20
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM PEMAHAMAN KONSEP TRIGONOMETRI SMA Tugas disajikan pada Mata Kuliah Problematika Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Siti M. Amin, M.Pd Disusun Oleh: Bayu Hari Prasojo NIM. 10715007 LAPORAN PROBLEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

  • Upload
    zyumath

  • View
    669

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM PEMAHAMAN KONSEP TRIGONOMETRI SMA

Tugas disajikan padaMata Kuliah Problematika Pendidikan Matematika

Dosen Pembimbing:Prof. Dr. Siti M. Amin, M.Pd

Disusun Oleh:Bayu Hari PrasojoNIM. 10715007

PRODI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKAPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA2010

LAPORAN PROBLEMATIKA PENDIDIKANMATEMATIKA

Page 2: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

ABSTRAK

Banyak siswa yang beranggapan Matematika terutama materi Trigonometri SMA merupakan salah satu materi yang paling sulit. Dan bahkan perolehan nilai Unas SMA pada materi Trigonometri tergolong rendah. Dari sini muncul beberapa pertanyaan mengenai penyebab yang mempengaruhi rendahnya perolehan nilai. Salah satu penyebab yang didapatkan yaitu rendahnya pemahaman konsep tentang Trigonometri yang selanjutnya akan muncul penyebab-penyebab berikutnya yang berkelanjutan. Kebiasaan-kebiasaan siswa yang hanya mendapatkan hasil langsung berupa hafalan-hafalan rumus dari guru menyebabkan pemahaman konsep yang semu. Oleh karena itu disini siswa diikutsertakan dalam pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Instruction) dimana siswa dapat berperan aktif sehingga nantinya akan muncul ketercapaian baik prosedur maupun hasil yang berupa pemahaman konsep yang utuh.

Page 3: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, memegang peranan penting dalam peningkatan sumber daya menusia (SDM) sebab matematika merupakan sarana berfikir logis, sistematis dan kritis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Galileo Galilei (1564-1642) sebagai berikut:

“Alam semesta itu bagaikan sebuah buku raksasa yang hanya bisa dibaca jika orang bisa mengerti bahasanya, akrab dengan lambang dan huruf yang dipakai di dalamnya. Dan bahasa alam semesta itu tidak lain adalah Matematika” .

Matematika memiliki sifat dan ciri khas tersendiri, seperti ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Mengingat matematika hirarkis, yang menunjukkan bahwa suatu konsep dan prinsip mendasar (elementer) umumnya digunakan secara berkesinambungan, sebagai sarana untuk menjelaskan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang lebih tinggi. Oleh karena itu, akan menjadi hal yang tidak baik bila siswa tidak menguasai dan memahami konsep dan prinsip yang mendasar pada materi matematika.

Penguasaan konsep dan prinsip tersebut akan membantu anak didik dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik. Tetapi kenyataan menunjukkan banyaknya kesalahan-kesalahan dalam memahami konsep dan prinsip yang diterima anak didik, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal yang diberikan, dimana kesalahan-kesalahan tersebut akan terbawa pada tingkat-tingkat diatasnya.

Berdasarkan pemikiran di atas dan pengalaman yang didapatkan penulis serta informasi dari beberapa pengajar di SMA, ternyata prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika pada umumnya belum memuaskan. Dan salah satu pokok bahasan yang sulit dikuasai oleh siswa adalah pokok bahasan rumus jumlah dan selisih dua sudut, rumus sudut ganda dan rumus perkalian fungsi trigonometri terutama dalam hal pemahaman konsep dan aplikasinya, dengan demikian penulis tertarik untuk mengangkat menjadi sebuah masalah dalam tugas Mata Kuliah “Problematika Matematika pada Pascasarjana UNESA” dan akan dipecahkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Salah satu problem dalam bahasan trigonometri ini adalah siswa kurang mampu memahami sendiri konsep-konsep rumus jumlah dan selisih dua sudut, rumus sudut ganda dan rumus perkalian fungsi trigonometri. Hal ini menyebabkan siswa cenderung untuk menghafal konsep-konsep rumus jumlah dan selisih dua sudut, rumus sudut ganda dan

Page 4: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

rumus perkalian fungsi trigonometri tanpa memahaminya dengan benar. Dan bahkan penulis juga menemukan masih ada siswa yang kesulitan dalam menghafalkannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah “Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat diterapkan dalam pemahaman konsep rumus jumlah dan selisih dua sudut, rumus sudut ganda dan rumus perkalian fungsi trigonometri.”

C. BATASAN ISTILAH

o Pemahaman konsep yang kami maksudkan disini adalah suatu keadaan dimana siswa mampu mengungkapkan kembali intisari (ide abstrak) yang diperolehnya, mampu mengingat / menghafal dan mengaplikasikannya.

o Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelarated Instruction) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

o Fungsi trigonometri yang penulis maksudkan disini adalah salah satu pokok bahasan matematika SMA yaitu rumus jumlah dan selisih dua sudut, rumus sudut ganda dan rumus perkalian fungsi trigonometri.

Page 5: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran, Menurut Usman ( 2000 : 4 ) “ … proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana ( 1989 : 30 ) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian.

Pembelajaran tidak akan terlepas dari pokok bahasan mengenai hakekat balajar mengajar. Karena dalam setiap proses pembelajaran terjadi peristiwa belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar karena pembelajaran pada hakekatnya adalah aktivitas belajar antara guru dan siswa (Utuh, 1987:9).

Menurut Tarigan, (1997:12-13), yang dimaksudkan dengan pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses menguasai tujuan pembelajaran khusus. Dalam proses pembelajaran terdapat unsur tujuan pembelajaran tujuan instruksional, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran (Sudjana, 1984:2).

Menurut Darsono, dkk (2000:24) pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pembelajaran secara umum dan secara khusus. Pengertian pembelajaransecara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangatpenting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjukstrategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

Page 6: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalahuntuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Setiawan, 2005).

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru.Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.

Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya.2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama diantara anggota kelompoknya.4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Masih menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik

tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Page 7: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai berikut.a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran

secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor

dasar atau skor awal.c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

Langkah Indikator Tingkah Laku GuruLangkah 1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Langkah 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menginformasikanpengelompokan siswa.

Langkah 4 Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajartentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Page 8: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Salah satu cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik seperti berikut ini.

Kemampuan No. Nama Rangking Kelompok

Tinggi

1 1 A2 2 B3 3 C4 4 D

Sedang

5 5 D6 6 C7 7 B8 8 A9 9 A

10 10 B11 11 C12 12 D

Rendah

13 13 D14 14 C15 15 B16 16 A

Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut.Langkah – langkah memberi penghargaan kelompok:1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa

nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam

kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.

3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Kriteria Nilai PeningkatanNilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal

5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal

10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal

20

Page 9: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal

30

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.

Kriteria untuk status kelompokCukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 Ratarata nilai peningkatan kelompok < 25)Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok 25)

Contoh Proses Penentuan Penghargaan KelompokKelompok

/ NoNama Siswa

Tes Awal

Kuis I Kuis II Rata-rata Kuis I dan

Kuis II

Nilai Peningkat

an

Nilai Penghargaan

KelompokI12345

RestuAzizurRozinSamiBahar

9676884534

97100957231

96100966260

96100956745

2030203030

26Sempurna

130Rata-rata = 130 : 5

= 26Penghargaan Kelompok I adalah sempurna

II12345

DahlanMahdiSatriyo

DaniSyafik

1007371-

66

98948396

100

9846

10086

100

98709191

100

101030-

30

20Sangat Baik

80Rata-rata = 80 : 4

=20Penghargaan Kelompok II adalah sangat baik

KeteranganNilai dasar(awal) = nilai tes awal.Nilai Kuis/tes terkini = rata-rata nilai kuis I dan kuis II.Nilai penghargaan kelompok = rata-rata nilai peningkatan di kelompok.

Page 10: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

4. Teori Medan

Seorang psikolog, Kurt Lewin (1935,1936) mengkaji perilaku sosial melalui pendekatan konsep "medan"/"field" atau "ruang kehidupan" - life space. Untuk memahami konsep ini perlu dipahami bahwa secara tradisional para psikolog memfokuskan pada keyakinan bahwa karakter individual (instink dan kebiasaan), bebas - lepas dari pengaruh situasi di mana individu melakukan aktivitas. Namun Lewin kurang sepaham dengan keyakinan tersebut. Menurutnya penjelasan tentang perilaku yang tidak memperhitungkan faktor situasi, tidaklah lengkap. Dia merasa bahwa semua peristiwa psikologis apakah itu berupa tindakan, pikiran, impian, harapan, atau apapun, kesemuanya itu merupakan fungsi dari "ruang kehidupan"- individu dan lingkungan dipandang sebagai sebuah konstelasi yang saling tergantung satu sama lainnya. Artinya "ruang kehidupan" merupakan juga merupakan determinan bagi tindakan, impian, harapan, pikiran seseorang. Lewin memaknakan "ruang kehidupan" sebagai seluruh peristiwa (masa lampau, sekarang, masa datang) yang berpengaruh pada perilaku dalam satu situasi tertentu.

Bagi Lewin, pemahaman atas perilaku seseorang senantiasa harus dikaitkan dengan konteks - lingkungan di mana perilaku tertentu ditampilkan. Intinya, teori medan berupaya menguraikan bagaimana situasi yang ada (field) di sekeliling individu bepengaruh pada perilakunya. Sesungguhnya teori medan mirip dengan konsep "gestalt" dalam psikologi yang memandang bahwa eksistensi bagian-bagian atau unsur-unsur tidak bisa terlepas satu sama lainnya. Misalnya, kalau kita melihat bangunan, kita tidak melihat batu bata, semen, kusen, kaca, secara satu persatu. Demikian pula kalau kita mempelajari perilaku individu, kita tidak bisa melihat individu itu sendiri, lepas dari konteks di mana individu tersebut berada.

B. PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI

1. Rumus Jumlah dan Selisih Dua Sudut

Untuk pembahasan rumus-rumus jumlah dan selisih dua sudut yang cukup banyak ini, sebenarnya cukup dibuktikan satu rumus saja yang dibuktikan dengan bimbingan guru, sedangkan yang lain dengan strategi pembelajaran kooperatif yaitu tipe TAI dapat dibuktikan sendiri oleh siswa sehingga diperoleh pemahaman yang relational, agar dapat ditingkatkan menjadi pengetahuan siap maka siswa diharapkan saling berdiskusi untuk membuat mnemonic (jembatan keledai) untuk itu.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Dengan menggunakan lembar kerja dibuktikan salah satu rumus, dengan tugas diskusi kelompok (digunakan tipe TAI).

Gambar

Page 11: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

Telah dipelajari bahwa jarak dua titik ke titik adalah

sehingga

Dengan aturan kosinus yang telah dipelajaridi kelas X, bahwa :

Sehingga :

Dari (i) dan (ii) dapat ditarik kesimpulan bahwa

........................................... = ...........................................................

Sehingga : ........................... = ..........................................................., jadi

Guru mengawasi diskusi masing-masing kelompok jika dipandang perlu guru memberi arahan (dengan bijaksana) agar menuju kesimpulan :

b. Dengan menggunakan rumus diatas, dan menggunakan tipe TAI, siswa berkooperatif untuk membuktikan rumus-rumus lewat bantuan :

o

o

o

o

o

2. Rumus Sudut Ganda

Rumus untuk sudut-sudut rangkap digunakan strategi yang sama dengan cara menghasilkan rumus diatas, dengan :

o

Page 12: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

o

o

Agar diperoleh rumus :

o

o

o

Diharapkan harus benar-benar sampai pada relational understanding dan akhirnya menjadi pengetahuan siap.

3. Rumus Jumlah dan Selisih Fungsi Trigonometri

Rumus-rumus penjumlahan ditempuh strategi yang mirip dengan strategi untuk rumus penjumlahan di atas.

Sebagai contoh sekaligus diharapkan menjadi motivasi dengan harapan diperoleh relational understanding, dengan merefleksikan pemahaman yang sudah dimilikinya dan dengan bantuan lembar tugas siswa dibimbing membuktikan rumus berikut dengan lembar tugas sebagai berikut :

Dari hubungan diatas kita dapatkan :

Dengan memisalkan : dan maka diperoleh hubungan

Dari (i), (ii), (iii) dan (iv) dapat ditarik kesimpulan :

Page 13: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

o

o

o

o

Pada diskusi ini guru hanya sebagai fasilitator, dalam mengarahkan diskusi siswa dengan teknik bertanya (dengan tidak memberitahu hasilnya), sehingga akhirnya siswa secara kooperatif menghasilkan rumus-rumus penjumlahan :

4. Rumus Perkalian Fungsi Trigonometri

Rumus perkalian fungsi trigonometri didapatkan dengan melakukan proses pembalikan terhadap rumus yang didapatkan dari rumus jumlah dan selisih yaitu :

Page 14: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

Dan agar memudahkan siswa guru boleh membantu dalam menghafal rumus-rumus tersebut, dengan menggunakan teori Medan (Kurt Lewin) sehingga memunculkan

2SS = S + S

2CS = S – S

2CC = C + C

-2SS = C - C

JUMLAH / SELISIH

½ JUMLAH / ½ SELISIH

Agar materi ini dapat dikuasai sebaik-baiknya, maka siswa perlu diberi latihan-latihan.

Page 15: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, makalah ini mencoba menunjukkan salah satu alternatif pembelajaran Trigonometri SMA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI yang mana diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi Problematika Pendidikan Matematika. Suatu pembelajaran terpadu yang diharapkan selalu berorientasi pada ketercapaian baik prosedur maupun hasilnya.

Dengan adanya ketercapaian baik prosedur (proses pembelajaran) maupun hasil (pemahaman konsep) maka penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat diterapkan dalam pemahaman konsep Trigonometri SMA (Rumus jumlah dan selisih dua Sudut, Rumus Sudut Ganda, Rumus Jumlah dan Selisih Fungsi Trigonometri dan Rumus Perkalian Trigonometri.

B. SARAN

Sebagai upaya agar materi Trigonometri SMA dapat dipahami siswa baik konsep maupun aplikasinya maka disarankan :

1. Siswa diajak untuk lebih banyak mengeksplorasikan dirinya agar dapat berpikir logis dan kreatif dengan salah satu caranya yaitu memberi soal-soal latihan Trigonometri tingkat Lanjut.

2. Guru dapat mencoba model pembelajaran lain yang kiranya dapat diuji cobakan pada materi Trigonometri.

3. Mengembangkan Teori Medan yang dipopulerkan oleh Kurt Lewin.

Page 16: PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM MEMAHAMI TRIGONOMETRI1

DAFTAR PUSTAKA

Dossuwanda. 2008. Pemahaman Konsep Matematika. http// dossuwanda.wordpress.com. Download : 12 Oktober 2010

Noormandiri, B.K. 2007. Matematika untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Setiawan. 2004. Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA. Yogyakarta : PPPG Matematika

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Koopeeratif. Yogyakarta : PPPG Matematika.