142
PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET TERHADAP PERILAKU DALAM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN OBAT BATUK ANAK OLEH IBU-IBU DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh : Nana Kartika NIM : 068114185 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET ...dilakukan dengan cara ceramah, leaflet, dan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku ibu-ibu yang meliputi

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET TERHADAP

    PERILAKU DALAM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN OBAT BATUK

    ANAK OLEH IBU-IBU DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN

    SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Nana Kartika

    NIM : 068114185

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010

  • ii

    PENGARUH CERAMAH DAN PEMBERIAN LEAFLET TERHADAP

    PERILAKU DALAM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN OBAT BATUK

    ANAK OLEH IBU-IBU DI DESA SUKOREJO, KECAMATAN

    SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, PROPINSI JAWA TENGAH

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Oleh :

    Nana Kartika

    NIM : 068114185

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010

  • iii

  • iv

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini ku persembahkan buat:

    Tuhan Yesus KristusTuhan Yesus KristusTuhan Yesus KristusTuhan Yesus Kristus

    &&&&

    IbuIbuIbuIbu kukukuku

    “Haradjur aku mingkes Tuhan

    intu taharepku; karana Ie aton

    hila gantaungku, aku djaton

    akan hagarek” Mzm 16:8

  • vi

  • vii

  • viii

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

    karena atas kasih dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul “Pengaruh Ceramah dan Pemberian Leaflet Terhadap Perilaku Dalam

    Memilih dan Menggunakan Obat Batuk Anak Oleh Ibu-Ibu di Desa Sukorejo,

    Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini

    ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas

    Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan

    dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin untuk melakukan

    penelitian

    2. Gubernur DIY c.q Sekretariat Daerah Pemerintah Propinsi DIY yang telah

    memberikan rekomendasi penelitian

    3. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah

    Propinsi Jawa Tengah yang telah memberikan rekomendasi penelitian

    4. Bupati Kabupaten Kendal yang telah memberikan ijin untuk melakukan

    penelitian

    5. Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah

    Kabupaten Kendal yang telah memberikan rekomendasi penelitian

  • ix

    6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Kendal

    yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

    7. Kepala Kecamatan dan Kelurahan Sukorejo yang telah memberikan ijin untuk

    melakukan penelitian di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo

    8. Kepala Dukuh Sentul, Sapen, Ngrancak, Tlangu, Sudagaran, dan Sumber

    Tlangu atas perijinan dan bantuan yang diberikan

    9. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Bapak

    Ipang Djunarko, M.Sc, Apt.

    10. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi.

    11. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc, Apt dan Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt.

    selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan.

    12. Seluruh ibu-ibu di Desa Sukorejo yang telah bersedia menjadi responden

    dalam penelitian ini dan bersedia menghadiri acara ceramah yang diadakan

    sehingga memperlancar penelitian.

    13. Ibuku yang tercinta yang selalu berdoa, memberikan semangat, dukungan dan

    perhatian dalam menyelesaikan penelitian ini

    14. Kakak dan adik ku, Yohan Karmawan dan Yenita atas perhatian dan

    dukungannya

    15. Sahabat seperjuanganku Galih Andre Prasetyo atas bantuan dan kerja sama

    dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik

    16. Teman-teman PMK APOSTOLOS Universitas Sanata Dharma atas doa dan

    dukungannya.

  • x

    17. Teman-teman Wisma Surya (Prima, Novi, Fera, Nesya dan Fanya) atas

    kebersamaannya

    Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

    keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

    kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga

    skripsi ini memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, Juli 2010

    Penulis

  • xi

    INTISARI

    Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu

    untuk mengobati penyakit/gejala yang dapat dikenali sendiri. Obat-obatan yang

    digunakan dalam swamedikasi adalah obat Over The Counter (OTC). Pada

    pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan

    pengobatan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat. Umumnya swamedikasi

    dilakukan untuk penyakit-penyakit ringan misalnya batuk. Anak belum memiliki

    kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri, sehingga anak

    sangat tergantung pada orang tua. Ibu sebagai orang tua memiliki peran yang

    sangat penting terhadap swamedikasi batuk pada anak khususnya mengenai

    pemilihan dan penggunaan obat yang tepat dan bertanggung jawab.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode edukasi yang

    dilakukan dengan cara ceramah, leaflet, dan ceramah yang dilanjutkan dengan

    pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku ibu-ibu yang meliputi pengetahuan,

    sikap, dan tindakan dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk anak. Jenis

    penelitian termasuk eksperimen semu dengan rancangan non-randomized pretest-

    posttest control grup design. Tiap kelompok mendapat pretest dan posttest setelah

    satu bulan untuk mengetahui perubahan perilaku dari perlakuan yang diberikan.

    Hasil uji wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa

    perubahan perilaku pada metode leaflet dan metode ceramah yang dilanjutkan

    dengan pemberian leaflet terdapat perbedaan yang signifikan. Analisis statistik

    dengan uji mann-whitney menunjukkan bahwa metode ceramah yang dilanjutkan

    dengan pemberian leaflet secara signifikan dapat meningkatkan perilaku

    responden.

    Kata kunci : swamedikasi, obat batuk anak, batuk, perilaku, ceramah, leaflet

  • xii

    ABSTRACT

    Self-medication is a selection and use of medicines by individuals to treat

    ilness or symptoms that can recognized themselves. The medicines that can be

    used in self-medication is Over the Counter (OTC) drugs. Self-medication can be

    source of medication errors because of limited knowledge. Generally, self-

    medication carried out for minor illness such as cough. Childrens don’t have the

    awareness and responsibility towards theirs own health, so that they depends on

    parents. Mother as a parents have an important role to cough self-medication in

    children, especially regarding the selection and use of medicines in point and

    responsibilty.

    This study aims to determine the effect of educational methods by way of

    lectures, leaflets, and lectures that continued with the provision of leaflets to the

    mothers behavior changes that include knowledge, attitudes, and actions in the

    selection and use of cough medicine. Types of research including quasi-

    experimental design with non-randomized pretest-posttest control group design.

    Each group was given a pretest and posttest after one month to determine changes

    in the behavior of a given treatment.

    The result of wilcoxon test with 95% confidence level indicates that the

    change in behavior on the method of leaflets and lecture method followed by

    giving the leaflet there are significant differences. Statistical analysis with mann-

    whitney test showed that the lecture method followed by giving leaflets can

    significantly improve respondents behavior.

    Keywords: self-medication, children cough medicines, cough, behavior, lecture,

    leaflets

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL……………………………………………...... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………. iii

    HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………. v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………. vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    vii

    PRAKARTA………………………………………………………... viii

    INTISARI…………………………………………………………… xi

    ABSTRACT………………………………………………………… xii

    DAFTAR ISI……………………………………………………….. xiii

    DAFTAR TABEL…………………………………………………... xvi

    DAFTAR GAMBAR……………………………………………….. xvii

    DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………... xviii

    BAB I PENGANTAR……………………………………………… 1

    A. Latar Belakang…………………………………………………... 1

    1. Permasalahan………………………………………….……… 2

    2. Keaslian penelitian…………………………………………… 3

    3. Manfaat penelitian…………………………………………… 4

    B. Tujuan Penelitian………………………………………………... 4

    1. Tujuan umum………………………………………………… 4

  • xiv

    2. Tujuan khusus………………………………………………... 5

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………. 6

    A. Pengobatan Mandiri……………………………………………... 6

    B. Obat Over The Conter (OTC)...…………………………………. 7

    C. Batuk…………………………………………………….……... 10

    D. Perilaku Kesehatan……………………………………………… 12

    E. Perubahan Perilaku……………………………………………… 14

    F. Penyuluhan Kesehatan………………………………………….. 16

    G. Landasan Teori………………………………………………….. 18

    H. Hipotesis………………………………………………………… 19

    BAB III METODE PENELITIAN…………………………………. 20

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………… 20

    B. Variabel Penelitian……………………………………………… 21

    C. Definisi Operasional…………………………………………… 21

    D. Bahan Penelitian………………………………………………… 22

    E. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………… 24

    F. Instrumen Penelitian…………………………………………… 24

    G. Tata Cara Penelitian…………………………………………….. 25

    H. Tata Cara Analisis Hasil………………………………………… 29

    I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian……………………………. 30

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………… 32

    A. Karakteristik Responden………………………………………… 32

    B. Pola Penanganan Swamedikasi Batuk Pada Anak………..……... 38

  • xv

    C. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku

    Responden………………………………………………………..

    46

    D. Perbedaan Pengaruh Metode Edukasi Terhadap Perubahan

    Perilaku Responden ……………………………………………..

    49

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………… 54

    A. Kesimpulan……………………………………………………… 54

    B. Saran…………………………………………………………..... 55

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 56

    LAMPIRAN………………………………………………………… 59

    BIOGRAFI PENULIS……………………………………………… 124

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan

    variabel, sifat favorable dan unfavorable ………….

    26

    Tabel II. Karakteristik usia responden……………………….. 34

    Tabel III. Karakteristik usia responden……………………….. 34

    Tabel IV. Karakteristik tingkat pendidikan responden……….. 35

    Tabel V. Karakteristik jenis pekerjaan responden…………… 36

    Tabel VI. Karakteristik tingkat pendapatan responden……….. 37

    Tabel VII. Deskripsi produk obat batuk untuk anak yang

    dipilih oleh responden ………………………...........

    42

    Tabel VIII. Deskripsi indikasi dan dosis komponen produk obat

    batuk untuk anak yang dipilih oleh responden……..

    43

    Tabel IX. Uji signifikansi dan selisih nilai rerata pretest dan

    posttest setelah 1 bulan……………………………..

    47

    Tabel X. Perbedaan signifikansi variabel perilaku semua

    kelompok pada nilai pretest, posttest, dan selisih

    pretest-posttest……………………………………...

    50

    Tabel XI. Perbedaan pengaruh metode edukasi terhadap

    perubahan perilaku pada data pretest, posttest dan

    selisih pretest-posttest………………………………

    51

    Tabel XII. Alasan responden yang menyatakan informasi yang

    diperoleh bermanfaat……………………………….

    53

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Tanda obat bebas …………………..……………… 8

    Gambar 2. Tanda obat bebas terbatas………………………….. 8

    Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas……………… 9

    Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest

    control grup design…………………………………

    20

    Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak

    responden semua kelompok………………………..

    38

    Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak………………….. 39

    Gambar 7. Persentase keberadaan penyakit penyerta batuk

    pada anak…………………………………………..

    40

    Gambar 8. Penyakit yang terkait dengan batuk pada anak…….. 40

    Gambar 9. Persentase latar belakang informasi mengenai

    penggunaan obat batuk tanpa resep untuk anak……

    41

    Gambar 10. Selisih rerata pretest-posttest………………………. 49

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Kuesioner……………………………………….. 59

    Lampiran 2. Uji validitas dan reliabilitas…………………….. 65

    Lampiran 3. Karakteristik responden………………………… 67

    Lampiran 4. Pola penanganan swamedikasi batuk pada

    anak……………………………………………..

    69

    Lampiran 5. Pengaruh pemberian edukasi terhadap perubahan

    perilaku responden………………….

    72

    Lampiran 6. Perbedaan pengaruh metode edukasi terhadap

    perubahan perilaku responden …………………

    88

    Lampiran 7. Materi ceramah…………………………………. 115

    Lampiran 8. Leaflet…………………………………………... 117

    Lampiran 9. Perijinan ………………………………………... 118

    Lampiran 10. Peta Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

    Kabupaten Kendal………………………………

    123

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh

    individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri

    (Anonim, 1998). Swamedikasi umumnya dilakukan untuk mengatasi keluhan-

    keluhan dan penyakit ringan seperti halnya batuk. Dalam swamedikasi, obat-

    obatan yang digunakan adalah obat Over The Counter (OTC) (Anonim, 1999).

    Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan obat OTC. Obat bebas adalah obat

    yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter, sedangkan obat

    bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih

    dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda

    peringatan (Anonim, 2006). Hal ini berarti bahwa pemilihan dan penggunaan obat

    tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab penggunanya.

    Kesalahan dalam memilih dan menggunakan obat OTC selain dapat

    mengakibatkan pemborosan juga dapat membahayakan pengguna obat tersebut.

    Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya

    sendiri, sehingga peran orang tua sangat penting. Orang tua yaitu ibu memiliki

    kedekatan dan perhatian yang lebih kepada anak daripada bapak, sehingga ibu

    lebih berperan dalam swamedikasi batuk pada anak. Ibu sebagai pengambil

    keputusan dalam melakukan swamedikasi pada anak perlu memperoleh edukasi

    mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk yang benar dan tepat.

  • 2

    Pengobatan penyakit batuk untuk anak-anak berbeda dengan pengobatan

    pada orang dewasa, hal ini terkait dengan keadaan fisiologi anak yang berbeda

    dengan orang dewasa (Chang, 2005). Pemilihan dan penggunaan obat batuk anak

    bisa menjadi penggunasalahan terkait dengan ketepatan pengenalan penyakit,

    pemilihan, dosis dan cara pemberian obat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

    diperlukan pembelajaran bagi ibu-ibu, khususnya mengenai pemilihan dan

    penggunaan obat batuk untuk anak yang tepat dan bertanggung jawab.

    Pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan edukasi melalui

    ceramah dan leaflet. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengubah dan

    meningkatkan perilaku swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu di Desa

    Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Aspek perilaku tersebut

    meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut Notoatmodjo, (2007) adanya

    pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang akan membentuk sikap yang akhirnya

    akan berpengaruh terhadap perilaku orang tersebut.

    Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk mengetahui

    karakteristik ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada anak dan untuk

    mengetahui metode edukasi yang tepat dan yang paling berpengaruh dalam

    peningkatan perilaku ibu-ibu mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk

    untuk anak-anak.

    1. Permasalahan

    Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Bagaimana karakteristik ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

    Kabupaten Kendal, dalam melakukan swamedikasi batuk pada anak ?

  • 3

    b. Bagaimana pola penanganan swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu di

    Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?

    c. Apakah pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan perilaku dalam

    memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak oleh ibu-ibu di Desa

    Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?

    d. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pemberian edukasi leaflet, ceramah, dan

    ceramah yang dilanjutkan pemberian leaflet terhadap perubahan perilaku

    dalam memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak oleh ibu-ibu di Desa

    Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal ?

    2. Keaslian penelitian

    Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah penelitian yang

    berjudul “Pengaruh iklan obat batuk terhadap pemilihan dan penggunaan obat

    batuk bebas dan bebas terbatas oleh masyarakat di kota Surakarta” yang dilakukan

    oleh Jati (2003), penelitian yang berjudul “Dasar-dasar pemilihan obat batuk

    bebas dan bebas terbatas oleh masyarakat di Kabupaten Sragen” yang dilakukan

    oleh Riyanti (2003), penelitian yang berjudul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi

    penggunaan obat batuk bebas dan bebas terbatas di masyarakat Desa

    Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo” yang dilakukan

    oleh Lestari (2006), penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat pendidikan dan

    tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit batuk oleh ibu-ibu di

    Propinsi DIY” yang dilakukan oleh Rissa (2008), penelitian yang berjudul

    “Pengaruh pemberian informasi obat terhadap peningkatan perilaku pengobatan

    mandiri pada penyakit batuk di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan

  • 4

    Kabupaten Sleman Propinsi DIY” yang dilakukan oleh Endah (2009) dan

    penelitian yang berjudul “Pengaruh penyuluhan obat terhadap peningkatan

    perilaku pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan” yang dilakukan oleh

    Supardi. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengaruh ceramah dan

    pemberian leaflet terhadap perilaku dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk

    anak oleh ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal,

    Propinsi Jawa Tengah, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

    3. Manfaat penelitian

    a. Memberikan gambaran mengenai perilaku ibu-ibu dalam memilih dan

    menggunakan obat batuk untuk anak dan juga dapat memberikan gambaran

    mengenai seberapa besar pengaruh metode edukasi terhadap peningkatan

    perilaku ibu-ibu di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

    dalam memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak.

    b. Data yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

    acuan oleh pihak-pihak terkait untuk melakukan perubahan perilaku suatu

    masyarakat mengenai pemilihan dan penggunaan obat khususnya mengenai

    obat batuk untuk anak-anak.

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan

    metode edukasi terhadap perubahan perilaku ibu-ibu dalam memilih dan

    menggunakan obat batuk untuk anak-anak di Desa Sukorejo, Kecamatan

    Sukorejo, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah.

  • 5

    2. Tujuan khusus

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada

    anak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

    b. Mengetahui pola penanganan swamedikasi batuk pada anak oleh ibu-ibu di

    Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

    c. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap perilaku ibu-ibu dalam

    memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo,

    Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal

    d. Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian edukasi leaflet, ceramah, dan

    ceramah yang dilanjutkan pemberian leaflet terhadap perilaku ibu-ibu dalam

    memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo,

    Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.

  • 6

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Pengobatan Mandiri

    Berdasarkan The International Pharmaceutical Federation (FIP) dan The

    World Self Medication Industry (WSMI), pengobatan mandiri didefinisikan

    sebagai suatu perilaku yang menggunakan obat tanpa resep yang didasari oleh

    inisiatif dari diri sendiri (Anonim, 1999). Pengobatan mandiri berperan untuk

    mengatasi suatu penyakit secara tepat dan efektif yang tidak memerlukan

    konsultasi medis, pengurangan beban pelayanan kesehatan karena keterbatasan

    sumberdaya dan tenaga, serta peningkatan keterjangkauan pelayanan kesehatan

    untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas (Supardi, 1997).

    Menurut Hott and Hall (1990) pengobatan mandiri dengan obat tanpa

    resep hendaknya dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab, biasanya pada

    kasus :

    1. Perawatan simtomatik minor

    2. Penyakit self-limiting atau paliatif

    3. Pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan

    4. Penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah di diagnosis dokter atau

    tenaga medis profesional lainnya.

    Menurut Holt dan Edwin (cit., Kristina, Prabandari, dan Sudjaswadi,

    2008) swamedikasi merupakan kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri

    maupun keluarganya dengan Obat Tanpa Resep (OTR) secara tepat dan

    bertanggung jawab. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan OTR antara

  • 7

    lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan

    keluhan, efisiensi biaya, efisiensi waktu, dapat ikut berperan serta dalam

    mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemerintah dalam

    keterbatasan jumlah tenaga kerja dan sarana kesehatan di masyarakat.

    Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

    tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam

    mengatasi masalah kesehatan, demografi dan epidemiologi, ketersediaan

    pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial

    ekonomi (Holt and Hall, 1990).

    B. Obat Over The Counter (OTC)

    Obat Over The Counter (OTC) adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep

    dokter dan dapat digunakan oleh konsumen atas inisiatif sendiri dan secara

    bertanggung jawab untuk mencegah, mengurangi atau mengobati gejala atau

    penyakit ringan, yang tersedia dalam bentuk, kondisi dan dosis resmi yang aman

    untuk konsumen (Anonim, 2005).

    OTC adalah salah satu obat tanpa resep, obat tanpa resep adalah obat

    yang digunakan untuk pengobatan sendiri, yang bertujuan untuk memperbaiki

    kesehatan, meringankan gejala minor, dan mencegah penyakit (Widijapranata,

    1997). Dalam upaya swamedikasi atau pengobatan sendiri digunakan golongan

    obat bebas dan obat bebas terbatas (Hartini dan Sulasmono, 2007).

    Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

    resep dokter, sedangkan obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya

    termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter

  • 8

    dan disertai dengan tanda peringatan (Anonim, 2006). Obat yang dapat diperoleh

    tanpa resep dokter, pada kemasan dan etiketnya tertera tanda khusus. Tanda

    khusus pada obat bebas berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam,

    sedangkan tanda khusus pada obat bebas terbatas berupa lingkaran biru dengan

    garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2007). Tanda obat bebas dan bebas terbatas

    ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2.

    Gambar 1. Tanda obat bebas (Anonim, 2007)

    Gambar 2. Tanda obat bebas terbatas (Anonim, 2007)

    Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus lingkaran

    biru juga terdapat tanda khusus berupa tanda peringatan untuk aturan pakai obat.

    Tanda peringatan tersebut berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada

    dasar hitam yang terdiri dari 6 macam yang ditunjukkan pada gambar 3.

  • 9

    Gambar 3. Tanda peringatan obat bebas terbatas (Anonim, 2007)

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 919/ MENKES/ PER/

    X/ 1993 pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria :

    1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak

    dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun

    2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada

    kelanjutan penyakit

    3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

    dilakukan oleh tenaga kesehatan

    4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

    Indonesia

    5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

    dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri

  • 10

    Dalam penggunaan produk obat tanpa resep secara aman dan efektif,

    konsumen harus memperhatikan beberapa aturan yang digunakan oleh seorang

    tenaga kesehatan dalam mengobati pasien dengan obat resep. Aturan tersebut

    seperti pengenalan gejala yang cermat, keadaan objek terapi, pemilihan produk

    yang akan digunakan, pemilihan dosis dan aturan pakai yang sesuai,

    memperhitungkan riwayat penyakit seseorang, kontraindikasi, penyakit penyerta

    dan penggunaan obat yang bersamaan, dan memonitoring respon terhadap

    pengobatan dan kemungkinan adanya efek samping yang terjadi (Anonim, 2000).

    Dalam proses pemilihan obat, perlu diperhatikan gejala atau keluhan

    penyakit yang diderita, kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, dan usia

    lanjut, pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu,

    nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi

    obat. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah memilih obat yang sesuai

    dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi dengan obat yang sedang diminum

    (Anonim, 2006).

    C. Batuk

    Batuk merupakan mekanisme fisiologis yang bermanfaat untuk

    mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat asing,

    dan unsur infeksi (Tjay dan Rahardja, 2002). Berdasarkan lamanya batuk tersebut

    terjadi, batuk diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : batuk akut yaitu batuk yang terjadi

    kurang dari 3 minggu, batuk subakut yaitu batuk yang terjadi selama 3 sampai 8

    minggu, dan batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu.

    Berdasarkan ada tidaknya produksi dahak, batuk diklasifikasikan menjadi 2 tipe

  • 11

    yaitu: batuk berdahak (batuk produktif) dan batuk tidak berdahak (batuk non-

    produktif) (Tietze, 2006).

    Batuk dimulai dengan tarikan nafas yang dalam diikuti oleh penutupan

    glotis dan kontraksi yang kuat pada rongga dada, dinding abdomen, dan otot

    diafragma yang melawan glotis yang tertutup. Ketika glotis terbuka, terjadi

    pengeluaran nafas yang kuat yang mendorong keluarnya sputum dan benda asing

    dari sistem pernapasan (Tietze, 2006).

    Batuk merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak-anak, penyebab

    paling umum adalah infeksi saluran pernafasan atas. Anak-anak biasanya

    terinfeksi penyakit saluran pernafasan 6 sampai 12 kali pertahun, umumnya

    disebabkan oleh virus. Kadang-kadang, anak dapat mengalami batuk sampai

    berminggu-minggu setelah terinfeksi virus (post-viral cough ) (Anonim, 2008b).

    Menurut Tietze, (2006) tujuan utama swamedikasi batuk adalah

    mengurangi jumlah dan tingkat keparahan batuk. Kemudian tujuan kedua adalah

    untuk mencegah terjadinya komplikasi. Golongan obat yang digunakan untuk

    meringankan gejala batuk adalah antitusif, ekpektoran, dan mukolitik. Golongan

    antitusif yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) meliputi

    kodein, dekstrometorfan dan difenhidramin (Tietze, 2006). Golongan obat

    antitusif yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah dekstrometorfan dan

    difenhidramin (Anonim, 2007).

    Pengunaan antitusif untuk batuk yang tidak diketahui penyebabnya

    mungkin berguna yaitu untuk batuk yang mengganggu tidur. Penggunaan antitusif

    yang memiliki kandungan zat aktif kodein atau analgesik opioid sejenis tidak

  • 12

    dianjurkan pada anak dan harus dihindari pada anak yang berusia kurang dari 1

    tahun (Anonim, 2008a).

    Ekspektoran digunakan untuk batuk yang memerlukan pengenceran

    dahak, misalnya batuk karena influenza atau radang saluran pernapasan.

    Mekanisme kerja obat ini diduga dengan cara memicu sekresi cairan saluran napas

    sehingga mempermudah pengeluarannya (Anonim, 2007). Obat ekspektoran yang

    hanya disetujui oleh FDA adalah guaifenesin (gliseril guaikolat) (Tietze, 2006).

    Mukolitik memiliki mekanisme kerja dengan cara mengurangi viskositas sputum.

    Golongan obat mukolitik yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah

    bromheksin (Anonim, 2008a).

    D. Perilaku Kesehatan

    Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus

    atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

    makanan dan minuman, serta lingkungan di sekitarnya (Notoatmodjo, 2007).

    Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi individu

    dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap

    tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan

    (Sarwono, 2007). Perilaku manusia terbagi dalam 3 domain, ranah atau kawasan

    yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (phychomotor).

    Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil

    pendidikan kesehatan, yakni :

  • 13

    1. Pengetahuan (knowledge)

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan

    domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

    behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

    perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

    2. Sikap (attitude)

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

    suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

    akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

    merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

    yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

    lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,

    2007).

    3. Praktik atau tindakan (practice)

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

    Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

    pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Menurut

    Notoatmodjo, (2007), praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

    a. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

    dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

    pertama.

  • 14

    b. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

    urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

    praktik tingkat dua.

    c. Mekanisme (mechanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

    dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

    maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

    d. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

    mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    E. Perubahan Perilaku

    Dalam perilaku kesehatan, hal yang penting adalah masalah

    pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan dari

    pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program

    kesehatan. Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang

    kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Menurut Notoatmodjo,

    (2007) perubahan perilaku seseorang melalui tiga tahap, yaitu :

    1. Pengetahuan

    Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti

    atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Indikator- indikator

    yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran

    terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :

  • 15

    a. Pengetahuan tentang sakit atau penyakit yang meliputi : penyebab penyakit,

    gejala atau tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari

    pengobatan, bagaimana cara penularan, dan bagaimana cara pencegahannya .

    b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

    c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi manfaat air bersih, cara-

    cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan

    rumah yang sehat, dan akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi

    kesehatan

    2. Sikap

    Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan

    menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Indikator

    untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu :

    a. Sikap terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana penilaian atau pendapat

    seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit,

    cara penularan penyakit, dan cara pencegahan penyakit.

    b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

    c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan adalah pendapat atau penilaian

    seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.

    3. Perilaku

    Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

    mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

    selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

  • 16

    diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut praktik kesehatan atau perilaku

    kesehatan (overt behavior). Indikator praktik kesehatan meliputi :

    a. Tindakan sehubungan dengan penyakit. Tindakan ini mencakup pencegahan

    penyakit dan penyembuhan penyakit.

    b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

    c. Tindakan kesehatan lingkungan

    F. Penyuluhan Kesehatan

    Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu

    suatu rangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

    mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok, atau masyarakat secara

    keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara, melindungi dan

    meningkatkan kesehatannya (Anonim, 2003). Beberapa strategi untuk

    memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi 3,

    yaitu :

    1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

    Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau

    melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini akan menghasilkan

    perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung

    lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh

    kesadaran sendiri.

    2. Pemberian informasi

    Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,

    cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit akan meningkatkan

  • 17

    pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-

    pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan

    menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

    Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi

    perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran

    mereka sendiri (bukan paksaan).

    3. Diskusi partisipasi

    Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan

    informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini

    berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus

    aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya.

    Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka

    diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka

    peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi perilaku orang lain

    (Notoatmodjo, 2007).

    Salah satu metode yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan adalah

    dengan metode ceramah dan leaflet. Metode ceramah efektif jika dilakukan pada

    kelompok besar (lebih dari 15 orang). Leaflet merupakan salah satu alat bantu

    media promosi kesehatan dalam menyampaikan bahan pendidikan atau

    pengajaran yang berupa lembaran yang dilipat. Isi informasi dalam leaflet dapat

    dibentuk dalam kalimat, gambar, atau kombinasi keduanya. Dengan adanya alat

    bantu dalam menyampaikan suatu informasi maka akan mempermudah

    penerimaan informasi tersebut oleh subjek sasaran (Notoatmodjo, 2007).

  • 18

    G. Landasan Teori

    Swamedikasi merupakan salah satu cara alternatif yang digunakan oleh

    masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada

    pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan

    pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan

    obat dan penggunaannya. Salah satu obat yang beredar dipasaran dan banyak

    digunakan untuk pengobatan sendiri adalah obat Over The Counter (OTC), yaitu

    obat bebas dan bebas terbatas. Obat bebas dan obat bebas terbatas adalah obat

    yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan dipergunakan untuk jenis penyakit

    yang pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri dan tidak

    membahayakan jika mengikuti aturan pemakaiannya. Hal ini berarti bahwa

    pemilihan dan penggunaan obat tersebut merupakan tanggung jawab

    penggunanya. Anak belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap

    kesehatannya sendiri, sehingga ibu sebagai orang tualah yang memiliki peran

    penting dalam swamedikasi batuk pada anak.

    Penggunaan obat batuk anak tanpa resep dalam swamedikasi harus

    mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara

    aman dan rasional. Dalam hal ini, seorang ibu perlu memiliki pengetahuan yang

    cukup mengenai tanda, gejala, penyebab, dan tipe batuk yang umumnya

    menyerang anak-anak, serta penatalaksanaan yang tepat. Salah satu cara yang

    dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam hal memilih dan

    menggunakan obat batuk untuk anak yang benar dan tepat adalah dengan

    perubahan perilaku melalui metode edukasi. Perubahan perilaku terdiri dari proses

  • 19

    peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude), dan tindakan

    (practice). Dengan meningkatnya pengetahuan akan menimbulkan kesadaran dan

    akhirnya akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sesuai dengan

    pengetahuan yang dimilikinya.

    H. Hipotesis

    Ada pengaruh metode edukasi (ceramah, leaflet, ceramah+lealet) yang

    signifikan terhadap peningkatan perilaku ibu-ibu dalam memilih dan

    menggunakan obat batuk untuk anak di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

    Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah.

  • 20

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

    dengan rancangan non-randomized pretest-posttest control grup design. Penelitian

    eksperimen semu merupakan penelitian eksperimen yang tidak memiliki

    pembatasan yang ketat terhadap randomisasi (Notoatmodjo, 2005). Rancangan

    non-randomized pretest-posttest control grup design adalah rancangan yang

    dalam pembentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan

    randomisasi, selain itu pada rancangan ini terdapat pretest yang dilakukan

    sebelum penelitian sehingga dapat diketahui kemampuan awal setiap subjek

    (Seniati, 2008).

    Kelompok eksperimen terdiri dari 3 kelompok yang masing-masing

    diberikan 3 metode edukasi yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah

    yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet. Sedangkan pada kelompok kontrol

    tidak mendapat perlakuan.

    Gambar 4. Skema rancangan non-randomized pretest-posttest control grup design

    Keterangan :

    KK : Kelompok kontrol

    KE1,2,3 : Kelompok eksperimen

    O1 : Pretest

    O2 : Posttest

    X1 : Pelakuan leaflet

    X2 : Perlakuan ceramah

    X3 : Perlakuan ceramah+leaflet

    Y :Tanpa perlakuan

    (KK) O1 ⇒ Y ⇒ O2

    (KE1) O1 ⇒ X1 ⇒ O2

    (KE2) O1 ⇒ X2 ⇒ O2

    (KE3) O1 ⇒ X3 ⇒ O2

  • 21

    21

    B. Varibel Penelitian

    Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi :

    1. Variabel bebas (independent): perlakuan berupa pemberian edukasi yang

    terdiri dari 3 metode yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah yang

    dilanjutkan dengan pemberian leaflet

    2. Variabel tergantung (dependent): perilaku yang terdiri dari pengetahuan,

    sikap, dan tindakan ibu-ibu dalam memilih dan menggunakan obat batuk

    untuk anak-anak

    C. Definisi Operasional

    1. Edukasi merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi

    kepada masyarakat. Pada penelitian ini, pemberian edukasi dilakukan dengan

    3 metode yang berbeda yaitu leaflet, ceramah, dan ceramah yang dilanjutkan

    dengan pemberian leaflet

    2. Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan

    dari luar yang dipengaruhi berbagai faktor yaitu pengetahuan, sikap dan

    tindakan. Pada penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah pengetahuan,

    sikap, dan tindakan ibu-ibu dalam memilih dan menggunakan obat batuk

    untuk anak-anak

    3. Obat batuk anak adalah obat dalam berbagai bentuk sediaan dan merupakan

    produk OTC, yang komposisinya terdapat zat aktif dengan indikasi batuk.

    4. Responden adalah ibu yang pernah memilih dan menggunakan obat batuk

    untuk anak usia 2 sampai 12 tahun

  • 22

    D. Bahan Penelitian

    1. Populasi dan sampel penelitian

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu di Desa Sukorejo,

    Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal yang pernah memilih dan menggunakan

    obat batuk untuk anak-anak. Sampel adalah sebagian ibu-ibu yang memenuhi

    kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh penulis. Kriteria inklusi yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah :

    a. Responden memiliki anak usia 2-12 tahun

    b. Responden pernah melakukan swamedikasi batuk pada anak dengan

    menggunakan produk OTC (obat bebas atau obat bebas terbatas).

    2. Besar sampel dan teknik sampling

    Berdasarkan data yang diperoleh dari kelurahan Sukorejo periode Maret

    2010, populasi anak usia 0-14 tahun adalah 3839 anak, populasi tersebut

    diasumsikan sebagai jumlah ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun.

    Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus sebagai berikut :

    � �� � ��� � � �

    � � �� � 1� � ��� � � �

    � �3839 � 1,96� � 0,5 � 0,5

    0,1� � �3839 � 1� � 1,96� � 0,5 � 0,5

    � � 93,71 ������ � 94������

    Keterangan :

    n = ukuran sampel

    N = besar populasi = 3839 orang

    P = probabilitas suatu kejadian (prosentase taksiran hal yang akan diteliti), jika

    tidak diketahui dianggap 50% q = 100% - p

    Z = nilai standar normal yang besarnya tergantung α (α=5%) D = besarnya penyimpangan yang masih bisa ditolerir 10 %

    (Pujirahardjo, 1993).

  • 23

    Besar sampel yang diperoleh dari perhitungan tersebut kemudian

    ditambah 30% dari besar sampel sehingga diperoleh 120 sampel. Penambahan

    10% sampai 30% dari besar sampel untuk menghindari banyaknya jumlah orang-

    orang yang tidak menjawab kuisioener dengan lengkap (Narimawati dan

    Munandar, 2008). Dari 120 sampel tersebut dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu

    kelompok kontrol, kelompok leaflet, kelompok ceramah, dan kelompok

    ceramah+leaflet yang masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang. Menurut

    Bailey (cit., Iqbal, 2002), untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data

    statistik diperlukan jumlah sampel minimum adalah 30 orang dan menurut Gay

    (cit., Iqbal, 2002), ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan

    metode penelitian ekperimental adalah 15 subyek per kelompok. Jumlah sampel

    yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi persyaratan tersebut. Teknik

    sampling dilakukan dengan cara purposive sampling dan quota sampling.

    Purposive sampling adalah suatu cara memilih sampel dari suatu populasi

    berdasarkan informasi yang tersedia dan sesuai dengan penelitian yang sedang

    berjalan sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan

    (Narimawati dan Munandar, 2008). Sedangkan quota sampling adalah teknik

    pemilihan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah tertentu yang

    diinginkan (kuota) (Sugiyono, 2008).

    Desa Sukorejo memiliki 6 pedukuhan yaitu Sentul, Sapen, Ngrancak,

    Tlangu, Sudagaran, dan Sumber Tlangu. Secara random sederhana dilakukan

    pemilihan 4 pedukuhan yang digunakan sebagai kelompok perlakuan dan

    kelompok kontrol. Dari hasil diperoleh pedukuhan Sudagaran sebagai kelompok

  • 24

    perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet, pedukuhan

    Tlangu sebagai kelompok ceramah, pedukuhan Sapen sebagai kelompok

    perlakuan leaflet, dan pedukuhan Ngrancak sebagai kelompok kontrol. Karena

    sampel untuk kelompok perlakuan leaflet dan kelompok kontrol tidak memenuhi

    kuota yang telah ditetapkan, sehingga diambil sampel dari 2 pedukuhan yang

    tersisa secara random sederhana yaitu pedukuhan Sumber Tlangu sebagai

    kelompok perlakuan leaflet dan pedukuhan Sentul sebagai kelompok kontrol.

    Jumlah responden untuk kelompok leaflet masing-masing terdiri dari 15

    responden dari pedukuhan Sapen dan 15 responden dari pedukuhan Sumber

    Tlangu, sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh 15 responden dari

    pedukuhan Ngrancak dan 15 responden dari pedukuhan Sentul.

    E. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo,

    Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian mulai dilakukan dari Bulan

    Maret sampai dengan Juni 2010 dengan pengambilan data dilakukan pada bulan

    April sampai dengan Juni 2010.

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian ini adalah leaflet dan kuesioner. Leaflet berisi

    tentang definisi, gejala, penyebab, dan jenis batuk, penggolongan obat batuk, serta

    cara memilih dan menggunakan obat batuk anak. Sedangkan kuesioner penelitian

    berisi tentang :

  • 25

    1. Deskripsi karakteristik responden dan anak

    2. Deskripsi mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden yang

    pernah memilih dan menggunakan obat batuk untuk anak-anak

    G. Tata Cara Penelitian

    1. Pengurusan ijin penelitian

    Sebelum penelitian dilakukan, penulis meminta surat rekomendasi

    penelitian ke Sekretariat Daerah Pemerintah Propinsi DIY dengan mengajukan

    proposal penelitian dan surat permohonan dari Fakultas Farmasi USD. Setelah itu

    dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat

    Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan

    Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Kendal, Bappeda Kabupaten

    Kendal, Kecamatan Sukorejo, Kelurahan Sukorejo, dan selanjutnya ke tiap

    pedukuhan yang dijadikan lokasi penelitian.

    2. Penelusuran data populasi

    Tahap ini dilakukan dengan melakukan penelusuran data populasi ibu-

    ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun di Kelurahan Sukorejo. Karena data

    populasi ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12 tahun tidak tersedia sehingga

    digunakan data populasi anak usia 0-14 tahun. Data yang tersedia di Kelurahan

    Sukorejo periode Maret 2010, anak dikategorikan menjadi 3 kelompok usia yaitu

    0-4 tahun berjumlah 1316 orang, usia 5-9 tahun berjumlah 1310 orang, dan usia

    10-14 tahun berjumlah 1213. Total anak usia 0-14 tahun adalah 3839 orang, total

    tersebut diasumsikan sebagai data populasi ibu-ibu yang memiliki anak usia 2-12

  • 26

    tahun. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk perhitungan minimal

    besar sampel yang diperlukan dalam penelitian.

    3. Pembuatan kuesioner

    Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan terbuka, semi terbuka, maupun

    tertutup serta 24 pernyataan favorable maupun unfavorable. Pernyataan disusun

    menggunakan skala likert dengan modifikasi pada 5 pilihan menjadi 4 pilihan

    yaitu (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS) tidak setuju, dan (STS) sangat tidak

    setuju. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS = 4, S = 3, TS = 2,

    STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah SS = 1, S = 2, TS

    = 3, STS = 4. Untuk kelompok perlakuan memperoleh 2 pertanyaan tambahan

    pada posttest setelah 1 bulan.

    Tabel I. Jenis dan pengelompokan pernyataan berdasarkan variabel, sifat

    favorable dan unfavorable

    Variabel No. Pernyataan Jenis pernyataan

    Favorable Unfavorable

    Pengetahuan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 1,2,3,4,5 6,7,8,9,10

    Sikap 11,12,13,14,15,16,17,18 11,12,13,14, 15,16,17,18

    Tindakan 19,20,21,22,23,24 19,21,22 22,23,24

    Sebelum digunakan untuk penelitian, kuesioner terlebih dahulu diuji pemahaman

    bahasa, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas

    kuesioner menggunakan uji Pearson-Product Moment dan uji reliabilitas

    kuesioner menggunakan uji Alpha Cronbach dengan tingkat kepercayaan 95%.

    Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) hitung lebih

    besar dari r tabel dan suatu angket atau kuesioner dinyatakan reliabel jika

  • 27

    memiliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2008). Dalam penelitian ini

    diperoleh koefisien korelasi antara 0,307 – 0,682 dengan nilai r tabel pada tingkat

    kepercayaan 95% adalah 0,279 dan nilai alpha adalah 0,729.

    4. Pembuatan leaflet dan materi ceramah

    Pada tahap ini dilakukan penelusuran pustaka-pustaka yang relevan

    untuk menyusun materi ceramah dan leaflet. Pustaka yang digunakan adalah :

    a. Anonim, 2007, Kompendia Obat Bebas, edisi 2, Depkes RI, Jakarta

    b. Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas,

    Depkes RI, Jakarta

    c. Anonim, 2008, IONI 2008, Badan POM RI, Jakarta

    d. Anonim, 2009, OTC Cough and Cold Medicines and My Child : What Do I

    Need to Know?, http//www.familydoctor.org/online/famdocen/home/html,

    diakses tanggal 2 Februari 2010

    e. Tietze, K.J., 2006, Cough, Handbook Of Nonprescription Drugs, 15th ed.,

    229-241, American Pharmacists Association, Washington DC

    f. Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-Obat Penting, edisi 5, Gramedia, Jakarta

    Materi ceramah dan leaflet berisi tentang definisi, gejala, penyebab, dan

    jenis batuk, penggolongan obat batuk, serta cara memilih dan menggunakan obat

    batuk anak.

    5. Pelaksanaan intervensi/ perlakuan

    Pelaksanaan ceramah untuk kelompok perlakuan ceramah dan kelompok

    perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet, terlebih dahulu

    dilakukan penyebaran undangan kepada tiap-tiap RT. Pelaksanaan ceramah untuk

  • 28

    kelompok perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet

    dilakukan pada tanggal 29 April 2010 dan kelompok perlakuan ceramah

    dilakukan pada tanggal 2 Mei 2010. Pelaksanaan ceramah sama-sama dilakukan

    pada waktu sore hari dan bertempat di salah satu rumah warga yang terdekat, hal

    ini dilakukan karena kantor kelurahan terletak jauh dari pedukuhan kelompok

    perlakuan. Sebelum ceramah dimulai, kuesioner yang berfungsi sebagai pretest

    dibagikan. Responden terlebih dahulu diberi pengarahan mengenai cara mengisi

    kuesioner, dan setelah pretest selesai dan dikumpulkan, ceramah baru dimulai.

    Pada pelaksanaan ceramah terdapat sesi tanya jawab antara penceramah dan

    responden. Pada kelompok perlakuan ceramah yang dilanjutkan dengan

    pemberian leaflet, leaflet diberikan setelah ceramah selesai. Kelompok perlakuan

    leaflet dan kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan, pretest dilakukan

    dengan mendatangi rumah responden satu per satu. Untuk kelompok perlakuan

    leaflet dan kelompok kontrol juga diberikan pengarahan mengenai cara mengisi

    kuesioner. Pretest untuk kelompok perlakuan leaflet dilakukan sebelum leaflet

    diberikan. Pretest kelompok perlakuan leaflet dan kelompok kontrol dilaksanakan

    pada tanggal 1 Mei dan 4 Mei 2010.

    6. Pengambilan data

    Pretest untuk kelompok perlakuan ceramah dan kelompok perlakuan

    ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet dilakukan sebelum ceramah

    dimulai, dan untuk kelompok perlakuan leaflet dilakukan sebelum leaflet

    diberikan. Posttest dilakukan setelah 1 bulan kemudian. Posttest dilaksanakan

    dengan mendatangi rumah responden satu persatu.

  • 29

    H. Tata Cara Analisis Hasil

    Pengolahan data penelitian dilakukan dengan 2 tahap, yaitu manajemen

    data dan analisis data. Pada manajemen data terdapat proses editing, processing,

    dan cleaning. Dalam proses editing dilakukan pemeriksaan kuesioner hasil pretest

    maupun posttest, apakah semua pertanyaan maupun pernyataan sudah terisi

    dengan lengkap dan juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria

    inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Pada processing, pengolahan data

    dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pernyataan yang di

    jawab oleh responden serta melakukan tabulasi data untuk setiap pertanyaan.

    Pengelompokan item pernyataan dalam kuesioner didasarkan pada variabel yang

    diteliti yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk analisis statistik digunakan

    SPSS versi 16. Pada proses cleaning ini dilakukan pemeriksaan kembali data yang

    telah dimasukkan maupun yang telah dianalisis untuk mengecek kebenarannya.

    Tahap selanjutnya adalah analisis data, dalam analisis data terlebih dahulu

    dilakukan uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel tiap

    kelompok kurang dari 50 sampel. Setelah melakukan uji normalitas data,

    dilakukan analisis data karakteristik responden dengan uji Chi-Square untuk

    mengetahui ada tidaknya perbedaan karakteristik yang signifikan tiap kelompok.

    Jika tidak memenuhi syarat uji Chi-Square yaitu nilai sel expected yang kurang

    dari 5 tidak boleh lebih dari 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2008) maka digunakan

    uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Untuk mengetahui adanya

    perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden yang signifikan tiap

    kelompok dilihat dari nilai pretest maupun posttest yang dianalisis menggunakan

  • 30

    paired t-test jika data berdistribusi normal dan Wilcoxon jika data tidak

    berdistribusi normal. Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

    perilaku yang signifikan antara masing-masing kelompok untuk setiap variabel

    dilakukan uji One Way Anova jika data berdistribusi normal dan memiliki varians

    yang sama dan uji Kruskal Wallis jika data tidak berdistribusi normal. Apabila

    hasil signifikasi uji One Way Anova maupun uji Kruskal Wallis kurang dari 0,05

    maka dilanjutkan dengan analisis Post Hoc (Dahlan, 2008). Taraf kepercayaan

    yang digunakan pada penelitian ini adalah 95%.

    I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

    1. Kesulitan untuk memperoleh responden untuk kelompok perlakuan leaflet

    dan kelompok kontrol dikarenakan pemberian pretest dilakukan dengan

    mendatangi rumah satu persatu sedangkan data mengenai alamat responden

    yang memiliki anak usia 2-12 tahun tidak tersedia. Upaya yang dilakukan

    untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengambil sampel dari 2

    pedukuhan yang tersisa serta bertanya kepada masyarakat setempat.

    2. Kesulitan untuk memperoleh data posttest dikarenakan peneliti mengalami

    kesulitan dalam mencari alamat responden serta reponden saat posttest tidak

    berada ditempat. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah

    dengan bertanya kepada masyarakat setempat serta membuat janji terlebih

    dahulu untuk datang.

    3. Waktu pelaksanaan ceramah yang terlambat dimulai karena belum

    terkumpulnya responden yang diharapkan oleh peneliti.

  • 31

    4. Kesulitan mencari tempat pelaksanaan kegiatan ceramah karena kantor

    kelurahan terletak jauh dari pedukuhan kelompok perlakuan. Upaya yang

    dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan koordinasi

    kepada masyarakat setempat dan mencari lokasi yang bersedia dijadikan

    tempat untuk ceramah.

    5. Tidak dilakukannya edukasi mengenai perbedaan antara flu dan pilek kepada

    ibu-ibu sehingga menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam

    menjawab pertanyaan tentang penyakit peryerta yang terkait batuk pada anak.

  • 32

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Produk obat batuk untuk anak baik berupa zat tunggal maupun kombinasi

    yang beredar saat ini sangat beragam. Tersedianya begitu banyak pilihan produk

    obat batuk membuat pengetahuan orang tua menjadi faktor penting dalam

    pengobatan mandiri (swamedikasi) terutama dalam pemilihan dan penggunaan

    obat batuk yang ditujukan untuk anak-anak. Anak belum memiliki kesadaran dan

    tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri, sehingga anak sangat tergantung

    pada orang tua dalam hal kesehatannya. Dengan demikian, peran orang tua sangat

    penting, sebagai orang terdekat yaitu ibu memiliki pengaruh yang besar terhadap

    swamedikasi batuk pada anak. Dalam pemilihan dan penggunaan obat batuk untuk

    anak-anak, seorang ibu harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

    definisi batuk, pengenalan tanda, gejala, penyebab, dan tipe batuk yang umumnya

    menyerang anak-anak, pertimbangan efek terapi dan keamanan obat yang paling

    tepat dengan kondisi anak.

    A. Karakteristik Responden

    Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat

    pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan responden. Perbedaan

    karakteristik yang tidak signifikan antara masing-masing kelompok, yaitu

    kelompok yang mendapat intervensi ceramah, leaflet, ceramah yang dilanjutkan

    dengan pemberian leaflet, dan kelompok yang tidak mendapat intervensi

    (kelompok kontrol) dapat menunjukkan bahwa perubahan setiap variabel perilaku

  • 33

    yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan akibat dari adanya

    intervensi (perlakuan) yang diberikan.

    Responden dalam penelitian ini berusia mulai dari 21-46 tahun. Dalam

    penelitian ini, pengelompokan usia responden dilakukan dengan penyusunan

    distribusi frekuensi data berkelompok. Tahap pertama dengan menggunakan

    kaidah empiris Sturgess, yaitu : k = 1+ 3,3 log n, k adalah banyak kelas, dan n

    adalah ukuran kumpulan data yaitu jumlah responden penelitian pada masing-

    masing kelompok (30 orang). Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh banyak

    kelas baik untuk kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah 6 kelas.

    Untuk melakukan pengelompokan usia juga diperlukan interval kelas yang dapat

    dihitung dengan rumus : (nilai maksimum-nilai minimum) dibagi dengan banyak

    kelas (k).

    Dalam penelitian ini, untuk kelompok perlakuan leaflet usia responden

    termuda adalah 26 tahun dan tertua 42 tahun, kelompok perlakuan ceramah usia

    responden termuda adalah 24 tahun dan tertua 46 tahun kelompok perlakuan

    ceramah+leaflet usia responden termuda adalah 22 tahun dan tertua 44 tahun,

    sedangkan untuk kelompok kontrol usia responden termuda adalah 21 tahun dan

    tertua 44 tahun. Berdasarkan perhitungan, diperoleh interval kelas untuk

    responden perlakuan leaflet = 3, sedangkan responden perlakuan ceramah,

    ceramah+leaflet, dan responden kontrol = 4. Berdasarkan nilai jumlah dan

    interval kelas didapatkan distribusi frekuensi yang ditunjukkan dalam tabel II.

  • 34

    Tabel II. Karakteristik usia responden

    Kelompok kontrol Kelompok leaflet Kelompok

    ceramah

    Kelompok

    ceramah+leaflet

    Rentang usia

    (tahun)

    Fre-

    kuensi

    Rentang usia

    (tahun)

    Fre-

    kuensi

    Rentang usia

    (tahun)

    Fre-

    kuensi

    Rentang usia

    (tahun)

    Frekuensi

    21-24 2 26-28 7 24-27 6 22-25 5

    25-28 5 29-31 10 28-31 9 26-29 8

    29-32 3 32-34 6 32-35 3 30-33 7

    33-36 9 35-37 3 36-39 5 34-37 4

    37-40 5 38-40 1 40-43 7 38-41 6

    41-44 6 41-43 3 44-47 - 42-45 -

    Total 30 Total 30 Total 30 Total 30

    Berdasarkan tabel II, distribusi frekuensi usia responden tidak merata,

    oleh sebab itu dilakukan kategorisasi. Menurut teori Erik H, Erikson membagi

    usia menjadi 3, yaitu dewasa awal (antara usia 18 sampai 30-an tahun), dewasa

    tengah (antara usia 35 sampai 65 tahun) dan dewasa akhir (usia diatas 65 tahun)

    (Santrock, 2002). Karena usia responden dalam penelitian ini 21 sampai 46 tahun,

    maka dikategorikan menjadi 2 yaitu dewasa awal (< 35 tahun) dan dewasa tengah

    (> 35 tahun).

    Tabel III. Karakteristik usia reponden Rentang usia

    (tahun) Kelompok

    kontrol Kelompok

    leaflet Kelompok ceramah

    Kelompok ceramah+leaflet

    < 35 14 23 18 20

    >35 16 7 12 10

    Menurut Holt and Hall, (1990) usia dalam hubungannya dengan

    swamedikasi berpengaruh terhadap banyaknya pengalaman seseorang dalam

    melakukan pengobatan. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square,

    diperoleh nilai signifikasi 0,108, nilai tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan

    bahwa tidak terdapat perbedaan usia yang signifikan antara masing-masing

  • 35

    kelompok. Tidak terdapatnya perbedaan usia yang signifikan antara masing-

    masing kelompok, menunjukkan bahwa adanya setiap perubahan variabel perilaku

    bukan disebabkan karena perbedaan usia responden antara masing-masing

    kelompok, melainkan dari intervensi yang telah diberikan.

    Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menentukan

    pengambilan keputusan swamedikasi (Schwartz dan Hoopes, 1990). Berdasarkan

    tingkat pendidikan, responden dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu SD, SMP,

    SMA, D3/ Diploma, dan sarjana.

    Tabel IV. Karakteristik tingkat pendidikan responden

    Pada masing-masing kelompok didominasi oleh responden yang

    memiliki tingkat pendidikan SMA, kemudian SMP, D3/Diploma, SD, dan

    selanjutnya sarjana. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kolmogorov-Smirnov

    terhadap tingkat pendidikan pada masing-masing kelompok, diperoleh nilai

    signifikansi 1,000. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan

    bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang signifikan antara masing

    -masing kelompok. Tidak terdapatnya perbedaan tingkat pendidikan yang

    signifikan antara masing-masing kelompok, menunjukkan bahwa adanya setiap

    perubahan variabel perilaku bukan disebabkan karena perbedaan tingkat

    Tingkat

    pendidikan

    Responden

    p Kontrol Leaflet Ceramah

    Ceramah

    +leaflet

    SD 2 1 3 2

    1,000

    SMP 7 4 5 7

    SMA 16 21 18 15

    D3/Diploma 3 2 3 5

    Sarjana 2 2 1 1

    Total 30 30 30 30

  • 36

    pendidikan antara masing-masing kelompok, melainkan dari intervensi yang telah

    diberikan.

    Menurut Holt and Hall (1990), jenis pekerjaan merupakan salah satu

    faktor yang mempengaruhi perilaku responden dalam swamedikasi. Individu-

    individu yang memiliki perbedaan tingkat pendidikan mempunyai kecenderungan

    yang tidak sama dalam mengerti dan bereaksi terhadap kesehatan mereka

    (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan jenis pekerjaan, reponden dikelompokkan

    menjadi 4 kategori yaitu pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, petani/buruh,

    PNS/TNI/Polri, dan pedagang/wiraswasta.

    Tabel V. Karakteristik jenis pekerjaan responden

    Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga mendominasi masing-masing

    kelompok. Pada tabel V terlihat bahwa responden pada masing-masing kelompok

    yang memiliki pekerjaan sebagai petani/buruh, PNS/POLRI/TNI, dan

    pedagang/wiraswasta memiliki persentase yang rendah yaitu antara 3,333%

    sampai 30%. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh nilai

    signifikansi 0,945. Nilai tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak

    terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang signifikan antara masing-masing

    kelompok. Hal ini berarti bahwa perubahan variabel perilaku yang terjadi bukan

    Jenis pekerjaan

    Responden

    p Kontrol Leaflet Ceramah

    Ceramah

    +leaflet

    Ibu Rumah Tangga 16 15 18 16

    0,945

    Petani/buruh 2 1 4 3

    PNS/TNI/Polri 5 5 5 6

    Pedagang/wiraswata 7 9 3 5

    Total 30 30 30 30

  • 37

    disebabkan adanya perbedaan jenis pekerjaan antara masing-masing kelompok,

    melainkan dari intervensi yang telah diberikan.

    Tingkat pendapatan dapat mempengaruhi upaya seseorang untuk

    mewujudkan kesehatan yang lebih baik bagi keluarga. Menurut Covington, (2000)

    faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

    swamedikasi. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah, biaya

    pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan (Hendarwan,

    2003). Berdasarkan data pengembangan sistem informasi profil daerah Kabupaten

    Kendal tahun anggaran 2009, rata-rata upah minimum regional Kabupaten Kendal

    adalah Rp. 730.000,00. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pendapatan

    adalah pendapatan total dalam satu keluarga yaitu suami dan istri.

    Tabel VI. Karakteristik tingkat pendapatan responden per bulan Responden Tingkat pendapatan (juta rupiah)

    p < 0,5 0,5-1 1-1,5 >1,5

    Kontrol 2 9 9 10

    0,697

    Leaflet 3 10 8 9

    Ceramah 4 12 8 6

    Ceramah + leaflet 3 11 9 7

    Total 12 42 34 32

    Pada tabel VI terlihat bahwa tingkat pendapatan keluarga responden per

    bulan pada masing-masing kelompok yang kurang dari Rp. 500.000,00 per bulan

    memiliki persentase terendah, yaitu antara 6,667 % sampai 13,333%. Berdasarkan

    uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh nilai signifikasi 0,697. Nilai

    tersebut lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat

    pendapatan yang signifikan antara masing-masing kelompok. Hal ini berarti

    bahwa perubahan variabel perilaku yang terjadi bukan disebabkan adanya

  • 38

    perbedaan tingkat pendapatan antara masing-masing kelompok, melainkan dari

    intervensi yang telah diberikan.

    B. Pola Penanganan Swamedikasi Batuk Pada Anak

    Pada masing-masing kelompok, 100% responden menjawab bahwa anak

    mereka pernah menderita batuk dan pernah menggunakan obat batuk anak tanpa

    resep dokter. Hal ini terjadi karena penyakit batuk sendiri merupakan penyakit

    yang umum diderita pada anak-anak, selain itu sistem imunitas pada anak yang

    lebih rentan terhadap penyakit juga mempengaruhi hal tersebut. Kemudahan

    untuk memperoleh obat batuk tanpa resep dan biaya yang cukup murah daripada

    harus berobat ke dokter juga menjadi salah satu faktor banyaknya responden yang

    menggunakan obat batuk tanpa resep. Pada masing-masing kelompok, 100%

    responden memilih sediaan obat batuk anak dalam bentuk cair yaitu sirup, karena

    bentuk sirup lebih mudah diberikan pada anak dan memiliki rasa yang dapat

    diterima oleh anak.

    Gambar 5. Frekuensi kejadian batuk dalam 1 bulan pada anak responden semua

    kelompok

    Pada gambar 5, diketahui bahwa paling banyak anak mengalami batuk 0-

    1 kali dalam 1 bulan. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kolmogorov-

    59,167%

    37,5%

    3,333%

    0-1 kali

    2 kali

    3-4 kali

  • 39

    Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 0,999. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih

    dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan frekuensi kejadian batuk

    dalam 1 bulan yang signifikan antara anak responden masing-masing kelompok.

    Gambar 6. Persentase riwayat penyakit anak

    Pada gambar 6, secara keseluruhan terlihat bahwa sekitar 90,833%

    responden menjawab bahwa anak mereka tidak memiliki riwayat penyakit

    sebelumnya, sedangkan 5% menjawab bahwa anak mereka memiliki riwayat

    penyakit asma, dan 4,167% alergi. Riwayat penyakit anak akan mempengaruhi

    pemilihan dan penggunaan obat yang akan diberikan. Berdasarkan uji statsitik

    menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada riwayat penyakit anak responden untuk

    masing-masing kelompok, diperoleh nilai signifikansi 1,000. Nilai signifikansi

    yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

    riwayat penyakit anak responden yang signifikan antara masing-masing

    kelompok. Kemudian, berdasarkan keberadaan penyakit lain yang berhubungan

    dengan batuk pada anak seperti demam, influenza, atau pilek, responden yang

    menyatakan bahwa anak mereka pada umumnya hanya menderita batuk saja tanpa

    disertai penyakit lain yaitu 46,667% responden pada kelompok kontrol, 36,667%

    responden pada kelompok leaflet, 40% responden pada kelompok ceramah, dan

    56,667% responden pada kelompok ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian

    4,167% 5%

    90,833%

    asma

    alergi

    tidak ada

  • 40

    leaflet. Secara keseluruhan, persentase total responden yang menyatakan

    keberadaan penyakit lain selain batuk ditunjukkan pada gambar 7. Dari uji

    statistik menggunakan Chi-Square, diperoleh nilai signifikansi 0,419. Nilai

    signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat

    perbedaan yang signifikan antara anak responden masing-masing kelompok

    mengenai keberadaan penyakit lain selain batuk.

    Gambar 7. Persentase keberadaan penyakit penyerta batuk pada anak

    Gambar 8. Penyakit yang terkait dengan batuk pada anak

    Dari total 54 responden yang menyatakan bahwa anak mereka selain

    menderita batuk juga menderita penyakit lain seperti demam, influenza, atau

    pilek, secara keseluruhan ditunjukkan oleh gambar 8. Berdasarkan gambar 9,

    terlihat bahwa responden umumnya paling banyak memperoleh informasi

    mengenai obat batuk anak dari iklan di media cetak atau elektronik. Setelah itu,

    dari tenaga medis yaitu dokter, perawat, bidan, atau mantri. Informasi dari

    apoteker memiliki persentase terendah yaitu 5,833%. Hal ini dikarenakan

    45%

    55%ya

    tidak

    25,926%

    16,667%57,407%

    batuk & flu

    batuk & pilek

    batuk, demam, & flu

  • 41

    keberadaan apotik di desa tersebut sangat sedikit yaitu hanya 2 apotek dan

    jaraknya yang cukup jauh dari rumah penduduk. Responden cenderung

    memperoleh informasi dari iklan, padahal klaim suatu produk dalam iklan tersebut

    belum tentu aman untuk digunakan pada anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan

    terjadinya penggunasalahan obat batuk anak dan pemilihan yang tidak tepat

    dengan kondisi anak. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kolmogorov-

    Smirnov, diperoleh nilai signifikansi 1,000. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih

    dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan latar belakang informasi

    obat batuk untuk anak yang signifikan antara masing-masing kelompok.

    Gambar 9. Persentase latar belakang informasi mengenai obat batuk untuk anak

    Saat ini, produk obat batuk yang beredar sangat beragam, oleh sebab itu

    perlunya pengetahuan untuk memilih produk yang tepat dan aman khususnya bagi

    ibu-ibu yang melakukan swamedikasi batuk pada anak. Dari total keseluruhan

    responden, 25,833% responden memilih produk obat batuk anak Vicks Anak-

    Anak Formula 44

    , kemudian 16,667% memilih Bisolvon Kids

    , 12,5% memilih

    Ikadryl

    , 11,667% memilih Komix OBH Kid

    , 14,167% memilih Anakonidin

    ,

    43,333%

    6,667%15,833%

    28,333%

    5,833%

    iklan

    pelayan diwarung/toko

    keluarga/teman/tetangga

    tenaga medis

    apoteker

  • 42

    12,5% memilih OBH Combi Batuk Flu Anak-anak

    ,dan 6,667% memilih

    Anacetine

    .

    Tabel VII. Deskripsi produk obat batuk untuk anak yang dipilih oleh responden Produk Komposisi (tiap 5 ml) Indikasi

    produk

    Aturan pakai

    Vicks Anak-Anak

    Formula 44

    Dextromethorphan Hbr 3,5

    mg Meringankan

    batu berdahak

    dan kering

    Gunakan setiap 4 jam

    sesuai kebutuhan.

    1 sendok takar = 5 ml.

    Anak-anak:

    2-6 tahun: 1 sendok takar

    (5 ml) 6-12 tahun: 2 sendok

    takar (10 ml)

    Atau gunakan sesuai

    petunjuk dokter

    Guaifenesin 50 mg

    Bisolvon Kids Bromhexine Hydrochloride

    4 mg

    Obat batuk

    pengencer

    dahak untuk

    anak-anak

    Dewasa dan Anak > 10

    tahun: 3 x 10 ml per hari

    Anak 5-10 tahun: 3 x 5

    ml per hari

    Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml

    per hari

    Atau menurut petunjuk

    dokter.

    Ikadryl

    Difenhidramin HCl 12, 5 mg Meredakan batuk karena

    alergi dan

    influenza serta

    melapangkan

    saluran

    pernapasan

    1 sendok ukur(teh) = 5

    ml Anak-anak : ½-1 sendok

    teh 3-4 kali sehari

    Anak-anak dibawah 2

    tahun : sesuai petunjuk

    dokter

    Ammonium Klorida 125 mg

    Sodium Sitrat 50 mg

    Menthol 1 mg

    Komix OBH Kid

    Succus Liquiritae 167 mg Meringankan

    batuk

    berdahak dan

    pilek

    Anak 6-12 tahun: 3x

    sehari 1 sachet (5 ml) Guaifenesin 50 mg

    Ephedrin HCl 4 mg

    Chlorpheniramine Maleat 2

    mg

    OBH Combi

    Batuk Flu Anak-

    Anak

    Succus Liquiritae Extract

    100 mg

    Meringankan

    batuk yang

    disertai gejala-

    gejala flu pada anak seperti

    demam, sakit

    kepala, hidung

    tersumbat, dan

    bersin-bersin

    2-5 tahun: sehari, 3x1

    sendok takar (@5 ml)

    6-12 tahun: sehari, 3x2

    sendok takar (@5 ml)

    Paracetamol 120 mg

    Ammonium Klorida 50 mg

    Pseudoephedrin HCL 7,5 mg

    Chlorpheniramine Maleat 1

    mg

    Anakonidin

    Dextromethorphan Hbr 5 mg

    Meringankan

    batuk dan

    pilek

    2-5 tahun : 3 x sehari 1

    sendok takar (5 ml)

    6-12 tahun : 3 x sehari 2

    sendok takar (10ml)

    Guaifenesin 25 mg

    Pseudoephedrin HCL 7,5 mg

    Chlorpheniramine Maleat

    0,5 mg

  • 43

    Produk Komposisi (tiap 5 ml) Indikasi produk

    Aturan pakai

    Anacetine

    Acetaminophen 120 mg Meringankan

    gejala flu

    seperti

    demam, sakit

    kepala, hidung

    tersumbat dan

    bersin-bersin

    yang disertai

    batuk

    1-6 tahun : 3 x sehari 1

    sendok takar (5 ml)

    6-12 tahun : 3 x sehari 2

    sendok takar (10ml)

    Guaifenesin 25 mg

    Phenylpropanolamin HCL

    3,5 mg

    Chlorpheniramine Maleat

    0,5 mg

    Tabel VIII. Deskripsi indikasi dan dosis zat aktif dalam produk obat batuk untuk

    anak yang dipilih oleh responden Zat aktif Indikasi Dosis

    Bromheksin HCl Mukolitik Anak 2-6 tahun:4 mg 2 kali sehari atau 2

    mg 3 kali sehari; 6-12 tahun: 4 mg 3 kali

    sehari; Sirup 4 mg/5 ml

    Dekstrometorfan Hbr Antitusif Anak 2-6 tahun: 2,5-5 mg tiap 4 jam

    atau 7,5 mg tiap 6-8 jam (maksimum 30

    mg); 6-12 tahun: 5-10 mg tiap 4 jam

    atau 15 mg tiap 6-8 jam (maksimum 60

    mg)

    Difenhidramin HCl Antihistamin Anak 2-

  • 44

    Kemudian dari sisi dosis zat aktif sudah tepat, dimana dengan dosis tersebut sudah

    berefek sebagai antitusif dan ekspektoran dan tidak melebihi dosis maksimum

    harian. Namun adanya 2 efek yang berbeda yaitu antitusif sebagai penekan batuk

    dan ekspektoran yang berfungsi mempermudah pengeluaran sekret, kemungkinan

    dapat mengakibatkan berkurangnya efek terapi atau bahkan mungkin saling

    meniadakan. Batuk kering( non produktif) dapat menggunakan produk ini, namun

    untuk batuk produktif (berdahak) diragukan untuk penggunaannya karena saraf

    batuk ditekan sehingga sekret relatif sulit untuk dikeluarkan. Penggunaan

    kombinasi ini dimungkinkan apabila sudah menggangu aktivitas penggunanya,

    misalnya saat tidur.

    Produk Bisolvon Kids

    , indikasi klaim produk sudah sesuai dengan

    indikasi zat aktif, yaitu sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak.

    Bromheksin dapat mengencerkan dahak yang kental sehingga menjadi mudah

    untuk dikeluarkan. Dari sisi dosis juga telah sesuai, yaitu dengan 4 mg sudah

    berefek sebagai mukolitik.

    Produk Ikadryl

    dan OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak

    memiliki

    kandungan ammonium klorida, selain itu produk Ikadryl

    juga memiliki

    kandungan natrium sitrat, berdasarkan FDA kedua kandungan tersebut sekarang

    penggunaannya tidak dianjurkan karena dianggap sebagai bahan yang tidak aktif

    (Tietze, 2006) dan asumsi dosis ekspektoran seperti ammonium klorida,

    ipekakuanha, dan squill dapat meningkatkan ekspektorasi adalah salah (Anonim,

    2008a). Dari sisi dosis zat aktif yaitu difenhidramin sudah sesuai dengan klaim

    produk Ikadryl

    , yaitu dengan dosis 12,5 mg berefek sebagai antitusif untuk batuk

  • 45

    yang disebabkan karena alergi, dan tidak melebihi dosis maksimum harian untuk

    anak usia 6-12 tahun, namun untuk anak usia 2-6 tahun melebihi dosis maksimum

    harian yang dianjurkan.

    Komix OBH Kid

    dan OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak

    memiliki

    kandungan succus liquritae yang merupakan sediaan galenik dari radix liquritae.

    Succus liquiritae memiliki efek sebagai ekspektoran, namun mekanisme kerjanya

    yang pasti tidak diketahui (Anonim, 2007), dan secara historis tanaman ini telah

    digunakan sebagai ekspektoran dan antitusif namun buktinya belum jelas

    (Anonim, 2010). Pada produk Komix OBH Kid

    , kandungan 50 mg guaifenesin

    dan CTM 2 mg sudah berefek sebagai ekspektoran dan antihistamin, dan tidak

    melebihi dosis maksimum harian. Kandungan 4 mg efedrin HCl kurang dari dosis

    yang dianjurkan sebagai dekongestan.

    OBH Combi Batuk Flu Anak-Anak

    , kandungan 1 mg CTM, 120 mg

    parasetamol dan 7,5 mg pseudoefedrin HCl tidak melebihi dari dosis maksimum

    harian yang dianjurkan, namun kandungan 7,5 mg pseudoefedrin HCl kurang dari

    dosis yang dianjurkan sebagai dekongestan jika digunakan untuk anak usia 2-5

    tahun.

    Produk Anakonidin

    , kandungan 5 mg dektrometorfan sudah tepat dan

    berefek sebagai antitusif dan tidak melebihi dosis maksimum harian. Kandungan

    guaifenesin, pseudoefedrin HCl, dan CTM tidak melebihi dari dosis maksimum

    harian yang dianjurkan. Produk Anacetine

    , kandungan parasetamol, guaifenesin,

    dan CTM tidak melebihi dosis maksimum yang dianjurkan. Badan POM telah

    menetapkan bahwa dosis maksimum PPA per takaran dalam obat flu dan batuk

  • 46

    adalah 15 mg dengan dosis maksimum untuk anak 6-12 tahun adalah 37,5 mg

    perhari, penggunaanya tidak dianjurkan untuk anak usia dibawah 6 tahun

    (Anonim, 2008a). Pada produk Anacetine

    terdapat 3,5 mg PPA, sebaiknya

    produk ini tidak digunakan untuk anak usia dibawah 6 tahun.

    C. Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Perubahan Perilaku Responden

    Metode edukasi yang diberikan terdiri dari 3 metode, yaitu leaflet,

    ceramah, dan ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian leaflet. Pengaruh dari

    berbagai metode yang diberikan dilihat dari perbandingan nilai antara pretest

    dengan posttest setelah 1 bulan pada setiap variabel perilaku yaitu pengetahuan,

    sikap, dan tindakan. Kemudian untuk mengetahui apakah perubahan perilaku

    tersebut secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak, dilihat dari

    nilai signifikansi perbandingan antara pretest dengan posttest setelah 1 bulan.

    Nilai signifikansi diperoleh dari uji statistik yaitu Paired t-test jika nilai

    pretest dan nilai posttest menghasilkan sebaran data yang berdistribusi normal dan

    uji Wilcoxon jika nilai pretest dan nilai posttest menghasilkan sebaran data yang

    tidak berdistribusi normal. Dari uji sebaran data pretest dan posttest pada semua

    kelompok menghasilkan sebaran data yang tidak berdistribusi normal. Oleh sebab

    itu, untuk analisis data yang digunakan selanjutnya adalah uji Wilcoxon. Hasil

    perhitungan statistik untuk uji signifikasi dan selisih nilai rerata antara pretest dan

    posttest setelah 1 bulan ditunjukkan pada tabel IX.

  • 47

    Tabel IX. Uji signifikasi dan selisih nilai rerata antara pretest dan posttest setelah

    1 bulan

    Kelompok Variabel Pretest

    (mean±sd)

    Posttest

    (mean±sd)

    Selisih

    rerata

    Nilai signifikansi

    (p)

    Kontrol

    Pengetahuan 24,200±2,058 24,270±2,212 +0,070 0,813

    Sikap 23,600±2,430 23,270±2,067 -0,330 0,439

    Tindakan 18,130±2,501 18,230±2,885 +0,100 0,711

    Leaflet

    Pengetahuan 24,000±2,034 25,200±3,089 +1,200 0,043

    Sikap 23,270±2,067 24,000±2,166 +0,730 0,044

    Tindakan 18,070±2,258 19,000±2,560 +0,930 0,035

    Ceramah

    Pengetahuan 23,870±1,889 24,670±2,368 +0,800 0,204

    Sikap 23,330±2,426 23,670±2,523 +0,340 0,462

    Tindakan 17,670±1,953 18,330±3,467 +0,660 0,281

    Ceramah

    +leaflet

    Pengetahuan 23,930±1,780 26,670±3,166 +2,740 0,000

    Sikap 23,130±2,013 25,270±2,377 +2,140 0,001

    Tindakan 17,930±2,559 20,200±3,305 +2,270 0,000

    Nilai signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada

    perbedaan variabel perilaku antara pretest dengan posttest yang signifikan.

    Sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa ada

    perbedaan variabel perilaku antara pretest dengan posttest yang signifikan. Pada

    tabel IX terlihat bahwa untuk setiap variabel perilaku baik pengetahuan, sikap,

    dan tindakan pada kelompok kontrol dan kelompok ceramah menghasilkan nilai

    signifikasi yang lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdap