68
1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang baik sangat diharapkan oleh negara dan masyarakat. Pertumbuhan yang baik ini dapat dilihat dalam Gross Domestic Product (GDP) (Mankiw,2006). Seiring berjalannya waktu, para ekonom menyadari bahwa nilai GDP tidak mencerminkan nilai kesejahteraan yang sebenarnya, seperti nilai kerusakan lingkungan, biaya eksternalitas, dan sebagainya. Oleh karena itu, muncul konsep Green GDP (2012; Ekonomi Hijau. Kompas, selasa 16 Oktober:12) yang memasukkan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan dalam penghitungan GDP. Munculnya konsep Green Economy yang menghasilkan Green GDP pada aras makro, juga berdampak pada aras mikro, salah satunya akuntansi. Ilmu akuntansi mulai mengenal istilah Akuntansi Lingkungan, yang juga sering disebut Akuntansi Hijau. Dalam bahasa inggris istilah ini sering disebut sebagai Green Accounting atau Environmental Accounting (U.S. EPA;1995). Green Accounting mencoba mencatat biaya lingkungan yang muncul dan menyajikannya dalam laporan keuangan perusahaan. Baik Green GDP maupun Green Accounting, keduanya muncul atas dasar kepedulian akan lingkungan dengan tujuan menjamin tercapainya sustainable economy (Tunner et al;1993). Sustainable economy memiliki konsep dasar menjamin keberlangsungan kegiatan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek

dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang baik

sangat diharapkan oleh negara dan masyarakat. Pertumbuhan yang baik ini dapat

dilihat dalam Gross Domestic Product (GDP) (Mankiw,2006).

Seiring berjalannya waktu, para ekonom menyadari bahwa nilai GDP tidak

mencerminkan nilai kesejahteraan yang sebenarnya, seperti nilai kerusakan

lingkungan, biaya eksternalitas, dan sebagainya. Oleh karena itu, muncul konsep

Green GDP (2012; Ekonomi Hijau. Kompas, selasa 16 Oktober:12) yang

memasukkan nilai kerusakan dan perbaikan lingkungan dalam penghitungan

GDP.

Munculnya konsep Green Economy yang menghasilkan Green GDP pada

aras makro, juga berdampak pada aras mikro, salah satunya akuntansi. Ilmu

akuntansi mulai mengenal istilah Akuntansi Lingkungan, yang juga sering disebut

Akuntansi Hijau. Dalam bahasa inggris istilah ini sering disebut sebagai Green

Accounting atau Environmental Accounting (U.S. EPA;1995).

Green Accounting mencoba mencatat biaya lingkungan yang muncul dan

menyajikannya dalam laporan keuangan perusahaan. Baik Green GDP maupun

Green Accounting, keduanya muncul atas dasar kepedulian akan lingkungan

dengan tujuan menjamin tercapainya sustainable economy (Tunner et al;1993).

Sustainable economy memiliki konsep dasar menjamin keberlangsungan kegiatan

Page 2: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

2

ekonomi pada masa depan. Oleh karena itu, kerusakan lingkungan sangat

diperhatikan, agar tidak terjadi eksploitasi pada Sumber Daya Alam (SDA) yang

ada, yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangkaan

SDA, sehingga generasi yang akan datang mengalami kesulitan dalam kegiatan

ekonominya.

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat

banyak (http://www.indonesia.go.id/in/potensi-daerah/sumber-daya-alam, 2013).

Salah satu kekayaan alam ini adalah hutan yang sangat luas. Buku Statistik

Kehutanan Indonesia Kementerian Kehutanan 2011 yang dipublikasi pada Juli

2012 (dalam wwf.indonesia.go.id, 2012) menyatakan bahwa 52,3% luas wilayah

Indonesia merupakan hutan, sehingga Indonesia juga diakui sebagai paru-paru

dunia (http://www.wwf.or.id/cara anda membantu/bertindak sekarang

juga/mybabytree/, 2013). Kekayaan akan sumber daya hutan ini adalah aset

potensial bagi Indonesia baik untuk sumber daya industri maupun dalam

menghadapi kebijakan carbon trade, di mana hutan Indonesia dapat menjadi

penyerap karbon yang dihasilkan oleh Indonesia, dan sisa kapasitas yang ada

dapat digunakan untuk menyerap karbon yang dihasilkan oleh negara lain.

Pengelolaan sumber daya alam demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi

memang hal yang baik. Namun, apabila tidak dilakukan dengan bijak maka akan

berakibat buruk bagi perekonomian dan lingkungan alam Indonesia. (Robert,

1990) mengkritik negeri ini, “Indonesia telah meningkatkan pemborosan terus-

menerus dengan menghabiskan cadangan minyak bumi, merusak hutan, dan

merusak tanah-tanah yang subur”. Bahkan, ia meramalkan bahwa pertumbuhan

Page 3: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

3

ekonomi Indonesia akan jatuh hingga angka 4% jika hal ini terus dilakukan.

Bukan hal yang mustahil sekalipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun

2011 adalah 6,5% (Badan Pusat Statistik, 2011), perlu diingat pada tahun-tahun

sebelumnya PDB Indonesia sempat mencapai 5,48% pada tahun 2006 (Badan

Pusat Statistik, 2006).

Ramalan Reppeto sepertinya mulai mendekati kenyataan. Banyak sumber

daya alam yang mulai menipis cadangannya, dan sangat banyak lingkungan alam

Indonesia yang rusak akibat pertumbuhan industri yang kurang bijak.

Salah satu sumber daya alam yang mulai rusak adalah sumber daya hutan.

Iksan pada tahun 2008 dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Lingkungan

menulis dalam lima puluh tahun terakhir tutupan hutan Indonesia berkurang dari

162 juta hektare menjadi 98 juta hektare. Hal ini disebabkan berkembangnya

industri pengolahan kayu, yang seringkali terkesan asal dalam melakukan

penebangan. (Ginting, 2012) menyatakan “Kerusakan hutan ini dikarenakan

penebangan hutan yang terlalu cepat. Penebangan hutan yang cepat memang

menguntungkan bagi produksi, namun produsen juga seharusnya memikirkan

dampak buruknya seperti : kurangnya cadangan air bersih, kerusakan lingkungan

di sekitar hutan, dan lebih jauh lagi akan terjadi kelangkaan kayu karena hutan

kita habis ditebang”.

Berdasar pernyataan Ginting (2012) mengenai dampak buruk dari

kerusakan hutan yang disebabkan oleh penebangan kayu, maka idealnya

perusahaan juga bertanggung jawab terhadap perbaikan ataupun pencegahan

kerusakan lingkungan. Tanggung jawab ini muncul karena bagaimanapun,

Page 4: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

4

perusahaan terhubung dengan pihak-pihak di luar perusahaan yang juga memiliki

kepentingan, dalam hal ini khususnya masyarakat sekitar perusahaan. Hubungan

antara perusahaan dengan masyarakat ini harus terbina dengan baik, sehingga

perusahaan perlu menyisihkan sebagian dana guna perbaikan lingkungan. Alokasi

dana tersebut sering kita dengar dengan istilah Corporate Environment

Responsibility (CER), di mana perusahaan memberikan alokasi dana untuk

perbaikan lingkungan.

CER merupakan salah satu upaya perusahaan membentuk a good

stakeholder relationship yang berdasar pada stakeholder theory yang

dikemukakan Freeman pada tahun 1984 (dalam Daejong; 2011) di mana

perusahaan memiliki hubungan dengan pihak-pihak di luar perusahaan dan harus

mengatur bagaimana cara agar hubungan dapat terbina dengan baik.

Selain itu, CER merupakan bagian dari Green Accounting yang merupakan

rumpun dari Green Economy di mana bidang ekonomi berusaha memasukkan

pertimbangan-pertimbangan kearifan lingkungan dalam menetapkan biaya yang

akan diakui atau besarnya dana yang perlu disisihkan untuk perbaikan lingkungan.

Pada Green Accounting ilmu akuntansi berusaha menilai keefektifan kegiatan

konservasi berdasar ringkasan dan klasifikasi biaya konservasi lingkungan, serta

menyampaikan dampak negatif lingkungan, kegiatan konservasi-konservasi, dan

hasilnya kepada publik (US EPA, 1995) .

Peningkatan kerusakan lingkungan hutan menjadi topik yang hangat

diperbincangkan secara luas. Hal ini dikarenakan hutan memiliki potensi

penyerapan karbon, di mana masyarakat luas saat ini sedang berkomitmen untuk

Page 5: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

5

menekan angka karbon dalam upaya menghadapi perubahan iklim. Pada tahun

1997 pemimpin-pemimpin negara di dunia berkumpul dan menandatangani

Protokol Kyoto yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan Bali Roadmap pada

tahun 2007 (UNFCCC, 2012). Penandatangan Bali Roadmap menunjukkan

kesungguhan berbagai negara dalam menyelesaikan permasalahan perubahan

iklim, salah satu langkah yang diambil adalah menerapkan mekanisme biaya jasa

lingkungan, seperti Carbon trade.

Pada Carbon trade pihak yang menghasilkan karbon akan membayar

sejumlah dana sebagai kompensasi kepada pihak yang memiliki potensi menyerap

karbon, sedangkan pada pihak yang memiliki potensi penyerapan karbon akan

melakukan offset atas kemampuan serap karbon yang dimiliki dengan potensi

karbon yang dihasilkan. Selanjutnya apabila hasil offset perusahaan memiliki

surplus potensi serap karbon, maka perusahaan dapat menjual surplus potensi

serap karbon tersebut ke perusahaan lain yang mengalami defisit potensi serap

karbon ataupun perusahaan yang tidak memiliki potensi serap karbon. Sebaliknya,

apabila hasil offset perusahaan mengalami defisit serap karbon, maka perusahaan

akan membayar jasa lingkungan serap karbon kepada perusahaan yang memiliki

surplus potensi serap karbon (UNFCCC, 2007).

Kemunculan kebijakan-kebijakan terkait karbon pada akhirnya berdampak

terhadap akuntansi. Bagaimana pengukuran, pengakuan, pencatatan, penyajian,

dan pengungkapan aspek-aspek terkait karbon dilakukan menjadi kerancuan bagi

para akuntan, khususnya di negara yang telah menerapkan kebijakan karbon

(KPMG, 2008).

Page 6: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

6

Pada perusahaan yang memiliki potensi serap karbon, besarnya potensi

yang dimiliki akan dihitung pada awal periode pembukuan perusahaan, sehingga

perusahaan akan melakukan estimasi pada awal periode atas besarnya potensi

serap karbon tersebut. Selanjutnya perusahaan akan mengetahui pada akhir

periode besarnya potensi karbon yang dihasilkan, lalu melakukan offset.

Mekanisme pengukuran, pengakuan, pencatatan, dan penyajian terkait karbon ini

disebut Accounting for Carbon (KPMG, 2008).

Penelitian ini lebih berfokus kepada aspek-aspek yang muncul akibat

penebangan pohon. Penebangan pohon dapat mengakibatkan hilangnya potensi

pohon dalam menyerap karbon di udara. Apabila nilai karbon di udara tinggi

maka dapat mengakibatkan penurunan kesehatan masyarakat sekitar perusahaan

(Kompas, 2004. Biaya kesehatan membengkak akibat polusi, 10 Juni) dan

meningkatkan lubang ozon di udara dalam jangka panjang.

Peneliti memilih topik ini, karena berdasar laporan BBC Indonesia dalam

(http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_hutanindo.sht

ml), sekalipun Indonesia meduduki peringkat delapan negara dengan luas hutan

terbesar, namun saat ini laju kerusakan hutan Indonesia menduduki peringkat dua

dunia.

Laju kerusakan hutan ini berdampak pada kemampuan hutan dalam

menyerap karbon yang terkandung di udara. Apabila penebangan yang kurang

bertanggung jawab terus dibiarkan maka akan menambah tingkat kerusakan

udara, yang akan menyebabkan tingkat karbon di udara meningkat, sehingga

masyarakat akan mengalami kerugian finansial. Kerugian finansial ini diakibatkan

Page 7: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

7

meningkatnya biaya pengobatan karena karbon dapat menimbulkan keracunan

yang menyebabkan kerusakan pada otak, ataupun penurunan kesehatan secara

umum akibat kualitas udara yang kurang baik (Kompas, 2004. Biaya kesehatan

membengkak akibat polusi, 10 Juni) dan memungkinkan terbentuknya lubang

ozon dalam jangka panjang. Selain itu, berdasar penelitian pendahuluan oleh

KPMG UK (2008) perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara yang

menerapkan kebijakan carbon tax ataupun carbon trade mengalami kerancuan

dalam pencatatan transaksi terkait karbon, hal ini dikarenakan sejauh ini belum

terdapat standar dalam IFRS yang mengatur transaksi terkait karbon. Oleh sebab

itu, penelitian ini mencoba melihat kemungkinan-kemungkinan pengakuan dan

penyajian yang diijinkan oleh PSAK apabila perusahaan menerapkan kebijakan

pembayaran jasa karbon. PSAK yang digunakan sebagi dasar penelitian oleh

penulis adalah PSAK yang telah mengadopsi IFRS berdasar pada principle based.

Principle based pada PSAK yang telah mengadopsi IFRS lebih dipilih

karena penyajian akuntansi lingkungan di Indonesia masih bersifat voluntary.

Sifat voluntary pada PSAK ini menyebabkan terdapatnya beberapa potensi

perlakuan akuntansi atas karbon. Meskipun masih bersifat voluntary pada

penyajian akuntansi lingkungan, namun keijakan perdagangan karbon sudah

bersifat mandatory di negara-negara Eropa maupun Australia (KPMG, 2008).

Oleh karena kebijakan perdagangan karbon masih menjadi suatu kebijakan yang

bersifat voluntary di Indonesia maka standar perlakuan akuntansi dalam

pengukuran, pengakuan, penyajian, dan pengungkapan terkait transaksi

Page 8: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

8

perdagangan karbon dapat berbeda-beda bergantung pada interpretasi masing-

masing individu .

Pada penelitian ini peneliti membatasi perhitungan kerusakan lingkungan

pada besarnya potensi serap karbon yang hilang akibat penebangan pohon, dan

tidak memperhitungkan emisi karbon lain pada keseluruhan proses produksi. Pada

penelitian ini dipilih PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk sebagai objek penelitian

karena PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk merupakan salah satu perusahaan

kehutanan yang besar di Indonesia sebagaimana diatur dalam UU no. 20 tahun

2008, di mana total aset PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk per September 2013

sebesar Rp3.234.163.000.000,- dan omzet mencapai Rp3.564.592.000.000,- pada

tahun 2012, serta memiliki cabang di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa, maka

PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk terkategorikan usaha besar.

Dengan dasar permasalahan lingkungan di atas, besarnya dampak

kerusakan lingkungan, beban yang ditanggung masyarakat atas kerusakan

lingkungan sebagai akibat penebangan pohon, serta metode dalam Accounting for

Carbon yang masih dalam tahap penelitian, maka dalam penelitian ini akan dibuat

usulan alternatif mengenai pengukuran, pengakuan, serta penyajian aspek-aspek

terkait karbon dengan mengacu pada konsep Accounting for Carbon yang telah

diterapkan di Eropa dan Australia, dengan berdasar pada PSAK. Usulan yang

diajukan dapat berimplikasi terhadap pengukuran, pengakuan, penyajian, maupun

pengungkapan kebijakan karbon pada perusahaan non kehutanan, karena pada

dasarnya aktivitas operasional perusahaan dalam bidang apapun akan

menghasilkan karbon, seperti : aktivitas operasional mesin dan transportasi yang

Page 9: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

9

terdapat juga pada perusahaan non kehutanan. Namun pada penelitian ini dibatasi

pembahasan sebatas pada perusahaan kehutanan dikarenakan keterbatasan

peneliti.

Pemilihan topik ini, dikarenakan mekanisme Accounting for Carbon masih

menjadi topik yang sering diperbincangkan di Indonesia dan internasional, maka

peneliti melihat adanya kemungkinan untuk meneliti kemungkinan pengukuran,

pengakuan, dan penyajian atas kegiatan Carbon Trade di Indonesia dengan

berdasar pada prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini

adalah: (1) bagaimana metode pengukuran, pengakuan, pencatatan, dan

penyajian atas aspek-aspek terkait karbon tersebut dalam Carbon

Accounting; (2) Bagaimana dampak penyajian aspek-aspek terkait karbon

tersebut terhadap laporan keuangan perusahaan dan rasio likuiditas,

solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang akan dibahas oleh penulis adalah: (1)

Untuk mengetahui bagaimana pengukuran, pengakuan, pencatatan, dan

penyajian provisi dengan konsep Carbon Accounting; (2) Untuk

mengetahui dampak penyajian aspek-aspek terkait karbon tersebut

terhadap laporan keuangan perusahaan dan rasio likuiditas, solvabilitas,

dan rentabilitas perusahaan.

Page 10: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

10

MANFAAT PENELITIAN

Bagi pihak Pembaca

Sebagai bahan masukan untuk memberi gambaran mengenai

penghitungan dan offset aspek-aspek karbon serta pengukuran,

pengakuan, pencatatan, dan penyajian Carbon Accounting.

Bagi Perusahaan Penebangan Pohon

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai

pentingnya memasukan aspek-aspek terkait karbon pada laporan

keuangan, serta dapat memberikan gambaran cara penghitungan

besarnya aspek-aspek karbon dan penyajiannya dalam laporan

keuangan dengan implementasi Carbon Accounting.

Bagi Perusahaan lain yang berpotensi berkontribusi dalam kerusakan

lingkungan

Penelitian ini diharap dapat memberi gambaran bagaimana pengakuan,

penyajian, dan pengungkapan aspek-aspek kerusakan lingkungan dalam

laporan keuangan perusahaan, khususnya karbon.

Bagi Pemerintah dan Ikatan Akuntan Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan masukan

mengenai pentingnya mengakui aspek-aspek terkait karbon, bagaimana

pengakuan, penyajian, dan pengungkapan Carbon Accounting, serta

membuka peluang membuat peraturan yang mengatur penerapan

pengakuan, penyajian, dan pengungkapan aspek-aspek tersebut apabila

Page 11: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

11

dimungkinkan untuk dilaksanakan. Selain itu, penelitian ini diharap

dapat membantu pemerintah dalam menyusun peraturan ataupun

program dalam rangka menyelamatkan lingkungan alam Indonesia,

khususnya lingkungan hutan dalam menghadapi permasalahan

perubahan iklim.

KERANGKA TEORI

Green Gross Domestic Product (Green GDP)

GDP adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi suatu negara (Arifin & Hadi, 2009:11). Sedangkan Green GDP adalah

GDP yang nilainya mencerminkan nilai kesejahteraan yang sebenarnya dari hasil

kegiatan perekonomian atau pembangunan suatu daerah (2012;Ekonomi hijau.

Kompas, Selasa 16 Oktober:12).

Green GDP ini bertujuan menghasilkan nilai barang yang sudah benar-

benar mencerminkan nilai ekonomi barang sebenarnya. Karena itu dalam Green

GDP aspek kerusakan lingkungan serta perbaikan lingkungan dipertimbangkan

dalam menetapkan nilai ekonomi barang tersebut. Green GDP dapat dihitung

dengan rumus penghitungan sebagai berikut :

Green GDP = GDP – nilai kerusakan lingkungan + nilai perbaikan

lingkungan (Zhisen;2012)

Page 12: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

12

Green Accounting (Environmental Accounting)

Green accounting sebagaimana dijelaskan oleh Cooper (1992) dalam buku

The Introduction of Green Accounting, however well thought, will, under the

present phallogoentric system of accounting, do nothing to avert today’s

environmental crisis. In fact, it could make matters even worse.

Environmental accounting is the context of national income accounting

refers to natural resource accounting, which can entail statistics about a nation’s

or region’s consumption, extent, quality, and value of natural resources, both

renewable and non-renewable. Environmental accounting in the context of

financial accounting usually refers to preparation of financial reports for external

audiences using Generally Accepted Accounting Principles. Environmental

accounting as an aspect of management accounting serves business managers in

making capital investment decisions, costing determinations, process/product

design decisions, performance evaluations, and a host of other forward-looking

business decisions. (U.S. EPA;1995, dalam Ikhsan; 2009)

Berdasar definisi di atas, (Iksan;2008) mendefinisikan bahwa akuntansi

lingkungan adalah proses menggambarkan biaya-biaya lingkungan supaya

diperhatikan oleh stakeholders perusahaan yang mampu mendorong

pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika

pada waktu yang bersamaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan.

Akuntansi hijau atau akuntansi berwawasan lingkungan mencoba

memasukkan nilai-nilai kearifan lingkungan dalam pencatatan akuntansi. Nilai-

nilai kearifan lingkungan yang dicatat dalam laporan keuangan perusahaan akan

Page 13: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

13

diakui sebagai biaya. Dalam penelitian ini ada beberapa konsep biaya terkait

lingkungan yang digunakan sebagai dasar teori, yaitu:

Provisi (Kewajiban diestimasi)

Provisison is a liability of uncertain timing or amount (sometimes

referred to as an estimated liability). (Weygant,2011)

Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya

belum pasti. (PSAK 57,2009)

Secara garis besar dapat dikatakan provisi adalah kewajiban yang

memiliki kriteria belum pasti besar nilainya atau waktu jatuh temponya,

namun salah satu kriteria dapat diestimasi dengan andal. Provisi dapat

diakui sebagai kewajiban jangka panjang ataupun jangka pendek, dan

harus disajikan dalam laporan keuangan di neraca.

Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul

dari aktivitas normal perusahaan apabila arus masuk mengakibatkan

kenaikan ekuitas yang tidak timbul dari kontribusi penanaman modal

(PSAK 23)

(Dyckman;2004) menulis berdasar dari sumber pendapatan, akuntansi

mengenal dua jenis pendapatan, yaitu:

1. Pendapatan operasional

Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh dari

usaha pokok perusahaan, yaitu penjualan barang dan/atau

pemberian jasa yang bersifat rutin.

Page 14: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

14

2. Pendapatan non operasional

Pendapatan non operasional adalah pendapatan yang diperoleh

perusahaan di luar usaha pokok.

Secara spesifik PSAK 32 (2009) mendefinisikan pendapatan operasional

pada perusahaan kehutanan sebagai pendapatan dari penjualan hasil

hutan, baik berupa olahan kayu, hasil tebangan, maupun hasil hutan

lainnya.

Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan

tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan

sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. (IAI/SAK 2009)

Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

mendapat barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini

atau di masa yang akan datang bagi organisasi (Hansen&Mowen 2006)

Berdasar alokasinya, biaya dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis

biaya, yaitu:

1. Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan adalah keseluruhan biaya untuk

memperoleh atau mendapatkan barang yang dijual. Apabila barang

yang dijual dibuat sendiri oleh perusahaan (manufaktur), sebelum

harga pokok penjualan ditetapkan, maka dihitung lebih dahulu

besarnya harga pokok produksi – seluruh biaya yang dikeluarkan

Page 15: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

15

untuk membuat atau memproduksi barang yang akan dijual, baik

biaya bahan yang dipakai, tenaga kerja, maupun biaya overhead

pabrik.

2. Biaya Operasi

Biaya operasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka

membiayai aktivitas operasi perusahaan baik administrasi maupun

penjualan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Biaya Penjualan, yaitu biaya yang dikeluarkan dan terkait

dengan kegiatan penjualan.

b. Biaya Administrasi Umum, yaitu biaya yang dikeluarkan dan

terkait dengan kegiatan di bagian kantor (administrasi

umum).

3. Biaya di luar usaha (non-operating)

Biaya di luar usaha adalah biaya-biaya yang timbul dari aktivitas-

aktivitas di luar usaha utama perusahaan.

Beban

Sinamora (1995) mendefinisikan beban sebagai biaya yang terpakai

(expired cost), sedangkan dalam kerangka dasar penyusunan dan

penyajian laporan keuangan (PSAK, 2007) beban didefinisikan sebagai

penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam

bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban

yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut

pembagian kepada penanam modal.

Page 16: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

16

PSAK 32, 2007

1. Harga pokok produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnya

meliputi beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan-

kegiatan seperti: perencanaan, penanaman, pemeliharaan, dan

pembinaan hutan, pengendalian kebakaran, dan pengamanan

hutan, pemungutan hasil hutan, pemenuhan kewajiban terhadap

negara, pemenuhan kewajiban lingkungan dan sosial, serta

pembangunan sarana dan prasarana.

2. Pada Hutan Tanaman Industri (HTI), beban umum dan

administrasi yang tidak berkaitan dengan kegiatan penanaman,

pemeliharaan, dan pembinaan hutan dibukukan sebagai beban

umum dan administrasi.

Aset tak berwujud

Aset tak berwujud adalah aktiva tak lancar (noncurrent asset) dan tak

berbentuk yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada

pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah

dalam klasifikasi aktiva yang lain (PSAK 19,2010)

Aset kontijensi

Aset kontijensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu

dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu

peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada

dalam kendali perusahaan. (PSAK 57,2009)

Page 17: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

17

Sumbangan Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR menurut ISO 26000 adalah tanggung jawab sebuah organisasi

terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-

kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam

bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan

berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan

harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan

dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan

organisasi secara menyeluruh (Marlia&Hidayat,2008).

Sedangkan definisi CSR menurut Institute of Chartered Accountants,

England and Wales, CSR adalah jaminan bahwa organisasi-organisasi

pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan

lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham

mereka (Marlia&Hidayat,2008).

Accounting for Carbon

Accounting for Carbon adalah akuntansi yang mencoba memasukkan

biaya-biaya terkait karbon ke dalam laporan keuangan perusahaan, guna

menghasilkan sustainability reporting. Akuntansi untuk karbon belum memiliki

standar yang baku dalam melakukan pengakuan, pencatatan, dan penyajian pada

laporan keuangan baik di Indonesia maupun internasional. Sedangkan dalam hal

pengukuran (Carbon Accounting), saat ini hanya ada satu standar pengukuran

karbon yang diakui oleh UNFCCC. Standar pengukuran karbon tersebut adalah

Page 18: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

18

standar nasional yang dimiliki oleh Australia, yaitu NCAS (National Carbon

Accounting Standards).

Dalam Accounting for Carbon terdapat beberapa teori yang mendasari

pengukuran dan penyajian laporan keuangan, yaitu:

Carbon Accounting

Carbon accounting is the process by which organizations account for

and report on their greenhouse gas emissions (Prosser,2013).

Carbon accounting refers generally to processes undertaken to measure

amounts of carbon dioxide equivalents emitted by an entity (Wikipedia).

Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa carbon accounting adalah

suatu proses pengukuran emiten karbon yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan.

Exit Price Accounting

Palea (2013) menjelaskan bahwa Exit Price Acounting adalah gabungan

konsep dari Chambers (1966,1975), Sterling (1970), dan MacNeal (1970)

yang mengukur aset dengan nilai realisasi atas penjualan aset tersebut

dengan harga jual yang berlaku pada umumnya.

Sustainability Report

Sustainability report adalah laporan publik di mana perusahaan

memberikan gambaran posisi dan aktivitas perusahaan pada aspek

ekonomi, lingkungan, dan sosial kepada stakeholders internal dan

eksternal (World Business Council for Sustainable Development;2002).

Page 19: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

19

Berdasar konsep-konsep di atas, penelitian ini mencoba membuat

kerangka teoritis dalam penghitungan besarnya kemampuan serap karbon atas

kepemilikan pohon, potensi serap karbon yang hilang akibat penebangan pohon,

di mana potensi karbon yang hilang akan diakui sebagai emiten yang muncul

akibat kegiatan operasional perusahaan yang pada akhirnya proses offset atas

kepemilikan potensi serap karbon serta karbon yang dihasilkan (emiten akibat

penebangan pohon) diukur, diakui, dicatat, dan disajikan dengan beberapa

alternatif, sebagaimana dimungkinkan dengan berdasar pada PSAK. Pada

penelitian ini pengakuan, pencatatan, dan penyajian terkait karbon akan dibahas

dengan sudut pandang pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan yang memiliki

kapasitas penyerapan karbon yang akan melakukan offset pada akhir periode,

sehingga terdapat dua kemungkinan pencatatan yaitu: pada kondisi surplus atau

defisit potensi serap karbon. Pembahasan pada penelitian ini juga mencakup

pencatatan jurnal yang memungkinkan untuk dilakukan dengan berpijak pada

PSAK. Pelaporan aspek-aspek terkait karbon, yang terkait lingkungan hidup ini,

didasari oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 yang

menyatakan bahwa perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan,

khususnya bagi industri di mana lingkungan hidup memegang peranan penting.

Dalam siklus akuntansi, dilakukan prosedur mengukur, mengakui,

mencatat, dan menyajikan. Akun-akun di atas terkait dalam hal pengakuan,

pencatatan, dan penyajian. Dalam hal pengukuran, sistem akuntansi mengenal

beberapa metode pengukuran, salah satunya yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode pengukuran Exit Price accounting yang diungkapkan

Page 20: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

20

Offset

oleh Edwards & Bells (1961) dalam Zeff (2010) yaitu sistem yang menggunakan

harga jual pasar khusus untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja

keuangan. Metode ini dipilih karena PSAK 57 menyatakan bahwa provisi ataupun

aset kontijensi harus dapat diestimasi secara andal, oleh karena itu dalam

melakukan estimasi digunakan harga pasar terbaru atas karbon.

Pada penelitian ini, harga jual pasar yang digunakan adalah nilai tukar

carbon terhadap satuan moneter (USD) yang berlaku dalam Carbon Trading.

Carbon Trading atau sering diartikan sebagai perdagangan karbon dapat

didefinisikan sebagai menjual kemampuan pohon yang dapat menyerap karbon

dioksida dalam rangka menekan keberadaan karbon dioksida itu sendiri di

atmosfer untuk mengurangi pemanasan global (Razak, 2008).

NALAR KONSEP

Akuntansi

Lingkungan

Biaya

Operasional +

Lingkungan

Akuntansi

karbon

Perdagangan

karbon

Potensi serap

karbon

Potensi emiten

karbon

Surplus Defisit

Bayar jasa lingkungan

serap karbon

Jual sisa potensi

serap karbon

Bagan 1

Nalar Konsep Penelitian

Page 21: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

21

Akuntansi konvensional menekankan pada pencatatan transaksi atas

kegiatan operasional perusahaan. Pada perkembangannya, akuntansi terus

berkembang mengikuti perubahan zaman. Hal yang sama juga terjadi pada

Akuntansi lingkungan. Akuntansi lingkungan mulai berkembang dengan

memasukkan unsur-unsur lingkungan ke dalam pencatatan laporan keuangan.

Pada era saat ini, isu yang sedang populer di masyarakat adalah

perdagangan karbon, yang pada akhirnya berdampak pada laporan keuangan

perusahaan. Bagaimana perusahaan dapat mengukur, mengakui, dan menyajikan

transaksi-transaksi terkait perdagangan karbon menjadi pertanyaan besar para

akuntan. Pertanyaan ini akhirnya dijawab dengan melakukan pencatatan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku di masing-masing negara dikarenakan

belum ada prinsip yang baku yang mengatur mengenai transaksi atas perdagangan

karbon. Pencatatan akuntansi atas perdagangan karbon pada akhirnya lebih

populer dengan sebutan Accounting for carbon.

Pada penelitian ini nalar konsep yang dibuat mengacu pada kerangka

konseptual yang diberikan oleh FASB. Pada kerangka kerja konseptual tersebut

terdapar tiga tingkat, yaitu: tingkat pertama yang membahas tentang tujuan dan

sasaran akuntansi, tingkat kedua yang membahas karakteristik kualitatif dan

unsur-unsur laporan keuangan, dan tingkat ketiga yang membahas bagaimana

konsep pengakuan dan pengukuran laporan keuangan.

Mengacu pada kerangka konseptual tingkat pertama, tujuan dari penyajian

aspek-aspek karbon pada laporan keuangan adalah berguna untuk menilai arus kas

Page 22: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

22

pada masa depan, mengetahui klaim atas sumber daya perusahaan dan

perubahannya, serta menyediakan informasi terkait apek-aspek karbon tersebut

kepada pengguna laporan keuangan.

Pada tingkat kedua, terdapat kualitas primer dan sekunder, di mana

kualitas primer terdiri dari relevansi dan reliabilitas informasi yang disajikan

diharapkan berguna bagi pengguna informasi keuangan dalam mengambil

keputusan. Penyajian aspek-aspek karbon pada laporan keuangan dinilai relevan

karena dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan, dengan

mempertimbangkan besaran emiten karbon yang telah dihasilkan dibanding

dengan potensi serap karbon yang dimiliki perusahaan. Selain itu, dinilai reliable

karena informasi yang disajikan dapat diverifikasi dan disajikan secara tepat

sehingga informasi tersebut dapat digunakan dengan andal.

Kualitas sekunder terdiri dari komparabilitas dan konsistensi, di mana pada

nalar konsep ini informasi terkait aspek karbon dapat dibandingkan dengan

laporan keuangan yang juga telah menerapkan akuntansi karbon seperti di

Australia ataupun beberapa negara di Eropa meskipun besar nilai harga pasar

karbon berbeda pada tiap-tiap negara. Sedangkan konsistensi pada konsep

perlakuan akuntansi karbon, tercermin pada penyusunan metode pengukuran

aspek-aspek karbon hingga penyajian, sehingga terdapat dasar dan acuan yang

jelas dalam perlakuan akuntansi karbon demi menjaga konsistensi metode

penyajian laporan keuangan.

Page 23: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

23

Pada tingkat ketiga yang mengatur bagaimana pengakuan dan pengukuran,

aspek-aspek karbon diukur dengan menggunakan metode exit price yang

menggunakan harga pasar, sehingga nilai aspek karbon dapat diestimasi dengan

andal. Sedangkan pada pengakuan aspek-aspek karbon digunakan PSAK sebagai

dasar acuan pengakuan dan penyajian aspek karbon pada laporan keuangan.

Penjelasan lebih lanjut mengenai nalar konsep pengukuran, pengakuan, dan

penyajian aspek karbon disajikan pada penjelasan dan bagan bagi masing-masing

proses sebagai berikut:

Dalam mengukur nilai aspek-aspek terkait karbon, terlebih dahulu dihitung

nilai surplus atau defisit karbon, di mana dilakukan offset antara potensi serap

karbon dangan emiten karbon yang dihasilkan. Proses offset adalah proses saling

hapus (PSAK 55) yang biasa digunakan dalam penghitungan aset derivatif dan

tanggungan. Dalam hal ini kewajiban yang dimiliki akan dikurangi aset yang

dimiliki.

Pada penelitian ini, yang digunakan adalah metode Exit Price. Metode Exit

Price adalah metode di mana nilai moneter karbon diperoleh dengan

menggunakan nilai tukar yang berlaku di pasar pada program Carbon Trading.

Nilai moneter karbon yang diukur termasuk bagian dari carbon accounting,

sementara carbon accounting itu sendiri merupakan keberlanjutan dari

pengimplementasian Green Accounting. Penggunaan nilai moneter karbon dalam

pengimplementasian aspek-aspek terkait karbon tersebut tentunya akan memberi

dampak terhadap laporan keuangan perusahaan serta rasio-rasio keuangan

Page 24: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

24

Offset

perusahaan. Pengukuran yang dilakukan disajikan dalam bagan nalar konsep

pengukuran sebagai berikut:

Pengeluaran

Operasional +

Lingkungan

Akuntansi

Karbon

Perdagangan

karbon

Pengukuran

Potensi serap

karbon

Potensi emiten

karbon

Akuntansi

Lingkungan

Bagan 2

Nalar Konsep Pengukuran

Page 25: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

25

Dalam mengakui pengeluaran maupun penghasilan terkait akuntansi

karbon, pada penelitian ini menggunakan akun-akun penghasilan di luar usaha,

beban, maupun provisi yang berdasar pada PSAK. Nalar konsep pengakuan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Hasil pengukuran

Surplus Defisit

Jual sisa potensi

serap karbon

Bayar jasa lingkungan

serap karbon

Pengakuan

Sebagai Penghasilan di

luar usaha

Sebagai Beban di luar

usaha dan Provisi

Bagan 3

Nalar Konsep Pengakuan

Page 26: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

26

Setelah melakukan pengukuran dan pengakuan maka akun-akun yang telah

diakui pada akhirnya akan disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Akun

penghasilan di luar usaha dan beban di luar usaha akan disajikan pada laporan Laba/Rugi,

sedangkan akun provisi akan disajikan pada laporan posisi keuangan perusahaan. Nalar

konsep atas penyajian pada penelitian ini disajikan dalam bagan sebagai berikut:

Surplus Defisit

Penghasilan di luar usaha

dicatat pada posisi (K), dan

kas atau piutang pada posisi

(D)

Beban di luar usaha dicatat

pada posisi (D), sedangkan kas

atau provisi dicatat pada posisi

(K)

Penyajian

Lap. L/R:

Penghasilan di luar

usaha

Beban di luar

usaha

Laporan Posisi

Keuangan:

Provisi

Laporan arus kas:

Pengeluaran kas

atas beban di luar

usaha

Penerimaan kas

atas penghasilan di

luar usaha

Bagan 4

Nalar Konsep Penyajian

Page 27: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

27

METODE, OBJEK PENELITIAN, DAN LANGKAH ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, digunakan metode penelitian studi kasus.

Metode penelitian studi kasus menurut Robert K Yin (1996) adalah pencarian

pengetahuan secara empiris yang: menyelidiki fenomena dalam konteks

kehidupan nyata, bilamana: batas-batas antara fenomena dan konteks tidak

tampak dengan tegas, dan bilamana multisumber digunakan. Dooley (2005)

menjabarkan bahwa penelitian studi kasus adalah salah satu metode yang unggul

dalam membawa kita untuk memahami masalah yang kompleks dan dapat

menambah kekuatan untuk apa yang sudah diketahui melalui penelitian

sebelumnya.

Jenis studi kasus pada penelitian ini adalah studi kasus instrumental, di

mana kasus dalam penelitian bertujuan memberikan pemahaman mendalam atau

menjelaskan kembali suatu proses generalisasi. Dalam penelitian ini, kasus

diposisikan sebagai alat guna memperjelas pemahaman suatu hal yang dipelajari.

Pada penelitian ini penekanan pemahaman yang dipelajari adalah mengenai

perlakuan akuntansi terhadap karbon, khususnya pada perusahaan sektor

kehutanan.

Page 28: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

28

JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu: data kandungan karbon hutan jati (Tim Perubahan Iklim Badan Litbang

Kehutanan, Desember 2010, Carbon Stocks on Various Type of Forest and

Vegetation in Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim

dan Kebijakan, Bogor.), data nilai tukar pasar karbon pada program carbon

trading (Siikamäki et al., 2012), data nilai kurs tengah Bank Indonesia (BI) per 21

Januari 2014, dan laporan keuangan PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk tahun

2013, data hasil penelitian KPMG (2008). Data-data yang digunakan dalam

penelitian ini bersumber dari jurnal-jurnal dan hasil-hasil riset ilmiah yang

dipublikasikan. Data-data yang digunakan pada penelitian dapat diakses melalui:

Tabel 1

Sumber Data:

1 Nilai kurs US$ terhadap

rupiah

www.bi.go.id

2 Nilai GDP Indonesia www.bps.go.id

3 Potensi Sumber Daya Alam

Indonesia

www.indonesia.go.id

4 Nilai Green GDP Indonesia www.worldbank.org

Page 29: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

29

OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk. PT.

Dharma Satya Nusantara, Tbk resmi beroperasi secara komersial sejak April 1985

dan bergerak di bidang industri perkayuan terpadu, tanaman perkebunan, dan

agro. Perseroan ini berkantor pusat di Gedung Sapta Mulia, Jl. Rawa Gelam V

Kav. OR 3B, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. Perseroan ini juga memiliki

pabrik di Gresik, Surabaya, Lumajang, Purwokerto, Temanggung, Muara Wahau,

dan Nangabulik. Pada tahun 2012, perseroan mengadakan kerjasama guna

memperoleh hak guna atas areal lahan seluas 1.770 hektare (Laporan Keuangan

Konsolidasian 2013 PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk).

LANGKAH-LANGKAH ANALISA DATA

Langkah-langkah analisa data adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pengukuran aspek-aspek terkait karbon dengan dua

skenario, yaitu: surplus dan defisit.

b) Menganalisa kemungkinan-kemungkinan pengakuan dan pencatatan

aspek-aspek terkait karbon atas dua skenario pada poin (a) dengan

mengacu pada PSAK 19, 23, 32, 57.

c) Menganalisa dampak dalam pengakuan dan penyajian aspek-aspek

terkait karbon dalam laporan keuangan dan rasio keuangan

perusahaan.

Page 30: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

30

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melakukan analisa pengukuran, pengakuan, pencatatan, dan

penyajian aspek-aspek terkait karbon. Selanjutnya, penelitian ini mencoba

menganalisa dampak atas pengakuan, pencatatan, dan penyajian aspek-aspek

tersebut terhadap rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Secara garis besar,

perlakuan terhadap pengukuran, pengakuan, pencatatan, dan penyajian dibahas

sebagai berikut:

PENGUKURAN

Dalam penelitian ini, pengukuran aspek-aspek terkait karbon harus

dilakukan dengan andal. Karena nilai yang dihasilkan, nantinya akan diakui oleh

perusahaan sebagai beban atau biaya tanggung jawab lingkungan perusahaan.

Selain itu, metode dalam menghitung besarnya nilai aspek-aspek terkait karbon

tersebut juga akan diajukan sebagai acuan estimasi oleh perusahaan dalam

menghitung besarnya nilai karbon pada periode yang akan datang. Dalam

melakukan pengukuran, dilakukan beberapa langkah:

1. Mengukur kandungan karbon per tegakan pohon jati berdasar

kelompok usia.

Dalam melakukan pengukuran besarnya aspek-aspek karbon, besarnya

kemampuan pohon jati dalam menyerap karbon perlu diketahui. Mber

Kemampuan pohon jati dalam menyerap karbon ini selanjutnya akan

digunakan sebagai dasar dalam mengakui besarnya kemampuan

Page 31: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

31

penyerapan karbon yang hilang saat pohon tersebut ditebang. Data

yang digunakan sebagai acuan berdasar data cadangan karbon pada

berbagai tipe hutan dan jenis tanaman di Indonesia hasil riset Tim

Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan, Desember 2010, yang

tersaji dalam tabel berikut:

Umur pohon

(Tahun)

Jumlah pohon/Ha

(Batang)

Kandungan karbon/Ha

(Kg C/Ha)

1 3.818 5.408,50

10 913 41.137,10

20 482 61.533,80

30 324 76.066,30

40 243 87.897,50

50 195 98.631,20

60 164 109.092,50

70 142 119.077,10

80 127 130.160,20

Tabel 2

Kandungan Karbon Hutan Jati (Kg/Ha):

Sumber: Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan, Desember 2010,

Carbon Stocks on Various Type of Forest and Vegetation in Indonesia, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Bogor.

2. Menetapkan asumsi mengenai harga pasar perdagangan emisi

Setelah mengetahui besarnya kemampuan penyerapan karbon yang

hilang akibat penebangan pohon jati, maka langkah berikutnya adalah

menetapkan asumsi harga pasar perdagangan emisi. Langkah ini

dilakukan karena harga pasar perdagangan emisi akan digunakan

untuk mengonversi besarnya potensi penyerapan karbon yang hilang

ke dalam satuan moneter. Dalam penelitian ini harga yang digunakan

adalah harga pasar hak emisi pada perdagangan emisi sebesar

USD10/ton C (Perdagangan Karbon, 27 Agustus 2007, Walhi Bali)

Page 32: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

32

3. Menetapkan asumsi kurs yang digunakan

Setelah mendapatkan nilai karbon yang telah dikonversi dalam satuan

moneter pada langkah kedua, maka langkah selanjutnya adalah

menetapkan asumsi kurs rupiah terhadap USD yang akan digunakan.

Hal ini dilakukan, mengingat nilai moneter yang didapat pada langkah

kedua masih dalam satuan moneter USD, karena itu perlu untuk

dikonversi ke dalam satuan moneter rupiah. Dalam menetapkan

asumsi kurs rupiah terhadap USD, kurs yang digunakan pada

penelitian ini adalah kurs tengah Bank Indonesia per 21 Januari 2014

dengan nominal Rp. 12.122,- (Web BI, 2014).

4. Menetapkan usulan formula penghitungan aspek-aspek karbon

Berdasar penjelasan-penjelasan di atas, maka dalam menghitung

aspek-aspek terkait karbon, dilakukan penghitungan dengan usulan

formula sebagai berikut:

(∑( ) ( ))

Keterangan:

Y= Provisi

= jumlah pohon kategori usia....

= nilai kemampuan serap karbon pohon kategori usia....

p= harga pasar karbon

b= kurs terkini

Page 33: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

33

5. Penghitungan aspek-aspek Lingkungan pada PT. Dharma Satya

Nusantara, Tbk.

Langkah-langkah yang telah dilakukan di atas pada akhirnya akan

menghasilkan suatu nilai dengan satuan moneter rupiah yang selanjutnya akan

diakui dan disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Agar lebih jelas dalam

pengaplikasian langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas, maka akan

diilustrasikan sebuah studi kasus pengukuran estimasi potensi serap karbon.

Estimasi ini menggunakan data lahan milik PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk

seluas 1.770 Ha (Lampiran 1), dengan asumsi seluruh lahan ditanami pohon jati

dengan dua kategori usia rata-rata umur tegakan pohon 10 tahun seluas 1.000

hektare, dan 770 hektare dengan perkiraan rata-rata umur tegakan pohon 30 tahun.

Pada pengukuran ini, terdapat dua skenario:

1. Pada skenario pertama (surplus), apabila bulan ini perusahaan sudah

mengelola hutan seluas 200 hektare untuk kategori tegakan berusia 10 tahun,

dan 300 hektare untuk kategori tegakan berusia 30 tahun. Maka untuk dapat

menentukan besarnya biaya kewajiban lingkungan akan digunakan model

penghitungan: (jumlah hektare yang sudah dikelola x jumlah cadangan

karbon) x harga pasar emisi x nilai kurs USD-IDR

Contoh penghitungan yang diajukan dalam penelitian ini :

a. Penghitungan kepemilikan potensi serap karbon

(∑( ) ( ))

Y = ((1000Ha x 41.137,1 KgC/Ha) + (770Ha x 76.066,3 KgC/Ha)) x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Page 34: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

34

Y = 99.708.151KgC x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Y = Rp.12.086.622.060,-

Total kepemilikan potensi serap karbon = Rp12.086.622.060,-

b. Mengitung emiten karbon yang dihasilkan

(∑( ) ( ))

Y = ((200Ha x 41.137,1 KgC/Ha) + (300Ha x 76.066,3 KgC/Ha)) x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Y = 31.047.310KgC x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Y = Rp. 3.763.554.918,-

Total emiten karbon = Rp. 3.763.554.918,-

c. Offset potensi serap karbon dengan emiten karbon

Surplus potensi serap karbon = potensi yang dimiliki – emiten yang

dihasilkan

Surplus potensi serap karbon = Rp 12.086.622.060,- -Rp 3.763.554.918,-

Surplus potensi serap karbon = Rp 8.325.067.148,-

2. Pada skenario kedua (defisit), diasumsikan perusahaan telah melakukan

pengelolaan pada seluruh lahan yang dimiliki, dan perusahaan telah

menghitung potensi karbon yang muncul akibat proses penebangan sebesar Rp

2.000.000.000,-. Maka perusahaan akan melakukan penghitungan aspek-aspek

karbon sebagai berikut:

a) Penghitungan kepemilikan potensi serap karbon

(∑( ) ( ))

Y = ((1000Ha x 41.137,1 KgC/Ha) + (770Ha x 76.066,3 KgC/Ha)) x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Y = 99.708.151KgC x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Page 35: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

35

Y = Rp.12.086.622.060,-

Total kepemilikan potensi serap karbon = Rp 12.086.622.060,-

Potensi serap karbon yang dimiliki akan dikurs dengan mata uang

fungsional rupiah, dengan kurs tengah BI per 21 Januari 2014 sebesar Rp

12.122,- sehingga akan diperoleh nilai sebesar Rp 12.086.622.060,-

b) Mengitung emiten karbon yang dihasilkan

(∑( ) ( ))

Y = ((1000Ha x 41.137,1 KgC/Ha) + (770Ha x 76.066,3 KgC/Ha)) x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Y = 99.708.151KgC x 0,01 USD x Rp 12.122,-

Y = Rp.12.086.622.060,-

Total emiten karbon yang dihasilkan = Rp 12.086.622.060,- + Rp

2.000.000.000,-

Total emiten karbon yang dihasilkan = Rp 14.086.622.060,-

c) Offset potensi serap karbon dengan emiten karbon

Defisit potensi serap karbon = potensi yang dimiliki – emiten yang

dihasilkan

Defisit potensi serap karbon = Rp 12.086.622.060,ˉ-Rp 14.086.622.060,-

Defisit potensi serap karbon = Rp 2.000.000.000,-

Metode penghitungan konversi nilai karbon ke nilai moneter yang

diajukan dalam penelitian ini menggunakan dasar nilai pasar karbon yang berlaku

saat pengukuran dilakukan, prinsip ini terdapat dalam metode pengukuran Current

Cost Accounting, khususnya dengan model pengukuran Current Purchase

Page 36: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

36

Exchange. Current Cost Accounting Method adalah konsep akuntansi yang

menyatakan pos-pos laporan keuangan dinilai dengan harga perolehan sekarang,

yaitu dengan harga perolehan yang mempunyai umur dan kapasitas yang sama

(Edwards&Bell). Sedangkan Current Purchase Exchange adalah model

pengukuran menggunakan harga pertukaran pembelian sekarang.

Dengan menggunakan metode pengukuran Current Cost Accounting, maka

nilai yang dihasilkan akan lebih relevan, karena selalu disesuaikan dengan harga

pasar emisi karbon. Sehingga, nilai kewajiban lingkungan yang dihitung besarnya

cukup memadai untuk mewakili biaya kewajiban yang terjadi saat itu.

PENGAKUAN DAN PENCATATAN

Seluruh biaya karbon yang sudah dihitung sebelumnya, pada akhirnya

akan diakui dalam laporan keuangan. Potensi penyerapan karbon yang dimiliki

oleh perusahaan dapat diakui sebagai aset tak berwujud, sesuai kriteria aset tak

berwujud dalam PSAK 19 (2010), lebih spesifik lagi dapat dikategorikan dalam

indefinitive intangible asset. Pengakuan ini didasari oleh kriteria definitive

intangible asset dalam PSAK 19 (2010), yaitu: diamortisasi sesuai masa

manfaatnya, diuji penurunan nilai apabila terdapat indikasi penurunan nilai.

Kriteria-kriteria tersebut dapat terpenuhi oleh daya serap pohon atas karbon, di

mana daya serap pohon memiliki umur yang sama dengan lama pohon ditanam

sebelum mencapai masa tebang, dan nilai daya serap pohon harus diuji setiap

tahun karena ada pohon yang ditebang selama proses produksi. Pada opsi

Page 37: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

37

pengakuan aset tak berwujud, maka dapat dilakukan pencatatan adalah sebagai

berikut:

Aset Tak Berwujud xxx

Modal xxx

Selain opsi pengakuan sebagai aset tak berwujud perusahaan juga dapat

mengakui kepemilikan potensi serap karbon sebagai aset diestimasi. Sebagaimana

terdapat pada PSAK 57 (2009), aset estimasi tidak dicantumkan dalam laporan

keuangan, maka perusahaan tidak melakukan pencatatan apapun pada laporan

keuangan perusahaan.

Pada kasus penghitungan skenario pertama di mana perusahaan

mengalami surplus potensi serap karbon sehingga dapat menjual potensi serap

karbon tersebut kepada pihak lain, maka perusahaan dapat melakukan pengakuan

pendapatan di luar usaha (PSAK 23, 2010), sehingga perusahaan dapat melakukan

pencatatan debit kas atau piutang, kredit pendapatan di luar usaha adalah sebagai

berikut:

Kas/Piutang usaha XXX

Pendapatan di luar usaha XXX

Sedangkan pada skenario kedua, di mana perusahaan mengalami defisit

potensi serap karbon, sehingga harus membayar biaya jasa lingkungan.

Perusahaan dapat mengakui beban di luar usaha (PSAK), atau beban lingkungan

dan sosial (PSAK 32, 2007) atas pengeluaran jasa lingkungan tersebut dan dicatat

pada sisi debit, sedangkan pada sisi kredit perusahaan dapat mengakui kewajiban

diestimasi apabila pada awal periode perusahaan sudah melakukan estimasi defisit

Page 38: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

38

potensi serap karbon, atau kas apabila penghitungan dilakukan pada awal periode

dan kekurangan dibayar tunai. Pencatatan tersebut dapat dilihat seperti di bawah

ini:

Beban di luar usaha/ Beban Lingkungan dan sosial XXX

Kas/Provisi XXXX

Dunia akuntansi mengenal dua macam kewajiban, yaitu kewajiban lancar

dan kewajiban tidak lancar. Di dalam masing-masing kewajiban lancar dan

kewajiban tidak lancar, apabila dibagi berdasar sudut pandang kepastian

keterjadian maka dapat dibagi menjadi kewajiban pasti dan kewajiban tidak pasti.

Kewajiban tidak pasti terbagi dalam provisi dan kontijensi.

Aspek-aspek terkait karbon yang dihitung sebelumnya, tidak dikategorikan

sebagai kewajiban pasti karena kewajiban pasti biasanya berhubungan dengan

kewajiban kepada pihak perbankan, vendor, ataupun pihak lain yang berhubungan

langsung dengan operasional perusahaan di mana nilai serta waktu jatuh tempo

pembayaran kewajiban tersebut jelas. Sedangkan pada kewajiban karbon yang

dihitung, waktu jatuh tempo pembayaran belum jelas, meskipun besarnya nilai

yang menjadi kewajiban perusahaan sudah dapat diestimasi dengan andal. Bidang

akuntansi membagi kewajiban tidak pasti menjadi dua, yaitu:

Provission is a liability of uncertain timing or ammount (sometimes

referred to as an estimated liability). (Donald, Kyesso, Intermediate

Accounting IFRS edition, book 1, chapter 13:677), Provisi menurut

PSAK 57: Liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.

Page 39: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

39

Kewajiban kontijensi menurut PSAK 57 Revisi 2009:

a) Kewajiban potensial yang timbul dari masa lalu dan keberadaannya

menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau

lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali

entitas, atau

b) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,

tetapi tidak diakui karena:

i. Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sember

daya yang mengandung manfaat ekonomi untuk

menyelesaikan kewajibannya; atau

ii. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal

Berdasar kriteria-kriteria yang ada di atas, maka aspek-aspek karbon lebih

tepat diakui sebagai provisi karena waktu keterjadian atau waktu jatuh tempo

pembayaran belum pasti. Sekalipun jumlah kewajiban dapat diestimasi secara

andal. Sedangkan untuk mengkategorikan kewajiban ini termasuk kewajiban

lancar atau kewajiban tidak lancar, lebih tepat untuk diakui sebagai kewajiban

lancar. Karena kewajiban ini dihitung per tahun, yang nantinya pada akhir periode

akan di-offset dengan kepemilikan perusahaan atas potensi serap karbon.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Setelah melakukan pengukuran, pengakuan, dan pencatatan atas aspek-

aspek terkait karbon, maka akuntan harus memastikan bahwa aspek-aspek

Page 40: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

40

tersebut tidak salah saji di dalam laporan keuangan, dan informasi mengenai hal-

hal yang berhubungan dengan biaya kewajiban tersebut sudah diungkapkan

dengan baik dalam catatan atas laporan keuangan (CALK).

Penyajian

Penyajian merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyusunan

laporan keuangan, karena apabila terjadi salah saji laporan keuangan maka besar

kemungkinan informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan tersebut tidak

andal. Padahal, informasi dari laporan keuangan pada akhirnya akan digunakan

oleh para stakeholder untuk mengambil keputusan, sehingga tentunya diharapkan

informasi yang didapat adalah informasi yang andal agar keputusan yang dibuat

tidak salah. Karena itu, setelah proses pengukuran dan pengakuan maka akuntan

harus memastikan tidak terjadi salah saji dalam penyusunan laporan keuangan.

Dalam laporan keuangan, aset akan muncul pada sisi debit dan kewajiban

akan muncul pada posisi kredit di Neraca atau Laporan Posisi Keuangan. Dalam

penyajiannya, pengakuan atas aset kontijensi tidak disajikan pada laporan

keuangan, seperti diatur dalam PSAK 57 (2009), sedangkan aset tak berwujud

akan dicatat pada posisi debit laporan posisi keuangan. Penyajian aset pada

laporan posisi keuangan akan dibedakan menjadi aset lancar dan tidak lancar.

Aset tak berwujud akan disajikan dalam aset tidak lancar, penyajian atas aset tak

berwujud yang diakui perusahaan, diatur oleh PSAK 19 (2010). Aset tak

berwujud ini selanjutnya akan diamortisasi, hingga habis masa manfaatnya.

Page 41: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

41

Penyajian kewajiban akan dibedakan dengan kriteria jangka waktu jatuh

tempo menjadi kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar. Apabila melihat

kepastian keterjadian, sebagaimana diatur oleh PSAK 57 (2009) maka ada

perbedaan penyajian dalam laporan keuangan. Kewajiban yang besar

kemungkinan keterjadiannya di atas 50% atau biasa kita sebut dengan istilah

provisi, harus disajikan dalam neraca seperti kewajiban pada umumnya.

Sedangkan untuk kewajiban yang kemungkinan keterjadiannya rendah, dan

nilainya sulit diestimasi dengan andal yang sering kita kenal sebagai kewajiban

kontijensi dalam penyajiannya tidak perlu ditampilkan dalam neraca, cukup hanya

diberikan catatan kaki dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).

Aspek-spek terkait karbon yang selanjutnya diakui sebagai kewajiban

provisi jangka pendek, akan disajikan di dalam akun kewajiban lancar.

Kewajiban provisi ini harus dicatat dan dilaporkan penuh sebesar nilai jatuh

tempo yang telah diestimasi (PSAK 57, 2009), dan karena jangka waktu jatuh

tempo yang tergolong singkat (kurang dari 12 bulan) maka perbedaan nilai

estimasi sekarang dan nilai jatuh temponya biasanya tidak akan terlalu besar.

Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama

dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca (sisi kredit

dalam neraca). Dalam penyajiannya, akun-akun kewajiban lancar dapat disajikan

urut menurut waktu jatuh temponya, nomor akunnya, atau besar nilai kewajiban

tersebut.

Page 42: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

42

Pengungkapan

Selain memastikan tidak terjadi salah saji dalam penyusunan laporan

keuangan, akuntan juga harus mengungkapkan seluruh informasi yang terkait

dengan biaya kewajiban lingkungan tersebut. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi

bias pemahaman antara manajemen dengan stakeholders. Karena apabila terjadi

bias pemahaman atas nilai-nilai yang tercantum dalam laporan keuangan, maka

dapat terjadi kesalahan pengambilan keputusan akibat interpretasi yang salah atas

laporan keuangan. Karena itu dibutuhkan pengungkapan penuh, sebagai tambahan

informasi yang memadai atas suatu entitas. Akuntansi, sebagaimana diatur dalam

PSAK mengatur pengungkapan masing-masing akun. Berikut adalah penjelasan

pengungkapan yang harus dilakukan atas masing-masing akun:

1. Kewajiban diestimasi dan aset diestimasi (PSAK 57, 2009)

mewajibkan untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, termasuk

provisi, entitas harus mengungkapkan:

Nilai tercatat pada awal dan akhir periode,

Kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode

bersangkutan, termasuk peningkatan jumlah pada kewajiban

diestimasi yang ada,

Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan

dibebankan pada kewajiban diestimasi selama periode

bersangkutan,

Jumlah yang belum digunakan atau dibatalkan selama periode

yang bersangkutan,

Page 43: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

43

Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai

kini yang timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari

setiap perubahan tingkat diskonto tidak diharuskan.

Selain hal-hal di atas, perusahaan harus mengungkapkan pula:

Uraian singkat mengenai karakteristik kewajiban dan perkiraan

saat arus keluar sumber daya terjadi

Indikasi mengenai ketidakpastian saat atau jumlah arus keluar

tersebut jika diperlukan dalam rangka menyediakan informasi

yang memadai, perusahaan harus mengungkapkan asumsi

utama yang mendasari prakiraan peristiwa masa depan

sebagaimana diatur dalam paragraf 50; dan

Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan

menyebutkan jumlah aset yang telah diakui untuk estimasi

penggantian tersebut.

Sedangkan untuk aset diestimasi, PSAK 57 tidak mengatur mengenai

pengungkapan atas akun aset diestimasi.

2. Aset tak berwujud (PSAK 19, 2010) mengharuskan entitas

mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelas aset tak berwujud,

dipisahkan antara aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal

dan aset tak berwujud lainnya.

Page 44: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

44

Hasil analisa atas alternatif-alternatif pengakuan, pencatatan, penyajian,

dan pengungkapan biaya terkait karbon beserta dasar acuan secara singkat

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Tabel Perlakuan Pengukuran, Pengakuan, Pencatatan, dan Penyajian Biaya Karbon

Perlakuan Acuan

Pengukuran Menggunakan formula:

(∑( )

( ))

Keterangan:

Y = Biaya Karbon yang diestimasi

nx = Jumlah tegakan pohon pada

kategori usia x

ax = Nilai daya serap karbon tegakan

pohon pada kategori usia x

p = harga pasar karbon (dalam USD)

b = nilai kurs USD

Metode Exit price accounting

Sumber :

Edwards& Bells (1961)dalam

Zeff(2010)

Tim Perubahan Iklim Badan

Litbang Kehutanan, Desember

2010, Carbon Stocks on Various

Type of Forest and Vegetation in

Indonesia, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perubahan Iklim

dan Kebijakan, Bogor

Siikamäki et al., 2012

www.BI.go.id

Pengakuan Provisi, aset kontijensi

Aset tak berwujud

Biaya dan Beban

Pendapatan

PSAK 57

PSAK 19

PSAK 32

PSAK 23

Pencatatan:

Estimasi potensi

serap karbon

Pengakuan beban

karbon

Pendapatan atas

surplus potensi

serap karbon

Dapat diakui dan dicatat sebagai aset

tak berwujud atau aset kontijensi

Dapat diakui dan dicatat sebagai

beban non operasional

Dapat diakui dan dicatat sebagai

pendapatan non operasional

PSAK 19, PSAK 57

PSAK 32

PSAK 23

Page 45: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

45

Penyajian Provisi, disajikan pada sisi kredit

laporan posisi keuangan

Aset kontijensi, tidak disajikan

dalam laporan keuangan

Aset tak berwujud, disajikan pada

posisi debit laporan posisi keuangan

perusahaan

Beban, disajikan sebagai beban non

operasional pada penghitungan laba

rugi bersih tahun berjalan

PSAK 57

PSAK 57

PSAK 19

PSAK 32

Analisa dampak dalam penyajian dan pengungkapan provisi dalam

laporan keuangan.

Dalam pengakuan aspek-aspek terkait karbon sebagai provisi lancar, beban

di luar usaha, atau sumbangan maka dalam penyajiannya akan disajikan pada sisi

kredit pada neraca atau laporan posisi keuangan, dan menjadi pengurang pada

penghitungan laba rugi perusahaan. Adanya tambahan komponen-komponen

tersebut tentunya akan berdampak terhadap performa laporan keuangan

perusahaan dan rasio keuangan perusahaan. Beberapa dampak yang mungkin

terjadi adalah dampak terhadap neraca atau laporan posisi keuangan, laporan

laba/rugi yang pada akhirnya akan berdampak terhadap rasio-rasio keuangan

perusahaan seperti: rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Hasil analisa

dampak terhadap rasio-rasio tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Laporan posisi keuangan mencerminkan persamaan akuntansi aset =

liabilitas + ekuitas. Sehingga jumlah pada sisi aset (debit), harus sama dengan

jumlah pada sisi liabilitas+ekuitas (kredit). Sehingga apabila dalam laporan posisi

keuangan ada tambahan komponen provisi pada sisi kredit (liabilitas), maka akan

Page 46: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

46

terjadi perubahan nilai atas ekuitas pada sisi kredit karena jumlah liabilitas

ditambah ekuitas harus seimbang dengan jumlah aset. Penurunan ekuitas sendiri

terjadi karena akuntansi menganut matching principle di mana beban akan diakui

pada saat produk secara aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan.

Sehingga beban karbon akan dimasukkan ke dalam komponen penyusun laporan

laba/rugi. Tambahan beban ini, tentunya akan berdampak terhadap penurunan laba

perusahaan, yang mana laba ini nanti akan mempengaruhi besarnya nilai ekuitas

akhir pemilik yang tercantum pada laporan posisi keuangan perusahaan. Karena

laba yang dihasilkan turun, maka nilai ekuitas akan turun.

Perubahan nilai-nilai yang tersaji dalam laporan keuangan perusahaan

tentunya akan berdampak pula terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan. Adanya

tambahan akun provisi lancar, mengakibatkan nilai liabilitas lancar meningkat

sehingga berdampak turunnya nilai rasio likuiditas. Hal ini dikarenakan dalam

menghitung nilai current ratio, quick ratio maupun cash ratio, besar nilai utang

lancar akan digunakan sebagai pembagi sehingga apabila nilai pembagi

meningkat, maka hasil penghitungan akan turun.

Selain berdampak terhadap rasio likuiditas, perubahan nilai liabilitas pada

laporan posisi keuangan juga akan berdampak terhadap nilai rasio solvabilitas

yang akan meningkat. Nilai rasio solvabilitas dapat dihitung dengan membagi

total utang dengan total aset, sehingga apabila terjadi peningkatan nilai total utang

yang tertera pada sisi kredit laporan posisi keuangan, maka hasil penghitungan

rasio solvabilitas akan meningkat.

Page 47: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

47

Selain dua rasio yang sudah dibahas di atas, kita juga mengenal rasio

rentabilitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba perusahaan dengan

penjualan. Pembebanan biaya kewajiban lingkungan dalam laporan laba/rugi

perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih kecil, sehingga rasio rentabilitas

mengalami penurunan.

Hasil analisa di atas beserta pembuktian dengan penghitungan rasio PT.

Dharma Satya Nusantara, Tbk secara singkat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Analisa Dampak Rasio Keuangan

Rasio Rumus Dampak Penjelasan

Likuiditas:

current ratio

Rasio awal

Rasio akhir

Quick ratio

Rasio awal

Rasio akhir

Cash ratio

Rasio awal

= 0,88

= 0,87

= 0,52

= 0,51

= 0,1957

Rasio

likuiditas

akan turun

Karena provisi

termasuk utang

lancar (jatuh

tempo kurang

dari 12 bulan),

maka pembagi

meningkat

sehingga hasil

penghitungan

akan turun.

Page 48: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

48

Rasio akhir

=0,1955

Solvabilitas:

Debt ratio

Rasio awal

Rasio akhir

(tanpa

memperhitungk

an aset tak

berwujud)

Rasio akhir

(dengan

memperhitungk

an aset tak

berwujud)

Debt to equity

ratio

Rasio awal

Rasio akhir

= 0,7265

= 0,7269

= 0,725

= 265,6%

= 265,79%

Rasio

solvabilitas

dapat naik

atau turun

Karena provisi

termasuk utang

lancar (jatuh

tempo kurang

dari 12 bulan),

maka total

utang

meningkat

sehingga hasil

penghitungan

akan naik.

Namun, karena

aset tak

berwujud

meningkat

maka apabila

jumlah

penghitungan

aset lebih besar

dari biaya

emiten karbon

maka ratio

solvabilitas

akan turun.

Rentabilitas:

Profit margin

Rasio awal

Rasio akhir

= 0,2878

= 0,287

Rasio

rentabilitas

mengalami

penurunan.

Karena terdapat

pengakuan

beban di luar

usaha pada

periode berjalan

maka saldo laba

pada laporan

laba rugi

mengalami

penurunan,

sehingga nilai

laba kotor

turun, dan nilai

rasio

rentabilitas juga

turun.

Total utang Total aset

Laba kotor

penjualan

Page 49: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

49

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

KESIMPULAN

Penerapan Green accounting dan accounting for carbon khususnya

sebagai salah satu upaya pencapaian sustainable development dan menyediakan

sustainability reporting dapat dilakukan dengan mengestimasi dengan baik besar

kewajiban yang menjadi tanggung jawab perusahaan atas kerusakan lingkungan

akibat kegiatan operasional perusahaan, khususnya karbon. Estimasi kewajiban ini

dapat dilakukan dengan menggunakan metode exit price accounting, sehingga

nilai kewajiban yang menjadi tanggung jawab perusahaan akan terus mengikuti

perkembangan nilai yang ada di pasar.

Pada pengakuan akun-akun terkait transaksi karbon, dapat dilakukan

pengakuan dengan akun aset tak berwujud atau aset kontijensi atas kepemilikan

potensi serap karbon, yang pencatatan dan pengungkapannya masing-masing

diatur dalam PSAK 19 (2010) dan PSAK 57 (2009). Selain itu, pengakuan terkait

pembayaran biaya jasa lingkungan dapat diakui sebagai beban di luar usaha, atau

beban lingkungan dan sosial yang pencatatan dan pengungkapannya diatur dalam

PSAK 23 (2010) dan PSAK 32 (2007), serta pengakuan pendapatan atas surplus

potensi serap karbon dapat diakui sebagai pendapatan di luar usaha, yang

pencatatan dan pengungkapannya diatur dalam PSAK 23 (2010) atau PSAK 32

(2007). Sedangkan untuk perusahaan yang melakukan estimasi biaya jasa

lingkungan sejak awal periode dapat mengakui sebagai provisi, yang pencatatan

Page 50: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

50

dan pengungkapannya diatur dalam PSAK 57 (2009). Pengakuan akun-akun

tersebut pada akhirnya akan berdampak pada kinerja laporan keuangan yang

tercermin pada rasio-rasio keuangan, seperti rasio solvabilitas, likuiditas, dan

rentabilitas. Pada penelitian ini rasio likuiditas dan rentabilitas perusahaan

mengalami penurunan, sedangkan rasio solvabilitas dapat naik atau turun.

Pengakuan-pengakuan yang dilakukan di atas mendukung penelitian yang

telah dilakukan oleh KPMG bahwa dalam pencatatan terkait karbon dapat

digunakan akun-akun aset tak berwujud, aset kontijensi, dan provisi. Penelitian ini

juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Hariyani (2012) bahwa

penerapan carbon accounting di Indonesia masih sulit, karena Indonesia belum

memiliki standar baku dalam melakukan pengukuran karbon.

IMPLIKASI TEORITIS

Sebagai implikasi pengakuan aspek-aspek karbon tersebut maka

perusahaan dapat mengakui kewajiban tersebut sebagai provisi, beban di luar

usaha, pendapatan di luar usaha, aset tak berwujud, ataupun aset kontijensi.

Pengakuan ini berdasar pada PSAK 19, 23, 32, 57. Pengakuan-pengakuan atas

aset kontijensi, aset tak berwujud, dan provisi mendukung hasil penelitian KPMG

(2008) yang menyatakan kemungkinan pencatatan sebagai akun-akun di atas

dengan dasar IAS 37 dan 38. Selanjutnya provisi akan berdampak pada rasio

likuiditas dan solvabilitas perusahaan, yaitu akan menurunkan rasio likuiditas dan

Page 51: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

51

meningkatkan atau menurunkan rasio solvabilitas. Sedangkan pada rasio

rentabilitas, pengakuan provisi berdampak pada penurunan rasio rentabilitas.

IMPLIKASI TERAPAN

Apabila perusahaan menerapkan pencatatan karbon, maka dana untuk

perbaikan kerusakan lingkungan akan bertambah, sehingga upaya perbaikan

lingkungan dapat lebih maksimal diupayakan. Pada perusahaan sendiri,

perusahaan dapat menghindari kemungkinan munculnya kewajiban yang lebih

besar apabila upaya perbaikan lingkungan tidak dilakukan, seperti habisnya

ketersediaan SDA, bencana alam ataupun kerugian masyarakat yang potensial

menjadi gugatan kepada perusahaan di masa mendatang. Selain itu, perusahaan

dapat menghasilkan sustainability reporting yang mencerminkan keadaan

perusahaan sebenarnya.

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini terbatas pada perlakuan akuntansi pada perusahaan bidang

kehutanan. Selain itu, hasil penelitian ini masih sebatas memahami bagaimana

mengestimasi dengan baik biaya karbon serta bagaimana pengakuan dan dampak

terhadap rasio keuangan apabila perusahaan hendak menerapkan pencadangan

dana perbaikan lingkungan. Pada penelitian ini belum menghitung besar potensi

karbon lain secara keseluruhan, bagaimana metode amortisasi atas pengakuan aset

Page 52: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

52

tak berwujud, dan kemungkinan-kemungkinan fraud yang dapat terjadi apabila

kebijakan accounting for carbon diterapkan di Indonesia.

Besarnya kerugian/beban yang potensial ditanggung perusahaan

sebenarnya dapat menjadi penanding penghitungan biaya karbon dalam penelitian

ini, sebagai bahan pertimbangan manajemen kebijakan mana yang sebaiknya

diambil, apakah hendak mencadangkan provisi atau tidak. Apabila keduanya

dapat diestimasi dengan baik, maka manajemen dapat mengetahui kemungkinan

arus kas keluar di masa mendatang dan membandingkannya dengan arus kas

keluar pada provisi. Oleh karena itu, hasil penelitian ini belum dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusan, namun

sekadar memberikan gambaran tentang cara mengestimasi provisi atas karbon,

serta accounting for carbon.

Page 53: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

53

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kompas, 2012, PDRB Hijau Masih Semu, Selasa 16 Oktober

2012: 12.

Arifin Imamul, Hadi Gina, 2009, Membuka Cakrawala Ekonomi, PT.

Grafindo Media Pratama, Bandung,

Cooper, C, 1992, “The Non and Nom of Accounting for (m) Other

Nature”. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 5 No 3, pp.16-3,

www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869584&show/dx.doi.org/10.11

08/09513579210017361, diakses tanggal 7 Februari 2014 pukul 06:19

Don R, Hansen, Maryanne M, Mowen, 2006, Managerial Accounting,

International Thompson Publishing Co, Ohio,

http://books.google.co.id/books/about/Managerial_Accounting.html?id=K2Nbp7x

KXjcC&redir_esc=y, diakses tanggal 7 Februari 2014 pukul 07:28

Dyckman, Thomas R, Roland E. Dukes and Charles J.Davis, 2004,

Intermediate Accounting, The Mc Grow, Hill Companies,Inc, New York,

http://ebookily.net/pdf/accounting-dyckman-4-edition, diakses tanggal 7 Februari

2014 pukul 06:55

Faisal,Sanapiah, 1995, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi..

YA-3,Malang.

Page 54: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

54

Ginting, 2012, Indonesia Mengalami Kerusakan di Tahun 2012, IPSAL

UNDANA,http://ipsalundana2011.blogspot.com/2012/01/indonesia-mengalami-

kerusakan-di-tahun.html, diakses pada 10 Januari 2014 pukul 06:34

Hansen,Mowen, 2004, Management Accounting, edisi tujuh, Jakarta,

Salemba Empat.

Hariyani,Martini, 2012, Implementasi Carbon Accounting di Indonesia

dan Kendala/ Permasalahan/ Solusi (PT.Indocement,Tbk), Fakultas Ekonomi,

Universitas Budi Luhur, Jakarta,

http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1574/1/carbon%20accounting.p

df, diakses tanggal 19 November 2013 pukul 17:34

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009, PSAK 2007, Jakarta, Salemba

Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009, PSAK No 19 Revisi 2010, DSAK,

Jakarta, Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009, PSAK No 23 Revisi 2010, DSAK,

Jakarta, Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2009, PSAK No 57 Revisi 2009, DSAK,

Jakarta, Salemba Empat.

Ikhsan, Arfan, 2008, Akuntansi Lingkungan&Pengungkapannya,

Graha Ilmu, Indonesia.

Page 55: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

55

Ikhsan, Arfan, 2009, Akuntansi Manajemen Lingkungan, Graha Ilmu,

Indonesia.

Kementerian Kehutanan, 2012, :Buku Statistik Kehutanan Indonesia

Kementerian Kehutanan 2011. http://wwf.indonesia.go.id, diakses tanggal 13

November 2012 pukul 20:16

Kim, Daejong and Nam, Yoonjae, 2012, Corporate Relations with

Environmental Organizations Represented by Hyperlinks on the Fortune

Global 500 Companies’ Websites” Springer Science+Business Media B.V.

2011, diakses melalui EBSCO pada tanggal 8 Oktober 2012 pukul 14:08

Kompas,2004. Biaya Kesehatan Membengkak Akibat Polusi,10 Juni

KPMG, 2008, Accounting for Carbon “The Impact of Carbon Trading

on Finanial Statements”, United Kingdom, KPMG,

http://www.kpmg.no/arch/_img/9472057.pdf, diakses tanggal 17 Januari 2014

pukul 15:25

Mankiw, Gregory, 2006, Makro Ekonomi Edisi keenam, Penerbit

Erlangga, Indonesia.

Marlia,Hidayat, 2008, Pentingnya Implementasi Corporate Social

Responsibility pada Masyarakat Indonesia, Indonesia,

http://mamrh.wordpress.com/2008/07/21/53/, diakses tanggal 3 Februari 2014

pukul 07:53

Page 56: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

56

Miller, John, 1990, A Green GNP Taking the Environment Into Account,

Economic in Review, Dollar&Sense Magazine, New York,

http://www.muebooks.com/dollars-and-sense-an-introduction-to-economics-PDF-

10137480/ , diakses tanggal 15 Juli 2013 pukul 19:46

Palea, Vera, 2013, Fair Value Accounting and It’s Usefulness to

Financial Statement Users,Department of Economics and Statistics”COGNETTI

DE

MARTIIS”,Italy,http://www.unito.it/unitoWAR/ShowBinary/FSRepo/D031/Allegat

i/WP_27_2013.pdf, diakses tanggal 29 Januari 2014 pukul 17:24

Prosser,Andrew, Carbon Accounting and Reporting “The Disclosure and

Reporting of Carbon Emissions in A Growing Trend for Both Investors and

Customers”,UK, Verco, http://www.vercoglobal.com/sustainability-

services/carbon-accounting-and-reporting, diakses tanggal 29 Januari 2014 pukul

10:00

Punch,K.F, 2009, Introduction to Research Methods in Education, Los

Angeles,Sage

Publication,http://books.google.co.id/books/about/Introduction_to_Research_Met

hods_in_Educ.html?id=lBvMqiaN5EgC&redir_esc=y, diakses tanggal 22 Januari

2014 pukul 7:32

Qu Zhisen, 2012, Green GDP Accounting, Heilongjiang Statistics Bureau,

P.R China, China, http://isi.cbs.nl/iamamember/CD2/pdf/819.PDF, diakses

tanggal 7 Februari 201 pukul 05:40

Page 57: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

57

Razak,Abdul, 2008, Kajian Yuridis Carbon Trade dalam Penyelesaian

Efek Rumah Kaca, Program Studi Manajemen Konservasi Sumber Daya

Alam dan Lingkungan, UGM, Yogyakarta,

http://heterometrus.files.wordpress.com/2008/02/kajian-yuridis-ct-dalam-

penanggulangan-erk.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2014 pukul 21:26

Sinamora,Henry, 1995, Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.

Suryanto,2009, Mampukah PDB Hijau Mengakomodasi Degradasi,

UMY.

http://journal.umy.ac.id/uploads/sitasi/MAMPUKAH%20PDB%20HIJAU%20M

ENGAKOMODASI%20DEGRADASI.docx, diakses tanggal 09 Januari 2014

pukul 09:00

Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan, Desember 2010, Carbon

Stocks on Various Type of Forest and Vegetation in Indonesia, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Bogor,

http://www.forda_mof.org//files/Cadangan%20karbon%20hutan%20Indonesia.pd

f, diakses tanggal 7 Februari 2014 pukul 07:53

Turner, Kerry R ; Pearce,David; Bateman,Ian, 1993, Environmental

Economics, Centre for Social and Economics Research on the Global

Environment University of East Auglia and University College

London.http://web.boun.edu, diakses tanggal 9 Januari 2014 pukul 07:16

Page 58: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

58

UNFCC, 2012, Kyoto Protocol,

http://unfccc.int/kyoto_protocol/items/2830.php, UNFCCC, Germany, diakses

tanggal 28 Januari 2014 pukul 00:17

UNFCCC, 2007,The Kyoto Protocol Mechanism “International

Emissions Trading Clean Development Menchanism Joint Implementation,

UNFCCC,Germany,http://unfccc.int/resource/docs/publications/mechanisms.pdf,

diakses tanggal 28 Januari 2014 pukul 00:39

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), 2007, Perdagangan Karbon, Bali,

http://walhibali.blogspot.com/2007/08/perdagangan-karbon.html, diaksea tanggal

7 Februari 2014 pukul 07:56

WBCSD, 2002, Changing Course,World Business Council for Sustainable

Development, http://www.wbcsd.org/about/history.aspx, diakses tanggal 7

Februari 2014, pukul 07:32

Weygant, Kimmel, Kieso, 2011, Intermediate Accounting: IFRS Edition,

John

Wiley&Sons,Inc,http://www.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=_tmMkC5DNuA

C&oi=fnd&pg=PA768&dq=Weygant,Kimmel,+Kieso,+Financial+Accounting+I

FRS+Edition,+Copyright+%C2%A9+2011+John+Wiley+%26+Sons,+Inc,+2011

&ots=lf-

kOtiNmH&sig=oPBHrdhRcw7C8yZRAHH4hQR37as&redir_esc=y#v=onepage

&q&f=false, diakses tanggal 7 Februari 2014 pukul 06:42

Page 59: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

59

Widayanti, dkk, 2009, Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi,

UKSW,Salatiga.

Zeff,A,Stephen,2010,Insights from Accounting History, New York, Sage

Publication,http://books.google.co.id/books?id=crHE8tCpemwC&pg=PA80&lpg

=PA80&dq=exit+price+accounting+edwards+bells&source=bl&ots=a_ip0ZLY

5A&sig=fyveM7BQFcHLrlzAuutQ7cg4H4g&hl=en&sa=X&ei=nn7eUs61F5Drr

AeA84HAAQ&ved=0CD4Q6AEwBA#v=onepage&q=exit%20price%20accountin

g%20edwards%20bells&f=false,diakses tanggal 21 Januari 2014 pukul 21:16

Page 60: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

60

Lampiran 1

Catatan Atas Laporan Keuangan PT Dharma Satya Nusanara TBK

Page 61: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

61

Lampiran 2

Paragraf 84-92 PSAK 19

Pengungkapan

Umum

84. Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap

golongan aset tidak berwujud dengan membedakan antara aset tidak berwujud

yang dihasilkan secara internal dan aset tidak berwujud lainnya:

(a) masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan;

(b) metode amortisasi yang digunakan;

(c) nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang digabungkan dengan

akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

(d) unsur pada laporan keuangan yang di dalamnya terdapat amortisasi aset

tidak berwujud; dan

(e) rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode dengan

menunjukkan:

(i) penambahan aset tidak berwujud yang terjadi, dengan

mengungkapkan secara terpisah penambahan yang berasal dari

pengembangan di dalam perusahaan dan dari penggabungan usaha;

(ii) penghentian dan pelepasan aset tidak berwujud;

(iii) rugi penurunan nilai yang diakui pada laporan laba/rugi periode

berjalan sesuai dengan PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset

(jika ada);

Page 62: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

62

(iv) rugi penurunan nilai yang dibalik pada laporan laba/rugi periode

berjalan sesuai dengan PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset

(jika ada);

(v) amortisasi yang diakui selama periode berjalan;

(vi) selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan suatu

entitas asing; dan

(vii) perubahan lainnya dalam nilai tercatat selama periode berjalan.

Informasi komparatif tidak dibutuhkan

85. Suatu golongan aset tidak berwujud adalah sekumpulan aset yang karakteristik

dan penggunaannya dalam operasi perusahaan serupa. Contoh golongan aset

tidak berwujud adalah :

(a) nama merek;

(b) piranti lunak komputer;

(c) lisensi dan waralaba;

(d) hak cipta, paten, dan hak kekayaan intelektual;

(e) resep, formula, model, desain, dan prototipe; dan

(f) aset tidak berwujud dalam pengembangan.

Golongan-golongan di atas dapat lebih dirinci (atau digabungkan) menjadi

kumpulan golongan yang lebih kecil (besar) sepanjang dapat menghasilkan

informasi yang lebih relevan bagi pengguna laporan keuangan.

Page 63: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

63

86. Di samping mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragraf 84 (e)

(iii) sampai dengan (iv), perusahaan juga perlu mengungkapkan informasi

mengenai aset yang mengalami penurunan nilai sesuai dengan PSAK No. 48.

87. Perusahaan mengungkapkan karakteristik dan upaya dalam perubahan

estimasi akuntansi yang mempunyai dampak material dalam periode berjalan

atau yang diperkirakan akan memiliki dampak material dalam periode-periode

selanjutnya sesuai dengan PSAK No. 25 tentang laba atau rugi bersih untuk

periode berjalan, kesalahan mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.

Pengungkapan tersebut dapat timbul dari perubahan dalam:

(a) periode amortisasi;

(b) metode amortisasi;

(c) nilai sisa.

88. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:

(a) alasan perusahaan tidak mengikuti asumsi umum, yaitu masa manfaat

suatu aset tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aset

tersebut tersedia untuk digunakan jika suatu aset tidak berwujud

diamortisasi selama lebih dari 20 tahun; dalam memberikan alasan

tersebut, perusahaan harus menjelaskan faktor-faktor penting dalam

menentukan masa manfaat aset;

(b) penjelasan, nilai tercatat, dan periode amortisasi yang tersisa dari setiap

aset tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan secara

keseluruhan;

Page 64: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

64

(c) keberadaan dan nilai tercatat aset tidak berwujud yang hak

penggunaannya dibatasi dan nilai tercatat aset tidak berwujud yang

ditentukan sebagai jaminan atas utang; dan

(d) jumlah komitmen untuk memperoleh aset tidak berwujud.

89. Ketika perusahaan menjelaskan faktor-faktor penting dalam menentukan masa

manfaat aset tidak berwujud yang diamortisasi selama lebih dari 20 tahun,

perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang disebutkan pada

paragraf 59.

Pengeluaran Riset dan Pengembangan

90. Laporan keuangan harus mengungkapkan jumlah keseluruhan pengeluaran

riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.

91. Pengeluaran riset dan pengembangan terdiri atas semua pengeluaran yang

dapat dikaitkan secara langsung dengan kegiatan riset dan pengembangan atau

yang dapat dialokasikan, secara rasional dan konsisten, kepada kegiatan-

kegiatan tersebut (lihat paragraf 48-49 untuk panduan mengenai jenis

pengeluaran yang harus diungkapkan sebagaimana dimaksud dalam paragraf

90).

Informasi Lain

92. Perusahaan dianjurkan, tetapi tidak diharuskan, untuk mengungkapkan

informasi berikut ini:

Page 65: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

65

(a) gambaran mengenai setiap aset tidak berwujud yang sudah sepenuhnya

diamortisasi yang masih digunakan; dan

(b) gambaran singkat mengenai aset tidak berwujud signifikan yang

dikendalikan oleh perusahaan, tetapi tidak diakui sebagai aset karena tidak

memenuhi kriteria dalam pernyataan ini atau karena aset tersebut diperoleh

atau dihasilkan sebelum pernyataan ini berlaku efektif.

Page 66: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

66

Lampiran 3

Laporan Laba/Rugi PT Dharma Satya Nusantara

Page 67: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

67

Lampiran 4

Laporan Posisi Keuangan PT Dharma Satya Nusantara

Page 68: PENDAHULUAN LATAR BELAKANG - UKSW...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ekonomi merupakan bidang ilmu yang sangat dekat dengan banyak aspek dalam kehidupan menusia. Oleh karena itu, pertumbuhan

68