10
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas | No. 13 | Vol. 4 ISSN: Februari 2020 Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur 1 Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat Mochamad Ridwan Arif Abdullah Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Kantor pemerintahan merupakan salah satu fasilitas milik negara yang menjadi sarana untuk memudahkan kinerja pegawai pemerintahan. Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu bangunan gedung pemerintahan yang terletak di Jalan Ir. H. Djuanda, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Sebagai sebuah kantor pemerintahan, kantor BAPPEDA diharapkan mampu memberikan rasa nyaman dan aman bagi setiap pengguna kantor. Konsep arsitektur biophilic yang mengikuti konsep pendekatan manusia dengan unsur unsur alam sangat cocok untuk diterapkan pada bangunan kantor pemerintahan, sehingga didapatkan bangunan kantor pemerintahan yang lebih nyaman dan meningkatkan kinerja bagi para pegawai kantor dan pengguna kantor. Konsep yang coba diterapkan dalam perancangan kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat ini adalah konsep bangunan yang mendekatkan unsur alam dengan manusia dengan cara pengaplikasian unsur material alam dalam bangunan dan memaksimalkan penghawaan alami yang berfungsi untuk menyalurkan udara alami ke dalam setiap ruangan sehingga didapatkan bangunan kantor pemerintahan yang sehat, ramah lingkungan dan lebih hemat energi. Kata kunci: Kantor Pemerintahan, Kantor BAPPEDA, Provinsi Jawa Barat, Arsitektur Biophilic. ABSTRACT Government offices are one of the state-owned facilities that serve as a means to facilitate the performance of government employees. BAPPEDA West Java Province Office is one of the government buildings located on Ir. H. Djuanda street, Dago, Coblong District, Bandung City. The biophilic architecture concept that follows the concept of a human approach with natural elements is very suitable to be applied to government office buildings, so that government office buildings are more comfortable and improve performance for office employees and office users. The concept that was tried to be applied in the design of the BAPPEDA office in West Java Province was the concept of buildings that brought natural elements closer to humans by applying natural material elements in buildings and maximizing natural ventilation that served to channel natural air into each room so that a healthy government office building was obtained. , environmentally friendly and more energy efficient. Keywords: Government Office, BAPPEDA Office, West Java Province, Architecture Biophilic.

Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas | No. 13 | Vol. 4

ISSN: Februari 2020

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 1

Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Mochamad Ridwan Arif Abdullah

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kantor pemerintahan merupakan salah satu fasilitas milik negara yang menjadi sarana untuk

memudahkan kinerja pegawai pemerintahan. Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat merupakan salah

satu bangunan gedung pemerintahan yang terletak di Jalan Ir. H. Djuanda, Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Sebagai sebuah kantor pemerintahan, kantor BAPPEDA diharapkan mampu memberikan

rasa nyaman dan aman bagi setiap pengguna kantor. Konsep arsitektur biophilic yang mengikuti konsep

pendekatan manusia dengan unsur – unsur alam sangat cocok untuk diterapkan pada bangunan kantor

pemerintahan, sehingga didapatkan bangunan kantor pemerintahan yang lebih nyaman dan

meningkatkan kinerja bagi para pegawai kantor dan pengguna kantor. Konsep yang coba diterapkan

dalam perancangan kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat ini adalah konsep bangunan yang

mendekatkan unsur alam dengan manusia dengan cara pengaplikasian unsur material alam dalam

bangunan dan memaksimalkan penghawaan alami yang berfungsi untuk menyalurkan udara alami ke

dalam setiap ruangan sehingga didapatkan bangunan kantor pemerintahan yang sehat, ramah

lingkungan dan lebih hemat energi.

Kata kunci: Kantor Pemerintahan, Kantor BAPPEDA, Provinsi Jawa Barat, Arsitektur Biophilic.

ABSTRACT

Government offices are one of the state-owned facilities that serve as a means to facilitate the

performance of government employees. BAPPEDA West Java Province Office is one of the government

buildings located on Ir. H. Djuanda street, Dago, Coblong District, Bandung City. The biophilic

architecture concept that follows the concept of a human approach with natural elements is very suitable to be applied to government office buildings, so that government office buildings are more comfortable

and improve performance for office employees and office users. The concept that was tried to be applied

in the design of the BAPPEDA office in West Java Province was the concept of buildings that brought

natural elements closer to humans by applying natural material elements in buildings and maximizing

natural ventilation that served to channel natural air into each room so that a healthy government office

building was obtained. , environmentally friendly and more energy efficient.

Keywords: Government Office, BAPPEDA Office, West Java Province, Architecture Biophilic.

Page 2: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Mochamad Ridwan Arif Abdullah

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 2

1. PENDAHULUAN

Kantor pemerintahan merupakan gedung milik negara yang memiliki fungsi untuk keperluan dinas dan kantor pelayanan masyarakat atau instansi terkait. Sebagai aset pemerintah, diharapkan bangunan

kantor pemerintahan mampu memberikan ruang kerja yang nyaman dan memenuhi kebutuhan

penggunanya.

Perencaan yang matang dan konsep desain yang sesuai dengan kebutuhan pengguna kantor menjadi

salah satu usaha untuk mewujudkan sebuah ruang kerja yang nyaman. Rancangan desain diharapkan

mampu mengatasi masalah – masalah ketidaknyamanan dalam bekerja didalam kantor.

Letak tapak bangunan berada didaerah Dago yang merupakan kawasan cukup padat, karena Dago

adalah kawasan multifungsi di kota Bandung. Salah satu masalah yang ditimbulkan adalah kepenatan pekerja dengan suasana lingkungan yang membosankan dan dapat mengurangi konsentrasi kerja

pegawai, hal tersebut tentu akan mempengaruhi efisiensi dalam bekerja.

Desain bangunan kantor pemerintahan yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengguna kantor

dan meningkatkan efisiensi dalam bekerja pegawai kantor didaerah Dago menjadi sala satu solusi

yang diinginkan. Pilihan konsep desain arsitektur biophilic yang menghadirkan insteraksi manusia

dengan alam diharapkan mampu mengatasi permasalahan ketidaknyamanan pengguna kantor dan meningkatkan efisiensi dalam bekerja bagi pegawai kantor.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Metode Pendekatan Perancangan

Berdasarkan masalah-masalah yang ada, maka diperlukan metoda pendekatan perancangan untuk

menciptakan keselarasan antara ide dengan realita yang ada adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Primer

a. Survey Lokasi yaitu tinjauan langsung ke lokasi tapak untuk mendapatkan data valid yang

berkaitan dengan keadaan tapak maupun keadaan sekitar tapak, baik potensi dan permasalahannya sehingga didapatkan keselarasan antara bangunan, tapak, dan lingkungan

sekitar.

b. Studi Banding untuk mempelajari dan mengenal baik dengan mengunjungi langsung maupun

survey internet pada bangunan yang memiliki persamaan dari segi fungsi, arsitektural maupun

struktur sebagai bahan pertimbangan pada perencanaan proyek.

c. Wawancara yaitu melakukan sesi tanya-jawab dengan pihak-pihak terkait yang berkompeten

guna mendapatkan data, keterangan, maupun masukan untuk perancangan proyek.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Studi literatur digunakan sebagai referensi berupa buku, jurnal penelitian, data pribadi, dan lain-lain.

3. Pengolahan dan Penyusunan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah guna mendapatkan yang sebenar-benarnya dalam

perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic di Dago, Kota Bandung.

2.2 Identifikasi Lokasi

Lokasi tapak dapat dilihat pada Gambar 1, berada di jalan Ir. H. Djuanda No. 287, Kec. Coblong,

Kota Bandung, Jawa Barat yang merupakan kawasan multifungsi dengan tingkat kepadatan tinggi.

Page 3: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 3

Jalan Ir. H. Djuanda sendiri merupakan jalan arteri sekunder nasional yang memiliki dua jalur dengan lebar jalan kurang lebih 20 meter. Regulasi tapak berdasarkan Dinas Tata Ruang Kota Bandung

memiliki ketentuan KDB (Koofisin Dasar bangunan) sebesar 40% sehingga didapatkan luasan untuk

dasar bangunan maksimal adalah 3640 m2. Ketentuan KDH (Koofisien dasar hijau) minimum pada tapak menurut Dinas Tata Ruang Kota Bandung adalah 52% sehingga didapatkan luasan area hijau

pada tapak tidak boleh kurang dari 4.732 m2. KLB adalah 1.6 sehingga didapatkan luasan maksimal

lantai pada bangunan adalah 14.560 m2.

Gambar 1. Lokasi tapak Sumber: Google maps, diolah.

Area pada tapak ini dibatasi oleh bangunan-bangunan yang didominasi oleh bangunan ruko dan area pemukiman (perumahan). Batasan pada bagian utara tapak adalah kantor jasa, bagian selatan tapak

adalah ruas jalan Dago Asri, bagian barat tapak adalah kawasan hunian Perumahan Dago Asri, dan

bagian timur adalah ruas jalan Ir. H. Djuanda.

2.3 Tinjauan Teori

Arsitektur biophilic adalah desain yang menyediakan kesempatan bagi manusia untuk hidup dan bekerja pada tempat yang sehat, minim tingkat stress, serta menyedakan kehidupan yang sejahtera

dengan cara mengintegrasikan desain dengan alam [1].

Biophilia pertama kali ditemukan oleh seorang psikolog bernama Enrich Fromm pada tahun 1964.

Menurut bahasa Yunani arti kata biophilia berasal dari 2 suku kata, yaitu bio (βίος) yang berarti hidup

dan philia (φιλία) yang berarti cinta. Istilah biophilia ini mulai dipopulerkan oleh pemenang pulizer

prize, seorang pakar biologi Universitas Harvard yang bernama Edward O. Wilson pada tahun 1984 menjelaskan bahwa biophilia sebagai suatu dorongan yang dimiliki manusia untuk berafiliasi dengan

bentuk – bentuk kehidupan (“mencintai kehidupan”) [2].

Desain biophilic menyediakan kesempatan bagi manusia untuk bekerja pada tempat yang sehat,

meminimalisir tingkat stress, serta menyediakan kehidupan yang sejahtera dengan cara

mengintegrasikan alam, baik dengan material alami maupun bentuk – bentuk alami kedalam desain.

Selain itu, desain biophilic berusaha menciptakan habitat yang baik bagi manusia di lingkungan modern dengan memajukan kesehatan, kebugaran, dan kesejahteraan manusia [3].

Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat adalah kantor pemerintah provinsi yang berfungsi sebagai lembaga teknis daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh

seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Jawa Barat

melalui Sekertaris Daerah. BAPPEDA mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dengan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah [4].

Page 4: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Mochamad Ridwan Arif Abdullah

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 4

Berdasarkan ciri – ciri proyek, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Gedung Negara, gedung BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

merupakan kategori bangunan tidak sederhana [5].

Standar Luas Gedung Kantor menurut Perpres no. 73 tahun 2011 untuk klasifikasi bangunan tidak sederhana sesuai Tabel. 1, berikut adalah klasifikasi bangunan tidak sederhana:

1. Rata – rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel.

2. Pegawai kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat terdiri dari Esselon IIA sampai Esselon IV 3. Ruang penunjang ditentukan berdasarkan fungsi bangunan.

4. Penambahan 25% luas ruang untuk sirkulasi [6].

Tabel 1. Standar Luas Bangunan Gedung Kantor

A. Ruang Utama

B. Ruang Penunjang

(Sumber: Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 73 tahun 2011, diolah.)

Ketarangan pada Tabel 1, Standar Luas Bangunan Gedung Kantor menurut Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2011 pada tanggal 11 Oktober 2011 dibagi kedalam 9 bagian

berdasarkan jabatan. Menurut bagan struktur organisasi BAPPEDA Jawa Barat (lihat Gambar 2) menunjukkan bahwa jabatan tertinggi adalah Eselon IIA yaitu sebagai Ketua Badan, selanjutnya untuk

posisi Kepala Bidang merupakan Eselon III dan Kepala Sub. Bidang adalah Eselon IV. Oleh karena

itu, pada Tabel 1. yang digunakan sebagai acuan diberikan tanda kotak biru, menyesuaikan dengan peruntukan serta pejabat kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat.

Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang khusus sebagai ruang pelayanan hitungan luasan disesuaikan menurut kebutuhan dan diatur diluar peraturan presiden no. 73 tahun 2011.

Selanjutnya, luasan ruang untuk satuan kerja dan jabatan fungsional dihitung tersendiri sesuai dengan

kebutuhan.

JABATAN

LUAS RUANG (m2)

R.

KERJA

R. PENUNJANG JABATAN R. PELAYAN

JABATAN

JML R.

TAMU

R.

RAPAT

R.

RUNGGU

R.

ISTIRAHAT

R.

SEKRET.

R.

STAFF

R.

SIMPAN

R.

TOILET

Menteri/Ketu

a Lembaga 28.00 40.00 40.00 60.00 20.00 15.00 24.00 14.00 6.00 247.00

Wakil

Menteri K/L 16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00

Eselon

IA/Anggota

Dewan

16.00 14.00 20.00 18.00 10.00 10.00 15.00 10.00 4.00 117.00

Eselon IB 16.00 14.00 20.00 9.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 83.40

Eselon IIA 14.00 12.00 14.00 12.00 5.00 7.00 4.40 3.00 3.00 74.40

Eselon IIB 14.00 12.00 10.00 6.00 5.00 5.00 4.40 3.00 3.00 62.40

Eselon IIIA 12.00 6.00 3.00 3.00

R. Toilet

bersama

24.00

Eselon IIIB 12.00 6.00 3.00 21.00

Eselon IV 8.00 8.80 2.00 18.80

NO JENIS RUANG LUAS KETERANGAN 1. Ruang Rapat Utama Kementrian 140 m2 Kapasitas 100 orang

2. Ruang Rapat Utama Eselon I 90 m2 Kapasitas 90 orang

3. Ruang Rapat Utama Eselon II 40 m2 Kapasitas 30 orang

4. Ruang Studio 4 m2/ orang Pemakai 10% dari staf

5. Ruang Arsip 0.4 m2 Pemakai seluruh staf

6. WC/Toilet 2 m2/ 25 orang Pemakai Pejabat Eselon V s.d. Eselon III dan seluruh staf

7. Musholla 0.8 m2/ orang Pemakai 20% dari jumlah personel

Page 5: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 5

Struktur organisasi Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat pada eksisting hanya menggunakan 4

(empat) bidang, namun pada Gambar 2. terdapat tambahan 2 bidang yang tertera pada kotak garis putus – putus yang diadopsi dari struktur organisasi Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah guna

memenuhi standar luasan ruang kerja penugasan Tugas Akhir.

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Elaborasi Tema

Elaborasi tema adalah salah satu bagian yang membantu dalam proses desain, dengan begitu konsep dari proyek ini memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki karakter yang menarik. Pada bab ini akan

dipaparkan lebih detail lagi tentang tema yang digunakan pada proyek dengan memperlihatkan

beberapa penjelasan tentang masing-masing kata yang digunakan dalam tema. Elaborasi tema pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Elaborasi tema

GEDUNG PEMERINTAHAN BAPPEDA

PROVINSI JAWA BARAT

ARSITEKTUR BIOPHILIC

MEAN Kantor pemerintah Provinsi Jawa Barat yang bertugas sebagai lembaga teknis daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Jawa Barat melalui Sekretaris

Daerah.

Pendekatan sebuah rancangan bangunan dengan memasukkan unsur alam kedalam bangunan.

PROBLEM Merancang bangunan kantor pemerintahan yang mampu memberikan kenyamanan terhadap pegawai kantor, sehingga mampu meningkatkan produktifitas pegawai.

Berkurangnya tingkat kesadaran manusia akan pentingnya interaksi manusia dengan alam dalam melakukan aktifitas sehari – hari.

FACT Terdapat bangunan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat pada eksisting lahan.

Kawasan pada tapak beriklim tropis yang memiliki curah hujan sepanjang tahun dan

memiliki tingkat kelembapan cukup tinggi.

Gambar 2. Struktur organisasi Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

(Sumber: http://bappeda.jabarprov.go.id/web/ diakses tanggal 21 Januari 2020, diolah.)

Page 6: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Mochamad Ridwan Arif Abdullah

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 6

GEDUNG PEMERINTAHAN BAPPEDA

PROVINSI JAWA BARAT

ARSITEKTUR BIOPHILIC

NEEDS Mendesain gedung pemerintahan yang mampu memberikan kenyamanan bagai pegawai kantor dan dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai.

Desain bangunan yang mampu bersinergi dengan lingkungan sekitar tapak dan meminimalisir dampak kerugian yang besar terhadap alam dan lingkungan sekitar.

GOALS Mendesain gedung pemerintahan yang menerapkan konsep desain biophilic dengan acuan 14 pattern biophilic design yang mampu memberikan kenyamanan terhadap pegawai.

Mampu mendesain sebuah kantor pemerintahan Gedung BAPPEDA Provinsi Jawa Barat yang nyaman dengan cara memberikan nuansa alam didalam ruang kerja dan lingkungan kantor.

CONCEPT Konsep desain yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna kantor dan memberikan kenyamanan

pegawai tanpa menghilangkan kesan formal pada kantor pemerintahan.

Menghubungkan kembali interaksi manusia dengan alam melalui konsep desain nature

work space yaitu menciptakan suasana alam dalam ruang kerja dengan cara menambahkan vegetasi didalam dan diluar bangunan, penggunaan material alam, pemanfaatan pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik.

Elaborasi tema menurut Tabel 2. berisi tentang beberapa sub bahasan yang dibandingkan untuk

mendapatkan gagasan desain yang diharapkan dan sesuai dengan tema. Bahasan pertama adalah mean yang berarti maksud/tujuan dari proyek, lalu yang kedua adalah problem atau masalah apa yang

terdapat dalam proyek, yang ketiga fact atau fakta yang ada dilapangan (tapak eksisting), yang

keempat adalah needs yaitu desain seperti apa yang diinginkan, yang kelima adalah goals yaitu tujuan dari proyek, dan yang terakhir adalah concept atau gagasan desain seperti apa yang diinginkan.

3.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi Tapak

Zoning tapak terdiri dari empat bagian besar yang dapat dilihat pada Gambar 3, yaitu zona publik

yang dapat diakses bagi tamu maupun pegawai dan bersifat umum, selanjutnya, zona semi publik dimana pada bagian ini area lebih dikhususkan (seperti ruang dharma wanita & laktasi), yang ketiga

zona privat yaitu area yang lebih dikhususkan untuk pengguna kantor yang memiliki kepentingan

khusus (contoh: ruang kerja, ruang kepala BAPPEDA, Ruang Arsip), dan yang terakhir adalah zona

servis yang diletakkan pada bagian belakang tapak dan diberikan akses khusus untuk dapat menjangkau lift servis dan area mekanikal dengan mudah, tanpa harus melewati main entrance.

Gambar 3. Konsep zoning tapak

3.3 Konsep Gubahan Masa

Bentuk massa bangunan sangat dipengaruhi oleh konsep yang akan diterapkan pada bangunan. Pada

perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, bentukan bangunan seperti pada Gambar 4 berasal dari bentuk persegi panjang pipih yang merupakan bentukan paling baik dalam menerima

cross ventilation pada bangunan.

: Publik

: Semi Publik

: Privat

: Servis

Keterangan

Page 7: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 7

Tahap 1 bentukan masa berbentuk persegi

panjang untuk memudahkan ventilasi silang pada

Tahap 2 penambahan bentukan masa

bangunan pada sisi kanan-kiri dan simetris untuk mempertegas bangunan utama.

Tahap 3 penambahan atap miring pada

bangunan utama, untuk mempertegas bangunan

Tahap 4 terdapat penambahan ketinggian

pada masa bangunan, sebagai solusi desain untuk mereduksi kebisingan.

Tahap 5 penambahan kanopi pada masa

bangunan yang berfungsi untuk mempertegas bagian entrance pada bangunan. Bentuk kanopi

Tahap 6 pemberian secondary skin pada fasade

bagunan yang bertujuan untuk mereduksi panas matahari, karena masa bangunan cenderung

Gambar 4. Konsep gubahan masa bangunan

Bentukan persegi panjang kemudian disesuaikan dengan respon gesekan angin terhadap bidang tersebut. Penyesuaian bentukan bertujuan agar semakin banyak angin yang menggesek sisi struktur

luar bangunan sehingga dapat mendinginkan ruangan dalam bangunan guna membantu kinerja

penghawaan alami pada ruangan sesuai dengan konsep biophilic.

3.4 Konsep Perencanaan Fasad Bangunan

Fasad pada rancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat menerapkan unsur biophilic design dengan memberikan material alam sebesar 70% dari fasad bangunan, yang terdiri dari secondary skin

betekstur kayu dengan material GRC (Glassfibre Reinforced Cement), dinding finishing batu alam,

dan pengaplikasian vertical garden berupa tanaman gantung jenis Janda Merana/Li Kwan Yun

(Vernonia Eeliptica) (Gambar 5).

Pemilihan tanaman gantung jenis Janda Merana/ Li Kwan Yun (Vernonia Eeliptica) memiliki

beberapa alasan, antara lain: tanaman tidak membutuhkan tanah dalam karena berakar serabut, perawatan tanaman mudah (tidak membutuhkan treathmen khusus), memberikan kesan sejuk pada

bangunan, dan yang terakhir berfungsi sebagai buffer pada beberapa sisi site yang terpapar cahaya

matahari secara langsung.

Gambar 5. Tampak depan dan samping Kantor BAPPEDA Pronvinsi Jawa Barat

Page 8: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Mochamad Ridwan Arif Abdullah

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 8

Seconday skin berbentuk sirip – sirip rigid berfungsi untuk mereduksi panas dari paparan sinar matahari. Kemudian, material alam seperti batu alam, dan vertical garden dipilih untuk memberikan

penekanan terhadap tema arsitektur biophilic sesuai dengan acuan desain 14 pattern biophilic design,

dimana terdapat beberapa point mengenai penerapan material alam didalam bangunan baik indoor

maupun outdoor yang nantinya akan memberikan dampak positif terhadap pengguna kantor. 3.5 Penerapan Tema

Bangunan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat menerapkan tema arsitektur biophilic yaitu tema

dalam sebuah bangunan yang menerapkan sinergisitas antara manusia denga alam. Pemberian material alam memberikan kesan nyaman, sejuk dan dingin pada bangunan (Gambar 6).

Pemilihan konsep arsitektur biophilic merupakan salah satu cara untuk mengatasi tingkat stres berlebih pekerja pada kantor, dengan gagasan konsep desain arsitektur biophilic para pekerja kantor diberikan

ruang khusus untuk dapat berinteraksi dengana alam, baik secara langsung ataupun tidak (Gambar 7).

Gambar 6. Penerapan konsep biophilic pada eksterior bangunan

Gambar 7. Penerapan konsep biophilic pada interior bangunan

3.6. Konsep Rancangan Struktur

Konsep bangunan biophilic yang ramah lingkungan dan low maintenance diterapkan pada bangunan

mejadikan struktur pada bangunan didominasi oleh struktur beton baja komposit (Gambar 8). Beton pada bangunan berfungsi sebagai penurun suhu pada ruang dikarenakan suhu beton yang relatif

rendah, dan penggunaan material baja diharapkan dapat memberikan masa perawatan bangunan yang lebih lama.

Modul perencanaan struktur yang digunakan diambil berdasarkan ukuran material umum yang mudah didapat di pasaran. Ukuran tersebut ialah kelipatan 30 cm. Sehingga modul yang digunakan yang

diperkirakan dapat memaksimalkan fungsi ruang didalamnya dan mengikuti modul material ialah

modul 8,1 m x 6 m. Struktur pada balok induk menggunakam baja komposit dan balok anak menggunakan beton bertulang. Struktur plat lantai serta ramp menggunakan cor konvesional.

Page 9: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Pendekatan Arsitektur Biophilic pada Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur - 9

Ketebalan plat lantai mengikuti standar yang telah ditetapkan yaitu 12cm dan ketebalan ramp 15cm. Sedangkan untuk ramp mengikuti standar yang telah ditetapkan yaitu dengan kemiringan 1:12m untuk

manusia dan 1:7 untuk kendaraan bermotor.

Gambar 8. Aksonometri struktur

4. SIMPULAN

Perancangan Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dengan Pendekatan Arsitektur Biophilic,

Bandung dalam ekspresi bentuk gubahan massa dan ruang pada bangunan ini menciptakan sinergisitas interaksi manusia sebagai pengguna kantor/bangunan dan unsur – unsur alam sebagai penerapan

konsep desain arsitektur biophilic. Penerapan desain arsitektur biophilic baik dari segi eksterior

maupun interior pada bangunan bertujuan supaya pengguna kantor merasa nyaman dalam bekerja di

kantor. Sebagai salah satu konsep desain yang mengangkat tema pendekatan dengan alam, arsitektur biophilic menjadi salah satu upaya menjaga lingkungan sekitar tapak agar tetap hijau dan nyaman.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada pihak Kantor BAPPEDA Provinsi Jawa Barat, khususnya Bidang Humas (Hubungan Masyarakat) yang telah membantu dalam

melengkapi data survey eksisting bangunan yang menjadi acuan dasar dalam mendesain proyek tugas

akhir arsitektur periode ganjil tahun ajaran 2019/2020. Penulis juga berterimakasih kepada Dr. Juarni Anita, ST., M. Eng., selaku dosen pembimbing yang telah membantu memberikan arahan dan saran

dalam proses penulisan jurnal ini.

Page 10: Pendekatan Arsitektur Bhiophilic pada Rancangan Kantor

Mochamad Ridwan Arif Abdullah

Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 10

DAFTAR PUSTAKA

[1] Browning, W. (2014). 14 Patterns of Biophilic Design: Improving Health & Well-Being in the Built Environment. Terrapin Bright Green LLC.

[2] Priatman, J. (2012). “Konsep Desain Biophilia” sebagai Dimensi Hijau pada Arsitektur Empatik.

Surabaya : Dies 45 Jurusan Arsitektur Universitas Petra Seminar Nasional – Menuju Arsitektur Empati, pp. 35.

[3] Kellert, S. R. & Wilson, E. O. (Eds). (1993). The Biophilia Hypothesis. Washington, DC : Island

Press.

[4] http://bappeda.jabarprov.go.id/ , diakses pada tanggal 21 Januari 2020. [5] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018/ Tentang

Pembangunan Gedung Negara.

[6] Peraturan Presiden No. 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara