Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas | No. 13 | Vol. 4
ISSN: Februari 2020
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 1
Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor
BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
Mochamad Ridwan Arif Abdullah
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kantor pemerintahan merupakan salah satu fasilitas milik negara yang menjadi sarana untuk
memudahkan kinerja pegawai pemerintahan. Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat merupakan salah
satu bangunan gedung pemerintahan yang terletak di Jalan Ir. H. Djuanda, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Sebagai sebuah kantor pemerintahan, kantor BAPPEDA diharapkan mampu memberikan
rasa nyaman dan aman bagi setiap pengguna kantor. Konsep arsitektur biophilic yang mengikuti konsep
pendekatan manusia dengan unsur – unsur alam sangat cocok untuk diterapkan pada bangunan kantor
pemerintahan, sehingga didapatkan bangunan kantor pemerintahan yang lebih nyaman dan
meningkatkan kinerja bagi para pegawai kantor dan pengguna kantor. Konsep yang coba diterapkan
dalam perancangan kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat ini adalah konsep bangunan yang
mendekatkan unsur alam dengan manusia dengan cara pengaplikasian unsur material alam dalam
bangunan dan memaksimalkan penghawaan alami yang berfungsi untuk menyalurkan udara alami ke
dalam setiap ruangan sehingga didapatkan bangunan kantor pemerintahan yang sehat, ramah
lingkungan dan lebih hemat energi.
Kata kunci: Kantor Pemerintahan, Kantor BAPPEDA, Provinsi Jawa Barat, Arsitektur Biophilic.
ABSTRACT
Government offices are one of the state-owned facilities that serve as a means to facilitate the
performance of government employees. BAPPEDA West Java Province Office is one of the government
buildings located on Ir. H. Djuanda street, Dago, Coblong District, Bandung City. The biophilic
architecture concept that follows the concept of a human approach with natural elements is very suitable to be applied to government office buildings, so that government office buildings are more comfortable
and improve performance for office employees and office users. The concept that was tried to be applied
in the design of the BAPPEDA office in West Java Province was the concept of buildings that brought
natural elements closer to humans by applying natural material elements in buildings and maximizing
natural ventilation that served to channel natural air into each room so that a healthy government office
building was obtained. , environmentally friendly and more energy efficient.
Keywords: Government Office, BAPPEDA Office, West Java Province, Architecture Biophilic.
Mochamad Ridwan Arif Abdullah
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 2
1. PENDAHULUAN
Kantor pemerintahan merupakan gedung milik negara yang memiliki fungsi untuk keperluan dinas dan kantor pelayanan masyarakat atau instansi terkait. Sebagai aset pemerintah, diharapkan bangunan
kantor pemerintahan mampu memberikan ruang kerja yang nyaman dan memenuhi kebutuhan
penggunanya.
Perencaan yang matang dan konsep desain yang sesuai dengan kebutuhan pengguna kantor menjadi
salah satu usaha untuk mewujudkan sebuah ruang kerja yang nyaman. Rancangan desain diharapkan
mampu mengatasi masalah – masalah ketidaknyamanan dalam bekerja didalam kantor.
Letak tapak bangunan berada didaerah Dago yang merupakan kawasan cukup padat, karena Dago
adalah kawasan multifungsi di kota Bandung. Salah satu masalah yang ditimbulkan adalah kepenatan pekerja dengan suasana lingkungan yang membosankan dan dapat mengurangi konsentrasi kerja
pegawai, hal tersebut tentu akan mempengaruhi efisiensi dalam bekerja.
Desain bangunan kantor pemerintahan yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengguna kantor
dan meningkatkan efisiensi dalam bekerja pegawai kantor didaerah Dago menjadi sala satu solusi
yang diinginkan. Pilihan konsep desain arsitektur biophilic yang menghadirkan insteraksi manusia
dengan alam diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketidaknyamanan pengguna kantor dan meningkatkan efisiensi dalam bekerja bagi pegawai kantor.
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Metode Pendekatan Perancangan
Berdasarkan masalah-masalah yang ada, maka diperlukan metoda pendekatan perancangan untuk
menciptakan keselarasan antara ide dengan realita yang ada adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Primer
a. Survey Lokasi yaitu tinjauan langsung ke lokasi tapak untuk mendapatkan data valid yang
berkaitan dengan keadaan tapak maupun keadaan sekitar tapak, baik potensi dan permasalahannya sehingga didapatkan keselarasan antara bangunan, tapak, dan lingkungan
sekitar.
b. Studi Banding untuk mempelajari dan mengenal baik dengan mengunjungi langsung maupun
survey internet pada bangunan yang memiliki persamaan dari segi fungsi, arsitektural maupun
struktur sebagai bahan pertimbangan pada perencanaan proyek.
c. Wawancara yaitu melakukan sesi tanya-jawab dengan pihak-pihak terkait yang berkompeten
guna mendapatkan data, keterangan, maupun masukan untuk perancangan proyek.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Studi literatur digunakan sebagai referensi berupa buku, jurnal penelitian, data pribadi, dan lain-lain.
3. Pengolahan dan Penyusunan Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah guna mendapatkan yang sebenar-benarnya dalam
perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic di Dago, Kota Bandung.
2.2 Identifikasi Lokasi
Lokasi tapak dapat dilihat pada Gambar 1, berada di jalan Ir. H. Djuanda No. 287, Kec. Coblong,
Kota Bandung, Jawa Barat yang merupakan kawasan multifungsi dengan tingkat kepadatan tinggi.
Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 3
Jalan Ir. H. Djuanda sendiri merupakan jalan arteri sekunder nasional yang memiliki dua jalur dengan lebar jalan kurang lebih 20 meter. Regulasi tapak berdasarkan Dinas Tata Ruang Kota Bandung
memiliki ketentuan KDB (Koofisin Dasar bangunan) sebesar 40% sehingga didapatkan luasan untuk
dasar bangunan maksimal adalah 3640 m2. Ketentuan KDH (Koofisien dasar hijau) minimum pada tapak menurut Dinas Tata Ruang Kota Bandung adalah 52% sehingga didapatkan luasan area hijau
pada tapak tidak boleh kurang dari 4.732 m2. KLB adalah 1.6 sehingga didapatkan luasan maksimal
lantai pada bangunan adalah 14.560 m2.
Gambar 1. Lokasi tapak Sumber: Google maps, diolah.
Area pada tapak ini dibatasi oleh bangunan-bangunan yang didominasi oleh bangunan ruko dan area pemukiman (perumahan). Batasan pada bagian utara tapak adalah kantor jasa, bagian selatan tapak
adalah ruas jalan Dago Asri, bagian barat tapak adalah kawasan hunian Perumahan Dago Asri, dan
bagian timur adalah ruas jalan Ir. H. Djuanda.
2.3 Tinjauan Teori
Arsitektur biophilic adalah desain yang menyediakan kesempatan bagi manusia untuk hidup dan bekerja pada tempat yang sehat, minim tingkat stress, serta menyedakan kehidupan yang sejahtera
dengan cara mengintegrasikan desain dengan alam [1].
Biophilia pertama kali ditemukan oleh seorang psikolog bernama Enrich Fromm pada tahun 1964.
Menurut bahasa Yunani arti kata biophilia berasal dari 2 suku kata, yaitu bio (βίος) yang berarti hidup
dan philia (φιλία) yang berarti cinta. Istilah biophilia ini mulai dipopulerkan oleh pemenang pulizer
prize, seorang pakar biologi Universitas Harvard yang bernama Edward O. Wilson pada tahun 1984 menjelaskan bahwa biophilia sebagai suatu dorongan yang dimiliki manusia untuk berafiliasi dengan
bentuk – bentuk kehidupan (“mencintai kehidupan”) [2].
Desain biophilic menyediakan kesempatan bagi manusia untuk bekerja pada tempat yang sehat,
meminimalisir tingkat stress, serta menyediakan kehidupan yang sejahtera dengan cara
mengintegrasikan alam, baik dengan material alami maupun bentuk – bentuk alami kedalam desain.
Selain itu, desain biophilic berusaha menciptakan habitat yang baik bagi manusia di lingkungan modern dengan memajukan kesehatan, kebugaran, dan kesejahteraan manusia [3].
Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat adalah kantor pemerintah provinsi yang berfungsi sebagai lembaga teknis daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh
seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Barat
melalui Sekertaris Daerah. BAPPEDA mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dengan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah [4].
Mochamad Ridwan Arif Abdullah
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 4
Berdasarkan ciri – ciri proyek, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Gedung Negara, gedung BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
merupakan kategori bangunan tidak sederhana [5].
Standar Luas Gedung Kantor menurut Perpres no. 73 tahun 2011 untuk klasifikasi bangunan tidak sederhana sesuai Tabel. 1, berikut adalah klasifikasi bangunan tidak sederhana:
1. Rata – rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel.
2. Pegawai kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat terdiri dari Esselon IIA sampai Esselon IV 3. Ruang penunjang ditentukan berdasarkan fungsi bangunan.
4. Penambahan 25% luas ruang untuk sirkulasi [6].
Tabel 1. Standar Luas Bangunan Gedung Kantor
A. Ruang Utama
B. Ruang Penunjang
(Sumber: Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 73 tahun 2011, diolah.)
Ketarangan pada Tabel 1, Standar Luas Bangunan Gedung Kantor menurut Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2011 pada tanggal 11 Oktober 2011 dibagi kedalam 9 bagian
berdasarkan jabatan. Menurut bagan struktur organisasi BAPPEDA Jawa Barat (lihat Gambar 2) menunjukkan bahwa jabatan tertinggi adalah Eselon IIA yaitu sebagai Ketua Badan, selanjutnya untuk
posisi Kepala Bidang merupakan Eselon III dan Kepala Sub. Bidang adalah Eselon IV. Oleh karena
itu, pada Tabel 1. yang digunakan sebagai acuan diberikan tanda kotak biru, menyesuaikan dengan peruntukan serta pejabat kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat.
Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang khusus sebagai ruang pelayanan hitungan luasan disesuaikan menurut kebutuhan dan diatur diluar peraturan presiden no. 73 tahun 2011.
Selanjutnya, luasan ruang untuk satuan kerja dan jabatan fungsional dihitung tersendiri sesuai dengan
kebutuhan.
JABATAN
LUAS RUANG (m2)
R.
KERJA
R. PENUNJANG JABATAN R. PELAYAN
JABATAN
JML R.
TAMU
R.
RAPAT
R.
RUNGGU
R.
ISTIRAHAT
R.
SEKRET.
R.
STAFF
R.
SIMPAN
R.
TOILET
Menteri/Ketu
a Lembaga 28.00 40.00 40.00 60.00 20.00 15.00 24.00 14.00 6.00 247.00
Wakil
Menteri K/L 16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00
Eselon
IA/Anggota
Dewan
16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00
Eselon IB 16.00 14.00 20.00 9.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 83.40
Eselon IIA 14.00 12.00 14.00 12.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 74.40
Eselon IIB 14.00 12.00 10.00 6.00 5.00 5.00 4.40 3.00 3.00 62.40
Eselon IIIA 12.00 6.00 3.00 3.00
R. Toilet
bersama
24.00
Eselon IIIB 12.00 6.00 3.00 21.00
Eselon IV 8.00 8.80 2.00 18.80
NO JENIS RUANG LUAS KETERANGAN 1. Ruang Rapat Utama Kementrian 140 m2 Kapasitas 100 orang
2. Ruang Rapat Utama Eselon I 90 m2 Kapasitas 90 orang
3. Ruang Rapat Utama Eselon II 40 m2 Kapasitas 30 orang
4. Ruang Studio 4 m2/ orang Pemakai 10% dari staf
5. Ruang Arsip 0.4 m2 Pemakai seluruh staf
6. WC/Toilet 2 m2/ 25 orang Pemakai Pejabat Eselon V s.d. Eselon III dan seluruh staf
7. Musholla 0.8 m2/ orang Pemakai 20% dari jumlah personel
Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 5
Struktur organisasi Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat pada eksisting hanya menggunakan 4
(empat) bidang, namun pada Gambar 2. terdapat tambahan 2 bidang yang tertera pada kotak garis putus – putus yang diadopsi dari struktur organisasi Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah guna
memenuhi standar luasan ruang kerja penugasan Tugas Akhir.
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Elaborasi Tema
Elaborasi tema adalah salah satu bagian yang membantu dalam proses desain, dengan begitu konsep dari proyek ini memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki karakter yang menarik. Pada bab ini akan
dipaparkan lebih detail lagi tentang tema yang digunakan pada proyek dengan memperlihatkan
beberapa penjelasan tentang masing-masing kata yang digunakan dalam tema. Elaborasi tema pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Elaborasi tema
GEDUNG PEMERINTAHAN BAPPEDA
PROVINSI JAWA BARAT
ARSITEKTUR BIOPHILIC
MEAN Kantor pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bertugas sebagai lembaga teknis daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Jawa Barat melalui Sekretaris
Daerah.
Pendekatan sebuah rancangan bangunan dengan memasukkan unsur alam kedalam bangunan.
PROBLEM Merancang bangunan kantor pemerintahan yang mampu memberikan kenyamanan terhadap pegawai kantor, sehingga mampu meningkatkan produktifitas pegawai.
Berkurangnya tingkat kesadaran manusia akan pentingnya interaksi manusia dengan alam dalam melakukan aktifitas sehari – hari.
FACT Terdapat bangunan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat pada eksisting lahan.
Kawasan pada tapak beriklim tropis yang memiliki curah hujan sepanjang tahun dan
memiliki tingkat kelembapan cukup tinggi.
Gambar 2. Struktur organisasi Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
(Sumber: http://bappeda.jabarprov.go.id/web/ diakses tanggal 21 Januari 2020, diolah.)
Mochamad Ridwan Arif Abdullah
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 6
GEDUNG PEMERINTAHAN BAPPEDA
PROVINSI JAWA BARAT
ARSITEKTUR BIOPHILIC
NEEDS Mendesain gedung pemerintahan yang mampu memberikan kenyamanan bagai pegawai kantor dan dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai.
Desain bangunan yang mampu bersinergi dengan lingkungan sekitar tapak dan meminimalisir dampak kerugian yang besar terhadap alam dan lingkungan sekitar.
GOALS Mendesain gedung pemerintahan yang menerapkan konsep desain biophilic dengan acuan 14 pattern biophilic design yang mampu memberikan kenyamanan terhadap pegawai.
Mampu mendesain sebuah kantor pemerintahan Gedung BAPPEDA Provinsi Jawa Barat yang nyaman dengan cara memberikan nuansa alam didalam ruang kerja dan lingkungan kantor.
CONCEPT Konsep desain yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna kantor dan memberikan kenyamanan
pegawai tanpa menghilangkan kesan formal pada kantor pemerintahan.
Menghubungkan kembali interaksi manusia dengan alam melalui konsep desain nature
work space yaitu menciptakan suasana alam dalam ruang kerja dengan cara menambahkan vegetasi didalam dan diluar bangunan, penggunaan material alam, pemanfaatan pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik.
Elaborasi tema menurut Tabel 2. berisi tentang beberapa sub bahasan yang dibandingkan untuk
mendapatkan gagasan desain yang diharapkan dan sesuai dengan tema. Bahasan pertama adalah mean yang berarti maksud/tujuan dari proyek, lalu yang kedua adalah problem atau masalah apa yang
terdapat dalam proyek, yang ketiga fact atau fakta yang ada dilapangan (tapak eksisting), yang
keempat adalah needs yaitu desain seperti apa yang diinginkan, yang kelima adalah goals yaitu tujuan dari proyek, dan yang terakhir adalah concept atau gagasan desain seperti apa yang diinginkan.
3.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi Tapak
Zoning tapak terdiri dari empat bagian besar yang dapat dilihat pada Gambar 3, yaitu zona publik
yang dapat diakses bagi tamu maupun pegawai dan bersifat umum, selanjutnya, zona semi publik dimana pada bagian ini area lebih dikhususkan (seperti ruang dharma wanita & laktasi), yang ketiga
zona privat yaitu area yang lebih dikhususkan untuk pengguna kantor yang memiliki kepentingan
khusus (contoh: ruang kerja, ruang kepala BAPPEDA, Ruang Arsip), dan yang terakhir adalah zona
servis yang diletakkan pada bagian belakang tapak dan diberikan akses khusus untuk dapat menjangkau lift servis dan area mekanikal dengan mudah, tanpa harus melewati main entrance.
Gambar 3. Konsep zoning tapak
3.3 Konsep Gubahan Masa
Bentuk massa bangunan sangat dipengaruhi oleh konsep yang akan diterapkan pada bangunan. Pada
perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, bentukan bangunan seperti pada Gambar 4 berasal dari bentuk persegi panjang pipih yang merupakan bentukan paling baik dalam menerima
cross ventilation pada bangunan.
: Publik
: Semi Publik
: Privat
: Servis
Keterangan
Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 7
Tahap 1 bentukan masa berbentuk persegi
panjang untuk memudahkan ventilasi silang pada
Tahap 2 penambahan bentukan masa
bangunan pada sisi kanan-kiri dan simetris untuk mempertegas bangunan utama.
Tahap 3 penambahan atap miring pada
bangunan utama, untuk mempertegas bangunan
Tahap 4 terdapat penambahan ketinggian
pada masa bangunan, sebagai solusi desain untuk mereduksi kebisingan.
Tahap 5 penambahan kanopi pada masa
bangunan yang berfungsi untuk mempertegas bagian entrance pada bangunan. Bentuk kanopi
Tahap 6 pemberian secondary skin pada fasade
bagunan yang bertujuan untuk mereduksi panas matahari, karena masa bangunan cenderung
Gambar 4. Konsep gubahan masa bangunan
Bentukan persegi panjang kemudian disesuaikan dengan respon gesekan angin terhadap bidang tersebut. Penyesuaian bentukan bertujuan agar semakin banyak angin yang menggesek sisi struktur
luar bangunan sehingga dapat mendinginkan ruangan dalam bangunan guna membantu kinerja
penghawaan alami pada ruangan sesuai dengan konsep biophilic.
3.4 Konsep Perencanaan Fasad Bangunan
Fasad pada rancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat menerapkan unsur biophilic design dengan memberikan material alam sebesar 70% dari fasad bangunan, yang terdiri dari secondary skin
betekstur kayu dengan material GRC (Glassfibre Reinforced Cement), dinding finishing batu alam,
dan pengaplikasian vertical garden berupa tanaman gantung jenis Janda Merana/Li Kwan Yun
(Vernonia Eeliptica) (Gambar 5).
Pemilihan tanaman gantung jenis Janda Merana/ Li Kwan Yun (Vernonia Eeliptica) memiliki
beberapa alasan, antara lain: tanaman tidak membutuhkan tanah dalam karena berakar serabut, perawatan tanaman mudah (tidak membutuhkan treathmen khusus), memberikan kesan sejuk pada
bangunan, dan yang terakhir berfungsi sebagai buffer pada beberapa sisi site yang terpapar cahaya
matahari secara langsung.
Gambar 5. Tampak depan dan samping Kantor BAPPEDA Pronvinsi Jawa Barat
Mochamad Ridwan Arif Abdullah
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 8
Seconday skin berbentuk sirip – sirip rigid berfungsi untuk mereduksi panas dari paparan sinar matahari. Kemudian, material alam seperti batu alam, dan vertical garden dipilih untuk memberikan
penekanan terhadap tema arsitektur biophilic sesuai dengan acuan desain 14 pattern biophilic design,
dimana terdapat beberapa point mengenai penerapan material alam didalam bangunan baik indoor
maupun outdoor yang nantinya akan memberikan dampak positif terhadap pengguna kantor. 3.5 Penerapan Tema
Bangunan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat menerapkan tema arsitektur biophilic yaitu tema
dalam sebuah bangunan yang menerapkan sinergisitas antara manusia denga alam. Pemberian material alam memberikan kesan nyaman, sejuk dan dingin pada bangunan (Gambar 6).
Pemilihan konsep arsitektur biophilic merupakan salah satu cara untuk mengatasi tingkat stres berlebih pekerja pada kantor, dengan gagasan konsep desain arsitektur biophilic para pekerja kantor diberikan
ruang khusus untuk dapat berinteraksi dengana alam, baik secara langsung ataupun tidak (Gambar 7).
Gambar 6. Penerapan konsep biophilic pada eksterior bangunan
Gambar 7. Penerapan konsep biophilic pada interior bangunan
3.6. Konsep Rancangan Struktur
Konsep bangunan biophilic yang ramah lingkungan dan low maintenance diterapkan pada bangunan
mejadikan struktur pada bangunan didominasi oleh struktur beton baja komposit (Gambar 8). Beton pada bangunan berfungsi sebagai penurun suhu pada ruang dikarenakan suhu beton yang relatif
rendah, dan penggunaan material baja diharapkan dapat memberikan masa perawatan bangunan yang lebih lama.
Modul perencanaan struktur yang digunakan diambil berdasarkan ukuran material umum yang mudah didapat di pasaran. Ukuran tersebut ialah kelipatan 30 cm. Sehingga modul yang digunakan yang
diperkirakan dapat memaksimalkan fungsi ruang didalamnya dan mengikuti modul material ialah
modul 8,1 m x 6 m. Struktur pada balok induk menggunakam baja komposit dan balok anak menggunakan beton bertulang. Struktur plat lantai serta ramp menggunakan cor konvesional.
Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 9
Ketebalan plat lantai mengikuti standar yang telah ditetapkan yaitu 12cm dan ketebalan ramp 15cm. Sedangkan untuk ramp mengikuti standar yang telah ditetapkan yaitu dengan kemiringan 1:12m untuk
manusia dan 1:7 untuk kendaraan bermotor.
Gambar 8. Aksonometri struktur
4. SIMPULAN
Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic,
Bandung dalam ekspresi bentuk gubahan massa dan ruang pada bangunan ini menciptakan sinergisitas interaksi manusia sebagai pengguna kantor/bangunan dan unsur – unsur alam sebagai penerapan
konsep desain arsitektur biophilic. Penerapan desain arsitektur biophilic baik dari segi eksterior
maupun interior pada bangunan bertujuan supaya pengguna kantor merasa nyaman dalam bekerja di
kantor. Sebagai salah satu konsep desain yang mengangkat tema pendekatan dengan alam, arsitektur biophilic menjadi salah satu upaya menjaga lingkungan sekitar tapak agar tetap hijau dan nyaman.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada pihak Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, khususnya Bidang Humas (Hubungan Masyarakat) yang telah membantu dalam
melengkapi data survey eksisting bangunan yang menjadi acuan dasar dalam mendesain proyek tugas
akhir arsitektur periode ganjil tahun ajaran 2019/2020. Penulis juga berterimakasih kepada Dr. Juarni Anita, ST., M. Eng., selaku dosen pembimbing yang telah membantu memberikan arahan dan saran
dalam proses penulisan jurnal ini.
Mochamad Ridwan Arif Abdullah
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 10
DAFTAR PUSTAKA
[1] Browning, W. (2014). 14 Patterns of Biophilic Design: Improving Health & Well-Being in the Built Environment. Terrapin Bright Green LLC.
[2] Priatman, J. (2012). “Konsep Desain Biophilia” sebagai Dimensi Hijau pada Arsitektur Empatik.
Surabaya : Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Petra Seminar Nasional – Menuju Arsitektur Empati, pp. 35.
[3] Kellert, S. R. & Wilson, E. O. (Eds). (1993). The Biophilia Hypothesis. Washington, DC : Island
Press.
[4] http://bappeda.jabarprov.go.id/ , diakses pada tanggal 21 Januari 2020. [5] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018/ Tentang
Pembangunan Gedung Negara.
[6] Peraturan Presiden No. 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara