Pengaruh BI Rate Terhadap Inflasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BI RATE

Citation preview

TUGAS MATA KULIAH SEMINAR KEUANGAN PUBLIK

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN BI RATE DENGAN TINGKAT INFLASI

Oleh :Kelompok 11 / Kelas VII-D Akuntansi Reguler

1. Ayuk Damayanti(08 / 154060006504)2. Demaytri narashita(03 / 154060006508)3. M. Arief Rahman(23 / 154060006519)

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STANTAHUN 2015

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN BI RATE DENGAN TINGKAT INFLASI

AbstractInflasi adalah salah satu indikator yang penting untuk menilai perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi selalu berusaha dipertahankan rendah dan stabil. Tingkat inflasi yang tinggi merupakan cerminan akan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa sehingga berpotensi melemahkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan nasional. Salah satu instrumen pemerintah untuk mengendalikan tingkat inflasi adalah suku bunga (BI Rate), menaikkan suku bunga akan memunculkan efek kepada masyarakat untuk menabung dan mengurangi permintaan kredit sehingga uang beredar di masyarakat menjadi berkurang, nilai mata uang tersebut bertambah dan pada akhirnya menurunkan angka inflasi. Demikian juga sebaliknya apabila pemerintah menurunkan suku bunga (BI Rate). Paper ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh penetapan BI Rate terhadap tingkat inflasi di Indonesia.Kata Kunci : Inflasi, BI Rate, Uang BeredarA. Pendahuluan1. Latar BelakangBerdasarkan data inflasi Indonesia yang berasal dari Bank Indonesia, pada tahun 2012 inflasi yang terjadi adalah sebesar 4,3% dan pada tahun 2013 inflasi yang terjadi adalah 8,38%. Bila dibandingkan dengan tingkat BI rate pada tahun 2012 yaitu berkisar di angka 5,75% dan BI Rate pada tahun 2013 berkisar di angka 5,75% - 7,5%. Data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2013 terjadi inflasi yang signifikan yang diimbangi dengan kenaikan suku bunga BI. Kebijakan tersebut diambil pemerintah Indonesia untuk memastikan tingkat inflasi menurun ke arah yang lebih sehat dan stabil. Akan tetapi data yang ditunjukkan oleh bank indonesia menggambarkan bahwa pada tahun 2013 tingkat inflasi tetap tinggi.Pertanyaan yang muncul dari kasus diatas adalah bagaimana tingkat keefektifan penetapan BI Rate dalam mengendalikan laju inflasiyang terjadi ? Apakah pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan terbaik dalam penetapan BI Rate untuk mengendalikan inflasi.

2. Metode Yang DigunakanUntuk mengetahui pengaruh penetapan BI Rate terhadap inflasi, penulis akan terlebih dahulu membandingkan pengaruh BI Rate terhadap tingkat suku bunga kredit, kemudian membandingkan pengaruh suku bunga kredit terhadap inflasi yang terjadi.Sumber data berasal dari BI yang tersedia online melalui situs www.bi.go.id dan www.bps.go.id . Yaitu data BI Rate yang ditetapkan secara bulanan oleh BI dan data inflasi bulanan yang terjadi dan data suku bunga kredit perbankansetiap bulan. Adapun rentang waktu yang digunakan adalah dari Januari 2012 Juni 2015. Metode yang digunakan adalah analisis korelasi spearman yang menggunakan dua variabel.

B. Pembahasan1. Definisi Inflasi dan BI RateSecara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.Untuk mengendalikan inflasi, salah satu yang dilakukan Bank Indonesia adalah menaikan atau menurunkan BI rate. BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.2. Mekanisme Transmisi BI RateTujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate akan menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah.Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag).Time lagmasing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.3. Kebijakan BI Rate Oleh Bank IndonesiaPenetapan respons (stance) kebijakan moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG Bulanan dengan cakupan materi bulanan.a) Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku sampai dengan RDG berikutnya b) Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate) dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary policy) dalam memengaruhi inflasi. c) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG Mingguan.Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah indonesia adalah Inflation Trageting Framework (ITF), yaitu pemerintah menargetkan angka inflasi yang akan terjadi dan berupaya mencapai target inflasi tersebut. Salah satu instrumen yang digunakan adalah BI Rate. ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku, tetapi sebagai kerangka kerja menyeluruh untuk pelaksanaan kebijakan moneter.Penetapan BI Rate dan tingkat inflasi Selama tahun Januari 2012 Juli 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Data BI Rate dan Inflasi Tahun 2012 s.d. 2015PeriodeBI RateInflasiIntiHarga yang Diatur PemerintahBarang Bergejolak

2012Januari6.00%0,760,440,432,02

2012Februari5.75%0,050,330,24-0,94

2012Maret5.75%0,070,200,24-0,41

2012April5.75%0,210,230,320,07

2012Mei5.75%0,070,180,09-0,25

2012Juni5.75%0,620,340,261,73

2012Juli5.75%0,700,540,031,82

2012Agustus5.75%0,950,970,351,46

2012September5.75%0,010,340,28-1,17

2012Oktober5.75%0,160,330,23-0,41

2012Nopember5.75%0,070,140,05-0,11

2012Desember5.75%0,540,280,101,82

20124,304,402,665,68

2013Januari5.75%1,030,360,203,76

2013Februari5.75%0,750,300,722,32

2013Maret5.75%0,630,130,242,44

2013April5.75%-0,100,140,14-0,96

2013Mei5.75%-0,030,060,96-1,10

2013Juni6.00%1,030,323,241,18

2013Juli6.50%3,290,997,906,07

2013Agustus7.00%1,121,010,621,82

2013September7.25%-0,350,570,34-3,38

2013Oktober7.25%0,090,340,25-0,80

2013Nopember7.50%0,120,200,63-0,57

2013Desember7.50%0,550,450,520,79

20138,384,9816,6511,83

2014Januari7.50%1,070,561,002,89

2014Februari7.50%0,260,370,010,32

2014Maret7.50%0,080,210,31-0,55

2014April7.50%-0,020,240,28-1,26

2014Mei7.50%0,160,230,30-0,22

2014Juni7.50%0,430,250,451,06

2014Juli7.50%0,930,521,322,00

2014Agustus7.50%0,470,460,630,33

2014September7.50%0,270,290,54-0,22

2014Oktober7.50%0,470,271,340,24

2014Nopember7.75%1,500,404,202,37

2014Desember7.75%2,461,026,103,53

20148,364,9317,5710,88

2015Januari7.75%-0,240,61-3,510,55

2015Februari7.50%-0,360,34-1,24-1,69

2015Maret7.50%0,170,290,83-0,83

2015April7.50%0,360,241,88-0,91

2015Mei7.50%0,500,230,381,52

2015Juni7.50%0,540,260,261,74

a. Pengaruh BI Rate Terhadap Suku Bunga Kredit PerbankanBank-bank di Indonesia tidak harus langsung mengikuti acuan BI rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia namun perubahan BI rate menjadi salah satu faktor utama perubahan suku bunga kredit bank-bank tersebut yang pada akhirnya akan terjadi kenaikan atau penurunan sesuai dengan perubahan BI Rate.Tabel 1: Data inflasi tahun 2012-Juni 2015 dan suku bunga kredit perbankan (berdasarkan kelompok bank)PeriodeBI RateBank PerseroBank Pemerintah DaerahBank Swasta NasionalBank Asing dan Bank CampuranBank Umum

Modal KerjaInvestasiModal KerjaInvestasiModal KerjaInvestasiModal KerjaInvestasiModal KerjaInvestasi

2012

Januari6.0012.3910.2113.4712.3712.3412.588.529.7112.1411.73

Februari5.7512.3810.1611.2811.2412.3612.548.259.6312.0211.62

Maret5.7512.1910.1213.6212.4012.2712.428.259.4412.0111.62

April5.7512.0510.0513.6412.2012.1112.388.049.4611.8611.56

Mei5.7511.9510.0113.6212.2212.0612.317.979.4311.7811.51

Juni5.7512.009.9813.6312.3312.0212.237.989.5411.7911.46

Juli5.7511.999.9813.6412.3212.0312.187.939.5011.7811.42

Agustus5.7511.979.9213.7312.2711.9912.117.969.5211.7311.35

September5.7511.919.9413.7612.2911.9512.107.969.5811.7011.36

Oktober5.7511.939.8613.7612.3111.8812.038.009.6011.6811.29

November5.7511.839.9213.7412.3211.8111.977.958.9311.6111.24

Desember5.7511.7010.0813.6612.2511.6811.887.909.4711.4911.27

2013

Januari5.7511.7510.1313.6012.1811.6811.888.009.5511.4911.29

Februari5.7511.6710.0913.7112.2011.6411.878.039.5511.4511.27

Maret5.7511.7210.0713.4412.2011.5811.828.049.4411.4411.24

April5.7511.7510.0713.6612.2511.5311.778.059.4511.4411.21

Mei5.7511.7810.0413.6312.2711.5511.728.039.4311.4611.17

Juni6.0011.7910.3513.6012.2411.4611.678.119.4911.4111.14

Juli6.5011.8910.4613.5912.2311.8511.868.469.6611.6611.29

Agustus7.0011.6910.5413.6212.2611.9011.938.749.9011.6311.37

September7.2511.7110.5313.6112.2712.1512.169.2310.2411.8011.50

Oktober7.2511.8610.7213.4612.2312.2612.289.4710.4611.9311.65

November7.5011.9410.7913.4612.2012.4212.399.6910.5512.0611.73

Desember7.5011.9410.8413.3712.2312.5512.519.8410.7112.1211.82

2014

Januari7.5012.0510.9113.3412.2112.6812.639.9610.8712.2311.92

Februari7.5012.0610.9613.3412.2712.8612.6910.0911.0412.3311.98

Maret7.5012.0910.9813.3612.2312.8712.7210.2010.9712.3712.00

April7.5012.2311.0413.3012.3412.7912.7710.1910.9912.3812.06

Mei7.5012.3811.1313.1912.1813.1912.9610.2511.0412.6312.18

Juni7.5012.2611.2013.2412.2113.2913.0210.2711.0012.6312.24

Juli7.5012.3411.4013.2712.2213.3613.0610.4110.7812.7012.32

Agustus7.5012.4211.4313.2112.2213.4313.0710.4410.9112.7612.34

September7.5012.4411.4413.2412.2313.4313.0810.4410.9412.7812.34

Oktober7.5012.5211.4813.7212.5113.3913.1310.4910.9412.8212.39

November7.7512.5311.4813.8412.4013.4113.1310.4110.9012.8412.38

Desember7.7512.5011.4713.6312.3813.3613.1110.4910.9312.7912.36

2015

Januari7.7512.5211.4713.5612.2513.3113.0210.3910.5912.7612.29

Februari7.5012.5511.4513.3812.1313.2913.0310.2610.5112.7412.27

Maret7.5012.6511.4913.7112.3713.3613.0610.2610.4712.8212.32

April7.5012.6411.4513.7112.3613.2513.0610.2310.7712.7512.32

Mei7.5012.6111.4513.7212.3813.2013.0210.2110.7512.7212.30

Juni7.5012.6011.4613.7412.3913.1713.0210.1810.6012.7012.29

Sumber: BPSHubungan antara tingkat BI Rate yang ditetapkan dengan suku bunga kredit perbankan dihitung dengan Spearmans nonparametric correlation coefficient. Analisis ini dipilih karena data BI rate dan suku bunga kredit perbankan tidak dapat dianalisis secara parametrik karena distribusi data yang tidak normal. Perhitungan ini juga tidak mempertimbangkan lagging dan leading indicator.

Tabel 3. Korelasi BI Rate dengan Suku Bunga Kredit (Modal Kerja) Bank Persero

biratesbmodalkerja

Spearman's rhobirateCorrelation Coefficient1.000.677**

Sig. (2-tailed)..000

N4242

sbmodalkerjaCorrelation Coefficient.677**1.000

Sig. (2-tailed).000.

N4242

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4. Korelasi BI Rate dengan Suku Bunga Kredit (Investasi) Bank Persero

biratesbinvpersero

Spearman's rhobirateCorrelation Coefficient1.000.928**

Sig. (2-tailed)..000

N4242

sbinvperseroCorrelation Coefficient.928**1.000

Sig. (2-tailed).000.

N4242

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(Tabel penghitungan korelasi BI Rate dengan Kelompok Bank selain Persero ada di Lampiran)

Tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara tingkat BI Rate dengan Suku Bunga Kredit Perbankan (Persero) 0,677 & 0,928, yang berarti bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi positif dan signifikan, ditunjukkan oleh value Sig. yang lebih besar dari 0,05 (Semua kelompok Perbankan menunjukkan angka korelasi yang hampir sama, sekitar 0,8). Apabila BI Rate meningkat, Bank akan menaikan suku bunga kreditnya. Begitu juga sebaliknya, ketika BI rate menurun, Bank juga akan menurunkan suku bunga kreditnya.Contoh hubungan positif yang dapat dilihat langsung dari tabel1: Inflasi pada bulan Juni 2013 meningkat cukup tinggi sebesar 1,03 % (mtm). Peningkatan tersebut dipicu kenaikan harga BBM bersubsidi, yang kemudian mendorong kenaikan harga kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu inflasi inti masih terkendali pada level 3,98% (yoy). Pada tanggal 11 Juli 2013 Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan BI Rate sebesar 50 bps menjadi 6,5%. Kebijakan ini ditempuh untuk memastikan inflasi yang meningkat pasca kenaikan BBM bersubsidi dapat segera kembali dalam lintasan sasarannya. Kenaikan BI rate pada bulan Juli 2013, direspon baik oleh sektor perbankan. Sebagian besar bank menaikan suku bunga kreditnya. Dengan naiknya suku bunga perbankan, masyarakat akan lebih tertarik untuk menyimpan uangnya di bank daripada untuk konsumsi maupun investasi. Sehingga jumlah uang yang beredar dapat berkurang dan inflasi dapat menurun.b. Pengaruh Suku Bunga Kredit Perbankan Terhadap InflasiBerdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dianalisis apabila terjadi kenaikan suku bunga kredit akibat BI Rate yang juga meningkat maka masayarakat mengurangi permintaan kredit kepada bank yang mengakibatkan uang beredar di masyarakat menjadi berkurang. Hal ini juga mengakibatkan konsumsi/permintaan atas barang jasa juga menurun sedangkan penawaran barang jasa dalam jumlah yang tetap. Efeknya adalah terjadi penurunan harga barang jasa yang pada akhirnya akan menahan laju inflasi.Demikian juga terjadi sebaliknya, ketika suku bunga kredit mengalami penurunan, maka masyarakat cenderung untuk memperoleh dana melalui kredit karena tingkat bunga pengembalian yang cukup rendah. Kredit tersebut akan digunakan rumah tangga dan perusahaan untuk melakukan konsumsi dan investasi yang selanjutnya mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jasa meningkat. Dengan posisi pada penawaran yang tetap, peningkatan permintaan ini akan mengakibatkan kenaikan harga. Kenaikan harga atas barang dan jasa tentu saja akan meningkatkan inflasi yang terjadi.c. Pengaruh BI Rate terhadap InflasiHubungan antara tingkat BI Rate yang ditetapkan dengan inflasi secara umum, inflasi inti, inflasi harga yang diatur pemerintah dan inflasi barang bergejolak dihitung dengan Spearmans nonparametric correlation coefficient. Analisis ini dipilih karena data BI rate dan inflasi tidak dapat dianalisis secara parametrik karena distribusi data yang tidak normal. Perhitungan ini juga tidak mempertimbangkan lagging dan leading indicator. Tabel 5. Korelasi BI Rate dengan Inflasi Inti

BIRateCore

Spearman's rhoBIRateCorrelation Coefficient1,000,252

Sig. (2-tailed).,108

N4242

CoreCorrelation Coefficient,2521,000

Sig. (2-tailed),108.

N4242

Sumber: BPS, diolahTabel diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara tingkat BI Rate dengan Inflasi Inti adalah sebesar 0,252, yang berarti bahwa kedua variabel tersebut memiliki korelasi positif dan signifikan, ditunjukkan oleh value Sig. yang lebih besar dari 0,05. Keterangan 2-tailed pada nilai significance ini menunjukkan bahwa hubungan yang dinyatakan dalam analisis ini adalah antara 2 variabel yang dianggap dapat memiliki hubungan dua arah, karena BI Rate ditetapkan berdasarkan keadaan ekonomi (termasuk tingkat inflasi) dengan tujuan mempengaruhi keadaan ekonomi itu sendiri.Tabel 6. Korelasi BI Rate dengan Harga yang Diatur Pemerintah

BIRateDiaturPemerintah

Spearman's rhoBIRateCorrelation Coefficient1,000,387*

Sig. (2-tailed).,011

N4242

DiaturPemerintahCorrelation Coefficient,387*1,000

Sig. (2-tailed),011.

N4242

Sumber: BPS, diolah

Korelasi antara BI Rate dengan Inflasi Harga yang diatur pemerintah adalah positif, sebagaimana ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0, 387 dan hubungan keduanya tidak signifikan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai sig. sebesar 0,011.

Tabel 7. Korelasi BI Rate dengan Barang Bergejolak

BIRateBergejolak

Spearman's rhoBIRateCorrelation Coefficient1,000,041

Sig. (2-tailed).,799

N4242

BergejolakCorrelation Coefficient,0411,000

Sig. (2-tailed),799.

N4242

Sumber: BPS, diolahSementara itu koefisien korelasi antara BI Rate dengan barang bergejolak adalah positif dan paling kuat dibandingkan dengan koefisiean korelasi BI Rate terhadap unsur-unsur inflasi yang lain, juga dengan nilai sig. tertinggi, yaitu 0,799.Tabel 8. Korelasi BI Rate dengan Inflasi Umum

BIRateUmum

Spearman's rhoBIRateCorrelation Coefficient1,000,084

Sig. (2-tailed).,597

N4242

UmumCorrelation Coefficient,0841,000

Sig. (2-tailed),597.

N4242

Hubungan tingkat BI rate dengan inflasi secara keseluruhan ditunjukkan oleh tabel 5 diatas. Koefisien korelasi 0,084 menunjukkan hubungan positif antara tingkat BI Rate dengan Inflasi umum dan nilai sig. sebesar 0,597 menunjukkan bahwa pengaruh tersebut sangat signifikan.

BI Rate ditetapkan sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi, sehingga seharusnya hubungan antara BI rate dan inflasi adalah berbanding terbalik, dengan kata lain memiliki koefisien korelasi negatif, namun dari hasil analsis diatas, koefisien korelasi BI rate terhadap inflasi dan unsur-unsurnya adalah positif. Menurut kelompok kami hal tersebut mungkin disebabkan oleh ketidak-tepatan penyandingan periode penetapan BI rate dengan inflasi pada periode tersebut. BI rate seringkali ditetapkan ditengah-tengah bulan, sehingga pengaruhnya terhadap inflasi periode berjalan tidak begitu besar, karena butuh waktu bagi BI rate untuk mempengaruhi laju inflasi, sehingga penetapan BI rate bulan ini mungkin saja berpengaruh lebih besar terhadap tingkat inflasi di bulan mendatang dibandigkan dengan tingkat inflasi di bulan berjalan. Koefisien korelasi besaran BI rate yang ditetapkan dengan laju inflasi di periode-periode selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut iniTabel 9 Koefisien Korelasi antara BI Rate dengan InflasiKorelasi BI Rate terhadapLag 1 BlnLag 2 BlnLag 3 BlnLag 4 BlnLag 5 Bln

Inflasi Inti0,270,1560,02-0,089-0,094

Harga ditentukan pemerintah0,2620,1880,2120,2510,226

Barang bergejolak-0,27-1,45-0,22-0,152-0,079

Inflasi umum-0,012-0,127-0,165-0,113-0,066

Sama dengan perhitungan di tabel-tabel sebelumnya, koefisien korelasi di tabel 6 dihitung dengan koefisien korelasi non parametrik Spearmans, karena diolah dari data yang sama. Dapat kita lihat bahwa koefisien korelasi antara BI Rate dengan inflasi umum dan barang bergejolak selalu negatif, sesuai dengan teori yang berlaku. Sementara komponen harga yang ditentukan pemerintah nampak tidak terpengaruh oleh BI rate, dengan maupun tanpa lag koefisien yang ditunjukkan selalu positif.Inflasi inti juga dipengaruhi oleh perubahan BI rate, walaupun efeknya memakan waktu yang cukup lama, yaitu 4 bulan.C. Kesimpulan dan SaranBerdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penetapan BI rate untuk mengendalikan tingkat inflasi merupakan cara yang efektif. Hal ini dapat tercermin dari hubungan antara BI Rate > tingkat suku bunga kredit > permintaan dan penawaran kredit> konsumsi dan investasi masyarakat -> Inflasi.Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah perlunya koordinasi lebih lanjut antara bank indonesia dengan pemerintah dalam menentukan kebijakan untuk pengendalian inflasi yang stabil.D. Daftar Pustaka1. www.bi.go.id dikutip hari Senin, 16 November 2015, 16.30 WIB.2. www.bps.go.id dikutip hari Senin, 16 November 2015, 21.00 WIB