202
i PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh: Titik Isniatus Sholikhah NIM: 11111100 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (Studi Kasus …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/719/1/SKRIPSI.pdf · meliputi sumber primer yakni hasil wawancara kepala sekolah, guru,

  • Upload
    lekhue

  • View
    242

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Titik Isniatus Sholikhah

NIM: 11111100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2015

iii

iv

vi

MOTTO

ظهر الفساد في الب ر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض

الذي م ا لع هم ي ر ع و

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar).” (Q.S Ar Rum: 41)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ayah dan ibundaku tersayang, Muh. Sahid dan Siti Fatimah yang selalu

membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi

dalam kehidupanku.

2. Ketujuh saudaraku kakak Hadi Muhdlorun, kakak Alimah, kakak Sri

Puji Wahyuni, kakak Ismun, kakak Zaenal Arifin, kakak Khoirul

Ahzani, dan kakak Nurul Yaqin atas motivasi yang tak ada hentinya

kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

3. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing skripsiku, ibu Dr.

Lilik Sriyanti, M.Si.

4. Bapak M. Yusuf Khummaini, M. HI. yang telah memberikanku

inspirasi.

5. Ketua Jurusan PAI, ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

6. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan

membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Para kyai, ustadz-ustadzah, santri, dan keluarga besar Pondok Pesantren

Salafiyah, Pulutan, Sidorejo, Salatiga.

8. Para guru, siswa-siswi, dan karyawan Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

viii

9. Keluarga besar dan kanda yunda Jam’iyyatul Qura’ wal Huffadz Al

Furqan IAIN Salatiga.

10. Keluarga besar dan sahabat-sahabati di organisasi ekstra kampus

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kota Salatiga,

terimakasih atas doa dan motivasinya sehingga penulisan skripsi ini

bisa terselesaikan.

11. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 khususnya jurusan PAI

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan

kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta

hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan (Studi

Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan Tahun 2015).

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para

pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang

mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat

manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni

dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan

dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Suwardi, M.Pd.

3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing akademik sekaligus

pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas,

x

mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga

skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak M. Yusuf Khummaini, M.HI. yang telah memberikan ide dan

inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat

menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan yang telah memberikan izin penelitian.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 12 Desember

2015

Titik Isniatus Sholikhah

NIM: 11111100

xi

ABSTRAK

Sholikhah, Titik Isniatus. 2015. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan (Studi

Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan Tahun 2015). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Peduli Lingkungan.

Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi adalah tak lain karena ulah tangan

manusia itu sendiri yaitu kurangnya rasa peduli lingkungan yang dimiliki. Oleh

karenanya, nilai-nilai budaya peduli lingkungan ini akan lebih baik jika

ditanamkan sejak dini pada peserta didik. Sehingga sikap peduli lingkungan

tersebut akan mengkarakter dalam jiwanya untuk kemudian diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari pada kondisi apapun dan di manapun ia berada.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan secara islami, bagaimana

pendidikan karakter peduli lingkungan serta faktor-faktor yang menjadi penunjang

dan penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan melalui pendidikan

kepada siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan.

Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field

research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini

meliputi sumber primer yakni hasil wawancara kepala sekolah, guru, siswa, dan

petugas kebersihan, dan sumber sekunder yang dapat berupa foto-foto kegiatan

terkait pendidikan lingkungan, buku kurikulum, profil sekolah, dan sertifikat

penghargaan bagi sekolah. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, pendidikan karakter peduli

lingkungan secara islami adalah program pendidikan yang dirancang untuk

membina keterampilan siswa dalam memahami hubungan antar manusia dan

lingkungan fisiknya, mengembangkan sikap siswa untuk senantiasa melestarikan

lingkungan menuju peningkatan kualitas hidup dengan menggunakan cara yang

islami sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, pelaksanaan pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah dititikberatkan pada masalah

menjaga kebersihan lingkungan yang berdasarkan hadits Rasulullah Saw. yaitu

kebersihan merupakan bagian dari iman. Penanaman karakter peduli lingkungan

ini termasuk realisasi program Green Environment seperti yang berlaku di negara

Indonesia. Pendidikan karakter peduli lingkungan diberikan dengan berbagai

model salah satunya keteladanan. Ketiga, faktor penunjang pendidikan karakter

peduli lingkungan di sini adalah kebiasaan siswa di rumah yang rajin dan peran

serta guru. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sifat malas siswa dan kondisi

luar masyarakat yang berbeda.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

ABSTRAK ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7

E. Penegasan Istilah ............................................................................ 9

F. Tinjauan Pustaka........................................................................... . 11

G. Metode Penelitian............................................................................ 15

H. Sistematika Penulisan...................................................................... 25

xiii

BAB II PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan..................... 27

B. Landasan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan....................... 40

1. Ayat Al Quran dan Hadits...................................................... 40

2. Program Adiwiyata................................................................. 43

3. Program Green Environment.................................................. 44

C. Model Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan........................... 45

1. Tunjukkan Teladan…………………………………………. 47

2. Arahkan (berikan bimbingan)………………………………. 55

3. Dorongan……………………………………………………. 57

4. Zakiyah (murni-suci-bersih)………………………………... 59

5. Kontinuitas (pembiasaan)…………………………………... 61

6. Ingatkan……………………………………………………… 65

7. Repetition (pengulangan)…………………………………… 66

8. Organisasikan……………………………………………….. 67

9. Heart (hati)………………………………………………….. 68

D. Strategi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan……………….. 73

1. Strategi cheerleading……………………………………….. 73

2. Strategi pujian dan hadiah…………………………………... 74

3. Strategi define-and-drill…………………………………….. 74

4. Strategi forced formality……………………………………. 74

5. Strategi traits of month……………………………………… 75

xiv

E. Faktor Penunjang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan…….. 75

1. Pengaruh nature……………………………………………… 75

2. Pengaruh nurture…………………………………………….. 75

F. Faktor Penghambat/Kendala Penanaman Karakter Peduli

Lingkungan Melalui

Pendidikan………………………………………………................. 77

BAB III HASIL PENELITIAN

A. GambaranUmum Lokasi Penelitian................................................. 79

1. Kondisi Geografis..................................................................... 79

2. Profil Sekolah Menengah Assalihiyah.................................... 79

3. Visi.......................................................................................... 81

4. Misi.......................................................................................... 81

5. Tujuan....................................................................................... 81

6. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Assalihiyah.............. 82

7. Sistem Pembelajaran................................................................ 84

8. Kurikulum................................................................................ 85

9. Jumlah Guru, Siswa, dan Ketenagakerjaan............................. 86

10. Sarana dan Prasarana.............................................................. 89

B. Paparan Temuan Penelitian ............................................................ 90

1. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan...... ............................................................... 90

xv

2. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan

Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand

Selatan.................... ................................................................. 112

BAB IV ANALISIS DATA

A. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand

Selatan................................................................................. ........... 118

B. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan Karakter

Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan ........................... 143

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 147

B. Saran .............................................................................................. 149

C. Penutup.......................................................................................... 150

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 jadwal kegiatan belajar………………………………………….. 85

2. Tabel 3.2 nama guru bidang agama………………………………………... 86

3. Tabel 3.3 nama guru bidang akademik.......................................................... 88

4. Tabel 3.4 jumlah siswa tiap kelas.................................................................. 89

5. Tabel 3.5 daftar sarana prasana sekolah....................................................... 89

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Nota Pembimbing Skripsi

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Pedoman Wawancara

7. Verbatim Wawancara

8. Foto-foto

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah tempat di mana manusia tinggal dan

melakukan segala aktivitasnya. Lingkungan hidup yang baik, indah, rapi,

sejuk dan sehat akan menimbulkan ketenangan hati dan rasa nyaman bagi

orang-orang yang berada di sekelilingnya. Salah satu ciri lingkungan baik

dan sehat adalah lingkungan hidup yang bebas dari sampah yang

berceceran, penuh dengan tanaman pepohonan yang hijau dan rindang.

Menjaga lingkungan adalah kewajiban setiap manusia. Bukan hanya

petugas kebersihan di setiap lingkungan tertentu saja seperti petugas

kebersihan sekolah (tukang kebun), petugas kebersihan kota, atau yang

lainnya.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa banyak polusi yang

semakin merajalela khususnya di Indonesia mulai dari pembuangan

sampah-sampah yang menumpuk, asap kendaraan bermotor, limbah

industri, pencemaran bahan kimia lainnya dan masih banyak lagi. Hal

tersebut pasti akan mengancam keberadaan seluruh ekosistem yang ada

dan menjadikan berkurangnya jumlah sumber daya alam yang tersedia.

Maka dari itu, pendidikan karakter peduli lingkungan sangat dibutuhkan

dan harus ditanamkan mulai sejak dini, karena peduli lingkungan termasuk

salah satu dari 18 nilai karakter versi Kemendiknas (Suyadi, 2013: 7-9).

Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui latihan dan pembiasaan-

2

pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya (Zainuddin, 1991:

107) agar masalah-masalah kerusakan alam bisa ditanggulangi. Mulai dari

hal kecil misalnya, tentang pembuangan sampah. Membuang sampah pada

tempatnya sangat perlu dibudayakan. Di samping itu, manusia kini telah

diberi kemampuan yang luar biasa oleh Tuhan untuk memanfaatkan

akalnya. Manusia hendaknya bisa menggunakan daya pikirnya untuk

mengubah barang yang sudah tak terpakai menjadi barang yang dapat

dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pengolahan sampah sangat

diperlukan.

Kerusakan alam yang terjadi dan membuat rasa menjadi tidak

nyaman untuk ditinggali adalah tak lain ulah manusia itu sendiri yang

melakukan pengrusakan tanpa adanya pelestarian. Oleh karenanya, agama

Islam sangat menganjurkan untuk selalu menjaga dan melestarikan

lingkungan hidup (alam). Firman Allah dalam Al Quran QS Ar Rum: 41

sebagai berikut (al Quran dan Terjemahannya, 2013: 408):

ظهر الفساد ف الب ر والبحر با كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعلهم ي ر عوو

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar).”

Berkebalikan dengan ayat di atas, umat manusia diperintahkan oleh

Allah Swt untuk selalu menjaga lingkungannya, karena apa yang diperbuat

semuanya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti halnya

dikatakan orang Jawa “Sing sopo wonge nandur, bakal ngunduh” yang

3

bermakna barang siapa menanam pasti dia akan menuai hasilnya. Artinya,

jika seseorang menanamkan benih kebaikan, maka kebaikan pula yang

akan ia terima. Sebaliknya, jika seseorang menanamkan benih keburukan,

maka keburukan pula yang akan kembali kepadanya. Misalnya, ketika

manusia mampu menjaga lingkungannya agar tetap bersih, perasaan hati

dan pikiran akan terasa tenang, nyaman, dan damai. Selain itu, lingkungan

yang bersih dan rapi akan sedap dipandang.

Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang cinta damai dan

keindahan. Secara fitrah, tak ada satupun manusia yang bisa membenarkan

perilaku manusia (baik pribadi maupun kelompok) yang merugikan

manusia atau makhluk lain termasuk lingkungan hidup (alam). Manusia

akan selalu berusaha untuk berbuat kebaikan dan menjaga lingkungan

hidupnya. Membiasakan hidup bersih dan sehat jasmani-rohani itu juga

termasuk tujuan kurikuler studi agama Islam (Tafsir, 2008: 19). Selain itu,

menurut Mahmud Yunus, mementingkan kebersihan adalah salah satu dari

tiga aspek kepribadian manusia yang harus dibina dalam pendidikan

agama Islam (Tafsir, 2008: 56). Oleh karenanya, hal tersebut perlu

pembiasaan yang baik pula karena terkadang manusia lalai akan

perbuatannya. Contoh kecil, makan dan membuang bungkus snack

sembarangan di jalan.

Tidak kalah penting juga harus ada upaya yang serius untuk

membudayakan peduli lingkungan hidup melalui dunia pendidikan.

Institusi pendidikan harus menjadi benteng yang tangguh untuk

4

menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya peduli lingkungan

hidup kepada seluruh warga masyarakat yang kini tengah gencar menuntut

ilmu di dunia pendidikan khususnya pendidikan formal sekolah seperti

yang diungkapkan Al Ghazali tentang kemuliaan menuntut ilmu sesuai

dengan perintah Allah dalam Al Quran surat at Taubah: 122 (Zainuddin,

1991: 25):

هم طائفة ليت فقهوا ف وما كاو المؤمنوو لي نفروا كافة ف لوال ن فر من كل فرقة من ين الد

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke

medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama”.

Nilai-nilai budaya peduli lingkungan ini akan lebih baik jika

ditanamkan sejak dini pada peserta didik. Karena, dengan demikian

pembiasaan tersebut terbangun lebih dini yang akan membawanya kepada

kebiasaan baik (peduli lingkungan hidup) sampai masa tuanya.

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat juga perlu terus

digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk selanjutnya disemaikan

ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya

pun tidak bercorak teoretis dan dogmatis seperti orang khutbah, melainkan

harus lebih interaktif dengan mengajak peserta didik untuk berdiskusi dan

bertukar pikiran melalui topik-topik lingkungan hidup yang menarik.

Oleh karena itu, penanaman karakter peserta didik akan peduli

lingkungan hidup sangatlah penting. Hal ini tidaklah sesuatu yang sangat

5

mudah dilakukan karena seorang guru atau pendidik harus memiliki cara

tersendiri untuk menanamkan karakter tersebut. Pendidik akan memilah

mana model pendidikan yang dianggap paling efektif. Pendidik harus

mengetahui tabiat pembawaan, adat istiadat, dan pemikiran murid agar

tidak salah arah dalam mendidik anak-anak (Rosyadi, 2004: 189). Suatu

institusi pendidikan juga pasti memiliki tradisi masing-masing yang

dikatakan sebagai “kearifan lokal”.

Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan adalah salah satu sekolah yang berbasis agama Islam di

wilayah Thailand Selatan. Meskipun mayoritas masyarakat Thailand

Selatan beragama Islam, namun mereka tetap harus menyesuaikan diri dan

bersosialisasi dengan masyarakat Thailand dengan agama Budha yang

dominan. Untuk mampu bersaing dengan seluruh sekolah di Thailand,

Sekolah Menengah Assalihiyah harus mampu mencetak peserta didik yang

berilmu, beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta mencetak generasi

yang menghayati nilai Islam demi terwujudnya masyarakat yang maju,

inovatif, progresif, dan berteknologi. Sekolah Menengah Assalihiyah telah

mendapatkan penghargaan 4 kali atas prestasi menjaga kebersihan

lingkungan sekolah dari kerajaan. Hal tersebut perlu dukungan dari

seluruh warga sekolah agar dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang

bersih.

Di lembaga pendidikan formal (sekolah), guru memiliki

peran/tugas yakni mendidik yang dapat dilakukan dalam bentuk memberi

6

contoh, membiasakan, dan mengajar (Tafsir, 2008: 78) termasuk untuk

mengajarkan pendidikan karakter peduli lingkungan kepada peserta

didiknya. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan kepala

Sekolah Menengah Assalihiyah, bahwa di sekolah ini ditanamkan pula

karakter peduli lingkungan melalui pendidikan dan utamanya tentang

kebersihan. Sebagai lembaga sekolah yang berbasis Islam, pendidik

mampu memilih model-model pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam.

Namun, pendidikan karakter peduli lingkungan ini belum mencapai hasil

yang maksimal. Penulis juga mengamati masih ada beberapa sudut sekolah

yang kurang terjaga kebersihan lingkungannya. Penulis ingin meneliti

lebih jauh berkenaan dengan upaya penanaman karakter peduli lingkungan

yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis tertarik

untuk melakukan suatu penelitian dengan judul: PENDIDIKAN

KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (Studi Kasus di Sekolah

Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand

Selatan Tahun 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas,

maka peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah:

1. Bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan secara islami?

7

2. Bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand

Selatan?

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam

penanaman karakter peduli lingkungan melalui pendidikan pada siswa

di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa setiap

kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan

yang ingin dicapai. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan

secara islami.

2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan

di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penunjang dan

penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan melalui

pendidikan kepada siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini

diantaranya adalah:

8

1. Secara teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa

sumbangsih bagi pendidik, peserta didik, dan civitas academic

khususnya di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,

Khokpho, Pattani, Thailand Selatan dan bagi seluruh umat

manusia termasuk warga negara Indonesia agar lebih

meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.

b. Memberikan informasi bagi masyarakat luas (pembaca) bahwa

ada model pendidikan tersendiri yang digunakan dalam

menanamkan pengamalan rasa kepedulian terhadap lingkungan

hidup. Model pendidikan tersebut disesuaikan dengan kondisi

masyarakat yang dihadapi.

2. Secara praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan di antaranya:

a. Bagi Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan:

1) Untuk mengetahui manfaat atas pendidikan karakter peduli

lingkungan yang selama ini telah diterapkan,

2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam proses

penanaman karakter peduli lingkungan melalui

pendidikanbagi pendidik, untuk kemudian dicarikan solusi

terbaik.

9

b. Bagi lembaga pendidikan di Indonesia, dapat mengambil contoh

model pendidikan karakter peduli lingkungan yang dinilai efektif

untuk kemudian diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik

sehingga memunculkan generasi Indonesia yang peduli akan

lingkungan hidupnya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan bagi peneliti

selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam dengan fokus dan

setting berbeda untuk memperoleh perbandingan. Sehingga

memperkaya temuan-temuan penelitian tentang model

pendidikan karakter peduli lingkungan.

d. Bagi masyarakat luas, di antaranya dapat mengetahui dan

memanfaatkan model pendidikan karakter peduli lingkungan

yang efektif untuk ditanamkan kepada setiap orang agar tercipta

karakter pribadi yang baik, sesuai dengan harapan masyarakat,

bangsa, dan agama.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam memahami

topik penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah

untuk beberapa kata yang kelihatannya masih abstrak, sehingga

mempermudah pembahasan selanjutnya.

Adapun pembahasan istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

10

1. Pendidikan Karakter

Kata pendidikan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia,

pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk

mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui

pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12,1990:

hlm. 365). Kata karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan

Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan

(knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan

melakukan kebaikan (doing the good) (Majid dan Dian Andayani,

2013: 11).

Dengan demikian, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai

upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan

sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan sehingga

seseorang dapat mengetahui, mencintai dan melakukan kebaikan.

Pendidikan karakter adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya

berorientasi pada aspek kognitif saja, melainkan lebih berorientasi

pada proses pengembangan potensi anak melalui pembiasaan sifat-sifat

dan nilai-nilai karakter yang baik.

2. Peduli lingkungan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia peduli adalah

mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan (Pusat Bahasa

Departemen Nasional, 2007: 841). Sedangkan kata lingkungan dalam

UU No. 23/1997 yang dikutip oleh Tim Penulis (2011: 140-141)

11

lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Peduli lingkungan adalah sikap dan

tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan

sekitar (Suyadi, 2013: 9). Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian

ini difokuskan di lingkungan Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

F. Tinjauan Pustaka

Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan dari

berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu

untuk dijadikan sebagai data acuan atau pendukung bagi penelitian ini.

Hasil penelitian terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topik dengan

penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Umam (2014) yang berjudul Model

Pendidikan Karakter Islami pada Siswa di SMK Al Ma‟arif Demak

Tahun Pelajaran 2103/2014. Hasil penelitian ini menunjukkan model

pendidikan karakter islami pada siswa di SMK Al Ma’arif Demak

tahun pelajaran 2013/2014 dilakukan melalui proses penanaman

karakter siswa baik di dalam maupun di luar kelas dengan memberikan

materi yang mengarah pada akhlakul karimah dan pelaksanaan

kegiatan ibadah harian di sekolah seperti shalat sunnah dzuha dan

rowatib, shalat berjamaah dzuhur dan ashar, doa dan dzikir bersama.

12

Sedangkan penerapannya bagi pembentukan perilaku islami pada

siswa yaitu dengan terciptanya siswa yang berakhlakul karimah

melalui kebiasaan-kebiasaan berkarakter akhlakul karimah yang sudah

melekat pada diri siswa baik kebiasaan di rumah maupun di sekolah.

Penelitian Ahmad Khotibul Umam mempunyai kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tentang pendidikan

karakter, namun terdapat perbedaan yang terletak pada pemfokusan

masalahnya yakni model pendidikan karakter islami ini lebih bersifat

umum karena fokus pendidikan karakter islami yang menyeluruh

berkaitan dengan perilaku-perilaku islami siswa sedangkan penelitian

yang dilakukan peneliti lebih dikhususkan lagi pada pendidikan

karakter tentang peduli lingkungan yang mana peduli lingkungan

termasuk salah satu perilaku islami tersebut. Posisi peneliti pada

penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan dan

membandingkan pendidikan karakter islami di SMK Demak dan

pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Linda Tisa Purwani (2014) yang

berjudul Implikasi Nilai Karakter Peduli Lingkungan di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi nilai karakter peduli

lingkungan di MIN Kebonagung melalui Program Adiwiyata sudah

sesuai dengan prinsip-prinsip Program Adiwiyata, yaitu partisipatif

13

dan berkelanjutan. Nilai karakter yang terbentuk di MIN Kebonagung

adalah peduli terhadap lingkungan sekitar, tanggung jawab, hidup

sehat, hidup hemat, kreatif, rasa ingin tahu, mencintai keindahan, nilai

religius, disiplin, semangat kebangsaan dan cinta tanah air, sikap tertib,

empati, peduli sosial, rasa hormat, dan sopan santun. Faktor

pendukung pengembangan implikasi nilai karakter pendidikan

lingkungan hidup di MIN Kebonagung adalah lokasi madrasah yang

mendukung, dukungan dari warga sekolah dan masyarakat, dan

fasilitas pendukung dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Sedangkan

faktor penghambatnya adalah adanya pengaruh neagtif dari luar, latar

belakang keluarga dan pengetahuan yang heterogen, dan kurangnya

pemahaman siswa dalam menerapkan cinta terhadap lingkungan.

Penelitian Linda Tisa Purwani memiliki kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tentang pendidikan

karakter peduli lingkungan. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam

pemfokusan masalahnya yaitu implikasi nilai karakter peduli

lingkungan pada siswa sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti

lebih umum mengenai landasan, model dan strategi dalam penanaman

karakter peduli lingkungan melalui pendidikan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan. Posisi

peneliti dalam penelitian ini adalah komparasi.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2013) yang berjudul

Konsep Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam. Hasil penelitian

14

ini menunjukkan konsep pendidikan karakter di Indonesia adalah

pendidikan nilai. Pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari

budaya bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian

generasi muda yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan moral,

sikap moral, dan perilaku moral. Ketiga aspek tersebut sesuai dengan

tujuan pendidikan Islam yaitu aspek jasmani, rohani, dan akal. Nilai-

nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Konsep pendidikan Islam

adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain

agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam yang

menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik.

Penelitian yang dilakukan Ida Kurniawati mempunyai kesamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tentang

pendidikan karakter. Akan tetapi terdapat perbedaan yaitu penelitian

Kurniawati berkisar pada konsep pendidikan karakter dalam

pendidikan Islam yang didalamnya mengemukakan tentang 18 nilai-

nilai luhur seperti yang disebutkan di atas. Penelitian yang dilakukan

peneliti lebih memfokuskan pada pendidikan karakter peduli

lingkungan di mana peduli lingkungan itu termasuk salah satu dari

15

nilai-nilai luhur yang 18. Posisi peneliti dalam penelitian di atas adalah

mengerucutkan fokus penelitian pada satu aspek yakni tentang peduli

lingkungan.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field

research) karena informasi dan data-data digali dan diperoleh melalui

pengamatan di lapangan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif di

mana penelitian ini bertujuan untuk membuat pencandraan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983: 75).

Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pemahaman

tentang suatu fenomena dalam konteks tertentu dengan cara

mendeskripsikannya dengan kata-kata dan bahasa dalam konteks

khusus yang alamiah (Moleong, 2008: 5-6).

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti di sini adalah penelitian

lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Karena

data-data dan informasi yang diperoleh digali melalui pengamatan

lapangan dan membuat pencandraan secara sistematis dan faktual

mengenai fakta-fakta dari pelaksanaan pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan. Sedangkan pendekatan penelitian yang

16

digunakan di sini adalah pendekatan naturalistik untuk mencari dan

menemukan pemahaman tentang penanaman karakter peduli

lingkungan melalui pendidikan di Sekolah Menengah Assalihiyah,

dengan cara mendeskripsikannya dengan kata-kata dan bahasa dalam

konteks khusus yang alamiah.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

pengumpul data mengenai pendidikan karakter peduli lingkungan di

Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan. Peneliti harus berusaha untuk mengamati,

mendampingi, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas terlaksananya

penerapan nilai-nilai karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan selama

kurang lebih satu bulan.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan difokuskan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

4. Sumber data

Adapun sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti antara lain:

a. Sumber primer

Sumber primer dalam penelitian ini adalah para informan

(pelaksana penanaman karakter peduli lingkungan melalui

pendidikan). Narasumber yang diambil sebagai sampel dalam

17

penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik “purposive

sampling” artinya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian,

tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan. Akan tetapi,

lebih kepada kualitas informasi, kredibilitas dan kekayaan

informasi yang dimiliki (Raco, 2010: 115). Artinya narasumber

yang diambil adalah orang-orang yang mengetahui, memahami,

dan terlibat dalam pendidikan karakter peduli lingkungan di

Sekolah Menengah Assalihiyah. Para narasumber tersebut yaitu

kepala madrasah berkenaan dengan bagaimana pendidikan

karakter peduli lingkungan di sekolah, landasan penerapan

pendidikan karakter peduli lingkungan, pendidik atau guru

berkenaan dengan penanaman karakter peduli lingkungan melalui

pendidikan maupun pengajaran, peserta didik berkenaan dengan

pembelajaran karakter peduli lingkungan, dan petugas kebersihan

(OB) Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan berkenaan dengan peraturan kerja

menjaga lingkungan sekolah.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen

seperti foto-foto kegiatan terkait pendidikan lingkungan, buku

kurikulum, profil sekolah, dan sertifikat penghargaan bagi sekolah.

18

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Interview atau Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan

lisan melalui dialog dan tatap muka langsung dengan orang yang

dapat memberikan informasi kepada peneliti (Moleong, 1993:

153). Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif.

Wawancara memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data

yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan

konteks (Sarosa, 2012: 45). Dalam penelitian ini, peneliti memilih

tipe wawancara semi terstruktur yakni tipe wawancara yang

merupakan gabungan dari tipe wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur. Wawancara semi terstruktur

menyediakan beberapa pertanyaan panduan sebagai bahan

wawancara dan memungkinkan peneliti untuk menggali informasi

atau data lebih mendalam seiring berjalannya proses wawancara.

Karena, pertanyaan yang telah disiapkan hanyalah sebagai

panduan saja dan selebihnya, pertanyaan dapat mengalir seiring

dengan jawaban yang diberikan oleh responden.

Pertanyaan panduan yang telah disediakan tersebut dapat

juga digunakan untuk mengarahkan wawancara sehingga tidak

19

menyimpang terlalu jauh seperti pada wawancara tidak terstruktur

(Sarosa, 2012: 47).

Wawancara ditujukan kepada kepala madrasah, pendidik,

peserta didik, dan petugas kebersihan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

b. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik

atau cara menampilkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (J.R.

Raco, 2010: 115). Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada objek

penelitian ini untuk mendapatkan data yang dirasa kurang

diperoleh dari pengumpulan data melalui teknik wawancara.

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data terkait gambaran

umum dan keadaan lingkungan dan pengamalan karakter peduli

lingkungan di lingkungan Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan, serta data-data

lain yang diperlukan dalam penelitian ini.

c. Metode Dokumentasi

Menurut Esterberg, dokumen adalah segala sesuatu materi

dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang

dimaksud adalah semua catatan dalam bentuk hardcopy maupun

softcopy (Sarosa, 2012: 61). Dokumen dalam penelitian dapat

berupa penghargaan/sertifikat, catatan kepribadian siswa, catatan

20

tentang peraturan sekolah, rekaman, foto, dan lain sebagainya

(Sukandarrumidi, 2004: 101).

Dokumentasi yang didapatkan dalam penelitian Pendidikan

Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyiah

ini berupa profil sekolah, sejarah sekolah, kurikulum

pembelajaran sekolah, data guru dan siswa, data ketenagakerajaan

lainnya, sarana prasarana sekolah, foto kegiatan siswa terkait

pelaksanaan sikap peduli lingkungan, foto sertifikat penghargaan

dari negara atas kebersihan lingkungan sekolah, dan foto keadaan

gedung Sekolah Menengah Assalihiyah.

6. Analisis Data

Menurut Bodgan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,

2008: 248).

Langkah-langkah analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Data-data penelitian yang dikumpulkan dari lapangan

kemudian ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan

rinci. Jumlah data yang banyak akan menimbulkan kesulitan

21

dalam memahami pokok bahasan. Oleh karena itu, laporan-

laporan tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih yang pokok,

dan disusun secara sistematis, sehingga lebih mudah

dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih

tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk

mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan (Nasution,

1992: 129). Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan

elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada

aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2013: 247).

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan (menyajikan) data. Data dapat

disajikan dalam berbagai bentuk. Selain penyajian data yang

berupa teks naratif, juga dapat berupa matriks, grafik, networks,

charts, dan lainnya (Nasution, 1992: 129). Melalui penyajian data

tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono,

2013: 249). Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data yang

diperoleh dan menarik suatu kesimpulan, sehingga data yang

dikumpulkan (diteliti) menjadi bermakna.

22

c. Conclusion Drawing and verification (menarik kesimpulan

dan verifikasi)

Pada dasarnya, peneliti berusaha untuk mencari makna

dari data yang dikumpulkannnya. Melalui reduksi data, display

data, dan kemudian menyimpulkan, kesimpulan yang didapat

senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung

(Nasution, 1992: 130).

Dalam hal ini, penulis mencoba menganalisis seluruh data

yang terkumpul dalam pendidikan karakter peduli lingkungan di

Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data diterapkan dalam rangka

membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan di

lapangan. Menurut Lincoln dan Guba, untuk memeriksa keabsahan

data pada penelitian kualitatif antara lain dengan menggunakan taraf

kepercayaan data (credibility) (Moleong 2011: 324). Teknik yang

digunakan untuk melacak credibility dalam penelitian ini

menggunakan teknik trianggulasi (trianggulation).

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding

terhadap data itu (Moleong, 2011: 330). Trianggulasi merupakan cara

terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi

23

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi ketika mengumpulkan

data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan

(Moleong, 2011: 332).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi dengan

sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan

cara (Moleong, 2011: 330-331):

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara;

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi;

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang

pemerintahan;

e. Membandingkan hasil wawancara dengan dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.

Sebagaimana yang diungkapkan Moleong tersebut, dalam

penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

24

Membandingkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber baik

dari kepala sekolah, guru, siswa, maupun petugas kebersihan dengan

hasil pengamatan yang peneliti lakukan.

8. Tahapan Penelitian

Adapun tahapan penelitian bertajuk Pendidikan Karakter Peduli

Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan sebagai berikut:

a. Kegiatan adiministrasi yang meliputi izin observasi dari IAIN

Salatiga kepada Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

b. Kegiatan lapangan yang meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui lapangan, dengan wawancara

sejumlah responden maupun informan sebagai langkah

pengumpulan data,

2) Memasukkan sejumlah orang yang terkait sebagai informan

yang dilakukan dengan responden penelitian,

3) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai

sejumlah responden maupun informan sebagai langkah

pengumpulan data,

4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang

memungkinkan dan memudahkan untuk melakukan

pemaknaan,

25

5) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan

sebagai deskripsi temuan penelitian, dan

6) Menyusun laporan akhir.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta

mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan

skripsi ini dikelompokkan menjadi 5 bab. Di mana antara bab satu dengan

bab yang lainnya saling berhubungan.

Bab I, bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam

bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada

bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab II, berisi landasan pijak teoretis dari penelitian. Pada bagian ini

dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan objek formal penelitian.

Sesuai dengan judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi:

pembahasan pengertian pendidikan karakter dan peduli lingkungan,

pendidikan karakter peduli lingkungan islami, landasan, cara atau model,

dan strategi pendidikan karakter peduli lingkungan islami, serta

pembahasan faktor-faktor penunjang dan penghambat pendidikan karakter

peduli lingkungan.

26

Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi penelitian,

model, landasan, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan

karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,

Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.

Bab IV, berisikan analisis data hasil penelitian.

Bab V, merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada

bagian ini berisi kesimpulan penulis dari seluruh pembahasan yang telah

dikemukakan dalam skripsi dan saran peneliti.

27

BAB II

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Untuk mendapatkan pengertian tentang pendidikan karakter secara

keseluruhan, maka penulis paparkan beberapa pengertian pendidikan

karakter menurut para ahli sebagai berikut:

Definisi pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 (2004: 3) pasal 1 ayat

1 yaitu:

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses

pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh

berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab,

kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak (berkarakter) mulia.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas tersirat tujuan

pendidikan untuk mengembangkan manusia yang berkarakter mulia.

Dalam hal ini sesuai dengan yang penulis maksud, yakni tentang

pendidikan karakter. Karakter mulia di sini yaitu karakter peduli

lingkungan.

Menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses

pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah

dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-

kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun

sedemikian rupa sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong

orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan (Suwarno, 2006: 20).

28

Pendidikan adalah transformasi ilmu pengetahuan dan nilai kepada

peserta didik secara berangsur-angsur, yang diharapkan bisa

diaktualisasikan melalui perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu

kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan, sehubungan dengan diri,

keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakatnya, serta kepada disiplin

pribadinya (Ahid, 2010: 12). Selain itu, definisi pendidikan menurut

Rupert C. Lodge dalam Tafsir (2008: 5) adalah menyangkut seluruh

pengalaman. Anak mendidik orang tuanya, murid mendidik gurunya,

anjing mendidik tuannya. Semua yang disebut atau dilakukan dapat

dikatakan mendidik. Baik itu dilakukan sendiri maupun orang lain.

Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli

John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin (2005: 1) menyatakan

bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan

dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)

maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan

manusia biasa. Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses di

mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh)

yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan

kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh

siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai

tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebebasan yang baik (Rosyadi, 2004:

35).

29

Definisi pendidikan menurut Syaikh Mustafa al-Ghulayani yang

dikutip oleh Ahmad Khotibul Umam (2014: 28), bahwa pendidikan adalah

menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta manyiraminya

dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang

membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta bekerja yang berguna bagi

tanah air. Dari penjelasan Al-Ghulayani tersebut, jelas bahwa pendidikan

selain mangajarkan tentang ilmu pengetahuan juga harus memberikan

pembelajaran yang baik, membentuk pribadi yang baik, memiliki akhlak

yang mulia salah satunya adalah peduli terhadap lingkungan yang melalui

petunjuk dan nasihat. Nasihat diberikan ketika seorang siswa melanggar

tata tertib agar dia kembali mengikuti peraturan yang ada. Hal tersebut

dilakukan dengan pembinaan dan pembiasaan. Karena sesungguhnya

manusia sejak awal memiliki potensi (fitrah) kebaikan.

Sedangkan kata karakter didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Ryan dan Bohlin, secara etimologis, kata karakter

(Inggris: caracter) berasal dari bahasa Yunani, charrasein yang berarti “to

engrave” yang kemudian diterjemahkan oleh Echols dan Shadily dengan

mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Suyadi, 2013: 5).

Samani dan Hariyanto (2013: 41) mengartikan karakter sebagai cara

berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu (dalam hal ini adalah

siswa) untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara. Siswa yang berkarakter baik adalah yang

30

dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap

akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai

perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter

juga merupakan sikap maupun tindakan yang tampak dalam kehidupan

sehari-hari.

Scerenko dalam Samani dan Hariyanto (2013: 42) mendefinisikan

karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan

ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, kelompok

atau bangsa. Menurut Lickona, karakter mulia (good caracter) meliputi

pengetahuan tentang kebaikan, kemudian menimbulkan komitmen (niat)

terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.

Dengan kata lain, karakter mengacu pada serangkaian pemikiran,

perasaan, perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (Zuchdi, 2013: 16).

Karakter dalam agama Islam lebih dikenal dengan kata akhlak. Al

Ghazali mendefinisikan akhlak sebagi suatu sifat yang tetap pada jiwa

yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan

tidak membutuhkan kepada pikiran (Zuchdi, 2013: 17). Perbuatan tersebut

dapat dikatakan spontan, di mana untuk menimbulkan perilaku spontan

dibutuhkan pembiasaan dalam perilaku sehari-hari.

31

Lickona memaknai pendidikan karakter sebagai upaya yang

dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter siswa. Sementara

Alfie Kohn menyatakan bahwa pada hakikatnya pendidikan karakter dapat

didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas

pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah di luar

bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh

menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna

sempit, pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan moral yang

merefleksikan nilai tertentu (Samani dan Hariyanto, 2013: 44-45).

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan

budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan

baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu

dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Samani dan Hariyanto,

2013: 45-46). Pendidikan karakter menurut Lickona yang dikutip Suyadi

(2013: 6) mencakup tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing

good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan

(doing the good). Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana

yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu

pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang

baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau

melakukan yang baik (Zuchdi, 2013: 17).

32

Pendidikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meyakini telah ada

konsep yang akan dijadikan rujukan karakter), tetapi melibatkan

penciptaan situasi yang mengkondisikan peserta didik mencapai

pemenuhan karakter utamanya. Penciptaan konteks (komunitas belajar)

yang baik, dan pemahaman akan konteks peserta didik (latar belakang dan

perkembangan psikologi) menjadi bagian dari pendidikan karater (Q-

Anees dan Adang Hambali, 2008:104).

Karakter itu tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

berkesinambungan melalui pikiran dan perbuatan (Samani dan Hariyanto,

2013: 41). Karakter siswa dapat diubah atau dibentuk dengan pembiasaan

karena lingkungan sosial baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat ikut

membentuk karakter seseorang. Sesuai dengan teori pendidikan aliran

konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang menyatakan bahwa

pendidikan sangat penting meskipun bakat bawaan anak didik juga

mempengaruhi keberhasilan pendidikan (Arief, 2002: 6). Oleh karenanya,

karakter pun dapat dibentuk melalui pendidikan. Karakter sebagai nilai

dasar yang membangun pribadi seseorang terbentuk baik karena pengaruh

hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan

orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari (Samani dan Hariyanto: 2013: 43).

Dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk

33

membentuk manusia (siswa) yang berkarakter baik. Usaha tersebut

dilakukan melalui pengajaran dan pelatihan. Di samping itu, dilakukan

pembiasaan untuk mengubah perilaku siswa menjadi berperilaku mulia.

Pendidikan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada

menanamkan perilaku baik yang mengkarakter dalam diri siswa. Pendidik

memberikan pengetahuan tentang kebaikan, sehingga menimbulkan

keinginan dan niat untuk melakukan kebaikan dan benar-benar

melaksanakan hal kebaikan tersebut.

Definisi pendidikan lingkungan hidup menurut Proyek Pembinaan

Pendidik Kependudukan (P3K) Ditjendikdasmen Departemen P&K adalah

proses mengorganisasi nilai dan memperjelas konsep-konsep untuk

membina keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan

menghargai hubungan antar manusia, kebudayaan dan lingkungan

fisiknya. Sedangkan menurut Djajasurya yang dikutip oleh tim penulis

dalam bukunya Maftuchah Yusuf, pendidikan lingkungan hidup

merupakan suatu program pendidikan yang disusun untuk

mengembangkan fungsi kognitif, afektif, dan keterampilan psikomotor

pada individu dengan mengarahkan kemampuan untuk mengoptimalkan

sumbangan kreativitas yang dimiliki menuju peningkatan kualitas hidup

(Tim Penulis, 2011: 150).

Dengan demikian, pendidikan karakter peduli lingkungan secara

islami adalah program pendidikan yang dirancang untuk membina

34

keterampilan siswa dalam memahami dan menghargai hubungan antar

manusia dan lingkungan fisiknya, mengembangkan aspek psikomotor

siswa (mengembangkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari) untuk

senantiasa melestarikan lingkungan dan meminimalisir kerusakan

lingkungan menuju peningkatan kualitas hidup dengan menggunakan cara

yang islami sesuai dengan ajaran Islam. Program tersebut berisikan

pengetahuan tentang peduli lingkungan, sehingga menimbulkan niat dan

benar-benar merealisasikan sikap peduli lingkungan. Tugas guru untuk

mendidik siswanya supaya berkarakter peduli lingkungan menjadi hal

yang sangat penting dan termasuk melaksanakan perintah Allah Swt untuk

selalu mengajarkan yang termaktub dalam QS. Ali Imran: 79 (al Quran

dan Terjemahannya, 2013: 60):

كونوا باني با كنتم علموو ال تاا وبا كنتم د وو Artinya: “hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu

selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap

mempelajarinya.”

Peduli lingkungan termasuk salah satu dari 18 nilai karakter versi

Kemendiknas yang dikutip Suyadi (2013: 7-8):

1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan

melaksanakan ajaran agama yang dianut,

2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan, dan perbuatan,

35

3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan

terhadap perbedaan agama, adat, pendapat maupun hal lain yang

berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka,

4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

bentuk peraturan yang berlaku,

5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas dan permasalahan,

6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah sehingga menemukan cara-

cara dan hasil yang baru,

7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang

lain,

8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan

persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara pribadi

dengan orang lain,

9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang

mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal

secara lebih mendalam,

10. Semangat kebangsaan, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun

golongan,

11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa

bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

36

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya sehingga tidak mudah

menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri,

12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain

dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat

berprestasi yang lebih tinggi,

13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif,

14. Cinta damai, sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai,

aman, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas tertentu,

15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk

menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi

dari berbagai sumber,

16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar,

17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain, dan

18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Jadi, pendidikan karakter peduli lingkungan adalah pendidikan

yang diberikan oleh pendidik kepada siswa tentang sikap peduli terhadap

lingkungan melalui nasihat, petunjuk, dan pembiasaan. Dengan demikian,

diharapkan sikap peduli lingkungan tersebut dapat mengkarakter pada

pribadi siswa. Siswa tidak hanya diberi pengetahuan tentang materi

kepedulian lingkungan, akan tetapi pendidik harus senantiasa mendorong

37

dan mengingatkan, memberikan teladan untuk mengamalkan sikap peduli

lingkungan dalam kehidupan sehari-hari di mana pun ia berada.

Terdapat 4 dimensi kemanusiaan yang diemban yaitu dimensi diri,

Allah, sesama manusia, dan lingkungan. Dimensi lingkungan yang diambil

dari kata bertanggung jawab kepada lingkungan alam dan sosial. Dimensi

ini memiliki landasan berpikir kepada upaya perlindungan sumber daya

alam dan pendampingan sosial masyarakat menuju keseimbangan atau

kelestarian dan tenggang rasa sosial dalam nuansa harmonis-humanis (Tim

Penulis, 2011: 139). Allah berfirman dalam Q.S Ar Rum: 41 sebagai

berikut (al Quran dan Terjemahannya, 2013: 408):

ظهر الفساد ف الب ر والبحر با كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعلهم ي ر عوو

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar).”

Dalam ayat tersebut, tersirat perintah untuk senantiasa menjaga

lingkungan hidup. Allah memberikan peringatan kepada manusia untuk

tidak melakukan pengrusakan terhadap lingkungan. Banyaknya kerusakan

yang terjadi adalah akibat dari perbuatan manusia yang kehilangan rasa

tanggung jawab untuk membina hubungan yang baik terhadap lingkungan

dan Allah. Karena dengan menjaga lingkungan berarti pula melaksanakan

perintah Allah. Oleh karena itu, setiap orang berkewajiban memelihara

kelestarian lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi

38

pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup (Tim Penulis, 2011: 144).

Kepedulian pada lingkungan hidup seharusnya membawa manusia untuk

sadar pada kemampuan tanggung jawab dan posisinya sebagai individu,

serta pada kedudukannya secara sosial dan profesional untuk menjaga

kondisi tetap harmonis sebagai upaya penyelamatan lingkungan hidup

(Tim Penulis, 2011: 148).

Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan

sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas

untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah

telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan

semua makhluk-Nya, khususnya manusia.

Sebagaimana firman Allah Swt. QS. Yunus: 14 (al Quran dan

Terjemahannya, 2013: 209) sebagai berikut:

علناكم ئ ف اا من ب عد م لن ن ر كي عملوو Artinya: “kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di

muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana

kamu berbuat.”

Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam

dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Islam mengajarkan agar umat

manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin

dalam beberapa pelaksanaan ibadah, sebagai contoh hal kecil dalam

pelaksanaan shalat ada syaratnya agar melaksanakan shalat di tempat yang

bersih dan suci. Hal tersebut sama dengan membina umat agar menjaga

39

kebersihan lingkungan yang termasuk salah satu hal yang menanamkan

karakter peduli lingkungan.

Pendidikan termasuk hal terpenting sebagai salah satu jalur

penyadaran dan pengertian untuk meminimalisir terhadap kerusakan

lingkungan alam sosial yang mengglobal (Tim Penulis, 2011: 143).

Pendidikan yang berwawasan lingkungan diharapkan dapat memberikan

pengaruh positif baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

memberikan kontribusi dalam menjaga keseimbangan atau kelestarian

lingkungan hidup (Tim Penulis, 2011: 149). Pendidikan karakter peduli

lingkungan untuk menanamkan keyakinan yang mendalam bahwa manusia

adalah bagian dari alam.

Islam menganjurkan kita memelihara alam dan ekosistemnya.

Apabila ekosistem terpelihara dan terjaga baik, maka akan memenuhi

fungsinya dan mencapai apa yang dimaksud serta tujuan penciptaannya

oleh Allah Swt. bagi kesejahteraan manusia dan mahluk lain pada masa

sekarang dan akan datang (Maslikhah, 2013: 17). Upaya manusia

melakukan kegiatan menanam pepohonan tentunya dapat memberi banyak

manfaat. Secara materi hasilnya dapat berbentuk buah, bunga,

kerindangan, kesejukan pandangan, penyuburan tanah, bahan obat, kertas

bungkus dan penyimpanan air. Secara non materi dapat memberikan

perasaan nyaman dan bahagia bagi pemiliknya (Maslikhah, 2013: 53).

40

Pengetahuan tentang lingkungan hidup yang memadai sangat

diperlukan oleh semua lapisan masyarakat agar bersama-sama

mengupayakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup. Hal ini

menjadi sangat krusial untuk segera dilakukan secara kolektif melalui jalur

pendidikan (Maslikhah, 2013: 113).

Menurut Rian Sugiarto kebiasaan-kebiasaan memperlakukan

lingkungan yang mengikis karakter yang dikutip Majid dan Dian Andayani

(2013: 55) di antaranya:

1. Merokok di sembarang tempat,

2. Membuang sampah di sembarang tempat,

3. Corat-coret/vandalism,

4. Asap kendaraan yang mencemari udara,

5. Jalan bertabur iklan,

6. Konsumsi plastik yang berlebihan,

7. Tidak terbiasa memperhatikan aturan pakai,

8. Abai dengan pohon, dan

9. Menganggap remeh daur ulang.

B. Landasan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

1. Ayat Al Quran dan Hadits

Islam lebih awal mengajarkan agar manusia senantiasa berbuat baik

pada makhluk lain (tumbuhan, hewan, alam) seperti yang dikisahkan

dalam al quran tentang Nabi Shalih as., Daud as., Sulaiman as., dan

41

Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw. telah memberikan contoh

bagaimana sikap seorang muslim terhadap lingkungan (Maslikhah,

2013: 17).

يق ب عث ي وشا ال الشام، فخرج عن يي بن عيد او ابا ب ر الصدر بيع من لك اال باع، يشى مع يزيد بن اب فياو، و كاو يزيد امي

را رما، : ا مو يك بعشر ا : ف قاا ال قتل امرأة و ال بيا و ال كبي را اال و ال قطع شجرا مثمرا، و ال ترا عامرا، و ال عقرو شاة و ال بعي

لم كل ، و ال عقرو ، و ال رق ، و ال لل، و ال ت “Dari Yahya bin Sa‟id, sesungguhnya Abu Bakar Ash-Shiddiq RA

pernah mengutus tentara ke Syam, lalu beliau keluar sambil berjalan

kaki bersama Yazid bin Abu Sufyan, sedang Yazid ketika itu adalah

kepala seperempat dari (pasukan-pasukan) yang dibagi empat itu,

Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya aku berwasiat kepadamu dengan

sepuluh hal, jangan membunuh perempuan, jangan membunuh anak-

anak, jangan membunuh orang tua yang sudah tak berdaya, jangan

menebang pohon yang sedang berbuah, jangan merobohkan

bangunan, jangan menyembelih kambing dan unta kecuali sekedar

untuk dimakan, jangan merusak pohon kurma, jangan membakar

pohon kurma, jangan berkhianat, jangan menjadi pengecut.” (HR.

Malik dalam Mawaththa’, di dalam Nailul Authar)

Dari hadits tersebut dapat diambil hikmah bahwa Allah Swt.

memerintahkan kepada manusia melalui perantara Rasulullah Saw.

agar manusia memelihara binatang dan senantiasa menjaga lingkungan

alam, karena itu semua untuk memenuhi kebutuhan manusia juga.

Selain hadits Nabi di atas, terdapat pesan-pesan al quran dan

hadits yang lain tentang larangan berbuat kerusakan dapat dilihat pada

ayat-ayat berikut (Maslikhah, 2013: 51):

42

a. وال بخسوا الناس أشياا م وال عث وا ف اا مفسدين “dan janganlah kamumerugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan.” (QS. Asy Syuara: 183)

b. فااكروا الا الل وال عث وا ف اا مفسدين “maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu

merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS. Al A’raf: 74)

c. ر ل م و كنتم مؤمن وال فسدوا ف اا ب عد الها ال م ي “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah

Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika

betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raf: 85)

d. Nabi Muhammad Saw. bersabda:

ث نا عبد الملك عن عطاا عن ابر قاا قاا ث نا أب الد ث نا ابن ني الد الد وا الل لى الل علي و لم ما من مسلم ي رس غر ا ال كاو ما أكل من ل دقة وما رق من ل دقة وما أكل السبع من ف هو ل دقة وما

ر ف هو ل دقة وال ي ر أالد ال كاو ل دقة أكلت الطي

“Dari Ibn Numair dari bapaknya dari Abdul Malik dari „Atho‟

dari Jabir berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seorang

muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang

dimakan bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya

menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi

sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah

baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkan ia

menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim)

e. Nabi Muhammad Saw. bersabda (Musthofa, 1992: 324):

قاا وا : و أب مالك ااا بن عا م ااشعري اا عن قاا ع الطهو شطر اإلياو، واامد ا تأل امليزاو، : اا لى اا علي و لم

ما ب السماا واا ، - أو تأل - و بحاو اا واامد ا تآلو ر ياا، والقر و الجة لك أو والص ة نو ، والصدقة ب ر او، والصب

( وا مسلم)عليك، كل الناس ي دو ف بائع ن فس فمعتقها أو موبقها

43

“Dari Abu Malik Al Harits bin 'Ashim Al Asy'ari ra., dia berkata:

Bersabda Rasulullah Saw.: "Kesucian adalah sebagian dari iman,

Al Hamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah dan Al

Hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah

cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar adalah pelita, Al

Quran adalah hujjah bagimu dan atasmu, setiap manusia berusaha

untuk menjual dirinya maka dia menjadi merdeka (dari azab) atau

menjadi binasa.” (HR. Muslim)

Kesucian adalah setengah dari iman dan kesucian itu bermula dari

kebersihan. Di mana menjaga kebersihan lingkungan merupakan

salah satu sikap peduli lingkungan. Dengan lingkungan yang

bersih, manusia akan hidup dengan nyaman, dan tumbuhan pun

juga akan tumbuh dengan baik. Oleh karenanya, menjaga

kebersihan dan kesucian termasuk bagian dari wujud sikap peduli

terhadap lingkungan.

Dari dalil-dalil di atas, baik dalil al quran maupun al hadits

tersirat pesan agar manusia selalu menjaga lingkungan hidupnya

dan dilarang merusaknya. Larangan membuat kerusakan telah

dikemukakan oleh Allah dalam beberapa ayat. Artinya, Allah

benar-benar menyuruh hambanya untuk memelihara lingkungan

hidupnya demi kemaslahatan hidup mereka sendiri dan sebagai

salah satu bukti implikasi dari kedudukan manusia sebagai khalifah

di muka bumi.

2. Program Adiwiyata

Pada tahun 1996 disepakati kerja sama antara Departemen

Pendidikan Nasional dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup, yang

44

diperbaharui pada tahun 2005 dan 2010. Sebagai tindak lanjut dari

kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 Kementrian Lingkungan

Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program adiwiyata.

Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang

bertanggungjawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk

mendukung pembangunan berkelanjutan (Purwani, 2014: 24-25).

3. Program Green Environment

Program Green Environment merupakan salah satu program

yang berperan dalam penanaman pendidikan karakter peduli

lingkungan di sekolah. Program ini bertujuan untuk menciptakan

karakter peduli lingkungan pada anak. Kegiatan yang dilakukan dalam

pelaksanaan program Green Environment ini antara lain adalah

pengolahan sampah dan penghijauan. Program ini tidak hanya

dilakukan di lingkungan sekolah saja tapi juga dilakukan di luar

sekolah (Setiyani, 2013: 25).

Program Green Environment ini sangat berperan penting dalam

memberikan pendidikan karakter peduli lingkungan pada siswa.

Karena dalam program ini siswa diajarkan untuk mencintai

lingkungannya, dengan membuang sampah pada tempatnya,

memperbanyak menanam pohon, dan lain sebagainya. Melalui

program ini, dapat menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau

45

untuk menunjang kesehatan fisik mental dan kecerdasan otak anak.

Selain mengurangi global warming, masih banyak efek baik dari

lingkungan sekolah yang hijau terlebih bagi siswa. Jika mereka belajar

di tempat-tempat area hijau pastilah dapat mempengaruhi

perkembangan otak dalam belajar. Program Green Environment pada

dasarnya adalah pengenalan terhadap lingkungan kepada para pelajar

tersebut yang diaplikasikan dalam berbagai kegiatan antara lain

gerakan“save our forest“, hutan sekolah, dan back to nature (Setiyani,

2013: 25-27).

C. Model Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Demi tercapainya pendidikan karakter peduli lingkungan diperlukan

sebuah rancangan pendidikan atau model. Model diartikan sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

suatu kegiatan (Majid dan Dian Andayani, 2013: 115). Selain itu juga bisa

diartikan sebagai deskripsi dari suatu sistem yang disederhanakan agar

dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Umam, 2014:

26). Dalam bukunya Abdul Majid (2013: 116), Dewey mendefinisikan

model pembelajaran sebagai:

“a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in

the classroom or tutorial setting and to shape instructional material”

(yaitu suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk

merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar

kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran).

46

Dalam hal ini, menurut hemat penulis, model pendidikan karakter

yang dimaksud adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistemik

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menanamkan karakter

pribadi peduli terhadap lingkungan pada peserta didik dan sebagai

pedoman yang dapat digunakan oleh pendidik untuk melakukan aktivitas

pendidikan. Seorang pendidik memiliki rancangan yang sistemik untuk

membina karakter peserta didiknya agar senantiasa berupaya untuk

menjaga dan melestarikan lingkungan sekitarnya. Model pendidikan

karakter peduli lingkungan adalah rancangan yang disusun oleh pendidik

untuk membina tumbuhnya kesadaran dalam diri peserta didik untuk selalu

berusaha menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan sekitarnya.

Sehingga peserta didik tidak hanya sekadar mengetahui konsep peduli

lingkungan, akan tetapi juga mengimplementasikannya dalam kehidupan

sehari-hari di manapun ia berada.

Di antara model pendidikan karakter yang dapat digunakan oleh

pendidik yaitu sebagaimana Abdul Majid (2013: 116) mengemukakan

bahwa model “tadzkirah” dipandang sebagai model untuk mengantarkan

peserta didiknya agar senantiasa menumbuhkan, memupuk, dan

memelihara rasa keimanan yang telah diilhamkan oleh Allah dengan

wujud konkritnya amal saleh yang dibingkai dengan keikhlasan beribadah.

Makna tadzkirah dilihat dari dua segi yaitu secara etimologi, tadzkirah

berasal dari bahasa arab “dzakkara” yang artinya ingat dan tadzkirah

47

berarti peringatan. Dalam al Quran banyak ditemukan lafadz tadzkirah di

antaranya:

ما أن زلنا عليك القر و لتشقى، ال ذكرة لمن يشىArtinya: “Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar

kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut

(kepada Allah).” (Q.S. Thahaa: 2-3) فع المؤمن واكر ف و الذكر ن

Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya

peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Adz

Dzariyat: 55) ك ن ذكرة، فمن شاا اكر

Artinya: “Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al

Qur'an itu adalah peringatan. Maka barang siapa menghendaki, niscaya

dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Qur'an).” (Q.S. Al Muddatsir:

54-55)

Model TADZKIRAH yang dimaksud adalah turunan dari sebuah

teori pendidikan Islam (Majid, 2013: 117):

1. T: Tunjukkan teladan,

2. A: Arahkan (berikan bimbingan),

3. D: Dorongan (berikan motivasi atau reinforcement),

4. Z: Zakiyah (murni/bersih-tanamkan niat yang tulus),

5. K: Kontinuitas (sebuah proses pembiasaan untuk belajar, bersikap dan

berbuat),

6. I: Ingatkan,

7. R: Repetisi (pengulangan),

8. A (O): Organisasikan, dan

9. H: Heart (hati – sentuhlah hatinya).

1. Tunjukkan Teladan

Jika ditinjau historis pendidikan pada zaman Rasullulah Saw.

dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa

beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah

48

banyak memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabatnya

(Arief, 2002: 116).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “keteladanan” berasal

dari kata dasar “teladan” yaitu (perbuatan atau barang dan sebagainya)

yang patut ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa arab, keteladanan

dikenal dengan kata “uswah” dan “qudwah”.

Dalam al Quran lafadz uswah terulang tiga kali dalam dua surat,

yaitu (Al Quran dan Terjemahnya, 2013: 549-550):

قد كانت ل م أ وة السنة ف ب را يم والذين مع

Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik

bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.”

(QS. Al Mumtahanah (60): 4)

لقد كاو ل م فيهم أ وة السنة لمن كاو ي ر و الل والي وم اآل ر ومن ي ت وا ف و الل و ال ااميد

Artinya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan

umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang

mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian.

Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah

Yang Maha Kaya lagi terpuji.” (QS. Al Mumtahanah (60): 6) لقد كاو ل م ف وا الل أ وة السنة لمن كاو ي ر و الل والي وم اآل ر

كثيا واكر الل

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab (33): 21) (al Qur’an dan

Terjemahannya, 2013: 420).

49

Al Asfahani dalam bukunya Arief (2002: 117) memberikan

pengertian al uswah sebagaimana kata al qudwah yang berarti suatu

keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam

kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan. Ibn Zakaria juga

mendefinisikan kata uswah berarti qudwah yang artinya ikutan,

mengikuti yang diikut. Dengan demikian, keteladanan adalah segala

sesuatu yang dapat ditirukan maupun dicontoh oleh seseorang dari

orang lain. Akan tetapi, keteladanan yang dimaksud di sini adalah

keteladanan dalam hal kebaikan dan khususnya berkaitan dengan

karakter kepribadian peduli lingkungan.

Nabi Muhammad Saw. sebagai sosok teladan yang baik bagi

umatnya selalu terlebih dahulu mempraktikkan semua ajaran yang

disampaikan Allah sebelum menyampaikannya kepada umat. Sehingga

beliau tidak dapat dituduh sebagai orang yang hanya pandai bicara dan

tidak pandai mengamalkan. Praktik “uswah” ini dapat menjadi pemikat

bagi umatnya untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan yang

dilarang dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan

Rasulullah Saw. (Arief, 2002: 119)

Guru hendaknya menjadi teladan pula bagi murid-muridnya.

Guru dapat mengajarkan ilmu pengetahuan praksis dengan cara

memberikan contoh perbuatan kepada muridnya. Misalnya, guru

melihat sampah di depannya, kemudian ia langsung mengambil dan

membuangnya ke tempat sampah, serta menjaga kebersihan kantor

50

setiap waktu. Maka hal itu dapat menjadi contoh bagi muridya, seperti

untuk menjaga kebersihan ruang kelas.

Keteladanan adalah sangat penting bagi berlangsungnya

kehidupan dan dalam proses pendidikan. Karena, untuk merealisasikan

tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan yang tertuang dalam

konsep dan teori harus diterjemahkan dengan media salah satunya

adalah keteladanan (Rosyadi, 2004: 230). Karena, secara psikologi

anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya

termasuk para pendidiknya (Arief, 2002: 124).

Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw. agar menjadi suri

tauladan bagi seluruh umat manusia dalam merealisasikan sistem

pendidikan tersebut sebagaimana Rasulullah mendidik sahabat-

sahabatnya dengan teladan. Dengan kepribadian dan tingkah laku

dalam pergaulan bersama manusia, Rasulullah benar-benar merupakan

interpretasi praksis yang manusiawi dalam kehidupan hakikat, ajaran,

adab, dan tasyri’ al Quran, yang melandasi perbuatan pendidikan islam

serta penerapan metode pendidikan qurani yang terdapat di dalam

ajaran tersebut (Rosyadi, 2004: 230). Konsep keteladanan Nabi

Muhammad Saw. ini sudah diberikan untuk menjadi panutan yang baik

bagi umat Islam sepanjang sejarah dan seluruh umat manusia di setiap

masa dan dimanapun tempatnya. Keteladanan ini harus senantiasa

dipupuk, dipelihara, dan dijaga oleh para pengemban risalah, dalam hal

ini adalah guru. Guru harus memiliki sifat tertentu yang baik. Guru

51

ibarat sebuah naskah asli yang hendak dikopi oleh peserta didiknya.

Sebagaimana perkataan Ahmad Syauqi yang dikutip Abdul Majid dan

Dian Andayani (2013: 120) bahwa “jika guru berbuat salah sedikit

saja, akan lahirlah siswa yang lebih buruk baginya.” Guru memiliki

murid-murid yang kemudian mereka menuai buah dari benih ilmu

yang telah guru berikan. Oleh karena itu, guru hendaklah jadi teladan

yang baik bagi murid-muridnya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 119)

Metode keteladanan sebagai suatu metode yang digunakan

untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh

keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang

baik secara fisik maupun mentalnya dan memiliki akhlak yang baik

dan benar (Arief, 2002: 119-120). Dalam konteks ini, diharapkan

dalam diri siswa tertanam karakter peduli lingkungan yang akan

menjadikannya selalu memelihara lingkungan di sekitarnya sebagai

wujud dari pengamalan perintah Allah untuk menjaga alam sekitar dan

hadits Nabi tentang kebersihan sebagian dari iman.

Pola pendidikan Islam tercermin dari kehidupan para

pendidiknya. Islam telah menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai

suri tauladan yang terus menerus bagi seluruh pendidik, suri tauladan

yang selalu baru bagi generasi ke generasi dan selalu aktual dalam

kehidupan sehingga bertambahlah kecintaan umat manusia kepadanya

dan tergugah pula keinginan untuk meneladaninya (Rosyadi, 2004:

231-232)

52

Ketika Rasulullah bersama Khadijah mengerjakan shalat,

Sayyidina Ali, ketika itu masih kecil, datang dan menunggu sampai

selesai, kemudian bertanya, “apakah yang sedang anda lakukan?”.

Kemudian Rasulullah menjawab, “kami sedang menyembah Allah,

Tuhan pencipta alam semesta ini beserta isinya.” Lalu Ali spontan

ingin bergabung. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan, kecintaan,

dan kedekatan yang kita bina dengan anak, akan membawa mereka

untuk mempercayai kebenaran akan semua tindakan dan sikap kita

(Majid dan Dian Andayani, 2013: 117). Begitu juga dengan

keteladanan mengenai sikap peduli lingkungan. Rasulullah Saw. juga

tampil sebagai teladan bagi kehidupan suami istri, dalam menghadapi

keluarganya, dan dalam mengarahkan istri-istrinya dengan baik

(Rosyadi, 2004: 231).

Dalam hal ini, penulis maksudkan bagi kehidupan guru dan

murid di lingkungan sekolah. Sekolah adalah keluarga baru bagi anak-

anak. Guru sebagai orang tua di sekolah harus memberikan suri

tauladan yang baik bagi murid-muridnya. Manusia telah diberi fitrah

untuk mencari suri tauladan agar menjadi pedoman bagi mereka,

menerangi jalan kebenaran, dan menjadi contoh hidup yang

menjelaskan kepada mereka bagaimana seharusnya melaksanakan

syariat Allah Swt (Rosyadi, 2004: 230).

Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru

perilaku dan sikap guru, tenaga kependidikan di sekolah, bahkan

53

perilaku seluruh warga sekolah yang dewasa lainnya sebagai model,

termasuk misalnya petugas kantin, satpam sekolah, dan sebagainya

(Samani dan Hariyanto, 2013: 146). Dalam hal ini, yang akan dicontoh

peserta didik adalah perilaku peduli lingkungan semasa duduk di

sekolah. Bagaimana seluruh warga sekolah bersikap, seperti menjaga

kebersihan lingkungan, peserta didik pun akan mengikutinya.

Sebagaimana pendidikan di pondok pesantren, seorang kyai

menjadi figur bagi santri-santrinya dan lebih luasnya bagi masyarakat

di sekitarnya. Seorang kyai memiliki pamor dan kelebihan yang baik

dan terkenal di masyarakat luas. Pamor dan kelebihan itu ia bangun

dengan keteladanan yang ia perbuat dalam kehidupan sosial dan

kemasyarakatan. Ia menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatan.

Hubungan yang harmonis ia bina antara kyai dengan santrinya, dengan

sesama kyai, dan dengan masyarakat luas. Hal ini dapat menjadi

pendukung keberhasilan lembaga pendidikan pesantren dalam

menyampaikan ilmu pengetahuan kepada santri (Arief, 2002: 120).

Oleh karena itu, suasana pendidikan di lembaga pesantren

hendaknya dapat dijadikan uswah oleh dunia pendidikan modern saat

ini yakni pendidikan berbasis sekolah. Upaya pemaduan antara

pengetahuan agama dan umum, penyelarasan antara perkataan dan

perbuatan, merupakan sistem pendidikan yang sangat perlu

dikembangkan dalam dunia pendidikan saat ini (Arief, 2002: 121).

54

Untuk menciptakan anak yang berbudi pekerti baik, berkarakter

baik, tidak hanya cukup dengan memberikan prinsip saja. Karena yang

lebih penting bagi siswa adalah seorang figur yang memberikan

keteladanan dalam mengaplikasikan prinsip tersebut. Sehingga

sebanyak apapun prinsip atau ilmu pengetahuan yang diberikan tanpa

adanya keteladanan, ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak

bermakna (Arief, 2002: 121). Sebagaimana Allah mengingatkan dalam

firmanNya:

لوو ال تاا أف عقلوو أ مروو الناس بال و نسوو أن فس م وأن تم ت

Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)

kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,

padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu

berpikir?” (QS. Al Baqarah (2): 44)

Dalam ayat lain menyebutkan:

كب ر مقتا عند الل أو قولوا ما ،يا أي ها الذين منوا قولوو ما ال فعلوو ال فعلوو

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu

mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di

sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu

kerjakan.” (QS. Al Shaff (6): 2-3)

Dari firman Allah di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa

seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau

memberi teori saja kepada siswa. Tetapi lebih dari itu, ia harus mampu

menjadi panutan bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya

tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karenanya, keteladanan

merupakan faktor dominan dan sangat menentukan bagi keberhasilan

55

pedidikan (Arief, 2002: 122). Terlebih dalam penanaman karakter

peduli lingkungan, yang merupakan ilmu praksis. Karakter peduli

lingkungan sangat perlu untuk disampaikan dalam bentuk keteladanan.

Karena merupakan suatu hal yang dipraktikkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Penggunaan metode hendaknya dimodifikasi sedemikian rupa

agar proses pembelajaran dapat berhasil secara maksimal sesuai

dengan arahan yang ingin dicapai. Karena dalam praktiknya suatu

metode tidak dapat berdiri sendiri dan mesti ada aspek pendukung

lainnya.

2. Arahkan (berikan bimbingan)

Pada dasarnya anak telah diciptakan oleh Allah sesuai dengan

fitrahnya, yakni cenderung pada kebenaran. Misalnya dapat dilihat

pada kebiasaan bayi. Apapun keyakinan orang tuanya, bayi itu akan

terbangun waktu menjelang subuh. Betapa Allah telah menyiapkan

umatnya untuk melaksanakan perintahNya di waktu subuh. Akan

tetapi, tidak banyak orang yang menyadari sehingga bayi-bayi yang

suci itu berusaha diubah kebiasaannya. Bayi itu lebih sering

diusahakan supaya tidur kembali.

Fitrah lainnya ialah, bayi akan menangis ketika popoknya basah.

Hal itu menandakan bahwa ia tidak nyaman dengan hal yang kotor.

Tetapi sayang, para ibu saat ini lebih suka memakaikan popok yang

sekali pakai dapat menampung berkali-kali kotoran yang keluar dan

56

anak merasa tetap nyaman (Majid dan Dian Andayani, 2013: 120-121).

Kebanyakan ibu saat ini lebih memilih cara praktis dan hemat, tanpa

menghiraukan nilai yang terdapat dari perlakuan yang diperbuat. Hal

tersebut tanpa disadari telah mengikis sedikit demi sedikit fitrah sang

anak yang cenderung pada kebersihan.

Sejalan dengan perkembangan anak, bimbingan itu sangat

diperlukan bagi anak. Baik dari orang tua, guru, maupun orang-orang

di sekitarnya. Bimbingan tersebut dapat diberikan dengan memberikan

penjelasan, pengarahan, maupun diskusi-diskusi yang kebanyakan

dilakukan di dunia pendidikan. Tidak menutup kemungkinan pula

diskusi dilakukan oleh orang tua dengan anaknya ketika di rumah.

Pendapat Muhammad Surya yang dikutip oleh Abdul Majid dan

Dian Andayani (2013: 121) bahwa bimbingan lebih merupakan suatu

proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam

pemahaman, pengarahan, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungannya.

Bimbingan tersebut dilakukan secara bertahap dengan melihat

kemampuan yang dimiliki oleh anak kemudian agar dapat ditingkatkan

secara perlahan. Bimbingan dapat berupa uraian lisan, latihan, dan

keterampilan.

57

Menurut Irwan Prayitno yang dikutip Abdul Majid dan Dian

Andayani (2013: 121) bimbingan dengan memberikan nasihat perlu

memperhatikan cara-cara sebagai berikut.

a. Cara memberikan nasihat itu lebih penting daripada isi atau pesan

nasihat yang disampaikan. Sebab, jika cara yang dipakai dapat

diterima oleh orang yang diberi nasihat, maka secara otomatis dia

akan memperhatikan isi nasihat yang diberikan. Sebaliknya, jika

cara memberikan nasihat sudah tidak diterima maka dia akan

mengabaikan isi nasihat tersebut.

b. Memelihara hubungan yang baik antara guru dengan murid, karena

nasihat akan mudah diterima jika hubungan keduanya baik dan

harmonis.

c. Berikan nasihat seperlunya dan janganlah berlebihan. Karena

apabila terlalu banyak akan menyebabkan anak malas untuk

mendengarkan.

d. Berikan dorongan agar anak bertanggung jawab dan dapat

menjalankan isi nasihat. Hal ini penting, sehingga nasihat itu benar-

benar dilaksanakan bukan sekadar diterima saja.

3. Dorongan

Kebersamaan orang tua dan guru terhadap anak tidak hanya

sebatas memberi makan, minum, pakaian, dan lain-lain, tetapi juga

memberikan pendidikan yang tepat. Seorang anak harus memiliki

motivasi yang kuat dalam pendidikan (menuntut ilmu) sehingga

58

pendidikan menjadi efektif. Memotivasi anak adalah suatu kegiatan

memberi dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan suatu

kegiatan atau perilaku yang diharapkan orang tua atau guru. Anak yang

memiliki motivasi memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya

sendiri. Misalnya, membuat anak senang hati, membantu agar anak

terpancing melaksanakan sesuatu, kelembutan, menyayangi, dan

mencintainya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 122).

Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong individu

untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan (Majid dan Dian

Andayani, 2013: 122). Misalnya keinginan seseorang siswa akan

mendapat peringkat terbaik di sekolahnya, maka dia akan melakukan

apa saja yang dapat menghantarkan dia mencapainya seperti dengan

belajar giat dan rajin, dan sebagainya. Perilaku individu tidak berdiri

sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu

tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi dapat bersumber dari dalam

maupun dari luar. Motivasi lebih bersifat pada perkembangan

kebutuhan psikis atau rohaniah (Majid dan Dian Andayani, 2013: 123).

Motivasi menjadikan ia lebih semangat dalam melakukan berbagai hal

yang membawanya mencapai keinginannya.

Pendapat Al Ghazali dalam kitabnya Tahdzib Al Akhlak wa

Mu’alajat Amradh Al Qulub yang dikutib oleh Abdul Majid dan Dian

Andayani (2013: 124) mengemukakan bahwa setiap kali seorang anak

menunjukkan perilaku mulia atau perbuatan yang baik seyogyanya ia

59

memperoleh pujian dan jika perlu diberi hadiah dengan sesuatu yang

menggembirakannya, atau ditujukan pujian kepadanya di depan orang-

orang di sekitarnya. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi bagi

sang anak. Seorang anak yang telah melaksanakan perbuatan yang baik

dan dia tidak memperoleh penghargaan maka dia merasa berbuat suatu

hal yang sia-sia dan akan merasa diacuhkan.

4. Zakiyah (murni-suci-bersih)

Allah berfirman:

وقد اا من د ا ا،قد أف لح من كا اArtinya: “sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa

itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Al

Syams [91]: 9-10)

وثيابك فطهر Artinya: “dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al Mudatsir [74]: 4)

Al Ghazali mengemukakan bahwa dalam setiap bagian dari

dirimu ada zakat yang wajib ditunaikan kepada Allah. Zakat hati

adalah menafakuri keagungan, kebijaksanaan, kekuasaan hujjah,

nikmat, dan rahmat Allah. Zakat mata adalah memperhatikan (ibrah)

pelajaran dibalik sesuatu yang menundukkannya dari syahwat. Zakat

telinga adalah mendengarkan sesuatu yang bisa menyelamatkanmu.

Zakat lidah adalah mengucapkan segala sesuatu yang dapat

mendekatkan dirimu kepada Allah. Zakat tangan, menariknya dari

kejahatan dan mengulurkannya kepada kebaikan bagi hatimu dan

keselamatan agamamu (Majid dan Dian Andayani, 2013: 124-125).

60

Salah satu nilai yang mendasari nilai-nilai islami menurut para

ulama adalah wara’. Kemampuan bersikap wara, menjaga kesucian diri

dan membersihkan jiwa dari dosa akan melahirkan hati yang bersih,

niat yang tulus dan segala sesuatu dilakukan hanya mengharap

keridhaan Allah (ikhlas).

Keikhlasan bersumber dari niat yang menumbuhkan harapan

akan pahala Allah dan takut akan siksanya. Niat adalah motivasi yang

menggerakkan perilaku. Bila seseorang melakukan sesuatu karena

ingin menjalankan perintah Allah, maka ia tidak akan mempedulikan

bagaimanapun reaksi orang-orang terhadap dirinya, maka ia benar-

benar ikhlas (Majid dan Dian Andayani, 2013: 126). Ia hanya berpikir

bahwa ia berbuat hanya untuk Allah Swt. semata dan tidak

menghiraukan akan tanggapan orang baik itu positif ataupun negatif.

Oleh karena itu, seorang guru harus bisa membina siswanya agar

tumbuh keikhlasan dalam hati siswa. Ikhlas menjadi nilai tersendiri

bagi pelaku kebaikan. Maka rasa keikhlasan mesti ditanamkan kepada

anak baik dalam belajar, bersikap, dan berbuat sekecil apapun. Jika

rasa ikhlas itu sudah tumbuh, maka keikhlasan itu akan menjadi

kekuatan yang maha dahsyat yang mampu merubah segala perilaku

dalam kehidupan.

Jika amal saleh sudah memiliki akar yang kuat (niat yang tulus)

di dalam hati sehingga manusia tidak mampu menilainya, ia akan

tumbuh dengan baik dalam pribadi yang teguh, suci dari segala noda,

61

dan memberikan manfaat bagi pelakunya, sehingga akan menggelora

di dalam dadanya rasa kerinduan terhadap ridha Allah Swt (Majid dan

Dian Andayani, 2013: 126-127).

Jadi, hakikat ridha adalah hati yang memahami pertolongan

Allah yang merupakan nikmatnya. Dia telah menolongnya, memberi

petunjuk kearifan, dan mengaruniakan keridhaan kepadanya. Pada saat

itulah syukur bergelora di dalam hatinya dan meneguhkannya untuk

senantiasa ridha pada ketetapan Allah Swt (Majid dan Dian Andayani,

2013: 128).

5. Kontinuitas (pembiasaan)

Kontinuitas disebut juga pembiasaan. Secara etimologi,

pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, “biasa” adalah lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah

merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Dengan ditambahnya prefix “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti

proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat

sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Kaitannya dengan metode

pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa

pembiasaan adalah sebuah cara untuk membiasakan anak didik berfikir

dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Arief, 2002:

110).

Al quran menjadikan kebiasaan itu salah satu teknik atau metode

pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi

62

kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu

payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak

kesulitan. Al quran mempergunakan cara bertahap dalam menciptakan

kebiasaan yang baik dan dalam menghilangkan kebiasaan yang buruk

dalam diri seseorang (Majid dan Dian Andayani, 2013: 128-129).

Begitu juga sebagai guru harus bisa menerapkan hal yang demikian.

Pembiasaan perilaku baik yang dalam hal ini perilaku peduli

lingkungan mesti dilakukan secara bertahap dan dalam masa yang

panjang agar perilaku peduli lingkungan ini benar-benar mengkarakter

dalam diri siswa.

Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori

konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya

dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi

dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses) (Arief,

2002: 111). Guru dapat memanfaatkan teori ini untuk mengubah anak

didik sesuai dengan harapan guru dan tujuan pendidikan. Guru dapat

membiasakan anak didik agar senantiasa berlaku peduli lingkungan.

Siswa diajak untuk mengkaji aturan-aturan Allah yang terdapat

di alam raya ini yang bentuknya amat teratur. Dengan mengkaji ini,

maka akan melahirkan teori-teori dalam bidang ilmu pengetahuan dan

menimbulkan rasa iman dan takwa kepada Allah sebagai pencipta alam

yang demikian indah ini (Majid dan Dian Andayani, 2013: 129).

Dengan demikian, akan menimbulkan pula keinginan siswa untuk

63

memelihara dan melestarikan lingkungan alam yang telah Allah

ciptakan untuk manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, harus

disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa. Sebagaimana Al

Ghazali, ia juga sangat menganjurkan agar mendidik anak dan

membina akhlaknya dengan cara latihan-latihan dan pembiasaan yang

sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun seakan-akan

dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran yang

menyesatkan (Zainuddin, 1991: 107).

Pendapat J. Piaget yang dikutip oleh Zainuddin (1991: 108)

mengatakan bahwa kebiasaan untuk menyambut wujud kepribadian

individu dapat didekatkan melalui dua sudut pendekatan yaitu sudut

pendekatan kesadaran akan peraturan atau rasa hormat akan peraturan

dan pelaksanaan peraturan itu sendiri. Abraham Maslow juga

menegaskan bahwa aktualisasi diri (pembiasaan) individu hanya

mungkin apabila kondisi lingkungan menunjangnya. Karena itu dalam

perwujudan praktik sehari-hari dalam rangka penciptaan situasi yang

kondusif akan mempermudah capaian kecakapan jasmaniah (dalam

pembiasaan).

Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak

sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang Allah berikan harus

senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-

pelatihan dalam beribadah. Jika pembiasaan sudah ditanamkan, maka

anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan

64

menjadi bingkai amal sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa

berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia.

Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat

efektif dalam mananamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik,

baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu

pendekatan pembiasaan ini juga dinilai sangat efisien dalam mengubah

kebiasaan negatif menjadi positif (Arief, 2002: 114).

Armai Arief (2002: 114) mengemukakan bahwa dalam

menggunakan pendekatan pembiasaan ini harus memperhatikan hal-hal

di antaranya memulai pembiasaan itu sebelum terlambat; pembiasaan

hendaklah dilakukan secara kontinyu, teratur, dan berprogram;

pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas;

jangan memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk

melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan. Pendekatan pembiasaan

pada intinya adalah pengalaman. Karena apa yang kita biasakan itulah

yang kita amalkan (Arief, 2002: 116).

Belajar berarti memahami dan selanjutnya memaknai (Majid

dan Dian Andayani, 2013: 132). Belajar untuk peduli terhadap

lingkungan juga berarti memahami kondisi lingkungan dan

memaknainya, sehingga menimbulkan keinginan untuk bisa

memanfaatkan kekayaan alam dan memeliharanya dengan baik sesuai

dengan perintah Allah Swt. Seorang guru mesti menciptakan hubungan

teman dengan siswanya, karena dengan hubungan tersebut kedekatan

65

antara guru dan siswa dapat terbina sehingga akan lebih mudah dalam

mendidik dan menanamkan nilai pada diri siswa.

6. Ingatkan

Sabda Rasulullah (Majid dan Dian Andayani, 2013: 134):

الدثنا أمحد بن منيع الدثنا يد بن ااباا الدثنا عل بن مسعدة عن قتادة ك ل ب ن دم ط آا و ي ر ال ط ائ ي ن عن أنس قاا قاا وا اا ص م

الت واب وو Artinya : “Setiap anak Adam (manusia) itu pernah salah, dan sebaik-

baik orang yang bersalah adalah orang-orang yang bertaubat.” (HR.

Ibn Majah)

Inti agama adalah iman, iman dihembuskan oleh Allah kepada

hati manusia sebagai potensi ruh. Iman itu tumbuh di dalam hati

sementara petunjuk mengalihkan hati menuju ke arah yang benar.

Perilaku siswa terkait peduli lingkungan adakalanya mereka

sadar dan ingat pesan-pesan guru untuk senantiasa menjaga lingkungan

sekitarnya. Akan tetapi adakalanya juga mereka lalai akan pesan

tersebut karena masa. Oleh karenanya, guru mesti senantiasa

mengingatkan kepada siswa untuk menjaga dan memelihara

lingkungan. Seperti selalu menjaga kebersihan kelas, kantin,

membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.

Karena iman itu tumbuh di dalam hati, dan hati diumpamakan

oleh Rasul seperti selembar bulu di gurun pasir, angin meniupnya ke

sisi yang satu dan sisi yang lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa

hati tidak mempunyai perangai tetap, tetapi berada pada dua sisi, yaitu

66

cahaya dan kegelapan, petunjuk dan kesesatan (Majid dan Dian

Andayani, 2013: 135).

Kegiatan “mengingat” memiliki dampak yang luar biasa dalam

kehidupan. Ketika kita ingat sesuatu, maka ia akan mengingatkan pula

pada rangkaian-rangkaian yang terkait dengannya. Ingatan bisa muncul

karena kita mempunyai keinginan, kepentingan, harapan dan kerinduan

terhadap apa yang kita ingat. Kegiatan mengingat sesuatu yang ada di

alam ini bisa memicu munculnya bentuk kreativitas baru. Kalau hanya

mengingat sesuatu di alam ini bisa memicu munculnya kreativitas,

bagaimana dengan mengingat Allah Yang Maha Kreatif dan

kekuasaannya tak terbatas. Secara logika tentu akan memberikan

dampak positif luar biasa bagi kehidupan (Majid dan Dian Andayani,

2013: 136).

Oleh karena itu, guru harus berusaha mengingatkan kepada anak

bahwa mereka diawasi oleh Allah yang Maha Pencipta yang

mengetahui yang tersembunyi walaupun hanya tersirat dalam hati.

Sehingga ia akan senantiasa mengingatNya dan menjaga perilakunya

dari perbuatan tercela (Majid dan Dian Andayani, 2013: 136).

7. Repetition (Pengulangan)

Hadits Nabi yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:

137):

عن انس بن مالك او وا اا لى اا علي و لم كاو ااا لم لم ث (ا ر مسلم) ثا وااا لم ب لمة اعاد ا ث ثا

67

“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah Saw. jika memberi

salam Ia memberi salam tiga kali, dan jika berbicara suatu kalimat

nabi mengulanginya tiga kali. (HR. Muslim)

Pendidikan yang efektif dilakukan dengan berulang kali

sehingga anak menjadi mengerti. Pelajaran atau nasihat apapun perlu

dilakukan secara berulang, sehingga mudah dipahami oleh anak.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan

pengulangan di antaranya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 137):

a. Pengulangan harus mengikuti pemahaman apa yang ingin dicapai

dan dapat mempertinggi pencapaian pemahaman tersebut,

b. Pengulangan akan lebih efektif jika siswa mempunyai keinginan

untuk belajar tentang apa yang akan dilatihkan. Contohnya,

mengadakan penghijauan, membuat taman sekolah, dan lain-lain,

c. Pengulangan harus individual. Pengulangan harus dilakukan sesuai

dengan tingkat kemampuan belajar masing-masing anak.

8. Organisasikan

Pengorganisasian harus didasarkan pada kebermanfaatan untuk siswa

sebagai proses pendidikan manusia menghadapi kehidupannya.

Contohnya, memanfaatkan barang bekas menjadi barang berguna.

Imam Munawi berkata: seorang guru hendaklah berbicara dan

berinteraksi dengan muridnya sesuai dengan tingkat akan mereka dan

pemahaman mereka (Majid dan Dian Andayani, 2013: 138).

68

9. Heart (hati)

Ketika Rasulullah Saw. ditanya oleh sahabat yang diriwayatkan

oleh Umar, “Ya Rasulullah, di manakah Allah? Di Bumi atau di langit?

Maka jawab beliau, di dalam hati hamba-hambanya yang beriman

(Majid dan Dian Andayani, 2013: 139).

Kebersihan merupakan sebagian dari iman, dan Allah berada

dalam hati orang yang beriman, maka hendaknya siswa dibina untuk

selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan badan, pakaian, maupun

lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan juga termasuk bagian dari

peduli lingkungan. Seorang guru mestinya dapat menumbuhkan

karakter peduli lingkungan tersebut ke dalam hati siswa.

Abu Abdullah At Turmudzi mengatakan (Majid dan Dian Andayani,

2013: 139), “kelembutan adalah rasa takut kepada Allah, kejernihan

hati diperuntukkan bagi Allah, dan kerasnya hati diperlukan dalam

berpegang teguh terhadap asma Allah.”

Manusia hendaknya takut dengan ancaman Allah apabila

merusak lingkungan sesuai dengan firman Allah QS. Al A’raf: 56 (al

Quran dan Terjemahannya, 2013: 157):

وال فسدوا ف اا ب عد الها وادعو وفا وطمعا و محة الل قريب من المحسن

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,

sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan

rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang

berbuat baik.”

69

Ada yang mengatakan bahwa hati itu diibaratkan bagaikan

wadah. Hati orang kafir bagaikan wadah terbalik sehingga tidak bisa

dimasuki kebaikan sedikitpun. Hati orang munafik bagaikan wadah

yang pecah, sehingga jika dituangkan sesuatu dari atas ia akan keluar

dari bawah. Adapun hati orang yang beriman itu bagaikan wadah yang

bagus dan stabil. Apabila dituangkan kebaikan ke dalamnya, maka

kebaikan itu akan sampai ke dalamnya (Majid dan Dian Andayani,

2013: 139). Firman Allah Swt.,

فع المؤمن واكر ف و الذكر ن “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan

itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat

[51]: 55).

Iman itu diilhamkan oleh Allah ke hati, dan hati adalah

merupakan sebuah lokus yang mempunyai perangai tidak tetap, yakni

berada pada dua sisi, yaitu cahaya dan kegelapan, petunjuk dan

kesesatan. Petunjuklah yang mengalihkan hati menuju arah yang benar.

“Keimanan telah ditetapkan Tuhan ke dalam hatinya, serta dikokohkan

pula dengan ruh dari dirinya.” (QS. 58: 22)

Pendapat Sachiko yang dikutip oleh Majid dan Dian Andayani

(2013: 140) yakni makna dasar dari kata qalb adalah membalik,

kembali, pergi maju mundur, berubah, naik turun. Yang perlu kita

ketahui dan sadari bahwa keimanan itu bertambah dan berkurang. Hal

ini akan tampak dari perilaku yang dimunculkannya. Keimanan

70

menjadi unggul berdasar pada dasar kesadaran dan dzikir, dan ia akan

menurun atau ringan apabila lalai.

Dasar keimanan itu adalah ilham dari Allah di hati. Kemudian

keimanan itu menjadi menguat dan menjadi jelas setelah melihat

segala yang telah diciptakanNya. Keimanan itu juga akan meningkat

dengan membaca dan mendengar al Quran, bergaul dengan orang-

orang saleh, dan mengerjakan amal kebaikan yang lainnya. Termasuk

dalam hal ini sikap peduli lingkungan. Dzikir adalah salah satu cara

untuk memupuk rasa keimanan dan dengan dzikir pulalah hati orang

mukmin menjadi tenteram (Majid dan Dian Andayani, 2013: 140).

Mengenai metode dalam model pendidikan karakter, Lickona

menyarankan agar pendidikan karakter berlangsung efektif maka guru

dapat mengusahakan implementasi berbagai metode seperti bercerita

tentang kisah, cerita atau dongeng yang sesuai, menugasi siswa

membaca literatur, melaksanakan studi kasus, bermain peran, diskusi,

debat tentang moral dan juga penerapan pembelajaran kooperatif. Pada

prinsipnya guru dan seluruh warga sekolah tidak dapat mengelak dan

berkewajiban untuk selalu mengajarkan nilai-nilai baik yang

seharusnya dilakukan, serta nilai-nilai buruk yang seharusnya dicegah

dan tidak dilakukan pada setiap program sekolah (Samani dan

Hariyanto, 2013: 147-148).

Rosyadi (2004: 236) menambahkan model pendidikan karakter

dengan menggunakan metode mendidik dengan targhib dan tarhib.

71

Targhib ialah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang

terhadap suatu maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang

pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian

diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan

sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan buruk. Hal itu

dilakukan demi mencapai kerelaan Allah. Hal itu adalah rahmat dari

Allah bagi hamba-hambanya.

Targhib dapat berarti ganjaran. Ganjaran dapat berupa pujian

yang indah, imbalan materi atau hadiah, doa, tanda penghargaan, dan

lain-lain (Arief, 2002: 127). Ganjaran dapat memberikan pengaruh

yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan

yang positif dan bersikap progresif. Di samping itu juga dapat menjadi

pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang

telah memperoleh pujian dari guru, baik dalam tingkah laku, sopan

santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih

baik. Akan tetapi, dalam memberikan ganjaran harus proporsional agar

tidak terjadi ketimpangan sosial di antara sesama murid maupun antara

guru dengan murid (Arief, 2002: 134-135). Sebagaimana siswa yang

telah bersikap peduli lingkungan, maka seyogyanya guru memberikan

ganjaran atau hadiah yang pantas. Misalnya dengan menambahkan

poin nilai baginya, atau dengan memberikan barang kenang-kenangan

yang tidak berlebihan.

72

Sedangkan tarhib ialah ancaman dengan siksaan sebagai akibat

dari melakukan dosa dan kesalahan yang dilarang oleh Allah atau

akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah.

Maka dalam hal ini, hendaknya perasaan takut tidak melebihi perasaan

berharap, sehingga orang yang berdosa berputus asa dari ampunan dan

rahmat Allah, padahal Allah melarang berputus asa (QS. [39]: 53)

(Rosyadi, 2004: 236-237).

Tarhib sering dikenal juga dengan pemberian hukuman. Berbeda

dengan ganjaran, pemberian hukuman haruslah ditempuh sebagai jalan

terakhir dalam proses pendidikan. Seorang pendidik yang bijaksana

tidak seenaknya mengaplikasikan hukuman fisik kepada anak didiknya

kecuali hanya sekedar saja dan sesuai dengan kebutuhan. Selamanya ia

lebih mendahulukan pendekatan ganjaran daripada pendekatan

hukuman, sebab ganjaran dapat mendorong semangat dan motivasi

anak didik untuk belajar. Sebaliknya hukuman justru akan

meninggalkan pengaruh buruk pada jiwa anak sehingga ia

menghalanginya untuk faham dan mengerti, bahkan dapat mematikan

semangatnya untuk berlaku disiplin dan progresif (Arief, 2002: 135).

Misalnya jika anak membuang sampah sembarangan, guru

menghukumnya dengan membersihkan seluruh ruang kelasnya.

Pendekatan yang dapat dipakai dalam pendidikan yang

bernuansa lingkungan ada dua antara lain pendidikan monolitik dan

integratif (Tim Penulis, 2011: 139-140).

73

1. Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada

suatu pemikiran bahwa setiap pengetahuan merupakan sebuah

komponen yang berdiri sendiri dan mempunyai tujuan tertentu.

Pendidikan lingkungan hidup berdiri sendiri dengan pendidikan

lainnya dan memiliki tujuan tertentu untuk berhandarbeni terhadap

lingkungan.

2. Pendekatan integratif adalah suatu pendekatan yang bertitik tolak

pada pandangan bahwa setiap pengetahuan harus diintegrasikan

dengan pengetahuan lain. Pendidikan berwawasan lingkungan

sebagai perpaduan disiplin antar bidang juga menghendaki

pendekatan monolitik dan integratif.

D. Strategi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Dalam menanamkan karakter peduli lingkungan melalui pendidikan dapat

dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi, di antaranya (Samani

dan Hariyanto, 2013: 144-145):

1. Strategi cheerleading

Strategi ini dapat digunakan dengan cara menempel poster-

poster setiap bulan, spanduk-spanduk, serta ditempel di papan khusus

buletin, papan pengumuman tentang berbagai nilai kebajikan yang

selalu berganti-ganti. Dalam hal ini nilai kebajikan yang berkaitan

dengan peduli lingkungan.

74

2. Strategi pujian dan hadiah

Strategi pujian dan hadiah yang berlandaskan pada pemikiran

positif (positive thinking), dan menerapkan penguatan positif (positive

reinforcement). Strategi ini justru ingin menunjukkan anak yang

sedang berbuat baik (catching student being good). Dengan cara ini

dapat diikuti pula model keteladanan. Anak yang berperilaku peduli

lingkungan ditonjolkan agar dapat ditiru oleh teman-temannya. Akan

tetapi cara ini dilaksanakan dengan batas-batas tertentu agar tidak

menimbulkan kecemburuan sosial.

3. Strategi define-and-drill

Strategi define-and-drill yakni meminta para siswa untuk

mengingat-ingat sederet nilai kebaikan dan mendefinisikannya. Setiap

siswa dapat mengingat keutamaan-keutamaan dan manfaat peduli

lingkungan. Sehingga ia berusaha agar mendapatkan manfaat tersebut

dengan berperilaku peduli lingkungan.

4. Strategi forced formality

Strategi forced formality pada prinsipnya ingin menegakkan

disiplin dan melakukan pembiasaan (habituasi) kepada siswa untuk

secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral. Pembiasaan akan

peduli lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, dan menjaga

kebersihan lingkungan dilakukan secara terus menerus

75

5. Strategi traits of the month

Strategi traits of the month pada hakikatnya menyerupai strategi

ceerleading, tetapi tidak hanya mengandalkan poster-poster, spanduk,

juga menggunakan segala sesuatu terkait dengan pendidikan karakter

peduli lingkungan. Misalnya dengan penyuluhan pendidikan

lingkungan hidup, intsruksi guru, sambutan kepala sekolah terkait

penanaman karakter peduli lingkungan pada diri siswa saat upacara,

dan lain-lain.

E. Faktor Penunjang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan

Terbentuknya karakter (kepribadian) manusia ditentukan oleh dua

faktor yaitu nature (faktor alami) dan nurture (sosialisasi dan pendidikan).

1. Pengaruh nature, agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki

kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan. Namun fitrah ini

adalah bersifat potensial atau belum termanivestasi ketika anak

dilahirkan (Megawangi, 2004: 25).

2. Pengaruh nurture, faktor lingkungan yaitu usaha memberikan

pendidikan dan sosialisasi adalah sangat berperan dalam menentukan

“buah” seperti apa yang akan dihasilkan seorang anak (Megawangi,

2004: 27).

Fitrah manusia menurut perspektif agama yang cenderung pada

kebaikan ini masih mengakui adanya pengaruh lingkungan yang dapat

76

mengganggu proses tumbuhnya fitrah. Hal ini memberikan pembenaran

perlunya faktor nurture atau lingkungan, budaya, pendidikan, dan nilai-

nilai yang perlu disosialisasikan kepada anak-anak (Megawangi, 2004:

26).

Pendidikan karakter peduli lingkungan hidup akan tercapai

tujuannya jika memperhatikan komitmen berikut (Tim Penulis, 2011:

152):

1. Lingkungan hidup yang dianugerahkan Allah Swt. kepada hambanya

merupakan karunia yang wajib dilestarikan. Pemikiran seperti ini mesti

ditanamkan dalam diri siswa,

2. Terdapat empat dimensi manusia yakni dimensi diri, Allah, sesama

manusia, dan lingkungan. Seorang individu yang menyatakan dirinya

beriman dan bertaqwa kepada Allah tidak akan dinyatakan dalam

kategori tersebut manakala tidak dapat membangun dan melaksanakan

tugas untuk mempedulikan kepada sesama dan alam semesta,

3. Bumi dan seluruh isinya merupakan amanat untuk dijaga dan

dilestarikan, sebagai bukti pelaksanaan kekhalifahan, oleh karena itu

memelihara dan menjaga hubungan yang harmonis dengan alam serta

memperbaiki lingkungan untuk generasi yang akan datang perlu

dilakukan,

4. Kerjasama antar berbagai simpul-simpul penting dan penentu untuk

melestarikan dan menjaga keseimbangan lingkungan hendaknya terus

77

menerus dilakukan, sehingga kerusakan dan kemusnahan sumber-

sumber alam dapat terjaga dengan baik.

F. Faktor Penghambat atau Kendala Penanaman Karakter Peduli

Lingkungan Melalui Pendidikan

Maslikhah (2013: 175) mengemukakan beberapa hal kendala dalam

pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup menuju pembangunan

berkelanjutan antara lain:

1. Rendahnya kepemilikan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah,

2. Pelaksanaan beberapa program masih setengah hati, misalnya sekolah

pemenang Adiwiyata masih menggunakan kurikulum intergratif dan

bukan monolitik,

3. Pemegang dan pemenang program sekolah peduli lingkungan hanya

terbatas pada persoalan administrasi, sehingga tidak mengena pada hal

akan esensi pentingnya pelaksanaan sekolah peduli lingkungan,

4. Rendahnya dukungan tokoh penting masyarakat dari semua lapisan,

dan

5. Rendahnya partisipasi berbagai lapisan masyarakat karena kurangnya

pemahaman terhadap persoalan pendidikan lingkungan yang ada.

Dari uraian di atas, penulis menurunkan beberapa kendala yang dapat

dituliskan dalam pelaksanaan penanaman karakter peduli lingkungan pada

siswa melalui pendidikan ialah:

1. Pelaksanaan pendidikan yang masih setengah hati,

78

2. Kurang tegasnya peraturan sekolah mengenai peduli lingkungan,

3. Rendahnya dukungan dari semua warga sekolah,

4. Rendahnya partisipasi siswa karena kurangnya pemahaman terhadap

permasalahan lingkungan hidup, dan

5. Kurangnya pemberian penghargaan bagi siswa yang melaksanakan

peduli lingkungan dengan baik.

79

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi geografis

Sekolah Menengah Assalihiyah terletak di M.3 T. Thungphla,

A. Khokpho, CH. Pattani, Thailand Selatan dengan batasan-batasan

sebagai berikut:

a. Sebelah utara : berbatasan dengan kampung Parai.

b. Sebelah selatan : berbatasan dengan mukim Pakklo.

c. Sebelah barat : berbatasan dengan kampung Napradhu.

d. Sebelah timur : berbatasan dengan kampung Melan.

2. Profil Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan

a. Sejarah Singkat Berdirinya

Sekolah Menengah Assalihiyah terletak di tempat 3,

kampung Kho’ta (Hinggak), mukim Thungphla, Khokpho, Pattani.

Sekolah ini didirikan oleh Tuan Guru H. Awang pada tahun lima

puluhan dengan mendapat bantuan dan dukungan penuh dari ahli-

ahli kampung di rantau itu. Pada permulaannya bernama “Pondok

Belukar Hilir”. Setelah Tuan Guru H. Awang meninggal, maka H.

Muhammad Salih menggantikan posisi beliau dengan mendapat

persetujuan ahli-ahli kampung.

80

Pada tahun 1970 M, sekolah ini diresmikan oleh pihak

kerajaan dengan nama “Sekolah Assalihiyah Addiniyah” dengan

nomor 21/1970 pada tanggal 19/1/1970, serta membuka pelajaran

bagian akademik. Sekolah ini semakin berkembang dengan

mendirikan dua buah bangunan sekolah dengan mendapat bantuan

tenaga dan uang dari umat Islam di Pattani dan kawasan-kawasan

sekitarnya.

Riwayat kepala Sekolah Menengah Assalihiyah di antaranya:

1) H. Muhammad Salih

2) Tahun 1989 M, H. Abdul Aziz Yusuf

3) Tahun 1993 M, H. Abdullah Yeelah memegang jabatan kepala

sekolah setelah tamat dari Universitas Islam Madinah, dengan

mendapat persetujuan dari majlis tertingi sekolah. Setahun

kemudian H. Abdul Aziz meninggal.

Pada tahun 2005 M, dipindah hak milik sekolah kepada

Yayasan Kebajikan Sekolah Assalihiyah, dengan nomor

PN173/2005 dan pada tahun 2007 M, diubah nama sekolah kepada

nama “Assalihiyah”. Tahun 2009 M, dibuka bagian Taska dan

Sekolah Rendah Integrasi.

b. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : Assalihiyah

Alamat Sekolah : M.3 T. Thungphla A. Khokpo CH. Pattani

No. Telp : 073-358529

81

Email : [email protected]

Alamat Surat : 71/1 M.3 T. Thungphla A. Khokpho CH.

Pattani 94180 Thailand

Status Sekolah : Swasta

Tahun Berdiri : 1970 M

Status Tanah : 9-10 rai milik sendiri dan 2,5 rai milik

yayasan

Luas Tanah : 12 rai atau 19.200 meter persegi

Kepala Sekolah : Dr. Abdullah Yeelah

3. Visi

Terwujudnya institusi pendidikan Islam yang terdepan dalam

melahirkan insan rabbani, intelek, dan inovatif

4. Misi

Mencetak pelajar rabbani melalui sistem pendidikan yang maju

berlandaskan al quran dan as sunnah

5. Tujuan

a. Membangun jasmani, emosi, rohani, dan intelektual pelajar sesuai

dengan syiar Islam.

b. Mendidik pelajar mencintai dan menghayati Islam sejak dini.

c. Membentuk generasi pelajar yang berilmu, beriman, bertaqwa, dan

berakhlak mulia.

d. Menyiarkan dakwah islamiyah kepada masyarakat.

82

e. Membantu anak-anak yatim dan miskin agar dapat belajar di

sekolah dengan beasiswa.

f. Mencetak generasi pelajar yang menghayati nilai Islam ke arah

terwujudnya masyarakat yang berdaya maju, harmonis, inovatif ,

progresif, dan berteknologi.

6. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Assalihiyah

AHLI JABATAN

KUASA MAHAD

AHLI JABATAN

KUASA

PENTADBIRAN

AHLI JABATAN

KUASA YAYASAN

KEBAJIKAN

ASSALIHIYAH

MUDIR AM

Nur Huda H. Husen

MUDIR

Dr. Abdullah Yeelah

UNIT EKONOMI

DAN

KEUANGAN

Abdul Muttalib

Mamat

UNIT HAL

IHWAL GURU

Abdul Razak

Durani

UNIT HAL

IHWAL

PELAJAR

Ismail Mae

UNIT

PEMBELAJARAN

Ahmad H. Sama

UNIT

PENDAFTARAN

Faridah Tokai

83

a. Unit pembelajaran, tugasnya antara lain:

1) Menyusun kurikulum

2) Menyusun perencanaan belajar mengajar

3) Membuat evaluasi

4) Menyusun jadwal pelajaran

5) Menyusun persiapan kegiatan belajar mengajar

6) Mengontrol kerja guru

7) Mengadakan majelis ilmiah agama seperti perlombaan siswa-

siswi.

b. Unit hal ihwal pelajar, tugasnya ialah mengurus segala

permasalahan pelajar seperti perkelahian pelajar, hubungan asmara

pelajar, memperbariskan pelajar setiap pagi, dan lain-lain yang

berkenaan dengan pelajar.

c. Unit hal ihwal guru, tugasnya ialah:

1) Membuat laporan kehadiran guru setiap bulan.

2) Mengawal guru masuk kelas (mengontrol kerja guru).

3) Mengurus perizinan guru untuk cuti mengajar.

4) Bertanggung jawab atas guru kelas.

d. Unit ekonomi dan keuangan, tugasnya ialah:

1) Membuat data uang masuk dan keluar (input-output) sekolah

2) Mengurus pembayaran gaji guru

3) Mengurus keuangan untuk keperluan sarana prasarana sekolah

4) Mengurus pembayaran SPP siswa.

84

e. Unit pendaftaran, tugasnya ialah mendata nama-nama pelajar yang

masuk dan keluar.

7. Sistem Pembelajaran

Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan memiliki sistem pembelajaran terpisah antara

pembelajaran ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum

(akademik). Untuk pembelajaran ilmu pengetahuan umum (bagian

akademik), peserta didik wajib menyelesaikan studinya 6 tingkatan

kelas, sedangkan pembelajaran ilmu pengetahuan agama peserta didik

menyelesaikan 10 tingkatan kelas yang terbagi atas kelas ibtidaiyyah,

mutawasit, dan tsanawiyah. Kegiatan belajar mengajar ilmu

pengetahuan umum (bagian akademik) diselenggarakan di waktu siang

dari jam 13.00-16.20 WTS untuk hari senin-kamis dan pada hari

minggu mulai jam 08.00-12.00 WTS. Sedangkan waktu kegiatan

belajar mengajar ilmu pengetahuan agama adalah sebaliknya yakni

dimulai dari jam 08.00-12.00 WTS pada hari senin-kamis dan jam

13.00-16.20 WTS pada hari minggu. Sebagaimana tabel jadwal

berikut.

85

Tabel 3.1

Jadwal kegiatan belajar

NO HARI WAKTU

08.00-12.00 12.00-13.00 13.00-16.20

1. MINGGU AKADEMIK

IST

IRA

HA

T

AGAMA

2. SENIN

AG

AM

A

AK

AD

EM

IK

3. SELASA

4. RABU

5. KAMIS

8. Kurikulum

Kurikulum yang dipakai oleh Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan adalah kurikulum yang

ditetapkan dari kerajaan yakni Kurikulum Pendidikan Asas Menengah

Tahun 2551 B/Tahun 2008 M. Kurikulum ini mengatur sistem

pembelajaran sekolah di seluruh Thailand dengan mewajibkan sekolah

mengajarkan 8 mata pelajaran wajib berupa ilmu pengetahuan umum

yang disampaikan dalam 880 jam pelajaran selama satu tahun

pelajaran. Ilmu pengetahuan umum tersebut meliputi bahasa Thailand,

matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,

penjaskes, kesenian, keterampilan, dan bahasa Inggris. Di samping itu

dapat ditambah mata pelajaran lain sesuai dengan kebijakan sekolah

86

masing-masing dengan batasan waktu belajar 480 jam pelajaran dalam

satu tahun pelajaran. Untuk sekolah berbasis Islam di Thailand Selatan

berlaku mata pelajaran tambahan agama yang meliputi bahasa melayu,

bahasa Arab, al quran, fiqh, akhlaq, tauhid, tafsir, dan tarikh.

9. Jumlah Guru, Siswa, dan Ketenagakerjaan

a. Jumlah guru Sekolah Menengah Assalihiyah tahun 2558 B/tahun

2015 M ini ada 47 orang dan pelajar 484 siswa.

1) Jumlah guru tetap bidang agama ada 15 orang dan 10 orang guru

tak tetap.

2) Jumlah guru tetap bidang akademik ada 22 orang.

b. Petugas kebersihan Sekolah Menengah AssalihIyah ada 2 orang,

driver Sekolah Assalihiyah ada 10 orang, dan penjaga kedai (kantin

sekolah) ada 5 orang.

c. Dafar nama guru Sekolah Menengah Assalihiyah bidang agama

Tabel 3.2

Nama guru bidang agama

NO NAMA (BAQA) BIDANG MENGAJAR

1. Ismail (Cikbu) Ushuludin

2. Abdul Razak (Durani) Bahasa Arab

3. Abdul Muthalib (Mama’) Fiqh

4. Nafisah (Itae) Bahasa Melayu

5. Ismail (Ma’e) Tafsir

87

6. Adul Razak (Haji Malik) Sejarah

7. Muhammad Daud (Utsman) Fiqh

8. Aisyah (Saleh) Hadits

9. Sakinah (Tayik) Akhlak

10. Raqiyah (Doloh) Hadits

11. Faridah (Thaqae) Bahasa Melayu

12. Fatimah (Wangka’cae) Tafsir

13. Khuzaimah (Sa’ak) Bahasa Arab

14. Yahya (Samaq) Sejarah

15. Ahmad (Haji Sama’) Qawaid

16. Abdul Halim (Saleh) Fiqh

17. Ruhani (Damae’) Sejarah

18. H. Muhammad Nur (Hama’) Faraid

19. Tayib (Wangkacae’) Ushul Fiqh

20. H. Cik Hasin (Cikphu) Ushul Tafsir

21. Abdul Razak (Mas’ad) Bahasa Arab

22. Hj. Zainab (Kaarina) Bahasa Arab

23. H. Hasan (Zakariya) Balaghah

24. Abdul Aziz (Ismail) Sejarah

25. Mahdi (Daud Ali) Sharaf

88

d. Dafar nama guru Sekolah Menengah Assalihiyah bidang akademik

Tabel 3.3

Nama guru bidang akademik

NO NAMA (BAQA) BIDANG MENGAJAR

1. Kalaya (Kanak Songkhram) Bahasa Inggris

2. Jamaludin (Haji Itae) Olahraga

3. Abdul Karim (Ma’sae) Bahasa Inggris

4. Wik Phawi (Tantiwut) Bahasa Thailand

5. WIrak Wadi (Saksak Makno) Sosiologi

6. Nada (Toksan) Bahasa Thailand

7. Suwaibah (Limak) Sains

8. Nurma (Mik Uma) Sains

9. Rahani (Ma’e) Matematika

10. Sukkri (Damo) Sosiologi

11. Masni (Sa’ik) Sains

12. Asma’ (Haji Ma’lek) Bahasa Inggris

13. Saenak (Ma’sok) Bahasa Inggris

14. Wasean (Wangmad) Sosiologi

15. Jawari (Amat) Matematika

16. Karimah (Meng) Fisika

17. Abdurrahman (Lateh) Seni Lukis

18. Nuriyah (Ceknik) Sains

19. Amani (Wang Kacik) Matematika

89

20. Karami (Cek Long) Bahasa Thailand

21. Abdul Hakim (Kabok) Ilmu Kesehatan

22. Romli (Wangok) TIK

e. Daftar jumlah siswa tiap kelas

Tabel 3.4

Jumlah siswa tiap kelas

NO KELAS

(SAMAN/AKADEMIK)

JUMLAH SISWA

1. 1 106

2. 2 109

3. 3 80

4. 4 67

5. 5 69

6. 6 53

10. Sarana dan prasarana

Tabel 3.5

Daftar sarana prasana sekolah

NO Nama Barang Jumlah

1. Ruang Kelas 16

2. Ruang Rapat 1

90

3. Kantor Guru 6

4. Kantor Kepala Sekolah 1

5. Kantor Administrasi 1

6. Perpustakaan 1

7. Lab. Komputer 1

8. Lab. Sains 1

9. Masjid 1

10. Toilet 3

11. Kantin 1

12. Kursi dan meja 490

B. Paparan Temuan Penelitian

1. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan diadakan

dengan tujuan untuk mendidik anak agar memiliki rasa peduli

terhadap lingkungan sekitarnya. Pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini lebih ditekankan

pada pembiasaan menjaga kebersihan lingkungan yang wajib

ditanamkan oleh guru kepada siswa baik di dalam maupun luar kelas.

91

Sebagaimana yang diutarakan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah selaku

Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah sebagai berikut.

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah lebih ditekankan pada pembiasaan menjaga

kebersihan lingkungan sekolah. Pada setiap kegiatan belajar

mengajar berlangsung, guru wajib menanamkan sifat-sifat yang

murni kepada siswa yang termasuk dalam 8 hal, yang di

antaranya adalah menerapkan sifat cermat dan melestarikan

lingkungan dan di samping itu ada motivasi di luar kelas

(wawancara dengan ustadz Abdullah Yeelah pada tanggal 20

Agustus 2015 jam 10.00 WTS)

Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan

bahwa mereka telah merealisasikan sikap peduli lingkungan, seperti

yang diungkapkan oleh Sarihan Cikbu sebagai berikut.

Sikap peduli lingkungan di sekolah yang saya lakukan seperti

menjaga kebersihan sekolah, kelas, melestarikan tanaman-

tanaman yang ada di sekolah (wawancara dengan Sarihan

Cikbu, siswa kelas 6/1 saman atau kelas 10 agama, pada tanggal

21 Agustus 2015 jam 13.37 WTS).

Siswa yang lain juga mengutarakan bahwa dia telah menjaga

lingkungan sekolah sebagaimana ungkapan Pasnuri Mama’ sebagai

berikut.

Saya sudah menjaga lingkungan di sekolah dengan menjaga

kebersihan kelas, membuang sampah snack di tempat sampah,

dan melestarikan tanaman (wawancara dengan Pasnuri Mama’,

siswa kelas 6/1 saman atau 8A agama, pada tanggal 21 Agustus

2015 jam 13.52 WTS).

Para siswa melaksanakan sikap peduli lingkungan atas

keinginan mereka sendiri dan mengikuti teladan dari sikap guru dalam

menjaga kebersihan bukan karena takut dengan guru. Sebagaimana

ungkapan Fadilah Masae sebagai berikut.

92

Saya biasa menjaga kebersihan dan bukan karena takut dengan

guru. Saya hanya melakukan apa yang guru berikan teladan

kepada saya. Misalnya saya melihat guru menyapu ruang kantor,

saya ingin juga melakukannya di kelas (wawancara dengan

Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada

tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).

Selain itu juga ada siswa yang yang menjaga kebersihan karena

mereka telah terbiasa ketika di rumah, sebagaimana ungkapan Sarihan

Cikbu sebagai berikut.

Saya suka menjaga kebersihan karena sudah terbiasa di rumah.

Orang tua saya mengajarkan saya untuk senantiasa menjaga

kebersihan dan di sekolah pun saya melaksanakannya. Bukan

karena saya takut kepada guru, tetapi saya sendiri suka menjaga

kebersihan (wawancara dengan Sarihan Cikbu, siswa kelas 6/1

saman atau kelas 10 agama, pada tanggal 21 Agustus 2015 jam

13.37 WTS).

Pembiasaan menjaga kebersihan dilakukan dengan kegiatan

rutin harian dengan membagi siswa dalam jadwal membersihkan kelas

dan lingkungan sekolah. Setiap pagi, para siswa dibariskan untuk apel

pagi dan setelah selesai mereka digerakkan untuk membersihkan

lingkungan sekolah dari sampah-sampah yang berceceran. Setiap

siswa wajib memungut sampai 3 atau 10 keping sampah tergantung

pada kondisi kebersihan lingkungan sekolah pada saat itu. Hal ini

bertujuan untuk menanamkan dalam jiwa anak supaya mereka

mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan hidupnya sebagaimana

yang diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.

Mereka dibagi kelompok dan tanggung jawab masing-masing.

Hal ini bertujuan untuk menanamkan dalam jiwa anak supaya

mereka mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungan. Kalau

setiap pagi setelah berbaris (apel pagi) dan sebelum masuk

93

kelas, terlihat di sekeliling banyak sampah, siswa disuruh

mengambil sampah sebanyak 10 keping, kalau tidak begitu

kotor 3 keping (wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali

pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

Pendidikan yang diselenggarakan, adakalanya siswa mudah

mengikuti apa yang diajarkan atau diperintahkan guru dan sebaliknya.

Kegiatan pungut sampah ini ada dikarenakan masih terlihat sampah

yang berceceran akibat dari perilaku beberapa siswa yang malas atau

kurang menjaga kebersihan dan membuang sampah sembarangan.

Pribadi siswa yang malas dan berperilaku peduli lingkungan hanya

ketika ada guru serta merasa takut akan dimarahi ketika dia tidak

menjaga kebersihan lingkungan yang menjadikan lingkungan sekolah

masih terlihat kotor. Hal ini sebagaimana ungkapan Rusani Mansalik

sebagai berikut.

Saya kurang menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Kadang-

kadang saya membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya

menjaga kebersihan karena saya takut dengan guru (wawancara

dengan Rusani Mansalik, siswa kelas 5/1 saman atau kelas 9

agama, pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 18.20 WTS).

Selain itu juga diadakan big cleaning day yaitu pada waktu

tengah semester dan atau ketika akan ada tamu datang. Semua guru

dan siswa mengadakan bersih-bersih bersama seperti yang

diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Selain itu, diadakan big cleaning day yaitu pada waktu tengah

semester dan apabila akan ada tamu datang. Semua murid dan

guru bersih-bersih bersama (wawancara dengan acan Zainab

Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

94

Siswa dididik untuk makan di tempat-tempat yang di mana

disediakan tempat sampah sehingga mereka bisa langsung membuang

sampah makanan mereka di tempat sampah yang paling dekat dengan

mereka. Guru senantiasa berpesan kepada siswa agar mereka selalu

menjaga kebersihan, membuang sampah-sampah makanan dan

minuman di tempat sampah, dan apabila menjumpai sampah di

hadapannya, mereka harus mengambil dan membuangnya di tempat

sampah. Dengan demikian, kebersihan lingkungan sekolah akan

terjaga dengan baik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan acan

Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Guru senantiasa berpesan kepada murid supaya mereka menjaga

kebersihan. Jika mereka makan, bungkus-bungkus sampah harus

dibuang di tempat sampah. Meskipun mereka tidak sehabis

makan, tetapi mereka menjumpai ada sampah di hadapannya,

mereka juga harus mengambilnya dan membuangnya di tempat

sampah (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal

24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Berkaitan dengan kebersihan sekolah, sekolah memiliki petugas

kebersihan. Mereka juga ikut berperan dalam menciptakan sekolah

yang bersih yang menjadikan sekolah dapat menerima penghargaan

atas prestasi sekolah yang bersih dari pemerintah kerajaan Thailand.

Seperti yang diungkapkan Abdul Rasyid bin Talyo selaku petugas

kebersihan sebagai berikut.

Tiga tahun yang lalu, sekolah pernah mendapat penghargaan

dari pemerintah mengenai kebersihan lingkungan sekolah

(wawancara dengan Abdul Rasyid bin Talyo pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 14.45 WTS).

95

Petugas kebersihan memiliki peran yang penting juga dalam

menciptakan sekolah yang bersih di samping adanya pendidikan

karakter peduli lingkungan bagi siswa. Karena, petugas kebersihan

membersihkan sekolah setiap hari dan membuang sampah dari tempat

sampah yang berada di depan kelas, kantin, dan seluruh sudut sekolah.

Ketika petugas kebersihan berhalangan hadir, maka sampah di depan

kelas, ruang guru, kantin, dan sebagainya di lingkungan sekolah

menumpuk. Sebagaimana ungkapan Abdul Rasyid bin Talyo selaku

petugas kebersihan tentang aturan kebersihan di Sekolah Menengah

Assalihiyah sebagai berikut.

Mengenai aturan kebersihan di sini, setiap pagi dan sore tukang

kebun harus membersihkan seluruh lingkungan sekolah. Pada

saat pagi, tukang kebun menyapu seluru sudut sekolah yang

berupa sampah dan daun-daun yang berguguran. Sedangkan

pada waktu sore, kita mengambil sampah-sampah dalam tempat

sampah itu baik di depan kelas, kantor, maupun di kantin. Jadi

setiap hari, kami harus membersihkan sekolah 2x. Pada saat

liburan sekolah, kami juga harus membersihkan sekolah kecuali

hari minggu. Kalau hari-hari aktif sekolah, kami libur hari sabtu

(wawancara dengan Abdul Rasyid bin Talyo pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 14.45 WTS).

Guru juga mengajarkan siswa untuk bercocok tanam pohon di

lingkungan sekolah dan mendidiknya untuk senantiasa menjaga dan

merawatnya. Sehingga pohon tersebut membuat sekolah menjadi

tempat yang nyaman sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah

Nafisah Itae sebagai berikut.

Guru juga mengajarkan kepada murid untuk tanam pohon di

lingkungan sekolah dan mendidiknya untuk senantiasa menjaga

96

dan merawat pohon-pohon. Sehingga pohon tersebut membuat

sekolah menjadi tempat yang nyaman (wawancara dengan

ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55

WTS).

Selain menanam pohon di sekolah, siswa juga diajak untuk

bertanam pohon di luar sekolah bersama dengan masyarakat

sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai

berikut.

Ada juga guru saman/acan (guru bidang ilmu pengetahuan

umum) yang mengajak siswa keluar untuk ikut serta bercocok

tanam pohon-pohon dengan masyarakat (wawancara dengan

ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam

16.30 WTS).

Meskipun di Sekolah Menengah Assalihiyah ini dilaksanakan

pendidikan karakter peduli lingkungan, namun tidak ada peraturan

atau kebijakan tertulis mengenai peduli lingkungan maupun aturan

kebersihan, hanya berupa aturan tak tertulis saja sebagaimana yang

dituturkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.

Di sekolah ini tidak ada peraturan atau kebijakan tertulis

mengenai peduli lingkungan maupun aturan kebersihan, hanya

berupa aturan tak tertulis saja (wawancara dengan ustadz

Ahmad H. Sama’ pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27

WTS).

Setiap guru Sekolah Menengah Assalihiyah diharuskan

memberikan arahan, bimbingan, dan penjelasan-penjelasan kepada

siswa berkaitan dengan sikap peduli lingkungan. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.

Semua guru-guru di sini diharuskan untuk mendidik dan

memberikan penjelasan, bimbingan, dan arahan kepada siswa.

97

Seperti menjelaskan bahwa kita sebagai umat agama Islam itu

harus senantiasa menjaga kebersihan, karena “an nadhafatu

minal iman” kebersihan itu merupakan bagian dari iman

(wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23

Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Falsafah Sekolah Menengah Assalihiyah adalah berpegang

teguh kepada ajaran kitab dan sunnah menuju ke arah kemajuan dan

pembangunan sedunia. Jadi dalam segala hal kegiatan sekolah mesti

berlandaskan falsafah ini termasuk pelaksanaan pendidikan karakter

peduli lingkungan yang berguna bagi kemajuan dunia. Menurut kepala

sekolah ustadz Dr. Abdullah Yeelah, Islam adalah agama cara hidup

yang mesti diamalkan dalam setiap segi atau bidang kehidupan dan di

setiap tempat.

Pendidikan karakter peduli lingkungan yang ditanamkan kepada

siswa Sekolah Menengah Assalihiyah berdasar pada tujuan supaya

siswa itu mengetahui akan pentingnya masalah kebersihan dan

melestarikan lingkungan. Oleh karenanya, guru Sekolah Menengah

Assalihiyah menanamkan karakter peduli lingkungan ini khususnya

tentang kebersihan, mereka berlandaskan pada firman Allah

“innallaha yuhibbu tawwabiina wayuhibbul mutathohhiriin” yang

artinya “Saya menyukai orang yang bertaubat dan orang yang bersih”.

Sebagaimana diungkapkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai

berikut.

… ada dalil al quran, Allah berfirman “innallaha yuhibbu

tawwabina wayuhibbul mutathohhirin” yang artinya “Saya

menyukai orang yang bertaubat dan orang yang bersih”. Bersih

98

di sini meliputi bersih diri, rumah tangga, pakaian, sekolah, dan

kawasan kampung (wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’

pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

Dengan demikian, guru ingin membentuk siswanya agar

menjadi insan yang senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan

lingkungan hidup mereka sendiri. Selain itu, guru juga berlandaskan

hadits Rasulullah Saw. dalam menanamkan karakter peduli

lingkungan ini yaitu “an nadhofatu minal iman” bahwa kebersihan itu

merupakan sebagian dari iman. Orang Islam harus senantiasa menjaga

kebersihan dari segala hal, karena menjaga kebersihan termasuk salah

satu wujud sikap peduli terhadap lingkungan. Sebagaimana yang

diutarakan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.

Landasan pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah yang saya jalankan adalah “An

nadhofatu minal iman”. Islam ini harus senantiasa menjaga

kebersihan dalam segala hal. Seperti kebersihan badan, tempat

duduk, dalam hal ini adalah sekolah. Menjaga kebersihan

lingkungan sebagai salah satu wujud peduli terhadap lingkungan

(wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23

Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Ustadzah Zainab Karina mengutarakan bahwa waktu anak

berada di sekolah itu lebih lama daripada waktu anak tinggal di

rumah. Siswa belajar di sekolah dari pagi sampai sore, sedangkan di

rumah hanya waktu malam. Mereka belajar, bermain, berbincang-

bincang dengan temannya selama di sekolah dan ketika di rumah

mereka manfaatkan untuk istirahat dan tidur kemudian bangun pagi

dan pergi ke sekolah lagi. Oleh karena itu, guru harus benar-benar

99

membekali siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan dan dalam hal ini

adalah pengetahuan tentang peduli lingkungan khususnya penanaman

karakter dalam jiwa siswa.

Program Green Environment sangat berperan penting dalam

memberikan pendidikan karakter peduli lingkungan pada siswa di

mana program ini mengajarkan siswa untuk mencintai lingkungannya,

dengan membuang sampah pada tempatnya, memperbanyak menanam

pohon, dan lain sebagainya. Masyarakat Thailand juga digalakkan

untuk tanam pohon oleh kerajaan supaya dapat menciptakan negara

yang sejuk yang dalam negara Indonesia termasuk dari pelaksanaan

Green Environment. Hal ini juga menjadi landasan dalam pelaksanaan

pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Nafisah

Itae sebagai berikut.

Masyarakat umum juga digalakkan program tanam pohon oleh

kerajaan, dengan tujuan agar Negara ini tidak terasa panas

(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

Siswa diajak untuk ikut serta dalam program tanam pohon

bersama masyarakat tersebut. Dengan begitu, secara tidak langsung

mereka akan terdidik untuk melakukan tanam pohon di

lingkungannya.

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah yang ditekankan pada masalah menjaga kebersihan ini

100

dilaksanakan dengan model pendidikan karakter yang disebut

tadzkirah, akan tetapi tidak seluruhnya diterapkan. Di antara model

pendidikan karakter tadzkirah yang diterapkan adalah sebagai berikut.

a. Tunjukkan Teladan

Keteladanan adalah salah satu model pendidikan karakter

yang dapat mendidik siswa secara tidak sadar dan tanpa adanya

paksaan. Melalui teladan ini, siswa dapat mencontoh segala

perilaku dari sosok guru maupun ketenagakerjaan lainnya yang

menjadi figur bagi siswa di sekolah.

Model teladan ini kerap kali diterapkan oleh guru Sekolah

Menengah Assalihiyah. Memberikan teladan adalah hal yang

paling utama sebagai guru khususnya dalam bersikap peduli

lingkungan ini. Guru memandang bahwa dengan teladan

diharapkan siswa dapat melihat dan mencontoh perilaku peduli

lingkungan dari guru itu sendiri. Hal ini sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.

Hal yang paling utama sebagai guru, kita harus memberi

contoh, apabila kita makan apa saja, kalau tidak ada tempat

sampah, kita mesti taruh di saku dahulu, dan kemudian

dibuang di tempat sampah. Kita memberikan teladan

kepada siswa supaya dapat melihat dan mencontoh perilaku

peduli lingkungan dari kita (wawancara dengan ustadz

Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam

08.55 WTS).

Sebagai contoh teladan yang diberikan oleh guru dalam

bersikap peduli lingkungan adalah dengan ikut serta mengadakan

101

kebersihan kelas sebelum kegiatan belajar dimulai sebagaimana

yang dituturkan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.

Saya juga ikut serta dengan siswa untuk mengadakan

kebersihan yakni sebagai contoh kepada mereka

(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan

guru mereka memberikan teladan dan contoh dalam menjaga

kebersihan sekolah seperti menyapu dan membuang sampah pada

tempatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Husna Abdullah

sebagai berikut.

... guru memberi nasihat, mengingatkan, dan memberi

teladan kepada kita untuk selalu menjaga

kebersihan(wawancara dengan Husna Abdullah, siswa kelas

4/1 saman atau 8B agama, pada tanggal 21 Agustus 2015

jam 14.45).

b. Arahkan (berikan bimbingan)

Pemberian arahan juga menjadi hal penting yang dapat

dijadikan sebagai model pendidikan karakter peduli lingkungan.

Guru Sekolah Menengah Assalihiyah juga memberikan arahan

kepada siswanya selama di sekolah. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.

Di samping itu juga diberi nasihat-nasihat supaya mereka

sadar, memberikan arahan, selalu mengingatkan mereka,

dan menjelaskan kepada siswa apa akibat yang didapat jika

menjaga kebersihan ataupun tidak menjaga kebersihan.

Setiap pagi pada saat siswa berbaris, saya selalu

memberikan nasihat untuk senantiasa menjaga kebersihan

(wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada tanggal

23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

102

Pemberian arahan juga dilakukan oleh guru sebelum

kegiatan belajar dimulai, seperti mengarahkan secara langsung

siswanya untuk membersihkan kelas terlebih dahulu sebagaimana

yang dituturkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.

Sebelum dimulai pelajaran, guru kelas masuk dan

mengarahkan siswanya supaya membersihkan ruang kelas

terlebih dahulu (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina

pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Selain itu, model pengarahan ini juga diaplikasikan untuk

mengarahkan siswa agar menyediakan perlengkapan kebersihan

untuk setiap kelas sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah

Nafisah Itae sebagai berikut.

… mengarahkan siswa agar membeli sapu dan

perlengkapan kebersihan di kelas (wawancara dengan

ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam

13.55 WTS).

Siswa juga mengutarakan bahwa guru mengarahkan mereka

supaya menyapu kelas setiap hari agar kebersihan dan

keindahannya tetap terjaga seperti yang dituturkan oleh Warsah

Samae sebagai berikut.

Guru menasehati kita untuk makan sambil duduk dan

mengarahkan kita menyapu kelas setiap hari agar kita selalu

menjaga lingkungan kita bersih dan indah (wawancara

dengan Warsah Samae, siswa kelas 3/1 saman atau kelas

8A agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.30 WTS).

Pemberian arahan ini tidak hanya dilakukan sekali saja,

akan tetapi menurut guru Sekolah Menengah Assalihiyah harus

103

diberikan berulang kali agar siswa senantiasa memperhatikan

pentingnya peduli lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan

sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok

sebagai berikut.

Guru mesti berulang kali memberi nasihat dan arahan

kepada murid mengenai sikap peduli lingkungan

(wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Pemberian arahan sangat diperlukan bagi siswa yang malas

dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.

Bagi murid yang malas, guru harus mengarahkan dengan

sungguh-sungguh. Misalnya, dengan mengarahkan mana

saja yang harus dibersihkan (wawancara dengan ustadzah

Zainab Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30

WTS).

c. Dorongan (berikan motivasi atau reinforcement)

Seorang siswa harus memiliki motivasi yang kuat dalam

belajar dan menempuh pendidikan sehingga pendidikan yang

dijalankan menjadi efektif. Memotivasi siswa adalah kegiatan

memberikan dorongan supaya siswa bersedia menjalankan hal-hal

yang sesuai dengan harapan guru tanpa adanya paksaan yang

dalam hal ini adalah menjaga kebersihan dan peduli terhadap

lingkungan sekolah.

Ustadz Abdullah Yeelah selaku kepala sekolah menuturkan

bahwa dalam pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah

104

Menengah Assalihiyah dilaksanakan dengan berbagai model

pendidikan yang salah satunya adalah dengan memberikan

motivasi. Pemberian pujian kepada siswa maupun benda

penghargaan dapat menjadi motivasi dan memberikan semangat

yang bertambah untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Sebagaimana diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai

berikut.

Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya

hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima

kasih di hadapan teman-temannya. Ada juga saya

memberinya uang yang hanya sekedar saja. Benda apa yang

ada di tangan biasa saya berikan. Supaya menimbulkan

semangat dan bangga untuk senantiasa menjaga kebersihan

lingkungan (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada

tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

d. Kontinuitas (pembiasaan)

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan

sikap yang dapat mengkarakter ke dalam jiwa siswa yang dalam

hal ini adalah sikap peduli dan melestarikan lingkungan. Sikap

peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah yang

ditanamkan adalah menjaga kebersihan sekolah. Terdapat berbagai

kegiatan sekolah dalam rangka membiasakan siswa untuk

senatiasa menjaga kebersihan lingkungannya. Kebiasaan yang

terbentuk di sekolah, diharapkan terbawa oleh siswa di manapun ia

berada. Kegiatan pembiasaan tersebut di antaranya adalah

pembuatan jadwal piket harian, kegiatan memungut sampah setiap

seusai apel pagi, dan diadakan perlombaan kebersihan serta

105

menghias kelas tahunan sebagaimana yang diungkapkan oleh

ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.

Pendidikan karakter peduli lingkungan diselenggarakan

dengan model pembiasaan melalui kegiatan-kegiatan peduli

lingkungan. Seperti dibentuk jadwal piket harian. Kalau

setiap pagi setelah berbaris (apel pagi) dan sebelum masuk

kelas, terlihat di sekeliling banyak sampah, siswa disuruh

mengambil sampah sebanyak 10 keping, kalau tidak begitu

kotor 3 keping. Kemudian diadakan perlombaan kebersihan

dan menghias kelas pada setiap tahunnya (wawancara

dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23

Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

Model pembiasaan lainnya adalah bersih-bersih serentak

mingguan dan ketika akan ada tamu yang datang atau diadakan big

cleaning day sebagaimana yang dituturkan oleh acan Zainab

Ma’sok sebagai berikut.

Selain itu, diadakan big cleaning day yaitu pada waktu

tengah semester dan apabila akan ada tamu datang. Semua

murid dan guru bersih-bersih bersama (wawancara dengan

acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam

16.00 WTS).

Sehingga dengan model pembiasaan yang diterapkan,

diharapkan siswa tetap melaksanakan sikap peduli lingkungan dan

menjaga kebersihan di manapun mereka berada maupun ketika

tidak ada guru.

e. Ingatkan

Model “ingatkan” ini juga diterapkan dalam pendidikan

karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah.

Guru dalam memberikan nasihat, pelajaran, arahan, dan

106

bimbingan pasti tidak hanya sekali. Guru harus senantiasa

mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan dan

membuang sampah pada tempatnya. Karena, seiring berjalannya

waktu, siswa yang semula sadar dan ingat akan pesan dan nasihat

gurunya bisa lalai akan kewajibannya menjaga lingkungan di

manapun ia berada dan pelajaran-pelajaran dari guru yang telah

diberikan. Sebagaimana yang diungkapkan ustadz Ahmad H.

Sama’ sebagai berikut.

Di samping itu juga, diberi nasihat-nasihat supaya mereka

sadar dan memberikan arahan serta selalu mengingatkan

mereka (wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada

tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

Siswa juga menyampaikan bahwa guru selalu

mengingatkan agar menjaga sekolah tetap bersih seperti yang

diungkapkan oleh Nasiroh Iduereh sebagai berikut.

Selain itu juga selalu mengingatkan, “jangan buat tempat

duduk kita menjadi kotor karena itu sama juga tidak mau

menjaga lingkungan sekolah kita” (wawancara dengan

Nasiroh Iduereh, siswa kelas 2/1 saman atau 6 agama, pada

tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.05 WTS).

f. Heart (hati)

Menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu wujud

dari sikap peduli lingkungan. Guru semestinya dapat

menumbuhkan karakter peduli lingkungan tersebut ke dalam jiwa

dan hati siswanya. Iman seseorang itu terdapat dalam hatinya.

Oleh karena itu, jika seseorang itu beriman, maka dia akan mudah

ditanamkan sikap-sikap mulia yang selaras dengan perintah Allah

107

Swt. Menjaga kebersihan lingkungan yang telah dibiasakan

kepada siswa Sekolah Menengah Assalihiyah bertujuan untuk

menanamkan rasa kepedulian terhadap lingkungan ke dalam jiwa

siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud

Ali sebagai berikut.

Siswa dididik juga untuk menjaga tanaman dan pohon-

pohon di lingkungan sekolah. Mereka dibagi kelompok dan

tanggung jawab masing-masing. Hal ini bertujuan untuk

menanamkan dalam jiwa anak supaya mereka mempunyai

rasa kepedulian terhadap lingkungan (wawancara dengan

ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015

jam 08.55 WTS).

Selain model pendidikan karakter di atas yakni model

“tadzkirah”, model pendidikan targhib (pemberian hadiah) dan tarhib

(pemberian sanksi) atau sering disebut juga pemberian reward and

punishment juga diterapkan di Sekolah Menengah Assalihiyah.

Targhib atau pemberian reward biasa diberikan kepada siswa yang

telah melaksanakan sikap menjaga kebersihan dan membuang sampah

pada tempatnya yang merupakan salah satu implikasi dari sikap peduli

lingkungan. Targhib atau pemberian reward yang ada berupa nilai

tambahan yang akan dimasukkan pada mata pelajaran tertentu sesuai

dengan yang diampu oleh guru masing-masing atau bahkan

cinderamata yang diberikan di depan siswa yang lain sebagaimana

yang disampaikan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah selaku kepala

Sekolah Menengah Assalihiyah sebagai berikut.

Hadiah bagi siswa yang telah mengaplikasikan sikap peduli

lingkungan adalah guru memberi tambahan nilai yang

108

dimasukkan ke dalam nilai mata pelajaran yang diampu oleh

guru masing-masing, diberikan cinderamata di depan siswa yang

lain (wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada

tanggal 20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).

Akan tetapi, banyak siswa yang tidak mengetahui tentang nilai

tambahan yang diberikan guru sebagai reward dari sikap peduli

lingkungan yang berupa menjaga kebersihan tersebut dikarenakan

guru tidak memberitahunya langsung kepada siswa. Ustadz Mahdi bin

Daud Ali menyampaikan bahwa selain nilai tambahan, targhib atau

pemberian reward dapat berupa air minum, makanan, dan pujian.

Selain itu, reward berupa ucapan terima kasih juga diberikan kepada

siswa di hadapan teman-temannya. Acan Zainab Ma’sok

menambahkan, ia memberikan uang ataupun benda lain yang saat itu

sedang dibawa untuk diberikan kepada siswa yang telah berlaku

peduli lingkungan/menjaga kebersihan. Pemberian reward atau

targhib ini bertujuan agar dapat menumbuhkan semangat siswa dan

rasa bangga dalam menjaga kebersihan lingkungan sebagaimana

ungkapan acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya

hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima kasih di

hadapan teman-temannya. Ada juga saya memberinya uang

yang hanya sekedar saja. Benda apa yang ada di tangan biasa

saya berikan. Supaya menimbulkan semangat dan bangga untuk

senantiasa menjaga kebersihan lingkungan (wawancara dengan

acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00

WTS).

109

Siswa juga mengatakan bahwa dia mendapatkan snack dari guru

karena telah menjaga lingkungan seperti yaag diungkapkan

Kumariyah Ni’ngok sebagai berikut.

Saya pernah diberi hadiah berupa snack oleh guru karena saya

menjaga lingkungan (wawancara dengan Kumariyah Ni’ngok,

siswa kelas 1/2 saman atau kelas 5B agama, pada tanggal 21

Agustus 2015 jam 14.57 WTS).

Pujian dan ucapan terima kasih juga siswa terima dari guru

meskipun bukan berupa hadiah secara materi sebagaimana yang

diungkapkan oleh Fadilah Masae sebagai berikut.

Tidak ada hadiah materi yang saya terima dari guru meskipun

saya sudah melaksanakan sikap peduli lingkungan selama di

sekolah, hanya berupa ucapan pujian dan terima kasih

(wawancara dengan Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau

8B agama pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).

Hadiah atau targhib diberikan oleh guru kelas kepada siswanya

yang memenangkan lomba kebersihan dan menghias kelas. Hadiah itu

pun diberikan bukan untuk perseorangan melainkan secara berhimpun

untuk satu kelas seperti yang diungkapkan oleh ustadzah Nafisah Itae

sebagai berikut.

Setahun yang lalu, diadakan lomba kebersihan dan menghias

kelas. Kelas yang saya ampu mendapat juara satu. Saya

memberikan hadiah kepada siswa tidak secara perseorangan,

melainkan untuk satu kelas. Seperti saya belikan jam dinding.

Saya tidak biasa memberi hadiah secara perseorangan. Saya

hanya memberikan pujian kepada mereka yang sudah

melaksanakan sikap peduli lingkungan dan menjaga kebersihan

di Sekolah Menengah Assalihiyah ini (wawancara dengan

ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55

WTS).

110

Selain itu, siswa menerima sertifikat penghargaan dari pihak

sekolah bagi yang memenangkan lomba menghias dan kebersihan

kelas seperti yang dituturkan oleh Nasiroh Iduereh sebagai berikut.

... ketika diadakan lomba menghias kelas dan kebersihan kelas,

kita mendapat sertifikat kejuaraan dari pihak sekolah

(wawancara dengan Nasiroh Iduereh, siswa kelas 2/1 saman atau

6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.05 WTS).

Sementara tarhib atau pemberian sanksi (punishment) diberikan

kepada siswa yang tidak atau malas melaksanakan sikap peduli

lingkungan dan kurang menjaga kebersihan seperti membuang

sampah di sembarang tempat. Tarhib atau pemberian punishment yang

diberikan bermacam-macam, baik hukuman fisik seperti senaman

(duduk bangun), dera, membersihkan toilet, menyapu kelas dan luar

kelas, push up maupun hukuman non fisik seperti pengurangan nilai

dan nasihat. Mengenai hukuman fisik ini seperti halnya yang

diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.

Sementara kalau siswa yang tidak menjaga kebersihan, ada

hukuman dera 5x, bagi siswa laki-laki atau push up 50x, dan ada

hukuman “duduk bangun” 50x bagi siswa perempuan...

(wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23

Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

Hal yang serupa diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai

berikut.

Ada juga senaman, yaitu duduk bangun, lama-lama dia takut

karena merasakan sakit (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok

pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Para siswa menyampaikan, ketika mereka membuang sampah

sembarangan atau tidak menjaga kebersihan sekolah, mereka

111

mendapat hukuman dera, senaman (duduk-bangun), dan atau

membersihkan toilet. Sedangkan hukuman non fisik bagi siswa yang

tidak menjaga kebersihan sebagaimana yang dituturkan oleh ustadz

Dr. Abdullah Yeelah sebagai berikut.

Sebaliknya bagi siswa yang tidak melaksanakan sikap peduli

lingkungan seperti tidak menjaga kebersihan kelas, maka akan

dikurangi nilainya dan dinasehati kembali (wawancara dengan

ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam

10.00 WTS).

Siswa juga menuturkan, ada guru yang hanya memberikan

nasihat bagi siswa yang tidak menjaga kebersihan atau berlaku peduli

lingkungan tanpa memberikan hukuman fisik seperti yang disebutkan

di atas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ari’sa Malee sebagai

berikut.

Kalau siswa tidak bersih-bersih tidak ada hukuman, hanya

dinasehati saja “Kalau tempat duduk kita kotor, kita itu

berteman dengan syaitan” (wawancara dengan Ari’sa Malee,

siswa kelas 3/1 saman atau 7B agama, pada tanggal 22 Agustus

2015 jam 17.45 WTS).

Selain menggunakan model pendidikan dalam menanamkan

karakter peduli lingkungan khususnya menjaga kebersihan lingkungan

di Sekolah Menengah Assalihiyah ini, diperlukan juga strategi

pendidikan. Strategi dan model pendidikan karakter dikombinasikan.

Srategi tersebut di antaranya dengan memberikan pujian-pujian,

ucapan terima kasih, dan hadiah yang sekadarnya atas perilaku

baiknya dalam menjaga kebersihan lingkungan. Di samping itu, juga

melalui pembiasaan siswa dengan diadakan jadwal piket harian dan

112

gerakan pungut sampah setelah apel pagi. Strategi pendidikan karakter

dengan pemberian nasihat-nasihat setiap hari baik secara personal

maupun secara global yang disampaikan kepada siswa. Majalah

dinding yang berisi tentang sikap peduli lingkungan dan menjaga

kelestarian alam juga terdapat di lingkungan Sekolah Menengah

Assalihiyah.

2. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan Karakter

Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah

Setiap pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah bertujuan untuk menanamkan karakter peduli lingkungan

dalam jiwa siswa khususnya untuk senantiasa menjaga kebersihan

lingkungan di manapun ia berada dan dalam kondisi apapun baik

dalam pengawasan guru ataupun tidak.

Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter tersebut, maka perlu

memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang dan faktor-faktor

penghambat berhasilnya pendidikan. Di antara faktor penunjang

pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan adalah

peran serta kepala sekolah, guru, orang tua dan dewan pelajar (OSIS)

sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah

sebagai berikut.

113

Faktor penunjang dalam berhasilnya pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini adalah peran

serta kepala sekolah dan guru-guru dalam mendidik siswanya.

Termasuk peran orang tua dan dewan pelajar (OSIS)

(wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal

20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).

Hal yang serupa juga disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai

berikut.

Faktor paling utama yang menjadi penunjang berhasilnya

pendidikan karakter peduli lingkungan di sekolah ini adalah

peran serta guru dalam menanamkan sikap peduli lingkungan

seperti mengadakan bersih-bersih kelas bersama siswa. Guru

tidak hanya menyuruh saja, tetapi juga ikut melakukannya.

Artinya guru menjadi figur contoh bagi siswa. Selain itu, guru

memberikan tanggung jawab kepada ketua kelas untuk selalu

mengajak teman-teman sekelasnya menjaga kebersihan. Apabila

tidak melaksanakannya, maka ada denda bagi mereka

(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

Peran guru menjadi hal yang sangat penting dalam

mensukseskan pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah. Guru harus senantiasa membimbing dan

memantau sikap siswa selama di sekolah. Nasihat-nasihat dan teladan

dari guru dapat menuntun siswanya dalam berperilaku menjaga

kebersihan dan peduli terhadap lingkungan. Teladan guru ini

menjadikan guru tidak hanya memberikan perintah saja, sehingga

siswa pun akan mengikuti contoh perilaku dari sang guru.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali

sebagai berikut.

Peran guru sangat penting untuk ikut serta melaksanakan

kebersihan dan sikap peduli lingkungan ini sebagai tauladan

114

bagi siswa di mana guru tidak hanya memberikan perintah saja.

Hal ini menjadi faktor penunjang dalam menjalankan

pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah. Sehingga tidak akan ada siswa yang berkata, “guru

menyuruh, tetapi guru tidak melaksanakan” (wawancara dengan

ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam

08.55 WTS).

Peran orang tua di sini adalah mendidik anak tentang menjaga

kebersihan selama di rumah. Orang tua yang suka menjaga

kebersihan, maka dia akan mengajarkan kepada anaknya juga dan

begitu juga sebaliknya. Siswa yang telah terdidik baik di rumah, maka

di sekolah hanya diperlukan penekanan saja. Akan tetapi, bagi siswa

yang kurang terdidik di rumah maka guru harus mendidik dan

membimbing siswa dengan sungguh-sungguh selama di sekolah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai

berikut.

Menurut saya, yang menjadi penunjang pendidikan karakter

peduli lingkungan ini termasuk pendidikan anak di rumah yang

mengajarkan juga masalah menjaga kebersihan lingkungan dan

pembawaan sifat anak. Orang tua mereka suka menjaga

kebersihan, maka orang tua pun mengajarkannya kepada sang

anak. Di samping itu, ada siswa yang di rumah tidak diajarkan,

tetapi ketika di sekolah, siswa tersebut mau memperhatikan dan

mengikuti nasihat guru (wawancara dengan ustadzah Zainab

Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Selain faktor di atas, acan Zainab Ma’sok mengutarakan bahwa

faktor kebiasaan siswa yang suka akan kebersihan dan rasa memiliki

menjadi hal yang mendukung berhasilnya penanaman karakter peduli

lingkungan dalam jiwa siswa. Sehingga ketika siswa terlepas dari

115

pengawasan guru, mereka tetap akan menjaga lingkungan agar tetap

bersih. Sebagaimana ungkapan acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Sebagian dari diri siswa suka kebersihan dan ada juga yang

tidak suka kebersihan. Ini menjadi faktor pendukung sekaligus

penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan pada

siswa. Bagi yang suka kebersihan, dia merasa bahwa ini

sekolahku, jadi saya harus menjaga kebersihan di sekolahku. Ini

ada sampah, ini sekolahku, aku harus membersihkannya.

Meskipun guru ada atau tidak, dia akan tetap bersihkan. Rasa

memiliki inilah yang dapat menjadikan pendidikan peduli

lingkungan berhasil tertanam dalam jiwa anak. Di sisi lain, dia

ingat dengan nasihat guru yang berupa “ini sekolahku, maka

mesti buat bersih, agar orang jika mendengar kata Assalihiyah,

orang itu ada keinginan untuk datang ke sekolah Assalihiyah

(wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Sementara dalam penyelenggaraan pendidikan, ada hal-hal yang

menjadi faktor penghambat berhasilnya suatu pendidikan. Di antara

faktor penghambat keberhasilan pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah faktor intern

yakni faktor sifat kebiasaan siswa yang malas dan kurang peduli

dengan masalah kebersihan juga menjadi penghambat berhasilnya

pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz

Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.

Sedangkan faktor penghambat dari pendidikan ini adalah

kebiasaan siswa yang malas dan tidak mengetahui manfaat

menjaga lingkungan dan menjaga kebersihan. Serta siswa tidak

mau peduli (acuh tak acuh) terhadap masalah kebersihan

(wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada tanggal 23

Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

116

Hal yang serupa juga disampaikan oleh ustadzah Zainab Karina

sebagai berikut.

Sedangkan yang termasuk faktor penghambat pendidikan

karakter di sini adalah dari perangai murid itu sendiri pula.

Semua guru sudah mengajarkan kepadanya untuk peduli

lingkungan. Akan tetapi mereka tidak mau mendengarkan

nasihat guru. Itu bukan kesalahan orang tua atau pun guru.

Tetapi tergantung pada pribadi anak itu sendiri. Guru saman

(ilmu pengetahuan umum) yang bukan agama Islam pun

mengajarkan kepada siswa supaya menjaga kebersihan

lingkungan (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada

tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Di samping itu, kondisi suasana masyarakat di luar sekolah yang

berbeda dengan suasana di sekolah. Hal ini dapat mengubah kebiasaan

siswa yang senantiasa menjaga kebersihan dan melestarikan tanaman

yang telah terbentuk selama di sekolah sebagaimana yang

disampaikan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah sebagai berikut.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah suasana masyarakat di

luar sekolah (rumah/kampung) yang berbeda dengan suasana di

sekolah. Jadi jika siswa itu pulang, dengan kondisi yang berbeda

dapat mengubah kebiasaan sikap peduli lingkungan siswa,

melestarikan tanaman, dan menjaga kebersihan di sekolah.

Sehingga, apabila siswa telah kembali ke sekolah lagi, guru

mesti mendidik ulang (wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah

Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).

Selain itu, kurangnya peran serta guru dalam memberikan

bimbingan dan memberi contoh/teladan kepada siswa juga dapat

menghambat keberhasilan pendidikan karakter peduli lingkungan pada

siswa Sekolah Menengah Assalihiyah. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.

117

Hal yang menjadi penghambat pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah peran serta

guru juga. Guru tidak ikut bersama mengadakan kebersihan dan

memberi contoh bagi siswa dan ketua kelas yang tidak

memberikan arahan kepada teman-teman sekelasnya. Sehingga

siswa melalaikan tugasnya untuk menjaga kebersihan.

Kebanyakan siswa di sini, jika melakukan sesuatu harus

dilakukan secara bersama-sama. Kalau perseorangan, mereka

kurang memperhatikan. Jadi guru mesti selalu mengingatkan

dan menasehati mereka (wawancara dengan ustadzah Nafisah

Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

118

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan

Pendidikan karakter peduli lingkungan sangat penting diberikan

kepada siswa sebagai pendidikan yang mencetak generasi penerus dalam

rangka menjaga dan melestarikan alam sekitar. Alfie Kohn menyatakan

bahwa pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah di

luar bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa

tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam

makna sempit, pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan

moral yang merefleksikan nilai tertentu (Samani dan Hariyanto, 2013: 44-

45). Penanaman karakter yang baik dan pelatihan moral yang dimaksud di

sini yakni dengan sikap peduli lingkungan.

Menurut Lickona, karakter mulia (good caracter) meliputi

pengetahuan tentang kebaikan, kemudian menimbulkan komitmen (niat)

terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.

Dengan kata lain, karakter mengacu pada serangkaian pemikiran,

perasaan, perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (Zuchdi, 2013: 16).

Karakter siswa dapat diubah atau dibentuk dengan pembiasaan karena

lingkungan sosial baik keluarga, sekolah, mapun masyarakat ikut

membentuk karakter seseorang. Sesuai dengan teori pendidikan aliran

119

konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang menyatakan

bahwa pendidikan sangat penting meskipun bakat bawaan anak didik juga

mempengaruhi keberhasilan pendidikan (Arief, 2002: 6). Oleh karenanya,

karakter peduli lingkungan pada siswa pun juga dapat dibentuk melalui

pendidikan.

Pendidikan karakter peduli lingkungan adalah program pendidikan

yang dirancang untuk membina keterampilan siswa dalam memahami dan

menghargai hubungan antar manusia dan lingkungan fisiknya,

mengembangkan aspek psikomotor siswa (mengembangkan perilaku

dalam kehidupan sehari-hari) untuk senantiasa melestarikan lingkungan

dan meminimalisir kerusakan lingkungan menuju peningkatan kualitas

hidup. Program tersebut berisikan pengetahuan tentang peduli lingkungan,

sehingga menimbulkan niat dan benar-benar merealisasikan sikap peduli

lingkungan.

Pendidikan karakter peduli lingkungan yang dilaksanakan di sekolah

memberikan kontribusi yang banyak dalam upaya pemeliharaan alam guna

kehidupan generasi berikutnya. Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah

dibiasakan untuk menjaga kebersihan seluruh lingkungan sekolah sebagai

salah satu bentuk penanaman karakter peduli lingkungan pada diri siswa.

Setiap pagi, secara bergiliran sesuai dengan jadwalnya, siswa ditugaskan

untuk membersihkan ruang kelas. Seusai apel pagi, siswa digerakkan

untuk mengambil sampah-sampah yang berceceran di halaman sekitar

120

sekolah. Masing-masing siswa mengambil 3, 10, atau 20 keping. Kegiatan

ini bertujuan untuk membiasakan siswa taat terhadap perintah guru dan

memiliki kesadaran pentingnya kebersihan. Dengan demikian, secara tidak

sadar siswa terdidik untuk membiasakan diri hidup bersih dan sekaligus

peduli terhadap lingkungan dengan senantiasa menjaga kebersihan dan

keindahan lingkungan hidupnya. Hal ini sebagaimana ustadz Mahdi bin

Daud Ali menuturkan sebagai berikut.

Kalau setiap pagi setelah berbaris (apel pagi) dan sebelum masuk

kelas, terlihat di sekeliling banyak sampah, siswa disuruh mengambil

sampah masing-masing sebanyak 10 keping, kalau tidak begitu kotor

3 keping. Tujuannya adalah mereka berlatih untuk kerja sama, dan

membiasakan diri untuk mentaati perintah guru (wawancara dengan

ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55

WTS).

Hal yang serupa dituturkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Sebelum masuk kelas setelah berbaris, siswa digerakkan untuk

mengambil sampah yang berceceran sebanyak 10 keping untuk

kemudian dibuang di tempat sampah (wawancara dengan acan

Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan bahwa

mereka digerakkan untuk memungut sampah yang berceceran setiap pagi

seperti yang disampaikan oleh Royida Sa-a sebagai berikut.

Setiap pagi guru menyuruh semua siswa untuk mengambil sampah

yang berceceran (wawancara dengan Royida Sa-a, siswa kelas 3/1

saman atau kelas 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.25

WTS).

Jadi, Sekolah Menengah Assalihiyah benar-benar membiasakan

siswa menjaga kebersihan dengan membersihkan ruang kelas dan

memunguti sampah-sampah di sekitar lingkungan sekolah. Para siswa juga

121

sudah membiasakan diri menjaga kebersihan dengan selalu membuang

sampah pada tempatnya. Hal seperti ini termasuk salah satu realisasi dari

program Green Environment seperti yang berlaku di Indonesia. Para siswa

melakukannya bukan karena takut dengan guru, akan tetapi mereka

melakukannya berdasarkan keinginan sendiri dan mencontoh teladan dari

perilaku guru. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Royida Sa-a sebagai

berikut.

Saya menjaga lingkungan sekolah dengan selalu menyapu kelas dan

membuang sampah pada tempatnya. Saya bersih-bersih karena

keinginan sendiri. Dan ketika melihat guru bersih-bersih, saya juga

ingin melakukannya (wawancara dengan Royida Sa-a, siswa kelas

3/1 saman atau kelas 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam

18.25 WTS).

Hal yang serupa disampaikan juga oleh Nasiroh Iduereh sebagai berikut.

Saya menjaga kebersihan lingkungan di sekolah dengan membuang

sampah pada tempatnya. Kalau sebelum apel pagi, ada 2 orang yang

harus membersihkan kelas, sedangkan kalau sore kita bersama-sama

membersihkan kelas. Saya menjaga kebersihan karena saya suka

kebersihan (wawancara dengan Nasiroh Iduereh, siswa kelas 2/1

saman atau 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.05

WTS).

Meskipun demikian, masih ada sebagian siswa yang terkadang masih

membuang sampah sembarangan. Sehingga masih dijumpai sampah yang

berceceran di lingkungan sekolah dan mengharuskan mereka memungut

sampah setiap pagi. Jadi bagi siswa yang malas menjaga kebersihan ini,

mereka mengadakan bersih-bersih karena takut dengan guru. Seperti yang

diungkapkan oleh Salwani Samsuding sebagai berikut.

122

Saya menjaga kebersihan sekolah, melestarikan tanaman-tanaman

yang ada di sekolah, tetapi kadang saya membuang sampah di

sembarang tempat ketika makan. Kalau saya rajin, saya suka bersih-

bersih dan takut guru marah juga kalau tidak melakukannya

(wawancara dengan Salwani Sa’muding, sisa kelas 2/1 saman atau

kelas 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.10 WTS).

Hal yang serupa disampaikan oleh Rusani Mansalik sebagai berikut.

Saya kurang menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Kadang-

kadang saya membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya

menjaga kebersihan karena saya takut dengan guru (wawancara

dengan Rusani Mansalik, siswa kelas 5/1 saman atau kelas 9 agama,

pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 18.20 WTS).

Dengan berbagai macam sikap siswa akan menjaga kebersihan ini,

maka tukang kebun memiliki peran yang dominan pula dalam

membersihkan lingkungan sekolah. Karena siswa hanya ditugaskan untuk

membersihkan kelas dan memungut sampah yang ada di halaman sekolah.

Sedangkan di sisi lain, banyak daun-daun pepohonan yang berguguran

sehingga halaman sekolah terlihat kotor. Di sinilah peran tukang kebun

(petugas kebersihan) untuk membersihkan sekolah. Sebagaimana Abdul

Rasyid bin Talyo menyampaikan tentang aturan kerja dan kebersihan

sekolah sebagai berikut.

Mengenai aturan kebersihan di sini, setiap pagi dan sore tukang

kebun harus membersihkan seluruh lingkungan sekolah. Pada saat

pagi, tukang kebun menyapu seluru sudut sekolah yang berupa

sampah dan daun-daun yang berguguran. Sedangkan pada waktu

sore, kita mengambil sampah-sampah dalam tempat sampah itu baik

di depan kelas, kantor, maupun di kantin (wawancara dengan Abdul

Rasyid bin Talyo pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 14.45 WTS).

Semua sampah yang ada di tempat sampah dan terletak di depan

kelas, kantin, dan kantor diambil oleh tukang kebun. Sehingga ketika

123

tukang kebun berhalangan masuk kerja, sampah menjadi penuh dan

berjatuhan di sekitar tempat sampah. Hal ini menjadikan suasana sekolah

terlihat kotor sebagaimana pengamatan yang dilakukan oleh penulis.

Guru Sekolah Menengah Assalihiyah diwajibkan oleh kepala

sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter peduli lingkungan ini

pada setiap mata pelajaran yang diampunya. Penanaman karakter peduli

lingkungan ini termasuk realisasi dari program Green Environment di

Indonesia. Pada tataran kebijakan kerajaan Thailand, setiap pendidikan

wajib menanamkan 8 hal nilai-nilai murni yang salah satunya adalah nilai

peduli lingkungan yakni melestarikan lingkungan alam sekitar

sebagaimana ustadz Dr. Abdullah Yeelah menyatakan sebagai berikut.

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah lebih ditekankan pada pembiasaan menjaga kebersihan

lingkungan sekolah. Pada setiap mata pelajaran guru wajib

menanamkan sifat-sifat yang murni pada pelajar yang termasuk

dalam 8 hal, yang di antaranya adalah menerapkan sifat cermat dan

melestarikan lingkungan (wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah

Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).

Kerajaan di Thailand tidak berbasis Islam, tetapi juga

menitikberatkan dalam hal masalah menjaga kebersihan dan menghimbau

masyarakatnya untuk menciptakan negara yang nyaman dan tidak panas.

Seperti ustadz Ahmad H. Sama’ menyampaikan sebagai berikut.

Kerajaan dan masyarakat Thailand pun menitikberatkan masalah

kebersihan ini(wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada

tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

Hal yang serupa disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.

124

Masyarakat umum juga digalakkan program tanam pohon oleh

kerajaan, dengan tujuan agar negara ini tidak terasa panas

(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus

2015 jam 13.55 WTS).

Peduli lingkungan dengan menjaga dan melestarikan lingkungan

alam juga termasuk melaksanakan perintah Allah Swt untuk tidak

melakukan pengrusakan alam seperti dalam firmanNya (al Quran dan

Terjemahannya, 2013: 374):

وال بخسوا الناس أشياا م وال عث وا ف اا مفسدين

Artinya: “dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”.

(QS. Asy Syuara: 183)

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah ditekankan pada pembiasaan menjaga kebersihan lingkungan

sekolah. Melalui penanaman karakter kebersihan pada siswa, maka akan

membiasakan siswa untuk peduli terhadap lingkungannya. Karena

kebersihan lingkungan akan menjadikan tempat duduk atau tempat belajar

nyaman dan sedap dipandang. Hal tersebut sebagai salah satu manfaat dari

menjaga kebersihan lingkungan yang termasuk dari program Green

Environment. Siswa juga diajarkan tanam pohon sekaligus merawatnya

sebagai salah satu contoh perilaku penghijauan. Adanya pepohonan di

sekeliling lingkungan belajar akan dapat menciptakan suasana belajar yang

efektif. Hal ini sebagaimana ustadzah Nafisah Itae mengutarakan sebagai

berikut.

125

Guru juga mengajarkan kepada murid untuk tanam pohon di

lingkungan sekolah dan mendidiknya untuk senantiasa menjaga dan

merawat pohon-pohon. Sehingga pohon tersebut membuat sekolah

menjadi tempat yang nyaman (wawancara dengan ustadzah Nafisah

Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

Meski demikian, tugas menanam dan merawat tanaman pepohonan

lebih banyak dibebankan kepada tukang kebun. Siswa lebih terdidik untuk

tidak merusak tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Seperti yang

diungkapkan oleh Haflah Samae sebagai berikut.

Tidak ada ajakan untuk menanam tanaman di sekolah, semua itu

dikerjakan oleh tukang kebun (wawancara dengan Haflah Samae,

siswa kelas 5/1 saman atau kelas 7B agama, pada tanggal 21 Agustus

2015 jam 18.10 WTS).

Sedangkan kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka mendidik

siswa supaya melestarikan tanaman dan membudayakan tanam pohon

adalah dengan mengajak siswa ikut serta bersama masyarakat maupun

pejabat negara dalam aksi tanam pohon. Hal tersebut sebagaimana acan

Zainab Ma’sok menyampaikan sebagai berikut.

Selain itu masyarakat sekitar mempunyai budaya tanam pohon. Pada

saat kegiatan itu berlangsung, guru membawa siswa untuk ikut

bertanam pohon bersama masyarakat dan pejabat, pernah terjadi di

tahun yang lalu. Ini sebagai salah satu bentuk pendidikan kepada

siswa untuk melestarikan tanaman dan dapat menciptakan suasana

sejuk di perkampungan (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok

pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Adanya pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah ini dan peran tukang kebun yang membersihkan

sekolah, Sekolah Menengah Assalihiyah mendapatkan penghargaan dari

126

kerajaan Thailand atas prestasi sekolah bersih seperti yang diungkapkan

oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah sebagai berikut.

Sekolah Menengah Assalihiyah sudah berkali-kali mendapat

penghargaan dari pemerintah berkaitan dengan keberhasilan menjaga

lingkungan (menerapkan pendidikan karakter peduli lingkungan)

(wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20

Agustus 2015 jam 10.00 WTS).

Sementara Abdul Rasyid bin Talyo mengutarakan tentang kerjanya

dan prestasi atas kebersihan sekolah sebagai berikut.

Saya membersihkan sekolah sejak murid pulang sekolah sampai

tengah malam. Sehingga tidak akan ada murid yang mesti mendapat

denda. Tiga tahun yang lalu, sekolah pernah mendapat penghargaan

dari pemerintah mengenai kebersihan lingkungan sekolah

(wawancara dengan Abdul Rasyid bin Talyo, sebagai tukang kebun

(petugas kebersihan), pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 14.45

WTS).

Guru Sekolah Menengah Assalihiyah banyak yang mengutarakan

bahwa mereka mengajarkan sikap peduli lingkungan yang berupa menjaga

kebersihan ini berlandaskan pada hadits Rasulullah Saw tentang

kebersihan merupakan sebagian dari iman. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.

Landasan pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah yang saya jalankan adalah “An nadhofatu

minal iman”. Islam ini harus senantiasa menjaga kebersihan dalam

segala hal. Seperti kebersihan tempat duduk, dalam hal ini adalah

sekolah. Menjaga kebersihan lingkungan sebagai salah satu wujud

peduli terhadap lingkungan (wawancara dengan ustadzah Zainab

Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Hal yang serupa disampaikan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai

berikut.

127

Pendidikan karakter peduli lingkungan yang dititikberatkan pada

masalah kebersihan ini berlandaskan pada hadits Rasulullah yakni

kebersihan sebagian dari pada iman. Kalau tidak ada kebersihan,

niscaya iman dia kurang (wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud

Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

Hal tersebut sejalan dengan hadits Rasulullah mengenai kebersihan

dan kesucian, karena kebersihan dan kesucian itu terkait erat. Sabda

Rasulullah Saw.:

قاا وا اا : و أب مالك ااا بن عا م ااشعري اا عن قاا ع ( وا مسلم)الطهو شطر اإلياو : لى اا علي و لم

Dari Abu Malik Al Harits bin 'Ashim Al Asy'ari ra., dia berkata: Bersabda

Rasulullah Saw.: "Kesucian adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim) Kesucian adalah setengah dari iman dan kesucian itu berawal dari

kebersihan. Di mana menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu

sikap peduli lingkungan. Adanya lingkungan yang bersih, manusia akan

hidup dengan nyaman, tumbuhan pun juga akan tumbuh dengan baik, serta

manusia dapat berpikir jernih sehingga mampu menimbulkan ide-ide

kreatif yang bermanfaat bagi kehidupan. Manfaat ini dapat diperoleh dari

menjaga kebersihan yang merupakan salah satu wujud penanaman karakter

pada siswa dan merupakan aplikasi dari program Green Environment

seperti yang berlaku di Indonesia. Manfaat tersebut salah satunya adalah

menciptakan benda berguna dari barang-barang bekas. Oleh karenanya,

menjaga kebersihan dan kesucian termasuk bagian dari wujud sikap peduli

terhadap lingkungan.

Kemudian dalam melaksanakan pendidikan dibutuhkan sebuah

rancangan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan yang disebut

128

model pembelajaran. Model pendidikan karakter yang dapat digunakan

oleh pendidik yaitu sebagaimana Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:

116) mengemukakan bahwa model “tadzkirah” dipandang sebagai model

untuk mengantarkan peserta didiknya agar senantiasa menumbuhkan,

memupuk, dan memelihara rasa keimanan yang telah diilhamkan oleh

Allah dengan wujud konkritnya amal saleh yang dibingkai dengan

keikhlasan beribadah.

Model TADZKIRAH yang dimaksud adalah turunan dari sebuah

teori pendidikan Islam (Majid dan Dian Andayani, 2013: 117) yaitu T:

Tunjukkan teladan; A: Arahkan (berikan bimbingan); D: Dorongan

(berikan motivasi atau reinforcement); Z: Zakiyah (murni/bersih-tanamkan

niat yang tulus); K: Kontinuitas (sebuah proses pembiasaan untuk belajar,

bersikap dan berbuat); I: Ingatkan; R: Repetisi (pengulangan); A (O):

Organisasikan ; dan H: Heart (hati-sentuhlah hatinya).

Model pendidikan karakter peduli lingkungan yang diterapkan oleh

Sekolah Menengah Assalihiyah di antaranya sebagai berikut:

1. Tunjukkan Teladan

Keteladanan sebagai suatu model yang digunakan untuk

merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan

yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik secara

fisik maupun mentalnya dan memiliki akhlak yang baik dan benar

(Arief, 2002: 119-120). Dalam hal ini yakni untuk membentuk siswa

129

berkarakter peduli lingkungan sebagai aplikasi dari akhlak yang baik

sesuai dengan perintah Allah Swt. dan ajaran Nabi Muhammad Saw.

Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru

perilaku dan sikap guru, tenaga kependidikan di sekolah, bahkan

perilaku seluruh warga sekolah yang dewasa lainnya sebagai model,

termasuk misalnya petugas kantin, satpam sekolah, dan sebagainya

(Samani dan Hariyanto, 2013: 146).

Penanaman karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah oleh guru dengan model tunjukkan teladan ini dipandang

sangat penting oleh guru. Karena, guru sebagai figur teladan yang

dilihat oleh siswa dalam berbagai hal baik buruknya perilaku dan

secara psikologi anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku

sosok figurnya termasuk para pendidiknya (Arief, 2002: 124). Oleh

karenanya, pendidikan yang bertujuan menciptakan karakter baik dan

mulia ini, guru harus memberikan contoh perilaku yang baik pula agar

pendidikan kepada siswa dapat berjalan sesuai harapan. Sebagaimana

ustadz Mahdi bin Daud Ali mengutarakan tentang pentingnya model

teladan sebagai berikut.

Hal yang paling utama sebagai guru, kita harus memberi contoh,

apabila kita makan apa saja, kalau tidak ada tempat sampah, kita

mesti taruh disaku dahulu, dan kemudian di buang di tempat

sampah. Kita memberikan teladan kepada siswa supaya dapat

melihat dan mencontoh perilaku peduli lingkungan dari kita

(wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23

Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

130

Ahmad Syauqi dalam Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:

120) mengutarakan bahwa “jika guru berbuat salah sedikit saja, akan

lahirlah siswa yang lebih buruk baginya.” Guru memiliki siswa-siswi

yang kemudian mereka menuai buah dari benih ilmu yang telah guru

berikan. Oleh karena itu, guru hendaklah jadi teladan yang baik bagi

siswa-siswinya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 119). Teladan yang

biasa guru Sekolah Menengah Assalihiyah berikan yaitu membiasakan

diri menyapu dan membersihkan ruang kantornya, mengambil sampah

yang berceceran di hadapannya kemudian membuangnya ke tempat

sampah, dan ikut berperan serta dalam mengadakan kebersihan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai

berikut.

Guru pun juga ikut membersihkan bersama-sama murid, tidak

hanya menyuruh saja. Dengan demikian, murid pun akan malu

jika melihat gurunya bersih-bersih, sedangkan dia tidak ikut

melakukannya (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada

tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Hal yang serupa disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai

berikut.

Saya juga ikut serta dengan siswa untuk mengadakan kebersihan

yakni sebagai contoh kepada mereka (wawancara dengan

ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55

WTS).

Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan

bahwa mereka mengikuti perilaku teladan dari gurunya seperti yang

diungkapkan oleh Fadilah Masae sebagai berikut.

131

Saya hanya melakukan apa yang guru berikan teladan kepada

saya. Misalnya saya melihat guru menyapu ruang kantor, saya

ingin juga melakukannya di kelas (wawancara dengan Fadilah

Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada tanggal 21

Agustus 2015 jam 14.20 WTS).

Hal yang serupa juga diutarakan oleh Husna Abdullah sebagai berikut.

Saya juga menyontoh perilaku guru yang selalu membersihkan

kantor, jadi saya membersihkan kelas saya juga (wawancara

dengan Husna Abdullah, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama,

pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.45).

Guru harus mampu menjadi panutan bagi siswanya, sehingga

siswa dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan.

Oleh karenanya, keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat

menentukan bagi keberhasilan pendidikan (Arief, 2002: 122).

2. Arahkan (berikan bimbingan)

Pendapat Muhammad Surya yang dikutip oleh Abdul Majid dan

Dian Andayani (2013: 121) bahwa bimbingan lebih merupakan suatu

proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam

pemahaman, pengarahan, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungannya.

Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah disampaikan dengan model pengarahan. Banyak guru

memberikan pengarahan kepada siswanya untuk senantiasa menjaga

lingkungan, terutama masalah kebersihan lingkungan sekolah. Seperti

guru mengarahkan siswa supaya mengadakan alat kebersihan kelas dan

132

memberikan pengarahan ketika diadakan kegiatan bersih-bersih

dengan mengarahkan tempat-tempat mana yang mesti dibersihkan.

Model pengarahan ini sekaligus mengontrol aplikasi sikap peduli

lingkungan masing-masing siswa. Hal tersebut sebagaimana yang

disampaikan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.

Saya sebagai guru di Sekolah Menengah Assalihiyah ini dan

termasuk guru kelas juga, saya harus memberikan penjelasan

dan arahan-arahan, bimbingan kepada siswa berkaitan dengan

sikap peduli lingkungan. Semua guru-guru di sini diharuskan

untuk mendidik dan memberikan penjelasan, bimbingan, dan

arahan kepada siswa. Sebelum dimulai pelajaran, guru kelas

masuk dan mengarahkan siswanya supaya membersihkan ruang

kelas terlebih dahulu. Guru pun juga ikut membersihkan

bersama-sama murid, tidak hanya menyuruh saja. Bagi murid

yang malas, guru harus mengarahkan dengan sungguh-sungguh.

Misalnya, dengan mengarahkan mana saja yang harus

dibersihkan (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada

tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).

Hal yang serupa juga disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai

berikut.

Setiap pagi guru memberikan arahan dan motivasi kepada siswa

untuk mengadakan kebersihan sekolah. Hal ini sebagai salah

satu kegiatan penanaman karakter peduli lingkungan ke dalam

diri siswa. Ketika di asrama sekolah juga ada guru yang

bertanggung jawab untuk mengarahkan siswa mengadakan

kebersihan. Guru juga mengarahkan siswa agar membeli sapu

dan perlengkapan kebersihan di kelas (wawancara dengan

ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55

WTS).

Arahan-arahan yang berupa nasihat-nasihat juga guru Sekolah

Menengah Assalihiyah sampaikan kepada siswa seperti manfaat dari

menjaga kebersihan lingkungan dan akibat dari tidak menjaga

kebersihan dan peduli lingkungan. Agama Islam pun juga

133

menerangkan bahwa dalam mengajarkan atau mendidik dapat

dilakukan dengan memberi nasihat-nasihat. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Kariman Malee berkaitan dengan pemberian nasihat

oleh guru sebagai berikut.

Guru memberi nasihat bahwa kalau hidup kotor maka kita itu

hidup dengan syaitan. Kalau kita menjaga kebersihan maka

syaitan pun akan pergi dan juga bisa belajar dengan nyaman

(wawancara dengan Kariman Malee, siswa kelas 2/1 saman atau

5A agama, pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 18. 08 WTS).

Hal yang serupa disampaikan oleh Sarihan Cikbu sebagai berikut.

Guru mengajarkan kepada saya tentang sikap peduli lingkungan

di sekolah dengan memberi bimbingan, nasihat, dan teladan.

Guru menjelaskan kepada saya bahwa kebersihan itu sebagian

dari iman (wawancara dengan Sarihan Cikbu, siswa kelas 6/1

saman atau kelas 10 agama, pada tanggal 21 Agustus 2015 jam

13.37 WTS).

Selain itu Fadilah Masae juga mengutarakan sebagai berikut.

Guru juga sering memberikan nasihat agar selalu bersih-bersih

dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah (wawancara dengan

Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada

tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).

Nasihat juga diberikan oleh guru terhadap siswa-siswa yang

tidak menjaga kebersihan sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh

Husna Abdullah sebagai berikut.

Kalau siswa tidak menjaga kebersihan, tidak ada hukuman,

hanya diberi nasihat saja (wawancara dengan Husna Abdullah,

siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama, pada tanggal 21 Agustus

2015 jam 14.45 WTS).

134

3. Dorongan (berikan motivasi atau reinforcement)

Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong individu

untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan (Majid dan Dian

Andayani, 2013: 122).

Pendapat Al Ghazali dalam kitabnya Tahdzib Al Akhlak wa

Mu’alajat Amradh Al Qulub yang dikutib oleh Abdul Majid dan Dian

Andayani (2013: 124) mengemukakan bahwa setiap kali seorang anak

menunjukkan perilaku mulia atau perbuatan yang baik seyogyanya ia

memperoleh pujian dan jika perlu diberi hadiah dengan sesuatu yang

menggembirakannya, atau ditujukan pujian kepadanya di depan orang-

orang di sekitarnya. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi bagi

sang anak. Seorang anak yang telah melaksanakan perbuatan yang baik

dan dia tidak memperoleh penghargaan maka dia merasa berbuat suatu

hal yang sia-sia dan akan merasa diacuhkan. Acan Zainab Karina

menyampaikan bahwa ia memberikan hadiah agar siswa lebih

termotivasi dalam menjaga kebersihan seperti dalam ungkapannya

sebagai berikut.

Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya

hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima kasih di

hadapan teman-temannya. Ada juga saya memberinya uang

yang hanya sekedar saja. Benda apa yang ada di tangan biasa

saya berikan. Supaya menimbulkan semangat dan bangga untuk

senantiasa menjaga kebersihan lingkungan (wawancara dengan

acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00

WTS).

Motivasi juga penting diberikan kepada siswa untuk

membangkitkan semangat mengaplikasikan sikap peduli lingkungan.

135

Guru Sekolah Menengah Assalihiyah memberikan motivasi kepada

siswanya agar siswanya selalu bersemangat menggalakkan kebersihan

di sekolah. Motivasi diberikan kepada siswa setiap hari oleh guru

seperti yang disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.

Setiap pagi guru memberikan arahan dan motivasi kepada siswa

untuk mengadakan kebersihan sekolah. Hal ini sebagai salah

satu kegiatan penanaman karakter peduli lingkungan ke dalam

diri siswa (wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada

tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

4. Kontinuitas (pembiasaan)

Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori

konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya

dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi

dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses) (Arief,

2002: 111). Guru dapat memanfaatkan teori ini untuk mengubah anak

didik sesuai dengan harapan guru dan tujuan pendidikan. Guru dapat

membiasakan anak didik agar senantiasa berlaku peduli lingkungan.

Sebagaimana Al Ghazali, ia juga sangat menganjurkan agar

mendidik anak dan membina akhlaknya dengan cara latihan-latihan

dan pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun

seakan-akan dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran

yang menyesatkan (Zainuddin, 1991: 107). Oleh karena itu,

pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam

menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu pendekatan

136

pembiasaan ini juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan

negatif menjadi positif (Arief, 2002: 114). Model pendidikan dengan

pembiasaan ini sangat efektif untuk menciptakan perilaku siswa yang

dapat berlangsung secara terus menerus. Karena dengan pembiasaan

ini, secara spontan dan tidak sadar, akan tertanam dalam jiwa siswa

untuk melakukan perilaku kebiasaan tersebut, dalam hal ini adalah

sikap menjaga dan melestarikan lingkungan.

Sekolah Menengah Assalihyah membiasakan siswa agar

senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Berbagai kegiatan

yang diselenggarakan oleh guru seperti dengan mengadakan jadwal

piket kelas harian dan kegiatan pungut sampah setiap hari seusai apel

pagi. Dengan demikian, siswa akan terdidik untuk membiasakan diri

menjaga kebersihan di manapun ia berada. Misalnya dengan kegiatan

pagi yang selalu membersihkan ruang kelas dan halaman serta kegiatan

tahunan seperti lomba kebersihan dan keindahan kelas. Harapannya

ketika di rumah, siswa tersebut akan membawa kebiasaannya di

sekolah untuk dikerjakan di rumah. Hal tersebut sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.

Penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan

diselenggarakan dengan model pembiasaan melalui kegiatan-

kegiatan peduli lingkungan. Sekolah Menengah Assalihiyah

memberlakukan pendidikan karakter peduli lingkungan dengan

diadakan kegiatan kebersihan harian, seperti dibentuk jadwal

piket harian dan kebersihan mingguan pada hari jumat pagi

Kemudian diadakan perlombaan kebersihan dan menghias kelas

pada setiap tahunnya (wawancara dengan ustadz Mahdi bin

Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

137

5. Ingatkan

Mengingatkan sangat diperlukan dalam mendidik siswa. Guru

memberikan penjelasan, nasihat, arahan, dan bimbingan itu tidak

hanya sekali. Guru mesti mengingatkan siswa untuk senantiasa

menjaga kebersihan lingkungan dan selalu mengingatkan siswa supaya

membuang sampah pada tempatnya. Terutama bagi siswa yang sedikit

rajin, guru harus senantiasa mengingatkan siswanya.

Perilaku siswa terkait peduli lingkungan adakalanya mereka

sadar dan ingat pesan-pesan guru untuk senantiasa menjaga lingkungan

sekitarnya. Akan tetapi adakalanya juga mereka lalai akan pesan

tersebut karena masa. Oleh karenanya, guru mesti senantiasa

mengingatkan kepada siswa untuk menjaga dan memelihara

lingkungan. Seperti selalu menjaga kebersihan kelas, kantin,

membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain. Hal tersebut

sebagaimana ustadzah Nafisah Itae menyampaikan sebagai berikut.

Model pendidikan karakter yang saya terapkan adalah dengan

selalu mengingatkan siswa baik di kelas maupun di luar kelas

agar senantiasa memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan,

melestarikan tanaman, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Kalau di dalam kelas juga tidak hanya disampaikan dalam mata

pelajaran akhlak saja, akan tetapi semua mata pelajaran

(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24

Agustus 2015 jam 13.55 WTS).

Kalau hanya mengingat sesuatu di alam ini bisa memicu

munculnya kreativitas, seperti dengan menciptakan barang bermanfaat

dari bahan-bahan bekas, mendaur ulang sampah, bagaimana dengan

mengingat Allah Yang Maha Kreatif dan kekuasaannya tak terbatas.

138

Secara logika tentu akan memberikan dampak positif luar biasa bagi

kehidupan (Majid dan Dian Andayani, 2013: 136). Oleh karenanya

siswa dididik untuk memisahkan sampah yang dapat didaur ulang dan

tidak sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Ahmad H. Sama’

sebagai berikut.

Siswa harus membuang sampah pada tempatnya dan

memisahkan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dengan

yang tidak. Seperti botol minuman yang bisa didaur ulang

dipisahkan dengan plastik-plastik. Supaya mereka dapat

membedakan mana sampah yang dapat dimanfaatkan kembali

dan yang tidak. Karena sampah itu tidak semuanya hanya sekali

pakai seperti botol (wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’

pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

Adanya perilaku peduli lingkungan, yakni pembiasaan menjaga

kebersihan di Sekolah Menengah Assalihiyah, maka guru harus

mengingatkan pula bahwa Allah memerintahkan manusia untuk

memelihara alam sekitar. Dengan demikian, mengingat perintah Allah

berarti juga mengingat Allah Swt dan Allah Swt. Maha Mengetahui

segala perbuatan manusia.

6. Heart (hati)

Oleh karena kebersihan sebagian dari iman, dan Allah berada

dalam hati orang yang beriman, maka hendaknya siswa dibina untuk

selalu menjaga kebersihan, termasuk menjaga kebersihan lingkungan.

Menjaga kebersihan lingkungan juga termasuk bagian dari peduli

lingkungan. Seorang guru mestinya dapat menumbuhkan karakter

peduli lingkungan tersebut ke dalam hati siswa. Menjaga kebersihan

139

lingkungan yang telah dibiasakan kepada siswa Sekolah Menengah

Assalihiyah bertujuan untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap

lingkungan ke dalam jiwa siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh

ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.

Siswa dididik juga untuk menjaga tanaman dan pohon-pohon di

lingkungan sekolah. Mereka dibagi kelompok dan tanggung

jawab masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menanamkan

dalam jiwa anak supaya mereka mempunyai rasa kepedulian

terhadap lingkungan (wawancara dengan ustadz Mahdi bin

Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).

Sabda Rasulullah Saw. yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian

Andayani (2013: 139):

“sesunggguhnya Allah memiliki wadah-wadah yakni hati.

Karenanya, hati yang paling dekat dengan Allah adalah hati yang

lembut, jernih, dan keras”.

Jadi, dalam penerapan atau aplikasi model pendidikan karakter

peduli lingkungan ini, Sekolah Menengah Assalihiyah tidak sepenuhnya

melaksanakan model tadzkirah. Beberapa model dari model tadzkirah

tidak diterapkan. Di antara model tadzkirah yang diaplikasikan adalah

tunjukkan teladan, arahan, dorongan, kontinuitas, ingatkan, dan hati.

Sedangkan model tadzkirah yang tidak diaplikasikan adalah zikir, repetisi,

dan organisasi. Rosyadi (2004: 236) menambahkan model pendidikan

karakter dengan menggunakan metode mendidik dengan targhib dan tarhib

atau istilah lainnya reward and punishment.

Targhib dapat berarti ganjaran (reward). Ganjaran/reward dapat

berupa pujian yang indah, imbalan materi atau hadiah, doa, tanda

140

penghargaan, dan lain-lain (Arief, 2002: 127). Ganjaran dapat memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan

perbuatan yang positif dan bersikap progresif. Di samping itu juga dapat

menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak

yang telah memperoleh pujian dari guru, baik dalam tingkah laku, sopan

santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.

Akan tetapi, dalam memberikan ganjaran harus proporsional agar tidak

terjadi ketimpangan sosial di antara sesama siswa maupun antara guru

dengan siswa (Arief, 2002: 134-135). Sebagaimana siswa di Sekolah

Menengah Assalihiyah yang telah bersikap peduli lingkungan, maka guru

memberikan ganjaran atau hadiah yang pantas. Misalnya dengan

memberikan pujian dan ucapan terima kasih, menambahkan poin nilai

baginya, atau dengan memberikan barang kenang-kenangan yang tidak

berlebihan, makanan, minuman, dan uang sekadarnya. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya

hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima kasih di

hadapan teman-temannya. Ada juga saya memberinya uang yang

hanya sekedar saja. Benda apa yang ada di tangan biasa saya

berikan. Supaya menimbulkan semangat dan bangga untuk

senantiasa menjaga kebersihan lingkungan (wawancara dengan acan

Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Siswa tidak mengetahui tentang nilai tambahan menjaga kebersihan

yang diberikan kepada mereka. Hal ini karena guru tidak memberitahu

siswa secara langsung. Hanya saja, nilai menjaga kebersihan ini langsung

ditambahkan ke dalam nilai kognitif siswa. Hadiah yang biasa diterima

141

siswa dari guru di Sekolah Menengah Assalihiyah ini berupa pujian dan

ucapan terima kasih, sebagaimana yang diungkapkan oleh Fadilah Masae

sebagai berikut.

Tidak ada hadiah materi yang saya terima dari guru meskipun saya

sudah melaksanakan sikap peduli lingkungan selama di sekolah,

hanya berupa ucapan pujian dan terima kasih (wawancara dengan

Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada tanggal

21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).

Tarhib atau punishment sering dikenal juga dengan pemberian

hukuman. Berbeda dengan ganjaran, pemberian hukuman haruslah

ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses pendidikan. Selamanya ia

lebih mendahulukan pendekatan ganjaran daripada pendekatan hukuman,

sebab ganjaran dapat mendorong semangat dan motivasi anak didik untuk

belajar. Sebaliknya hukuman justru akan meninggalkan pengaruh buruk

pada jiwa anak sehingga ia menghalanginya untuk faham dan mengerti,

bahkan dapat mematikan semangatnya untuk berlaku disiplin dan progresif

(Arief, 2002: 135). Misalnya, di Sekolah Menengah Assalihiyah guru

menghukum siswa yang tidak menjaga kebersihan atau membuang sampah

sembarangan berupa membersihkan bagian dalam dan luar kelas,

membersihkan toilet, dan ada juga dengan hukuman fisik berupa senaman

(duduk bangun) dan dera. Ada pula yang hanya dengan mengurangi nilai

mata pelajaran saja. Menurut penulis, hukuman dera ini adalah hukuman

yang paling berat bagi siswa. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan

acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.

Ada juga hukuman skor, yakni dengan mengurangkan nilai dari

siswa tersebut berkaitan dengan mata pelajaran yang saya ampu. Ada

142

juga senaman, yaitu duduk bangun, lama-lama dia takut karena

merasakan sakit (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada

tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Menurut pengamatan penulis, guru terbiasa menghukum siswa

dengan senaman (duduk-bangun) dan dera untuk menjadikan jera bagi

siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Sementara ada pula guru yang

hanya memberikan nasihat-nasihat kepada siswa yang lalai akan peduli

lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, seperti yang

diungkapkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.

Tidak ada hukuman bagi siswa yang tidak menjaga kebersihan,

hanya saya beri nasihat lagi saja (wawancara dengan ustadz Ahmad

H. Sama’ pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).

Penanaman karakter peduli lingkungan melalui pendidikan dapat

dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi, di antaranya (Samani

dan Hariyanto, 2013: 144-145) strategi cheerleading, strategi pujian dan

hadiah, strategi define-and-drill, strategi forced formality, dan strategi

traits of the month. Sekolah Menengah Assalihiyah menggunakan strategi

cheerleading seperti mading peduli lingkungan yang ada di lingkungan

sekolah. Selain itu, strategi pujian dan hadiah dalam melaksanakan

pendidikan karakter peduli lingkungan. Pujian-pujian dan ucapan terima

kasih serta hadiah yang sekadarnya dari guru dapat meningkatkan

semangat siswa dalam bersikap peduli lingkungan. Strategi forced

formality juga digunakan dalam mendidik siswa untuk menjaga kebersihan

yakni dengan pembiasaan siswa secara rutin untuk menjaga kebersihan

melalui pembentukan jadwal piket dan kegiatan serentak setelah apel pagi

143

yaitu memungut sampah di sekitar lingkungan sekolah. Guru juga

memberikan hukuman bagi siswa yang tidak menjaga kebersihan dan

membuang sampah sembarangan, hal ini termasuk usaha guru dalam

mendisiplinkan siswa untuk mematuhi perintah dan nasihat guru. Selain itu

juga strategi traits of month digunakan yakni dengan memberikan nasihat-

nasihat dalam sambutan ketika apel pagi yang disampaikan oleh guru.

B. Faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan Karakter Peduli

Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan

Sebuah pendidikan yang diselenggarakan mempunyai tujuan yang

ingin dicapai. Seperti halnya pendidikan karakter peduli lingkungan

memiliki tujuan yakni agar siswa dapat sadar dan tertanam dalam jiwanya

karakter peduli lingkungan yang akan diaplikasikan di manapun ia tinggal.

Oleh karenanya, guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang mendukung

dan faktor penghambat tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Untuk

mencetak siswa yang sesuai dengan tujuan pendidikan, maka guru perlu

memanfaatkan faktor penunjang tersebut dalam kegiatan pendidikan dan

memperkecil faktor penghambat pendidikan serta mencarikan solusinya.

Terbentuknya karakter (kepribadian) manusia ditentukan oleh dua faktor

yaitu nature (faktor alami) dan nurture (sosialisasi dan pendidikan)

(Megawangi, 2004: 25-27). Di antara faktor penunjang pendidikan

karakter di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah faktor intern yakni

144

kebiasaan pribadi siswa yang rajin akan menjaga kebersihan dan peran

serta guru dalam kegiatan pendidikan. Karakter ini termasuk ke dalam

faktor nature yakni sebagai manusia yang memiliki kecenderungan (fitrah)

untuk mencintai kebaikan yang dalam hal ini adalah menjaga kebersihan

sebagai salah satu wujud peduli lingkungan sebagaimana acan Zainab

Ma’sok mengungkapkan sebagai berikut.

Sebagian dari diri siswa suka kebersihan dan ada juga yang tidak

suka kebersihan. Ini menjadi faktor pendukung sekaligus

penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan pada

siswa. Bagi yang suka kebersihan, dia merasa bahwa ini sekolahku,

jadi saya harus menjaga kebersihan di sekolahku. Ini ada sampah, ini

sekolahku, aku harus membersihkannya. Meskipun guru ada atau

tidak, dia akan tetap bersihkan. Rasa memiliki inilah yang dapat

menjadikan pendidikan peduli lingkungan berhasil tertanam dalam

jiwa anak. Di sisi lain, dia ingat dengan nasihat guru yang berupa

“ini sekolahku, maka mesti buat bersih, agar orang jika mendengar

kata Assalihiyah, orang itu ada keinginan untuk datang ke sekolah

Assalihiyah (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal

24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).

Selain faktor nature, faktor nurture juga menjadi faktor penunjang

pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah

yaitu berupa usaha mendidik siswa untuk senantiasa menjaga kebersihan

lingkungan, sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Abdullah Yeelah

sebagai berikut.

Faktor penunjang dalam berhasilnya pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini adalah peran serta

kepala sekolah dan guru-guru dalam mendidik siswanya. Termasuk

peran orang tua dan dewan pelajar (OSIS) (wawancara dengan

ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam

10.00 WTS).

Sedangkan yang menjadi penghambat dalam pendidikan karakter

peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah adalah faktor

145

intern yaitu sifat kebiasaan siswa yang malas menjaga kebersihan.

Sebagaimana Maslikhah (2013: 175) mengungkapkan bahwa termasuk hal

yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup

adalah rendahnya partisipasi masyarakat karena kurangnya pemahaman

terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada. Masyarakat yang

termasuk dalam hal ini adalah siswa Sekolah Menengah Assalihiyah.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai

berikut.

Sedangkan yang termasuk faktor penghambat pendidikan karakter di

sini adalah dari perangai murid itu sendiri pula. Semua guru sudah

mengajarkan kepadanya untuk peduli lingkungan. Akan tetapi

mereka tidak mau mendengarkan nasihat guru (wawancara dengan

ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30

WTS).

Selain itu, faktor ekstern yaitu suasana keadaan yang berbeda di luar

lingkungan sekolah. Hal ini sebagaimana ustadz Dr. Abdullah Yeelah

menyatakan sebagai berikut.

Sedangkan faktor penghambatnya adalah suasana masyarakat di luar

sekolah (rumah/ kampung) yang berbeda dengan suasana di sekolah.

Jadi jika siswa itu pulang, dengan kondisi yang berbeda dapat

mengubah kebiasaan sikap peguli lingkungan siswa, melestarikan

tanaman, dan menjaga kebersihan di sekolah. Sehingga, apabila

siswa telah kembali ke sekolah lagi, guru mesti mendidik ulang

(wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20

Agustus 2015 jam 10.00 WTS).

Demikian faktor penunjang dan penghambat pendidikan karakter

peduli lingkungan yang menitikberatkan pada masalah menjaga

kebersihan di Sekolah Menengah Assalihiyah. Jadi, guru harus lebih

berperan aktif dalam mendidik dan menjadi contoh bagi siswanya. Karena

146

siswa merasa malu jika gurunya bersih-bersih dalam kelas, sedangkan dia

tidak melakukannya sehingga siswa tersebut akan mengikuti apa yang

dilakukan gurunya. Sedangkan mengenai penghambat dalam penanaman

karakter peduli lingkungan ini, guru harus senantiasa memberikan nasihat

secara berulang kali kepada siswa yang malas dan juga memberikan

hukuman agar dia jera dan mau mematuhi perintah serta nasihat guru.

147

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

Pertama, pendidikan karakter peduli lingkungan secara islami

adalah program pendidikan yang dirancang untuk membina keterampilan

siswa dalam memahami dan menghargai hubungan antar manusia dan

lingkungan fisiknya, mengembangkan aspek psikomotor siswa

(mengembangkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari) untuk senantiasa

melestarikan lingkungan dan meminimalisir kerusakan lingkungan menuju

peningkatan kualitas hidup dengan menggunakan cara yang islami sesuai

dengan ajaran Islam.

Kedua, pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan di

Sekolah Menengah Assalihiyah dititikberatkan pada masalah menjaga

kebersihan lingkungan. Siswa dididik untuk senantiasa menjaga

kebersihan lingkungan sebagai salah satu bentuk karakter peduli terhadap

lingkungan. Landasan guru dalam melaksanakan pendidikan karakter

peduli lingkungan ini adalah berdasarkan hadits Rasulullah Saw. yaitu

kebersihan merupakan bagian dari iman. Penanaman karakter peduli

lingkungan ini termasuk realisasi program Green Environment seperti

yang berlaku di negara Indonesia. Pendidikan karakter peduli lingkungan

diberikan dengan model keteladanan, pemberian arahan atau bimbingan

148

mengenai manfaat menjaga kebersihan, dorongan atau motivasi,

kontinuitas atau pembiasaan melalui kegiatan harian dan tahunan,

mengingatkan dengan senantiasa memberi nasihat-nasihat secara terus

menerus, dan penanaman dalam hati (heart) yang diberikan oleh guru.

Kegiatan dalam rangka menanamkan karakter peduli lingkungan

berkenaan dengan melestarikan tanaman melibatkan masyarakat melalui

turut serta siswa dalam pelaksanaan program tanam pohon. Selain itu juga

melalui model targhib (pemberian reward) dan tarhib (pemberian

punishment). Strategi yang digunakan meliputi strategi cheerleading yang

berupa adanya mading peduli lingkungan, strategi pujian dan hadiah,

strategi forced formality yakni dengan pembiasaan siswa secara rutin

untuk menjaga kebersihan, dan strategi traits of the month yakni dengan

memberikan nasihat-nasihat dalam sambutan ketika apel pagi yang

disampaikan oleh guru.

Ketiga, faktor penunjang pendidikan karakter peduli lingkungan

yang menitikberatkan pada masalah kebersihan adalah kebiasaan siswa di

rumah yang rajin akan menjaga kebersihan yang dapat disebut juga dengan

faktor nature yakni sebagai manusia yang memiliki kecenderungan (fitrah)

untuk mencintai kebaikan dan peran serta guru (faktor nurture).

Sedangkan faktor penghambat pendidikan karakter peduli lingkungan ini

adalah faktor intern yakni sifat siswa yang malas akan menjaga kebersihan

dan faktor ekstern yakni suasana di luar sekolah (kampung) yang berbeda

dengan sekolah.

149

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan

adalah sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah Menengah Assalihiyah

a. Hendaknya Sekolah Menengah Assalihiyah tetap mempertahankan

dan meningkatkan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan yang

menitikberatkan pada masalah kebersihan di samping mendidik

siswa untuk melestarikan tanaman di lingkungan sekitar sebagai

sarana mendidik karakter peduli lingkungan bagi generasi penerus

bangsa.

b. Kegiatan peduli lingkungan lebih memperbanyak melakukan

kegiatan di luar lingkungan Sekolah Menengah Assalihiyah

dengan lebih melibatkan masyarakat, sehingga Pendidikan

karakter Peduli lingkungan tidak hanya diajarkan kepada siswa

siswi Sekolah Menengah Assalihiyah saja tetapi juga masyarakat.

c. Menambah fasilitas yang dapat mendukung pendidikan karakter

peduli lingkungan, seperti tempat sampah, sapu, dan lain-lain.

2. Bagi orang tua

a. Diharapkan kerjasama yang baik antara orang tua dan siswa di

Sekolah Menengah Assalihiyah.

b. Orang tua hendaknya tidak lepas tangan dalam mendidik dan

membimbing anak-anaknya khususnya dalam hal menanamkan

karakter peduli lingkungan.

150

3. Bagi siswa

a. Hendaknya siswa melaksanakan sikap peduli lingkungan dengan

sepenuh hati.

b. Siswa hendaknya mengikuti kegiatan sekolah dalam rangka

penanaman dalam jiwa akan sikap peduli lingkungan.

4. Bagi masyarakat luas

a. Hendaknya memberikan kerja sama yang baik dengan ikut

berperan serta dalam menanamkan karakter peduli lingkungan

kepada anak selama berada di lingkungan masyarakat.

b. Hendaknya melibatkan anak dalam mengadakan kegiatan yang

termasuk dalam realisasi sikap peduli lingkungan.

C. Penutup

Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat memberikan

manfaat kepada pembaca dan masyarakat luas sekaligus dapat memberi

motivasi kepada pendidik dan masyarakat luas untuk bersama-sama lebih

meningkatkan kesadaran akan peduli terhadap lingkungan dalam menjaga

kelestarian lingkungan demi keberlangsungan hidup generasi masa

mendatang.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan dalam penelitian dan penulisan ini. Oleh karena itu, kritik

dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad Sidik. 2013. Skripsi Penerapan Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK N 1 Tengaran Tahun

Ajaran 2012/2013.

Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta

Selatan: Ciputat Pers.

J.R. Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Grasindo.

Kurniawati, Ida. 2013. Skripsi Konsep Pendidikan Karakter dalam Pendidikan

Islam.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maslikhah. 2013. Alam Terkembang Menjadi Guru. Salatiga: STAIN Salatiga

Press.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter “Solusi yang Tepat Membangun

Bangsa”. Jakarta: BM. MIGAS.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Musthofa, Adib Bisri. 1992. Tarjamah Sohih Muslim Jilid 1. Semarang: CV. Asy

Syifa’.

Purwani, Linda Tisa. 2014. Skripsi Implikasi Nilai Karakter Peduli Lingkungan di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kebonagung Imogiri Bantul.

Pusat Bahasa Departemen Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Q-Anees, Bambang dan Adang Hambali. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-

Qur‟an. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta Barat: PT

Indeks.

S. Nasution. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Setiyani, Nina. 2013. Skripsi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui

Program “Green Environment” di SMP Alam Ar-Ridho Kota Semarang.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta, CV.

Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tim Penulis. 2011. Madrasah dan Pelestarian Lingkungan Sumbangan

Konseptual dan Strategi. Salatiga: Salatiga Press.

Umam, Ahmad Khotibul. 2014. Skripsi Model Pendidikan Karakter Islami pada

Siswa di SMK Al Ma‟arif Demak Tahun Pelajaran 2103/2014.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi

Aksara.

Zuchdi, Darmiyati. 2013. Pendidikan Karakter, Konsep Dasar dan Implementasi

di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.

. 2013. Al Quran dan Terjemahannya. Jakarta Timur: Pustaka Al

Mubin.

. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12. Jakarta: PT Cipta

Adi Pustaka.

DAFTAR SKK

Nama : Titik Isniatus Sholikhah

NIM : 111 11 100

PA : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1. Orientasi Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK) oleh

DEMA STAIN Salatiga

20-22 Agustus

2011

Peserta 3

2. Achievement Motivation Training

(AMT) oleh ITTAQO dan CEC

STAIN Salatiga

23 Agustus 2011

Peserta

2

3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)

oleh STAIN Salatiga

24 Agustus 2011 Peserta 2

4. Seminar Enterpreneurship dan

Koperasi oleh KOPMA dan KSEI

STAIN Salatiga

25 Agustus 2011 Peserta 2

5. User Education oleh UPT STAIN

Salatiga

19 September 2011 Peserta 2

6. Grand Opening Nisa‟

“Hipnotherapy” oleh LDK STAIN

Salatiga

24 September 2011 Peserta 2

7. Bedah Buku “Super Teens Super

Leader” oleh KAMMI Salatiga

08 Oktober 2011 Peserta 2

8. Masa Penerimaan Anggota Baru

(MAPABA) oleh PMII Joko Tingkir

Salatiga

23 Oktober 2011 Peserta 2

9. Daurah Mar’atus Sholikhah (DMS)

oleh LDK STAIN Salatiga

26 November 2011 Peserta 2

10. Seminar Regional Kebangsaan oleh

IPNU Kab. Semarang dan PMII

Salatiga

30 November 2011 Peserta 4

11. Pelatihan Penggunaan Maktabah

Syamilah dan Mengetik Arab Cepat

17 Maret 2012 Peserta 2

oleh ITTAQO STAIN Salatiga

12. Public Hearing oleh SEMA STAIN

Salatiga

27 Maret 2012 Peserta 2

13. Masa Penerimaan Anggota Baru

(MAPABA) oleh PMII Joko Tingkir

Salatiga

23-25 Maret 2012 Panitia 3

14. Comparasion of English and Arabic

oleh CEC dan ITTAQO STAIN

Salatiga

13 April 2012 Peserta 2

15. Seminar Regional oleh Dewan

Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga

03 Mei 2012 Peserta 4

16. Bedah Buku oleh HMI Salatiga 14 Mei 2012 Peserta 2

17. Green Camp-Jateng Youth Festival

2012 oleh pimpinan wilayah IPNU-

IPPNU Provinsi Jawa Tengah

14-17 Juni 2012 Peserta 4

18. Bimbingan Belajar Menghadapi UAS

SIBA Bahasa Inggris dan Bahasa

Arab oleh ITTAQO dan CEC STAIN

Salatiga

20 Juni 2012 Peserta 2

19. Seminar Nasional oleh DEMA

STAIN Salatiga

23 Juni 2012 Peserta 8

20. Sarasehan Nasional oleh DEMA

STAIN Salatiga

01 Juli 2012 Peserta 8

21. Pendidikan dan Latihan Calon

Pramuka Pandega ke-22 (PLCPP

XXII) oleh RACANA STAIN

Salatiga

12-15 Oktober Peserta 2

22. Dialog Publik dan Silaturahim

Nasional oleh PMII dan ASWAJA

Tengah

10 Nopember 2012 Panitia 3

23. Penerimaan Anggota Baru (PAB)

JQH STAIN Salatiga

17-18 Nopember

2012

Panitia 3

24. Pelatihan Legal Drafting oleh SEMA

STAIN Salatiga

02-03 Nopember

2012

Peserta 2

25. SK Pengangkatan Anggota KPUM

oleh Ketua STAIN Salatiga

20 Nopember 2012 3

26. Tabligh Akbar oleh JQH STAIN

Salatiga

1 Desember 2012 Panitia 3

27. SK Pengangkatan Pengurus DEMA

oleh STAIN Salatiga

31 Januari 2013 3

28. Short Course on Toefl Preparation

Focusing on Structure and Written

9-16 Februari 2013 Peserta 2

29. Penataran Ustadz/pengelola

TKA/TPA Tingkat Dasar

10 Maret 2013 Peserta 2

30. Seminar Nasional oleh DEMA

STAIN Salatiga

13 Maret 2013 Panitia 8

31. Short Course on Toefl Preparation

Focusing on Reading Comprehension

oleh Pondok Pesantren Salafiyah

Pulutan Salatiga

24 Maret 2013 Peserta 2

32. Public Hearing oleh SEMA STAIN

Salatiga

25 Maret 2013 Peserta 2

33. Seminar Nasional oleh DEMA

STAIN Salatiga

26 Maret 2013 Panitia 8

34. Seminar Nasional dan Dialog Publik

oleh HMJ Tarbiyah dan Syari’ah

20 April 2013 Peserta 8

35. Tafsir Tematik oleh JQH STAIN

Salatiga

04 Mei 2013 Panitia 3

36. Gorah Masal dan Bimbingan Tilawah

Nasional oleh JQH STAIN Salatiga

24-25 Maret 2013 Peserta 2

37. Seminar Nasional oleh DEMA

STAIN Salatiga

27 Mei 2013 Panitia 8

38. Seminar Nasional dan Dialog Publik

oleh HMJ Syariah

27 Juni 2013 Peserta 8

39. SK Penguatan Rekonsiliasi Elemen

Masyarakat dalam rangka

Peningkatan Wawasan Kebangsaan

oleh Badan Kesatuan Bangsa Politik

dan Perlindungan Masyarakat

Provinsi Jawa Tengah

11-12 September

2013

4

40. Sosialisasi dan Silaturahim Nasional

oleh HMJ Tarbiyah dan Syari’ah

30 September 2013 Peserta 8

41. Sosialisasi Pancasila, UUD 1945,

NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika

24 Oktober 2013 Peserta 2

42. Sosialisasi 4 Pilar dan Kebangsaan

dan Seminar Nasional oleh MPR RI

dan IPNU Kabupaten Semarang

24 Oktober 2013 Peserta 8

43. Penerimaan Anggota Baru (PAB)

oleh JQH STAIN Salatiga

23-24 Nopember

2013

Panitia 3

44. SK Pengangkatan Pengurus SEMA

oleh Ketua STAIN Salatiga

17 Februari 2014 3

45. Dialog Interaktif dan Edukatif oleh

SEMA STAIN Salatiga

1 April 2014 Panitia 3

46. Pembentukan Pimpinan Anak

Cabang (PAC) IPNU-IPPNU

Kecamatan Sumowono oleh MWC

NU Kecamatan Sumowono

13 April 2014 Panitia 3

47. Tafsir Tematik oleh JQH STAIN

Salatiga

17 Mei 2014 Panitia 3

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Titik Isniatus Sholikhah

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang/13 April 1994

NIM : 111 11 100

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat di Salatiga : Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,

Sidorejo, Salatiga

Alamat Asal : Watugandu RT 01/03, Jubelan,

Sumowono, Semarang

B. Orang Tua

Ayah : Muh. Sahid

Ibu : Siti Fatimah

Pekerjaan : Tani

C. Motto

“Sebaik-baik orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain”.

D. Riwayat Pendidikan

No. Instansi Pendidikan Masuk (Th) Keluar (Th)

1. MI Darussalam Sumowono 1999 2005

2. MTs Darussalam

Sumowono

2005 2008

3. MA Al Bidayah Candi

Bandungan

2008 2011

4. S1 PAI IAIN Salatiga 2011 2016

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,

Khokpho, Pattani, Thailand Selatan

Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Jabatan :

1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai pendidikan karakter peduli

lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

2. Apa landasan digunakan dalam penanaman pendidikan karakter peduli

lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

3. Bagaimana cara/model penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan

bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

4. Apa saja yang menjadi penunjang/pendukung penanaman pendidikan karakter

peduli lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

5. Apa saja yang menjadi penghambat dalam penanaman pendidikan karakter

peduli lingkungan bagi di Sekolah Menengah Assalihiyah?

6. Apa hadiah yang diberikan kepada siswa yang telah mengaplikasikan sikap

peduli lingkungan?

7. Apa sanksi bagi siswa yang tidak melaksanakan sikap peduli lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Guru Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,

Khokpho, Pattani, Thailand Selatan

Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Jabatan :

1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai pendidikan karakter peduli

lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

2. Apa landasan digunakan dalam penanaman pendidikan karakter peduli

lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

3. Bagaimana cara/model penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan

bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

4. Apa saja yang menjadi penunjang/pendukung penanaman pendidikan karakter

peduli lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?

5. Apa saja yang menjadi penghambat dalam penanaman pendidikan karakter

peduli lingkungan bagi di Sekolah Menengah Assalihiyah?

6. Apa hadiah yang diberikan kepada siswa yang telah mengaplikasikan sikap

peduli lingkungan?

7. Apa sanksi bagi siswa yang tidak melaksanakan sikap peduli lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,

Khokpho, Pattani, Thailand Selatan

Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Kelas :

1. Apakah anda telah melaksanakan sikap peduli lingkungan?

2. Apakah benar guru telah mengajarkan sikap peduli lingkungan di

sekolah?

3. Apa yang menjadi landasan anda dalam melaksanakan sikap peduli

lingkungan, apakah karena takut atau ada hal lain?

4. Bagaimana cara guru dalam mengajarkan sikap peduli lingkungan?

5. Apa hadiah yang anda terima jika anda telah melaksanakan sikap peduli

lingkungan?

6. Apa sanksi yang anda terima jika anda tidak melaksanakan sikap peduli

lingkungan?

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Petugas Kebersihan Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan

Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Jabatan :

1. Bagaimana aturan kebersihan di Sekolah Menengah Assalihiyah,

Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan?

2. Bagaimana aturan kerja petugas kebersihan di Sekolah Menengah

Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan?

3. Kapan Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,

Thailand Selatan mendapatkan penghargaan atas prestasi kebersihan?

VERBATIM WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

Narasumber : Dr. Abdullah Yeelah

Jenis kelamin : laki-laki

Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : Kepala Sekolah

Tempat : kantor Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah

Hari/tanggal : Kamis/20 Agustus 2015

Waktu : 10.00 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Bagaimana

kebijakan/peraturan

tentang pendidikan

karakter peduli

lingkungan di Sekolah

Menengah

Assalihiyah?

Pendidikan jaga lingkungan di sini

lebih banyak pada pendidikan jaga

bersih sekolah. Untuk sebagai

pendidikan dan cara akan di

sekolah ada setiap mahdah mesti

sampaikan matlamat dalam

pelajaran. Setiap subjek ada di

antaranya menanamkan dalam jiwa

pelajar sifat-sifat murni, delapan

perkara. Maka di antaranya yaitu

sebagai jiwa yang cermat, menjaga

alam sekitar dan lainnya. Di

samping itu, juga ada motivasi

yang lain di luar kelas/pelajaran.

Sehingga dapat dikatakan

pendidikan jaga lingkungan ini

masuk dalam kurikulum belajar.

(Pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah lebih ditekankan pada

pembiasaan menjaga kebersihan

Pendidikan

karakter peduli

lingkungan di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

secara umum

lingkungan sekolah. Pada setiap

mata pelajaran guru wajib

menanamkan sifat-sifat yang

murni pada pelajar yang termasuk

dalam 8 hal, yang di antaranya

adalah menerapkan sifat cermat

dan melestarikan lingkungan dan

di samping itu ada motivasi di luar

kelas. Sehingga pendidikan peduli

lingkungan di sini dapat dikatakan

termasuk ke dalam kurikulum

pembelajaran).

2. Kemudian apa

landasannya?

Landasannya adalah kesadaran

keagamaan, sebab dalam setiap

bidang hidup mesti ada hubungan

dengan agama. Agama Islam

adalah agama cara hidup dan perlu

diamalkan dalam setiap bidang

hidup dan setiap tempat.

Kemudian landasan dasar/falsafah

sekolah ini adalah berpegang teguh

kepada ajaran kitab dan sunnah

menuju ke arah kemajuan dan

pembangunan sejagad. Jadi segala

tindakan mesti di bawah landasan

ini dan keluarnya adalah mendidik

anak sebagai didikan Islam.

(Pendidikan karakter peduli

lingkungan di Sekolah Menengah

Assalihiyah berlandaskan pada

ajaran agama Islam. Sebab dalam

setiap hal perbuatan mesti

dikaitkan dengan agama. Islam

adalah agama cara hidup yang

mesti diamalkan dalam setiap segi

kehidupan dan di setiap tempat.

Falsafah atau landasan Sekolah

Menengah Assalihiyah adalah

berpegang teguh kepada ajaran

kitab dan sunnah menuju ke arah

kemajuan dan pembangunan

sedunia. Jadi dalam segala hal

kegiatan sekolah mesti

berlandaskan falsafah ini. Selain

itu, pendidikan ini juga mendidik

anak-anak dengan berhaluan

landasan yang

digunakan

dalam

penanaman

karakter peduli

lingkungan bagi

murid di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

pendidikan Islam).

3. Bagaimana

cara/model

penanaman karakter

peduli lingkungan

bagi murid di sini?

Setiap mata pelajaran dikehendaki

supaya ada penilaian tentang

peduli lingkungan dan setiap guru

mesti peran dan yang kedua

dengan cara melalui motivasi dan

juga dengan cara mengadakan klub

pelajar.

(Pendidikan karakter peduli

lingkungan dilaksanakan dengan

beberapa model yaitu pada setiap

mata pelajaran diadakan penilaian

tentang peduli lingkungan, arahan

guru, dengan memberi motivasi,

dan membuat jadwal piket).

cara/model

pendidikan

karakter peduli

lingkungan bagi

siswa di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

4. Apa saja yang menjadi

pendukung/penyokong

dan penghambat

pendidikan karakter

peduli lingkungan di

sini?

Head of school/mudir sekolah dan

guru-guru juga terlibat dengan

pelajar dan mereka juga

mengambil bahagian bersama

dalam mendidik. Termasuk juga

ibu bapak dan juga dewan pelajar.

Sedangkan yang jadi penghambat

adalah suasana masyarakat di luar

kawasan/kampung menyalahi dan

berlainan dengan suasana yang ada

di sekolah. Jadi apabila pelajar

balek kampung masing-masing

terutama dalam masa cuti panjang

dan sebagainya. Jadi cara hidupnya

itu ada perubahan. Jadi apabila

datang ke sekolah mesti mendidik

kembali kerana kesannya dengan

masyarakat masing-masing.

(Faktor penunjang dalam

berhasilnya pendidikan karakter

peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah ini adalah

peran serta kepala sekolah dan

guru-guru dalam mendidik

muridnya. Termasuk juga peran

orang tua dan OSIS. Sedangkan

faktor penghambatnya adalah

suasana masyarakat di luar

sekolah (rumah/kampung) yang

berbeda dengan suasana di

sekolah. Jadi jika murid itu

Faktor

pendukung dan

penghambat

pendidikan

karakter peduli

lingkungan di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

pulang, dengan kondisi yang

berbeda dapat mengubah

kebiasaan sikap peduli lingkungan

murid, melestarikan tanaman, dan

menjaga kebersihan di sekolah.

Sehingga, apabila siswa telah

kembali ke sekolah lagi, guru

mesti mendidik ulang).

5. Apa hadiah yang

diberikan kepada

murid yang telah

berbuat peduli

lingkungan dan

hukuman bagi murid

yang tidak

melaksanakan sikap

peduli lingkungan di

sini?

Kita bagi dalam segi markah itu

ada peningkatan. Kadang-kadang

kita bagi hadiah cinderamata di

depan barisan. Sedangkan yang

murid yang tidak buat jaga

lingkungan seperti tidak jaga

bersih markahnya akan

dikurangkan dan yang kedua akan

dinasehati. Dengan contoh

tauladan daripada guru dan nasihat

itu yang penting. Nasihat

dinasihati. Sekolah ini dapat

hadiah untuk jaga lingkungan.

Sudah berapa kali dapat itu dan

menjadi contoh bagi sekolah yang

lain. Itu ada sertifikatnya dapat

dilihat.

(Guru memberi tambahan nilai

yang dimasukkan ke dalam nilai

mata pelajaran yang diampu oleh

guru masing-masing, diberikan

cinderamata di depan siswa yang

lain. Sebaliknya bagi murid yang

tidak melaksanakan sikap peduli

lingkungan seperti tidak menjaga

kebersihan kelas, maka akan

dikurangi nilainya dan dinasehati

kembali. Sekolah Menengah

Assalihiyah sudah berkali-kali

mendapat penghargaan dari

pemerintah berkaitan dengan

keberhasilan menjaga

lingkungan).

Reward dan

punishment

sebagai salah

satu model

pendidikan

karakter peduli

lingkungan.

VERBATIM WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

Narasumber : Zainab Karina

Jenis kelamin : perempuan

Asal : Napradhu, Khokpho, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : guru Bahasa Arab

Tempat : kantor guru Sekolah Menengah Assalihiyah

Hari/tanggal : Minggu/23 Agustus 2015

Waktu : 16.30 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Di Sekolah Salihiyah

ni bekno tu

pendidikan hok dapat

tumbuhkan rasa sadar

pada jiwa anak

supaya murid tu jaga

lingkungan bektu?

Bagaimana

kebijakan/peraturan

tentang pendidikan

karakter peduli

lingkungan di

Sekolah Menengah

Assalihiyah?

Kak Zae ni jadi guru kelas, keno

goyak sokmo. Jadi masuk sekali

keno buat kebersihan, goyak kata

kita keno bersih, duk bekni ni tak

molek, wi nasihat sikik-sikik lah.

Sekolah ni sekolah budok besar,

kita goyak sikik-sikik dia pehe doh.

Tak do piyo hok kawan tak padu

mano, ia ambik taruh di tepi buke

bekah sampah. Ada nampok guru

tak do taruh di dekat pintu. Hok

bektu keno goyak banyak kali.

Pahtu guru-guru pun ada nasihat

sokmo keno goyak bersih banyak-

banyak. Kita agama Islam ni keno

kebersihan, sebab an nadhofatu

minal iman, masuk dalam iman

juga ni kebersihan. Ada juga guru

saman ajak pelajar tubik untuk

cocok tanam pokok-pokok bersama

masyarakat. Untuk guru saman ni,

Pendidikan

karakter peduli

lingkungan di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

secara umum

mereka hajar pelajar supaya jaga

dan letak bunga di sekolah.

(Saya sebagai guru kelas, saya

harus memberikan penjelasan dan

arahan-arahan, bimbingan kepada

siswa berkaitan dengan sikap

peduli lingkungan. Siswa diberi

nasihat sedikit-sedikit saja mereka

pasti sudah paham. Karena,

sekolah ini untuk anak-anak remaja

dan bukan anak kecil lagi. Ada

juga siswa yang membuang sampah

sembarangan ketika dia merasa

tidak ada yang mengawasinya. Dia

berpikir bahwa guru tidak

melihatnya, dia membuang sampah

di depan pintu kelas. Bagi siswa

yang demikian harus diberi

bimbingan berkali-kali. Semua

guru-guru di sini diharuskan untuk

mendidik dan memberikan

penjelasan, bimbingan, dan arahan

kepada siswa. Seperti menjelaskan

bahwa kita sebagai umat agama

Islam itu harus senantiasa menjaga

kebersihan, karena “an nadhafatu

minal iman” kebersihan itu

merupakan bagian dari iman.

Ada juga guru saman/acan (guru

bidang ilmu pengetahuan umum)

yang mengajak siswa keluar untuk

ikut serta bercocok tanam pohon-

pohon dengan masyarakat. Untuk

guru saman ini, mereka

mengajarkan siswa supaya

menjaga dan mengatur tanaman di

sekolah.

2. Pahtu landasan /dasar

kak Zae dalam

mendidik anak

supaya jaga

lingkungan, jaga

bersih sokmo tu

gapo?

Apa landasan yang

digunakan dalam

“An nadhofatu minal iman”, Islam

ni mesti keno ada kebersihan di

semua. Jago bersih juga masuk dale

jaga lingkungan. Duk di sekolah ni

banyak hari, masa budak di sekolah

ni banyak. Di rumah dia tidur dan

di sekolah ia duduk belajar, duduk

main, duduk cakap. Di rumah ia

duduk star yo, ia duduk star ia

landasan yang

digunakan

dalam

penanaman

karakter peduli

lingkungan bagi

murid di

Sekolah

Menengah

penanaman karakter

peduli lingkungan

bagi murid di sini?

tidur. Bangun esok ia pergi sekolah,

pakaian yo jange cema sebab ia

keno semaye lagi.

(Landasan pendidikan karakter

peduli lingkungan di Sekolah

Menengah Assalihiyah yang saya

jalankan adalah “An nadhofatu

minal iman”. Islam ini harus

senantiasa menjaga kebersihan

dalam segala hal. Seperti

kebersihan badan, tempat duduk,

dalam hal ini adalah sekolah.

Menjaga kebersihan lingkungan

sebagai salah satu wujud peduli

terhadap lingkungan. Waktu anak

berada di sekolah lebih banyak

dari pada waktu di rumah. Mereka

di rumah hanya istirahat dan tidur

saja. Sedangkan di sekolah, mereka

dari pagi sampai sore. Mereka

belajar, bermain, berbincang-

bincang dengan temannya selama

di sekolah. Di rumah mereka

sebentar saja, mereka tidur dan

bangun lagi sudah pagi. Mereka

harus berangkat ke sekolah lagi. Di

sekolah, mereka juga harus

diajarkan untuk menjaga

kebersihan pakaian. Karena

mereka juga diharuskan untuk

menunaikan ibadah shalat di

sekolah).

Assalihiyah

3. Bagaimana

cara/model

penanaman karakter

peduli lingkungan

bagi murid di sini?

Goyak, nasihat sokmo, wi teladan

ni. Lama-lama sekali keno buat,

supo minggu baru ning main kilasi,

tok de nok sipe, jadi cema sikik.

Tengok supaya buat kebersihan.

Pah guru pun keno buat juga, buke

tengok saja, ia duk die. Ia keno buat

juga dengan budok-budok. Ada

budok nampok buat ni, ia jadi malu

ia jadi buat tek. Ada do hok malas

tu, yo keno suruh. Ia buat apa tak

hu. Bangun buat ni, ni tak cuci lagi,

gih cari nyapuh ni. Tagi sapu sini

keno goyak.

cara/model

pendidikan

karakter peduli

lingkungan bagi

murid di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

Saya memberikan nasihat-nasihat

kepada siswa bahwa mereka harus

selalu menjaga kebersihan dan

peduli terhadap lingkungan. Pada

saat siswa di sekolah, peduli

lingkungan yang dapat dilakukan

adalah dengan menjaga kebersihan

sekolah. Ada pula masa siswa

harus mengadakan kebersihan

secara serentak, seperti minggu ini

setelah ada kegiatan sukan warna,

sekolah terlihat sedikit kotor.

Sebelum dimulai pelajaran, guru

kelas masuk dan mengarahkan

siswanya supaya membersihkan

ruang kelas terlebih dahulu. Guru

pun juga ikut membersihkan

bersama-sama murid, tidak hanya

menyuruh saja. Dengan demikian,

murid pun akan malu jika melihat

gurunya bersih-bersih, sedangkan

dia tidak ikut melakukannya. Bagi

murid yang malas, guru harus

mengarahkan dengan sungguh-

sungguh. Misalnya, dengan

mengarahkan mana saja yang

harus dibersihkan).

4. Apa saja yang

menjadi pendukung

dan penghambat

pendidikan karakter

peduli lingkungan di

sini?

Kak Zae rasa ia boleh turut tu sebab

oge tua di rumah hajar lagu tu. Ia

suka bersih, Ibu Bapak suka bersih,

pahtu ia hajar. Ada juga di rumah

tak do hajar, ia mari di sekolah ni

apabila ia dengar guru, ia mudah

dengar nasihat guru. Guru di

sekolah ni tak do seorang saja hajar

lagu ni. Tiap-tiap hari guru wi

nasihat supaya buat bersih. Di

perangai pelajar, tapi tak rama lagu

tu. Bukan sebab di guru atau oge

tuanya, sebab dia sendiri. Guru

thailand/saman yang buke Islam

pun yo hajar.

(Menurut saya, yang menjadi

penunjang pendidikan karakter

peduli lingkungan ini termasuk

pendidikan anak di rumah yang

Faktor

pendukung dan

penghambat

pendidikan

karakter peduli

lingkungan di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

mengajarkan juga masalah

menjaga kebersihan lingkungan

dan pembawaan sifat anak. Orang

tua mereka suka menjaga

kebersihan, maka orang tua pun

mengajarkannya kepada sang anak.

Di samping itu, ada siswa yang di

rumah tidak diajarkan, tetapi ketika

di sekolah, siswa tersebut mau

memperhatikan dan mengikuti

nasihat guru. Sedangkan yang

termasuk faktor penghambat

pendidikan karakter di sini adalah

dari perangai murid itu sendiri

pula. Semua guru sudah

mengajarkan kepadanya untuk

peduli lingkungan. Akan tetapi

mereka tidak mau mendengarkan

nasihat guru. Itu bukan kesalahan

orang tua atau pun guru. Tetapi

tergantung pada pribadi anak itu

sendiri. Guru saman (ilmu

pengetahuan umum) yang bukan

agama Islam pun mengajarkan

kepada siswa supaya menjaga

kebersihan lingkungan).

5. Apa hadiah yang

diberikan kepada

murid yang telah

berbuat peduli

lingkungan dan

sanksi bagi murid

yang tidak

melaksanakan sikap

peduli lingkungan di

sini?

Hok mao hok rajin, kak Zae bubuh

markah juga wi ke dia. Hok mao

sikik tu, kak Zae nok potong

markah yo, supaya ia jadi rajin.

Ada juga wi puji, terima kasih di

depe kawan yo sumo.

(Bagi siswa yang sudah

mengaplikasikan sikap peduli

lingkungan di sekolah, maka saya

akan memberikan nilai tambahan

kepadanya. Saya mengucapkan

terima kasih juga di depan teman-

temannya. Sedangkan bagi siswa

yang malas dan tidak

melaksanakan sikap peduli

lingkungan, saya jelaskan kepada

mereka akan saya kurangi nilainya

supaya mereka menjadi rajin).

Reward dan

punishment

sebagai salah

satu model

pendidikan

karakter peduli

lingkungan.

VERBATIM WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

Narasumber : Sarihan Cikbu

Jenis kelamin : perempuan

Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : siswa kelas 6/1 saman atau kelas 10 agama

Tempat : halaman Sekolah Menengah Assalihiyah

Hari/tanggal : Jumat/21 Agustus 2015

Waktu : 13.37 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Bekno adek buat jaga

lingkungan di

sekolah?

(Bagaimana sikap

peduli lingkungan

yang telah siswa

laksanakan di

sekolah dan apa

landasannya?)

Saya biasa jaga bersih sekolah, saya

sudah buang sampah di bekah

sampah, buat bunga molek-molek,

dan apabila sedang jalan, saya taruh

dulu. Ibu bapak suruh tek, di rumah

biasa buat bektu. Di makoloh pun

saya buat bektu tek. Buke sebab

takut daripada guru, tetapi saya nok

sendiri buat bersih.

(Sikap peduli lingkungan di sekolah

yang saya lakukan seperti menjaga

kebersihan sekolah, kelas,

melestarikan tanaman-tanaman

yang ada di sekolah. Saya suka

menjaga kebersihan karena sudah

terbiasa di rumah. Orang tua saya

mengajarkan saya untuk senantiasa

menjaga kebersihan. Dan di

sekolah pun saya

melaksanakannya. Bukan karena

saya takut kepada guru, tetapi saya

Sikap peduli

lingkungan

siswa sebagai

hasil didikan

dari sang guru

sendiri suka menjaga kebersihan).

2. Pah, bekno guru

hajar adek nok jaga

bersih dan jaga

lingkungan di

sekolah?

(Bagaimana

pendapat siswa

mengenai cara guru

dalam mendidik

sikap peduli

lingkungan di

Sekolah Menengah

Assalihiyah?)

Guru goyak, wi nasihat, wi contoh.

Supo kak Dah goyak, ada juga guru

goyak bekni, bersih itu setengah

daripada iman.

(Guru mengajarkan kepada saya

tentang sikap peduli lingkungan di

sekolah dengan memberi

bimbingan, nasihat, dan tauladan.

Guru menjelaskan kepada saya

bahwa kebersihan itu sebagian dari

iman).

Cara/model

pendidikan

karakter peduli

lingkungan oleh

guru kepada

siswa

3. Pahtu, ada hadiah

apabila adek buat

bersih, jaga bersih

dan ada juga tak

hukuman kalau adek

tak buat bektu?

(Apa hadiah dari

guru apabila sudah

bersikap menjaga

kebersihan dan apa

hukumannya jika

tidak menjaga

kebersihan?)

Tak do hadiah dari guru dan

hukuman apabila tak jaga bersih

adalah buat bersih jambe, pahtu

guru juga murih, lepas tu wi

nasihat tek. Tetapi saya tak biasa

dapat hukuman.

(Saya tidak mendapat hadiah dari

guru jika saya menjaga kebersihan.

Bagi siswa yang tidak bersih-

bersih, ada sanksi yaitu

membersihkan toilet. Selain itu

guru juga memarahi siswa

kemudian diberi nasihat-nasihat.

Akan tetapi saya belum pernah

mendapat sanksi).

Reward and

punishment dari

guru sebagai

model

pendidikan

karakter peduli

lingkungan di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

VERBATIM WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

Narasumber : Abdul Rasyid bin Talyo

Jenis kelamin : laki-laki

Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : tukang kebun/petugas kebersihan

Tempat : kantor guru Sekolah Menengah Assalihiyah

Hari/tanggal : Senin/24 Agustus 2015

Waktu : 14.45 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Bagaimana aturan

kebersihan di

Sekolah Menengah

Assalihiyah ini?

Aturan kebersihan di sini, tiap-tiap

pagi dan petang saya keno buat

bersih. Sebelah pagi, pa rung gi

nyapuh seluruh sekolah macam

sampah dan daun-daun. Lepas tu

sebelah petang, kita ambik sampah

dalam bekah sampah hok di depe

bilik murid, guru, dan tempat

masak.

(Mengenai aturan kebersihan di

sini, setiap pagi dan sore tukang

kebun harus membersihkan seluruh

lingkungan sekolah. Pada saat

pagi, tukang kebun menyapu seluru

sudut sekolah yang berupa sampah

dan daun-daun yang berguguran.

Sedangkan pada waktu sore, kita

mengambil sampah-sampah dalam

tempat sampah itu baik di depan

kelas, kantor, maupun di kantin).

Aturan

kebersihan bagi

tukang kebun di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

2. Bagaimana aturan

kerja petugas

kebersihan di sekolah

ini?

Tiap-tiap hari, kiat keno buat bersih

duo kali. Masa cuti mengaji, kita

juga mesti buat bersih dan cuti pada

hari minggu. Kalau tiap-tiap hari

mengaji, kita cuti hari sabtu. Lain

tu, saya juga sipe barang hk rusak

di makoloh. Apabila ada hok

tempat yang tak cuci lagi, sebab

saya ada kerja hok lain. Seperti sipe

barang hok punoh. Bakaluasa pa

rung lain, ia hanya buat bersih saja.

(Setiap hari, kami harus

membersihkan sekolah 2x. Pada

saat liburan sekolah, kami juga

harus membersihkan sekolah

kecuali hari minggu. Kalau hari-

hari aktif sekolah, kami libur hari

sabtu. Selain itu, saya juga

memperbaiki sarana prasarana

yang rusak di sekolah. Terkadang

ada yang masih kotor, belum saya

bersihkan. Karena saya harus

mengerjakan tugas yang lain.

Seperti memperbaiki sarana-sarana

yang rusak. Kalau tukang kebun

yang lain hanya bertugas

membersihkan sekolah saja).

Aturan kerja

tukang kebun di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

sebagai wujud

peran serta

menciptakan

kebersihan

sekolah

3. Kapan Sekolah

Menengah

Assalihiyah

mendapatkan

penghargaan atas

prestasi kebersihan?

Hok sungguh, buat bersih tu kerja

saya, murid hanya belajar. Kalau

saya buat bersih saja, sekolah

bersih sungguh. Saya bersih-bersih

sejak murid balek rumah sampai

tengah malam. Pah tak do murid

keno denda. Tiga tahun lepas,

orang besar bagi suatu surat sebab

sekolah bersih.

(Sebenarnya yang membersihkan

sekolah memang tugas tukang

kebun sedangkan murid-murid

hanya belajar. Kalau saya hanya

bertugas sebagai tukang kebun saja

dan membersihkan sekolah, sekolah

akan benar-benar bersih. Saya

membersihkan sekolah sejak murid

pulang sekolah sampai tengah

malam. Sehingga tidak akan ada

Penghargaan

dari pemerintah

kepada Sekolah

Menengah

Assalihiyah atas

prestasi

kebersihan

sekolah.

murid yang mesti mendapat denda.

Tiga tahun yang lalu, sekolah

pernah mendapat penghargaan

dari pemerintah mengenai

kebersihan lingkungan sekolah).

FOTO-FOTO

Sertifikat penghargaan dari Negara atas kebersihan lingkungan sekolah

Papan himbauan menjaga kebersihan

dan membuang sampah pada tempatnya

Mading dengan tema peduli lingkungan

Kondisi Depan Ruang Guru

Kondisi depan ruang kelas sebelah selatan

Kondisi depan ruang kelas sebelah

timur

Kondisi depan kelas sebelah utara

Kondisi tempat santai siswa

Kondisi tempat parkir

Kondisi halaman sekolah

Kondisi dalam masjid sekolah

Kondisi sampah yang menumpuk

akibat tukang kebun berhalangan

masuk kerja

Kondisi ruang kelas

Kondisi kantin Sekolah Menengah

Assalihiyah

Kondisi gerbang masuk sekolah

Kondisi taman tempat santai sekolah