Upload
vanxuyen
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH
(Studi Kasus: Faktor Yang Melatarbelakangi Putus Sekolah
Anak Usia Sekolah)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
Oleh :
PRASTIWI FITRIANA
NIM. 100569201009
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
2
PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH
(Studi Kasus: Faktor Yang Melatarbelakangi Putus Sekolah
Anak Usia Sekolah)
PRASTIWI FITRIANA
Mahasiswa Sosiologi, FISIP UMRAH, [email protected]
Suryaningsih, M.Si
Dosen Sosiologi, FISIP UMRAH
Emmy Solina, M.Si
Dosen Sosiologi, FISIP UMRAH
ABSTRAK
Pendidikan merupakan usaha untuk memberikan pengembangan diri kepada anak agar
dapat secara aktif mengembangkan dirinya dibidang yang mereka kehendaki melalui tenaga
seorang pendidik. Pada zaman modern ini orang tua telah mengerti akan pentingnya pendidikan
bagi anak, karena pendidikan merupakan bekal untuk massa depan seorang anak. Anak yang masih
dalam usia sekolah adalah anak yang berusia dari 7-15 tahun, anak-anak dalam usia tersebut belum
diperbolehkan untuk bekerja. Namun, saat ini dapat kita lihat banyak anak-anak yang putus
sekolah karena berbagai hal seperti adanya keterbatasan ekonomi, kurangnya perhatian keluarga,
pengaruh dari lingkungan, dan kurangnya minat anak untuk sekolah. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui latar belakang anak usia sekolah didesa dompak seberang mengalami putus sekolah. Penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif, pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang
telah terkumpul berupa kata-kata dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Adapun hasil temuan dalam penelitian yaitu masih banyak terdapat anak yang putus
sekolah pada usia sekolah didesa dompak seberang. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi
putus sekolah anak usia sekolah didesa dompak seberang yang dapat dilihat melalui agen-agen
sosialisasi seperti keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, media massa, agama, dan
lingkungan tempat tinggal. Didesa dompak seberang ini anak-anak usia sekolah membantu kedua
orang tuanya bekerja mencari nafkah, baik itu bekerja membantu ayahnya melaut atau bekerja
ditempat lain yang tentu saja akan menyita sebagian besar waktu anak.
Kata Kunci: Pendidikan, Anak Putus Sekolah
3
PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA SEKOLAH
(Studi Kasus: Faktor Yang Melatarbelakangi Putus Sekolah
Anak Usia Sekolah)
PRASTIWI FITRIANA
Mahasiswa Sosiologi, FISIP UMRAH, [email protected]
Suryaningsih, M.Si
Dosen Sosiologi, FISIP UMRAH
Emmy Solina, M.Si
Dosen Sosiologi, FISIP UMRAH
ABSTRACT
Education is an attempt to provide a self-development to child in order to actively
develop themselves in the field that they want by an educator. In modern times parents have
understood the importance of education for child, because education is the provision for the future
of a child. Children who are still in school age are children aged from 7-15 years, children in the
age has not been allowed to work. However, at this time we can see a lot of children who drop out
from their school for various things like their economic limitation, lack of family attention, the
influence of the environment, and the lack of interest of children to school. The purpose of
research is to know the background of school-age children in Dompak Seberang village have
drop out of school. This research was included qualitativea approach and descriptive type, data
collection was doing by using the method of observation, interviews, documentation. Then the
collected data in the form of words were analyzed by using qualitative descriptive analysis.
The findings in the study that there are still many children who drop out of school at the
age of schools in Dompak Seberang village. There are several background factors that make the
children of school age in Dompak Seberang village dropped out from their school that can be
viewed through agents of socialization such as the family, school, peer groups, the media, religion,
and living environment. In the Dompak Seberang village the school age children help their
parents work for a living, whether it’s working for his father at sea or working at other places
which of course will spend most of the time a child.
Keyword : education, child has drop out of school
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan melepaskan kita dari
kungkungan pikiran kita dan memaksa kita
untuk berfikir dan mempertanyakan suatu
hal. Hal yang membuat kita sadar untuk
mendapatkan hak-hak kita di masyarakat.
Agar kita sebagai manusia tidak dapat
diperbudak baik itu dengan pikiran maupun
tindakan. Pendidikan merupakan usaha
untuk memberikan pengembangan diri
terhadap anak didik agar dapat secara aktif
mengembangkan kemampuannya di bidang
yang mereka kehendaki melalui seorang
pendidik dan pendidikan itu akan berguna
bagi diri seseorang untuk masa depannya.
Pada zaman modern ini masyarakat sangat
membutuhkan pendidikan untuk dapat
menunjang karirnya, oleh sebab itu setiap
orangtua berusaha keras untuk
menyekolahkan anaknya hingga perguruan
tinggi.
Keluarga berfungsi sebagai sumber
budaya dan sistem nilai budaya. Dikatakan
sumber budaya karena keluarga adalah pusat
interaksi pertama anggota keluarga yang
berlangsung terus menerus, dan akhirnya
membentuk sistem nilai budaya yang
bersifat normatif dalam lingkungan keluarga
yang menjadi pedoman hidup anggota
keluarga (Abdulkadir,2011:22). Selain itu
keluarga memiliki fungsi untuk menjalankan
pendidikan. Melalui keluarga proses
mendidik itu dimulai, dan keluarga dalam
hal ini orang tua bertanggung jawab untuk
menyekolahkan anak serta mempersiapkan
masa depan anak. Karena keluarga adalah
agen sosialisasi primer utama, tempat
pertama kali anak mendapatkan transfer
pengetahuan, nilai, norma yang berkembang
dalam masyarakat (Damsar, 2011:70).
Tetapi dikalangan keluarga miskin, tentunya
kesadaran dan kemampuan masyarakat
untuk menyekolahkan anak-anak relatif
masih belum berkembang.
Pada keluarga miskin, fungsi
pendidikan sering kali tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Salah satu faktor
yang menyebabkan anak putus sekolah
adalah sulitnya akses atau kesempatan anak-
anak dari keluarga miskin untuk
memperoleh pelayanan publik dibidang
pendidikan, dan bahkan tidak mustahil sama
sekali pupus karena mereka terpaksa masuk
5
dalam situasi yang amat sulit dan dilematis
antara meneruskan sekolah ataukah
membantu orangtua untuk menutupi
kebutuhan yang makin mencekik akibat
situasi krisis.
Pada saat ini masyarakat di Desa
Dompak Seberang Kelurahan Dompak
memiliki keterbatasan ekonomi yang
mengharuskan mereka lebih giat untuk
bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi
dengan waktu yang lebih lama. Masyarakat
desa Dompak Seberang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai nelayan kecil,
selain sebagai nelayan masyarakat desa
kelam pagi bekerja sebagai buruh di
tambang bauksit.
Di desa Dompak Seberang
kelurahan dompak ini beban kerja tidak
hanya di tanggung oleh kepala keluarga,
Keterbatasan ekonomi membuat para istri
juga ikut membantu bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga meski upah
yang mereka terima tidak sebanding dengan
pekerjaan mereka. Nilai tukar tenaga kerja
wanita belum di hitung secara efektif; wanita
juga tidak mendapat kerugian atas
kehilangan upah, kesempatan-kesempatan
pengembangan karier, dan akses untuk
waktu senggang (Ollenburger dan Moore,
2002:264), Tak hanya istri bahkan anak-
anak mereka yang masih dalam usia sekolah
harus turut ikut bekerja, meski mereka tidak
menginginkannya.
Anak yang masih dalam usia
sekolah juga ikut mencari nafkah dengan
ikut menjadi nelayan atau mencari pekerjaan
lain seperti menjadi buruh di PT demi
membantu kedua orang tuanya memenuhi
kebutuhan keluarga. Belum lagi beban
pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci
piring, dan masak yang di tinggalkan para
ibu menjadi pekerjaan yang harus di
kerjakan oleh anak di desa Dompak
Seberang.
Desa Dompak Seberang Kelurahan
Dompak merupakan desa yang masih dalam
fase perkembangan, seperti halnya negara
yang berkembang masih banyak masalah-
masalah yang di hadapi masyarakatnya,
tidak hanya masalah ekonomi tetapi akses
transportasi yang sulit di dapat masyarakat
juga menjadi penyebab putusnya anak
sekolah diusia sekolah. anak-anak sekolah
menggunakan akses transportasi sampan dan
6
berjalan kaki untuk menuju sekolah karena
ketiadaan fasilitas umum yang masuk ke
daerah mereka. Keterlambatan anak
mengikuti pelajaran sekolah menurunkan
tingkat kemauan mereka untuk fokus
terhadap pelajaran yang di berikan oleh
pendidik. Ketika keluarga tak mampu
memberikan dan memperhatikan pendidikan
pada anak karena keterbatasan ekonomi, ini
berarti salah satu fungsi keluarga yakni
fungsi pendidikan tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Anak yang bekerja
disinyalir cendrung mudah putus sekolah,
baik putus sekolah karena bekerja terlebih
dahulu atau putus sekolah dahulu baru
kemudian bekerja.
Setiap orang tua seharusnya secara
bergantian memperhatikan kondisi dan
perkembangan anak-anaknya termasuk
pendidikan anak, menjadi motivasi anak
dalam belajar dan sekolah. Anak merupakan
generasi penerus bangsa, anak yang
bersekolah cendrung memiliki wawasan atau
keahlian yang lebih tinggi, sehingga mereka
mampu untuk bersaing sesuai perkembangan
zaman dan meningkatkan taraf hidup
keluarganya. Jika seorang ayah bekerja,
sebagai penggantinya ada seorang ibu yang
menyelesaikan pekerjaan rumah dan
memperhatikan anak, karena lawan interaksi
pertama anak jika mereka ada masalah
adalah kedua orang tuanya. perhatian orang
tua terhadap pendidikan anak inilah yang
membuat peneliti tertarik untuk meneliti
“Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah”
(Studi Tentang Faktor yang
Melatarbelakangi Putus Sekolah Anak Usia
Sekolah Desa Dompak Seberang Kelurahan
Dompak)
1.2 Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang
telah di uraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang akan ditelaah lebih lanjut
dalam penelitian ini adalah Apa yang
Melatarbelakangi Anak Usia Sekolah Putus
Sekolah?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian kali ini adalah
Untuk mengetahui latar belakang anak usia
sekolah di desa dompak seberang
mengalami putus sekolah.
7
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi bahan masukan yang berguna bagi
pembuat kebijakan (pemerintah,khususnya
pemerintah daerah) mengenai pendidikan
anak usia sekolah agar dapat
mempertimbangkan pendekatan yang akan
dilakukan terhadap anak yang mengalami
putus sekolah.
b. Kegunaan Akademis
1. Hasil penelitian diharapkan dapat
dijadikan bahan rujukan bagi penelitian
lainnya dalam objek penelitian yang
sama.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat
dijadikan masukan kepada akademisi
dalam membuka wawasan mengenai
latar belakang anak putus sekolah pada
mata kuliah yang bersangkutan.
1.4 Konsep Operasional
Agar mencapai realitas dalam hasil
penelitian, maka konsep yang masih abstrak
perlu di operasionalkan untuk benar-benar
menyentuh permasalahan penelitian yang
akan di teliti. Adapun konsep tersebut
adalah:
Anak Usia Sekolah
Anak yang berada pada usia 6-12
tahun wajib mendapatkan kesempatan
bersekolah dan belajar sehingga mereka
memiliki bekal bagi masa depannya. Secara
kodrat manusia selalu ingin mendidik
keturunannya yang dilakukan pada setiap
tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi,
balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun
usia lanjut. Anak-anak usia sekolah
memasuki tahapan dimana mereka sudah
cukup mengerti dan memahami sesuatu serta
mampu memahami mana yang baik dan
mana yang buruk.
Adapun faktor yang melatarbelakangi
anak usia sekolah putus sekolah dapat dilihat
melalui agen-agen sosialisasi, antara lain
keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya,
media massa, dan lingkungan tempat
tinggal. Agen sosialisasi sendiri dianggap
memegang peranan penting untuk
pembentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma,
perilaku esensial, harapan-harapan agar anak
mampu berpartisipasi efektif dalam
masyarakat.
8
1. Keluarga
Keluarga adalah Ayah dan Ibu atau
orang tua yang dapat mendidik dan
menyekolahkan anak-anaknya untuk masa
depan mereka, dan bagaimana orang tua
dapat memenuhi kebutuhan keluarga
terutama kebutuhan untuk sekolah anak-
anaknya seperti buku, alat tulis, seragam
sekolah, dan biaya transportasi.
2. Sekolah
Sekolah merupakan ruang sosial anak
yang menjadi pengganti dari keluarga.
Pembelajaran dan pelatihan didapatkan anak
melalui sekolah. Tugas dan pekerjaan yang
didapatkan anak disekolah sebagian besar
dilaksanakan sendiri yang disertai dengan
tanggungjawab yang membentuk anak
tersebut menjadi pribadi yang mandiri.
3. Kelompok Teman Sebaya
Teman sebaya ialah orang-orang
sepermainan yang sama dengan siapa
seseorang tersebut bergaul. Sosialisasi yang
terjadi dalam kelompok teman sebaya
biasanya terjadi secara langsung dan tidak
dapat dihindari. Kelompok teman sebaya
terbentuk bisa karena sehobi, satu angkatan,
sekelas, ataupun satu kampung.
4. Media Massa
Media massa memiliki peranan dalam
sosialisasi anak melalui siaran atau tayangan
media elektronik seperti televisi. sosialisasi
bisa didapatkan anak secara langsung saat
mereka sedang melihat tayangan tersebut
secara langsung. Tayangan positif dapat
memberikan wawasan dan pengetahuan
anak, sebaliknya tayangan yang negatif
dapat mempengaruhi tindakan dan sifat
anak.
5. Lingkungan
Lingkungan adalah tempat tinggal
dimana seseorang dapat bersosialisasi
dengan orang lain, mendapatkan fasilitas
publik, status sosial, pendidikan dan
ekonomi.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yakni berupaya menyajikan
gambaran yang terperinci mengenai suatu
situasi khusus di lokasi penelitian dengan
9
tujuan menggambarkan secara cermat
karakteristik dari suatu gejala atau masalah
yang akan diteliti.
1.5.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa
Dompak Seberang Kelurahan Dompak,
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Lokasi penelitian ditentukan dengan
pertimbangan bahwa Desa Dompak
Seberang merupakan merupakan desa yang
paling dekat dengan pemerintahan kota
tanjungpinang yang seharusnya terpantau
oleh pemerintah, dan pemukiman yang
masih terdapat anak-anak yang mengalami
putus sekolah, Sehingga peneliti melihat
permasalahan yang menjadi latar belakang
putus sekolah anak usia sekolah di Desa
Dompak Seberang.
1.5.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang
diperoleh peneliti secara langsung dari
subyek penelitian yang dapat berupa hasil
wawancara peneliti kepada subyek
penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh
secara tidak langsung dari obyek penelitian.
Pengumpulan data sekunder dalam
penelitian ini dengan cara penelitian
kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu
dengan mengumpulkan data dan mengambil
informasi dari buku-buku referensi, foto,
artikel dan internet yang dianggap relevan
dengan masalah yang diteliti.
1.5.4 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini informan
merupakan subjek yang menjadi sumber
peneliti dalam mendapatkan informasi
sebagai data yang diperlukan sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan peneliti. Pada
penelitian kualitatif ini, peneliti terjun
langsung ke situasi sosial tertentu,
melakukan wawancara dan observasi
mendalam pada orang-orang atau
masyarakat yang di anggap mengetahui
situasi sosial di daerah penelitian.
10
1.5.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik dan alat pengumpul
data yaitu berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi yang saya gunakan yaitu
Observasi partisipasi (participant
observation) adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan dimana peneliti benar-benar
terlibat dalam keseharian informan. (Bungin,
2007).
2.Wawancara
Wawancara langsung dan mendalam
dengan menggunakan instrument penelitian
berupa interview guide.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan sebagai
penunjang penelitian penulis, dimana dalam
dokumentasi ini dapat melihat,
mengabadikan gambar dilokasi penelitian.
Dokumentasi ini berupa wilayah yang akan
diteliti dan aktifitas pada masyarakat
dompak seberang.
1.6 Teknik Analisa Data
Dalam menganalisis data yang
diperoleh dari hasil penelitian, digunakan
teknik deskriptif analisis, yaitu metode yang
digunakan terhadap suatu data yang telah
dikumpulkan kemudian disusun dan
dijelaskan untuk selanjutnya di analisa. Data
yang berupa ucapan, tulisan dan perilaku
yang dapat diamati dari pendidikan bagi
anak usia sekolah, studi tentang faktor yang
melatarbelakangi anak usia sekolah putus
sekolah yang diperoleh selama penelitian
dilaporkan secara kualitatif untuk
memperoleh kesimpulan. Dalam
menganalisa data harus sesuai dengan
perspektif/teori yang digunakan. Hal ini
bertujuan agar penelitian lebih spesifik dan
tidak menyimpang.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan peneliti dalam
menyusun hasil penelitian, maka peneliti
menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri dari beberapa bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB pertama ini berisikan Latar
belakang masalah, Perumusan Masalah,
11
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,
Kerangka Teori, Metode Penelitian.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada BAB kedua ini berisikan tinjauan
pustaka yang mana literatur berkaitan
dengan judul yang akan diteliti, dan
kerangka teori yang akan digunakan penulis,
Sebagaimana telah menjadi ketentuan dalam
penulisan penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Pada BAB ketiga ini berisikan tentang
gambaran umum tentang lokasi penelitian
yang peneliti ajukan serta kehidupan
masyarakat pada daerah Desa Kelam Pagi
Dompak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada BAB keempat ini berisikan hasil
penelitian dan pembahasan berupa hasil dari
penelitian dan analisis dengan kesesuaian
terhadap teori/ perspektif yang sebelumnya
telah diteliti.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian, yang mencakup keseluruhan
dari hasil penelitian.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Agen Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses belajar
yang dilakukan oleh seseorang (individu)
untuk berbuat atau bertingkah laku
berdasarkan patokan yang terdapat atau yang
di akui dalam masyarakat (Abdulsyani,
2002:57). Dalam proses belajar itu sendiri
setiap manusia juga membutuhkan dorongan
baik itu dari dalam dirinya sendiri ataupun
dari orang lain, dari dalam dirinya sendiri
berupa semangat untuk mengikuti pelajaran
dan niat seseorang tersebut untuk
bersekolah, sedangkan dorongan dari luar
dirinya dorongan ini didapatkan seseorang
melalui agen-agen sosial yakni keluarga,
sekolah, kelompok teman sebaya, media
massa, dan lingkungan tempat tinggal
(Damsar, 2011:70-79).
12
1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat
bersosialisasi pertama seorang anak, anak
yang mendapatkan sosialisasi melalui
keluarga yang terpusat pada pribadi dan
dididik, diuji, dan dikembangkan sesuai
dengan format keluarga.
2. Sekolah
Sekolah dalam arti luas mencakup mulai
dari kelompok bermain (play group), taman
kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP), sekolah
menengah atas (SMA), sampai perguruan
tinggi merupakan salah satu agen sosialisasi
yang penting dalam kehidupan manusia.
3. Kelompok Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya ini merupakan
suatu kelompok dari orang-orang yang
seusia dan memiliki status yang sama,
dengan siapa seseorang umumnya
berhubungan atau bergaul.
4.Media Massa
Media massa merupakan agen
sosial yang semakin menguat peranannya.
Media massa, baik media cetak seperti surat
kabar dan majalah maupun media elektronik
seperti radio, televisi, dan internet, semakin
memegang peranan penting dalam
memengaruhi cara pandang, pikir, tindak,
dan sikap seseorang. Pengaruh media massa
cendrung bersifat masif, berskala besar, dan
segera.
5. Lingkungan Tempat Tinggal
Bagi orang tua yang ingin menumbuh
kembangkan anak pada suatu lingkungan
tempat tinggal, biasa mereka akan
mempertimbangkan plus minus antara
memilih perkampungan atau kompleks
perumahan. Agen sosialisasi sendiri
dianggap memegang peranan penting untuk
pembentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma,
perilaku esensial, harapan-harapan agar anak
mampu berpartisipasi efektif dalam
masyarakat.
2.2 Pendidikan
Pendidikan dapat menilai sebuah
masyarakat, masyarakat yang berpendidikan
tinggi artinya masyarakat yang memiliki
budaya tinggi (Rusli, 2011:22). Pendidikan
sebagai alat untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan, alat pembentuk watak, alat
13
pelatih keterampilan, alat untuk
meningkatkan kinerja, alat investasi, alat
meningkatkan taraf ekonomi, alat
mengurangi kemiskinan, alat untuk
mengangkat status sosial, dan alat untuk
menciptakan keadilan sosial (Rusli,
2011:24). Setiap manusia pada hakikatnya
berhak mendapatkan pendidikan, baik itu
pendidikan formal atau pendidikan
nonformal
Hak dan kewajiban warga negara, orang
tua, masyarakat, dan pemerintah dalam
pendidikan tertuang dalam UUD 1945. UUD
1945 pasal 5 hak dan kewajiban warga
negara, yang berbunyi : (1) setiap warga
negara mempunyai hak yang sama utuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. (2)
warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak mendapatkan pendidikan
khusus. (3) warga negara di daerah terpencil
atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pedidikan
layanan khusus. (4) warga negara yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus. (5) setiap warga negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
Hak dan kewajiban orang tua mengenai
pendidikan tertuang dalam UUD 1945 pasal
7, yang berbunyi : (1) orang tua berhak
berperan serta dalam memilih satuan
pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya.
(2) orang tua dari anak usia wajib belajar,
berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anaknya. Hak dan kewajiban
masyarakat tentang pendidikan dalam UUD
1945 pasal 8, yakni masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan.
Sementara hak dan kewajiban
pemerintah dan pemerintah daerah mengenai
pendidikan tertuang dalam UUD 1945 pasal
11, yang berbunyi : (1) pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
(2) pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap
14
warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun (Abdullah, 2011 :
269-270).
2.3 Anak usia sekolah
Anak sekolah adalah anak yang
memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang
masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1
sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai
usianya. Anak usia sekolah adalah anak
denagan usia 7 sampai 15 tahun (termasuk
anak cacat) yang menjadi sasaran program
wajib belajar pendidikan 9 tahun,menurut
UU No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan
anak dikutip dari suyanto (suyanto, 2010:
336).
2.4 Amanat Negara Mengenai Pendidikan
Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya.
Negara juga memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen
dari APBN maupun APBD. Ketentuan
tersebut termaktub dalam Pasal 31 UUD
1945. Pemerintah sendiri dalam hal ini ikut
turut mengambil andil, karena masih banyak
masyarakat indonesia yang tidak
mendapatkan haknya dalam pendidikan.
2.5 Kemiskinan
Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang, keluarga atau
anggota masyarakat tidak mempunyai
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya secara wajar sebagaimana anggota
masyarakat lain pada umumnya
(Abdulsyani, 2002:190).
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Desa
Desa Dompak Seberang merupakan
salah satu desa yang terdapat di daerah
Kecamatan Bukit Bestari, Kabupaten
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Desa Dompak Seberang memiliki luas
wilayah yakni sebesar 4.280 Ha, mempunyai
4 Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun
Tetangga (RT). Desa Dompak memiliki
jumlah penduduk 3158 jiwa, yang terdiri
dari 868 kepala keluarga (KK).
Desa ini adalah salah satu desa
yang berada di Kecamatan Bukit Bestari
yang letak sebagian wilayahnya berada di
15
daerah pesisir. Keadaan alam di daerah
pesisir Desa Dompak Seberang berupa
pantai yang memanjang membuat penduduk
di daerah pesisir membangun rumah di
sepanjang pesisir pantai. Letak desa yang
berada di pesisir pantai dan adanya
penduduk yang membangun rumah di pesisir
pantai membuat sebagian besar penduduk
desa menggantungkan hidupnya dari hasil
laut dan menjadi seorang nelayan.
3.1.1 Kondisi Geografis Desa Dompak
Seberang
Secara geografis desa Dompak
Seberang di batasi oleh beberapa wilayah
yaitu sebelah utara di batasi oleh Kelurahan
Bt.9 dan Kelurahan Sungai Jang, sebelah
timur di batasi oleh Kelurahan Gunung
Lengkuas Kabupaten Bintan, sebelah barat
di batasi oleh Kelurahan Sungai Jang dan
Laut, dan sebelah selatan adalah laut. Desa
Pangke Barat memiliki jarak tempuh sekitar
8 Km dari pusat Kecamatan Bukit Bestari,
20 Km dari pusat pemerintahan kota dan 10
Km dari pusat Ibu Kota Provinsi.
Kondisi permukaan tanah atau
geografi wilayah ini pada umumnya terdiri
atas 60% dataran dan 40% berbukit dengan
ketinggian rata-rata 64 di atas permukaan
laut. Iklim desa Dompak Seberang,
sebagaimana desa-desa lain di wilayah
Indonesia yang mempunyai iklim kemarau
dan penghujan.
3.1.2 Kondisi Sosial dan Ekonomi
Penduduk
Jumlah penduduk desa Dompak
Seberang adalah 3158 jiwa, yang terdiri dari
868 kepala keluarga (KK) terdiri atas
penduduk laki-laki 1653 jiwa dan penduduk
perempuan 1505 jiwa.
Mata pencaharian yang
mendominasi pada desa Dompak Seberang
adalah nelayan, hal ini berkaitan dengan
letak geografis desa Dompak Seberang yang
di kelilingi laut. Letak desa Dompak
Seberang yang di kelilingi laut memberikan
dampak tersendiri bagi penduduk, setiap
harinya mereka mengharapkan hasil laut
untuk di jual ataupun di konsumsi sendiri.
Namun keadaan cuaca yang tidak menentu
membuat sebagian dari penduduk juga ada
yang bekerja sebagai karyawan swasta dan
petani.
16
3.1.3 Sarana dan Prasarana Penduduk
Desa
Akses jalan utama di desa Dompak
Seberang berupa sebagian jalan aspal dan
jalan tanah kuning berbatuan, kondisi jalan
beraspal di desa Dompak Seberang dalam
keadaan kurang baik banyak jalan yang
berlubang. sebagai alat transportasi darat
penduduk menggunakan kendaraan
bermotor untuk berpergian, dan pada
umumnya sarana transportasi yang di
gunakan tersebut milik pribadi.
Selain jalan darat, penduduk desa
Dompak Seberang juga memiliki akses jalan
laut, untuk akses jalan laut ini desa Dompak
Seberang memiliki 5 unit jembatan perahu,
dan 1 unit jembatan kapal barang.
Sedangkan untuk sarana transportasinya
penduduk biasa menggunakan perahu motor
atau perahu tanpa motor.
Sarana dan prasarana pendidikan di
desa Dompak Seberang ini dikatakan masih
belum cukup memadai karena letak SD dari
rumah penduduk berjarak sekitar 1 km.
Untuk bangunan SMP sendiri berjarak 2 km,
bangunan SMP ini berdiri di lokasi yang
sama dengan salah satu bangunan SD atau
bisa disebut sekolah satu atap, sekolah ini
juga baru di bangun 3 tahun lalu. Untuk
bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA)
anak-anak desa Dompak Seberang yang
ingin meneruskan pendidikan ke jenjang
(SMA) harus menempuh jarak sekitar 6 km
menggunakan kendaraan bermotor untuk
sampai kesekolah.
Dalam masyarakat desa Dompak
Seberang terdapat berbagai macam suku.
oleh karena itu, desa ini memiliki beberapa
tempat ibadah seperti masjid, gereja kristen
protestan, dan kelenteng. Sedangkan untuk
fasilitas kesehatan penduduk desa sudah
mulai menggunakan jasa dokter umum, dan
ada juga bidan bersalin yang terlatih dan
biasa membantu mengurusi keperluan
masyarakat, akan tetapi hal ini belum cukup
untuk membantu masyarakat karena masih
kurangnya tenaga medis di desa Dompak
Seberang tersebut.
Untuk fasilitas air bersih dan listrik
masyarakat desa Dompak Seberang
mengandalkan sumur galian yang berjumlah
13 unit, selain itu masyarakat juga memiliki
MCK umum yang berjumlah 3 unit. Sumur
galian ini sangat membantu masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk
mandi, mencuci, bahkan untuk minum, tanpa
17
adanya sumur galian ini masyarakat sulit
untuk mendapatkan air bersih karena
kurangnya fasilitas produksi air minum
(PAM). Sedangkan untuk fasilitas listrik
masyarakat sudah dapat menikmatinya
karena setiap rumah warga sudah di aliri
listrik.
BAB IV
PENDIDIKAN BAGI ANAK
USIA SEKOLAH (Studi Kasus: Faktor
Yang Melatarbelakangi Anak Usia
Sekolah Putus Sekolah Desa Dompak
Seberang)
Anak usia sekolah yakni anak yang
masih dalam usia wajib sekolah, anak yang
pada usia 7-15 tahun yang masih menjalani
rutinitas sekolah seperti berangkat ke
sekolah, belajar disekolah, dan mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) dari gurunya. Pada
kenyataannya anak-anak pada usia sekolah
sudah tidak mengikuti rutinitas sekolah,
banyak anak-anak yang tidak melanjutkan
pendidikannya lagi karena keterbatasan
kemampuan pada dirinya. Selain tidak naik
kelas masalah anak dalam pendidikan yakni
ketidakhadiran anak dalam mengikuti
pelajaran disekolah yang mengakibatkan
anak ketinggalan pelajaran dan sulit untuk
mengejar ketertinggalannya.
Setiap manusia berhak
mendapatkan pendidikan, baik itu
pendidikan formal atau pendidikan non
formal. Pendidikan merupakan bekal bagi
setiap manusia, dengan pendidikan manusia
dapat berkembang mengikuti zaman.
Melalui pendidikan manusia mendapatkan
pembelajaran dan pelatihan yang akan
berguna untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik dengan penghasilan yang layak.
Pendidikan juga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memiliki pendidikan yang tinggi membuat
kita dapat bersaing dalam bidang ekonomi,
politik, hukum, maupun budaya. Masyarakat
memiliki kebutuhan di dalam hidupnya, dan
kebutuhan tersebut akan ia peroleh secara
bertahap, masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara bersamaan,
karena untuk dapat memenuhi kebutuhannya
itu masyarakat harus memiliki kemampuan
dan keahlian berbeda yang mengharuskan
masyarakat untuk belajar lebih banyak lagi,
penjelasan ini menjadi acuan bahwa jika
seseorang ingin mendapatkan sesuatu demi
18
kebutuhannya mereka harus memiliki
pendidikan.
Anak yang seharusnya menjadi
harapan kedua orangtua untuk dapat
mengubah nasib keluarga dengan
mendapatkan pekerjaan yang layak seperti
gaji yang tetap agar dapat sedikit merubah
kondisi keuangan keluarga namun tidak
dapat berpengaruh besar. Pada kenyataannya
anak belum bisa membantu keuangan
keluarga karena keterbatasan kemampuan
anak dalam pendidikan, kemampuan anak
dalam mengolah keahlian yang
didapatkannya cendrung menurun karena
minimnya kemampuan tersebut untuk diasah
dan timbul rasa malu kepada orang lain pada
diri anak yang membuat mereka sulit
berinteraksi dengan dunia luarnya.
Keterbatasan seorang anak untuk
dapat bekerja ditempat yang lebih layak
membuat orangtua harus lebih bekerja keras
lagi untuk dapat memenuhi kebutuhan
keluarga. Menjadi tulang punggung keluarga
seorang ayah berkewajiban memberikan
nafkah kepada istri dan anaknya walaupun
dengan penghasilan yang serba tidak
menentu dari laut. Harapan untuk anak agar
dapat membantu perekonomian keluarga
dengan bekerja diluar desa memang tidak
terwujud tetapi anak tetap berusaha
meringankan beban orangtua dengan ikut
membantu ayahnya mencari penghasilan
dilaut yang tidak memerlukan ijazah dan
keahlian khusus.
Setiap orang akan melewati proses
belajar dan proses tersebut akan menjadi
tindakan dan prilaku pada diri orang
tersebut. Dalam proses belajar tersebut
seseorang (individu) mengadopsi ide dan
kebiasaan dari orang lain, dan setelah itu
menjadikan kebiasaan tersebut sebagai
kebiasaan yang ada pada dalam dirinya.
Seseorang membutuhkan orang lain sebagai
contoh dalam melakukan suatu tindakan,
karena sifat yang ada pada diri manusia
merupakan sifat makhluk sosial. Sosialisasi
merupakan proses belajar yang dilakukan
oleh seseorang (individu) untuk berbuat atau
bertingkah laku berdasarkan patokan yang
terdapat atau diakui dalam masyarakat
(Abdulsyani, 2002:57). Dalam sosialisasi
sendiri kita memiliki agen-agen seperti:
Keluarga, Sekolah, Kelompok Teman
Sebaya, Media Massa, dan Lingkungan
Tempat Tinggal.
19
1. Keluarga
Pada dasarnya keluarga merupakan
awal mula komunikasi seseorang berjalan.
Melalui keluarga seseorang (individu) mulai
mengenal bahasa dan cara berkomunikasi
dengan orang lain. Akan tetapi, adanya
keterbatasan dalam setiap masing-masing
anggota keluarga baik itu dari orang tua dan
anak menimbulkan masalah seperti:
- Komunikasi
Sejak lahir seorang anak sudah di
ajarkan orang tuanya untuk berkomunikasi
meski belum terlalu jelas dan belum terlalu
mengerti apa arti dari bahasa tersebut. Hal
ini dilakukan agar anak tersebut nantinya
akan terbiasa berkomunikasi dengan orang
lain dan agar anak siap menghadapi segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat.
Dengan adanya komunikasi dalam keluarga
ini juga diharapkan agar anak terbiasa
menceritakan masalahnya kepada orangtua,
terutama masalah yang dihadapinya
disekolah. Namun masalah yang dihadapi
sekarang, banyak anak yang tidak ingin
menceritakan masalah yang dihadapinya
kepada orang tua, karena kesibukan orang
tua yang bekerja
Keterbatasan waktu orang tua
menjadi pemicu kurangnya komunikasi
antara orang tua dan anak. Seharusnya orang
tua lebih dapat memperhatikan
perkembangan anak-anaknya, terutama
dalam bidang pendidikan. Sejatinya anak-
anak memerlukan dampingan orang tua saat
iya melewati setiap fase dalam kehidupan.
Keterlibatan orang tua untuk memberi
semangat dan dukungan pendidikan anak
seperti mendampinginya saat belajar, sangat
berguna bagi anak untuk tetap semangat
bersekolah.
- Pengetahuan Kedua Orang Tua Mengenai
Pendidikan
Pandangan dan sikap orang tua
terhadap pendidikan didesa dompak
seberang ini sudah mulai baik. Orang tua
menyadari bahwa pendidikan itu penting
bagi bekal masa depan anak-anaknya.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi
bekal anak dimassa depan yang sudah
disadari oleh para orang tua telah berdampak
baik untuk anak-anaknya akan tetapi,
mereka para orang tua tidak dapat
memberikan pelajaran kepada anak-anaknya
karena keterbatasan pengetahuan mereka
20
sendiri akan pendidikan. Mereka hanya
dapat berusaha bagaimana dapat
menghasilkan uang untuk kebutuhan sehari-
hari dan untuk kebutuhan sekolah anaknya
seperti membeli alat tulis, memfoto copy
bahan pelajaran dan lainnya.
- Ekonomi
Semua orang tua menginginkan
anaknya sekolah hingga kejenjang yang
lebih tinggi. Namun, keterbatasan ekonomi
menjadi alasan utama anak-anak didesa
dompak seberang putus sekolah. Pekerjaan
kedua orang tua sebagai seorang nelayan
tidak sepenuhnya bisa menutupi kebutuhan
keluarga dan pendidikan anak mengingat
menjadi seorang nelayan adalah sebuah
pekerjaan yang tidak dapat dipastikan
penghasilannya.
Kebanyakan anak yang berhenti
sekolah tersebut memilih bekerja untuk
membantu keuangan keluarga. Selain ikut
bekerja sebagai seorang nelayan anak juga
mencari nafkah dengan bekerja ditempat lain
seperti gudang pembuat batu bata merah.
Hasil yang didapat memang tidak seberapa
namun cukup untuk membantu memenuhi
kebutuhan keluarga seperti makan sehari-
hari. Upah yang didapat biasanya diberikan
perhari dengan jumlah yang kecil berkisar
Rp 60.000 perhari, itu pun dengan waktu
dan hari bekerja yang tidak pasti.
- Ketiadaan Akses
Jarak tempuh kesekolah yang
cukup jauh 1-2 km dari rumah menjadi salah
satu faktor anak-anak mengalami putus
sekolah didesa dompak seberang. Orang tua
tidak mampu membeli kendaraan untuk
mengantar anaknya kesekolah, ditambah lagi
tidak ada angkutan umum seperti ojek atau
angkot yang masuk kedesa mengingat letak
desa yang jauh dari kota. Keadaan tersebut
membuat anak harus berjalan kaki dan dapat
menghabiskan waktu anak untuk sampai
disekolah dengan tepat waktu.
2. Sekolah
Sekolah merupakan tempat dimana
anak-anak belajar dan bermain bersama
teman-teman. Disekolah anak mendapat
pembelajaran dan pelatihan khusus dari
seorang pendidik yang akan berguna bagi
masa depannya. Jenjang atau tingkatan
sekolah mulai dari taman kanak-kanak (TK)
yang mana dalam fase ini anak baru
21
diperkenalkan oleh dunia luarnya, lalu
sekolah dasar (SD) yang mana fase ini anak
sudah mulai mengikuti pembelajaran yang
lebih serius dan tidak jarang anak akan lebih
percaya kepada gurunya dibanding orang tua
karena intensitas pertemuan dan
berkomunikasinya lebih banyak di sekolah,
kemudian sekolah menengah pertama (SMP)
dan sekolah menengah atas (SMA) yang
mana dalam fase ini anak dituntut untuk
serius dalam belajar, karena pada fase ini
posisi anak diantara peserta didik lainnya di
tentukan pada raihan prestasi yang dicapai
oleh anak tersebut seperti ranking nilai rapor
atau hasil ujian lainnya. Pada fase ini juga
anak sudah bisa memilih teman bergaul dan
biasanya pemilihan tersebut akan membuat
suatu kelompok-kelompok tertentu.
Terbentuknya kelompok-kelompok
ini menjadi awal mula masalah anak pada
lingkungan sekolahnya. Anak dikucilkan
oleh teman-temannya jika tidak mengerjakan
tugas rumah (PR), tidak masuk sekolah
selama beberapa hari, dan jika tidak naik
kelas. Dalam hal ini seharusnya sekolah
yang berperan sebagai pengganti keluarga
yang siap mendidik dan mendengarkan anak,
namun tidak semua anak mampu untuk
beradaptasi disekolah. Mereka umumnya
malu dengan keadaan yang sedang dihadapi,
akibatnya timbul rasa malu, rasa malas
untuk sekolah sampai pada akhirnya mereka
memutuskan untuk berhenti bersekolah dan
membantu kedua orang tuanya mencari
nafkah.
3. Kelompok Teman Sebaya
Seseorang yang memiliki usia yang
sama dan status yang sama dimana orang itu
bergaul. Didesa dompak seberang sendiri
anak-anak biasa bermain bersama-sama
dikala sore hari, permainan yang mereka
biasa mainkan bersama seperti layang-
layang, bermain sepak bola dan permainan
tradisional lainnya. Anak-anak desa dompak
seberang juga lebih sering bermain dipinggir
pantai. Keasyikan bermain bersama teman-
temannya sering membuat anak lupa akan
tugas-tugas dari sekolahnya.
4. Media Massa
Masyarakat didesa dompak
seberang memiliki mata pencaharian yang
sebagian besar sebagai seorang nelayan,
cuaca yang tidak menentu membuat
penghasilan yang didapat masyarakat sangat
22
rendah. Hasil yang didapat dari melaut
belum tentu dapat menutupi kebutuhan
harian keluarga seperti makan dan minum.
Media massa seperti televisi (TV)
berpengaruh terhadap pendidikan anak, ini
dikarenakan saat menonton televisi anak
memakai jam belajar dirumah. Saat siang
dan sore hari anak sibuk membantu orang
tua bekerja, malam hari menjadi waktu anak
untuk menonton televisi dan beristirahat.
5. Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pada
desa dompak seberang ini juga kebanyakan
anak-anak dalam pergaulan bekerja dan
berpendidikan rendah. Banyak anak yang
tidak melanjutkan sekolah dan memilih
bekerja untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dan membantu kedua orang
tuanya. Tidak jarang karena faktor
kemiskinan ini anak-anak yang masih dalam
usia sekolah ikut bekerja membantu orang
tuanya mencari nafkah. Seharian bekerja
membuat anak merasakan lelah sehingga
untuk belajar mereka sudah tidak
bersemangat. Seringnya bekerja membuat
anak sedikit demi sedikit melupakan
kewajibannya sebagai seorang pelajar.
Mereka semakin lama semakin merasa
nyaman dalam bekerja yang dapat
menghasilkan uang dari pada bersekolah.
Penguasaan anak terhadap pelajaran yang
kurang akibat kelelahan bekerja membuat
anak semakin malas untuk bersekolah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang melatarbelakangi putus sekolah
anak usia sekolah didesa Dompak Seberang
Kecamatan Bukit Bestari Provinsi
Kepulauan Riau adalah :
1. Keluarga yakni kedua orang tua ayah
dan ibu yang sulit untuk memberikan
waktu luang terhadap pendidikan
anaknya karena beban pekerjaan yang
dilakukan hampir separuh waktu.
Adanya keterbatasan pengetahuan
kedua orang tua terhadap pendidikan
membuat ayah dan ibu tidak dapat
mengajari anak-anaknya.
2. Sekolah yang merupakan tempat anak
bermain dan belajar tidak hanya
memberikan pembelajaran dan
pelatihan, secara tidak langsung anak-
23
anak dituntut untuk memahami dan
mengerti pelajaran yang telah
disampaikan pendidik. Posisi anak
disekolah akan ditentukan oleh raihan
prestasi yang dicapai anak tersebut
lewat ranking nilai rapor dan hasil
ujian.
3. Kelompok Teman Sebaya yakni
seseorang yang berusia sama dan
memiliki status yang sama dengan
siapa mereka bergaul. Melalui teman
sebaya seseorang biasa melakukan
kegiatan seperti bermain. Permainan
yang biasa dilakukan adalah sepak bola
karena didesa ini terdapat lapangan
sepak bola yang biasa dipakai pada
sore hari untuk bermain.
4. Media Massa seperti surat kabar, radio
dan televisi jarang digunakan karena
sebagian masyarakat ada yang tidak
memiliki alat-alat elektronik tersebut,
kurangnya penggunaan media massa
dimasyarakat juga dikarenakan
kesibukan mereka mencari nafkah
sehingga tidak ada waktu luang mereka
untuk membaca koran, mendengarkan
radio bahkan menonton televisi. Selain
itu untuk menggunakan salah satu
media massa ini diperlukan biaya yang
lebih baik digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga.
5. Agama merupakan suatu kepercayaan
yang dianut oleh seseorang, yang mana
didalamnya ada hubungan antara
manusia dengan tuhannya, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan
dirinya sendiri. Agama tidak hanya
berpengaruh pada aspek hubungan
manusia dengan tuhannya melainkan
terhadap tiga aspek yakni aspek politik,
sosial, dan budaya.
6. Lingkungan Tempat Tinggal didesa
Dompak Seberang ini berupa
pemukiman yang sebagian berada
dipesisir pantai dan sebagian berada
didarat dengan bentuk pemukiman
yang jarang-jarang atau berjarak cukup
jauh dari rumah satu ke rumah lainnya.
5.2 Saran
Berdasarkan dari latar belakang
yang telah penulis ungkapkan diatas dan
seputar permasalahan tentang faktor
yang melatar belakangi putus sekolah
anak usia sekolah, maka sebagai bahan
informasi dan beberapa hal yang
24
meliputi faktor yang melatar belakangi
putus sekolah yang dilakukan anak usia
sekolah maka ada beberapa saran yang
dapat diberikan:
1. Sebaiknya pemerintah (Khususnya
pemerintah daerah) ikut berperan
dalam pendidikan anak usia sekolah
dengan cara memberlakukan jam
belajar disetiap hari sekolah. Seperti
dari jam 7 sampai jam 9 malam
adalah waktu anak untuk belajar.
2. Untuk keluarga yakni ayah dan ibu
agar lebih memperhatikan jam belajar
anak, memperhatikan dan
mendampingi anak dalam
mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
yang diberikan pendidik terhadap
anak untuk memberikan semangat
terhadap anak akan pendidikan.
3. Untuk para anak agar tetap semangat
sekolah, semangat untuk belajar agar
mudah dalam memahami pelajaran
dan agar mendapat prestasi yang
lebih baik disekolah dan tentunya
akan berguna bagi masa depan.
4. Untuk peneliti lainnya dapat
dijadikan sebagai rujukan maupun
kajian lanjutan yang berkaitan dengan
permasalahan yang sama sehingga
dapat menyempurnakan hasil
penelitian yang sudah penulis teliti
tentang faktor yang melatar belakangi
putus sekolah anak usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Sapari Imam, 1993, Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Offset Printing.
Burhan, Bungin, 2007, Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Damsar, 2011, Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Herimanto, dan Winarno, 2010, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kusnadi, 2000. Nelayan :Strategi adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press ;
Bandung.
Muhammad, Abdulkadir, 2011, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ollenburger, C Jane, dan Moore A Helen, 2002, Sosiologi Wanita. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT Pustaka Cidesindo; Jakarta.
Silalahi, Ulber, (2010), Metode Penelitian Sosial. Bandung, PT. Refika Aditama.
Suadi, Widodo Johanes, (2006). Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada
University Press:Yogyakarta.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Bagong, 2010, Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.
Soekanto, Soerjono, 2004, Sosiologi Keluarga. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Soekanto, Soerjono, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sumber lain:
Edukasi.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 28 April 2014 pada pukul 10.00.
Hidayat,Aris,2014.http://arishidayat89.blogspot.com/2014/03/definisi-pendidikan-menurut-para-
ahli.html. Diakses pada tanggal 15 April 2014 pada pukul 14.15
Khairil,2012.http://khairilanwarsemsi.blogspot.com/indikatorkemiskinan.html. Diakses pada
tanggal 15 April 2014 pada pukul 13.45.
Tanjungpinangkota.bps.go.id. Diakses pada tanggal 24 April 2014 pada pukul 15.20.