17
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND ROBIN BRAINSTORMING BERBANTUAN HYPNOTEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SALATIGA JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh: Merlista Suryanti Ndaong (202013087) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND

ROBIN BRAINSTORMING BERBANTUAN HYPNOTEACHING

TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SALATIGA

JURNAL

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Merlista Suryanti Ndaong (202013087)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND

ROBIN BRAINSTORMING BERBANTUAN HYPNOTEACHING

TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SALATIGA

Merlista Suryanti Ndaong1, Kriswandani

2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian yang berjenis penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin Brainstorming berbantuan Hypnoteaching

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan cluster random sampling dan diperoleh dua kelas, yaitu kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen

dengan jumlah 30 siswa dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 31 siswa. Desain

penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan tes kemampuan komunikasi matematis berupa pretest dan posttest, kemudian

data dianalisis menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney. Berdasarkan hasil analisis uji non

parametrik Mann-Whitney posttest diperoleh nilai signifikansi 0,000<0,05 yang berarti Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Round Robin Brainstorming berbantuan hypnoteaching berpengaruh

terhadap kemampuan komunikasi matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Round Robin Brainstorming, Hypnoteaching,

Kemampuan Komunikasi Matematis

PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Hal ini terbukti

dengan diajarkannya mata pelajaran matematika pada jenjang SD, SMP maupun SMA. Sebagai

mata pelajaran yang penting, matematika memiliki beberapa tujuan. Tujuan mata pelajaran

matematika yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah

agar siswa memiliki kemampuan (1) memahami konsep matematika, (2) menggunakan

penalaran, (3) memecahkan masalah, (4) mengkomunikasikan gagasan, (5) memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Zaini dan Marsigit, 2014). Selain itu,

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) dalam Nuraeni dan Luritawaty (2016)

menyatakan bahwa standar proses pembelajaran matematika terdiri dari pemecahan masalah,

penalaran dan pembuktian, komunikasi matematis, keterkaitan dalam matematika, dan

representasi. Hal ini berarti bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan

siswa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika.

Komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki

pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar, dan meng-asses matematika

(Lindquist dan Elliot dalam Kusnaeni dan Retnawati, 2013). Ansari dalam Fadilah dkk (2013)

menyatakan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat

berbagai kesempatan siswa untuk berkomunikasi dalam bentuk merefleksikan benda-benda

nyata, gambar, atau ide-ide matematika, membuat model situasi atau persoalan menggunakan

metode tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar, menggunakan keahlian membaca, menulis, dan

menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi

matematika, merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

Menurut Ontario Ministry of Education’s dalam Zaini dan Marsigit (2014), berkomunikasi

matematika adalah menyampaikan makna melalui lisan, ditulis, dan bentuk visual misalnya,

memberikan penjelasan alasan atau pembenaran hasil secara lisan atau tertulis;

mengkomunikasikan ide-ide matematika dan solusi secara tertulis, dengan menggunakan angka

dan simbol aljabar; dan secara visual, menggunakan gambar, diagram, grafik, tabel, grafik, dan

materi konkret. Ansari dalam Juanda, dkk (2014) menyatakan bahwa komunikasi matematis

merupakan: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika,

(2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan

investigasi matematika, dan (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk

memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan

mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Komunikasi dalam matematika menolong guru

memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya

tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari, seperti yang dikemukakan Peressini

dan Bassett dalam Sapitri dan Hartono (2015) bahwa tanpa komunikasi dalam matematika guru

akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan

proses dan aplikasi matematika. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis siswa adalah

kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan gagasan dengan pembicaraan lisan, catatan,

simbol, tabel, grafik, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Zaini

dan Marsigit, 2014).

Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga sebagian besar

berada pada kategori sedang. Dari data pretest diperoleh bahwa sebagian besar siswa dari 61

siswa yang diteliti pada kelas eksperimen (X MIA 3) dan kelas kontrol (X MIA 4) termasuk

dalam kategori kemampuan komunikasi matematis sedang yaitu sebanyak 53 orang sedangkan

kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi sebanyak 7 orang dan 1 orang termasuk dalam

kategori kemampuan komunikasi matematis rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi

yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa masih sedikit siswa yang berani mengemukakan ide

di kelas, sebagian besar masih diam sehingga guru harus aktif dalam memberikan pertanyaan-

pertanyaan pancingan agar siswa bisa mengemukakan pendapat. Sebagian besar siswa juga sulit

berkonsentrasi dalam belajar sehingga cukup sulit untuk mengendalikan kelas. Presentasi di kelas

pun masih didominasi oleh beberapa siswa tertentu saja yang tergolong berkemampuan akademik

cukup tinggi. Kesiapan awal siswa di sebagian besar kelas juga kurang sehingga guru harus

menunggu beberapa saat untuk menenangkan kegaduhan kelas sebelum memulai pembelajaran.

Selain itu, menyelesaikan soal cerita juga merupakan salah satu kesulitan bagi siswa karena

biasanya siswa sulit untuk menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika terutama soal-

soal uraian ataupun karena kebiasaan soal-soal ujian yang berorientasi pada soal pilihan ganda

bukan pada soal uraian. Sekalipun dalam proses pembelajaran guru juga menekankan pentingnya

proses mengkomunikasikan gagasan baik lisan maupun tertulis secara sistematis namun sebagian

besar siswa masih cenderung mengutamakan hasil akhir tanpa komunikasi matematis yang

sistematis. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis ini perlu dikembangkan dalam

pembelajaran di kelas karena merupakan hal yang penting bagi guru maupun siswa.

Salah satu alernatif pembelajaran yang diduga mampu mempengaruhi kemampuan

komunikasi matematis siswa ialah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) disertai metode yang tepat. Hal ini senada dengan Adun dan Iwan (Aeni,

2013) yang menyatakan bahwa salah satu alasan cooperative learning digunakan adalah ketika

akan memperbaiki kemampuan berkomunikasi siswa.

Roger, dkk dalam Huda (2014) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar

yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif adalah Round Robin Brainstorming. Round Robin Brainstorming

merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

mengemukakan pendapat atau jawaban secara berurutan atas permasalahan atau pertanyaan yang

telah diajukan oleh guru sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rohmah (2015)

bahwa dalam pelaksanaan Round Robin Brainstorming, setiap siswa diharuskan menyampaikan

ide atau jawaban dari permasalahan yang diberikan. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

Round Robin Brainstorming dalam Tampubolon (2014) adalah (1) guru membagi kelompok

dengan anggota 4-5 orang, satu orang dalam kelompok bertugas sebagai pencatat; (2) guru

mengajukan pertanyaan/masalah dan setiap kelompok mendapat giliran menjawab pertanyaan

tersebut; (3) siswa mencatat semua jawaban dari setiap kelompok; (4) hasil catatan tersebut

didiskusikan bersama untuk mendapatkan kesimpulan akhir; dan (5) penilaian dilaksanakan

untuk keberhasilan pembelajaran. Sedangkan menurut Magre dan Joshi (2013), langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut: (1) kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 4-6 siswa per kelompok dengan satu orang ditunjuk sebagai pencatat; (2) sebuah

pertanyaan diajukan oleh guru dengan banyak kemungkinan jawaban dan siswa diberikan waktu

untuk memikirkan jawabannya, (3) setelah waktu berpikir selesai, anggota-anggota kelompok

berbagi tanggapan atau jawaban dengan gaya round robin satu sama lain; (4) pencatat menuliskan

semua jawaban dari anggota-anggota kelompok; dan (5) orang di samping pencatat (searah jarum

jam) memberikan jawaban dan pencatat menuliskannya kemudian orang lain dalam kelompok

secara berurutan (searah jarum jam) memberikan jawaban sampai waktu habis. Oleh karena itu,

model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin Brainstorming diharapkan mampu

mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran di kelas.

Model pembelajaran yang diharapkan mampu mempengaruhi kemampuan komunikasi

matematis siswa juga tentu harus disertai metode pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode hypnoteaching.

Hypnoteaching yaitu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah

sadar dan merupakan metode baru dalam dunia pendidikan untuk mencapai keberhasilan dalam

proses kegiatan belajar mengajar (Hasbullah dan Rahmawati, 2015). Noer (2010) menyatakan

bahwa hypnoteaching merupakan perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu

hipnosis, sehingga dalam hypnoteaching guru menggunakan bahasa persuasif sebagai alat

komunikasi yang dapat mensugesti siswa secara efektif. Menurut Jaya (2010), hipnosis dalam

proses belajar mengajar dalam hal ini yaitu hypnoteaching dapat memotivasi siswa,

meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Round Robin Brainstorming berbantuan hypnoteaching merupakan pembelajaran

berbasis kelompok yang diawali dengan masalah yang diberikan oleh guru dan masing-masing

siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk memberi tanggapan ataupun menjawab,

kemudian dalam prosesnya guru menggunakan hypnoteaching untuk memfokuskan siswa pada

pembelajaran serta mensugesti siswa dalam membangun kepercayaan diri agar siswa berani

berpendapat dan memanfaatkan kesempatan mengembangkan kemampuan komunikasi

matematisnya sebaik mungkin.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin

Brainstorming berbantuan hypnoteaching terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa

Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experimental). Penelitian eksperimen

semu bertujuan untuk mendapatkan informasi dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan

yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan

(Slameto, 2015:137). Hal ini senada dengan Sugiyono (2009:114) yang menyatakan bahwa

dalam eksperimen semu terdapat kelompok kontrol tetapi tidak dapat sepenuhnya mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Model pembelajaran yang

akan digunakan di kelas eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe round robin

brainstorming berbantuan hypnoteaching sementara pada kelas kontrol digunakan model

pembelajaran konvensional.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Salatiga yang terletak di Jalan Kartini No.34,

Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester 2 Tahun Ajaran

2016-2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dan diperoleh

dua kelompok siswa, yaitu kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 36

orang tetapi 6 orang tidak mengikuti pretest sehingga siswa dalam kelas eksperimen berjumlah

30 siswa dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 35 orang tetapi 4 orang

tidak mengikuti pretest sehingga jumlah siswa dalam kelas kontrol menjadi 31 orang. Desain

penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes kemampuan komunikasi

matematis yang diberikan kepada kedua kelas. Tes ini terdiri dari pretest dan posttest. Pretest

diberikan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin Brainstorming,

sedangkan posttest diberikan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin

Brainstorming. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Round Robin Brainstorming berbantuan Hypnoteaching terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Adapun instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan komunikasi matematis yang berupa tes uraian

tertulis yang diberikan saat pretest dan posttest. Instrumen yang digunakan divalidasi terlebih

dahulu oleh para ahli (expert judgement) yaitu 1 dosen pendidikan matematika dan 2 guru

matematika.

Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, penelitian ini menggunakan

rubrik penskoran hasil modifikasi oleh Kurniawan (2016) yang dibuat berdasarkan Maryland

Math Communication Rubric, Maine Holistic Rubric, dan QUASAR Communication Mathematic

Rubric. Rubrik tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rubrik Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

No. Indikator Skor Kriteria

1 Menuliskan

jawaban

menggunakan

bahasa matematis

(label, simbol,

tanda, operasi dan

istilah matematis)

4 Penulisan label, simbol, tanda, operasi dan istilah

matematis secara lengkap, dan benar

3 Penulisan label, simbol, tanda, operasi, dan istilah

matematis dengan lengkap tapi tidak benar

2 Penulisan label, simbol, tanda, operasi, dan istilah

matematis kurang lengkap tapi ada yang benar sebagian

1 Penulisan label, simbol, tanda, operasi, dan istilah

matematis tidak lengkap dan salah

0 Tidak ada jawaban, kosong atau tidak dikerjakan

2 Menuliskan

jawaban

matematika

dengan langkah-

langkah (model

matematika)

dalam menjawab.

4 Langkah-langkah dalam pengerjaan rinci, runtut,lengkap,

tepat dan benar seperti perintah

3 Langkah-langkah dalam pengerjaan secara rinci,

runtut,kurang lengkap tapi benar

2 Langkah-langkah dalam pengerjaan kurang rinci, tidak

runtut, belum lengkap tapi ada yang benar sesuai perintah.

1 Langkah-langkah ada dan salah

0 Tidak ada jawaban, kosong atau tidak dikerjakan

3 Menyatakan hasil 4 Perhitungan dari setiap langkah benar dan hasil benar.

perhitungan dari

langkah-langkah

setiap jawaban

suatu pernyataan

3 Perhitungan dari setiap langkah 75 % benar dan hasil

akhir salah

2 Perhitungan dari setiap langkah 25 % benar dan hasil

salah

1 Perhitungan dari setiap langkah salah tapi ada pekerjaan,

tidak kosong

0 Tidak ada jawaban, kosong atau tidak dikerjakan

PEMBAHASAN

A. Kondisi Sebelum diberi Perlakuan

Hasil pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh dari

kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokkan berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang

dan rendah. Adapun interval untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut jika

dimisalkan x adalah skor kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh siswa.

Tinggi : 41 ≤ 𝑥 ≤ 61

Sedang : 20 ≤ 𝑥 ≤ 40

Rendah : −1 ≤ 𝑥 ≤ 19

Deskripsi kategori kemampuan komunikasi matematis awal (pretest) pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis Awal (Pretest)

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh bahwa sebagian besar siswa dari kelas eksperimen maupun kelas

kontrol termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis sedang. Pada kelas

eksperimen, terdapat 3 siswa yang termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis

tinggi, 27 siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis sedang dan tidak ada siswa

yang termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis rendah. Sedangkan pada kelas

kontrol dengan 31 siswa yang mengikuti pretest, 4 siswa termasuk dalam kategori kemampuan

komunikasi matematis tinggi, 26 siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis

sedang dan 1 siswa termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis rendah.

Kelas N

Banyaknya Siswa pada Kategori Kemampuan

Komunikasi Matematis

Tinggi Sedang Rendah

Eksperimen 30 3 27 0

Kontrol 31 4 26 1

Total 61 7 53 1

Kemampuan komunikasi matematis untuk kondisi awal dapat diketahui perbedaannya

dengan menggunakan uji beda rerata untuk kedua kelas menggunakan statistika non parametrik

Mann-Whitney. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Uji Non Parametrik Mann-Whitney

Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Awal (Pretest)

Test Statisticsa

Skor Kemampuan

Komunikasi Matematis

Awal Gabungan

Mann-Whitney U 356.000

Wilcoxon W 852.000

Z -1.576

Asymp. Sig. (2-

tailed) .115

a. Grouping Variable: Kode

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai signifikan (2-tailed) adalah 0,115 > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut yang berarti

rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas

memiliki kemampuan awal yang sama sehingga dapat diberikan perlakuan yang berbeda.

B. Kondisi Setelah diberi Perlakuan

Deskripsi hasil posttest kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol yang telah dikategorikan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir (Posttest)

Berdasarkan Tabel 4, diperoleh hasil bahwa dari 30 siswa kelas eksperimen terdapat 20 siswa

dengan kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi, 10 siswa dengan kategori

kemampuan komunikasi matematis sedang dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori

kemampuan komunikasi matematis rendah. Sedangkan dari 31 siswa kelas kontrol terdapat 6

siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi, 24 dengan kategori

Kelas N

Banyaknya Siswa pada Kategori Kemampuan

Komunikasi Matematis

Tinggi Sedang Rendah

Eksperimen 30 20 10 0

Kontrol 31 6 24 1

Total 61 26 34 1

kemampuan komunikasi matematis sedang dan 1 siswa dengan kategori kemampuan komunikasi

matematis rendah.

Uji beda rerata untuk kedua kelas menggunakan statistika non parametrik Mann-Whitney.

Hasil analisis dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Uji Non Parametrik Mann-Whitney

Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir (Posttest)

Test Statisticsa

Skor Kemampuan

Komunikasi

Matematis Akhir

Gabungan

Mann-Whitney U 157.000

Wilcoxon W 653.000

Z -4.449

Asymp. Sig. (2-

tailed) .000

a. Grouping Variable: Kode

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa nilai signifikan (2-tailed) adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut yang berarti rata-rata kelas

kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Pada pretest jumlah siswa kelas eksperimen yang

termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi adalah 3 siswa sedangkan

pada posttest meningkat menjadi 20 siswa. Begitupun dengan kelas kontrol, jumlah siswa yang

termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi pada pretest yaitu 4 siswa

meningkat menjadi 6 siswa pada posttest. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan. Hal ini dapat diartikan bahwa setelah

diberi perlakuan, kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe round robin brainstorming berbantuan hypnoteaching

berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe round robin brainstorming berbantuan hypnoteaching berpengaruh

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Hal ini

terlihat dari nilai signifikan uji Mann-Whitney adalah 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut dan terlihat juga dari adanya

peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang signifikan pada kelas eksperimen (siswa

berkemampuan komunikasi matematis tinggi sebanyak 3 siswa meningkat menjadi 20 siswa)

dibandingkan dengan kelas kontrol (siswa berkemampuan komunikasi matematis tinggi sebanyak

4 siswa meningkat menjadi 6 siswa).

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Nur. 2013. Perbandingan Hasil Belajar Tipe-Tipe Model Kooperatif dalam Pembelajaran

Bilangan Pecahan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Patampanua Kabupaten Pinrang.

Tugas Akhir Program Magister (TAPM). Jakarta: Universitas Terbuka. [Online]. Diunduh

dari http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdftesis2/41377.pdf pada 21 Juli 2016, pukul 09:58

WIB.

Fadilah dkk. 2013. Kemampuan komunikasi Matematis siswa Sekolah Menengah Pertama dan

Madrasah Tsanawiyah pada Materi Fungsi di P. Brandan Kabupaten Langkat. Dalam

Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Volume 5, Nomor 2. [Online]. Diunduh dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=148990&val=5571&title=KEMAMP

UAN%20%20KOMUNIKSI%20%20MATEMATIS%20%20SISWA%20SEKOLAH%20

%20MENENGAH%20%20PERTAMA%20%20DAN%20MADRASAH%20%20%20TSA

NAWIYAH%20%20%20%20PADA%20%20MATERI%20FUNGSI%20DI%20P.BRAN

DAN%20KABUPATEN%20LANGKAT pada 22 Mei 2016 pukul 01:08 WIB.

Hasbullah dan Eva Yuni Rahmawati. 2015. Pengaruh penerapan metode hypnoteaching

terhadap motivasi belajar mahasiswa universitas Indraprasta PGRI. Dalam Jurnal

Formatif, Volume 5, Nomor 1. [Online]. Diunduh dari

http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/viewFile/163/156 pada 30 Mei

2016 pukul 01:44 WIB.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning – Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jaya, Novian Triwidia. 2010. Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar”. Bekasi: D-Brain.

Juanda, M., dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Means-ends Analysis (MeA). Dalam

Jurnak Kreano FMIPA UNNES, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014. [Online]. Diunduh

dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=350712&val=5678&title=Peningkatan

%20Kemampuan%20Pemecahan%20Masalah%20dan%20Komunikasi%20Matematis%20

Siswa%20SMP%20melalui%20Model%20Pembelajaran%20Means-ends%20Analysis

pada 23 Juni 2016 pukul 16:47 WIB.

Kurniawan, Agus. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal.

Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. [Online]. Diunduh dari

http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9866/2/T1_202012065_Full%20text.pdf

pada 23 Januari 2017, pukul 06:24 WIB.

Kusnaeni dan Heri Retnawati. 2013. Problem Possing dalam Setting Kooperatif Tipe TAI

Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah. Dalam Pythagoras:

Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 8, Nomor 1, Juni 2013. Diunduh dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/viewFile/8492/7005 pada 23 Juni

2016, pukul 16:48 WIB.

Magre, Sunita dan Susheel Joshi. 2013. Co-operative Learning: Theorical Bases and Its Types.

Dalam Golden Reserach Thoughts Volume 2, Issue. 11, May 2013. [Online]. Diunduh dari

http://aygrt.isrj.org/UploadedData/2425.pdf pada 28 Juni 2016 pukul 11:15 WIB.

Noer, Muhammad. 2010. Hypnoteaching for Succes Learning. Yogyakarta: Pedagogia.

Nuraeni, Reni dan Irena Puji Luritawaty. 2016. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa. Dalam Jurnal Mosharafa – Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut,

Volume 8, Nomor 2, April 2016. Diunduh dari http://jurnalmtk.stkip-

garut.ac.id/data/edisi8/vol2/Reni.pdf pada 30 Juli 2016 pukul 21:32 WIB.

Rohmah, Maya Siti. 2015. Pendekatan Brainstorminground-robin untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Dalam Infinity - Jurnal Ilmiah Program

Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Volume 4, Nomor 2, September 2015.

[Online]. Diunduh dari http://e-

journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/82/79 pada 30 Mei 2016 pukul

20:21 WIB.

Sapitri dan Hartono. 2015. Keefektifan Cooperative Learning STAD dan GI ditinjau dari

Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis. Dalam Jurnal Riset Pendidikan

Matematika, Volume 2, Nomor 2, November 2015. [Online]. Diunduh dari

http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/viewFile/7346/6328 pada 21 Mei 2016 pukul

23:23 WIB.

Slameto. 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana

University Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Pendidik

dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Zaini, Ahmad dan Marsigit. 2014. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Matematika Realistik dan Konvensional ditinjau dari Kemampuan Penalaran

dan Komunikasi Matematik Siswa. Dalam Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1,

Nomor 2, November 2014. [Online]. Diunduh dari:

http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/viewFile/2672/2225. Pada 21 Mei 2016

pukul 23:45 WIB.