Upload
others
View
22
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODAL SOSIAL, ORGANIZATIONAL
CITIZENSHIP BEHAVIOR, DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN RUMAH SAKIT AMAL
SEHAT KABUPATEN WONOGIRI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progran Studi Strata II pada Jurusan
Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
Chandra Wisnu Utomo
P 100160091
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCA
SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
i
ii
iii
iv
PENGARUH MODAL SOSIAL, ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP
BEHAVIOR, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN
RUMAH SAKIT AMAL SEHAT KABUPATEN WONOGIRI
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pengaruh Modal Sosial,
Organizational Citizenship Behavior, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 karyawan dengan menggunakan kuesioner
untuk pengumpulan data. Teknik analisa data menggunakan Analisis Path. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Modal Sosial dan Organizational Citizenship
Behavior memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja. 2) Modal Sosial dan
Organizational Citizenship Behavior memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. 3)
Kepuasan kerja tidak dapat memediasi antara Modal Sosial terhadap kinerja karyawan.
4) Kepuasan kerja dapat memediasi antara Organizational Citizenship Behavior
terhadap Kinerja Karyawan
Kata kunci : Modal Sosial, Organizational Citizenship Behavior, Kinerja
Karyawan, Kepuasan Kerja.
ABSTRACT
This study aims to analyze the Sources of Social Capital, Organizational Citizenship
Behavior, and Job Satisfaction with Employee Performance. The sample in this study
100 employees using a questionnaire to collect data. The data analysis technique uses
Path Analysis. The results of this study indicate that: 1) Social Capital and
Organizational Citizenship Behavior have an influence on job satisfaction. 2) Social
Capital and Organizational Citizenship Behavior have an influence on employee
performance. 3) Job satisfaction cannot mediate between Social Capital for employee
performance. 4) Job satisfaction can mediate between Organizational Citizenship
Behavior for employee performance
Keywords: Social Capital, Organizational Citizenship Behavior, Employee
Performance, Employee Satisfaction.
1
1. PENDAHULUAN
Dalam dunia yang kompetitif baru-baru ini, organisasi bekerja di
lingkungan yang terus-menerus perlu meningkatkan kinerja dan mereka harus
berusaha mencapai ketinggian dalam kinerja mereka, jika tidak, mereka
ditakdirkan hancur. Studi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja organisasi adalah salah satu metode peningkatan kualitas kinerja
organisasi. Sebagai profesi kesehatan, tenaga kerja perawat memainkan peran
penting dalam penyampaian layanan perawatan kesehatan yang berkualitas dan
produktivitas di organisasi layanan kesehatan. Keperawatan adalah profesi yang
berinteraksi paling dekat dengan klien di sektor perawatan kesehatan, dan oleh
karena itu, memerlukan kerjasama staf layanan kesehatan, komunikasi timbal
balik, dan kerja tim (Kim, 2011). Saat ini, beberapa perilaku kooperatif telah
muncul di antara rekan kerja di organisasi rumah sakit dan perilaku ini secara
bertahap semakin penting. Anggota organisasi melakukan perilaku ini selama
pemenuhan peran organisasi mereka untuk meningkatkan lingkungan kerja yang
sehat (Shingold, 2012). Organizational Citizenship Behavior (OCB) menjadi
penting untuk meningkatkan kinerjanya. Organisasi kewarganegaraan perilaku
(OCB) adalah salah satu jenis perilaku peran ekstra, yang meningkatkan
kecenderungan untuk membantu dan berbagi informasi, mempromosikan
perasaan hati nurani, toleransi, dan memuji institusi (Altuntas, 2014). Ini adalah
perilaku yang ditampilkan secara sukarela oleh pekerja, tergantung pada pilihan
pribadi mereka, tanpa kewajiban tertulis, dan mereka tidak secara jelas
ditunjukkan dalam perjanjian organisasi dan tidak diwajibkan oleh deskripsi
pekerjaan (Asgari et al., 2008) oleh karena itu, kelalaian dalam perilaku ini tidak
membawa hukuman. Kepuasan kerja dapat terlihat dengan adanya penurunan
produktifitas, pemogokan, ketidakhadiran, dan pergantian karyawan. Gejala lain
yang mungkin ditimbulkan seorang karyawan adalah rendahnya prestasi kerja,
kurang disiplin, rendahnya hasil yang diperoleh dari kinerja. Kepuasan kerja
telah menjadi subyek penelitian sejak study Hawthorne tahun 1920 (Turner et al.,
2004)
Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
2
1. Apakah modal sosial mempengaruhi kepuasan kerja pada RS Amal Sehat
Wonogiri ?
2. Apakah organizational citizenship behavior mempengaruhi kepuasan kerja pada
RS Amal Sehat Wonogiri ?
3. Apakah modal sosial mempengaruhi kinerja karyawan pada RS Amal Sehat
Wonogiri ?
4. Apakah organizational citizenship behavior mempengaruhi kinerja karyawan
pada RS Amal Sehat Wonogiri ?
5. Apakah modal sosial mempengaruhi kinerja karyawan yang dimediasi oleh
kepuasan kerja pada RS Amal Sehat Wonogiri ?
6. Apakah organizational citizenship behavior mempengaruhi kinerja karyawan
yang dimediasi oleh kepuasan kerja pada RS Amal Sehat Wonogiri ?
a. Pengembangan Hipotesis
1. Hubungan Modal Sosial Terhadap Kepuasan kerja.
Modal sosial adalah proses di mana aktor sosial menciptakan dan
memobilisasi koneksi jaringan mereka di dalam dan di antara organisasi untuk
mendapatkan akses ke sumber daya aktor sosial lainnya (Knok, 1999). Modal
sosial secara umum dipahami sebagai kemampuan individu dalam organisasi
untuk bekerja demi kebaikan bersama, jaringan dan kepercayaan paling sering
digunakan untuk mengkarakterisasi modal sosial (Hasle et al., 2007). Para
karyawan dengan aset sosial yang lebih tinggi berada di jejaring sosial pusat.
Mereka dapat memperoleh beberapa manfaat melalui negosiasi dengan manajer
puncak atau pimpinan mereka. Selain itu, mereka mungkin mendapatkan lebih
banyak kesempatan kerja di organisasi lain dan menikmati hidup mereka sebaik-
baiknya (Arthur et al., 2005). Elton Mayo sangat percaya efisiensi organisasi dapat
ditingkatkan melalui mempelajari faktor manusia dalam organisasi industri. Selain
itu, pada dasarnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pribadi karyawan dalam
organisasi untuk meningkatkan efisiensi kerja terbaik. Dia sangat menekankan
pada faktor-faktor seperti motivasi manusia pada karyawan yang lebih rendah,
menghormati karyawan dan manajemen demokratis. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, sampai pada
3
kesimpulan bahwa faktor sosial dan mental adalah peran yang lebih penting
daripada faktor-faktor material dalam meningkatkan efisiensi.
Mempertimbangkan konsep yang disebutkan, organisasi akan menjadi lebih
efisien karena karyawan merasa puas secara sosial. Saling menghormati
sebagai aspek modal sosial dapat berpotensi membantu dalam
mengembangkan komunikasi, kepuasan kerja dan menciptakan suasana yang
ramah. Ini sangat ditekankan dalam budaya Islam (Zareei, 2010). Komunikasi
manusia tampaknya lebih bermanfaat daripada faktora-faktor lain dalam
meningkatkan kepuasan kerja. Orang paling suka bekerja dengan orang yang
mereka sukai. Mereka mencoba yang terbaik untuk melakukan tugas-tugas
untuk manajer yang baik. Mereka akan berhenti bekerja karena mereka tidak
menyukai manajer. Mereka dapat bekerja sama dengan karyawan yang
berkomunikasi dengan mereka. Jadi, kerja sama dicapai sebagai hasil dari
kepuasan kerja dan lingkungan kerja yang menyenangkan (Abbas, 2003). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Hasan et al 2014) menunjukkan bahwa Modal
Sosial memiliki hubungan positif terhadap Kepuasan kerja
Adapun hipotesis yang bisa dinyatakan adalah:
H1: Modal Sosial berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja
2. Hubungan Organizational Citizenship Behavior terhadap Kepuasan kerja.
Organizational Citizenship Behavior (OCB) secara luas telah terlihat
berdampak pada efektifitas organisasi (Kim, 2006). Terdapat hubungan
subtansial yang saling mendukung hubungan antara OCB dan kepuasan kerja.
Sebagai contoh, Bateman & Organ (Kim, 2006) menemukan hubungan yang
signifikan diantara pengukuran umum dari kepuasan kerja dan supervisory
ratings dari OCB. Puffer (1987) menemukan hubungan yang signifikan antara
pengukuran umum terhadap kepuasan kerja diantara pro-social behavior dan
kepuasan kerja dengan reward material. Secara umum karyawan yang merasa
puas dengan pekerjaannya menginginkan penghargaan atas hasil performa
kinerja baik yang dilakukannya, memiliki hubungan yang baik dengan rekan
kerja, dan melanjutkan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Itu berarti,
karyawan menginginkan organisasinya menjadi tempat kerja yang baik, pada
4
saat sekarang maupun di masa yang akan datang. Karyawan mungkin tidak
hanya berkonsentrasi pada hasil dari implementasi kinerjanya dan khawatir
tentang iklim tujuan kebijaksanaan yang karyawan tersebut terima, tetapi
karyawan juga lebih konsentrasi pada penyelesaian tugas dari rekan kerja dan
kesuksesan organisasi.
Demikian, karyawan secara sukarela membantu rekan kerja yang
berhubungan dengan pekerjaannya, memberikan dukungan pada rekan kerja
dalam organisasi sebagai bentuk penghargaan dari performa kinerja, dan
mengambil extra roles, khususnya dalam kolektifitas budaya. Hal-hal diatas
dapat disimpulkan bahwa OCB memiliki dampak positif terhadap kepuasan
kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Triyanto dan Santoso (2009)
menunjukkan bahwa OCB memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Organizational Citizenship Behavior memiliki hubungan positif
terhadap kepuasan kerja.
3. Hubungan Modal Sosial terhadap Kinerja Karyawan.
Kepercayaan, sebagai salah satu faktor modal sosial, memainkan peran
sebagai dasar untuk partisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan pertukaran
pengetahuan dan informasi (Kim & Lee, 2000). Dalam kasus ketika hubungan
timbal balik tidak didasarkan pada kepercayaan, sulit untuk bertukar dan
menyampaikan pengetahuan. Kepercayaan memfasilitasi partisipasi dalam
pertukaran pengetahuan dan informasi, penciptaan pengetahuan, dan motivasi
untuk partisipasi dalam penciptaan pengetahuan. Membedakan antara berbagai
jenis modal fisik, modal manusia, dan modal sosial menurut Coleman (1988)
berpendapat bahwa semua diperlukan untuk tindakan produktif. Modal sosial
berdasarkan kepercayaan di antara para pelaku mempromosikan tindakan
produktif, meskipun tidak konkrit sementara modal fisik dan modal manusia
adalah nyata. Misalnya, kelompok yang memiliki kepercayaan dan keyakinan
yang kuat dapat mencapai kinerja yang lebih baik daripada kelompok yang tidak
memiliki karakteristik ini. Boix & Posner (1998) berpendapat bahwa
5
kepercayaan di antara para peserta meningkatkan efisiensi ekonomi. Menurut
Behn (1995), ketidakpercayaan memperkuat peraturan dan aturan, yang pada
akhirnya menurunkan kinerja. Selain kepercayaan, keberadaan jaringan
berkontribusi pada pengembangan modal intelektual karena mempengaruhi
pertukaran pengetahuan dan tindakan pembelajaran (Krackhardt, 1992).
Pembentukan jaringan mempromosikan komunikasi informasi dan pengetahuan
(Burt, 1997). Hubungan kooperatif membawa efisiensi dalam kinerja organisasi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Chamanifard et al., 2015) menunjukkan
bahwa Social modal memiliki hubungan positif terhadap kinerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Modal Sosial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
4. Hubungan Organizational Citizenship Behavior terhadap Kinerja karyawan
Kinerja Karyawan adalah salah satu gagasan dasar dalam manajemen
dan sebagian besar tugas manajemen yang dibentuk sesuai dengan gagasan ini.
Keberhasilan organisasi memang dapat tercermin dalam kinerja mereka. OCB
diharapkan berhubungan positif dengan efektivitas kerja individu karena
beberapa alasan. Perspektif relasional dapat menggambarkan hubungan antara
OCB dan kinerja organisasi (Sun et al., 2007) dan kinerja pekerjaan individu
(Chow, 2009). Perspektif ini berpendapat bahwa karyawan yang terlibat dalam
OCB dapat menciptakan ikatan berkualitas tinggi di antara rekan kerja karena
membantu perilaku memenuhi kebutuhan interpersonal individu dalam suatu
organisasi. Selain itu, hubungan ini dapat membantu karyawan memahami apa
yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Dengan
demikian, keterlibatan yang tinggi dalam OCB menunjukkan hubungan yang
kuat dan mengarah pada kinerja pekerjaan yang lebih baik. Pendekatan
relasional sangat menguntungkan sebagai penjelasan untuk hubungan antara
OCB dan kinerja pekerjaan karena perilaku kewarganegaraan yang diarahkan
kepada individu dapat memfasilitasi interaksi interpersonal, mengurangi friksi
dan konflik, menurunkan biaya waktu, dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (Smith et al., 1983). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
6
(Chamanifard et al., 2015) menunjukkan bahwa OCB memiliki hubungan
positif terhadap kinerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Organizational Citizenship Behavior memiliki pengaruh positif
terhadap Kinerja Karyawan
5. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Kepuasan kerja terkait erat dengan produktivitas yang kemudian terkait
dengan kinerja karyawan. Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja karyawan. Selain itu, kinerja karyawan memiliki efek non-rekursif yang
wajar terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja memainkan peran penting dalam
meningkatkan kinerja karyawan dan meningkatkan kinerja operasional
organisasi dan kualitas barang dan jasa. Tidak ada keraguan di dalamnya bahwa
kepuasan kerja sangat penting untuk mencapai kualitas dan kinerja dalam
organisasi. Kepuasan kerja berdampak pada kualitas di industri, untuk mencapai
kualitas dan profitabilitas di organisasi, kepuasan kerja adalah fundamental dan
tanpa itu, organisasi tidak dapat berpikir untuk menjadi sukses. Hubungan
imperatif ada antara karyawan dan organisasi. Hubungan organisasi karyawan
ini memainkan peran penting dalam keberhasilan organisasi mana pun. Ada
kebutuhan perkembangan di dalamnya. Manajer diyakini mengembangkan
hubungan peran di mana tindakan dan keputusan harus mempromosikan
kepentingan organisasi. Keterlibatan karyawan dan kontribusi dalam organisasi
adalah hasil dari minat. Kualitas hubungan organisasi karyawan membutuhkan
pemenuhan kebutuhan, kualitas interaksi, kemampuan beradaptasi dan
identifikasi. Pemberdayaan karyawan juga merupakan cara yang efektif untuk
memuaskan mereka. Ketika karyawan diberi pemberdayaan karyawan, maka itu
mengarah pada kepuasan kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh latif,
ahmad, Qasim, Mushtaq dan Ferdoos (2013) menunjukkan bahwa kepuasan
memiliki pengaruh terhadap kinerja.
7
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja
Karyawan
6. Hubungan modal sosial terhadap Kinerja karyawan yang dimediasi oleh
kepuasan Kerja.
Modal sosial adalah proses di mana aktor sosial menciptakan dan
memobilisasi koneksi jaringan mereka di dalam dan di antara organisasi untuk
mendapatkan akses ke sumber daya aktor sosial lainnya (Knok, 1999). Pada
dasarnya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pribadi karyawan dalam
organisasi untuk meningkatkan efisiensi kerja terbaik. Organisasi akan menjadi
lebih efisien karena karyawan merasa puas secara sosial. Saling menghormati
sebagai aspek modal sosial dapat berpotensi membantu dalam mengembangkan
komunikasi, kepuasan kerja dan menciptakan suasana yang ramah. Ini sangat
ditekankan dalam budaya Islam (Zareei, 2010). Komunikasi manusia tampaknya
lebih bermanfaat daripada faktor-faktor lain dalam meningkatkan kepuasan
kerja. Orang paling suka bekerja dengan orang yang mereka sukai. Mereka
mencoba yang terbaik untuk melakukan tugas-tugas untuk manajer yang baik.
Mereka akan berhenti bekerja karena mereka tidak menyukai manajer. Mereka
dapat bekerja sama dengan karyawan yang berkomunikasi dengan mereka. Jadi,
kerja sama dicapai sebagai hasil dari kepuasan kerja dan lingkungan kerja yang
menyenangkan (Abbas, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasan,
Gholamreza dan Maryam (2014) menunjukkan bahwa Social Capital memiliki
hubungan positif terhadap Kepuasan kerja. Kepuasan kerja memainkan peran
penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan meningkatkan kinerja
operasional organisasi dan kualitas barang dan jasa. Tidak ada keraguan di
dalamnya bahwa kepuasan kerja sangat penting untuk mencapai kualitas dan
kinerja dalam organisasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chamanifard et.,
al (2015) menunjukkan bahwa Kepuasan kerja dapat memediasi antara Social
terhadap kinerja.
H6 : Kepuasan kerja dapat memediasi hubungan antara modal sosial
terhadap kinerja.
8
7. Hubungan organizational citizenship behavior terhadap kinerja karyawan yang
dimediasi oleh kepuasan kerja.
Organizational citizenship behavior secara luas telah terlihat berdampak
pada efektifitas organisasi (Kim, 2006) karyawan yang merasa puas dengan
pekerjaannya menginginkan penghargaan atas hasil performa kinerja baik yang
dilakukannya, memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja, dan
melanjutkan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Itu berarti, karyawan
menginginkan organisasinya menjadi tempat kerja yang baik, pada saat
sekarang maupun di masa yang akan datang. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Triyanto dan Santoso (2009) menunjukkan bahwa OCB memiliki
pengaruh terhadap kepuasan kerja. Sehingga Kepuasan kerja terpenuhi maka
memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan
meningkatkan kinerja operasional organisasi dan kualitas barang dan jasa.
Tidak ada keraguan di dalamnya bahwa kepuasan kerja sangat penting untuk
mencapai kualitas dan kinerja dalam organisasi. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh latif, ahmad, Qasim, Mushtaq dan Ferdoos (2013) menunjukkan
bahwa kepuasan memiliki pengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H7 : Kepuasan Kerja dapat memediasi hubungan antara OCB dan
Kinerja
Kerangka Pemikiran Teoritis
Modal Sosial
Kepuasan kerja Kinerja
karyawan
Organizational
Citizenship Behavior
9
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan empirik,
responden adalah karyawan yang bekerja di RS Amal Sehat Wonogiri.
3. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 62 62,00
Perempuan 38 38,00
Total 100 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
Jumlah Responden berdasarkan Umur
Usia Jumlah Persentase
19-30 tahun 49 49,00
31-40 tahun 25 25,00
41-50 tahun 26 26,00
>50 tahun 0 0,00
Total 100 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
10
Jumlah Responden berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentase
S2 5 5,00 S1 66 66,00
D3 21 21,00
SLTA 0 0,00
Total 100 100
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
Jumlah Responden berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah Persentase
1-3 tahun 46 46,00
3-5 tahun 33 33,00
>5 tahun 21 21,00
Total 100 100,00
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
3.2 Analisis Data
Hasil Analisis Data
Variabel Β Std. Error t-hitung P value
Konstanta 9,719 5,115 1,900 0,060 Modal Sosial (X1) 0,343 0,167 2,057 0,042
Organizational Citizenship 0,326 0,157 2,073 0,041
Behavior (X2)
Kepuasan Kerja (Y) 0,305 0,148 2,066 0,041
R 0,554
R-Squared 0,307
F-Hitung 14,166
Probabilitas F 0,000 Sumber: Data primer diolah (2018)
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi persamaan 1 variabel yaitu
Modal Sosial dan Organizational Citizenship Behavior memiliki pengaruh terhadap
kepuasan kerja, sedangkan persamaan 2 variabel yang mempengaruhi
Modal Sosial, Organizational Citizenship Behavior dan kepuasan kerja memiliki
pengaruh terhadap kinerja karyawan. Berikut hasil pembahasan hipotesis.
11
1. Modal Sosial berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diatas, diperoleh hasil
bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa Modal Sosial
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja dengan nilai
signifikan kurang dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi Modal
Sosial yang ada di Rumah Sakit, maka akan menaikan kepuasan kerja
karyawan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan,
Gholamreza dan Maryam (2014) menunjukkan bahwa Modal Sosial memiliki
hubungan positif terhadap Kepuasan Kerja. Modal sosial adalah proses di mana
aktor sosial menciptakan dan memobilisasi koneksi jaringan mereka di dalam
dan di antara karyawan untuk mendapatkan akses ke sumber daya aktor sosial
lainnya (Knok, 1999). Didalam RS AMAL SEHAT WONOGIRI hubungan
antar karyawan itu sudah baik dengan banyak program yang berkesinambungan
antara karyawan memiliki koordinasi yang baik, sehingga karyawan dapat
memiliki kepuasan tersediri dalam bekerja akan tetapi indikasi dikantor dilihat
dari diskriptif karyawan item pertanyaan enam yaitu ”Saya Selalu mematuhi
peraturan yang ditetapkan di dalam kantor secara disiplin”. Dengan adanya
karyawan kurang mematuhi peraturan yang menggapkan bahwa karyawan
sudah puas dan nyaman di RS AMAL SEHAT WONOGIRI.
2. Organizational Citizenship Behavior mempunyai pengaruh terhadap
kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diatas, diperoleh hasil
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa Organizational
Citizenship Behavior mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kepuasan
kerja dengan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi Organizational Citizenship Behavior yang ada di Rumah Sakit,
maka akan menaikan kepuasan kerja. Hasil ini konsisten yang dilakukan oleh
Triyanto dan Santoso (2009) menunjukkan bahwa OCB memiliki pengaruh
terhadap kepuasan kerja. Didalam RS AMAL SEHAT WONOGIRI karyawan
menghomati dan menghargai Pimpinan yang sekarang dijabat. Adanya
12
hubungan pimpinan dengan yang baik membuat karyawan merasa puas dengan
pimpinan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa dalam melakukan diskusi bawahan
bisa memberikan saran kepada pimpinan dan bagi yang kerjanya bagus
diberikan bonus kepada karyawan yang teladan ini membuktikan bahwa
pimpinan RS AMAL SEHAT WONOGIRI sangat dekat dengan bawahan dan
mengerti apa yang dibutuhkan karyawan. Sehingga karyawan puas dan senang
suasana seperti itu.
3. Modal Sosial mempunyai pengaruh dengan Kinerja Karyawan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diatas, diperoleh hasil
bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa Modal Sosial
mempunyai pengaruh posisitf signifikan terhadap Kinerja Karyawan dengan
nilai signifikan lebih dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
Modal Sosial di Rumah Sakit akan meningkatkan kinerja Karyawan. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chamanifard et., al (2015)
menunjukkan bahwa Modal Sosial memiliki hubungan positif terhadap kinerja.
Kepercayaan, sebagai salah satu faktor modal sosial, memainkan peran sebagai
dasar untuk partisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan pertukaran
pengetahuan dan informasi (Kim & Lee, 2000). Di RS AMAL SEHAT
WONOGIRI semua bawahan diberikan kepercayaan untuk menangani
pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dipunyai sehingga adanya bidang
tersebut maka karyawan mampu menyelesaikan, dengan didorong dengan
kerjasama antar karyawan dan berkomunikasi menjadikan integrasi yang ada di
RSU AMAL SEHAT WONOGIRI semakin solid dan kuat demi memenuhi
kepercayaan konsumen dalam menggunakan jasa Rumah sakit.
4. Organizational Citizenship Behavior mempunyai pengaruh dengan Kinerja
Karyawan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diatas, diperoleh hasil
bahwa hipotesis keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa
Organizational Citizenship Behavior mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hal ini
13
menunjukan bahwa semakin tinggi Organizational Citizenship Behavior yang
ada di Rumah Sakit, maka semakin tinggi kinerja karyawan. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chamanifard et., al (2015)
menunjukkan bahwa OCB memiliki hubungan positif terhadap kinerja. OCB
diharapkan berhubungan positif dengan efektivitas kerja individu karena
beberapa alasan. Perspektif ini berpendapat bahwa karyawan yang terlibat
dalam OCB dapat menciptakan ikatan berkualitas tinggi di antara rekan kerja
karena membantu perilaku memenuhi kebutuhan interpersonal individu dalam
suatu organisasi. Selain itu, hubungan ini dapat membantu karyawan
memahami apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas
mereka. Dengan demikian, keterlibatan yang tinggi dalam OCB menunjukkan
hubungan yang kuat dan mengarah pada kinerja pekerjaan yang lebih baik.
Seperti hal yang ada di RS AMAL SEHAT WONOGIRI adanya pemimpin
yang tahu dengan bawahan dan sering berkomunikasi dengan bawahannya
maka karyawan di RS AMAL SEHAT WONOGIRI memiliki ikatan untuk
memajukan rumah sakit yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja. Contoh
yang sering dilakukan pimpinan kepada bawahan yaitu memberikan bonus,
diberikan uang lemburan, mentoleransikan karyawan yang melakukan kesalahn
sedikit.
5. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh dengan kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diatas, diperoleh hasil
bahwa hipotesis kelima dalam penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan kerja
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai
signifikan kurang dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
kepuasan kerja yang ada di Rumah Sakit, maka semakin tinggi kinerja
karyawan. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh latif,
ahmad, Qasim, Mushtaq dan Ferdoos (2013) menunjukkan bahwa kepuasan
memiliki pengaruh terhadap kinerja. Hubungan imperatif ada antara karyawan
dan organisasi. Hubungan organisasi karyawan ini memainkan peran penting
dalam keberhasilan organisasi mana pun. Di RS AMAL SEHAT WONOGIRI
karyawan puas dengan apa yang diberikan perusahaan seperti gaji yang
14
diterima sesuai dengan beban kerja, adanya kompensasi, promosi, kesempatan
pengembangan ilmu dan keterampilan, kesempatan pekerjaan yang beragam,
diberikan wewenang, atasan bisa menjadi contoh, rakan kerja yang
mendukung. Dengan adanya semua itu karyawa merasa perusahaan bagian
dirinya yang perlu untuk dikembangkan dan dibesar sehingga karyawan
terpacu untuk kinerja selalu ditingkatkan.
6. Kepuasan kerja tidak dapat memediasi antara Modal Sosial terhadap kinerja
karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja
(thitung=1,79) tidak dapat memediasi antara Modal Sosial terhadap kinerja
karyawan. Arti bahwa kepuasan kerja dalam organisasi tidak dapat
memberikan efek terhadap hubungan sosial yang kemudian berdampak kinerja.
Modal sosial adalah proses di mana aktor sosial menciptakan dan memobilisasi
koneksi jaringan mereka di dalam dan di antara organisasi untuk mendapatkan
akses ke sumber daya aktor sosial lainnya (Knok, 1999). Didalam RS AMAL
SEHAT WONOGIRI hubungan antar karyawan itu sudah baik dengan banyak
program yang berkesinambungan antara karyawan memiliki koordinasi yang
baik, sehingga karyawan dapat memiliki kepuasan tersediri dalam bekerja akan
tetapi indikasi diakntor dilihat dari diskriptif karyawan item pertanyaan enam.
Dengan adanya karyawan kurang mematuhi peraturan yang menggapkan
bahwa karyawan sudah menjadi bagian dari RS AMAL SEHAT WONOGIRI.
Sehingga dengan sudah tahu pola dalam bekerja karyawan menganggap Modal
Sosial itu sudah bagian dari perusahaan yang harus dijalankan dan berjalan
alamiah maka kepuasan kerja tidak dapat memediasi antara Modal Sosial
terhadap kinerja karyawan.
7. Kepuasan kerja dapat memediasi antara Organizational Citizenship Behavior
terhadap Kinerja Karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja
(thitung=4,548) dapat memediasi antara Organizational Citizenship Behavior
terhadap Kinerja Karyawan. Arti bahwa ketika pimpinan dari rumah sakit
15
selalu melihat bawahan maka kepuasan akan muncul dalam diri kerja sehingga
membuat kinerja organisasi semankin meningkat. Didalam RS AMAL SEHAT
WONOGIRI karyawan menghomati dan menghargai Pimpinan yang sekarang
dijabat. Adanya hubungan pimpinan dengan yang baik membuat karyawan
merasa puas dengan pimpinan. Hal ini bisa dibuktikan bahwa dalam
melakukan diskusi bawahan bisa memberikan saran kepada pimpinan dan bagi
yang kerjanya bagus diberikan bonus kepada karyawan yang teladan ini
membuktikan bahwa pimpinan RS AMAL SEHAT WONOGIRI sangat pro
dengan bawahan dan mengerti apa yang dibutuhkan karyawan. Sehingga
karyawan puas dan senang suasana seperti itu. Hubungan imperatif ada antara
karyawan dan organisasi. Hubungan organisasi karyawan ini memainkan peran
penting dalam keberhasilan organisasi mana pun Di RS AMAL SEHAT
WONOGIRI karyawan puas dengan apa yang diberikan perusahaan seperti gaji
yang diterima sesuai dengan beban kerja, adanya kompensasi, promosi.
Dengan adanya semua itu karyawan merasa perusahaan bagian dirinya yang
perlu untuk dikembangkan dan dibesarkan sehingga karyawan terpacu untuk
meningkatkan kinerja.
4. PENUTUP
4.1Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian serta analisis data yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh positif signifikan antara modal sosial terhadap kepuasan kerja.
2. Ada pengaruh positif signifikan antara organizational citizenship behavior terhadap
kepuasan kerja.
3. Adanya pengaruh posistf signifikan antara modal sosial terhadap kinerja karyawan.
4. Adanya pengaruh positif signifikan organizational citizenship behavior terhadap
kinerja karyawan.
5. Adanya pengaruh positif signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
16
6. Kepuasan kerja tidak dapat memediasi antara modal sosial terhadap kinerja
karyawan.
7. Kepuasan kerja dapat memediasi antara organizational citizenship behavior
terhadap kinerja karyawan.
4.2 Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan:
1. Penelitian ini hanya dilakukan di beberapa bagian ruangan di RS Amal Sehat
Wonogiri.
2. Keterbatasan waktu dalam penelitian dikarenakan bertepatan dengan adanya
rapat atau pertemuan dalam lingkup intern objek penelitian untuk membahas
Akreditasi Rumah Sakit.
3. Temuan yang diperoleh pada penelitian ini akan berbeda dan mungkin tidak
diperoleh jika dibandingkan dengan organisasi atau rumah sakit yang lain.
4.3 Saran
Untuk hasil penelitian menunjukan bahwa adanya modal sosial dan
organizational citizenship behavior berpengaruh terhadap kinerja karyawan dengan
mediasi kepuasan kerja maka saran yang dapat diberikan:
1. Bagi pihak Rumah Sakit
Bagi RS Amal Sehat Wonogiri, hasil penelitian menunjukkan secara
umum modal sosial dan organizational citizenship behavior RS Amal Sehat
Wonogiri sudah cukup baik, sehingga perlu dipertahankan. Akan tetapi masih
harus tingkatkan bahwa dari hubungan sosial adanya jabatan menjadi pembatas
dalam komunikasi dialam kantor merupakan indikator pertanyaan, sedangkan
OCB sering kali menjadi indikator yang lemah pada pertanyaan ke enam yaitu
karyawan selalu menghindari terjadinya perselihan antar rekan kerja. Sehingga
kedepan pimpinan harus sering berkomunikasi baik melalui makrab, outbound
maupun kegiatan yang mengundang kekompakan seperti yang sudah diadaknnya
pengajian seminggu sekali sebelum jam kerja dimulai.
17
2. Untuk penelitian yang akan datang diharapkan mengkaji lebih mendalam
mengenai variabel yang akan digunakan dan dilakukan di Rumah Sakit lain
sehingga dapat mengetahui apakah variabel yang digunakan dapat konsisten
untuk dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Altuntas S, Baykal U. Organizational citizenship behavior levels of nurses and effective
factors. Journal of Nursing Management. 2014 ;2(1):89-98. https://doi.org/10.5222/SHYD.2014.089.
Amintojjar H, Shekari GA, Zabihi MR. The effect of social capital on organizational
citizenship behavior: A case study of employees in Mashhad Municipality. International Journal of Organizational Leadership. 2015;4(2):144-153
Asgari A, Silong AD, Ahmad A, Samah BA. The relationship between transformational
leadership behaviors, organizational justice, leader-member exchange, perceived
organizational support, trust in management and organizational citizenship
behaviors. European Journal of Scientific Research. 2008;23(3): 227-242.
Chamanifard, R., Nikpour, A., & Chamanifard, S. (2014). Investigating the impact of
emotional intelligence on organizational performance in international division of
Tejarat bank, Iran. International Journal of Scientific Management and Development, 2(11), 652-657.
Chamanifard, Raheleh, Nikpour, Amin dan Chamnifard, Sheida. 2015. The Effect Of
Social Capital On Organizational Performance: The Mediating Role Of
Employee’s Job Satisfaction. International Review of Management and Business
Research, Vol. 4 Issue.3.
Chow, I. H. S. (2009). The relationship between social capital, organizational
citizenship behavior, and performance outcomes: An empirical study from
China. SAM Advanced Management Journal, 74, 44–53.
Wajdi, F., Isa. M., & Tri. S. (2018). Metode Analisis Data Berbasis SPSS. Universitas Muhamaadiyah Surakarta : Laboratorium Pasca Sarjana UMS.
Gunlu, E., Aksarayli, M., & Sahin Perçin, N. (2010). Job satisfaction and organizational
commitment of hotel managers in Turkey. International Journal of
Contemporary Hospitality Management, 22(5), 693-717.
Hasan, Darvish, Gholamreza, Jandaghi and Maryam Mashayekhi. 2014. The Studying
The Effect Of Social Capital On Job Satisfaction in General Inspection
Organization of Iran. International Letters of Social and Humanistic Sciences, ISSN: 2300-2697, Vol. 31, pp 68-82.
Hasle, P., Kristensen, T. S., Moller, N., & Olesen. K. G. (2007). Organizational social
capital and the relations with quality of work and health- a new issue for
research. International Congress on Social Capital and Networks of Trust.
Jyvaskyla, Finland
18
Kim DW. The relationship between transformational leadership behavior and quality of
nurses' care service with nurses' organization citizenship behavior as a moderator. Health and Social Welfare Review. 2011;31(2):206-236.
Kim, S. (2005). Individual- level factors and organizational performance in government
organizations. Journal of Public Administration Research and Theory, 15(2), 245-261.
Knoke, D. (1999). Organizational networks and corporate social capital. In R. T. A. J.
Leenders & S. M. Gabbay (Eds.), Corporate Social Capital and Liability (pp. 17-42). Kluwer, Boston.
Kruja, D., & Oelfke. T. (2009). The levels of empowerment impact on the level of employee job satisfaction: The case of Albanian hotels. TMC Academic Journal,
4(2), 91-106.
Latif, M. S., Ahmad, M., Qasim, M., Mushtaq, M., Ferdoos, A. & Naeem, H. (2013).
Impact of employee’s job satisfaction on organizational performance. European
Journal of Business and Management, 5(5), 166-171.
Lund, D. B. (2003). Organizational culture and job satisfaction. Journal of Business and Industrial Marketing, 18(3), 219-236
Mojtehedzadeh, V., Alavi, S., & Mehdizadeh, M. (2010). The relationship of
intellectual capital (human, customer and structural) and the performance of insurance industry managers’ viewpoints. Journal of the Accounting and
Auditing Review, 17(2), 109-119.
Nahapiet, J., & Ghoshal, S. (1998). Social capital, intellectual capital and the organizational advantage. Academy of Management Review, 23(2), 242-260.
Organ, D. W. (1988). Organizational citizenship behavior: The good soldier syndrome. New York: Lexington Books.
Sahin, I. (2010). Organizational Social Capital and Perceived Performance of Drug
Law Enforcement Departments: A Case Study in Turkey. Ph.D Dissertation. College of Health and Public Affairs, University of Central Florida, Orlando,
Florida.
Sheingold BH, Hofmeyer A, Woolcock M. Measuring the nursing work environment:
Can a social capital framework add value? World Medical & Health Policy.
2012;4(1):1-17. https://doi.org/10.1515/1948-4682.1212.
Smith, C. A., Organ, D. W., & Near, J. P. (1983). Organizational citizenship behavior: Its nature and antecedents. Journal of Applied Psychology, 68, 655–663.
http://dx.doi.org/10.1037//0021-9010.68.4.653.
Song, Jung Hyun, "The Effect of Social Capital on Organizational Performance in
Different Cultures: A Cross-National Comparison of the United States and South Korea" (2016). FIU Electronic Theses and Dissertations. 2613
Sun, L. Y., Aryee, S., & Law, K. S. (2007). High-performance human resource practices, citizenship behavior, and organizational performance: A relational perspective. Academy of Management Journal, 50, 558–577. http://dx.doi.org/10.5465/AMJ.2007.25525821.
19
Tangen, S. (2004). Professional practice performance measurement: from philosophy to
practice. International Journal of Productivity and Performance Management, 53(8), 726-37.
Triyanto, Agus dan Santoso, The Elisabeth Cintya.2009. Organizational Citizenship
Behavior (OCB) Dan Pengaruhnya Terhadap Keinginan Keluar dan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4.
Turner Et Al, 2004. An Improved Job Dimension Scale To Measure Job Satisfaction In
Sales Reps. Journal of Academy of Business and Economics Journal of Academy of Business 1 maret 2004 (Highbeam Encyclopedia).
Wei, Yu-Chen. 2014. The Benefits of Organizational Citizenship Behavior for Job
Performance and the Moderating Role of Human Capital. International Journal
of Business and Management; Vol. 9, No. 7.
20