17
1 | Page Universitas Maritim Raja Ali haji PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2013 Muhammad Ardiyansyah 100462201322 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh corporate governance leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan direksi, komite audit, leverage, dan return on assets. Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur menggunakan discretionary accruals menggunakan model jones. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. sedangkan variabel komisaris independen, dewan direksi dan return on assets berpengaruh pada manajemen laba. Kata kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan direksi, komite audit, leverage, dan return on assets serta manajemen laba. PENDAHULUAN Laba merupakan faktor yang paling penting didalam sebuah perusahaan agar perusahaan tersebut dapat bertahan. Informasi mengenai laba perusahaan terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan. Bagi pihak investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis yang akan dibagikan melalui pembagian deviden. Laba juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu serta mempertanggung jawabkan sumber daya yang dikelola yang telah dipercayakan kepada manajemen/manajer. Namun manajer sering melakukan manipulasi data untuk memperoleh keuntungan pribadi. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan istilah manajemen laba (Earning management).

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

1 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS

TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR

INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2013

Muhammad Ardiyansyah

100462201322

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh corporate

governance leverage dan profitabilitas terhadap manajemen laba. Variabel yang diuji dalam

penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam

penelitian ini terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris

independen, dewan direksi, komite audit, leverage, dan return on assets. Sedangkan variabel

dependen dari penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur menggunakan discretionary

accruals menggunakan model jones.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komite audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. sedangkan variabel

komisaris independen, dewan direksi dan return on assets berpengaruh pada manajemen laba.

Kata kunci : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan

direksi, komite audit, leverage, dan return on assets serta manajemen laba.

PENDAHULUAN

Laba merupakan faktor yang paling penting didalam sebuah perusahaan agar perusahaan

tersebut dapat bertahan. Informasi mengenai laba perusahaan terdapat di dalam laporan keuangan

perusahaan. Bagi pihak investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis yang akan dibagikan

melalui pembagian deviden. Laba juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja manajemen

perusahaan dalam suatu periode tertentu serta mempertanggung jawabkan sumber daya yang

dikelola yang telah dipercayakan kepada manajemen/manajer. Namun manajer sering melakukan

manipulasi data untuk memperoleh keuntungan pribadi. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan

istilah manajemen laba (Earning management).

Page 2: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

2 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Masalah yang biasanya muncul dalam hubungan keagenan yaitu masing-masing dari

manajer maupun investor ingin mensejahterakan diri mereka masing-masing. Penerapan Good

Corporate Governance dipercaya mempunyai pengaruh yang positif terhadap praktek

manajemen laba tersebut. Mekanisme Good Corporate Governance yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris

independen, dan komite audit. Serta diluar mekanisme GCG tersebut juga digunakan Leverage

dan ukuran perusahaan untuk mengukur pengaruhnya terhadap manajemen laba.

Penelitian Boediono (2005), menganalisis bahwa corporate governance dalam hal ini

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

laba dapat di uji. Hasilnya corporate governance secara bersama sama berpengaruh terhadap

manajemen laba. Ukuran Dewan Direksi dalam perusahaan sangatlah penting untuk pencapaian

komunikasi yang efektif antar anggota dewan. Komunikasi yang baik akan meningkatkan

pengawasan terhadap manajemen dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan

manajemen laba.

Ujiyanto dan Pramuka (2007) juga melakukan penelitian kepemilikan institusional dan

kepemilikan manajerial terhapad praktek manajemen laba. Hasilnya kepemilikan institusional

dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini menunjukkan

besarnya saham yang dimiliki pihak institusional maupun manajerial tidak bisa mempengaruhi

praktek manajemen laba yang terjadi di perusahaan.

Welvin dan Arleen (2010) melakukan penelitian profitabilitas terhadap manajemen laba.

hasilnya profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini bisa terjadi karena labaa

merupakan indicator penting dalam menjalankan usaha. Semakin laba meningkat, semakin tinggi

keinginan manajer melakukan manajemen laba untuk mengambil keuntungan secara pribadi.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate

governance. Menurut (Hurabarat & Huseini, 2006, p. 47), Teori agensi (theory agency) yaitu

yang menyatakan mengenai pentingnya pemilik perusahaan (pemilik saham) menyerahkan

pengelolaan perusahaan kepada tenaga profesional (disebut agent) yang lebih mengerti dan

profesional dalam menjalankan bisnis.

Menurut (Alijoyo & Zaini, 2004), menyatakan terdapat beberapa asumsi dasar yang

membangun teori ini, diantaranya sebagai berikut:

1) Agency Conflict

Terdapat kemungkinan konflik dalam hubungan antara prinsipal dan agen (agency

conflict), konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agen) untuk

melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan

kepentingan pemegang saham (prinsipal) untuk memperoleh return dan nilai jangka

panjang perusahaan. Agency conflict timbul karena berbagai hal seperti:

a) Moral-Hazard

Page 3: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

3 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan

bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan.

b) Earning Retention

Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pedapatan perusahaan yang

stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribus kas yang lebih tinggi

melalui beberapa peluang investasi internal yang positif.

c) Risk Aversion

Manajemen cenderung mengambil posisi aman utuk mereka sendiri dalam

mengambil keputusan investasi.

d) Time-Horizon

Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan

dengan waktu penugasan mereka.

2) Agency Problem

Asumsi dasar lainnya yan membangun agency theory adalah agency problem yang timbul

sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan

manajemen sebagai pengelola.

Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer

akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau

menginvestasikan dana mereka ke proyek-proyek yang tidak menguntungkan, dan berkaitan

dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan demikian diharapkan

corporate governance mampu mempengaruhi manajer untuk tidak melakukan tindakan

manajemen laba.

Definisi corporate governance dikemukakan oleh Darmawati (2003), yaitu sebagai

hubungan diantara berbagai pihak yang berperan serta dalam menentukan arah dan kinerja

perusahaan. Pemeran utamanya yaitu pemegang saham, pengurus dan pengawas. Menurut

Wardhani (2006), Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan

hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja

perusahaan.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi atau

lembaga seperti perusahaan, asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain.

Pemegang saham yang paling aktif adalah investor institusional (Susanti, 2013). Boediono

(2005), menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk

mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat

mengurangi manajemen laba. Adanya kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan akan

mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena

kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat mendukung atau sebaliknya

terhadap kinerja manajemen.

H1a : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba

Page 4: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

4 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Boediono (2005), dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan

oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran

manajemen laba yang berbeda. Seperti antara manajer yang juga sekaligus pemegang saham dan

manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba,

sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan

terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.

H1b : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba

Warsono et.al (107,2010), menyatakan bahwa komisaris independen berfungsi sebagai

penasehat yang memberikan saran, pendapat, dan masukan dalam rangka pencapain tujuan

perusahaan. Tugas utama dari komisaris independen ini diantaranya menilai dan mengarahkan

strategi perusahaan, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan, dan rencana usaha ;

menilai system penetapan remunerasi para pejabat yang memegang posisi kunci; memantau dan

mengatasi konflik kepentingan; dan memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi

dalam perusahaan.

H1c : Komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba

Menurut Warsono et.al (55,2010), dewan direksi merupakan organ perusahaan yang

memiliki fungsi utama memberi perhatian secara bertanggung jawab (oversight function)

terhadap penerapan Corporate Governance dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Untuk

mencapai kinerja CG yang optimal, Wallace dan Zinkin (2005) dalam Warsono et.al (55,2010),

menyatakan bahwa dewan direksi memiliki tugas dan tanggung jawab, antara lain menetapkan

tujuan strategis perusahaan, melakukan review pelaksanaan rencana strategis, memantau

pengelolaan perusahaan, dan memastikan system pengendalian internal berjalan semestinya.

Ukuran dewan direksi dalam perusahaan sangatlah penting untuk mencapai komunikasi yang

efektif antar anggota dewan. Komunikasi yang baik akan meningkatkan pengawasan terhadap

manajemen dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi sifat oppurtunis manajemen (Afriyani,

2012).

H1d : Dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba

FCGI (2008) dalam Jao & Pagalung (2011) menyatakan bahwa komite audit memiliki

tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris terutama yang berhubungan dengan kebijakan

akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan system pelaporan. Salah satu tugas utama

komite audit adalah membantu memantau dan mengevaluasi proses pelaporan keuangan. Untuk

melaksanakan tugas tersebut komite audit memiliki hak berhubungan dan berkoordinasi dengan

auditor eksternal dari kantor akuntan publik yang ditunjuk untuk jasa audit tersebut (Warsono,

2010).

H1e : Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba

Page 5: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

5 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Leverage merupakan salah satu rasio keuangan, biasa disebut rasio solvabilitas. Rasio

solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang, baik

utang pokok maupun bunganya. Kemampuan untuk membayar utang jangka panjang bergantung

pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena cicilan utang pokok maupun

bunganya menurut kelaziman dibayar dengan dana kas, dan besarnya dana kas sangat ditentukan

oleh besarnya laba yang masuk kedalam perusahaan dalam bentuk uang kas (Kuswandi, 2008).

Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perisahaan. Rasio ini

menunjukkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin

tinggi nilai leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para

investor akan memimta keuntungan yang semakin besar. Leverage menunjukan proporsi

penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka

semakin besar resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan

yang semakin tinggi. Akibatnya kondisi tersebut mendorong manajemen perusahaan untuk

melakukan praktik income smoothing (Tampubolon,2005).

H2 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba

Salah satu tujuan utama seseorang mendirikan perusahaan adalah untuk memperoleh

keuntungan (profit). Biasanya manajer akan melakukan apa saja agar perusahaan yang

dikelolanya mendapatkan keuntungan. Profitabilitas merupakan rasio keuangan yang bisa

mengukur tindakan manajemen laba perusahaan. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah return on assets (ROA). Riyanto dalam Atarwaman (2011) Profitabilitas merupakan salah

satu indikator penting yang dapat digunakan untuk menilai suatu perusahaan. Selain untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas adalah hasil bersih

dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Return on assets (ROA) diukur dengan membagi

laba bersih dengan total assets perusahaan. Menurut Sudarmadji dalam I,Guna dan Herawaty

(2010) profitabilitas merupakan indicator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan

perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan. Biasanya manajer

melakukan manajemen laba dengan memanupulasi komponen laba rugi yang di laporkan

perusahaan.

H3 : Return On Assets berpengaruh terhadap manajemen laba

METODE PENELITIAN

Pengambilan Sample

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor

industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan purposive sampling

method, yaitu penentuan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu. kriteria

tersebut adalah :

1. Perusahaan manufaktur sektor industry barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode

2009-2013.

Page 6: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

6 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah di audit.

3. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dewan komisaris independen dan

dewan direksi.

Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba (Y) yang dapat diukur

dengan menggunakan Discretionary Accrual (DA). Discretionary accruals adalah suatu cara

untuk mengurangi atau menambah pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi

kebijaksanaan akuntansi yang bersangkutan atau berkaitan secara akrual. Untuk mengukur DA,

terlebih dahulu akan mengukur total akrual dan memiliki hubungan yang sangat penting untuk

dapat memahami laba sebagai manajemen akrual. Terdapat beberapa model yang umum

digunakan untuk perhitungan akrual adalah sebagai berikut:

1. Mengukur total akrual (Riahi, Belkaoni, 2007)

Total akrual = Laporan laba bersih setelah pajak (net income) – Arus kas dari operasi

(cash flow from operating)

2. Mengukur estimasi parameter spesifik perusahaan dimana manajemen laba tidak

sistematis dihipotesiskan dengan menggunakan model jones :

TACt / At - 1 = α1(1/ At - 1) + α2((ΔREVt

- ΔRECt) / A t - 1) + α3(PPEt

/ A t - 1) + Et

Dimana:

TACt : total accruals perusahaan i pada periode t

At – 1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhir tahun t-1

ΔREVt : perubahan pendapatan perusahaan i di tahun t dikurangi pendapatan di tahun t -

1

ΔRECt

: perubahan piutang bersih perusahaan i di tahun t dikurangi piutang bersih di

tahun t – 1

PPEt

: aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t

α1, α2, α3 : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total

accruals

Et : Porsi pilihan spesifik perusahaan dalam total accruals

3. Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary

(Sulistyanto,2008).

a. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:

NDAt = α1(1/ A

t-1) + α

2((ΔREV

t - ΔREC

t) / A

t-1) + α

3(PPE

t / A

t-1

Dimana :

NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t

b. Menghitung discretionary accruals

DACt : TAC - NDAt

Dimana

DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t

Page 7: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

7 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance yang

meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dewan

direksi, dan komite audit serta leverage dan ukuran perusahaan. Berikut adalah penjelasan

variabel independen dalam penelitian ini:

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional diukur dari jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pension dan lainnya. Rumus

yang digunakan untuk variable ini adalah :

Kep Institusional = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟x100%

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dilihat dari seberapa banyak saham perusahaan yang dimiliki

oleh seorang manajer perusahaan. Rumus yang digunakan untuk variabel ini adalah :

Kep Manajerial = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟x100%

3. Komisaris Independen

Persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris

yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel.

Komisaris independen = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠

4. Dewan Direksi

Ukuran dewan direksi dalam perusahaan sangatlah penting untuk pencapaian

komunikasi yang efektif antar anggota dewan. Komunikasi yang baik akan

meningkatkan pengawasan terhadap manajemen. Rumus mencari dewan direksi

adalah jumlah seluruh dewan direksi.

5. Komite Audit

Keberadaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang

diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi komite

audit, sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah

seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.

Komite Audit = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡

6. Leverage

Leverage menunjukan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya.

Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar resiko yang dihadapi investor

sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.

Leverage = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡x100%

7. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indicator penting yang dapat digunakan untuk

menilai suatu perusahaan. Selain untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

Page 8: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

8 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

menghasilkan laba, profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan

keputusan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur melalui rasio return on asset.

ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡x100%

Metode Analisis Data

Analisis data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan

bentuk analisa data yang berupa angka-angka dan dengan menggunakan perhitungan statistik

untuk menganalisis suatu hipotesis (Buchori, 2012). Analisis data kuantitatif dilakukan dengan

cara mengumpulkan data yang dibutuhkan, kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam

bentuk tabel, grafik, dan output analisis lain yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai

dasar pengambilan keputusan. Teknik analisis statistik dalam penelitian ini menggunakan regresi

linier berganda (multiple linear regression). Analisis regresi berganda dapat menjelaskan

pengaruh antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Dalam melakukan analisis

regresi berganda diperlukan beberapa langkah dan alat analisis. Sebelum melakukan analisis

regresi linier berganda terlebih dahulu dilakukan uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik.

Untuk mempermudah dalam menganalisis digunakan software SPSS 21 (Statistical Package for

Social Science).

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi

mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Pengukuran yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan independen dalam

model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghazali, 2006). Model regresi yang baik

adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada

penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai kurtosis dan skewness

untuk semua variabel dependen dan independen. Uji lainnya yang digunakan adalah uji statistik

non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel

independen dalam model regresi (Ghazali, 2006) Model regresi yang baik seharusnya bebas dari

multikolonieritas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolonieritas yaitu (a) Nilai R square (R2

)

yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara

individual tidak terikat, (b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,09), maka merupakan

indikasi adanya multikolonieritas, (c) Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF),

suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas apabila mempunyai nilai

tolerance kurang dari 0,1 dan nilai VIF lebih dari 10 (Ghazali, 2006).

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance

dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi (Ghazali, 2006).

Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

berbeda (heteroskedastisitas). Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai

Page 9: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

9 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada grafik ditunjukkan dengan titik-

titik menyebar secara acak (tanpa pola yang jelas) serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0

pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi.

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada

korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-

1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem autokorelasi (Ghazali,

2006). Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu

sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi

dapat diketahui melalui uji Durbin – Watson (DW test). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan

d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka Ho ditolak yang berarti terdapat autokolerasi. Jika d terletak

diantara du dan 4-du, maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokolerasi.

Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi

berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen tingkat risiko perusahaan,

ukuran perusahaan, dan jenis industri terhadap variabel dependen pengungkapan risiko

perusahaan. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

DA = β0 + β1 INS + β2 MAN + β3 KI + β4 DRK + β5 KA + β6 LEV + β7 ROA + ε

Keterangan :

DA = discretionary accrual (proksi dari manajemen laba)

β0= Konstanta

β1-7

= koefisien variabel

INST = persentase kepemilikan saham institusional

MAN = persentase kepemilikan saham manajerial

KI = komisaris independen

DRK = jumlah dewan direksi

KA = persentase anggota komite audit

LEV = LEVERAGE

ROA = Return On Asset

ε = error

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel penelitian

yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan

direksi, komite audit, leverage dan return on asset. Dimana statistik deskriptif menunjukkan

jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum,

minimum, rata-rata, serta standar deviasi dari masing-masing variabel.

Page 10: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

10 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Variabel manajemen laba memiliki nilai minimum sebesar -3,950 sedangkan nilai

maximum sebesar 5,04 dan memiliki nilai rata-rata sebesar -0,080 serta memiliki nilai standar

deviasi sebesar 1,299. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai minimum 0.13, nilai

maximum sebesar 0.95 dan memiliki nilai rata-rata sebesar 0.5301 serta memiliki niilai standar

deviasi sebesar 0.24766. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0.00

sedangkan nilai maximum sebesar 0.18 dan memiliki nilai rata-rata sebesar 0.228 serta memiliki

nilai standar deviasi sebesar 0.04933. Variabel komisaris independen memiliki nilai minimum

sebesar 0.33 dan memiliki nilai maximum sebesar 0.67 serta nilai rata-rata 0.4049 kemudian

memiliki nilai standar residual sebesar 0.08078. Variabel dewan direksi memiliki nilai minimum

3 dan nilai maximum 13 serta memiliki nilai rata-rata sebesar 5.83 kemudian memiliki nilai

standar residual sebesar 3.470. Variabel komite audit memiliki nilai minimum 0.50 dan nilai

maximum sebesar 0.75 serta nilai rata-rata sebesar 0.6322 kemudian memiliki nilai standar

deviasi sebesar 0.08025. Variabel leverage memiliki nilai minimum 0.09 dan nilai maximum

0.67 serta memiliki nilai rata-rata sebesar 0.3581 kemudian memiliki nilai standar deviasi

sebesar 0.13111. Variabel ROA memiliki nilai minimum -0.06 dan nilai maximum 0.15 serta

memiliki nilai rata-rata sebesar 0.0673 kemudian memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.04602.

Uji Asumsi Klasik

Hasil uji kolmogorov-smirnov pada tabel diatas menunjukkan nilai kolmogorov-smirnov

sebesar 0.605 dengan tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0.858. karena nilai Asym. Sig (2-

tailed) lebih dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal.

Dengak kata lain, model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz

ed Residual

N 60

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std.

Deviation

1.04442406

Most Extreme

Differences

Absolute .078

Positive .078

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .605

Asymp. Sig. (2-tailed) .858

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 11: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

11 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Setelah uji normalitas, sekarang akan dilakukan uji multikolinearitas. Berdasarkan hasil

dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel yang memiliki nilai

tolerance di bawah 0.10 dan nilai VIF di atas 10. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas antara variabel independen dalam regresi ini.

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji grafik scatterplot, dengan

melihat titik-titik sebaran di atas maupun di bawah 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak

terjadinya heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Uji Autokorelasi menggunakan tabel durbin Watson untuk mengetahui terjadi atau

tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini. Berikut adalah output spss 21 untuk melihat nilai

durbin Watson.

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

Kepemilikan Institusional .612 1.633

Kepemilikan Manajerial .609 1.643

Komisaris Independen .519 1.927

Dewan Direksi .224 4.466

Komite Audit .565 1.771

Leverage .605 1.653

ROA .346 2.888

a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Page 12: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

12 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai durbin Watson dalam penelitian ini

adalah 1.868. Diketahui nilai dL sebesar 1.371 dan nilai DU 1.850, 4-DU = 2.15, dari hasil ini

terlihat bahwa nilai DW di antara nilai DU dan 4-DU. Berarti model regresi ini tidak terjadi

autokorelasi.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis parsial (Uji t) dilakukan untuk mengukur pengaruh manajemen laba dari

variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dewan

direksi, komite audit, leverage dan return on asset. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima

atau ditolak adalah dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dan nilai signifikansinya.

Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan memiliki nilai t tabel sebesar

1,674.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .595a .354 .267 1.11250 1.868

a. Predictors: (Constant), ROA, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Leverage,

Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi

b. Dependent Variable: Manajemen Laba

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -2.811 1.646 -1.708 .094

Kepemilikan Institusional -.471 .747 -.090 -.630 .531

Kepemilikan Manajerial -6.460 3.763 -.245 -1.717 .092

Komisaris Independen 8.263 2.489 .514 3.320 .002

Dewan Direksi -.266 .088 -.710 -3.014 .004

Komite Audit 1.924 2.402 .119 .801 .427

Leverage -2.609 1.420 -.263 -1.837 .072

ROA 15.599 5.349 .552 2.916 .005

a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Page 13: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

13 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji kepemilikan institusional terhadap

manajemen laba menunjukkan hasil t hitung sebesar -0,630 dan nilai signifikansi sebesar 0,531

dan nilai t tabel 1,674. Oleh karena nilai t hitung -0,630 < 1,674 dan nilai sig 0,531 > 0,05,

sehingga bisa dihetahui hasil pengujian hipotesis H1a adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Dan

dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap praktek

manajemen laba. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ujiyanto dan Pramuka (2007) yang

menyatakan kepemilikan institusional tidak berpengaruh kepada discretionary accruals.

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk variabel kepemilikan manajerial terhadap praktek

manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,717 dengan nilai signifikansi sebesar

0,092 dan t tabel sebesar 1,674. Karena t hitung -1,717 < 1,674 dan nilai sig 0,092 > 0,05,

sehingga hasil pengujian hipotesis H1b adalah Ho diterima dan Ha di tolak. Itu berarti bahwa

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktek manajemen laba.

Penelitian ini sejalan oleh Afriyani (2012), menurutnya porsi kepemilikan saham manajerial

yang dimiliki relative kecil sehingga kepemilikan manajerial tidak mampu untuk mempengaruhi

manajemen laba.

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk variabel komisaris independen terhadap praktek

manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,320 dengan nilai signifikansi 0,002 dan

nilai t tabel sebesar 1,674. Karena t hitung 3,320 > 1,674 dan nilai sig 0,002 < 0,05, sehingga

hasil pengujian hipotesis ke3 adalah Ho di tolak dan Ha diterima. Berarti dapat disimpulkan

bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hasil

penelitian ini sejalan dengan Ujiyanto dan Pramuka (2007) menurutnya komisaris independen

yang dimiliki perusahaan dimungkinkan hanaya sekedar memenuhi ketentuan formal. Juga

pengangkatan komisaris independen tidak diperuntukkan untuk menegakkan good corporate

governance melainkan hanya pemenuhan regulasi saja. Sehingga semakin banyak komisaris

independen malah membuat manajemen laba meningkat bukannya menurun.

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk variabel dewan direksi terhadap manajemen laba

menunjukkan nilai t hitung sebesar -3,014 dan nilai signifikansi 0.004 serta nilai t tabel sebesar

1,674. Karena t hitung -3,014 > 1,674 dan nilai sig 0,004 < 0,05, sehingga hasil pengujian

hipotesis ke4 adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa dewan direksi

berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hasil ini menunjukkan semakin

banyak dewan direksi makan akan mampu mengurangi tindakan manajemen laba.

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji pengaruh komite audit terhadap praktek

manajemen laba menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,801 dan nilai signifikansi 0,427 serta nilai

t tabel sebesar 1,674. Karena nilai t hitung 0,801 < 1,674 dan nilai sig 0,427 > 0,05, sehingga

hasil pengujian hipotesis ke5 adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa

komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian milik Afriyani (2012). Penelitian ini menunjukkan komite audit belum

berjalan dengan baik sehingga belum bisa mempengaruhi tindakan manajemen laba.

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji pengaruh leverage terhadap praktek

manajemen laba menunjukkan nilai t hitung -1,837 nilai signifikansi 0,072 dan nilai t tabel

Page 14: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

14 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

sebesar 1,674. Karena nilai t hitung -1,837 < dari nilai t tabel 1,674 dan nilai sig 0,072 > 0,05

Sehingga hasil pengujian hipotesis ke6 adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat

disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Jao Robert (2011) yang menyatakan leverage tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba. Artinya tinggi rendahnya leverage tidak akan mempengaruhi

manajemen laba. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi

akibat total hutang terhadap total asset akan menghadapi resiko tidak mampu memenuhi

kewajibannya membayar hutang.

Hasil pengujian parsial (uji t) untuk menguji pengaruh return on asset terhadap praktek

manajemen laba menunjukkan nilai t hitung 2,879 dan nilai signifikansi 0,006 dan nilai t tabel

sebesar 1,674. Karena nilai t hitung 2,879 > t tabel 1,674 dan nilai sig 0,006 < 0,05 Sehingga

hasil pengujian hipotesis ke7 adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa

return on asset berpengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Welvin dan Arleen (2010) yang menyatakan profitabilitas dengan

return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini bisa terjadi karena profitabilitas

merupakan salah satu indicator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan. Semakin tinggi

tingkat laba yang diperoleh maka semakin tinggi keinginan manajemen untuk melakukan

majemen laba untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang sudah dijelaskan, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap praktek manajemen laba.

2. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap praktek manajemen laba.

3. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh

terhadap praktek manajemen laba.

4. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa dewan direksi berpengaruh

terhadap praktek manajemen laba.

5. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba.

6. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh

terhadap praktek manajemen laba.

7. Berdasarkan hasil uji t dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh

terhadap manajemen laba.

8. Berdasarkan hasil uji f dapat disimpulkan bahwa mekanisme corporate governance

yang dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit serta leverage, dan

Page 15: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

15 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

profitabilitas (return on asset) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

manajemen laba.

Saran-saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Menggunakan sampel dari sektor perusahaan yang berbeda untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap manajemen laba.

2. Disarankan untuk menggunakan jangka waktu periode yang lebih lama.

3. Disarankan menambah variabel dari corporate governance seperti kepemilikan saham

asing dan variabel di luar corporate governance lainnya.

Page 16: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

16 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Daftar Pustaka

Afriyani, S. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan

terhadap Manajemen Laba yang terdaftar di BEI.

Alijoyo, A & Zaini, S. 2004. Komisaris Independen : Penggerak Praktik GCG di Perusahaan.

Jakarta : Gramedia.

Atarwaman, JD. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Kepemilikan

Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan

Manufaktur pada BEI. Jurnal Ilmu Ekonomi ADVANTAGE.

Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba : Studi Pemgaruh Mekanisme Corporate Governance

dan dampak Manajemen Lama dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium

Nasional Akuntansi VIII. Yogyakarta.

Buchori, I. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan

terhadap Kinerja Perusahaan. Semarang: Skripsi FE Universitas Diponegoro.

Darmawati, Deni. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba:suatu studi empiris. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi,Vol 5,No 1.April, Hal 47-68.

Ghazali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Gitman,L.J & Zutter Chad J. 2012. Principles Of Managerial Finance. England: Pearson.

Guna, Welvin & Herawaty, Arleen. 2010. Pengaruh Mekanisme GCG, Independensi Auditor,

Kualitas Auditor dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan

Akuntansi. STIE Trisakti.

Hutabarat,J & Huseini,M. 2006. Proses, Formasi & Implikasi Manajemen Strategik

Kontemporer. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Guna, I Welvin & Herawati. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,

Independensi Auditor, Kualitas Auditor dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba.

Jurnal Bisnis dan Akuntansi. STIE Trisakti.

Jao,R & Pagalung,G. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap

Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Universitas Hasanuddin.

Kuswandi. 2008. Memahami Rasio-rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakart : Alex Media

Computindo.

Naja, Daeng. 2008. Good Corporate Governance Lembaga Perbankan. Yogyakarta: MedPress.

Page 17: PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan dewan komisaris terhadap manajemen

17 | P a g e Universitas Maritim Raja Ali haji

Ningsaptiti, R. 2010. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate

Governance terhadap manajemen laba. Semarang: Skripsi UNDIP.

Pertiwi, A,D. 2010. Analisis Pengaruh Earning Manaagement Terhadap Nilai Perusahaan dan

Penerapan Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Riahi,A & Belkaoui. 2007. Accounting Theory edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.

Subramanyam,K & Wild,J,J. 2010. Financial Statement Analysis, edisi 10. Jakarta: Salemba

Empat.

Sudharmono,J. 2004. Good Governed Company. Jakarta: Salemba Empat.

Surya, I., & yustiavanda, I. (2006). Penerapan Good Corporate Governance . Jakarta: Prenada

Media Group.

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta: PT.Grasindo.

Tampubolon,R. 2005. Risk and System-Based Internasional Audit. Jakarta: Alex Media

Komputolido.

Ujiyantho, M.A & Pramuka, B.A. 2007. Mekanisme corporate Governance, manajemen laba

dan kinerja keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar Hal 1-17.

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan Yang Mengalami

Permasalahan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.

Warsono, Sony, et.al. 2010. CGCG UGM’s Corporate Governance Rating Model. Yogyakarta:

CGCG UGM.

Wild, J, John et al. 2008. Analisis Laporan Keuangan Edisi 8 Buku 2. Jakarta : Salemba empat

www.idx.co.id

www.sahamok.com