92
PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT NURCHOLISH MADJID Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Devi Febrina 108011000108 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT

NURCHOLISH MADJID

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Devi Febrina

108011000108

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Pendidikan Agama Dalam Keluarga Menurut Nurcholish Madjid

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Devi Febrina

NIM: 108011000108

Di bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Ahmad Basuni, M.Ag

NIP: 19491126 197901 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 3: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

iii

Page 4: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8
Page 5: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8
Page 6: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

iv

ABSTRAK

Devi Febrina, Nim 108011000108, “ PPendidikan Agama Dalam KeluargaMenurut Nurcolish Madjid”, Skripsi, Jurusan Pendidikan agama Islam, FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata Kunci : Pendidikan Agama, Keluarga

Masalah dalam penelitian ini ialah pendidikan agama tidak benar jika dibatasihanya pengertian-pengertian yang kovensional di masyarakat dan tidak dapatdipahami secara terbatas hanya kepada pengajaran agama saja. Agama tidak terbataspada pengajaran tentang seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifatkognitif atau ritual-ritual dan segi-segi formalistik agama saja, tidak pulapengingkaran terhadap perlunya ritu-ritus dan segi- segi formal itu diajarkan kepadaanak namun pengertian itu perlu disempurnakan. Karena ritual-ritual dan formalitasitu di ibaratkan “bingkai” atau “kerangka” bagi bangunan agama. Karena itu setiapanak harus diajarkan bagaimana melaksanakan ritus-ritus itu dengan baik denganmemenuhi segala “syarat dan ruku” keabsahanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pendidikan agama dalamkeluarga menurut Nurcholish Madjid. Adapun metode penelitian penyusunan skripsiini penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis.Yaitu pemecahan masalah- masalah yang ada dengan usaha menganalisis danmenjelaskan dengan teliti kenyataan-kenyatan faktual dari subjek yang ditelitisehingga diperoleh gambaran yang utuh berdasarkan fakta. Pendekatan yang penulisgunakan yaitu pendekatan content analisis, yaitu metode analisis yangmenitikberatkan pada pemahaman isi dan maksud yang sebenrnya dari sebuah data

Dari hasil penelitian yang penulis temukan menurut Nurcholish Madjidbahwasanya peranan pendidikan agama dalam keluarga tidak dapat sepenuhnyadilakukan oleh guru ngaji yang didatangkan kerumah. Pendidikan tersebut melibatkanperan orang tua dan seluruh anggota keluarga. Dan peran orang tua dalammemberikan pendidikan agama dalam keluarga tidak perlu berbentuk pengajaran(yang notabene dapat “diwakilkan” kepada orang lain tersebut). Peran orang tuaadalah berupa tingkah laku, tulada atau teladan, dan pola-pola hubungannya dengananak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan secara menyeluruh.Pendidikan agama baru mempunyai makna yang hakiki jika menghantarkan orangyang bersangkutan kepada tujuannya yang hakiki pula, yaitu kedekatan (taqarrub)kepada Allah dan kebaikan kepada sesama manusia (akhlaq karimah). Adapun nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan pada anak dalam keluarga adalah: a) shalatberjamaah, b) taqwa, c) iman, d) islam, f) tawakkal, g) syukur, h) sabar, dan i)akhlakul karimah.

Page 7: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

v

KATA PENGANTAR

بسم

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang penentu

segala urusan atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, dan limpahan petunjuk-Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pendidikan

Agama Dalam Keluarga Menurut Nurcholish Madjid”. Shalawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

para sahabatnya yang telah membawa petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.

Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa terimakasih kepada orang-orang

yang tidak penulis sebutkan namanya, penulis perlu menyampaikan terimakasih

khususnya kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Kepala Jurusan Pendidikan Agama

Islam, yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang

beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Marhamah Shaleh Lc, M.A. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Siti Khodijah M.A. Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama

Islam, yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Ahmad Basuni, M.Ag. Dosen Pembimbing skripsi, yang selalu

menyempatkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk membimbing,

mengarahkan dan memberikan semangat selama proses penulisan skripsi ini.

6. Yang paling utama untuk orang tuaku tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Misin

Bulut dan Ihat Solihat. Yang selalu dengan tulus memberikan do’a dan

dukungan serta semangat yang tak henti- hentinya demi kemajuan penulis.

Page 8: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

vi

7. Teruntuk suamiku tersayang Ahmad Baidowi, yang telah memberikan

dukungan baik moral maupun materil, yang terus- menerus memberikan

semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

8. Kawan-Kawan PAI C angakatan 2008 khususnya Siti Rohimah, Mira

Humaira, Mudzakir Fauzi, Umi Hany, Cindy Pratiwi, Ana Mutiara dan

Maryati, yang menjadi tempat berdiskusi, bertukar pikiran dengan semangat

perjuangan kita bersama-sama menuju kesuksesan.

9. Teman- temanku di rumah Siti Kamilah, Lu’lu Al-Maknun Salim, dan Upi

Siti Mariyam yang selalu mendukung, menghibur, dan memberikan semangat

kepada penulis.

10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan

kepada penulis baik secara moral dan material.

Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka yang

telah memberikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis, kecuali dengan

do’a semoga Allah SWT, membalas-Nya. Amiiin

Ciputat, 04 April 2014

Penulis

Devi Febrina

Page 9: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR......................................................................... .. v

DAFTAR ISI.......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 6

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................. 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam .......................................... 8

B. Dasar Pendidikan Islam............................................................... 16

C. Tujuan Pendidikan Islam............................................................. 19

D. Pola Asuh……………………………………………………… 19

1. Pengertian Pola Asuh……………………………………….. 19

2. Bentuk-bentuk Pola Asuh…………………………………… 20

E. Keluarga........................................................................... ........... 21

F. Fungsi Keluarga………………………… .................................. 23

G. Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga............................. 24

H. Hasil Penelitian Relevan.............................................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian danTempat Penelitian ..................................... 30

B. Metodologi Penelitian ................................................................. 30

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................ 31

1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31

Page 10: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

v

2. Teknik Pengolahan Data......................................................... 32

D. Tehnik Analisis Data................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data............................................................................. 33

1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Nurcholish Madjid .......... 33

2. Karya-karya Tulis Nurcholish Madjid .................................. 37

B. Pembahasan................................................................................. 41

1. Hak dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Menurut Nurcholish Madjid................................................. 41

2. Orang Tua Sebagai Pendidik Bukan Pengajar……………... 46

3. Peranan Pendidikan Agama dalam Keluarga

Menurut Nurcholish Madjid................................................. 48

4. Nilai-nilai Keagamaan yang Ditanamkan pada Diri

Anak Menurut Nurcholish Madjid....................................... 53

5. Pola Asuh Anak Menurut Nurcholish Madjid..................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 71

B. Saran............................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanggung jawab pendidikan dalam Islam adalah dengan dilaksanakannya

kewajiban mendidik. Pengertian mendidik atau pendidikan dalam pengertian yang

umum adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi jasmaniah dan

rohaniah anak didik atau seorang untuk mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma

tertentu. Kegiatan pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah

dan masyararakat. “Lembaga-lembaga tersebut yang ikut bertanggung jawab

memberi pertolongan kepada anak didik atau seorang dalam perkembangan rohani

dan jasmaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan dan mampu berdiri sendiri

memenuhi tugasnya sebagai mahluk Allah, mahluk sosial dan sebagai individu’’.1

Ketiga lingkaran lingkungan tersebut yaitu keluarga, sekolah dan

masyarakat adalah lingkungan yang dapat membentuk karakter manusia. Meski

ketiganya saling mempengaruhi, tetapi pendidikan keluargalah yang paling

dominan pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Jika suatu rumah tangga berhasil

membangun keluarga sakinah, maka peran sekolah dan masyarakat menjadi

pelengkap.2

1 Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali TradisiMengukuhkan Eksisntensi, ( Malang : UIN Malang Press, 2007), cet. I, h. 83

2 Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa,(Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005) cet. I, h. 152

1

Page 12: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

2

Seperti kita ketahui seorang bayi yang baru lahir adalah mahluk AllahSWT yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untukdapat melangsungkan hidupnya didunia. Maha bijaksana Allah SWT telahmenganugerahkan rasa kasih sayang kepada semua ibu dan bapak untukmemelihara anaknya dengan baik tanpa mengharapkan imbalan.3

Seorang anak senantiasa selalu membutuhkan pendidikan karenapendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak tau menjaditahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari bersikap yangtidak diharapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Kegiatanpendidikan ialah usaha untuk membentuk manusia secara keseluruhanaspek kemanusiaanya secara utuh, lenkap dan terpadu. Secara umum danringkas dapat dikatakan pembentukan kepribadian.4

Oleh karena itu, manusia tidak bisa dipisahkan dari pendidikan.

Pendidikan dapat membawa manusia kearah yang lebih baik. Terutama

pendidikan pada masa anak-anak, pendidikan bagi anak harus di mulai dalam

lingkungan keluarga, sejak anak masih dalam kandungan (periode pra-natal)

hingga dilahirkan sampai mereka dewasa (periode post-natal) sampai memiliki

kecerdasan intelektual, emosional dan spritual yang matang.

Lingkungan keluarga sering pula disebut sebagai lembaga pertamadan utama pendidikan yang dikenal anak. Kedua orang tuanyalah orangyang pertama dikenal dan diterimanya pendidikan. Bimbingan danperhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dan anak-anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan danperkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anakdidik. 5

3 Abdul Majid, dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. ( Bandung : PT.Remaja Rosdakaya, ) 2004, h . 11

4 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta Direktorat PembinaanPerguruan Tinggi Agama Islam, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: IAINJakarta,1983) , h. 60

5 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: GayaMedia Pratama, 2001), cet. I, h. 125

Page 13: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

3

Munculnya gejala pendidikan dalam suatu keluarga disebabkan karena

adanya pergaulan antara orang tua sebagai manusia dewasa dan anak yang belum

dewasa. Dari situlah lahirlah peristiwa pendidikan dalam sebuah wadah yakni

keluarga. “Kehadiran anak dalam keluarga merupakan tanggung jawab dan

pengabdian orang tua terhadapnya, yang bersifat kodrati dan berdasarkan cinta

kasih”.6

Pendidikan dalam lingkungan keluarga bersifat pertama dan utamaatau tertua, artinya pembiasaan atau tradisi untuk mengembangkankepribadian anak adalah pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga.Alam keluarga adalah alam pendidikan yang pertama dan yang terpenting,karena sejak timbulnya adat kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga ituselalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti manusia.7

Oleh karena itu, keluarga merupakan lembaga sosial yang palingdasar untuk mencetak kualitas manusia. Sampai saat ini masih menjadikeyakinan dan harapan bersama bahwa keluarga senantiasa dapatdiandalkan sebagai lembaga ketahanan moral, akhlaq al-karimah dalamkonteks bermasyarakat, bahkan baik buruknya generasi suatu bangsa,ditentukan pula oleh pembentukan pribadi dalam keluarga. Disinilahkeluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

Kehidupan keluarga diibaratkan sebagai satu bangunan, demi

terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka ia

harus didirikan diatas fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang kokoh serta

jalinan perekat yang lengket. “Fondasi kehidupan kekeluargaan adalah ajaran

agama, disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon-calon ibu dan ayah”.9

Pembinaan moral atau mental agama harus dimulai sejak anak lahir, oleh

ibu bapaknya. Karena setiap pengalaman yang dilalui oleh si anak, baik melalui

pendengaran, penglihatan, perlakuan, pembinaan dan sebagainya, akan menjadi

bagian pribadinya yang akan bertumbuh nanti. “Apabila orang tuanya mengerti

6 Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),h. 207

7 Ibid, 2088 Mufidah, Psikologi Keluarga Dalam Berwawasan Gender, (Malang : UIN Malang

Press, 2008), cet. I, h. 399 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, ( Bandung: Mizan, 1994), h.254

Page 14: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

4

dan menjalankan agama dalam hidup mereka, yang berarti bermoral agama, maka

pengalaman anak yang akan menjadi bagian dari pribadinya itu mempunyai

unsur-unsur keagamaan pula”.10

“Seperti kita ketahui pendidikan agama dalam keluarga, sebelum si anak

masuk sekolah terjadi secara tidak formil, yaitu melalui semua pengalaman si

anak, baik melalui ucapan, perbuatan dan sikap yang dilihatnya, maupun

perlakuan yang dirasakannya. Oleh karena itu keadaan orang tua dalam kehidupan

mereka sehari-hari mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembinaan

kepribadian anak.”11 “Untuk itu, semakin banyak pengalaman yang bernilai

agamis mampu ditranfer dan diterimanya, maka akan banyak pula unsure agama

dan pengalaman keagamaan yang mampu mewarnai proses pembentukan

kepribadianya.”12

Sedemikian sangat berpengaruhnya pendidikan agama dalam keluarga bagi

anak, tidak salah bila Rasulullah mengibaratkan seorang anak yang baru

dilahirkan itu fitrah atau suci orang tualah yang menjadikan anak itu Yahudi,

Majusi atau Nasrani. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW :

Semua anak dilahirkan fithrah atau suci, orang tuanyalah yangmenjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”(H.R Bukhori dan Muslim)

“Hadis di atas pada intinya menyatakan bahwa setiap anak itu lahir dalam

keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang akan menjadikan ia Yahudi,

Nasrani, atau Majusi. Kalau sampai menjadi Yahudi, Majusi atau Nasrani orang

tua mempertanggungjawabkannya”.13 Dari kedua orang tua terutama ibu, dan

untuk pertama kali pengaruh dari sesuatu yang dilakukan ibu itu secara tidak

10 Zakiah Drajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, ( Jakarta: PT. BulanBintang, 1970), cet. 15, h. 61

11 Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1975), h. 10912 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001), cet. I, h. 12613 Sudan, Al- Qur’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, (Yogyakarta: PT Darma

Bakti Prima Yasa, 1997), h. 293

Page 15: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

5

langsung akan membentuk watak atau ciri khas kepada anaknya. Ibu merupakan

orang tua yang pertama kali sebagai tempat pendidikan anak. Karena ibu ibarat

sekolah, jika ibu mempersiapkan anak berarti ibu telah mempersiapkan generasi

yang kokoh dan kuat. Dengan generasi yang kuat berarti telah menginvestasikan

sesuatu pada diri anak agar bermanfaat kelak mengarungi kehidupan yang lebih

global. Itulah sebabnya pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan yang

pertama dan utama, serta merupakan peletak fondasi dari watak dan pendidikan

anak.

Begitu besarnya tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.Maka, Jalaludin dan Usman Said menyebut tanggung jawab orang tuaadalah Pertama, mencegah anak dari kemungkaran dan selalu mengajakkepada kebaikan. Kedua, memberikan arahan dan binaan untuk selaluberbuat baik. Ketiga, beriman dan bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itutugas dan tanggung jawab orang tua adalah membimbing anak agarmenjadi hamba yang taat menjalan ajaran agama.14

Makna pendidikan tidaklah semata-mata menyekolahkan anak kesekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas daripada itu.Seorang anak akan tumbuh berkembang dengan baik manakala iamemperoleh pendidikan yang paripurna (komprehensif), agar ia kelakmenjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, danagama. Anak yang demikian ini adalah anak yang sehat dalam arti luas,yaitu sehat fisik, mental, emosional, mental-intelektual, mental-sosial danmental-spiritual. Pendidikan itu sendiri sudah harus dilakukan sedinimungkin terutama dalam lingkungan keluarga sebagai pencetak pertamagenerasi bangsa”. 15

Nurcholis Madjid salah satu tokoh cendikiawan muslim Indonesia yang

cukup concern menyumbangkan pemikirannya tentang pendidikan Islam dan

salah satunya yang tak luput dari perhatiannya adalah masalah pendidikan agama

dalam keluarga. Mengingat ajaran agama adalah sebagai fondasi bagi kehidupan

keluarga, maka pendidikan agama seharusnya dapat mewarnai kepribadian anak,

sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan

menjadi pengendali dalam kehidupanya dikemudian hari. Sehubungan dengan itu

peran orang tua mendidik anak melalui pendidikan agama yang benar amat

14Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Perss, 2008),h .206

15 Dadang Hawari, Al-Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:PT Darma Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 195 – 196.

Page 16: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

6

penting. Namun, perlu direnungkan kembali apa sebenarnya arti pendidikan

agama, Bagaimana pendidikan agama dalam keluarga, Dan nilai- nilai keagamaan

apa saja yang harus ditanamkan kepada anak dalam keluarga.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik mengangkat

tema ini dengan judul “ Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Menurut Nurcholish Majdid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama

bagi anak

2. Pendidikan agama dalam keluarga merupakan fondasi bagi kehidupan

anak kelak

3. Pendidikan bagi anak tidak hanya menyekolahkan anak semata-mata

namun anak harus mendapatkan pendidikan yang komprehensif yaitu

dari sekolah, lingkungan dan terutama keluarga.

4. Bagaimana peranan pendidikan agama dalam keluarga menurut

Nurcholish Madjid

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis tidak berpretensi mengkaji seluruh aspek

pemikiran Nurcolish Madjid, namun hanya dibatasi pada seputar pendidikan

agama dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid itu sendiri. Adapun rumusan

masalah yang diajukan penulis yaitu bagaimana peranan pendidikan agama dalam

keluarga menurut Nurcholish Majdid?

Page 17: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

7

Demikianlah batasan dan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam

penelitian ini. Adapun judul yang penulis ajukan dalam skripsi ini, berdasarkan

latar belakang masalah dalam penelitian ini.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan Peneliti

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan

Nurcholish Madjid tentang pendidikan agama dalam keluarga.

2. Manfaat Penelitian

Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

a) Secara Teoritis, penulisan ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah

khasanah ilmu pengetahuan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan

pada umumnya dan jurusan pendidikan agama Islam khususnya.

b) Secara Praktis, dengan meneliti pemikiran Nurcholish Madjid tentang

peranan pendidikan agama dalam keluarga , maka akan menambah

pemahaman yang lebih mendalam melalui studi pemikiran tokoh ini.

Hasil dari pengkajian dan pemahaman tentang bagaimana pendidikan

agama dalam keluarga sedikit banyak akan dapat membantu dalam

pencapaian tujuan dalam membentuk keluarga yang bahagia dan islami.

Page 18: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Agar pembahasan mengenai pendidikan lebih terarah, sebelum

mengemukakan lebih jelas mengenai arti pendidikan agama Islam, alangkah

baiknya penulis mendefinisikan pendidikan secara etimologi terlebih dahulu,

berikut adalah beberapa definisi pendidikan secara etimologi.

Istilah pendidikan adalah terjemah dari bahasa Yunani paedagogieyang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulandengan anak.” Sedangkan orang yang tugasnya membimbing ataumembimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdirisendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos(anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Jadi, dari istilahteresebut pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yang dilakukan orangdewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing danmemimpin. perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.1

“Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia, pendidikan berasal dari kata

“didik”, mendapat awalan “pen” dan akhiran “an”, yang berarti proses

pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.2

1 Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam. (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet-1, h.172 Abdullah Syukri Zarkasi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2005), ed-1 h.19

8

Page 19: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

9

Dalam literatur arab pengertian pendidikan sering digunakan pada

beberapa istilah, antara lain, at-talim -al ,(التعلیم) tarbiyah ( التربیة) , dan al-ta’dib

.(التادیب) “Namun demikian ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam

menunjuk pada pengertian pendidikan”.3

“Pertama, kata ta’lim (التعلیم) merupakan masdar dari kata ‘allama (عّلم)

yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,

pengetahuan, dan masdar dari kata ‘allama (عّلم) yang berarti pengajaran yang

bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan

keterampilan.”4

Penunjukan kata al-ta’lim pada pengertian pendidikan, sesuai dengan

firman Allah SWT.

):۳۱(

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat laluberfirman; Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamumemang orang-orang yang benar. (QS al Baqarah: 31).

Bila batasan pengertian yang ditawarkan dari kata al-ta’lim dan ayatdiatas, terlihat pengertian pendidikan mengandung makna yang sempit.Pengertian al-ta’lim hanya sebatas proses pentranferan seperangkat nilaiantar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang di transfersecara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domainafektif.5

Kedua, kata al-tarbiyah ( ربیةالت ), merupakan masdar dari kata (رّب) yang

berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.

3 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h.37-136-277

4 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: GayaMedia Pratama, 001), cet. 1, h. 86

5 Ibid, h. 86

Page 20: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

10

Sedangkan kata al-tarbiyah, ditinjau dari akar katanya dapat dilihat pada

tiga bentuk, yaitu:

a. تربية, يربو, ; yang berarti bertambah dan berkembang

b. , تربية, ; yang berarti tumbuh dan menjadi besar

c. تربية, , ; yang berarti memperbaiki (ashlaha), mengurusi

urusannya, memelihara dan merawat, menunaikan, memperindah,

memberi makan, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian

atau eksistensinya.6

Bila ditarik pada pengertian interaksi edukatif antara manusia dalampendidikan, maka menurut An- Nahlawi yang dikutip oleh Syamsul Nizaristilah al-tarbiyah mengandung makna :

a. Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah (potensi) anak didikuntuk mencapai kedewasaan

a. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, denganberbagai sarana pendukung (terutama bagi akal budinya).

b. Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik menujukebaikan dan kesempurnaan, seoptimal munkin.

c. Kesemua proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahapsesuai dengan irama perkembangan diri anak.7

“Ketiga , istilah untuk pendidikan adalah al-ta’dib , merupakan masdar

dari kata adabba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju

pada pembinaan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Orientasi

kata al-ta’dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang akhlak

mulia”.8

Menurut Muhammad Al-Naquib al-Attas sebagaimana dikutip oleh

Syamsul Nizar, penggunaan terma al-ta’dib lebih cocok digunakan dalam

6 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: GayaMedia Pratama,2 001), h. 87

7 Ibid, h. 908 Ibid, h. 90

Page 21: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

11

dikursus pendidikan Islam, disbanding menggunakan terma at-ta’lim atau al-

tarbiyah.9

Hal ini disebabkan, karena pengetian at-ta’lim hanya ditunjukan pada

proses pentransferan ilmu, tanpa adanya pengenalan lebih mendasar pada

perubahan tingkah laku. Sedangan terma al-tarbiyah penunjukan makna

pendidikan masih bersipat umum.

Secara terminologi, para ilmuwan mendefinisikan pendidikan dalam arti

luas pada beberapa versi, yaitu sebagai berikut:

a. “Hasan langgulung memandang pendidikan bahwa sebagaimana dikutip

oleh Syamsul Nizar, pendidikan sebagai upaya merubah dan memindahkan

nilai budaya kepada setiap individu dalam masyarakat, yang melalui proses

tertentu”.10

b. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan ialah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani

dan rohani siterdidik menuju terbentuk kepribadian yang utama.

c. Ki Hajar Dewantoro mengemukakan bahwa pendidikan sebagaimana

yang dikutip oleh Armai Arif adalah sebagai daya upaya untuk memajukan

perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani

anak-anak. “Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan

hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alam dan

masyarakatnya”.11

Dari berbagai definisi pendidikan diatas dapat ditarik suatu pengertian

bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan seorang atau sekelompok orang

(masyarakat) dalam memengaruhi orang lain atau peserta didik yang bertujuan

untuk mendewasakan manusia seutuhnya, baik lahir maupun batin. Artinya,

9 Ibid, h. 90-9110 Nizar, op. cit, cet. I, h. 92.11 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam Di Minangkabau, (Jakarta: Penerbit

Suara Adi) cet.I, h. 32-33

Page 22: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

12

dengan pendidikan, manusia bisa memiliki kesetabilan dalam pandangan hidup

dan kesetabilan dalam nilai-nilai kehidupan dengan rasa tanggung jawab.

Terminologi diatas, terkesan belum terlihatnya penekanan pada nilai-nilai

religius atau agama sebagai nilai yang tak terlepaskan pada diri manusia, dan

sebagai nilai kontrol. Untuk itu, para ilmuan muslim, mencoba untuk

mendefinisikan terminologi pendidikan dalam perspektif Islam, yang secara

khusus, pada beberapa versi. Namun , sebelum membahas pengertian agama dari

segi terminologi terlebih dahulu penulis ingin membahas agama dari segi

etimologi.

“Menurut Nurcholish Madjid, Islam atau agama disebut juga sabagai din.

Din adalah sistem ketundukan atau kepatuhan. Sedangkan masyarakat disebut

madinah artinya suatu tempat dimana kehidupan itu terarur, karena orang-

orangnya tunduk dan patuh terhadap aturan.”12

“Menurut Zakiah Drajat, agama adalah kebutuhan jiwa manusia, yang

mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan serta cara

menghadapi tiap-tiap masalah.”13

Sedangkan pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melaluiajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa asuhan dan bimbingan terhadapanak didik agar nantinya setalah selesai dari pendidikan ia dapatmemaham, mengahayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islamyang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agamaIslam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatandankesejahteraan hidup di di dunia dan akhirat.14

Menurut Muhaimin, bahwa pendidikan agama Islam merupakan salah satu

bagian pendidikan Islam. Istilah “pendidikan Islam” dapat dipahami dalam

beberapa perspektif, yaitu:

1. Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam,dan/atau sistem pendidikan Islami, yakni pendidikan yang difahami dan

12 Nurcholish Madjid, Pesan-pesan Takwa, (Jakarta: Paramadina, 2000), cet. I, h.913 Zakiah Drajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, ( Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1975), cet.3, h. 4714 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996 ), cet. II, h. 86

Page 23: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

13

dikembangan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yangterkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Qur’an dan asSunnah/hadist.

2. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam, yakni upayamendidik tentang agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agarmenjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.

3. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraanpendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umatIslam. Dalam arti proses bertumbuh kembangnya Islam dan umatnya,baik Islam sebagai agama ajaran maupun sistem budaya dan peradaban,sejak zaman nabi Muhammad Saw. sampai sekarang.15

Ahmad Tafsir membedakan antara pendidikan agama Islam (PAI) danpendidikan Islam. PAI dilakukan sebagai nama kegiatan mendidikanagama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “AgamaIslam”, karena yang diajarkan agama Islam bukan pendidikan agamaIslam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agamaIslam disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata “pendidikan” ini adadan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini PAI sejajar denganpendidikan Matematika (nama mata pelajarannya adalah Matemateka)pendidikan Olahraga (nama mata pelajarannya adalah Olahraga) ,pendidikan Biologi (nama mata pelajarannya adalah Biologi) danseterusnya. Sedangkan pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistempendidikan yang Islami, yang memiliki komponen-komponen yang secarakeseluruhan mendukung terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan.Pendidikan Islam ialah pendidikan yang teorinya-teorinya disusunberdasarkan Al-Quran dan Hadist.16

Jadi dari berbagai uraian diatas, pendidikan agama Islam dapat diartikan

sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik dalam rangka

menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran

Islam, dengan kata lain pendidikan agama Islam adalah pendidikan untuk

pertumbuhan total peserta didik, menjadikan ajaran agama Islam sebagai way of

live (pandangan hidup) yang bersumber dan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist

demi keselamatandan kesejahteraan hidup di di dunia dan akhirat.

Setelah mengartikan pendidikan agama Islam secara panjang lebar melalui

beberapa tokoh diatas, maka penulis ingin menambahkan arti pendidikan Islam

itu sendiri, karena yang dimaksud pendidikan agama disini menurut Nurcholis

Madjid adalah Pendidikan Islam.

15 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah,Madarasah dan Perguruan Tinggi, ( Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2007), h. 7- 8

16 Ibid, h. 6

Page 24: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

14

“Dalam konteks pendidikan Islam, Hasan Langgulung memaknai

pendidikan Islam sebagai proses untuk menyiapkan generasi muda dalam mengisi

perannya, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan

dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan akhirat”.17

“Pendidikan islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam, menuju kepada terbentuknya kepribadian yang

utama. Kepribadian utama menurut Islam tersebut adalah pribadi yang memiliki

nilai-nilai agama Islam, bertanggung jawab dan sesuai dengan Al-Qur’an dan

Hadist”.18

Sedangkan hasil rumusan seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun

1960, memberikan pengertian pendidikan Islam yaitu sebagai bimbingan terhadap

pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah

mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua

ajaran Islam.

“Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih

mengandung pengertian usaha memengaruhi jiwa anak didik melalui proses

setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa

akhlak serta menegakan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang

berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam”.19

Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy Al-Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalamkehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupandalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan, perubahan itudilandasi dengan nilai-nilai Islami. Jadi, proses pendidikan merupakanrangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yangberupa kemampuan-kemampuan mendasar dan kemampuan belajar,sehingga terjadilah perubahan dialam kehidupan pribadinya sebagaimakhluk individual dan sosial dalam hubungannya dengan alam sekitardimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai islami,

18 Zuhairi, Filsafat Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 29019 Muzain Arifin, Filsafat Pendidikan islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2009), cet. 4, h.

Page 25: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

15

yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak al-karimah.20

H.M Arifin memandang, bahwa : Pendidikan Islam adalah “suatuproses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yangdibutuhkan oleh hamba Allah (anak didik) dengan berpedoman pada ajaranIslam”. Lebih lanjut dikemukakan, bahwa pendidikan Islam merupakanusaha dari orang dewasa (muslim) yang bertaqwa, yang secara sadarmengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (potendi dasar) anak didik melalui ajaran islam kearah titik maksimalpertumbuhan dan perkembangannya. 21

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik suatu pengertian, bahwa

yang dimaksud pendidikan Islam adalah suatu proses penanaman nila-nilai Islam,

melalui pengajaran, bimbingan dan latihan yang dilakukan dengan sadar dan

penuh dengan rasa tanggung jawab agar peserta didik mampu menghayati,

memahami serta mengimani ajaran Islam tersebut, dalam rangka pembentukan

pembinaan, pendayagunaan dan pengembangan, pikir, dan kreasi manusia,

sehingga terbentuk pribadi muslim sejati, yang mampu mengembangkan

kehidupannya dengan penuh tanggung jawab dalam rangka beribadah kepada

Allah SWT. Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

B. Dasar Pendidikan Agama Islam

Islam merupakan agama universal yang diwahyukan Allah SWT kepada

Nabi Muhammad SAW untuk disampikan kepada manusia diseluruh muka bumi

ini sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat kelak. Untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan tersebut diperlukan adanya suatu usaha, yang

merupakan kewajiban bagi manusia dan sebagai pelaksanaannya manusia harus

berpedoman pada tata aturan yang telah ditentukan Allah SWT, karena dalam

melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik, manusia sendiri yang

melakukannya.

20 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam Di Minangkabau, (Jakarta: PenerbitSuara Adi) cet. Ke-1, 34

21 Nizar, op. cit h. 93

Page 26: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

16

Pendidikan merupakan suatu usaha sekaligus proses mencapai perubahan

dan perbaikan dalam mencapai kebahagiaan hidup yang dilakukannya secara

bertahap dan berkesinambungan dari sejak lahir hingga akhir hayat. Oleh karena

tugas yang cukup berat dan mulia itu maka diperlukan suatu landasan, dasar atau

fondasi tempat berpijak sehingga apa yang menjadi tujuan dari pendidikan tidak

menyimpang dan pindah jalur.

Dasar atau landasan pendidikan Islam itu terdiri dari Al-Qur’an, Sunnah

Nabi Muhammad SAW dan ijthad.

Al-Qur’an ialah firman Allah yang berupa wahyu yang disampaikan oleh

Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang

dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad.

Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu

yang hubungannya dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah dan yang

berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.22

Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip

berkenaan dengan kegiatan tau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca

kisah Lukman mengajari anaknya dalam surar Lukman ayat 12- 19. Cerita itu

mengariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak

ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tentang tujuan hidup

dan tentang nilai sesuatu kegiatan amal shaleh. Itu berarti bahwa kegiatan

pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan

Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan

berbagai teori tentang tentang pendidikan Islam. 23

Sementara itu selain Al-Qur’an, hadits Nabi pun sebagai landasan dalam

pendidikan Islam yang ideal. Hadists Nabi yang dijadikan landasan ialah berupa

perkatan, perbuatan atau pengakuan Nabi dalam bentuk isyarat. Yang dimaksud

dengan pengakuan isyarat ialah sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat

atau orang lain dan Nabi membiarkan saja dan perbuatan atau kejadian itu terus

22 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996 ), cet. II, h. 1923 Ibid, h. 20

Page 27: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

17

berlangsung. Didalam hadist Nabi berisi tentang aqidah, syariah, dan akhlak

seperti Al-Qur’an, yang juga berkaitan dengan pendidikan. Yang lebih penting

lagi ialah dalam hadist Nabi tercermin tingkah laku dan suru tauladan Nabi

Muhamad yang harus diikutin setiap muslim sebagi satu model kepribadian

Islam.24

Selanjutnya, untuk menetapkan atau mentukan suatu hukum syariat Islam

dalam hal-hal tertentu yang ternyata belum dijelaskan dalam Al-Qur’an dan al-

Sunnah, maka diperlukan ijtihad para fuqaha dengan menggunakan seluruh ilmu

yang mereka miliki. Begitu pula dalam masalah pendidikan Islam diperlukan juga

ijtihad para fuqaha. Masalah pendidikan Islam terus berkembang sesuai dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kurun waktu kewaktu.25

Hasil ijtihad para ulama Islam dijadikan sebagai landasan pengembangan

pendidikan Islam. Maksudnya, landasan pengembangan pendidikan Islam ialah

hasil pemikiran ulama Islam yang berkaitan dengan masalah pendidikan,

kemudian dijadikan sebagi rujukan atau dasar untuk melaksanakan kegiatan

pendidikan.

Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, sumber nilai

yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan pendidikan Islam secara general adalah

Al-qur’an, dan sunnah Nabi, serta hasil ijtihad umat Islam. Didalam ketiga sumber

tersebut, al-Qur’an dioposisikan sebagai sumber ideal, hadist sebagi sumber

operasional dan ijtihad sebagai sumber dinamika pengembangan pendidikan

Islam. Hasil ijtihad dikatakan sebagai dinamika pendidikan Islam, karena pemiran

manusi (ulama) dalam kurun waktu tertentu dalam kontekst sosia-historisnya

selalu mengalami perubahan. Hal ini menghendaki pemikiran pendidikan Islam

juga harus selalu berkembang, agar bisa dijadikan sebagai sumber atau landasan

24 Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam Menggali TradisiMengukuhkan Eksisntensi, ( Malang : UIN Malang Press, 2007), cet. I, h. 53

25 Ibid, h.56

Page 28: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

18

pelaksanaan pendidikan Islam yang kontekstualnya sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.26

C. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah “tujuan” secara etimologi, mengandung arti arah, maksud, atau

haluan. Dalam bahasa Ingris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau

am”.secara terminologi berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah

usaha atau kegiatan”.

Selain itu merujuk kepada konsep rububiyah Allah terhadap manusia.

Maka pendidikan Islam berfungsi untuk mempersiapkan manusia agar mampu

melaksanakan tugas dan fungsi kekholifahan di muka bumi ini.

Dikatakan oleh Dr. Zakiah Daradjat bahwa :Tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kerpibadian seorangyang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa, insan kamilartinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembangsecara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT. Inimengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan mengahasilkanmanusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dangemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalamberhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya dapat mengambilmanfaat yang semakin yang semakin meningkat dari alam semesta iniuntuk kepentingan hidup didunia kini dan diakhirat nanti. Tujuan inikelihatanya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi, dengan kerjakeras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerjayang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan ini bukanlah suatu yangmustahil.

Imam Al- Ghazali mengatakan bahwa: “ Ada dua tujuan pendidikanyang ingin dicapai, yaitu kesempurnaan manusia yang bertujuanmendekatkan diri dalam arti kualitatif- kepada Allah Swr, sertakesempurnaan manusia yang bertujuan kebahagiaan dunia dan akherat.Walaupun terbentuknya hanya satu tetapi ibarat pisau bermata dua. Untukmenjadikan manusia Insan Kamil tidaklah tercipta hanya sekejap mata tapimelalui proses yang panjang dan ada syarat-syarat yang harus dipenuhiyaitu dengan mempelajari berbagai ilmu, mengamalkannya, danmenghadapi berbagai cobaan yang munkin terjadi dalam prosespendidikan”.

26 Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008),h. 47- 49

Page 29: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

19

“Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama

Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat

berbangsa dan bernegara.”

Sedangkan menurut Ibnu Taymiah bahwa tujuan pendidikan Islam itu

adalah:

1. Pembinaan pribadi muslim yang mampu berfikir, merasa dan berbuatsebagai mana yang dieperintahkan oleh ajaran Islam , terutama dalammenanamkan akhlak Islam seperti bersikap benar dalam segala aspekkehidupan.

2. Mewujudkan masyarakat islam yang mampu mengatur hubungan sosialsejalan dengan syariat Islam dalam hal ini mampu menciptakan kulturyang Islami kerena ikatan Aqidah Islam.

3. Mendakwahkan ajaran Islam sebagai tatanan universal dalam pergaulanhidup.

Perumusan tujuan pendidikan ini menjadi penting artinya bagi proses

pendidikan, karena dengan adanya tujuan yang jelas dan tepat maka arah proses

itu akan jelas dan tepat pula. Tujuan pendidikan Islam dengan jelas mengarah

kepada terbentuknya insal kamil yang berkepribadian muslim, merupakan

perwujudan manusia seutuhnya, taqwa cerdas, baik budi pekerinya, terampil kuat

kepribadiannya, berguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan

negara. Ia menjadi “kholifah fil ardl” yang cakap sesuai dengan bidang masing-

masing.

Dari berbagai uraian diatas jelaslah bahwasanya tujuan pendidikan islam

itu tidak sempit. Tujuan pendidikan Islam menjangkau seluruh aspek kehidupan

manusia yang selalu berorientasi kepada penyerahan diri kepada Allah Swt. Cita-

cita dan nilai-nilai yang ingin diwujudkan adalah kebahagian kehidupan dunia dan

akhirat.

D. Pola Asuh

1. Pengetian Pola Asuh

Page 30: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

20

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang

berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua

sebagai pembentukpribadi yang pertama dalam kehidupan anak harus menjadi

teladan yang baik begi anak-anaknya. Sebagai mana dikatakan Zakiah Darajat,

bahwa: “ kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur

pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk ke dalam pribadi anak yang

sedang tumbuh’.27

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa, keluarga merupakan: “ pusatpendidikan” yang pertama yang terpenting karena sejak timbulnya adabkemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhanbudi pekerti tiap-tiap manusia. Disamping itu, orang tua dapatmenanamkan benih kebatinan yang sesuai dengan kebatinannya sendirikedalam jiwa anak-anaknya. Inilah hak orang tua yang utama dan tidakbisa dibatalkan oleh orang lain. 28

Dalam mendidik anak, terdapat bermacam bentuk pola asuh yang bisa

dipilih dan digunakan orang tua. Sebelum berlanjut kepembahasan berikutnya,

terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian pola asuh itu sendiri.

“Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola asuh berarti corak, model,

sistem, cara kerja, bentuk struktur yang tetap”.29 “Sedangkan kata asuh dapat

berarti menjaga atau merawat dan mendidik, memimpin (mengepalai dan

menyelenggarakan suatu lembaga).”30 Lebih jelasnya kata asuh adalah mencakup

segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, bantuan,

sehingga orang tetap berdiri menjalani hidupnya secara sehat.

Menurut Yaumil Agoes Achir “Pola asuh adalah tata sikap dan prilaku

orang tua dalam membina kelangsungan hidup anak, perlindungan anak secara

menyeluruh baik fisik, sosial maupun rohani”.31

“Pola asuh di dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai perilaku dan

sikap orang tua ketika bergaul dan berkomunikasi dengan anaknya, karena secara

27 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 5628Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 2000) h. 1029 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 5430 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. Ke.I, h 69231 Soegeng Santoso, Problematika Pendidikan dan Cara Pemecahannya , (Jakarta:

Kreasi Pena Gading, 2001) h. 148

Page 31: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

21

sadar atau tidak ketika orang tua berkomunikasi dengan anaknya dalam kehidupan

sehari-hari mereka berbuat sesuai sikap atau prilakunya sendiri, keras lembut atau

bijaksana”.32

Pola asuh pada hakikatnya adalah cara orang tua dalam mendidik anak

untuk bertindak sesuai dengan apa yang telah ditentukan dengan menggunakan

kekuasaan tanpa memaksakan dalam melakukan suatu tindakan yang diinginkan.

Dari uraian diatas mengenai pola asuh maka penulis mendefinisikan pola

asuh adalah interakasi yang terjadi antara orang tua dan anak dimana orang tua

bermaksud menstimulasi anak nya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan,

serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak mampunyai

pribadi yang utama. Dalam kaitan dengan pendidikan agama orang tua dapat

menstimulasi anaknya dengan memasukan unsur-unsur nilai relegius pada diri

anaknya.

2. Bentuk-bentuk Pola Asuh

Menurut Baumrind yang dikutip dari buku Agoes Dariyo, “ Psikologi

Perkembangan”, Beliau mengatakan bahwa terdapat 4 macam pola asuh orang

tua, diantaranya:

1. Pola Asuh Demokratis.Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskankepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasaritindakannya pada rasio dan pemikiran-pemikiran.

2. Pola Asuh OtoriterPola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harusdituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipeini cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum.

3. Pola Asuh PermisifPola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatutanpa pemaksaan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidakmenegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dakambahaya.

32 Muhammad Nur Abdul Hafizh, mendidik anak bersama Rasulullah SAW,(Bandung:Albayan, Kelompok Penerbit Mizan, 1983), h. 35

Page 32: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

22

4. Pola Asuh PenelantarOrang tua tipe ini pada umunya memberikan waktu dan biaya yangsangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakanuntuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkalbiaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe iniadalah prilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yangdepresi.33

E. Keluarga

“Dalam kamus besar Bahasa Indonesia keluarga adalah suatu kerabat yang

mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu dan bapak dengan anak-

anaknya”.34

Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang yangberjanji hidup bersama yang memiliki komitmen atas dasar cinta,menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait karena sebuah ikatanbatin, atau hubungan perkawinan yang kemudian melahirkan ikatansedarah, terdapat pula nilai kesepahaman, watak, kepribadian yang satusama lain saling mempengaruhi walaupun terdapat keragaman, menurutketentuan norma, adat, nilai yang diyakini dalam membatasi keluarga danyang bukan keluarga.35

Prof. Quraish Shihab mengatakan: “Keluarga adalah jiwa masyarakatdan tulang punggungnya. Kesejahtraan lahir dan batin yang dinikmati olehsuatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan, dan keterbelakangannya,adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup padamasyarakat itu.

Lebih jelas lagi beliau mengatakan bahwasanya hakikat diatas adalahkesimpulan pandangan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk pakar-pakaragama Islam. Itulah antara lain yang menjadi sebab sehingga agama Islammemberikan perhatian yang sanagt besar terhadap pembinaan keluarga,perhatian yang sepadan dengan perhatiannya terhadap kehidupan individuserta kehidupan manusia secara keseluruhan.”36

33 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan / Atitama, ( Bandung: PT, Refika Aditama,2007), hlm. 206-208

34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia EdisiKedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) hal. 471

35 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga dalam Berwawasan Gender, (Malang: UIN MalangPress, 2008 ) cet. I, hal. 38

36 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qu’an Peran dan Fungsinya Wahyu dalamKehidupan Masyarakat.( Bandung: Mizan, 1994) cet. IV h.53

Page 33: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

23

Pada intinya lembaga keluarga terbentuk melalui temuan suami dan istri

yang permanen dalam masa yang cukup lama sehingga berlangsung proses

reproduksi. Dalam bentuknya yang paling umum dan sederhana, keluarga terdiri

dari ayah, ibu, dan anak (keluarga batih). Dua komponen yang pertama, ibu dan

ayah dapat dikatakan sebagai komponen yang sangat menentukan kehidupan

anak, khususnya pada usia dini. “Baik ayah maupun ibu, keduanyan adalah

pengasuh utama dan pertama bagi sang anak dalam lingkungan keluarga, baik

karena alasan biologis maupun psikologis”.37

“Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa

keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu keturunan

lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial,

enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk

memuliakan masing-masing anggotanya”.38

Dari beberapa pengertian keluarga diatas maka penulis dapat mangambil

kseimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarat yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang terikat oleh satu keturunan yang masing-masing

anggotanya mempunyai peran dan tanggung jawab.

F. Fungsi Keluarga

Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus

merupakan suatu kelompok kecil dalam masayarakat. Kelompok ini dalam

hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan

primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai

macam bentuk kepribadiannya dalan nasyarakat. “Tidaklah dapat dipungkiri,

37 Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam keluarga Islam. (Jakarta: Lembaga KajianAgama dan Jender, 1999), h. 5-6

38 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), ce. II, h. 96

Page 34: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

24

bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas selaku

penerus keturunan saja.”39

Secara sosiologis, Djudju Sudjana mengemukakan tujuh macam fungsi

keluarga, yaitu:

1. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agarmemperoleh keturanan, dapat memelihara kehormatan serta martabatmanusia sebagai mahluk berakal dan beradab. Fungsi biologis inilahyang membedakan manusia dengan binatang, sebab fungsi ini di aturdalam suatu norma perkawinan yang diakui masyarakat.

2. Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semuaanggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untukmembawa anak menuju kedewasaan jasmani dan ruhani dalam dimensikognitif, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengembangkanaspek spiritual, moral, intelektual, dan profesional.

3. Fungsi religius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moralagama melalui pemahaman, penyadaran praktek dalam kehidupansehari-sehari sehingga tercipta iklim keagamaan didalamnya.

4. Fungsi protektif, dimana keluarga menjadi tempat yang aman darigangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkalsegala pengaruh negatif yang masuk di dalamnya.

5. Fungsi sosialisasi adalah berkaitan dengan mempersiapkan anakmenjadi anggota masyarakat yang baik, mampu memegang norma-norma kehidupan secara universal baik inter relasi dalam keluarga itusendiri maupun dalam menyikapi masyarakat yang pluralistik lintassuku, bangsa, ras, golongan, agama, budaya, bahasa maupun jeniskelaminnya.

6. Fungsi rekreatif, bahwa keluarga merupakan tempat yang dapatmemberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas masing-masing anggota keluarga. Fungsi rekreatif ini dapat mewujudkansuasana keluarga yang menyenangkan, saling menghargai,menghormati, dan menghibur masing-masing anggota keluargasehingga tercipta hubungan harmonis, damai, kasih sayang dan setiapangota keluarga merasa “ rumahku adalah syugaku”.

7. Fungsi ekonomis, yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimanakeluarga memiliki aktifitas mencari nafkah, pembinaan usaha,perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana memanfatkansumber-sumber penghasilan dengan baik, serta mempertanggungjawabkan kekayaan harta bendanya secara sosial maupun moral.40

Guna merealisasikan fungsi diatas, keluarga dapat menawarkan sekaligus

dapat memperkenalkan beberapa kegiatan pendidikan kepada anak, antara lain:

39 Ibid, cet. II, h. 8740 Mufidah Ch, op. cit, cet. I, hal. 42-47

Page 35: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

25

a. Pendidikan jasmani yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dandalam keluarga terhadap perkembangan fisik anak tidak berarti hanyaperkembangan otot dan tenaga saja, melainkan juga menyiapkankontruksi fisiknya secara sehat dan baik.

b. Pendidikan intelektual yaitu kegiatan orang tua yang dapat merangsangintelektual anak. Sebagai contoh dengan cara menumbuhkan kesadaranuntuk membaca buku pada diri anak, yaitu dengan menyediakanperpustakaan kecil dikamar anak.

c. Pendidikan emosional, hal terpenting dalam pengembangan emosi anakadalah menciptakan mengarahkan emosinya. Pencapaian kearah ini,perlu diwujudkan lingkungan dan suasana harmonis antara orang tuadan anaknya. Serta perlu ditumbuh kembangkan jalinan cinta kasih dansikap positif orang tua terhadap anaknya.

d. Pendidikan sosial, dalam hubungan keluarga akan terjadi interaksiantara orang tua dan anak-anak yang lain. Dengan interaksi tersebutterjadilah sosialisasi antara mereka untuk menentukan norma-normatertentu, agar anak memahami kewajibannya sebagai anggota keluarga.Untuk mengoptimalkan pendidikan sosial pada anak orang tua dapatmemberikan beberapa kegiatan misalnya, anak diberikan kesempatanbergaul secara terbuka dengan masayarakat.

e. Pendidikan moral dan agama, dalam keluarga orang tua sebaiknyamenanamkan sejak dini, pendidikan agama, dasar-dasar etika danmoral melalui keteladanan atau uswah hasanah karena dengan contohyang posisif dari orang tua akan mebentuk kepribadian anak karenapada masa perkembangan seorang anak banyak mengadopsi polaperilaku apa saja yang ditampilkan dalam keluarganya.41

G. Peranan Pendidikan Agama dalam Keluarga

Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan.

Anak-anak sejak masih bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal,

yaitu keluarga. Makanya tak mengherankan bila Gilbet Highest menyatakan

bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh

pendidikan keluarga. “Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali,

anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.”42

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu

baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak

tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga

41 A.Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam,( Malang :Uin Malang Press,2008),cet. Ke-1, h. 210-213

42 Jalaludin, Psikologi Agama, ( Jakata: PT. Aja Gafindo, 2005) cet. I, h. 227

Page 36: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

26

amat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi syurga

bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan

suaminya.

Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang

pertama dan pendidiknya adalah orang tuanya. Orang tua adalah pendidik kodrati.

Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan

anugrah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. “Karena naluri itu timbul

rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral

keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi,

melindungi serta membimbing keturunan mereka.”43

“Menurut Rasulallah Saw, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu

untuk membentuk kearah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau setiap

bayi dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan

agama yang akan di anut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan,

pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka”.44

Suasana keluarga yang aman dan bahagia, adalah wadah yang baik dansubur bagi pertumbuhan jiwa anak yang lahir dan dibesarkan dalamkeluarga itu. Semua pengalaman yang dilalui si anak sejak lahirnya itumerupakan pendidikan agama, yang diterimanya secara tidak langsung,baik melalui penglihatan, pendengaran dan perlakuan yang diterimanya.Kalau dia sering menyaksikan kedua orang tuanya sembahyang, berdo’a,berpuasa, dan tekun menjalan kan ibadah, maka apa yang dilihatnya itu,merupakan pengalaman yang akan menjadi bagian dari pribadinya, sertaakan masuklah unsur agama dalam pembinaan pribadinya. Demikianpulalah dengan pengalaman melalui pendengaran dan perlakuan orang tuamencerminkan ajaran agama.45

Keluarga adalah basis awal pengembangan pendidikan bagi anak-anak.Keluarga sebagai institusi yang sejak dini dan awal telah menanamkansendi-sendi kehidupan bagi masa depan manusia terutama bagi anak-anakyang masih sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan pedoman hidupkedepan. Namun demikian, orang tua dalam kehidupan keluarga harusmemposisikan diri sebagai fasilitator dalam segala kebutuhan anak, baiksebagai tempat mengadu, meminta, dan tempat berkonsultasi bagi

43 Zakiah Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta: CV. Ruhama,1995), h. 47

44 Jalaludin, Op. Cit. h. 230.45 Zakiah Drajat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: PT. Bulan

Bintang ) h. 95

Page 37: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

27

perkembangan pendidikan anak dalam kehidupannya. Islam memandangbahwa orang tua memiliki tanggung jawab penuh dalam mengantarkananak-anaknya, untuk bekal kehidupan kelak, baik kehidupan duniamaupun ukhrawi.”46

Pendidikan agama di lingkungan keluarga sangat besar peranannya dalam

pembentukan kepribadian bagi anak-anak, karena di lingkungan keluargalah anak-

anak pertama kali menerima pendidikan yang dapat mempengaruhi perkembangan

anak selanjutnya. Agar anak-anak memiliki kepribadian yang baik dan terhindar

dari pelanggaran-pelanggaran moral, maka perlu adanya pembinaan agama sejak

dini kepada anak-anak dalam keluarga.

Proses pembinaan nilai-nilai agama dalam membentuk kepribadian aak-

anak dapat dimulai sejak anak lahir sampai ia dewasa. Ketika lahir diperkenalkan

dengan kalimah thoyyibah, kemudian setelah mereka tumbuh dan berkembang

menjadi anak-anak, maka yang pertama harus ditanamkan ialah nilai-nilai agama

yang berkaitan dengan keimanan, sehingga anak meyakini adanya Allah dan dapat

mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya . Bersamaan dengan itu, anak-anak juga

dibimbing mengenai nilai-nilai moral, seperti cara bertutur kata yang baik,

berpakaian yang baik, bergaul dengan baik, dan lain-lainnya. Kepada anak-anak

juga ditanamkan sifat-sifat yang baik, seperti nilai-nilai kejujuran, keadilan, hidup

serderhana, sabar dan lain-lainnya. Selain itu, agar anak-anak memiliki nilai-nilai

moral yang baik, juga di dalam keluarga, khususnya antara ibu dan bapak harus

menjaga harmonisasi hubungan antara keduanya dan harus menjadi suri tauladan

bagi anak-anaknya

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Sepanjang pengetahuan dan kajian pustaka yang penulis lakukan, terdapat

beberapa karya tulis, baik berbentuk skripsi, tesis maupun karya buku utuh yang

telah mengkaji lebih dahulu terkait dengan pemikiran Nurcholish Madjid. Namun

demikian berdasarkan analisis penulis, dari seluruh kajian ilmiah tersebut, belum

ada satupun penelitian yang mengangkat tentang pendidikan agama dalam

keluarga menurut Nurcholish Madjid. Untuk menunjukan asumsi tersebut, maka

46 Yasin, op. cit, h. 220

Page 38: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

28

disini penulis akan menguraikan satu persatu, namun hanya sebagian saja yang

penulis anggap sudah mewakili beberapa karya lainnya.

Pertama, adalah karya tulis Drs. Yasmadi, MA. Modernisasi Pesantren

Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, dalam

bukunya beliau membahas tentang kekecewaan Nurcholish Madjid terhadap

lembaga pendidikan Islam Tradisional (pesantren), menurutnya pendidikan Islam

tradisional sudah mulai meninggalkan akar sejarahnya. Buku ini berupaya

membedah secara tuntas akar kekecewaan dan kelemahan pesantren di Indonesia.

Kritikan Cak Nur sebenarnya dalam rangka menemukan landasan filosofis yang

lebih mendasar dan konstruktif guna menata kembali dunia pendidikan

Tradisional Islam Indonesia. Bagi Cak Nur, perwujudan masyarakat madani

merupakan tanggung jawab institusi pesantren. Karena itu pesantren seyogianya

respon dengan perkembangan dunia modern dan modernisasi pendidikan

pesantren.

Kedua, adalah karya tulis Yusuf. E, Analisa Gagasan Nurcholish Madjid

Tentang Pengembangan Kurikulum Pesantren. Skripsi ini membahas gagasan

Nurcholish Madjid tentang kurikulum pesantren, menurutnya kurikulum

pesantren masih di dominasi dengan pelajaran-pelajaran agama, bahkan

materinya hanya khusus disajikan dalam bahasa Arab. Adapun mata pelajarannya

meliputi fiqih (paling utama), aqaid, nahwu-sharaf (juga mendapat kedudukan

penting), dan lain-lain. Sedangkan tasawuf menurutnya inti dari kurikulum

“keagamaan” cenderung terabaikan. Disisi lain, pengetahuan umum nampaknya

masih dilaksanakan setengah-setengah sehingga kemampuan santri sangat terbatas

dan kurang mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Jadi pada umumnya

pembagian keahlian dilingkungan pesantren yang pada; nahwu-sharaf, fiqih,

aqaid, tasawuf, bahasa arab dan lain-lain. Dan penyempitan orientasi kurikulum

pesantren ini menurutnya selain ada sisi positifnya, tetapi juga mempunyai

dampak negatif bagin pesantren itu sendiri.

Page 39: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

29

Ketiga, adalah sebuah tesis yang berjudul Konsep Pembaharuan

Pendidikan Islam Menurut Nurcholish Madjid karya Abdul Rahman, konsep

pembaharuan pendidikan menurut Nurcholish Madjid sangat dipengaruhi oleh

faham pembaharuannya dalam ajaran Islam, yaitu rasionalis, kristis, inklusif,

pluralis dan liberal. Visi dan misi pendidikan menurut Nurcholish Madjid adalah

mewujudkan suatu sistem pendidikan yang memiliki keterpaduan antara unsur

keislaman, keindonesian dan keilmuan. Sedangkan tujuan pendidikan menurutnya

ialah selain menumbuhkan nilai-nilai yang universal seperti masyarakat madani

tujuan pendidikan menurut Nurcholish Madjid juga untuk mengembangkan SDM

yang unggul. Selain itu, menurut Nurcholish Madjid lembaga pendidikan

sebaiknya dengan sungguh-sungguh memikirkan pengadaan gedung atau ruang

perpustakaan yang memadai. Lembaga- lembaga pendidikan dan keilmuan yang

tinggi yang bermutu biasanya menempatkan gedung perpustakaan sebagai

bangunan sentral kompleks atau kampusnya. Sementara itu, isi perpustakaan

adalah faktor yang lebih-lebih lagi amat menentukan tinggi rendahnya mutu

pendidikan, penelitian dan keilmuan lembaga ilmiah itu.

Dari uraian beberapa karya ilmiah diatas yaitu sebuah buku yang berjudul

Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional , skripsi yang berjudul Analisa Gagasan Nurcholish Madjid Tentang

Pengembangan Kurikulum Pesantren dan tesis yang berjudul Konsep

Pembaharuan Pendidikan Islam Menurut Nurcholish Madjid, dari hasil

pengaamatan penulis maka apa yang ingin dikaji penulis dalam penelitian ini

berbeda. Pada penelitian ini, penulis ingin lebih memfokuskan kajian terhadap

pandangan Nurcholish Madjid tentang pendidikan agama dalam keluarga , yang

menurut dugaan kuat sementara penulis syarat sekali dengan nilai-nilai religius

dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya adalah sebuah keharusan ilmiah dan

intelektual untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji kebenaran

hipotesis tersebut. Maka masih terbuka lebar bagi penulis untuk melalakukan

penelitian skripsi ini, disamping juga belum ada yang meneliti sebagaimana telah

penulis kemukakan.

Page 40: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

30

Page 41: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang berjudul “ Peranan Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Menurut Nurcholish Madjid.” Ini dilaksanakan dari bulan Juni 2013 sampai

bulan April 2014 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber

tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber lain

yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendidikan agama

dalam keluarga menurut Nurcholish Madjid.

B. Metodologi Penelitian

Sebagai suatu kajian terhadap gagasan dari seorang tokoh, dalam hal ini

metode penelitian penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian

kualitatif dengan metode deskriptip analisis. Yaitu pemecahan masalah- masalah

yang ada dengan usaha menganalisis dan menjelaskan dengan teliti kenyataan-

kenyatan faktual dari subjek yang diteliti sehingga diperoleh gambaran yang utuh

berdasarkan fakta.1 Ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan (library research) yakni dengan membaca , menelaah, dan mengkaji

buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan content analisis, yaitu

metode analisis yang menitikberatkan pada pemahaman isi dan maksud yang

sebenrnya dari sebuah data.

1Wiranto Surahkmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan tehnik, (Bandung:Tarsito: 1998), h.139

30

Page 42: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

31

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik pengumpulan data

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, maka

penulis menggunakan metode penelitian studi dokumentasi, yaitu

mengumpulkan data, fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan

bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan,2

misalnya berupa buku-buku, naskah, catatan kisah sejarah, internet dan

sumber lain, yang berhubungan dengan Nurcholish Madjid dan pemikirannya

tentang pendidikan agama dalam keluarga.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatur

yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan

data-data melalui bahan bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer

dan buku-buku sekunder atau sumber sekunder lainnya.

Penelitian skripsi ini dilakukan melalui riset pustaka (library research).

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

data-data yang valid maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula.

Dalam penelitian ini ada dua sumber yaitu:

a. Data Primer yaitu data yang langsung dari sumber pertama mengenai

masalah yang diungkap secara sederhana disebut data asli. Data

yang dimaksud yaitu buku-buku karya Nurcholish Madjid,

Masyarakat Religius, Pesan-pesan Taqwa (Kumpulan Khutbah

Jum’at di Paramadina), Pintu-pintu Menuju Tuhan, dan Tradisi

Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia

adalah landasan utama untuk menjadi rujukan dalam mengkaji

masalah pendidikan agama dalam keluarga.

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain selain

sumber primer. Data sekunder ini dimaksudkan untuk mendukung

dan melengkapi data primer. Data yang dimaksud yaitu yang relevan

2 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: PT Alfabeta, 2008), h. 329.

Page 43: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

32

dengan skripsi ini. Yaitu buku-buku yang ditulis orang lain yang

membahas tentang pemikiran Nurcholish Madjid. Data sekunder ini

sifatnya sebagai pelengkap untuk memperkuat landasan teori yang

utamanya ditempatkan pada bab dua skripsi ini

2. Teknik pengolahan data

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan

adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi

data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk

selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

D. Tehnik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang telah

terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-materi

tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang sudah

ditemukannya kepada orang lain.3

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content

analysis) dalam bentuk deskriptif analisis yaitu berupa catatan informasi faktual

yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran

secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua

aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang

dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan,

kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan.4

3 Ibid, h. 854 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 155-159

Page 44: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Nurcholish Madjid

Nurcholish Madjid selanjutnya dipanggil Caknur, lahir di Mojoanyar

Jombang Jawa Timur pada tanggal 17 Maret 1939, anak dari Abdurrahman

Madjid seorang tokoh masyarakat dan ulama di Majoanyar, Jombang”. Hal ini

terbukti dengan sebutan terhadap Abdurrahman Madjid yang dipanggil “Kiai

Haji” sebagai ungkapan penghormatan bagi ketinggian ilmu-ilmu keislamannya

dan yang paling berperan dalam membesarkan dan mengawasi Madrasah

Wathaniyah di wilayah tempat tinggalnya. Ia adalah murid Hasyim Asy’ary

seorang Tokoh NU dan menamatkannya di Sekolah Rakyat.1

Bersama keluarganya, Nurcholish menjalani dan menikmati masa anak-

anaknya di Jombang. Masa muda Nurcholish banyak dihabiskan di pesantren

tempat dia menuntut dan menimba ilmu. Dia menikahi Omi Komariah dan

dikaruniai dua orang anak. Nadia Madjid dan Ahmad Mikail. Tinggal di jakarta,

kelurga ini hidup berbahagia, rukun dan harmonis menjalani kehidupan rumah

1 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PTRajagrafindo Persada,2005), ed-1, h.322

Page 45: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

34

tangganya. Nurcholish mempunyai menantu bernama David bychon (suami

nadia).2

“Pendidikanya dimulai dari Sekolah Rakyat di Majoanyar pada pagi hari,

sedangkan sore hari ia bersekolah di Madrasah Ibtidai’yah di Majoanyar. Setelah

itu ia dimasukan ayahnya ke pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang”. Namun,

hanya bertahan dua tahun karena alasan politik. Ayahnya tetap di Masyumi,

meskipun pada NU menyatakan keluar. Maka ia pun memindahkan Nurcholish

Madjid dari basis tradisional ke pesantren Modern terkenal Darussalam Gontor

Ponorogo. Menurut Nurcholish Madjid sendiri, di sinilah masa yang paling

menentukan pembentukan sikap keagamaan.3

Selama belajar di Pondok Modern Gontor, yang terkenal dengan sistem

pendidikannya yang diorientasiakan pada sikap mandiri, dan kemampuan

menguasai asing (bahasa arab dan Inggris), Nurcholish Madjid merasa enjoy dan

kerasan. Disana ia pun mendapatkan pengalaman baru dalam pengalaman

keagamaan. Di Pondok Modern Gontor boleh dibilang tidak dikenal kultur

mempertentangkan faham-faham keagamaan seperti soal-soal khilafiah yang

sering menimbulkan eskalasi emosi dan pertikaian dikalangan masyarakat awam,

seperti antara NU dan Muhammadyiah. “Di Gontor anak-anak NU dan

Muhammdiyah tidak ada yang ngotot mempertahankan fahamnya masing-

masing.Mereka adalah santri Gontor. Mereka beribadah menurut cara Gontor.

Misalnya waktu shalat jumat, apakah adzan satu kali atau dua kali, shalat taraweh

11 rakaat atau 23 rakaat, tergantung kesepakatan yang sudah lazim di Gontor”.4

“Kemudian Nurcholish Madjid melanjutkan program studinya ke Fakultas

Adab/Sastra dan Budaya UIN (Universitas Islam Negeri; dulu: IAIN/ Institut

2 Faisal Ismail,Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid, (Jakarta:Lasswell, 2010), h. 18

3 Ahmad Amir Aziz, Neo-Modernisme Islam Di Indonesia (Gagasan Sentral NurcholishMadjid dan Abdurahman wahib), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet. Ke-1, h.22-23

4 Marwan Surijdo, Cak Nur: Di Antara Sarung dan Dasi & Musdah Mulia TetapBerjilbab. (Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2005), cet.Ke-1, h.5-6

Page 46: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

35

Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tamat tahun 1965 (B,A) dan

1968 (Doktorandus)”.5

Setamat dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nurcholish Madjid

bekerja sebagai dosen di almamaternya, mulai tahun 1972-1976. Setelah berhasil

meraih gelar Doktor pada tahun 1985, ia ditugaskan memberikan kuliah tentang

filsafat di Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu,

sejak tahun 1978 ia bekerja sebagai peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesi (LIPI).6

“Basis, bobot, dan peralatan intelektual Nurcholish menjadi jauh lebih

terasa lebih tajam ketika ia melanjutkan studinya ke program doktor di Universitas

Chicago, Amerika Serikat. Nurcholish menyelesaikan program doktornya di

Universitas Chicago pada tahun 1984”. Dia mengambil spesialisasi di bidang

filsafat atau pemikiran islam. Dia menulis disertasi yang berjudul Ibn Taimiya on

Kalam and Falsafah: Problem of Reason and Revelation in Islam di bawah

bimbingan Profesor Fazlur Rahman , seorang sarjana muslim Pakistan. Profesor

Fazlur Rahman terkenal sebagai sarjana yang sangat mendalami bidang studi

pemikiran islam yang mengajar di Universitas Chicago pada saat itu.7

Nurcholish sebagai aktivis mahasiswa, tidak hanya serius menekuni

studinya di fakultasnya, akan tetapi juga terlibat secara aktif dalam kegiatan-

kegiatan kemahasiswaan dan diskusi diluar kampus dan berkecimpung pula

dalam berbagai kancah aktivitas ekstra kurikuler.

Nurcholish pernah menjadi ketua umum PB HMI (Pengurus Besar

Himpunan Mahasiswa Islam) selama dua periode (1967-1969 dan 1969-1971).

Antara tahun 1967-1969, dia mendapat amanat untuk menjabat sebagai Presiden

persatuan Mahasiswa Islam se-Asia Tenggara (PERMIAT). Salah satu wakilnya

adalah Anwar Ibrahim (yang kemudian pernah menjabat sebagai Deputi Perdana

Menteri Malaysia).8

5 Ismail, Op.cit, h. 206 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada,2005), ed-1, h.3237 Faisal Ismail,Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid, (Jakarta:

Lasswell, 2010), h. 20-218 Ibid, h. 22

Page 47: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

36

Nurcholish Madjid pernah bekerja sebagai peneliti di Lembaga Penelitian

Ekonomi dan Sosial (Leknas LIPI, 1978-1984), peneliti senior LIPI (Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1984-2005), kemudian menjadi anggota MPR

(Majelis Permusyawaratan Rakyat) selama dua periode/ sepuluh tahun (1987-

1992 dan 1992-1997) di masa pemerintahan Orde Baru. Dia tercatat pula sebagai

pakar dan anggota Dewan Riset Nasional dan dikenal sebagai penggagas

pendirian Komite Independen Pemantau Pemilu (KKIP). Karena jasa-jasanya

kepada negara dan bangsa, dia pada tahun 1998 dianugrahi Bintang Mahaputra

oleh Pemerintah Republik Indonesia.9

“Kiprah, karya, dan kepedulian Nurcholish Madjid juga merambah ke

masalah-masalah peka kemanusiaan dimana ia terlibat secara aktif sebagai

anggota Komnas HAM ( Hak- Hak Asasi Manusia, 1993-2005). Kerja-kerja mulai

kemanusiaan seperti itu sangat erat bersentuhan dengan minatnya sehingga

mengangkat dan menobatkan dirinya sebagai sosok intelektual humanis,

penggagas toleransi, dan aktivis penggalang keharmonisan antar umat beragama

di negeri ini. “Dia adalah penyeru ulung kerukunan antar umat beragama, baik

dalam ide maupun dalam praktik. Pluralisme , inklusivisme, harmoni, dan

toleransi antar umat beragama sudah menjadi bentangan benang merah visi

humanitasnya dan menjadi bagian penting yang mencuat dalam tema-tema besar

pemukiran Nurcholish, disamping tema Neo-Modernisme Islam”.10

Nurcholish Madjid adalah sosok intelektual yang dikenal luas, terutama

dikalangan sarjana dan ilmuwan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pada tahun 1991, Nurcholish menjadi dosen tamu di Institute of Islamics Studies,

Universitas McGill. Montreal, Kanada. Pengalaman akademis ini semakin

mengkukuhkan dirinya sebagai akademiskus yang bertaraf internasional. Sebagai

profesor tamu di Universitas McGill, dia menempatkan diri sejajar dengan para

profesor yang telah mempunyai nama terkenal dan reputasi tingkat Internasional.

9 Faisal Ismail,Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid, (Jakarta:Lasswell, 2010), h. 21

10 Ibid, h. 21- 22

Page 48: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

37

Di Institute of Islamic Studies, Universitas McGill, dia memberi kuliah tentang

Ibnu Taimiyah dalam bahasa Arab klasik yang pelik.11

Didalam berbagai tulisan dan bukunya, Nurcholish Madjid banyak

melontarkan gagasan dan pemikirannya yang mengundang kontroversi dikalangan

ilmuan. Diantara gagasan dan pemikiran yang mengandung kontriversi adalah

tentang partai politik : “Islam Yes, Partai Islam No,” ide sekulerisasi tentang

masalah-masalah keduniaan, tentang teologi dan masih banyak lagi. Pemikiran-

pemikirannya ini telah banyak memengaruhi kalangan intelektual muda yang

bergabung dalam Yayasan Wakaf Paramadina. Muhamad Kamal Hasan, seorang

guru besar di Malaysia, pernah melakukan penelitian terhadap ide-ide

pembaharuan atau modernisasi Indonesia dengan menempatkan pemikiran

Nurcholish Madjid sebagai acuannya.

Selanjutnya sejak tahun 1986 bersama dengan beberapa kawanya di

Jakarta Nurcholish Madjid mendirikan dan memimpin Yayasan wakaf

Paramadina dengan kegiatan yang mengarah pada gerakan intelektual Islam

Indonesia. “Sejak 1991 hingga sekarang ia juga menjabat sebagai Ketua Dewan

Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), anggota Komisi Nasional

hak-hak Asasi Manusia (Komnas HAM), dan tercatat pula sebagai salah seorang

anggota Majelis Permusyawaratan rakyat Replublik Indonesia”.12

Seluruh rekam jejak pencapaian karier dan reputasi ilmiah yang baik diatas

membuktikan dengan jelas bahwa Nurcholish Madjid, sebagai sosok intelektual,

yang sangat diperhitungkan kehadirannya dan sangat diharapkan bentangan

kontribusi ide-ide bernasnya oleh masyarakat ilmuan internasional. Oleh karena

itu, ia seringkali diundang untuk berpartisipasi dalam seminar-seminar

internasional itu. Reputasi cemerlang Nurcholish Madjid sebagai intelektual

terkenal dan ilmuan berbobot tidak ada yang meragukan. Nurcholish dikukuhkan

sebagai Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada tahun 1998, dan pada

11 Ibid, h. 2212 Ibid , 325

Page 49: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

38

tahun 1999 dia dikukuhkan pula sebagai ahli peneliti utama (APU) LIPI. Dengan

demikian predikat akademisi dan peneliti melekat pada sosok dirinya.13

Nurcholish Madjid yang biasa dipanggil “Cak Nur” telah meninggal dunia

pada hari senin, 29 Agustus 2005, pukul 14.05 WIB di RS Pondok Indah Jakarta.

2. Karya-karya Tulis Nurcholish Madjid

Selain sebagai orang yang banyak berkecimpung di organisasi dan

memangku berbagai jabatan, Nurcholish Madjid juga sebagai seorang penulis

yang produktif. Nurcholish Madjid tidak bedanya dengan pemikir-pemikir

lainnya, bahwa setiap buah pemikirannya tertuang dalam goresan tinta. Buku

adalah sarana untuk mengenalkan dan menyampaikan ide dan gagasannya kepada

manusia-manusia yang gandrung dengan disiplin ilmu yang dimilikinya, dan

bukulah yang pantas untuk menggoreskan tinta pemikiran seorang tokoh. Oleh

karena itulah Nurcholish Madjid mengabadikan pemikirannya di setiap lembaran-

lembaran dalam buku.

Adapun buku-buku yang sudah diterbitkan di Indonesia merupakan

komplikasi dari artikel, makalah bahan kuliah, bahan ceramah dan materi khutbah

yang pernah ditulisnya. Adapun karya-karyanya antara lain:

Khazanah Intelektual Islam, buku ini diterbitkah di Jakarta oleh PT. Bulan

Bintang pada tahun1984 ini adalah langkah awal mengabadikan pemikirannya

lewat tulisan di saat Nurcholish madjid melewati hari-harinya di Chicago

University, Amerika Serikat. Maksud buku suntingan ini adalah untuk

memperkenalkan bidang pemikiran yang merupakan segi kejayaan Islam bagi

para generasi Islam dan para pembaca lainnya. Selain itu dalam buku ini

Nurcholish Madjid juga memperkenalkan kepada para pembaca tentang corak

pemikoran para tokoh klasik. Tokoh yang disebut Cak Nur dalam buku ini adalah:

al-Kindi (258 H/870 M), al-Asy’ari (w. 300 H/913 M), al-Farabi (w. 337 H/950

13 Ismail, op. cit, h. 23

Page 50: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

39

M), Ibn Sina (370 H-428 H/980 M-10307 M), al-Ghozali (w. 505 H/111 M), Ibn

Rusyd ( w. 594 H/1198 M), Ibn Taymiyyah (w. 782 H/1328 M), Ibn Khaldun (w.

808 H/1406 M), Jamaluddin al-Afghani (1255 H-1315 H/1839 M-1897 M), dan

Muhammad Abduh (1262 H-1323 H/1845 M-1905 M). Penulis ingin menegaskan

tentang buku ini, seperti yang diunkapkan Nurcholish sendiri bahwa buku ini

hanya sekedar pengantar pemikiran kepada kajian yang lebih luas dan mendalam

tentang khazanah kekayaan pemikiran Islam.

Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, buku ini diterbitkan di Bandung

oleh Mizan pada tahun 1987. Dalam isi buku ini membincangkan tentang

permasalahan-permasalahan dan juga isu-isu yang aktual saat ini, dan disisi lain

juga kontribusi penulis buku ini dalam mewujudkan beberapa solusi keagamaan

dan keindonesiaan, sekitar tahun 70-an permasalahan-permasalah menjadi

wancana yang menggegerkan dan penuh dengan pandangan-pandangan yang

kontroverisial.

Islam Doktrin dan Peradapan, buku ini diterbitkan di Jakarta oleh

Yayasan Wakaf Paramadina pada tahun 1992. Buku ini berisi tentang Islam di

Indonesia adalah kemajemukan. Pluralitas (kemajemukan) adalah kenyataan yang

telah menjadi kehendak Tuhan. Jika dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia

diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling mengenal dan

menghargai. Maka pluralitas ini meningkat menjadi pluralisme, yaitu suatu sistem

nilai yang memandang secara positif-optimis terhadap kemajemukan itu sendiri.

Islam Agama Peradapan , Membangun Makna dan Relevansi Doktrin

Islam Dalam Sejarah, buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Wakaf

Paramadina pada tahun 1992. Dalam buku ini, Nurcholish Madjid memaparkan

tentang bagaimana manusia mempunyai tujuan hidup yang trasendental

berdasarkan iman yang dinyatakan dalam bentuk amal, kebijakan sosial,

menciptkan masyarakat egaliter dan inklusif dalam mencari kebenaran dan

keadilan. Sebenarnya, buku ini hanya kumpulan sebagian makalah dari kelompok

Page 51: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

40

kajian agama yang diselenggarakan oleh Yayasan Wakaf Paramadina yang

diadakan sekali dalam sebulan dengan beranggotakan 200 orang.

Tradisi Islam Peran dan Fungsinya Dalam Pembangunan di Indonesia,

buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Wakaf Paramadina pada tahun

1997. Dalam buku ini caknur mengungkapkan peran strategis ajaran-ajaran Islam

sebagai sumber subtansi bagi pembanganan yang sedang dilaksankan di

indonesia. Peran intelektual Indonesia dalam membangun etos keilmuan dan

tradisi intelektual, mengembangkan demokrasi serta mebangun sumber daya

manusia yang siap memasuki era indutrialisasi dan era tinggal landas.

Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, buku ini diterbitkan di

Jakarta oleh Paramadina pada tahun 1997. Buku ini berisi tentang kesenjangan

antara dunia pesantren dengan dunia modern. Maka dalam buku ini Caknur

mengajak dunia pesantren “membuka diri” dan berbenah diri untuk paling tidak

memperkecil jarak kesenjangan tersebut. Kritikan Nurcholish tertuju pada

kurikulum pesantren yang ada di Indonesia. Menurutnya, bahwa materi

keagamaan masih mendominasi di lingkungan pesantren yang disajikan hanya dan

selalu dalam bahasa Arab, seperti Fiqh, Aqa’id, Nahwu-Sharaf. Padahal

menurutnya, masih ada yang lebih penting pasa tataran praktis disaat seorang

muslim berinteraksi dengan sesama, yakni semangat religius juga Tasawuf yang

merupakan inti dari kurikulum keagamaan. Sedangkan disisi lain, pengetahuan

umum nyatanya masih dilaksanakan secara setengah-setengah, akibatnya

kemampuan santri sangat terbatas dan kurang mendapat pengakuan dari

masyarakat ilmu-ilmu eksak. Itulah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan

antara dunia pesantren dengan dunia modern.

Pintu-pintu Menuju Tuhan, buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan

Wakaf Paramadina pada tahun 1995. Isi buku ini merupakan kumpulan tulisan

Nurcholish Madjid yang tercecer, yang telah dimuat pada Harian Pelita dan

Majalah Tempo. Disini Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa umat Islam jangan

hanya melihat satu pintu untuk menuju Tuhan, karena Islam menyediakan banyak

pintu untuk menuju Tuhan untuk meraih sisi yang mulia disampinya.

Page 52: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

41

Masyarakat Religius, buku ini diterbitkan di Jakarta oleh Yayasan Wakaf

Paramadina pada tahun 1997. Buku ini menyodorkan tesis bahwa makna hidup

yang hakiki dan sejati itu ada , agama sebagai sistem keyakinan menyediakan

konsep tentang hakikat dan makna hidup itu. Buku ini juga mengetengahkan

tentang Islam dan konsep kemasyarakatan, komitmen pribadi dan sosial dan

konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga.

Cita-cita politik Islam Era Reformasi, 1999. Dalam buku ini Nurcholish

Madjid mengetengahkan gagasan politiknya, demokrasi, kebangsaan dan

kenegaraan. Ia menyampaikan persoalan-persoalan tersebut dengan argumentasi

yang fresh dan jernih. Diman dalam uraiannya mengaitkan dengan persoalan-

persoalan kontemporer yang tengah mengahadang bangsa Indonesia, seperti cita-

cita politik bangsa dan persoalan keadilan.

Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP), buku ini ditulis pada saat menjabat

sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang berisi

tentang Materi Pengkaderan tentang keislaman. Namun, buku ini kemudian

diubah menjadi Nilai Identitas Kader (NIK). Buku ini menjadi bacaaan wajib

yang menjadi dasar dan motivasi perjuangan anggota Himpunana Mahasiswa

Islam.

Selain buku-buku diatas yang sudah dipaparkan, masih banyak pula karya

Nurcholish Madjid yang sudah beredar dipasaran dan tidak sempat dimuat dalam

bab ini. Buku-buku itu diantaranya: Pesan-pesan Takwa Nurcholish Madjid,

Fatsoen Nurcholish Madjid, Atas Nama Pengalaman Beragama dan Berbangsa di

Masa Tradisi , Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial

Politik Kontemporer, Perjalanan Religius Umrah dan Haji, Kaki Langit Peradapan

Islam, Dialog Ramadhan dan Fiqh Lintas Agama, ia juga pernah menterjemahkan

buku Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukuk Islam: Sebuah Pembelaan

Kaum Sunni , karya uatafa Al-Sibai. Hal lain yang dilakukan Nurcolish Madjid

adalah, bahwa ia banyak mendorong kaum intelektual Islam serta memprakarsai

penulisan buku-buku bermutu dan standard.14

14 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PTRajagrafindo Persada,2005), ed-1, h. 324

Page 53: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

42

Tidak hanya dalam buku , Nurcholis Madjid juga menulis berbagai artikel

tentang keislaman, politik Islam, moral dan sebagainya yang dimuat dalam,

Harian Kompas, Pelita, Suara Pembaharuan, Replublika, Jurnal Ulumul Qur’an,

Panji Masyarakat, Prisma, Amanah, dan lain sebagainya.15

Berdasarkan uraian tentang beberapa karya dan buah pikiran Nurcholish

Madjid diatas, dapatlah disimpulkan bahwa Cak Nur sosok pemikir yang handal

dan julakan pun melekat padanya, yakni seoarang teolog, filosof dan sejarawan

konseptor dan pembaharu yang selalu mengedepankan toleransi pada setiap

perbedaan dan menjaga nilai-nilai kemanusian yang berpijak pada ajaran Islam.

B. Pembahasan

1. Hak dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Menurut Nurcholish

Madjid

a. Hak orang tua dari anak

Orang tua mempunyai kewajiban memelihara anak dengan penuh

tanggung jawab sebagai amanah Allah. Namun sebaliknya, orang tua pun

mempunyai hak terhadap anak sebagai berikut Pertama, anak-anak harus

melayani orang tuanya dengan baik, lemah-lembut menyayanginya, selalu

menghormati, dan syukur atas jasa-jasa mereka terhadapnya. Anak-anak juga

harus mematuhi perintah perintahnya kecuali kalau menyuruh kepada yang

bathil atau munkar.

Sebagaimana Allah telah berwasiat kepada kita semua umat manusia

tentang banyaknya hal. Wasiat-wasiat Allah tersebut membentuk bagian amat

penting dan ajaran Islam. “Salah satu ialah yang berkenaan dengan ibu-bapak

atau orang tua, Allah berwasiat kepada manusia bahwa mereka mutlak harus

berbuat baik kepada orang tua”.16

“Menurut Nurcolish Madjid hubungan antara anak dan orang-tua dalam

sistem ajaran Islam yang menyeluruh adalah perkara yang sangat penting

setelah tauhid atau paham Ketuhanan Yang Maha Esa. Yaitu hubungan dalam

15 Ibid, h. 32416 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. VI,

h. 136

Page 54: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

43

bentuk perbuatan baik dari pihak anak kepada ayah-ibunya”. 17 Berbuat baik

kepada orang tua dalam ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci adalah

perintah. Dan dalam suatu ayat disebukan sebagai suatu “keputusan Tuhan”

Penilaian ini bisa disimpulkan dari firman-firman Allah:

Dan Tuhanmu telah memutuskan bahwa hendaknya kamu sekalian tidak

beribadat kecuali kepada-Nya saja, dan bahwa hendaknya kamu berbuat

baik kepada kedua orang-tua”.. (QS. al-Isra: 23).18

“Dari ayat diatas dijelaskan betapa kewajiban berbuat baik kepada orang

tua itu disenafaskan dalam suatu firman, merupakan kewajiban kedua setelah

kewajiban manusia untuknya menyembah kepada Allah”.19 Kemudian dalam

ayat lain Allah berfirman:

dan Kami berpesan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada dua

orang ibu- bapaknya.” (Q.S Al-Ankabut: 8)20

17 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 11118 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 22719 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. VI, h.

13620 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 317

Page 55: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

44

Dan Kami berpesan kepada manusia tentang kedua orang tuanya ibunya

mengandungnya dalam kesusahan demi kesusahan, berpisah setelah dua

tahun maka hendaknya engkau (manusia) bersyukur kepada-Ku dan

kepada orang-tuamu. Kepada-Ku-lah tempat kembalimu”

(QS. Luqman: 14).21

Menurut Nurcholish Madjid, jika disimak lebih mendalam petunjuk-

petunjuk Ilahi, maka dapat ditarik kesimpulan betapa pentingnya hubungan

orang-tua dan anak dalam hidup ini, dan betapa ia terkait erat serta secara

langsung dengan inti makna hidup itu sendiri. Yaitu, beribadat dan pasrah

kepada Allah, Pencipta semesta alam dan manusia sendiri. Berkenaan

dengan itu menurut Nurcholish Madjid, di sini agaknya diperlukan kejelasan

dan penegasan tentang suatu masalah. Tekanan "keputusan" dan "pesan"

Allah kepada manusia berkenaan dengan kedua orang-tua itu ialah pada

kewajibannya berbuat baik (husn, ihsan) kepada ibu-bapaknya bukan pada

kewajibannya taat atau menaati mereka. Berbuat baik meliputi makna yang

luas dan mencakup banyak sekali jenis tingkah laku dan sikap anak kepada

orang-tua. Sedangkan taat hanyalah satu saja dari sekian banyak bentuk

perbuatan baik tersebut, itu pun bersyarat.22

Ketaatan anak kepada orang-tua itu, seperti halnya dengan setiap bentuk

ketaatan orang kepada siapa pun dan apa pun selain Allah dibenarkan untuk

dilakukan hanya dengan syarat bahwa ketaatan itu menyangkut kebenaran

dan kebaikan, bukan kepalsuan dan kejahatan. Maka demikian pula halnya

dengan ketaatan anak kepada orang tua dapat dan harus dilakukan hanya jika

menyangkut suatu hal yang benar dan baik. “Dalam keadaan syarat itu

terpenuhi, ketaatan anak kepada orang-tua merupakan bagian dari kewajiban

21 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 32922 Ibid, h. 112

Page 56: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

45

berbuat baiknya kepada mereka. Sedangkan dalam keadaan syarat itu tidak

terpenuhi, ketaatan itu justru menjadi terlarang”.23

“Tetapi sebaliknya, menurut Nurcholish Madjid "keputusan" dan "pesan"

Tuhan agar orang berbuat baik kepada ibu-bapaknya adalah mutlak, tanpa

syarat, bahkan sekalipun ibu-bapaknya itu jahat, sampai- sampai sekalipun

ibu-bapaknya itu secara sadar melawan kebenaran (kafir)”.24

Begitulah ditegaskan dalam ajaran agama, seperti dalam ayat suci

kelanjutan kutipan di atas

Dan jika keduanya (orang-tuamu) itu berusaha mendorongmu agar

engkau memperserikatkan Aku (Tuhan) dengan sesuatu yang engkau tidak

berpengetahuan mengenainya (sebagai hal yang benar), maka janganlah

kau taati mereka namun tetaplah bergaul dengan mereka berdua itu di

duniawi dengan cara yang baik”...(QS. Luqman: 15).25

“Juga terhadap keseluruhan keluarga dan kaum kerabat yang menyimpang

pun seorang anak tetap diperintahkan Allah untuk menunjukkan sikap hormat

dan sopan santun, meskipun anak itu dengan jelas tidak dapat menerima jalan

hidup mereka”.26

23 Ibid, h.11224 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 112-

11325 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 32926 Ibid, h. 113

Page 57: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

46

Dan bahkan jika engkau harus berpaling dari mereka demi memperoleh

rahmat Tuhanmu yang kau harapkan, namun bertuturlah dengan mereka

dengan penuturan penuh kasih sayang”. (QS. al-Isra:28).27

Menurut Nurcholish Madjid berdasarkan ayat-ayat diatas bahwasanya

ketaatan anak terhadap orang tua hanya dituntut kepada sesuatu kebenaran

(alhaqq) dan kebaikan (ma”ruf) dan jelas tidak dituntut dalam kepalsuan

(Albathil) dan kejahatan (almunkar). Tetapi orang tua tetap berhak

mendapatkan mendapatkan perlakuan baik dari anaknya. Seorang anak

dilarang berkata kasar terhadap orang tuanya sebaliknya seorang anak harus

berlaku lembah lembut terhadap orang tuanya sesuai apa yang menjadi

“keputusan” dan “pesan” di dalam Al-Qur’an.

Sebagaimana ternyata dari firman suci yang dikutip dibagian pertama tadi,

kewajiban anak berbuat baik kepada orang tua adalah pertama-tama dan

terutama dituntut dalam hubungan dengan ibunya. Sebab tidak ada didunia ini

yang sedemikian pengorbananya untuk anak, dan tidak pula kecintaanya

kepada anak demikian tulusnya seperti ibunya sendiri. “Dalam firman tadi

dilukiskan oleh Allah, betapa ibu mengandung si anak dalam kesusahan, dan

tidak bisa melepaskan atau memisahkan dirinya dari si anak selam dua

tahun”.28

Mengenai hal ini sebuah sabda Rasulullah yang seringkali dikutip ialah

yang menegaskan bahwa “syurga berada dibawah telapak kaki ibu”. Makna

dari hadist ini ialah bahwasanya jika seorang ingin “masuk syurga” maka ia

harus berbuat baik kepada ibunya. “Bahwa hadist ini juga memantulkan

tentang peranan ibu yang sangat besar bagi nasib anaknya, karena syurga itu

berada sepenuh-penuhnya di bawah telapak kaki mereka”.29 Hadist ini pun

mengandung arti betapa besarnya tanggung jawab ibu terhadap masa depan

anak. Dari segi kependidikan maka hadist tersebut ditunjukan kepada ibu agar

ia sadar, betapa besarnya tanggung jawab ibu terhadap anaknya, sampai

27 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 22728 Ibid, h.11829 Ibid, h.119

Page 58: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

47

kepada nasibnya diakherat nanti. Sebagai mana janji Allah, bahwa kehidupan

diakherat nanti adalah kehidupan sebenarnya, didasarkan hasil perbuatan

selama hidup di dunia. Bila amal shalehnya banyak, ia diberi kehidupan yang

baik dan dimasukan ke dalam syurga-Nya.

Dihubungkan dengan masalah pendidikan anak, hal tersebut mengandung

arti timbal balik, bahwa sebagaiman pertama-tama anak harus berbuat baik

kepada ibunya, maka begitu pula sang ibulah yang banyak mempengaruhi

anaknya . ini disebabkan bahwa hubungan emosional ibu dengan anak, jika

tidak ada faktor-faktor lain yang luar biasa, umumnya terpateri rapat dan

menjadi abadi, sampai anak menjadi dewasa.30

Maka dari itu begitu pentingnya peranan ibu dalam pendidikan anaknya

sampai ada sebuah syair yang mengatakan bahwasanya “ ibu adalah sekolah,

bila dipersiapkan dapat membentuk bangsa yang baik dan kuat”. Makna

syair tersebut mangandung arti bahwa seorang ibu mempunyai peran yang

cukup siginifikan dalam penumbuhan dan pengembangkan pendidikan anak

kedepan. Ibu diibaratkan sekolah didalamnya berperan menampung anak-

anaknya untuk proses pendidikan (belajar-mengajar secara langsung)

sehingga anak dapat tumbuh berkembang, baik jasmani maupun rohani.

Tetapi tentu saja yang bertanggung jawab atas pendidikan anak tidak

hanya ibu. Meskipun tidak memiliki hubungan emosional dengan anak

sehangat para ibu, kaum bapak pun ikut bertanggung jawab dalam

pendidikan anak. Faktor yang paling menentukan peranan bapak ialah

kedudukannya sebagai kepala keluarga. Ini tidak saja berarti sebagi

“pengahasil nasi” dalam keluarga, tetapi juga, untuk anak, fungsinya

sebagai, “imago ideal”. Para ahli umumnya mengatakan bahwa dalam

jiwa anak yang ingin mencari suri tauladan dan bahkan “pahlawan”, sang

ayah selalu menempati urutan pertama, dan baru orang lain. Oleh karena

itu pendidikan anak pun akan ikut ditentukan, berhasil atau gagalnya oleh

“penampilan” sang ayah dalam penglihatan anak.31

30 Ibid, h.11831 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 119

Page 59: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

48

Oleh karena itu peranan orang tua sangat besar pula menentukan

pertumbuhan anak secara psikologis dan kultural. “ Maka sudah selayaknya

sebagai seorang anak dan diajarkan pula dalam agama untuk berbuat baik

dan berterimakasih kepada orang tua. Dan selalu memohon doa kepada Allah

agar memberikan rahmat kepada orang tua”. 32

b. Orang Tua sebagai Pendidik bukan Pengajar bagi Anak

Jika menginsyafi lebih dalam lagi, bahwasanya harta benda dan anak-anak

adalah karunia Ilahi, yang merupakan sebagai ujian atau percobaan (fitnah)

bagi manusia, dan apakah manusia (orang tua) dapat memanfatkan harta itu

dan mendidik anak dengan baik atau tidak. Sebab tidak perlu diragukan lagi

bahwa harta dan anak adalah unsur-unsur utama kehidupan manusia, yang

membuatnya memperoleh kebahagian lahir dan duniawi.33

Karena “harta dan anak adalah kehidupan duniawi,” maka juga “

sesungguhnya hidup dunia ini adalah permainan, kesenangan dan kemegahan

serta saling bangga dan saling berlomba dalam harta dan anak....”. Jadi,

sebagai fitnah, sisi lain dari harta dan anak ialah kemunkinan dengan mudah

berubah dari sumber kebahagiaan menjadi sumber kesengsaraan dan

kenistaan yang tidak terkira. Yaitu kalau kita tidak sanggup memanfatkan

harta dan mendidik anak tersebut dengan apa yang dipesankan dan amanatkan

Allah.34

Disebut cobaan, karena anak (dan harta) adalah batu penguji tentang siapa

kita ini sebenarnya dari sudut kualitas hidup dan kepribadian kita. Sebab

kualitas itu akan dengan sendirinya tercermin dalam apa yang kita lakukan

kepada anak (dan harta) itu, menuju kebaikan ataukah membawa keburukan.

Maka sebagai orang tua berkewajiban menuntun, membimbing,

menumbuhkan anaknya menjadi orang shalih, yang bermanfaat sesamanya

32 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. VI,h. 137

33 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 12134 Ibid, h. 121-122

Page 60: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

49

dan dirinya sendiri. “ Inilah bentuk kecintaan yang sejati seseorang kepada

anak, karena kecintaan serupa itu merupakan konsistensi kecintaan kepada

Allah. Dan itulah pula salah satu pelaksanaan tanggung jawab keluarga

adalah agar menjaga dan memelihara keluarganya dari hidup yang abadi.

Sebagaiman firman Allah”:35

Jagalah diri kamu dan kelurga kamu dari api neraka... (Q.S al-Tahrim

66: 6)36

Pembentukan atau pembinaan kepribadian anak berlangsung secara

berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali saja, melainkan suatu hal yang

berkembang, oleh karena itu pembentukan kepribadian anak merupakan suatu

proses . Apabila dalam pertumbuhannya anak mengalami proses yang baik

dan benar, maka akan menghasilkan suatu kepribadian yang baik , matang

dan harmonis.

Pendidikan agama dalam keluarga adalah unsur pertama yang harus

ditanamkan kepada-anak. Karena jika diibaratkan sebuah bangunan maka

agama adalah sebagai pondasi atau dasar dari bangunan tersebut.

Perkembangan agama pada anak sangat tergantung dengan apa pendidikan

dan pengalaman yang dialaluinya dalam keluarga, baik sejak masih dalam

kandungan maupun dalam masa kanak-kanak. Kata-kata, sikap, tindakan

orang tua serta perhatian orang tua sangat mempengaruhi perkembangan

keagaamaan dan kepribadian anak. Dalam hal ini pembinaan kepribadian itu

tidak terlepas dari pendidikan agama karena agama adalah sebagai landasan

pembentukan kepribadian. Dengan demikan peranan agama dalam keluraga

35 Ibid,h. 11736Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 447

Page 61: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

50

sangat penting dalam menumbuh kembangan kepribadian anak agar anak

memiliki pribadi yang utama sesui dengan petunjuk agama.

Menurut Nurcholish Madjid pendidikan agama dalam keluarga tidak

cukup hanya berupa pengajaran kepada anak tentang segi-segi ritual dan

formal agama. Namun didalam masyarakat sering terjadi kekeliruan, orang

tua sering melimpakan tanggung jawab pendidikan agama kepada lembaga

dan orang lain atau guru mengaji yang lebih populer dikalangan masyarakat.

Tetapi yang sesungguhnya dapat dilimpahkan kepada lembaga lain atau guru

mengaji terutama hanyalah pengajaran agama, berupa segi- segi ritual dan

formal agama. Dan disini yang ditekankan adalah pendidikan agama yang

diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Sedangkan para pelaku

pendidikan, seperti guru mengaji, dan guru agama disekolah adalah sebagai

wakil- wakil orang tua dan pelanjut peran orang tua dalam menumbuhkan

mengembangan potensi keagamaan dalam diri anak. Meskipun ada guru

mengaji sekaligus juga bertindak sebagai pendidik agama, namun peran

mereka tidak akan dapat menggantikan peran orang tua sepenuhnya. Jadi guru

mengaji pun sebenarnya terbatas perannya hanya sebagai pengajar agama,

yakni penuntun ke arah segi-segi kognitif agama itu, bukan pendidikan

agama.

2. Peranan Pendidikan Agama dalam Keluarga Menurut Nurcholish

Madjid

Menurut Nurcholish Madjid pertumbuhan dan perkembangan abak tidak

bisa dilihat hanya terbatas pada segi fisiknya saja. Justru tidak kurang pentingnya

ialah usaha penumbuhan dan peningkatan yang tidak bersifat fisik. “ Yaitu,

penumbuhan dan peningkatan potensi positif seorang anak agar menjadi manusia

dengan tingkat kualitas yang setinggi-tingginya. Orang-tua tidaklah berkuasa

untuk membuat anaknya "baik," sebab potensi kebaikan itu sebenarnya justru

sudah ada pada si anak”.37

37 Ibid, h. 115

Page 62: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

51

Pertama kali dalam mempertimbangkan akal perbuatan ialah hati nurani.

Hati nurani diberikan kepada kita oleh Allah sebagai petunjuk pertama hidup yang

benar. Nurani artinya bersifat cahaya. Seperni ruhani yang berasal dari kata ruh

dan jasmana berasal dari kata jism, maka nurani berasal dari kata nur. Mengapa

hati ini disebut nurani? Karena itulah modal azali, modal primodial dari Tuhan

untuk menrangi hidup ini. Seperti firman Allah:

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan

Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”38

Dari ayat diatas jelas bahwasanya setiap jiwa manusia sudah memiliki

kelengkapan dalam dirinya untuk mengetahui apa yang baik dan buruk, benar dan

salah. “Kelengkapan itu adalah hati nurani. Sementara hati yang masih suci

disebut nurani, maka dosa dalam Al-Qur’an yang paling banyak digunakan adalah

kata zhulmun. Maka orang yang berdosa disebut zhalim. Sehingga orang yang

terlalu banyak berbuat jahat dan tidak lagi memiliki kesadaran, maka dia disebut

tidak mempunyai nurani atau hatinya tidak memiliki sifat nurani”.39

Rasulullah sendiri telah menegaskan dalam berbagai kesempatan, sebuah

hadist meriwayatkan, ada sebuah sahabat Nabi bernama Wabishah yang kasar dan

tidak terpelajar. Ia memaksa untuk menghadap Nabi pada waktu beliau sedang

sibuk mengajar. Para sahabat menghalangi, tetapi dia dipanggil nabi dan ditanya,

“Mengapa kamu mau datang?”“Ya saya tidak mau pergi sebelum saya

38 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 44739 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,

(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 93-95

Page 63: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

52

mendapatkan keterangan tentang apa itu kebaikan dan keburukan. Nabi

mengatakan bahwa kebaikan adalah sesuatu yang membuat hati tentram dan

kejahatan ialah sesuatu yang membuat hati bergejolak meskipun kamu didukung

oleh seluruh umat manusia.40 Hadist ini jelas menerangkan bahwa pada dasarnya

potensi kebaikan itu sudah ada pada diri manusia karena jika manusia melalukan

kejahatan walaupun didukung oleh banyak manusia sesengguhnya hati tidak bisa

menerimanya atau bergejolak.

Maka dari itu tugas orang tua ialah mengembangkan apa yang secara

primordial sudah ada pada si anak, yaitu nature kebaikannya sendiri sesuai

dengan fitrahnya. Sementara itu, di pihak lain, orang-tua mempunyai

peranan menentukan dan memikul beban tanggung jawab utama yaitu

jangan sampai terjadi pada diri si anak menyimpang dari nature dan

potensi kebaikannya itu sehingga menjadi manusia dengan ciri-ciri kualitas

rendah Inilah salah satu makna sebuah hadis yang amat terkenal, yang

menegaskan betapa setiap anak dilahirkan dalam fitrah (nature kesucian),

kemudian ibu bapaknyalah yang berkemungkinan membuatnya

menyimpang dari fithrah itu”.41

Dalam kaitannya dengan pendidikan agama anak dalam keluarga,

menurut Nurcholish Madjid bahwa peran pendidikan agama sangat besar

pengaruhnya dalam mewarnai kehidupan anak. Akan tetapi perlu

direnungkan tentang apa yang dimaksud agama? Diantara para mubalihg

dan tokoh agama ada yang memperingatkan bahwa agama bukanlah

sekedar tindakan ritual seperti shalat dan membaca do’a saja. Agama lebih

dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia dan tingkah laku itu

membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (akhlakul karimah), atas

dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi dihari

kemudian demi memperoleh ridlo Allah. 42

40 Ibid, h. 9441 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 11542 Ibid, h. 123

Page 64: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

53

Karena itu renungan tentang apa yang dimaksud tentang pendidikan

agama muncul secara logis, sebagai lanjutan dari renungan tentang apa itu

agama. Karena agama yang diamaksud diatas , maka agama tidak hanya terbatas

pada pengajaran tentang ritu- ritus dan segi-segi formalistiknya belaka. Ini tidak

berarti pengingkaran terhadap perlunya ritus-ritus dan segi formalistik agama,

tidak pula pengingkaran terhadap perlunya ritu-ritus dan segi- segi formal itu

diajarkan kepada anak. Karena ritus-ritus dan formalitas itu di ibaratkan “bingkai”

atau “kerangka” bagi bangunan agama. Karena itu setiap anak harus diajarkan

bagaimana melaksanakan ritus-ritus itu dengan baik dengan memenuhi segala

“syarat dan ruku” keabsahanya.43

Tetapi sebagai “binkai” atau “kerangka” ritus dan dan formalitas bukanlah

tujuan dalam dirinya sendiri. Ritus dan formalitas yang dalam hal ini terwujud

dalam apa yang biasa disebut "rukun Islam" . “ Ritus dan formalitas keagamaan

tersebut itu baru mempunyai makna yang hakiki jika menghantarkan orang yang

bersangkutan kepada tujuannya yang hakiki pula, yaitu kedekatan (taqarrub)

kepada Allah dan kebaikan kepada sesama manusia (akhlaq karimah)”.44

Maka menurut Nurcholish Masjid peranan pendidikan agama dalam

keluarga sesungguhnya adalah pendidikan agama berperan untuk pertumbuhan

total seorang anak didik. Pendidikan agama tidak dapat dipahami secara terbatas

hanya kepada pengajaran agama saja. Karena itu keberhasilan pendidikan agama

bagi anak-anak tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu

menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang ajaran agama

atau ritus-ritus keagamaan semata. Justru yang lebih penting, berdasarkan ajaran

Kitab dan Sunnah sendiri, ialah seberapa jauh peran orang tua dapat menanamkan

nilai-nilai keagamaan tersebut dalam jiwa anak, dan seberapa jauh pula nilai-nilai

itu mewujud-nyata dalam tingkah laku dan budi pekertinya sehari-hari.

Perwujudan nyata nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-

hari akan melahirkan budi luhur atau al-akhlaq al-karimah.

43 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 12444 Ibid, h. 124

Page 65: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

54

Menurut Nurcholish Madjid pendidikan agama dalan keluarga yang

perlu ditanamkan ialah keterkaitan yang erat antara taqwa dan budi luhur

dan juga makna keterkaitan antara iman dan amal saleh, salat dan zakat,

hubungan dengan Allah (habl-un min al-Lah) dan hubungan dengan

sesama manusia (habl-un minal-nas), ini juga terdapat pada bacaan takbir

(lafal Allahu Akbar) pada pembukaan salat dan bacaan taslim (lafal

Alsalam-u 'alaykum) pada penutupan shalat. Pendeknya, terdapat

keterkaitan yang mutlak antara Ketuhanan sebagai dimensi hidup pertama

manusia yang vertikal dengan Kemanusiaan sebagai dimensi kedua hidup

manusia yang horizontal. Oleh karena sedemikian kuatnya penegasan-

penegasan dalam sumber-sumber suci agama (Kitab Suci dan Sunnah

Nabi) mengenai keterkaitan antara kedua dimensi itu, maka pendidikan

agama, baik di dalam keluarga maupun di sekolah, tidak dapat disebut

berhasil kecuali jika pada anak didik tertanam dan tumbuh dengan baik

kedua nilai itu: Ketuhanan dan Kemanusiaan, Taqwa dan Budi luhur.45

Mengapa ada keterkaitan antara takwa dan budi luhur? Menurut

Nurcholish Madjid secara garis besar takwa itu ialah pola hidup atau gaya hidup

kita menempuh hidup, yang disertai dengan kesadaran bahwa Allah itu hadir.

Kesadaran bahwa Allah beserta kita mempunyai efek atau pengaruh yang besar

sekali dalam hidup kita. Pertama, kesadaran itu memberikan kemantapan dalam

hidup. Bahwa kita ini tidak pernah sendirian. Kemudian dampak kedua, bahwa

dengan kesadaran hadirnya Allah dalam hidup ini, maka kita akan dimbimbing

kearah budi luhur, ke arah akhlakul karimah. Mengapa? “ Karena kalau kita

menyadari bahwa Allah selalu hadir dalam hidup kita, maka tentunya kita tidak

akan melalukan sesuatu yang sekiranya tidak mendapat perkenan dari Dia. Tidak

mendapat ridlo dari Dia (Allah)”.46

Dalam renungan lebih lanjut, penyebutan peranan ayah dan ibu oleh Nabi

saw dalam hadist Fithrah itu berarti bernada peringatan tentang kemunkinan

45 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 13346 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,

(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 233-234

Page 66: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

55

pengaruh negatif orang-tua dalam pendidikan anaknya sehingga ia bisa dari

nature kesucian primordialnya. Ini tentu saja, harus ditafsirkan bisa terjadi jika

ayah-ibu kurang menyadari peran pengarahannya bagi pertumbuhan anak, maka

sama saja membiarkan anak dibentuk oleh lingkungan. “Sebab lingkungan turut

andil juga dalam mempengaruhi watak dan akhlak anak. Maka jika dibaratkan

sebagai “stotz kontak” orang tua adalah yang paling besar setrumnya

dibandingkan dengan lingkungan”.47

Orang tua berperan sebagai penyaring bagi anak dari segala pengaruh

buruk yang terdapat dari lingkungan. Oleh karena itu kedua orang tua (ibu dan

bapak) harus membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan terutama ilmu

agama, yang nantinya di tranfer dan di internalisasikan kepada anak, serta orang

tua dituntut untuk menyiapkan waktu yang cukup guna mendapingi dalam

memberikan pendidikan bagi anaknya khususnya pendidikan agama.

3. Nilai-nilai Keagamaan yang Ditanamkan pada Diri Anak Menurut

Nurcholish Madjid

Adapun upaya-upaya yang dilakukan keluarga dalam hal menanamkam

pendidikan keagamaan bagi anak menurut Nurcholish Madjid, penulis membatasi

dalam hal sebagai berikut:

a. Mendidik dengan Keteladanan

Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi

contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Contoh

atau teladan yang baik dari orang tua akan membentuk kepribadian anak

dimasa perkembangan anak pada masa perkembangan banyak mengadopsi

pola prilaku apa saja yang ditampilkan oleh kehidupan dalam keluarganya,

lebih-lebih pada ayah dan ibunya.

Pendidikan agama dalam keluarga, jelas melibatkan peran orang tua dan

seluruh anggota keluarga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang

baik dan benar dalam keluarga.

47 Ibid,, h. 119-120

Page 67: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

56

Dan peran orang tua tidak perlu berupa peran pengajaran yang

nota-bene nya dapat diwakilkan kepada orang lain atau guru. Peran

orang tua adalah peran tingkah laku tulada atau teladan. Seperti sebuah

pepatah yang berbunyi “bahasa perbuatan adalah lebih fasih dari pada

bahasa ucapan” (lisan-ul hal-i afshah-u min lisa-il-maqal). Jadi jelas

pendidikan agama menuntut tindakan percontohan lebih-lebih dari pada

pengajaran verbal. Dengan meminjam istilah yang populer

dimasyarakat, dapat dikatakan bahwa “pendidikan dengan bahasa

perbuatan” (tarbiyah bi lisan-i’l-hal) untuk anak adalah lebih efektif

dan lebih mantap daripada “pendidikan dengan bahasa ucapan”

(tarbiyah bi lisan- il-maqal).48

Para ahli umumnya mengatakan bahwasanya bila seorang anak mecari

sosok suri teladan dan bahkan “pahlawan”, seoarang ayah selalu menmpati

urutan pertama, dan baru orang lain. Peranan seorang ayah terhadap

pendidikan anak- anaknya sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan

tingkah laku mereka. Oleh karena itu apa dan bagaimana tingkah laku yang

dilakukan seorang ayah akan berpengaruh juga pada tingkah laku anak- anak.

Jika si ayah memberikan keteladanan sebagai penolong dalam keluarga,

maka akan terkesan pula pada hati anak-anak akan keberhasilah didikan ayah

terhadap anak-anaknya

b. Membiasakan Shalat Berjamaah

Sebagai “bingkai” atau “kerangka” keagamaan, shalat adalah titik

tolak yang sangat baik untuk pendidikan keagamaan seterusnya.

Pertama-pertama, shalat itu mengandung arti penguatan ketaqwaan

kepada Allah, memperkokoh dimensi vertikal hidup manusia, yaitu

“tali hubungan dengan Allah” (habl-un min al-Lah). Segi ini

dilambangkan dalam takbirat-u-‘ l-ihram, yaitu takbir atau ucapan

Allahu Akbar pada pembukaan shalat. Kedua shalat itu menegaskan

48 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 126-127

Page 68: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

57

pentingnya memelihara hubungan dengan sesama manusia secara baik,

penuh kedamaian, dengan kasih atau rahmat serta berkah Tuhan. Jadi

memperkuat dimensi horizontal hidup manusia, yaitu “tali hubungan

dengan sesama manusia” (habl-un min al-nas). Ini dilambangkan

dengan taslim atau ucapan salam pada akhir shalat dengan anjuran kuat

menengok ke kanan dan kekiri.49

Shalat pun sebetulnya dirancang agar kita senantiasa selalu ingat

kepada Allah. Seperti firman Allah kepada Nabi Musa:

tegakkanlah salat untuk mengingat Aku”(Q.S 20:14)50

Dalam firman lain juga disebutkan bahwa salat itu mencegah dari

perbuatan keji dan jahat.

sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar,

dan ingat kepada Allah itu memang sangat agung” (Q.S 29:45)

“Kalimat wa ladzikkr-u I-lah-i akbar itu sendiri yang mengartikan

sebagai penegasan tujuan dari salat. Tapi juga ada yang mengartikan sebagai

peringatan bahwa salat itu memang mencegah kita dari perbuatan jahat

karena ingat kepada Allah”.51

Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya

adalah yang mengandung gerak, sedangkan pengertian tentang ajaran agama

belum dapat dipahaminya karena itu, ajaran yang abstrak tidak menarik

49 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 25150 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 32151 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,

(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 101

Page 69: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

58

perhatiannya. Salah satu ibadah yang mengandung gerak adalah shalat. Anak-

anak suka melakukan shalat meniru orang tuanya kendatipun ia tidak

mengerti apa yang dilakukan itu. Pengalaman keagamaan yang menarik bagi

anak diantaranya shalat berjama’ah.

Meskipun shalat bersama masih termasuk segi ritual dan formal

keagamaan, namun pelaksanaannya secara bersama dalam keluarga

dapat memberikan dampak yang sangat positif kepada seluruh anggota

keluarga. Ada ungkapan Inggris yang mengatakan bahwa, “A family

who pray together will never fall apart” (sebuah keluarga yang selalu

berdoa atau sembahyang bersama tidak akan berantakan) .52

c. Menanamkan Nilai Dimensi Hidup Ketuhanan dalam Diri Anak

Pendidikan Islam, sering dikatakan memiliki sasaran dan dimensi

hidup, yaitu penanaman rasa takwa kepada Allah dan pengembangan

rasa kemanusiaan kepada sesamanya, dimensi hidup ketuhanan ini juga

disebut jiwa rabbaniyah (Q.S Al- Imron: 79) atau biasa disebut tauhid

rubuniyah, suatu bentuk keyakinan bahwa semua yang ada di alam

semesta dikendalikan oleh Allah yang Maha Esa, tanpa campur tangan

sekutu lain. 53

Adapun wujud nyata subtansi jiwa ketuhanan itu adalah nilai- nilai

keagamaan yang harus ditanamkan dalam pendidikan. Dan jika dicoba

merinci apa saja wujud nyata atau subtansi jiwa Ketuhanan ini, maka kita

dapatkan nilai-nilai keagamaan pribadi yang amat penting yang harus

ditanamkan kepada anak. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah yang

sesungguhnya akan menjadi inti pendidikan keagamaan. Diantara nilai-

nilai yang sangat mendasar adalah:

a) Taqwa

52 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 12753 Ibid, h. 130

Page 70: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

59

Meunurut Nurcholish Madjid kata taqwa itu sendiri merupakan

serapan dari bahasa Arab yang biasa terjemahkan sebagai sikap takut

kepada Allah atau sikap menjaga diri dari perbuatan jahat, atau sikap

patuh memenuhi segala kewajiban dan menjauhi segala larangan

Allah. Meskipun penjelasan itu semua mengandung kebenaran , tetapi

belumlah merangkum seluruh tentang taqwa. “Takut kepada Allah”

tidak mencakup segi positif taqwa, sedangkan sikap “menjaga diri dari

perbuatan jahat” hanya menggambarkan satu segi saja dari

keseluruhan makna taqwa. Muhammad Asad, seorang penerjemah dan

penafsir al-Qur’an yang terkenal masa kini, menterjemahkan kata

taqwa dengan menggunakan bahasa Inggris “God Consiousness”,

yakni, “kesadaran ketuhanan”. Dan kesadaran ketuhanan sebagai

uraian tentang taqwa sejiwa dengan perkataan “rabbaniyah” atau

“ribbiyah” (semangat ketuhanan) yang dalam kitab suci di isyaratkan

sebagai tujuan diutusnya para Nabi dan Rasul. Selanjutnya, yang

dimaksud dengan “kesadaran atau semangat ketuhanan” itu ialah

seperti dijabarkan Muhammad Asad kesadaran bahwa Tuhan adalah

Maha Hadir (omnipresent) dan kesediaan untuk menyesuaikan

keberadaan diri seseorang di bawah sorotan kesadaran itu.54

Satu hal yang sangat penting kita ketahui adalah bahwa taqwa

merupakan asas hidup, dalam Al-Qur’an perkataan asas hanya dikaitkan

dengan takwa. “Hubungan antara takwa dengan asas hidup dipaparkan

dalam konteks peristiwa ketika orang-orang munafik di Mekah mencoba

menyaingi Nabi dengan mendirikan sebuah masjid yang kemudian disebut

dengan masjid Dhirar. Artinya, masjid yang menimbulkan bahaya

perpecahan”: 55

54 Nurcholish Madjid, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan diIndonesia. (Jakarta: Paramadina) cet. I h. 141

55 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 89

Page 71: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

60

Dan diantara orang-orang munafik itu ada orang-orang yang

mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudlaratan (pada orang-

orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara

orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang

telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka

sesungguhnya bersumpah: “kami tidak menghendaki selain

kebaikan,”.“Dan Allah menjadi saksi maka sesunngguhnya mereka

itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)” (Q.S.9:107)56

Allah SWT kemudian menurunkan wahyu untuk mengingatkan bahwa

tidak sepatutnya Nabi bersama kaum beriman bersembahyang di masjid

yang didirikan dengan niat tidak baik itu. Dan Allah berfirman bahwa

masjid Nabi yang terdahulu itu yaitu masjid Quba lebih baik sebagai

tempat sembahyang dari pada masjid Dhirar itu. Masjid kuba yang

didirikan oleh nabi sendiri, yang disebut sebagai masjid-un ussis-a ‘ala

taqwa, masjid yang didirikan atas dasar takwa. Setelah cerita hal praktis-

historis ini, ada pesan moral yang bunyinya sebagi berikut:

56 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 162

Page 72: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

61

Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunnanya diaatas

dasar takwa kepada Allah dan keridlaan-Nya yang baik, ataukah

orang-orang yang mendirikan bangunannya ditepi jurang yang

runtuh, lalu bangunanya itun jatuh bersama-sama dengan dia

kedalam neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk

kepada orang-orang yang zalim. (Q.S 9:109)57

“Jadi, asas hidup adalah takwa kepada Allah dan upaya mencapai

keridlaan-Nya. Dan semua asas hidup, selain takwa dan mencapai ridla

Allah, diibaratkan sebagai pondasi dari sebuah bangunan yang didirikan

ditepi jurang yang retak. Sehingga ketika bangunan itu berdiri, justru

runtuh dan masuk kedalam neraka Jahanam”. 58

Melalui takwa, kita menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup. Inti

takwa adalah kesadaran yang sangat mendalam bahwa Allah selalu hadir

dalam hidup kita. Bisa ditarik kesimpulan takwa ialah kesadaran penuh

bahwa setiap yang apa yang kita kerjakan bahwasanya Allah selalu beserta

kita, Allah selalu menyertai kita, Allah mengawasi kita dan Allah

memperhitungkan perbuatan kita. Sehingga dalam diri kita timbul suatu

57 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 16358 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,

(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 90

Page 73: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

62

keinsyafan untuk melakukan segala sesuatu yang sekiranya akan Allah

perkenankan atau Allah ridlai.59

Taqwa kepada Allah sebagai dimensi pertama hidup ini dimulai

dengan pelaksanaan kewajiban-kewajiban formal agama berupa ibadat-

ibadat. “Dan pelaksanaan itu harus disertai dengan penghayatan yang

sedalam-dalamnya akan makna ibadat-ibadat tersebut, sehingga ibadat itu

tidak dilaksanakan hanya semata-mata sebagai ritus formal belaka,

melainkan keinsyafan mendalam akan fungsi edukatifnya bagi kita”.60

Rasa taqwa kepada Allah itulah kemudian dapat dikembangkan

dengan menghayati keagungan dan kebesaran tuhan lewat perhatian

kepada alam semesta beserta segala isinya, dan kepada lingkungan

sekitar. Sebab menurut al-Qur’an hanyalah mereka yang memahami

alam sekitar dan menghayati hikmah dan kebesaran yang terkandung

di dalamnya sebagai ciptaan Ilahi yang dapat dengan benar-benar

merasakan kehadiran Tuhan sehingga bertaqwa kepada kepadanya. 61

59 Ibid, h. 89-9260 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 12861 Ibid, h. 128

Page 74: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

63

27. “tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari

langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka

macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih

dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam

peka”.

28. “dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata

dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan

jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-

hamba-Nya, hanyalah ulama, Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi

Maha Pengampun”62

Kata-kata arab untuk orang-orang yang berpengetahuan ialah al-

ulama, bentuk jamak dari perkataan ‘alim yang artinya ialah orang yang

berilmu. Dalam firman itu disebutkan bahwa yang benar-benar bertaqwa

dan takut kepada Allah hanyalah al-ulama (para ulama). Dan dalam

konteks firman itu dapat dengan jelas diketahui bahwa yang dimaksud

dengan al-ulama ialah orang-orang yang bepengetahuan. Yakni mereka

yang senantiasa memerhatikan alam raya dan gejala-gejala alam , mereka

juga yang memperhatikan gejala umat manusia dan kehidupan mereka,

secara biologis dan fisik yang bermacam-macam warna, dapat juga secara

sosiologis dan kultural yang terdiri dari berbagai warna paham hidup,

ideologi dan budaya. Dan akhirnya yang dimaksud dalam firman itu

62 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 349

Page 75: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

64

dengan al-Ulama ialah mereka yang memperhatikan, mempelajari dan

meneliti, dunia flora dan fauna. Singkatnya, yang dimaksud dengan al-

ulama dalam fitrman tersebut dan yang dipuji Tuhan sebagai golongan

hambanya yang mampu benar-benar bertaqwa kepadanya ialah yang

sekarang ini dalam masyarakat disebut para sarjana atau ilmuwan, yang

dalam wawasan keilmuwannya tetap menghayati kehadiran Tuhan dengan

segala keagungannya.63

Dengan begitu, hasil perhatian, pengamatan dan penelitiannya

kepada gejala alam dan sosial kemanusiaan tidak hanya menghasilkan

ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif belaka, juga tidak hanya yang

bersifat aplikatif dan penggunaan praktis semata (berujud kemampuan

teknologis atau teknokratis untuk mempermudah hidup lahiriah dan

material manusia), tetapi membawanya kepada keinsyafan ketuhanan

yang lebih mendalam, melalui penghayatan keagungan dan kebesaran

Tuhan yang sebagaimana tercermin dalam seluruh ciptaan-Nya. 64

Dalam al-qur’an banyak sekali firman yang bernada perintah atau

anjuran kita memperhatikan alam atau gejala alam seperti itu, yang pada

pokoknya bertujuan menginsyafkan manusia akan kebesaran dan

keagungan Tuhan. Karena keinsyafan ini merupakan unsur amat penting

dalam menumbuhkan rasa taqwa, maka pendidikan keagamaan harus pula

meliputi hal hal yang nota bene diperintahkan Tuhan dalam Al-Qur’an.

Jadi jelas sekali, begitu pentingnya penanaman nilai taqwa dalam diri

anak, karena taqwa sebagai fondasi dalam kehidupan. Nilai-nilai taqwa

harus ditanamkan sedini munkin karena taqwa berarti penghayatan

keagungan akan kebesaran Tuhan dan kesadaran penuh bahwa setiap yang

apa yang kita kerjakan bahwasanya Allah selalu beserta kita, Allah selalu

63 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h 129-130

64 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 130

Page 76: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

65

menyertai kita, Allah mengawasi kita dan Allah memperhitungkan

perbuatan kita. Sehingga dalam diri kita timbul suatu keinsyafan untuk

melakukan segala sesuatu yang sekiranya akan Allah perkenankan atau

Allah ridla. Dan nilai itulah yang harus ditanamkan pada diri anak.

b) Iman

Iman yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. Jadi

tidak cukup hanya percaya kepada adanya Allah, tetapi harus pula

“mempercayai” Allah itu dalam kualitasNya sebagai satu- satunya yang

bersifat keilahian atau ketuhanan, dan sama sekali tidak memandang

adanya kualitas serupa kepada sesuatu apa pun yang lain. Selanjutnya, dan

sebagai konsekuensinya, karena kita mempercayai Allah, kita harus

bersandar sepenuhnya kepada-Nya, berpandangan positif kepadanya,

“menaruh kepercayaan” kepadanya.

Sebagai manusia kita harus berkeyakinan bahwa iman itu pasti akan

membawa pengaruh kepada kehidupan. Dan pertama kali yang harus kita

imani adalah Allah, bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah,

maka Allah berjanji akan menyediakan kehidupan yang baik didunia ini,

dan juga kehidupan yang lebih baik di akherat. Janji itu untuk pribadi-

pribadi dan kepada umat manusia sebagi kelompok, seperti dalam firman

Allah:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,

pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit

Page 77: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

66

dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka

kami siksa mereka akibat perbuatannya”. (Q. S 7:96)65

Kemudian yang kedua ialah kita beriman kepada Malaikat. Kita

percaya bahwa hidup didunia ini tidak hanya dalam lingkungan makhluk-

makhluk lahiri, tetapi ada juga makhluk-makhluk lain yang disebut ghaib

termasuk malaikat yang salah satunya diperintahkan Allah untuk mencatat

amal baik dan buruk kita dan kalau kita yakin akan hal itu niscaya kita

akan selalu ingin berbuat baik karena selalu merasa diawasi oleh malaikat.

Kemudian kita percaya kepada kitab-kitab suci, namun perlu diingat

bahwa kitab suci yang masih murni dan asli masih memuat kehendak

Allah hanyalah Al-Qur’an, karena dengan Al-Qur’an kita mengetahui

rincian lebih lanjut bagaimana caranya hidup yang benar dimuka bumi ini.

Dan selanjutnya percaya kepada Nabi, sebab para Nabi itulah yang

membawa kitab-kitab suci, terutama bagi mereka yang ditugasi untuk

menyampaikan kepada orang lain sehingga martabatnya naik menjadi

Rasul.

“Dengan beriman kepada Allah maka berarti kita menyadari tentang

adanya asal atau tujuan hidup. Bahwa hidup kita berasal dari Allah SWT

dan akan kembali pada-Nya. Itulah satu makna yang kita ungkapkan dalam

ucapan sehari-sehari dengan mengambil dari Al-Qur’an yaitu:”66

Yaitu apabila orang-orang yang ditimpa musibah, mereka ungkapkan,

“kita semuanya berasal dari Allah dan kembali kepada Allah”. (Q. S

Al-Baqarah 2:156)67

65 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h.12966 Ibid, h. 17067 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 18

Page 78: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

67

Kalau kita menyadari hal itu, maka kita menyadari hidup itu harus

ditempuh dengan penuh kesungguhan, penuh tanggung jawab, sebab hidup

ini tidak hanya ada asal dan tujuan saja. Beriman kepada hari kemudian

merupakan penegasan tentang tujuan hidup ini, dimana ada

pertanggungjawaban, dan bersifat pribadi, tidak ada pertanggung jawaban

kolektif. Jika kita beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka salah

satu konsekuensinya kita akan menjalani hidup ini dengan sungguh-

sungguh karena kita akan mempertanggungjawabkan semua tingkah laku

kita dihari kemudian. Dan jika kita yakin bahwa ada hari kemudian atau

yakin adanya hidup lain selain hidup sekarang, dan dimintai pertanggung

jawaban kelak, membawa konsekuensi pada keyakinan akan adanya kada

dan kadar yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia didunia yang

fana ini yang membawa akibar kehidupan di alam baka kelak.

Dari uraian singkat tersebut diatas, tampak logis dan sistematisnya

pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam istilah Rukun Iman.

Pokok-pokok keyakinan ini merupakan asas seluruh ajaran Islam, seperti

telah diuraikan diatas maka Rukun Iman jumlahnya enam, yang dimulai

dari (a) keyakinan kepada Allah, (b) keyakinan kepada Malaikat-Malaikat,

(c) keyakinan kepada Kitab-kitab Suci, (d) keyakinan kepda para Nabi dan

Rasul Allah, (e) keyakinan akan adanya Hari Akhir, (f) keyakinan pada

Kada dan Kadar Allah. Pokok-pokok keyakinan atau Rukun Iman ini

merupakan akidah Islam.

Dalam menanamkan nilai-nilai keimanan pada diri anak dilakukan

orang tua sedini munkin, sebagai orang tua harus terus berupaya

mengajarkan nilai- nilai keimanan kepada anak tentunya dengan cara baik,

lembut dan kasih sayang, selain itu juga harus memahami tingkat usia

mereka. Menanamkan nilai-nilai keimanan kepada anak harus dengan

kesabaran dan ketelatenan apabila anak belum mengerti hendaklah

mengulanginya pada waktu berikutnya sampai anak mengerti dan

mengaplikasikan nilai-nilai keimanan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 79: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

68

c) Islam

“Menurut Nurcholish Madjid Islam adalah sikap tunduk, patuh, atau

taat kepada Tuhan yang semula digunakan untuk menunjukkan semangat

yang kemudian digunakan sebagai nama yaitu khususnya semangat dan

nama agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw”.68

“Dalam pengertian lain Nurcholish Madjid mengartikan Islam sebagai

kelanjutan adanya iman, maka sikap pasrah kepadanya (yang merupakan

makna asal perkataan arab islam), dengan meyakini bahwa apapun yang

datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan, yang kita yang

dlaif ini tidak mungkin mengetahui seluruh wujudnya”. 69

Dari uraian diatas dapat disimpulkan Islam ialah sikap pasrah, taat,

patuh dan tunduk terhadap aturan-aturan dan ketentuan yang ditetapkan

Tuhan serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada kepada-Nya untuk

menempuh jalan keselelamatan guna mendapatkan kedamaian,

kesejahteraan, kesentosaan dengan keamanan dan kedamaian serta mulia

kedudukannya didunia sampai diakhirat.

d) Ikhlas

“Ikhlas yaitu sikap murni tingkah laku dan perbuatan, semata-mata

demi memperoleh ridla dan perkenaan Allah, dan bebas dari pamrih lahir

dan batin, tertutup maupun atau terbuka. Dengan sikap yang ikhlash orang

akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batin dan lahirnya, baik

pribadi maupun social”.70

Nurcholish madjid mengartikan keikhlasan sama dengan taubat,

yakni kembali kepada Allah. Begitu juga Inabah. Wa anibu ila

rabbikum wa aslim-u lah-u, yang artinya, “Kembalilah kepada

68 Nurcholish Madjid, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan diIndonesia. (Jakarta: Paramadina) cet. I h. 140

69 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. VI,h.2

70 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, 131

Page 80: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

69

Tuhanmu dan pasrahlah kepada-Nya”. Terimalah apapun yang ada

dari Tuhan itu tanpa persoalan. Ini juga yang disebut Ikhlas.

Sedemikin halusnya ikhlas itu sehingga dalam hadist kudsi disebutkan

sebagai rahasia antara Tuhan dengan seorang hamban-Nya yang saleh,

al-ikhlash-u sirr-un min asrari, ikhlas itu adalah salah satu dari

rahasiaku, awda ‘tuhu qalba man ahbab-tuhu, yang aku titipkan

dalam kalbu orang yang aku cintai, la ya’lam-u syaithan fayufsida,

syaitan tidak mengetahui keikhlasan orang itu sehingga tidak bisa

dirusak olehnya, wal la l-mala ikat-u fayaktub-uhu, dan malaikatpun

juga tidak mengetahui keikhlasan seorang itu sehingga tidak bisa

dicatat oleh malaikat. Karena ikhlas adalah rahasia antara kita dan

Allah, maka untuk menjadi ikhlas kita memerlukan latihan terus

menerus.71

e) Tawakal

“Tawakkal (dalam ejaan yang lebih tepat, “tawakkul”): yaitu sikap

senantiasa bersandar kepada Allah, dengan penuh harapan kepada-Nya dan

keyakinan bahwa ia akan menolong kita dalam mencari dan menemukan

jalan yang terbaik. Karena kita mempercayai atau menaruh kepercayaan

kepada Allah, maka tawakkal adalah suatu kemestian”.72

Kemudian tawakal dapat diartikan kesadaran yang mendalam

bahwasanya Allah selalu beserta kita, mempunyai efek atau pengaruh yang

besar sekali bagi hidup kita. “Pertama, kesadaran itu memberikan

kemantapan dalam hidup. Bahwa kita ini tidak pernah sendirian. Oleh

karena itu kita tidak akan pernah takut menempuh hidup ini dan kita

bersandar kepadaNya. Maka sikap bersandar kepada Allah itu disebut

tawakal. Salah satu sifat Allah ialah al-Wakil artinya tempat bersandar”. 73

71 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 107

72 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, 13173 Nurcholish Madjid, Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina,

(Jakarta: Paramadina, 2005), cet. IV, h. 234

Page 81: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

70

"Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-

baik Pelindung".74

Sikap tawakal ini harus ditanamkan kepada anak sedini munkin,

dengan sikap tawakal diharapkan seorang anak akan menyandarkan

hidupnya hanya kepada Allah. Seorang anak pasti akan mengalami

beberapa fase perkembangan dalam kehidupannya dan fase-fase tersebut

secara tidak langsung akan mempengaruhi emosionalnya pula. Semakin

beranjak dewasa anak juga akan mengalami berbagai macam problem jika

seorang anak sudan menyandarkan dirinya kepada Allah maka anak

tersebut bisa melewati beberapa fase dan perubahan kehidupannya dengan

baik.

f) Syukur

Menurut Nurcholish Madjid Syukur yaitu sikap penuh rasa terima

kasih dan penghargaan, dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia

yang tidak terbilang banyaknya, yang dianugrahkan Allah kepada kita.

Sikap bersyukur sebenarnya sikap optimis kepada hidup ini dan

pandangan senantiasa berpengharapan kepada Allah. Karena itu sikap

bersyukur kepada Allah adalah sesungguhnya sikap bersyukur kepada

diri sendiri. Karena manfaat besar kejiwaanya yang akan kembali

kepada yang bersangkutan.75

Rasa syukur sudah seharusnya ditingkatkan, syukur adalah pernyataan

hati atas kecintaan pada Zat yang memberi nikma, gerak anggota tubuh

dalam beribadah serta diunkapkan secara lisan dengan selalu mengingat-

Nya dan memuji-Nya.

74 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, (Bandung: 2007), h. 5875 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, 131

Page 82: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

71

g) Sabar

“Sabar dalam bahasa Arabnya al-shabr, yang arti sesungguhnya

adalah ketabahan, kesanggupan menahan diri, dan kesediaan untuk tidak

mendahulukan kepentingan diri sendiri yang merugikan kepentingan orang

banyak”. 76

Lebih lanjut lagi Nurcholish Madjid mengartikan sabar yaitu

sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil lahir

dan batin fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak

tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan kembali

kepadanYa. Jadi sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena

kesadaran akan asal dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.77

Tentu masih banyak lagi nilai-nilai keagamaan pribadi yang

diajarkan dalam Islam. Namun kiranya sedikit yang tersebutkan diatas itu

akan cukup mewakili nilai-nilai keagamaan mendasar yang perlu

ditanamkan kepada anak, sebagai bagian amat penting dari pendidikan

keagamaanya. “Biasanya, orang tua atau pendidik akan dapat

mengembangkan pandangan tersebut sehingga nilai-nilai keagamaan

lainnya sesuai dengan perkembangan anak”.78

d. Menanamkan Nilai Dimensi Hidup Kemanusian dalam Diri Anak

Berkenaan dengan nilai kamanusian, patut sekali kita renungan

sabda-sabda nabi sebagai berikut:

“Yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga ialah taqwa

kepada Allah dan keluhuran budi.”

76 Nurcholish Madjid, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan diIndonesia. (Jakarta: Paramadina) cet. I h.143

77 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 13278 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 131-

132

Page 83: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

72

“Tiada sesuatu apapun yng dalam timbangan (nilainya) lebih berat

daripada keluhuran budi”79

Budi pekerti adalah perkataan majemuk perkataan budi dan pekerti,

gabungan kata yang berasal dari bahasa Sangsekerta dan bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Sangsekerta budi artinya alat kesadaran (batin), sedang

dalam bahasa indonesia pekerti berarti kelakuan.

Secara terminologis, akhlak berarti kemauan yang kuat tentang sesuatu

yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga menjadi adat (membudaya)

yang mengarah kepada kebaikan ataupun keburukan. Akhlak dapat juga

berarti tingkah laku yang telah melekat pada diri seseorang karena hal itu

telah sering dilakukan secara terus menerus, sehingga ia berbuat secara sopan.

Keterkaitan yang erat antara taqwa dan budi luhur itu adalah juga

makna keterkaitan antara iman dan amal shaleh, shalat dan zakat,

hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia, bacaan takbir

pada pembukaan shalat dan bacaan pendeknya, terdapat keterkaitan

yang mutlak antara ketuhanan sebagai dimensi kedua hidup manusia

yang horizontal. Oleh karena sedemikian kuatnya penegasan-penegasan

mengenai keterkaitan antara dua dimensi itu, maka pendidikan agama,

baik di dalam keluarga maupun di sekolah, tidak dapat disebut berhasil

kecuali pada anak didik tertanam dan tumbuh dengan baik kedua nilai

itu: Ketuhanan dan Kemanusiaan, Taqwa dan Budi luhur.80

Begitu pentingnya penananaman akhlak bagi anak, sehingga para ulama

pun memperingatkan bahwa kejayaan suatu bangsa tergantung kepada

keteguhan akhlak, budi pekerti, atau moral bangsa itu. Biasanya peringatan

itu dikaitkan dengan adagium yang berbentuk sayir Arab, yang artinya:

“Sesungguhnya bangsa-bangsa itu tegak selama akhlaknya tegak, dan jika

79 I bid, h. 13380 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h.133

Page 84: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

73

akhlaknya runtuh, maka runtuh pulalah bangsa-bangsa itu”.81 Oleh karena

anak adalah penerus bangsa maka sudah selayaknya orang tua menanamkan

budi pekerti atau akhlakul karimah bagi anaknya sedini munkin agar nanti

besarnya mempunyai keteguhan akhlak yang kuat.

Di atas kita kemukakan beberapa nilai ketuhanan yang amat perlu

ditanamkan kepada anak. Tentang nilai-nilai budi luhur, sesungguhnya

kita dapat mengetahuinya secara akal sehat atau “common sense”

mengikuti hati nurani kita. Dan memang begitulah petunjuk Nabi,

bahwa kita akan mengetahui amal perbuatan yang berbudi luhur jika

kita rajin bertanya kepada hati nurani kita. Justru dalam agama islam

hati kita disebut nurani (dari bahasa Arab, nurani, artinya bersifat

cahaya atau karena terang), karena baik menurut al-qur’an maupun

sunnah nabi, hati kita adalah modal primordial untuk menerangi jalan

hidup kita sehingga kita terbimbing ke arah yang benar dan baik, yakni

ke arah budi luhur. “Tetapi sekadar untuk pegangan operatif dalam

menjalankan pendidikan keagamaan kepada anak. Mungkin nilai-nilai

akhlak berikut ini patut sekali dipertimbangkan oleh orang tua untuk

ditanamkan kepada anak dan keturunannya adalah sebagai berikut”:82

a) Silaturrahmi (dari bahasa arab, shilat al-rahm): yaitu pertalian rasa

cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat,

handai taulan, tetangga dan sebagainya. Sifat utama Tuhan adalah

kasih. Sebagai satu-satunya sifat Ilahi yang diwajibkan sendiri atau

dirinya. Maka manusia pun harus cinta kepada sesamanya, agar Allah

cinta kepadanya. “ kasihlah kepada orang di bumi, maka Dia (Tuhan)

yang ada di langit akan kasih kepadamu.”

b) Persaudaraan (ukhuwah): yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih

sesama kaum beriman seperti disebutkan di al-Qur’an, yang intinya

81 Nurcholish Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, ( Jakarta: Paramadian, 2002), cet. IV,h. 184

82 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h.133

Page 85: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

74

ialah hendaknya kita tidak merendahkan golongan yang lain, kalau-

kalau mereka itu lebih baik daripada kita sendiri, tidak saling menghina,

saling mengejek, banyak berprasangka, suka mencari-mencari

kesalahan orang lain, dan suka mengumpat (membicarakan keburukan

yang tidak ada di depan kita).

c) Persamaan (al-musawwah): yaitu pandangan bahwa semua manusia

tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya, dan

lain-lain, adalah sama dalam harkat dan martabat. Tinggi rendah

manusia hanya ada dalam pandangan Tuhan yang tahu kadar taqwa itu,

Prinsip itu dipaparkan dalam kitab suci sebagai kelanjutan pemaparan

tentang prinsip persaudaraan di kalangan kaum beriman. Jadi

persaudaraan berdasarkan iman (ukhuwah islamiyah) diteruskan dengan

persaudaraan berdasarkan kemanusiaan (akhuwah insaniyah).

d) Adil (dari perkataan Arab” adl”): yaitu wawasan yang seimbang atau

balanced dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau

seseorang, dst. Jadi tidak secara apriori menunjukkan sikap positif dan

negatif. Sikap kepada sesuatu atau seseorang dilakukan hanya setelah

mempertimbangkan segala segi tentang sesuatu atau seseorang tersebut

secara jujur dan seimbang, dengan penuh i’tikad baik dan bebas dari

prasangka. Sikap ini juga disebut tengah dan al-Qur’an menyebutkan

bahwa kaum beriman dirancang oleh Allah untuk menjadi golongan

tengah agar dapat menjadi saksi untuk sekalian umat manusia, sebagai

kekuatan penengah (wasith, indonesia “wasit”).

e) Baik sangka (husn-u’zh-zhann): yaitu sikap penuh baik sangka kepada

sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada

asal dan hakekat aslinya adalah baik, karena diciptakan Allah dan

dilahirkan atas fithrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia

itu pun hakikatnya adalah makhluk yang kecenderungan kepada

kebenaran dan kebaikan (hanif).

Page 86: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

75

f) Rendah hati (tawadlu): yaitu sikap yang tumbuh karena keinsyafan

bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah, maka tidak sepantasnya

manusia “mengklaim” kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik

dan perbuatan yang baik, yang itu pun hanya Allah akan menilainya.

lagi pula kita harus rendah hati karena ” di atas setiap orang yang

tahu(berilmu)adalah Dia yang maha Tahu (maha berilmu).” Apabila

sesama orang yang beriman, sikap rendah hati itu adalah suatu

kemestian. Hanya kepada mereka yang jelas- jelas menentang

kebenaran kita dibolehkan untuk bersikap “ tinggi hati”.

g) Tepat janji (al-Waffa): salah satu sifat orang yang benar-benar beriman

ialah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. Dalam

masyarakat dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas, sikap

janji lebih-lebih lagi merupakan unsur budi luhur yang amat diperlukan

dan dipuji.

h) Lapang dada (insyirah): yaitu penuh sikap kesediaan menghargai orang

lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya, seperti

dituturkan dalam al-Qur’an mengenai sikap Nabi sendiri disertai pujian

kepada beliau. Sikap terbuka dan toleran serta kesediaan

bermusyawarah secara denokratis terkait erat sekali dengan budi luhur

lapang dada ini.

i) Dapat dipercaya (al-amanah”amanaah”): yaitu salah satu konsekuensi

iman ialah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya. Amanah

sebagai budi luhur adalah lawan dari khianat yang amat tercela.

Keteguhan masyarakat memerlukan orang-orang para anggotanya yang

terdiri dari pribadi-pribadi yang penuh amanah dan memiliki rasa

tanggung jawab yang besar.

j) Perwira (iffah atau ta’afuff): yaitu sikap penuh harga diri namun tidak

sombong, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba

Page 87: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

76

dengan maksud mengundang belas kasihan orang lain dan

mengharapkan pertolongannya.

k) Hemat (qawamiyah): yaitu sikap tidak boros (israf) dan tidak pula kikir

(qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang (qawwam) antara

keduanya. apalagi al-Qur;an menggambarkan bahwa orang yang boros

adalah teman setan yang menentang Tuhannya.

l) Dermawan (al-munfiqun, menjalankan infaq): yaitu sikap kaum

beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama

manusia, terutama mereka yang kurang beruntung(para fakir miskin

dan terbelenggu oleh perbudakan dan kesulitan hidup lainnya) dengan

mendermakan sebagian harta benda yang dikaruniakan dan

diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab manusia tidak akan

memperoleh kebaikan sebelum mendermakan sebagian dari harta benda

yang dicintainya itu.83

Pendidikan akhlak didalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan

teladan dari orang tua. Prilaku dan sopan santun orang tua dalam hubungan

dan pergaulan ibu dan bapak, perlakuan dengan orang tua terhadap anak-

anaknya, dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak.

Sama halnya dengan nilai-nilai ketuhanan yang membentuk ketaqwaan

tersebut di muka, nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk akhlak mulia di

atas itu tentu masih bisa ditambah dengan deretan nilai yang banyak sekali.

Namun kiranya yang tersebut di atas itu akan sedikit membantu

mengidentifikasi agenda peranan pendidikan agama dalam keluarga yang

lebih kongkrit dan operasiponal. Sekali lagi, pengalaman nyata orang tua dan

pendidik akan membawanya kepada kesadaran akan nilai-nilai budi luhur

lainnya yang lebih relevan untuk perkembangan anak.

83 Nurcholish Madjid , Masyarakat Religius,(Jakarta: Paramadina, 1997), cet. I, h. 137

Page 88: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

77

Tanggung jawab pendidikan anak ini sungguh amat berat, khususnya

bagi orang tua. Karenanya kita hendaknya tidak putus-putus memohon

pertolongan kepada Allah untuk memperoleh bimbingan dan petunjuk-Nya.

“Seperti pengakuan yang lebih mendalam dalam ajaran kesufian islam,

manusia tidak akan mampu melaksanakan apa-apa, termasuk melaksanakan

perbuatan baik seperti mendidik anak, jika tanpa bantuan dan bimbingan

Allah, karena tiada daya, tiada pula kemampuan, kecuali dengan Allah Yang

Maha Tinggi dan Maha Agung”.

4. Pola Asuh Anak Menurut Nurcholish Madjid

Pola asuh adalah tata sikap dan prilaku orang tua dalam membina

kelangsungan hidup anak, perlindungan anak secara menyeluruh baik fisik, sosial

maupun rohani.Pola asuh juga berarti cara atau model dan sikap orang tua dalam

merawat mendidik anak dalam mengembangkan seluruh aspek pada diri anak.

Menurut Nurcholish Madjid berkaitan dengan pendidikan agama dalam

keluarga, dalam mengasuh atau mendidik anak orang tua sangat berperan aktif

dalam menumbuh kembangkan pendidikan moral dan agama anak. Dan peran

orang tua adalah tulada atau keteladanan yang dijiwai dengan semangat

menanamkan nilai-nilai religius dalam diri anak. Orang tua tidak hanya

mengajarkan anak tentang bagaimana ritual-ritual dalam beribadah seperti shalat,

puasa, zakat, dan lainnya sebagainya. Namun lebih dari itu, orang tua dituntut

untuk lebih menekankan tentang nilai-nilai apa yang terkandung dalam ritual-

ritual tersebut, yang kemudian nilai-nilai tersebut diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Dan pendidikan agama sejatinya baru mempunyai makna yang hakiki

jika menghantarkan orang yang bersangkutan kepada tujuannya yang hakiki pula,

yaitu kedekatan (taqarrub) kepada Allah dan kebaikan kepada sesama manusia

(akhlaqul al-karimah).

Page 89: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pandangan Nurcholish

Madjid tentang pendidikan agama dalam keluarga adalah:

Menurut Nurcholish Madjid Pendidikan agama dalam keluarga tidak dapat

sepenuhnya dilakukan oleh guru ngaji yang didatangkan kerumah. Pendidikan

tersebut melibatkan peran orang tua dan seluruh anggota keluarga. Dan peran

orang tua dalam memberikan pendidikan agama dalam keluarga tidak perlu

berbentuk pengajaran (yang notabene dapat “diwakilkan” kepada orang lain

tersebut). Peran orang tua adalah berupa tingkah laku, tulada atau teladan, dan

pola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai

keagamaan secara menyeluruh. Pendidikan agama baru mempunyai makna yang

hakiki jika menghantarkan orang yang bersangkutan kepada tujuannya yang

hakiki pula, yaitu kedekatan (taqarrub) kepada Allah dan kebaikan kepada sesama

manusia (akhlaqul al-karimah). Adapun nilai-nilai keagamaan yang harus

ditanamkan pada anak dalam keluarga adalah: a) shalat berjamaah, b) taqwa, c)

iman, d) islam, f) tawakkal, g) syukur, h) sabar, dan i) akhlakul karimah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis

menyarankan bahwa :

72

Page 90: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

73

1. Meskipun pemikiran Nurcholish Madjid tentang peranan pendidikan

agama dalam keluarga masih kurang memuaskan atau mungkin masih

dianggap kurang memadai dalam mendidik anak, namun setidaknya

dapat dijadikan masukan bagi masyarakat terutama orang tua dan para

pendidik. Pemikiran tokoh ini dapat dijadikan studi banding oleh

peneliti lainnya dalam mewujudkan anak yang cerdas, iman dan taqwa.

2. Hendaknya para orang dapat menjadi uswah hasanah bagi anaknya

dengan menjaga sikap dan tingkah lakunya di hadapan anak-anaknya.

Serta mendidik anak-anakya dengan penuh kasih sayang serta

memperhatikan perkembangan dari berbagai aspek keagamaanya.

3. Sebelum memasuki gerbang pernikahan atau menjadi ayah dan ibu

hendaknya para calon orang tua menyiapkan mental dan mempelajari

pendidikan agama lebih dalam guna mempersiapkan pendidikan agama

yang lebih baik bagi anaknya. Karena tidak dapat dipungkiri agama

adalah sebagai peletak dasar atau fondasi bagi kehidupan.

Page 91: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

73

73

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991

Ali, Heri Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999

Amir Aziz, Ahmad. Neo-Modernisme Islam Di Indonesia (Gagasan SentralNurcholish Madjid dan Abdurahman wahib). Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999

Arief, Armai, H. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005

Arief, Armai, H. Pembaharuan Pendidikan Islam Di Minangkabau. Jakarta:Penerbit Suara Adi,2009

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008

Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1970

-------. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996

-------. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta: PT. BulanBintang, 1970

-------. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV. Ruhama,1995

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia EdisiKedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1996

Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah. Pendidikan Islam Menggali TradisiMengukuhkan Eksisntensi. Malang : UIN Malang Press, 2007

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data . Jakarta: RajaGrafindoPersada, 2011

Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam. Jakarta: Lembaga KajianAgama dan Jender, 1999

Hawari, Dadang. Al-Qur'an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1996

Ismail, Faisal. Membongkar Kerancuan Pemikiran Nurcholish Madjid. Jakarta:Lasswell, 2010

Jalaludin. Psikologi Agama. Jakata: PT. Aja Gafindo, 2005

Majid, Abdul dkk. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung : PT.Remaja Rosdakaya, 2004

Madjid , Nurcholish. Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina, 1997

-------,Pesan- pesan Takwa Kumpulan Khutbah Jum’at di Paramadina. Jakarta:Paramadina, 2005

Page 92: PENDIDIKAN AGAMA DALAM KELUARGA MENURUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24641/3/DEVI... · keluarga memiliki peranan strategis untuk memenuhi harapan tersebut.8

74

73

-------, Pintu-pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina, 2002

-------, Tradisi Islam Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia.Jakarta: Paramadina, 1997.

Mubarok, Ahmad . Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah Hingga KeluargaBangsa. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005

Muhaimin,dkk. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya MengekfektifkanPendidikan Agama Islam di Sekolah). Jakarta:PT.Remaja Rosdakarya,2004

Mufidah, Ch. Psikologi Keluarga Dalam Berwawasan Gender. Malang : UINMalang Press, 2008

Nata, Abuddin. Pendidikan Dalam Perspektif Hadits. Jakarta: UIN Jakarta Press,2005

Nata, Abuddin. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:Gaya Media Pratama, 2001

Proyek Pembinaan Pergurun Tinggi Agama/IAIN di Jakarta Direktorat PembinaanPerguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi Pengajaran Agama Islam.Jakarta: IAIN Jakarta,1983.

Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu DalamKehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1994

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, danR&D. Bandung: PT Alfabeta, 2008

Surijdo, Marwan. Cak Nur: Di Antara Sarung dan Dasi & Musdah Mulia TetapBerjilbab. Jakarta: Yayasan Ngali Aksara, 2005

Soebahar , Abdul Halim. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: KalamMulia,2002.

Surahkmad, Wiranto. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dantehnik.Bandung: Tarsito: 1998

Syukri Zarkasi, Abdullah. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005

Undang-undang Replublik Indonesia NO.20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Sinar Grafika,2004

Yasin, Fatah .Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press,2008

Uhbiyati, Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam . Bandung: CV.Pustaka Setia, 1998