Upload
nita-nurtafita
View
941
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengaruh Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
Citation preview
PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
(Eksperimen di SMP PGRI 1 Ciputat)
Laporan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)
Oleh :
NITA NURTAFITANIM 107016300115
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1432 H/2011 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran melalui interaksi guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai
komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil
belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama
program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah
lepas dari masalah.
Selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru
(teacher-centered). Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar
dapat membuat siswa tersebut menjadi pasif dalam belajar. Siswa akan
menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari. Hal ini dapat membuat
siswa menjadi malas belajar dan tidak semangat dalam belajar. Akhirnya ketika
berada di dalam kelas siswa hanya duduk, mendengar, dan melihat tanpa mengerti
dengan materi yang telah diajarkan oleh guru.
Apabila kegiatan belajar mengajar terus berlangsung seperti ini, siswa
tidak akan paham dan mengerti apa yang diajarkan oleh guru. Kondisi seperti ini
dapat membuat hasil belajar fisika siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi hal ini
dibutuhkan metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara
aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah menggunakan
metode resitasi. Metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
menugaskan peserta didik mempelajari sesuatu kemudian harus
dipertanggungjawabkan. Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan
memberikan tugas untuk meninjau pelajaran baru dan untuk mengingat pelajaran
yang sudah diajarkan.
Oleh karena itu, dengan menggunakan metode resitasi diharapkan mampu
memancing keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan
karena siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan harus
dipertanggungjawabkan. Tugas tersebut dapat berupa menjawab soal-soal latihan,
mengerjakan PR dan soal dalam buku pegangan. Tugas yang diberikan oleh guru
tidak hanya dikerjakan di kelas yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi
perlu dilanjutkan di rumah, di perpustakaan, di laboratorium atau dimana saja asal
tugas itu dapat dikerjakan.
Atas dasar pengertian tersebut, pembelajaran dengan metode resitasi
mempunyai karakteristik sebagai berikut; pertama, pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi konsep yang telah diajarkan.
Kedua, pembelajaran mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu
masalah dengan memecahkannya sendiri. Ketiga, pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pengetahuannya yang lebih luas
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Keempat, pembelajaran
dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok. Kelima, pembelajaran
dilaksanakan di dalam kelas atau di luar kelas. Keenam, pembelajaran dapat
mengembangkan dan memupuk inisiatif serta tanggung jawab siswa.
Konsep yang sesuai dengan karakteristik di atas adalah konsep gerak.
Konsep tersebut membutuhkan banyak latihan menyelesaikan soal-soal.
Pemberian tugas (soal-soal) kepada siswa dapat membuat siswa lebih termotivasi
dalam belajar, disamping itu siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar
dan juga dapat membuat siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang telah
diberikan oleh guru. Aktifnya siswa dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat
lebih mudah memahami konsep fisika dan dapat merangsang daya cipta siswa
dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah diajarkan guru dalam proses
pembelajaran di sekolah dan diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat dikemukakan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher-centered),
sehingga siswa lebih bersifat pasif.
2. Faktor kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Rendahnya hasil belajar fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi
pada masalah sebagai berikut.
1. Untuk mengatasi kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar, maka dalam penelitian ini diterapkan metode resitasi.
2. Konsep yang akan diajarkan dengan menggunakan metode resitasi adalah
konsep gerak, pada kelas VII semester II.
3. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes
kognitif saja. Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah
mulai C1 sampai dengan C4.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah “Apakah metode resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar
fisika siswa?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode resitasi terhadap hasil
belajar fisika siswa.
F. Manfaat Penenelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai alternatif metode pembelajaran sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan metode resitasi.
3. Sebagai bahan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan.
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Penyampaian materi yang baik merupakan syarat mutlak dari seorang
guru. Karena hal itu dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu metode yang diterapkan seorang guru harus sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Menurut Anitah mengungkapkan, metode mengajar adalah suatu cara yang
direncanakan dan digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran tercapai.1 Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan metode yang tepat merupakan tuntutan yang harus dipenuhi guru.
Diungkapkan oleh Alipadie (1984:72) cara mengajar yang menggunakan
berbagai jenis teknik dan dilakukan secara tepat dan penuh perhatian oleh guru,
akan memperoleh minat belajar para siswa dan karena itu pula akan mempertinggi
hasil belajar siswa.2 Berdasarkan pendapat tersebut pemilihan metode mengajar
yang tepat akan menumbuhkan minat siswa, semakin banyak variasi metode
mengajar yang diberikan kepada siswa akan menumbuhkan minat dan motivasi
siswa untuk mau belajar dan karena itu pula akan mempertinggi hasil belajar
siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah
cara yang digunakan guru dalam mengerjakan satuan atau unit materi pelajaran
dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar. Selain itu,
1 Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, & Susanah, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet III, h. 4.3.
2Wakhinuddin S, Metode Mengajar, dari http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/06/24/metode-mengajar-2/, 17 Mei 2011, 10:07 AM
dalam pemilihan metode pembelajaran harus mengutamakan keterlibatan siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran demi pencapaian hasil belajar yang
maksimal.
Namun demikian dalam pembelajaran di sekolah penggunaan kata metode
sebenarnya sering digantikan dengan kata teknik atau sebaliknya secara
bergantian. Gerlach & Ely (1980) mengemukakan teknik (yang kadang-kadang
disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran.3 Metode
bersifat procedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Sehingga
metode (teknik) mengajar adalah cara mengajar yang lebih khusus yang
digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa kearah tujuan
yang akan dicapai. Oleh karena guru yang kreatif dan professional sewaktu-waktu
mampu menggunakan berbagai metode dengan efektif dan efisien menuju
tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran
Proses kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku pada satu
metode mengajar, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi
agar jalannya tidak membosankan. Penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi juga tidak akan menguntungkan jika penggunaan metode pembelajaran
tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya.
Ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar,
sebagai berikut :4
1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
2) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.
3) Situasi yang berbagai keadaannya.
4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
3 Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy, & Susanah, Op. Cit, h. 4.49.4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 46
Metode digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ada tiga hal kedudukan metode dalam proses belajar mengajar, yaitu:5
a) Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode menempati peran
yang tidak kalah pentingnya dari komponen lain dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode
pembelajaran. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif yang
berfungsi sebagai alat perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai
alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Guru yang menggunakan satu metode dalam belajar mengajar cenderung
membuat siswa bosan dan jalannya pembelajaran terlihat kaku. Anak didik terlihat
kurang bergairah belajar dan malas mengikuti pelajaran. Dengan demikian setiap
kali pertemuan guru harus mempunyai berbagai variasi penggunaan metode
pembelajaran sehingga menghasilkan proses belajar mengajar yang aktif bagi
siswa. Metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi
ekstrinsik.
b) Metode sebagai Strategi Pembelajaran
Penggunaan metode harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana
kelas, anak didik, tujuan dan fasilitas. Karena itu, dalam kegiatan pembelajaran,
guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode
mengajar. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
c) Metode sebagai Alat Mencapai Tujuan
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
5 Ibid, h. 72-75
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Dengan
memanfaatkan metode secara akurat guru akan mampu mencapai tujuan
pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan
tertentu, metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan.
2. Metode Resitasi
a. Pengertian Metode Resitasi
Belajar fisika tidaklah serumit yang dibayangkan, banyak siswa yang
mengeluh karena pelajaran fisika lebih sering menghafal konsep daripada
memahami konsep, agar proses belajar fisika lebih efektif dan dapat memotivasi
siswa untuk lebih aktif, metode resitasi (penugasan) dapat diterapkan. Dengan
adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggunakan
pengetahuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut Karo-Karo resitasi atau recitation adalah penyajian kembali apa-
apa yang dimiliki, diketahui atau dipelajari. Pendapat tentang resitasi juga
disampaikan oleh Djamarah dan Zain yang menyatakan bahwa metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.6 Tugas yang dilaksanakan oleh
siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di
perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat
dikerjakan.7 Menurut Soewardi dalam metode resitasi, murid diberi tugas-tugas
yang harus dikerjakan secara kelompok individual yang harus
dipertanggungjawabkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan mengaktifkan
murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya secara logis dan
obyektif.
Metode resitasi juga merupakan suatu metode mengajar dimana siswa
diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.8 Namun agar lebih variatif
6 Ibid, h. 857 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 1348http://dossuwanda.wordpress.com/2008/03/18/ragam-metode-pembelajaran/ , (13 Mei
2011, 8:16 AM
dan menghindari kejenuhan siswa, maka dapat juga dipadukan dengan tugas
berupa membuat atau merancang model-model, alat-alat atau permainan yang
berhubungan dengan pelajaran fisika.
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan
agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan siswa
mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda ketika menghadapi masalah-
masalah baru. Selain itu metode ini dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari
sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri,
mencoba sendiri dan agar siswa lebih rajin belajar.9
Ditinjau dari proses penyelesaian atau pengerjaannya, metode pemberian
tugas dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu tugas
yang harus diselesaikan selama pembelajaran berlangsung dan tugas yang harus
diselesaikan di luar kelas, di luar jadual belajar mengajar yang telah dijadualkan,
tapi merupakan kelanjutan dari pengajaran kelas.
Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka
hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga
dapat merangsang anak didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan
adanya penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran fisika.
Dalam memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran
dan banyaknya soal latihan, sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan
jumlahnya cukup banyak akan membuat siswa menjadi frustasi, keadaan seperti
ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap pelajaran fisika. Sedangkan bila soal
tersebut terlalu mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain
menjemukan.
Bila metode resitasi direncanakan dengan baik, maka dapat mengaktifkan
siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara membaca,
mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain itu, pemberian tugas dapat
membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum
9 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) h. 61
yang berhubungan, serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan yang tidak
hanya sekedar hapalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan dan memupuk
inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai
tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya.
2) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan
mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu
atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan
metode resitasi dalam pengajaran.
3) Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, maka perlu diupayakan agar
seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses
penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar
kelas.
4) Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
peserta didik.
Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau
pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu.
yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala kejadian yang secara sengaja
atau tidak sengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan
adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang
gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan.
Dari urain di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode resitasi adalah
cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari
sesuatu yang kemudian harus dipertanggungjawabkan. Karena tugas yang
dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan maka siswa akan
terdorong untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh. Tugas yang diberikan
guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah
dipelajari.
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi
Kelebihan metode resitasi, antara lain:
1) Membiasakan pada siswa untuk mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang
bermanfaat, seperti belajar.
2) Pengetahuan yang diperoleh lebih mendalam.
3) Memupuk rasa tanggung jawab dalam diri siswa, dengan diberikan tugas oleh
guru yang harus dikerjakan dan dikumpulkan.
4) Menanamkan disiplin waktu pada siswa.
5) Melatih siswa berpikir kritis, tekun dan giat belajar.
6) Siswa diberikan kesempatan untuk bereksplorasi konsep yang telah diajarkan.
Selain itu metode resitasi juga memiliki kelemahan, antara lain:10
a) Sulit bagi guru untuk mengecek apakah tugas yanng diberikan dikerjakan
oleh siswa sendiri atau oleh orang lain.
b) Jika guru tidak bisa mengukur berat ringannya tugas yang diberikan, akan
membuat siswa merasa terbebani yang memicu tekanan secara psikis.
c) Siswa yang memiliki keterbatasan kemampuan belajar, akan mengalami
kesulitan belajar.
d) Terkadang siswa mengerjakan tugas secara asal atau cukup mencontek hasil
pekerjaan temannya, hal ini mengakibatkan siswa tidak mempelajari materi
yang diajarkan yang seharusnya ia kuasai.
e) Tugas yang monoton menimbulkan kebosanan belajar siswa.
f) Guru harus sering menyiapkan soal-soal atau tugas siswa.
c. Fase-fase Metode Resitasi
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode pemberian
tugas atau resitasi, yaitu:
1) Fase Pemberian Tugas
Pada fase ini, guru harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai dari
pemberian tugas tersebut, jenis tugas harus jelas, tugas harus sesuai kemampuan
10 Zulfiani dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 106.
siswa, adanya petunjuk untuk sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa, dan
sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.
2) Fase Pelaksanan Tugas
Pada fase ini, guru harus memberikan bimbingan pada siswa agar siswa tidak
bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan, dan apa yang menjadi tugasnya.
Guru juga harus memberikan pengawasan pada siswa agar siswa tidak meniru
pekerjaan temannya. Selain itu guru juga harus memberikan dorongan agar anak
termotivasi dan mau melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada fase ini siswa
dianjurkan mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis.
3) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas (Fase Resitasi)
Pada fase ini, siswa belajar (dengan melaksanakan tugas) sesuai dengan
tujuan atau petunjuk-petunjuk guru. Fase resitasi adalah fase dimana siswa
mempertanggungjawabkan hasil belajarnya. Bentuk-bentuk resitasi harus
disesuaikan dengan tujuan pemberian tugas.
Hal-hal yang harus dikerjakan pada fase ini yaitu:
a) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan.
b) Ada tanya jawab atau diskusi kelas.
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa dapat dilakukan dengan tes maupun non tes.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.11
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.12 Menurut
11 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2003) h. 2
12 NgalimPurwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, PT. Rosdakarya, 2006) h. 85
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Belajar adalah perubahan. Perubahan yang terjadi pada seseorang dari yang belum
tahu menjadi tahu, dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus
secara relatif bersifat tetap, dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
nampak (immediate behavior), tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang (potential behavior).
Belajar memiliki pengertian yang sangat komplek sehingga para ahli
mengemukakannya dengan beberapa definisi, definisi belajar telah di kemukakan
oleh beberapa ahli. Gagne mengatakan bahwa belajar adalah suatu pendekatan
dalam disposisi watak atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung
selama jangka waktu dan tidak mangganggu proses pertumbuhan.
Morgan mengatakan dalam bukunya A Brief Introduction to Psychology
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dengan demikian,
perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan,
kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai
belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya
untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus
didukung oleh lingkungannya.
Oleh karenanya belajar merupakan kegiatan manusia yang terpenting dan
harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan
dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain,
melalui belajar dapat memperbaiki nasib dan mencapai cita-cita yang
didambakan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung
wajar. Kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi. Demikian diantara kenyataan yang sering kita jumpai
pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan
aktivitas belajar mengajar.
Hasil belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor-faktor intelegensi,
akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Dengan
demikian, hasil tes IQ (Intelegency Quotient) yang tinggi belum tentu menjamin
prestasi yang tinggi atau keberhasilan dalam belajar.
Purwanto pun membagi faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi
belajar menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini
dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Faktor Fisiologis
Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Jasmani yang sehat akan
berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar dibandingkan dengan jasmani yang
kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri atas kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik serta kondisi panca inderanya, terutama sekali indera penglihatan dan
pendengaran.
Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti
indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat
dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana
telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak
lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh
siswa tersebut.
b) Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang
termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan
bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan
terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa
untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti
kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit
banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini
terdiri dari faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor instrumental.
a) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dibagi menjadi dua bagian yaitu:
(1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ini dapat kita rinci menjadi lingkungan sosial sekolah dan
lingkungan sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang baik
positif maupun negatif. Misalnya, guru yang menunjukkan sikap dan prilaku yang
simpati maka hal itu akan menjadi daya dorong positif bagi kegiatan belajar siswa.
Kemudian lingkungam sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-
teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa tersebut di luar pendidikan
formal. Namun lingkungan sosial yang paling banyak berpengaruh pada siswa
adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
(2) Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya
misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam),
gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk
belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.
b) Faktor-faktor Instrumental
Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Pengaruh dari dalam diri siswa merupakan hal yang logis dan wajar, karena
hakikat perbuatan belajar adalah perbuatan tingkah laku individu yang diniati dan
disadarinya. Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan
berprestasi, maka siswa harus berusaha mengarahkan seluruh daya dan upaya
untuk dapat mencapainya.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar yang bermakna bagi
dirinya sendiri akan lebih lama bertahan, membentuk sikap kepribadian yang baik,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain yang mampu mengembangkan
kreativitasnya, dengan demikian siswa akan lebih giat dalam belajar. Hal ini akan
membuat hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi. Artinya semakin
tinggi kemauan belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang
akan diperoleh oleh siswa tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar dapat
dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman dengan
pertimbangan belajar yang telah dialami peserta didik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang pengaruh metode resitasi
terhadap hasil belajar siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Berti Yolida dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode
Resitasi dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa”.
Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa penerapan metode resitasi
dapat membuat siswa termotivasi dan aktif dalam pembelajaran, karena
resitasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan
latihan-latihan soal dimana siswa harus menjelaskan kembali tugas tersebut di
depan kelas.13
2. A. Salam dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Metode
Pemberian Tugas Secara Resitasi dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa”. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
metode pemberian tugas secara resitasi dapat memotivasi belajar matematika
siswa di SMPN 01 dan SMPN 02 Madapangga Kabupaten Bima, sehingga
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP kelas
VII.14
3. Zuliah Khaerani, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang
menerapkan metode resitasi di SMAN 5 Bekasi, menyatakan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siklus pertama terhadap siklus kedua. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus pertama
sebesar 73,25 menjadi 83,56 pada siklus kedua.15
4. Noer Faizah, berdasarkan hasil penelitiannya yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan
Metode Resitasi”. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode resitasi dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran.
Hal ini terlihat dari hasil lembar observasi yang terus meningkat pada setiap
siklusnya.16
C. Kerangka Berpikir
13 Berti Yolida. Penerapan Metode Resitasi dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa. JPMIPA, Volume 8 Nomor 1, Januari 2007.
14 A. Salam. Pengaruh Metode Pemberian Tugas Secara Resitasi dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Jurnal Ilmiah “kreatif”, Volume 5 Nomor 2, Juli 2008.
15 Zuliah Khaerani, Penggunaan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 5 Bekasi, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 59.
16 Noer Faizah, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Metode Resitasi, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 86.
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar sangat didukung oleh
kemampuan dalam memahami dan menguasai konsep dari materi yang telah
dipelajari. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum bisa
memahami dan menguasai konsep tersebut dan hasil belajar siswa pun menjadi
rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa belum bisa memahami konsep
yang dipelajarinya dan rendahnya hasil belajar fisika adalah aktivitas
pembelajaran lebih didominasi oleh guru, siswa hanya datang, duduk, mendengar,
dan melihat tanpa mengerti dengan materi yang telah diajarkan oleh guru.
Cara mengajar guru pun saat ini masih banyak yang menggunakan metode
konvensional, hal ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa karena siswa
menjadi pasif. Selain cara pengajaran guru yang belum bervariasi, siswa masih
menganggap konsep fisika adalah konsep yang susah dipahami. Konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah gerak.
Oleh karena itu guru harus memiliki rencana dan menetapkan strategi
belajar mengajar agar siswa dapat mengerti dan memahami materi pelajaran yang
diajarkan. Guru harus mampu membuat suatu metode pembelajaran yang dapat
membuat siswa mampu mencapai tujuan dari kegiatan belajar serta berperan aktif
dalam pembelajaran sehingga diharapkan akan meningkatan hasil belajar siswa.
Metode pembelajaran yang harus diterapkan salah satu alternatifnya adalah
metode resitasi.
Metode resitasi (pemberian tugas) merupakan salah satu metode yang
sesuai untuk menciptakan suasana belajar yang aktif serta dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Metode resitasi adalah cara mengajar dengan memberikan
tugas-tugas kepada anak kemudian hasil tugasnya dipertanggungjawabkan.
Tempat mengerjakan tugas tersebut tidak hanya di kelas, tetapi dimanapun ia
berada bisa dijadikan tempat mengerjakan. Tugas yang diberikan haruslah sesuai
dengan konsep yang sedang dijelaskan oleh guru, agar siswa dapat membuka
pengetahuannya dalam konsep tersebut.
Penggunaan metode resitasi menekankan peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan metode resitasi diharapkan dapat merangsang daya cipta
siswa dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah diajarkan guru dalam
proses pembelajaran di sekolah dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh metode
resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Ciputat Kelas VII semester 2
tahun ajaran 2010/2011. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan bulan Mei 2011.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperiment (eksperimen semu). Dalam metode ini terdapat kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Kelompok ekaperimen diberi perlakuan dengan
menggunakan metode resitasi, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan
dengan menggunakan metode konvensional.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pretest posttest control group design,
dalam desain ini digunakan dua kelompok subjek, satu diantaranya yang diberikan
perlakuan. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:17
Tabel 3.1 Desain Kelompok Kontrol Pretest-Posttes
Kelompok Pretest Treatment Posttest
E T1 X1 T2
C T1 X2 T2
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen (kelompok yang menggunakan metode resitasi)
C : Kelompok kontrol (kelompok yang menggunakan metode konvensional)
T1 : Tes awal yang sama pada kedua kelompok (pretest)
T2 : Tes akhir yang sama pada kedua kelompok (posttest)
17 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajarafindo Persada, 2008), hal.98
20
X1 : Perlakuan dengan menerapkan metode resitasi
X2 : Perlakuan dengan menerapkan metode konvensional
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.18 Populasi terjangkau adalah
populasi yang terukur karena dibatasi oleh tempat dan waktu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 1 Ciputat. Populasi terjangkau pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP PGRI 1 Ciputat.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.19 Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian. Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-4
sebagai kelas kontrol.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian.
1. Tahap Persiapan
Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian adalah
pembuatan proposal penelitian, setelah itu pengurusan surat izin penelitian dari
Universitas Islam Negeri Jakarta, langkah selanjutnya adalah survei tempat,
langkah selanjutnya adalah membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi
soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing. Setelah instrumen
penelitian selesai dibuat, dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek, (Jakarta:Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, Hal. 13
19 Ibid, Hal. 131
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah awal tahap pelaksanaan penelitian adalah menentukan dua kelompok
sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya diadakan
tes awal (pretest) kepada kedua kelompok penelitian. Soal pretest menggunakan
soal hasil analisis dan uji ahli yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Setelah
melakukan pretest, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi, sedangkan kelompok kontrol
dengan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan metode
konvensional. Proses pembelajaran berlangsung sebanyak empat kali pertemuan
pada tiap kelasnya. Setelah diberi perlakuan diadakan tes akhir (posttest) untuk
kedua kelompok penelitian. Tes akhir berupa soal-soal yang sama dengan ketika
dilakukan tes awal (pretest).
3. Tahap Akhir Penelitian
Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest) langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) untuk kedua kelompok penelitian dengan menggunakan uji statistik.
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik
yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan langkah
paling akhir dalam prosedur penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif berbentuk pilihan ganda
yang terdiri atas empat pilihan sebanyak 20 soal. Setiap soal memiliki skor 1
(satu). Ranah kognitif yang diukur adalah aspek hafalan/recall (C1), aspek
pemahaman/comprehension (C2), aspek penerapan/aplication (C3), dan aspek
analisis (C4) yang disesuaikan dengan indikator pada kurikulum tingkat satuan
pendidik (KTSP) . Adapun desain kisi-kisi instrumen penelitian hasil belajar dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Hasil Belajar
Kompetensi Dasar
KonsepUraian Materi
IndikatorTingkat Pengetahuan
dan Nomor Soal∑
SoalC1 C2 C3 C4
Menganalisis data percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Gerak Gerak, kedudukan dan perpindahan.
- Mendeskripsikan gerak, kedudukan dan perpindahan.
1 2 3 4 4
Kelajuan dan kecepatan.
- Menganalisis kelajuan dan kecepatan.
5 6 7 8 4
GLB (Gerak Lurus Beraturan)
- Menyelidiki gerak lurus beraturan.
9 10 11 12 4
GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan)
- Menyelidiki gerak lurus berubah beraturan (GLBB).
13, 14
15, 16
17, 18
19, 20
8
∑ Soal 5 5 5 5 20
G. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel independen (bebas) adalah metode resitasi. Variabel ini disimbolkan
dengan huruf X.
2. Variabel dependen (terikat) adalah hasil belajar. Variabel ini disimbolkan
dengan huruf Y.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes
objektif berupa soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban sebanyak 20
soal.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dimulai dengan melakukan uji prasyarat analisis dan
dilanjutkan dengan melakukan analisis data.
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis ada dua macam, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Mencari skor terbesar dan terkecil
2) Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil
3) Mencari banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log N (Rumus Sturgess)
4) Mencari nilai panjang kelas (i)
5) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
NoKelas
IntervalF
Nilai
Tengah
(X1)
Xi2 f Xi f Xi
2
Jumlah f - - Σ f x i=¿ Σ f x i2=¿
6) Mencari nilai rata-rata (mean)
x=Σ f xi
ri
7) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)
s=√n. Σ f x i2−¿¿¿
BK
Ri
8) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
a) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor – skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
b) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
Z=Batas Kelas−xs
c) Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
d) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-
angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris
kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali
untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka
pada baris berikutnya.
e) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas
setiap interval dengan jumlah responden.
9) Mencari Chi – Kuadrat hitung (χ2 hitung)
10) Membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk α = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria:
Jika χ2 hitung χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan
Jika χ2 hitung χ2 tabel, artinya data distribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
k
i fe
fefo
1
22
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
2) Bagi data menjadi dua kelompok
3) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
4) Tentukan F hitung dengan rumus:
F=S
12
S22 dimana
S2=n∑ X
12−(∑ X1)2
n (n−1 )
Keterangan:
F = Homogenitas
S12 = varians data pertama/varians terbesar
S22 = varians data kedua/varians terkecil
5) Tentukan kriteria pengujian:
Jika Fhitung ¿ Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen.
Jika Fhitung ¿ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak
homogen.
c. Analisis Data
Setelah uji prasyarat dilakukan dan data dinyatakan berdistribusi normal
dan homogen, maka dilakukan analisis data untuk megetahui ada tidaknya
pengaruh penerapan metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa, diukur
dengan pengujian hipotesis, yaitu menggunakan uji signifikansi dengan uji-t (t-
test) dengan rumus sebagai berikut:
t=X x−X y
S √ 1nx
+ 1ny
, dengan S=√ (nx−1 ) S x
2+(ny−1)S y2
(nx+n−2 )
Keterangan:
X x = rata-rata hasil belajar siswa yang mengimplementasikan metode resitasi
X y = rata-rata hasil belajar siswa tanpa mengimplementasikan metode resitasi
nx = jumlah sampel pada kelompok eksperimen
n y = jumlah sampel pada kelompok kontrol
Sx2 = varians kelompok eksperimen
Sy2 = varians kelompok kontrol
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho diterima jika thitung > ttabel
J. Hipotesis Statistik
Hipotesisi statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang
telah dirumuskan. Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µA = µB
Ha : µA > µB
Keterangan :
H0 = tidak terdapat pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa
Ha = terdapat pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa
µA = rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan metode
resitasi
µB = rata-rata skor hasil belajar fisika siswa yang diajarkan tanpa menggunakan
metode resitasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut disajikan data dari dua kelompok subjek penelitian, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diambil dari pretest dan
posttest.
1. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan pretest kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang masing-masing terdiri dari 35 siswa, diperoleh data yang
disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Dari diagram batang di atas, hasil pretest untuk kelompok eksperimen
yaitu sebanyak 5 siswa atau sebesar 14% mendapatkan skor terendah yaitu pada
interval 15-21. Skor terbanyak berada pada interval 29-35 yaitu 11 siswa atau
sebesar 31% dan skor tertinggi berada pada interval 50-56 sebanyak 5 siswa atau
sebesar 14%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 3 siswa atau sebesar 9%
mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 15-21. Skor terbanyak berada pada
interval 29-35 yaitu 12 siswa atau sebesar 34% dan skor tertinggi berada pada
interval 50-56 sebanyak 3 siswa atau sebesar 9%.
15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-560
2
4
6
8
10
12
14
EksperimenKontrol
Skor Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kon-trol
Jum
lah
Sisw
a
2. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan posttest kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang masing-masing terdiri dari 35 siswa, diperoleh data yang
disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Dari diagram batang di atas, hasil posttest untuk kelompok eksperimen
yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar 9% mendapatkan skor terendah yaitu pada
interval 60-64. Skor terbanyak berada pada interval 75-79 yaitu 10 siswa atau
sebesar 29%, dan skor tertinggi berada pada interval 90-94 sebanyak 3 siswa atau
sebesar 9%. Untuk kelompok kontrol, sebanyak 3 siswa atau sebesar 9%
mendapatkan skor terendah yaitu pada interval 45-49. Skor terbanyak berada pada
interval 55-59 yaitu 12 siswa atau sebesar 34%, dan skor tertinggi berada pada
interval 75-79 sebanyak 2 siswa atau sebesar 6%.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi ukuran pemusatan dan penyebaran
data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-940
2
4
6
8
10
12
14
Eksperimen
Kontrol
Skor Hasil Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kon-trol
Jum
lah
Sisw
a
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
DataEksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest PosttestNilai Tertinggi 55 90 55 75Nilai Terendah 15 60 15 45Mean 35,8 76,28 34 59,85Median 34,52 76,25 32,87 58,45Modus 32,49 76,65 31,65 57,19Standar Deviasi 11,18 8,15 9,69 7,97
3. Hasil Analisis Data
a. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian terdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan data terdistribusi
normal bila memenuhi kriteria x2hitung ≤ x2
tabel diukur pada taraf signifikansi dan
tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua
sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2, sedangkan perhitungan lengkap
dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Hasil Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
StatistikEksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 35 35 35 35x̄ 35,8 76,28 34 59,85S 11,18 8,15 9,69 7,97
x2hitung 6,76 2,94 2,98 4,34
x2tabel 12,59 9,48 12,59 9,48
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua
kelompok eksperimen dan kontrol terdistribusi normal karena memenuhi kriteria
x2hitung ≤ x2
tabel.
2) Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Dalam penelitian ini
homogenitas diuji dengan Bartlett. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu:
kedua kelompok dinyatakan homogen apabila x2hitung ≤ x2
tabel diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji homogenitas pretest dan
posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Hasil Pretest dan Posttest
StatistikSkor Pretest Posttest
Seksperimen2 124,99 66,42
Skontrol2 93,89 63,52
Sgabungan2 109,44 64,97
x2hitung 1,41 0,469
x2tabel 3,841 3,841
Kesimpulan Homogen Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel
4.3 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest berasal dari populasi yang
homogen karena memenuhi kriteria x2hitung ≤ x2
tabel.
3) Hasi Pengujian Hipotesis
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor posttest kelompok eksperimen dengan skor posttest kontrol.
Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X ≠ Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria sebagai
berikut:
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan
0,95.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest kedua kelompok sampel
penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4, sedangkan perhitungan lengkap dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hail Posttest
Statistik Eksperimen KontrolN 35 35x̄ 76,28 59,85S2 66,42 63,52
thitung 8,51ttabel 2,00
Kesimpulan Berbeda
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa thitung sebesar 8,51 dan ttabel
sebesar 2,00. Tenyata memenuhi kriteria pengujian ttabel ≤ thitung atau 2,00 ≤ 8,51.
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t pada
taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh ttabel lebih kecil dari thitung yaitu ttabel ≤ thitung atau
2,00 ≤ 8,51. Ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata hasil
belajar fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode resitasi dengan
siswa yang diajarkan secara konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa metode resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa.
Hal ini dapat terjadi karena dalam penerapan metode resitasi guru
memberikan motivasi dan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk belajar
secara aktif dalam menggunakan pengetahuannya yang lebih luas. Oleh karena
itu, dengan menggunakan pengetahuannya maka dapat melatih kemampuan
berpikir siswa. Selain itu, pembelajaran dengan metode resitasi dapat memupuk
rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan, karena tugas tersebut
harus dipertanggungjawabkan.
Metode resitasi merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dengan melibatkan seluruh potensi yang dimiliki siswa agar siswa
kreatif terhadap yang diberikan. Hal ini sesuai dengan Djamarah (1996) yang
menyatakan bahwa penggunaan metode resitasi dalam pembelajaran lebih banyak
mengikutsertakan dan melibatkan siswa untuk lebih berperan serta. Siswa
berusaha mencerna sendiri, menanggapi, mengajukan pendapat serta memecahkan
masalah. Guru hanya berfungsi sebagai pemberi informasi bila diperlukan dan
sebagai pengarah dalam interaksi siswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Siti Masruroh
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Tugas Dan Resitasi Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa”, penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan
metode resitasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Zuliah Kherani yang berjudul
“Penggunaan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa”,
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar setelah menerapkan
metode resitasi. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran metode resitasi mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan hasil belajar fisika.
Dari penjelasan-penjelasan di atas menujukkan bahwa penerapan metode
resitasi memberikan peluang besar kepada siswa untuk aktif selama pembelajaran.
Aktifnya siswa dalam pembelajaran dapat menumbuhkan kreativitas dan
merangsang daya cipta siswa dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah
diajarkan guru dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran mencapai
tujuan yang ditetapkan dan hasil belajar fisika mencapai hasil yang maksimal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
metode resitasi terhadap hasil belajar fisika siswa. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan uji hipotesis melalui uji t pada taraf signifikansi 0,05 didapat hasil
ttabel ≤ thitung yaitu 2,00 ≤ 8,51, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang sesuai dengan jangkauan
peneliti, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Metode resitasi dapat dijadikan suatu alternatif untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam rangka meningkatkan hasil belajar.
2. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya peneliti melihat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian tugas yakni hendaknya tugas yang
diberikan harus jelas, memperhitungkan waktu, adanya kontrol yang
sistematis dan sebaiknya tugas bersifat menarik perhatian siswa.
3. Metode resitasi hendaknya diterapkan juga pada konsep-konsep lain, maupun
pada bidang studi lain.
Lampiran 1. Profil Sekolah
SEJARAH SMP PGRI 1 CIPUTAT
Ada peribahasa tak kenal maka tak sayang maka pada kesempatan yang
baik ini kami uraikan lebih dekat tentang sejarah dan keberadaan SMP PGRI 1
Ciputat yang beralamat di Jalan Pendidikan No. 30 Ciputat. Pada awalnya lulusan
Sekolah Dasar/sederajat yang berada di lingkungan Ciputat hendak melanjutkan
ke SMP Negeri/umum yang sebagian besar harus ke wilayah DKI Jakarta,
terutama wilayah Jakarta Selatan. Sedangkan pada waktu itu di kecamatan Ciputat
SMP yang ada baru SMP Swasta yaitu SMP Muhammadiyah 17, SMP Islamiyah,
dan Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta.
Dengan didorong semangat yang luhur guru-guru SMP Negeri 87 Jakarta
(Pondok Pinang) yang dipelopori oleh Bapak Drs. Sukandi Kuswara, Bapak A.
Mursyidi, B. A. dan Bapak S. Danuwardoyo serta Bapak R.A Sakri Gandadipura
(Kepala Sekolah Kelas Pembangunan) yang berdiri tahun 1970 tetapi hingga akhir
1974 siswanya semakin berkurang, hanya satu kelas kecil. Maka beliau berempat
sepakat untuk mendirikan Sekolah Menengah Pertama Persiapan (SMPP) pada
tahun 1975 yang selanjutnya berubah menjadi Sekolah Menengah Pertama
Persatuan Guru Republik Indonesia (SMP PGRI Ciputat) dengan kepala sekolah
yang pertama yaitu Bapak R.A Sakri Gandadipura.
Pendirian SMP PGRI Ciputat mendapat restu dari Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Ciputat (Bapak Djahera) ikut membantu
pendirian SMP tersebut, dan pada tanggal 1 Januari 1975 ditetapkan sebagai hari
jadi SMP PGRI 1 Ciputat.
Untuk pertama kali (1975) jumlah murid yang diterima di SMP PGRI 1
Ciputat berjumlah kurang lebih 25 siswa dan pada pertengahan tahun bertambah
10 siswa menjadi 35 siswa. Kemudian pada tahun 1976 kelas I terdiri dari 58
siswa, kelas II terdiri dari 39 siswa, sehingga jumlah menjadi 97 siswa. Pada
tahun 1977 kelas I terdiri dari 107 siswa, kelas II terdiri dari 56 siswa dan kelas III
terdiri dari 38 siswa. Ujian pertama menginduk ke SMP Negeri 87 Jakarta. Pada
tahun 1978 kelas I terdiri dari 128 siswa, kelas II terdiri dari 107 siswa dan kelas
III terdiri dari 101 siswa, sehingga jumlah menjadi 382 siswa dan ujian akhir kelas
III menginduk ke SMP Negeri 1 Ciputat (SMP Negeri 3 Tangsel) yang dikepalai
oleh Bapak Drs. Wanhar S.
Status Sekolah
Kemudian pada tahun 1979 pendiri SMP PGRI 1 Ciputat mendapat izin
dari kantor wilayah DEPDIKBID Jakarta Raya dengan nomor izin: 329/I/01-4/R-
4/79 tertanggal 29 Maret 1979, dan pada tanggal 18 Maret 1982 mendapat izin
operasi dari Yayasan Lembaga Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia
dengan nomor izin: 097. YPLP-PGRI/VKpt/1982 tertanggal 18 Mei 1982 dan
kemudian izin dari Kanwil tersebut DEPDIKBUT DKI Jakarta Raya dengan
nomor: 210/I.02/Kep/E/1983 tertanggal 5 Januari 1983. Kemudian status SMP
PGRI 1 Ciputat telah berstatus “DIAKUI” dengan surat Keputusan Direktur
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dengan nomor: B.02.0075 tanggal 25
Februari 1986 dan dengan nomor statistik sekolah: 204020417055 dan data
sekolah nomor: B.040.52.002. Pada tahun 1992 status SMP PGRI 1 Ciputat
berubah dari “DIAKUI” menjadi “DISAMAKAN” dengan nomor:
876/I.02Kep/I/1982 dan diakreditasi ulang pada tahun 1999 dengan nomor:
16581a/I.02/Kep/1999, pada November 2004 kembali diakreditasi ulang dengan
keputusan Badan Akreditasi Sekolah (BAS) Daerah Kabupaten Tangerang nomor:
008/BASDA/KAB-TNG/2004 tertanggal 29 Desember 2009, status sekolah
menjadi Terakreditasi A sampai sekarang.
Pada saat didirikan SMP PGRI 1 Ciputat tersebut mempunyai sarana
gedung hanya 3 lokal yang terletak di atas tanah seluas 0,25 Ha atas wakaf dari
Bapak Brigjen Suhardjono. Kemudian pada tahun pelajaran 1979/1980 terjadi
pergantian kepemimpinan yakni kepala sekolah yang baru Drs. Sukandi Kuswara.
Adapun Bapak Gandadipura mendapat tugas baru menjadi Kepala Sekolah Dasar
Negeri Jurang Mangu di desa Sawah Lama Kecamatan Ciputat, dan sejak
kepemimpinan yang baru maka pembangunan lokal terus bertambah, minimal
setiap tahun 1 lokal sesuai dengan perkembangan sekolah yang kemudian terjadi
pergantian kepemimpinan kembali setelah kurang lebih 20 tahun, dan pada
tanggal 14 Desember 2000 diserahterimakan kepemimpinan dari Bapak Drs.
Sukandi Kuswara kepada Bapak Cartam, S. Pd. Yang disahkan oleh Ketua YPLP
PGRI Provinsi Jawa Barat.
Keadaan Siswa
Pada saat ini keadaan siswa SMP PGRI 1 Ciputat telah berjumlah 1135
siswa dengan rombongan belajar kelas VII sebanyak 371 siswa (8 kelas), kelas
VIII sebanyak 345 siswa (10 kelas), dam kelas IX sebanyak 329 siswa (8 kelas),
sehingga jumlah menjadi 26 kelas.
Sarana dan Prasarana
Keadaan sekarang ini, baik rombongan belajar maupun ruang kelas dan
bangunan melalui tahapan jangka pendek, menengah dan jangka panjang,
perekrutan siswa melalui promosi (Tray Out, Uji Prestasi HUT Gudep Fatahillah
dan PMR Wijaya Kusuma) perbaikan sarana dan prasarana terutama
pembangunan kantor TU, ruang guru maupun siswa untuk sementara keadaan
sarana dan prasarana belajar sebagai berikut:
1. Ruang belajar 18 lokal
2. Ruang kepala sekolah 1 lokal
3. Ruang Staf Pimpinan 1 lokal
4. Ruang Tata Usaha 1 lokal
5. Ruang BK 1 lokal
6. Ruang Perpustakaan 1 lokal
7. Ruang Laboratorium IPA 1 lokal
8. Ruang Kesenian 1 lokal
9. Laboratorium Komputer 1 lokal
10. Ruang OSIS 1 lokal
11. Ruang PMR/UKS 1 lokal
12. WC Kepala Sekolah 1 lokal
13. WC guru 1 lokal
14. WC siswa 8 lokal
15. Mushola 1 lokal
16. Dapur Sekolah
Peningkatan kualitas tenaga pengajar maupun staf tata usaha enantiasa
dilanjutkan dengan briefring menjelang jam pelajaran dimulai untuk memotivasi
bebrapa tenaga pengajar melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S1)
dan tenaga administrasi untuk menambah keterampilan (mengikuti kursus
komputer).
Dengan 26 kelas rombongan belajar yang berjumlah 1138 siswa dengan 41
tenaga pengajar dari berbagai disiplin ilmu, dan 8 staf tata usaha, 3 orang penjaga
sekolah dan 3 orang keamanan. Di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah Bapak
cartam, S. Pd. M. Pd. berusaha semaksimal mungkin untuk meneruska perjuangan
para pendahulunya untuk melaksanakan lebih maju lagi dalam melaksanakan
Program Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang ini,
yang Insya Allah dalam rapat kerja (raker) mendatang akan senantiasa
mendatangkan para pakar pendidikan demi menyikapi kemajuan zaman dan
modernisasi pendidikan agar SMP PGRI 1 Ciputat menjadi pilihan pertama dan
yang utama bagi masyarakat Tangerang Selatan, Provinsi Banten bagian Timur,
perbatasa DKI Jakarta dan perbatasan Provinsi Jawa Barat.
Nama : NILAI
Kelas :
NASKAH SOAL
Lampiran 3. Naskah Soal
PILIHAN GANDABerilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling tepat !
1. Sebuah benda dikatakan bergerak jika …a. benda tersebut terletak di tempat yang jauhb. kedudukan benda tersebut berubah terhadap titik acuanc. lintasan benda itu berupa garis lurusd. jarak benda itu terhadap benda lain tetap
2. Menurut kecepatannya gerak dibedakan menjadi dua macam, yaitu ….a. Gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturanb. Gerak parabola dan gerak melingkarc. Gerak lurus beraturan dan gerak parabolad. Gerak lurus berubah beraturan dan gerak melingkar
3. Sebuah benda berpindah dari kedudukan x1 ke kedudukan x2, maka perpindahan kedudukan dirumuskan dengan …a. P12 = x2 – x1 c. P12 = x2 + x1
b. P12 = x1 – x2 d. P12 = x2 + x1
4. Perhatikan gambar berikut!
Jika titik O ditetapkan sebagai titik acuan, maka perpindahan dari P ke N adalah …. a. – 2 b. + 3 c. – 5 d. + 7
5. Satuan kecepatan adalah ….a. km / jam c. cm / sb. m / s d. cm / menit
6. Perbedaan antara kelajuan dan kecepatan adalah….
a. kelajuan yaitu perpindahan dibagi selang waktu, sedangkan kecepatan yaitu jarak dibagi selang waktu.
b. kelajuan yaitu jarak dibagi selang waktu, sedangkan kecepatan yaitu perpindahan dibagi selang waktu.
c. kelajuan yaitu perpindahan dibagi selang waktu, sedangkan kecepatan yaitu selang waktu dibagi jarak.
d. kelajuan yaitu selang waktu dibagi jarak, sedangkan kecepatan yaitu jarak dibagi perpindahan.
7. Sebuah bus melaju di jalan tol yang lurus. Selama 30 menit pertama bus itu menempuh jarak 45 km, 15 menit selanjutnya menempuh jarak 15 km, dan 15 menit selanjutnya menempuh jarak 20 km. Kelajuan rata-rata bus tersebut adalah ….a. 80 km / jam c. 100 km / jam b. 90 km / jam d. 110 km / jam
8. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 60 km / jam selama 30 menit. Jarak yang ditempuh mobil tersebut adalah ….a. 20 km c. 40 km b. 30 km d. 50 km
9. Gerak lurus beraturan adalah ….a. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan tetapb. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki percepatan tetapc. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki acuan tetapd. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan berubah-
ubah
10. Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu pada gerak lurus beraturan adalah ….
a. c.
b. d.
11. Sebuah mobil bergerak menempuh jarak 70 meter dalam waktu 2 sekon. Kecepatan tetap mobil tersebut adalah ….a. 20 m / s c. 45 m / s b. 35 m / s d. 55 m / s
12. Pesawat tempur F-16 melintas di udara dengan kecepatan tetap 216 km/jam, menempuh jarak 480 meter. Waktu yang dibutuhkan pesawat tersebut adalah ….a. 4 s b. 6 s c. 8 s d. 10 s
13. Gerak lurus berubah beraturan adalah ….a. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan tetapb. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan setiap saat
berubahc. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki acuan tetapd. gerak benda dengan lintasan garis lurus dan memiliki kecepatan berubah
secara teratur
14. Percepatan adalah ….a. perubahan selang waktu terhadap kecepatanb. perubahan kecepatan terhadap selang waktuc. perpindahan selang waktu terhadap kecepatand. perpindahan kecepatan terhadap selang waktu
15. Salah satu contoh gerak lurus berubah beraturan dipercepat adalah ….a. kelapa jatuh dari tangkainyab. mobil sedang berjalan tiba-tiba diremc. mobil sedang berjalan tiba-tiba digasd. mobil yang berjalan pada jalan yang lurus dan tidak ada hambatan
16. Grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu pada gerak lurus berubah beraturan diperlambat adalah ….
a. c.
b. d.
17. Kecepatan sebuah mobil berubah dari 10 m / s menjadi 30 m / s dalam selang waktu 20 sekon. Percepatan mobil tersebut adalah …a. 0,5 m / s2 c. 2 m / s2 b. 1 m / s2 d. 4 m / s2
18. Sebuah kelereng bergerak dari keadaan diam. Setelah 8 sekon kecepatannya menjadi 9,6 m / s. Percepatan kelereng sebesar …. a. 76 m / s2 c. 7,7 m / s2 b. 12 m / s2 d. 1,2 m / s2
19. Sebuah mobil melaju dengan kecepatan 10 m/s. Kemudian direm secara teratur sehingga mendapat perlambatan -2 m / s2. Kecepatan mobil setelah 3 detik adalah …. a. 2 m / s c. 6 m / s b. 4 m / s d. 8 m / s
20. Jika sebuah mobil dengan kecepatan 2 m / s mengalami percepatan 6 m / s2
selama 2,5 detik. Maka kecepatan akhirnya adalah ….a. 15 m / s c. 19 m / s b. 17 m / s d. 21 m / s
Selamat Mengerjakan !
Lampiran 4. Kunci Jawaban Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Siswa
KUNCI JAWABAN
SOAL INSTRUMEN HASIL BELAJAR SISWA
1. B 6. B 11. B 16. A
2. A 7. A 12. C 17. B
3. A 8. B 13. B 18. D
4. C 9. A 14. B 19. B
5. B 10. C 15. C 20. B
Lampiran 5. Uji Normalitas
UJI NORMALITAS
A. Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelas Eksperimen (VII-2)No X No X No X No X1 60 6 90 11 85 16 752 75 7 80 12 70 17 753 90 8 60 13 75 18 804 75 9 75 14 75 19 655 70 10 65 15 80 20 70
No X No X No X21 75 26 80 31 7522 65 27 70 32 7023 85 28 65 33 6024 70 29 80 34 8025 75 30 70 35 90
Skor Terbesar = 90Skor Terkecil = 60
Rentang (R) = Skor Terbesar – Skor Terkecil= 90 – 60= 30
Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 Log 35= 1 + 3,3 (1,5)= 1 + 4,95= 5,95 ≈ 6
Panjang Kelas (i) = R
BK=30
6=5
Tabel Distribusi FrekuensiNo. Kelas Interval f Nilai Tengah (Xi) Xi² f.Xi f.Xi²1 60-64 3 62 3844 184 115322 65-69 4 67 4489 268 179563 70-74 7 72 5184 504 362884 75-79 10 77 5929 770 592905 80-84 6 82 6724 492 403446 85-89 2 87 7569 174 151387 90-94 3 92 8464 276 25392
Jumlah 35 - - 2670 205940
Rata-rata (x̄ )x̄ ¿
Σ f x i
n=2670
35=76,28
Simpangan Baku (Standar Deviasi)s=√n. Σ f x i
2−¿¿¿
¿√ 7207900−71289001190
=√ 790001190
=√66,39=8,15
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:a. Menentukan batas kelas, yaitu:
59,5 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5 94,5
b. Mencari nilai Z-Score
Z=batas kelas−¿s¿
Z1=59,5−76,28
8,15=−2,06
Z2=64,5−76,28
8,15=−1,44
Z3=69,5−76,28
8,15=−0,83
Z4=74,5−76,28
8,15=−0,22
Z5=79,5−76,28
8,15=0,39
Z6=84,5−76,28
8,15=1,01
Z7=89,5−76,28
8,15=1,62
Z8=94,5−76,28
8,15=2,23
c. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z, didapat:
0,4803 0,4251 0,29670,087
10,1517 0,3438 0,4474
0,4871
d. Mencari luas kelas interval0,4803 – 0,4251 = 0,05520,4251 – 0,2967 = 0,12840,2967 – 0,0871 = 0,2096
0,0871 + 0,1517 = 0,23880,3438 – 0,1517 = 0,19210,4474 – 0,3438 = 0,10360,4871 – 0,4474 = 0,0397
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)0,0552 × 35 = 1,9320,1284 × 35 = 4,4940,2096 × 35 = 7,3360,2388 × 35 = 8,3580,1921 × 35 = 6,72350,1036 × 35 = 3,6260,0397 × 35 = 1,3895
No.Batas Kelas
Z Luas 0 - ZLuas Tiap Kelas
Intervalfe fo
1 59,5 -2,06 0,4803 0,0552 1,932 32 64,5 -1,44 0,4251 0,1284 4,494 43 69,5 -0,83 0,2967 0,2096 7,336 74 74,5 0,22 0,0871 0,2388 8,358 105 79,5 0,39 0,1517 0,1921 6,7235 66 84,5 1,01 0,3438 0,1036 3,626 27 89,5 1,62 0,4474 0,0397 1,3895 38 94,5 2,23 0,4871 - - -
Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)
( x2 hitung )=∑i=1
k
¿¿¿
( x2 hitung )=¿¿( x2 hitung )=0,59+0,05+0,01+0,32+0,08+0,73+1,16( x2 hitung )=2,94Nilai x2
tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 pada tabel chi-kuadrat didapat x2
tabel = 9,48.Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika x2
hitung ≥ x2tabel maka data terdistribusi tidak normal, sedangkan jika x2
hitung
≤ x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dari perhitungan didapat x2hitung = 2,94 dan x2
tabel = 9,48.Jadi, x2
hitung ≤ x2tabel artinya Data Terdistribusi Normal.
B. Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelas Kontrol (VII-4)No X No X No X No X1 50 6 60 11 55 16 652 45 7 55 12 60 17 453 55 8 45 13 65 18 604 60 9 60 14 55 19 505 55 10 55 15 50 20 65
No X No X No X21 55 26 70 31 7022 65 27 55 32 5023 50 28 70 33 7524 55 29 55 34 7525 60 30 55 35 55
Skor Terbesar = 75Skor Terkecil = 45
Rentang (R) = Skor Terbesar – Skor Terkecil= 75 – 45= 30
Banyak Kelas (BK) = 1 + 3,3 Log 35= 1 + 3,3 (1,5)= 1 + 4,95= 5,95 ≈ 6
Panjang Kelas (i) = R
BK=30
6=5
Tabel Distribusi FrekuensiNo. Kelas Interval f Nilai Tengah (Xi) Xi² f.Xi f.Xi²1 45-49 3 47 2209 141 66272 50-54 5 52 2704 260 135203 55-59 12 57 3249 684 389884 60-64 6 62 3844 372 230645 65-69 4 67 4489 268 179566 70-74 3 72 5184 216 155527 75-79 2 77 5929 154 11858
Jumlah 35 - - 2095 127565
Rata-rata (x̄ )x̄ ¿
Σ f x i
n=2095
35=59,85
Simpangan Baku (Standar Deviasi)s=√n. Σ f x i
2−¿¿¿
¿√ 4464775−43890251190
=√ 757501190
=√63,65=7,97
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:a. Menentukan batas kelas, yaitu:
44,5 49,5 54,5 59,5 64.5 69,5 74,5 79,5
b. Mencari nilai Z-Score
Z=batas kelas−¿s¿
Z1=44,5−59,85
7,97=−1,92
Z2=49,5−59,85
7,97=−1,29
Z3=54,5−59,85
7,97=−0,67
Z4=59,5−59,85
7,97=−0,04
Z5=64,5−59,85
7,97=0,58
Z6=69,5−59,85
7,97=1,21
Z7=74,5−59,85
7,97=1,83
Z8=79,5−59,85
7,97=2,46
c. Mencari luas 0-Z dari tabel kurva normal dari 0-Z, didapat:0,472
60,4015
0,2486
0,0160 0,21900,386
90,4664
0,4931
d. Mencari luas kelas interval0,4726 – 0,4015 = 0,07110,4015 – 0,2486 = 0,15290,2486 – 0,0160 = 0,23260,0160 + 0,2190 = 0,2350
0,3869 – 0,2190 = 0,16790,4664 – 0,3869 = 0,07950,4931 – 0,4664 = 0,0267
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)0,0711 × 35 = 2,48850,1529 × 35 = 5,35150,2326 × 35 = 8,1410,2350 × 35 = 8,2250,1679 × 35 = 5,87650,0795 × 35 = 2,78240,0267 × 35 = 0,9345
No.Batas Kelas
Z Luas 0 - ZLuas Tiap Kelas
Intervalfe fo
1 44,5 -1,92 0,4726 0,0711 2,4885 32 49,5 -1,29 0,4015 0,1529 5,3515 53 54,5 -0,67 0,2486 0,2326 8,141 124 59,5 -0,04 0,0160 0,2350 8,225 65 64,5 0,58 0,2190 0,1679 5,8765 46 69,5 1,21 0,3869 0,0795 2,7824 37 74,5 1,83 0,4664 0,0267 0,9345 28 79,5 2,46 0,4931 - - -
Mencari chi-kuadrat hitung (x2 hitung)
( x2 hitung )=∑i=1
k
¿¿¿
(X ¿¿2hitung)=¿¿¿(X ¿¿2hitung)=0,10+0,02+1,82+0,60+0,59+0,01+1,2¿(X ¿¿2hitung)=4,34¿
Nilai x2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 5 – 1 = 4 pada
tabel chi-kuadrat didapat x2tabel = 9,48.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika x2
hitung ≥ x2tabel maka data terdistribusi tidak normal, sedangkan jika x2
hitung
≤ x2tabel maka data terdistribusi normal.
Dari perhitungan didapat x2 hitung = 4,34 dan x2 tabel = 9,48.Jadi, x2
hitung ≤ x2tabel artinya Data Terdistribusi Normal.
Lampiran 6. Uji Homogenitas
UJI HOMOGENITAS
Kelompok Dk (n-1) Si2 log Si
2 dk. Log Si2
VII.2(Eksperimen)
34 66,42 1,82 61,88
VII.4(Kontrol)
34 63,52 1,80 61,20
∑ = 2 ∑ (n-1) = 68 - - ∑ dk . log Si2=123,08
Varians gabungan
Sgabungan2 =
(n1−1 ) S12+( n2−1 ) S2
2
∑ dk (n−1 )=
(34 ×66,42 )+(34 × 63,52 )68
=2258,28+2159,6868
=4417,9668
=64,97
log Sg2=log64,97=1,813
B=( log Sg2 )×∑ dk (n1−1 )=1,813 ×68=123,284
xhitung2 =ln 10¿
xhitung2 =ln 10 (123,284−123,08 )
xhitung2 =2,3(0,204)
xhitung2 =0,469
x tabel2 untuk (dk) = k-1 = 2-1 = 1 dengan α = 0,05 didapat
x tabel2 =3,841
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika x2hitung ≥ x2
tabel maka distribusi data tidak homogen, dan
Jika x2hitung ≤ x2
tabel maka distiribusi data homogen.
Dari perhitungan didapat x2hitung = 0,469 dan x2
tabel = 3,841
Ternyata x2hitung < x2
tabel atau 0,469 < 3,841, maka dapat disimpulkan kedua
kelompok berasal dari populasi yang Homogen.
Lampiran 7. Uji Hipotesis
UJI HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X ≠ Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan
0,95.
Uji-t
t=❑1−❑2
Sg √ 1n1
+ 1n2
Dengan:
Sg=√ ( n1−1 ) S12+(n2−1)S2
2
n1+n2−2
Sehingga:
t= 76,28−59,85
8,06√ 135
+ 135
= 16,438,06 ×0,24
=16,431,93
=8,51
ttabel untuk (dk) = (n1-1) + (n2-1) = 68 dengan α = 0,05 didapat ttabel = 2,00
Dari hasil pegujian menunjukkan bahwa thitung sebesar 8,51 dan ttabel sebesar
2,00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel ≤ thitung atau 2,00 ≤ 8,51. Dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yan signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.