26
LAPORAN PENDAHULUAN LABORATORIUM UNIT OPERASI HEAT CONDUCTION OLEH : KELOMPOK 3 1. Chega Putri Pratiwi 03111003007 2. Rika Damayanti 03111003021 3. Elsagita Siagian 03111003038 4. Adi Kuncoro 03111003045 5. M. Sentot B.I 03111003083 6. Dwi Sunu Permatahati 03111003098 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

Pendahuluan Hc Edit

Embed Size (px)

Citation preview

15

LAPORAN PENDAHULUANLABORATORIUM UNIT OPERASIHEAT CONDUCTION

OLEH :

KELOMPOK 31. Chega Putri Pratiwi031110030072. Rika Damayanti031110030213. Elsagita Siagian031110030384. Adi Kuncoro 031110030455. M. Sentot B.I031110030836. Dwi Sunu Permatahati03111003098

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perpindahan panas banyak didapati dalam disiplin ilmu teknik kimia. Pengetahuan mengenai mekanisme perpindahan panas sangat diperlukan untuk dapat memahami peristiwa-peristiwa yang berlangsung di dalam pemanasan, pendinginan, pengeringan, destilasi, evaporasi, kondensasi dan lain-lain. Ada tiga cara perpindahan panas yaitu konveksi, konduksi dan radiasi. Jika benda panas disentuhkan dengan benda dingin maka tak lama kemudian suhu benda panas turun sedangkan suhu benda dingin naik. Hal ini terjadi karena benda panas memberikan kalor kepada benda dingin. Jadi, kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah.Di dalam industri proses kimia, masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa perpindahan panas dapat terjadi melalui tiga cara dengan mekanisme perpindahan panas yang berbeda-beda. Adapun perpindahan panas tersebut dapat dilakukan dengan cara:1. Secara molekuler yang disebut dengan konduksi.1. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.1. Secara gelombang elektromagnetik yang disebut dengan radiasi.Pada percobaan kali ini membahas tentang perpindahan panas secara konduksi saja. Konduksi adalah proses perpindahan panas tanpa disertai dengan perpindahan partikel. Perpindahan panas secara konduksi melibatkan pertukaran energi secara langsung antara substansi-substansi molekul yang terdiri dari temperatur yang berbeda.Konduksi dapat terjadi di dalam fase gas, likuid, dan padatan.Pada tahun 1822, Joseph Fourier telah merumuskan hukum yang berkenaan dengan proses perpindahan panas secara konduksi. Tinjauan terhadap peristiwa konduksi dapat diambil dengan berbagai cara, yang prinsipnya bersumber dari hukum Fourier dan mulai dari subyek yang sederhana mulai dari sebatang hingga 1

untuk berbagai macam logam. Dalam peristiwa konduksi ini terdapat beberapa faktor yang berpengaruh seperti pengaruh luas penampang, luas permukaan kontak, adanya insulasi, pengaruh geometri dan lain-lain.1.2. TujuanTujuan dari percobaan ini adalah:Mengetahui prinsip dan cara kerja heat conduction apparatus.Mengetahui mekanisme dasar heat transfer khususnya secara konduksi.Mengetahui cara menghitung nilai konduktivitas termal (k) suatu material.Mengetahui penerapan hukum fourier pada panas konduktif.Mengetahui aplikasi dari heat conduction apparatus di lapangan.1.3. PermasalahanMasalah yang dibahas dalam percobaan ini adalah:1. Bagaimanakah kesesuaian antar Q supply dengan Q hasil perhitungan dari rumus Fourier?2. Bagaimanakah pengaruh perubahan cross sectional area pada profil temperatur dalam menghitung koefisien perpindahan panas pada sistem konduksi?3. Bagaimanakah mekanisme perpindahan panas secara konveksi pada fluida?1.4. Hipotesa1. Hukum Fourier berlaku untuk semua kondisi, baik itu dalam sistem padat, liquid maupun gas.2. Panas yang disupply dari sumber arus sebanding dengan panas hasil perhitungan.3. Semakin tinggi daya hantar panas atau thermal conductivity suatu zat maka semakin tinggi heat transfer rate.1.5. ManfaatManfaat dari percobaan ini adalah:1. Dapat mengetahui aplikasi dari hukum Fourier pada sistem konduksi.2. Dapat memahami prinsip kerja alat heat conduction apparatus.3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perpindahan panas suatu bahan.4. Dapat membaca temperatur untuk setiap supply panas pada sistem konduksi linear dan radial.

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpindahan Panas Secara UmumPerpindahan panas merupakan ilmu yang mempelajari tentang laju perpindahan panas di antara material atau benda karena ada perbedaan suhu. Panas akan mengalir dari tempat yang bertemperatur lebih tinggi ke tempat yang bertemperatur lebih rendah. Kegunaan dari ilmu perpindahan panas ini, antara lain:1. Untuk merencanakan alat-alat penukaran panas (heat exchanger).1. Untuk menghitung kebutuhan media pemanas atau pendingin pada suatu reboiler ataupun kondensor dalam kolom destilasi.1. Untuk menghitung furnace dengan mengunakan prinsip radiasi.1. Untuk perancangan ketel uap/boiler.1. Untuk perancangan alat-alat penguap (evaporator).1. Untuk perancangan reaktor kimiaTerdapat tiga macam cara transfer energi, yaitu: konduksi (hantaran), konveksi, dan radiasi (sinaran). Semua proses transfer panas memerlukan satu atau lebih dari tiga tipe transfer energy tersebut. 2.1.1. KonduksiDalam konduksi, panas dapat dikonduksi melalui solids, liquids, dan gases. Panas dikonduksikan oleh perpindahan energi gerak molekul-molekul yang berdekatan. Dalam gas hotter molekul yang memiliki energi kinetik yag lebih besar memberi energinya ke molekul yang terdekat yang berada pada level terendah. Perpindahan panas secara konduksi dapat terjadi pada solids, gases atau liquids yang mana berada pada gradien temperatur tertentu.Dalam konduksi, energi juga dapat dipindahkan oleh elektron bebas. Contoh perpindahan panas secara konduksi yaitu perpindahan panas melalui dinding heat exchangers atau sebuah refrigerator, perlakuan panas pada steel forgins, pendinginan tanah sepanjang musim dingin, dan lain-lain. Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut:

1. 4

1. Pemanasan pada satu ujung zat menyebabkan partikel-partikel pada ujung itu bergetar lebih cepat dan suhunya naik, atau energi kinetiknya bertambah. Partikel-partikel yang energi kinetiknya lebih besar ini memberikan sebagian energi kinetiknya kepada partikel-partikel tetangganya melalui tumbukan sehingga partikel-partikel ini memiliki energi kinetik lebih besar. Selanjutnya, partikel-partikel ini memberikan sebagian energi kinetiknya ke partikel-partikel tetangga berikutnya. Demikian seterusnya sampai kalor mencapai mencapai ujung yang dingin (tidak dipanasi). Proses perpindahan kalor dengan cara ini berlangsung lambat karena diperlukan beda suhu yang tinggi di antara kedua ujung untuk meindahkan lebih banyak kalor.1. Dalam logam, kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat dalam struktur atom logam. Oleh karena elektron bebas mudah berpindah, pertambahan energi dengan cepat dapat diberikan ke elektron-elektron lain yang letaknya berjauhan melalui tumbukan. Dengan cara ini kalor berpindah lebih cepat. Oleh karena itu, logam tergolong konduktor yang sangat baik.2.1.2. KonveksiBila arus atau partikel-partikel makroskopik fluida melintas suatu permukaan tertentu, misalnya bidang batas atau volume kendali, maka arus itu akan ikut membawa serta sejumlah entalpi tertentu. Aliran entalpi ini disebut aliran konveksi kalor atau singkatnya konveksi.Perpindahan panas secara konveksi merupakan suatu fenomena perpindahan mikroskopik maka peristiwa ini hanya dapat berlangsung apabila ada gaya yang bekerja pada partikel atau ada arus fluida yang dapat membuat gerakan melawan gaya gesekan.Peprindahan panas secara konveksi sangat erat kaitannya dengan mekanika fluida. Bahkan secara termodinamika, peprindahan panas secara konveksi dianggap bukan sebagai aliran kalor tetapi sebagai fluks entalpi. Contoh perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan entalpi oleh pusaran-pusaran aliran turbulen dan oleh arus udara panas yang mengalir melintas dan menjauhi radiator (pemanas).2.1.3. RadiasiRadiasi adalah istilah yang digunakan untuk perpindahan energi melalui ruang oleh gelombang-gelombang elektromagnetik. Jika radiasi melalui ruang kosong maka perpindahan energi tidak ditranformasikan menjadi kalor atau bentuk-bentuk lain energi, dan tidak pula akan terbelok dari lintasannya. Tetapi sebaliknya, apabila terdapat zat pada lintasannya, radiasi akan mengalami transmisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan absorbsi (diserap). Hanya energi yang diserap yang muncul sebagai kalor dan transformasi ini bersifat kuantitatif.Sebagai contoh, kuarsa lebur akan meneruskan hampir semua radiasi yang menimpanya, permukaan buram, mengkilap atau cermin memantulkan sebagian besar radiasi yang jatuh padanya sedangkan permukaan hitam atau yang tidak mengkilap akan menyerap kebanyakan radiasi yang diterimanya, dan mengubah energi yang diserapnya itu secara kualitatif menjadi kalor.2.2. KonduksiPeristiwa konduksi adalah salah satu bentuk peristiwa perpidahan panas yang berupa energi yang terjadi karena adanya interaksi dari molekul-molekul suatu substansi di mana terjadi perpindahan panas dalam bentuk likuid, gas, dan padat tanpa adanya perpindahan partikel-partikel dalam bahan tersebut melalui medium tetap.Perpindahan panas secara konduksi yang sering kita temui adalah peristiwa kehilangan energi dari ruangan yang dipanaskan terhadap udara luar melalui dinding yang memisahkan udara dalam ruangan dengan udara luar pada suatu medium yang dingin, peristiwa dicelupkannya besi dengan tiba-tiba kedalam air panas, peristiwa ini menyebabkan besi tersebut menjadi panas sebagai akibat dari adanya konduksi energi dari air panas melalui besi. Peristiwa ini dapat memindahkan energi dari daerah panas ke daerah dingin dari substansi dengan interaksi molekuler. Dalam fluida pertukaran energi adalah dengan persentuhan secara langsung. Dalam solid mekanisme yang utama adalah vibrasi lattice relatif. Terjadinya peristiwa perpindahan panas dari suatu bagian bertemperatur tinggi ke bagian bertemperatur rendah disebabkan jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (temperatur gradient). Sehingga dapat dikatakan bahwa energi berpindah secara konduksi (conduction) atau hantaran dan bahwa laju perpindahan kalor itu berbanding dengan gradien suhu normal.2.3. Indirect Contact

Gambar 2.1. Panas (indirect contact)Pengertian indirect contact adalah panas pada dinding menuju fluida, selain itu juga di dalam peristiwa itu timbul energi difisasi yaitu energi yang ditambahkan terhadap fluida yang perpindahan panasnya mengalir tergantung pada median pipanya. Di dalam ilmu teknik kimia, median pemanas tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu:0. Panas Laten (Constant Wall Temperatur)Merupakan panas yang ada di pipa sama secara keseluruhan (konstan), temperatur konstan, tetapi terjadi perubahan fase.0. Panas Sensible (Linier Wall Temperatur)Merupakan suatu peristiwa di mana temperatur di dalam pipa berbeda/berubah dan tidak terjadi perubahan fase.0. Energi Listrik (Constant Wall Heat Flux)Panas yang ditimbulkan oleh listrik pada dindingnya (pipa) menimbulkan pipa menjadi panas yang sama.2.4. Konduksi Steady State pada One DimensionalKondisi steady state adalah suatu keadaan di mana variabel-variabel yang ada pada suatu sistem tidak berubah. Pada keadaan steady state satu dimensi, tambahan kerja diabaikan dan sistem tidak dapat berubah. Dengan kata lain penambahan panas pada sistem harus seimbang dengan panas yang hilang pada titik-titik tersebut. Pendekatan satu dimensi pada tiga bentuk penting, antara lain:1) Plane slab tipis2) Hollow cylinder panjang3) Hollow sphereSelain itu di dalam peristiwa konduksi juga terjadi bermacam-macam kasus persamaan konduksi, yaitu:1. Persamaan Fourier (tanpa konversi energi dalam)

Persmaan 2.1.

2. Persamaan Poisson (keadaan steady dengan konversi energi dalam)Persamaan 2.2.

3. Persamaan Laplace (keadaan steady tanpa konversi energi dalam)Persamaan 2.3.

2.5. Konduktivitas Termal Konduktivitas termal adalah proses untuk memindahkan energi dari bagian yang panas ke bagian yang dingin dari substansi oleh interaksi molecular. Dalam fluida, pertukaran energi utamanya dengan tabrakan langsung. Pada solid, mekanisme utama adalah vibrasi molecular. Konduktor listrik yang baik juga merupakan konduktor panas yang baik pula.Thermal conductivity tergantung pada suhu dan ketergantungan agak kuat untuk berbagai konstruksi dan bahan teknik lainnya. Ketergantungan ini biasanya dinyatakan dengan suatu hubungan linier. Akan tetapi suhu rata-rata bahan itu sering tidak diketahui. Hal ini pada umumnya untuk dinding berlapis banyak, di mana hanya perbedaan suhu menyeluruh yang pada ditentukan. Dalam hal-hal demikian, jika data memungkinkan, masalah ditangani dengan mengandaikan nilai-nilai yang dianggap wajar untuk suhu-suhu antar muka, sehingga k untuk masing-masing bahan bisa didapatkan dan fluks kalor per satuan luas dapat ditentukan. Dengan menggunakan nilai yang didapatkan, nilai-nilai yang diandaikan untuk suhu antar muka dapat diperbaiki dengan menerapkan Hukum Fourier pada setiap lapisan, dimulai dengan suhu permukaan yang diketahui.Prosedur ini dapat diulangi terus hingga didapatkan kesamaan yang memuaskan antara suhu antar muka yang sebelumnya dengan nilai-nilai baru yang didapatkan dari perhitungan. Distribusi untuk dinding datar yang konduktivitas termalnya berbanding lurus dengan suhu, didapatkan secara analitis, sedangkan perhitungan untuk dinding silinder, k tergantung secar linier pada suhu.Mekanisme fisis konduksi energi termal dalam zat cair secara kualitatif tidak berbeda dari gas. Namun, situasinya menjadi jauh lebih rumit karena molekul-molekulnya lebih berdekatan satu sama lain, sehingga medan gaya molekul lebih besar pengaruhnya pada pertukaran energi dalam proses tubrukan molekul.Dalam sistem satuan inggris aliran kalor dinyatakan dalam satuan termal inggris per jam, (Btu/h), luas permukaan dalam foot persegi, dan suhu dalam derajat Fahrenheit. Dengan demikian satuan konduktivitas termal adalah Btu/h . ft. oF.Konduktivitas tergantung pada sifat bahan yang berbeda-beda, di antaranya:1. Konduktivitas Termal Zat PadatKonduktivitas termal logam dalam fase padat yang diketahui komposisinya bergantung terutama pada suhu saja. Konduktivitas termal bahan yang homogen biasanya sangat bergantung pada densitas lindak semu (aparent bulk density), yaitu massa bahan dibagi dengan volume total.2. Konduktivitas Termal Zat CairDalam hal ini k bergantung pada suhu, tetapi tidak peka terhadap tekanan. Konduktivitas termal kebanyakan zat cair berkurang bila suhu makin tinggi, kecuali air di mana k bertambah sampai 300oF dan berkurang pada suhu yang lebih tinggi. Air mempunyai konduktivitas thermal paling tinggi diantara semua zat-cair, kecuali logam cair.3. Konduktivitas Termal GasDalam hal ini, pada suhu yang semakin tinggi pada tekanan di sekitar tekanan atmosfir, maka akan menyebabkan konduktivitas termal semakin bertambah. Pada konduktivitas termal gas hampir tidak dipengaruhi oleh tekanan jika berada pada tekanan tinggi yaitu pada saat tekanan mendekati keadaan kritis atau lebih tinggi lagi. Adapun gas yang terpenting pada konduktivitas termal ini ialah udara dan uap air.2.6. Peristiwa Konduksi Untuk Sistem RadialSebuah dinding satu lapis, berbentuk silinder, terbuat dari bahan homogen dengan konduktivitas termal tetap dan suhu permukaan dalam dan suhu permukaan luar seragam. Pada jari-jari tertentu luas yang tegak lurus terhadap aliran kalor konduksi radial adalah 2rL, di mana L adalah panjang silinder. Contoh yamg umum untuk sistem ini adalah silinder, yang memiliki permukaan luar dan permukaan dalam yang diekspos pada fluida yang memilki perbedaan temperatur.2.7. Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding BerlapisRangkaian termal dapat digunakan juga pada sistem yang lebih kompleks, seperti dinding berlapis, yang terdiri dari beberapa rangkaian seri dan paralel di mana di mana setiap lapisan memiliki material yang berbeda.2.8. Alat Penukar Panas atauHeat Exchanger(HE)Alat penukar panas atauHeat Exchanger(HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.2.9. Jenis Jenis Heat Exchanger1. Penukar Panas Pipa Rangkap (double pipe heat exchanger)Salah satu jenispenukar panasadalahsusunanpipaganda.Dalam jenispenukarpanas dapat digunakanberlawananarahaliran atauarah aliran, baik dengancairan panasatau dingincairan yang terkandungdalam ruangannulardan cairanlainnya dalampipa.Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh (shell and tube heat exchanger).2. Penukar Panas Cangkang dan Buluh (shell and tube heat exchanger)Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan memperbesarpressure dropoperasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.3. Penukar Panas Plate and Frame (plate and frame heat exchanger)Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyak) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.4. SD Adiabatic wheel heat exchangerJenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas akan dirilis.Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.5. Pillow plate heat exchangerSebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel.Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki.Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam.Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin garis las.Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.6. Dynamic scraped surface heat exchangerTipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat exchanger".Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi.Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.7. Phase-change heat exchangerSelain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan.Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas.Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk mendidihkan air menjadi uap.Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang sering disebut boiler atau generator uap.Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut generator uap.Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali.Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang mengandung bahan dalam struktur mereka yang memiliki perubahan fasa.Hal ini biasanya padat ke fase cair karena perbedaan volume kecil antara negara-negara ini.Perubahan fase efektif bertindak sebagai buffer karena terjadi pada suhu konstan tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas untuk menerima panas tambahan.Salah satu contoh di mana ini telah diteliti untuk digunakan dalam elektronik pesawat daya tinggi.

10

BAB IIIMETODOLOGI

3.1. Bahan yang digunakan1. Batu es dan air (sebagai pendingin)2. Logam kuningan besar [A]3. Logam kuningan kecil [B] 4. Stainless stell [C]3.2. Alat-alat yang digunakan1. Power Supply2. Stavolt3. Heat Conduction Apparatus4. Linier Modul dan Radial Modul5. Pompa6. Ember3.3. Prosedur Percobaan1. Rangkailah komponen-komponen rangkaian Heat Conduction menjadi suatu rangkaian lengkap dan siap digunakan.2. Hubungkan ragkaian ke arus listrik.3. Hidupkan power supply.4. Catat temperatur masuk air pendingin seketika setelah power supply dihidupkan.5. Atur wattmeter (kalor) sesuai yang dikehendaki untuk kedua sistem (untuk sistem linier dan radial).6. Tunggu beberapa menit (1 samapi 2 menit), catat nilai-nilai temperatur sebagai berikut: Untuk sistem linier: T1, T2, T3, T4, T5, T6,T7, T8, danT9 Untuk sistem radial: T1, T2, T3, T7, T8 dan T9 Catatan: Pembacaan temperatur dilakukan dengan memutar temperatur selector switch.7. Catatlah diameter masing-masing logam dan nilai x.

8. 14

9. Ulangi seluruh langkah di atas untuk masing-masing logam di bawah ini:Logam kuningan besar: sistem radialLogam kuningan kecil: sistem linierStainless stell: sistem radial dan sistem linier