29
MODEL PEMBELAJARAN HUMANISTIK Makalah dalam Matakuliah TEORI DAN MODEL DALAM TEKNOLOGI PEMBELAJARAN (TEP731) Pembina: Prof. Dr. H. Punaji Setyosari, M.Pd., M.Ed. Oleh: Abdus Syakur NIM: 110121609133 DTEP 075019 {BELUM ADA LOGO} UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PEMBELAJARAN OKTOBER 2011

Pendahuluan - Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

  • Upload
    dongoc

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

MODEL PEMBELAJARAN HUMANISTIK

Makalah dalam MatakuliahTEORI DAN MODEL DALAM

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN (TEP731)

Pembina:Prof. Dr. H. Punaji Setyosari, M.Pd., M.Ed.

Oleh:Abdus Syakur

NIM: 110121609133 DTEP 075019

{BELUM ADA LOGO}

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCA SARJANA TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

OKTOBER 2011

Page 2: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................................ i

Pengantar......................................................................................................................... ii

A. Pendahuluan.............................................................................................................1

B. Filsafat Humanisme..................................................................................................2

C. Psikologi Humanistik.................................................................................................3

1. Beberapa Asumsi Dasar Psikologi Humanistik...................................................4

2. Kekuatan Pendekatan Psikologi Humanistik......................................................5

D. Pembelajaran dengan Pendekatan Humanistik........................................................6

E. Model-model Pembelajaran dengan Pendekatan Humanistik.................................9

1. Model Pendidikan Populer (Popular Education)................................................9

2. Model Belajar Orang Dewasa (Adult Learning)...............................................11

3. Model Belajar Lancaster..................................................................................13

F. Kesimpulan.............................................................................................................14

Lampiran 1.....................................................................................................................15

Lampiran 2.....................................................................................................................16

Referensi........................................................................................................................17

i

Page 3: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Pengantar

Penuh karat dan debu tebal. Label pada rak-rak penyimpanan sebagian besar

sudah tidak terbaca lagi. Itulah gambaran awal bagaimana penulis mencoba memulai

membuka lembaran-lembaran dari long term memory yang masih terselip di sedikit

sekali skemata teknologi pembelajaran yang tersisa. Upaya rehearsal ini ternyata tidak

sesederhana perkiraan awal. Lebih-lebih lemari yang berisi hobi terbaru, uraian tekno-

praktis berada persis di dekat pintu masuk ruang (tep) ini.

Pendidikan humanistik!, konstruk besar yang segera menyergap begitu penulis

mulai menekuni tema “Mengkaji teori, model & strategi humanistik, sosial, dan afektif

dalam RSP” dalam Satuan Acara Perkuliahan berkode TEP 731. Kecamuk berbagai hal

‘kurang’, bertubi-tubi mendera pikiran dan perasaan. Kurang referensi, kurang waktu,

kurang ruang, kurang siap! Sesungguhnya yang terakhir ini yang agak tepat, dan

semuanya karena penulis kurang sigap mengelola semua sumber (termasuk sekadar

belum fotocopy dan kurangnya) daya.

Seorang kawan berujar, “Janganlah mempersulit perkara yang sudah

dipermudah, apalagi mempersulit perkara yang memang sulit”. Anyway, the show

must go on, maka meski serba gamang, penulis memberanikan diri mengotak-atik

beragam pikiran orang pakar. Penulis menyerah pada desakan waktu, dan

menggunakan (bukan)metode serabutan, dengan tidak sedikit bantuan uncle google.

Penulis berharap (mungkin tidak bisa) banyak arahan, bantuan dan saran dari

rekan-rekan di sekolah doktoral ini, dan terutama pembina matakuliah, Bapak Prof.

ii

Page 4: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Punaji Setyosari. Menulis hampir mustahil tanpa membaca. Sementara membaca..?

Semoga belajar membaca dan menulis lagi ini adalah langkah awal yang baik, amin.

Malang, Oktober 2011

iii

Page 5: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

A. Pendahuluan

Penulis mulai mendekati diskursus tentang teori, model dan strategi humanistik

dalam pembelajaran, melalui penelusuran pustaka ontologis-epistemis-aksiologis

konstruk humanis, humanisme, dan humanistik, termasuk melalui sedikit sekali buku

dan mesin pencari. Kata kunci yang digunakan, pendidikan humanistik. Overview

terhadap sejumlah halaman yang terlihat representatif mengantarkan penulis pada

pernyataan bahwa model pembelajaran humanistik berakar pada filsafat humanisme

dan psikologi humanistik.

Agar diperoleh pemahaman latar yang lebih baik, penulis menelusuri kembali

cikal-bakal model humanistik dalam pembelajaran tersebut, sekali lagi melalui sedikit

buku dan mesin pencari. Meski serba singkat, simpul-simpul yang berhasil ditemukan,

kemudian dituliskan kembali disertai uraian kontekstual. Uraian kontekstual dimaksud,

berupa pemerian kedekatannya dengan model dasar pembelajaran humanistik secara

singkat.

Di atas dasar pikiran-pikiran orang pakar pada dua latar (filsafat dan psikologi)

tersebut, penulis berusaha melakukan rekonstruksi model humanistik. Rekonstruksi di

sini tidak dapat dipersepsi sebagai upaya membangun kembali konstruk pendidikan

humanistik, mengingat kapasitas tulisan ini tidak sampai pada matra itu. Rekonstruksi

yang dimaksudkan lebih kepada upaya menyatukan kembali serpihan-serpihan

pemahaman, guna memperoleh pemahaman yang agak utuh mengenai apa dan

bagaimana model humanistik itu, melalui alur berpikir sederhana deduktif > induktif.

Istilah teori, model, dan pendekatan sesungguhnya tiga hal yang berbeda,

tetapi mengingat persinggungannya yang intensif, ketiganya sering digunakan secara

1

Page 6: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

bergantian untuk menunjuk kepada konstruk yang sama. Agar lebih jelas, penulis

menggunakan istilah teori untuk menunjuk kepada pendapat yang didasarkan pada

penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi (Setiawan E., 2010). Model

dalam hal ini dipahami sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dsb.) dari sesuatu yang akan

dibuat atau dihasilkan (Setiawan E., 2010). Sedangkan pendekatan digunakan untuk

menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah

(Setiawan E., 2010).

Kajian utama tulisan ini berupa uraian singkat tentang model-model

pembelajaran yang menggunakan pendekatan humanistik. Sedapat mungkin masing-

masing model disertai contoh atau setidaknya prinsip-prinsip utama yang digunakan.

Kemudian pada bagian akhir, penulis mengikatkan sejumlah mata rantai antara model

humanistik dengan disain pembelajaran humanistik. Mata rantai tersebut dapat

berupa konsep, prinsip, maupun prosedur yang dapat diterapkan dalam disain dan

kegiatan pembelajaran.

B. Filsafat Humanisme

Pada rentang tahun 1940-an sampai dengan tahun 1950-an kaum eksistensialis

di Eropa mempersoalkan makna dari kehidupan. Jean Paul Sartre (seorang

eksistensialis Perancis), menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas

hidupnya sendiri, dan atas akibat dari pilihan-pilihan yang mereka buat akan

menentukan nasib mereka sendiri. Tuhan sudah mati, oleh karena itu nasib Anda ada

di tangan Anda sendiri. Hal ini digambarkan dalam novel Sartre: Les Jeux sont faits

(dadu telah dilemparkan) yang menceritakan bagaimana orang tidak dapat memilih

kebahagiaan mereka sendiri meski mereka memiliki kesempatan untuk kedua kalinya.

2

Page 7: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Beban kehidupan dan kenyataan bahwa manusia akan mati adalah kondisi yang

dipahami oleh banyak orang, tetapi pencarian mereka akan arti kehidupan

menghempaskan mereka ke dalam kesendirian di sudut-sudut sunyi kehidupan. Beban

tanggung jawab atas hidup sendiri kadangkala membuat pilihan bunuh diri lebih

disukai karena kematian adalah satu-satunya hal yang pasti. Trend filosofi intelektual

ini sangat berpengaruh di Eropa sendiri dan meluas hingga ke Amerika, sebagai akibat

banyaknya psikolog Eropa yang hijrah karena perang dunia II.

C. Psikologi Humanistik

Humanistik, humanisme, dan humanis adalah istilah dalam disiplin psikologi

yang berkenaan dengan sebuah pendekatan yang mengkaji individu sebagai satu

kesatuan yang utuh dan unik (McLeod, 2007). Psikologi humanistik melihat perilaku

manusia bukan hanya dari sudut pandang pengamat, tetapi juga dari sudut pandang

individu yang melakukan tindakan itu.

Pendekatan humanistik dalam psikologi lahir dari dan sebagai pemberontakan

terhadap keterbatasan dan kelemahan dari teori perilaku (behaviorisme) dan

psikoanalisis. Posisi ini menyebabkan psikologi humanistik disebut sebagai “angkatan

ke tiga” setelah keduanya (McLeod, 2007). Psikolog humanis menunjuk kelemahan itu

terutama pada aspek dehumanisasi. Teori perilaku bertitik tolak dari penelitian hewan

(tikus, kucing, dan anjing) yang cenderung fokus pada penguatan perilaku stimulus-

respon. Karena titik tolak ini tentu ada (kalau tidak dominan) kecenderungan

memperlakukan manusia seperti binatang, instingtif, layaknya mesin yang perilakunya

dapat diprediksi dan dikontrol tanpa adanya perhatian terhadap aspek kesadaran

pribadi.

3

Page 8: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Humanisme berurusan dengan kesadaran pribadi atau perasaan sadar dalam

memahami konteks. Berikut ini adalah karakteristik dari humanisme: 1)

Mengasumsikan pandangan non mekanistik terhadap manusia, 2) Menolak prinsip

determinisme, 3) Melihat manusia sebagai subjek bukan objek, 4) Memusatkan

perhatian pada status perilaku organisme secara adaptif holistik.

Setiap orang, atau perilakunya adalah unik dan mesti dilihat menurut cara

pandang subjektif-sadar mereka sendiri. Para humanis mengamati perilaku keseharian

seseorang dalam konteks lingkungan alami, bukan dalam laboratorium. Secara definitif

humanisme adalah sekaligus cara pandang dunia (filsafat tentang manusia) dan

psikologi terapan (pendekatan psikoterapetik)

1. Beberapa Asumsi Dasar Psikologi Humanistik

Berikut ini adalah beberapa asumsi dasar psikologi humanistik, sebagaimana

dirangkum oleh Mcleod, S. (2007):

Manusia memiliki kebebasan kehendak; tidak semua perilaku dapat ditentukan

Setiap individu adalah unik dan memiliki potensi untuk menggapai potensi

maksimal

Pemahaman yang memadai tentang manusia hanya dapat diperoleh melalui studi

tentang manusia, bukan binatang

Psikologi mestinya mempelajari kasus individual (idiografik) bukan performansi

rata-rata kelompok individu (nomotetik).

4

Page 9: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

2. Kekuatan Pendekatan Psikologi Humanistik

Menurut rangkuman Mcleod (2007) pula, kekuatan pendekatan humanisme

dalam psikologi antara lain:

Mengganti fokus perhatian terhadap perilaku kepada individu/pribadi utuh bukan

pikiran bawah sadar, genetik, perilaku yang dapat diamati, dsb.

Psikologi humanistik bersesuaian dengan ide banyak orang tentang apa maknanya

menjadi manusia karena penghargaannya terhadap keinginan/cita-cita individual

dan pemenuhan diri.

Data kualitatif memberikan wawasan yang sejati dan informasi yang lebih holistik

mengenai perilaku.

Mengedepankan nilai metode studi yang lebih individualistik dan idiografik

Dalam psikologi humanis, cara terbaik menuju sehat emosional ditempuh

melalui mempertimbangkan kebutuhan emosional klien dan membantu mereka

memuaskan kebutuhan akan keamanan, penghargaan diri, hubungan dengan orang

lain, pertumbuhan personal, dan keyakinan humanis.

Gaya konseling Roger tidak bertujuan, karena klien biasanya lebih tahu

mengenai apa yang sesungguhnya mereka inginkan dibandingkan ahli terapinya. Peran

konselor lebih sebagai pendengar dan perefleksi apa yang dirasakan oleh klien

(Medsker dan Holdsworth, 2001). Ahli terapi membimbing klien untuk menemukan

sendiri apa yang harus mereka lakukan, dengan mengungkapkan keinginan-keinginan,

mendorong pengungkapan perasaan, dan menerima dan merefleksikan perasaan

mereka.

5

Page 10: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

D. Pembelajaran dengan Pendekatan Humanistik

Menurut Medsker dan Holdworth (2001), pembelajaran berpendekatan

humanistik, pada bagian tertentu didasarkan pada model konseling psikologi

humanistik, seperti yang diterapkan Carl Rogers (1961) dan Abraham Maslow (1962).

Pendekatan ini dapat ditemukan dalam berbagai disain dan praktik pembelajaran baik

secara utuh maupun parsial.

Bisa saja dalam sebuah kegiatan pembelajaran, seorang guru tidak tahu teori,

model, strategi, atau pendekatan apa yang dia gunakan, karena rutinitas itu sudah

berlangsung (seakan-akan) otomatis. Boleh jadi, bila diperhatikan dengan teliti

ternyata pendekatan humanistik yang sedang diterapkannya. Satu contoh, pada saat

kehabisan akal menunjukkan ‘asyik’nya belajar kepada seorang siswa ‘mbeling’, sangat

mungkin seorang guru kemudian mencoba mencari tahu latar belakang keluarga siswa

(meski tidak komprehensif) tersebut untuk keperluan lebih lanjut. Langkah ini pada

beberapa batasan dapat dipandang sebagai upaya ‘mengenali’ pribadi si belajar.

Ciri utama pendekatan ini adalah pada perspektif teoretis yang menempatkan

si belajar sebagai pribadi yang utuh. Disebut sebagai pribadi yang utuh, karena seorang

individu diperlakukan bukan sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran, tetapi

sebagai subjek yang multidimensional. Pribadi yang memiliki kebutuhan-kebutuhan

intelektual, emosional, dan sosial.

Pendekatan ini acapkali disebutkan secara beriringan dengan teori

konstruktivistik, mengingat kedekatan dasar teoretik yang digunakan. Konstruktivisme

sendiri sesungguhnya lebih merupakan sebuah pandangan filosofis daripada model

pembelajaran. Pandangan ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer

6

Page 11: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

dari guru kepada siswa, tetapi pengetahuan baru itu dikonstruk dalam pikiran si belajar

sebagai konsekuensi pengalamannya dalam situasi dunia-nyata. Pemahaman ini

kemudian diimplementasikan ke dalam penataan komponen dan metode

pembelajaran yang memungkinkan si belajar mengkonstruk pengetahuan yang baru.

Sedangkan pendekatan humanistik menekankan pada pentingnya keotentikan,

kepedulian, dan hubungan interpersonal antara pembelajar dengan si belajar

(Medsker dan Holdsworth, 2001). Dalam konteks hubungan interpersonal inilah

realitas subjektif (bukan realitas objektif fenomena di luar diri) si belajar, atmosfer

pencarian dan penemuan dapat terwujud. Itulah mengapa pendekatan ini sering pula

disebut sebagai pendidikan berpusat-pada pribadi. Pertemuan kedua pendekatan itu

terletak pada titik berangkat kajian teoretiknya, yakni diri si individu yang belajar.

Belajar terjadi bukan dari dan di luar, melainkan dari dan di dalam diri si belajar.

Cukup menarik perbandingan reflektif yang dikemukakan oleh Medsker dan

Holdsworth (2001) berkaitan dengan tema berbagai model dominan dalam

pembelajaran. Dikatakannya tema behavioristik adalah “kuatkan” (reinforce it), tema

kognitif sebagai “tuangkan” (pour it) atau “temukan” (discover it), dan tema humanis

sebagai “gambarkan” (draw it out).

Simbol reflektif ‘kuatkan’ pada tema behavioristik mungkin dapat dipahami

sebagai dorongan atau dukungan terhadap perilaku tertentu. Dalam pandangan

behavioristik perilaku (sebagai hasil mekanisme stimulus-respon) yang dikehendaki

harus diberikan penguatan dengan penghargaan (reward) agar hal itu terus dilakukan

atau dihentikan.

7

Page 12: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Dalam tema kognitif, struktur pengetahuan tertentu barangkali dapat

dianalogikan dengan template/cetakan. Terhadap cetakan-cetakan tertentu

diasumsikan bahwa hanya bila dituangkan kondisi-kondisi pembelajaran tertentu,

maka proses belajar akan optimal. Untuk keperluan itu, Gagné dan Briggs (1979),

Gagné, (1985) menyarankan agar pesan pembelajaran hendaknya dianalisis terlebih

dahulu untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang akan dipelajari.

Konsekuensi logis kegiatan analisis itu diantaranya ‘terlihat’-nya struktur

pengetahuan tertentu. Lebih lanjut, struktur pengetahuan dengan hirarki tertentu

berkemungkinan akan dapat dipelajari oleh si belajar dengan lebih baik bila difasilitasi

melalui pembelajaran dengan urutan yang tertentu pula. Telaah Gagné dan Briggs

(1979) dan Gagné (1985), terhadap komponen-komponen itu menghasilkan lima

klasifikasi/kategori/domain hasil belajar yang meliputi: 1) kemahiran intelektual, 2

strategi kognitif, 3) informasi verbal, 4) sikap, dan 5) kemahiran motorik, serta

mengidentifikasi kondisi-kondisi pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing

domain tersebut.

Lebih lanjut, atas dasar pemahaman bagaimana informasi diolah, pembelajaran

hendaknya memasukkan sembilan peristiwa pembelajaran untuk memastikan

terjadinya belajar. Kesembilan peristiwa pembelajaran itu adalah: 1) dapatkan

perhatian, 2) tetapkan tujuan, 3) ingat belajar sebelumnya, 4) sajikan isi, 5) sediakan

panduan belajar, 6) dapatkan unjuk kerja, 7) sediakan balikan, 8) evaluasi unjuk kerja,

dan 9) perkuat ingatan dan transfer belajar (Gagné dan Briggs, 1979), (Gagné, 1985).

Kata kunci “gambarkan”, sebagaimana diatributkan oleh Medsker dan

Holdsworth (2001) kepada pendekatan humanistik mungkin semakna dengan kegiatan

8

Page 13: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

reflektif yang dilakukan oleh si belajar pada masing-masing model dengan pendekatan

ini. Pendekatan ini menempatkan si belajar sebagai pemegang peran utama dalam

belajar. Keotentikan, kepedulian, dan hubungan interpersonal antara pembelajar

dengan si belajar. Hubungan interpersonal ini memungkinkan si belajar membangun

realitas subjektif yang unik. Di atas dasar realitas subjektif itulah kemudian atmosfer

belajar individual dapat terwujud. Itulah mengapa pendekatan ini sering pula disebut

sebagai pendidikan berpusat-pada pribadi. Model-model belajar yang menggunakan

pendekatan humanistik antara lain: model Populer, dewasa, Lancester, Kooperatif, dan

ARCS. Mengingat keterbatasan modalitas penulis, tiga model pertama yang akan

dibahas serba singkat.

E. Model-model Pembelajaran dengan Pendekatan Humanistik

1. Model Pendidikan Populer (Popular Education)

Model pendidikan populer dikembangkan oleh Jane K. Vella (Medsker dan

Holdsworth, 2001). Fokus utama model ini adalah intensitas pelibatan si belajar dalam

seluruh tahapan belajar yang meliputi: analisis kebutuhan, desain aktivitas belajar,

penyampaian pelatihan, dan evaluasi.

Model ini banyak dipengaruhi oleh andragogi (Malcom Knowles) dan

Pendidikan Kaum Tertindas (Paulo Freire), yang tema sentralnya adalah

mengedepankan pembelajaran berpusat kepada si belajar. Karena itulah model ini

seringkali juga disebut sebagai pendidikan berpusat pada si belajar, yang belakangan—

disebutkan oleh Medsker dan Holdsworth, sebagai istilah yang—lebih sering digunakan

oleh Vella.

9

Page 14: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Simpul penting model ini antara lain 1) penyediaan lingkungan yang aman dan

hangat secara psikologis, 2) praksis (siklus aksi-refleksi), 3) dialog jujur dan sejajar

antara si belajar dan fasilitator, 4) perlakuan terhadap si belajar sebagai subjek, 5)

mempelajari apa yang langsung dirasakan manfaatnya oleh si belajar, dan 6) kerja aktif

dalam kelompok kecil.

Contoh kasus di mana prinsip-prinsip Vella digunakan adalah ketika dia diminta

untuk mendisain sebuah program pelatihan untuk sejumlah mahasiswa guna

mengajarkan bahasa Inggris bagi para pekerja imigran Haiti di pinggiran Carolina Utara.

Vella memutuskan untuk mengajarkan bahasa Inggris itu sendiri dan langsung kepada

para pekerja imigran yang dimaksud. Dia menyelenggarakan pembelajarannya di lokasi

penampungan para imigran itu, sehingga mereka tidak direpotkan oleh urusan

transportasi. Satu kelas biasanya terdiri dari 10 sampai 12 orang, yang dibagi-bagi ke

dalam kelompok dua sampai empat orang.

Vella memulai kelasnya tidak dengan mengajar tetapi justeru meminta para

imigran itu mengajarinya beberapa kosakata bahasa Creole. Pada pelajaran pertama

setelah pendekatan itu, Vella meminta setiap partisipan (kebetulan semuanya laki-laki)

menyebutkan nama isteri atau pacar mereka. Kemudian meminta setiap orang dari

mereka menggunakannya dalam sebuah kalimat bahasa Inggris: “I will send {nama

isteri/pacar} a clock”.

Dengan cara ini Vella sudah menerapkan dua di antara prinsip-prinsip dari

model yang dikembangkannya, yaitu urutan dan penguatan. Dengan cara ini pula,

hingga tahap tertentu, dia sudah mengenali individualitas masing-masing partisipan.

Prinsip-prinsip model ini secara lengkap ditabulasikan pada lampiran 1. Pendekatan-

10

Page 15: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

pendekatan inilah yang digunakan oleh Vella pada berbagai latar belakang partisipan

dan berbagai keterampilan yang hendak dilatihkan. Analisis kebutuhan dan disain

pembelajaran memang dilakukan secara bersama-sama oleh instruktur dengan

sebagian partisipan, tetapi pada saat pembelajaran berlangsung partisipanlah yang

aktif belajar (Medsker dan Holdsworth).

2. Model Belajar Orang Dewasa (Adult Learning)

Malcolm Knowles (1913-1977) digelari predikat sebagai Bapak Pendidikan

Orang Dewasa (Medsker dan Holdsworth), karena jasanya mengenalkan teori

andragogi. Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner-orang atau dewasa dan agogus-

pemimpin dari. Sebaliknya, paedagogi berasal dari paid-anak-anak dan agogus. Istilah

andragogi sebenarnya tidak berasal dari Knowles, bahkan idenya tentang pendidikan

bagi orang dewasa lebih berupa gabungan pemikiran banyak tokoh. Knowles sendiri

menyebut model ini sebagai seni dan sains dalam membantu orang dewasa belajar.

Meski demikian, di Amerika istilah andragogi lebih sering dikaitkan dengan nama

Knowles.

Tema utama teori Knowles adalah asumsi bahwa orang dewasa adalah

partisipan aktif dalam kegiatan belajar mereka sendiri. Peran pembelajar/intruktur

adalah sebagai fasilitator dan sumber (a pointer-outer) gagasan. Knowles

mengemukakan model andragogi pertama kali dalam bukunya The Modern Practice of

Adult Education: Andragogy Versus Pedagogy (1970). Berdasarkan model ini, ada

empat asumsi yang membedakan belajar orang dewasa dari anak-anak, yaitu: konsep

diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar (Medsker dan

Holdsworth).

11

Page 16: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Konsep diri – anak-anak secara alami masih bergantung kepada orang tuanya;

orang dewasa sudah mandiri (self-directing). Pengalaman – pengalaman anak-anak

masih terbatas; pengalaman orang dewasa yang lebih luas merupakan sumber belajar

yang berharga. Kesiapan untuk belajar – kesiapan anak-anak lebih bersifat subjektif;

kesiapan belajar orang dewasa erat kaitannya dengan pengetahuan dan keterampilan

yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan peran mereka dalam masyarakat. Orientasi

belajar – orientasi anak-anak adalah subject-centered (penguasaan pengetahuan dan

keterampilan untuk lulus pelajaran); orientasi orang dewasa bersifat problem-centered

(pengetahuan dan keterampilan untuk situasi kehidupan nyata).

Melalui bukunya Andragogy in Action: Applying Modern Principle of Adult

Learning (1984), Knowles menambahkan konstruk motivasi sebagai satu asumsi baru

ke dalam model belajarnya. Motivasi anak-anak dikatakannya berasal dari luar,

misalnya persetujuan guru, atau tekanan orang tuanya. Sedangkan orang dewasa,

meskipun ada juga motivasi eksternal seperti gaji, promosi jabatan, dsb., tetapi mereka

lebih tanggap terhadap motivasi internal seperti peningkatan kepuasan kerja atau

kualitas hidup yang lebih baik.

Asumsi yang terakhir ditambahkan (tetapi ditempatkan pada urutan pertama)

adalah kebutuhan untuk tahu (need to know). Anak-anak hanya perlu tahu bahwa

mereka mesti belajar untuk bisa melanjutkan ke tingkat berikutnya. Sedangkan orang

dewasa membutuhkan penjelasan mengapa mereka mempelajari sesuatu (Medsker

dan Holdsworth).

Sebagaimana perubahan (penambahan) asumsi terhadap model belajarnya,

Knowles yang semula melihat model andragogi berlawanan dengan model paedagogi,

12

Page 17: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

kemudian memikirkan ulang cara pandangnya. Ia menyerah pada fakta bahwa anak-

anak kadangkala belajar dengan lebih baik dalam setting andragogi, pun sebaliknya

orang dewasa kadang belajar lebih baik dalam setting paedagogi. Meski demikian, dia

tetap mempertahankan bahwa pembelajaran yang paling efektif bergantung kepada

situasi, si belajar, dan tugas belajarnya.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran andragogi:

1. Menyiapkan si belajar

2. Mengatur iklim belajar

3. Melibatkan si belajar dalam perencanaan bersama

4. Melibatkan si belajar dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka sendiri

5. Melibatkan si belajar dalam memformulasikan tujuan belajar mereka

6. Melibatkan si belajar dalam mendisain rencana belajar

7. Membantu si belajar menjalankan rencana belajar mereka

8. Melibatkan si belajar dalam mengevaluasi belajar

3. Model Belajar Lancaster

Model Lancester disebut juga sebagai sebuah meta-model, karena

memasukkan tiga metode besar (discovery, reflection, dan receipt of input) yang saling

berkaitan. Model ini terdiri dari dua dimensi, dunia dalam (refleksi dan penemuan)

dan dunia luar (informasi dan pengalaman) di mana proses belajar dapat terjadi

(Medsker dan Holdsworth).

Dimensi dunia dalam berisi pengetahuan pribadi masing-masing individu, yang

didasarkan pada dan diinterpretasi melalui konstruksi internal terhadap ragam definisi,

13

Page 18: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

interpretasi, dan bakat. Dunia luar adalah area di mana setiap pengetahuan individual

dan maknanya dapat ditemukan, diuji, dan diterapkan.

Model belajar Lancaster menggabungkan elemen-elemen perspektif teori

kognitif dan teori personal/humanistik. Bila harus diklasifikasi, model ini lebih dekat

kepada keluarga personal/humanistik, mengingat kuat hubungannya dengan

pengalaman personal di satu sisi, sementara lemah pada di sisi perspektif kognitif yang

justeru menaruh perhatian besar pada klasifikasi hasil-hasil belajar.

Model ini dapat digunakan untuk mendisain pembelajaran dalam siklus belajar

berulang-keseluruhan (whole-loop learning cycles), mencakup belajar melalui

mode/cara menerima informasi (receipt of input), refleksi, dan penemuan (discovery).

Gambar beserta uraian siklus belajar berulang-keseluruhan ini dapat dilihat pada

lampiran 2. Urutan dan penekanan pada masing-masing mode dapat bervariasi,

bergantung kepada isi, konteks, dan pengetahuan serta pengalaman si belajar.

F. Kesimpulan

Pembelajaran humanistik berakar pada filsafat humanisme dan psikologi

humanistik. Pada tataran praksis, pembelajaran humanistik adalah aktivitas belajar

mengajar yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi humanistik. Prinsip utama

pembelajaran ini terutama berpijak pada asumsi bahwa belajar berasal dari dan oleh si

belajar sendiri. Fenomena objektif di luar diri si belajar lebih merupakan tempat dan

sarana bagi upaya belajar.

14

Page 19: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Lampiran 1

Prinsip Belajar Orang DewasaPrinciple Description1. Needs assesment At least a sample of attendees must be included in the

planning of a training session. In this way the dialogue between instructor and student begins even before a face-to-face meeting.

2. Safety Tasks are designed for pairs and small groups, providing a safe environment for sharing experiences and practicing new skills.

3. Sound Relationships The instructor is a coach, available as a resource to help the learners perform classroom tasks. The instructor needs to engage in dialogue with learers, not to convey information but to work with them toward new understanding.

4. Sequence and Reinforcement The tasks that attendees engage in during the class must follow a logical progression, allowing attendees to master simple and less-threatening tasks before moving on to more challenging ones.

5. Praxis The design must plan for what attendees will do, not for what the instructor will do. All content must be presented as tasks for attendees to work on in small groups. Group discussion encourages reflecting on the task performed.

6. Respect for Learners Learners are encourage to participate as adults, providing modifications to the objectives based on their needs, sharing their experiences, and making their own decisions about how to carry out the tasks.

7. Ideas, Feelings, Actions Tasks are designed to involve as many as of these aspects as is practicable.

8. Immediacy Learners must be able to find an immediate use for what they’re learning.

9. Clear Roles The conduct of a popular education session includes both deliberative (decision-making) and consultative (advice-giving) roles. The instructor has a deliberative role in the sequencing of tasks, while learners have a deliberative role in deciding on a topic for their practice teaching sessions.

10. Teamwork Learners work primarily in small groups of four or six. In these groups, everyone’s voice can be heard, questions can be asked in a safe environment, and leaders can readily emerge.

11. Engagement Tasks must invite learner participation from the start12. Accountability Vella’s Perennial Question Is, “How Do They Know They

Know?” Learners know they know because they have performed the tasks that the session was designed to teach.

15

Page 20: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

16

Page 21: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Lampiran 2

Siklus Belajar Berulang-Keseluruhan

Lancaster Element General Prescription Theoretical PerspectiveDiscovery/Action Active involvement

(experience, hands-on practice)

Cognitive Inquiry, Humanistic

Reinforcement or natural consequences of action

Behaviorist

Reflection Cognitive consolidation (restructuring knowledge base)

Cognitive Information Processing

Personal reflection HumanisticPersonal interpretation of new knowledge

Constructivist

17

Page 22: Pendahuluan -    Web viewMenulis hampir mustahil tanpa membaca. ... menunjuk kepada penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah ... dan 5) kemahiran

Referensi

Gagné, R.M., 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th ed.), Holt. Rinehart & Winston.

Gagné, R.M., Briggs, L.J., dan Wager, W.W. 1992. Principles of Instructional Design (4th ed.), Harcourt Brace Jovanovich.

McLeod, Saul., 2007. Humanism, http://simplypsychology.org/humanistic.html, diakses pada tanggal 26/9/2011 pukul 7:49 PM

Medsker., K. L. dan Holdsworth., K. M., 2001. Models and Strategies for Training Design, ISPI

Setiawan, E., 2010, Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline Version 1.1.

18