Upload
doantram
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANGUIDED DISCOVERY PADA MATERI POKOK
KALOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARPESERTA DIDIK KELAS VII A MTs DARUL ULUM
BERINGIN SEMARANG SEMESTER GASALTAHUN PELAJARAN 2010/2011
SkripsiDisusun untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Disusun oleh:ANIK TRI HARYANI
063611010
FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG2010
ABSTRAK
Anik Tri Haryani (NIM: 063611010). Penerapan Model Pembelajaran GuidedDiscovery pada Materi Pokok Kalor untuk Meningkatkan Hasil Belajar PesertaDidik Kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang Semester Gasal TahunPelajaran 2010/2011. Skripsi. Program Studi Tadris Fisika Jurusan Tadris:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2010.
Rumusan Masalah: (1) Bagaimana skenario penerapan modelpembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor kelas VII A MTs DarulUlum Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. (2) Sejauhmanakah model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajarpeserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasaltahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokok kalor.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menerapkan model pembelajaranguided discovery pada materi pokok kalor kelas VII A MTs Darul Ulum Beringinsemarang. (2) Mengetahui sejauh mana model pembelajaran guided discoverydapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul UlumBeringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pokokkalor.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus.Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan,pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII AMTs Darul Ulum Semarang. Metode analisis yang digunakan adalah deskripsiprosentase. Data penelitian yang diperoleh adalah data hasil belajar peserta didikaspek kognitif; afektif dan psikomotorik.
Hasil penelitian dari siklus I sampai siklus III, menunjukkan adanyapeningkatan hasil belajar peserta didik. Dari hasil penelitian diperolehpeningkatan rata-rata hasil belajar peserta didik dari 64,58 pada siklus I, 70,40pada siklus II dan 76,67 pada siklus III. Dan ketuntasan klasikal belajar pesertadidik juga mengalami peningkatan dari 50% pada siklus I, 70,83% pada siklus IIdan 87,5% pada siklus III. Hasil belajar aspek afektif pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 63,08, pada siklus II nilai rata-ratanya 66,20 dan pada siklus IIIrata-ratanya adalah 73,53. Sedangkan hasil belajar aspek psikomotorik pada siklusI nilai rata-ratanya 65,38, pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 72,47 dan nilairata-rata pada siklus III adalah 72,69.
Hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran guided discoverytersebut dapat diterapkan oleh guru fisika, karena mampu membantu peserta didikdalam penguasaan konsep materi pelajaran fisika dan mengembangkanketerampilan-keterampilan yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan hasilbelajar baik ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Guided Discovery
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Wenty Dwi Yuniarti, M.Kom _____________ _____________ Pembimbing I
Mufidah, M.Pd. _____________ _____________ Pembimbing II
MOTTO
ª!$#urN ä3 y_t• ÷z r&. Ï̀iBÈbqäÜç/öN ä3 ÏF» yg̈Bé&Ÿwšcq ßJ n=÷ès?$\«ø‹ x©Ÿ@yèy_urãN ä3 s9yìôJ ¡¡9$#
t•» |Á ö/ F{$#urno y‰Ï«øùF{ $#ur öN ä3 ª=yès9šcrã• ä3 ô± s?ÇÐÑÈ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahuisesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamubersyukur.1
1Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu,1996), hlm. 413
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali
informasi dalam referensi yang peneliti jadikan bahan rujukan.
Semarang, 15 Desember 2010
Deklarator,
Anik Tri HaryaniNIM: 063611010
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, maka skripsi ini peneliti
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua peneliti, (Lukman dan Kurmi’ah). Keduanya merupakan
orang yang paling berarti di hati peneliti.
2. Guru-guru peneliti yang senantiasa memberi teladan, nasihat dan sabar dalam
membimbing peneliti, serta rela mencurahkan segenap kemampuan agar
peneliti memahami hakikat ilmu.
3. Untuk kakak-kakak peneliti (Lukitowati, Sri Aisyah, Sutarjo, Sulkhan dan
Moh. Ali Imron) yang selalu menjadi inspirasi dan semangat peneliti dalam
setiap warna kehidupan.
4. Untuk keponakan peneliti (Azza Nurush Shobah dan Septian Maulana) yang
menjadi motivator dalam pencarian peneliti akan ilmu.
5. Semua mahasiswa Tadris Fisika, khususnya angkatan 2006, tempat berbagi
cerita selama berjuang bersama.
6. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada
peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya Illahi kepada umat manusia sehingga kita
dapat merasakan nikmat Islam dan Iman.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan
bimbingan, motivasi, dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi peneliti umtuk berterima
kasih kepada:
1. Dr. Suja’i, M. Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. Drs. H.Abdul Wahid, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Tadris, H. Mursid, M.Ag,
Sekretaris Jurusan Tadris, Wenty Dwi Yuniarti, M.Kom, Ketua Program Studi
Tadris Fisika, dan Andi Fadllan, M.Sc, sekretaris program studi Tadris Fisika
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Wenty Dwi Yuniarti, M.Kom dan Dra. Mufidah, M.Pd selaku pembimbing
yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan
dan bimbingan serta motivasi kepada peneliti.
4. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada
peneliti selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
5. Kedua orang tua peneliti, (Lukman dan kurmi’ah) yang telah memberikan
motivasi, doa, dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya peneliti dalam
menuntut ilmu.
6. Rosmarin, termakasih atas do’a dan bimbingannya selama ini.
7. Ahmad Mustafidin, M.Si selaku kepala sekolah MTs Darul Ulum Semarang
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian .
8. Chabibah S.Pd selaku guru pembimbing penelitian.
9. Teman senasib seperjuangan peneliti, (Tadris Fisika angkatan 2006), terutama
Dika, Ina, Eka, Zahro dan Arief, semoga kebersamaan kita tidak terlupakan.
10. Teman dekat peneliti yang selalu memberikan perhatian, motivasi dan do’a
kepada peneliti.
11. Adik-adik di kos B15 (Halim, Hidayah, Kiki, Wulan, Yaya, Nadzir, Astri,
Isma, Erlin, Vita, Ika, Diana, Islam dan Ima) yang senantiasa menemani
peneliti dalam suka dan duka, semoga kebersamaan kita tidak terlupakan.
12. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Harapan peneliti, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Pada akhirnya peneliti menyadari, bahwa penelitian skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi peneliti
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti sendiri maupun
bagi pembaca umumnya.
Semarang, 15 Desember 2010
Peneliti,
Anik Tri HaryaniNIM: 063611010
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
ABSTRAK....................................................................................................... .. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI........................................................... iv
HALAMAN MOTTO....................................................................................... . v
HALAMAN DEKLARASI................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................. . viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... .. x
DAFTAR TABEL............................................................................................ .. xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... .. xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………….. .................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... ......... 4
C. Pembatasan Masalah.............................................................. ......... 4
D. Rumusan Masalah.................................................................. ......... 4
E. Penegasan Istilah.................................................................... ......... 5
F. Tujuan Penelitian............................................................................. 6
G. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakekat Belajar....................................................................... ........ 8
B. Model Pembelajaran Guided Discovery.......................................... 16
C. Materi Tentang Kalor.............................................................. ........ 22
D. Kajian Penelitian yang Relevan............................................... ....... 28
E. Hipotesis Tindakan.......................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian...................................................................... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ .. 31
C. Metode Penelitian..................................................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data................................................... ... 40
E. Metode Analisis Data............................................................ ... 41
F. Indikator Keberhasilan.......................................................... ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Pra Penelitian............................................................ 44
B. Hasil Penelitian ..................................................................... 45
C. Pembahasan .......................................................................... 58
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................... 63
C. Penutup ................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. : Hasil Belajar Pra Tindakan ........................................................... 43
Tabel 4.2. : Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus I ............... 45
Tabel 4.3. : Hasil Pengamatan Aspek Psikomorik Peserta Didik Siklus I ........ 46
Tabel 4.4. : Hasil Tes Peserta Didik Siklus I ................................................... 47
Tabel 4.5. : Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus II .............. 50
Tabel 4.6. : Hasil Pengamatan Aspek Psikomorik Peserta Didik Siklus II ....... 51
Tabel 4.7. : Hasil Tes Peserta Didik Siklus II .................................................. 52
Tabel 4.8. : Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus III ............. 55
Tabel 4.9. : Hasil Pengamatan Aspek Psikomorik Peserta Didik Siklus III ...... 55
Tabel 4.10. : Hasil Tes Peserta Didik Siklus III ................................................. 56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. : Bagan Perubahan Wujud Benda .................................................... 24
Gambar 3.1. : Tahapan Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 31
Gambar 3.2. : Siklus Dalam Penelitian ................................................................ 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Nama Peserta didik
Lampiran 2 : Nama Kelompok
Lampiran 3 : Silabus
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lampiran 6 : Lembar Soal Penelitian
Lampiran 7 : Lembar Kunci Jawaban Soal
Lampiran 8 : Lembar Observasi Afektif
Lampiran 9 : Lembar Observasi Kognitif
Lampiran 10 : Lembar Observasi Psikomotorik
Lampiran 11 : Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan
sains berkembang dengan pesat. Hal ini menggugah para pendidik untuk
dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada
penguasaan konsep sains, yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari
di masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains, kreatifitas
sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk ditingkatkan. Jalur
yang tepat dan sesuai untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah
melalui jalur pendidikan.
Untuk menguasai ilmu dan teknologi, pendekatan pembelajaran yang
hanya memberikan konsep dan teori sudah tidak sesuai lagi. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pendekatan yang mempunyai karakteristik yang melibatkan
peserta didik secara intelektual dan emosional, sehingga peserta didik terlatih
belajar secara aktif dan kreatif. Peserta didik dilatih menemukan sesuatu yang
baru melalui proses pembelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan
dalam pendidikan saat ini, menuntut peserta didik untuk aktif dalam
pembelajaran dan mempersyaratkan kompetensi sebagai hasil belajar yang
meliputi tiga ranah yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.2
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
2 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007), hlm. 44
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Fisika merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA oleh karenanya
fisika mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Fisika mempelajari tentang
sifat, materi, gerak, dan fenomena yang ada hubungannya dengan energi.
Selain itu juga mempelajari tentang keterkaitan konsep fisika dengan
kehidupan nyata, mengembangkan sikap dan kesadaran terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi serta dampaknya.
Kenyataan yang ditemui di lapangan, kebanyakan guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional dimana peserta didik hanya
mencatat, mendengar tanpa adanya keterlibatan peserta didik secara langsung
dalam pembelajaran, sehingga yang terjadi hanya komunikasi satu arah yaitu
guru kepada peserta didik. Penggunaan metode konvensional berulang-ulang
menimbulkan kebosanan pada diri peserta didik, peserta didik menjadi tidak
tertarik dan menyebabkan peserta didik menjadi kurang termotivasi untuk
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Nilai hasil belajar fisika peserta didik kelas VII MTs Darul Ulum
Beringin Tahun pelajaran 2009/2010 pada materi pokok kalor masih relatif
rendah, hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata
pelajaran, nilai rata-rata peserta didik yaitu 55 sedangkan hasil ini masih
dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 65.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka untuk mengatasi masalah
tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang mendorong peserta didik
untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi
dirinya.
Berbagai pendekatan dan model pembelajaran dapat digunakan oleh
guru dalam setiap pembelajaran di kelas. Dengan penerapan model-model
pembelajaran guru dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik
secara optimal dalam meningkatkan pemahaman belajar peserta didik. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
Guided Discovery. Pemilihan model pembelajaran ini karena pada model
pembelajaran ini akan melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menemukan sesuatu secara sistematis, logis,
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Hal ini
sebagaimana telah disabdakan oleh Rasullullah SAW: 3
:
:
)(
“Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi
Wa’il, dari ibn Mas’ud yang mengatakan: “Bahwa Nabi SAW selalu mengatur
ketika memberi nasehat-nasehat kepada kita dalam beberapa hari karena kuatir
kita menjadi bosan. ” (HR Bukhari).4
Maksudnya, dalam memberi nasihat-nasihat kepada para sahabatnya,
Rasulullah sangat berhati hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para
sahabat. Nasehat itu diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak
dilakukan setiap hari agar tidak membosankan. Hadis ini berbicara tentang
metode pembelajaran dimana dalam suatu pembelajaran itu harus
menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
terutama dengan mempertimbangkan keadaan peserta didik yang akan
belajar.
3Al-imam Abi Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhori, (BeirutLebanon: Dar Al-Fikr,1981M), jilid 1, hlm. 25.
4Ismail SM, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:Rasail Media Group, 2008), hlm. 13.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi
Pokok Kalor untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII A
MTs Darul Ulum Beringin Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran
2010/2011.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini
yang dapat diidentifikasi antara lain, sebagai berikut :
1. Pentingnya penerapan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
2. Materi pelajaran yang bersifat abstrak menyebabkan munculnya suatu
permasalahan pada peserta didik yang merasa kesulitan dalam memahami
konsep tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada penerapan model pembelajaran
guided discovery dan peningkatan hasil belajar pada aspek kognitif, aspek
afektif dan aspek psikomotorik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana skenario penerapan model pembelajaran guided discovery pada
materi pokok kalor kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang
semester gasal tahun pelajaran 2010/2011?
2. Sejauh manakah model pembelajaran guided discovery dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum
Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi
pokok kalor?
E. Penegasan istilah
Penegasan istilah khususnya yang berhubungan dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pokok Kalor
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII A MTs Darul
Ulum Beringin Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011”
dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan tujuan dilaksanakannya penelitian
ini.
1. Penerapan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara,
perbuatan menerapkan.5
2. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.6 Menurut Arends
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.7
3. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.8 Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah
berupa nilai akhir yang diperoleh peserta didik pada tiap siklusnya.
4. Discovery menurut Sund sebagaimana yang dikutip oleh Roestiyah adalah
proses mental dimana peserta didik mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip.9 Pada model pengajaran ini guru memberikan
kebebasan peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan
menemukan sendiri peserta didik dapat lebih mengerti secara mendalam.
5. Guided Discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran dimana
guru menciptakan situasi sehingga peserta didik dapat belajar secara
mandiri dengan petunjuk dan bimbingan dari guru.10
6. Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah sistem dan
sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur.11
5Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2005), hlm. 1180
6Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 46
7Ibid, hlm. 468Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), hlm. 379Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 2010Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan,
(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,2007), hlm. 7511John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., (Bandung:
Erlangga, 1985), cet. 3, hlm. 723.
F. Tujuan penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk menerapkan model pembelajaran guided discovery pada materi
pokok kalor pada peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin
Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011.
2. Mengetahui sejauh mana model pembelajaran guided discovery dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum
Beringin Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 pada materi
pokok kalor.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta didik
a. Pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga peserta didik menjadi
lebih mudah memahami dan menguasai materi yang diberikan.
b. Dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru fisika dalam
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien serta efektif dalam
kegiatan belajar mengajar fisika.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang baru sehingga
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dimasa mendatang.
4. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran kepada sekolah terkait
penggunaan model-model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Belajar
1. Belajar
Belajar dikalangan masyarakat mudah dikenal, bahkan pengertian
dari belajar itu sendiri jika dilihat dari sejarah perkembangan manusia
akan sama tuanya dengan terjadinya kelahiran manusia itu sendiri. Hanya
saja istilah pada zaman itu berbeda dengan zaman modern sekarang ini.12
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
pemahaman sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, dan
kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar.13
Belajar menurut King Sley sebagaimana yang dikutip oleh
Anissatul Mufarokah adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil
melalui pengalaman dan latihan-latihan. Sedangkan yang dimaksud
pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi antara
individu dengan lingkungannya.14
Menurut Geoch dalam Agus Suprijono, “learning is change in
performance as a result of practice”, yang artinya perubahan performance
sebagai hasil latihan.15
Menurut Reber dalam Muhibbin Syah, “learning is the process of
acquiring knowledge and a relatively permanent change as a result of
reinforced practice”, yang artinya belajar adalah proses memperoleh
12Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, ( Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009),hlm. 12.
13Ibid, hlm. 13.14Ibid, hlm. 13.15Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), cet.II, hlm. 2.
pengetahuan dan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif
langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.16
Learning is the process by wich an activity originates or changed
through training procedures (wether in the laboratory or in the natural
environment)as distinguished from changes by factors not attributable to
training.17
Belajar menurut Morgan dkk sebagaimana yang dikutip oleh Djaali
merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan atau pengalaman.18 Dari pengertian belajar di atas
tampak bahwa belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan.19
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada
beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar
antara lain:20
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah dan
kebiasaannya bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis, suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna
bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
16Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2006), edisi revisi, hlm. 91.
17Richard Kern, Literacy and Language Teaching,(New York: Oxford University Press,2000), hlm. 172
18Djaali, Psikologi Pendidikan,( Jakarta: PT Bumi Akasara, 2009), hlm. 115.19Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 27.20Syaiful Bahri Djamarah, Psiklogi Belajar,( Jakarta: PT Rineka Cipta,2008), hlm. 15-16.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan afektif
Semakin banyak usaha belajar yang dilakukan, semakin
banyak dan baik perubahan yang diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat
menetap. Misalnya seorang anak yang belajar memainkan piano, tidak
akan hilang begitu saja bahkan akan terus berkembang jika
dikembangkan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuan yang
ingin dicapai.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap
kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari
interaksi dengan lingkungan, interaksi ini biasanya berlangsung secara
disengaja. Kesengajaan itu tercermin dari adanya faktor-faktor
berikut:21
1) Kesiapan (readiness) yaitu kesiapan baik fisik maupun mental
untuk melakukan sesuatu.
2) Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan
sesuatu.
3) Tujuan yang ingin dicapai
Belajar bagi manusia sangat dianjurkan karena ilmu itu sebagai
hiasan bagi ahlinya, selain itu juga Allah SWT telah menjanjikan akan
21Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,( Bandung: Sinar BaruAlgensindo, 2007), hlm. 15.
mengangkat derajat bagi orang-orang yang berilmu, yang mana telah
difirmankan dalam surat Al Mujadilah ayat 11.22
...Æìsù ö• tƒª! $#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïè ø9 $#;M» y_ u‘ yŠ....
“...Allah akan menaikkan orang-orang yang beriman diantara kamudan orang-orang yang diberi ilmu ke derajat yang tinggi....”(AlMujadilah:11)23
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh oleh anak setelah
melalui kegiatan belajar.24 Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga ranah
hasil belajar diantaranya yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.25
a. Ranah kognitif
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur
yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Kognitif terdiri dari enam aspek antara lain:
1) Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari
kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Tipe hasil belajar
pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah.
Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya.
22Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu,1996), hlm. 43423Jalaluddin Al-Mahally dan jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, Berikut Asbabun
Nuzulnya, (Bandung: Sinar Baru,1990), cet I, hlm. 2402-240324Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003),hlm. 37.25ibid, hlm. 38
2) Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan
adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori yaitu tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan.
Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran. Pemahaman tingkat
ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret
atau aplikasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori
atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru
disebut aplikasi.
4) Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan
susunannya.
5) Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian
ke dalam bentuk menyeluruh. Berfikir sintesis adalah berfikir
divergen. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk
menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah
satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan metode, materil, dll.
b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai.
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat
yaitu:26
26Purwanto, M.Pd, Evaluasi Hasil Belajar,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51.
1) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah
kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian
kepada rangsangan yang datang kepadanya.
2) Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan
memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini siswa
tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tapi juga
berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan.
3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk
menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut.
4) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang
dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.
5) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah
menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya
menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi
dalam perilaku sehari-hari.
c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Menurut Simpson hasil belajar psikomotorik
dapat diklasifikasikan menjadi enam antara lain:27
1) Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar
psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan
membedakan suatu gejala dengan gejala lain.
2) Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk
memulai suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan diri
sebelum memperagakan sholat, mendemonstrasikan penggunaan
termometer dan sebagainya.
3) Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan
melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.
4) Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan
gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena
latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
27Ibid, hlm. 52.
5) Gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan
serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.
6) Kretivitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-
gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan
gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang
orisinal.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua
kategori yaitu:
a. Faktor-faktor internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.28 Faktor-
faktor internal ini meliputi:
1) Faktor jasmaniah, meliputi:
a) Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya.
b) Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Peserta didik
yang cacat belajarnya akan terganggu.29
2) Faktor psikologis, faktor psikologis merupakan keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar, meliputi:
a) Inteligensi atau kecerdasan
Kecerdasan merupakan fator psikologis yang paling
penting dalam proses belajar peserta didik, karena itu
menentukan kualitas belajar peserta didik. Semakin tinggi
28Baharrudin dan Esa Nur Wahyudu, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007), hlm.13.
29Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: RinekaCipta,2010).hlm.54.
tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar.30
b) Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keaktifan kegiatan belajar peserta didik.
c) Minat
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
d) Bakat
Bakat merupakan kemampuan seseorang yang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
e) Sikap
Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dengan cara yang relative tetap terhadap objek, orang, peristiwa
dan sebagainya, baik secara positif atau negatif.
f) Motif
Motif sangatlah perlu dalam belajar, untuk membentuk
motif yang kuat dapat dilaksanakan adanya latihan-latihan dan
pengaruh lingkungan
g) Kematangan
Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase
pertumbuhan seseorang, karena alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru31. Jadi, kemajuan baru
30M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: remaja Rosdakarya, 1999).hlm.103.
31Slameto, op.cit,. hlm 58.
untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan
belajar.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Maka agar peserta didik belajar
dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan
belajar. Sehingga perlu dipisahkan kondisi yang bebas dari
kelelahan.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu yang
belajar, yang meliputi:32
1) Faktor sosial, terdiri atas:
a) Faktor keluarga
b) Faktor sekolah
2) Faktor masyarakat
3) Faktor budaya
4) Faktor lingkungan fisik
5) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
B. Model Pembelajaran Guided Discovery
Salah satu metode mengajar yang yang akhir-akhir ini banyak
digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah “metode penemuan”
hal itu disebabkan karena metode penemuan itu:
1. merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;
2. dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan
anak;
3. pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;
32Anissatul mufarokah, loc.cit., hlm. 32.
4. dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri;
5. dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan
mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.33
Dengan demikian diharapkan metode penemuan ini lebih dikenal dan
digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang
memungkinkan.
a. Pengertian model pembelajaran Discovery
Discovery adalah pengajaran di mana guru memberikan kebebasan
siswa untuk menemukan sesuatu sendiri siswa dapat lebih mengerti secara
dalam. Dengan menemukan sendiri, siswa akan sampai pada pengalaman
gembira “AHA! Aku menemukan!” siswa akan menjadi senang.
Discovery merupakan metode belajar berbasis pencarian,
penyelidikan. Sebagaimana dikutip Bruner pembelajaran discovery adalah
pendekatan kognitif dalam pembelajaran di mana guru menciptakan situasi
sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatan
aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk
mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Jadi,
dalam discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada
persoalan-persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat
suatu percobaan.34
Menurut Encylopedia of Educational Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
33B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2002), hlm. 191-192.
34Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktvistik & Menyenangkan,(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2007), hlm. 72.
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pendidikannya.35
Discovery menurut Sund sebagaimana yang dikutip oleh Rostiyah
adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut
antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-
golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas,
demokrasi dan sebagainya, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip
antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Pada
teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses
mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.36
Hal yang menarik dalam discovery adalah selalu dalam situasi
problem solving, di mana pelajar diharapkan pada pengalaman sendiri dan
pengetahuan awal mereka, untuk menemukan kebenaran atau pengetahuan
baru yang harus dipelajari. Maka discovery sering disebut pembelajaran
personal, internal, dan konstruktivistik.
Metode discovery menurut Kaufman sebagaimana yang dikutip
oleh Paul Suparno adalah bahwa apa yang dipelajari sendiri akan
dimengerti lebih baik. Modelnya adalah pencarian induktif. Dalam
pencarian itu siswa menemukan atau mengkonstruksi prinsip dan konsep
dengan berhadapan pada contoh atau pengalaman dari prinsip itu. Pada
model ini siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan menjawab
berbagai pertanyaan atau persoalan, memecahkan persoalan, untuk
menemukan konsep dasar. Peran guru hanya memberikan arahan. Unsur
penting dalam proses ini adalah siswa dengan menggunakan pikirannya
sendiri mencoba menemukan suatu pengertian dari yang digeluti. Jadi
siswa sungguh terlibat aktif. Proses discovery itu meliputi:37
35B. Suryosubroto, op.cit., hlm. 192.36Rostiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 20.37Paul Suparno, op.cit., hlm. 73-74.
1) Mengamati, yaitu kegiatan mengamati gejala atau persoalan yang
diamati.
2) Menggolongkan, yaitu kegiatan mengklasifikasikan apa-apa yang
dikemukakan dalam pengamatan sehingga menjadi lebih jelas.
3) Memprediksi, yaitu kegiatan untuk memperkirakan mengapa gejala itu
terjadi.
4) Mengukur, yaitu kegiatan melakukan pengukuran terhadap yang
diamati untuk memperoleh data yang lebih akurat.
5) Menguraikan atau menjelaskan, yaitu kegiatan menjelaskan data
pengukuran yang diperoleh.
6) Menyimpulkan, yaitu kegiatan mengambil kesimpulan dari data yang
diperoleh.
b. Macam-Macam Discovery
Menurut Weimer sebagaimana yang dikutip oleh Paul Suparno
mengidentifikasi adanya 6 tipe Discovery, yaitu:
1) Discovery, proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas,
yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau
pengertian sendiri.
2) Discovery Teaching, model mengajar dengan cara menemukan
sesuatu. Discovery teaching lebih digunakan guru untuk mengajar
siswa dengan cara penemuan.
3) Inductive Discovery, penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif,
yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya
lengkap seperti metode ilmiah.
4) Semi-inductive Discovery, penemuan dengan pendekatan induktif,
tetapi tidak lengkap. Ketidaklengkapan bisa berupa data yang diambil
hanya sedikit, prosesnya yang disederhanakan, dll.
5) Unguided or Pure Discovery atau Discovery murni, siswa diberi
persoalan dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit sekali
petunjuk dari guru.
6) Guided Discovery, siswa diberi soal untuk dipecahkan sedangkan guru
menyediakan hint (petunjuk), dan arahan bagaimana cara memecahkan
persoalan itu.38
c. Model pembelajaran Guided discovery
Guided discovery menurut Eggen & Kauchak sebagaimana yang
dikutip oleh David merupakan suatu model pengajaran yang dirancang
untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep.39 Menurut
Carin sebagaimana yang dikutip oleh Bruce dalam merencanakan dan
menyiapkan pembelajaran dengan penemuan terbimbing langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan topik yang akan dipelajari oleh siswa.
2) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.
3) Menetapkan lembar pengamatan data yang akan digunakan siswa.
4) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.
5) Menentukan apakah siswa akan bekerja secara individu atau kelompok.
6) Melakukan terlebih dahulu kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa
untuk melihat apa yang dilibatkan, mengetahui apa yang mungkin
timbul dan memodifikasinya bila perlu kesesuaian dengan kelas.40
d. Kelebihan dan Kekurangan Belajar dengan Guided Discovery
Ada banyak kelebihan dari penggunaan model pembelajaran
guided discovery dalam belajar fisika. Menurut Bruner kelebihan dari
penggunaan guided discovery dalam belajar fisika antara lain:
1) mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat
mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan
pikiran itu sendiri. Dengan model guided discovery pikiran siswa
digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan;
38Ibid., hlm. 74-75.39David A. Jacobsen, et. al., Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran
Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet I, hlm. 209.40Bruce Arcurio,”Guided Discovery”
http://www.hvrsd.org/beartavern/home/guideddiscovery/23072010.html
2) mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa akan merasa puas secara
intelektual dengan menemukan sendiri. Kepuasan ini merupakan
penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan lagi
untuk terus mau menekuni sesuatu;
3) belajar menemukan sesuatu. Siswa akan terampil menemukan sesuatu
hanya dengan cara praktik menemukan sesuatu. guided discovery ini
adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa
dalam penemuan hal-hal lain dikemudian hari;
4) ingatan lebih tahan lama. Siswa akan lebih ingat akan hal yang
dipelajari dengan menemukan sendiri. Sesuatu yang ditemukan sendiri
biasanya akan tahan lama, tidak mudah dilupakan;
5) guided discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan
memotivasi siswa untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai
ketemu;
6) melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa
untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.41
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran guided discovery
adalah sebagai berikut:
1) dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar
ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang
abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian
dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil
penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin
akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada
siswa yang lain;
2) metode ini akan kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk
kata-kata tertentu;
41Ibid., hlm. 75
3) harapan yang ditumpahkan pada startegi ini mungkin mengecewakan
guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional;
4) mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan
keterampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai
perkembangan emosional sosial secara keseluruhan;
5) dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang digunakan untuk
mencoba ide-ide mungkin tidak ada;
6) strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah
diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses-proses di bawah
pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan
yang penuh arti. Pemecahan masalah dapat bersifat membosankan
mekanisasi, formalitas dan pasif seperti bentuk terburuk dari metode
ekspositories verbal.42
C. Materi Kalor
1. Kalor
Saat sendok dingin dimasukkan ke dalam secangkir kopi panas,
sendok menjadi hangat dan kopi menjadi dingin ketika mencapai
kesetimbangan termal. Interaksi yang menyebabkan perubahan suhu ini
pada dasarnya adalah energi dari satu bahan ke bahan lainnya. Perbedaan
energi yang hanya terjadi karena perbedaan suhu disebut aliran panas atau
perpindahan panas, dan energi yang dipindahkan disebut panas (heat).
Dalam hal ini panas yang dimaksud adalah kalor.43
42B. Suryosubroto, loc.cit., hlm. 201-20243Hugh D. Young, et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh, diterjemahkan oleh
Endang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora AksaraPratama, 2006), Cet. 8, hlm. 466.
Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan
sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur.44 Bila
energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu naik.
Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat
itu. Jumlah energi panas Q juga bergantung pada sifat alami bahan;
misalnya untuk menaikkan 1 kg air sebesar 1 C diperlukan 4190 J, tapi
hanya 910 J untuk menaikkan 1 kg aluminium. Dengan menyatukan
seluruh hubungan tersebut diperoleh:45
dimana Q = jumlah energi panas (Joule)
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis zat (J/kg C)
T = perubahan suhu ( C)
Secara alami tidak mungkin kalor dapat berpindah dari benda yang
bersuhu rendah ke benda yang bersuhu tinggi. Namun dengan bantuan alat
khusus, kalor dapat berpindah dari benda yang bersuhu rendah ke benda
yang bersuhu tinggi. Sebagai contoh, perpindahan kalor dari ruangan ber
AC ke luar ruangan. Dengan bantuan AC, kalor dari ruangan yang bersuhu
lebih rendah diserap, kemudian dilepaskan di ruangan lain yang bersuhu
lebih tinggi.
Kalor yang diberikan pada suatu zat dapat mengubah wujud zat.
Zat yang berwujud padat dapat berubah menjadi cair jika kalor yang
diberikan cukup untuk mengubah zat tersebut. Jika kalor yang diberikan
ditambah, maka zat yang berwujud cair dapat berubah menjadi gas. Ada 6
istilah perubahan dari 3 zat, yaitu:
44John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al., (Bandung:Erlangga, 1985), cet. 3, hlm. 723.
45Paul A.Tipler, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan oleh LeaPrasetyo, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, Jilid I, (Bandung: PTGelora Aksara Pratama, 2008), Cet. 9, hlm. 599.
a. Melebur
Melebur atau mencair merupakan peristiwa perubahan wujud zat
dari zat padat menjadi zat cair. Contoh: es batu ketika dipanaskan maka
es batu tersebut akan mencair.
b. Menguap
Menguap merupakan peristiwa perubahan wujud zat dari zat cair
menjadi gas. Pada saat menguap partikel-partikel yang berada diatas
permukaan zat cair meninggalkan zat cait tersebut dan membutuhkan
energi yang sangat besar untuk memutuskan ikatan kohesi dari partikel-
partikel sejenis di dalam zat. Contoh: saat merebus air, ketika air
mendidih dan dibiarkan maka air itu akan habis dengan sendirinya
karena air berubah menjadi gas.
c. Mengembun
Mengembun merupakan peristiwa perubahan wujud dari gas
menjadi zat cair. Dengan kata lain mengembun merupakan
penggabungan kembali partikel-partikel zat yang berada dalam wujud
gas menjadi cair. Penggabungan dapat terjadi jika kecepatan gerak
partikel dikurangi dengan cara menurunkan suhunya. Contoh: saat
merebus air, jika bejana kaca ditutup kemudian setelah beberapa saat
tutup bejana diangkat maka akan terlihat air pada tutup bejana tersebut,
peristiwa ini yang disebut dengan mengembun.
d. Membeku
Membeku merupakan peristiwa perubahan wujud dari zat cair
menjadi zat padat. Contoh: air yang dimasukkan ke dalam freezer maka
air tersebut akan menjadi es batu.
e. Menyublim
Menyublim merupakan peristiwa perubahan wujud dari zat
padat menjadi gas. Contoh: es kering (karbon dioksida padat)
menyublim pada tekanan atmosfer.
f. Mengkristal
Mengkristal merupakan peristiwa perubahan wujud dari gas
menjadi padat.
Perubahan wujud benda ini apabila dibuat secara bagan akan
terlihat seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Bagan Perubahan Wujud Benda
Dalam keadaan bebas ternyata tidak semua benda dapat mengalami
ketiga tingkat wujud tersebut. Misalnya sesuatu balok kayu dipanaskan,
ternyata balok tidak mencair seperti es dipanaskan. Begitu pula dengan
kapur barus, dalam keadaan bebas selalu berubah menjadi gas yang
dinamakan menyublim. Bahkan, sebutir telur akan mengeras apabila
dipanaskan (direbus).
Dari contoh di atas ternyata ada kalor yang tidak dipergunakan
untuk menaikkan suhunya melainkan digunakan untuk mengubah
wujudnya. Selama proses perubahan wujud, kalor yang diterima tidak
digunakan untuk menaikkan suhunya tetapi untuk mengubah wujud benda,
kalor yang demikian dinamakan kalor laten (tersembunyi).
Apabila dinyatakan dalam bentuk persamaan menjadi sebagaiberikut: 46
L =mQ atau Q = m.L
dimana Q = kalor (joule atau kalori)
m = masa (kg atau gr) L = kalor laten (J/kg atau kal/gram)
46Hugh D. Young, et. al., loc.cit., hlm. 470
Gas
Padat Cair
menguapmenyublim
mencairmembeku
memadat mengembun
2. Asas Black
Ketika bagian-bagian yang berbeda dari sistem yang terisolasi
berada pada temperatur yang berbeda, kalor akan mengalir dari bagian
dengan temperatur yang lebih tinggi ke bagian dengan temperatur yang
lebih rendah. Jika sistem terisolasi seluruhnya, tidak ada energi yang
mengalir ke dalam atau ke luar. Jadi, kekekalan energi memainkan
peranan penting. Kehilangan kalor sebanyak satu bagian sistem sama
dengan kalor yang didapat oleh bagian yang lain.
Jadi Asas Black berbunyi sebagai berikut: “kalor yang dilepas
akan sama dengan kalor yang diterima”.47
Bila dituliskan dalam rumus sebagai berikut:mk QQ =
dimana kQ = jumlah kalor yang keluar/dilepas
mQ = jumlah kalor yang masuk/diterima
3. Perpindahan kalor
Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang
suhunya rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu kalor dapat
berpindah secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
a. Konduksi
Konduksi merupakan peristiwa perpindahan kalor melalui benda
tetapi bagian-bagian benda itu sendiri tidak mengalami perpindahan
tempat. Dengan kata lain kalor berpindah dari molekul ke molekul lain
dalam batang besi. Molekul-molekul pada ujung besi yang dipanaskan
akan bergetar lebh cepat karena menerima kalor. Getaran ini
mengakibatkan molekul disampingnya ikut bergetar dan mengggetarkan
molekul disampingya sampai ke ujung batang besi.
Tidak semua benda dapat dilewati kalor. Benda-benda ynag
dapat dilewati kalor dengan baik disebut penghantar kalor atau
konduktor. Contohnya yaitu besi, aluminium, tembaga dan emas.
47Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum, dari“Physic Fifth Edition”, Jilid 1, (Bandung: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), Cet. 8, hlm. 494.
Sebaliknya benda-benda yang sulit dilewati kalor disebut penghambat
kalor atau isolator. Contohnya yaitu kayu, kapas, plastik, kertas dan lain
sebagainya.48
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor dengan pergerakan molekul
dari satu tempat ke tempat lain.49 Zat yang dapat memindahkan kalor
secara konveksi hanyalah zat cair dan gas. Kalor tidak merambat dalam
zat tersebut, namun disimpan oleh partikel-partikel zat. Jika partikel zat
tersebut berpindah, maka secara otomatis kalor yang disimpannya juga
akan berpindah.
Arus samudra yang hangat atau dingin menunjukkan adanya
konveksi dalam skala besar. Contoh konveksi yang lain yaitu proses
peleburan logam-logam bekas yang terbuat dari besi pada tungku
peleburan logam (tanur). Selain perpindahan kalor secara konduksi
pada dinding tanur, kalor juga berpindah secara konveksi pada saat
besi-besi bekas mulai mencair. Besi cair di bagian bawah tanur
memiliki suhu yang lebih tinggi dengan massa jenis lebih kecil dari
pada besi cair di bagian atas tanur sehinnga besi cair tersebut dapat
bertukar tempat. Akhirnya, besi cair hasil peleburan besi-besi bekas
dalam tanur akan memiliki suhu yang sama, karena kalor mengalir
secara konveksi dalam cairan logam tersebut.
c. Radiasi
Berbeda dari cara perpindahan konduksi dan konveksi, pada
perpindahan kalor secara radiasi atau pancaran tidak memerlukan
kehadiran zat perantara. Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan
saat transfer energi dari matahari. Bahwa semua kehidupan di dunia ini
bergantung dari energi matahari yang ditransfer ke bumi melalui ruang
hampa.50
48Paul a. Tipler, Fisika untuk Sain dan Teknik, loc.cit., hlm. 606.49Doglas C. Giancoli, Fisika, loc.cit., hlm. 504.50Douglas C. Giancoli, ibid, hlm. 507.
Penyerap yang baik merupakan pemancar yang baik, artinya
bahwa permukaan yang hitam pekat berbeda dengan permukaan yang
mengkilat. Pada permukaan yang hitam mempunyai emisivitas (e) yang
mendekati 1, sehingga mampu memancarkan radiasi yang lebih besar
dan juga mampu menyerap banyak atau hampir seluruh radiasi yang
menimpanya. Tetapi ada permukaan yang mengkilat mempunyai
emisivitas (e) yang mendekati 0 sehiggga hanya mampu memancarkan
radiasi yang lebih kecil dan juga menyerap sedikit dari radiasi yang
meimpanya. Hal inilah yang merupakan sebab mengapa pada saat cuaca
panas banyak orang senang memakai pakaian yang berwarna terang,
dan jika cuaca dingin lebih suka memakai pakaian yang berwarna gelap
atau hitam.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa karya ilmiah yang menjadi rujukan penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Lilis Nurchayati (053611239) yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap hasil belajar
fisika materi pokok zat dan wujudnya kelas VII di MTs N Pamotan
Rembang”. Peneliti menggunakan model pembelajaran Guided Discovery
untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran tersebut dalam
pembelajaran fisika terhadap hasil belajar. Berdasarkan hasil tes diketahui
bahwa rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen yang diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran Guided Discovery adalah 67,62
sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol yang diberi
pembelajaran konvensional adalah 57,12. Maka kelas eksperimen yang
diberi pembelajaran dengan model Guided Discovery hasilnya lebih baik
sehingga pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran
Guided Discovery lebih efektif.51
2. Skripsi Ainul Azhar mahasiswa UNNES yang berjudul “Penerapan
Metode Pembelajaran Discovery dengan Complete Sentence untuk
Meningkatkan Hasil Belajar siswa Kelas VII Smp Negeri 10 Semarang
Pokok Bahasan Kalor”. Peneliti menggunakan metode pembelajaran
discovery dalam pembelajaran fisika, untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I hasil belajar yang dicapai oleh
siswa rata-rata 65,25, pada siklus II hasil belajar yang dicapai oleh siswa
rata-rata meningkat mencapai 70,5 dan pada silkus III rata-rata hasil
belajar yang diperoleh adalah 75,75.52
3. Skripsi Aini Lutpiah yang berjudul “Penerapan Model Guided Discovery
Learning pada Materi Getaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Dempet Tahun Ajaran 2008/2010 ” peneliti menggunakan model guided
discovery learning dalam pembelajaran fisika, untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dan kemampuan berfikir kreatif siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar dan kemampuan berfikir
kreatif kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.
Peningkatan hasil belajar kognitif kelompok eksperimen sebesar 0,55
dengan kriteria sedang. Peningkatan hasil belajar kognitif kelompok
kontrol sebesar 0,47 dengan kriteria sedang. Peningkatan kemampuan
berfikir kreatif kelompok eksperimen sebesar 0,04 dengan kriteria rendah.
51Lilis Nurchayati, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Guided Discoveryterhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Zat dan Wujudnya Kelas VII di MTs N PamotanRembang”, Skripsi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,2009
52Ainul Azhar, “Penerapan Metode Pembelajaran Discovery dengan Complete Sentenceuntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Semarang Pokok BahasanKalor”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasNegeri Semarang.
Peningkatan kemampuan berfikir kreatif kelompok kontrol sebesar 0,01
dengan kriteria rendah.53
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.54 Dari
permasalahan yang ada, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery dapat
meningkatkan hasil belajar fisika pada materi pokok kalor pada peserta didik
kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang semester gasal tahun ajaran
2010/2011.
53Aini Lutpiah, “Penerapan Model Guided Discovery Learning pada Materi Getaran danGelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIIISMP Negeri 1 Dempet Tahun Ajaran 2008/2010 ”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
54Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PTRineka Cipta, 2006), hlm. 71.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIA MTs Darul
Ulum Beringin Ngaliyan Semarang tahun pelajaran 2010/2011.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi kalor
diajarkan pada peserta didik kelas VII semester gasal. Oleh karena itu
penelitian itu dilaksanakan pada waktu semester gasal tahun pelajaran
2010/2011 tepatnya pada tanggal 4 Oktober 2010 – 4 November 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Darul Ulum Beringin
Ngaliyan Semarang.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai Penelitian Tindakan
Kelas adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh
ahli spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun
1946.55 Dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan
dengan Classroom Action Research (CAR).
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
55Zainal Aqib, Penelitian Timdakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), hlm. 13.
secara lebih profesional.56 Sementara itu pengertian Penelitian Tindakan
Kelas menurut Suharsimi dalam bukunya yang berjudul Penelitian
Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Kelas merupakan gabungan definisi
dari tiga kata sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.57
2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian
berdaur yang terdiri dari 4 tahap berikut:
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
56M. Basrowi dan Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),hlm. 26.
57Suharsimi Arikunto, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), hlm.3
Perencanaan I
SIKLUSRefleksi I
Pengamatan I
Pelaksanaan I
Refleksi II
Perencanaan II
Pelaksanaan IISIKLUS II
Pengamatan II
Hasil
Menurut Taggart, prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
mencakup:
a. Penetapan fokus permasalahan
1) Merumuskan adanya masalah.
2) Analisis masalah.
3) Perumusan masalah.
b. Perencanaan tindakan
1) Membuat skenario pembelajaran.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas. Jika digunakan instrumen pengamatan tertentu, perlu
dikemukakan bagaimana pembuatannya, siapa yang akan
menggunakan dan kapan akan digunakan.
3) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai
proses dan hasil tindakan.
4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji
keterlaksanaan rancangan.
c. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa melakukan apa,
kapan, di mana dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan
yang telah direncanakan, dilaksanakan pada situasi yang aktual. Pada
saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan
observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
d. Pengamatan
Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang
meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan
pengamatan adalah mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat
dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
e. Refleksi
pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses,
masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.58
3. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diperlukan minimal dua
siklus. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan tiga
siklus. Adapun alur penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
Gambar 3.2 Siklus dalam Penelitian
58Zainal Aqib, Loc.cit, hlm.30
Perencanaan IMempersiapkan RPP, soal tes, LKS danperangkat pembelajaran (lembar observasi afektifdan psikomotorik) pada materi kalor
SIKLUS
Refleksi I• Membuat simpulan
sementara berhasil ataubelum
• Hasil analisis dijadikanbahan masukan siklusselanjutnya
Pengamatan I• Pengumpulan data (tes kognitif, afektif dan
psikomotorik) kemudian dianalisis.
Pelaksanaan I• Guru melakukan
pembelajaran denganmodel guided discoverysesuai dengan RPPyang telah dibuat.
• Peserta didikmelakukan tes tertulis 1
Refleksi II• Membuat simpulan
sementara berhasil ataubelum
• Hasil analisis dijadikanbahan masukan siklusselanjutnya
Perencanaan IIMempersiapkan RPP, soal tes, LKS danperangkat pembelajaran (lembar observasi afektifdan psikomotorik) pada materi melebur danmembeku.
Pelaksanaan II• Guru melakukan
pembelajaran denganmodel guideddiscovery sesuaidengan RPP yangtelah dibuat.
• Peserta didikmelakukan tes tertulis
Refleksi IIIMembuat kesimpulanpermasalahan sudah ataubelum terselesaikan
SIKLUS II
Pengamatan III• Pengumpulan data (tes kognitif, afektif dan
psikomotorik) kemudian dianalisis.
Pengamatan II• Pengumpulan data (tes kognitif, afektif dan
psikomotorik) kemudian dianalisis.
SIKLUS III
Perencanaan IIIMempersiapkan RPP, soal tes, LKS danperangkat pembelajaran (lembar observasi afektifdan psikomotorik) pada materi menguap danmendidih
Pelaksanaan III• Guru melakukan
pembelajaran denganmodel guideddiscovery sesuaidengan RPP yangtelah dibuat.
• Peserta didikmelakukan tes tertulis3
Indikator Tercapai
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan peneliti
dengan proses kerja sebagai berikut:
a. Pra Siklus
Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengikuti
pembelajaran secara langsung untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran dengan metode yang konvensional yaitu belum
menggunakan model pembelajaran guided discovery yang akan
ditawarkan oleh peneliti.
b. Siklus I
1) Perencanaan
a) Guru dan peneliti mempersiapkan materi kalor dapat menaikkan
suhu dan merubah wujud zat dengan menerapkan model
pembelajaran guided discovery;
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah
disiapkan;
c) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi.
2) Pelaksanaan
a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik;
c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
d) guru memberikan masalah mengenai materi kalor dapat
menaikkan suhu dan merubah wujud zat untuk dipecahkan oleh
peserta didik;
e) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided
discovery yaitu: mengamati, menggolongkan, memprediksi,
mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan;
f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan,
kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya;
g) guru memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan
yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan
konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga pemahaman
peserta didik menjadi lebih lengkap;
h) guru memberikan tes tertulis yang sesuai dengan kompetensi
yang ditentukan.
3) Pengamatan
a) guru dan peneliti mengamati aktivitas kelompok peserta didik
dan keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah
dengan percobaan;
b) guru dan peneliti mengamati kebersamaan antar peserta didik
dalam menyampaikan hasil percobaan;
c) guru dan peneliti mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah
di atas ketuntasan belajar;
d) peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan
harapan penelitian.
4) Refleksi
a) secara kolaboratif, guru dan peneliti menganalisis dan
mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu
refleksi mana yang perlu dipartahankan dan mana yang perlu
diperbaiki untuk siklus II nantinya;
b) membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I;
c) mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan kegiatan
penelitian dalam siklus II.
c. Siklus II
1) Perencanaan
a) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi
melebur dan membeku dengan menerapkan model pembelajaran
guided discovery;
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah
disiapkan;
c) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi.
2) Pelaksanaan
a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya
pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta
didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik;
c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
d) guru memberikan masalah mengenai materi melebur dan
membeku untuk dipecahkan oleh peserta didik;
e) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah
guided discovery yaitu: mengamati, menggolongkan,
memprediksi, mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan
menyimpulkan;
f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan,
kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya;
g) guru memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan
yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan
konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga pemahaman
peserta didik menjadi lebih lengkap;
h) guru memberikan tes tertulis yang sesuai dengan kompetensi
yang ditentukan.
3) Pengamatan
a) guru dan peneliti mengamati aktivitas kelompok peserta didik
dan keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah
dengan percobaan;
b) guru dan peneliti mengamati kebersamaan antar peserta didik
dalam menyampaikan hasil percobaan;
c) guru dan peneliti mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah
di atas ketuntasan belajar;
d) peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan
harapan penelitian.
4) Refleksi
a) secara kolaboratif, guru dan peneliti menganalisis dan
mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu
refleksi mana yang perlu dipartahankan dan mana yang perlu
diperbaiki untuk siklus III nantinya;
b) membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus II;
c) mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan kegiatan
penelitian dalam siklus III.
d. Siklus III
1) Perencanaan
a) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi
menguap dan mendidih dengan menerapkan model
pembelajaran guided discovery;
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah
disiapkan;
c) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi.
2) Pelaksanaan
a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik;
c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
d) guru memberikan masalah mengenai materi menguap dan
mendidih untuk dipecahkan oleh peserta didik;
e) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided
discovery yaitu: mengamati, menggolongkan, memprediksi,
mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan;
f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan,
kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya;
g) guru memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan
yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan
konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga pemahaman
peserta didik menjadi lebih lengkap;
h) guru memberikan tes tertulis yang sesuai dengan kompetensi
yang ditentukan.
3) Pengamatan
a) guru dan peneliti mengamati aktivitas kelompok peserta didik
dan keberhasilan peserta didik dalam memecahkan masalah
dengan percobaan;
b) guru dan peneliti mengamati kebersamaan antar peserta didik
dalam menyampaikan hasil percobaan;
c) guru dan peneliti mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah
di atas ketuntasan belajar;
d) peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang
dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan
harapan penelitian.
4) Refleksi
Refleksi pada siklus III ini dilakukan untuk
menyempurnakan pembelajaran dengan model giuded discovery
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data penelitian adalah peserta didik kelas VII A MTs
Darul Ulum Beringin Ngaliyan Semarang.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan
untuk memperoleh keterangan atau kenyataan yang benar mengenai
obyek yang diteliti sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
a. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis.59 Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama
peserta didik, jumlah peserta didik, dan untuk mengetahui kendala-
kendala yang dialami guru maupun peserta didik saat proses belajar
mengajar, serta untuk mendapatkan data awal tentang kemampuan
memahami pelajaran fisika dalam materi pokok kalor sebelum
menggunakan model pembelajaran guided discovery.
59Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2006), hlm. 158
b. Pengamatan (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.60 Pada penelitian ini, pengamatan aktivitas afektif maupun
psikomotorik menggunakan lembar pengamatan yang penilaiannya
menggunakan rating scale (skala penilaian) yang berbentuk rentang
nilai dari angka (4,3,2,1).61
c. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan
cepat.62 Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam belajar fisika khusunya pada materi pokok kalor. Pada
penelitian ini tesnya berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda
dengan 4 pilihan (a,b,c,d).
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara
membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum diberi tindakan dengan
hasil belajar peserta didik setelah diberi tindakan pada siklus I, silkus II dan
siklus III. Berikut akan dipaparkan metode analisis data hasil belajar peserta
didik:
1. Analisis hasil evaluasi peserta didik tiap siklus
Hasil evaluasi peserta didik tiap siklus diperoleh dari nilai tes
akhir siklus berupa tes tertulis. Kemudian dari data yang diperoleh dapat
dianalisis nilai ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal peserta didik
setelah adanya tindakan.
60Daryanto, Evaluasi Pendidikan Komponen MKKD, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999),hlm.33
61Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2009), hlm. 77
62Ibid. hlm. 35
a. Ketuntasan individu
Ketuntasan individu dihitung dengan menggunakan analisis
deskriptif prosentase, yaitu:
Prosentase = X 100%
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas belajar jika
peserta didik memperoleh nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu minimal 65.
b. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan
analisis deskriptif prosentase, yaitu:
Prosentase = X 100%
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal ditentukan
jika rata-rata kelas yang diperoleh diatas nilai KKM dan minimal 21
peserta didik dari 24 peserta didik yang mendapat nilai 65.63
2. Analisis data hasil observasi
a. Lembar observasi afektif peserta didik
Untuk mengetahui tentang afektif peserta didik dalam mengikuti
proses belajar mengajar, maka penulis membuat 5 aspek pengamatan
yang meliputi: bekerjasama dengan kelompok, tanggung jawab,
keaktifan mengerjakan tugas, partisipasi dalam kegiatan pembelajaran
dan menghargai pendapat orang lain. Kemudian dilakukan analisis pada
instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif
melalui prosentase. Adapun perhitungan prosentase afektif peserta didik
adalah:
Prosentase = X 100%
63E. Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi konsep, karakteristik, implementasi, daninovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hlm.99.
b. Lembar observasi psikomotorik peserta didik
Untuk mengetahui tentang psikomotorik peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis membuat 5 aspek
pengamatan yang meliputi: mempersiapkan alat, merangkai alat,
melakukan percobaan, merapikan kembali alat dan bahan, dan
mengkomunikasikan hasil percobaan. Kemudian dilakukan analisis
pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik
deskriptif melalui prosentase. Adapun perhitungan prosentase keaktifan
peserta didik adalah:
Prosentase = X 100%
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi
peningkatan hasil belajar peserta didik MTs Darul Ulum pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Pembelajaran fisika denga model pembelajaran
guided discovery dikatakan meningkat apabila memenuhi kritaria sebagai
berikut:
1. Peningkatan hasil belajar peserta didik yang dilihat dari hasil tes dan
prosentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai peserta didik.
Keberhasilan peserta didik untuk aspek kognitif dapat dilihat dari tes, jika
nilai peserta didik mencapai nilai minimal 65 secara individu dan 85 %
secara klasikal.
2. Terjadi peningkatan aktivitas afektif da aktivitas psikomotorik peserta
didik dari siklus I sampai siklus III.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KONDISI PRA PENELITIAN
Kondisi awal adalah kondisi peserta didik sebelum dilaksanakan
pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery. Data kondisi awal
peserta didik diambil dari data hasil belajar peserta didik pada mid semester seperti
tertuang pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Belajar Pra Tindakan
No Keterangan Sebelum Tindakan
1 Nilai tertinggi 79
2 Nilai terendah 42
3 Nilai rata-rata 61,6
4 Jumlah peserta didik yang tuntas 11
5 Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 13
6 Ketuntasan klasikal 45,83
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery,
ketuntasan hasil belajar klasikal masih jauh di bawah ketuntasan hasil belajar
klasikal yang diharapkan yaitu minimal 21 peserta didik dari 24 peserta didik.
Dari hasil observasi sebelum penelitian, proses belajar mengajar
masih terjadi hanya satu arah saja, yaitu dari guru ke peserta didik. Peserta
didik tidak pernah diajak untuk melakukan praktikum sehingga menyebabkan
rendahnya hasil belajar peserta didik.
Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika pra
tindakan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang tepat sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik masih rendah.
Dengan berbekal hasil observasi tersebut maka peneliti menerapkan model
pembelajaran guided discovery agar hasil belajar peserta didik meningkat.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs
Darul Ulum Semarang tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian dirancang dalam
3 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) peneliti mempersiapkan materi kalor dapat menaikkan suhu dan
merubah wujud zat dengan menerapkan model pembelajaran
guided discovery;
2) peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada materi yang telah disiapkan;
3) peneliti mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi dan
evaluasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2010 dengan
materi kalor dapat menaikkan suhu dan merubah wujud zat dengan
kegiatan sebagai berikut:
i) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
j) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik;
k) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
l) guru memberikan masalah mengenai materi kalor dapat menaikkan
suhu dan merubah wujud zat untuk dipecahkan oleh peserta didik;
m) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu:
mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur,
menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan;
n) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan,
kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya;
o) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil
percobaan;
p) Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif siklus I.
c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap (ranah
afektif), penilaian kinerja atau aktivitas peserta didik (ranah
psikomotorik), dan dilakukan tes hasil belajar siklus I. dari
pengamatan pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengamatan aspek afektif
Dari pengamatan aspek afektif peserta didik diambil dari
lembar observasi penilaian sikap peserta didik pada saat
pembelajaran pada siklus I, dari pengamatan diperoleh hasil seperti
pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus I
Aspek Afektif yang Diamati Skor Persentase (%)
Bekerjasama dengan Kelompok 65 67,7
Tanggung Jawab 61 63,5
Keaktifan Mengerjakan Tugas 65 67,7
Partisipasi dalam Kegiatan Pembelajaran 57 59,3
Menghargai Pendapat Orang Lain 55 57,2
Nilai Rata-rata 60,6 63,08
Kategori Cukup
Dari data pengamatan afektif peserta didik, pada siklus I
menunjukkan hasil dengan kategori cukup dengan persentase
sebesar 63,08%. Hasil pengamatan afektif peserta didik ini
tentunya masih jauh dari harapan, karena ada 5 peserta didik yang
nilai afektifnya masih dalam kategori kurang. Diskusi dalam tiap
kelompok belum berjalan lancar karena kurangnya kerjasama dan
masih ada peserta didik yang membuat keributan sendiri, maka
dengan demikian masih diperlukannya perlakuan untuk
meningkatkan aspek afektif peserta didik pada siklus II.
2) Pengamatan aspek psikomotorik
Dari pengamatan aspek psikomotorik peserta didik
diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik
pada saat pembelajaran pada siklus I. dari pengamatan diperoleh
hasil seperti pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta Didik
Siklus I.
Aspek Psikomotorik yang Diamati Skor Persentase (%)
Mempersiapkan Alat 62 64,5
Merangkai Alat 63 65,6
Melakukan Percobaan 66 68,7
Merapikan kembali Alat dan Bahan 60 62,5
Mengkomunikasikan Hasil Percobaan 63 65,6
Nilai Rata-rata 62,8 65,38
Kategori Cukup
Dari data pengamatan psikomotorik peserta didik, pada
siklus I menunjukkan hasil dengan kategori cukup dengan
persentase sebesar 65,38%.
Hasil pada siklus I dapat dibuat acuan untuk lebih
meningkatkan kegiatan praktikum dan diskusi pada siklus II karena
pada siklus I dalam pembelajaran peserta didik belum terbiasa
dengan penerapan model pembelajaran guided discovery sehingga
masih belum terkondisikan untuk menyampaikan atau
mengkomunikasikan materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan
dari hasil observasi yang didapatkan bahwa masih banyak peserta
didik yang belum mengetahui bagaimana cara melakukan
percobaan dan penggunaan alat, dalam tiap kelompok hanya 2
sampai 3 peserta didik yang melakukan praktikum. Peserta didik
yang mendapat nilai dalam kategori kurang adalah 6 peserta didik.
3) Pengamatan aspek kognitif
Pengamatan aspek kognitif peserta didik diambil dari tes
evaluasi pada saat diakhir pembelajaran silkus I. dari tes yang telah
dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Tes Peserta Didik (Aspek Kognitif) Siklus I
Keterangan Siklus I
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 40
Nilai rata-rata 64,58
Jumlah peserta didik yang tuntas 12
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 12
Ketuntasan klasikal 50%
Dari data hasil tes peserta didik, pada siklus I
menunjukkan hasil ketuntasan belajar belum mencapai angka
minimal yaitu 21 dari 24 peserta didik, jika dibandingkan dengan
hasil analisis kondisi pra penelitian peserta yang tuntas sebesar 11
sedangkan pada siklus I peserta didik yang tuntas sebanyak 12.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siklus I dengan menggunakan
model pembelajaran guided discovery menunjukkan bahwa aspek
afektif persentase keseluruhan kelas sebesar 63,08% dan aspek
psikomotorik persentase kelas sebesar 65,38%.
Nilai rata-rata peserta didik naik 2,98 poin dari rata-rata data
awal sebesar 61,6 dan pada kondisi pra penelitian peserta didik yang
tuntas sebanyak 11 peserta didik dan peserta didik yang tuntas pada
siklus I sebanyak 12 peserta didik. Ketuntasan tersebut belum
dikatakan tuntas karena ketuntasan belajar klasikal fisika adalah
minimal 21 peserta didik dari 24 peserta didik yang mendapat nilai
KKM 65.
Pada hasil pembelajaran siklus I mengalami peningkatan tapi
belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya
perbaikan pada proses pembelajaran siklus II. Setelah pelaksanaan dan
pengamatan siklus I, peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan pada siklus I. Berdasarkan refleksi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tes yang telah
diberikan di siklus I, guru melakukan perbaikan pada siklus II untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Kelemahan utama pada siklus I adalah peserta didik masih
belum aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam pengamatan
proses belajar mengajar, masih banyak peserta didik yang malu untuk
bertanya, malu untuk mengungkapkan pendapat dan malu untuk
menyanggah pendapat temannya. Dalam kegiatan praktikum,
kekompakan di dalam kelompok juga belum berjalan, hanya 2 atau 3
peserta didik saja yang melakukan praktikum.
Dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka pada
siklus II akan tetap dilaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran guided discovery. Usaha yang dilakukan guru agar
peserta didik pada siklus II ini nantinya dapat meningkat adalah
dengan meningkatkan keaktifan peserta didik baik pada saat
pembelajaran dalam kelas maupun pembelajaran dalam kelompok
melalui kegiatan praktikum. Peningkatan aktivitas peserta didik pada
saat pembelajaran dalam kelas dilakukan dengan memberikan motivasi
kepada seluruh peserta didik dan memberikan kesempatan untuk
bertanya atau berpendapat pada peserta didik yang belum aktif,
sedangkan peningkatan aktivitas peserta didik saat kegiatan praktikum
dalam kelompok dilakukan dengan pembagian tugas dan tanggung
jawab yang jelas kepada masing-masing anggota kelompok.
2. Siklus II
a. Perencanaan
a) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi melebur
dan membeku dengan menerapkan model pembelajaran guided
discovery;
b) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan;
c) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2010 dengan
materi melebur dan membeku dengan kegiatan sebagai berikut:
1) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
2) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik;
3) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
4) guru memberikan masalah mengenai materi melebur dan membeku
untuk dipecahkan oleh peserta didik;
5) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu:
mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur,
menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan;
6) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan,
kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya;
7) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil
percobaan;
8) Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif siklus II.
c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap (ranah
afektif), penilaian kinerja atau aktivitas peserta didik (ranah
psikomotorik), dan dilakukan tes hasil belajar siklus II. dari
pengamatan pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengamatan aspek afektif
Dari pengamatan aspek afektif peserta didik diambil dari
lembar observasi penilaian sikap peserta didik pada saat
pembelajaran pada siklus II. dari pengamatan diperoleh hasil
seperti pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus II
Aspek Afektif yang Diamati Skor Persentase (%)
Bekerjasama dengan Kelompok 65 67,7
Tanggung Jawab 67 69,7
Keaktifan Mengerjakan Tugas 65 67,7
Partisipasi dalam Kegiatan Pembelajaran 57 59,3
Menghargai Pendapat Orang Lain 64 66,6
Nilai Rata-rata 63,6 66,2
Kategori Baik
Dari data pengamatan afektif peserta didik, pada siklus II
menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar
66,20%. Peserta didik yang mendapatkan nilai dalam kategori
kurang adalah 4 peserta didik. Pada siklus II ini diskusi sudah
mulai berjalan lancar hal ini dibuktikan bahwa dalam tiap
kelompok kerjasamanya meningkat, tapi masih ada beberapa
peserta didik membuat keributan sendiri dan memperhatikan
pelajaran dengan baik. Diharapkan pada siklus III aspek afektif
peserta didikakan lebih meningkat.
2) Pengamatan aspek psikomotorik
Dari pengamatan aspek psikomotorik peserta didik
diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik
pada saat pembelajaran pada siklus II. dari pengamatan diperoleh
hasil seperti pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta Didik
Siklus II.
Aspek Psikomotorik yang Diamati Skor Persentase (%)
Mempersiapkan Alat 66 68,7
Merangkai Alat 70 72,9
Melakukan Percobaan 73 76,04
Merapikan kembali Alat dan Bahan 66 68,7
Mengkomunikasikan Hasil Percobaan 73 76,04
Nilai Rata-rata 69,6 72,47
Kategori Baik
Dari data pengamatan psikomotorik peserta didik, pada
siklus II menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan
persentase sebesar 72,47%.
Hasil pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan
dibanding pada siklus I, hal ini dibuktikan bahwa peserta didik
sudah mulai terampil melakukan praktikum, tiap kelompok hanya
ada 1 sampai 2 peserta didik saja yang nilai psikomotoriknya masih
dalam kategori rendah. Hasil pada siklus II ini masih perlu
ditingkatkan agar keterampilan peserta didik pada tiap kelompok
bisa bertambah baik. Peserta didik yang mendapat nilai dalam
kategori rendah adalah 5 peserta didik. Diharapkan pada siklus III
akan mendapatkan hasil yang lebih baik karena peserta didik sudah
terbiasa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran guided
discovery.
3) Pengamatan aspek kognitif
Pengamatan aspek kognitif peserta didik diambil dari tes
evaluasi pada saat diakhir pembelajaran silkus II. dari tes yang
telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.7 sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Hasil Tes Peserta Didik (Aspek Kognitif) Siklus II
Keterangan Siklus II
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 50
Nilai rata-rata 70,4
Jumlah peserta didik yang tuntas 17
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 7
Ketuntasan klasikal 70,83%
Dari data hasil tes peserta didik, pada siklus II peserta
didik yang tuntas mencapai 17 peserta didik , sehingga hasil tes
peserta didik pada siklus II belum tuntas karena batas ketentuan
minimal peserta didik yang tuntas adalah 21 peserta didik. Untuk
mencapai ketuntasan klasikal, maka masih diperlukannya
perlakuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik
pada siklus III.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siklus II dengan menggunakan
model pembelajaran guided discovery menunjukkan bahwa aspek
afektif persentase keseluruhan kelas sebesar 66,20% dan aspek
psikomotorik persentase keseluruhan kelas 72,47%.
Nilai rata-rata peserta didik naik 5,82 poin dari rata-rata data
siklus I sebesar 64,58 naik menjadi sebesar 70,40. Peserta didik yang
tuntas pada siklus I sebesar 12 peserta didik menjadi 17 peserta didik
pada siklus II. Ketuntasan tersebut dikatakan belum tuntas karena
ketuntasan belajar klasikal minimal adalah 21 peserta didik dari 24
peserta didik yang mendapat nilai KKM 65.
Pada hasil pembelajran siklus II mengalami peningkatan tapi
belum sesuai dengan apa yang diharapkan, masih ada peserta didik
yang belum aktif saat pembelajaran dan masih ada yang membuat
keributan. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan pada proses
pembelajaran siklus III guna meningkatan hasil belajar peserta didik.
Dari analisis data hasil pengamatan dan tes yang telah
diberikan, peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus II. Berdasarkan
refleksi terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan tes yang
diberikan di siklus II, peneliti melakukan perbaikan di siklus III untuk
meningkatka aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Kelemahan yang terjadi pada siklus II tidak jauh beda dengan
siklus I yaitu seluruh peserta didik belum aktif dalam pembelajaran,
terbukti masih ada beberapa peserta didik yang tidak mau bertanya,
tidak mau mengungkapkan pendapat dan pada saat praktikum masih
ada peserta didik yang belum aktif.
Perbaikan yang dilakukan peneliti pada siklus III adalah
peneliti lebih banyak memberikan motivasi kepada seluruh peserta
didik dan meningkatkan pemantauan kepada seluruh peserta didik
ketika melakukan praktikum.
3. Siklus III
a. Perencanaan
1) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi
menguap dan mendidih dengan menerapkan model pembelajaran
guided discovery;
2) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan;
3) guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat
dokumentasi, lembar observasi dan evaluasi.
b. Pelaksanaan tindakan
Siklus III dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2010 dengan
materi menguap dan mendidih dengan kegiatan sebagai berikut:
a) guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran
dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik;
b) guru membentuk kelompok belajar heterogen (5-6 peserta didik)
dan mengatur tempat duduk peserta didik;
c) guru memberikan lembar kerja siswa pada setiap kelompok;
d) guru memberikan masalah mengenai materi menguap dan
mendidih untuk dipecahkan oleh peserta didik;
e) peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu:
mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur,
menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan;
f) setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan
hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan,
kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya;
g) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan dari hasil
percobaan;
h) pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes kognitif siklus III.
c. Observasi
Pada tahap observasi dilakukan penilaian sikap (ranah
afektif), penilaian kinerja atau aktivitas peserta didik (ranah
psikomotorik), dan dilakukan tes hasil belajar siklus III. dari
pengamatan pada siklus III diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Pengamatan aspek afektif
Dari pengamatan aspek afektif peserta didik diambil dari
lembar observasi penilaian sikap peserta didik pada saat
pembelajaran pada siklus II. dari pengamatan diperoleh hasil
seperti pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Peserta Didik Siklus III
Aspek Afektif yang Diamati Skor Persentase (%)
Bekerjasama dengan Kelompok 79 82,29
Tanggung Jawab 72 75
Keaktifan Mengerjakan Tugas 72 75
Partisipasi dalam Kegiatan Pembelajaran 63 65,6
Menghargai Pendapat Orang Lain 67 69,8
Nilai Rata-rata 70,6 73,53
Kategori Baik
Dari data pengamatan afektif peserta didik, pada siklus III
menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar
73,53%. Pada siklus III diskusi sudah berjalan lancar.
2) Pengamatan aspek psikomotorik
Dari pengamatan aspek psikomotorik peserta didik
diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas peserta didik
pada saat pembelajaran pada siklus III. dari pengamatan diperoleh
hasil seperti pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Peserta Didik
Siklus III.
Aspek Psikomotorik yang Diamati Skor Persentase (%)
Mempersiapkan Alat 68 70,8
Merangkai Alat 73 76,04
Melakukan Percobaan 72 75
Merapikan kembali Alat dan Bahan 70 72,9
Mengkomunikasikan Hasil Percobaan 66 68,75
Nilai Rata-rata 69,8 72,69
Kategori Baik
Dari data pengamatan psikomotorik peserta didik, pada
siklus III menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan
persentase sebesar 72,69%. Pada siklus III keaktifan dan
ketrampilan peserta didik dalam melakukan percobaan meningkat.
3) Pengamatan aspek kognitif
Pengamatan aspek kognitif peserta didik diambil dari tes
evaluasi pada saat diakhir pembelajaran silkus III. dari tes yang
telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.10 sebagai
berikut:
Tabel 4.10 Hasil Tes Peserta Didik (Aspek Kognitif) Siklus III
Keterangan Siklus III
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 60
Nilai rata-rata 76,67
Jumlah peserta didik yang tuntas 21
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas 3
Ketuntasan klasikal 87,5%
Dari data hasil tes peserta didik, pada siklus III dikatakan
tuntas dengan jumlah peserta didik yang tuntas 21 peserta didik.
d. Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siklus III dengan
menggunakan model pembelajaran guided discovery menunjukkan
bahwa aspek afektif persentase keseluruhan kelas sebesar 73,53% dan
aspek psikomotorik persentase kelas sebesar 72,69%. Pada siklus III
ini keaktifan dan keterampilan peserta didik hasilnya baik karena
peserta didik sudah terbiasa dengan model pembelajaran guided
discovery. Diskusi juga berjalan dengan lancar, hal ini ditunjukkan
oleh peserta didik yang memperhatikan pelajaran dengan baik,
kerjasama antar peserta didik juga sudah baik, sehingga pada siklus III
ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Nilai rata-rata peserta didik naik 6,27 poin dari nilai rata- rata
siklus II 70,40 menjadi sebesar 76,67. Peserta didik yang tuntas pada
siklus II 17 peserta didik menjadi 21 peserta didik pada siklus III.
C. PEMBAHASAN
1. Pembahasan siklus I
Pada kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan model
pembelajaran guided discovery, hasil belajar peserta didik masih jauh dari
target yang ditetapkan yaitu 65. Nilai rata-rata hasil belajar peserta didik
hanya mencapai 61,60 dan peserta didik yang tuntas 11 peserta didik dari
24 peserta didik. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model
pembelajaran guided discovery pada siklus I terjadi peningkatan hasil
belajar peserta didik.
Pelaksanaan pada siklus I masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik, dapat disimpulkan
bahwa peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran guided
discovery. Guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat
melakukan praktikum sesuai dengan Lembar Kerja Peserta didik dan
menguasai materi pelajaran. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan,
terdapat 12 peserta didik (50%) yang tuntas belajar dan 12 peserta didik
(50%) yang belum tuntas belajar. Nilai rata-rata yang dicapai peserta didik
adalah 64,58. Sedangkan pengamatan hasil observasi aktivitas peserta
didik yaitu; untuk aktivitas afektif dalam kategori cukup, nilai rata-ratanya
adalah 63,08 dan aktivitas psikomotoriknya juga dalam kategori cukup.
Nilai rata-rata untuk aktivitas psikomotoriknya adalah 65,38. Dari uraian
di atas dapat ketahui bahwa hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
yang dicapai belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Kelemahan utama pada siklus I adalah peserta didik masih belum
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dalam pengamatan proses
belajar mengajar, masih banyak peserta didik yang malu untuk bertanya,
malu untuk mengungkapkan pendapat dan malu untuk menyanggah
pendapat temannya. Dalam kegiatan praktikum, kekompakan di dalam
kelompok juga belum berjalan, hanya 2 atau 3 peserta didik saja yang
melakukan praktikum.
Peranan guru dalam mengarahkan dan membimbing peserta didik
sangat penting. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran pada siklus I perlu diperbaiki untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran guided discovery. Langkah perbaikan
meliputi: memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri dirumah tentang
materi yang akan dipelajari selanjutnya, memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tugas yang perlu dilakukan pada saat melakukan
praktikum, membimbing seluruh peserta didik agar lebih aktif dalam
proses pembelajaran, menghitung jumlah peserta didik yang hasil
belajarnya sudah tuntas. Dengan demikian tujuan penelitian untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat tercapai.
2. Pembahasan siklus II
Pada siklus II kegiatan pembelajaran juga menggunakan
pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery akan tetapi
mengacu dari refleksi pada siklus I maka yang dilakukan oleh guru adalah
lebih memotivasi peserta didik agar aktif dalam pembelajaran dalam kelas
maupun dalam kelompok saat melakukan praktikum. Ternyata usaha ini
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.hal ini dapat terlihat dari
hasil observasi dan hasil tes siklus II. Hasil tes kognitif siklus II
menunjukkan peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 17 (70,83%) pada
ranah kognitif dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 20,83%,
sedangkan yang belum tuntas sebanyak 7 peserta didik (29,17%). Nilai
rata-rata peserta didik 70,40. Sedangkan nilai hasil observasi aktivitas
afektif rata-ratanya 66,2 dan sudah baik tapi perlu ditingkatkan, nilai
observasi aktivitas psikomotorik rata-ratanya adalah 72,47.
Kenyataan ini yang menyatakan bahwa model pembelajaran
yang diterapkan dapat diterima dan dilaksanakan oleh peserta didik dengan
baik karena terdapat peningkatan jumlah peserta didik yang tuntas hasil
belajarnya baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penerapan model
pembelajaran guided discovery menjadikan peserta didik lebih
bersemangat dalam belajar. Hal ini dapat terlihat dari keaktifan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan peserta didik dalam
bekerjasama dengan kelompok dan kemampuan peserta didik dalam
menghargai pendapat orang lain mengalami peningkatan.
Kegiatan pada siklus II perlu diperbaiki untuk pemantapan agar
kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran dan
berdiskusi dengan kelompoknya dapat diselesaikan dengan baik. Langkah
perbaikan meliputi: lebih banyak memberi motivasi kepada seluruh peserta
didik agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, terutama kepada
peserta didik yang masih pasif dalam proses belajar mengajar,
meningkatkan pemantauan kepada seluruh peserta didik ketika melakukan
praktikum, sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk memperhatikan
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pemberian perlakuan dilakukan
supaya tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik dapat tercapai.
3. Pembahasan siklus III
Seperti pada siklus I dan siklus II, pembahasan yang diuraikan
disini didasarkan atas hasil refleksi diri. Setelah melaksanakan pengamatan
dan pemberian tes di akhir kegiatan. Pada siklus III ini hasilnya sudah
baik, karena nilai rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik adalah 76,67.
Hasil lembar observasi afektif siklus III menunjukkan nilai rata-rata
peserta didik sebesar 73,53. Dan hasil lembar observasi psikomotorik
siklus III menunjukkan nilai rata-rata peserta didik sebesar 72,69. Jumlah
peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 21 peserta didik (87,50%) pada
ranah kognitif dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar
16,67% dan aktivitas peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus III.
Pada siklus III ini, keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran meningkat, kemampuan peserta didik dalam bekerjasama
dengan kelompoknya bertambah kompak, kemampuan peserta didik dalam
menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab dengan tugas-
tugasnya,berpendapat dan bekerjasama dengan kelompoknya meningkat.
Penerapan model pembelajaran guided discovery mampu menumbuhkan
keberanian peserta didik dalam bertanya, mengemukakan pendapat dalam
diskusi, meningkatkan keterampilan peserta didik dalam melakukan
praktikum dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran guided discovery peserta didik mengalami 3 pengalaman
belajar yaitu pengalaman mental, pengalaman fisik dan pengalaman sosial.
Pengalaman mental diperoleh dari indra pendengaran dan penglihatan,
informasi yang didapatkan berdasarkan dari indra pendengaran diperoleh
dari penjelasan yang diberikan guru sedangkan pada indra penglihatan
berasal dari penemuan yang dilakukan oleh peserta didik sendiri.
Penemuan itu akan lebih diingat oleh peserta didik dari pada hanya
mendengarkan penjelasan dari guru. Pengalaman fisik diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum. Sedangkan pengalaman
social diperoleh dari berdiskusi, pengalaman belajar ini bermanfaat sekali
karena peserta didik diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan yang
lain agar mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran. Guru memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk menemukan sesuatu sendiri karena
dengan menemukan sendiri peserta didik akan lebih mengerti secara
dalam. Hal itu terbukti dari hasil yang telah dicapai peserta didik pada saat
pembelajaran berlangsung, dari siklus I sampai siklus III peserta didik
mengalami peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa model
pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah penulis lakukan tentang penerapan
model pembelajaran guided discovery pada materi pokok kalor untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII A MTs Darul Ulum
Semarang semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran guided discovery pada pembelajaran
fisika materi pokok kalor dapat dilakukan dengan cara guru membagi
peserta didik menjadi 4 kelompok, guru membagikan lembar kerja,
guru membimbing peserta didik untuk melakukan percobaan, tia-tiap
kelompok mengisi lembar kerja, guru menunjuk dua kelompok untuk
presentasi, masing-masing kelompok diminta untuk memberi
tanggapan, guru membimbing peserta didik untuk membuat
kesimpulan, setelah kegiatan pembelajaran guru melakukan evaluasi.
2. Pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran guided
discovery mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik saat
pembelajaran baik secara individual maupun klasikal dari siklus I
sampai siklus III setelah ada perbaikan pada tiap-tiap siklus. Hal ini
tampak dari peningkatan nilai hasil belajar peserta didik baik aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik yang teramati pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar. Rata-rata hasil belajar
peserta didik aspek kognitif meningkat dari 64,58 pada siklus I, 70,40
pada siklus II dan 76,67 pada siklus III. Dan ketuntasan klasikal
belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari 50% pada
siklus I, 70,83% pada siklus II dan 87,5% pada siklus III. Hasil belajar
aspek afektif pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 63,08, pada siklus
II nilai rata-ratanya 66,20 dan pada siklus III rata-ratanya adalah
73,53. Sedangkan hasil belajar aspek psikomotorik pada siklus I nilai
rata-ratanya 65,38, pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 72,47 dan
nilai rata-rata pada siklus III adalah 72,69.
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, berdasarkan pada
Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin
memberikan saran yang mungkin dapat menjadi bahan masukan antara
lain sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model guided discovery perlu dilakukan terutama
oleh pendidik karena dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada materi pembelajaran.
2. Guru atau peneliti yang ingin menerapkan pembelajaran dengan model
guided discovery hendaknya mempersiapkan secara matang materi yang
akan disampaikan dan mampu mengelola kelas sehingga hasil dapat
dicapai secara maksimal.
3. Hendaknya pembelajaran dengan model guided discovery dapat
diterapkan setiap pembelajaran yang sesuai, karena selain dapat
meningkatkan hasil belajar, peserta didik juga akan mendapatkan
variasi pembelajaran sehingga mengurangi kejenuhan dan
meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam
penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya
skripsi ini.
Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga
penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-
Nya.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,Jakarta:Rineka Cipta, 2003.
Al-imam Abi Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhori,Beirut Lebanon:Dar Al-Fikr,1981 M, jilid 1.
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:Sinar BaruAlgensindo, 2007.
Aqib, Zainal, Penelitian Timdakan Kelas, Bandung:Yrama Widya, 2008.
Arcurio,Bruce,GuidedDiscovery,http://www.hvrsd.org/beartavern/home/guideddiscovery.co.id./23072010. html.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:PTRineka Cipta, 2006.
_______, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2008.
A.Tipler, Paul, Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ke-Tiga, Diterjemahkan olehLea, et. al., dari “Physic for Scientis and Engineers, Third Edition”, JilidI, Bandung:PT Gelora Aksara Pratama, 2008, Cet. 9.
Azhar, Ainul, “Penerapan Metode Pembelajaran Discovery dengan CompleteSentence untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPNegeri 10 Semarang Pokok Bahasan Kalor”, Skripsi Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas NegeriSemarang.
Baharrudin dan Esa Nur Wahyudu, Teori Belajar dan Pembelajaran,Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2007.
Daryanto, Evaluasi Pendidikan Komponen MKKD, Jakarta:PT. RinekaCipta,1999.
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta:PT Bumi Akasara, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psiklogi Belajar, Jakarta:PT Rineka Cipta,2008.
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Surabaya:Duta Ilmu,1996.
Purwanto, M.Pd, Evaluasi Hasil Belajar,Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.
Giancoli, Douglas C, Fisika Edisi Ke-Lima, Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum,dari “Physic Fifth Edition”, Jilid 1, Bandung:PT Gelora Aksara Pratama,2006, Cet.8.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009.
Jacobsen, David A., et. al., Methods for Teaching Metode-Metode PengajaranMeningkatkan Belajar Siswa TK-SMA, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009, cet I.
Jalaluddin Al-Mahally dan jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, BerikutAsbabun Nuzulnya, Bandung:Sinar Baru,1990, cet I.
John Wiley dan Sons, Fisika, diterjemahkan oleh Pantur Silaban Ph.D, et al.,Bandung:Erlangga, 1985, cet. 3.
Kern Richard, Literacy and Language Teaching,New York:Oxford UniversityPress, 2000.
Lutpiah, Aini, “Penerapan Model Guided Discovery Learning pada MateriGetaran dan Gelombang untuk Meningkatkan Hasil Belajar danKemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 DempetTahun Ajaran 2008/2010 ”, Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
M. Basrowi dan Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas, Bogor:Ghalia Indonesia,2008.
Mufarokah, Anissatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta:Penerbit Teras,2009.Mulyasa. E, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, karakteristik, implementasi,
dan inovasi, Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005.
Mulyasa. E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2007.
N.K, Rostiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta, 2008.
Nurchayati, Lilis, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran GuidedDiscovery terhadap Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Zat danWujudnya Kelas VII di MTs N Pamotan Rembang”, Skripsi Tadris FisikaFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,2009.
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1999.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta:Rineka Cipta,2010.
SM Ismail, M.Ag, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,Semarang:Rasail Media Group, 2008.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung:Sinar BaruAlgesindo, 2005.
,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:PT RemajaRosdakarya, 2009.
Suparno, Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik danMenyenangkan, Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma, 2007.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009, cet.II.
Suryosubroto. B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta:PT. Rineka Cipta,2002.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:PTRemaja Rosdakarya, 2006, edisi revisi.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka, 2005.
Young, Hugh D, et. al., Fisika Universitas Edisi Ke-Sepuluh, diterjemahkan olehEndang Yuliastuti dari “University Physic Tenth Edition”, Jilid 1,Bandung:PT Gelora Aksara Pratama, 2006, Cet. 8.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Anik Tri Haryani
TTL : Rembang, 01 Oktober 1987
Alamat : Desa Sanetan RT 04 RW I Kec. Sluke Kab. Rembang.
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 1 Sanetan Lulus Tahun 1999
2. SMPN 1 Sluke Lulus Tahun 2002
3. MAN Lasem Lulus Tahun 2005
4. Sekarang Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris
Fisika IAIN Walisongo Semarang angkatan 2006
Lampiran 1DAFTAR NAMA PESERTA DIDIK KELAS VII A MTs DARUL ULUM
No Nama Jenis Kelamin1 Ari Mashudi Laki-Laki2 Arif Budi RP Laki-Laki3 Arif Lutfi H Laki-Laki4 David Rendika L Laki-Laki5 Dinda Fika A Perempuan6 Eni Mastoka Perempuan7 Eva Ristiyana Perempuan8 Gopilun Laki-Laki9 Harun Ar Rasyid Laki-Laki
10 Imam Setiawan Laki-Laki11 Ita Ristiani Perempuan12 M Khoeroni Laki-Laki13 M Khoerul Anam Laki-Laki14 M Risqi Beni P Laki-Laki15 M Ulin Nuha Laki-Laki16 Nur Fuat Kamaludin Laki-Laki17 Roni Setiawan Laki-Laki18 Siti Ambarwati Perempuan19 Titik Nursaadah Perempuan20 Two Bagus P Perempuan21 Ulfa Hidayanti Laki-Laki22 Ulfatun Khasanah Perempuan23 Vivi Noviati Perempuan24 Heni Rismawati Perempuan
Lampiran 2
DAFTAR NAMA KELOMPOK
Kelompok I1. Ari Mashudi
2. Arif Budi RP3. Arif Lutfi H
4. David Rendika L5. Dinda Fika A
6. Eni Mastoka
Kelompok II1. Eva Ristiyana2. Gopilun
3. Harun Ar Rasyid4. Imam Setiawan
5. Ita Ristiani6. M Khoeroni
Kelompok III1. M Khoerul Anam
2. M Risqi Beni P3. M Ulin Nuha
4. Nur Fuat Kamaludin5. Roni Setiawan
6. Siti Ambarwati
Kelompok IV1. Titik Nursaadah2. Two Bagus P
3. Ulfatun Khasanah4. Ulfa Hidayanti
5. Vivi Noviati6. Heni Rismawati
SILABUSSEKOLAH : MTs Darul UlumKELAS : VII (Tujuh)MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan AlamSEMESTER : I (Gasal)STANDAR KOMPETENSI : 3. Memahami Perubahan Zat dan Perubahannya
PenilaianKompetensi Dasar MateriPembelajaran
KegiatanPembelajaran
IndikatorTeknik Bentuk
InstrumenContoh
Instrumen
AlokasiWaktu
Sumber danMedia
3.4 mendeskripsikanperan kalor dalammengubah wujudzat dan suhusuatu benda sertapenerapannyadalam kehidupansehari-hari
kalor • Melakukanpercobaantentangperubahanwujud zat
• Menyelidikipengaruh kalorterhadapperubahansuhu danperubahanwujud zat
observasi Lembarobservasi
Penelitiantentangpemanasanes batu yangdapatmengubahwujud zatdanmemerlukankalor
2x40’ • IPA terpaduuntuk SMPkelas VII,Tim AbdiGuru.Jakarta:Erlangga
PenilaianKompetensi Dasar MateriPembelajaran
KegiatanPembelajaran
IndikatorTeknik Bentuk
InstrumenContoh
Instrumen
AlokasiWaktu
Sumberdan Media
• Menyimpulkandari hasilpenelitian yangtelah dilakukan
• Menyelidikibanyaknya kaloryang diperlukanpada saat terjadikenaikkan suhuzat sertamenerapkanhubungan:Q = m x c x Tuntukmenyelesaikanmasalahsederhana yangberhubungan
Testertulis
Tes PG Massa air 1,5kg dipanaskandari suhu 30°csampai 80°c.Jika kalor jenisair 4200
, kaloryangdiperlukanuntukmemanaskanair tersebutadalah......a. 126 J
• Alatpraktikum
• LembarKerjaSiswa
Lampiran 3
• Melakukanpercobaantentangperubahan wujudzat
dengan kalor
• Menyelidikiprosesmenguap danmendidih
observasi Lembarobservasi
b. 315000 Jc. 56 Jd. 67 J
Penelitiantentang prosesmenguap danmendidih yangterjadi antaraair dangliserin.
2x40’
PenilaianKompetensi Dasar MateriPembelajaran
KegiatanPembelajaran
IndikatorTeknik Bentuk
InstrumenContoh
Instrumen
AlokasiWaktu
Sumberdan Media
• Menyimpulkandari hasilpenelitian yangtelah dilakukan.
• Menerapkanhubungan:Q = m x uuntukmenyelesaikanmasalahsederhanayangberhubungandengan materikalor
• Menyelidiki
Testertulis
Observasi
Tes PG
Lembarobservasi
Di bawah iniyang tidaktermasukfaktor-faktoryang dapatmempercepatpenguapanadalah....a.Memperluas
permukaanb.Warna
permukaanbenda
c. Mengurangitekanan padapermukaan
d. Meniupkanudara di ataspermukaan
penelitiantentang proses
2x40’
• Melakukanpercobaantentangperubahan wujudzat
prosesmelebur danmembeku
melebur danmembeku
Semarang, Oktober 2010Mengetahui,
Kepala Madrasah Guru Mata Pelajaran IPA
Ahmad Mustafidin, M.Si Chabibah, S.PdNIP.197505222005012002
PenilaianKompetensi Dasar MateriPembelajaran
KegiatanPembelajaran
IndikatorTeknik Bentuk
InstrumenContoh
Instrumen
AlokasiWaktu
Sumberdan Media
• Menyimpulkandari hasilpenelitian yangtelah dilakukan
• Menerapkanhubungan:Q = m x Luntukmenyelesaikanmasalahsederhana yangberhubungandengan materikalor
Testertulis
Tes PG Lilin cair biladidiamkan akanmembeku. Halinimenunjukkanbahwalilin....kalora. Melepaskanb. Menjadic. Menyerapd. Menyimpan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I(RPP)
Sekolah : MTs Darul Ulum BeringinKelas/semester : VIIA/1Alokasi waktu : 2 X 40’
A. Standar Kompetensi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya.
B. Kompetensi Dasar
3.4 mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan perubahan wujud zat.
2. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan pada saat kenaikkan suhu zat serta
menerapkan hubungan: Q = m x c x T untuk menyelesaikan masalah sederhana yang
berhubungan dengan kalor.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan
wujud benda.
2. Menghitung banyaknya kalor yang diperlukan pada saat terjadi perubahan suhu dengan
menerapkan hubungan: Q = m x c x T untuk menyelesaikan masalah sederhana yang
berhubungan dengan materi kalor.
E. Materi Pembelajaran
Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud zat
F. Model Pembelajaran
Model : Guided Discovery
Metode : Diskusi dan Eksperimen
Lampiran 4
G. Langkah-langkah Pembelajaran
No Aktivitas Waktu
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi : Pernahkah kalian
membuat teh manis? Saat air panas
dituang ke dalam gelas, apa yang
terjadi?
b. Motivasi : Bagaimana pengaruh kalor
terhadap perubahan zat?
2’
3’
2. Inti
a. Guru memastikan siswa berada dalam
kelompoknya masing-masing.
b. Guru membagikan LKS tentang kalor
dapat menaikkan suhu dan mengubah
wujud zat kepada tiap-tiap kelompok.
c. Guru membimbing kelompok untuk
melakukan percobaan untuk
mengetahui pengaruh kalor yang dapat
menaikkan suhu dan mengubah wujud
zat sesuai dengan prosedur yang ada
dalam LKS.
d. Menerapkan hubungan: Q = m X c X
T untuk menyelesaikan soal yang
berhubungan dengan kenaikkan suhu.
e. Guru menunjuk dua kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
f. Guru memastikan bahwa seluruh
kelompok telah mengetahui jawaban
yang benar.
2’
3’
40’
10’
3. Kegiatan Akhir
a. Guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan hasil diskusi.
b. Guru memberikan tes tertulis.
5’
15’
H. Media dan Sumber Pembelajaran
1. Media
Gelas beker, kaki tiga, pembakar spiritus, termometer, air dan es batu.
2. Sumber
a. Tim Abdi Guru.2007. Ipa Terpadu untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
b. Slamet Widodo. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : Yrama
Widya.
I. Instrumen
1. Lembar observasi psikomotorik dan afektif.
2. Soal pilihan ganda.
Semarang, Oktober 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Chabibah, S.Pd Anik Tri Haryani
NIP.197505222005012002 NIM. 063611010
Kepala Sekolah
Ahmad Mustafidin, M.Si
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II(RPP)
Sekolah : MTs Darul Ulum BeringinKelas/semester : VIIA/1Alokasi waktu : 2 X 40’
A. Standar Kompetensi
3. Memahami Wujud Zat dan Perubahannya.
B. Tujuan Kompetensi Dasar
3.4. mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menyelidiki proses melebur dan membeku.
2. Menerapkan hubungan: Q = m X L untuk menyelesaikan masalah sederhana yang
berhubungan dengan materi kalor.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan proses melebur dan membeku.
2. Menghitung banyaknya kalor yang digunakan untuk melebur dan membeku dengan
menerapkan hubungan: Q = m X L untuk menyelesaikan masalah sederhana yang
berhubungan dengan materi kalor.
E. Materi Pembelajaran
Kalor untuk mengubah wujud zat
F. Metode Pembelajaran
Model : Guided Discovery
Metode : Diskusi dan Eksperimen
Lampiran 4
G. Langkah Pembelajaran
No Aktivitas Waktu
1. Kegiatan Awal
a. Motivasi : Apakah kalor yang dibutuhkan
setiap benda itu sama jika benda itu mendidih
atau melebur?
b. Prasyarat pengetahuan : apakah yang
dimaksud dengan melebur dan mendidih?
2’
3’
2. Inti
a. Guru memastikan siswa berada dalam
kelompoknya masing-masing.
b. Guru membagikan LKS tentang kalor yang
dibutuhkan saat melebur dan membeku
kepada tiap-tiap kelompok.
c. Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk
melakukan percobaan untuk mengetahui kalor
yang dibutuhkan saat melebur dan membeku
sesuai dengan prosedur yang ada dalam LKS.
d. Menerapkan hubungan: Q = m X L untuk
menyelesaikan soal yang berhubungan
dengan kalor lebur.
e. Guru membimbing siswa dalam diskusi.
f. Guru menunjuk dua kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
g. Guru memastikan bahwa seluruh kelompok
telah mengetahui jawaban yang benar.
2’
3’
40’
10’
3. Kegiatan Akhir
a. Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan dari hasil diskusi.
b. Guru memberikan tes tertulis.
5’
15’
H. Sumber Pembelajaran
1. Media: Gelas beker,tabung reaksi, kaki tiga, pembakar spiritus, termometer, air,
lilin dan stopwatch.
2. Sumber:
c. Tim Abdi Guru.2007. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
d. Slamet Widodo. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : Yrama
Widya.
I. Instrumen
1. Lembar observasi psikomotorik dan afektif.
2. Soal pilihan ganda
Semarang, Oktober 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Chabibah, S.Pd Anik Tri Haryani
NIP.197505222005012002 NIM. 063611010
Kepala Sekolah
Ahmad Mustafidin, M.Si
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III(RPP)
Sekolah : MTs Darul Ulum BeringinKelas/semester : VIIA/1Alokasi waktu : 2 X 40’
A. Standar Kompetensi
3. Memahami Wujud Zat dan Perubahannya.
B. Tujuan Kompetensi Dasar
3.4. mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator
1. Menyelidiki proses menguap dan mendidih.
2. Menerapkan hubungan: Q = m X U untuk menyelesaikan masalah sederhana yang
berhubungan dengan materi kalor.
D. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan proses menguap dan mendidih.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
3. Menghitung banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguap dan mendidih dengan
menerapkan hubungan: Q = m X U untuk menyelesaikan masalah sederhana yang
berhubungan dengan materi kalor.
E. Materi Pembelajaran
Kalor untuk mengubah wujud zat
F. Metode Pembelajaran
Model : Guided Discovery
Metode : Diskusi dan Eksperimen
Lampiran 4
G. Langkah Pembelajaran
No Aktivitas Waktu1. Kegiatan Awal
a. Motivasi : Apa saja yang mempengaruhipenguapan?
b. Prasyarat pengetahuan : Apakah yangdimaksud dengan menguap?
2’
3’
2. Intia. Guru memastikan siswa berada dalam
kelompoknya masing-masing.b. Guru membagikan LKS tentang menguap dan
mendidih kepada tiap-tiap kelompok.c. Guru membimbing tiap-tiap kelompok untuk
melakukan percobaan untuk mengetahuiproses menguap dan mendidih sesuai denganprosedur yang ada dalam LKS.
d. Menerapkan hubungan: Q = m X U untukmenyelesaikan soal yang berhubungandengan kalor uap.
e. Guru membimbing siswa dalam melakukandiskusi.
f. Guru menunjuk dua kelompok untukmempresentasikan hasil diskusinya.
g. Guru memastikan bahwa seluruh kelompoktelah mengetahui jawaban yang benar.
2’
3’
40’
10’
3. Kegiatan Akhira. Guru membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan dari hasil diskusi.b. Guru memberikan tes tertulis.
5’
15’
H. Sumber Pembelajaran
1. Media: Gelas beker, kaki tiga, pembakar spiritus, termometer, air, gliserin dan
stopwatch.
2. Sumber:
a. Tim Abdi Guru.2007. IPA Terpadu untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
b. Slamet Widodo. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA Fisika. Bandung : Yrama Widya.
c. Instrumen
1. Lembar observasi psikomotorik dan afektif.
2. Soal pilihan ganda.
Semarang, Oktober 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Chabibah, S.Pd Anik Tri Haryani
NIP.197505222005012002 NIM. 063611010
Kepala Sekolah
Ahmad Mustafidin, M.Si
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS ISekolah : MTs Darul Ulum Beringin SemarangMata pelajaran : FisikaKelas/semester : VIIA/1Pokok bahasan : Kalor
Kelompok :Nama :
1. ............
2. ............
3. ............
4. ............
5. ............
6. ............
Kalor
Tujuan : Menyelidiki bahwa kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah
wujud zat
Alat dan bahan : Gelas beker, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, termometer, es batu
dan stopwatch.
Cara kerja :
1. Susunlah alat seperti gambar
2. Isilah gelas beker dengan potongan-potongan es batu, kemudian ukur suhu dengan
menggunakan termomater.
Lampiran 5
3. Letakkan gelas beker dengan potongan-potongan es batu diatas kasa dan kaki tiga,
kemudian nyalakan pembakar spiritus.
4. Panaskan es batu sampai menjadi air, catat perubahan suhunya.
5. Catatlah suhu termometer tiap menit, dari wujud padat sampai mendidih
Tabel pengamatan
Menit ke- 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu ()
Wujud zat
Pertanyaan
1. Perubahan apakah yang terjadi dari awal praktikum sampai air mendidih?
2. Apakah kesimpulanmu?
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS IISekolah : MTs Darul Ulum Beringin SemarangMata pelajaran : FisikaKelas/semester : VIIA/1Pokok bahasan : Kalor
Melebur dan Membeku
Tujuan : Mengamati proses melebur dan membeku.
Alat dan bahan : Gelas beker, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, termometer,tabung
reaksi,lilin,air dan stopwatch.
Cara kerja :
1. Melebur
• Isilah tabung reaksi dengan lilin
• Isi gelas dengan air dan panaskan dengan pembakar spiritus
• Masukkan tabung reaksi yang berisi lilin dan termometer, kemudian amatisetiap kenaikkan suhu pada termometer sampai lilin melebur
• Masukkan data hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang telah tersedia
2. Membeku
• Keluarkan tabung reaksi yang berisi lilin panas dan termometer, biarkan lilinsampai membeku
• Amati perubahan suhunya tiap menit dan catat hasil pengamatanmu pada tabelpengamatan
• Buatlah grafik dari hasil pengamatan pada melebur dan membekunya lilin.
Lampiran 5
Tabel pengamatanMenit ke-Keadaan
lilin 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Melebur
Membeku
Pertanyaan1. Pada percobaan pertama proses apakah yang terjadi? Mengapa demikian?
2. Pada percobaan kedua proses apakah yang terjadi? Mengapa demikian?
3. Apakah kesimpulanmu?
LEMBAR KERJA SISWA SIKLUS IIISekolah : MTs Darul Ulum Beringin SemarangMata pelajaran : FisikaKelas/semester : VIIA/1Pokok bahasan : Kalor
Menguap dan Mendidih
Tujuan : Mengamati proses menguap dan mendidih.
Alat dan bahan : Gelas beker, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, termometer, gliserin ,
air dan stopwatch.
Cara kerja:
Langkah I :
1. Susunlah alat seperti gambar
2. Isilah gelas beker dengan air sebanyak 10 ml, kemudian ukur suhunya
3. Panaskan gelas kimia yang berisi air dengan pembakar spiritus sampai mendidih
4. Catatlah suhunya setiap selang 1 menit selama 10 menit
5. Masukkan hasil pengamatan ke tabel pengamatan
Langkah II :
1. Susunlah alat seperti gambar
2. Isilah gelas beker dengan eter sebanyak 10 ml, kemudian ukur suhunya
3. Panaskan gelas kimia yang berisi eter dengan pembakar spiritus sampai mendidih
4. Catatlah suhunya setiap selang 1 menit selama 10 menit
5. Masukkan hasil pengamatan ke tabel pengamatan
Lampiran 5
Tabel pengamatanBenda Menit
ke-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Air 10 mlEter 10 ml
Pertanyaan1. Pada percobaan pertama apa yang terjadi pada air setelah dipanaskan? Mengapa
demikian?
2. Pada percobaan kedua apa yang terjadi pada eter setelah dipanaskan? Mengapa
demikian?
3. Apakah kesimpulanmu?
LEMBAR SOAL PENELITIAN SIKLUS IPokok bahasan : KalorKelas/semester : VIIA/1Waktu : 15 menit
Petunjuk mengerjakan soal:
1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda anggap paling
mudah lebih dulu.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan meberi silang (X) pada huruf a, b, c, atau d
pada lembar jawaban.
4. Selamat mengerjakan.
1. Berikut ini hubungan kalor dengan perubahan wujud zat adalah.....
a. Melebur dan menguap memerlukan kalor
b. Menguap dan mengembun memerlukan kalor
c. Membeku dan melebur melepaskan kalor
d. Melebur dan mengembun melepaskan kalor
2. Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang berpindah dari.....
a. Suhu yang tinggi ke suhu yang rendah
b. Tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
c. Suhu yang rendah ke suhu yang tinggi
d. Tempat yang rendah ke tempat yang tinggi
3. Satuan kalor di dalam sistem internasional (SI) adalah...
a. Kalori b. Kilokalori c. Joule d. kWh
Lampiran 6
4. Diketahui data sebagai berikut:
1. Mencair 3. Membeku
2. Mengembun 4. Menguap
Dari data di atas perubahan wujud yang memerlukan kalor adalah......
a. 1 dan 2 c. 3 dan 4
b. 2 dan 3 d. 1 dan 4
5. Contoh perubahan wujud dari padat menjadi cair adalah....
a. Air didinginkan akan membeku
b. Kapur barus dialmari pakaian lama kelamaan akan habis
c. Es dipanaskan akan mencair
d. Logam yang dipanaskan akan menguap dan mencair
6. Massa air 1,5 kg dipanaskan dari suhu 30°C sampai 80°C. Jika kalor jenis air 4200 J/kg°C,
kalor yang diperlukan untuk memanaskan air tersebut adalah....
a. 126 J b. 315000 J c. 56 J d. 67 J
7. Untuk menuliskan hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa (m), kalor jenis zat (c)
dan kenaikkan suhu ( t) dapat dituliskan rumus.......
a. Q = m x c x T c. Q =
b. Q = d. Q =
8. Energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat tergantung pada faktor-faktor
dibawah ini kecuali...........
a. Massa zat b. Jenis zat c. Tekanan udara luar d. Kenaikan suhu
9. Tembaga yang massanya 2 kg pada suhu 80°C didinginkan hingga suhunya menjadi 20°C.
Jika kalor jenis tembaga 400 J/kg°C, maka kalor yang dilepas tembaga sebanyak........
a. 12000 J b. 28000 J c. 30000 J d. 48000 J
10.Perhatikan grafik hubungan antara suhu (T) dan waktu (t) pada pemanasan air berikut:
suhu (°C)
100- D E
0 - B C
-50 Waktu (menit)
Pernyataan dibawah ini yang tidak benar adalah..................a. BC dan DE menyatakan suhu tetap
b. BC es melebur menjadi air
c. DE air menguap menjadi uap
d. CD es melebur melepaskan kalor
LEMBAR SOAL PENELITIAN SIKLUS IIPokok bahasan : KalorKelas/semester : VIIA/1Waktu : 15 menit
Petunjuk mengerjakan soal:
1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda anggap paling
mudah lebih dulu.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan meberi silang (X) pada huruf a, b, c, atau
d pada lembar jawaban.
4. Selamat mengerjakan.
1. Melebur merupakan perubahan wujud dari.........
a. Cair menjadi gas c. Cair menjadi padat
b. Gas menjadi cair d. Padat menjadi cair
2. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk meleburkan zat sebanding dengan..........
a. Massa zat dan kalor lebur c. Massa zat dan kalor uap
b. Massa zat dan titik lebur d. Massa zat dan titik beku zat
3. Banyaknya kalor yang diperlukan 2 kg es -5°c jika dipanaskan hingga seluruhnya meleburadalah ( = 2100 , L= 336000 )
a. 1684200 J c. 693000 J
b. 167200 J d. 676200 J
4. Perhatikan diagram di bawah ini:
1 3
2 4Perubahan wujud yang melepaskan kalor sesuai gambar nomor ?
a. 3 dan 4 c. 1 dan 2
b. 2 dan 4 d. 1 dan 3
Padat
Cair Gas
Lampiran 6
5. Lilin cair bila didiamkan akan membeku. Hal ini menunjukkan bahwa lilin.......kalor
a. Melepaskan b. Menjadi c. Menyerap d. Menyimpan
6. Faktor di bawah ini yang dapat mempengaruhi titik lebur adalah........
a. Memperluas permukaan
b. Pengaruh tekanan pada permukaan zat cair
c. Pengaruh tekanan pada permukaan zat padat
d. Meniupkan udara di atas permukaan
7. Kalor yang digunakan untuk meleburkan tembaga sebesar 515 kJ dengan kalor leburtembaga 206000 . Berapakah massa tembaga yang telah dileburkan?
a. 400 kg b. 0,0025 kg c. 4 kg d. 2,5 kg
8. Pada pembuatan es krim terdapat penambahan garam pada campuran es dan air.Pencampuran garam membuat titik lebur es turun. Penurunan titik lebur terjadi karena......
a. Memperluas permukaan
b. Pengaruh tekanan pada permukaan zat padat
c. Ketidakmurnian zat
d. Warna permukaan benda
9. Untuk menuliskan hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa (m) dan kalor lebur (L)dapat dituliskan rumus......
a. Q = m X L
b. Q =
c. Q = m – L
d. Q = m + L
10. Membeku merupakan perubahan wujud dari........a. Cair menjadi gas
b. Padat menjadi cair
c. Gas menjad cair
d. Cair menjadi padat
LEMBAR SOAL PENELITIAN SIKLUS IIIPokok bahasan : KalorKelas/semester : VIIA/1Waktu : 15 menit
Petunjuk mengerjakan soal:
1. Tulis nama dan nomor absen pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Bacalah baik-baik soal yang anda hadapi dan kerjakan soal yang anda anggap paling
mudah lebih dulu.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan meberi silang (X) pada huruf a, b, c, atau
d pada lembar jawaban.
4. Selamat mengerjakan.
1. Menguap merupakan perubahan wujud dari.........
a. Cair menjadi gas c. Cair menjadi padat
b. Padat menjadi gas d. Gas menjadi cair
2. Mendidih artinya..........
a. Pembentukan uap
b. Penguapan pada permukaan zat cair
c. Penguapan pada seluruh permukaan zat cair
d. Perubahan dari wujud cair ke wujud zat
3. Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 3 kg air pada titikdidihnya, jika kalor uap air 2260000 ?
a. 753 kJ c. 7542 kJ
b. 6780 kJ d. 67683 kJ
4. Perhatikan diagram di bawah ini:
1 3
2 4Perubahan wujud yang melepaskan kalor sesuai gambar nomor ?
a. 3 dan 4 c. 1 dan 2
b. 2 dan 4 d. 1 dan 3
Padat
Cair Gas
Lampiran 6
5. Pada saat alkohol diletakkan di jarimu, kamu akan merasakan dingin. Hal itu terjadikarena alkohol......
a. Menguap b. Mencair c. Mengembun d. Membeku
6. Dibawah ini yang tidak termasuk faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapanadalah.......
a. Memperluas permukaan
b. Warna permukaan benda
c. Mengurangi tekanan pada permukaan
d. Meniupkan udara di atas permukaan
7. Berapa kalor uap suatu zat jika untuk menguapkan 500gram zat tersebut diperlukan kalor5500 jaule?
a. 2750 b. 2755 c. 11000 d. 11
8. Energi panas dapat membuat molekul-molekul air bergerak semakin cepat sehingga dapatmenguapkan molekul-molekulnya meninggalkan permukaan menjadi ......
a. Cair b. Padat c. Gas d. Kalor
9. Untuk menuliskan hubungan antara banyaknya kalor (Q), massa (m) dan kalor uap (U)dapat dituliskan rumus......
a. Q = m X U
b. Q =
c. Q = m – U
d. Q = m + U
10. Jika memasak daging dalam panic presto (pressure cooker), daging akan cepat empukkarena........a. Tekanan tinggi pada panci presto dapat menurunkan titik didih
b. Tekanan tinggi pada panci presto dapat menaikkan titik didih
c. Panci presto terbuat dari logam dapat menyimpan panas yang tinggi
d. Panci presto dilapisi bahan yang mengkilap
Lampiran 7KUNCI JAWABAN TES SIKLUS I
Nomor Soal Jawaban1 A2 A3 C4 D5 C6 B7 A8 C9 D
10 D
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS IINomor Soal Jawaban
1 D2 A3 C4 B5 A6 D7 B8 C9 A
10 D
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS IIINomor Soal Jawaban
1 A2 C3 B4 D5 A6 B7 C8 C9 A
10 B
LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF SISWA SIKLUS INilai
Bekerjasamadengan
kelompok
Tanggungjawab
Keaktifanmengerjakan
tugas
Partisipasidalam kegiatanpembelajaran
Menghargaipendapat orang
lain
Kel Nama siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Jumlahskor
Nilai
Ari Mashudi 13 65Arif Budi RP 11 55Arif Lutfi H 11 55David Rendika L 13 65Dinda Fika A 15 75
1
Eni Mastoka 13 65Eva Ristiyana 13 65Gopilun 10 50Harun Ar Rasyid 10 50Imam Setiawan 10 50Ita Ristiani 13 65
2
M Khoeroni 13 65M Khoerul Anam 14 70M Risqi Beni P 13 65M Ulin Nuha 13 65Nur Fuat Kamaludin 14 70Roni Setiawan 13 65
3
Siti Ambarwati 13 65Titik Nursaadah 14 70Two Bagus P 13 65Ulfa Hidayanti 13 65Ulfatun Khasanah 14 70Vivi Noviati 11 55
4
Heni Rismawati 13 65Jumlah 303 1515
Rata-rata 12,625 63,125
Lampiran 8
Nilai = x 100%Kriteria ketuntasan belajar :Jumlah peserta didik yang tuntas : 19Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 5Persentase ketuntasan belajar : 79,17% (Belum tuntas)Keterangan :Nilai tertinggi : 75Nilai terendah : 50Nilai rata-rata peserta didik : 63,13
Keterangan:Bekerjasama dengan kelompokSkor 1 = jika peserta didik sulit bekerjasama dengan anggota kelompokSkor 2 = jika peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi harus dimintaSkor 3 = jika peserta didik bekerjasama dengan sebagian anggota kelompokSkor 4 = jika peserta didik bekerjasama dengan semua anggota kelompokTanggung jawabSkor 1 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS dan lembar jawabananSkor 2 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS, tetapi mengumpulkan lembar jawabanSkor 3 = jika peserta didik mengumpulkan LKS, tetapi tidak mengumpulkan lembar jawabanSkor 4 = jika peserta didik mengumpulkan LKS dan lembar jawabanKeaktifan mengerjakan tugasSkor 1 = jika peserta didik sering tidak melaksanakan tugas dari guruSkor 2 = jika peserta didik kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesaiSkor 3 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesaiSkor 4 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai dengan baik
Partisipasi dalam kegiatan pembelajaranSkor 1 = jika peserta didik tidak pernah memperhatikan dan tidak pernah menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 2 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 3 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kadang-kadang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 4 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanMenghargai pendapat orang lainSkor 1 = jika peserta didik tidak pernah mendengarkan dan selalu menyalahkan pendapat temanSkor 2 = jika peserta didik kurang mendengarkan dan sering menyalahkan pendapat temanSkor 3 = jika peserta didik mendengarkan dan kadang-kadang menyalahkan temannyaSkor 4 = jika peserta didik mendengarkan sampai selesai dan tidak menyalahkan pendapat teman
LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF SISWA SIKLUS IINilai
Bekerjasamadengan
kelompok
Tanggungjawab
Keaktifanmengerjakan
tugas
Partisipasidalam kegiatanpembelajaran
Menghargaipendapat orang
lain
Kel Nama siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Jumlahskor
Nilai
Ari Mashudi 14 70Arif Budi RP 12 60Arif Lutfi H 13 65David Rendika L 13 65Dinda Fika A 15 75
1
Eni Mastoka 13 65Eva Ristiyana 14 70Gopilun 12 60Harun Ar Rasyid 11 55Imam Setiawan 11 55Ita Ristiani 14 70
2
M Khoeroni 13 65M Khoerul Anam 16 80M Risqi Beni P 13 65M Ulin Nuha 14 70Nur Fuat Kamaludin 14 70Roni Setiawan 14 70
3
Siti Ambarwati 14 70Titik Nursaadah 15 75Two Bagus P 13 65Ulfa Hidayanti 13 65Ulfatun Khasanah 13 65Vivi Noviati 13 65
4
Heni Rismawati 13 65Jumlah 318 1590
Rata-rata 13,25 66,25
Nilai = x 100%Kriteria ketuntasan belajar :Jumlah peserta didik yang tuntas : 20Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 4Persentase ketuntasan belajar : 83,3% (Belum tuntas)Keterangan :Nilai tertinggi : 80Nilai terendah : 55Nilai rata-rata peserta didik : 66,25
Keterangan:Bekerjasama dengan kelompokSkor 1 = jika peserta didik sulit bekerjasama dengan anggota kelompokSkor 2 = jika peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi harus dimintaSkor 3 = jika peserta didik bekerjasama dengan sebagian anggota kelompokSkor 4 = jika peserta didik bekerjasama dengan semua anggota kelompokTanggung jawabSkor 1 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS dan lembar jawabananSkor 2 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS, tetapi mengumpulkan lembar jawabanSkor 3 = jika peserta didik mengumpulkan LKS, tetapi tidak mengumpulkan lembar jawabanSkor 4 = jika peserta didik mengumpulkan LKS dan lembar jawabanKeaktifan mengerjakan tugasSkor 1 = jika peserta didik sering tidak melaksanakan tugas dari guruSkor 2 = jika peserta didik kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesaiSkor 3 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesaiSkor 4 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai dengan baik
Partisipasi dalam kegiatan pembelajaranSkor 1 = jika peserta didik tidak pernah memperhatikan dan tidak pernah menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 2 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 3 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kadang-kadang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 4 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanMenghargai pendapat orang lainSkor 1 = jika peserta didik tidak pernah mendengarkan dan selalu menyalahkan pendapat temanSkor 2 = jika peserta didik kurang mendengarkan dan sering menyalahkan pendapat temanSkor 3 = jika peserta didik mendengarkan dan kadang-kadang menyalahkan temannyaSkor 4 = jika peserta didik mendengarkan sampai selesai dan tdak menyalahkan pendapat teman
LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF SISWA SIKLUS IIINilai
Bekerjasamadengan
kelompok
Tanggungjawab
Keaktifanmengerjakan
tugas
Partisipasidalam kegiatanpembelajaran
Menghargaipendapat orang
lain
Kel Nama siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Jumlahskor
Nilai
Ari Mashudi 15 75Arif Budi RP 14 70Arif Lutfi H 15 75David Rendika L 14 70Dinda Fika A 16 80
1
Eni Mastoka 15 75Eva Ristiyana 16 80Gopilun 12 60Harun Ar Rasyid 12 60Imam Setiawan 15 75Ita Ristiani 15 75
2
M Khoeroni 15 75M Khoerul Anam 17 85M Risqi Beni P 15 75M Ulin Nuha 14 70Nur Fuat Kamaludin 16 80Roni Setiawan 14 70
3
Siti Ambarwati 15 75Titik Nursaadah 17 85Two Bagus P 14 70Ulfa Hidayanti 15 75Ulfatun Khasanah 15 75Vivi Noviati 13 65
4
Heni Rismawati 14 70Jumlah 353 1765
Rata-rata 14,7 73,54
Nilai = x 100%Kriteria ketuntasan belajar :Jumlah peserta didik yang tuntas : 22Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 2Persentase ketuntasan belajar : 91,67% (Tuntas)Keterangan :Nilai tertinggi : 85Nilai terendah : 60Nilai rata-rata peserta didik : 73,54
Keterangan:Bekerjasama dengan kelompokSkor 1 = jika peserta didik sulit bekerjasama dengan anggota kelompokSkor 2 = jika peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompok, tetapi harus dimintaSkor 3 = jika peserta didik bekerjasama dengan sebagian anggota kelompokSkor 4 = jika peserta didik bekerjasama dengan semua anggota kelompokTanggung jawabSkor 1 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS dan lembar jawabananSkor 2 = jika peserta didik tidak mengumpulkan LKS, tetapi mengumpulkan lembar jawabanSkor 3 = jika peserta didik mengumpulkan LKS, tetapi tidak mengumpulkan lembar jawabanSkor 4 = jika peserta didik mengumpulkan LKS dan lembar jawabanKeaktifan mengerjakan tugasSkor 1 = jika peserta didik sering tidak melaksanakan tugas dari guruSkor 2 = jika peserta didik kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesaiSkor 3 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah tidak selesaiSkor 4 = jika peserta didik aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai dengan baik
Partisipasi dalam kegiatan pembelajaranSkor 1 = jika peserta didik tidak pernah memperhatikan dan tidak pernah menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 2 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 3 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran kadang-kadang perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanSkor 4 = jika peserta didik dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat/pertanyaanMenghargai pendapat orang lainSkor 1 = jika peserta didik tidak pernah mendengarkan dan selalu menyalahkan pendapat temanSkor 2 = jika peserta didik kurang mendengarkan dan sering menyalahkan pendapat temanSkor 3 = jika peserta didik mendengarkan dan kadang-kadang menyalahkan temannyaSkor 4 = jika peserta didik mendengarkan sampai selesai dan tdak menyalahkan pendapat teman
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS IJenis Penilaian : KognitifMata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : VII/GasalMateri : KalorJenis Soal : Pilihan Ganda
Nomor Soal
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor
siswa
%
penguasaan Keterangan
1 Ari Mashudi 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60 Belum tuntas
2 Arif Budi RP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 7 70 Tuntas
3 Arif Lutfi H 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 6 60 Belum tuntas
4 David Rendika L 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 70 Tuntas
5 Dinda Fika A 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 Tuntas
6 Eni Mastoka 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
7 Eva Ristiyana 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
8 Gopilun 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 50 Belum tuntas
9 Harun Ar Rasyid 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6 60 Belum tuntas
10 Imam Setiawan 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
11 Ita Ristiani 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 4 40 Belum tuntas
12 M Khoeroni 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 6 60 Belum tuntas
13 M Khoerul Anam 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 Tuntas
14 M Risqi Beni P 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 6 60 Belum tuntas
15 M Ulin Nuha 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 4 40 Belum tuntas
Lampiran 9
16 Nur Fuat Kamaludin 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Tuntas
17 Roni Setiawan 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 60 Belum tuntas
18 Siti Ambarwati 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 6 60 Belum tuntas
19 Titik Nursaadah 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 7 70 Tuntas
20 Two Bagus P 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 Tuntas
21 Ulfa Hidayanti 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 60 Belum tuntas
22 Ulfatun Khasanah 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80 Tuntas
23 Vivi Noviati 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 6 60 Belum tuntas
24 Heni Rismawati 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 70 Tuntas
Jumlah 155 1550
Rata-rata 64,58 64,58
Kriteria ketuntasan belajar :Jumlah peserta didik yang tuntas : 12Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 12Persentase ketuntasan belajar : 50%Keterangan :Nilai tertinggi : 80Nilai terendah : 40Nilai rata-rata peserta didik : 64,5
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS IIJenis Penilaian : KognitifMata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : VII/GasalMateri : KalorJenis Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor
siswa
%
penguasaan Keterangan
1 Ari Mashudi 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 7 70 Tuntas
2 Arif Budi RP 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 70 Tuntas
3 Arif Lutfi H 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
4 David Rendika L 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 70 Tuntas
5 Dinda Fika A 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80 Tuntas
6 Eni Mastoka 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas
7 Eva Ristiyana 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 Tuntas
8 Gopilun 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 5 50 Belum tuntas
9 Harun Ar Rasyid 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
10 Imam Setiawan 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 6 60 Belum tuntas
11 Ita Ristiani 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 Belum tuntas
12 M Khoeroni 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
13 M Khoerul Anam 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 7 70 Tuntas
14 M Risqi Beni P 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Tuntas
15 M Ulin Nuha 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 5 50 Belum tuntas
16 Nur Fuat Kamaludin 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 Tuntas
17 Roni Setiawan 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 60 Belum tuntas
18 Siti Ambarwati 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Tuntas
19 Titik Nursaadah 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 7 70 Tuntas
20 Two Bagus P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Tuntas
21 Ulfa Hidayanti 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 70 Tuntas
22 Ulfatun Khasanah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 Tuntas
23 Vivi Noviati 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 6 60 Belum tuntas
24 Heni Rismawati 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6 60 Belum tuntas
Jumlah 169 1690
Rata-rata 70,41 70,41
Kriteria ketuntasan belajar :Jumlah peserta didik yang tuntas : 17Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 7Persentase ketuntasan belajar : 70,83% (belum tuntas)Keterangan :Nilai tertinggi : 90Nilai terendah : 50Nilai rata-rata peserta didik : 70,4
LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS IIIJenis Penilaian : KognitifMata Pelajaran : IPA FisikaKelas/Semester : VII/GasalMateri : KalorJenis Soal : Pilihan Ganda
Jumlah Soal
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor
siswa
%
penguasaan Keterangan
1 Ari Mashudi 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 70 Tuntas
2 Arif Budi RP 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Tuntas
3 Arif Lutfi H 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Tuntas
4 David Rendika L 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Tuntas
5 Dinda Fika A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Tuntas
6 Eni Mastoka 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Tuntas
7 Eva Ristiyana 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 Tuntas
8 Gopilun 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 60 Belum tuntas
9 Harun Ar Rasyid 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 7 70 Tuntas
10 Imam Setiawan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Tuntas
11 Ita Ristiani 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 Tuntas
12 M Khoeroni 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70 Tuntas
13 M Khoerul Anam 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 Tuntas
14 M Risqi Beni P 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 7 70 Tuntas
15 M Ulin Nuha 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 7 70 Tuntas
16 Nur Fuat Kamaludin 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Tuntas
17 Roni Setiawan 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 60 Belum tuntas
18 Siti Ambarwati 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 Tuntas
19 Titik Nursaadah 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7 70 Tuntas
20 Two Bagus P 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80 Tuntas
21 Ulfa Hidayanti 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
22 Ulfatun Khasanah 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80 Tuntas
23 Vivi Noviati 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 7 70 Tuntas
24 Heni Rismawati 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 6 60 Belum tuntas
Jumlah 184 1840
Rata-rata 76,76 76,76
Kriteria ketuntasan belajar :Jumlah peserta didik yang tuntas : 21Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 3Persentase ketuntasan belajar : 87,5% (tuntas)Keterangan :Nilai tertinggi : 90Nilai terendah : 60Nilai rata-rata peserta didik : 76,67
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK SISWA SIKLUS INilai
Mempersiapkanalat
Merangkai alat Melakukanpercobaan
Merapikankembali alatdan bahan
Mengkomunikasikan hasil
percobaan
Kel Nama siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
JumlahSkor
Nilai
Ari Mashudi 14 70Arif Budi RP 10 50Arif Lutfi H 11 55David Rendika L 14 70Dinda Fika A 14 70
1
Eni Mastoka 14 70Eva Ristiyana 13 65Gopilun 11 55Harun Ar Rasyid 10 75Imam Setiawan 10 50Ita Ristiani 14 70
2
M Khoeroni 15 75M Khoerul Anam 15 75M Risqi Beni P 13 65M Ulin Nuha 13 65Nur Fuat Kamaludin 15 75Roni Setiawan 14 70
3
Siti Ambarwati 15 75Titik Nursaadah 15 75Two Bagus P 14 70Ulfa Hidayanti 13 65Ulfatun Khasanah 13 65Vivi Noviati 10 50
4
Heni Rismawati 13 65Jumlah 314 1570
Rata-rata 13,08 65,41
Lampiran10
Nilai = x 100%Kriteria ketuntasan belajar : Keterangan :Jumlah peserta didik yang tuntas : 18 Nilai tertinggi : 75Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 6 Nilai terendah : 50Persentase ketuntasan belajar : 75% (belum tuntas) Nilai rata-rata peserta didik : 65,41
Kriteria Penskoran PsikomotorikSkor 1 = dilakukan dengan tidak tepatSkor 2 = dilakukan dengan kurang tepatSkor 3 = dilakukan dengan tepatSkor 4 = dilakukan dengan sangat tepat
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK SISWA SIKLUS IINilai
Mempersiapkanalat
Merangkai alat Melakukanpercobaan
Merapikankembali alatdan bahan
Mengkomunikasikan hasil
percobaan
Kel Nama siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
JumlahSkor
Nilai
Ari Mashudi 15 75Arif Budi RP 12 60Arif Lutfi H 12 60David Rendika L 17 85Dinda Fika A 17 85
1
Eni Mastoka 17 85Eva Ristiyana 13 65Gopilun 12 60Harun Ar Rasyid 11 55Imam Setiawan 11 55Ita Ristiani 14 70
2
M Khoeroni 13 65M Khoerul Anam 17 85M Risqi Beni P 16 80M Ulin Nuha 14 70Nur Fuat Kamaludin 17 85Roni Setiawan 14 70
3
Siti Ambarwati 13 65Titik Nursaadah 17 85Two Bagus P 17 85Ulfa Hidayanti 14 70Ulfatun Khasanah 14 70Vivi Noviati 13 65
4
Heni Rismawati v 14 70Jumlah 348 1740
Rata-rata 14,5 72,5
Nilai = x 100%Kriteria ketuntasan belajar : Keterangan :Jumlah peserta didik yang tuntas : 19 Nilai tertinggi : 85Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 5 Nilai terendah : 55Persentase ketuntasan belajar : 79,17% (belum tuntas) Nilai rata-rata peserta didik : 72,5
Kriteria Penskoran PsikomotorikSkor 1 = dilakukan dengan tidak tepatSkor 2 = dilakukan dengan kurang tepatSkor 3 = dilakukan dengan tepatSkor 4 = dilakukan dengan sangat tepat
LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK SISWA SIKLUS IIINilai
Mempersiapkanalat
Merangkai alat Melakukanpercobaan
Merapikankembali alatdan bahan
Mengkomunikasikan hasil
percobaan
Kel Nama siswa
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
JumlahSkor
Nilai
Ari Mashudi 14 70Arif Budi RP 14 70Arif Lutfi H 15 75David Rendika L 14 70Dinda Fika A 16 80
1
Eni Mastoka 15 75Eva Ristiyana 16 80Gopilun 12 60Harun Ar Rasyid 12 60Imam Setiawan 15 75Ita Ristiani 15 75
2
M Khoeroni 14 70M Khoerul Anam 17 85M Risqi Beni P 15 75M Ulin Nuha 14 70Nur Fuat Kamaludin 16 80Roni Setiawan 14 70
3
Siti Ambarwati 14 70Titik Nursaadah 16 80Two Bagus P 14 70Ulfa Hidayanti 15 75Ulfatun Khasanah 15 75Vivi Noviati 14 70
4
Heni Rismawati 14 70Jumlah 349 1745
Rata-rata 14,54 72,70
Nilai = x 100%Kriteria ketuntasan belajar : Keterangan :Jumlah peserta didik yang tuntas : 22 Nilai tertinggi : 85Jumlah peserta didik yang tidak tuntas : 2 Nilai terendah : 60Persentase ketuntasan belajar : 91,67% (Tuntas) Nilai rata-rata peserta didik : 72,70
Kriteria Penskoran PsikomotorikSkor 1 = dilakukan dengan tidak tepatSkor 2 = dilakukan dengan kurang tepatSkor 3 = dilakukan dengan tepatSkor 4 = dilakukan dengan sangat tepat
Lampiran 10DOKUMENTASI SAAT PROSES BELAJAR MENGAJAR
Peserta Didik Melakukan Praktikum
Peneliti Melakukan Observasi
Peserta Didik Melakukan Praktikum
Peserta Didik Mengerjakan Tes