of 99 /99
i PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2 MA KARTAYUDA WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : AHMAD JANI NIM : 073 111 239 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 2010

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/106/jtptiain-gdl-ahm...i penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation

  • Author
    ngodieu

  • View
    259

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE...

i

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2

MA KARTAYUDA WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Islam

Oleh : AHMAD JANI

NIM : 073 111 239

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

2010

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Jani

NIM : 073111239

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 21 Maret 2011

Saya yang menyatakan,

Ahmad Jani

NIM: 073111239

ii

iii

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan: Judul : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh Pokok Bahasan Peradilan Islam Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.

Nama : Ahmad Jani NIM : 073111239 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 15 April 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris, Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A Nasirudin, M.Ag NIP. 19640308 199303 1 002 NIP. 19691012 199603 1 002 Penguji I Penguji II Sugeng Ristiyanto, M.Ag Nur Uhbiyati, M.Pd NIP. 19650819 200302 1 001 NIP. 19520208 197612 2 001

Pembimbing,

Hj. Lift Anis Mashumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2 001

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM KUALIFIKASI S.1 GURU R.A DAN MADRASAH

Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka ( Kampus II ) Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Fax 7615387 Semarang

iii

iv

NOTA DINAS Semarang, 21 Maret 2011

Kepada

Yth. Dekan IAIN Walisongo

di Semarang.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan ini bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah

skripsi dengan:

Judul : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

pada Mata Pelajaran Fiqh Pokok Bahasan Peradilan Islam

Kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora

Tahun Pelajaran 2010/2011.

Nama : Ahmad Jani

NIM : 073111239

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Hj. Lift Anis Mashumah, M.Ag NIP. 19720928 199703 2 001

iv

v

ABSTRAK

Ahmad Jani (NIM. 073111239). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh siswa kelas XI IPA semester I di MA Kartayuda.

Penelitian dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus mencakup empat tahapan kegiatan yaitu (1) Perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan tindakan (acting) (3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflecting) dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Siswa MA Kartayuda Kelas XI IPA 2 sebanyak 27 siswa yang terdiri 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan soal evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil antar siklus, dan teknik analisis kritis untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru pada pembelajaran siklus sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora.

Data yang diperoleh dari hasil ulangan harian pra siklus menunjukkan bahwa dari nilai KKM 70, siswa yang sudah tuntas 22 siswa dan yang belum tuntas 5 anak dengan rata-rata nilai kelas 72,78. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 24 anak, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 anak, sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 25 anak yang sudah tuntas dan 2 anak belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata kelas siklus I 74,26 dan pada siklus II 77,59. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa.

Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama diskusi berlangsung semua siswa telah menjalankan tugas kelompok dengan baik serta presentasi yang baik dengan memanfaatkan media, sumber belajar yang ada. Pada siklus I pada saat sesi tanya jawab terdapat 9 (33,33%) anak yang memberikan ataupun menanggapi jawaban atas beberapa pertanyaan yang diajukan sedangkan pada siklus II terdapat 15 anak (55,55%) yang aktif dalam menyampaikan pendapatnya.

Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan pada mata pelajaran agama yang lain dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

v

vi

HALAMAN MOTTO

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl 125).1

1Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya, (Sinar Baru Algesindo, Jakarta,

2009) Cet. 6, hlm. 553

vi

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Kupersembahkan kepada Bapak dan Ibu yang tercinta

2. Muhammad Noor Hadi kakakku tercinta

3. Sahabat/teman mahasiswa program program kualifikasi S1 bagi guru

RA/Madrasah IAIN Walisongo Semarang

4. Segenap dewan guru Madrasah Aliyah kartayuda yang selalu memberikan

dukungan

vii

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia dan telah menurunkan cahaya

kebenaran kepada hamba-hambanya. Hanya kepada Allah penulis berlindung dan

memohon pertolongan. Salawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWT,

yang telah memberikan rahmat, taufik, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga

Skripsi yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Fiqh Kelas XI MA Kartayuda Wado Kedungtuban Blora

Tahun Pelajaran 2010/2011 bisa penulis selesaikan.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis lakukan secara

maksimal. Akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

penulis miliki maka penulis yakin bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan juga saran yang konstruktif dari semua

pihak sangat penulis harapkan.

Keberhasilan yang penulis peroleh di dalam menyelesaikan skripsi ini

tentu tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. DR. Sujai, M.Ag., Dekan IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;

2. Ahmad Muthohar, M.Ag., Ketua program kualifikasi S1 bagi guru

RA/Madrasah IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;

3. Hj. Lift Anis Mashumah, M.Ag., dosen pembimbing program S1 Kualifikasi

IAIN Walisongo Semarang yang terhormat;

4. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah mendidik dengan penuh kesabaran dan

berdoa dengan penuh ketulusan demi kesuksesan studi yang penulis jalani;

viii

ix

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini,

yang tidak mungin kami sebutkan satu persatu, penulis sampaikan banyak terima

kasih, teriring doa Jazakumullah khairan katsira. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, 21 Maret 2011

Ahmad Jani 073 11 239

ix

x

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

Bab I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Penegasan Istilah ......................................................................... 5

C. Pembatasan Istilah ....................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

Bab II PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR FIQH .............................................................................. 9

A. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation ...... 9

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation 9

2. Ciri-ciri dan tujuan Pembelajaran Kooperatif ...................... 12

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation .......................................................................... 16

B. Hasil Belajar ................................................................................ 19

x

xi

1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 19

2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar ................................................. 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................. 25

C. Penerapan Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar 29

D. Pembelajaran Fiqh di MA ........................................................... 31

1. Pengertian Pembelajaran Fiqh MA.. ............................. 31

2. Tujuan Pembelajaran Fiqh MA ..................................... 33

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh MA. .............. 34

Bab III METODE PENELITIAN ................................................................ 36

A. Setting Penelitian ......................................................................... 36

B. Subjek Penelitian ......................................................................... 36

C. Data dan Sumber Data ................................................................. 36

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36

E. Validitas Data .............................................................................. 37

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 38

G. Indikator Keberhasilan ............................................................... 39

H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 39

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 45

A. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 45

B. Deskrispsi Hasil Siklus I ............................................................. 46

C. Deskrispsi Hasil Siklus II ............................................................ 52

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 54

Bab V PENUTUP .......................................................................................... 60

A. Simpulan ...................................................................................... 60

B. Saran ............................................................................................ 61

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi

xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 44

Tabel 2 Prosentase Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 45

Tabel 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Nilai Ulangan Harian Pra Siklus, 46

Tabel 4 Lembar Obervasi Siswa Siklus I, 49

Tabel 5 Lembar Observasi Siswa Siklus II, 52

Tabel 6 Nilai Ulangan Harian Siklus I, 53

Tabel 7 Nilai Ulangan Harian Siklus II, 55

Tabel 8 Nilai Perbandingan Antar Siklus, 56

Tabel 9 Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran, 57

Tabel 10 Peningkatan Hasil Tes Siswa, 58

xii

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan PTK

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok Siklus I

Lampiran 4 Soal Ulangan Siklus I

Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Siklus I

Lampiran 6 Lembar Kerja Kelompok Siklus II

Lampiran 7 Soal Ulangan Siklus II

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Siklus II

Lampiran 9 Permohonan Izin Riset

Lampiran 10 Surat Keterangan Melaksanakan PTK

xii

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang berbeda satu sama lain.

Karena sifatnya yang berbeda, maka manusia akan saling membutuhkan

antara satu dengan yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya

manusia adalah makhluk sosial. Mendidik manusia menjadi makhluk sosial

yang mudah berinteraksi dengan yang lain dapat diciptakan melalui proses

pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat hanya dapat diciptakan melalui

perencanaan yang baik dan tepat. Hakikat proses pembelajaran adalah

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan

berbagai pengalaman belajar. Namun pada kenyataannya masih banyak

proses pembelajaran di kelas hanya menekankan aspek kognitif saja,

sehingga kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada

kemampuan taraf pengetahuan dan ingatan.

Setiap sesuatu memiliki ruh. Ruh sebuah lembaga pendidikan

adalah kualitas proses belajar mengajar yang diciptakan. Dalam upaya

membangun lembaga pendidikan yang efektif, apapun bentuknya menjadi

tak bermakna bila tidak dibarengi dengan upaya menciptakan suasana

belajar yang kondusif bagi setiap siswa.2 Efektivitas proses belajar-mengajar

dipengaruhi oleh lama waktu belajar, metode/strategi mengajar yang

digunakan, penilaian, umpan balik, bentuk penghargaan bagi peserta didik,

dan jumlah peserta didik dalam satu kelas.

Mengajar atau membelajarkan bukan pekerjaan yang mudah,

membutuhkan kesungguhan, semangat, pengetahuan, keterampilan dan seni.

Mengajar berbeda dengan membuat kursi, atau beternak ayam. Dalam

membuat kursi dan beternak ayam berhadapan antara subyek dengan obyek.

2Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, (Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), Cet. 2, hlm. 11.

1

xv

pembuat kursi atau peternak ayam adalah subyek, sedang kursi atau kayu

bahan kursi dan ayam adalah obyek. Kayu bahan kursi memiliki sejumlah

sifat, tetapi sifat-sifatnya sederhana dan kondisinya statis, mudah dipahami.

Ayam hidup, disamping sifat-sifatnya terdapat dinamika tetapi masih

sederhana, relatif masih mudah dipahami.3

Pada proses pembelajaran guru dihadapkan pada keragaman

karakteristik dan dinamika perkembangan siswa yang berbeda-beda. Oleh

karena itu mengajar adalah ilmu sekaligus seni. Ada ilmu mengajar saja

belum cukup maka diperlukan juga seni dalam mengajar.Di dalam proses

belajar mengajar seorang guru harus mampu menentukan metode

pembelajaran dengan tepat. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan

maksud dan tujuan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran

mempunyai peranan yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan.

Metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa

dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Dengan

penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, meskipun

materi yang disampaikan kurang menarik. Sebaliknya materi yang cukup

menarik, karena cara penyampaiannya kurang menarik maka materi itu

kurang dapat dicerna oleh siswa.

Melalui proses belajar diharapkan terjadi perubahan,

perkembangan, kemajuan yang lebih baik, baik dari aspek fisik-motorik,

intelek, sosial-emosional maupun sikap dan nilai.4 Semakin banyak

perubahan yang dicapai siswa maka akan semakin baik proses belajar

tersebut. Proses belajar mengajar disini adalah dalam rangka pendidikan,

dan di dalam pendidikan semua aktivitas dan perubahan mengarah kepada

yang baik. Perkembangan yang mengarah pada yang tidak baik, itu

bukanlah pendidikan. Proses mengajar harus memungkinkan para siswa

3Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II, (Bandung: IMTIMA, 2007),

hlm. 124. 4Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian II, (Bandung: IMTIMA, 2007),

hlm. 124.

2

xvi

memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Seperti yang dikatakan filsuf

terkenal, Alfred North Whitehead, Anak harus menjadikannya (ide-ide

tersebut) milik mereka dan harus mengerti penerapannya dalam situasi

kehidupan yang nyata mereka pada saat yang sama.5 Oleh karena itu,

penerapan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi

keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, kesalahan dalam

menerapkan metode akan berakibat fatal.

Menurut Arends sebagaimana yang dikutip oleh Trianto dalam

buku Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

mengatakan it is strange that we expect student to learn yet seldom teach

then about learning, we expect student to solve problems yet seldom teach

the about problem solving yang berarti dalam mengajar guru selalu

menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang

bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk

menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana seharusnya

siswa menyelesaikan masalah.6 Bentuk kejadian inilah yang selama ini

terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia. Guru yang seharusnya menjadi

fasilitator belum bisa menjalankan perannya sebagai pelaksana dalam dunia

pendidikan. Ia hanya memberikan perintah dan belum menyampaikan

bagaimana menyelesaikan perintah yang dihadapi oleh siswa.

Kondisi di Madrasah Aliyah Kartayuda Desa Wado Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora, masih sering dijumpai adanya permasalahan

yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata pelajaran Fiqh.

Selama ini dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa pasif, siswa tidak

menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang

bercanda dengan temannya. Sering kali guru terjebak dengan cara-cara

konvensional yaitu berpusat pada guru (teacher centered) yang hanya

5Ninong Santika, Mengajarkan IPA Berbasis Kecerdasan Majemuk, (Bandung: Tinta

Emas Publishing, 2008), hlm. 15. 6Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 66.

3

xvii

berorientasi pada pencapaian aspek-aspek kognitif yang mengandalkan

metode ceramah dalam pembelajarannya sehingga menyebabkan kejenuhan,

membosankan, dan siswa tertekan karena harus mendengarkan guru

bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa terlibat dalam proses

pembelajaran, ditambah lagi sarana prasarana, media pembelajaran yang

kurang memadai, dan lingkungan di luar sekolah siswa yang kurang

mendukung sehingga menyebabkan minat belajar siswa rendah.

Beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif

(effectiveness school) membuktikan bahwa kecerdasan atau prestasi belajar

siswa ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) sekolah.7

Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana lembaga pendidikan

dalam hal ini seorang pendidik hendaknya mampu menciptakan kondisi

pembelajaran yang interaktif, sehingga proses kegiatan belajar mengajar

menjadi lebih bermakna serta kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

dapat berkembang secara optimal.

Kooperatif adalah usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya.8 Pembelajaran

kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan

siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata

pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Dengan asumsi

mengutamakan pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berfikir

tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan

masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, dan tidak

membosankan, pembelajaran kooperatif menjadi relevan untuk diterapkan

sebagai metode pembelajaran fiqh. Dengan pendekatan model pembelajaran

kooperatif diasumsikan belajar fiqh akan menjadi menarik karena obyek

yang dipelajari adalah situasi nyata yang dekat dengan kehidupan siswa.

7Jamaludin, Pembelajaran yang efektif, (Proyek Sinkronisasi dan Koordinasi

Pembangunan Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), Cet. 2, hlm. 6.

8Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta, 2009), Cet. I, hlm. 39.

4

xviii

Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti melalui studi

tindakan kelas akan melakukan penelitian dengan judul penelitian

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQH POKOK

BAHASAN PERADILAN ISLAM KELAS XI IPA 2 MA KARTAYUDA

WADO KEDUNGTUBAN BLORA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

B. Penegasan Istilah

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa

bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.9 Dalam hal ini

ketika siswa mendapatkan tugas dari kelompoknya, dia akan menjadi

partisipan yang aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga dengan

pembelajaran yang bersumber pada siswa, guru dapat mengembangkan

segala potensi yang ada pada diri siswa.

Investigation adalah saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,

klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat

inferensi.10 Prinsip dasar group investigation adalah siswa membentuk

kelompok-kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai

tujuan bersama. Setelah belajar kelompok, perwakilan dari masing-masing

kelompok mempresentasikan atau menyajikan materi hasil diskusi di depan

kelas, sedangkan kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi,

mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan.

C. Pembatasan Masalah

Mata pelajaran fiqh bertujuan untuk membekali peserta didik agar

dapat mengetahui dan memahami pokok pokok hukum Islam secara

9Made Vena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 189

10Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta; Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 225

5

xix

terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, serta

melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar.11

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan

belajar.12 Sedangkan suatu kelompok diskusi adalah suatu kelompok yang

diadakan dengan maksud untuk mempelajari suatu masalah yang

pemecahannya harus ditemukan.13

Berdasarkan rendahnya nilai rata-rata hasil ulangan umum semester

genap tahun pelajaran 2009/2010, peneliti akan melakukan penelitian

tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe

group investigation pada siswa kelas XI IPA 2 MA Kartayuda Wado

Kedungtuban Blora tahun pelajaran 2010/2011 pada materi pelajaran Fiqh

pokok bahasan Peradilan Islam (Hakim dan Saksi dalam Peradilan Islam).

D. Rumusan Masalah

Permasalahan ketidakefektifan pembelajaran di kelas itu cukup

banyak. Dari sekian masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran

konvensional, yang hanya menekankan otoritas guru tanpa melibatkan

aktivitas murid. Contoh yang paling banyak ditemui adalah penggunaan

metode ceramah. Hal ini bukan berarti metode ceramah tidak baik, tetapi

menempatkan ceramah sebagai satu-satunya metode tidak akan dapat

menggali potensi yang dimiliki siswa, sekaligus menjadikan pembelajaran

dan tidak memberdayakan. Maka perlu dikembangkan model pembelajaran

yang menempatkan murid sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya dalah

model pembelajaran kooperatif.

11Permendiknas No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta:

2006. hlm. 21. 12Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13

FKIP UNS Surakarta, 2009), Cet. I, hlm. 37. 13Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008) Cet. 2,

hlm. 144.

6

xx

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara spesifik rumusan masalah

yang menjadi fokus pada penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah;

1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran fiqih di MA Kartayuda?

2. Apakah penerapan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

fiqh di MA Kartayuda ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan

menerapkan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

dapat meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh siswa kelas

XI IPA semester I di MA Kartayuda.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan baru dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam rangka

meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Untuk digunakan sebagai bahan acuan memperbaiki metode

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

- Membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,

pemecahan masalah, dan kemampuan intelektual dalam

berkomunikasi dengan kelompok.

- Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik.

- Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

7

xxi

- Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama.

b. Bagi guru

- Sebagai bahan masukan dalam pengembangan model

pembelajaran pada mata pelajaran fiqh dalam rangka

memperbaiki kualitas pembelajaran.

- Menerapkan metode pembelajaran kooperatif untuk materi

yang lain.

- Membantu guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

mengoptimalkan aktivitas siswa sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

- Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam

memecahkan masalah-masalah pembelajaran dalam membuat

keputusan yang tepat bagi siswa dalam kelas yang diajarnya.

c. Bagi sekolah

- Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara dan strategi baru

dalam pembelajaran untuk mutu pembelajaran selain

kemampuan inovatif guru.

- Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,

menantang, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena

strategi, metode, teknik atau media yang digunakan dalam

pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-

sungguh.

- Mampu mewujudkan kerjasama, kolaborasi antar guru dalam

satu sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah

pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

- Sebagai upaya peningkatan kualitas kelulusan.

8

xxii

BAB II

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQH

A. Metode Pembelajaran Koperatif Tipe Group Investigation

Dalam konteks pendidikan, terkadang terjadi kesalahan yang

seharusnya dapat dihindari, dalam paradigma lama guru terkadang hanya

menyampaikan, menuangkan materi semata tanpa adanya peran aktif dari

siswa, ibarat air di dalam teko yang dituangkan kedalam botol kosong.

Banyak anggapan bahwa paradigm lama ini sebagai satu-satunya alternatif

dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga siswa dalam hal ini

sebagai pendengar setia yang hanya duduk mendengarkan kemudian

mencatat dari apa yang didengarnya. Anggapan ini sebenarnya keliru, tetapi

alangkah baiknya apabila seorang siswa dianggap sebagai sebuah permata

yang tertimbun didalam lumpur yang apabila dikeluarkan akan

menghasilkan manfaat yang besar.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam kondisi semacam ini diharapkan tercipta suasana

saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar bagi siswa

bukan hanya berasal dari guru dan buku saja melainkan teman sesama.

Dengan pastisipasi dan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan proses belajar mengajar akan lebih

bermakna.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Salah satu bentuk pembelajaran yang sesuai dengan falsafah

dari pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran kooperatif. Teori

konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek, informasi

baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan

9 9 9

xxiii

itu tidak lagi sesuai.14 Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa

berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.15 Dalam

pembelajaran kooperatif tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

antar siswa dengan saling bertukar informasi atau menggabungkan

beberapa ide dari masing-masing anggota kelompok untuk dijadikan

tujuan bersama dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang

artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Slavin mengemukakan, In cooperative learning methods, students

work together in four member teams to master material initially

presented by the theacher pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif

sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.16

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar.17 Sedangkan Johnson & Johnson

mengatakan pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu

bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

tim untuk mencapai tujuan bersama.18

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar

14Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 13. 15Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,

2008), Cet. Kedua, hlm. 53. 16Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 22. 17Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru

Rayon 13 Surakarta, 2009), Cet. Pertama, hlm. 37. 18Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 63.

10

xxiv

bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa

(Nurhadi dan Senduk). Menurut Lie pembelajaran kooperatif adalah

sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur,

dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. 19

Prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif adalah siswa

membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk

mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai

mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa

kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena

banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang

sebelumnya terbiasa dengan sikap pasif akan terbantu karena adanya

bantuan serta motivasi dari temannya.

Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah

pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup segala bentuk

kesenjangan dalam pemahaman materi pelajaran pada tiap-tiap siswa.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil sebuah

kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran yang menempatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar

dalam bentuk tim atau kelompok yang beranggotakan empat sampai

enam dengan berbagai latar belakang tingkat kemampuan siswa

sehingga didalamnya terjadi sebuah interaksi diantara sesama siswa

sehingga yang dijadikan sumber belajar bukan hanya berasal dari guru

dan buku pelajaran. Dalam pembelajaran tersebut menekankan bentuk

kerja kelompok guna mencapai tujuan pembelajaran yang sama diantara

masing-masing anggota.

Dalam proses pendidikan, untuk dapat belajar seseorang

harus memiliki pasangan atau teman. Dewey menggagas konsep

19Made Vena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual

Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 3, hlm. 189-190. 11

xxv

pendidikan sebagaimana yang dikutip oleh Hamruni, bahwa kelas

seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai

laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey

yang utama tentang pendidikan adalah: (1) siswa hendaknya aktif,

learning by doing; (2) belajar hendanya didasari motivasi intrinsic; (3)

pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan

belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5)

pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling

memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur

demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan

dengan dunia nyata.20

2. Ciri-ciri dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja

kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada

sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka

menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran

kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja

kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.

Bennet sebagaimana dikutip oleh Isjoni menyatakan ada lima

unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan

kerja kelompok, yaitu ;21

Pertama, Positif Interdepence, yaitu hubungan timbal balik

yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara

anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan

keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Kedua, Interaction Face to

face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antara siswa tanpa adanya

perantara. Ketiga, adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi

20Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 224-225. 21 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 60.

12

xxvi

pelajaran dalam anggota kelompok sehingga termotivasi untuk

membantu temannya, karena tujuan dalam pembelajaran kooperatif

adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat

pribadinya. Keempat, membutuhkan keluwesan. Kelima, meningkatkan

keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses

kelompok) yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam

pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama

dan berhubungan ini adalah keterampilan yang terpenting dan sangat

diperlukan di masyarakat.

Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran

yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerja

sama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama.

Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimal bukan saja untuk

diri sendiri, tetapi juga untuk teman-teman lain dalam kelompok.

Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif

adalah;22

a. Saling ketergantungan antara satu sama lain secara positif (positif

interdependence).

b. Saling berinteraksi langsung antar anggota dalam kelompok (face to

face interaction).

c. Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual

accountability).

d. Keterampilan sosial (cooperative social skills).

e. Pemrosesan kelompok (group processing).

Sedangkan menurut Lie mengatakan pembelajaran kooperatif

adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang

22Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima,

2008), Cet. Kedua, hlm. 54.

13

xxvii

saling terkait. Menurut Lie sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyanto

elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah23;

a. Saling ketergantungan pasif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan

yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling

ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai

melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, menyelesaikan

tugas, bahan atau sumber, peran dalam kerja kelompok.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam

kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya

dilakukan dengan guru, tetapi juga terhadap siswa lain. Interaksi

semacam ini sangat penting dalam rangka membantu siswa yang

merasa kesulitan dalam belajar. Hal tersebut juga menggambarkan

proses terjadinya pembelajaran model tutor sebaya.

c. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui sejauhmana

penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan secara

individual. Hasil penilaian tersebut kemudian disampaikan dalam

kelompok siswa sehingga siswa yang lain dalam kelompoknya

mengetahui siapa anggota kelompoknya yang merasa memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

d. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi

Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap

teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,

mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

23Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru

Rayon 13 Surakarta, 2009), Cet. Pertama, hlm. 40-42.

14

xxviii

hubungan antar pribadi tidak hanya sekedar diasumsikan

melainkan secara sengaja diajarkan.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut;24

a. Siswa belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan

belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Diupayakan agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras,

budaya dan jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kelompok kerja dari pada

individual.

Tujuan pembelajaran kooperatif dikatakan berhasil apabila

siswa dapat mencapai tujuan bersama dalam anggota kelompoknya.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang

dirangkum Ibrahim, et. Al yaitu;25

a. Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas

akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan

hasil belajar.

24Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual

Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet. 2, hlm. 74-75. 25Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm.

39-42.

15

xxix

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Yaitu penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda

berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan

ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang

bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui

struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu

sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para

siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara, karena

mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi

masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan

bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan

global untuk memenangkan persaingan tersebut.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap

penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama,

strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. (Ibrahim, dkk).26

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa untuk

saling bekerja sama bergantung satu sama lain atas tugas-tugas

bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,

belajar untuk menghargai satu sama lain.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation

Dalam konsep group investigation Thelen menyatakan bahwa

kelas hendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan

mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi. Menurut Slavin

26Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, hlm. 44. 16

xxx

sebagaimana yang dikutip oleh Trianto model group investigation

memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu ; 27

Tahap 1 : Grouping

Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,

dan mengkategorikan saran-saran.

Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari

topik-topik yang telah mereka pilih.

Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus

bersifat heterogen.

Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi

pengaturan28

Tahap 2 : Planning

Para siswa merencakan bersama mengenai apa yang akan

dipelajari?, bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa?

(pembagian tugas), untuk tujuan dan kepentingan apa kita

menginvestigasi topik ini?.

Tahap 3 : Investigation

Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan.

Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang

dilakukan kelompoknya.

Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

mensintesis semua gagasan29

Tahap 4 : Organizing

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek

mereka.

27Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 225.

28Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 218.

29Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 219.

17

xxxi

Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan,

dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi30

Tahap 5 : Presenting

Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam

bentuk.

Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarannya

yang aktif.

Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan

presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya

oleh seluruh anggota kelas31

Tahap 6 : Evaluating

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik

tersebut.

Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran

siswa.

Penilaian atas pembelajaran32

Sistem sosial yang dikembangkan adalah arahan guru yang

minim, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu

menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan. Prinsip

reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor,

konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan

dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan

perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah

berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah.

Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi

30Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 129.

31Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 219.

32Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2005), hlm. 220.

18

xxxii

yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh

informasi tersebut. Pemaknaan perseorangan berkenaan dengan

referensi yang diorganisasi oleh kelompok dan bagaimana membedakan

kemampuan perseorangan. 33

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah melakukan kegiatan

belajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan sekaligus

mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar telah lama dikenal dan

bahkan secara sadar maupun tidak sadar dilakukan oleh manusia dalam

kehidupan sehari-hari.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari

seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Melalui proses belajar

mengajar diharapkan terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan, baik

dalam hal aspek fisik-motorik, intelek, sosial-emosional maupun sikap

dan nilai pada diri siswa. Belajar merupakan proses mental yang

dinyatakan dalam berbagai perilaku, baik perilaku fisik-motorik

maupun psikis. Meskipun kegiatan belajar mengajar merupakan

kegiatan fisik-motorik namun didalamnya terdapat ketrampilan mental

meski kapasitasnya lebih rendah.

Berikut ini adalah pengertian belajar yang diberikan oleh

beberapa ahli pendidikan;

a. Clifford T. Morgan sebagaimana dikutip oleh Mustaqim

mengatakan Learning is any reltively permanent change in

behavior that is a result of past experince belajar adalah perubahan

33Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Menyenangkan, (Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga, 2009), hlm, 225. 19

xxxiii

tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman

yang lalu.34

b. Harold Spears mengatakan learning is to observe, to read, to

imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction

(belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri

tentang sesuatu, mendengarkan, mengikuti petunjuk).35

c. Briggs belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung di

dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman stuktur

kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan stuktur

kognitif lama.36

d. Gagne, belajar adalah suat proses di mana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman.37

Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama

belajar, yaitu; proses, perubahan perilaku dan pengalaman.38

a. Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan

merasakan. Pada hakekatnya belajar dilakukan melalui berbagai

aktivitas baik fisik maupun mental untuk mencapai suatu hasil

sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan belajar itu sendiri pada

hakekatnya dimiliki oleh setiap individu siswa. Tujuan tersebut lahir

dari adanya keinginan atau kebutuhan baik jasmani maupun rohani.

Seseorang dikatakan belajar apabila fikiran dan perasaannya aktif.

Aktivitas fikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati

34Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo

Semarang, 2009), hlm. 39. 35Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo

Semarang, 2009), hlm. 40. 36Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.

Kedua, hlm. 40. 37Udin S. Winataputra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2003), Cet. 11, hlm. 2.3. 38Udin S. Winataputra, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2003), Cet. 11, hlm. 2.3.

20

xxxiv

keberadaannya oleh orang lain, akan tetapi dapat dirasakan oleh

orang yang belajar. Guru tidak dapat melihat aktivitas fikiran dan

perasaan siswa, tetapi yang dapat diamati guru ialah manifestasinya,

yaitu kegiatan siswa sebagai akibat dari adanya aktivitas fikiran dan

perasaan pada diri siswa tersebut.

b. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang

dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana

proses mental dan emosional terjadi. Menurut Wingo dalam proses

belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar,

yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan

menerapkan konsep, memampuan memberikan dan manerik

kesimpulan dan member respon yang positif terhadap sesuatu yang

dipelajari, dan diperoleh kecapakan melakukan suatu kegiatan

tertentu.

c. Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam

interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial. Pemahaman dan struktur kognitif dapat

diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan.

Dalam khazanah peristilahan pendidikan hal ini dikenal dengan

learing by doing yaitu belajar dengan jalan melakukan suatu

kegiatan.39 Dalam hal ini seharusnya guru mampu memberian

ransangan terhadap siswa dengan menyodorkan suatu materi

pembelajaran yang bersifat problematik, atau materi pembelajaran

yang mengandung permasalahan yang harus dipecahkan atau dicari

jawabannya oleh siswa. Sehingga dengan adanya permasalahan

tersebut siswa melakukan kegiatan untuk mencari atau memecahkan

masalah tersebut.

39Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.

Kedua, hlm. 41. 21

xxxv

Agar belajar dapat mencapai sasaran yang diperolehnya

pemahaman dan struktur kognitif baru, atau berubahnya pemahaman

dan struktur kognitif lama yang dimiliki seseorang, maka proses belajar

seharusnya dilakukan secara aktif, melalui berbagai macam kegiatan,

seperti mengalami, melakukan, mencari, dan menemukan. Perubahan

yang terjadi pada diri seseorang meliputi perubahan dan pemahaman

yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati.

Berdasarkan teori Gestalt (insightful learning theory), balajar

pada hakekatnya merupakan hasil dari proses interaksi individu dengan

lingkungan sekitarnya.40 Belajar tidak hanya semata-mata sebagai suatu

upaya dalam merespons suatu stimulus. Tetapi lebih dari itu, belajar

dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan,

dan memahami belajar melalui proses. Jadi belajar dapat diperoleh jika

siswa aktif dan bukan pasif. Apabila dalam pelaksanaan pembelajaran

siswa aktif maka fungsi guru adalah pemberi rangsang agar siswa

belajar, mengarahkan seluruh kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan memberikan dorongan dan motivasi sehingga siswa

mampu melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

2. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Perubahan yang terjadi pada siswa banyak sekali jenis dan

bentuknya sebagai hasil dari proses belajar. Oleh karena itu tidak semua

jenis perubahan tersebut dikatakan sebagai hasil belajar. Hasil belajar

merupakan hasil yang dicapai oleh siswa dalam menuntut ilmu yaitu

suatu hasil yang menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu.

Bentuk perilaku sebagai hasil belajar digolongkan menjadi

tiga klasifikasi. Benyamin S, Bloom dan kawan-kawan menamakan

40Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet. Kedua, hlm. 84.

22

xxxvi

cara mengklasifikasi itu dengan The taxonomy of education objectives

taksonomi tujuan pendidikan antara lain ;41

a. Domain Kognitif

Domain kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan

dengan berfikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Domain ini

memiliki enam tingkatan antara lain;

- Mengingat (remember) yaitu mengeluarkan kembali (retrieve)

pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang (long

term memory) melalui kegiatan mengenali (recognize) dan

mengingat kembali (recall)

- Memahami (understand) yaitu menyusun makna dari pesan-

pesan pembelajaran, mencakup komunikasi oral, tertulis dan

grafis. Kemampuan ini meluputi kegiatan menginterpretasikan,

memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan.

- Menerapkan (apply) yaitu menerapkan suatu prosedur dalam

suatu prosedur dalam suatu situasi tertentu. Kegiatan ini

meliputi kegiatan melakukan dan mengimplementasikan.

- Menganalisis (analyze) yaitu menguraikan sesuatu ke dalam

bagian-bagian dan menentukan bagaimana hubungan antara

bagian-bagian tersebut dan antara bagian-bagian tersebut

dengan struktur keseluruhan atau tujuan. Kemampuan ini

meliputi kegiatan memisahkan, mengorganisasikan dan

mengatribusikan.

- Mengevaluasi (evaluate) yaitu membuat penilaian berdasarkan

suatu criteria atau standar tertentu. Kemampuan ini meliputi

kegiatan mengecek dan mengkritik.

- Mencipta (create) yaitu memadukan berbagai elemen untuk

membentuk sesuatu yang koheren atau berfungsi;

41Lukmanul Hakim, Lukmanul Hakim, , Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV.

Wacana Prima, 2008), Cet. Kedua, hlm. 100-106. 23

xxxvii

mereorganisasi elemen-elemen kedalam suatu pola atau

struktur. Kemampuan ini terdiri dari generating, merencanakan

dan memproduksi.

b. Domain Afektif

Domain afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi

dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan-tingkatan dari domain

ini terdiri dari lima tingkatan antara lain;

- Kemauan menerima (receiving), merupakan kemauan untuk

memperhatikan suatu gejala atau rangsangan tertentu seperti

kegiatan membaca buku, mendengar music atau bergaul

dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

- Kemauan menanggapi (responding), yaitu pastisipasi aktif

dalam kegiatan tertentu.

- Berkeyakinan (valuing), berkenaan dengan kemauan menerima

sistem nilai tertentu pada diri individu.

- Penerapan karya (organisation), berkenaan dengan penerimaan

terhadap berbagai nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada

suatu sistem nilai yang lebih tinggi.

- Ketekunan dan ketelitian (characterization by a value

complex), pada taraf ini individu sudah memiliki sistem nilai

selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai

yang dipegangnya.

c. Domain Psikomotirik

Domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan (skill) yang

bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling

sederhana sampai yang paling kompleks adalah sebagai berikut;

- Persepsi (perception), berkenaan dengan penggunaan indera

dalam melakukan kegiatan.

- Kesiapan melakukan sesuatu kegiatan (set) .

- Mekanisme (mechanism), berkenaan dengan penapmpilan

respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan,

24

xxxviii

sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan pada suatu

kemahiran.

- Respons terbimbing (guided respons), seperti meniru-niru,

mengulangi perbuatan yang diperintahkan, melakukan kegiatan

coba-coba (trial and error).

- Kemahiran (complex overt respons), berkenaan dengan

penampilan gerakan motorik dengan keterampilan penuh.

- Adaptasi (adaptation), berkenaan dengan keterampilan yang

sudah berkembang pada diri individu sehingga yang

bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai

dengan situasi dan kondisi tertentu.

- Originasi (origination), menunjukkan pada penciptaan pola

gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah

tertentu.

Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dalam

bidang pendidikan yang merupakan hasil belajar. Menurut Popham

sebagaimana yang dikutip oleh Harun Rasyid dan Mansur, ranah

afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.42 Orang yang tidak

memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai

keberhasilan studi secara optimal, karena hasil belajar akan bermanfaat

bagi masyarakat bila pada lulusan memiliki perilaku dan pandangan

yang positif dalam ikut mensejahterakan dan menentramkan

masyarakat. Untuk itu semua guru harus dapat melibatkan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Individu dikatakan melakukan kegiatan belajar apabila terjadi

interaksi dengan lingkungan. Aktivitas belajar tersebut tentu

42Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. Wacana Prima,

2008), Cet. Kedua, hlm. 13 25 25

xxxix

diperngaruhi oleh beberapa faktor yang membawa perubahan sebagai

akibat hasil belajar. Ada beberapa faktor dalam belajar, antara lain ;43

a. Motivasi untuk belajar

Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk

berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku

belajar. Betapa pun beratnya segala sesuatu yang diinginkan akan

terasa ringan dan mudah jika mempunyai motivasi yang tinggi.

Motivasi pada dasarnya muncul dari individu siswa untuk

melakukan agar sesuatu yang diinginkan akan tercapai. Itu sebabnya

sering kita mendengar istilah motif dan dorongan, dikaitkan dengan

prestasi atau keberhasilan. Hal ini berarti motif merupakan

pendorong untuk melakukan tingkah laku atau melakukan kegiatan

belajar. Motivasi memberikan dorongan yang luar biasa terhadap

seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai dalam situasi

belajar. Motivasi ini biasanya merupakan keinginan yang harus

dipuaskan dengan melakukan sesuatu yang menjadi harapan dalam

dirinya.

b. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan pembelajaran adalah arah atau sasaran yang hendak dituju

oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya

mempunya tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang

hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhir dari

sesuatu kegiatan. Dengan mempunyai gambaran yang jelas tentang

hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan berbagai

kegiatan atau perangkat untuk mencapainya.

Sebagaimana motivasi, tujuan juga merupakan salah satu faktor

yang terdapat dalam belajar yang muncul dalam diri individu.

Seorang siswa tentu mempunyai tujuan dalam proses belajar seperti

ingin pintar, cerdas, dapat tercapai segala cita-citanya. Dengan

43Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet.

Kedua, hlm. 59-61 26

xl

keinginan tujuan yang besar memungkinkan munculnya usaha

bekerja keras hingga tercapai yang dikehendaki.

c. Situasi yang mempengaruhi proses belajar

- Siswa sebagai individu yang unik

Guru harus mampu mengetahui karakteristik masing-masing

individu siswa. Karena setiap individu siswa tidak ada yang

sama dalam berbagai hal antara satu dengan yang lain.

Perbedaan ini berkaitan dengan keinginan, kebutuhan,

kehendak, kesukaan, minat, bakat dan kemauan.

- Keadaan atau situasi belajar

Keadaan siswa berkaitan dengan kondisi fisik maupun mental.

Dalam kondisi sakit tentu siswa tidak dapat belajar secara

maksimal begitupun sebaliknya jika mental dalam keadaan tidak

tenang maka belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Selain

keadaan fisik dan mental, keadaan lingkungan juga berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

- Proses belajar

Proses belajar memerlukan metode, teknik dan waktu. Hal ini

menunjukkan keadaan yang berbeda-beda antara seseorang

dengan yang lain, juga terhadap materi pelajaran yang satu

dengan yang lain.

- Guru

Guru merupakan salah satu komponen situasi belajar. Keadaan

guru dapat mempengaruhi hasil belajar. Guru merupakan

pendorong dalam belajar. Oleh karena itu perlu diperhatikan

keadaan guru berkaitan dengan kepribadian, kemampuan dan

kondisi fisik maupun mental, sehingga belajar akan dapat

berlangsung dengan baik sampai pada tujuan yang ingin dicapai.

- Teman

Seringkali keberhasilan atau kegagalan belajar disebabkan oleh

teman pergaulan maupun teman belajar. Oleh karena itu harus

27

xli

diperhatikan dalam bergaul, mencari teman, agar tidak menjadi

penyebab kegagalan dalam belajar.

- Program yang ditempuh, apa yang dipelajari siswa pada

umumnya terfokus pada program pendidikan yang ditempuh.

Oleh karena itu materi pembelajaran yang dipelajari hendaknya

disertai dengan motivasi, minat sesuai dengan bakat siswa.

Menurut H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi

sebagaimana yang dikutip oleh Mustaqim, hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;44

a. Situasi Belajar, meliputi kesehatan jasmani, keadaan psikis dan

pengalaman dasar.

b. Penguasaan alat-alat intelektual, meliputi; bahan bilangan,

membaca, menulis, pengertian-pengertian kuantitatif tingkat tinggi,

mengarang, bahasa dan logika.

c. Latihan-latihan yang terpencar

d. Penggunaan unit-unit yang berarti

e. Latihan yang aktif

f. Kebaikan bentuk dan sistem

Buku pelajaran yang disusun sistematis, bab I memberi landasan

bagi konsep yang ada dalam bab II akan lebih membantu individu

dalam belajar.

g. Efek penghargaan (reward) dan hukuman

Hasil dari pembelajaran biasanya ditandai adanya keberhasilan dan

kegagalan. Penghargaan dapat menjadi penguat terhadap hasil

belajar sedangkan hukuman akan dapat menghilangkan tingkah laku

yang tidak diinginkan.

h. Tindakan-tindakan pedagogis

Hal-hal yang bisa menghambat belajar antara lain;

44Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyan IAIN Walisongo

Semarang, 2009), hlm. 48-50.

28

xlii

- Merusak motif belajar yang sudah ada dengan mengubah

rencana si anak yang memang sesuai dengan minat dan

bakatnya.

- Kegagalan memahami si murid, akan mengakibatkan salah

membimbing.

- Pengertian guru yang kurang jelas mengenai tujuan-tujuan

hakiki mata pelajaran yang diberikan.

- Kekurang fahaman tentang prinsip-prinsip belajar.

- Penguasaan bahan-bahan yang kurang akan mengakibatkan guru

tidak mampu memberi bimbingan yang baik dan menimbulkan

kesalahan-kesalahan dasar mengenai fakta-fakta.

i. Kapasitas dasar seperti intelegensi, bakat dan minat bawaan

Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan tes

standar semata, namun Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan

adalah;45

- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam

kehidupan manusia.

- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru

untuk diselesaikan.

- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang menawarkan jasa

yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Minat atau keinginan yang muncul dari dalam diri siswa tentu lebih

berarti daridapa pengaruh dari luar sebab bakat dan minat bawaan

merupakan sifat yang tidak bersifat sementara.

C. Penerapan Group Investigation dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini

merupakan model pembelajaran yang melatih siswa dalam menumbuhkan

kemampuan berfikir mandiri. Dengan interaksi yang terjadi kelompok ini

45Linda Campbell, dkk, Metode Pembelajaran Berbasis Multi Intelligences, (Depok:

Intuisi Press, 2004), Cet. I, hlm. 2. 29

xliii

membantu siswa aktif dalam pembelajaran serta memberikan kesempatan

untuk berfikir secara analistis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif. Model

pembelajaran kooperatif group investigation ini meliputi beberapa tahapan;

Tahap pertama, mengidentifikasi topik dan mengatur ke dalam

kelompok. Dalam kegiatan ini guru mempresentasikan permasalahan

tentang bagaimana peran hakim dalam peradilan Islam di Indonesia.

Kemudian guru menjelaskan materi secara umum yang selanjutnya siswa

menanggapi bahasan-bahasan yang akan mereka investigasi. Pembagian

kelompok dalam group investigation ini berdasarkan minat siswa terhadap

materi yang akan mereka pelajari. Karena perbedaan ketertarikan terhadap

materi ini akan menimbulkan pembahasan yang baru untuk didiskusikan

mesti materi yang dipelajari sama.

Tahap kedua, merencanakan investigasi di dalam kelompok. Pada

tahap ini materi yang dipelajari kelompok satu dan tiga membahas

pengertian hakim, dan fungsi hakim. Sedangkan kelompok dua dan empat

membahas etika dan syarat-syarat menjadi hakim. Kemudian kelompok

membagi tugas dengan membentuk struktur organisasi kelompok serta

menentukan sumber bahan yang digunakan dalam investigasi kelas sesuai

dengan lembar kegiatan yang dibagikan oleh guru.

Tahap ketiga, melaksanakan investigasi. Dalam tahap ini kelompok

melaksanakan rencana yang diformulasikan sebelumnya. Pada tahap ini

guru berkeliling di angtara kelompok untuk memastikan tugas dalam

kelompok berjalan dengan baik dengan menggunakan lembar observasi.

Selama tahap ini siswa secara berpasangan mengumpulkan, menganalisis,

dan mengevaluasi informasi serta membuat kesimpulan.

Tahap keempat, menyiapkan laporan akhir. Tahap ini merupakan

transisi dari pengumpulan data dan klarifikasi ke tahap di mana kelompok

melaporkan hasil investigasi kepada seluruh kelas. pada tahap ini guru

meminta siswa agar masing-masing kelompok menunjuk anggotanya untuk

menjadi panitia presentasi serta mamastikan hasil diskusi siswa sudah

mencakup materi yang dipelajari.

30

xliv

Tahap kelima, mempresentasikan laporan akhir. Pada kegiatan ini

peran kelompok yang mempresentasikan lebih besar sehingga terjadi

pembelajaran antar siswa. Dalam menjelaskan kegiatan presentasi ini siswa

menggunakan sumber belajar baik dari buku pedoman siswa maupun

sumber lain yang diambil dari perpustakaan serta memanfaatkan media

internet secara online. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab antar

kelompok. Agar diskusi ini aktif, guru membebani tiap kelompok

mengajukan dua sampai tiga pertanyaan. Peran guru pada kegiatan

presentasi sebagai narasumber dan fasilitator.

Tahap keenam, evaluasi pembelajaran. Dalam tahap ini guru

bersama siswa mengkolaborasi jawaban atas hasil diskusi untuk

mendapatkan kesimpulan. Akhir dari kegiatan ini adalah pemberian soal tes

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat terlihat mulai dari

tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan membantu siswa dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk meningkatkan aktifitas siswa

dalam pembelajaran, guru memotivasi siswa memberitahukan bahwa belajar

menurut ajaran Islam dinilai suatu ibadah, hal ini supaya pada diri siswa

timbul minat belajar yang tinggi. Kemudian bagi siswa yang aktif dalam

pembelajaran, guru memberikan imbalan seperti nilai yang tinggi serta

memberikan hadiah yang berupa pujian. Callahan and Clark sebagaimana

yang dikutip oleh E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga

pendorong atau penarik yang menyababkan adanya tingkah laku kearah

suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh

apabila memiliki motivasi yang tinggi.46 Dengan minat belajar yang tinggi

dan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membawa dampak tingginya

nilai hasil belajar yang diperoleh siswa.

46E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2009), hlm. 264.

31

xlv

D. Pembelajaran Fiqh di MA

1. Pengertian Pembelajaran Fiqh MA

Secara bahasa fiqh berarti paham, dalam arti pengertian atau

pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi

akal. Para ulama fiqh mendefinisikan fiqh sebagai mengetahui hukum-

hukum Islam (syarak) yang bersifat amali (amalan) melalui dalil-

dalilnya yang terperinci.47 Sedangkan menurut Abudin Nata : ilmu

fiqih adalah sekelompok hukum tentang amal perbuatan manusia

yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.48 Yang dimaksud

dengan amal perbuatan manusia adalah segala amal perbuatan orang

mukallaf yang berhubungan dengan bidang ibadah, muamalat,

kepidanaan dan sebagainya.

Mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah adalah salah satu

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan

dari fiqh yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah

Tsanawiyah/SMP.49 Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian fiqh baik yang

menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh

prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fiqh serta menggali tujuan dan

hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang

lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata

pelajaran Fiqh memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum

Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian

keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT

47 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 2, (Jakarta; PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve, 2002), hlm. 8 48Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002 ),

Cet. Ke-7, hlm. 25. 49Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 84.

32

xlvi

dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya

ataupun lingkungannya.

2. Tujuan Pembelajaran Fiqh MA

Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk

membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT serta berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan agama Islam seperti Al-

Attas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk

menjadi manusia yang baik, kemudian al-Abrasyi menjelaskan untuk

membentuk manusia yang berakhlak mulia. Kemudian dalam

konferensi dunia Islam pertama tentang pendidikan Islam

berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang

menyerahkan diri kepada Allah SWT secara mutlak sebagaimana

dikutip oleh Muhammad Ali50

Dalam Permenag No. 2 tahun 2008, mata pelajaran Fiqh di

Madrasah Aliyah bertujuan untuk:51

a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan

tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek

ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam

kehidupan pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan

benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam

menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia

dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama

manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan

lingkungannya.

50Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III, (Bandung: IMTIMA,

2007), hlm. 2. 51Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi

PAI dan Bahasa Arab di Madrasah,hlm. 84.

33

xlvii

Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk

menanamkan keimanan dan ketaqwaaan kepada Allah SWT serta

membiasakan siswa berakhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan fungsi

pendidikan agama seperti yang diungkapkan Darajat adalah untuk;52

a. Menumbuhkan rasa keimanan yang kuat

b. Menanamkembangkan kebiasaan dalam melakukan amal ibadah,

amal saleh dan akhlak mulia

c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar

sebagai anugerah Allah SWT

Dengan demikian melalui pembelajaran agama Islam

merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan keagamaannya yakni

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT serta

berakhlak mulia.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqh MA

Ruang lingkup mata pelajaran Fiqh di Madrasah Aliyah

meliputi :53 kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syariat dalam

Islam; hukum Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji,

hikmah dan cara pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan

hukum Islam tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang

kepemilikan; konsep perekonomian dalam Islam dan hikmahnya;

hukum Islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta

hikmahnya; hukum Islam tentang wakaalah dan sulhu beserta

hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafaalah beserta

hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinaayah,

Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan

hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam

52Mohamad Ali, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III, (Bandung: IMTIMA, 2007), hlm. 3

53Permenag No. 2 Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 88-89.

34

xlviii

tentang siyaasah syariyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi;

dasar-dasar istinbaath dalam fiqh Islam; kaidah-kaidah usul fiqh dan

penerapannya.

Sedangkan materi yang akan digunakan peneliti dalam

penelitian tindakan kelas yaitu tentang Peradilan Islam dengan sub

pokok bahasan Hakim dan Saksi dalam Peradilan Islam yang meliputi

pengertian hakim, fungsi hakim, syarat-syarat hakim, etika hakim, dasar

hukum pengangkatan hakim dan hakim wanita, pengertian saksi, syarat-

syarat saksi, kesaksian orang buta serta hikmah peradilan dalam Islam.

35

xlix

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Setting atau lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah MA Kartayuda

Desa Wado Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora, dengan petimbangan

sebagai berikut ;

a. Untuk mengetahui kondisi proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah

Kartayuda

b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqh

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas XI IPA 2, dengan

jumlah siswa 27 siswa yang terdiri 16 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

C. Data dan Sumber Data

Dalam penetilian tindakan kelas ini data penelitian yang digunakan

adalah melalui pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran yang menyoroti

aktivitas siswa terhadap materi dan metode analisis dokumen yang berupa

nilai ulangan harian pada materi sebelumnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut meliputi

pengamatan, kajian dokumen yang masing-masing secara singkat diuraikan

sebagai berikut;

a. Observasi / Pengamatan

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)

yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan

36

l

pengamatan.54 Sutrisno Hadi dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R & D sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono

mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.55

Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan yang

berperan secara pasif. Pengamatan dilakukan terhadap guru ketika

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas serta aktivitas siswa

selama mengikuti pelajaran.

Pengamatan dilakukan terhadap guru peneliti fokuskan pada saat

menyampaikan materi pelajaran, memotivasi siswa, pengelolaan kelas,

memberikan latihan dan umpan balik dan melakukan penilaian terhadap

hasil belajar siswa. Sedangkan pengamatan terhadap siswa difokuskan

pada partisipasi dan keaktifan siswa selama mengikuti proses kegiatan

belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

b. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka

pengukuran dan penilaian. Tes ini peneliti berikan setelah proses kegiatan

belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan dengan menggunakan tes tertulis juga

untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

E. Validitas Data

Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes

melakukan fungsi ukurnya. Tes hanya dapat melaksanakan fungsinya dengan

54Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2001), hlm. 76. 55Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Alfabeta: ), hlm. 145.

37

li

cermat kalau ada sesuatu yang diukurnya. Jadi untuk dikatakan valid, tes harus

mengukur sesuatu dan melakukannya dengan cermat.56

Validitas data ini digunakan untuk mengukur atau mengungkap

kebenaran tentang hasil belajar yaitu nilai ulangan harian yang diadakan

setelah pembelajaran berakhir. Untuk mengetahui prosentase keberhasilan

hasil belajar peneliti menggunakan rumus:

P = NF

x 100 %

Keterangan

P : Angka prosentasi

F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya.

N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu/responden57

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk menganalisis data-

data yang telah dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif

(statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik

deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan

membandingkan hasil antar siklus, sedangkan teknik analisis kritis peneliti

gunakan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan

guru pada saat proses pembelajaran siklus I berlangsung sehingga dapat

peneliti jadikan sebagai bahan untuk menyusun perencanaan tindakan pada

siklus II. 58

56Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV. Wacana Prima,

2008), Cet. Kedua, hlm. 133. 57Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2001), Cet. 2, hlm. 40. 58Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,

(Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2009), Cet. I, hlm. 61.

38

lii

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pembelajaran fiqh dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini adalah; jika

minimal 85% siswa mendapatkan nilai diatas 70.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan mengacu pada model

penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart pada tahun 1988

dari Deakin University Australia