Author
ngodieu
View
259
Download
0
Embed Size (px)
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2
MA KARTAYUDA WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : AHMAD JANI
NIM : 073 111 239
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2010
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Jani
NIM : 073111239
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 21 Maret 2011
Saya yang menyatakan,
Ahmad Jani
NIM: 073111239
ii
iii
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh Pokok Bahasan Peradilan Islam Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Ahmad Jani NIM : 073111239 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 15 April 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris, Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A Nasirudin, M.Ag NIP. 19640308 199303 1 002 NIP. 19691012 199603 1 002 Penguji I Penguji II Sugeng Ristiyanto, M.Ag Nur Uhbiyati, M.Pd NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19520208 197612 2 001
Pembimbing,
Hj. Lift Anis Mashumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2 001
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM KUALIFIKASI S.1 GURU R.A DAN MADRASAH
Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka ( Kampus II ) Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Fax 7615387 Semarang
iii
iv
NOTA DINAS Semarang, 21 Maret 2011
Kepada
Yth. Dekan IAIN Walisongo
di Semarang.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan ini bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah
skripsi dengan:
Judul : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Fiqh Pokok Bahasan Peradilan Islam
Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Ahmad Jani
NIM : 073111239
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Hj. Lift Anis Mashumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2 001
iv
v
ABSTRAK
Ahmad Jani (NIM. 073111239). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh siswa kelas XI IPA semester I di MA Kartayuda.
Penelitian dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus mencakup empat tahapan kegiatan yaitu (1) Perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan tindakan (acting) (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflecting) dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Siswa MA Kartayuda Kelas XI IPA 2 sebanyak 27 siswa yang terdiri 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil antar siklus, dan teknik analisis kritis untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru pada pembelajaran siklus sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora.
Data yang diperoleh dari hasil ulangan harian pra siklus menunjukkan bahwa dari nilai KKM 70, siswa yang sudah tuntas 22 siswa dan yang belum tuntas 5 anak dengan rata-rata nilai kelas 72,78. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 24 anak, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 anak, sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 25 anak yang sudah tuntas dan 2 anak belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata kelas siklus I 74,26 dan pada siklus II 77,59. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa.
Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama diskusi berlangsung semua siswa telah menjalankan tugas kelompok dengan baik serta presentasi yang baik dengan memanfaatkan media, sumber belajar yang ada. Pada siklus I pada saat sesi tanya jawab terdapat 9 (33,33%) anak yang memberikan ataupun menanggapi jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan sedangkan pada siklus II terdapat 15 anak (55,55%) yang aktif dalam menyampaikan pendapatnya.
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada mata pelajaran agama yang lain dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
v
vi
HALAMAN MOTTO
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl 125).1
1Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Sinar Baru Algesindo, Jakarta,
2009) Cet. 6, hlm. 553
vi
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Kupersembahkan kepada Bapak dan Ibu yang tercinta
2. Muhammad Noor Hadi kakakku tercinta
3. Sahabat/teman mahasiswa program program kualifikasi S1 bagi guru
RA/Madrasah IAIN Walisongo Semarang
4. Segenap dewan guru Madrasah Aliyah kartayuda yang selalu memberikan
dukungan
vii
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia dan telah menurunkan cahaya
kebenaran kepada hamba-hambanya. Hanya kepada Allah penulis berlindung dan
memohon pertolongan. Salawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat, taufik, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga
Skripsi yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Fiqh Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora
Tahun Pelajaran 2010/2011 bisa penulis selesaikan.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis lakukan secara
maksimal. Akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki maka penulis yakin bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan juga saran yang konstruktif dari semua
pihak sangat penulis harapkan.
Keberhasilan yang penulis peroleh di dalam menyelesaikan skripsi ini
tentu tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. Sujai, M.Ag., Dekan IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;
2. Ahmad Muthohar, M.Ag., Ketua program kualifikasi S1 bagi guru
RA/Madrasah IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;
3. Hj. Lift Anis Mashumah, M.Ag., dosen pembimbing program S1 Kualifikasi
IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;
4. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mendidik dengan penuh kesabaran dan
berdoa dengan penuh ketulusan demi kesuksesan studi yang penulis jalani;
viii
ix
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini,
yang tidak mungin kami sebutkan satu persatu, penulis sampaikan banyak terima
kasih, teriring doa Jazakumullah khairan katsira. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang, 21 Maret 2011
Ahmad Jani 073 11 239
ix
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Penegasan Istilah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Istilah ....................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
Bab II PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR FIQH .............................................................................. 9
A. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ...... 9
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 9
2. Ciri-ciri dan tujuan Pembelajaran Kooperatif ...................... 12
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation .......................................................................... 16
B. Hasil Belajar ................................................................................ 19
x
xi
1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 19
2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar ................................................. 22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................. 25
C. Penerapan Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar 29
D. Pembelajaran Fiqh di MA ........................................................... 31
1. Pengertian Pembelajaran Fiqh MA.. ............................. 31
2. Tujuan Pembelajaran Fiqh MA ..................................... 33
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh MA. .............. 34
Bab III METODE PENELITIAN ................................................................ 36
A. Setting Penelitian ......................................................................... 36
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 36
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
E. Validitas Data .............................................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 38
G. Indikator Keberhasilan ............................................................... 39
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 39
Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 45
A. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 45
B. Deskrispsi Hasil Siklus I ............................................................. 46
C. Deskrispsi Hasil Siklus II ............................................................ 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 54
Bab V PENUTUP .......................................................................................... 60
A. Simpulan ...................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 44
Tabel 2 Prosentase Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 45
Tabel 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 46
Tabel 4 Lembar Obervasi Siswa Siklus I, 49
Tabel 5 Lembar Observasi Siswa Siklus II, 52
Tabel 6 Nilai Ulangan Harian Siklus I, 53
Tabel 7 Nilai Ulangan Harian Siklus II, 55
Tabel 8 Nilai Perbandingan Antar Siklus, 56
Tabel 9 Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran, 57
Tabel 10 Peningkatan Hasil Tes Siswa, 58
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan PTK
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok Siklus I
Lampiran 4 Soal Ulangan Siklus I
Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Siklus I
Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Siklus II
Lampiran 7 Soal Ulangan Siklus II
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Siklus II
Lampiran 9 Permohonan Izin Riset
Lampiran 10 Surat Keterangan Melaksanakan PTK
xii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang berbeda satu sama lain.
Karena sifatnya yang berbeda, maka manusia akan saling membutuhkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya
manusia adalah makhluk sosial. Mendidik manusia menjadi makhluk sosial
yang mudah berinteraksi dengan yang lain dapat diciptakan melalui proses
pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat hanya dapat diciptakan melalui
perencanaan yang baik dan tepat. Hakikat proses pembelajaran adalah
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan
berbagai pengalaman belajar. Namun pada kenyataannya masih banyak
proses pembelajaran di kelas hanya menekankan aspek kognitif saja,
sehingga kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada
kemampuan taraf pengetahuan dan ingatan.
Setiap sesuatu memiliki ruh. Ruh sebuah lembaga pendidikan
adalah kualitas proses belajar mengajar yang diciptakan. Dalam upaya
membangun lembaga pendidikan yang efektif, apapun bentuknya menjadi
tak bermakna bila tidak dibarengi dengan upaya menciptakan suasana
belajar yang kondusif bagi setiap siswa.2 Efektivitas proses belajar-mengajar
dipengaruhi oleh lama waktu belajar, metode/strategi mengajar yang
digunakan, penilaian, umpan balik, bentuk penghargaan bagi peserta didik,
dan jumlah peserta didik dalam satu kelas.
Mengajar atau membelajarkan bukan pekerjaan yang mudah,
membutuhkan kesungguhan, semangat, pengetahuan, keterampilan dan seni.
Mengajar berbeda dengan membuat kursi, atau beternak ayam. Dalam
membuat kursi dan beternak ayam berhadapan antara subyek dengan obyek.
2Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, (Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), Cet. 2, hlm. 11.
1
xv
pembuat kursi atau peternak ayam adalah subyek, sedang kursi atau kayu
bahan kursi dan ayam adalah obyek. Kayu bahan kursi memiliki sejumlah
sifat, tetapi sifat-sifatnya sederhana dan kondisinya statis, mudah dipahami.
Ayam hidup, disamping sifat-sifatnya terdapat dinamika tetapi masih
sederhana, relatif masih mudah dipahami.3
Pada proses pembelajaran guru dihadapkan pada keragaman
karakteristik dan dinamika perkembangan siswa yang berbeda-beda. Oleh
karena itu mengajar adalah ilmu sekaligus seni. Ada ilmu mengajar saja
belum cukup maka diperlukan juga seni dalam mengajar.Di dalam proses
belajar mengajar seorang guru harus mampu menentukan metode
pembelajaran dengan tepat. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan
maksud dan tujuan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran
mempunyai peranan yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa
dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Dengan
penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, meskipun
materi yang disampaikan kurang menarik. Sebaliknya materi yang cukup
menarik, karena cara penyampaiannya kurang menarik maka materi itu
kurang dapat dicerna oleh siswa.
Melalui proses belajar diharapkan terjadi perubahan,
perkembangan, kemajuan yang lebih baik, baik dari aspek fisik-motorik,
intelek, sosial-emosional maupun sikap dan nilai.4 Semakin banyak
perubahan yang dicapai siswa maka akan semakin baik proses belajar
tersebut. Proses belajar mengajar disini adalah dalam rangka pendidikan,
dan di dalam pendidikan semua aktivitas dan perubahan mengarah kepada
yang baik. Perkembangan yang mengarah pada yang tidak baik, itu
bukanlah pendidikan. Proses mengajar harus memungkinkan para siswa
3Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II, (Bandung: IMTIMA, 2007),
hlm. 124. 4Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II, (Bandung: IMTIMA, 2007),
hlm. 124.
2
xvi
memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Seperti yang dikatakan filsuf
terkenal, Alfred North Whitehead, Anak harus menjadikannya (ide-ide
tersebut) milik mereka dan harus mengerti penerapannya dalam situasi
kehidupan yang nyata mereka pada saat yang sama.5 Oleh karena itu,
penerapan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, kesalahan dalam
menerapkan metode akan berakibat fatal.
Menurut Arends sebagaimana yang dikutip oleh Trianto dalam
buku Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
mengatakan it is strange that we expect student to learn yet seldom teach
then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach
the about problem solving yang berarti dalam mengajar guru selalu
menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang
bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana seharusnya
siswa menyelesaikan masalah.6 Bentuk kejadian inilah yang selama ini
terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia. Guru yang seharusnya menjadi
fasilitator belum bisa menjalankan perannya sebagai pelaksana dalam dunia
pendidikan. Ia hanya memberikan perintah dan belum menyampaikan
bagaimana menyelesaikan perintah yang dihadapi oleh siswa.
Kondisi di Madrasah Aliyah Kartayuda Desa Wado Kecamatan
Kedungtuban Kabupaten Blora, masih sering dijumpai adanya permasalahan
yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata pelajaran Fiqh.
Selama ini dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa pasif, siswa tidak
menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang
bercanda dengan temannya. Sering kali guru terjebak dengan cara-cara
konvensional yaitu berpusat pada guru (teacher centered) yang hanya
5Ninong Santika, Mengajarkan IPA Berbasis Kecerdasan Majemuk, (Bandung: Tinta
Emas Publishing, 2008), hlm. 15. 6Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 66.
3
xvii
berorientasi pada pencapaian aspek-aspek kognitif yang mengandalkan
metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan kejenuhan,
membosankan, dan siswa tertekan karena harus mendengarkan guru
bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa terlibat dalam proses
pembelajaran, ditambah lagi sarana prasarana, media pembelajaran yang
kurang memadai, dan lingkungan di luar sekolah siswa yang kurang
mendukung sehingga menyebabkan minat belajar siswa rendah.
Beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif
(effectiveness school) membuktikan bahwa kecerdasan atau prestasi belajar
siswa ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) sekolah.7
Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana lembaga pendidikan
dalam hal ini seorang pendidik hendaknya mampu menciptakan kondisi
pembelajaran yang interaktif, sehingga proses kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna serta kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
dapat berkembang secara optimal.
Kooperatif adalah usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya.8 Pembelajaran
kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan
siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata
pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Dengan asumsi
mengutamakan pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berfikir
tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan
masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, dan tidak
membosankan, pembelajaran kooperatif menjadi relevan untuk diterapkan
sebagai metode pembelajaran fiqh. Dengan pendekatan model pembelajaran
kooperatif diasumsikan belajar fiqh akan menjadi menarik karena obyek
yang dipelajari adalah situasi nyata yang dekat dengan kehidupan siswa.
7Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, (Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi
Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), Cet. 2, hlm. 6.
8Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), Cet. I, hlm. 39.
4
xviii
Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti melalui studi
tindakan kelas akan melakukan penelitian dengan judul penelitian
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK
BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2 MA KARTAYUDA
WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B. Penegasan Istilah
Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.9 Dalam hal ini
ketika siswa mendapatkan tugas dari kelompoknya, dia akan menjadi
partisipan yang aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga dengan
pembelajaran yang bersumber pada siswa, guru dapat mengembangkan
segala potensi yang ada pada diri siswa.
Investigation adalah saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,
klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
inferensi.10 Prinsip dasar group investigation adalah siswa membentuk
kelompok-kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai
tujuan bersama. Setelah belajar kelompok, perwakilan dari masing-masing
kelompok mempresentasikan atau menyajikan materi hasil diskusi di depan
kelas, sedangkan kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi,
mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan.
C. Pembatasan Masalah
Mata pelajaran fiqh bertujuan untuk membekali peserta didik agar
dapat mengetahui dan memahami pokok pokok hukum Islam secara
9Made Vena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 189
10Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta; Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 225
5
xix
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, serta
melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar.11
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar.12 Sedangkan suatu kelompok diskusi adalah suatu kelompok yang
diadakan dengan maksud untuk mempelajari suatu masalah yang
pemecahannya harus ditemukan.13
Berdasarkan rendahnya nilai rata-rata hasil ulangan umum semester
genap tahun pelajaran 2009/2010, peneliti akan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
group investigation pada siswa kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado
Kedungtuban Blora tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pelajaran Fiqh
pokok bahasan Peradilan Islam (Hakim dan Saksi dalam Peradilan Islam).
D. Rumusan Masalah
Permasalahan ketidakefektifan pembelajaran di kelas itu cukup
banyak. Dari sekian masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran
konvensional, yang hanya menekankan otoritas guru tanpa melibatkan
aktivitas murid. Contoh yang paling banyak ditemui adalah penggunaan
metode ceramah. Hal ini bukan berarti metode ceramah tidak baik, tetapi
menempatkan ceramah sebagai satu-satunya metode tidak akan dapat
menggali potensi yang dimiliki siswa, sekaligus menjadikan pembelajaran
dan tidak memberdayakan. Maka perlu dikembangkan model pembelajaran
yang menempatkan murid sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya dalah
model pembelajaran kooperatif.
11Permendiknas No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta:
2006. hlm. 21. 12Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
FKIP UNS Surakarta, 2009), Cet. I, hlm. 37. 13Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008) Cet. 2,
hlm. 144.
6
xx
Berdasarkan uraian tersebut, maka secara spesifik rumusan masalah
yang menjadi fokus pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah;
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih di MA Kartayuda?
2. Apakah penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fiqh di MA Kartayuda ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh siswa kelas
XI IPA semester I di MA Kartayuda.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan baru dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Untuk digunakan sebagai bahan acuan memperbaiki metode
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
- Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah, dan kemampuan intelektual dalam
berkomunikasi dengan kelompok.
- Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
- Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
7
xxi
- Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama.
b. Bagi guru
- Sebagai bahan masukan dalam pengembangan model
pembelajaran pada mata pelajaran fiqh dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran.
- Menerapkan metode pembelajaran kooperatif untuk materi
yang lain.
- Membantu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
mengoptimalkan aktivitas siswa sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
- Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam
memecahkan masalah-masalah pembelajaran dalam membuat
keputusan yang tepat bagi siswa dalam kelas yang diajarnya.
c. Bagi sekolah
- Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara dan strategi baru
dalam pembelajaran untuk mutu pembelajaran selain
kemampuan inovatif guru.
- Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-
sungguh.
- Mampu mewujudkan kerjasama, kolaborasi antar guru dalam
satu sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
- Sebagai upaya peningkatan kualitas kelulusan.
8
xxii
BAB II
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQH
A. Metode Pembelajaran Koperatif Tipe Group Investigation
Dalam konteks pendidikan, terkadang terjadi kesalahan yang
seharusnya dapat dihindari, dalam paradigma lama guru terkadang hanya
menyampaikan, menuangkan materi semata tanpa adanya peran aktif dari
siswa, ibarat air di dalam teko yang dituangkan kedalam botol kosong.
Banyak anggapan bahwa paradigm lama ini sebagai satu-satunya alternatif
dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga siswa dalam hal ini
sebagai pendengar setia yang hanya duduk mendengarkan kemudian
mencatat dari apa yang didengarnya. Anggapan ini sebenarnya keliru, tetapi
alangkah baiknya apabila seorang siswa dianggap sebagai sebuah permata
yang tertimbun didalam lumpur yang apabila dikeluarkan akan
menghasilkan manfaat yang besar.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kondisi semacam ini diharapkan tercipta suasana
saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya berasal dari guru dan buku saja melainkan teman sesama.
Dengan pastisipasi dan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan proses belajar mengajar akan lebih
bermakna.
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan falsafah
dari pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Teori
konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek, informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
9 9 9
xxiii
itu tidak lagi sesuai.14 Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.15 Dalam
pembelajaran kooperatif tersebut memungkinkan terjadinya interaksi
antar siswa dengan saling bertukar informasi atau menggabungkan
beberapa ide dari masing-masing anggota kelompok untuk dijadikan
tujuan bersama dalam pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Slavin mengemukakan, In cooperative learning methods, students
work together in four member teams to master material initially
presented by the theacher pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.16
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar.17 Sedangkan Johnson & Johnson
mengatakan pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
tim untuk mencapai tujuan bersama.18
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar
14Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 13. 15Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 53. 16Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 22. 17Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 Surakarta, 2009), Cet. Pertama, hlm. 37. 18Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 63.
10
xxiv
bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa
(Nurhadi dan Senduk). Menurut Lie pembelajaran kooperatif adalah
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur,
dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. 19
Prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif adalah siswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai
mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena
banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang
sebelumnya terbiasa dengan sikap pasif akan terbantu karena adanya
bantuan serta motivasi dari temannya.
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup segala bentuk
kesenjangan dalam pemahaman materi pelajaran pada tiap-tiap siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran yang menempatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar
dalam bentuk tim atau kelompok yang beranggotakan empat sampai
enam dengan berbagai latar belakang tingkat kemampuan siswa
sehingga didalamnya terjadi sebuah interaksi diantara sesama siswa
sehingga yang dijadikan sumber belajar bukan hanya berasal dari guru
dan buku pelajaran. Dalam pembelajaran tersebut menekankan bentuk
kerja kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran yang sama diantara
masing-masing anggota.
Dalam proses pendidikan, untuk dapat belajar seseorang
harus memiliki pasangan atau teman. Dewey menggagas konsep
19Made Vena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 3, hlm. 189-190. 11
xxv
pendidikan sebagaimana yang dikutip oleh Hamruni, bahwa kelas
seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey
yang utama tentang pendidikan adalah: (1) siswa hendaknya aktif,
learning by doing; (2) belajar hendanya didasari motivasi intrinsic; (3)
pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan
belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5)
pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling
memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur
demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan
dengan dunia nyata.20
2. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja
kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka
menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran
kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja
kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.
Bennet sebagaimana dikutip oleh Isjoni menyatakan ada lima
unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan
kerja kelompok, yaitu ;21
Pertama, Positif Interdepence, yaitu hubungan timbal balik
yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara
anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan
keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Kedua, Interaction Face to
face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya
perantara. Ketiga, adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi
20Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 224-225. 21 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 60.
12
xxvi
pelajaran dalam anggota kelompok sehingga termotivasi untuk
membantu temannya, karena tujuan dalam pembelajaran kooperatif
adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat
pribadinya. Keempat, membutuhkan keluwesan. Kelima, meningkatkan
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses
kelompok) yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam
pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama
dan berhubungan ini adalah keterampilan yang terpenting dan sangat
diperlukan di masyarakat.
Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran
yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja
sama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama.
Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimal bukan saja untuk
diri sendiri, tetapi juga untuk teman-teman lain dalam kelompok.
Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif
adalah;22
a. Saling ketergantungan antara satu sama lain secara positif (positif
interdependence).
b. Saling berinteraksi langsung antar anggota dalam kelompok (face to
face interaction).
c. Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual
accountability).
d. Keterampilan sosial (cooperative social skills).
e. Pemrosesan kelompok (group processing).
Sedangkan menurut Lie mengatakan pembelajaran kooperatif
adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang
22Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 54.
13
xxvii
saling terkait. Menurut Lie sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyanto
elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah23;
a. Saling ketergantungan pasif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan
yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai
melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, menyelesaikan
tugas, bahan atau sumber, peran dalam kerja kelompok.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru, tetapi juga terhadap siswa lain. Interaksi
semacam ini sangat penting dalam rangka membantu siswa yang
merasa kesulitan dalam belajar. Hal tersebut juga menggambarkan
proses terjadinya pembelajaran model tutor sebaya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan secara
individual. Hasil penilaian tersebut kemudian disampaikan dalam
kelompok siswa sehingga siswa yang lain dalam kelompoknya
mengetahui siapa anggota kelompoknya yang merasa memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
d. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
23Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13 Surakarta, 2009), Cet. Pertama, hlm. 40-42.
14
xxviii
hubungan antar pribadi tidak hanya sekedar diasumsikan
melainkan secara sengaja diajarkan.
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut;24
a. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan
belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras,
budaya dan jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kelompok kerja dari pada
individual.
Tujuan pembelajaran kooperatif dikatakan berhasil apabila
siswa dapat mencapai tujuan bersama dalam anggota kelompoknya.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum Ibrahim, et. Al yaitu;25
a. Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas
akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur
penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
24Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet. 2, hlm. 74-75. 25Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm.
39-42.
15
xxix
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Yaitu penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu
sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para
siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara, karena
mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi
masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan
bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan
global untuk memenangkan persaingan tersebut.
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama,
strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. (Ibrahim, dkk).26
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa untuk
saling bekerja sama bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation
Dalam konsep group investigation Thelen menyatakan bahwa
kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi. Menurut Slavin
26Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 44. 16
xxx
sebagaimana yang dikutip oleh Trianto model group investigation
memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu ; 27
Tahap 1 : Grouping
Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,
dan mengkategorikan saran-saran.
Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari
topik-topik yang telah mereka pilih.
Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan28
Tahap 2 : Planning
Para siswa merencakan bersama mengenai apa yang akan
dipelajari?, bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa?
(pembagian tugas), untuk tujuan dan kepentingan apa kita
menginvestigasi topik ini?.
Tahap 3 : Investigation
Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.
Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan
mensintesis semua gagasan29
Tahap 4 : Organizing
Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek
mereka.
27Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 225.
28Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 218.
29Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 219.
17
xxxi
Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan,
dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.
Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi30
Tahap 5 : Presenting
Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk.
Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya
yang aktif.
Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
oleh seluruh anggota kelas31
Tahap 6 : Evaluating
Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik
tersebut.
Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran
siswa.
Penilaian atas pembelajaran32
Sistem sosial yang dikembangkan adalah arahan guru yang
minim, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu
menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip
reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor,
konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan
dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan
perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah
berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.
Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi
30Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 129.
31Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 219.
32Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 220.
18
xxxii
yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh
informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan
referensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan
kemampuan perseorangan. 33
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan
belajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sekaligus
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar telah lama dikenal dan
bahkan secara sadar maupun tidak sadar dilakukan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari
seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Melalui proses belajar
mengajar diharapkan terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan, baik
dalam hal aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosional maupun sikap
dan nilai pada diri siswa. Belajar merupakan proses mental yang
dinyatakan dalam berbagai perilaku, baik perilaku fisik-motorik
maupun psikis. Meskipun kegiatan belajar mengajar merupakan
kegiatan fisik-motorik namun didalamnya terdapat ketrampilan mental
meski kapasitasnya lebih rendah.
Berikut ini adalah pengertian belajar yang diberikan oleh
beberapa ahli pendidikan;
a. Clifford T. Morgan sebagaimana dikutip oleh Mustaqim
mengatakan Learning is any reltively permanent change in
behavior that is a result of past experince belajar adalah perubahan
33Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 225. 19
xxxiii
tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman
yang lalu.34
b. Harold Spears mengatakan learning is to observe, to read, to
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction
(belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri
tentang sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk).35
c. Briggs belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di
dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman stuktur
kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan stuktur
kognitif lama.36
d. Gagne, belajar adalah suat proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.37
Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama
belajar, yaitu; proses, perubahan perilaku dan pengalaman.38
a. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Pada hakekatnya belajar dilakukan melalui berbagai
aktivitas baik fisik maupun mental untuk mencapai suatu hasil
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan belajar itu sendiri pada
hakekatnya dimiliki oleh setiap individu siswa. Tujuan tersebut lahir
dari adanya keinginan atau kebutuhan baik jasmani maupun rohani.
Seseorang dikatakan belajar apabila fikiran dan perasaannya aktif.
Aktivitas fikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati
34Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hlm. 39. 35Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hlm. 40. 36Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.
Kedua, hlm. 40. 37Udin S. Winataputra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), Cet. 11, hlm. 2.3. 38Udin S. Winataputra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2003), Cet. 11, hlm. 2.3.
20
xxxiv
keberadaannya oleh orang lain, akan tetapi dapat dirasakan oleh
orang yang belajar. Guru tidak dapat melihat aktivitas fikiran dan
perasaan siswa, tetapi yang dapat diamati guru ialah manifestasinya,
yaitu kegiatan siswa sebagai akibat dari adanya aktivitas fikiran dan
perasaan pada diri siswa tersebut.
b. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang
dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana
proses mental dan emosional terjadi. Menurut Wingo dalam proses
belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar,
yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan
menerapkan konsep, memampuan memberikan dan manerik
kesimpulan dan member respon yang positif terhadap sesuatu yang
dipelajari, dan diperoleh kecapakan melakukan suatu kegiatan
tertentu.
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam
interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Pemahaman dan struktur kognitif dapat
diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan.
Dalam khazanah peristilahan pendidikan hal ini dikenal dengan
learing by doing yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu
kegiatan.39 Dalam hal ini seharusnya guru mampu memberian
ransangan terhadap siswa dengan menyodorkan suatu materi
pembelajaran yang bersifat problematik, atau materi pembelajaran
yang mengandung permasalahan yang harus dipecahkan atau dicari
jawabannya oleh siswa. Sehingga dengan adanya permasalahan
tersebut siswa melakukan kegiatan untuk mencari atau memecahkan
masalah tersebut.
39Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.
Kedua, hlm. 41. 21
xxxv
Agar belajar dapat mencapai sasaran yang diperolehnya
pemahaman dan struktur kognitif baru, atau berubahnya pemahaman
dan struktur kognitif lama yang dimiliki seseorang, maka proses belajar
seharusnya dilakukan secara aktif, melalui berbagai macam kegiatan,
seperti mengalami, melakukan, mencari, dan menemukan. Perubahan
yang terjadi pada diri seseorang meliputi perubahan dan pemahaman
yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan teori Gestalt (insightful learning theory), balajar
pada hakekatnya merupakan hasil dari proses interaksi individu dengan
lingkungan sekitarnya.40 Belajar tidak hanya semata-mata sebagai suatu
upaya dalam merespons suatu stimulus. Tetapi lebih dari itu, belajar
dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan,
dan memahami belajar melalui proses. Jadi belajar dapat diperoleh jika
siswa aktif dan bukan pasif. Apabila dalam pelaksanaan pembelajaran
siswa aktif maka fungsi guru adalah pemberi rangsang agar siswa
belajar, mengarahkan seluruh kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan memberikan dorongan dan motivasi sehingga siswa
mampu melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar
Perubahan yang terjadi pada siswa banyak sekali jenis dan
bentuknya sebagai hasil dari proses belajar. Oleh karena itu tidak semua
jenis perubahan tersebut dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam menuntut ilmu yaitu
suatu hasil yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu.
Bentuk perilaku sebagai hasil belajar digolongkan menjadi
tiga klasifikasi. Benyamin S, Bloom dan kawan-kawan menamakan
40Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet. Kedua, hlm. 84.
22
xxxvi
cara mengklasifikasi itu dengan The taxonomy of education objectives
taksonomi tujuan pendidikan antara lain ;41
a. Domain Kognitif
Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan
dengan berfikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Domain ini
memiliki enam tingkatan antara lain;
- Mengingat (remember) yaitu mengeluarkan kembali (retrieve)
pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang (long
term memory) melalui kegiatan mengenali (recognize) dan
mengingat kembali (recall)
- Memahami (understand) yaitu menyusun makna dari pesan-
pesan pembelajaran, mencakup komunikasi oral, tertulis dan
grafis. Kemampuan ini meluputi kegiatan menginterpretasikan,
memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan.
- Menerapkan (apply) yaitu menerapkan suatu prosedur dalam
suatu prosedur dalam suatu situasi tertentu. Kegiatan ini
meliputi kegiatan melakukan dan mengimplementasikan.
- Menganalisis (analyze) yaitu menguraikan sesuatu ke dalam
bagian-bagian dan menentukan bagaimana hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan antara bagian-bagian tersebut
dengan struktur keseluruhan atau tujuan. Kemampuan ini
meliputi kegiatan memisahkan, mengorganisasikan dan
mengatribusikan.
- Mengevaluasi (evaluate) yaitu membuat penilaian berdasarkan
suatu criteria atau standar tertentu. Kemampuan ini meliputi
kegiatan mengecek dan mengkritik.
- Mencipta (create) yaitu memadukan berbagai elemen untuk
membentuk sesuatu yang koheren atau berfungsi;
41Lukmanul Hakim, Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV.
Wacana Prima, 2008), Cet. Kedua, hlm. 100-106. 23
xxxvii
mereorganisasi elemen-elemen kedalam suatu pola atau
struktur. Kemampuan ini terdiri dari generating, merencanakan
dan memproduksi.
b. Domain Afektif
Domain afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi
dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan-tingkatan dari domain
ini terdiri dari lima tingkatan antara lain;
- Kemauan menerima (receiving), merupakan kemauan untuk
memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu seperti
kegiatan membaca buku, mendengar music atau bergaul
dengan orang yang mempunyai ras berbeda.
- Kemauan menanggapi (responding), yaitu pastisipasi aktif
dalam kegiatan tertentu.
- Berkeyakinan (valuing), berkenaan dengan kemauan menerima
sistem nilai tertentu pada diri individu.
- Penerapan karya (organisation), berkenaan dengan penerimaan
terhadap berbagai nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada
suatu sistem nilai yang lebih tinggi.
- Ketekunan dan ketelitian (characterization by a value
complex), pada taraf ini individu sudah memiliki sistem nilai
selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai
yang dipegangnya.
c. Domain Psikomotirik
Domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks adalah sebagai berikut;
- Persepsi (perception), berkenaan dengan penggunaan indera
dalam melakukan kegiatan.
- Kesiapan melakukan sesuatu kegiatan (set) .
- Mekanisme (mechanism), berkenaan dengan penapmpilan
respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan,
24
xxxviii
sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan pada suatu
kemahiran.
- Respons terbimbing (guided respons), seperti meniru-niru,
mengulangi perbuatan yang diperintahkan, melakukan kegiatan
coba-coba (trial and error).
- Kemahiran (complex overt respons), berkenaan dengan
penampilan gerakan motorik dengan keterampilan penuh.
- Adaptasi (adaptation), berkenaan dengan keterampilan yang
sudah berkembang pada diri individu sehingga yang
bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai
dengan situasi dan kondisi tertentu.
- Originasi (origination), menunjukkan pada penciptaan pola
gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah
tertentu.
Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam
bidang pendidikan yang merupakan hasil belajar. Menurut Popham
sebagaimana yang dikutip oleh Harun Rasyid dan Mansur, ranah
afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.42 Orang yang tidak
memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai
keberhasilan studi secara optimal, karena hasil belajar akan bermanfaat
bagi masyarakat bila pada lulusan memiliki perilaku dan pandangan
yang positif dalam ikut mensejahterakan dan menentramkan
masyarakat. Untuk itu semua guru harus dapat melibatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Individu dikatakan melakukan kegiatan belajar apabila terjadi
interaksi dengan lingkungan. Aktivitas belajar tersebut tentu
42Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 13 25 25
xxxix
diperngaruhi oleh beberapa faktor yang membawa perubahan sebagai
akibat hasil belajar. Ada beberapa faktor dalam belajar, antara lain ;43
a. Motivasi untuk belajar
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk
berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku
belajar. Betapa pun beratnya segala sesuatu yang diinginkan akan
terasa ringan dan mudah jika mempunyai motivasi yang tinggi.
Motivasi pada dasarnya muncul dari individu siswa untuk
melakukan agar sesuatu yang diinginkan akan tercapai. Itu sebabnya
sering kita mendengar istilah motif dan dorongan, dikaitkan dengan
prestasi atau keberhasilan. Hal ini berarti motif merupakan
pendorong untuk melakukan tingkah laku atau melakukan kegiatan
belajar. Motivasi memberikan dorongan yang luar biasa terhadap
seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai dalam situasi
belajar. Motivasi ini biasanya merupakan keinginan yang harus
dipuaskan dengan melakukan sesuatu yang menjadi harapan dalam
dirinya.
b. Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju
oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya
mempunya tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang
hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari
sesuatu kegiatan. Dengan mempunyai gambaran yang jelas tentang
hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan berbagai
kegiatan atau perangkat untuk mencapainya.
Sebagaimana motivasi, tujuan juga merupakan salah satu faktor
yang terdapat dalam belajar yang muncul dalam diri individu.
Seorang siswa tentu mempunyai tujuan dalam proses belajar seperti
ingin pintar, cerdas, dapat tercapai segala cita-citanya. Dengan
43Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.
Kedua, hlm. 59-61 26
xl
keinginan tujuan yang besar memungkinkan munculnya usaha
bekerja keras hingga tercapai yang dikehendaki.
c. Situasi yang mempengaruhi proses belajar
- Siswa sebagai individu yang unik
Guru harus mampu mengetahui karakteristik masing-masing
individu siswa. Karena setiap individu siswa tidak ada yang
sama dalam berbagai hal antara satu dengan yang lain.
Perbedaan ini berkaitan dengan keinginan, kebutuhan,
kehendak, kesukaan, minat, bakat dan kemauan.
- Keadaan atau situasi belajar
Keadaan siswa berkaitan dengan kondisi fisik maupun mental.
Dalam kondisi sakit tentu siswa tidak dapat belajar secara
maksimal begitupun sebaliknya jika mental dalam keadaan tidak
tenang maka belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Selain
keadaan fisik dan mental, keadaan lingkungan juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
- Proses belajar
Proses belajar memerlukan metode, teknik dan waktu. Hal ini
menunjukkan keadaan yang berbeda-beda antara seseorang
dengan yang lain, juga terhadap materi pelajaran yang satu
dengan yang lain.
- Guru
Guru merupakan salah satu komponen situasi belajar. Keadaan
guru dapat mempengaruhi hasil belajar. Guru merupakan
pendorong dalam belajar. Oleh karena itu perlu diperhatikan
keadaan guru berkaitan dengan kepribadian, kemampuan dan
kondisi fisik maupun mental, sehingga belajar akan dapat
berlangsung dengan baik sampai pada tujuan yang ingin dicapai.
- Teman
Seringkali keberhasilan atau kegagalan belajar disebabkan oleh
teman pergaulan maupun teman belajar. Oleh karena itu harus
27
xli
diperhatikan dalam bergaul, mencari teman, agar tidak menjadi
penyebab kegagalan dalam belajar.
- Program yang ditempuh, apa yang dipelajari siswa pada
umumnya terfokus pada program pendidikan yang ditempuh.
Oleh karena itu materi pembelajaran yang dipelajari hendaknya
disertai dengan motivasi, minat sesuai dengan bakat siswa.
Menurut H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi
sebagaimana yang dikutip oleh Mustaqim, hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;44
a. Situasi Belajar, meliputi kesehatan jasmani, keadaan psikis dan
pengalaman dasar.
b. Penguasaan alat-alat intelektual, meliputi; bahan bilangan,
membaca, menulis, pengertian-pengertian kuantitatif tingkat tinggi,
mengarang, bahasa dan logika.
c. Latihan-latihan yang terpencar
d. Penggunaan unit-unit yang berarti
e. Latihan yang aktif
f. Kebaikan bentuk dan sistem
Buku pelajaran yang disusun sistematis, bab I memberi landasan
bagi konsep yang ada dalam bab II akan lebih membantu individu
dalam belajar.
g. Efek penghargaan (reward) dan hukuman
Hasil dari pembelajaran biasanya ditandai adanya keberhasilan dan
kegagalan. Penghargaan dapat menjadi penguat terhadap hasil
belajar sedangkan hukuman akan dapat menghilangkan tingkah laku
yang tidak diinginkan.
h. Tindakan-tindakan pedagogis
Hal-hal yang bisa menghambat belajar antara lain;
44Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo
Semarang, 2009), hlm. 48-50.
28
xlii
- Merusak motif belajar yang sudah ada dengan mengubah
rencana si anak yang memang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
- Kegagalan memahami si murid, akan mengakibatkan salah
membimbing.
- Pengertian guru yang kurang jelas mengenai tujuan-tujuan
hakiki mata pelajaran yang diberikan.
- Kekurang fahaman tentang prinsip-prinsip belajar.
- Penguasaan bahan-bahan yang kurang akan mengakibatkan guru
tidak mampu memberi bimbingan yang baik dan menimbulkan
kesalahan-kesalahan dasar mengenai fakta-fakta.
i. Kapasitas dasar seperti intelegensi, bakat dan minat bawaan
Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan tes
standar semata, namun Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan
adalah;45
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan manusia.
- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru
untuk diselesaikan.
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang menawarkan jasa
yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Minat atau keinginan yang muncul dari dalam diri siswa tentu lebih
berarti daridapa pengaruh dari luar sebab bakat dan minat bawaan
merupakan sifat yang tidak bersifat sementara.
C. Penerapan Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini
merupakan model pembelajaran yang melatih siswa dalam menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Dengan interaksi yang terjadi kelompok ini
45Linda Campbell, dkk, Metode Pembelajaran Berbasis Multi Intelligences, (Depok:
Intuisi Press, 2004), Cet. I, hlm. 2. 29
xliii
membantu siswa aktif dalam pembelajaran serta memberikan kesempatan
untuk berfikir secara analistis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Model
pembelajaran kooperatif group investigation ini meliputi beberapa tahapan;
Tahap pertama, mengidentifikasi topik dan mengatur ke dalam
kelompok. Dalam kegiatan ini guru mempresentasikan permasalahan
tentang bagaimana peran hakim dalam peradilan Islam di Indonesia.
Kemudian guru menjelaskan materi secara umum yang selanjutnya siswa
menanggapi bahasan-bahasan yang akan mereka investigasi. Pembagian
kelompok dalam group investigation ini berdasarkan minat siswa terhadap
materi yang akan mereka pelajari. Karena perbedaan ketertarikan terhadap
materi ini akan menimbulkan pembahasan yang baru untuk didiskusikan
mesti materi yang dipelajari sama.
Tahap kedua, merencanakan investigasi di dalam kelompok. Pada
tahap ini materi yang dipelajari kelompok satu dan tiga membahas
pengertian hakim, dan fungsi hakim. Sedangkan kelompok dua dan empat
membahas etika dan syarat-syarat menjadi hakim. Kemudian kelompok
membagi tugas dengan membentuk struktur organisasi kelompok serta
menentukan sumber bahan yang digunakan dalam investigasi kelas sesuai
dengan lembar kegiatan yang dibagikan oleh guru.
Tahap ketiga, melaksanakan investigasi. Dalam tahap ini kelompok
melaksanakan rencana yang diformulasikan sebelumnya. Pada tahap ini
guru berkeliling di angtara kelompok untuk memastikan tugas dalam
kelompok berjalan dengan baik dengan menggunakan lembar observasi.
Selama tahap ini siswa secara berpasangan mengumpulkan, menganalisis,
dan mengevaluasi informasi serta membuat kesimpulan.
Tahap keempat, menyiapkan laporan akhir. Tahap ini merupakan
transisi dari pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap di mana kelompok
melaporkan hasil investigasi kepada seluruh kelas. pada tahap ini guru
meminta siswa agar masing-masing kelompok menunjuk anggotanya untuk
menjadi panitia presentasi serta mamastikan hasil diskusi siswa sudah
mencakup materi yang dipelajari.
30
xliv
Tahap kelima, mempresentasikan laporan akhir. Pada kegiatan ini
peran kelompok yang mempresentasikan lebih besar sehingga terjadi
pembelajaran antar siswa. Dalam menjelaskan kegiatan presentasi ini siswa
menggunakan sumber belajar baik dari buku pedoman siswa maupun
sumber lain yang diambil dari perpustakaan serta memanfaatkan media
internet secara online. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab antar
kelompok. Agar diskusi ini aktif, guru membebani tiap kelompok
mengajukan dua sampai tiga pertanyaan. Peran guru pada kegiatan
presentasi sebagai narasumber dan fasilitator.
Tahap keenam, evaluasi pembelajaran. Dalam tahap ini guru
bersama siswa mengkolaborasi jawaban atas hasil diskusi untuk
mendapatkan kesimpulan. Akhir dari kegiatan ini adalah pemberian soal tes
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan membantu siswa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan aktifitas siswa
dalam pembelajaran, guru memotivasi siswa memberitahukan bahwa belajar
menurut ajaran Islam dinilai suatu ibadah, hal ini supaya pada diri siswa
timbul minat belajar yang tinggi. Kemudian bagi siswa yang aktif dalam
pembelajaran, guru memberikan imbalan seperti nilai yang tinggi serta
memberikan hadiah yang berupa pujian. Callahan and Clark sebagaimana
yang dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga
pendorong atau penarik yang menyababkan adanya tingkah laku kearah
suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi yang tinggi.46 Dengan minat belajar yang tinggi
dan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membawa dampak tingginya
nilai hasil belajar yang diperoleh siswa.
46E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 264.
31
xlv
D. Pembelajaran Fiqh di MA
1. Pengertian Pembelajaran Fiqh MA
Secara bahasa fiqh berarti paham, dalam arti pengertian atau
pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi
akal. Para ulama fiqh mendefinisikan fiqh sebagai mengetahui hukum-
hukum Islam (syarak) yang bersifat amali (amalan) melalui dalil-
dalilnya yang terperinci.47 Sedangkan menurut Abudin Nata : ilmu
fiqih adalah sekelompok hukum tentang amal perbuatan manusia
yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.48 Yang dimaksud
dengan amal perbuatan manusia adalah segala amal perbuatan orang
mukallaf yang berhubungan dengan bidang ibadah, muamalat,
kepidanaan dan sebagainya.
Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah adalah salah satu
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan
dari fiqh yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah/SMP.49 Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian fiqh baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fiqh serta menggali tujuan dan
hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata
pelajaran Fiqh memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT
47 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, (Jakarta; PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2002), hlm. 8 48Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 ),
Cet. Ke-7, hlm. 25. 49Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 84.
32
xlvi
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
ataupun lingkungannya.
2. Tujuan Pembelajaran Fiqh MA
Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk
membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan agama Islam seperti Al-
Attas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk
menjadi manusia yang baik, kemudian al-Abrasyi menjelaskan untuk
membentuk manusia yang berakhlak mulia. Kemudian dalam
konferensi dunia Islam pertama tentang pendidikan Islam
berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang
menyerahkan diri kepada Allah SWT secara mutlak sebagaimana
dikutip oleh Muhammad Ali50
Dalam Permenag No. 2 tahun 2008, mata pelajaran Fiqh di
Madrasah Aliyah bertujuan untuk:51
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan
tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam
kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
50Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III, (Bandung: IMTIMA,
2007), hlm. 2. 51Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi
PAI dan Bahasa Arab di Madrasah,hlm. 84.
33
xlvii
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk
menanamkan keimanan dan ketaqwaaan kepada Allah SWT serta
membiasakan siswa berakhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan fungsi
pendidikan agama seperti yang diungkapkan Darajat adalah untuk;52
a. Menumbuhkan rasa keimanan yang kuat
b. Menanamkembangkan kebiasaan dalam melakukan amal ibadah,
amal saleh dan akhlak mulia
c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar
sebagai anugerah Allah SWT
Dengan demikian melalui pembelajaran agama Islam
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan keagamaannya yakni
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT serta
berakhlak mulia.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh MA
Ruang lingkup mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah
meliputi :53 kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syariat dalam
Islam; hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji,
hikmah dan cara pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan
hukum Islam tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang
kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya;
hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta
hikmahnya; hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta
hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta
hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinaayah,
Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan
hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam
52Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III, (Bandung: IMTIMA, 2007), hlm. 3
53Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 88-89.
34
xlviii
tentang siyaasah syariyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi;
dasar-dasar istinbaath dalam fiqh Islam; kaidah-kaidah usul fiqh dan
penerapannya.
Sedangkan materi yang akan digunakan peneliti dalam
penelitian tindakan kelas yaitu tentang Peradilan Islam dengan sub
pokok bahasan Hakim dan Saksi dalam Peradilan Islam yang meliputi
pengertian hakim, fungsi hakim, syarat-syarat hakim, etika hakim, dasar
hukum pengangkatan hakim dan hakim wanita, pengertian saksi, syarat-
syarat saksi, kesaksian orang buta serta hikmah peradilan dalam Islam.
35
xlix
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting atau lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah MA Kartayuda
Desa Wado Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora, dengan petimbangan
sebagai berikut ;
a. Untuk mengetahui kondisi proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah
Kartayuda
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas XI IPA 2, dengan
jumlah siswa 27 siswa yang terdiri 16 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.
C. Data dan Sumber Data
Dalam penetilian tindakan kelas ini data penelitian yang digunakan
adalah melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran yang menyoroti
aktivitas siswa terhadap materi dan metode analisis dokumen yang berupa
nilai ulangan harian pada materi sebelumnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut meliputi
pengamatan, kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan
sebagai berikut;
a. Observasi / Pengamatan
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
36
l
pengamatan.54 Sutrisno Hadi dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.55
Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan yang
berperan secara pasif. Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas serta aktivitas siswa
selama mengikuti pelajaran.
Pengamatan dilakukan terhadap guru peneliti fokuskan pada saat
menyampaikan materi pelajaran, memotivasi siswa, pengelolaan kelas,
memberikan latihan dan umpan balik dan melakukan penilaian terhadap
hasil belajar siswa. Sedangkan pengamatan terhadap siswa difokuskan
pada partisipasi dan keaktifan siswa selama mengikuti proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
b. Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Tes ini peneliti berikan setelah proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan tes tertulis juga
untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
E. Validitas Data
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes
melakukan fungsi ukurnya. Tes hanya dapat melaksanakan fungsinya dengan
54Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), hlm. 76. 55Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Alfabeta: ), hlm. 145.
37
li
cermat kalau ada sesuatu yang diukurnya. Jadi untuk dikatakan valid, tes harus
mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat.56
Validitas data ini digunakan untuk mengukur atau mengungkap
kebenaran tentang hasil belajar yaitu nilai ulangan harian yang diadakan
setelah pembelajaran berakhir. Untuk mengetahui prosentase keberhasilan
hasil belajar peneliti menggunakan rumus:
P = NF
x 100 %
Keterangan
P : Angka prosentasi
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya.
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu/responden57
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk menganalisis data-
data yang telah dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif
(statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik
deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antar siklus, sedangkan teknik analisis kritis peneliti
gunakan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan
guru pada saat proses pembelajaran siklus I berlangsung sehingga dapat
peneliti jadikan sebagai bahan untuk menyusun perencanaan tindakan pada
siklus II. 58
56Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. Wacana Prima,
2008), Cet. Kedua, hlm. 133. 57Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), Cet. 2, hlm. 40. 58Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,
(Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2009), Cet. I, hlm. 61.
38
lii
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pembelajaran fiqh dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini adalah; jika
minimal 85% siswa mendapatkan nilai diatas 70.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan mengacu pada model
penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart pada tahun 1988
dari Deakin University Australia