17
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 90 Vol 1, No 1, Agustus 2021 (90-106) https://e-journal.stteriksontritt.ac.id/index.php/prosiding Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga Vonny Ells 1 , Norce L. Saleky 2 , Ninik Tri Utami 3 , Jevri Terok 4 , Marlina Nasrani J. 5 1,2,3,4,5 Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Abstract: Christian Religious Education is one thing that is very important to be taught to everyone. Christian religious education is not an option for everyone but is a very important thing because it is a mandate given by God to humans with the aim that humans can teach God's truth specifically in the family. This article provides an understanding of the importance of Christian Religious Education in the Family. By using a qualitative approach and using a case study description method, it is concluded that Christian Religious Education in the family is something that is very ungen to be implemented in today's Christian families. Keywords: Christian education; Christian family Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan satu hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada semua orang. Pendidikan Agama Kristen bukan suatu pilihan bagi setiap orang tetapi merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan mandat yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan tujuan agar manusia dapat mengajarkan mengenai kebenaran Allah secara khusus dalam keluarga. Artikel ini memberikan sebuah pemahaman betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen di Keluarga. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskripsi studi kasus, disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan sesuatu yang sangat ungen untuk dilaksanakan di dalam keluarga Kristen masa kini. Kata Kunci: keluarga Kristen; pendidikan agama Kristen PENDAHULUAN Pada masa ini Pendidikan Agama Kristen di keluarga Kristen seringkali kurang mendapat perhatian bahkan diabaikan oleh banyak keluarga-keluarga Kristen. Ada banyak keluarga Kristen yang melepaskan tanggung jawabnya dalam melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di keluarga dan memberikan tanggung jawab itu kepada gereja dan sekolah-sekolah. Kebanyakan orang Kristen bila ditanyakan mengenai Pendidikan Agama Kristen akan menyebutkan hanya sekolah minggu, katekisasi dan Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah. 1 Bahkan terlalu sering orang tua atau keluarga pada masa kini menyerahkan beban Pendidikan Agama Kristen kepada sekolah-sekolah dan gereja untuk memikul tanggung jawab terbesar dalam memberikan Pendidikan Agama Kristen tersebut kepada anak-anak mereka. 2 Sehingga orang Kristen lupa bahwa lembaga pendidikan terbaik di dunia adalah 1 L. Humes, Arah Pendidikan Kristen Jilid I, (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 1983), 23. 2 Kenneth Barney, Rumah Tangga Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1982), 25.

Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 90

Vol 1, No 1, Agustus 2021 (90-106)

https://e-journal.stteriksontritt.ac.id/index.php/prosiding

Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Vonny Ells1, Norce L. Saleky2, Ninik Tri Utami3, Jevri Terok4, Marlina Nasrani J.5 1,2,3,4,5Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt

Abstract: Christian Religious Education is one thing that is very important to be taught to everyone. Christian religious education is not an option for everyone but is a very important thing because it is a mandate given by God to humans with the aim that humans can teach God's truth specifically in the family. This article provides an understanding of the importance of Christian Religious Education in the Family. By using a qualitative approach and using a case study description method, it is concluded that Christian Religious Education in the family is something that is very ungen to be implemented in today's Christian families.

Keywords: Christian education; Christian family

Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan satu hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada semua orang. Pendidikan Agama Kristen bukan suatu pilihan bagi setiap orang tetapi merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan mandat yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan tujuan agar manusia dapat mengajarkan mengenai kebenaran Allah secara khusus dalam keluarga. Artikel ini memberikan sebuah pemahaman betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen di Keluarga. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskripsi studi kasus, disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan sesuatu yang sangat ungen untuk dilaksanakan di dalam keluarga Kristen masa kini. Kata Kunci: keluarga Kristen; pendidikan agama Kristen

PENDAHULUAN Pada masa ini Pendidikan Agama Kristen di keluarga Kristen seringkali kurang

mendapat perhatian bahkan diabaikan oleh banyak keluarga-keluarga Kristen. Ada

banyak keluarga Kristen yang melepaskan tanggung jawabnya dalam melaksanakan

Pendidikan Agama Kristen di keluarga dan memberikan tanggung jawab itu kepada

gereja dan sekolah-sekolah. Kebanyakan orang Kristen bila ditanyakan mengenai

Pendidikan Agama Kristen akan menyebutkan hanya sekolah minggu, katekisasi dan

Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah.1 Bahkan terlalu sering orang tua atau

keluarga pada masa kini menyerahkan beban Pendidikan Agama Kristen kepada

sekolah-sekolah dan gereja untuk memikul tanggung jawab terbesar dalam

memberikan Pendidikan Agama Kristen tersebut kepada anak-anak mereka.2

Sehingga orang Kristen lupa bahwa lembaga pendidikan terbaik di dunia adalah

1 L. Humes, Arah Pendidikan Kristen Jilid I, (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil

Indonesia, 1983), 23. 2 Kenneth Barney, Rumah Tangga Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1982), 25.

Page 2: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 91

keluarga dan kebanyakan masyarakat atau keluarga pada masa kini telah melalai-

kan kesempatan ini dan mencoba menjadikan sekolah, televisi, dan juga gereja

sebagai gantinya.3

Melihat akan beberapa pendapat di atas, sudah jelas bahwa ada banyak kelu-

arga-keluarga Kristen pada masa kini yang memberikan tanggung jawabnya dalam

melaksanakan Pendidikan Agama Kristen kepada sekolah-sekolah dan gereja saja

dan memiliki pemahaman yang keliru atau kurang benar tentang PAK di keluarga.

Hal tersebut jika dibiarkan dapat memberi pengaruh yang buruk bagi keluarga-

keluarga itu sendiri, bagi gereja dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Orang

Kristen harus tahu bahwa gereja itu terdiri dari keluarga-keluarga, dan masyarakat

juga terdiri dari keluarga-keluarga, jadi jika kehidupan rohani keluarga-keluarga

Kristen rapuh, maka hal ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan

masyarakat yang lebih luas. apabila keluarga rapuh maka gereja pun akan rapuh.

Jadi jika kita menginginkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina

keluarga-keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat. Itulah sebabnya gereja dan

keluarga harus bekerja sama memikirkan bagaimana caranya untuk dapat membina

atau membangun keluarga yang kokoh dalam pendidikan Agama Kristen.

Artikel ini bertujuan menegaskan pentingnya Pendidikan Agama Kristen di

Keluarga. Tesis penelitian ini adalah, mengajarkan tentang Pendidikan Agama Kris-

ten di Keluarga itu sangat penting, supaya setiap keluarga Kristen tahu bahwa

Pendidikan Agama Kristen di keluarga dapat menolong setiap anggota keluarga

untuk mengenal siapa Kristus dan mampu melaksanakan Pendidikan Agama Kristen

itu di dalam keluarga.

METODE PENELITIAN Untuk mengungkapkan persoalan Pendidikan Agama Kristen di keluarga,

maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini

merupakan studi pustaka dengan mendeskrupsikan beberapa kasus pembelajaran

PAK di Keluarga. Studi ini merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, ling-

kungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami

sesuatu hal4 khususnya digunakan untuk dapat mengungkapkan secara mendalam

dan luas tentang pendidikan agama Kristen di keluarga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan soal yang amat penting dalam

kehidupan gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad

modern ini gereja terus menggumuli peranan Pendidikan Agama Kristen dalam ke-

hidupan Kristen. Pertama-tama bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan tugas

utama gereja, kemudian berkembang ke luar gereja, lingkungan keluarga, masya-

3 Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 87. 4 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 187-188.

Page 3: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 92

rakat hingga lingkungan pendidikan. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang

benar tentang Pendidikan Agama Kristen dan tujuan Pendidikan Agama Kristen.

Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan

kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami

dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam

kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.5

Pendidikan Agama Kristen juga berarti proses pengajaran dan pembelajaran

yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh

Kudus yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, yang

melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan

kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi

mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung

dan perintah yang mendewasakan para murid.6

Pengertian yang lain tentang Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang

sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau

memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan,

atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil dari usaha tersebut.7 Dengan demikian

Pendidikan Agama Kristen adalah dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar,

muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan

oleh dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaatNya yang

mengakui dan mempermuliakan namaNya di segala waktu dan tempat,8 karena

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berisi ajaran tentang iman

Kristen, yang menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan (kognitif),

sikap dan nilai-nilai (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) yang berdasarkan iman

Kristen.9

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang

dilakukan secara sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk mewariskan dan

menumbuhkan serta mengembangkan peserta didik agar dengan pertolongan Roh

Kudus dapat memahami kasih dan rencana Allah melalui Yesus Kristus dalam

setiap aspek kehidupannya dan menyatakannya dalam kehidupan sehari-hari baik

terhadap sesama maupun terhadap lingkungannya dan mengakui serta memuliakan

nama Yesus Kristus di segala waktu dan tempat. Dan didalamnya menekankan

ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta ketrampilan.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah: Pertama, untuk menjadikan mere-

ka murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan di

tengah-tengah dunia, jadi tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen adalah

5 Dame Taruli Simamora dan Rida Gultom, Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja dan Pemuda,

(Medan: Mitra, 2011), 10. 6 Ibid, 11. 7 J. M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2. 8 E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 39. 9 Hardi Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2011), 4.

Page 4: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 93

menjadikan peserta didik murid sejati, apa pun arti dari ungkapan menjadi murid.10

Kedua, untuk membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangan-

nya, dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman

akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan

juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang efektif. Di dalam tujuan

yang kedua ini, ada dua tujuan akhir, yakni: pengenalan serta pengalaman akan

tujuan dan rencana Allah dalam Kristus,dan menjadi pelayan yang efektif.11

Komisi PAK dari Dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan

tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen dengan kata-kata sebagai berikut:

“Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang

nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke da-

lam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasih-

nya terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-

hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang

hidup.”12 Nainggolan berpendapat bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Kristen

mengandung tiga aspek penting yaitu: Pertama; Aims, yaitu tujuan yang akan

dicapai pada akhirnya (menuju kedewasaan iman). Kedua; Goals, yaitu tujuan yang

hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu (paket). Dan ketiga; Objektives, yaitu

tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar-mengajar dalam satu kali

tatap muka. Definisi yang paling tepat dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama

Kristen adalah untuk mencapai kedewasaan iman. Seluruh proses Pendidikan

Agama Kristen haruslah bertujuan untuk membawa peserta didik kepada taraf

kedewasaan iman.13 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama

Kristen adalah untuk membawa peserta didik mengenal Allah di dalam Yesus

Kristus dan menjadikan peserta didik dewasa di dalam iman serta menyatakan iman

tersebut di dalam kehidupannya setiap hari.

Pentingnya Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang

harus dilaksanakan bukan suatu pilihan, seperti yang dijelaskan oleh Howard

Hendriks, seorang profesor pendidikan Kristen di Seminary Teological Dalas.

Howard mengatakan: “Christian education is not an option, it is an order, it is not a

luxury, it is a life. It is not something nice to have, it is something nesessary to have.

It is not a part of the work the church, it is the work of the church. It is not

extraneous, it is essential. It is our obligation, not merely an option”. (Pendidikan

Kristen bukan pilihan, tetapi suatu perintah; itu bukan merupakan sebuah barang

yang mewah, tetapi sebuah kehidupan. Itu bukan sesuatu hal yang bagus sehingga

harus dimiliki tetapi suatu kebutuhan yang harus dimiliki. Itu bukan merupakan

sebagian dari pekerjaan gereja, tetapi itu adalah pekerjaan gereja. Itu bukan sesuatu

10 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 30. 11 Ibid., 31. 12 Ibid. 13 J.M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2.

Page 5: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 94

hal yang tak ada hubungannya (sampingan), tetapi suatu hal yang utama. Itu

kewajiban kita dan bukan pilihan kita).14

Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu merupakan suatu keha-

rusan maka otomatis itu merupakan sesuatu yang sangat penting. Ada tiga alasan

mengapa Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu penting, yaitu yang pertama

Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu sangat penting oleh karena Pendidikan

Agama Kristen di keluarga merupakan perintah dari Allah (Ul. 6:7; Ef. 6:4). Alasan

yang kedua, adalah karena Pendidikan Agama Kristen di Keluarga memiliki

manfaat-manfaat yang besar. Dan yang keempat yaitu karena ada akibat negatif

yang kita dapati apabila kita melalaikan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga.

PAK di keluarga adalah Perintah Allah, Dalam Perjanjian Lama terdapat bagian

firman Tuhan yang kaya dan relevan yang berhubungan dengan mendidik anak

yaitu dalam Kitab Ulangan fasal 6, dimana dalam Ulangan 6:1-3 bangsa Israel

diperintahkan Allah untuk melakukan ketetapan dan peraturan yang diberikan

Allah dengan tujuan supaya bangsa Israel dan keturunan mereka takut akan Tuhan

(Ul. 6:2a) dan supaya mereka lanjut umur (Ul. 6:2b). Untuk itu bangsa Israel

mengajar anak-anak mereka tentang kasih Allah tersebut (Ul. 6:4-7), Kalau kita

perhatikan nats tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya Musa

sedang berbicara dengan para orang tua mengenai hubungan orang tua dengan

Tuhan mereka. Orang tua harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan

jiwa serta kekuatan mereka, sebelum mereka mengajar anak-anak mereka. Karena

sebelum mengajar kasih Allah kepada anak-anak mereka, orang tua harus sudah

lebih dahulu mengasihi Allah dan mempunyai hidup yang benar secara rohani

sehingga dapat mendidik dan mengajar dengan baik dan berhasil.

Musa berkata dengan tegas, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini

haruslah engkau perhatikan” (Ul. 6:6). Salah satu cara utama untuk mengungkapkan

kasih kepada Allah (Ul. 6:5) ialah memperdulikan kesejahteraan rohani anak-anak

kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.

Dikatakan demikian oleh karena pembinaan rohani anak-anak seharusnya meru-

pakan perhatian utama semua orang tua. Juga pengarahan rohani harus berpusat di

dalam rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada Allah di dalam

rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung dari Tuhan (Ul. 6:7-

9). Tujuan dari pengarahan orang tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan

Tuhan, berjalan pada jalanNya, mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani Dia

dengan segenap hati dan jiwa. Oleh sebab itu orang percaya harus dengan tekun

memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan Allah di mana

segala sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalanNya.15

Inilah tugas yang sangat penting yang berulang-ulang diperintahkan Allah di

dalam Alkitab, seperti juga yang tertulis di dalam Ulangan 11:18 – 20 dan di dalam

14 Howard Hendriks. Christian Education Foundation For The Future. (Chicago: Moody Press,

1991), 12. 15 __________, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Malang: Gandum Mas, 2003), 285.

Page 6: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 95

Amsal 22:6 dan Amsal 29 : 17. Dalam kedua ayat dalam Amsal 22 : 6 dan Amsal 29 :

17, dijelaskan bahwa orang tua harus mendidik anak-anaknya. Didikan itu harus

menurut jalan yang patut baginya. Adapun didikan menurut “jalan yang patut

baginya” yaitu dengan cara mengajarkan prinsip-prinsip atau perintah-perintah

Allah di dalam keluarga.

Orang tua harus mengabdikan diri mereka untuk memberikan didikan disiplin

roahni kepada anak-anak mereka. Kata Ibrani untuk “mendidik” berarti “meng-

abdikan”. Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kita kepada Allah

dan kehendakNya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-

pengaruh jahat dunia dan mengajar mereka berperilaku saleh. Akar kata yang sama

juga bisa berarti “memberi atau meningkatkan kegemaran akan”; orang tua harus

mendorong anak-anak mereka agar mereka sendiri mencari Allah dan dengan

demikian dapat menikmati pengalaman-pengalaman rohani yang takkan mereka

lupakan. Kata “ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu”. Ini berarti bahwa

seorang anak yang telah dididik dengan benar tidak akan menyimpang dari jalan

saleh yang telah diajarkan orang tuanya. 16

Jadi mengajar Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan tanggung

jawab bahkan merupakan kewajiban yang diberikan Allah kepada orang tua Kristen,

karena itu kewajiban maka harus dilaksanakan. Apabila tanggung jawab tersebut

sudah dijalankan maka firman Tuhan berjanji bahwa anak-anak itu tidak akan

menyimpang dari apa yang telah mereka dengar dari ajaran orang tua mereka dan

anak-anak itu juga akan memberikan ketentraman serta mendatangkan sukacita

bagi orang tua. Dan terlebih lagi anak-anak itu dapat mengikuti perintah atau

hukum-hukum Tuhan dan dapat menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup ini.

Seperti yang dijelaskan oleh paraNavigator dalam buku “Orang Tua dan Anak”

bahwa: “Apabila kita mendidik anak-anak kita sejak awalnya maka kita telah

menolong dan membimbing mereka untuk hidup di dalam Tuhan serta memper-

siapkan mereka sungguh-sungguh mengenal Tuhan dan dapat menghadapi tan-

tangan hidup ini.”17

Dalam ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menghendaki agar perintah

atau hukum-hukum Tuhan yang pada masa ini disebut dengan Pendidikan Agama

Kristen itu dilaksanakan di dalam keluarga. Dan oleh karena Pendidikan Agama

Kristen itu sesuatu yang penting dan harus untuk dilaksanakan, maka tidak ada

alasan bagi keluarga-keluarga Kristen untuk tidak melaksanakannya. Dalam

Perjanjian Baru, mandat Allah tentang pendidikan itu dapat kita lihat terutama

dalam surat rasul Paulus yang terdapat di dalam Efesus 6 : 4. Dalam ayat ini ada dua

perintah yang diberikan kepada orang tua khususnya bapa-bapa. Perintah tersebut

adalah, yang pertama, jangan menyakiti hati anak-anak sehingga membuat mereka

menjadi marah. Dan perintah yang kedua adalah perintah untuk mendidik anak-

anak mereka.

16 Ibid, 994. 17 Para Navigator, Orang Tua dan Anak-anak, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1980) , 64.

Page 7: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 96

Kewajiban yang penting dari para orang tua ialah memberikan kepada anak

mereka ajaran dan teguran yang termasuk pengasuhan Kristen. Orang tua harus

menjadi teladan dalam kehidupan dan perilaku Kristen, serta lebih mempedulikan

keselamatan anak mereka daripada pekerjaan, profesi, pelayanan mereka di gereja

atau kedudukan sosial mereka. Menurut perkataan Paulus dalam ayat tersebut di

atas, maka orang tua harus bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan

kepada anak mereka yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan

kepada Allah. Yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan alkitabiah

dan rohani kepada anak-anak adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah minggu.

Gereja dan sekolah minggu hanya membantu didikan dari orang tua. Inti peng-

asuhan Kristen ialah: hati bapa harus berpaling kepada hati anaknya agar dapat

membawa hati anak itu kepada hati Juruselamat.18 Warren Wiersbe meng-

ungkapkan bahwa, kata asli didiklah (bahasa Yunani: Ektrefete) yang diterjemahkan

menjadi “mendidik” yang terlihat dalam ayat 4 di atas, sama dengan kata yang

terdapat dalam Efesus 5:29 yang diterjemahkan menjadi “mengasuh” (bahasa

Yunani: ektrefetei). Di mana orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan

mengasihi dan memberikan dorongan di dalam Tuhan. Tidak cukup kalau ia hanya

membesarkan atau memelihara anak-anak secara jasmani tetapi juga harus

memelihara mereka secara emosional dan spiritual.19 Orang tua harus mengasuh

anak-anak dalam segala hal, baik itu dalam hal memenuhi kebutuhan jasmani

mereka dan memenuhi kebutuhan rohani mereka, dan kedua hal ini harus dipenuhi

oleh orang tua.

Selanjutnya Wiersbe menjelaskan bahwa kata “didiklah” (bahasa Yunani:

paideia) juga mengandung arti belajar melalui disiplin. Kata ini diterjemahkan

menjadi menghajar dalam Ibrani 12. Di mana orang tua harus mendisiplin anak-

anak mereka. Mendisiplin di sini bukan berarti tidak mengasihi mereka tetapi

disiplin merupakan prinsip kehidupan yang sangat penting dan itu merupakan

suatu bukti kasih, itu dapat kita lihat dalam Ibrani 12:6 dan Amsal 13:24.”20 Arti

kata “nasehat” (bahasa Yunani: nouthesia) dalam ayat tersebut di atas mengandung

arti bahwa orang tua harus mengajar dan mendidik anak-anak mereka. Dalam

mendidik anak, orang tua tidak hanya menggunakan tindakan untuk mendidik anak,

tetapi juga melalui kata-kata dan tentu saja ajaran orang tua harus selalu berkaitan

dengan firman Tuhan.21 Ini berarti bahwa orang tua harus mengasuh atau mendidik

anak-anak itu di dalam disiplin dan nasehat Tuhan. Nasehat ini berupa pendidikan

lisan atau koreksi yang diberikan atau dengan kata lain memperingati. Hal ini jelas

sekali terlihat dalam terjemahan versi New English Bible: “You Fathers, again, must

not goad your children to resentment, but give them the instruction, and the

18 Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Malang: Gandum Mas, 2003), 1994 19 Warren W. Wiersbe, Kaya di Dalam Kristus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t), 146. 20 Ibid. 21 Ibid, 147.

Page 8: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 97

correction, which belong to a Christian upbringing.”22 Yang berarti, “Kamu bapa-

bapa, sekali lagi, janganlah mendorong anak-anakmu kepada kemarahan, melainkan

memberi kepada mereka baik pendidikan maupun koreksi yang berkaitan dengan

pengasuhan Kristen.” Jelas sekali bahwa di dalam keluargalah tempat di mana anak-

anak belajar mengenai Tuhan dan kehidupan Kristen. Untuk itulah sudah waktunya

orang tua Kristen mulai mendidik anak-anak mereka dan untuk melaksanakan

Pendidikan Agama Kristen di keluarga mereka.

Selain Pendidikan Agama Kriten di Keluarga penting karena merupakan

perintah Allah, tetapi juga Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu penting karena

memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh apabila Pendidi-

kan Agama Kristen itu dilaksanakan di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Pertama, anak-anak itu dapat mengenal dan percaya akan Tuhan Yesus dan mem-

peroleh keselamatan. Ruth Laufer mengatakan bahwa keselamatan diperoleh oleh

anak dengan cara menerima apa yang Tuhan sediakan. Oleh karena untuk seorang

anak tidak kesulitan menerima sesuatu. Sehingga pada waktu seorang anak

mendengar dan mengerti tentang kasih Allah, yang sudah mengirim Tuhan Yesus

karena dosanya, maka anak itu juga dapat membuka hati dan menerima

keselamatan yang disediakan bagi anak tersebut.23

Manfaat Kedua, jika Pendidikan Agama Kristen itu dilaksanakan maka anak-

anak tersebut tidak akan meninggalkan didikan orang tuanya dan tidak

menyimpang dari jalan yang diajarkan dalam firman Tuhan. Karena anak tersebut

dapat mempertahankan kelakuan mereka yang bersih jika mereka terus mendengar

pengajaran orang tua melalui firman Tuhan. Seperti kata firman Tuhan dalam

Mazmur 119:9, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya

bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Tetapi seringkali kita takut

bahwa anak yang percaya akan Tuhan Yesus tidak tetap iman mereka. Tetapi sesuai

dengan firman Tuhan di dalam Amsal 22:6, Tuhan berjanji bahwa anak yang

diajarkan jalan Tuhan tidak akan menyimpang dari padanya pada masa tuanya.24

Juga seperti yang dijanjikan Tuhan dalam Yesaya 55:11, Firman Tuhan akan terus

berbicara di dalam hati anak sehingga ia mampu untuk mempertahankan kehidupan

yang bersih dan tidak akan menyimpang dari jalan yang diajarkan dalam firman

Tuhan.

Manfaat yang ketiga adalah anak tersebut akan bertindak hati-hati sesuai

dengan firman Tuhan yang telah diterimanya dari ajaran orang tua dan kehidupan

keluarga tersebut akan berhasil dan beruntung, seperti yang dijelaskan dalam Yosua

1:7 dan 8. Manfaat yang keempat adalah anak-anak dapat memuliakan Allah, apabila

kita sebagai orang tua dapat memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak-anak maka

reaksi mereka ketika mengetahui perbuatan Allah yang sungguh luar biasa dalam

22 _________, Eight Translation New Testement, (Wheaton Illinois: Tyndale House Publishers,

1974), 1415. 23 Ruth Laufer, Pedoman Pelayanan Anak, (Batu Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil

Indonesia Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, 1983), 10. 24 Ibid., 11.

Page 9: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 98

hidupnya adalah dengan langsung mereka dapat memuliakan Allah. Anak kecil lebih

spontan dala hal menyanyi dan memuji Tuhan dari pada orang dewasa. Pujian dari

hati anak berkenan kepada Bapa di sorga, seperti yang tertulis dalam Mazmur 8:3

dan Matius 21:15–16.”25 dan Manfaat yang kelima apabila Pendidikan Agama

Kristen itu dilaksanakan di keluarga maka, anak tersebut dapat menjadi garam dan

terang dunia bagi masyarakat, negara bahkan bagi generasi yang akan datang.

Apabila nanti kelak anak itu bekerja dalam pemerintahan, anak itu dapat membawa

berkat bagi masyarakat karena kehidupannya yang jujur dan bertanggung jawab.

Seperti yang terlihat dalam kehidupan Ester yang mana melalui dia bangsa Yahudi

diselamatkan. Juga melalui Daniel, raja dan bangsa kafir mengenal Allah, melalui

Yusuf bangsa kafir diselamtkan dan ia menyelamatkan bangsa Mesir dari kelaparan.

Ini semua oleh karena semenjak kecil mereka diajarkan hukum Tuhan atau Firman

Tuhan di dalam keluarga mereka.26 Melihat akan manfaat-manfaat yang besar yang

akan diperoleh maka seharusnya keluarga-keluarga Kristen pada masa kini lebih

lagi bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan Pendidikan Agama

Kristen di dalam keluarganya.

Apabila kita melakukan Pendidikan Agama Kristen maka kita akan memper-

oleh banyak manfaat di dalamnya, tetapi jika kita mengabaikannya maka akan ada

akibat negatif yang akan diperoleh. Dalam Alkitab ada beberapa contoh keluarga

yang tidak sungguh-sungguh melaksanakan Pendidikan Agama Kristen. Pertama,

dapat dilihat dalam kehidupan Imam Eli, di mana walaupun ia seorang imam tetapi

firman Tuhan katakan bahwa anak-anaknya adalah orang-orang dursila yang tidak

mengindahkan Tuhan. Anak-anak Eli menjadi jahat dan disebut orang-orang dursila

oleh karena Eli tidak mendidik mereka dengan baik. Padahal ia telah membesarkan

Samuel dengan baik. Bekker mengatakan bahwa Eli bukan seorang yang tegas dan

kuat. Sehingga kedua anaknya, yaitu Hofni dan Pinehas, dibiarkan saja berbuat

jahat. Memang betul Eli menegur kedua anaknya, tetapi ia tidak menghukum

mereka, sehingga makin hari makin menjadi nyata.27

Akibat dari semuanya itu Allah menghukum keluarga Eli, seperti yang terdapat

dalam 1 Samuel 3:13. Adapun bentuk hukuman yang Allah berikan bagi kedua anak

Eli, yaitu keduanya tidak hidup lama, karena Tuhan akan mematikan mereka, dan

itu terbukti di mana akhirnya kedua anak itu tewas dalam pertempuran melawan

orang Filistin (1Sam. 2:25c; 4:11). Bagi Eli sendiri bentuk hukuman yang dialami

yaitu Eli juga mati akibat jatuh dari kursi dan lehernya patah (1Sam. 4:18). Dan

tidak ada keturunannya yang menggantikan dia sebagai imam oleh karena semua

keturunannya mati terbunuh (1Sam. 2:31, 33). Seperti yang dijelaskan Bekker bah-

wa karena dosa-dosa Eli maka segala orang laki-laki dari keturunan Eli akan mati

pada masa akil baliq. Dan pangkat imam besar akan diserahkan kepada orang lain.

Nubuatan itu terjadi kemudian pada waktu imam-imam di Nob dibunuh oleh Raja

25 Laufer, Pedoman Pelayanan Anak, 11. 26 Ibid, 12. 27 F. L. Bakker. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 459.

Page 10: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 99

Saul (1Sam. 22).28 Oleh karena perbuatan-perbuatan anak-anak Eli, bangsa Israel

juga ikut melakukan pelanggaran dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan

Tuhan menghukum bangsa Israel, yaitu bangsa Israel kalah melawan orang Filistin

dan tabut Tuhan dirampas oleh orang Filistin (1Sam. 4:10, 17).

Contoh yang lain dapat kita lihat juga di dalam Hakim-hakim 2:6-15, dimana

dijelaskan bahwa setelah Yosua mati dan angkatan pada masa Yosua mati, maka

bangkitlah angkatan yang lain yang tidak mengenal Tuhan, dan orang Israel

melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Hak. 2:8–11). Ini menunjukkan bahwa

angkatan-angkatan pada masa Yosua mengabaikan pengajaran tentang perintah-

perintah Tuhan dan perbuatan-perbuatan yang besar yang dilakukan Tuhan kepada

keturunan mereka, sehingga akhirnya angkatan sesudah mereka sungguh-sungguh

tidak mengenal Tuhan dan melakukan yang jahat di mata Tuhan.

Seperti yang dikatakan dalam Hakim-hakim 2:10–11: “Setelah seluruh ang-

katan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu

angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilaku-

kanNya bagi orang israel. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata

TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.” Akhirnya Tuhan menjadi marah

atas perbuatan mereka dan menghukum mereka (Hak. 2:14-15). Adapun bentuk

hukuman yang Tuhan berikan yaitu Tuhan menyerahkan mereka ke tangan

perampok dan menjual mereka kepada musuh mereka oleh karena tangan Tuhan

selalu melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka (Hak. 2:14-

15). Contoh yang ketiga dapat kita lihat dari kehidupan keluarga Samuel, di mana

anak-anak Samuel juga sama seperti anak-anak Eli yang hidup tidak sesuai dengan

Firman Tuhan dan berlaku jahat di mata Tuhan yaitu mereka selalu mengejar laba

dan menerima suap dan memutarbalikkan keadilan, seperti yang dikatakan dalam 1

Samuel 8:3. Anak-anak Samuel menjadi orang-orang jahat. Itu mungkin disebabkan

oleh karena Samuel terlalu mementingkan pelayanan keluar dan mengabaikan

pelayanan dalam keluarganya sendiri, ia sibu melayani orang lain dari pada

keluarganya sendiri.29 Akibat dari kejahatan anak-anak Samuel, bangsa Israel me-

minta seorang raja dan menolak Tuhan sebagai raja mereka. Seperti yang dikatakan

dalam Ensiklopedia Umum: “Akibat dari kejahatan anak-anaknya itu menyebabkan

adanya ketidakpuasan bangsa Israel terhadap sistem pemerintahan hierarki dan

menuntut sistem yang lain yaitu sistem monarki, di mana harus ada seorang raja”30

Dari ketiga contoh firman Tuhan ini maka dapat disimpulkan bahwa ada akibat yang

fatal jika kita tidak mengajarkan hukum-hukum Tuhan dan perbuatan Tuhan yang

besar kepada anak.

Akibat buruk jika kita tidak mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di dalam

keluarga, adalah:

28 Ibid, 461. 29 __________, Hebrew, Greek Key Study Bible, Strong’s Dictionary Concordance Vocabulary, (AMG

Publishers, t.th), 376. 30 ___________, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina

Kasih/OMF, 1997), 376.

Page 11: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 100

Bagi Anak Itu Sendiri

Pertama-tama anak itu sendiri tidak akan mengenal Tuhan dan tidak percaya

kepada Tuhan dan akhirnya hidupnya jauh dari jalan-jalan Tuhan serta melakukan

hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan tidak dapat memuliakan Allah dalam

kehidupannya setiap hari. Kedua, karena mereka menyimpang dari jalan Tuhan,

maka Tuhan tidak memberkati dan bahkan menghukum mereka. Seperti Hofni dan

Pinehas serta keturunan Yosua yang hidup jauh dari ketetapan Tuhan maka Tuhan

juga akan menghukum anak yang melakukan kejahatan. Telah dijelaskan di atas

bahwa kedua anak Eli mati karena pelanggarannya. Keturunan Yosua diserahkan

kepada perampok dan dijual kepada musuh, serta Tuhan sendiri melawan dan

mendatangkan malapetaka kepada mereka karena hati mereka yang jauh dari

Tuhan atau tidak mengenal Allah (1Sam. 2:25c; 14:11; Hak. 2:14-15).

Akibat Bagi Keluarga itu Sendiri

Pendidikan Agama Krisnten yang diabaikan dalam keluarga bukan saja ber-

akibat buruk bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi keluarga itu. Keluarga akan

mendapat malu akibat dari perbuatan anak-anaknya yang tidak sesuai dengan

firman Tuhan dan akan mendapat banyak masalah di dalam keluarga dan kehi-

dupan keluarga tidak akan berhasil dan beruntung serta bahagia. Dalam kitab Amsal

dijelaskan bahwa apabila anak itu tidak menuruti firman Tuhan yang merupakan

akibat dari orang tua yang mengabaikan pengajaran rohani, maka ayah dan ibunya

akan menjadi dukacita dan menjadi sakit hati serta mendatangkan bencana bagi

keluarga tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Amsal yang berkata: “Anak

yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah

kedukaan bagi ibunya. Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang

bebal menghina ibunya. Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya... anak yang bebal

adalah bencana bagi ayahnya.” (Ams. 10:1; 15:20; 17:25a; 19:13a). Dalam kasus

keluarga Eli, bukan saja nama buruk yang mereka terima, tetapi hukuman Allah juga

menimpa Eli sebagai orang tua karena mengabaikan pengajaran rohani. Adapun

hukuman yang diterima oleh Eli yaitu Eli sendiri mati dan tidak ada keturunannya

yang menggantikan dia sebagai imam oleh karena semua keturunannya mati

terbunuh (1Sam. 2:13, 33). Bisa jadi seperti hukuman yang ditimpa oleh Eli, maka

Allah juga akan menghukum keluarga yang tidak melaksanakan Pendidikan Agama

Kristen di dalam keluarganya.

Akibat Bagi Masyakarat Luas

Bukan saja ada akibat bagi anak dan keluarga, tetapi juga bagi masyarakat lu-

as. Di dalam masyarakat anak itu tidak dapat menjadi garam dan terang, tetapi

malah menjadi anak yang dapat merusakkan dan menggangu kehidupan masya-

rakat di sekitarnya. Seperti kejahatan yang dilakukan kedua anak Eli membuat

bangsa Israel mengikuti melakukan pelanggaran kepada Tuhan maka kemungkinan

besar juga masyarakat di sekitar anak itu bisa mengikuti perbuatan anak yang jahat

itu, dan akhirnya masyarakat akan hidup tidak tentram akibat dari perbuatannya.

Page 12: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 101

Melihat akan akibat-akibat buru tersebut di atas maka seharusnya ini menjadi

pendorong bagi keluarga-keluarga Kristen untuk melaksanakan Pendidikan Agama

Kristen di keluarga dengan serius.

Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga Pendidikan Agama Kristen di keluarga harus dilakukan dan yang menjadi guru

dalam mengajar anak-anak dalam Pendidikan Agama Kristen adalah orang tua.

Soerjono Soekanto menegaskan bahwa Ayah dan ibu sebagai orang tua yang paling

bertanggung jawab terhadap anak-anak sejak mereka dilahirkan, dan alangkah

sedihnya bila pendidikan si anak terpaksa harus diserahkan kepada pihak lainnya

yang kurang dapat menyadari tanggung jawabnya, misalnya saja sering kita temui

bagaimana anak-anak diserahkan atau ditinggalkan di rumah bersama pembantu.31

Jadi, sebenarnya tugas mendidik itu bukan tugas bapak saja, atau ibu saja tetapi

tugas kedua-duanya sebagai orang tua. Dan orang tua harus ingat bahwa mereka

bukan saja sebagai orang tua dari anak-anak mereka tetapi juga sebagai guru dalam

keluarga. Oleh karena mereka juga adalah guru dalam keluarga, maka perlu sekali

orang tua mengajarkan segala hal supaya anak-anak bertambah dalam pengetahuan.

Norman Wright memberikan empat prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua

sebagai seorang guru atau pendidik yaitu: Pertama, Children Learn by Imitation

(Anak Bertambah Pengetahuan Oleh Peniruan). Kedua, Indiiduals Learn Better When

They Ask to be Taught Something (Seorang anak akan belajar lebih baik dengan

banyak bertanya). Ketiga, For children, learning is more likely to occur when the

learning activity is enjoyable or has an obvious purpose in it. (Anak belajar lebih baik

kalau pelajaran itu menarik perhatian mereka atau kalau ada tujuan yang jelas).

Keempat, Children and adults learn more easily if learning has immediate meaning

(Anak belajar lebih baik kalau ada arti atau makna yang diterapkan pada waktu

belajar).32

Mengenai isi pengajaran dapat kita lihat dalam Ulangan 6:1 yang berkata:

“Inilah perintah yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas

perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk

mendudukinya.” Menurut ayat ini, isi pengajaran yang harus diajarkan dalam

Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga adalah “ketetapan” dan “peraturan

Allah.” Secara ringkas isi dari Pendidikan Agama Kristen, menurut Dobson menca-

kup lima konsep Alkitabiah yang harus dengan sengaja diajarkan kepada anak-anak

yaitu: mengajar anak mengasihi Tuhan Allah, mengajar anak mengasihi sesama

manusia, mengajar anak melakukan kehendak Tuhan, Mengajar anak berpegang

pada perintah-perintah Tuhan, dan Mengajar anak menguasai diri.

Di atas telah dibahas tentang orang tua adalah sebagai pendidik atau guru

dalam keluarga. Di mana orang tua diperintahkan Allah untuk mengajar anak-

anaknya. Sebagai pendidik atau guru yang baik orang tua harus mengetahui cara-

cara atau metode yang efektif untuk mengajar anak-anaknya. Tetapi kadang-kadang

31 Soerjono Soekanto, Anak dan Perilakunya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 106. 32 H. Norman Wright, The Family That Listens, (Wheaton Illinois: Victor Books, 1978), 57.

Page 13: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 102

orang tua telah berusaha mengajar namun tidak berhasil. Ini disebabkan oleh

karena mereka tidak tahu cara untuk mengajar anak-anaknya. James dan Merry

berkata: “Banyak orang tua memperlemah kekuatan mengajar mereka dan meng-

gunakan metode-metode yang tidak efektif.33 Dan memang banyak sekali orang tua

yang mengajar dengan tidak menggunakan metode yang efektif, dan tidak tahu

caranya untuk mengajar anaknya. Akibat dari ketidaktahuan dan ketidakberhasilan

dalam mengajar maka cenderung orang tua memberikan tanggung jawab itu kepada

orang lain. Itu sebabnya orang tua harus berusaha memikirkan metode apa yang

baik yang dapat digunakan dalam mengajar, karena dengan demikian orang tua

dimotivasikan untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Hal

tersebut diatas juga dijelaskan oleh James Slaughter demikian: By having some

understanding of effective teaching methods the parent – teacher finds himself better

equipped and more highly motivated to full fill his responsibility in the home. More

than any other factor it keeps him from accomplishing the work of teaching his

children spiritual things.34 Melihat betapa pentingnya orang tua harus mengetahui

cara mengajar yang efektif maka ada beberapa metode yang dapat membantu orang

tua dalam mengajar, yaitu:

Mengajar Anak Melalui Perkataan

Orang tua dapat mengajar anak-anak melalui perkataan. Rasul Paulus juga

menunjukkan bagaimana ia juga mengajar anak-anak rohaninya melalui perkataan-

perkataannya. Dalam Filipi 4:9 dikatakan: “Dan apa yang telah. . . kamu dengar dan

apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kata “dengar” menunjukkan

bahwa Rasul Paulus mengajar dengan perkataan. Joyce dan Isaac serta Margaret

berkata bahwa dengan berbicara kita menolong anak-anak kita supaya mereka

memahami kebenaran-kebenaran Allah. Kita juga dapat menerangkan bagaimana

caranya hidup yang menyenangkan Allah. Dan inilah cara yang baik karena dengan

kata-kata kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita.35

Juga di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan bahwa di dalam mengajar yang

harus dilakukan oleh orang tua sambil duduk, berjalan, berbaring dan bangun yaitu

mereka harus berbicara, dan hal-hal yang harus dibicarakan adalah perintah-

perintah Allah, inilah salah satu cara kita mengajar anak-anak kita. Tetapi kaadang

kala orang tua tidak mempunyai waktu untuk berbicara kepada anak-anak oleh

karena kesibukan mereka. Itu sebabnya orang tua sebaiknya selalu menyediakan

waktu bersama anak-anak untuk dapat berbicara walaupun di tengah kesibukan

mereka. Pengajaran dengan perkataan merupakan cara yang baik, dengan kata-kata

kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita. Tetapi perlu diingat

33 James dan Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 63. 34 James R. Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, (Canada, England:

Victor Books, 1998), 298. 35 Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri, Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, (Bandung:

Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 200-201.

Page 14: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 103

bahwa perkataan saja belum cukup, kita harus mengajar anak dengan perkataan

tetapi juga teladan yang baik bagi mereka.

Mengajar Anak Melalui Teladan

Menjadi “teladan” selalu diulang-ulang dalam Alkitab, misalnya dalam Filipi

4:9 berkata: “dan apa yang telah . . . kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat

padaku, lakukanlah itu.” Kata-kata “kamu lihat padaku” di sini menunjukkan bahwa

Paulus mengajar melalui teladannya. Ia mengajar hal-hal yang harus dilakukan

dalam kehiduapan mereka dengan perkataan kemudian melalui teladannya, ia

menunjukkan bagaimana mereka harus melakukan perkataan itu.36 Paulus telah

menjadi teladan bagi anak-anak rohaninya. Itu sebabnya Paulus menyuruh orang-

orang supaya menirunya, oleh karena Paulus telah meniru teladan Kristus seperti

yang dikatakan dalam 1 Korintus 11:1 yang berkata: “Jadilah pengikutku, sama

seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Inilah yang patut dilakukan oleh orang

tua, di mana orang tua harus meniru Kristus dan memberikan suatu teladan yang

baik kepada anak-anaknya. Sarumpaet mengatakan bahwa mengajar anak dengan

memberikan teladan akan lebih berhasil dari pada memberitahukan segala

peraturan dan nasehat tanpa contoh. Dan orang tua akan lebih tidak berhasil dalam

mengajar anaknya jika isi perkataannya bertentangan dengan kehidupannya.37

Benarlah apa yang dikatakan James bahwa: “Parents can use modeling in a highly

effective way to teach children in the family.38

Mengajar Melalui Kebaktian Keluarga

Kebaktian keluarga adalah waktu yang khusus bagi keluarga dan merupakan

persekutuan dengan Allah setiap hari. Di dalam kebaktian keluarga ini ada kesem-

patan untuk mengajar hal-hal rohani kepada anak-anak. Para navigator berkata

bahwa suatu metode yang mungkin dapat kita gunakan untuk mengajar anak-anak

ialah dengan mengadakan kebaktian atau persekutuan keluarga.39 Clyde juga

mengemukakan bahwa salah satu ciri seorang anak ialah anak selalu berubah, maka

kebaktian keluarga sangat penting bagi seorang anak oleh karena pandangan

hidupnya dibentuk oleh pengertian rohaninya, ini menolong menentukan akan

menjadi apa ia kelak.40

Jadi kebaktian keluarga bukan saja merupakan kesempatan untuk mengajar

hal-hal rohani saja tetapi juga dapat membina suatu persekutuan yang akrab, di

mana orang tua dan anak-anak mendapat kesempatan untuk berdoa bersama dan

saling bertukar pendapat tentang kehidupan anak dan sebagainnya. Maka sudah

seharusnya kita sebagai orang tua menyediakan waktu untuk mengadakan kebak-

tian keluarga. Tetapi sayang pada zaman ini banyak keluarga yang tidak menga-

dakan kebaktian keluarga dengan alasan terlalu sibuk, malas dan lain sebagainnya.

Ini semua menjadi hambatan dalam melaksanakan kebaktian keluarga.

36 Ibid., 201. 37 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 55. 38 Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, 300. 39 Navigator, Orang Tua dan Anak-anak, 73. 40 Clyde Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 9.

Page 15: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 104

Mengajar Anak melalui Disiplin

Disiplin ialah suatu aturan dan tata tertib yang digunakan dalam menjalankan

sebuah kehidupan baik itu di sekolah maupun di dalam keluarga. Dalam kamus

umum bahasa Indonesia, disiplin berarti “latihan batin dan watak dengan maksud

supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.41 Karena disiplin itu

merupakan suatu latihan supaya menaati tata tertib atau peraturan yang ada maka

orang tua hendaknya memberikan peraturan-peraturan yang bijaksana yang harus

ditaati oleh anak. Sarumpaet berkata bahwa di dalam keluarga tanpa disiplin akan

mengalami kesukaran. Oleh karena pendidikan tanpa aturan-aturan tertentu, tidak

akan berhasil banyak.42 Disiplin adalah salah satu metode mengajar atau mendidik

di dalam keluarga. Di mana perlu adanya ketegasan dalam hal apa yang harus

dilakukan, dan apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan.43 Disiplin berfungsi

untuk mengajar anak agar mematuhi semua peraturan-peraturan yang ada dan

melatih anak untuk taat semua peraturan yang diberikan oleh orang tua.

Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga yang harus

diperhatikan juga adalah tempat dan waktu dalam melaksanakan Pendidikan

Agama Kristen di keluarga. Tempat yang utama untuk kita mengajarkan Pendidikan

Agama Kristen seperti yang sudah dijelaskan yaitu di dalam keluarga. Oleh karena

keluarga merupakan lembaga pusat Pendidikan Agama Kristen. Wes Haystead

mengatakan bahwa rumah tangga atau keluarga merupakan pusat dari tanggung

jawab bagi pengajaran rohani.44 Dalam Ulangan 6:7 berkata: “Haruslah engkau

mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa-

bila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila

engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Jadi tempat kita mengajarkan

Pendidikan Agama Kristen bukan saja di rumah melainkan di mana saja tempat

yang memungkinkan kita untuk mengajar.

Sedangkan waktu untuk mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di keluarga

seperti yang terlihat di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan kepada kita tentang

waktu untuk pengajaran Pendidikan Agama Kristen itu diberikan. Ayat tersebut

menjelaskan kepada kita bahwa waktu untuk pengajaran Pendidikan Agama Kristen

adalah kapan saja di mana ada kesempatan untuk mengajar. Misalnya saja pada

waktu di rumah di mana kita berkumpul dengan keluarga, orang tua dapat menga-

jarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereja dan juga pada waktu berjalan-jalan

orang tua dapat mengajarkan firman Tuhan kepada anaknya. Juga pada waktu

berbaring baik itu siang hari maupun pada malam hari. Kita dapat mengajarkan

firman Tuhan kepada anak-anak kita, misalnya dengan membacakan satu ayat

firman Tuhan sebelum ia tidur. Dan pada waktu bangun tidur, kita bisa mengajak

41 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),

254. 42 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 101. 43 Y. Singgih D Gunarsa & Singgih D. Gurnarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2000), 136. 44 Wes Haystead, Mengajar Anak Tentang Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 20.

Page 16: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 105

anak kita untuk berdoa mengucap syukur dan mengingatkan anak bagaimana

Tuhan telah melindungi dari malam hingga pada pagi hari. Berkenaan dengan

tempat dan waktu pengajaran, Masmukit mengatakan bahwa orang tua harus meng-

ajarkan anaknya bukan saja di rumah melainkan juga jika berada dalam perjalanan,

bukan Cuma di waktu senggang melaikan juga jika sedang sibuk.45 Jadi waktu untuk

mengajar adalah sepanjang waktu dan harus diingat bahwa pemupukan rohani anak

tidak mengenal batas waktu dan tempat.

KESIMPULAN Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang

harus dilaksanakan bukan suatu pilihan. Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di

keluarga itu merupakan suatu keharusan maka otomatis itu merupakan sesuatu

yang sangat penting. Pendidikan Agama Kristen di keluarga penting karena itu

merupakan perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga Kristen

dan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan keluarga Kristen. Jika dalam

keluarga memegang peranan yang terpenting dalam Pendidikan Agama Kristen,

maka keluarga itu akan kokoh dan sehat. Kalau keluarga sehat dan kokoh maka

masyarakat pun turut menjadi kokoh dan sehat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama

Kristen sebaiknya mulai diajarkan dalam lingkup keluarga.

Dengan mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga maka akan

dihasilkan keluarga yang bahagia, jemaat yang bahagia dan juga masyarakat yang

bahagia. Karena jika kehidupan rohani keluarga-keluarga kristen rapuh, maka hal

ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan masyarakat yang lebih

luas. Dimana keluarga rapuh maka gerejapun akan rapuh. Jadi jika kita

mengingingkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina keluarga-

keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat dan bertumbuh dalam kehidupan

rohaninya.

REFERENSI __________. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2003 Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 Barney, Kenneth. Rumah Tangga Kristen. Malang: Gandum Mas, 1982. Budiyana, Hardi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: ANDI Offset,

2011 Dobson, James. Masalah Membesarkan Anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Dwijosiswojo Masmukit. Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen. Surabaya:

Yakin, 1980 _________. Eight Translation New Testement, Wheaton Illinois: Tyndale House

Publishers, 1974 _________. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina

Kasih/OMF, 1997 Haystead, Wes. Mengajar Anak Tentang Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988

45 Masmukit Dwijosiswojo, Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen, (Surabaya: Yakin,

1980), 13.

Page 17: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)

Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 106

__________. Hebrew, Greek Key Study Bible, Strong’s Dictionary Concordance Vocabulary. AMG Publishers.

Gunarsa Y. Singgih & Singgih D. Gurnarsa. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Haystead Wes. Mengajar Anak Tentang Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988 Hendriks Howard. Christian Education Foundation For The Future, Chicago: Moody

Press., 1991 Homrighausen, E. G. dan Enklaar, H. I. Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1993. Humes L. Arah Pendidikan Kristen Jilid I, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran

Injil Indonesia, 1983. Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen.

Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Lahaye, Tim. Kebahagiaan Pernikahan Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 Laufer, Ruth. Pedoman Pelayanan Anak, Batu Malang: Yayasan Persekutuan

Pekabaran Injil Indonesia Departemen Anak dan Pemuda, 1983 Narramore, Clyde. Mengadakan Renungan Keluarga, Bandung: Yayasan Kalam

Hidup. Nainggolan J.M. Strategi Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Generasi Info Media,

2008 Nuhamara Daniel. Pembimbing PAK, Bandung: Jurnal Info Media, 2007. Para Navigator. Orang Tua dan Anak-anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1980. Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,

1976. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Sarumpaet, R.I. Rahasia Mendidik Anak, Bandung: Indonesia Publishing House, 1987. Sembiri, Margaret, Coon Joyce dan Isaac. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Simamora Dame Taruli dan Rida Gultom. Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja

dan Pemuda, Medan: Mitra, 2011. Slaughter, James R. The Christian Educator’s Hand Book on Teaching, Canada: Victor

Books, 1988. Soekanto Soerjono. Anak dan Perilakunya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Thiessen, Henry. Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1995. Wiersbe, Warren W. Kaya di Dalam Kristus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Wright H. Norman. The Family That Listens, Wheaton Illinois: Victor Books, 1978. Young, E. Sepuluh Kiat Untuk Membesarkan Anak. Kunci Kebahagiaan Orang Tua.

Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2005.