77
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 : 14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan

pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap PAD

Citation preview

Page 1: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan

sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan

asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan

potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pembangunan ekonomi.

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai

multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor

pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 :

14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor

10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan

Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan

memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan

daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di

Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar

bangsa.

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan

ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun

investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan

Page 2: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

2

jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanjaannya, sehingga

secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang

dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung

menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment Derived

Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan

jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan

investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain,

industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan

restoran dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20)

Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan

kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak

terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4)

dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau

keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap

pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah.

Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada

jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan

pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan

berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam

yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di

Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan

industri pariwisata sangatlah besar.

Page 3: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

3

Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi

wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dimiliki Kabupaten Gianyar cukup

banyak dan bervariasi sesuai Keputusan Bupati Gianyar Nomor : 402 Tahun 2008

Tentang Penetapan Obyek Dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar memiliki

61 Obyek dan Daya Tarik Wisata yang terdiri atas obyek wisata alam, museum,

peninggalan purbakala, pusat kesenian, pusat kerajinan. Obyek wisata sebanyak

itu belum mencakup atraksi wisata, seperti yang berkembang di Gianyar sejak

awal 1990-an, yaitu atraksi wisata arung jeram (rafting) dan wisata melihat

burung (Bali Bird Park).

Kepariwisataan di Kabupaten Gianyar berkembang cukup baik, bahkan

beberapa kawasan dan obyek pariwisatanya telah terkenal hingga ke

mancanegara. Kawasan Ubud sebagai kampung seniman di Gianyar telah menjadi

daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya, disamping itu di kawasan

Ubud sudah berkembang beberapa jasa akomodasi bertaraf internasional sehingga

Ubud telah menjadi ikon Pariwisata di Kabupaten Gianyar. Selain kawasan

pariwisata Ubud, di Kabupaten Gianyar terdapat obyek – obyek wisata yang ramai

dikunjungi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Adapun obyek wisata yang sudah terkenal dan yang ramai dikunjungi adalah :

Goa Gajah, Gunung Kawi Tampak Siring, Gunung Kawi Sebatu, Tirta Empul,

Wenara Wana.

Page 4: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

4

Arus wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di Kabupaten Gianyar

yang banyak menawarkan obyek-obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 1.1

sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata

di Kabupaten Gianyar, 1991 - 2010 Jenis wisatawan Tahun

Asing (orang)

Domestik (orang)

Jumlah (orang)

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

216.020 236.093 256.452 277.834 376.671 387.785 398.987 406.198 407.274 545.275 476.365 636.926 246.257 432.562 459.169 386.181 414.809 497.227 590.232 592.076

39.669 39.598 40.796 42.678 43.569 45.678 47.634 48.609 49.745 52.460 66.867 76.722 83.656 85.422 78.763 139.161 162.270 121.488 123.503 133.089

255.689 275.691 297.258 320.512 420.240 433.463 546.621 454.807 457.019 597.735 543.232 713.646 329.916 517.984 437.932 525.342 577.079 618.715 713.735 725.165

Sumber : Laporan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar 2011.

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara dan nusantara pada obyek wisata di Kabupaten Gianyar pada tahun

1991 sampai tahun 2010 mengalami trend meningkat. Penurunan Kunjungan

wisatawan terjadi pada tahun 2003 dan 2004 penurunan, kondisi tersebut

disebabkan oleh adanya tregedi Bom Bali I pada tahun 2002, sehingga sangat

terasa sekali penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Begitu juga tahun

Page 5: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

5

2005 disusulnya kejadian tragedi Bom Bali II, sehingga berpengaruh terjadinya

penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2006.

Wisatawan yang mengunjungi obyek – obyek wisata di Kabupaten

Gianyar dikenakan retribusi sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam

rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan retribusi

obyek wisata, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar periode tahun 1991 -

2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut :

Tabel 1.2 Retribusi Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Gianyar, 1991 – 2010 Tahun Retribusi Obyek Wisata

(Juta Rp) Pendapatan Asli Daerah

(Juta Rp) 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

244 250 255 276 763

1.002 1.053 1.837 1.991 1.605 2.264 1.848 1.426 2.043 2.107 2.186 2.900 3.411 4.176 8.493

1.309 1.571 1.842 2.740 5.318 8.278 9.097 20.079 26.377 27.036 50.107 54.386 37.131 48.541 55.006 67.838 75.129 96.922

112.724 153.617

Sumber Data : Laporan Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar 2011.

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat penerimaan retribusi obyek wisata dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar secara garis besar mengalami

Page 6: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

6

peningkatan dari tahun ke tahun, penurunan hanya terjadi pada tahun 2003.

Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya tragedi Bom Bali I tanggal 12

Oktober 2002.

Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan

yang menentukan dan dapat sebagai katalisator untuk meningkatkan

pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Keberhasilan pengembangan

sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan

daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utama (Salah, 2003 : 16)

Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia yang diimplementasikan di dalam

Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun 2004 mempunyai konskwensi

pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, yang mana

pemerintah daerah memperoleh perimbangan keuangan untuk menjalankan

fungsi-fungsinya. Selanjutnya suatu daerah otonom selain memperoleh bantuan

dari pemerintah pusat, juga memperoleh kewenangan untuk menentukan

kebijakan pemeritah dan pembangunan secara mandiri.

Dalam menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan

daerahnya adalah dengan melihat anggaran pembangunan daerahnya dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah. Anggaran pembangunan daerah merupakan

anggaran yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di suatu

daerah. Perkembangan Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar

tahun 1991 -2010 dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut :

Page 7: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

7

Tabel 1.3 Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar

Tahun 1991 – 2010 Tahun Anggaran Pembangunan

Daerah (Juta Rp)

Pertumbuhan (%)

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

34.780 35.909 36.357 36.897 37.450 44.033 52.373 62.931 99.752 102.784 252.940 305.664 339.330 401.786 421.087 435.111 560.121 692.285 708.115 806.371

- 3,14 1,23 1,47 2,48 14,96 15,93 16,78 36,92 2,95 59,07 17,25 9,03 15,55 4,59 3,33 22,32 19,10 2,24 12,22

Rata-rata Pertumbuhan 16,71

Sumber Data : Laporan Bagian Keuangan Setda Kabupaten Gianyar 2011

Berdasarkan data Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa anggaran pembanguna

Kabupaten Gianyar meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 16,71 persen.

Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi

penerimaan daerah maka Pemerintah Kabupaten Gianyar dituntut untuk dapat

menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk

mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya

membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan

Page 8: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

8

peningkatan kualitas dan obyek-obyek kepariwisataan yang baru di Kabupaten

Gianyar. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan

penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi

kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat

membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dijelaskan tersebut maka menjadi fokus

penelitian adalah : “ Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap

Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran

Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010 ”.

Adapun rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1) Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap penerimaan

retribusi obyek wisata Kabupaten Gianyar ?

2) Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar ?

3) Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap anggaran

pembangunan Kabupaten Gianyar ?

4) Apakah penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar ?

Page 9: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

9

5) Apakah penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh terhadap

anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar ?

6) Apakah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar berpengaruh

terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1) Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

retribusi obyek wisata Kabupaten Gianyar.

2) Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan

asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar.

3) Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran

pembangunan daerah Kabupaten Gianyar.

4) Mengetahui pengaruh penerimaan retribusi obyek wisata terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar.

5) Mengetahui pengaruh penerimaan retribusi obyek wisata terhadap

anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.

6) Mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar

terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.

Page 10: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

10

1.3.2 Kegunaan Penelitian.

1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam

memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain untuk

melakukan penelitian lebih lanjut.

2) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pemerintah daerah Kabupaten Gianyar khususnya dalam rangka

menggali potensi dan sumber-sumber peningkatan Pendapatan Daerah

dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Gianyar .

Page 11: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Wisata

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan

menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari

kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata mengandung unsur

sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati

obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah

tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari

nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan

tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.

Yoeti (1996 : 100) menyebutkan Wisata adalah kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat

sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Wisata adalah bepergian

bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb.

2.2 Pariwisata

Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek

dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi:

(1) semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata,

Page 12: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

12

(2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata,

taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk,

pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat

alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai,

(3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata

(biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata,

konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan

pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri

dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.

Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain

Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah

hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-

orang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat

tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha

mencari kerja penuh. Sejalan dengan ahli tersebut, (Spillane, 1987:21)

mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat

lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai

usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu.

Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu

banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga

karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg, Stavenga dan

Krishnamoorthy, 1997).

Page 13: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

13

2. 3 Kepariwisataan.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata (undang-undang nomor 10 Tahun 2009), artinya

semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan,

pengawasan pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak wisata

maupun masyarakat.

Yoeti (1996 : 104) menyatakan kepariwisataan adalah suatu sistem yang

mengikutsertakan berbagai pihak dalam keterpaduan kaitan fungsional yang

serasi, yang mendorong berlangsungnya dinamika fenomena mobilitas manusia

tua-muda, pria wanita, ekonomi kuat-lemah, sebagai pendukung suatu tempat

untuk melakukan perjalanan sementara waktu secara sendiri atau berkelompok,

menuju tempat lain di dalam negeri atau diluar negeri dengan menggunakan

transportasi darat, laut dan udara.

Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:40) menyatakan kepariwisataan adalah

setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa

orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi

kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut.

Menurut Undang Undang No. 10 tahun 2009, menyebutkan bahwa pariwisata

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan

objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yangterkait dibidang tersebut

(pasal 1 ayat (3) UU No. 10/2009). Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (pasal 1 ayat (4) UU No.

10/2009).

Page 14: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

14

2. 4 Wisatawan.

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-

undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang

melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang

penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah

ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan

bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan

dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang

bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang

yang sedang megadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan

pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b) orang-orang yang sedang mengadakan

perjalanan untuk pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan

berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan

dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya

yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka

mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan

(Pendit, 1994:38).

Spillane (1987:27) membagi katagori wisatawan menjadi wisatawan dan

pelancong. Wisatawan ialah pengunjung sementara yang tinggal sekurang-

kurangnya 24 jam sedangkan pelancong ialah yang tinggal kurang dari 24 jam.

2. 5 Jenis Pariwisata

Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh

berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi

Page 15: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

15

daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas

yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987)

membedakan jenis pariwisata, yaitu : (a) pariwisata untuk menikmati perjalanan

(pleasure tourism). Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang

meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang

baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan

sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam,

untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan

kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di kota-kota besar, atau untuk

ikut serta dalam keramaian pusat-pusat pariwisata, (b) Pariwisata untuk rekreasi

(recreation tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang

menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk

memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan

keletihan dan kelelahannya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di tempat-

tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin. Tujuan-tujuan rekreasi tersebut

(misalnya di tepi pantai, di pegunungan, di pusat-pusat peristirahatan atau pusat-

pusat kesehatan) dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan. Dengan

kata lain mereka lebih menyukai Health Resort, (c) pariwisata untuk kebudayaan

(cultural tourism), jenis ini ditandai adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan

belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat,

kelembagaan, dan cara hidup rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen

bersejarah, peninggalan masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar

masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta

Page 16: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

16

dalam festival-festival seni musik, teater rakyat, (d) pariwisata untuk olah raga

(sport tourisnm). Jenis ini dibagi dua kategori: (i) big sport events, yaitu

peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti olimpic games, kejuaraan ski dunia,

kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian. Tidak hanya

atlitnya saja, tetapi juga ribuan penonton dan penggemarnya, (ii) sporting

tourisnm of the practitioners, yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin

berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu,

memancing, arung jeram dan lain-lain. Negara / daerah yang memiliki fasilitas

atau tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya, (e)

pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli teori,

perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada

kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah business tourism tersirat

tidak hanya profesional trips yang dilakukan kaum pengusaha atau industrialis.

Tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi

teknis yang bahkan menarik orang-orang di luar profesi ini. Juga harus

diperhatikan bahwa kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat sebagai

konsumen, tetapi dalam waktu-waktu bebasnya, sering berbuat sebagai wisatawan

biasa dalam pengertian sosiologis karena mengambil dan memanfaatkan

keuntungan dari atraksi yang terdapat di negara lain tersebut, (f) pariwisata untuk

berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis pariwisata ini makin lama makin

penting. Banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis

pariwisata ini sehingga mereka saling berlomba untuk menyiapkan dan

mendiirkan bangunan-bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus.

Page 17: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

17

Sedangkan Pendit (1994:41) membagi jenis pariwisata menjadi empat

belas macam yaitu : wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata

komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata

pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata

pilgrim, wisata bulan madu.

2. 6 Bentuk pariwisata

Bentuk-bentuk pariwisata menurut Pendit (1994:39) dikatagorikan sebagai

berikut: (a) menurut asal wisatawan. Pertama-tama perlu diketahui apakah asal

wisatawan ini dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri yang

berarti hanya pindah tempat sementara dinamakan pariwisata domestik /

nusantara, sedangkan jika dari luar negeri dinamakan pariwisata internasional /

mancanegara, (b) menurut akibat terhadap neraca pembayaran, kedatangan

wisatawan asing akan membawa valuta asing dan ini berarti memberi efek positif

terhadap neraca pembayaran, ini disebut pariwisata aktif. Jika kepergian warga

negara ke luar negeri akan membawa efek negatif terhadap neraca pembayaran

disebut pariwisata pasif, (c) menurut jangka waktu. Kedatangan wisatawan

diperhitungkan menurut lamanya ia tinggal. Hal ini menimbulkan istilah-istilah

pariwisata jangka panjang dan jangka pendek. Spillane (1987:33) menambahkan

dengan istilah pariwisata ekskursi yaitu perjalanan wisata tidak dari 24 jam dan

tidak menggunakan fasilitas akomodasi, (d) menurut jumlah wisatawan datang

sendirian atau rombongan maka timbul istilah pariwisata tunggal dan pariwisata

rombongan, (e) menurut alat angkut yang digunakan. Dilihat dari alat angkut yang

digunakan oleh wisatawan, maka dapat dibagi menjadi pariwisata laut, pariwisata

Page 18: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

18

udara, pariwisata kereta api, pariwisata mobil.

2.7 Pengertian Retribusi

Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah

yang dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, di samping

dana perimbangan, pinjaman daerah dan penerimaan lain-lain yang sah. Peranan

pemerintah dalam sistem perekonomian negara adalah melakukan pemungutan

pajak/retribusi. Masalah pajak/retribusi sulit dihindari, namun setiap orang wajib

membayar pajak. Dengan demikian masalah pajak/retribusi adalah masalah setiap

orang dalam suatu masyarakat dan negara. Setiap orang yang hidup dalam suatu

negara harus atau pasti berurusan dengan pajak/retribusi. Oleh sebab itu setiap

orang sebagai anggota masyarakat wajib mengetahui segala permasalahan yang

berhubungan dengan pajak/retribusi. Para ahli dalam bidang perpajakan yang

memberikan pengertian atau definisi berbeda-beda mengenai pajak, namun

demikian mempunyai arti/tujuan yang sama.

Menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 tahun

1997 bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber

pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan

Daerah dan pembangunan Daerah. Pajak Daerah atau yang disebut pajak adalah

iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

Page 19: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

19

Menurut Munawir (1997) Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah

yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di

sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari

pemerintah tidak akan dikenakan iuran itu. Kemudian diuraikan pula definisi dan

pengertian yang berkaitan dengan retribusi yaitu dikutip dari Sproule-Jones and

White,(1997) mengatakan bahwa retribusi adalah semua bayaran yang dilakukan

bagi perorangan dalam menggunakan layanan yang mendatangkan keuntungan

langsung dari layanan itu. Lebih lanjut dikatakan bahwa distribusi lebih tepat

dianggap pajak konsumsi dari pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya

menutupi biaya operasional saja, Menurut Queen (1998 : 2) menerangkan bahwa:

“Suatu tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat

memandang retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan

daerah dan bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan

ditingkatkan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian yang

mudah dalam menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian

tersulitnya adalah meyakinkan masyarakat (publik) tanpa diluar kesadaran mereka

tarif tetap harus diberlakukan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi menurut

Haritz (1995 : 84) adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan bersifat ekonomis;

2) Ada imbalan langsung kepada membayar;

3) Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada

alternatif untuk membayar;

Page 20: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

20

4) Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak

menonjol;

5) Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan

tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya

yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi

permintaan masyarakat.

Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan

penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu dikaji pengelolaannya untuk

mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan

efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki potensi yang baik akan

meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah. Seperti yang ungkapkan oleh Devas,

dkk (1989 : 46) bahwa pemerintah daerah sangat tergantung dari pemerintah

pusat. Dalam garis besarnya penerimaan daerah (termasuk pajak yang

diserahkan) hanya menutup seperlima dari pengeluaran pemerintah daerah.

Pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari segi keuangan agar dapat

memiliki tingkat otonom yang berarti, yang penting adalah “wewenang di tepi”

artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang cukup sehingga dapat

mengadakan perubahan di sana-sini.

Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal

balik langsung. Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar

pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi

kepada penerima retribusi.

Page 21: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

21

Menurut Devas, dkk. (1989 : 61-62), untuk mendukung keuangan daerah,

berbagai pajak dan retribusi harus dinilai agar dapat dipungut secara

berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan

keadilan. Prinsip prinsip atau indikator yang digunakan dalam penilaian pajak dan

retribusi daerah.

1) Hasil (yield) : yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak atau retribusi

dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya.

2) Keadilan (equity) : dasar pajak atau retribusi dan kewajiban

membayarnya harus jelas dan tidak sewenang-wenang.

3) Efisiensi ekonomi : Pajak atau rertribusi hendaknya mendorong (atau

setidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara efisien

dan efektif dalam kehidupan ekonomi.

4) Kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak

atau retribusi haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik

maupun administratif.

5) Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local

revenue source) : artinya harus jelas kepada daerah mana suatu

pajak/retribusi harus dibayarkan dan tempat memungut sedapat

mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak/retribusi.

Defenisi retribusi daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun

2001 tentang retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kebijaksanaan

Page 22: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

22

memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah pada

masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis. Teori ekonomi mengatakan,

harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya

didasarkan pada biaya tambahan (marginal cost), yakni biaya untuk melayani

konsumen yang terkhir (Devas, dkk. 1989:95). Menurut Santoso (1995:21-22)

terdapat berbagai pendapat pro dan kontra mengenai perlu tidaknya penyediaan

suatu barang dan jasa dikenakan retribusi. Mereka yang setuju pengenaan retribusi

berpijak pada beberapa pendapat sebagai berikut:

1) Jika penyediaan suatu barang/jasa memberikan manfaat pribadi (privat),

maka retribusi merupakan solusi untuk menutup biaya yang dikeluarkan.

Namun jika manfaat yang diberikan mengandung unsur barang publik,

maka pajak merupakan alternatif pembiayaan yang terbaik. Namun

sangat mungkin suatu penyediaan barang/jasa mengandung kedua unsur

manfaat tersebut untuk itu apabila unsur manfaat pribadinya lebih besar

daripada public goodsnya, maka proporsi pembiayaan dari pajak lebih

tinggi dibandingkan dengan retribusi. Sebaliknya jika unsur private

goodsnya lebih besar maka unsur pembiayaan dari retribusi lebih

dominan dibandingkan dengan pajak.

2) Retribusi merupakan media untuk allocative economic efficiency.

Retribusi merupakan sinyal harga dari barang/jasa yang disediakan

pemerintah. Tanpa harga, permintaan dan penawaran tidak akan

mencapai harga keseimbangan dan akibatnya alokasi sumber daya tidak

akan mencapai efisiensi ekonomi.

Page 23: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

23

3) Prinsip kemanfaatan : mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari

penyediaanbarang/jasa tidak harus menbayar. Sebaliknya mereka yang

tidak membayar dapat dikecualikan dari mengkonsumsi.

Terhadap yang tidak setuju dengan pemungutan retribusi berpijak pada

argumen sebagi berikut:

1) Retribusi memerlukan sistem administrasi yang dapat mengecualikan

pihak yang tidak membayar untuk tidak ikut menikmati, yang pada

akhirnya akan meningkatkan biaya penyediaan barang/jasa tersebut.

Namun demikian, pendapat ini dapat disanggah bahwa pengecualian

tetap dapat dilaksanakan untuk beberapa macam penyediaan

barang/jasa, dimana assesment dan enforment lebih mudah

dilaksanakan dari pada pemajakan.

2) Mereka yang miskin tidak mampu membayar retribusi untuk

barang/jasa kebutuhan dasar, sehingga harus dikecualikan dari pasar.

Namun demikian, argumen ini dihadapkan pada pendapat yang

menyangsikan kemampuan pemerintah (sebagai penyedia jasa) dalam

membedakan secara tegas barang/jasa kebutuhan dasar atau bukan

kebutuhan dasar.

3) Retribusi bukanlah satu-satunya alternatif penyelesaian persoalan

alokasi sumber daya. Cara alokasi lainya adalah ration cards, vouchers

atau queuing. Namun demikian, cara alternatif ini belum dapat

menggantikan sepenuhnya keandalan sistem harga yaitu misalnya

Page 24: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

24

pemborosan. Selain itu cara-cara ini lebih mudah untuk

disalahgunakan.

Koho (2001:154) mengatakan bahwa retribusi yang diserahkan kepada daerah

cukup memadai, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Namun hasil rill yang dapat

disumbangkan sektor ini bagi keuangan daerah masih sangat terbatas karena tidak

semua jenis retribusi yang dipungut Kabupaten/Kota memiliki prospek yang

cerah. Lebih lanjut Koho memberikan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagi

berikut :

a) Retribusi dipungut daerah

b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang

langsung dapat ditunjuk

c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau

mengenyam jasayang disediakan daerah.

2.8 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah

yang berasal dari sumber-sumber dalam daerah sendiri, yang dipungut

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut menuntut daerah

untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber

penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh

Pemerintah Daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga

ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang

dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Koswara (2000:50) menyatakan bahwa

Page 25: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

25

ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak

pada kemampuan keuangan daerah. Daerah otonom harus memiliki kewenangan

dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola,

dan menggunakannya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya

Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga

Pendapatan Asli Daerah dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang

didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai

prasyarat mendasar dalam system pemerintahan Negara Menurut Mahi (2000:58-

59) Pendapatan Asli Daerah masih belum bisa diandalkan sebagai sumber

pembiayaan dalam mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi, hal tersebut

dikarenakan oleh beberapa hal yaitu :

1) Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah.

2) Peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah.

3) Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah.

4) Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah.

Ketidakmampuan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan disebabkan karena selama ini

pemerintah belum mampu untuk menggali dan mengembangkan sumber sumber

penerimaan yang terdapat di daerahnya. Hal tersebut terlihat banyaknya potensi

penerimaan daerah yang belum digali dan dipungut sebagaimana mestinya.

Selama ini daerah dalam pemungutan sumber penerimaan daerah menggunakan

sistem “target” yang hendak dicapai dalam pemungutan. Target yang ditetapkan

oleh daerah cenderung tidak berdasarkan pada potensi riil yang terdapat di daerah,

Page 26: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

26

melainkan berdasarkan pada target tahun lalu ditambah dengan tunggakan tahun

tersebut. Pemerintah daerah secara umum masih menghadapi permasalahan dalam

pengelolaan penerimaan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli

Daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia

dalam mengelola penerimaan di daerah. Menurut Mardiasmo (2002:146) masalah-

masalah tersebut sebagai berikut.

1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak sesuai dengan kapasitas fiscal

yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap.

2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk

layanan publik yang sebenarnya dapat dijual kepada masyarakat direspon

secara negatif, sehingga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat

membayar pajak dan retribusi daerah.

3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.

4) Berkurangnya dana bantuan dari pusat (DAU dari pusat yang tidak

mencukupi)

5) Belum diketahuinya potensi PAD yang mendekati kondisi riil.

Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar

adalah sebagai berikut :

1) Pajak Daerah

(1) Pajak Hotel

(2) Pajak Restoran

(3) Pajak Hiburan

(4) Pajak Reklama

Page 27: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

27

(5) Pajak Penerangan Jalan

(6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan

(7) Pajak Parkir

2) Retribusi Daerah

a) Retribusi Jasa Umum

(1) Retribusi Pelayanan Kesehatan

(2) Retribusi Pelayanan Lab. Kesehatan

(3) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

(4) Retribusi Penggantian Biaya KTP

(5) Retribusi Parkir di tepi Jalan

(6) Retribusi Pelayanan Pasar

(7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

(8) Retribusi Jasa Umum Lainnya

b) Retribusi Jasa Usaha

(1) Retribusi Terminal

(2) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

c) Retribusi Perizinan Tertentu

(1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

(2) Retribusi Izin Gangguan (HO)

(3) Retribusi Izin Trayek

(4) Retribusi Perizinan Tertentu Lainnya

Page 28: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

28

3) Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Bagian Laba atas Penyertaan Modal Pada Perusahaan Milik

Daerah/BUMD

(1) Bank Pembangunan Daerah Bali

(2) PDAM

(3) Perusahaan Daerah Bank Werdhi Sedana

(4) Perusahaan Daerah Mandara Giri

4) Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

(1) Penerimaan Jasa Giro

(2) Lain – lain Pendapatan.

2.9 Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah

Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: (a) pendapatan

asli daerah, yaitu (i) hasil pajak daerah, (ii) hasil retribusi daerah, (iii) hasil

perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan (iv) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, (b) dana perimbangan, (c)

pinjaman daerah, (d) lain-lain pendapatan daerah yang asli. Kemampuan daerah

dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumber-

sumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat

menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi

yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat

merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana

untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya

Page 29: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

29

adalah sektor pariwisata.

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber pendapatan daerah

yang dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan

merupakan sumber murni penerimaan daerah yang selalu diharapkan

peningkatannya. Hasil penelitian yang dilakukan Roerkaerts dan Savat

(Spillane, 1987:138) menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor

pariwisata adalah: (a) menambah pemasukan dan pendapatan, baik untuk

pemerintah daerah maupun masyarakatnya. Penambahan ini bisa dilihat dari

meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat, berupa

penginapan, restoran, dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan

penyediaan cinderamata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan

potensi dalam menggali PAD, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan,

(b) membuka kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata

rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi

masyarakat di daerah tersebut, (c) menambah devisa negara, semakin banyaknya

wisatawan yang datang, maka makin banyak devisa yang akan diperoleh, (d)

merangsang pertumbuhan kebudayaan asli, serta menunjang gerak pembangunan

daerah.

2.10 Anggaran Pembangunan Daerah

Menurut Bawasir (1994:40) Anggaran secara umum dapat diartikan

sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk suatu

periode di masa yang akan datang. Struktur anggaran mencerminkan

pengelompokan komponen-komponen anggaran berdasarkan suatu kerangka

Page 30: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

30

tertentu. Secara sempit pengertian anggaran adalah suatu pernyataan tentang

perkiraan pengeluaran suatu daerah yang dialokasikan untuk membangun yang

diharapkan akan terjadi pada suatu periode yang akan datang, serta data

pengeluaran untuk membangun yang sungguh-sungguh terjadi saat ini dan masa

yang akan datang.

Anggaran Pembangunan suatu daerah merupakan alokasi dana yang

diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah. Anggaran

pembangunan daerah dapat dilihat dari besarnya belanja daerah yang dilakukan.

Sejarah anggaran pembangunan dari tahun 1991 sampai tahun 2010, dapat

dijelaskan sebagai berikut. Anggaran Pembangunan Tahun 1990 – 2003

dinamakan pengeluaran pembangunan, Tahun 2004 – 2006 dinamakan anggaran

belanja pelayanan publik. Tahun 2006 dengan ditetapkannya Permendagri No. 13

Tahun 2006 maka anggaran pembangunan dinamakan Belanja Langsung.

Page 31: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

31

BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir

Kepariwisataan dikembangkan tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi, tetapi mempunyai tujuan yang luas meliputi aspek sosial-budaya, politik

dan hankamnas. Walaupun demikian tujuan ekonomis sangat menonjol, lagi pula

aspek non ekonomis pembangunan pariwisata sangat erat terkait dengan tujuan

ekonominya.

Secara spesifik pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar

penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha, serta mendorong pembangunan daerah. Sektor pariwisata

juga diharapkan sebagai lokomotif (penggerak) dan magnit (pemicu) dalam

memperbaiki kondisi ekonomi.

Pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai salah satu Kabupaten di berusaha

menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan

keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelengaraan

pemerintah daerah, salah satu sector yang potensial untuk dikembangkan adalah

sektor pariwisata. Peningkatan pendapatan di sector pawisata berjalan melalui

kunjungan wisatawan ke obyek wisata sehingga memberikan sumbangan retribusi

obyek wisata dan nantinya akan memberikan sumbangan/pemasukan bagi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar itu sendiri. Meningkatnya

Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan memberikan posisi yang lebih baik untuk

Page 32: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

32

pengelolaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam

rangka pelaksanaan pembanguna, sehingga dari hasil Pendapatan Asli Daerah

(PAD) diharapkan dapat meningkatkan anggaran pembangunan Kabupaten

Gianyar.

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar (diolah)

Gambar 3.1 Alur pemikiran penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010

Seni Budaya dan Keragaman Obyek dan Daya Tarik Wisata

Meningkatnya Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata di

Meningkatnya Retribusi Obyek Wisata

Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Anggaran Pembangunan

Promosi Pariwisata

UU NO. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Page 33: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

33

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka konsep penelitian

seperti Gambar 3.2, sebagai berikut :

Gambar 3.2 Konsep penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan

Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010

3.3 Hipotesis Penelitian

1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan

terhadap retribusi obyek wisata Kabupaten Gianyar.

2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan

terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar.

3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan

terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.

Jumlah Kunjungan Wisatawan

(X1)

Anggaran Pembangunan

Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah

(X3)

Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (X2)

Page 34: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

34

4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan retribusi obyek

wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar.

5) Terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan retribusi obyek

wisata terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.

6) Terdapat pengaruh positif dan signifikan pendapatan asli daerah (PAD)

Kabupaten Gianyar terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.

Page 35: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

35

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Untuk melihat, mengetahui serta melukiskan keadaan yang sebenarnya

secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang

telah disampaikan sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini jelas mengarah pada penggunaan metode penelitian kuantitatif,

penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat

diukur dan dihitung. Disamping menggunakan metode kuantitatif penelitian ini

juga menggunakan metode analisis jalur (Path Analisys), dengan menggunakan 4

(empat) variabel pengukuran, yaitu jumlah kunjungan wisatawan, penerimaan

retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah (PAD) dan Anggaran

Pembangunan daerah Kabupaten Gianyar.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gianyar dengan alasan

Pemerintahan Kabupatan Gianyar belum pernah melakukan penelitian tentang

Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Anggaran Pembangunan

Kabupaten Gianyar, penelitian ini menggunakan data Tahun 1991 – 2010.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 sampai dengan bulan

Desember 2011.

Page 36: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

36

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Jenis Data menurut sifatnya

Jenis data menurut sifatnya dalam penelitian ini adalah :

1) Data Kuantitatif

Adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan satuan

hitung (Data ini didapatkan melalui Studi kepustakaan atau library research),

yaitu dengan cara mempelajari buku-buku, karangan ilmiah, jurnal serta

dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam hal ini data yang

digunakan antara lain : jumlah kunjungan wisatawan, retribusi obyek wisata di

Kabupaten Gianyar, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar dan

Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar

2) Data Kualitatif

Adalah data yang bukan angka-angka, melainkan keterangan variable-variabel

yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi untuk argumentasi dari data.

Data ini didapatkan dari penelitian lapangan atau field research, yaitu dengan

cara melakukan penelitian di lapangan dan wawancara langsung dengan para

pegawai yang terkait.

4.3.2 Jenis data menurut sumbernya

Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan dilakukan

menggunakan sumber data sekunder dimana sumber data sekunder merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data

sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) 20 (duapuluh)

tahun. Sumber-sumber data sekunder diperoleh melalui Instansi Pemerintah

Page 37: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

37

Daerah Kabupaten Gianyar terutama dari Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten

Gianyar, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, Badan Perencanaan Daerah

Kabupaten Gianyar, Bagian Keuangan Sekretariat Kabupaten Gianyar dan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Gianyar.

4.4 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel yaitu variabel bebas,

variabel terikat dan variabel intervening. Ketiga variabel tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1) Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan, merupakan variabel exogen.

2) Variabel Penerimaan retribusi Obyek Wisata, merupakan variabel

intervening yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan

wisatawan dan variabel pendapatan asli daerah serta hubungan variabel

jumlah kunjungan wisatawan dan variabel anggaran pembangunan daerah.

3) Variabel Pendapatan Asli Daerah, merupakan variabel intervening kedua

yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan

variabel anggaran pembangunan daerah serta hubungan variabel

penerimaan retribusi obyek wisata dan variabel anggaran pembangunan

daerah.

4) Variabel Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan variabel endogen.

Page 38: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

38

4.5 Operasional Variabel Penelitian

1) Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata merupakan besarnya

jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung

ke obyek wisata yang berada di Kabupaten Gianyar.

2) Penerimaan Retibusi Obyek Wisata yaitu penerimaan retribusi obyek

wisata dengan penerimaan total Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu

seberapa besar sumbangan retribusi obyek wisata terhadap Pendapatan

Asli Daerah.

3) Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan

yang diperoleh dari daerah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah.

4) Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan alokasi dana yang digunakan

untuk membangun daerah.

4.6 Prosedur Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih secara bertatap

muka. Pada penelitian ini dilakukan wawancara langsung dengan pihak

instansi Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Badan Perencanaan

Daerah Kabupaten Gianyar, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar,

Bagian Keuangan Setda Kabupaten Gianyar dan Badan Pusat Statistik

Kabupaten Gianyar.

Page 39: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

39

2) Pengamatan adalah observasi langsung yaitu cara pengambilan data

dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut (Nazir,1999).

3) Dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mendapatkan data

skunder sebagai data pendukung untuk sempurnanya penelitian yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau dokumen-dokumen dari

instansi terkait.

4.7 Teknik Analisis Data

4.7.1 Analisis Deskriptif

Penerapan statistik deskriptif dalam penelitian ini antara lain perhitungan

rata-rata, standar deviasi, table-tabel, gambar-gambar dan sebagainnya yang

dibuat dengan Program SPSS dan Exel.

4.7.2 Analisis Jalur (Path Analysis)

Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif yaitu analisis jalur dengan

penerapan model regresi linear dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda

untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah

ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Model ini dipertimbangkan untuk

digunakan dalam suatu penelitian karena hubungan yang dianalisis merupakan

hubungan sebab akibat dengan model yang komplek. Dalam analisis jalur

terdapat suatu variable yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen

Page 40: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

40

pada suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain

mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang. Bentuk hubungan seperti

ini membutuhkan alat analisis yang mampu menjelaskan sistem secara simultan.

Kerlinger (2002: 990) menyebutkan bahwa dengan menggunakan analisis jalur

akan dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel.

Penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata

terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010 dapat

diilustrasikan ke dalam jalur seperti pada Pada Gambar 4.1, dapat dijelaskan

bahwa Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dapat berpengaruh

langsung terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga

pengaruhnya tidak langsung yaitu melalui Penerimaan Retribusi Obyek Wisata

(X2) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan daerah (Y). Begitupula Jumlah

Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dapat berpengaruh langsung

terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak

langsung yaitu lewat PAD (X3) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan

daerah (Y)

Pengaruh langsung Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1)

terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) ditunjukkan oleh koefisien

jalur b1, terhadap Anggaran Pembangunan Daerah ditunjukkan dengan b4.

Pengaruh langsung Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) terhadap

Pendapatan Asli Daerah ditunjukan dengan koefisen jalur b4, terhadap Anggaran

Pembangunan Daerah (Y) ditunjukkan dengan koefisien jalur b5. Pengaruh

Page 41: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

41

langsung Pendapatan Asli Daerah (X3) terhadap Anggaran Pembangunan Daerah

(Y) ditunjukan dengan koefisen jalur b6. Total Pengaruh tidak langsung

Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) terhadap Anggaran Pembangunan

Daearah (Y) daerah diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak

langsung. Total Pengaruh tidak langsung kontribusi Retribusi Obyek Wisata (X2)

terhadap anggaran pembangunan daerah (Y) diperoleh dengan menjumlahkan

pengaruh langsung dan tidak langsung.

b4

b2

b1 b6 b6

b3 b5

Gambar 4.1 Model Analisis Jalur Pengaruh Kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010

Anak panah dari e1 ke variabel Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2)

menunjukkan jumlah variance variabel Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2)

e2

e3 Jumlah Kunjungan

Wisatawan (X1)

Anggaran Pembangunan

Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah

(X3)

Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (X2)

e1

Page 42: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

42

yang tidak dijelaskan oleh Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1).

anak panah dari e2 ke variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) menunjukkan jumlah

variance variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) yang tidak dijelaskan oleh Jumlah

Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (X2)

Nilai kekeliruan taksiran standar (standard error of estimate), yaitu:

)1( 2rei ....................................................................................... (4.1)

Sedangkan anak panah dari e3 menuju tingkat anggaran pembangunan

daerah (Y) menunjukkan variance tingkat anggaran pembangunan daerah yang

tidak dapat dijelaskan oleh variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek

Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli

Daerah (X3)

Koefïsien jalur adalah standardized koefïsien regresi. Koefïsien jalur

dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang

menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada tiga persamaan

tersebut adalah:

X2 = b1 X1 + e1

X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2

Y = b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3

Keterangan :

Y = Anggaran Pembangunan Daerah

X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata

X2 = Retribusi Obyek Wisata

X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

e1, e2, e3 = Variabel pengganggu

Page 43: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

43

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien dari masing-masing variabel

Standardize koefisien pada persamaan (1) akan memberikan nilai p1,

standardize koefisien pada persamaan (2) akan memberikan nilai p2 dan p3,

sedangkan koefïsien untuk persamaan (3) akan memberikan nilai p4 dan p5 dan

p6.

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan :

222

21

2 ...1 epeem PPPR .................................................................................. (4.2)

Dalam hal ini, interpretasi terhadap 2mR sama dengan interpretasi koefisien

determinasi (R2) pada analisis regresi.

Pei yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung

dengan rumus :

21 RPei ..................................................................................... (4.3)

Uji validitas koefisien jalur pada setiap jalur untuk pengaruh langsung

adalah sama dengan analisis jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan

analisis regresi, menggunakan nilai p. Value dari uji t, yaitu pengujian koefisien

regresi variabel yang dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory triming, maka

jalur-jalur yang nonsignifikan dibuang sehingga diperoleh model yang didukung

oleh data empiris, kecuali untuk model yang didukung oleh konsep dan teori.

Page 44: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

44

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Wilayah Penelitian

5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Gianyar terletak antara 08o 18'48" – 08o 38'58" Lintang Selatan

dan 115o 13'29" – 115o 22'23" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Gianyar 368

Km2 atau 6,53 dari luas wilayah Propinsi Bali secara keseluruhan. Kabupaten

Gianyar terdiri dari 7 Kecamatan yaitu :

1) Kecamatan Payangan memiliki luas terbesar mencapai 75,88 Km2 atau 20,62

persen dari luas Kabupaten

2) Kecamatan Tegallalang 61, 80 Km2 (16,79 persen)

3) Kecatempat Sukawati 55,02 Km2 (14,95persen)

4) Kecamatan Gianyar 50,59 Km2 (13,75 persen)

5) Kecamatan Tampaksiring 42,63 Km2 (11,58persen)

6) Kecamatan Ubud 42,38 Km2 (11,52 persen)

7) Kecamatan Blahbatuh 39,70 Km2 (10,79persen)

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari Sembilan Kabupaten/Kota

di Propinsi Bali, dengan batas batas wilayah administrasi adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara Kabupaten Bangli

Sebelah Timur Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli

Sebelah Selatan Selat Badung dan Samudra Indonesia

Sebelah Barat Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

Page 45: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

45

Gambar 5.1 : Peta Kabupaten Gianyar

Page 46: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

46

5.1.2 Pariwisata Kabupaten Gianyar

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu wilayah di Bali yang memiliki

keaneka ragaman budaya yang menarik khususnya seni, baik seni tari, tabuh,

pahat maupun lukis dan kerajinan tangan yang sudah mendunia yang merupakan

daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dahulu sebelum pariwisata berkembang

kegiatan seni hanya semata-mata untuk upacara keagamaan, namun semenjak

kepariwisaaan berkembang seni mulai di bisniskan untuk meladeni pariwisata,

tidak hanya seni tari dan seni tabuh juga seni lukis, seni pahat yang kesemuanya

memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Kabupaten Gianyar yang berbatasan dengan Kabupaten Badung, Bangli,

dan Klungkung, yang berada di ketinggian 125 meter diatas permukaan laut sering

ditempatkan sebagai wilayah yang menyimpan sumber inspirasi pengembangan

seni budaya. Karawitan, tari, seni kriya, dan berbagai cabang seni lainnya diyakini

berkembang dari wilayah Gianyar. Hal ini tak terlepas dari kedudukan wilayah

Gianyar di masa lalu sebagai pusat pemerintahan kerajaan saat peralihan sebelum

dan awal era Majapahit. Kawasan Bedahulu dan Pejeng di utara Gianyar tercatat

dalam sejarah sebagai pusat pemerintahan sebelum jaman Majapahit sedangkan

Samplangan di timur Gianyar adalah pusat pemerintahan saat awal kekuasaan

Majapahit merangkul Bali. Masa penjajahan Belanda dan jaman kemerdekaan,

wilayah Ubud, Peliatan, Masa, dan sekitarnya kian kuat mengarah sebagai pusat

pengembangan seni budaya. Dapat dipastikan, sepanjang jaman, Gianyar amat

lekat bergelut dengan seni budaya. Dengan luas wilayah meliputi 36.800 Ha,

dibandingkan dengan Denpasar sebagai kota dagang dengan kepadatan tinggi di

Page 47: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

47

pusat kota, kepadatan Gianyar justru mengarah ke daerah pinggir yang merupakan

kawasan wisata terutama di daerah Kecamatan Ubud. Di sisi barat Gianyar, yang

meliputi kawasan Sayan hingga ke Payangan, telah berkembang menjadi daerah

hunian wisata berkelas butik hotel yang mengutamakan privasi sedangkan daerah

pusat Ubud berkembang jenis pension dan homestay yang berbaur dengan

penduduk asli.

Sebagai daerah pariwisata, Kabupaten Gianyar memiliki 61 obyek wisata

dan daya tarik wisata, dari 61 obyek wisata yang ada , sampai saat ini Pemerintah

Kabupaten Gianyar baru mampu mengelola sebanyak 14 buah.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara pada obyek

wisata di Kabupaten Gianyar pada tahun 1991 sampai tahun 2010 mengalami

trend meningkat. Pada tahun 2003 dan 2004 terjadi penurunan kunjungan

wisatawan mancanegara ke Kabupaten Gianyar, Kondisi tersebut disebabkan oleh

adanya tregedi Bom Bali I pada tahun 2002. Begitu juga tahun 2005 disusulnya

kejadian tragedi Bom Bali II, sehingga berpengaruh terjadinya penurunan jumlah

kunjungan wisatawan pada tahun 2006. Jumlah kunjungan dari tahun 2006 sampai

dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kunjungan akan

berdampak pada tingkat hunian kamar hotel berbintang maupun non bintang.

Jumlah kunjungan wisatawan yang cendrung semakin meningkat, akan

meningkatkan gairah investor untuk membangun hotel dan akomodasi. Pada tahun

2002 jumlah hotel dan akomodasi mencapai 698 buah mengalami peningkatan

menjadi sebanyak 859 buah di tahun 2006. Peningkatan hotel dan akomodasi ini

yang paling besar berasal dari penambahan jumlah pondok wisata dan rumah

Page 48: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

48

makan di tahun 2006. Dari kondisi ini menunjukan bahwa sektor ini dan wilayah

Gianyar masih tetap menjadi tumpuan perekonomian daerah dan primadona

investor untuk menanankan modalnya dan menganggap Gianyar dan Bali masih

menjadi destinasi pilihan untuk membangun infrastruktur pariwisata. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Jumlah Hotel, Akomodasi, Tingkat Hunian Hotel di Kabupaten Gianyar

Tahun Jenis Data 2003 2004 2005 2006 2007

1 Jumlah Hotel & Akomodasi a. Hotel Berbintang (buah) b. Hotel Melati (buah) c. Pondok Wisata (buah) d. Restauran (buah) e. Rumah Makan (buah) f. Bar (buah)

718 11

111 353

2 194

47

775 12

107 384

6 216

50

843 12

128 425

13 211

54

859 12

126 420

16 221

64

878 12

133 425

18 223

67 2 Tingkat Hunian (orang) 27,56 30,15 27,35 20,21 18,00 Sumber data : Buku Potensi Pariwisata Kabupaten Gianyar Tahun 2010

5.2 Analisis Data

5.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran perhitungan nilai maksimun dan minimum, rata-rata serta standar

deviasi sehubungan dengan penelitian pengaruh jumlah kunjungan wisatawan,

retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran pembanguan

Kabupaten Gianyar. Analisis deskriptif dalam penelitian ini didasarkan pada data

time series seperti yang terlihat dalam Tabel 5.2 sebagai berikut

Page 49: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

49

Tabel 5.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel Satuan Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Kunjungan Wisatawan Orang 255.669 725.165 458.044 142.625

Retribusi Rp juta 244 8.493 1.664 1.274

PAD Rp juta 1.309 153.617 42.941 36.359

Anggaran Pembangunan Rp juta 34.780 806.371 215.620 176.351

Tabel 5.2 mendeskripsikan bahwa variabel jumlah kunjungan wisatawan

memiliki nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 255.669 dan

725.165 dengan rata-rata 458.044 dan standar deviasi 142.625. Variabel retribusi

obyek wisata mempunyai nilai minimum 244 dan maksimum 8.493 dengan rata-

rata 1.664 dan standar deviasi 1.274. Nilai kisaran aktual variable pendapatan asli

daerah minimum 1.309 dan maksimum 153.617 dengan rata-rata 42.941 dan

standar deviasi 36.359. Variabel anggaran pembangunan mempunyai nilai

minimum sebesar 34.780 dan maksimum sebesar 806.371 dengan rata-rata

215.620 serta standar deviasi 176.351.

5.2.2 Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan

Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran

Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010

Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah

kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata, pendapatan asli

daerah dan anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991-2010.

Koefisien jalur pada penelitian ini diperoleh dari hasil perhitungan regresi dengan

metode regresi sederhana (Ordinary Least Squer = OLS) dengan menggunakan

Page 50: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

50

program SPSS versi 16 terhadap model persamaan. Untuk mendapatkan koefisien

jalur, pada bagian ini secara bertahap diselesaikan melalui model persamaan

regresi, yaitu sebagai berikut :

1) Model 1 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1) terhadap

retribusi obyek wisata (X2).

2) Model 2 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1) dan

retribusi obyek wisata (X2) terhadap PAD (X3).

3) Model 3 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1), retribusi

obyek wisata (X2) dan PAD (X3) terhadap anggaran pembangunan (Y).

Model-model tersebut dan klasifikasi variabel serta persamaannya secara

terperinci disajikan pada tabel 5.3 berikut

Tabel 5.3 Klasifikasi Variabel dan Persamaan Jalur

Model Variabel Independen Variabel

Dependen

Persamaan

1 Jumlah kunjungan

wisatawan (X1)

retribusi obyek

wisata (X2)

X2 = b1 X1 + e1

2 jumlah kunjungan

wisatawan (X1)

retribusi obyek wisata

(X2)

PAD (X3) X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2

3 jumlah kunjungan

wisatawan (X1)

retribusi obyek wisata

(X2)

PAD (X3)

anggaran

pembangunan (Y)

Y = b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3

Page 51: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

51

Coefficientsa

-2287,861 253,647 -9,020 ,000,009 ,001 ,966 16,285 ,000

(Constant)Kunjungan Wisatawan

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Retribusia.

5.2.2.1 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1) terhadap

Retribusi Obyek Wisata (X2)

Berdasarkan uji regresi linier sederhana dapat diketahui bahwa jumlah

kunjungan wisatawan berpengaruh positif terhadap retribusi obyek wisata dengan

taraf signifikansi α 5%, seperti terlihat pada tabel 5.4 dibawah ini.

Tabel 5.4 Uji Regresi Linier Model 1

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disusun persamaan teoritis sebagai

berikut :

X2 = 0,966 (X1)

Keterangan :

X2 = retribusi obyek wisata X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan

5.2.2.2 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1) dan Retribusi

Obyek Wisata (X2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (X3)

Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata

terhadap Pendapatan Asli Daerah berdasarkan perhitungan lampiran 8 dapat

dilihat pada tabel 5.5

Sumber : Lampiran 7

Page 52: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

52

Coefficientsa

-25959,510177,022 -2,551 ,020,080 ,036 ,312 2,224 ,039

19,501 4,005 ,683 4,869 ,000

(Constant)Kunjungan WisatawanRetribusi

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: PADa. Sumber : Lampiran 8

Tabel 5.5 Uji Regresi Linier Model 2

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dibuat model persamaan regersi

pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan retribusi obyek wisata terhadap

pendapatan asli daerah, yaitu :

X3 = 0,312 (X1) + 0,683 (X2)

Keterangan :

X3 = Pendapatan Asli Daerah X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan X2 = Retribusi Obyek Wisata

5.2.2.3 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1), Retribusi

Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3) terhadap

Anggaran Pembangunan (Y)

Hasil olahan data pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Retribusi

Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pembangunan

disajikan pada Tabel 5.5 dibawah ini.

Page 53: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

53

Coefficientsa

-25120,9 32763,565 -,767 ,454,079 ,111 ,064 ,709 ,488

57,955 16,821 ,419 3,445 ,0032,517 ,650 ,519 3,870 ,001

(Constant)Kunjungan WisatawanRetribusiPAD

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Anggaran Pembangunana.

Tabel 5.6 Uji Regresi Linier Berganda Model 3

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disusun persamaan teoritis sebagai

berikut :

Y = 0,064 (X1) + 0,419 (X2) + 0,519 (X3)

Keterangan :

Y = Anggaran Pembangunan X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah

5.2.3 Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur

Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi analisis jalur perlu

dilakukan agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah

sebagai berikut.

1) Dalam model analisis jalur hubungan antarvariabel adalah linier dan aditif.

Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony,

yaitu apabila model signifikan atau non signifikan berarti dapat dikatakan

model berbentuk linier. Berdsarakan hasil olahan data penelitian pada

Sumber : Lampiran 9

Page 54: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

54

lampiran 1-6 dapat diketahui bahwa semua hubungan antar variable

penelitian menunjukan hubungan yang linier.

2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan. Seperti yang disajikan pada

gambar 5.2 bahwa model yang dibuat hanya sistem aliran kausal ke satu

arah, tidak bolah-balik sehingga analisis jalur layak diterapkan dalan studi

ini.

3) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval. Ukuran variable

yang dianalisis dalam penelitian ini semuanya berskala rasio, jumlah

kunjungan wisatawan, retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah dan

anggaran pembangunan daerah. Oleh karena itu analisis jalur layak

digunakan dalam penelitian ini.

4) Observed variables diukur tanpa kesalahan. Penelitian ini menggunakan

data sekunder dan tidak menggunakan instrument berupa daftar pertanyaan

sehingga tidak diperlukan pengujian validitas dan reliabilitas instrument

penelitian. Karena asumsi ini tidak bersifat kritis, maka dapat dipenuhi.

5.2.4 Evaluasi Terhadap Validitas Model

Dengan menggunakan rumus 4.2 dan 4.3 koefisien total dari persamaan

struktural dari model penelitian sesuai dengan perhitungan pada lampiran 11 dan

12 maka diperoleh nilai dari 2mR = 0,99. Koefisien determinasi total sebesar 0,99

mempunyai arti bahwa sebesar 99 % informasi yang terkandung dapat dijelaskan

oleh model yang dibentuk, sedangkan sisanya sebesar 1 % dijelaskan oleh

variabel lain diluar model yang dibentuk.

Page 55: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

55

5.2.5 Koefisien Jalur

Berdasarkan Tabel 5.4, Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 dapat dibuat ringkasan

koefisien jalur seperti yang disajikan pada Tabel 5.7 dibawah ini.

Tabel 5.7 Ringkasan Koefisien Jalur

Regresi Koef. Reg. Standar

Standard Error

t hitung

P. Value

Keterangan

X1 X2 0,966 0,01 16,285 0,000 Signifikan X1 X3 0,312 0,036 2,244 0,039 Signifikan

X2 X3 0,683 4,005 4,869 0,000 Signifikan X1 Y 0,064 0,111 0,709 0,488 Non signifikan

X2 Y 0,419 16,821 3,445 0,003 Signifikan X3 Y 0,519 0,650 3,870 0,001 Signifikan

Ketrangan :

Y = Anggaran Pembangunan Daerah X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tabel di atas mendeskripsikan bahwa Jumlah Kunjungan wisatawan (X1)

berpengaruh signifikan terhadap Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan

Asli Daerah (X3), sedangkan terhadap Anggaran Pembangunan (Y) tidak

berpengaruh nyata (non signifikan). Retribusi Obyek Wisata (X2) berpengaruh

signifikan baik terhadap PAD (X3) dan juga terhadap Anggaran Pembangunan

(Y). Variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) berpengaruh signifikan terhadap

Anggaran Pembangunan (Y). Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel

5.7, maka dapat dibuat diagram jalur seperti Gambar 5.2 sebagai berikut

Page 56: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

56

0,312

4,005

0,064 0,083

0,519 0,154

0,312

0,683

0,419

0,259

0,966

2mR = 0,99

Gambar 5.2 Diagram Jalur Penelitian

5.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Dalam Pengujian hipotesis ini yang diperhatikan adalah adanya pengaruh

langsung positif dan signifikan yang ditunjukan oleh arah anak panah antar

variabel, yaitu jumlah kunjungan wisatawan (X1), Retribusi Obyek Wisata (X2),

pendapatan asli daerah (X3) dan anggaran pembangunan daerah (Y).

5.3.1 Pengujian Hipotesis 1 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Berpengaruh

Positif dan Signifikan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata

Berdasarkan kerangka konsep penelitian dan hasil olahan data yang

disajikan pada Tabel 5.7. Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap

penerimaan retribusi obyek wisata mempunyai koefisien regresi sebesar 0.966,

yang menunjukan hubungan langsung antar variabel jumlah kunjungan wisatawan

dengan retribusi obyek wisata. Nilai absolut 0.966 tidak memberikan arti suatu

pengaruh, dengan p. value sebesar 0.000, hipotesis nol ditolak pada tingkat

e2

Anggaran Pembangunan

Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah

(X3)

Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (X2)

Jumlah Kunjungan Wisatawan

(X1) e3

e1

Signifikan

Tidak signifikan

Signifikan

Signifikan

Signifikan

Signifikann

Page 57: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

57

signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan wisatawan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap retribusi obyek wisata.

5.3.2 Pengujian Hipotesis 2 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Berpengaruh

Positif dan Signifikan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan kerangka konsep penelitian dan hasil olahan data yang

disajikan pada Tabel 5.7, dapat diketahui bahwa pengaruh jumlah kunjungan

wisatawan terhadap retribusi obyek wisata mempunyai koefisien regresii sebesar

0,312 dan standar error 0,036. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar

0,039, yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti jumlah kunjungan wisatawan

berpengaruh langsung secara nyata terhadap pendapatan asli daerah.

5.3.3 Pengujian Hipotesis 3 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Berpengaruh

Positif dan Signifikan Terhadap Anggaran Pembangunan

Analisis regresi pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran

pembangunan tidak menunjukan hubungan yang signifikan seperti yang

ditunjukan pada Tabel 5.7. Koefisien regresi sebesar 0,064 dan standart error

sebesar 0,111. Hipotesis nol diterima karena p. value sebesar 0,488 yang lebih

besar dari tingkat signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan

wisatawan tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap anggaran

pembangunan.

5.3.4 Pengujian Hipotesis 4 : Penerimaan Retribusi Obyek Wisata

berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Pendapatan Asli

Daerah

Analisis regresi pengaruh retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli

daerah menunjukan hubungan yang signifikan seperti yang ditunjukan pada Tabel

Page 58: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

58

5.7, mempunyai kaofisien regresi sebesar 0,683 dan standar error 0,4005.

Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,000, yang lebih kecil dari 0.05.

Hal ini berarti penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh langsung secara

nyata terhadap pendapatan asli daerah.

5.3.5 Pengujian Hipotesis 5 : Penerimaan Retribusi Obyek Wisata

Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Anggaran

Pembangunan

Hasil olahan data yang disajikan pada Table 5.7 menunjukan variabel

retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran

pembangunan. Koefisien regresi sebesar 0,419 dengan standart error sebesar

16,821. Hipotesis nol ditolak dengan p. value 0,003 atau kurang dari 0,05. Hal ini

menunjukan penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan

terhadap anggaran pembangunan, yang berarti semakin meningkat retribusi obyek

wisata semakin meningkat pula anggaran pembangunan.

5.3.6 Pengujian Hipotesis 6: Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif

dan Signifikan Terhadap Anggaran Pembangunan

Hasil olahan data yang disajikan pada Table 5.7 menunjukan bahwa

variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

anggaran pembangunan. Koefisien regresi sebesar 0,519 dengan standart error

sebesar 0,650. Hipotesis nol ditolak dengan p. value 0,001 atau kurang dari 0,05.

Hal ini menunjukan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap anggaran pembangunan

Page 59: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

59

Coefficientsa

-2326,065 6245,639 -,372 ,71460,484 16,210 ,437 3,731 ,0022,731 ,568 ,563 4,809 ,000

(Constant)RetribusiPAD

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Anggaran Pembangunana.

5. 4 Modifikasi Model

Sesuai dengan theory trimming bahwa jalur yang tidak signifikan dibuang

atau dihilangkan untuk mendapatkan model jalur yang lebih fit. Maka dalam

modifikasi model oleh karena jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh

signifikan terhadap anggaran pembangunan maka persamaan model ke - 3

dimodifikasi menjadi :

Y = b5 X2 + b6 X3 + e3 ........................................................................ (5.1)

Keterangan :

Y = Anggaran Pembangunan Daerah X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) e3 = Variabel pengganggu b5, b6 = Koefisien dari masing-masing variabel

Pengaruh retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah terhadap

anggaran pembangunan setelah dilakukan theory thriming disajikan pada Tabel

5.8 berikut.

Tabel 5.8 Modifikasi Uji Regresi Linier Berganda Model 3

Sumber : Lampiran 10

Page 60: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

60

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas maka dapat disusun persanaan sebagai

berikut :

Y = 0,437 (X2) + 0,563 (X3)

Keterangan :

Y = Anggaran Pembangunan Daerah X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan Tabel 5.4, Tabel 5.5 dan Tabel 5.8 dapat dibuat ringkasan

koefisien jalur seperti yang disajikan pada Tabel 5.9 dibawah ini

Tabel 5.9 Modifikasi Ringkasan Koefisien Jalur

Regresi Koef. Reg. Standar

Standard Error

t hitung

P. Value

Keterangan

X1 X2 0,966 0,01 16,285 0,000 Signifikan X1 X3 0,312 0,036 2,244 0,039 Signifikan

X2 X3 0,683 4,005 4,869 0,000 Signifikan X1 Y - - - - -

X2 Y 0,437 16,210 3,731 0,002 Signifikan X3 Y 0,563 0,568 4,809 0,000 Signifikan

Ketrangan :

Y = Anggaran Pembangunan Daerah X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tabel 5.9 mendeskripsikan bahwa Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)

berpengaruh signifikan terhadap Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan

Asli Daerah (X3) sedangkan terhadap Anggaran Pembangunan (Y) tidak terdapat

hubungan. Retribusi Obyek Wisata (X2) berpengaruh signifikan baik terhadap

Page 61: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

61

PAD (X3) dan juga terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Variabel Pendapatan

Asli Daerah (X3) berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Pembangunan (Y).

Setelah dilakukan theory trimming maka dapat dibandingkan ringkasan

koefisien jalur setelah modifikasi (Tabel 5.9) dengan sebelum dilakukan

modifikasi (Tabel 5.6, halaman 53). Koefisien regresi setelah dilakukan

modifikasi terhadap model didapatkan nilai yang lebih besar dari sebelum

dilakukan modifikasi, nilai koefisien regresi jalur retribusi obyek wisata terhadap

anggaran pembangunan setelah modifikasi sebesar 0,437 yang lebih besar dari

sebelum dilakukan modifikasi yaitu sebesar 0,419. Nilai standard error jalur

retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model

adalah 16,210 yang lebih kecil dari sebelumnya yaitu 16,821. Nilai p. value untuk

jalur retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi

model sebesar 0,02 yang lebih kecil dari nilai p. Value sebelum dilakukan

modifikasi yaitu sebesar 0,03.

Nilai koefisien regresi jalur pendapatan asli daerah terhadap anggaran

pembangunan setelah dilakukan modifikasi sebesar 0,563 yang lebih besar dari

sebelumnya yaitu 0,519. Nilai standard error setelah dilakukan modifikasi

terhadap model lebih kecil jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan

modifikasi terhadap model, nilai standard error jalur pendapatan asli daerah

terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model adalah 0,568 yang

lebih kecil dari sebelumnnya yaitu 0,650. Nilai p. value untuk jalur pendapatan

asli daerah terhadap anggaran pembangunan sebesar 0,000 yang lebih keci dari

sebelum dilakukan modifikasi sebesar 0,001.

Page 62: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

62

0,312

4,005

0,064 0,083

0,563 0,154

0,312

0,683

0,437

0,259

0,966

2mR = 0,99

Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.9 dapat dibuat diagram

jalur seperti Gambar 5.3 sebagai berikut :

Gambar 5.3 : Diagram Jalur Penelitian (setelah dilakukan theory trimming)

Berdasarkan Gambar 5.3 diatas dapat dihitung pengaruh langsung,

pengaruh tidak langsung dan pengaruh total antarvariabel, yaitu jumlah kunjungan

wisatawan (X1), retribusi obyek wisata (X2), pendapatan asli daerah (X3) dan

anggaran pembanguanan (Y) seperti yang disajikan dalam Tabel 5.10

Tabel 5.10 Ringkasan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Total

Antarvariabel Penelitian

X1 X2 X3 Variabel

PL PTL PT PL PTL PT PL PTL PT

X2 0, 966 - 0, 966 - - - - - -

X3 0, 312 0, 659 0, 972 0,683 - 0,683 - - -

Y - 0, 794 0, 794 0,437 0,382 0,819 0,519 - 0,519

e2

Anggaran Pembangunan

Daerah (Y)

Pendapatan Asli Daerah

(X3)

Penerimaan Retribusi Obyek

Wisata (X2)

Jumlah Kunjungan Wisatawan

(X1) e3

e1

Page 63: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

63

Keterangan :

PL = Pengaruh Langsung PTL = Pengaruh Tidak Langsung TP = Total Pengaruh

Y = Anggaran Pembangunan Daerah X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Setelah dilakukan theory triming, berdasarkan Tabel 5.10 dapat dijelaskan

bahwa jumlah kunjungan wisatawan (X1) tidak mempunyai pengaruh langsung

terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Secara tidak langsung jumlah kunjungan

wisatawan berpengaruh sebesar 0,794 terhadap anggaran pembanguanan (Y), dan

sebesar 0,659 terhadap pendapatan asli daerah dan mempunyai pengaruh total

sebesar 0,972.

Pengaruh langsung penerimaan retribusi obyek wisata terhadap anggaran

pembangunan adalah sebesar 0,437. Pengaruh tidak langsung variabel penerimaan

retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan melalui pendapatan asli

daerah sebesar 0,382 dan pengaruh total sebesar 0,819.

5.4.1 Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Asli

Daerah melalui Retribusi Obyek Wisata

Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dijelaskan bahwa jumlah kunjungan

wisatawan (X1) berpengaruh langsung terhadap retribusi obyek wisata (X2)

sebesar 0,966 dan terhadap pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,312. Secara

tidak langsung jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh sebesar 0,659 terhadap

Page 64: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

64

pendapatan asli daerah. Secara matematik angka tersebut diperoleh melalui jalur

(X1 X2 X3 ), yaitu dengan mengalikan 0,966 dengan 0,683 sehingga

diperoleh angka 0,659.

Dengan memperhitungkan adanya pengaruh tidak langsung tersebut, maka

pengaruh total dari jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah

melalui penerimaan retribusi obyek wisata menjadi 0,972 atau meningkat 3,11

kali lipat dibandingkan dengan hanya memperhitungkan pengaruh langsung.

5.4.2 Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Anggaran

Pembangunan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan Tabel 5.10 pengaruh langsung penerimaan retribusi obyek

wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y) adalah sebesar 0,437. Pengaruh

tidak langsung variabel penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran

pembangunan (Y) melalui pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,382. Dengan

memperhitungkan adanya pengaruh tidak langsung maka pengaruh total

penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y)

melalui pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,819 meningkat atau 1,874 kali lipat

dibandingkan dengan hanya memperhitungkan pengaruh langsung.

Page 65: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

65

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Penerimaan

Retribusi Obyek Wisata

Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata yang terdapat di

Kabupaten Gianyar akan berpengaruh terhadap penerimaan retribusi obyek wisata

di Kabupaten Gianyar, semakin banyak wisatawan baik domestik maupun

mancanegara yang berkunjung ke obyek wisata akan meningkatkan penerimaan

retribusi obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Gianyar.

Berdasarkan analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil

bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

retribusi obyek wisata. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,933 menunjukan

pengaruh tersebut sangat kuat, sedangkan koefisien regresi jumlah kunjungan

wisatawan sebesar 0,966. Hal ini menunjukan jumlah kunjungan wisatawan

memiliki hubungan yang positif terhadap penerimaan retribusi obyek wisata atau

dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa penerimaan retribusi obyek wisata akan

meningkat jika jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten

Gianyar meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnnya yang

dilakukan oleh Nsrul pada tahun 2001 di Kabupaten Lumajan, yang menemukan

Jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

retribusi obyek wisata, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,947.

Page 66: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

66

6.2 Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Asli

Daerah

Usaha peningkatan pendapatan asli daerah berjalan melalui jumlah

kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar yang secara

langsung akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan retribusi obyek wisata

itu sendiri, sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)

dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya.

Analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil bahwa jumlah

kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli

daerah. Nilai koefisien regresi jumlah kunjungan wisatawan sebesar 0,312

menunjukan variabel jumlah kunjungan wisatawan memiliki hubungan yang

positif terhadap pendapatan asli daerah atau dapat ditafsirkan secara teoritis

bahwa pendapatan asli daerah akan meningkat jika jumlah kunjungan wisatawan

ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar meningkat.

Penelitian yang ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul

Qaddarrochman (2010) yang meneliti tentang Analisis Penerimaan Daerah Dari

Sektor Pariwisata di Kota Semarang dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

Penelitian tersebut mengatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

6.3 Pengaruh Jumlah Kunjungna Wisatawan terhadap Anggaran

Pembangunan

Kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar akan

memberikan pengaruh langsung terhadap retribusi obyek wisata. Pengingkatan

Page 67: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

67

retribusi obyek wisata akan mengingkatpan pendapatan asli daerah Kabupaten

Gianyar. Meningkatnya pendapatan asli daerah diharapkan akan meningkatkan

alokasi anggaran pembangunana Kabupaten Gianyar.

Analisis regresi pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran

pembangunan yang dilakukan pada BAB V tidak menunjukan hubungan yang

signifikan. Koefisien regresi sebesar 0,064 dan standart error sebesar 0,111.

Hipotesis nol diterima karena p. value sebesar 0,488 yang lebih besar dari tingkat

signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan wisatawan tidak

berpengaruh langsung secara signifikan terhadap anggaran pembangunan.

Tidak signifikannya pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap

anggarang pembangunan disebabkan oleh kecilnya kontribusi atau sumbangan

retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sehingga

berpengaruh terhadap anggaran pembanguanan. Penerimaan retribusi obyek

wisata dan pendapatan asli daerah (PAD) yang mengalami penurunan pada tahun

2002 dan tahun 2003 yang disebabkan pleh tragedi Bom Bali I, sementara

anggaran pembangunan mengalami peningkatan juga merupakan faktor yang

menyebabkan tidak signifikannya pengaruh jumlah kunjungan wisatawan

terhadap anggaran pembangunan.

6.4 Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Pendapatan

Asli Daerah

Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi

wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Dalam upaya menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan asli

Page 68: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

68

daerah, pemerintah daerah telah merencanakan suatu strategi, yaitu suatu usaha

atau kegiatan untuk meningkatkan pengeluaran wisatawan yang berkunjung dan

memperlama mereka tinggal di Kabupaten Gianyar.

Usaha peningkatan pendapatan asli daerah berjalan melalui jumlah

kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar yang secara

langsung akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan retribusi obyek wisata

itu sendiri, sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil bahwa jumlah

retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli

daerah. Nilai koefisien regresi retribusi obyek wisata sebesar 0,683 menunjukan

variabel retribusi obyek wisata memiliki hubungan yang positif terhadap

pendapatan asli daerah atau dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa pendapatan asli

daerah akan meningkat jika retribusi obyek wisata meningkat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliafitri Dj.

Gafur, S.E. Par (2008) yang meneliti Analisis Sektor Pariwisata Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung, penelitian tersebut memperlihatkan adanya

hubungan yang signifikan dan positif antara retribusi obyek wisata terhadap

pendapatan asli daerah sektor pariwisata. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eka Suarya tahun 2005 yang hanya

mengidentifikasi jenis retribusi daerah potensial di Kabupaten Gianyar.

Page 69: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

69

6.5 Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Anggaran

Pembangunan

Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi

penerimaan daerah maka Pemerintah Kabupaten Gianyar dituntut untuk dapat

menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk

mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya

membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan

peningkatan kualitas kepariwisataan di Kabupaten Gianyar. Hal ini akan

mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama

retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian

masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan

pembangunan daerah.

Hasil regresi linier yang dilakukan pada BAB V menunjukan bahwa

retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran

pembangunan, hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 3,731 dan nilai p.

value sebesar 0,02. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mohammad Riduansyah (2000), dengan Judul Pengaruh Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi

Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor), mengatakan terdapat

pengaruh retribusi daerah terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD).

Page 70: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

70

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafi'I,

H. Mhd (2003) yang meneliti tentang Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Terhadap Alokasi Anggaran Pembangunan Sektor Transportasi

Di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan

yang positif dan signifikan antara retribusi dengan alokasi anggaran pembanguan

sektor trasportasi.

6.6 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pembangunan

Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan

yang menentukan dan dapat sebagai katalisator untuk meningkatkan

pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Penerimaan daerah melalui

retribusi obyek wisata akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap

pendapatan asli daerah, dengan meningkatnya pendapatan asli daerah maka

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap alokasi anggaran

pembangunan.

Analisis regresi pada BAB V menunjukan bahwa pendapatan asli daerah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembanguanan. Koefisien

regersi sebesar 0,563 dan signifikansi sebesar 0,000 menunjukan pengaruh positif

dan signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ridwan, Mhd pada Tahun 2002 yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah Terhadap Jumlah Alokasi Anggaran Sektoral Dalam Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tenggara. Hasil penelitian

tersebut menunjukan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan

terhadap alokasi anggaran pembanguan sektoral.

Page 71: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

71

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasib

Sianturi pada Tahun 2003 yang meneliti tentangm Pengaruh Pendapatan Asli

Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pembangunan Dalam Analisis Potensi

Perekonomian Daerah Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Hasil

kesimpulan penelitian tersebut bahwa PAD berpengaruh positif dan elastis

terhadap Anggaran Pembangunan Sektor Pertanian, Pariwisata dan Industri

sebesar 1,739.

Page 72: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

72

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan

terdahulu, maka kesimpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.

1. Jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penerimaan retribusi obyek wisata, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien

regresi sebesar 0,966, dan nilai dari p. value sebesar 0,000 yang kurang dari

tingkat signifikansi 0,05.

2. Jumlah Kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pendapatan asli daerah, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,312

dan p. value sebesar 0,039 yang kurang dari 0,05.

3. Jumlah kunjungan wisatawan tidak menunjukan hubungan yang signifikan

terhadap anggaran pembangunan, hal ini terlihat dari koefisien regresi

sebesar 0,064 dan standart error sebesar 0,488. Hipotesis nol diterima

karena p. value sebesar 0,488 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05,

karena itu sesuai dengan theory trimming jalur jumlah kunjungan wisatawan

ke obyek wisata dibuang atau dihilangkan.

4. Penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pendapatan asli daerah, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar

0,683 dan standart error sebesar 0,4005. Hipotesis nol ditolak dengan p.

value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada 0,05.

Page 73: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

73

5. Penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan

terhadap anggaran pembangunan. Hal ini terlihat dari koefisien regresi

sebersar 0,437 dan standart error sebesar 16,210. Hipotesis nol ditolak

dengan p. value sebesar 0,02 yang lebih kecil daripada 0,05.

6. Pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran

pembangunan daerah, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,563 dan

standart error sebesar 0,568. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar

0,000 yang lebih kecil daripada 0,05.

7. Secara keseluruhan variabel retribusi obyek wisata dan pendapatan asli

daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan

daerah, hanya variabel jumlah kunjungan wisatawan yang tidak berpengaruh

signifikan terhadap anggaran pembangunan.

7.2 Saran – saran

1. Adanya pengaruh yang tidak signifikan antara jumlah kunjungan wisatawan

terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar, maka perlu

diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk dapat lebih

meningkatkan fasilitas dan perawatan obyek wisata yang lebih baik serta

dapat menciptakan atau membuka obyek wisata baru yang memiliki daya

tarik untuk didatangi oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Fasilitas yang baik serta bertambahnya obyek wisata akan mempengaruhi

kunjungan wisatawan ke obyek wisata, hal ini akan mempengaruhi

penerimaan retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah (PAD)

Page 74: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

74

sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap anggaran pembangunan

Kabupaten Gianyar.

2. Dari sisi obyek wisata disarankan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten

Gianyar agar dapat :

a. Menambah alokasi dana untuk pengembangan pariwisata dan melakukan

kerjasama dengan pihak swasta dalam membuat program paket wisata atau

kegiatan wisata lainnya, karena dengan pengembangan pariwisata akan

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan meningkatkan

penerimaan daerah yang dari retribusi obyek wisata, sehingga pada

gilirangnya akan meningkatkan anggaran pembangunan daerah.

b. Memperbanyak aktivitas-aktivitas di obyek-obyek wisata yang dapat

menambah lama tinggal wisatawan yang pada nantinya memperbesar

retribusi obyek wisata, sehingga akan memperbesar pendapatan asli

daerah, dan pada gilirannya akan meningkatkan anggaran pembangunan

daerah. Aktivitas tersebut dapat berupa hiburan, olah raga, perkemahan,

lomba-lomba dan sebagainya.

Page 75: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

75

DAFTAR PUSTAKA Devas, N., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly.1989.

Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, (terjemahan oleh Masri Maris), UI- Press. Jakarta.

Gafur, Juliafitri Dj. 2008. “Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung (tesis)”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

H. Mhd, Syafi'I. 2003. “Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Alokasi Anggaran Pembangunan Sektor Transportasi Di Propinsi Sumatera Utara (tesis) ”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Harits, Benyamin. 1995. “Peran Administrator Pemerintah Daerah, Efektifitas

Penerimaan Retribusi Daerah Pemda Tingkat II Se-Jawa Barat”, Prisma, No. 4, Tahun XXIV, 81 – 95.

Koswara, E, 2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999; Suatu Telaahan Menyangkut Kebijaksanaan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya, Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 1,36 –53. Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayan

Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997.

Ekonomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mardiasmo dan Makhfatih,Akhmad. 2000. “Perhitungan Potensi Pajak Dan

Retribusi Daerah Di Kabupaten Magelang”, Laporan Akhir, Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mahi. 2000. Prospek Desentralisasi di Indonesia ditinjau Dari Segi Pemerataan

Antar Daerah dan Peningkatan Efesiensi Analisis CSI 8 Tahun XXIX/2000 Nomor I, 55 – 66.

Munawir, S. 1997. Perpajakan, Liberty, Edisi Kelima Cetakan Kedua.

Yogyakarta. McQueen, Jim. 1998. Development of a Model for User Fees, “A Model on

Policy Development in Creating and Maintaining User Fees for Municipalities”, MPA Research Paper, Submitted to: The Local Government Program, Dept. of Political Science, The Univ. Western Ontario, Aug. 1998, 1-23.

Nazir. 1999. Metode Penelitian, Cetakan Keempat. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Page 76: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

76

Pendit, S Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuang Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Pendit, S. Nyoman. 1990. Inventarisasi Industri Pariwisata Indonesia, Indonesia

dalam Era Globalisasi, Bank Summa. Jakarta. Qadarrochman, Nasrul. 2010. “Analisis Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata

Di Kota Semarang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (skripsi)”. Semarang : Universitas Diponogoro.

Ridwan, Mhd. 2002. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Jumlah

Alokasi Anggaran Sektoral Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tenggara (tesis)”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Riduansyah, Mohammad. 2003. “Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor) (tesis)”. Depok : Universitas Indonesia.

Republik Indonesia, 1999, Undang-Undang Otonomi Daerah, Kuraiko Pratama Bandung.

-------, 2009, Undang-Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan. -------, 2000, Undang-Undang Nomor 34, Tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. -------, 2004, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, Citra Umbara, Bandung. -------, 2004, Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Primbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Citra Umbara, Bandung.

-------, 2001, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tentang Retribusi Daerah. -------, 2006, Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. -------, laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Sianturi, Nasib. 2003. ”Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran

Belanja Pembangunan Dalam Analisis Potensi Perekonomian Daerah

Page 77: pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan

77

Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara (tesis)” . Medan : Universitas Sumatera Utara.

Santoso, Bagus. 1995. “Retribusi Pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah, Studi

Kasus Pasar Kabupaten di Sleman”, Prisma, No. 4, Tahun XXIV, 19-35.

Suarya, Eka. 2005. ”Retribusi Daerah Potensial Kabupaten Gianyar (tesis)”.

Denpasar : Universitas Udayana. Spillane, J James. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius.

Yogyakarta. Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa

Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta. Kerlinger, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. BP

Undip. Semarang Koho. 2001. “Prospek Otonomi Daerah di Negara RI”. Cetakan ke 5 PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja, PT. Pertja Jakarta.

Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung