Upload
buithu
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN ANALISIS JARINGAN KERJA UNTUK OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI
DENGAN METODE JALUR KRITIS Studi Kasus Pada Kajeng Handicraft Yogyakarta
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PRO
UNIV
Oleh
Nama : Rahmawati Yuli Astuti Nim : 012214011 GRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI ERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
i
ii
iii
MOTTO
Kala ketidakberesan terjadi sebagaimana lumrahnya, kala yang kita tempuh terasa mendaki
kala ingin senyum tetapi keluhan pahit yang memolesi,
kala sandang pangan menindih menghimpit gairah, beristirahatlah bila perlu, tetapi jangan menyerah
Hidup ini aneh penuh liku-liku,
seperti kita masing-masing tahu, dan banyak yang gagal memahami, bahwa “bila ingin menang, ia harus bertahan”
jangan menyerah walau lajunya amat lamban, mungkin kita berhasil dengan ayunan langkah yang lain
Sukses itu hanya kebalikan dari kegagalan, warna gelap di balik awan keraguan,
tak pernah kita sadar seberapa dekat diri ini, boleh jadi sudah dekat, meski kelihatannya masih di angkasa
Maka teruslah berjuang,
walau biru lebam kena pukulan, kalau segala sesuatunya memburuk, kita tetap tidak boleh menyerah
( Edgar A. Guest)
iv
PERSEMBAHAN
Penuh syukur kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda kasih
kepada :
♥ Allah SWT
♥ Ayah dan Ibu, yang tiada hentinya mencurahkan kasih
sayangnya padaku, maaf kalau tidak sesuai target
♥ Kakak-kakakku : Mbak Amy n Mas Hari, Mas Gogo n Mbak
Kitri, Mas Ipung, Mbak Ida; mereka yang selalu
mendukungku baik moril maupun materiil
♥ Om Gun n Bulik Siti; terima kasih banyak atas semua
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini
v
vi
ABSTRAK
PENERAPAN ANALISIS JARINGAN KERJA UNTUK OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI
DENGAN METODE JALUR KERJA
Rahmawati Yuli Astuti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui penyusunan diagram jaringan kerja pembuatan puzzle, 2) untuk mengetahui waktu penyelesaian tercepat untuk pembuatan puzzle, 3) untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan puzzle jika waktu penyelesaian dipercepat.
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi dimana penulis mengamati secara langsung keadaan dan kegiatan proses produksi. Alat analisis yang digunakan adalah Critical Path Methods atau CPM.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu normal menurut perusahaan dalam pembuatan satu unit puzzle adalah 1.800 detik dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.1.420,00. Dan menurut analisis jaringan kerja waktu normalnya 1.140 detik dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp.770,66, sehingga perbandingan keduanya menunjukkan bahwa penyelesaian pembuatan puzzle dengan menggunakan analisis jaringan kerja mempunyai selisih waktu dan biaya yang lebih kecil. Apabila dilakukan percepatan dengan penambahan tenaga kerja maka penyelesaian pembuatan puzzle memerlukan waktu 940,2 detik, dengan tambahan biaya sebesar Rp.90,00. Jika dilakukan percepatan dengan memberlakukan kerja lembur maka pembuatan puzzle dapat diselesaikan dengan biaya tambahan sebesar Rp.4.909,34. Dengan demikian sebaiknya Kajeng Handicraft menerapkan analisis jaringan kerja agar tertundanya pekerjaan dapat diperkecil dan dapat merencanakan percepatan waktu serta biaya pembuatan puzzle dengan lebih efisien.
vii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF NETWORK ANALYSIS TO OPTIMIZE THE PRODUCTION PLAN
BY CRITICAL PATH METHOD
Rahmawati Yuli Astuti Sanata Dharma Unversity
Yogyakarta 2007
The purpose of this research were to know 1) the composing of network in the puzzle production, 2) the fastest completion time for the puzzle production, 3) how much the cost needed for the puzzle production if the completion time is sped up. The data gathering technique was done by interview and observation by directly observing the situation and the activities of production process. The instrument used was Critical Path Method or CPM. The research result showed the normal time from the company for the production of 1 unit puzzle was 1.800 seconds with the direct cost of labor in the amount of 1,420 rupiahs. Then, according to the analysis of network, the normal time was 1.140 seconds with the direct cost of labor in the amount of 770.66 rupiahs. Therefore, the comparison of both of them showed that the completion of puzzle production by using network analysis had shorter time and fewer cost. If acceleration was done by increasing the labor, the completion of puzzle production was 940,2 seconds with the additional cost in the amount of 90 rupiahs. If acceleration was done by applying overtime work, the puzzle production could be finished with additional cost in amount of 4,909.34 rupiahs. Therefore, it is better if Kajeng Handicraft applies network analysis so that the delayed work could be minimized, the company was able to plan the acceleration of time and the puzzle production cost could be more efficient.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat yang
telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan serta
bimbingan yang sangat berguna bagi penulis, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaiakan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
kesabarannya telah memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Ibu M.T. Ernawati, SE, MA, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa
memberi petunjuk dan bimbingannya demi penyempurnaan penulisan skripsi
ini.
4. Bapak Drs. G. Hendra Purwanto, M.Si, selaku Kepala Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
ix
5. Bapak / Ibu Mandar Utomo, selaku pimpinan Kajeng Handicraft yang telah
memberikan ijin penelitian dan pemberian informasi yang diperlukan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Mbak Anik, Budi beserta semua karyawan, yang telah membantu dalam
memberikan informasi dan data yang penulis perlukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Ayah, Ibu, Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan dukungan, doa
dan kasih sayangnya. Buat Amri, pantang menyerah, jangan banyak
pertimbangan N ‘be your self’. Buat Fitri, moga tercapai cita-citamu jadi bu
Tani! Buat Fachri, Hilmy, Hanan, dan Vira, I love u all.
8. Untuk Lisa dan Tanti, terima kasih untuk kebersamaan, bantuan dan motivasi
kalian. Tanpa kalian perjalanan hidupku tak kan berwarna.
9. Untuk Berta, Reni, Patrick dan Andi terima kasih dukungan semangatnya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan
skripsi ini, karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan
saran dari berbagai pihak. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 29 Maret 2007
Penulis
Rahmawati Yuli Astuti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….... i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO …………………………………………………………………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………... vii
ABSTRACT ………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 3
C. Batasan Masalah ………………………………………………… 3
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 3
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 4
F. Sistematika penulisan …………………………………………..... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Produksi ………………………………………….... 6
B. Manajemen Proyek …………………………………………….. 8
C. Fungsi Perencanaan Produksi ……………………………….........8
D. Metode Jaringan …………………………………………………. 12
E. Metode Jalur Kritis ……………………………………………… 13
F. Kondisi Kegiatan Dalam Jalur Kritis …………………………… 15
G. Manfaat Analisis Metode Jalur Kritis …………………………… 16
xi
H. Metode Algorithma ……………………………………………… 17
I. Analisis Waktu …………………………………………………... 19
J. Total Slack (waktu longgar) …………………………………….. 20
K. Faktor Penentu Lama Kegiatan …………………………………. 21
L. Analisis Biaya dan Sumber Daya ……………………………….. 22
M. Analisis Jaringan Kerja………………………………………… 23
N. Pembuatan Jalringan Kerja…………………………………….. 24
O. Model Jaringan Kerja……………………………………………. 25
P. Penyelesaian Produksi Lebih Cepat Dari Waktu Normal ………. 29
Q. Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………. 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………….. 35
B. Lokasi Penelitian ………………………………………………… 35
C. Waktu Penelitian ………………………………………………… 35
D. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………. 35
E. Variabel Penelitian ………………………………………………. 35
F. Definisi Operasional …………………………………………….. 36
G. Data yang Dibutuhkan ………………………………………….. 36
H. Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 37
I. Metode Analisis Data …………………………………………… 38
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perkembangan Perusahaan ……………………………… 42
B. Personalia ………………………………………………………42
C. Produksi ………………………………………………………….47
D. Pemasaran ………………………………………………………. 50
E. Permodalan …………………………………………………….... 52
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data …………………………………………………… 53
xii
B. Pembahasan ……………………………………………………. 101
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………...104
B. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….105
C. Saran ……………………………………………………………..105
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 107
DAFTAR PERTANYAAN………………………………………………... 109
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 111
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Diagram Jaringan Kerja AOA …………………………….. 26
Gambar II.2 Diagram Jaringan Kerja AON …………………………….. 27
Gambar II.3 Diagram Jaringan Kerja Produk X ………………………… 28
Gambar II.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………... 33
Gambar IV.5 Struktur Organisasi Kajeng Handicraft …………………… 46
Gambar V.6 Diagram Jaringan Kerja Pembuatan Puzzle………………. 74
Gambar V.7 Diagram Jaringan Kerja Percepatan Pembuatan Puzzle …. 97
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Jenis-jenis Pekerjaan Guna Penyelesaian Produk X ……… 27
Tabel V.2 Pengamatan Waktu Kegiatan Pembuatan Puzzle …………. 54
Tabel V.3 Rata-rata Waktu (AT) Kegiatan Pembuatan Puzzle ………. 57
Tabel V.4 Penghitungan Koefisien Variasi Hasil Pengamatan ………. 63
Tabel V.5 Penilaian Rata-rata Performance Tenaga Kerja dalam
Pembuatan Puzzle …………………………………………. 64
Tabel V.6 Penghitungan Waktu Normal Kegiatan-kegiatan
Pembuatan Puzzle …………………………………………. 66
Tabel V.7 Persentase Penilaian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Jumlah Kelonggaran Dalam Pembuatan Puzzle …………... 67
Tabel V.8 Penghitungan Waktu Standar Kegiatan-kegiatan Dalam
Pembuatan Puzzle …………………………………………. 71
Tabel V.9 Urut-urutan Kegiatan Dalam Proses Pembuatan Puzzle ….. 72
Tabel V.10 Rekapitulasi Seluruh Kegiatan, Urut-urutan dan Waktu
Kegiatan Dalam Pembuatan Puzzle ………………………. 73
Tabel V.11 Hasil Analisis Waktu Pembuatan Puzzle………………….. 74
Tabel V.12 Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Unit dalam
Pembuatan Puzzle…………………………………………. 76
Tabel V.13 Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung,
Waktu Standar Perusahaan dan Waktu Standar Analisis
Network ………………………………………………….. 78
Tabel V.14 Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut
Analisis Network …………………………………………. 80
Tabel V.15 Perbandingan Waktu dan Biaya Menurut Perusahaan
dan Analisis Network …………………………………….. 81
Tabel V.16 Penentuan Kegiatan Kritis pada Pembuatan Puzzle ………. 84
Tabel V.17 Rekapitulasi Kegiatan Yang Dipercepat Dengan
Penambahan Tenaga Kerja …………………………………95
Tabel V.18 Rekapitulasi Urutan Kegiatan Dengan Waktu Cepat
xv
Pada Pembuatan Puzzle …………………………………… 96
Tabel V.19 Perbandingan Waktu dan Biaya Antara Penyelesaian
Normal dan Cepat …………………………………………. 97
Tabel V.20 Rekapitulasi Kegiatan dan Biaya Cepat dengan Lembur
Pada Kegiatan Pembuatan Puzzle …………………………. 99
Tabel V.21 Perbandingan Biaya antara Penyelesaian Produksi
Normal dan Percepatan dengan Lembur ……………………101
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat dan mempengaruhi
kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Kemajuan ini tampak dari semakin
banyaknya perusahaan yang berdiri dan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen
sehingga tingkat persaingan di antara perusahaan semakin tajam.
Dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain dan dalam
upaya agar dapat mengembangkan perusahaan, maka perusahaan harus
meningkatkan efisiensi tanpa melupakan kualitas hasil produksinya. Pelaksanaan
kegiatan produksi suatu perusahaan memerlukan perencanaan dan tindakan yang
tepat untuk dapat mencapai kualitas hasil produksi sesuai yang diharapkan, tepat
waktu, serta dengan tingkat produktivitas yang tinggi.
Dalam melaksanakan kegiatan produksinya setiap perusahaan akan membuat
perencanaan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang untuk seluruh
operasional perusahaannya. Perencanaan produksi mutlak diperlukan agar kegiatan
produksi terkoordinasi sehingga tujuan dari perencanaan dapat tercapai dengan
baik. Sistem pengendalian yang dilaksanakan oleh perusahaan akan mempengaruhi
keberhasilan kegiatan produksi perusahaan.
Penerapan sistem pengendalian yang tepat dalam proses produksi suatu
perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain sumber daya manusia,
1
2
peralatan atau mesin produksi, jumlah produksi, dan jenis produksi yang
dilaksanakan perusahaan. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor produksi
yang mempengaruhi kegiatan perusahaan, maka perusahaan dituntut untuk
membuat perencanaan, melakukan pengawasan dan evaluasi yang matang, sehingga
dapat menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas produk yang diharapkan.
Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk perencanaan produksi adalah
metode jalur kritis (Critical Path Methods atau CPM). Perencanaan produksi
dengan metode jalur kritis ini mempertimbangkan waktu penyelesaian suatu produk
dan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk tersebut. Informasi
mengenai waktu dan biaya pembuatan suatu produk yang efisien tersebut diperoleh
dengan melakukan analisis terhadap jaringan kerja dalam proses produksi.
Dengan informasi diatas, manajer dapat menentukan waktu penyelesaian suatu
produk yang paling efisien serta mempunyai patokan yang tepat untuk
menyelesaikan suatu produk. Sehingga jika ada pesanan yang menginginkan waktu
penyelesaian lebih cepat dari waktu yang ditentukan dan dengan kualitas produk
yang diinginkan pelanggan, maka perusahaan dapat menentukan percepatan
pekerjaan dan menentukan kebijakan yang lain. Ketepatan penyelesaian suatu
produk menjadi hal yang sangat penting untuk memperoleh kepercayaan dari
pelanggan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul : Penerapan Analisis Jaringan Kerja Untuk Optimalisasi
Perencanaan Produksi Dengan Metode Jalur Kritis.
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penyusunan diagram jaringan kerja pembuatan puzzle ?
2. Berapakah waktu penyelesaian tercepat untuk pembuatan puzzle ?
3. Berapakah besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan puzzle jika waktu
penyelesaian produk dipercepat?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mempersempit
lingkup permasalahan yang akan diteliti. Masalah perencanaan produksi dalam
penelitian ini dibatasi pada produk yang paling banyak dan sering dipesan oleh
pelanggan dan proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama dan harus
selesai tepat dengan waktu yang diinginkan pelanggan. Penentuan waktu dalam
penelitian ini menggunakan waktu standar yang diperlukan untuk menganalisis
masing-masing kegiatan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyusunan diagram jaringan kerja pembuatan puzzle.
2. Untuk mengetahui waktu penyelesaian tercepat untuk pembuatan puzzle.
3. Untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan puzzle jika
waktu penyelesaian dipercepat.
4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan di dalam perusahaan terutama dalam
perencanaan jaringan kerja.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya kasanah
pustaka sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan.
3. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan
memperluas wawasan, serta sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh di bangku kuliah dalam dunia usaha secara riil.
5
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembahasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistem
penelitian.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori dari hasil studi pustaka yang menjadi
acuan dalam penulisan ini. Uraian dalam bab ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai landasan bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
tempat dan waktu penelitian, data yang dicari, definisi operasional,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang sejarah Kajeng Handicraft, struktur organisasi
Kajeng Handicraft, proses produksi puzzle, pemasaran puzzle di Kajeng
Handicraft, dan personalia di Kajeng Handicraft.
BAB V : Analisa Data dan Pembahasan
Dalam bab ini djelaskan tentang pengolahan data, hasil penelitian,
penafsiran hasil penelitian dengan teknik analisa yang sudah ditetapkan.
BAB VI : Penutup
Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran
dari penulis, dan keterbatasan.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Produksi
1. Pengertian Manajemen
Menurut T. Hani Handoko (1996 : 8), manajemen didefinisikan sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya,
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan manajemen
terdapat unsur -unsur :
a. Proses perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengawasan, dan
e. Efisiensi penggunaan sumber daya
2. Pengertian Produksi
Pengertian produksi mencakup setiap usaha manusia yang, baik secara
langsung atau tidak langsung, menghasilkan barang dan jasa supaya (lebih)
berguna untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia (Gilarso, 1992 : 85).
Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) sesuatu barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor
6
7
produksi yang dalam ilmu ekonomi berupa tanah, modal, tenaga kerja, dan skills
(Assauri, 1978 : 7).
Secara umum fungsi produksi bertanggung jawab atas pengolahan bahan baku
dan penolong menjadi barang jadi atau jasa yang akan memberikan hasil
pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi produksi ini diperlukan
serangkaian kegiatan yang merupakan suatu sistem.
Agar sistem tersebut dapat berjalan atau beroperasi secara efektif maka
diperlukan manajemen. Tugas manajemen adalah mengatur bagaimana seluruh
kegiatan direncanakan, dipadukan dan dikendalikan agar menghasilkan output
atau hasil sesuai dengan jumlah, kualitas, waktu dan biaya yang telah ditetapkan.
3. Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan usaha pengelolaan secara optimal
penggunaan sumber daya-sumber daya, seperti tenaga kerja, mesin-mesin,
peralatan, bahan mentah dan sebagainya, dalam proses transformasi bahan mentah
dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa (Handoko, 1996 : 3).
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (1980 : 7), Manajemen produksi adalah
kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan dan menambah kegunaan
(utility) suatu barang atau jasa.
Hubungan antara faktor-faktor produksi seperti mesin, tenaga kerja, teknologi,
bahan mentah dengan hasil produksinya digambarkan dalam fungsi produksi.
Dalam hal ini akan diingat prinsip ekonomi, yaitu dengan pengorbanan tertentu
akan memberikan hasil yang maksimal. Manajemen produksi mengatur
penggunaan sumber daya-sumber daya (faktor-faktor produksi) sedemikian rupa
8
sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dengan efektif dan efisien. Efisien
berarti bahwa sumber daya yang dipakai dapat memberikan hasil (output) yang
sebesar-besarnya. Sedangkan efisiensi adalah proses produksi yang dapat
berjalan dengan biaya rendah dan kualitas tertentu serta dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
B. Manajemen Proyek
Manajemen proyek timbul karena semakin dibutuhkannya penanganan yang
spesifik untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi suatu proyek. Proyek merupakan
suatu kegiatan yang diawali dengan kegiatan tertentu dan diakhiri dengan suatu
kegiatan tertentu pula. Kegiatan tersebut terdiri dari sekumpulan kegiatan yang saling
terkait antara yang satu dengan yang lain dan dibatasi dengan waktu serta anggaran
yang telah ditetapkan. Manajemen proyek dapat dikatakan sebagai usaha
merencanakan, mengkoordinasikan, serta mengawasi kegiatan dalam proyek
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal waktu serta anggaran yang telah
ditetapkan (Reksohadiprojo, 1995 : 4).
C. Fungsi Perencanaan Produksi
Perencanaan merupakan fungsi terpenting di antara semua fungsi manajemen
yang ada. Suatu perusahaan perlu membuat perencanaan agar proses produksi dapat
berjalan lancar.
Dalam semua kegiatan perusahaan yang bersifat manajerial untuk mendukung
usaha-usaha pencapaian tujuan, fungsi perencanaan haruslah dilakukan terlebih
9
dahulu daripada fungsi pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan
pengawasan. Ini merupakan salah satu sifat dari fungsi perencanaan. Adapun sifat
yang lain dari fungsi perencanaan adalah sumbangannya terhadap tujuan serta
efisiensi dari perencanaan itu sendiri (Swastha, 1982 : 92).
Untuk dapat membuat perencanaan yang baik perlu diperhatikan kondisi intern
dan ekstern perusahaan. Kondisi intern ini dapat berupa mesin, tenaga kerja, bahan
baku, dan sebagainya. Sedangkan kondisi ekstern berasal dari luar perusahaan, yaitu
berupa inflasi, politik, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Dengan memahami
lingkungan intern dan ekstern, diharapkan rencana yang disusun perusahaan dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kegiatan perusahaan dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencananya.
Manfaat perencanaan menurut T. Hani Handoko (1987 : 81) adalah :
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan.
2. Membantu dalam kristalisasi pada masalah-masalah utama.
3. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
4. Membantu penempatan tanggung jawab lebih jelas.
5. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami.
6. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
Kelemahan dari perencanaan (Handoko, 1987 : 81-82) adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan dibandingkan
kontribusi nyata.
b. Pekerjaan cenderung menunda kegiatan.
10
c. Perencanaan mungkin terlalu membatasi manajemen untuk berinisiatif dan
berinovasi.
d. Kadang-kadang hasil yang paling baik didapatkan dalam penyelesaian situasi
individual dan penanganan setiap masalah pada saat masalah tersebut terjadi.
e. Ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten
Perencanaan produksi merupakan perencanaan dan pengorganisasian manusia,
bahan baku, peralatan, mesin-mesin serta modal yang diperlukan untuk memproduksi
barang-barang atau jasa pada periode atau suatu waktu tertentu di masa yang akan
datang sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh manajemen. Perencanaan
produksi ini merupakan dasar penentuan produksi dan kebijakan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Pada umumnya perencanaan produksi ini disajikan dalam hubungannya dengan
kebutuhan fisik (barang), sehingga dari perencanaan produksi ini dapat dihitung
jumlah yang harus diproduksi dengan mudah. Perencanaan produksi juga tidak dapat
lepas dari perhitungan peramalan penjualan dalam menghitung produk yang dapat
dipasarkan sebagai pedoman jumlah barang yang paling mungkin untuk diproduksi
agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi.
Rencana produksi dapat dihitung dengan cara (Adisaputro, 1995 : 183) :
Rencana penjualan = xx
(ditambah)Persediaan akhir = xx
Barang yang harus tersedia = xx
(dikurangi)Persediaan awal = xx
Rencana produksi = xx
11
Rencana-rencana yang harus disusun dalam bidang produksi ada 3 macam
(Gitosudarmo, 1985 : 6-7) :
1) Perencanaan tentang pabrik (factory planning)
Factory planning yaitu perencanaan yang berhubungan dengan pabrik, terdiri dari
beberapa macam perencanaan, antara lain : letak pabrik, layout pabrik, luas
pabrik, bentuk pabrik, jenis mesin yang dipakai dan lingkungan kerja.
2) Perencanaan tentang pengerjaan (manufacturing planning)
Perencanaan ini berhubungan dengan produksi pembuatan barang atau proses
penciptaan kegunaan bentuk (form utility). Perencanaan ini terdiri dari beberapa
macam bidang, yaitu rute aliran proses produksi, metode kerja, alat pembantu
yang dipakai, waktu yang dipakai, jenis dan jumlah bahan yang dibutuhkan,
bagian-bagian yang harus dibeli dari perusahaan lain, standardisasi, spesialisasi,
simplifikasi, dan sebagainya.
3) Perencanaan tentang produksi (production planning)
Perencanaan ini akan lebih banyak merencanakan masalah-masalah produksi
dalam aspek software, sedangkan pada jenis perencanaan lainnya (factory dan
manufacturing) banyak berhubungan dengan perencanaan produksi dalam aspek
fisik. Production planning ini terdiri dari beberapa macam bidang antara lain :
desain baru, metode penyediaan bahan, metode penyediaan barang jadi, pola
produksi, jadwal produksi, pengaturan tenaga kerja dan komunikasi, pengendalian
kualitas, pengendalian biaya, dan sebagainya.
Adapun langkah-langkah dalam perencanaan produksi (Gitosudarmo, 1985 : 30)
adalah sebagai berikut :
12
a) Menentukan tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut harus memiliki tiga syarat
yaitu jelas, mungkin dicapai, dan tidak terlalu ringan.
b) Menentukan kedudukan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak
dicapai. Hal ini juga dapat berarti menentukan tujuan-tujuan antara atau sub
tujuan yang akan menopang pencapaian tujuan utama tersebut.
c) Menentukan faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat tercapainya
tujuan perusahaan.
d) Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan. Guna memperoleh perencanaan
yang efektif haruslah dipastikan bahwa keengganan dalam merumuskan tujuan
dapat dihindari. Dalam hal ini banyak diantara kita yang sangat enggan untuk
merumuskan secara terperinci tujuan maupun tujuan antara yang harus dicapai
oleh suatu organisasi atau suatu departemen tertentu dalam organisasi itu. Padahal
dengan dapat dirumuskannya secara jelas dan tegas apa yang menjadi tujuan yang
hendak dicapainya, maka semua pihak akan memperoleh kejelasan atas sasaran
yang dikehendaki.
D. Metode Jaringan
Metode jaringan atau metode Network menggunakan konsep dengan
menggunakan istilah-istilah : Jalur rawan atau “Critical Path” dan Waktu
menganggur atau “Slack”. Metode Network terdiri dari bermacam-macam jenis,
antara lain sebagai berikut (Sumayang, 2003 : 154) :
13
1. Metode jaringan waktu tetap atau Constant Time Networks
Metode constant-Time digunakan untuk penjadwalan proyek dengan waktu
aktivitas konstan/tetap.
2. Metode acak atau Random Time Methods atau metode Penelitian kembali atau
metode PERT
Metode PERT digunakan untuk penjadwalan proyek jika waktu aktivitas random
atau acak dan menunjukkan arah yang tidak pasti seperti pada proyek R & D,
perencanaan sistem komputer dan penjadwalan penyerangan militer di mana
waktu aktivitas diperkirakan berubah-ubah.
3. Metode keseimbangan Waktu dan Biaya atau Time-Cost Trade offs methods atau
metode jaringan kritis atau critical path Method atau CPM
Metode CPM adalah metode penjadwalan proyek jika waktu aktivitas mendekati
tetap dan dapat dikurangi dengan penambahan biaya, seperti pada proyek
pembangunan.
4. Metode diagram prasyarat atau Precedence diagramming methods atau PDM
Kemampuan metode PDM adalah menggambarkan jadwal dengan lebih mudah
dan dapat menjelaskan hubungan aktivitas sekarang dengan aktivitas yang telah
lalu atau sebelumnya sehingga penjadwalan dengan metode ini dapat mudah
dimengerti oleh para pelaksana.
E. Metode Jalur Kritis
CPM atau “Critical Path Method” adalah sebuah metode penjadwalan jaringan
proyek yang menggunakan penyeimbangan antara waktu dan biaya. Masing-masing
14
aktivitas dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan yaitu dengan
cara merubah dan menambah biaya (Sumayang, 2003 : 168).
Pengertian jalur kritis adalah :
1. Menurut T. Hani Handoko (1997 : 407), jalur kritis adalah jalur terpanjang pada
network dan waktunya menjadi waktu penyelesaian minimum yang diharapkan
untuk masing-masing alternatif.
2. Menurut Lalu Sumayang (2003 : 157), jalur kritis adalah aktivitas yang
mempunyai waktu penyelesaian terlama. Aktivitas pada jalur kritis ini berarti
mempunyai waktu longgar atau slack sebesar Nol. Aktivitas ini harus selesai pada
waktunya untuk mencegah penyelesaian proyek tertunda.
Jalur kritis memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut (Gitosudarmo, 1985 : 123):
a. Jalur kritis merupakan jalur yang mempunyai waktu terpanjang dalam proses
produksi.
b. Jalur kritis tidak memiliki tenggang waktu antara waktu selesainya suatu tahap
kegiatan dengan waktu mulainya suatu tahap kegiatan yang lain dalam proses
produksi.
Komponen-komponen dalam CPM terdiri dari (Handoko, 1997 : 402) :
1) Kegiatan atau activity
Kegiatan adalah bagian dari keseluruhan pekerjaan yang harus dilaksanakan.
2) Peristiwa atau event
Peristiwa merupakan pelaksanaan kegiatan dalam rencana program yang
menandai mulainya dan akhirnya suatu kejadian.
15
3) Waktu kegiatan
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam network planning adalah penentuan
waktu setiap kegiatan yang diperlakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
atau proyek secara keseluruhan.
F. Kondisi Kegiatan Dalam Jalur Kritis
Ada empat kondisi kegiatan dalam metode jalur kritis, yaitu (Sumayang, 2003 :
162) :
1. Waktu normal atau normal time yaitu waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian
proyek atau pekerjaan dibawah program normal.
2. Biaya normal atau normal cost adalah biaya yang terjadi pada waktu normal.
3. Waktu percepatan atau crash time yaitu waktu minimum yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan.
4. Biaya percepatan atau crash cost adalah biaya yang berhubungan dengan crash
time.
Jadwal proyek pertama kali disusun dengan menggunakan normal time dan
normal cost untuk semua kegiatan. Kalau waktu penyelesaian dan biaya proyek
memuaskan maka semua kegiatan akan dijadwalkan pada waktu normal. Jika waktu
penyelesaian terlalu lama, proyek dapat dipercepat dengan menambah biaya,
sehingga akan diperoleh jaringan atau penjadwalan dengan kemungkinan yang sangat
banyak. Kegiatan yang mengalami perubahan biaya dan waktu penyelesaian ini
dinamakan “crashed” kegiatan. Dengan demikian apabila waktu penyelesaian suatu
16
pekerjaan atau proyek tidak memuaskan maka kegiatan tertentu dapat di “crash”kan
untuk mengurangi waktu penyelesaian proyek atau pekerjaan.
Penulis menentukan metode jalur kritis (CPM) sebagai metode dalam penelitian
ini berdasarkan waktu yang dipakai dalam proses produksi. Waktu yang dipakai
dalam proses produksi ini adalah waktu standar, bukan waktu kemungkinan (waktu
optimistik, waktu realistik dan waktu pesimistik) yang dipakai dalam PERT
(Program Evaluation and Review Technique).
G. Manfaat Analisis Metode Jalur Kritis
Metode jalur kritis merupakan bagian dari metode jaringan kerja yang terutama
digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang bersifat tidak rutin atau
terutama tipe produksi yang intermiten, produksi berdasarkan pesanan. Menurut Agus
Ahyari (1987 : 455) keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh dengan
mempergunakan analisis jaringan kerja ini adalah :
1. Mengorganisir data dan informasi secara sistematis.
2. Penentuan urutan /prioritas pekerjaan.
3. Dapat menemukan pekerjaan-pekerjaan yang dapat ditunda tanpa menyebabkan
terlambatnya penyelesaian proyek/pekerjaan secara keseluruhan, sehingga dari
pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat dihemat tenaga, waktu, dan dana.
4. Dapat menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus segera diselesaikan tepat pada
waktunya, karena penundaan pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat mengakibatkan
tertundanya penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan.
17
5. Dapat segera mengambil keputusan apabila jangka waktu kontrak (jangka waktu
penyelesaian proyek yang diminta oleh konsumen) tidak sama dengan jangka
waktu penyelesaian proyek secara normal.
6. Dapat segera menentukan pekerjaan-pekerjaan mana yang harus dikerjakan
dengan lembur atau pekerjaan mana yang harus disubkontrakkan agar
penyelesaian proyek atau pekerjaan secara keseluruhan dapat sesuai dengan
permintaan konsumen.
H. Metode Algorithma
Untuk menyelesaikan penyusunan network dari pekerjaan-pekerjaan yang masih
sederhana, dapat diperhitungkan waktu untuk masing-masing jalur secara satu per
satu, akan tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar serta kompleks, maka
metode perhitungan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap jalur
pekerjaan tersebut kurang menguntungkan lagi. Hal ini disebabkan karena metode
tersebut memerlukan waktu yang cukup banyak untuk membuat perhitungan dan
kemudian membandingkan setiap jalur pekerjaan. Oleh karena itu disusunlah metode
yang lain yang lebih menguntungkan untuk menyelesaikan penyusunan perencanaan
tersebut terutama untuk mencari jalur kritis untuk setiap pekerjaan atau proyek secara
keseluruhan.
Metode algorithma adalah metode untuk mempermudah analisis network dalam
mencari jalur kritis. Sebagaimana diketahui apabila terdapat banyak jalur
penyelesaian pekerjaan, maka untuk mengadakan perhitungan satu per satu adalah
kurang efisien. Hal ini disebabkan disamping perhitungan dengan cara tersebut akan
18
memakan waktu yang lama, maka perhitungan yang harus dikerjakan akan lebih
banyak pula. Dengan demikian tentu saja akan mempertinggi probabilitas terjadinya
kesalahan. Apabila kita mempergunakan metode algorithma di dalam menyusun dan
menganalisis network maka akan dapat diadakan perhitungan yang lebih cepat,
terutama dalam hal menentukan jalur kritis tidak perlu mengadakan perhitungan
waktu yang dipergunakan untuk penyelesaian setiap jalur secara satu per satu
(Ahyari, 1986 : 465).
Beberapa notasi yang dipergunakan dalam metode algorithma (Ahyari, 1987 :
465) adalah :
1. ES : Earliest Start
Earliest start adalah waktu dimana pekerjaan yang bersangkutan dapat
dimulai paling awal, tanpa menimbulkan gangguan pada pekerjaan yang
lain. Dengan kata lain dapat pula disebutkan sebagai waktu yang paling
awal untuk memulai pekerjaan tersebut.
2. EF : Earliest Finish
Earliest finish adalah waktu dimana pekerjaan tersebut dapat diselesaikan
secepat-cepatnya (paling cepat) tanpa menimbulkan gangguan pada
pekerjaan yang lain. Penyelesaian yang secepat-cepatnya disini masih
dipergunakan waktu penyelesaian yang normal, belum mempergunakan
percepatan dan praktis belum membayar ongkos percepatan pekerjaan.
3. LS : Latest Start
Latest start adalah waktu yang paling akhir untuk memulai suatu pekerjaan,
tanpa menimbulkan gangguan atau diundurnya pekerjaan proyek secara
19
keseluruhan. Dengan kata lain, latest start dapat diartikan sebagai batas
waktu penundaan dimulainya suatu pekerjaan, agar pekerjaan proyek secara
keseluruhan tidak tertunda.
4. LF : Latest Finish
Latest finish adalah waktu yang paling akhir untuk selesainya suatu
pekerjaan, tanpa menimbulkan gangguan atau ditundanya pekerjaan lain.
Latest finish adalah batas waktu terakhir untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, agar pekerjaan proyek secara keseluruhan dapat selesai tepat
pada waktunya, tidak mengalami penundaan.
I. Analisis Waktu
Analisis waktu dalam penyelenggaraan kegiatan adalah mempelajari tingkah laku
pelaksanaan kegiatan selama penyelenggaraan kegiatan. Dengan analisis waktu ini
diharapkan bisa ditetapkan skala prioritas pada tiap tahap. Bila terjadi perubahan
waktu pelaksanaan kegiatan, segera bisa diperkirakan akibat-akibatnya sehingga
keputusan yang diperlukan dapat diambil. Di samping itu, analisis waktu
memungkinkan disesuaikan umur perkiraan proyek atau pekerjaan dengan umur
proyek atau pekerjaan yang direncanakan dengan cara yang rasional, sepanjang masih
memungkinkan, bahkan umur rencana poyek atau pekerjaan dapat ditentukan
lamanya sesuai dengan tingkat probabilitas yang dikehendaki. Tujuan analisis waktu
dalam penyelenggaraan proyek atau pekerjaan ini adalah untuk menekan tingkat
ketidakpastian dalam waktu pelaksanaan selama penyelenggaraan pekerjaan atau
proyek.
20
Dalam menghitung waktu tercepat digunakan dua cara yaitu (Sumayang, 2003 :
155) :
1. Perhitungan ke arah depan atau forward pass computation yaitu menghitung
waktu mulai dari kegiatan terdahulu dilakukan ke kegiatan berikutnya.
2. Perhitungan ke arah belakang atau backward pass computation adalah
menghitung mulai dari event terakhir menuju ke depan atau event dengan kegiatan
yang dilakukan terdahulu. Perhitungan dengan cara ini dapat diketahui waktu
yang paling lama dimana kegiatan dapat dilakukan tanpa mengakibatkan proyek
tertunda.
Dengan forward dan backward pass ini maka manajemen akan dapat mengetahui
hal-hal sebagai berikut (Sumayang, 2003 : 156) :
a. Critical path atau jalur kritis
b. Menghitung waktu menganggur atau slack
c. Menentukan saat-saat penyelesaian proyek
J. Total slack (waktu longgar)
Dalam diagram network yang telah disusun apabila ditemukan pada beberapa
pekerjaan ES sama dengan LS dan EF sama dengan LF, hal ini berarti pekerjaan
tersebut dikatakan pekerjaan kritis yaitu pekerjaan yang tidak mempunyai tenggang
waktu (idle time) atau kelonggaran waktu. Untuk pekerjaan-pekerjaan dimana ES
sama dengan LS atau pun EF sama dengan LF, harus dilaksanakan sesuai dengan
jadwal waktu yang ada. Sebab dengan adanya penundaan pekerjaan-pekerjanan
tersebut akan mengakibatkan tertundanya penyelesaian proyek secara keseluruhan.
21
Disamping ada pekerjaan-pekerjaan dimana ES sama dengan LS dan EF sama
dengan LF ada juga pekerjaan-pekerjaan yang antara ES dan LS serta EF dengan LF-
nya tidak sama yang berarti ada selisih waktu. Selisih waktu tersebut merupakan
kelonggaran waktu atau sering disebut Total Slack. Kelonggaran waktu yang
ditunjukkan oleh selisih ES dan LS ataupun EF dan LF adalah maksimum waktu yang
dapat ditunda untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (pekerjaan yang mempunyai total
slack tersebut), tanpa mengakibatkan tertundanya pekerjaan proyek secara
keseluruhan.
Ada beberapa macam slack yaitu (Ahyari, 1987 : 472) :
1. Free Slack
Free slack yaitu kelonggaran waktu yang terdapat dalam suatu pekerjaan, apabila
tidak dipergunakan akan hilang begitu saja.
2. Slack
Slack merupakan kelonggaran waktu yang terdapat dalam suatu pekerjaan, apabila
tidak dipergunakan masih dapat dipergunakan pada pekerjaan berikutnya.
3. Total Slack
Total slack adalah total dari slack atau free slack untuk suatu pekerjaan. Total
Slack ini ditunjukkan pula oleh selisih antara ES dan LS atau EF dan LF pada
masing-masing pekerjaan.
K. Faktor Penentu Lama Kegiatan
Lama kegiatan adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
kegiatan yang bersangkutan, yaitu mulai dari saat awal pada saat kegiatan mulai
22
dikerjakan sampai dengan saat akhir pada saat kegiatan selesai dikerjakan. Satuan
untuk mengukur lama kegiatan tergantung dari macam kegiatannya, bisa dalam detik,
menit, jam, minggu, bulan, atau tahun.
Ada dua faktor penentu lama kegiatan, yaitu (Haedar Ali, 1986 : 48) :
1. Faktor teknis
Yang termasuk faktor teknis adalah volume penjualan, sumber daya, ruangan, jam
kerja per hari kerja.
2. Faktor non teknis
Yang termasuk faktor non teknis adalah kondisi kesehatan tenaga kerja,
banyaknya hari-hari hujan dan cuaca yang tidak memungkinkan
menyelenggarakan pekerjaan.
Untuk mengerjakan atau menyelesaikan kegiatan yang jenis maupun volumenya
sama, dengan menggunakan sumber daya yang relatif banyak akan lebih cepat selesai
bila dibandingkan dengan menggunakan sumber daya yang relatif sedikit.
L. Analisis Biaya dan Sumber daya
Di dalam penyelenggaraan suatu pekerjaan atau proyek diperlukan masukan yang
akan diproses dengan tingkat kesulitan dan waktu tertentu sehingga tujuan pekerjaan
atau proyek yang berupa produk akhir tercapai. Masukan yang diperlukan adalah
berapa sumber daya yang meliputi biaya, tenaga kerja, peralatan, dan bahan harus
selalu siap pada saat jumlah dan mutu yang diminta (Baroto, 2002 : 224).
Analisis biaya dan sumber daya bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui
jumlah biaya, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang diperlukan setiap saat selama
23
pekerjaan atau proyek diselenggarakan. Dari analisis waktu dapat dibuat jadwal yang
berupa kumpulan jadwal semua kegiatan. Analisis biaya dan sumber daya masing-
masing kegiatan akan membantu manajemen dalam mengalokasikan biaya dan
sumber daya dengan rencana kerja dan sasaran yang akan dicapai tanpa ada gangguan
antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain.
M. Analisis Jaringan Kerja
Untuk mengadakan analisis jaringan kerja pada suatu proyek diperlukan data
sebagai berikut (Ahyari, 1987 : 456) :
1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan proyek tersebut secara
keseluruhan.
2. Taksiran waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan
Taksiran waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan tidak dapat ditentukan
dengan mutlak, maka taksiran yang digunakan adalah dengan pengalaman masa
lalu berapa waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan serupa.
3. Urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan
Urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah pekerjaan apa yang harus
diselesaikan sebelum suatu pekerjaan bisa dimulai, dan pekerjaan apa yang
kemudian mengikutinya.
4. Ongkos untuk mempercepat setiap pekerjaan
Pada prinsipnya ongkos untuk mempercepat pekerjaan ini adalah tambahan
ongkos yang diperlukan karena dipercepatnya suatu pekerjaan dari taksiran waktu
normal dan dengan perhitungan ongkos normal pula.
24
Berdasarkan data diatas, dapatlah disusun suatu diagram dari urutan pekerjaan
untuk penyelesaian proyek secara keseluruhan. Diagram inilah yang disebut diagram
jaringan kerja. Dengan demikian maka proses pelaksanaan pekerjaan untuk
penyelesaian proyek tersebut dapat digambarkan secara visual, yang mana hal
tersebut lebih memudahkan penglihatan manajemen untuk mengadakan pengawasan
pelaksanaan proyeknya.
N. Pembuatan Jaringan Kerja
Adapun cara pembuatan diagram kerja untuk menyelesaikan suatu proyek secara
keseluruhan ditulis dalam bentuk simbol-simbol, yaitu (Baroto, 2002 : 212) :
1.
Anak panah melambangkan kegiatan (activity) yang merupakan bagian dari
keseluruhan pekerjaan yang dilaksanakan, kegiatan mengkonsumsi waktu dan
sumber daya serta mempunyai waktu mulai dan berakhir.
2.
Lingkaran melambangkan peristiwa yang menandai permulaan dan akhir suatu
kegiatan.
3.
Anak panah terputus-putus melambangkan kegiatan semu (dummy activity).
Kegiatan semu bukan suatu kegiatan senyatanya dan tidak memerlukan alokasi
sumber daya (waktu dan biaya).
Dalam menyusun analisa jaringan kerja ada langkah-langkahnya
(Gitosudarmo,1985 : 80) sebagai berikut :
25
a. Menginvestasikan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam proses produksi
secara keseluruhan.
b. Menentukan urutan pekerjaan yang akan dilakukan.
c. Menentukan perhitungan waktu yang diperlukan untuk setiap jenis kegiatan di
dalam produksi.
d. Penyusunan diagram network/jaringan kerja.
e. Menentukan jalur kritis.
O. Model Jaringan Kerja
Dalam menggambarkan diagram jaringan kerja, lingkaran dan anak panah
melukiskan hubungan antar kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan proyek. Arti dari
penggunaan simbol tergantung pada model yang dipakai dalam pembuatan diagram
jaringan kerja.
Ada dua macam model jaringan kerja untuk pembuatan jaringan kerja, yaitu
(Schroeder, 1989 : 412) :
1. Model activity on arc (AOA)
AOA adalah model jaringan kerja yang menekankan titik hubungan kegiatan
yang berorientasi pada peristiwa dengan menggunakan anak panah untuk
menggambarkan kegiatan (activity) dan lingkaran (node) untuk menggambarkan
kejadian atau peristiwa (event). Sebuah event adalah titik dimana ada satu atau
lebih kegiatan yang diselesaikan dan satu atau lebih kegiatan dimulai. Sebuah
kegiatan memerlukan waktu serta sumber daya. Model ini digunakan untuk
26
menggambarkan jaringan kerja dengan metode Program Evaluation and Review
Technique (PERT).
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa hubungan kegiatan pendahulu
diperlukan agar sebuah kejadian tidak terjadi sebelum aktivitas yang
mendahuluinya selesai (kejadian 4 tidak dapat terjadi sebelum aktivitas A,B dan C
selesai).
Gambar II.1 : Diagram Jaringan Kerja AOA
= kejadian
= kegiatan
2
C
B
A
3 4
1
2. Model activity on node (AON)
AON adalah model diagram jaringan kerja yang berorientasi pada kegiatan
dengan menggunakan lingkaran (node) untuk menggambarkan kegiatan dan anak
panah menunjukkan urutan kegiatan dimana kegiatan harus dilaksanakan. Model
ini digunakan untuk menggambarkan jaringan kerja dengan metode jalur kritis
(CPM).
Pada gambar di bawah ini hubungan kegiatan pendahulu diperlukan agar
sebuah aktivitas tidak dapat dimulai sebelum aktivitas yang mendahuluinya
selesai (aktivitas C tidak dapat dimulai sebelum aktivitas A dan B selesai).
27
Gambar II.2 : Diagram Jaringan Kerja AON
= kegiatan
= kejadian
Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan suatu contoh jenis-jenis pekerjaan guna
penyelesaian produk barang X dalam bentuk tabel 2.1 (Ahyari, 2000 : 8):
Tabel II.1 : Jenis-jenis pekerjaan guna penyelesaian produk X
B
C
A
Pekerjan Simbol Pekerjaan yang mendahului
Waktu normal (hari)
Mulai A - 0 Memasukkan material A B A 10 Memasukkan material B C A 20 Memproses material A D B, C 30 Memproses material B E B, C 20
Mengecat B F E 40 Memasang A dengan B G D, F 20
Selesai H G 0
Berdasarkan data dalam tabel tersebut, maka dapat disusun diagram jaringan kerja
untuk menyelesaikan produk barang X tersebut sebagai berikut :
= kegiatan
= kejadian
28
A
B C
D
FG
H
E
Gambar II.3 : Diagram jaringan kerja produk X
Setelah kita menyusun diagram jaringan kerja, maka kita dapat melakukan
perhitungan terhadap jalur kritis dan waktu kritisnya. Jalur kritis merupakan jalur
yang mempunyai waktu paling lama yang terdapat pada diagram jaringan kerja
(Ahyari, 2000 : 14). Sedangkan waktu kritis adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan jalur kritis (Ahyari, 2000 : 15). Dari gambar diatas, empat jalur
penyelesaian pekerjaan tersebut secara keseluruhan beserta waktu penyelesaiannya,
yaitu :
1. A – B – E – F – G – H = 0 + 10 + 20 + 40 + 20 + 0 = 90 hari
2. A – B – D – G – H = 0 + 10 + 30 + 20 + 0 = 60 hari
3. A – C – D – G – H = 0 + 20 + 30 + 20 + 0 = 70 hari
4. A – C – E – F – G – H = 0 + 20 + 20 + 40 + 20 + 0 = 100 hari
Dari gambar diatas yang merupakan jalur kritis adalah jalur keempat yaitu A – C
– E – F – G – H. Jalur ini merupakan jalur kritis dengan waktu 100 hari. Seandainya
29
penyelesaian proyek ini tidak menggunakan analisis jaringan kerja, maka waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek ini adalah A – B – C – D – E – F – G – H
yang berarti 0 + 10 + 20 + 30 + 20 + 40 + 20 + 0 = 140 hari.
P. Penyelesaian Produksi Lebih Cepat Dari Waktu Normal
Dengan menyusun diagram network dari produksi yang akan dilaksanakan, serta
mencari jalur kritis dari diagram network tersebut maka dapat segera diketahui waktu
penyelesaian suatu produksi A kapan produk dapat diselesaikan. Apabila ada
pelanggan memesan produk tersebut, manajemen perusahaan akan memberikan
perkiraan selesainya pesanan pelanggan tersebut.
Perusahaan meubel misalnya, segera dapat memberikan perkiraan selesainya
pembuatan produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Dengan menyusun diagram
network serta mengetahui perkiraan waktu dari masing-masing pekerjaan, maka
walaupun permintaan pelanggan tersebut mempunyai bentuk, model, serta ukuran
yang belum pernah dibuatnya, segera manajemen perusahaan dapat memberikan
perkiraan selesainya pembuatan produk tersebut. Hal ini disebabkan karena
perubahan bentuk, model, serta ukuran tersebut berpengaruh kepada penyelesaian
masing-masing pekerjaan dan mungkin juga merubah urutan dari proses pembuatan
produk tersebut. Walaupun demikian, dengan menyusun diagram network dari
pembuatan produk yang dikehendaki, akan segera diadakan perhitungan waktu yang
diperlukan untuk penyelesaian pembuatan produk tersebut. Hal ini disebabkan karena
apabila manajemen perusahaan menjanjikan waktu yang cepat maka dia sendiri
belum yakin apakah pesanan tersebut dapat diselesaikan sesuai yang dijanjikan.
30
Sebaliknya apabila menjanjikan waktu yang lama karena ia ingin agar pada waktu
yang dijanjikan itu barang betul-betul siap, maka ada kekuatiran juga apakah
langganan tidak lari kepada perusahaan lain yang dapat melayani pesanan lebih cepat.
Dengan diagram network manajemen dapat menggunakan sebagai alat
perencanaannya, sehingga dapat ditentukan segera berapa lama pesanan dapat
diselesaikan. Dengan diagram network dapat ditunjukkan waktu penyelesaian
pesanan dengan tepat yaitu pada waktu penyelesaian yang ditunjukkan oleh jalur
kritis.
Dengan diketahuinya jalur kritis dari setiap proyek atau pekerjaan, maka
manajemen dapat menentukan sikap dengan cepat dan tepat, terutama dalam
perkiraan penyelesaian proyek atau pesanan suatu produk. Namun manajemen tidak
cukup hanya berbekal jalur kritis saja, sebab walaupun manajemen sudah
memperhitungkan dengan baik tetapi pelanggan atau konsumen meminta agar waktu
penyelesaian lebih cepat, maka akan ditemukan jalan buntu. Manajemen tidak berani
mengurangi waktu penyelesaian dari waktu yang diperlukan jalur kritis, sedangkan
pelanggan tetap meminta waktu lebih cepat dari kesanggupan manajemen perusahaan.
Tentu saja agar dapat melayani konsumen dengan sebaik-baiknya dan menjaga agar
perusahaan tidak kehilangan langganan, manajemen perusahaan akan menyanggupi
permintaan pelanggan atau konsumen tersebut.
Hal ini menuntut konsekuensi lebih lanjut bahwa perusahaan harus mengadakan
kerja lembur atau sub kontrak dan lain sebagainya agar pesanan pelanggan dapat
selesai lebih cepat dari penyelesaian normal. Sampai disini justru timbul persoalan
31
baru, yaitu pekerjaan-pekerjaan mana yang akan dikerjakan lembur serta berapa
tambahan biaya untuk percepatan tersebut.
1. Percepatan produksi dengan menambah tenaga kerja atau regu kerja
Dari teori diatas, maka pekerjaan-pekerjaan proyek atau produksi suatu barang
dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih pendek daripada jangka waktu
normal. Hal ini sangat berguna terutama untuk melayani pesanan-pesanan yang
masuk, yang meminta diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih cepat dengan
membayar ongkos yang lebih tinggi. Adapun perbedaan biaya untuk penyelesaian
pesanan (proyek) antara waktu normal dengan waktu penyelesaian yang lebih
cepat ini dapat dimengerti, karena untuk mempercepat pekerjaan proyek secara
keseluruhan memerlukan shift tambahan (kerja lembur) untuk beberapa segmen
pekerjaan. Namun persoalannya sekarang adalah pekerjaan-pekerjaan yang mana
yang harus diselesaikan lebih cepat dari waktu normal tersebut.
Di dalam pemilihan pekerjaan yang akan dipercepat penyelesaiannya, maka
hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a. Pekerjaan tersebut terletak di dalam jalur kritis, atau pekerjaan tersebut
merupakan pekerjaan kritis.
b. Apabila pekerjaan tersebut dipercepat maka jalur kritis masih tetap melalui
pekerjaan tersebut, atau pekerjaan tersebut masih tetap menjadi pekerjaan
kritis, walaupun ada kemungkinan akan timbul jalur kritis baru (lebih dari satu
jalur kritis).
c. Apabila sesudah dipercepatnya suatu pekerjaan kritis, kemudian pekerjaan
tersebut tidak lagi dilalui jalur kritis (tidak menjadi pekerjaan kritis), maka
32
pemilihan percepatan pekerjaan tersebut tidak akan mendapatkan hasil yang
diharapkan. Dengan demikian pemilihan percepatan pekerjaan pada pekerjaan
tersebut perlu ditinjau kembali.
2. Percepatan produksi dengan biaya percepatan yang berbeda
Percepatan untuk masing-masing pekerjaan mempunyai biaya percepatan
yang berbeda, maka pemilihan percepatan pekerjaan adalah dengan jalan
memiliki pekerjaan pada jalur kritis yang mempunyai biaya percepatan yang
paling kecil, baru kemudian kalau masih diperlukan percepatan lagi, maka dipilih
lagi pada pekerjaan pada jalur kritis yang belum dipercepat yang mempunyai
biaya percepatan paling kecil, dan seterusnya. Atau dengan kata lain, pekerjaan-
pekerjaan yang akan dipercepat tersebut adalah pekerjan-pekerjan yang terdapat
di dalam jalur kritis serta mempunyai urutan prioritas pemilihan dari pekerjaan
yang mempunyai biaya percepatan pekerjaan yang paling kecil.
33
Q. Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada gambar di bawah ini menggambarkan suatu perusahaan dalam menyusun
perencanaan untuk proses produksinya.
Pengelolaan proyek
Analisa Jaringan Kerja
PERT CPM
(berdasar kegiatan) (berdasar peristiwa)
Perencanaan Produksi
Gambar II.4 : Kerangka pemikiran teoritis
Proyek merupakan suatu kegiatan yang diawali dengan kegiatan tertentu dan
diakhiri dengan suatu kegiatan tertentu pula. Agar proyek dapat diselesaikan dengan
baik maka proyek tersebut harus dikelola dengan baik juga. Masalah utama dalam
pengelolaan proyek adalah perencanaan, penjadualan dan pengurutan pekerjaan untuk
menyelesaikan seluruh proyek. Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan proyek
dapat digunakan analisa jaringan kerja.
Terdapat dua metode penjadwalan khusus dalam analisis jaringan kerja, yaitu
PERT dan CPM. Pada dasarnya PERT dan CPM adalah sama. Metode PERT
digunakan bila jaringan kerja yang digunakan disusun berdasarkan kegiatan.
Sedangkan metode CPM digunakan bila jaringan kerja yang digunakan disusun
berdasar peristiwa.
34
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode CPM karena waktu kegiatan
pada Kajeng Handicraft adalah tetap. Penggunaan metode jalur kritis atau CPM harus
mempertimbangkan waktu penyelesaian dan biaya pembuatan suatu produk.
Berdasarkan data tersebut, perusahaan dapat menyusun diagram jaringan kerja dan
melakukan perhitungan untuk mencari jalur kritisnya. Dengan perhitungan itu maka
dapat segera diketahui perencanaan produksi yang optimal dalam penyelesaian
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang memusatkan pada satu
objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai kasus, dan kesimpulan yang diperoleh
hanya berlaku untuk perusahaan yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada perusahaan Kajeng Handicraft di Senggotan
Ring Road selatan No. 360 Kasihan Bantul Yogyakarta.
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada bulan November 2006.
D. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian ini adalah bagian produksi.
2. Objek penelitian ini adalah jaringan kerja dalam pembuatan produk.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah jaringan kerja serta perencanaan pembuatan produk
puzzle.
35
36
F. Definisi Operasional
1. Jaringan kerja
Jaringan kerja merupakan visualisasi dari urut-urutan kegiatan pembuatan produk
yang hubungan serta pengaruh kegiatan satu dengan kegiatan lainnya
diperlihatkan.
2. Optimalisasi
Optimalisasi merupakan usaha yang dilakukan agar kegiatan pembuatan produk
efisien baik dari sudut biaya maupun waktu penyelesaiannya.
3. Perencanaan produksi
Perencanaan produksi merupakan perencanaan dan pengorganisasian terhadap
proses produksi yang diperlukan untuk memproduksi produk. Perencanaan ini
dilakukan sebelum produksi dilaksanakan.
4. Jalur Kritis
Jalur kritis merupakan jalur dari urut-urutan kegiatan yang digunakan untuk
menyelesaikan pembuatan produk yang mempunyai waktu penyelesaian
terpanjang.
G. Data yang dibutuhkan
1. Gambaran umum perusahaan yang meliputi :
a. Sejarah perusahaan
b. Struktur organisasi perusahaan
c. Bagian personalia
d. Bagian pemasaran
37
e. Bagian produksi
f. Permodalan perusahaan
2. Data khusus
Data khusus ini digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang telah
dirumuskan. Data khusus ini terdiri dari :
a. Jenis produk yang dihasilkan.
b. Urutan kegiatan dalam menyelesaikan suatu produksi.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
d. Biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan.
H. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara mengumpulkan informasi dengan bertanya
jawab secara bertatap muka dengan responden tentang kegiatan perusahaan.
Wawancara ini dilakukan dengan karyawan bagian produksi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data yang diperoleh dari catatan-catatan dan dokumen-
dokumen historis. Data yang dikumpulkan berupa data tentang gambaran umum
perusahaan dan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan suatu produk.
3. Observasi
Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara dan dokumentasi, misal tentang proses produksi dan urut-urutan
kegiatan produksi.
38
I. Metode Analisis Data
Dengan melihat hubungan antara masalah pertama dengan masalah kedua dan
ketiga, maka pembahasan dilakukan per jenis produk.
Untuk menjawab masalah yang pertama digunakan analisis jaringan kerja.
Langkah-langkah yang digunakan adalah :
1. Mengidentifikasikan dan merumuskan kegiatan
Langkah pertama dalam menyusun jaringan kerja adalah merumuskan kegiatan
dan menyusunnya berdasarkan urut-urutan pelaksanaannya.
2. Penentuan waktu kegiatan
Untuk memperkirakan waktu kegiatan dalam penelitian ini menggunakan studi
waktu untuk menentukan waktu standar yang diperlukan untuk menganalisis
masing-masing kegiatan.
a. Menentukan sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi
(Simamora, 2004 : 36). Sampel dalam penelitian ini adalah produk yang
dihasilkan oleh Kajeng Handicraft yaitu puzzle. Dalam studi waktu penentuan
jumlah sampel menggunakan teknik sampling ganda yang dikembangkan
untuk menghindari pemborosan biaya dan waktu penelitian. Dalam sampling
ganda, penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel pendahuluan yang
ukurannya relatif kecil.
39
b. Pengamatan tahap pertama
Pengamatan pendahuluan dilaksanakan dengan mengamati jumlah waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan masing-masing kegiatan sebanyak sampel
yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Uji kecukupan data
Setelah dilakukan penelitian dengan sampel yang kecil kemudian diuji untuk
menentukan cukup tidaknya sampel yang telah diambil. Pengujian kecukupan
data ini dilakukan dengan menghitung koefisien variasi dari hasil penelitian
tiap-tiap kegiatan. Setelah diperoleh angka koefisien variasi dari masing-
masing kegiatan kemudian dibandingkan dengan bagan ukuran sampel studi
waktu yang dapat dilihat pada lampiran. Dengan demikian jumlah sampel
yang diperlukan untuk tingkat kepercayaan tertentu dapat diketahui.
d. Pengamatan tahap kedua
Jika jumlah pendahuluan sudah mencukupi maka pengamatan dapat
dihentikan dan jika sampel yang diambil belum mencukupi maka dapat
dilakukan pengamatan tahap selanjutnya dan hasil dari pengamatan tahap
kedua ini digabungkan dengan hasil pengamatan sebelumnya dan diuji
kembali. Demikian seterusnya sampai diperoleh jumlah sampel yang
representatif.
e. Menghitung waktu normal
Setelah pengamatan waktu dilaksanakan dan diperoleh waktu rata-rata dari
masing-masing kegiatan langkah selanjutnya adalah menghitung waktu
normal dari masing-masing kegiatan tersebut. Waktu normal dihitung melalui
40
perkalian antara waktu rata-rata dengan tingkat penyesuaian (rating factor)
tenaga kerja yang ada pada masing-masing pekerjaan. Rating factor diperoleh
berdasarkan hasil pengamatan penulis dengan melakukan penilaian terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi performance dari masing-masing tenaga
kerja.
f. Menghitung waktu standar
Setelah waktu normal dari masing-masing kegiatan diketahui, langkah
selanjutnya adalah menghitung waktu standar dari masing-masing kegiatan
dengan melakukan penambahan antara waktu normal dengan waktu cadangan
(allowance). Waktu cadangan disini diperoleh dengan melakukan penilaian
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan.
g. Penyusunan urut-urutan kegiatan
Kegiatan yang ada diurutkan sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan
berdasarkan logika ketergantungan masing-masing kegiatan.
h. Analisis jaringan kerja
Setelah data urut-urutan kegiatan serta waktu masing-masing kegiatan dibuat,
langkah selanjutnya adalah menyusun bagan jaringan kerja atau network.
Setelah bagan jaringan kerja terbentuk maka dapat dicari jalur kritisnya
(critical path), waktu kritisnya serta waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek.
Untuk menjawab masalah yang kedua dan masalah ketiga digunakan alat analisis
kemungkinan mempercepat penyelesaian pekerjaan. Tetapi untuk menganalisis
percepatan ini harus terlebih dahulu diketahui waktu normal siklus produksi
41
berdasarkan jalur kritis, kemudian dilakukan perbandingan waktu yang telah
ditetapkan perusahaan dengan waktu yang telah diperkirakan dengan menggunakan
analisis jaringan kerja. Dalam mengadakan percepatan ini harus diperhitungkan
waktu dan biayanya. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Membuat diagram kerja yang lengkap, sehingga diketahui jalur kritisnya dan
waktu perkiraan pengerjaan.
2) Menentukan kegiatan-kegiatan yang dapat dipercepat.
3) Membuat diagram jaringan kerja yang baru setelah ada percepatan.
4) Menganalisis biaya total.
5) Membandingkan waktu serta biaya antara penyelesaian produk secara normal dan
dengan percepatan.
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perkembanagan Perusahaan
Kajeng Handicraft merupakan perusahaan perseorangan. Perusahaan ini, didirikan
oleh Bapak Mandar Utomo,SH dan mulai beroperasi pada tanggal 15 januari 1994.
Sejak awal perusahaan ini beroperasi di Ring Road selatan 360 Senggotan Bantul
Yogyakarta. Sampai saat ini perusahaan telah membuka 4 unit workshop yaitu di
daerah Tempel, Minomartani, Wirobrajan, dan Kretek.
Pada awal berdirinya, perusahaan ini memproduksi patung dan puzzle dari limbah
kayu jati. Pada tahun 1995 perusahaan melakukan spesialisasi untuk produk yang
dihasilkan, yaitu puzzle. Spesialisasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa para
konsumen lebih banyak memesan produk puzzle daripada produk patung.
B. Personalia
1. Karyawan
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung
kegiatan/aktivitas perusahaan. Kajeng Handicraft sebagai perusahaan manufaktur
yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi membutuhkan adanya tenaga
kerja untuk mengolah produknya. Hingga saat ini jumlah karyawan di Kajeng
Handicraft ada 108 orang. Karyawan tetap untuk staff di Kajeng Handicraft
berjumlah 8 orang, yang terdiri atas 1 orang di bagian administrasi, 1 orang
kepala bagian produksi, 1 orang di bagian gudang, 1 orang di bagian pemasaran, 4
42
43
orang kepala bagian unit produksi di mana setiap kepala unit produksi mengepalai
8-14 orang. Untuk bagian produksi, karyawan tetap ada 30 orang.
Proses penerimaan karyawan di Kajeng Handicraft tidak menggunakan cara-
cara yang lazimnya dipakai oleh perusahaan-perusahaan lain. Karyawan pada
umumnya datang dan berasal dari kerabat maupun dari warga di sekitar
perusahaan. Jadi perusahaan tidak mempunyai batas waktu dalam perekrutan
karyawan.
Tingkat pendidikan karyawan di perusahaan ini tidaklah begitu penting,
karena perusahaan ini lebih mementingkan keterampilan daripada pendidikan
karyawannya. Keterampilan itupun mudah untuk dipelajari dan tidak memerlukan
waktu yang terlalu lama untuk mempelajarinya. Bagi perusahaan, keterampilan
karyawan dalam mengolah bahan baku akan membawa dampak pada kualitas
produk yang dihasilkan.
2. Jam Kerja
Karena perusahaan Kajeng Handicraft ini adalah perusahaan yang beroperasi
atas dasar pesanan, maka jam kerja di perusahaan ini tidak tetap. Secara umum
karyawan di perusahaan ini bekerja mulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 16.00.
Jam istirahat karyawan pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00. Akan tetapi
jika ada pesanan yang sekiranya harus segera diselesaikan, karyawan biasanya
tetap bekerja dengan mengerjakan pesanan secara lembur.
44
3. Sistem Pembayaran Karyawan
Sistem pembayaran karyawan di perusahaan Kajeng Handicraft dibedakan
menjadi dua macam, yaitu upah dan gaji. Upah diberikan pada karyawan bagian
produksi. Upah ini diberikan pada karyawan setiap seminggu sekali yaitu hari
Sabtu. Cara penghitungan upah adalah jumlah hari masuk kerja dikalikan upah
per hari. Sedangkan gaji diberikan pada karyawan non produksi atau staff, yang
besarnya ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan.
4. Tunjangan Kesejahteraan Karyawan
Dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja karyawan, selain memberi gaji
dan upah, perusahaan juga memberikan tunjangan kesejahteraan pada para
karyawannya. Hal ini berdasarkan anggapan dari pimpinan bahwa tanpa adanya
kerjasama yang baik antara pimpinan dan seluruh karyawan, tidak akan terjamin
kelancaran produksi yang merupakan satu kegiatan untuk tercapainya tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
Tunjangan ini diberikan sebesar kemampuan perusahaan, mengingat kondisi
perusahaan yang merupakan perusahaan perseorangan. Adapun tunjangan yang
diberikan perusahaan pada para karyawannya adalah :
a. Biaya kesehatan
Diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dengan ketentuan karyawan
mengalami musibah atau kecelakaan pada saat menyelesaikan pekerjaan di
perusahaan
45
b. Makan
Uang makan diberikan perusahaan di luar gaji atau upah, pengambilannya
sesuai permintaan karyawan, yaitu setiap hari atau setiap minggu.
c. Pemberian THR
Pada perusahaan Kajeng Handicraft, tidak ada istilah THR tetapi fitrah.
Pemberian fitrah besarnya tergantung dari kebijakan perusahaan dan
pertimbangan lamanya bekerja.
d. Pemberian bingkisan Hari Raya
Bingkisan Hari Raya berbentuk sembako.
e. Bonus
Perusahaan memberikan bonus setiap minggu keempat untuk karyawan yang
bekerja memenuhi target, yaitu karyawan masuk dalam satu bulan penuh. Jika
dalam satu bulan tiga kali tidak masuk, maka bonus tersebut hilang.
5. Struktur Organisasi
Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya memerlukan efisiensi kerja
sehingga tidak menimbulkan pemborosan yang akan dapat merugikan perusahaan.
Untuk itu diperlukan suatu struktur organisasi yang baik dan jelas, karena dengan
struktur organisasi yang baik dan jelas akan dapat diketahui secara jelas tugas dan
tanmggung jawab masing-masing bagian dalam organisasi sehingga tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam pelaksanaannya.
Perusahaan Kajeng Handicraft adalah perusahaan perseorangan. Sesuai
dengan bentuknya maka struktur organisasi di perusahaan Kajeng Handicraft
46
masih sangat sederhana. Adapun susunan struktur organisasi, tugas dan
wewenang pada perusahaan ini adalah sebagai berikut :
Sumber Data : Kajeng Handicraft
Gambar IV.5 : Struktur Organisasi Kajeng Handicraft
Keterangan :
Wakil Direktur
Bagian Umum
Administrasi Produksi Gudang Marketing Unit-unit Produksi
Karyawan
Direktur
a. Direktur dan wakil direktur
Direktur dan wakil direktur adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam
pengambilan keputusan, perencanaan pengorganisasian, pengawasan,
penentuan kebijakan perusahaan dan pemberi perintah langsung pada para
karyawan.
b. Bagian umum
Bagian umum bertanggung jawab secara keseluruhan dan membantu bagian-
bagian yang lain.
47
c. Bagian administrasi
Bagian administrasi bertugas untuk melayani segala keperluan mengenai
keuangan, pembayaran gaji dan upah, mencatat hasil kerja karyawan untuk
menentukan besarnya upah yang akan diberikan..
d. Bagian produksi
Bagian produksi bertugas untuk mengerjakan semua pesanan sesuai dengan
perintah yang diberikan oleh pimpinan.
e. Bagian gudang
Bagian gudang bertugas mendata stok dan barang-barang orderan.
f. Bagian pemasaran
Bagian pemasaran bertugas menawarkan produk dan menjaga stand dalam
pameran-pameran.
g. Unit produksi
Unit produksi untuk mempermudah konsumen dalam melakukan pembelian
secara langsung.
C. Produksi
1. Jenis Produk
Produk yang dihasilkan perusahaan Kajeng Handicraft adalah bermacam-
macam puzzle. Yang membedakan masing-masing produk ini adalah bentuk dan
cara pembuatan produknya, serta cara bermainnya. Semakin rumit bentuk dan
cara bermain puzzle, maka semakin tinggi harganya.
48
2. Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan puzzle di perusahaan ini dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu bahan baku utama dan bahan baku penolong. Bahan baku utama yang
dipergunakan adalah limbah kayu jati. Sedangkan bahan baku penolong yang
dipergunakan adalah : amplas, lem kayu, pewarna.
3. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan sangat diperlukan oleh perusahaan dalam menghasilkan
produknya. Mesin dan peralatan yang dipergunakan antara lain :
a. Mesin sirkel
b. Jekso
c. Mesin amplas
d. Benzo
e. Mesin bor
f. Alat pewarna
g. Mesin sikat
4. Proses Produksi
Proses produksi adalah proses mengolah bahan baku menjadi barang jadi yaitu
puzzle. Proses produksi yang berlangsung di perusahaan Kajeng Handicraft dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu :
Persiapan Pemotongan Pengemalan bagian jekso
Penyetelan Pengeprasan Pengamplasan kasar Pembusaan
Pengamplasan halus Pengamplasan dengan tangan
Penyemiran Penyikatan
49
Keterangan :
a. Persiapan : limbah kayu jati atau bahan baku dipilih yang bagus.
b. Pemotongan : bahan baku dipotong-potong menjadi persegi dengan
menggunakan mesin sirkel.
c. Pengemalan : potongan kayu diberi pola.
d. Bagian jekso : bahan baku dipotong sesuai pola dengan menggunakan
mesin jekso.
e. Penyetelan : menyetel potongan kayu yang sudah dipotong sesuai pola.
f. Pengeprasan : mengepras bagian sisi kayu yang sudah disetel dan
dipasang agar menjadi puzzle sesuai bentuk.
g. Pengamplasan kasar : mengamplas bagian sisi puzzle yang sudah
dikepras agar menjadi halus dengan menggunakan mesin amplas ukuran 60.
h. Pembusaan : mengamplas bagian sisi puzzle yang sudah diamplas
kasar agar bersih dari serabut.
i. Pengamplasan halus : mengamplas bagian sisi atau permukaan puzzle
agar permukaannya lebih halus dengan menggunakan mesin amplas ukuran
80.
j. Amplas tangan : menghilangkan serabut pada sisi atau permukaan puzzle
agar menjadi lebih bersih dari serabut dengan menggunakan amplas ukuran
180.
k. Penyemiran : menyemir bagian permukaan puzzle yang sudah di
amplas tangan dengan menggunakan semir kayu.
50
l. Penyikatan : menyikat bagian permukaan puzzle yang sudah disemir
agar permukaan puzzle lebih mengkilat.
D. Pemasaran
1. Promosi
Pemasaran merupakan kegiatan terakhir dari seluruh kegiatan yang ada di
perusahaan, yang merupakan kegiatan yang sangat penting guna membantu
kelancaran proses produksi selanjutnya. Dalam memasarkan produknya, Kajeng
Handicraft tidak mengalami kesulitan karena perusahaan ini telah memiliki
banyak pelanggan yang pada umumnya ikut andil dalam mempromosikan produk
perusahaan ini dari mulut ke mulut. Ini terbukti dari konsumen baru yang datang
ke perusahaan tidak hanya dari Yogyakarta tetapi juga dari kota-kota lain, seperti
Bali, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Sedangkan konsumen dari luar negri
meliputi Perancis, Yunani, Italia, Belanda, Belgia, Spanyol, Amerika, Jepang,
Australia.
Adanya persaingan dengan perusahaan kerajinan yang lain, Kajeng Handicraft
mengambil kebijakan penentuan harga yang tepat serta usaha promosi untuk
merebut hati konsumen atau calon pembeli untuk dapat mempertahankan serta
meningkatkan volume penjualannya. Adapun jenis-jenis promosi yang dilakukan
perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan periklanan baik melalui media cetak maupun melalui media
elektronik.
51
b. Melakukan penawaran melalui internet dengan alamat e-mail :
www.geocities.com/Kajeng_Craft
c. Menyediakan art shop yang terletak di Jalan Bantul 19A Kweni Panggung
Harjo Sewon Bantul Telp/Fax. 0274-414858.
2. Saluran Distribusi
Saluran distribusi mempengaruhi perusahaan dalam menjual hasil
produksinya kepada konsumen. Perusahaan Kajeng Handicraft dalam
mendistribusikan hasil produksinya melalui saluran distribusi langsung yaitu
penjualan produk dimana konsumen memesan sendiri tanpa perantara baik datang
langsung maupun melalui telephone atau faximile. Untuk pesanan di luar kota,
perusahaan menggunakan jasa paket untuk mengantarkan pesanan. Sedangkan
untuk pesanan dari konsumen luar negri, perusahaan menggunakan jasa kargo.
3. Pelayanan atau servis
Untuk menarik konsumen dan untuk meningkatkan volume penjualan selain
usaha promosi, perusahaan juga memberikan pelayanan/servis yang baik pada
para konsumennya dengan cara :
a. Memberikan contoh-contoh produk yang dihasilkan perusahaan yang
ditempatkan di art shop di Jalan Bantul 19 A Kweni Yogyakarta.
b. Menyelesaikan pesanan tepat pada waktunya.
c. Memberikan kesempatan pada para pelanggan atau konsumen untuk
melakukan pembayaran dengan uang muka minimal 30% yang menandakan
bahwa pesanan siap untuk dikerjakan, dan dilunasi pada waktu pengambilan
barang.
52
d. Untuk pesanan dalam jumlah banyak, perusahaan akan memberikan potongan
harga.
E. Permodalan
Modal yang digunakan perusahaan Kajeng Handicraft merupakan modal sendiri
dan bantuan dari pihak bank.
53
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai penentuan waktu setiap
kegiatan berdasarkan studi waktu, penyusunan urutan kegiatan berdasarkan
ketergantungan kegiatan-kegiatan produksi, pembuatan diagram jaringan kerja
(network), penentuan waktu penyelesaian produksi berdasarkan jalur kritis dan
kemungkinan percepatan penyelesaian produksi degan waktu maksimal.
1. Penentuan Waktu Kegiatan
Pembuatan jaringan kerja (network) memerlukan adanya waktu pelaksanaan
kegiatan-kegiatan dalam proses produksi. Penentuan waktu kegiatan ini
merupakan penentuan waktu standar yang pada umumnya menggunakan studi
waktu (time study). Berikut ini adalah penentuan waktu kegiatan berdasarkan
studi waktu :
a. Pengamatan waktu kegiatan
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan waktu kegiatan untuk
memperoleh data besarnya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam proses pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft.
Pada studi waktu ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik pengambilan sampel ganda dimana penulis dapat menentukan jumlah
sampel awal yang akan diteliti. Setelah penelitian sampel awal dilaksanakan
53
54
dan dilakukan uji kecukupan data maka dapat ditentukan apakah masih perlu
diadakan penambahan jumlah sampel yang harus diteliti.
Pada penelitian ini, penulis menentukan jumlah sampel awal yang akan
diteliti sebesar 2,5 % dari jumlah target produksi per harinya. Pada setiap
harinya, target produksi Kajeng Handicraft adalah 400 unit puzzle, sehingga
diperoleh angka 10 unit sampel.
Pengamatan waktu kegiatan dilakukan oleh penulis sendiri dengan
mengukur waktu pelaksanaan tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan alat
pengukur waktu yaitu Stop Watch. Waktu hasil pengukuran dicatat dan
dilanjutkan pengamatan pekerjaan unit berikutnya sampai diperoleh 10 unit
pengamatan. Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan waktu kegiatan
pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft :
Tabel V.2
Pengamatan Waktu Kegiatan Pembuatan Puzzle
pada Kajeng Handicraft
Pengamatan (Detik) Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Pemotongan 39,24 43,08 44,74 44,20 35,49 41,08 45,08 42,36 35,64 42,04 412,95 Pengemalan 34,20 30,06 30,84 30,24 25,02 32,16 30,54 29,64 27,12 24,90 294,72
Jekso 121,02 126,50 127,08 124,24 125,04 129,16 125,72 125,80 124,24 120,90 1249,7 Penyetelan 10,51 11,20 10,13 8,41 9,53 8,77 9,40 8,76 9,60 7,38 93,69
Pengeprasan 26,36 27,43 25,30 26,89 30,12 27,46 32,11 33,78 29,20 29,95 288,6 Pengamplasan
Kasar 216,26 213,27 211,85 214,39 218,55 213,44 215,48 215,03 206,43 211,07 2136,37
Pembusaan 113,28 96,06 101,78 111,54 112,50 112,39 96,30 116,39 97,46 98,20 1055,9 Pengamplasan
Halus 25,17 27,36 30,43 29,11 27,52 26,38 28,62 27,89 25,63 30,04 278,15
Pengamplasan
Tangan 80,64 83,10 80,73 81,18 84,30 85,54 81,65 87,90 86,16 83,66 834,86
55
Penyemiran 69,60 68,70 70,92 70,62 67,50 72,66 68,52 66,12 69,51 68,58 692,73 Penyikatan 29,54 32,69 29,77 27,78 28,95 31,52 31,46 32,24 25,31 24,65 295,8
Sumber Data : Kajeng Handicraft
b. Penentuan waktu kegiatan rata-rata (Average Time)
Rata-rata waktu kegiatan diperoleh dari pembagian jumlah sepuluh kali
pengamatan dengan jumlah unit pengamatan yaitu 10 unit.
X = nX∑
X = Waktu rata-rata setiap kegiatan
∑X = Jumlah waktu pengamatan setiap kegiatan
n = Jumlah sampel
Perhitungan waktu rata-rata setiap kegiatan dalam pembuatan puzzle pada
Kajeng Handicraft adalah sebagai berikut (data tabel V.2) :
Bagian pemotongan
= 10
42,0435,6442,3645,0841,0835,4944,2044,7443,0839,24 +++++++++
= 10
95,412 = 41,295 detik
Bagian pengemalan
= 10
24,9027,1229,6430,5432,1625,0230,2430,8430,0634,20 +++++++++
= 10
72,294 = 29,472 detik
Bagian jekso
= 10
120,90124,24125,80125,72129,16125,04124,24127,08126,50121,02 +++++++++
= 10
1.249,7 = 124,97 detik
56
Bagian penyetelan
= 10
7,389,608,769,408,779,538,4110,1311,2010,51 +++++++++
= 10
93,69 = 9,369 detik
Bagian pengeprasan
= 10
29,9529,2033,7832,1127,4630,1226,8925,3027,4326,36 +++++++++
= 10
288,6 = 28,86 detik
Bagian pengamplasan kasar
= 10
211,07206,43215,03215,48213,44218,55214,39211,85213,27216,26 +++++++++
= 10
2.136,37 = 213,637 detik
Bagian Pembusaan
= 10
98,2097,46116,3996,30112,39112,50111,54101,7896,06113,28 +++++++++
= 10
1.055,9 = 105,59 detik
Bagian pengamplasan halus
= 10
30,0425,6327,8928,6226,3827,5229,1130,4327,3625,17 +++++++++
= 10
278,15 = 27,815 detik
Bagian pengamplasan tangan
= 10
83,6686,1687,9081,6585,5484,3081,1880,7383,1080,64 +++++++++
= 10
834,86 = 83,486 detik
Bagian penyemiran
= 10
68,5869,5166,1268,5272,6667,5070,6270,9268,7069,60 +++++++++
= 10
692,73 = 69,273 detik
57
Bagian penyikatan
= 10
26,5425,3132,2431,4631,5228,9527,7829,7732,6929,54 +++++++++
= 10
295,8 = 29,58 detik
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan waktu rata-rata setiap kegiatan
pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft :
Tabel V.3
Waktu rata-rata setiap kegiatan pembuatan puzzle
pada Kajeng Handicraft
No. Kegiatan Waktu kegiatan
rata-rata (Detik)
1 Pemotongan 41,295
2 Pengemalan 29,472
3 Jekso 124,97
4 Penyetelan 9,369
5 Pengeprasan 28,86
6 Pengamplasan Kasar 213,637
7 Pembusaan 105,59
8 Pengamplasan Halus 27,815
9 Pengamplasan Tangan 83,486
19 Penyemiran 69,273
11 Penyikatan 29,58
Sumber Data : Data Yang Diolah
c. Uji kecukupan data
Penentuan cukup tidaknya sampel yang sudah diambil untuk mewakili
populasi yang ada tergantung apakah waktu rata-rata setiap kegiatan adalah
representative untuk waktu yang nyata. Hal ini dilakukan karena waktu siklus
produksi berbeda-beda sehingga perlu dihitung waktu siklus produksi
secukupnya untuk mendapatkan estimasi waktu rata-rata yang valid. Dalam
58
studi waktu penentuan jumlah sampel yang mencukupi merupakan syarat agar
sampel dapat representative. Besarnya sampel yang harus diamati dapat
dilakukan dengan menghitung deviasi standard dari masing-masing kegiatan
yang diamati.
Untuk mencari deviasi standar digunakan rumus sebagai berikut :
s = 1n
)X(X 2
−
−∑
Sedangkan untuk mencari koefisien variasi (CV) dari setiap kegiatan
digunakan rumus sebagai berikut :
CV = Xs
Perhitungan koefisien variasi untuk setiap kegiatan pembuatan puzzle pada
Kajeng Handicraft adalah sebagai berikut :
Bagian pemotongan
s = 110
)295,4104,42()295,4164,35()295,4136,42()295,4108,45()295,4108,41(41,295)35,4941,295)(44,2041,295)(44,7441,295)(43,0841,295)(39,24
22222
22222
−−+−+−+−+−
+−+−+−+−+−
= 9
)745,0()655,5()065,1()785,3()215,0()805,5()905,2()445,3()785,1()055,2(
222
2222222
+−+
++−+−++++−
= 9
555025,0979025,31134225,1326225,140,04622533,6980258,43902511,8680253,1862254,223025
+++++++++
= 9
109,45505 = 212,1616722 = 3,487358918 detik
CV = 295,41
48735891,3 = 0,084449907 = 0,09
59
Bagian Pengemalan
s = 110
)472,2990,24()472,2912,27()472,2964,29()472,2954,30()472,2916,32(29,472)(25,0229,472)(30,2429,472)(30,8429,472)(30,0629,472)(34,20
22222
22222
−−+−+−+−+−
+−+−+−+−+−
= 9
)572,4()352,2()168,0((1,068)(2,688)4,452)((0,768)(1,368)(0,588)(4,728)
222
2222222
−+−+
+++−++++
= 920,9031845,5319040,0282241,140624
7,22534419,8203040,5898241,8714240,34574422,353984+++
++++++
= 9
79,81056 = 8,86784 = 2,977891872 detik
CV = 29,472
22,97789187 = 0,10104139 = 0,10
Bagian jekso
s = 110
)97,12490,120()97,12424,124()97,12480,125()97,12472,125()97,12416,129()97,12404,125(
124,97)(124,24124,97)(127,08124,97)(126,50124,97)(121,02
22
2222
2222
−−+−
+−+−+−+−
+−+−+−+−
= 9
4,07)(0,73)((0,83)(0,75)(4,19)(0,07)0,73)((2,11)(1,53)3,95)( 2222222222 −+−+++++−+++−
= 9
5649,165329,06889,05626,017,55610,00490,53294,45212,340915,6025
+++++++++
= 9
58,8386 = 26,53762222 = 2,556877436 detik
CV = 124,97
62,55687743 = 0,020459929 = 0,02
Bagian penyetelan
s = 110
)369,938,7()369,960,9()369,976,8()369,940,9()369,977,8(9,369)(9,539,369)(8,419,369)(10,139,369)(11,209,369)(10,51
22222
22222
−−+−+−+−+−
+−+−+−+−+−
= 9
)989,1()231,0()609,0((0,031)0,599)((0,161)0,959)((0,761)(1,831)(1,141)
2222
222222
−++−+
+−++−+++
60
= 9
95612,3053361,0370881,0000961,0 0,3588010,0259210,9196810,5791213,3525611,301881
+++++++++
= 9
10,91929 = 41,21325444 = 1,1014783 detik
CV = 369,9
1014783,1 = 0,117566261 = 0,12
Bagian pengeprasan
s = 110
)86,2895,29()86,2820,29()86,2878,33()86,2811,32()86,2846,27()86,2812,30()86,2889,26()86,2830,25()86,2843,27()86,2836,26(22222
22222
−−+−+−+−+−
+−+−+−+−+−
= 9
)09,1()34,0()92,4()25,3()4,1()26,1)97,1()56,3()43,1()5,2( 2222222222 ++++−++−+−+−+−
= 9
1881,11156,02064,245625,1096,15876,18809,36736,120449,225,6
+++++++++
= 94696,64 = 163288889,7 = 2,676432119 detik
CV = 86,28
676432119,2 = 0,092738465 = 0,09
Bagian pengamplasan kasar
s = 110
)637,21307,211()637,21343,206()637,21303,215()637,21348,215()637,21344,213()637,21355,218()637,21339,214()637,21385,211()637,21327,213()637,21326,216(
22
2222
2222
−−+−
+−+−+−+−
+−+−+−+−
= 9
)567,2()207,7()393,1)843,1()197,0()913,4()753,0()787,1()367,0()623,2(
222
2222222
−+−+
++−+++−+−+
= 9
589489,6940849,51940449,1396649,3038809,0137569,24567009,0193369,3134689,0880129,6
+++++++++
= 9
81901,98 = 97989,10 = 3,313591707 detik
CV = 637,213
313591707,3 = 0,015510383 = 0,02
61
Bagian pembusaan
s = 110
)59,10520,98()59,10546,97()59,10539,116()59,10530,96()59,10539,112()59,10550,112()59,10554,111()59,10578,101()59,10506,96()59,10528,113(
22
2222
2222
−−+−
+−+−+−+−
+−+−+−+−
= 9
)39,7()13,8()8,10()29,9()8,6()91,6()95,5()81,3()53,9()69,7(
222
2222222
−+−+
+−++++−+−+
= 9
621,540969,6664,1163041,8624,467481,474025,355161,148209,901361,59
+++++++++
= 95168,617 = 61297778,68 = 8,283295104 detik
CV = 59,105
283295104,8 = 0,078447723 = 0,08
Bagian pengamplasan halus
s = 110
)815,2704,30()815,2763,25()815,2789,27()815,2762,28()815,238,26()815,2752,27()815,2711,29()2781543,30()815,2736,27()815,2717,25(
22
2222
2222
−−+−
+−+−+−+−
+−+−+−+−
= 9
)225,2()185,2()075,0()805,0()435,1()295,0()295,1()615,2()455,0()645,2(
222
2222222
+−+
++−+−+++−+−
= 9
950625,4774225,4005625,0648025,0059225,2087025,0677025,1838225,6207025,0996025,6
+++++++++
= 9
24305,28 = 138116667,3 = 1,771473022 detik
CV = 815,27
771473022,1 = 0,063687687 = 0,06
Bagian pengamplasan tangan
s = 110
)486,8366,83()486,8316,86()486,8390,87()486,8365,81()486,8354,85()486,8330,84()486,8318,81()486,8373,80()486,8310,83()486,8364,80(
22
2222
2222
−−+−
+−+−+−+−
+−+−+−+−
62
= 9
)174,0()674,2()414,4()836,1()054,2()814,0()306,2()756,2()386,0()846,2(
2222
222222
+++−
+++−+−+−+−
= 9
030276,0150276,7483396,19370896,3218916,4662596,0317636,5595536,7148996,0099716,8
+++++++++
= 9
07824,56 = 230915556,6 = 2,496180193 detik
CV = 486,83
496180193,2 = 0,029899386 = 0,03
Bagian penyemiran
s = 110
)273,6958,68()273,6951,69()273,6912,66()273,6952,68()273,6966,72()273,6950,67()273,6962,70()273,6992,70()273,6970,68()273,6960,69(
22
2222
2222
−−+−
+−+−+−+−
+−+−+−+−
= 9
)693,0()237,0()153,3()753,0()387,3()773,1()347,1()647,1()573,0()327,0(
2222
222222
−++−+−
++−+++−+
= 9
480249,0056169,0941409,9567009,0471769,11143529,3814409,1712609,2328329,0106929,0
+++++++++
= 9
62241,30 = 40249,3 = 1,844583964 detik
CV = 273,69
844583964,1 = 0,026627747 = 0,03
Bagian penyikatan
s = 110
)58,2954,26()58,2931,25()58,2924,32()58,2946,31()58,2952,31()58,2995,28()58,2978,27()58,2977,29()58,2969,32()58,2954,29(22222
22222
−−+−+−+−+−
+−+−+−+−+−
= 9
)04,3()27,4()66,2()88,1()94,1()63,0()8,1()19,0()11,3()04,0( 2222222222 −+−++++−+−+++−
= 9
2416,92329,180756,75344,37636,33969,024,30361,06721,90016,0
+++++++++
= 91948,55 = 132755556,6 = 2,476440097 detik
63
CV = 58,29
476440097,2 = 0,083720084 = 0,08
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan koefisien variasi setiap kegiatan
pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft :
Tabel V.4
Penghitungan Koefisien Variasi Untuk Setiap Kegiatan Pembuatan Puzzle
Pada Kajeng Handicraft
No. Kegiatan Rata-rata
(Detik) Stdv (Detik)
Koefisien
Variasi
(Stdv/Rata-
rata)
Besar
sampel
yang
dibutuhkan
1 Pemotongan 41,295 3,487358918 0,09 12
2 Pengemalan 29,472 2,977891872 0,10 15
3 Jekso 124,97 2,556877436 0,02 1
4 Penyetelan 9,369 1,1014783 0,12 17
5 Pengeprasan 28,86 2,676432119 0,09 12
6 Pengamplasan Kasar 213,637 3,313591707 0,02 1
7 Pembusaan 105,59 8,283295104 0,08 9
8 Pengamplasan Halus 27,815 1,771473022 0,06 5
9 Pengamplasan Tangan 83,486 2,496180193 0,03 1
10 Penyemiran 69,273 1,844583964 0,03 1
11 Penyikatan 29,58 2,476440097 0,08 9
Sumber Data : Data Yang Diolah
Besarnya sampel yang dibutuhkan dapat dilihat dengan membandingkan
koefisien variasi dengan Bagan Ukuran Sampel (dapat dilihat pada lampiran)
yang disusun oleh T. Hani Handoko. Dengan koefisien variasi seperti di atas
maka masih perlu untuk diadakan penambahan jumlah sampel pada beberapa
kegiatan, tetapi mengingat keterbatasan waktu yang diberikan oleh perusahaan
dalam mengadakan penelitian maka penambahan pengamatan tersebut tidak
dapat dilaksanakan.
64
d. Penghitungan waktu normal (Normal Time : NT)
Penghitungan waktu normal dilakukan dengan mengalikan antara rata-rata
waktu setiap kegiatan dengan tingkat kecakapan (Rating Factor : RF) yang
ditentukan oleh penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi serta
kemampuan kerja karyawan. Penilaian tingkat kecakapan karyawan ini
bertujuan untuk penyesuaian, dimana sering kali karyawan bekerja secara
tidak wajar, baik karena terlalu cepat maupun terlalu lambat. Penilaian
dilakukan oleh penulis dengan mengamati proses kerja masing-masing
karyawan untuk melihat faktor-faktor yang dapat diamati yang merupakan
penentu dalam menentukan kelas mereka dan dapat menentukan skor faktor-
faktor penilaian. Untuk lebih jelasnya pengamatan dalam menentukan
performance karyawan ini dapat dilihat pada lampiran.
Tingkat kecakapan (rating factor) karyawan ini dipengaruhi oleh
performance masing-masing karyawan yang mengerjakan pekerjaan tersebut.
Berikut ini adalah tabel penilaian rata-rata performance tenaga kerja dalam
menghitung rating factor menurut cara Westinghouse pada masing-masing
kegiatan dalam pembuatan puzzle (data lampiran 2,3 dan 4):
Tabel V.5
Penilaian Rata-rata Performance Tenaga Kerja Pembuatan Puzzle No. Kegiatan skill Usaha Kondisi kerja Konsistensi Jumlah
1 Pemotongan 0,06 0,075 0,02 0,01 0,165
2 Pengemalan 0,05 0,04 0,02 0,01 0,12
3 Jekso 0,07 0,05 0,02 0,01 0,15
4 Penyetelan 0,057 0,02 0,02 0,01 0,107
5 Pengeprasan 0,11 0,05 0,02 0,01 0,19
6 Pengamplasan Kasar 0,08 0,08 0,02 0,01 0,19
65
7 Pembusaan 0,11 0,05 0,02 0,01 0,19
8 Pengamplasan Halus 0,046 0,03 0,02 0,01 0,106
9 Pengamplasan Tangan 0,04 0,05 0,02 0,01 0,12
10 Penyemiran 0,08 0,032 0,02 0,01 0,142
11 Penyikatan 0,085 0,02 - 0,03 0,01 0,085
Sumber Data : Data Yang Diolah
Setelah dilakukan penilaian rata-rata performance karyawan masing-
masing kegiatan, maka dapat diketahui jumlah penyesuaian yang akan dipakai
dalam menentukan besarnya Rating Factor karyawan. Cara mencari Rating
factor adalah jumlah performance ditambah 1 (+ 1). Untuk menghitung waktu
normal digunakan rumus :
Waktu normal = Waktu kegiatan rata-rata (data tabel V.3) x Rating
factor (data tabel V.5)
Contoh penghitungan waktu normal dalam pembuatan puzzle :
Bagian pemotongan
waktu normal = 41,295 x 1,165 = 48,108675 detik
Bagian pengemalan
waktu normal = 29,472 x 1,12 = 33,00864 detik
Bagian jekso
waktu normal = 124,97 x 1,15 = 143,7155 detik
Bagian penyetelan
waktu normal = 9,369 x 1,107 = 10,371483 detik
Bagian pengeprasan
waktu normal = 28,86 x 1,19 = 34,3434 detik
66
Bagian pengamplasan kasar
waktu normal = 213,637 x 1,19 = 254,22803 detik
Bagian pembusaan
waktu normal = 105,59 x 1,19 = 125,6521 detik
Bagian pengamplasan halus
waktu normal = 27,815 x 1,106 = 30,76339 detik
Bagian pengamplasan tangan
waktu normal = 83,486 x 1,12 = 93,50432 detik
Bagian Penyemiran
waktu normal = 69,273 x 1,142 = 79,109766 detik
Bagian penyikatan
waktu normal = 29,58 x 1,085 = 32,0943 detik
Dan berikut ini adalah tabel penghitungan waktu normal kegiatan dalam
pembuatan puzzle :
Tabel V.6
penghitungan waktu normal kegiatan-kegiatan pembuatan puzzle
No. Kegiatan
jumlah
penilaian
performance
rata-rata waktu
pengamatan
(Detik)
Rating Factor waktu normal
(Detik)
1 Pemotongan 0,165 41,295 1,165 48,108675
2 Pengemalan 0,12 29,472 1,12 33,00864
3 Jekso 0,15 124,97 1,15 143,7155
4 Penyetelan 0,107 9,369 1,107 10,371483
5 Pengeprasan 0,19 28,86 1,19 34,3434
6 Pengamplasan Kasar 0,19 213,637 1,19 254,22803
7 Pembusaan 0,19 105,59 1,19 125,6521
8 Pengamplasan Halus 0,106 27,815 1,106 30,76339
9 Pengamplasan Tangan 0,12 83,486 1,12 93,50432
67
10 Penyemiran 0,142 69,273 1,142 79,109766
11 Penyikatan 0,085 29,58 1,085 32,0943
Sumber Data : Data Yang Diolah
e. Penentuan Waktu Standar
Penentuan waktu standar menggunakan studi waktu (time study) yang
diperoleh melalui penambahan waktu normal dengan waktu cadangan
(allowance). Waktu cadangan (allowance) ditentukan berdasarkan metode
yang dikembangkan oleh Westinghouse dan waktu cadangan akan ditentukan
atau dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memiliki standar untuk
melakukan penilaian.
Berikut ini adalah tabel penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah kelonggaran (allowance) masing-masing kegiatan dalam pembuatan
puzzle (data lampiran 5) :
Tabel V.7
Persentase Penilaian Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kelonggaran
dalam pembuatan puzzle No Kegiatan TYD SK GK KM KTTK KA Kepri Jumlah
1 Pemotongan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
2 Pengemalan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
3 Jekso 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
4 Penyetelan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
5 Pengeprasan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
6 Pengamplasan
Kasar 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
7 Pembusaan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
8 Pengamplasan
Halus 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,05 0,05 0,295
9 Pengamplasan
Tangan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,02 0,05 0,265
10 Penyemiran 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,02 0,05 0,265
68
11 Penyikatan 0,060 0,010 0 0,075 0,05 0,02 0,05 0,265
Sumber Data : Data Yang Diolah
Keterangan :
TYD : Tenaga Yang Dikeluarkan
SK : Sikap Kerja
GK : Gerakan Kerja
KM : Kelelahan Mata
KTTK : Keadaan Temperatur Tempat Kerja
KA : Keadaan Atmosfir
KEPRI : Keperluan Pribadi
Setelah dilakukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
kelonggaran masing-masing kegiatan, selanjutnya dapat dihitung besarnya
waktu cadangan dan waktu standar dari masing-masing kegiatan.
waktu cadangan = waktu normal (data tabel V.6) x jumlah
kelonggaran (data tabel V.7)
waktu standar = waktu normal (data tabel V.6) + waktu cadangan
Perhitungan waktu cadangan dan waktu standar untuk setiap kegiatan
pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft :
Bagian pemotongan
waktu cadangan = 48,108675 x 0,295
= 14,19205913 detik
waktu standar = 48,108675 + 14,19205913
= 62,30073413 detik
69
Bagian pengemalan
waktu cadangan = 33,00864 x 0,295
= 9,7375488 detik
waktu standar = 33,00864 + 9,7375488
= 42,7461888 detik
Bagian jekso
waktu cadangan = 143,7155 x 0,295
= 42,3960725 detik
waktu standar = 143,7155 + 42,3960725
= 186,1115725 detik
Bagian penyetelan
waktu cadangan = 10,371483 x 0,295
= 3,059587485 detik
waktu standar = 10,371483 + 3,059587485
= 13,43107049 detik
Bagian pengeprasan
waktu cadangan = 34,3434 x 0,295
= 10,131303 detik
waktu standar = 34,3434 + 10,131303
= 44,474703 detik
Bagian pengamplasan kasar
waktu cadangan = 254,22803 x 0,295
= 74,99726885 detik
waktu standar = 254,22803 + 74,99726885
70
= 329,2252989 detik
Bagian pembusaan
waktu cadangan = 125,6521 x 0,295
= 37,0673695 detik
waktu standar = 125,6521 + 37,0673695
= 162,7194695 detik
Bagian pengamplasan halus
waktu cadangan = 30,76339 x 0,295
= 9,07520005 detik
waktu standar = 30,76339 + 9,07520005
= 39,83859005 detik
Bagian pengamplasan tangan
waktu cadangan = 93,50432 x 0,265
= 24,7786448 detik
waktu standar = 93,50432 + 24,7786448
= 118,2829648 detik
Bagian penyemiran
waktu cadangan = 79,109766 x 0,265
= 20,96408799 detik
waktu standar = 79,109766 + 20,96408799
= 100,073854 detik
Bagian penyikatan
waktu cadangan = 32,0943 x 0,265
71
= 8,5049895 detik
waktu standar = 32,0943 + 8,5049895
= 40,5992895 detik
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan waktu standar setiap kegiatan
pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft :
Tabel V.8
Penghitungan waktu standar setiap kegiatan pembuatan puzzle
Pada Kajeng Handicraft
Sumber Data : Data Yang Diolah
No. Kegiatan
Waktu
normal
(Detik)
Jumlah
kelonggaran
Waktu cadangan
(Detik)
Waktu
standar
(Detik)
1 Pemotongan 48,108675 0,295 14,19205913 62,30073413
2 Pengemalan 33,00864 0,295 9,7375488 42,7461888
3 Jekso 143,7155 0,295 42,3960725 186,1115725
4 Penyetelan 10,371483 0,295 3,059587485 13,43107049
5 Pengeprasan 34,3434 0,295 10,131303 44,474703
6 Pengamplasan Kasar 254,22803 0,295 74,99726885 329,2252989
7 Pembusaan 125,6521 0,295 37,0673695 162,7194695
8 Pengamplasan Halus 30,76339 0,295 9,07520005 39,83859005
9 Pengamplasan Tangan 93,50432 0,265 24,7786448 118,2829648
10 Penyemiran 79,109766 0,265 20,96408799 100,073854
11 Penyikatan 32,0943 0,265 8,5049895 40,5992895
2. Penyusunan urut-urutan kegiatan
Untuk mengetahui total waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pembuatan puzzle, maka kegiatan-kegiatan disusun menjadi sebuah jaringan kerja.
Sebelum menyusun sebuah jaringan kerja perlu dilakukan pengurutan setiap
kegiatan yang ada sesuai dengan urut-urutan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
logika ketergantungan masing-masing kegiatan. Logika yang dimaksud dalam
72
sebuah jaringan kerja adalah suatu kegiatan akan dapat dilaksanakan apabila
kegiatan lain yang mendahuluinya sudah selesai dilaksanakan. Dengan kata lain,
saat akhir suatu kegiatan merupakan awal pelaksanaan dari kegiatan lainnya dan
kemudian ada kemungkinan bahwa beberapa kegiatan dapat dilaksanakan secara
bersama-sama tanpa mengganggu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.
Sesuai logika ketergantungan tersebut di atas, pada tabel berikut ini
disampaikan urut-urutan kegiatan dalam pembuatan puzzle berdasarkan observasi
yang dilakukan penulis :
Tabel V.9
Urut-urutan kegiatan dalam proses pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft
No. Kegiatan Kode Kegiatan
sebelumnya
1 Pemotongan A -
2 Pengemalan B A
3 Jekso C B
4 Penyetelan D C
5 Pengeprasan E D
6 Pengamplasan Kasar F E
7 Pembusaan G F
8 Pengamplasan Halus H G
9 Pengamplasan Tangan I H
10 Penyemiran J I
11 Penyikatan K J
Sumber Data : Data Yang Diolah
3. Penyusunan jaringan kerja atau Network
Langkah selanjutnya untuk mencari jalur kritis dan waktu kritis dapat
dilakukan dengan menggunakan diagram jaringan kerja atau network. Diagram
jaringan kerja ini berfungsi untuk mengetahui efisiensi dari perencanaan waktu
pelaksanaan produksi yang dipakai perusahaan.
73
a. Rekapitulasi kegiatan dan waktu pelaksanaan
Setelah data urut-urutan kegiatan serta waktu masing-masing kegiatan
dibuat maka langkah selanjutnya adalah menyusun bagan diagram jaringan
kerja (network). Perlu disusun rekapitulasi dari keseluruhan kegiatan dan
waktu masing-masing kegiatan. Pada tabel berikut ini disusun rekapitulasi dari
keseluruhan kegiatan dan waktu untuk menyusun bagan diagram jaringan
kerja (network). Waktu yang dipakai disini adalah pembulatan dari waktu
standar untuk memudahkan proses penghitungan selanjutnya.
Tabel V.10
Rekapitulasi seluruh kegiatan, urut-urutan dan waktu setiap kegiatan
pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft
No. Kegiatan Kode Kegiatan
sebelumnya
Waktu standar
(Detik)
1 Pemotongan A - 62
2 Pengemalan B A 43
3 Jekso C B 186
4 Penyetelan D C 13
5 Pengeprasan E D 45
6 Pengamplasan Kasar F E 329
7 Pembusaan G F 163
8 Pengamplasan Halus H G 40
9 Pengamplasan Tangan I H 118
10 Penyemiran J I 100
11 Penyikatan K J 41
Sumber Data : Data Yang Diolah
b. Diagram jaringan kerja
Dengan menggunakan data dari tabel V.10 tersebut maka dapat disusun
satu bagan diagram jaringan kerja sebagai berikut :
74
62 43 186 13 45 329
41 100 118 40 163
Gambar V.6 : Diagram Jaringan Kerja Pembuatan Puzzle
Tabel V.11
Hasil Analisis Waktu Pembuatan Puzzle
pada Kajeng Handicraft
B
J I H G
FEDC
K
A
Kegiatan Waktu
Kegiatan ES EF LS LF Slack
A 62 0 62 0 62 0
B 43 62 105 62 105 0
C 186 105 291 105 291 0
D 13 291 304 291 304 0
E 45 304 349 304 349 0
F 329 349 678 349 678 0
G 163 678 841 678 841 0
H 40 841 881 841 881 0
I 118 881 999 881 999 0
J 100 999 1099 999 1099 0
K 41 1099 1140 1099 1140 0
Sumber Data : Data Yang Diolah
c. Jalur kritis dan waktu kritis
Jalur kritis dan waktu kritis dapat ditentukan dengan mencari jalur
terpanjang pada diagram jaringan kerja atau dapat ditentukan dari kegiatan-
75
kegiatan yang mempunyai kelonggaran (slack) 0. Berikut ini adalah
penghitungan waktu pada jalur-jalur yang ada pada diagram jaringan kerja :
A – B –C – D –E – F – G – H – I – J – K
Waktu kegiatan yang dibutuhkan untuk pembuatan satu unit puzzle adalah
1.140 detik atau 19 menit.
4. Analisis biaya
Biaya yang dianalisis dalam analisis biaya pembuatan puzzle adalah biaya
tenaga kerja langsung dimana biaya-biaya lain-lain yang terkait dengan
pembuatan puzzle diasumsikan tidak akan mengalami perubahan dengan
diadakannya analisis network, oleh karena itu tidak disertakan dalam analisis
biaya.
a. Biaya tenaga kerja langsung menurut perusahaan
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang berhubungan dengan
pembuatan puzzle. Kegiatan-kegiatan dalam pembuatan puzzle dilakukan oleh
tenaga kerja yang memiliki tingkat upah, target output per hari serta sistem
pengupahan yang berbeda, sehingga penulis akan mengkonversikan biaya
tenaga kerja langsung kegiatan-kegiatan ini ke dalam biaya per unit produksi.
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi biaya tenaga kerja langsung menurut
perusahaan dengan waktu penyelesaian produksi selama 30 menit.
76
Tabel V.12
Biaya tenaga kerja langsung per unit dalam pembuatan puzzle
pada Kajeng Handicraft Tenaga kerja
No. Kegiatan jumlah
(orang)
upah per
hari
(Rp)
jumlah X
upah
jumlah
upah
total per
hari(Rp)
produksi
per hari
(unit)
biaya
per unit
1 Pemotongan 1 25.000 25.000 52.000 400 130
1 27.000 27.000
2 Pengemalan 1 18.000 18.000 58.000 400 145
2 20.000 40.000
3 Jekso 1 21.000 21.000 46.000 400 115
1 25.000 25.000
4 Penyetelan 1 25.000 25.000 90.000 400 225
1 30.000 30.000
1 35.000 35.000
5 Pengeprasan 1 20.000 20.000 20.000 400 50
6 Pengamplasan
Kasar 1 20.000 20.000 20.000 400 50
7 Pembusaan 1 26.000 26.000 26.000 400 65
8 Pengamplasan
Halus 1 14.000 14.000 88.000 400 220
1 15.000 15.000
1 17.500 17.500
2 20.000 40.000
9 Pengamplasan
Tangan 2 12.500 25.000 70.000 400 175
3 15.000 45.000
10 Penyemiran 2 12.500 25.000 70.000 400 175
3 15.000 45.000
11 Penyikatan 1 13.000 13.000 28.000 400 70
77
1 15.000 15.000
TOTAL 1.420 Sumber Data : Data Yang Diolah
b. Biaya tenaga kerja langsung menurut analisis network
Biaya tenaga kerja langsung menurut analisis network diperoleh melalui
perbandingan antara waktu tiap departemen yang ditentukan oleh analisis
network. Waktu yang ditentukan oleh Kajeng Handicraft untuk memproduksi
satu unit puzzle adalah 30 menit, sedangkan menurut analisis network waktu
yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit puzzle adalah 19 menit , maka
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dihitung melalui
proses sebagai berikut :
Agar dapat menghitung biaya menurut analisis network maka biaya tenaga
kerja kegiatan-kegiatan menurut perusahaan harus dirubah ke dalam biaya
tenaga kerja tiap-tiap departemen dan waktu standar kegiatan-kegiatan
menurut analisis network harus dirubah ke dalam waktu standar tiap-tiap
departemen serta merubah satuan waktu standar menurut perusahaan yaitu
dari satuan menit menjadi satuan detik. Berikut ini adalah tabel proses
penghitungan hal-hal yang dimaksud di atas :
78
Tabel V.13
Penghitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Tiap-tiap Bagian,
Waktu Standar Perusahaan Ke Dalam Satuan Hari dan Waktu Standar
Analisis Network Tiap-tiap Bagian
Perusahaan Analisis
Network
No. Kegiatan Biaya per unit
(Rp)
Waktu
standar
(menit)
Waktu
standar
(detik)
Waktu
standar
(detik)
1 Pemotongan 130 2 120 62
2 Pengemalan 145 2 120 43
3 Jekso 115 5 300 186
4 Penyetelan 225 2 120 13
5 Pengeprasan 50 2 120 45
6 Pengamplasan
Kasar 50 7 420 329
7 Pembusaan 65 3 180 163
8 Pengamplasan
Halus 220 2 120 40
9 Pengamplasan
Tangan 175 2 120 118
10 Penyemiran 175 2 120 100
11 Penyikatan 70 1 60 41
1.420 30 1.800 1.140
Sumber Data : Data Yang Diolah
Setelah biaya tenaga kerja langsung per unit tiap kegiatan menurut
perusahaan dan waktu standar tiap kegiatan menurut analisis perusahaan dan
analisis network diketahui, maka biaya tenaga kerja langsung per unit menurut
analisis network dapat dihitung dengan perbandingan antara waktu standar
menurut analisis network dan waktu standar menurut perusahaan dikalikan
dengan biaya tenaga kerja langsung tiap kegiatan menurut perusahaan.
79
Biaya per unit = perusahaanunit per biaya x perusahaanstandar waktu
network analisisstandar waktu
Perhitungan biaya per unit untu setiap kegiatan pembuatan puzzle pada
Kajeng Handicraft dengan analisis network adalah sebagai berikut :
Bagian pemotongan
Biaya per unit = Rp.130,00 x 12062
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.67,17
Bagian pengemalan
Biaya per unit = Rp.145,00 x 12043
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛ = Rp.51,96
Bagian jekso
Biaya per unit = Rp.115,00 x 300186
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.71,30
Bagian penyetelan
Biaya per unit = Rp.225,00 x 12013
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.24,38
Bagian pengeprasan
Biaya per unit = Rp.50,00 x 12045
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.18,75
Bagian pengamplasan kasar
Biaya per unit = Rp.50,00 x 420329
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.39,17
Bagian pembusaan
Biaya per unit = Rp.65 x 180163
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.58,86
80
Bagian pengamplasan halus
Biaya per unit = Rp.220,00 x 12040
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.73,33
Bagian pengamplasan tangan
Biaya per unit = Rp.175,00 x 120118
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.145,83
Bagian penyemiran
Biaya per unit = Rp.175,00 x 120100
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.145,83
Bagian penyikatan
Biaya per unit = Rp.70,00 x 6041
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ = Rp.47,83
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan biaya tenaga kerja langsung
setiap kegiatan pembuatan puzzle menurut analisis network :
Tabel V.14
Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Setiap kegiatan
Pembuatan Puzzle pada Kajeng Handicraft Menurut Analisis Network
Perusahaan Analisis Network
Kegiatan Biaya per
unit (Rp)
Waktu standar
(detik)
Waktu standar
(detik)
Biaya per unit
(Rp)
Pemotongan 130 120 62 67,17
Pengemalan 145 120 43 51,96
Jekso 115 300 186 71,30
Penyetelan 225 120 13 24,38
Pengeprasan 50 120 45 18,75
Pengamplasan
Kasar 50 420 329 39,17
Pembusaan 65 180 163 58,86
81
Pengamplasan
Halus 220 120 40 73,33
Pengamplasan
Tangan 175 120 118 172,08
Penyemiran 175 120 100 145,83
Penyikatan 70 60 41 47,83
JUMLAH 1.420 1.800 1.140 770,66
Sumber Data : Data Yang Diolah
5. Perbandingan waktu dan biaya produksi menurut perusahaan dan analisis
network
Perbandingan waktu dan biaya produksi menurut perusahaan dan analisis
network digunakan untuk mengetahui apakah Kajeng Handicraft dalam
memproduksi puzzle sudah efisien atau belum. Untuk tujuan tersebut maka
diberikan tabel perbandingan waktu dan biaya produksi menurut perusahaan dan
analisis network.
Tabel V.15
Perbandingan Waktu dan Biaya Menurut Perusahaan
dan Analisis Network
Analisis Waktu produksi (detik) Biaya tenaga kerja (Rp)
Perusahaan 1.800 1.420
Jaringan kerja 1.140 770,66
Selisih 660 649,34
Sumber Data : Data Yang Diolah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa proses produksi puzzle di Kajeng
Handicraft kurang efisien karena waktu yang digunakan oleh perusahaan lebih
besar daripada waktu produksi yang diperoleh dari metode analisis jaringan kerja
82
dan biaya yang harus dikeluarkan juga lebih besar jika dibandingkan dengan
biaya yang dianalisis dari jaringan kerja.
6. Percepatan produksi puzzle
Percepatan produksi dalam pembuatan puzzle bertujuan untuk memperpendek
waktu produksi. Memperpendek waktu produksi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menambah tenaga kerja maupun dengan menambah jam kerja
(lembur) karyawan bagian produksi. Tetapi perlu diingat bahwa penambahan
tenaga kerja maupun penambahan jam kerja (lembur) harus memperhatikan
beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan untuk menambah
tenaga kerja atau menambah jam kerja.
Penambahan tenaga kerja baru diperlukan jika perusahaan ingin
memperpendek umur produksi dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat
diakibatkan karena bertambahnya permintaan dari bagian pemasaran. Oleh karena
itu departemen produksi harus merencanakan kebutuhan tenaga kerja dan jika
tenaga kerja yang ada sudah tidak dapat memenuhi target produksi maka dapat
merekrut tenaga kerja baru untuk ditambahkan dalam bagian pekerjaan agar
proses produksi dapat dipercepat. Untuk mempercepat umur produksi jangka
panjang tidak dapat dilakukan dengan penambahan jam kerja (lembur) karena
akan berakibat pada tidak seimbangnya output tiap-tiap pekerjaan yang
mempunyai waktu kegiatan yang berbeda-beda. Selain itu penambahan jam kerja
tidak dapat dilakukan setiap hari kerja karena karyawan akan merasakan
kelelahan dan pekerjaan lembur tidak dapat dipaksakan kepada karyawan karena
83
hal ini menyangkut hak-hak mereka dimana mereka telah melaksanakan
pekerjaan mereka pada jam normal.
Hal-hal yang diperhatikan dalam menambah tenaga kerja baru adalah bahwa
untuk memperoleh tambahan tenaga kerja baru yang sesuai dengan kebutuhan
dengan ketrampilan yang dibutuhkan akan sulit dan juga memerlukan
penyesuaian untuk keharmonisan kerja dalam setiap bagian. Satu pekerjaan hanya
dapat ditangani oleh bagian tertentu, karena apabila ditangani oleh bagian lain
akan timbul permasalahan yaitu mengenai tanggung jawab kualitas hasil kerja
serta dalam hal pemberian upah.
Penambahan jam kerja (lembur) dilakukan jika perusahaan ingin mempercepat
umur produksi dalam jangka pendek. Hal ini dilakukan berdasarkan permintaan
konsumen maupun karena permintaan bagian pemasaran menghadapi
keterlambatan target penyelesaian produk atau pesanan dari konsumen dalam
waktu yang lebih singkat dari pada waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam menentukan penambahan jam kerja (lembur), perusahaan menetapkan
kebijakan bahwa jam lembur dilaksanakan setelah jan kerja normal yaitu dari jam
16.00 sampai dengan jam 21.00. Upah kerja yang mereka terima adalah sebesar
((gaji / 8) dikalikan 2)) per jam. Untuk bekerja lembur harus dilaksanakan oleh
semua bagian kegiatan dalam proses produksi.
Dari uraian di atas pihak manajemen dapat mempertimbangkan berbagai hal
dalam menentukan kebijakan yang akan diambil untuk dapat mempercepat umur
produksi yang berhubungan dengan jumlah tenaga kerja yang akan dipakai dan
jumlah jam kerja yang harus dilakukan penambahan melalui lembur. Untuk
84
memberikan gambaran, berikut adalah analisa percepatan umur produksi dengan
menambah tenaga kerja baru pada bagian kerja serta menambah jam kerja
(lembur).
a. Percepatan produksi dengan menambah tenaga kerja
1) Penentuan prioritas pekerjaan yang akan dipercepat
Satu hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan percepatan produksi
dari waktu normal adalah dalam menentukan pekerjaan yang akan
dipercepat. Pekerjaan yang akan dipercepat adalah pekerjaan yang berada
pada jalur kritis, dengan demikian pekerjaan-pekerjaan tersebut
merupakan pekerjaan kritis. Kegiatan dikatakan kegiatan kritis apabila
kegiatan tersebut memiliki kelonggaran (slack) 0 atau LS dan EF sama
dengan LF dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya di bawah ini
disajikan tabel hasil analisa jaringan kerja yang menunjukkan ES, LS, EF,
LF dan besarnya kelonggaran dari masing-masing kegiatan.
Tabel V.16
Penentuan Kegiatan Kritis Pembuatan Puzzle
pada Kajeng Handicraft
No. Kegiatan ES EF LS LF Slack
1 Pemotongan 0 62 0 62 0
2 Pengemalan 62 105 62 105 0
3 Jekso 105 291 105 291 0
4 Penyetelan 291 304 291 304 0
5 Pengeprasan 304 349 304 349 0
6 Pengamplasan
Kasar 349 678 349 678 0
7 Pembusaan 678 841 678 841 0
8 Pengamplasan 841 881 841 881 0
85
Halus
9 Pengamplasan
Tangan 881 999 881 999 0
10 Penyemiran 999 1099 999 1099 0
11 Penyikatan 1099 1140 1099 1140 0
Sumber Data : Data Yang Diolah
Berdasarkan tabel V.16 dapat diketahui kegiatan yang merupakan
kegiatan kritis yang menjadi prioritas dalam percepatan produksi.
2) Identifikasi kegiatan-kegiatan yang dipercepat
Tabel V.16 menunjukkan prioritas kegiatan yang berada pada jalur
kritis dimana dapat dilakukan percepatan. Dengan menambah tenaga kerja
baru pada kegiatan kerja perlu diidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang
menurut perusahaan dapat dipercepat, karena walaupun kegiatan tersebut
merupakan kegiatan kritis belum tentu dapat dilakukan percepatan jika
sudah pada batas maksimal kapasitas produksi dan seimbang dengan
kapasitas produksi bagian lain.
Kegiatan yang dapat dilakukan percepatan adalah :
a) Pemotongan
Kegiatan pemotongan dikerjakan oleh 2 orang dengan produksi
sebesar 400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 62
detik. Jika perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi
menjadi 500 unit per hari maka waktu pengerjaan tiap unit harus
dipercepat. Untuk dapat mempercepat kegiatan tersebut maka tenaga
kerja yang diperlukan adalah :
86
unit 400unit 500 X 2 orang = 2,5 orang (dibulatkan menjadi 3 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
(Dalam 1 hari kerja ada 7 jam = 25.200 detik)
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.25.000,00 = Rp.27.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 2 orang tenaga
kerja adalah Rp.130,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
(1 X Rp.25.000,00) + (2 X Rp.27.000,00) = Rp.158,00 per unit 500 Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.158,00 - Rp.130,00 = Rp.28,00 per unit
b) Pengemalan
Kegiatan pengemalan dikerjakan oleh 3 orang dengan produksi sebesar
400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 43 detik. Jika
perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi menjadi
500 unit per hari maka maka tenaga kerja yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 3 orang = 3,75 orang (dibulatkan menjadi 4 orang)
87
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.20.000,00 = Rp.20.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 3 orang tenaga
kerja adalah Rp.145,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
(1 x Rp. 18.000,00) + (2 x Rp. 20.000,00) = Rp.156,00 per unit
500
Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.156,00 - Rp.145,00 = Rp.11,00 per unit
c) Jekso
Kegiatan jekso dikerjakan oleh 2 orang dengan produksi sebesar 400
unit per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 186 detik. Jika
perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi menjadi
500 unit per hari maka waktu pengerjaan tiap unit harus dipercepat.
Untuk dapat mempercepat kegiatan tersebut maka tenaga kerja yang
diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 2 orang = 2,5 orang (dibulatkan menjadi 3 orang)
88
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.25.000,00 = Rp.25.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 2 orang tenaga
kerja adalah Rp.115,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
(1 X Rp.22.000,00) + (2 X Rp.25.000,00) = Rp.142,00 per unit 500 Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.142,00 - Rp.115,00 = Rp.27,00 per unit
d) Penyetelan
Kegiatan penyetelan dikerjakan oleh 3 orang dengan produksi sebesar
400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 13 detik. Jika
perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi menjadi
500 unit per hari maka maka tenaga kerja yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 3 orang = 3,75 orang (dibulatkan menjadi 4 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
89
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.35.000,00 = Rp.35.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 3 orang tenaga
kerja adalah Rp.225,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
= (1 x Rp. 25.000,00) + (1 x Rp. 30.000,00) + (2 x Rp.35.000,00) 500
= Rp.250,00 per unit
Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.250,00 - Rp.225,00 = Rp.25,00 per unit
e) Pengeprasan
Kegiatan pengeprasan dikerjakan oleh 1 orang dengan produksi
sebesar 400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 45
detik. Jika perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi
menjadi 500 unit per hari maka maka tenaga kerja yang diperlukan
adalah :
unit 400unit 500 X 1 orang = 1,25 orang (dibulatkan menjadi 1 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari belum diperlukan
tambahan tenaga kerja pada kegiatan tersebut.
90
f) Pengamplasan kasar
Kegiatan pengamplasan kasar dikerjakan oleh 1 orang dengan
produksi sebesar 400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan
selama 329 detik. Jika perusahaan merencanakan untuk dapat
menaikkan produksi menjadi 500 unit per hari maka maka tenaga kerja
yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 1 orang = 1,25 orang (dibulatkan menjadi 1 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari belum diperlukan
tambahan tenaga kerja pada kegiatan tersebut.
g) Pembusaan
Kegiatan pembusaan dikerjakan oleh 1 orang dengan produksi sebesar
400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 163 detik. Jika
perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi menjadi
500 unit per hari maka maka tenaga kerja yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 1 orang = 1,25 orang (dibulatkan menjadi 1 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari belum diperlukan
tambahan tenaga kerja pada kegiatan tersebut.
h) Pengamplasan halus
Kegiatan pengamplasan halus dikerjakan oleh 5 orang dengan
produksi sebesar 400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan
selama 40 detik. Jika perusahaan merencanakan untuk dapat
91
menaikkan produksi menjadi 500 unit per hari maka maka tenaga kerja
yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 5 orang = 6,25 orang (dibulatkan menjadi 6 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.20.000,00 = Rp.20.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 5 orang tenaga
kerja adalah Rp.220,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
= (1xRp.14.000)+(1xRp.15.000)+(1xRp.17.500)+(3xRp.20.000)
500
= Rp.213,00 per unit
Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.213,00 - Rp.220,00 = - Rp.7,00 per unit
i) Pengamplasan tangan
Kegiatan pengamplasan tangan dikerjakan oleh 5 orang dengan
produksi sebesar 400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan
selama 118 detik. Jika perusahaan merencanakan untuk dapat
menaikkan produksi menjadi 500 unit per hari maka waktu pengerjaan
92
tiap unit harus dipercepat. Untuk dapat mempercepat kegiatan tersebut
maka tenaga kerja yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 5 orang = 6,25 orang (dibulatkan menjadi 6 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.15.000,00 = Rp.15.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 5 orang tenaga
kerja adalah Rp.175,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
(2 X Rp12.500,00) + (4 X Rp.15.000) = Rp.170,00 per unit 500 Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.170,00 - Rp.175,00 = - Rp.5,00 per unit
j) Penyemiran
Kegiatan pengamplasan tangan dikerjakan oleh 5 orang dengan
produksi sebesar 400 unit per hari dan dengan waktu pengerjaan
selama 100 detik. Jika perusahaan merencanakan untuk dapat
menaikkan produksi menjadi 500 unit per hari maka waktu pengerjaan
93
tiap unit harus dipercepat. Untuk dapat mempercepat kegiatan tersebut
maka tenaga kerja yang diperlukan adalah :
unit 400unit 500 X 5 orang = 6,25 orang (dibulatkan menjadi 6 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.15.000,00 = Rp.15.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 5 orang tenaga
kerja adalah Rp.175,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
(2 X Rp12.500,00) + (4 X Rp.15.000) = Rp.170,00 per unit 500 Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.170,00 - Rp.175,00 = - Rp.5,00 per unit
k) Penyikatan
Kegiatan penyikatan oleh 2 orang dengan produksi sebesar 400 unit
per hari dan dengan waktu pengerjaan selama 41 detik. Jika
perusahaan merencanakan untuk dapat menaikkan produksi menjadi
500 unit per hari maka maka tenaga kerja yang diperlukan adalah :
94
unit 400unit 500 X 2 orang = 2,5 orang (dibulatkan menjadi 3 orang)
Maka untuk dapat memproduksi 500 unit per hari diperlukan
tambahan 1 orang tenaga kerja pada kegiatan tersebut dan waktu
pengerjaan kegiatan tersebut paling lama menjadi sebesar :
500unit
k25.200deti = 50,4 detik
Tambahan biaya tenaga kerja yang direncanakan :
1 X Rp.15.000,00 = Rp.15.000,00
Biaya tenaga kerja normal untuk pekerjaan ini dengan 2 orang tenaga
kerja adalah Rp.70,00 per unit dan jika perusahaan melakukan
percepatan pada pekerjaan ini maka besarnya biaya tenaga kerja per
unit adalah :
= (1 x Rp.13.000,00) + (2 x Rp.15.000,00)500
= Rp.86,00 per unit
Jadi besarnya biaya tambahan sesungguhnya adalah :
Rp.86,00 - Rp.70,00 = Rp.16,00 per unit
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah table rekapitulasi kegiatan,
waktu, tenaga kerja, dan biaya percepatan dengan penambahan tenaga
kerja langsung pada pembuatan puzzle :
95
Tabel V.17
Rekapitulasi Kegiatan Yang Dipercepat
Dengan Penambahan Tenaga Kerja
Waktu (detik) Tenaga kerja (orang) Biaya (Rp)
No Kegiatan Kode Normal Cepat Selisih Awal Tambahan Jumlah
rencana
Sesungguh
nya
1 Pemotongan A 62 50,4 11,6 2 1 3 27.000 28
2 Pengemalan B 43 50,4 -7,4 3 1 4 20.000 11
3 Jekso C 186 50,4 135,6 2 1 3 25.000 27
4 Penyetelan D 13 50,4 -37,4 3 1 4 35.000 25
5 Pengamplasan
Halus H 40 50,4 -10,4 5 1 6 20.000 -7
6 Pengamplasan
Tangan I 118 50,4 67,6 5 1 6 15.000 -5
7 Penyemiran J 100 50,4 49,6 5 1 6 15.000 -5
8 Penyikatan K 41 50,4 -9,4 2 1 3 15.000 16
jumlah 603 403,2 199,8 27 8 35 172.000 90
Sumber Data : Data Yang Diolah
Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa percepatan dapat
dilakukan pada 8 kegiatan tersebut dengan waktu percepatan maksimal
adalah 199,8 detik atau 3 menit 19,8 detik lebih cepat dari waktu
semula. Percepatan harus dilakukan pada seluruh kegiatan tersebut
karena percepatan tersebut sudah dikondisikan untuk penyesuaian
kapasitas produksi puzzle pada Kajeng Handicraft. Dengan percepatan
maksimal tersebut maka siklus produksi dapat diselesaikan dalam
waktu 940,2 detik atau 15 menit 40,2 detik. Angka tersebut diperoleh
dari 1.140 detik dikurangi 199,8 detik (waktu produksi normal –
jumlah selisih waktu kegiatan yang dipercepat) diperoleh angka 940,2
96
detik dengan tambahan biaya tenaga kerja sebesar Rp.90 ,00. Jadi total
biaya produksi 1 unit puzzle dengan percepatan adalah :
Rp.770,66 – Rp.90,00 = Rp.680,66 per unit
3) Rekapitulasi kegiatan, urut-urutan kegiatan dengan waktu percepatan
Berikut ini disajikan tabel rekapitulasi kegiatan, urut-urutan kegiatan
dengan percepatan pada pembuatan puzzle :
Tabel V.18
Rekapitulasi Urutan Kegiatan Dengan Waktu Cepat
Pada Pembuatan Puzzle
No. Kegiatan Kode Kegiatan
sebelumnya Waktu (detik)
1 Pemotongan A - 50,4
2 Pengemalan B A 50,4
3 Jekso C B 50,4
4 Penyetelan D C 50,4
5 Pengeprasan E D 45
6 Pengamplasan
Kasar F E 329
7 Pembusaan G F 163
8 Pengamplasan
Halus H G 50,4
9 Pengamplasan
Tangan I H 50,4
10 Penyemiran J I 50,4
11 Penyikatan K J 50,4
Sumber Data : Data Yang Diolah
97
4) Diagram jaringan kerja percepatan pembuatan puzzle dengan percepatan
penambahan tenaga kerja
Berikut ini adalah diagram jaringan kerja percepatan produksi dengan
melakukan penambahan tenaga kerja pada kegiatan pembuatan puzzle :
50,4 50,4 50,4 50,4 45 329
50,4 50,4 50,4 50,4 163
B
J I H G
FEDC
K
A
Gambar V.7 : Diagram jaringan kerja percepatan pembuatan puzzle
5) Perbandingan waktu dan biaya antara penyelesaian produksi normal dan
cepat dengan penambahan tenaga kerja
Tabel V.19
Perbandingan Waktu dan Biaya Antara Penyelesaian
Normal dan Cepat
Analisis Waktu produksi per unit
(detik)
Biaya tenaga kerja per unit
(Rp)
Network 1.140 770,66
Percepatan 940,2 680,66
Selisih 199,8 90
Sumber Data : Data Yang Diolah
Perbandingan waktu dan biaya antara penyelesaian normal dan
penyelesaian produk cepat diatas menunjukkan bahwa pembuatan puzzle
98
dapat dipercepat menjadi 940,2 detik dengan tambahan biaya sebesar
Rp.90,00.
b. Percepatan produksi dengan menambah jam kerja (lembur)
Percepatan produksi dengan menambah jam kerja atau lembur dilakukan
jika perusahaan menghadapi keterlambatan penyelesaian produk maupun
karena pesanan dari konsumen yang menghendaki penyelesaian produk dalam
waktu yang lebih cepat dibandingkan waktu normal perusahaan. Dengan
lembur ini perusahaan menargetkan 100 unit output untuk tiap-tiap pekerjaan
lembur. Waktu yang lebih cepat ini oleh perusahaan diperhitungkan dari hari
penyelesaian produk dan bukan dari jumlah siklus penyelesaian produk yang
dalam kasus ini dipakai satuan detik. Pada proses produksi pembuatan puzzle
ini jika dilakukan lembur harus pada semua kegiatan, karena kegiatan satu
tergantung pada selesainya kegiatan sebelumnya.
Berikut ini adalah tabel kegiatan, jumlah tenaga kerja dan upah karyawan
pada tiap kegiatan :
99
Tabel V.20
Rekapitulasi Kegiatan dan Biaya Cepat dengan Lembur
Setiap Kegiatan Pembuatan Puzzle
pada Kajeng Handicraft
Tenaga kerja
No. Kegiatan Jumlah
(orang)
Upah per
lembur
(Rp)
Jumlah
X Upah
Jumlah
upah
total per
lembur
(Rp)
Produksi
per
lembur
(unit)
Biaya
per unit
(Rp)
1 Pemotongan 1 25.000 25.000 52.000 100 520
1 27.000 27.000
2 Pengemalan 1 18.000 18.000 58.000 100 580
2 20.000 40.000
3 Jekso 1 22.000 22.000 46.000 100 460
1 25.000 25.000
4 Penyetelan 1 25.000 25.000 90.000 100 900
1 30.000 30.000
1 35.000 35.000
5 Pengeprasan 1 20.000 20.000 20.000 100 200
6 Pengamplasan
Kasar 1 20.000 20.000 20.000 100 200
7 Pembusaan 1 26.000 26.000 26.000 100 260
8 Pengamplasan
Halus 1 14.000 14.000 88.000 100 880
1 16.000 16.000
1 18.000 18.000
2 20.000 40.000
9 Pengamplasan
Tangan 2 12.500 25.000 70.000 100 700
3 15.000 45.000
100
10 Penyemiran 2 12.500 25.000 70.000 100 700
3 15.000 45.000
11 Penyikatan 1 13.000 13.000 28.000 100 280
1 15.000 15.000
TOTAL 5.680
Sumber Data : Data Yang Diolah
Pada Produksi puzzle ini diawasi oleh satu orang pengawas yang diupah
per hari sebesar Rp.37.500,00. Target produksi apabila dilakukan lembur
adalah 100 unit, dengan demikian biaya per unit yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk melaksanakan lembur adalah :
Rp.5.680,00 + 100
00,500.37.Rp = Rp.6.055,00 per unit
Jadi tambahan biaya tenaga kerja per unit sesungguhnya pada produksi puzzle
dengan dilakukan lembur adalah :
Rp.6.055,00 – Rp.1.420,00 = Rp.4.635,00 per unit
Angka tersebut diperoleh dari jumlah biaya tenaga kerja per unit pada
produksi puzzle dengan lembur dikurangi dengan jumlah biaya tenaga kerja
per unit pada produksi puzzle dengan waktu normal.
Perbandingan biaya antara penyelesaian normal dengan penyelesaian
produk cepat adalah :
101
Tabel V.21
Perbandingan Biaya antara Penyelesaian Produksi
Normal dan Percepatan dengan Lembur
Analisis Biaya tenaga kerja per unit
(Rp)
Network 770,66
lembur 5.680
Selisih 4.909,34
Sumber Data : Data Yang Diolah
B. Pembahasan
1. Perencanaan dan pengawasan produksi dengan analisis jaringan kerja
a. Waktu produksi
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan diagram jaringan kerja
dapat diketahui bahwa waktu penyelesaian pembuatan puzzle per unitnya
adalah 1.140 detik atau 19 menit. Sedangkan menurut perusahaan waktu
penyelesaian pembuatan puzzle adalah 1.800 detik atau 30 menit per unit.
Dengan demikian hasil tersebut menunjukkan bahwa perencanaan dengan
analisis jaringan kerja dapat menekan waktu penyelesaian produksi selama
660 detik atau 11 menit.
b. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja untuk 1 unit puzzle adalah Rp.1.420,00. Jika digunakan
analisis jaringan kerja biaya tersebut sebesar Rp.770,66. Hal ini menunjukkan
bahwa dengan analisis jaringan kerja ada keuntungan sebesar Rp.649,34.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan puzzle
pada Kajeng Handicraft dengan menggunakan analisis jaringan kerja dapat
102
diperoleh waktu produksi yang lebih efisien dan juga biaya produksi lebih
murah.
2. Percepatan produksi dengan menggunakan analisis jaringan kerja
a. Percepatan produksi dengan menambah tenaga kerja
1) Waktu percepatan
Proses pembuatan puzzle secara keseluruhan dapat dipercepat waktu
penyelesaiannya dengan menggunakan analisis jaringan kerja. Dari hasil
analisis di atas dapat diketahui beberapa alternatif percepatan. Percepatan
dapat direalisasikan dengan menambah jumlah tenaga kerja yaitu
sebanyak 8 orang dengan waktu percepatan maksimal dapat dilakukan
selama 940,2 detik atau 15 menit 40,2 detik, sehingga waktu penyelesaian
dapat lebih awal dari waktu normal.
2) Biaya percepatan dengan menambah tenaga kerja
Percepatan produksi dilakukan dengan menambah tenaga kerja dengan
konsekuensi adanya peningkatan biaya tenaga kerja langsung. Dari
analisis di atas menunjukkan adanya tambahan biaya percepatan
sesungguhnya sebesar Rp.90,00 per unit yang dihasilkan dari jumlah
rekapitulasi biaya tenaga kerja langsung dengan waktu normal sebesar
Rp.770,66 dikurangi dengan jumlah rekapitulasi biaya tenaga kerja
langsung dengan percepatan melalui penambahan tenaga kerja Rp.680,66.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat
menggunakan analisis jaringan kerja untuk melihat berapa waktu yang
dapat dipercepat dan berapa tambahan biaya untuk percepatan dengan
103
penambahan tenaga kerja pada kegiatan kerja. Analisis ini akan sangat
berguna untuk menghadapi meningkatnya pesanan puzzle dengan melihat
perkembangan perusahaan.
b. Percepatan produksi dengan menambah jam kerja atau lembur
Percepatan maksimal yang dilakukan dengan menggunakan lembur setiap
kegiatan menyebabkan peningkatan biaya per unit produk yang dilaksanakan
dengan kerja lembur. Biaya tenaga kerja lembur per unit puzzle menurut
analisis network normal adalah Rp.770,66 dan biaya tenaga kerja per unit jika
dilaksanakan lembur menjadi Rp.5.680,00 sehingga besarnya peningkatan
biaya per unit Rp. 4.909,34.
Dari analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat
menggunakan analisis jaringan kerja untuk melihat berapa waktu yang dapat
dipercepat dan berapa tambahan biaya untuk percepatan. Perusahaan harus
mempertimbangkan untuk menerima pesanan dalam waktu penyelesaian yang
dipercepat karena berkaitan dengan biaya yang harus dialokasikan untuk
melakukan percepatan tersebut.
104
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian pada Kajeng Handicraft yang
berkaitan dengan pembuatan puzzle, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kajeng Handicraft adalah perusahaan yang menghasilkan produk puzzle dengan
bahan baku limbah kayu jati. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa proses
penyusunan jaringan kerja dalam pembuatan produk puzzle pada Kajeng
Handicraft dengan urutan sebagai berikut : pemotongan, pengemalan, jekso,
penyetelan, pengeprasan, pengamplasan kasar, pembusaan, pengamplasan halus,
pengamplasan tangan, penyemiran, dan penyikatan.
2. Produksi untuk 1 unit puzzle menurut perusahaan Kajeng Handicraft memerlukan
waktu penyelesaian selama 1.800 detik dengan biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp.1.420,00 per unit. Sedangkan bila menggunakan metode CPM,
produksi 1 unit puzzle memerlukan waktu penyelesaian selama 1.140 detik atau
660 detik lebih cepat dari perusahaan dengan biaya tenaga kerja langsung sebesar
Rp.770,66 per unit atau lebih rendah Rp.649,34 per unit dari perusahaan.
3. Percepatan pembuatan puzzle pada Kajeng Handicraft dengan menggunakan dua
cara yaitu menambah tenaga kerja dan memberlakukan lembur. Tambahan biaya
tenaga kerja langsung jika perusahaan menambah tenaga kerja langsung sebanyak
104
105
8 orang sebesar Rp.90,00 per unit. Tambahan biaya tenaga kerja langsung jika
perusahaan memberlakukan kerja lembur adalah Rp.4.909,34 per unit.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menjumpai beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Penulis tidak memperoleh informasi secara mendetail dari pimpinan perusahaan
untuk mendukung penelitian.
2. Waktu penelitian yang terbatas, terutama pada pengambilan sampel lanjutan
sehingga penulis tidak dapat melakukan tambahan pengamatan untuk mendukung
penelitian.
3. Penilaian yang dilakukan penulis didasarkan pada hasil pengamatan penulis
sendiri (subyektif).
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan proses produksi sebaiknya perusahaan menerapkan analisis
jaringan kerja agar urut-urutan pekerjaan dalam proses pembuatan puzzle dapat
diatur dengan baik sehingga dapat memperkecil tertundanya pekerjaan dan dari
segi waktu serta biaya juga menjadi lebih efisien.
2. Untuk menjaga kepercayaan konsumen, ketepatan waktu penyelesaian produk
sangat penting. Perusahaan dapat menerapkan metode jalur kritis sebagai alat
untuk perencanaan dan pengawasan produksi.
106
3. Dalam melakukan percepatan produksi hendaknya perusahaan
mempertimbangkan biaya yang harus ditambahkan baik dalam percepatan
produksi dengan memberlakukan lembur atau dengan menambah tenaga kerja.
107
Daftar Pustaka
Ahyari, Agus. (1987). Manajemen Produksi : Pengendalian Sistem Produksi. Yogyakarta: BPFE
Assauri, Sofyan. (1978). Manajemen Produksi. Jakarta : LPUI Baroto, Teguh. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta : Ghalia
Indonesia Boediono. (1982). Analisa Network. Yogyakarta : BPFE UGM Buffa, Elwood S. (1984). Manajemen Produksi/Operasi. Jakarta : Erlangga Gilarso, T. (1992). Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Yogyakarta : Kanisius Gitosoedarmo, Indriyo. (1985). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
Yogyakarta : BPFE G. Schroeder, Roger (alih bahasa oleh Team penerjemah Penerbit Erlangga). (1989).
Manajemen Operasi : Pengambilan Keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi. Jakarta : Erlangga
Haedar Ali, Tubagus. (1986). Prinsip-prinsip Network Planning. Jakarta : PT Gramedia Handoko, T.H. (1997). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi (edisi 1).
Yogyakarta : BPFE -------------------. (1996). Manajemen edisi II. Yogyakarta : BPFE Koolma, A, & C.J.M. Van de Schoot (Penerjemah : Soeheba Kramadibrata). (1988).
Manajemen Proyek : Pedoman Untuk Mengelola dan Memimpin serta Bekerjasama Dalam Proyek. Jakarta : UI-Press
Martadi, Alif. (1991). Perencanaan Proyek dengan Metode Jaringan Kerja, seri Teknik-
teknik Manajemen. Jakarta : Golden Terayon Pers Reksohadiprojo, Sukanto, dan Gitosudarmo, Indriyo. (1986). Manajemen Produksi.
Yogyakarta : BPFE UGM Ritzman, Krawjeski. (1996). Operations Management : Strategy and Analysis. Wesley
Publishing Company Inc. Siswanto. (1990). Management Science. Jakarta : PT. Elex Media Komputendo
107
108
Sumayang,Lalu. (2003). Dasar-dasar Manajemen dan Operasi. Jakarta : Salemba Empat Swastha, Basu & Ibnu Sukotjo. (1982). Pengantar Ekonomi Perusahaan edisi II.
Yogyakarta : Liberty Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Umum
109
Daftar Pertanyaan
Pedoman wawancara
Sejarah perusahaan
a. Apakah nama perusahaan tempat penelitian ?
b. Siapa pendiri perusahaan ?
c. Dimana lokasi perusahaan ?
d. Faktor-faktor apa saja yang melandasi pemilihan lokasi perusahaan ?
e. Apa bentuk perusahaan ?
f. Kapan perusahaan mulai berproduksi ?
g. Kapan ijin resmi dari pemerintah keluar ?
h. Bagaimana permodalan perusahaan ?
i. Siapa yang bertanggung jawab terhadap perusahaan ?
j. Apa latar belakang pendirian perusahaan ?
Produksi
a. Bahan baku dan bahan pembantu apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk ?
b. Peralatan apa yang digunakan untuk menyelesaikan produk ?
c. Produk apa saja yang bisa dihasilkan di perusahaan ?
d. Bagaimana alur produksi pembuatan produk ?
e. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan untuk menghasilkan produk ?
f. Bagaimana urut-urutan kegiatan dalam produksi ?
g. Berapa waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan dalam
memproduksi 1 unit produk ?
h. Apa usaha yang dilaksanakan oleh perusahaan untuk meningkatkan hasil produksi ?
i. Bagaimana usaha pengembangan produktivitas perusahaan yang telah dilakukan ?
Pemasaran
a. Bagaimana sistem pemasaran hasil produksi yang digunakan oleh perusahaan ?
b. Di daerah mana saja produk perusahaan dipasarkan ?
109
110
c. Berapa harga jual produk ?
d. Siapa saja konsumen atau pelanggannya ?
e. Bagaimana sistem pembayaran dari pelanggan ?
Personalia
a. Berapa jumlah tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap ?
b. Bagaimanakah perekrutan tenaga kerja dalam perusahaan ?
c. Apa syarat menjadi tenaga kerja tetap ?
d. Bagaimanakah struktur penempatan tenaga kerja ?
e. Berapakah jumlah jam kerja per hari ?
f. Bagaimanakah sistem pengupahan pekerja,apakah ada kerja lembur atau kerja
borongan ?
g. Tunjangan apa yang diberikan perusahaan pada karyawannya ?
Pedoman observasi
Proses produksi yang menyangkut :
a. Bagaimana tahap-tahap penyelesaian suatu produk ?
b. Berapa waktu penyelesaian suatu produk ?
Pedoman dokumentasi
a. Bagaimana struktur organisasi perusahaan ?
b. Tugas dan wewenang masing-masing bagian dalam perusahaan
c. Data-data biaya yang terjadi selama penyelesaian produk
d. Modal perusahaan
111
111
Lampiran 1 : Bagan ukuran sampel studi waktu menurut T Hani Handoko
Lampiran 2 : Penilaian ketrampilan (skill) menurut cara Westinghouse
Untuk memudahkan dalam penilaian penyesuaian ketrampilan maka dibagi menjadi
enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas yang dikemukakan sebagai berikut :
Super Skill (A)
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna.
3. Tampak seperti telah terlatih dengan baik.
4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat
karena lancarnya.
7. tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang
akan dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8. secara umum dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.
Exellent Skill (B)
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau
pemeriksaan-pemeriksaan.
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta uru-urutannya dijalankan dengan tanpa
kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
Good Skill (C)
1. Kwalitas hasil baik.
2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih
rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tiada keragu-raguan.
7. Bekerjanya stabil.
8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakan-gerakannya cepat.
Average Skill (D)
1. Tampak ada kepercayaan pada diri sendiri.
2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang direncanakan.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan.
6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaan.
8. Bekerjanya cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
Fair Skill (E)
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
4. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan di
pekerjaan itu sejak lama.
5. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tidak selalu yakin.
6. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
7. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.
8. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan pekerjaannya.
Poor Skill (F)
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakan-gerakannya kaku.
3. Kelihatan ketdak yakinannya pada urut-urutan pekerjaan.
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Lampiran 3 : Penilaian usaha (effort) menurut cara Westinghouse
Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas dengan cirri
masing-masing. Yang dimaksud usaha disini adalah kesungguhan yang ditujukan atau
diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini adalah enam kelas usaha
beserta cirri-cirinya :
Excessive Effort (A)
1. Kecepatan sangat berlebihan.
2. Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
Exellent Effort (B)
1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator biasa.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran-saran.
5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
6. Percaya pada kebaikan pengukuran waktu.
7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi jarang sekali.
10. Bekerjanya sistematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen ke elemen lainnya tidak terlihat.
Good Effort (C)
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit bahkan kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Senang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.
8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
10. Menggunakan alat yang tepat dan baik.
11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
Average Effort (D)
1. Tidak sebaik good tetapi lebih baik daripada poor.
2. Bekerja dengan stabil.
3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Set up dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
Fair Skill (E)
1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
8. Terlampau hati-hati.
9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
10. Gerakan-gerakannya tidak terencana.
Poor Skill (F)
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat kerja.
3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-
bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang sudah diatur.
9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.
Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor-faktor di atas
diperhatikan pada table 9.2. dalam menghirtung faktor penyesuaian, bagi keadaan yang
dianggap wajar diberi harga.
Table 9.2 Penyesuaian menurut Westinghouse
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Usaha Kondisi kerja
Konsistensi
Super skill Excellent Good Average Fair Poor Excessive Excellent Good Average Fair Poor Ideal Excellenty Good Average Fair Poor Perfect Excellent Good Average Fair Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
A B C D E F
A B C D E F
+ 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00
- 0,05 - 0,10 - 0,16 - 0,22
+ 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08 + 0,05 + 0,02 0,00
- 0,04 - 0,08 - 0,12 - 0,17
+ 0,06
+ 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07 + 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04