Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar BelakangEfusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan

    merupakan masalah umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh

    beberapa mekanisme termasuk peningkatan permeabilitas membran pleura,

    peningkatan tekanan kapiler paru, penurunan tekanan negatif intrapleural,

    penurunan tekanan onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik (Maskell dan

    Burland, 2003). Efusi pleura merupakan indikator dari suatu proses penyakit

    yang mendasari penyakit yang dari paru, pleura, atau ektraparu dapat bersifat

    akut atau kronis Meskipun spektrum etiologi efusi pleura luas, efusi pleura

    paling sering disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia, keganasan,

    atau emboli paru(Rubins, 2012).

    Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 20 ml cairan

    yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saatbernapas. Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan

    gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak

    mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral

    atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan melebihi kemampuan

    penyerapan. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh

    beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ

    luar paru (Syaruddin et al., 2003).

    Efusi pleura terdapat diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu

    berdasarkan karakteristik cairan pleura yaitu transudat dan eksudat. Beberapa

    hasil penelitian menyebutkan 42-77% efusi pleura eksudativa disebabkan

    proses keganasan (Sato, 2006). Gagal jantung kongestif merupakan penyebab

    dari hampir 50 persen dari semua pleura efusi. Keganasan, pneumonia, dan

    emboli paru adalah tiga penyebab utama dari efusi pleura (Light, 2002).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    2/21

    2

    Efusi pleura dapat terjadi sebagai komplikasi dari berbagai penyakit.

    Pendekatan yang tepat terhadap pasien efusi pleura memerlukan pengetahuan

    insidens dan prevalens efusi pleura. Distribusi penyakit penyebab efusi pleura

    tergantung pada studi populasi. Penelitian yang pernah dilakukan di rumah

    sakit Persahabatan, dari 229 kasus efusi pleura pada bulan Juli 1994-Juni

    1997, keganasan merupakan penyebab utama diikuti oleh tuberkulosis,

    empiema toraks dan kelainan ekstra pulmoner. Penyakit jantung kongestif

    dan sirosis hepatis merupakan penyebab tersering efusi transudatif sedangkan

    keganasan dan tuberkulosis (TB) merupakan penyebab tersering efusi

    eksudatif. Efusi pleura terbanyak bersifat eksudat dan disebabkan oleh

    malignansi dan tuberkulosis. Karakteristik efusi eksudatif adalah unilateral,

    melibatkan hemitoraks kanan dan bersifat masif. Karakteristik efusi

    transudatif adalah bilateral, melibatkan hemitoraks kanan dan bersifat tidak

    masif (Khairani et al., 2012).

    Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1984 efusi pleura

    menduduki peringkat ke tiga dari 10 penyakit terbanyak di bangsal. Di

    Indonesia tubekulosis merupakan penyebab utama efusi pleura, disusul oleh

    keganasan. Dengan distribusi terbanyak pada wanita daripada pria. Umur

    terbanyak dengan kejadian efusi pleura pada tuberkulosis adalah 21-30 tahun

    (Alsagaff dan Mukty, 2009). Mengetahui karakteristik efusi pleura merupakan

    hal penting untuk dapat menegakkan penyebab efusi pleura sehingga efusi

    pleura dapat ditatalaksana dengan baik (Khairani et al., 2012).

    B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari

    tentang efusi pleura, sehingga diharapkan apabila didapatkan kasus tentang

    efusi pleura maka dokter muda mampu menegakkan diagnosis dan

    memberikan penatalaksanaan secara tepat, benar dan akurat.

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    3/21

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiEfusi pleura adalah akumulasi abnormal cairan dalam rongga pleura

    yang dihasilkan dari produksi cairan yang berlebihan atau penurunan

    penyerapan (Rubins, 2012)

    B.Anatomi dan Fisiologi PleuraParu-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri

    dari dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni pleura parietalis melapisi

    dinding thorax dan pleura visceralis meliputi paru-paru termasuk permukaan

    dalam fisura.

    Cavitas pleuralis adalah ruang potensial antara kedua lembar pleura dan

    berisi selapis kapiler cairan pleura serosa yang melumas permukaan pleura dan

    memungkinkan lembar-lembar pleura menggeser secara lancar satu terhadap

    yang lain pada pernapasan (Moore, 2002).

    Normalnya cairan pleura masuk ke dalam rongga pleura dari dinding

    dada (pleura parietalis) dan mengalir meninggalkan rongga pleura menembus

    pleura viseralis untuk masuk ke dalam aliran limfe. Tekanan hidrostatik di

    kapiler sistemik (dinding dada) besarnya 30 cm H2O. Tekanan negatif di dalam

    rongga pleura adalah -5 cm H2O, (30 cm dikurangi -5 cm = 35 cm). Tekanan

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    4/21

    4

    osmotik koloid di kapiler sistemik (dinding dada) besarnya 34 cm H2O.

    Tekanan osmotik koloid di rongga pleura adalah 8 cm H2O. Perbedaan tekanan

    osmotik koloid antara kapiler sistemik dengan tekanan osmotik koloid di

    ronggan pleura = 26 cm H2O. Cairan cenderung mengalir dari daerah

    bertekanan osmotik rendah ke arah daerah bertekanan osmotik tinggi.

    Berdasarkan perbedaan tekanan osmotik, seharusnya cairan di dalam rongga

    pleura cenderung mengalir dari rongga pleura ke dinding dada, akan tetapi

    karena tekanan hidrostatik dari dinding dada ke arah rongga pleura lebih besar,

    yaitu 35 cm H2O cairan dari dinding dada akan masuk ke dalam rongga pleura

    (Djojodibroto, 2009).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    5/21

    5

    C. EtiologiRuang pleura yang normal mengandung sekitar 1 ml cairan, mewakili

    keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik di pembuluh pleura

    visceral dan parietal dandrainase limfatik. Efusi pleura terjadi dari

    terganggunya keseimbangan ini.

    1. Perubahan permeabilitas dari membran pleura (misalnya, radang,keganasan, emboli paru).

    2. Penurunan tekanan onkotik intravaskular (misalnya, hipoalbuminemia,sirosis).

    3. Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan vaskuler (misalnya,trauma, keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat

    hipersensitivitas, uremia, pankreatitis).

    4. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan /atauparu (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior).

    5. Pengurangan tekanan dalam rongga pleura, mencegah ekspansi parupenuh (misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma).

    6. Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan, termasuk obstruksiduktus toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma).

    7. Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi melintasi diafragmamelalui limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis

    peritoneal)(Rubins, 2012).

    D.Jenis Cairan Pada Efusi PleuraEfusi pleura umumnya diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat,

    berdasarkan mekanisme pembentukan cairan dan kimia cairan pleura.

    Transudat hasil dari ketidakseimbangan dalam tekanan onkotik dan tekanan

    hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau

    penurunan drainase limfatik. Dalam beberapa kasus, cairan pleura mungkin

    memiliki kombinasi karakteristik transudat dan eksudatif (Rubins, 2012).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    6/21

    6

    Untuk membedakan transudat dan eksudat jika memenuhi dua dari tiga kriteria

    Light, yaitu: :

    a. Ratio kadar protein cairan efusi pleura/ kadar protein serum >0.5b. Ratio kadar LDH cairan efusi pleura/ kadar LDH serum

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    7/21

    7

    utamanya.Patogenesis kilotoraks dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu

    karena tindakan pembedahan dan non pembedahan. Kilotoraks akibat

    proses non pembedahan terjadi karena extrinsic compression atau infiltrasi

    duktus torasikus, sehingga terjadi kenaikan tekanan intraduktal. Kenaikan

    tekanan ini mengakibatkan terjadinya kolateral, ekstravasasi cairan limfe

    yang menimbulkan efusi pleura. Penyebab tersering terjadinya kilotoraks

    adalah malignansi, yaitu lebih dari 50% kasus. Limfoma merupakan

    penyebab tersering kilotoraks pada kasus keganasan, kilotoraks terjadi

    akibat penekanan atau invadingduktus torasikus atau obliterasi pembuluh

    limfe pasca radioterapi. Penyebab lain kilotoraks adalah tindakan

    pembedahan dan trauma. Kilotoraks akibat penetratinginjury karena

    kerusakan duktus torasikus (Samsuri dan Soedarsono, 2010).

    2. EmpiemaEmpiema adalah suatu efusi pleura yang bersifat purulen dan dapat

    berupa kista empiema. Sifatnya akut atau kronik. Empiema yang sering

    terjadi adalah empiema yang disebabkan oleh peluasan infeksi pada

    parenkim paru, akan tetapi juga bisa disebabkan oleh penetrasi luka pada

    dinding dada. Penyakit yang sering berkaitan dengan empiema adalah

    pneumonia, abses paru, bronkiektasis dan komplikasi tindakan bedah

    (Djojodibroto, 2009).

    3. HemothoraksHemothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber

    darah yang asalnya dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau

    pembuluh darah besar (Mancini, 2012). Hemothoraks biasanya disebabkanoleh trauma. Jika ditemukan hb pada cairan efusi pleura < hb darah

    maka hemothoraks jika > maka hemoragik (keganasan).

    F. PenyebabEfusi Pleura1. Efusi Pleura karena Kelainan Intra Abdominal

    Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan

    peradangan yang terpat dibawah diafragma seperti pankreas atau

    ekstraserbasi akut pankreatitis kronik, abses ginjal, abses hati, abses limpa.

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    8/21

    8

    Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri tapi dapat juga bilateral.

    Mekanismenya adalah karena berpindahnya cairan yang mengandung

    enzim pankreas ke rongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi ini

    bersifat eksudat serosa tapi kadang-kadang bisa hemoragik. Kadang

    amilase dalam efusi lebih tinggi daripada dalam serum.

    Efusi juga sering setelah 48-72 jam pasca operasi abdomen seperti

    splenektomi, operasi terhadap obstruksi intestinal atau pasca operasi

    atelektasis. Biasanya terjadi unilateral dan jumlah efusi tidak banyak (lebih

    jelas terlihat pada foto lateral dekubitus). Cairan biasanya bersifat enksudat

    dan mengumpul pada sisi operasi, efusi pleura operasi biasanya bersifat

    maligna dan kebanyakan akan sembuh secara spontan.

    Sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura terjadi bersamaan dengan asites.

    Secara khas terdapat kesamaan antara cairan pleura dan asites, karena

    terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen

    melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Biasanya

    efusi menempati pleura kanan dan efusi bisa juga terjadi bilateral.

    Dialisis peritoneal. Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah

    dilakukannya dialisis peritoneal. Hal ini dapat terjadi karena perpindahan

    cairan melalui celah diafragma, yang dibuktikan dengan komposisi yang

    sama antara cairan pleura dan cairan dialisat.

    2. Efusi Pleura karena Gangguan SirkulasiGangguan Kardiovaskular. Payah jantung adalah sebab terbanyak

    timbulnya efusi pleura. Penyebab lain: perikarditis kontritiva dan sindrom

    vena kava superior. Patogenesisnya adalah terjadinya peningkatan tekanan

    vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas

    reabsorbsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah bening juga akan

    menurun sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru

    meningkat. Tekanan hidrostatik yang meningkat pada seluruh rongga dada

    dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral.

    Emboli Pulmonal. Efusi dapat terjadi pada sisi paru yang terkena emboli

    pulmonal. Keadaan ini dapat disertai dengan infark paru atau tanpa infark.

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    9/21

    9

    3. TuberkulosisDi banyak daerah di dunia, tuberkulosis menjadi penyebab paling

    umum dari efusi pleura. Pecahnya subpleural fokus caseous ke dalam

    rongga pleura memungkinkan protein TB untuk memasuki ruang pleura

    dan menghasilkan reaksi hipersensitivitas yang bertanggung jawab untuk

    sebagian besar manifestasi klinis. Efusi pleura yang menyebabkan pleuritis

    tuberkulosis bermanifestasi sebagai penyakit akut sama dengan

    manifestasi dari pneumonia bakteri akut. Hal ini biasanya unilateral dan

    dapat dari berbagai ukuran. Cairan pleura dalam TB adalah selalu eksudat

    dengan lebih dari 50% limfosit dalam hitungan diferensial sel darah putih

    dan jarang mengandung lebih dari 5% sel mesotelial (Yataco dan Dweik,

    2005).

    4. Efusi Pleura NeoplasmaNeoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat menyerang

    pleura dan umumnya menyebabkan efusi pleura. Keluhan yang paling

    banyak ditemukan adalah nyeri dada dan sesak. Gejala lainnya yaitu

    akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun dilakukan

    torakosentesis berkali-kali.

    Efusi bersifat eksudat, tapi sebagian kecil bisa transudat. Warna efusi

    bisa sero-santokrom ataupun hemoragik (terdapt lebih dari 10.000 sel

    eritrosit per cc). Di dalam cairan ditemukan sel-sel limfosit (yang

    dominan)dan banyak sel mesotelial. Jenis-jenis neoplasma dapat

    didiagnosis dengan pemeriksaan sitologi terhadapp cairan efusi atau biopsi

    pleura parietalis.

    Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada

    neoplasma yakni:

    a. Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleuraterhadap air dan protein.

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    10/21

    10

    b. Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluhdarah vena dan getah bening, sehingga rongga pleura gagal dalam

    memindahkan cairan dan protein.

    c. Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnyatimbul hipoproteinemia.

    Efusi pleura terhadap neoplasma biasanya unilateral, tetapi bisa juga

    bilateral karena obstruksi saluran getah bening, adanya metastasis dapat

    mengakibatkan pengaliran cairan dari rongga pleura via diafragma.

    Keadaan efusi dapat bersifat maligna (Halim, 2009).

    G. Manifestasi KlinisGejala tergantung pada jumlah cairan dan penyebab yang mendasari.

    Banyak pasien tidak memiliki gejala pada saat efusi pleura ditemukan. Gejala

    termasuk nyeri dada pleuritik, dispnea, dan batuk kering (nonproduktif)

    (Yataco dan Dweik, 2005). Adanya edema pada kaki atau trombosis vena

    dapat mengakibatkanefusi pleura yang berhubungan dengan emboli paru.

    Riwayat penyakit serta pemeriksaan fisik sangat penting dalam mendiagnosis

    efusi pleura. Beberapa aspek pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan dada

    biasanya redup pada perkusi, tidak adanya fremitus, dan vesikuler berkurang

    atau bahkan hilang. Distensi JVP , adanya gallop bunyi jantung atau edema

    perifer menunjukkan gagal jantung kongestif, dan ventrikel kanan atau

    tromboflebitis menunjukkan terjadinya emboli paru. Adanya limfadenopati

    atau hepatosplenomegali menunjukkan penyakit neoplastik, dan ascites

    menunjukkan adanya kelainan hati. Karena kondisi selain efusi pleura

    mungkin menghasilkan gambaran radiologis yang sama, pencitraan alternatif

    penelitian sering diperlukan untukadanya efusi pleura. Pemeriksaan

    penunjang dengan ultrasonographic atau foto thoraks lateral dekubitus paling

    sering digunakan, namun computed tomografi (CT-scan) dada

    memungkinkan pencitraan yang mendasari parenkim paru-paru atau

    mediastinum (Light, 2002).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    11/21

    11

    G. Pemeriksaan fisik1. Biasanya ada gejala dari penyakit dasarnya.2. Bila sesak napasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses

    keganasan.

    3. Efusi berbentuk kantong (pocketed) pada fisura interlobaris tidakmemberi gejala-gejala. Begitu pula bila efusinya berada di atas

    diafragma.

    4. Pada perkusi, suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya efusipada auskultasi suara napas berkurang atau menghilang.

    5. Resonansi vocal berkurang (Mukty et al., 1994).6. Jika jumlah cairan pleura < 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala

    pada pemeriksaan fisik.

    7. Jika jumlah cairan pleura telah mencapai 500 mL, baru dapat ditemukangejala berupa gerak dada yang melambat atau terbatas saat inspirasi pada

    sisi yang mengandung akumulasi cairan. Fremitus taktil juga berkurang

    pada dasar paru posterior. Suara perkusi menjadi pekak dan suara napas

    pada auskultasi terdengar melemah walaupun sifatnya masih vesikuler.

    8. Jika akumulasi cairan melebihi 1000 mL, sering terjadi atelektasis padaparu bagian bawah. Ekspansidada saat inspirasi pada bagian yang

    mengandung timbunan cairan menjadi terbatas sedangkan sela iga

    melebar dan menggembung. Pada auskultasi di atas batas cairan, sering

    didapatkan suara bronkovesikuler yang dalam, sebab suara ini

    ditransmisiskan oleh jaringan paru yang menagalami atelektasis. Pada

    daerah ini juga dapat ditemukan fremitus vokal dan egofoni yangbertambah jelas.

    9. Jika akumulasi cairan melebihi 2000 mL, cairan ini dapat menyebabkanseluruh paru menjadi kolaps kecuali bagian apeks. Sela iga semakin

    melebar, gerak dada pada inspirasi sangat terbatas, suara napas, fremitus

    taktil maupun fremitus vocal sulit didengar karena sangat lemah. Selain

    itu terjadi pergeseran mediastinum ke arah ipsilateral dan penurunan letak

    diafragma (Djojodibroto D., 2009).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    12/21

    12

    H. Pemeriksaan penunjang1. Foto toraks

    Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi maupun foto

    toraks PA tidak tampak. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa

    penumpulan sinus kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal,

    meskipun cairan pleura lebih dari 300 cc, sinus kostofrenikus tidak

    tampak tumpul tetapi diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan

    dapat dilakukan foto dada lateral dari sisi yang sakit. Foto toraks PA dan

    posisi lateral dekubitus pada sisi yang sakit seringkali memberi hasil yang

    memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan subpulmonal yaitu

    tampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna vertebralis atau

    berupa garis horizontal (Alsagaff dan Mukty, 2009).

    Gambar 1. Foto thoraks dan computed tomography scanyang

    menunjukkan adanya efusi pleura pada sisi kanan

    (McGrath dan Anderson 2011).

    Gambar 2.Efusi pleura masif (Rubins, 2012)

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    13/21

    13

    2. Pemeriksaan Mikroskopis dan sitologiJika didapatkan sel darah putih sebanyak >1000/mL, hal ini

    mengarahkan diagnosis kepada eksudat. Jika sel darah putih >

    20.000/mL, keadaan ini menunjukan empiema. Neutrofil menunjukan

    kemungkinan adanya pneumonia, infark paru, tuberkulosis paru fase awal

    atau pankreatitis. Limfosit dalam jumlah banyak mengarahkan kepada

    tuberculosis, limfoma atau keganasan. Jika pada torakosintesis didapatkan

    banyak eosinofil, tuberculosis dapat disingkirkan (Djojodibroto D., 2009).

    3. Pemeriksaan biokimaa. Protein > 3 g/dl eksudat

    b. Protein < 3 g/dl transudatc. Glukosa < normal rheumatoid pleural effusion, kemungkinan

    lain karena keganasan atau purulen.

    d. Kolesterol menunjukan proses kronis atau mungkin karenarheumatoid

    e. Amilase pancreatitis atau karsinoma pankreas (Mukty et al.,1994).

    Tabel 2.Pemeriksaan Biokimia

    Tes Biokimia Diagnosis

    Kadar kolesterol

    Kadar trigliserida

    Kilothoraks

    Kadar hematokrit Hemothoraks jika kadar

    hematokrit > 50%

    Kadar amilase Pankreatitis atau ruptur esofagusKadar NT-proBNP Gagal jantung jika meningkat

    Kadar kreatinin Urinothoraks jika kadar kreatinin

    cairan > kadar kreatinin serum

    PCR Tuberkulosis atau infeksi

    streptococcus pneumoniae

    Tumor marker Karsinoma mamae

    Karsinoma Paru

    Ovariaum, endometrium dan

    kanker payudara

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    14/21

    14

    4. Pemeriksaan bakteriologiBiasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat

    mengandung mikroorsganisme, apalagi bila cairanya purulen

    (menunjukan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-

    kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan

    dalam cairan pleura adalah : Pneumokokokus, E.coli, klebsiela,

    pseudomonas, enterobacter(Halim H., 2009).

    I. Diagnosis banding1. Tumor paru2. Schwarte atau penebalan pleura3. Atelektasis lobus bawah4. Diafragma letak tinggi (Alsagaff dan Mukty, 2009).5. Konsolidasi paru karena pneumonia6. Fibrosis pleura (Mukty et al., 1994).

    J. DiagnosisDiagnosis ditegakkan sesuai dengan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik

    dan foto thoraks. Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan

    dari rongga pleura dengan cara pungsi pleura atau torakosintesis atau pleural

    tappinguntuk mengetahui etiologinya. Pungsi pleura dilakukan dengan cara

    menusukkan jarum pungsi atau abbocath di antara dua iga. Cairan yang

    terdapat di dalam rongga pleura secara umum disebut efusi pleura. Efusi

    pleura berupa nanah disebut empiema, jika berupa darah disebut

    hematotoraks, jika berisi cairan kilus disebut kilotoraks. Penyebab efusipleura tidak hanya berupa kelainan di daerah toraks tetapi juga dapat karena

    kelainan di daerah lain (ekstratoraks) atau sebagai akibat dari suatu penyakit

    sistemik (Djojodibroto D., 2009).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    15/21

    15

    K. Penatalaksanaan1. TerapiCausatif

    Penatalaksanaan utama pada efusi pleura adalah mengatasi penyebab

    utama terlebih dahulu. Efusi pleura umumnya akan cepat mengalami

    resolusi jika kelainan dasarnya terkontrol.Pemberian steroid ditambahkan

    dengan OAT dapat menyerap efusi pleura yang disebabkan oleh TB paru

    secara cepat dan mengurangi fibrosis (Mukty et al., 1994).

    a. Efusi pleura transudat. Terapinyayaitu: Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meningkat,

    pemberian diuretika dapat menolong.

    Bila disebabkan oleh tekanan osmotik yang menurun sebaiknyadiberikan protein.

    Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasicairan berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan

    parietalis.

    b. Efusi pleura eksudatEfusi yang terjadi setelah keradangan paru (pneumonia). Paling

    sering disebabkan oleh pneumonia. Umumnya cairan dapat diresorbsi

    setelah pemberian terapi yang adekuat untuk penyakit dasarnya.Bila

    terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSD. Bila

    terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi

    (jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil /dikupas).

    c. Efusi pleura malignaPengobatan ditujukan pada penyebab utama atau pada penyakit

    primer dengan cara radiasi atau kemoterapi. Bila efusi terus berulang,

    dilakukan pemasangan kateter toraks dengan WSD.

    d. KilotoraksCairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat

    penyumbatan saluran limfe duktus torasikus di rongga dada. Tindakan

    yang dilakukan bersifat konsevatif : torakosintesis 2-3 kali. Bila tidak

    berhasil, dipasang kateter toraks dengan WSD.Tindakan yang paling

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    16/21

    16

    baik ialah melakukan opersai reparasi terhadap duktus torasikus yang

    robek (Alsagaff dan Mukty, 2009).

    2. Terapikonservatifa. Torakosintesis

    Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk mengurangi rasa tidak enak

    atau discomfort dan sesak napas. Dianjurkan melakukan aspirasi

    sedikit demi sedikit. Cairan yang dikeluarkan antara 500-1000 cc.Bila

    pengambilan terlalu banyak dan cepat dapat menyebabkan edema

    paru.

    Setiap efusi pleura yang cukup besar menyebabkan gejala

    pernafasan berat harus dikeringkan terlepas dari penyebabnya.

    Mengurangi gejala adalah tujuan utama terapi drainase pada pasien.

    Indikasi untukthoracentesisadalah adanya efusi pleura klinis yang

    signifikan (lebih dari 10 mm pada ultrasonografi atau foto lateral

    decubitus) dan bila jumlahnya lebih dari 200 cc serta unilatera (Rab

    T., 2010). Jika pasien datang dengan gagal jantung kongestif dan efusi

    bilateral dengan ukuran yang sama, afebris, dan tidak memiliki nyeri

    dada, percobaan diuresis dapat dilakukan. Sejak lebih dari 80 persen

    pasien dengan efusi pleura disebabkan oleh gagal jantung kongestif

    memiliki bilateral efusi pleura, thoracentesis diindikasikan jika efusi

    adalah unilateral.Jika efusi tetap selama lebih dari tiga hari,

    thoracentesis dapat diterapkan (Light, 2002).

    Satu-satunya kontraindikasi absolut terhadap thoracentesis infeksi

    kutan aktif pada tempat tusukan. Beberapa kontraindikasi relatif

    termasuk diatesis pendarahan yang parah, antikoagulasi sistemik, dan

    volume cairan yang kecil. Kemungkinan komplikasi dari prosedur ini

    termasuk perdarahan (karena tusukan pada pembuluh atau parenkim

    paru), pneumotoraks, infeksi (infeksi jaringan lunak atau empiema),

    laserasi organ intra-abdomen, hipotensi, dan paru edema (Yataco dan

    Dweik, 2005).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    17/21

    17

    b. PleurodesisPleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis

    baik secara kimiawi, mineral atau pun mekanik, secara permanen

    untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga

    pleura. Secara umum, tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk

    mencegah berulangnya efusi berulang (terutama bila terjadi dengan

    cepat), menghindari torakosintesis berikutnya dan menghindari

    diperlukannya insersi chest tube berulang, serta menghindari

    morbiditas yang berkaitan dengan efusi pleura atau pneumotoraks

    berulang (trapped lung, atelektasis, pneumonia, insufisiensi respirasi,

    tension pneumothoraks). Efusi pleura maligna merupakan indikasi

    paling utama pada pleurodesis. Beberapa keadaan yang dapat

    dianggap sebagai kontra indikasi relative pleurodesis meliputi:

    1. Pasien dengan perkiraan kesintasan < 3 bulan.2. Tidak ada gejala yang ditimbulkan oleh efusi pleura.3. Pasien tertentu yang masih mungkin membaik dengan terapi

    sistemik (kanker mammae, dll).

    4. Pasien yang menolak dirawat di rumah sakit atau keberatanterhadap rasa tidak nyaman di dada karena slang torakostomi.

    5. Pasien dengan re-ekspansi paru yang tidak sempurna setelahpengeluaran semua cairan pleura (trapped lung) (Amin danMasna,

    2007).

    Lebih sering dilakukan pleurodesis pada proses keganasan atau

    pada efusi pleura yang sering kambuh. Dengan menggunakan 500 mg

    serbuk tetrasiklin yang dilarutkan didalam 50 cc garam faali.

    Perubahan posisipadapasien setiap lima menit sekali agar larutan

    merata,kemudian cairan dikeluarkan setelah diklem selama 24 jam

    atau diberi serbuk sodium atau talk. Nyeri yang terjadi karena

    pemeberian obat di atas dapat diatasi dengan analgetika.

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    18/21

    18

    L. PrognosisBiasanya sembuh setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit

    dasar. Empiema mungkin timbul akibat infeksi paru seperti pneumonia

    (Mukty et al., 1994). Prognosis efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi

    yang mendasari kondisi ini. Morbiditas dan mortalitas efusi pleura

    berhubungan langsung dengan penyebabnya, stadium penyakit, dan temuan

    biokimia dalam cairan pleura.

    Pada efusi pleura ganas dikaitkan dengan prognosis yang sangat buruk

    (Alsagaff dan Mukty, 2009), dengan kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan

    dan berarti kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun. Yang paling umum

    keganasan terkait pada pria adalah kanker paru-paru, dan keganasan yang

    paling umum pada wanita adalah kanker payudara. Efusi dari kanker yang

    lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti limfoma atau kanker payudara,

    lebih dihubungkan dengan kelangsungan hidup berkepanjangan,

    dibandingkan dengan kanker paru-paru atau mesothelioma.

    Temuan seluler dan biokimia dalam cairan juga dapat menjadi

    indikator prognosis. Misalnya, pH cairan pleura lebih rendah sering dikaitkan

    dengan beban tumor lebih tinggi dan prognosis yang buruk (Rubins, 2012).

    M.Komplikasi1. Empiema2. Schwarte3. Kegagalan pernapasan (Alsagaff dan Mukty, 2009).

    N. PencegahanLakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang

    dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang

    lebih lengkap bila diagnosis kausal ditegakkan.Tindakan yang dapat

    dilakukan untuk menentukan dan mengobati penyakit dasarnya misalnya,

    biopsi pleura, bronkoskopi, torakotomi, dan torakoskopi (Alsagaff dan

    Mukty, 2009).

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    19/21

    19

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura danmerupakan masalah umum dalam medis. Hal

    inidisebabakanolehmultifaktorial.

    2. Efusi pleura diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat, berdasarkanmekanisme pembentukan cairan dan kimia cairan pleura.

    3. Transudat hasil dari ketidakseimbangan dalam tekanan onkotik dantekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan

    pleura atau penurunan drainase limfatik.

    4. Gejala tergantung pada jumlah cairan dan penyebab yang mendasari.Gejala termasuk nyeri dada pleuritik, dispnea, batuk, edema pada kaki

    atau trombosis vena dapat mengakibatkan efusi pleura yang berhubungan

    dengan emboli paru.

    5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerak dada yang melambat atau terbatassaat inspirasi, fremitus taktil berkurang, suara perkusi menjadi pekak dan

    suara napas pada auskultasi terdengar melemah walaupun sifatnya masih

    vesikuler.

    6. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu foto toraks, pemeriksaanmikroskopis dan sitologi, pemeriksaan bakteriologi, serta pemeriksaan

    biokimia.

    7. Diagnosis ditegakkan sesuai dengan manifestasi klinis, pemeriksaan fisikdan foto thoraks. Diagnosis pasti ditegakan dengan cara mengambil cairan

    dari rongga pleura dengan cara pungsi pleura atau torakosintesis atau

    pleural tappinguntuk mengetahui etiologinya.

    8. Penatalaksanaanefusi pleura yaitu secara causatif dan konservatif.9. Pengobatan yang adekuatpada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat

    menimbulkan efusi pleuramerupakansalahsatupencegahan yang paling

    efektif.

  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    20/21

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Alsagaff H. dan Mukty A., 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

    Airlangga University Press. Pp. 143-154.

    Amin Z., dan Masna I. A. K., 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Majalah

    Kedokteran Indononesia. Volume: 57.Nomor: 4.pp 129-133.

    Djojodibroto D., 2009.Respirologi. Jakarta: EGC pp 175-181.

    Halim H., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta :

    Internal Publishing. Pp. 2331.

    Jeffrey Rubins J., 2012. Pleural Effusion. Diakses dari

    www.emedicine.medscape.compada tanggal 24 Juli 2013. Pp 1-3

    Khairani R., Syahruddin S., Partakusuma L.C., 2012.Karakteristik Efusi Pleura di

    Rumah Sakit Persahabatan.Jurnal Respirasi Indonesia. 32:155-159.

    Light W.L., 2002. Pleural Effusion.N Engl J Med. 346: 1971.

    Mancini M.C. 2012. Hemothorax. Diakses dari www.emedicine.medscape.com

    pada tanggal 27 Juli 2013.

    Maskell N, Medford A., 2005. Review Pleural Effusion. Postgrad Med J. 81:702-

    710.

    Maskell N.A, Burland R.J.A., 2008. BTS Guidelines for The Investigation of a

    Unilateral Pleural Effusion in Aadults. Thorax. 58:ii6-ii7.

    McGrath E.E., Anderson P.B., 2011. Diagnosis of Pleural Effusiom: a Systemic

    Approach.American Journal of Critical Care. 20: 120-130.

    Moore K.L., 2002.Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.

    Mukty A., Widjaja A., Margono B. P., et al., 1994. Pedoman Diagnosis Dan

    Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo 1994. Surabaya :

    Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pp. 111-114

    Rab T., 2010.Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media. Pp 107.

    Samsuri., Soedarsono. 2010. Diagnosis dan Tatalaksana Kilothoraks. Majalah

    Kedokteran Respirasi. 1:10.

    Sato T., 2006. Different Diagnosis of Pleural Effusion. Japan Medical

    Association.49:315-316.

    http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/https://www.med.or.jp/english/journal/https://www.med.or.jp/english/journal/https://www.med.or.jp/english/journal/https://www.med.or.jp/english/journal/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/
  • 7/22/2019 Pendahuluan Fix 1 efusi pleura

    21/21

    21

    Syahruddin E., Hudoyo A., Arief N., Efusi Pleura Ganas Pada Kanker Paru.

    Jurnal Respirasi Indonesia. 32:142.

    Yataco J.C., Dweik R.A., 2005. Pleural effusions: Evaluation and Management.

    Cleveland Clinic Journal of Medicine.72:855.