Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VII
DI SMPN 3 MATARAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh
IRWANSYAH NIM: 15.1.12.1.123
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
ii
PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS VII
DI SMPN 3 MATARAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
IRWANSYAH NIM: 15.1.12.1.123
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh Irwansyah, NIM. 15.1.12.1.123, yang berjudul “Penerapan
Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017” telah memenuhi
syarat dan disetujui untuk di-munaqasyah-kan. Disetujui pada tanggal, 17
Desember 2017.
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I
Drs. Mukhlis M.Ag
NIP.197103111995031002
Pembimbing II
Husnul Hidayanti, M.Ag NIP. 197608012006042001
iv
NOTA DINAS
Hal : Munaqasyah
Mataram, 17 Desember 2017 Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di –
Mataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan
pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Irwansyah
NIM : 15.1.12.1.123
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakuktas : Tarbiyah dan Keguruan
Judul : Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di
SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Untuk itu, kami berharap agar
skripsi ini dapat dimunaqasyahkan.
Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing I
Drs. Mukhlis M.Ag
NIP.197103111995031002
Pembimbing II
Husnul Hidayanti, M.Ag NIP. 197608012006042001
vi
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran
Tahun Pelajaran 2016/2017”, yang diajukan oleh Irwansyah NIM. 15.1.12.1.123,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Mataram telah dimunaqasyahkan pada hari Rabu tanggal 03 Januari 2018 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Agama Islam.
Dewan Munaqasyah
1. Ketua Sidang / : Drs. Mukhlis M.Ag ( ) Pembimbing I NIP. 197103111995031002
2. Sekretaris Sidang / : Husnul Hidayanti, M.Ag ( ) Pembimbing II NIP. 197608012006042001
3. Penguji I : Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd ( ) NIP.0196602151997031001
4. Penguji II : Dr. Saparudin, M.Ag ( ) NIP.197810152007011022
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram
Dr. Hj. Lubna, M.Pd NIP. 196812311993032008
vii
Motto:
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. Ar-Ra’d:11)1
1 Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al – Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:PT
Listakwarta Putra, 2003), h.370
viii
Persembahan:
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk ;
Ayahandaku tercinta Juhri dan Ibunda yang tersayang Menti, Adik
– adikku tercinta, Winda, Risma dan Fahri. Almamaterku.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan taufik, rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang disusun dalam
rangka untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan oleh Lembaga Perguruan Tinggi
guna mendapat gelar sarjana pendidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi penutup para Nabi serta
menjadi tauladan akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih sangat jauh dari
kesempurnaan, hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari semua pihak akan diterima
dengan tulus hati. Selanjutnya diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik yang sifatnya moril maupun
materil.
Dengan demikian ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada:
1. Drs. Mukhlis M.Ag, M.Pd selaku pembimbing I dan Husnul Hidayanti, M.Ag
selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatannya untuk
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dosen beserta Civitas Akademika UIN Mataram yang telah banyak memberikan
bantuan dan Ilmu Pengetahuan selama berada di bangku kuliah.
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Dr.
Saparudin, M.Ag selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Prof. Dr. H.Mutawalli, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram.
x
5. Ayahanda, Ibunda dan beserta saudara-saudariku tersayang yang telah memberikan
dukungan dan do‟a dengan penuh keikhlasan, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
6. Kepada pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan karunianya kepada
semua yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis. Akhirnya, apa
yang tertera dalam skripsi ini agar dapat memberikan manfaat dan merupakan dharma
bakti penulis pada Agama, Nusa dan Bangsa.
Amin Ya Robbal Alamin.
Mataram, 18 Desember 2017
Penulis,
IRWANSYAH NIM.15.1.12.1.123
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS ..................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
ABSTRAK ................................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Konteks Penelitian ................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
D. Manfaar Penelitian ................................................................................... 4
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .................................................... 5
F. Telaah Pustaka ......................................................................................... 6
G. Kerangka Teoretik. .................................................................................. 8
1. Media Gambar .................................................................................. 8
2. Motivasi Belajar ................................................................................ 16
3. Konsep Pembelajaran PAI ................................................................ 32
H. Metode Penelitian .................................................................................... 38
1. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 38
2. Kehadiran Peneliti ............................................................................. 39
3. Lokasi Penelitian ............................................................................... 40
4. Sumber Data ..................................................................................... 40
5. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 41
6. Teknik Analisis data ......................................................................... 43
xii
7. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................ 44
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ......................................................... 47
A. Gambaran Umum Sekolah ................................................................... 47
B. Penerapan Media Gambar Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMPN 3
Mataram ............................................................................................... 61
C. Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Palajaran PAI Kelas VII di
SMPN 3 Mataram Setelah dilakukan Penerapan Media Gambar ........ 71
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................ 74
A. Penerapan Media Gambar Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII di SMPN 3
Mataram ................................................................................................ 74
B. Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Palajaran PAI Kelas VII di SMPN
3 Mataram Setelah dilakukan Penerapan Media Gambar ..................... 77
BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 81
A. Kesimpulan .......................................................................................... 81
B. Saran .................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keadaan Pendidik ..................................................................................... 54
Tabel 2.2 Keadaan Peserta Didik .............................................................................. 58
Tabel 2.3 Sarana dan Prasarana ................................................................................ 49
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Kepengurusan SMPN 3 Mataram ........................................... 60
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Observasi
2. Pedoman Wawancara
3. Foto Dokumentasi Penelitian
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Keterangan Penelitian
xvi
ABSTRAK
Irwansyah, NIM 15.1.12.1.123. Judul Skripsi : “Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017”
Kata Kunci: Media Gambar dan Motivasi Belajar
Penelitian ini didasari bahwa pendidikan merupakan hal terpenting pada diri manusia, sebab sejatinya setiap orang haruslah memiliki pendidikan yang baik. Dalam pendidikan yang dilakukan di SMPN 3 Mataram guru PAI menerapkan media gambar untuk meningakkan motivasi siswa. Karena itulah penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui bagaimana penerapan media gambar untuk meningaktakan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas VII di SMPN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2016 / 2017. dan, 2) Untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMPN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2017 / 2018 setalah dilakukan penerapan media gambar.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerapan metode diskusi dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam dalam menerapkan metode diskusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu mendeskripsikan tentang-tentang fenomena-fenomena yang ada melalui pendekatan ilmiah. kehadiran peneliti sebagai observer dalam kehidupan subyek selama waktu penelitian yang sudah ditetapkan sekaligus sebagai peneliti utama dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik induktif dengan keabsahan data terdiri dari perpanjangan keikutsertaan peneliti, ketekunan pengamatan dan tringulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMPN 3 Mataram adapaun usaha guru dalam menerapkan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan 1) Persiapan, yaitu guru menyiapkan segala bentuk administrasi maupun bahan sebelum memulai pelajaran, 2) Pelaksanaan, yaitu guru menjelaskan serta menggunakan media gambar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran dan 3) Evaluasi, setelah selsai pelalajaran, guru melakukan evaluasi dalam bentuk tes, baik tes tulis maupun tes lisan dan terkadang tugas. Dalam keberlangsungannya, usaha guru dalam menerapkan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa cukup baik dan tidak hanya berfukus pada media saja, akan tetapi juga pada proses, seperti memberikan pujian bagi siswa yang dinilai baik. Memberikan hukuman yang sifatnya memotivasi kepada siswa yang kurang memperhatikan atau berbuat gaduh serta memberikan hadiah pada saat – saat tertntu saja. Dan yang tak kalah penting adalah perhatian orang tua selama anak di rumah, sehingga motivasi siswa dapat meningakat.
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penilitian
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap orang, sebab
hanya dengan pendidikanlah seseorang dapat menjadi lebih baik lagi. Dalam
penyelenggaraan pendidikan tentunya banyak cara, asalkan sesuai dengan
tujuan pendidikan itu sendiri.
Namun salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa
Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara
lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, perbaikan
sarana dan prasarana, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat-
alat pelajaran serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian,
berbagi indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan mutu
sesuai dengan harapan.
Perlu disadari pula bahwa salah satu permasalahan mendasar dalam
kegiatan belajar mengajar adalah pemilihan metode yang kurang tepat.
Karena itulah guru sebagai komponen penting dalam proses belajar mengajar
mempunyai peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan sumber
daya manusia berkualitas. Dalam hal ini guru melaksanakan tugasnya baik
sebagai perencana pengajaran, sebagai pelaksana, maupun sebagai evaluator
pengajaran. Bahkan guru diharapkan memodifikasi rancangan dan
pelaksanaan pengajaran, berperan aktif serta menempatkan kedudukannya
2
sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan harapan.
Disamping peranan guru yang sangat penting dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan, kemampuan siswa dalam memahami pelajaran juga
tidak bisa ditinggalkan. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang
menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah
motivasi siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu2. Dorongan itu
hanya akan muncul dalam diri siswa manakala siswa membutuhkan. Siswa
yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi guru
harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi
kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar
untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Kuat lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan
seseorang untuk mencapai sutau tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya
motif yang dimiliki orang tersebut. Motif dan motivasi adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan, karena motivasi merupakan penjelmaan dari motif.
Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
2Wina Sanjaya ,Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidi,(Jakarta : Kencana Prenada Media,2011), h.135.
3
Dengan demikian siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh
oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak
adanya dorongan atau motivasi.
Berdasarkan hasil wawancara pada kegiatan penelitian pendahuluan
diperoleh data bahwa pelaksanaan pemebelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) konsep akidah kelas VII di SMP 3 Mataram motivasi belajar siswa
masih kurang, perlu ditingkatkan. Dinyatakan lebih lanjut bahwa ketika
pembelajaran berlangsung siswa kurang termotivasi disebabkan penyampaian
pembelajaran yang terlalu monoton, namun setelah mencoba menerapkan
media gambar pada penyampain materi sholat ternyata motivasi belajar siswa
semakin meningkat.
Peningkatan motivasi belajar siswa ditandai dengan semakin
meningkatnya hasil belajar dan sebelum mencoba menerapkan media gambar
nilai rata – ratanya 6,5 setelah penerapan media gambar nilainya naik menjadi
7,5. Dinyatakan lebih lanjut bahwa ketika pembelajaran berlangsung suasana
belajar siswa lebih aktif dan termotivasi.3
Dari data hasil penelitian pendahuluan dan berdasarkan penyebaran pada
bentuk penelitian, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian terkatit
dengan judul “Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017”
3 Observasi, Tanggal 28 Agustus 2017
4
B. Fokus penilitian
Berdasarkan konteks penilitian di atas, maka masalah yang akan
menjadi fokus penelitian yaitu :
1. Bagaimana Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran
Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimana Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di
SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah dilakukan
Penerapan Media Gambar?
C. Tujuan Penilitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka tujuan dalam
penelitian ini adalah:
a. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Penerapan Media Gambar Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas
VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017
b. Untuk Mengetahui Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI
Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah
dilakukan Penerapan Media Gambar
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti dibagi menjadi
dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
5
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
khazanah ilmu pengetahuan terkait dengan penerapan media gambar
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Manfaat praktis
1) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi guru untuk menerapkan media gambar
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
PAI kelas VII di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017.
2) Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan
pemikiran tentang penerapan media gambar untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN
3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017.
3) Bagi peneliti
Dapat digunakan sebagai acuan, masukan atau tambahan
pengetahuan bagi peneliti pada khususnya dan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya.
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup Penelitian
Peneltian ini memfokuskan pada masalah :
6
a. Penerapan media gambar pada pembelajaran PAI di kelas VII SMPN 3
Mataram.
b. Tingkat motivasi belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran PAI di
SMPN 3 Mataram.
2. Setting Penelitian
Peneltian ini dilakukan di kelas VII SMPN 3 Mataram ketika guru PAI
menerapkan media gambar
a. pada kegiatan pembelajaran diterapkan di kelas VII ketika
pembelajaran PAI berlangsung.
b. Media gambar untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa kerana
berdasarkan data hasil penelitian pendahuluan terdapat peningkatan
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan media gamabr.
F. Telaah Pustaka
Penelitian tentang penerapan media gambar memang telah banyak
dibahas oleh peneliti lain namun penelitian yang peneliti angkat pada judul
penelitian ini bukan hanya penerapan media gambar saja melainkan juga
terkait dengan motivasi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dan juga
pada tempat yang berbeda sehingga judul penelitian yang peneliti lakukan
belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti
sebelumnya telah melakukan penelitian namun pada konteks yang berbeda
seperti yang diteliti oleh
1. Hindun dalam sekripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis Karangan Sederhana Melalui Penerapan Media
7
Gambar Persepsi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI
NW Tanak Beak Narmada Tahun Pelajaran 2013 / 2014”. 4 Peneliti
tersebut membahasa media gambar untuk meningktakan keterampilan
menulis karangan sederhana. Media gambar dijadikan sebagai objek dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Nurdin, dalam sekripsinya yang berjudul “Penerapan Media Gambar
Untuk Meningkatkan Penguasaan Mufradhat Pada Mata Pelajaran Bahsa
Arab Kelas VI MI Raudhatul Ulum Batu Jangkih Kecamatan Praya Daya
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015” 5 Membahas
tentang media gambar yang berfokus pada mata pelajaran Bahasa Arab
untuk penguasaan mufrodat.
Dari hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian
terdahulu yang di laksanakan oleh Sahiri dan Nurudin, sama halnya dengan
yang akan peneliti laksanakan, yaitu membahas tentang media gambar.
Namun, terdapat beberapa perbedaan dan beberapa alasan tentang
pengambilan judul ini, antara lain:
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti terdahulu
Terletak di MI NW Tanak Beak Narmada dan MI Raudhatul Ulum Batu
Jangkih Kecamatan Praya Daya Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan
4 Sahiri, Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Sederhana Melalui
Penerapan Media Gambar Persepsi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI NW Tanak Beak Narmada Tahun Pelajaran 2013 / 2014”.4”(Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2014).
5Nurudin, Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Penguasaan Mufradhat Pada Mata Pelajaran Bahsa Arab Kelas VI MI Raudhatul Ulum Batu Jangkih Kecamatan Praya Daya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2014).
8
peneliti melakukan penelitian pada SMPN 3 Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
2. Media Gambar
Pada penelitian sebelumnya, Hindu menggunakan media gambar
dijadikan sebagai objek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam
membuat karangan sederhana, sementara pada Nurudin media gambar
digunakan untuk meningkatkan penguasaan mufradhat pada mata
pelajaran Bahasa Arab. Sedangkan pada penelitian ini, media gambar
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Karena itulah penelitian ini agak sedikit berbeda dari penelitian
sebelumnya, selain pada variabel, letak perbedaan pada lokasi penelitian dan
tahun penelitian. Untuk itu, maka peneliti akan menjelaskan mengenai
“Penerapan Media Gambar Dalam Menciptakan Suasana Belajar Aktif Mata
Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017.”
G. Kerangka Teoritik
1. Media Gambar
a. Pengertian Media Gambar
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai
arti yang cukup penting. Karena dalam kegitan tersebut ketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media
9
sebagai perantara. Media adalah segala bentuk yang digunakan untuk
proses penyaluran informasi.6
Media juga dapat diartikan segala benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. 7
Selain itu media juga berarti alat bantu apa saja yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. 8
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga mendorong
terjadinya proses belajar pada dirinya.
Sedangkan media pembelajaran adalah sebuah alat yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi pembelajaran. Media
pembelajaran merupakan alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain,
buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide,
foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.9 Dalam pengertian ini
secara implisit menyebutkan bahwa media pembelajaran adalah
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
6 R Nuryani, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : UM Press, 2005), h. 114 –
115. 7 Ibid., h, 115. 8 Syaiful Bahri Jamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2006), h. 121. 9 Arsyad, A, Media Pembelajaran (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002) , h. 8.
10
instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
Selanjutnya media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam
beberapa jenis, yaitu :
1) Media asli hidup, seperti aquarium dengan ikan dan tumbuhannya, kebun binatang denngan semua binatang yang ada, dan sebagainya.
2) Media asli mati, misalnya awetan dalam botol 3) Media asli benda tak hidup, misalnya kereta api, pesawat terbang ,
dan mobil 4) Media asli tiruan atau model, misalnya penampang daun, model
boneka dan sebagainya. 5) Media grafis, misalnya bagan, diagram, grafik, postel plakat,
gambar, foto dan lukisan. 6) Media dengar, misalnya program radio dan pengeras suara. 7) Media pandang dengar, misalnya televisi dan video 8) Media proyeksi, misalnya slide dan tranparansi. 9) Media cetak, misalnya buku cetak, koran dan majalah.10
Selain dari itu media pembelajaran juga dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis, yaitu :
1) Media cetak, yaitu bahan yang diproduksi melalui percetakan profesional ataupun tradisional, misalnya : buku, majalah, koran, dan tulisan/bagan/gambar.
2) Media elektronik, yaitu media yang dapat dilihat dan didengar, misalnya, televisi dan video.
3) Realita, yaitu media pembelajaran yang merupakan objek nyata atau benda sesungguhnya. Misalnya: siswa dibawa kemuseum, siswa melihat langsung kebun binatang beserta binatang yang ada di dalamnya.11
Dari pengelompokan media pembelajaran oleh kedua pendapat
tersebut maka media gambar termasuk salah satu bagian dari
pengelompokan tersebut. Dalam arti media gambar merupakan media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dalam
10 Nuryani, R dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi (Malang : UM Press, 2005), h. 119. 11 Ibrahim, R dan Syaodih, N. S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta:Rineka Cipta,2003),
h.115.
11
hal ini siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar sesuai
dengan gambar yang disajikan guru.
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini
dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi
jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik,
sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar kebanyakan siswa cukup sulit memahami jika hanya
dengan metode ceramah atau mencatat. Maka media gambar sangat
diperlukan dalam proses belajar mengajar untuk memudahkan siswa
memahami dan mengerti materi yang disampaikan.
Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara
visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan atau pikiran yang
bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque
proyektor.12 Media gambar berbentuk dua dimensi karena hanya
memiliki ukuran panjang dan lebar sebagai alat berupa gambar yang
berfungsi menyampaikan materi pengajaran, yang terdiri dari foto,
lukisan/gambar dan sketsa/gambar garis.13
Media gambar umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang
mahal, dan sederhana serta praktis penggunaannnya. Media gambar
sering juga disebut media dua dimensi yaitu media yang hanya
12 Oemar hamalik, Media Pengajaran,(Jakarta : Bumi Aksara, 2001 ), h. 16. 13 A Arsyad, Media Pembelajaran, ( Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2002 ), h. 113.
12
memiliki panjang dan lebar. Media gambar telah sesuai dengan
kemajuan teknologi seperti gambar denah dan lain-lain. Selain itu
media gambar juga merupakan sebuah sarana yang sangat baik untuk
membawa situasi dunia luar kedalam ruang kelas.
Media gambar termasuk media visual. Sama dengan media
lain, yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari penerima
sumber kepenerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan
kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Supaya proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.
b. Langkah – Langkah Menggunakan Media Gambar
Adapun langkah-langkah dengan menggunakan media gambar
sebagai bagian dari pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Sebelum guru menggunakan media, guru hendaklah
terlebih dahulu mengetahui pengetahuan dan keterampilan awal
yang dimiliki para siswa sebelum mengikuti pelajaran yang
disajikan melalui media tersebut, dengan diketahuinya hal itu maka
guru memiliki kemampuan dalam menentukan secara tepat
pengembangan media yang dirancang.14
2) Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Merupakan langkah kedua dalam pemilihan media
pembelajaran yang cocok dalam pencapaian tujuan pembelajaran,
14 Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
h. 137
13
yang mana hal ini harus mengacu kepada salah satu ranah atau
gabungan dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.15
Penggunaan media dalam pengajaran hendaknya dipandang
sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan sebagai
sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah
yang dihadapi dalam proses belajar.
3) Persiapan Guru a) Mempersiapkan media yang telah ditetapkan beserta segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam penerapan media. b) Persiapan dalam keterampilan penguasaan penggunaan media,
sehingga dalam penerapannya dapat berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c) Guru hendaknya menghitung untung dan ruginya dari pemanfaatan suatu media.
d) Guru memberikan penjalasan lebih lanjut terhadap materi yang dianggap kurang jelas pada meteri yang tertuang dalam media pembelajaran.
4) Persiapan Kelas a) Mempersiapkan kelas secara kondusif, baik itu dari segi
kesiapan mental siswa menerima pelajaran dengan menggunakan media yang telah dipilih, maupun kesiapan suasana kelas dalam penerapan media pembelajaran.
b) Berikan pengarahan khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa pada materi yang akan disampaikan melalui media.
c) Arahkan mereka dengan berbagai stimulus. d) Pusatkan perhatian mereka melalui suatu komentar atau
pertanyaan pendahulu. 5) Langkah penyajian media dalam kegiatan pembelajaran
a) Media yang diberikan harus dapat memberikan dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, seperti bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi biasanya membutuhkan media agar lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.
b) Media yang digunakan mudah untuk didapatkannya dan sesuai dengan taraf berfikir siswa/ mudah digunakan. Hal ini sangat berpengaruh pada kemudahan dalam proses pembelajaran.
15 Agung Eko Purwana, dkk, Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: Lapis PGMI, 2009). Paket
7. Hal 6
14
c) Media harus dapat memfasilitasi siswa secara menyeluruh, sehingga pesan dan informasi yang akan disampaikan diterima secara merata.
d) Pesan atau informasi yang akan disampaikan melalui tidak boleh terganggu oleh elemen lain, dalam artian ada kesesuaian antara media yang digunakan dengan kesiapan suasana kelas.
e) Media yang digunakan harus mampu menstimulasi siswa untuk terfokos pada pembelajaran dan informasi atau pesan yang disampaikan dapat ditangkap secara efektif oleh siswa. 16
6) Langkah kegiatan evaluasi pembelajaran dan media a) Evaluasi pembelajaran
Evaluasi ini digunakan untuk mengukur tentang sejauh mana keberhasilan pembelajaran dapat mencapai kompotenasi minimal yang telah ditetapkan.
b) Evaluasi media Evaluasi ini digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan media dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.17
Dari paparan di atas, maka jelaslah sudah bahwa dalam
menerapkan media gambar haruslah melalui tahapan – tahapan atau
langkah- langkah, agar dalam penerapan media gambar lebih terarah
dan tidak menyimpang dari tujuan media gambar itu sendiri.
c. Fungsi Media Gambar
Pemanfaatan media pengajaran ada dalam komponen
metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi
proses intraksi guru dengan siswa dan intraksi siswa dengan
lingkungan belajarnya. Oleh karna itu fungsi utama dari media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dipergunakan
guru. Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar
adalah :
16 Arief sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005). Hal 86 17 Kasful Anwar dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP. (Bandung:
Alfabeta, 2010). Hal 129
15
1) Fungsi edukatif, artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.
2) Fungsi sosial, artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.
3) Fungsi ekonomis, artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja maksimal.
4) Fungsi politis, berpengaruh pada polotik pembangunan. 5) Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong
dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemedian yang modern. 18
d. Kelebihan dan kelemahan Media Gambar
Semua media pembelajaran mempunyai kelebihan
dan kelemahan, berikut kelebihan dan kelemahan media gambar,
yaitu :
1) Kelebihan media gambar a) Sifatnya konkrit, gambar lebih realitis menunjukkan masalah
dibandingkan dengan media verbal semata. b) Gambar dapat menngatasi batasan ruang dan waktu. Peristiwa-
peristiwa yang terjadi dimasa lampau bisa kita lihat seperti apa adanya. Gambar amat berguna dalam hal ini.
c) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. d) Gambar dapat memperjelas suatu masalah. e) Siswa mudah memahaminya. f) Bisa menampilkan gambar, grafik atau diagram. g) Bisa dipergunakan di dalam kelas, dirumah maupun dalam
perjalanan dalam kendaraan. h) Dapat dipergunakan tidak hanya untuk satu orang. i) Dapat dipergunakan untuk memberikan umpan balik
2) Kelemahan media gambar a) Gambar hanya menekankan persepsi indera mata. b) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran. c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. d) Gambar sulit dicari karena sejarah mempelajari masa lalu, dan
kejadian masa lalu sulit untuk diabadikan. e) Tidak semua kejadian masa lalu dapat dibuat gambarnya.19 f) Langkah-langkah penggunaan media gambar yaitu :
18 Oemar Hamalik, Media Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara,2001), h.18 19 AS Sadiman, dkk, Media Pendidikan ( Pengertian, Pengembangan, dan pemanfaatannya
), (Jakarta : Pustekom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada,2002 ), h. 29 - 30
16
(1) Guru menggunakan gambar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa.
(2) Guru memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas (3) Guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan
gambar (4) Guru mengarahkan perhatian siswa pada sebuah gambar
sambil mengajukan pertanyaan kepada siswa secara satu persatu
(5) Guru memberikan tugas kepada siswa.20
Dalam penerapan media gambar tentunya memiliki kelebihan
dan kekurangan, meski memiliki kekurangan, media gambar tetap bisa
diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum peneliti menguraikan tentang pengertian motivasi,
terlebih dahulu peneliti akan memberikan definisi tentang motivasi itu
sendiri. Mengenai batasan atau definisi motivasi sudah diberikan oleh
para ahli dan mereka mempertahankan pendapatnya berdasarkan
argumentasi masing-masing. Meskipun demikian inti pokok pengertian
tidak banyak berbeda.
Sehubungan dengan itu maka untuk memperoleh gambaran
tentang pengertian motivasi, berikut ini peneliti akan mengemukakan
pendapat Sardiman bahwa ”Motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan
20 R. Angkowo Kosasih, Optimalisasi Media Pembelajaran,(Jakarta : Grasindo,2007), h.11
17
ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha
untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu” 21.
Dari pendapat di atas, bahwa motivasi adalah upaya mencapai
suatu tujuan tertentu harus disiapkan kondisi-kondisi sedemikian rupa
sehingga individu yang bersangkutan tertarik dan akhirnya terdorong
untuk melakukannya. Dengan kata lain agar seseorang dapat terdorong
untuk melakukan sesuatu harus diciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga dapat menarik minatnya.Sedangkan Nasution mengatakan
bahwa ”motivasi adalah segala daya mendorong untuk bertindak
melakukan sesuatu.”22
Selanjutnya dalam buku Psikilogi Pendidikan dijelaskan bahwa
”motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau
memberikan dorongan kepada mahkluk untuk bertingkah laku
mencapai tujuan yang ditimbulkan oelh motivasi tersebut.”23
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, motivasi diartikan
sebagai serangkaian kondisi atau keadaan yang mengakibatkan adanya
suatu dorongan kepada mahkluk untuk bertingkah laku mencapai suatu
tujuan tertentu.
Dari pengertian motivasi yang telah diuraikan di atas, lalu
bagaimana guru memotivasi siswanya. Guru adalah pendidik
profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
21 M. Sardiman A, Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers,
2004), h.75 22 S. Nasution, Dedaktik Azas-azas Pengajaran,(Jakarta : Bumi Aksara,1995), h.73 23 Soemanto Wasti, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2004). h.193
18
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul dipundak orang tua. Mereka ini tak hanya menyerahkan
anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung
jawab pendidikan anaknya kepada guru. Untuk itu, tugas guru khusus
guru agama Islam bukan hanya mengajar tetapi juga membina
termasuk memotivasi anak dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu,
titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan
minat atau memotivasi anak didik karena rangsangan tersebut
membawa kepada senangnya anak didik terhadap pelajaran, dan
meningkatkan semangat mereka, serta meningkatnya kepentingan mata
pelajaran bagi mereka, di samping perasaan mereka bahwa mereka
mendapat manfaat dari pekerjaan dan kegiatan mereka dengan
sungguh-sungguh.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa
hasrat dan keinginan berhasil mendorong kebutuhan belajar, harapan
akan cita – cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan
oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.24
24 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.23
19
b. Macam-macam Motivasi belajar
Dengan adanya motivasi dari guru bagi siswa yang
ingin mendapat motivasi tentunya semakin ingin berbuat seperti
halnya ingin belajar. Bila anak mempunyai motivasi yang kuat
untuk belajar, maka ia akan berusaha agar dapat belajar dengan
sebaik-baiknya. Motivasi ini akan cukup kuat bila anak atau
individu mempunyai kesadaran akan makna serta tujuan dari
perbuatan itu. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dibutuhkan berbagai macam motivasi.
Woodword dan Marquis membagi macam- macam motivasi
menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.
2) Motif-motif Darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan untuk memburu. Jelasnya motif jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
3) Motif-motif obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karna dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.25
c. Tujuan Guru Memotivasi Siswa Dalam Belajar
Sebagaimana diketahui bahwa perbuatan belajar mengandung
suatu pengertian bahwa dalam individu yang belajar terjadi perubahan
tingkah laku setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya
berdasarkan pengalaman dan latihan-latihan yang pernah dialami. Hal
25M. Sardiman A, Intraksi dan Motivasi, h.87-88.
20
ini berarti bahwa kegiatan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang dalam garis besarnya dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari
luar (faktor ekstern) dan faktor dari diri sendiri (faktor intern).
Salah satu faktor yang penting dalam perbuatan belajar adalah
motivasi, baik motivasi dari dalam individu sendiri, karena yang
bersangkutan merasa berkepentingan terhadap perbuatan belajar,
maupun dengan adanya dorongan dari luar sehingga individu ang
bersangkutan bergerak untuk melakukan belajar. Sehubungn dengan
itu Sardiman mengatakan bahwa ”proses belajar itu, akan berjalan
lancar kalau disertai dengan minat atau motivasi belajar.”26
Dari pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan
belajar efektif atau berhasil apabila adanya motivasi belajar yang kuat
dan cukup mendorong individu dalam usaha belajar. Motivasi belajar
anak perlu digiatkan atau diberikan dorongan dengan mengarahkan
segala potensi yang ada pada diri anak-anak yang bersangkutan
sehingga motivasi tersebut dapat dimanifestasikan menjadi suatu
tujuan tertentu. Salah satu usaha untuk meningkatkan motivasi belajar
anak adalah keterlibatan guru agama islamdalam usaha memotivasi
anak, sehingga anak akan bergairah dalam meningkatkan prestasinya.
Oleh karana itu, guru mempunyai tugas yang manusiawi, yaitu dimana
seorang anak didik yang mulanya belum tahu akan menjadi tahu atau
dari hal yang belum mengerti akan menjadi hal yang dimengerti.
26 Ibid., h.93
21
Selain itu motivasi belajar adalah untuk mendorong internal
dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tngkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau
unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Maka dari itu tujuan akan dapat
dicapai apabila memiliki indikator sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita – cita masa dan kebutuhan dalam belajar 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.27
Sedangkan Menurut Bimo Walgito mengatakan bahwa tujuan
guru memotivasi siswa adalah ”Dengan memotivasi siswa merasa
dirinya sangat diperhatikan oleh guru sehingga hubungan dengan guru
merasa sama dengan hubungannya dengan orang tuanya sendiri,
sehingga bisa membangkitkan kegairahan belajar.” 28
Kemudian ahli lain mengatakan bahwa guru memotivasi siswa
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1) Hubungan antara siswa dengan guru sangat harmonis seperti anak dengan orang tua.
2) Siswa merasa dirinya sangat diperhatikan oleh guru, sehingga gairah belaajar semakin maju.
3) Prestasi siswa dapat meningkatkan semangat siswa yang lain terutama kemauan belajar. 29
27 Hamzah, Teori Motivasi Pengukuran, h.23 28 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004),
h.38 29 Haryosaputro, Analisa Pendidikan,(Jakarta : Rineka Cipta. 2004), h..27
22
Menurut S. Nasution di dalam bukunya Didaktik Azas-azas
Mengajar dikatakan bahwa motivasi mempunyai tiga tujuan yakni :
1) Serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampaikan perbuatan Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang -perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.30
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa memotivasi siswa sangat bermanfaat bagi kebutuhan
gurumaupun kebutuhan siswa itu sendiri, karena hal ini dapat
berpengaruh pada semangat belajar, sehingga untuk meraih prestasi
yang lebih tidak terlalu sulit. Begitu juga bagi guru agama Islam
apabila siswa sudah berhasil, maka guru itupun dapat dikatakan pula
sudah berhasil, sebab pedoman atau tolak ukur untuk keberhasilan
guru dapat diukur dari keberhasilan siswqa itu sendiri.
Dengan adanya motivasi dari guru bagi siswa yang ingin
mendapat motivasi tentunya semakin ingin berbuat sepwrti hal ingin
belajar. Bila anak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar maka
ia akan berusaha agar ia dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Motivasi
ini akan cukup kuat bila anak atau individu mempunyai kesadaran
akan makna serta tujuan dari perbuatan itu. Dengan memotivasi ini
akan berpengaruh pada prestasi belajar anak.
30 Nasution S, Didaktik Azas-azas Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara,1995), h. 38
23
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan guru
memotivasi siswa dalam belajar yaitu mendorong, membanagkitkan
minat dan semangat belajarnya atau denagan kata lain membawa pada
senangnya anak didik pada pelajaran sehingga anak mendapat
penghargaan atau hadiah dari guru atau sekolahnya.
d. Indikator Motivasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui apakah peserta didik telah termotivasi, dapat
dilihat indikator pada peserta didik itu sendiri sebagaimana diungkap
oleh Hamzah B Uno dalam bukunya Teori Motivasi dan
Pengukurannya sebagai berikut :
1) Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil Yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari „‟dalam‟‟ diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya.
2) Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa „‟keberhasilan‟‟ anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
24
3) Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.
4) Adanya Penghargaan Dalam Belajar Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti „‟bagus‟‟, „‟hebat‟‟ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.
5) Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.
6) Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.31
e. Cara-cara Guru Memotivasi Siswa
Beberapa cara motivasi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran sebagai berikut:
1) Pernyataan penghargaan secara verbal.
31 Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), h. 34-35
25
2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. 3) Menimbulkan rasa ingin tahu. 4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. 5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. 6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam
belajar. 7) Gunakan kaitan yanb unik dam tak terduga untuk menerapkan
suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami. 8) Menuntut siswa untuk menggunakan hal – hal yang telah
dipelajari sebelumnya. 9) Menggunakan simulasi dan permainan. 10) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan
kemahirnya di depan umum. 11) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan
siswa dalam kegiatan belaar. 12) Membuat persaingan yang sehat diantara para siswa.32
Dalam buku Analisa Pendidikan yang dikarang oleh
Haryosaputro mengatakan bahwa peranan yang dilaksanakan oleh guru
dalam memotivasi siswa adalah :
1) Membina dan mengarahkan serta memberi motivasi agar siswa rajin belajar.
2) Berusaha menambah pengetahuan untuk dirinya sendiri, baik yang berhubungan denag profesinya agar siswa memiliki pengeetahuan yang lebih dalam.
3) Mengusahakan tercapainya suatu suasana proses belajar mengajar sehingga dapat mendorong siswa menjadi rajin belajar.
4) Melatih siswa untuk saling membantu dalam kegiatan belajar, baik secara perorangan maupun secara kelompok.33
Kemudian pendapat lain untuk menimbulkan minat anak agar
giat belajar adalah ”sangat penting, karena apabila minat kerja kurang,
maka akan menyebabkan para siswa mengalami kesulitan belajar. Oleh
karena itu, sangat memerlukan suatu motivasi yang dapat menarik
minatnya.”34
32 Hamzah, Teori Motivasi & Pengukurannya, h.37 33 Haryosaputro, Analisa Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,2004), h.27 34 Ibid. h.28
26
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa cara guru
untuk memotivasi siswa yaitu membina dan mengarahkan para siswa
dengan melalui berbagai macam kegiatan yang dapat menarik
perhatiannya, termasuk memberikan pujian atau hadiah pada siswa
yang berprestasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Wayan Nurkancana
bahwa ”aspek-aspek motivasi yang perlu diberikan pada siswa banyak
sekali jenisnya, tetapi yang terpenting adalah pujian, hukuman, hadiah,
dan perhatian.”35
Untuk lebih jelasnya mengenai aspek-aspek di atas, dapat
diuraikan sebagai beikut :
1) Pujian
Pujian adalah bentuk reiforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya
pujian itu merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan
pujian yang tepat akan dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus
akan membangkitkan harga diri. Sebagai contoh bagi orang tua
yang mengetahui anaknya yang sedang belajar sambil
menghampirinya berkata mmang kau anak yang tekun belajardan
pandai, mudah-mudahan kelak menjadi orang yang berguna bagi
nusa dan bangsa.
35 Wayan Nurkencana, Evaluasi Pendidikan,(Surabaya: Usaha Nasional Cipta,1986), h.72
27
Selanjutnya dalam buku Didakti Azas-azas mengajar
dikatakan bahwa ”pujian sebagai akibat pekerjaan yang
diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik. Pujian
yang tak beralasan dan karuan serta terlampau sering sering
diberikan hilang artinya. Dalam percobaan-percobaan ternyata
bahwa pujian lebih bermanfaat dari pada hukuman atau celaan.”36
Jadi menurut pendapat di atas, tidak sembarang pujian
dapat merupakan motivasi. Agar pujian tersebut dapat merupakan
motivasi maka pemberiannya harus tepat. Sesuai dengan di atas,
ternyata pujian baru akan bermakna sebagai motivasi apabila
diberikan pada saat yang tepat, dan sebaliknya pujian akan dapat
berakibat buruk apabila pujian itu diberikan secara sembarangan.
Dalam konteks ini, pada penerapan media gambar, ketika
guru PAI menjelaskan dan jika ada pertanyaan atau saat peserta
didik disuruh maju kedepan mewakili temannya yang lain, maka
saat itulah pujian diberikan, sebagai bentuk penghargaan dan
bentuk dari memotivasi peserta didik agar lebih baik lagi.
2) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijaksana dapat menjadi suatu motivasi.
Menurut Amir Dalen Indra Kusuma dalam bukunya Pengantar
Pendidikan mengatakan bahwa :
36 Nasution S, Didaktik Azas-azas, h.84
28
Hukuman, biarpun merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong atau untuk mempergiat belajarnya murid. Murid yang pernah mendapat hukuman oleh karna kelalaian tidak menegerjakan suatu tugas, maka ia akan berusaha untuk tidak memperoleh hukuman belajarnya, agar terhindari dari bahaya hukuman. Hal ini bererti bahwa ia didorong oleh untuk selalu belajar”37 Jadi menurut di atas, hukuman baik ditinjau dari fungsinya
sebagai alat pendidikan maupun sebagai alat motivasi, kedua-
duanya mempunyai nilai positif dalam proses pelaksanaan
pendidikan.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan media gambar,
hukuman juga diperlukan manakala peserta didik kurang
memperhatikan atau kerap kali membuat kegaduhan disaat suasana
belajar. Hukuman yang diberikanpun mengarahkan peserta didik
untuk lebih memperhatikan pelajaran yang ada. Misalnya peserta
didik disuruh mengulang atau sekedar menjelaskan
sepengetahuannya terkait materi yang sedang diajarkan. Maka
dengan demikian peserta didik akan lebih memperhatikan kembali
pelajaran. Inilah yang dimaknai hukuman sebagai bentuk motivasi.
3) Hadiah
Hadiah adalah merupakan suatu alat pendidikan yang bersifat
positif yang juga merupakan alat motivasi. Sebab hadiah yang
diberikan kepada anak secara tepat dapat mendorong anak untuk
belajar lebih baik dan lebih giat lagi.
37 Amir Dalen Indra Kusuma, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta,1973),165
29
Selanjutnya dijelaskan dalam buku Pengantar Ilmu
Pendidikan dikatakan bahwa :
Pemberian hadiah ini adalah sering mendatangkan pengaruh yang negatif pada belajar murid. Yaitu bahwa hadiah itu lalu menjadi tujuan dari belajar anak. Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar untk mendapatkan hadiah. Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak tercapai, maka anak akan kendur belajarnya. Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang ini jangan sering dilakukan. Dari hadiah berupa barang ini jika dianggap memang erlu dan pilihlah pada saat yang tepat.38
Yang dimaksud dengan pendapat di atas ialah pemberian
hadiah berupa barang harus dilaksanakan pada saat yang tepat.
Sebab pemberian hadiah yang dilaksanakan secara sembarangan
akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak.
Sebagai contoh bagi anak-anak yang selalu diberi hadiah
setiap saat melakukan kegiatan, maka lama kelamaan mereka akan
melakukan kegiatan hanya semata-mata karena ingin mendapatkan
hadiah. Dan apabila hadiah yang diharapkan tidak dapat terpenuhi
maka anak yang bersangkutan akan timbul perasaan kecewa, yang
akhirnya mereka akan malas melakukan kegiatan-kegiatan lagi
sebagai akibat dari hadiah yang diharapkan tidak daat terpenuhi.
Adapun dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar dijelaskan bahwa ”hadiah dapat juga dikatakan sebagai
motivasi tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu
38Ibid,h. 160
30
pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak
senang dan berbakat untuk pekerjaan” 39
Jadi berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan
bahwa hadiah sanagat berpengauh terhadap motivasi anak, tetapi
pemberian hadiah juga dapat mendatangkan pengauh negatif pada
belajar anak-anak apabila hadiah tersebut lalu dijadikan tujuan
untuk belajar. Oleh karena itu, pemberian hadiah harus dilakukan
secara tepat, begitupun kaitannya dalam media gambar, pemberian
hadiah hanya dilakukan pada moment tertentu saja, misalnya
menjelang tahun ajaran baru.
4) Perhatian
Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama harus
menyadari kewajibannya sekaligus menyadari tanggung jawabnya,
yaitu mendidik dan memberikan bimbingan anaknya dalam belajar.
Adanya tanggung jawab yang dilaksanakan dengan penuh
perhatian, maka orang tua yang bersangkutan akan mendorong
untuk melaksnakan dalah satu tugasnya yang utama untuk
tercapainya suatu cita-cita tersebut, maka orang tua tentu
mencurahkan perhatiannya kepada anaknya untuk memberikan
dorongan atau moivasi dalam belajar.
Dalam buku Psikologi Umum dikatakan bahwa ”adanya
kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian
39 Sardiman AM. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers,
2004),h.91
31
terhadap obyek tertentu. Kebutuhan merupakan dorongan,
sedangkan dorongan itu mempunyai tujuan yang harus dicurahkan
kepadanya. Dengan demikian tercapainya suatu tujuan, di samping
perhatian juga perasaan dan kemauan memberikan dorongan yang
tidak sedikit pengeruhnya” 40
Jadi menurut pendapat di atas, perhatian adalah merupakan
suatu dorongan yang tidak sdikit pengaruhnya dalam usaha untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk selanjutnya sebagai orang tua dalam
memberikan perhatian kepada anak-anaknya sehubungan
pelaksanaan proses belajar dapat dimanifestasikan berupa
mengatur waktu belajar (penjadwalan kegiatan di rumah) secara
teratur, berusaha memenuhi kebutuhan berupa peralatan belajar
yang diperlukan, dan menyisihkan wakktu untuk kepentingan
anak-anaknya misalnya rekreasi bersama dan lain-lain.
Selanjutnya dalam buku Diagnosa dan Kesulitan belajar
dijelaskan bahwa :
”Cara orang tua dalam mendidik anak-anaknya dapat merupakan sebab dari pada kegagalan anak dalam belajarnya, misalnya orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan anak anaknya.mereka acuh tak acuh akan kemajuan belajar anak-anaknya, bahkan mereka tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan atau kebutuhan-kebutuhan anak pada umumnya. Anak tidak diatur waktu belajarnya, mungkin kebutuhan tidak memperhatikan apakah tidak dilengkapi orang tua, tidak memperhatikan apakah anak-anaknya mau belajar atau tidak. Hal ini dapat terjadi bila kedua orang tua terlalu sibuk dalam pekerjaan mereka
40 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),h. 101
32
atau orang tua itu memang sibuk dalam pekerjaan mereka atau orang tua itu memang tidak mencintai anak-anaknya” 41.
Jadi menurut pendapat di atas, bahwa tidak adanya
perhatian dari orang tua disengaja karena tidak mencintai anak-
anaknya maupun karena sesuatu hal sehingga orang tua tidak
sempat meluangkan waktunya untuk kepentingan anak-anaknya
dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan belajar anak-anak
mereka.
Jika melirik lebih jauh, perhatian orangtua dirumah tentu
akan sangat berpengaruh pada anak di sekolah, begitupun juga
pada mata pelajaran PAI, khususnya pada penerapan media
gambar, secara tidak langsung akan memberikan dampak pada
prilaku anak di kelas. Jadi orangtua sangat penting perannya dalam
memotivasi anaknya.
3. Konsep Pembelajaran PAI
a. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran menurut Oemar Hamalik: “sebagai suatu kombinasi
yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran”.42
Kegiatan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta didik,
41 Sunartana PPN, Penelitian Tentang Kesulitan Belajar Mahasisw, (FIF Universitas
Udayana, 2004) ,h.32 42 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 57.
33
yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi,
juga sekaligus untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga
membentuk kesalehan sosial. Menurut Zakiyah Darajdat yang dikutip
oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu
menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”. 43 Sedangkan Tayar
Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai “usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan,
dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia
bertakwa kepada Allah”.44
Dari pengertian dapat diketahui bahwasannya dalam penyampaian
PAI maupun menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara
sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru untuk untuk meyakini
akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami, dihayati
dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan, akan tetapi disitu juga
dituntut untuk menghormati agama lain.
Sedangkan dalam buku “Ilmu pendidikan Islam” yang ditulis M.
Arifin dikatakan Pendidikan Agama Islam adalah:
Sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak
43 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 130 44 Ibid., h. 130
34
kepribadiannya. Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam. 45 Pengertian Pendidikan Agama Islam dengan sendirinya adalah
suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hambah Allah. Pendidikan Islam pada khususnya
yang bersumberkan nilai-nilai tersebut juga mengembangkan
kemampuan berilmu pengetahuan. Sejalan dengan nilai-nilai Islam
yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara
pedagogis kematangan yang mengutungkan.
Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut
Muhaimin adalah “suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar,
butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-
menerus mempelajari agama Islam, baik untuk mengetahui bagaimana
cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai
pengetahuan.”46
Dengan demikian pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai
upaya membuat peserta didik dapat belajar, terdorong belajar, mau
belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari apa yang
teraktualisasikan dalam kurikulum agama Islam sebagai kebutuhan
peserta didik secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa
perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang baik dalam
kognitif, efektif dan psikomotorik.
45M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 13 46 Muhaimin, Peradigma Pendidikan Islam, h.183.
35
Pemaknaan pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan
bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan
ajaran Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menjadi insan kamil. Untuk itu penanaman Pembelajaran PAI sangat
penting dalam membentuk dan mendasari peserta didik.Dengan
penanaman pembelajaran PAI sejak dini diharapkan mampu
membentuk pribadi yang kokoh, kuat dan mandiri untuk berpedoman
pada agama Islam.
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu, fungsi dasar
adalah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan akan
sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara
mempunyai dasar pendidikan sendiri. Ia merupakan pencerminan dari
falsafah hidup suatu bangsa disusun.47
Setiap usaha pendidikan sangat memerlukan dasar sebagai
landasan berpijak dam penentuan materi, interaksi, inovasi, dan cita-
citanya. Oleh karena itu seluruh aktivitas pendidikan meliputi
penyusunan konsep teoritis dan pelaksanaan operasionalnya harus
memiliki dasar yang kokoh.48 Dasar pendidikan akan menjadi suatu
pendidikan terarah pada tujuan yang jelas.
47 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,1994), hlm. 12 48 Ruswan Toyib, (eds), Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1999), hlm. 39
36
Dasar pendidikan agama Islam yaitu al-Qur‟an sebagai wahyu
Tuhan yang disampaikan kepada manusia dengan perantara Nabi
Muhammad SAW membawa pengajaran dan pendidikan. Ayat al-
Qur‟an yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. An-Nahl ayat 125:
…
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah da pelajaran yang baik dan bantah lah mereka dengan cara yang baik…”(QS. an-Nahl: 125).49
Dalam ayat di atas dijelaskan tentang peristiwa pendidikan dan
pengajaran, yaitu mengajar dengan menggunakan metode yang
dibicarakan dalam materi. Maka memberi pengajaran harus dengan
bijaksana, baik mengenai pemilihan bahan, metode, maupun media
yang akan digunakan sesuai dengan kemampuan orang yang belajar.
c. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Didik
Setiap peserta didi yang baru lahir adalah makhluk Allah swt yang
tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat
melangsungkan hidupnya di dunia ini. Maha bijaksana Allah SWT
yang telah menganugrahkan rasa kasih saying kepada semua ibu dan
bapak untuk memelihara anaknya dengan baik tampa mengharapkan
imbalan.
49 Departemen Agama Republik Indonesia , al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.
Indah press, 1996), hlm. 421
37
Setiap anak lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, tetapi dia
anugrahi oleh Allah SWT pancaindra, pikiran, dan rasa sebagai modal
untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilandan
mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar
terlebih dahulu. Mengenai pentingnya belajar menurut A. R. Shaleh
dan Soependi Soeryadinata sebagaimana dikutip oleh Zakiah Drajat
bahwa “anak manusia tumbuh dan berkembang, baik pikiran, rasa,
kemauan, sikap dan tingkah lakunya. Dengan demikian sangat pital
adanya faktor belajar.”50
Jadi Pendidikan Agama Islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan
bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah
agama peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai
dengan ajaran agama.
Oleh karena itu masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah
satu pokok ajaran Islam yang harus diutamakan dalam Pendidikan
Agama Islam untuk ditanamkan atau diajarkan kepada peserta didik.
Dengan melihat arti pendidikan Islam itu, jelaslah bahwa dengan
pendidikan Islam selalu berusaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian kuat dan baik berdasarkan pada ajaran agama Islam.
Dengan demikian, pendidikan Islam sangat penting sebab dengan
pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar
memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan
50 Zakiyah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), h. 63.
38
jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang
utama yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana menurut
pendapat Zakiyah Drajat bahwa: “pada umumnya agama seseorang
ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya
sejak sejak kecil”. 51
Oleh karena itu dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan nasional,
Pendidikan Agama Islam di sekolah memegang peranan yang sangat
penting dalam mengolah potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang
bersifat deskriptif kualitatif atau pendekatan kualitatif. Dalam hal ini
Sudarwan Danim mendefinisan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan
penelitian kualitatif deskriptif adalah proses studi atau investigasi
mendalam (groundwork) yang esensial (penting) bagi studi–studi yang
berfokus pada penjelasan, prediksi, dan control fenomena.52
Jadi, penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
memiliki sifat atau karakteristik bahwa data yang diperoleh dinyatakan
dalam keadaan sewajarnya, sebagaimana adanya (natural setting). Dengan
51 Ibid., h. 64. 52 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatfi (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 70.
39
demikian, metode deskriptif dapat dikatakan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
objek penelitian berdasarkan fakta–fakta yang tampak sebagaimana
adanaya.
Metode ini digunakan karena peneliti merasa bahwa ada
kesesuaian antara permasalahan yang dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini. Peneliti akan membahas dan menggambarkan
keadaan yang berkaitan dengan penerapan media gambar dalam
meningkatakan motivasi belajar pada siswa kelas VII di SMP 3 Mataram
tahun pelajaran 2016/2017 sebagai objek penelitian sesuai dengan
kenyataan sebenarnya yang ditemui di lapangan.
2. Kehadiran Peneliti
Dari penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, maka dengan sendirinya
kehadiran peneliti mutlak diperluakan,karena peneliti berfungsi sebagai
instrument kunci dan sekaligus pengumpul data. Sebagaimana dikatakan
oleh Lexy J, Meleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksanan pengumpulan
data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelopor dari hasil
penelitiannya.53 Penelitian kualitatif berusaha berinteraksi dengan subjek
penelitian secara alamiah. Mengingat latar belakang alamiah, maka
lingkungan alamiah sebagai sumber data berlangsung.
53 Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4.
40
Kehadiran peneliti adalah untuk mencari dan mengumpulkan data
yang akurat, valid, detail dan dapat dipertanggungjawabkan dengan
terfokus pada permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Peneliti
dalam mengumpulkan data dapat menggunkan cara observasi, interview
(wawancara).
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SMP 3 Mataram, Jalan Niaga 1 No 39
Ampenan Keluarahan Ampenan Tengah Kecamatan Ampnena Kota
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon
atau menjawab pertanyaan–pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
maupun lisan.54
Untuk mendapatkan data dan informasi yang objektif, akurat, serta
meyakinkan yang berkaitan dengan penerapan media gambar untuk
meningkatkan motivasi belajar, peneliti akan memperoleh data dari
sumber sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah SMP 3 Mataram
b. Guru bidang studi Pendidikan Agama Islam
c. Siswa dan Siswi SMP 3 Mataram
54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), h. 102.
41
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti menggunkan teknik
Field Research (Penelitian Lapangan), seperti observasi (pengamatan),
interview (wawancara) dan dokumentasi.
a. Observasi (Pengamatan)
Metode observasi adalah studi yang sengaja dan sistemastis
tentang fenomena – fenomena sosial dan gejala – gejala alam dengan
jalan pengamatan dan pencatatan. Di dalam pengertian psikologi,
observasi (pengamatan) meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera, baik itu melalui
pengalihan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Dalam
artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tesm kuisioner,
rekaman gambar maupun rekaman suara.55 Secara garis besar, dalam
penelitian ini peneliti sebagai partisipan, artinya bahwa peneliti
merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya,
sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi tersebut dalam
kewajarannya.56 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
penerapan media gambar untuk meningkatkan motivasi siswa pada
SMP 3 Mataram di kelas VII.
b. Interview (wawancara)
Metode interview merupakan suatu percakapan, tanya jawab
lisan antara dua orang atau lebih yang berhadapan secara fisik dan
55 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 128. 56 S. Nasution, Metode Resarch Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 107
42
diarahkan pada suatu masalah tertentu. Interview (wawancara) dapat
dikatakan pula sebagai bentuk komunikasi verbal semacam percakapan
yang bertujuan untuk memperoleh informasi.57 Wawancara dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.58
Ditinjau dari pelaksanaannya, peneliti menggunakan model
interview bebas terpimpin, yang merupakan kombinasi antara
interview bebas dan interview terpimpin, dimana pewawancara bebas
menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan
dikumpulkan dengan membawa sederetan pertanyaan serta berupaya
untuk menciptakan suasana santai tetapi tetap serius dan sunguh –
sungguh. 59 Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai penerapan media gambar daalam meningkatkan motivasi
siswa pada SMP 3 Mataram yang bersumber dari guru PAI dan siswa
kelas VII.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang –
barang tertulis. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai
teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal – hal
atau variable yang berupa transkip, buku – buku, majalah, dokumen,
57Ibid., h. 113. 58 Lexy, Metodologi Penelitian, h. 286 59 Suharsimi, Prosedur Penelitian, h. 128.
43
surat kabar, prasasti, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.60
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang
SMP 3 Mataram, yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi misi
dan tujuan, struktur organisasi, keadaan pendidik, keadaan peserta
didik serta keadaan sarana dan prasarana yang tersedia.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengalisa
data – data yang diperoleh dari penelitian. Peneliti harus memastiakn pola
analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistic ataukan
analisis non – statistik. Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang
dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan anaslisis non –
statistik sesuai untuk data deskriptif atau data terxtural yang tidak
diwujudkan dalam bentuk angka.
Dalam penerapannya, metode deskriptif ini melalui beberapa
tahapan, yaitu identifikasi, klasifikasi kemudian diinterpretsikan. Dalam
hal ini, peneliti akan terjun langsung di lapangan dan mengalami situasi
yang terjadi selama proses pemebelajaran berlangsung, berkaitan dengan
penerapan media gambar untuk meningkatkan motivasi siswa pada SMP 3
Mataram. Disamping itu juga dilakukan beberapa kali dalam pengumpulan
data, dimana semua data yang telah diperoleh di lapangan,dibaca,
dipahami, kemudian dibuat ringkasannya. Setelah data terkumpul,
kemuadian data dianalisis lebih lanjut secara intensif. Maka, dengan
60Ibid., h. 131.
44
menggunakan metode deskriptif kualitatif ini, penulis dapat menyajikan
data yang ada, baik dengan informasi maupun analisis tanpa perlu
merumuskan hipostesis.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengambilan data – data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu,
tahap pendahuluan, tahap penyariangan dan tahap melengkapi data yang
masih kurang. Dari ketiga tahapan itu, untuk pengecekan keabsahan data
banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat
data yang tidak relevan dan kurang memadai maka dilakukan penyaringan
data sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar
validitas yang tinggi.
Moleong berpendapat bahwa, dalam penelitian diperlukan suatu
pemeriksaan keabsahan data.61Sedangkan untuk memperoleh keabsahan
temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai
berikut:
a. Presistent Observation (Kekuatan Pengamatan) yaitu mengadakan
observasi secara terus – menerus terhadap objek penelitian guna
memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang
sedang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam hal ini peneliti
mengamati secara keseluruhan ataupun secara individu. Hal tersebut
dilakukan agar lebih mendalam dan lebih mengetahui gejala – gejala
yang timbul. Terkadang peneliti mengajak peserta didik untuk berbica
61 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 324.
45
berdua saja namun dengan cara yang santai, sehingga peserta didik
tidak merasa bahwa dirinya sedang diamati. Setelah melakukan
pengamatan cukup seksama terhadap objek yang sedang diteliti,
barulah dilakukan penanganan secara berkala dan pendekatan yang
lebih intensif.
b. Triangualasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data. Menurut Moleong bahwa
triangulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian”62 Adapun triangulasi yaitu :
1) Triangulasi Sumber Data (Data Triangulation) Peneliti menggunakan berbagai jenis sumber data dan bukti dari situasi yang berbeda. Ada 3 sub jenis yaitu orang, waktu dan ruang: a) Orang, data-data dikumpulkan dari orang-orang berbeda yang
melakukan aktivitas sama. b) Waktu, data-data dikumpulkan pada waktu yang berbeda. c) Ruang, data-data dikumpulkan di tempat yang berbeda. Bentuk paling kompleks triangulasi data yaitu menggabungkan beberapa sub-tipe atau semua level analisis. Jika data-data konsisten, maka validitas ditegakkan.
2) Triangulasi Teori (Theory Triangulation) Penggunaan berbagai perspektif untuk menafsirkan sebuah set data. Penggunaan beragam teori dapat membantu memberikan pemahaman yang lebih baik saat memahami data. Jika beragam teori menghasilkan kesimpulan analisis sama, maka validitas ditegakkan.
3) Triangulasi Metodologi (Methodological Triangulation) Pemeriksaan konsistensi temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan data yang berbeda seperti penggabungan metode
62 Ibid., h. 330
46
kualitatif dengan data kuantitatif atau melengkapi data wawancara dengan data observasi.63
Dapat difahami bahwa triangulasi dengan sumber artinya
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka
ditempuh langkah sebagai berikut :
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.64
Karena itulah pada penelitian ini, triangulasi merupakan salah
satu bagian terpenting dalam pengabsahan data, sebab triangulasi akan
membuat data yang telah dikumpulkan menjadi lebih otentik dan lebh
akurat.
63 Tutorial Penelitian, “Triangulasi dan Validasi Penelitian Kualitatif” dalam
http://tu.laporanpenelitian.com diambil pada tanggal 19 April 2017 pukul 21.24 WITA 64 Dunia Penelitian , “Pengertian Teknis Triangulasi” dalam http://dunia-
penelitian.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-teknik-triangulasi.html diambil pada tanggal 13 November 2017 pukul 21.27 WITA.
47
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Untuk memperoleh data dan gambaran umum lokasi penilitian, pada bagian
ini peniliti akan membahas tentang hal-hal berkaitan dengan lokasi penilitian. Hal-
hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
A. Gambaran Umum SMPN 3 Mataram
1. Sejarah Berdirinya SMPN 3 Mataram65
Sejarah SMP 3 Mataram atau dikenal sebagai SMP Dollar
merupakan salah satu sekolah tertua di NTB, berdiri sekitar tahun 1940an,
ketika itu koloni membentuk satu badan yang terkosentrasi dibidang
pendidikan. Tujuannya ialah untuk mengembangkan sarana pendidikan
untuk masyarakat di Ampenan khususnya dan masyarakat sekitar pada
umumnya. Sekitar bulan Mei tahun 1940an, pemetaan dan proses
pembangunan pusat pendidikan mulai di bangun. Proses pembangunan
saat itu terbilang cukup cepat, dalam kurun waktu 2 tahun 37 hari
pembangunan dapat terselsaikan dan bisa gunakan untuk umum.
Setelah melalui segala proses, berdirilah bangunan kokoh bernama
"Chung Hua School" pada mulanya tahun 1943. Mengapa diberi nama
demikian ? Agar pergerakan kolonian jepang tidak terdeteksi oleh pihak
tentara Nasional pada saat itu. Nama tersebut dipilih, karena banyaknya
warga ethnis thionghoa yang bertempat tinggal dan berdomisili di
Ampenan, sehingga pemilahan nama saat itu disesuaikan dengan keadaan.
65 Buku Profil SMPN 3 Mataram, dikutip tanggal 07 November 2017
47
48
Khusus bagi warga/Masyarakat Ampenan, biaya sekolah pada saat
itu di beri potongan sebesar 70%, kegiatan proses belajar saat itu
berlangsung lama hingga pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945. Para pelajar yang bersekolah pada waktu itu cukup beragam. Mulai
dari warga sekitar, etnis thionghoa, arab, melayu dan bugis.
Pada Akhir tahun 1950an, Chung Hua School pun berganti nama
menjadi SMOA (Sekolah Menengah Olahraga Atas). Pada tahun inilah,
SMOA Atau Chung Hua lebih di kenal dengan sekolah dollar. Kenapa
lebih dikenal dengan dollar? karena waktu itu merupakan alih transisi mata
uang dari sen ke rupiah. Karena sekolah ini memiliki siswa yang beragam
maka di SMOA peredaran uang sangatlah beragam, karena itulah dikenal
dengan sekolah dollar.
Pada tahun 1970an, SMOA menjadi berubah nama lagi menjadi
SGO (Sekolah Guru Olahraga). Keberadaan SGO sendiri bisa dibilang
singkat. Karena pada waktu itu pembangunan fasilitas gedung sekolah
terus berjalan. SGO pun berpindah ke daerah seganteng (Sekarang SBI)
dan bangunan SGO sempat berganti nama menjadi MMP (Madrasah
Menengah Pertama). Tahun 1981, MMP juga bernasib sama seperti SGO,
berganti nama menjadi SMP Ampenan (SMP 3 Mataram), dan pada
akhirnya, tahun 1992, SMP ini menyandang gelar menjadi Sekolah
Menengah Negeri Pertama dan di susul Oleh SMP 1 Mataram.
SMP Negeri (SMPN) 3 Mataram, merupakan salah satu Sekolah
Menengah Pertama Negeri yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat -
49
Indonesia. Sama dengan SMP pada umumnya di Indonesia masa
pendidikan sekolah di SMPN 3 Mataram ditempuh dalam waktu tiga tahun
pelajaran, mulai dari kelas VII sampai Kelas IX.
2. Letak Geografis SMPN 3 Mataram 66
Letak geografis SMP N 3 Mataram yang terletak di Jalan Niaga 1 No
39 Ampenan Keluarahan Ampenan Tengah Kecamatan Ampnena Kota
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat berbatasan langsung dengan :
a. Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Melayu
b. Sebelah timur berbatasan dengan Taman Kanak - Kanak
c. Sebelah utara berbatasan dengan pasar Barata
d. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga
3. Sarana dan Prasarana SMPN 3 Mataram67
Sarana dan prasarana juga memiliki peran yang sangat penting
dalam menunjang pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar, sebab
sarana merupakan tempat berlangsungnya proses kegiatan belajar
mengajar dan prasarana merupakan media atau alat sebagai pendukung
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
Tabel 2.3 : Keadaan Sarana dan Prasarana di SMPN 3 Mataram
No Jenis Banyak
Keadaan
Baik
Rusa Berat
Rusak Ringan
66 Observasi, Tanggal 07 November 2017 67 Buku Profil SMPN 3 Mataram, dikutip tanggal 07 November 2017
50
1 R. Kepala Sekolah 1
2 R. Guru 1
3 R. Belajar 19
4 R. Perpustakaan 1
5 R. Lab. Komputer 1
6 R. Lab. IPA 1
7 R. Lab. Bahasa 1
8 R. Keterampilan 1
9 R. UKS 1
10 Kantin Sekolah 3
11 WC. Kepala Sekolah 1
12 WC. Guru 2
13 WC Siswa 4
14 Musholah 1
15 Meja Guru 48
16 Kursi Guru 49
17 Kursi Tamu 11
18 Meja Murid 197
19 Bangku Murid 491
20 Lemari 19
21 Rak 5
22 Papan Tulis 31
51
23 Papan Data 10
24 Komputer / Laptop 6
25 Tempat sampah 6
26 Printer 4
27 Simbol kenegaraan 17
28 Wairless 1
29 Pengeras Suara 1
30 Jam Dinding 16
31 Brankas 2
32 Kipas Angin 4
Dari hasil keterangan di atas, maka dapat dilihat bahwa sarana
prasana harus lebih ditingkatkan lagi secara maksimal, terutama untuk
menunjang proses pembelajaran di kelas, sebab dengan terpenuhinya
sarana prasana akan dapat menunjang pula keberhasil pembelajaran di
dalam kelas, yang akan berdampak pada peserta didik itu sendiri.
4. Profil SMPN 3 Mataram68
a. Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Mataram
b. NSS. : 201236001001
c. NPSN : 50204471
d. Alamat : Jln. Niaga I No. 39 Ampenan Telp. 621357
e. Kota : Kota Mataram
f. Propinsi : Nusa Tenggara Barat
68 Buku Profil SMPN 3 Mataram, dikutip tanggal 07 November 2017
52
g. Nama Kepala Sekolah : Suherman, SP.d
h. Identitas Sekolah : SPM
i. Status gedung sekolah : Milik sendiri
j. Keadaa gedung sekolah : Permanen
k. Luas tanah seluruhnya : 3.275m²
5. Visi dan Misi SMPN 3 Mataram69
a. Visi
Terwujudnya insan yang beriman, bertakwa, berprestasi, dan
berbudaya.
b. Misi
1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama dan budaya
sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
2) melaksanakan disiplin lingkungan sekolah sehingga tercipta
keamanan, ketertiban, keindahan, kenyamanan, menumbuhkan
sikap kepedulian sosial.
3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektifsehingga
siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki untuk meningkatkan prestasi akademik dan non akademik.
4) Meningkatkan perestasi di bidang sains and teknologi, seni budaya
dan olahraga.
5) Membantu dan memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
apresiasi, kreasi seni dan budaya lokal.
69 Dokumentasi, Papan Data, Tanggal 07 November 2017
53
6. Tata Tertib SMPN 3 Mataram70
a. Hadir paling lambat 10 menit sebelum jam pelajaran pertama di mulai.
b. Mengikuti doa bersama sebelum pelajaran jam pertama dimulai dan siang
hari setelah jam terakhir.
c. Mengikuti pelajaran dengan tekun dan bertanggung jawab.
d. Patuh, taat kepada guru, karyawan, tata tertib dan aturan-aturan sekolah yang
berlaku dan bersikap hormat kepada civitas academika SMP Negeri 3
Mataram.
e. Mengenakan seragam sekolah :
1) Seragam sekolah (putih biru) lengkap, celana/rok panjang, bersepatu
hitam polos kaos kaki putih, dengan atribut yang dijahit (bukan dilem)
meliputi bagge, lokasi, nama, dan tanda kelas.
2) Seragam pramuka lengkap , bersepatu hitam kaos kaki hitam.
3) Ikat pinggang warna hitam, baju dimasukkan, ikat pinggang terlihat.
4) Kaos kaki 10-20 cm di atas mata kaki.
5) Model pakaian, potongan dan kelengkapan sesuai dengan aturan sekolah.
6) Dikenakan dengan rajin dan rapi.
f. Menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan sekolah, memelihara alat-alat
yang berada di dalam dan di luar kelas.
g. Mengikuti upacara bendera dengan seragam lengkap.
h. Melapor kepada guru piket bila ada guru yang belum hadir pada waktunya.
i. Melaksanakan tugas yang diberikan sekolah.
j. Menjaga nama baik sekolah dan pribadi.
k. Menjaga inventaris kelas, jika merusaknya wajib mengganti.
l. Menjaga kesopanan dan penampilan pribadi.
m. Menjaga kebersihan kelas.
n. Menjaga kerukunan dan suasana kekeluargaan antar siswa.
o. Merapikan rambut (putra tidak lebih melebihi kerah baju).
p. Merapikan rambut (putri, panjang rambut yang melebihi bahu wajib
diikat/tidak diurai).
70 Dokumentasi, Papan Data, Tanggal 07 November 2017
54
7. Keadaan Pendidik SMPN 3 Mataram71
Pendidik merupakan komponen terpenting dalam proses
pendidikan karena pendidik sebagai penanggung jawab terhadap proses
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sekaligus sebagai tolak ukur
keberhasilan peserta didik dalam mencapai suatu prestasi belajar. Karena
itulah Pendidik merupakan hal terpenting dalam proses pembelajaran.
Tabel 2.1 : Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di SMPN 3 Mataram
No Nama / NIP L/P Tempat Tanggal
Lahir Jenis PTK
1 Suherman, SP.d 196804151994121004
L Nyiur Lembang 1968-04-15
Kepala Sekolah
2 Arianim, S.Pd 197910182008012017
P Jonggat 1987-07-17
Guru Mapel
3 Arina Minashova, S.pd 196205311984031009
P Ampenan 1979-10-18
Guru Mapel
4 Aris Dwi Norida, S.Pd 196205311984031009
L Klaten 1962-05-31
Guru Mapel
5 Aspiani, SP.d P Batuyang 1990-06-10
Tenaga Administrasi Sekolah
6 Baiq Maria Susanti, SP.d P Dao 1987-09-02
Laboran
7 Baiq Parhi, SP.d P Tebaban Lotim 1979-01-02
Guru Mapel
8 Baiq Yumiati, SP.d 197511142007012013
P Sakra 1975-11-14
Guru Mapel
9 Bq Yunissina Ningsih, SP.d P Sikur 1982-06-15
Tenaga Administrasi Sekolah
10 Budi Astuti, SP.d P Mataram 1971-12-02
Guru Mapel
11 Budiyanto,SP.d 196008141984121002
L Sleman 1960-08-14
Guru TIK
12 Diah Pratihara, SP.d P Mataram 1968-02-16
Guru BK
71 Buku Profil SMPN 3 Mataram, dikutip tanggal 07 November 2017
55
13 Emmy Nurwidjajati, SP.d 196504291991032003
P Probolinggo 1965-04-29
Guru Mapel
14 Fitran Sari, SP.d 196706061994122005
P Sumbawa 1967-06-06
Guru Mapel
15 Fitria Haryani, SP.d 198303302010012012
P Mataram 1983-03-31
Guru Mapel
16 Hajarwati, SP.d 196706062006042014
P Mataram 1967-06-06
Guru BK
17 Hari Rohayati, SP.d 196507131986012001
P Mataram 1965-07-13
Guru Mapel
18 Hartatik, SP.d.I 197703112006042022
P Ampenan 1977-03-11
Guru Mapel
19 Hasan Basri, SA.g L Lombok Tengah 1983-01-23
Guru Mapel
20 Hatemah, SP.d 196108201984032014
P Ampenan 1961-08-20
Guru Mapel
21 Herman Felani L Ampenan 1982-03-28
Tenaga Administrasi Sekolah
22 Hermanto L Mataram 1986-10-10
Tenaga Administrasi Sekolah
23 Idris, MA.g L Sangari Mbawa 1973-12-31
Guru Mapel
24 Indah Sri Harini, SP.d 197408162012122002
P Banyuwangi 1974-08-16
Guru Mapel
25 Jaranah, SP.d P Mamben Daya 1970-12-31
Guru BK
26 Kurniati, SP.d 195905111981112003
P Mataram 1959-05-11
Guru Mapel
27 Laila Syahrani, S.E 197005282006042011
P Dompu 1970-05-28
Guru Mapel
28 Lalu Hidir, S.Sos.I L Lombok TImur 1968-12-31
Guru Mapel
29 Liswan Suwandi Hakim L Ampenan 1978-05-23
Tenaga Administrasi Sekolah
30 Ludgardis Wuga, SA.g P Patipara 1981-06-16
Guru Mapel
31 Lulus Ujiandari, SP.d 196006061982032024
P Malang 1960-06-06
Guru Mapel
32 Masykurul Walidaini, SA.g L Mataram Guru BK
56
1974-05-29
33 Mortuningsih, SP.d 196210131984122004
P Jakarta 1962-10-13
Guru Mapel
34 Mucharrofah, SA.g 196004121986022010
P Kediri 1960-04-12
Guru Mapel
35 Muhamad Zainuri, AM.d 197812311201212100
L Lombok Barat 1978-12-31
Guru Mapel
36 Muhamad Zulkifli L Mataram 1991-02-17
Tenaga Administrasi Sekolah
37
Muhammad Tahyudin 196708071992031010
L
Ampenan 1967-08-07
Tenaga Administrasi Sekolah
38 Nurhani, SP.d 196112311983012053
P Sape Bima 1961-12-31
Guru Mapel
39 Parhun, SA.g 195904241986032018
P
Kelayu Lombok Timur 1959-04-24
Guru Mapel
40 Pradana Muhamad, SP.d L Mataram 1985-12-09
Guru Mapel
41 Raden Eko Suhartanto, SP.d
196405291986011002 L Mataram 1964-05-29
Guru Mapel
42 Rahmatiah, SP.d 196204222014062002
P Ampenan 1962-04-22
Tenaga Administrasi Sekolah
43 Rasyid Ahyar L Darek 1996-12-31
Pesuruh/Office Boy
44 Ria Yulianti, AM.d P AikMel 1983-07-30
Tenaga Administrasi Sekolah
45 Rudy Ardianto, SP.d 198105252010011019
L Mataram 1981-05-25
Guru Mapel
46 Rustam, S.Sos 197212311998031047
L Lombok Tengah 1972-12-31
Tenaga Administrasi Sekolah
47 Salhaini, SP.d 196612311994122032
P Lombok Timur 1966-12-31
Guru Mapel
48 Samsul Rizal L Ampenan 1984-11-21
Tenaga Administrasi Sekolah
49 Samtiah, SP.d P Bima 1975-06-05
Guru Mapel
50 Siti Halfiah, SP.d 197105032007012029
P Selong 1971-05-03
Guru Mapel
57
51 St. Maryam 196212311993032050
P Bima 1962-12-31
Tenaga Administrasi Sekolah
52 Argo Basuki, S.Pd 196404131991021003
L Magelang 1964-04-13
Guru Mapel
53 Sulhiyah, SPd 197408122007012027
P Aik Sepolong 1974-08-12
Guru Mapel
54 Suminah, SP.d P Ranggagata 1970-07-12
Tenaga Administrasi Sekolah
55 Taqdisi Fatihah, SP.d 196705131990032010
P Teros - Selong 1967-05-13
Guru Mapel
56 Tri Widjiastuti, SP.d 197211161998022002
P Surabaya 1972-11-16
Guru Mapel
57 Triyono Budi Santoso, SP.d
196009061984121002 L Kepanjen 1960-09-06
Guru Mapel
58 Ulfah, SP.d 197612062014062002
P Bima 1976-12-06
Guru Mapel
59 Wajiman, SP.d 195905201984121006
L Bantul 1959-05-20
Guru Mapel
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Pegawai Negeri Sipil
(PNS) berjumlah 37 orang dan non PNS berjumlah 27 orang. Sementara
itu dari 59 orang terdapat seorang kepala sekolah, 43 orang guru, 13 orang
tenaga administrasi sekolah, 1 orang bagian laboraturium dan 1 orang
office boy.
8. Keadaan Peserta Didik SMPN 3 Mataram72
Peserta didik merpakan salah satu komponen utama pendidikan,
artinya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, keberadaan peserta
didik dalam suatu lembaga pendidikan sangatlah penting demi tercapainya
tujuan pendidikan itu sendiri.
72 Buku Profil SMPN 3 Mataram, dikutip tanggal 07 November 2017
58
Tabel 2.2 : Keadaan Peserta Didik Kelas VII SMPN 3 Mataram
No. Nama L/P NIS Keterangan
1 Adrian Maulana Saputra L 15256
2 Agustina Sholehah P 15259
3 Ahmad Ilham L 15262
4 Alvin Alif Hidayat L 15272
5 Anindiya Kartika P 15279
6 Arman Saputra L 15282
7 Deby Fitriani S P 15297
8 Dhini Dwi Mayani P 15301
9 Duniki Rahman Maulana L 15307
10 Dwiki Argapari L 15309
11 Evan Afrijal L 15312
12 Farham Ismail L 15321
13 Husna Bafadal P 15342
14 Intan Dandini P 15350
15 Mariana P 15366
16 Mei Rahmawati P 15373
17 Muhammad Faizal Najib L 15381
18 Muhammad Rival L 15384
19 Muhammad Alfa Darci L 15390
20 Muharam Gunawan L 15400
59
21 Munawaroh P 15401
22 Noval Malini L 15407
23 Rahmatul Akhyar P 15414
24 Restu Hidayat L 15419
25 Ririn Suci Mawardah P 15424
26 Ilham Hidayat L 15433
27 Sihan Putri Zahra P 15441
28 Sri Maharani P 15447
29 Wenny Vera Alifia P 15464
Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa sebanyak 29 orang,
yang terdiri dari 15 orang laki – laki dan 14 orang perempuan. Selain itu juga
peserta didik sebagian besar adalah yang berada dilingkungan sekitar sekolah.
Pekerjaan orang tua merekapun bervariatif, mulai dari PNS sampai dengan
pengusaha.
9. Struktur Kepengurusan SMPN 3 Mataram
Dalam sebuah organisasi ataupun lembaga haruslah kepengrusan,
agar lembaga tersebut dapat berjalan secara sistemtis, sebab setiap orang
akan menjalankan perannya masing- masing sesuai dengan beban yang
diberikannya. Maka dengan demikian apabila setiap orang menjalankan
dengan seksama dan penuh kesungguhan akan tercapai tujuan
pembelajaran itu sendiri.
60
Berikut ini adalah sturktur organisasi SMPN 3 Mataram73
Gambar 2.1 : Struktur Kepengurusan SMPN 3 Mataram
73 Dokumentasi, Papan Data, Tanggal 07 November 2017
Kepala Sekolah
Suherman, SP.d
Wakil Kepala Sekolah
Arianim, S.Pd
Bendahara
Arina Minashova, S.pd.
WAKASEK KURIKULUM
Aris Dwi Norida, S.Pd
TATA USAHA
Rahmatiah, SP.d
WAKASEK KESISWAAN
Baiq Yumiati, SP.d
WAKASEK SARANA
Budiyanto,SP.d
WAKASEK HUMAS
Fitran Sari, SP.d
GURU
SISWA
Komite
Ruslan
61
B. Penerapan Media Gambar Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017
Dalam penerapan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 3 Mataram tentunya
dengan struktural atau terarah, sesuai dengan hasil observasi di kelas, guru
PAI dalam menerapkan media gambar tersebut melalui tahapan dan persiapan.
Hal pertama yang dilakukan oleh guru PAI dalam menjalni media
gambar adalah melakukan persiapan atau kegitatan awal. Dalam hal persiapan
ini, guru PAI menyiapkan terlebih dahulu bahan administrasi kelas, seperti
absen siswa, memperisapkan silabus, RPP , selain itu juga menyiapkan bahan
atau materi yang akan diajarakan yang terkait dengan media gambar. Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa sebelum guru PAI memulai kegiatan awal
ini pertama mengucapkan salam dan berdoa, memberikan motivasi belajar
pada siswa agar dalam proses pembelajaran siswa aktif dan memperhatikan
dengan baik pembelajaran yang diberikan, menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menyediakan alat yang dibutuhkan, berupa media gambar
yang digunakan dalam proses pembelajaran.74
Peneliti juga mewawancarai guru PAI tersebut terkait dengan
persiapan yang dilakukan sebelum memulai metode diskusi tersebut. Beliau
mengatakan:
Sebelum memulai pelajaran, tentunya langkah awal adalah mempersiapkan bahan dan administrasi yang terkait dengan palajaran
74 Observasi, Tanggal 10 November 2017
62
yang akan diajarkan. Mulai dari memperiapkan RPP yang sesuai dengan silabus dan kurikulum yang, absen siswa, materi pelajaran yang akan disampaikan dan alat peraga atau media gamar. Setelah semua itu telah siap, maka barulah saya mengawalinya dengan berdoa terlebih dahulu, setelah itu mengabsen siswa satu persatu, jika ada yang tidak masuk, maka saya bertanya mengapa ia tidak masuk. Terkadang pula sebelum memulai pelajaran, saya mengajak siswa untuk membaca asmaul husna atau kadang sekedar bercerita tentang kisah yang inspiratip. Sebab hal tersebut dapat merangsang semangat siswa ketika hendak pelajaran berlangsung. Setelah semua itu saya kira cukup barulah saya memulai kepelaksanaannya.75
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru PAI tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penerapan media gambar yang
dilakukan oleh guru PAI tidaklah langsung pada pembelajaran, akan tetapi
guru PAI memberikan stimulus terlebih dahulu atau ada tahapan yang harus
dilalui. Selain itu juga guru PAI senantiasa merangsang siswa untuk belajar
sebelum memulai pelajaran dengan cara menceritkan kisah inspiratif atau
sejenisnya, sehingga siswa lebih tergerak untuk mau belajar dengan sepenuh
hati.
Setelah tahap awal dilalui, yaitu tahap persiapan atau kegiatan awal,
maka setelah itu guru PAI memulai pelaksanaanya. Dalam penerapan media
gambar yang dilakukan oleh guru dalam motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII pada SMPN 3 Mataram cukup
mengenai sasaran, sebab keadaan siswa yang bersifat hetrogen dan cepat
tanggap terhadap media gambar, sehingga penerapan media gambar
merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penerapan ini
75 Fahrun, guru PAI, Wawancara, Tanggal 10 November 2017
63
merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh guru agar siswa terangsang
untuk mengeluarkan pendapat dan mau memberikan tanggapan terhadap
pernyataan yang dilontarkan oleh temannya. Hal tersebut seperti yang
diungkapkan oleh guru PAI sebagai berikut:
Sebelum menerapkan media gambar, saya terlebih dahulu memberikan pengarahan atau penjelasan kepada siswa, meskipun sekedar pengantar yang sederhana, hal itu tetap saya lakukan ketika hendak memulai pembelajaran, agar ketika media gambar diberikan siswa lebih faham. Hal itu saya lakukan agar pembelajran bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.”76
Peneliti juga menanyakan tentang hal tersebut kepada salah satu siswa
mengenai perihal yang dilakukan sebelum melakukan metode diskusi.
Agustina Sholehah mengatakan, “Ibu Guru biasanya sebelum memulai
pelajaran dengan media yang digunakan memberikan penjelasan dulu ke kita,
baru setelah itu kita memperhatikannya.”77
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas, saat guru PAI
memberikan materi mengenai sholat, guru PAI telah mempersiapkan dua
media untuk menjelaskan kepeserta didik, yaitu dengan menggunakan slide
dan poster tentang tata cara sholat sebagai bagian untuk membantu penjelasan
dari slide itu sendiri. Pertama yang dilakukan oleh guru PAI adalah meminta
bantuan kepada dua orang peserta didik untuk membantu menyiapkan media
yang hendak digunakan, yaitu membantu menempelkan poster pada bagian
papan sebelah kiri dan menyalahkan LCD pada bagian kanan papan tulis.78
76 Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 10 November 2017 77 Agustina Sholehah, Siswa kelas VII, Wawancara, Tanggal 10 November 2017 78 Observasi, Tanggal 10 November 2017
64
Setelah guru PAI selesai mempersiapkan segala sesuatu yang hendak
digunakan bagi untuk pembelajaran, barulah guru PAI memulai menjelaskan
kepada peserta didik. Tapi guru PAI terlebih dahulu menggunakan slide
sebagai pembukaan untuk menjelaskan kepada peserta didik mengenai materi
sholat tersebut.79 Sebagaimana penjelasan yang dikemukanan oleh guru PAI
sebagai berikut :
Pada materi sholat saya memang sengaja menggunakan dua media sekaligus. Pertama saya menggunakan slide sebagai bahan saya untuk menjelaskan dan media yang kedua untuk membantu penjelasan slide tersebut, sehingga peerta didik lebih bisa menangkap apa yang saya jelaskan. dan agar peserta didik lebih mudah memahami konten materi yang akan diajarkan, karena itulah guru PAI tersebut menggunakan dua media sekaligus pada materi sholat ini.80 Ketika guru PAI memberikan penjelasan melalui slide, peserta didik
mendengarkan penjelasan dengan seksama apa yang diterangkan oleh guru,
meski sesekali ada saja peserta didik yang kadang dengan sengaja
mengganggu temannya ketika sedang mendengarkan penjelasan tersebut.
Karena terlalu membuat kegaduhan, maka guru PAI menegurnya.81 Lebih
jelas lagi guru PAI menjelaskan sebagai berikut :
Saat menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, saya selalu berusaha untuk membuat siswa tetap fokus pada apa yang saya jelaskan. Tetapi namanya anak – anak, yaa kadang suka mengganggu temannya. Kadang sengaja melucu biar diperhatikan, kadang kala main dengan teman sebangkunya. Tapi tidak semuanya selalu saya tegur, yang saya tegur biasanya yang sudah kelewatan atau membuat suasana ruangan ribut, baru saya langsung tegur siswa tersebut.82
79 Observasi, Tanggal 10 November 2017 80 Fahrun, guru PAI, Wawancara, Tanggal 10 November 2017 81 Observasi, Tanggal 10 November 2017 82 Fahrun, guru PAI, Wawancara, Tanggal 10 November 2017
65
Setelah guru PAI menjelaskan tentang rukun dan syarat serta dalil – dalil
menengai salat, guru PAI menjelaskan tata cara sholat. Saat itulah guru PAI
memakai dua media sekaligus. Slide difungsikan oleh guru PAI untuk
menjelaskan terkait dengan tata cara salat, dan pada poster yang telah ditempel
dipapan adalah gambar tentang tata cara salat. Saat itulah guru memberikan
pengarahan kepada peserta didik untuk melihat poster. Sembari menjelaskan
guru mendekati poster tersebut sambil menunjukan maksud yang telah
dijelaskan. Seperti gambar takbirratul ihram, guru memperlihatkan posisi
takbiratul ihram yang benar sesuai dengan gambar yang telah ditempel.83
Setelah itu guru PAI juga memanggil dua peserta didik untuk maju untuk
dijadikan contoh ril kepada temannya yang lain. Seperti ketika menjelaskan
tata cara sholat tersebut, guru memanggil Ilham Hidayat untuk maju ke depan
kelas, lalu guru PAI memerintahkan Ilham Hidayat untuk melihat poster lalu
memperagakannya kepada teman – temannya. Sesekali saat
memperagakannya ada kelucuan, sehingga membuat suasana kelas menjadi
riuh dengan suasana tawa.84
Saat guru PAI menyuruh Ilham Hidayat untuk maju memperagakan apa
yang telah dilihatnya pada poster, guru PAI menjelaskan pula batasan –
batasannya atau tata caranya setiap gerakan seperti yang telah ditampilkan di
slide.85 Hal tersebut dipertegas oleh PAI dengan menjelaskan sebagai berikut :
Ketika saya sudah menjelaskan secara rinci mengenai syarat dan rukun salat, lalu pada saat tatacara salat saya menggunakan poster yang telah saya temple tersebut untuk memudahkan siswa dalam memahami. Tapi
83 Observasi, Tanggal 10 November 2017 84 Observasi, Tanggal 10 November 2017 85 Observasi, Tanggal 10 November 2017
66
untuk lebih lengkap lagi pemahaman siswa, maka saya akan memanggil salah seorang siswa untuk maju sebagai contoh nyata kepada yang laiinya agar lebih faham lagi dalam memahami materi pelajran yang saya berikan. Dan biasanya ketika saya menyuruh siswa untuk maju, saya akan menyuruh siswa yang kurang memperhatikan atau yang tadi membuat keributan di kelas. Saya lakukan itu agar siswa tersebut bisa lebih memperhatikan atau agar dia lebih mengerti dan tidak tertinggal dalam memahami. Jadi maksud saya menyuruh dia maju ke depan kelas, bukan semata – mata untuk menghukumnya karena tidak memperhatikan, tetapi salah satu cara saya untuk membuat siswa lebih bisa mengerti dan tidak tertinggal dengan teman yang lainnya.86 Dari penjelasan guru PAI tersebut di atas, jelas bahwa maksud guru PAI
menyuruh peserta didik untuk maju kedepan adalah untuk lebih memahamkan
peserta didik itu sendiri dan membuatnya mau untuk memperhatikan materi
pelajaran yang telah diajarkan oleh guru PAI.
Selain peserta didik yang lelaki, guru PAI juga menyuruh yang
perempuan juga untuk maju ke depan sebagaimana yang dilakukan oleh Ilham
Hidayat. Peserta didik yang maju dari pihak wanita adalah Sri Maharani, dan
tugasnyapun sama dengan Ilham Hidayat, yaitu memperagakan tata cara salat,
terutama bagi wanita. Akan tetapi tata cara salat di kelas tidak sampai pada
sujud, sebab lantainya tidak memungkinkan peserta didik untuk melakukan
itu. Jadi sebatas yang bisa dilakukan peserta didik itu sendiri.87
Setelah kedua peserta didik dirasa cukup untuk mewakili praktek tata
cara salat tersebut, maka guru PAI mempersilahkan kedua peserta didik
tersebut untuk kembali kebangkunya masing – masing. Setelah itu guru PAI
kembali mengulas tata cara salat yang telah diperagakan oleh kedua peserta
didik tadi. Kali ini guru PAI tidak menggunakan slide atau gambar, akan tetapi
86 Fahrun, guru PAI, Wawancara, Tanggal 10 November 2017 87 Observasi, Tanggal 10 November 2017
67
menjelaskan secara lepas, artinya guru PAI menjabarkan dengan gayanya dan
bahasanya sendiri kepada peserta didik.88 Hal tersebut juga dijelaskan kembali
oleh guru PAI sebagai berikut :
Ketika saya menyuruh siswa yang laki – laki untuk maju kedepan kelas, saya juga menyuruh yang perempuan untuk maju, alasan saya menyuruh yang perempuan untuk maju kedepan kelas mempragakan tata cara sholah, bukan semata – mata karena dia tidak memperhatikan, bukan itu. Akan tetapi tata cara salat bagi yang laki – laki dan perempuan berbeda, jadi maksud saya adalah agar yang perempuan juga mengerti bagaimana tata cara salat versi perempuan dan dimana letak batasan – batasannya. Nah setelah mereka berdua telah selesai maju, maka saya akan memberi penguatan kembali kepada siswa terkait dengan yang telah dilihat saat diperagakan oleh temannya di depan kelas tadi. Oh iya, saat memperagakanpun tidak sampai sujud, kan di kelas tidak memungkinkan, jadi sewajarnya sajalah. Kalau untuk lebih lengkangnya lagi sih di musholah.89 Setelah guru PAI telah selesai memberikan penjelasan tentang materi
yang diajarkan, guru PAI akan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengajukan pertanyaan. Terkadang ada saja pertanyaan dari peserta
didik untuk guru PAI yang ditanyakan oleh Ahmad Ilham terkait dengan
caranya kalau kita terlambat mengikuti salat berjamaah, tetapi imam telah
rukuk, apakah termasuk dalam satu rakaat atau tidak?. Selain itu juga ada
pertanyaan dari yang lainnya.90
Saat ada pertanyaan yang diajukan, guru PAI tidak langsung
menjawabnya, melainkan melemparkan terlebih dahulu pertanyaan tersebut
kepada peserta didik. Setelah itu barulah guru PAI menjelaskan dan
88 Observasi, Tanggal 10 November 2017 89 Fahrun, guru PAI, Wawancara, Tanggal 10 November 2017 90 Observasi, Tanggal 10 November 2017
68
meluruskan pemahaman peserta didik tersebut.91 Hal tersebut juga dijelaskan
oleh guru PAI sebagai berikut:
Saat diakhir pelajaran saya akan kembali memberikan penjelasan dan penguatan kepada siswa terkait dengan pelajaran. Setelah itu saya akan mempersilahkan siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas. Dan dalam memberikan penjelasan kepada siswa saya terlebih dahulu akan melemparkan kembali kepada siswa itu sendiri, baik ada yang menjawab ataupun tidak, saya akan tetap kembali menjelaskan. Hanya saja akan ada penilaian tersendiri bagi siswa yang mau menjawab. Selain itu juga saya kadang diakhir pembelajaran saya akan menanyakan kembali kepada siswa jika tidak ada bertanya. Hal tersebut saya lakukan sebagai bentuk penguatan terhadap materi yang sudah saya ajarakan kepada siswa. Kadang – kadang pula saya memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah, tetapi itu bukan suatu keharusan pada setiap akhir pelajaran.92 Dari penjelasan guru PAI di atas dapat dicerna bahwa saat diakhir
pembelajaran guru PAI akan memberikan penguatan dalam bentuk tes, baik
sifatnya lisan maupaun tulisan. Dengan kata lain guru PAI telah melakukan
evaluasi di kelas sebagai bentuk diakhir pelajaran.
Diluar jam belajar, peneliti mencoba mewawancari beberapa peserta didik
terkait dengan media gambar yang digunakan oleh guru PAI dalam
memberikan penjelasan materi. Intan Dandini mengatakan bahwa “saya lebih
suka kalau belajar itu gak ceramah melulu, soalnya kalau ceramah melulu
cepet bosan, apalagi kalau gurunya neranginnya lemes. Makanya lebih suka
kalau belajar ada media gambar yang digunakan, bisa lebih capet tanggap dan
lebih semangat juga belajarnya.”93
Hal senada juga dikatakan oleh Rahmatul Akhyar, menurutnya bahwa
“saya juga lebih senang belajar menggunakan media, seperti diputar video,
91 Observasi, Tanggal 10 November 2017 92 Fahrun, guru PAI, Wawancara, Tanggal 10 November 2017 93 Intan Dandini, Siswa kelas VII, Wawancara, Tanggal 10 November 2017
69
poster atau yang ada gambarnya, jadi kita gak bosan saat belajar. Dan bagi
saya malah lebih cepat juga mengerti, soalnyakan langsung diberi contoh.94
Pernyataan yang serupa pula diungkapkan oleh Noval Malini bahwa “kami
biasanya diajar menggunakan power point, kadang juga diputarin ibu guru
bawa semacam poster untuk ditempel di depan kelas, saya cukup suka dengan
cara itu, soalnya mempermudah kita untuk lebih memahami.”95
Dari penjelasan siswa serta hasil obsevasi yang peneliti temukan, dapat
diketahui bahwa penggunaan media menjadi motivasi tersendiri bagi siswa
dalam proses belajar mengajar atau dalam memahami pelajaran yang
disampaikan oleh guru PAI tesebut. Jadi dengan demikian dapat dikatakan
bahwa media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, yang tadi
terlihat biasa saja menjadi lebih cenderung mau mengikuti pelajaran. Seperti
yang diungkapkan oleh guru PAI sebagai berikut:
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Saya ambil contoh salah seorang siswa bernama Evan Afrijal, biasanya dia tidak terlalu memperhatikan atau malah terkadang suka membuat gaduh kelas, akan tetapi jika digunakan media sebagai sarana pembelajaran, maka dia akan lebih memperhatikan atau paling tidak sikap gaduhnya berkurang. Jadi menurut saya penggunaan media pada pembelajaran selain untuk cepat memahamkan siswa, pun merangsang motivasi siswa untuk mau belajar.96 Dari hasil observasi yang penelitian lakukan selama melakukan penelitian
pada kelas VII tersebut, peneliti melihat bahwa secara garis besar motivasi
belajar siswa mengalami peningkatan. Guru PAI mengatakan:
Selama saya menggunakan media gambar pada pembelajaran PAI, proses pembelajaran lebih efektif dan semua siswa turut aktif sehingga
94 Rahmatul Akhyar, Siswa kelas VII, Wawancara, Tanggal 13 November 2017 95 Noval Malini, Siswa kelas VII, Wawancara, Tanggal 14 November 2017 96 Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 13 November 2017
70
diharapkan dapat mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan, dan metode tersebut dirasa bisa meningkatkan motivasi belajar siswa serta siswa lebih senang dalam belajar.97
Hal senada yang diungkapkan Sihan Putri Zahra sebagai berikut, “Kami
disini cukup senang dengan media yabg digunakan dalam belajar, karena kami
tidak hanya mendengar ibu guru ceramah melulu.” 98 Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara tersebut diketahui bahwa penerapan media gambar
pada mata pelajaran PAI di SMPN 3 Mataram khususnya kelas VII secara
umum bisa dikatakan sukses, hal ini bisa dilihat dari antusias siswa dalam
menerima pelajaran dan meningkatnya semangat belajar siswa atau motivasi
siswa lebih terdorong dalam belajar dibandingkan dari yang sebelum dan
sesudah menerima pelaksanaan pembelajaran dengan media gambar.99
Dari pemaparan di atas, berarti dapat diketahui bahwa penerapan media
gambar melewati tahapan – tahapan, yaitu kegitan awal atau persiapan, setelah
itu kegiatan inti atau pelaksanaan dan terakhir adalah kegiatan akhir atau
evaluasi. Penerapan media gamar yang telah diterapkan memang memiliki
kelebihan, seperti gambar dapat menngatasi batasan ruang dan waktu.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau bisa kita lihat seperti apa
adanya, gambar dapat memperjelas suatu masalah, dan dapat dipergunakan
tidak hanya pada satu orang saja. Sebagaimana guru PAI Ibu Fahrun
menajabarkan sebagai berikut:
Menggunakan media gambar memang memiliki keunggulan, seperti memperjelas objek yang akan dijelaskan. Gambar juga terkadang sudah mampu untuk menjelaskan tanpa harus dijelaskan lagi. Selain itu juga bisa
97 Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 14 November 2017 98 Sihan Putri Zahra, Siswa kelas VII, Wawancara, Tanggal 14 November 2017 99 Observasi, kegiatan belajar mengajar PAI, Tanggal 16 November 2017
71
dijadikan umpan kepada siswa untuk dapat merespon pelajaran yang ada, dan yang terpenting adalah siswa lebih menyenangkan serta guru tidak perlu terlalu banyak menjelaskan.100 Meski media gambar memiliki manfaat yang cukup banyak, akan tetapi
tidak dapat dipungkiri pula bahwa media gambar juga memiliki kekurangan
seperti sejarah yang teramat lampu akan susah digambarkan secara kongkrit,
jadi hanya menggunakan ilustrasi semata saja. Selain itu juga gambar yang
terlalu beragam akan bisa menimbulkan pemahaman yang ambigu. Lebih jelas
lagi ibu Fahrun menjelaskan sebagai berikut :
Tidak ada yang sempurna didunia ini, begitupun dengan metode dalam pembelajaran, tetap saja ada kekurangannya. Dalam penerapan media gambarpun terdapat kekurangannya, seperti misalnya jika kita jelaskan tentang sejarah sahabat atau yang sezamannya, maka tidak akan ada gambarnya, melainkan hanya dapat menggunakan ilustrasi saja atau ketika berbicara tentang jahiliyah, maka akan susah digambarkan melalui media gambar kecuali memlalui penjelasan. Terlebih lagi jika gambar terlalu banyak atau beragam akan menimbulkan ambigu pada pemikiran pada siswa tersebut, meskipun ada beberapa gambar yang mampu menjelaskan dengan baik. Jadi intinya adalah tidak semua hal dapat dijelaskan dengan media gambar.101 Jika melihat hasil temuan dan penjelasan dari guru PAI maka dapat
disimpulkan bahwa media gambar juga memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam penerapannya.
C. Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3
Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah dilakukan Penerapan
Media Gambar
Setelah dilakukan penerapan media gambar pada siswa kelas VII yang
dilakukan oleh guru PAI terdapat perubahan pada diri siswa, yaitu motivasi
belajar lebih meningkat. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sikap
100Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 16 November 2017 101Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 16 November 2017
72
ketika dilakukan pembelajaran di kelas. Jika biasanya siswa yang kurang
memperhatikan pada saat pembelajaran, namun ketika diterapkan media
gambar pada saat pelajaran, peserta didik lebih memperhatikan, kalaupun
terdapat peserta didik yang membuat gaduh kelas, itu tidak seperti sebelumnya
diterapkan media gambar.102 Hal ini seperti dijelaskan oleh guru PAI sebagai
berikut, “setelah saya perhatikan dengan seksama, ada peningkatan motivasi
belajar siswa ketika diterapkan media gambar pada pelajaran PAI, jika
biasanya siswa yang tidak memperhatikan cukup menggangu, tapi setalah
diterapkan media gambar, siswa tersebut mulai berkurang.”103
Jika diperahatikan dengan seksama, maka dapat diketahui bahwa
motivasi belajar siswa setelah diterapkan media gambar mengalami perubahan
yang ditandai dengan beberapa hal seperti, kurangnya peserta didik yang
membuat kegaduahan, lebih tanggapnya peserta didik terhadap pelajaran atau
daya serap peserta didik jauh lebih baik dan respon peserta didik terhadap
pelajaran mulai meningkat serta suasana belajar kelas terasa lebih hidup dan
tidak monoton.104
Jika dilihat dari beberapa hal di atas, maka motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran PAI cukup meningkat, hal itu juga tidak serta merta
pada saat menjelaskan saja. Akan tetapi dalam prosesnya memiliki peranan
penting. Dalam proses pemelajaran motivasi diberikan guru dengan beberapa
cara seperti memberikan pujian ketiak peserta didik memberikan jawaban
yang sesuai, akan tetapi tidak terlalu berlebihan. Namun jika melakukan
102 Observasi, kegiatan belajar mengajar PAI, Tanggal 16 November 2017 103 Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 16 November 2017 104 Observasi, kegiatan belajar mengajar PAI, Tanggal 16 November 2017
73
kesalahan, maka guru akan memberikan hukuman yang sifatnya mendorong
atau yang memotivasi siswa, seperti ketika salah seorang siswa melakukan
kesalahan, maka guru PAI akan memberikan hukuman dengan menyuruhnya
menyebutkan asmaul husna atau membaca ayat – ayat pendek.105 Selain pujian
dan hukuman, adapula hadiah yang diberikan kepada peserta didik, akan tetapi
tetapi hadiah ini tidak pada setiap pelajaran atau setiap pertemuan, melainkan
saat – saat tertntu saja, sehingga peserta didik termotivasi untuk belajara
dengan giat. Namun yang tidak kalah penting adalah perhatian yang cukup
baik dari guru maupun dari orang tua peserta didik itu sendiri. Guru PAI juga
menjabarkan faktor yang mendukung motivasi seabagai berikut :
Sebagai guru tentu tugas saya cukup banyak, tapi sudah menjadi tanggung jawab saya untuk tetap bisa membuat siswa tetap bersemangat dalam belajar. Makanya saya memberikan motivasi saat belajar. Misalnya ketika sedang menerapkan media gambar, saya menyempatkan memberikan motivasi, seperti cerita yang inspiratif. karena buat saya, ketika siswa sudah terangsang untuk mau belajar ketika mendengarkan motivasi, maka dengan sendirinya mereka akan mau mendengarkan dengan baik selama proses belajar mengajar di kelas.106 Dengan demikian, dapat difahami bahwa proses memotivasi peserta didik
amatlah penting, dikarenakan akan berdampak baik bagi pribadi peserta didik
itu sendiri dan sekitarnya. Dan motivasi yang dilakukan guru pada penerapan
meida gambar dalam hal ini sangatlah membantu dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
kelas VII di SMPN 3 Mataram.
105 Observasi, kegiatan belajar mengajar PAI, Tanggal 16 November 2017 106 Fahrun, guru PAI Kelas VII, Wawancara, Tanggal 16 November 2017
74
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan membahas tentang penerapan media gambar
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran PAI dan hambatan yang dihadapi dalam menerapkan media tersebut.
A. Penerapan Media Gambar Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017
Penerapan media gambar yang telah diterapkan oleh guru PAI di kelas
VII pada SMPN 3 Mataram dilakukan bukan tanpa persiapan atau langsung
begitu saja dialakuan, akan tetapi dilakukang dengan terstruktur. Penerapan
media gambar dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu dengan persiapan
atau kegaitan awal, pelaksanaan atau kegitan inti dan selanjutnya adalah
kegitatan akhir atau dilakukan evaluasi.
Pada tahap penerapan media gambar yang dilakukan dimulai dengan
persiapan atau tahap awal. Pada tahap ini guru menyiapkan segala bentuk
bahan dan persiapan, mulai dari absen siswa, perangkat pembelajaran hingga
materi yang hendak diajarkan kepada siswa. Lalu selanjutnya kegiatan inti
atau tahap pelaksanaan, dan pada tahap ini guru melakukan pembelajaran
seperti biasa dan menggunakan media gambar yang diperlukan dan sesuai
dengan materi yang diajarkan. Pada materi sholat guru PAI menggunakan dua
media sekaligus, yaitu slede pada power point dan poster sebagai media
75
gambarnya. Hal tersebut dilakukan oleh guru PAI agar peserta didik lebih
meudah untuk memahami segala bentuk materi yang akan diajarkan.
Guru PAI telah mempersiapkan dua media tersebut untuk lebih mudah
menjelaskan kepeserta didik, yaitu dengan menggunakan slide dan poster
tentang tata cara sholat sebagai bagian untuk membantu penjelasan dari slide
itu sendiri. Guru PAI terlebih dahulu menggunakan slide sebagai pembukaan
untuk menjelaskan kepada peserta didik mengenai materi sholat tersebut.
Setelah guru PAI menjelaskan tentang rukun dan syarat serta dalil – dalil
menengai salat, guru PAI menjelaskan tata cara sholat. Saat itulah guru PAI
memakai dua media sekaligus. Slide difungsikan oleh guru PAI untuk
menjelaskan terkait dengan tata cara salat, dan pada poster yang telah ditempel
dipapan adalah gambar tentang tata cara salat. Saat itulah guru memberikan
pengarahan kepada peserta didik untuk melihat poster. Sembari menjelaskan
guru mendekati poster tersebut sambil menunjukan maksud yang telah
dijelaskan. Seperti gambar takbirratul ihram, guru memperlihatkan posisi
takbiratul ihram yang benar sesuai dengan gambar yang telah ditempel.
Dalam menyuguhkan media gambar yang diterapkan oleh guru PAI
tentunya sudah memenuhi kriteria dan berfungsi sebagaimana mestinya.
sebagaimana yang tertuang dalam teori bahwa fungi media gambar adalah
sebagai berikut :
1. Fungsi edukatif, artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.
2. Fungsi sosial, artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.
76
3. Fungsi ekonomis, artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja maksimal.
4. Fungsi politis, berpengaruh pada polotik pembangunan. 5. Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan
menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemedian yang modern.107
Jika melihat dari hasil temuan yang telah peneliti lakukan selama
observasi selama berada di SMPN 3 Mataram, maka penerapan yang
dilakukan oleh guru PAI telah memenuhi segala kriteria yang terdapat dalam
fungsi media itu sendiri. Dengan kata lain apa yang telah diterapkan oleh guru
PAI pada kelas VII telah sesuai dengan teori yang ada.
Selain pada konteks materi, guru PAI juga harus tahu dan faham tentang
tugasnya sebagai guru PAI dan mengkalaborasikan antara tugasnya sebagai
guru PAI dengan penerapan media gambar yang diterapkan. Dan pada temuan
yang peneliti dapatkan di SMPN 3 Mataram bahwa guru telah memenuhi
tugasnya sebagai seorang guru PAI, hal ini sejalan dengan teori yang
diungkapkan oleh Suryosubroto bahwa tugas guru adalah sebagai berikut :
1. Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak
3. Mendidik anak agar taat dalam menjalankan agama
4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.108
Dari teori yang diungkap oleh Suryosubroto tentang tugas guru telah
terpenuhi semua pada diri guru PAI. Jadi dengan demikian guru PAI bukan
107 Hamalik, Media Pengajaran, h.18 108 Suryosubroto, Proses Belajar, h. 9
77
hanya dapat menerapkan media gambar akan tetapi juga telah memenuhi
tugasnya sebagai seorang guru PAI.
Lalu pada tahap akhir atau evaluasi, hal yang dilakukan oleh guru PAI
adalah meluruskan pemahaman siswa jika dirasa masih ada yang kebinugnan.
Selain itu juga siswa diberikan kesempatan untuk bertanya jika masih ada
yang mengganjal dalam pikirannya. Jika semua telah dilalakukan barulah guru
PAI memberikan tes dalam bentuk tulis maupun lisan, hal itu dilakukan oleh
guru dalam rangka untuk melihat sejauh mana daya serap peserta didik dalam
mengikuti pelajaran yang telah diajarkan.
B. Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3
Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017 Setelah dilakukan Penerapan
Media Gambar
Dalam terapannya media gambar sebagai salah satu penunjang motivasi
belajar siswa merupakan hal cukup berpengaruh. Selain pada hasil akhir yang
diharapkan dapat menambah motivasi belajarnya tentunya tidak terlepas pada
proses yang dilakukan selama melakukan kegiatan pembelajaran.
Selama proses berlangsung guru PAI memberikan motivasi tidak hanya
pada konten materi yang diajarkan saja, akan tetapi juga pada proses yang lain
seperti memberikan pujian ketiak seorang peserta didik dapat menjawab
dengan baik atau berlaku baik terhadap sesamanya. Sebab pujian yang berikan
oleh guru kepada peserta didik akan dapat menambah ghirahnya terhadap
pelajaran yang akan diajarkan. Jika diperahatikan dengan seksama, maka
dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa setelah diterapkan media gambar
78
mengalami perubahan yang ditandai dengan beberapa hal seperti, kurangnya
peserta didik yang membuat kegaduahan, lebih tanggapnya peserta didik
terhadap pelajaran atau daya serap peserta didik jauh lebih baik dan respon
peserta didik terhadap pelajaran mulai meningkat serta suasana belajar kelas
terasa lebih hidup dan tidak monoton. Salah satu hal yang menunjang adalah
dengan memberikan pujian kepada peserta didik ketika melakukan kebaikan
atau berusaha melakukan yang terbaik meski belum maksimal, maka dengan
hal tersebut dapat menunjang motivasi peserta didik.
Sebagaimana dalam teori yang diungkapkan oleh buku Didakti Azas-
azas mengajar dikatakan bahwa :
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik. Pujian yang tak beralasan dan karuan serta terlampau sering sering diberikan hilang artinya. Dalam percobaan-percobaan ternyata bahwa pujian lebih bermanfaat dari pada hukuman atau celaan.”109
Jika melirik teori dengan hasil yang peneliti lakukan bahwa guru PAI senantiasa
memberikan apresiasi dalam bentuk pujian kepada peserta didik yang melakukan
kebaikan. Jadi dengan demikian bahwa guru PAI telah melaksanakan hal tersebut
sesuai dengan terori yang berlaku.
Selain pujian yang diberikan oleh guru, adapula hukuman yang senantiasa
diberlakukan kepada siswa yang kerap kali mengganggu jalannya proses bealajar
mengajar. Hukuman yang diberikan kepada siswa oleh guru PAI tidak semata – mata
dalam konteks marah atau benci terhadap peserta didik, akan tetapi dalam ranah
untuk merangsang motivasinya agar mau belajar dan bersikap lebih disiplin lagi.
109 Nasution S, Didaktik Azas-azas, h.84
78
79
Seperti yang dilakukan oleh guru PAI ketika ada peserta didik yang kurang
memperhatikan, maka guru menyuruh peserta didik untuk maju kedepan, saat maju
kedepan tidak hendak dimarahi akan tetapai guru PAI membuat peserta didik tersebut
sebagai contoh dalam penerarapan media gambar ketika pada materi sholat. Peserta
didik disuruh mempraktekan tatacara sholat seperti yang telah diterangkan
sebelumnya oleh guru PAI dan sesuai dengan yang ada digambar pada papan. Hal
tersbut adalah untuk memberikan hukuman, akan tetapi hukuman tersebut dilakukan
oleh guru PAI tidak pada arah yang negatif, melainkan guru PAI membuat peserta
didik tersebut agar lebih mengerti tentang materi yang sedang diajarkan dan tidak
tertinggal dengan temannya yang lain. Jadi dengan demikian, bahwa hukuman
tidaklah selalu dengan makna yang negatif saja.
Sebgaimana termaktub dalam teori Amir Dalen Indra Kusuma dalam
bukunya Pengantar Pendidikan mengatakan bahwa :
Hukuman, biarpun merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendorong atau untuk mempergiat belajarnya murid. Murid yang pernah mendapat hukuman oleh karna kelalaian tidak menegerjakan suatu tugas, maka ia akan berusaha untuk tidak memperoleh hukuman belajarnya, agar terhindari dari bahaya hukuman. Hal ini bererti bahwa ia didorong oleh untuk selalu belajar”110
Jadi menurut di atas, hukuman baik ditinjau dari fungsinya sebagai alat
pendidikan maupun sebagai alat motivasi, kedua-duanya mempunyai nilai
positif dalam proses pelaksanaan pendidikan dan hal itulah yang telah
dilakukan oleh guru PAI selama proses penerapan media gambar dilakukan.
Selanjutnya adalah pemberian hadiah pada peserta didik. Meskipun
pemberian hadiah ini dianggap kurang baik akan tetapi pemberian hadiah akan
110 Amir, Pengantar Pendidikan,,165
80
menjadi motivasi apabila dilakukan pada saat yang tepat dan tujuan yang jelas.
Dalam konteks pemberian hadiah
Selanjutnya dijelaskan dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan dikatakan
bahwa :
Pemberian hadiah ini adalah sering mendatangkan pengaruh yang negatif pada belajar murid. Yaitu bahwa hadiah itu lalu menjadi tujuan dari belajar anak. Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar untk mendapatkan hadiah. Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak tercapai, maka anak akan kendur belajarnya. Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang ini jangan sering dilakukan. Dari hadiah berupa barang ini jika dianggap memang perlu dan pilihlah pada saat yang tepat.111 Jika menelusuri teori di atas dengan keadaan yang terjadi di sekolah akan
terdapat kesamaan, sebab guru PAI tidak memberikan hadiah setiap kali pertemuan
akan tetapi diberikan pada saat – saat tertntu saja atau pada akhir semester.
Selanjutnya selain pujian, hukuman dan hadiah yang telah dilakukan dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Ada hal yang lebih penting daripada itu
semua, yaitu perhatian. Perhatian akan menjadi sangat penting dan akan mendorong
motivasi belajar siswa manakala dilakukan dengan penuh kesungguhan.
111Ibid,h. 160
81
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah peneliti paparkan pada bab – bab sebelumnya
mengenai penerapan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran PAI Kelas VII di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017 adalah dengan cara guru PAI melakukan persiapan,
mulai dari administrasi kelas hingga kelengkapan media yang hendak
digunakan. Dalam hal ini guru PAI menggunakan slied power poin untuk
menjelaskan dan poster sebagai medianya saat menerapakan pembelajaran
pada materi salat. Selain itu juga guru PAI melibatkan 2 orang peserta didik
untuk maju ke depan untuk mempraktekan tata cara salat. Setelah itu diakhir
materi, guru PAI memberikan kesempatan untuk bertanya kepada peserta
didik jika masih ada yang belum jelas dan guru PAI juga memberikan
penguatan agar lebih bisa difahami oleh peserta didik.
Motivasi siswa setelah dilakukan penerapan media gambar menjadi
meningkat dan lebih bagus. Motivasi yang dilakukan tidak hanya pada media
akan tetapi melalui proses seperti member pujian kepada peserta didik yang
mampu menjawab pertanyaan atau berbuat kebajikan, hukuman yang sifatnya
membangun diberikan kepada peserta didik yang kurang memperhatikan dan
hadiah pada saat – saat tertentu saja. Serta perhatian yang semaksimal
mungkin dilakukan.
81
82
B. Saran
1. Siswa
Siswa diharapkan lebih memperhatikan pelajaran saat dalam kelas,
dan mau belajar dengan sungguh – sungguh selain itu juga siswa untuk
lebih taat pada tata tertib yang telah dibuat oleh sekolah agar ke depannya
lebih tertib dalam menuntut ilmu baik itu tata terbib berbusana maupun
tata tertib belajar mengajar.
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru Pendidikan Agama Islam agar lebih mengembangkan potensi
yang ada di dalam diri peserta didik dan memberikan ruang gerak kepada
peserta didik untuk berkreasi. Guru Pendidikan Agama Islam juga
diharapkan untuk lebih mengolah fasilitas yang ada sehingga tidak
terpengaruh oleh sarana dan prasarana yang tidak memadai.
3. Bagi sekolah
Sekolah diharapkan lebih memperhatikan sarana dan prasarana yang
ada, sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar yang ada. Peserta
didik tidak terbengkalai dalam pelajaran dan pendidikpun dapat dengan
mudah mengajar karena fasilitas yang ada cukup memadai.
4. Pengawas
Bagi pengawas diharapkan tidak hanya sekedar datang, akan tetapi
memberikan kontribusinya bagi sekolah, agar sekolah menjadi lebih
disiplin lagi dan bisa berkembang dengan baik. Jadi pengawas harus
menjalankan fungsinya dengan semaksimal mungkin.
83
5. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah wawasan atau bisa
menjadi contoh bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada
variabel yang sama dan bisa lebih ditingkatkan lagi serta diperbaiki lagi
pada hal masih kurang dan tidak tepat.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja, 1992.
Akmal Hawi, Strategi Pengembangan Mutu Madrasah. Palembang: IAIN Raden Fatah Pres, 2007.
Amir Dalen Indra Kusuma, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2004.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alafabeta, 2012.
A. Arsyad, Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:Penerbit Diponogoro, 2005.
Dunia Penelitian , “Pengertian Teknis Triangulasi” dalam http://dunia-penelitian.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-teknik-triangulasi.html diambil pada tanggal 13 November 2017 pukul 21.27 WITA
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Haryosaputro, Analisa Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. 2004.
Ibrahim, R dan Syaodih, N. S, Perencanaan Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta,2003.
Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Nasution S, Didaktik Azas-azas Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara,1995.
Nurudin, Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Penguasaan Mufradhat Pada Mata Pelajaran Bahsa Arab Kelas VI MI Raudhatul Ulum Batu Jangkih Kecamatan Praya Daya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015 (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2014).
Nuryani, R dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press, 2005.
Oemar Hamalik, Media Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2001
R.Angkowo Kosasih ,Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : Grasindo, 2007.
85
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 27 dan lihat Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam (Jakarta: Radjagrafindo Persada, 2005.
S. Nasution, Dedaktik Azas-azas Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2005.
__________, Metode Resarch Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Sahiri, Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Sederhana Melalui Penerapan Media Gambar Persepsi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI NW Tanak Beak Narmada Tahun Pelajaran 2013 / 2014”.1”(Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2014).
Sardiman A.M , Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Rajawali Pers,2012.
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Soemanto Wasti, Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT.Rineka Cipta,2004.
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatfi. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Djakarta: rineka cipta, 2000.
Syaiful Bahri Jamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006.
Tutorial Penelitian, “Triangulasi dan Validasi Penelitian Kualitatif” dalam http://tu.laporanpenelitian.com diambil pada tanggal 28 April 2016 pukul 21.24 WITA
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Beserta penjelasannya. Bandung: Citra Umbara,2003.
Wayan Nurkencana, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional Cipta, 2004.
Wina Sanjaya ,Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidi, Jakarta : Kencana Prenada Media,2011.
Yudin Citriadi, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2013.
Zakiah Derajat, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Lampiran I : Pedoman Observasi Penerapan Media Gambar Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017
1. Interaksi antara siswa dan guru di sekolah selama pembelajaran berlangsung
2. Suasana selama proses pembelajaran penerapan media gambar berlangsung.
3. Keterpaduan yang nampak pada kegiatan belajar mengajar dan penerapan
media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
PAI kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017.
4. Pendidik dan kepala sekolah bekerja sama dalam proses penerapan yang
dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
PAI kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017.
5. Problem yang dihadapi dalam penerapan media gambar untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI kelas VII di SMPN 3 Mataran
Tahun Pelajaran 2016/2017.
6. Cara menanggulangi setiap kendala yang dihadapi saat berupaya
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Lampiran II : Pedoman Wawancara Penerapan Media Gambar Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017
Pendidik
1. Identitas Informan
Nama :
Status :
Mengajar sejak tahun :
2. Pertanyaan
a. Sebelum menjadi guru, apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu?
b. Didalam mengajarkan mata pelajaran PAI, Apakah Bapak/Ibu berpedoman
pada Kurikulum yang telah ditetapkan?
c. Bagaimna penerapan media gambar untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran PAI?
d. Pola apa saja yang digunakan?
e. Bagaimana keterkaitan antara mata pelajaran yang diajarkan dengan
motivasi siswa?
f. Apakah dengan menggunakan bahan ajar yang Bapak/Ibu pilih dapat
meningkatkan hasil belajar Siswa?
g. Bagaimana menghadapai karakter peseta didik yang berbeda – beda dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik?
h. Bagaimana perilaku siswa selama proses pembelajaran?
i. Kesulitan apa saja yang dihadapi dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik?
j. Bagaimana cara menanggulangi setiap kendala yang dihadapi saat
berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa?
k. Apakah ada kerja sama antara orang tua siswa dengan siswa dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa?
l. Bagaimana membangun hubungan keharmonisan dengan orang tua siswa?
Peserta Didik
1. Identitas Informan
Nama :
No. Induk :
2. Pertanyaan
a. Apakah anda menyukai mata pelajaran PAI?
b. Apakah anda suka dengan cara guru PAI mengajar?
c. Apakah sebelum menggunakan media, guru menjelaskan terlebih dahulu?
d. Apakah media gambar yang digunakan guru PAI sudah tepat dalam
pembelajaran?
e. Apakah media gambar memudahkan anda dalam menerima pelajaran?
f. Apakah dengan media gambar dalam pembelajaran PAI membuat anda
lebih asik dalam belajar?
g. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dengan
menggunakan media gambar pada mata pelajaran PAI?
h. Apa saja hal – hal yang membuat anda kesulitan dalam memahami media
gambar dalam proses pembelajaran PAI?
i. Apa pesan anda dalam proses media gambar agar anda lebih menyukai
pembelajaran PAI?
Kepala Sekolah
1. Identitas Informan
Nama :
NIP :
Pangkat / Gol :
2. Pertanyaan
a. Berapakah jumlah guru PAI di SMPN 3 Mataran ?
b. Sepengetahuan bapak, bahan ajar yang seperti apa yang digunakan dalam
mata pelajaran PAI?
c. Bagaimana bapak membimbing guru dalam menetukan bahan pelajaran
yang dapat meningkatkan potensi siswa di SMPN 3 Mataran?
d. Apakah setiap guru diwajibkan untuk membuat rencana pengajaran atau
satuan pengajaran?
e. Kapan rencana pengajaran tersebut diserahkan kepada Bapak/Ibu?
f. Apakah dalam proses pelaksanaan pengajaran PAI, guru sering
menggunakan media?
g. Media Apa yang sering digunakan oleh guru pada saat
berlangsungnya proses pengajaran PAI?
h. Menurut Bapak/Ibu, dengan menggunakan strategi atau metode pengajaran
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
i. Apakah sarana prasarana yang ada di sekolah bapak/ibu sudah sesuai
standar sarana prasarana untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar
mengajar?
j. Selain yang disebutkan di atas, menurut bapak apa saja faktor penghambat
dan pendukung yang dihadapi oleh guru dalam kaitannya pelaksanaan
pengajaran mata pelajaran PAI?
Lampiran III : Pedoman Dokumentasi Penerapan Media Gambar Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun
Pelajaran 2016/2017
1. Data tentang sejarah SMPN 3 Mataran.
2. Data tentang denah/lokasi SMPN 3 Mataran.
3. Data tentang jumlah siswa dan guru SMPN 3 Mataran.
4. Data tentang struktur kepengurusan SMPN 3 Mataran.
5. Data tentang sarana dan prasarana pendidikan di SMPN 3 Mataran.
6. Data tentang kurikulum pendidikan di SMPN 3 Mataran.
Lampiran IV : Dokumtasi Wawancara Dokumentasi Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Kelas VII Di SMPN 3 Mataran Tahun Pelajaran 2016/2017
Wawancara dengan Ibu Linda (Wakasek Humas) Pukul 10.15 Wita di Ruang Kepala Sekolah
Wawancara dengan Ibu Farhun (Guru PAI) Pukul 09.15 Wita di Ruang Guru
Wawancara dengan Agustina Solehah (Siswi Kelas VII) Pukul 10.30 di Ruang Kelas
Wawancara dengan Mariana (Siswi Kelas VII) Pukul 10.50 di Ruang Kelas
Wawancara dengan Evan Afrijal (Siswi Kelas VII) Pukul 10.40 di Ruang Kelas
Wawancara dengan Ilham HIdayat (Siswi Kelas VII) Pukul 10.50 di Ruang Kelas
Tata tertib SMPN 3 Mataram
Visi Misi SMPN 3 Mataram