47
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Selama ini Aren (Arenga pinnata) ditanam secara alamiah, apa adanya yang tumbuh dari alam. Sangat jarang yang menanamnya secara sengaja dengan jarak tanam yang teratur. Buktinya, sebaran tanaman Aren yang ada selama ini tidak memiliki jarak yang teratur, kadang mengumpul dan rapat di suatu tempat dengan jarak yang saling berdekatan, namun di tempat lain jaraknya saling berjauhan bahkan kosong. Dengan keadaan yang tidak teratur ini menyebabkan pengelolaan niranya menjadi sangat rumit dan butuh tenaga yang banyak. Penanganan kebun seperti ini akan membutuhkan waktu yang banyak, karena tenaga menjadi kurang efektif dan kurang efisien, akibatnya kapasitas tenaga penyadapannya rendah. Pada keadaan kebun Aren yang tidak beraturan seperti ini setiap orang tenaga penyadap paling-paling hanya sanggup menangani 10-20 pohon Aren saja setiap harinya (pagi dan sore), yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman.

Pendahuluan Aren

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bu aren

Citation preview

Page 1: Pendahuluan Aren

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Selama ini Aren (Arenga pinnata) ditanam secara alamiah, apa adanya

yang tumbuh dari alam. Sangat jarang yang menanamnya secara sengaja dengan

jarak tanam yang teratur. Buktinya, sebaran tanaman Aren yang ada selama ini

tidak memiliki jarak yang teratur, kadang mengumpul dan rapat di suatu tempat

dengan jarak yang saling berdekatan, namun di tempat lain jaraknya saling

berjauhan bahkan kosong.

Dengan keadaan yang tidak teratur ini menyebabkan pengelolaan niranya

menjadi sangat rumit dan butuh tenaga yang banyak. Penanganan kebun seperti

ini akan membutuhkan waktu yang banyak, karena tenaga menjadi kurang efektif

dan kurang efisien, akibatnya kapasitas tenaga penyadapannya rendah. Pada

keadaan kebun Aren yang tidak beraturan seperti ini setiap orang tenaga penyadap

paling-paling hanya sanggup menangani 10-20 pohon Aren saja setiap harinya

(pagi dan sore), yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan berpengalaman.

Kalau tenaga yang baru dan belum berpengalaman mungkin hanya bisa menyadap

5-10 pohon saja. Selain itu mutu Nira Aren juga relative sulit terjaga mutunya,

apalagi jika letak kebun dan tempat pengolahannya jaraknya jauh. Hal ini karena

Nira Aren perlu penanganan cepat dan teliti, apalagi kalau tidak diperlakukan

khusus, dalam waktu 4-5 jam Nira sudah mengalami fermentasi secara alami.

Kualitas Nira Aren yang menurun akibat terfermentasi ini menyebabkan beberapa

perubahan, antara lain pH nya menurun atau semakin asam (kecut), kadar gulanya

Page 2: Pendahuluan Aren

2

menurun, akibat aktifitas enzimatik yang merubah Sukrosa menjadi gula-gula

tereduksi dan bahan lainnya juga rasa dan aromanya berubah dari aslinya.

Tanaman aren (Arenga Pinnata) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang sudah lama dikenal. Tanaman penghasil air nira kerap

dimanfaatkan menjadi gula merah. Hanya saja pertumbuhan aren ini memang

terbilang cukup lama. Biasanya, sejak aren ditanam baru dapat dipanen 10-15

tahun kemudian. Namun siapa sangka jika aren kini dapat dipanen dalam waktu

singkat dari biasanya. Hal ini sudah dibuktikan pada tanaman aren genjah asal

Kutai Timur (Kutim). Tim Peneliti Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Timur

telah mengamati setidaknya di delapan provinsi dengan luas 59.504 hektar. Salah

satunya di Kalimantan Timur yang tersebar di sembilan kabupaten dengan luas

1.504 hektar. Sementara itu Kabupaten Kutai Timur, aren ditanam di atas lahan

seluas 312,50 hektar.

Tim Balitka sendiri sudah mengamati aren sejak tahun 2009. Karena aren

ini memiliki keunggulan dibanding aren tipe dalam. Apalagi aren ini memiliki

kecepatan berproduksi, yakni sekitar lima hingga enam tahun. Aren genjah Kutim

sendiri sudah lama dikenal dan diusahakan masyarakat di Kabupaten Kutai Timur,

dengan penyebaran yang luas di Kecamatan Teluk Pandan. Sifat aren genjah

dengan umur mulai berproduksi sekitar 5-6 tahun dan ukuran tanaman yang relatif

pendek, menjadi nilai tambah dan pembeda dengan aren tipe dalam.

Page 3: Pendahuluan Aren

3

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini ialah untuk mengetahui keadaan aren di

Kutai Timur khususnya di daerah Sangatta Lama yang kami amati, khususnya

bagian-bagian dari aren, teknik budidaya, serta pengolahan pasca panennya.

1.3 Manfaat Praktikum

Dengan adanya praktikum ini, mahasiswa telah mengetahui bagian-bagian

aren serta fungsinya secara langsung, mengetahui teknik budidaya yang baik, serta

lingkungan terbaik yang sesuai dengan pertumbuhan aren.

Page 4: Pendahuluan Aren

4

II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Daerah Asal dsn Penyebaran Aren

Dahulu tanaman aren dikenal dengan nama botani Arenga saccharifera.

Tetapi sekarang lebih banyak dipustakakan dengan nama Arenga pinnata Merr.

Tanaman aren bisa dijumpai dari pantai barat India sampai ke sebelah selatan

Cina dan juga kepulauan Guam. Habitat aren juga banyak terdapat di Philipina,

Malaysia, dataran Assam di India, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma (Myanmar),

Srilanka dan Thailand (Lutony, 1993). Akan tetapi konon, tanaman yang termasuk

dalam keluarga Palma atau Aracaceae ini berasal dari Indonesia.

Aren (Arenga pinnata Merr.) adalah salah satu species yang termasuk

dalam famili Aracaceae. Banyak nama daerah (Vernacular names) yang diberikan

untuk aren di Indonesia, hal ini karena tingkat penyebarannya sangat luas. Nama-

nama daerah tanaman aren di Indonesia (Lutony, 1993) antara lain: bak juk

(Aceh), paula (Karo), bagot (Toba), bargot (Mandailing), anau, biluluak

(Minangkabau), kawung, taren (Sunda), aren, lirang (Jawa, Madura), jaka, hano

(Bali), pola (Sumbawa), nao (Bima), kolotu (Sumba), moke (Flores), seho

(Manado), saguer (Minahasa), segeru (Maluku), ngkonau (Kaili). Di daerah Bugis

aren dikenal dengan nama indruk dan di Tana Toraja disebut induk. Sedangkan

dalam bahasa asing (Lutony, 1993; Ramadani et al. 2008) dikenal dengan nama

arenpalm, sagarpalm, gomotipalm (Inggris), palmier a sucre, areng (Perancis),

suikerpalm (Belanda),

Salah satu tanaman yang paling penting dan umumnya tumbuh jauh di

daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh menyebar secara alami

Page 5: Pendahuluan Aren

5

di negara-negara kepulauan bagian tenggara, antara lain Malaysia, India,

Myanmar, Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi, 1991).

Di Indonesia tanaman aren banyak terdapat dan tersebar hampir di seluruh

wilayah Nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab

(Sunanto,1993), dan tumbuh secara individu maupun secara berkelompok (Alam

dan Suhartati, 2000). Heyne (1950) melaporkan bahwa tanaman aren sering

tumbuh mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1.300 m dari permukaan

laut. Tetapi tanaman ini lebih menyukai tempat dengan ketinggian 500-1.200 m

(Lutony, 1993) dan bila dibudidayakan pada tempat-tempat dengan ketinggian

500-700 m dpl. akan memberikan hasil yang memuaskan (Soeseno, 1992).

Kondisi tanah yang cukup sarang atau bisa meneruskan kelebihan air, seperti

tanah yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah yang berpasir

disekitar tepian sungai merupakan lahan yang ideal untuk pertumbuhan aren.

Suhu lingkungan yang terbaik rata-rata 250 C dengan curah hujan setiap tahun

rata-rata 1.200 mm.

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Aren

2.2.1 Klasisfikasi Aren

Taksonomi Aren (Arenga Pinnata) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophita (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)

Page 6: Pendahuluan Aren

6

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)

Genus : Arenga

Spesies : Arrenga pinnata Merr,

Sinonim : Arenga saccharifera

2.2.2 Morfologi Aren

1. Akar

Tanaman aren merupakan tumbuhan berakar serabut atau monokotil.

(Ramadani et al, 2008)

2. Batang

Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon

soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm

(Ramadani et al, 2008). Pohon aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan

diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan

tajuk daun yang menjulang di atas batang (Soeseno, 1992). Waktu pohon masih

muda batang aren belum kelihatan karena tertutup oleh pangkal pelepah daun,

ketika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan

batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar

tangkai daun.

3. Daun

Daun hingga 8 m panjang, anak daun divaricate, panjangnya 1 m atau

lebih, jumlahnya 100 atau lebih pada masing-masing sisi, dasar daun 2 auriculate,

Page 7: Pendahuluan Aren

7

ujung daun lobes, dan kadang-kadang bergerigi, permukaan atas hijau berdaging,

bagian bawah putih dan bertepung (Ramadani et al, 2008). Pohon aren

mempunyai tajuk (kumpulan daun) yang rimbun. Daun aren muda selalu berdiri

tegak di pucuk batang, daun muda yang masih tergulung lunak seperti kertas.

Pelepah daun melebar di bagian pangkal dan menyempit ke arah pucuk. Susunan

anak daun pada pelepah seperti duri-duri sirip ikan, sehingga daun aren disebut

bersirip. Oleh karena pada ujungnya tidak berpasangan lagi daun aren disebut

bersirip ganjil. Pada bagian pangkal pelepah daun diselimuti oleh ijuk yang

berwarna hitam kelam dan dibagian atasnya berkumpul suatu massa yang mirip

kapas yang berwarna cokelat, sangat halus dan mudah terbakar. Massa yang

menempel pada pangkal pelepah daun aren tersebut dikenal dengan nama kawul

(Jawa barat), baruk (Tana Toraja) dan beru (Bugis) (Lempang, 1996).

4. Bunga

Bunga aren jantan dan betina berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul

dari batang, panjangnya 1-1,5 m masingmasing pada rachille (Ramadani et al.,

2008). Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung.

Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau ruas-ruas batang bekas

tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga mulamula muncul dari

pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya ke arah bawah pohon.

Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal, yaitu bunga yang paling awal

terletak di ujung batang, sedangkan bunga yang tumbuh belakangan terletak pada

tunas berikutnya ke arah bawah. Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari

bunga betina. Sedangkan yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga

Page 8: Pendahuluan Aren

8

jantan. Jadi pada satu pohon aren terdapat bunga jantan dan bunga betina, hanya

saja berada pada tandan yang berbeda. Karena letaknya ini, maka bunga aren

termasuk kelompok monosius uniseksual. Bunga jantan berwarna keunguan atau

kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, berdaun bunga tiga, serta

berkelopak 3 helai. Sedangkan bunga betina berwarna hijau, memiliki mahkota

bunga segi tiga yang beruas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga.

Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.

Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila

proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat.

5. Biji

Biji aren berada dalam buah yang masih belum terlalu matang. Biji aren

mempunyai tekstur yang lembek dan berwarna bening, kulitnya berwarna kuning

dan tipis, dan berbentuk bulat atau lonjong. Biji muda ini di kenal dengan nama

kolang-kaling. Aren mempunyai perakaran serabut, menyebar secara horizontal

memndalam hinggga mencapai > 5 m.

Begitu banyak ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang bahan

bakunya berasal dari pohon aren dan permintaan produk-produk tersebut baik

untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor semakin meningkat. Hampir

Semua bagian pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai

kebutuhan, baik bagian fisik (daun, batang, ijuk, akar, dll.) maupun bagian

produksinya (buah, nira dan pati/tepung). Pohon aren adalah salah satu jenis

tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam

Page 9: Pendahuluan Aren

9

batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai

ekonomi.

6. Buah

Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan

panjang sekitar 90 cm. Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa

terdapat 4-5 tandan buah. Buah aren termasuk buah buni, bentuknya bulat, ujung

tertoreh, 4x5 cm, sesil dan terdapat 3 mbractea yang tebal, secara rapat berkumpul

sepanjang tangkai perbungaan, berwarna hijau, buah masak warna kuning,

terdapat 3 biji keras (Ramadani et al., 2008). Buah aren berupa buah buni, yaitu

buah yang berair tanpa dinding dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong,

bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren mengandung tiga biji. Buah aren yang

setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek dan berwarna kuning. Inti biji

(endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Endosperma buah aren

berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca kalau masih muda

(Soeseno, 1992). Inti biji inilah yang disebut kolang-kaling dan biasa digunakan

sebagai bahan makanan (Lutony, 1993).

Dari segi komposisi kimia, kolang-kaling memiliki nilai gizi sangat

rendah, akan tetapi serat kolang kaling baik sekali untuk kesehatan. Serat kolang-

kaling dan serat dari bahan makanan lain yang masuk ke dalam tubuh

menyebabkan proses pembuangan air besar teratur sehingga bisa mencegah

kegemukan (obesitas), penyakit jantung koroner, kanker usus, dan penyakit

kencing manis (Lutony, 1993). Kolang kaling banyak digunakan sebagai bahan

Page 10: Pendahuluan Aren

10

campuran beraneka jenis makanan dan minuman. Antara lain dalam pembuatan

kolak, ronde, ice jumbo, es campur, cake, minuman kaleng, manisan dan lain-lain.

7. Nira

Aren mulai berbunga pada umur 12 sampai 16 tahun, bergantung pada

ketinggian tempat tumbuh dan sejak itu aren dapat disadap niranya dari tandan

bunga jantan selama 3 sampai 5 tahun (Heyne, 1950). Sesudah itu pohon tidak

produktif lagi dan lama kelamaan mati. Dari hasil survei di Sulawesi Utara

dilaporkan bahwa rata-rata hasil nira setiap pohon aren adalah 6,7 liter per hari

(Mahmud et al., 1991). Sedangkan Soeseno (1992) mengemukakan bahwa dari

setiap tandan bunga aren yang disadap seharinya hanya dapat dikumpulkan 2

sampai 4 liter/tandan.

Sementara Sunanto (1992) menyatakan bahwa satu tandan bunga dapat

menghasilkan 4 sampai 5 liter nira per hari. Hasil penelitian Lempang dan

Soenarno (1999) di Kabupaten Maros provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan

bahwa volume produksi nira aren dari setiap tandan bunga jantan pohon aren rata-

rata 4,5 liter/hari dengan kisaran antara 2,8 sampai 7,0 liter/hari dengan waktu

penyadapan setiap tandan 1,5 sampai 3bulan (rata-rata 2,5 bulan). Pada tanaman

aren yang sehat setiap tandan bunga jantan bisa menghasilkan nira sebanyak 900-

1.800 liter/tandan, sedangkan pada tanaman aren yang pertumbuhannya kurang

baik hanya rata-rata 300-400 liter/tandan (Lutony, 1993). Di beberapa daerah

dalam setahun dapat disadap sampai 4 tandan bunga per pohon, dan setiap tandan

bunga dapat disadap 3-5 bulan. Dalam keadaan segar nira berasa manis, berbau

khas nira dan tidak berwarna. Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain

Page 11: Pendahuluan Aren

11

karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa manis pada nira disebabkan

kandungan karbohidratnya mencapai 11,28%. Nira yang baru menetes dari tandan

bunga mempunyai pH sekitar 7 (pH netral), akan tetapi pengaruh keadaan

sekitarnya menyebabkan nira aren mudah terkontaminasi dan mengalami

fermentasi sehingga rasa manis pada nira aren cepat berubah menjadi asam (pH

menurun).

Produk-produk nira dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang

tidak mengalami proses fermentasi dan yang mengalami fermentasi (Barlina dan

Lay, 1994). Nira aren yang masih segar dan rasanya manis dapat langsung

diminum, atau dapat dibiarkan terlebih dahulu mengalami fermentasi sebelum

diminum. Nira yang masih segar digunakan untuk obat sariawan, TBC, disentri,

wasir dan untuk memperlancar buang air besar (Ismanto et al., 1995). Nira aren

yang telah mengalami fermentasi (peragian) berubah menjadi tuak. Tuak dari hasil

fermentasi nira aren juga berguna sebagai perangsang haid dan cukup ampuh

untuk melawan radang paru-paru dan mejan (Lutony, 1993). Selain sebagai

minuman, nira aren segar juga terutama digunakan sebagai bahan baku

pengolahan gula aren.

Pengolahan nira secara langsung setelah diturunkan dari pohon

menghasilkan gula 104,8 gram per liter nira atau rendemen produksi 10,48%

(Lempang, 2000). Pengolahan langsung nira menghasilkan gula aren yang

berwarna coklat kemerahan, sifat lebih solid dan memiliki rasa lebih manis.

Sedangkan nira yang terlambat diolah akan menghasilkan gula yang berwarna

kekuningan, lunak atau tidak mengeras sehingga tidak dapat dicetak. Sampai saat

Page 12: Pendahuluan Aren

12

ini produk utama pohon aren adalah gula aren. Produk ini sudah dikenal

masyarakat umum. Dari segi fisiknya gula aren mempunyai kekhasan tersendiri

apabila dibandingkan dengan gula dari sumber yang lain (gula tebu, gula bit).

Kekhasan gula aren antara lain lebih muda larut, keadaannya kering dan bersih

serta mempunyai aroma khas (Rumokoi, 1990).

Oleh sebab itu gula aren banyak digunakan dalam pembuatan kue, kecap

dan produk pangan lainnya. Gula aren sering juga digunakan dalam ramuan obat

tradisional dan diyakini memiliki khasiat sebagai obat demam dan sakit perut

(Lutony, 1993). Gula aren mengandung glukosa cukup tinggi yang dapat

membersihkan ginjal sehingga kita terhindar dari penyakit ginjal (Sapari, 1994).

Kekhasan gula aren dari segi kimia yaitu mengandung sukrosa kurang lebih 84%

dibandingkan dengan gula tebu dan gula bit yang masing-masing hanya 20%dan

17% sehingga gula aren mampu menyediakan energi yang lebih tinggi dari gula

tebu dan gula bit (Rumokoi, 1990). Selain itu, kandungan gizi gula aren (protein,

lemak, kalium dan posfor) lebih tinggi dari gula tebu dan gula bit (kerekan), gula

pasir dan gula semut (Sapari, 1994).

Gula cetak pada umumnya memiliki bentuk sesuai bentuk cetakan yang

digunakan. Gula pasir adalah gula aren yang dikristalkan kecil-kecil seperti pasir

dan berwarna merah. Gula semut bukanlah gula yang bentuknya seperti semut dan

bukan pula gula yang dikerumuni semut. Gula semut merupakan jenis gula yang

dibuat dari nira dengan bentuk serbuk atau kristal dan berwarna kuning

kecokelatan sampai coklat (Lutony, 1993). Gula semut mirip dengan gula pasir

(aren), akan tetapi ukurannya lebih besar sedikit dari pada gula pasir. Gula semut

Page 13: Pendahuluan Aren

13

ini telah dipasarkan secara luas dengan berbagai merek. Umumnya gula aren

diproduksi dalam bentuk gula cetak yang disebut juga sebagai gula padat, akan

tetapi ada juga yang diproduksi dalam bentuk gula cair (Lutony, 1993). Gula aren

cair atau sirup aren ini di daerah Palembang disebut tengguli (gula mangkok) yang

diproduksi dan diberikan antara lain kepada perusahaan-perusahaan pembakaran

roti (Lahiya, 1983).

Pada waktu musim hujan nira aren di daerah tersebut hanya khusus dibuat

tengguli, karena gula aren balok (cetak) sangat hygroskopis sehingga cepat

menjadi lunak dan meleleh. Sedangkan pada musim kering apabila nira tidak

banyak mengalir, tetapi dalam pada itu didapatkan nira yang berkadar gula tinggi,

maka lebih disukai untuk membuat balok-balok gula. Negara-negara yang

membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat,

Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994). Produk-produk dari

nira aren yang dihasilkan melalui proses fermentasi antara lain nata pinnata, cuka

dan alkohol. Nata berasal dari bahasa spanyol yang bahasa Inggrisnya berarti

cream (Afri, 1993), sedangkan pinnata merupakan kata yang diambil dari nama

botanis pohon aren, yaitu Arenga pinnata.

Nata merupakan jenis makanan penyegar atau pencuci mulut (food dissert)

yang memegang andil yang cukup berarti untuk kelangsungan fisiologi secara

normal (Barlina dan Lay, 1994). Pengolahan nira aren dengan penambahan pupuk

ZA sebanyak 2,5 gram per liter nira menghasilkan rendemen nata pinnata ratarata

94,22% (Lempang, 2006). Jika dilihat dengan kasat mata, secara fisik nata pinnata

adalah produk berbentuk padat, bertekstur lembut, kenyal dan berwarna putih.

Page 14: Pendahuluan Aren

14

Akan tetapi produk ini mengandung kadar air yang sangat tinggi yaitu rata-rata

97,4%, sedangkan sisanya adalah bahan padat. Selain Info Teknis EBONI

mengandung air yang tinggi, nata pinnata juga mengandung serat 0,82%, protein

0,15%, sementara kandungan vitamin C, lemak, kalsium dan posfor sangat

rendah. Selain gula aren dan nata pinnata, nira aren dapat juga digunakan untuk

menghasilkan minuman beralkohol melalui proses fermentasi.

Proses fermentasi yang terjadi dalam pembuatan minuman beralkohol

biasanya berlangsung secara spontan oleh adanya aktifitas organisme yang ada

dalam nira itu sendiri. Mikroorganisme yang dominan dalam fermentasi nira

adalah Saccharomyces cerevisae, disamping jenis khamir yang lain seperti

Schizosaccharomyces sp dan Candida sp serta beberapa jenis bakteri (Rumokoi,

1990). Salah satu produk yang dihasilkan petani aren di daerah Sulawesi Utara

adalah arak atau cap tikus yang mengandung alkohol antara 30-50% dan untuk

mendapatkan 1 liter cap tikus dibutuhkan bahan baku nira antara 7-8 liter (Torar

dan Kindangen, 1990). Usaha pembuatan arak (minuman beralkohol) ini sudah

semakin terbatas oleh berbagai ketentuan yang ada. Di samping itu harga arak

yang dipasarkan juga rendah, sehingga lebih baik jika produksinya diarahkan

sebagai bahan baku industri selain minuman, juga kosmetika dan farmasi (Torar

dan Kindangen, 1990). Cuka dapat juga diperoleh melalui proses fermentasi

berlanjut dari nira aren, dimana lama kelamaan alkohol dalam nira aren akan

terurai dan terbentuk menjadi cuka (asam asetat). Jika pebuatan alkohol dari nira

dilakukan dalam wadah tertutup, sebaliknya pembuatan cuka justru dilakukan di

dalam wadah terbuka dan setelah 8 hari seluruh nira sudah berubah menjadi cuka.

Page 15: Pendahuluan Aren

15

Di Ambon, untuk mempercepat pembentukan asam cuka ini nira dibubuhi

tumbukan biji galoba kusi (Horstedtia rumphii) dan prosesnya dilakukan dalam

wadah tertutup yang dijemur di matahari atau dipanasi di dapur (Soeseno, 1992).

Setelah disaring dan dibersihkan dari kotoran yang mengendap di dasar wadah,

cuka aren boleh dipakai sebagai bumbu masak. Karena kadar asam asetatnya

hanya 3%, cuka aren ini tidak tahan lama disimpan.

8. Tepung

Batang aren terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (perifer) yang

berwarna hitam dan keras serta bagian sentral (empulur) yang berwarna putih dan

lunak. Tepung (pati) yang diperoleh dari ekstraksi bagian sentral batang biasanya

dilakukan setelah pohon tidak lagi produktif menghasilkan nira (Soeseno, 1992).

Empulur batang aren berkadar tepung 48,9% (Ismanto et al.,1995). Akan tetapi

setiap pohon aren menghasilkan tepung yang bervariasi. Di Indonesia dari setiap

batang pohon aren dapat diperoleh tepung antara 60-70 kg (Rumokoi, 1990).

Namun menurut Ismanto, et al. (1995) setiap batang aren menghasilkan 100-150

kg tepung. Di dalam pemasaran tepung aren dikenal dengan istilah ” hun kwe ”

dan tepung maizena, dimana tepungtepung ini mengandung lebih dari 85% tepung

aren. Tepung aren tersebut banyak dipakai untuk bahan makanan antara lain kue,

cendol, bakso, bakmie (mie), bihun, sohun dan hun kwe (Lutony, 1993; Sunanto,

1993 ; Ismanto et al. 1995).

Page 16: Pendahuluan Aren

16

2.3 Syarat Tumbuh Aren

2.3.1 Iklim

Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20 -

250C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.

Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup

tinggi diantara 1.200 - 3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota

pada tanaman aren (Polnaja, 2000).

Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yaitu

minimum sebanyak 1200 mm setahun. Jika diperhitungkan dengan perumusan

Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah iklim

sedang sampai iklim agak basah. Tanaman aren tidak membutuhkan sinar matahari

yang terik sepanjang hari, sehingga dapat tumbuh dengan subur di daerah-daerah

perbukitan yang lembab yang banyak ditumbuhi oleh berbagai tanaman keras

(Sunanto, 1993).

2.3.2 Tanah

Jenis tanah yang dipilih untuk berkebun aren harus jenis tanah-tanah yang

yang cukup sarang (mudah meneruskan kelebihan air), seperti misalnya tanah

beranjangan yang gembur, tanah vulkanis di lereng gunung, dan tanah liat berpasir di

sepanjang tepian sungai. Tanah-tanah itu tidak boleh mengandung batu cadas dan air

tanah yang menggenang (berhenti mengalir) di lapisan dangkal yang kurang dari 1 m,

karena dapat menghambat pertumbuhan akar (Soeseno, 2000).

Page 17: Pendahuluan Aren

17

2.4 Teknik Budidaya Aren

2.4.1 Pengumpulan dan Pemilihan Biji

Tanaman aren dapat di perbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan

cara ini akan di peroleh bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan

mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran.

Langkah yang perlu di lakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.

a. Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.

b. Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak)

c. Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)

d. Kulit buah halus (tidak diserang penyakit).

2. Keluarkan biji buah aren yang telah dikumpulkan

3. Kemilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat:

a. Ukuran biji relative besar

b. Berwarna hitam kecoklatan

c. Biji dalam keadaan sehat (tidak berpenyakit)

d. Permukaan halus (tidak keriput)

4. Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren

terkandung asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan

rasa sangat gatal.

Page 18: Pendahuluan Aren

18

2.4.2 Pembibitan

Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari

permudaan alam dan bibit dari hasil ppersemaian biji.

a. Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.

Proses pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang.

Binatang tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya keluar secara utuh dari

perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan

berkolompok. Untuk menanamnya dilapangan,dapat di lakukan dengan cara

mencabut secara putaran.

Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam dilapangan atau

melalui proses penyapihan dengan memasukkan anakan ke dalam kantong.

b. Pengadaan bibit melalui persemaian

Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang

baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian.

Proses penyemaian biji aren berlangsung agak lama, untuk mempercepat

dapat di lakukan upaya perlakuan biji sebelum disemai

Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastik ukuran 20 x 25 cm

yang diisi dengan kom[pos, pasir dan tanah 3:1:1 dan lubangi secukupnya pada

bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan

tersebut di masukkan kedalam kantong plastik tersebut sedalam sekitar ¾ bagian

biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga menghadap kebawah dengan

posisi agak miring.

Page 19: Pendahuluan Aren

19

Untuk mencapai bibit siap tanam dilapangan (ukuran=40 vm) diperlukan

waktu persemaian 12-15 bulan.

2.4.3 Penanaman

Teknik penanaman aren dapat dilakukan dengan system monokultur atau

dengan system agroforestri/tumpangsari. Pembersihan lapangan dari vegetasi

yang ada dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta

pembuatan lubang tanaman.

Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30x30x30 cm dan jarak antar

lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m, untuk mempercepat pertumbuhan

pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang,

urea, TSP, sekitar 3-5 hari setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan

penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.

2.4.4 Pemeliharaan Tanaman

Agar budidaya aren dapat berhasil dengan baik di perlukan pemeliharaan

tanaman yang cukup. Pemeliharaan tanaman aren meliputi:

1. Pengendalian Hama Penyakit

Hama dan penyakit pohon aren belum terlalu banyak diketahui. Namun

sebgaai langkah pencegahan dapat di ketahui dengan mengetahui hama dan

penyakit yang biasa menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa

sawit dan sagu.

Hama pada jenis tanaman palmae antara lain berupa kumbanhg badak,

kumbang sagu. Hama lain pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti

lebah, kelelawar dan musang. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara:

Page 20: Pendahuluan Aren

20

a. Mekanis, yaiitu pohon-pohon aren yang mendapat serangan hama di tebang

dan dibakar.

b. Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida tertentu seperti heptachlor 10

gram, Diazonin 10 gram dan BHC.

Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren dipersemaian adalah

bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh pestalotia sp, penanggulangan

penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45.

2. Penanggulangan Tanaman Penganggu (gulma)

Tanaman penganggu atau (gulma) pada tanaman aren sangat menganggu

pertumbuhannya. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus di lakukan.

Gulma pada tanaman/ pohon aren umumnya terdapat di dua tempat yaitu

pada bagian batang dan pada tanah disekitar pangkal teratur yaitu 4 kali setahun

sampai tanaman berumur 3-4 tahun. Teknis pemberantasan dilakukan dilakukan

dengan cara mekanis yaitu dengan menghilangkan tanaman penganggu tersebut

dari pohon aren.

3. Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk merangsang pertumbuhan agar lebih cepat,

pemupukan di lakukan pada tanaman berumur 1-3 tahun dnegan memberikan

pupuk urea, NPK, dan pupuk kandang yang di taburkan pada sekeliling batang

yang telah digemburkan tanahnya.

Page 21: Pendahuluan Aren

21

2.4.5 Panen & Pasca Panen

Seperti telah diuraikan dimuka, hampir dari semua pohon aren dapat

dimanfaatkan atau menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi. Jenis

produk yang dihaasilkan dari pohon aren yaitu sebagai berikut:

a. Ijuk

Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun

sampai dnegan tongkol-tongkol bunganya keluar. Pohon yang masih mudah

produksinya kecil. Demikian pula, pohon yang mulai berbunga kualitasb dan hasil

ijuknya tidak baik.

Pemungutan ijuk dapat dilakukan dengan memotong pangkal pelepah-

pelepah daun, kemudian ijuk yang bentuknya berupa lempengan anyaman ijuk

iytu lepas dengan menggunakan parang dari tempat ijuk itu menempel.

Lempengan-lempengan anyaman ijuk yang baru dilepas dari pohon aren,

mamsih mengandung lidi-lidi ijuk, lidi-lidi ijuk dapat dipisahkan dari serta-serat

ijuk dengan menggunakan tangan. Un tuk membersihkan serat ijuk dari berbagai

kotoran dan ukuran serat ijuk yang besar, di gunakkan sisir kawat. Ijuk yang

sudah di bersihkan dapat dipergunakan untuk membuat tambang ijuk, sapu ijuk,

atap ijuk dan lain-lain.

b. Nira

Nira aren dihasilkan dari penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga

jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga jantan maupun

bunga betina dapat menghasilkan kualitas nira yang baik dann jumlah yang

banyak. Oleh karena itu, biasanya penyadapan nira hanya dilakukan pada tandan

Page 22: Pendahuluan Aren

22

bunga jantan. Sebelum penyadapan di mulai, dilakukan persiapan penyadapan

yaitu:

1. Memillih bunga jantan yang siap disadap, yaitu bunga jantan yang tepunng

sarinya sudah banyak yang jatuh di tanah. Hal ini dapat dilihat jika disebelah

batang pohon aren, permukaan tanah tampak berwarna kkuning tertutupi oleh

tepung sari yang jatuh.

2. Pembersihan tongkol (tandan) bunga dan memukul-mukul serta mengayun-

ayunkannya agar dapat memperlancar keluarnya nira.

Pemukkulan dan pengayunan di lakukan berulang-ulang selama tiga minggu

dengan selang 2 hari pada pagi dan sore dengan jumlah pukulan kurang lebih

250 kali.

Untuk mengetahui apakah bunga jantan yang sudah di pukul-pukul dan

diayu-ayun tersebut sudah atau menghasilkan nira, di lakukan dengan cara

menorah (dilukai) tongkol (tandan) bunga tersebut. Apabila torohan tersebut

mengeluarkan nira maka bunga jantan sudah siap disadap.

Penyadapan dilakukan dengan memotong tongkol (tandan) bunga pada

bagian yang ditoreh. Kemudian pada potongan tongkol dipasanng bumbug

bamboo sebagai penampung nira. Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam

24 jam) pagi dan sore. Pada setiap penggantian bumbung bamboo dilakukan

perbaharuan irisan potongan dengan maksud agar saluran atau pembuluh kapiler

terbuka, sehingga nira dapat keluar dengan lancer. Setiap tongkol (tandan) bunga

jantan dapat dilakukan penyadapan selama 3-4 bulan sampai tandan mongering.

Hasil dari air aren dapat diolah menjadi gula aren, tuak, cuka dan minuman segar.

Page 23: Pendahuluan Aren

23

2.4.6 Tepung Aren

Tepung aren dapat dihasilkan dengan memanfaatkan batang pohon aren

dengan proses sebagai berikut :

1. Memiliki batang pohon aren yang banyak mengandung pati/tepungnya

dengan cara: umur pohon relative muda (15-25 tahun), menancapkan kampak

atau pahat kedalam batang sedalam 10-12 cm pada ketinggian 1,5 m dari

permukaan tanah. Periksa ujung kampak atau pahat tersebut apakah terdapat

tepung/pati yang menempel. Apabila terdapat tepung atau pati tebang pohon

tersebut.

2. Potong batang pohon yang sudah di tebang menjadi beberapa bagian

sepanjang 1,5-2,0 m.

3. Belah dan pisahkan kulit luar dari batang dengan empelurnya

4. Empelur diparut atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan air bersih

(diekstraksi), kemudian di endapkan semalaman (kurang lebih 12 jam)

dilakukan pemisahan air dengan endapannya. Lakukan pencucian kembali

dengan air bersih dan diendapkan lagi, sampai menghasilkan endapan yang

bersih

5. Hasil endapan dijemur sampai kering

Tepung aren dapat dipergunakan sebagai bahan baku seperti mie,soun, dan

campuran bahan perekat kayu lapis.

2.4.7. Kolang-kaling

Kolang-kaling dapat diperoleh dari inti biji buah aren yang setengah

masak. Tiap buah aren mengandung biji buah. Buah aren yang setengah masak,

Page 24: Pendahuluan Aren

24

kulit biji buahnya tipis, lembek dan berwarna kuning inti biji (endosperm)

berwarna putih agak bening dan lembek, endosperm inilah yang diolah menjadi

kolang-kaling.

Adapun cara untuk membuat kolang-kaling:

1. Membakar buar aren dengan tujuan agra kulit luar dari biji dan lender yang

menyebabkan rasa gatal pada kulit dapat dihilangkan. Biji-biji yang bagus, di

bersihkan dengan air sampai dihasilkan inti biji yang bersih.

2. Merebus buah aren dalam kuali sampai mendidih selama 1-2 jam. Dengan

merebus buah aren ini, kulit biji menjadi lembek dan memudahkan untuk

melepas/memisahkan dengan inti biji. Inti biji ini di cuci berulang-ulang

hingga menghasilkan kolang-kaling.

Page 25: Pendahuluan Aren

25

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pada dasarnya aren yang ada di lokasi praktikum ini bukanlah sengaja

ditanam ataupun dibudidayakan. Aren-aren tersebut sebenarnya tumbuh liar, hal

itu terlihat dari keadaan lahan dan aren serta pengakuan dari masyarakat pemilik

aren tersebut. Umumnya warga yang ada di lokasi tersebut belum memahami akan

prospek yang dimiliki aren tersebut sehingga kurang memperhatikan dan merawat

pohon arennya. Terlihat dari kondisi aren di lahan tersebut yang kurang terawat,

pertumbuhannya kurang optimal, jarak tanamnya yang tidak menentu, sampai

buah yang jatuh sia-sia.

Perkembangan pertanian aren membutuhkan penyuluhan dan areal lahan

yang luas. Bagi warga dan petani awam akan sangat bermanfaat jika banyak

pengetahuan yang didapat tentang prospek tanaman aren. Petani aren akan

berusaha meningkatkan produksi tanaman aren. Dengan meningkatnya produksi

tanaman aren akan sangat berguna bagi kemajuan ekonomi negara dibidang

pertanian. Tanpa adanya lahan pertanian luas juga akan menghambat produksi

tanaman aren. Pengetahuan tentang pupuk dan pemupukan juga perlu di

tingkatkan karena penggunaan pupuk anorganik terus menerus bisa membuat

menurunya kualitas tanah. Menurunya kualitas tanah juga akan berpengaruh pada

pertanian di masa yang akan datang.

Untuk itu diharapkan perubahan yang signifikan dari pola pikir masyarakat

khususnya yang ada di Kutai Timur untuk lebih mengembangkan lagi aren.

Page 26: Pendahuluan Aren

26

Di bawah ini disajikan skema kerangka pemikiran budidaya aren sebagai

berikut :

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Budidaya Aren

Pemanfaatan Tumpang Sari

Faktor-Faktor Pendukung

Pentingnya Sosialisasi Tentang Prospek Aren

Page 27: Pendahuluan Aren

27

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Budidaya Tanaman Aren dilaksanakan pada hari Kamis, 05

November 2015 pukul 16.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Jln. IA

Muis, Gg. Kutai Indah, Sangatta Selatan.

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya alat tulis, dan

kamera. Sedangkan bahan yang digunakan diantaranya tanaman aren.

4.3 Metode Praktikum

1. Kunjungan langsung ke lokasi praktikum.

2. Melakukan wawancara langsung kepada warga pemilik pohon aren tersebut.

3. Penjelasan teknik budidaya aren oleh dosen pembimbing.

Page 28: Pendahuluan Aren

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perbandingan Morfologi Aren

Berdasarkan pengamatan saat praktikum yang dilaksanakan di Desa

Sangatta Selatan menunjukkan pohon aren yang jauh berbeda dengan penampilan

aren pada umumnya. Hal ini dikarenakan aren-aren yang ada di Desa Sangatta

Selatan tersebut tidak sengaja ditanam atau tidak benar-benar dibudidayakan oleh

masyarakat sekitar, tetapi hanya tumbuh liar. Dengan demikian memberikan

dampak yang cukup buruk bagi pohon aren tersebut.

Dilihat dari ukuran pohon yang terlihat kurus dan menjulang tinggi.

Ukuran tinggi dan lingkar batangnya selalu dibawah rata-rata aren pada

umumnya. Hal ini dikarenakan banyaknya tanaman pengganggu lain sehingga

menghalangi matahari untuk menyinari pohon tersebut sehingga batangnya

memberikan respon bertambah tinggi dan membengkok untuk mencari cahaya.

Selain itu ijiknya juga tumbuh tidak teratur, sehingga menebal diseluruh bagian.

Seharusnya dirawat agar tidak menjadi inang hama dan penyakit.

Pelepah daun yang dimiliki aren di Desa tersebut juga dalam kondiri

memprihatinkan, keadaan daun tidak merata. Ada yang lebar, ada yang tidak. Hal

ini dikarenakan kurangnya asupan unsur hara dan unsur penunjang lainnya seperti

air.

Bunga aren yang ada di lokasi tersebut juga kurang baik karena banyak

buah yang rontok belum waktunya dan mudah mengering. Bunga juga nampak

tidak terawat dan ukurannya lebih kecil dari kebanyakan aren. Dengan demikian

otomatis produksi nira dari aren ini juga sangat sedikit.

Page 29: Pendahuluan Aren

29

6.2. Pebandingan Teknik Budidaya

Berdasarkan praktikum dengan metode wawancara yang telah

dilaksanakan, teknik budidaya aren di Sangatta Selatan tidak berpacu pada teknik

budidaya aren yang ada pada umumnya. Dalam teknik budidaya aren yang benar

biasanya perlu diperhatikan pengaturan jarak tanamnya. Aren yang ada di

Sangatta Selatan tidak teratur jarak tanamnya, terlihat ada yang berdempet dan

pelepah daun yang saling bersentuhan.

Selain itu pada bagian perawatan juga terlihat memprihatinkan. Terlihat

dari pohon aren itu sendiri yang pelepah daunnya tidak pernah dilakukan

pemangkasan, begitu juga ijuknya yang dibiarkan tumbuh tanpa dilakukan

pemangkasan. Padahal sebenarnya perlu dilakukan pemangkasan ijuk agar dapat

mengatur suhu dan biasanya ijuk yang terlalu lebat dapat menjadi inang hama dan

penyakit karena udaranya yang lembab.

Pengendalian gulma dilakukan seadanya, karena terlihat dari banyaknya

tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh berdempetan di sekitar pohon aren tersebut

seperti pohon rambutan. Seharusnya untuk membudidayakan aren yang benar

harus diperhatikan gulma yang ada disekitarnya, apalagi gulma tersebut sudah

cukup besar. Dengan demikian persaingan akan terjadi antara gulma dan aren.

Banyaknya tanaman pengganggu yang tumbuh menyebabkan aren

terhimpit dan ternaungi dari sinar matahari. Seharusnya pada saat aren berusia

awal hinggan usianya 5 tahun, harus diberikan tanaman pelindung. Sebaliknya

jika sudah berumur 5 tahun keatas sebaiknya tidak usah diberi tanaman pelindung

agar tumbuhnya lebih optimal.

Page 30: Pendahuluan Aren

30

6.3. Hasil/ Pasca Panen

Pada umumnya aren menghasilkan nira sekitar 20 liter/poho, sedangkan

aren yang ada di Sangatta Selatan hasil panennya belum pernah diproduksi dengan

serius. Hal ini dikarenakan aren ini hanya menjadi tanaman sampingan karena

tumbuh liar.

Page 31: Pendahuluan Aren

31

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Pohon aren yang ada si Sangatta Selatan tumbuh liar sehingga berdampak

pada pertumbuhan aren yang kurang optimal karena perawatan yang tidak

maksimal. Hal itu dikarenakan belum adanya pengetahuan mengenai prospek

tanaman aren tersebut.

6.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum aren selanjutnya dilaksanakan di lahan yang

benar-benar membudidayakan aren agar perbandingannya dapat terlihat jelas.