18
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika Oleh ONNY FITRI MARDANI 202012076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE SCRAMBLE TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS VIII

SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi S1 Pendidikan Matematika

Oleh

ONNY FITRI MARDANI

202012076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

2

Page 3: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

3

Page 4: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

4

Page 5: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

5

Page 6: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBEL

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA

KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

Onny Fitri Mardani1, Kriswandani

2, Wahyudi

3

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya Wacana

Jalan Diponegoro No 52-60 Salatiga 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : [email protected] 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, e-mail : [email protected]

3Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UKSW, e-mail : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

scramble terhadap hasil belajar matematika pada kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Jenis

penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian the randomized control

group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP

Pangudi Luhur Salatiga sebanyak 82 siswa yang terdiri atas 3 kelas. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh siswa kelas VIIIA sebagai kelompok

eksperimen dan siswa kelas VIIIC sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa masing-masing 27

siswa. Berdasarkan hasil uji independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,009 <

0,05 yang berarti berarti tidak terdapat perbedaan nilai rerata antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol atau terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar

matematika siswa. Hal ini tampak dari nilai rerata kelas eksperimen sebesar 80,59 lebih tinggi dari

nilai rerata kelas kontrol sebesar 75,04.

Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe scramble, hasil

belajar.

PENDAHULUAN

Matematika mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia contohnya

untuk menghitung belanjaan, mengukur, dan lain sebagainya. Mata pelajaran matematika

perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

memecahkan masalah. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran

yang disajikan pada hampir semua jenjang pendidikan, sejak mulai tingkat sekolah dasar

hingga sekolah lanjutan tingkat atas, bahkan dipelajari pula di tingkat perguruan tinggi untuk

bidang-bidang yang relevan (Suhendra dkk, 2007).

Pembelajaran matematika mempunyai peranan yang penting bagi siswa untuk bekal

kehidupan mereka secara nyata dan tidak hanya teori saja. Sedangkan menurut Badriyah

(2009), pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang mengacu pada ketiga fungsi

mata pelajaran matematika, yaitu sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan.

Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi

siswa untuk mempelajari kemampuan dan potensi diri sendiri prospek pengembangan lebih

Page 7: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

7

lanjut untuk menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ada.

Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika merupakan masalah utama

dalam pembelajaran matematika (Suhendra dkk, 2007). Masalah hasil belajar dalam

pembelajaran matematika juga dialami oleh siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.

Permasalahan yang terjadi yaitu belum optimalnya hasil belajar matematika siswa. Hal

tersebut diantaranya dapat dilihat dari nilai siswa kelas VIIIA pada nilai ulangan matematika

pada materi lingkaran yang hanya mencapai rata-rata 61,93. Nilai rata-rata yang dicapai siswa

belum sesuai dengan harapan guru dan masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM). Selain itu, dalam proses pembelajaran sebagian besar siswa tidak memperhatikan

saat pembelajaran matematika berlangsung sehingga tidak dapat menerima pembelajaran

dengan baik, serta perhatian dan konsentrasi siswa masih rendah. Selain itu, saat

pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang bermain dengan alat tulisnya, ada juga

yang berbicara dengan teman, dan bahkan ada beberapa siswa yang sibuk sendiri tanpa

memperhatikan penjelasan dari guru. Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat dilihat

bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga masih rendah.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal

(Baharuddin dan Wahyuni dalam Yusuf, 2014). Faktor internal meliputi minat, kecerdasan,

bakat, motivasi, kemampuan kognitif sedangkan faktor eksternal meliputi kurikulum,

program, model pembelajaran, sarana dan prasarana, guru (Sagala, 2011:180-190). Model

pembelajaran merupakan salah satu faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2012:46). Salah satu model

pembelajaran inovatif yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2010:202) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok

yang bersifat heterogen. Slavin (2009:4) mendefinisikan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah strategi mengajar dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Oleh

karena itu, Anggreini (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif sangat cocok

digunakan untuk mengurangi masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika

karena pembelajaran ini mengharuskan siswa aktif berpikir dan mencari suatu jawaban atas

permasalahan yang disajikan oleh guru. Model Pembelajaran Kooperatif terdiri dari beberapa

Page 8: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

8

tipe pembelajaran, yakni improve, inkuiri, inside outside circle, jigsaw, kumon, logan avenue

problem solving, make a match, quantum, scientific, role playing, srcamble, simulasi,

snowball throwing, superitem, SQ4R, dan lain-lain (Shoimin, 2014).

Model pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan salah satu model

pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau

pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun

secara acak sehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud

(Komalasari, 2010:84). Lebih lanjut, Suhani (2010) menjelaskan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe scramble merupakan model pembelajaran yang bersifat aktif, yaitu menuntut

siswa aktif bekerjasama menyelesaikan kartu soal untuk memperoleh point bagi kelompok

mereka. Siswa mempunyai tanggung jawab masing-masing dalam menyelesaikan tugasnya.

Senada dengan pendapat tersebut, Suyatno dalam Iryanti (2012:2) menyatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah suatu model belajar yang menggunakan kartu

soal dan kartu jawaban yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Siswa dituntut

berpikir kreatif dalam pembelajaran di kelas, untuk mengurutkan kata-kata dalam kunci

jawaban menjadi kata yang logis.

Sintak model pembelajaran kooperatif tipe scramble menurut Huda (2014:304) adalah

sebagai berikut: 1) guru menyajikan materi sesuai topik, 2) setelah selesai menjelaskan materi

pelajaran, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya, 3) guru

memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal, 4) siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu

yang telah ditentukan guru, 5) guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan

siswa, 6) jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib mengumpulkan lembar

jawaban kepada guru, baik siswa yang selesai maupun tidak selesai harus mengumpulkan

jawaban itu, 7) guru melakukan penilaian, baik di kelas maupun di rumah dan penilaian

dilakukan berdasarkan seberapa cepat siswa mengerjakan soal dan seberapa banyak soal yang

ia kerjakan dengan benar, dan 8) guru memberi apresiasi dan rekognisi kepada siswa-siswa

yang berhasil, dan memberi semangat kepada siswa yang belum cukup berhasil menjawab

dengan cepat dan benar.

Model pembelajaran kooperatif tipe scramble memiliki beberapa kelebihan yang

tampak langsung dalam proses pembelajaran, yaitu memudahkan siswa mencari jawaban,

mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut, melatih siswa untuk berpikir aktif,

serta membuat pelajaran lebih menarik dan membuat siswa tertantang untuk mengerjakan

soal-soal yang ada pada permainan tersebut (Junaidi, 2010). Selain itu, Suhani (2010)

menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble memiliki tujuan berupa

Page 9: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

9

dampak instruksional dan dampak pengiring pada siswa. Dampak instruksional model

pembelajaran kooperatif tipe scramble yaitu siswa menjadi lebih aktif dan berani

mengemukakan pendapat serta aktif berdiskusi. Sedangkan dampak pengiringnya adalah

mampu meningkatkan kerjasama secara kooperatif untuk mengerjakan tugas, lebih

bertanggung jawab dan meningkatkan rasa percaya diri.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

scramble terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur

Salatiga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi

Experimental), yaitu penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimental (Sugiyono, 2011:116). Penelitian ini merupakan eksperimental

semu (Quasi experimental research) karena peneliti tidak memungkinkan untuk

memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan (Budiyono, 2003:79).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga

Tahun Ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 82 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh dua

kelompok siswa, yakni sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang

digunakan adalah kelas VIIIA yang terdiri dari 27 siswa sedangkan kelas kontrolnya adalah

kelas VIIIC yang terdiri dari 27 siswa. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah the

randomized control group pretest-posttest design yaitu menggunakan dua kelas yang dipilih

secara acak (random), kemudian untuk mengetahui kondisi awal hasil belajar siswa data

diambil dari nilai ulangan harian materi sebelumnya yaitu lingkaran adakah perbedaan antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya diberi posttest untuk mengetahui pengaruh

dari penerapan model setelah diberikan perlakuan.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang digunakan untuk

memperoleh data nilai ulangan matematika pada materi lingkaran yang dijadikan data pretest,

metode tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa dan metode

observasi untuk mengukur sejauh mana guru telah melaksanakan variabel bebasnya (model

pembelajaran kooperatif tipe scramble). Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar

dan lembar observasi. Instrumen tes hasil belajar berupa 5 soal uraian yang disusun

Page 10: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

10

berdasarkan SK, KD, dan indikator materi. Instrumen lembar observasi terdiri dari 15

pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator. Tes akhir (posttest) yang terdiri dari 5 soal

uraian dan yang didasarkan pada kisi-kisi tes sebagai berikut.

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Posttest

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Soal

Menentukan unsur,

bagian lingkaran serta

ukurannya.

Menghitung panjang

garis singgung

persekutuan dua

lingkaran.

Menentukan panjang garis

singgung persekutuan dalam dua

lingkaran

1, 5

Menentukan panjang garis

singgung persekutuan luar dua

lingkaran

2, 4

Menentukan panjang sabuk lilitan

minimal yang menghubungkan

dua lingkaran

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa

1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest

Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa

sebelum dilakukan penelitian dan diberikan perlakuan. Data yang digunakan sebagai

pretest adalah nilai murni tes ulangan matematika pada materi lingkaran untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan statistika deskriptif untuk

kemampuan awal siswa kelas VIIIA dan kelas VIIIC. Hasilnya dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Deskripsi Statistika Nilai Pretest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 27 42 82 61.93 11.916

Kontrol 27 40 88 62.59 12.500

Valid N (listwise) 27

Berdasarkan Tabel 2 terlibat bahwa rerata nilai pretest kelas kontrol, yaitu 62,59

lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen, yaitu 61,93. Selain itu, nilai minimum

kelas kontrol yaitu 40 lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yaitu 42. Namun

demikian, nilai maximum kelas kontrol yaitu 88 lebih tinggi dibandingkan kelas

eksperimen yaitu 80. Dan standart deviation dari nilai kelas kontrol yaitu 12,500

lebih tinggi dari kelas eksperimen yaitu 11,916.

Menurut Supranto (2007), hasil belajar dapat dibedakan menjadi 3 kategori

yaitu tinggi, sedang, rendah. Pengkategorian ini menggunakan interval dengan

Page 11: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

11

rumus nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dibagi jumlah kelas interval

(Widoyoko, 2013:110). Sebaran nilai pretest kelas baik kelas eksperimen maupun

kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kategori Nilai Pretest

No Interval Kategori Hasil

Belajar

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Jml % Jml %

1. 73 – 89 Tinggi 7 12,96 6 11,11

2. 56 – 72 Sedang 13 24,08 12 22,22

3. 39 – 55 Rendah 7 12,96 9 16,67

Berdasarkan pengkategorian pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masuk dalam kategori sedang. Siswa

yang masuk kategori tinggi dan sedang untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

hanya berselisih 1 untuk masing-masing kategori. Siswa yang masuk kategori tinggi

untuk kelas eksperimen 7 siswa (12,96%) dan kelas kontrol yaitu 6 siswa (11,11%).

Sedangkan siswa yang masuk kategori sedang untuk kelas eksperimen yaitu 13

siswa (24,08%) dan kelas kontrol yaitu 12 siswa (22,22%), sedangkan siswa yang

masuk kategori rendah untuk kelas eksperimen yaitu 7 siswa (12,96%) dan untuk

kelas kontrol yaitu 9 siswa (16,67%).

2. Uji Normalitas Nilai Pretest

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kedua kelas berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk

karena jumlah sampel dari kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing

kurang dari sama dengan 50 (Sembiring, 2003:73). Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .157 27 .087 .940 27 .125

Kontrol .113 27 .200* .954 27 .268

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil uji normalitas menghasilkan nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar

0,125 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,268 dimana kedua nilai signifikansi tersebut

Page 12: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

12

lebih dari 0,05. Hal ini berarti nilai pretest pada setiap kelas berdistribusi normal.

Hasil ini juga dapat dilihat dari histrogram yang ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram Distribusi Normal Nilai Pretest

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas kurva mendekati bentuk

kurva berdistribusi normal. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tetapi

kedua kurva normal merupakan bukti bahwa data berdistribusi normal untuk

masing-masing kelas.

3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Pretest

Hasil uji normalitas menyimpulkan bahwa kedua sampel masing-masing berasal

dari populasi berdistribusi normal. Untuk mengetahui keseimbangan nilai pretest

kelas eksperimen dan kelas kontrol maka selain digunakan uji normalitas, juga

digunakan uji homogenitas. Hasil perhitungan uji independent sample t-test dapat

dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Independent Sample t-test Nilai Pretest

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal variances

assumed .066 .798 -.201 52 .842 -.667 3.324 -7.336 6.003

Equal variances

not assumed

-.201 51.881 .842 -.667 3.324 -7.336 6.003

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test

menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,798 > 0,05 yang berarti kedua kelas

Page 13: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

13

berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (homogen). Berdasarkan hasil uji

normalitas dan uji homogenitas maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut

dalam kondisi seimbang. Untuk memperkuat hasil ini dapat dilakukan uji

independent sample t-test. Hasil uji tersebut menghasilkan nilai signifikansi 0,842 >

0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan nilai rerata kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa antara hasil belajar kelas eksperimen dan

kelas kontrol dalam kondisi seimbang. Oleh karena itu, kedua kelas diberikan

perlakuan yang berbeda.

B. Kondisi Akhir Hasil Belajar Siswa

1. Analisis Deskripsi Nilai Posttest

Skor posttest diambil setelah kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble berakhir. Data skor posttest digunakan untuk

mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan penelitian dan

diberikan perlakuan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Deskripsi Statistik Posttest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Eksperimen 27 64 92 80.59 7.996

Kontrol 27 62 86 75.04 7.133

Valid N (listwise) 27

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil bahwa nilai minimum, maximum dan rerata di

kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini bermakna bahwa nilai

hasil belajar matematika pada kelas eksperimen meningkat setelah diberi perlakuan

(model pembelajaran kooperatif tipe scramble). Nilai rerata kelas eksperimen yaitu

80,59 dan nilai rerata kelas kontrol yaitu 75,04. Nilai minimum kelas eksperimen

yaitu 64 dan nilai minimum kelas kontrol yaitu 62, untuk nilai maksimum kelas

eksperimen yaitu 92 dan nilai maximum kelas kontrol yaitu 86. Standart deviation

dari nilai kelas eksperimen yaitu 7,996 dan standart deviation kelas kontrol yaitu

7,133. Sebaran nilai posttest kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kategori Nilai Posttest

No Interval Kategori Hasil

Belajar

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Jml % Jml %

1. 83 – 93 Tinggi 11 20,37 3 5,56

2. 72 – 82 Sedang 12 22,22 15 27,78

3. 61 – 71 Rendah 4 7,40 9 16,67

Page 14: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

14

Berdasarkan tiga pengkategorian pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa sebagian besar

siswa kelas kelas eksperimen masuk dalam kategori tinggi, sedangkan siswa kelas

kontrol masuk dalam kategori sedang. Siswa yang masuk kategori tinggi untuk kelas

eksperimen yaitu 11 siswa (20,37%) dan kelas kontrol yaitu 3 siswa (5,56%).

Sedangkan siswa yang masuk kategori sedang untuk kelas eksperimen yaitu 12

siswa (22,22%) dan kelas kontrol yaitu 15 siswa (27,78%), sedangkan siswa yang

masuk kategori rendah untuk kelas eksperimen yaitu 4 siswa (7,40%) dan untuk

kelas kontrol yaitu 9 siswa (16,67%).

2. Uji Normalitas Nilai Posttest

Skor posttest perlu diuji normalitasnya sebelum dilakukan uji homogenitas.

Hasil pengujian normalitas posttest dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8. Uji Normalitas Posttest

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Nilai Eksperimen .137 27 .200* .937 27 .104

Kontrol .146 27 .144 .936 27 .098

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil uji normalitas menghasilkan nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar

0,104 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,098, dimana nilai signifikansi kedua tersebut

lebih dari 0,05. Hal ini berarti nilai posttest pada setiap kelas masing-masing berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil ini juga dapat dilihat dari histogram

yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Histogram Distribusi Posttest

Page 15: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

15

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada masing-masing kelas kurva mendekati bentuk

kurva berdistribusi normal. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tetapi

kedua kurva normal merupakan bukti bahwa data berdistribusi normal untuk

masing-masing kelas.

3. Uji Homogenitas dan Uji Beda Rerata Nilai Postest

Hasil uji homogenitas dan uji independent sample t-test nilai posttest dapat

dilihat dalam Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Independent Sample T-Test posttest

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std.

Error

Differe

nce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai Equal variances

assumed .021 .885 2.694 52 .009 5.556 2.062 1.417 9.694

Equal variances

not assumed

2.694 51.336 .010 5.556 2.062 1.416 9.695

Berdasarkan Tabel 9, hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test

menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,885 > 0,05 yang berarti kedua kelas

berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (homogen). Oleh karena itu, uji

independent sample t-test yang digunakan adalah Equal variances assumed. Hasil

uji tersebut menghasilkan nilai signifikansi 0,009 < 0,05 yang berarti nilai rerata

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama atau terdapat pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal

ini tampak dari nilai rerata kelas eksperimen 80,59 lebih tinggi daripada kelas

kontrol 75,04.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data nilai postest menunjukkan, bahwa hasil

belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan

juga homogen sehingga pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji independent

sample t-test. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai rerata kelas

eksperimen sebesar 80,59 dan nilai rerata kelas kontrol sebesar 75,04. Dengan jumlah

Page 16: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

16

siswa masing-masing 27 siswa, sedangkan hasil uji independent sample t-test

menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe scramble terhadap hasil belajar

matematika bagi siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga.

Hal yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional karena proses yang terjadi pada pembelajaran kooperatif tipe scramble,

siswa diberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu

dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe scramble ini memiliki banyak

kelebihan, antara lain siswa lebih aktif bertanya, mengemukakan ide atau pendapat,

kreatif, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta hasil belajar lebih baik. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Intan (2013) yang menyatakan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble membuat siswa terlibat secara aktif dalam berdiskusi, berani

mengemukakan pendapat, dan mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.

Pada awal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, siswa terlihat

bingung dan sulit beradaptasi dengan proses dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa

belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Ketika

siswa diberikan kartu soal dan jawaban beberapa siswa sering bertanya. Selain itu, pada

pembelajaran ini ada beberapa siswa bersifat individualis, tidak mau berdiskusi dengan

teman sekelompoknya. Demikian halnya dengan hasil penelitian Sugiarta (2012), ketika

awal pembelajaran kooperatif tipe scramble diterapkan, masih terdapat siswa yang

terlihat bingung dan bertanya kepada guru. Melihat masalah ini, guru mengingatkan

kepada siswa bagaimana seharusnya dilakukan oleh siswa, tentang cara menyelesaikan

soal dan bagaimana bersikap dengan teman sekelompok sehingga pada pertemuan

selanjutnya siswa dapat dikondisikan dengan baik, aktif dan lebih serius dalam

menyelesaikan soal berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

scramble.

Pembelajaran pada kelas kontrol tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe scramble, namun menggunakan model konvensional yang hanya terdiri dari guru

menjelaskan materi dan memberi latihan soal. Materi dan latihan soal yang digunakan

sama dengan latihan soal yang diberikan di kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble yaitu pada materi garis singgung persekutuan

dalam, garis singgung persekutuan luar, dan menghitung panjang minimal sabuk lilitan.

Pembelajaran dengan model konvensional cenderung kurang memiliki aktivitas yang

Page 17: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

17

mendukung pembelajaran karena kurang interaktif antar siswa, hasilnya siswa bersifat

pasif sehingga pembelajaran cenderung bersifat satu arah dimana guru masih menjadi

pusat pembelajaran. Berbeda dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe scramble, dimana terdapat aktivitas-aktivitas yang mendukung

pembelajaran yaitu masing-masing siswa memiliki tugas didalam kelompoknya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe scramble

menunjukkan motivasi belajar yang lebih baik dibanding motivasi belajar dari siswa

kelas kontrol. Hal ini terlihat pada saat menyelesaikan soal, siswa tidak malu bertanya,

aktif mengemukakan strateginya dan yang mengalami kesulitan menyelesaikan soal tidak

segan-segan untuk meminta bimbingan kepada guru dan bertanya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada proses pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble berpengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Hal tersebut dapat dilihat

dari tabel perhitungan hasil uji independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi uji beda

rerata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,009<0,05 yang berarti terdapat

perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar kelas

eksperimen sebesar 80,59 dan nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 75,04.

Tampaklah bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rata-rata kelas

kontrol.

Saran kepada guru untuk dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

scramble sebagai salah satu model dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Penelitian

ini telah memberikan data empirik tentang adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe scramble terhadap hasil belajar matematika, oleh karena itu dimungkinkan dilakukan

penelitian selanjutnya terkait model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan

menambahkan satu variabel, misalnya terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar

matematika. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe scramble pada materi lain di pembelajaran matematika.

Page 18: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

18

DAFTAR PUSTAKA

Anggreini, Dian. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble

Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Progdi Pendidikan Matematika.

Jurnal.

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University

Press.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis dan

Paradigmatis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Intan, Amalia. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sramble. Jurnal. Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Iryanti, Iis Listiani. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Scramble Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal

Pendidikan. Vol. 1. No. 1. Halaman 1-8.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikas). Bandung:

Refika Aditama.

R, Slavin. 2009. Cooperatif Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).

Jakarta: Raja Grafindo

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta.

Ar-Ruzz Media.

Sugiarta, Kadek. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X1 SMA Saraswati Singaraja

Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Dalam Jurnal PTK. Progdi Pendidikan Ekonomi

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suhani, Agus. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Scramble.

http://agussambeng.blogspot.com/2010/10/implementasi-modelpembelajaran.html

diakses pada 09 Juli 2015 pukul 21.45.

Suhendra. 2007. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Supranto. 2007. Teknik Sampling untuk Survey dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, Agus. 2019. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Widoyoko, E.P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Yusuf, Sukarif. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op-Co-Op

Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga. Skripsi.

Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.