73
PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKRIPSI Oleh: DEWI SRI KURNIA PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

i

PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT

Eucheuma cottonii

SKRIPSI

Oleh: DEWI SRI KURNIA

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

Page 2: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

ii

ABSTRAK

DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing oleh MUH. FARID SAMAWI dan INAYAH YASIR”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor oseanografi terhadap kuantitas dan kualitas karaginan rumput laut Eucheuma cottonii. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 di kawasan budidaya rumput laut Takalar dan Bantaeng. Jumlah lokasi pengambilan sampel yang dijadikan sebagai replikasi untuk stasiun Takalar dan Bantaeng masing-masing adalah 3 dan 2 lokasi.

Untuk mengetahui kondisi oseanografi perairan dilakukan pengukuran beberapa parameter lingkungan seperti kecepatan arus, suhu, salinitas, kekeruhan, nitrat, fosfat, dan oksigen terlarut. Sedangkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas karaginan E. cottonii dilakukan ekstraksi karaginan dilanjutkan dengan uji rendemen, kadar air dan kadar abu. Perbedaan parameter oseanografi, kuantitas dan kualitas karaginan pada kedua stasiun diketahui dengan melakukan analisis statistik uji-t (Independent Samples-T Test). Hubungan parameter oseanografi dengan kuantitas dan kualitas karaginan dianalisis dengan melakukan uji koefisien korelasi (Perason’s Simple Linear Correlation).

Rata-rata kadar rendemen karaginan E. cottonii yang diperoleh dari stasiun Takalar dan Bantaeng masing-masing adalah 30,70 ± 7,60% dan 19,57 ± 3,13%, kadar air 4,12 ± 1,17% dan 2,79 ± 1,69%, kadar abu 13,37 ± 1,21 dan 19,50 ± 2,52%. Kadar tersebut yang tidak memenuhi standar mutu karaginan oleh Food Agriculture Organization (FAO), Food Chemicals Codex (FCC) dan standar mutu karaginan komersial adalah kadar rendemen yang diperoleh pada stasiun Bantaeng dan kadar abu yang diperoleh pada stasiun Takalar. Hasil analisis Perason’s Simple Linear Correlation menunjukkan parameter oseanografi yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas karaginan E. cottonii adalah kecepatan arus, salinitas, suhu, pH dan oksigen terlarut.

Kata Kunci: Rumput laut, Eucheuma cottonii, Karaginan, faktor oseanografi, rendemen, kadar air, kadar abu.

Page 3: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

iii

ABSTRACT

DEWI SRI KURNIA. Oceanographic Effects on the Quantity and Quality of Carrageenan from Seaweed Eucheuma cottonii “Guided by MUH. FARID SAMAWI and INAYAH YASIR”.

This study aims to determine the effect of oceanographic on the quantity and quality of carrageenan from seaweed E. cottonii. This research was conducted in November-December 2016 in the area of seaweed cultivated in Takalar and Bantaeng. Sampling sites used as replication for Takalar and Bantaeng stations are 3 and 2 locations respectively.

To know the condition of ocean oceanography, the measurement of some environmental parameters such as water flow, water temperature, salinity, turbidity, nitrate, phosphate, and dissolved oxygen. Meanwhile, to know the quantity and quality of carrageenan, was performed carrageenan extraction followed by yield test, water content and ash content. Differences of parameters of oceanography, quantity and quality of carrageenan at both stations are known by performing t-test statistic analysis (Independent Samples-T Test). The relationship of oceanographic parameters to the quantity and quality of carrageenan was analyzed by Perason's Simple Linear Correlation.

The average yield content of carrageenan E. cottonii obtained from Takalar and Bantaeng stations were 30,70 ± 7,60% and 19,57 ± 3,13%, water content 4,12 ± 1,17% and 2,79 ± 1,69%, ash content 13,37 ± 1,21 and 19,50 ± 2,52%. These content, which do not meet the quality standards of carragenaan by the Food Agriculture Organization (FAO), the Food Chemicals Codex (FCC) and the commercial quality standards of the carrageenans are the yield content obtained at Bantaeng station and the ash content obtained at the Takalar station. Perason's Simple Linear Correlation analysis shows the oceanographic parameters that affect to the quantity and quality of the E. cottonii carrageenan are water flow, salinity, water temperature, pH and dissolved oxygen.

Key Words: Seaweed, Eucheuma cottonii, carrageenan, oceanographic factors, yield content, water content, ash content.

Page 4: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

i

HALAMAN JUDUL

PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT

Eucheuma cottonii

Oleh: DEWI SRI KURNIA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKSSAR 2017

Page 5: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan

Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii

Nama Mahasiswa : Dewi Sri Kurnia

Nomor Pokok : L 111 13 317

Program Studi : Ilmu Kelautan

Skripsi telah diperiksa

dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Muh. Farid Samawi, M.Si Dr. Inayah Yasir, M.Sc NIP.19650810 199103 1 006 NIP.19661006 199202 2 001

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Ilmu Kelautan,

Prof.Dr.Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc Dr. Mahatma Lanuru, ST. M.Sc NIP. 19670308 199003 1 001 NIP. 19701029 199503 1 001

Tanggal Lulus: 29 Mei 2017

Page 6: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

iii

RIWAYAT HIDUP

Dewi Sri Kurnia lahir di Desa Kou, Kec. Curio, Kab.

Enrekang pada tanggal 20 Juni 1995. Putri dari

pasangan Imran Kamajaya dan Syamsuriani. Pada

tahun 2007 lulus tingkat SD dari SDN 13 Curio, tahun

2010 lulus tingkat SLTP dari SMPN 1 Curio, tahun 2013

lulus tingkat SLTA dari SMKN 2 Pinrang. Pada tahun

2013 penulis berhasil terdaftar sebagai mahasiswa di

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan jurusan Ilmu

Kelautan melalui jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota devisi

eksplorasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan, Tim pendamping Try Out by

Khalifa Institute. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten pada beberapa mata

kuliah seperti dasar-dasar komputasi, avertebrata laut, ekologi laut, botani laut,

dan ekotoksikologi laut.

Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir Praktik Kerja Lapang di

Pulitbang Wilayah, Tata Ruang dan Informasi Spasial LP2M Universitas

Hasanuddin dengan judul “Pemetaan penggunaan lahan Universitas

Hasanuddin” dan mengikuti penelitian dosen dengan judul “Pengenalan spesies

dan pengukuran morfometrik lamun di Kepulauan Spermonde”. Kuliah Kerja

Nyata Tematik Desa Sejahtera Gelombang 93 di Enrekang serta melakukan

penelitian di Takalar dan Bantaeng dengan judul “Pengaruh faktor oseanografi

terhadap kuantitas dan kualitas karaginan rumput laut Eucheuma cottonii”.

Page 7: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur sebesar-besarnya penulis panjatkan atas kehadiran Allah

SWT yang telah memberikan rahmat berupa kesehatan, rezeki dan umur

sehingga penulis sampai pada tahap penyelesaian skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan

Rumput Laut Eucheuma cottonii”. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian

skripsi ini tidak lepas dari konstribusi berbagai pihak. Olehnya itu, Penulis ingin

menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta

(Imran Kamajaya dan Syamsuriani), kepada saudara tertua (Wahyu Kamajaya)

dan partner (Zulkifli Lida) yang telah memberikan bantuan baik moral maupun

materil selama penyelesain skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Muh. Farid Samawi, M.Si dan Dr. Inayah Yasir, M.Sc selaku

pembimbing penelitian yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan

penelitian dan skripsi ini.

2. Dr. Rantih Isyrini, ST., M.Sc., Prof. Dr. Ir. Abdul Haris, M.Si dan Dr. Khairul

Amri, ST., M.Sc.Stud selaku Tim penilai dan penguji yang telah memberikan

kritik dan saran untuk kelengkapan skripsi ini.

3. Bpk. Dassung dan Muh. Syafaruddin, yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di kawasan budidaya rumput laut yang

dimilikinya.

4. Kanda Nita, Laboratoran lab. Oseanografi Kimia yang telah memberikan

arahan kepada penulis selama proses penelitian

5. Bpk. Ridwan, selaku Staff Tata Usaha jurusan Ilmu Kelautan yang telah

membantu menyelesaikan berkas-berkas yang dibutuhkan dalam

penyelesaian skripsi

Page 8: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

v

6. Saudara-saudari seperjuangan jurusan Ilmu Kelautan angkatan 2013

“KERITIS” (Kuasasari, St. Anisah, Idha Rachmaniar, Mutmainnah, Ayu

Lestari, M. Safa Thalib dan saudara yang lain yang tidak sempat penulis

tuliskan dalam ucapan ini) yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi dan memberikan dukungan, dorongan, dan segala hal

yang baik untuk penulis. Penulis bukan “apa-apa” tanpa KERITIS.

7. Saudara-saudari jurusan Ilmu Kelautan angkatan 2011, 2012 dan 2014 yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara-saudari KKN Tematik Enrekang Gel. 93 (Atikah, Ratih, Dwi, Wiwi,

Irfan, Aynandar, Widi dan Agil) yang telah memberikan “warna lain” bagi

penulis.

9. Adik-adikku (Reski Kamajaya, Hidayat Kamajaya, dan Hikma Nurani) yang

selalu memberikan tawa dan kecerian sewaktu penulis mendapati kelelahan.

Dengan rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada mereka yang

mungkin penulis lewatkan dalam ucapan ini. Mereka yang telah berkonstribusi

dalam hal-hal yang berkaitan dengan penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu

Kelautan-UNHAS. Akhir kalimat, manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas

dari bantuan orang lain.

31 Mei 2017

Penulis

Page 9: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................... 3

C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................................. 3

D. Hipotesis ..................................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 5

A. Taksonomi Eucheuma ................................................................................ 5

B. Rumput Laut Eucheuma cottonii ................................................................. 7

C. Faktor Parameter Oseanografi .................................................................... 8

1. Arus ......................................................................................................... 8

2. Suhu ........................................................................................................ 9

3. Salinitas ................................................................................................... 9

4. Kekeruhan ............................................................................................. 10

5. Derajat Keasaman (pH) ......................................................................... 10

6. Fosfat (PO4) ........................................................................................... 11

7. Nitrat (NO3) ............................................................................................ 12

8. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) ..................................................... 12

D. Kualitas Karaginan Rumput Laut ............................................................... 13

1. Rendemen ............................................................................................. 14

2. Kadar Air ................................................................................................ 16

Page 10: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

vii

3. Kadar Abu .............................................................................................. 16

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN .......................................................... 18

A. Tempat dan Waktu Pelaksaan Penelitian .................................................. 18

B. Bahan dan Peralatan ................................................................................ 19

C. Metode Penelitian ..................................................................................... 20

1. Penentuan Stasiun dan Pengambilan Sampel ....................................... 20

2. Penentuan dan Pengukuran Parameter Oseanografi ............................. 21

a. Arus .................................................................................................... 21

b. Suhu ................................................................................................... 21

c. Salinitas .............................................................................................. 21

d. Kekeruhan ........................................................................................... 22

e. pH ....................................................................................................... 22

f. Fosfat (PO4) ........................................................................................ 22

g. Nitrat (NO3) ......................................................................................... 23

h. Oksigen Terlarut (Dissolved oxygen) ................................................... 24

3. Pembuatan Ekstraksi Karaginan ............................................................ 25

4. Uji Kuantitas dan Kualitas Karaginan ..................................................... 25

a. Rendemen .......................................................................................... 25

b. Kadar Air ............................................................................................. 26

c. Kadar Abu ........................................................................................... 26

5. Analisis Data .......................................................................................... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 27

A. Gambaran Lokasi Budidaya Rumput Laut ................................................. 27

B. Parameter Oseanografi ............................................................................. 28

C. Kuantitas dan Kualitas Karaginan ............................................................. 31

Page 11: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

viii

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 39

A. Simpulan ................................................................................................... 39

B. Saran ........................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 40

LAMPIRAN ........................................................................................................ 46

Page 12: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Karakteristik dari tiga jenis Eucheuma yang umum ditemukan (Doty dan

Norris, (1985) dalam Doty, 1987)............................................................... 6

2. Standar mutu karaginan oleh Food Agriculture Organization (FAO), Food

Chemicals Codex (FCC) dan standar mutu karaginan

komersial.................................................................................................... 14

3. Parameter oseanografi yang diukur di stasiun Takalar dan Bantaeng....... 28

4. Hasil Analisis statistik (Independent-Samples T Test) parameter

oseanografi yang diukur di stasiun Takalar dan bantaeng......................... 30

5. Analisis statistik (Independent-Samples T Test) kuantitas dan kualitas

karaginan Eucheuma cottonii pada stasiun Takalar dan Bantaeng........... 33

6. Koefisien korelasi (Pearson’s Simple Linear Correlation) antara

rendemen dan kualitas karaginan E. cottonii dengan parameter

oseanografi................................................................................................. 34

Page 13: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Morfologi 3 jenis Eucheuma: Eucheuma cottonii (a), E. spinosum (b), E.

gelatinae (c) .................................................................................................... 6

2. Peta lokasi penelitian ................................................................................... p18

3. Ilustrasi penentuan titik dan pengambilan sampel .......................................... 20

4. Kuantitas dan kualitas karaginan dari rumput laut E. cottonii yang

dipelihara di stasiun Takalar dan Bantaeng ................................................... 32

5. Penciri stasiun dengan uji statistik Principal Component Analysis (PCA) ....... 37

Page 14: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data oseanografi fisika perairan ................................................................... 47

2. Data oseanografi kimia perairan ................................................................... 48

3. Data kuantitas dan kualitas karaginan rumput laut E. cottonii ....................... 49

4. Morfologi E. cottonii yang dipanen pada lokasi penelitian Bantaeng

(lokasi 1=a, 2=b) dan Takalar (lokasi 1=c, 2=d, 3=e) .................................... 50

5. Pengukuran parameter oseanografi: suhu (a), arus (b), DO (c),

kekeruhan (d), pH (e), nitrat dan fosfat (f) ..................................................... 51

6. Proses ekstraksi karaginan: pengeringan (a), penimbangan (b),

pencucian (c), pemotongan (d), perendaman (e), penghancuran (f),

penyaringan (g), sebelum penambahkan propanol (h), penambahan

propanol (i), setelah penambahan propanol (j), dan oven (k) ........................ 52

7. Karaginan hasil ekstraksi rumput laut E. cottonii yang dibudidayakan di

Takalar (T) dan Bantaeng (B) ....................................................................... 53

8. Proses uji kadar air: penimbangan cawan dan karaginan (a), oven (b),

pendinginan (c) dan penimbangan akhir (d) ................................................. 54

9. Proses uji kadar abu karaginan: penimbangan karaginan (a),

memasukkan dalam furnace (b), pengabuan (c), hasil pengabuan (d)

dan penimbangan akhir (e) ........................................................................... 55

10. Analisis statistik uji Independent Samples- T Test parameter oseanografi

perairan ........................................................................................................ 56

11. Analisis statistik uji Independent Samples- T Test kuantitas dan kualitas

karaginan Eucheuma cottonii ....................................................................... 57

12. Analisis statistik uji Pearson’s Simple Linear Correlation parameter

oseanografi dengan kuantitas dan kualitas karaginan Eucheuma cottonii .... 58

Page 15: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu produk komoditas hasil laut yang memiliki sejarah panjang

dalam pemanfaatan dan ekspor adalah rumput laut. Permintaan bahan baku

rumput laut terus meningkat seiring dengan perkembangan pemanfaatan zat

yang dihasilkan atau kandungan seperti alginat, agar-agar, karaginan dan zat-zat

lain. Dengan adanya berbagai macam kandungan dari rumput laut

mengakibatkan banyak industri yang memanfaatkannya seperti industri

makanan, kosmetik, farmasi, tekstil dan food supplement (Hambali et al., 2004).

Rumput laut tersebar hampir diseluruh perairan nusantara (Hambali et al.,

2004), persebaran rumput laut sebanyak 8,6% dari jumlah total biota di laut

(Dahuri, 1998). Santosa (2003); Surono (2004) dalam Suparmi dan Sahri (2009)

melaporkan bahwa Indonesia memiliki sumberdaya plasma nutfah rumput laut

sebanyak 6,42 % dari total biodiversitas rumput laut dunia.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan, dikembangkan dan

diperdagangkan secara luas di Indonesia adalah jenis karaginofit, agarofit dan

alginofit. Jenis karaginofit atau sumber karaginan dari jenis rumput laut

Eucheuma spinosum, Eucheuma edule, Eucheuma serra, Eucheuma cottonii,

dan Eucheuma spp. Jenis agarofit atau sumber agar-agar dari Gracilaria spp.,

Gelidium spp. dan Gelidiella spp. Sedangkan alginofit atau sumber alginat dari

jenis Sargassum spp., Laminaria spp., Ascophyllum spp. dan Macrocystis spp.

(Ditjen PEN, 2013).

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak

dibudidayakan di Sulawesi Selatan karena mempunyai nilai ekonomis penting

yaitu sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan,

karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat yaitu

Page 16: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

2

karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik,

makanan dan lain-lain (Mubarak et al., 1990).

Kualitas rumput laut dapat diketahui berdasarkan kandungan

karaginannya. Kualitas karaginan tergantung pada beberapa faktor, salah

satunya adalah tingkat pertumbuhan rumput laut (Harun et al., 2013). Untuk

dapat tumbuh dengan baik perlu diperhatikan kondisi ekologi habitat seperti

karakteristik fisik perairan (Wijayanto et al., 2011). Parameter ingkungan perairan

sangat memengaruhi pertumbuhan dan kandungan karaginan rumput laut (Ohno

et al. (1994); Hayashi et al. (2007); Hung et al. (2008)). Hasil penelitian Alam

(2011), menunjukkan bahwa kandungan dan kualitas karaginan Eucheuma

spinosum yang tumbuh di daerah laut terbuka, lebih tinggi bila dibandingkan

dengan yang tumbuh di daerah muara. Karakteristik ekologi dari suatu lokasi

seperti parameter arus, dasar perairan, kedalaman, kadar garam dan kecerahan,

dapat memengaruhi pertumbuhan rumput laut (Sudradjat, 2015).

Di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng dan Takalar perairannya

banyak dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya rumput laut. Kedua daerah ini

mempunyai karakteristik perairan yang berbeda-beda. Kawasan budidaya

rumput laut Bantaeng memiliki kondisi oseanografi yang berbeda antara musim

hujan dan kemarau. Pada musim hujan memiliki suhu antara 29–39 ºC, salinitas

25–32 ppt, kecepatan arus 0,01 cm/detik, sedangkan pada musim kemarau,

kondisi suhu antara 30–39 ºC, salinitas 26,1–35 ppt, kecepatan arus 0,12

cm/detik (Asni, 2015). Kondisi oseanografi budidaya rumput laut di Takalar

memiliki suhu 30,6 ºC, salinitas 30,33 ppt, kecepatan arus 0,05 cm/detik (Alam,

2011).

Data tersebut memperlihatkan adanya perbedaan kondisi faktor

oseanografi di kedua kawasan budidaya rumput laut, selain itu keduanya juga

membudidayakan jenis rumput laut yang sama yaitu Eucheuma cottonii. Hal ini

Page 17: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

3

menjadi dasar penelitian untuk menjadikan keduanya sebagai lokasi untuk

mengetahui pengaruh faktor oseanografi terhadap kuantitas dan kualitas

karaginan rumput laut Eucheuma cottonii.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, maka perlu dirumuskan

masalah untuk mengetahui apakah parameter oseanografi yang berbeda di

kedua lokasi budidaya rumput laut akan berpengaruh terhadap kuantitas dan

kualitas karaginan dari rumput laut Eucheuma cottonii. Parameter oseanografi

fisika yang diukur adalah kecepatan arus, suhu, salinitas dan kekeruhan.

Parameter oseanografi kimia yang diukur adalah pH, fosfat, nitrat dan oksigen

terlarut. Uji kuantitas karaginan yang dilakukan adalah menghitung rendemen.

Sedangkan uji kualitas karaginan yang dilakukan adalah kadar air dan kadar abu

karaginan.

C. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter

oseanografi fisika maupun kimia terhadap kuantitas dan kualitas karaginan

rumput laut Eucheuma cottonii yang tumbuh di kawasan budidaya rumput laut di

Kabupaten Takalar dan Bantaeng.

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi acuan bagi

petani rumput laut untuk lebih memperhatikan kondisi parameter oseanografi

budidaya rumput laut agar menghasilkan rumput laut yang berkualitas.

Page 18: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

4

D. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah:

Ho= Tidak terdapat pengaruh faktor oseanografi terhadap kuantitas dan kualitas

karaginan Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di Kabupaten Takalar dan

Bantaeng.

H1= Terdapat pengaruh faktor oseanografi terhadap kuantitas dan kualitas

karaginan Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di Kabupaten Takalar dan

Bantaeng.

Page 19: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taksonomi Eucheuma

Eucheuma pertama kali diterapkan dengan nama Fucus denticulatus NL

Burman pada tahun 1768. Julukan tersebut berlanjut hingga tahun 1987 sebagai

Eucheuma denticulatum (Burman) Collin & Hervey 1917. Pada tahun 1771

Linnaeus mencoba untuk menggantikan nama Burman pada nama Fucus

denticulatus sebagai Eucheuma spinosum (L) J. Agardh (Doty, 1987). Pada

tahun 1847 Eucheuma dijadikan sebagai genus oleh J. Agardh, terdapat tujuh

spesies salah satunya adalah E. “spinosa” beredasar pada Sphaerococcus

spinosus C. Agardh, secara bergantian didasarkan pada spesies sebelumnya

termasuk Fucus spinosus Linnaeus dan Fucus muricatus Gmelin, pada akhirnya

didasarkan pada nama Burman yang sebelumnya yaitu Fucus denticulatus.

Pada tahun 1970-an Doty dan Alvarez (1975) menemukan satu jenis

Eucheuma yaitu Eucheuma alvarezii. Studi dan identifikasi Eucheuma terus

berlanjut untuk mendeskripsikan spesies baru. Untuk itu perlu melihat morfologi

secara detail setidaknya sampai ada temuan bahwa berbagai jenis karaginan

benar-benar diproduksi oleh eucheumatoids yang berbeda (Doty dalam Tan ji,

2013). Berdasarkan hal tersebut, Doty (1987) memunculkan genus

Kappaphycus, yang pada dasarnya terdiri dari spesies yang dapat memproduksi

kappa-karagenan, kemudian dibudidayakan sebagai Kappaphycus alvarezii

(Eucheuma alvarezii) yang bertujuan untuk produksi karaginan komersial.

Penamaan cottonii pada Eucheuma muncul dari nama salah satu dari empat

kelompok spesies yang diakui dalam kelompok Eucheuma yang diusulkan oleh

Maxwell Doty adalah; 1) Eucheuma, 2) Gelatiformia (=Betaphycus), 3)

Anaxiferae, dan 4) Cottoniformia (=Kappaphycus) (Fredericq et al., 1999).

Page 20: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

6

Lebih dari 95% Eucheuma yang dibudayakan di dunia sekarang ini

berasal dari jenis Eucheuma alvarezii Doty, Eucheuma denticulatum Collins &

Hervey dan Eucheuma gelatinae J. Agardh (Doty, 1987). E. spinosum memiliki

ciri umum thallus silindris, permukaan licin, warna coklat tua, hijau-coklat, hijau

kuning atau merah ungu. Ciri khusus memiliki duri-duri yang tumbuh berderet

melingkari thallus. E. cottonii memiliki thallus silindris, permukaan licin,

cartilagineus (Doty, 1987). Perbedaan ketiga jenis Eucheuma secara rinci dapat

dilihat dengan memerhatikan karakteristik morfologi dan keberadaan sifat dari

jaringan inti (Tabel 1, Gambar 1).

Tabel 1. Karakteristik dari tiga jenis Eucheuma yang umum ditemukan (Doty dan Norris, (1985) dalam Doty, 1987)

Nama Eucheuma Karakter Morfologi Karaginan dan sulfat Nama Umum Spesies Percabagan Axis

Spinosum E. denticulatum

Percabangan melingkar atau intervalnya bisa diperediksi

Silindris, tegak dengan inti rhizoid

Iota sulfat 30% atau lebih

Cottonii E. alvarezii Tidak teratur Tegak tanpa inti rhizoid

Kappa sulfat 28% atau kurang

Gelatinae E. gelatinae Bilateral atau dorsi-ventral

Pipih, tegak dengan inti rhizoid

Gamma,beta & kappa sulfat 20 %

Gambar 1. Morfologi 3 jenis Eucheuma: Eucheuma cottonii (a), E. spinosum (b),

E. gelatinae (c)

a b

c

Page 21: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

7

B. Rumput Laut Eucheuma cottonii

Eucheuma cottonii merupakan penghasil karaginan untuk daerah tropis

(Anggadiredja et al., 2006). Karaginan memiliki peranan penting sebagi

stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengentalan),

pembentuk gel, pengemulsi, dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan pada

industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi, dan industri

lainnya (Winarno, 1990).

Eucheuma cottonii memiliki thallus silindris, permukaan licin, cartilagineus

(lunak seperti tulang rawan) dengan bentuk thallus yang bervariasi (Kadi dan

Atmadja, 1988). Bentuk percabangan dichotomous dan trichotomous dengan

ujung thallus runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan) dan

duri untuk melindungi gametangia (Anggadiredja et al., 2006).

Klasifikasi Eucheuma cottonii menurut Doty (1987) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Rhodophyta

Class : Rhodophyceae

Order : Gigartinales

Family: Solieracea

Genus :Eucheuma

Species :Eucheuma alvarezii (= Kappaphycus alvarezii)

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak

dibudidayakan di Sulawesi Selatan karena mempunyai nilai ekonomis penting

yaitu sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan,

karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat yaitu

Page 22: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

8

sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain

(Mubarak et al., 1990).

C. Faktor Parameter Oseanografi

Faktor oseanografi merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam

budidaya rumput laut. Kualitas rumput laut yang dihasilkan sangat tergantung

pada kondisi lingkungannya, jika lingkungannya baik dan sesuai maka kualitas

yang dihasilkan juga akan baik (Harun et al., 2013; Wijayanto et al., 2011). Salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas karaginan rumput laut yaitu

tingkat pertumbuhan rumput laut (Harun et al., 2013). Untuk dapat tumbuh

dengan baik perlu diperhatikan kondisi ekologi habitat seperti karakteristik fisik

dan kimia yang terdiri dari parameter arus, dasar perairan, kedalaman, kadar

garam, kecerahan perairan, dan nutrien dalam bentuk nitrat dan fosfat (Wijayanto

et al., 2011; Sudradjat, 2015).

1. Arus

Arus merupakan gerakan mengalir oleh suatu massa air, terjadi akibat

adanya faktor seperti tiupan angin, gerakan gelombang panjang, perubahan

densitas air laut dan pasang surut (Nontji, 1993). Tingkat kesuburan lokasi

penanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air (berombak dan arus).

Menurut Syamsuddin (2014), arus sangat memengaruhi kesuburan rumput laut

karena melalui pergerakan air, nutrient yang sangat dibutuhkan dapat tersuplai

dan terdistribusi dan dapat meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut.

Kecepatan arus yang dianggap sesuai untuk budidaya rumput laut adalah

20–30 cm/det (Kankan, 2006). Meskipun rumput laut masih bisa tumbuh pada 40

cm/det (Aslan, 1991), kecepatan arus sebesar itu dapat merusak konstruksi

budidaya dan mematahkan percabangan rumput laut.

Page 23: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

9

2. Suhu

Suhu merupakan parameter fisik yang dapat memberikan pengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan dan pertumbuhan

biota laut. Suhu adalah pengendali kecepatan reaksi biokimia di dalam tubuh dan

berperan dalam laju metabolisme biota akuatik melalui perubahan aktivitas

molekul yang terkait (Syamsuddin, 2014). Suhu air sangat berpengaruh terhadap

beberapa fungsi fisiologis rumput laut seperti fotosintesa, respirasi, metabolisme,

pertumbuhan dan reproduksi (Dawes, 1998). Kisaran suhu sangat dipengaruhi

oleh intensitas cahaya matahari, salinitas, dan arus-arus global yang masuk

keperairan (Rani et al., 2012). Menurut De San (2012), suhu yang ideal untuk

tumbuh adalah antara 20–32oC, namun apabila terjadi perubahan suhu secara

tiba-tiba, walaupun masih berada dalam kisaran suhu yang ideal, dapat juga

berefek negatif terhadap pertumbuhan rumput laut.

Menurut Kadi dan Atmadja (1988), kisaran suhu perairan yang baik untuk

Eucheuma cottonii adalah 27–30ºC, dengan suhu air optimal antara 26–30ºC

(Anggadiredja et al.,2006). Kenaikan suhu hingga 32ºC akan menghambat

proses fotosintesis. Meskipun begitu, Soegiarto et al. (1978); Afrianto dan

Liviawaty (1993) dalam Asni (2015) menyatakan bahwa rumput laut tumbuh dan

berkembang dengan baik pada perairan dengan kisaran suhu 26–33ºC.

3. Salinitas

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah (gr) zat-zat yang larut dalam satu

kilogram air laut, dengan anggapan bahwa semua karbonat telah diubah

menjadi oksida-oksidanya, brom dan jodium digantikan oleh chlor dan semua

bahan-bahan organik telah dioksidasi dengan sempurna (Rahardjo dan Sanuri,

1993).

Page 24: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

10

Salinitas sangat berperan dalam budidaya rumput laut. Kisaran salinitas

yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut

terganggu. Salinitas juga memengaruhi penyebaran makroalgae di lautan.

Makroalgae yang memiliki sifat eurihalin akan tersebar lebih luas dibandingkan

dengan makroalgae yang memiliki sifat stenohalin (Alam, 2011). Salinitas

menjadi faktor pembatas rumput laut untuk tumbuh, terutama jika terjadi

penurunan secara drastis. Kisaran salinitas untuk rumput laut dapat tumbuh

dengan baik adalah 23–38 ppt (De San, 2012). Meskipun begitu, salinitas yang

baik untuk pertumbuhan Eucheuma sp.berkisar 28–33 ppt (Soenardjo, 2003),

menurut Anggadiredja et al. (2006) adalah 28–30 ppt, sedangkan menurut

Syamsuddin (2014) adalah 30–38 g/L.

4. Kekeruhan

Kekeruhan adalah sifat optik air yang diukur berdasarkan banyaknya

cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terlarut dan

tersuspensi di dalam air. Peningkatan nilai kekeruhan pada perairan dangkal dan

jernih sebanyak 24 NTU dapat mengurangi 13%–50% tingkat produktifitas primer

(Syamsuddin, 2014).

Tingkat kejernihan air yang tinggi sangat dibutuhkan pada budidaya ruput

laut, sehingga cahaya dapat maksimal masuk ke dalam air. Intensitas sinar yang

diterima secara sempurna oleh thallus merupakan faktor utama dalam proses

fotosintesis. Kondisi air yang jernih dengan tingkat transparansi sekitar 1,5 meter

cukup baik bagi pertumbuhan rumput laut (Serdiati & Widiastuti, 2010).

5. Derajat Keasaman (pH)

Salah satu parameter kimia perairan yang dijadikan petunjuk baik

buruknya suatu perairan dan menjadi indikator keseimbangan unsur kimia

Page 25: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

11

seperti hara dan mineral adalah pH, sehingga pH dijadikan indikator produktivitas

perairan (Hutabarat dan Evans, 1985).

Air laut terdiri dari air tawar dengan garam 3,5%. Molekul air laut terdiri

dari dua atom H+ dan satu atom O2-. Karena kandungan ion H+ Inilah yang

menyebabkan adanya parameter kimia yang disebut pH yang merupakan suatu

skala untuk mengukur keasaman atau kebasaan suatu larutan. Nilai pH

bervariasi antara 0–14. pH dalam artian kimiawi merupakan suatu ekpresi dari

konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air (Dickson, 1993). Tingkat keasaman

(pH) bisa menjadi penghambat kelangsungan hidup organisme. Perairan dengan

pH tinggi dapat menjadi indikator apakah suatu perairan tercemar atau tidak

(Rani et al., 2012).

Menurut Aslan (1991), kisaran nilai pH untuk rumput laut agar dapat

tumbuh dan berkembang adalah 8,9. Syamsuddin (2014) mengatakan pH

optimal untuk budidaya Eucheuma sp. berkisar antara 7–9.

6. Fosfat (PO4)

Fosfat merupakan salah satu unsur dari sekian banyak unsur yang

terkandung dalam air laut. Fosfat dalam suatu perairan dapat ditemukan dalam

bentuk senyawa terlarut, tersuspensi, dan terikat di dalam sel organisme

(Hutagalung et al., 1997). Fosfat merupakan unsur yang esensial bagi algae

aquatik serta sangat memengaruhi tingkat produktivitas perairan (Effendi, 2003).

Kisaran fosfat yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0,051 ppm–

1,00 ppm (Indriani dan Sumiarsih,1991 dalam Fikri et al., 2015).

Daur ulang fosfat melibatkan banyak interaksi antara tumbuhan dan

hewan, antara senyawa organik dan anorganik, dan antara kolom air dan

permukaan serta substrat (Hutabarat dan Evans, 1983). Misalnya, beberapa

hewan membebaskan sejumlah besar fosfat terlarut dalam kotorannya. Fosfat ini

Page 26: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

12

kemudian terlarut dalam air sehingga tersedia bagi tumbuh-tumbuhan. Sebagian

senyawa fosfat anorganik mengendap ke dasar laut dalam bentuk mineral.

7. Nitrat (NO3)

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang stabil karena adanya oksigen

bebas di dalam air. Selain itu, nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan

alami yang terbentuk melalui proses nitrifikasi yaitu oksidasi NH4 menjadi NO2

kemudian menjadi NO3. Selain dari proses nitrifikasi, nitrat dalam perairan

berasal dari limpasan air permukaan, difusi dari atmosfer ke dalam air dan dapat

berasal dari bawaan aliran air hujan (Hutabarat dan Evans, 1983).

Nitrat menggambarkan senyawa mikronutrien penghasil produktifitas

primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Kadar nitrat di daerah eufotik

dipengaruhi oleh transportasi nitrat ke daerah tersebut, oksidasi amoniak oleh

mikroorganisme dan pengambilan nitrat untuk produktivitas primer (Hutagalung

et al., 1997).

Tambaru dan Samawi (1996) menyatakan bahwa kebutuhan nitrat setiap

alga sangat beragam. Apabila kadar nitrat dibawah 0,1 atau diatas 4,5 mg/L,

maka nitrat menjadi faktor pembatas. Sulistijo (1996) dalam Fikri et al. (2015)

mengatakan agar rumput laut dapat tumbuh optimal, diperlukan kandungan nitrat

antara 0,9–3,5 ppm. Syamsuddin (2014) juga memberikan kisaran nitrat untuk

budidaya air laut yaitu 0,9–3,2 mg/L.

8. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut (Dissolved oxygen) merupakan gas yang terlarut dalam

perairan (Syamsuddin, 2014) yang dapat dimanfaatkan oleh organisme perairan

untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Oksigen

dalam perairan berasal dari proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tanaman

Page 27: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

13

air lainnya, difusi dari udara (Andriani, 1999), dan dapat pula terbawa aliran air

(Syamsuddin, 2014).

Turunnya kadar oksigen terlarut di perairan, dapat menyebabkan

terganggunya ekosistem perairan yang akhirnya dapat mengakibatkan

berkurangnya populasi biota (Patty et al., 2015). Terjadinya penurunan kadar

oksigen terlarut dalam perairan sangat dipengaruhi oleh meningkatnya bahan-

bahan organik yang masuk ke perairan. Selain itu, dipengaruhi juga oleh

kenaikan suhu, salinitas, respirasi, adanya lapisan di atas permukaan air,

terdapatnya senyawa yang mudah teroksidasi dan tekanan atmosfir (Reid, 1961;

Welch, 1980 dalam Simanjuntak, 2007).

Standar baku mutu oksigen terlarut untuk budidaya rumput laut adalah 2–

8 mg/L (Syamsuddin, 2014). Selain itu, KLH No. 51 (2004) menetapkan standar

oksigen terlarut untuk perairan agar biota dapat hidup adalah > 5 mg/L.

D. Kualitas Karaginan Rumput Laut

Karaginan merupakan senyawa polisakarida yang disusun oleh senyawa

3.6 anhidrogalaktosa yang diperoleh dari ekstraksi rumput laut merah dengan

menggunakan air panas atau larutan alkali pada temperatur tinggi. Sebagian

besar mengandung natrium, magnesium, dan kalsium yang banyak digunakan

sebagai bahan pembuat gel dan pengental atau penstabil pada sediaan

makanan, farmasi, serta kosmetik (Peranginangin et al., 2013).

Karaginan komersial memiliki berat molekul massa rerata 400.000–

600.000 Da. Selain galaktosa dan sulfat, beberapa karbohidrat juga dapat

ditemukan, seperti xylose, glucose, uronic acids, dan substitute seperti methyl

esters dan grup pyruvate (van de Velde et al., 2002).

Secara umum tipe atau jenis karaginan diidentifikasi secara tradisional

oleh Greek Prefix dan terdapat jenis karaginan yang umum dan penting yaitu

Page 28: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

14

Iota(ι), kappa(κ) dan lambda(λ). Iota karaginan diproduksi dari jenis rumput laut

E. denticulatum (E. spinosum), kappa diproduksi jenis rumput laut E. cottonii (K.

alvarezii) dan lambda diproduksi dari jenis Gigartina dan Chondrus (van de Velde

et al., 2002; Doty, 1987).

Di Indonesia belum ada standar mutu kualitas dan kuantitas karaginan

dari hasil ekstrasi rumput laut, namun secara Internasional telah ditetapkan

spesifikasi mutu karaginan sebagai syarat minimum yang diperlukan bagi industri

pengolahan rumput laut. Standar mutu karaginan yang telah diakui dikeluarkan

oleh Food Agriculture Organization (FAO), Food Chemicals Codex (FCC) dan

standar mutu karaginan komersial (Tabel 2). Kualitas karaginan dinilai

berdasarkan kandungannya seperti rendemen, kadar abu dan kadar air.

Tabel 2. Standar mutu karaginan oleh Food Agriculture Organization (FAO), Food Chemicals Codex (FCC) dan standar mutu karaginan komersial

Sumber : A/S Kobenhvsn Pektifabrik dalam Suryaningrum dan Murdinah, (2009).

1. Rendemen

Rendemen merupakan persentase karaginan yang dihasilkan dari rumput

laut kering (Bunga et al., 2013). Rendemen bahan kering dipengaruhi kadar air

bahan awal dan akhir yang diinginkan. Semakin tinggi kadar air dalam tepung

karaginan, maka berat akhir yang dihasilkan akan semakin tinggi pula.

Persentase rendeman juga dipengaruhi oleh konsentrasi basa pada saat

pengolahan. Semakin tinggi konsentrasi basa, kadar rendemen yang dihasilkan

Page 29: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

15

juga akan semakin tinggi. Hasil rendemen karaginan yang diekstraksi dengan

NaOH 0,7–0,9 N akan menghasilkan rendemen yang baik dan tidak signifikan

berbeda ketika menggunakan aquades (59,07% dan 53,51%) (Jati, 2012).

Selanjutnya Ega et al. (2016) dengan menggunakan larutan KOH 12%

menghasilkan karaginan yang baik dengan kadar rendemen 45,26 %, kadar air

9, 23 % dan kadar abu 33,68%.

Rendemen karaginan yang baik (87,70%) didapatkan dari rumput laut

yang dipelihara di kedalaman 30 cm (Fikri et al., 2015). Selain itu, umur panen

juga memengaruhi. Pada umur 20 hari, jumlah total rendemen karaginan lebih

besar daripada yang dipanen pada hari ke 30 dan 50 (Bunga et al., 2013).

Widyastuti (2010) menemukan rumput laut yang dipanen antara umur 15–45 hari

memiliki kadar rendeman yang baik. Hal ini menunjukkan rumput laut memiliki

batas pertumbuhan. Jika melebihi batas tumbuh, kadar rendemen karaginan

akan menurun, karena energi yang digunakan untuk memproduksi karaginan

beralih digunakan untuk tumbuh. Ketika pertumbuhan alga memasuki periode

eksponensial, alga lebih banyak mensintesis protein sehingga pembentukan

dinding sel (polisakarida) dan cadangan makan lebih sedikit (Eidman, 1991).

Selain itu, Eucheuma mempunyai 2 fase siklus kehidupan yaitu fase vegetatif

dan generatif (Meiyana et al., 2001). Pada fase vegetatif, energi didistribusikan

untuk pertumbuhan dan pembentukan karaginan. Kemudian dilanjutkan dengan

fase generatif dimana energi untuk produksi karaginan direduksi untuk proses

generatif sehingga kandungannya menurun sedangkan pertumbuhan tetap

berjalan sampai mencapai titik maksimal.

Penurunan rendemen juga diakibatkan karena sifat karaginan yang

mudah larut dalam air sehingga mudah terurai dan membentuk fraksi/molekul

yang lebih sederhana (Sudrajat, 2015). Standar minimum rendemen karaginan

Page 30: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

16

yang ditetapkan oleh departemen perdagangan adalah 25% dari berat kering

rumput laut.

2. Kadar Air

Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kandungan air dalam karaginan. Kadar air ini adalah salah satu peubah syarat

mutu yang perlu diperhatikan, karena umumnya produk karaginan harus aman

untuk disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Mutu karaginan ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air

tepung, mutunya semakin jelek. Tingginya kadar air karaginan dapat berakibat

tumbuhnya jamur-jamur penghasil mikotoksin (racun) yang sangat berbahaya

bagi kesehatan manusia. Kadar air karaginan E. cottoni pada periode usia antara

15–45 hari menurun sejalan bertambahnya umur rumput laut (Widyastuti, 2010).

Terjadinya penurunan kadar air tersebut diakibatkan adanya pembentukan

polimer karaginan dan karbohidrat yang melepaskan molekul air dalam proses

sintesis polimer tersebut. Standar mutu kadar air karaginan yang ditetapkan oleh

EEC dan FAO/WHO, maksimum sebesar 12% untuk E. cottonii.

3. Kadar Abu

Kandungan abu menunjukkan besarnya kandungan mineral pada

karaginan yang tidak terbakar selama proses pengabuan (Bunga et al., 2013).

Rumput laut mengandung mineral yang cukup tinggi seperti Na, Ca, K, Cl, Mg,

Fe, S dan trace element terutama iodium (Sukri, 2006 dalam Bunga et al., 2013).

Kadar abu karaginan pada rumput laut meningkat pada usia >15 hari, namun

masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh FAO/EEC. Standar mutu

kadar abu karaginan yang ditetapkan oleh FAO/EEC sebesar 15–40%, dengan

nilai FCC maksimum sebesar 35% (Syamsuar, 2006 dalam Widyastuti, 2010).

Page 31: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

17

Hal tersebut berkaitan dengan meningkatnya kadar karaginan dan nutrisi sejalan

dengan bertambahnya umur tanaman.

Page 32: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

18

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November–Desember 2016.

Pengambilan sampel dilakukan di Desa Batu-batu Kec. Galesong Utara, Kab.

Takalar untuk stasiun Takalar, sedangkan untuk stasiun Bantaeng dilakukan di

Desa Bakara, Kec. Pajukukang, Desa Mattoanging, Kec. Bisappu, Kab.

Bantaeng (Gambar 2).

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Ekstraksi, uji kuantitas dan kualitas karaginan E. cottonii dilakukan di

Laboratorium Oseanografi Kimia, Laboratorium Oseanografi Fisika dan

Geomorfologi Pantai, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page 33: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

19

B. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga merah Eucheuma

cottonii. Bahan lain yang digunakan untuk mengekstraksi karaginan dari E.

cottonii adalah aquades, ethanol, NaOH 1%. Analisis nitrat menggunakan Iarutan

Brucine (C23H26N2O4) + Asam sulfonili (C6H7NO35) sebagai pereaksi larutan untuk

menentukan nitrat, asam sulfat pekat (H2SO4) untuk mengasarkan larutan. Untuk

analisis fosfat digunakan larutan pengosid fosfat yang berfungsi sebagai larutan

pereaksi, yaitu campuran larutan amonium molybdate 4%, larutan asam sulfat

2,5 M, larutan asam askorbik 2%, dan larutan asam borat 2% sebagai larutan

indikator. Bahan untuk analisis oksigen terlarut (Dissolved oxygen) adalah

MnSO4.H2O, alkali-iodida-asida, asam sulfat pekat (H2SO4), Na-Thiosulfat 0,025

N.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning

System) untuk menentukan posisi titik setiap lokasi, kantong sampel untuk

menyimpan sampel, termometer untuk mengukur suhu, handrefractometer untuk

mengukur salinitas, pH meter untuk mengukur pH, layang-layang arus untuk

mengukur kecepatan arus, turbidimeter untuk mengukur kekeruhan, timbangan

digital untuk menimbang berat sampel, cool box untuk menyimpan sampel,

spektrofotometer DREL 2800 untuk menghitung nilai fosfat dan nitrat, gunting

untuk menggunting rumput laut, gelas piala 500 ml, hot plate untuk memanaskan

rumput laut hingga hancur atau menjadi gel, cawan untuk rumput laut yang akan

di oven, oven untuk memanaskan hasil rendemen karaginan, cawan porselin

sebagai tempat sampel pada proses uji kadar air dan kadar abu karaginan,

desikator sebagai alat untuk memertahankan kadar air selama proses

mendinginkan sampel, kain kasa untuk proses penyaringan dan wadah untuk

penyimpanan sampel. Alat lain yang digunakan pada proses pengukuran nitrat,

Page 34: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

20

fosfat dan DO adalah erlemeyer, tabung reaksi, rak tabung, pipet ukur, botol

terang, gelas ukur.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian meliputi penentuan stasiun dan pengambilan sampel,

penentuan dan pengukuran parameter oseanografi, ekstraksi karaginan, uji

kuantitas dan kualitas karaginan serta analisis data.

1. Penentuan Stasiun dan Pengambilan Sampel

Penentuan stasiun pengambilan sampel rumput laut di Takalar dan

Bantaeng dilakukan pada lokasi budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang

akan segera dipanen. Parameter yang sama meliputi bibit Eucheuma cottonii,

umur panen, metode budidaya, dan proses pemeliharaan rumput laut yang

menggunakan metode longline. Pemilihan posisi pengambilan sampel dilakukan

secara acak dan diperhitungkan untuk mewakili seluruh populasi yang ada.

Di Kabupaten Takalar diambil tiga lokasi budidaya rumput laut sedangkan

di Kabupaten Bantaeng diambil dua lokasi budidaya rumput laut. Penentuan

lokasi sebagai ulangan dilakukan pada setiap lokasi dengan mengambil tiga

bentangan yaitu di sudut kiri bawah, tengah dan sudut kanan atas yang akan

dihitung sebagai replikasi daerah Takalar dan Bantaeng.

Gambar 3. Ilustrasi penentuan titik dan pengambilan sampel

Page 35: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

21

2. Penentuan dan Pengukuran Parameter Oseanografi

Penentuan parameter oseanografi dihubungkan dengan faktor pembatas

untuk pertumbuhan rumput laut E. cottonii. Parameter oseanografi fisika yang

diukur adalah kecepatan arus, suhu, salinitas dan kekeruhan, sedangkan

parameter kimianya adalah pH, fosfat, nitrat dan oksigen terlarut. Metode

pengukuran parameter oseanografi tergantung pada jenis pengukuran.

a. Arus

Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan layang-layang arus.

Layang-layang arus diletakkan pada lokasi perairan yang telah ditentukan. Stop

watch dinyalakan dan kemudian dihentikan ketika tali pada layang-layang arus

meregang. Waktu yang tercatat pada stopwatch dicatat. Nilai kecepatan arus

(Triatmodjo, 1999) dihitung dengan rumus:

𝑉 =𝑆

𝑡

dengan, V =kecepatan arus (cm/detik)

S =panjang tali layang-layang arus

t =waktu yang diperlukan hingga tali menegang (detik)

b. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan langsung di lokasi menggunakan termometer

dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing lokasi. Pengukuran suhu

dilakukan dengan mencelupkan termometer ke dalam perairan, penunjukan

termometer kemudian dicatat sebagai nilai suhu lokasi.

c. Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan langsung di lokasi menggunakan

handrefractometer dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing lokasi.

Pengukuran dilakukan dengan mengambil satu tetes air laut, kemudian

Page 36: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

22

diteteskan pada bagian atas handrefractometer, lalu dilihat dengan

mengarahkannya ke cahaya. Nilai yang ditunjukkan oleh batas warna biru

kemudian dicatat sebagai nilai salinitas perairan.

d. Kekeruhan

Pengukuran kekeruhan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan

turbiditimeter dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing lokasi. Pengukuran

dilakukan dengan mengambil sampel air laut kemudian dimasukkan ke dalam

cool box dan dibawa ke Laboratorium. Setelah di Laboratorium, sampel air

dimasukkan ke dalam botol turbiditimeter, dikocok dan dimasukkan ke dalam

turbiditimeter. Nilai yang tertera pada layar dicatat sebagai nilai kekeruhan.

e. pH

Pengukuran pH dilakukan langsung di lokasi menggunakan pH meter

dengan tiga kali ulangan untuk masing-masing lokasi. Pengukuran dilakukan

dengan mengambil sampel air dan dimasukkan ke dalam wadah, selanjutnya

mencelupkan elektroda pH meter ke dalam wadah yang berisi sampel air

tersebut. Nilai yang tertera pada layar dicatat sebagai nilai pH perairan.

f. Fosfat (PO4)

Kisaran optimum fosfat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rumput laut

dianalisis dengan cara APHA (1992).

1. Sebanyak 50 ml air sampel disaring dengan kertas saring Whatman no. 42.

2. Mengambil 2,0 ml air sampel yang telah disaring, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

3. Ditambahkan 2,0 ml H2SO4 1% lalu diaduk.

Page 37: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

23

4. Kemudian di tambahkan 3,0 ml larutan pengoksid fosfat (campuran antara

asam sulfat 2,5 M, asam ascorbic dan ammonium molybadate lalu diaduk.

Dibiarkan satu jam agar terjadi reaksi sempurna.

5. Kadar fosfat yang terkandung dalam larutan yang telah dibuat dapat

diketahui dengan memasukkan tabung reaksi yang berisi larutan blanko ke

dalam tabung Spektrofotometer DREL 2800 dengan pada panjang

gelombang 660 nm. Nilai fosfat yg tertera pada layar Spektrofotometer

kemudian dicatat.

g. Nitrat (NO3)

Kisaran optimum nitrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rumput laut

dianalisis dengan cara APHA (1992).

1. Sebanyak 50 ml air sampel disaring dengan kertas saring Whatman no. 42.

2. Mengambil 5,0 ml air sampel yang telah disaring, dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

3. Ditambahkan 0,5 ml Brucine lalu diaduk. Dibiarkan 2–4 menit.

4. Kemudian ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat lalu aduk dan dibiarkan

sampai dingin.

5. Kadar nitrat yang terkandung dalam larutan yang telah dibuat dapat

diketahui dengan memasukkan tabung reaksi yang berisi larutan blanko ke

dalam tabung Spektrofotometer DREL 2800 dengan pada panjang

gelombang 660 nm. Nilai nitrat yg tertera pada layar Spektrofotometer

kemudian dicatat.

Page 38: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

24

h. Oksigen Terlarut (Dissolved oxygen)

Pengukuran oksigen terlarut dilakukan langsung di lokasi penelitian,

dengan metode analisis yang umum digunakan untuk menganalisis kadar

oksigen dalam air laut yaitu dengan titrasi iodometri.

1. Botol BOD dicelupkan ke dalam perairan dengan posisi mengadap ke atas

sehingga air masuk ke dalam botol tanpa terjadi gelembung udara. Botol

ditutup perlahan.

2. Tutup botol dibuka dan ke dalam botol ditambahkan 2 ml MnSO4.H2O, lalu 2

ml alkali-iodida-asida.

3. Botol ditutup kembali, lalu dikocok dengan cara membolak-balikkan sebanyak

15 kali, lalu didiamkan sampai terjadi endapan di dasar botol.

4. Ke dalam botol kemudian ditambahkan 2 ml (H2SO

4), dikocok sampai

semua endapan larut. Air contoh diambil 100 ml dengan menggunakan gelas

ukur 100 ml lalu dituang ke dalam Erlenmeyer. Diusahakan tidak terjadi

gelembung. Titrasi menggunakan Na-Thiosulfat 0,025 N hingga terjadi

perubahan warna dari kuning tua ke kuning muda.

5. Kedalamnya kemudian ditambahkan 5–8 tetes indikator amilum hingga

terbentuk warna biru, lalu titrasi dilanjutkan dengan menambahkan Na-

Thiosulfat hingga larutan menjadi tidak berwarna (bening). Kadar oksigen

terlarut dalam air kemudian dihitung.

Oksigen terlarut (mg ∕ L) = 1000 × A × N × 8

Vc × Vb ∕ (Vb − 6)

dimana, A = mL larutan baku natrium tiosulfat yang digunakan (mL)

Vc = mL larutan yang dititrasi (mL)

N = kenormalan larutan natrium tiosulfat (0,025)

Vb = volume botol BOD (300 mL)

Page 39: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

25

3. Pembuatan Ekstraksi Karaginan

Sampel rumput laut ditimbang, kemudian dicuci hingga bersih dari garam

dan kotoran, lalu dipotong-potong.

Ekstraksi karaginan E. cottonii dilakukan berdasarkan metode SNI 03-70-

(1990). Sebanyak 5 g rumput laut yang telah dicuci dan dipotong-potong kecil

dimasukkan ke dalam gelas piala, lalu padanya ditambahkan akuades ± 100 ml

sampai semua rumput laut terendam, lalu didiamkan selama 24 jam. Setelah itu

dicuci hingga bersih pada air yang mengalir. Rumput laut kemudian dimasukkan

ke dalam gelas piala yang berisi aquades dan ditambahkan larutan NaOH 1 %,

lalu dipanaskan di atas pemanas air pada suhu 70–90ºC selama 3 jam, hingga

rumput laut hancur dan menjadi gel. Gel kemudian disaring dalam keadaan

panas dengan kain kasa dengan menggunakan filtering flash dan pompa vakum

yang di dalamnya berisi ± 25 ml Ethanol absolute. Hasil saringan ditampung

dalam wadah plastik, lalu dipindahkan ke dalam cawan yang telah diketahui

beratnya dalam oven pada suhu 60ºC selama 24 jam. Setelah dingin cawan

ditimbang.

4. Uji Kuantitas dan Kualitas Karaginan

Kuantitas dan kualitas karaginan E. cottonii dapat diketahui dengan

melakukan uji kuantitas dan kualitas seperti uji rendemen, kadar air dan kadar

abu pada hasil ekstraksi karaginan.

a. Rendemen

Uji kuantitas karaginan dilakukan dengan menghitung persen rendemen

(berat) hasil ekstraksi karaginan.

𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛 (%) = Berat cawan Akhir − Awal

Berat Sampel × 100

Page 40: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

26

b. Kadar Air

Menurut Sudarmadji et al. (1997), kadar air dalam karaginan dapat

dihitung dengan menimbang 1 g karaginan dalam cawan bersih yang telah

diketahui beratnya, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100–105ºC

selama 2 jam. Selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan

ditimbang.

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛 (%) =Berat cawan Awal − Akhir

Berat Sampel × 100

c. Kadar Abu

Kadar abu dalam karaginan dapat diketahui dengan menimbang

karaginan dari hasil uji kadar air dan disimpan pada cawan porselin yang telah

diketahui beratnya, kemudian dipijarkan dalam furnace pada suhu 650ºC selama

3,5 jam sampai diperoleh abu berwarna keputih-putihan. Pendinginan dilakukan

dengan memasukkannya ke dalam desikator dan dilakukan penimbangan

(Sudarmadji et al.,1997).

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 𝐾𝑎𝑟𝑎𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛 (%) =Berat cawan Awal − Akhir

Berat Sampel × 100

5. Analisis Data

Dari semua hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif

dalam bentuk grafik dan tabel. Untuk mengetahui perbedaan parameter

oseanografi, kuantitas dan kualitas karaginan E. cottonii antara dua stasiun,

dilakukan analisis statistik uji-t (Independent-Samples T Test). Hubungan antara

kuantitas dan kualitas karaginan rumput laut dan parameter oseanografi

dianalisis dengan analisis Pearson’s Simple Linear Correlation. Parameter

penciri lingkungan perairan pada kedua stasiun dianalisis dengan Principal

Component Analysis (PCA)

Page 41: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Budidaya Rumput Laut

Stasiun pengamatan dan pengambilan sampel di Takalar dilakukan di

Desa Batu-Batu, Kec.Galesong, sedangkan di Bantaeng dilakukan di Desa

Bakara, Kec. Pajukukang dan Desa Mattoanging, Kec. Bisappu.

Lokasi pengambilan sampel di Desa Batu-Batu, Kec. Galesong, Kab.

Takalar memiliki ombak yang tenang pada pagi hari dan lebih besar pada saat

menjelang sore hari. Jarak lokasi 1 dan 2 budidaya rumput laut dari garis pantai

± 700 m, jarak antara lokasi 1 dan 2 adalah ± 400 m, sedangkan antara lokasi 2

dan 3 berjarak ± 600 m. Lokasi 1 dan 2 berada ditengah-tengah areal budidaya

rumput laut yang lain. Lokasi 3 merupakan daerah budidaya rumput laut yang

paling ujung dan terjauh dari garis pantai ( ± 900 m). Rumput laut yang

dibudidayakan di lokasi ini memiliki thallus yang besar dengan percabangan

yang panjang dan rimbun (Lampiran 4).

Lokasi pengambilan sampel di Desa Bakara, Kec. Pajukukang, Kab.

Bantaeng memiliki karakteristik ombak yang sangat tenang pada pagi hingga

siang hari dan berubah lebih besar ketika menjelang sore hari, namun tidak

sebesar ombak yang ada pada stasiun Takalar. Perbedaan ukuran ombak

tersebut berkaitan dengan kecepatan arus pada kedua stasiun (Tabel 3). Pada

stasiun ini, kecepatan arus lambat sehingga ombak lebih tenang. Jarak lokasi

budidaya rumput laut dari garis pantai adalah ± 300 m. Terdapat dua jenis

rumput laut yang dibudidayakan di lokasi ini adalah E. spinosum dan E. cottonii,

namun umumnya dari jenis E. spinosum. Rumput laut yang dibudidayakan

memiliki thallus yang agak kecil dengan sedikit percabangan dan pendek

(Lampiran 4).

Page 42: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

28

Lokasi pengambilan sampel di Desa Mattoanging, Kec. Bisappu, Kab.

Bantaeng tidak berbeda jauh dengan lokasi di Desa Batu-Batu, namun jarak

lokasi budidaya rumput laut ± 400 m dari garis pantai. Zona pengambilan

sampel berada di tengah-tengah areal budidaya rumput laut. Jarak antara lokasi

1 dan 2 adalah ± 5 km.

B. Parameter Oseanografi

Kecepatan arus pada kedua stasiun berada dibawah standar untuk

pertumbuhan rumput laut. Kankan (2006); Aslan (1991) menyatakan bahwa

kecepatan arus yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut adalah 20–30

cm/detik dan 40 cm/detik.

Tabel 3. Parameter oseanografi yang diukur di stasiun Takalar dan Bantaeng

Parameter Oseanografi Takalar Bantaeng

Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

Arus (cm/det.)**) 4,88–6,46 5,60 ± 0,54 1,42–1,87 1,66 ± 0,18

Suhu (ºC) 30–30,5 30,33 ± 0,25 29–31,5 30,42 ± 0,86

Salinitas (ppt)*) 30–33 31,50 ± 1,11 32–33,5 32,83 ± 0,41 Kekeruhan (ntu) 0–1,38 0,45 ± 0,47 0–0,41 0,09 ± 0,16 pH*) 7,81–7,97 7,90 ± 0,04 7,81–7,91 7,83 ± 0,03 Fofat (mg/L) 0,07–0,24 0,15 ± 0,05 0,14–0,2 0,16 ± 0,02 Nitrat (mg/L) 0,15–0,48 0,24 ± 0,09 0,15–0,52 0,31 ± 0,13 Oksigen terlarut (mg/L) 4,7–5,68 5,29 ± 0,32 4,02–5,78 4,85 ± 0,7 Jarak Lokasi dari Garis Pantai (m)

700–900 566,7 ± 152,8 300–400 350 ± 70,71

Suhu perairan yang diukur pada kedua stasiun tidak berbeda jauh dan

masih layak bagi pertumbuhan rumput laut. Seperti yang dikemukakan oleh

Soegiarto et al. (1978); Afrianto dan Liviawaty (1993) dalam Asni (2015) bahwa

rumput laut tumbuh dan berkembang dengan baik pada perairan dengan kisaran

suhu 26–33 ºC. Selain itu Daugherty & Bird (1988) juga memberikan kisaran

yaitu 22–32 ºC. Meskipun Onho et al. (1993); Hung et al. (2008) pada

penelitiannya mendapatkan pertumbuhan rumput laut yang baik pada kisaran

suhu 25–29 ºC. Kadi dan Atmadja (1988); Glenn & Doty (1990); Anggadiredja et

Page 43: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

29

al. (2006) juga memberikan kisaran suhu bagi pertumbuhan rumput laut berada

pada 26–30 ºC.

Salinitas perairan di Bantaeng lebih tinggi bila dibandingkan dengan di

perairan Takalar. Menurut Anggadiredja et al. (2006), Eucheuma sp. merupakan

alga stenohaline, dengan kemampuan hidup pada kisaran salinitas 28–30 ppt.

Orbita (2013); Daugherty & Bird (1988) memberikan kisaran salinitas lebih

rendah yaitu 24–30 ppt. Syamsuddin (2014); Soenardjo (2003); De San (2012)

memberikan kisaran salinitas yang lebih tinggi yaitu 23–38 ppt.

Kondisi kekeruhan perairan pada stasiun Takalar dan Bantaeng tergolong

sangat baik. Kisaran nilai kekeruhan yang diukur di Takalar 0–1,38 NTU dengan

rata-rata 0,45 ± 0,47 NTU, di Bantaeng 0–0,41 NTU dengan rata-rata 0,09 ±

0,16. Secara umum tingkat kekeruhan pada kedua stasiun layak untuk

pertumbuhan rumput laut, berdasar pada standar baku mutu untuk biota perairan

yang ditetapkan oleh KLH No 51 (2004) adalah <5 NTU.

Nilai pH tinggi yang diukur didapatkan pada perairan Takalar. Kisaran pH

perairan yang diukur di Takalar adalah 7,81–7,97 dengan rata-rata 7,90 ± 0,04

sedangkan di Bantaeng adalah 7,81–7,91 dengan rata-rata 7,83 ± 0,03. Kondisi

pH perairan pada kedua stasiun tergolong alkalis (basa) dan stabil. Menurut

Aslan (1991) rumput laut menyukai pH yang cenderung basah. Secara umum

kondisi pH pada kedua stasiun masih sesuai bagi pertumbuhan rumput laut,

seperti yang dikemukan oleh Syamsuddin (2014) bahwa pH yang optimal untuk

budidaya Eucheuma sp. adalah 7–9. Selain itu Effendi (2003); KLH No.51 (2004)

juga memberikan kisaran pH untuk pertumbuhan biota laut yaitu 7–8,5.

Ketersedian nutrient seperti fosfat dan nitrat pada perairan Takalar dan

Bantaeng cukup baik. Secara umum nilai fosfat pada kedua stasiun masih stabil

dan sesuai untuk pertumbuhan rumput laut berdasar pada kisaran yang diberikan

oleh Glenn & Doty (1990); Indriani dan Sumiarsih (1991) dalam Fikri et al. (2015)

Page 44: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

30

yaitu 0,051–1 ppm. Selain itu, kandungan nitrat pun layak untuk pertumbuhan

rumput laut, sesuai dengan pendapat Doty (1988) dalam Armita (2011) bahwa

kisaran nitrat yang layak untuk kesuburan rumput laut adalah 0,1–3,5 mg/L.

Tambaru dan Samawi (1996) juga memberikan kisaran nitrat <0,1 dan >4,5

mg/L. Selain itu, Sulisttijo (1996) dalam Fikri et al. (2015); Syamsuddin (2014)

memberikan pedapat tidak jauh berbeda yaitu 0,9–3,2 mg/L.

Kandungan oksigen terlarut pada stasiun Takalar masih sesuai bagi

budidaya rumput laut, sedangkan pada stasiun Bantaeng berada dibawah

standar baku mutu. Kisaran nilai oksigen terlarut bagi biota perairan menurut

KLH No. 51 (2004) adalah >5 mg/L. Syamsuddin (2014) memberikan kisaran

yang lebih luas yaitu 2–8 mg/L. Jika berdasar pada kisaran yang diberikan oleh

Syamsuddin (2014) maka tingkat oksigen terlarut pada kedua stasiun masih

layak bagi pertumbuhan rumput laut.

Tabel 4. Hasil Analisis statistik (Independent-Samples T Test) parameter oseanografi yang diukur di stasiun Takalar dan bantaeng

Parameter F T Df Sig. Analisis

Arus 5,274 16,835 13 0,000**) Signifikan

Suhu 4,647 -0,278 13 0,785 Tidak Signifikan

Salinitas 4,727 -2,771 13 0,016*) Signifikan

Kekeruhan 4,43 1,79 13 0,097 Tidak Signifikan

pH 0,148 2,694 13 0,018*) Signifikan

Fosfat 1,072 -0,564 13 0,583 Tidak Signifikan

Nitrat 2,034 -1,241 13 0,236 Tidak Signifikan

DO 9,819 1,637 13 0,126 Tidak Signifikan

Tabel 4 menunjukkan parameter yang signifikan berbeda pada kedua

stasiun adalah kecepatan arus (p<0,01), salinitas, dan pH (p<0,05). Kecepatan

arus berbeda pada kedua lokasi disebabkan jarak lokasi budidaya dari garis

pantai yang berbeda. Serupa dengan pendapat Asni (2015), bahwa semakin jauh

lokasi ke arah laut maka kecepatan arus makin tinggi, sebaliknya semakin dekat

Page 45: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

31

dari garis pantai maka kecepatan arus makin lambat. Jarak lokasi budidaya

rumput laut di Takalar lebih jauh (± 700 m) dari garis pantai dibandingkan dengan

lokasi budidaya rumput laut di Bantaeng (± 400 m) (Tabel 3). Selain

memengaruhi kecepatan arus, jarak lokasi budidaya dari garis pantai juga

memengaruhi kondisi pH dan salinitas lokasi budidaya rumput laut. Semakin jauh

dari daratan nilai salinitas akan semakin tinggi dan nilai pH menurun. Jika

salinitas tinggi, maka ion karbonat akan tinggi sehingga perairan menjadi asam

(pH turun). Hal tersebut berdasar pada pendapat Effendi (2003) bahwa jika

perairan mengandung karbondioksida (CO2) bebas dan ion karbonat maka pH

akan cenderung asam. pH akan kembali meningkat jika CO2 dan HCO3

berkurang. Selain pengaruh jarak lokasi budidaya, perbedaan salinitas pada

kedua stasiun disebabkan oleh aliran sungai yang terdapat pada kawasan

budidaya rumput laut Takalar. Aliran sungai tersebut menjadi sumber suplay air

tawar dari daratan sehingga kandungan salinitas perairan tidak terlalu tinggi bila

dibandingkan dengan kawasan budidaya rumput laut Bantaeng yang tidak

terdapat aliran sungai.

C. Kuantitas dan Kualitas Karaginan

Kuantitas karaginan ditentukan dari berat kadar rendemen, sedangkan

kualitas karaginan ditentukan dari kadar air dan kadar abu. Hasil uji kuantitas

dan kualitas karaginan rumput laut ditunjukkan pada Gambar 4.

Kadar rendemen karaginan yang paling tinggi ditemukan pada stasiun

Takalar. Kisaran kadar rendemen karaginan E. cottonii pada stasiun Takalar

21,43–42,38% dengan rata-rata 30,70 ± 7,60%, di Bantaeng 14,53–23,85%

dengan rata-rata 19,57 ± 3,13%. Departemen perdagangan telah menetapkan

standar rendemen karaginan adalah >29%. Hal ini menunjukkan rendemen

karaginan E. cottonii yang dibudidayakan di Bantaeng tidak memenuhi standar.

Page 46: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

32

Gambar 4. Kuantitas dan kualitas karaginan dari rumput laut E. cottonii yang

dipelihara di stasiun Takalar dan Bantaeng

Kadar air menunjukkan besarnya kandungan air yang terkandung dalam

karaginan. Semakin banyak kadar air yang terkandung maka kualitas karaginan

semakin tidak baik. Kadar air karaginan E. cottonii tertinggi dijumpai pada lokasi

budidaya di Takalar. Di Takalar, kadar air karaginan berkisar 2,13–6% dengan

rata-rata 4,12 ± 1,17%, sedangkan di Bantaeng berkisar 0,8–4,825% dengan

rata-rata 2,79 ± 1,69%. Kadar air karaginan pada kedua stasiun tersebut

tergolong sangat baik, karena berada jauh dibawah standar mutu karaginan.

Standar mutu karaginan yang ditetapkan oleh FAO dan FCC maksimal 12% dan

standar karaginan komersial 14, 34 ± 0,25%.

Kadar abu karaginan menggambarkan kandungan mineral pada

karaginan yang tidak terbakar selama proses pengabuan (Bunga et al.,2013).

Sehingga semakin tinggi kadar abu menandakan semakin tinggi kandungan

mineral yang terkandung pada rumput laut tersebut. Kadar abu karaginan tinggi

a

b

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Rendemen Kadar Air Kadar Abu

Kad

ar (

%)

Kuantitas dan Kualitas Karaginan

Takalar

Bantaeng

Page 47: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

33

ditemukan pada rumput laut E. cottonii yang dibudidayakan di Bantaeng (19,50 ±

2,52%). Kadar abu tersebut telah memenuhi standar mutu karaginan yang

ditetapkan oleh FAO 15–40%, FCC 18–40% dan standar karaginan komersial

18,60 ± 0,22%. Sedangkan kadar abu karaginan rumput laut E. cottonii yang

dibudidayakan di Takalar belum memenuhi stadar FCC dan standar komersial

(13,37 ± 1,21).

Tabel 5. Analisis statistik (Independent-Samples T Test) kuantitas dan kualitas karaginan Eucheuma cottonii pada stasiun Takalar dan Bantaeng

Karaginan F T Df Sig. Analisis

Rendemen 5,227 3,367 13 0,005 Signifikan

Kadar air 2,614 1,817 13 0,092 Tidak Signifikan

Kadar abu 7,094 -1,1 13 0,291 Tidak Signifikan

Tabel 5 memperlihatkan signifikansi kandungan karaginan E. cottonii

pada stasiun Takalar dan Bantaeng (p<0,05). Dari tabel tersebut memperlihatkan

hanya kadar rendemen yang sangat signifikan berbeda. Kandungan kadar air

dan kadar abu pada dua stasiun tidak signifikan berbeda. Penyebab adanya

perbedaan kadar rendemen dijelaskan pada analisis korelasi parameter

lingkungan.

Analisis korelasi parameter lingkungan dengan kualitas dan kuantitas

karaginan E. cottonii ditunjuk pada Tabel 6. Parameter oseanografi yang memiliki

hubungan dengan kandungan karaginan adalah arus, salinitas dan pH.

Parameter lain yang juga memiliki pengaruh adalah suhu dan oksigen terlarut.

Rendemen karaginan berkorelasi positif dengan kadar air (p<0,05). Hal ini

menujukkan rendemen yang tinggi dapat mengandung kadar air yang tinggi pula.

Pada penelitian ini, kadar air ditemukan tinggi pada stasiun Takalar, pada stasiun

tersebut juga didapatkan kadar rendemen yang tinggi. Sesuai dengan pendapat

Bunga et al. (2013) bahwa tingginya kadar air dipengaruhi oleh kadar rendemen.

Page 48: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

34

Semakin berat akhir rendemen maka semakin tinggi kadar air dalam tepung

karaginan tersebut.

Tabel 6. Koefisien korelasi (Pearson’s Simple Linear Correlation) antara rendemen dan kualitas karaginan E. cottonii dengan parameter oseanografi.

Rendemen Kadar air Kadar abu

Rendemen 1 ,579* -0,136

Kadar air ,579* 1 0,458

Kadar abu -0,136 0,458 1

Arus ,743** 0,437 -0,287

Suhu 0,168 ,539* ,732**

Salinitas -,573* -0,2 0,318

Kekeruhan 0,181 -0,069 -0,026

pH ,516* 0,026 -0,333

Fosfat 0,272 0,318 0,113

Nitrat -0,345 -0,212 -0,112

DO 0,287 ,585* 0,035

*. Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).

Kecepatan arus berkorelasi positif dengan kadar rendemen karaginan E.

cottonii pada p<0,05 dan p<0,01. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Hung et

al. (2008) dan Orbita & Arnaiz (2014). Aliran arus yang kuat dapat memberikan

efek terhadap rumput laut seperti terjadinya mekanisme adaptif. Mekanisme

adaptif tersebut mengakibatkan rumput laut melakukan proses sintesis struktur

sel pada dinding polisakarida sehingga terjadi peningkatan kandungan karaginan

(Orbita, 2013). Lebih lanjut Kloareg & Quatrano (1998) mengemukakan bahwa

karaginan merupakan tipe dari phycoloid yang meiliki struktur fleksibel dan

didukung oleh respon arus dan gelombang pada budidaya rumput laut. Jaringan

coloid tersebut merupakan jaringan semacam getah untuk mengontrol sifat

fungsional seperti perubahan dan pembentukan gel (Chaplin, 2017). Selain itu,

aliran arus yang kuat dapat meningkatkan jumlah ammonium pada perairan

(Hung et al., 2008), dapat mendistribusikan nutrient dan membilas rumput laut

Page 49: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

35

dari partikel debu dan liat (Syamsuddin, 2014) sehingga pertumbuhan rumput

laut baik. Hal ini juga berlaku untuk salinitas perairan.

Analisis korelasi menunjukkan salinitas berkorelasi negatif terhadap

rendemen karaginan (p<0,05), serupa dengan hasil penelitian Daugherty & Bird

(1998) dan Orbita (2013). Pada stasiun Bantaeng ditemukan salinitas tinggi

dengan kadar rendemen karaginan yang rendah. Rata-rata kondisi salinitas pada

stasiun tersebut masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh De

San (2012) namun tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh Anggadiredja et

al. (2006), tdak jauh berbeda dengan kondisi salinitas pada stasiun Takalar.

Namun rata-rata kondisi salinitas pada stasiun Takalar berada dibawah atau

lebih rendah dari stasiun Bantaeng. Menurut Hurtado-Ponce dan Pondevida

(1997); Daugherty dan Bird (1988) dalam Hayashi et al. (2011) bahwa pada

salinitas rendah, endapan phycoloid pada dinding sel rumput laut harus

memberikan dukungan struktural tambahan untuk sel-sel turgit, hal tersebut

meningkatkan kandungan rendemen karaginan. Selain itu, salinitas yang sesuai

akan meningkatkan pertumbuhan rumput laut E. cottonii. Jika pertumbuhan

rumput laut meningkat, maka rendemen karaginan akan tinggi. Naguit et al.

(2009); Widyastuti (2010); Orbita & Arnaiz (2014) pada hasil penelitiannya

menemukan pertumbuhan rumput laut memiliki korelasi positif terhadap

rendemen karaginan, walaupun Hidayat et al. (2005) dan Hayashi et al. (2007)

menemukan hasil yang berbeda. Salinitas berkorelasi negatif terhadap kadar

rendemen namun berkorelasi positif dengan kadar abu. Suryaningrum et al.

(1991) mengatakan bahwa kandungan mineral rumput laut berasal dari garam

dan mineral lainnya yang menempel pada rumput laut. Tingginya salinitas pada

perairan Bantaeng menyebabkan rumput laut yang dibudidayakan lebih banyak

menyerap garam-garam sehingga kadar abu karaginan yang dihasilkan lebih

tinggi. Pada penelitian ini, stasiun Takalar dicirikan dengan salinitas tinggi dan

Page 50: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

36

kadar abu rendah, sebaliknya dengan stasiun Bantaeng yang dicirikan dengan

salinitas tinggi dan kadar abu tinggi (Gambar 5).

Tingkat keasaman (pH) perairan juga memberikan konstibusi terhadap

kadar rendemen. Korelasi antara keduanya adalah korelasi positif. Nilai pH tinggi

ditemukan pada stasiun Takalar, pada stasiun ini juga dihasilkan kadar

rendemen karaginan yang tinggi. Borlongan et al. (2016) pada penelitiannya

menemukan pada pH 8, tingkat fotosintesis Kappaphycus alvarezii lebih tinggi.

Jika proses fotosintesis meningkat, maka produksi karaginan rumput laut juga

meningkat. Fotosintesis merupakan proses metabolisme yang sangat kompleks

yang banyak digunakan oleh para peneliti sebagai parameter dalam mengukur

efek faktor lingkungan terhadap beberapa carragynophtes khususnya Eucheuma

dan Kappaphycus (Tereda et al. (2015); Borlongan et al. (2016)). pH tinggi dalam

perairan menunjukkan proses fotosintesis yang tinggi. Hal ini terjadi akibat pada

saat terjadi fotosintesis, CO2 di perairan menurun dan menghasilkan karbon

organik dalam bentuk gula sederhana dan melepaskan molekul O2 sehingga

perairan menjadi alkalis. Tingginya proses fotosintesis pada stasiun Takalar juga

dibuktikan dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi pada stasiun tersebut

(Gambar 5). Hal ini juga berkaitan dengan kandungan oksigen yang berkorelasi

positif dengan kadar air karaginan (Tabel 6). Oksigen terlarut menunjukkan

tingginya proses fotosintesis. Proses fotosintesis tersebut meningkatkan kadar

rendemen dan kadar air karaginan.

Page 51: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

37

Gambar 5. Penciri stasiun dengan uji statistik Principal Component Analysis

(PCA)

Walaupun suhu pada kedua stasiun tidak signifikan berbeda, namun

analisis koefisien korelasi menunjukkan terdapat korelasi positif terhadap kadar

air (p<0,05) dan kadar abu (p<0,05 dan p<0,01). Stasiun Takalar dicirikan

dengan suhu yang rendah, kadar air tinggi dan kadar abu yang rendah,

sebaliknya dengan stasiun Bantaeng dicirikan suhu tinggi, kadar air rendah dan

kadar abu tinggi (Gambar 5).

Suhu pada stasiun Bantaeng relatif lebih tinggi daripada suhu pada

stasiun Takalar dikarenakan kecepatan arus yang lemah. Gerakan air yang

cukup akan membantu pengudaraan dan mencegah terjadinya fluktuasi yang

besar terhadap suhu dan salinitas (Puja et al., 2001). Selain itu, suhu pada

stasiun Takalar cenderung konstan sedangkan suhu pada stasiun Bantaeng

tidak konstan. Adanya dinamika perubahan suhu tersebut diakibatkan oleh jarak

lokasi budidaya dari garis pantai yang berbeda sehingga jarak penanaman

rumput laut dengan dasar perairan tidak terlalu jauh (kedalaman rendah). Alam

(2011) mengemukakan pada hasil penelitiannya bahwa rumput laut yang

3210-1-2-3

2

1

0

-1

-2

-3

First Component

Se

co

nd

Co

mp

on

en

tDO

Nitrat

Fosfat

pHKekeruhan

Salinitas

Suhu

Arus

Kadar abu

Kadar air

Rendemen

Biplot dari Kandungan Karaginan dan Parameter Oseanografi

1

1

1

2

2

1= Takalar 2= Bantaeng

Keterangan:

Page 52: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

38

dibudidayakan dekat dari daratan memiliki pertumbuhan yang tidak baik karena

memiliki kedalaman yang rendah sehingga sinar matahari dapat mencapai dasar

perairan dan terjadi pula transfer panas dari daratan pantai ke perairan. Xie et al.

(2002) dalam Kalangi et al. (2013) juga mengemukakan bahwa salah satu faktor

yang memengaruhi perubahan suhu perairan yaitu batimetri. Kedalaman yang

rendah mengakibatkan dasar perairan lebih cepat menerima cahaya matahari

dan suhu perairan akan cepat mengalami perubahan secara dratis. Seperti yang

dikemukan oleh De San (2002) bahwa walaupun suhu perairan berada pada

batas normal (20-32 ºC) tetapi terjadi perubahan secara tiba-tiba maka akan

menimbulkan efek yang negatif terhadap pertumbuhan rumput laut. Suhu yang

tinggi mengakibatkan terjadi modifikasi biokimia pada alga untuk memenuhi

respon aklimatisasi sehingga bioprosesing pada rumput laut tidak lengkap. Hal

tersebut terjadi karena energy untuk bioprosesing digunakan untuk proses

aklimatisasi (Daugherty & Bird, 1988). Selain itu, modifikasi biokimia tersebut

dapat meningkatkan easter sulfat dan menurunkan kadar kekuatan gel (Cote &

Hanisak, 1986). Mungkin dengan menurunnya kekuatan gel menandakan kadar

air yang tinggi (rendemen tinggi) dan meningkatnya kandungan easter sulfat

menandakan kadar abu tinggi. Serupa dengan hasil penelitian Cote & Hanisak

(1986) bahwa kadar agar memiliki korelasi positif dengan kekuatan gel, namun

korelasi negatif dengan kandungan sulfat. Hal ini menjadi penyebab kadar air

rendah dan kadar abu tinggi pada stasiun Bantaeng.

Page 53: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

39

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Parameter oseanografi baik fisika maupun kimia memberikan pengaruh

terhadap kuantitas dan kualitas karaginan rumput laut Eucheuma cottonii.

Parameter oseanografi fisika yang berpengaruh adalah kecepatan arus, salinitas,

dan suhu, sedangkan parameter oseanografi kimia yang berpengaruh adalah pH

dan oksigen terlarut. Kecepatan arus, salinitas dan pH berpengaruh terhadap

kadar rendemen karaginan. Suhu berpengaruh terhadap kadar air dan kadar abu

karaginan. Oksigen terlarut berpengaruh terhadap kadar air karaginan.

B. Saran

Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau, sehingga perlu dilakukan

penelitian pada musim hujan untuk mendapatkan hasil dan informasi yang

lengkap tentang kedua daerah (Takalar dan Bantaeng) yang memiliki kuantitas

dan kualitas karaginan rumput laut yang lebih baik.

Page 54: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

40

DAFTAR PUSTAKA

Alam, AA. 2011. Kualitas Karaginan Rumput Laut Jenis Eucheuma spinosum Di Perairan Desa Punaga Kabupaten Takalar [Skripsi]. Konsentrasi Eksplorasi Sumberdaya Hayati Laut. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Andriani, ED. 1999. Kondisi FisikaKimiawi Air Perairan Pantai Sekitar Tambak

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Anggadiredja, TJ., Zatnika, A., Purwanto, H.dan Istini, S. 2006. Rumput Laut:

Pembudidayaan, Pengelolaan, Dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial.Penebar Swadaya. Jakarta.

APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Methods For the

Examination of Water and Wastewater. Amer. Publ. 17th Edition. New York Health Association.

Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan Kualitas Air Di Daerah Budidaya Rumput

Laut dengan Derah Tidak Ada Budidaya Rumput Laut Di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar [Skripsi]. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Aslan, LM. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta. Asni, A. 2015.Analisis Produksi Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)

Berdasarkan Musim dan Jarak Lokasi Budidaya Diperairan Kabupaten Bantaeng.Jurnal Akuatik 6 (2) Hal: 145–148.

Borlongan, EAG., Luhan, MRJ., Padilla, PIP., dan Hurtado, AQ. 2016.

Photosynthetic Responses of ‘Neosiphonia sp. epiphyte-infected’ and Healthy Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta) to Irradiance, Salinity and pH Variations. J Appl Phycol.

Bunga, SM., Montolalu, RI., Harikedua, JW., Montolalu, LA., Watung, AH., dan

Taher, N. 2013. Karakteristik Sifat Fisika Kimia Karaginan Rumput laut Kappaphycus alvarezii pada Berbagai Umur Panen yang diambil dari Daerah Perairan Desa Arakan Kabupaten Minahasa Selatan.Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan1(2) Hal: 56–57

Chaplin, M. 2017. Hydrocolloid and Gums Water Structure and Science.

www.isbua.ac.uk Cote, GL dan Hanisak, MD. 1986. Production and Properties of Native Agars

from Gracilaria tikvahiae and Other Red Algae. Bot Marine 24. Hal: 359–366.

Page 55: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

41

Dahuri, R. 1998. Coastal Zone Management in Indonesia: Issuesand Approaches. Journal of Coastal Development 1 (2). Hal: 97–112.

Daugherty, BK dan Bird, KT. 1988. Salinity and Temperature Effects on Agar

Production FromGracilaria verrucosa Strain G-16. Aquaculture 75. Hal: 105–113.

Dawes, JD. 1998. Marine Botany Edisi Kedua. University of South Florida.

Florida. De San, M. 2012. The Farming of Seawed. Implementation a Regional Fisheries

Stategy for The Eastern-Southern Africa and Indian Ocean Region. Smart Fish Programme Report SF 30 Hal: 11–12

Dickson, AG. 1993. The Measurements of Sea Water Ph. Marinee Cheimistry 44

Hal: 131. Direktorat Jendral Kemetrian Perdagangan Republik Indonesia.2013. Rumput

Laut Indonesia. Warta Ekspor, Ditjen PEN/MJL 004 (9) Hal: 3. Doty, MS. 1987. Case Studies of Seven Commersial Seawed Resouces.Food

and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Hal: 123 Doty, MS. dan Alvarez, VB. 1975. Status problems advances and economics of

Eucheuma farms. Marine Technology Social. 9 (4) Hal: 5–30 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius.Yogyakarta. Eidman, HM. 1991. Studi Efektifitas Bibit Algae Laut (Rumput Laut). Salah Satu

Upaya Peningkatan Budidaya Algae Laut (Eucheuma spp.). Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Fikri, M., Rejeki, S. dan Widowati, LL. 2015. Produksi dan Kualitas Rumput Laut

(Eucheuma cottonii) dengan Kedalaman Berbeda di Perairan Bulu Kabupaten Jepara. Journal of Aquaculture Management and Technology 4 (2) Hal: 67–74

Fredericq, S., Freshwater, DW., dan Hommersand, MH. 1999. Observations on

the phylogenetic systematics and biogeography of the Solieriaceae (Gigartinales, Rhodophyta) inferred from rbcL sequences and morphological evidence. Hydrobiologia 398/399. Hal: 25–38.

Glenn, EP. dan Doty, MS. 1990. Growth of the Seaweeds Kappaphycus

alvarezii,K. striatum and Eucheuma denticulatumas Affected by Environment in Hawaii. Aquaculture 84. Hal: 245–255.

Hambali, E., Suryani, A. dan Wadli. 2004. Membuat Aneka Olahan Rumput Laut.

Penebar Swadaya. Jakarta. Hal: 1–7.

Page 56: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

42

Harun, M., Montolalu, RI. dan Suwetja, K. 2013. Karakteristik Fisika Kimia Karaginan Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii pada Umur Panen yang Berbeda di Perairan Desa Tihengo Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Media Teknologi Hasil perikanan 1 (1) Hal: 7.

Hayashi L., Paula EJD., dan Chow F. 2007. Growth Rate and Carrageenan

Analyses in Four Strains of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Farmed in the Subtropical Waters of São Paulo State, Brazil. J Appl Phycol 19. Hal: 393–399.

Hayashi, L., Faria, GSM., Nunes, BG., Zitta CS., Scariot, LA., Rover, T., Felix,

MR., and Bouzon, ZL. 2010. Effects of salinity on the growth rate, carrageenan yield, and cellular structure of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) cultured in vitro. J Appl Phycol 23. Hal: 439–447.

Hidayat, NSM., Noor, NM., Susanti, D., Saad, S., dan Mukai, Y. 2015. The

Effects of Different pH and Salinities on Growth Rate and Carrageenan Yield of Gracilaria Manilaensis. Jurnal teknologi 77 (25). Hal: 1–5.

Hung, LD., Hori K., Nang, HQ., Kha, T., dan Hoa, LT. 2008. Seasonal Changes

in Growth Rate, Carrageenan Yield and Lectin Content in the Red Alga Kappaphycus alvarezii Cultivated in Camranh Bay, Vietnam. J Appl Phycol 21. Hal: 265–272.

Hutabarat, S. dan Evans, SM. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas

Indonesia. UI-Press. Jakarta. Hutagalung, HP. 1997. Metode Analisa Air Laut Sedimen dan Biota. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia. Jakarta

Jati, MRL. 2012. Ekstraksi, Identifikasi dan Produksi Karaginan Rumput Laut Merah Eucheuma spinosum [Skripsi]. Fakultas Sains dan Matematika. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Kadi, A. dan Atmadja, WS. 1988. Rumput Laut (Algae): Jenis, Reproduksi,

Produksi Budidaya dan Pasca Panen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Kalangi, PNI., Mandagi, A., Masegi KWA, Luasunaung, A., Pangalila, FPT. dan

Iwata, M. 2013. Sebaran Suhu dan Salinitas Di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis 9 (2).

Kankan, AL. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut

Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur [Tesis]. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). 2004. Baku Mutu Air

Laut Untuk Biota Laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. KLH. Jakarta.

Page 57: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

43

Meiyana, M., Evalawati dan Prihaningrum, A. 2001. Biologi Rumput Laut; Teknologi Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Petunjuk Teknis no. 8. Balai Budidaya Laut. Lampung.

. Mubarak, H., Ilyas S., Ismail, W., Wahyuni, IS., Hartati, ST., Pratiwi, E.,

Jangkaru, Z. dan Arifudin, R. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Naguit, MRA., Tisera, WL., Lanioso, A. 2009. Growth Performance and

Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii (Doty) and Echeuma denticulatum (Burman) Collins Et Harvey, Farmed in Bais Bay, Negros Oriental and Olingan, Dipolog City. The Threshold 4. Hal: 38–51.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Ohno, M., Largo, DB., dan Ikumoto, T. 1993. Growth Rate, Carrageenan Yield

and Gel Properties of Cultured kappa-carrageenan Producing Red Alga Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty in the Subtropical Watersof Shikoku, Japan. J Appl Phycol 6. Hal:1–5.

Orbita, MLS. 2013 Growth Rate and Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii

(Rhodophyta, Gigartinales) Cultivated in Kolambugan, Lanao del Norte, Mindanao, Philippines. AAB Bioflux 5 (3):128–139.

Orbita, MLS. dan Arnaiz, JA. 2014. Seasonal Changes in Growth Rate and

Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii and Kappaphycus striatum (Rhodophyta, Gigartinales) Cultivated in Kolambugan, Lanao del Norte. AAB Bioflux 6 (2). Hal: 132–144

Patty, SI., Arfah, H. dan Abdul, MS. 2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen

Terlarut dan pH Kaitannya dengan Kesuburan Di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 1 (1). Hal: 43–50.

Peranginangin, R., Sinurat, E. dan Darmawan, M. 2013. Memproduksi Karaginan

dari Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Rani, C., Samawi, MF., Nelwan, A. dan Faizal, A. 2012. Potensi dan Kondisi

Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. Masagena Press. Makassar. Rohardjo, S. dan Sanuri, HS. 1993. Oseanografi Perikanan 1. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Rumajar, H., Indriaty, F., Mandei, JH., Rompas, FJ., Wowor, OV. dan Eddy, K.

1997. Pemanfaatan Rumput Laut untuk Pembuatan Karaginan. BPPI. Sulawesi Utara.

Serdiati, N. dan Widiastuti, IM. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Laut

Eucheuma cottonii pada Kedalaman Penanaman yang Berbeda. Media Litbang Sulteng 3 (1) Hal: 2–26.

Page 58: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

44

Simanjuntak, M. 2007. Oksigen Terlarut Dan Apparent Oxygen Utilization Di Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP. 12 (2) Hal: 59–66.

Soenardjo, N. 2003. Membudidayakan Rumput Laut. Balai Pustaka Semarang.

Semarang. Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi.1997. Prosedur Analisis untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Hal: 61–62. Sudradjat, A. 2015. Budidaya 26 Komoditas Laut Unggul Edisi Revisi. Penebar

Swadaya. Jakarta. Hal: 153. Suparmi dan Sahri, A. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian

Pemanfaatan Sumber Daya Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Sultan Agung 54 (118) Hal: 95–96.

Suryaningrum, D. dan Murdinah. 2009. Pengaruh Penggunaan Bahan

Pengekstrak dan Penjendal dalam Pengolahan Karaginan Secara Sederhana dari Eucheuma cottonii. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Syamsuddin, R. 2014. Pengelolaan Kualitas Air: Teori dan Aplikasi di Sektor

Perikanan. Pijar Press. Makassar. Tambaru, R. dan Samawi, MF.1996. Beberapa Parameter Kimia Fisika Air Di

Muara Sungai Tallo Kota Makassar. Torani. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Tan Ji. 2013. Molecular Studies Of Kappaphycus Doty And Eucheuma J. Agardh:

Phylogeneticsand DNA Barcode Assessment [Thesis]. Institute Of

Biological Sciences. Faculty Of Science University Of Malaya. Kuala Lumpur.

Terada, R., Duy Vo, T., Nishihara, GN., Shioya, K., Shimada, S., dan Kawaguchi,

S. 2015. The effect of irradiance and temperature on the photosynthesis and growth of a cultivated red alga Kappaphycus alvarezii (Solieriaceae) from Vietnam, based on in situ and in vitro measurements. J Appl Phycol.

Triatmodjo, B. 1999.Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta. Widyastuti, S. 2010. Sifat Fisik dan Kimia Karaginan yang Diekstraksi dari

Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum pada Umur Panen yang Berbeda. Jurnal Agroteksos 20 (1) Hal: 44–48.

Wijayanto, T., Hendri, M. dan Aryawati, R. 2011. Studi Pertumbuhan Rumput

Laut Eucheuma cottoniid engan Berbagai Metode Penanaman yang Berbeda Di Perairan Kalianda, Lampung Selatan. Maspari Journal 3 Hal:55.

Page 59: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

45

Winarno, FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Van de Velde, F., Knutsen, SH., Usov, AI., Romella, HS. dan Cerezo, AS. 2002.

1H and 13 C High Resolution NMR Spectoscopy of Carrageenans: Aplication in Research and Industry. Trend in Food Science and Technology13. Hal: 74.

Page 60: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

46

LAMPIRAN

LAMPIRAN

Page 61: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

47

Lampiran 1. Data Oseanografi Fisika Perairan

Stasiun Lokasi Ulangan

Parameter Fisika

Kec. Arus (cm/det.)

Suhu (ºC)

Salinitas (ppt)

Kekeruhan (NTU)

Takalar

1

1 6,35 30 30 0,46

2 5,81 30 31 0,47

3 5,76 30 30 0,14

2

1 6,46 30,5 31 0,92

2 5,47 30,5 31,5 0

3 5,27 30,5 32 0,029

3

1 5,02 30,5 33 0,65

2 5,39 30,5 33 1,38

3 4,88 30,5 32 0

Bantaeng

4

1 1,54 29 32,5 0

2 1,52 30 32,5 0,41

3 1,42 30,5 32,5 0

5

1 1,87 31 33 0,03

2 1,81 31,5 33 0,076

3 1,78 30,5 33,5 0

Page 62: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

48

Lampiran 2. Data Oseanografi Kimia Perairan

Stasiun Lokasi Ulangan

Parameter Kimia

pH Fosfat (Mg/L)

Nitrat (Mg/L)

Oksigen Terlarut (Mg/L)

Takalar

1

1 7,89 0,147 0,165 5,49

2 7,92 0,142 0,151 5,68

3 7,93 0,077 0,166 5,1

2

1 7,97 0,163 0,232 4,7

2 7,81 0,236 0,234 5,29

3 7,89 0,212 0,258 5,19

3

1 7,87 0,104 0,227 5,68

2 7,87 0,134 0,214 5

3 7,88 0,106 0,473 5,49

Bantaeng

4

1 7,81 0,145 0,435 4,41

2 7,81 0,174 0,152 4,02

3 7,82 0,202 0,258 4,31

5

1 7,82 0,175 0,217 5,78

2 7,82 0,137 0,281 5,1

3 7,91 0,126 0,522 5,49

Page 63: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

49

Lampiran 3. Data kuantitas dan kualitas karaginan rumput laut E. cottonii

Stasiun Lokasi Ulangan Rendemen

(%) Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)

Takalar

1

1 26,561 4,501 16,638

2 35,489 5,328 17,918

3 28,404 2,132 12,816

2

1 42,384 3,206 14,364

2 41,681 6 15,324

3 30,97 4,318 16,799

3

1 25,043 3,723 14,272

2 21,432 3,271 21,308

3 24,269 4,631 17,583

Bantaeng

4

1 14,531 0,812 11,191

2 18,079 0,999 14,856

3 19,385 3,962 23,358

5

1 20,849 3,936 20,213

2 23,846 4,818 33,528

3 20,726 2,181 13,823

Page 64: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

50

Lampiran 4. Morfologi E. cottonii yang dipanen pada lokasi penelitian Bantaeng

(lokasi 1=a, 2=b) dan Takalar (lokasi 1=c, 2=d, 3=e)

Page 65: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

51

Lampiran 5. Pengukuran parameter oseanografi: suhu (a), arus (b), DO (c),

kekeruhan (d), pH (e), nitrat dan fosfat (f)

Page 66: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

52

Lampiran 6. Proses ekstraksi karaginan: pengeringan (a), penimbangan (b),

pencucian (c), pemotongan (d), perendaman (e), penghancuran

(f), penyaringan (g), sebelum penambahkan propanol (h),

penambahan propanol (i), setelah penambahan propanol (j), dan

oven (k)

f g h

i j k

Page 67: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

53

Lampiran 7. Karaginan hasil ekstraksi rumput laut E. cottonii yang dibudidayakan

di Takalar (T) dan Bantaeng (B)

Page 68: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

54

Lampiran 8. Proses uji kadar air: penimbangan cawan dan karaginan (a), oven

(b), pendinginan (c) dan penimbangan akhir (d)

Page 69: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

55

Lampiran 9. Proses uji kadar abu karaginan: penimbangan karaginan (a),

memasukkan dalam furnace (b), pengabuan (c), hasil pengabuan

(d) dan penimbangan akhir (e)

Page 70: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

56

Lampiran 10. Analisis statistik uji Independent Samples- T Test parameter oseanografi perairan

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Arus Equal variances assumed 5,274 ,039 16,835 13 ,000 3,94444 ,23429 3,43828 4,45061

Equal variances not assumed 19,964 10,502 ,000 3,94444 ,19757 3,50706 4,38183

Suhu Equal variances assumed 4,647 ,050 -,278 13 ,785 -,0833 ,2999 -,7312 ,5645

Equal variances not assumed -,231 5,567 ,826 -,0833 ,3613 -,9844 ,8178

Salinitas Equal variances assumed 4,727 ,049 -2,771 13 ,016 -1,3333 ,4811 -2,3727 -,2939

Equal variances not assumed -3,266 10,827 ,008 -1,3333 ,4082 -2,2336 -,4330

Kekeruhan Equal variances assumed 4,430 ,055 1,790 13 ,097 ,36389 ,20334 -,07540 ,80318

Equal variances not assumed 2,122 10,510 ,059 ,36389 ,17150 -,01573 ,74351

pH Equal variances assumed ,148 ,707 2,694 13 ,018 ,06056 ,02247 ,01200 ,10911

Equal variances not assumed 2,782 11,982 ,017 ,06056 ,02177 ,01312 ,10799

Fosfat Equal variances assumed 1,072 ,319 -,564 13 ,583 -,013056 ,023168 -,063107 ,036996

Equal variances not assumed -,631 12,764 ,539 -,013056 ,020701 -,057861 ,031749

Nitrat Equal variances assumed 2,034 ,177 -1,241 13 ,236 -,075278 ,060646 -,206295 ,055739

Equal variances not assumed -1,149 8,162 ,283 -,075278 ,065504 -,225810 ,075254

DO Equal variances assumed 9,819 ,008 1,637 13 ,126 ,439444 ,268486 -,140585 1,019474

Equal variances not assumed 1,421 6,451 ,202 ,439444 ,309325 -,304803 1,183692

Page 71: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

57

Lampiran 11. Analisis statistik uji Independent Samples- T Test kuantitas dan kualitas karaginan Eucheuma cottonii

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Rendemen Equal variances assumed 5,227 ,040 3,367 13 ,005 11,123222 3,303289 3,986900 18,259545

Equal variances not assumed

3,922 11,405 ,002 11,123222 2,836116 4,907902 17,338543

Kadar_air Equal variances assumed 2,614 ,130 1,817 13 ,092 1,338667 ,736641 -,252750 2,930083

Equal variances not assumed

1,686 8,223 ,129 1,338667 ,794096 -,483905 3,161238

Kadar_abu Equal variances assumed 7,094 ,020 -1,100 13 ,291 -3,159056 2,870641 -9,360699 3,042588

Equal variances not assumed

-,917 5,636 ,397 -3,159056 3,445358 -11,723388 5,405277

Page 72: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

58

Lampiran 12. Analisis statistik uji Pearson’s Simple Linear Correlation parameter oseanografi dengan kuantitas dan kualitas karaginan

Eucheuma cottonii

Correlations

Rendemen Kadar_air Kadar_abu Arus Suhu Salinitas Kekeruhan pH Fosfat Nitrat DO

Rendemen Pearson Correlation 1 ,579* -,136 ,743** ,168 -,573* ,181 ,516* ,272 -,345 ,287

Sig. (2-tailed) ,024 ,630 ,002 ,549 ,026 ,520 ,049 ,326 ,208 ,300

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Kadar_air Pearson Correlation ,579* 1 ,458 ,437 ,539* -,200 -,069 ,026 ,318 -,212 ,585*

Sig. (2-tailed) ,024 ,086 ,104 ,038 ,475 ,808 ,927 ,248 ,448 ,022

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Kadar_abu Pearson Correlation -,136 ,458 1 -,287 ,732** ,318 -,026 -,333 ,113 -,112 ,035

Sig. (2-tailed) ,630 ,086 ,300 ,002 ,248 ,926 ,226 ,689 ,691 ,903

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Arus Pearson Correlation ,743** ,437 -,287 1 -,079 -,700** ,480 ,673** -,142 -,387 ,406

Sig. (2-tailed) ,002 ,104 ,300 ,781 ,004 ,070 ,006 ,614 ,154 ,133

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Suhu Pearson Correlation ,168 ,539* ,732** -,079 1 ,359 -,013 -,061 ,124 -,054 ,352

Sig. (2-tailed) ,549 ,038 ,002 ,781 ,189 ,964 ,830 ,659 ,849 ,198

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Salinitas Pearson Correlation -,573* -,200 ,318 -,700** ,359 1 -,062 -,507 ,079 ,466 -,071

Sig. (2-tailed) ,026 ,475 ,248 ,004 ,189 ,826 ,054 ,780 ,080 ,800

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Kekeruhan Pearson Correlation ,181 -,069 -,026 ,480 -,013 -,062 1 ,379 -,213 -,424 -,053

Sig. (2-tailed) ,520 ,808 ,926 ,070 ,964 ,826 ,164 ,446 ,116 ,851

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Page 73: PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP … · ii ABSTRAK DEWI SRI KURNIA. Pengaruh Faktor Oseanografi Terhadap Kuantitas dan Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii. “Dibimbing

59

pH Pearson Correlation ,516* ,026 -,333 ,673** -,061 -,507 ,379 1 -,427 -,051 ,307

Sig. (2-tailed) ,049 ,927 ,226 ,006 ,830 ,054 ,164 ,113 ,856 ,266

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Fosfat Pearson Correlation ,272 ,318 ,113 -,142 ,124 ,079 -,213 -,427 1 -,188 -,271

Sig. (2-tailed) ,326 ,248 ,689 ,614 ,659 ,780 ,446 ,113 ,503 ,329

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Nitrat Pearson Correlation -,345 -,212 -,112 -,387 -,054 ,466 -,424 -,051 -,188 1 ,049

Sig. (2-tailed) ,208 ,448 ,691 ,154 ,849 ,080 ,116 ,856 ,503 ,862

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

DO Pearson Correlation ,287 ,585* ,035 ,406 ,352 -,071 -,053 ,307 -,271 ,049 1

Sig. (2-tailed) ,300 ,022 ,903 ,133 ,198 ,800 ,851 ,266 ,329 ,862

N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

*, Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).

**, Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).