Upload
duongnga
View
224
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS
TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR
INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2013
Muhammad Ardiyansyah
100462201322
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh corporate
governance leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba. Variabel yang diuji dalam
penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen, dewan direksi, komite audit, leverage, dan return on assets. Sedangkan variabel
dependen dari penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur menggunakan discretionary
accruals menggunakan model jones.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komite audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. sedangkan variabel
komisaris independen, dewan direksi dan return on assets berpengaruh pada manajemen laba.
Kata kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan
direksi, komite audit, leverage, dan return on assets serta manajemen laba.
PENDAHULUAN
Laba merupakan faktor yang paling penting didalam sebuah perusahaan agar perusahaan
tersebut dapat bertahan. Informasi mengenai laba perusahaan terdapat di dalam laporan keuangan
perusahaan. Bagi pihak investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis yang akan dibagikan
melalui pembagian deviden. Laba juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajemen
perusahaan dalam suatu periode tertentu serta mempertanggung jawabkan sumber daya yang
dikelola yang telah dipercayakan kepada manajemen/manajer. Namun manajer sering melakukan
manipulasi data untuk memperoleh keuntungan pribadi. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan
istilah manajemen laba (Earning management).
2 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Masalah yang biasanya muncul dalam hubungan keagenan yaitu masing-masing dari
manajer maupun investor ingin mensejahterakan diri mereka masing-masing. Penerapan Good
Corporate Governance dipercaya mempunyai pengaruh yang positif terhadap praktek
manajemen laba tersebut. Mekanisme Good Corporate Governance yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris
independen, dan komite audit. Serta diluar mekanisme GCG tersebut juga digunakan Leverage
dan ukuran perusahaan untuk mengukur pengaruhnya terhadap manajemen laba.
Penelitian Boediono (2005), menganalisis bahwa corporate governance dalam hal ini
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen
laba dapat di uji. Hasilnya corporate governance secara bersama sama berpengaruh terhadap
manajemen laba. Ukuran Dewan Direksi dalam perusahaan sangatlah penting untuk pencapaian
komunikasi yang efektif antar anggota dewan. Komunikasi yang baik akan meningkatkan
pengawasan terhadap manajemen dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan
manajemen laba.
Ujiyanto dan Pramuka (2007) juga melakukan penelitian kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial terhapad praktek manajemen laba. Hasilnya kepemilikan institusional
dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini menunjukkan
besarnya saham yang dimiliki pihak institusional maupun manajerial tidak bisa mempengaruhi
praktek manajemen laba yang terjadi di perusahaan.
Welvin dan Arleen (2010) melakukan penelitian profitabilitas terhadap manajemen laba.
hasilnya profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini bisa terjadi karena labaa
merupakan indicator penting dalam menjalankan usaha. Semakin laba meningkat, semakin tinggi
keinginan manajer melakukan manajemen laba untuk mengambil keuntungan secara pribadi.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate
governance. Menurut (Hurabarat & Huseini, 2006, p. 47), Teori agensi (theory agency) yaitu
yang menyatakan mengenai pentingnya pemilik perusahaan (pemilik saham) menyerahkan
pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional (disebut agent) yang lebih mengerti dan
profesional dalam menjalankan bisnis.
Menurut (Alijoyo & Zaini, 2004), menyatakan terdapat beberapa asumsi dasar yang
membangun teori ini, diantaranya sebagai berikut:
1) Agency Conflict
Terdapat kemungkinan konflik dalam hubungan antara prinsipal dan agen (agency
conflict), konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agen) untuk
melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan
kepentingan pemegang saham (prinsipal) untuk memperoleh return dan nilai jangka
panjang perusahaan. Agency conflict timbul karena berbagai hal seperti:
a) Moral-Hazard
3 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan
bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
b) Earning Retention
Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pedapatan perusahaan yang
stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribus kas yang lebih tinggi
melalui beberapa peluang investasi internal yang positif.
c) Risk Aversion
Manajemen cenderung mengambil posisi aman utuk mereka sendiri dalam
mengambil keputusan investasi.
d) Time-Horizon
Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan
dengan waktu penugasan mereka.
2) Agency Problem
Asumsi dasar lainnya yan membangun agency theory adalah agency problem yang timbul
sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan
manajemen sebagai pengelola.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer
akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau
menginvestasikan dana mereka ke proyek-proyek yang tidak menguntungkan, dan berkaitan
dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan demikian diharapkan
corporate governance mampu mempengaruhi manajer untuk tidak melakukan tindakan
manajemen laba.
Definisi corporate governance dikemukakan oleh Darmawati (2003), yaitu sebagai
hubungan diantara berbagai pihak yang berperan serta dalam menentukan arah dan kinerja
perusahaan. Pemeran utamanya yaitu pemegang saham, pengurus dan pengawas. Menurut
Wardhani (2006), Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan
hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja
perusahaan.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau
lembaga seperti perusahaan, asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain.
Pemegang saham yang paling aktif adalah investor institusional (Susanti, 2013). Boediono
(2005), menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat
mengurangi manajemen laba. Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena
kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat mendukung atau sebaliknya
terhadap kinerja manajemen.
H1a : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba
4 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Boediono (2005), dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan
oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran
manajemen laba yang berbeda. Seperti antara manajer yang juga sekaligus pemegang saham dan
manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba,
sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.
H1b : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba
Warsono et.al (107,2010), menyatakan bahwa komisaris independen berfungsi sebagai
penasehat yang memberikan saran, pendapat, dan masukan dalam rangka pencapain tujuan
perusahaan. Tugas utama dari komisaris independen ini diantaranya menilai dan mengarahkan
strategi perusahaan, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan, dan rencana usaha ;
menilai system penetapan remunerasi para pejabat yang memegang posisi kunci; memantau dan
mengatasi konflik kepentingan; dan memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi
dalam perusahaan.
H1c : Komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba
Menurut Warsono et.al (55,2010), dewan direksi merupakan organ perusahaan yang
memiliki fungsi utama memberi perhatian secara bertanggung jawab (oversight function)
terhadap penerapan Corporate Governance dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Untuk
mencapai kinerja CG yang optimal, Wallace dan Zinkin (2005) dalam Warsono et.al (55,2010),
menyatakan bahwa dewan direksi memiliki tugas dan tanggung jawab, antara lain menetapkan
tujuan strategis perusahaan, melakukan review pelaksanaan rencana strategis, memantau
pengelolaan perusahaan, dan memastikan system pengendalian internal berjalan semestinya.
Ukuran dewan direksi dalam perusahaan sangatlah penting untuk mencapai komunikasi yang
efektif antar anggota dewan. Komunikasi yang baik akan meningkatkan pengawasan terhadap
manajemen dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi sifat oppurtunis manajemen (Afriyani,
2012).
H1d : Dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba
FCGI (2008) dalam Jao & Pagalung (2011) menyatakan bahwa komite audit memiliki
tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris terutama yang berhubungan dengan kebijakan
akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan system pelaporan. Salah satu tugas utama
komite audit adalah membantu memantau dan mengevaluasi proses pelaporan keuangan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut komite audit memiliki hak berhubungan dan berkoordinasi dengan
auditor eksternal dari kantor akuntan publik yang ditunjuk untuk jasa audit tersebut (Warsono,
2010).
H1e : Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba
5 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Leverage merupakan salah satu rasio keuangan, biasa disebut rasio solvabilitas. Rasio
solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang, baik
utang pokok maupun bunganya. Kemampuan untuk membayar utang jangka panjang bergantung
pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena cicilan utang pokok maupun
bunganya menurut kelaziman dibayar dengan dana kas, dan besarnya dana kas sangat ditentukan
oleh besarnya laba yang masuk kedalam perusahaan dalam bentuk uang kas (Kuswandi, 2008).
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perisahaan. Rasio ini
menunjukkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin
tinggi nilai leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para
investor akan memimta keuntungan yang semakin besar. Leverage menunjukan proporsi
penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka
semakin besar resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan
yang semakin tinggi. Akibatnya kondisi tersebut mendorong manajemen perusahaan untuk
melakukan praktik income smoothing (Tampubolon,2005).
H2 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba
Salah satu tujuan utama seseorang mendirikan perusahaan adalah untuk memperoleh
keuntungan (profit). Biasanya manajer akan melakukan apa saja agar perusahaan yang
dikelolanya mendapatkan keuntungan. Profitabilitas merupakan rasio keuangan yang bisa
mengukur tindakan manajemen laba perusahaan. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah return on assets (ROA). Riyanto dalam Atarwaman (2011) Profitabilitas merupakan salah
satu indikator penting yang dapat digunakan untuk menilai suatu perusahaan. Selain untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas adalah hasil bersih
dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Return on assets (ROA) diukur dengan membagi
laba bersih dengan total assets perusahaan. Menurut Sudarmadji dalam I,Guna dan Herawaty
(2010) profitabilitas merupakan indicator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan
perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan. Biasanya manajer
melakukan manajemen laba dengan memanupulasi komponen laba rugi yang di laporkan
perusahaan.
H3 : Return On Assets berpengaruh terhadap manajemen laba
METODE PENELITIAN
Pengambilan Sample
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor
industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan purposive sampling
method, yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu. kriteria
tersebut adalah :
1. Perusahaan manufaktur sektor industry barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode
2009-2013.
6 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit.
3. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dewan komisaris independen dan
dewan direksi.
Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba (Y) yang dapat diukur
dengan menggunakan Discretionary Accrual (DA). Discretionary accruals adalah suatu cara
untuk mengurangi atau menambah pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi
kebijaksanaan akuntansi yang bersangkutan atau berkaitan secara akrual. Untuk mengukur DA,
terlebih dahulu akan mengukur total akrual dan memiliki hubungan yang sangat penting untuk
dapat memahami laba sebagai manajemen akrual. Terdapat beberapa model yang umum
digunakan untuk perhitungan akrual adalah sebagai berikut:
1. Mengukur total akrual (Riahi, Belkaoni, 2007)
Total akrual = Laporan laba bersih setelah pajak (net income) – Arus kas dari operasi
(cash flow from operating)
2. Mengukur estimasi parameter spesifik perusahaan dimana manajemen laba tidak
sistematis dihipotesiskan dengan menggunakan model jones :
TACt / At - 1 = α1(1/ At - 1) + α2((ΔREVt
- ΔRECt) / A t - 1) + α3(PPEt
/ A t - 1) + Et
Dimana:
TACt : total accruals perusahaan i pada periode t
At – 1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1
ΔREVt : perubahan pendapatan perusahaan i di tahun t dikurangi pendapatan di tahun t -
1
ΔRECt
: perubahan piutang bersih perusahaan i di tahun t dikurangi piutang bersih di
tahun t – 1
PPEt
: aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t
α1, α2, α3 : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total
accruals
Et : Porsi pilihan spesifik perusahaan dalam total accruals
3. Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary
(Sulistyanto,2008).
a. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDAt = α1(1/ A
t-1) + α
2((ΔREV
t - ΔREC
t) / A
t-1) + α
3(PPE
t / A
t-1
Dimana :
NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t
b. Menghitung discretionary accruals
DACt : TAC - NDAt
Dimana
DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t
7 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang
meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dewan
direksi, dan komite audit serta leverage dan ukuran perusahaan. Berikut adalah penjelasan
variabel independen dalam penelitian ini:
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diukur dari jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pension dan lainnya. Rumus
yang digunakan untuk variable ini adalah :
Kep Institusional = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟x100%
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dilihat dari seberapa banyak saham perusahaan yang dimiliki
oleh seorang manajer perusahaan. Rumus yang digunakan untuk variabel ini adalah :
Kep Manajerial = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟x100%
3. Komisaris Independen
Persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris
yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel.
Komisaris independen = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
4. Dewan Direksi
Ukuran dewan direksi dalam perusahaan sangatlah penting untuk pencapaian
komunikasi yang efektif antar anggota dewan. Komunikasi yang baik akan
meningkatkan pengawasan terhadap manajemen. Rumus mencari dewan direksi
adalah jumlah seluruh dewan direksi.
5. Komite Audit
Keberadaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang
diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi komite
audit, sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah
seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.
Komite Audit = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡
6. Leverage
Leverage menunjukan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar resiko yang dihadapi investor
sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.
Leverage = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡x100%
7. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indicator penting yang dapat digunakan untuk
menilai suatu perusahaan. Selain untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
8 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
menghasilkan laba, profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan
keputusan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur melalui rasio return on asset.
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡x100%
Metode Analisis Data
Analisis data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan
bentuk analisa data yang berupa angka-angka dan dengan menggunakan perhitungan statistik
untuk menganalisis suatu hipotesis (Buchori, 2012). Analisis data kuantitatif dilakukan dengan
cara mengumpulkan data yang dibutuhkan, kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam
bentuk tabel, grafik, dan output analisis lain yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Teknik analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan regresi
linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi berganda dapat menjelaskan
pengaruh antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Dalam melakukan analisis
regresi berganda diperlukan beberapa langkah dan alat analisis. Sebelum melakukan analisis
regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.
Untuk mempermudah dalam menganalisis digunakan software SPSS 21 (Statistical Package for
Social Science).
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi
mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan independen dalam
model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghazali, 2006). Model regresi yang baik
adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada
penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness
untuk semua variabel dependen dan independen. Uji lainnya yang digunakan adalah uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel
independen dalam model regresi (Ghazali, 2006) Model regresi yang baik seharusnya bebas dari
multikolonieritas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolonieritas yaitu (a) Nilai R square (R2
)
yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara
individual tidak terikat, (b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,09), maka merupakan
indikasi adanya multikolonieritas, (c) Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF),
suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai nilai
tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10 (Ghazali, 2006).
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi (Ghazali, 2006).
Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
berbeda (heteroskedastisitas). Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai
9 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-
titik menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada
korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-
1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi (Ghazali,
2006). Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi
dapat diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan
d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokolerasi. Jika d terletak
diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokolerasi.
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi
berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen tingkat risiko perusahaan,
ukuran perusahaan, dan jenis industri terhadap variabel dependen pengungkapan risiko
perusahaan. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
DA = β0 + β1 INS + β2 MAN + β3 KI + β4 DRK + β5 KA + β6 LEV + β7 ROA + ε
Keterangan :
DA = discretionary accrual (proksi dari manajemen laba)
β0= Konstanta
β1-7
= koefisien variabel
INST = persentase kepemilikan saham institusional
MAN = persentase kepemilikan saham manajerial
KI = komisaris independen
DRK = jumlah dewan direksi
KA = persentase anggota komite audit
LEV = LEVERAGE
ROA = Return On Asset
ε = error
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel penelitian
yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan
direksi, komite audit, leverage dan return on asset. Dimana statistik deskriptif menunjukkan
jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum,
minimum, rata-rata, serta standar deviasi dari masing-masing variabel.
10 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Variabel manajemen laba memiliki nilai minimum sebesar -3,950 sedangkan nilai
maximum sebesar 5,04 dan memiliki nilai rata-rata sebesar -0,080 serta memiliki nilai standar
deviasi sebesar 1,299. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai minimum 0.13, nilai
maximum sebesar 0.95 dan memiliki nilai rata-rata sebesar 0.5301 serta memiliki niilai standar
deviasi sebesar 0.24766. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0.00
sedangkan nilai maximum sebesar 0.18 dan memiliki nilai rata-rata sebesar 0.228 serta memiliki
nilai standar deviasi sebesar 0.04933. Variabel komisaris independen memiliki nilai minimum
sebesar 0.33 dan memiliki nilai maximum sebesar 0.67 serta nilai rata-rata 0.4049 kemudian
memiliki nilai standar residual sebesar 0.08078. Variabel dewan direksi memiliki nilai minimum
3 dan nilai maximum 13 serta memiliki nilai rata-rata sebesar 5.83 kemudian memiliki nilai
standar residual sebesar 3.470. Variabel komite audit memiliki nilai minimum 0.50 dan nilai
maximum sebesar 0.75 serta nilai rata-rata sebesar 0.6322 kemudian memiliki nilai standar
deviasi sebesar 0.08025. Variabel leverage memiliki nilai minimum 0.09 dan nilai maximum
0.67 serta memiliki nilai rata-rata sebesar 0.3581 kemudian memiliki nilai standar deviasi
sebesar 0.13111. Variabel ROA memiliki nilai minimum -0.06 dan nilai maximum 0.15 serta
memiliki nilai rata-rata sebesar 0.0673 kemudian memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.04602.
Uji Asumsi Klasik
Hasil uji kolmogorov-smirnov pada tabel diatas menunjukkan nilai kolmogorov-smirnov
sebesar 0.605 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0.858. karena nilai Asym. Sig (2-
tailed) lebih dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal.
Dengak kata lain, model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
1.04442406
Most Extreme
Differences
Absolute .078
Positive .078
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .605
Asymp. Sig. (2-tailed) .858
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
11 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Setelah uji normalitas, sekarang akan dilakukan uji multikolinearitas. Berdasarkan hasil
dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel yang memiliki nilai
tolerance di bawah 0.10 dan nilai VIF di atas 10. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinearitas antara variabel independen dalam regresi ini.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji grafik scatterplot, dengan
melihat titik-titik sebaran di atas maupun di bawah 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak
terjadinya heteroskedastisitas pada model regresi ini.
Uji Autokorelasi menggunakan tabel durbin Watson untuk mengetahui terjadi atau
tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini. Berikut adalah output spss 21 untuk melihat nilai
durbin Watson.
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
Kepemilikan Institusional .612 1.633
Kepemilikan Manajerial .609 1.643
Komisaris Independen .519 1.927
Dewan Direksi .224 4.466
Komite Audit .565 1.771
Leverage .605 1.653
ROA .346 2.888
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
12 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai durbin Watson dalam penelitian ini
adalah 1.868. Diketahui nilai dL sebesar 1.371 dan nilai DU 1.850, 4-DU = 2.15, dari hasil ini
terlihat bahwa nilai DW di antara nilai DU dan 4-DU. Berarti model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis parsial (Uji t) dilakukan untuk mengukur pengaruh manajemen laba dari
variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan
direksi, komite audit, leverage dan return on asset. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima
atau ditolak adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansinya.
Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan memiliki nilai t tabel sebesar
1,674.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .595a .354 .267 1.11250 1.868
a. Predictors: (Constant), ROA, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Leverage,
Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi
b. Dependent Variable: Manajemen Laba
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2.811 1.646 -1.708 .094
Kepemilikan Institusional -.471 .747 -.090 -.630 .531
Kepemilikan Manajerial -6.460 3.763 -.245 -1.717 .092
Komisaris Independen 8.263 2.489 .514 3.320 .002
Dewan Direksi -.266 .088 -.710 -3.014 .004
Komite Audit 1.924 2.402 .119 .801 .427
Leverage -2.609 1.420 -.263 -1.837 .072
ROA 15.599 5.349 .552 2.916 .005
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
13 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji kepemilikan institusional terhadap
manajemen laba menunjukkan hasil t hitung sebesar -0,630 dan nilai signifikansi sebesar 0,531
dan nilai t tabel 1,674. Oleh karena nilai t hitung -0,630 < 1,674 dan nilai sig 0,531 > 0,05,
sehingga bisa dihetahui hasil pengujian hipotesis H1a adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Dan
dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktek
manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ujiyanto dan Pramuka (2007) yang
menyatakan kepemilikan institusional tidak berpengaruh kepada discretionary accruals.
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk variabel kepemilikan manajerial terhadap praktek
manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,717 dengan nilai signifikansi sebesar
0,092 dan t tabel sebesar 1,674. Karena t hitung -1,717 < 1,674 dan nilai sig 0,092 > 0,05,
sehingga hasil pengujian hipotesis H1b adalah Ho diterima dan Ha di tolak. Itu berarti bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktek manajemen laba.
Penelitian ini sejalan oleh Afriyani (2012), menurutnya porsi kepemilikan saham manajerial
yang dimiliki relative kecil sehingga kepemilikan manajerial tidak mampu untuk mempengaruhi
manajemen laba.
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk variabel komisaris independen terhadap praktek
manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,320 dengan nilai signifikansi 0,002 dan
nilai t tabel sebesar 1,674. Karena t hitung 3,320 > 1,674 dan nilai sig 0,002 < 0,05, sehingga
hasil pengujian hipotesis ke3 adalah Ho di tolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan
bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Ujiyanto dan Pramuka (2007) menurutnya komisaris independen
yang dimiliki perusahaan dimungkinkan hanaya sekedar memenuhi ketentuan formal. Juga
pengangkatan komisaris independen tidak diperuntukkan untuk menegakkan good corporate
governance melainkan hanya pemenuhan regulasi saja. Sehingga semakin banyak komisaris
independen malah membuat manajemen laba meningkat bukannya menurun.
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk variabel dewan direksi terhadap manajemen laba
menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,014 dan nilai signifikansi 0.004 serta nilai t tabel sebesar
1,674. Karena t hitung -3,014 > 1,674 dan nilai sig 0,004 < 0,05, sehingga hasil pengujian
hipotesis ke4 adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa dewan direksi
berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hasil ini menunjukkan semakin
banyak dewan direksi makan akan mampu mengurangi tindakan manajemen laba.
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji pengaruh komite audit terhadap praktek
manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,801 dan nilai signifikansi 0,427 serta nilai
t tabel sebesar 1,674. Karena nilai t hitung 0,801 < 1,674 dan nilai sig 0,427 > 0,05, sehingga
hasil pengujian hipotesis ke5 adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian milik Afriyani (2012). Penelitian ini menunjukkan komite audit belum
berjalan dengan baik sehingga belum bisa mempengaruhi tindakan manajemen laba.
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji pengaruh leverage terhadap praktek
manajemen laba menunjukkan nilai t hitung -1,837 nilai signifikansi 0,072 dan nilai t tabel
14 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
sebesar 1,674. Karena nilai t hitung -1,837 < dari nilai t tabel 1,674 dan nilai sig 0,072 > 0,05
Sehingga hasil pengujian hipotesis ke6 adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Jao Robert (2011) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Artinya tinggi rendahnya leverage tidak akan mempengaruhi
manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi
akibat total hutang terhadap total asset akan menghadapi resiko tidak mampu memenuhi
kewajibannya membayar hutang.
Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji pengaruh return on asset terhadap praktek
manajemen laba menunjukkan nilai t hitung 2,879 dan nilai signifikansi 0,006 dan nilai t tabel
sebesar 1,674. Karena nilai t hitung 2,879 > t tabel 1,674 dan nilai sig 0,006 < 0,05 Sehingga
hasil pengujian hipotesis ke7 adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
return on asset berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Welvin dan Arleen (2010) yang menyatakan profitabilitas dengan
return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini bisa terjadi karena profitabilitas
merupakan salah satu indicator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan. Semakin tinggi
tingkat laba yang diperoleh maka semakin tinggi keinginan manajemen untuk melakukan
majemen laba untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang sudah dijelaskan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap praktek manajemen laba.
2. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap praktek manajemen laba.
3. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh
terhadap praktek manajemen laba.
4. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa dewan direksi berpengaruh
terhadap praktek manajemen laba.
5. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
6. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap praktek manajemen laba.
7. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh
terhadap manajemen laba.
8. Berdasarkan hasil uji f dapat disimpulkan bahwa mekanisme corporate governance
yang dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit serta leverage, dan
15 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
profitabilitas (return on asset) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Saran-saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Menggunakan sampel dari sektor perusahaan yang berbeda untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap manajemen laba.
2. Disarankan untuk menggunakan jangka waktu periode yang lebih lama.
3. Disarankan menambah variabel dari corporate governance seperti kepemilikan saham
asing dan variabel di luar corporate governance lainnya.
16 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Daftar Pustaka
Afriyani, S. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan
terhadap Manajemen Laba yang terdaftar di BEI.
Alijoyo, A & Zaini, S. 2004. Komisaris Independen : Penggerak Praktik GCG di Perusahaan.
Jakarta : Gramedia.
Atarwaman, JD. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan
Manufaktur pada BEI. Jurnal Ilmu Ekonomi ADVANTAGE.
Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba : Studi Pemgaruh Mekanisme Corporate Governance
dan dampak Manajemen Lama dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium
Nasional Akuntansi VIII. Yogyakarta.
Buchori, I. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kinerja Perusahaan. Semarang: Skripsi FE Universitas Diponegoro.
Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba:suatu studi empiris. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi,Vol 5,No 1.April, Hal 47-68.
Ghazali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Gitman,L.J & Zutter Chad J. 2012. Principles Of Managerial Finance. England: Pearson.
Guna, Welvin & Herawaty, Arleen. 2010. Pengaruh Mekanisme GCG, Independensi Auditor,
Kualitas Auditor dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. STIE Trisakti.
Hutabarat,J & Huseini,M. 2006. Proses, Formasi & Implikasi Manajemen Strategik
Kontemporer. Jakarta: Alex Media Komputindo.
Guna, I Welvin & Herawati. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Independensi Auditor, Kualitas Auditor dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. STIE Trisakti.
Jao,R & Pagalung,G. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Universitas Hasanuddin.
Kuswandi. 2008. Memahami Rasio-rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakart : Alex Media
Computindo.
Naja, Daeng. 2008. Good Corporate Governance Lembaga Perbankan. Yogyakarta: MedPress.
17 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji
Ningsaptiti, R. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate
Governance terhadap manajemen laba. Semarang: Skripsi UNDIP.
Pertiwi, A,D. 2010. Analisis Pengaruh Earning Manaagement Terhadap Nilai Perusahaan dan
Penerapan Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Riahi,A & Belkaoui. 2007. Accounting Theory edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.
Subramanyam,K & Wild,J,J. 2010. Financial Statement Analysis, edisi 10. Jakarta: Salemba
Empat.
Sudharmono,J. 2004. Good Governed Company. Jakarta: Salemba Empat.
Surya, I., & yustiavanda, I. (2006). Penerapan Good Corporate Governance . Jakarta: Prenada
Media Group.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT.Grasindo.
Tampubolon,R. 2005. Risk and System-Based Internasional Audit. Jakarta: Alex Media
Komputolido.
Ujiyantho, M.A & Pramuka, B.A. 2007. Mekanisme corporate Governance, manajemen laba
dan kinerja keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar Hal 1-17.
Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan Yang Mengalami
Permasalahan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Warsono, Sony, et.al. 2010. CGCG UGM’s Corporate Governance Rating Model. Yogyakarta:
CGCG UGM.
Wild, J, John et al. 2008. Analisis Laporan Keuangan Edisi 8 Buku 2. Jakarta : Salemba empat
www.idx.co.id
www.sahamok.com