Upload
doanhuong
View
251
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR
TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI MULIA 01
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
QOYS MUHAMMAD IQBAL AL
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR
TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI MULIA 01
JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH QOYS MUHAMMAD IQBAL AL-HALAJ
109104000016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H/2014 M
PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR
TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI MULIA 01
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
HALAJ
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj
Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 30 Maret 1991
Status Pernikahan : Belum Menikah
NIM : 109104000016
Alamat : Jl. Raya Labuan KM.13, Kp. Cisantri Rt/ Rw:
03/05, Kec. Cipeucang, Kab. Pandeglang-Banten
Telepon : 085695654269
Email : [email protected]/[email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Panguragan I [1997-1999]
2. SD Negeri Purwaraja II [1999-2000]
3. SD Negeri Panguragan I [2000-2002]
4. SD Negeri CurugBarang II [2002-2003]
5. SMP Negeri I Pandeglang [2003-2006]
6. SMA NegeriI Pandeglang [2006-2009]
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj, NIM: 109104000016 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur xviii + 120 halaman + 19 tabel + 6 gambar + 8 lampiran
ABSTRAK
Gangguan tidur merupakan satu dari syndrom geriatric yang dapat mengakibatkan kualitas tidur yang buruk. Dzikir Menjelang Tidur (DMT) memiliki kesamaan dengan meditasi dengan titik fokus konsentrasinya adalah Allah kegiatan DMT terdiri dari berwudhu, do’a, dan dzikir untuk membangkitkan respon relaksasi yang diharapkan dapat memperbaiki skor kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan control group. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan 30 responden yang terbagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama 7 hari berturut-turut. Evaluasi skor kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Perbedaan skor kualitas tidur masing-masing kelompok diuji dengan uji t berpasangan dan perbedaan kualitas tidur antara kelompok kontrol dan intervensi di uji dengan uji t tidak berpasangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir dengan kualitas tidur kelompok intervensi pada sebelum dan sesudah melakukan DMT (p=0,000; α=5%; η=0,75). Tidak terdapat perbedan rerata skor kualitas tidur yang bermakna pada kelompok kontrol (p=0,136; α=5%). Terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0,000; α=5%; η=0,357). Dari kekuatan pengaruhnya, DMT memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan kualitas tidur pada kelompok intervensi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi perawat yang berada dirumah sakit maupun dikomunitas untuk memasukkan DMT ke dalam program yang diterapkan dalam meningkatkan kualitas tidur lanjut usia. Kata kunci: lanjut usia, dzikir menjelang tidur, kualitas tidur Daftar Bacaan: 93 (1975-2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, January 2014 Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj, NIM: 109104000016 The Effect of Dhikr Prior Sleeping Toward Elderly’s Quality of Sleep in Panti Sosial Trena Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur xviii +120 pages +19 tables + 6 images + 8 attachments
ABSTRACT
Sleep disturbance is one of the geriatric syndrome that can lead to poor sleep quality. Sleeping Towards Dhikr (DMT) has in common with the focal point of concentration meditation is Allah which DMT’s activities are performed ablution, prayer, and remembrance to evoke the relaxation response which is expected to improve sleep quality. This study aimed to identify the effect of dhikr prior sleeping to quality of sleep in the elderly at Panti Sosial Trena Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
This study used a quasi-experiment design with control group. The sampling technique used random sampling with 30 respondents which were divided into 15 respondents as intervention group and 15 respondents as control group.Intervention administered for seven consecutive days. Evaluation of sleep quality scores using the Pittsburgh Sleep Quality Index questionnaire. Differences sleep quality score of each group tested by paired t test and differences in sleep quality between the control and intervention groups tested with unpaired t test.
The results of this study indicate there is a strong influence of the dhikr with the quality of the sleep intervention group before and after DMT (p=0.000; α=5%; η=0.75). There is no significant effect mean score of sleep quality in the control group (p=0.136; α=5%). There was differences in the mean scores meaningful sleep quality between the intervention group and the control group (p=0.000; α= 5%; η=0.357). The power of DMT has a strong influence on the improvement of the quality of sleep in the intervention group.
The results of this study are expected to be consideredby the nurses who work in the hospital or in the community to apply the DMT programapplied in improving sleep quality of elderly. Keywords : elderly, dhikr prior sleeping, quality of sleep Reading List : 93 (1975-2013)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur
Lanjut Usia Di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur” yang disusun dan
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk seminar proposal penelitian
sebelum melakukan penelitian. Shalawat serta salam semoga selalu tecurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, pembawa syari’ah-Nya yang
universal bagi semua makhluk dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir
zaman. Khusus untuk peneliti, Nabi Muhammad-lah sebagai inspirasi bagi
peneliti dalam menentukan judul proposal skripsi, karena setiap kata, ucap,
langkah, dan perbuatan beliau adalah teladan bagi seluruh makhluk di alam
semesta.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, banyak kesulitan dan hambatan
yang peneliti hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang
luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan
ini, peneliti ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan
yang tidak yang tidak terhingga, kepada:
1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x
2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti
yang telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada peneliti
selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Tien Gartinah, M.N. selaku pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama
membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan, pengetahuan,
dan bimbingan pada peneliti.
5. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M. Kep. selaku pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran selama
membimbing peneliti dan banyak memberikan masukan, pengetahuan,
dan bimbingan pada peneliti.
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk
pada bangku kuliah
7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan
Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-
referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
xi
8. Walikota Jakarta Timur dan pihak PSTW Budi Mulia 01 Jakarta
Timuryang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam
melakukan penelitian.
9. Walikota Jakarta Selatan dan pihak PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan
yang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan uji
validitas dan reliabilitas.
10. Seluruh civitas akademika FKIK maupun non-FKIK yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas do’a, dukungan dan
semangat yang telah diberikan kepada peneliti.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga peneliti dapat memperbaiki proposal skripsi ini. Peneliti berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya
bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Januari 2014
Qoys Muhammad Iqbal Al-Halaj
xii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Aku adalah menifestasi dari ketiadaan yang telah Engkau adakan.
Melalui engkau, wahai Nabi Muhammad saw, Allah memberikan inspirasi dalam
skripsi ini
Melaui engkau, wahai Mimi, Allah mengajarkan apa itu cinta, kasih, sayang,
rindu, keikhlasan, kekhawatiran, kepedulian dan perhatian
Melalui engkau, wahai Mamo, Allah Mengajarkan kepadaku apa itu arti hidup,
ketegaran, kesabaran, kebenaran, tanggungjawab dan hakikat dari kehidupan
Yaa Rabb, jadikan segala apa yang telah Engkau Ajarkan melalui wali hamba
mengalir kedalam darah hamba, meresap keseluruh tubuh hamba dan
tertaman dan mencengkeram kuat pada hati hamba
Ya Rabb, golongkan kedua waliku ke dalam hamba-hamba-Mu yang pada
akhirat nanti mampu melihat Wajah-Mu dengan penuh kebahagian dan
kegembiraan
Tiada kebahagian yang paling indah bagi hamba selain dapat melihat Wajah-
Mu dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan di akhirat nanti karena aku
adalah bentuk ketiadaan yang telah Engkau adakan
Alhamdulillahirabbil’alamiin
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................................. xii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................ 7 C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 8 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9 F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tidur ................................................................................................. 11 1. Pengertian .................................................................................... 11 2. Fisiologi Tidur ............................................................................. 11 3. Fungsi Tidur ................................................................................ 15 4. Kualitas Tidur .............................................................................. 16 5. Instrumen Pengukur Kualitas Tidur ........................................... 19
B. Lanjut Usia ...................................................................................... 22 1. Pengertian .................................................................................... 22 2. Perubahan pada Lanjut Usia ........................................................ 23 3. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia .............................................. 24
C. Meditasi ............................................................................................ 31 1. Pengertian ................................................................................... 31 2. Klasifikasi Meditasi ................................................................... 31 3. Respon Tubuh terhadap Meditasi............................................... 34 4. Manfaat Meditasi ....................................................................... 35 5. Meditasi dan Dzikir .................................................................... 36
xiv
D. Dzikir................................................................................................ 37 1. Pengertian ................................................................................... 37 2. Keutaman Dzikir ........................................................................ 38 3. Macam dan Bentuk Dzikir ......................................................... 41 4. Dzikir Menjelang Tidur.............................................................. 43
E. Penelitian Terkait ............................................................................ 48 F. Kerangka Teori................................................................................. 50
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ............................................................................. 51 B. Hipotesis .......................................................................................... 53 C. Definisi Operasional......................................................................... 54
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .............................................................................. 56 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 57 C. Populasi Penelitian .......................................................................... 58 D. Sampel Penelitian ............................................................................ 59 E. Instrumen Penelitian......................................................................... 62 F. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 69 G. Alur Penelitian ................................................................................ 74 H. Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 75 I. Teknik Analisis Data ....................................................................... 86 J. Etika Penelitian ................................................................................ 89
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisis Preliminari ........................................................................... 92 B. Analisis Univariat ............................................................................. 94 C. Analisis Bivariat ............................................................................... 97
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan ....................................................................................... 105 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 116
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 118 B. Saran .................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Hal 2.1 Perbandingan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index dan Sleep
Quality Scale .................................................................................. 21 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 54
4.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian ...................................................... 58 4.2 DistribusiPertanyaan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index ................................................................................................ 65 4.3 DistribusiPernyataan Kuesioner Geriatric Depression Scale ........ 67 4.4 Distribusi Pertanyaan Kuesioner Mini Mental State Examination ..................................................................................... 68 4.5 Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner PSQI ............ 71 4.6 Distribusi Hasil Uji Validitas Pernyataan Kuesioner GDS ............ 72 4.7 Pedoman Interpretasi Nilai η dan r menurut Kriteria Cohen (1988) .................................................................................. 89 5.1 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data ............................................. 93 5.2 Distribusi Usia Responden ............................................................. 94 5.3 Distribusi Jenis Kelamin Responden .............................................. 95 5.4 Distribusi Komponen Kualitas Tidur pada Responden ................... 96 5.5 Distribusi Skor Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah
Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ........ 97 5.6 Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada
Pretest dan Posttest ......................................................................... 98 5.7 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadapa Perbedaan Rerata
Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest ............................................................................................ 99
5.8 Distribusi Jumlah Responden Kelompok Intervensi yang Mengalami Perubahan Skor PSQI antara pretest dan posttest ....... 100
5.9 Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadapa Perbedaan Median Komponen Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest Dan Posttest ..................................................................................... 101
5.10 Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Posttest .............................................. 104
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Hal 2.1 Siklus Tidur Orang Dewasa Normal ............................................ 15 2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 50 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 51 4.1 Desain Penelitian .......................................................................... 56 4.2 Alur Penelitian ............................................................................. 74 5.1 Perubahan Rerata Skor Kualitas Tidur Sebelum dan
Sesudah Perlakuan pada Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ......................................................................................... 103
xvii
DAFTAR ISTILAH
ACE : Angiotensin-Converting Enzim
CAM : Complementary and Alternative Medicine
EDS : Excessive Daytime Sleepiness
EEG : Electroencephalography
GAI-SF : Geriatric Anxiety Inventory-Shot Form
GDS : Geriatric Depression Scale
MMSE : Mini Mental State Examination
Md : Median
NREM : Non-Rapid Eye Movement
OSA : Obstructive Sleep Apnea
PLMS : Periodic Limb Movements in Sleep
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
PSTW : Panti sosial Tresna Wredha
RAS : Reticular Activating System
RBD : REM-sleep Behavior Disorder
RLS : Restless Legs Syndrome
REM : Rapid Eye Movement
SD : Standar Deviasi (simpang baku/ sb)
SWS : Slow Wave Sleep
UIN : Universitas Islam Negeri
WBS : Warga Binaan Sosial
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Prosedur Dzikir Menjelang Tidur Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 Hasil Penelitian Lampiran 6 Daftar Urut Undian Responden Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian Lampiran 8 Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penduduk terbanyak ketiga se-Asia,
dengan jumlah lanjut usia pada tahun 2010 (di atas 60 tahun) sebanyak
16.713.926 orang atau 6.93% dari jumlah total seluruh penduduk Indonesia.
Jumlah usia 50-59 sebanyak 20.695.843 orang yang merupakan calon lanjut
usia dalam beberapa tahun ke depan. Kenaikan angka usia harapan hidup dari
65.6 tahun (pada tahun 1998) menjadi 71 tahun, maka jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia akan semakin meningkat (Kementerian Kesehatan RI,
2012).
Manusia dalam rentang hidupnya memiliki 8 tahap perkembangan, dan
tahap perkembangan yang terakhir adalah lanjut usia. Lanjut usia itu sendiri
merupakan periode perkembangan manusia yang dimulai pada usia 60 tahun
atau 70 tahun dan berakhir sampai kematian (Santrock, 2006). Tahap
perkembangan lanjut usia dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan
penurunan metabolisme sel-sel tubuh yang menyebabkan penurunan fungsi
tubuh dan perubahan komposisi tubuh (Stockslager & Schaeffer, 2008) serta
terjadi penurunan kekuatan dan kesehatan (Santrock, 2006). Salah satu
keluhan yang dirasakan terkait tidur adalah kesulitan untuk tidur (Potter &
Perry, 2011), sering terbangun saat tidur malam (Meiner & Annette, 2006)
dan merasa tidak segar saat terbangun dari tidur (Wold, 2008).
2
Cuellar et. al. (2007 dalam Potter& Perry, 2011) menemukan bahwa
lebih dari 50% lanjut usia (65 tahun ke atas) melaporkan memiliki gangguan
tidur. Lanjut usia memiliki kualitas tidur yang buruk, yaitu sebanyak 77.7%
dari 301 responden (Lo & Lee, 2010), karena seiring bertambahnya usia,
semakin menurun persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement) dan SWS
(Slow Wave Sleep) pada tidur lanjut usia (Ohayon et.al. 2004 dalam Crowley,
2010). Penelitian yang dilakukan oleh Khasanah dan Hidayati (2012) pada
lanjut usia di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri menemukan bahwa dari 97
subjek penelitian, 68 subjek penelitian (70.1%) memiliki kualitas tidur buruk.
Menurut usia, persentase subjek penelitian yang memiliki kualitas tidur buruk
yang berusia 60 sampai 74 tahun dan 75 sampai 89 tahun secara berturut-turut
adalah 65.3% dan 85.7%.
Tidur adalah kebutuhan dasar manusia. Menurut hirarki kebutuhan
dasar manusia Maslow (1970 dalam Potter & Perry, 2011; Kozier, et. al.
1998), tidur menempati tingkatan yang paling dasar, yaitu pada area
kebutuhan fisiologis yang menunjukkan bahwa tidur sangatlah penting bagi
manusia, seperti halnya udara, makan, minum, istirahat, aktifitas, menjaga
suhu tubuh, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Kebutuhan tidur
yang tidak dapat terpenuhi dengan baik, maka akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi dan mencapai kebutuhan dasar manusia pada tingkatan
yang selanjutnya, yaitu keamanan dan kenyamanan, cinta dan rasa memiliki,
harga diri, bahkan sampai yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri (Potter &
Perry, 2011).
3
Tidur yang buruk juga berhubungan dengan meningkatnya gejala
depresi tetapi hanya pada gejala fungsionalnya (contohnya penurunan
konsentrasi) dan bukan alam perasaannya (contohnya sedih). Masalah pada
tidur bisa berkontribusi terhadap perbedaan kemampuan antar lanjut usia,
tetapi hanya pada kemampuan fungsi kognitif area tertentu (Nebes et.al.,
2009). Kesulitan terhadap tidur akan menyebabkan rasa mengantuk di esok
harinya. Mengantuk merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan, jatuh,
penurunan stamina serta secara ekonomi mengurangi produktifitas seseorang
(Coll, 2001 dalam Rahayu, 2007), ini dikarenakan orang yang mengantuk
mengalami disorientasi terhadap lingkungan sekitar, selain itu juga orang
yang mengantuk mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi serta merasa
lelah sehingga lebih cenderung ingin beristirahat bila dibandingkan untuk
bekerja (Wold, 2008).
Gangguan pada tidur berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas
(Crowley, 2010). Gangguan tidur pada lanjut usia berhubungan dengan risiko
jatuh (Wold, 2008). Hill et.al. (2007) melaporkan bahwa dari 150 subjek
penelitian, 44% melaporkan pernah jatuh tahun lalu. Tiga puluh enam dari
yang melapor ini mengalami luka ringan karena jatuh, 20% mengalami jatuh
berulang. Menurut waktu kejadian jatuhnya, 83% jatuh pada siang hari dan
17% pada malam hari. Seseorang yang kesulitan untuk tidur, maka akan
mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan atau berpindah berpindah
(Wold, 2008) kesulitan dalam melihat, dan meminum obat (Rahayu, 2007).
Maka dari itu, sangatlah penting upaya penanganan gangguan tidur untuk
mencegah dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari gangguan tidur.
4
Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan secara famakologis dan
nonfarmakologis, tetapi terapi farmakologis memiliki efek samping yang
berbahaya, seperti dapat terjadi toleransi dosis dan jika pengobatan dihentikan
gejala dapat muncul kembali (Zion & Israel, 2009), merasa mengantuk di
pagi harinya dan jika pengobatan diberikan dalam dosis tinggi dapat
menimbulkan amnesia anterograde (Trevor & White, 2007). Trevor & Way
(2007) mengatakan bahwa pemakaian jangka panjang terapi hipnotik bersifat
irasional dan sangat membahayakan.
Penelitian terkait upaya peningkatan kualitas tidur melalui terapi
nonfarmakologis dilaporkan oleh King et. al. (2008) yang melaporkan bahwa
program latihan fisik dengan intensitas menengah selama 12 bulan pada
lanjut usia menunjukkan dampak yang positif bagi kesehatan, dalam hal tidur
dapat meningkatkan kualitas tidur. Latihan fisik ini juga mempersingkat
waktu untuk tertidur dan merasa cukup istirahat pada pagi harinya. Ziv,
Rotem, Arnon, dan Haimov (2008) mengatakan bahwa relaksasi musik lebih
efisien meningkatkan tidur bila dibandingkan dengan latihan relaksasi otot
progresif (progressive muscular relaxation). Kedua jenis relaksasi ini
dilakukan selama 40 menit. Musik yang diperdengarkan adalah lagu yang
pelan diiringi musik piano dengan musik latarnya biola dan lonceng yang
semakin pelan selama 10 menit dan diulang 4 kali.
Respon relaksasi yang efektif bisa dimunculkan melalui meditasi
(Potter & Perry, 2011). Meditasi adalah memusatkan konsentrasi pada satu
titik (Edelman & Mandle, 2010). Meditasi dapat dilakukan dengan cara
mendengarkan musik, mengucapkan kalimat sakral, latihan pernapasan dan
5
lain-lain (Potter & Perry, 2011). Latihan meditasi dapat memberikan rasa
nyaman dari nyeri kronis, insomnia, kecemasan, dan depresi serta dapat
membantu mengatasi efek terapi yang tidak nyaman (Bormann et. al., 2008;
Wachholtz & Pargament, 2008).
Terdapat suatu ibadah didalam islam yang dalam pelaksanaannya
memiliki kesamaan dengan meditasi, yaitu dzikir. Dzikir adalah semua amal
atau perbuatan baik yang lahir maupun batin, yang membawa seseorang
untuk mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya, salah satu
kegiatannya adalah mengucapkan sesuatu secara berulang-ulang dalam
kondisi dan waktu tertentu (Irham, 2011). Menurut peneliti terdapat
kesamaan antara dzikir dan meditasi, yaitu keduanya memfokuskan
konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan titik
fokus konsentrasinya adalah Allah.
Membaca kata secara berulang-ulang juga memiliki manfaat terapeutik
yang sama layaknya meditasi dan latihan relaksasi (Eliopoulos, 2005), salah
satunya meningkatkan suasana hati dan menurunkan kecemasan (Hanlon,
Blackman, Glick, 2009). Sebagaimana firman Allah swt:
تطمئن القلوب أال بذكر هللا الذین آمنوا وتطمئن قلوبھم بذكر هللا
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28).
Rasulullah saw pun menganjurkan kita agar berdzikir kepada Allah.
Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw., beliau berkata:”… Dan
barangsiapa yang berbaring, kemudian ia tidak dzikir kepada Allah maka ia
6
juga akan mendapat kerugian di hadapan Allah.” (HR. Abu Dawud). Sebagai
seorang muslim, tentunya dianjurkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah
saw, dan mengikuti segala tutur kata dan perilaku dari beliau. Sebagaimana
firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS: al-
Ahzab [33]:21).
Prinsip perawat dalam perawatan lanjut usia adalah berusaha membantu
lanjut usia dalam mencapai tingkat kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual yang optimal secara keseluruhan. Melalui perannya sebagai
pendidik, perawat memberikan informasi terkait kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas tidur pada lanjut usia, dan melalui perannya sebagai
pemberi pelayanan kesehatan, perawat mengikutsertakan lanjut usia dan
sekaligus meningkatkan kemandirian lanjut usia dalam upaya peningkatan
kualitas tidur. Sebagai innovator, perawat melakukan penelitian dan
pengembangan terkait praktik-praktik keperawatan, misalnya dalam upaya
peningkatan kualitas tidur lanjut usia (Eliopoulos, 2005).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 orang WBS (Warga
Binaan Sosial) di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur pada bulan April 2013
didapatkan sembilan WBS mengatakan merasa tidurnya tidak nyenyak dan
tujuh dari sembilan WBS tersebut tertidur di keesokan harinya. Enam dari
sepuluh WBS tersebut terbangun 2 kali/ lebih ketika tidur malam hari.
Sepengetahuan penulis, sekarang ini belum ditemukan data terkait hubungan
7
dan pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia. Maka
dari itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh dzikir menjelang tidur
terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
B. Rumusan Masalah
Jumlah lanjut usia yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia (Khasanah & Hidayanti, 2012). Kualitas
tidur yang buruk berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas (Crowley,
2010). Berbagai studi terkait kualitas tidur lanjut usia dan metode terapi
penanganan gangguan tidur pada lanjut usia baik yang farmakologis dan
nonfarmakologis telah banyak dilakukan, tetapi penanganan farmakologis
memiliki efek samping yang berbahaya (Trevor & White, 2007; Zion &
Israel, 2009). Penanganan nonfarmakologis yang dilakukan dengan
menggunakan respon relaksasi sebagai terapi penanganan gangguan tidur
Respon relaksasi yang efektif bisa dimunculkan melalui meditasi
(Potter & Perry, 2011). Terdapat suatu ibadah didalam islam yang dalam
pelaksanaannya memiliki kesamaan dengan meditasi, yaitu dzikir karena
sama-sama mengfokuskan pada satu titik (Edelman & Mandle, 2010; Irham,
2011). Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai hubungan dan pengaruh
dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia belum ditemukan.
Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh
dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia di PSTW Budi
Mulia 01 Jakarta Timur.
8
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana karakteristik responden (usia dan jenis kelamin) lanjut usia di
PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
2. Bagaimana gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif,
tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang
hari) pada responden.
3. Bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol.
4. Bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan
dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi.
5. Apakah terdapat perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta
Timur.
6. Apakah terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur
pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
7. Apakah terdapat perbedaan skor komponen kualitas tidur (kualitas tidur
subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi
di siang hari) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang
tidur pada kelompok intervensi.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas
tidur lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
9
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden (usia dan jenis kelamin)
lanjut usia di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
b. Mengidentifikasi gambaran komponen kualitas tidur (kualitas tidur
subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan
disfungsi di siang hari) pada responden di PSTW Mulia 01 Jakarta
Timur.
c. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol.
d. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
melakukan dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi.
e. Mengidentifikasi perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi pada lanjut usia di PSTW Budi
Mulia 01 Jakarta Timur.
f. Mengidentifikasi perbedaan skor komponen kualitas tidur (kualitas
tidur subjektif, tidur laten, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan
disfungsi di siang hari) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir
menjelang tidur pada kelompok intervensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat intervensi keperawatan di rumah sakit
10
ataupun di panti jompo untuk pasien lanjut usia yang memiliki kualitas
tidur yang buruk.
2. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai bahan tambahan
untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan
gerontik tentang praktik melakukan dzikir menjelang tidur dan pengaruh
dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia.
3. Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan penelitian selanjutnya mengenai dzikir atau kualitas tidur.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan gerontik, khususnya
untuk melihat variabel dzikir menjelang tidur terhadap variabel kualitas tidur
lanjut usia. Kualitas tidur memperlihatkan efektifitas tidur, bila kualitas tidur
baik maka efektifitas tidur semakin baik. Sampel penelitian adalah lanjut usia
di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Penelitian dilakukan di wilayah
PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur pada bulan November sampai Desember
2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain kuasi
eksperimen dengan two group pretest-posttest design. Intervensi dzikir
menjelang tidur dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Data yang digunakan
adalah data primer dengan menggunakan kuesioner Pittsbrugh Sleep Quality
Index (PSQI) untuk mengukur skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
intervensi (setelah 7 hari intervensi).
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur
1. Pengertian Tidur
Potter dan Perry (2011) mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan
berulang-ulang dimana terdapat perubahan status kesadaran yang terjadi
selama periode tertentu. Meiner dan Annette (2006) menambahkan bahwa
selain keadaan perubahan status kesadaran yang berulang-ulang selama
periode tertentu, tidur juga merupakan kegiatan yang alami, dimana tubuh
dan pikiran mengalami istirahat secara fisiologis. Memperjelas pendapat
Meiner dan Annette, Kozier et.al. (1998) menyatakan bahwa pada saat tidur,
persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan.
Menurut Mosby’s Dictionary (2006) pada saat tidur aktifitas otot skeletal
berkurang dan metabolisme tubuh melambat.
2. Fisiologi Tidur
Tidur adalah sebuah siklus dari proses yang fisiologis dan diganti
dengan periode terjaga yang lebih lama (Potter & Perry, 2011), karena tidur
adalah sebuah siklus fisiologis, tentunya ada yang mengatur siklus tidur-
bangun. Siklus tidur-bangun mengikuti irama sirkadian, yaitu irama yang
terjadi selama 24 jam (Potter & Perry, 2011; Tortora & Derrickson, 2009;
Meiner & Annette, 2006), atau siklus siang-malam tubuh (Wold, 2008).
Bagian hipotalamus, yaitu suprachiasmatic nucleus diyakini yang mengatur
irama sirkadian (Tortora & Derrickson, 2009; Neikrug & Israel, 2010; Meiner
12
& Annette, (2006); Klein et.al., (1991) dalam Crowley, 2010). Irama
sirkadian dipengaruhi oleh cahaya (Neikrug & Israel, 2010; Zeitzer, Ruby,
dan Heller, 2012), suhu, stres, dan aktivitas sosial (Potter & Perry, 2011).
Sekresi melatonin secara alami membantu irama sirkadian pada siklus tidur
bangun, yaitu membantu peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tidur
secara perlahan (Pandi-Perumal et. al., 2007 dalam Potter & Perry, 2011) dan
melatonin disekresi saat tingkat kecerahan cahaya berkurang (Wold, 2008).
Tidur dan terjaga merupakan dua proses yang sangat berbeda (Jones,
2005 dalam Potter & Perry, 2011). Kedua proses ini diatur dua mekanisme
serebral yang bergantian untuk mengaktivasi dan menekan pusat pengaturan
tidur dan terjaga (Potter & Perry, 2011). Reticular Activating System (RAS)
yang merupakan bagian reticular formation berfungsi untuk mempertahankan
keadaan terjaga (Tortora & Derrickson, 2009), sedangkan syaraf di
parasimpatis adalah pusat pengontrol dalam mempertahankan keadaan tidur
(Potter & Perry 2011), karena selama tidur aktivitas saraf parasimpatis
meningkat sedangkan aktivitas saraf simpatis menurun (Tortora &
Derrickson, 2009)
Wold (2008) mengatakan bahwa keadaan terjaga dikendalikan oleh
neurotransmiter norepinepfrin, sedangkan keadaan tidur dikendalikan oleh
neurotransmiter serotonin. Pendapat Wold diperkuat oleh Tortora dan
Derrickson (2009), bahwa norepinefrin berperan dalam proses terbangun dari
tidur dan serotonin berperan dalam poses tidur, karena melatonin yang
membantu jam biologis tubuh atau irama sirkadian pada siklus tidur
merupakan senyawa turunan dari serotonin.
13
National Sleep Foundation (2006 dalam Potter & Perry 2011)
menyatakan bahwa yang mengatur siklus tidur-bangun adalah
neurotransmiter adenosin. Tortora dan Derrickson (2009) menambahkan
bahwa adenosin akan berikatan dengan reseptor A1, dan menghambat saraf
kolinergik pada RAS mengeluarkan asetilkolin (yang dapat mengaktifkan
RAS), sehingga mendorong untuk tertidur.
Pada saat aktif, RAS akan membantu meneruskan impuls saraf ke
sebagian besar wilayah korteks serebral, baik secara langsung maupun
melalui thalamus, sehingga korteks serebral menjadi aktif. Kondisi ini yang
disebut sebagai keadaan terjaga atau sadar. Penurunan aktivitas RAS dapat
menyebabkan tidur karena tidak ada impuls yang diteruskan ke korteks
serebral. RAS menerima impuls dari retina, yaitu cahaya (melalui
suprachiasmatic nuclei); auditori, yaitu suara; nociceptor, yaitu nyeri;
sentuhan maupun tekanan dari kulit; proprioceptor & vestibular, yaitu
pergerakan dan keseimbangan tubuh, tetapi tidak menerima impuls dari saraf
olfaktori (penghidu), sehingga impuls-impuls diatas dapat mengaktivasi RAS,
dan sebaliknya bila impuls diatas berkurang maka akan menurunkan aktivitas
RAS (Tortora & Derrickson, 2009).
Saat seorang individu mencoba untuk tertidur, ia menuju ruangan yang
gelap, tenang, temperatur ruangan yang nyaman dan kemudian menutup
matanya, maka stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry 2011).
Mata yang tertutup dapat menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina,
penurunan stimulus cahaya ini akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan
pada akhirnya menstimulasi kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi
14
melatonin. Penurunan aktifitas RAS akan menurunkan aktifitas korteks
serebral ditambah dengan peningkatan kadar melatonin yang membuat
mengantuk dan pada akhirnya tertidur (Tortora & Derrickson, 2009). Individu
tersebut tidak akan terbangun sampai menyelesaikan siklus tidur yang biasa
dialaminya atau sampai ada rangsangan dari lingkungan yang akan
menstimulasi aktivitas RAS untuk aktif, sehingga nantinya akan terbangun.
(Potter & Perry 2011).
1) Tahap-Tahap Tidur
Tahap tidur normal terdiri dari 2, yaitu tidur non-rapid eye
movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Selama
NREM, seseorang yang tidur akan mengalami peningkatan empat tahap
NREM selama 90 menit dari siklus tidurnya. Dari tahap 1 sampai 4,
kualitas tidur semakin meningkat (Potter & Perry, 2011). Tidur REM
merupakan tahap tidur yang terjadi kira-kira disetiap 90 menit terakhir
dari siklus tidur dan tidak terpisah dari siklus tidur (Potter & Perry, 2011;
Montgomery & Shepard, 2010).
2) Siklus Tidur
Pola tidur yang normal yang rutin dimulai dengan presleep yaitu
perubahan dari keadaan sadar sampai menjadi mengantuk, dan lamanya
10 – 30 menit, kemudian memasuki tidur dan menyelesaikan 4 – 6 siklus
tidur (Potter & Perry, 2011; Wold, 2008). National Sleep Foundation
(2006, dalam Potter & Perry 2011) mengungkapkan bahwa setiap siklus
tidur berlangsung selama 90 – 110 menit, sedangkan Wold (2008)
mengatakan setiap siklus tidur berlangsung selama 60 – 120 menit. Pola
15
siklus tidur meningkat dari tahap 1 sampai 4 tidur NREM, kemudian
menjadi berbalik dari tahap 4 ke 3 dan ke 2 tahap NREM serta diakhiri
dengan tidur REM. Setelah itu dimulai siklus tidur yang baru (Potter &
Perry, 2011)
3. Fungsi Tidur
Tujuan tidur sampai sekarang masih belum jelas. Salah satu teori
mengatakan bahwa tidur adalah waktu untuk melakukan perbaikan dan
persiapan untuk periode terjaga selanjutnya (McCance and Huether, 2006
dalam Potter & Perry 2011). Selama waktu tidur NREM tahap 4, tubuh
mengeluarkan hormon pertumbuhan untuk perbaikan dan memperbaharui
epitel dan sel-sel khusus, misalnya sel otak (Jones, 2005; McCance and
Huether, 2006 dalam Potter & Perry 2011).
Tidur REM tampak sangat penting untuk jaringan otak dan pemulihan
kognitif (Bussye, 2005 dalam Potter & Perry 2011). Pada orang dewasa
penyimpanan ingatan lebih besar terjadi pada keadaan tidur bila dibandingkan
dalam keadaan terjaga dan sebanding dengan jumlah tidur gelombang pendek
NREM stage 1
NREM stage 2
NREM stage 3
NREM stage 4
NREM stage 2
NREM stage 3
REM sleep
Gambar 2.1. Siklus tidur orang dewasa normal (Potter & Perry: Basic Nursing 30:852, 2011)
Presleep
16
(Scullin, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Cribbet MR et. al. (2012)
menemukan bahwa kualitas tidur yang lebih baik mungkin memiliki efek
positif pada kesehatan orang dewasa akhir dengan cara mengurangi penuaan
sel.
4. Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk mempertahankan
tidurnya dan mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk tidur REM dan
tidur NREM (Kozier et. al., 1998). Kualitas tidur mencakup aspek kuantitas
tidur seperti durasi tidur, tidur laten, frekuensi terbangun, dan aspek subjektif
seperti dalam atau ketenangan tidur (Buysse et. al., 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur adalah:
1) Penyakit fisik
Banyak penyakit yang menyebabkan timbulnya rasa sakit, sulit
bernapas, mual, atau pun menyebabkan gangguan mood dan semua hal di
atas bisa menyebabkan gangguan tidur (Potter & Perry 2011). Bansil,
Elena, Robert, dan Paula (2011) menemukan bahwa dari 3587 penderita
hypertensi, didapat 7.5% mengalami gangguan tidur, 33.0% mengalami
tidur pendek, dan 52.1% mengalami kualitas tidur yang buruk. Tambahan
bahwa 6.5% yang mengalami gangguan tidur, bersamaan juga
mengalami tidur pendek dan kualitas tidur yang buruk.
2) Obat-obatan dan zat tertentu
Resep obat terhadap tidur lebih sering menyebabkan gangguan
pada tidur dibandingkan keuntungannya. Obat-obatan tersebut antara lain
17
hipnotik, diuretik, penghambat beta-adrenergik, narkotik,
benzodiazepam, antihistamin dan dekongestan (Potter & Perry 2011).
3) Gaya hidup
Menurut Institute of Medicine (2006, dalam Potter & Perry 2011),
mengatakan bahwa perubahan gaya hidup dapat menyebabkan penurunan
kuantitas dan kualitas tidur, seperti jumlah jam kerja yang bertambah,
banyak pekerjaan, menghabiskan banyak waktu untuk menonton televisi
atau menggunakan internet.
4) Pola tidur yang biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang hari
(EDS)
Mengantuk menjadi hal yang patologis bila terjadi saat individu
harus bekerja atau ingin terjaga. Orang yang mengalami kehilangan tidur
sementara karena kegiatan sosial dimalam hari atau jam kerja yang
bertambah biasanya menyebabkan mengantuk di keesokan harinya
(Potter & Perry 2011).
5) Latihan fisik dan kelelahan
Orang-orang yang mengalami kelelahan tingkat menengah
biasanya mendapatkan tidur yang nyenyak, khususnya bila kelelahannya
didapat dari latihan fisik atau menikmati pekerjaannya (Potter & Perry
2011). Wang et. al. (2012) melaporkan bahwa latihan fisik akut dapat
membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan jumlah waktu tidur, dan
mengurangi terbangun saat tidur.
18
6) Asupan makanan dan kalori
National Sleep Foundation (2002, dalam Eliopoulus 2005)
melaporkan bahwa meminum satu gelas kopi sesudah makan malam
dapat menganggu kemapuan seseorang dalam mencapai tidur yang
memuaskan, efeknya bisa mulai dirasakan 15-20 menit setelah meminum
bahkan sampai 4 jam kemudian. Ini disebabkan karena kafein yang
terkandung dalam kopi dapat berikatan dengan reseptor A1 dan
mencegah adenosin berikatan dengan reseptor A1 sehingga tidak dapat
merangsang untuk tidur (Tortora & Derrickson, 2009). Schwab et. al.
(2005, dalam Potter & Perry, 2011) mengatakan bahwa penambahan
berat badan memperbesar risiko obstructive sleep apnea karena
perbesaran jaringan lunak pada saluran napas atas.
7) Stres emosional
Masalah atau situasi yang sangat mengkhawatirkan dapat
mengganggu tidur (Potter & Perry 2011). Cemas berhubungan dengan
kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputus-putus, sedangkan
depresi berhubungan dengan terbangun lebih awal tapi bisa berhubungan
dengan hypersomnia (Wold, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Su K
et. al. (2012) melaporkan bahwa stres kerja pada guru Sekolah Menengah
Atas memiliki pengaruh negatif secara langsung terhadap kualitas tidur
mereka, sikap menejeman emosi yang negatif dan menekan emosi
memiliki peran yang sangat penting antara stres kerja dan kualitas tidur.
19
8) Lingkungan
Lingkungan tempat individu tidur memiliki pengaruh dalam
kemampuan seseorang untuk tertidur maupun mempertahankan tidurnya.
Ventilasi yang baik, temperatur yang sesuai dan pencahayaan yang redup
atau gelap diperlukan untuk tidur yang nyenyak. Selain itu ukuran,
empuk dan posisi tempat tidur juga mempengaruhi kualitas tidur. (Potter
& Perry 2011)
9) Kegaduhan
Cmiel et. al. (2004, dalam Potter & Perry 2011) melaporkan
bahwa kegaduhan mempengaruhi aktivitas yang dapat menyebabkan
terbangun dan tidur menjadi terpotong-potong. Beberapa orang
memerlukan kesunyian agar bisa tertidur, dan ada orang yang
membutuhkan suara musik yang pelan atau televisi untuk bisa tertidur.
5. Instrumen Pengukur Kualitas Tidur
Kualitas tidur seperti yang di ungkapkan oleh Kozier et. al (1998)
adalah kemampuan individu untuk mempertahankan tidurnya dan
mendapatkan jumlah tidur yang cukup untuk tidur REM dan tidur NREM.
Metode-metode yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur bisa
menggunakan EEG yang merekam aktivitas gelombang otak dan atau
menggunakan kuesioner.
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur kualitas
tidur karena kuesioner dapat mengkaji masalah kesehatan yang kompleks
dengan cepat dan akurat, skala penilaian pada kuesioner dapat menyediakan
informasi dan pemahaman yang lebih spesifik untuk setiap individu yang di
20
ukur, sangat membantu dalam memantau proses perubahan individu (efek
dari suatu pengobatan atau terapi) terutama sebagai catatan penting mengenai
apa yang dirasakan oleh individu sebagai antisipasi jika individu tersebut
lupa. Skala tidur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala tidur
yang telah dikembangkan oleh para peneliti yang telah menghabiskan waktu
bertahun-tahun dibidangnya, mempertajam metode pengukuran yang telah
peneliti pilih secara cermat untuk menilai ciri karakteristik dari suatu kondisi
tertentu (Shahid et. al., 2012).
Menurut Shahid et. al. (2012) terdapat 102 kuesioner yang terkait tidur.
Dari 102 kuesioner tersebut terbagi lagi kedalam 3 kelompok, yaitu:
a. Kuesioner umum yaitu kuesioner yang mengkaji tidur secara umum
seperti rasa kantuk (Epworth Sleepiness Scale/ ESS), kewaspadaan
(Toronto Hospital Alertness Test/ THAT), menilai irama sirkadian (Owl
Lark Self-Test).
b. Kuesioner yang spesifik yaitu kuesioner yang digunakan untuk mengkaji
tidur secara spesifik, lebih fokus untuk mengkaji gangguan pada tidur
seperti insomnia (Athens Insomnia Scale), sleep apnea (kuesioner STOP-
Bang), sindrom restless legs dan periodic limb movements in sleep/
restless legs syndrome (kuesioner Restless legs).
c. Kuesioner bidang lain yang berhubungan dengan tidur seperti penilaian
ketergantungan alkohol (CAGE), kecemasan (Zung Anxiety scale), fungsi
kognitif (Mini-Mental State Examination/ MMSE), dan lain sebagainya.
Kuesioner bidang lain merupakan kuesioner yang mengkaji hal-hal
yang mempengaruhi dan/ atau dipengaruhi oleh tidur seseorang. Misalnya
21
kecemasan dan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi tidur, misalnya cemas
berhubungan dengan kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputus-
putus (Potter & Perry 2011; Wold, 2008). Masalah tidur pada lanjut usia bisa
berkontribusi terhadap perbedaan fungsi kognitif area tertentu (Nebes et. al.,
2009).
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengkaji kualitas tidur dan
beberapa kuesioner bidang lain yang berhubungan dengan tidur.
Sepengetahuan peneliti terdapat dua kuesioner yang dapat mengukur kualitas
tidur, yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Sleep Quality Scale
(SQS). Berikut ini penjelasan singkat terkait dua kuesioner tersebut:
Tabel 2.1
Perbandingan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index dan Sleep Quality Scale
N
o
Deskripsi
kuesioner
Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) Sleep Quality Scale (SQS)
1 Tujuan Menilai kualitas tidur
Memiliki 18 pertanyaan
yang terbagi kedalam 7
komponen, yaitu:
Kualitas tidur subjektif;
tidur laten; durasi tidur;
efisiensi tidur yang biasa;
gangguan tidur; penggunaan
obat tidur; dan disfungsi di
siang hari.
Menilai kualitas tidur.
Memiliki 28 item
pertanyaan dan terdiri atas 6
komponen, yaitu:
Gejala disiang hari;
kebugaran setelah tidur;
masalah saat memulai tidur
dan mempertahankan tidur;
kesulitan bangun dari tidur;
dan kepuasan terhadap tidur.
2 Populasi
yang diujikan
Telah dilakukan uji validasi
pada usia 24-83 tahun dan
berbagai populasi yang
mengalami gangguan tidur
Telah dilakukan uji validasi
pada usia 18-59 tahun
3 Administrasi Waktu yang dibutuhkan Waktu yang dibutuhkan
22
untuk pengisian 5-10 menit
dan dapat dilakukan secara
mandiri.
untuk pengisian 5-10 menit,
dan dapat dilakukan secara
mandiri.
4 Reliabilitas
dan validitas
Reliabilitas internal 0.83
dan 0.85 untuk pengukuran
berulang secara global.
Kemampuan sensitifitas
mendiagnosa 89.6% dan
kemampuan spesifisitas
86.5% (kappa=0.75,
p<0.001) dalam
membedakan kualitas tidur
yang baik dan buruk.
Reliabilitas internal 0.92
dan 0.81 untuk pengukuran
berulang.
Validitas konstruknya baik
Memiliki korelasi yang kuat
dengan hasil pengukuran
PSQI (r = 0.72, P = 0.000)
5 Penilaian Skala Likert dan pertanyaan
terbuka.
Skala Likert.
Sumber:
Buysse, D.J., Reynolds III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J.The Pittsburgh Sleep Quality
Index: A New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Journal of Psychiatric Research 1989,
28(2), 193-213
Yi, H., Shin K and Shin C. Development of The Sleep Quality Scale. J Sleep Res. 2006 Sep; 15, 3 :309-16
B. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan periode perkembangan terakhir manusia yang
dimulai pada usia 60 tahun atau 70 tahun dan berakhir sampai kematian
(Santrock, 2006). Menurut UU No 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
WHO (1999) membagi lanjut usia berdasarkan usia kronologis menjadi
4 kelompok, yaitu usia pertengahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun),
23
lanjut usia tua (75-90 tahun), dan lanjut usia sangat tua (90 tahun ke atas)
(Azizah, 2011). Eliopoulos (2005) menambahkan bahwa lanjut usia renta
adalah 85 – 100 tahun dan untuk lanjut usia yang berusia diatas 100 tahun
digolongkan menjadi lanjut usia elit.
2. Perubahan pada Lanjut Usia
Manusia dalam rentang hidupnya memiliki 8 tahap perkembangan, dan
tahap perkembangan yang terakhir adalah lanjut usia. (Santrock, 2006).
Lanjut usia mengalami perkembangan pada aspek fisik, kognitif, dan
psikososial (Potter & Perry, 2011).
d. Perkembangan fisik
Perubahan fisik selama lanjut usia bukanlah berhubungan dengan
penyakit tetapi merupakan proses yang normal (Potter & Perry, 2011)
perubahannya meliputi seluruh sistem dalam tubuh, yaitu sistem kulit,
sistem muskuloskeletal, sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem
hematopoesis dan limfatik, sistem gastrointestinal, sistem perkemihan,
sistem persarafan, indera khusus, sistem endokrin, sistem reproduksi dan
genital (Wold, 2008).
e. Perkembangan kognitif
Kemampuan kognitif tediri dari kecerdasan, ingatan, bahasa dan
membuat keputusan (Wold, 2008). Kecerdasan, menurut Horn (1980,
dalam Santrock, 1995) terdiri menjadi Crystallized Intelligence dan Fluid
Intelligence. crystallized intelligence yaitu sekumpulan informasi dan
kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu dan meningkat
seiring dengan usia, sedangkan fluid intelligence yaitu kemampuan
24
seseorang untuk berpikir asbtrak dan menurun secara pasti sejak masa
dewasa tengah. Kemampuan mengingat jangka pendek mengalami
penurunan dan kemampuan untuk menyimpan informasi baru kedalam
ingatan jangka panjang juga mengalami penurunan, karenanya bagi
lanjut usia yang ingin mempelajari informasi atau keterampilan yang
baru membutuhkan waktu yang jauh lebih lama (Potter & Perry, 2011).
f. Perkembangan psikososial
Lanjut usia beradaptasi terhadap bebagai perubahan yang muncul
selama masa penuaan. Menurut Elbersole et. al. (2008, dalamPotter &
Perry, 2011) perubahan yang sering terjadi meliputi pensiun,
kesukarelaan, dan kehilangan pasangan hidup. Meskipun perubahan ini
pasti terjadi, setiap lanjut uisa memiliki kemungkinan untuk
perkembangan baru dalam memenuhi pola kehidupannya.
3. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia
Menurut Kuchel (2009), pada lanjut usia terdapat suatu istilah yang
disebut Syndrom Geriatric, yaitu sekumpulan masalah klinik yang paling
umun ditemukan pada lanjut usia. Yang termasuk sindrom geriatrik adalah
frailty, delirium, fall, sleep disorders, dizziness, syncope, pressure ulcers,
incontinence, elder mistreatment. Satu sindrom geriatrik dapat menyebabkan
sindrom geriatrik yang lain, sehingga pengobatan dan perawatan menjadi
lebih sulit (Healthinaging.org, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Hill et.
al. (2007) menemukan bahwa gangguan tidur pada lanjut usia berhubungan
dengan risiko jatuh, dari 150 subjek penelitian, 44% melaporkan pernah jatuh
25
tahun lalu, sedangkan menurut waktu kejadian jatuhnya, 83% jatuh pada
siang hari dan 17% pada malam hari.
a. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia
Penuaan juga berhubungan dengan peningkatan keluhan tidur dan
gangguan tidur kronis yang mengakibatkan aktivitas di siang hari menjadi
buruk dan peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan (Zion & Israel,
2009). Pada lanjut usia, irama sirkadian menjadi lebih lemah, tidak dapat
menyesuaikan dan kehilangan tinggi rendahnya irama sirkadian. Salah
satu hipotesis mengatakan suprachiasmatic nuclei mengalami
kemunduran dan mengalami kelemahan fungsi sehingga membuat irama
sirkadian lanjut usia menjadi terganggu. Penurunan tinggi rendahnya
irama sirkadian dapat meningkatkan frekuensi terbangun di malam hari
dan mengantuk yang amat sangat di siang hari (Neikrug & Israel, 2010).
Pada lanjut usia terjadi penurunan hormon serotonin (Meltzer
et.al., 1998) sehingga menurunkan jumlah melatonin yang merupakan
derivat dari serotonin (Tortora & Derrickson, 2009). Crowley (2011)
melaporkan kemunduran tentang irama sirkadian seperti suhu tubuh,
kortisol dan melatonin. Penurunan kadar melatonin di malam hari dapat
menyebabkan gangguan irama sirkadian, khususnya menjadi lebih maju.
Hal ini menyebabkan banyak lanjut usia merasa mengantuk dan tertidur
lebih awal di malam hari dan terbangun lebih awal di pagi hari (Crowley,
2011; Wold, 2008).
Rata-rata orang lanjut usia (70 tahun ke atas) tidurnya hanya 6 jam
setiap malam, yang mana lebih sedikit 1.5 jam dari tidur orang dewasa
26
normal. Lanjut usia mengalami penurunan jumlah waktu tidur dan siklus
normal tidur (Wold, 2008). Siklus tidur lanjut usia lebih lama pada tahap
1 tidur NREM dan lebih singkat pada tahap 3 dan 4 tidur NREM
(beberapa lanjut usia tidak memiliki tahap 4 tidur NREM) serta tahap
tidur REM cenderung menjadi singkat. (Potter & Perry, 2011; Wold,
2008; Woodward, 2012). Hal ini menunjukkan lanjut usia mengalami
kelemahan dalam mempertahankan tidur serta mencapai tidur yang dalam
(Woodward, 2012).
Peningkatan frekuensi terbangun saat tidur di malam hari pada
lanjut usia dapat membuat jumlah total jam tidur menjadi berkurang
(Meiner & Annette, 2006). Jumlah waktu tidur yang sebenarnya lebih
sedikit dibandingkan jumlah waktu yang dihabiskan selama di tempat
tidur (Wold, 2008) dan peningkatan istirahat/ tidur selama siang hari
(Cuellar dkk 2007 dalam Potter & Perry, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Hill et. al. (2007) melaporkan dari
150 subjek penelitian yang berusia 73 - 89 tahun, didapatkan
karakteristik-karekteristik tidurnya, yaitu 15% kualitas tidur yang buruk,
23% tidak nyenyak, 8% terbangun tapi mengantuk, 44% tertidur saat
siang hari, 65% terbangun 2 kali/ lebih pada malam hari.
b. Macam-macam Gangguan Tidur
Menurut Malow (2005, dalam Potter & Perry 2011), gangguan
tidur adalah suatu kondisi yang bila tak ditangani dapat menganggu tidur
pada malam hari dan mengakibatkan munculnya masalah seperti
insomnia, gerakan atau sensasi abnormal saat tidur, gangguan pernapasan
27
terkait tidur, atau rasa mengantuk berlebihan di siang hari. Berikut ini
adalah gangguan-gangguan pada tidur:
1) Insomnia
Insomnia adalah suatu gejala yang dialami oleh pasien yang
kesulitan untuk tertidur yang kronis, sering terbangun dari tidur, dan/
atau tidur yang pendek atau tidur yang tidak memulihkan. (Eadinger
and Means, 2005 dalam Potter & Perry, 2011). Insomnia adalah
keluhan karena berkurangnya kuantitas tidur dan/ atau kualitas tidur
yang buruk sehingga mengakibatkan perasaan tidurnya tidak
menyegarkan (Zion & Israel, 2009). Insomnia dibagi atas gangguan
inisiasi (kesulitan untuk tertidur), gangguan mempertahankan tidur,
dan di akhir tidur (terbangun lebih pagi) (Wold, 2008). Seseorang
dengan insomnia mengeluh merasa mengantuk berlebihan di siang
hari, serta kuantitas dan kualitas tidur yang tidak cukup (Potter &
Perry, 2011), jika terjadi secara kronis maka dapat menyebabkan
iritabilitas dan penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi (Wold,
2008).
2) Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan pada seseorang yang tidak bisa
tertidur dan bernapas dalam waktu yang bersamaan. Kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut selama 10 detik sampai 1 menit
bahkan ada yang sampai 2 menit. Jenis yang paling banyak ditemukan
adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang diakibatkan relaksasi otot
dan jaringan pada cavum oral dan tenggorokan selama tidur sehingga
28
bisa menyebabkan sumbatan (sebagian atau total) (Potter & Perry,
2011).
3) Periodic limb movements in sleep/ Restless legs syndrome
Periodic limb movements in sleep (PLMS) atau gerakan periodik
anggota badan dalam tidur dicirikan dengan sekumpulan gerakan
sentakan kaki secara berulangyang terjadi kira-kira setiap 20 sampai
40 detik pada malam hari.Gerakan ini terjadi rata-rata 0.5 sampai 5
detik dan menyebabkan terbangun singkat secara berulang-ulang.
Restless legs syndrome (RLS) atau sindrom kaki tak nyaman ini
ditandai oleh dysesthesiapada kaki, biasanya digambarkan oleh pasien
sebagai “sensasi seperti ada yang merayap merangkak”' atau sebagai
“kesemutan” yang hanya bisa dipulihkan dengan gerakan yang
kuat.Sensasi ini muncul pada malam hari atau pada saat merasa tenang
atau nyaman (Zion & Israel, 2009).
4) Circadian rhythms sleep disorder
Gangguan tidur yang disebabkan oleh perubahan pada irama
sirkadian yang dapat mengakibatkan terbangun lebih lama dimalam
hari, kehilangan keteraturan siklus tidur-bangun, dan merasa sangat
mengantuk disiang hari. Lanjut usia yang mengalami gangguan irama
sirkadian akan tertidur lebih awal dimalam hari dan terbangun lebih
awal dipagi hari, karena temperatur inti tubuh turun lebih awal di
malam hari dan naik kembali sekitar 8 jam kemudian (Zion & Israel,
2009).
29
5) Rapid eye movement sleep behavior disorder
Rapid eye movement (REM) sleep behavior disorder (RBD)
adalahhasil dari terjadinya tonus otot rangka secara sebentar selama
tidur REM (Zion & Israel, 2009). Parasomnias, menurut Thorpy
(2005, dalam Potter & Perry, 2011) adalah gangguan tidur yang
memperlihatkan gerakan abnormal pada saat tidur, perilaku, emosi,
persepsi dan mimpi yang di akibatkan oleh perubahan sistem saraf
otonom dan otot skeletal selama tidur.
c. Penatalaksaan Gangguan Tidur
1) Farmakologis
Hanya ada beberapa dari gangguan tidur pada lanjut usia yang
penanganannya efektif dengan menggunakan obat-obatan, meskipun
ada yang dikombinasikan dengan penanganan non-farmakologis.
a) PLMS dan RLS bisa diobati dengan salah satu agen dopaminergik
(ropinorole, pramipexole, carbidopa/levodopa), benzodiapzepin
(clonazepam dan tempazepam) atau agen opiat (codein,
propoxyphene, dan hydrochloride) (Zion & Israel, 2009).
b) RBD diberikan dengan salah satu obat berikut ini, seperti
clonazepam, trisiklik antidepresan, agen dopaminergik, atau
melatonin (Zion & Israel, 2009).
c) Insomnia, terapi farmakologisnya meliputi antidepresan,
antihistamin, antipsikotik, dan sedatif hipnotif. Selain itu
benzodiazepin generasi lama bisa digunakan sebagai terapi jangka
pendek untuk insomnia (Zion & Israel, 2009).
30
Pengobatan farmakologis memiliki beberapa efek samping yang dapat
dirasakan, seperti:
a) Benzodiazepin, jika digunakan pada malam hari dapat terjadi
toleransi dosis yang mengakibatkan peningkatan jumlah dosis
pemakaian dari dosis sebelumnya agar mendapatkan efek yang
sama dengan pemakaian sebelumnya. Efek yang lain adalah dapat
membuat merasa mengantuk di pagi harinya dan dalam dosis
tinggi dapat menimbulkan amnesia anterograde (Trevor & White,
2007), meskipun generasi baru memiliki efek samping diatas yang
lebih kecil, tetapi pemakaian jangka panjang terapi hipnotik
bersifat irasional dan sangat membahayakan (Trevor & Way,
2007).
b) Clonazepam mengakibatkan mengantuk di siang hari, selain itu
jika pemakaian obat dihentikan maka gejala dan keluhan tidur
akan muncul kembali (Zion & Israel, 2009).
c) Dopaminergik, dapat membuat tertidur secara mendadak saat
melakukan aktivitas sehari-hari.
2) Non-Faramakologis
Penanganan gangguan tidur secara non-farmakologis beragam
tergantung gangguan tidur yang dialami, secara umum meliputi
positive airway pressure, surgical interventions, oral appliances, diet
dan gaya hidup, bright-light therapy, sleep hygiene, stimulus-control
therapy, sleep-restriction therapy, cognitive-behaviors therapy (Zion
& Israel, 2009), dan Complementary and Alternative Medicine
31
(CAM) yang salah satu jenisnya adalah meditasi (Hanlon, Blackman,
Glick, 2009).
Meditasi adalah konsentrasi serta pemfokusan perhatian dan
kesadaran seseorang sambil tetap menjaga sikap yang pasif.
(Anselmo, 2005). Fokus konsentrasi dapat dilakukan dengan
menyalakan lilin, sabda/ kata, frase, napas, atau sebuah kesadaran
yang tenang dari apa yang terjadi saat ini (Edelman & Mandle, 2010).
Meditasi bermanfaat untuk meningkatkan mood, menurunkan
kecemasan dan meningkatkan tidur (Hanlon, Blackman, Glick, 2009).
C. Meditasi
1. Pengertian
Meditasi adalah memusatkan konsentrasi pada satu titik. (Edelman &
Mandle, 2010). Meditasi adalah konsentrasi serta pemfokusan perhatian dan
kesadaran seseorang sambil tetap menjaga sikap yang pasif (Anselmo, 2005).
Mason (2012) mengatakan bahwa meditasi adalah memusatkan pikiran pada
salah satu suara, suatu kata yang diucapkan berulang, suatu gambar, suatu
konsep atau perasaan. Secara keseluruhan perhatian harus tertuju pada suatu
objek yang pilih untuk memusatkan konsentrasi. Jika beberapa pemikiran lain
masuk menyelinap saat meditasi, maka pemikiran tersebut dihentikan dan
kembali ke objek meditasi.
2. Klasifikasi Meditasi
Meditasi adalah satu dari berbagai macam Complementary and
Alternative Medicine (CAM), yang merupakan jenis pengobatan kedokteran
32
dan kesehatan yang berbasis pada pasien yang dalam praktiknya diluar bidang
kedokteran konvensional. CAM memiliki lima domain, dalam hal ini
meditasi termasuk ke dalam domain intervensi pikiran-tubuh. Domain
intervensi pikiran-tubuh adalah domain yang menerapkan teknik yang
dirancang untuk memfasilitasi kemampuan pikiran seseorang agar dapat
mempengaruhi gejala dan fungsi tubuh seseorang (Hanlon, Blackman, Glick,
2009). Meditasi itu sendiri terbagi atas beberapa jenis, yaitu
a. Meditasi Konsentrasi
Jenis meditasi yang pertama adalah meditasi konsentrasi. Pada
jenis ini, fokus konsentrasi pada pernapasan, gambar, atau pun suara.
Suara atau mantra lebih sering digunakan. Ketika akan berkonsentrasi,
anda menggunakan salah satu media di atas untuk dijadikan titik fokus
dan anda dapat menjernihkan pikiran dan memungkinkan untuk
kesadaran yang lebih tinggi dan jelas (Mason, 2012).
b. Meditasi Pernapasan
Praktik meditasi yang sederhana dan relaksasi yang dalam adalah
konsentrasi pada irama pernapasan (Anselmo, 2005). Ketika merasa
relaks dan nyaman maka pernapasan menjadi lebih lambat dan dalam,
sebaliknya ketika merasa cemas atau stres maka pernapasan menjadi
cepat. Dengan demikian, pengaturan pernapasan dapat memfokuskan
pikiran dan dapat mengendalikan pikiran menjadi lebih efektif (Mason,
2012).
33
c. Meditasi Kesadaran
Berbeda dengan metode konsentrasi, meditasi kesadaran tidak
fokus pada satu objek, tetapi rentang fokus di perlebar agar lebih banyak
objek yang bisa masuk. Kita akan lebih menyadari segala sesuatu
disekitar anda, termasuk perasaan, yang dilihat, yang didengar, bau dan
suara. Anda tidak harus bereakasi dengan objek tadi, tetapi hanya apapun
yang terjadi dalam pikiran anda, karenanya anda tidak terlibat dengan
objek-objek tersebut dan mulai menjadi tenang (Mason, 2012).
d. Meditasi Berjalan
Meditasi ini membutuhkan tubuh dalam praktiknya, bisa dilakukan
dengan berjalan bolak-balik baik di luar atau di kamar. Perhatikan
pergerakan kaki, pernapasan, dan tubbuh anda saat berjalan, dan rasa
atau saat kaki anda menyentuh tanah. Ketika pikiran anda mengembara,
berusahalah agar kembali ke proses berjalan dan bernapas (Mason,
2012). Esensi dari meditasi berjalan adalah berjalan seolah-olah sedang
menanam perdamaian dalam setiap langkah yang dilakukan (Nhat 1996
dalam Anselmo 2005).
e. Meditasi Mantra Sederhana
Kata atau frase yang di ulang-ulang ketika duduk dalam meditasi,
dan pemilihan kata di lakukan oleh guru yang berpengalaman dan
beberapa tradisi. Jika melakukannya sendirian, maka dapat menggunakan
kata/ frase yang memiliki pengaruh dan dapat memilih untuk
mengulanginya dengan suara yag keras atau hanya di dalam pikiran saat
bermeditasi (Mason, 2012).
34
f. Meditasi Konsep
Praktik meditasi yang melibatkan kontemplasi ide atau skenario.
Contohnya “meditasi pada ketidak kekalan,” dimana berfokus pada sifat
ketidak kekalan segala sesuatu yang dimulai dengan pikiran dan perasaan
saat mereka datang dan pergi. Teknik ini digunakan untuk memandu
untuk memahami rasionalisasi pikiran anda dan tidak ikut terbawa oleh
konsep tersebut (Mason, 2012).
3. Respon Tubuh Terhadap Meditasi
Hubungan antara pikiran dan materi, antara jiwa dan tubuh merupakan
hubungan yang tidak dapat dipisahkan (Effendi, 2002), keduanya saling
mempengaruhi. Ketika merasa cemas atau khawatir maka tubuh merasakan
perubahan seperti jantung berdebar-debar, denyut jantung dan tekanan darah
meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, pupil melebar, aktivitas kelenjar
keringat meningkat, konstriksi aliran darah perifer (ekstremitas terasa dingin),
dan lain sebagainya (Tortora & Derrickson, 2009; Anselmo, 2005; Effendi,
2002). Hal tersebut merupakan perubahan tubuh yang dipengaruhi kejiwaan,
dalam hal ini respon syaraf simpatis yang memegang peran. Sama halnya
dengan cemas, insomnia dan depresi berhubungan dengan aktivitas saraf
simpatik (respon fight-or-flight) yang lebih dominan (Hanlon, Blackman,
Glick, 2009).
Intervensi pikiran-tubuh telah menunjukkan hasil dapat menggeser
aktivitas saraf otonom menjadi parasimpatis (respon rest and digest) yang
lebih aktif (Hanlon, Blackman, Glick, 2009), telah disebutkan bahwa salah
satu jenis intervensi pikiran-tubuh adalah meditasi. Selama menjalani
35
meditasi dapat memunculkan respon relaksasi (Potter & Perry, 2011) yang
berlawanan dengan respon saraf simpatik (respon fight-or-flight) (Anselmo,
2005). Respon relaksasi dapat meningkatkan aliran darah perifer (ekstremitas
terasa hangat), hambatan listrik pada kulit, produksi gelombang alfa lambat,
dan aktivitas sel natural killer. Relaksasi juga dapat menurunkan konsumsi
oksigen, pembuangan karbon dioksida, kadar asam laktat darah, kecepatan
dan volume pernapasan, kecepatan denyut jantung, ketegangan otot rangka,
kadar epinefrin, asam lambung dan motilitasnya, aktivitas kelenjar keringat,
dan tekanan darah (khususnya bagi penderita hipertensi) (Anselmo, 2005;
Effendi, 2002).
4. Manfaat Meditasi
Meditasi memiliki banyak sekali manfaat, diantaranya adalah:
a. Meditasi memungkinkan untuk dapat fokus, menyelesaikan tugas dengan
metode yang lebih baik dan lebih cepat (Mason, 2012).
b. Meditasi memungkinkan untuk memperbaiki tingkat stres, dengan
berkurangnya stres maka dapat membuat keputusan yang tepat dan
efektif dalam menyelesaikan suatu perkara. Meditasi bermanfaat untuk
meningkatkan mood, menurunkan kecemaan dan meningkatkan tidur
(Hanlon, Blackman, Glick, 2009).
c. Meditasi membuat komunikasi menjadi lebih efektif melalui kata-kata
yang lebih efektif (Mason, 2012).
d. Meditasi dapat meningkatkan status kesehatan termasuk membantu
memperbaiki kondisi jantung, tekanan darah dan lain-lain (Mason, 2012)
e. Meditasi meningkatkan kesehatan pikiran (Mason, 2012).
36
Penelitian yang dilakukan oleh Peck, Lester, Lasky, dan Bootzin (2012)
menemukan bahwa keterampilan meditasi kesadaran berhubungan dengan
peningkatkan persepsi terhadap tidur, seperti penurunan perasaan kurang
nyenyak saat tidur, penurunan jumlah terbangun saat tidur, dan peningkatan
kualitas tidur.
5. Meditasi dan Dzikir
Mason (2012) mengatakan bahwa meditasi adalah memusatkan pikiran
pada salah satu suara, suatu kata yang diucapkan berulang, suatu gambar,
suatu konsep atau perasaan. Secara keseluruhan perhatian harus tertuju pada
suatu objek yang pilih untuk memusatkan konsentrasi. Irham (2011)
mengatakan bahwadzikir merupakan sebuah aktifitas berupa ucapan lisan,
perbuatan atau pun getaran hati dengan tujuan untuk berpaling dari keadaan
lupa dan lalai dengan cara selalu mengingatnya Allah.
Dzikir dan meditasi memiliki kesamaan, yaitu memfokuskan
konsentrasi pada satu titik, khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan fokus
konsentrasinya adalah Allah. Kegiatan membaca berulang-ulang (misalnya
membaca kalimat dzikir) merupakan salah satu kegiatan untuk berkonsentrasi
(Edelman & Mandle, 2010). Edelman & Mandle (2010) menambahkan
bahwa doa merupakan salah satu bentuk dari meditasi, yang dalam praktiknya
berfokus pada kata-kata suci. Anselmo (2005) mengatakan bahwa doa
keterpusatan, praktik meditasi yang berfokus pada kata-kata atau suara
memiliki kesamaan cara dengan transcedental meditation yang menggunakan
mantra (kata suci sansekerta).
37
Penelitian yang dilakukan Maimunah dan Retnowati (2011) tentang
pengaruh pelatihan relaksasi dzikir untuk mengatasi kecemsan ibu hamil
pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang mengikuti
pelatihan relaksasi dzikir mengalami penurunan kecemasan yang signifikan
pada p=0,008 (p<0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini
sesuai dengan penyataan Eliopoulos (2005), yaitu membaca kata secara
berulang-ulang atau kegiatan keagamaan yang terkait dengan doa dapat
memberikan manfaat terapeutik yang sama seperti meditasi dan latihan
relaksasi.
D. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Sudirman Tebba (2004) mengatakan bahwa dzikir adalah menyebut
Allah dengan membaca tasbîh (subhânallâh), tahlîl (Lâ ilâha illahâh),
tahmîd (Alhamdulillâh), taqdîs (Quddûsun), takbîr (Allâhu Akbar), hauqalah
(Lâ hâulâ wa lâ quwwata illâ billâh), hasbalah (Hasbiyallâh)dan membaca
doa ma’tsur, yaitu doa-doa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy (dalam Tebba, 2004)
mengartikan bahwa salah satu bentuk dzikir adalah mengerjakan taat kepada
Allah.
Dzikir berasal dari bahasa arab, yakni kata dzakara, yadzkuru, dan
dzikran yang berarti mengingat. Secara umum dzikir ialah semua amal atau
perbuatan baik yang lahir maupun batin, yang membawa seseorang untuk
mengingat Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya. Dari segi bahasa,
38
dzikir berarti menyebut, yakni mengucapkan sesuatu dengan lisan secara
berulang-ulang dalam kondisi dan waktu tertentu, sedangkan dari segi istilah,
dzikir adalah aktivitas yang meliputi tiga hal. Pertama, ucapan lisan, gerak
raga, atau getaran hati. Kedua, usaha untuk menyingkirkan keadaaan lupa dan
lalai (ghaflah) dengan selalu mengingat-Nya. Ketiga, memasuki suasana
musyahadah (penyaksian secara langsung) dengan mata hati, didorong oleh
rasa cinta yang mendalam kepada Allah (Irham, 2011).
2. Keutamaan Dzikir
Segala sesuatu didunia ini, yang hidup maupun yang tidak hidup
sesungguhnya sedang berdzikir, mengingat dan menghubungkan diri dengan
sumber kehidupan, yaitu Allah swt. Masing-masing tentu melakukannya
dengan cara dan metode sendiri, yang telah diajarkan pada mereka. Aliran
angin yang berhembus, gemiricik air yang mengalir, matahari dengan sinar
dan hangatnya, api dengan panasnya, rembulan dengan cahayanya merupakan
sebagian dari tasbih itu. Demikian juga kicauan burung, desiran ular, raungan
serigala, bahkan perputaran elektron mengelilingi inti atomsampai perputaran
bulan pada bumi, tetesan air hujan sampai badai, halilintar, gempa bumi
sampai meletusnya gunung berapi mengeluarkan lahar merupakan bentuk
tasbih alam Kepada Rabbnya. Sebagaimana dalam firman Allah berikut ini:
”Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan
39
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun,”
(QS. Al-Isra [17]: 44)
Dzikir adalah amal para hamba Allah yang paling utama, dan
ditekankan lebih dari seratus kali di dalam Alquran (Kabbani, 1998).Irham
(2011) mengelompokkan 4 keutamaan tentang berdzikir, yaitu:
Pertama, Allah mengutamakan dzikir dibanding dengan yang lain,
sebagaimana firman Allah:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-
Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.Dan sesungguhnya mengingat
Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Ankabut [29]: 45)
Kedua, Allah memerintahkna kita agar memperbanyak dzikir kepada-
Nya tanpa ada batasan jumlahnya. “Hai orang-orang yang beriman,
berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-
banyaknya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 41).
Ketiga, Dia memerintahkan agar dzikir dilakukan secara terus menerus,
kapan pun dan dimanapun.
“Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-
Ahzab [33]: 42).
“(Yaitu) orang-orang yang menyebut (nama) Allah ketika berdiri,
duduk dan berbaring.” (QS. Al-‘Imran [3]: 191)
40
Keempat, Allah berjanji bahwa Dia juga akan berdzikir kepada orang
yang berdzikir kepada-Nya, sebagaimana firman berkut ini:
“Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingatmu” (QS. Al-Baqarah [2]:
152)
Sedangkan hadits-hadist yang menegaskan tentang perlunya dzikir
adalah:
a. “Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan
persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika
dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku
pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam
suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu
kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-
Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia
mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan
apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari. (Shahih Muslim No.4832)
b. Rasulullah saw menyebut-nyebut Allah setiap waktu (saat). (HR.
Muslim)
c. Apabila kamu melewati taman-taman surga makan dan minumlah
sampai kenyang. Para sahabat lalu bertanya, "Apa yang dimaksud taman-
taman surga itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Kelompok dzikir
(Kelompok orang yang berdzikir atau majelis taklim)." (HR. Tirmidzi
dan Ahmad)
41
d. Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi dalam
derajatmu, paling bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari menerima
emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada berperang dengan
musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong lehermu?
Para sahabat lalu menjawab, "Ya." Nabi saw., berkata,"Zikrullah." (HR.
Ahmad dan Ibnu Majah)
Sebenarnya semua ibadah adalah mengingat Allah atau menunjang
untuk mengingat Allah. Dalam sholat, seseorang berdiri mengucapkan takbir,
membaca Al Quran, mengucapkan tasbih sewaktu ruku’ dan sujud,
mengucapkan hamdalah dan shalawat kepada Rasulullah saw., kemudian
selesai sholat dilanjutkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat istighfar,
tasbih, hamdalah, takbir dan doa kepada-Nya, semua itu merupakan tindakan
perbuatan untuk mengingat Allah swt (Salim, 2006).
3. Macam dan Bentuk Dzikir
Al-Qadhy bin ‘Iyadh (dalam Prasetya dkk, 2005) menyebutkan dua
bentuk dzikir, yaitu dzikir lisan (az-dzikr bi al-lisan mujarradan) dan dzikir
dengan hati (az-dzikr bi al-qalb). Dzikir dengan hati dibagi menjadi dua,
yaitu tafakkur tentang keagungan Allah di seluruh alam semesta dan
mengingat di dalam hati perintah dan larangan Allah disetiap urusan.
Menurut Mahmud Samiy (dalam Irham, 2011), dzikir kepada Allah
terdiri atas tiga bagian, yaitu dzikir lisan, dzikir hati, dan dzikir anggota
badan. Sebagaimana firman Allah:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
42
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata); Ya Tuhan Kami, tidaklah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau maka
periharalah kami dari siksa api neraka.”(Ali- Imran [3]: 191)
Dengan demikian, maka dzikir kepada Allah secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi bentuk atau jenis. Hal ini didasarkan pada aktivitas
apa yang digunakan untuk mengingat Allah, yaitu: dzikir lisan, dzikir hati,
dzikir anggota tubuh.
Dzikir lisan adalah ungkapan penyucian (tasbih), pujian (tahmid),
pengagungan (tamjid) (Kabbani, 2007).
“Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh
ketekunan.” (QS. Al-Muzammil [73]: 8).
Sedangkan dalam sebuah hadist: Nabi saw bersabda, “basahi lidahmu
dengan selalu berdzikir.” (Ahmad, Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hibban
menyatakan bahwa hadist ini hasan).
Dzikir hati mencakup perenungan atas dalil yang menunjukkan Zat dan
sifat-sifat Allah, perenungan atas kewajiban yang mencakup atas perintah dan
larangan sehingga orang dapat memperhatikan hukum-hukum yang berkaitan
dengannya, dan perenungan atas rahasia makhluk Allah. (Kabbani, 2007)
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi” (Ali- Imran [3]: 191)
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu di dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan
43
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-
Anfal [7]: 205)
Dzikir anggota tubuh mencakup ketekunan anggota tubuh (mata,
telinga, mulut, tangan, da kaki) dalam ketaatan, berbuat kebajikan, dan
membersihkan dari segala dosa dan maksiat. Dengan makna seperti inilah,
Allah menamakan shalat sebagai dzikir(Irham, 2011; Kabbani, 2007)
“Apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari jumat, maka
bersegeralah kamu mengingat (dzikr) Allah.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 9)
4. Dzikir Menjelang Tidur
Telah disebutkan dalam ayat Al-Qur’an bahwa dzikir dilakukan pada
waktu pagi dan petang dan dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring,
karena dzikir selain dalam bentuk lisan, juga bisa dalam bentuk ibadah
kepada Allah. Dari hal ini, dzikir menjelang tidur bisa terbagi atas doa
sebelum tidur, dzikir sebelum tidur dan sunah-sunah yang biasa Rasulullah
saw. yang biasa dilakukan sebelum tidur. Karena mengikuti sunah Rasulullah
saw., merupakan salah satu jenis ibadah kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-
Ahzab [33]: 21)
Berikut ini adalah dzikir-dzikir sebelum tidur yang dilakukan oleh
Rasulullah saw (Al-Hilali, 2005; Nada, 2007), yaitu
44
1) Menghadirkan niat yang benar ketika tidur
Seorang muslim, di anjurkan untuk menghadirkan niat yang benar
ketika tidur, agar tidurnya bisa menjadi ibadah dihadapan Allah swt.
dan bisa mendatangkan pahala.
2) Berwudhu’
Seperti sabda Rasuluulah saw.,
“Jika engkau mendatangi pembaringanmu, maka berwudhu’lah
seperti engaku hendak mengerjakan shalat, kemudian berbaringlah
pada sisi tubuhmu yang sebelah kanan ..,” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
3) Mengibas pembaringan/ tempat tidur dengan ujung kain dan
mengucapkan “bismillah”
Sebelum tidur, hendaklah seseorang mengibaskan tempat tidurnya
dengan kain sebanyak tiga kali sambil mengucapkan “Bismillah.”
Sikap ini berdasarkan sabda Nabi saw.
“Jika salah seorang dari kamu mendatangi pembaringannya,
hendaklah ia mengibasnya dengan ujung pakaiannya dan
mengucapkan: ‘Bismillah.’ Sebab ia tidak tahu apa yang terjadi atas
pembaringannya sepeninggalnya. Kemudian, hendaklah ia berbaring
di atas tubuhnya yang ssebelah kanan...” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah ra.)
4) Meniup tangan lalu membaca al-Mu’awidzaat dan mengusapkannya
ke seluruh tubuh
45
Sesungguhnya Nabi saw. mendatangi pembaringannya, beliau
merapatkan kedua telapak tangannya, kemudian menghembus
padanya lalu membaca “Qul huwallaahu ahad, Qul a’uudzubirabbil
falaq, Qul a’uudzubirabbinnas.” Sesudah itu, beliau mengusapkan
kedua tangan beliau ke sekujur tubuhnya, yang mampu beliau usap.
Rasulullah memulainya dari atas kepala kemudian bagian depan
tubuhnya dan beliau melakukannya sebanyak tiga kali.
(HR.Al-Bulhari dan Muslim dari ‘Aisyah ra.)
5) Meletakkan tangan kanan di bawah pipi dan berdo’a
Sesungguhnya apabila Rasulullah saw hendak tidur, beliau
meletakkan tangan kanan dibwah pipi, kemudia berdo’a sebanyak
tiga kali:
“Ya Allah, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Engkau
membangkitkan hamba-hamba-Mu”
(HR. Abu Dawud dari Hafsah ra.)
6) Berdzikir kepada Allah
Hendaklah berdzikir dengan dzikir-dzikirdan do’a-do’a yang
diriwayat oleh Nabi saw.
Apabila Rasulullah saw., mendatangi pembaringannya pada malam
hari, beliau meletakkan tangan dibawah pipi dn membaca:
“Ya, Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan menyebut
nama-Mu aku mati”
Adapun jika bangun, beliau mengucapkan:
46
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah
kematian kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.”
(HR. Al-Bukhari [7359] dari dari Abu Dzarr dan [7344] dari
Hudzaifahra; dan diriwayatkan oleh Muslim [2710] dari al-Bara’
ra.)
Dari Abu Hurairah ra., berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah
saw., berkata kepada ‘Ali dan Fatimah ra: “Maukah kalian aku
ajarkan kabaikan yang lebih baik daripada yang kalian minta?
Jika kalian mendatangi pembaringan, maka bertasbihlah 33 kali,
bertahmidlah 33 kali, dan bertakbirlah 34 kali. Maka
sesungguhnya itu lebih baik bagi kamu berdua daripada
pelayan.”(HR. Abu Dawud [5067])
7) Membaca ayat kursi
Sesungguhnya syaitan pernah mendatangi Abu Hurairah ra, dan
berkata kepadanya:”Jika engkau mendatangi pembaringanmu, maka
bacalah ayat Kursi sampai selesai. Dengan demikian, sesungguhnya
engkau berada dalam lindungan Allah swt sehingga tidak ada
sayaitan yang dapat mendekatimu hingga engkau mendapati pagi
hari.” Ketika Abu Huraira mengabarkan hal itu kepada Nabi saw,
beliau berkata kepadanya:”Dia telah berkata benar kepadamu
meskipun ia seorang pendusta.”
(HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra.)
47
8) Beristighfar atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada hari itu
Hendaklah seorang muslim memohon ampun kepada Allah ketika
hendak tidur karena bisa saja ia melakukan perbuatan-perbuatan
maksiat pada hari itu. Sesungguhnya istighfar kepada Allah swt akan
menghapus dosa-dosa, Insya Allah.
9) Do’a terakhir yang hendaknya di baca sebelum tidur
Nabi saw bersabda:
“Jika engkau mendatangi pembaringanmu ... kemudian bacalah: ‘Ya
Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menghadapakan
wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu,
aku menyerahkan urusanku kepada-Mu dengan rasa senang dan
takut kepada-Mu, sesungguhnya tiada tempat berlindung dan
menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku
beriman kepada Kitab yang telah Engkau turunkan serta Nabi yang
Engkau utus.’ Apabila kamu meninggal pada malam itu, maka kamu
meninggal di atas fitrah (Islam). Maka jadikanlah kalimat itu sebagai
hal terakhir yang kamu ucapkan.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
10) Berdzikir kepada Allah jika terbangun atau terkejut dari tidur
Apabila Rasulullah saw terbangun pada malam hari, beliau
mengucapkan:
“Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan
Maha Mengalahkan, Rabb pencipta langit dan bumi serta apa-apa
48
yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”
(HR. Al-Hakin dan dishahihkan serta disetujui oleh adz-Dzahabi;
Ibnus Sunni dan Ibnu Nashr dari ‘Aisyah ra.)
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Po-Ju Chen (2008) dengan judul pengaruh
musik pilihan subjek penelitian dengan musik pilihan peneliti terhadap
kualitas tidur subjektif lanjut usia di atas 60 tahun. Metode yang
digunakan adalah dua grup eksperimen pretest-postest, dengan jumlah
subjek penelitian 31 orang yang dipilih secara random. Subjek penelitian
diperdengarkan musik selama 45 menit setiap malam selama 3 minggu.
Dengan menggunakan PSQI di dapatkan hasil bahwa kualitas tidur
meningkat pada subjek penelitian yang mendengarkan musik
dibandingkan yang tidak mendengarkan musik serta tidak ada perbedaan
peningkatan kualitas tidur pada subjek penelitian yang mendengarkan
musik yang pilihnya sendiri atau yang pilih oleh peneliti.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo (2013) mengenai pengaruh
Latihan Pasrah Diri terhadap perbaikan kualitas tidur pada lanjut usia
dengan simtom depresi. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen
yang dilakukan di posyandu lansia kecamatan Manisrenggo antara bulan
Agustus-Desember 2012. Kualitas di ukur dengan menggunakan kuesioner
PSQI. penurunan skor PSQI dan komponen sleep disturbances setelah
dilakukan LPD dibanding sebelum dilakukan LPD pada kelompok
49
perlakuan (p<0,05). Tidak didapat perbaikan skor PSQI pada kelompok
kontrol (p>0,05). Kesimpulan. Didapatkan adanya perbaikan kualitas tidur
dan komponen sleep disturbances pada kelompok perlakuan, tidak
didapatkan perbaikan pada kelompok control.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah & Retnowati (2011) dengan
judul pengaruh pelatihan relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi
kecemasan ibu hamil pertama. Metode yang digunakan adalah dua group
eksperimen. Hasil yang didapatkan bahwa kelompok yang mendapat
pelatihan dzikir mengalami penurunan kecemasan yang signifikan pada
p=0.008 dibandingkan kelompok kontrol.
50
B. Kerangka Teori
Lanjut Usia
Perubahan aspek fisik
Perubahan Sistem Saraf
Pusat dan Perifer
Perubahan
suprachiasmatic nuclei Penurunan Sekresi
melatonin
Perubahan pada
kortisol
Gangguan
Irama Sirkadian
Penyakit fisik
Obat-obatan dan zat tertentu
Gaya hidup
Pola tidur yang biasa dan EDS
Latihan fisik dan kelelahan
Asupan makanan dan kalori
Stres emosional
Lingkungan
Kegaduhan
Gambar 2.2
Kerangka Teori modifikasi dari teori Potter & Perry (2011), (Zeizer et.al.., [1999];
Niggemayer et.al, [2004]; Monk, [2005] dalam Crowley 2011), Edelman & Mandle (2010),
Tortora & Derrickson (2009), Hanlon, Blackman, Glick, (2009), Zion & Israel, (2009),
Anselmo, (2005), Irham (2011), Eliopoulos (2005).
Farmakologis
Non-
Farmakologis
Sleep-
Restriction
Therapy
Meditasi
(Dzikir)
Respon
relaksasi
Sleep
hygiene
Positive
Airway
Pressure
Surgical
inter-
ventions
Oral
appliances
Diet
dan
gaya
hidup
Bright-
Light
therapy
Stimulus-
control
therapy
Terapi
Cognitive-
Behaviors
Therapy
Kualitas Tidur
(Buruk)
Gangguan
Tidur
51
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu:
1. Variabel utama adalah dzikir menjelang tidur
2. Variabel tergantung adalah kualitas tidur lanjut usia yang diukur dengan
kuesioner PSQI
3. Variabel yang hanya berhubungan dengan variabel kualitas tiduryaitu
penyakit fisik, obat-obatan dan zat tertentu, gaya hidup, pola tidur yang
biasa dan mengantuk disiang hari, latihan fisik dan kelelahan, asupan
makanan dan kalori, stres emosional, lingkungan, dan kegaduhan.
Keterangan :
Variabel utama
Variabel tergantungn
Variabel berpotensi perancu yang dikontrol
Dzikir menjelang tidur
- Gaya hidup
- Penyakit fisik
- Obat-obatan dan zat tertentu
- Pola tidur yang biasa dan EDS
- Latihan fisik dan kelelahan
- Stres emosional (cemas dan depresi)
- Asupan makanan dan kalori
- Lingkungan
- Kegaduhan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Kualitas tidur
52
Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengidentifikasi
apakah dzikir menjelang tidur berpengaruh terhadap kualitas tidur lanjut usia.
Variabel-variabel yang hanya berhubungan dengan variabel kualitas tidur
akan dilakukan proses kontrol dengan tujuan untuk meminimalisir pengaruh
variabel tersebut terhadap hasil pengukuran kualitas tidur setelah dilakukan
intervensi dzikir menjelang tidur selama penelitian berlangsung. Metode
kontrolnya meliputi restriksi dan matching (Dahlan, 2010) yaitu:
1. Variabel penyakit fisik (Diabetes Mellitus), stres emosional, obat-obatan
dan zat tertentu akan dikontrol dengan menggunakan metode restriksi.
Metode ini digunakan karena tidak semua lanjut usia memiliki penyakit
Diabetes Mellitus, stres emosional, dan meminum obat-obatan dan zat
tetentu sehingga lanjut usia yang memiliki variabel-variabel tersebut tidak
masukkan sebagai responden. Proses restriksi lebih di jelaskan pada
kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Variabel gaya hidup, pola tidur yang biasadan EDS, latihan fisik dan
kelelahan, asupan makanan dan kalori, lingkungan,dan kegaduhan
dikontrol dengan menggunakan metode matching. Seluruh subjek
penelitian tinggal di PSTW dimana semua aktifitas, kegiatan, pola makan
WBS serta lingkungan PSTW diatur oleh PSTW tersebut sehingga setiap
WBS memiliki aktifitas, kegiataan dan pola makan yang sama (kecuali
WBS yang mengalami kelemahan fisik atau gangguan kejiwaan) serta
lingkungan tempat tinggal yang sama. Untuk memilah lanjut usia yang
tidak mengalami kelemahan fisik menggunakan kuesioner indeks Katz.
53
B. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti terhadap
pertanyaan penelitian. Jenis hipotesis yang diambil adalah hipotesis dua arah,
karena peneliti tidak menentukan secara spesifik jenis pengaruh dzikir
menjelang tidur terhadap kalitas tidur (Dahlan, 2010), maka hipotesis
penelitian ini adalah:
Terdapat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut
usiadi PSTW Budi Mulya 01 Jakarta Timur.
54
C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Kualitas
Tidur
Kualitas tidur adalah kemampuan
seseorang untuk untuk
mempertahankan tidurnya dan
mendapatkan jumlah tidur yang
cukup.
Kuesioner PSQI yang
dibuat oleh D.J Bussye,
Reynolds, Monk, Berman
dan Kupfer (1989), yang
telah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia.
Kuesioner ini terdiri dari
10 pertanyaan yang terbagi
ke dalam 5 komponen.
Skor untuk setiap
komponen adalah 0
sampai 3.
Hasil ukur
didapat dengan
menjumlahkan
skor setiap
komponen
dengan skor total
0 sampai 15.
Semakin tinggi
skor maka
semakin buruk
kualitas tidur.
Ordinal
Tabel 3.1
Definisi Operasional
55
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Hasil
Ukur
Skala
Ukur
2 Dzikir
menjelang
tidur
Semua kegiatan sebelum tidur
dengan tujuan untuk selalu
mengingat Allah ketika menjelang
tidur, yang terdiri dari:
Berwudhu’; mengibas tempat tidur
dengan kain sambil membaca
bismillah 3x; membaca ta’awudz,
al-Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas 3x,
al-Falaq 3x, an-Naas 3x kemudian
meniupkannya ketelapak tangan
dan mengusapkannya ke seluruh
tubuh; membaca do’a sebelum tidur
(bismika allahuma .. dan Ya Allah,
aku menyerahkan..) dilanjut dengan
dzikir tasbih 33x , tahmid 33x,
takbir 33x, dan diteruskan dengan
membaca istighfar sampai tertidur.
56
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain
penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental, karena peneliti dengan
sengaja memberikan perlakuan (dzikir menjelang tidur) kepada responden
dengan tujuan untuk mempelajari efek dari perlakuan yang diberikan tersebut
dan ingin membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel dan
tidak melakukan kontrol secara ketat (Kasjono & Yasril, 2009; Agung, 2002).
Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan eksperimen ulang
random (randommized pretest-postest control group design) yang
menggunakan dua kelompok subjek penelitian, yaitu satu kelompok diberi
perlakuan (T+) dan satu kelompok yang tidak diberi perlakuan/ plasebo (T-),
keduanya diberikan kuesioner sebanyak 2 kali. Kuesioner sebelum eksperimen
(O1 dan O3) disebut pretest dan kuesioner setelah eksperimen (O2 dan O4)
disebut posttest. Pretest dan posttest dilakukan dengan menggunakan
Pittsburgh Sleep Quality Index yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa
Indonesia.
O1
O3 O4
O2 Dzikir menjelang tidur
Dzikir yang biasanya dibaca
Gambar 4.1 Desain Penelitian
(T+)
(T-)
57
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) Budi
Mulia 01 Jakarta Timur dengan alamat Jl. Raya Cipayung Rt. 05/02
Kelurahan Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan PSTW Budi Mulia 01
Jakarta Timur sebagai lokasi penelitian adalah karena di PSTW tersebut
belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh dzikir menjelang
tidur terhadap skor kualitas tidur lanjut usia. Hasil studi pendahuluan
sebelumnya dari 10 WBS didapatkan sembilan orang mengatakan merasa
tidurnya tidak nyenyak. Enam dari sepuluh WBS tersebut mengatakan
terbangun 2 kali/ lebih ketika tidur malam.
Wisma (ruangan yang disediakan panti untuk WBS/ Warga Binaan
Sosial) yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah wisma Asoka,
wisma Bougenfil, dan wisma Flamboyan karena pada wisma-wisma
tersebut dihuni oleh para WBS yang mandiri dan tidak mengalami
gangguan mental.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 November sampai 14
Desember 2013. Berikut ini adalah tahapan kegiatan dalam penelitian ini:
58
Tabel 4.1
Waktu dan Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian
2013 November
(Minggu ke-) Desember
(Minggu ke-) 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Kontrak Observasi Skrining (pretest) Pelatihan dzikir menjelang tidur Intervensi dzikir menjelang tidur Pengukuran posttest
Kontrak waktu penelitian dengan pengurus PSTW Budi Mulia 01
Jakarta Timur dilakukan pada tanggal 25 November 2013. Observasi
tempat penelitian (lingkungan dan kondisi setiap wisma pada saat siang
dan malam hari) dilakukan dari tanggal 26 sampai 28 November 2013.
Skrining/ pemilahan (data pretest) calon subjek yang berpotensi menjadi
subjek penelitian dilakukan dari tanggal 26 sampai 4 Desember 2013.
Pelatihan dzikir menjelang tidur dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Desember
2013. Intervensi dzikir menjelang tidur dilakukan dari tanggal 6 sampai 12
Desember 2013. Pengukuran kembali (data posttest) skor kualitas tidur
dilakukan dari tanggal 13 sampai 14 Desember 2013.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Kosjono &
Yasril, 2009; Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
59
lanjut usia yang tinggal di lingkungan Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulia
01 Jakarta Timur dengan jumlah 200 WBS.
D. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan
diteliti dan di anggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Subagyo &
Djarwanto, 2009). Syarat menjadi sampel harus memiliki kriteria inklusi dan
tidak memiliki kriteria eksklusi, karena penelitian tidak menggunakan
randomisasi, sehingga tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel.
1. Kriteria Inklusi
a. Lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun
b. Beragama islam
c. Dapat melihat dan mendengar dengan baik
d. Bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur penelitian sampai
tahap akhir.
2. Kriteria Eksklusi
a. Lanjut usia yang tidak kooperatif
b. Mengundurkan diriketika penelitian berlangsung
c. Memiliki skor total kualitas tidurnya nol (hasil Pittsburgh Sleep
Quality Index = 0)
d. Mengalami depresi berat (hasilGeriatric Depression Scale ≥ 12).
e. Mengalami kecemasan (hasil Geriatric Anxiety Inventory-Shot Form
skor ≥ 3)
60
f. Memiliki kerusakan fungsi kognitif yang berat (hasil Mini Mental
State Examination ≤ 17)
g. Mengkonsumsi obat-obatan dan zat tetentu (hipnotik, diuretik,
penghambat beta-adrenergik, narkotik, benzodiazepam, antihistamin
dan dekongestan).
h. Terbiasa meminum kopi dimalam hari.
i. Memiliki ketergantungan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari (hasil kuesioner Indeks Katz ≤ 2)
j. Memiliki kelainan kejiwaan dan penyakit penyerta (Diabetes Mellitus).
Untuk mendiagnosis apakah lanjut usia mengalami kelainan kejiwaan
dan penyakit penyerta, peneliti menanyakan ke pihak PSTW. Khusus
penyakit penyerta peneliti juga menanyakannya langsung kepada
lanjut usia dan mengecek jenis obat-obatan yang dikonsumsi
(kuesioner penelitian).
3. Besar Sampel
Menurut Roscoe (1975 dalam Hill, 1998; Uma Sekaran, 2006) untuk
penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat,
penelitian yang sukses mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10
sampai dengan 20 sedangkan untuk penelitian secara umum, maka sampel
minimal adalah 30. Menurut Burns & Susan (2005) jumlah sampel pada
penelitian kuasi eksperimen sebanyak 10 – 20 orang. Pada penelitian ini
mengambil jumlah sampel 30 orang yang terdiri dari 15 orang kelompok
intervensi dan 15 orang kelompok kontrol.
61
4. Teknik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik random sampling, dimana setiap WBS memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi responden (termasuk menjadi kelompok
intervensi dan/ kelompok kontrol). Sebelum melakukan pengambilan
sampel, peneliti melakukan pemilahan terlebih dahulu untuk mendapatkan
sample frame, tahapannya meliputi identifikasi calon subjek yang
berpotensi masuk ke dalam penelitian, informed consent, pemilahan/
skrining dan penilaian lebih lanjut (alur penelitian). Sample frame
merupakan lanjut usia yang memiliki kriteria inklusi dan tidak memiliki
kriteria eksklusi.
Penelitian ini juga menggunakan proses matching yang bertujuan
untuk mengurangi variabel perancu baik antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol maupun antar sesama responden yang bisa membuat
hasil penelitian ini menjadi bias. Proses matching untuk sesama responden
sudah dilakukan semenjak pemilihan tempat penelitian sampai pada tahap
pnilaian lebih lanjut (alur penelitian), yaitu:
a. Gaya hidup, gaya hidup pada WBS memiliki kesamaan yang
disesuaikan dengan jadwal kegiatan di PSTW itu sendiri.
b. Pola tidur yang biasa, pada PSTW jadwal tidur WBS ditentukan oleh
PSTW dan diberlakukan bagi seluruh WBS (mematikan lampu
kamar, pergi ke tempat tidur, bahkan pintunya ditutup).
c. Latihan fisik dan kelelahan, di PSTW memiliki jadwal kegiatan yang
sama diberlakukan bagi para WBS (jadwal senam, panggung
62
gembira, dll), kecuali bagi WBS yang mengalami hambatan dalam
beraktivitas. Indeks Katz digunakan untuk membedakan lanjut usia
yang mengalami dan yang tidak mengalami hambatan dalam
beraktivitas.
d. Asupan makanan dan kalori, setiap WBS di PSTW mendapatkan pola
makan yang sama (jumlah, jenis dan waktu).
e. Lingkungan, lingkungan PSTW memungkinkan untuk setiap
responden memiliki lingkungan (temperatur, ventilasi, pengaturan
cahaya) yang sama, selain itu satu kamar memiliki banyak tempat
tidur sehingga lingkungan setiap WBS adalah sama.
f. Kegaduhan, di PSTW satu kamar memiliki banyak tempat tidur,
sehingga kegaduhan yang ada dapat dirasakan oleh setiap subjek
yang tinggal di kamar tersebut.
Tujuan membuat sample frame dan proses matching karena
peneliti ingin meminimalisasi keanekaragaman faktor perancu yang
menyertai saat penelitian berlangsung. Setelah mendapatkan data calon
subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki
kriteria eksklusi selanjutnya dilakukan undian dengan melempar koin
untuk menentukan pembagian kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah kuesioner
atau angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada
kerangka konsep yang telah dibuat. Instrumen penelitian terdiri dari 5 bagian,
yaitu:
63
1. Data personal responden
Nama, usia dan jenis kelamin responden
2. Pola makan dan riwayat kesehatan
Frekuensi konsumsi kopi, riwayat penyakit sebelumya, keluhan kesehatan
saat ini, dan obat-obatan yang rutin dikonsumsi.
3. Kuesioner Pengukur Kualitas Tidur/ Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI)
Dari hasil analisis perbandingan sebelumnya antara kuesioner PSQI
dan SQS, peneliti memilih menggunakan PSQI karena memiliki
reliabilitas internal 0.83 dan untuk pengukuran berulang secara global
reliabilitas internalnya 0.85. Kemampuan sensitifitas mendiagnosa 89.6%
dan kemampuan spesifisitas 86.5% (kappa=0.75, p<0.001) dalam
membedakan kualitas tidur yang baik dan buruk. PSQI dapat digunakan
untuk mengkaji lanjut usia (≥ 60 tahun) dan dijadikan sebagai acuan dalam
uji korelasi hasil penilaian SQS terhadap hasil penilaian PSQI yang
menunjukkan bahwa hasil penilaian PSQI lebih baik dibanding SQS
(Buysse, et.al., 1989; Yi, Shin K and Shin C, 2006).
Kuesioner PSQI dibuat oleh D.J Bussye, Reynolds, Monk, Berman
dan Kupfer (1989) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh seorang translator dengan latar pendidikan Sastra Inggris di
UIN Syarif Hidayatullah dan dikonsulkan kepada pembimbing untuk
meminimalisir terjadinya perbedaan persepsi. Peneliti juga sudah meminta
izin kepada D.J. Bussye melalui via email untuk menggunakan PSQI
64
sekaligus menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan D.J.Bussye
memberikan izin kepada peneliti.
Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur kualitas tidur lanjut usia
dalam satu bulan terakhir, meskipun ada yang menggunakannya untuk satu
hari ataupun satu minggu. Kuesioner ini terdiri dari 4 pertanyaan terbuka
dan 14 pertanyaan yang menggunakan skala Likert karena rentang
jawaban pertanyaan dari positif ke negatif. Setiap pertanyaan memiliki
skor 0 sampai 3, dengan skor total semua pertanyaan 0 sampai 21.
Kuesioner ini hanya bisa membedakan kualitas tidur yang buruk atau baik,
kualitas tidur dikatakan buruk bila skor total ≥ 5 dan kualitas tidur
dikatakan baik bila skor total < 5.
PSQI terdiri dari tujuh komponen, yaitu sebagai berikut: (1) Kualitas
tidur subjektif adalah persepsi sesorang terhadap tidurnya dan diukur
dengan meminta pendapat seseorang menilai kualitas tidurnya. (2) Tidur
laten merupakan waktu yang dimulai dari mencoba untuk tidur sampai
awal tidur yang sebenarnya atau jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
tertidur. (3) Durasi tidur adalah jumlah waktu yang sebenarnya seseorang
tidur dan menunjukkan jumlah jam tidur setiap malam. (4) Efisiensi tidur
adalahrasio dari total waktu tidur terhadap jumlah waktu ditempat tidur.
Diukur dengan membagi jumlah jam tidur dengan jumlah jam seseorang
menghabiskan diatas tempat tidur dan dikali 100%. (5) Gangguan tidur
adalah ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau bangun
lebih awal dari yang diingkan. (6) Penggunaan obat tidur diartikan sebagai
memakai bantuan farmakologis untuk tidur. (7) Disfungsi di siang hari
65
didefinisikan sebagai seseorang yang merasa tidak cukup istirahat disiang
hari (Buysse et al. (1989); Lai (2001); Tan (2008) dalam Chen, 2008).
PSQI memiliki tingkat konsisten internal dan koefisien reabilitas
(alpha cronbach) 0,83 untuk ketujuh komponen diatas dan memiliki
tingkat sensitifitas 89,6% dan spesifitas 86,5 % (Buysse et al., 1989),
tetapi peneliti akan melakukan uji validitas dan reabilitas kembali karena
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Tabel 4.2
Distribusi Pertanyaan Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index
Komponen Kualitas Tidur Pertanyaan Cara menghitung skor Skor
No Nama
C1 Kualitas tidur
subjektif 9 Skor #9 0-3
C2 Tidur laten 2 dan 5a
Skor #2 (≤15 mnt=0; 16-30 mnt =1; 31-60 mnt =2; > 60 mnt = 3) + skor #5a (hasil penjumlahan kedua-nya setara 0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3)
0-3
C3 Durasi tidur 4 skor #4 (>7=0; 6-7=1; 5-6=2; <5=3)
0-3
C4 Efisiensi
tidur yang biasa
1,3, dan 4
(total jam tidur)/(total waktu di tempat tidur) x 100 >85%=0; 75%-84%=1; 65%-74%=2; <65%=3
0-3
C5 Gangguan
tidur 5b sampai 5j
Jumlah skor #5b sampai #5j (0=0; 1-9=1; 10-18=2; 19-27=3)
0-3
C6 Penggunaan
obat tidur 6 Skor #6 0-3
C7 Disfungsi di siang hari
7 dan 8 Skor #7 + skor #8 (0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3)
0-3
Skor total seluruh komponen 0-21
66
4. Kuesioner bidang lain yang berhubungan dengan tidur
Kuesioner ini digunakan untuk memperakurat proses pemilahan
responden dan proses matching, yaitu Geriatric Depression Scale (menilai
tingkat depresi), Mini Mental Status Examination (menilai fungsi
kognitif), Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (menilai kecemasan)
dan Indeks Katz (menilai kemandirian beraktivitas). Cemas berhubungan
dengan kesulitan untuk tertidur dan tidurnya menjadi terputus-putus,
sedangkan depresi berhubungan dengan terbangun lebih awal (Wold,
2008) Wang et. al. (2012) melaporkan bahwa latihan fisik akut dapat
membuat tidur lebih nyenyak, meningkatkan jumlah waktu tidur, dan
mengurangi terbangun saat tidur. Peneliti akan melakukan proses
matching kepada responden agar depresi, kecemasan dan latihan fisik
(perbedaan tingkat kemandirian beraktivitas) tidak menjadi variabel yang
membiaskan hasil pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur
lanjut usia. Pada penelitian ini juga akan diberikan suatu perlakuan
sehingga untuk lebih memudahkan proses pelatihan dan proses penelitian
(melaksanakan dzikir menjelang tidur) maka dipilih responden yang tidak
memiliki kerusakan fungsi kognitif yang berat dan memiliki tingkat
kemandirian yang mandiri dalam beraktivitas. Berikut ini penjelasan dari
setiap kuesioner diatas:
a. Geriatric Depression Scale (GDS)
Kuesioner GDS dibuat oleh Yesavage (1986) yang digunakan
untuk mengakji tingkat depresi pada lanjut usia. Peneliti juga telah
meminta izin kepada Yesavage via email untuk menggunakan
67
kuesioner ini dalam penelitian dan Yesavage pun mengizinkan.
Alasan peneliti memilih kuesioner GDS adalah karena GDS bertujuan
untuk mengukur depresi pada lanjut usia. Kuesioner ini terdiri dari 15
pertanyaan yang menggunakan skala Guttman, setiap pertanyaan
memiliki skor 0 sampai 1, dengan skor total semua pertanyaan 0
sampai 15. Jika skornya 0-4= tidak depresi; 5-8= depresi ringan; 9-
11= depresi menengah; 12-15= depresi berat. GDS memiliki koefisien
reliabilitas internal (Alpha Cronbach) 0.84 dan tingkat sensitivitas
92% dan spesifitas 89% (Sheikh & Yesavage (1986) dalam
Greenberg, 2012)
Tabel 4.3
Distribusi Pernyataan Kuesioner Geriatric Depression Scale
Nomor pertanyaan Jawaban dan skor Skor
2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12,
14, dan 15
Jika dijawab “iya” bernilai 1;
Jika dijawab “tidak” bernilai 0.
0-10
1, 5, 7, 11, dan 13 Jika dijawab “iya” bernilai 0;
Jika dijawab “tidak” bernilai 1.
0-5
Skor Total 0-15
b. Mini Mental Status Examination (MMSE)
MMSE dikembangkan oleh Marshal F Folstein, Susan SF dan
Paul R McHugh (1975) yang bertujuan untuk mengkaji gangguan
fungsi kognitif pada lanjut usia. Kuesioner ini terdiri dari 11
pertanyaan yang mengkaji 5 area fungsi kognitif. Setiap area memiliki
skor bervariasi dari 1-5, jumlah skor tertinggi adalah 30. Skor 23 – 18
berarti meiliki kerusakan fungsi kognitif ringan, skor ≤ 17 berarti
68
memiliki kerusakan fungsi kognitif berat. MMSE memiliki tingkat
reliabilitas (Alpha Cronbach) 0.887 (Folstein, Susan SF dan McHugh,
1975).
Tabel 4.4
Distribusi Pertanyaan Kuesioner Mini Mental State Examination
No Komponen Skor
1 Orientasi 0-10
2 Registrasi 0-3
3 Atensi dan kalkulasi 0-5
4 Mengingat 0-3
5 Bahasa 0-9
Skor total 0-30
c. Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (GAI-SF)
GAI-SF dikembangkan oleh GJ. Byrne dan NA. Pachana (2011)
dan merupakan bentuk singkat yang terdiri dari 5 pertanyaan yang
diambil dari Geriatric Anxiety Inventory/ GAI (dikembangkan oleh
Pachana, et.al, 2007) yaitu pertanyaan 1, 6, 8, 10, dan 11. GAI adalah
kuesioner yang digunakan untuk mengkaji kecemasan pada lanjut usia
dan terdiri dari 20 pertanyaan. Peneliti memilih kuesioner GAI-SF
karena peneliti ingin melakukan skrining/ pemilahan pada lanjut usia
yang mengalami kecemasan yang kemudian akan dieksklusikan.
Kuesioner GAI-SF memiliki tujuan yang lebih spesifik yaitu untuk
studi epidemologi dan survei. (Pachana & Byrne, 2011; Pachana et. al.
2007).
Peneliti juga telah meminta izin kepada Byrne dan Pachana via
email dan diberikan izin untuk menggunakan kuesioner GAI-SF dan
69
menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini
diterjemahkan oleh translator dengan latar pendidikan Sastra Inggris
di UIN Syarif Hidayatullah dan dikonsulkan kepada pembimbing
untuk meminimalisir terjadinya perbedaan persepsi.
Pertanyaan pada kuesioner GAI-SF menggunakan skala
Guttman, setiap pertanyaan memiliki skor 0 sampai 1, skor 0 untuk
jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “iya”. Jika skor total ≥ 3,
maka dikategorikan mengalami cemas. GAI-SF memiliki koefisien
reliabilitas (Alpha Cronbach) 0.81 dan tingkat sensitivitas 75% dan
spesifitas 87% (Byrne & Pachana, 2011).
d. Indeks Katz
Indeks Katz merupakan kuesioner yang biasa digunakan untuk
mengkaji kemampuan individu beraktivitas secara mandiri dalam
kegiatan sehari-hari. Indeks Katzmengkaji 6 fungsi yaitu mandi,
berpakaian, makan, berpindah, ke kamar mandi dan buang air (BAK
dan BAB). Terdapat 6 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki nilai 0-
1 sehingga total skor 0-6. Jika skor ≤ 2 dikategorikan ketergantungan;
skor 3-6 dikategorikan mandiri (Wallace & Shelkey, 2007).
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mencegah kesalahan mengenai informasi yang bersifat subjektif
dan agar kuisiner benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur, maka alat
ukur yang digunakan harus valid dan reliabel (Dahlan, 2010). Uji validitas dan
reliabilitas kuesioner dilakukan pada tanggal 12 sampai 15 November 2013
70
diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 04 Jakarta Selatan. Uji dilakukan
pada 30 WBS (Warga Binaan Sosial) yang berusia 60 sampai 91 tahun (terdiri
dari 14 laki-laki dan 16 perempuan) dan yang tergolong kedalam kelompok
WBS mandiri.
1. Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (Arikunto, 2010; Nursalam, 2008; Notoatmodjo, 2006).
Uji validitas pada semua kuesioner menggunakan rumus Pearson Product
Moment dengan bantuan software di komputer. Hasil penghitungan tiap-
tiap item akan dibandingkan dengan r tabel nilai product moment. Jika r
hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 5% maka instrumen
yang diujicobakan dinyatakan valid (Arikunto, 2010; Hidayat, 2008).
Cara pengujian validitas ini dengan melakukan uji korelasi antar
nilai tiap item pertanyaan terhadap skor total nilai kelompok. Nilai r tabel
untuk jumlah responden 30 adalah n-2 = 0,31; jika r hitung > r tabel pada
setiap pertanyaan dari kuesioner maka kuesioner dinyatakan valid.
a. Hasil uji validitas kuesioner PSQI
Terdapat16 pertanyaan yang dilakukan uji validitas dan terdapat 6
pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya (r pearson
correlation) dibawah 0.31, yaitu pada pertanyaan Q2 (0.018), Q4
(0.178), Q5B (0.218), Q5C (0.19), Q5F (0.258), dan Q8 (-0.022).
Semua pertanyaan yang tidak valid dieliminasi. Jumlah pertanyaan
yang valid adalah 10 pertanyaan dengan rentang nilai r pearson
71
correlation 0,367 sampai 0,491. Distribusi pertanyaan kuesioner PSQI
yang valid dan tidak valid (nomor lebih tebal) sebagai berikut:
Tabel 4.5
Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner PSQI
No Komponen Pertanyaan 1 Kualitas tidur subjektif 9 2 Tidur laten 2 dan 5a 3 Durasi tidur 4 4 Efisiensi tidur yang biasa 1,3, dan 4
5 Gangguan tidur 5b, 5c, 5d, 5e, 5f, 5g, 5h, 5idan 5j
6 Penggunaan obat tidur 6 7 Disfungsi di siang hari 7 dan 8
Mengeliminasikan pertanyaan yang tidak valid membuat 2
komponen kualitas tidur yang tidak bisa dinilai, yaitu komponen durasi
tidur dan efisiensi tidur yang biasa, maka dari itu kuesioner PSQI ini
tidak bisa menilai kualitas tidur (membagi menjadi kategorik kualitas
tidur baik atau buruk) tetapi hanya bisa menilai skor kualitas tidur
(semakin tinggi skor kualitas tidur maka semakin buruk kualitas
tidurnya dan sebaliknya semakin kecil skor kualitas tidur semakin baik
kualitas tidurnya.)
b. Hasil Uji validitas kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS)
Terdapat 15 pertanyaan yang dilakukan uji validitas dan terdapat
2 pertanyaan yang tidak valid karena nilai korelasinya (r pearson
correlation) dibawah 0.31, yaitu pada pertanyaan Q5 (0.042) dan Q9 (-
0.021). Kedua pertanyaan tersebut dieliminasi. Jumlah pertanyaan yang
valid adalah 13 pertanyaan dengan rentang nilai r pearson correlation
0.416 sampai 0.734. Distribusi pertanyaan kuesioner GDS yang valid
dan tidak valid (nomor lebih tebal) sebagai berikut:
72
Tabel 4.6
Distribusi Hasil Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner GDS
No Nomor pertanyaan Jawaban dan skor 1 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14,
dan 15 Jika dijawab “iya” bernilai 1; Jika dijawab “tidak” bernilai 0.
2 1, 5, 7, 11, dan 13 Jika dijawab “iya” bernilai 0; Jika dijawab “tidak” bernilai 1.
c. Hasil Uji validitas kuesioner Mini Mental Status Examination (MMSE)
Dari hasil uji validitas terdapat 1 pertanyaan yang tidak valid
karena nilai korelasinya (r pearson correlation) dibawah 0.31 yaitu
pada pertanyaan Q7 (0.073) yang kemudian dieliminasi. Jumlah
pertanyaan yang valid adalah 10 pertanyaan dengan rentang nilai r
pearson correlation 0.428 sampai 0.738.
d. Hasil Uji validitas kuesioner Geriatric Anxiety Inventory-Short Form
(GAI-SF)
Terdapat 5 pertanyaan yang dilakukan uji validitas dan semua
pertanyaan dinyatakan valid karena nilai korelasinya (r pearson
correlation) diatas 0.31. Rentang nilai r pearson correlation pada
semua pertanyaannya adalah 0.664 sampai 0.834.
e. Hasil Uji validitas kuesioner Indeks Katz
Kuesioner Indeks Katz tidak bisa di analisis karena memiliki nilai
variabel yang konstan. Ini dapat disebabkan oleh responden yang
digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas merupakan lanjut usia
yang tergolong dalam kelas mandiri sehingga hasil pengukuran Indeks
Katz didapat nilai yang konstan (mandiri semua).
73
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
waktu yang berlainan (Notoatmodjo, 2006). Teknik pengujian pada
penelitian ini menggunakan teknik Alpha Crombach (α), dalam uji
reliabilitas r hasil adalah alpha dengan bantuan software komputer. Suatu
instrumen dari variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Cronbach> 0.60 (Hidayat, 2008).
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) dari
kuesioner PSQI sebelum pertanyaan yang tidak valid dihilangkan adalah
sebesar 0.477 dan sesudah pertanyaan yang tidak valid dieliminasi
didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebesar 0.605. Pada kuesioner GDS
hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) sebelum
pertanyaan yang tidak valid dihilangkan adalah sebesar 0.799 dan sesudah
pertanyaan yang tidak valid dieliminasi didapatkan nilai Alpha Cronbach
(α) sebesar 0.848. Pada kuesioner MMSE hasil uji reliabilitas didapatkan
nilai Alpha Cronbach (α) 0.696 dan sesudah pertanyaan Q7 dihilangkan
nilai Alpha Cronbach (α) menjadi 0.713. Hasil uji reliabilitas untuk
kuesioner GAI-SF didapatkan nilai Alpha Cronbach (α) 0.799. Kuesioner
indeks Katz tidak bisa di analisis karena memiliki nilai variabel yang
konstan. Ini dapat disebabkan oleh responden yang digunakan untuk uji
validitas dan reliabilitas merupakan lanjut usia yang tergolong dalam kelas
mandiri sehingga hasil pengukuran Indeks Katz didapat nilai yang konstan
(mandiri semua).
74
Berdasarkan semua hasil validitas dan uji reabilitas untuk kelima
kuesioner diatas dapat dinyatakan bahwa kelima kuesioner tersebut reliabel
dan dapat digunakan karena Alpha Cronbach> 0,60.
G. Alur Penelitian
Persiapan penelitian
Informed consent
Bersedia Tidak bersedia
Identifikasi subjek yang berpotensi
masuk ke dalam penelitan
Penilaian lebih lanjut
Memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
Tidak memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
Random
Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Kelompok intervensi (7 hari)
Kelompok kontrol (7 hari)
(2)
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pemilahan/ skrining
Pelatihan dzikir menjelang tidur
75
H. Cara Kerja Penelitian
1. Persiapan penelitian
a. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan
penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin uji validitas dan
reliabilitas kuesioner kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada
Kepala Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik Walikota Jakarta Selatan
dan kepala PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Selatan untuk mendapatkan
perizinan melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di PSTW
Budi Mulia 04 Jakarta Selatan. Lanjut usia PSTW Budi Mulia 01
Jakarta dijadikan sebagai tempat uji uji validitas dan reliabilitas
didasarkan karena terdapatnya kesamaan karakteristik dengan lanjut
usia yang ada di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur.
Setelah mendapat surat perizinan uji validitas dan reliabilitas
kuesioner dari Walikota Jakarta Selatan, peneliti menyerahkan surat
tersebut bersamaan dengan surat izin dari intitusi pendidikan kepada
bagian terkait yang untuk diproses kepada kepala PSTW Budi Mulia
04 Jakarta Selatan. Setelah kedua surat izin tersebut disetujui oleh
Pengumpulan data post-test
Gambar 4.2 Alur Penelitiaan
(9)
Analisis data (10)
76
kepala PSTW Budi Mulia 04 Jakarta Selatan, peneliti langsung
melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
Kuesioner yang diujikan adalah PSQI, GDS, MMSE, GAI-SF,
dan Indeks Katz. Uji validitas dilakukan dari tanggal 12 – 15
November 2013 kepada 30 lanjut usia yang tergolong lanjut usia
mandiri. Hasil analisis pengujian kuesioner dikonsulkan kembali
kepada pembimbing.
b. Pengajuan perizinan ke PSTW yang akan di teliti
Sebelumnya peneliti telah mengajukan surat permohonan izin
studi pendahuluan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada Kepala
Bagian Kesatuan Bangsa dan Politik Walikota Jakarta Timur untuk
mendapatkan perizinan melakukan studi pendahuluan di PSTW Budi
Mulia 01 Jakarta Timur. Menurut pegawai yang bertugas di Bagian
Kesatuan Bangsa dan Politik Walikota Jakarta Timur mengatakan
bahwa surat izin ini sudah meliputi segala macam kegiatan penelitian,
penyebaran angket, poling pendapat, maupun perizinan tempat
penelitian, sehingga surat ini bisa dijadikan sebagai perizinan studi
pendahuluan dan perizinan tempat penelitian.
Setelah mendapat surat perizinan penelitian dari Walikota
Jakarta Timur, peneliti menyerahkan surat tersebut kpada bagian
terkait untuk diproses kepada kepala PSTW Budi Mulia 01 Jakarta
Timur. Setelah disetujui oleh kepala PSTW Budi Mulia 04 Jakarta
77
Selatan, peneliti langsung membuat kontrak kegiatan penelitiaan dan
melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian tersebut.
c. Pelatihan tim penelitian
Pelatihan (menyamakan persepsi) dilakukan kepada ahli agama
(yang biasa mengisi kegiatan keagamaan di PSTW Budi Mulia 01
Jakarta Timur). Tujuan pemilihan ahli agama yang sudah khusus di
PSTW diharapkan sudah terjalin rasa saling percaya WBS terhadap
ahli agama sehingga dapat memudahkan proses pelatihan dan
pengarahan dzikir menjelang tidur. Jumlah ahli agama yang bertugas
di PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur ada 4 orang, tetapi peneliti
hanya memilih satu, yaitu Ustadz Ahyar. Pemilihan ini didasarkan
karena Ustadz Ahyar memiliki rumah tugas yang berada didalam
lingkungan PSTW Budi Mulia 01 Jakarta Timur sehingga akan lebih
mengoptimalkan saat proses penelitian berlangsung.
Penyamaan persepsi dilakukan pada tanggal 25 November 2013
dirumah tugas ahli agama. Kegiatan penyamaan persepsi meliputi
menjelaskan dan mendemonstarsikan jenis-jenis dzikir yang dipakai
dalam peneltitian ini, dinyatakan memadai apabila ahli agama mampu
menyebutkan dan mempraktikkan kembali pelatihan yang diberikan.
Dari hasil pengamatan peneliti, ahli agama mampu menjelaskan
kembali dan mempraktikkan kembali dzikir menjelang tidur.
d. Observasi lingkungan tempat penelitian
Observasi lingkungan tempat penelitian (setiap wisma) dan
dilakukan pada waktu siang dan malam hari selama 3 hari berturut-
78
turut, yaitu dari tanggal 26 sampai 28 November 2013. Observasi
meliputi kegaduhan setiap wisma, kondisi penerangan ruangan
dimalam hari, ventilasi ruangan, dan tempat tidur WBS (ukuran,
empuk dan posisi tempat tidur).
Hasil observasi setiap wisma didapatkan bahwa kegaduhan
ruangan terjadi pada wisma Bougenfil (pada observasi hari kedua)
karena ada salah satu WBS yang menyalakan radio dengan suara
yang keras didalam ruangan wisma, sedangkan pada wisma yang lain
tidak terdapat kegaduhn. Pada malam hari kondisi penerangan setiap
wisma selalu dimatikan semua atau dimatikan sebagian sehingga
tercipta suasana pencahayaan yang gelap atau redup. Setiap wisma
memiliki jumlah jendela yang sama dan memiliki blower berjumlah 8
dimana 4 terpasang di dinding depan atas dan 4 dinding belakang atas
wisma. Tempat tidur untuk setiap WBS terbuat dari bahan yang sama
dengan ukurannya yang sama juga. Posisi tempat tidur disusun secara
paralel dengan formasi 4 baris paralel (seperti barak) di ruangan
utama dan terdapat 1 baris paralel yang lebih pendek pada ruangan
tambahan (setiap wisma memiliki 1 ruangan tambahan).
2. Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian
Identifikasi subjek yang berpotensi masuk ke dalam penelitian
dilakukan pada tanggal tanggal 26 November 2013 dengan hasil bahwa
pemilahan/ skrining pada subjek yang berpotensi masuk ke dalam
penelitian akan dilakukan pada WBS yang tinggal di wisma Asoka,
Bougenfil dan Flamboyan. Menurut data informasi dari pihak PSTW,
79
WBS yang tinggal di wisma Cempaka, Dahlia, dan Edelweis adalah WBS
yang tergolong ke dalam WBS yang mengalami gangguan mental dan
WBS yang harus dibantu dalam beraktivitas sehari-hari (tidak mandiri)
sehingga tergolong ke dalam WBS yang tidak berpotensi masuk ke dalam
penelitian.
3. Informed consent
Peneliti dibantu oleh petugas yang bersangkutan melakukan
perkenalan dan pendekatan kepada WBS. Informed consent dilakukan
oleh peneliti kepada WBS secara satu per satu. Peneliti menjelaskan
tujuan penelitian, alasan dipilihnya WBS, prosedur penelitian, manfaat,
resiko potensial, kompensasi, dan penjagaan rahasia. Kemudian peneliti
meminta persetujuan kepada WBS untuk dilakukan pemilahan dan jika
bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar tanda tangan pada
kolom yang tersedia.
4. Pemilahan/ skrining
Bagi WBS yang bersedia menandatangai lembar informed consent,
dilanjutkan dengan mengisi kuesioner. Pada saat pengisian kuesioner,
peneliti mendampingi setiap WBS satu per satu dan menjelaskan setiap
pertanyaan yang ada di kuesioner agar memudahkan WBS dalam
memahami dan menjawabnya. Pemilahan/ skrining dilakukan pada
tanggal 26 sampai 4 Desember 2013. Waktu pengisian kuesioner kurang
lebih selama 10 sampai 30 menit untuk setiap WBS. Hasil kegiatan ini
dijadikan sebagai data pretest dan untuk penilaian lebih lanjut.
80
5. Penilaian lebih lanjut
Penilaian lebih lanjut dilakukan setiap malam sesudah kegiatan
pemilahan. Peneliti melakukan penilaian lebih lanjut terhadap data hasil
pemilihan/ skrining(tahap 4) meliputi: mengelompokkan yang memiliki
kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Berikut ini nama obat-
obatan yang paling sering dikonsumsi oleh WBS (tidak semua WBS
mengkonsumsi obat tersebut), yaitu:
a. Captopril (Angiotensin-Converting Enzim (ACE)-inhibitor),
berfungsi menghambat ACE yang menghidrolisis angiotensin I
menjadi Agiotensin II dan menon-aktifkan bradikinin (Benowitz,
2007; Davey 2005), sehingga tidak mempengaruhi norepinefrin dan
epinefrin dalam tubuh WBS. Jadi dapat disimpulkan bahwa ACE-
inhibitor tidak berpengaruh terhadap tidur dan tidak menjadi biar
penelitian.
b. Allupurinol (Obat hiperurisemia dan gout) yang bekerja mengurangi
jumlah total asam urat dalam tubuh dengan cara menghambat kerja
enzim xanthine oxidase (Furst & Ulrich 2007; Davey 2005).
c. Piroksikam (Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs/ NSAID)
berfungsi sebagai penghambat selektif cyclooxygenase dan biasanya
digunakan untuk reumatik (Furst & Ulrich 2007).
d. Dexamethason (Steroid Anti-Inflammatory Drugs/ SAID) yang
berfungsi untuk mengurangi gejala dari proses inflamasi (Chrousos,
2007).
81
e. Simvastatin (Obat untuk Hiperlipidemia) penghambat kompetitif
enzim HMG-CoA reductase dam digunakan untuk mengurangi
kadar trigliserida plasma dan meningkatkan HDL (Malloy & Kane,
2007).
f. Nifedipin (calcium channel blocker) berfumgsi menghambat influks
kalsium ke dalam sel otot polos arteri (Benowitz, 2007).
g. Metformin (Biguanid) digunakan untuk penderita Diabetes Mellitus
untuk menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan glukogenesis,
menurunkan absorpsi glukosa dan meningkatkan mengubah glukosa
menjadi laktat di saluran pencernaan, dan meningkatkan glikolisis
(Nolte & Karam, 2007).
Selain obat-obatan di atas, WBS juga ada yang mengkonsumsi
sangobion dan vitamin. WBS yang tidak mengkonsumsi obat Metformin
(karena memiliki penyakit Diabetes Mellitus), obat tidur (benzodiazepam,
hipnotif, antihistamin), dekongestan, narkotik dan diuretik akan
dimasukkan menjadi responden. Bagi WBS yang memiliki skor total
kualitas tidurnya nol dan/ atau tidak memiliki kriteria inklusi dan/ atau
memiliki kriteria eksklusi maka tidak akan dimasukkan ke dalam
responden. Hasil penilaian lebih lanjut didapatkan 30 WBS yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi, yaitu 8
WBS dari wisma Flamboyan, 16 WBS dari wisma Asoka, dan 6 WBS
dari wisma Bougenfil.
82
6. Random
Bagi 30 WBS yang lolos tahap penilaian lebih lanjut (sample
frame), dilakukan undian dengan cara melempar koin untuk menentukan
masuk kelompok intervensi atau kelompok kontrol. Proses randomisasi
meliputi:
a. Membuat daftar WBS yang lolos pada penilaian lebih lanjut;
b. Membagi menurut nomor urutan ganjil-genap;
c. Nomor urut ganjil dilakukan pelemparan koin, dimana bila sisi
gambar garuda yang muncul nomor urut ganjil dimasukkan ke
dalam kelompok kontrol dan jika sisi gambar bunga melati yang
muncul maka kelompok nomor urut ganjil dimasukkan ke dalam
kelompok intervensi (peraturan ini langsung menentukan
kelompok nomor urut genap juga). Gambar yang muncul adalah
bunga melati sehingga nomor urut ganjil di masukkan ke dalam
kelompok kontrol.
Dari hasil randomisasi didapatkan kelompok intervensi terdiri dari 2
WBS dari wisma Flamboyan, 10 WBS dari wisma Asoka dan 3 WBS dari
wisma Bougenfil. Kelompok kontrol terdiri dari 6 WBS dari wisma
Flamboyan, 6 WBS dari wisma Asoka dan 3 WBS dari wisma Bougenfil
7. Pelatihan dzikir menjelang tidur
Pelatihan dzikir menjelang tidur dilakukan pada tanggal 4 dan 5
Desember 2013 di mushola yang ada di dalam lingkungan PSTW Budi
Mulia 01 Jakarta Timur dan ditujukan hanya untuk kelompok intervensi.
Pelatihan dipimpin oleh ahli agama yang sebelumnya telah dilakukan
83
penyamaan persepsi oleh peneliti. Selama pelatihan peneliti mengamati
jalannya pelatihan dan menambahkan apabila ada proses tahapan dzikir
menjelang tidur yang terlewat. Hasil pengamatan menemukan bahwa
responden mampu mempraktikkan kembali dzikir menjelang tidur.
8. Intervensi dzikir menjelang tidur
Intervensi dzikir menjelang tidur dilakukan dari tanggal 6 sampai 12
Desember 2013. Dzikir menjelang tidur dilakukan setiap menjelang tidur
malam sampai tertidur selama 7 hari berturut-turut. Alasan peneliti
mengambil lama waktu intervensinya 7 hari karena pada penelitian
sebelumnya, Peck et.al. (2012) mengenai meditasi kesadaran yang
dilakukan selama 7 hari.Modul dzikir menjelang tidur disajikan dalam
bentuk 2 bahasa yaitu bahasa Arab dan transliterasinya dalam bahasa
Indonesia serta terdapat terjemahannya. Dzikirnya tersebut terdiri dari:
a. Berwudhu’;
b. Mengibas tempat tidur dengan kain sambil membaca bismillah 3kali;
c. Kemudian duduk di samping tempat tidur dan membaca ta’awudz, al-
Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas 3 kali, al-Falaq 3 kali, an-Naas 3
kalikemudian meniupkannya ketelapak tangan dan mengusapkannya
ke seluruh tubuh;
d. Kemudian berbaring ditempat tidur menghadap kiblat atau ke arah
kanan dengan meletakkan tangan kanan dibawah pipikanan kemudian
membaca do’a sebelum tidur :
“Ya, Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan menyebut
nama-Mu aku mati.”
84
e. Dan membaca do’a:
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menghadapkan
wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, aku
menyerahkan urusanku kepada-Mu dengan rasa senang dan takut
kepada-Mu, sesungguhnya tiada tempat berlindung dan
menyelamatkan diri dari ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku
beriman kepada Kitab yang telah Engkau turunkan serta Nabi yang
Engkau utus.” Dilanjutkan dengan dzikir tasbih 33 kali, tahmid 33
kali, takbir 34 kali, dan diteruskan dengan membaca istighfar sampai
tertidur.
f. Jika responden terbangun atau terkejut dari tidur, maka membaca do’a
ini kemudian mencoba untuk tidur lagi.
Rasulullah saw terbangun pada malam hari, beliau mengucapkan:
“Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa dan
Maha Mengalahkan, Rabb pencipta langit dan bumi serta apa-apa
yang ada di antara keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”
g. Adapun jika bangun dari tidur, maka responden membaca:
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah
kematian kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.”
Untuk kelompok kontrol hanya membaca do’a sebelum tidur yang
biasanya dibaca oleh setiap anggota kelompok kontrol sebelum tidur,
sehingga peneliti tidak memberikan perlakuan khusus.
85
9. Pengumpulan (posttest) dan Pengolahan Data
Pada penelitian ini proses pengumpulan data meliputi 2 cara, yaitu
a. Penilaian kuesioner dengan menggunakan PSQI. Sesudah 7 hari
melakukan dzikir, kemudian kelompok intervensi dan kelompok
kontrol diukur kembali dengan menggunakan kuesioner PSQI, data
pada tahap ini dijadikan sebagai data posttest. Pengukuran kembali
(data posttest) skor kualitas tidur dilakukan dari tanggal 13 sampai 14
Desember 2013.
b. Pengamatan langsung (observasi) dan menanyakan kembali.
Pengamatan dilakukan setiap malam hari selama 7 hari berturut-turut
untuk mengobservasi responden yang melakukan dzikir menjelang
tidur dan mencatatnya pada lembar catatan. Kemudian setiap pagi
peneliti menanyakan kembali terkait kegiatan dzikir menjelang tidur
responden, ini lebih dikhususkan kepada responden yang tidur lebih
awal sebelum peneliti sempat mengobservasi.
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data
(Hidayat, 2008), meliputi:
a. Editing yaitu upaya memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh. Editing dilakukan dengan pencocokan hasil kuesioner
dengan hasil pengamatan pada lembar observasi.
b. Coding yaitu memberikan kode terhadap data dan di kelompokkan
sesuai dengan kategorik-kategorik yang ada, karena analisis
penelitian ini menggunakan perangkat lunak statistik dari
komputer.
86
c. Data entry yaitu memasukkan data yang telah diedit ke dalam
perangkat lunak tersebut.
10. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensi.
Pada saat menganalisis data peneliti menggunakan bantuan perangkat
lunak penghitungan statistik pada komputer.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yangdigunakan pada penelitian ini ada 2, yaitu:
1. Teknik analisis statistik univariat
Teknik analisis yang menyajikan data (karakterisitk dalam populasi
yang menggambarkan ciri populasi) dalam bentuk yang lebih mudah dan
lebih cepat dipahami (Dahlan, 2012; Subagyo & Djarwanto, 2009;
Hidayat, 2007). Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini adalah
persentase usia, jenis kelamin, keluhan tidur, dan skor kualitas tidur
sebelum dan sesudah intervensi untuk setiap kelompok (kelompok
intervensi dan kelompok kontrol) dan disajikan dalam bentuk tabel
(Dahlan, 2012).
Setiap variabel data akan dilakukan uji distribusi (sebaran data)
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (karena jumlah sampel penelitian
<50, yaitu 15 per kelompok) dengan nilai kemaknaan (p) >0,05. Jika
distribusi data normal, maka mean dijadikan ukuran pemusatan dan
standar deviasi sebagai ukuran penyebaran dan dilanjutkan dengan uji
parametrik pada analisis inferens. Jika distribusi data tidak normal, maka
87
median dijadikan ukuran pemusatan dan minimum dan maksimum sebagai
ukuran penyebaran serta dilakukan uji nonparametrik pada analisis
inferensi. Untuk data skor numerik akan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik (Dahlan, 2012).
2. Teknik analisis statistik bivariat
Teknik analisisinferensi digunakan untuk membahas analisis dan
membuat kesimpulan dari hasil analisis yang telah dibuat (Subagyo &
Djarwanto, 2009; Hidayat, 2007). Untuk melihat pengaruh dzikir
menjelang tidur terhadap kualitas tidur, maka peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi perubahan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah
melakukan dzikir menjelang tidur dan membandingkan antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol.
Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan
rerata skor kualitas tidur (numerik) dan skor komponen PSQI antara
pengukuran sebelum dan sesudah intervensi (berpasangan), jika distribusi
data normal, teknik analisis yang digunakan adalah analisis t berpasangan
dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05) dan jika distribusi data tidak
normal maka menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 95%
(alpha 0,05) untuk masing-masing kelompok (intervensi dan kontrol)
(Dahlan, 2012).
Untuk mengidentifikasi perbedaan rerata skor kualitas tidur
(numerik) antara kelompok intervensi dan kontrol (tidak berpasangan),
terlebih dahulu dilakukan uji distribusi data dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk (karena jumlah sampel penelitian <50, yaitu 30 responden;
88
gabungan dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol) dengan nilai
kemaknaan (p) > 0,05. Jika distribusi data normal maka akan dilakukan uji
t tidak berpasangan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05) dan jika
distribusi data tidak normal maka akan dilakukan uji Mann Whitney
dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). Uji Levene’s dilakukan
untuk melihat kesamaan varians dengan syarat jika nilai p > 0,05, maka
varians data dinyatakan sama. Kesamaan nilai varians adalah bukan syarat
mutlak untuk uji t tidak berpasangan, sehingga varians boleh sama atau
berbeda (Dahlan, 2012).
Peneliti juga melakukan uji ukuran pengaruh (effect size) yaituuji
statistik yang menunjukkan besaran relatif dari perbedaan antara rerata,
atau jumlah total varians dalam variabel dependen yang diprediksi dari
pengetahuan terkait tingkat variabel independen (Tabachnick &
Fidell2007 dalam Pallant 2007). Uji statistik efek ukuran yang biasa
digunakan adalah uji eta (η) pada uji parametrik dan uji koefisien phi (r)
pada uji nonparametrik (Pallant, 2007; Dahlan, 2009).
Uji eta (η) yaitu pengujian yang menunjukkan proporsi varians
dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Uji eta
bertujuanuntuk mengidentifikasi seberapa kuat hubungan dzikir menjelang
tidurterhadap penurunanskor kualitas tidur lanjut usia. Uji koefisien phi (r)
menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel. Masing-masing nilai uji
tersebut memiliki rentang dari 0 sampai 1. Khusus untuk pedoman uji r
yang digunakan pada penelitian ini adalah pedoman dari Cohen (1988
dalam pallant, 2007) karena pada penelitian ini hanya ada 2 kategorik
89
yaitu dzikir menjelang tidur dan yang tidak dzikir menjelang tidur. Berikut
ini tabel interpretasinya:
Tabel 4.7
Pedoman Interpretasi Nilai ηdan r menurut Kriteria Cohen (1988)
Kekuatan Hubungan Uji Parametrik
(η)
Uji Non Parametrik
(r)
Lemah 0,01 ≤ η< 0,06 0,1 ≤ r< 0,3
Sedang 0,06 ≤ η< 0,14 0,3 ≤ r< 0,5
Kuat η ≥ 0,14 r ≥ 0,5 Sumber: Cohen (1988)Statistical power,. analysis for the behavioral sciences, dalam Pallant 2007.
J. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada isu ilmiah dan isu etik.
Peneliti menyusun penelitian ini berdasarkan prinsip konsisten, important dan
valid agar etis berdasarkan isu ilmiah. Ketika peneliti melakukan penyusunan
pertanyaan penelitian dan tujuan, masalah penelitian, hipotesis, pemilihan
desain penelitian, penentuan rumus besar sampel, dan rencana analisis data dan
hasil penelitian memiliki keselarasan dan kesesuaian satu dengan yang lain
(konsisten). Penyusunan latar belakang, rumusan masalah dan manfaat
penelitian, peneliti melihat aspek pentingnya penelitian ini dilakukan dan
manfaatnya bagi ilmu pengetahuan dan praktik keperawatan (Dahlan, 2010).
Dalam memilih metode pengambilan sampel yang sesuai dengan tujuan,
metode pengontrolan variabel perancu yang sesuai dengan jenis dan jumlah
variabelnya, upaya meminimalisasi drop out, instrumen yang digunakan
(validitas dan reliabilitas), metode pengumpulan data yang digunakan, serta
alur penelitian dipertimbangkan dan dipilih dengan seksama dan teliti agar bisa
mendapatkan data yang valid. Dengan memperhatikan ketiga aspek isu ilmiah,
90
maka penelitian ini diharapkan tidak menyalahi syarat ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Dahlan, 2010).
Berdasarkan segi isu etika, agar penelitian ini menjadi etis peneliti
memperhatikan tiga acuan utama etika, yaitu prinsip keadilan, prinsip manfaat,
dan prinsip menghormati orang lain (Dahlan, 2010; Hidayat, 2007).
1. Prinsip manfaat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk kepentingan manusia dan juga mempertimbangkan aspek risiko
dengan aspek manfaat serta tidak memberikan/ menimbulkan kekerasan
dan kerugian pada manusia baik saat intervensi dilakukan (responden) atau
pun ketika hasil penelitian ini diterapkan dalam pelayanan kesehatan.
2. Prinsip menghormati manusia, karena sebagai makhluk yang mulia yang
harus dihormati dan memiliki hak-hak azasi, maka manusia berhak untuk
menentukan pilihan untuk ikutsertaatau tidak menjadi responden, sehingga
penelitian ini mengedepankan aspek kesukarelaan bagi setiap responden.
3. Prinsip keadilan, prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan
manusia dengan menghargai hak atau memberikan perlakuansecara adil
bagi seluruh responden (tidak condong ke kelompok intervensi atau
sebaliknya ke kelompok kontrol atau ke segelintir responden), hak menjaga
privasi, dan tidak berpihak dalam perlakukan terhadap manusia. (Dahlan,
2010; Hidayat, 2007).
Setelah penelitian selesai, peneliti akan memberikan informasi dan demontrasi
tentang dzikir menjelang tidur kepada kelompok kontrol.
Peneliti juga mempertimbangkan masalah etik yang terdiri dari informed
consent, tanpa nama, dan kerahasiaan. Informed consent merupakan bentuk
91
persetujuan antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar
persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta dampaknya. Anonimity (tanpa nama)
merupakan memberikan jaminan dalam penggunaan responden dengan cara
hanya menuliskan kode pada saat pengolahan data dan hasil penelitian yang
akan disajikan (pada saat mengisi lembar kuesioner dan pengumpulan, peneliti
mencantumkan nama agar memudahkan saat mengidentifikasi dan mengolah
data pretest dan posttest). Confidentialty (kerahasiaan) memberikan jaminan
kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,
2007).
Dengan memperhatikan aspek isu etis tersebut, peneliti membuat sebuah
informed consent yang didalamnya terdapat penjelasan (informed) terkait
penelitian, isu etika, masalah etik kepada calon responden dan bagian
persetujuan (consent) sehingga calon responden dapat mempertimbangkan
dengan bijak dalam memutuskan dirinya untuk ikut serta atau tidak dalam
penelitian ini tanpa ada unsur keterpaksaan (Dahlan, 2010).
92
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan mendeskripsikan secara lengkap hasil penelitian pengaruh
dzkir menjelang tidur terhadap skor kualitas tidur lanjut usia. Terdapat kelompok
intervensi dan kelompok kontrol yang nantiya akan dibandingkan rerata skor
kualitas tidur masing-masing kelompok. Penelitian ini dilakukan selama 7 hari
dengan intervensi 7 hari berturut-turut setiap malam (6 sampai 12 Desember
2013).
A. Analisis Preliminari
Setiap variabel sebelum di analisis secara univariat maupun bivariat
terlebih dilakukan pengujian kenormalan distribusi data. Pengujian ini sangat
penting karena normal atau tidaknya distribusi data mempengaruhi pemilihan
penyajian data dan jenis uji yang dipakai dalam uji hipotesis. Uji kenormalan
distribusi pada penelitian ini menggunakan metode analitis karena lebih
objektif dibandingkan metode plot dan histogram. Metode analitis juga lebih
sensitif dibandingkan dengan menghitung nilai koefisien korelasi, rasio
skewness dan rasio kurtosis. Metode analisis yang dipilih adalah uji Shapiro-
Wilk karena jumlah responden ≤ 50, yaitu 30 responden. Distribusi data
dinyatakan normal jika nilai kemaknaan (p) > 0,05 (Pallant, 2007; Dahlan,
2009).
93
Tabel 5.1 Distribusi Hasil Uji Normalitas Data, Desember 2013
Variabel Shapiro-Wilk
(p) Interpretasi Hasil
Usia 0,011 Distribusi data tidak normal Jenis kelamin 0,000 Distribusi data tidak normal Skor kualitas tidur pada kelompok Intervensi
1. Pretest 2. Posttest
0,854 0,410
Distribusi data normal Distribusi data normal
Skor kualitas tidur pada kelompok kontrol
a. Pretest b. Posttes
0,571 0,201
Distribusi data normal Distribusi data normal
Kelompok Intervensi (pretest) Komponen 1 Komponen 2 Komponen 5 Komponen 6 Komponen 7
0,000 0,000 0,001
(tidak bisa diuji) 0,000
Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal
- Distribusi data tidak normal
Kelompok Intervensi (posttest) Komponen 1 Komponen 2 Komponen 5 Komponen 6 Komponen 7
(tidak bisa diuji) 0,000 0,000
(tidak bisa diuji) 0,000
-
Distribusi data tidak normal Distribusi data tidak normal
- Distribusi data tidak normal
Tabel 5.1 menunjukkan variabel komponen PSQI pada kelompok
intervensi pada pretest (komponen 6) dan posttest (komponen 1 dan 6) tidak
bisa diuji karena data pada variabel-variabel tersebut adalah konstan. Variabel
skor kualitas tidur kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada
pengakuran pretest dan posttest memiliki distribusi data yang normal sehingga
memenuhi syarat untuk menggunakan uji parametrik (uji t berpasangan dan uji
t tidak berpasangan). Variabel dari setiap komponen PSQI pada kelompok
intervensi pada pengukuran pretest dan posttest memiliki distribusi data yang
94
tidak normal karenanya tidak memenuhi syarat untuk uji parametrik, sehingga
menggunakan uji nonparammetrik (uji Wilcoxon).
B. Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan terhadap variabel-
variabel karakteristik responden (usia dan jenis kelamin), keluhan tidur dan
skor kualitas tidur setiap kelompok. Untuk variabel kategorik akan disajikan
dalam bentuk frekuensi dan persentase sedangkan variabel numerik akan
disajikan dalam bentuk ukuran pemusatan dan penyebaran.
1. Karakteristik Responden
Pertanyaan pertama pada penelitian ini adalah bagaimana
karakteristik responden (usia dan jenis kelamin) sebelum terbagi menjadi 2
kelompok, berikut hasil penelitian untuk karakteristik responden:
a. Usia
Pada penelitian hanya menggunakan responden yang berusia
diatas 60 tahun karena disesuaikan dengan tujuan dari penelitian
mengenai kualitas tidur pada lanjut usia. Berikut ini adalah distribusi
usia responden:
Tabel 5.2
Distribusi Usia Responden, Desember 2013
Variabel Rerata Median Simpang
Baku Minimum Maksimum
Usia 69,40 68,50 6,605 62 87
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi usia gabungan kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, didapatkan bahwa median usia
95
responden adalah 68,50 (SD 6,605) dengan usia terendah 62 tahun dan
usia tertinggi 87 tahun.
b. Jenis Kelamin
Berikut ini tabel yang menyajikan karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin untuk setiap kelompok (intervensi dan
kontrol) maupun kelompok gabungan:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden,Desember 2013
Jenis Kelamin
Kelompok Frekuensi Frekuensi
Total Persentase
Laki-laki Intervensi 2
8 26,7% Kontrol 6
Perempuan Intervensi 13
22 73,3% Kontrol 9
Total 30 100%
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden terbanyak terdiri dari
perempuan dengan jumlah 22 orang (73%) sedangkan laki-laki hanya
8 orang (26,7%). Jumlah responden perempuan terbanyak berada pada
kelompok intervensi sebanyak 13 orang dan jumlah responden laki-
laki yang paling sedikit berada di kelompok intervensi sebanyak 2
orang.
2. Komponen Kualitas Tidur Responden
Pertanyaan kedua penelitian ini adalah bagaimana gambaran
komponen kualitas tidur (kualitas tidur subjektif, tidur laten, gangguan
tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi di siang hari) pada responden.
Pengukuran komponen kualitas tidur pada penelitian ini diambil dari data
jawaban terhadap pertanyaan PSQI, berikut ini hasilnya:
96
Tabel 5.4
Distribusi Komponen Kualitas Tidur pada Responden, Desember 2013
Komponen Kualitas Tidur n
Median (Min-Maks)
Rerata (Standar Deviasi)
K1
Kualitas Tidur Subjektif Pretest Posttest
30 30
1 (0-3) 0 (0-3)
1,17 (0,648) 0,57 (0,728)
K2
Tidur Laten Pretest Posttest
30 30
2,5 (0-3) 0 (0-3)
2,00 (1,203) 1,07 (1,258)
K5
Gangguan Tidur Pretest Posttest
30 30
1 (0-2) 1 (0-2)
1,23 (0,568) 1,07 (0,490)
K6
Penggunaan Obat Tidur Pretest Posttest
30 30
0 (0-0) 0 (0-0)
0,00 (0,000) 0,00 (0,000)
K7
Disfungsi di Siang Hari Pretest Posttest
30 30
0 (0-3) 0 (0-3)
0,90 (1,269) 0,87 (1,252)
Tabel 5.4menunjukkan data dari gabungan kelompok kontrol dan
kelompok intervensi. Komponen kualitas tidur subjektif pada pengukuran
pretest nilai median adalah 1 (0-3) sedangakn nilai median posstest adalah
0 (0-3), sehingga memiliki penurunan median sebesar 1. Komponen tidur
laten pada pengukuran pretest nilai median adalah 2,5 (0-3) sedangakn
nilai median posstest adalah 0 (0-3), sehingga memiliki penurunan median
sebesar 2,5. Komponen gangguan tidur pada pengukuran pretest nilai
median adalah 1 (0-3) sedangkan nilai median posstest adalah 0 (0-3),
sehingga memiliki penurunan median sebesar 1. Komponen penggunaan
obat tidur pada pengukuran pretest nilai median adalah 0 (0-0) sedangakn
nilai median posstest adalah 0 (0-0), sehingga tidak memiliki perubahan
97
nilai median. Komponen disfungsi di siang hari pada pengukuran pretest
nilai median adalah 0 (0-3) sedangakn nilai median posstest adalah 0 (0-3),
sehingga tidak memiliki perubahan nilai median.
3. Skor Kualitas Tidur
Berikut ini adalah frekuensi dan persentase dari skor PSQI seluruh
responden.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Skor Kualitas Tidur Responden pada Pengukuran Pretest dan
Posttest, Desember 2013
Skor Kualitas Tidur Frekuensi %
Pengukuran Pretest: 0
1 – 10 11 – 20 21 -30
0 20 10 0
0
66,7 33,3
0
Pengukuran Posttest: 0
1-10 11-20 21-30
1 24 5 0
3,3 80,0 16,7
0
Total 30 100% Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada pengukuran pretest sebanyak 20
lanjut usia (66,7%) memiliki skor kualitas tidur dalam rentang skor 1
sampai 10, sedangkan pada pengukuran posttest sebanyak 24 lanjut usia
(80%) memiliki skor kualitas tidur dalam rentang skor 1 sampai 10.
C. Analisis Bivariat
Sesuai dengan pertanyaan keenam pada penelitian ini, analisa bivariat
dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap
skor kualitas tidur lanjut usia, kemudian dilakukan uji ukuran pengaruh untuk
98
melihat seberapa kuat pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap penurunan
skor kualitas tidur pada lanjut usia.
1. Perbedaan Rerata Skor Kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada
Pretest dan Posttest
Pertanyaan ketiga pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan
skor kualitas tidur sebelum dan sesudah pengamatan pada kelompok
kontrol. Berikut ini adalah perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok
kontrol pada pengukuran pretest dan posttest dan sekaligus
mengidentifikasi kemaknaan perbedaannya. Analisis yang digunakan
adalah uji t berpasangan.
Tabel 5.6
Perbedaan Rerata Skor kualitas Tidur Kelompok Kontrol pada pretest dan posttest,
Desember 2013
n Rerata ± s.b. Perbedaan
rerata ± s.b. IK 95% p t Eta
Pre-test 15 7,27 ± 2,81 1,13 ± 2,77 0,40 – 2,67 0,136 -1,582 0,15
Post-test 15 8,40 ± 3,69
Dari tabel 5.6 terlihat bahwa nilai significancy 0,136 (p> 0,05) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur
yang bermakna pada kelompok kontrol setelah 1 minggu pengamatan.
Rerata skor kualitas tidur pada kelompok kontrol pada pengamatan pretest
didapatkan 7,27 (SD 2,81), sedangkan pada pengamatan posttest rerata
skor kualitas tidur untuk kelompok kontrol adalah 8,40 (SD 3,69) dan
memperoleh perbedaan skor rerata sebesar 1,13. Dari faktor peluang saja
mampu menerangkan sebesar 13,6% (> 5%) untuk memperoleh perbedaan
99
rerata skor kualitas tidur sebesar 1,13, maka hasil ini dianggap tidak
bermakna.
2. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Rerata Skor
Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada Pretest dan Posttest
Mengacu pada pertanyaan keempat pada penelitian ini adalah
bagaimana perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan
dzikir menjelang tidur pada kelompok intervensi. Berikut ini adalah
perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok intervensi (dzikir menjelang
tidur) pada pengukuran pretest dan posttest dan sekaligus mengidentifikasi
kemaknaan perbedaannya. Analisis yang digunakan adalah uji t
berpasangan.
Tabel 5.7
Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Rerata Skor kualitas Tidur
Kelompok Intervensi pada pretest dan posttest, Desember 2013
N Rerata ± s.b. Perbedaan
Rerata ± s.b. IK 95% P T eta
Pre-test 15 10,93 ± 4,49 6,93 ± 4,09 4,66 – 9,20 0,000 6,555 0,75
Post-test 15 4,00 ± 2,23
Dari tabel 5.7 terlihat bahwa nilai significancy 0,000 (p< 0,05) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang
bermakna pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah melakukan
dzikir menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut. Rerata skor kualitas
tidur pada kelompok intervensi pada pengamatan pretest didapatkan 10,93
(SD 4,50), sedangkan ada pengamatan posttest, untuk kelompok intervensi
memiliki nilai rerata skor kualitas tidur 4,00 (SD 2,23) dan memperoleh
perbedan skor rerata 6,93. Dari faktor peluang saja mampu menerangkan
100
sebesar 0,00% (< 5%) untuk memperoleh perbedaan rerata skor kualitas
tidur sebesar 6,93 sesudah melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 hari
berturut-turut, maka hasil ini dianggap bermakna. Dari sisi kekuatan
pengaruhnya, didapatkan nilai eta sebesar 0,75 (η> 0,14; Kriteria Cohen,
1988) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara dzikir
menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor kualitas tidur.
Mengacu pada pertanyaan penelitian yang ke tujuh, analisis juga
dilakukan terhadap 5 komponen PSQI untuk mengidentifikasi perbedaan
median serta kemaknaannya setiap komponen kualitas tidur pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang
tidur. Jenis uji yang digunakan adalah uji Wilcoxon karena distribusi data
dari setiap komponenn kualitas tidak normal.
Tabel 5.8
Distribusi Jumlah Responden Kelompok Intervensi yang Mengalami Perubahan Skor
PSQI antara pretest dan posttest, Desember 2013
Komponen
kualits tidur
Jumlah responden dengan skor
Menurun Meningkat Tetap
Kualitas tidur
subjektif 15 0 0
Tidur laten 14 0 1
Gangguan tidur 8 0 7
Penggunaan
obat tidur 0 0 15
Disfungsi
disiang hari 5 1 9
Tabel 5.8 menunjukkan perubahan skor komponen kualitas tidur dari
sebelum dan setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Sebanyak 15
101
responden mengalami penurunan skor pada komponen kualitas tidur
setelah melakukan dzikir menjelang tidur yang menunjukkan bahwa
mengalami peningkatan kualitas tidur secara subjektif. Sebanyak 14
responden mengalami penurunan skor komponen tidur laten yang
menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden mengalami tidur lebih cepat
setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Pada komponen gangguan tidur
sebanyak 8 responden setelah melakukan dzikir menjelang tidur
mengalami penurunan frekuensi gangguan tidur. Komponen penggunaan
obat tidur tidak terjadi perubahan karena sebelum penelitian sudah
dilakukan proses homogenisasi semua responden tidak meminum obat
tidur. Pada komponen disfungsi disiang hari, sebanyak 9 responden tidak
mengalami perubahan skor antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir
menjelang tidur.
Tabel 5.9
Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Median Skor Komponen
Kualitas Tidur Kelompok Intervensi pada pretest dan posttest, Desember 2013
Komponen Kualitas Tidur n Median
(min-maks) Z
Sig. (2-tailed)
r
K1
Kualitas tidur subjektif Pretest Posttest
15 15
1 (1-3) 0 (0-0)
-3,531 0,000 0,644
K2
Tidur laten Pretest Posttest
15 15
3 (1-3) 0 (0-2)
-3,345 0,001 0,610
K5
Gangguan tidur Pretest Posttest
15 15
2 (0-2) 1 (0-2)
-2,828 0,005 0,516
K6
Penggunaan obat tidur Pretest Posttest
15 15
0 (0-0) 0 (0-0)
0,000 1,000 0,000
102
K7
Disfungsi siang hari Pretest Posttest
15 15
0 (0-3) 0 (0-3)
-1,913 0,056 0,349
Tabel 5.9 menunjukan bahwa hanya terdapat 3 pertanyaan yang
memiliki perbedaan yang bermakna (p <0,05) antara sebelum dan sesudah
melakukan dzikir menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut, yaitu
pertanyaan K1 (p = 0,000); K2(p = 0,001); dan K5 (p = 0,005). Pada
komponen K1, terjadi penurunan skor median dari sebelum intervensi/
pretest (Md=1) terhadap sesudah intervensi/ posttest (Md=0). Pada
penghitungan ukuran hubungan (r) didapatkan nilai r=0,644 (r > 0,5;
Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor
pada komponen K1 dalam hal ini meningkatkn kualitas tidur subjektif.
Pada komponen K2, terjadi penurunan skor median dari sebelum
intervensi/ pretest (Md= 3) terhadap sesudah intervensi/ posttest (Md=0).
Pada penghitungan ukuran hubungan (r) didapatkan nilai r= 0,610 (r > 0,5;
Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor
pada komponen K2 dalam hal ini menurunkan frekuensi tidak bisa tidur
lebih dari 30 menit.
Pada komponen K5, terjadi penurunan skor median dari sebelum
intervensi/ pretest (Md= 2) terhadap sesudah intervensi/ posttest (Md=1).
Pada penghitungan ukuran hubungan (r) didapatkan nilai r= 0,516(r > 0,5;
Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
103
kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor
pada komponen K5 dalam hal ini menurunkan frekuensi gangguan tidur.
3. Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Perbedaan Rerata Skor
Kualitas Tidur Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Pertanyaan kelima pada penelitian ini adalah apakah terdapat
perbedaan skor kualitas tidur antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensipada lanjut usia. Berikut ini merupakan grafik perubahan rerata
skor kualitas tidur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dalam
pengukuran pretest dan posttest sesuai dengan pada tabel 5.6 dan tabel 5.7.
Gambar 5.1 Perubahan Rerata Skor kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol, Desember 2013
Berikut ini adalah perbedaan rerata skor kualitas tidur kelompok
intervensi (dzikir menjelang tidur) dengan kelompok kontrol pada
pengukuran posttest dan mengidentifikasi kemaknaan perbedaannya.
Analisis yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan sekaligus
menjawab pertanyaan kelima. Meninjau dari hasil Levene’s Test (uji
kesamaan varians) didapatkan nilai significancy = 0,095, karena nila p
0
2
4
6
8
10
12
pretest postest
Rerata skor PSQI antar kelompok
kelompok intervensi
kelompok kontrol
104
Levene’s Test> 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa varians data kelompok
intervensi dan kelompok kontrol adalah sama. Karena varians data sama,
maka untuk melihat hasil uji t tidak berpasangan memakai hasil baris
pertama (equal variances assumed). Berikut ini adalah tabel hasil ujit tidak
berpasangan pada baris equal variances assumed:
Tabel 5.10
Perbedaan Rerata Skor kualitas Tidur Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
pada Pengukuran posttest, Desember 2013
Kelompok n Rerata ±
simpang baku Perbedaan rerata
(IK 95%) p T Eta
Intervensi 15 4,00 ± 2,23 4,40 (2,11 – 6,68)
0,000 -3,942 0,357 Kontrol 15 8,40 ± 3,69
Dari tabel 5.10 terlihat bahwa nilai significancy 0,000 (p< 0,05) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang
bermakna antara kelompok intervensi (melakukan dzikir menjelang tidur)
dan kelompok kontrol (tidak melakukan dzikir menjelang tidur). Ini
terlihat dari faktor peluang saja mampu menerangkan sebesar 0,000%
untuk memperoleh perbedaan rerata skor kualitas tidur antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebesar 4,40. Karena faktor peluang
mampu menerangkan hasil yang diperoleh < 5% maka hasil ini dianggap
bermakna. Dari sisi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai eta sebesar
0,357 (η> 0,14; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap perbedaan
rerata skor kualiatas tidur kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
105
BAB VI
PEMBAHASAN
Irham (2011) mengatakan bahwa dzikir merupakan sebuah aktifitas berupa
ucapan lisan, perbuatan atau pun getaran hati dengan tujuan untuk berpaling dari
keadaan lupa dan lalai dengan cara selalu mengingatnya Allah. Mason (2012)
mengatakan bahwa meditasi adalah memusatkan pikiran pada salah satu suara,
suatu kata yang diucapkan berulang, suatu gambar, suatu konsep atau perasaan.
Kegiatan membaca berulang-ulang (misalnya kalimat dzikir) merupakan salah
satu kegiatan untuk berkonsentrasi (Edelman & Mandle, 2010) dan dapat
memberikan manfaat terapeutik yang sama seperti meditasi dan latihan relaksasi
(Eliopoulos, 2005). Meditasi dan doa merupakan salah satu jenis dari intervensi
pikiran-tubuh (Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Dapat disimpulkan bahwa dzikir
dan meditasi memiliki kesamaan, yaitu memfokuskan konsentrasi pada satu titik,
khusus untuk dzikir satu titik yang dijadikan fokus konsentrasinya adalah Allah
serta dapat memberikan efek seperti latihan relaksasi.
Intervensi pada penelitian ini juga merupakan dzikir karena terdapat suatu
kegiatan membaca surat Al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Naas yang masing-
masing di baca berulang-ulang sebanyak 3 kali, membaca lafadz tasbih, tahmid
yang dibaca sebanyak 33 kali serta lafadz takbir yang dibaca 34 kali dan ditutup
dengan membaca istighfar sampai tertidur. Dalam kegiatan dzikir menjelang tidur
juga terdapat membaca do’a sebelum tidur. Menurut Edelman & Mandle (2010)
do’a merupakan salah satu bentuk dari meditasi yang dalam praktiknya berfokus
pada kata-kata suci.
106
Skor kualitas tidur gabungan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
antara pengukuran pretest dan posttest, menunjukkan bahwa pada pengukuran
posttest terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang berada di rentang skor
kualitas tidur 1-10 sebanyak 4 orang, terdapat 1 lanjut usia yang berada pada skor
kualitas tidur 0 dan terdapat penurunan sebanyak 5 orang pada rentang skor 11-
20. Semakin kecil skor kualitas tidur menandakan bahwa kualitas tidur semakin
meningkat, sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan kualitas tidur lanjut
usia pada pengukuran posttest.
Selama menjalani meditasi dapat memunculkan respon relaksasi (Potter &
Perry, 2011) yang berlawanan dengan respon saraf simpatik (respon fight-or-
flight) karena menggeser aktivitas saraf otonom menjadi saraf parasimpatis
(respon rest and digest) yang lebih aktif (Hanlon, Blackman, Glick, 2009;
Anselmo, 2005). Respon relaksasi dapat meningkatkan aliran darah perifer
(ekstremitas terasa hangat), hambatan listrik pada kulit, produksi gelombang alfa
lambat, dan aktivitas sel natural killer. Relaksasi juga dapat menurunkan
konsumsi oksigen, pembuangan karbon dioksida, kadar asam laktat darah,
kecepatan pernapasan, kecepatan denyut jantung, ketegangan otot rangka, kadar
epinefrin, asam lambung dan motilitasnya, aktivitas kelenjar keringat, dan tekanan
darah (khususnya bagi penderita hipertensi) (Anselmo, 2005; Effendi, 2002),
respon perubahan ini yang membuat tidur lanjut usia membaik.
Syaraf di parasimpatis adalah pusat pengontrol dalam mempertahankan
keadaan tidur (Potter & Perry 2011) dan selama tidur aktivitas saraf parasimpatis
meningkat sedangkan aktivitas saraf simpatis menurun (Tortora & Derrickson,
2009). Epinefrin dan norepinefrin merupakan hormon katekolamin yang disekresi
107
oleh medula adrenal (dengan perbandingan 80% epinefrin, 20% norepinepfrin).
Ini dapat dipahami karena sekresi hormon katekolamin distimulasi oleh saraf
simpatis, (Tortora & Derrickson, 2009). Wold (2008) mengatakan bahwa keadaan
terjaga dikendalikan oleh neurotransmiter norepinepfrin. Tortora dan Derickson
(2009) menambahkan bahwa norepinefrin berperan dalam membangunkan dari
tidur nyenyak dan dilepaskan oleh sel saraf simpatis pada postganglionic,
sehingga jika kadar norepinefrin menurun dapat membuat tidur lebih nyenyak.
Ketika melakukan dzikir menjelang tidur, terjadi peningkatan aktifitas saraf
parasimpatis dan penurunan aktifitas saraf simpatis sehingga memudahkan untuk
tertidur dan mempertahankan tidur nyenyak dan menurunkan frekuensi terbangun
ditengah malam.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kualitas
tidur yang bermakna (p=0,000) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Dari sisi kekuatan pengaruhnya, didapatkan nilai eta sebesar 0,357 (η> 0,14;
Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat
antara dzikir menjelang tidur terhadap perbedaan rerata skor kualitas tidur
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan ini dibuktikan dari terdapat
perbedaan rerata sebesar 4,40 antara kelompok kontrol dan intervensi. Hal ini
sesuai dengan penelitian Nurcahyo (2013) mengenai pengaruh Latihan Pasrah
Diri terhadap Kualitas tidur lanjut usia dengan simptom depresi, yang menemukan
bahwa terjadi penurunan/ perbaikan skor pada kelompok intervensi (p<0,05)
antara sebelum dan setelah perlakuan.
108
Hanlon, Blackman, dan Glick (2009) mengatakan bahwa meditasi
bermanfaat untuk meningkatkan mood, menurunkan kecemasan dan
meningkatkan tidur. Sesuai dengan firman Allah:
تطمئن القلوب الذین آمنوا أال بذكر هللا وتطمئن قلوبھم بذكر هللا
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).
Hubungan antara pikiran dan materi, antara jiwa dan tubuh merupakan
hubungan yang tidak dapat dipisahkan (Effendi, 2002), keduanya saling
mempengaruhi, jadi ketika jiwa menjadi tenang maka tubuh pun akan merespon
dengan menjadi tenang juga. Respon relaksasi yang didapat dari melakukan dzikir
menjelang tidur membuat lanjut usia merasa tenang dan nyaman pada saat hendak
tidur dan menurunkan stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry
2011) sehingga menurunkan aktifitas korteks serebral (Tortora & Derrickson,
2009) dan pada akhirnya mempermudah lanjut usia untuk tertidur.
Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diberikan perlakuan
oleh peneliti dan bertujuan sebagai pembanding kelompok intervensi dalam
mengidentifikasi pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap kualitas tidur. Dalam
penelitian ini, kelompok kontrol dibiarkan membaca dzikir yang biasa dibaca
sebelum tidur (bagi yang biasa membaca) sehingga tidak terjadi perubahan
kegiatan menjelang tidur, hal ini yang membuat kelompok kontrol tidak
mengalami perubahan skor kualitas tidur yang bermakna (p>0,05) pada
pengukuran pretest dan posttest.
109
Sesuai dengan hasil penelitian Oktora (2013) yang menemukan bahwa
kualitas tidur kelompok kontrol (tidak mendengarkan murottal Al Qur’an sebelum
tidur) tidak mengalami perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada pengukuran
pretest dan posttest. Penelitian Nurcahyo (2013) yang menemukan tidak ada
perbedaan bermakna (p>0,05) antara skor kualitas tidur pada kelompok kontrol
(tidak melakukan Latihan Pasrah Diri). Ini membuktikan bahwa pada kelompok
kontrol tidak terjadi perbedaan yang bermakna karena tidak ada perubahan pada
(aktifitas/ kebiasaan) antara pengukuran pretest dan posttest.
Pada kelompok intervensi terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur dari
10,93 (pretest) menjadi 4,00 (posttest) yang berarti terdapat pengaruh dzikir
menjelang tidur terhadap penurunan skor kualitas tidur. Pada analisis terhadap
setiap komponen kualitas tidur didapatkan 3 komponen yeng memiliki perbedaan
skor yang bermakna (p<0,05) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir
menjelang tidur selama 7 hari berturut-turut, yaitu kualitas tidur subjektif (p =
0,000); tidur laten (p =0,001); dan gangguan tidur (p = 0,005). Pada penghitungan
ukuran hubungan (r) komponen kualitas tidur subjektif didapatkan nilai r= 0,644
(r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap penurunan/ perbaikan skor pada
komponen kualitas tidur subjektif dalam hal ini meningkatkn kualitas tidur
subjektif.
Respon relaksasi yang didapatkan dari melakukan dzikir menjelang tidur
membuat lanjut usia merasa tenang dan nyaman pada saat hendak tidur dan
menurunkan stimulus yang menuju RAS berkurang (Potter & Perry 2011; Hanlon,
Blackman, Glick, 2009; Anselmo, 2005) sehingga menurunkan aktifitas korteks
110
serebral dan saraf parasimpatis yang lebih aktif dan penurunan aktifitas saraf
simpatis sehingga terjadi penurunan kadar neurotransmiter norepinefrin (Tortora
& Derrickson, 2009). Keadaan ini membuat RAS sulit untuk di aktifasi dan pada
akhirnya dapat mempertahankan kondisi tidur yang nyenyak. Kondisi tidur yang
nyenyak dapat membuat persepsi terhadap kualitas tidur menjadi meningkat.
Pada penelitian ini sebanyak 14 responden dengan hasil skor komponen
kualitas tidur subjektif setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah
daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 1 responden yang tidak
mengalami perubahan skor komponen kualitas tidur subjektif, dan 0 responden
yang memiliki skor komponen kualitas tidur subjektif yang lebih tinggi setelah
melakukan dzikir menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 14 (93.33%)
responden mengalami peningkatan kualitas tidur secara subjektif setelah
melakukan dzikir menjelang tidur dan 0 responden yang mengalami penurunan
komponen kualitas tidur secara subjektif setelah melakukan dzikir menjelang
tidur. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Peck, Lester, Lasky, dan
Bootzin (2012) menemukan bahwa kemampuan meditasi kesadaran yang
dilakukan selama satu minggu berhubungan dengan peningkatan persepsi
terhadap tidur, seperti penurunan perasaan kurang nyenyak saat tidur (p=0,01) dan
peningkatan kualitas tidur.
Pada penghitungan ukuran hubungan pada komponen tidur laten (r)
didapatkan nilai r= 0,610 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap
penurunan/ perbaikan skor pada komponen tidur laten dalam hal ini menurunkan
frekuensi tidak bisa tidur lebih dari 30 menit.
111
Tidur laten merupakan waktu yang dimulai dari mencoba untuk tidur
sampai awal tidur yang sebenarnya atau jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
tertidur (Buysse et al. (1989); Lai (2001); Tan (2008) dalam Chen, 2008). Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden dengan hasil skor
komponen tidur laten setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah
daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 1 responden yang tidak
mengalami perubahan skor komponen tidur laten, dan 0 responden yang memiliki
skor komponen tidur laten yang lebih tinggi setelah melakukan dzikir menjelang
tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 14 (93.33%) responden mengalami penurunan
frekuensi tidak bisa tidur dalam 30 menit setelah melakukan dzikir menjelang
tidur dan 0 responden yang mengalami peningkatan frekuensi tidak bisa tidur
dalam 30 menit setelah dzikir menjelang tidur.
Insomnia (kesulitan untuk tertidur dan terbangun lebih cepat) berhubungan
dengan aktivitas saraf simpatis (respon fight-or-flight) yang lebih dominan
(Hanlon, Blackman, Glick, 2009). Selama menjalani meditasi terjadi peningkatan
aktifitas saraf parasimpatis dan penurunan aktifitas saraf simpatis (Potter & Perry,
2011; Hanlon, Blackman, Glick, 2009; Anselmo, 2005), yang membuat lanjut usia
yang melakukan dzikir menjelang tidur dapat tertidur lebih mudah dan cepat.
Pada penghitungan ukuran hubungan komponen gangguan tidur (r)
didapatkan nilai r= 0,516 (r > 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dzikir menjelang tidur terhadap
penurunan/ perbaikan skor pada komponen gangguan tidur dalam hal ini
menurunkan frekuensi gangguan tidur.
112
Gangguan tidur adalah ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur
atau bangun lebih awal dari yang diinginkan tertidur (Buysse et al. (1989); Lai
(2001); Tan (2008) dalam Chen, 2008). Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 8
responden dengan hasil skor komponen gangguan tidur setelah melakukan dzikir
menjelang tidur lebih rendah daripada sebelum melakukan dzikir menjelang tidur,
7 responden yang tidak mengalami perubahan skor komponen gangguan tidur,
dan 0 responden yang memiliki skor kompopnen gangguan tidur yang lebih tinggi
setelah melakuakn dzikir menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 8
(53,33%) responden mengalami penurunan frekuensi gangguan tidur setelah
melakukan dzikir menjelang tidur dan 0 responden yang mengalami peningkatan
frekuensi gangguan tidur setelah melakukan dzikir menjelang tidur.
Penurunan frekuensi gangguan tidur ini dapat disebabkan karena respon
relaksasi maupun dari posisi tidur pada saat dzikir mnejelang tidur. Gangguan
tidur mendengkur terjadi karena hilangnya tonus otot saluran pernapasan atas,
jaringan pada cavum oral dan tenggorokan serta posisi selama tidur dapat
menyebabkan sumbatan sebagian atau total (OSA) dan dapat menyebabkan
mendengkur (Potter & Perry, 2011; Wolkove et.al., 2007). Dzikir menjelang tidur
pada penelitian ini terdapat suatu kegiatan dimana posisi tubuh selama tidur
miring ke arah kanan dan menghadap ke kiblat (jika posisi tempat tidur
memungkinkan untuk menghadapa kiblat, jika tidak hanya miring kanan saja), ini
memungkin jaringan pada cavum oral dan tenggorokan tidak terjatuh dan
menyumbat di tenggorokan sehingga tidak terjadi sumbatan pada saluran
pernapasan yang dapat menimbulkan suara mendengkur.
113
Hal ini sesuai dengan penelitian Ng R (2012) yang menemukan bahwa
keparahan tingkat OSA lebih sering terjadi pada posisi supine (tidur telentang)
daripada posisi tidur tidak supine (p<0,005). Penelitian Kim, Lim, Lee, and Hong
(2012) menemukan bahwa skor Apnea Hipopnea Index (AHI) pada penderita
OSA yang tidur pada posisi non-supine lebih rendah (setengah kali) dibandingkan
penderita OSA yang tidur pada posisi supine.
Gangguan tidur yang lain adalah terbangun terlalu pagi dan sering
terbangun saat tidur. Penurunan aktifitas saraf simpatis sebagai selama melakukan
dzikir menjelang tidur dapat menurunkan kadar epinefrin dan norepinefrin
(Tortora & Derrickson, 2009; Anselmo, 2005; Effendi, 2002). Hal ini yang
membuat tidur lanjut usia yang berdizikir menjelang tidur menjadi lebih nyenyak
dan menurunkan frekuensi terbangun ditengah malam. Penelitian yang dilakukan
oleh Peck, Lester, Lasky, dan Bootzin (2012) menemukan bahwa kemampuan
meditasi kesadaran yang dilakukan selama satu minggu berhubungan penurunan
jumlah terbangun saat tidur (p=0,02).
Penelitian Nurcahyo (2013) yang menemukan terdapat penurunan/
perbaikan skor komponen gangguan tidur yang bermakna (p<0,05) pada
kelompok intervensi antara sebelum dan setelah melakukan Latihan Pasrah Diri
yang terdiri dari latihan pernapasan dan dzikir. Penelitian Oktora (2013) mengenai
pengaruh terapi murottal Al qur’an terhadap kualitas tidur lanjut usia yang
menemukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur
sebelum dan setelah mendengarkan murottal Al Qur’an (p=0,000).
Pada penghitungan ukuran hubungan pada komponen penggunaan obat
tidur (r) didapatkan nilai r= 0,000 (r< 0,1; Kriteria Cohen, 1988) yang
114
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dzikir menjelang tidur
terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen penggunaan obat tidur.
Karena pada penelitian ini komponen penggunaan obat tidur dilakukan
homogenisasi seluruh responden tidak meminum obat tidur, sehingga hasilnya
adalah 0.
Pada penghitungan ukuran hubungan pada komponen disfungsi disiang hari
(r) didapatkan nilai r= 0,349 (0,3 ≤ r < 0,5; Kriteria Cohen, 1988) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara dzikir menjelang tidur
terhadap penurunan/ perbaikan skor pada komponen disfungsi disiang hari dalam
hal ini menurunkan frekuensi mengantuk atau ketiduran saat beraktivitas disiang
hari, meskipun hasil uji t berpasangan menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang bermakna. Sebanyak 5 responden dengan hasil skor komponen disfungsi
disiang hari setelah melakukan dzikir menjelang tidur lebih rendah daripada
sebelum melakukan dzikir menjelang tidur, 9 responden yang tidak mengalami
perubahan skor komponen disfungsi disiang hari, dan 1 responden yang memiliki
skor komponen disfungsi disiang hari yang lebih tinggi setelah melakukan dzikir
menjelang tidur. Hal ini menunjukkan bahwa 5 (30%) responden mengalami
penurunan frekuensi mengantuk atau ketiduran saat beraktivitas di siang hari
setelah melakukan dzikir menjelang tidur. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya aktifitas para lanjut usia.
Reticular Activating System (RAS) yang merupakan bagian reticular
formation yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga (Tortora &
Derrickson, 2009). Irama sirkadian dipengaruhi oleh cahaya (Neikrug & Israel,
2010; Zeitzer, Ruby, dan Heller, 2012), suhu, stres, dan aktivitas sosial (Potter &
115
Perry, 2011). Pada saat lanjut usia beraktifitas (senam, makan, panggung gembira,
menyuci, dan mengerjakan keterampilan) maka terdapat stimulus/ rangsangan
yang yang diterima oleh retina (cahaya); auditori (suara musik); nociceptor
(sentuhan atau tekanan dari kulit, saat mencuci); proprioceptor& vestibular
(pergerakan dan keseimbangan tubuh saat beraktifitas) kemudian stimulus
tersebut diteruskan ke RAS sehingga mengaktivasi RAS. RAS kemudian
meneruskan impuls saraf ke sebagian besar wilayah korteks serebral, baik secara
langsung maupun melalui thalamus, sehingga korteks serebral menjadi aktif
(keadaan keadaan terjaga atau sadar). Sebaliknya pada saat berkurangnya/ tidak
ada aktifitas (lanjut usia lebih memilih duduk di serambi wisma atau tidur-tiduran
di tempat tidur meskipun tidak mengantuk) karena aktifitasnya berkurang maka
stimulus ke RAS berkurang yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan
aktifitas RAS (Tortora & Derrickson, 2009), maka terjadi penurunan impuls saraf
yang dikirimkan ke sebagian besar wilayah korteks serebral yang menyebabkan
korteks serebral menjadi kurang aktif (keadaan tidak terjaga).
Kegiatan rutinitas di panti yang terbatas (1-3 kegiatan perhari; hari Sabtu
dan Minggu tidak ada kegiatan dari panti) sehingga lanjut usia tidak memiliki
aktifitas yang bisa diikuti sepanjang hari dan lebih lebih memilih untuk duduk-
duduk atau tiduran jika tidak ada kegiatan panti (kecuali yang mengikuti kegiatan
keterampilan). Terlebih lagi jika lanjut usia memilih untuk tidur-tiduran didalam
ruangan wisma, dapat menurunkan stimulus cahaya yang ditangkap retina.
Penurunan stimulus cahaya ini akan diteruskan ke suprachiasmatic nuclei dan
pada akhirnya menstimulasi kelenjar pineal untuk meningkatkan sekresi
melatonin. Penurunan aktifitas RAS akan menurunkan aktifitas korteks serebral
116
ditambah dengan peningkatan kadar melatonin yang membuat mengantuk dan
pada akhirnya tertidur (Tortora & Derrickson, 2009). Penelitian ini sesuai dengan
penelitian Araújo and Ceolim (2009) yang mengatakan bahwa mengantuk disiang
hari disebabkan oleh kurangnya aktifitas disiang hari dan tidak adanya stimulus
dari lingkungan yang menuntut perhatian para lanjut usia.
Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kita
percaya sebesar 95% jika pengukuran dilakukan pada populasi yang terdiri dari
kelompok lanjut usia yang berdzikir menjelang tidur dengan kelompok lanjut usia
yang tidak berdzikir menjelang tidur, akan diperoleh perbedaan skor kualitas tidur
sebesar antara 2,11 sampai 6,68. Jika pengukuran dilakukan kepada satu populasi
lanjut usia dan bertujuan melakukan antara sebelum dan sesudah melakukan
dzikir menjelang tidur selama 7 malam berturut-turut maka dapat ditemukan
perbedaan skor kualitas tidur sebesar 4,66 sampai 9,20.
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan
penelitian, yaitu:
1. Jumlah responden yang standar untuk penelitian eksperimen (15 responden
untuk setiap kelompok; n=30). Hal ini disebabkan karena banyak calon
responden yang tidak lolos dalam tahap seleksi/ skrining, seperti ada yang
menderita DM, luka gangren, cemas, depresi, gangguan fungsi kognitif
berat, mengkonsumsi obat tidur, meminum kopi di sore/ malam hari,
mengalami gangguan kejiwaan, dan lain sebagainya.
2. Pengambilan data untuk gangguan tidur tidak dilakukan dengan observasi
secara langsung, tetapi dari menanyakannya kepada responden dan kepada
lanjut usia yang tempat tidurnya berdekatan dengan responden.
117
3. Houthrone effect, responden mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti
sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.
118
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini
adalah dzikir menjelang tidur memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas
tidur lanjut usia dimana kualitas tidur lanjut usia yang melakukan dzikir
menjelang tidur mengalami peningkatan. Berikut ini adalah rincian kesimpulan
pada penelitian ini:
1. Karakteristik responden kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada
penelitian ini secara keseluruhan adalah usia responden berkisar dari 62
sampai 87 tahun, jumlah responden laki-laki sebanyak 8 orang dan jumlah
responden perempuan sebanyak 22 orang.
2. Gambaran komponen kualitas tidur, yaitu komponen kualitas tidur
subjektif, tidur laten, dan gangguan tidur mengalami peningkatan antara
pengukuran pretest dan posttest. Gambaran komponen penggunaan obat
tidur dan disfungsi disiang hari cenderung tidak berubah antara pengukuran
pretest dan posttest.
3. Skor kualitas tidur kelompok kontrol pada pengukuran pretest lebih rendah
(7,27) daripada pengukuran posttest (8,40), yang berarti kualitas tidur
kelompok kontrol pada pengukuran pretest lebih baik dibandingkan pada
pengukuran posttest.
4. Skor kualitas tidur kelompok intervensi pada pengukuran pretest (10,93)
lebih tinggi daripada pengukuran posttest (4,00), yang berarti kualitas tidur
119
kelompok intervensi setelah melakukan dzikir menjelang tidur menjadi
lebih baik dibandingkan sebelum melakukan dzikir menjelang tidur.
5. Pada pengukuran pretest, kualitas tidur kelompok intervensi lebih buruk
dibandingkan kelompok kontrol. Pada pengukuran posttest kualitas tidur
kelompok intervensi lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Tidak ada
perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna sebelum dan sesudah
pengamatan pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan rerata skor
kualitas tidur yang bermakna sebelum dan sesudah melakukan dzikir
menjelang tidur pada kelompok intervensi.
6. Terdapat perbedaan rerata skor kualitas tidur yang bermakna antara
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, dimana skor kualitas tidur
kelompok intervensi (4,00) lebih rendah yang berarti memilikikualitas tidur
yang lebih baik daripada kelompok kontrol (8,40).
7. Terdapat perbedan skor komponen kualitas tidur yang bermakna pada
komponen kualitas tidur subjektif (Md pretest=1; Md posttest=0), tidur
laten (Md pretest=3; Md posttest=0) dan gangguan tidur (Md pretest=2;
Md posttest=1) antara sebelum dan sesudah melakukan dzikir menjelang
tidur, dimana skor sesudah lebih baik dibandingkan skor sebelum
melakukan dzikir menjelang tidur.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diajukan
antara lain:
120
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dzikir menjelang tidur diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi
perawat khususnya yang berada dipelayanan baik dirumah sakit maupun
dikomunitas untuk mempromosikan manfaat dzikir menjelang tidur. Dari
hasil penelitian ini, dzikir menjelang tidur dapat dimasukkan ke dalam
program sabagai salah satu cara yang diterapkan dalam meningkatkan
kualitas tidur lanjut usia yang muslim.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas
pendidikan agar informasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan tambahan untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi
ilmu keperawatan gerontik tentang praktik melakukan dzikir menjelang
tidur dan pengaruhnya terhadap kualitas tidur lanjut usia.
3. Bagi Penelitian
Dari hasil penelitian ini, dapat dilakukan penelitian lanjutan,
meliputi:
a. Melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar
dan/ instrumen PSQI yang itemnya lengkap. Penelitian lanjutan dengan
proprosi jumlahn responden penelitian laki-laki dan perempuan yang
sama serta proporsi jumlah responden yang sama dari setiap wisma.
b. Pengaruh dzikir menjelang tidur terhadap skor tingkat keparahan
insomnia pada lanjut usia dengan gejala insomnia.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I Gusti Ngurah. Statiska: Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002
Araújo, Claudia Lysia Oliveira and Maia Filomena Ceolim. Sleep Quality of Elders Living in Long-Term Care Institutions. 2009. Diakses pada tanggal 28 Desember 2013 dari http://www.scielo.br/pdf/reeusp/v44n3/en_10.pdf
Arikunto, Suharsini. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Al-Hilali, Abu Usamah Salim bin ‘Ied. Syarah Riyadush Shalihin, Jilid II. Penerjemah M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005
Azizah, Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011
Anselmo, Jeanne. Relaxation: The First Step to Restore, Renew, and self-Heal, in Dossey, Barbara M., Lynn Keegan., Cathie E.G. Holistic Nursing: A Handbook for Practice, 4th ed. USA: Jones and Bartlett Publisher, 2005
Barilla, HE., Perlis ML., Grander MA., Gehrnab P. Relationship Between Age and Insomnia Symptoms. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0058; pg A23
Bansil, Pooja., Elena VK., Robert KM., Paula WY. Associations Between Sleep Disorder, Sleep Duration, Quality of Sleep and Hypertension: Resulth From the National and Nutrition Examination Survey, 2005 to 2008. J Clinical Hypertension 2011 Oct; 13 (10): 1751-7176
Benowitz, Neal L. Cardiovascular-Renal Drugs: Antihypertensive Agents., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Bormann JE, Throp S, Wetherell JL, and Golshan S. A Spiritually Based Group Intervention For Combat Veterans With Posttraumatic Stress Disorder: Feasibility Study. J Holist Nurs. 2008 Jun; 26, 2: 109-16
Burns, Nancy and Grove K Susan. The Practice of Nursing Research Conduct, Critique and Utilization. USA: Elsevier, 2005
Buysse, D.J., Reynolds III, C.F., Monk, T.H., Berman, S.R., & Kupfer, D.J. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric Practice and Research. Journal of Psychiatric Research 1989, 28(2), 193-213
Byrne, GJ and Pachana NA. Development and Validation of a Short Form of The Geriatric Anxiety Inventory – The GAI-SF. Int Psychogeriatr. 2011 Feb; 23, 1: 125-31. Diakses pada tanggal 5 November 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561386
Chen, Po-Ju. The Influence of Participant-Selected Versus Experimenter-Chosen Music On Subjective Sleep Quality of People Over 60 Years of Age. ProQuest Dissertations and Theses; 2008; pg. n/a
Chen, Mei-Li., Li-Chan Lin., Shiao-Chi Wu., and Jaung-Geng Lin. The Effectiveness of Acupressure in Improving the Quality of Slepp of Institutionalized Resident. J Gerontology 1999 Aug; 54A, 8; pg. M389
Chrousos, George P. Adrenocorticosteroids & Adrenocortical Antagonists., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Crowley, Kate. Sleep and Sleep Disorders in Older Adults. Springer Science + Business Media, LCC. 2010 Nov; 010-9154-6
Dahlan, M. Sopiyudin. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Berdasarkan Prinsip IKVE (1741), Seri Evidence Based Medicine 3, 2th ed. Jakarta: Sagung Seto, 2010
Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Seri Evidence Based Medicine 2, 3th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2010
Dahlan, M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Seri Evidence Based Medicine 1, 5th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2012
Davey, Patrick. At a Glance: Medicine., alih bahasa Annisa Rahmalia, Cut Novianty. Jakarta: Erlangga 2005
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Hikmah: Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2008
Edelman, Carole Lium and Carol Lynn Mandle. Health Promotion Throughout the Life Span, 7th ed. Canada: Mosby Elsevier, 2010
Effendi, Tjiptadinata. Meditasi: Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002
Eliopoulos, Charlotte. Gerontological Nursing. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005
Folstein, Marshal F., Susan S. Folstein dan Paul R McHugh. “Mini Mental State” A Practical Method For Grading The Cognitive State of Patients For The Clinician. J. Psychiat, Res 1975; 12; 189-198
Furst, Daniel E. And Robert W. Ulrich. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs, Disease-Modifying Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, & Drugs Used in Gout., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Greenberg, Sherry A. How to try this: The Geriatric Depression Scale (GDS). USA: New York University; 2012
Hanlon, Joseph T., Marc R Blackman and Ronald M Glick. Complementary and Alternative Medicine, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009
Hasan, M Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), 2th ed. Jakarta: PT Bumi Aksara: 2005
Hasnelidawati. Pola Tidur pada Lansia di Puskesmas Poyalansek Kota Payakumbuh Sumatera Barat 2012. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, 2013. Diakses pada tanggal 29 Desembr 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39060/7/Cover.pdf
Health in Aging. A Guide to Geriatric Syndromes: Common and Often Related Medical Conditions in Older Adults. Diakses pada tanggal 25 April 2013 dari http://www.healthinaging.org/files/documents/tipsheets/geri_syndromes1.pdf
Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, 2th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2007
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Medika Salemba, 2008
Hill, Elizabeth L et al. Sleep Disturbances and Falls in Older People. Medical Scienses: J Gerontology 2007 Jan; 62A, 1, pg 62
Hill, Robin. What Sample Size is “Enough” in Internet Survey Research. IPCT: An Electronic Journal for the 21st Century 1998 July; 6, no. 3-4
Irham, M Iqbal. Panduan Meraih Kebahagiaan Menurut Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Hikmah, 2011
K, Su., Zhang Y., Wang C., Wu Y. Occupational Stress And Sleep Quality Of Senior High School Teachers: Affect And Emotion Rehulation As Intermediate Variables. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0219; pg A79
Kabbani, M. Hisyam. Ensiklopedia Akidah Ahlusunah: Energi Dzikir dan Salawat. Penerjemah Zaimul Am. Jakarta: Serambi, 2007
Kasjono, Heru Subaris dan Yasril. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan, 1th ed. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
Kementrian Kesehatan RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2012.
Khasanah, Khusnul dan Wahyu Hidayati. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. J Nursing Studies 2012; 1, 1; pg. 189-196
Kim, T., Lim H., Lee S., Hong S., The Role of Sleep Position in Obstructive Sleep Apnea Syndrome in Korean People. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0461; pg A158
King, Abby C., et al. Effects of Moderate-Intensity Exercise on Polysomographic and Subjective Sleep Quality in Older Adults With Mild to Moderate Sleep Complaints. J Gerontology 2008 Sep; 63A, 9; pg. 997
Kozier, Barbara E et al. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Updated 5th ed. California: Addison Wesley Longman Inc, 1998.
Kuchel, George A. Aging and Homeostatic Regulation, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009
Lachs, Mark S. Elder Mistreatment, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009
Lo, Cathrine MH and Paul H Lee. Prevalence and Impacts of Poor Sleep on Quality of Life and Associated Faktors of Good Sleepers in a Sample of Older Chinese Adults. BioMed Central 2010; 10:72
M, Scullin. The Link Between Slow-Wave Sleep And Memory Changes From Younger Adults To Older Adults. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0243; pg A87
Meltzer, C.C., Gwenn Smith., Steven T. DeKosky. Serotonin in Aging, Late-Life Depression, and Alzheimer’s Disease: The Emerging Role of Functional Imaging. Neurophichopharmacology 1998; 18, 6. Diakses pada tanggal 29 Desember 2013 dari http://www.nature.com/npp/journal/v18/n6/full/1395175a.html
Maimunah, Annisa dan Sofia Retnowati. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama. J Psikologi Islam 2011; 8, 1; 1-22
Mallow, Mary J and Jhon P. Kane. Agents Used in Hyperlipidemia., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Mason, Abigail. Meditation for Beginners: Secret Meditating Techviques Unlock Your Hidden Potential. 2012
Meiner, Sue E and Annette G Lueclenotte. Gerontologic Nursing, 3th ed. Philadelphia: Mosby, 2006
Montgomery, Paul and Lindsay D Shepard. Insomnia in Older People. Review in Clinical Gerontology 2010 20; 205-218
Mosby. Mosby’s Dictionary of Medicine, Nursing & Health Professions, 7th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2006
MR, Cribbet., Carlisle M, Cawthon RM, Uchino BN, Williams P, Smith TW, Gunn HE Light KC. Cellular Aging Restorative And Processes: Sleep Quality Moderates The Association Between Age And Telomere Length In A Sample of Middle-Age And Older Adults. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0044; pg A19
Nada, ‘Abdul ‘azin bin Fathi as-Sayyid. Enslikopedi Adab Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jilid II. Penerjemah Abu Ihsan Al-Atrasi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007
Nebes, Robert D et al. Self-Repored Sleep Quality Predicts Poor Cognitive Perfomance in Health Older Adults. J Gerontology 2009 Mar; 64B, 3
Neikrug, Ariel B and Sonia Ancoli-Israel. Sleep Disorder in the Older Adult – A Mini-Review. J Gerontology 2010;56:181-189
Ng, R. Prevalence and Effects of BMI and Sleep Posisition on Severity of OSA In Chinese and Non-Chinese Patients. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0399; pg A138-A139
Nolte, Martha S., and Jhon H. Karam. Pancreatic Hormone & Antidiabetic Drugs., in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Rineka Cipta. 2006
Nurcahyo, Ihsan. Pengaruh Latihan Pasrah Diri Terhadap Perbaikan Kualitas Tidur Pada Usia Lanjut Dengan Simtol Depresi. Tesis Fakulatas Psikologi Universitas Gajah Mada, 2013 diakses pada tanggal 31 Desember 2013 dari http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=59548&obyek_id=4
Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Ilmu Keperawatan, 2th ed. Jakarta : 2008
Oktora, Sasongko Priyo Dwi. Pengaruh Terapi Murottal Al Qur’an Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 2013
Pachana, NA., Byrne GJ., Siddle H., Koloski N., Harley E., and Arnold E. Development and Validation of The Geriatric Anxiety Inventory. Int
Psychogeriatr. 2007 Feb; 19, 1: 103-14.Diakses pada tanggal 5 November 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=Pachana%2C+N.+A.%2C+Byrne%2C+G.+J.%2C+Siddle%2C+H.%2C+Koloski%2C+N.%2C+Harley%2C+E.%2C+%26+Arnold%2C+E.+%282007%29.+Development+and+validation+of+the+Geriatric+Anxiety+Inventory.+International+Psychogeriatrics%2C+19%2C+103%E2%80%93114
Pallant, Julie. SPSS Survival Manual: A Step by Step Guide to Data Analysis using SPSS for Windows, 3th ed. USA: Open University Press (McGraw-Hill), 2007
Potter, Patricia A and Anne Griffin Perry. Basic Nursing, 7th ed. Canada: Mosby, 2011
Prasetya, Nurul Huda dkk. Menyingkap Tabir Hati: Bermikraj dengan Shalat Menggapai Ilahi. Medan: Lembaga Spiritual ‘Hidayah At-Ta’ajjub’, 2005
Rahayu, Rejeki A. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia. Dalam Sudoyo, Aru W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, 4th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007
Salim, Ahmad Husain A. Terapi Al-Quran Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia. Asta Buana Sejahtera : Jakarta, 2006
Santrock, John W. Life-Span Development, 10th ed. New York: McGraw-Hill, 2006
Shahid, Azmeh., Kate Wilkinson, Shai Marcu, and Colin M. Shapiro. STOP, THAT and One Hundred Other Sleep Scales. USA: Springer Science+Business Media, 2012
Smith, Carole A. How to try this: Evaluating Sleep Quality in Older Adults. American Journal of Nursing 2008; 108, 5; pg 42-50
Stockslager, Jaime L dan Liz Schaeffer. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik, 2th ed., Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC, 2008
Subagyo, Pangestu dan Djarwanto. Statistika Induktif, 5th ed. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009
T, Peck., Lester A., Lasky R., Bootzin RR. The Paradoxical Effects of Mindfulness Meditation on Subjective And Objective Measures of Sleep. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0237; pg A84
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Dzikir & Doa, Jalan Menuju Keselamatan Dunia – Akhirat. Tangerang: Penerbit Kalam Pustaka, 2004
Tortora, Gerard J and Bryan Derrickson. Principles of Anatomy and Physiology, 12th ed. USA: Jhon Wiley & Sons, 2009
Trevor, Anthony J and Walter L. Way. Sedative-Hypnotic Drugs, in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International
Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Trevor, Anthony J and Paul F. White. General Anesthetics, in Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, International Edition. Singapure: The McGraw-Hill Companies and Lange Medical Publications, 2007
Uma Sekaran. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat, 2006
Wachholtz, AB and Pargament KI. Migraines and Meditation: Does Spirituality Matter?. J Behav Med. 2008 Aug; 31, 4 : 351-66
Wang C, Chung S., Jin H., Zhang Y. Metabolic Equivalent Play An Important Role Between Exercise And Sleep. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0156; pg A57
Wallace, Meredith and Mary Shelkey. How to try this: Katz Index of Independence in Activities of Daily Living (ADL). USA: New York University; 2007
Wold, Gloria Hoffmann. Basic Geriatric Nursing. Canada: Mosby Elsevier, 2008
Woodward, Michael. Sleep In Older People. Review in Clinical Gerontology 2012; 22 ; 130-149
Yi, H., Shin K and Shin C. Development of The Sleep Quality Scale. J Sleep Res. 2006 Sep; 15, 3 :309-16
Yusuf, Ahmad M. Ekslikopedi Tematis ayat al-Qur’an dan Hadits. Jilid 6. Jakarta: Widya Cahaya, 2009.
Zeitzer, J., Ruby NF., Heller H. Light Flashes Phase Human Circadian Rhythms During And Without Distrbing Sleep. J Sleep: Abstract Supplement 2012; 35, 0171; pg A63
Zion, Mairaw Cohen and Sonia Ancoli Israel. Sleep Disorders, in Jeffrey B Halter et al. Hazzard’s: Geriatrics Medicine and Gerontology, 6th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, 2009
Ziv, Naoimi., Tomer Rotem., Zahi Arnon., Iris Haimov. The effect of Music Relaxation versus Progressif Muscular Relaxation on Insomnia in Older People and Their Relationship to Personality Traits. J Music Therapy 2008 Fall; 45, 3; pg. 360
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENGARUH DZIKIR MENJELANG TIDUR TERHADAP KUALITAS
TIDUR LANJUT USIA
DI PSTW BUDI MULIA 01 JAKARTA TIMUR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Nama : Qoys M Iqbal Al-Halaj
NIM : 109104000016
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang
melaksanakan penelitian terkait penulisan skripsi mengenai “Pengaruh dzikir
menjelang tidur terhadap kualitas tidur lanjut usia” yang merupakan tugas akhir
untuk menyelesaikan pendidikan Ilmu Keperawatan.
Tujuan Penelitian:
Untuk mengidentifikasi kualitas tidur lanjut usia sebelum dan sesudah
melakukan dzikir menjelang tidur.
Alasan subjek diminta untuk ikut serta:
Karena lanjut usia yang memiliki kualitas tidur yang buruk lebih banyak
dibandingkan dewasa, remaja, maupun anak-anak.
Prosedur:
Prosedur penelitian meliputi beberapa tahap, yaitu:
a. Mengidentifikasi subjek yang berpotensi masiuk kedalam penelitian
Pada tahap ini, kakek/ nenek akan diberikan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab dengan jujur dan sesuai dengan pengalaman dan yang
dirasakan kakek/nenek, sehingga hasilnya dapat memberikan
gambaran yang sesuai dengan apa yang akan diteliti.
b. Penilaian lebih lanjut
Hasil pengisian dari tahap satu akan dilakukan pengelompokkan dan
diseleksi sesuai dengan syarat-syarat yang ada pada penelitian ini.
c. Membuat persetujuan kedua untuk bersedia sebagai subjek penelitian
Nomor
Responden
Bagi kakek/ nenek yang lolos tahap penilaian lebih lanjut akan
dilakukan persetujuan kedua, karena akan diikutsertakan pada
penelitian lagi.
d. Pencocokan
Bagi kakek/ nenek yang menyetujui, akan dilakukan pembagian
kelompok menjadi 2, pembagian kelompok didasarkan pada
pertimbangan peneliti.
e. Dzikir menjelang tidur (terlebih dahulu melakukan penyamaan
persepsi terhadap dzikir menjelang tidur yang digunakan pada
penelitian ini). Setelah dilakukan penyamaan persepsi, selama 1
minggu brturut-turut, kakek/ nenek melakukan dzikir menjelang tidur
yang akan dipimpin oleh ahli agama PSTW. Setelah 1 minggu,
kakek/nenek mengisi pertanyaan PSQI kembali.
Risiko potensial
Resiko yang mungkin dialami oleh kakek/ nenek adalah merasa jenuh,
bosan, lelah, dan ketidaknyamanan untuk melakukan dzikir menjelang tidur
selama 1 minggu berturut-turut.
Manfaat langsung bagi subjek
Dapat mengetahui dzikir menjelang tidur yang disunahkan oleh Rasulallah
saw.
Kompesasi
Kakek/ nenek bisa mengajukan pengunduran diri kapan saja tanpa ada
konsekuensi apapun.
Penjagaan rahasia data
Memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik informasi (identitas
subjek penelitian) maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
Infomasi tambahan:
Penelitian membutuhkan subjek penelitian sebanyak 30 orang.
Lembar Persetujuan
Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya
pada penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai
subjek penelitian dan keikutsertaan saya ini merupakan atas dasar
kesukarelaan tanpa ada unsur paksaan.
Tanggal :
Jam :
Nama Subjek :
Usia :
Qoys m. Iqbal A.
Lampiran 2
BAGIAN 1
1. Data personal responden
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
2. Pola makan dan riwayat kesehatan
a. Apakah mengkonsumsi kopi? Ya/ tidak :
Berapa kali dalam sehari?
Pada waktu kapan minum kopinya?
b. Riwayat penyakit sebelumnya
c. Keluhan kesehatan saat ini
d. Obat-obatan yang rutin dikonsumsi
Tolong sebutkan nama dan dosisnya!
Tekanan darah :
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Petunjuk: Bentuk pertanyaan berkenaan dengan kebiasaan tidur anda selama
sebulan terakhir. Jawaban anda harus sesuai dengan kebiasaan tidur pada siang
dan malam selama sebulan terakhir. Silahkan jawab semua pertanyaan dibawah
ini.
Selama sebulan terakhir,
1. Kapan anda biasanya pergi tidur?
2. Kapan anda biasanya bangun di pagi hari?
3. Selama sebulan terakhir,
seberapa sering anda
mengalami gangguan tidur
karena:
Tidak
pernah
selama
sebulan
terakhir
Kurang
dari sekali
dalam
seminggu
1/ 2 kali
dalam
seminggu
3 kali/
lebih
dalam
seminggu
a. Tidak dapat tertidur
dalam 30 menit
b. Tidak dapat bernafas
dengan nyaman
c. Batuk atau mendengkur
dengan keras
d. Merasa sangat kepanasan
e. Mimpi buruk
f. Kesakitan
g. Tolong jelaskan alasan
lainnya, termasuk
seberapa sering anda
mengalami gangguan
tidur karena alasan ini:
4. Selama sebulan yang lalu,
seberapa sering anda
mengkonsumsi obat-obatan
(menurut resep dokter atau
“obat warung”) untuk
membantu anda agar tertidur?
5. Selama sebulan terakhir,
seberapa sering anda
mengalami gangguan saat
makan, atau saat beraktivitas?
Sangat
baik (0) Baik (1) Buruk (2)
Sangat
buruk (3)
6. Selama sebulan terakhir,
berapa lama anda
membutuhkan waktu untuk
tidur secara keseluruhan?
Yesavage Geriatric Depression Scale
Tulislah tanda centang (√) pada jawaban terbaik yang sesuai dengan apa yang
anda rasakan selama satu minggu terakhir!
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda merasa nyaman dalam kehidupan ini?
2 Apakah anda mengalami perubahan dalam melakukan
aktifitas dan hobi anda?
3 Apakah anda merasa hidup ini hampa?
4 Apakah anda sering merasa bosan?
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan Anda alami?
7 Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu?
8 Apakah anda merasa sendirian/ kesepian?
10 Apakah anda mempunyai masalah dengan daya ingat?
11 Apakah anda merasa senang dengan kehidupan saat ini?
12 Apakah anda merasa tidak berharga/ tidak berguna?
13 Apakah anda saat ini bersemangat?
14 Apakah anda merasa situasi anda tidak ada harapan?
15 Apakah anda merasa orang lain lebih baik dari anda?
Total jumlah :
Mini Mental Examination State
Skor maks
Skor pasien
Pertanyaan Keterangan
5 Tahun berapa sekarang... (1) Bulan apa selkarang... (1) Hari apa sekarang... (1) Musin apa sekarang... (1) Tanggal berapa sekarang... (1)
Orientasi waktu
5 Dimana kita sekarang, negara apa... (1) Kota apa... (1) Kabupaten/ kecamatan mana... (1) Diruang mana... (1) Dilantai berapa... (1)
Orientasi tempat
3 Pemeriksa menyebutkan tiga bend, inta klien untuk mengulangi nama masing-masing benda. Misalnya almari, sepatu, buku. Satu detik untuk satu benda (nilai satu untuk setiap jawaban) ....(1) ....(1) ....(1)
Registrasi
5 Hitung mundur dari 100 ke bawah dengan pengurangan 5, berhenti setelah 75 (nilai 1 untuk tiap jawaban benar) .... (1) .... (1) ..... (1) .... (1) ..... (1)
Atensi dan Kalkulasi
3 Tanyakan kembali 3 nama benda yang tadi telah disebutkan di atas (nilai 1 untuk setiap jawaban benar) .... (1).... (1).... (1)
Mengingat
2 Apakah benda ini (lihat klien menunjuk dan menyebutkan nama benda, misal menunjuk pensil dan menyebut pensil; tunjukkan 2 macam benda) .... (1) .... (1)
Menamai
3 Minta klien untuk mengikuti perintah berikut terdiri dari 3 langkah: ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai” .... (1) ambil kertas ditangan anda .... (1) lipat dua .... (1) taruh dilantai
Pemahaman
1 Katakan: Silakan baca tulisan ini dan lakukan apa yang anda katakan
“TUTUP MATA ANDA”
Membaca
1 Perintahkan klien untuk menulis satu kalimat
Menulis
1 Perintahkan klien untuk menggambar dibawah ini
Menggambar
Skor total:
Skor > 23 berarti memiliki fungsi kognitif normal
Skor 23 – 18 berarti meiliki kerusakan fungsi kognitif ringan,
Skor ≤ 17 berarti memiliki kerusakan fungsi kognitif berat
Geriatric Anxiety Inventory Short Form
Tulislah tanda centang (√) pada jawaban terbaik yang sesuai dengan apa yang
anda rasakan selama satu minggu terakhir!
No Pertanyaan Jawaban
Iya Tidak 1 Saya merasa cemas berulang kali
6 Hal-hal kecil banyak mengganggu/ menyusahkan saya
8 Saya pikir saya adalah orang yang khawatiran
10 Saya sering merasa grogi/ gugup
11 Pikiran-pikiran saya sendiri sering membuat saya gelisah
Jumlah jawaban iya:
Indeks Katz
Aktifitas Mandiri
(1 poin)
Tidak ada pengawasan,
bimbingan atau bantuan
pribadi
Tergantung (0 poin)
Dengan pengawasan,
bimbingan, bantuan pribadi atau
bantuan total
Mandi (1 poin) mandi sendiri sampai
selesai atau membutuhkan
bantuan hanya untuk salah satu
bagian tubuh seperti punggung,
kemaluan atau cacat kaki dan
tangan ketika mandi.
(0 poin) ketika mandi
membutuhkan bantuan lebih
dari satu bagian tubuh, di dalam
atau di luar bak mandi atau
shower. Benar-benar butuh
bantuan ketika mandi.
Berpakaian (1 poin) mengambil pakaian
dari lemari dan laci dan
memakai baju dan
mengancingkannya dan
meletakkan gantungannya di
luar. Hanya butuh bantuan
untuk mengikat tali sepatu.
(0 poin) butuh bantuan ketika
berpakaian hingga selesai.
Toilet (1 poin) pergi ke toilet, keluar
masuk, mengganti pakaian dan
membersihkan kemaluan tanpa
bantuan.
(0 poin) butuh bantuan ketika
pergi ke toilet, membersihkan
diri atau menggunakan sorong
atau meja berlaci (commode)
Berpindah (1 poin) naik dan turun dari
tempat tidur atau dari kursi
tanpa bantuan. Menggunakan
alat bantu untuk berpindah.
(0 poin) membutuhkan bantuan
ketika pindah dari tempai tidur
ke kursi atau membutuhkan
bantuan keseluruhan.
Mengontrol (1 poni) Mampu mengontrol
diri ketika buang air kecil dan
buang air besar.
(0 poin) tidak dapat mengontrol
diri sebagian atau keseluruhan
ketika buang air besar dan
buang air kecil.
Makan (1 poin) menyuapkan makanan
dari piring ke mulut tanpa
bantuan. Makanan telah
disiapkan oleh orang lain.
(0 poin) memerlukan bantuan
untuk menyuapi ketika makan.
Skor Total : ...
Lampiran 3
PEDOMAN DZIKIR MENJELANG TIDUR
Khusus untuk penelitian:
Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di
PSTW Budi Mulya 01 Jakarta Timur
Disusun oleh:
Qoys M. Iqbal A.
(109104000016)
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2013
Tahapan Dzikir Menjelang Tidur
Sebelum pergi ke tempat tidur, setiap responden melakukan
tahapan-tahapan dzikir sebagai berikut:
1. Berwudhu’;
2. Mengibas tempat tidur dengan kain sambil membaca
bismillah, sebanyak 3 kali;
٣× بسم اهللا الرحمان الرحيم Bismillaahirrahmaanirrahiim (3 kali)
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang”
3. Kemudian duduk di samping tempat tidur dan membaca:
a. Ta’awudz:
أعوذ باهللا من الشيطان الرجيم A’udzubillahi minasy syaitonirrajiim
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang
terkutuk.”
b. al-Fatihah
(1) Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang
(2) Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
(3) Arrahmaanirrahiim.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang..
(4) Maaliki yaumiddiin,
Yang menguasai di hari Pembalasan.
(5) Iyyaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iin.
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan.
(6) Ihdinash shiraatal mustaqiim.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(7) Syiraatalladziina an’amta ‘alayhim,
ghayril maghduubi 'alaihim
waladdhaaalliin.
(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat
c. Ayat kursi (QS : Al-Baqarah : 255)
Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul
qayyumu. Laa ta’khudzuhuu sinatuw wa laa
nauum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil
ardhi. Man dzal ladzii yasfa’u ‘indahuu illaa
bi idznihi. Ya’lamu maa baina aidiihim wa
maa khalfahum. Wa laa yuhiithuuna bi syai-
in min ‘ilmihii illaa bi maasyaa-a. Wasi’a
kursiyyuhussamaawaati wal ardha. Wa laa
ya-udhuu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyul
azhiim. (QS : Al-Baqarah : 255)”
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi
Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.
d. al-Ikhlas, sebanyak 3 kali
بسم اهللا الرحمان
الرحيم Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
(1) Qul huwallaahu ahad.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
(2) Allaahush shamad
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
(3) Lam yalid walam yuulad.
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
(4) Wa lam yakun lahukufuwan ahad
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
e. al-Falaq, sebanyak 3 kali
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang
(1) qul a’uudzu birabbilfalaq,
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai
subuh,
(2) min syarri maa khalaq,
Dari kejahatan makhluk-Nya,
(3) wamin syarri ghaasiqin idzaa waqab,
Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita,
(4) wamin syarrinnafatsatifil ‘uqad,
Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul
(5) wamin syarri haasidin idzaa hasad
Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."
f. an-Naas, sebanyak 3 kali
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang
(1) Qul a'uudzu birabbinnaas,
Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang
memelihara dan menguasai) manusia.
(2) Malikinnaas,
Raja manusia.
(3) Ilaahinnaas,
Sembahan manusia.
(4) Min syarril waswaasilkhannaas,
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
(5) Alladziiyuwaswisufiishuduurinnaas,
Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
dari (golongan) jin dan manusia.
(6) Minaljinnatiwannaas
Dari (golongan) jin dan manusia
Kemudian meniupkannya ke telapak tangan dan
mengusapkannya ke seluruh tubuh; dimulai dari wajah, kepala,
tangan, badan, punggung dan kaki.
4. Berbaring ditempat tidur dengan meletakkan tangan
dibawah pipi kemudian membaca do’a sebelum tidur :
ت و م ا ك سم ب و , اي ح ا م ه مك الل با س Bismika Allahuma ahyaa wabismika amuutu
“Ya, Allah dengan menyebut nama-Mu aku hidup dan
menyebut nama-Mu aku mati.”
5. Dan membaca do’a:
اللهم أسلمت نـفسي إليك، ووجهت وجهي
إليك، وألجأت ظهري إليك، وفـوضت أمري
إليك، رغبة ورهبة إليك، ال ملحأ وال منجى
منك إال إليك، آمنت بكتابك الذي أنزلت،
لتك وبنبيك الذي أرسلت، فإن مت من ليـ
فأنت على الفطرة، واجعلهن آخر ما تـتكلم
.به
Allahumma aslamtu nafsii ilaika, wawajjahtu wajhii
ilaika, wa aljaktu zhahrii ilaika, wafawwadhtu amrii
ilaika, raghbatan warahbatan ilaika, laa malja-a
walaa manja minka illaa ilaika, aamantu bikitaa
bikalladzii anzalta, wabinabiyyikalladzii arsalta, fain
mitta min laylatika fa-anta ‘alalfithrati, waj’alhunna
aakhira maa tatakallamubihi.
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku
menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku menyandarkan
punggungku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-
Mu dengan rasa senang dan takut kepada-Mu, sesungguhnya
tiada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari
ancaman-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab
yang telah Engkau turunkan serta Nabi yang Engkau utus.”
6. Membaca dzikir:
a. Tasbih 33x,
٣٣× سبحان اهللا
Subhanallaah
“Maha Suci Allah.”
b. Tahmid 33x,
٣٣× الحمدل اهللا
Alhamdulillaah
“Segala Puji Bagi Allah.”
c. Takbir 34x,
٣٤× اهللا أكبـر
Allaahu akbar
“Allah Maha Besar.”
d. Membaca istighfar sampai tertidur
أستـغفر اهللا العظيم Astaghfirullaahal’azhiimi
“Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung.”
7. Adapun jika bangun dari tidur, maka membaca do’a:
لله الذي أحيانا بـعد ما أماتـنا وإليه الحمد
النشور Alhamdu lillaahiladzii ahyanaa ba’damaa amaa tanaa
wailayhinnusyuuru
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah
kematian kami dan kepada-Nyalah kami dibangkitkan.”
8. Jika terbangun atau terkejut dari tidur, maka membaca
do’a ini kemudian mencoba untuk tidur lagi.
القهار، رب د اح الو اهللا ال إ له إ ال
نـهما العزيـز السموات واألرض وما بـيـ
الغفار
Laa ilaaha illallahu waahiduqahharu,
rabbussamawaati wal ardhi wamaa baynahumaa
‘aziizulghaffaaru.
“Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Maha
Esa dan Maha Mengalahkan, Rabb pencipta langit dan bumi
serta apa-apa yang ada di antara keduanya, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Daftar Pustaka
Al-Hilali, Abu Usamah Salim bin ‘Ied. Syarah Riyadush Shalihin, Jilid II. Penerjemah M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005
Nada, ‘Abdul ‘azin bin Fathi as-Sayyid. Enslikopedi Adab Islam Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jilid II. Penerjemah Abu Ihsan Al-Atrasi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007
Lampiran 4
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Validitas PSQI
Q5A Q5D Q5E Q5G Q5H Q5I Q5J Q6 Q7 Q9 TOTAL
Q5A Pearson Correlation 1 -.060 .100 -.045 .351 -.021 .169 .161 .197 .290 .491**
Sig. (2-tailed) .752 .598 .812 .058 .914 .373 .396 .297 .119 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5D Pearson Correlation -.060 1 .309 .188 .276 .037 .443* -.046 -.007 .170 .451
*
Sig. (2-tailed) .752 .097 .321 .140 .846 .014 .807 .969 .370 .012
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5E Pearson Correlation .100 .309 1 -.064 .172 .099 .454* .012 .194 .281 .421
*
Sig. (2-tailed) .598 .097 .735 .363 .601 .012 .950 .305 .133 .020
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5G Pearson Correlation -.045 .188 -.064 1 .120 .357 .021 .031 -.054 .447* .405
*
Sig. (2-tailed) .812 .321 .735 .526 .053 .911 .871 .778 .013 .026
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5H Pearson Correlation .351 .276 .172 .120 1 .102 .429* .040 .006 .284 .488
**
Sig. (2-tailed) .058 .140 .363 .526 .591 .018 .834 .974 .129 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5I Pearson Correlation -.021 .037 .099 .357 .102 1 -.270 .144 .227 .044 .431*
Sig. (2-tailed) .914 .846 .601 .053 .591 .148 .447 .228 .816 .017
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q5J Pearson Correlation .169 .443* .454
* .021 .429
* -.270 1 .239 .229 .443
* .477
**
Sig. (2-tailed) .373 .014 .012 .911 .018 .148 .203 .224 .014 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q6 Pearson Correlation .161 -.046 .012 .031 .040 .144 .239 1 .393* -.087 .367
*
Sig. (2-tailed) .396 .807 .950 .871 .834 .447 .203 .032 .649 .046
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q7 Pearson Correlation .197 -.007 .194 -.054 .006 .227 .229 .393* 1 -.038 .450
*
Sig. (2-tailed) .297 .969 .305 .778 .974 .228 .224 .032 .841 .013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q9 Pearson Correlation .290 .170 .281 .447* .284 .044 .443
* -.087 -.038 1 .484
**
Sig. (2-tailed) .119 .370 .133 .013 .129 .816 .014 .649 .841 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .491** .451
* .421
* .405
* .488
** .431
* .477
** .367
* .450
* .484
** 1
Sig. (2-tailed) .006 .012 .020 .026 .006 .017 .008 .046 .013 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Reliabilitas PSQI
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.605 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Validitas GDS
Q1 Q2 Q3 Q4 Q6 Q7 Q8 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 TOTAL
Q1 Pearson Correlation 1 .367* .224 .452
* .167 .539
** .367
* .272 .371
* .484
** .667
** .177 .400
* .676
**
Sig. (2-tailed) .046 .235 .012 .379 .002 .046 .146 .043 .007 .000 .350 .028 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q2 Pearson Correlation .367* 1 .299 .342 .367
* .223 .196 .191 .199 .397
* .134 .189 .117 .521
**
Sig. (2-tailed) .046 .109 .064 .046 .237 .298 .312 .293 .030 .481 .317 .539 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q3 Pearson Correlation .224 .299 1 .539** .000 .614
** .478
** .183 .415
* .402
* .149 .632
** .488
** .670
**
Sig. (2-tailed) .235 .109 .002 1.000 .000 .008 .334 .023 .028 .432 .000 .006 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q4 Pearson Correlation .452* .342 .539
** 1 .452
* .429
* .342 .277 .308 .323 .302 .213 .592
** .682
**
Sig. (2-tailed) .012 .064 .002 .012 .018 .064 .138 .098 .081 .105 .258 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q6 Pearson Correlation .167 .367* .000 .452
* 1 .049 .367
* .272 -.093 .311 -.167 .000 .400
* .416
*
Sig. (2-tailed) .379 .046 1.000 .012 .797 .046 .146 .626 .094 .379 1.000 .028 .022
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q7 Pearson Correlation .539** .223 .614
** .429
* .049 1 .419
* .280 .473
** .515
** .196 .555
** .599
** .704
**
Sig. (2-tailed) .002 .237 .000 .018 .797 .021 .134 .008 .004 .299 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q8 Pearson Correlation .367* .196 .478
** .342 .367
* .419
* 1 .191 .199 .536
** .134 .331 .554
** .688
**
Sig. (2-tailed) .046 .298 .008 .064 .046 .021 .312 .293 .002 .481 .074 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q10 Pearson Correlation .272 .191 .183 .277 .272 .280 .191 1 .227 .226 .408* .000 .356 .552
**
Sig. (2-tailed) .146 .312 .334 .138 .146 .134 .312 .227 .230 .025 1.000 .053 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q11 Pearson Correlation .371* .199 .415
* .308 -.093 .473
** .199 .227 1 .244 .557
** .263 .284 .464
**
Sig. (2-tailed) .043 .293 .023 .098 .626 .008 .293 .227 .194 .001 .161 .129 .010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q12 Pearson Correlation .484** .397
* .402
* .323 .311 .515
** .536
** .226 .244 1 .208 .489
** .408
* .734
**
Sig. (2-tailed) .007 .030 .028 .081 .094 .004 .002 .230 .194 .271 .006 .025 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q13 Pearson Correlation .667** .134 .149 .302 -.167 .196 .134 .408
* .557
** .208 1 .000 .024 .451
*
Sig. (2-tailed) .000 .481 .432 .105 .379 .299 .481 .025 .001 .271 1.000 .899 .012
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q14 Pearson Correlation .177 .189 .632** .213 .000 .555
** .331 .000 .263 .489
** .000 1 .309 .486
**
Sig. (2-tailed) .350 .317 .000 .258 1.000 .001 .074 1.000 .161 .006 1.000 .097 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Q15 Pearson Correlation .400* .117 .488
** .592
** .400
* .599
** .554
** .356 .284 .408
* .024 .309 1 .658
**
Sig. (2-tailed) .028 .539 .006 .001 .028 .000 .001 .053 .129 .025 .899 .097 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL
Pearson Correlation .676** .521
** .670
** .682
** .416
* .704
** .688
** .552
** .464
** .734
** .451
* .486
** .658
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .022 .000 .000 .002 .010 .000 .012 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Reliabilitas GDS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.848 13
Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Validitas MMSE Correlations
Orientasi waktu
Orientasi tempat
Registrasi Atensi dan kalkulasi
Mengingat Menamai Pemahaman Membaca Menulis Mengambar TOTAL
Orientasi waktu
Pearson Correlation 1 .455* .a .318 -.052 .a .288 .454* .362* .052 .656**
Sig. (2-tailed) .011 . .087 .785 . .123 .012 .049 .786 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Orientasi tempat
Pearson Correlation .455* 1 .a .295 .133 .a .184 .517** .633** .398* .711**
Sig. (2-tailed) .011 . .113 .482 . .330 .003 .000 .030 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Registrasi Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Atensi dan kalkulasi
Pearson Correlation .318 .295 .a 1 .318 .a .791** .308 .379* .253 .738**
Sig. (2-tailed) .087 .113 . .087 . .000 .098 .039 .178 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Mengingat Pearson Correlation -.052 .133 .a .318 1 .a .350 .127 .076 .126 .428*
Sig. (2-tailed) .785 .482 . .087 . .058 .504 .688 .508 .018
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Menamai Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pemahaman Pearson Correlation .288 .184 .a .791** .350 .a 1 .266 .199 .174 .638**
Sig. (2-tailed) .123 .330 . .000 .058 . .155 .293 .359 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Membaca Pearson Correlation .454* .517** .a .308 .127 .a .266 1 .426* .618** .676**
Sig. (2-tailed) .012 .003 . .098 .504 . .155 .019 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Menulis Pearson Correlation .362* .633** .a .379* .076 .a .199 .426* 1 .473** .644**
Sig. (2-tailed) .049 .000 . .039 .688 . .293 .019 .008 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Mengambar Pearson Correlation .052 .398* .a .253 .126 .a .174 .618** .473** 1 .482**
Sig. (2-tailed) .786 .030 . .178 .508 . .359 .000 .008 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .656** .711** .a .738** .428* .a .638** .676** .644** .482** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .000 .018 . .000 .000 .000 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Reliabilitas MMSE
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.713 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kuesioner Geriatric Anxiety Inventory-Short Form (GAI-SF)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Validitas GAI-SF Correlations
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 TOTAL
Q1 Pearson Correlation 1 .400* .400
* .354 .400
* .707
**
Sig. (2-tailed) .029 .029 .055 .029 .000
N 30 30 30 30 30 30
Q2 Pearson Correlation .400* 1 .550
** .354 .100 .664
**
Sig. (2-tailed) .029 .002 .055 .599 .000
N 30 30 30 30 30 30
Q3 Pearson Correlation .400* .550
** 1 .530
** .550
** .834
**
Sig. (2-tailed) .029 .002 .003 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30
Q4 Pearson Correlation .354 .354 .530** 1 .530
** .739
**
Sig. (2-tailed) .055 .055 .003 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30
Q5 Pearson Correlation .400* .100 .550
** .530
** 1 .707
**
Sig. (2-tailed) .029 .599 .002 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .707** .664
** .834
** .739
** .707
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas GAI-SF
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.779 5
Kuesioner Indeks Katz
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Validitas Indeks Katz Correlations
Mandi Berpakaian Toilet Berpindah Eliminasi Makan TOTAL
Mandi Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30
Berpakaian Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30
Toilet Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30
Berpindah Pearson Correlation .a .
a .
a 1 .
a .
a 1.000
**
Sig. (2-tailed) . . . . . .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Eliminasi Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30
Makan Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . .
N 30 30 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .a .
a .
a 1.000
** .
a .
a 1
Sig. (2-tailed) . . . .000 . .
N 30 30 30 30 30 30 30
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant. **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliabilitas Indeks Katz
Warnings
Each of the following component variables has zero variance and is removed from the
scale: Mandi, Berpakaian, Toilet, Mengontrol Eliminasi, Makan
Too many items are deleted from the scale.
This command is not executed.
Reliability Statistics
Cronbach's Alphaa N of Items
-5.271E-14 6
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Lampiran 5
HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Uji normalitas distribusi data
Usia
Statistics
Usia
N Valid 30
Missing 0
Mean 69.40
Median 68.50
Mode 62a
Std. Deviation 6.605
Variance 43.628
Skewness .889
Std. Error of Skewness .427
Kurtosis .205
Std. Error of Kurtosis .833
Minimum 62
Maximum 87
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
klasifikasi usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Lanjut usia 24 80.0 80.0 80.0
Lanjut usia tua 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jenis Kelamin Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelompok * Jenis kelamin 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Usia .906 30 .011
Jenis kelamin .554 30 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Jenis kelamin * Kelompok Crosstabulation
Kelompok
Total Intervensi Kontrol
Jenis kelamin Perempuan Count 13 9 22
Expected Count 11.0 11.0 22.0
% within Jenis kelamin 59.1% 40.9% 100.0%
% within Kelompok 86.7% 60.0% 73.3%
% of Total 43.3% 30.0% 73.3%
Laki-laki Count 2 6 8
Expected Count 4.0 4.0 8.0
% within Jenis kelamin 25.0% 75.0% 100.0%
% within Kelompok 13.3% 40.0% 26.7%
% of Total 6.7% 20.0% 26.7%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
% within Jenis kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Komponen Kualitas Tidur Pada Responden (pretest-posttest)
Statistics
Kualitas Tidur Subjektif (pretest)
Tidur Laten (pretest)
Gangguan Tidur (pretest)
Penggunaan Obat Tidur (pretest)
Disfungsi di Siang Hari (pretest)
N Valid 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.17 2.00 1.23 .00 .90
Median 1.00 2.50 1.00 .00 .00
Mode 1 3 1 0 0
Std. Deviation .648 1.203 .568 .000 1.269
Variance .420 1.448 .323 .000 1.610
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 3 3 2 0 3
Statistics
Kualitas Tidur Subjektif (posttest)
Tidur Laten (posttest)
Gangguan Tidur (posttest)
Penggunaan Obat Tidur (posttest)
Disfungsi di Siang Hari (posttest)
N Valid 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0
Mean .57 1.07 .97 .00 .87
Median .00 .00 1.00 .00 .00
Mode 0 0 1 0 0
Std. Deviation .728 1.258 .490 .000 1.252
Variance .530 1.582 .240 .000 1.568
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 3 3 2 0 3
Skor Kualitas Tidur
Skor Kualitas Tidur (pretest)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-10 20 66.7 66.7 66.7
11-20 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Skor Kualitas Tidur (posttest)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 1 3.3 3.3 3.3
1-10 24 80.0 80.0 83.3
11-20 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Skor PSQI Kelompok Intervensi dan Kontrol (pretest dan posttest) Uji Normalitas distribusi data Skor PSQI
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Kelompok Intervensi (pretest) .970 15 .854
Kelompok Intervensi (posttest) .942 15 .410
Kelompok Kontrol (pretest) .953 15 .571
Kelompok Kontrol (posttest) .921 15 .201
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelompok Intervensi (pretest) 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Kelompok Intervensi (posttest) 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Kelompok Kontrol (pretest) 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Kelompok Kontrol (posttest) 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Statistics
Kelompok Intervensi (pretest)
Kelompok Intervensi (posttest)
Kelompok Kontrol (pretest)
Kelompok Kontrol (posttest)
N Valid 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0
Mean 10.93 4.00 7.27 8.40
Median 12.00 4.00 7.00 9.00
Mode 13 3a 6 9
Std. Deviation 4.496 2.236 2.815 3.699
Variance 20.210 5.000 7.924 13.686
Skewness -.303 -.133 .174 -.532
Std. Error of Skewness .580 .580 .580 .580
Kurtosis -.345 -.982 -.257 -.493
Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121 1.121
Minimum 2 0 3 1
Maximum 18 7 13 13
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Uji t berpasangan Skor PSQI Kelompok Kontrol pada pengukuran
pretest dan posttest
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Skor PSQI kelompok kontrol (pretest) 7.27 15 2.815 .727
Skor PSQI kelompok kontrol (posttest) 8.40 15 3.699 .955
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Skor PSQI kelompok kontrol (pretest) - Skor PSQI kelompok kontrol (posttest)
-1.133 2.774 .716 -2.670 .403 -1.582 14 .136
Uji t berpasangan skor PSQI Kelompok Intervensi pada pengukuran pretest dan posttest
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Skor PSQI kelompok intervensi (pretest) 10.93 15 4.496 1.161
Skor PSQI kelompok intervensi (posttest) 4.00 15 2.236 .577
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Skor PSQI kelompok intervensi (pretest) - Skor PSQI kelompok intervensi (posttest)
6.933 4.096 1.058 4.665 9.202 6.555 14 .000
Uji Wilcoxon Kelompok Intervensi pada pengukuran pretest dan posttest (5 komponen PSQI)
Uji Normalitas data pada 5 komponen PSQI
Warnings
K6pre is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted.
K1post is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted.
K6post is constant. It will be included in any boxplots produced but other output will be omitted.
Tests of Normalityb,c,d
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
K1pre .663 15 .000
K2pre .716 15 .000
K5pre .744 15 .001
K7pre .720 15 .000
K2post .596 15 .000
K5post .631 15 .000
K7post .394 15 .000
a. Lilliefors Significance Correction b. K6pre is constant. It has been omitted. c. K1post is constant. It has been omitted. d. K6post is constant. It has been omitted.
Uji Wilcoxon Kelompok Intervensi pada pengukuran pretest dan posttest (setiap komponen PSQI)
Statistics
K1pre K2pre K5pre K6pre K7pre
N Valid 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.47 2.47 1.47 .00 .87
Median 1.00 3.00 2.00 .00 .00
Std. Deviation .743 .743 .640 .000 1.187
Minimum 1 1 0 0 0
Maximum 3 3 2 0 3
Statistics
K1post K2post K5post K6post K7post
N Valid 15 15 15 15 15
Missing 0 0 0 0 0
Mean .00 .40 .93 .00 .27
Median .00 .00 1.00 .00 .00
Std. Deviation .000 .737 .458 .000 .799
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 0 2 2 0 3
Wilcoxon Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
K1post - K1pre Negative Ranks 15a 8.00 120.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 15
K2post - K2pre Negative Ranks 14d 7.50 105.00
Positive Ranks 0e .00 .00
Ties 1f
Total 15
K5post - K5pre Negative Ranks 8g 4.50 36.00
Positive Ranks 0h .00 .00
Ties 7i
Total 15
K6post - K6pre Negative Ranks 0j .00 .00
Positive Ranks 0k .00 .00
Ties 15l
Total 15
K7post - K7pre Negative Ranks 5m 3.90 19.50
Positive Ranks 1n 1.50 1.50
Ties 9o
Total 15 a. K1post < K1pre b. K1post > K1pre c. K1post = K1pre d. K2post < K2pre e. K2post > K2pre f. K2post = K2pre g. K5post < K5pre h. K5post > K5pre
Test Statisticsc
K1post - K1pre K2post - K2pre K5post - K5pre K6post - K6pre K7post - K7pre
Z -3.531a -3.345
a -2.828
a .000
b -1.913
a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .005 1.000 .056
a. Based on positive ranks.
b. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
c. Wilcoxon Signed Ranks Test
i. K5post = K5pre
j. K6post < K6pre
k. K6post > K6pre
l. K6post = K6pre
m. K7post < K7pre
n. K7post > K7pre
o. K7post = K7pre
Uji t tidak berpasangan skor PSQI antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Group Statistics
Dzikir menjelang tidur N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor PSQI Kelompok Intervensi 15 4.00 2.236 .577
Kelompok kontrol 15 8.40 3.699 .955
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Skor PSQI Equal variances assumed
2.977 .095 -3.942 28 .000 -4.400 1.116 -6.686 -2.114
Equal variances not assumed
-3.942 23.025 .001 -4.400 1.116 -6.709 -2.091
Lampiran 6
Daftar Urut Undian Responden
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol No Inisial/ Usia Wisma No Inisial/ Usia Wisma
2 Ibu D/ 68 thn Asoka 1 Ibu S70 thn Asoka
4 Ibu Y/ 68 thn Bougenfil 3 Ibu NS/ 62 thn Bougenfil
6 Ibu SH/ 62 thn Asoka 5 Ibu M/ 54 thn Asoka
8 Ibu M/ 70 thn Asoka 7 Bpk. AK/ 71 thn Flamboyan
10 Bpk. N/ 63 thn Flamboyan 9 Bpk. C/ 72 thn Flamboyan
12 Ibu P/ 65 thn Asoka 11 Ibu S/ 70 thn Bougenfil
14 Ibu R/ 80 thn Asoka 13 Ibu R/ 63 thn Asoka
16 Ibu R/ 87 thn Asoka 15 Ibu K/ 62 thn Asoka
18 Ibu S/ 65 thn Bougenfil 17 Bpk. MH/ 69 thn Flamboyan
20 Bpk. K/ 69 thn Flamboyan 19 Bpk. D/ 80 thn Flamboyan
22 Ibu Y/ 79 thn Asoka 21 Ibu M/ 70 thn Asoka
24 Ibu SM/ 72 thn Bougenfil 23 Ibu A/ 63 thn Asoka
26 Ibu R/ 64 thn Asoka 25 Ibu W/ 78 thn Bougenfil
28 Ibu F/ 64 thn Asoka 27 Bpk. J/ 74 thn Flamboyan
30 Ibu NS/ 77 thn Asoka 29 Bpk. S/ 82 thn Flamboyan
Lampiran 7
Lampiran 8