

    kemampuan psikomotor untuk mereaksi rangsangan atau

    menyesuaikan diri dengan lingkungan degan cara yag tepat. Jadi,

    intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,

    melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

    b) Sikap siswa

    Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif yang

    berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara

    yang relatif tetap terhadap ibjel orang, barang, dan sebagainya,

    baik secara positif maupun negatif.

    9Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka

    Cipta, 2010), h. 54-55 10Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2010), Cetakan ke-15, h. 131-134

  • 11

    c) Bakat siswa

    Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan

    terealisasikan sesudah belajar atau berlatih. Bakat pun merupakan

    salah satu unsur yang berpengaruh terhadap belajar siswa.

    d) Minat siswa

    Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

    memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar

    pengaruhnya terhadap belajar. Semakin besar minat seseorang

    dalam belajar maka semakin besar kemungkinan hasil belajar

    kimia meningkat dan sebagainya.

    e) Motivasi siswa

    Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia

    atau hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi

    dapat berasal dari dalam diri siswa (motivasi intristik) dan dapat

    pula berasal dari prngaruh luar (motivasi ekstriksik).

    Selain faktor intern, hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor

    ekstern. Adapun faktor-faktor ekstern dikelompokkan menjadi 3

    faktor, yaitu:11

    1. Faktor keluarga

    Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga

    berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,

    suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

    2. Faktor sekolah

    Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup

    metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

    siswa dengan siswa, disiplin sekolah, penjara dan waktu sekolah,

    standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

    rumah.

    3. Faktor masyarakat

    11Slameto, op. cit., h. 60-70

  • 12

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

    berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

    keadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat berasal

    dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul

    untuk bentuk kehidupan masyarakat.

    Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi belajar, berikut ini penyusun sajikan sebuah tabel.

    Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar12

    Ragam Faktor dan Elemennya

    Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan belajar

    1. Aspek Fisiologis

    - Tonus Jasmani

    - Mata dan Telinga

    2. Aspek Psikologis

    - ntelegensi

    - Sikap

    - Minat

    - Bakat

    - Motivasi

    1. Lingkungan Sosial

    - Keluarga

    - Guru dan Staf

    - Masyarakat

    - Teman

    2. Lingkungan

    ninsosial

    - Rumah

    - Sekolah

    Peralatan

    - Alam

    1. Pendekatan

    Tinggi

    - Speculative

    - Achieving

    2. Pendekatan

    Sedang

    - Analytical

    - Deep

    3. Pendekatan

    Rendah

    - Reproductive

    - Surface

    Faktor-faktor intern dan ekstern yang telah dijelaskan diatas

    tidak dapat diabaikan satu dengan lainnya. Faktor-faktor tersebut

    dengan lannya saling mempengaruhi. maka dari itu seorang guru dapat

    memperhatikan siswa dengan pertimbangan faktor-faktor belajar diatas

    ketika menganalisis kesuliatn belajar siswa. Guru pun dapat

    memahami dan memaklumi siswa ketika mereka mengalami kesulitan

    belajar.

    12 Muhibbin Syah, op. cit., h. 137

  • 13

    Hasil belajar di sekolah perlu dinilai oleh seorang guru.

    Penilaian hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan

    kegiatan belajar mengajar. Secara garis besar tujuan penilaian hasil

    belajar belajar adalah:13

    a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa

    dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu

    b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam

    kelompok kelasnya.

    c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam

    belajar.

    d. Untuk mengetahui segala upaya siswa dalam mendayagunakan

    kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)

    untuk keperluan belajar.

    e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode

    mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar

    (PMB).

    Penilaian juga bertujuan untuk menilai apakah metode yang

    digunakan oleh guru telah sesuai atau belum. Jika tingkat keberhasilan

    dalam belajar rendah, maka guru dapat mengevaluasi metode mengajar

    dengan yang mereka gunakan selama ini dan memperbaikinya jika

    terdapat kekurangan.

    Selain memiliki tujuan penilaian terhadap hasil belajar juga

    memiliki fungsi sebagai berikut:14

    a. Fungsi administratif berfungsi untuk penyusunan daftar nilai dan

    pengisian rapor.

    b. Fungsi promosi untuk menetapkan apakah siswa tersebut naik

    kelas atau tidak, lulus atau tidak.

    13 Ibid., h. 140 14 Ibid., h. 141

  • 14

    c. Fungsi diagnosik untuk mendiagosis atau mengidentifikasi

    kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial

    teaching (pengajaran perbaikan).

    d. Sebagai sumber data BK untuk memasok data siswa tertetu yang

    memerlukan bimbingan dan konseling (BK).

    e. Sebagai bahan pertimbangan pada masa yang akan datang yang

    meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat proses

    belajar mengajar (PBM).

    3. Model Pembelajaran Kooperatif

    a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

    Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

    mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

    sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.15

    Pembelajaran

    kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi belajar dimana siswa

    belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di dalam

    kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerja sama untuk

    sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu

    maupun pengalaman kelompok.16

    Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, students

    work together in four member teams to master material initially presented

    by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

    cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem

    belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah dari

    4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa

    lebih bergairah belajar.17

    Jhonson & Jhonson menyebutkan bahwa, “Pembelajaran

    kooperatif adalah cara yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa

    15Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:

    Alfabeta, 2012), h. 15 16Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

    2009), h. 130 17Isjoni. loc. cit.

  • 15

    bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok di

    dalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta

    mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran”.18

    Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

    bahwa pembelajaran kooperatif adalah sebuah cara dalam pembelajaran

    yang menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran sehingga siswa

    dibebaskan untuk mengeksplorasi ilmunya dan pembelajaran ini lebih

    menekankan sebuah kerja sama antar siswa.

    b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

    Roger dan David Johnson mengemukakan, “Ada lima unsur dasar

    dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai

    berikut:”19

    1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence)

    Yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam

    penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh

    kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh

    kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua

    anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

    2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

    Yaitu keberhasilan kelompok sangat bergantung dari masing-

    masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu setiap anggota

    kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus

    dikerjakan dalam kelompok tersebut.

    3) Interaksi tatap muka (face of promotion interaction)

    Yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap

    anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan

    diskusi untuk saling member dan menerima informasi dari anggota

    kelompok lain.

    18 Zulfiani, loc. cit. 19Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

    (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Edisi ke-2, h. 212

  • 16

    4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu

    melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi

    dalam kegiatan pembelajaran.

    5) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

    kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja

    sama mereka, agar selajutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.

    c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif

    Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning menurut Lungdren

    sebagai berikut:20

    1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

    berenang bersama”

    2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau

    peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab

    terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

    3) Para siswa harus berpadangan bahwa mereka semua memiliki

    tujuan yang sama.

    4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara

    para anggota kelompok.

    5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan

    ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

    6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

    keterampilan kerja sama selama belajar.

    7) Setiap siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individual

    materi yang ditagani dalam kelompok kooperatif.

    d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

    Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

    menggunkan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru

    menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

    20Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:

    Alfabeta, 2012), h. 13-14

  • 17

    Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan

    daripada secara verbal.

    Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar, tahap

    ini dikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk

    menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran

    kooperatif meliputi presentasi akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang

    apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-

    usaha kelompok maupun individu.21

    Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif22

    Tahap Tingkah Laku Guru

    Tahap 1 :

    Menyampaikan tujuan

    dan memotivasi siswa

    Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang

    akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan

    menekankan pentingnya topik yang akan

    dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

    Tahap 2 :

    Menyajikan informasi

    Guru menyajikan informasi atau materi

    kepada siswa dengan jalan demonstrasi

    atau melalui bahan bacaan.

    Tahap 3 :

    Mengorganisasikan

    siswa ke dalam

    kelompok-kelompok

    belajar

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

    caranya membentuk kelompok belajar dan

    membimbing setiap kelompok agar

    melakukan transisi secara efektif dan

    efisien.

    Tahap 4 :

    Membimbing

    kelompok bekerja dan

    belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok

    belajar pada saat mereka mengerjakan

    tugas mereka.

    Tahap 5 :

    Evaluasi

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

    materi yang telah di pelajari atau masing-

    masing kelompok mempresentasikan hasil

    kerjanya.

    Tahap 6 :

    Memberikan

    penghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk menghargai

    baik upaya maupun hasil belajar individu

    dan kelompok.

    21Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

    (Jakarta: Rajawali Pres, 2012), Edisi ke-2, h. 211 22 Ibid.

  • 18

    e. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

    Terdapat lima macam metode belajar kooperatif yang berhasil

    dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu:

    STAD (Student Teams Achievement Division). TGT (TeamcGames

    Taurnament), TAI (Team Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative

    Integrated Reading & Composition) dan jigsaw. Tiga diantaranya yaitu

    STAD, TGT, dan Jigsaw dapat diterapkan pada hampir seluruh subjek

    mata pelajaran, sedangkan TAI dan CIRC digunakan pada subjek mata

    pelajaran dan jenjang tertentu.23

    1) STAD (Student Teams Achievement Divisions)

    Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan

    pendekatan kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa

    dibagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang berbeda

    jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Guru menyampaikan informasi

    akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi

    verbal atau teks. Secara individu setiap 2 minggu siswa diberi kuis.

    Kuis itu di skor pengembangan.

    2) Jigsaw

    Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks.

    Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu

    yang diberikan. Jigsaw terdiri dari lima langkah, yaitu mahasiswa

    membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi

    kelompok mahasiswa (homogen), tes/kuis, dan penguatan dari guru.

    3) TGT (Team Games Taurnament)

    TGT hampir sama dengan STAD, namun dalam TGT tidak

    menggunakan kuis atau silang Tanya melainkan menggunakan

    turnamen dan lomba mingguan. Dalam lomba itu siswa berkompetisi

    dengan anggota tim lain agar dapat menyumbangkan poin pada skor

    mereka. TGT terdiri dari empat langkah, yaitu identifikasi masalah,

    23Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

    2009), h. 137-138

  • 19

    pembahasan masalah dalam kelompok, presentasi hasil bahasan

    kelompok (turnamen), dan penguatan dari guru.

    4) TAI (Team Accelerated Instruction)

    Teknik ini menggabungkan metode belajar kelompok dengan

    belajar secara individu. Tiap anggota kelompok akan diberi soal-soal

    bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam

    kelompoknya. Setelah itu, hasil pekerjaan mereka diperiksa oleh

    anggota tim yang lain. Jika seorang siswa telah mampu menjawab suatu

    soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya

    sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang yang lebih sulit.

    5) CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition)

    Teknik ini sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada

    pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri

    dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal

    tim dan kuis.

    Selain lima macam bentuk pembelajaran kooperatif di atas,

    terdapat beberapa pembelajaran kooperatif lain yakni Group

    Investigation, Learning Together dan lain sebagainya.

    f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

    Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam

    pembelajaran ini adalah:24

    1) Saling ketergantungan yang positif.

    2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu

    3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan oengelolaan kelas.

    4) Suasana kelas ysng rileks dan menyenangkan.

    5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat atara siswa dengan

    guru, dan

    6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman

    emosi yang menyenangkan.

    24Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:

    Alfabeta, 2012), h. 24-25

  • 20

    Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga

    memiliki kelemahan, yaitu:

    1) Guru yang harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

    disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

    2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

    dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

    3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan

    topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang

    tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan

    4) Saat diskusi kelas, terkadang didomisili seseorang, hal ini

    mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

    4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement

    Divisions)

    a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    STAD kepanjangan dari Student Teams Achievement Division

    (pembagian tim-tim pencapaian siswa). STAD adalah suatu tim pembantu

    pelaksanaan pelajaran bagi guru untuk belajar bekerjasama. STAD ini

    terdiri dari 4 atau 5 orang siswa yang berkemampuan heterogen sehingga

    dalam satu kelompok terdapat satu siswa berkemampuan tinggi, dua siswa

    berkemampuan sedang dan dua siswa berkemampuan rendah. Di

    dalamnya siswa diberi kesempatan untuk kolaborasi dan elaborasi dengan

    teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok.25

    Tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe

    kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara

    siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai

    materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.26

    STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada,

    mulai dari matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu

    pengetahuan ilmiah lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua

    25Zulfiani, op. cit., h. 138 26Isjoni, op. cit., h. 51

  • 21

    sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan

    bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika,

    berhitung dan studi terapan, pengggunaan dan mekanika bahasa, geografi

    dan kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.27

    Ide dasar STAD adalah bagaimana memotivasi siswa dalam

    kelompok agar mereka dapat saling mendorong dan membantu satu sama

    lain menguasai materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu

    kesadaran bahwa belajar itu penting, bermakna, dan menyenangkan28

    Slavin memaparkan bahwa : ”Gagasan utama di belakang STAD

    adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

    untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan guru”.29

    b. Tahapan-tahapan Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

    (Student Teams Achievement Divisions)

    Pada proses pembelajarannya, belajar koperatif tipe STAD melalui

    lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan

    kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap perhitungan skor

    perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.30

    1) Tahap Penyajian Materi

    Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus

    dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi

    yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang ikatan

    kimia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan

    mengingatkan siswa terhadap materi prasarat yang telah dipelajari,

    agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan

    pengetahuan yang telah dimiliki. .

    27Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa

    Media, 2009), h. 12 28Zulfiani. loc. cit. 29Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

    (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cetakan ke-3, h. 214 30Isjoni, Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:

    Alfabeta, 2012), h. 51-53

  • 22

    Dalam pengembangan materi pelajaran perlu ditekankan hal-

    hal sebagai berikut: a. mengembangkan materi pembelajaran sesuai

    degan apa yang akan dipelajari siswa dan kelompok, b. menekankan

    bahwa belajar adalah memahami makna, dan bukan hapalan, c.

    memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol

    pemahaman siswa, d. memberikan penjelasan mengenai jawaban

    pertanyaan itu benar atau salah, dan e. beralih kepada materi

    selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.

    2) Tahap Kerja Kelompok

    Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan

    yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi

    tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota

    kelompok dapat memahami materi yang telah dijelaskan, dan satu

    lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru

    berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

    3) Tahap Tes Individu

    Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

    keberhasian belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual,

    mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual

    diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, msing-masing

    selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah

    dipelajari secara individual selama bekerja dalam kelompok. Skor

    perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan

    pada perhitungan perolehan skor kelompok.

    4) Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

    Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang

    sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya

    berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan

    skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh

    prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan

    skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran

  • 23

    perkembangan individu yang dikemukakan Slavin seperti terlihat pada

    tabel berikut:

    Tabel 2.3 Skor Kemajuan Individu 31

    Skor Kuis Poin Kemajuan

    Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

    10-1 poin di bawah skor awal 10

    Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

    Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

    Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

    Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara

    menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan

    hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

    5) Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

    Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor

    rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat

    dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk

    menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok sebagai

    berikut:

    Tabel 2.4 Skor Penghargaan Kelompok

    Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

    15 Kelompok Baik

    20 Kelompok Hebat

    25 Kelompok Super

    c. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe STAD

    Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

    sebagai berikut:

    Dalam pembelajaran kooperatif, siswa membangun sendiri

    pengetahuannya melalui interaksi dengan orang lain. Melalui interaksi

    31Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa

    Media, 2009), h. 159

  • 24

    dengan anggota kelompoknya siswa memiliki kesempatan untuk

    mengemukakan pendapat/pengetahuannya dari hasil diskusi dengan angota

    kelompoknya. Dengan belajar keolmpok diharapkan dapat menyelesaikan

    persoalan-persoalan materi pelajaran dengan bantuan temannya.

    Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat

    kepandaian, jenis kelamin, tingkat ekonomi diharapkan dapat membentuk

    rasa saling menghargai sesama siswa. Hal ini dapat meminimalkan

    kesenjangan sosial yang terjadi sebelumnya diantara mereka. Dengan

    diadakannya tugas individu maupun kelompok diharapkan dapat

    memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha lebih baik, baik untuk

    dirinya sendiri ataupun untuk kelompoknya.

    Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

    memerlukan waktu yang lama. Apabila kemampuan guru kurang

    memadai, sarana dan prasarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran

    kooperatif tipe STAD sangat sulit untuk dilaksanakan. Sedangkan dari

    pihak siswa, apabila tidak ada kesadaran akan akan tanggung jawab dan

    kerja sama pada setiap anggota, maka hasil yang diperoleh setiap siswa

    tersebut tidak akan maksimal yang pada akhirnya akan mempengaruhi

    nilai kelompok

    5. Media pembelajaran dan media power point

    a. Pengertian media

    Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

    jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau

    pengantar”. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur

    informasi belajar atau penyalur pesan.32

    b. Macam-macam Media

    Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua

    jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasi ini dapat dilihat dari jenisnya,

    daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.

    32Syaiful Bahri Djaramah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

    2006), h. 120

  • 25

    1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:

    a) Media auditif

    Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan

    kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan

    hitam. Media ini cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan

    dalam pendengaran.

    b) Media visual

    Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

    penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam

    seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar

    atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang

    menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film

    kartun.

    c) Media audiovisual

    Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur

    suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan

    yang lebih baik, karena meliputi dua jenis media, diantaranya:

    1. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan

    gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film

    rangkai suara, dan cetak suara.

    2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur

    suara dan gambar yang bergerak seperti film suara atau video

    cassette.

    2) Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam:

    a) Media dengan daya liput luas dan serentak

    Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang

    serta dapat menjangkau jumlah anak didik dan banyak dalam

    waktu yang sama.

    Contoh : radio dan televisi

  • 26

    b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat

    Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan

    tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai yang

    harus mengguanakan tempat yang tertutup dan gelap.

    c) Media untuk pengajaran individual

    Media ini penggunaannya hanya seorang diri. Yang

    termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran

    melalui komputer.

    3) Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam:

    a) Media sederhana

    Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah,

    cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.

    b) Media kompleks

    Media ini bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta

    harganya yang mahal, sulit membuatnya, dan penggunaannya

    memerlukan keterampilan yang memadai.33

    c. Media Power Point

    Power point salah satu software yang dirancang khusus untuk

    mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam

    pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak

    membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data

    storage).34

    Keuntungan terbesar dari program ini adalah tidak perlunya

    pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office.

    Jadi pada waktu penginstalan program microsoft office dengan sendirinya

    program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan

    pengembangan pembelajaran dengan komputer.35

    33Ibid., h. 124-126 34Tejo Nurseto, “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik”, Jurnal Ekonomi &

    Pendidikan, Vol 8, No 1, April 2011, h. 31 35Ouda Teda Ena, “Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak

    Presentasi”,http://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+denga

    n+google&meta=, Artikel, Tahun 2008, h.3 Diakses: 2 mei 2013

    http://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+dengan+google&metahttp://www.google.co.id/search?hl=id&q=media+pembelajaran&btnG=telusuri+dengan+google&meta

  • 27

    Kelebihan Power point antara lain: dapat menyajikan teks,

    gambar, film, sound efek, lagu, grafik, dan animasi sehingga menimbulkan

    pengertian dan ingatan yang kuat, mudah direvisi, mudah disimpan dan

    efisien, dapat dipakai berulang-ulang, dapat diperbanyak dalam waktu

    singkat dan tanpa biaya, dapat dikoneksikan dengan internet.

    Adapun Prosedur pembuatan media power point adalah:

    a. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian

    antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama

    latar belakang kemampuan, usia juga jenjang pendidikan. Perlu juga

    mengidentifikasi ketersediaan sumber pendukung seperti gambar,

    animasi, video, dll.

    b. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai dengan kebutuhan materi

    dan sasaran seperti video, gambar, animasi, suara. Pengumpulan bahan

    tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari melalui internet

    (browsing), menggunakan yang sudah ada di direktori anda, jika

    diperlukan memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan

    misalnya untuk kebutuhan video dengan shooting, rekaman audio. dan

    untuk kebutuhan gambar melalui scanning image. Bersamaan dengan

    itu dilakukan juga penyusunan materi yang diambil dari bahan utama

    misalnya buku, modul, makalah lengkap. Materi untuk power point

    sebaiknya dikemas menjadi uraian pendek, pokok-pokok bahasan atau

    poin-poin.

    c. Setelah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya

    proses pengerjaan di power point hingga selesai. Selanjutnya

    mengubah hasil akhir presentasi apakah dalam bentuk slide show, web

    pages.

    d. Setelah program selesai dibuat, tidak langsung digunakan sebaiknya

    dilakukan review program dari sisi bahasa, teks, tata letak, dan

    kebenaran konsep, selanjutnya di revisi dan siap digunakan.36

    36Tejo Nurseto, loc. cit.

  • 28

    6. Ikatan Kimia

    Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang

    membentuk suatu molekuk. Atom-atom yang berikatan bias berasal dari unsur

    yang sejenis ataupun berlainan jenis. Di alam, umumnya unsur-unsur

    cenderung saling berikatan membentuk senyawa, kecuali unsur-unsur gas

    mulia. Hal ini dilakukan untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil,

    seperti konfigurasi elektron gas mulia.37

    Berdasarkan konfigurasi elektron, dirumuskan aturan sebagai berikut:

    a. Unsur-unsur gas mulia sangat stabil, kecuali He, memiliki 8 elektron

    valensi. Dengan demikian unsur-unsur lain berusaha memperoleh

    konfigurasi elektron seperti gas mulia untuk mencapai kestabilan. Hal ini

    dirumuskan menjadi aturan oktet.

    b. Unsur gas mulia He memiliki 2 elektron valensi. Unsur-unsur dengan

    nomor atom kecil, yakni H dan Li berusaha memiliki konfigurasi elektron

    gas mulia terdekat, yaitu memiliki 2 elektron valensi seperti He untuk

    mencapai kestabilan. Hal ini di rumuskan menjadi aturan duplet.

    Untuk memenuhi aturan oktet atau duplet, atom-atom dapat

    meminta/melepas elektron atau menggunakan elektron bersama. Peristiwa ini

    akan menyebabkan terbentuknya ikatan kima.

    a. Atom-atom yang menerima atau melepaskan elektron akan membentuk

    ikatan ion.

    b. Atom-atom yang menggunakan elektron bersama akan membentuk

    ikatan kovalen.

    c. Di dalam ikatan kovalen, elektron-elektron yang digunakan bersama

    dapat berasal dari satu atom saja. Ikatan kovalen demikian disebut

    ikatan kovalen koordinasi.

    d. Atom-atom suatu unsur juga menggunakan elektron bersama

    membentuk ikatan logam.

    37Sandri Justiana, Kimia 1, (Jakarta : Yudistira, 2009), h. 41

  • 29

    a. Ikatan Ion

    Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan

    atom unsur non logam. Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron

    yang dilepas harus sama dengan jumlah elektron yang diterima.

    Contohnya ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na dan atom

    non logam Cl pada senyawa NaCl. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai

    akibat serah terima elektron antar atom disebut ikatan ion.

    Serah terima elektron dalam ikatan ion dapat digambarkan dengan

    menggunakan lambang Lewis. Lambang Lewis dari suatu unsur

    dinyatakan oleh lambang unsur dikelilingi oleh sejumlah tanda titik ( )

    atau tanda lainnya seperti tanda silang (×). Tanda tersebut menyatakan

    jumlah elektron valensi dari unsur tersebut. Contoh penggunaan lambang

    Lewis untuk menggambarkan ikatan ion.

    Penggunaan tanda yang berbeda untuk elektron ( dan ×) untuk

    membedakan asal elektron valensi. Namun, pada dasarnya, kita tidak dapat

    membedakan asal suatu elektron dalam ikatan kimia.

    Sifat Fisis Senyawa Ion

    Beberapa sifat fisis dari senyawa ion:

    a) Berupa padatan pada suhu ruang

    b) Bersifat keras tapi rapuh

    c) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi

    d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut

    e) Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik

    dalam fase cair atau jika larut dalam air.

    b. Ikatan Kovalen

    Ikatan kovalen terbentuk akibat kecenderungan atom-atom untuk

    menggunakan elektron bersama agar memiliki konfigurasi elektron

    seperti gas mulia terdekat. Atom-atom yang berikatan secara kovalen

    + ClNa xx x

    x

    xx x

    Na Cl -+

  • 30

    umumnya adalah atom-atom non logam. Contoh ikatan kovalen yang

    terbentuk antara dua atom non logam Cl pada gas klorin Cl2.

    Atom Cl (Z = 17) memiliki konfigurasi elektron (2.8.7). Gas mulia

    yang memiliki konfigurasi elektron terdekat adalah Ar (2.8.8). Sewaktu

    atom Cl bergabung dengan atom Cl lainnya, transfer elektron tidak

    mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan kemampuan kedua atom Cl untuk

    menarik elektron adalah sama. Meski demikian, masing-masing atom Cl

    dapat menggunakan 1 elektron valensinya membentuk sepasang elektron

    yang dapat digunakan bersama. Dengan demikian, kedua atom Cl dapat

    memenuhi aturan oktet. Ikatan kimia yang terbentuk sebagai akibat

    penggunaan bersama pasangan elektron oleh dua atom disebut ikatan

    kovalen.

    Jenis Ikatan Kovalen

    Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama

    (pasangan elektron ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara 2 atom

    unsur dapat berupa:

    1) Ikatan kovalen tunggal (─)

    Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan

    elektron oleh dua atom yang berikatan. Dengan kata lain, hanya

    terdapat 1 pasangan elektron ikatan.

    2) Ikatan kovalen rangkap

    Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan

    penggunaan bersama dua atau lebih pasangan elektron ikatan oleh

    dua atom yang berikatan.

    Cl + Cl xx

    x x

    x

    x xCl

    x x

    x

    x x

    xxCl

    Lambang Lewis

    pasangan

    elektron ikatan

    (PEI) pasangan elektronbebas (PEB)

    masing-masingatom Cl memiliki 8 elektron

    Cl Clx x

    x x

    xx

    garis tunggal ( ) menunjukkan adalanya 1 pasangan elektronyang digunakanbersama

    Cl Cl

    penyederhanaan penulisanstruktur Lew is

  • 31

    Sifat Fisis Senyawa Kovalen

    Beberapa sifat fisis senyawa kovalen yang penting adalah sebagai

    berikut:

    a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang

    b. Bersifat lunak dan tidak rapuh

    c. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi

    d. Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic

    e. Umumnya tidak dapat menghantar listrik

    c. Ikatan Kovelen Koordinasi

    Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana

    elektron-elektron dalam pasangan elektron yang digunakan bersama

    berasal dari salah satu atom yang berikatan.

    Contoh ikatan kovalen koordinasi adalah pada molekul CO.

    d. Ikatan Logam

    Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat

    penggunaan bersama elaktron-elektron valensi antar atom-atom logam.

    Sifat Fisis Ikatan Logam

    Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat,

    strukturnya yang rapat, dan keberadaan elektron-elektron bebas.

    Beberapa sifat fisis logam yang penting adalah sebagai berikut:

    1) Berupa padatan pada suhu ruang

    2) Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika di tempa

    3) Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi

    4) Menghatar listrik dengan baik

    5) Menghantar panas dengan baik

    6) Mempunyai permukaan yang mengkilap

    C + O X X

    XX X

    X C OX X X X

    XX C O

    Molekul CO memiliki ikatan rangkap tiga yang terdiri dari 2 ikatan kovalen biasa dan 1 ikatan kovalen koordinasi. Dengan adanya ikatan kovalen koordinasi, konfigurasi elekrton C dan O pada molekul CO sesuai dengan aturan oktet.

  • 32

    B. Hasil Penelitian yang relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Indriyani NST, Erviyenni, Lenny

    Anwar. Yang berjudul “Penggunaan Media Microsoft Office Power Point

    Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan

    Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem

    Periodik di Kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci”. Berdasarkan analisis

    statistik uji-t dapat disimpulkan bahwa penggunaan media melalui microsoft

    office powerpoint jenis model pembelajaran kooperatif STAD pada kelas

    eksperimen untuk meningkatkan siswa hasil belajar dengan 14,54%. Dengan

    demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan microsoft office powerpoint

    melalui media pembelajaran STAD tipe model memberikan positif pengaruh

    terhadap tingkat pemahaman siswa tentang masalah struktur atom dan sistem

    periodik.38

    Penelitian yang dilakukan oleh Imtihani Nur Arum Hidayati, Tri

    Redjeki dan Budi Hastuti yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk

    Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Kimia pada Materi Pokok

    Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran

    2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pembelajaran

    STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas

    proses belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat

    dari aspek aktivitas siswa dalam belajar kimia pada kondisi awal, siklus 1 dan

    siklus 2. Pada kondisi awal, siswa memiliki aktivitas belajar kimia sebesar 45

    % yang tergolong cukup aktif, kemudian meningkat menjadi 69,17 % pada

    siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar 71,67 %. (2) Metode pembelajaran STAD

    (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan kualitas hasil

    belajar kimia materi pokok kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari

    38Indriyani NST, Erviyenni, Lenny Anwar, “Penggunaan Media Microsoft Office

    Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi

    Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem Periodik di Kelas X SMA Negeri 1

    Pangkalan Kerinci”, Jurnal Pendidikan Kimia, Vol 5, No 2, Tahun 2011, h. 10

  • 33

    hasil tes kognitif siklus 1 dan siklus 2. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa

    sebesar 40 % yang kemudian meningkat menjadi 70 % pada siklus 2. Dilihat

    dari aspek afektif siswa, pada siklus 1 afektif siswa sebesar 15 %, kemudian

    meningkat pada siklus 2 sebesar 25 %.39

    Penelitian yang dilakukan oleh Verawati Turanda, Rosmaini S dan

    Darmadi dengan judul “Penggunaan Media Microsoft Office Powerpoint

    Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan

    Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru” Hasil

    penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata daya serap siswa adalah

    74,85% (Cukup) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,08%

    (Baik), ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 91,66% (Amat Baik) pada

    siklus II menjadi 100% (Amat Baik). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

    bahwa penggunaan media powerpoint melalui model pembelajaran kooperatif

    tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi siswa kelas

    VII2 SMPN 32 Pekanbaru.40

    Penelitian yang dilakukan oleh Dedy Hamdani dengan judul

    penelitian “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft

    Powerpoint pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”. Hasil penelitian

    (a) hasil belajar siswa terdiri dari aspek pemahaman konsep dan aspek kinerja

    ilmiah. Untuk aspek pemahaman konsep pada siklus I dengan nilai rata-rata

    70,09 dan ketuntasan belajar 87,80% (tuntas), pada siklus II dengan nilai rata-

    rata 73,85 dan ketuntasan belajar 97,56% (tuntas). Sedangkan pada aspek

    kinerja ilmiah pada siklus I dengan skor rata-rata 12,50 dalam kategori cukup

    dan pada siklus II dengan skor rata-rata 13,37 dalam kategori baik. (b)

    aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa pada siklus I dengan skor rata-

    39Imtihani, Tri Redjeki, Budi Hastuti, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar

    Kimia pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI MAN Klaten Tahun Pelajaran

    2011/2012”, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),Vol 2, No 2, Tahun 2013, h. 92 40Verawati Turada, Rosmaini S, Darmadi, “Penggunaan Media Microsoft Office

    Powerpoint Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas

    dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII2 SMPN 32 Pekanbaru”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 3,

    No 1, November 2012, h. 2

  • 34

    rata sebesar 33 dalam kategori baik, pada siklus II sebesar 37,5 dalam

    kategori baik.41

    Penelitian yang dilakukan oleh I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis

    dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Disiplin

    Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa” menunjukan bahwa adanya

    pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa, dan

    prsetasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran

    kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang mengikuti model

    pembelajaran konvensional dengan nilai F = 4,235 pada angka signifikan

    0,043.42

    Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Madra dengan judul “Pengaruh

    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions

    (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau

    dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”. Dari

    hasil temuan penelitian, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

    tipe STAD berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada siswa kelas X

    SMA Negeri 1 Gianyar dengan memperhitungkan motivasi.43

    Penelitian yang dilakukan oleh R. Ahmad Zaky El Islami dengan

    judul “Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD terhadap

    Hasil Belajar Kimia Siswa pada Konsep Sistem Koloid”. Dari hasil penelitian,

    disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model cooperative

    learning tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa pada

    konsep sistem koloid, hal ini berdasarkan perhitungan statistik, nilai thitung

    41Dedy Hamdani, “Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dengan Microsoft Power

    Point pada Konsep Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

    VIIIB SMP Negeri 5 Kota Bengkulu”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1, No 2, Maret 2009, h. 1 42I Dewa Gede Merta, Asneli Lubis, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

    terhadap Disiplin Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika,

    Vol 2, No 3, Desember 2008, h. 1043 43I Ketut Madra, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

    Achievement Divisions (STAD) Berbantuan Asesmen Proses terhadap Prestasi Belajar Kimia

    Ditinjau dari Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gianyar”, Jurnal

    Pendidikan Kimia, Vol 5, No 8, Tahun 2011, h. 1

  • 35

    sebesar 10,22 dan ttabel sebesar 1,99 dengan taraf signifikansi 0,05, karena

    thitung > ttabel maka Ha diterima.44

    C. Kerangka Berfikir

    Penguasaan kimia sangat diperlukan, terlebih banyak hal yang

    bermanfaat bagi kemajuan manusia di bidang sains dan sosial. Kimia adalah

    ilmu sains yang tentunya bersifat konseptual dan aplikatif. Bersifat konseptual

    artinya kimia merupakan sebuah disiplin ilmu yang memiliki teori-teori yang

    akan menunjang kebermanfaatan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

    Sedangkan bersifat aplikatif artinya kimia adalah sebuah ilmu yang bisa

    langsung dirasakan manfaatnya di lingkungan sekitar kita, contoh kecilnya

    adalah udara yang kita hirup untuk bernapas.

    Siswa akan menemukan gagasan-gagasan yang saling berkaitan antara

    teori dengan aplikasinya. Oleh karena itu, kimia sudah sangat perlu

    dikembangkan dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model cooperative

    learning Tipe STAD ini akan ditemukan sebuah kolaborasi antara teori

    dengan hal nyata yang bisa divisualkan.

    Pada mod