53
PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH (Musa acuminate sp.) DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS (Didanai Oleh Hibah Hi-Link KEMRISTEK DIKTI) (Skripsi) Oleh CITRA RATRI PUSPITA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH …digilib.unila.ac.id/21622/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Keripik pisang merupakan makanan ringan yang memiliki kandungan

  • Upload
    vudan

  • View
    250

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH(Musa acuminate sp.) DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN

MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS(Didanai Oleh Hibah Hi-Link KEMRISTEK DIKTI)

(Skripsi)

Oleh

CITRA RATRI PUSPITA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

ABSTRACT

SHELF LIFE PREDICTION OF BANANA CHIPS (Musa acuminate sp.)IN VARIOUS PACKAGINGS USING ARRHENIUS APPROACH

MODEL

By

Citra Ratri Puspita

Banana chips has high fat content, so that the decrease in banana chips quality is

very influenced by rancidity level. One way to maintaining banana chips quality

is in the good packaging. Kind and thickness of materials packaging really

influenced by permeability level of those toward water vapor, oxygen, and light.

The difference of materials packaging permeability level gives different shelf life

toward packaged banana chips. The purpose of this research was to predict the

shelf life banana chips in various materials packagings by using Arrhenius

approach model (250C).

This research was conducted by using 3 kinds of materials packaging are that

polietilen, polipropilen, and alumunium foil packaging, and also 3 different

storage temperature, are that 350C, 450C, and 550C respectively. Sample

observations were done once every 7 days with the total 4 times, consisting of

water degree analyze, chip crispiness, and organoleptic test toward taste, smell,

and crispiness. Then Arrhenius approach model was used to analyze the shelf life

prediction of the data observed.

The result showed that the quality parameter of smell was a critical factor for

deciding the shelf life of banana chips. On the basic of smell scoring, the shelf

lifes of banana chips in room temperature (250C) were 107,9 days in polietilen

packaging, 143,52 days in polipropen packaging, and 155,19 days in alumunium

foil pakcaging.

Key words: Arrhenius approach model, banana chips, packaging, shelf life

ABSTRAK

PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH(Musa acuminate sp.) DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN

MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS

Oleh

Citra Ratri Puspita

Keripik pisang merupakan makanan ringan yang memiliki kandungan lemak yang

tinggi, sehingga laju penurunan mutu keripik pisang sangat dipengaruhi oleh

tingkat ketengikannya. Salah cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan

mutu keripik pisang adalah dengan melakukan pengemasan. Jenis dan ketebalan

kemasan sangat mempengaruhi tingkat permeabilitas kemasan terhadap uap air,

oksigen ataupun cahaya. Perbedaan tingkat permeabilitas kemasan memberikan

umur simpan yang berbeda terhadap keripik pisang yang dikemas. Tujuan

penelitian ini adalah untuk memprediksi umur simpan keripik pisang dalam

berbagai jenis kemasan pada suhu ruang (250C) dengan model pendekatan

Arrhenius.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 jenis kemasan untuk mengemas

keripik pisang, yaitu kemasan polietilen, polipropilen dan alumunium foil pada 3

suhu penyimpanan yang berbeda, yaitu 350C, 450C, dan 550C. Pengamatan

sampel dilakukan setiap 7 hari sekali sebanyak 4 kali, yang meliputi pengamatan

kadar air, kerenyahan keripik, dan uji organoleptik terhadap rasa, aroma, dan

kerenyahan. Data hasil pengamatan dianalisis pendugaan umur simpan dengan

menggunakan model pendekatan Arrhenius.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter mutu aroma merupakan faktor

kritis yang menentukan umur simpan keripik pisang. Umur simpan keripik pisang

pada suhu ruang (250C) yaitu 107,19 hari dalam kemasan polietilen, 143,52 hari

dalam kemasan polipropilen, dan 155,19 hari dalam kemasan alumunium foil.

Kata kunci : keripik pisang, pendekatan Arrhenius, pengemasan, umur simpan

PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH(Musa acuminate sp.) DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN

MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS

Oleh

CITRA RATRI PUSPITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Kotasari 1, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten

Lampung Tengah pada tanggal 5 Juli 1994, sebagai anak ke-empat dari empat

bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Umar Soimin dan Ibu Sri Lestari.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Bratasena Adiwarna pada

tahun 2000-2006; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dente Teladas pada tahun

2006-2009; Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2009-2012.

Penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Tes Tertulis Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan kegiatan kegiatan Paraktik Umum (PU) pada bulan Juli

sampai Agustus 2015 di PT Centralpertiwi Bahari Kecamatan Dente Teladas

Kabupaten Tulang Bawang dengan judul “Proses Produksi Ebi Fry dan Shrimp

Nugget Fiesta Seafood di PT. Centralpertiwi Bahari Tulang Bawang Lampung”.

Penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Mikrobiologi Hasil Pertanian

dan Tutor Mata Kuliah Dasar Matematika pada Forum Ilmiah Mahasiswa

(FILMA) pada periode tahun ajaran 2013/2014. Pada tahun 2014/2015, penulis

lolos seleksi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Aplikasi

Edible Coating Berbahan “Cinta Murni (Cincau Hitam Murni) Untuk

Memperpanjang Umur Simpan Buah Stroberi (Fragaria ananassa)”.

Kupersembahkan sebuah karya kecilku

sebagai salah satu ungkapan

rasa cinta, sayang dan terima kasihku

yang setulusnya kepada

kedua orang tuaku dan kakak-kakak tercintaku.

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendugaan Umur

Simpan Keripik Pisang Kepok Putih (Musa accuminate sp.) Dalam Berbagai Jenis

Kemasan dengan Model Pendekatan Arrhenius”. Penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari keterlibatan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan

Dosen Penguji atas segala bantuan, masukan dan saran selama penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Drs. Azhari Rangga, M.App.Sc. selaku Pembimbing Utama dan Dosen

Pembimbing Akademik atas segala pengarahan, nasihat, saran, dan motivasi

selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Dewi Sartika, S.T.P., M.Si. selaku Pembimbing Kedua dan atas segala

bantuan, pengarahan, nasihat, dan saran selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Cipto selaku ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Keripik Pisang

Gang PU yang telah membantu dan sampel keripik pisang.

6. Bapak Subandi S.Pd yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi

selama analisis di Politeknik Negeri Lampung.

7. Kedua orang tuaku Bapak Umar Soimin dan Ibu Sri Lestari yang selalu

mendukung, menyayangi, dan selalu memberikan yang terbaik untuk

keberhasilanku.

8. Ketiga kakak tercintaku mas Denny Hartanto, mas Edi Swastomo dan mbak

Indah Indriani yang selalu memberikan bantuan dan motivasi.

9. Sahabatku Prima, Bimbi, Widia, Meilan, Ivan, Ista, Jessica, Dian, Laila,

Riska, Lucky, Elok dan Ujang Sufidin atas segala bantuan fisik dan dukungan

mental selama penyusunan skripsi ini.

10. Keluarga besar THP FP Unila atas suka duka dan kebersamaannya

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bandar Lampung, Maret 2016

Penulis

Citra Ratri Puspita

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang dan Masalah ........................................................... 1B. Tujuan Penelitian............................................................................. 5C. Manfaat Penelitian........................................................................... 5D. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9

A. Buah Pisang (Musa paradisiaca) .................................................... 91. Komposisi Buah Pisang .............................................................. 92. Manfaat Buah Pisang .................................................................. 10

B. Pisang Kepok (Musa acuminate L.) ............................................... 11C. Keripik Pisang ................................................................................ 11

1. Pembuatan Keripik Pisang .......................................................... 122. Syarat Mutu Keripik Pisang ........................................................ 13

D. Penurunan Mutu Keripik Pisang ..................................................... 14E. Kemasan Plastik .............................................................................. 15

1. Polipropilen (PP) ......................................................................... 162. Polietilen (PE) ............................................................................. 163. Aluminium Foil .......................................................................... 17

F. Umur Simpan .................................................................................. 181. Accelerated Storage Studies (ASS) ............................................ 192. Model Pendekatan Arrhenius ..................................................... 20

III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 22B. Alat dan Bahan .............................................................................. 22C. Metode Penelitian .......................................................................... 22D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 23

1. Persiapan Sampel ..................................................................... 23

2. Penyimpanan Sampel............................................................... 23E. Pengamatan.................................................................................... 23

1. Analisis Kadar Air Keripik ..................................................... 242. Analisis Kekerasan Keripik ...................................................... 243. Uji Organoleptik ....................................................................... 254. Analisis Pendugaan Umur Simpan .......................................... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 28

A. Parameter Mutu Kadar Air............................................................. 291. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polietilen ....... 292. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polipropilen... 313. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Alumunium Foil 32

B. Parameter Mutu Kerenyahan (Hardness Tester) .......................... 341. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polietilen ....... 352. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polipropilen... 363. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Alumunium Foil 37

C. Parameter Mutu Aroma.................................................................. 391. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polietilen ....... 402. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polipropilen... 413. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Alumunium Foil 42

D. Parameter Mutu Rasa ..................................................................... 451. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polietilen ....... 452. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polipropilen... 463. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Alumunium Foil 48

E. Parameter Mutu Kerenyahan (Uji Organoleptik) .......................... 501. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polietilen ....... 502. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Polipropilen... 513. Umur Simpan Keripik Pisang dalam Kemasan Alumunium Foil 53

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 63A. Simpulan ....................................................................................... 63B. Saran............................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64

LAMPIRAN ............................................................................................. 69

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Kandungan gizi buah pisang segar per 100 gram bahan................. . 10

2. Kandungan gizi keripik pisang segar ................................................ 12

3. Syarat mutu keripik pisang berdasarkan SNI-4315-1996 ................. 13

4. Hubungan 1/T dengan ln k (slope) serta nilai laju penurunanmutu (k) ............................................................................................ 54

5. Umur simpan keripik pisang dalam kemasan polietilen,polipropilen dan alumunium foil berdasarkan masing-masingparameter mutu.................................................................................. 59

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Pisang kepok mentah....................................................................... 11

2. Pisang kepok ripe .............................................................................. 11

3. Grafik regresi linier kadar air dalam kemasan polietilen .................. 30

4. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kadar air dalam kemasanpolietilen............................................................................................ 30

5. Grafik regresi linier kadar air dalam kemasan polipropilen.............. 31

6. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kadar air dalamkemasan polipropilen ........................................................................ 32

7. Grafik regresi linier kadar air dalam kemasan alumunium foil ........ 33

8. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kadar air dalamkemasan alumunium foil ................................................................... 33

9. Grafik regresi linier kerenyahan dalam kemasan polietilen.............. 35

10. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kerenyahan dalamkemasan polietilen............................................................................. 35

11. Grafik regresi linier kerenyahan dalam kemasan polipropilen ......... 36

12. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kerenyahan dalamkemasan polipropilen ........................................................................ 37

13. Grafik regresi linier kerenyahan dalam kemasan alumunium foil .... 38

14. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kerenyahan dalamkemasan alumunium foil ................................................................... 38

15. Grafik regresi linier skor aroma dalam kemasan polietilen .............. 40

16. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k skor aroma dalamkemasan polietilen............................................................................. 40

17. Grafik regresi linier skor aroma dalam kemasan polipropilen.......... 41

18. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k skor aroma dalamkemasan polipropilen ........................................................................ 42

19. Grafik regresi linier skor aroma dalam kemasan alumunium foil..... 43

20. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k skor aroma dalamkemasan alumunium foil ................................................................... 43

21. Grafik regresi linier skor rasa dalam kemasan polietilen.................. 45

22. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k skor rasa dalamkemasan polietilen............................................................................. 46

23. Grafik regresi linier skor rasa dalam kemasan polipropilen ............. 47

24. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k skor rasa dalamkemasan polipropilen ........................................................................ 47

25. Grafik regresi linier skor rasa dalam kemasan alumunium foil ........ 48

26. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k skor rasa dalamkemasan alumunium foil ................................................................... 49

27. Grafik regresi linier kerenyahan dalam kemasan polietilen.............. 50

28. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kerenyahan dalamkemasan polietilen............................................................................. 50

29. Grafik regresi linier kerenyahan dalam kemasan polipropilen ......... 51

30. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kerenyahan dalamkemasan polipropilen ........................................................................ 52

31. Grafik regresi linier kerenyahan dalam kemasan alumunium foil .... 53

32. Grafik hubungan 1/T dengan nilai ln k kerenyahan dalamkemasan alumunium foil ................................................................... 53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman1. Data rata-rata kadar air (%) keripik pisang selama penyimpanan .... 70

2. Data rata-rata kerenyahan (Hardness tester) keripik pisang selamapenyimpanan ..................................................................................... 70

3. Data rata-rata hasil uji skoring aroma keripik pisang selamapenyimpanan ..................................................................................... 71

4. Data rata-rata hasil uji skoring rasa keripik pisang selamapenyimpanan ..................................................................................... 71

5. Data rata-rata kerenyahan (uji organoleptik) keripik pisangselama penyimpanan ......................................................................... 72

6. Kuisioner uji organoleptik terhadap keripik pisang .......................... 73

7. Foto-foto penelitian........................................................................... 74

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan negara agraris yang berada pada wilayah tropis, serta

beriklim basah. Letak wilayah Indonesia ini sangat mendukung sistem pertanian

yang ada, salah satunya adalah pisang. Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan

tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia).

Di Indonesia pisang dapat dengan mudah ditemukan, karena tanaman pisang

dapat dibudidayakan dengan baik dalam iklim tropis basah, lembab ataupun

panas. Banyaknya budidaya tanaman pisang di Indonesia, mengakibatkan pisang

(Musa paradisiaca L.) menjadi salah satu komoditas hortikultura unggulan

Indonesia.

Pada tahun 2013, pisang menduduki tempat pertama diantara jenis buah-buahan

lainnya, baik dari segi sebaran, luas pertanaman, maupun dari segi produksi.

Total produksi pisang Indonesia pada tahun 2013 yaitu mencapai 5.359.126 ton

dan Lampung menyumbang 678.492 ton atau 12,66 % dari produksi pisang

nasional (BPS, 2014). Tingginya produksi pisang di Lampung, menjadi sumber

peluang bagi industri-industri yang ada di Lampung. Salah satunya adalah

industri keripik pisang Lampung.

2

Keripik adalah makanan ringan (snack food) yang tergolong jenis makanan

crackers yaitu makanan yang bersifat kering dan renyah dengan kandungan lemak

yang tinggi (Sulistyowati, 2004). Keripik pisang berbentuk irisan tipis dari buah

pisang yang digoreng dengan minyak. Keripik pisang memiliki kadar air yang

sangat rendah dan kandungan lemak yang cukup tinggi. Kandungan lemak yang

cukup tinggi ini menyebabkan keripik pisang mudah mengalami ketengikan

apabila kontak langsung dengan oksigen atau cahaya. Keripik pisang juga

memiliki sifat mudah menyerap uap air dari udara sekitar. Akibatnya, keripik

pisang mudah mengalami kerusakan seperti menjadi tidak renyah, ditumbuhi

jamur dan bakteri serta bau yang tengik (Syarief dkk., 1989). Keripik pisang yang

telah mengalami berbagai kerusakan tersebut menyebabkan keripik pisang tidak

disukai atau bahkan tidak dapat diterima oleh konsumen. Untuk mencegah

terjadinya hal tersebut maka dilakukan suatu upaya salah satunya dengan

pengemasan.

Pengemasan merupakan cara yang paling mudah dalam mempertahankan mutu

produk. Pengemasan dapat menghambat uap air, cahaya, dan udara lingkungan

yang terserap oleh produk keripik pisang. Kemasan juga dapat mencegah atau

mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran

serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran (Triyanto dkk., 2013).

Jenis kemasan sangat beraneka ragam, salah satu jenis kemasan yang sering

digunakan untuk mengemas keripik adalah plastik.

Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu harganya yang murah, lebih

ringan, praktis serta mudah diperoleh. Jenis kemasan plastik sangat beraneka

3

ragam, seperti plastik polietilen, polipropilen dan plastik komposit. Plastik jenis

polipropilen merupakan jenis plastik yang sering digunakan oleh industri-industri

keripik terutama Sentra Industri Keripik Gang PU untuk mengemas produknya.

Adanya kemasan plastik sangat cocok untuk mempertahankan mutu keripik

pisang, yang sangat dipengaruhi oleh tingkat kerenyahan dan ketengikannya.

Berkurangnya tingkat kerenyahan merupakan tanda bahwa produk keripik

tersebut telah mengalami kerusakan (Muchtadi, 1989). Selain itu, ketengikan

yang diakibatkan oleh kerusakan lemak atau minyak juga menyebabkan keripik

mempunyai bau dan rasa yang kurang enak. Kerenyahan dan ketengikan keripik

pisang akan semakin cepat terjadi apabila keripik pisang kontak langsung dengan

uap air, cahaya dan oksigen. Adanya kemasan plastik dapat menghambat

terjadinya kontak langsung keripik pisang dengan uap air, cahaya dan oksigen

melalui kemampuan permeabilitas uap air dan transmisi oksigennya.

Menurut Gunasoraya (2001), permeabilitas uap air kemasan adalah kemampuan

uap air untuk menembus suatu kemasan pada kondisi suhu dan RH tertentu,

sehingga semakin kecil permeabilitas air kemasan maka daya tembus uap air

semakin kecil, begitupun sebaliknya. Sedangkan transmisi oksigen merupakan

kemampuan gas oksigen untuk menembus suatu kemasan pada kondisi suhu dan

RH tertentu. Tingkat permeabilitas uap air dan transmisi oksigen sangat

dipengaruhi oleh jenis dan ketebalan kemasan. Adanya perbedaan tingkat

permeabilitas uap air dan transmisi oksigen setiap kemasan tersebut akan

mempengaruhi stabilitas dan umur simpan pada produk yang dikemas (Suhelmi,

2007).

4

Umur simpan merupakan faktor penting yang harus diketahui sebelum keripik

pisang dikonsumsi. Dalam Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 mengenai

Label dan Iklan Pangan, setiap produsen yang memproduksi makanan dan

minuman diwajibkan oleh pemerintah untuk mencantumkan masa kadaluarsa pada

kemasannya (Kusnandar, 2010). Pendugaan umur simpan pada produk pangan

dapat ditentukan dengan menggunakan metode ASS (Accelerated Storage

Studies), yaitu dengan menyimpan produk pada kondisi lingkungan yang dapat

mempercepat proses penurunan mutu produk pangan. Pendugaan umur simpan

produk dengan metode ASS ini dapat dilakukan dengan dua model pendekatan

yaitu model pendekatan kadar air kritis dan model pendekatan Arrhenius (Floros,

1993).

Model kadar air kritis banyak diterapkan pada produk pangan kering, sedangkan

model Arrhenius umumnya digunakan untuk menduga umur simpan produk

pangan yang sensitif terhadap perubahan suhu, seperti produk pangan yang mudah

mengalami ketengikan (Arpah, 2011). Keripik pisang merupakan produk pangan

yang sangat mudah mengalami ketengikan karena kandungan lemaknya yang

cukup tinggi. Laju penurunan mutu keripik pisang ini sangat ditentukan oleh

tingkat ketengikannya. Oleh karena itu digunakan model pendekatan Arrhenius

untuk menduga umur simpan keripik pisang yang dikemas dalam berbagai jenis

kemasan.

5

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi umur simpan keripik pisang dalam

berbagai jenis kemasan pada suhu ruang normal (250C) dengan model pendekatan

Arrhenius.

C. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui umur simpan keripik pisang dalam berbagai jenis kemasan

plastik, maka dapat digunakan sebagai acuan dalam metode pengemasan keripik

pisang sehingga umur simpan keripik pisang dapat maksimal.

D. Kerangka Pemikiran

Umur simpan merupakan faktor penting yang harus diketahui sebelum produk

dikonsumsi. Dalam Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 tentang Label dan

Iklan Pangan, menyatakan bahwa setiap produsen makanan dan minuman

diwajibkan mencantumkan umur simpan produk pada kemasannya (Kusnandar,

2010). Tidak terkecuali pada produsen makanan keripik. Sulistyowati (2004)

menyatakan bahwa keripik adalah makanan ringan (snack food) yang tergolong

jenis makanan cracker yaitu makanan yang bersifat kering dan renyah dengan

kandungan lemak yang tinggi. Keripik memiliki tekstur yang renyah dan mudah

patah karena gesekan atau tekanan, yang disebabkan oleh teksturnya yang tipis.

Kerusakan pada keripik dapat disebabkan oleh menurunnya tingkat kerenyahan

dan timbulnya bau tengik. Menurunnya tingkat kerenyahan keripik terjadi apabila

6

keripik menyerap air. Menurut Evawati (1997), komposisi kimia produk terutama

kadar air menentukan sifat kerenyahan, semakin rendah kadar air suatu produk

maka produk akan semakin renyah.

Purnomo (1995) menyatakan bahwa selain penyerapan uap air oleh keripik,

kerusakan lain yang banyak terjadi pada keripik adalah terjadinya reaksi oksidasi

lemak yang menyebabkan timbulnya rasa tengik. Kandungan lemak dalam

keripik jika teroksidasi dapat menyebabkan kerusakan lemak yang menghasilkan

zat-zat yang disebut asam organik dan keton yang mempunyai bau dan rasa yang

tengik. Kerusakan lemak atau oksidasi lemak yang terjadi pada keripik dapat

dipercepat dengan adanya kontak langsung antara keripik dengan udara, oksigen,

uap air, cahaya ataupun penyimpanan suhu ekstrim (Arpah, 2001).

Kerusakan keripik akibat reaksi kimia pada umumnya sangat dipengaruhi oleh

suhu. Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka laju reaksi berbagai senyawa

kimia akan lebih cepat sehingga ketengikan pun lebih cepat terjadi. Pendugaan

umur simpan pada model pendekatan Arrhenius, mensimulasikan percepatan

kerusakan pangan pada kondisi penyimpanan suhu tinggi di atas suhu

penyimpanan normal. Prinsipnya adalah produk pangan disimpan pada minimal

tiga suhu ekstrim penyimpanan, sehingga produk pangan akan lebih cepat

mengalami kerusakan dan umur simpan produk dapat ditentukan berdasarkan

ekstrapolasi suhu penyimpanan (Kusnandar, 2006). Suhu penyimpanan 550C

merupakan suhu kritis penyimpanan keripik yang menyebabkan terjadinya

penurunan mutu keripik paling cepat.

7

Reaksi penurunan mutu akibat reaksi kimia pada makanan banyak dijelaskan oleh

reaksi ordo nol dan satu, sangat sedikit dijelaskan pada ordo lainnya. Tipe

kerusakan pangan yang mengikuti model reaksi ordo nol adalah degradasi

enzimatis (misalnya pada buah dan sayuran segar serta beberapa pangan beku);

reaksi pencoklatan non-enzimatis (misalnya pada biji-bijian kering, dan produk

susu kering); dan reaksi oksidasi lemak (misalnya peningkatan ketengikan pada

snack, makanan kering dan pangan beku). Adapun tipe kerusakan bahan pangan

yang termasuk dalam rekasi ordo satu adalah (1) ketengikan (misalnya pada

minyak salad dan sayuran kering); (2) pertumbuhan mikroorganisme (misal pada

ikan dan daging, serta kematian mikoorganisme akibat perlakuan panas); (3)

produksi off flavor oleh mikroba; (4) kerusakan vitamin dalam makanan kaleng

dan makanan kering; dan (5) kehilangan mutu protein (makanan kering) (Labuza,

1982).

Proses kerusakan pangan diatas dapat dicegah dengan adanya pengemasan.

Menurut Syarief dkk., (1989) pengemasan dapat membantu mencegah atau

mengurangi kerusakan dengan cara melindungi bahan pangan yang ada di

dalamnya. Pemilihan jenis kemasan yang tepat dengan sifat permeabilitas yang

tepat dapat meningkatkan umur simpan produk yang dikemas. Dalam kehidupan

sehari-hari, pemilihan jenis kemasan plastik paling sering dijumpai untuk

mengemas keripik pisang.

Kemasan plastik merupakan jenis kemasan yang paling mudah ditemukan.

Penggunaan plastik memiliki keunggulan dibanding kemasan lainnya karena

sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplastis, dan selektif dalam

8

permeabilitasnya terhadap uap air, O2 dan CO2 (Nurminah, 2002). Hafriyanti

(2008), menyatakan bahwa pengaruh lain dari kemasan plastik adalah melindungi

produk dari perubahan kadar air karena bahan kemasan dapat menghambat

terjadinya penyerapan uap air dari udara.

Jenis dan ketebalan kemasan yang digunakan akan mempengaruhi umur simpan

produk. Dalam penelitian Fiardy (2013), menyatakan bahwa keripik ubi jalar dan

keripik talas yang disimpan pada kemasan alumunium foil memiliki umur simpan

yang lebih lama dibandingkan keripik ubi jalar dan keripik talas yang disimpan

pada kemasan polietilen dan polipropilen. Hal ini diduga karena adanya

perbedaan tingkat permeabilitas jenis kemasan, sehingga menyebabkan reaksi

antara produk dengan udara, oksigen, uap air, cahaya. Reaksi antara produk

dengan udara, oksigen, uap air, cahaya menyebabkan penurunan mutu yang

berpengaruh terhadap umur simpan produk yang semakin singkat. Oleh karena

itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui umur simpan keripik pisang yang

dikemas dalam berbagai jenis kemasan.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Pisang (Musa paradisiaca)

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan komoditas buah yang sangat potensial di

Indonesia. Total produksi pisang Indonesia tahun 2013 adalah 5.359.126 ton dan

Lampung menyumbang 678.492 ton atau 12,66 % dari produksi pisang nasional

(BPS, 2014). Tingkat produktivitas pisang yang sangat tinggi dapat dijadikan

sumber peluang bagi industri-industri pangan di Indonesia. Produksi pisang

hampir tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Sebaran produksi tertinggi

berada di Pulau Jawa, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu sebesar

5.108.377 ton atau 63,7% dari total produksi pisang nasional, sedangkan didaerah

lainnya seperti Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan sebesar 940.390

ton atau 19,3%, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara sebesar

6%, sisanya dari Nusa Tenggara, Bali dan Kalimantan (BPS, 2012).

1. Komposisi Buah Pisang

Buah pisang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan lengkap.

Kandungan gizi buah pisang segar dapat dilihat pada Tabel 1.

10

Tabel 1. Kandungan gizi buah pisang segar per 100 gram bahan

Kandungan gizi Jumlah

Air 75,00 gram

Energi 88,00 Kal

Karbohidrat 23,00 gram

Protein 1,20 gram

Lemak 0,20 gram

Ca 8,00 mg

P 28,00 mg

Fe 0,60 mg

Vitamin A 439,00

Vitamin B1 0,40 mg

Vitamin C 78,00 mg

Sumber : Mulyanti (2005).

2. Manfaat Buah Pisang

Buah pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin,

mineral dan juga karbohidrat. Pisang di jadikan buah meja, sale pisang, pure

pisang dan tepung pisang. Manfaat pisang bagi kesehatan cukup potensial karena

buah pisang mengandung makanan yang bergizi lengkap. Potasium (kalsium)

dalam pisang sangat membantu memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam

tubuh, sehingga akan cepat menurunkan tekanan darah (Mulyanti, 2005). Pisang

mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup

tinggi di bandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya akan mineral seperti

kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin

yaitu C, B kompleks, B6 dan Serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam

kelancaran fungsi otak.

11

B. Pisang Kepok Putih (Musa acuminate sp.)

Pisang pada umumnya digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu pisang yang dimakan

buahnya tanpa dimasak, pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak, pisang

berbiji, dan pisang yang diambil seratnya (Anonim, 2012). Pisang kepok

merupakan jenis pisang yang termasuk kedalam golongan pisang yang dimakan

setelah buahnya dimasak. Pisang kepok berbentuk agak gepeng dan bersegi

seperti terlihat pada Gambar 1 dan 2. Ukuran buahnya kecil, panjangnya 10-12

cm dan beratnya 80-120 g. Kulit buahnya sangat tebal dengan warna kuning

kehijauan dan kadang bernoda cokelat. Dunia industri umumnya memanfaatkan

pisang kepok ini untuk pembuatan keripik.

Gambar 1. Pisang Kepok Mentah Gambar 2. Pisang Kepok Ripe

Sumber : Rumpis, (2011).

C. Keripik Pisang

Keripik adalah makanan ringan (snack food) yang tergolong jenis makanan

crackers yaitu makanan yang bersifat kering dan renyah dengan kandungan lemak

yang tinggi (Sulistyowati, 2004). Keripik pisang merupakan produk makanan

ringan dibuat dari irisan buah pisang digoreng dengan atau tanpa bahan tambahan

12

makanan yang di izinkan. Keripik pisang memiliki tekstur yang renyah dan

mudah patah. Kerenyahan keripik pisang menyebabkan keripik pisang sangat

digemari masyarakat sebagai cemilan saat santai. Kandungan keripik pisang

cukup lengkap. Berikut kandungan pada keripik pisang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan gizi keripik pisang segar

Komponen Jumlah (%)

Protein (%) 4,40

Lemak (%) 2,40

Abu (%) 3,50

Air (%) 2,00

Karbohidrat (%) 87,39

Serat Kasar (%) 3,00

Sodium (ppm) 4,00

B-karoten (ppm) 760,00

Thiamine (ppm) 0,18

Riboflavin (ppm) 0,24

Asam Askorbat (ppm) 7,00

Kalori (kal/100g) 340,00

Sumber : Pudjihastuti dkk, (2010)

1. Pembuatan Keripik Pisang

Pisang yang biasa digunakan untuk pembuatan keripik adalah pisang kepok.

Pisang kepok yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah

sehingga mudah diiris-iris/dirajang tipis dan dibentuk sesuai dengan selera

konsumen (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009). Proses pembuatan

keripik pisang dapat dilakukan dengan sederhana yaitu pengupasan kulit pisang,

pengirisan daging buah pisang dengan tebal 2-3 mm secara memanjang atau

13

melintang, perendaman irisan atau potongan pisang untuk memperbaiki tekstur

dan warna keripik pisang, penirisan dan penggorengan (Anonim, 2009). Keripik

pisang yang baik adalah yang memiliki tingkat kerenyahan yang tinggi dan

berwarna cerah (Khomsan dan Anwar, 2008).

2. Syarat Mutu Keripik Pisang

Pengolahan keripik pisang harus memenuhi syarat-syarat mutu yang telah

ditetapkan. Syarat mutu keripik pisang mengacu pada SNI-4315-1996.

Tabel 3. Syarat mutu keripik pisang berdasarkan SNI-4315-1996No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

1.1 Bau - Normal

1.2 Rasa - Khas pisang

1.3 Warna - Normal

1.4 Tekstur - Renyah

2 Keutuhan % Min 70

3 Kadar air (bb) % Maks 6

4 Lemak (bb) % Maks 30

5 Abu (bb) % Maks 8

6 Cemaran logan

6.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 1,0

6.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 10

6.3 Seng (Zn) mg/kg Maks 40

6.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks 1,05

7 Cemaran mikroba

7.1 Angka lempengan Koloni/g Maks 1,0 x 106

7.2 E. Coli APM/g 3

7.3 Kapang Koloni/g Maks 1,0 x 104

Sumber : BSN, (2007).

14

D. Penurunan Mutu Keripik Pisang

Menurut Syarief dkk., (1989), beberapa faktor yang mempengaruhi umur simpan

bahan pangan yang dikemas adalah sebagai berikut:

1. Keadaan alamiah atau sifat makanan dan mekanisme berlangsungnya

perubahan seperti kepekaan terhadap air dan oksigen serta kemungkinan

terjadinya perubahan kimia internal dan fisik.

2. Ukuran kemasan dalam hubungannya dengan volume.

3. Kondisi atmosfer terutama suhu dan kelembaban dimana kemasan dapat

bertahan selama transit dan sebelum digunakan.

Penurunan mutu keripik biasanya disebabkan oleh bau tengik akibat reaksi

oksidasi dalam produk dan perubahan kadar air (Arpah, 2001). Reaksi oksidasi

ini terjadi apabila produk yang mengandung minyak bereaksi dengan oksigen di

udara. Minyak nabati yang digunakan untuk menggoreng keripik pisang

mempunyai asam lemak yang dengan ikatan rangkap banyak atau polyunsaturated

fatty acids (PUFA) menyebabkan sangat rentan terhadap oksidasi sehingga

menyebabkan ketengikan. Proses oksidasi dapat terjadi karena beberapa hal

antara lain: udara, cahaya, enzim, logam (Cu, Fe) (Chan, 2005).

Selain adanya reaksi oksidasi, perubahan kadar air juga mengakibatkan kerusakan

pada keripik. Kadar air dan aktivitas air sangat berpengaruh dalam menentukan

masa simpan dari makanan, karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi sifat-

sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko-kimia, perubahan-

perubahan kimia, kerusakan mikrobiologis dan perubahan enzimatis terutama

15

pada makanan yang tidak diolah (Winarno, 2004). Selama penyimpanan akan

terjadinya proses penyerapan uap air dari lingkungan yang menyebabkan produk

kering mengalami penurunan mutu menjadi lembab/tidak renyah

(Robertson, 2010).

E. Kemasan Plastik

Pengemasan merupakan salah satu cara pengawetan karena dapat memperpanjang

umur simpan dan tidak menurunkan kualitas bahan. Pengemasan merupakan cara

yang paling mudah dan relatif murah yang dapat memperpanjang umur simpan

produk. Kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,

melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik

seperti gesekan, benturan dan getaran (Triyanto, dkk., 2013). Plastik merupakan

salah satu jenis bahan kemas yang sering digunakan. Selain itu plastik sebagai

bahan pengemas memiliki keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena

sifatnya yang kuat, termoplastis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap

air, O₂, dan CO₂ (Nurminah, 2002). Pengaruh lain dari kemasan plastik adalah

melindungi produk dari perubahan kadar air karena bahan kemasan dapat

menghambat terjadinya penyerapan uap air dari udara (Hafriyanti, 2008). Banyak

sekali jenis-jenis kemasan plastik yang diketahui. Kemasan plastik terdiri dari

kemasan plastik tunggal seperti polipropilen (PP) dan polietilen (PE), plastik

komposit (lapisan plastik dengan bahan lain misalnya aluminium foil atau kertas)

(Robertson, 1993).

16

1. Polipropilen (PP)

Polipropilen merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari proses polimerisasi

gas propilena. Polipropilen mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190-200

ºC), sedangkan titik kristalisasinya antara 130-135 ºC. Polipropilen mempunyai

ketahanan terhadap bahan kimia (hemical resistance) yang tinggi, tetapi

ketahanan pukul (impact strength) nya rendah (Mujiarto, 2005). Sifat-sifat utama

polipropilen diantaranya adalah ringan, mudah dibentuk, tembus pandang dan

jernih dalam keadaan film, permeabilitas uap air rendah dan permeabilitas gas

sedang (Syarief dkk., 1989). Polypropilena (PP) adalah sebuah polimer

termoplastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai

aplikasi, diantaranya adalah untuk kantong plastik, gelas plastik, ember dan botol

(Asgar dan Musaddad, 2006).

2. Polietilen (PE)

Polietilen merupakan jenis plastik tipis yang banyak digunakan dalam industri

pengemasan. Plastik ini harganya murah dan mudah ditemukan dipasaran.

Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses

polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri

minyak dan batubara. Polietilen memiliki sifat-sifat yang menguntungkan antara

lain yaitu, mudah dikelim oleh panas, fleksibel, permebilitas uap air dan air

rendah, dapat digunakan dalam penyimpanan beku (-50º C), transparan sampai

buram, serta dapat digunakan sebagai bahan laminasi dengan bahan lain.

Polietilen diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu High Density Polyethylene

17

(HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE), dan Linear Low Density

Polyethylene (LLDPE). Kelemahan polyetilen adalah permeabilitas oksigen agak

tinggi dan tidak tahan terhadap minyak (terutama LDPE) (Renate, 2009).

Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai

kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Pemanasan polietilen akan

menyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair pada suhu 110oC. Sifat

permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik, maka polietilen

dengan ketebalan 0.001 – 0.01 inci banyak digunakan untuk mengemas bahan

pangan. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik sehingga dapat

dibentuk menjadi kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Nurminah, 2002)

3. Aluminium foil

Foil adalah bahan kemas dari logam, berupa lembaran aluminium yang padat dan

tipis dengan ketebalan kurang dari 0.15 mm (Syarief dkk , 1989). Foil

mempunyai sifat hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya. Pada umumnya

digunakan sebagai bahan pelapis (laminan) yang dapat ditempatkan pada bagian

dalam (lapisan dalam) atau lapisan tengah sebagai penguat yang dapat melindungi

bungkusan (Nurhudaya, 2011). Kemasan laminasi digunakan diindustri-industri

pangan saat ini tidak hanya kombinasi antara berbagai plastik saja melainkan

kombinasi antara berbagai plastik dengan aluminium. Kemasan ini disebut

sebagai metallized plastic. Walaupun lapisan pelogaman ini sangatlah tipis,

sekitar 300-1000 Å (0.03-0.1 μm) tetapi dapat meningkatkan perlindungan,

menahan bau, memberikan efek kilap dan menahan gas. Metallizing merupakan

proses pelapisan salah satu sisi film plastik transparan dengan logam pada kondisi

18

yang sangat vakum. Kemurnian aluminium yang digunakan adalah 99.9% dan

diameter wire 1,96 mm.

F. Umur Simpan

Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan, dalam suatu

kondisi penyimpanan, untuk sampai pada suatu level atau tingkatan degradasi

mutu tertentu (Floros, 1993). Floros dan Gnanasekharan (1993) menyatakan

terdapat enam faktor utama yang mengakibatkan terjadinya penurunan mutu atau

kerusakan pada produk pangan, yaitu massa oksigen, uap air, cahaya,

mikroorganisme, kompresi atau bantingan, dan bahan kimia toksik atau off flavor.

Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penurunan mutu lebih

lanjut, seperti oksidasi lipida, kerusakan vitamin, kerusakan protein, perubahan

bau, reaksi pencoklatan, perubahan unsur organoleptik, dan kemungkinan

terbentuknya racun. Umur simpan merupakan faktor penting yang harus

diketahui sebelum produk dikonsumsi. Untuk mengetahui umur simpan suatu

produk, maka perlu dilakukannya pendugaan terhadap umur simpan produk.

Pendugaan umur simpan adalah suatu kegiatan untuk mengetahui berapa lama

waktu produk masih dapat diterima oleh konsumen. Umur simpan produk pangan

dapat diduga dan ditetapkan waktu kadaluwarsanya dengan menggunakan dua

konsep studi penyimpangan produk pangan yaitu dengan Extended Storage

Studies (ESS) dan Accelerated Storage Studies (ASS) (Floros, 1993).

ESS sering juga disebut metoda konvensional, adalah penentuan tanggal

kadaluwarsa dengan jalan menyimpan suatu seri produk pada kondisi normal

19

sehari-hari sambil dilakukan pengamatan terhadap penurunan mutunya (usable

quality) hingga mencapai tingkat mutu kadaluwarsa. Metode ini akurat dan tepat,

namun pada awal-awal penemuan dan penggunaannya, namun metode ini

dianggap memerlukan waktu panjang dan analisa parameter mutu yang relatif

banyak (Floros, 1993). Sedangkan penentuan umur simpan produk dengan

metode ASS atau sering disebut dengan ASLT dilakukan dengan menggunakan

parameter kondisi lingkungan yang dapat mempercepat proses penurunan mutu

(usable quality) produk pangan. Metode ini membutuhkan waktu yang relatif

singkat.

1. Accelerated Storage Studies (ASS)

Penentuan umur simpan produk dengan metode ASS atau sering disebut dengan

ASLT dilakukan dengan menggunakan parameter kondisi lingkungan yang dapat

mempercepat proses penurunan mutu (usable quality) produk pangan. Penentuan

umur simpan produk dengan metode akselerasi dapat dilakukan melalui dua

pendekatan yaitu model kadar air kritis dan model Arrhenius. Metode akselerasi

yang banyak diterapkan pada produk pangan kering adalah melalui pendekatan

kadar air kritis. Produk disimpan pada kondisi RH lingkungan penyimpanan yang

ekstrim dan mengalami penurunan mutu akibat penyerapan uap air. Diperlukan

persamaan matematika untuk deskripsi kuatitatif dari sistem yang terdiri dari

produk, bahan pengemas dan lingkungan (Arpah, 2001). Model Arrhenius

umumnya digunakan untuk menduga umur simpan produk pangan yang sensitif

terhadap perubahan suhu, diantaranya produk pangan yang mudah mengalami

ketengikan, perubahan warna oleh reaksi pencoklatan. Prinsipnya adalah

20

menyimpan produk pangan pada suhu ekstrim dimana produk pangan menjadi

lebih cepat rusak dan umur simpan produk ditentukan berdasarkan ekstrapolasi ke

suhu penyimpanan (Kusnandar, 2006).

2. Model Pendekatan Arrhenius

Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan mutu makanan.

Semakin tinggi suhu penyimpanan maka laju reaksi berbagai senyawaan kimia

akan semakin cepat. Oleh karena itu dalam menduga kecepatan penurunan mutu

makanan selama penyimpanan, faktor suhu harus selalu diperhatikan. Dalam

model Arrhenius, produk disimpan pada suhu ekstrim untuk mempercepat

terjadinya kerusakan (Syarief dan Halid, 1989). Penurunan mutu dapat dihitung

dengan persamaan berikut :

Keterangan :

k = Konstanta penurunan mutu

k0 = Kontanta (tidak tergantung pada suhu)

Ea = Energi aktivasi (KJ/mol)

R = Konstanta gas (1.986 Kal/mol)

T = Suhu mutlak (K)

Nilai umur simpan dapat diketahui dengan memasukkan nilai perhitungan ke

dalam persamaan reaksi ordo nol atau satu. Menurut Labuza (1982), reaksi

kehilangan mutu pada makanan banyak dijelaskan oleh reaksi ordo nol dan satu.

Tipe kerusakan pangan yang mengikuti model reaksi ordo nol adalah degradasi

enzimatis (misalnya pada buah dan sayuran segar serta beberapa pangan beku);

k = k0.e-Ea/RT

21

reaksi kecoklatan non-enzimatis (misalnya pada biji-bijian kering, dan produk

susu kering); dan reaksi oksidasi lemak (misalnya peningkatan ketengikan pada

snack, makanan kering dan pangan beku). Penurunan mutu ordo reaksi nol adalah

penurunan mutu yang konstan. Kecepatan penurunan mutu tersebut berlangsung

tetap pada suhu konstan. Sedangkan tipe kerusakan bahan pangan yang termasuk

dalam rekasi ordo satu adalah (1) ketengikan (misalnya pada minyak salad dan

sayuran kering); (2) pertumbuhan mikroorganisme (misal pada ikan dan daging,

serta kematian mikoorganisme akibat perlakuan panas); (3) produksi off flavor

oleh mikroba; (4) kerusakan vitamin dalam makanan kaleng dan makanan kering;

dan (5) kehilangan mutu protein (makanan kering) (Labuza, 1982). Pendugaan

umur simpan menggunakan persamaan sebagai berikut :

keterangan :

t = prediksi umur simpan produk

At = jumlah mutu produk pada awal waktu t

A0 = jumlah awal mutu produk

k = konstanta

t = (At – A0)/k t = (ln A0 /ln At)/katau

22

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengujian Mutu Hasil

Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan

Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Politeknik Negri Lampung pada bulan September sampai dengan Desember 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mortar dan pestle, cawan

porselen, timbangan analitik, pengepres plastik, oven, desikator, Hardness Tester.

Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keripik pisang kepok

yang diperoleh dari Sentra Industri Keripik Pisang PU, polietilen ketebalan 0,3

mm, plastik polipropilen ketebalan 0,8 mm dan aluminium foil ketebalan 0,6 mm.

C. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data analisis pendugaan umur simpan keripik pisang dengan

model pendekatan Arrhenius, maka penelitian ini menggunakan dua jenis

perlakuan dan dua ulangan. Adapun perlakuan pertama adalah jenis kemasan,

23

yaitu kemasan polietilen 0,3 mm, polipropilen 0,8 mm, dan aluminium foil

0,6mm. Sedangkan perlakuan kedua merupakan suhu penyimpanan keripik

pisang, yaitu suhu 350C, 450C dan 550C.

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian pendugaan umur simpan keripik pisang terdiri dari beberapa tahapan,

antara lain sebagai berikut :

1. Persiapan Sampel

Sampel keripik pisang yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Sentra

Industri Keripik Pisang Gang PU, yaitu keripik pisang yang baru saja diproduksi,

yang mana keripik pisang masih dalam keadaan yang baik dan belum mengalami

penyimpanan. Produk keripik pisang selanjutnya dikemas dalam polietilen,

polipropilen, dan aluminium foil masing-masing seberat 100 Gram.

2. Penyimpanan Sampel

Keripik pisang yang telah dikemas dalam polietilen, polipropilen dan aluminium

foil disimpan pada tiga oven dengan suhu yang berbeda-beda yaitu 35°C, 45°C,

dan 55°C dan kemudian dilakukan pengamatan setiap 7 hari sekali.

E. Pengamatan

Pengamatan terhadap keripik pisang yang dikemas plastik polietilen, polipropilen

dan alumunium foil dilakukan setiap 7 hari sekali. Pengamatan meliputi analisis

24

kadar air, tingkat kekerasan keripik pisang dan uji organoleptik. Tahapan

dijelaskan sebagai berikut.

1. Analisis Kadar Air Keripik

Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode AOAC (1984). Sebanyak 3 Gram

contoh yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah

diketahui beratnya. Dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105C selama 3 jam.

Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Dipanaskan lagi dalam

oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang, perlakuan ini

diulang hingga berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2

mg). Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.

% = − 100%Keterangan :

A = Berat contoh

B = Cawan + contoh basah

C = Cawan + contoh kering

2. Analisa Kekerasan Keripik

Keripik pisang yang dikemas polietilen, polipropilen dan aluminium foil dan

disimpan dalam 35°C, 45°C, dan 55°C dilakukan pengamatan terhadap perubahan

kekerasan. Perubahan kekerasan diukur dengan menggunakan alat Hardness

Tester. Pengukuran kekerasan pada keripik pisang dilakukan penusukan di tiga

titik yang berbeda, agar data yang diperoleh tidak bias dan mewakili penyebaran

25

kekerasan di setiap bagian. Analisis perubahan kekerasan dilakukan setiap 7 hari

sekali.

3. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang akan digunakan adalah uji skoring (skalar). Uji

organoleptik ini menggunakan 25 orang panelis semi terlatih. Parameter yang

diuji secara organoleptik keripik pisang ini adalah aroma, rasa dan kerenyahan.

Pada uji skoring ini menggunakan 5 tingkat skor, dimana batas skor kritis

penerimaan panelis terhadap produk berada pada skor 3. Nurhudaya (2011)

menyatakan bahwa batas agak tidak suka merupakan batas awal produk mulai

tidak diterima oleh konsumen. Berikut keterangan nilai skor untuk masing-

masing parameter mutu yang diujikan dalam uji organoleptik :

Parameter Aroma : Parameter Rasa :

5 = Sangat tidak tengik 5 = Sangat khas pisang

4 = Tidak tengik 4 = Khas pisang

3 = Normal 3 = Agak khas pisang

2 = Tengik 2 = Tidak khas pisang

1 = Sangat tengik 1 = Sangat tidak khas pisang

Parameter Kerenyahan :

5 = Sangat renyah

4 = Renyah

3 = Agak renyah

2 = Tidak renyah

1 = Sangat tidak renyah

26

4. Analisis Pendugaan Umur Simpan

Pendugaan umur simpan dilakukan dengan metode Accelerated Storage Studies

(ASS). Model pendekatan yang digunakan adalah model Arrhenius. Prinsip

model Arrhenius adalah menyimpan produk pangan pada suhu ekstrim dimana

produk pangan menjadi lebih cepat rusak dan umur simpan produk ditentukan

berdasarkan ekstrapolasi ke suhu penyimpanan (Kusnandar, 2006). Data hasil

pengamatan pada suhu 350C, 450C dan 550C dibuat dalam bentuk grafik sehingga

diperoleh persamaan regresi linearnya yaitu nilai slope (k), intercept (konstanta)

dan koefisien korelasi (R).

Sebelum dilakukan perhitungan nilai umur simpan, terlebih dahulu ditentukan

ordo reaksi yang tepat dengan memperlihatkan laju penurunan mutu keripik

pisang. Pemilihan ordo reaksi ditentukan dari laju reaksi yang mengikuti

penurunan mutu keripik pisang (ordo 1). Kemudian nilai ln k pada ordo reaksi

yang telah ditentukan diplotkan pada sumbu y dalam skala linear dan nilai 1/T

pada sumbu x dalam skala linear, T adalah suhu penyimpanan dalam satuan

Kelvin. Setelah itu ditentukan garis regresinya, nilai slope yang diperoleh

merupakan nilai =Ea/RT dalam persamaan Arhenius dan intersepnya berupa nilai

ln k0. Nilai umur simpan kemudian dikonversi pada keadaan suhu ruang (250C)

untuk menunjukkan umur simpan yang sebenarnya. Dengan menggunakan

rumus: k = k0.e-Ea/RT, akan diperoleh nilai penurunan mutu (k) dari produk yang

disimpan dalam kemasan tertentu. Kemudian pendugaan umur simpan dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

27

Keterangan :

t = prediksi umur simpan

At = jumlah mutu pada waktu t

A0 = jumlah mutu awal

k = konstanta

t = (At – A0)/k t = (ln A0/ln At)/katau

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

umur simpan keripik pisang pada suhu ruang (250C) yaitu 107,19 hari dalam

kemasan polietilen, 143,52 hari dalam kemasan polipropilen dan 155,19 hari

dalam kemasan alumunium foil.

B. Saran

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian

dengan parameter-parameter mutu lain seperti analisa kadar asam lemak bebas

untuk menentukan umur simpan keripik pisang dalam berbagai kemasan.

64

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Standar Prosedur Pengolahan Pisang. Direktorat PengolahanHasil Pertanian Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran HasilPertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Anonim. 2012. Pisang (Musa spp). http://www.ristek.go.id. Diakses 28 Mei 2015.

Andriyanto, H. S. 2012. Pendugaan Umur Simpan Bahan Makanan Campuran(BMC) dari Tepung Sukun (Artocarpus communis) dan Tepung KacangBenguk (Mucuna pruriens L.) Germinasi pada Kemasan Plastik Polietilendengan Metode Akselerasi. (Skripsi). Universitas Lampung. BandarLampung. 40-41 hlm.

AOAC. 1984. Official Method of Analisis of the Associates of Official AnalyticalChemist. AOAC. New York. Chapter 45, p. 5-65.

Arpah. 2001. Penentuan Kedaluwarsa Produk Pangan. Institut Pertanian Bogor.Bogor 86-88 hlm.

Asgar, A. dan D. Musaddad. 2006. Optimalisasi Cara, Suhu, dan Lama Blansingsebelum Pengeringan pada Wortel. Jurnal Horti. 16(3): 245-252.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produktivitas Pisang Nasional. Badan Pusat Statistik.Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Data Produksi Pisang. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2007. Syarat Mutu Keripik Pisang SNI-4315-1996.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Chan, H.W.S. 2005. In : Autoxidation of Unsaturated Lipid. Ed: Chan, H.W.S.Academic Press. New York. p.1.

Cheetam, P.S.J. 2002. Plant-Derived Nautral Sources of Flavors. Di dalam:Taylor, A. J. 2002. Food Flavor Technology.CRC Press. UK. Halaman 110-111.

65

Departemen Pertanian, 2006. Pusat Data dan Informasi Pertanian.http//www.deptan.go.id. Diakses 28 Mei 2015.

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2009. Standar Prosedur Operasional(SPO) Pengolahan Pisang. Direktorat Jenderal Pengolahan Dan PemasaranHasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dwika , R. Tinosa,T. Ceningsih, dan S. B. Sasongko. 2012. Pengaruh Suhu DanLaju Alir Udara Pengering Pada Pengeringan Karaginan MenggunakanTeknologi Spray Dryer. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. 1(1):298-304.

Fiardy, A. 2013. Penentuan Umur Simpan Keripik Ubi Jalar Dan Keripik TalasDalam Kemasan Plastik Dan Aluminium Foil. (Skripsi). Institut PertanianBogor. Bogor. 91 hlm.

Fitriani, S. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Beberapa MutuManisan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Kering. Scientific Journal.Jakarta.

Floros. J.D. ,V. Gnanasekharan, V. 1993. Shelf Life Prediction Of PackagedFoods. Chemical, Biological, Physical And Nutrisional Aspects.(G.Charalambous, ed.).Elsevier Publ. London.

Gunasoraya. 2011. Penentuan Umur Simpan Produk Terkemas.. http://gunasoraya.blogspot.com/2011/01/alpukat-persea-americana.html. Diakses28 Mei 2015

Handayani, H. T. 2008. Studi Kemunduran Mutu Polong Panili Kering SelamaPenyimpanan Pada Berbagai Kemasan Plastik. (Skripsi). UniversitasSebelas Maret. Surakarta

Hafriyanti, Hidayati, dan Elfawati. 2008. Kualitas Daging Sapi dengan KemasanPlastik PE (Polyethylen) dan Plastik PP (Polypropylen) di Pasar ArengkaKota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. 5(1): 22-27.

Hariyadi, P. 2012. Uji Umur Simpan Yang Dipercepat (Accelerated Shelf LifeTest) Berdasarkan Model Isoterm Sorpsi Air. Fateta. IPB. Bogor.

Hendra, M. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Buah-Buahan Dan Sayuran Liar OlehSuku Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. (Tesis). IPB. Bogor.

Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpan pada produk Pangan. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Jawa Tengah. 124-127 hlm.

66

Hermanianto, J., M. Arpah and W. K Jati. 2000. Shelf Life Determination OfExtruded Snack Food Of Rice Milling By Products Using Conventional,Arrhenius Kinetics And Sorpsi Isothermic Methods. Balai Teknologi danIndustri Pangan XI (2): 36-37

International Aluminium Institute. 2000. Bayer Process Chemistry. Haymarket.New Zealand House. 4-5 hlm.

Ismiwarti. 2005. Pemanfaatan Cangkang Rajungan (Portunus sp) Sebagai Flavor.(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Istanti, I. 2006. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadaap Sifat Fisik dan SensoriKerupuk Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) yang Dikeringkan denganMenggunakan Sinar Matahari. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia.Jakarta. 284 hlm.

Khomsan, Ali dan Faisal Anwar. 2008. Sehat Itu Mudah. Hikmah. Jakarta.

Koswara, S dan F. Kusnandar. 2004. Contoh Kasus Pendugaan Masa KadaluarsaProduk-Produk Spesifik. Dalam: Modul V Pelatihan Pendugaan WaktuKadaluarsa (Self Life) Bahan Dan Produk Pangan. IPB. Bogor. 14 hlm

Kusnandar, F. 2004. Aplikasi Progaram Komputer Sebagai Alat Bantu PenentuanUmur Simpan Produk Pangan Metode Arrhenius. Dalam: Modul VIPendugaan Waktu Kadaluarsa (Self Life) Bahan Dan Produk Pangan. IPB.Bogor. 19 hlm

Kusnandar, F. 2006. Pendugaan Umur Simpan Produk Pangan denganMetode Accelerated Shelf Life Testing.

Labuza, T.P. 1982. Shelf Life Dating of Foods. Food and Nutrition Press. Inc.Westport. Connecticut. Dalam: Pendugaan Umur Simpan Keripik Wortel(Daucus carota L.) dalam Kemasan Alumunium Foil dengan MetodeAkselerasi. (Skripsi). 2010. Fateta. Ipb. Bogor: 88 hlm

Marcella, S. 2013. Prediksi Umur Simpan Crackers Menggunakan MetodeAccelerated Shelf-Life Testing (ASLT) dengan Pendekatan Arrhenius.(Skripsi). Universitas Brawijaya. Malang

Muchtadi, T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. IPB Press. Bogor.

Mujiarto, I. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif.Traksi. AMNI Semarang. 3 (2): 1-9.

Mulyanti, S. 2005. Teknologi Pangan. Trubus Agri Sarana. Surabaya.

67

Nurhudaya. 2011. Rekayasa Proses Penggorengan Vakum (vacuum frying) danPengemasan Keripik Durian Mentawai (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik danKertas Serta Pengaruhnya terhadap Bahan yang dikemas. USU. SumateraUtara. 1-15 hlm.

Putro, J.S. 2012. Optimasi Proses Penggorengan Hampa dan PenyimpananKeripik Ikan Pepetek (Leiognathus Sp). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Renate, D. 2009. Pengemasan Puree Cabe Merah dengan Berbagai Jenis Plastikyang Dikemas Vacum. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.14(1) : 80- 89.

Robertson G. L. 1993. Food Packaging Principle and Practices. Marcel Dekker.Inc.NY.

Robertson, G. L. 2010. Food Packaging and Shelf Life: A Pratical Guide. CRCPress. Florida.

Rumpis. 2011. Pisang Kepok Kuning. http://rumpis-rumahpisang.blogspot.com.Diaksespada 29 Mei 2015.

Sacharow, S. dan R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. WestportConnecticut. AVI Publisher

Sangadah. 2006. Kajian Pengaruh Penambahan Tepung Daging-Tulang LeherAyam Pedaging sebagai Sumber Protein dan Kalsium pada Sup Krim InstanJamur Shittake. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhelmi, M. 2007. Pengaruh Kemasan Polypropylene Rigid Kedap UdaraTerhadap Perubahan Mutu Sayuran Segar Terolahan Minimal SelamaPenyimpanan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sulistyowati, A. 2004. Membuat Keripik Buah dan Sayur. Puspa Swara. Jakarta.

Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan.Bandung. Dalam: Pendugaan Umur Simpan Keripik Wortel (Daucus carotaL.) dalam Kemasan Alumunium Foil dengan Metode Akselerasi. (Skripsi).2010. FATETA. IPB. Bogor:88 hlm.

Syarief, R., S. Santausa, dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.Pusat Antar-Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

68

Triyanto E., B.W.H.E. Prasetiyono, dan S. Mukodiningsih. 2013.Pengaruh BahanPengemas dan Lama Simpan terhadap Kualitas Fisik dan Kimia WaferPakan komplit Berbasis limbah Agroindustri. Animal Agriculture Journal.2. (1) : 400- 409.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 251hlm.

Wulandari, A., S. Waluyo., D. D. Novita. 2013. Prediksi Umur Simpan KerupukKemplang Dalam Kemasan Plastik Polipropilen Beberapa Ketebalan. JurnalTeknik Pertanian Lampung. 2(2) 105 - 114