48
61 BAB III HASIL PENELITIAN DESKRIPSI DATA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG HIDUP LEBIH LAMA DARI PROGNOSIS MEDIS. Bab ini dimulai dengan deskripsi temuan di lapangan, berupa hasil wawancara langsung dan observasi partisipatif. Deskripsi bertujuan untuk menjelaskan dan memaparkan data sedemikian rupa sehingga mudah dipahami. Sesuai dengan sampel yang telah dipaparkan dalam Bab I, penulis membatasi diri dengan hanya meneliti 6 (enam) subjek pasien gagal ginjal kronik. Subjek adalah laki-laki dan perempuan dengan latar belakang yang berbeda, yang telah melakukan hemodialisa empat tahun ke atas. Untuk memberikan data subjek, penulis dalam hal ini memakai nama samaran sesuai dengan kode etik pelayanan pastoral dan identitas lengkap subjek ada pada data penulis. 3.1. SEKILAS TENTANG RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL, Ny.R.A. HABIBIE BANDUNG. Rumah Sakit Khusus Gagal Ginjal, Ny. R. A. Habibie-Bandung terletak di jalan Tubagus Ismail no. 46 B. Rumah Sakit ini berdiri pada tanggal 8 Agustus 1988. Ketua Yayasan adalah Ny. Sri Sudarsono Habibie. Pendiri Rumah Sakit Khusus Ginjal ini adalah Prof. dr. Rully Roesli SpPD-KGH.

Penemuan Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang ......Penyakit gagal ginjal kronik yang saya alami merupakan ujian dari Allah, supaya saya dapat mengubah pola hidup dan menghargai

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 61

    BAB III

    HASIL PENELITIAN

    DESKRIPSI DATA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG

    HIDUP LEBIH LAMA DARI PROGNOSIS MEDIS.

    Bab ini dimulai dengan deskripsi temuan di lapangan, berupa hasil

    wawancara langsung dan observasi partisipatif. Deskripsi bertujuan untuk

    menjelaskan dan memaparkan data sedemikian rupa sehingga mudah dipahami.

    Sesuai dengan sampel yang telah dipaparkan dalam Bab I, penulis membatasi diri

    dengan hanya meneliti 6 (enam) subjek pasien gagal ginjal kronik. Subjek adalah

    laki-laki dan perempuan dengan latar belakang yang berbeda, yang telah

    melakukan hemodialisa empat tahun ke atas. Untuk memberikan data subjek,

    penulis dalam hal ini memakai nama samaran sesuai dengan kode etik pelayanan

    pastoral dan identitas lengkap subjek ada pada data penulis.

    3.1. SEKILAS TENTANG RUMAH SAKIT KHUSUS GINJAL, Ny.R.A.

    HABIBIE BANDUNG.

    Rumah Sakit Khusus Gagal Ginjal, Ny. R. A. Habibie-Bandung terletak di

    jalan Tubagus Ismail no. 46 B. Rumah Sakit ini berdiri pada tanggal 8 Agustus

    1988. Ketua Yayasan adalah Ny. Sri Sudarsono Habibie. Pendiri Rumah Sakit

    Khusus Ginjal ini adalah Prof. dr. Rully Roesli SpPD-KGH.

  • 62

    Motto Rumah Sakit ini adalah “Feeling at Home.” Pelayanan yang di

    laksanakan adalah hemodialisa pada penderita gagal ginjal kronik, rawat inap

    pada penderita yang melaksanakan Hemodialisa, Poly Umum, Poly Spesialis Gigi.

    Jumlah pasien yang cuci darah setiap hari rata-rata 60 orang. Rumah Sakit

    ini juga melayani Askes dan jaminan kesehatan warga miskin. Hemodialisa

    dilaksanakan 2-3 kali dalam satu minggu yaitu pada hari Selasa dan Kamis.

    Dalam satu hari waktu yang dijadwalkan untuk hemodialisa (cuci darah) ada 2

    (dua) jadwal, yaitu jadwal pagi yang dimulai pada pukul 07.00-11.00 Wib dan

    jadwal siang dimulai pukul 11.00-16.00 Wib. Lama waktu dalam menjalani

    hemodialisa (cuci darah) 5 (lima) jam.

    Rumah Sakit ini memiliki 80 buah mesin hemodialisa (cuci darah). Pasien

    yang cuci darah di Rumah Sakit ini tidak hanya dari Bandung atau Jawa Barat,

    tetapi juga dari propinsi lain, seperti Sumatera Utara dan Riau.

    3.2. PENEMUAN MAKNA HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL YANG

    HIDUP LEBIH LAMA DARI PROGNOSIS DOKTER.

    3.2.1. Kebebasan Berkehendak (The Freedom of Will).

    Kebebasan berkehendak adalah merupakan karakteristik unik dari

    keberadaan dan pengalaman eksistensial manusia. Kebebasan yang dimaksudkan

    bukan “bebas dari apa” tetapi “bebas untuk apa”. Kebebasan manusia adalah

    kebebasan yang terbatas. Manusia tidaklah bebas dari kondisi-kondisi biologis,

    psikologis, dan sosiologis akan tetapi manusia berkebebasan untuk mengambil

  • 63

    sikap terhadap kondisi-kondisi tersebut. Manusia tidak dapat bebas dari keadaan

    tetapi bebas mengambil sikap terhadap keadaan.

    Subjek G mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Bebas melaksanakan

    kehendak untuk beraktivitas, namun kebebasan itu dibatasi karena tergantung

    dengan mesin pencuci darah. Demikian juga dalam hal makanan mempunyai

    kebebasan untuk makan dan minum namun kebebasan itu dibatasi oleh ukuran

    yang telah ditentukan para medis. Namun dalam hal memahami penderitaan

    penyakit gagal ginjal kronik yang sedang dialami, subjek G memiliki kebebasan

    berkehendak untuk bersikap. Sebelumnya subjek G tidak dapat menerima

    keadaannya sebagai seorang penderita gagal ginjal kronik, hal itu dirasakan

    bagaikan disambar petir di siang bolong, namun dua tahun kemudian subjek G

    dapat menerima keadaannya.

    Sebelum menderita gagal ginjal kronik, Subjek G pernah menderita

    gangguan di kepala karena mengalami kecelakan. Dalam proses pengobatan

    penyakit tersebut subjek G terlalu banyak makan dan minum obat-obatan. Selain

    obat-obatan tersebut subjek G juga tidak menjaga pola makan yang sehat. Obat-

    obatan dan pola makan yang tidak sehat akhirnya berdampak negatif terhadap

    kesehatan tubuh subjek G.

    Menurut subjek G, penyakit gagal ginjal kronik adalah ujian dari Tuhan.

    Alasan subjek G mengatakan hal tersebut karena subjek G belum memberikan

    segala kemampuan (talenta) yang dimiliki selama ini kepada jemaat yang dia

    layani. Demikian penuturan subjek G: Saya tetap bekerja, melayani, pergi ke

    Siantar untuk memeriksa keuangan gereja walaupun saya sudah menderita gagal

    ginjal. Namun saya tidak dapat berlama-lama di satu tempat karena tergantung

  • 64

    kepada mesin pencuci darah. Makanan dan minuman bebas tetapi dibatasi

    ukurannya sesuai aturan medis. Penyakit gagal ginjal ini merupakan ujian dari

    Tuhan, karena selama ini saya belum menyampaikan semua parbinotoakku tu ruas

    (kemampuan/talenta kepada jemaat). Karena itu Tuhan menguji saya sekarang.

    Maka dengan demikian kesempatan ini saya akan pakai untuk melayani lebih baik

    dari sebelumnya.1

    Subjek T, mempunyai kekebasan berkehendak untuk melakukan apa yang

    dia kehendaki, namun kebebasan itu dibatasi karena tergantung dengan mesin

    pencuci darah. Demikian juga makanan dan minuman mempunyai kebebasan

    untuk memakan dan meminumnya namun kebebasan itu dibatasi sesuai dengan

    aturan diet kesehatan pada penderita gagal ginjal kronik. Namun dalam hal

    bersikap terhadap penderitaan yang dia alami subjek T mempunyai kebebasan

    berkehendak untuk mengambil sikap terhadap keadaannya sebagai penderita gagal

    ginjal selama 5 (lima) tahun dan cuci darah selama 5 (lima) tahun. Menurut subjek

    T sakit ginjal kronik merupakan ujian dari Allah.

    Memang pada awalnya subjek T, tidak dapat menerima keadaannya

    sebagai penderita gagal ginjal kronik. Subjek T kabur karena kurang pengetahuan

    dan pemahaman tentang cuci darah. Subjek T memahami bahwa cuci darah itu

    berarti dimasukkan ke dalam mesin, namun setelah mendapat penjelasan dari

    dokter akhirnya subjek T bersedia cuci darah dan ikhlas menerima keadaannya.

    Sebelum mengalami gagal ginjal kronik subjek T mempunyai kebiasaan buruk

    seperti kurang tidur, banyak merokok, minum kopi, dan teh botol. Demikian

    penuturan subjek T: Saya tetap bekerja, mengajar anak TK namun tidak dapat

    1 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung

  • 65

    mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat karena daya tahan tubuh saya menurun.

    Penyakit gagal ginjal kronik yang saya alami merupakan ujian dari Allah, supaya

    saya dapat mengubah pola hidup dan menghargai kesehatan.2

    Subjek U, mempunyai kebebasan untuk berkehendak dalam melaksanakan

    aktivitasnya.Demikian juga dalam hal makanan dan minuman, Subjek U

    mempunyai kebebasan untuk makan dan minum sesuai dengan ukuran yang telah

    ditetapkan medis, namun dalam hal bersikap terhadap penderitaan penyakit gagal

    ginjal kronik subjek U mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Penyakit gagal

    ginjal kronik merupakan peringatan dan ultimatum dari Tuhan supaya dia

    bertobat.

    Pada awalnya subjek U, tidak dapat menerima keadaannya sebagai

    penderita gagal ginjal kronik, namun seiring berjalannya waktu subjek U dapat

    menerima keadaannya setelah menjalani cuci darah 2 (dua) tahun. Sebelum

    menderita gagal ginjal kronik, subjek U mempunyai kebiasaan buruk seperti

    sering keluar malam dan pulang subuh, banyak minum alkohol dan pola makan

    yang tidak sehat. Demikian penuturan subjek U: Saya tetap bekerja seperti

    biasanya namun saya memakai jaket supaya benjolan di tangan bekas suntikan

    tidak kelihatan. Saya bebas makan dan minum namun dibatasi sesuai dengan

    ukuran yang telah ditentukan medis. Penyakit gagal ginjal ini karena perbuatan

    saya maka penderitaan ini merupakan peringatan dan lebih jelasnya ultimatum

    dari Allah supaya saya dapat bertobat dari sikap negatip kepada yang positif.3

    2 Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 3 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 66

    Subjek C, mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Bebas melakukan

    aktivitas namun tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat. Demikian

    juga makanan dan minuman, subjek C mempunyai kebebasan untuk makan dan

    minum sesuai ukuran yang telah ditetapkan medis. Dalam hal memahami

    penderitaannya Subjek C mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Menurut

    subjek C penyakit gagal ginjal kronik merupakan takdir dari Allah. Pada awalnya

    subjek C, tidak dapat menerima keadaannya sebagai penderita gagal ginjal kronik,

    akhirnya subjek C down. Namun seiring berjalannya waktu, dua tahun kemudian

    sunjek C dapat menerima keadaannya, karena melihat teman-teman yang lebih

    muda dari subjek C menjalani cuci darah, hal ini turut memotivasi untuk cepat

    menerima keadaannya.

    Sebelum mengalami gagal ginjal, subjek C mempunyai kebiasaan buruk

    seperti kurang tidur yang mengakibatkan pusing dan hipertensi. Demikian

    penuturan subjek C: Saya bebas melakukan aktivitas tetapi tidak sebebas

    sebelumnya karena tergantung pada mesin pencuci darah. Saya bebas makan dan

    minum tetapi dibatasi ukurannya sesuai dengan aturan medis. Pada awalnya saya

    mengalami hipertensi, mual-mual seperti sakit maag. Dokter mendiagnosa saya

    sakit jantung, dan gejala-gejala tadi terus tidak berhenti akhirnya saya bolak balik

    masuk Rumah Sakit. Kemudian pindah ke dokter yang lain akhirnya ditemukan

    bahwa saya bukan menderita penyakit maag dan jantung tetapi gagal ginjal

    kronik. Hal ini membuat saya shock dan down karena tidak dapat menerima vonis

    dokter tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu 2 (dua) tahun kemudian saya

  • 67

    dapat menerima dan penyakit ini adalah takdir dari Allah, karena itu saya jalani

    saja hidup ini.4

    Subjek S, mempunyai kebebasan untuk melakukan aktivitas namun tidak

    sebebas yang sebelumnya karena tergantung dengan mesin pencuci darah. Dalam

    hal menyikapi keadaannya subjek S mempunyai kebebasan untuk

    berkehendak.Subjek S memahami penyakit gagal ginjal kronik merupakan cobaan

    dari Allah. Subjek S, mengalami gagal ginjal sejak berumur 14 tahun, karena pola

    hidup yang tidak sehat, makan mie instan 1 (satu) dooze dalam 2 (dua) hari dan

    terlalu banyak minum teh botol. Subjek S telah menjalani cuci darah selama 12

    tahun 6 bulan. Demikian penuturan subjek S: Saya tetap bekerja, mau pergi ya

    pergi saja. Saatnya cuci darah saya pergi ke rumah sakit sendirian tanpa orang

    lain. Sudah saja penyakit gagal ginjal ini cobaan dari Allah, kalau Allah kasih

    cobaan pasti Allah juga kasih jalan keluar. Tidak perlu terlalu dipikikan, karena

    dipikirkan atau tidak dipikirkan toh tetap sakit, karena itu masa lalu tidak perlu

    disesali yang penting yang keadaan sekarang, jalani saja hidup ini dengan

    semangat.5

    Subjek H, memiliki kebebasan untuk berkehendak seperti subjek lainnya.

    Bebas beraktivitas namun tidak sebebas sebelumnya karena tergantung dengan

    mesin pencuci darah. Dalam hal mengambil sikap terhadap keadaannnya, subjek

    H mempunyai kebebasan untuk berkehendak. Menurut Subjek H, penyakit gagal

    ginjal kronik merupakan cambuk dari Allah. Subjek H telah mengalami gagal

    ginjal 6 (enam) tahun dan menjalani cuci darah 6 (enam) tahun. Subjek H berbeda

    4 Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 5 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00. Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 68

    dengan subjek yang lain karena dia dapat menerima langsung keadaan nya, dia

    menyadari semua itu terjadi akibat dari perbuatannya yang buruk (keluar malam

    kurang tidur, pulang subuh, memakai narkoba, bermain perempuan, pola makan

    yang tidak sehat, tidak pernah sholat bahkan melecehkan orang-orang yang pergi

    sholat).

    Demikian subjek H menuturkannya: sebelumnya hidupku terlalu capek,

    sering keluar malam bersama teman sekampus akibatnya saya kurang tidur. Play

    boy, dan memakai narkoba, pola makan yang tidak sehat. Makanan dan minuman

    yang saya senangi adalah nasi goreng dan botol. Hal ini membuat saya sering

    pusing, mual, lemas, dan sakit. Akhirnya saya pergi ke Rumah Sakit untuk cek up

    untuk mengetahui apa penyakit saya. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan saya

    menderita gagal ginjal kronik dan harus cuci darah. Pada awalnya saya berpikir

    cuci darah hanya satu kali atau dua kali. Untuk mengetahui kebenarannya saya

    kemudian informasi di internet, dan ternyata cuci darah itu seumur hidup. Saya

    kaget namun semua itu saya jalani karena saya sadar itu akibat perbuatan saya,

    tidak mungkin jagung yang di tanam lalu padi yang dituai. Maka saya pahami

    gagal ginjal ini sebagai cambuk dari Allah, supaya saya bertobat dan

    menghentikan segala yang jahat. Walaupun sudah gagal ginjal saya masih tetap

    pergi kemana saya suka hanya tidak bisa jauh-jauh karena tergantung dengan

    mesin pencuci darah. Demikian makanan dan minuman saya bebas memakannya

    tetapi ukurannya telah ditentukan oleh medis.6

    6 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul, 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 69

    3.2.2. Kehendak Untuk Bermakna (The Will to Meaning).

    Setiap manusia menginginkan dirinya untuk menjadi manusia yang

    bermartabat dan berguna untuk dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat

    sekitar, dan berharga di mata Tuhan. Keinginan untuk hidup bermakna merupakan

    motivasi utama manusia. Makna dalam diri manusia merupakan kekuatan dan

    motivasi dalam diri manusia.

    Subjek G mempunyai kehendak untuk bermakna dalam hidupnya

    walaupun menderita penyakit gagal ginjal kronik. Subjek G, berkehendak

    bermakna untuk gereja. Hal ini dia buktikan lewat semangat yang luar biasa untuk

    melakukan tugas di kebaktian minggu, persekutuan rumah tangga, aktif dalam

    pelayanan rutin gereja (rapat jemaat, sinode, pemeriksaan keuangan, dll.). Bahkan

    masih ikut serta menjadi calon ketua jemaat (guru huria) ketika ada periode

    pemilihan ketua jemaat. Demikian Subjek G menuturkannya: Selama ini saya

    belum menyampaikan semua parbinotoanku (kemampuan/talenta) yang saya

    miliki dalam pelayanan di gereja. Kesempatan yang diberikan Tuhan kepada saya

    sekarang, akan saya pergunakan untuk pelayanan di gereja. Setiap minggu saya

    masih aktif melayani seperti memimpin liturgi (liturgos), melaksanakan tugas

    kotbah sesuai jadwal, sermon rutin di gereja bahkan saya masih ikut pemeriksaan

    keuangan ke Sumatera Utara dalam rangka sidang Sinode Majelis se Indonesia.

    Saya tidak merasakan penyakit saya ketika melayani di gereja.7

    Subjek T, mempunyai kehendak untuk bermakna walaupun menderita

    penyakit gagal ginjal kronik selama 5 (lima) tahun dan melakukan cuci darah

    selama 5 (lima) tahun. Subjek T, berkehendak untuk bermakna untuk suami, anak,

    7 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 70

    dan orang lain. Demikian penuturan subjek T: Saya ingin bermakna bagi, suami

    dan anak-anak yang selalu mengatakan bahwa “mama harus sehat dan tetap

    semangat”. Saya juga mengajar TK, karena di sana saya enjoy, ada bawang putih

    bawang merah, asyik dan lucu-lucu. Saya juga ikut bermain, berlari dan senam

    dengan mereka. Saya lupa akan penyakitku jika bersama dengan mereka.8

    Subjek U, mempunyai kehendak untuk bermakna walaupun menderita

    gagal ginjal kronik. Subjek U telah mengalami gagal ginjal 4 (empat) tahun dan

    cuci darah selama 4 (empat) tahun. Subjek U berkehendak untuk bermakna

    kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Demikian penuturan subjek U: Saya

    ingin bermakna bagi orang tua dan saudara-saudara saya yang mencintai saya

    dengan tulus, mereka masih menerima keadaan saya walaupun sebelumnya saya

    telah menjauhi dan meninggalkan mereka. Ternyata selama ini saya salah

    memahami bahwa teman-teman hanya teman ketika senang saja,tetapi ketika saya

    sakit mereka menjauh.9

    Subjek C, memiliki kehendak untuk bermakna walaupun menderita gagal

    ginjal kronik selama 10 (sepuluh) tahun dan telah menjalani cuci darah 10

    (sepuluh) tahun. Subjek C ingin bermakna bagi isteri dan orang tuanya. Demikian

    penuturan subjek C: Saya tidak mau membebani keluarga dalam kondisi dan

    situasi saya seperti ini. Artinya saya harus semangat hidup dan menerima

    kenyataan ini. Saya pergi cuci darah sendiri dan kadang kami rombongan sesama

    penderita gagal ginjal kronik. Dengan demikian saya akan sehat maka isteri, orang

    tua, dan keluarga lainnya menjadi senang. Saya harus disiplin dalam hal makanan

    8 Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

    9 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 71

    dan minuman sesuai aturan medis supaya sehat. Saya juga memberi semangat dan

    dorongan kepada orang yang baru menjalani cuci darah khususnya yang masih

    muda. Saya selalu bilang, kalau yang tua saja mempunyai semangat dan masih

    dapat bekerja seperti biasanya apalagi kita yang masih muda, karena itu tetap

    semangat. 10

    Subjek S, memiliki kehendak untuk mbermakna walaupun menderita

    gagal ginjal kronik. Subjek S telah menderita gagal ginjal kronik selama 13 (tiga

    belas) tahun dan telah menjalani cuci darah 12 (dua belas) tahun 6 (enam) bulan.

    Subjek S berkehendak untuk bermakna untuk Allah. Demikian Subjek S

    menuturkan: Saya tidak mau menyusahi keluarga dan tergantung kepada orang

    lain. Saya semangat untuk hidup dan cuci darah sendiri dengan naik angkot ke

    walau Rumah Sakit itu sangat jauh. Saya ingin bermakna untuk Allah dengan

    berbuat amal kepada orang lain, sabar, sholat, dan baca Alquran setiap hari,

    artinya nantinya kalau saya mati saya masuk penghuni sorga.11

    Subjek H, mempunyai kehendak untuk bermakna walaupun menderita

    gagal ginjal kronik. Subjek H telah mengalami gagal ginjal kronik selama 5 (lima)

    tahun dan telah menjalani cuci darah selama 5 (lima) tahun. Subjek H ingin

    bermakna bagi orang tua dan saudaranya. Subjek H menyadari masa lalunya yang

    tidak baik. Subjek H sudah melakukan hubungan seksual dengan banyak

    perempuan.12

    Demikian penuturan subjek H: Ketika saya menyadari semua

    perbuatan saya sebelumnya, membohongi orang tua, memaksa minta uang, keluar

    malam setiap malam (begadang), bermain perempuan, memakai narkoba, tidak

    10

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 07.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    11 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    khusus Ginjal, Bandung. 12

    Wawancara dengan informan kunci, 16 April 2012, pukul 14.00, di Bandung.

  • 72

    pernah sholat, bolos kuliah, senang dengan dunia malam, saya ingin

    meninggalkan itu semua. Stop semua yang jahat. Saya ingin bermakna kepada

    orang tua dan saudara, dan keluarga yang tulus mencintai saya. Merekalah yang

    merawat dan mendoakan saya ketika saya seperti ini, bukan teman-teman

    sepermainanku. Mereka tetap mengasihi walau pun saya telah menyakiti mereka

    sebelumnya.13

    3.2.3. Makna Hidup (The Meaning of Life).

    Makna hidup selalu tersedia bagi semua orang. Hidup selalu mengandung

    makna dalam setiap situasi, dalam setiap ekspresi hidup, dalam tindakan bahkan

    dalam keputusasaan terhadap masa depan dan ancaman kematian sekali pun hidup

    tetap bermakna. Ungkapan-ungkapan seperti segala sesuatu ada hikmahnya,

    menunjukkan bahwa segala peristiwa berpotensi melahirkan makna bagi setiap

    orang. Makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri dan dapat ditemukan dalam

    setiap keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, keadaan bahagia

    dan penderitaan. Dengan demikian manusia (individu) memahami dan

    melaksanakan kehidupan bermakna melalui apa yang diberikan kepada hidup

    dengan memberikan nilai-nilai kreatif, melalui apa yang diambil dari hidup,

    menemukan keindahan, kebenaran maupun cinta, dengan memberikan nilai-nilai

    ekspresi dan melalui sikap yang kita berikan terhadap ketentuan mengikat yang

    tidak bisa diubah dengan memberikan nilai-nilai bersikap.

    Subjek G menemukan makna hidup dalam penderitaannya sebagai

    penderita gagal ginjal kronik yang hidup lebih lama dari prognosis medis. Gagal

    13

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 73

    ginjal kronik tidak menutup jalan bagi subjek G untuk menemukan makna

    hidupnya. Sebagaimana dikatakan Frankl bahwa dalam situasi menderita sekali

    pun makna hidup tetap dapat ditemukan. Subjek G menemukan makna hidupnya

    pada cucunya. Demikian subjek G menuturkannya: Makna hidupku sekarang ada

    pada cucu saya. Ketika saya melihatnya saya semangat dan dalam hatiku, saya

    lebih dahulu mempunyai cucu dan sudah di panggil oppung dibanding kawanku

    yang lebih tua dari saya. Mereka belum mempunyai cucu dan belum dipanggil

    oppung padahal jauh lebih tua dari saya. Kalau saya mati saya sudah dapat

    diadatkan. Itulah makna hidupku. Maka saya ingin melihat cucuku bertambah

    selama aku masih hidup. Saya senang sekali melihat cucuku, maka kalau cucuku

    datang saya selalu memangku dan menggendongnya.14

    Subjek T, menemukan makna hidup setelah hidup lebih lama dari

    prognosis medis. Penyakit yang dia derita tidak membuat subjek T mengalami

    kehampaan eksistensial dalam hidupnya. Subjek T menemukan makna hidupnya

    pada saat suami dan anak-anaknya semakin mencintai dan mengasihi dia.

    Demikian subjek T menuturkannya: Ketika saya mengalami penyakit gagal ginjal

    kronik, suamiku semakin sayang kepada saya. Dia setia mengantar ke Rumah

    Sakit 2 kali dalam seminggu selama 5 jam setiap cuci darah. Suami juga

    menunggu di Rumah Sakit sampai cuci darah selesai dan kami bersama-sama

    pulang ke rumah. Anak-anak juga semakin mencintai dan menyayangi saya.

    Mereka selalu mengatakan kepada saya: ”Ibu harus sehat dan tetap semangat”.15

    14

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    15 Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal Bandung.

  • 74

    Subjek U, menemukan makna hidup setelah hidup lebih lama dari

    prognosis medis. Penyakit gagal ginjal kronik tidak membuat subjek U

    mengalami kehampaan eksistensial. Subjek U menemukan makna hidupnya ketika

    dia merasakan kasih sayang yang tulus ikhlas dari orang tua dan saudara-

    saudaranya walaupun sebelumnya dia telah menyakiti dan menjauhi orang tua dan

    saudaranya. Demikian subjek U menuturkannya: Sebelumnya saya adalah orang

    yang tidak pernah mendengarkan orang tua. Saya tidak pernah pulang ke rumah

    tepat pada waktunya. Saya pulang ke rumah pada waktu dini hari. Saya hidup

    dalam dunia malam bersama dengan teman-teman dan juga pacar saya. Namun

    ketika saya jatuh sakit dan divonnis dokter gagal ginjal kronik, orang tua dan

    saudara tetap mengasihi dan memperdulikan saya. Sebelumnya mereka telah saya

    sakiti,tidak pernah mendengarkan dan menghiraukan nasihat mereka. Namun

    mereka masih menerima keadaanku seperti ini dan mengampuni saya. Saya

    menemukan makna hidup ketika orang tua dan saudara saya masih mengasihi dan

    menerima saya dengan tulus ikhlas.16

    Subjek C, menemukan makna hidup setelah hidup lebih lama dari

    prognosis medis. Penderitaaan tidak membuat subjek C mengalami kehampaan

    eksistensial. Subjek C telah menderita gagal ginjal kronik sejak umur 22 tahun.

    Subjek C menemukan makna hidupnya ketika isteri dan keluarga menopang dan

    mengasihinya. Demikian subjek C menuturkannya: Isteriku selalu mengasihi saya

    demikian juga keluarga. Isteriku selalu mendukung saya dan memberi semangat

    16

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 75

    walaupun saya sudah seperti ini. Kami belum mempunyai anak namun isteri tetap

    mengasihi saya.17

    Subjek S, menemukan makna hidupnya setelah hidup lebih lama dari

    prognosis medis. Sejak umur 14 tahun subjek S sudah menderita gagal ginjal

    kronik. Subjek S menemukan makna hidup di tempat dia bekerja. Menurut subjek

    S bahwa dokter pemilik klinik tempat dia bekerja sangat mengasihi dan

    memahami keadaannya dan memotivasi supaya tetap semangat hidup. Demikian

    subjek S menuturkannya: Saya sangat senang sekali, saat saya dikasihi dan

    dimengerti oleh dokter pemilik klinik tempat saya bekerja. Dokter selalu memberi

    ijin kepada saya untuk melakukan cuci darah ke Rumah Sakit. Saya tidak bekerja

    2 kali dalam seminggu karena menjalani rutinitas cuci darah. Dokter selalu

    memberi semangat kepadaku. Dia selalu memberi nasihat dan wejangan

    spiritualitas. Dokter bilang hanya 4 resep hidup, dan itu menjadi motto hidupku

    sekarang. 4 S, Semangat, Sholat, Sabar, Sehat. Membaca Alquran tiap hari dan

    artikan dalam hidup setiap hari. Dokter itu juga mengatakan bahwa kesehatan

    seseorang tidak ditentukan oleh dokter tetapi diri kita sendiri. Dokter juga

    manusia biasa. Apa pun kata dokter kalau kita sendiri tidak disiplin kita tidak bisa

    sehat. Jadi dokter yang sebenarnya adalah diri sendiri. Kasih sayang dokter

    membuat hidupku bermakna dan juga tidak terlepas dari keluarga dan saudara-

    saudara juga.18

    17

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    18 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00. Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 76

    Subjek H, yang mempunyai latar belakang hidup yang buruk, penuh dusta,

    kenajisan, tidak pernah sholat, dan pemakai narkoba. Menemukan makna

    hidupnya setelah hidup lebih lama dari prognosis medis. Makna hidup dia

    temukan saat orang tua dan sanak saudara masih menerima, mengasihi dan

    mendoakannya dengan tulus ikhlas.

    Subjek H menjadi motivator bagi teman-temannya untuk tetap semangat

    dalam menjalani hidup. Mereka mempunyai group di Face book sesama penderita

    gagal ginjal sebagai tempat sharing atau berbagi pengalaman hidup. Demikian

    subjek H menuturkannya: Wah…kalau aku ingat masa lalu saya, benar benar

    suram. Ketika saya masih SMA saya sudah sering membohongi orang tua dan

    memaksa orang tua untuk memberi uang supaya ada biaya untuk jalan-jalan

    bersama teman. Alasan saya untuk biaya sekolah dan membeli buku. Kalau saya

    pulang ke rumah hanya mengantar baju kotor dan meminta uang. Saya tidak

    menghiraukan apa yang dinasehatkan orang tua. Saya benar-benar bebas.

    Kenakalan saya itu juga terus berlanjut sampai saya kuliah. Saya tetap memaksa

    orang tua untuk memberi uang kepada saya dengan alasan biaya kuliah, padahal

    saya jalan-jalan bersama teman dan menikmati dunia malam. Saya mengkonsumsi

    narkoba, main perempuan, keluar setiap malam dan menikmati dunia malam.

    Makanan dan minuman paporitku adalah nasi goreng dan teh botol. Pokoknya

    makanan yang tidak sehat. Masa lalu saya benar-benar suram. Namun ketika saya

    sakit dan divonnis gagal ginjal kronik, saya dapat menerimanya, bukan seperti

    yang lain karena saya sadar semua itu akibat perbuatan saya. Tidak mungkin

    jagung yang ditanam malah padi yang tumbuh dan dituai. Awalnya saya tidak

    mengerti apa itu cuci darah, lalu saya mengambil inisiatif untuk mencari informasi

  • 77

    di internet. Saya temukan penjelasannya bahwa cuci darah itu seumur hidup.Saya

    dapat menerimanya. Dalam kondisi seperti ini saya menemukan makna hidupku.

    Saya bersyukur karena Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup,

    supaya saya dapat bertobat dan menghentikan segala yang jahat. Saya mohon

    ampun kepada Tuhan. Saya bersyukur karena masih makanan dan minuman yang

    dibatasi dari pada umur dibatasi. Saya bersyukur keluarga saya masih menerima

    dan mengasihi saya. Ketika saya sakit yang datang mendoakanku semua keluarga

    bukan teman-temanku. Sejak itu saya mulai sadar, dan menemukan makna hidup

    betapa luar biasanya kasih sayang orang tua, saudara dan keluarga semua. Saya

    sangat berharga dimata mereka.19

    3.2.3.1. Memaknai Penderitaan (Meaning in Suffering)

    Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, baik menyenangkan

    maupun tidak menyenangkan, dalam keadaan bahagia maupun derita, karena

    hidup manusia tidak selamanya menyenangkan. Penderitaan merupakan bagian

    integral dari kehidupan manusia, karena eksistensi manusia senantiasa berkisar

    antara senang dan susah, tertawa dan menangis, menderita dan bahagia. Dalam

    pemahaman Frankl bahwa makna hidup selalu ada dalam semua situasi, bahkan

    dalam kehidupan terburuk sekali pun. Menurut Frankl makna dalam sebuah

    penderitaan merupakan sebuah kekuatan utama dalam kehidupan manusia dalam

    menghadapi/menyikapi penderitaan, diperlukan satu sikap yang tepat. Suatu sikap

    nilai yang menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, keberanian, segala

    19

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 78

    bentuk penderitaan yang tidak mungkin dihindarkan lagi. Itu berarti jika kita tidak

    dapat merubah keadaan yang tragis yang kita hadapi, ubahlah sikap kita terhadap

    keadaan tersebut supaya tidak jatuh ke dalam keputusasaan.

    Subjek G, memaknai penderitaan sebagai ujian dari Tuhan. Dengan

    demikian dia dapat hidup lebih baik. Lebih baik melayani, pola makan, dan

    menjaga kesehatan. Demikian subjek G menuturkannya: Ketika saya sakit gagal

    ginjal kronik saya dapat menahan nafsu untuk tidak makan daging babi

    (mangorom mangallang jagal babi) dan lebih banyak makan vegetarian supaya

    tubuh sehat. Sekarang saya bertambah semangat untuk hidup dan lebih baik

    melayani di jemaat, karena masih banyak kemampuan/talenta yang belum saya

    sampaikan kepada jemaat selama ini. Saya bersyukur dan berterimakasih kepada

    Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup.20

    Subjek T, memaknai penderitaan setelah hidup lebih lama dari prognosis

    medis. Subjek T penderitaan yang dia alami membuat dia bertobat, dan

    mengubah, segala yang negatif ke positif. Sebelumnya subjek T tidak perduli

    kepada semua orang, tetapi setelah menderita gagal ginjal kronik berubah

    menjadi orang yang perduli, rajin sholat, hidup disiplin, dan dapat menahan hawa

    nafsu. Demikian subjek T menuturkannya: Dulu saya orangnya cuek bangat,

    sekarang sudah perduli kepada orang lain, dulu saya jarang sholat, sekarang

    menjadi rajin sholat, dapat menahan nafsu terhadap makanan yang dapat

    mengganggu kesehatan saya. Mematuhi aturan diet dari dokter, karena saya tidak

    20

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 79

    dapat buang air kecil secara normal. Bersyukur pada Allah karena masih diberi

    kesempatan untuk hidup dan kesehatan sampai hari ini. 21

    Subjek U telah mengalami gagal ginjal kronik selama empat tahun dan

    menjalani cuci darah selama empat tahun memaknai penderitaan untuk semakin

    dekat kepada orang tua dan saudaranya. Tuhan masih memberi kesempatan untuk

    hidup. Menurut subjek U, kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya

    dipergunakan untuk memperbaiki segala yang tidak baik. Demikian subjek U

    menuturkannya: Hikmah dari penderitaan ini kepada saya sangat banyak. Saya

    sadar bahwa ternyata teman saya selama ini hanya teman untuk senang saja tetapi

    ketika menderita mereka tidak ada yang perduli. Saya baru menyadari bahwa cinta

    yang tulus adalah cinta orang tua kepada saya bukan teman-teman. Ketika saya

    sakit merekalah yang merawat saya. Hal ini membuat saya semakin dekat dengan

    orang tua dan saudara. Saya bersyukur kepada Tuhan yang masih memberi

    kesempatan untuk hidup dan kesempatan ini saya pergunakan untuk merubah

    sikap negatif menjadi positif. Maka Saya jalani saja hidup ini seperti air

    mengalir.22

    Subjek C, yang hidup lebih lama dari prognosis medis dapat memaknai

    penderitaan dalam hidupnya. Penderitaan yang dia alami tidak menghalanginya

    untuk memaknai hidup. Walaupun subjek C menderita tetapi dia tetap semangat

    untuk hidup dan sudah siap kapan pun dipanggil Tuhan. Disamping itu Subjek C

    juga mampu memberi motivasi kepada orang-orang yang baru menjalani cuci

    darah supaya tetap semangat. Demikian subjek C menuturkannya: Banyak hikmah

    21

    Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    22 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal , Bandung.

  • 80

    yang dapat dipelajari dari penderitaan ini. Penderitaan ini membuat saya

    bertambah semangat untuk hidup ketika melihat orang tua yang sedang menjalani

    cuci darah di Rumah Sakit ini penuh semangat dalam menjalani hidup. Apalagi

    saya yang masih muda dibandingkan dengan mereka. Mereka saja kuat, mengapa

    saya tidak. Saya cuci darah ke Rumah Sakit ini tidak diantar keluarga tetapi

    berangkat bersama teman-teman atau rombongan sesama penderita gagal ginjal.

    Syukur pada Allah masih memberi kesempatan kepada saya untuk hidup. Karena

    itu waktu dan kesempatan ini, saya pergunakan untuk yang baik. Sekarang Saya

    mempunyai tujuan hidup yang jelas, sebelumnya tidak. Saya dapat mensyukuri

    semua ini karena Tuhan telah menentukan jalan hidup setiap orang. Soal kematian

    bukan manusia atau dokter yang menentukan tetapi Tuhan. Itu terbukti banyak

    orang yang sehat meninggal secara tiba-tiba. 23

    Subjek S yang telah menjalani cuci darah selama 12 tahun 6 bulan, dapat

    memaknai penderitaan dalam hidupnya. Ketika dia masih kecil orang tuanya

    bercerai, kemudian saat dia berumur 14 tahun dia mengalami gagal ginjal kronik.

    Namun hal itu tidak menghalangi subjek S memaknai penderitaan setelah hidup

    lebih lama dari prognosis medis. Makna penderitaan bagi subjek S adalah bahwa

    hidup ini ada ditangan Tuhan bukan ditangan dokter atau manusia. Penderitaan

    ini membuat subjek S dewasa, bertambah semangat untuk hidup, rajin sholat dan

    berbuat baik. Demikian subjek S menuturkannya: Banyak hikmah yang ditemukan

    dari penderitaan ini. Hidup ini di tangan Tuhan bukan ditangan manusia apalagi di

    tangan dokter. Dokter juga manusia sama seperti saya, dia bukan Tuhan. Dulu

    saya telah divonnis mati setelah menjalani cuci darah 2 tahun, ternyata saya sudah

    23

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 81

    menjalani cuci darah selama 12 tahun 6 bulan saya belum mati. Bahkan saya

    melihat banyak juga yang sehat meninggal secara tiba-tiba. Penderitaan ini

    membuat saya menjadi mandiri, menjadi dokter atas diri sendiri, dan saya

    mempunyai motto hidup 4 S yaitu Semangat, Sholat, Sabar, Sehat. Saya

    bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup, karena itu

    hidup ini saya pergunakan untuk Tuhan. Masa lalu tidak perlu disesali yang

    penting masa sekarang, karena itu saya jalani saja hidup ini.24

    Subjek H, yang telah menjalani cuci darah selama 5 tahun dapat memaknai

    penderitaan setelah hidup lebih lama dari prognosis medis. Penderitaan tidak

    menghalangi subjek H menemukan makna hidup. Subjek H menemukan banyak

    makna dalam penderitaannya. Penderitaan membuatnya semakin dekat dengan

    orang tua, keluarga, dan saudara-saudaranya, mempunyai tujuan hidup yang jelas,

    berubah ke arah yang positif, rajin sholat, dan mampu menahan diri. Demikian

    subjek H menuturkannya: Penderitaan yang terjadi dalam hidup saya dapat saya

    terima karena semua ini saya sadari karena perbuatanku sendiri. Banyak hikmat

    yang saya dapat. Saya menjadi dekat dengan orang tua dan saudaraku. Sekarang

    saya takut berbuat jahat. Sekarang sudah rajin sholat apa lagi mendengar Azhan

    Magrib saya berkata “Ya Allah” kalau dulu dengar Azhan Magrib eh..hare-hare

    (hare-hare bahasa sunda yang artinya bodoh amat). Saya mau berubah ke arah

    positif dan meninggalkan semua yang negatif. Bersyukur kepada Tuhan karena

    masih diberi kesempatan untuk hidup. Kesempatan ini saya pergunakan untuk

    merubah hidup saya kepada yang lebih baik. Sekarang tujuan hidup saya menjadi

    jelas dan saya berkomitmen untuk menyelesaikan kuliah. Di Rumah Sakit saya

    24

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 82

    dapat memberi support kepada teman-teman yang masih muda yang baru

    menjalani cuci darah, supaya mereka tetap semangat menjalani hidup.25

    3.2.3.2. Memaknai Cinta.

    Dalam cinta terjadi sebuah penerimaan akan keberadaan yang dicintai.

    Frankl mengatakan mencintai melambangkan masuknya ke dalam hubungan

    dengan orang lain sebagai makhluk spiritualitas. Hubungan yang dekat dengan

    aspek-aspek spiritual seorang teman merupakan bentuk persekutuan puncak yang

    dapat dicapai. Orang yang dicintai tidak lagi menggerakkan dalam fisiknya dan

    tidak juga dikemudikan oleh emosinya tetapi bergerak dalam inti spiritualnya.

    Cinta merupakan masuknya dalam hubungan langsung dengan kepribadian yang

    dicintai dengan keunikan dan kesatuan orang yang dicintai. Dicintai dan diterima

    adalah jalan menuju perasaan yang sehat dan berharga, sebaliknya tanpa cinta

    menimbulkan kesia-siaan, kekosongan, dan kemarahan. Selanjutnya Carl Rogers

    mengatakan bahwa cinta adalah “keadaan dimengerti secara mendalam dan

    diterima dengan sepenuh hati.”

    Subjek G memaknai cinta sebagai pendorong untuk semangat menjalani

    kehidupan. Cinta isteri, warga jemaat, dan perkumpulan marga sangat berarti bagi

    subjek G. Demikian subjek G menuturkannya: Cinta isteri yang selalu setia

    mengantarkan dan menunggu selama menjalani cuci darah di Rumah Sakit, doa-

    doa jemaat, dan punguan marga (perkumpulan marga), membuat saya merasa

    dihargai dan semangat hidup karena mereka memperdulikan dan mengasihi saya.

    Jemaat dan punguan marga selalu datang ke rumah untuk melihat keadaan saya,

    25

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 83

    berbeda dengan majelis jemaat yang selalu merendahkan saya karena saya sudah

    gagal ginjal dan menjalani cuci darah, mereka (majelis) tidak perduli dengan

    saya.26

    Subjek T, memaknai cinta sebagai pendorong semangat untuk hidup dan

    menambah kesehatan kepada dirinya. Demikian subjek T menuturkannya: Suami

    semakin sayang kepada saya selama sakit gagal ginjal kronik ini. Dia sangat

    mengerti keadaan saya, dia mengantar dan menunggu saya di Rumah Sakit. Dia

    tidak bekerja saat saya menjalani cuci darah 2 kali seminggu selama 5 jam setiap

    cuci darah. Cinta anak-anak saya membuat saya semakin bertambah sehat dan

    semangat untuk hidup. Mereka sangat perhatian kepada saya.27

    Subjek U, memaknai makna cinta sebagai pendorong dan semangat untuk

    hidup. Cinta yang tulus dari orang tua dan saudara subjek U, membuat dia merasa

    dihargai dan tidak merasa dihukum. Demikian subjek U menuturkannya: Cinta

    yang tulus dari orang tua dan saudara membuat hidup saya berarti. Mereka

    menerima saya walaupun telah melukai dan menyakiti mereka sebelumnya.

    Mereka tidak menghakimi saya, hal ini membuat saya semangat untuk menjalani

    hidup ini.28

    Subjek C, memaknai cinta sebagai pemberi semangat untuk hidup. Cinta

    isteri memberi makna bagi hidupnya, sehingga subjek C berusaha menyenangkan

    isterinya melalui tidak mau merepotkan isteri, misalnya mengantar ke Rumah

    Sakit, patuh pada aturan dokter supaya tetap sehat. Demikian subjek C

    26

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    27 Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 28

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 84

    menuturkannya: Isteri saya sangat mencintai, menyayangi, dan mendukung saya,

    Dia sabar dan memahami saya. Cinta kasih isteri dan orang tua memberi support

    bagi saya dalam menjalani hidup ini. 29

    Subjek S, memaknai makna cinta sebagai pemberi semangat dalam

    hidupnya. Cinta dari keluarga khususnya tempat dia bekerja membuat hidupnya

    dihargai dan berharga. Demikian subjek S menuturkannya: Cinta keluarga dan

    dokter pemilik klinik tempat saya bekerja membuat saya semangat untuk hidup.

    Khususnya tempat klinik dimana saya bekerja sangat mengasihi, memperhatikan

    dan mengerti situasi dan kondisi saya. Dokter pemilik klinik tempat saya bekerja

    banyak memberi nasihat kepada saya bagaimana kita menjalani hidup ini. Maka

    saya mampu menjalani hidup ini apa adanya, dan yang penting tetap semangat.30

    Subjek H, memaknai cintai sebagai kekuatan dalam hidupnya. Cinta orang

    tua, saudara, keluarga membuat subjek H dapat bertahan hidup dan selalu

    semangat. Orang tua dan keluarga masih mencintainya walaupun selama ini

    subjek H telah menyakiti mereka. Demikian subjek H menuturkannya: Cinta

    orang tua dan keluarga sangat berarti bagi saya, mereka tulus mencintai saya

    bukan seperti teman-teman saya yang menerima saya ketika mempunyai banyak

    uang dan sehat. Orang tua dan keluarga tetap menerima saya, walaupun mereka

    telah saya bohongi, sakiti, tidak menghiraukan, tetapi mereka tetap menerima saya

    tanpa menghakimi saya. Saya merasa berharga. Hal itu membuat saya semangat

    29

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    30 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 85

    hidup dan berusaha untuk berubah dari yang negatif ke positif, dan saya semakin

    sayang kepada mereka.31

    3.2.3.3. Memaknai Kerja.

    Makna hidup bukanlah untuk dipertanyakan tetapi untuk dijawab. Jawaban

    tidak hanya diberikan lewat kata-kata tetapi yang utama adalah yang dapat

    memberikan makna kepada kehidupan seseorang biasanya terkandung dalam

    pekerjaan seseorang.

    Subjek G, memaknai pekerjaan sebagai tanggungjawab dalam hidupnya.

    Walaupun telah menderita gagal ginjal kronik, subjek G tetap bekerja. Demikian

    subjek G menuturkannya: Awal-awal saya sakit ginjal, masih tetap mengajar

    mahasiswa, tetapi karena jaraknya sangat jauh akhirnya saya tidak rutin lagi.

    Namun pekerjaan di gereja saya terus kerjakan, sermon, rapat majelis,

    persekutuan rumah tangga, kotbah, dan pemeriksaan keuangan. Saya menemukan

    makna hidup saya di dalam tugas pelayanan ini, dapat memberikan segala talenta

    yang saya miliki pada saat ini yang sebelumnya saya tidak pernah berikan.32

    Subjek T, memaknai kerja sebagai makna hidup. Dengan bekerja dia

    bahagia, dan tidak merasakan penyakitnya. Demikian subjek T, menuturkannya:

    Enak sekali mengajar anak TK ada bawang putih dan bawang merah. Mereka

    semua lucu-lucu. Saya sangat senang bersama mereka. Saya lupa dan tidak

    31

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    32

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 86

    merasakan penyakit saya. Ketika mereka lari dan senam saya ikut juga seperti

    mereka. Saya sangat senang dengan pekerjaan ini dan menemukan makna hidup.33

    Subjek U, memaknai pekerjaan sebagai tanggungjawab. Dia tetap bekerja

    walaupun menderita gagal ginjal kronik. Ketika tiba saat untuk cuci darah subjek

    U tidak bekerja seperti biasanya. Demikian subjek U menuturkannya: Saya tetap

    bekerja seperti sebelum saya mengalami gagal ginjal kronik.. Bekerja untuk

    kebutuhan hidup. Bekerja merupakan makna hidup bagi saya, karena walaupun

    saya sakit tetapi saya masih tetap bekerja.34

    Subjek C, memaknai pekerjaan sebagai tanggungjawab. Dia tetap bekerja

    walaupun tidak seperti sebelumnya. Sejak mengalami sakit gagal ginjal kronik,

    Subjek C tidak dapat bekerja sesempurna sebelumnya. Subjek C bekerja untuk

    membantu orang tua. Demikian subjek C menuturkannya: Saya tidak dapat

    bekerja seperti yang dulu khususnya pekerjaan yang berat, namun saya tetap

    bekerja untuk menolong orang tua saya.35

    Subjek S, memaknai kerja sebagai makna hidup. Walaupun sakit dia tetap

    bekerja. Penyakit tidak menghalanginya untuk bekerja namun tidak sesempurna

    sebelumnya. Demikian subjek S menuturkannya: walaupun saya sudah menjalani

    cuci darah selama 12 tahun 6 bulan, saya tetap bekerja sebagai karyawan di salah

    satu klinik dokter. Dalam pekerjaan juga saya temukan makna hidup. Pemilik

    klinik bager bangat (baik sekali), dan menerima saya apa adanya, dan ya

    33

    Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    34 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 35

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 07.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 87

    mengerjakan apa yang dapat saya kerjakan. Saya sangat senang bekerja di klinik

    itu36

    .

    Subjek H, memaknai pekerjaan sebagai tanggungjawab. Dia mempunyai

    tanggungjawab untuk menyelesaikan perkuliahannya. Demikian subjek H

    menuturkannya: Saya tetap meneruskan perkuliahan yang telah tertunda selama

    ini. Saya akan menyelesaikan perkuliahan sampai selesai sebagai tanggung jawab

    kepada orang tua. 37

    3.3. Faktor-faktor Yang Memengaruhi Penemuan Makna Hidup Pasien

    Gagal Ginjal Kronik Yang Hidup Lebih Lama Dari Prognosis Medis.

    Dari hasil penelitian dan observasi langsung di lapangan ada beberapa

    faktor yang memengaruhi penemuan makna hidup pasien yang gagal ginjal kronik

    yang hidup lebih lama dari prognosis medis.

    3.3.1. Faktor Sosial (Keluarga)

    Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga

    terhadap yang sakit/penderita. Orang sakit memandang bahwa orang yang

    mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

    Menurut Bondan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan

    interpersonal yang diberikan oleh keluarga kepada pasien berupa perhatian

    36

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung

    37 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 88

    (perasaan suka, cinta, dan empati), bantuan instrumental (barang dan jasa),

    informasi dan penilaian (informasi yang berhubungan dengan self evaluation).38

    Dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

    terapi hemodialisa (cuci darah) akan menimbulkan pengaruh positif bagi

    kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapat dukungan akan

    merasa diperhatikan, disayangi, merasa berharga dapat berbagi beban, percaya

    diri, dan menumbuhkan harapan sehingga mampu mencegah atau mengurangi

    stress, yang pada akhirnya akan mengurangi depresi.

    Dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal yang sedang menjalani

    terapi hemodialisa lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dari stressor

    lingkungan dari pada individu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.

    Sumber dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal seperti

    dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan

    keluarga eksternal bagi keluarga inti.

    Subjek G, faktor pertama yang memengaruhi penemuan makna hidup

    dipengaruhi oleh dukungan keluarga (isteri, suami, anak, cucu, warga jemaat, dan

    perkumpulan semarga/punguan marga), kumpulan marga (punguan marga).

    Demikian subjek G menuturkannya: Kasih sayang isteri, yang tidak pernah bosan

    mengantar ke Rumah Sakit, menunggu sampai selesai cuci darah selama 5 jam,

    dia berada di sampingku, dan membawa pulang ke rumah setelah cuci darah,

    anak-anak yang memberi dukungan, doa dan perhatian warga gereja dan punguan

    marga (kumpulan marga) membuat saya semangat untuk hidup dan menemukan

    38

    Bondan,(2006). Penerapan Komunikasi Terapeutik Untuk Mengoreksi Perilaku klien. http://bondan.komunitas.blogspot.com diakses 28-07-2012.

    http://bondan.komunitas.blogspot.com/

  • 89

    makna hidup. Punguan marga (perkumpulan semarga) dan warga jemaat selalu

    datang membesuk dan mengunjungi saya.39

    Subjek T, faktor pertama yang memengaruhi penemuan makna hidupnya

    dipengaruhi oleh faktor keluarga (suami dan anak-anak) nya. Demikian subjek T

    menuturkannya: Suamiku yang semakin mencintaiku dan memahami saya,

    mengantar ke Rumah Sakit, menunggu sampai selesai cuci darah selama 5 jam,

    berusaha untuk selalu membuat saya senang, mengingatkan saya dalam pola

    makan dan minum karena harus diet, karena kalau kelebihan minum tidak baik

    karena saya tidak dapat buang air kecil lagi. Anak-anakku yang selalu mengasihi

    dan memberi semangat dengan mengatakan mama harus semangat dan sehat,

    membuat saya semangat hidup dan menemukan makna hidup.40

    Subjek U, faktor pertama yang memengaruhi penemuan makna hidup

    dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua dan saudara) nya yang menerima dia

    apa adanya. Demikian subjek U menuturkannya: Ternyata kasih sayang orang tua

    dan saudara saya yang benar-benar tulus bukan orang lain. Kasih sayang yang

    tulus membuat saya semangat hidup dan menemukan makna hidup.41

    Subjek C, faktor pertama yang memengaruhi dalam penemuan makna

    hidup dipengaruhi oleh faktor keluarga (isteri, orang tua dan saudara). Demikian

    subjek C menuturkannya: Isteriku sangat mendukung saya dan mencintai saya

    walaupun saya begini. Disamping itu juga orang tua dan saudara turut juga

    39

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    40 Wawancara, hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 41

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 90

    memberi dukungan kepada saya supaya saya semangat. Kasih sayang dan cinta

    mereka membuat saya semangat dan menemukan makna hidup.42

    Subjek S, faktor petama yang memengaruhi menemukan makna hidupnya

    dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua, dokter pemilik klinik tempat dia

    bekerja). Demikian subjek S menuturkannya: Perhatian orang tua dan juga dokter

    pemilik klinik tempat bekerja membuat saya semangat hidup dan menemukan

    makna hidup. Dokter pemilik klinik selalu memperhatikan dan memahami

    keadaan saya. Dia selalu memberi wejangan-wejangan, bagaimana kita menjalani

    hidup dan tetap memakai rumus hidup 4S Sholat, semangat, Sehat dan Sabar.

    Ketika tiba waktu jadwal cuci darah ke Rumah Sakit dia selalu memberi ijin

    dengan tulus kepada saya.43

    Subjek H, faktor pertama dan utama yang memengaruhi penemuan makna

    hidup dipengaruhi oleh faktor keluarga (orang tua dan saudara kandung).

    Demikian subjek H menuturkannya: walaupun saya sudah menyakiti,

    membohongi, dan tidak menghiraukan orang tua beserta saudara saya sejak SMA

    sampai kuliah, tetapi mereka masih menerima dan mengasihi saya. Orang tua dan

    keluarga selalu memberi semangat kepada saya. Orang tua, saudara, paman,

    kakek, nenek, semua perhatian dan selalu mendoakan, saya merasa berharga dan

    menemukan makna hidup di dunia ini.44

    42

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    43 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 44

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul, 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 91

    3.3.2. Faktor Religiusitas.

    Religiusitas adalah kualitas penghayatan, sikap dan kecenderungan

    perilaku beragama berdasarkan nilai-nilai agama yang diyakini. Religiusitas

    sangat penting dimiliki semua orang karena dengan menjadi manusia yang

    religius seseorang memiliki pandangan yang positif dalam hidup. Religiusitas juga

    sangat diperlukan oleh pasien gagal ginjal kronik karena dapat memotivasi

    mereka dalam menjalani hidup. Religiusitas memegang peranan penting untuk

    mempertahankan hidupnya, karena pasien gagal ginjal kronik harus bergantung

    pada terapi medis seperti hemodialisa (cuci darah), rutinitas yang membosankan,

    biaya yang tinggi, dan risiko kematian yang cukup tinggi turut berdampak pada

    masalah-masalah psikologis seperti stres, cemas, depresi dan putus asa. Frankl

    mengatakan bahwa orang yang berhasil mengatasi penderitaan adalah murni hasil

    batin dan kebebasan batin ini disebut sebagai kebebasan spiritual yang tidak dapat

    dibuang, dan membuat hidup lebih bermakna dan bertujuan.45

    Kondisi sulit yang tidak dapat dihindari lagi oleh pasien menuntut

    kearifan dalam menyikapi secara positif penderitaan yang dialaminya. Frankl

    mengatakan jika kita tidak dapat mengubah situasi kehidupan kita maka kita dapat

    mengubah cara pandang kita terhadap situasi hidup kita.46

    Untuk itu penting bagi

    pasien memaknai hidup agar tetap dapat mewujudkan diri menjadi manusia yang

    memiliki tujuan hidup dan penuh arti, sehingga tetap merasakan adanya

    kebahagiaan dalam penderitaan yang dialaminya. Pasien gagal ginjal yang

    memiliki religiusitas yang baik cenderung bisa menerima keadaan yang terjadi

    45

    Viktor,E. Frankl, Logoterapi Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006), 75.

    46 H. D, Bastaman, LOGOTERAPI Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih

    Hidup Yang Bemakna, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 39.

  • 92

    pada dirinya. Menurut pasien hemodialisa di Rumah Sakit Khusus Ginjal R. A.

    Habibie, yang hidup lebih lama dari prognosis medis, dengan kondisi yang sulit

    karena harus bergantung pada terapi rutin yang harus mereka jalani dan penuh

    dengan resiko kematian yang cukup tinggi membuat mereka lebih mendekatkan

    diri kepada Tuhan, sehingga mereka mempunyai motivasi untuk hidup dan

    memandang hidup lebih berarti/bermakna.

    Mereka memandang semua yang terjadi pada dirinya adalah ujian yang

    harus mereka jalani dengan demikian hidup mereka lebih bermakna karena

    mampu mensyukuri semua yang terjadi. Sejauh mana individu memaknai secara

    positif kehidupannya sangat terkait dengan nilai-nilai religius yang dijadikan

    pedoman hidup olehnya. Individu yang berserah diri kepada penciptanya

    cenderung lebih menerima keadaan diri. Individu yang mensyukuri segala hal

    yang terjadi pada dirinya akan dapat merasakan kesenangan dalam penderitaan,

    keyakinannya terhadap derita yang dialaminya merupakan kehendak sang

    pencipta memungkinkan dirinya untuk memanjatkan doa-doa untuk meringankan

    deritanya.

    Bastaman mengemukakan bahwa ibadah merupakan salah satu metode

    untuk menemukan makna hidup.47

    Ibadah juga dapat digunakan sebagai terapi

    bagi seseorang dalam menemukan makna hidup. Ibadah disini bukan hanya

    berbentuk ritualitas yang rutin dilakukan, melainkan juga hal-hal kecil yang dapat

    memberi sugesti pada seseorang akan nilai-nilai kehidupan. Religiusitas memiliki

    kekuatan memotivasi diri dalam segi pemikiran dan emosi dalam menghadapi

    makna dan tujuan hidup.

    47

    H. D, Bastaman, Ibid. 69

  • 93

    Selain faktor keluarga, faktor religiusitas juga turut memengaruhi subjek G

    dalam penemuan makna hidup. Subjek G adalah seorang sintua di salah satu

    gereja di kota Bandung. Kondisi hidupnya membuat subjek G semakin bersandar

    kepada Tuhan dan memanjatkan doa-doa untuk kekuatan dan kesehatannya.

    Menurut subjek G, penyakit yang dia alami merupakan ujian dari Tuhan, karena

    itu bersyukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan untuk hidup.

    Demikian subjek G menuturkannya: Penyakit gagal ginjal ini merupakan

    ujian dari Tuhan, karena itu saya bersyukur kepada Tuhan karena masih memberi

    kesempatan untuk hidup. Saya berdoa supaya saya dikuatkan dan diberi hahipason

    (kesehatan) oleh Tuhan. Tanpa Tuhan saya tidak mampu hidup, karena

    penderitaanku berton-ton. Selain penyakit gagal ginjal ini, masih banyak

    pergumulan yang lain. Anakku juga meninggal karena sakit gagal ginjal, pernah

    tabrakan, sudah 5 kali mengalami krisis (hampir mati) tetapi Tuhan masih sayang

    kepada maka saya masih hidup sampai sekarang.Maka saya bersyukur dan inang

    pendeta juga doakan saya.48

    Subjek T, menemukan makna hidup selain karena dorongan keluarga juga

    dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya Subjek T, kurang beribadah kepada

    Tuhan dan jarang sholat. Tetapi setelah hidup lebih lama dari prognosis dokter

    subjek T meningkatkan keimanannya kepada Tuhan. Hemodialisa (cuci darah)

    seumur hidup membuat subjek T semakin bersandar kepada Tuhan. Subjek T,

    memahami bahwa penyakit gagal ginjal merupakan ujian dari Tuhan, karena itu

    subjek T bersyukur pada Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup.

    48

    Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 94

    Demikian subjek T menuturkannya: Saya bersyukur pada Allah yang

    masih memberi kesempatan untuk hidup. Segalanya saya serahkan kepadaNya.

    Penyakit gagal ginjal adalah ujian dari Allah karena itu jalani saja. Soal kematian

    ada di tangan Allah bukan di tangan manusia. Karena itu sekarang saya sudah

    rajin sholat, dan menerima keadaan ini.49

    Subjek U menemukan makna hidup selain dipengaruhi oleh faktor

    keluarga juga dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya Subjek U, kurang

    beribadah kepada Tuhan dan sangat jarang menjalankan sholat. Tetapi setelah

    gagal ginjal kronik subjek U mengalami perubahan dan semakin mendekatkan diri

    kepada Tuhan. Hemodialisa (cuci darah) membuat subjek U semakin bersandar

    kepada Tuhan. Penyakit gagal ginjal dia pahami sebagai peringatan dan

    Ultimatum dari Tuhan untuk bertobat. Demikian subjek U menuturkannya: Saya

    masih bersyukur pada Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup.

    Kesempatan ini saya pakai memperbaiki diri. Saya bersyukur karena masih

    makanan dan minuman yang dibatasi, bukan umur saya. Hemodialisa (cuci darah)

    saya anggap saja seperti wisata dan Rumah Sakit ini sudah saya anggap rumah

    kedua. Penyakit gagal ginjal ini adalah peringatan dan ultimatum dari Tuhan

    supaya saya bertobat. Saya semakin bersandar kepada Tuhan dan menyerahkan

    hidup kepadaNya. Sekarang saya sudah mempunyai tujuan hidup yang jelas. Saya

    jalani hidup ini sebagaimana mestinya. Saya sudah dapat menerima dengan tulus

    ikhlas keadaan ini.50

    49

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    50 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 95

    Subjek C, menemukan makna hidup selain dipengaruhi oleh faktor

    keluarga, juga dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya Subjek C, jarang

    beribadah atau sholat, namun setelah menderita gagal ginjal kronik subjek C

    semakin rajin sholat dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hemodialisa (cuci

    darah) seumur hidup membuat subjek C semakin dekat dengan Tuhan. Subjek C

    menerima keadaannya sebagai takdir dari Allah. Tuhan telah menentukan jalan

    hidup setiap orang. Semakin bersandar pada Tuhan semakin termotivasi berbuat

    baik. Subjek C menerima keadaannya dengan tulus ikhlas dan bersedia kapan pun

    dipanggil oleh Tuhan. Demikian subjek C menuturkannya: Saya bersyukur kepada

    Tuhan karena masih memberi kesempatan untuk hidup. Saya sudah dapat

    menerima keadaan saya seperti ini. Semakin saya bersyukur penderitaan semakin

    ringan. Kapan pun saya sudah bersedia dipanggil Tuhan.Kesempatan ini membuat

    saya semakin termotivasi untuk berbuat baik dan tujuan hidup semakin jelas,

    karena kematian sudah semakin dekat.51

    Subjek S menemukan makna hidup selain faktor keluarga juga

    dipengaruhi faktor religiusitas. Subjek S semakin dekat dengan Tuhan dan

    menyerahkan hidupnya secara total kepada Tuhan. Gagal ginjal kronik dipahami

    sebagai cobaan dari Tuhan. Demikian subjek S menuturkannya: Bersyukur

    kepada Allah karena masih memberi kesempatan untuk hidup. Karena itu jalani

    saja hidup ini. Jika Allah memberi coban pasti Allah memberi jalan keluar. Soal

    kematian mutlak urusanTuhan bukan manusia atau dokter. Karena itu tidak perlu

    dipikirkan, dan jalani saja hidup ini. Berbuat baik, sabar, semangat, dan membaca

    51

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung

  • 96

    Alquran dan praktikkan artinya, akhirnya kita menjadi ahli waris sorga, yang

    penting lihat ke depan bukan ke belakang.52

    Subjek H, menemukan makna hidupnya selain faktor keluarga juga

    dipengaruhi faktor religiusitas. Sebelumnya subjek H tidak pernah sholat bahkan

    membenci kegiatan sholat. Namun setelah mengalami gagal ginjal kronik subjek

    H, semakin takut kepada Tuhan dan mendekatkan diri dan bersandar pada Tuhan.

    Demikian subjek H menuturkannya: Saya bersyukur kepada Tuhan yang masih

    memberi kesempatan untuk hidup. Penyakit gagal ginjal ini adalah cambuk dari

    Tuhan, maka saya mengaku dosa kepada Tuhan dan mohon ampun. Masa lalu

    saya semuanya hitam. Allah saja yang dapat membersihkan semua yang hitam itu.

    Kalau saya dibatasi makan dan minum karena penyakit ini, itu tidak apa-apa, yang

    penting Tuhan tidak membatasi umur saya. Buktinya saya masih hidup sampai

    sekarang, teman saya yang sehat ada yang sudah meninggal lebih dahulu dari

    saya. Saya bersyukur karena saya hanya cuci darah daripada saya buta? Maka

    sekarang saya harus hidup benar dan berkata tidak pada semua yang tidak baik.

    Lebih baik mantan penjahat dari pada mantan orang baik.53

    3.3.3. Faktor Motivasi Diri (Semangat Untuk Hidup)

    Selain faktor sosial (keluarga) dan religiusitas, faktor motivasi diri juga

    turut memengaruhi penemuan makna hidup pasien gagal ginjal kronik yang hidup

    lebih lama dari prognosis medis. Ketiga faktor ini saling kait mengkait dalam

    52

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    53 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 97

    penemuan makna hidup. Sebagaimana dikatakan oleh Nietzche” He who knows a

    “why” for living, will surmount almost every “how”.54

    Subjek G menemukan makna hidup selain dipengaruhi oleh faktor

    keluarga, religiusitas, semangat dari dalam diri juga turut memengaruhi penemuan

    makna hidupnya. Demikian subjek G menuturkannya: Kita harus semangat untuk

    hidup. Apa pun kata orang yang penting diri kita sendiri dan saya harus buktikan

    saya bisa dengan tetap semangat untuk hidup.55

    Subjek T, menemukan makna hidupnya selain faktor keluarga dan

    religiusitas, faktor motivasi diri (semangat hidup) turut juga memengaruhinya.

    Demikian subjek T menuturkannya: Yang penting kita harus semangat untuk

    hidup. Kalau kita mempunyai semangat untuk tetap hidup kita akan sehat. Jadi

    motivasi dari dalam diri itu penting bukan hanya dorongan orang lain. 56

    Subjek U, menemukan makna hidupnya selain faktor keluarga dan

    religiusitas, faktor motivasi diri (semangat untuk hidup) turut juga memengaruhi.

    Demikian subjek U menuturkannya: Dalam menjalani hidup ini perlu motivasi

    dari diri sendiri, yaitu adanya keinginan untuk hidup. Karena itu harus semangat

    menjalani hidup ini, maka kita akan tambah sehat.57

    Subjek C, menemukan makna hidup selain faktor keluarga dan religiusitas

    juga dipengaruhi oleh faktor motivasi diri (semangat hidup) yaitu adanya

    keinginan untuk tetap hidup. Demikian subjek C menuturkannya: Intinya kita

    54

    H.D.Bastaman, LOGOTERAPI, Psikologi untuk menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup bermakna, (Jakarta: Grapindo Persada, 2007), 87.

    55 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 08.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 56

    Wawancara, hari selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 10.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    57 Wawancara hari Senin, tanggal 14 April 2012, pukul 09.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung.

  • 98

    harus mempunyai keinginan untuk hidup, dengan keinginan untuk hidup maka

    kita semangat menjalani hidup ini. Cuci darah tidak ada artinya kalau kita

    menggerutu tetapi kalau kita bersyukur dan semangat untuk hidup maka

    semuanya terasa ringan. Maka saya selalu memotivasi teman-teman yang baru

    cuci darah supaya tetap semangat dengan demikian kita menemukan makna

    hidup.58

    Subjek S, menemukan makna hidupnya selain faktor dukungan keluarga

    dan religiusitas juga dipengaruhi oleh faktor motivasi diri (semangat untuk hidup).

    Keinginan untuk hidup membuat semangat untuk hidup. Demikian subjek S

    menuturkannya: Selain dukungan orang tua, kita harus mempunyai semangat

    hidup, apa pun dikatakan orang jika kita tidak mempunyai motivasi dari diri

    sendiri semua itu sia-sia. Semangat itu perlu dalam menjalani hidup. Dokter yang

    sebenarnya adalah diri kita sendiri. 59

    Subjek H, menemukan makna hidupnya bukan hanya dipengaruhi oleh

    keluarga dan religiusitas tetapi juga faktor motivasi diri (semangat untuk hidup).

    Demikian subjek H menuturkannya: Motivasi diri untuk tetap semangat hidup

    sangat penting. Keinginan untuk hidup membuat kita semangat menjalani hidup.

    Maka saya selalu mengatakan kepada perawat di Rumah Sakit ini kalau ada yang

    baru menjalani cuci darah silakan tempat tidurnya berdekatan dengan saya.60

    58

    Wawancara hari Selasa, tanggal 15 April 2012, pukul 13.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

    59 Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul 12.00, Lantai 2, Rumah Sakit

    Khusus Ginjal, Bandung. 60

    Wawancara hari Kamis, tanggal 17 April 2012, pukul, 15.00, Lantai 2, Rumah Sakit Khusus Ginjal, Bandung.

  • 99

    Dari uraian di atas dapat dilsimpulkan bahwa penemuan makna hidup

    pasien gagal ginjal kronik faktor utama yang memengaruhi penemuan makna

    hidup adalah faktor sosial (keluarga dekat) kemudian faktor religiusitas dan

    motivasi diri (semangat untuk hidup). Ketiga hal ini saling kait-mengkait dan

    tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan.

  • 100

    Tabel.

    PRINSIP DASAR LOGOTERAPI MENURUT VIKTOR, E. FRANKL

    No Subjek Sex Status Umur Pekerjaan

    Lama

    Hemodialisa /

    Tahun

    Kebebasan

    berkehendak

    Kehendak untuk

    bermakna

    Makna

    hidup

    1 G Lk M 56 Dosen 5

    Bebas tetapi

    terikat, gagal

    ginjal kronik

    adalah ujian dari

    Tuhan, sehingga

    diperlukan

    pertobatan.

    Ingin bermakna

    bagi gereja

    Makna hidup

    ada pada cucu.

    2 T Pr M 44 Guru TK

    5

    Bebas tetapi

    terikat, gagal

    ginjal kronik

    adalah ujian dari

    Allah, sehingga

    perlu ada

    perubahan/pertob

    atan.

    Ingin bermakna

    bagi suami, anak

    dan orang lain

    Semakin

    dicintai dan

    disayangi

    suami dan

    anak-anaknya.

  • 101

    3 U Lk BM 25 Karyawan 4

    Bebas tetapi

    terikat, gagal

    ginjal adalah

    peringatan dan

    Ultimatum dari

    Tuhan, maka

    perlu adanya

    pertobatan dan

    menghentikan

    segala yang jahat.

    Ingin bermakna

    bagi orang tua dan

    saudara

    Dicintai,

    disayangi dan

    diterima oleh

    orang tua dan

    keluarga denga

    tulus ikhlas

    sebagaimana

    dia ada.

    4 C Lk M 32 Wiraswasta 10

    Bebas tetapi

    terikat, gagal

    ginjal kronik

    adalah takdir dari

    Allah

    Ingin bermakna

    bagi isteri.

    Dicintai dan

    didukung oleh

    isteri dan orang

    tua juga

    saudara.

    5 S Pr BM 27 Karyawan 12,6

    Bebas tetapi

    terikat, gagal

    ginjal adalah

    cobaan dari

    Allah, sekarang

    perlu hidup yang

    benar.

    Ingin bermakna

    bagi Allah

    Disayangi dan

    dimengerti oleh

    keluarga

    khususnya

    dokter pemilik

    klinik tempat

    bekerja

  • 102

    Keterangan :Lk = Laki-laki, Pr = Perempuan, M= Menikah, BM= Belum Menikah

    6 H Lk BM 25 Mahasiswa 5

    Bebas tetapi

    terikat gagal

    ginjal adalah

    cambuk dari

    Allah, maka

    harus bertobat.

    Ingin bermakna

    bagi orang tua dan

    saudara juga

    keluarga

    Dicintai, dan

    diterima oleh

    orang tua dan

    saudara apa

    adanya.

  • 103

    M A K N A H I D U P

    No Subjek Sex Status Umur Pekerjaan

    Lama

    Hemodialisa

    / Tahun

    Makna

    Penderitaan

    Makna

    Cinta

    Makna

    Kerja

    1 G Lk M 56 Dosen 5

    Penderitaan

    menghasilkan

    pertobatan

    (introspeksi diri)

    untuk melayani

    lebih sungguh

    lagi, menjaga pola

    hidup sehat,

    bersyukur pada

    Tuhan masih

    memberi

    kesempatan untuk

    hidup.

    Cinta membuat

    semangat untuk

    hidup dan merasa

    dihargai.

    Menemukan

    makna hidup.

    2 T Pr M 44 Guru TK 5

    Penderitaan

    menghasilkan

    pertobatan

    Cinta membuat

    semangat untuk

    hidup dan

    Bahagia dan

    senang.

  • 104

    (introspeksi diri),

    perduli pada

    orang lain, rajin

    sholat, menjaga

    pola hidup sehat

    karena Tuhan

    masih memberi

    kesempatan untuk

    hidup.

    bertambah sehat.

    3 U Lk BM 25 Karyawan 4

    Penderitaan

    membuat sadar

    dan introspeksi

    diri, menjadi

    dekat dengan

    orang tua dan

    saudara,

    bersyukur Tuhan

    masih memberi

    kesempatan untuk

    hidup.

    Hidup jadi berarti

    dan diterima

    dengan tulus.

    Menemukan

    makna hidup

    dan memenuhi

    kebutuhan

    hidup.

  • 105

    4 C Lk M 32 Wiraswasta 10

    Penderitaan

    menimbulkan

    introspeksi diri,

    membuat tujuan

    hidup semakin

    jelas, berusaha

    berbuat baik

    /memperbaiki

    hidup ketika

    Tuhan masih

    memberi

    kesempatan untuk

    hidup, semakin

    bersyukur

    penderitaan

    semakin ringan,

    Jalan hidup

    seseorang telah

    ditentukan oleh

    Tuhan karena itu

    dijalani saja.

    Support/mendu

    kung untuk hidup.

    Biasa saja.

  • 106

    5 S Pr BM 27 Karyawan 12,6

    Tuhan adalah

    penentu hidup

    bukan dokter

    (manusia),

    dapat mengatur

    hidup sendiri dan

    dokter buat diri

    sendiri, menjadi

    sabar dan tambah

    semangat untuk

    hidup, bersyukur

    Tuhan masih

    memberi

    kesempatan untuk

    hidup.

    Cinta membuat

    semangat untuk

    hidup.

    Menemukan

    makna hidup.

    6 H Lk BM 25 Mahasiswa 5

    Penderitaan

    menimbulkan

    pertobatan

    (introspeksi diri),

    menjadi dekat dan

    bertambah sayang

    kepada orang tua,

    Cinta membuat

    bertahan dan

    semangat untuk

    hidup.

    Menemukan

    makna hidup

    dan tanggung

    jawab.

  • 107

    Keterangan : Lk= Laki-laki, Pr= Perempuan, M=Menikah, BM= Belum Menikah

    saudara dan

    keluarga, Sadar

    dan introspeksi

    diri, takut berbuat

    jahat, mempunyai

    tujuan hidup yang

    jelas, kesempatan

    memperbaiki

    hidup, bersyukur

    pada Allah karena

    masih diberi

    kesempatan hidup.

  • 108