Upload
phamtu
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“PENGARUH SELF-EFFICACY, KONFORMITAS DAN GOAL
ORIENTATION TERHADAP PERILAKU MENYONTEK
(CHEATING) SISWA MTs AL-HIDAYAH BEKASI”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi sebagian dari persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh:
Hasnatul ‘Alawiyah
106070002171
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H / 2011M
i
“PENGARUH SELF-EFFICACY, KONFORMITAS DAN GOAL
ORIENTATION TERHADAP PERILAKU MENYONTEK
(CHEATING) SISWA MTs. AL-HIDAYAH BEKASI”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
HASNATUL ‘ALAWIYAH
NIM : 106070002171
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si Solicha, M.Si
NIP.19561223 198303 2 001 NIP. 19720415 199903 2 001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H/2011M
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH SELF-EFFICACY, KONFORMITAS DAN GOAL ORIENTATION TERHADAP PERILAKU MENYONTEK (CHEATING) SISWA MTS. AL-HIDAYAH BEKASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 9 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001
Anggota :
Dra. Diana Mutiah, M.Si Solicha, M.Si NIP. 19720415 199903 2 001 NIP. 19671029 199603 2 001
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hasnatul ‘Alawiyah
NIM : 106070002171
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh self-efficacy,
konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating)
siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan
tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun
kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-
Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan
dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 30 November 2011
Hasnatul ‘Alawiyah NIM : 106070002171
iv
Motto
“Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya Berlaku jujurlah, karena sesungguhnya
kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, kejujuran itu menuntun kepada kebaikan,
dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga. dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga. dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga. dan sesungguhnya kejujuran itu menuntun ke surga.
Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada Dan jauhilah dusta, karena dusta itu menyeret kepada
dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu dosa dan kemungkaran, dan sesungguhnya dosa itu
menuntun ke neraka.” menuntun ke neraka.” menuntun ke neraka.” menuntun ke neraka.”
( ( ( ( HR. BukhariHR. BukhariHR. BukhariHR. Bukhari ) ) ) )
“Man“Man“Man“Man jadda wa jadda wa jadda wa jadda wajajajajadddda”a”a”a”
Barang siapa yang bersungguhBarang siapa yang bersungguhBarang siapa yang bersungguhBarang siapa yang bersungguh----sunggusunggusunggusungguhhhh
maka maka maka maka dapatlah dapatlah dapatlah dapatlah ia ia ia ia
v
Sebuah Dedikasi
Karya ini kupersembahkan untuk Ema & Bapak tercinta,
Sungguh pencapaian ananda ini tidak akan pernah sebanding
dengan segala pengorbanan yang telah Ema & Bapak berikan.
Terimakasih atas cinta dan kasih sayangnya serta doa
yang selalu terucap untuk ananda.
Kakak-kakak tersayang, yang selalu menyayangiku dengan
sepenuh hati, dan selalu memberikan dukungan
serta mendoakanku dalam kebaikan.
Serta kedua keponakanku yang selalu menghibur
dan membuat hari-hariku lebih berwarna
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) November 2011 C) Hasnatul ‘Alawiyah D) Pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi E) XVII + 99 halaman + 30 lampiran F) Kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di
dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai aktifitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah khususnya bila ada ulangan dan ujian. Oleh karena itu perilaku mencontek bukan hal baru dalam dunia pendidikan, menyontek sudah sangat populer mulai dari pelajar SD, SMP, hingga SMA sampai Perguruan tinggi. Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) di kalangan siswa maka perlu diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating). Tujuan penelitian ini adalah menguji signifikansi faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku menyontek seperti self-efficacy, konformitas, goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas. Berdasarkan pengujian statistik penelitian ini diharapkan akan mengungkapkan seberapa besar pengaruh dari setiap variabel prediksi yang dianalisis tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan metode probability sampling, dengan menggunakan teknik stratified random sampling dimana pemilihan sampel dari populasi berdasarkan pada strata tiap-tiap kelas. Partisipan pada penelitian ini adalah siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi yang berjumlah 150 siswa. Kesimpulan penelitian ini adalah secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, konformitas acceptance, konformitas compliance, mastery goal orientation, performance goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, perilaku menyontek dipengaruhi oleh independen variabel yang diteliti sebesar 39,9% sedangkan sisanya yaitu 60.1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Akan tetapi jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan kontribusi dari masing-masing IV (independent variable), hanya terdapat tiga IV (independent variable) yang signifikan, yaitu konformitas acceptance, konformitas compliance dan
vii
tingkatan kelas, dengan perincian yaitu variabel konformitas acceptance memberikan sumbangan sebesar 16,9%, konformitas compliance memberikan sumbangan sebesar 3,1%.dan tingkatan kelas memberikan sumbangan sebesar 15,8%.Sedangkan self-efficacy, mastery goal orientation, performance goal orientation tidak mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang sama, untuk peneliti selanjutnya disarankan agar sebaiknya menggunakan beberapa variabel lain yang mempengaruhi cheating untuk dijadikan independent variabelnya dan hendaknya menambahkan atau memperbanyak jumlah sampel, sehingga hasil penelitian yang didapat lebih akurat. Untuk para pendidik hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya memperhatikan tingkatan kelas siswa dalam melakukan pembelajaran terutama dalam ujian, karena cenderung yang melakukan cheating adalah siswa tingkat kelas lebih tinggi. Oleh karena itu perlu perhatian dan pembinaan khusus pada kelas-kelas tersebut agar tidak terlalu memiliki perilaku menyontek (cheating).
G) Bahan Bacaan: 20 buku + 11 jurnal + 7 artikel internet + 5 skripsi
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdullilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan
pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh
jajaran dekanat lainnya, yang selalu berusaha menciptakan lulusan-lulusan
Fakultas Psikologi yang berprestasi dan berkualitas.
2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si. Dosen Pembimbing satu, yang selalu sabar
memberikan solusi-solusi cerdas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian, berdiskusi, memberi masukan yang sangat berarti, dan memberi
semangat kepada penulis. Terimakasih atas keikhlasannya untuk meluangkan
waktu di sela-sela kesibukan dengan jadwal ibu yang begitu padat.
3. Ibu Solicha, M.Si. Dosen pembimbing dua, yang telah memberikan masukan
yang bermanfaat dan sangat berarti yang berkaitan dengan penelitian sehingga
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih
atas semangat yang ibu berikan, buku-buku yang ibu pinjamkan dan sudah
meluangkan waktu di sela-sela kesibukan ibu yang sedang hamil sambil
melanjutkan S3, semoga ibu dimudahkan dalam melahirkan dan di
berikeselamatan, Amin.
4. Ibu S. Evangeline I Suaidy M. Psi. Psi., Pembimbing akademik kelas A
angkatan 2006 yang selalu menyempatkan diri untuk mengikuti acara-acara
kelas A untuk memberikan perhatian dan nasehat-nasehat yang berarti demi
masa depan yang lebih baik.
ix
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan.
Semoga segala ilmu dan pengetahuan yang bapak dan ibu berikan dapat
bermanfaat untuk penulis maupun untuk orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.
6. Teristimewa, Ema dan Bapak yang rela mengeluarkan keringat demi
pendidikan dan kebahagiaan anak-anaknya walaupun dengan kondisi badan
yang mudah sakit. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan kepada
Ema dan Bapak, amin. Skripsi ini adalah sebuah dedikasi sederhana atas
pengabdian penulis kepada Ema dan Bapak tercinta.
7. Kakak-kakakku, Ibu Ngkis (Mpo)yang selalu memotivasi baik secara moril
maupun materil untuk selalu semangat dalam menjalani kehidupan ini
terutama merapungkan skripsi yang sudah membuatku jungkir-balik dan
jatuh-bangun untuk menyelesaikannya. Bang Haji, Teh Haji, Bang Uding dan
Teh Ika terimakasih sudah menjadi motivator Neng untuk menjadi Sarjana.
Teh Enca, terimakasih udah ngurusin semua perlengkapan Neng kuliah.
Terimakasih juga buat Aa yang udah mau antar jemput Neng Bogor-Ciputat.
Serta kedua keponakanku tersayang, Bilqis dan Zahran, walaupun kalian
sering ngebuat teteh pusing tapi berkat kalian hari-hari teteh lebih berwarna.
8. Kepala Sekolah MTs. Al-hidayah Bekasi, Bapak H. Jahrudin, S. Ag, M.M.pd
dan seluruh siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi, terimakasih atas izin dan
partisipasinya dalam merapungkan penelitian ini.
9. Teman-teman di Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) serta Senpai-senpai
dan teman-teman Karate UIN Jakarta, yang telah banyak mengajarkan arti dan
makna hidup serta pengalaman berorganisasi. Khususnya Senpai Abi yang
selalu mengajarkan dan menekankan pentingnya mempunyai jiwa yang
pemberani yang tidak takut untuk menantang dunia namun tetaplah
mempunyai hati yang jernih, ikhlas dan tidak sombong.
10. Sahabat-sahabatku tersayang (Sarah, Susi, Kori, K’edo, Sofyan, Ali,
Bambang, Rere, Baiti, Bima, Ayu, Dimas, Eja, Mayhant, Adyo, Teteh ibu, Ifa
dan anak-anak koz Balans ceria), serta teman-teman yang lain yang tidak
x
dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu menjaga persaudaraan dan
kasih sayang kita. Kalian keluarga kedua yang Allah kirimkan untuk selalu
menemaniku baik itu dalam “tawa” maupun “tangis” disaat orang tua serta
saudara-saudaraku jauh di seberang sana. Persahabatan yang indah ini tidak
akan pernah terlupakan sampai kapanpun. Terimakasih untuk persahabatan
yang indah ini.
11. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas A yang selalu smart dalam
berpikir dan berdiskusi, serta angkatan dibawah penulis, terimakasih atas
kebersamaan dan pembelajaran yang begitu indah selama ini. Semua
kenangan indah yang telah kita lalui bersama tidak akan pernah terlupakan.
12. Teman-teman J-Pers (Jejak Petualngan), Mahachala (Mahasiswa Pecinta
Alam) Psikologi UIN Jakarta, B2W Bogor (Bike To Work), B2C Bogor (Bike
To Campus) dan Topas (Tekun Olahraga Pasti Sehat Selalu) yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas pengalaman petualangan yang
sungguh mengesankan dan tidak terlupakan.
13. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral
serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 30 November 2011
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing.........................................................................i
Pengesahan Panitia Ujian....................................................................................ii
Pernyataan Bukan Plagiat................................................................................. .iii
Motto.................................................................................................................iv
Persembahan.......................................................................................................v
Abstrak ..............................................................................................................vi
Kata Pengantar…………………………………………………………………viii
Daftar Isi………………………………………………………………………... xi
Daftar Tabel ...........................................................…………………………… xiv
Daftar Bagan ………………………………………………………………….. xvi
Daftar Lampiran …………………………………………………………….....xvii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................1
1.2. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .........................16
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................19
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................19
1.5. Sistematika Penulisan............................................................20
BAB II KAJIAN PUSTAKA .....................................................................21
2.1. Perilaku Menyontek (cheating) ...............................................21
2.1.1. Pengertian Perilaku Menyontek (Cheating) .................22
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek
(cheating)..............................................................................23
2.1.4. Dimensi-dimensi Perilaku Menyontek (cheating) ........29
2.2. Self-efficacy ..........................................................................29
2.2.1. Pengertian Self-efficacy ...............................................30
2.2.2. Faktor-faktor Terbentuknya Self-efficacy .....................32
2.2.3. Dimensi-dimensi Self-efficacy .....................................36
xii
2.3. Konformitas ..........................................................................38
2.3.1. Pengertian Konformitas ...............................................39
2.3.2. Dimensi-dimensi Konformitas.....................................40
2.3.3. Kondisi yang Mendorong Terjadinya Konformitas ......42
2.4. Goal Orientation...................................................................45
2.4.1. Pengertian Goal Orientation........................................45
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Goal Orientation...46
2.4.3. Dimensi-Dimensi Goal Orientation .............................47
2.5. Kerangka Berfikir .................................................................52
2.6. Hipotesis Penelitian...............................................................56
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................57
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..............................................57
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.................57
3.2.1. Populasi ........................................................................57
3.2.2. Sampel..........................................................................58
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel .........................................58
3.3. Variabel Penelitian..................................................................59
3.3.1. Identifikasi Variabel......................................................59
3.3.2. Definisi Oprasional Variabel .........................................60
3.4. Pengumpulan Data ..................................................................62
3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ............................................62
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data .......................................62
3.5. Teknik Uji Instrumen dan Analisis Data..................................73
3.5.1. Uji Validitas..................................................................73
3.5.2. Uji Reliabilitas ..............................................................74
3.6. Prosedur Penelitian .................................................................75
3.7. Teknik Analisa Data ...............................................................77
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................78
4.1. Gambaran Umum Responden................................................78
4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin............78
4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan angkatan....................79
xiii
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian .....................................................79
4.2.1. Kategorisasi Skor Perilaku Menyontek (Cheating) .....79
4.2.2. Kategorisasi Skor Self-efficacy ...................................81
4.2.3. Kategorisasi Skor Konformitas ..................................82
4.2.4. Kategorisasi Skor Goal Orientation ...........................83
4.3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian................................................84
4.3.1. Hasil Uji Hipotesis Mayor..........................................84
4.3.2. Hasil Uji Hipotesis Minor ..........................................86
4.3.3. Pengujian Sumbangan Masing-masing Independent
Variable......................................................................90
4.3.4. Sumbangan Masing-masing Independent Variable .....91
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN………………………..94
5.1. Kesimpulan……………………………………………….....94
5.2. Diskusi………………………………………………………95
5.3. Saran………………………………………………………...98
5.3.1. Saran Teoritis…………………………………....….98
5.3.2. Saran Praktis………………………………………..99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Prediksi tingkah laku menurut Alwisol ............................................. 36
Tabel 2.2. Konsep-konsep goal orientation ....................................................... 49
Tabel 3.1. Populasi siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi tahun 2011 ............... 58
Tabel 3.2. Pilihan jawaban dan skoring respon jawaban .................................. 63
Tabel 3.3. Pedoman skoring kuisioner jenis kelamin ......................................... 64
Tabel 3.4. Pedoman skoring kuisioner tingkatan kelas....................................... 64
Tabel 3.5. Blue print perilaku menyontek (cheating) try out .............................. 65
Tabel 3.6. Blue print perilaku menyontek (cheating) ......................................... 66
Tabel 3.7. Blue print self-efficacy try out........................................................... 67
Tabel 3.8. Blue print self-efficacy ...................................................................... 68
Tabel 3.9. Blue print konformitas try out........................................................... 69
Tabel 3.10. Blue print konformitas .................................................................... 70
Tabel 3.11. Blue print goal orientation try out................................................... 71
Tabel 3.12. Blue print goal orientation.............................................................. 72
Tabel 3.13. Skor hasil uji reliabilitas skala......................................................... 75
Tabel 4.1. Gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin .......................... 78
Tabel 4.2. Gambaran umum subjek berdasarkan tingkatan kelas........................ 79
Tabel 4.3. Skor peroleh perilaku menyontek (cheating)..................................... 80
Tabel 4.4. Klasifikasi skor perilaku menyontek (cheating) ................................ 80
Tabel 4.5. Skor perolehan self-efficacy .............................................................. 81
Tabel 4.6. Klasifikasi skor selfefficacy............................................................... 81
Tabel 4.7. Perolehan Z score konformitas.......................................................... 82
Tabel 4.8. Klasifikasi responden pada konformitas............................................ 83
Tabel 4.9. Perolehan Z score goal orientation ................................................... 83
Tabel 4.10. Klasifikasi responden pada goal orientation.................................... 84
Tabel 4.11. Tabel R-square ............................................................................... 85
Tabel 4.12. Tabel ANOVA pengaruh IV terhadap DV....................................... 85
Tabel 4.13. Koefisiensi regresi .......................................................................... 86
Tabel 4.14. Uji beda jenis kelamin .................................................................... 89
Tabel 4.15. Uji beda tingkatan kelas.................................................................. 89
Tabel 4.16. Tabel proporsi varian ...................................................................... 90
xv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Bagan 2.1. Skema kerangka berfikir .................................................................. 55
Bagan 4.1. Residual plot perilaku menyontek (cheating) ................................... 93
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Bukti Penelitian
Lampiran 3 Skala Try Out
Lampiran 4 Data Mentah Perilaku Menyontek Cheating Try Out
Lampiran 5 Data Mentah Selfefficacy Try Out
Lampiran 6 Data Mentah Konformitas Try Out
Lampiran 7 Data Mentah Goal Orientation Try Out
Lampiran 8 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Perilaku Menyontek
(cheating)
Lampiran 9 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-efficacy
Lampiran 10 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Konformitas
Lampiran 11 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Goal Orientation
Lampiran 12 Skala Field Study
Lampiran 13 Data Mentah Cheating Field Test
Lampiran 14 Data Mentah Self-efficacy Field Test
Lampiran 15 Data Mentah Konformitas Acceptance Field Test
Lampiran 16 Data Mentah Konformitas Compliance Field Test
Lampiran 17 Data Mentah Mastery Goal orientation Field Test
Lampiran 18 Data Mentah Performance Goal Orientation Field Test
Lampiran 19 Data Mentah Tingkatan Kelas dan Jenis Kelamin Terhadap
perilaku menyontek (cheating)
xvii
Lampiran 20 Data T-test Jenis Kelamin
Lampiran 21 Data T-test Tingkatan Kelas
Lampiran 22 Z score konformitas
Lampiran 23 Z score Goal Orientation
Lampiran 24 Data Responden Hasil Penelitian
Lampiran 25 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Perilaku
Menyontek (cheating)
Lampiran 26 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Self-efficacy
Lampiran 27 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Konformitas
Lampiran 28 Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Goal Orientation
Lampiran 29 T-Test Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas
Lampiran 30 Z score Konformitas dan Goal Orientation
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi saat ini kompetisi antar individu dengan individu
yang lainnya sangat ketat disegala bidang. Kompetisi yang terjadi tidak hanya
antar individu dalam negeri saja, akan tetapi juga antar bangsa. Hal terpenting
dalam era globalisasi ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
begitu pesat. Negara yang maju adalah Negara yang mampu mengusai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mampu menciptakan teknologi baru.
Negara Indonesia sebagai Negara berkembang, termasuk salah satu Negara
yang sedang giat-giatnya membangun dan meningkatkan sumber daya manusia
melalui pendidikan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia
pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten
agar mampu bersaing dalam segala hal.
Agar tidak ketinggalan dengan Negara-negara yang lain, Indonesia
dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju sangat
pesat. Mau tidak mau peningkatan sumberdaya manusia mutlak diperlukan.
Dalam hal ini pemerintah Indonesia sangat menyadari pentingnya
menciptakan warga Negara yang berkualitas, agar sumberdaya manusia Indonesia
tidak kalah dari sumber daya manusia di Negara lain. Agar dapat mengontrol
kualitas manusia Indonesia dalam jalur pendidikan dilakukan Ujian Nasional
(UN).
2
Ujian merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses belajar.
Dalam dunia pendidikan, ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian
suatu tujuan pengajaran oleh siswa sebagai peserta didik, sehingga siswa dapat
mengetahui tingkat kemampuannya dalam memahami pelajaran yang sedang
ditempuh. Bila ternyata hasilnya belum maksimal, maka proses belajar harus
ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas (Maradina, 2008).
Dalam usaha untuk meraih keberhasilan mendapatkan nilai yang baik
dalam ujian, ada siswa yang belajar dengan tekun dan ada pula siswa yang tidak
belajar, akan tetapi mengandalkan teman atau berbuat curang, misalnya
menyontek saat mengikuti ujian. Hal ini terjadi karena hasil ujian dan ulangan itu
merupakan salah satu kriteria yang dipakai pendidik atau pengajar dalam
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar yang dilakukan. Tak dipungkiri
lagi, dalam pelaksanaan ujian dan ulangan itu, sebagian peserta didik mencontek
(Silvano dkk, 2008).
Perilaku menyontek dapat dilakukan oleh siapapun juga untuk
mendapatkan nilai yang tinggi dan mengurangi kemungkinan mendapatkan nilai
yang buruk. Karena masyarakat berpandangan bahwa seseorang dikatakan cerdas
atau pintar jika nilai-nilai raport atau ijazahnya tinggi. Oleh karena itu para pelajar
berlomba-lomba untuk mendapat nilai tinggi (Silvano dkk, 2008). Pandangan
tersebut menimbulkan tekanan pada siswa untuk mencapai nilai yang tinggi.
Tekanan yang dirasakan akan membuat siswa lebih berorientasi pada nilai, bukan
pada ilmu. Siswa dapat mempersepsi ujian sebagai alat untuk menyusun peringkat
dan dapat menyebabkan dirinya mengalami kegagalan, bukan sebagai instrumen
3
yang dapat menunjukkan kemajuan dalam proses belajar (Sujana & Wulan, dalam
Setyani, 2007).
Kecenderungan menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di
dunia pendidikan. Oleh karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang
muncul menyertai aktifitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah
khususnya bila ada ulangan dan ujian. Oleh karena itu perilaku mencontek bukan
hal baru dalam dunia pendidikan, menyontek sudah sangat populer mulai dari
pelajar SD, SMP, hingga SMA sampai Perguruan tinggi. Bahkan dalam sejarah
Cina Kuno menyebutkan bahwa pada zaman pemerintahan Kaisar Wen Ti pada
tahun 77 Masehi telah diberlakukan aturan ujian yang ketat bagi orang-orang yang
mengikuti ujian menjadi pegawai kerajaan. Peserta yang kedapatan menyontek
dalam ujian tersebut diancam hukuman mati (Alhadza dalam Setyani, 2007).
Akan tetapi walaupun perilaku menyontek telah dikenal sejak lama tetapi dalam
Kamus Bahasa Indonesia (Suharto & Iryanto, 1995), kata tersebut tidak dapat
ditemukan secara langsung, kata menyontek baru ditemukan pada kata jiplak-
menjiplak yang artinya meniru tulisan atau pekerjaan orang lain. Sedangkan
Dalam Kamus Bahasa Inggris (Echols & Shadily, 2003) kata menyontek atau
menjiplak disebut dengan istilah Cheating. Hal ini sesuai dengan artikel yang
ditulis oleh Alhadza, kata menyontek sama dengan cheating. Beliau mengutip
pendapat Bower, yang mengatakan cheating adalah perbuatan yang menggunakan
cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan
keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis (Alhadza, 2007).
4
Menurut Mulyana (dalam Setyani, 2007), perilaku menyontek dapat
dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut: menulis contekan di meja atau di
telapak tangan, menulis di sobekan kertas yang disembunyikan di lipatan baju,
bisa juga dengan melihat buku pedoman atau buku catatan sewaktu ujian. Seiring
dengan perkembangan teknologi, telepon genggam dapat digunakan sebagai
sarana untuk menyontek, yaitu dengan menyimpan data contekan di memori
telepon genggam atau saling berkirim jawaban melalui SMS (short message
service) pada saat ujian (Muljadi, dalam setyani 2007).
Berdasarkan pengertian di atas, menyontek adalah suatu perbuatan atau
cara-cara yang tidak jujur, curang dan menghalalkan segala cara untuk mencapai
nilai yang terbaik dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran. Dapat
disimpulkan menyontek dalam pelaksanaan ujian adalah mengambil jawaban
soal-soal ujian dari cara-cara yang tidak dibenarkan dalam tata tertib ujian seperti:
dari buku, catatan, hasil pemikiran temannya dan media lain yang kemudian
disalin pada lembar jawaban ujian pada saat ujian berlangsung.
Pada dasarnya perilaku menyontek dapat merugikan banyak pihak, baik itu
orang yang menyontek ataupun orang yang dicontek. Dengan menyontek, orang
yang menyontek tidak dapat mengetahui seberapa besar kemampuan dirinya
dalam memahami atau menguasai pelajaran yang didapat, sedangkan orang yang
dicontek secara tidak langsung haknya diambil oleh orang yang menyontek.
Selain itu perilaku menyontek dapat menyulitkan guru dalam mengukur tingkat
keberhasilan dari proses belajar-mengajar di sekolah. Sebab nilai yang diperoleh
siswa dengan hasil menyontek bukanlah nilai yang sesungguhnya yang
5
menunjukan tingkat kemampuan dan pemahaman siswa itu sendiri. Secara
psikologispun, perilaku nyontek memiliki dampak yang tidak baik, sebab perilaku
menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong demi mendapatkan sesuatu
yang nantinya akan menjadi kebiasaan dan menjadikan pribadi pembohong.
Padahal seharusnya sekolah adalah tempat untuk belajar menjadi pribadi yang
lebih baik bukan tempat untuk belajar berbohong atau berbuat curang.
Secara keseluruhan bila melihat dari kenyataan yang terjadi, perilaku
menyontek (cheating) merupakan masalah serius dan penting dalam dunia
pendidikan. Akan tetapi sepertinya masalah ini kurang mendapatkan perhatian
khusus, meskipun beberapa penelitian mengenai perilaku menyontek kerap
dilakukan. Oleh karena itu sebaiknya semua pihak dalam dunia pendidikan
sepakat untuk mengatasi masalah menyontek dan tidak hanya terpaku oleh nilai
semata akan tetapi berusaha untuk dapat mencapai prestasi akademis yang optimal
dengan memahami materi yang diberikan.
Dengan semakin maraknya perilaku menyontek (cheating) dalam kalangan
siswa maka perlunya diantisipasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku menyontek (cheating). Salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan
dan menurunkan perilaku menyontek pada kalangan remaja Siswa SMP adalah
keyakinan dalam diri siswa akan kemampuannya sendiri. Keyakinan akan
kemampuan diri ini dikenal dengan istilah self-efficacy.
Self-efficacy adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi
hambatan (Bandura dalam Baron & Byrne, 2003). Evaluasi ini dapat bervariasi
6
tergantung pada situasi (Cervone dalam Baron & Byrne, 2003). Oleh karena itu,
seorang siswa yang memiliki keyakinan diri yang baik akan mampu menampilkan
kemampuan terbaiknya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
disekolah dan mampu mengatasi hambatan demi tercapainya suatu tujuan dengan
apa yang dimilikinya.
Self-efficacy merupakan bagian dari psikologi positif. Self-efficacy yang
tinggi sangat baik apabila dimiliki oleh setiap individu terutama siswa yang akan
atau sedang menghadapi ujian, sebab self-fficacy merupakan persepsi atau
keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya sendiri. Selain itu menurut
Bandura (1994), self-efficacy menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir,
memotivasi diri sendiri dan berperilaku. Jadi sudah jelas sekali kalau self-efficacy
ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Sebab dengan adanya keyakinan
pada kemampuan diri tersebut akan ikut mempengaruhi kinerja siswa dalam
mencapai keberhasilan, sehingga self efficacy pada siswa dalam mengerjakan
ujian sangat diperlukan.
Menurut Bandura (1994), Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan
seseorang akan kemampuan yang dimilikinya untuk menjalankan kontrol atau
fungsi mereka sendiri lebih dari peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Keyakinan dalam keberhasilan mempengaruhi pilihan hidup seseorang, motivasi
dan ketahanan terhadap kesulitan baik itu stress atau depresi.
Seorang siswa yang memiliki self-efficacy yang baik dalam menghadapi
ujian akan memiliki pengharapan akan nilai yang bagus dan hasil yang
memuaskan dengan mempersiapkan diri sebelum dilakukannya ujian. Sebaliknya,
7
siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah pada saat menghadapi ujian akan
merasakan perasaan yang cemas, menunjukkan sikap yang tidak tenang karena
tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal ujian, sehingga siswa tersebut akan
merasa putus asa dalam menghadapi rintangan saat ujian dilaksanakan dan
akhirnya memutuskan untuk menyontek sebagai alternatif terakhir.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Clara
Maradina (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan: bahwa adanya hubungan
negatif yang signifikan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian dengan
kecenderungan menyontek pada mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi
Ubaya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin
rendah kecenderungan menyontek dan begitu juga sebaliknya semakin rendah
self-efficacy maka semakin tinggi kecenderungan untuk menyontek.
Selain self-efficacy faktor yang diduga dapat meningkatkan perilaku
menyontek adalah faktor konformitas. Sebab seringkali kita mendengar tentang
solidaritas remaja yang kadang kala disalahartikan. Dengan beranggapan bahwa
sikap solider itu adalah bagaimana kita membantu teman, baik itu dalam hal
positif maupun negatif, baik dengan rasa senang hati atau keterpaksaan karena
takut dibilang tidak solider. Melihat fenomena ini kita juga sering melihat para
siswa di sekolah misalnya pada saat ujian berlangsung mereka membantu
temannya dengan cara memberikan jawaban dengan alasan bahwa itu merupakan
sikap solider.
Menurut Sujana (dalam Nadhirah, 2008), perilaku menyontek tidak lepas
dari pengaruh adanya pengakuan atau persetujuan terhadap tindakan menyontek
8
dan contoh tindakan menyontek yang dilakukan oleh teman sebaya dalam satu
kelompok atau teman sekelas. Jadi pengaruh kelompok sebaya akan sangat besar
dalam pemberian norma tingkahlaku yang akan dianut oleh individu, dimana salah
satu tingkahlaku tersebut adalah perilaku menyontek.
Perilaku mengikuti orang lain yang dimaksud disini adalah perilaku
konformitas. Biasanya perilaku konformitas ini terjadi karena mengikuti orang
lain yang ada dalam lingkungan individu berada, baik itu dengan terpaksa maupun
dengan sukarela.
Istilah konformitas pertama kali dipublikasikan oleh seorang ahli psikologi
sosial Solomon Asch tahun 1951, 1955. Eksperimen Asch ini menunjukan bahwa
orang cenderung melakukan konformitas, mengikuti penilaian orang lain,
ditengah tekanan kelompok yang mereka rasakan (Sarwono & Meinarno, 2009).
Sedangkan dalam Wade (2007) setiap orang pasti akan melakukan konformitas
dalam situasi tertentu dan untuk alasan yang sama dengan yang lain. Ada orang
yang melakukannya karena mereka mengidentifikasikan diri mereka dengan
kelompok dan anggota kelompok, serta ingin tampil serupa dengan mereka, sebab
teman-teman menggunakan pengaruh sosial satu sama lain.
Dalam kamus lengkap Psikologi J.P. Chaplin (2008) konformitas diartikan
sebagai kecendrungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang
dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Selain itu disebutkan juga
kalau konformitas merupakan ciri pembawaan kepribadian yang cenderung
membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya.
9
Sedangkan dalam Wikipedia istilah konformitas diartikan sebagai proses
dimana seorang individu bersikap, meyakini, dan berperilaku yang dikondisikan
oleh sesuatu untuk menjadi apa yang orang lain bisa lihat. Dilain pihak seseorang
menyesuaikan keinginannya sendiri untuk mencapai rasa aman dalam
kelompoknya yang biasanya terdapat kesamaan dalam hal usia, budaya, agama,
bahkan status pendidikan. Akan tetapi konformitas ini sering dikaitkan dengan
remaja dan budaya kaum muda, karena remaja sangat terikat dengan kelompok
teman sebaya terutama di lingkungan sekolah (http://translate.google.co.id.
http://en.wikipedia.org/Conformity).
Dari fenomena yang biasa terjadi, konformitas pada remaja lebih banyak
memiliki efek yang buruk, padahal tidak semua konformitas memiliki efek buruk,
karena baik atau buruk tergantung pada situasi, kondisi dan tentunya pada
individu itu sendiri. Akan tetapi yang sering terjadi pada remaja adalah hal-hal
yang negatif (Santrock, 2002).
Konformitas dapat berperan secara positif atau negatif pada seorang
remaja, yang dimaksud peran negatif disini adalah perilaku menyontek (cheating).
Seperti yang terjadi baru-baru ini di SDN 2 Gadel, Surabaya, adanya fenomena
konformitas menyontek massal saat Ujian Nasional 2011, dimana seorang murid
bernama Alifah Ahmad Maulana (Aam) diminta oleh pihak sekolah “memadu”
teman-temannya menggarap soal ujian, karena takut kepada guru akhirnya Aam
memberikan hasil jawabannya kepada teman-temannya, dan hasilnya baik (Riadi,
2011). Sedangkan konformitas yang berperan secara positif adalah bagaimana
10
siswa mempersiapkan diri dengan belajar bersama teman-temannya untuk
menghadapi ujian sekolah.
Biasanya pada perilaku konformitas seseorang mengikuti perilaku
kelompoknya meskipun ia berbeda pendapat dengan kelompoknya (Khrisnaresa,
2009). Semakin tinggi konformitas terhadap kelompok sebaya, maka
kecenderungan perilaku menyontek pun akan semakin tinggi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadhirah (2008) yang dari penelitiannya
menghasilkan kalau adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
konformitas kelompok dan perilaku menyontek pada mahasiswa IAIN “SMH”
Banten Fakultas Tarbiyah. semakin tinggi konformitas terhadap kelompok sebaya,
maka makin tinggi pula kecenderungan menyontek.
Selain self-efficacy dan konformitas kecendrungan menyontek siswa juga
dapat dikaitakan oleh goal orientation. Sebab ketika siswa menyontek, siswa
tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapainya dan tentunya tujuan dari setiap
siswa yang menyontek berbeda-beda. Akan tetapi tujuan tersebut sangat terkait
dengan pencapain prestasi di kelas. Ini berarti perilaku menyontek (cheating) yang
terjadi pada siswa dapat dikaitkan dengan bagaimana siswa mengorientasikan
tujuannya.
Beragam usaha yang dilakukan siswa untuk meraih prestasi dalam
kegaiatan akademis terkait dengan suatu orientasi tujuan itu sendiri dalam
mencapai tujuan yang diharapkannya. Orientasi tujuan atau biasa disebut dengan
istilah goal orientation.
11
Wikipedia mengartikan goal orientation (GO) adalah "tujuan". Disini GO
sebagai cara untuk mengejar dan mencapaian tujuan dalam konteks prestasi.
Selain itu GO merupakan motivasi internal dalam diri siswa dalam kompetensi
mengejar prestasi akademik disekolah http://en.wikipedia.org/wiki/Goal-oriented.
Goal atau tujuan adalah sesuatu yang diusahakan oleh seseorang untuk
dicapai, dan sesuatu itu berada diluar diri individu (Locke & latham, 1990 dalam
Pintrich & Schunk, 1996). Sedagkan goal orientation merupakan pola keyakinan
yang mengarahkan pada cara yang berbeda dalam pendekatan, penggunaan dan
respon terhadap achievement situation (Ames, 1992, dalam Pintrich & Schunk,
1996). Goal orientation merefleksikan standar individu dalam mencapai
keberhasilan.
Sedangkan dalam kamus lengkap Psikologi J.P. Chaplin (2008) goal
orientation diartikan sebagai kondisi dituntun menuju kearah sasaran. Dalam
kegiatan belajar keluar dari jalan yang ruwet simpang-siur, merupakan upaya atau
jalan tempuh yang mengarah pada sasaran, baik merupakan jalan buntu atau
menjadi bagian dari jalan yang benar.
Berkaitan dengan hal di atas, maka dapat diketahui bahwa seorang siswa
yang memiliki tujuan dalam proses belajar, maka siswa tersebut akan menetapkan
tujuan sebagai harapan, hal ini dapat dikatakan mengikuti ujian dan mendapatkan
kelulusan dengan nilai yang baik merupakan harapan yang harus dicapai. Maka
untuk memantapkan tujuan siswa yaitu mendapatkan keberhasilan saat ujian dan
meningkatkan prestasi, siswa akan mempersiapkan dirinya dengan banyak belajar
12
dan meningkatkan waktu untuk membaca berbagai literatur yang mendukung
materi pelajaran (Maradina, 2008).
Secara umum ada dua jenis orientasi tujuan dalam kegiatan akademis,
yaitu tujuan untuk mengembangkan kemampuan (mastery orientation) dan tujuan
untuk menunjukan kemampuan (performance orientation). Menurut Pintrich dan
Schunk (1996), siswa yang berorientasi pada mastery orientation akan
memfokuskan tujuannya pada pengembangan kemampuan, dan berusaha untuk
memahami setiap tugas yang diberikan oleh para guru, dan selalu meningkatkan
kompetensi diri. Sebaliknya, siswa yang berorientasi pada performance
orientation lebih memfokuskan pada bagaimana penilaian orang lain terhadap
kemampuan yang dimiliki oleh para siswa.
Bila melihat kedua jenis orientasi tujuan, performance orientation lebih
mengarah pada pola perilaku maladaptip dari pada mastery goals. Oleh karena itu
siswa yang berorientasi pada performance orientation cenderung menggambarkan
siswa yang melakukan menyontek, sedangkan siswa yang berorientasi pada
mastery orientation cenderung menghindari perilaku menyontek (cheating) dalam
mencapai tujuan pembelajarannya. Oleh karena itu tidak setiap siswa yang
berorientasi pada performance orientation dia akan selalu menyontek dan siswa
yang berorientasi pada mastery orientation tidak akan menyontek.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh setya (2005) yang
menghasilkan kalau orientasi tujuan siswa dan struktur tujuan kelas secara
bersama-sama memberikan sumbangan pada perilaku menyontek siswa SMP
dalam pelajaran Matematika. Hal ini berarti orientasi tujuan siswa memiliki peran
13
adanya kecendrungan menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa orientasi tujuan dapat mempengaruhi
seseorang untuk menyontek atau tidak dalam mencapai tujuan yang
diharapkannya.
Dari pernyataan di atas sudah jelas kalau Goal orientation dapat
mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi hambatan untuk
mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan. Baik itu hambatan dalam
pendidikan dan ujian ataupun hambatan dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan, seperti halnya siswa SMP/MTs yang harus menyesuaikan diri dari
kehidupan Sekolah Dasar di masa anak-anak menuju masa remaja awal di Sekolah
Menengah Pertama. Oleh karena itu, sebaiknya siswa dalam menghadapi ujian
menganggap tugas mereka sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman. Sebab
ketika siswa memandang tugas sebagai tantangan, bukan sebagai ancaman,
mereka tidak akan merasa takut dalam menghadapi kegagalan. Akan tetapi malah
termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar dengan hasil yang maksimal.
Selain variabel independen di atas, penelitian ini juga menggunakan
variabel demografis yang terdiri dari jenis kelamin dan tingkatan kelas. Variabel
demografis ini digunakan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang
mengungkapkan mengenai jenis kelamin dan tingkatan kelas dalam hal
menyontek, seperti penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran (1990
dalam Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998) yang mengemukakan bahwa di
Sekolah Negeri atau Swasta, perilaku menyontek (cheating) lebih umum
dilakukan oleh laki-laki. Dalam penelitian yang dilakukan pada kalangan
14
mahasiswapun menyatakan hal yang sama, bahwa laki-laki lebih sering
menyontek daripada perempuan. Selain itu laki-laki juga mengatakan bahwa
mereka lebih banyak menyontek pada saat ulangan dengan menggunakan berbagai
metode menyontek. Di sisi lain perempuan menyetujui kalau cheating lebih
banyak dilakukan oleh laki-laki, sebab perempuan akan merasa bersalah jika
mereka menyontek (Baird, 1980 dalam Andermana & Midgley, 2004).
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Newstead et al. (1996
dalam Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998) mengungkapkan bahwa di
kalangan mahasiswa, laki-laki lebih banyak menyontek dari pada perempuan,
selain itu dalam penelitian itu pula diungkapkan kalau mahasiswa yang lebih
muda atau semester bawah lebih banyak menyontek dari pada murid yang tua atau
semester atas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh McCabe,
Trevino dan Butterfield (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa yang lebih muda
cenderung untuk menyontek dari mahasiswa yang lebih tua. McCabe dan Trevino
mengemukakan bahwa pada kesatu dan kedua tahun pertama mahasiswa merasa
berat dengan program fakultas, dan tidak ingin mengulang kembali mata kuliah
yang telah dipelajari, oleh karena itulah mahasiswa semester bawah lebih memilih
untuk menyontek. Sebaliknya, pada tahun katiga dan keempat perkuliahan,
mahasiswa tampaknya lebih antusias akan program fakultas karena sudah terbiasa
dengan program tersebut.
Berdasarkan asumsi penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai
variabel demografis, peneliti ingin mengetahui apakan benar perilaku menyontek
itu lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dari pada perempuan ataukah berbanding
15
terbalik dengan penelitian sebelumnya. Selain itu apakah dalam jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) perilaku menyontek lebih
banyak dilakukan oleh kelas bawah ataukah berbanding terbalik dengan penelitian
sebelumnya.
Adapun dalam penelitian ini, fokusnya adalah para siswa pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebab siswa SMP/MTs merupakan usia
peralihan dari usia anak-anak menuju usia remaja awal, selain itu merekapun
mengalami masa peralihan dari Sekolah Dasar ke jenjang yang lebih tinggi yakni
Sekolah Menengah Pertama. Pada masa ini siswa perlu menyesuaikan diri dengan
konteks sosial yang berbeda dengan sebelumnya dan proses pencapaian
prestasipun berbeda degan sekolah dasar. Oleh karena itu perlunya kesiapan
dalam diri siswa dalam menghadapi proses perubahan yang terjadi, sebab apabila
siswa kesulitan dalam menghadapi perubahan ini maka mereka akan berusaha
mencari jalan keluar yang belum tentu benar. Dalam kondisi tersebut perilaku
menyontek mungkin akan terjadi karena dipandang sebagai jalan keluar termudah
agar mereka tetap dapat berprestasi di sekolah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian longitudinal Anderman (dalam
Murdock & Anderman, 2006) menunjukkan bahwa menyontek sering dilakukan
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikarenakan adanya perubahan keadaan
lingkungan belajar yang dialami siswa, yaitu siswa mengalami masa transisi dari
Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah Pertama, yang mana perubahan struktur
kelas yang kecil menjadi struktur kelas yang lebih besar, sehingga lingkungan
sekolah menjadi lebih kompetitif.
16
Selain itu karena siswa SMP/MTs, termasuk siswa MTs. Al-Hidayah
Bekasi adalah termasuk pada masa remaja awal yang mana masa ini merupakan
masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, maka pada masa ini seseorang
banyak sekali mengalami perubahan dalam dirinya, baik itu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, pertumbuhan dan kematangan seks serta perkembangan
sosial. Oleh karena itu, remaja sangat dituntut untuk bisa memiliki rasa keyakinan
akan kemampuan diri dalam menghadapi ujian dan tidak mudah terpengaruh
dalam perilaku konformitas serta dapat menentukan tujuan mereka dalam bidang
akademis untuk mencapai prestasi sesuai dengan apa yang diharapkan tanpa
menyontek.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada indikasi bahwa sebenarnya self-
efficacy, konformitas dan goal orientation serta variabel demografis dapat
menjelaskan terjadinya perilaku menyontek di sekolah. Berdasarkan pada
pemikiran tersebut penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh keempat
faktor self-efficacy, konformitas dan goal orientation serta variabel demografis
terhadap perilaku menyontek siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Alasan mendasar penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Hidayah Bekasi
karena sekolah ini memiliki siswa cukup banyak dalam satu kelas, yang
memungkinkan siswa untuk melakukan konformitas dalam menyontek.
1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah
2.1. Pembatasan Masalah
Agar penulisan penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas,
maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
17
1. Perilaku menyontek (cheating) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah perbuatan curang yang dilakukan dalam
dunia pendidikan, baik itu meniru tulisan atau pekerjaan orang
lain dengan perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur dengan
menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik
dalam ulangan atau ujian pada setiap mata pelajaran, seperti:
menulis contekan di meja atau di telapak tangan, menulis di
sobekan kertas yang disembunyikan di lipatan baju, melihat
buku pedoman atau buku catatan, atau menyontek melalui
media lain seperti HP sewaktu ujian (Murdock & Anderman,
2006).
2. Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keyakinan siswa akan kemampuan dirinya dalam menghadapi
tantangan dalam dunia pendidikan. Keyakinan ini merupakan
kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan dalam mencapai keberhasilan pada saat ujian tanpa
perlu menyontek yang diungkapkan melalui skor-skor dari alat
ukur skala self-efficacy (Bandura, 1986).
3. Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perilaku meniru orang lain, baik itu berupa sikap atau tingkah
laku dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang
dibayangkan oleh siswa. Akan tetapi konformitas disini lebih
ditekankan apakah siswa mengikuti temannya dalam
18
menyontek di kelas atau sebaliknya yang diungkapkan melalui
skala konformitas (Sarwono & Meinarno, 2009).
4. Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
orientasi tujuan yang dimiliki siswa dalam belajar yang terdiri
dari mastery goal dan performance goal yang diungkapkan
melalui skala goal orientation (Pintrich & Schunk, 1996).
5. Variabel demografis disini adalah jenis kelamin yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan, dan tingkatan kelas yang ada di
MTs Al-Hidayah Bekasi.
6. Penelitian ini dilakukan di MTs. Al-Hidayah Bekasi Kelas I, II
dan III atau kelas VII, VIII dan kelas IX.
2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini difokuskan pada:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-efficacy, konformitas
dan goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating)
siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi?
2. Seberapa besarkah pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal
orientation terhadap perilaku menyontek (cheating) siswa
MTs. Al-Hidayah Bekasi?
3. Faktor-faktor manakah yang paling mempengaruhi perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi?
19
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat:
1. Ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara self-efficacy,
konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek
(cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
2. Faktor yang paling mempengaruhi perilaku menyontek (cheating)
siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
berupa:
1. Manfaat teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Selain itu
dari hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah khazanah
pengetahuan tentang perilaku cheating serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Manfaat praktis
Bagi pihak MTs. Al-Hidayah Bekasi diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor penyebab siswa
menyontek, khususnya pada saat ujian, sehingga mampu mengurangi
intensitas menyontek pada siswa. Bagi siswa diharapkan hasil penelitian
ini dapat memberikan informasi tentang hal apa yang menyebabkan siswa
20
menyontek. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghilangkan
kebiasaan menyontek dan dapat memperoleh hasil ujian dengan baik dan
jujur.
1.5. Sistematika Penulisan
BAB I. Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri atas: Latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II. Bab ini memaparkan teori perilaku menyontek (cheating),
self- efficacy, konformitas dan goal orientation pada
siswa SMP yang dilengkapi dengan kerangka berfikir
dan hipotesis penelitian.
BAB III. Bab ini menggambarkan metode yang digunakan untuk
penelitian yang terdiri atas: pendekatan dan jenis penelitian,
definisi variabel, populasi dan sampel, metode pengambilan
data, teknik pengambilan data, dan teknik uji instrumen,
hasil uji instrumen serta prosedur penelitian.
BAB IV. Hasil penelitian yang terdiri dari: analisis deskriptif dan uji
hipotesis.
BAB V. Penutup yang mencakup: kesimpulan, diskusi dan saran.
21
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini memaparkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
subbab yang akan dipaparkan terdiri dari enam subbab yaitu subbab pertama
membahas tentang perilaku menyontek (cheating) dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Subbab kedua membahas tentang
self-efficacy. Subbab ketiga membahas tentang konformitas. Subbab keempat
membahas tentang goal orientation. Subbab kelima membahas tentang kerangka
berpikir, dan dilanjutkan dengan subbab keenam membahas tentang hipotesis
penelitian. Adapun fokus penelitian ditekankan pada siswa Sekolah Menengah
Pertama atau Madrasah Tsanawiyah.
2.1. Perilaku menyontek
Perilaku menyontek (cheating) telah dipelajari di bidang pendidikan,
sosiologi, filsafat, dan ekonomi (dalam Anderman & Murdock , 2007). Akan
tetapi perilaku menyontek (cheating) yang dibahas dalam penelitian ini adalah
perilaku menyontek (cheating) dalam bidang pendidikan. Sebab kecenderungan
menyontek dalam kegiatan akademis kerap kali terjadi di dunia pendidikan. Oleh
karena itu, menyontek menjadi salah satu fenomena yang muncul menyertai
aktivitas proses belajar-mengajar sehari-hari di sekolah. Schab (1991 dalam
Anderman & Midgley, 2004) pun dikatakan kalau perilaku menyontek dalam
dunia pendidikan merupakan fenomena umum di sekolah, baik itu pada Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan
22
tinggi. Akan tetapi Departemen Pendidikan California menemukan hasil
penelitian perilaku menyontek yg lebih tinggi pada siswa Sekolah Menengah
Pertaman (SMP), yakni sebesar 75%.
2.1.1. Pengertian perilaku menyontek (cheating)
Perilaku menyontek (cheating) adalah strategi yang digunakan siswa untuk
meningkatkan kinerja (dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah nilai) mereka
dengan cara yang tidak benar (Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998).
Menurut Gehring dan Pavela (1994 dalam Pincus & Schmelkin 2003) perilaku
menyontek (cheating) merupakan suatu tindakan curang yang sengaja dilakukan
ketika seorang siswa mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil
belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti
memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakan evaluasi akademis.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam penelitian ini perilaku menyontek
diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan sengaja dengan
cara-cara yang tidak jujur atau perbuatan curang dengan menghalalkan segala cara
yang dilakukan siswa khususnya dalam pelaksanaan ujian ataupun penyelesaian
tugas akademis untuk mencapai tujuan tertentu.
Praktek menyontek lainnya yang kerap kali dilakukan oleh siswa selama
ujian maupun dalam menyelesaikan tugas akademis antara lain seperti dalam
Pincus dan Schmelkin (2003) yang menyebutkan beberapa bentuk kecurangan
akademik yang biasanya terjadi seperti: plagiat, menyalin jawaban orang lain,
membeli kunci jawaban, mencuri soal ujian, atau memalsukan dokumen sekolah.
Sims (1995; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) menemukan bahwa perilaku
23
menyontek (cheating) yang paling serius adalah menggunakan kertas atau hasil
jawaban orang lain, mengambil jawaban orang lain, meminta seseorang untuk
menjawab ujian, membeli jawaban, dan menggunakan contekan selama ujian.
Nuss (1984; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003) menemukan bahwa menyalin
selama ujian, membayar seseorang untuk menulis makalah, dan menggunakan
sinyal selama ujian. Graham et al. (1994; dalam Pincus dan Schmelkin, 2003)
mengambil soal ujian untuk orang lain, menyalin kertas jawaban, menggunakan
jasa joki, dan menyalin jawaban selama ujian.
Dalam sebuah penelitian kualitatif mahasiswa di Kanada menjelaskan
berbagai strategi yang digunakan siswa untuk memastikan bahwa mereka tidak
dicurigai menyontek oleh orang lain sebagai cheater, seperti menatap langit-langit
sambil berpikir, berpakaian tanpa saku, dan membuat ekspresi wajah yang
menyampaikan keterlibatan serius dengan bahan ujian (Albas & Albas, 1996;
dalam Murdock & Anderman, 2006).
Goldsmith, (1998; dalam Gallant & Drinan, 2006), meningkatnya
kecanggihan teknologi memperbesar peluang siswa untuk menyontek dan dapat
meningkatkan perilaku menyontek pada siswa.
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek
(cheating)
Anderman dan Murdock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi cheating. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam
empat karakteristik, yaitu:
24
1. Karakteristik demographic
Perbedaan individual pada perilaku mencontek sisiwa telah
dipelajari dalam kaitannya dengan faktor demografik seperti:
a. Gender
Beberapa penelitian telah meneliti secara khusus perbedaan gender
dalam perilaku menyontek (cheating). Kebanyakan dari penelitian ini
mengoperasionalkan perilaku menyontek (cheating) berdasarkan self-
report dari pelajar. Penelitian yang dilakukan oleh Calabrese dan Cochran,
Davis dan kawan-kawan, Michaels dan Miethe, Newstead, Franklyn-
Stokes, serta Armstead (dalam Anderman & Murdock, 2007),
menemukan bahwa laki-laki lebih banyak menyontek (cheating)
dibandingkan perempuan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Jacobson dan kawan-kawan (1970 dalam Anderman & Murdock, 2007),
mengemukakan bahwa perempuan lebih banyak menyontek (cheating)
dari pada laki-laki. Terdapat juga penelitian yang tidak menemukan
perbedaan perilaku menyontek (cheating) antara laki-laki dan perempuan
seperti penelitian yang dilakukan oleh Haines dan kawan-kawan (1986
dalam Anderman & Murdock, 2007).
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Anderman dan Midgley (2004), yang menyatakan siswa Sekolah
Menengah Pertama menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk
menyontek daripada perempuan (misalnya, Cizek, 1999; Schab, 1969).
Penelitian yang dilakukan oleh McCabe, Trevino & Butterfield (2001),
25
juga mengatakan kalau laki-laki lebih sering menyontek dari pada
perempuan.
b. Usia
Penelitian Jensen dan kawan-kawan (2002 dalam Anderman &
Murdock, 2007), menemukan bahwa pelajar yang lebih muda lebih
mungkin mencontek daripada pelajar yang lebih tua ketika perbandingan
ini dibuat antara siswa dan mahasiswa. Dari penelitian ini ditemukan
bahwa perilaku menyontek (cheating) akan berkurang dengan
bertambahnya usia.
c. Status sosio-ekonomi
Calabrese dan Cochran (1990 dalam Anderman & Murdock, 2007),
juga meneliti perilaku menyontek (cheating) pada siswa berdasarkan status
sosio-ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa private
school (sekolah swasta) yang memiliki status sosio-ekonomi tinggi lebih
banyak menyontek dibandingkan dengan siswa yang berasal dari public
school (sekolah negeri).
d. Agama
Terdapat bermacam-macam hasil penelitian mengenai perilaku
menyontek (cheating) dan agama. Penelitian Rettinger dan Jordan (2005
dalam Anderman & Murdock, 2007), yang dilakukan pada kelas religi dan
kelas liberal, menemukan bahwa kelas religi lebih sedikit melakukan
cheating dibandingkan kelas liberal.
26
2. Karekteristik akademik
a. Ability (kemampuan)
Newstead dan kawan-kawan (1996 dalam Anderman & Murdock,
2007), menekankan pada kompleksnya hubungan antara ability dan
cheating. Para peneliti pada umumnya menunjukkan bahwa ability
berhubungan dengan cheating, dan hal tersebut secara umum dipercaya
bahwa siswa yang memiliki ability rendah lebih berkemungkinan
melakukan cheating.
b. Area subjek
Bowers, Davis dan Ludvigson, Newstead dan kawan-kawan
(dalam Anderman & Murdock, 2007), menyatakan bahwa subjek yang
berada pada area sains, bisnis, dan mesin, diidentifikasi sebagai disiplin
ilmu dengan indikasi tinggi adanya cheating jika dibandingkan dengan
subjek yang berada pada area seni dan sosial.
3. Karakteristik motivasi
a. Self-efficacy
Penelitian Murdock dan kawan-kawan (2001 dalam Anderman &
Murdock, 2007), pada siswa Sekolah Menengah Pertama menemukan
bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan self-
efficacy. Menurut Finn dan Frone (2004 dalam Anderman & Murdock,
2007), self-efficacy memprediksi cheating ketika tingkat prestasi siswa
telah dikontrol. Beberapa penelitian seperti penelitian Calabrese dan
27
Cochran, Michaels dan Miethe, serta Malinowski dan Smith (dalam
Anderman & Murdock, 2007), menemukan bahwa pelajar mencontek
lebih sering ketika mereka memiliki self-efficacy rendah yang meliputi
takut akan kegagalan.
b. Goal orientation
Studi mengenai cheating yang dikaitkan dengan teori achievement
goal menegaskan bahwa cheating sering muncul pada siswa yang tujuan
belajarnya bukan pada penguasaan materi. Hubungan antara goal dan
cheating telah ditemukan pada siswa yang lebih muda. Penelitian
Anderman dan kawan-kawan, dan Murdock dan kawan-kawan (dalam
Anderman & Murdock, 2007), pada siswa Sekolah Menengah Pertama
menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara cheating
dan mastery goals. Hal ini memberikan asumsi bahwa mastery goal
orientation tidak ada kaitannya dengan perilaku menyontek.
4. Karakteristik personality
a. Impulsivitas dan sensation-seeking
Impulsivitas dan sensation-seeking merupakan dua konstruk pada
literatur psikologi kepribadian yang mungkin berhubungan dengan
cheating (dalam Anderman & Murdock, 2007).
b. Self-control
Grasmick, Tittle, Bursik, dan Arneklev (1993 dalam Anderman &
Murdock, 2007), menemukan bahwa self-control dan persepsi terhadap
28
kesempatan menyontek berhubungan dengan cheating. Sebab control diri
akan menentukan apa yang orang akan lakukan.
c. Tipe kepribadian
Pada penelitian eksperimen Davis (1995 dalam Anderman &
Murdock, 2007), ditemukan siswa dengan tipe kepribadian A lebih banyak
melakukan cheating daripada siswa dengan tipe kepribadian B. hal ini
membuktikan bahwa kepribadian seseorang memungkinkan seseorang
untuk menyontek.
d. Locus of control
Locus of control (pusat kendali) adalah gambaran keyakinan
seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. Locus of control
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu,
termasuk bagaiman seseorang menentukan apakah ia akan menyontek atau
tidak menyontek. Dalam penelitian eksperimen mengenai Locus of control
ditemukan bahwa seseorang yang memiliki eksternal locus of control lebih
berkemungkinan melakukan cheating (Anderman & Murdock, 2007).
Perilaku menyontek memang terkait dengan banyak faktor seperti
yang telah diuraikan sebelumnya. Akan tetapi dari sekian banyak faktor
tersebut, dalam penelitian ini difokuskan kepada self-efficacy, konformitas
dan goal orientation.
29
2.1.3. Dimensi-dimensi perilaku menyontek (cheating)
Cizek dalam Anderman (2007) menyatakan bahwa perilaku menyontek
(cheating) terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima)
information
2. Menggunakan materi (bahan) yang terlarang
3. Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk
memperoleh keuntungan
2.2. Self-efficacy
Bagaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung
pada respirokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif. Khususnya faktor
kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa dia mampu atau tidak
mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau
harapan diri ini sebagai self-efficacy (Alwisol, 2004). Konsep ini sesungguhnya
merupakan versi ilmuan tentang hikmah di balik kekuatan berfikir positif (Luthfi,
Saloom & Yasun, 2009).
Self-efficacy merupakan turunan dari teori Behavioral yang ditokohi oleh
Albert Bandura. Self-efficacy ini berawal dari penelitiannya mengenai fobia ular
untuk mengatasi rasa takutnya dengan cara meningkatkan efficacy seseorang
dalam menghadapi ular (Bandura & Adams, 1977; dalam Baron & Byrne, 2003).
30
2.2.1. Pengertian self-efficacy
Karena self-efficacy ini ditokohi oleh Albert Bandura, maka pengertian
mengenai self-efficacy ini lebih banyak didominasi oleh Bandura sendiri.
Beberapa pengertian self-efficacy menurut Bandura adalah:
· Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya
untuk menghasilkan tigkat kinerja yang didapat dari hasil latihan atau
kejadian yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Self-efficacy ini
dapat menentukan bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri
sendiri dalam berperilaku (Bandura, 1994).
· Self-efficacy adalah Evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau
mengatasi hambatan (dalam Baron dan Byrne, 2003).
· Self-efficacy adalah ekspektasi – keyakinan (harapan) tentang seberapa
jauh seseorang mampu melakukan suatu perilaku dalam suatu situasi
tertentu (dalam Friedman dan Schustack, 2006).
Sedangkan dalam Alwisol (2004) Self-efficacy adalah persepsi diri sendiri
mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self-efficacy
ini berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan untuk
melakukan tindakan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan siswa
(khususnya siswa SMP/MTs) akan kemampuan yang dimilikinya dalam
melaksanakan tugas yang diberikan sekolah untuk mencapai keberhasilan yang
diharapkan dengan nilai yang memuaskan.
31
Bandura (dalam Suprayogi, 2007) mengemukakan bahwa orang yang
memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya akan memandang tugas
yang sulit sebagai suatu tantangan yang harus dikuasai, bukan sebagai ancaman
yang harus dihindari. Ia akan mengatur sendiri orientasi yang penuh tantangan
dengan mempertahankan komitmen yang kuat untuk dirinya. Seseorang juga akan
mempertinggi dan meningkatkan usahanya dalam menghadapi kegagalan. Secara
cepat pula akan memulihkan kembali self-efficacy-nya setelah mengalami
kegagalan. Sebaliknya orang yang tidak yakin dengan kemampuannya akan
menghindari tugas-tugas yang sulit yang dianggapnya merupakan ancaman bagi
dirinya. Orang tersebut memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah
terhadap orientasi yang ingin diraih. Manakala menghadapi tugas-tugas yang sulit,
ia lebih memikirkan kekurangan yang dimilikinya, halangan yang akan ditemui,
dan hal-hal lain yang tidak memuaskan dari pada berkonsentrasi agar kinerja
berhasil dengan baik. Orang tersebut juga akan mengurangi usahanya dan cepat
menyerah ketika menghadapi kesulitan. Selain itu ia juga lambat dalam
memulihkan kembali rasa self-efficacy yang mengikuti kegagalan karena
memandang kinerja yang kurang sebagai kurangnya bakat.
Self-efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan
perilaku yang dimaksud. Tanpa self-efficacy seseorang akan enggan untuk
melakukan suatu perilaku. Menurut Bandura, self-efficacy menentukan apakah
seseorang akan menunjukkan perilaku tertentu, sekuat apa seseorang dapat
bertahan saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan
32
atau kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku orang itu dimasa
depan (Friedman & Schustack, 2006).
Selain itu Self-efficacy ini dapat menentukan apakah seseorang dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa
dalam mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selain itu self-
efficacy menggambarkan akan kemampuan diri seseoarng. Orang yang memiliki
self-efficacy tinggi maka ia akan percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai
tuntutan situasi, dan harapan yang di dapatpun sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, sebab orang itu akan bekerja keras dan bertahan dalam mengerjakan
tugas sampai selesai (Alwisol, 2004). Schunk (dalam Santrock, 2008)
mengaplikasikan kalau konsep self-efficacy ini pada banyak aspek dari prestasi
murid. Murid dengan self-efficacy rendah mungkin menghindari banyak tugas
belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan level self-
efficacy tinggi mau mengerjakan tugas yang menantang dan sulit. Murid dengan
level self-efficacy tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas
pembelajaran dari pada dengan murid dengan level self-efficacy rendah.
Setiap orang dalam mengatasi masalah atau tugas tidak hanya harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam masalah atau tugas yang dihadapi,
akan tetapi juga harus memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimiliki untuk
melakukan perilaku dalam menyelesaikan tugas yang ada.
2.2.2. Faktor-faktor terbentuknya self-efficacy
Dalam Bandura (1986), efikasi (konsistensi) seseorang, didasarkan pada
empat sumber utama, yakni:
33
1. Pengalaman informasi (performance accomplishment)
Pengalaman informasi adalah prestasi yang pernah dicapai di masa
lalu, sebagai sumber, informasi masa lalu menjadi pengubah self-
efficacy yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi di masa lalu yang
bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan
menurunkan self-efficacy.
2. Pengalaman orang lain (vicarious experience)
Vicarious experience diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy
akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain. Sebaliknya,
self-efficacy akan menurun ketika mengamati orang yang kemampuannya
kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figure yang diamati
berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh orang lain tidak besar.
Sebaliknya, ketika mengamati figure yang setara dengan dirinya, bisa jadi
orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan oleh
figure yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama (Alwisol,
2004).
Penilaian self-efficacy sebagian dipengaruhi oleh pengalaman
orang lain. Melihat atau memvisualisasikan orang lain melalui pengamatan
berhasil meningkatkan persepsi diri tentang keberhasilan bahwa mereka
juga memiliki kemampuan untuk menguasai kegiatan yang sebanding
(Bandura, Adams, Hardy & Howels, 1980; Kadzim, 1979; dalam Bandura,
1986). Pengalaman orang lain dapat meyakinkan diri bahwa jika orang lain
34
bisa melakukannya, maka harus mampu mencapai hal yang sama,
setidaknya beberapa peningkatan kinerja (Bandura, 1986).
Self-efficacy dapat diubah dengan mudah oleh pengaruh model
yang relevan ketika orang telah memiliki pengalaman sebelumnya yang
menjadi dasar evaluasi kompetensi pribadi mereka (Bandura, 1986).
3. Persuasi sosial/persuasi verbal (social persuation/verbal persuasion)
Persuasi verbal secara luas digunakan untuk mencoba membujuk
orang mempercayai bahwa mereka memiliki kemampuan yang akan
memungkinkan mereka untuk mencapai apa yang mereka cari. Persuasi
sosial saja mungkin terbatas pada kekuatannya untuk peningkatan self-
efficacy, tetapi dapat memberikan konstribusi terhadap kinerja sukses jika
penilaian ada dalam batas-batas yang realistis. Orang-orang yang
membujuk secara lisan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
menguasai tugas-tugas yang diberikan cendrung memobilisasi upaya
berkelanjutan yang lebih besar dari pada jika mereka memiliki keraguan
diri (Bandura, 1986).
Self-efficacy juga dapat diperoleh, diperkuat dan dilemahkan
melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas. Tetapi pada
kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi self-
efficacy. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan
sifat realistic dari apa yang dipersuasikan (Alwisol, 2004).
35
4. Keadaan emosi (emotional/psysiological states)
Sebagian orang mengandalkan informasi dari keadaan fisiologis
mereka dalam menilai kemampuan mereka (Bandura, 1986). Keadaan
emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self-efficacy
dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat
mengurangi self-efficacy. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang
tidak berlebihan) dapat meningkatkan self-efficacy. Perubahan tingkah
laku akan terjadi kalau sumber ekspektasi self-efficacy berubah.
Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan
adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behivorial.
Dari empat alasan di atas pengalaman informasi (performance
accomplishment) yang menjadi alasan utama mengapa seseorang melakukan self-
efficacy, kemudian vicarious experience, persuasi verbal lalu reaksi emosi
emosional (Friedman dan Schustack, 2006).
Selain dari empat faktor di atas, ada faktor lain seperti kualitas
pembelajaran dan kursus atau kesulitan ujian yang dapat mempengaruhi self-
efficacy siswa dalam mencapai nilai atau hasil sesuai dengan hasil yang
diharapkan (Murdock & Anderman, 2006).
Dalam Alwisol (2004), tinggi atau rendahnya self-efficacy,
dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif. Dari hal
tersebut akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku seperti:
36
Table 2.1.
Prediksi tingkah laku menurut Alwisol (2004)
Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuannya
Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas
yang dianggap sulit
Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi
responsive, melakukan protes, aktivitas sosial,
bahkan melaksanakan perubahan
Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak
mampu
2.1.1. Dimensi-dimensi self-efficacy
Menurut Bandura (1986), teori self-efficacy memiliki beberapa dimensi
yang mempunyai implikasi kinerja penting, yaitu:
1. Level
Level kinerja pada tugas-tugas sulit lebih dominan kemampuan
dasar ketika banyak usaha yang telah diberikan dalam kondisi yang
kondusif dengan kinerja maksimum. Kegagalan dalam kondisi tertentu
menandakan kemampuan yang terbatas. Individu yang mengalami
kegagalan secara berkala tapi terus meningkatkan usaha dari waktu
kewaktu lebih cendrung untuk meningkatkan keberhasilan.
37
2. Generality
Orang mungkin menilai diri sendiri berfungsi efektif hanya di
wilayah tertentu atau di berbagai kegiatan dan situasi. Penilaian domain-
linked mengungkapkan pola dan tingkat umum dari persepsi orang tentang
keberhasilan mereka.
Penulis menyimpulkan bahwa dimensi ini menjelaskan bahwa self-
efficacy pada bidang yang umum, tidak terbatas pada satu bidang
kemampuan tertentu saja.
3. Strength
Lemahnya persepsi diri tentang keberhasilan mudah dinegasikan
oleh pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang
kuat dalam kompetensi mereka sendiri, akan bertahan mengatasi upaya
mereka meskipun kesulitan yang dihadapi meningkat.
Semakin kuat self-efficacy dirasakan, semakin besar kemungkinan
orang-orang untuk memilih tugas yang menantang. Semakin lama mereka
konsisten pada tugas-tugas sulit, semakin besar kemungkinan mereka
untuk berhasil dalam hal tersebut. Kekuatan self-efficacy belum tentu
hubungan linier dengan pilihan perilaku (Bandura, 1986).
Secara umum self-efficacy dipahami sebagai domain-spesifik. Artinya,
seseorang dapat memiliki lebih atau kurang kuat akan keyakinan yang dimilikinya
dalam domain yang berbeda atau hanya berfungsi dalam keadaan tertentu. Para
peneliti juga berpendapat secara umum self-efficacy mengacu pada kepercayaan
38
global akan kemampuan seseorang dalam mengatasi di berbagai situasi (Sherer &
Maddux, 1982; Skinner et al, 1988; Schwarzer & Yerusalem, 1999 dalam
Schwarzer, 2002). Jadi secara umum self-efficacy bertujuan untuk menstabilkan
kompetensi pribadi untuk menangani secara efektif dalam berbagai situasi
(Schwarzer, 2002).
2.2. Konformitas
Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat
bertahan hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang
sesuai dan diterima secara sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma
sosial dalam psikologi sosial dikenal sebagai konformitas (Sarwono & Meinarno,
2009).
Istilah konformitas pertama kali dipublikasikan oleh seorang ahli Psikologi
Sosial Solomon Asch pada tahun 1951 dengan melakukan penelitian tentang
persepsi penglihatan melalui cara menggambar suatu panjang garis. Sejak itulah
istilah konformitas ini dikenal oleh banyak orang terutama dalam bidang psikologi
sosial (Sears, Freedman, Peplau, 1985; dan dalam Sarwono & Meinarno, 2009).
Eksperimen Asch ini menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan
konformitas. Mengikuti penilaian orang lain, di tengah tekanan kelompok yang
mereka rasakan. Eksperimen ini memberikan masukan bahwa saat individu
menemukan penilaian, tindakan dan kesimpulannya berbeda dengan banyak
orang, ia cenderung akan mengubah dan mengikuti norma yang dikemukakan
oleh banyak orang. Ada kebutuhan kuat dalam diri manusia untuk bertindak benar
39
atau tepat sehingga bisa diterima dan disukai oleh orang lain (Sarwono dan
Meinarno, 2009).
2.2.1. Pengertian konformitas
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial, dimana individu
mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Baron,
Byrne & Branscombe 2008; dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Sedangkan
dalam Henslin (2006), konformitas adalah perilaku mengikuti pendapat teman-
teman sebaya. Akan tetapi teman-teman sebaya tidak memiliki kewenangan
terhadap diri seseorang, teman-teman hanya memiliki pengaruh sejauh yang
diizinkan oleh individu itu sendiri.
Menurut Bandura (dalam Crain, 2007) konformitas ini merupakan
pembelajaran, dimana dalam lingkungan sosial adanya proses sosialisasi, proses
sosialisasi ini adalah proses dimana masyarakat mempengaruhi anggota-
anggotanya untuk bersikap agar bisa diterima secara sosial. Sosialisasi ini
merupakan proses inklusif yang mempengaruhi hampir tiap jenis tingkah laku,
termasuk kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis.
Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang
lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka
(Santrock, 1996). Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Wade (2007),
kalau seseorang melakukan tindakan atau sikap konformitas karena adanya
tekanan yang nyata maupun yang dipersepsikan.
Konformitas terjadi bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena
setiap orang lain menampilkan perilaku tersebut. Oleh karena itu selama masa
40
remaja, khususnya awal masa remaja, seseorang lebih mengikuti standar-standar
teman sebaya dari pada yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Para peneliti
telah menemukan bahwa pada kelas Sembilan, konformitas dengan teman sebaya
memuncak (Berndt, 1979; Berdent & Perry, 1990; Leventhal, 1994; dalam
Santrock, 1995) dan berkurang pada kelas 12 (Santrock, 1996).
Konformitas yang terjadi pada masa remaja dapat bersifat positif maupun
negatif (Camarena, 1991; Foster-Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan, Herzog,
1990; Wall, 1993; dalam Santrock, 2002). Umumnya remaja terlibat dalam
semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, salah satunya adalah perilaku
menyontek.
Berdasarkan teori belajar sosial Bandura, McCabe, Trevino dan Butterfield
(2001) menyimpulkan bahwa pengaruh kuat dari perilaku teman-teman
menunjukkan bahwa perilaku menyontek tidak hanya belajar dari mengamati
perilaku teman sebaya, tapi juga teman-teman rekan memberikan dukungan
normatif untuk menyontek.
Berdasarkan pengertian di atas, pengertian konformitas dalam penelitian
ini adalah suatu bentuk pengaruh sosial, dimana individu mengubah sikap dan
tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial dalam lingkungannya (dalam
penelitian ini dikhususkan lingkungan sekolah), seperti mengikuti pendapat dan
tingkah laku teman-teman di sekolah.
2.2.2. Dimensi-dimensi konformitas
Mayers (1988; dalam Sarwono & Meinarno, 2009) membagi konformitas
dalam dua bentuk, yaitu:
41
1. Acceptance
Pada bentuk konformitas acceptance, tingkah laku dan keyakinan
individu sesuai dengan tekanan dalam kelompok yang diterimanya.
Pada bentuk acceptance ini, konformitas terjadi karena kelompok
menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu
(informational influence).
Konformitas pada jenis ini terjadi karena orang lain merupakan
sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu
yang tidak kita ketahui, dengan melakukan apa yang mereka lakukan
kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka (Sears,
Freedman, Peplau, 1985).
2. Compliance
Pada bentuk konformitas compliance, individu bertingkah laku
sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak
menyetujui tingkah lakunya tersebut. Pada bentuk compliance ini,
individu menghindari penolakan kelompok dan mengharapkan reward
atau penerimaan kelompok (normative influence).
Alasan utama konformitas ini adalah demi memperoleh persetujuan
atau menghindari celaan kelompok, karena tidak ada seorangpun yang
mau mendapat celaan dari lingkungan sosialnya akan tetapi seseorang
selalu menginginkan harapan untuk dapat diterima dari kelompok
sosialnya (Sears, Freedman, Peplau, 1985).
42
2.3.3. Kondisi yang mendorong terjadinya konformitas
Menurut Sears, Freedman dan Peplau (1985), kondisi yang
mendorong terjadinya konformitas antara lain:
1. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas Acceptance:
a. Kepercayaan terhadap kelompok
Faktor utamanya adalah apakah individu mempercayai
informasi yang dimiliki oleh kelompok atau tidak. Oleh karena itu,
semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai
sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan
untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Bila orang tersebut
berpendapat bahwa kelompok selalu benar, dia akan mengkuti
apapun yang dilakukan kelompok tanpa memperdulikan
pendapatnya sendiri. Demikian pula, bila kelompok mempunyai
informasi penting yang belum dimiliki individu, konformitas akan
semakin meningkat.
b. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan konformitas adalah
tingakat keyakinan seseoarng pada kemampuannya sendiri untuk
menampilkan suatu reaksi.
Sedangkan hal yang diduga dapat menurunkan konformitas
adalah dengan membuat seseorang merasa lebih menguasai suatu
persoalan. Karena segala sesuatu yang meningkatkan rasa percaya
43
individu terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan tingkat
konformitas, dengan demikian kelompok bukan merupakan sumber
informasi yang unggul lagi.
2. Keadaan yang mendorong terjadinya konformitas compliance
a. Rasa takut terhadap penyimpangan
Rasa takut dianggap sebagai orang yang menyimpang,
merupakan alasan utama terjadinya konformitas compliance.
Seseorang biasanya ingin agar kelompok tempatnya berada dapat
menerimanya.
Penyimpangan dari kelompok dapat mengakibatkan seseorang
menerima resiko yang tidak menyenangkan, seperti dikucilkan atau
ditolak oleh kelompok.
b. Kekompakan kelompok
Konformitas dipengaruhi oleh eratnya hubungan antar individu
dengan kelompoknya. Jika individu semakin tertarik kepada
kelompok, maka konformitas akan semakin mungkin terjadi, ketika
anggota-anggota kelompok bekerja untuk satu tujuan yang sama,
mereka cendrung untuk konform dibandingkan jika mereka tidak
berada dalam satu kesatuan.
Jika rasa suka anggota kelompok satu terhadap yang lain
semakin besar, maka semakin besar pula harapan untuk
memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok dan kelompok
44
tersebut makin kompak. Kekompakan yang semakin tinggi akan
mempertinggi tingkat konformitas.
c. Kesepakatan kelompok
Faktor yang sangat penting bagi timbulnya konformitas adalah
kesepakatan pendapat kelompok. Jika kesepakatan dari kelompok
mayoritas dilanggar, maka konformitas akan menurun secara
signifikan. Bila seseorang dihadapkan pada keputusan kelompok
yang sudah bulat, maka ia akan mendapatkan tekanan yang kuat
untuk menyesuaikan pendapat atau perilakunya. Namun jika
kelompok tidak bersatu akan menyebabkan penurunan
konformitas.
d. Ukuran kelompok
Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang
sependapat juga meningkat. Dari hasil eksperimen Asch (1951
dalam Sears, Freedman, Peplau, 1985) dapat disimpulkan bahwa
untuk menghasilkan tingkat konformitas yang paling tinggi, ukuran
konformitas adalah tiga atau empat orang.
e. Keterikatan pada penilaian bebas
Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat
suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri
terhadap penilaian kelompok yang berlawanan. Hal ini
menebabkan orang yang berlawanan dengan penilaian kelompok
45
harus menanggung resiko mendapat celaan sosial karena
menyimpang dari pendapat kelompok.
2.3. Goal orientation
Teori goal orientation dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan
perilaku prestasi. Teori ini diciptakan oleh ahli psikologi perkembangan, motivasi
dan pendidikan untuk menjelaskan kondisi belajar siswa dan kinerja pada tugas-
tugas akademik dan pengaturan sekolah. Dengan demikian, teori goal orientation
sangat relevan dengan pembelajaran dan pengajaran (Pintrich & Schunk, 1996).
2.3.1. Pengertian goal orientation
Goal atau tujuan adalah sesuatu yang diusahakan oleh seseorang untuk
dicapai, dan sesuatu itu berada di luar diri individu (Locke & Latham, 1990;
dalam Pintrich & Schunk, 1996). Menurut Ames (dalam Pintrich & Schunk,
1996), goal orientation disebutkan sebagai gambaran integrasi pola belief yang
memiliki peranan penting untuk membedakan pendekatan yang dipakai, cara
menggunakan dan respon terhadap situasi prestasi.
Sedangkan menurut Stipek (dalam Suprayogi, 2007), goal orientation
merupakan bagian dari faktor kognitif dalam motivasi yang menjadi penggerak
bagi individu untuk mendekat dan menjauh dari objek. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa goal orientation merupakan faktor kognitif yang harus dimiliki
oleh siswa. goal orientation mempengaruhi pemilihan aktivitas dalam tugas-tugas
akademik dan pemilihan pendekatan belajar.
46
Dapat disimpulkan bahwa goal orientation dalam penelitian ini adalah
faktor kognitif yang dimiliki siswa yang menggambarkan integrasi pola belief
yang dimiliki siswa, yang menjadi penggerak siswa sehingga siswa dapat
termotivasi dengan tujuan yang mereka harapkan.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi goal orientation
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi goal orientation dapat dibagi
dalam dua faktor, yaitu:
1. Faktor instrinsik
a. Jenis kelamin: masih banyak pertentangan pendapat mengenai jenis
kelamin mana yang cendrung mengandopsi goal orientation, sehingga
penelitian mengenai hal ini masih perlu terus dilakukan (Pintrich &
Schunk, 1996).
b. Self-efficacy: Bandura mengatakan bahwa siswa yang memiliki self-
efficacy tinggi cendrung menetapkan orientasi yang tinggi, tidak takut
gagal, dan mampu bertahan ketika menemukan kesulitasn dalam
menguasai tugas yang sedang dikerjakan. Sedangkan siswa yang
memiliki self-efficacy rendah cenderung menetapkan orientasi yang
rendah, dan cendrung menghindar dari tugas yang sulit serta cepat
menyerah ketika menghadapi kesulitan (Pintrich & Schunk, 1996).
47
2. Faktor ekstrinsik
a. Kelompok etnik: penelitian ini masih sedikit dilakukan, namun
ditemukan adanya perbedaan goal orientation dari etnik yang berbeda
( Pintrich & Schunk, 1996).
b. Iklim kelas: Ames (1992; dalam Pintrich & Schunk, 1996),
mengenalkan enam area iklim kelas yang dapat mempengaruhi
terbentuknya orientasi yang dimiliki siswa. Keenam area itu adalah:
1. Tugas yang harus dikerjakan (task).
2. Otonomi yang diberikan kepada siswa ketika sedang mengerjakan
tugas (autonomy).
3. Pemberian penghargaan bagi prestasi belajar (recognition).
4. Pengorganisasian kelas sehingga siswa dapat saling bekerja sama
dan berinteraksi (grouping).
5. Pelaksanaan evaluasi (evaluation).
6. Penggunaan waktu di kelas yang berkaitan dengan penentuan
waktu penyelesaian tugas oleh siswa dan fleksibilitas jadwal
kegiatan (time)
2.3.3. Dimensi-dimensi goal orientation
Para siswa memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam menempuh
pembelajaran di sekolah, dan hal ini tergantung dari kebutuhan siswa akan
tujuannya. Sebagai suatu tujuan yang berhubungan dengan perilaku yang dibentuk
dalam meraih prestasi di sekolah, secara umum orientasi tujuan siswa digolongkan
48
menjadi dua jenis tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
yaitu: learning dan performance goals (Dweck & Leggett, 1988; Elliot & Dweck,
1988 dalam Pintrich & Schunk, 1996), atau task-involved golas (Nicholls, 1994;
dalam Pintrich & Schunk, 1996), mastery dan performance goals (Ames &
Archer, 1987, 1988; dalam Pintrich & Schunk, 1996), atau task focused dan
ability focused goals (Maehr & Midgley, 1991; Pintrich & Schunk, 1996).
Dalam Pintrich & Schunk (1996), tokoh-tokoh yang mengemukakan goal
orientation diantaranya adalah Dweck, Ames, Maehr dan Midgley, dan Nicholas.
Konsep-konsep yang mereka berikan mengenai goal orientation adalah sebagai
berikut:
49
Tabel 2.2
Konsep-konsep goal orientation
Dweck Ames Maehr dan Midgley Nichols Learning goals Saya menyukai masalah karena saya dapat belajar dari masalah tersebut, meskipun masalah itu sangat sulit dan saya banyak melakukan kesalahan
Mastery goals Saya bekerja keras untu belajar. Membuat kesalahan adalah bagian dari belajar
Task focused Alasan saya mengerjakan pekerjaan rumah adalah karena saya senang belajar. Mengerjakan pekerjaan sekolah lebih penting bagi saya dari pada nilai yang saya dapatkan. Saya merasa sangat sukses disekolah ketika saya mempelajari hal baru.
Task orientation Saya merasa sangat sukses ketika saya mempelajari suatu hal baru. Saya merasa sukses ketika sesuatu yang saya pelajari membuat saya penasaran. Saya merasa sukses ketika sesuatu yang saya pelajari membuat saya berfikir mengenai sesuatu.
Performance goals Saya menyukai masalah yang tidak terlalu sulit, sehingga saya tidak melakukan banyak kesalahan. Saya menyukai masalah yang cukup sulit untuk menunjukan bahwa saya pintar.
Performance goals Saya bekerja keras untuk mendapatkan nilai tinggi. Saya tidak suka melakukan kesalahan.
Performance focused-extrinsic Alasan utama saya melakukan pekerjaan rumah saya adalah karena saya akan mendapat masalah jika tidak mengerjakannya. Alasan penting mengapa saya mengerjakan pekerjaan rumah adalah untuk mendapatkan reward atau perlakukan khusus dari guru saya.
Performance focused-relative ability Saya senang menunjukan kepada guru bahwa saya lebih pintar dari teman-teman. Saya merasa sukses jika saya melakukan sesuatu lebih baik dari teman-teman di kelas. Saya merasa nyaman jika saya adalah satu-satunya siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru.
Work avoidant Saya merasa sukses jika saya tidak berusaha keras. Saya merasa sukses jika tidak ada sesuatupun yang saya kerjakan. Saya merasa sukses ketika saya membuang waktu saya begitu saya.
50
Berdasarkan beberapa istilah goals di atas, memiliki maksud yang sama
dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti mengambil dimensi dari grand
theory yang dikemukakan oleh Ames yang menyatakan bahwa goal orientation
memiliki dua dimensi, yaitu mastery dan performance goals.
1. Mastery goal orientation
Mastery goal orientation didefinisikan sebagai “fokus pada
pembelajaran”, menguasai tugas sesuai dengan aturan standar diri atau
peningkatan diri, mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan atau
mengembangkan kompetensi, berusaha untuk mencapai sesuatu yang menantang,
dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan (Pintrich & Shcunk,
1996).
Anak dengan mastery orientation akan fokus pada tugas ketimbang pada
kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati tantangan), dan menciptakan
strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Siswa dengan
mastery orientation sering kali menyuruh diri mereka sendiri untuk
memperhatikan, berfikir cermat, dan mengingat strategi sukses dimasa lalu
(Anderman, Maehr & Midgley, 1996; dalam Santrock, 2007). Siswa dengan
mastery orientation percaya bahwa kemampuan mereka bisa diubah dan
ditingkatkan (Santrock, 2008).
2. Performance goal orientation
Ketika siswa ingin terlihat lebih baik dan menerima penilaian yang baik
dari orang lain, siswa ini menunjukan orientasi tujuannya pada performance. Para
51
siswa yang berorientsi tujuan pada performance lebih peduli dengan
“penampilan”, karena mereka berharap selalu terlihat “pintar” dengan
mendapatkan nilai yang tinggi. Terlihat “pintar” biasanya bearti usaha untuk
mempertunjukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain yang kadang-kadang
dicapai tanpa usaha pembelajaran. Oleh karena itu, siswa yang memiliki
performance goal orientation ini biasanya belajar semata-mata hanya untuk
mendapatkan nilai bagus atau pujian guru, teman-teman dan orang tua.
Ketika menemukan adanya hambatan, para siswa yang memiliki
performance goal orientation cendrung menjadi takut bila usaha mereka
menampilkan prestasi menjadi terhambat pula, selain itu siswa yang merasa
kemampuannya rendah kemungkinan akan menunjukan sikap tidak berdaya,
karena mereka memiliki kesempatan yang sempit dalam mendapatkan nilai bagus.
Dapat disimpulkan bahwa performance goal orientation dalam penelitian
ini secara umum berkaitan dengan usaha siswa untuk mencari dan
mempertahankan citra positif akan kemampuan mereka dengan menghindari
tantangan.
Performance goal orientation lebih memperhatikan hasil dari pada proses.
Bagi siswa yang berorientasi kinerja atau prestasi, kemenangan atau keberhasilan
itu penting dan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari kemenangan atau
keberhasilan. Bagi siswa dengan mastery goal orientation yang penting adalah
mereka sudah berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya. Siswa dengan
mastery goal orientation tetap berharap berhasil atau menang, tetapi bagi mereka
52
kemenangan itu tidak sepenting dengan apa yang dibayangkan oleh siswa dengan
performance goal orientation (Santrock, 2008).
Siswa denagn performance goal orientation yang tidak percaya pada
kesuksesannya akan menghadapi problem tersendiri (Stipek, 2002; dalam
Santrock, 2008). Jika mereka berusaha lalu gagal, mereka sering menganggap
kegagalan itu sebagai bukti dari kemampuan yang rendah. Apabila mereka tidak
mencoba, mereka dapat memberikan penjelasan alternatif atas kegagalan mereka
yang dapat diterima secara personal. Dilemma ini membuat siswa melindungi diri
mereka sendiri dari kesan tidak pandai, tetapi upaya ini akan mengganggu
pembelajaran mereka dalam jangka panjang (Covington, 1992; dalam Santrock,
2008). Untuk menghindari kesan tidak mampu, beberapa murid tidak mau
mencoba, atau menipu. Yang lainnya mungkin menggunakan strategi lain seperti
menghindari, mencari-cari alasan, bekerja setengah hati, dan menentukan tujuan
yang tidak realistis (Santrock, 2008). Kemungkinan lain yang siswa lakukan agar
siswa tidak dinilai bodoh adalah dengan mencontek agar mendapatkan hasil yang
sebaik mungkin sesuai dengan tujuan yang diharapkannya.
2.4. Kerangka berfikir
Perilaku menyontek (cheating) pada umumnya pernah dilakukan hampir
seluruh dari kita yang pernah duduk di bangku sekolah. Baik itu secara terang-
terangan ataupun tersirat. Biasanya dalam keadaan tertekan kita memilih jalan
untuk curang atau mencontek. Entah itu waktu yang mepet, soal yang dirasa tidak
dapat dikerjakan, kurangnya penguasaan akan materi pelajaran, tidak yakin akan
jawaban sendiri ataupun minat kita terhadap mata pelajaran yang diujikan
53
tersebut. Agar hal tersebut tidak terus terjadi dan semakin meningkat, maka
dibutuhkan beberapa faktor untuk mencegah terjadi perilaku menyontek. Diantara
faktor-faktor yang diduga dapat menurunkan dan meningkatkan perilaku
menyontek (cheating) adalah self-efficacy, konformitas dan goal orientation.
Self-efficacy yang meliputi level atau tingkat kesulitan tugas, generality
atau kemampuan secara umum dan strength atau kemampuan siswa dalam
menghadapi tugas-tugas belajar yang diberikan. Apabila self-efficacy yang
dimiliki siswa tinggi, maka dapat menurunkan tingkat menyontek pada siswa
dalam mengerjakan tugas atau mengerjakan ujian sekolah. Sebaliknya, apabila
self-efficacy yang dimiliki siswa rendah, maka hal tersebut memungkinkan
terjadinya peningkatan dalam perilaku menyontek (cheating).
Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi perilau menyontek siswa
adalah konformitas. Konformitas compliance ini dapat menyebabkan siswa
bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara peribadi ia
tidak menyetujui tingkah lakunya tersebut. Pada bentuk compliance ini, individu
menghindari penolakan kelompok dan mengharapkan reward atau penerimaan
kelompok (normative influence).
Alasan utama konformitas ini adalah untuk menghindari celaan kelompok,
seperti mendapatkan nilai rendah. Oleh karena itu, konformitas ini memungkinkan
siswa untuk menyontek agar dapat diterima oleh lingkungannya, seperti keluarga
dan teman bahkan oleh guru di sekolah. Sedangkan konformitas acceptance,
tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan dalam kelompok yang
diterimanya. Pada bentuk acceptance ini, konformitas terjadi karena kelompok
54
menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh individu (informational
influence). Pada konformitas jenis ini teman merupakan sumber informasi yang
penting.
Oleh karena itu apabila konformitas yang terjadi pada siswa tinggi, maka
perilaku menyontek pada remaja juga akan tinggi pula. Sebaliknya, apabila
konformitas yang terjadi pada remaja itu rendah, maka ada kemungkinan perilaku
menyontek yang terjadi pada remaja akan rendah juga.
Selain faktor di atas, goal orientation atau orientasi tujuan siswa juga
diduga dapat mempengaruhi perilaku menyontek pasa siswa. Siswa yang
berorientasi tujuan pada penguasaan akan materi pelajaran maka ia akan belajar
dengan sungguh-sungguh, tidak peduli pandangan orang lain akan prestasi yang
akan ia raih, baginya yang terpenting adalah penguasaannya akan materi yang ia
dapat. Inilah yang disebut dengan mastery goal orientation. Sedangkan seseorang
yang tujuannya hanya pada performance, ia tidak peduli materi tersebut ia kuasai
atau tidak, yang terpenting baginya performancenya terlihat baik di depan orang
lain. Inilah seseorang yang dikatakan memiliki performance goal orientation.
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, peneliti menduga bahwa akan ada
pengaruh self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku
menyontek (cheating) pada siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
55
Bagan 2.1.
Skema kerangka berpikir
Siswa SMP/MTs
Self-efficacy
Konformitas
Goal Orientation
Compliance
Acceptance
Mastery
Performance
Variabel Demografis
Jenis Kelamin
Tingkatan Kelas
Perilaku M
enyontek (cheating)
56
2.5. Hipotesis penelitian
Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
A. Hipotesis mayor:
Ha: Ada pengaruh yang signifikan self-efficacy, konformitas, goal orientation,
jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku menyontek (cheating)
siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
B. Hipotesis minor:
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan self-efficacy terhadap perilaku menyontek
(cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan konformitas compliance terhadap perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan konformitas acceptance terhadap perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan mastery goal orientation terhadap perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan performance goal orientation terhadap
perilaku menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan tingkatan kelas terhadap perilaku
menyontek (cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi tinggi.
57
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai pendekatan dan jenis
penelitian yang digunakan, definisi operasional dari variabel yang diteliti,
populasi dan sampel (partisipan), metode pengumpulan data, teknik pengambilan
data, uji instrumen dan analisis data, hasil uji instrumen, dan prosedur penelitian.
3.1. Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh
yang signifikan dari masing-masing independent variable (IV) yang terdiri dari:
self-efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap dependent variable (DV)
yakni perilaku menyontek (cheating), dan faktor apakah yang paling
mempengaruhi terjadinya perilaku menyontek (cheating) pada siswa MTs. Al-
Hidayah Bekasi. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang diperoleh ini berupa angka
dan dianalisis dengan menggunakan anlisis statistik (Sugiyono, 2009).
3.2. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi MTs. Al-Hidayah
Bekasi yang duduk dikelas VII, VIII dan IX yang terdiri dari 9 kelas atau
58
berjumlah 431 siswa yang terdiri dari 232 siswa laki-laki dan 199 siswi
perempuan.
Tabel 3.1
Populasi siswa-siswi MTs. Al-Hidayah Bekasi tahun 2011
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
VII 68 57 125
VIII 85 68 153
IX 79 74 153
Jumlah 232 199 431
*(Sumber: Tata Usaha MTs. Al-Hidayah Bekasi 2011)
3.2.2. Sampel
Sampel penelitian ini berjumlah 150 siswa yang terdiri dari 9 kelas
yang ada di Sekolah MTs. Al-Hidayah Bekasi yang diambil secara acak.
3.2.3. Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
probability sampling, dengan menggunakan teknik stratified random
sampling dimana pemilihan sampel dari populasi berdasarkan pada strata
tiap-tiap kelas (Sulistyo, 2010). Setiap subjek yang menjadi sampel adalah
subjek yang memenuhi karakteristik sampel penelitian. Mengingat
populasi yang ada jumlahnya besar (431 siswa) serta keterbatasan dana,
waktu dan kemampuan peneliti, maka peneliti menetapkan siswa yang
akan dijadikan sampel penelitian sebanyak 150 orang dari jumlah populasi.
59
Untuk mengambil jumlah sampel tersebut penulis menggunakan
rumus proporsi sebagai berikut :
Maka jumlah sampel untuk masing-masing tingkatan kelas adala
1. Kelas VII : 125/431 x 150 = 44 (L: 23 P: 21)
2. Kelas VIII : 153/431 x 150 = 53 (L: 27 P: 26)
3. Kelas IX : 153/431 x 150 = 53 (L: 27 P: 26)
3.3. Variabel Penelitian
3.3.1. Identifikasi variabel
Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis
penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable
terikat (dependent variable) dan variable bebas (independent variable).
Variabel-variabelnya adalah sebagai berikut:
1. Dependen variable : perilaku menyontek (cheating)
2. Independen variabel1 : self-effficacy
3. Independen variabel2 : konformitas
4. Independen variabel3 : goal orientation
5. Variabel demografis : jenis kelamin dan tingkatan kelas
Populasi per tingkatan kelas X jumlah sampel yang ditentukan Populasi total
60
3.3.2. Definisi operasional variabel
1. Perilaku menyontek (cheating)
Perilaku menyontek (cheating) adalah skor yang diperoleh dari
skala pengukuran perilaku cheating berdasarkan kategorinya, yaitu:
memberi, mengambil, dan menerima informasi yang tidak
diperbolehkan, menggunakan bahan-bahan atau materi yang tidak
diperbolehkan, memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau
proses untuk memperoleh keuntungan. Dari skor total perilaku
menyontek ini dapat menunjukan kecendrungan siswa menyontek pada
saat ulangan dan penyelesaian tugas-tugas akademis di kelas. Semakin
tinggi skor maka akan menunjukan tingginya kecendrungan
menyontek yang terjadi pada siswa, akan tetapi semakin rendah skor
perilaku menyontek maka akan semakin rendah pula perilaku
menyonttek yang terjadi pada siswa
2. Self-efficacy
Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan
siswa MTs Al-Hidayah Bekasi terhadap kemampuan yang dimilikinya
untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan yang diungkapkan
melalui skor-skor yang didapat dari skala self-efficacy yang di adaptasi
dari general self-efficacy scale Ralf Schwarzer dkk yang terdiri dari 10
item pertamyaan.
61
3. Konformitas
Konformitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku
mengikuti teman-teman disekolah (khususnya perilaku menyontek)
yang diungkapkan melalui skor-skor yang diperoleh melalui skala
pengukuran konformitas, yang terdiri dari dua dimensi konformitas,
yaitu: compliance dan acceptance.
4. Goal orientation
Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orientasi
tujuan yang dimiliki siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi dalam belajar
yang diungkapkan melalui skor-skor yang diperoleh melalui skala
pengukuran goal orientation, yang terdiri oleh dua dimensi goal
orientation, yaitu: mastery goal orientation dan performance goal
orientation.
5. Variabel demografis
Variabel demografis di sini terdiri dari:
a. Jenis kelamin: jenis kelamin di sini di gunakan untuk mengetahui
apakah laki-laki atau perempuan yang lebih sering melakukan
perilaku menyontek (cheating).
b. Tingkatan kelas: tingkatan kelas yang dimaksud dalam penelitian
ini di gunakan untuk mengetahui tingkatan berapa atau kelas
manakah yang lebih sering melakukan perilaku menyontek
(cheating) dalam mengerjakan tugas yang di berikan sekolah.
62
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari empat skala yaitu
skala untuk mengukur perilaku menyontek (cheating), self efficacy,
konformitas dan goal orientation.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah berbentuk kuesioner
yang berbentuk skala Likert, dimana aspek-aspek pada variabel dijadikan sebagai
tolak ukur penyusunan item-item instrumen. Jawaban dari setiap instrumen ini
memiliki gradasi dari yang tertinggi (sangat positif) sampai yang terendah (sangat
negatif). Pada skala penelitian ini digunakan empat pilihan jawaban, pada skala
satu (mengukur perilaku menyontek), yaitu: tidak Pernah (TP), jarang (J), sering
(S), selalu (S), dan pada skala 2, 3, dan 4 (mengukur self-efficacy, konformitas,
dan goal orientation), yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak Setuju (STS). Tidak dimasukkannya pilihan jawaban tidak tahu atau
ragu-ragu karena dikhawatirkan ada kecenderungan responden akan memilih
jawaban tidak tahu atau ragu-ragu, sehingga tidak ada perbedaan atau variasi
jawaban dari setiap item.
63
Tabel 3.2
Pilihan jawaban dan skoring respon jawaban
Pernyataan
Selalu (S)
Sangat
Sesuai (SS)
Sering (S)
Sesuai
(S)
Jarang (J)
TidakSesuai
(TS)
Tidak Pernah (TP)
Sangat Tidak Sesuai
(STS)
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
Dalam penelitian ini, peneliti juga akan memberikan skala yang terdiri dari
dua bagian, antara lain:
a. Bagian pengantar yang berisi: nama, jenis kelamin dan kelas (variabel
demografis), tujuan penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan dan
ucapan terimakasih.
Pada penelitian ini, untuk mengetahui jenis kelamin dan angkatan
peneliti menggunakan kuesioner tertutup, yaitu bentuk kuesioner yang
jawabannya telah ditentukan atau disediakan. Hal ini dilakukan agar
jawaban responden tidak terlalu bervariasi, sehingga memudahkan peneliti
dalam menganalisa data.
Terdapat dua pilihan jawaban untuk kuesioner jenis kelamin, yaitu
laki-laki dan perempuan. Adapun cara skoring kuesioner ini adalah
sebagai berikut:
64
Tabel 3.3
Pedoman skoring kuesioner jenis kelamin
Respon Jawaban Angka Simbolik
Laki-laki 0
Perempuan 1
Sementara pada kuesioner tingkatan kelas memiliki 3 pilihan
jawaban, yaitu kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Adapun cara skoring
kuesioner ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Pedoman skoring kuesioner tingkatan kelas
Kelas Angka Simbolik
Kelas VII 1
Kelas VIII 2
Kelas IX 3
b. Bagian isi, berisikan empat alat ukur. Adapun empat alat ukur tersebut
adalah:
1. Alat ukur perilaku menyontek (cheating)
Alat Untuk mengukur perilaku menyontek (cheating) adalah
sebuah skala yang mengukur pengungkapan diri siswa mengenai perilaku
menyontek (cheating) yang terjadi di MTs Al-Hidayah Bekasi. Skala
pengungkapan diri mengenai perilaku menyontek (cheating) ini terdiri dari
25 item pernyataan dengan rentang nilai 1 - 4.
65
Table 3.5
Blue print perilaku menyontek try out
Pernyataan No Kategori Indikator
Favorable Unfavorable
Jumlah
· Memberikan
jawaban
1, 2*
2
· Mengambil
jawaban
3*, 4*, 5*
6, 7, 8 6
1. Giving, Taking,
Receiving
informasi yang
tidak di
perbolehkan · Menerima
jawaban
9* 1
· Membuat
catatan
10*, 11*
2 2. Menggunakan
bahan terlarang
· Menggunakan
media sebagai
alat untuk
menyontek
1 2*, 13*,
14*
3
· Plagiat 15*, 16* 17 3
· Menggunakan
jasa orang lain
18* 19* 2
3. Memanfaatkan
kelemahan
seseorang,
prosedur, atau
proses untuk
memperoleh
keuntungan
· Menggun
akan
kelemahan
orang lain
21*, 23*,
24*, 25*
20, 22
6
Jumlah 18 7 25
* Item yang valid
Setelah melakukan try out pada tanggal 20 September 2011 dengan
jumlah sampel 46 siswa, didapatkan 7 item yang gugur dari 25 item yang
ada, sehingga item yang tersisa adalah sebanyak 18 item.
66
Table 3.6
Blue print perilaku menyontek (cheating)
Pernyataan No Kategori Indikator
Favorable Unfavorable
Jumlah
· Memberikan
jawaban
2 1
· Mengambil
jawaban
3, 4, 5 3
1. Giving, Taking,
Receiving
informasi yang
tidak di
perbolehkan · Menerima
jawaban
9 1
· Membuat
catatan
10, 11 2 2. Menggunakan
bahan terlarang
· Menggunakan
media sebagai
alat untuk
menyontek
12, 13, 14, 3
· Plagiat 15, 16, 2
· Menggunakan
jasa orang lain
18
17 2
3. Memanfaatkan
kelemahan
seseorang,
prosedur, atau
proses untuk
memperoleh
keuntungan
· Menggun
akan
kelemahan
orang lain
1, 6, 7, 8 4
Jumlah 17 1 18
67
2. Alat ukur self-efficacy
Dalam penelitian ini, pengukuran self efficacy menggunakan skala
milik Ralf Schwarzer, dkk (2002) dari Universitas Freie, Berlin. Skala self
efficacy pada awalnya dikembangkan oleh Matthias Yerusalem dan Ralf
Schwarzer pada tahun 1979. Instrumen ini berisi 20 item, akan tetapi pada
tahun 1981 dikurangi menjadi 10 item yang diadaptasi untuk 28 bahasa
dan disebarkan melalui internet ke 25 negara diseluruh dunia dengan
rentang nilai 1 – 4.
Alasan peneliti menggunakan skala milik Ralf Schwarzer, dkk
(2002) karena landasan teori yang digunakan dalam penelitiannya
menggunakan teori social cognitive milik Albert Bandura. Selain itu,
menurut Ralf Schwarzer,dkk (1996) koefisien reliabilitas skala self
efficacy milik Ralf Schwarzer antara o,75 sampai 0,91 sehingga dapat
dikatakan reliabel dan juga dapat dibuktikan melalui validitas diskriminan
dan validitas konvergen. Dengan demikian, skala ini dapat dipergunakan
pada masa dan jangka waktu yang berbeda serta dengan karakteristik
responden yang berbeda.
Table 3.7
Blue print self-efficacy try out
Pernyataan No Dimensi Indikator Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Level,
strength,
generality
· Keyakinan siswa
akan kemampuan
yang dimilikinya
1*, 2, 3, 4*,
5*, 6, 7, 8*,
9*, 10*
0 10
* Item yang valid
68
Berdasarkan hasil uji coba (try out) penelitian, didapat item yang
tidak valid berjumlah 4 item. sehingga dalam field test peneliti hanya
menggunakan item-item valid saja, yaitu sejumlah 6 item.
Table 3.8
Blue print self-efficacy
Pernyataan No Dimensi Indikator
Favorable Unfavorable
Jumlah
1. Level,
strength,
generality
· Keyakinan siswa
akan kemampuan
yang dimilikinya
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7
0 6
3. Alat ukur konformitas
Alat Untuk mengukur konformitas adalah sebuah skala yang
mengukur perilaku mengikuti teman-teman disekolah (khususnya perilaku
menyontek). Oleh karena itu item-item skala ini diadaptasi oleh item-item
konformitas dalam perilaku menyontek (cheating). Skala ini terdiri dari 20
item pertanyaan dengan rentang nilai 1- 4. Alat ukur ini disusun oleh
peneliti dengan berdasarkan pada dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh
Mayers (1988; dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) yang membagi
konformitas dalam dua bentuk, yaitu: compliance dan acceptance.
69
Table 3.9
Blue print konformitas try out
Pernyataan No Dimensi Indikator
Favorable Unfavorable
Jumlah
· Mengikuti apa
yang dilakukan
teman karena
menghindari
penolakan
1*, 2*, 3*,
4, 7*
5, 6 7 1. Compliance
· Mengharapkan
reward atau
penerimaan
kelompok
8*
9
2
2. Acceptance · Mengikuti apa
yang dilakukan
teman karena
adanya suatu
kepercayaan
10*, 11*,
12*
13, 14*, 15,
16*
17*, 18*, 19
20*
11
Jumlah 13 7 20
* Item yang valid
Dari hasil uji coba (try out) penelitian yang dilakukan, didapat item
yang tidak valid berjumlah 7 item. Sehingga dalam field test peneliti
hanya menggunakan 13 item saja.
70
Table 3.10
Blue print skala konformitas
Pernyataan No Dimensi Indikator
Favorable Unfavorable
Jumlah
· Mengikuti apa
yang dilakukan
teman karena
menghindari
penolakan
1, 3, 4, 7, 4 1. Compliance
· Mengharapkan
reward atau
penerimaan
kelompok
8 1
2. Acceptance · Mengikuti apa
yang dilakukan
teman karena
adanya suatu
kepercayaan
9, 10, 11,
12, 13
2, 5, 6 8
Jumlah 10 3 13
4. Alat ukur goal orientation
Alat untuk mengukur goal orientation adalah sebuah skala yang
mengukur oorientasi tujuan yang dimiliki siswa dalam bidang akademis.
Skala ini terdiri dari 30 item pertanyaan dengan rentang nilai 1 – 4. Untuk
item berupa pernyataan yang mewakili mastery goal orientation, rentang
nilai 1 – 4 dimulai dari sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju
(S) dan sangat setuju (SS). Sedangkan untuk item berupa pernyataan yang
71
mewakili performance goal orientation, rentang nilai 1 – 4 dimulai dari
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak Setuju
(STS).
Table 3.11
Blue print goal orientation Tyr Out
No Kategori Indikator Pernyataan
Favorable Unfavorable
Jumlah
· Menguasai
materi
1*, 2, 3*,
4*, 5, 6,7*
8, 9, 10, 11
11
· Mengembangkan
kemampuan
12, 13*, 14* 3
1. Mastery goal
orientation
· Meningkatkan
kinerja
15, 16*, 17* 18 4
· Mengharapkan
penilaian yang
baik dari orang
lain
19, 20, 21,
22*, 23, 24
6 2. Performance
goal
orientation
· Lebih terfokus
pada hasil dari
pada proses
25, 26*, 27,
28, 29*
30 6
Jumlah 24 6 30
* Item yang valid
72
Setelah dilakukan uji coba (try out) penelitian, didapat item yang
tidak valid berjumlah 19 item. Sehingga dalam field test peneliti hanya
menggunakan 11 item saja.
Table 3.12
Blue print goal orientation
No Kategori Indikator Pernyataan
Favorable Unfavorable
Jumlah
· Menguasai
materi
1, 2, 9, 10, 4
· Mengembangkan
kemampuan
3, 4 2
1. Mastery goal
orientation
· Meningkatkan
kinerja
5, 6 2
· Mengharapkan
penilaian yang
baik dari orang
lain
7, 1 2. Performance
goal
orientation
· Lebih terfokus
pada hasil dari
pada proses
8, 11 2
Jumlah 11 11
73
3.5. Teknik uji instrument dan analisis data
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen
dengan 85 item dari 4 skala, yaitu skala perilaku menyontek (cheating)
sebanyak 25 item, skala self efficacy sebanyak 10 item, skala konformitas
sebanyak 20 item dan skala goal orientation sebanyak 30 item. Uji
instrument diberikan kepada siswa kelas VIII3 berjumlah 46 siswa yang
dilakukan pada tanggal 20 September 2011. Uji instrument ini dilakukan
dengan maksud:
a. Mengetahui validitas instrument di mana skor tiap item dikorelasikan
dengan skor total.
b. Mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang digunakan untuk
mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.5.1. Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.
Anastasi memberikan definisi bahwa suatu tes dikatakan valid bila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Anastasi& Urbina, 1997).
Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2005), koefisien validitas suatu kontruk
yang baik ialah > 0,3.
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, dari 25 item pada
skala cheating yang diuji coba terdapat 18 item yang valid, sedangkan
sisanya sebanyak 7 item dinyatakan gugur. Untuk skala self-efficacy dari
10 item yang diuji coba terdapat 6 item yang valid dan 4 item yang gugur,
74
dan untuk skala konformitas dari 20 item (terdiri dari compliance dan
acceptance) yang diuji coba terdapat 13 item yang valid dan 7 item yang
gugur, sedangkan untuk skala goal orientation (yang terdiri dari mastery
dan performance) dari 30 item yang diuji terdapat 11 item yang valid dan
19 item yang gugur. Item- item yang gugur dikarenakan skor validitasnya
kurang dari 0,3. Setelah dilakukan try out jumlah total item yang
digunakan untuk penelitian adalah 48 item.
3.5.2. Uji reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas maksudnya adalah
pengukuran yang dapat menghasilkan data yang terpercaya, terandalkan
dan ajeg (dalam Azwar, 2005). Untuk mencari nilai estimasi reliabilitas
dari instrument penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan teknik
Alpha Cronbach, dalam perhitungannya adalah dengan menggunakan
program SPSS 17.
Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan
1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti
semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati
angka 0 berarti semakin rendahnya reliiabilitas (Azwar, 2005).
Hasil uji reliabilitas skala perilaku menyontek (cheating) adalah
nilai reliabilitas skala perilaku menyontek (cheating) dengan 18 item yang
valid adalah sebesar 0,795. Pada skala self efficacy adalah nilai reliabilitas
skala self efficacy dengan 6 item yang valid adalah sebesar 0,619. Pada
75
skala konformitas dengan 13 item yang valid nilai reliabilitasnya adalah
sebesar 0,825. Sedangkan pada skala goal orientation dengan 11 item
yang valid mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,746. Oleh karena itu,
skala perilaku menyontek (cheating), skala self efficacy, skala konformitas,
dan skala goal orientation ini dapat dikatakan reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Tabel 3.13
Skor hasil uji reliabilitas skala
Skala Skor Keterangan
Skala perilaku menyontek (cheating) 0,795 Reliabel
Skala self efficacy 0,619 Reliabel
Skala konformitas 0,825 Reliabel
Skala goal orientation 0,746 Reliabel
3.6. Prosedur penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah
yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian. Langkah-langkah
tersebut sebagai berikut:
1. Persiapan penelitian
a) Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah
b) Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti
c) Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat
76
d) Menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan
dalam penelitian ini, yaitu skala perilaku menyontek (cheating), skala self-
efficacy, skala konformitas, dan skala goal orientation yang dirancang
berupa skala Likert.
2. Tahap pengambilan data
a) Menentukan jumlah sampel penelitian
b) Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta
kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian
c) Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada 50 responden.
3. Tahap uji coba
Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada empat skala yang dibuat, yaitu
skala perilaku menyontek (cheating), skala Self efficacy, skala konformitas dan
skala goal orientation pada tanggal 20 September 2011 pada 50 siswa-siswi MTs.
Al-Hidayah Bekasi.
4. Tahap field test
Skala perilaku menyontek (cheating), skala self efficacy, skala konformitas
dan skala goal orientation terdiri dari 48 item pernyataan. Selanjutnya skala ini
diberikan kepada responden pada tanggal 27 September 2011 di MTs. Al-Hidayah
Bekasi.
5. Pengolahan data
a) Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
77
b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data.
c) Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk
menguji hipotesis penelitian.
d) Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
3.7 Teknik analisis data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat
pengaruh yang signifikan self efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap
goal orientation siswa MTS. Al-Hidayah Bekasi, dan untuk mengetahui seberapa
besar konstribusi yang diberikan self efficacy, konformitas dan goal orientation
terhadap perilaku menyontek (cheating), menggunakan metode statistika karena
datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan.
Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan di ukur menggunakan teknik
analisis multiple regression atau analisis regresi berganda. Analisis regresi
berganda ini digunakan untuk mengetahui besar dan arah hubungan self efficacy,
konformitas dan goal orientation dengan perilaku menyontek (cheating) siswa
MTS. Al-Hidayah Bekasi dengan menggunakan software SPSS versi 17.
78
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Bab 4 ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi:
gambaran umum responden: berdasarkan jenis kelamin dan angkatan; Deskripsi
data penelitian; Hasil uji statistik; dan hasil uji hipotesis.
4.1. Gambaran umum responden
Gambaran umum subjek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,
yaitu berdasarkan jenis kelamin dan tahun angkatan responden. Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi yang berjumlah 431
orang, sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 150
orang.
4.1.1. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin
Kelas Jenis kelamin
Kelas VII Kelas
VIII
Kelas IX
Jumlah Persentase
Laki-laki 23 27 27 77 51%
Perempuan 21 26 26 73 49%
Jumlah 44 53 53 150 100%
79
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini subjek berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dari pada subjek perempuan. Adapun subjek laki-
laki berjumlah 77 orang (51%), sedangkan jumlah subjek perempuan adalah 73
orang (49%).
4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Angkatan
Berdasarkan angkatan, subjek dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Gambaran umum subjek berdasarkan tingkatan kelas
kelas Jumlah Persentase
VII 44 29, 4%
VIII 53 35, 3%
IX 53 35, 3%
Jumlah 150 100 %
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian dari subjek
penelitian ini paling sedikit adalah kelas VII, yaitu berjumlah 44 orang
(29.4%), sedangkan responden kelas VIII dan kelas IX berjumlah sama,
yaitu berjumlah 53 orang (35.3%).
4.2. Deskripsi hasil penelitian
4.2.1. Kategorisasi skor perilaku menyontek
Data skor perilaku menyontek diperoleh melalui angket yang
disebar kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah
80
Bekasi. Selanjutnya peneliti membuat kategorik responden untuk
menentukan tinggi dan rendah pada tiap variabel.
Tabel 4.3
Skor perolehan perilaku menyontek (cheating)
Pada variabel perilaku menyontek memiliki nilai maximum 46,
minimum 18 dan mean 27.7800. Berdasarkan skor perolehan di atas maka
hasil yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Klasifikasi skor perilaku menyontek (cheating)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek dengan tingkat
perilaku menyontek yang rendah dengan persentase 50% (75 orang),
subjek dengan tingkat self efficacy yang sedang dengan presentase 46 %
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
cheating 150 18.00 46.00 27.7800 5.74149 Valid N (listwise)
150
Kategori Rentang Skor Responden Persentase
Rendah
Sedang
Tinggi
18 – 27
28 – 37
38 – 47
75 orang
69 orang
6 orang
50%
46%
4%
Jumlah 150 100 %
81
(69 orang), dan subjek dengan tingkat self efficacy yang tinggi 4% (6
orang) dari total sampel.
4.2.2. Kategorisasi skor self-efficacy
Data skor self efficacy diperoleh melalui angket yang disebar
kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah Bekasi.
Selanjutnya peneliti membuat kategorik responden untuk menentukan
tinggi dan rendah pada tiap variabel.
Tabel 4.5
Skor perolehan self efficacy
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
selfefficacy 150 9.00 24.00 19.7000 2.36516 Valid N (listwise)
150
Pada variabel self efficacy memiliki nilai maximum 24, minimum
9, dan mean 19.7000. Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang
didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Klasifikasi skor self efficacy
Kategori Rentang Skor Responden Persentase
Rendah
Sedang
Tinggi
9 – 14
15 – 20
21 - 26
3 orang
83 orang
64 orang
2%
55,3%
42,7%
Jumlah 150 100%
82
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek dengan tingkat self
efficacy yang rendah dengan persentase 2% (3orang), subjek dengan
tingkat self efficacy yang sedang dengan presentase 55,3% (83 orang),
dan subjek dengan tingkat self efficacy yang tinggi 42,7% (64 orang)
dari total sampel.
4.2.3. Kategorisasi skor konformitas
Data skor konformitas diperoleh melalui angket yang disebar
kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah Bekasi
dengan hasil sebagai nerikut:
Tabel 4.7
Perolehan Z score konformitas
Descriptive Statistics Konformitas N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
acceptance 150 8 25 15.45 3.845
compliance 150 5 20 10.31 2.951
Pada variabel konformitas acceptance memiliki nilai maximum 25,
minimum 8, dan mean 15.45. Sedangkan pada variabel konformitas
comliance memiliki nilai maximum 20, minimum 5, dan mean 10.31.
Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang didapat adalah
sebagai berikut:
83
Tabel 4.8
Klasifikasi responden pada konformitas
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang cendrung
konformitas acceptance sebanyak 76 responden dengan persentase
sebesar 50,7%, sedangkan responden yang cendrung pada konformitas
compliance sebanyak 74 responden dengan presentase sebesar 49,3%.
4.2.4. Kategorisasi skor goal orientation
Data skor konformitas diperoleh melalui angket yang disebar
kepada siswa-siswi kelas VII, VIII dan IX MTs. Al-Hidayah Bekasi
dengan hasil sebagai nerikut:
Tabel 4.9
Perolehan Z score goal orientation
Descriptive Statistics
Goal orientattion N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Mastery 150 16 32 26.83 3.312
Performance 150 5 12 10.17 1.540
Pada variabel mastery orientation memiliki nilai maximum 32,
minimum 16, dan mean 26.83. Sedangkan pada variabel performance
Konformitas Responden Persentase
acceptance 76 50,7%
compliance 74 49,3%
Jumlah 150 100%
84
orientation memiliki nilai maximum 12, minimum 5, dan mean 10.17.
Berdasarkan skor perolehan di atas maka hasil yang didapat adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Klasifikasi responden pada goal orientation
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang cendrung
pada mastery goal orientation sebanyak 70 responden dengan persentase
sebesar 46,7%, sedangkan responden yang cendrung pada performance
orientation sebanyak 80 responden dengan presentase sebesar 53,3%.
4.3. Hasil uji hipotesis penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik
analisis regresi berganda (multiple regression) menggunakan sofware SPSS 17.
Uji regresi ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang diajukan di
Bab II.
4.3.1. Hasil uji hipotesis mayor
Dengan menggunakan seluruh IV yang yang diteorikan, hasilnya
dapat dilihat pada table R square berikut:
Goal orientation Responden Persentase
Mastery 70 46,7%
performance 80 53,3%
Jumlah 150 100%
85
Table 4.11 R-square
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
a. .631a .399 .369 7.94415
a. Predictors: (Constant), tingkatankelas, Jeniskelamin, selfefficacy, complieance, mastery, performance, acaptance
b. Dependent Variable: cheating
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar
0,399, yang berarti bahwa proporsi varian dari perilaku menyontek
(cheating) yang dijelaskan oleh semua independent variable tersebut
adalah sebesar 39,9%. Sedangkan sisanya (proporsi varians dari perilaku
menyontek (cheating) yang tidak bisa dijelaskan oleh IV yang ada sebesar
60,1%.
Selanjutnya untuk tabel anova, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.12
Tabel ANOVA Pengaruh IV Terhadap DV
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Regression 5938.457 7 848.351 13.443 .000a
Residual 8961.543 142 63.109
a.
Total 14900.000 149
a. Predictors: (Constant), tingkatankelas, Jeniskelamin, selfefficacy, complieance, mastery, performance, acaptance b. Dependent Variable: cheating
86
Dengan melihat table di atas (p<0,05), maka berarti F yang
dihasilkan signifikan, yang artinya hipotesis yang menyatakan ada
pengaruh IV terhadap DV tidak ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada
pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, compliance, acceptance,
mastery, performance, jenis kelamin dan tingkatan kelas terhadap perilaku
menyontek (cheating).
4.3.2. Hasil uji hipotesis minor
Tahap selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap
independent variable yang signifikan. Artinya adalah independent variable
tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku menyontek
(cheating).
Tabel 4.13
Koefisien Regresi Dari tabel di atas, dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
a (Constant) 32.488
selfefficacy .034 .075 .034 .459 .647
accaptance .473 .087 .473 5.456 .000
compliance -.275 .083 -.275 -3.293 .001
mastery -.167 .083 -.167 -2.018 .045
performance .106 .083 .106 1.274 .205
Jeniskelamin -3.106 1.375 -.156 -2.258 .025
tingkatankelas 5.047 .827 .406 6.100 .000 a. Dependent Variable: cheating
87
Cheating = 32,488 + 0,034 self-efficacy + 0,473 accaptance* - 0,275 compliance* – 0,167 mastery* + 0,106 performance – 3,106 jenis kelamin* + 5,047 tingkatan kelas*
Keterangan: Tanda (*) menunjukkan variabel signifikan
Berdasarkan tabel di atas, dari 7 koefisien regresi yang dihasilkan
ternyata ada lima IV yang secara statistik pengaruhnya signifikan terhadap
perilaku menyontek (cheating), yaitu acceptance, compliance, mastery,
jenis kelamin dan tingkatan kelas (nilai p < 0,05). Hal ini berarti bahwa
dari 7 hipotesis minor terdapat lima yang signifikan. Penjelasan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai
berikut:
Adapun penjelasan dan nilai koefiesien regresi yang diperoleh pada
masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel self efficacy
Nilai koefisien regresi variabel self efficacy adalah 0,034 dan nilai
signifikan 0,647, artinya variabel self efficacy secara positif tidak
berpengaruh signifikan terhadap perilaku menyontek (cheating).
2. Variabel konformitas acceptance
Nilai koefisien regresi variabel acceptance adalah 0,473 dan nilai
signifikan 0,000, artinya variabel acceptance secara positif
signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi,
semakin tinggi accaptance, semakin tinggi perilaku menyontek
(cheating).
88
3. Variabel konformitas compliance
Nilai koefisien regresi variabel compliance adalah -0,275 dan nilai
signifikan 0,001, artinya variabel compliance secara negatif
signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi,
semakin tinggi compliance, semakin rendah perilaku menyontek
(cheating).
4. Variabel mastery orientation
Nilai koefisien regresi variabel mastery orientation adalah –0,167
dan nilai signifikan 0,045, artinya variabel mastery orientation
secara negatif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek
(cheating). Jadi, semakin tinggi mastery orientation, semakin
rendah perilaku menyontek (cheating).
5. Variabel performance orientation
Nilai koefisien regresi variabel performance orientation adalah
0,106 dan nilai signifikan 0,205, artinya variabel performance
orientation secara positif tidak berpengaruh signifikan terhadap
perilaku menyontek (cheating).
6. Variabel jenis kelamin
Nilai koefisien regresi variabel jenis kelamin adalah – 3,106 dan
nilai signifikan 0,025, artinya variabel jenis kelamin secara negatif
signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating).
89
Bila dilihat dari nilai uji beda variabel jenis kelamin memiliki nilai
sebagai berikut:
Tabel 4.14
Uji Beda Jenis Kelamin
Dari table diatas terlihat responden laki-laki memiliki nilai mean
28,84 yang artinya laki-laki lebih sering menyontek dari
perempuan.
7. Variabel tingkatan kelas
Nilai koefisien regresi variabel tingkatan kelas adalah 5,047 dan
nilai signifikan 0,000, artinya variabel tingkatan kelas secara
positif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating).
Jadi, semakin tinggi tingkatan kelas, semakin tinggi perilaku
menyontek (cheating).
Bila dilihat dari nilai uji beda variabel tingkatan kelas memiliki
nilai sebagai berikut:
Tabel 4.15
Uji Beda Tingkatan Kelas
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Satu 44 24,09 4,147 ,625 Dua 53 28,68 5,857 ,804 Tiga 53 29,94 5,369 ,737
Jenis kelamin N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Laki-laki 77 28,84 6,235 ,710 Perempuan 73 26,66 4,970 ,582
90
Dari table diatas terlihat responden kelas tiga memiliki nilai mean
lebih besar dari pada responden kelas satu dan dua, yaitu 29,94
yang artinya kelas tiga lebih sering menyontek dari pada kelas satu
dan dua.
4.3.3. Pengujian Sumbangan masing-masing independent variable
Peneliti selanjutnya menganalisis juga besarnya proporsi varian
dari DV yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-masing IV,
hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap
kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2 change)
ini dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4. 16
Sumbangan Masing-masing Independen Variabel
Model Summaryi
Change Statistics Model R Square R Square
Change F
Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .007 .007 1.004 1 148 .318 2 .176 .169 30.164 1 147 .000* 3 .207 .031 5.753 1 146 .018* 4 .223 .016 3.015 1 145 .085 5 .225 .002 .323 1 144 .571 6 .241 .016 3.007 1 143 .085 7 .399 .158 37.212 1 142 .000*
* Variabel Signifikan 1. Predictors: (Constant), selfefficacy 2. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance 3. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance 4. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery 5. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery, performance 6. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery, performance,
Jeniskelamin 7. Predictors: (Constant), selfefficacy, acaptance, complieance, mastery, performance,
Jeniskelamin, tingkatankelas 8. Dependent Variable: cheating
91
4.3.4. Sumbangan masing-masing independen variabel
Dari tabel 4.16 di atas, dapat disampaikan informasi sebagai
berikut:
1. Variabel self-efficacy memberi sumbangan atau pengaruh sebesar
0,7% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
dengan nilai F dari R square change=1.004, p>0,05, df=1,148 dan
sig. F change 0,318, sehingga tidak signifikan.
2. Variabel acceptance memberi sumbangan atau pengaruh sebesar
16,9% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square
change=30.164, p<0,05, df=1,147 dan sig. F change 0,000,
sehingga signifikan.
3. Variabel compliance memberi sumbangan atau pengaruh sebesar
3,1% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square
change=5.753, p<0,05, df=1,146 dan sig. F change 0,018, sehingga
signifikan.
4. Variabel mastery memberi sumbangan atau pengaruh sebesar
1,6% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
dengan nilai F dari R square change=3.015, p>0,05, df=1,145 dan
sig. F change 0,085, sehingga tidak signifikan.
5. Variabel performance memberi sumbangan atau pengaruh sebesar
0,2% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
92
dengan nilai F dari R square change=0,323, p>0,05, df=1,144 dan
sig. F change 0,571, sehingga tidak signifikan.
6. Variabel jenis kelamin memberi sumbangan atau pengaruh sebesar
1,6% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating) siswa,
dengan nilai F dari R square change=3.007, p>0,05, df=1,143 dan
sig. F change 0,085, sehingga tidak signifikan.
7. Variabel tingkatan kelas memberi sumbangan atau pengaruh
sebesar 15,8% bagi bervariasinya perilaku menyontek (cheating)
siswa, sumbangan ini signifikan dengan nilai F dari R square
change=37.212, p<0,05, df=1,142 dan sig. F change 0,000,
sehingga signifikan.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa hanya ada tiga
IV dari sepuluh IV, yaitu acceptance, , compliance dan tingkatan kelas
yang mempengaruhi perilaku menyontek (cheating), jika dilihat dari
besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan
penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan).
Dalam analisis regresi, terutama yang menggunakan Least Square,
diperlukan asumsi bahwa distribusi frekuensi dari residu adalah mengikuti
kurva normal. Apabila residual berada di sekitar garis untuk kurva normal,
maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini memiliki residual
yang distribusinya mengikuti kurva normal. Artinya, hasil persamaan
regresi beserta interpretasinya dapat dipercaya dan lebih akurat. Oleh
sebab itu, penulis pun melakukan uji terhadap asumsi tersebut. Dengan
93
melihat output dari analisis SPSS, normal tidaknya distribusi residu, dapat
dilihat pada grafik P-P Plot berikut:
Gambar 4.1.
Residual plot perilaku menyontek
Karena distribusi keseluruhan kasus yang ada pada histogram
relatif normal dan pada grafik plot data umumnya mendekati garis harapan
pada plot, maka semua penafsiran dari hasil regresi pada penelitian ini
cukup dapat dipercaya. Artinya asumsi tentang normalitas distribusi
frekuensi dari residual telah terpenuhi.
94
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian mengenai pengaruh self
efficacy, konformitas dan goal orientation terhadap perilaku menyontek
(cheating) siswa MTs. Al-Hidayah Bekasi. Selanjutnya akan dikemukakan pula
diskusi tentang penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah:
· Secara keseluruhan terdapat pengaruh yang signifikan dari self-efficacy,
konformitas acceptance, konformitas compliance, mastery goal
orientation, performance goal orientation, jenis kelamin dan tingkatan
kelas terhadap perilaku menyontek (cheating). Berdasarkan proporsi
varians seluruhnya, perilaku menyontek dipengaruhi oleh independen
variabel yang diteliti sebesar 39,9% sedangkan sisanya yaitu 60.1%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
· Jika dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
IV, ditemukan bahwa terdapat lima IV (independent variable) yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap DV, yaitu konformitas acceptance
(0,473 dengan sig.000), konformitas compliance (- 0,275 dengan sig.
0,001), mastery orientation (–0,167 dengan sig.0,045), jenis kelamin (-
3,106 dengan sig. 0.025) dan tingkatan kelas (5,047 dengan sig. 0.000).
95
· Jika dilihat dari signifikan tidaknya proporsi varian sumbangan kontribusi
dari masing-masing IV, hanya terdapat tiga IV yang signifikan, yaitu
konformitas acceptance, konformitas compliance dan tingkatan kelas,
dengan perincian yaitu variabel konformitas acceptance memberikan
sumbangan sebesar 16,9%, konformitas compliance memberikan
sumbangan sebesar 3,1%.dan tingkatan kelas memberikan sumbangan
sebesar 15,8%.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self efficacy tidak ada
pengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating). Jadi tinggi atau rendahnya self-
efficacy yang dimiliki siswa tidak mempengaruhi perilaku menyontek (cheating)
siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Murdock dan kawan-
kawan (2001 dalam Anderman & Murdock, 2007), bahwa pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama terdapat hubungan berbanding terbalik antara cheating dan
self-efficacy. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak selalu self-efficacy
rendah diikuti dengan perilaku menyontek (cheating) yang tinggi, dan sebaliknya
self-efficacy yang tinggi tidak selalu diikuti oleh perilaku menyontek (cheating)
yang rendah. Jadi dapat dimungkinkan sebagian besar perilaku menyontek
(cheating) yang rendah dipengaruhi oleh variabel lain selain self-efficacy.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konformitas
acceptance secara positif berpengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating)
dan signifikan. Jadi, semakin tinggi konformitas accaptance, maka semakin tinggi
perilaku menyontek (cheating). Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
96
konformitas acceptance, maka semakin rendah pula perilaku menyontek
(cheating). Sedangkan variabel konformitas compliance memiliki pengaruh yang
secara negatif terhadap perilaku menyontek (cheating) dan signifikan. Jadi
semakin tinggi konformitas compliance, akan semakin rendah perilaku menyontek
(cheating).
Bila dilihat dari berapa banyak responden yang cendrung untuk
konformitas acceptance atau konformitas compliance, pada penelitian ini
responden lebih cenderung pada konformitas acceptance, yakni sebanyak 76
orang atau sebesar 50,7%. Sedangkan responden yang cendereung pada
konformitas compliance sebanyak 74 orang atau sebesar 49,3%. Jadi apabila
dilihat secara keseluruhan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan kalau pada
variabel konformitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
menyontek (cheating). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nadhirah (2008) yang dari penelitiannya menghasilkan adanya hubungan yang
signifikan antara konformitas dengan perilaku menyontek (cheating).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mastery goal
orientation secara negatif memiliki pengaruh terhadap perilaku menyontek
(cheating) akan tetapi tidak signifikan. Disini terlihat kecenderungan bahwa,
semakin tinggi mastery, semakin rendah perilaku menyontek (cheating). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indarto dan Masrun (2007), yang
dari hasil penelitiannya menyatakan ada hubungan negative dan signifikan antara
orientasi tujuan penguasaan dengan intensi menyontek. Sedangkan pada variabel
performance goal orientation secara positif tidak berpengaruh terhadap perilaku
97
menyontek (cheating) dan tidak signifikan. Jadi tidak ada hubungan antara
performance goal orientation terhadap perilaku menyontek (cheating). Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indarto dan Masrun (2007), yang
menghasilkan penelitian adanya hubungan positif antara orientasi tujuan
performansi dengan intensi menyontek, hal ini berarti semakin tinggi orientasi
performansi maka semakin tinggi pula intensi menyontek.
Bila dilihat dari berapa banyak responden yang cendrung untuk mastery
orientation atau performance orientation, pada penelitian ini responden lebih
cenderung pada performance orientation, yakni sebanyak 80 orang atau sebesar
53,3%. Sedangkan responden yang cenderung pada mastery orientation sebanyak
70 orang atau sebesar 46,7%. Jadi ternyata dalam penelitian ini goal orientation
tidak berpengaruh terhadap perilaku menyontek (cheating).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin
mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Apabila dilihat dari nilai uji beda,
laki-laki memiiki nilai mean lebih besar dari perempuan, yaitu 28,84 sedangkan
peremuan 26,66. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anderman
& Murdock (2007) yang menghasilkan bahwa laki-laki memiliki skor cheating
lebih tinggi dari pada perempuan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anderman dan Midgley (2004), yang menyatakan siswa Sekolah Menengah
Pertama menunjukkan bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menyontek daripada
perempuan (misalnya, Cizek, 1999; Schab, 1969). Begitu juga penelitian yang
dilakukan oleh McCabe dan Trevino (1997 dalam McCabe, Trevino &
98
Butterfield, 2001), juga mengatakan kalau laki-laki lebih sering menyontek dari
pada perempuan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkatan kelas secara
positif signifikan mempengaruhi perilaku menyontek (cheating). Jadi, semakin
tinggi tingkatan kelas, semakin tinggi perilaku menyontek (cheating).
Sebagaimana hasil yang di dapat yaitu kelas VII memiliki nilai mean sebesar
24,09 dan kelas VIII memiliki nilai mean sebesar 28,68 sedangkan kelas IX
memiliki nilai mean sebesar 29,94. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Evans dan Craig (dalam Murdock & Anderman, 2006), yang
menyatakan bahwa siswa yang lebih tua pada Sekolah Menengah Pertama lebih
banyak menyontek daripada siswa yang lebih muda, yang artinya tingkatan kelas
yang lebih tinggi lebih banyak menyontek dari pada tingkatan yang lebih rendah.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis seluruh proses dan isi laporan,
masih terdapat ketidaksempurnaan, sehingga ada beberapa saran yang dapat
diberikan untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang menggunakan topik atau
pendekatan yang sama, antara lain:
5.3.1. Saran teoritis
1. Jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang
sama, untuk peneliti selanjutnya disarankan agar sebaiknya
menggunakan beberapa variabel lain yang mempengaruhi cheating
untuk dijadikan independent variabelnya.
99
2. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya menambahkan atau
memperbanyak jumlah sampel, sehingga hasil penelitian yang di
dapat lebih akurat.
3. Skala cheating yang aitemnya cenderung sedikit dan merupakan
pernyataan perilaku, sebaiknya dianalisis dengan menggunakan
Confirmatory Factor Analisis (CFA) agar dapat dianalisis per
itemnya.
4. Pada saat try out lebih diperbanyak aitem pada skala self-efficacy,
konformitas dan goal orientation agar memperoleh item yang
bervariasi pada saat field test nanti, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan social desirability yang dapat menyebabkan kecilnya
nilai reliabilitas alat ukur tersebut.
5.3.2. Saran praktis
1. Cheating dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh para pelajar
patutnya mendapat perhatian lebih untuk segera ditanggulangi
karena akan berdampak negatif baik untuk pelakunya sendiri,
orang lain, dan terlebih lagi bagi perkembangan dunia pendidikan.
2. Para pendidik hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar
sebaiknya memperhatikan tingkatan kelas siswa dalam melakukan
pembelajaran terutama dalam ujian, karena cenderung yang
melakukan cheating adalah siswa tingkat kelas lebih tinggi. Oleh
karena itu perlu perhatian dan pembinaan khusus pada kelas-kelas
tersebut agar tidak terlalu memiliki perilaku menyontek (cheating).
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang: PT. UMM Press Anastasi, Anne & Susana Urbina. (1997). Tes psikologi. Jakarta: Indeks. Anderman, E. M. & Murdock, T. B. (2007). Psychology of academic cheating.
(pp. 87-106). San Diego, CA, US: Elsevier Academic Press. Xix, 326 pp Anderman, E. M., & Midgley, C. (2004). Change in self-reported academic cheating across the transition from middle school to high school. Contemporary educational psychology, 29, 499–517 Anderman, E. M., Griesinger. T., & Westerfield, G. (1998). Motivation and Cheating During Early Adolescence. Journal of educational psychology, Vol. 90, No. 1, 84-93 Azwar, Saifuddin. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bandura, A. (1994). Self-efficacy. Diambil 07 Februari 2010
www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.html Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: a social cognitive
theory. New Jersey: Prentice Hall Baron, R.A. & Byrne, D. (2006). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh, Jilid I.
Jakarta: PT. Erlangga Chaplin, J.P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada Crain, W. (2007). Teori perkembangan konsep dan aplikasi edisi ketiga.
Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar Echols, J.M. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Friedman, H. S., & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian teori klasik dan riset
modern. Jakarta: Penerbit Erlangga Gallant, T. B. & Drinan, P. (2006). Organizational theory and student sheating: Explanation, Responses, and Strategies. Journal of higher education, Vol. 77, No.5 Henslin, j. M. (2006). Sosiologi jilid I dengan pendekatan membumi edisi keenam. Jakarta: PT. Erlangga
http://translate.google.co.id http://en.wikipedia.org/wiki/Conformity. Diambil tangggal 10 November 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Goal-oriented. Diambil tanggal 23 Februari 2011 Indarto, y. & Masrun. (2007). Hubungan antara orientasi penguasaan dan orientasi performasi dalam intensi menyontek. Skripsi. Fakultas Psikologi Pascasarjana Universitas Gajah Mada Khrisnaresa. (2009). Konformitas sosial. Diambil tangggal 07 Oktober 2010 dari www.ruangpsikologi.com Luthfi, I., Saloom. G., & Yasun, H. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta Maradina, Clara. (2008). Hubungan antara self-efficacy dalam menghadapi ujian dengan kecendrungan menyontek pada mahasiswa akhir. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya McCabe, D. L., Trevino, L. K. & Butterfield, K. D. (2001). Cheating in academic institutions: A decade of research. Ethic & behavior, 11(3), 219–232 Murdock, T.B. & Anderman, E. M. (2006). Motivational perspectives on student cheating: toward and integrated model of academic dishonesty. Educational psychologist, 41(3), 129–145 Nadhirah, Y.F. (2008). Hubungan antara konsep diri dan konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek. Diambil tanggal 10 November 2010 dari http://dinifirda.blogspot.com/2008/09/artikel.html Pincus, H. S. & Schmelkin, L. P. (2003). Faculty perceptions of academic dishonesty: A multidimensional scaling analysis. Journal of higher education - Volume 74, Number 2, pp. 196-209 Pintrich, P.R. & Schunk, D.H. (1996). Motivation in education: theory, research and applications. New Jersey: Prentice Hall. Rahardiani, N.M., Indrawati, E.S., & Sawitri, D.R. (2010). The relation between
adversity intelligence and intention of cheating in mathematics lessons at student of SMP Negeri 2 and SMP PGRI 13 in Kandal Regency. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang
Riadi, D. Jujur dalam menyontek.. Diambil tangggal 07 Oktober 2010 dari http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/06/17/149879/Juju r-dalam-Menyontek
Santrock, J.W. (2002). Life-span development (perkembangan masa hidup) edisi kelima. (ter. Damanik, J., & Chusairi, A). Jakarta: PT. Erlangga
Santrock, J.W. (2003). Adolescence (perkembangan remaja). (ter. Adelar, S. B.,
& Saragih, S). Jakarta: PT. Erlangga. Santrock, J.W. (2008). Psikologi pendidikan edisi kedua. (ter. Wibowo, B. S).
Jakarta: Kencana Prenada Media group Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: PT. Salemba
Humanika. Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L.A. (1985). Psikologi sosial jilid dua. Jakarta: PT. Erlangga Setyani, U. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan intensi menyontek pada siswa SMANegeri 2 Semarang. Skripsi. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Diponegor, Semarang Setya, R.A. (2005). Sumbangan orientasi tujuan siswa dan struktur tujuan kelas pada perilaku menyontek siswa SMP dalam pelajaran Matematika. Tesis. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Scholz, U., Dona, G. B., Sud, S., & Schwarzer, R. (2002). European journal of Psychological Assessment, Vol. 18, Issue 3, pp. 242–251 Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Cv. Alfabeta Suharto,. & Iryanto, T. (1995). Kamus bahasa indonesia terbaru. Surabaya: PT.
Indah Surabaya (Anggota IKAPI) Sulistyo, J. S. (2010). 6 hari jago SPSS 17. Yogyakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer. Silvano, dkk. (2008). “Budaya menyontek”. Diambil tanggal 23 Februari 2011 dari www.slideshare.net Suprayogi, M. N. (2007). Tazkiya jurnal of Psychology. Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Wade, Carole. (2007). Psikologi. Edisi ke_9. Jilid 1. Jakarta: PT. Erlangga.
LAMPIRAN 3 Skala Try Out
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Assalamualaikum… Wr. Wb. Dalam rangka merampungkan studi S1, saya diharuskan untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk dapat bekerja sama mengisi data dan soal di bawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang teman-teman berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini. Salam Kenal, Hasnatul Alawiyah ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Nama : Kelas : Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan (lingkari alah satu) -------------------------------------------------------------------------------------------------------
PETUNJUK PENGISIAN 1 Baca dan pahami setiap pernyataan dibawah ini, kemudian beri tanda centang (üüüü) di masing-masing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan TP J S SL
1 Saya malas mengerjakan PR üüüü Keterangan: TP : Tidak Pernah S : Sering J : Jarang SL : Selalu Apabila anda memberikan tanda (üüüü) pada kolom TP, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Pernah, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
Skala perilaku menyontek (cheating) No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya lebih sering dicontek oleh teman dari pada
menyontek kepada teman
2. Saya membiarkan teman menyalin jawaban saya jika ia meminta
3. Menyontek merupakan hal yang biasa buat saya 4. Saya punya cara untuk menyontek ketika ulangan 5. Saya pura-pura berfikir agar tidak ketahuan
menyontek
6. Saya lebih baik menebak-nebak jawaban dari pada menyontek
7. Saya lebih baik menebak-nebak jawaban dari pada menyontek
8. Saya tidak akan menyontek meskipun ada peluang 9. Saya mengandalkan jawaban dari teman 10. Saya membuat contekan di meja tempat saya ulangan 11. Saya membuat catatan dalam bentuk kertas kecil
ketika ulangan
12. Saya bertukar jawaban dengan menggunakan HP 13. Saya membawa buku catatan ketika sedang ulangan 14. Saya berpura-pura izin ke kamar mandi untuk melihat
catatan
15. Saya meminjam PR teman untuk saya contek 16. Saya menyalin hasil karya orang lain dan
menjadikannya sebagai hasil karya saya sendiri
17 Saya menyalin hasil karya orang lain dan menjadikannya sebagai hasil karya saya sendiri
18. Saya menyuruh seseorang untuk mengerjakan tugas sekolah saya
19. Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri dari pada menyuruh orang lain
20. Saya tidak menyontek walaupun tidak ada guru yang mengawas
21. Kadang-kadang saya menyalin jawaban teman tanpa sepengetahuan teman yang saya contek
22. Saya tidak menyontek meskipun pengawasan longgar 23. Ketika guru pengawas lengah saya
mempergunakannya untuk menyontek
24. Di sekolah saya, menyontek merupakanhal yang wajar terjadi ketika ulangan
25. Saya pernah ketahuan menyontek tapi dibiarkan oleh guru
PETUNJUK PENGISIAN 2 Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian beri tanda centang (üüüü) di masing-masing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya malas mengerjakan PR üüüü Keterangan: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Apabila anda memberikan tanda (üüüü) pada kolom TS, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Setuju, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
Skala Self-efficacy
No Pernyataan SS S TS STS 1. Kalau saya berusaha, saya yakin bisa memecahkan soal-
soal yang sulit
2. Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya akan mencari cara atau jalan keluar untuk meneruskannya
3. Saya tidak mempunyai kesulitan untuk melaksanakan niat dan tujuan saya
4. Dalam situasi apapun saya tahu bagaimana saya harus bertingkah laku
5. Berkat akal saya, saya dapat menangani situasi yang tidak terduga
6. Saya dapat mengatasi masalah yang saya hadapi 7. Dengan kemampuan yang saya miliki, saya dapat
menghadapi kesulitan dengan tenang
8. Ketika saya menghadapi kesulitan, saya mempunyai banyak solusi untuk mengatasinya
9. Jika dalam keadaan yang sulit, saya dapat memikirkan solusi yang baik dalam menghadapi kesulitan tersebut
10. Apapun yang terjadi, saya akan siap menghadapinya
Skala Konformitas No Pernyataan SS S TS STS 1. Kadang –kadang saya memberikan jawaban saya kepada
teman karena takut dijauhi oleh teman
2 Saya membiarkan teman saya menyontek karena saya takut dibilang pelit
3. Saya terpaksa menyontek karena takut dikucilkan teman jika nilai saya jelek
4. Walaupun menyontek bertentangan dengan hati nurani saya tapi saya tidak enak kalau menolak untuk bekerja sama dengan teman
5 Saya tidak takut dikucilkan oleh teman-teman karena tidak ketahuan menyontek
6 Saya tidak mau memberikan contekan kepada teman meskipun saya diancam
7. Saya akan melakukan apapun yang dilakukan teman karena saya takut tidak ditemani
8. Saya terpaksa menyontek karena takut dibilang bodoh oleh teman-teman kalau saya tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan
9. Apapun yang dikatakan teman terhadap saya, itu bukan alasan saya untuk memberikan contekan
10. Saya menyontek karena melihat teman-teman menyontek 11. Saya akan melakukan apapun yang teman-teman saya
lakukan, karena itu adalah bukti kekompakan dalam persahabatan
12. Saya percaya pada jawaban teman saya, karena dia lebih pintar dari saya
13. Saya belajar cara menyontek dari teman-teman 14. Saya dan teman saya sudah sepakat untuk saling memberi
jawaban ketika ulangan
15. Di kelas saya, kami kompak saling bertukar jawaban ketika sedang ulangan
16. Saya mengikuti jawaban teman karena yakin jawabannya benar
17 Saya berusaha mengikuti kata hati saya ketika bertindak, agar tidak terbawa pengaruh negatif teman-teman
18. Walaupun teman-teman saya menyontek, saya tidak akan menyontek
19. Menurut saya, memberikan jawaban ketika ulangan kepada teman bukan bukti solidaritas dalam persahabatan
20. Saya malas untuk menyontek kepada teman, karena jawaban mereka juga belum tentu benar
Skala Goal orientation No Pernyataan SS S TS STS 1. Alasan saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
sekolah karena saya ingin menguasai materi yang diberikan
2. Saya menguasai materi yang diujikan 3. Bagi saya, tugas yang membutuhkan pemikiran yang
mendalam merupakan hal yang menantang
4. Buat saya prestasi yang saya dapat dari menyontek adalah sia-sia
5. Saya tetap merasa berhasil bila saya menjawab ulangan dengan hasil saya sendiri meski hasilnya biasa-biasa saja
6. Menurut saya kepintaran seseorang tidak hanya dilihat dari nilai yang ia dapat ketika ujian
7. Saya tertantang dengan soal-soal yang sulit 8. Saya merasa terbebani dengan tugas-tugas yang
diberikan sekolah
9. Saya sangat menyukai tugas-tugas yang mudah dari pada tugas yang sulit, karena dengan begitu saya mudah mendapatkan nilai yang tinggi
10. Ketika saya tidak memahami suatu soal, maka saya memilih untuk menyontek
11. Banyak mata pelajaran di sekolah ini yang tidak saya sukai
12. Saya ingin mengerjakan PR dan ulangan lebih baik dari siswa-siswa yang lain
13. Saya paling merasa berhasil ketika saya dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan kemampuan saya sendiri
14 Saya tidak suka menyontek, karena itu sama saja membohongi diri sendiri dalam mengukur kemampuan yang saya miliki
15 Semakin sulit tugas yang diberikan, saya akan semakin meningkatkan usaha yang saya lakukan
16 Saya akan belajar sebaik mungkin untuk hasil yang lebih baik
17. Saya cukup puas dengan nilai-nilai saya karena saya mendapatkannya dengan kerja keras
18. Ketika mendapat tugas yang sulit dari sekolah, saya lebih memilih menyontek dari pada berusaha keras mengerjakan tugas
19. Dengan nilai yang tinggi saya dikenal sebagai murid yang cerdas
20. Saya terpaksa menyontek untuk mendapatkan pujian dari guru dengan nilai yang tinggi
21. Alasan saya bertanya ketika pelajaran berlangsung adalah agar guru saya menilai saya sebagai siswa yang aktif dan pintar
22. Saya ingin menunjukkan kepada guru kalau saya lebih pintar dari siswa lain
23. Bagi saya, merupakan hal yang penting jika teman-teman di kelas saya menilai saya pintar dengan hasil yang saya capai
24. Saya menyontek karena orang tua saya mengharapkan saya mendapatkan nilai yang bagus
25. Saya bangga dengan hasil yang saya dapat meskipun dengan cara menyontek
26. Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang bagus
27. Saya lebih suka mendapat prestasi baik, meski tidak sungguh-sungguh belajar dengan baik
28. Apapun saya lakukan agar mendapat nilai yang baik 29. Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai
yang tinggi di kelas
30. Saya akan kecewa pada diri saya apabila saya tidak menjadi yang terbaik
“Mohon periksa kembali lembar kuisioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat”
LAMPIRAN 12 Skala Field Study
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Assalamualaikum… Wr. Wb. Dalam rangka merampungkan studi S1, saya diharuskan untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk dapat bekerja sama mengisi data dan soal di bawah ini. Semua keterangan dan jawaban yang teman-teman berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini. Salam Kenal, Hasnatul Alawiyah ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Nama : Kelas : Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan (lingkari alah satu) ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PETUNJUK PENGISIAN 1 Baca dan pahami setiap pernyataan dibawah ini, kemudian beri tanda centang (üüüü) di masing-masing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan TP J S SL
1 Saya malas mengerjakan PR üüüü Keterangan: TP : Tidak Pernah S : Sering J : Jarang SL : Selalu Apabila anda memberikan tanda (üüüü) pada kolom TP, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Pernah, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
Skala perilaku menyontek (cheating)
No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya pernah ketahuan menyontek tapi dibiarkan oleh
guru
2. Saya membiarkan teman menyalin jawaban saya jika ia meminta
3. Menyontek merupakan hal yang biasa buat saya 4. Saya punya cara untuk menyontek ketika ulangan 5. Saya pura-pura berfikir agar tidak ketahuan
menyontek
6. Di sekolah saya, menyontek merupakan hal yang wajar terjadi ketika ulangan
7. Ketika guru pengawas lengah saya mempergunakannya untuk menyontek
8. Kadang-kadang saya menyalin jawaban teman tanpa sepengetahuan teman yang saya contek
9. Saya mengandalkan jawaban dari teman 10. Saya membuat contekan di meja tempat saya ulangan 11. Saya membuat catatan dalam bentuk kertas kecil
ketika ulangan
12. Saya bertukar jawaban dengan menggunakan HP 13. Saya membawa buku catatan ketika sedang ulangan 14. Saya berpura-pura izin ke kamar mandi untuk melihat
catatan
15. Saya meminjam PR teman untuk saya contek 16. Saya menyalin hasil karya orang lain dan
menjadikannya sebagai hasil karya saya sendiri
17 Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri dari pada menyuruh orang lain
18. Saya menyuruh seseorang untuk mengerjakan tugas sekolah saya
PETUNJUK PENGISIAN 2
Baca dan pahami setiap pernyataan tersebut, kemudian beri tanda centang (üüüü) di masing-masing pernyataan yang sesuai dengan diri teman-teman. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda sendiri karena tidak ada jawaban yang dianggap salah. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali, agar tidak ada pernyataan yang terlewat. Contoh Pengisian: No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya malas mengerjakan PR üüüü Keterangan: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju Apabila anda memberikan tanda (üüüü) pada kolom TS, maka berarti pernyataan Saya malas mengerjakan PR, Tidak Setuju, yang artinya tidak sesuai dengan diri anda.
Skala self-efficacy
No Pernyataan SS S TS STS 1. Kalau saya berusaha, saya yakin bisa memecahkan soal-
soal yang sulit
2. Jika dalam keadaan yang sulit, saya dapat memikirkan solusi yang baik dalam menghadapi kesulitan tersebut
3. Ketika saya menghadapi kesulitan, saya mempunyai banyak solusi untuk mengatasinya
4. Dalam situasi apapun saya tahu bagaimana saya harus bertingkah laku
5. Berkat akal saya, saya dapat menangani situasi yang tidak terduga
6. Apapun yang terjadi, saya akan siap menghadapinya
Skala konformitas
No Pernyataan SS S TS STS 1. Kadang –kadang saya memberikan jawaban saya kepada
teman karena takut dijauhi oleh teman
2 Saya malas untuk menyontek kepada teman, karena jawaban mereka juga belum tentu benar
3. Saya terpaksa menyontek karena takut dikucilkan teman jika nilai saya jelek
4. Walaupun menyontek bertentangan dengan hati nurani saya tapi saya tidak enak kalau menolak untuk bekerja sama dengan teman
5 Walaupun teman-teman saya menyontek, saya tidak akan menyontek
6 Saya berusaha mengikuti kata hati saya ketika bertindak, agar tidak terbawa pengaruh negatif teman-teman
7. Saya akan melakukan apapun yang dilakukan teman karena saya takut tidak ditemani
8. Saya terpaksa menyontek karena takut dibilang bodoh oleh teman-teman kalau saya tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan
9. Saya mengikuti jawaban teman karena yakin jawabannya benar
10. Saya menyontek karena melihat teman-teman menyontek 11. Saya dan teman saya sudah sepakat untuk saling memberi
jawaban ketika ulangan
12. Saya percaya pada jawaban teman saya, karena dia lebih pintar dari saya
13. Saya belajar cara menyontek dari teman-teman
Skala goal orientation
No Pernyataan SS S TS STS 1. Buat saya prestasi yang saya dapat dari menyontek adalah
sia-sia
2. Menurut saya kepintaran seseorang tidak hanya dilihat dari nilai yang ia dapat ketika ujian
3. Saya paling merasa berhasil ketika saya dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan kemampuan saya sendiri
4. Saya tidak suka menyontek, karena itu sama saja membohongi diri sendiri dalam mengukur kemampuan yang saya miliki
5. Saya akan belajar sebaik mungkin untuk hasil yang lebih baik
6. Saya cukup puas dengan nilai-nilai saya karena saya mendapatkannya dengan kerja keras
7. Saya ingin menunjukkan kepada guru kalau saya lebih pintar dari siswa lain
8. Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang bagus
9. Alasan saya mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah karena saya ingin menguasai materi yang diberikan
10. Saya menguasai materi yang diujikan 11. Bagi saya, tugas yang membutuhkan pemikiran yang
mendalam merupakan hal yang menantang
12. Saya tetap merasa berhasil bila saya menjawab ulangan dengan hasil saya sendiri meski hasilnya biasa-biasa saja
13. Saya tertantang dengan soal-soal yang sulit 14 Saya merasa terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan
sekolah
15 Ketika saya tidak memahami suatu soal, maka saya memilih untuk menyontek
16 Banyak mata pelajaran di sekolah ini yang tidak saya sukai
17. Saya ingin mengerjakan PR dan ulangan lebih baik dari siswa-siswa yang lain
18. Semakin sulit tugas yang diberikan, saya akan semakin meningkatkan usaha yang saya lakukan
19. Dengan nilai yang tinggi saya dikenal sebagai murid yang cerdas
20. Alasan saya bertanya ketika pelajaran berlangsung adalah agar guru saya menilai saya sebagai siswa yang aktif dan pintar
21. Bagi saya, merupakan hal yang penting jika teman-teman di kelas saya menilai saya pintar dengan hasil yang saya capai
22. Apapun saya lakukan agar mendapat nilai yang baik 23. Tujuan saya belajar adalah untuk mendapatkan nilai yang
tinggi di kelas
“Mohon periksa kembali lembar kuisioner ini agar tidak ada pernyataan yang terlewat”
LAMPIRAN 8
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Perilaku Menyontek (cheating)
Item-Total Statistics I Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 64.24 218.764 .232 .884 VAR00002 64.20 201.850 .632 .874 VAR00003 64.17 207.347 .727 .875 VAR00004 63.85 192.621 .867 .867 VAR00005 63.87 199.094 .754 .872 VAR00006 63.98 236.866 -.401 .898 VAR00007 64.46 242.120 -.534 .902 VAR00008 64.13 242.249 -.597 .901 VAR00009 63.93 201.129 .718 .873 VAR00010 63.67 191.202 .838 .867 VAR00011 63.72 193.763 .848 .868 VAR00012 63.72 190.874 .837 .867 VAR00013 63.96 194.887 .795 .869 VAR00014 63.65 190.943 .829 .868 VAR00015 64.07 206.951 .657 .875 VAR00016 63.70 193.639 .844 .868 VAR00017 64.50 246.256 -.577 .906 VAR00018 63.63 192.149 .822 .868 VAR00019 64.04 209.065 .459 .879 VAR00020 64.00 225.422 -.050 .890 VAR00021 63.89 195.166 .807 .869 VAR00022 64.24 235.342 -.353 .897 VAR00023 63.83 198.236 .806 .870 VAR00024 64.30 207.016 .528 .877 VAR00025 63.91 194.881 .813 .869
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.884 25
Item-Total Statistics II Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00002 47.17 278.680 .645 .967 VAR00003 47.15 285.021 .748 .967 VAR00004 46.83 266.369 .915 .964 VAR00005 46.85 274.710 .787 .966 VAR00009 46.91 277.281 .747 .966 VAR00010 46.65 263.921 .902 .964 VAR00011 46.70 268.439 .878 .964 VAR00012 46.70 263.372 .905 .964 VAR00013 46.93 270.773 .800 .965 VAR00014 46.63 264.727 .866 .964 VAR00015 47.04 286.131 .623 .968 VAR00016 46.67 268.047 .881 .964 VAR00018 46.61 266.866 .843 .965 VAR00019 47.02 290.244 .389 .970 VAR00021 46.87 269.538 .852 .965 VAR00023 46.80 274.694 .811 .965 VAR00024 47.28 285.052 .534 .969 VAR00025 46.89 270.188 .832 .965
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.968 18
LAMPIRAN 9
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Self-efficacy
Item-Total Statistics I Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if Item
Deleted Corrected Item-
Total Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted VAR00001 29.0217 8.244 .390 .619 VAR00002 29.5000 8.967 .007 .679 VAR00003 29.5000 8.078 .228 .642 VAR00004 29.7174 7.763 .348 .617 VAR00005 29.9130 7.503 .449 .597 VAR00006 29.6087 8.377 .223 .640 VAR00007 29.3913 8.243 .167 .655 VAR00008 29.5435 6.965 .596 .562 VAR00009 29.7174 6.785 .455 .588 VAR00010 29.5217 7.366 .332 .621
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.649 10
Item-Total Statistics II Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if Item
Deleted Corrected Item-
Total Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 15.7174 4.963 .335 .670 VAR00004 16.4130 4.203 .465 .626 VAR00005 16.6087 4.288 .445 .633 VAR00008 16.2391 4.008 .535 .602 VAR00009 16.4130 3.714 .449 .634 VAR00010 16.2174 4.174 .316 .683
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.683 6
LAMPIRAN 10
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Konformitas
Item-Total Statistics I Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted VAR00001 40.2391 38.853 .570 .778 VAR00002 40.2391 41.653 .270 .794 VAR00003 40.2609 39.975 .421 .786 VAR00004 39.6957 38.839 .396 .788 VAR00005 39.6304 42.060 .150 .802 VAR00006 39.9348 39.929 .265 .798 VAR00007 40.1957 40.205 .343 .791 VAR00008 40.1304 38.249 .634 .774 VAR00009 40.1304 44.383 -.079 .816 VAR00010 40.1304 41.138 .387 .789 VAR00011 39.7609 41.297 .254 .795 VAR00012 39.8261 39.880 .472 .784 VAR00013 40.2391 41.342 .337 .791 VAR00014 39.9783 37.577 .671 .770 VAR00015 40.1739 42.014 .234 .796 VAR00016 39.9565 39.820 .481 .783 VAR00017 40.4783 37.988 .562 .776 VAR00018 40.4565 39.676 .427 .785 VAR00019 40.1304 41.449 .236 .797 VAR00020 40.5435 39.498 .390 .788
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.798 20
Item-Total Statistics II
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 24.7174 24.029 .596 .806 VAR00003 24.7391 24.642 .484 .814 VAR00004 24.1739 23.525 .466 .817 VAR00007 24.6739 25.291 .333 .826 VAR00008 24.6087 23.443 .679 .800 VAR00010 24.6087 26.110 .368 .822 VAR00012 24.3043 24.928 .484 .815 VAR00013 24.7174 25.852 .392 .821 VAR00014 24.4565 22.920 .713 .796 VAR00016 24.4348 25.096 .457 .816 VAR00017 24.9565 23.731 .527 .811 VAR00018 24.9348 25.173 .375 .822 VAR00020 25.0217 25.311 .304 .829
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.827 13
LAMPIRAN 11
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Try Out Goal Orientation
Item-Total Statistics I Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted VAR00001 86.3043 31.372 .216 .556 VAR00002 86.5652 31.318 .237 .554 VAR00003 86.7609 29.875 .364 .537 VAR00004 86.5870 30.070 .284 .544 VAR00005 86.1304 32.116 .149 .563 VAR00006 86.4130 30.248 .441 .536 VAR00007 87.2391 30.186 .328 .541 VAR00008 87.0870 32.526 .006 .580 VAR00009 87.5652 33.851 -.145 .601 VAR00010 87.1087 31.610 .134 .564 VAR00011 87.0870 32.170 .055 .573 VAR00012 86.4130 32.426 .048 .572 VAR00013 86.5217 30.255 .299 .544 VAR00014 86.4348 30.651 .290 .547 VAR00015 86.3043 31.772 .155 .562 VAR00016 86.2609 28.953 .500 .520 VAR00017 86.2391 29.964 .383 .536 VAR00018 86.8696 33.716 -.131 .597 VAR00019 86.5652 30.607 .261 .549 VAR00020 87.7174 33.496 -.104 .589 VAR00021 87.1739 30.325 .211 .554 VAR00022 86.6087 30.288 .337 .541 VAR00023 86.6304 30.283 .372 .539 VAR00024 87.7826 33.418 -.092 .585 VAR00025 87.7826 33.018 -.048 .585 VAR00026 86.2391 29.608 .345 .536 VAR00027 87.0652 32.818 -.023 .582 VAR00028 86.6739 29.380 .285 .542 VAR00029 86.3913 30.288 .263 .547 VAR00030 87.8043 36.161 -.355 .632
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.570 30
Item-Total Statistics I Scale Mean if Item
Deleted Scale Variance if
Item Deleted Corrected Item-Total
Correlation Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 70.2609 34.197 .363 .720 VAR00002 70.5217 35.144 .234 .728 VAR00003 70.7174 33.452 .383 .718 VAR00004 70.5435 32.743 .408 .715 VAR00005 70.0870 35.637 .207 .730 VAR00006 70.3696 33.927 .450 .716 VAR00007 71.1957 34.161 .298 .724 VAR00008 71.0435 35.465 .112 .739 VAR00010 71.0652 35.485 .128 .736 VAR00011 71.0435 35.376 .133 .736 VAR00012 70.3696 36.016 .087 .738 VAR00013 70.4783 33.455 .367 .719 VAR00014 70.3913 34.155 .326 .722 VAR00015 70.2609 35.219 .211 .730 VAR00016 70.2174 32.529 .512 .708 VAR00017 70.1957 33.316 .434 .714 VAR00019 70.5217 34.566 .237 .728 VAR00021 71.1304 35.316 .090 .743 VAR00022 70.5652 33.940 .350 .720 VAR00023 70.5870 34.737 .269 .726 VAR00026 70.1957 32.694 .419 .714 VAR00028 70.6304 34.149 .184 .736 VAR00029 70.3478 32.987 .385 .717
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.734 23
LAMPIRAN 25
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Perilaku Menyontek (cheating)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 26.2133 29.981 .424 .783 VAR00002 25.8733 28.407 .496 .776 VAR00003 26.1067 27.626 .628 .767 VAR00004 26.2467 27.986 .559 .772 VAR00005 26.2000 27.933 .627 .768 VAR00006 25.9867 28.792 .391 .785 VAR00007 26.1067 28.458 .512 .775 VAR00008 26.3067 28.550 .542 .774 VAR00009 26.1800 29.383 .505 .778 VAR00010 26.5200 30.734 .348 .787 VAR00011 26.4733 31.365 .189 .796 VAR00012 26.5600 31.389 .243 .792 VAR00013 26.3000 29.446 .455 .780 VAR00014 26.6267 31.752 .185 .795 VAR00015 25.9400 29.090 .468 .779 VAR00016 26.4333 32.059 .114 .799 VAR00017 25.6667 31.445 .026 .825 VAR00018 26.5200 31.258 .209 .795
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.795 18
LAMPIRAN 26
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Self-efficacy
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 16.0933 4.622 .291 .597 VAR00002 16.4267 4.031 .398 .555 VAR00003 16.6333 4.247 .376 .566 VAR00004 16.5333 4.143 .295 .600 VAR00005 16.5267 4.264 .325 .585 VAR00006 16.2867 3.776 .428 .541
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.619 6
LAMPIRAN 27
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Konformitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 33.7400 16.932 .117 .768 VAR00002 33.7467 15.237 .472 .717 VAR00003 33.5600 15.402 .465 .718 VAR00004 33.6867 14.874 .457 .718 VAR00005 33.4733 15.419 .531 .712 VAR00006 33.5733 15.052 .508 .712 VAR00007 33.8267 15.943 .312 .739 VAR00008 33.4333 15.724 .458 .720 VAR00009 33.5733 16.260 .363 .732 VAR00010 33.8667 15.673 .359 .732 VAR00011 33.5867 15.466 .375 .730
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .746 11
LAMPIRAN 28
Output Uji Validitas dan Reliabilitas Field Study Goal Orientation
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 23.7133 32.005 .452 .815 VAR00002 24.0667 34.452 .298 .824 VAR00003 23.7667 31.885 .559 .807 VAR00004 23.3467 31.892 .493 .811 VAR00005 23.9667 34.046 .272 .828 VAR00006 24.0667 34.855 .190 .833 VAR00007 23.7933 31.950 .516 .810 VAR00008 23.8733 31.252 .598 .804 VAR00009 23.7333 31.405 .562 .806 VAR00010 23.6667 31.969 .592 .805 VAR00011 23.7000 31.339 .536 .808 VAR00012 23.5400 31.485 .499 .811 VAR00013 23.8867 31.376 .520 .809
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.825 13
LAMPIRAN 29
T-Test Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas
One-Sample Statistics
N Mean
Std.
Deviation Std. Error Mean
Laki 77 28,84 6,235 0,710
Perempuan 73 26,66 4,970 0,582
Satu 44 24,09 4,147 0,625
Dua 53 28,68 5,857 0,804
Tiga 53 29,94 5,369 0,737
LAMPIRAN 30
Z score Konformitas dan Goal Orientation
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kon. acceptance 150 8 25 15.45 3.845
Kon. compliance 150 5 20 10.31 2.951
Mastery orientation 150 16 32 26.83 3.312
Performance orientation 150 5 12 10.17 1.540
Responden Jenis Kelamin Tingkatan Kelas Cheating Self-efficacy Kon. acceptance =Kon. compliance Mastery orientation Performance orientation1 1 1 28 21 -0.89806 0.23492 0.956 0.53672 1 1 28 18 0.40222 -0.10391 -0.85537 -0.112533 1 1 28 18 0.14216 -0.10391 -0.85537 -0.112534 0 1 24 21 -0.63801 -0.10391 -0.85537 -0.112535 0 1 23 21 -0.63801 -0.10391 0.05032 1.185946 0 1 23 15 -1.41818 -0.44273 0.956 0.53677 0 1 30 18 0.14216 0.91256 -0.55347 -0.112538 1 1 27 19 0.14216 -0.10391 -0.85537 -0.112539 0 1 26 19 0.92234 1.25139 0.956 0.536710 0 1 22 20 -0.11789 -0.10391 -0.55347 0.536711 0 1 24 21 0.66228 -0.10391 -0.55347 0.536712 1 1 23 20 -0.37795 -0.44273 0.956 1.1859413 0 1 27 18 1.70251 0.57374 -1.76106 -0.1125314 0 1 26 18 0.66228 0.57374 -0.85537 -0.7617715 1 1 27 9 0.66228 -0.44273 -0.85537 1.1859416 0 1 29 21 -0.37795 0.57374 0.35221 0.536717 1 1 34 14 2.48268 0.23492 -2.36485 -2.7094818 0 1 18 21 -0.11789 -0.78155 -0.55347 -0.7617719 0 1 22 19 -0.37795 -0.44273 -0.55347 -0.1125320 1 1 21 22 -1.15812 -0.44273 0.35221 1.1859421 0 1 18 23 -0.89806 -0.10391 -0.25158 0.536722 0 1 21 20 -1.15812 -1.4592 1.2579 1.1859423 0 1 21 21 -0.37795 0.57374 0.05032 -0.7617724 0 1 29 20 0.92234 2.60668 0.35221 -1.4110125 0 1 20 18 0.14216 0.23492 0.956 1.1859426 1 1 20 20 0.40222 0.23492 0.35221 -0.1125327 1 1 20 22 -0.37795 -0.44273 0.35221 -0.1125328 1 1 22 21 -1.15812 -0.44273 1.55979 1.1859429 1 1 20 21 -1.15812 -1.4592 0.956 0.536730 1 1 27 19 -0.63801 -1.12038 -0.25158 -0.1125331 1 1 27 21 0.66228 -0.78155 -1.15727 1.1859432 1 1 24 21 -0.63801 -0.10391 -0.25158 1.1859433 1 1 18 24 -1.93829 -1.79802 1.55979 1.1859434 1 1 18 24 -1.93829 -1.79802 1.55979 1.1859435 0 1 20 20 0.40222 -0.44273 -1.15727 -0.1125336 0 1 34 19 1.96256 -0.10391 -0.25158 1.1859437 0 1 25 21 -0.37795 -1.79802 1.55979 0.536738 1 1 20 19 -1.41818 -0.44273 1.2579 1.1859439 1 1 18 21 -0.89806 -1.12038 0.956 0.536740 1 1 24 23 -0.89806 -0.78155 -0.85537 1.1859441 1 1 28 19 0.14216 -1.12038 0.05032 -0.1125342 0 1 25 19 -0.89806 1.25139 0.35221 0.536743 0 1 23 21 -0.63801 0.57374 -0.25158 -0.1125344 0 1 28 21 -0.89806 -1.79802 -0.25158 -0.1125345 0 2 32 17 0.40222 -0.44273 0.05032 -0.1125346 0 2 29 20 1.70251 1.25139 -0.85537 0.536747 0 2 22 24 1.96256 3.28433 0.35221 1.1859448 0 2 31 21 2.48268 0.91256 -0.85537 -1.4110149 0 2 24 20 1.44245 2.60668 0.35221 -0.1125350 0 2 30 19 1.44245 1.25139 0.35221 -0.1125351 0 2 29 19 1.44245 2.26786 0.35221 -0.1125352 0 2 20 20 -0.11789 1.59021 0.65411 0.536753 0 2 29 18 -0.11789 0.23492 -0.55347 -0.1125354 0 2 29 18 -0.11789 0.91256 -0.25158 -0.1125355 0 2 35 21 0.92234 0.57374 -1.45916 -2.0602456 0 2 26 19 -0.11789 0.57374 -1.45916 1.1859457 1 2 28 20 0.92234 1.25139 -0.25158 -0.7617758 0 2 32 21 0.66228 -0.10391 -0.85537 0.536759 0 2 34 19 0.66228 -1.12038 0.35221 0.536760 0 2 22 20 0.40222 0.23492 0.35221 1.1859461 0 2 30 21 -0.11789 -0.78155 0.35221 0.536762 0 2 34 20 0.92234 0.91256 0.05032 -1.4110163 0 2 37 21 0.66228 -1.12038 0.65411 -0.7617764 1 2 30 21 0.14216 0.57374 0.35221 1.1859465 1 2 28 22 -0.37795 -1.4592 0.65411 1.1859466 0 2 26 20 1.70251 2.26786 0.65411 0.536767 1 2 33 20 1.18239 -0.10391 -1.15727 -0.7617768 1 2 27 23 -0.11789 0.57374 0.65411 0.536769 1 2 36 20 1.44245 0.57374 -1.15727 -1.4110170 1 2 35 16 0.66228 0.23492 0.05032 -0.1125371 0 2 43 23 1.70251 -0.10391 0.65411 0.536772 0 2 38 20 -1.41818 -1.4592 -2.36485 -0.7617773 0 2 28 19 -0.89806 -0.44273 0.35221 -0.7617774 0 2 33 16 1.18239 -0.10391 0.35221 -0.76177
Lampiran 24Data Responden Hasil Penelitian
Responden Jenis Kelamin Tingkatan Kelas Cheating Self-efficacy Kon. acceptance =Kon. compliance Mastery orientation Performance orientation75 0 2 46 18 0.66228 0.91256 -1.45916 -0.7617776 1 2 25 17 0.40222 0.23492 -2.36485 -3.3587177 0 2 29 15 -0.63801 -1.12038 0.35221 0.536778 0 2 31 15 0.92234 0.23492 0.05032 -2.7094879 0 2 27 16 -0.89806 -0.44273 0.35221 -1.4110180 1 2 19 24 -1.93829 -0.78155 1.55979 0.536781 1 2 28 20 -0.11789 -0.10391 0.65411 1.1859482 1 2 33 16 1.96256 1.25139 -2.06295 -2.0602483 1 2 24 21 -1.15812 0.57374 0.956 1.1859484 1 2 27 15 1.18239 0.57374 -2.66674 -1.4110185 1 2 33 23 -0.89806 -1.12038 0.65411 1.1859486 1 2 24 20 -1.15812 -0.78155 0.956 0.536787 1 2 20 22 -1.41818 -1.4592 0.65411 -0.1125388 1 2 30 21 -0.37795 0.23492 0.956 0.536789 1 2 21 21 -0.89806 -0.44273 0.35221 -0.1125390 1 2 25 14 0.40222 1.25139 0.35221 -1.4110191 1 2 20 23 -1.15812 -0.78155 1.55979 1.1859492 1 2 25 22 -1.67824 -1.4592 1.55979 -0.1125393 1 2 18 24 -1.67824 -1.12038 0.956 0.536794 1 2 19 24 -1.67824 -1.79802 1.55979 -1.4110195 1 2 26 21 -0.89806 -1.12038 1.2579 -0.7617796 1 2 30 19 -1.15812 -0.78155 -0.25158 0.536797 1 2 30 18 -1.15812 -1.12038 -0.55347 -0.7617798 1 3 31 17 0.66228 0.57374 -1.15727 -0.7617799 1 3 27 13 1.44245 0.23492 -1.15727 -2.06024100 1 3 34 17 0.92234 -0.78155 -0.55347 0.5367101 1 3 26 21 0.14216 -0.44273 -0.55347 -0.11253102 1 3 30 18 -0.11789 0.23492 0.05032 -0.11253103 1 3 26 20 0.14216 -0.78155 0.05032 -0.76177104 1 3 35 19 -0.11789 -0.44273 -0.85537 1.18594105 1 3 33 19 -0.37795 -0.44273 -1.15727 1.18594106 1 3 33 19 0.14216 0.91256 0.65411 1.18594107 0 3 27 21 0.14216 1.25139 0.65411 -0.11253108 0 3 27 20 0.14216 0.91256 -3.27053 -2.70948109 0 3 25 19 -0.89806 0.91256 -1.45916 0.5367110 0 3 26 20 -0.11789 0.23492 -1.76106 -1.41101111 0 3 34 21 -1.15812 -0.44273 -0.25158 -0.11253112 0 3 27 20 0.66228 1.25139 -2.36485 -0.11253113 0 3 32 19 1.70251 0.91256 0.956 -0.11253114 1 3 26 20 0.14216 -0.44273 -0.85537 -0.76177115 0 3 21 19 -0.63801 0.23492 0.65411 -0.76177116 0 3 29 16 0.40222 -0.10391 -0.55347 -2.06024117 1 3 28 20 0.92234 -0.44273 0.65411 -0.76177118 0 3 29 19 1.70251 -0.10391 -0.25158 -1.41101119 0 3 43 21 0.66228 -0.44273 -0.25158 -0.11253120 0 3 43 21 2.22262 2.94551 0.956 1.18594121 1 3 24 18 -0.63801 0.23492 -0.85537 -0.76177122 0 3 24 21 -0.89806 -1.12038 0.05032 -1.41101123 0 3 30 22 1.44245 2.94551 -0.25158 0.5367124 0 3 34 21 -0.63801 -0.44273 0.956 1.18594125 0 3 24 17 0.14216 0.57374 -0.25158 -0.11253126 0 3 29 18 0.66228 -0.44273 -2.36485 -0.11253127 0 3 46 21 0.66228 -0.44273 0.65411 -0.11253128 0 3 36 21 0.14216 -0.44273 0.05032 0.5367129 0 3 38 20 1.44245 0.23492 -0.55347 0.5367130 0 3 25 22 -0.11789 -1.4592 0.65411 0.5367131 0 3 31 19 -1.41818 -0.10391 1.55979 1.18594132 0 3 31 19 -1.41818 -0.10391 1.55979 1.18594133 0 3 32 19 -1.41818 -0.10391 1.55979 1.18594134 0 3 33 21 -0.11789 -0.44273 0.35221 0.5367135 0 3 34 21 -0.11789 -0.44273 0.05032 -0.11253136 0 3 27 17 -0.11789 -0.44273 0.35221 0.5367137 1 3 27 17 0.14216 0.23492 -0.85537 -0.76177138 1 3 35 21 -0.63801 -0.10391 0.956 1.18594139 1 3 28 22 -0.11789 0.23492 0.35221 -0.11253140 1 3 29 22 -0.11789 0.23492 0.65411 -0.76177141 1 3 32 21 0.14216 0.91256 0.956 1.18594142 1 3 32 17 0.14216 -0.10391 0.35221 -0.76177143 1 3 34 19 0.92234 1.92904 -1.15727 -2.06024144 1 3 27 21 0.14216 0.57374 0.35221 -0.11253145 1 3 33 23 -0.89806 -1.12038 0.65411 1.18594146 1 3 24 20 -1.15812 -0.78155 0.956 0.5367147 1 3 20 22 -1.41818 -1.4592 0.65411 -0.11253148 1 3 30 21 -0.37795 0.23492 0.956 0.5367149 1 3 21 21 -0.89806 -0.44273 0.35221 -0.11253150 1 3 25 14 0.40222 1.25139 0.35221 -1.41101