Upload
voliem
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
1
PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Ratna Purwati
Prodi PGSD, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
Rochdi Simon dan Ade Rohayati1
Abstrak: Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education Pada Pembelajaran
Matematika Materi Pokok Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
pendekatan Realistic Mathematic Education serta hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus. Hasil Penelitian menunjukan perolehan nilai
kognitif siswa pada siklus I mencapai 67,73 meningkat pada siklus II menjadi 76,92 dan pada
siklus III mencapai 82,76. Dan perolehan nilai afektif siswa pada siklus I mencapai 64,90%, siklus
II meningkat menjadi 71,85% dan siklus III mencapai 77,08%.
Kata Kunci: Realistic Mathematic Education, hasil belajar.
Abstract: Implementation of The Realistic Mathematic Education Approach on Learning
Mathematic to Increase Student’s Learning Achievement The aim of the research is to describe teacher’s competence in planning and implementation of the
realistic mathematic education and student’s learning achievement. This research used classroom
action research, in three cycles. The techniques of collecting data were observation and test. The
result of research indicated the score of cognitive in cycle I got 67,73, increase in cycle II became
76,92 and in cycle III got 82,76. And the score of affective in cycle I got 64,90%, in cycle II
increase became 71,85% and cycle III got 77,08%.
Keyword: Realistic Mathematic Education, Learning Achievement.
1 Penulis Penanggung Jawab
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
2
PENDAHULUAN
Di dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20
Tahun 2003, disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Seiring dengan pengertian
tersebut, disebutkan pula di dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan
nasional No.20 Tahun 2003, bahwa
pendidikan harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan
secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah
yang disebut dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Salah satu mata pelajaran dalam
KTSP yaitu Matematika. Matematika
merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya
pikir manusia. Mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada
semua siswa mulai dari sekolah dasar
untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama.
Dalam kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran
matematika agar siswa mempunyai
kemampuan yaitu : (1) Memahami
konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah; (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika
dan membuat generalisasi, menyusaun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; (3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
Mengkomunikasikan gagasan dengan,
simbol, tabel diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau
masalah; (5) Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan data yang diperoleh
tentang nilai ulangan harian siswa kelas
V dalam menyelesaikan soal matematika
menunjukan ada 20 anak yang tidak bisa
mencapai KKM dan 17 anak yang sudah
mencapai KKM dengan rata-rata nilai
matematika siswa kelas V adalah 51,38
belum mencapai KKM. Ini membuktikan
bahwa siswa dalam satu kelas belum
terampil dalam menyelesaikan soal
pecahan dan memahami materi pecahan
dengan baik
Permasalahan-permasalahan
tersebut mengindikasikan bahwa proses
pembelajaran matematika masih
memerlukan inovasi dan pengembangan
model, pendekatan atau metode
pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa dalam menemukan konsep dan
memudahkan guru dalam pencapain
tujuan pembelajaran. Melalui pendekatan
Realistic Mathematic Education, siswa
dapat membangun pengetahuan sendiri
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
3
melalui interaksi guru dan siswa dengan
hal-hal yang konkrit berupa
permasalahan yang dapat dibayangkan
oleh siswa, selanjutnya dengan hal-hal
semi konkrit berupa gambar-gambar,
denah ataupun grafik, dan pada akhirnya
menuju pada konsep pembelajaran yang
akan diberikan kepada siswa berupa
lambang-lambang.
Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang tidak
selalu menitikberatkan pada
permasalahan sehari-hari tetapi lebih
mengacu pada fokus Pendidikan
Matematika Realistik dalam
menempatkan penekanan penggunaan
suatu situasi yang dapat dibayangkan
oleh siswa. Jadi, pembelajaran
matematika dengan pendekatan realistik
pada dasarnya adalah pemanfaatan realita
atau lingkungan yang dipahami peserta
didik untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika sehingga dapat
mencapai tujuan pendidikan matematika
secara lebih baik dari pada masa yang
lalu (Soedjadi, 2001: 2)
Adapun lima karakteristik PMR
menurut Soedjadi (dalam Fauzi, 2002:
19) dalam blog Taufik di
http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pemb
elajaran-konsep-dasar-
matematika.html?m=10 adalah sebagai
berikut.
1. Menggunakan masalah kontekstual
(the use of context)
Pembelajaran diawali dengan
menggunakan masalah kontekstual
(dunia nyata), tidak dimulai dari
sistem formal. Masalah kontekstual
yang diangkat sebagai topik awal
pembelajaran harus merupakan
masalah sederhana yang “dikenal”
oleh siswa. Melalui penggunaan
konteks, siswa dilibatkan secara aktif
untuk melakukan kegiatan eksplorasi
permasalahan. Hasil eksplorasi siswa
tidak hanya bertujuan untuk
menemukan jawaban akhir dari
permasalahan yang diberikan, tetapi
juga diarahkan untuk
mengembangkan berbagai strategi
penyelesaian masalah yang bias
digunakan.
Menurut Kaiser dalam De
Lange, 1987 (Wijaya, 2012: 22)
manfaat lain penggunaan konteks di
awal pembelajaran adalah “untuk
meningkatkan motivasi dan
ketertarikan siswa dalam belajar
matematika”.
2. Menggunakan model (use models,
bridging by vertical instruments)
Istilah model berkaitan
dengan model situasi dan model
matematika yang dikembangkan
sendiri oleh siswa, sebagai jembatan
antara level pemahaman yang satu ke
level pemahaman yang lain dengan
menggunakan instrumen-instrumen
vertikal seperti model-model, skema-
skema, diagram-diagram, simbol-
simbol dan sebagainya.
Hal yang perlu dipahami dari
kata “model” adalah bahwa “model”
tidak merujuk pada alat peraga.
“Model” merupakan suatu alat
“vertikal” dalam matematika yang
tidak bisa dilepaskan dari proses
matematisasi (yaitu matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal)
karena model merupakan tahapan
proses transisi level informal menuju
level matematika formal (Wijaya,
2012: 22)
3. Menggunakan kontribusi siswa
(students contribution)
Kontribusi yang besar pada
proses pembelajaran diharapkan
datang dari siswa, artinya semua
pikiran (konstruksi dan produksi)
siswa diperhatikan. Menurut Wijaya
(2012: 22) karakteristik ketiga dari
pendidikan matematika realistik ini
tidak hanya bermanfaat dalam
membantu siswa memahami konsep
matematika, tetapi juga sekaligus
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
4
mengembangkan aktivitas dan
kreativitas siswa
4. Interaktivitas (interactivity)
Mengoptimalkan proses
pembelajaran melalui interaksi siswa
dengan siswa, siswa dengan guru dan
siswa dengan sarana dan prasarana
merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran Realistic Mathematic
Education, sampai proses konstruksi
yang dilakukan siswa dengan siswa,
siswa dengan guru diperoleh sehingga
interaksi tersebut bermanfaat.
5. Terintegrasi dengan topik lainnya
(intertwining)
Struktur dan konsep
matematika saling berkaitan, oleh
karena itu keterkaitan dan
keterintegrasian antar topik (unit
pelajaran) harus dieksplorasi untuk
mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang lebih bermakna.
Adapun kelebihan dan kelemahan
menurut Suwarsono (2001) dalam blog
Taufik di
http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pemb
elajaran-konsep-dasar-
matematika.html?m=10 adalah sebagai
berikut.
1. PMR memberikan pengertian yang
jelas dan operasional kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika
dengan kehidupan sehari-hari dan
kegunaan matematika pada umumnya
bagi manusia.
2. PMR memberikan pengertian yang
jelas dan operasional kepada siswa
bahwa matematika adalah suatu
bidang kajian yang dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa.
3. PMR memberikan pengertian yang
jelas dan operasional kepada siswa
bahwa cara penyelesaian suatu soal
atau masalah tidak harus tunggal dan
tidak harus sama antara orang yang
satu dengan orang yang lain. Setiap
orang dapat menemukan atau
menggunakan cara sendiri, asalkan
orang itu bersungguh-sumgguh dalam
mengerjakan soal atau masalah
tersebut. Dengan membandingkan
cara penyelesaian yang satu dengan
yang lain akan dapat diperoleh cara
penyelesaian yang paling tepat.
4. PMR memberikan pengertian yang
jelas dan operasional kepada siswa
bahwa dalam mempelajari
matematika, proses pembelajaran
merupakan sesuatu yang utama, dan
untuk mempelajari matematika orang
harus menjalani proses itu dan
berusaha untuk menemukan sendiri
konsep-konsep matematika, dengan
bantuan pihak lain yang sudah lebih
tahu (guru). Tanpa kemauan untuk
menjalami sendiri proses tersebut,
pembelajaran yang bermakna tidak
akan terjadi
Belajar dan pembelajaran
merupakan proses yang memiliki sebuah
tujuan yakni perubahan tingkah laku,
dimana seseorang yang memiliki
perubahan tingkah laku tersebut berupa
pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan dan sebagainya, sehingga
seseorang tersebut telah berhasil
melakukan pembelajaran. Perubahan
tingkah laku tersebut merupakan hasil
belajar. Seperti yang dikemukakan oleh
Menurut Oemar Hamalik dalam
Munawar di
http://indramunawar.blogspot.com/2009/
06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html hasil belajar adalah sebagai
berikut.
Bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah
laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari
proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta
akan tersimpan dalam jangka
waktu lama atau bahkan tidak
akan hilang selama-lamanya
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
5
karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara
berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Namun, hasil belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
nilai atau skor yang diperoleh siswa kelas
V setelah proses pembelajaran melalui tes
matematika pada materi pecahan dengan
penerapan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan proses
pembelajaran yaitu pada ranah afektif
siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh
Benyamin Bloom dalam (Sudjana, 2011:
22) mengklasifikasikan hasil belajar
menjadi tiga ranah, yaitu : (1) domain
kognitif (pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi),
(2) domain afektif berkenaan dengan
sikap (penerimaan, jawaban, penilaian,
organisasi, dan internalisasi), dan (3)
domain psikomotor berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan (gerakan
refleks, ketrampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan,
gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif)
Sedangkan hasil belajar menurut
Mujiono dan Dimyati dalam Widayati
(2012) adalah “hasil proses belajar yang
diperoleh siswa berupa angka- angka atau
skor, setelah diberikannya tes hasil
belajar pada setiap akhir pembelajaran”.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang dimiliki
siswa yang dinyatakan dengan skor yang
diperoleh melalui serangkaian tes hasil
belajar setelah pembelajaran.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian tindakan
kelas (PTK), yang terdiri dari tiga siklus.
Dalam penelitian tindakan kelas ini
peneliti mengadopsi model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Taggart. Model ini menurut Kemmis dan
Mc Taggart dalam Kunandar (2012: 75-
76) mencakup empat komponen, yaitu :
perencanaan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation), dan
refleksi (reflection). Siklus prosedur
penelitian ini dapat divisualisasikan
sebagai berikut :
Gambar 1.
Model Siklus PTK dari Kemmis dan
Taggart
(Sumber. Proposal Skripsi, Meidiana P,
2012)
Penelitian ini dilaksanakan di
SDN 3 Cibodas Kp.Cibodas, Desa
Suntenjaya, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat. Adapun
subyek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VA SDN 3 Cibodas pada semester
2 tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah
siswa 37 yang terdiri dari laki-laki 18
orang dan perempuan 19 orang. Nilai
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
6
rata-rata kelas yang diharapkan adalah 80
dengan persentase ketuntasan 80%.
Secara keseluruhan, penelitian
tindakan kelas ini berlangsung selama
lima bulan, mulai bulan Februari sampai
Juni tahun 2013, dengan jadwal sebagai
berikut :
Tabel 1.
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
No Kegiatan Pelaksanaan
1 Observasi
awal
25 Februari-10
Maret 2013
2 Pembuatan
Proposal
11-31 Maret 2013
3 Pembuatan
Instrumen
22 April-10 Mei
2013
4 Pelaksanaan
Penelitian
Siklus I
Siklus II
Siklus III
15 dan 16 Mei
2013
24 Mei 2013
29 Mei 2013
5 Pengolahan
dan Analisis
Data
30 April – 9 Mei
2013
6 Penyusunan
Laporan
Hasil
Penelitian
10 – 28 Juni 2013
Data dikumpulkan melalui teknik
observasi dan tes. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah lembar observasi
aktivitas guru dan siswa, lembar
observasi afektif siswa, lembar kerja
siswa dan lembar soal pre-test dan post-
test berbentuk essay (uraian).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Temuan Hasil Penelitian Siklus I
Pada tahap perencanaan siklus I
untuk tindakan I dan II ini dituangkan
dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan mengacu
pada langkah-langkah pembelajaran
pendekatan matematika realistik dengan
standar kompetensi (SK) : 5.
Menggunakan pecahan dalam pemecahan
masalah dan kompetensi dasar (KD) : 5.1
menjumlahkan dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan dengan materi
penjumlahan pecahan berpenyebut sama
untuk tindakan I dan materi penjumlahan
pecahan berpenyebut beda. Pembelajaran
ini dirancang dengan alokasi waktu 3 x
35 menit. Indikator yang digunakan
mencakup kemampuan kognitif
pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).
Selain RPP guru mempersiapakan: media
pembelajaran (jeruk, roti tawar dan kertas
lipat), lembar kerja siswa, lembar
observasi aktivitas guru dan siswa,
lembar observasi afektif siswa serta soal
pre-test dan post-test.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru melakukan kegiatan pembelajaran
seperti yang terdapat dalam RPP, yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti
(eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi)
dan kegiatan penutup. Untuk hasil belajar
siswa pada siklus I berdasarkan hasil nilai
ulangan dan post-test di siklus I, maka
diperoleh data sebagai berikut:
1. Skor post-test tertinggi yaitu 100 dan
skor post-test terendah yaitu 18
2. Perolehan gain ternormalisasi dalam
pembelajaran siklus I yaitu 0,45
dengan kategori sedang.
3. Nilai rata-rata siswa pada observasi
awal mencapai 49,68. Sedangkan
pada post-test perolehan rata-rata
kelas mencapai 67,73
4. Dari data hasil observasi awal siklus I
menunjukan 12 siswa atau 32,43%
siswa dinyatakan tuntas (lulus) dan
sisanya sebanyak 25 siswa atau
67,57% siswa dinyatakan belum
lulus.
5. Dari data hasil post-test siklus I
menunjukan 26 siswa atau 70,27%
siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam
post-test dan sisanya sebanyak 11
siswa atau 29,73% siswa dinyatakan
belum lulus dalam post-test
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
7
Gambar 2.
Grafik Peningkatan Hasil Rata-rata Nilai
Ulangan dan Post-test Siklus I
Dari hasil belajar kognitif siswa
terlihat adanya peningkatan dari pra
siklus ke siklus I, terlihat dari nilai rata-
rata kelas dan ketuntasan belajar. Pada
masa pra siklus nilai rata-rata siswa
mencapai 49,68, sedangkan pada post-
test perolehan rata-rata kelas mencapai
67,73. Untuk ketuntasan belajar pada
pra siklus menunjukan 12 siswa atau
32,43% siswa dinyatakan tuntas (lulus)
dan sisanya sebanyak 25 siswa atau
67,57% siswa dinyatakan belum lulus,
sedangkan pada siklus I menunjukan 26
siswa atau 70,27% siswa dinyatakan
tuntas (lulus) dalam post-test dan sisanya
sebanyak 11 siswa atau 29,73% siswa
dinyatakan belum lulus dalam post-test.
Sedangkan untuk ketercapaian
hasil belajar siswa pada ranah afektif
ditunjukan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.
Hasil Belajar Aspek Afektif
Siswa Siklus I
No Aspek Ranah
Afektif
Persentase Ket
1 Bersungguh-
sungguh dalam
menemukan
75,23% Baik
strategi
penyelesaian
masalah dengan
melakukan tanya
jawab dengan
guru.
2 Dengan inisiatif
sendiri, siswa
mencari sumber
lain selain yang
digunakan oleh
guru dalam
menyelesaikan
soal.
58,5% Cukup
3 Siswa
mengerjakan soal
sesuai dengan
petunjuk
pengerjaan pada
LKS.
65,33% Cukup
4 Siswa memeriksa
kembali hasil
pekerjaan
kelompoknya.
60,56% Cukup
Data yang disajikan pada tabel
menunjukan bahwa rata-rata ranah afektif
siswa telah mencapai kategori cukup.
Sementara, hasil observasi aktivitas guru
dan siswa pada siklus I mencapai 85%
dan 77,8%. Berdasarkan hasil
pengamatan dari proses pembelajaran
hingga hasil tes siklus I dtemukan
kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran untuk dijadikan refleksi
(perbaikan) dalam perencanaan siklus II.
Refleksi kegiatan siklus I sebagai berikut:
1. Pada tindakan II guru tidak
mengabsen siswa
2. Guru harus selalu melihat kesiapan
belajar siswa dan memotivasi siswa
untuk mengikuti pembelajaran
3. Alokasi waktu dperhatikan kembali
agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan rencana dan
siswa tidak banyak mengeluh ingin
cepat selesai.
49,68
67,73
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Nilai UlanganPost-test Siklus I
Nil
ai
Rata
-rata
Hasil Belajar Kognitif
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
8
4. Ketika suasana kelas tidak terkontrol
(gaduh), guru harus memiliki cara
agar kelas kembali kondusif.
5. Pada tindakan kedua kesiapan siswa
dalam belajar masih kurang
konsentrasi, setelah diberikan
permainan konsentrasi oleh guru,
sebagian besar siswa sudah siap untuk
belajar.
6. Ketika guru memberikan masalah
kontekstual, beberapa siswa yang
duduknya berada paling belakang
banyak yang asik mengobrol sendiri,
tidak memperhatikan penjelasan guru.
Sehingga hanya 3 orang siswa yang
mampu memahami masalah
kontekstual dan menjawab dengan
benar.
7. Siswa masih perlu bimbingan untuk
menemukan pemecahan masalah,
karena siswa sudah terbiasa langsung
diberikan rumus. Sehingga siswa
sedikit kebingungan ketika
dihadapkan pada suatu masalah yang
harus dipecahkan sendiri.
8. Pada saat mengerjakan LKS secara
berkelompok, sebagian besar siswa
acuh tak acuh dalam kelompok dan
sering melakukan aktivitas diluar
diskusi kelompok bahkan ada yang
berpindah kelompok.
9. Suasana kelas tidak terkontrol
disebabkan karena beberapa
kelompok tidak mengerti dengan
LKS yang diberikan guru. Hal ini
dapat terjadi karena tidak
mendengarkan instruksi dari guru.
10. Media yang digunakan kurang
variatif dan melibatkan siswa yang
duduk didepan saja. Bagi siswa yang
duduk dibelakang kurang dapat
perhatian dari peneliti
2. Temuan Hasil Penelitian Siklus II
Pada tahap perencanaan siklus II
ini dituangkan dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran pendekatan matematika
realistik dengan standar kompetensi (SK)
: 5. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah dan kompetensi
dasar (KD) : 5.1 menjumlahkan dan
mengurangkan berbagai bentuk pecahan
dengan materi pengurangan pecahan
berpenyebut sama dan materi pegurangan
pecahan berpenyebut beda. Pembelajaran
ini dirancang dengan alokasi waktu 3 x
35 menit. Indikator yang digunakan
mencakup kemampuan kognitif
pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).
Selain RPP guru mempersiapakan: media
pembelajaran (jeruk, roti tawar dan
mika), lembar kerja siswa, lembar
observasi aktivitas guru dan siswa,
lembar observasi afektif siswa serta soal
pre-test dan post-test.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru melakukan kegiatan pembelajaran
seperti yang terdapat dalam RPP, yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti
(eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi)
dan kegiatan penutup. Untuk hasil belajar
siswa pada siklus II berdasarkan hasil
nilai ulangan dan post-test di siklus I,
maka diperoleh data sebagai berikut:
a. Skor post-test tertinggi yaitu 100 dan
skor post-test terendah yaitu 34
b. Perolehan gain ternormalisasi dalam
pembelajaran siklus II yaitu 0,46
dengan kategori tinggi.
c. Nilai rata-rata siswa pada siklus I
mencapai 67,73. Sedangkan pada
post-test perolehan rata-rata kelas
meningkat menjadi 76,92.
d. Dari data hasil siklus I menunjukan
26 siswa atau 70,27% siswa
dinyatakan tuntas (lulus) dan pada
sikus II ketuntasan belajar siswa
meningkat menjadi 78,37% atau 29
siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam
post-test.
e. Sedangkan siswa yang tidak tuntas
belajar atau belum mencapai KKM
berkurang dari 11 siswa atau 29,73%
pada siklus I menjadi 8 siswa atau
21,67% siswa dinyatakan belum lulus
dalam post-test.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
9
Gambar 3.
Grafik Peningkatan Hasil Belajar kognitif
Siklus I dan Siklus II
Dari hasil belajar kognitif siswa
terlihat adanya peningkatan dari siklus I
ke siklus II, terlihat dari nilai rata-rata
kelas dan ketuntasan belajar. Pada siklus
I nilai rata-rata siswa mencapai 67,73,
sedangkan pada post-test siklus II
perolehan rata-rata kelas mencapai 76,92.
Untuk ketuntasan belajar pada siklus I
menunjukan 26 siswa atau 70,27% siswa
dinyatakan tuntas (lulus) dan sisanya
sebanyak 11 siswa atau 29,73% siswa
dinyatakan belum lulus, sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 29 siswa
atau 78,73% siswa dinyatakan tuntas
(lulus) dalam post-test dan sisanya
sebanyak 8 siswa atau 21,67% siswa
dinyatakan belum lulus dalam post-test.
Sedangkan untuk ketercapaian
hasil belajar siswa pada ranah afektif
ditunjukan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.
Hasil Belajar Aspek Afektif
Siswa Siklus II
No Aspek Ranah
Afektif
Persentase Ket
1 Bersungguh-
sungguh
dalam
77,24% Baik
menemukan
strategi
penyelesaian
masalah
dengan
melakukan
tanya jawab
dengan guru.
2 Dengan
inisiatif
sendiri, siswa
mencari
sumber lain
selain yang
digunakan
oleh guru
dalam
menyelesaikan
soal.
64,36% Cukup
3 Siswa
mengerjakan
soal sesuai
dengan
petunjuk
pengerjaan
pada LKS.
70,62% Cukup
4 Siswa
memeriksa
kembali hasil
pekerjaan
kelompoknya.
75,2% Baik
Sementara, hasil observasi
aktivitas guru dan siswa pada siklus I
mencapai 95% dan 95%. Berdasarkan
hasil pengamatan dari proses
pembelajaran hingga hasil tes siklus I
dtemukan kekurangan yang terjadi
selama proses pembelajaran untuk
dijadikan refleksi (perbaikan) dalam
perencanaan siklus II. Refleksi kegiatan
siklus I sebagai berikut:
a. Perbaikan RPP pembelajaran agar
lebih baik pada siklus III terutama
dalam langkah pembelajaran dan
pengelolaan kelas meliputi
menggunakan media konkret dan
pengerjaan LKS.
67,73 76,92
020406080
100
Siklus
I
Siklus
IINil
ai
Rata
-rata
Hasil Belajar Kognitif
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
10
b. Penggunaan media yang lebih mudah
dipahami siswa agar pembelajaran
lebih bermakna.
c. Guru lebih efisien lagi dalam
menggunakan waktu pada saat kerja
kelompok mengerjakan LKS,
sehingga siswa dapat melakukan
diskusi kelompok dan menyimpulkan
hasil diskusi
d. Guru memberi perhatian merata
untuk semua kelompok. Sehingga
siswa yang tidak mengerjakan tugas
dapat terkontrol
e. Ketika melakukan pergaan dengan
menggunakan media konkret, guru
sebaiknya membimbing siswa dan
memberikan penjelasan lebih jelas
dengan menggunakan bahasa anak
yang mudah dipahami.
f. Jarak antara siklus sebaiknya tidak
terlalu jauh, agar siswa mudah
mengingat pelajaran sebelumnya.
3. Temuan Hasil Penelitian Siklus III
Pada tahap perencanaan siklus III
ini dituangkan dalam bentuk rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan
memperhatikan kekurangan-kekurangan
pada RPP siklus I sehingga bisa lebih
baik dari siklus II. Standar kompetensi
untuk siklus III adalah (SK) : 5.
Menggunakan pecahan dalam pemecahan
masalah dan kompetensi dasar (KD) : 5.1
mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan dengan materi perkalian
berbagai bentuk pecahan. Pembelajaran
ini dirancang dengan alokasi waktu 3 x
35 menit. Indikator yang digunakan
mencakup kemampuan kognitif
pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2).
Selain RPP guru mempersiapakan: media
pembelajaran (jeruk, roti tawar dan
mika), lembar kerja siswa, lembar
observasi aktivitas guru dan siswa,
lembar observasi afektif siswa serta soal
pre-test dan post-test.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru melakukan kegiatan pembelajaran
seperti yang terdapat dalam RPP, yang
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti
(eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi)
dan kegiatan penutup. Untuk hasil belajar
siswa pada siklus II berdasarkan hasil
nilai ulangan dan post-test di siklus I,
maka diperoleh data sebagai berikut:
a. Skor post-test tertinggi yaitu 100 dan
skor post-test terendah yaitu 30
b. Perolehan gain ternormalisasi dalam
pembelajaran siklus I yaitu 0,72
dengan kategori tinggi.
c. Nilai rata-rata siswa pada siklus II
adalahi 76,92. Sedangkan pada post-
test siklus III perolehan rata-rata kelas
meningkat menjadi 82,76 sesuai
dengan harapan peneliti.
d. Dari data hasil siklus II menunjukan
29 siswa atau 78,37% siswa
dinyatakan tuntas (lulus) dan pada
sikus III ketuntasan belajar siswa
meningkat menjadi 83,78% atau 31
siswa dinyatakan tuntas (lulus) dalam
post-test.
e. Sedangkan siswa yang tidak tuntas
belajar atau belum mencapai KKM
berkurang dari 8 siswa atau 21,67%
pada siklus II, menjadi 6 siswa atau
16,22% siswa dinyatakan belum lulus
dalam post-test.
Gambar 4.
Grafik Peningkatan Hasil Belajar kognitif
Siklus II dan Siklus III
Dari hasil belajar kognitif siswa
terlihat adanya peningkatan dari siklus I
ke siklus II, terlihat dari nilai rata-rata
kelas dan ketuntasan belajar. Pada siklus
II nilai rata-rata siswa mencapai 76,92,
sedangkan pada post-test siklus III
perolehan rata-rata kelas mencapai 82,76.
Untuk ketuntasan belajar pada siklus II
76,92 83,78
020406080
100
Siklus
I
Siklus
IINil
ai
Ra
ta-r
ata
Hasil Belajar Kognitif
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
11
menunjukan 29 siswa atau 78,73% siswa
dinyatakan tuntas (lulus) dan sisanya
sebanyak 8 siswa atau 21,67% siswa
dinyatakan belum lulus, sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 31 siswa
atau 83,78% siswa dinyatakan tuntas
(lulus) dalam post-test dan sisanya
sebanyak 6 siswa atau 16,22% siswa
dinyatakan belum lulus dalam post-test.
Sedangkan untuk ketercapaian
hasil belajar siswa pada ranah afektif
ditunjukan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.
Hasil Belajar Aspek Afektif
Siswa Siklus II
No Aspek Ranah
Afektif
Persentase Ket
1 Bersungguh-
sungguh
dalam
menemukan
strategi
penyelesaian
masalah
dengan
melakukan
tanya jawab
dengan guru.
82,16% Baik
2 Dengan
inisiatif
sendiri, siswa
mencari
sumber lain
selain yang
digunakan
oleh guru
dalam
menyelesaika
n soal.
70,36% Cukup
3 Siswa
mengerjakan
soal sesuai
dengan
petunjuk
pengerjaan
pada LKS.
76,52% Baik
4 Siswa
memeriksa
kembali hasil
79,28% Baik
pekerjaan
kelompoknya.
Sementara, hasil observasi
aktivitas guru dan siswa pada siklus I
mencapai 95% dan 95%. Berdasarkan
hasil pengamatan dari proses
pembelajaran hingga hasil tes siklus III,
observer mengidentifikasikan hal-hal
yang terjadi selama proses pembelajaran
kegiatan siklus III sebagai berikut:
a. Penggunaan media sudah lebih
menarik dan dipahami siswa, namun
dalam pemberian soal yang
menggunakan media dikemas lebih
efisien.
b. Pada saat kerja kelompok
mengerjakan LKS, guru harus
memberikan petunjuk lebih jelas
sehingga siswa dapat melakukan
diskusi kelompok dan menyimpulkan
hasil diskusi
c. Guru memberi perhatian merata
untuk semua kelompok. Sehingga
siswa yang tidak mengerjakan tugas
dapat terkontrol
d. Ketika melakukan pergaan dengan
menggunakan media konkret, guru
sebaiknya membimbing siswa dan
memberikan penjelasan lebih jelas
dengan menggunakan bahasa anak
yang mudah dipahami.
Meskipun masih ada kekurangan
yang harus diperbaiki, namun pada siklus
III ini peneliti sudah mencapai target
yang diharapkan. Maka penelitian
dilakukan sampai siklus III.
Pembahasan Penelitian 1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran
menjadi bagian yang cukup penting untuk
menciptakan pembelajaran yang
kondusif. Untuk itu perencanaan setiap
siklus disusun secara sistematis. RPP
yang disusun dalam penelitian ini
mengacu pada langkah-langkah dan
prinsip pendekatan matematika realistik
dengan menggunakan masalah
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
12
kontekstual sebagai awal permulaan dari
pembelajaran. Perubahan lebih terlihat
dari persiapan guru dalam mengajar
terutama penggunaan media
pembelajaran yang lebih variatif,
menarik, dan mudah dipahami siswa.
Perubahan juga dilakukan alam RPP
dengan merubah langkah kegiatan inti
agar sesuai dengan alokasi waktu dan
tercapai target dari peneliti. Perubahan
perencanaan dari setiap setiap siklus
berdasarkan hasil observasi dan refleksi
ini memberikan hasil pembelajaran yang
semakin meningkat dari setiap siklusnya.
Sehingga peneliti dapat mencapai target
hasil belajar yang diharapkan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
guru pada dasarnya sudah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah dan prinsip pendekatan
matematika realistik. Namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat
kekurangan yang dialami oleh peneliti
sebagai perbaikan untuk tindakan
selanjutnya. Pelaksanaan aktivitas guru
dan siswa selama pembelajaran ini
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
dari hasil post-test baik siklus I, II
maupun siklus III. Pelaksanaan aktivitas
guru dan siswa merupakan merupakan
hasil observasi dari observer. Dari hasil
observasi dapat dilihat secara
keseluruhan proses pembelajaran baik
aktivitas guru maupun siswa sudah baik
dan mengalami peningkatan dari siklus I,
II hingga siklus III.
3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
a. Hasil Belajar Kognitif
Berdasarkan data yang diperoleh
pada pembelajaran di siklus I, II, dan III,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
kognitif siswa yang ditunjukan melalui
nilai post-test pada setiap siklus
mengalami peningkatan yang signifikan
setelah dilakukan tindakan dengan
penerapan pendekatan matematika
realistik. Peningkatan hasil belajar siswa
ditunjukkan melalui rata-rata nilai post-
test yang meningkat pada setiap siklus.
Pada siklus I, nilai rata-rata siswa hanya
mencapai 67.73, namun di siklus ke II
mengalami peningkatan menjadi 76.92.
Setelah dilakukan pembelajaran yang
lebih baik dengan perbaikan-perbaikan
dari siklus I dan II, hasil belajar siswa
pun kembali meningkat menjadi 82.76.
Begitupun dengan skor gain
ternormalisasi <g> di setiap siklus yang
mengalami peningkatan berdasarkan hasil
pre-tes dan post-test. Di siklus I, gain
ternormalisasi mencapai 0,45 dengan
kategori sedang, di siklus II mencapai
0,46 dengan kategori sedang dan
meningkat pada siklus III menjadi 0,72
dengan kategori tinggi.
Hasil Belajar siswa pun
ditunjukkan dengan siswa yang telah
mencapai KKM pada setiap
pembelajaran. KKM pada pembelajaran
matematika di SDN 3 Cibodas adalah 58.
Di siklus I siswa yang lulus KKM hanya
mencapai 25 siswa, namun pada siklus II
meningkat menjadi 29 siswa. Sedangkan
di siklus III terjadi peningkatan yang
cukup signifikan, 32 siswa telah lulus
KKM.
Dalam pembelajaran pada siklus
ke I hingga siklus ke III ini, pembelajaran
matematika dikemas kedalam situasi
belajar yang menuntut siswa menemukan
dan mengkonstruksi konsep matematika
yang bermanfaat dalam membantu siswa
memahami konsep matematika. Hal
tersebut sejalan dengan karakteristik
pendidikan matematika realistik yaitu
pemanfaat hasil konstruksi siswa menurut
Treffers (dalam Wijaya, 2012)
mengemukakan bahwa:
Matematika tidak diberikan kepada
siswa sebagai suatu produk yang siap
dipakai tetapi sebagai suatu konsep
yang dibangun oleh siswa. Hasil Kerja
dan konstruksi siswa selanjutnya
digunakan untuk landasan
pengembangan konsep matematika.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013
13
Begitupun dengan adanya
penerapan lima karakteristik pendekatan
matematika realistik yang dijadikan
landasan dalam langkah-langkah
pembelajaran matematika ini secara tidak
langsung mempermudah siswa dalam
memahami suatu konsep dengan
sistematis. Dalam pembelajaran ini guru
telah menerapkan lima karakteristik
tersebut sesuai yang telah dikemukakan
Treffers (dalam Wijaya, 2012), yaitu :
1. Menggunakan masalah kontekstual
(the use of context)
2. Menggunakan model (use models,
bridging by vertical instruments)
3. Menggunakan kontribusi siswa
(students contribution)
4. Interaktivitas (interactivity)
5. Terintegrasi dengan topik lainnya
(intertwining)
b. Hasil Belajar Afektif
Indikator hasil belajar pada ranah
afektif mencakup ketekunan dan
ketelitian siswa dalam mengerjakan LKS
yang diuraikan kedalam empat aspek.
Pada aspek tekun meliputi : A)
Bersungguh-sungguh dalam menemukan
strategi penyelesaian masalah dengan
melakukan tanya jawab dengan guru, B)
Dengan inisiatif sendiri, siswa mencari
sumber lain selain yang digunakan oleh
guru dalam menyelesaikan soal. Dan
pada aspek tekun meliputi: C) Siswa
mengerjakan soal sesuai dengan petunjuk
pengerjaan pada LKS, D) Siswa
memeriksa kembali hasil pekerjaan
kelompoknya. Maka dapat teramati
bahwa hasil belajar afektif siswa di setiap
siklusnya pada setiap aspek dan
keseluruhan aspek semakin baik dan
meningkat. Rata-rata pada aspek A, B, C,
dan D di siklus I berturut-turut adalah
78.21% dengan kategori baik, 64.40%
dengan kategori cukup, 70.82% dengan
kategori baik dan 71.68% dengan
kategori baik. Sedangkan rata-rata
seluruh aspek pada siklus I mencapai
64.90% dengan kategori cukup, pada
siklus II meningkat menjadi 71.85%
dengan kategori cukup, dan pada siklus
III meningkat menjadi 77.08% dengan
kategori baik.
Maka dari itu, berdasarkan hasil
yang telah diuraikan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan matematika realistik dapat
dikatakan efektif sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
dalam mata pelajaran matematika
khusunya pada materi pokok operasi
hitung pecahan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Realistic
Mathematic Education sudah baik hingga
siklus III dengan mengacu pada KTSP.
Terlihat pada penggunaan media
pembelajaran yang mudah dipahami
siswa, lembar observasi guru dan siswa
yang sesuai dengan tahapan-tahapan
dalam RPP, dan lembar kerja siswa serta
tes evaluasi yang sesuai SK dan KD.
Pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan Realistic Mathematic
Education pada materi pokok pecahan
dikelas V sudah terlaksana dengan baik
berdasarkan hasil observasi pada siklus I,
II, dan III dengan mengacu pada tahapan-
tahapan pendekatan Realistic Mathematic
Education. Peningkatan hasil belajar
matematika sudah mencapai target
peneliti dengan peningkatan dari siklus I,
II, dan III berdasarkan hasil belajar
kognitif dan afektif siswa. Pada siklus I
rata-rata hasil belajar kognitif siswa
mencapai 67,73, siklus II meningkat
menjadi 76,92 dan siklus III mencapai
82,76. Sedangkan untuk rata-rata ranah
afektif siswa di siklus I mencapai
64,90%, pada siklus II meningkat
menjadi 71,85% dan siklus III mencapai
77,08%. Selain itu terdapat pula
peningkatan ketuntasan belajar siswa
pada setiap siklus. Pada siklus I terdapat
Ratna Purwanti, Penerapan Pendekatan Realistic Mathematic Education
pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
14
25 siswa atau 70,27% yang tuntas belajar,
siklus II terdapat 29 siswa atau 78,73
yang tuntas belajar dan pada siklus III
terdapat 32 siswa atau 86,49% yang
tuntas.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. et al. (2009). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi
Aksara.
Depdiknas. (2006). KTSP SD/MI.
Jakarta: Depdiknas
Kunandar. (2008). Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta
: Rajawali Pers.
Munawar, I. (2009). Hasil Belajar
Pengertian dan Definisi. [Online].
Tersedia :
http://indramunawar.blogspot.com/20
09/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html [14 November 2012]
Prihardina, M. (2012). Penerapan Model
Pembelajaran Learning Cycle Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas V Pada Pembelajaran IPA
Materi Pokok Sifat-Sifat Cahaya.
Skripsi pada Program Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FIP UPI.
Bandung: Tidak Diterbitkan
Taufik. (2012). Pembelajaran Konsep
Dasar Matematika. [online]. Tersedia
:
http://ofiick.blogspot.com/2012/11/pe
mbelajaran-konsep-dasar-
matematika.html?m=10 [24 Februari
2013]
Wijaya, A. (2012). Pendidikan
Matematika Realistik. Yogyakarta:
Graha Ilmu