23
PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ABSTRAK Oleh: REVIYANA ENDRIYANI NPM: 0851031050 Tlpn: 085768181455 Email: [email protected] Pembimbing I: Dr. Ratnda Septiyanti, S.E., M.Si. Pembimbing II: Basuki Wibowo, S.E., Akt. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini dilakukan pada auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Sumatera bagian Selatan (Lampung, Palembang, Bengkulu, dan Jambi). Penelitian ini dilakukan terhitung sejak Maret - April 2012. Data yang digunakan berupa kuesioner yang disebar kepada responden. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 70 eksemplar ke 16 KAP. Dari 60 eksemplar yang kembali, yang dapat diolah dan memenuhi kriteria hanya 57 eksemplar. Sedangkan tiga eksemplar kuesioner tidak lengkap dan tidak dapat diolah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi auditor dan profesionalisme auditor berpengaruh signifikan secara bersama-sama,(2) kompetensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, (3) profesionalisme auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kulitas audit. Kata kunci: kompetensi auditor, profesionalisme auditor, dan kualitas audit.

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN …fe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/01082012-0851031050.pdf · Sedangkan standar lapangan kerja dan standar pelaporan mengatur

  • Upload
    vancong

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PROFESIONALISME

AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

ABSTRAK

Oleh:

REVIYANA ENDRIYANI

NPM: 0851031050

Tlpn: 085768181455

Email: [email protected]

Pembimbing I: Dr. Ratnda Septiyanti, S.E., M.Si.

Pembimbing II: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor dan

profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.

Penelitian ini dilakukan pada auditor independen yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang berada di Sumatera bagian Selatan (Lampung,

Palembang, Bengkulu, dan Jambi). Penelitian ini dilakukan terhitung sejak Maret

- April 2012. Data yang digunakan berupa kuesioner yang disebar kepada

responden. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 70 eksemplar ke 16 KAP. Dari

60 eksemplar yang kembali, yang dapat diolah dan memenuhi kriteria hanya 57

eksemplar. Sedangkan tiga eksemplar kuesioner tidak lengkap dan tidak dapat

diolah.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi auditor dan

profesionalisme auditor berpengaruh signifikan secara bersama-sama,(2)

kompetensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, (3)

profesionalisme auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kulitas audit.

Kata kunci: kompetensi auditor, profesionalisme auditor, dan kualitas audit.

THE EFFECT OF AUDITOR COMPETENCY AND AUIDTOR

PROFESSIONALISM TOWARD AUDIT QUALITY

ABSTRACTS

BY:

REVIYANA ENDRIYANI

NPM: 0851031050

Tlpn: 085768181455

Email: [email protected]

Pembimbing I: Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si.

Pembimbing II: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

This reseacrh aims to find out the effect of auditor competency and auditor

professionalism toward audit quality.

This research did independent auditors who work in Public Accountant Firm in

Southern Sumatera (Lampung, Palembang, Bengkulu and Jambi). This research

held from March until April 2012. Data which is used based on questionnaire

from 70 respondents in 16 firms. From 60 questionnaires returned, only 57 which

is qualified and appropriate. While the rest questionnaires are unqualified and

inappropriate.

Based on the results of research shown that (1) auditor competency and auditor

professionalism affect simultaneously significant, (2) auditor competency affect

positively and significantly toward audit quality, (3) auditor professionalism affect

positively and significantly toward audit quality.

Keywords: auditor competency, auditor professionalism, and audit quality.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bagi pengguna laporan keuangan sangat penting apabila seorang akuntan dapat

menyajikan informasi yang relevan dan handal. Pengguna laporan keuangan

tersebut antara lain adalah pemerintah, calon investor, investor, kreditur, debitur,

karyawan, masyarakat serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pekerjaan

akuntan publik salah satunya adalah melakukan audit dengan tujuan mencari

keterangan tentang apa yang dilakukan dalam suatu entitas yang diperiksa,

menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tindakan-

tindakan perbaikan, serta membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan.

Dalam melakukan tugasnya sebagai akuntan publik, diperlukan adanya

kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan kepada pengguna.

Manfaat akuntan publik salah satunya adalah bertanggungjawab untuk menaikan

tingkat keandalan dan keakuratan laporan keuangan, sehingga dapat memberikan

informasi keuangan yang dapat diandalkan dan akurat serta dapat dipercaya

sebagai dasar pengambilan keputusan. Kepercayaan tersebut mengharuskan

seorang auditor lebih memperhatikan kualitas auditnya. Laporan keuangan yang

telah diaudit oleh auditor lebih dipercaya dibandingkan dengan laporan keuangan

yang tidak atau belum diaudit dengan memberikan keyakinan dan opini tentang

kewajarannya.

Perusahaan memerlukan jasa akuntan untuk melakukan audit atas laporan

keuangan. Dengan tidak membutuhkan auditor independen, sulit bagi manajemen

untuk meyakinkan pada pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan

manajemen perusahaan berisi informasi yang dipercaya (Mardisar dan Ria, 2007).

Menurut Christiawan (2002), dilihat dari sudut pandang yang berbeda, bahwa

terdapat kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai laporan

keuangan yang bisa menimbulkan konflik diantara keduanya. Kepentingan

manajemen yaitu melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dapat

dipercayakan kepadanya, sedangkan pemakai laporan keuangan berkepentingan

melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Peran auditor

inilah yang dapat menentukan laporan yang disiapkan oleh manajer telah sejalan

dengan perjanjian kontrak atau belum.

Dalam melaksanakan tugas auditnya sebagai auditor dan menunjang

profesionalismenya, maka diperlukan ketentuan yang ada pada standar audit yang

berlaku oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar audit meliputi

standar umum, standar lapangan kerja dan standar pelaporan (SA Seksi 150,

SPAP 2011). Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan

auditor yang mengharuskan auditor memiliki keahlian teknis yang cukup dalam

melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar lapangan kerja dan standar

pelaporan mengatur auditor dalam pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang

dilakukan selama menjalani audit dan mewajibkan auditor untuk menyusun

laporan keuangan secara keseluruhan yang telah diaudit.

Akuntan publik juga harus mematuhi prinsip dasar etika profesi yang mengatur

tentang perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya, baik

dengan sesama rekan auditor maupun dengan masyarakat umum. Prinsip dasar

etika profesi tersebut mengatur tentang prinsip integritas, objektivitas, kompetensi

serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku

profesional (SA Seksi 100.4, SPAP 2011).

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor diharapkan bebas dari salah saji

material, dapat dipercaya kebenarannya sebagai dasar pengambilan keputusan dan

telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Salah saji material timbul

akibat adanya risiko karena tanpa disadari auditor tidak memodifikasi

pendapatnya sebagaimana semestinya atas laporan keuangan yang telah diaudit

(SA Seksi 312:02, SPAP 2011). Semakin tinggi kepastian yang ingin diperoleh

auditor mengenai pendapat yang benar, maka semakin rendah juga risiko audit

yang diterima. Bagi pemakai laporan keuangan sangat penting untuk menilai

Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang kompeten dan independen,

karena dapat mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang diberikan. Apabila

pengguna laporan keuangan merasa KAP dapat memberikan jasa yang berguna

dan berharga, maka kualitas audit dapat meningkat dan KAP juga dituntut untuk

bertindak profesionalisme yang tinggi (Herawaty dan Yulius, 2007).

(SA Seksi 210, SPAP 2011) Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan

pengalaman yang dimiliki oleh auditor dibidang auditing dan akuntansi. Keahlian

auditor independen dengan pendidikan formal, lalu diperluas dengan pengalaman-

pengalaman dalam praktik audit. Deis dan Grioux (1992) dalam Castellani (2008),

menyebutkan bahwa pelatihan teknis yang memadai juga diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan teknis auditor karena kemungkinan untuk menemukan

pelanggaran pada laporan keuangan tergantung dengan pelaporan teknisnya.

Untuk menaikan tingkat keandalan laporan keuangan yang diaudit, auditor tidak

hanya saja memiliki kompetensi tetapi juga harus profesional dalam mengaudit.

Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna laporan keuangan, maka

perlu adanya pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan rekan

profesi, dan keyakinan terhadap profesi.

Jasa selain audit juga dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor yang berarti

auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Apabila adanya temuan

kesalahan didalam pengujian laporan keuangan klien yang diberikan. Karena

auditor juga tidak mau alternatif yang diberikan kepada kliennya tidak baik yang

dapat menimbulkan reputasi buruk.

Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011

tentang Akuntan Publik. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia

usaha, dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna

jasa akuntan publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas

informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam

pengambilan keputusan. Dengan demikian, akuntan publik dituntut untuk

senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi

kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik. Meskipun akuntan

publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi dan meningkatkan

profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan

terjadi kegagalan dalam pemberian jasa akuntan publik akan tetap ada. Untuk

melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi akuntan

publik, diperlukan adanya undang-undang yang mengatur profesi akuntan publik.

Skandal kasus Enron yang merugikan pengguna laporan keuangan dengan

memanipulasi laporan keuangan yang menjadi pihak independen. Skandal

keuangan yang terjadi dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap laporan

keuangan yang diaudit dan profesi auditor. Dengan adanya kualitas audit yang

tinggi makan laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya sebagai dasar

pengambilan keputusan. Sebaliknya, jika kualitas audit menurun dapat

mengakibatkan kualitas auditnya berkurang.

Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir

auditor dan tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar

perusahaan. Oleh karena itu, auditor harus memiliki kompetensi dan sikap

profesional yang dapat mengurangi pelanggaran atau penyimpangan yang dapat

terjadi pada proses pengauditan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi Auditor dan Profesionalisme

Auditor Terhadap Kualitas Audit”

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

2. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. KAP yang dipilih sebagai penelitian ini adalah KAP yang ada di Sumatera

Bagian Selatan (Lampung, Palembang, Bengkulu, dan Jambi).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit diproksikan dengan

kompetensi auditor dan profesionalisme auditor.

1.4 Tujuan dan Manfat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah kompetensi auditor yang diberikan oleh

Kantor Akuntan Publik mempengaruhi kualitas audit.

2. Untuk mengetahui apakah profesionalisme auditor yang diberikan oleh

Kantor Akuntan Publik mempengaruhi kualitas audit.

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan

terhadap penelitian-penelitian yang telah ada dan sebagai dasar masukan

atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian

sejenis.

2. Bagi Pimpinan KAP hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

masukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya.

3. Bagi para auditor sebagai bahan evaluasi sehingga dapat meningkatkan

kualitas auditnya.

4. Bagi pemakai jasa audit, dapat menilai KAP yang konsisten dalam

menjaga kualitas audit yang diberikan.

5. Bagi para civitas akademik hasil studi ini diharapkan dapat memberikan

masukan dan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan (Agency Theory) menguraikan bahwa terdapat konflik antara

pihak agen (manajemen) dengan pihak pemilik (principal). Segala sesuatu

informasi termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan dana perusahaan

atau investasi, pihak principal ingin mengetahui dengan meminta laporan

pertanggungjawaban kepada manajemen dan menilai kinerja manajemen.

Manajemen sering melakukan tindakan yang dapat membuat laporannya terlihat

baik agak kinerjanya juga baik. Dibutuhkan adanya pengujian untuk mengurangi

kecurangan dan membuat laporan keuangan yang dbuat oleh pihak manajemen

yang dapat dipercaya. Maka dari itu dibutuhkan pihak yang independen dalam

melakukan pengujian tersebut yaitu auditor independen.

Pendapat auditor dapat dipertimbangkan bagi pengguna informasi laporan

keuangan sebelum digunakan untuk mengambil keputusan ekonomis

(memberikan kredit, investasi, akuisisi, merger, dan lain sebagainya). Pengguna

informasi keuangan lebih mempercayai informasi yang disajikan auditor yang

dapat memberikan informasi yang lebih baik. Teori keagenan terjadi apabila

adanya keterkaitan kontrak kerja yang dapat memaksimalkan kegunaan principal,

mempertahankan agen yang dipekerjakan dan menjamin bahwa memilih tindakan

yang optimal.

Teori keagenan kaitannya bertujuan untuk membantu pihak ketiga yaitu auditor

independen untuk memahami adanya kepentingan yang bisa muncul antara pihak

manajemen dan pihak principal. Pihak manajemen perusahaan untuk

menginvestasikan keuangan mereka bekerjasama dan menandatangani kontrak

kerja dengan principal selaku investor. Auditor independen diharapkan dapat

mengevaluasi kinerja agen sehingga dapat menghasilkan sistem informasi yang

relevan dan berguna dalam pengambilan keputusan untuk investasi. Serta

mengharapkan tidak adanya kecurangan yang dilakukan manajemen dalam

laporan keuangan.

2.2. Kualitas Audit

Kualitas audit sebagai kemungkinan dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya

(De Angelo, 1981 dalam Alim dkk, 2007). Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menyatakan

bahwa audit yang dilakukan oleh auditor dikatakan berkualitas, apabila memenuhi

standar auditing dan standar pengendalian mutu. Standar auditing terdiri dari

standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (PSA No. 01

SA Seksi 150, IAPI 2011):

a. Standar Umum:

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan:

1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan:

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak

dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama

auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus

memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

dilaksanakan, jika ada, dan tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Fungsi audit berdasarkan penjelasan diatas merupakan proses untuk mengurangi

adanya ketidakselarasan informasi yang menggunakan pihak luar untuk

mengesahkan laporan keuangan antara manajer dan pemegang saham. Auditor

mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporang keuangan suatu

perusahaan. Pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan akan

mengambil keputusan laporan yang telah dibuat oleh auditor. Untuk mengurangi

ketidaselarasan tersebut, maka auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas.

Kualitas audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan

melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan

keahlian auditor. Oleh karena itu, kualitas audit merupakan hal yang penting

dalam mempertahankan proses audit yang dimiliki oleh para auditor.

2.3. Kompetensi Auditor

Menurut Shanteau dalam Mayangsari (2003), kompetensi auditor merupakan

keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor untuk mencapai tujuan audit

dengan baik. Memiliki kemampuan berpikir untuk mengumpulkan, mengolah

serta menganalisa informasi. Memilki karakterisitik kemampuan berpikir untuk

beradabtasi dengan situasi yang baru serta mengabaikan atau menyaring

informasi-informasi yang tidak relevan. Kompetensi melibatkan proses

berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

Menurut PSA No. 01 SA Seksi 150 (IAPI, 2011) standar pengauditan dengan

standar umum pertama menyebutkan:

“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.”

Sebagai seorang auditor juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan

pendidikan umum. Auditor juga harus memahami, mempelajari dan menerapkan

ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang telah

ditetapkan. Auditor juga harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bsnis

dan profesinya.

Auditor dalam melaksanakan tugasnya harus bertindak sebagai seorang yang ahli

dalam bidang auditing maupun akuntansi. Keahlian seorang auditor dapat dicapai

dengan menempuh pendidikan formal, kemudian adanya pengalaman dalam

menjalankan praktik audit. Bedard (1986) dalam Lastanti (2005) menyatakan

bahwa kompetensi merupakan seseorang yang mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang luas dalam pengalaman audit. Halim (2003) menyatakan

bahwa kompetensi ditentukan tiga faktor yang terdiri dari pendidikan formal

dalam bidang akuntansi dan ujian profesi auditor, pelatihan yang praktis dan

pengalaman dibidang auditing, serta pendidikan profesional yang berkelanjutan.

Dalam melakukan audit, auditor harus memiliki mutu personal yang baik,

pengetahuan yang memadai dan keahlian yang khusus dibidangnya. Suraida

(2005) dalam Sukriah (2009), menjelasakan bahwa kompetensi berkaitan dengan

keahlian yang berasal dari pendidikan formal, mengikuti pelatihan, seminar dan

simposim, ujian formal.

2.4. Profesionalisme Auditor

Dalam pengertian umum, profesi merupakan jenis pekerjaan yang memiliki

beberapa jenis kriteria antara lain yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan

tugas sesuai bidangnya, menetapkan standar yang ada dibidangnya serta

melaksanakan dan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Sedangkan

profesionalisme merupakan individual seseorang yang penting dengan tidak

melihat pekerjaan tersebut. Dengan adanya tanggung jawab terhadap masyarakat,

klien maupun rekan seprofesi, seorang akuntan publik yang profesional harus

bersikap semestinya.

Sikap dan tindakan profesional merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi.

Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan diharapkan dapat

menghasilkan audit yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Terdapat empat dimensi profesionalisme auditor dalam penelitian ini yang

digunakan, yaitu:

1. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dilihat melalui dedikasi profesional menggunakan

pengetahuan, keteguhan serta kecakapan yang dimiliki agar tetap dapat

menjalankan pekerjaan. Sikap yang dimiliki ini merupakan ekspresi dari apa

yang telah dilakuakan dengan total dalam melaksanakan pekerjaannya,

sehingga dapat mencapai kompensasi yang diharapkan berupa kepuasan rohani

dan materi.

2. Kemandirian

Kemandirian diartikan sebagai penilaian seseorang yang mempunyai sikap

profesional dalam melakukan auditnya yang harus membuat keputusan sendiri

tanpa adanya tekanan dari pihak lain yaitu pemerintah, klien, serta yang bukan

anggota profesi auditor. Apabila adanya campur tangan dalam pihak lain maka

akan terjadi hambatan kemandirian secara profesional.

3. Hubungan dengan rekan profesi

Hubungan dengan rekan profesi menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,

termasuk organisasi formal maupun informal sebagai ide utama pekerjaan.

Dalam ikatan tersebut dapat membangun kesadaran profesinya.

4. Keyakinan terhadap profesi

Keyakinan terhadap profesi merupakan keyakinan yang mempunyai wewenang

untuk menilai pekerjaan profesional yaitu rekan sesama profesi, bukan pihak

luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam ilmu dan pekerjaan yang

ditangani.

2.5. Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit

Kompetensi auditor merupakan auditor yang mempunyai pengetahuan dan

pengalaman yang cukup, serta dapat melaksanakan audit secara cermat, objektif

dan seksama. Penelitian Alim, dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi

kompetensi yang dimiliki oleh auditor, maka akan semakin baik juga kualitas

audit yang dihasilkannya.

Kompetensi yang dibutuhkan auditor dalam melaksanakan audit meliputi

pengetahuan dan pengalaman. Auditor yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman untuk dapat memahami entitas yang diaudit tersebut harus memiliki

kemampuan untuk bekerjasama dalam menganalisa permasalahan yang diaudit

tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya kompetensi dalam hal jasa

profesionalnya, dapat mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut:

Ha1: Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2. Profesionalisme Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Profesionalisme auditor merupakan sikap yang dimiliki seseorang dalam

menjalankan profesi. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit

profesional dapat meningkat apabila profesi yang dijalani menetapkan standar

kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif

dan tetap mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi. Profesionalisme yang

dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi, yang terdiri dari

pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan rekan profesi, keyakinan

terhadap profesi.

Penelitian Herawaty dan Yulius (2009) mengindikasikan bahwa profesionalisme

berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit

laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik, maka

akan semakin baik juga pertimbangan tingkat materialitasnya dalam

melaksanakan audit laporan keuangan, serta kualitas audit yang dihasilkan juga

semakin baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut:

Ha2: Profesionalisme Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh melalui metode angket, yaitu menyebarkan daftar pertanyaan

(kuisioner) yang disusun secara tertulis dan sistematis serta dipersiapkan terlebih

dahulu yang akan diisi atau dijawab oleh responden auditor pada KAP di

Sumatera Bagian Selatan. Sedangkan data sekunder diperoleh langsung dari

literatul, jurnal, artikel, serta penelitian yang terdahulu.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan

mendatangi langsung ke KAP di wilayah Lampung dan Palembang karena mudah

dijangkau dengan bertanya dahulu jumlah auditor yg bersedia mengisi kuesioner.

Sedangkan untuk wilayah Bengkulu dan Jambi menggunakan mail survey dengan

mengirimkan lima eksemplar kuesioner di setiap KAP. Setiap responden diminta

untuk memilih satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan persepsinya

diantara jawaban yang telah disediakan.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, yaitu

pemilihan sampel yang dilakukan secara acak sederhana yang memberikan

kesempatan yang sama dan tak terbatas pada setiap anggota populasi untuk dipilih

sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002: 124 dalam Singgih dan Icuk,

2010). Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar,

2005: 78):

n =

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Ukuran populasi

e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian (e = 10%)

Dapat ditentukan besarnya jumlah sampel sebagai berikut:

n =

= 41,2 = 41

3.4 Metode Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh

dari variabel independen terhadap variabel dependen.Variabel independen dalam

penelitian ini adalah kompetensi auditor dan profesionalisme auditor. Variabel

dependen yang dipakai dalam hipotesis ini adalah kualitas audit.

Variabel dependen dinotasikan dengan Y dan untuk variabel independen

dinotasikan dengan X. Maka, model regresi linear berganda (Multiple Linear

Regression) untuk penelitian ini sebagai berikut:

Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + e

Keterangan:

Y = Kualitas Audit

X₁ = Kompetensi Auditor

X₂ = Profesionalisme auditor

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

e = Error

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 70

eksemplar ke 16 KAP di wilayah Sumatera bagian Selatan. Meliputi provinsi

Lampung sebanyak tiga KAP, Sumatera Selatan sembilan KAP, Bengkulu

sebanyak tiga KAP, dan Jambi satu KAP. Untuk wilayah Lampung dan Sumatera

Selatan, peneliti secara langsung mendatangi KAP yang bersangkutan, sedangkan

untuk wilayah Bengkulu dan Jambi, peneliti mengirimkan dengan via pos. Untuk

menyebarkan kuesioner secara langsung, sebelum memberikan kuesioner kepada

responden, peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu mengenai jumlah

auditor yang bekerja di KAP tersebut dan jumlah auditor yang bersedia untuk

menjawab kuesioner. Sedangkan yang melalui via pos, masing-masing KAP

mengirimkan lima eksemplar kuesioner. Kuesioner yang disampaikan pada

responden juga disertai surat permohonan untuk menjadi responden dan

penjelasan mengenai tujuan penelitian.

Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada

responden. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian pertanyaan,

yaitu bagian pertama kompetensi terdiri dari sebelas pertanyaan, bagian kedua

profesionalisme terdiri dari 16 pertanyaan, dan bagian ketiga kualitas audit terdiri

dari tujuh pertanyaan.

Untuk menjawab kuesioner tersebut, terdapat kriteria responden yang meliputi

auditor junior, auditor senior, manajer, dan partner. Dari 70 eksemplar kuesioner

yang disebarkan, kuesioner yang kembali sebanyak 60 eksemplar (86%), dan

sebanyak 57 eksemplar (81%) yang layak digunakan. Sedangkan 3 eksemplar

(4%) yang tidak memenuhi syarat karena dalam pernyataan kontrol tersebut

bernilai negatif.

4.2 Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,

2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dengan

Confirmatory Factor Analysis (CFA). Uji ini digunakan untuk menguji apakah

suatu konstruk mempunyai unidimesionalitas atau indikator-indikator yang

digunakan dapat mengonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-

masing indikator merupakan indikator pengukur konstruk, maka akan memiliki

nilai loading factor yang tinggi.

Hasil pengujian validitas dari masing-masing indikator kompetensi 1 sampai

kompetensi 11, profesionalisme 1 sampai profesionalisme 16, dan Kualitas Audit

1 sampai Kualitas Audit 7. Dari hasil yang disajikan bahwa masing-masing

indikator pertanyaan adalah valid. Definisi valid tersebut karena keseluruhan butir

pertanyaan memiliki nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy

(KMO MSA) > 0,50.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil.

Pada penelitian kali ini, pengukuran reliabilitas menggunakan One Shot atau

pengukuran sekali saja. Pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengkur korelasi antar jawaban

pertanyaan. SPSS versi.18 memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas

dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1967 dalam

Ghozali, 2009).

Hasil dari Cronbach Alpha (α) untuk semua variabel kompetensi auditor,

profesionalisme auditor, dan kualitas audit berturut-turut 0,732; 0,764; dan 0,716

yang menunjukkan semua variabel reliabel karena memiliki Cronbach Alpha >

0,60.

4.3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Analisis yang digunakan

yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Model regresi dalam penelitian ini

berdistribusi normal karena membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data

residual mengikuti garis diagonalnya. Grafik histogram membentuk lonceng, yang

menandakan berdistribusi normal.

Untuk melihat adanya normalitas data, dapat dilakukan dengan menggunakan

One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Setelah dilakukan perhitungan

ujiKolmogorov Smirnov, dihasilkan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov 0,760

sehingga variabel tersebut berdistribusi normal karena nilai signifikansi lebih dari

0,05 yang berarti bahwa data tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan

kurva normal standar, atau dinyatakan normal. Maka variabel tersebut dapat

dijadikan sebagai variabel independen dalam proses analisis regresi.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang menunjukan hal

yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF >10 atau

nilai Tolerance < 0.10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoliearitas

antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Untuk melihat adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Durbin-Watson (DW test) dengan ketentuan model

regresi yang baik yaitu yang nonautokorelasi yaitu yang mempunyai nilai

antara 1,641 < d < 2,359.

Nilai Durbin-Watson yaitu sebesar 2.018. Berdasarkan lampiran 5 (tabel nilai

Durbin-Watson), nilai yang dihasilkan sebesar 2.018 mempunyai arti bahwa tidak

bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau

negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas,

tidak Heteroskedastisitas. Ada beberapa cara dalam medeteksi ada atau tidaknya

Heteroskedastisitas, salah satunya dengan melihat Grafik Plot (Ghozali, 2009).

Dari grafik scatterplots bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik

diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.4. Pengujian Hipotesis

a. Hasil Pengujian Regresi

Berdasarkan dari hasil pengujian, maka dapat dibentuk persamaan sebagai

berikut:

Y = -5,507 + 0,643X1 + 0,087X2

b. Koefisien Determinasi

Adjusted R2 dapat

dilihat dengan kuatnya hubungan variasi variabel bebas

terhadap variasi variabel terikat. Berdasarkan hasil dapat jelaskan bahwa nilai

adjusted R2 sebesar 0,731. Hal ini menunjukan bahwa sebesar 73,1% variasi

kualitas audit dapat dipengaruhi oleh kompetensi dan profesionalisme secara

bersama-sama, sedangkan sisanya senilai 26,9% yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain diluar model penelitian ini.

c. Uji F-Statistik

Uji ANOVA atau F test dedapat nilai Fhitung sebesar 76,953 dengan Probabilitas

(Sig) 0,000 < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

kualitas audit atau dapat dikatakan bahwa kompetensi auditor dan profesionalisme

auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.

d. Uji t-statistik

Berdasarkan uji parameter parsial/individual (uji t) untuk variabel kompetensi

auditor didapat dari nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,005 (p value 0,000 < 0,05).

Hal tersebut menunjukan bahwa kompetensi auditor secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit.

Uji parameter parsial/individual (uji t) untuk variabel profesionalisme auditor

didapat dari nilai sig 0,045 lebih kecil dari 0,005 (p value 0,000 < 0,05). Hal

tersebut menunjukan bahwa profesionalisme auditor secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dilakukan terhadap 70 orang

responden pada 16 KAP, bahwa jumlah responden dan KAP yang dapat diteliti

yaitu terhadap 57 orang akuntan publik pada 14 KAP di wilayah Sumatera Bagian

Selatan yang terdiri dari provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan

Jambi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian untuk variabel kompetensi auditor bahwa adanya

pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Dapat dibuktikan dengan

koefisien kompetensi auditor yang positif dan berhubungan searah dengan

kualitas audit, maka hipotesis pertama penelitin ini diterima. Hal tersebut

berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi

yang baik dengan memliki dua dimensi yaitu pengetahuan dan pengalaman.

Penelitian ini mendukung adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Alim, dkk. (2007) yang menyimpulkan bahwa variabel kompetensi auditor

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2. Pengujian untuk variabel profesionalisme auditor bahwa adanya pengaruh

yang signifikan terhadap kualitas audit. Dapat dibuktikan dengan koefisien

profesionalisme auditor yang positif dan berhubungan searah dengan kualitas

audit, maka hipotesis kedua penelitin ini diterima. Hal tersebut berarti bahwa

kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki sikap profesionalisme yang

baik dengan memiliki empat dimensi yaitu pengabdian pada profesi,

kemandirian, hubungan dengan rekan profesi, dan keyakinan terhadap

profesi.

3. Hasil penelitian dari analisis berganda menunjukkan bahwa variabel

kompetensi auditor dan profesionalisme auditor secara simultan yang

memberikan pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Maka hipotesis

ketiga dalam penelitian ini diterima.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang diajukan oleh peneliti yang telah dilakukan antara lain:

1. Untuk penelitian selanjutunya, penelitian ini diharapkan dapat dapat

menambahakan variabel lainnya selain variabel kompetensi auditor dan

profesionalisme auditor yang berkaitan dengan kualitas audit. Agar dapat

mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas audit.

2. Untuk para auditor, diharapkan agar dapat meningkatkan kompetensi

dengan pengetahuan dari tingkat pendidikan formal dan profesi,

mengikuti pelatihan, kursus dan training. Sedangkan pengalaman dapat

ditingkatkan dengan menambah jumlah pemeriksaan dan jenis

perusahaan yang diaudit. Sikap profesional juga harus dimiliki oleh

seorang auditor guna menunjang kualitas audit yang lebih baik lagi.

3. Untuk para pengguna jasa akuntan publik, agar lebih selektif dalam

memilih KAP untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan

Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai

Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar AUEP-08.

Bawono, Icuk Rangga dan Elisha Muliana Singgih. 2009. Faktor-Faktor Dalam

Diri Auditor dan Kualitas Audit: Studi Pada KAP „Big Four‟ di Indonesia.

Jurnal Akuntansi. Purwokerto.

Boynton, William C., Raymond. N. Johnson, Walter G. Kell. 2001. Modern

Auditing Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta. Erlangga.

Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Pada

Kualitas Audit. Jurnal Trikonomika Vol. 7, No.2 Desember.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:

Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory: Kumpulan Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Unika Petra Vol. 4, No. 2.

Elfarini, Eunike Christian. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di

Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2003. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan.

Yogyakarta. UPP AMP YKPN.

Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto. 2009. Pengaruh Profesionalisme,

Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Vol. 13, No. 2. Hal. 211-220 Desember.

Hidayat, M. Taufik. 2011. Pengaruh Faktor-faktor Akuntabilitas dan

Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor. Skripsi. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Ibrani, Ewing Yuvisa, Abdul Rahman, Rr Sri Handayani. 2008. Pengaruh

Identifikasi Auditor atas Klien Terhadap Objektivitas Auditor Dengan

Auditor Tenure, Client Importance dan Client Image sebagai Variabel

Anteseden. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan

Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Bandar

Lampung.

http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Bandar%20Lampung.p

df

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Bengkulu.

http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Bengkulu.pdf

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Jambi

http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Jambi.pdf

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Palembang

http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Palembang.pdf

Indah, Siti NurMawar. 2010. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP di Semarang).

Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan

topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Hal.25-

60 Desember.

Lastanti, Sri. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan

Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing

dan Informasi Vol. 5 No. 1 April.

Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan

Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional

Akuntansi X Makassar AUEP-11.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap

PendapatAudit: Sebuah kuasi eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia. Vol.6 No.1, Januari.

Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti. 2003. Analisis Faktor-Faktor

Penentu Kualitas Audit. Akuntansi dan Manajemen. Hal.47-60, Agustus.

Senjani, Yuyu Putri, Wiwik Utami dan Abdul Hamid Cebba. 2009. Analisis

Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Kualitas Kertas Kerja Audit dengan

Ukuran Kantor Akuntan PublikSebagai Variabel Moderating. Jakarta.

Jurnal Akuntabilitas. Vol. 2 No. 2, Juni.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas

Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Simposium

Nasional Akuntansi XIII Purwokerto AUD_11 0.

Sukriah, Ika, Akram, Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas

Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII.

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Akuntan Publik. 2011. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan

Unila. Bandar Lampung.

Wahyudi, Hendro, Aida Ainul Mardiyah. 2006. Pengaruh Profesionalisme

Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan laporan

Keuangan. Simposoum Nasional Akuntansi IX Padang. K-AUDI 01.

Yendrawati, Reni. 2008. Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor

dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan

Laporan Keuangan. Yogyakarta. Jurnal Fenomena. Volume 6-Nomor 1-

Maret. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM)

Univervitas Islam Indonesia (UII).