Upload
lycong
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI
PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA
JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA
DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
R. ADITYA PRADANA
I 1303064
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI
PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA
JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA
DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
R. ADITYA PRADANA
I 1303064
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi :
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI
PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA
JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA
DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA
Ditulis oleh:
R. Aditya Pradana
I 1303064
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Yuniaristanto, ST., MT Fakhrina Fahma, STP., MT
NIP 19750617 200012 1 001 NIP 19741008 200003 2 001
Ketua Program S-1 Non Reguler
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik UNS
Taufiq Rochman, STP, MT
NIP. 19701030 199802 1 001
Pembantu Dekan I Ketua Jurusan
Fakultas Teknik Teknik Industri UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT
NIP 19561112 198403 2 007 NIP 19641007 199702 1 001
iii
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi :
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI
PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA
JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA
DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA
Ditulis oleh:
R. Aditya Pradana
I 1303064
Telah disidangkan pada hari Selasa tanggal 18 Mei 2010
Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
dengan
Dosen Penguji
1. Ir. R. Hari Setyanto
NIP. 19630424 199702 1 001
2. Ilham Priadythama, ST, MT
NIP. 19801103 200812 1 002
Dosen Pembimbing
1. Yuniaristanto, ST., MT
NIP. 19750617 200012 1 001
2. Fakhrina Fahma, STP, MT
NIP. 19741008 200003 2 001
iv
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : R. Aditya Pradana
Nim : I 1303064
Judul tugas akhir : Penentuan Lokasi Subdistributor dan Alokasi Produk
Untuk Subdistributor dan Outlet Pada Jaringan Distribusi
PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta.
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak
mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa
Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan
batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau
dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, Agustus 2010
R. ADITYA PRADANA
I 1303064
v
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : R. Aditya Pradana
Nim : I 1303064
Judul tugas akhir : Penentuan Lokasi Subdistributor dan Alokasi Produk
Untuk Subdistributor dan Outlet Pada Jaringan Distribusi
PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta.
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan
Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian
dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk
publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian
dari publikasi karya ilmiah
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, Agustus 2010
R. ADITYA PRADANA
I 1303064
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukut kehadirat Tugan YME, yang telah melimpahkan hikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati
dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Noegroho Djarwanti, M.T. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Yuniaristanto, ST., MT. dan Ibu Fakhrina Fahma, STP., MT selaku
dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
4. Bapak Ir. R. Hari Setyanto selaku dosen penguji skripsi I dan Ilham
Priadhytama, ST, MT selaku dosen penguji skripsi II yang berkenan
memberikan saran dan perbaikan terhadap skripsi ini.
5. Ibu Fakhrina Fahma, STP., MT selaku pembimbing akademis. Terima kasih
atas kesabarannya dalam memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
6. Dosen-dosen Teknik Industri yang memberikan ilmu dan pengetahuan selama
ini.
7. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri (mba’ Yayuk, mba’ Rina, pak
Agus, mba’Tutik), atas segala kesabaran dan pengertiannya dalam
memberikan bantuan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.
8. Para staf dan karyawan PT. Sinar Niaga Sejahtera yang telah menerima saya
dengan baik dan memberikan bantuan beserta fasilitas selama melakukan
penelitian.
9. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada
penulis.
10. Ardha Kurnia Sari Yudha Putri yang selalu menemani penulis dalam suka dan
duka.
11. Ajeng Astrini, adekku yang selalu memberikan keceriaan.
vii
12. Terima kasih kepada kakakku tercinta atas kepercayaannya kepada penulis
dan tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.
13. Teman sekelas dan seperjuangan Teknik Industri ekstensi angkatan ’03.
14. Seluruh teman Teknik Industri angkatan ’03 UNS yang bersama berjuang
dalam menyelesaikan studi Strata-1. Atas semua bantuannya saya
mengucapkan banyak terima kasih.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam kata pengantar ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun
siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir
ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik yang membangun.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
viii
ABSTRAK
R. Aditya Pradana, NIM: I 1303064, PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR
DAN ALOKASI PRODUK UNTUK SUB DISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA
JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA, DISTRIBUTOR
WILAYAH SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi.
Wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera 6 Kabupaten dan Kotamadya di eks
Karesidenan Surakarta. Wilayah pemasaran yang luas mengakibatkan 34 kecamatan
belum terlayani oleh perusahaan dan biaya distribusi pada bulan Agustus – Juli 2009
yaitu sebesar Rp. 767.770.700,- atau sebesar 16 % dari pendapatan perusahaan. Target
biaya distribusi perusahaan adalah dibawah 14 %. Oleh karena itu perlu dilakukan
penentuan lokasi dan alokasi produk untuk gudang subdistributor serta alokasi produk
untuk outlet dengan kriteria minimasi biaya distribusi.
Penentuan lokasi subdistributor dan alokasi produk dibagi menjadi 4 tahap. Tahap
pertama adalah peramalan penjualan PT. Sinar Niaga Sejahtera, peramalan yang
digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan rekomendasi perusahaan. Tahap kedua
adalah penentuan biaya distribusi, yang terdiri dari biaya bahan bakar, gaji karyawan dan
biaya perawatan armada transportasi serta biaya tetap yang terdiri dari biaya yang
dikeluarkan oleh gudang subdistributor yang meliputi gaji karyawan, pajak bumi dan
bangunan serta biaya listrik. Tahap ketiga adalah memodelkan sistem distribusi dalam
model mixed integer linear programming. Model yang digunakan adalah model Planwar
yang dikembangkan oleh Pirkul dan Jayawarman (1997). Tahap keempat adalah
penentuan lokasi dan alokasi dengan menggunakan software Risk Solver Platform versi 9.
Hasil pengolahan data adalah terdapat tiga wilayah yang akan dibuka gudang
subdistributor yaitu Karanganyar, Surakarta dan Boyolali. Biaya distribusi mengalami
penurunan sebesar Rp. 147.353.036,- atau sebesar 20 % dari biaya distribusi sebelumnya.
Pengujian kelayakan investai untuk gudang subdistributor dengan metode Net Present
Value, didapatkan bahwa gudang subdistributor ini layak untuk dibangun. Proyeksi
keuntungan untuk subdistributor Karanganyar tahun ke-1 sebesar Rp.301.804.545,- ,
tahun ke-2 sebesar Rp.119.448.436,- , tahun ke-3 sebesar Rp.159.355.063,- , tahun ke-4
sebesar Rp.185.736.630,- dan tahun ke-5 sebesar Rp.210.215.390,-. Proyeksi keuntungan
untuk subdistributor Surakarta tahun ke-1 sebesar Rp.411.268.631,- , tahun ke-2 sebesar
Rp.348.535.106,-, tahun ke-3 sebesar Rp.392.296.733,-, tahun ke-4 sebesar
Rp.249.302.497,- dan tahun ke-5 sebesar Rp.218.627.597,-. Subdistributor Boyolali
dibuka pada tahun ke-2 sehingga proyeksi keuntungan tahun ke-2 sebesar
Rp.493.903.248,-, tahun ke-3 sebesar Rp.213.719.351,-, tahun ke-4 sebesar
Rp.241.708.347,-, tahun ke-5 sebesar Rp.241.386.172,-
Kata kunci : mixed integer linear programming, lokasi dan alokasi produk, PLANWAR,
Risk Solver Platform, Net Present Value.
xv + 74 halaman; 27 tabel; 16 gambar; 5 lampiran.
Daftar pustaka : 14 (1990-2009).
ix
ABSTRACT
R. Aditya Pradana, NIM: I 1303064, DETERMINATION OF SUBDISTRIBUTOR
LOCATION AND PRODUCT ALLOCATION FOR SUBDISTRIBUTORS AND
OUTLETS IN PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA NETWORK DISTRIBUTION,
MARKETING AREA: SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Department of Industrial
Engineering, Faculty of Engineering, University of Sebelas Maret, July 2010.
PT. Sinar Niaga Sejahtera (SNS) is a distribution company. PT. SNS marketing
area covers six regencies and municipalities in Surakarta and its surronding (Solo Raya).
Solo Raya. A Wide-range market area resulted in 34 districts can not be reached by PT.
Sinar Niaga Sejahtera and distribution costs in August to July 2009 was Rp. 767,770,700
or equal to 16% of company revenue. Expected distribution cost is less than 14%.
Therefore, it is necessary to determine the location of subdistributors depot and products
allocation of subdistributors and outlets which minimize distribution costs.
The determination of subdistributors depot location and products allocation are
divided into four stages. The first stage is forecasting of SNS sales. Forecasting method
used is a qualitative method based on the company recommendation. The second stage is
to calculate distribution costs which consist of fuel costs, employee salaries, vehicle
maintenance costs and fixed costs. Fixed cost is the operating costs of subdistributor
depot which includes employee salaries, property tax and electricity costs. The third stage
is to model the distribution system in a mixed integer linear programming model. The
model used is a PLANWAR model that developed by Pirkul and Jayawarman (1997).
The fourth stage is to determine the location and allocation model using software Risk
Solver Platform version 9.
Data processing results show that there are three depots to be opened in
Karanganyar, Surakarta and Boyolali. The distribution costs decreased by
Rp.147,353,036 is equal to 20% from the previous distribution costs. Feasibility analysis
for subdistributors depot investment using the Net Present Value (NPV) method. Based
on the NPV method is obtained that three depots are feasible to be built. The projected
profits for Karanganyar’s subdistributor in the first year is Rp.301,804,545, the second
year is Rp.119,448,436, the third year is Rp.159,355,063, the fourth year is
Rp.185,736,630, and fifth year is Rp.210,215,390. The projected profits for Surakarta’s
subdistributor in the first year is Rp.411,268,631, the second year is Rp.348,535,106, the
third year is Rp.392,296,733, the fourth year is Rp.249,302,497 and fifth year is
Rp.218,627,597. The Boyolali’s subdistributor will be opened in second year so the
projected profits for Boyolali’s subdistributor in the second year is Rp.493,903,248, the
third year is Rp.213,719,351, the fourth year is Rp.241,708,347, the fifth year is
Rp.241,386,172.
Keywords: mixed integer linear programming, location and allocation, PLANWAR, Risk
Solver Platform, Net Present Value
xv + 74 pages; 27 tables; 16 pictures; 5 attachments.
Bibliography : 14 (1990-2009).
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR VALIDASI iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah I – 1
1.2 Perumusan Masalah I – 3
1.3 Tujuan Penelitian I – 3
1.4 Manfaat Penelitian I – 3
1.5 Batasan Masalah I – 4
1.6 Asumsi I – 4
1.7 Sistematika Penulisan I – 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan II – 1
2.1.1 Sejarah Perusahaan II – 1
2.1.2 Struktur Organisasi II – 2
2.1.3 Sistem Distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera II – 3
2.1.4 Jenis Produk dan Armada Transportasi II – 4
2.2 Landasan Teori II – 4
2.2.1 Konsep Dasar Supply Chain Management II – 5
2.2.2 Logistik II – 7
2.2.3 Transportasi II – 8
xi
2.2.4 Distribusi II – 9
2.2.5 Desain Jaringan Distribusi II – 10
2.2.6 Pengelompokan Produk II – 15
2.2.7 Peramalan II – 15
2.2.8 Model Konfigurasi Jaringan Distribusi II – 18
2.2.9 Model untuk Pemilihan Lokasi Fasilitas
dan Alokasi Kapasitas II – 18
2.2.10 Permodelan Sistem II – 20
2.2.11 Model Optimasi Analitis II – 22
2.2.12 Model Referensi II – 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data III – 2
3.2 Pengolahan Data III – 3
3.3 Analisis dan Interpretasi Hasil III – 7
3.4 Kesimpulan dan Saran III – 7
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data IV – 1
4.1.1 Data Wilayah Alternatf Penentuan
Lokasi Gudang Subdistributor IV – 1
4.1.2 Data Zona Konsumen IV – 2
4.1.3 Data Jenis Produk dan Pengelompokannya IV – 2
4.1.4 Data Permintaan Produk PT. Sinar Niaga Sejahtera IV – 3
4.1.5 Data Jarak Distributor dengan Gudang
Subdistributor dan Zona Konsumen IV – 4
4.1.6 Komponen Biaya Distribusi IV – 6
4.1.7 Data Biaya Tetap Gudang Subdistributor IV – 8
4.2 Pengolahan Data IV – 10
4.2.1 Peramalan Kualitatif IV – 10
4.2.2 Perhitungan Biaya Distribusi IV – 11
4.2.2 Perancangan Model Mixed Integer
Linear Programming IV – 13
4.2.3 Penyelesaian Model IV – 16
xii
BAB V ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
5.1 Interpretasi Hasil Pemilihan Lokasi
Gudang Subdistributor V – 1
5.2 Interpretasi Hasil Alokasi Produk V – 3
5.3 Interpretasi Hasil Penentuan Biaya Distribusi V – 9
5.4 Analisis Perbaikan Terukur (Biaya Minimal) V – 10
5.5 Analisis Investasi untuk Gudang Subdistributor V – 11
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan VI– 1
6.2 Saran VI –1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan performansi desain jaringan distribusi II - 13
Tabel 2.2 Performansi jaringan distribusi untuk jenis kustomer II - 14
Tabel 4.1 Wilayah Alternatif Sub-distributor IV - 1
Tabel 4.2 Syarat untuk mendirikan gudang subdistributor IV - 1
Tabel 4.3 Alternatif lokasi gudang subdistributor IV - 2
Tabel 4.4 Permintaan produk selama 1 tahun IV - 3
Tabel 4.5 Jarak gudang sub-distributor ke gudang distributor IV - 4
Tabel 4.6 Jarak gudang subdistributor dengan zona konsumen IV - 5
Tabel 4.7 Gaji tenaga kerja gudang subdistributor per bulan IV – 9
Tabel 4.8 Biaya tetap gudang subdistributor per bulan IV – 9
Tabel 4.9 Peramalan untuk permintaan produk tahun 1 IV –10
Tabel 4.10 Peramalan untuk permintaan produk tahun 2 IV –10
Tabel 4.11 Peramalan untuk permintaan produk tahun 3 IV –11
Tabel 4.12 Peramalan untuk permintaan produk tahun 4 IV –11
Tabel 4.13 Peramalan untuk permintaan produk tahun 5 IV –11
Tabel 4.14 Total biaya distribusi untuk distributor IV –12
Tabel 4.15 Total biaya distribusi untuk subdistributor IV –13
Tabel 4.16 Biaya-biaya distribusi IV –18
Tabel 4.17 Jumlah alokasi barang ke gudang subdistributor IV –19
Tabel 4.18 Alokasi produk subdsitributor subdistributor Karanganyar IV –20
Tabel 4.19 Alokasi produk subdsitributor subdistributor Boyolali IV –21
Tabel 4.20 Alokasi produk subdsitributor subdistributor Surakarta IV –21
Tabel 5.1 Wilayah gudang subdsitributor V – 1
Tabel 5.2 Data aktual biaya distribusi bulan Agustus 2008 – Juli 2009 V – 10
Tabel 5.3 Net Present Value gudang subdistributor Karanganyar V – 12
Tabel 5.4 Net Present Value gudang subdistributor Surakarta V – 12
Tabel 5.5 Net Present Value gudang subdistributor Boyolali V – 13
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur organisasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor
wilayah Surakarta II – 2
Gambar 2.2 Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera II – 3
Gambar 2.3 Skema teknik peramalan II – 16
Gambar 3.1 Metodologi penelitian III – 1
Gambar 4.1 Klasifikasi kelompok jenis produk IV – 3
Gambar 4.2 Parameter pada solver IV –17
Gambar 4.3 Hasil solver IV –18
Gambar 5.1 Peta lokasi gudang subdistributor V – 2
Gambar 5.2 Alokasi produk gudang distributor ke gudang subdistributorV – 3
Gambar 5.3 Alokasi produk untuk Kab Karanganyar V – 4
Gambar 5.4 Alokasi produk untuk Kab Wonogiri V – 5
Gambar 5.5 Alokasi produk untuk Kodya Surakarta V – 5
Gambar 5.6 Alokasi produk untuk Kab Sukoharjo V – 6
Gambar 5.7 Alokasi produk untuk Kab Boyolali V – 6
Gambar 5.8 Alokasi produk untuk Kab Klaten V – 7
Gambar 5.9 Alokasi produk untuk Kodya Surakarta dan Kab Sukoharjo V – 8
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel L.1 Macam produk PT. Garudafood
Tabel L.2 Zona konsumen PT Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta
Tabel L.3 Pengelompokan Produk
Tabel L.4 Penjualan PT Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta
Gambar L.1 Peta alokasi zona konsumen
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I adalah pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang dan
identifikasi masalah yang diangkat dalam skripsi, perumusan masalah, penetapan
tujuan dan manfaat, pembatasan masalah, penetapan asumsi-asumsi yang
mendukung pengolahan data serta sistematika penulisan yang digunakan dalam
penyusunan skripsi.
1.1 LATAR BELAKANG
PT. Garudafood Indonesia merupakan produsen makanan ringan dan
minuman kemasan. Produk Garudafood yang banyak dikenal masyarakat antara
lain kacang kulit garuda, kacang atom, leo snack, okky jelly drink dan beberapa
merk produk yang lain (PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009). Hasil wawancara
dengan pihak PT. Sinar Niaga Sejahtera tahun 2009, terdapat beberapa tingkatan
dalam proses pendistribusian produk yaitu produsen, distributor regional dan
distributor wilayah atau disebut gudang depo. Distributor wilayah melakukan
pemesanan produk melalui distributor regional. Pengiriman akan langsung
dilakukan oleh produsen ke distributor wilayah berdasarkan permintaan
distributor regional. Pendistribusian produk ke outlet dilakukan oleh distributor
wilayah dengan menggunakan truk (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009).
PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Karesidenan Surakarta terletak di Jl.
Surakarta-Purwodadi km 5. Distributor wilayah ini melayani 7 daerah yang
terdapat di Karesidenan Surakarta, yaitu Kabupaten Karanganyar, Boyolali,
Klaten, Sukoharjo, Wonogiri dan Sragen serta Kotamadya Surakarta. Terdapat
beberapa macam outlet yang dilayani oleh distributor wilayah ini, yaitu retailer,
grosir, modern market dan chainstore (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009).
Pengiriman produk yang dilakukan oleh distributor wilayah ini mengandalkan
dari salesman untuk melayani permintaan produk dari outlet. Pengiriman produk
ke outlet dilakukan satu hari setelah salesman mengambil order dari outlet (PT
Sinar Niaga Sejahtera, 2009). PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
I - 2
Surakarta mempunyai 10 armada yang berupa truk untuk mengirimkan produk
dari gudang depo ke outlet (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009).
Luasnya wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
Surakarta mengakibatkan jauhnya jarak antara gudang depo ke outlet. Tentu saja
dalam proses pengiriman barang memerlukan biaya–biaya untuk mendistribusikan
produk. Biaya distribusi meliputi biaya bahan bakar untuk pengiriman produk
yang menggunakan truk serta biaya perawatan kendaraan. Semakin jauh jarak
yang harus ditempuh maka biaya transportasi yang dikeluarkan juga akan semakin
besar. Biaya transportasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta
periode Agustus 2008 – Juli 2009 adalah sebesar Rp. 767.770.700,-. (PT Sinar
Niaga Sejahtera, 2009) atau sebesar 16% dari pendapatan perusahaan. Target
biaya distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah kurang dari 14% dari
pendapatan. PT. Sinar Niaga Sejahtera perlu mengkaji ulang desain distribusi
yang saat ini berjalan untuk mencapai target yang ada di perusahaan.
Selain itu, luasnya wilayah pemasaran juga mengakibatkan jarak tempuh
salesman ke outlet yang berada di luar kota menjadi jauh sehingga salesman tidak
dapat menjangkau semua outlet yang berada di luar kota Surakarta karena waktu
yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dengan data outlet PT. Sinar Niaga Sejahtera
distributor wilayah Surakarta, dimana terdapat beberapa kecamatan di luar kota
Surakarta yang belum dijangkau oleh salesman. Berdasarkan data yang didapat
dari PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta daerah wilayah pendistribusian
hanya menjangkau 65 kecamatan dari 99 kecamatan di Karesidenan Surakarta (PT
Sinar Niaga Sejahtera, 2009), sehingga ada 34 kecamatan di 7 kabupaten yang
belum dilayani oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta terdiri dari
Kabupaten Boyolali 5 kecamatan, Klaten 16 kecamatan, Karanganyar 5
kecamatan dan Sukoharjo 4 kecamatan.
Berdasarkan uraian di atas, besarnya biaya distribusi dan belum
terjangkaunya beberapa kecamatan di wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga
Sejahtera distributor wilayah Surakarta disebabkan oleh kurang optimalnya sistem
distribusi pada PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Oleh
karena itu, dipandang perlu untuk menyusun desain jaringan distribusi yaitu
dengan mempertimbangkan pembukaan gudang subdistributor dan alokasi produk
I - 3
untuk tiap gudang subdistributor di eks karesidenan Surakarta. Pembangunan
gudang subdistributor diharapkan dapat mengurangi biaya distribusi.
Pirkul dan Jayaraman (1997) mengembangkan sebuah model yang disebut
model optimasi PLANWAR. Model ini bertujuan untuk menentukan lokasi pabrik
dan gudang dengan mempertimbangkan minimasi biaya–biaya distribusi.
Mengacu pada model PLANWAR yang dikembangkan oleh Pirkul dan Jayaraman,
penulis mengaplikasikan model untuk menentukan lokasi gudang subdistributor
dan alokasi produknya. Penyelesaian masalah penentuan lokasi gudang
subdistributor dan alokasi produk ini menggunakan pendekatan analitis. Model
yang digunakan yaitu mixed integer linear programming.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka
perumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana penentuan lokasi dan alokasi
produk untuk gudang sub distributor serta alokasi produk untuk outlet dengan
kriteria minimasi biaya distribusi?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka tujuan
pembahasan dalam penelitian ini yaitu :
1. Menentukan lokasi gudang subdistributor wilayah Karesidenan Surakarta
2. Menentukan alokasi produk untuk subdistributor dan outlet wilayah-
wilayah Karesidenan Surakata.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan yang dilakukan dalam
skripsi ini yaitu :
1. Penghematan biaya distribusi bagi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor
wilayah Surakarta.
2. Permintaan outlet dapat terpenuhi.
3. Peluang kerjasama kepada pihak ke tiga yaitu gudang subdistributor.
I - 4
1.5 BATASAN MASALAH
Pembatasan masalah diperlukan pada penelitian ini untuk menghindari
permasalahan yang terlalu luas dan supaya hasil analisis yang didapatkan sesuai
dengan tujuan. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data yang digunakan adalah data permintaan outlet pada bulan Agustus 2008
– Juli 2009.
2. Wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah
Karesidenan Surakarta meliputi Surakarta, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo,
Boyolali dan Wonogiri.
3. Penelitian yang dilakukan tidak membahas tentang rute distribusi.
4. Zona outlet yang dipaparkan disini adalah pada tingkat kecamatan.
1.6 ASUMSI
Asumsi digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan
yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:
1. Kapasitas produksi pabrik selalu bisa memenuhi permintaan distributor
wilayah, karena dari tahun sebelumnya permintaan dari PT Sinar Niaga
Sejahtera wilayah Karesidenan Surakarta hampir selalu dapat dipenuhi oleh
produsen.
2. Ukuran kardus barang dianggap sama, sesuai standar yang berlaku di PT Sinar
Niaga Sejahtera yaitu sebesar 35 cm x 25 cm x 18 cm.
3. Biaya tetap disini berdasarkan biaya yang timbul pada gudang subdistributor
yang telah dibuka di Wonogiri.
4. Peningkatan penjualan adalah 10% per tahun berdasarkan besarnya
peningkatan pada tahun–tahun sebelumnya dan target yang harus dicapai
perusahaan.
5. Peningkatan biaya distribusi per tahun diasumsikan sebesar 7% sesuai dengan
rata – rata tingkat inflasi per tahun berdasarkan Bank Indonesia.
I - 5
I.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, penetapan tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini membahas tentang gambaran
umum PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta yang merupakan
tempat dilaksanakannya penelitian skripsi. Serta berisi landasan teori yang
memuat teori-teori yang menunjang dalam pengolahan data.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, berisi langkah-langkah
penyelesaian masalah secara umum. Tahapan itu meliputi penetapan perumusan
masalah, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi hasil, dan
kesimpulan dan saran.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, berisi data-
data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan pengolahan data yang
dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian .
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL, berisi uraian
analisis dan interpretasi dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dari hasil
pengolahan data dan analisis serta saran-saran yang diperlukan dalam
mendapatkan hasil yang lebih baik.
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi tinjauan umum perusahaan
serta landasan teori yang mendukung pengolahan data dalam penyusunan skripsi
ini. Tinjauan umum perusahaan meliputi sejarah perkembangan perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, sistem distribusi serta jenis produk dan armada
pengiriman. Landasan teori berisi tentang teori desain jaringan dan evaluasi
desain jaringan.
2.1 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Sub bab ini berisi mengenai sejarah pekembangan perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, sistem distribusi serta jenis produk dan armada
pengiriman.
2.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam
bidang distribusi produk. Salah satu produk yang didistribusikan oleh PT. Sinar
Niaga Sejahtera adalah produk dari PT. Garudafood. PT. Sinar Niaga Sejahtera
berdiri pada tahun 1994 dan sampai saat ini telah memiliki 96 distributor wilayah
dan 5 kantor regional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (PT. Sinar Niaga
Sejahtera 2009).
PT. Sinar Niaga Sejahtera memiliki satu distributor wilayah di Surakarta.
PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta terletak di Jl. Raya Solo –
Purwodadi km 5. Area pendistribusian produk oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera
distributor wilayah Surakarta hanya mencakup wilayah Eks-Karesidenan
Surakarta yaitu Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Wonogiri, Sukoharjo,
Karanganyar, Klaten dan Boyolali. PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
Surakarta saat ini melayani beberapa macam konsumen yaitu 24 chainstore, 247
grosir, 546 semigrosir, 886 retailer, 57 modern market, 1 gudang subdistributor
(PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009).
II - 2
2.1.2 Struktur Organisasi
PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta dikepalai oleh satu
orang kepala cabang yang bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan
dengan PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Kepala cabang
dibantu oleh 3 kepala bagian yaitu SAK (Sales Area Koordinator), FAS (Finance
Accounting Supervisor), dan kepala gudang. Struktur organisasi PT. Sinar Niaga
Sejahtera distributor wilayah Surakarta dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Branch Manager
SAK
(Sales Area
Koordinator)
FAS
(Finance Accounting
Manager)
Kepala Gudang
Sales
Traditional
Market
Sales Modern
market
SAK
(Sales Area
Koordinator)
Checker Good
Stock (GS)
Checker Bad
Stock (BS)Dropping
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor
wilayah Surakarta.
( Sumber : PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009 )
Secara lebih jelas, struktur organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kepala cabang
Kepala cabang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di PT. Sinar
Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta.
2. Sales Area Koordinator (SAK)
SAK bertanggungjawab terhadap jadwal kunjungan salesman ke outlet. SAK
terdiri dari dua divisi, yaitu SAK untuk pasar tradisional dan SAK untuk
modern market.
3. Finance Account Supervisor (FAS)
Finance Account Supervisor bertanggungjawab untuk semua masalah
keuangan dan administrasi di PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
Surakarta. Setiap akhir bulan, FAS harus membuat laporan keuangan . Sinar
Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Dalam tugasnya, FAS dibantu
oleh beberapa petugas administrasi.
4. Kepala Gudang
Kepala Gudang bertanggungjawab terhadap penyimpanan produk di dalam
gudang termasuk di dalamnya adalah pengecekan jumlah inventori, keadaan
II - 3
produk dan proses dropping barang. Dropper berasal dari pihak ke tiga atau
pihak penyedia jasa transportasi.
2.1.3 Sistem Distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
Surakarta
Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta
dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera
( Sumber : PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009 )
Diagram alir sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor
wilayah Surakarta pada gambar 2.2 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Order dari retailer
Order dari retailer berupa sejumlah produk dan kuantitasnya. PT. Sinar
Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta mengandalkan salesman dalam
mencari order dari outlet. Setiap hari salesman selalu membuat purchase order
untuk setiap order yang mereka dapatkan. Salesman mempunyai jadwal
kunjungan tetap sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditetapkan oleh SAK.
2. Bagian pemasaran.
Bagian pemasaran bertugas menerima semua permintaan yang datang dari
retailer untuk semua jenis produk. Bagian pemasaran merupakan bagian yang
berhubungan langsung dengan relasi, termasuk menangani pembayaran dari relasi
II - 4
serta menanggapi keluhan dari relasi. Bagian pemasaran menetapkan lead time
satu hari untuk pemenuhan permintaan relasi, terhitung mulai dari order diterima
oleh bagian pemasaran sampai produk diterima oleh relasi. Selanjutnya bagian
pemasaran meneruskan informasi tentang order relasi tersebut ke bagian sirkulasi.
3. Bagian inventori (gudang).
Bagian inventori (gudang) mengatur penyimpanan produk di gudang.
Pengaturan yang dilakukan oleh bagian inventori meliputi pengaturan letak dan
penempatan produk di gudang serta pengaturan penempatan produk yang baru
diterima oleh distributor dari pabrik dan pengaturan penempatan produk yang
akan didistribusikan ke sejumlah retailer.
4. Bagian transportasi (dropping)
Bagian transportasi mengirimkan produk ke outlet berdasarkan hasil
kunjungan salesman pada hari sebelumnya.
2.1.4 Jenis Produk dan Armada Transportasi
Produk-produk yang didistribusikan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera
distributor wilayah Surakarta adalah produk-produk dari PT. Garudafood dan non
Garudafood (PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009). Produk tersebut terbagi atas
beberapa merk serta beberapa kemasan. Jenis produk yang
didistribusikan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta
berdasarkan merk serta kemasannya akan dicantumkan pada lampiran halaman 1.
Dalam pendistribusian produknya PT. Sinar Niaga Sejahera menggunakan
beberapa jenis armada (alat transportasi) pengiriman. Penentuan jenis armada
pengangkutan disesuaikan dengan jumlah atau banyaknya produk dan jenis
produk yang akan didistribusikan. Armada pengangkutan yang digunakan dalam
pendistribusian produk di PT. Sinar Niaga Sejahera yaitu truk ban ganda (PT.
Sinar Niaga Sejahtera, 2009).
2.2 LANDASAN TEORI
Sub bab ini berisi mengenai teori-teori pendukung dalam pengolahan data.
Antara lain desain jaringan dalam supply chain, distribusi, transportasi,
peramalan, mixed integer linear programming, serta teori mengenai perhitungan
biaya yang terkait dengan pendistribusian produk.
II - 5
2.2.1 Konsep Dasar Supply Chain Management
Supply chain terdiri dari semua aspek baik secara langsung ataupun tidak
langsung dalam memenuhi permintaan konsumen. Elemen-elemen dalam supply
chain tidak hanya supplier dan pembuat produk tetapi termasuk juga transportasi,
pergudangan, retailer dan juga konsumen itu sendiri (Chopra dan Meindl, 2004)
Supply chain management adalah metode atau pendekatan integrative
untuk mengelola aliran produk, informasi, dan uang secara integrasi yang
melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik,
jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik (Pujawan, 2005).
Tujuan yang mendasar dalam supply chain yaitu memenuhi kebutuhan
konsumen dalam proses memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Aktivitas
supply chain dimulai dengan adanya permintaan konsumen telah membayar apa
yang dibelinya (Zabidi, 2001).
Terdapat dua sudut pandang dalam menilai proses performansi supply
chain yaitu berdasarkan cycle view dan push/pull view (Chopra dan Meindl,
2004). Penjelasan mengenai kedua sudut pandang tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Cycle view
Menurut pandangan ini proses dalam supply chain dibagi dalam beberapa
tahapan siklus dimana setiap tahapan tersebut akan mempunyai hubungan dengan
tahapan yang lain. Berdasarkan pandangan siklus (cycle view), aktivitas supply
chain dapat dibagi dalam empat tahapan yaitu:
a. Siklus pemesanan konsumen, siklus ini terjadi pada hubungan antara
konsumen dan retailer dan termasuk juga proses langsung dalam penerimaan
dan pemenuhan pemesanan konsumen. Interaksi antara retailer dengan
konsumen dimulai ketika konsumen melakukan pemesanan dan berakhir
ketika konsumen telah menerima pesanannya.
b. Siklus replenishment, siklus ini terjadi pada hubungan antara retailer dan
distributor serta pemenuhan terhadap inventori retailer. Siklus ini dimulai
ketika sebuah retailer melakukan suatu pemesanan untuk menambah inventori
guna memenuhi permintaan di masa yang akan datang. Tujuan dari siklus ini
II - 6
adalah untuk menambah inventori bagi retalier dengan biaya minimum dengan
ketersediaan produk yang tinggi.
c. Siklus manufacturing, siklus ini terjadi dalam hubungan antara distributor dan
perusahaan manufaktur. Aktivitas yang dilakukan dalam siklus ini merupakan
penggantian terhadap inventori distributor. Siklus ini dipengaruhi oleh
permintaan konsumen, peramalan permintaan dari retailer atau distributor atau
dari peramalan terhadap permintaan konsumen serta ketersediaan barang jadi
dalam gudang pabrik.
d. Siklus procurement, siklus ini terjadi dalam hubungan antara pabrik dan
supplier. Aktivitas yang terjadi dalam siklus ini merupakan pemenuhan
material yang akan digunakan pabrik untuk memproduksi sebuah produk.
Pemesan komponen kepada supplier akan tergantung pada jadwal produksi.
2. Push/pull view.
Seluruh proses yang berlangsung dalam suatu supply chain dikategorikan
ke dalam dua kategori berdasarkan waktu yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna terakhir. Siklus dimulai dengan adanya permintaan
konsumen dalam pull proses. Siklus push proses ini dimulai dikarenakan untuk
mengantisipasi adanya permintaan konsumen. Pemintaan konsumen akan sebuah
produk telah diketahui dalam pull proses sedangkan dalam push proses
permintaan konsumen akan produk tidak diketahui secara pasti sehingga perlu
adanya peramalan terhadap permintaan konsumen. Pull proses disebut sebagai
proses reaktif karena proses ini timbul untuk merespon permintaan konsumen.
Push proses dapat juga disebut sebagai permintaan konsumen, push proses dapat
juga disebut sebagai proses spekulasi karena sistem ini mengantisipasi permintaan
konsumen yang dilakukan dengan melakukan peramalan terhadap permintaan
konsumen.
Perencanaan logistik dan penilaian dilakukan pada awal perusahaan
berdiri maupun ketika jaringan logistik sudah terbentuk. Penilaian bertujuan
memodifikasi jaringan yang sudah ada atau tetap membiarkannya jika sudah
memiliki desain yang optimal. Penentuan untuk penilaian jaringan diberikan lewat
lima kunci sebagai berikut (Ballou, 1998):
II - 7
1. Permintaan, tingkat permintaan dan penyebarannya mempengaruhi konfigurasi
jaringan logistik. Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan antar daerah
pemasaran ini, walaupun kecil nilainya sudah cukup menjadi alasan untuk
meninjau ulang jaringan distribusi.
2. Pelayanan konsumen, yang termasuk di dalamnya adalah ketersediaan
inventori, kecepatan pengiriman, kecepatan dan ketepatan pemenuhan
kebutuhan. Reformulasi strategi logistik selalu diperlukan sewaktu service
level berubah ketika menghadapi persaingan, perubahan tujuan.
3. Karakteristik produk, biaya logistik sangat sensitif terhadap beberapa
karakteristik seperti berat produk, volume, nilai dan resiko. Jika terjadi sedikit
perubahan karakteristik maka dapat sangat menguntungkan jika dilakukan
perencanaan ulang sistem logistik.
4. Biaya logistik, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk supply fisik dan
distribusi fisik selalu menentukan bagaimana frekuensi sistem logistik harus
direncanakan ulang. Perusahaan yang biaya logistiknya tinggi, perubahan
sekecil apapun terhadap frekuensi perencanaan ulang akan memberikan
pengurangan biaya yang lumayan.
5. Pricing policy, perubahan kebijakan pemberian harga selalu mempengaruhi
strategi logistik.
2.2.2 Logistik
Logistik adalah integrasi dari dua atau lebih kegiatan untuk tujuan
perencanaan, implementasi dan pengendalian arus bahan baku, persediaan dalam
proses dan barang jadi, dari titik awal sampai ke titik konsumsi (Bowersox dan
Closs, 1996). Prestasi logistik ditunjukkan oleh efektivitas dan efisiensi
pemanfaatan waktu dan tempat.
Persaingan ketat dalam pasar global, kehadiran produk dengan umur yang
semakin pendek dan tingginya harapan konsumen telah memaksa perusahaan
berinvestasi dan memfokuskan perhatian pada rantai pemasoknya. Kemajuan
teknologi dan transportasi telah mendorong evolusi rantai pemasok dan teknik
pengaturannya. Rantai pemasok (jaringan logistik), terdiri dari supplier, pabrikan,
gudang, pusat distribusi dan retailer, dimana didalamnya mengalir bahan mentah,
persediaan dalam proses dan produk jadi (Simchi-Levi dkk, 2003).
II - 8
2.2.3 Transportasi
Salah satu komponen penting dalam logistik adalah transportasi. Jika
transportasi tidak berjalan maka distribusi produk ke konsumen atau sebaliknya
tidak dilakukan. Transportasi mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke
lokasi lain sebagai fungsinya untuk mengirimkan produk dari awal jaringan
supply chain sampai pada tangan konsumen (Chopra dan Meindl,2004). Menurut
Chopra dan Meindl (2004) ada 2 pihak yang berperan dalam transportasi:
1. Pihak pengirim, adalah pihak yang memerlukan pemindahan produknya dari
satu titik ke titik lain dalam supply chain. Keputusan yang dibuat misalnya
desain jaringan transportasi, pemilihan alat trasnportasi, dan pengaturan
penempatan pesanan konsumen pada alat transportasi yang ada. Tujuan dari
pengiriman adalah untuk meminimasi total biaya pemenuhan pesanan
konsumen sementara tetap mencapai responsivens yang diinginkan. Biaya
yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan adalah:
a. biaya transportasi, merupakan jumlah total biaya untuk berbagai
pengirim yang mengirimkan produk pesanan kepada konsumen, bagi
shipper biaya transportasi termasuk biaya variabel selama kendaraanya
bukan milik pengirim sendiri.
b. Biaya inventori, merupakan biaya pengiriman dari inventori yang berasal
dari jaringan supply chain pengirim. Biaya inventori dianggap tetap
ketika keputusan transportasi berjangka pendek yaitu dalam kegiatannya
menempatkan kiriman konsumen pada pembawanya dan dianggap
variabel ketika shipper mendesain jaringan transportasi atau
merencanakan kebijakan operasi.
c. Biaya fasilitas, merupakan biaya semua fasilitas dalam jaringan supply
chain pengirim. Biaya ini dianggap variabel dalam pengambilan
keputusan desain jaringan strategis terpakai dianggap tetap untuk
keputusan transportasi lainnya.
d. Biaya proses, adalah biaya loading dan unloading dan semua biaya
menyangkut semua proses dalam trasportasi. Biaya proses dianggap
variabel untuk semua keputusan transportasi.
II - 9
e. Biaya service level, adalah biaya yang timbul karena ketidakmampuan
untuk memenuhi komitmen pengiriman.
2. Pihak pembawa, adalah pihak yang memindahkan produk. Tujuan pembawa
adalah untuk membuat keputusan investasi dan kebijakan operasi yang
memaksimalkan keuntungan dari tiap aset. Faktor yang dipertimbangkan
untuk mengambil keputusan sebagai berikut :
a. Biaya yang berkaitan dengan kendaraan, adalah biaya timbul karena
membeli atau menyewa kendaraan yang digunakan untuk mengirim.
Biaya ini tetap ada meskipun kendaraan digunakan atau tidak dan
besarnya proporsional dengan jumlah kendaraan.
b. Biaya operasional tetap, merupakan biaya yang berhubungan dengan
terminal airport dan tenaga kerja tetap ada walaupun kendaraan tidak
beroperasi. Biaya operasi tetap pada pada umumnya proporsional dengan
ukuran dari fasilitas operasional.
c. Biaya yang berkaitan dengan perjalanan, biaya ini mencakup gaji
karyawan dan bahan bakar yang diperlukan untuk perjalanan dan
besarnya bergantung pada jarak dan frekuensi pengiriman.
d. Biaya overhead, biaya ini mencakup biaya perencaan dan penjadwalan
jaringan transportasi dan investasi dalam teknologi informasi.
e. Biaya yang berkaitan dengan dengan jumlah barang, biaya ini mencakup
biaya loading dan unloading dan sebagian biaya bahan bakar yang
berubah sejalan dengan jenis dan jumlah barang yang dikirimkan.
2.2.4 Distribusi
Distribusi adalah aktivitas yang dilakukan untuk memindahkan dan
menyimpan produk dari tingkatan supplier hingga tingkatan konsumen dalam
supply chain (Chopra dan Meindl, 2004). Aliran material mentah dan komponen
berpindah dari supplier ke pabrik, sedangkan produk jadi akan berpindah dari
pabrik ke pengguna akhir.
Pada level tertinggi, performansi distribusi akan diukur dengan dua sudut
pandang yaitu kebutuhan konsumen yang terpenuhi dan biaya yang dibutuhkan
II - 10
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
suatu jaringan distribusi yaitu (Chopra dan Meindl, 2004):
1. Respon terhadap waktu, merupakan waktu antara konsumen melakukan
pemesanan dan ketika konsumen menerima pesanannya.
2. Varietas produk, merupakan jumlah perbedaan jenis produk atau susunan
produk yang diinginkan konsumen dari suatu jaringan distribusi.
3. Ketersediaan produk, merupakan probabilitas ketersediaan produk dalam stok
ketika ada pemesanan dari konsumen.
4. Customer experince, merupakan suatu cara yang dapat digunakan oleh
konsumen untuk melakukan pemesanan dan penerimaan produk mereka.
5. Order visibility, merupakan kemampuan dari konsumen untuk melakukan
pengecekan terhadap pesanannya dari penempatan hingga pengiriman.
6. Returnability, merupakan ketersediaan cara dimana konsumen dapat
mengembalikan produk yang tidak sesuai dan kemampuan dari jaringan
distribusi untuk mengatasi masalah pengembalian tersebut.
2.2.5 Desain Jaringan Distribusi.
Pengambilan keputusan dalam desain jaringan distribusi terdiri dari
pemilihan lokasi pabrikan, lokasi penyimpanan, fasilitas-fasilitas yang
berhubungan dengan transportasi dan alokasi dari kapasitas serta peranan tiap
fasilitas (Chopra dan Meindl, 2004). Menurut Chopra dan Meindl (2004)
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan fasilitas dapat diklasifikasikan,
sebagai berikut :
1. Peranan fasilitas, berhubungan dengan peran dan proses apa saja yang harus
dijalankan oleh tiap fasilitas.
2. Lokasi fasilitas, berhubungan dengan dimana sebaiknya suatu lokasi fasilitas
berada
3. Alokasi kapasitas, berkenaan dengan berapa banyak kapasitas yang seharusnya
dimiliki oleh tiap fasilitas.
4. Alokasi pasar dan supplai, berhubungan dengan pasar-pasar mana yang harus
dilayani oleh tiap fasilitas dan sumber mana yang akan mensuplai fasilitas-
fasilitas tersebut.
II - 11
Suatu keputusan lokasi fasilitas memiliki dampak jangka panjang pada
performansi suatu perusahaan. Suatu fasilitas yang ditutup dan atau dipindahkan
ke lokasi baru merupakan pengambilan keputusan yang mahal. Karenanya,
perusahaan sebaiknya menerapkan keputusan lokasi fasilitasnya untuk jangka
panjang. Keputusan lokasi dapat membantu kegiatan distribusi menjadi lebih
responsif dengan tetap meminimasi biaya (Chopra dan Meindl, 2004).
Keputusan alokasi kapasitas juga memiliki dampak yang signifikan
terhadap performansi sistem perusahaan. Pengalokasian kapasitas yang terlalu
banyak pada suatu lokasi mengakibatkan rendahnya utilitas dan meningkatkan
berbagai biaya,sedangkan pengalokasian kapasitas yang terlalu sedikit
mengakibatkan buruknya kemampuan pelayanan perusahaan jika permintaan
tidak dapat dipenuhi atau meningkatnya biaya jika permintaan tersebut
dialokasikan dari lokasi fasilitas yang jauh letaknya.
Alokasi sumber suplai dan pasar pada fasilitas yang dimiliki oleh
perusahaan berdampak penting terhadap performansi perusahaan karena hal
tersebut mempengaruhi total biaya produksi, biaya persediaan dan biaya
transportasi yang muncul dalam memenuhi permintaan konsumen. Keputusan
tersebut harus dipertimbangkan kembali dalam kurun waktu tertentu sehingga
alokasi tersebut dapat diubah sesuai dengan perubahan kondisi pasar atau
perubahan kapasitas pabrik (Chopra dan Meindl, 2004).
Tujuan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan fasilitas adalah
untuk mendesain jaringan distribusi sehingga tercapai minimal total biaya logistik,
termasuk biaya pembelian dan produksi, biaya persediaan, biaya fasilitas (biaya
simpan, biaya penanganan dan biaya tetap) dan biaya transportasi dengan kendala
service level yang telah ditentukan pihak manajemen perusahaan (Simchi-Levi
dkk, 2003). Dibawah ini dijelaskan beberapa faktor yang berpengaruh dalam
keputusan desain jaringan distribusi (Chopra dan Meindl, 2004), sebagai berikut :
1. Faktor strategi
Strategi persaingan suatu perusahaan sangat menentukan keputusan desain
jaringan distribusi. Perusahaan yang berfokus pada biaya, lebih memilih lokasi
fasilitas yang akan menghasilkan biaya terkecil, meskipun terletak jauh dari pasar
yang akan dilayani. Sedangkan perusahaan yang berfokus pada tingkat pelayanan,
II - 12
akan memilih lokasi yang berdekatan dengan pasar meskipun harus dibayar
dengan mahal.
2. Faktor teknologi
Jika teknologi yang dipakai perusahaan mampu menyediakan sistem
produksi yang ekonomis, maka yang paling efektif adalah mendirikan sedikit
fasilitas dengan kapasitas yang besar.
3. Faktor makroekonomi
Faktor-faktor makroekonomi terdiri dari pajak, tarif, nilai tukar dan faktor
ekonomi lain yang bukan merupakan bagian internal perusahaan. Seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan volume perdagangan dan globalisasi pasar, faktor-
faktor makroekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan
atau kegagalan desain sistem dan jaringan distribusi.
4. Faktor politik
Perusahaan memilih mendirikan pabriknya pada negara yang kondisi
politiknya stabil.
5. Faktor infrastruktur
Elemen infrastruktur yang harus dipertimbangkan dalam mendesain
jaringan distribusi dapat berupa ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan lokasi,
kedekatan dengan terminal trasportasi dan lain sebagainya.
6. Faktor kompetisi
Perusahaan harus mempertimbangkan strategi, ukuran dan lokasi
kompetitor dalam mendesain jaringan distribusi.
7. Faktor logistik dan operasional
Biaya logistik dan fasilitas yang muncul dalam suatu jaringan distribusi
berubah-ubah sejalan dengan perubahan jumlah fasilitas, lokasi fasilitas dan
alokasi fasilitas.
Penentuan model konfigurasi jaringan distribusi terdapat 2 hal yang perlu
diperhatikan (Chopra dan Meindl, 2004):
1. apakah dalam sistem distribusi tersebut barang akan dikirimkan ke lokasi
pelanggan ataukah pihak pelanggan akan melakukan pengambilan barang di
lokasi yang telah ditentukan?
2. apakah aliran fisik barang akan melalui suatu perantara?
II - 13
Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut, menurut (Chopra dan Meindl,
2004) terdapat enam jenis model konfigurasi jaringan distribusi yang dapat
digunakan dalam pengiriman fisik barang dari pihak pemasok hingga ke lokasi
pelanggan,yatu:
a. Penyimpanan barang dilakukan oleh pihak pabrikan dengan sistem pengiriman
barang secara langsung kepada pelanggan (Model A).
b. Penyimpanan barang yang dilakukan oleh pihak pabrikan , dengan pengiriman
barang secara langsung kepada pihak pelanggan setelah terlebih dahulu
dilakukan pengelompokan barang menurut tujuan pelanggan oleh pihak
penyedia transportasi (Model B).
c. Penyimpanan barang oleh distributor kemudian dikirimkan langsung kepada
pelanggan oleh pihak penyedia jasa tranportasi (Model C).
d. Penyimpanan barang oleh distributor, dengan pengiriman langsung ke
pelanggan setelah terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan berdasarkan
tujuan pelanggan (Model D).
e. Penyimpanan dilakukan oleh pabrikan dan distributor, proses pengambilan
dilakukan oleh pelanggan (Model E).
f. Penyimpanan barang dilakukan oleh retailer dengan proses pengambilan
barang oleh pelanggan (Model F).
Kesesuaian keenam model jarigan distribusi tersebut diatas dengan
berbagai skenario kondisi kinerja dalam konteks rantai pasokan, menurut Chopra
dan Meindl (2004), dapat dikelompokkan menurut matriks berikut ini :
Tabel 2.1 Perbandingan performansi desain jaringan distribusi
Retail storage
with customer
pickup
Manufacture
storage with
direct shipping
manufacture
storage with in-
transit merge
distrbutor
storage with
package
carrier
dstributor
storage with
last mile
delivery
manufactyre
storage with
pickup
response time 1 4 4 3 2 4
product variety 4 1 1 2 3 1
product avaibility 4 1 1 2 3 1
customer experience 5 4 3 2 1 5
order visibility 1 5 4 3 2 6
returnability 1 5 5 4 3 2
inventory 4 1 1 2 3 1
transportation 1 4 3 2 5 1
facility and handling 6 1 2 3 4 5
information 1 4 4 3 2 5
( Sumber : Chopra dan Meindl, 2004 )
II - 14
Tabel 2.2 Performansi jaringan distribusi untuk jenis pelanggan
Retail storage
with customer
pickup
Manufacture
storage with
direct shipping
manufacture
storage with in-
transit merge
distrbutor
storage with
package
carrier
delivery
dstributor
storage with
last mile
delivery
manufactyre
storage with
pickup
hgh demand product +2 -2 -1 0 +1 -1
medium-demand product +1 -1 0 +1 0 0
low-demand product -1 +1 0 +1 -1 +1
very low-demand product -2 +2 +1 0 -2 +1
many product sources +1 -1 -1 +2 +1 0
high product value -1 +2 +1 +1 0 -12
quick desired response +2 -1 -2 -1 +1 -2
high product response -1 2 0 +1 0 +2
low customer effort -2 +1 +2 +2 +2 -1
( Sumber : Chopra dan Meindl, 2004 )
Keputusan penentuan konfigurasi jaringan distribusi dalam konteks
manajemen operasi meliputi identifikasi terhadap lokasi fasilitas, peranan masing-
masing fasilitas dan kapasitas dari tiap fasilitas tersebut (Chopra dan Meindl,
2004)
Penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi mempunyai implikasi
pada penyelesaian masalah optimasi yang cukup kompleks. Menurut Simchi-Levi
dkk (2003), tipikal permasalahan dalam penyusunan model konfigurasi jaringan
distribusi adalah kompleksitas pengolahan data tentang berbagai informasi hal-hal
berikut yang meliputi:
1. Lokasi pelanggan, retailer, gudang, pusat distribusi, pabrik pemasok.
2. Seluruh jenis produk, volume dan transportasi.
3. Permintaan pelanggan.
4. Biaya transportasi.
5. Biaya penggudangan meliputi : tenaga kerja, biaya simpan dan tetap.
6. Volume dan frekuensi pengiriman kepada pelanggan.
7. Biaya pesan.
8. Kebutuhan dalam melayani pelanggan.
Dalam penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi, hal yang penting
yang juga perlu diperhatikan adalah efektifitas dari aplikasi model tersebut, yang
didasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dikelompokkan.
Menurut Chopra dan Meindl (2004), nilai dari suatu model jaringan
distribusi yang baik ditentukan berdasarkan 2 parameter yaitu :
1. Kebutuhan pelanggan yang dapat dipenuhi melalui jaringan distribusi yang
telah disusun
II - 15
2. Biaya yang timbul dalam sistem distribusi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan tersebut.
Pihak perusahaan harus selalu mengevaluasi pengaruh berbagai alternatif
pilihan model jaringan distribusi terhadap 1 layanan pelanggan dan 2 efisiensi
biaya yang dapat tercapai. Pemenuhan kebutuhan pelanggan yang berpengaruh
terhadap pendapatan perusahaan, harus sejalan dengan efisiensi biaya dalam
jaringan distribusi.
2.2.6 Pengelompokkan Produk
Berdasarkan kompleksitas data tersebut, maka sebelum diolah diperlukan
pengelompokan data terlebih dahulu. Menurut Simchi-Levi dkk (2003), proses
pengelompokan data tersebut dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan berikut ini
1. Pelanggan sama atau mirip maka dikelompokkan berdasarkan service level
dengan menggunakan teknik cluster.
2. Produk yang memiliki karakteristik yang sama atau mirip maka
dikelompokkan.
3. Pola distribusi: seluruh produk yang dipasok distributor yang sama dan
dikirim ke pelanggan yang sama maka dikelompokkan
2.2.7 Peramalan (Forecasting)
A. Definisi Peramalan
Makridakis dkk (1992) mendefinisikan peramalan sebagai suatu teknik
pendugaan mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Peramalan
di sini bukanlah menduga sesuatu dengan tanpa dasar ataupun melibatkan
khayalan, akan tetapi peramalan yang didasarkan pada informasi-informasi masa
lalu dan saat ini yang akurat disertai dengan teori-teori yang kuat. Teknik
peramalan digunakan untuk membantu dalam proses pengambilan suatu
keputusan
II - 16
Metode Peramalan
Metode Kualitatif Metode Kuantitatif
Time Series Kausal
Gambar 2.3 Skema Teknik Peramalan (forecasting)
( Sumber : Makridakis dkk, 1992 )
Dalam dunia usaha, sesuatu yang terjadi di periode mendatang sangatlah
penting diketahui oleh pihak manajemen (pengusaha) untuk menentukan
kebijakan-kebijakan yang perlu diambil saat ini demi kelancaran operasional.
Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan
manajemen. Perusahaan atau organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan,
berusaha menduga faktor-faktor lingkungan, lalu memilih tindakan yang
diharapkan akan menghasilkan pencapaian sasaran dan tujuan tersebut.
Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk
mengurangi ketergantungannya pada hal-hal yang belum pasti, apalagi seiring
dengan meningkatnya kompleksitas, persaingan dan tingkat perubahan lingkungan
(Makridakis dkk, 1992).
B. Tujuan Peramalan
Menurut Makridakis dkk (1992) peramalan dilakukan untuk memprediksi
permintaan pada periode yang akan datang. Proses peramalan dilakukan dengan
asumsi dasar bahwa pola permintaan pada masa yang lalu terus berlanjut pada
masa yang akan datang selama periode peramalan.
C. Prinsip- Prinsip Peramalan
Meskipun peramalan berperan penting dalam setiap bidang fungsional
manajemen bisnis, akan tetapi peramalan adalah salah satu aspek pembantu dalam
perencanaan maupun pengambilan keputusan. Untuk itu perlu dipahami prinsip-
prinsip peramalan yaitu (Makridakis dkk, 1992):
II - 17
a) Peramalan melibatkan kesalahan (error). Jadi peramalan sifatnya hanya
mengurangi ketidakpastian tetapi tidak menghilangkan.
b) Peramalan memakai tolak ukur kesalahan. Jadi pemakai harus tahu besar
kesalahan yang dapat digunakan dalam satuan unit atau prosentase.
c) Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka
panjang, karena dalam jangka pendek, kondisi-kondisi cenderung tetap atau
perubahan yang lambat.
D. Metode Peramalan
Menurut Makridakis dkk (1992), secara garis besar metode peramalan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a) Metode Kualitatif
Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Peramalan bersifat subyektif yaitu dengan menggunakan opini ahli
sehingga sangat bergantung pada persepsi masing-masing ahli.
Tidak memerlukan data yang lengkap sehingga dapat digunakan untuk
meramalkan permintaan produk baru atau ketika data historis tidak
lengkap.
Metode ini biasanya juga digunakan untuk meramalkan permintaan pada
jangka panjang.
b) Metode Kuantitatif
Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Peramalan bersifat obyektif yaitu dengan mengolah data historis dengan
menggunakan model statistik-matematik oleh karenanya memerlukan data
yang lengkap.
Metode digunakan dengan asumsi pola masa lalu terus berlanjut ke masa
yang akan datang.
Metode ini biasanya digunakan untuk meramalkan existing product dalam
jangka pendek dan menengah.
II - 18
Metode kuantitatif dapat dibagi dalam dua macam :
Metode Time Series
Penjualan dan permintaan suatu produk dilihat polanya tanpa dicari apa
yang menyebabkan pola tersebut. Dalam metode ini permintaan dilihat
sebagai fungsi waktu.
Metode Kausal
Metode ini berusaha menyatakan permintaan sebagai fungsi perubahan
pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Hasil peramalan
dengan metode ini lebih akurat jika dibandingkan dengan metode time
series namun metode ini memerlukan waktu pengembangan model yang
lama dan biaya yang tinggi.
2.2.8 Model konfigurasi jaringan distribusi
Penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi ada dua hal yang dapat
dilakukan (Simchi-Levi dkk, 2003) :
1. Teknik optimasi matematis yang terdiri dari
a. Exact algoritma, berfungsi untuk mendapatkan solusi optimal.
b. Heuristic algoritma, berfungsi untuk mendapatkan solusi yang baik
(tetapi belum tentu optimal).
2. Model simulasi, yang menghasilkan suatu mekanisme untuk mengevaluasi
beberapa alternatif sesuai dengan skenario yang disusun oleh perancangnya.
2.2.9 Model untuk pemilihan lokasi fasilitas dan alokasi kapasitas.
Seorang manajer harus mempertimbangkan banyak hal dalam pembuatan
desain jaringan, contohnya adalah membangun fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan pasar lokal dapat mengurangi biaya tranportasi dan meningkatkan
waktu respon, disisi lain biaya fasilitas dan inventori yang ditanggung perusahaan
meningkat (Chopra dan Meindl, 2004).
Manajer menggunakan model desain jaringan untuk dua situasi yang
berbeda, yang pertama digunakan untuk menentukan dimanakah fasilitas harus
dibangun dan menentukan kapasitas setiap fasilitas dan yang kedua adalah model
ini digunakan untuk menentukan seberapa besar permintaan pasar yang dapat
II - 19
terpenuhi (Chopra dan Meindl, 2004). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membuat desain jaringan distribusi (Chopra dan Meindl, 2004), yaitu :
1. lokasi suplier dan pasar.
2. lokasi potensial fasilitas.
3. peramalan permintaan.
4. biaya fasilitas, tenaga kerja dan material.
5. biaya transportasi
6. biaya inventori.
7. harga jual setiap produk di setiap daerah.
8. pajak
9. response time dan servis faktor yang lain.
Berdasarkan informasi diatas, terdapat dua model untuk mendesain
jaringan yaitu model gravity dan model optimasi jaringan (Chopra dan Meindl,
2004). Penjelasan model optimasi jaringan dapat dilihat berikut ini.
Model optimasi Jaringan
Model optimasi Jaringan ini bertujuan untuk menentukan lokasi dari
fasilitas dan memperkirakan besarnya alokasi kapasitas setiap fasilitas. Dalam
menentukan ini biasanya menggunkan penyelesain dengan ILP,yaitu :
ij
n
i
n
i
m
j
ijii xcyf
1 1 1
min (2.1)
Dengan batasan
m1,....., jfor 1
J
n
i
ij Dx (2.2)
n1,....., ifor y i
1
i
m
j
ij Kx (2.3)
n1,.....,ifor 1,0 iy (2.4)
Keterangan :
Variabel keputusan : yi : 1 jika fasilitas i buka, 0 jika sebaliknya.
xij : jumlah pengiriman dari fasilitas i ke market j
II - 20
n : jumlah fasilitas yang potensial
m : jumlah pasar atau dareah permintaan
Dj : permintaan tahunan dari pasar j
Ki : kapasitas potensal dari fasilitas i
fi : biaya tetap pertahun dari fasilitas i jika buka
cij : biaya produksi dan pengiriman untuk 1 unit dari fasilitas
i ke pasar j
2.2.10 Permodelan Sistem
1. Konsep model
Model adalah representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari
suatu sistem nyata. Adapun sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung
dalam kehidupan dan dijadikan titik perhatian masalah. Permodelan adalah proses
membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa
formal tertentu. Murthy, dkk (1990) dalam Simatupang (1995) menyatakan bahwa
model adalah suatu representasi yang memadai dari suatu sistem. Model ini
disebut memadai jika telah sesuai dengan tujuan dalam pikiran analisis (pemodel).
Menurut Murty, dkk (1990) pemodelan matematik adalah proses
memodelkan sebuah permasalahan yang tampak dalam dunia nyata yang
diinterpretasikan dalam simbol yang abstrak. Karakteristik suatu model yang baik
sebagai ukuran pencapaian tujuan pemodelan (Simatupang, 1995), yaitu :
a. Tingkat generalisasi yang tinggi.
b. Mekanisme trasnsparansi.
c. Potensial untuk dikembangkan.
d. Peka terhadap perubahan asumsi.
2. Karakterisasi sistem
Pendekatan kondisi dunia nyata yang berhubungan dengan suatu
permasalahan digambarkan dalam sebuah sistem. Solusi dari permasalahan
didefinisikan sebagai tujuan. Proses mendiskripsikan suatu sistem membutuhkan
pemahaman inti dan konsep yang digunakan dalam pendekatan sistem.
Permasalahan dalam dunia nyata, biasanya sangat rumit, jika sistem dilihat dan
dideskripsikan secara keseluruhan maka permasalahan menjadi tercampur dan
II - 21
tidak teratur. Tidak semua fitur dunia nyata relevan sebagai solusi, sehingga
penjelasan secara parsial biasa digunakan, penjelasan secara parsial tersebut
biasanya disebut sebagai karakterisasi sistem. Karakterisasi sistem merupakan
proses penyederhanaan dan idealisasi.
Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan objek yang saling
berhubungan. Objek memiliki atribut-atribut yang dideskripsikan sebagai
parameter dan variabel. Parameter adalah atribut intrinsik sebuah objek.
Sedangkan variabel adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk mendiskripsikan
interaksi atau hubungan antar objek-objek dalam suatu sistem.
3. Klasifikasi model
Berikut ini adalah pembagian model berdasarkan kelas-kelas tertentu
(Simatupang, 1995).
a. Acuan waktu
Model statik.
Model ini tidak mempersoalkan perubahan-perubahan karena waktu,
contohnya struktur organisasi
Model dinamis
Model ini menunjukkan perubahan setiap saat akibat aktivitas-
aktivitasnya. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem ini dapat
diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Dengan perkataan lain,model-model
dinamik memiliki waktu sebagai variabel bebas.
b. Tingkat ketidakpastian.
Model deterministik.
Sifat alamiah adalah aspek-aspek lingkungan sistem yang tidak dapat atau
sedikit bisa dikendalikan oleh pengaruh keputusan. Untuk model
deterministik peluang sifat alamiah itu besarnya satu atau peluang
sempurna. Contoh model EOQ.
Model probabilitik
Model ini membantu pengambilan keputusan dengan faktor resiko. Contoh
diagram pohon keputusan.
II - 22
Model konflik.
Model ini sifat alamiah pengambil keputusan berada dalam pengendalian
lawan. Contoh posisi tawar atau negoisasi.
Model tak pasti.
Model yang dikembangkan untuk menghadapi ketidakpastian mutlak.
Contoh model-model keputusan.
c. Derajat kuantifikasi kuantitatif
Model statistik.
Model ini mendeskripsikan dan menyimpulkan data.
Model optimasi.
Model ini digunakan untuk menentukan jawaban terbaik.
Model heuristik.
Model ini digunakan untuk mencari jawaban yang baik tetapi bukan
optimum jadi model ini merupakan pendekatan iteratif.
Model simulasi.
Model ini digunakan untuk mencari jawaban yang baik atau
menguntungkan.
2.2.11 Model optimasi analitis (Integer Linier Programming)
Integer Linear Programming (ILP) merupakan teknik riset operasional
(operation research technique) yang telah dipergunakan secara luas dalam
berbagai jenis masalah manajemen. Banyak keputusan manajemen produksi dan
inventori mencoba membuat agar penggunaan sumber-sumber daya manufaktur
menjadi lebih efektif dan efisien. Sumber-sumber daya manufaktur seperti, mesin,
tenaga kerja, model, waktu dan bahan baku digunakan dalam kombinasi tertentu
yang paling optimum untuk menghasilkan jumlah produk (barang dan/ atau jasa)
secara bulat (integer). Dengan demikian ILP dipergunakan untuk membantu
manajer- manajer PPIC guna merencanakan dan membuat keputusan tentang
pengalokasian sumber- sumber daya yang optimum (Gaspersz, 2002). Terdapat
tiga jenis model ILP, yaitu model total integer, model 0-1 integer, dan model
mixed integer (Lieberman dan Hillier, 1994). Dalam model integer semua variabel
keputusan diharuskan mempunyai nilai solusi integer. Model 0-1 integer semua
II - 23
variabel keputusan mempunyai nilai integer satu atau nol. Terakhir, dalam model
mixed integer beberapa variabel keputusan (tetapi tidak semua) diharuskan
mempunyai solusi integer.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model mixed integer
linier programming yang menggabungkan antara integer linear programming dan
model 0-1 integer, dimana dalam model tersebut terdapat 2 jenis variabel
keputusan yang terdiri dari variabel keputusan biner yaitu variabel keputusan yang
mempunyai nilai integer 1 atau 0 dan varibel keputusan biner yaitu variabel
keputusan yang mempunysi nilai integer 1 atau 0 dan variabel keputusan kontinu
dimana variable keputusan dapat mengambil bernilai berapapun dalam sebuah
interval yang spesifik (Rardin, 1998). Variabel kontinu yang dibangun dalam
model penelitian ini menerupakan variabel waktu yang mempunyai nilai dai 0
sampai tak hingga (nonnegatif variabel)
1. Karakteristik Integer Linear Programming
Gaspersz (2002) menyatakan bahwa pada dasarnya Integer Linear
Programming memiliki empat karakteristik utama, yaitu :
a) Masalah Integer Linear Programming berkaitan dengan upaya
memaksimumkan (pada umumnya keuntungan atau meminimumkan pada
umumnya biaya). Upaya optimasi (maksimum atau minimum) ini disebut
sebagai fungsi tujuan (objective function) dari integer linear programming.
Fungsi tujuan ini terdiri dari variabel- variabel keputusan (decision variable)
yang bersifat bilangan bulat (integer).
b) Terdapat kendala-kendala atau keterbatasan, yang membatasi pencapaian
tujuan yang dirumuskan dalam linear programming. Kendala-kendala ini
dirumuskan dalam fungsi-fungsi kendala (constraint’s functions), terdiri dari
variabel-variabel keputusan yang menggunakan sumber-sumber daya yang
terbatas itu. Dengan demikian yang akan diselesaikan dalam integer linear
programming adalah mencapai fungsi tujuan (maksimum keuntungan atau
minimum biaya) dengan memperhatikan fungsi-fungsi kendala (keterbatasan)
sumber daya yang ada.
c) Memiliki sifat linieritas. Sifat linieritas ini berlaku untuk semua fungsi tujuan
dan fungsi kendala. Misalnya, apabila satu unit produk A dapat menghasilkan
II - 24
keuntungan $30, maka apabila memproduksi dua unit A akan memberikan
keuntungan $60 (2 x $30), produksi tiga unit A memberikan keuntungan 90$
(3 x $30), dan seterusnya. Demikian pula untuk penggunaan sumber-sumber
daya. Misalkan untuk sumber daya tenaga kerja, memproduksi satu unit
produk A membutuhkan 2 jam kerja, maka untuk menghasilkan dua unit
produk A membutuhkan 4 jam kerja (2 unit produk x 2 jam kerja per unit),
dan seterusnya.
d) Memiliki sifat divisibility. Sifat divisibility diperlukan, karena integer linear
programming memperhitungan jumlah solusi secara bilangan bulat. Jadi
dalam hal ini produk yang dihasilkan tidak dapat dalam bentuk pecahan.
2. Model umum Integer Linear Programming
Secara matematik, model umum dari integer linear programming yang
terdiri dari sekumpulan variabel keputusan X1, X2, ..., Xn, dirumuskan sebagai
berikut (Gaspersz, 2002) :
Fungsi tujuan : Maksimasi (atau Minimasi)
nn xCxCxCxCZ ...332211 (2.5)
Kendala :
nnxaxaxaxaxa 1414313212111 ... ,, 1b (2.6)
nnxaxaxaxaxa 2424323222121 ... ,, 2b (2.7)
nnxaxaxaxaxa 3434333232131 ... ,, 3b (2.8)
:
:
:
nmnmmmm xaxaxaxaxa ...44332211 ,, mb (2.9)
dan 0,...,,,,,, 654321 nxxxxxxx (2.10)
Keterangan :
Z = nilai fungsi tujuan yang dimaksimumkan atau diminimumkan
n = macam batasan sumber daya atau fasilitas yang ada
m = macam aktivitas yang menggunakan sumber daya atau fasilitas
II - 25
ix = variabel keputusan
ib = nilai maksimal sumber daya untuk dialokasikan ke aktivitas
iC = besarnya kenaikan nilai Z setiap ada kenaikan satu satuan nilai
3. Asumsi dasar model Integer Linear Programming
Asumsi dasar yang digunakan dalam model analitis Integer Linear
Programming adalah (Liebermean dan Hillier, 1994) :
a) Proporsionalitas
Naik turunnya nilai fungsi tujuan (Z) dan penggunaan sumber daya berubah
sebanding (proporsional) dengan perubahan tingkat aktivitas.
b) Additivitas
Aktivitas (variabel keputusan) tidak saling mempengaruhi dalam
menentukan nilai fungsi tujuan sehingga nilai fungsi tujuan merupakan
penjumlahan kontribusi setiap variabel keputusan atau dengan kata lain kenaikan
fungsi tujuan yang diakibatkan oleh suatu aktivitas dapat ditambahkan tanpa
mempengaruhi bagian nilai fungsi tujuan yang diperoleh dari aktivitas yang lain.
c) Deterministik
Semua parameter yang terdapat dalam model matematis (Aij, Cj, bi) dapat
ditentukan dengan pasti, meskipun jarang dapat ditentukan dengan tepat.
d) Accountability
Sumber-sumber yang tersedia harus dapat dihitung sehingga dapat
dipastikan berapa bagian yang terpakai dan berapa bagian yang masih tersisa.
e) Linearity of Objectives
Fungsi tujuan dan kendala-kendala harus dapat dinyatakan sebagai suatu
fungsi linear.
2.2.12 Model Referensi
Model yang digunakan sebagai referensi dalam menyusun model-model
penentuan lokasi dan alokasi adalah model dalam jurnal yang dikembangkan oleh
Pirkul dan Jayaraman (1997).
Model Pirkul dan Jayaraman (1997)
II - 26
Model ini bertujuan untuk menentukan lokasi gudang dan pabrik dengan
berdasarkan batasan kapasitasnya. Diasumsikan bahwa daerah konsumen dan
permintaannya telah diketahui. Model Planwar (Pirkul dan Jayaraman,1997 )
adalah sebagai berikut:
Min Z = j
jj
k
kkjkljkl
lkj
ijlijl
lji
ZgPfYTXC (2.11)
Batasan
j
ilijl aX untuk semua i dan l (2.12)
Batasan ini menjelaskan bahwa semua permintaan konsumen dapat dipenuhi
oleh gudang yang dibuka.
i
jjijl
l
l WZXs untuk semua j (2.13)
Batasan ini menjelaskan bahwa permintaan konsumen yang dikirmkan dari
gudang tidak boleh melebihi dari kemampuan pengiriman gudang.
j
j WZ (2.14)
Batasan ini menjelaskan tentang jumlah gudang yang boleh dibuka.
i k
jklijl YX untuk semua j dan l (2.15)
Batasan ini menjelaskan tentang semua permintaan konsumen i untuk produk
l jumlahnya sama dengan jumlah produk l di gudang j yang dikirim dari
pabrik.
j l
kkjkll PDYq untuk semua k (2.16)
Batasan ini menjelaskan kapasitas gudang k tidak boleh lebih dari permintaan.
k
k PP (2.17)
Batasan ini menjelaskan jumlah pabrik yang akan dibuka.
Pk, Zj = 10, untuk semua j dan k (2.18)
Batasan ini menjelaskan tentang bilangan binary berhubungan buka atau
tidaknya pabrik dan gudang.
Xijl, Yjkl 0 untuk semua i, j, dan l (2.19)
II - 27
Batasan ini menjelaskan tentang hasil yang didapatkan tidak boleh negatif.
Model ini meminimasi jumlah: biaya distribusi produk dari gudang ke
konsumen; biaya transportasi dari pabrik ke gudang; biaya tetap yang
berhubungan dengan penempatan dan operasional pabrik dan gudang.
III - 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian digunakan agar penyusunan skripsi menjadi
sistematis dan fokus pada masalah yang diteliti. Metodologi penelitian yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Mulai
Pengumpulan data:
1. Data permintaan outlet Agustus 2008 - Juli 2009
2. Data komponen biaya distribusi
3. Data biaya tetap subdistributor
4. Data produk PT. Sinar Niaga Sejahtera
5. Data konsumen yang dilayani PT. Sinar Niaga Sejahtera
6. Data jarak antara gudang depo - gudang subdistributor -
zona konsumen
7. Data alternatif lokasi gudang subdistributor
Peramalan dengan metode kualitatif
berdasarkan pendapat ahli
Penentuan biaya distribusi
Karakterisasi model
Pemodelan matematis
Penentuan fungsi tujuan
(objective function)
Penentuan batasan kapasitas
(constraint set)
Penyelesaian model
Analisis hasil
Kesimpulan dan saran
Selesai
Pengolahan
Data
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
III - 2
Berikut ini uraian dan penjelasan dari tahapan-tahapan metodologi
penelitian pada Gambar 3.1:
3.1 PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan pada tahap pengumpulan data adalah data
perusahaan yang diperlukan dalam pengolahan data. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian di PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan
Surakarta yaitu :
1. Data permintaan Agustus 2008 – Juli 2009
Data permintaan adalah berupa data penjualan Distributor ke outlet-outlet
selama 1 tahun. Data ini dikumpulkan dari basis data penjualan PT. Sinar
Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta.
2. Data biaya distribusi
Data yang dimaksudkan disini adalah biaya yang berhubungan langsung
dengan pendistribusian produk dari gudang ke oulet-outlet. Biaya yang
termasuk di dalamnya adalah biaya bahan bakar dan biaya perawatan
kendaraan. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan manajer keuangan
di PT Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta.
3. Data jenis produk dan pengelompokan produk
Data yang dikumpulkan adalah jenis-jenis produk yang didistribusikan oleh
distributor. Data ini diperoleh dari basis data produk PT. Sinar Niaga
Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Pengelompokkan produk disini
dilakukan dengan cara level paling bawah adalah sku (stock keeping unit),
kemudian diagregasikan berdasarkan merk produk tersebut setelah dilakukan
diagregasikan lagi ke level tinggi berdasarkan jenis produk tersebut.
4. Data zona outlet.
Data outlet disini dikelompokkan berdasarkan daerah yaitu per kecamatan.
Data ini diperoleh dari basis data perputaran salesman ke outlet – outlet yang
ada di wilayah jangkauan PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
Surakarta dan juga basis data outlet yang dilayani oleh PT. Sinar Niaga
Sejahtera distributor wilayah Surakarta.
III - 3
5. Data biaya tetap gudang subdistributor
Data ini meliputi biaya yang dikeluarkan oleh gudang subdistributor yang
terdiri dati gaji karyawan, pajak bumi dan bangunan, serta pajak listrik. Data
ini didapatkan dari hasil wawancara dengan pemilik gudang subdistributor PT
Sinar Niaga Sejahtera yang sudah ada sebelumnya, yaitu gudang
subdistributor Wonogiri.
6. Data alternatif lokasi-lokasi gudang subdistributor
Pemilihan alternatif lokasi gudang subdistributor ini berdasarkan lokasi –
lokasi dimana outlet PT. Sinar Niaga Sejahtera berada yang kemudian
dikelompokkan menjadi satu area yang lebih besar yaitu wilayah kabupaten
dan kotamadya.
7. Data jarak lokasi subdistributor dengan zona outlet.
Data jarak yang dimaksud disini adalah jarak dengan lokasi-lokasi yang
termasuk dalam alternatif gudang subdistributor dengan zona outlet yang telah
dijelaskan diatas. Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan Global
Potitioning System (GPS) Garmin.
3.2 PENGOLAHAN DATA
Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah menggunakan beberapa
beberapa langkah. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data,
yaitu:
3.2.1 Perhitungan peramalan
Metode peramalan disini menggunakan metode peramalan kualitatif.
Peramalan ini mempunyai beberapa karateristik yaitu peramalan bersifat subyektif
yaitu menggunakan opini dari ahli, pendapat ahli disini yang digunakan adalah
Branch Manager dari PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Karesidenan
Surakarta. Peramalan ini tidak memerlukan data yang lengkap dan metode ini
untuk meramalkan permintaan jangka panjang (Makridakis dan Whellwright,
1992). Berdasarkan wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa untuk
melakukan peramalan ke depan dilakukan dengan cara persentase dan target
perusahaan untuk tahun berikutnya dengan melihat pertumbuhan tahun
sebelumnya.
III - 4
11 ttt axxy (3.1)
Dimana : yt : hasil peramalan periode t
Xt-1 : data penjualan tahun sebelumnya
a : tingkat persentase yang ditentukan oleh manajer.
3.2.2 Penentuan biaya-biaya distribusi dan biaya tetap
Penentuan biaya distribusi disini meliputi penentuan biaya perawatan
kendaraan, biaya transportasi yang terjadi di pada proses distribusi di perusahaan.
Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang timbul di gudang subdistributor. Biaya-
biaya tersebut akan digunakan dalam formulasi fungsi tujuan yang akan
diminimasi dalam model mixed integer linear programming.
3.2.3 Karakterisasi Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor
wilayah Karesidenan Surakarta
Karakterisasi sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor
wilayah Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Tujuan : menentukan lokasi gudang subdistributor dan alokasi produk.
2. Kriteria : total biaya yaitu biaya transportasi dan biaya tetap.
3. Interval : karakterisasi interval waktu diskrit dengan satuan tahun
4. Sifat : model mixed integer linear programming yang akan dibuat
bersifat deterministik.
5. Variabel Keputusan
Xijk = total produk k yang dikirimkan oleh gudang subdistributor j
ke zona outlet i.
Yjlk = total produk k yang dikirimkan dari gudang distributor l ke gudang
subdistributor j.
Zj = gudang subdistributor buka atau tidak.
6. Parameter
Cijk = biaya variabel untuk distribusi produk k dari gudang subdisributor j
ke zona outlet i
Tjlk = biaya transport produk k dari gudang distributor l ke gudang
subdistributor j
III - 5
gj = biaya tetap subdistributor
W = jumlah maksimal gudang subdistributor yang boleh dibuka
D = kapasitas gudang distributor.
aik = permintaan di zona outlet
3.2.4 Pemodelan Sistem
Pemodelan sistem disini terdiri dari 2 tahap yaitu penentuan fungsi tujuan
dan batasan kapasitas.
Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan (objective function) dalam model mixed integer linear
programming yang dibuat adalah fungsi minimasi total biaya distribusi dari
gudang ke outlet. Secara umum, model fungsi tujuan sebagai berikut:
Min TC = m
j
jj
m
j l
p
k
jlkjlk
n
i
m
j
p
k
ijkijk ZgYTXC (3.2)
Keterangan :
j = wilayah potensial dibukanya gudang subdistributor ( 1,2,3, …, m)
i = daerah zona outlet (1,2,3, ..., n)
k = urutan indeks jenis produk (1,2,3, ..., p)
l = Gudang PT. Sinar Niaga Sejatera distributor wilayah Surakarta ( l :1 )
m = jumlah wilayah alternatif gudang Subdistributor.
n = jumlah zona outlet.
p = jumlah jenis produk.
Penentuan batasan kapasitas
Terdapat delapan batasan kapasitas yang digunakan dalam model mixed
integer linear programming ini. Persamaan umum batasan tersebut sebagai
berikut:
a. Semua permintaan di zona outlet i selalu dapat dipenuhi oleh gudang
subdistributor.
ik
m
j
ijk aX untuk semua i dan k (3.3)
III - 6
b. Kemampuan pengiriman produk k oleh gudang subdistributor j ke zona outlet
i.
jj
n
i
p
k
ijk WZX untuk semua j (3.4)
c. Wilayah alternatif yang akan dibuka gudang subdistributor j.
WZm
j
j (3.5)
d. Produk k yang dikirimkan dari gudang subdistributor j ke zona outlet i tidak
boleh melebihi pengiriman produk k dari gudang distributor l ke gudang
subdistributor j.
p
k
jlk
n
i
ijk YX untuk semua j dan k (3.6)
e. Gudang distributor l dapat memenuhi semua permintaan produk k.
DYm
j
p
k
jlk (3.7)
f. Menyatakan angka biner dari variabel keputusan.
Zj = 10, untuk semua j (3.8)
g. Menyatakan variabel keputusan harus lebih dari nol.
Xijk, Yjk 0 untuk semua i,j,k (3.9)
h. Menyatakan variabel keputusan harus integer
Xijk, Yjk integer untuk semua k (3.10)
Model yang akan digunakan untuk pengolahan data menggunakan model
mixed integer linear programming.
3.2.5 Penyelesaian Model
Pada tahap ini dilakukan penentuan lokasi dan alokasi produk dari PT.
Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta untuk gudang subdistributor
menggunakan alat bantu risk solver platform versi 9.
III - 7
3.2 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Analisis dilakukan terhadap tiap langkah dalam pengolahan data beserta
hasil perhitungannya meliputi analisis perbaikan terukur (biaya minimal) dan
analisis investasi untuk pembukaan gudang subdistributor.
Intepretasi hasil yang dilakukan adalah menjelaskan hasil yang didapatkan
pada pengolahan data, yaitu intepretasi hasil penentuan lokasi gudang
subdistributor, hasil penentuan biaya-biaya, dan alokasi produk untuk gudang
subdistributor dan zona outlet.
3.3 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kesimpulan ini, ditarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah
dilakukan. Dapat dilihat apakah kesimpulan yang diambil tersebut sudah
menjawab tujuan yang ditetapkan sebelumnya atau belum. Kesimpulan tersebut
selanjutnya disampaikan saran-saran yang dapat memberikan masukan untuk
perbaikan.
IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab IV merupakan pengumpulan dan pengolahan data. Dalam bab ini akan
disajikan data-data dari perusahaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi
serta pengolahan data tersebut.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Pada sub bab ini disajikan data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan
data yang berasal dari perusahaan.
4.1.1 Data wilayah alternatif penentuan lokasi Gudang Subdistributor
Untuk menentukan wilayah alternatif ini dibagi ke dalam 7 wilayah yang
berada di dalam Karesidenan Surakarta. Ketujuh wilayah tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Wilayah Alternatif Sub-distributor
Wilayah Alternatif
Surakarta
Karanganyar
Klaten
Sragen
Sukoharjo
Wonogiri
Boyolali
Penentuan lokasi gudang subdistributor PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah
Surakarta mempunyai beberapa kriteria yang harus dipenuhi bagi pihak. Kriteria
ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Syarat untuk mendirikan gudang subdistributor
Kriteria pembukaan gudang Subdistributor
memiliki uang jaminan
Mempunyai gudang dengan ukuran minimal 350 m2
Mempunyai alat tranportasi berupa truk enkle
Sebelumnya tercatat sebagai grosir dari PT Sinar Niaga Sejahtera Surakarta
Terletak di wilayah Karesidenan Surakarta
Memiliki salesmen minimal 5 orang.
IV-2
Berdasarkan syarat-syarat berdirinya gudang subdisributor yang telah
ditentukan, maka didapatkan grosir-grosir yang memenuhi kriteria untuk
dikembangkan menjadi subdistributor. Ketujuh grosir tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Alternatif lokasi subdistributor
Wil. Alternatif Grosir Alamat
Surakarta Kiem UD Pasar Legi
Sragen Pojok TK JL.Sukowati
Boyolali Mas Hery Grosir Ps Sunggingan
Karanganyar Wahyu Jl Raya Solo Kra
Sukoharjo Mifta Abadi Jl Raya Ps
Wonogiri Berkat UD Ps Wonogiri
Klaten Subur Jaya Jl Veteran
4.1.2 Data zona outlet
Distributor PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta memiliki 2073
outlet yang tersebar di seluruh wilayah Karesidenan Surakarta. Untuk
memudahkan dalam perhitungan alokasi produk maka 2073 outlet ini
dikelompokkan ke dalam skala yang lebih besar yaitu berdasarkan kecamatan.
Data yang ada di PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta menunjukkan
bahwa 2073 outlet yang dilayani tersebar di 65 kecamatan. Data kecamatan dapat
dilihat pada lampiran pada halaman 4.
4.1.3 Data jenis produk dan pengelompokkannya.
PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta menangani 157 varian
produk dari PT. GarudaFood yang harus didistribusikan ke outlet-outlet. Karena
banyaknya varian produk maka diperlukan pengelompokkan produk terlebih
dahulu untuk mempermudah dalam perhitungan. Pengelompokkan produk
dilakukan berdasarkan karakteristik atau jenis yang sama. Pengelompokan
dilakukan secara bertahap mulai dari kelompok dengan jumlah anggota terkecil
sampai yang terbesar anggotanya. Pengelompokkan ini melalui 3 level dalam
hirarki produk, yaitu level yang paling rendah adalah item unit, lalu level ke-2
adalah merk produk dan level ke-3 adalah jenis produk. Total keseluruhan produk
berada di level teratas hirarki produk
IV-3
Kelompok produk terkecil adalah kelompok item unit yang terdiri dari 157
produk. Kemudian kelompok ini dijadikan kelompok yang lebih kecil lagi yaitu
kelompok merk produk yang berjumlah 43 kelompok merk. Berdasarkan 43
kelompok merk ini dijadikan kelompok yang lebih kecil lagi yatu kelompok jenis
produk yang terdiri dari 8 jenis produk, pengelompokkan produk ini sudah
dikonfirmasi dengan pihak PT Sinar Niaga Sejahtera Karesidenan Surakarta.
Gambar 4.1 berikut ini adalah gambaran macam-macam jenis produk yang
didistribusikan oleh PT Sinar Niaga Sejahtera.
Total Produk
Kacang Jelly AMDK Biskuit Minyak Obat Susu Snack
Gambar 4.1 Klasifikasi Kelompok Jenis Produk
Selanjutnya untuk pengelompokan berdasarkan merk dan item unit produk
akan digambarkan di dalam lampiran halaman 5.
4.1.4 Data Permintaan Produk PT. Sinar Niaga Sejahtera Surakarta
Periode Agustus 2008 – Juli 2009
Untuk melakukan penentuan lokasi gudang subdistributor dan alokasi
produk maka diperlukan data permintaan produk selama agustus 2008 sampai Juli
2009 dari 2073 outlet yang dilayani oleh distributor. Data permintaan produk ini
diagregasikan dalam waktu 1 tahun dan diklasifikasikan ke dalam 8 jenis produk.
Jumlah permintaan produk selama 1 tahun untuk distributor wilayah Karesidenan
Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Permintaan produk selama 1 tahun
Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri
AMDK 97.121 20.102 45.229 35.178 25.127 37.691 27.640
biskuit 79.249 16.402 36.906 28.705 20.503 30.755 22.554
jelly 136.161 28.182 63.409 49.318 35.227 52.840 38.750
kacang 52.299 10.825 24.355 18.943 13.530 20.296 14.883
snack 72.807 15.069 33.905 26.371 18.836 28.254 20.720
susu 373 77 174 135 96 145 106
minyak 5.496 1.138 2.559 1.991 1.422 2.133 1.564
obat 289 60 134 104 75 112 82
Permintaan [box]Wilayah
Jen
is Pro
du
k
Data penjualan per bulan dan per item dapat dilihat pada lampiran halaman 11.
IV-4
4.1.5 Data jarak gudang distributor dengan gudang subdistributor dan
zona outlet
Data ini diambil dengan menghitung jarak gudang distributor yang berada
di daerah gemolong dengan 7 alternatif wilayah yang akan dibuka gudang
subdistributor berdasarkan alamat calon gudang subdistributor yang telah
ditentukan sebelumnya. Alat yang digunakan untuk menghitung jarak adalah
handpone nokia 5800 yang telah diinstal aplikasi Garmin. Aplikasi garmin adalah
suatu aplikasi GPS (Global Positioning System) yang dapat menunjukkan peta
serta dapat menghitung jarak. Cara kerja alat ini dengan menentukan alamat dari
calon gudang subdistributor berada kemudian menentukan tujuan zona outlet yang
berupa kecamatan yang akan dituju. Jarak antara gudang distributor dengan
gudang subdistributor dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Jarak Gudang Sub-distributor ke Gudang Distributor
Gudang
Subdistributor
Jarak
[km]
Surakarta 12
Boyolali 29
Sragen 21
Klaten 43
Wonogiri 46
Sukoharjo 30
Karanganyar 27
Selain data jarak diatas juga diukur jarak antara gudang subdistributor
dengan zona outlet yang telah dikelompokkan berdasarkan Kecamatan. Data jarak
ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
IV-5
Tabel 4.6 Jarak Gudang Sub-distributor dengan zona outlet
Boyolali Karanganyar Solo Sragen Sukoharjo Klaten Wonogiri
Serengan 26 17 3 29 9.4 27 26
Laweyan 22.7 21 2.2 30 13 26 30
Pasar kliwon 30 15 4.3 24 9.7 29 25
Banjarsari 28 19 1.8 27 14.1 29 30
Jebres 30 14 5.4 23 13.5 33 28
Sragen 50 19 27 3 35 53 43
Karangmalang 49 17 26 3.1 33 54 40
Masaran 42 13 18 11 26 45 36
Sambirejo 53.2 19 34 12 28 59.5 25
Ngrampal 53.5 24 32 4.6 40 40 48
Gemolong 29.7 27 19 21 30 43 46
Kalijambe 25.9 25 14 23 26 38 42
Plupuh 33.2 18 16 14 26 44 39
Mondokan 43.7 31 29 16 40 56 53
Sukodono 49 30 32 13 37 59 53
Sidoharjo 42.7 20 24 6.8 33 34 17
Kartosuro 15 25 7 34 18 23 32
Gatak 17.5 26 8.6 37 16 18 30
Grogol 24.5 17 6.4 31 6.2 26 23
Baki 21 22 6.5 34 11.1 22 26
Mojolaban 30 11 8.4 25 10.8 32 23
Polokarto 35 10 14 29 12.7 33 17
Bendosari 35 13 17 32 14.6 32 13
Sukoharjo 29.4 19 13 36 0.4 19 17
Nguter 36 20 22 39 14 30 7.4
Tawangsari 29 26 19 43 1.3 20 16
Bulu 34 9.1 21 29 12 18 9.9
Weru 30.1 30 24 49 19 19.25 17
Bayat 26.2 41 30 57 31 11 28
Cawas 24.5 35 25 51 25 14 23
Ceper 16.1 35 21 49 19 7.5 30
Delanggu 12.6 32 16 45 16 12 31
Gantiwarno 24.5 47 33 64 21 9.4 22
Jatinom 9.1 44 27 55 28 8.5 41
Juwiring 17.5 29 15 43 13 14 26
Karanganom 11.9 38 21 50 22 6.7 35
Karang nongko 15 48 29 50 31 7.5 43
Kemalang 15.4 45.5 34 59.5 33.25 7 44.5
Klaten utara 15.3 40 25 54 24 2.3 34
Klaten tengah 16.8 42 28 56 26 1.9 34
Klaten selatan 17.9 44 29 57 28 1.7 36
Manisrenggo 20.7 50.4 38.5 63.7 36.8 3.5 46.2
Nyawen 12.3 38.5 27 52.5 27 5.3 40.6
Pedan 23.8 32 20 47 17 10 26
Polanharjo 12.2 35 18 46 19 11 34
Prambanan 21 55 41 70 40 14 44
Trucuk 19.2 37 24 52 21 7.4 28
Tulung 5.2 41 23 51 25 12 41
Wedi 21.3 45 32 60 30 7.5 35
Wonosari 16.1 16 23 40 12 16 28
Jonalan 19.2 48.7 36.9 62.1 34.9 2.1 45.8
Kalikotes 17.5 37.3 26.3 50.8 23.8 3.5 35
Karangdowo 22.8 25 17.5 42 15 14.7 25
Sragen
Sukoharjo
SUBDISTRIBUTOR [km]
Solo
KecamatanKabupaten
Klaten
IV-6
Lanjutan Tabel 4.6
Boyolali Karanganyar Solo Sragen Sukoharjo Klaten Wonogiri
Wonogiri 44.8 24 30 43 19 38 2.2
Wonogiri 48.3 36 38 56 26 35 13
Purwantoro 77 41 56 51 48 73 38
Praimantoro 59.5 49 55 73 43 46 30
Baturetno 59.5 41 47 60 39 47 18
Batuwarno 64.7 44 53 63 45 55 24
Tirtomoyo 65.8 42 53 60 46 59 25
Colomadu 46 50 12.4 64 38 50 68
Gondangrejo 49 36 16.2 44 40 70 70
Jaten 68 14.4 24 40 28 60 52
Jumapolo 92 26 56 62 38 90 32
Karanganyar 74 2.6 38 38 30 76 34
Matesih 98 19 56 46 46 100 48
Mojogedang 90 13 44 28 46 96 60
Tasikmadu 71.4 8.8 30 36 34 82 52
Palur 58 20 16 48 24 66 50
Tawangmangu 116 38 76 56 66 118 60
Karangpandan 106 22 56 42 54 106 56
Teras 12.6 56 34 86 40 38 80
Banyudono 19.2 62 24 76 44 42 74
Mojosongo 7 76 40 92 58 38 86
Ngemplak 42 50 20 60 44 22 64
Simo 29.4 70 40 64 66 64 96
Boyolali 1.8 86 50 98 66 42 94
Cepogo 21 98 66 114 82 48 108
Ampel 24.5 120 70 118 100 32 134
Karanganyar
Boyolali
SUBDISTRIBUTOR [km]KecamatanKabupaten
Wonogiri
4.1.6 Komponen Biaya Distribusi
Biaya distribusi merupakan biaya yang timbul akibat adanya aktivitas
pendistribusian produk. Biaya distribusi ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu biaya
distribusi yang dikeluarkan oleh Distributor dan biaya yang dikeluarkan oleh
Subdistributor.
A. Komponen Biaya Distribusi untuk Distributor
Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh distributor terdiri dari biaya bahan
bakar dan biaya perawatan kendaraan.
1. Biaya bahan bakar
Kendaraan yang dipakai untuk mendistribusikan barang dari distributor ke
gudang subdistributor adalah truk ganda. Nilai biaya bahan bakar yang dipakai
oleh truk perusahaan dihitung berdasarkan data perusahaan sebagai berikut:
- Rasio konsumsi bahan bakar alat transportasi milik perusahaan yaitu sebesar
1 : 5 (satu liter untuk menempuh jarak 5 km).
- Biaya bahan bakar per liter alat transportasi truk yaitu harga solar per liter
sebesar Rp. 4.500,00 per liter.
Harga solar = Rp. 4500,-
IV-7
Jarak tempuh truk tiap 1 liter = 5 km
Kapasitas angkut truk = 125 box
2. Biaya perawatan
Biaya perawatan yang dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 200.000,-
sebulan untuk satu kendaraan.
- Biaya perawatan truk = Rp.200.000,00 per bulan
- Rata-rata truk per bulan menempuh jarak = 2900 km
B. Komponen Biaya Distribusi untuk Subdistributor
Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh distributor terdiri dari biaya bahan
bakar dan biaya perawatan kendaraan.
1. Biaya Bahan Bakar
Kendaraan yang dipakai oleh subdistributor untuk mendistribusikan
produk dari gudang subdistributor ke zona outlet adalah truk engkel. Nilai biaya
bahan bakar yang dipakai oleh truk perusahaan dihitung berdasarkan pengetahuan
perusahaan sebagai berikut:
- Rasio konsumsi bahan bakar alat transportasi milik perusahaan yaitu sebesar
1 : 8 (satu liter untuk menempuh jarak 8 km).
- Biaya bahan bakar per liter alat transportasi truk yaitu harga solar per liter
sebesar Rp. 4.500,00 per liter.
Harga solar = Rp. 4500,-
Jarak tempuh truk tiap 1 liter = 8 km
Kapasitas angkut truk = 80 box
2. Biaya Perawatan
Biaya perawatan yang dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 75.000,-
sebulan untuk satu kendaraan.
- Biaya perawatan truk = Rp.75.000,00 per bulan
- Rata-rata truk per bulan menempuh jarak = 1800 km
- Jumlah maksimal pengiriman box sebulan = 16.973 box
IV-8
4.1.7 Data biaya tetap subdistributor
Komponen biaya tetap dihitung pada subdistributor yang akan dibuka.
Biaya tetap terdiri dari biaya gaji tenaga kerja, biaya perawatan gudang, biaya
penggunaan listrik dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Berikut ini adalah biaya
tetap untuk calon subdistributor.
a. Biaya gaji tenaga kerja
1. Salesman
Jumlah salesman = 5 orang
Gaji = @ Rp. 700.000,-
Jumlah gaji = 5 x Rp. 700.000,-
= Rp. 3.500.000,-
2. Petugas Administrasi
Jumlah = 2 orang
Gaji = @ Rp. 600.000,-
Jumlah gaji = 2 x Rp. 600.000,-
= Rp. 1.200.000,-
3. Supir
Jumlah = 3 orang
Gaji = @ Rp. 700.000,-
Jumlah gaji = 2 x Rp. 300.000,-
= Rp. 2.100.000,-
4. Helper
Jumlah = 3 orang
Gaji = @ Rp. 450.000,-
Jumlah gaji = 3 x Rp. 450.000,-
= Rp. 1.350.000,-
5. Petugas Gudang
Jumlah = 1 orang
Gaji = @ Rp. 600.000,-
Jumlah gaji = 1 x Rp. 600.000,-
= Rp. 600.000,-
IV-9
Jadi total biaya tenaga kerja per bulan ditunjukkan dalam tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Gaji Tenaga Kerja Gudang Subdistributor per Bulan
Karyawan JUMLAH Gaji [Rp] Total [Rp]
Salesmen 5 700.000,- 3.500.000,-
Admin 2 600.000,- 1.200.000,-
Supir 3 700.000,- 2.100.000,-
Helper 3 450.000,- 1.350.000,-
Peg Gud 1 600.000,- 600.000,-
8.750.000,-Grand total
b. Biaya perawatan gudang
Perusahaan menetapkan biaya perawatan bangunan gudang sebesar Rp.
150.000,00 per bulan. Biaya perawatan gudang ini sudah termasuk biaya
kebersihan gudang.
c. Biaya penggunaan listrik
Biaya penggunaan listrik di gudang sebesar 15% dari total biaya pemakaian
listrik perusahaan yaitu sebesar Rp. 350.000,00 sehingga diperoleh biaya
penggunaan listrik di gudang sebesar Rp. 52.500,00
d. Pajak Bumi dan Bangunan
PBB / tahun = Rp. 400.000,-
PBB / bulan = 12
400.000,- Rp.
= Rp. 33.333,33 / bulan
Jadi total biaya tetap yang dikeluarkan untuk satu subdistributor dapat dilihat
pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Biaya tetap Gudang Subdistributor per Bulan
KOMPONEN BIAYA
TETAPJUMLAH [Rp]
Gaji karyawan 8.750.000,-
Biaya listrik 52.500,-
Biaya perawatan gudang 150.000,-
PBB 33.333,33
Total 8.985.833,33
IV-10
4.2 PENGOLAHAN DATA
Pada sub bab pengolahan data dilakukan penghitungan dan pengolahan
data sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan dalam metodologi penelitian.
Pengolahan data diawali dengan melakukan perhitungan peramalan secara
kualitatif dilanjutkan perancangan model mixed integer linear programming
sehingga mendapatkan lokasi dan alokasi produk daerah pembukaan gudang
subdistributor.
4.2.1 Peramalan Kualitatif
Peramalan yang akan digunakan bersifat kualitatif, peramalan ini
menggunakan asumsi perusahaan yang menyatakan bahwa target penjualan setiap
tahun mengalami peningkatan sebesar 10 %. Data yang akan digunakan untuk
melakukan peramalan ini adalah data penjualan pada tahun 2008-2009, peramalan
ini dilakukan untuk mengetahui data penjualan 5 tahun ke depan dengan
menggunakan perhitungan pada persamaan 3.1. Peramalan yang didapatkan dapat
dilihat pada tabel 4.9 – 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.9 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-1
Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri
AMDK 106.834 22.112 49.751 38.695 27.640 41.460 30.404
biskuit 87.174 18.042 40.596 31.575 22.554 33.830 24.809
jelly 149.777 31.000 69.750 54.250 38.750 58.124 42.625
kacang 57.529 11.907 26.791 20.837 14.884 22.326 16.372
snack 80.087 16.576 37.296 29.008 20.720 31.080 22.792
susu 410 85 191 148 106 159 117
minyak 6.046 1.251 2.815 2.190 1.564 2.346 1.721
obat 318 66 148 115 82 123 90
Permintaan [box]Wilayah
Jen
is Pro
du
k
Tabel 4.10 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-2
Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri
AMDK 117.517 24.323 54.727 42.565 30.403 45.606 33.444
biskuit 95.892 19.847 44.656 34.733 24.809 37.213 27.290
jelly 164.754 34.100 76.725 59.675 42.625 63.937 46.887
kacang 63.282 13.098 29.470 22.921 16.372 24.558 18.009
snack 88.096 18.234 41.026 31.909 22.792 34.188 25.071
susu 451 93 210 163 116 175 128
minyak 6.651 1.376 3.097 2.409 1.721 2.581 1.893
obat 349 72 162 126 90 135 99
Permintaan [box]Wilayah
Jen
is Pro
du
k
IV-11
Tabel 4.11 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-3
Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri
AMDK 129.269 26.755 60.199 46.821 33.444 50.166 36.788
biskuit 105.481 21.831 49.121 38.206 27.290 40.935 30.019
jelly 181.230 37.510 84.398 65.642 46.888 70.331 51.576
kacang 69.610 14.407 32.417 25.213 18.009 27.014 19.810
snack 96.906 20.057 45.128 35.100 25.071 37.607 27.579
susu 496 102 231 179 128 193 141
minyak 7.316 1.514 3.407 2.650 1.893 2.839 2.082
obat 384 79 179 139 99 149 109
Permintaan [box]Wilayah
Jen
is Pro
du
k
Tabel 4.12 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-4
Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri
AMDK 142.195 29.431 66.219 51.504 36.788 55.183 40.467
biskuit 116.029 24.015 54.034 42.026 30.019 45.028 33.021
jelly 199.353 41.261 92.837 72.206 51.576 77.364 56.734
kacang 76.571 15.848 35.658 27.735 19.810 29.715 21.791
snack 106.596 22.063 49.641 38.610 27.578 41.367 30.336
susu 545 113 255 197 141 212 155
minyak 8.047 1.665 3.747 2.915 2.082 3.123 2.290
obat 423 87 196 153 109 164 120
Permintaan [box]Wilayah
Jen
is Pro
du
k
Tabel 4.13 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-5
Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri
AMDK 156.415 32.374 72.841 56.654 40.467 60.701 44.514
biskuit 127.632 26.416 59.437 46.229 33.021 49.531 36.323
jelly 219.288 45.387 102.121 79.427 56.734 85.100 62.407
kacang 84.228 17.433 39.224 30.508 21.791 32.687 23.970
snack 117.256 24.269 54.605 42.471 30.336 45.504 33.370
susu 600 124 280 217 155 233 171
minyak 8.852 1.832 4.122 3.206 2.290 3.435 2.519
obat 465 96 216 168 120 180 132
WilayahPermintaan [box]
Jen
is Pro
du
k
4.2.2 Perhitungan Biaya Distribusi
Biaya distribusi perusahaan dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya
distribusi untuk distributor dan biaya distribusi untuk subdistributor. Biaya
distribusi dihitung untuk tiap satuan box. Biaya distribusi terdiri dari biaya bahan
bakar dan biaya perawatan kendaraan.
IV-12
1. Biaya distribusi untuk distributor
Biaya distribusi untuk distributor terdiri atas biaya bahan bakar dan biaya
perawatan. Armada transportasi yang digunakan adalah truk double.
Biaya bahan bakar
Biaya bahan bakar tiap pendistribusian diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut:
Harga solar = Rp.4.500,00 per liter
Kapasitas angkut truk = 125 box
Jarak tempuk truk tiap liter solar = 5 km
Biaya bahan bakar tiap pendistribusian = Rp.4.500,00 : (5 * 125)
= Rp. 7,2/km box
Biaya perawatan (maintenance) armada transportasi
Biaya perawatan (maintenance) diperoleh melalui perhitungan sebagai
berikut.
Biaya perawatan truk = Rp.200.000,00 per bulan
Rata-rata jarak tempuh perbulan = 2900 km
Jumlah maksimal pengiriman box sebulan = 60.489 box
Biaya perawatan truk = Rp. 200.000,- : (2900*60489)
= Rp. 0,001/km box
Biaya-biaya distribusi untuk armada transportasi PT. Sinar Niaga
Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta diasumsikan meningkat 7%
tiap tahun karena terjadinya inflasi, biaya distribusi untuk tahun pertama sampai
dengan tahun ke-lima dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Total biaya distribusi untuk distributor
Tahun
Biaya distribusi
dalam km/box
(Rp.)
1 7,201
2 8,2
3 8,8
4 9,4
5 10,1
IV-13
2. Biaya distribusi untuk subdistributor
Biaya distribusi untuk distributor terdiri atas biaya bahan bakar dan biaya
perawatan. Armada transportasi yang digunakan adalah truk engkle.
Biaya bahan bakar
Biaya bahan bakar tiap pendistribusian diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut:
Harga solar = Rp.4.500,00 per liter
Kapasitas angkut truk = 80 box
Jarak tempuk truk tiap liter solar = 8 km
Biaya bahan bakar tiap pendistribusian = Rp.4.50,00 : (8 * 80)
= Rp. 7,03 /km box
Biaya perawatan armada transportasi
Biaya perawatan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut.
Biaya perawatan truk = Rp. 75.000,- perbulan
Rata-rata jarak tempuh perbulan = 1800 km
Jumlah maksimal pengiriman box sebulan = 16.973 box
Biaya perawatan truk = Rp. 75.000,- : (1800*16973)
= Rp. 0,002/km box
Biaya-biaya distribusi untuk armada transportasi PT. Sinar Niaga
Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta diasumsikan meningkat 7%
tiap tahun karena terjadinya inflasi, biaya distribusi untuk tahun pertama sampai
dengan tahun ke-lima dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15 Total biaya distribusi untuk subdistributor
Tahun
Biaya distribusi
dalam km/box
(Rp.)
1 7,03
2 8,0
3 8,6
4 9,2
5 9,9
IV-14
4.2.3 Perancangan Model Mixed Integer Linear Programming
Perancangan model mixed integer linear programming terdiri atas tiga
langkah yaitu penentuan fungsi tujuan, penentuan batasan kapasitas, serta
penyusunan model integer linear programming secara keseluruhan.
A. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan merupakan fungsi yang akan dicari nilai optimalnya. Fungsi
tujuan dalam model mixed integer linear programming ini adalah minimasi biaya
yang terkait dengan aktivitas pendistribusian produk PT. Garudafood dari
distributor ke subdistributor kemudian ke outlet yang meliputi, biaya transportasi
dan biaya tetap
Formulasi matematis fungsi tujuan secara umum dapat dilihat pada
persamaan 3.1. Perumusan fungsi tujuan untuk mixed integer linear programming
penentuan lokasi gudang subdistributor di PT Sinar Niaga Sejahtera distributor
wilayah Surakarta yaitu :
Minimize Z =
65
1
7
1
7
1 1
8
1
7
1
8
1
9,96107.829.99i j
j
j l
jlk
k
jlkijk
j k
ijk ZYTXC
dimana :
j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (urutan indeks lokasi alternatif subdistributor)
1 : Kotamadya Surakarta
2 : Kabupaten Karanganyar
3 : Kabupaten Sragen
4 : Kabupaten Boyolali
5 : Kabupaten Sukoharjo
6 : Kabupaten Wonogiri
7 : Kabupaten Klaten
i = urutan indeks daerah zona outlet (1, 2, 3...65)
k = urutan indeks jenis produk (1, 2, 3,..., 8)
l = jumlah gudang distributor ( l = 1 )
Cijk = biaya distribusi untuk mendistribusikan produk k dari gudang
subdistributor j ke zona outlet i
IV-15
Xijk = total produk k yang dikirimkan oleh subdistributor j ke zona outlet i
Tjlk = biaya distribusi dari gudang distributor l ke gudang subdistributor j
untuk semua jenis produk k.
Yjlk = total produk k yang dikirimkan dari gudang distributor i ke
subdistributor j.
gj = biaya tetap gudang subdistributor j
Zj = keputusan gudang subdistributor j buka atau tidak
Pada persamaan di atas Cijk adalah biaya distribusi dari gudang
subdistributor j ke zona outlet i yang nilainya berbeda-beda untuk setiap i dan j.
Nilai ini didapat berdasarkan jarak i dan j. Semakin jauh jarak tempuhnya maka
nilai Cijk juga akan semakin besar. Kemudian biaya distribusi ini akan dikalikan
dengan Xijk yang merupakan variabel keputusan jumlah barang yang akan
didistribusikan dari gudang subdistributor j ke zona outlet i.
Tjlk adalah biaya distribusi dari gudang distibutor l ke gudang
subdistributor j yang nilainya berbeda-beda untuk setiap j. Besarnya biaya
distribusi didapat berdasarkan jarak gudang distributor ke gudang j. Semakin jauh
jarak tempuhnya maka nilai Tjlk juga akan semakin besar. Kemudian biaya
distribusi ini akan dikalikan dengan Yjlk yang merupakan variabel keputusan
jumlah barang yang akan didistribusikan dari gudang distributor ke gudang
subdistributor j.
Biaya tetap masing-masing gudang subdistributor j selama 1 tahun adalah
Rp. 107.829.999,96. Nilai ini sama untuk semua gudang subdistributor j. Biaya
tetap ini kemudian akan dikalikan dengan variabel keputusan Zj yang berupa
koefisien binary yang akan bernilai 1 jika subdistributor dibuka atau bernilai 0
jika tidak dibuka.
B. Batasan Kapasitas
Pendistribusian produk PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah
Surakarta memiliki batasan kapasitas sebagai berikut:
IV-16
1. Permintaan outlet dapat dipenuhi seluruhnya oleh gudang subdistributor
Formulasi umum untuk batasan kapasitas ini dapat dilihat pada persamaan
3.2. Persamaan ini berarti permintaan outlet di zona i terpenuhi seluruhnya oleh
gudang subdistributor j.
ik
j
ijk aX
7
1
2. Kemampuan pengiriman produk k oleh gudang subdistributor j ke zona outlet.
Formulasi umum untuk batasan kapasitas ini dapat dilihat pada persamaan
3.3. Persamaan ini berarti bahwa kemampuan pengiriman gudang subdistributor
dapat memenuhi semua permintaan produk k di zona i. Oleh karena itu
berdasarkan perhitungan kemampuan pengiriman sebelumnya akan didapatkan
persamaan sebagai berikut:
65
1
8
1
489.721*i k
jijk ZX
Persamaan di atas menyatakan bahwa jumlah barang yang dikirim oleh
subdistributor tidak boleh melebihi kemampuan pengirimannya. Kemampuan
pengiriman subdistributor dilihat dari jumlah permintaan tertinggi untuk masing-
masing alternatif lokasi subdistributor, karena diasumsikan subdistributor harus
mampu memenuhi permintaan di zona outlet. Jumlah permintaan tertinggi yang
diambil sebagai batasan kapasitas pengiriman diambil dari permintaan di
Kotamadya Surakarta, yaitu sebesar 721.489 unit produk.
3. Jumlah maksimal pembukaan gudang subdistributor
77
1
j
jZ
4. Produk k yang dikirimkan dari gudang subdistributor j ke zona outlet i tidak
boleh melebihi pengiriman produk k dari gudang distributor l ke gudang
subdistributor j
8
1
65
1 k
jlk
i
ijk YX .
5. Gudang distributor l dapat memenuhi semua permintaan produk k.
7
1
000.200.2j
jkY
IV-17
Batasan masalah ini dimaksudkan bahwa semua permintaan outlet dapat
dipenuhi oleh gudang distributor, sehingga 2.200.000 didapatkan berasal dari
permintaan outlet selama 1 tahun.
6. Menyatakan angka biner dari variable keputusan.
Zj = 10,
7. Menyatakan variable keputusan harus lebih dari nol.
Xijk, Yjk 0
8. Menyatakan varianel keputusan harus integer
Xijk, Yjk integer
4.2.3 Penyelesaian Model
Untuk memperoleh jumlah alokasi barang yang optimal maka model
mixed integer linear programming dijalankan dengan menggunakan Risk Solver
Platform versi 9 dengan fungsi tuuan minimasi total biaya distribusi produk.
Dalam penentuan lokasi gudang subdistributor dilihat setiap tahunnya berdasarkan
permalan yang telah dilakukan untuk 5 tahun ke depan Langkah-langkah dalam
memperoleh solusi optimal menggunakan Solver Microsoft Excel melalui
beberapa tahap yaitu:
1. Membuat tabel parameter di Microsoft Excel
Parameter pada fungsi tujuan adalah biaya distribusi untuk distributor,
biaya distribusi untuk subdistributor, biaya tetap gudang subdistributor dan fungsi
tujuan. Pada kolom fungsi tujuan sudah diisi dengan formula fungsi tujuan.
2. Membuat tabel variabel keputusan di Microsoft Excel
Variabel keputusan yang dipakai adalah jumlah alokasi produk dari
distributor ke subdistributor, jumlah alokasi produk dari subdistributor ke zona
outlet, dan keputusan buka / tidak gudang subdistributor.
3. Memasukkan parameter, variabel keputusan dan batasan di Solver
Fungsi tujuan diinput pada menu “objectives” sedangkan variabel
keputusan diinput pada menu “variables”. Untuk batasan langsung diinput pada
menu “constraint” sesuai dengan batasan pada fungsi tujuan yang kemudian akan
IV-18
dipisah secara otomatis oleh Solver sesuai dengan jenis batasan-nya. Tampilan
solver parameter dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Parameter pada solver
4. Penyelesaian fungsi tujuan
Untuk menyelesaikan fungsi tujuan yang sudah diinput ke dalam Solver,
klik “Solve” dan akan muncul hasil seperti pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Hasil Solver
Setelah muncul tampilan seperti gambar di atas, maka klik “Ok” sehingga
akan muncul hasil minimasi biaya, lokasi gudang subdistributor serta hasil alokasi
IV-19
demand ke subdistributor dan dari subdistributor. Berikut ini adalah hasil optimasi
biaya distribusi yang dihitung oleh Solver Platform versi 9 untuk tahun ke-5:
Minimized Cost = Rp.1.293.486.365,00
Biaya yang didapat di atas meliputi biaya distribusi dari PT. Sinar Niaga
Sejahtera distributor wilayah Surakarta ke lokasi gudang subdistributor sebesar
Rp. 620.417.664,-, biaya distribusi yang dikeluarkan gudang subdistributor ke
zona outlet (outlet) sebesar Rp. 349.578.704,- , biaya tetap yang dikeluarkan
akibat dibukanya gudang subdistributor sebesar Rp. 323.489.997,-. Untuk tahun
ke-1 sampai ke -5 dapat dilihat pada table 4.16 berikut ini.
Tabel 4.16 Biaya-biaya distribusi
Transportasi dari gudang
ke subdistributor
Transportasi dari
subdistributor ke konsumen
Biaya tetap
subdistributor
1 390.822.624 314.629.392 215.659.998
2 440.295.264 246.305.495 323.489.997
3 494.715.024 274.588.379 323.489.997
4 494.715.024 274.588.379 323.489.997
5 620.417.664 . 349.578.704 323.489.997
Biaya
Tahun ke-
Hasil perhitungan minimasi biaya untuk tahun ke-5 di atas adalah
keputusan gudang subdistributor yang layak dibuka yaitu di Kabupaten Boyolali,
Kotamadya Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Alokasi pengiriman barang
dari gudang subdistributor Boyolali, Karanganyar dan Surakarta dapat dilihat
pada lampiran. Tahun pertama, lokasi yang dibuka untuk gudang subdistributor
adalah Karanganyar dan Surakarta, sedangkan pada tahun kedua sampai kelima
lokasi yang dibuka untuk gudang subdistributor adalah Karanganyar, Surakarta
dan Boyolali.
Sedangkan nilai variabel keputusan untuk jumlah produk yang
dialokasikan dari distributor ke gudang subdistributor Boyolali, Sragen dan
Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini:
IV-20
Tabel 4.17 Jumlah Alokasi Barang ke Gudang Subdistributor
Jenis produk
[box]Boyolali Surakarta Karanganyar
AMDK 108.198 139.826 163.248
biskuit 116.551 114.488 155.906
jelly 141.497 196.241 192.224
kacang 91.697 118.498 91.929
snack 103.387 141.586 108.913
susu 465 649 558
minyak 6.791 9.699 8.273
obat 414 502 438
Berdasarkan perhitungan solver didapatkan juga lokasi-lokasi kecamatan
yang akan di lakukan pengiriman distribusi oleh gudang-gudang subdistributor
yang buka. Pendistribusian produk dari gudang ke distributor ke zona outlet dapat
dilihat pada tabel 4.18 – 4.20.
Tabel 4.18 Alokasi produk subdistributor Karanganyar
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Jaten 3.382 2.759 4.741 1.821 2.535 13 191 10
Jumapolo 3.213 4.504 2.621 2.408 1.730 12 182 10
Karanganyar 24.179 19.730 33.898 13.020 18.126 93 1.368 72
Matesih 3.213 2.621 4.504 1.730 2.408 12 182 10
Mojogedang 3.029 1.093 1.845 1.656 1.521 5 115 9
Tasikmadu 1.860 1.518 2.608 1.002 1.394 7 105 6
Palur 2.087 3.967 8.534 8.278 4.563 23 344 18
Tawangmangu 4.058 5.311 1.689 4.185 3.042 16 230 12
Karangpandan 2.536 2.070 3.556 1.366 1.901 10 144 8
Jebres 0 33.298 19.035 0 0 0 0 0
Sragen 16.568 13.519 23.228 8.922 12.420 64 938 49
Karangmalang 2.786 2.273 3.906 1.500 2.088 11 158 8
Masaran 4.692 3.828 6.578 2.527 3.517 18 266 14
Sambirejo 3.083 1.795 2.199 1.184 1.649 8 124 7
Ngrampal 1.320 1.077 1.850 711 989 5 75 4
Gemolong 4.718 5.666 5.017 6.079 4.287 22 324 17
Plupuh 2.199 1.795 3.083 1.184 1.649 8 124 7
Mondokan 1.173 957 1.644 632 879 5 66 3
Sukodono 586 479 822 316 440 2 33 2
Sidoharjo 733 598 1.028 395 550 3 41 2
Sukoharjo 8.808 7.187 12.348 4.743 6.603 34 498 26
Nguter 3.452 2.816 4.839 1.859 2.587 13 195 10
Bulu 2.023 1.651 2.837 1.090 1.517 8 115 6
Wonogiri 14.207 11.592 19.917 7.650 10.650 55 804 42
Wuryantoro 3.031 2.473 4.249 1.632 2.272 12 172 9
Purwantoro 2.084 1.700 2.921 1.122 1.562 8 118 6
Pracimantoro 5.683 4.637 7.967 3.060 4.260 22 322 17
Batuwarno 2.273 927 1.593 612 852 4 64 3
Tirtomoyo 1.137 927 1.593 612 852 4 64 3
Jatisrono 2.841 2.318 3.983 1.530 2.130 11 161 8
Selogiri 2.462 2.009 3.452 1.326 1.846 9 139 7
Paranggupito 2.273 1.855 1.224 3.187 1.704 9 129 7
Manyaran 4.546 3.710 6.373 2.448 3.408 17 257 14
Eromoko 3.978 3.246 5.577 2.142 2.982 15 225 12
Zona konsumenProduk [box]
IV-21
Tabel 4.19 Alokasi produk subdistributor Boyolali
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Teras 4.103 3.348 5.752 2.209 3.076 16 232 12
Banyudono 2.367 2.515 2.732 1.360 5.531 0 63 51
Mojosongo 3.945 3.219 5.531 2.125 2.958 15 223 12
Ngemplak 2.525 2.060 3.540 1.195 0 0 0 0
Simo 6.312 5.151 8.850 3.399 4.732 24 357 19
Boyolali 14.036 17.201 24.116 12.263 9.895 66 973 51
Cepogo 5.050 4.121 7.080 2.719 3.786 19 286 15
Ampel 9.047 9.014 5.949 15.487 10.281 42 625 33
Kartosuro 2.820 4.273 5.342 5.237 5.926 20 296 16
Gatak 3.333 2.719 4.672 1.795 2.498 13 189 10
Weru 1.547 1.263 2.169 833 1.160 6 88 5
Cawas 4.784 3.904 6.707 2.576 3.586 18 271 14
Delanggu 8.951 7.304 6.710 4.820 12.549 34 507 27
Jatinom 4.932 2.393 2.111 1.579 2.198 11 166 9
Karanganom 1.543 1.259 2.164 831 1.157 6 87 5
Klaten utara 4.167 3.400 5.842 2.244 3.124 16 236 12
Klaten tengah 2.315 1.889 3.245 1.247 1.735 9 131 7
Klaten selatan 14.075 29.644 23.752 22.964 18.047 92 1.362 72
Pedan 5.401 4.407 7.572 2.909 4.049 21 306 16
Wedi 4.321 5.326 6.058 2.327 3.239 17 245 13
Wonosari 2.624 2.141 3.678 1.413 1.967 10 148 8
Produk [box]Zona konsumen
Tabel 4.20 Alokasi produk subdistributor Surakarta
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Ngemplak 0 0 2.075 0 0 0 143 0
Colomadu 4.565 3.725 6.400 2.458 3.422 18 258 14
Gondangrejo 507 414 711 271 380 2 29 2
Serengan 14.997 12.237 21.025 8.076 11.242 58 849 45
Laweyan 27.918 22.780 29.140 25.034 20.929 107 1.580 83
Pasar kliwon 23.712 19.349 23.244 12.769 27.776 91 1.342 70
Banjarsari 38.981 49.967 48.669 41.376 41.718 188 2.772 145
Kalijambe 2.493 2.034 3.494 1.342 1.869 10 141 7
Grogol 1.904 1.554 2.670 1.025 1.428 7 108 6
Baki 2.976 2.428 1.602 4.172 2.231 11 168 9
Jebres 40.808 0 38.176 21.975 30.591 157 2.309 121
Zona konsumenProduk [box]
V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab analisis dan interpretasi hasil akan dilakukan analisis dan
interpretasi hasil pengolahan data. Intepretasi hasil meliputi intepretasi pemilihan
lokasi gudang subdistributor, intepretasi alokasi produk untuk outlet dan
intepretasi penentuan biaya-biaya yang timbul karena proses distribusi. Analisis
yang dilakukan meliputi anlisis perbaikan terukur (biaya minimal) dan analisis
kelayakan investasi bagi gudang subdistributor.
5.1 Interpretasi Hasil Pemilihan Lokasi Gudang Subdistributor
Penentuan lokasi gudang subdistributor bertujuan untuk membantu sistem
distribusi di PT. Sinar Niaga Sejahtera. Diharapkan dengan adanya pembukaan
gudang subdistributor dapat mengurangi biaya distribusi yang timbul akibat
pengiriman produk. Terdapat 7 alternatif lokasi gudang subdistributor yaitu
Kabupaten Klaten, Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo.
Pembagian ini dilakukan berdasarkan wilayah batas geografis disebabkan area
distribusi yang luas dari PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah
Karesidenan Surakarta.
Pemilihan lokasi gudang subdistributor dilakukan berdasarkan beberapa
aspek yaitu jarak antara gudang depo dengan gudang subdistributor, jarak gudang
subdistributor dengan zona outlet, kapasitas gudang subdistributor serta aspek
biaya distribusi dan lokasi gudang ini diproyeksikan untuk 5 tahun ke depan.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan maka di dapatkan beberapa
wilayah yang layak untuk dibuka gudang subdistributor, ini dapat pada tabel 5.1
berikut ini.
Tabel 5.1 Wilayah gudang subdistributor
Tahun ke- Gudang Subdistributor
1 Karanganyar dan Surakarta
2 Karanganyar, Surakarta dan boyolali
3 Karanganyar, Surakarta dan boyolali
4 Karanganyar, Surakarta dan boyolali
5 Karanganyar, Surakarta dan boyolali
V-2
Tabel 5.1 di atas dapat dilihat wilayah-wilayah yang akan dibuka untuk
gudang subdistributor untuk 5 tahun ke depan. Pada tahun pertama wilayah yang
akan dibuka adalah Karanganyar dan Surakarta, pemilihan ke dua lokasi ini
didasarkan pada jarak ke dua gudang subdistributor ini relatif dekat dengan
gudang subdistributor yaitu 12 km untuk Surakarta dan 27 km untuk Karanganyar.
Selain itu permintaan pada tahun pertama masih dapat dipenuhi oleh ke dua
gudang subdistributor tersebut. Pada tahun ke dua sampai tahun ke lima wilayah
yang layak untuk dibuka gudang subdistributor bertambah satu yaitu di Boyolali,
penambahan wilayah ini disebabkan karena permintaan akan produk bertambah
banyak sehingga dengan dua gudang subdistributor tidak mampu memenuhi.
Pemilihan lokasi gudang subdistributor di Boyolali disebabkan karena jaraknya
relatif dekat dengan gudang distribusi dan selain itu wilayah Boyolali juga dekat
dengan Wilayah Sragen. Lokasi gudang subdistributor dapat dilihat pada gambar
5.1 berikut ini.
Gambar 5.1 Peta lokasi gudang subdistributor
Gambar 5.1 memaparkan tentang letak lokasi gudang subdistributor.
Terdapat tanda kotak, tanda kotak merah ( ■ ) menandakan posisi gudang
subdistributor Boyolali, tanda kotak biru ( ■ ) menandakan posisi gudang
subdistributor Surakarta dan tanda kotak merah muda ( ■ ) menandakan posisi
gudang subdistributor Karanganyar. Persebaran zona outlet dapat dilihat pada
lampiran halaman 17, dengan notasi bulat merah (●) menandakan zona outlet dari
V-3
subdistributor Boyolali, dengan notasi bulat biru (●) menandakan zona outlet dari
subdistributor Surakarta dan dengan notasi bulat merah muda (●) menandakan
zona outlet dari subdistributor Karanganyar. Model yang dikembangkan memiliki
kelemahan yaitu bahwa distributor mengalokasikan semua permintaan produk ke
gudang subdistributor sehingga outlet – outlet yang letaknya relatif dekat dengan
gudang distributor akan tetap dilayani oleh gudang subdistributor.
5.2 Interpretasi Hasil Alokasi Produk Untuk Outlet.
Penentuan alokasi produk bertujuan untuk mengetahui berapa banyaknya
produk yang harus didistribusikan ke zona outlet. Berdasarkan data yang
dihimpun, terdapat 65 kecamatan atau zona outlet yang tersebar di Karesidenan
Surakarta.
Alokasi produk berdasarkan data permintaan pada tahun ke 5, alokasi ini
dibagi menjadi 2 yaitu alokasi produk dari gudang distribusi terhadap gudang
subdistributor dan alokasi produk dari gudang subdistributor terhadap permintaan
produk di zona outlet. Pada gambar 5.2 berikut ini dapat dilihat alokasi produk
dari gudang distribusi ke gudang subdistributor.
Alokasi Produk dari PT. SNS ke Subdistributor
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
Boyolali Surakarta Karanganyar
Subdistributor
Ju
mla
h P
rod
uk
(b
ox
) amdk
biskuit
jelly
kacang
snack
susu
minyak
OBH
`
Gambar 5.2 Alokasi produk gudang distributor ke gudang subdistributor
Gambar 5.2 menggambarkan tentang jumlah alokasi produk dari gudang
distributor ke gudang subdistributor. Pada grafik dapat dilihat permintaan produk
jelly di wilayah Surakarta sebesar 192.241 box,jumlah ini lebih besar dari pada
permintaan jelly di wilayah Karanganyar yaitu sebesar 192.224 box dan
permintaan di wilayah Boyolali sebesar 141.497 box. Permintaan produk Amdk
(air minum dalam kemasan) paling besar adalah wilayah Karanganyar yaitu
V-4
sebesar 163.248 box, kemudian diikuti wilayah Surakarta yaitu sebesar 139.826
box dan paling sedikit di wilayah Boyolali sebesar 108.598 box. Pada gambar 5.1
dapat dilihat permintaan biskuit paling besar di wilayah Karanganyar sebesar
155.906 box, kemudian diikuti permintaan biskuit di wilayah Boyolali sebesar
116.551 box dan permintaan biskuit di Surakarta sebesar 114.488 box. Produk
kacang memiliki permintaan paling besar berada di wilayah Surakarta sebesar
118.498 box, kemudiaan diikuti permintaan kacang di Karanganyar sebesar
91.929 box dan permintaan paling sedikit berada di Boyolali sebesar 91.697 box.
Permintaan produk snack di Surakarta yaitu sebesar 141.586 box lebih besar
daripada permintaan di Karanganyar sebesar 108.913 box dan permintaan di
Boyolali sebesar 103.397 box. Permintaan produk susu paling besar berada di
Surakarta sebesar 649 box kemudian diikuti permintaan di Karanganyar sebesar
558 box dan paling sedikit berada di Boyolali sebesr 465 box. Permintaan minyak
di wilayah Surakarta paling besar daripada wilayah lainnya yaitu sebesar 9.699
box, kemudian diikuti Karanganyar sebesar 8.273 box dan paling sedikit berada di
Boyolali sebesar 6.791 box. Permintaan produk obat paling besar di wilayah
Surakrta yaitu sebesar 582 box diikuti Karanganyar sebesar 438 box dan Boyolali
sebesar 414 box.
Alokasi produk dari gudang subdistributor Karanganyar ke zona outlet
dapat dilihat pada gambar 5.3 – 5.5 berikut ini.
Alokasi Gudang Subdistributor Karanganyar ke Konsumen di Kab. Karanganyar
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
jate
n
jum
apol
o
kara
ngany
ar
mat
esih
moj
oged
ang
tasikm
adu
palu
r
tawan
gman
gu
kara
ngpan
dan
Kecamatan
Ju
mla
h P
rod
uk (
bo
x)
amdk
biskuit
jelly
kacang
snack
susu
minyak
obat
Gambar 5.3 Alokasi produk untuk Kab Karanganyar
V-5
Alokasi Gudang Subdistributor Karanganyar ke Konsumen di Kab. Wonogiri
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
suko
harjo
ngut
erbu
lu
won
ogiri
wur
yanto
ro
purw
anto
ro
prac
iman
toro
batu
warn
o
tirto
moy
o
jatis
rono
selogi
ri
para
nggu
pito
man
yara
n
erm
oko
Kecamatan
Ju
mla
h P
rod
uk (
bo
x)
amdk
biskuit
jelly
kacang
snack
susu
minyak
obat
Gambar 5.4 Alokasi produk untuk Kab Wonogiri
Gambar 5.5 Alokasi produk untuk Kodya Surakarta
Gambar 5.3-5.5 dapat dilihat jumlah alokasi produk yang dikirim dari
gudang subdistributor Boyolali ke zona outlet yang tersebar 3 wilayah yaitu Kab.
Karanganyar, Wonogiri dan Kotamadya Surakarta. Permintaan produk amdk
paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 24.179 box dan paling
sedikit berada di kecamatan Sidoharjo sebesar 733 box. Permintan produk biskuit
paling besar berada di kecamatan Jebres sebesar 33.298 box dan paling sedikit
berada di kecamatan Sukodono sebesar 479 box. Untuk produk jelly permintaan
paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 33.298 box dan
permintaan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 822 box.
Permintaan produk kacang paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar
13.020 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 316 box.
Permintaan produk snack paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar
V-6
18.1216 box dan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono 440
box. Permintaan produk susu paling besar beradadi kecamatan Karanganyar
sebesar 1.368 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 33
box. Permintaan produk minyak paling besar berada di kecamatan Karanganyar
sebesar 1.3638 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 33
box. Untuk obat permintaan paling besar berada di kecamatan Karanganyar
sebesar 72 box dan paling sedikit berada di 2 kecamatan yaitu Sukodono dan
Sidoharjo masing masing sebesar 2 box.
Alokasi produk dari gudang subdistributor Boyolali ke zona outlet dapat
dilihat pada gambar 5.6-5.8 berikut ini.
Alokasi Gudang Subdistributor Boyolali ke Konsumen di Kab. Sukoharjo
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
kartosuro gatak w eru
Kecamatan
Jum
lah
Pro
du
k (b
ox)
amdk
biskuit
jelly
kacang
snack
susu
minyak
obat
Gambar 5.6 Alokasi produk untuk Kab Sukoharjo
Alokasi Gudang Subdistributor Boyolali ke Konsumen di Kab. Boyolali
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
teras banyudono Mojosongo ngemplak simo Boyolali cepogo ampel
Kecamatan
Ju
mla
h P
rod
uk (
bo
x)
amdk
biskuit
jelly
kacang
snack
susu
minyak
OBH
Gambar 5.7 Alokasi produk untuk Kab Boyolali
V-7
Alokasi Gudang Subdistributor Boyolali ke Konsumen di Kab. Klaten
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
cawas
dela
nggu
jatin
om
kara
ngano
m
klat
en u
tara
klat
en te
ngah
klat
en s
elat
an
peda
n
wed
i
won
osar
i
Kecamatan
Ju
mla
h P
rod
uk (
bo
x)
amdk
biskuit
jelly
kacang
snack
susu
minyak
obat
Gambar 5.8 Alokasi produk untuk Kab Klaten
Gambar 5.6-5.8 dapat diketahui alokasi produk yang dikirimkan dari
gudang subdistributor ke zona outlet. Gudang subdistributor Boyolali daerah
distribusi meliputi 3 wilayah yaitu Klaten, Boyoli dan Sukoharjo. Berdasarkan
grafik diatas dapat diketahui permintaan produk amdk paling besar berada di
kecamatan Klaten selatan sebesar 14.075 box dan permintaan plaing sedikit
berada di kecamatan Karanganom sebesar 1.543 box. Permintaan produk jenis
biskuit paling besar berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 29.644 box dan
paling sedikit berada di kecamatan Karanganom sebesar 1.259 box. Permintaan
produk jenis jelly paling besar berada di kecamatan Boyolali sebesar 24.116 box,
sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Jatinom 2.111 box.
Permintaan produk jenis kacang paling banyak berada di kecamatan Klaten
selatan sebesar 22.964 box, sedangkan permintaan paling sedikit berada di
kecamatan Karanganom sebesar 831 box. Permintaan paling banyak untuk jenis
produk snack berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 18.407 box, sedangkan
permintaan paling sedikit berada di kecamatan Weru 1.160 box. Permintaan
paling besar untuk produk jenis susu berada di kecamatan Klaten selatan sebesar
92 box sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Weru dan
Karanganom sebesar 6 box. Permintaan paling banyak untuk produk jenis minyak
berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 1.362 box sedangkan permintaan
paling sedikit berada di kecamatan Banyudono sebesar 63 box. Produk jenis obat
V-8
paling banyak permintaanya berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 72 box
sedangkan paling sedikit berada di kecamatan Weru sebesar 5 box.
Alokasi produk dari gudang subdistributor Surakarta ke zona outlet dapat
dilihat pada gambar 5.9 berikut ini.
Alokasi Produk dari Subdistributor Surakarta ke Kod Surakarta dan Kab
Sukoharjo
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
ngem
plak
colom
adu
gond
angr
ejo
sere
ngan
lawey
an
pasa
r kliw
on
banj
arsa
ri
kalija
mbe
grog
olba
ki
jebr
es
Zona Konsumen
Ju
mla
h P
rod
uk
amdk
Biskuit
Jelly
Kacang
Snack
Susu
Minyak
OBH
Gambar 5.9 Alokasi produk untuk Kodya. Surakarta dan Kab. Sukoharjo
Gambar 5.9 menggambarkan tentang jumlah alokasi produk ke zona outlet
yang tersebar di 2 wilyah yaitu Kodya. Surakarta dan Kab Sukoharjo. Kecamatan
Jebres memiliki permintaan paling banyak untuk produk jenis amdk sebesar
40.808 box, sedangkan kecamatan Gondangrejo merupakan wilayah yang paling
sedikit permintannya sebesar 507 box. Permintaan produk jenis biskuit paling
besar berada di kecamatan Banjarsari sebesar 49.967 box sedangkan permintaan
paling sedikit berada di kecamatan Gondangrejo. Permintaan produk jenis jelly
paling banyak berada di kecamatan Banjarsari sebesar 48.669 box sedangkan
permintaan paling sedikit berada di kecamatan Gondangrejo sebesar 711 box.
Permintaan di kecamatan Banjarsari akan produk jenis kacang adalah yang paling
besar dibandingkan wilayah lain sebesar 41.376 box, sedangkan kecamatan
Gondangrejo memiliki permintaan paling sedikit sebesar 271 box. Untuk produk
jenis snack kecamatan yang mempunyai permintaan paling banyak adalah
Banjarsari sebesar 41.718 box, sedangkan paling sedikit berada di kecamatan
Goandangrejo sebesar 380 box. Permintaan produk jenis susu paling banyak
berada di kecamatan Banjasari sebesar 188 box dan paling sedkit berada di
V-9
kecamatan Gondang rejo sebesar 2 box. Permintaan produk jenis minyak paling
banyak berada di kecamatan Banjarsari sebesar 2.772 box, sedangkan permintaan
paling sedikit berada di kecamatan Gondangrejo sebesar 29 box. Kecamatan
Banjarsari memiliki permintaan paling besar akan produk jenis obat sebesar 145
box, sedangkan permintaan paling kecil berada di kecamatan Gondangrejo sebesar
2 box.
5.3 Interpretasi Hasil Penentuan Biaya–Biaya
Penentuan biaya yang dilakukan dalam perencanaan pendistribusian ini
meliputi penentuan biaya variabel distribusi produk dari gudang subdistributor ke
zona outlet, biaya transportasi produk dari gudang PT. SNS ke gudang
subdistributor dan biaya tetap subdistributor. Biaya – biaya tersebut digunakan
sebagai input dalam perancangan model mixed integer linear programming yaitu
sebagai parameter dalam fungsi tujuan yang akan diminimasi.
Biaya variable adalah biaya yang timbul akibat adanya aktivitas proses
distribusi produk dari gudang subdistributor ke zona outlet. Biaya ini akan
berubah menjadi besar atau kcil dipengaruhi oleh besarnya kecilnya permintaan
akan produk. Perhitungan biaya ini melibatkan beberapa komponen yaitu biaya
bahan bakar dan biaya perawatan. Berdasrakan hasil perhitungan diperoleh biaya
pengiriman sebesar Rp. 7,032 per km/box.
Biaya transportasi adalah biaya yang timbul akibat adanya aktivitas proses
distribusi produk dari gudang sns ke gudang subdistributor. Biaya ini akan
berubah menjadi besar atau kecil dipengaruhi oleh besarnya kecilnya permintaa
akan produk. Perhitungan biaya ini melibatkan beberapa komponen yaitu biaya
bahan bakar dan biaya perawatan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh biaya
pengiriman sebesar Rp. 7,201 per km/box.
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap tidak terpengaruh dengan besar
kecilnya permintaan. Biaya tetap disini dihitung pada gudang subdistributor yang
akan dibuka. Komponen biya tetap disni terdiri dari biaya upah tenaga kerja, biaya
perawatan gudang, biaya penggunaan listrik dan pajak bumi dan bangunan.
Berdasarkan perhitungan didapatkan total biaya tetap adalah Rp. 8.985.833,- per
bulan sehingga selama 1 tahun didapatkan Rp. 107.829.999,96 per tahun.
V-10
5.4 Analisis Perbaikan Terukur (Biaya minimal)
Analisis perbaikan terukur berupa total biaya yang lebih kecil dilakukan
dengan membandingkan total biaya dengan menerapakan solusi pembukaan
gudang subdistributor yang berdaasrkan jarak dan biaya transportasi hasil model
mixed integer linear programming dengan total biaya yang dikeluarkan
perusahaan dengan system yang ada saat ini.
Total biaya distribusi aktual selama bulan Agustus 2008 sampai juli 2009
yang meliputi biaya bahan bakar, gaji tenaga kerja dan biaya perawatan dapat
dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2 Data aktual biaya distribusi bulan Agustus 2008 – Juli 2009
Bulan Biaya Distribusi
Agustus '08 67.268.572
September '08 62.780.612
Oktober '08 62.958.161
November '08 64.617.291
Desember '08 65.116.086
Januari '09 65.220.872
Februari '09 62.202.610
Maret '09 65.192.248
April '09 61.201.098
Mei '09 64.660.600
Juni '09 62.589.675
Juli '09 63.962.875
Rekapitulasi pada tabel 5.2 di atas dapat dihitung total biaya distribusi
yang dikeluarkan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta
selama bulan Agustus 2008–Juli 2009 adalah sebesar Rp767.770.700,-.
Sedangkan dengan menerapkan model Mixed Integer Linear Programming
didapatan total biaya distribusi adalah sebesar Rp. 623. 191. 041,- sehingga dapat
dihitung penghematan biaya setelah menggunakan model Mixed Integer Linear
Programming.
Penghematan biaya = Rp767.770.700,- - Rp. 620.417.664,-
= Rp. 147.353.036,-
Dari perhitungan di atas terbukti bahwa dengan menggunakan model
mixed integer linear programming biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi
lebih kecil dari pada sebelumnya yaitu sebesar Rp. 623. 191. 041,- sehingga
perusahaan dapat menghemat Rp. 147.353.036,-.
V-11
5.5 Analisis Investasi untuk Masing–masing Gudang Subdistributor
Analisis investasi dilakukan untuik mengetahui apakah investasi dalam
pembukaan gudang subdistriburot ini layak untuk dilakukan bagi pijak ketiga dan
untuk mengetahui berapa lama investasi ini bisa kembali.
Analisis investasi dilakukan dengan menggunakan perhitungan NPV.
Investasi dianggap layak jika nilai NPV > 0 atau bernilai positif. Dalam
perhitungan NPV, dibutuhkan beberapa input data yaitu total omset per tahun
(Bt), pengeluaran yang dikeluarkan oleh gudang subdistributor per tahun (Ct),
total investasi awal (C0), dan tingkat suku bunga pinjaman bank (i). Berikut ini
adalah rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV:
NPVi = tttt CPFBPF (5.1)
Keterangan:
PFt : Faktor koreksi pengaruh terhadap nilai uang pada periode ke t dengan
interest rate i per tahun yang didapatkan dari rumus (1 + i)-t.
i : Suku bunga bank
Bt : Penerimaan total dari proyek industri
Ct : Biaya total yang dikeluarkan dari proyek industri
C0 : Biaya investasi awal.
Yang termasuk dalam pengeluaran per tahun (Ct) adalah total biaya
transportasi per tahun, biaya tetap per tahun, dan biaya depresiasi truk per tahun.
Diasumsikan tingkat inflasi pada tahun kedua adalah 7% sehingga total
pengeluaran pada tahun ke-2 akan meningkat sebanyak 7% dari tahun pertama.
Sedangkan pada tahun ke-3 dan tahun-tahun berikutnya diasumsikan tingkat
inflasi turun menjadi 5% sehingga total pengeluaran akan meningkat sebanyak 5%
dari total pengeluaran pada tahun sebelumnya. Analisis investasi disini dilakukan
pada gudang-gudang subdistributor yang dibuka yaitu gudang subdistributor
Boyolali, gudang subdistributor Surakarta dan gudang subdistributor
Karanganyar.
Berdasarkan ketentuan dari PT. Sinar Niaga Sejahtera, untuk membuka
gudang subdistributor Karanganyar dibutuhkan jaminan yang bernilai
Rp. 350.000.000,00; 3 buah truk engkel dengan harga masing-masing adalah Rp.
V-12
170.000.000,00; dan kebutuhan lainnya seperti komputer dan peralatan lainnya
yang berjumlah Rp. 20.000.000,00. Sehingga total investasi awal adalah sebesar
Rp. 880.000.000,00. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan asumsi tingkat
suku bunga bank (i) adalah 13%, didapatkan hasil NPV untuk gudang
subdistributor Karanganyar yang dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:
Tabel 5.3 Net Present Value Gudang Subdistributor Karanganyar
Tahun PFt Ct Bt PFt.Ct PFt.Bt NPV
0 1,0000 880.000.000 0 880.000.000 0 -880.000.000
1 0,8850 286.674.416 627.713.551 253.694.173 555.498.718 301.804.545
2 0,7831 273.520.170 426.043.878 214.206.414 333.654.850 119.448.436
3 0,6931 287.196.178 517.129.121 199.041.358 358.396.421 159.355.063
4 0,6133 301.555.987 604.394.661 184.949.934 370.686.564 185.736.630
5 0,5428 316.633.787 703.942.016 171.856.134 382.071.524 210.215.390
96.560.064∑NPV
Hasil perhitungan pada tabel 5.3 didapatkan nilai NPV > 0 yaitu sebesar
Rp. 96.560.064,00 sehingga dapat dikatakan bahwa pembukaan gudang
subdistributor Karanganyar layak untuk investasi.
Berdasarkan ketentuan dari PT. Sinar Niaga Sejahtera, untuk membuka
gudang subdistributor Surakarta dibutuhkan jaminan yang bernilai
Rp. 400.000.000,00; 3 buah truk engkel dengan harga masing-masing adalah Rp.
170.000.000,00; dan kebutuhan lainnya seperti komputer dan peralatan lainnya
yang berjumlah Rp. 20.000.000,00 sehingga total investasi awal adalah sebesar
Rp. 930.000.000,00. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan asumsi tingkat
suku bunga bank (i) adalah 13%, didapatkan hasil NPV untuk gudang
Subdistributor Surakarta yang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4 Net Present Value Gudang Subdistributor Surakarta
Tahun PFt Ct Bt PFt.Ct PFt.Bt NPV
0 1.0000 930,000,000 0 930,000,000 0 -930,000,000
1 0.8850 243,113,643 707,847,196 215,144,817 626,413,448 411,268,631
2 0.7831 260,131,598 705,176,075 203,721,198 552,256,304 348,535,106
3 0.6931 273,138,178 694,892,257 189,298,458 481,595,191 292,296,733
4 0.6133 286,795,086 693,276,228 175,896,798 425,199,294 249,302,497
5 0.5428 301,134,841 703,942,016 163,443,927 382,071,524 218,627,597
590,030,564∑NPV
Hasil perhitungan pada tabel 5.4 didapatkan nilai NPV > 0 yaitu sebesar
Rp. 590.030.564,00 sehingga dapat dikatakan bahwa pembukaan gudang
subdistributor Surakarta layak untuk investasi.
V-13
Berdasarkan ketentuan dari PT. Sinar Niaga Sejahtera, untuk membuka
gudang subdistributor Boyolali dibutuhkan jaminan yang bernilai
Rp. 300.000.000,00; 3 buah truk engkel dengan harga masing-masing adalah Rp.
170.000.000,00; dan kebutuhan lainnya seperti komputer dan peralatan lainnya
yang berjumlah Rp. 20.000.000,00. Sehingga total investasi awal adalah sebesar
Rp. 830.000.000,00. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan asumsi tingkat
suku bunga bank (i) adalah 13%, didapatkan hasil NPV untuk gudang
Subdistributor Boyolali yang dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5 Net Present Value Gudang Subdistributor Boyolali
Tahun PFt Ct Bt PFt.Ct PFt.Bt NPV
0 1.0000 830,000,000 0 830,000,000 0 -830,000,000
1 0.8850 176,902,723 404,007,126 156,551,082 449,002,952 493,903,248
2 0.7831 189,285,913 462,184,152 148,238,635 361,957,986 213,719,351
3 0.6931 198,750,209 547,510,457 137,743,864 379,452,211 241,708,347
4 0.6133 208,687,719 602,261,503 127,992,086 369,378,259 241,386,172
360,717,117∑NPV
Hasil perhitungan pada tabel 5.5 didapatkan nilai NPV > 0 yaitu sebesar
Rp. 360.717.117,00 sehingga dapat dikatakan bahwa pembukaan gudang
subdistributor Boyolali layak untuk investasi.
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan dan dapat dilihat apakah kesimpulan tersebut sudah menjawab tujuan
penelitian atau belum serta saran-saran perbaikan.
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Sinar Niaga Sejahtera
Distributor Wilayah Surakarta serta pengumpulan dan pengolahan data yang
dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembukaan gudang subdistributor yang akan dibuka di wilayah Karesidenan
Surakarta dengan metode mixed integer linear programming didapatkan 3
lokasi yaitu Kabupaten Boyolali melayani 21 kecamatan, Kabupaten
Karanganyar melayani 34 kecamatan dan Kotamadya Surakarta melayani 11
kecamatan.
2. Alokasi produk untuk gudang subdistributor Surakarta sebesar 721.489 box,
subdistributor Karanganyar sebesar 629.942 box dan Subdistributor Boyolali
sebesar 477.627 box.
3. Biaya distribusi yang harus dikeluarkan PT Sinar Niaga Sejahtera Wilayah
Karesidenan Surakarta pada tahun 2008-2009 berdasarkan hasil model mixed
integer linear programming yaitu Rp. 620.417.664,- sehingga perusahaan
dapat menghemat biaya sebesar Rp. 147.353.036,- atau sekitar 20 %.
6.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Sinar Niaga Sejahtera
Distributor Wilayah Surakarta, pengumpulan dan pengolahan data serta
kesimpulan yang ditarik, maka berikut ini adalah saran-saran penulis demi
tercapainya perbaikan :
1. PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta dapat mengubah
sistem distribusi dengan cara membuka gudang-gudang di berbagai wilayah
VI-2
yang telah ditentukan dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang
timbul akibat proses distribusi.
2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan rute untuk pengiriman
produk ke outlet dan rute kunjungan salesman untuk mengambil order ke
outlet-outlet.
3. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan model dengan
mempertimbangkan distributor dapat mengirim produk ke outlet.
DAFTAR PUSTAKA
Ballou, R. H. 1998. Bussiness Logistic Management. New Jersey: Prentice-Hall.
Bowersox, D. J. dan Closs, D. J. 1996. Logistical Management, The Integrated
Supply Chain Process. New York: Mc Graw-Hill Inc.
Chopra, S. dan Meindl, P. 2004. Supply Chain Management: Strategy, Planning
and Operation. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Gasperz, V. 2002. Production and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan
Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Lieberman, G. J dan Hillier, F. S. 1994. Pengantar Riset Operasi. Edisi 5,
Terjemahan: Ellen Gunawan dan Ardi Wirda Mulia. Jakarta: Erlangga.
Makridakis, S., Wheelright, S. C. dan McGee, V. E. 1992. Metode dan Aplikasi
Peramalan Ed 2 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Murthy, D. N. P, Page, N. W., dan Rodin, E. Y. 1990. Mathematical Modelling,
A Tool for Problem Solving in Engineering, Physical, Biological and Social
Sciences. Oxford: Pergamon.
Pirkul, H. dan Jayaraman, V. 1997. A Multi Comodity, Multi Plant, Capacitated
Facility Location Problem: Formulation and Efficient Heuristic Solution.
Computer and Operation Research, Vol 25, No.10.
PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009. Company Profile PT. Sinar Niaga Sejahtera
Pujawan, I. N. 2005. Supply Chain Management, Edisi. 1. Surabaya: Guna Widya.
Rardin, R. L. 1998. Optimization in Operations Research. New Jersey: Prentice-
Hall.
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., Simchi-Levi, E. 2003. Designing and Managing
the Supply Chain. Boston: McGraw-Hill.
Simatupang, T.M. 1995. Pemodelan Sisten. Klaten: Nindita.
Zabidi. Y. 2001. Supply Chain Management : Teknik terbaru dalam Mengelola
Aliran Material Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan.
Usahawan, TH. XXX, No. 2, pp.3-7