Upload
truongdieu
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF
LEARNING TIPE (Student Team Achievement Divisions) STAD
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD
(Quasi Eksperimen di SD Negeri Suradita Cisauk Tangerang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
AGI NURAHMADANA
NIM. 109018300092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
i
ABSTRAK
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement
Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD” Skripsi
Jurusan PGMI, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK), Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Hasil Belajar Matematika
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe (student team achievement) STAD terhadap hasil belajar
matematika siswa SD. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
quasi eksperimen dengan rancangan penelitian randomized control group desaign.
Penelitian ini dilakukan di SDN Suradita Tangerang. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tes yang mengukur hasil belajar
matematika siswa pada materi luas bangun trapesium dan layang-layang. Tes
yang diberikan terdiri dari 10 soal bentuk uraian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebesar 77,33, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional sebesar 51,66. Berdasarkan uji-t diperoleh
thitung = 4,04 dan ttabel sebesar 2,00 dengan taraf signifikan (α) = 5% dan derajat
kebebasan (db) = 58. Karena thitung > ttabel, maka rata-rata hasil belajar matematika
siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe (student
team achievement) STAD, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe
(student team achievement) STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
siswa SD.
Agi Nurahmadana
PGMI
ii
ABSTRACT
"Effects of Cooperative Learning Model Type ( Student Team Achievement
Divisions ) STAD Against Math Elementary Students Learning Outcomes" in
primary Thesis Department , Faculty of Tarbiyah and Teaching ( FITK ) ,
SyarifHidayatullah State Islamic University Jakarta , 2014
Keywords : Type STAD Cooperative Learning , Math Learning Outcomes
This study aims to determine the effect of cooperative learning model
(student team achievement) STAD on learning outcomes of students from
elementary mathematics . The method used in this study is quasi-experimental
method with a randomized control group study desaign. This research was
conducted in SDN Suradita Tangerang . Sampling was conducted using cluster
random sampling technique . The research instrument used in this study tests that
measure students' mathematics learning outcomes in a broad wake materials
trapezoid and a kite . Given test consists of 10 questions in narrative form .
The results showed that the average mathematics learning outcomes of
students who are taught using STAD cooperative learning is at 77.33 , while the
mathematics learning outcomes of students taught by conventional teaching of
51.66 . Based on the t-test obtained t = 4.04 and 2.00 ttable with significance level
( α ) = 5 % and degree of freedom ( db ) = 58 . Due t count > t table , the average
mathematics learning outcomes of students taught by using cooperative learning (
student team achievement) STAD , higher than the average of students'
mathematics learning outcomes using conventional learning . It can be concluded
that the use of cooperative learning ( student team achievement) STAD effect on
elementary school students' mathematics learning outcomes .
Agi Nurahmadana
PGMI
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain memanjat memuji kepada yang suci
memuja kepada yang kuasa dan bersyukur kepada yang gofur berkat inayah taufiq
dan pertolongannya penulis bisa menyelasaika skripsi ini dengan baik.
Rasa hormat, takdim dan kerinduan kepada rosulullah nabi Muhammad
SAW yang memberikan pencerahan kepada seluruh umat manusia, semoga
solawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliua, keluarga, sahabat, para
pewarisnya, dan kepada kita selaku akhir ummat jaman semoga menjadi umat
yang selalu mengikuti akan ajarannya,Amiiin
Sebuah karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
maka dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril
dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i. MA.Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Fauzan M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang selalu mengingatkan untuk terus menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Afidah Mas’ud. Sebagai pembimbing dalam penyusunan skripsi
ini. Dengan kesabaran dan keikhlasannya telah mebimbing, memberikan
saran, masukan serta arahan terhadap penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
iv
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmu kepada penulis, semoga dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
5. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Agus Saepul
Bahri dan ibunda Sumesti yang tak henti-hentinya mendo’akan,
melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil
kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Adikku tersayang Ainun Qiftiyan, Agung Tri Apriana, dan Alwi
Almunawar yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi dan
mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Kepala Sekolah SDN Suradita yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Seluruh dewan guru SDN Suradita yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi dalam melaksanakan penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat team Power Ranger (Mailina Hidayati, Sifa Kumala,
Herey Purwanto dan Deni Irawan) yang tidak henti-hentinya memberikan
bantuan, motivasi, dan kehangatan serta kebersamaan kita dalam ikatan
persahabatan yang seperti dalam satu keluarga.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Fatih Maulawi, Imam Hanafi, Akbar
Gunawan Aska, Ahmad Maulana, Agus Nurohman. yang selalu membantu
dan memberikan suport kepada saya.
Semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah Subhanahu wata’ala membalas
segala kebaikan saudara semuanya dengan yang lebih baik. Semoga Allah
Subhanahu wata’ala dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang
diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis,
pembaca, dan kaum muslimin serta semoga Allah Subhanahu wata’ala
membimbing, menolong dan memberikan taufik, rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua.
v
Semoga shalawat dan salam serta barakah senantiasa Allah Subhanahu
wata’ala limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam,
keluarganya, dan para sahabatnya.
Alhamdulillahi Rabbil’Aalamiin.
Jakarta, April 2014
Peneliti
Agi Nurahmadana
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7
D. Perumusan Masalah ................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................ 9
A. Deskripsi Teoritik..................................................................... 9
1. Hasil Belajar Matematika ................................................... 9
a. Pengertian Belajar ........................................................ 9
b. Pengertian Matematika................................................. 11
c. Pembelajaran Matematika ............................................ 13
d. Hasil Belajar ................................................................. 15
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ....... 20
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................ 20
a. Pengertian Kooperatif .................................................. 20
b. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif ..... 23
c. Pengertian Kooperatif Tipe STAD .............................. 24
a) Pengertian STAD ................................................... 24
b) Komponen STAD................................................... 25
c) Langkah-langkah Penerapan STAD....................... 28
vii
d) Keunggulan dan Kelemahan Kooperatif................ 30
e) Karakter Model Pembelajaran Kooperatif.............. 31
3. Pembelajaran Konvensional................................................. 32
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 33
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 34
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 35
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 36
B. Metode Penelitian .................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37
1. Uji Validitas ...................................................................... 38
2. Uji Reliabilitas ................................................................... 39
3. Uji Tingkat Kesukaran ...................................................... 40
4. Uji Daya Pembeda ............................................................. 41
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 42
1. Uji Prasyarat Analisis ......................................................... 42
a. Uji Normalitas .............................................................. 42
b. Uji Homogenitas ........................................................... 44
2. Uji Statistik ........................................................................ 45
F. Hipotesis Statistik ................................................................... 47
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 48
A. Deskripsi Data .......................................................................... 48
1. Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ...................... 48
2. Hasil Belajar Siswa Kelompok Kontrol ............................. 50
3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ............................................................. 51
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ....................................... 52
1. Uji Normalitas ................................................................... 53
2. Uji Homogenitas ................................................................ 54
3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 54
viii
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 56
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 60
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN................................................... .. 62
A. Kesimpulan ............................................................................. 62
B. Saran ........................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
UJI REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif ....................... 23
Tabel 2.2: Peningkatan Individual ................................................................... 27
Tabel 2.3: Tingkatan Penghargaan Kelompok ................................................. 28
Tabel 3.1: Desain Penelitian... ......................................................................... 37
Tabel 3.2: Kriteria Koefisien Reliabilitas ........................................................ 40
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen...... 49
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pada Kelompok Kontrol............ 50
Tabel 4.3: Perbandingan Hasil Belajar Pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol.................. ......................................................... 52
Tabel 4.4: Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol.............................. ............................................. 53
Tabel 4.5: Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol................................... ........................................ 54
Tabel 4.6: Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol................................. .......................................... 55
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Histogram Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Eksperimen ....... 50
Gambar 4.1: Histogram Frekuensi Hasil Belajar Kelompok Kontrol .............. 51
Gambar 4.2: Siswa Saat Melakukan Diskusi Kelompok ................................. 57
Gambar 4.3: Contoh Jawaban Tes Pada Kelompok Eksperimen ..................... 59
Gambar 4.4: Contoh Jawaban Tes Pada Kelompok Kontrol ........................... 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen .. 66
Lampiran 2: Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ........ 84
Lampiran 3: Lembar Kerja Siswa .................................................................... 94
Lampiran 4: Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Uji Validitas ..... 103
Lampiran 5: Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Sebelum Uji Validitas ........... 105
Lampiran 6: Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Validitas ....... 108
Lampiran 7: Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Setelah Uji Validitas .............. 110
Lampiran 8: Rubrik Penskoran ........................................................................ 112
Lampiran 9: Kunci Jawaban.............................................................................. 114
Lampiran 10: Hasil Tes Kelompok Eksperimen .............................................. 118
Lampiran 11: Hasil Tes Kelompok Kontrol..................................................... 119
Lampiran 12: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Validitas ............................ 120
Lampiran 13: Hasil Perhitungan Uji Validitas ................................................. 121
Lampiran 14: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Reliabilitas ........................ 123
Lampiran 15: Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ............................................. 124
Lampiran 16: Langkah-langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran ................... 126
Lampiran 17: Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ....................................... 127
Lampiran 18: Langkah-Langkah Perhitungan Uji Daya Pembeda .................. 129
Lampiran 19: Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ....................................... 130
Lampiran 20: Rekapitulasi Analisis Butir Soal ................................................ 132
Lampiran 21: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelompok Eksperimen ............ 133
Lampiran 22: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kelompok Kontrol ................... 136
Lampiran 23: Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelompok Eksperimen . 139
Lampiran 24: Perhitungan Uji Normalitas Hasil Tes Kelompok Kontrol ....... 141
Lampiran 25: Perhitungan Uji Homogenitas ................................................... 143
Lampiran 26: Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ........................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai fungsi yang relevan untuk mengubah tingkah
laku dan pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari
keadaan tidak mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki
keterampilan menjadi memiliki keterampilan melalui sebuah proses
pembelajaran baik dengan menggunakan metode maupun strategi tertentu.
Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 yang
berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1
Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran
senantiasa harus diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan
kualitas pembelajaran. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran, siswa akan
termotivasi dalam belajar, siswa dapat lebih aktif, serta prestasi hasil belajar
siswa meningkat dan semakin bertambah pengetahuan, bertambah
keterampilan, dan semakin faham akan materi yang dipelajari maka semakin
bertambah pula kecerdasaan dan prestasi hasil belajar siswa.
Keberadaan Sekolah Dasar (SD) memegang peranan yang sangat
penting dalam pendidikan. Keberhasilan peserta didik di Sekolah Dasar (SD)
baik dalam hal prestasi hasil belajar maupun budi pekertinya sangat
berpengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah. Adapun keberhasilan
disekolah tergantung dengan proses pembelajaran didalam kelas. Salah satu
mata pelajaran yang sangat penting yaitu pelajaran matematika yang harus
1Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h.8-9.
2
dikuasai oleh siswa sebagai penunjang penguasaan materi matematika pada
jenjang berikutnya, apabila pada tahap sekolah dasar kemampuan dasar
matematika siswa tidak kuat, maka akan terus terbawa ke jenjang berikutnya.
Pembelajaran matematika yang diterapkan disekolah saat ini merupakan
basic atau dasar yang sangat penting dalam keikutsertaannya dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pencapaian tujuan “mencerdaskan kehidupan
bangsa” akan tetap segar dan tegar menyongsong persaingan di era globalisasi
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di Indonesia mata pelajaran matematika diberikan mulai sejak kelas I
Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukan betapa pentingnya matematika dalam
jenjang selanjutnya. Dan matematika selalu berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih
rendah. Ini bisa dilihat dari beberapa indikator di antaranya adalah melalui
hasil Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) 2011,
yang baru saja dipublikasikan, semakin menegaskan kondisi gawat darurat
dunia pendidikan di Tanah Air. Nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII
(kali ini Indonesia tidak mengikutkan siswa kelas IV) hanya 386 dan
menempati urutan ke-38 dari 42 negara.
Di bawah Indonesia ada Suriah, Maroko, Oman dan Ghana. Negara
tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, berada di atas Indonesia.
Singapura bahkan di urutan kedua dengan nilai rata-rata 611. Nilai ini secara
statistik tidak berbeda secara signifikan dari nilai rata-rata Korea, 613 di urutan
pertama dan nilai rata-rata Taiwan, 609, di urutan ketiga. Adapula hasil
Progress in International Reading Literacy Studi (PIRLS) 2011, yang juga
baru diterbitkan, menempatkan siswa kelas IV Indonesia di urutan ke-42 dari
45 negara dengan nilai rata-rata 428. Di bawahnya ada Qatar, Oman, dan
Maroko.2
2 Elin Driana, Posted on December 14 2012
http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pendidikan diakses pada
tanggal 26/03/2013 14:37
3
Berdasarkan nilai matematika yang didapat pada SDN Suradita bahwa
hasil nilai ulangan siswa masih banyak yang dibawah KKM sekolah. Nilai
KKM yang ada disekolah SDN Suradita ini adalah 60 sedangkan nilai siswa
kelas V yang diatas KKM yaitu hanya 8 siswa dari 44 siswa dan 36 siswa
nilainya masih dibawah KKM. (data terlampir)
Adanya faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar matematika siswa
yaitu diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika belajar, dapat pula
disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi yang kurang menarik
perhatian siswa, sehingga siswa bersikap acuh tak acuh ketika guru
menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru kurang pandai
mengatur strategi belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa atau juga karena metode pembelajaran yang masih bersifat monoton
dimana siswa tidak banyak dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas
sebagian besar didominasi oleh guru.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru kelas 5 Ibu Atikah S.Pd
di sekolah SDN Suradita, tampak bahwa guru dalam melakukan pembelajaran
masih menggunakan metode ceramah, adapun dalam proses mengajar guru
masih mendominasi keaktifannya dan siswa hanya mendengarkan apa yang
telah guru lakukan. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan konsep matematika
lebih menekankan pada pemberian materi langsung. Sehingga kebanyakan
siswa tersebut mengalami kesulitan untuk mengerti materi yang telah
disampaikan oleh guru, karena semuanya cenderung menggunakan konsep
pembelajaran terpusat kepada guru (teacher center). Di samping itu,
keterbatasan dalam sarana prasarana dan media pembelajaran akibatnya siswa
kurang kondusif dan aktif, siswa hanya merasa jenuh dan bosan serta malas
dan berdampak dengan rendahnya hasil belajar siswa.
Selain itu, berdasarkan proses hasil observasi siswa SDN Suradita juga
didapat beberapa informasi yang menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil
belajar yaitu siswa masih pasif karena proses pembelajaran yang kurang
optimal, siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung dalam proses
4
pembelajaran dan berpusat kepada guru, siswa merasa pembelajaran hanya
penyampaian materi pelajaran saja tidak ada hubungan interaksi bersama
teman-temanya dalam kelas, dan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran
masih bingung karena hanya belajar sendiri-sendiri tidak ada berpikir bersama
dalam diskusi dan kerjasama berkelompok.
Dalam hal ini, Guru adalah salah satu faktor utama yang menentukan
mutu/kualitas pendidikan. Gurulah yang berada didepan dalam menciptakan
SDM yang bermutu karena guru berhadapan langsung dengan peserta didik di
kelas melalui proses pembelajaran. Agar peran guru dalam melakukan usaha
meningkatkan hasil belajar sekaligus memberi teladan untuk membentuk budi
pekerti yang luhur pada peserta didik maka guru harus dapat menentukan
model pembelajaran yang tepat sesuai dengan konsep yang akan di pelajari dan
sarana prasarana yang ada. Selain itu, guru juga harus memahami karakeristik
peserta didik agar proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat menciptakan
pengalaman belajar yang mengena kesemua ranah baik kognitif, psikomotorik
dan afektifnya.
Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan
keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai
adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi
yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak cukup untuk
memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode
ceramah ini tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan
apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka hanya duduk,
diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat
mematikan semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang kurang
tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui
metode lain. Oleh karena itu guru perlu menguasai berbagai metode
pembelajaran.
Berdasarkan masalah yang ditemukan, bahwa pilihan model
pembelajaran masih belum dapat menciptakan iklim pembelajaran yang
memungkinkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. Hal ini
5
bisa disebabkan karena pembelajaran yang digunakan masih belum tepat,
sehingga siswa belum dapat memahami pelajaran secara optimal serta masih
jauh dari kondisi kelas yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, diperlukan
suatu usaha untuk mengoptimalkan kelas dengan menerapkan pembelajaran
yang tepat serta diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Dalam menyikapi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar (SD) tersebut, maka upaya untuk mengatasinya
perlu segera dilakukan, jangan sampai terus menerus terjadi pada siswa. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan materi kepada
siswa yang lebih menarik, agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi,
sehingga hasil belajar pun dapat meningkat. Dengan pertimbangan salah satu
ciri masa anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah senang bermain dan bekerja
dalam kelompok sebaya sehingga unuk memenuhi tugas perkembangan masa
anak usia ini digunakanlah kegiatan belajar yang mengembangkan salah
satunya adalah lewat pembelajaran kelompok/pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temanya.
Pentingnya pembelajaran kooperatif untuk siswa dapat dilihat dari
beberapa keunggulan-keunggulan pembelajaran kooperatif yaitu memudahkan
siswa melakukan penyesuaian sosial, mengembangkan kegembiraan belajar
yang sejati, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois,
berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan, meningkatkan keyakinan
terhadap ide atau gagasan sendiri, meningkatkan kesediaan menggunakan ide
orang lain yang dirasakan lebih baik, meningkatkan motivasi belajar,
mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan,
meningkatkan keterampilan hidup gotong royong.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD yaitu
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar
6
siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi
kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran kooperatif
memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan
yang relatif sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan
berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena
pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi
yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam
kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer
group) dan belajar secara bekerjasama. Model pembelajaran ini dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) yang
dirancang untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar serta mempengaruhi
pola interaksi peserta didik dalam pembelajaran yang berdampak pada sikap
dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui model pembelajaran STAD diharapkan dapat memberikan
solusi dan suasana baru yang menarik dalam pengajaran sehingga memberikan
pengalaman belajar dengan konsep baru. Pembelajaran STAD membawa
konsep pemahaman inovatif, dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama dan
memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan tujuan pembelajaran pendidikan Matematika dan teori
yang melandasi pembelajaran kooperatif, maka penulis tertarik mengkaji lebih
dalam dengan mengadakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe (Student Team Achievement
Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa“
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
diidentifikasi beberapa masalah terkait dengan judul penelitian :
1. Perolehan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih
rendah dan masih di bawah KKM
2. Pembelajaran Matematika di kelas masih berpusat pada guru
3. Guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah
4. Kurangnya variasi guru dalam menggunakan strategi pembelajaran
5. Kurangnya media pembelajaran disekolah sehingga membuat siswa
merasa bosan
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini model yang digunakan dalam pembelajaran adalah
model kooperatif tipe STAD
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar pada ranah kognitif yang meliputi aspek pemahaman (C2) dan
penerapan (C3).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
2. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional?
3. Apakah hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar yang menggunakan pembelajaran
konvensional?
8
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh strategi
Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa
SD.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi guru
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menambah pengetahuan dan
wawasan guru dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa sekolah
dasar
b. Bagi Sekolah
Dengan melaksanakan penelitian ini menjadi inovasi baru tentang suatu
alternatif model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan
proses pembelajaran dikelas dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pelajaran matematika. Sedangkan bagi saya selaku peneliti untuk menambah
wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
pembelajaran matematika di SD.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIK
1. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar sangat diperlukan oleh guru.
Berikut ini beberapa pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli.
“Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu”1. Berdasarkan
pengertian ini, dalam perubahan belajar itu selalu bertambah dan tertuju
untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan
makin baik perubahan yang diperoleh.
“Menurut Drs. Slameto dalam Djamarah juga merumuskan belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.2
Sedangkan menurut “Skinner seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya
Educational Psychology: The Teachung-Leaching Process, berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara progresif”.3 Perubahan yang diperoleh seseorang
yang belajar berarti ia memiliki usaha dalam mengubah perbuatannya
1 Zikri Neni Iska. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2011), h. 65. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h.13
3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), Eds Revisi
cet ke-12, h.64
10
dengan melakukan penyesuaian tingkah lakunya, dimana perubahan-
perubahan tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang dialaminya sendiri.
“Belajar adalah “berubah” dalam hal ini yang dimaksud belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku”.4 Jadi belajar akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar, jika seorang anak sedang
belajar menulis, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam
keterampilan menulisnya itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-
perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara menulis yang baik dan
benar.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sri Anitah,
menurutnya “belajar yang umum diterima saat ini adalah bahwa belajar
merupaka suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.5 Proses
perubahan tingkah laku merupakan gambaran terjadinya rangkaian
perubahan dalam kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan kemampuan sebelumnya dengan kemampuan setelah
mengikuti pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks,
berlangsung secara terus menerus, dan melibatkan berbagai lingkungan
yang dibutuhkan. Belajar itu suatu proses mereaksi, mengalami, berbuat,
dan bekerja yang menghasilkan kemampuan yang utuh.
“Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan”.6 Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Belajar juga akan terjadi apabila terjadi proses
4 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafinda Persada,
2004), Eds Pertama cet ke-11, h.21 5 Sri Anita, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
2.5. 6 Muhibbin Syah, op.cit., h. 59
11
interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah nara
sumber, teman, guru, situasi dan kondisi nyata, lingkungan alam,
lingkungan buatan dan lain-lain yang dapat dijadikan sumber atau tempat
belajar siswa. Dalam hal inilah guru sebagai fasilitator dan pembimbing
harus dapat berfungsi secara optimal..
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
seseorang yang dilakukan secara sadar dan kontinu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek
pengetahuan (kognitif). Adapun dalam penelitian ini indikator dalam ranah
kognitif yang digunakan meliputi pemahaman dan penerapan. Pada aspek
pemahaman yang dibahas adalah menjelaskan, sedangkan pada aspek
penerapan yang dibahas adalah menghitung.
b. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di
Sekolah Dasar. Seorang guru yang akan mengajarkan matematika kepada
peserta didiknya, hendaklah mengetahui dan memahami objek yang akan
diajarkan yaitu matematika.
“Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang
mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika
berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar)”.7
Beberapa ahli mendefinisikan pengertian tentang matematika. Diantaranya
Ruseffendi dalam Heruman, “matematika adalah bahasa simbol ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
7 Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Upi Press,
2006), h. 3.
12
dan akhirnya ke dalil”.8 Dengan demikian mempelajari matematika
memiliki dua fungsi sekaligus yaitu teori dan praktek.
Sedangkan menurut Plato dalam Fathani berpendapat bahwa
“matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun
mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan
lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia
mengadakan perbedaan antara aritmatika (teori bilangan) dan logistik
(teknik berhitung) yang diperlukan orang.”.9 Dengan demikian,
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas dan mental abstrak dan
objek-objek yang ada secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai
representasi yang bermakna.
Sedangkan dalam Mulyono “matematika adalah suatu cara untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung”.10
Berdasarkan
pendapat diatas bahwa untuk menemukan jawaban atas setiap masalah
yang dihadapinya, manusia akan menggunakan informasi yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi dalam kemampuan untuk menghitung.
“Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan
alat pikir, berkomunikasi,alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi,
generalisasi dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain
aritmatika, aljabar, geometri dan analisis”.11
Matematika dapat
memudahkan dalam pemecahan masalah karena proses kerja matematika
dilalui secara berurut dan terstruktur sesuai dengan konsepnya.
8 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 1. 9Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat & Logika, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2009), h. 21. 10
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipt, 1999), h. 252. 11
Hamzah dan Masri kudrat Umar, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran Sebuah
Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Eds Pertama, h.109
13
Dari uraian penjelasan matematika di atas dapat diketahui bahwa
matematika adalah ilmu yang mempelajari proses dan penalaran dalam
unsur-unsur matematika itu sendiri dalam cabang anatara lain aritmatika,
aljabar, geometri dalam fungsi praktis teoritis yang terstruktur secara
hierarkis yang dipelajari melalui aktifitas mental sebagai dasar bagi
pelajaran matematika pada tingkatan berikutnya.
Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika dalam
mengembangkan kreativitas dan kompetensi peserta didik, maka guru
hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai
dengan pola pikir peserta didik. Matematika dipelajari dengan trestruktur
dan hierarkis sehingga pelajaran matematika disesuaikan dengan
perkembangan anak usia Sekolah Dasar.
c. Pembelajaran Matematika
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai
bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam
pikiran seseorang. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu
pembelajaran dapat lebih meningkatkan aktifitas belajar yang berdampak
pula dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik.
“Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik”.12
Berdasarkan pengertian ini, Sehingga dapat
dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang
direncanakan untuk mencoba membimbing dan mengarahkan peserta didik
dalam proses belajar mengajar lebih baik. Karena dalam proses
pembelajaran memiliki sebuah tujuan maka perlu disusun sebuah cara agar
12
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.287
14
tujuan tersebut tercapai dengan optimal. Tanpa strategi yang cocok tidak
mungkin tujuan dapat dicapai.
Menurut Winkel sebagaimana dikutip oleh Riyanto bahwa “belajar
adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkunganya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.13
Sehingga dapat dikatakan
untuk mengetahui kualitas pembelajaran harus dilihat dari beberapa aspek
yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran
mampu mendorong siswa untuk aktif belajar baik dilingkungan sekolah
maupun diliuar lingkungan sekolah, dan aspek produk mengacu apakah
pembelajaran mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai hasil belajar siswa
yang telah ditentukan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Widiyanti “pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa-siswi belajar secara aktif, yang menekankan pada sumber
belajar”.14
Berdasarkan pengertian ini, guru dalam melaksanakan
pembelajaran harus menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran agar
dalam proses belajar mengajarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran
sehingga siswa bisa belajar aktif dan bisa terperogram dengan baik.
Hal yang sama diungkapkan oleh Brunner dalam Heruman bahwa
dalam “pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang diperlukannya. Menemukan di sini terutama
adalah menemukan lagi (discovery), atau dapat juga menemukan yang
sama sekali baru (invention")”.15
Siswa dalam pembelajaran matematika
ini harus dapat menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur
berpikirnya yang menemukan konsep matematika dengan permasalahan
yang ia hadapi.
13
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5 14
Esti Yuli Widiyanti, et al., Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: Lapis-PGMI,
2009), h. 1-6. 15
Heruman, op. cit. , h. 4.
15
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah
laku individu meliputi pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
relatif menetap sebagai aktivitas dari hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
d. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Purwanto “Hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil (product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan
perubahannya input secara fungsional”.16
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut
Benyamin Bloom yang secara garis besar hasil belajar dibagi menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik”17
.
Berikut uraian unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar
tersebut:
16
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 44 17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h.22-23.
16
a. Tipe hasil belajar bidang kognitif
1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu
dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Misalnya
membaca berulang-ulang menggunakan teknik mengingat. Tingkah
laku operasional khusus yang berisikan tipe hasil belajar ini antara
lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, membilang dan lain-lain.
Contoh soal : Tulislah lambang bilangan pecahan dua per tiga, tiga
per tujuh, lima per enam, dan satu per empat!
2. Tipe hasil belajar pemahaman (komprehensif)
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna
atau arti dari sesuatu konsep.18
Untuk itu maka diperlukan adanya
hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada
dalam konsep tersebut. Kata-kata operasional untuk merumuskan
tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain:
membedakan, menghitung, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan
dan lain-lain. Contoh soal : Dona mempunyai
m tali merah. Feri
mempunyai
m tali merah. Siapakah yang mempunyai tali merah
lebih panjang?
3. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Kesanggupan menerapkan, mengabstraksi suatu konsep,
ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Kata kerja operasional
untuk merumuskan tujuan instruksional, antara lain: memecahkan,
mendemonstrasikan, mengungkapkan dan lain-lain. Contoh soal :
Lantai ruang pertemuan di sekolah Nia berbentuk persegi. Panjang
sisinya adalah 27 m. Berapa m-kah keliling lantai ruang pertemuan
tersebut?
18
Ibid hal. 23
17
4. Tipe hasil belajar analisis19
Kemampuan menalar pada hakikatnya mengandung unsur
analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki maka akan dapat
mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim
dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan,
membuat diagram, memisahkan dan lain-lain.
5. Tipe hasil belajar sintesis
Kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu
integritas. Kata-kata operasional yang tercermin antara lain:
mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun dan
lain-lain.
6. Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi dalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja,
pemecahan, metode, materi, dll. Mengembangkan kemampuan
evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai
kesempatan belajar, kesempatan kerja dan lain-lain.
b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif
Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap,
nilai, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial.
Tingkatan afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang
kompleks adalah sebagai berikut:
1. Kemauan Menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk
memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti
keinginan membaca buku, mendengarkan music, atau bergaul
dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
19
Ibid hal. 24
18
2. Kemauan Menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk
pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti
menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti
diskusi kelas, menyelesaikan tugas laboratorium, atau menolong
orang lain.
3. Berkeyakinan
Berkeyakinan dalam hal ini berkenaan dengan kemauan
menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti
menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi terhadap
sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan sesuatu
di dunia sosial.
4. Mengorganisasi
Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap
berbagai sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari
pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab,
bertanggung jawab atas hal telah dilakukan, memahami dan
menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari
peran perencanaan dalam memecahkan suatu masalah.
5. Tingkat Karateristik/ Pembentukan Pola
Ini adalah tingkatan afeksi tertinggi. Pada tarap ini individu
yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya
sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap
objektif terhadap banyak hal.
c. Tipe hasil belajar bidang psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni:
1. Persepsi yakni berkenaan dengan penggunaan indera dalam
melakukan kegiatan. Dimensi persepsi adalah :
19
a. Sensori stimulasi, yakni berhubugan dengan sebuah stimuli yang
berkaitan dengan organ tubuh, yaitu : Auditori, visual, tactile,
taste, smell, dan kinestetik.
b. Seleksi isyarat, yakni menetapkan bagian isyarat sehingga orang
harus merespon untuk melakukan tugas tertentu dari suatu
kinerja.
c. Translasi, yakni berhubugan dengan persepsi terhadap aksi
dalam membentuk gerakan.
2. Kesiapan
Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan
ataupun pengalaan tertentu. Termasuk didalamnya kesiapan
mental, fisik, ataupun emosi untuk melakukan suatu tindakan.
3. Gerakan terbimbing
Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada
tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut
dengan cara mencoba sampai dapatmenguasai dengan benar suatu
gerakan.
4. Gerakan terbiasa
Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan
respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan,
sehingga gerakan yang ditampikan menunjukkan suatu kemahiran.
5. Gerakan yang kompleks
Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada
pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan
suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan tingkat
kecermatan dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi.
6. Penyesuaian dan keaslian
Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang
terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk
situasi-situasi yang menuntuk persyaratan tertentu. Individu sudah
20
dapat mengembangkan tindakan/ keterampilan baru untuk
memecahkan masalah tertentu.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
“Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu
faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern)”.20
1) Faktor dari diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian,
kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting
dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa
belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
2) Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar di
antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas
dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial
budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan
komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses
maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara
dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang
disyaratkan dalam profesi guru.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Kooperatif
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah
pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin dalam Rusman, “pembelajaran kooperatif
menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
20
Anitah, op. Cit., h. 2.7
21
Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam
suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme”.21
Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengkondisikan, dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan
potensi siswa, menumbuhkan aktivitas siswa, menumbuhkan kreativitas
siswa, sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih
berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung
ke arah pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri. Guru
tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikirannya.
Lebih lanjut Anita Lie dalam bukunya “Cooperatif Learning”
“bahwa model pembelajaran Cooperatif Learning tidak sama dengan
sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-
asalan”.22
Pembelajaran kooperatif ini merupakan strategi pembelajaran
dengan sejumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuan siswanya
berbeda.
Slavin dalam Solihatin mengatakan bahwa “cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.23
Senada dengan pendapat itu menurut Johnson dalam Miftahul
Huda pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish
shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama).
“Pembelajaran kooperatif sering kali di definisikan sebagai pembentukan
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk
21
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 201. 22
Sofan Amri dan Iif Khoru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran
Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya,
2010), h. 90-91 23
Etin Solihatin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 4
22
bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran
siswa-siswa lain”.24
Berdasarkan pendapat ini, pembelajaran kooperatif
bergantung kepada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam
pembelajaran ini guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok
kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja
bersama-sama untuk memaksimalkan belajar dengan kelompok.
“Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja
atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk didalam struktur ini
adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok”.25
Pada pembelajaran kooperatif ini memungkinkan semua
siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama
dan sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang
suasana belajar yang terbuka dengan teman sejawatnya, karena pada saat
itu akan terjadi proses kerja sama dengan teman kelompoknya masing-
masing yang saling membutuhkan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik
sekaligus ketrampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil
yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat meningkatkan
kepekaan sosial dan empati di antara siswa.
24
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet 1, h. 31 25
Masitoh dan dewi laksmi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam, 2009), h. 232.
23
b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model
pembelajaran yang lain. Dalam menjalankanya harus sistematis dan saling
terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :26
Tabel 2.1
Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi
Guru menyampaikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Tahap 3
Mengorganisasikansiswa
ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjalaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara
efesien
Tahap 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
Tahap 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk
26
Rusman, op. cit., h.211.
24
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
c. Pengertian Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian STAD
Banyak tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan. Di antara tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan oleh guru adalah STAD. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini akan memudahkan siswa menyelesaikan materi pelajaran
secara bersama. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih
bermakna serta dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD aktivitas belajar lebih banyak
berpusat pada siswa, dalam proses diskusi dan kerja kelompok guru
hanya berfungsi sebagai fasilitator dan interaksi antara siswa dengan guru
maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan
siswa mengkontruksi ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan
yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya.
Menurut Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas
John Hopkins. “Metode ini dipandang paling sederhana dan paling
langsung pendekatan pembelajaran kooperatif”.27
Tipe STAD lebih
merupakan metode umum dalam mengatur kelas dari pada metode
komprehensif dalam mengajarkan pelajaran tertentu. Guru yang
menggunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok siswa,
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu
menggunakan presentasi kelompok yang telah ditentukan oleh guru.
Sedangkan menurut Slavin dalam Trianto menyatakan bahwa
pada “STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5
orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
27
Muslimin ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Unesa, 2000) Eds Pertama
Cet-2, h. 20
25
kelamin, dan suku”.28
Dalam pengertian ini, guru menyajikan pelajaran,
dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian
seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini
mereka tidak boleh saling membantu.
Dengan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kegiatan belajar dalam
kelompok untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
b. Komponen STAD
“Menurut Slavin ada lima komponen utama dalam model
pembelajaran kooperatif tipe STAD”, yaitu: 29
1) Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan
guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau
teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang
dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok
untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau
diskusi.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD
karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif
antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang
diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling
28
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010)
Eds Pertama Cet-4, h. 68-69 29
Robert E. Slavina, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, (Bandung: Nusa
Media, 2005), h. 143
26
meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama
dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua
anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang
dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu
siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang.
Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi
pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini
tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman
sekelompoknya.
3) Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua
kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok.
Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka
nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesuksesan kelompok.
4) Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar
bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung
berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari
skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang
dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Adapun penghitungan skor peningkatan individu dalam
penelitian ini diambil dari peningkatan individu yang dikemukakan
oleh Slavina30
seperti terlihat tabel di bawah ini:
30
Robert E Slavina, Ibid., h. 156
27
Tabel 2.2
Peningkatan Individu
Skor Kuis Poin Peningkatan
Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30
5) Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika
dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian
penghargaan ini tergantung dari kreativitas.
Adapun skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata
skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah
semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi
dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti
tercantum pada tabel berikut ini:
28
Tabel 2.331
Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata Tim Predikat
0 x 5 -
5 x 15 Tim baik
15 x 25 Tim hebat
25 x 30 Tim super
c. Langkah-langkah Penerapan STAD
Dalam menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini guru
harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini agar tujuan yang
dinginkan akan tercapai. Langkah-langkah penerapan STAD sebagai
berikut:
Pertama, Persiapan materi dan penerapan siswa dalam
kelompok. Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar
kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam
kelompok-kelompok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam
kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, aturan
heterogenitas dapat berdasarkan pada Kemampuan akademik (pandai,
sedang dan rendah), Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan
bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
Kedua, Penyajian materi pelajaran, dalam penyajian ini guru
harus memperhatikan dan menekankan pada ha-hal berikul:
1) Pendahuluan, di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari
siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting
untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep
yang akan mereka pelajari.
31
Trianto, op. Cit., h.72
29
2) Pengembangan, Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang
akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk
memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan- peranyaan diberikan
penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami
konsep maka dapat beralih kekonsep lain.
3) Praktek terkendali, Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan
materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil
siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah
agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita
waktu lama.
Ketiga, kegiatan kelompok, Guru mernbagikan LKS kepada
setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari
LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih
kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah,
mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.
Keempat, Evaluasi, Dilakukan selama 5-10 menit secara
mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama
bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai
perkembangan kelompok.
Kelima, Penghargaan kelompok, Dari hasil nilai
perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok
diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik,
hebat dan super.
Keenam, Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan
kelompok Satu periode penilaian (3-4 minggu) dilakukan
perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru.
30
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Kelebihan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan
saling membantu dengan siswa lain.
2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan
3) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain
Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1) Membutuhkan waktu yang cukup lam untuk memahami dan
melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang
kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai dan yang kurang pandai
pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang
pandai walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan
sendirinya.
3) Tes Siswa diberikan kuis dan tes secara perorangan. Pada tahap ini
setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan
apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab
soal kuis atau tes sesuai dengan kemampuannya. Pada saat
mengerjakan kuias atau tes ini, setiap siswa bekerja sendiri bekerja
sama dengan anggota kelompoknya.
4) Penentuan Skor, Hasil kuis atau tes diperiksa oleh guru, setiap skor
yang diperoleh siswa masukkan dalam daftar skor individual, untuk
melihat peningkatan kemampuan individual. Rata-rata skor
peningkatan individual merupakan sumbangan bagi kinerja
percapaian hasil kelompok.
5) Penghargaan terhadap kelompok, Berdasarkan skor peningkatan
individu diperoleh skor kelompok. Dengan demikian, skor
kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.
31
e. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
“Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan dibawah ini”32
.
a. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota
kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.
Setiap anggota harus bersifat heterogen. Artinya, kelompok
terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis
kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini
dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga
diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan kelompok.
b. Didasarkan pada Managemen Kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, managemen mempunyai empat
fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi
pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukan bahawa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang
agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan
apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang
harus digunakan untuk mencapai tujuan itu. Fungsi pelaksanaan
menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran
yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah
32
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 244-246.
32
disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap
anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung
jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
c. Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, proses kerja sama
perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap
anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling
membantu. Misalnya, yang pintar p[erlu membantu yang kurang
pintar.
d. Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai
hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan
memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran yang proses belajar mengajar menggunakan ceramah. Guru
memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam
menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Sedangkan peranan siswa adalah
mendengarkan apa yang telah dijelaskan oleh guru.
33
Dalam pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah ini
guru mendominasi kegiatan pembelajaran penjelasan materi dilakukan sendiri
oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru.
Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara
kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Jadi dalam hal ini
menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian
sebelumnya. Penelitian Tri Wahyuni (2010) yang berjudul “ Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Number Head (SNH) terhadap motivasi
belajar matematika siswa” (Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) menunjukan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Strutured Number Head (SNH) berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika siswa dan motivasi belajar matematika siswa
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Number Head
(SNH) lebih baik dari pada yang menggunakan model pembelajaran konvensional
metode ekspositori.33
Penelitian Iyke Navy Samudra Nur Zet (2011) yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Penalaran
Matematika Siswa” (Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) menunjukan bahwa
rata-rata kemampuan penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada rata-rata kemampuan
penalaran matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.34
Penelitian Muhammad Nur (2008) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Metode Jigsaw Terhada\p Motivasi Berprestasi Matematika Siswa di
33
Tri wahyuni, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Sructured Number Head
(SNH) Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2010), h. 63. 34
Iyke Navy Samudra Nur Zet, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2011), h. 57.
34
Mta. Sa’Adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik ” (Skripsi Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta) menunjukan bahwa rata-rata motivasi berprestasi matematika siswa yang
menggunakan pembelajaran kooperatif metode jigsaw lebih tinggi dari pada
motivasi berprestasi matematika siswa yang menggunakan metode ekspositori.35
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori maka dapat dibuat kerangka
berpikir sebagai berikut:
Pada penelitian ini proses pembelajaran dibagi kedalam dua kelas yaitu
kelas eksperimen dengan diberi perlakuan melalui model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa, sedangkan kelas kontrol
tanpa mendapat perlakuan khusus seperti kelas eksperimen yaitu model
pembelajaran konvensional. Keaktifan siswa selama pembelajaran matematika di
kelas dapat ditingkatkan, salah satunya dengan melakukan model STAD. Model
STAD akan menjadikan pembelajaran di kelas lebih efektif. Keaktifan siswa
diharapkan berpengaruh pada hasil belajar matematika, karena model ini membagi
siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok membahas sub pokok
bahasan yang sama. Tiap anggota satu tim telah mempelajari materinya dan bagi
anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai
semua anggota dalam satu tim mengerti. Setelah setiap kelompok menyelesaikan
tugas yang diberikan guru kemudian mempresentasikan hasil kerjanya. Kegiatan
presentasi dari tiap kelompok tersebut akan membuat siswa aktif dan saling
bertukar pikiran.
Setelah dilakukannya perlakuan berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol diberikan sebuah post-test untuk mengetahui
seberapa jauh siswa memahami pokok bahasan tersebut.
35
Muhammad Nur, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Motivasi
Berprestasi Matematika siswa di Mts. Sa’adatul Mahabbah Pondok Cabe Udik Pamulang”,
(Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2008), h. 5o.
35
Dengan adanya post-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol nanti
akan diperoleh nilai belajar atau dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa.
Sehingga dapat diketahui ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan kerangka teoritik dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa hasil belajar matematika siswa dengan
menggunaka model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada
hasil belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Suradita yang beralamatkan di Jl.
Raya Cisauk–Lapan Desa Suradita Kecamatan Cisauk kabupaten Tangerang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014. Pada tanggal 2 sampai 21 Desember 2013
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen, yaitu
penelitian dimana tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua
variabel yang relevan kecuali dari variabel-variabel tertentu. Penelitian ini
dilakukan terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok dan
kelompok . Kelompok adalah kelompok dengan perlakuan pemberian
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok adalah
kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berbentuk Two Group
Randomized Subject Post Test Only yang melibatkan dua kelompok yang
dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Rancangan ini terdiri
atas dua kelompok yang keduanya ditentukan secara acak
Pelaksanaan penelitian diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu :
1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran konvensional.
37
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok PreTest Perlakuan PostTest
(R) Eksperimen - Y
(R) Kontrol - Y
Keterangan :
R : Kelas eksperimen dan kelas kontrol
: Perlakuan pembelajaran matematika menggunakan STAD
: Perlakuan pembelajaran matematika konvensional
y : Tes yang diberikan kepada kedua kelompok setelah diberi perlakuan
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN Suradita
Jl. Raya Cisauk - Lapan Desa Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dari
empat kelas yang terdapat di SD Negeri Suradita dengan teknik Cluster
Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari empat kelas tersebut
kemudian diundi dan diambil dua kelas untuk dijadikan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
tes. Tes yang akan diberikan merupakan tes tertulis berupa tes uraian atau
essai. Sebelum tes tersebut diujikan kepada objek penelitian terlebih dahulu
dilakukan uji coba instrumen.
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian
ini, uji coba instrumen dilakukan pada siswa diluar kelas eksperimen dan kelas
kontrol, yaitu kelas 6 yang terdiri dari 30 siswa di SDN Suradita. Uji coba
38
dilakukan di kelas 6 karena objek penelitian yang diangkat adalah kelas 5,
maka uji coba instrumen dilakukan pada satu level kelas diatas objek
penelitian.
Setelah melakukan uji coba instrumen, langkah selanjutnya adalah
mengolah data hasil uji coba dengan mencari validitas, tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan reliabilitas.
1. Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.Suatu instrumen yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaiknya instrumen yang valid
berarti memiliki validitas rendah.1 Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validias tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk
mengukur validitasnya adalah dengan rumus koefisien korelasi product
moment dengan angka kasar sebagai berikut:2
rxy ( )( )
[ ( ) ][ ( ) ]
Keterangan:
= Angka indeks korelasi “r”
N = Number of cases
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
= Jumlah seluruh skor X
= Jumlah seluruh skor Y
Anas Sudjiono menyatakan bahwa uji validitas instrumen
dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan dengan rtabel
product moment pada taraf signifikasi 5%.
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h.211 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h.72
39
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Jika rtabel, maka soal tersebut dinyatakan valid
Jika rtabel, maka soal tersebut dinyatakan tidak valid
Berdasarkan hasil uji validitas pada N = 30 siswa dan α = 5%, dari
15 soal uraian yang diujikan terdapat 10 soal yang valid dan 5 soal yang
tidak valid. Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan hasil uji validitas
butir soal instrumen tes hasil belajar matematika siswa SD.
(Lampiran)
2. Uji Realibilitas
Tingkat reliabilitas suatu instrumen menunjukkan berapa kali pun
data itu diambil akan tetap sama. Reliabilitas juga menunjukkan adanya
tingkat keterandalan suatu tes.3 Karena instrumen tes yang digunakan
adalah tes berbentuk uraian, maka untuk menghitung koefisien
reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach.4
= (
) (
)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat
evaluasi yang digunakan dibuat oleh Guilford sebagai berikut :
3 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2010), h.180. 4 Suharsimi Arikunto, op. cit., h.238.
40
Tabel 3.2
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Besarnya r Tingkat reliabilitas
0,00 < ≤ 0,20
0,20 < ≤ 0,40
0,40 < ≤ 0,60
0,60 < ≤ 0,80
0,80 < ≤ 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Dengan kualifikasi koefisien realibilitas sama seperti instrumen tes
uraian pada Tabel 3.2. Adapun hasil keseluruhan realibilitas seluruh butir
soal yang sudah dinyatakan valid sebesar 0,652 dan termasuk kedalam
kriteria realibilitas tinggi. Dibawah ini merupakan tabel hasil perhitungan
realibilitas instrumen tes hasil belajar matematik siswa SD. (Lampiran)
3. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauanya, oleh karena itu
sebuah soal tes membutuhkan pengujian tingkat kesukaran dengan rumus
sebagai berikut.5
Keterangan
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah siswa keseluruhan
Klasifikasi indeks kesukaran yang umum digunakan adalah :
5Suharismi Arikunti, Ibid,. h. 207
41
IK = 0,00 : (soal terlalu sukar)
0,00< IK ≤ 0,30 : (soal sukar)
0,30< IK ≤ 0,070 : (soal sedang)
0,70< IK ≤ 1,00 : (soal terlalu mudah)
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal, dari 10 soal tes
yang diujikan, sebanyak 8 soal termasuk dalam kriteria sedang, dan
sebanyak 2 soal termasuk dalam kriteria mudah. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan tingkat kesukaran tes hasil
belajar matematik siswa SD.
4. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda soal menurut Suharsimi Arikunto (2009) adalah
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Cara
menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut.6
atau
Keterangan
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
PA = proposi serta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah
sebagai berikut :
DP ≤ 0,00 : (sangat jelek)
6Suharismi Arikunto, Ibid,. h.211-213
42
0,00< DP ≤ 0,20 : (jelek)
0,20< DP ≤ 0,40 : (cukup)
0,40< DP ≤ 0,70 : (baik)
0,70< DP ≤ 1,00 : (sangat baik)
Berdasarkan hasil hasil uji daya pembeda, dari 10 soal tes yang
diujikan, sebanyak 7 soal termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 3 soal
termasuk kedalam kriteria cukup. Berikut ini merupakan tabel hasil
perhitungan daya pembeda tes hasil belajar matematik siswa SD.
(Lampiran)
E. Teknik Analisis Data
Setelah memperoleh data dan informasi dari penelitian (observasi)
yang dilakukan, penulis menganalisis secara kuantitatif yang kemudian
mempelajarinya secara utuh, sehingga memperoleh gambaran yang jelas
terhadap masalah yang diperoleh.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikansi
X=0.05. Pengujian dengan menggunakan uji-t memerlukan beberapa syarat,
antara lain: sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan
kesamaan varians (homogenitas).
1. Uji Prasyarat Analisis
Untuk prasyarat data interval telah terpenuhi, sebab hasil belajar
merupakan data interval. Uji keacakan pun tidak perlu sebab sampel telah
diambil secara acak. Oleh karena itu, uji prasyarat yang perlu dilakukan
adalah uji normalitas dan uji kesamaan varians (uji homogenitas).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Liliefors.
= F( ) – S( )
43
Keterangan:
= Harga mutlak terbesar
F( ) = Peluang angka baku
S( ) = Proporsi angka baku
Sebelum kita melakukan pengujian normalitas, maka hal yang perlu
dilakukan adalah dengan membuat tabel distribusi frekuensi, dengan langkah-
langkah dibawah ini, yaitu:7
1) Menentukan skor terbesar dan terkecil
2) Menentukan rentangan (R) dengan cara:
R = skor terbesar – skor terkecil
3) Menentukan banyaknya kelas (K) dengan cara:
K = 1 + 3,3 log n
4) Menentukan panjang kelas (p) dengan cara:
P =
5) Membuat tabulasi penolong yaitu tabel distribusi frekuensi
6) Mencari rata-rata (Mean)
7) Mencari nilai yang sering muncul (Modus)
Mo = BB + p *
+
8) Mencari nilai tengah (Median)
Me = BB + p [
]
9) Mencari Varians
(s²) = ( )
( )
10) Mencari simpangan baku
S = √ ( )
( )
7 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 45
44
Adapun langkah-langkah dalam uji Lilifors adalah sebagai berikut:
a. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar
b. Tentukan nilai dari tiap-tiap data dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
= skor baku
= data yang diperoleh
X = nilai rata-rata
SD = standar deviasi
c. Tentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai
d. Tentukan nilai F( ) berdasarkan Ztabel
Jika negatif (-), maka 0,5 – Ztabel
Jika positif (+), maka 0,5 + Ztabel
e. Tentukan nilai S( ) dengan rumus:
S( )
f. Hitung selisih F( ) S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya
g. Ambil data terbesar diantara harga-harga mutlak tersebut ini kita namakan
h. Memberikan interpretasi , dengan membandingkan dengan . adalah
harga yang diambil dari tabel harga kritis uji Liliefors
i. Ambil kesimpulan berdasarkan harga dan yang telah didapat.
Apabila Lhitung Ltabel, maka diterima atau data berdistribusi normal.
Dan apabila Lhitung Ltabel, maka ditolak atau data tidak berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Teknik yang diguanakan pada uji homogenitas ini adalah uji Fisher
dengan rumus :
45
F = 1
2 dengan S² =
n fx2 ( fx)
(n 1)
Keterangan :
F : Homogenitas
S1² : Varian besar
S2² : Varian kecil
n : Jumlahsanpel
f : Frekuensi
x : data
Kriteria pengujinya
Apabila Fhitung<Ftabel, maka H0 diterima, yang berarti varian kedua populasi
homogen
Apabila Fhitung≥ Ftabel, maka H0 ditolak, yang berarti varian kedua populasi
tidak homogen.
2. Uji Statistik
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan, maka
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan
menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan untuk melakukan uji-t adalah:8
t =
√
dengan
dan
sedangkan sgab= √( ) ( )
( )
keterangan:
t = harga t hitung
1 = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
8Ibid., h.238-239
46
2 = nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol
S12 = varians data kelompok eksperimen
S22
= varians data kelompok kontrol
Sgab = simpangan baku kedua kelompok
n1 = jumlah siswa pada kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa pada kelompok kontrol
Setelah harga thitung diperoleh, kita lakukan pengujian kebenaran
kedua hipotesis dengan membandingkan besarnya thitung dan ttabel dengan
terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya atau derajat
kebebasannya, dengan rumus:
df = (n1 + n2) – 2dengan diperolehnya df, maka dapat dicari harga t tabel
pada taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Jika thitung ≤ ttabel, maka diterima dan ditolak
Jika thitung> ttabel maka diterima dan ditolak
Adapun langkah-langkah dalam uji-t adalah sebagai berikut:
1) Mencari standar deviasi gabungan dengan rumus:
sgab= √( )
( )
( )
2) Menghitung thitung dengan rumus:
thitung =
√
3) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
dk = n1 +n2 – 2
4) Menentukan ttabel
5) Pengujian hipotesis
Untuk perhitungan uji hipotesis, akan disajikan pada BAB IV
47
Kriteria Pengujian :
H0 diterima jika thitung < ttabel
H0 ditolak jika thitung > ttabel
F. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1>µ2
Keterangan :
H0 = Hipotesis nihil
Ha = Hipotesis alternatif
µ1 = hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperetif tipe STAD
µ2 = hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional.
Kriteria Pengujian :
H0 diterima jika thitung < ttabel
H0 ditolak jika thitung > ttabel
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di SDN Suradita kec Cisauk kab Tangerang,
pada kelas V yaitu kelas D sebagai kelas eksperimen dan kelas C sebagai kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan kelas kontrol
mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang, masing-masing kelas
eksperimen dan kontol berjumlah 30 orang.
Materi matematika yang diajarkan pada saat penelitian yaitu mengenai
luas bangun datar. Hasil belajar matematika siswa dapat diukur melalui tes
akhir (posttest) yang telah dilakukan oleh peneliti. Tes akhir (posttest)
bertujuan untuk mengetahui Hasil Belajar Matematika Siswa SD dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sebelum dilakukan
posttest, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen sebanyak lima belas soal yang
berbentuk uraian, uji coba instrumen tersebut diberikan kepada 30 siswa kelas
VI SDN Suradita tahun ajaran 2013/2014.
Berikut ini disajikan hasil perhitungan dari tes hasil belajar matematika
siswa SD yang diberikan kepada kedua kelas yang diteliti setelah kegiatan
pembelajaran dilaksanakan.
1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
Dari perolehan hasil tes belajar matematika siswa yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada kelompok eksperimen yang berjumlah 30 siswa, dengan diperoleh nilai
rata-rata 77,33 sedangkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh pada
kelompok eksperimen adalah 90 dan nilai terendah diperoleh pada
kelompok eksperimen adalah 65. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil
49
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-95
Fre
ku
ensi
Nilai
Data Kelompok Eksperimen
tes belajar matematika siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika siswa
Pada Kelompok Eksperimen
No Nilai Interval Fi f relatif fk- %fk- fk+ %fk+
1 65-69 5 16,667 5 16,667 30 100
2 70-74 8 26,667 13 43,333 25 83,333
3 75-79 6 20 19 63,333 17 56,667
4 80-84 4 13,333 23 76,667 11 36,667
5 85-89 5 16,667 28 93,333 7 23,333
6 90-94 2 6,6667 30 100 2 6,6667
Jumlah 30 100
Hasil perhitungan berdasarkan data dari tabel frekuensi diatas
menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapat nilai terbanyak direntang 70
sampai 74 dengan presentase 26,67%.
Distribusi frekuensi hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika siswa
SD pada kelompok eksperimen dapat digambarkan dalam bentuk grafik
histogram berikut ini:
50
Gambar 4.1
Grafik Histogram Frekuensi Hasil Belajar Matematika
Pada Kelompok Eksperimen
Sebaran dari hasil belajar matematika siswa pada kelompok
eksperimen ditunjukan dengan nilai modus 72,5 median 70,75 sedangkan
varians yang diperoleh sebesar 60,23 dan simpangan baku sebesar 7,76.
Perhitungan selengkapnya mengenai hasil distribusi frekuensi hasil belajar
matematika siswa pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada (lampiran).
2. Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Kelas Kontrol
Dari perolehan hasil tes belajar matematika siswa yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada
kelompok kontrol yang berjumlah 30 siswa, dengan diperoleh nilai rata-rata
51,66 sedangkan dengan nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok
kontrol adalah 60 dan nilai terendah diperoleh pada kelompok kontrol
adalah 35. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes belajar matematika
siswa kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa
Pada Kelompok Kontrol
No Nilai
Interval Fi f relatif fk- %fk- fk+ %fk+
1 35-39 2 6,6667 2 6,6667 30 100
2 40-44 5 16,667 7 23,333 28 93,333
3 45-49 4 13,333 11 36,667 23 76,667
4 50-54 7 23,333 18 60 19 63,333
5 55-59 6 20 24 80 12 40
6 60-64 6 20 30 100 6 20
Jumlah 30 100
51
0
1
2
3
4
5
6
7
8
35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
Fre
ku
ensi
Nilai
Data Kelompok Kontrol
Pada tabel distribusi diatas menunjukan bahwa siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional mendapat nilai terbanyak
pada rentang 50 sampai 54 dengan presentase 23,33%.
Distribusi frekuensi hasil tes pada kelompok kontrol dapat
digambarkan dalam bentuk grafik histogram berikut ini:
Gambar 4.2
Grafik Histogram Frekuensi Hasil Belajar Matematika
Pada Kelompok Kontrol
Sebaran dari hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol
ditunjukan dengan nilai modus 53,25 median 52,4 sedangkan varians yang
diperoleh sebesar 61,96 dan simpangan baku sebesar 7,87. Perhitungan
selengkapnya mengenai hasil distribusi frekuensi hasil belajar matematika
siswa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada (lampiran).
3. Perbandingan Hasil Penelitian Hasil Belajar Matematika Kelompok
Eksperimen dan Hasil Belajar Kelompok Kontrol
Untuk lebih memperjelas perbandingan hasil belajar matematika
antara kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran
konvensional dapat dilihat pada tabel 4.3.
52
Tabel 4.3
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa
Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Kelas
Eksperimen Kontrol
Jumlah siswa (n) 30 30
Nilai Maksimum (Xmak) 90 60
Nilai Minimum(Xmin) 65 35
Mean 77,33 51,66
Modus 72,5 53,25
Median 70,75 52,4
Varians 60,22989 61,95402
Simpangan Baku 7,76o 7,871
Pada tabel distribusi frekuensi diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
kelompok kontrol dengan selisih 25,67 (77,33 – 51,66). Sama halnya dengan
nilai rata-rata, modus, median kelompok eksperimen lebih beragam dari pada
nilai kelompok kontrol. Nilai siswa tertinggi dari dua kelas tersebut terdapat
pada kelompok eksperimen dengan nilai 90, sedangkan nilai terendah terdapat
pada kelompok kontrol dengan nilai 35.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Dari data hasil belajar yang diperoleh masih berbentuk data mentah
oleh karena itu agar data tersebut dapat menjawab pertanyaan peneliti maka
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Data penelitian yang akan dianalisis
adalah rata-rata skor hasil belajar matematika siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis dan pembahasan data hasil belajar
diberikan pada uraian berikut:
53
1. Uji Normalitas
Sebelum menguji perbedaan rata-rata hasil belajar dengan uji t,
terlebih dahulu kedua kelompok diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji
normalitas digunakan untuk mengetahui apakah penyebaran skor hasil
belajar kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan
bahwa kelompok berdistribusi normal jika memenuhi kriteria Lhitung ≤ Ltabel
diukur pada taraf signifikan dan tingkat kepercayaan tertentu.
a. Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh Lhitung = 0,036.
Dari tabel nilai kritis uji Lilifors diperoleh nilai Ltabel dengan n = 30, taraf
signifikan α = 5% adalah 0,161 karena Lhitung ≤ Ltabel (0,036 ≤ 0,161)
maka H0 diterima, ini berarti data pada kelompok eksperimen berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Normalitas Kelas Kontrol
Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh Lhitung = 0,029.
Dari tabel nilai kritis uji Lilifors diperoleh nilai Ltabel dengan n = 30, taraf
signifikan α = 5% adalah 0,161 karena Lhitung ≤ Ltabel (0,029 ≤ 0,161)
maka H0 diterima, ini berarti data pada kelompok kontrol berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Kelas Jumlah
Sampel (n) Lhitung
Ltabel
(α=5%) Kesimpulan
Eksperimen 30 0,036 0,161 Terima H0,
Berdistribusi normal Kontrol 30 0,029 0,161
54
Karena Lhitung pada kedua kelompok kurang dari Ltabel, maka disimpulkan
bahwa kedua kelompok tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa kedua kelompok
sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Selanjutnaya dilakukan uji homogenitas dengan
menggunakan Uji Fisher. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data sampel memiliki varians yang sama (homogen) atau berbeda
(heterogen). Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelompok
dikatakan homogen apabila Fhitung ≤ Ftabel diukur pada taraf signifikan dan
tingkat kepercayaan tertentu.
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
N 30 30
Α 5% 5%
Rata-rata 77,33 51,66
Varians 60,22989 61,95402
Fhitung 1,02
Ftabel 1,86
Kesimpulan Homogen
Dari data tersebut diketahui bahwa hasil posttest kedua kelas sampel
memiliki Fhitung ≤ Ftabel yang berarti data yang diperoleh memiliki varians
yang homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji prasyarat diatas yang menyatakan asumsi
normalitas dan homogenitas untuk kedua sampel terpenuhi, maka langkah
55
selanjutnya yaitu pengujian hipotesis yang dapat dilakukan dengan
menggunakan uji-t. Kriteria perhitungannya yaitu thitung < ttabel maka H0
diterima. Sedangkan jika thitung > ttabel maka H0 ditolak. H0 menyatakan
bahwa rata-rata hasil belajar matematika pada luas bangun datar trapesium
dan layang-layang pada kelompok eksperimen dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan rata-
rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol dengan
pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan derajat kebebasan 58,
diperoleh jika thitung = 4,04 ttabel = 2,00. Hasil perhitungan tersebut
menunjukan bahwa jika thitung > ttabel (4,04 > 2,00).
Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain
rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata hasil
belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional. Secara ringkas, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Statistik Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata 77,33 51,66
Varians 60,22989 61,95402
Sgabungan 7,816134
thitung 4,0489
ttabel 2,001717468
perbandingan 4,04 > 2,00
Kesimpulan Tolak H0 terima Ha
56
2,00 4,04
Daerah Penolakan H0
Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa thitung> ttabel (4,04 > 2,00),
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau dengan
kata lain rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi
dari pada kelompok kontrol.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan sebelumnya diperoleh
bahwa H0 ditolak. Dengan demikian Ha yang menyatakan hasil belajar
matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional pada taraf signifikansi 5% dapat diterima.
Pada proses pembelajaran yang dilakukan di kelompok eksperimen
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil kemudian setiap
kelompok diberi kesempatan untuk mengeluarkan ide pemikiran pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga dijembatani agar
dapat menemukan pemahaman materi luas bangun datar pada luas bangun
trapesium dan bangun layang-layang. Sehingga dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika.
Dalam kegiatan pembelajaran ini, terlihat siswa antusias mengikuti
pembelajaran dikelas, hal ini dapat dilihat dari cara siswa mengerjakan tugas
dalam bentuk kuis serta LKS yang diberikan guru. Setiap kelompok terlihat
lebih aktif dalam kegiatan diskusi serta mengerjakan tugas yang diberikan
57
58
ide ke dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dapat di katakan bahwa pemilihan
metode dan teknik pembelajaran yang tepat akan membantu dalam jalannya
proses pembelajaran dikelas.
Pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol, yang menggunakan
model pembelajaran secara konvensional adalah dengan metode ceramah, tanya
jawab dan latihan. Pertama-tama guru hanya menerangkan materi yang akan
dipelajari siswa pada hari itu, serta memberikan beberapa contoh, kemudian
keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran hanya sebatas mendengar dan
menulis apa yang diperintahkan guru. Apabila ada yang belum dimengerti atau
kurang paham, siswa dapat bertanya kepada guru.
Dengan demikian, siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
konvensional hanya belajar dengan hafalan dan tidak mengerti isi dari materi yang
diajarkan guru. Namun, adapun kelebihan dari kelas kontrol adalah siswa dapat
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru, apabila soal yang diberikan sama
dengan contoh yang ditunjukkan, tetapi jika siswa diberikan soal yang berbeda
dengan contoh yang ditunjukkan, maka siswa masih mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan dan menemukan jawabannya.
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa perlakuan berbeda yang
diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menghasilkan
hasil akhir yang berbeda pula. Kelompok eksperimen yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran STAD berbeda dengan kelompok kontrol yang
diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran STAD dalam penelitian ini dapat terlihat dari hasil jawaban siswa.
Hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran STAD yang
dimaksud adalah hasil belajar siswa yang menyelesaikan masalah dengan cara
memperinci bagian-bagian dari masalah tersebut sehingga dapat memperoleh
pemahaman yang lebih jelas dengan menemukan jawaban yang berbeda dengan
yang lainnya ketika menjawab soal. Rata-rata siswa kelompok eksperimen
menjawab soal dengan cara yang sistematis atau berurutan sedangkan pada
kelompok kontrol rata-rata siswa menjawab soal tidak dengan cara yang
59
60
Pada gambar 4.5 menunjukan hasil jawaban atau kerja siswa pada
kelompok kontrolatau siswa yang diberikan perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional. Sehingga jawaban siswa pada kelompok
kontrol ini terlihat tidak sistematis.
Pada soal tes ini siswa dituntut agar dapat mengemukakan gagasannya
serta dapat menyelesaikan soal tersebut dengan caranya sendiri, sehingga dapat
menghasilkan jawaban yang berbeda dengan orang lain. Dari hasil gambar pada
kelompok eksperimen dapat dilihat bahwa siswa dapat memperinci jawaban serta
dapat menemukan cara menyelesaikan soal yang berbeda dengan orang lain.
Sedangkan pada kelompok kontrol, masih banyak siswa yang belum mengerti
maksud dari soal yang diberikan dan kebanyakan dari mereka menjawab tanpa
memperhatikan apa yang ditulisnya. Selain itu, pada kelompok kontrol masih
banyak siswa yang belum bisa menemukan jawaban dari soal yang diberikan
dengan caranya sendiri.
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat terlihat bahwa terdapat pengaruh
antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD
dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional. Hal ini disebabkan karena pada kelompok eksperimen yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran STAD dirancang agar siswa
dapat mengemukakan pendapatnya dengan cara memperinci yang didapat
sehingga masalah yang diberikan dapat terpecahkan dan dapat ditemukan jawaban
yang berbeda dengan orang lain.
Dengan demikian ternyata terbukti bahwa penggunaan model
pembelajaran STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa SD.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai
upaya telah dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Namun demikian
masih terdapat hal-hal yang tidak dapat terkontrol dan tidak dapat
dikendalikan, sehingga hasil penelitian inipun belum optimal. Hal-hal itu
antara lain:
61
1. Penelitian ini hanya ditunjukan untuk mata pelajaran matematika pokok
bahasan menghitung luas bangun trapesium dan luas bangun layang-layang,
sehingga belum dapat digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Kondisi siswa yang belum terbiasa dengan strategi pembelajaran aktif
sehingga membuat kondisi awal pasif.
3. Siswa sulit diatur untuk dikelompokan dalam pembelajaran yang aktif
4. Kontrol terhadap kemampuan siswa hanya pada hasil belajarnya saja.
Sementara itu variabel lain seperti intelegensi, minat, motivasi dan
lingkungan belajar tidak terkontrol secara penuh, sehingga tidak mustahil
jika hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan pengujian
statistik yang dilakukan mengenai pengaruh model pembelajaran STAD
terhadap hasil belajar matematika siswa SD di SDN Suradita, memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yang
diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh nilai
rata-rata sebesar 77,33 pada materi bangun datar trapesium dan layang-
layang dengan varians 60,22.
2. Hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata sebesar
51,66 pada materi bangun datar trapesium dan layang-layang dengan
varians 61,95.
3. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mendapatkan nilai rata-rata 77,33
dan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensiona mendapatkan nilai rata-rata 51,66. Dengan perhitungan
uji-t, maka dapat diperoleh thitung dari hasil tes adalah 4,05 dan diperoleh
ttabel adalah 2,00. Dari hasil perhitungan uji-t dapat terlihat bahwa thitung
> ttabel. Maka dapat disimpulkanbahwa H0 ditolak dan Ha diterima atau
dengan kata lain rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen
lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
63
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian ini, hendaknya guru khususnya guru yang
mengajar matematika di SDN Suradita dapat menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
dipakai karena model ini terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar matematika siswa, sehingga model pembelajaran yang digunakan
tidak hanya terbatas pada guru dan buku paket saja, akan tetapi
pembelajaran dipusatkan pada siswa.
2. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD), guru hendaknya lebih intensif dalam
membimbing siswa untuk saling terbuka dalam kerjasama untuk belajar
kelompok.
3. Siswa diharapkan untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
4. Dalam proses pembelajaran di kelas perlu diciptakan suasana kompetitif/
bersaing antar kelompok agar dapat memberikan semangat belajar yang
lebih tinggi dan dapat meningkatkan suasana kelas yang mendorong siswa
untuk berlomba-lomba dalam menyelesaikan tugas yang terbaik.
5. Kepada para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) yang diterapkan pada konsep yang lain
atau mata pelajaran yang lain.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:
Rineka Cipt, 1999.
Amri, Sofan, dkk, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya
Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, Jakarta: PT. Prestasi
Pustakarya, 2010.
Anitah, Sri, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta: Universitas Terbuka,
2009.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
................................., Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Driana, Elin
http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/02344589/gawat.darurat.pendi
dikan
E. Slavin, Robert, Cooperatif Learning teori, riset dan praktek, Bandung: Nusa
Media, 2005.
Halim Fathani, Abdul, Matematika Hakikat & Logika, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009.
Hamzah, dkk, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran Sebuah Konsep
Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Huda, Miftahul, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ibrahim, Muslimin, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya: Unesa, 2000.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
65
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Islam, 2009.
Neni Iska, Zikri, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, Jakarta: Kizi
Brother’s, 2011.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2009.
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2010.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajagrafinda
Persada, 2004.
Setyosari, Punanji, Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan, Jakarta:
Prenada Media Group, 2010.
Solihatin, Etin, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 2005.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo Offset, 2004.
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
Suwangsih, Erna, dkk, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: Upi Press,
2006.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta: Kencana, 2010.
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen
Agama RI, 2006.
Yuli Widiyanti, Esti, dkk, Pembelajaran Matematika MI, Surabaya: Lapis-PGMI,
2009.
66
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 1 (Pertama)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar trapesium.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar trapesium.
E. Materi
Luas Trapesium
F. Metode
Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement
Division)
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Pendahuluan Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua
kelas untuk memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan aturan-aturan pembelajaran kooperatif
10 Menit
67
tipe STAD
Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang
materi bangun datar trapesium
Guru memberikan tes untuk mengetahui skor awal
siswa
Kegiatan Inti
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Guru menyampaikan materi tentang bangun datar
trapesium
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang telah dijelaskan
Guru memberikan poin awal kepada siswa dan
menjelaskan sumber poin awal tersebut
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri
dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen
Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa
untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok
tentang materi bangun datar trapesium
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya,
kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan
untuk bertanya
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam
tiap kelompoknya
Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan
diberitahukan pada pertemuan berikutnya
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
berdasarkan pencapaian skor rata-rata dalam satu
kelompok
Membenarkan presentasi siswa terkait materi yang
55 Menit
68
telah diajarkan
Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah
diajarkan
Kegiatan Penutup
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Kegiatan
Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pembelajaran
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
5 menit
H. Media belajar
Spidol dan LKS.
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen Penilaian
1 Menghitung luas bangun
datar trapesium
Tes Esai 1. Diketahui suatu bangun
trapesium mempunyai panjang
sisi sejajar 10 cm dan 4 cm
dengan tinggi 6 cm, berapakah
luas pada bangun trapesium
tersebut?
2. Sebuah trapesium memiliki panjang
sisi sejajar masing-masing 8 cm dan
4 cm dan tinggi 5 cm. Berapakah
luas bangun trapesium tersebut?
Tangerang, Nopember 2013
Wali kelas Peneliti
Aripin S.Pd Agi Nurahmadana
69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 2 (Kedua)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar layang-layang.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar layang-layang.
E. Materi
Luas Layang-layang
F. Metode
Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement
Division)
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Pendahuluan Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua
kelas untuk memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan aturan-aturan pembelajaran kooperatif
tipe STAD
10 menit
70
Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang
materi bangun datar layang-layang
Kegiatan Inti
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Guru menjelaskan materi tentang menghitung luas
bangun datar layang-layang
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang telah dijelaskan
Guru memberikan poin awal kepada siswa dan
menjelaskan sumber poin awal tersebut
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri
dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen
Guru memberikan LKS dan memerintahkan siswa
untuk mengerjakan LKS melalui diskusi kelompok
tentang materi bangun datar trapesium
Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait materi
yang telah dijelaskan
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa dalam
tiap kelompoknya
Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis akan
diberitahukan pada pertemuan berikutnya
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
berdasarkan pencapaian skor rata-rata dalam satu
kelompok
Membenarkan presentasi siswa terkait materi yang
telah diajarkan
Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang telah
diajarkan
71
Kegiatan Penutup
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Kegiatan
Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pembelajaran
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
5 menit
H. Media belajar
Spidol dan LKS.
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen Penilaian
1 Menghitung luas bangun
datar layang-layang
Tes Esai 1. Diketahui suatu bangun layang-
layang yang mempunyai panjang
diagonal 9 cm dan 8 cm, berapakah
luas pada bangun layang-layang
tersebut?
2. Sebuah bangun layang-layang yang
mempunyai panjang diagonal
masing-masing 10 cm dan 6 cm,
berapakah luas bangun datar
layang-layang tersebut?
Tangerang, Nopember 2013
Wali kelas Peneliti
Aripin S.Pd Agi Nurahmadana
72
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar
C. Indikator
Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita
E. Materi
Luas Trapesium
F. Metode
Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement
Division)
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Pendahuluan Guru mengkondisikan kelas dengan meminta ketua
kelas untuk memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan aturan-aturan pembelajaran
10 menit
73
kooperatif tipe STAD
Guru menanyakan pengetahuan awal siswa tentang
materi bangun datar trapesium
Kegiatan Inti
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Eksplorasi
Elaborasi
Guru menjelaskan materi tentang cara
menjelaskan luas bangun datar trapesium
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang telah
dijelaskan
Guru memberikan poin awal kepada siswa dan
menjelaskan sumber poin awal tersebut
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang
terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen
Guru memberikan LKS dan memerintahkan
siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi
kelompok tentang materi bangun datar trapesium
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, kemudian kelompok yang lain
diberikan kesempatan untuk bertanya
Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait
materi yang telah dijelaskan
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa
dalam tiap kelompoknya
Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis
akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya
Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata
55 menit
74
Konfirmasi
dalam satu kelompok
Membenarkan presentasi siswa terkait materi
yang telah diajarkan
Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang
telah diajarkan
Kegiatan Penutup
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Kegiatan
Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
5 menit
H. Media belajar
Spidol dan LKS.
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen Penilaian
1 Menjelaskan luas bangun
datar trapesium pada soal
cerita
Tes Esai 1. Aku adalah atap rumah.
Dilihat dari samping aku
berbentuk trapesium
samakaki. Dengan panjang
sisiku yang sejajar adalah
19 meter dan 15 meter,
sedangkan tinggiku adalah
13 m. Berapakah luasku?
2. Pak Deni mempunyai sawah
75
yang berbentuk trapesium,
sawah itu mempunyai
panjang yang sejajar 80 m
dan 70 m, dan lebar 45 m.
berapakah luas tanah pak
royo
Tangerang, Nopember 2013
Wali kelas Peneliti
Aripin S.Pd Agi Nurahmadana
76
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada
dikehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada
dikehidupan sehari-hari
E. Materi
Luas Bangun Datar Trapesium
F. Metode
Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement
Division)
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Pendahuluan Guru mengkondisikan kelas dengan
meminta ketua kelas untuk memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
10 menit
77
dan menjelaskan aturan-aturan
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Guru menanyakan pengetahuan awal siswa
tentang bangun datar trapesium yang ada
didalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan Inti
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Eksplorasi
Elaborasi
Guru menjelaskan materi tentang cara
menghitung masalah dalam kehidupan sehari-
hari yang berhubungan dengan bangun datar
trapesium
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang telah
dijelaskan
Guru memberikan poin awal kepada siswa dan
menjelaskan sumber poin awal tersebut
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang
terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen
Guru memberikan LKS dan memerintahkan
siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi
kelompok tentang materi bangun datar trapesium
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, kemudian kelompok yang lain
diberikan kesempatan untuk bertanya
Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait
materi yang telah dijelaskan
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa
dalam tiap kelompoknya
Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis
akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya
55 menit
78
Konfirmasi
Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata
dalam satu kelompok
Membenarkan presentasi siswa terkait materi
yang telah diajarkan
Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang
telah diajarkan
Kegiatan Penutup
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Kegiatan
Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
5 menit
H. Media belajar
Spidol dan LKS.
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen Penilaian
1 Menghitung luas
bangun datar trapesium
yang berhubungan
dengan masalah
kehidupan sehari-hari
Tes Esai 1. Ayah baru saja selesai
mengecat tembok samping
rumah yang berbentuk
trapesium dengan ukuran
panjang sisi yang sejajar
masing-masing 35 m dan 25
m, kemudian tingginya 6 m.
Berapakah luas tembok
79
yang berbentuk trapesium
tersebut?
2. Pak Sholeh sedang memasang
genting di bagian teras
rumahnya. Atap terasnya
berbentuk trapesium. Genting
disusun sebagai berikut. Dari
sisi bagian atas dengan 18
genting dan bagian bawahnya
24 genting dan susunan
gentingnya 15 baris. Jadi
berapakahgenting yang ada
diatas genting?
Tangerang, Nopember 2013
Wali kelas Peneliti
Aripin S.Pd Agi Nurahmadana
80
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 7 (Tujuh)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah
yang ada dikehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Pesertadidikdapat:
Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah
yang ada dikehidupan sehari-hari
E. Materi
Luas Layang-layang
F. Metode
Diskusi, Tanya Jawab, Ekspositori, Latihan, dan STAD (Student Teams Achievement
Division)
G. Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Kegiatan
awal
Guru mengkondisikan kelas dengan meminta
ketua kelas untuk memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan penjelasan aturan-aturan
10 menit
81
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Guru menanyakan pengetahuan awal siswa
tentang bangun datar layang-layang
Kegiatan Inti
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Eksplorasi
Elaborasi
Guru menjelaskan materi tentang cara
menghitung masalah dalam kehidupan sehari-
hari yang berhubungan dengan bangun datar
layang-layang
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang materi yang telah
dijelaskan
Guru memberikan poin awal kepada siswa dan
menjelaskan sumber poin awal tersebut
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang
terdiri dari 4 sampai 6 anggota secara heterogen
Guru memberikan LKS dan memerintahkan
siswa untuk mengerjakan LKS melalui diskusi
kelompok tentang materi bangun datar trapesium
Guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, kemudian kelompok yang lain
diberikan kesempatan untuk bertanya
Guru meluruskan hasil jawaban siswa terkait
materi yang telah dijelaskan
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa
dalam tiap kelompoknya
Guru menginformasikan bahwa hasil nilai kuis
akan diberitahukan pada pertemuan berikutnya
Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok berdasarkan pencapaian skor rata-rata
55 menit
82
Konfirmasi
dalam satu kelompok
Membenarkan presentasi siswa terkait materi
yang telah diajarkan
Meluruskan jawaban siswa terkait materi yang
telah diajarkan
Kegiatan Penutup
TAHAP KEGIATAN GURU WAKTU
Kegiatan
Penutup
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan
materi pembelajaran
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam
5 menit
H. Media belajar
Spidol dan LKS.
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
J. Penilaian
No Indikator Teknik Bentuk Instrumen Penilaian
1 Menghitung luas
bangun datar layang-
layang yang
berhubungan dengan
masalah yang ada
dikehidupan sehari-hari
Tes Esai 1. Rehan membuat layang-
layang yang berukuran
besar dengan panjang
diagonalnya 30 cm dan 22
cm. Berapakah luas
layang-layang rehan yang
besar itu?
2. Budi ingin membuat sebuah
layang-layang. Dua bilah
bambu yang dibuat Budi
83
berukuran 48 cm dan 44 cm.
Apabila layang-layang sudah
jadi, berapa luas layang-
layang yang budi buat?
Tangerang, Nopember 2013
Wali kelas Peneliti
Aripin S.Pd Agi Nurahmadana
84
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 1 (pertama)
Alokasi Waktu : 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar trapesium
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar trapesium
E. Materi
Luas Trapesium
F. Metode
Model Konvensional
G. Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Kegiatan
awal
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua
kelas memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajara
Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi
yang akan disampaikan
5 menit
85
Kegiatan
Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang bangun
datar trapesium
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan
Guru memberikan contoh soal
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Guru membahas latihan soal bersama siswa
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada yang belum jelas
55 menit
Kegiatan
Penutup
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
10 menit
H. Media belajar
White Board dan Spidol
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013
Peneliti
Agi Nurahmadana
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 2 (kedua)
Alokasi Waktu : 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar layang-layang.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar layang-layang.
E. Materi
Luas Layang-layang
F. Metode
Model Konvensional
G. Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Kegiatan
awal
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua
kelas memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajara
Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi
yang akan disampaikan
5 menit
Kegiatan
Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang bangun
datar layang-layang
55 menit
87
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan
Guru memberikan contoh soal
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Guru membahas latihan soal bersama siswa
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada yang belum jelas
Kegiatan
Penutup
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
10 menit
H. Media belajar
White Board dan Spidol
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013
Peneliti
Agi Nurahmadana
88
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar
C. Indikator
Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menjelaskan luas bangun datar trapesium pada soal cerita
E. Materi
Luas Trapesium
F. Metode
Model Konvensional
G. Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Kegiatan
awal
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua
kelas memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajara
Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi
yang akan disampaikan
5 menit
Kegiatan
Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang masalah
bangun datar trapesium
55 menit
89
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan
Guru memberikan contoh soal
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Guru membahas latihan soal bersama siswa
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada yang belum jelas
Kegiatan
Penutup
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
10 menit
H. Media belajar
White Board dan Spidol
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013
Peneliti
Agi Nurahmadana
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada
dikehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar trapesium yang berhubungan dengan masalah yang ada
dikehidupan sehari-hari
E. Materi
Luas Trapesium
F. Metode
Model Konvensional
G. Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Kegiatan
awal
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua
kelas memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajara
Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi
yang akan disampaikan
5 menit
91
Kegiatan
Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang masalah
bangun datar trapesium
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan
Guru memberikan contoh soal
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Guru membahas latihan soal bersama siswa
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada yang belum jelas
55 menit
Kegiatan
Penutup
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
10 menit
H. Media belajar
White Board dan Spidol
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013
Peneliti
Agi Nurahmadana
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Satuan Pendidikan : SDN Suradita
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke- : 7 (Tujuh)
Alokasi Waktu : 2x 35 Menit
A. Standar Kompetensi
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar
3.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar
C. Indikator
Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah
yang ada dikehidupan sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
Menghitung luas bangun datar layang-layang yang berhubungan dengan masalah
yang ada dikehidupan sehari-hari
E. Materi
Luas Layang-layang
F. Metode
Model Konvensional
G. Kegiatan Pembelajaran
TAHAP KEGIATAN WAKTU
Kegiatan
awal
Guru mengkondisikan kelas dengan memerintah ketua
kelas memimpin do’a
Mengabsen siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajara
Guru mengajukan pertanyaan apersepsi tentang materi
yang akan disampaikan
5 menit
93
Kegiatan
Inti
Guru menyampaikan materi pelajaran tentang masalah
bangun datar layang-layang
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan
Guru memberikan contoh soal
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Guru membahas latihan soal bersama siswa
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya jika ada yang belum jelas
55 menit
Kegiatan
Penutup
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya
Guru mengakhiri pelajaran dengan salam
10 menit
H. Media belajar
White Board dan Spidol
I. Sumber Belajar
Sumanto. 2008. Gemar Matematika V. Jakarta: Depdiknas
Sunaryo. 2007 .Matematika kelas V. Jakarta: Depdiknas
Tangerang, Nopember 2013
Peneliti
Agi Nurahmadana
94
Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA 1
LUAS TRAPESIUM
Kelompok :
Nama Anggota :
Diskusikan dan Kerjakan dengan Kelompokmu!
A. Materi Ajar
Untuk mengetahui rumus luas trapesium, ayo kita lakukan kegiatan berikut ini!
Sebelum mencari luas trapesium, sebaiknya mengenal bagian-bagiannya.
Perhatikan gambar dibawah ini!
1. Sebutkan sifat-sifat yang ada didalam gambar tersebut?
2. Pada garis KL, MN, dan NO dinamakan dengan apa?
3. Sebutkan macam-macam bangun trapesium?
4. Pada gambar dibawah ini termasuk bangun trapesium apa?
5. Segitiga KON itu termasuk segitiga apa?
N M
K O L
Sekarang marilah kita coba mulai menentukan bagaimana rumus untuk
menentukan luas trapesium, tapi satu hal yang harus kalian ingat bahwa luas
trapesium berasal dari luas persegi panjang, kalian siap untuk merumuskannya?
C D
A B
95
Luas Persegi Panjang = Panjang x Lebar
= Sisi AB x Sisi . . . .
= ( Sisi AB + Sisi . . . . . ) x Sisi . . . . . .
karena Luas Trapesium adalah Luas Persegi Panjang yang telah dibagi 2, maka
Luas Trapesium =
=
=
Jadi Luas Trapesium =
B. kerjakanlah soal yang ada dibawah ini!
1. Lengkapilah uraian di bawah ini untuk menambah pemahaman tentang
trapesium. 12 cm
Sisi alas = 18 cm
Sisi atas = ____ cm 10 cm
Tinggi = 10 cm 18 cm
Luas =
× ( sisi alas + sisi atas) × tinggi
=
× ( 18 + ____ ) × 10
= ____ × 10 = ____ cm2
2. Gambarlah bangun datar trapesium dengan ukuran panjang sisi yang
sejajar 10 cm dan 6 cm, dan tingginya 5 cm! Tulislah panjang sisi yang
sejajar dengan a dan b dan tingginya t. Misalkan gambar dari jajar genjang
ditunjukkan oleh gambar berikut!
a
t
b
96
hitunglah gambar bangun datar trapesium yang diatas?
Luas Trapesium = . . . . x (. . . . + . . . .) x . . . .
= . . . . x (. . . . + . . . .) x . . . .
= . . . . x . . . .x . . . .
= . . . .
100
B. Kerjakanlah soal dibawah ini dengan bena!
1. Pak Imam sedang membuat petak kecil untuk membuat benih padi. Petak
tersebut berbentuk trapesium siku-siku. Jarak Kedua sisi-sisi yang sejajar
tersebut berukuran 54 m dan 46 m dengan lebarnya 24 m, berapakah
luasnya?
2. Adi sedang membuat kandang ayam yang berbentuk trapesium sama kaki
dengan sisi masing-masing 15 m dan 17 m, kemudian tingginya 13 m.
101
LEMBAR KERJA SISWA 5
LUAS TRAPESIUM
Kelompok :
Nama Anggota :
Diskusikan dan Kerjakan dengan Kelompokmu!
A. Materi Ajar
Jika kamu perhatikan benda-benda yang terdapat di dalam kehidupan kamu
maka kamu akan dapat mengetahui benda apa saja yang mempunyai bentuk
bangun trapesium.
1. Gambarlah benda-benda yang mempunyai bentuk bangun trapesium
ditempat yang telah disediakan?
2. Kemudian tentukanlah ukuran pada gambar yang kalian buat?
3. Dan hitunglah luas pada gambar tersebut?
B. Kerjakanlah soal dibawah ini dengan benar!
1. Atap rumah pak Danang terbuat dari seng dan akan dicat, atap tersebut
berbentuk trapesium sama kaki dengan ukuran panjang sisi-sisi yang
sejajar berturut-turut adalah 29 cm 13 m, dan tinggi trapesium 15 m.
Berapakah luas atap rumah pak danang?
2. Sebidang sawah berbentuk trapesium siku-siku dengan ukuran panjang
sisinya masing-masing 33 m dan 31 m dan lebarnya 27 cm, berapakah luas
sawah tersebut?
3. Ayah mempunyai tanah dibelakang rumah yang berbentuk bangun datar
trapesium siku-siku dengan ukuran panjang sisi yang sejajar 50 m dan 46
m, dan mempunyai lebar 42 m, berapakah luas tanah tersebut?
102
LEMBAR KERJA SISWA 7
LUAS LAYANG-LAYANG
Kelompok :
Nama Anggota :
Diskusikan dan Kerjakan dengan Kelompokmu!
A. Materi Ajar
Apakah kalian sudah pernah membuat sebuah layang-layang?
Jika sudah maka gambarlah layang-layang yang pernah kalian buat ditempat
yang sudah disediakan?
Kemudian tentukan ukuran gambar layang-layang tersebut?
Kemudian hitunglah luas layang-layang yang kalian buat?
B. Kerjakanlah soal yang ada dibawah ini!
1. Pak Rudi sedang membuat layang-layang dengan ukuran panjang
diagonalnya masing-masing 28 cm dan 24 cm, berapakah luas layang-
layang yang dibuat oleh pak rudi?
2. Aldi mempunyai layang-layang dengan ukuran panjang diagonalnya yaitu
46 cm dan 22 cm, berapakah luas layang-layang aldi?
103
Lampiran 4
Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika Sebelum Uji Validitas
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : V (Lima)
Standar Kompetensi : Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar Materi
Pokok Indikator
Aspek No
Soal
Keterangan
Jenis Soal C2 C3
1. Menghitung
luas trapesium
dan layang-
layang
Luas
Trapesium
dan Layang-
layang
Menghitung luas bangun datar
trapesium.
Menghitung luas bangun datar
layang-layang
Menghitung tinggi bangun
datar trapesium
Menghitung panjang diagonal
bangun datar layang-layang
√
√
√
√
1a, 8
1b, 9
2, 10
3, 11
Esay
Esay
Esay
Esay
2. Menyelesaika
n masalah
Bangun datar
Trapesium
Menjelaskan luas bangun datar
trapesium pada soal cerita
√
4, 14
Esay
104
yang berkaitan
dengan
bangun datar
dan Layang-
layang
Menghitung luas bangun datar
trapesium yang berhubungan
dengan masalah yang ada
dikehidupan sehari-hari
Menjelaskan luas bangun datar
layang-layang dalam soal
cerita
Menghitung luas bangun datar
layang-layang yang
berhubungan dengan masalah
yang ada dikehidupan sehari-
hari
√
√
√
6, 12
5, 15
7, 13
Esay
Esay
Esay
105
Lampiran 5
SOAL INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR MATERI LUAS BANGUN
DATAR TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG SEBELUM UJI
VALIDITAS
Nama :
Kelas :
Waktu : 2 x 35 menit
Nilai
I. Kerjakanlah soal yang ada dibawah ini dengan benar!
1. Perhatikan gambar dibawah ini!
6 cm 4 cm
8 cm
12 cm
a. Hitunglah luas pada bangun datar trapesium?
b. Hitunglah luas pada bangun datar layang-layang?
2. Sebuah bangun trapesium mempunyai panjang yang sejajar 7 cm dan 5 cm,
jika luasnya 24 cm2, maka berapakah tinggi bangun trapesium tersebut?
3. Panjanng diagonal suatu layang-layang 10 cm, jika luasnya 20 cm2,
berapakah panjang diagonal yang lainnya?
4. Hari Minggu warga di desa Pak Dodi melakukan kerja bakti. Warga
mengecat atap gapura yang berbentuk trapesium pada sisi depan 14 m dan
sisi belakang 16 m, kemudian tingginya 8 m, berapakah luas atap gapura
yang di cat?
112
Lampiran 8
Rubrik Penskoran Analitik Skala 4
Skala
Kriteria 1 2 3 4
Pendekatan
pemecahan
masalah
Tidak
terorganisir,
tidak
sistematik
Ada usaha
untuk
mengorganisir
tetapi tidak
dilakukan
dengan baik
Terorganisir
, memahami
cara
menghitung
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang
Sangat
terorganisir
dan
sistematik
dalam
menghitung
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang
Ketepatan
perhitungan
Tidak dapat
menentukan
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang
Menghitung
luas bangun
datar
trapesium dan
layang-layang
tetapi masih
salah dalam
perhitungan
sehingga tidak
mendapatkan
hasil atau
jawaban yang
benar
Menghitung
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang
sudah
benar,
hanya ada
sedikit
kesalahan
dalam
perhitungan
Tidak ada
kesalahan
dalam
menghitung
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang
sehingga
dapat
menemukan
hasil atau
jawaban yang
benar
113
Penjelasan
prosedur
Tidak jelas
dan sukar
diikuti dan
tidak
memahami
masalah
Agak jelas,
tetapi
menunjukkan
kurang
memahami
masalah
Jelas dan
menunjukka
n
memahami
masalah
menghitung
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang
Jelas dan
menunjukkan
memahami
masalah dan
dapat
menghitung
luas bangun
datar
trapesium
dan layang-
layang serta
disajikan
dengan baik
114
Lampiran 9
Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
No Kunci Jawaban Skor
1 a) Diket : Sisi atas : 4 cm
Sisi bawah : 12 cm
Tinggi : 8 cm
Ditanya : Berapa luas bangun datar trapesium?
Jawab
L =
( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
=
( 12 cm + 4 cm )x 8 cm
=
(16 cm)x 8 cm
=
( 128 cm
2 )
= 64 cm2
b) Diket : d1 : 8 cm
d2 : 6 cm
Ditanya : Berapa luas bangun datar layang-layang?
Jawab
L =
=
=
= 24 cm2
1
2
3
4
2 Diket : Sisi alas : 6 cm
Sisi atas : 4 cm
Tinggi : 5 cm
Ditanya : Berapa luas bangun datar trapesium?
Jawab
L =
( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
=
( 6 cm + 4 cm )x 5 cm
1
2
3
115
=
(10 cm)x 5 cm
=
( 50 cm
2 )
= 25 cm2
4
3 Diket : d1 : 12 cm
d2 : 7 cm
Ditanya : Berapa luas bangun datar layang-layang?
Jawab
L =
=
=
= 48 cm2
1
2
3
4
4 Diket : Sisi alas : 11 m
Sisi atas : 9 m
Luas sawah: 30m2
Ditanya : Berapa lebar sawah?
(tinggi dari trapesium)
Jawab
L =
( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
30 =
( 11 m + 9 m )x tinggi
30 =
(20 m)x tinggi
30 = 10 m x tinggi
t =
t = 3 m
1
2
3
4
5 Diket : Panjang AC : 7 cm
Panjang BD : 6 cm
Ditanya : kertas yang dibutuhkan wawan untuk membuat
layang-layang?
(Luas dari layang-layang)
Jawab
1
2
3
116
L =
=
=
= 21 cm2
4
6 Diket : Sisi alas : 7 cm
Sisi atas : 5 cm
Luasnya : 24 cm2
Ditanya : Berapa tinggi bangunan?
(tinggi dari trapesium)
Jawab
L =
( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
24 =
( 7 cm + 5 cm )x tinggi
24 =
(12 cm)x tinggi
24 = 6 cm x tinggi
t =
t = 4 cm
1
2
3
4
7 Diket : d1 : 10 cm
Luas : 20cm2
Ditanya : d2?
Jawab
d2 =
=
=
= 4 cm
1
2
3
4
8 Diket : Sisi depan gapura : 14 cm
Sisi belakang gapura: 16 cm
Tinggi gapura : 8 cm
Ditanya : Berapa luas atap gapura?
(luas dari trapesium)
Jawab
1
2
117
L =
( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
=
( 14 cm + 16 cm )x 8 cm
=
(30 cm)x 8 cm
=
( 240 cm
2 )
= 120 cm2
3
4
9 Diket : Sisi alas: 15 cm
Sisi atas: 11 cm
Tinggi : 6 cm
Ditanya : Berapa luas pada gambar?
(luas dari trapesium)
Jawab
L =
( Sisi alas + Sisi atas ) x tinggi
=
( 15 cm + 11 cm )x 6 cm
=
(26 cm)x 6 cm
=
( 156 cm
2 )
= 78 cm2
1
2
3
4
10 Diket : d1: 6 cm
d2 : 5 cm
Ditanya : Berapa luas layang-layang?
Jawab
L =
=
=
= 15 cm2
1
2
3
4
118
Lampiran 10
HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN
RSP X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Jumlah Nilai
R01 4 3 1 2 2 3 3 4 1 3 26 65
R02 4 3 2 3 4 2 1 3 3 2 28 70
R03 4 4 4 3 4 2 1 3 3 2 32 80
R04 4 4 2 2 4 3 2 2 3 4 30 75
R05 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 32 80
R06 3 2 4 1 3 4 2 4 3 4 30 75
R07 2 3 4 3 2 1 3 3 3 3 28 70
R08 4 4 3 3 4 2 2 1 3 4 30 75
R09 3 3 1 4 1 3 2 3 4 4 28 70
R10 3 4 1 2 1 3 2 3 4 3 26 65
R11 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 36 90
R12 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 34 85
R13 3 4 3 3 2 3 2 4 4 2 30 75
R14 3 4 4 1 3 2 2 3 3 3 28 70
R15 2 4 2 2 4 3 1 3 2 3 26 65
R16 4 4 3 1 3 2 3 4 3 4 30 75
R17 4 3 4 2 4 3 2 4 4 4 34 85
R18 3 4 2 1 3 4 2 4 3 2 28 70
R19 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 32 80
R20 3 4 4 2 2 2 1 3 2 3 26 65
R21 2 3 4 1 3 3 2 4 3 3 28 70
R22 4 3 4 2 2 4 4 4 3 4 34 85
R23 4 2 3 4 2 2 1 3 4 3 28 70
R24 4 4 2 3 4 3 2 4 4 4 34 85
R25 4 3 2 2 3 1 4 1 3 3 26 65
R26 4 2 4 1 3 2 3 4 4 3 30 75
R27 2 3 4 3 4 3 2 4 3 4 32 80
R28 4 3 4 2 1 2 4 3 4 3 30 70
R29 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 36 90
R30 4 3 4 4 3 2 3 4 3 4 34 85
119
Lampiran 11
HASIL TES KELOMPOK KONTROL
RSP X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 Jumlah Nilai
R01 3 2 1 2 1 1 2 1 1 2 16 40
R02 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 14 35
R03 2 3 3 1 2 1 1 3 3 1 20 50
R04 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 18 45
R05 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 16 40
R06 3 2 3 1 4 1 2 3 2 3 24 60
R07 3 3 2 3 2 2 1 2 2 2 22 55
R08 3 3 2 4 2 1 3 2 2 2 24 60
R09 2 2 3 1 1 2 1 2 1 3 18 45
R10 2 3 2 2 2 1 1 3 2 4 22 55
R11 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 16 40
R12 4 3 3 1 3 2 2 2 2 2 24 60
R13 2 3 2 1 2 1 2 3 3 3 22 55
R14 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 20 50
R15 2 3 2 1 2 2 2 3 3 2 22 55
R16 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 16 40
R17 4 2 2 1 2 1 2 1 3 2 20 50
R18 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 14 35
R19 3 3 3 1 2 1 1 3 3 2 22 55
R20 2 3 3 1 1 1 2 1 1 2 18 45
R21 3 2 3 3 1 2 1 2 2 2 20 50
R22 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 20 50
R23 3 4 2 1 3 2 2 1 2 4 24 60
R24 3 3 3 2 3 1 2 1 3 3 24 60
R25 2 3 2 1 3 2 1 2 1 3 20 50
R26 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 16 40
R27 3 2 3 1 2 1 3 1 3 3 22 55
R28 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 18 45
R29 2 4 1 4 1 2 2 2 2 4 24 60
R30 2 3 3 1 1 1 1 2 3 3 20 50
120
Lampiran 12
Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Tes Uraian (Essai)
Cara mencari validitas nomor 1
Menentukan nilai Ʃ X : 81
Menentukan nilai Ʃ Y : 1140
Menentukan nilai Ʃ X² : 255
Menentukan nilai Ʃ Y² : 44492
Menentukan nilai Ʃ X1Y : 3169
Menentukan nilai
rxy Ʃ (Ʃ )(Ʃ )
[ Ʃ (Ʃ ) ][ Ʃ (Ʃ ) ]
= ( ) ( )( )
[ ( ) ][ ( ) ]
=
√[ ][ ]
=
[ ][ ]
=
=
rxy = 0,441 (valid)
Mencari nilai rtabel dengan dk = n-2 = 30-2 =28 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,05
diperoleh nilai rtabel = 0,361
Setelah diperoleh nilai rxy = 0,441 lalu dibandingkan dengan nilai rtabel = 0,361
Karena rxy > rtabel maka soal nomor 1 valid
Untuk soal selanjutnya menggunakan langkah seperti nomor 1
121
Lampiran 13
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Siswa
No Soal
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 Y
A 4 4 2 4 2 3 1 1 2 3 3 4 1 4 4 42
B 4 4 4 3 3 3 1 2 4 3 3 4 1 4 4 47
C 2 4 3 3 2 3 1 1 3 4 3 3 2 4 3 41
D 2 4 2 3 4 2 3 1 3 4 4 4 2 4 3 45
E 3 4 3 2 2 4 2 1 3 4 2 4 1 4 3 42
F 2 1 4 4 2 2 1 2 1 2 3 3 1 3 3 34
G 1 2 4 4 2 1 3 1 4 2 3 3 2 3 2 37
H 4 4 4 1 1 2 1 2 4 1 2 4 2 3 2 37
I 4 1 3 2 3 4 1 1 4 3 3 3 2 2 4 40
J 4 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 2 2 4 40
K 2 1 4 4 3 2 1 1 4 1 3 1 1 4 4 36
L 2 1 2 4 4 3 3 2 3 1 3 1 1 4 4 38
M 2 1 4 3 2 3 4 1 2 3 4 2 2 4 3 40
N 3 3 2 2 1 2 2 3 1 3 4 3 2 4 3 38
O 3 1 4 3 3 4 1 1 3 2 2 4 1 1 3 36
P 4 4 2 3 1 3 1 2 3 2 1 4 1 1 4 36
Q 1 1 4 1 2 2 1 4 4 3 1 4 2 2 2 34
R 4 4 3 1 4 3 3 2 2 3 1 3 3 3 2 41
S 3 2 3 4 1 2 2 3 1 3 2 2 2 4 4 38
T 3 4 4 3 2 4 1 2 4 1 1 1 2 4 4 40
U 1 4 2 2 2 1 1 3 4 3 3 1 2 3 4 36
V 4 4 1 2 1 2 1 2 4 4 4 4 3 4 1 41
122
W 4 3 4 1 2 2 2 2 3 4 4 4 2 1 3 41
X 2 3 1 2 3 1 2 1 3 3 4 2 1 2 3 33
Y 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 1 3 1 25
Z 1 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 29
AA 2 2 1 2 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 3 28
BB 4 3 2 1 1 2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 30
CC 3 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 25
DD 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 21
∑x 81 79 82 75 64 72 47 51 82 79 76 83 49 84 87 1091
∑x2 255 253 258 219 160 198 95 105 260 235 224 265 91 276 281
∑y 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091
∑y2 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757
∑xy 3030 2981 3054 2778 2381 2695 1746 1870 3076 2946 2847 3105 1821 3176 3251
Rxy 0,441 0,474 0,401 0,317 0,301 0,442 0,202 0,122 0,477 0,388 0,447 0,461 0,544 0,553 0,523
Rtabel 0,361
Status valid valid valid invalid invalid valid invalid invalid valid valid valid valid invalid valid valid
123
Lampiran 14
Langkah-Langkah Uji Reliabilitas Tes Uraian (Essai)
Menentukan : jumlah varians skor tiap item
Misal pada item 1, perhitungan jumlah varians adalah sebagai berikut:
=
=
=
=
=
= 1,21
Menentukan varians total dengan menjumlahkan semua jumlah varians skor
setiap item.
Jumlah varians totalnya adalah 15,26
Menentukan uji reliabilitasnya
= (
) (
)
= (
) (
)
= (
)
= (1,071) (0,609)
= 0,652
Berdasarkan klasifikasi interpretasi reliabilitas r = 0,65 berada diantara 0,60 <
r11 ≤ 0,80 maka soal tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi.
124
Lampiran 15
Hasil Perhitungan Uji Realibilitas
Siswa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 Y
A 4 4 2 4 2 3 1 1 2 3 3 4 1 4 4 42
B 4 4 4 3 3 3 1 2 4 3 3 4 1 4 4 47
C 2 4 3 3 2 3 1 1 3 4 3 3 2 4 3 41
D 2 4 2 3 4 2 3 1 3 4 4 4 2 4 3 45
E 3 4 3 2 2 4 2 1 3 4 2 4 1 4 3 42
F 2 1 4 4 2 2 1 2 1 2 3 3 1 3 3 34
G 1 2 4 4 2 1 3 1 4 2 3 3 2 3 2 37
H 4 4 4 1 1 2 1 2 4 1 2 4 2 3 2 37
I 4 1 3 2 3 4 1 1 4 3 3 3 2 2 4 40
J 4 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 2 2 4 40
K 2 1 4 4 3 2 1 1 4 1 3 1 1 4 4 36
L 2 1 2 4 4 3 3 2 3 1 3 1 1 4 4 38
M 2 1 4 3 2 3 4 1 2 3 4 2 2 4 3 40
N 3 3 2 2 1 2 2 3 1 3 4 3 2 4 3 38
O 3 1 4 3 3 4 1 1 3 2 2 4 1 1 3 36
P 4 4 2 3 1 3 1 2 3 2 1 4 1 1 4 36
Q 1 1 4 1 2 2 1 4 4 3 1 4 2 2 2 34
R 4 4 3 1 4 3 3 2 2 3 1 3 3 3 2 41
S 3 2 3 4 1 2 2 3 1 3 2 2 2 4 4 38
T 3 4 4 3 2 4 1 2 4 1 1 1 2 4 4 40
U 1 4 2 2 2 1 1 3 4 3 3 1 2 3 4 36
V 4 4 1 2 1 2 1 2 4 4 4 4 3 4 1 41
W 4 3 4 1 2 2 2 2 3 4 4 4 2 1 3 41
125
X 2 3 1 2 3 1 2 1 3 3 4 2 1 2 3 33
Y 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 1 3 1 25
Z 1 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 29
AA 2 2 1 2 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 3 28
BB 4 3 2 1 1 2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 30
CC 3 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 25
DD 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 21
∑x 81 79 82 75 64 72 47 51 82 79 76 83 49 84 87 1091
∑ 255 253 258 219 160 198 95 105 260 235 224 265 91 276 281
∑y 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091 1091
∑ 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757 40757
∑xy 3030 2981 3054 2778 2381 2695 1746 1870 3076 2946 2847 3105 1821 3176 3251
Rxy 0,441 0,474 0,401 0,317 0,301 0,442 0,202 0,122 0,477 0,388 0,447 0,461 0,544 0,553 0,523
Rtabel 0,361
Keterangan valid valid valid invalid invalid valid invalid invalid valid valid valid valid invalid valid valid
1,21 1,498 1,128 1,05 0,782 0,84 0,712 0,61 1,195 0,898 1,048 1,178 0,795 1,36 0,956
39,066
r11 0,652
Kriteria Tinggi
126
Lampiran 16
Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal Uraian (Essai)
Menentukan B = jumlah skor siswa yang menjawab benar pada setiap item
Menentukan JS = jumlah maksimal suatu item dikali jumlah seluruh siswa
Menentukan tingkat kesukaran P
Misal pada item 1, perhitungan tingkat kesukaran sebagai berikut:
B = 81
JS = 120
(skor maksimal 1 item adalah 4, banyaknya siswa adalah 30 orang, sehingga 4 x 30 =
120)
Menentukan tingkat kesukaran
=
= 0,675
Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran P = 0,675 berada diantara kisaran nilai 0,30
< P 0,70 maka item 1 memiliki tingkat kesukaran soal sedang
Untuk item 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukaran sama seperti perhitungan
tingkat kesukaran pada item 1.
127
Lampiran 17
Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal
Siswa X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 Y
A 4 4 2 4 2 3 1 1 2 3 3 4 1 4 4 42
B 4 4 4 3 3 3 1 2 4 3 3 4 1 4 4 47
C 2 4 3 3 2 3 1 1 3 4 3 3 2 4 3 41
D 2 4 2 3 4 2 3 1 3 4 4 4 2 4 3 45
E 3 4 3 2 2 4 2 1 3 4 2 4 1 4 3 42
F 2 1 4 4 2 2 1 2 1 2 3 3 1 3 3 34
G 1 2 4 4 2 1 3 1 4 2 3 3 2 3 2 37
H 4 4 4 1 1 2 1 2 4 1 2 4 2 3 2 37
I 4 1 3 2 3 4 1 1 4 3 3 3 2 2 4 40
J 4 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 2 2 4 40
K 2 1 4 4 3 2 1 1 4 1 3 1 1 4 4 36
L 2 1 2 4 4 3 3 2 3 1 3 1 1 4 4 38
M 2 1 4 3 2 3 4 1 2 3 4 2 2 4 3 40
N 3 3 2 2 1 2 2 3 1 3 4 3 2 4 3 38
O 3 1 4 3 3 4 1 1 3 2 2 4 1 1 3 36
P 4 4 2 3 1 3 1 2 3 2 1 4 1 1 4 36
Q 1 1 4 1 2 2 1 4 4 3 1 4 2 2 2 34
R 4 4 3 1 4 3 3 2 2 3 1 3 3 3 2 41
S 3 2 3 4 1 2 2 3 1 3 2 2 2 4 4 38
T 3 4 4 3 2 4 1 2 4 1 1 1 2 4 4 40
U 1 4 2 2 2 1 1 3 4 3 3 1 2 3 4 36
V 4 4 1 2 1 2 1 2 4 4 4 4 3 4 1 41
W 4 3 4 1 2 2 2 2 3 4 4 4 2 1 3 41
128
X 2 3 1 2 3 1 2 1 3 3 4 2 1 2 3 33
Y 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 1 3 1 25
Z 1 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 29
AA 2 2 1 2 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 3 28
BB 4 3 2 1 1 2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 30
CC 3 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 25
DD 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 21
Jumlah 81 79 82 75 64 72 47 51 82 79 76 83 49 84 87 1091
P 0,675 0,658 0,683 0,625 0,533 0,6 0,391 0,425 0,683 0,658 0,633 0,691 0,408 0,7 0,725
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah
129
Lampiran 18
Langkah-Langkah Perhitungan Daya Pembeda Tes Uraian (Essai)
Menentukan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah
Jumlah kelompok = 50% X jumlah siswa
= 50% X 30
= 15
Nilai siswa diurutkan dari yang terbesar, sehingga 15 orang dengan nilai
tertinggi menempati kelas atas dan 15 orang dengan nilai terendah
menenmpati kelas bawah
Menentukan JBA = jumlah skor siswa kelompok atas yang menjawab
benar
Menentukan JBB = jumlah skor siswa kelompok bawah yang menjawab
benar
Menentukan JSA = jumlah skor maksimal siswa kelompok atas
Menentukan JSB = jumlah skor maksimal siswa kelompok bawah
Misal, untuk item 1 perhitungan daya pembedanya adalah sebagai
berikut:
JBA = 55 JSA = 60
JBB = 26 JSB = 60
(skor maksimal 1 item adalah 4). Jumlah banyaknya siswa kelas atas dan
kelas bawah adalah 15, maka 15 X 4 = 60
Menentukan DP = Daya Pembeda
DP =
=
= 0,916 – 0,433 = 0,483
Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,483 berada diantara
nilai 0,40 < DP ≤ 0,70 maka soal nomor 1 daya pembedanya BAIK
Untuk item 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembeda sama seperti
perhitungan daya pembeda pada item 1.
130
Lampiran 19
Hasil Perhitungan Daya Pembeda
Kelompok No Soal
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15
kelompok
atas
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 3 2 2 4 3 4 4 4 4 4
4 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 3 3 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 3 2 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4
3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3
3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 4 4 3
3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3
JUMLAH 55 56 55 51 41 47 32 35 54 50 51 55 60 57 55
kelompok
bawah
3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 3 2 3
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2
131
2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2
2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2
2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 1 2
1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH 26 23 27 24 23 25 15 16 28 29 25 28 38 27 32
DP 0,48 0,55 0,46 0,45 0,3 0,36 0,28 0,31 0,43 0,35 0,43 0,45 0,36 0,5 0,38
KRITERIA Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik Cukup
132
Lampiran 20
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
No Validitas Taraf
Kesukaran
Daya
Pembeda Keterangan
1 Valid Sedang Baik Digunakan
2 Valid Sedang Baik Digunakan
3 Valid Sedang Baik Digunakan
4 Tidak Valid Sedang Baik Tidak Digunakan
5 Tidak Valid Sedang Cukup Tidak Digunakan
6 Valid Sedang Cukup Digunakan
7 Tidak Valid Sedang Cukup Tidak Digunakan
8 Tidak Valid Sedang Cukup Tidak Digunakan
9 Valid Sedang Baik Digunakan
10 Valid Sedang Cukup Digunakan
11 Valid Sedang Baik Digunakan
12 Valid Sedang Baik Digunakan
13 Tidak Valid Sedang Cukup Tidak Digunakan
14 Valid Mudah Baik Digunakan
15 Valid Mudah Cukup Digunakan
133
Lampiran 21
DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN
1) Distribusi frekuensi
65 65 65 65 65 70 70 70
70 70 70 70 70 75 75 75
75 75 75 80 80 80 80 85
85 85 85 85 90 90
2) Banyaknya data (n) = 30
3) Rentangan data (R) = Xmak Xmin
= 90 65
= 25
4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 1 + 4,77
= 5,77 6 (dibulatkan ke atas)
5) Panjang kelas (p) =
=
= 5
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN
no interval BB BA frekuensi
xi fixi xi² fixi² f f(%)
1 65-69 64,5 69,5 5 16,66667 67 335 4489 22445
2 70-74 69,5 74,5 8 26,66667 72 576 5184 41472
3 75-79 74,5 79,5 6 20 77 462 5929 35574
4 80-84 79,5 84,5 4 13,33333 82 328 6724 26896
5 85-89 84,5 89,5 5 16,66667 87 435 7569 37845
6 90-95 89,5 95,5 2 6,666667 92 184 8464 16928
Jumlah 30 100 477 2320 38359 181160
Mean 77,33
Modus 72,5
Median 70,75
Varians 60,23
Simpangan Baku 7,760
134
1) Mean/nilai rata-rata (Me)
Keterangan:
(X) = Mean/nilai rata-rata
= jumlah dari hasil perkalian nilai tengah dari masing-masing interval
dengan frekuensinya
= jumlah frekuensi/banyak siswa
Mean (X) =
=
= 77,33
2) Modus (Mo) = BB + p [
]
Keterangan:
Mo = Modus/nilai yang sering muncul
BB = batas bawah
p = panjang kelas
b1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
b2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
Modus = BB + p [
]
= 69,5 + 5 [
]
= 69,5 + 5 [
] = 69,5 + 5 (0,6) = 69,5 + 3 = 72,5
3) Median/nilai tengah
(Me) = BB + p [
]
Keterangan:
Me = median/nilai tengah
BB = batas bawah dari interval kelas median
n = jumlah frekuensi/banyak siswa
135
F = frekuensi kumulatif
f = frekuensi kelas median
p = panjang kelas
Median = BB + p [
]
= 69,5 + 5 [
]
= 69,5 +5 [
]
= 69,5 + 5 [
] = 69,5 + 5 (0,25) = 69,5 + 1,25 = 70,75
4) Varians
S² =
=
=
=
= 60,23
5) Simpangan Baku
S = √
= √ = 7,760
136
Lampiran 22
DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES KELOMPOK KONTROL
1) Distribusi frekuensi
35 35 40 40 40 40 40 45
45 45 45 50 50 50 50 50
50 50 55 55 55 55 55 55
60 60 60 60 60 60
2) Banyaknya data (n) = 30
3) Rentangan data (R) = Xmak Xmin
= 60 35
= 25
4) Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,47)
= 1 + 4,77
= 5,77 6 (dibulatkan ke atas)
5) Panjang kelas (p) =
=
= 5
137
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL TES
KELOMPOK KONTROL
no interval BB BA Frekuensi
xi fixi xi² fixi² f f(%)
1 35-39 34,5 39,5 2 6,666667 37 74 1369 2738
2 40-44 39,5 44,5 5 16,66667 42 210 1764 8820
3 45-49 44,5 49,5 4 13,33333 47 188 2209 8836
4 50-54 49,5 54,5 7 23,33333 52 364 2704 18928
5 55-59 54,5 59,5 6 20 57 342 3249 19494
6 60-64 59,5 60,5 6 20 62 372 3844 23064
JUMLAH 30 100 297 1550 15139 81880
Mean 51,66
Modus 53,25
Median 52,4
Varians 61,96
Simpangan Baku 7,871
1) Mean/ nilai rata-rata (Me)
Keterangan:
(X) = Mean/ nilai rata-rata
= jumlah dari hasil perkalian nilai tengah dari masing-masing interval
dengan frekuensinya
= jumlah frekuensi/banyak siswa
Mean (X) =
=
= 51,66
2) Modus (Mo) = BB + p [
]
Keterangan:
Mo = Modus/nilai yang sering muncul
BB = batas bawah
p = panjang kelas
138
b1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
b2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
Modus = BB + p [
]
= 49,5 + 5 [
]
= 49,5 + 5 [
] = 49,5 + 5 (0,75) = 49,5 + 3,75 = 53,25
3) Median/nilai tengah
(Me) = BB + p [
]
Keterangan:
Me = median/nilai tengah
BB = batas bawah dari interval kelas median
n = jumlah frekuensi/banyak siswa
F = frekuensi kumulatif
f = frekuensi kelas median
p = panjang kelas
Median = BB + p [
]
= 49,5 + 5 [
]
= 49,5 +5 [
]
= 49,5 + 5 [
] = 49,5 + 5 (0,58) = 49,5 + 2,9 = 52,4
4) Varians
S² =
=
=
=
= 61,96
5) Simpangan Baku
S = √
= √ = 7,871
139
Lampiran 23
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS HASIL TES KELOMPOK EKSPERIMEN
no x zi zt f(zi) s(zi) │F(zi)-S(zi)│
1 65 -1,5889175 0,4429 -0,0571 0,033333 -0,09043
2 65 -1,5889175 0,4429 -0,0571 0,066667 -0,12377
3 65 -1,5889175 0,4429 -0,0571 0,1 -0,1571
4 65 -1,5889175 0,4429 -0,0571 0,133333 -0,19043
5 65 -1,5889175 0,4429 -0,0571 0,166667 -0,22377
6 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,2 -0,3736
7 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,233333 -0,40693
8 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,266667 -0,44027
9 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,3 -0,4736
10 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,333333 -0,50693
11 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,366667 -0,54027
12 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,4 -0,5736
13 70 -0,9445876 0,3264 -0,1736 0,433333 -0,60693
14 75 -0,3002577 0,1179 -0,3821 0,466667 -0,84877
15 75 -0,3002577 0,1179 -0,3821 0,5 -0,8821
16 75 -0,3002577 0,1179 -0,3821 0,533333 -0,91543
17 75 -0,3002577 0,1179 -0,3821 0,566667 -0,94877
18 75 -0,3002577 0,1179 -0,3821 0,6 -0,9821
19 75 -0,3002577 0,1179 -0,3821 0,633333 -1,01543
20 80 0,34407216 0,1331 0,6331 0,666667 -0,03357
21 80 0,34407216 0,1331 0,6331 0,7 -0,0669
22 80 0,34407216 0,1331 0,6331 0,733333 -0,10023
23 80 0,34407216 0,1331 0,6331 0,766667 -0,13357
24 85 0,98840206 0,3365 0,8365 0,8 0,0365
25 85 0,98840206 0,3365 0,8365 0,833333 0,003167
26 85 0,98840206 0,3365 0,8365 0,866667 -0,03017
27 85 0,98840206 0,3365 0,8365 0,9 -0,0635
28 85 0,98840206 0,3365 0,8365 0,933333 -0,09683
29 90 1,63273196 0,4484 0,9484 0,966667 -0,01827
30 90 1,63273196 0,4484 0,9484 1 -0,0516
140
a) Mengurutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
b) Mencari nilai Zi dari tiap-tiap data, dengan rumus:
Zi =
=
Z1 =
= -1,58892
Untuk menghitung Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara menghitung Z1
c) Menentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai Zi
Z1 = -1,58892 bulatkan menjadi dua angka dibelakang koma menjadi 1,59, kemudian
nilai minus dimutlakkan menjadi positif maka pada tabel nilai kritis distribusi normal
diperoleh nilai Ztabel yaitu 0,4429
Untuk mencari nilai Ztabel dari Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara yang telah
dipaparkan
d) Menentukan nilai F(Zi) berdasarkan nilai Ztabel
Jika negatif (-), maka 0,5 – Ztabel
Jika positif (+), maka 0,5 + Ztabel
F(Z1) = -1,58892
Karena nilai pada Z1 adalah negatif maka cara mencari F(Z1) adalah
F(Z1) = 0,5-0,4429 = 0,0571
Untuk mencari nilai F(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan
e) Menentukan nilai S(Zi)
S(Z1) =
=
= 0,033
Untuk mencari nilai S(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan
f) Mencari nilai Lhitung yang merupakan selisih dari F(Zi) – S(Zi)
L1 = F(Z1) – S(Z1) = 0,0571 – 0,033 = 0,0238
Untuk menghitung nilai L2 dan seterusnya dapat mengikuti cara menghitung Lhitung
diatas
g) Nilai Ltabel untuk α = 0,05 dengan n = 30 maka didapat nilai Ltabel pada tabel nilai
kritis untuk Uji Lilifors yaitu Ltabel = 0,161.
Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah Lhitung Ltabel, maka diterima atau
data berdistribusi normal. Dan apabila Lhitung Ltabel, maka ditolak atau data tidak
berdistribusi normal. Dari perhitungan yang telah dilakukan didapat harga terbesar
dari harga mutlak selisih yaitu L24 = 0,0365 dan Ltabel = 0,161 jadi Lhitung Ltabel,
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
141
Lampiran 24
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS HASIL TES KELOMPOK KONTROL
no x zi zt f(zi) s(zi) │F(zi)-S(zi)│
1 35 -2,11502 0,4826 -0,0174 0,033333 -0,05073
2 35 -2,11502 0,4826 -0,0174 0,066667 -0,08407
3 40 -1,48026 0,4306 -0,0694 0,1 -0,1694
4 40 -1,48026 0,4306 -0,0694 0,133333 -0,20273
5 40 -1,48026 0,4306 -0,0694 0,166667 -0,23607
6 40 -1,48026 0,4306 -0,0694 0,2 -0,2694
7 40 -1,48026 0,4306 -0,0694 0,233333 -0,30273
8 45 -0,8455 0,2995 -0,2005 0,266667 -0,46717
9 45 -0,8455 0,2995 -0,2005 0,3 -0,5005
10 45 -0,8455 0,2995 -0,2005 0,333333 -0,53383
11 45 -0,8455 0,2995 -0,2005 0,366667 -0,56717
12 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,4 -0,8168
13 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,433333 -0,85013
14 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,466667 -0,88347
15 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,5 -0,9168
16 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,533333 -0,95013
17 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,566667 -0,98347
18 50 -0,21074 0,0832 -0,4168 0,6 -1,0168
19 55 0,424019 0,1628 0,6628 0,633333 0,029467
20 55 0,424019 0,1628 0,6628 0,666667 -0,00387
21 55 0,424019 0,1628 0,6628 0,7 -0,0372
22 55 0,424019 0,1628 0,6628 0,733333 -0,07053
23 55 0,424019 0,1628 0,6628 0,766667 -0,10387
24 55 0,424019 0,1628 0,6628 0,8 -0,1372
25 60 1,058779 0,3531 0,8531 0,833333 0,019767
26 60 1,058779 0,3531 0,8531 0,866667 -0,01357
27 60 1,058779 0,3531 0,8531 0,9 -0,0469
28 60 1,058779 0,3531 0,8531 0,933333 -0,08023
29 60 1,058779 0,3531 0,8531 0,966667 -0,11357
30 60 1,058779 0,3531 0,8531 1 -0,1469
142
a) Mengurutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
b) Mencari nilai Zi dari tiap-tiap data, dengan rumus:
Zi =
=
Z1 =
= -2,11502
Untuk menghitung Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara menghitung Z1
c) Menentukan nilai Ztabel berdasarkan nilai Zi
Z1 = -2,11502 bulatkan menjadi dua angka dibelakang koma menjadi 2,12 kemudian
nilai minus dimutlakkan menjadi positif maka pada tabel nilai kritis distribusi normal
diperoleh nilai Ztabel yaitu 0,4826
Untuk mencari nilai Ztabel dari Z2 dan seterusnya, maka mengikuti cara yang telah
dipaparkan
d) Menentukan nilai F(Zi) berdasarkan nilai Ztabel
Jika negatif (-), maka 0,5 – Ztabel
Jika positif (+), maka 0,5 + Ztabel
F(Z1) = -2,11502
Karena nilai pada Z1 adalah negatif maka cara mencari F(Z1) adalah
F(Z1) = 0,5-0,4826 = 0,0174
Untuk mencari nilai F(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan
e) Menentukan nilai S(Zi)
S(Z1) =
=
= 0,0333
Untuk mencari nilai S(Z2) dan seterusnya dapat mengikuti cara yang telah dipaparkan
f) Mencari nilai Lhitung yang merupakan selisih dari F(Zi) – S(Zi)
L1 = F(Z1) – S(Z1) = 0,0174 – 0,0333 = -0,0159
Untuk menghitung nilai L2 dan seterusnya dapat mengikuti cara menghitung Lhitung diatas
g) Nilai Ltabel untuk α = 0,05 dengan n = 30 maka didapat nilai Ltabel pada tabel nilai kritis
untuk Uji Lilifors yaitu Ltabel = 0,161.
Kriteria pengujian yang telah ditentukan adalah Lhitung Ltabel, maka diterima atau
data berdistribusi normal. Dan apabila Lhitung Ltabel, maka ditolak atau data tidak
berdistribusi normal. Dari perhitungan yang telah dilakukan didapat harga terbesar dari
harga mutlak selisih yaitu L19 = 0,029 dan Ltabel = 0,161 jadi Lhitung Ltabel, maka dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
143
Lampiran 25
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS HASIL TES
KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL
Statistik Kelas eksperimen Kelas kontrol
Varians 60,22988506 61,95402299
fhitung 1,02
ftabel 1,86
Keterangan varians kedua populasi homogen
Fhitung =
=
= 1,02
Keterangan:
² = kelompok yang mempunyai varians besar
² = kelompok yang mempunyai varians kecil
Kriteria pengujian :
Jika Fhitung Ftabel, maka diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen
Jika Fhitung Ftabel, maka ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak
homogen
144
Lampiran 26
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK HASIL TES
KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-rata 77,33 51,66
Varians 60,22988506 61,95402299
Sgabungan 7,816134
thitung 4,0489
Ttabel 2,001717468
perbandingan 4,05 > 2,00
Kesimpulan Tolak H0 terima Ha
Keterangan:
1 dan 2 = nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen dan kontrol
S12
dan S22 = varians data kelompok eksperimen dan kontrol
Sgab = simpangan baku kedua kelompok
n1 dan n2 = jumlah siswa pada kelompok eksperimen kontrol
Sgab = √( ) ( )
( )
= √( ) ( )
( )
= √( ) ( )
= √
= √
= √ = 7,816134
145
thitung =
√
=
√
=
√( ) ( ) =
( )( ) =
= 4,05