Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 90
Vol 1, No 1, Agustus 2021 (90-106)
https://e-journal.stteriksontritt.ac.id/index.php/prosiding
Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Vonny Ells1, Norce L. Saleky2, Ninik Tri Utami3, Jevri Terok4, Marlina Nasrani J.5 1,2,3,4,5Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt
Abstract: Christian Religious Education is one thing that is very important to be taught to everyone. Christian religious education is not an option for everyone but is a very important thing because it is a mandate given by God to humans with the aim that humans can teach God's truth specifically in the family. This article provides an understanding of the importance of Christian Religious Education in the Family. By using a qualitative approach and using a case study description method, it is concluded that Christian Religious Education in the family is something that is very ungen to be implemented in today's Christian families.
Keywords: Christian education; Christian family
Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan satu hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada semua orang. Pendidikan Agama Kristen bukan suatu pilihan bagi setiap orang tetapi merupakan suatu hal yang sangat penting karena merupakan mandat yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan tujuan agar manusia dapat mengajarkan mengenai kebenaran Allah secara khusus dalam keluarga. Artikel ini memberikan sebuah pemahaman betapa pentingnya Pendidikan Agama Kristen di Keluarga. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskripsi studi kasus, disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan sesuatu yang sangat ungen untuk dilaksanakan di dalam keluarga Kristen masa kini. Kata Kunci: keluarga Kristen; pendidikan agama Kristen
PENDAHULUAN Pada masa ini Pendidikan Agama Kristen di keluarga Kristen seringkali kurang
mendapat perhatian bahkan diabaikan oleh banyak keluarga-keluarga Kristen. Ada
banyak keluarga Kristen yang melepaskan tanggung jawabnya dalam melaksanakan
Pendidikan Agama Kristen di keluarga dan memberikan tanggung jawab itu kepada
gereja dan sekolah-sekolah. Kebanyakan orang Kristen bila ditanyakan mengenai
Pendidikan Agama Kristen akan menyebutkan hanya sekolah minggu, katekisasi dan
Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah.1 Bahkan terlalu sering orang tua atau
keluarga pada masa kini menyerahkan beban Pendidikan Agama Kristen kepada
sekolah-sekolah dan gereja untuk memikul tanggung jawab terbesar dalam
memberikan Pendidikan Agama Kristen tersebut kepada anak-anak mereka.2
Sehingga orang Kristen lupa bahwa lembaga pendidikan terbaik di dunia adalah
1 L. Humes, Arah Pendidikan Kristen Jilid I, (Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
Indonesia, 1983), 23. 2 Kenneth Barney, Rumah Tangga Kristen, (Malang: Gandum Mas, 1982), 25.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 91
keluarga dan kebanyakan masyarakat atau keluarga pada masa kini telah melalai-
kan kesempatan ini dan mencoba menjadikan sekolah, televisi, dan juga gereja
sebagai gantinya.3
Melihat akan beberapa pendapat di atas, sudah jelas bahwa ada banyak kelu-
arga-keluarga Kristen pada masa kini yang memberikan tanggung jawabnya dalam
melaksanakan Pendidikan Agama Kristen kepada sekolah-sekolah dan gereja saja
dan memiliki pemahaman yang keliru atau kurang benar tentang PAK di keluarga.
Hal tersebut jika dibiarkan dapat memberi pengaruh yang buruk bagi keluarga-
keluarga itu sendiri, bagi gereja dan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Orang
Kristen harus tahu bahwa gereja itu terdiri dari keluarga-keluarga, dan masyarakat
juga terdiri dari keluarga-keluarga, jadi jika kehidupan rohani keluarga-keluarga
Kristen rapuh, maka hal ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan
masyarakat yang lebih luas. apabila keluarga rapuh maka gereja pun akan rapuh.
Jadi jika kita menginginkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina
keluarga-keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat. Itulah sebabnya gereja dan
keluarga harus bekerja sama memikirkan bagaimana caranya untuk dapat membina
atau membangun keluarga yang kokoh dalam pendidikan Agama Kristen.
Artikel ini bertujuan menegaskan pentingnya Pendidikan Agama Kristen di
Keluarga. Tesis penelitian ini adalah, mengajarkan tentang Pendidikan Agama Kris-
ten di Keluarga itu sangat penting, supaya setiap keluarga Kristen tahu bahwa
Pendidikan Agama Kristen di keluarga dapat menolong setiap anggota keluarga
untuk mengenal siapa Kristus dan mampu melaksanakan Pendidikan Agama Kristen
itu di dalam keluarga.
METODE PENELITIAN Untuk mengungkapkan persoalan Pendidikan Agama Kristen di keluarga,
maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini
merupakan studi pustaka dengan mendeskrupsikan beberapa kasus pembelajaran
PAK di Keluarga. Studi ini merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, ling-
kungan, dan situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami
sesuatu hal4 khususnya digunakan untuk dapat mengungkapkan secara mendalam
dan luas tentang pendidikan agama Kristen di keluarga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan soal yang amat penting dalam
kehidupan gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad
modern ini gereja terus menggumuli peranan Pendidikan Agama Kristen dalam ke-
hidupan Kristen. Pertama-tama bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan tugas
utama gereja, kemudian berkembang ke luar gereja, lingkungan keluarga, masya-
3 Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 87. 4 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 187-188.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 92
rakat hingga lingkungan pendidikan. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman yang
benar tentang Pendidikan Agama Kristen dan tujuan Pendidikan Agama Kristen.
Pendidikan Agama Kristen adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami
dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus, yang dinyatakannya dalam
kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungannya.5
Pendidikan Agama Kristen juga berarti proses pengajaran dan pembelajaran
yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh
Kudus yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan, yang
melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan
kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi
mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung
dan perintah yang mendewasakan para murid.6
Pengertian yang lain tentang Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang
sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau
memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan,
atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil dari usaha tersebut.7 Dengan demikian
Pendidikan Agama Kristen adalah dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar,
muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan
oleh dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaatNya yang
mengakui dan mempermuliakan namaNya di segala waktu dan tempat,8 karena
Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berisi ajaran tentang iman
Kristen, yang menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan (kognitif),
sikap dan nilai-nilai (afektif) dan ketrampilan (psikomotor) yang berdasarkan iman
Kristen.9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah usaha yang
dilakukan secara sadar, sistematis dan berkesinambungan untuk mewariskan dan
menumbuhkan serta mengembangkan peserta didik agar dengan pertolongan Roh
Kudus dapat memahami kasih dan rencana Allah melalui Yesus Kristus dalam
setiap aspek kehidupannya dan menyatakannya dalam kehidupan sehari-hari baik
terhadap sesama maupun terhadap lingkungannya dan mengakui serta memuliakan
nama Yesus Kristus di segala waktu dan tempat. Dan didalamnya menekankan
ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta ketrampilan.
Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah: Pertama, untuk menjadikan mere-
ka murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan di
tengah-tengah dunia, jadi tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen adalah
5 Dame Taruli Simamora dan Rida Gultom, Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja dan Pemuda,
(Medan: Mitra, 2011), 10. 6 Ibid, 11. 7 J. M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2. 8 E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 39. 9 Hardi Budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2011), 4.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 93
menjadikan peserta didik murid sejati, apa pun arti dari ungkapan menjadi murid.10
Kedua, untuk membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangan-
nya, dengan cara pendidikan kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman
akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan
juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang efektif. Di dalam tujuan
yang kedua ini, ada dua tujuan akhir, yakni: pengenalan serta pengalaman akan
tujuan dan rencana Allah dalam Kristus,dan menjadi pelayan yang efektif.11
Komisi PAK dari Dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan
tujuan akhir dari Pendidikan Agama Kristen dengan kata-kata sebagai berikut:
“Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang
nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke da-
lam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasih-
nya terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-
hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus yang
hidup.”12 Nainggolan berpendapat bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Kristen
mengandung tiga aspek penting yaitu: Pertama; Aims, yaitu tujuan yang akan
dicapai pada akhirnya (menuju kedewasaan iman). Kedua; Goals, yaitu tujuan yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu (paket). Dan ketiga; Objektives, yaitu
tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses belajar-mengajar dalam satu kali
tatap muka. Definisi yang paling tepat dalam kaitannya dengan Pendidikan Agama
Kristen adalah untuk mencapai kedewasaan iman. Seluruh proses Pendidikan
Agama Kristen haruslah bertujuan untuk membawa peserta didik kepada taraf
kedewasaan iman.13 Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama
Kristen adalah untuk membawa peserta didik mengenal Allah di dalam Yesus
Kristus dan menjadikan peserta didik dewasa di dalam iman serta menyatakan iman
tersebut di dalam kehidupannya setiap hari.
Pentingnya Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang
harus dilaksanakan bukan suatu pilihan, seperti yang dijelaskan oleh Howard
Hendriks, seorang profesor pendidikan Kristen di Seminary Teological Dalas.
Howard mengatakan: “Christian education is not an option, it is an order, it is not a
luxury, it is a life. It is not something nice to have, it is something nesessary to have.
It is not a part of the work the church, it is the work of the church. It is not
extraneous, it is essential. It is our obligation, not merely an option”. (Pendidikan
Kristen bukan pilihan, tetapi suatu perintah; itu bukan merupakan sebuah barang
yang mewah, tetapi sebuah kehidupan. Itu bukan sesuatu hal yang bagus sehingga
harus dimiliki tetapi suatu kebutuhan yang harus dimiliki. Itu bukan merupakan
sebagian dari pekerjaan gereja, tetapi itu adalah pekerjaan gereja. Itu bukan sesuatu
10 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 30. 11 Ibid., 31. 12 Ibid. 13 J.M. Nainggolan, Strategi Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2008), 2.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 94
hal yang tak ada hubungannya (sampingan), tetapi suatu hal yang utama. Itu
kewajiban kita dan bukan pilihan kita).14
Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu merupakan suatu keha-
rusan maka otomatis itu merupakan sesuatu yang sangat penting. Ada tiga alasan
mengapa Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu penting, yaitu yang pertama
Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu sangat penting oleh karena Pendidikan
Agama Kristen di keluarga merupakan perintah dari Allah (Ul. 6:7; Ef. 6:4). Alasan
yang kedua, adalah karena Pendidikan Agama Kristen di Keluarga memiliki
manfaat-manfaat yang besar. Dan yang keempat yaitu karena ada akibat negatif
yang kita dapati apabila kita melalaikan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga.
PAK di keluarga adalah Perintah Allah, Dalam Perjanjian Lama terdapat bagian
firman Tuhan yang kaya dan relevan yang berhubungan dengan mendidik anak
yaitu dalam Kitab Ulangan fasal 6, dimana dalam Ulangan 6:1-3 bangsa Israel
diperintahkan Allah untuk melakukan ketetapan dan peraturan yang diberikan
Allah dengan tujuan supaya bangsa Israel dan keturunan mereka takut akan Tuhan
(Ul. 6:2a) dan supaya mereka lanjut umur (Ul. 6:2b). Untuk itu bangsa Israel
mengajar anak-anak mereka tentang kasih Allah tersebut (Ul. 6:4-7), Kalau kita
perhatikan nats tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya Musa
sedang berbicara dengan para orang tua mengenai hubungan orang tua dengan
Tuhan mereka. Orang tua harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan
jiwa serta kekuatan mereka, sebelum mereka mengajar anak-anak mereka. Karena
sebelum mengajar kasih Allah kepada anak-anak mereka, orang tua harus sudah
lebih dahulu mengasihi Allah dan mempunyai hidup yang benar secara rohani
sehingga dapat mendidik dan mengajar dengan baik dan berhasil.
Musa berkata dengan tegas, “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan” (Ul. 6:6). Salah satu cara utama untuk mengungkapkan
kasih kepada Allah (Ul. 6:5) ialah memperdulikan kesejahteraan rohani anak-anak
kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah.
Dikatakan demikian oleh karena pembinaan rohani anak-anak seharusnya meru-
pakan perhatian utama semua orang tua. Juga pengarahan rohani harus berpusat di
dalam rumah, dan melibatkan ayah dan ibu. Pengabdian kepada Allah di dalam
rumah tangga wajib dilakukan; hal itu adalah perintah langsung dari Tuhan (Ul. 6:7-
9). Tujuan dari pengarahan orang tua ialah mengajar anak-anak untuk takut akan
Tuhan, berjalan pada jalanNya, mengasihi dan menghargai Dia, serta melayani Dia
dengan segenap hati dan jiwa. Oleh sebab itu orang percaya harus dengan tekun
memberikan kepada anak-anaknya pendidikan yang berpusatkan Allah di mana
segala sesuatu dihubungkan dengan Allah dan jalan-jalanNya.15
Inilah tugas yang sangat penting yang berulang-ulang diperintahkan Allah di
dalam Alkitab, seperti juga yang tertulis di dalam Ulangan 11:18 – 20 dan di dalam
14 Howard Hendriks. Christian Education Foundation For The Future. (Chicago: Moody Press,
1991), 12. 15 __________, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Malang: Gandum Mas, 2003), 285.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 95
Amsal 22:6 dan Amsal 29 : 17. Dalam kedua ayat dalam Amsal 22 : 6 dan Amsal 29 :
17, dijelaskan bahwa orang tua harus mendidik anak-anaknya. Didikan itu harus
menurut jalan yang patut baginya. Adapun didikan menurut “jalan yang patut
baginya” yaitu dengan cara mengajarkan prinsip-prinsip atau perintah-perintah
Allah di dalam keluarga.
Orang tua harus mengabdikan diri mereka untuk memberikan didikan disiplin
roahni kepada anak-anak mereka. Kata Ibrani untuk “mendidik” berarti “meng-
abdikan”. Jadi, didikan Kristen bertujuan mengabdikan anak-anak kita kepada Allah
dan kehendakNya. Ini tercapai dengan memisahkan mereka dari pengaruh-
pengaruh jahat dunia dan mengajar mereka berperilaku saleh. Akar kata yang sama
juga bisa berarti “memberi atau meningkatkan kegemaran akan”; orang tua harus
mendorong anak-anak mereka agar mereka sendiri mencari Allah dan dengan
demikian dapat menikmati pengalaman-pengalaman rohani yang takkan mereka
lupakan. Kata “ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu”. Ini berarti bahwa
seorang anak yang telah dididik dengan benar tidak akan menyimpang dari jalan
saleh yang telah diajarkan orang tuanya. 16
Jadi mengajar Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan tanggung
jawab bahkan merupakan kewajiban yang diberikan Allah kepada orang tua Kristen,
karena itu kewajiban maka harus dilaksanakan. Apabila tanggung jawab tersebut
sudah dijalankan maka firman Tuhan berjanji bahwa anak-anak itu tidak akan
menyimpang dari apa yang telah mereka dengar dari ajaran orang tua mereka dan
anak-anak itu juga akan memberikan ketentraman serta mendatangkan sukacita
bagi orang tua. Dan terlebih lagi anak-anak itu dapat mengikuti perintah atau
hukum-hukum Tuhan dan dapat menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup ini.
Seperti yang dijelaskan oleh paraNavigator dalam buku “Orang Tua dan Anak”
bahwa: “Apabila kita mendidik anak-anak kita sejak awalnya maka kita telah
menolong dan membimbing mereka untuk hidup di dalam Tuhan serta memper-
siapkan mereka sungguh-sungguh mengenal Tuhan dan dapat menghadapi tan-
tangan hidup ini.”17
Dalam ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menghendaki agar perintah
atau hukum-hukum Tuhan yang pada masa ini disebut dengan Pendidikan Agama
Kristen itu dilaksanakan di dalam keluarga. Dan oleh karena Pendidikan Agama
Kristen itu sesuatu yang penting dan harus untuk dilaksanakan, maka tidak ada
alasan bagi keluarga-keluarga Kristen untuk tidak melaksanakannya. Dalam
Perjanjian Baru, mandat Allah tentang pendidikan itu dapat kita lihat terutama
dalam surat rasul Paulus yang terdapat di dalam Efesus 6 : 4. Dalam ayat ini ada dua
perintah yang diberikan kepada orang tua khususnya bapa-bapa. Perintah tersebut
adalah, yang pertama, jangan menyakiti hati anak-anak sehingga membuat mereka
menjadi marah. Dan perintah yang kedua adalah perintah untuk mendidik anak-
anak mereka.
16 Ibid, 994. 17 Para Navigator, Orang Tua dan Anak-anak, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1980) , 64.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 96
Kewajiban yang penting dari para orang tua ialah memberikan kepada anak
mereka ajaran dan teguran yang termasuk pengasuhan Kristen. Orang tua harus
menjadi teladan dalam kehidupan dan perilaku Kristen, serta lebih mempedulikan
keselamatan anak mereka daripada pekerjaan, profesi, pelayanan mereka di gereja
atau kedudukan sosial mereka. Menurut perkataan Paulus dalam ayat tersebut di
atas, maka orang tua harus bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan
kepada anak mereka yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan
kepada Allah. Yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan alkitabiah
dan rohani kepada anak-anak adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah minggu.
Gereja dan sekolah minggu hanya membantu didikan dari orang tua. Inti peng-
asuhan Kristen ialah: hati bapa harus berpaling kepada hati anaknya agar dapat
membawa hati anak itu kepada hati Juruselamat.18 Warren Wiersbe meng-
ungkapkan bahwa, kata asli didiklah (bahasa Yunani: Ektrefete) yang diterjemahkan
menjadi “mendidik” yang terlihat dalam ayat 4 di atas, sama dengan kata yang
terdapat dalam Efesus 5:29 yang diterjemahkan menjadi “mengasuh” (bahasa
Yunani: ektrefetei). Di mana orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan
mengasihi dan memberikan dorongan di dalam Tuhan. Tidak cukup kalau ia hanya
membesarkan atau memelihara anak-anak secara jasmani tetapi juga harus
memelihara mereka secara emosional dan spiritual.19 Orang tua harus mengasuh
anak-anak dalam segala hal, baik itu dalam hal memenuhi kebutuhan jasmani
mereka dan memenuhi kebutuhan rohani mereka, dan kedua hal ini harus dipenuhi
oleh orang tua.
Selanjutnya Wiersbe menjelaskan bahwa kata “didiklah” (bahasa Yunani:
paideia) juga mengandung arti belajar melalui disiplin. Kata ini diterjemahkan
menjadi menghajar dalam Ibrani 12. Di mana orang tua harus mendisiplin anak-
anak mereka. Mendisiplin di sini bukan berarti tidak mengasihi mereka tetapi
disiplin merupakan prinsip kehidupan yang sangat penting dan itu merupakan
suatu bukti kasih, itu dapat kita lihat dalam Ibrani 12:6 dan Amsal 13:24.”20 Arti
kata “nasehat” (bahasa Yunani: nouthesia) dalam ayat tersebut di atas mengandung
arti bahwa orang tua harus mengajar dan mendidik anak-anak mereka. Dalam
mendidik anak, orang tua tidak hanya menggunakan tindakan untuk mendidik anak,
tetapi juga melalui kata-kata dan tentu saja ajaran orang tua harus selalu berkaitan
dengan firman Tuhan.21 Ini berarti bahwa orang tua harus mengasuh atau mendidik
anak-anak itu di dalam disiplin dan nasehat Tuhan. Nasehat ini berupa pendidikan
lisan atau koreksi yang diberikan atau dengan kata lain memperingati. Hal ini jelas
sekali terlihat dalam terjemahan versi New English Bible: “You Fathers, again, must
not goad your children to resentment, but give them the instruction, and the
18 Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Malang: Gandum Mas, 2003), 1994 19 Warren W. Wiersbe, Kaya di Dalam Kristus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t), 146. 20 Ibid. 21 Ibid, 147.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 97
correction, which belong to a Christian upbringing.”22 Yang berarti, “Kamu bapa-
bapa, sekali lagi, janganlah mendorong anak-anakmu kepada kemarahan, melainkan
memberi kepada mereka baik pendidikan maupun koreksi yang berkaitan dengan
pengasuhan Kristen.” Jelas sekali bahwa di dalam keluargalah tempat di mana anak-
anak belajar mengenai Tuhan dan kehidupan Kristen. Untuk itulah sudah waktunya
orang tua Kristen mulai mendidik anak-anak mereka dan untuk melaksanakan
Pendidikan Agama Kristen di keluarga mereka.
Selain Pendidikan Agama Kriten di Keluarga penting karena merupakan
perintah Allah, tetapi juga Pendidikan Agama Kristen di keluarga itu penting karena
memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh apabila Pendidi-
kan Agama Kristen itu dilaksanakan di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Pertama, anak-anak itu dapat mengenal dan percaya akan Tuhan Yesus dan mem-
peroleh keselamatan. Ruth Laufer mengatakan bahwa keselamatan diperoleh oleh
anak dengan cara menerima apa yang Tuhan sediakan. Oleh karena untuk seorang
anak tidak kesulitan menerima sesuatu. Sehingga pada waktu seorang anak
mendengar dan mengerti tentang kasih Allah, yang sudah mengirim Tuhan Yesus
karena dosanya, maka anak itu juga dapat membuka hati dan menerima
keselamatan yang disediakan bagi anak tersebut.23
Manfaat Kedua, jika Pendidikan Agama Kristen itu dilaksanakan maka anak-
anak tersebut tidak akan meninggalkan didikan orang tuanya dan tidak
menyimpang dari jalan yang diajarkan dalam firman Tuhan. Karena anak tersebut
dapat mempertahankan kelakuan mereka yang bersih jika mereka terus mendengar
pengajaran orang tua melalui firman Tuhan. Seperti kata firman Tuhan dalam
Mazmur 119:9, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya
bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Tetapi seringkali kita takut
bahwa anak yang percaya akan Tuhan Yesus tidak tetap iman mereka. Tetapi sesuai
dengan firman Tuhan di dalam Amsal 22:6, Tuhan berjanji bahwa anak yang
diajarkan jalan Tuhan tidak akan menyimpang dari padanya pada masa tuanya.24
Juga seperti yang dijanjikan Tuhan dalam Yesaya 55:11, Firman Tuhan akan terus
berbicara di dalam hati anak sehingga ia mampu untuk mempertahankan kehidupan
yang bersih dan tidak akan menyimpang dari jalan yang diajarkan dalam firman
Tuhan.
Manfaat yang ketiga adalah anak tersebut akan bertindak hati-hati sesuai
dengan firman Tuhan yang telah diterimanya dari ajaran orang tua dan kehidupan
keluarga tersebut akan berhasil dan beruntung, seperti yang dijelaskan dalam Yosua
1:7 dan 8. Manfaat yang keempat adalah anak-anak dapat memuliakan Allah, apabila
kita sebagai orang tua dapat memperkenalkan Tuhan Yesus kepada anak-anak maka
reaksi mereka ketika mengetahui perbuatan Allah yang sungguh luar biasa dalam
22 _________, Eight Translation New Testement, (Wheaton Illinois: Tyndale House Publishers,
1974), 1415. 23 Ruth Laufer, Pedoman Pelayanan Anak, (Batu Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
Indonesia Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, 1983), 10. 24 Ibid., 11.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 98
hidupnya adalah dengan langsung mereka dapat memuliakan Allah. Anak kecil lebih
spontan dala hal menyanyi dan memuji Tuhan dari pada orang dewasa. Pujian dari
hati anak berkenan kepada Bapa di sorga, seperti yang tertulis dalam Mazmur 8:3
dan Matius 21:15–16.”25 dan Manfaat yang kelima apabila Pendidikan Agama
Kristen itu dilaksanakan di keluarga maka, anak tersebut dapat menjadi garam dan
terang dunia bagi masyarakat, negara bahkan bagi generasi yang akan datang.
Apabila nanti kelak anak itu bekerja dalam pemerintahan, anak itu dapat membawa
berkat bagi masyarakat karena kehidupannya yang jujur dan bertanggung jawab.
Seperti yang terlihat dalam kehidupan Ester yang mana melalui dia bangsa Yahudi
diselamatkan. Juga melalui Daniel, raja dan bangsa kafir mengenal Allah, melalui
Yusuf bangsa kafir diselamtkan dan ia menyelamatkan bangsa Mesir dari kelaparan.
Ini semua oleh karena semenjak kecil mereka diajarkan hukum Tuhan atau Firman
Tuhan di dalam keluarga mereka.26 Melihat akan manfaat-manfaat yang besar yang
akan diperoleh maka seharusnya keluarga-keluarga Kristen pada masa kini lebih
lagi bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan Pendidikan Agama
Kristen di dalam keluarganya.
Apabila kita melakukan Pendidikan Agama Kristen maka kita akan memper-
oleh banyak manfaat di dalamnya, tetapi jika kita mengabaikannya maka akan ada
akibat negatif yang akan diperoleh. Dalam Alkitab ada beberapa contoh keluarga
yang tidak sungguh-sungguh melaksanakan Pendidikan Agama Kristen. Pertama,
dapat dilihat dalam kehidupan Imam Eli, di mana walaupun ia seorang imam tetapi
firman Tuhan katakan bahwa anak-anaknya adalah orang-orang dursila yang tidak
mengindahkan Tuhan. Anak-anak Eli menjadi jahat dan disebut orang-orang dursila
oleh karena Eli tidak mendidik mereka dengan baik. Padahal ia telah membesarkan
Samuel dengan baik. Bekker mengatakan bahwa Eli bukan seorang yang tegas dan
kuat. Sehingga kedua anaknya, yaitu Hofni dan Pinehas, dibiarkan saja berbuat
jahat. Memang betul Eli menegur kedua anaknya, tetapi ia tidak menghukum
mereka, sehingga makin hari makin menjadi nyata.27
Akibat dari semuanya itu Allah menghukum keluarga Eli, seperti yang terdapat
dalam 1 Samuel 3:13. Adapun bentuk hukuman yang Allah berikan bagi kedua anak
Eli, yaitu keduanya tidak hidup lama, karena Tuhan akan mematikan mereka, dan
itu terbukti di mana akhirnya kedua anak itu tewas dalam pertempuran melawan
orang Filistin (1Sam. 2:25c; 4:11). Bagi Eli sendiri bentuk hukuman yang dialami
yaitu Eli juga mati akibat jatuh dari kursi dan lehernya patah (1Sam. 4:18). Dan
tidak ada keturunannya yang menggantikan dia sebagai imam oleh karena semua
keturunannya mati terbunuh (1Sam. 2:31, 33). Seperti yang dijelaskan Bekker bah-
wa karena dosa-dosa Eli maka segala orang laki-laki dari keturunan Eli akan mati
pada masa akil baliq. Dan pangkat imam besar akan diserahkan kepada orang lain.
Nubuatan itu terjadi kemudian pada waktu imam-imam di Nob dibunuh oleh Raja
25 Laufer, Pedoman Pelayanan Anak, 11. 26 Ibid, 12. 27 F. L. Bakker. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 459.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 99
Saul (1Sam. 22).28 Oleh karena perbuatan-perbuatan anak-anak Eli, bangsa Israel
juga ikut melakukan pelanggaran dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan
Tuhan menghukum bangsa Israel, yaitu bangsa Israel kalah melawan orang Filistin
dan tabut Tuhan dirampas oleh orang Filistin (1Sam. 4:10, 17).
Contoh yang lain dapat kita lihat juga di dalam Hakim-hakim 2:6-15, dimana
dijelaskan bahwa setelah Yosua mati dan angkatan pada masa Yosua mati, maka
bangkitlah angkatan yang lain yang tidak mengenal Tuhan, dan orang Israel
melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Hak. 2:8–11). Ini menunjukkan bahwa
angkatan-angkatan pada masa Yosua mengabaikan pengajaran tentang perintah-
perintah Tuhan dan perbuatan-perbuatan yang besar yang dilakukan Tuhan kepada
keturunan mereka, sehingga akhirnya angkatan sesudah mereka sungguh-sungguh
tidak mengenal Tuhan dan melakukan yang jahat di mata Tuhan.
Seperti yang dikatakan dalam Hakim-hakim 2:10–11: “Setelah seluruh ang-
katan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu
angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilaku-
kanNya bagi orang israel. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.” Akhirnya Tuhan menjadi marah
atas perbuatan mereka dan menghukum mereka (Hak. 2:14-15). Adapun bentuk
hukuman yang Tuhan berikan yaitu Tuhan menyerahkan mereka ke tangan
perampok dan menjual mereka kepada musuh mereka oleh karena tangan Tuhan
selalu melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka (Hak. 2:14-
15). Contoh yang ketiga dapat kita lihat dari kehidupan keluarga Samuel, di mana
anak-anak Samuel juga sama seperti anak-anak Eli yang hidup tidak sesuai dengan
Firman Tuhan dan berlaku jahat di mata Tuhan yaitu mereka selalu mengejar laba
dan menerima suap dan memutarbalikkan keadilan, seperti yang dikatakan dalam 1
Samuel 8:3. Anak-anak Samuel menjadi orang-orang jahat. Itu mungkin disebabkan
oleh karena Samuel terlalu mementingkan pelayanan keluar dan mengabaikan
pelayanan dalam keluarganya sendiri, ia sibu melayani orang lain dari pada
keluarganya sendiri.29 Akibat dari kejahatan anak-anak Samuel, bangsa Israel me-
minta seorang raja dan menolak Tuhan sebagai raja mereka. Seperti yang dikatakan
dalam Ensiklopedia Umum: “Akibat dari kejahatan anak-anaknya itu menyebabkan
adanya ketidakpuasan bangsa Israel terhadap sistem pemerintahan hierarki dan
menuntut sistem yang lain yaitu sistem monarki, di mana harus ada seorang raja”30
Dari ketiga contoh firman Tuhan ini maka dapat disimpulkan bahwa ada akibat yang
fatal jika kita tidak mengajarkan hukum-hukum Tuhan dan perbuatan Tuhan yang
besar kepada anak.
Akibat buruk jika kita tidak mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di dalam
keluarga, adalah:
28 Ibid, 461. 29 __________, Hebrew, Greek Key Study Bible, Strong’s Dictionary Concordance Vocabulary, (AMG
Publishers, t.th), 376. 30 ___________, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997), 376.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 100
Bagi Anak Itu Sendiri
Pertama-tama anak itu sendiri tidak akan mengenal Tuhan dan tidak percaya
kepada Tuhan dan akhirnya hidupnya jauh dari jalan-jalan Tuhan serta melakukan
hal-hal yang jahat di mata Tuhan dan tidak dapat memuliakan Allah dalam
kehidupannya setiap hari. Kedua, karena mereka menyimpang dari jalan Tuhan,
maka Tuhan tidak memberkati dan bahkan menghukum mereka. Seperti Hofni dan
Pinehas serta keturunan Yosua yang hidup jauh dari ketetapan Tuhan maka Tuhan
juga akan menghukum anak yang melakukan kejahatan. Telah dijelaskan di atas
bahwa kedua anak Eli mati karena pelanggarannya. Keturunan Yosua diserahkan
kepada perampok dan dijual kepada musuh, serta Tuhan sendiri melawan dan
mendatangkan malapetaka kepada mereka karena hati mereka yang jauh dari
Tuhan atau tidak mengenal Allah (1Sam. 2:25c; 14:11; Hak. 2:14-15).
Akibat Bagi Keluarga itu Sendiri
Pendidikan Agama Krisnten yang diabaikan dalam keluarga bukan saja ber-
akibat buruk bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi keluarga itu. Keluarga akan
mendapat malu akibat dari perbuatan anak-anaknya yang tidak sesuai dengan
firman Tuhan dan akan mendapat banyak masalah di dalam keluarga dan kehi-
dupan keluarga tidak akan berhasil dan beruntung serta bahagia. Dalam kitab Amsal
dijelaskan bahwa apabila anak itu tidak menuruti firman Tuhan yang merupakan
akibat dari orang tua yang mengabaikan pengajaran rohani, maka ayah dan ibunya
akan menjadi dukacita dan menjadi sakit hati serta mendatangkan bencana bagi
keluarga tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Amsal yang berkata: “Anak
yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah
kedukaan bagi ibunya. Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang
bebal menghina ibunya. Anak yang bebal menyakiti hati ayahnya... anak yang bebal
adalah bencana bagi ayahnya.” (Ams. 10:1; 15:20; 17:25a; 19:13a). Dalam kasus
keluarga Eli, bukan saja nama buruk yang mereka terima, tetapi hukuman Allah juga
menimpa Eli sebagai orang tua karena mengabaikan pengajaran rohani. Adapun
hukuman yang diterima oleh Eli yaitu Eli sendiri mati dan tidak ada keturunannya
yang menggantikan dia sebagai imam oleh karena semua keturunannya mati
terbunuh (1Sam. 2:13, 33). Bisa jadi seperti hukuman yang ditimpa oleh Eli, maka
Allah juga akan menghukum keluarga yang tidak melaksanakan Pendidikan Agama
Kristen di dalam keluarganya.
Akibat Bagi Masyakarat Luas
Bukan saja ada akibat bagi anak dan keluarga, tetapi juga bagi masyarakat lu-
as. Di dalam masyarakat anak itu tidak dapat menjadi garam dan terang, tetapi
malah menjadi anak yang dapat merusakkan dan menggangu kehidupan masya-
rakat di sekitarnya. Seperti kejahatan yang dilakukan kedua anak Eli membuat
bangsa Israel mengikuti melakukan pelanggaran kepada Tuhan maka kemungkinan
besar juga masyarakat di sekitar anak itu bisa mengikuti perbuatan anak yang jahat
itu, dan akhirnya masyarakat akan hidup tidak tentram akibat dari perbuatannya.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 101
Melihat akan akibat-akibat buru tersebut di atas maka seharusnya ini menjadi
pendorong bagi keluarga-keluarga Kristen untuk melaksanakan Pendidikan Agama
Kristen di keluarga dengan serius.
Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga Pendidikan Agama Kristen di keluarga harus dilakukan dan yang menjadi guru
dalam mengajar anak-anak dalam Pendidikan Agama Kristen adalah orang tua.
Soerjono Soekanto menegaskan bahwa Ayah dan ibu sebagai orang tua yang paling
bertanggung jawab terhadap anak-anak sejak mereka dilahirkan, dan alangkah
sedihnya bila pendidikan si anak terpaksa harus diserahkan kepada pihak lainnya
yang kurang dapat menyadari tanggung jawabnya, misalnya saja sering kita temui
bagaimana anak-anak diserahkan atau ditinggalkan di rumah bersama pembantu.31
Jadi, sebenarnya tugas mendidik itu bukan tugas bapak saja, atau ibu saja tetapi
tugas kedua-duanya sebagai orang tua. Dan orang tua harus ingat bahwa mereka
bukan saja sebagai orang tua dari anak-anak mereka tetapi juga sebagai guru dalam
keluarga. Oleh karena mereka juga adalah guru dalam keluarga, maka perlu sekali
orang tua mengajarkan segala hal supaya anak-anak bertambah dalam pengetahuan.
Norman Wright memberikan empat prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua
sebagai seorang guru atau pendidik yaitu: Pertama, Children Learn by Imitation
(Anak Bertambah Pengetahuan Oleh Peniruan). Kedua, Indiiduals Learn Better When
They Ask to be Taught Something (Seorang anak akan belajar lebih baik dengan
banyak bertanya). Ketiga, For children, learning is more likely to occur when the
learning activity is enjoyable or has an obvious purpose in it. (Anak belajar lebih baik
kalau pelajaran itu menarik perhatian mereka atau kalau ada tujuan yang jelas).
Keempat, Children and adults learn more easily if learning has immediate meaning
(Anak belajar lebih baik kalau ada arti atau makna yang diterapkan pada waktu
belajar).32
Mengenai isi pengajaran dapat kita lihat dalam Ulangan 6:1 yang berkata:
“Inilah perintah yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas
perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk
mendudukinya.” Menurut ayat ini, isi pengajaran yang harus diajarkan dalam
Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga adalah “ketetapan” dan “peraturan
Allah.” Secara ringkas isi dari Pendidikan Agama Kristen, menurut Dobson menca-
kup lima konsep Alkitabiah yang harus dengan sengaja diajarkan kepada anak-anak
yaitu: mengajar anak mengasihi Tuhan Allah, mengajar anak mengasihi sesama
manusia, mengajar anak melakukan kehendak Tuhan, Mengajar anak berpegang
pada perintah-perintah Tuhan, dan Mengajar anak menguasai diri.
Di atas telah dibahas tentang orang tua adalah sebagai pendidik atau guru
dalam keluarga. Di mana orang tua diperintahkan Allah untuk mengajar anak-
anaknya. Sebagai pendidik atau guru yang baik orang tua harus mengetahui cara-
cara atau metode yang efektif untuk mengajar anak-anaknya. Tetapi kadang-kadang
31 Soerjono Soekanto, Anak dan Perilakunya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 106. 32 H. Norman Wright, The Family That Listens, (Wheaton Illinois: Victor Books, 1978), 57.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 102
orang tua telah berusaha mengajar namun tidak berhasil. Ini disebabkan oleh
karena mereka tidak tahu cara untuk mengajar anak-anaknya. James dan Merry
berkata: “Banyak orang tua memperlemah kekuatan mengajar mereka dan meng-
gunakan metode-metode yang tidak efektif.33 Dan memang banyak sekali orang tua
yang mengajar dengan tidak menggunakan metode yang efektif, dan tidak tahu
caranya untuk mengajar anaknya. Akibat dari ketidaktahuan dan ketidakberhasilan
dalam mengajar maka cenderung orang tua memberikan tanggung jawab itu kepada
orang lain. Itu sebabnya orang tua harus berusaha memikirkan metode apa yang
baik yang dapat digunakan dalam mengajar, karena dengan demikian orang tua
dimotivasikan untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik. Hal
tersebut diatas juga dijelaskan oleh James Slaughter demikian: By having some
understanding of effective teaching methods the parent – teacher finds himself better
equipped and more highly motivated to full fill his responsibility in the home. More
than any other factor it keeps him from accomplishing the work of teaching his
children spiritual things.34 Melihat betapa pentingnya orang tua harus mengetahui
cara mengajar yang efektif maka ada beberapa metode yang dapat membantu orang
tua dalam mengajar, yaitu:
Mengajar Anak Melalui Perkataan
Orang tua dapat mengajar anak-anak melalui perkataan. Rasul Paulus juga
menunjukkan bagaimana ia juga mengajar anak-anak rohaninya melalui perkataan-
perkataannya. Dalam Filipi 4:9 dikatakan: “Dan apa yang telah. . . kamu dengar dan
apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.” Kata “dengar” menunjukkan
bahwa Rasul Paulus mengajar dengan perkataan. Joyce dan Isaac serta Margaret
berkata bahwa dengan berbicara kita menolong anak-anak kita supaya mereka
memahami kebenaran-kebenaran Allah. Kita juga dapat menerangkan bagaimana
caranya hidup yang menyenangkan Allah. Dan inilah cara yang baik karena dengan
kata-kata kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita.35
Juga di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan bahwa di dalam mengajar yang
harus dilakukan oleh orang tua sambil duduk, berjalan, berbaring dan bangun yaitu
mereka harus berbicara, dan hal-hal yang harus dibicarakan adalah perintah-
perintah Allah, inilah salah satu cara kita mengajar anak-anak kita. Tetapi kaadang
kala orang tua tidak mempunyai waktu untuk berbicara kepada anak-anak oleh
karena kesibukan mereka. Itu sebabnya orang tua sebaiknya selalu menyediakan
waktu bersama anak-anak untuk dapat berbicara walaupun di tengah kesibukan
mereka. Pengajaran dengan perkataan merupakan cara yang baik, dengan kata-kata
kita dapat menerangkan banyak hal kepada anak-anak kita. Tetapi perlu diingat
33 James dan Mary Kenny, Dari Bayi Sampai Dewasa, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 63. 34 James R. Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, (Canada, England:
Victor Books, 1998), 298. 35 Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri, Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, (Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 200-201.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 103
bahwa perkataan saja belum cukup, kita harus mengajar anak dengan perkataan
tetapi juga teladan yang baik bagi mereka.
Mengajar Anak Melalui Teladan
Menjadi “teladan” selalu diulang-ulang dalam Alkitab, misalnya dalam Filipi
4:9 berkata: “dan apa yang telah . . . kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat
padaku, lakukanlah itu.” Kata-kata “kamu lihat padaku” di sini menunjukkan bahwa
Paulus mengajar melalui teladannya. Ia mengajar hal-hal yang harus dilakukan
dalam kehiduapan mereka dengan perkataan kemudian melalui teladannya, ia
menunjukkan bagaimana mereka harus melakukan perkataan itu.36 Paulus telah
menjadi teladan bagi anak-anak rohaninya. Itu sebabnya Paulus menyuruh orang-
orang supaya menirunya, oleh karena Paulus telah meniru teladan Kristus seperti
yang dikatakan dalam 1 Korintus 11:1 yang berkata: “Jadilah pengikutku, sama
seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Inilah yang patut dilakukan oleh orang
tua, di mana orang tua harus meniru Kristus dan memberikan suatu teladan yang
baik kepada anak-anaknya. Sarumpaet mengatakan bahwa mengajar anak dengan
memberikan teladan akan lebih berhasil dari pada memberitahukan segala
peraturan dan nasehat tanpa contoh. Dan orang tua akan lebih tidak berhasil dalam
mengajar anaknya jika isi perkataannya bertentangan dengan kehidupannya.37
Benarlah apa yang dikatakan James bahwa: “Parents can use modeling in a highly
effective way to teach children in the family.38
Mengajar Melalui Kebaktian Keluarga
Kebaktian keluarga adalah waktu yang khusus bagi keluarga dan merupakan
persekutuan dengan Allah setiap hari. Di dalam kebaktian keluarga ini ada kesem-
patan untuk mengajar hal-hal rohani kepada anak-anak. Para navigator berkata
bahwa suatu metode yang mungkin dapat kita gunakan untuk mengajar anak-anak
ialah dengan mengadakan kebaktian atau persekutuan keluarga.39 Clyde juga
mengemukakan bahwa salah satu ciri seorang anak ialah anak selalu berubah, maka
kebaktian keluarga sangat penting bagi seorang anak oleh karena pandangan
hidupnya dibentuk oleh pengertian rohaninya, ini menolong menentukan akan
menjadi apa ia kelak.40
Jadi kebaktian keluarga bukan saja merupakan kesempatan untuk mengajar
hal-hal rohani saja tetapi juga dapat membina suatu persekutuan yang akrab, di
mana orang tua dan anak-anak mendapat kesempatan untuk berdoa bersama dan
saling bertukar pendapat tentang kehidupan anak dan sebagainnya. Maka sudah
seharusnya kita sebagai orang tua menyediakan waktu untuk mengadakan kebak-
tian keluarga. Tetapi sayang pada zaman ini banyak keluarga yang tidak menga-
dakan kebaktian keluarga dengan alasan terlalu sibuk, malas dan lain sebagainnya.
Ini semua menjadi hambatan dalam melaksanakan kebaktian keluarga.
36 Ibid., 201. 37 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 55. 38 Slaugther, The Christian Educator’s Hand Book On Teaching, 300. 39 Navigator, Orang Tua dan Anak-anak, 73. 40 Clyde Narramore, Mengadakan Renungan Keluarga, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, t.t.), 9.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 104
Mengajar Anak melalui Disiplin
Disiplin ialah suatu aturan dan tata tertib yang digunakan dalam menjalankan
sebuah kehidupan baik itu di sekolah maupun di dalam keluarga. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia, disiplin berarti “latihan batin dan watak dengan maksud
supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib.41 Karena disiplin itu
merupakan suatu latihan supaya menaati tata tertib atau peraturan yang ada maka
orang tua hendaknya memberikan peraturan-peraturan yang bijaksana yang harus
ditaati oleh anak. Sarumpaet berkata bahwa di dalam keluarga tanpa disiplin akan
mengalami kesukaran. Oleh karena pendidikan tanpa aturan-aturan tertentu, tidak
akan berhasil banyak.42 Disiplin adalah salah satu metode mengajar atau mendidik
di dalam keluarga. Di mana perlu adanya ketegasan dalam hal apa yang harus
dilakukan, dan apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan.43 Disiplin berfungsi
untuk mengajar anak agar mematuhi semua peraturan-peraturan yang ada dan
melatih anak untuk taat semua peraturan yang diberikan oleh orang tua.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di Keluarga yang harus
diperhatikan juga adalah tempat dan waktu dalam melaksanakan Pendidikan
Agama Kristen di keluarga. Tempat yang utama untuk kita mengajarkan Pendidikan
Agama Kristen seperti yang sudah dijelaskan yaitu di dalam keluarga. Oleh karena
keluarga merupakan lembaga pusat Pendidikan Agama Kristen. Wes Haystead
mengatakan bahwa rumah tangga atau keluarga merupakan pusat dari tanggung
jawab bagi pengajaran rohani.44 Dalam Ulangan 6:7 berkata: “Haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apa-
bila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila
engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Jadi tempat kita mengajarkan
Pendidikan Agama Kristen bukan saja di rumah melainkan di mana saja tempat
yang memungkinkan kita untuk mengajar.
Sedangkan waktu untuk mengajarkan Pendidikan Agama Kristen di keluarga
seperti yang terlihat di dalam Ulangan 6:6–7 menjelaskan kepada kita tentang
waktu untuk pengajaran Pendidikan Agama Kristen itu diberikan. Ayat tersebut
menjelaskan kepada kita bahwa waktu untuk pengajaran Pendidikan Agama Kristen
adalah kapan saja di mana ada kesempatan untuk mengajar. Misalnya saja pada
waktu di rumah di mana kita berkumpul dengan keluarga, orang tua dapat menga-
jarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereja dan juga pada waktu berjalan-jalan
orang tua dapat mengajarkan firman Tuhan kepada anaknya. Juga pada waktu
berbaring baik itu siang hari maupun pada malam hari. Kita dapat mengajarkan
firman Tuhan kepada anak-anak kita, misalnya dengan membacakan satu ayat
firman Tuhan sebelum ia tidur. Dan pada waktu bangun tidur, kita bisa mengajak
41 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976),
254. 42 R.I. Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1987), 101. 43 Y. Singgih D Gunarsa & Singgih D. Gurnarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2000), 136. 44 Wes Haystead, Mengajar Anak Tentang Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 20.
V. Ells, et.al.: Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 105
anak kita untuk berdoa mengucap syukur dan mengingatkan anak bagaimana
Tuhan telah melindungi dari malam hingga pada pagi hari. Berkenaan dengan
tempat dan waktu pengajaran, Masmukit mengatakan bahwa orang tua harus meng-
ajarkan anaknya bukan saja di rumah melainkan juga jika berada dalam perjalanan,
bukan Cuma di waktu senggang melaikan juga jika sedang sibuk.45 Jadi waktu untuk
mengajar adalah sepanjang waktu dan harus diingat bahwa pemupukan rohani anak
tidak mengenal batas waktu dan tempat.
KESIMPULAN Pendidikan Agama Kristen di keluarga merupakan suatu keharusan yang
harus dilaksanakan bukan suatu pilihan. Oleh karena Pendidikan Agama Kristen di
keluarga itu merupakan suatu keharusan maka otomatis itu merupakan sesuatu
yang sangat penting. Pendidikan Agama Kristen di keluarga penting karena itu
merupakan perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap keluarga Kristen
dan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan keluarga Kristen. Jika dalam
keluarga memegang peranan yang terpenting dalam Pendidikan Agama Kristen,
maka keluarga itu akan kokoh dan sehat. Kalau keluarga sehat dan kokoh maka
masyarakat pun turut menjadi kokoh dan sehat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama
Kristen sebaiknya mulai diajarkan dalam lingkup keluarga.
Dengan mengajarkan Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga maka akan
dihasilkan keluarga yang bahagia, jemaat yang bahagia dan juga masyarakat yang
bahagia. Karena jika kehidupan rohani keluarga-keluarga kristen rapuh, maka hal
ini juga mempengaruhi kehidupan rohani dalam gereja dan masyarakat yang lebih
luas. Dimana keluarga rapuh maka gerejapun akan rapuh. Jadi jika kita
mengingingkan gereja dan bangsa yang kuat maka kita harus membina keluarga-
keluarga untuk menjadi keluarga yang kuat dan bertumbuh dalam kehidupan
rohaninya.
REFERENSI __________. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2003 Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996 Barney, Kenneth. Rumah Tangga Kristen. Malang: Gandum Mas, 1982. Budiyana, Hardi. Dasar-dasar Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: ANDI Offset,
2011 Dobson, James. Masalah Membesarkan Anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Dwijosiswojo Masmukit. Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen. Surabaya:
Yakin, 1980 _________. Eight Translation New Testement, Wheaton Illinois: Tyndale House
Publishers, 1974 _________. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 2, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997 Haystead, Wes. Mengajar Anak Tentang Allah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988
45 Masmukit Dwijosiswojo, Pendidikan anak-anak Dalam Keluarga Kristen, (Surabaya: Yakin,
1980), 13.
PROSIDING STT ERIKSON-TRITT, Vol 1, No 1 (Agustus 2021)
Copyright© 2021; PROSIDING STT ERIKSON-TRITT | 106
__________. Hebrew, Greek Key Study Bible, Strong’s Dictionary Concordance Vocabulary. AMG Publishers.
Gunarsa Y. Singgih & Singgih D. Gurnarsa. Psikologi Untuk Membimbing, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Haystead Wes. Mengajar Anak Tentang Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988 Hendriks Howard. Christian Education Foundation For The Future, Chicago: Moody
Press., 1991 Homrighausen, E. G. dan Enklaar, H. I. Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993. Humes L. Arah Pendidikan Kristen Jilid I, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran
Injil Indonesia, 1983. Joyce Coon, Isaac & Margaret Sembiri. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen.
Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Lahaye, Tim. Kebahagiaan Pernikahan Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 Laufer, Ruth. Pedoman Pelayanan Anak, Batu Malang: Yayasan Persekutuan
Pekabaran Injil Indonesia Departemen Anak dan Pemuda, 1983 Narramore, Clyde. Mengadakan Renungan Keluarga, Bandung: Yayasan Kalam
Hidup. Nainggolan J.M. Strategi Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Generasi Info Media,
2008 Nuhamara Daniel. Pembimbing PAK, Bandung: Jurnal Info Media, 2007. Para Navigator. Orang Tua dan Anak-anak, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1980. Poerwadarminta, W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka,
1976. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Sarumpaet, R.I. Rahasia Mendidik Anak, Bandung: Indonesia Publishing House, 1987. Sembiri, Margaret, Coon Joyce dan Isaac. Rencana Allah Bagi Rumah Tangga Kristen, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Simamora Dame Taruli dan Rida Gultom. Pendidikan Agam Kristen Kepada Remaja
dan Pemuda, Medan: Mitra, 2011. Slaughter, James R. The Christian Educator’s Hand Book on Teaching, Canada: Victor
Books, 1988. Soekanto Soerjono. Anak dan Perilakunya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Thiessen, Henry. Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1995. Wiersbe, Warren W. Kaya di Dalam Kristus, Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Wright H. Norman. The Family That Listens, Wheaton Illinois: Victor Books, 1978. Young, E. Sepuluh Kiat Untuk Membesarkan Anak. Kunci Kebahagiaan Orang Tua.
Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2005.