31
I. PENDAHULUAN A. IDENTITAS PASIEN Nama : NN. Y Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 17 tahun Pekerjaan : Pelajar (SMA) Pendidikan Terakhir : SMP Status Pernikahan : Belum Menikah Alamat : Banjarwaru - Cilacap Agama : Islam No. CM : 29-47-16 B. ANAMNESIS 1.Keluhan Utama : gatal pada tangan, paha dan pipi 2.Keluhan Tambahan : muncul bercak-bercak putih didaerah tangan, paha dan pipi. 3.Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang sendiri ke Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada hari Senin, 23 September 2013 pukul 10.30 WIB dengan keluhan gatal pada tangan, paha, dan pipi sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya muncul bercak-bercak putih hanya terdapat sedikit pada tangan kanan, namun sekarang bercak-bercak putih semakin lama semakin meluas hingga di tangan

PendaHulu An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan presentasi kasus kulit

Citation preview

Page 1: PendaHulu An

I. PENDAHULUAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : NN. Y

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 17 tahun

Pekerjaan : Pelajar (SMA)

Pendidikan Terakhir : SMP

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Banjarwaru - Cilacap

Agama : Islam

No. CM : 29-47-16

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : gatal pada tangan, paha dan pipi

2. Keluhan Tambahan : muncul bercak-bercak putih didaerah tangan, paha

dan pipi.

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang sendiri ke Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada hari Senin, 23

September 2013 pukul 10.30 WIB dengan keluhan gatal pada tangan,

paha, dan pipi sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya muncul bercak-bercak

putih hanya terdapat sedikit pada tangan kanan, namun sekarang bercak-

bercak putih semakin lama semakin meluas hingga di tangan kiri, paha

kanan dan kiri serta pipi sebelah kanan pun terdapat bercak-bercak putih.

Keluhan dirasakan terus menerus sepanjang waktu dan pasien merasakan

gatal bertambah berat terutama saat pasien berkeringat, beraktivitas dan

cuaca panas. Gatal bertambah berat apabila pasien menggaruk tangan,

paha dan pipi. Pasien suka memakai pakaian dan celana panjang yang

ketat.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal

Page 2: PendaHulu An

b. Riwayat alergi obat (antibiotik, dan lain-lain) disangkal

c. Terdapat riwayat alergi makanan ikan laut

d. Riwayat penyakit diabetes mellitus (kencing manis), hipertensi (darah

tinggi) disangkal

e. Riwayat pondok di rumah sakit disangkal

f. Riwayat penyakit asma disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

a. Riwayat keluhan yang sama dengan pasien disangkal.

b. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

c. Riwayat penyakit asma disangkal

d. Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi disangkal

C. STATUS GENERALIS

Keadaaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan gizi : Baik, BB: 39 kg, TB: 158 cm

Vital Sign : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5°C

Kepala : Mesochepal, simetris, rambut hitam, distribusi merata

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), discharge (-)

Telinga : Simetris, sekret (-), discharge (-)

Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),

Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis

Leher : Dalam batas normal

Thorax : Tidak dilakukan

Jantung : Tidak dilakukan

Paru : Tidak dilakukan

Abdomen : Tidak dilakukan

Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran.

Ekstremitas : Akral hangat, edema ( ), sianosis ( ).

2

Page 3: PendaHulu An

D. STATUS DERMATOLOGIKUS

1. Lokasi : Regio facialis, regio antebrachii,

dan regio femoris

2. Efloresensi : Berupa makula hipopigmentasi disertai

skuama halus di atasnya pada regio facialis dextra, regio

antebrachii dextra dan sinistra, regio femoris dextra dan

sinistra.

Gambar 1.1. Efloresensi Regio Antebrachii

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. RESUME

3

Page 4: PendaHulu An

Pasien datang sendiri ke Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada hari Senin, 23 September 2013

pukul 10.30 WIB dengan keluhan gatal pada tangan, paha, dan pipi sejak 3

bulan yang lalu. Pada awalnya muncul bercak-bercak putih hanya terdapat

sedikit pada tangan kanan, namun sekarang bercak-bercak putih semakin lama

semakin meluas hingga di tangan kiri, paha kanan dan kiri serta pipi sebelah

kanan pun terdapat bercak-bercak putih. Keluhan dirasakan terus menerus

sepanjang waktu dan pasien merasakan gatal bertambah berat terutama saat

pasien berkeringat, beraktivitas dan cuaca panas. Gatal bertambah berat

apabila pasien menggaruk tangan, paha dan pipi. Pasien suka memakai

pakaian dan celana panjang yang ketat. Pasien belum mendapatkan

pengobatan apapun untuk keluhan penyakit kulitnya.

Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada

pemeriksaan status dermatologis lokasi regio facialis dextra, regio antebrachii

dextra dan sinistra, regio femoris dextra dan sinistra terdapat efloresensi

makula hipopigmentasi dengan skuama halus diatasnya.

G. DIAGNOSA KERJA

Pitiriasis Versikolor (Panu)

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Eritrasma

Predileksi : lipat paha bagian dalam sampai skrotum, aksila, dan

intergluteal.

Efloresensi : Eritema luas berbatas tegas, dengan skuama halus dan

terkadang erosif.

Etiologi : Corynebacterium minutissimum

Sinar wood : fluoresensi “coral red (merah bata)”

2. Vitiligo

Predileksi : Kulit jari tangan, fleksura pergelangan tangan, siku, daerah

tulang kering, lutut, pergelangan kaki, genitalia, kelopak

mata, regio perioral.

4

Page 5: PendaHulu An

Efloresensi : Makula hipopigmentasi yang berbatas jelas, jika dilihat dari

tepi batasnya berbentuk konkaf. Disekitar lesi sering

dijumpai hiperpigmentasi.

Etiologi : Berhubungan dengan proses imunologik atau gangguan

neurologis atau autotoksik.

Pemeriksaan Laboratorium : Perlu diperiksa gula darah, sebab sering

berhubungan dengan penyakit diabetes melitus.

3. Pitiriasis alba

Predileksi : Sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi dapat dijumpai pada

ekstrimitas dan badan. Dapat simetris pada bokong, paha

atas, punggung, dan ekstensor lengan tanpa keluhan.

Efloresensi : Depigmentasi dengan skuama halus.

Etiologi : Adanya infeksi streptococcus

4. Pitiriasis Rosea

Predileksi : Dapat tersebar di seluruh tubuh, terutama pada tempat yang

tertutup pakaian.

Efloresensi : Makula eritroskuamosa anular dan soliter, bentuk lonjong

dengan tepi hampir tidak nyata meninggi dan bagian sentral

bersisik, agak berkeringat. Sumbu panjang lesi sesuai

dengan garis lipatan kulit dan kadang-kadang menyerupai

gambaran pohon cemara. Lesi inisial (herald patch =

medallion) biasanya solitar,bentuk oval, anular, berdiameter

2-6 cm. Jarang terdapat lebih dari 1 herald patch.

Kerokan Kulit : Hifa, spora negatif

Sinar Wood : Negatif

5. Morbus Hansen

Predileksi : Seluruh tubuh

Efloresensi :

a. Tipe I (Indeterminan) : Makula hipopigmentasi berbatas tegas,

anestesi, anhidrasi, pemeriksaan bakteriologi (-), tes lepromin (+)

5

Page 6: PendaHulu An

b. Tipe TT (Tuberkuloid) : Makula eritematosa bulat atau lonjong,

permukaan kering, batas tegas, anestesi, bagian tengah sembuh,

bakteriologi (-), tes lepromin positif kuat.

c. Tipe BT (Borderline Tuberkuloid) : Makula eritematosa tak

teratur, batas tak tegas, kering, mula-mula ada tanda kontraktur,

anestesi, pemeriksaan bakteriologi (+/-), tes lepromin (+/-).

d. Tipe BB (Mid Borderline) : Makula eritematosa, menonjol,

bentuk tidak teratur, kasar, ada lesi satelit, penebalan saraf dan

kontraktur, pemeriksaan bakteriologi (+), tes lepromin (-).

e. Tipe BL (Borderline Lepromatosa) : Makula infiltrat merah

mengkilat, tak teratur, batas tak tegas, pembengkakan saraf,

pemeriksaan bakteriologi ditemukan banyak basil, tes lepromin

(-).

f. Tipe LL (Lepromatosa) : Infiltrat difus berupa nodula simetri,

permukaan mengkilat, saraf terasa sakit, anestesi, pemeriksaan

bakteriologi positif kuat, tes lepromin (-).

I. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. Sinar Wood : fluoresensi kuning keemasan

2. Mikroskopik preparat KOH 10-20 % dari kerokan kulit lesi : tampak

kelompok-kelompok hifa pendek tebal 3-8 µ, di kelilingi spora

berkelompok berukuran 1-2 µ (spaghetti and meatballs).

J. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Sistemik:

Ketokonazol 200 mg selama 10 hari

Itrakonazol 100 mg/ hari selama 10 hari

Loratadine 10 mg 1x1 perhari selama 20 hari

Topikal (khusus) :

Bentuk makular : salep whitfield atau larutan natrium tiosulfit 20%

dioleskan setiap hari

6

Page 7: PendaHulu An

Bentuk folikular : dapat dipakai tiosulfat natrikus 20-30%.

Obat-obat anti jamur golongan imidazole (ekonazol, mikonazol,

klotrimazol dan tolsiklat) dalam krim atau salep 1-2% juga berkhasiat.

Asam salisilat

Liquid carbonis detergent (LCD)

Shampoo ketokonazol 2% untuk mandi (didiamkan 5-15 menit sebelum

dibilas) selama 2-4 minggu.

a. Non Medikamentosa

1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh jamur

2. Menjelaskan pada pasien tentang pengobatan, untuk mengoleskan 2 kali

sehari pada lesi dan menyarankan untuk teratur memakai obat

3. Menyarankan pasien untuk menghindari suasana yang lembab dan

keringat berlebihan, dan memakai pakaian dari bahan yang dapat

menyerap keringat dan longgar

4. Menjaga hygiene perseorangan :

a) Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal

b) Istirahat yang cukup

c) Menjaga kebersihan kulit dengan mandi minimal 2 kali sehari

K. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad cosmeticum : bonam

7

Page 8: PendaHulu An

II. TINJAUAN PUSTAKA

PITIRIASIS VERSIKOLOR (PANU)

A. Definisi

Pitiriasis versikolor yang disebabkan Malassezia furfur Robin

(BAILLON 1889) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik, biasanya

tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang

berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-

kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka,

dan kulit kepala yang berambut (Djuanda, 2010). Pitiriasis versikolor

merupakan infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya macula

dikulit, skuama halus disertai rasa gatal (Siregar, 2004).

Pitiriasis versikolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik,

biasanya asimtomatik, disebabkan oleh Malassezia furfur berupa bercak

dengan pigmentasi yang bervariasi pada umumnya mengenai badan (Jhonson

and Suurmond, 2007).

B. Sinonim

Nama lain dari pitiriasis versikolor adalah tinea versikolor,

kromofitosis, dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor

flava dan panu (Budimulja, 2003; Djuanda, 2010).

C. Epidemiologi

Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai

kelembabab tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit

gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa

penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah

yang seimbang. Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia

15-24 tahun, dimana kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja.

8

Page 9: PendaHulu An

Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan.

Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada usia 10-19 tahun.

Pitiriasis versikolor, atau tinea versikolor, atau panu termasuk mikosis

superfisialis yang sering dijumpai. Sekitar 50% penyakit kulit di masyarakat

daerah tropis adalah pitiriasis versikolor, sedang di daerah subtropis sekitar

15% dan di daerah dingin kurang dari 1%. Pitiriasis versikolor umumnya tidak

menimbulkan keluhan, paling-paling sedikit gatal, tetapi lebih sering

menyebabkan gangguan kosmetik, terutama pada penderita wanita.

D. Etiologi

Malassezia furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale,

P. orbiculare) adalah jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit

dan folikel rambut. Jamur ini merupakan organisme oportunistik yang dapat

menyebabkan pitiriasis versikolor (Wolff et al, 2007). Jamur ini

membutuhkan asam lemak untuk tumbuh (Boel, 2003).

Gambar 2.1. Malassezia Furfur

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Hymenomycetes

Order : Tremellales

Family : Filobasidiaceae

Genus : Malassezia

Selain mengakibatkan Pitiriasis Versikolor, Malassezia Furfur juga dapat

mengakibatkan dermatitis seboroik, folikulitis, dan blefaritis. Koloni

Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan matur dalam 5 hari dengan

9

Page 10: PendaHulu An

suhu 30-37 °C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning

krem (Nasution, 2005).

Gambar 2.2. Koloni Malassezia Furfur

Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti 

sphagetti  atau meatboll saat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2

bentuk (Nasution, 2005):

1. Bentuk Hifa (pseudo hifa) yang merupakan bentuk vegetatif

2. Bentuk spora yang merupakan bagian jamur untuk bertahan hidup

Malassezia furfur merupakan “Lipophilic yeast” (jamur yang hanya bisa

tumbuh pada jaringan lemak) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas,

berdinding tebal, hifanya berbatang pendek dan tidak lurus. Malassezia sp

menghasilkan konidia sangat kecil atau mikrokonidia pada hifanya, tetapi

disamping itu juga menghasilkan makrokonidia besar dan berbentuk

gelendong yang jauh lebih besar daripada mikrokonidianya. Pemeriksaan

mikroskopi menunjukkan adanya untaian jamur yang terdiri dari spora dan

hifa yang saling bergabung satu sama lainnya. Pada sediaan media SDA yang

ditambahkan olive oil, jamur Malassezia furfur terlihat seperti koloni yeast di

bawah tetesan lemak (Dhuhita, 2008).

E. Faktor Predisposisi

Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter,

pengobatan dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak

seperti minyak kelapa merupakan predisposisi terjadinya Pitiriasis Versikolor

pada anak-anak (Wolff, 2007).

Faktor predisposisi lain adalah (Brannon dan Fitrie, 2004) :

10

Page 11: PendaHulu An

1) Pengangkatan glandula adrenal

2) Penyakit Cushing

3) Kehamilan

4) Malnutrisi

5) Luka bakar

6) Terapi steroid

7) Supresi sistem imun

8) Kontrasepsi oral

9) Suhu Panas

10) Kelembapan (Brannon dan Fitrie, 2004)

F. Patogenesis

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya

Tinea versikolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bult atau

Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organisme

yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu,

media, dan kelembaban (Djuanda, 2010).

Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor

predisposisi menjadi patogen dapat endogen maupun eksogen. Endogen dapat

disebabkan diantaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor

suhu, kelembaban udara, dan keringat (Djuanda, 2010).

G. Gejala Klinis

Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan

terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-

warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-

bercak tersebut berfluoresensi jika dilihat dengan lampu Wood. Bentuk

papulovesikuler dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya

asimptomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia

mempunyai penyakit tersebut (Djuanda, 2010).

Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan, yang merupakan

alasan berobat. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau

11

Page 12: PendaHulu An

kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering

dikeluhkan penderita. Penyakit ini sering terlihat pada remaja, walaupun anak-

anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi. Menurut BURKE (1961)

ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi yaitu faktor herediter,

penderita yang sakit kronik atau yang mendapatkan pengobatan steroid dan

malnutrisi (Djuanda, 2010).

Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal

pada keluhan pasien. Pasien yang menderita pitiriasis versikolor biasanya

mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pitiriasis

vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila,

inguinal, paha, genitalia (Wolff, 2007).

Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi

dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering

dijumpai (Boel, 2003):

1. Bentuk makuler : berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus

diatasnya, dan tepi tidak meninggi.

2. Bentuk folikuler : seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

Gejala klinis dari pitiriasis versikolor juga dapat ditentukan berdasarkan

(Murtiastutik, 2009):

1. Gatal bila berkeringat

2. Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), leher,

lengan atas, selangkang, bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.

3. Terdapat tiga bentuk lesi :

a. Makular : soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup

skuama

b. Papuler : bulat kecil-kecil perifolikuler, sekitar folikel rambut dan

tertutup skuama

c. Campuran lesi makular dan papular

4. Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini), kemerahan, dan coklat (lesi lama)

bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna

12

Page 13: PendaHulu An

5. Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di

atasnya yang akan menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali

normal.

H. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan

fluoresensi, lesi kulit dengan lampu Wood, dan sediaan langsung. Gambaran

klinis dapat dilihat pada judul “gejala klinis”, fluoresensi lesi kulit pada

pemeriksaan lampu Wood berwarna kuning keemasan dan pada sediaan

langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa

pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok (Djuanda, 2010).

1. Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis, penemuan klinis berupa

makula, berbatas tegas, bulat atau oval dengan ukuran yang bervarisasi.

2. Mikroskopi langsung.

Kerokan kulit diambil dari bercak pityriasis versikolor, atau dengan

menggunakan cellotape yang ditempel pada bercak. Setelah diambil

diletakkan di atas gelas objek kemudian ditetesi KOH 10-20% atau

campuran 9 bagian KOH 10-20% dengan 1 bagian tinta Parker blueblack

superchrome X akan lebih memperjelas pembacaan karena memberi

tampilan warna biru yang cerah pada elemen-elemen jamur. Kemudian

dipanaskan sebentar diatas lampu bunsen untuk memfiksasi, dan dilihat di

bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali (Nasution, 2005).

a) Hasil Positif: hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i.v.j) dan

gerombolan spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti

sphagetti with meatballs.

b) Hasil Negatif: bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis

versicolor walaupun ada spora.

3. Pemeriksaan dengan Wood's Lamp

Penyakit kulit yang disebabkan oleh golongan Malassezia dapat

dideteksi dengan lampu wood dimana akan timbul fluoresensi berwarna

kuning keemasan (Nasution, 2005).

13

Page 14: PendaHulu An

Gambaran 2.3. Spaghetti And Meatballs

I. Diagnosis Banding

1. Pitiriasis versicolor dengan lesi hiperpigmentasi yaitu : pitiriasis rosea,

Eritrasma, Dermatitis Seboroik, tinea korporis

2. Pitiriasis versicolor dengan lesi hipopigmentasi yaitu : Pitiriasis Alba,

Vitiligo, Morbus Hansen tipe Tuberkuloid, Hipopigmentasi pascainflamasi

(leukoderma) (Murtiastutik, 2009; Wolff, 2007)

J. Penatalaksanaan

1. Obat topikal (digunakan bila lesi tidak terlalu luas)

a. Krim mikonazol 2%, dioleskan 2 kali sehari selama 3-4 minggu untuk

lesi di muka dan badan yang tidak luas.

b. Solusio Natrium Tiosulfat 25%, dioleskan 2 kali sehari selama 2

minggu (kurang dianjurkan oleh karena bisa menyebabkan iritasi,

berbau tidak enak dan tidak boleh untuk daerah wajah dan leher)

c. Krim Tritenoin 0,05%-0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan 2 kali

sehari selama 2 minggu

d. Shampo Ketokonazol 1-2% dioleskan pada lesi selama 10-15 menit

sebelum mandi 2 kali seminggu selama 2-4 minggu

e. Larutan propilen glikol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh 2 kali

sehari selama 2 minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif,

kosmetik bagus, memberikan hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi

kulitnya (Murtiastutik, 2009).

14

Page 15: PendaHulu An

2. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal,

sering kambuh)

a. Ketokonazol :

Dosis anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari

Dosis dewasa 200 mg/hari (1 tablet)

Diberikan sekali sehari sesudah makan pagi

Lama pemberian 10 hari

b. Itrakonazol

Dosis 200 mg (2 kapsul)/hari selama 1 minggu (Murtiastutik, 2009)

3. Mencegah kekambuhan

Ketokonazol 2 tablet sekali minum sebulan sekali selama 1 tahun

4. Terapi hipopigmentasi (leukoderma)

a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam

b. Krim kortikosteroid menengah pagi/malam

c. Jemur di panas matahari +/- 10 menit antara jam 10.00-15.00

(Murtiastutik, 2009).

Pengobatan juga harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat-

obatan yang dapat dipakai antara lain suspensi selenium sulfide (selsun) dapat

dipakai sebagai sampo 2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan

didiamkan 15-30 menit sebelum mandi. Obat lainnya adalah salisil spiritus

10%; derivat-derivat azol misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol,

ekonazol, sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%, tolsiklat, tolnaftat,

dan haloprogin. Jika sulit disembuhkan ketokonazol dapat dipertimbangkan

dengan dosis 1 x 200 mg selama 10 hari (Djuanda, 2010).

Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat

kepada penderita agar (Murtiastutik, 2009; Wolff, 2007):

a) Memakai pakaian yang tipis

b) Memakai pakaian yang berbahan cotton

c) Tidak memakai pakaian yang terlalu ketat

15

Page 16: PendaHulu An

K. Prognosis

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan

konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif

dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif (Djuanda,

2010).

16

Page 17: PendaHulu An

III. PEMBAHASAN

Pasien NN. Y datang sendiri ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada tanggal 23 September 2013 dengan

keluhan utama gatal pada tangan kanan dan kiri, paha kanan dan kiri dan pipi

kanan. Pasien kemudian didiagnosis pitiriasis versikolor (panu) berdasarkan

anamnesis, dan juga pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis, di dapatkan

keluhan gatal pada tangan, paha dan pipi. Awalnya timbul bercak-bercak putih

hanya sedikit tetapi semakin lama bercak putih tersebut semakin meluas dan

banyak. Gatal terutama timbul saat berkeringat, cuaca panas dan beraktivitas. Hal

ini sesuai dengan gambaran pitiriasis versikolor yang dikarakteristikkan oleh

makulae irreguler depigmentasi berskuama, yang paling sering terjadi pada tubuh

dan ekstremitas, serta dapat disertai oleh pruritus ringan (Brannon, 2004).

Pasien merupakan seorang pelajar SMA yang sering bermain dan

memakai pakaian dan celana yang ketat. Pasien juga mengaku sejak 3 bulan ini

pasien mengeluhkan cuaca yang panas dan cepat berkeringat. Data ini juga

menguatkan dugaan dari diagnosis pitiriasis versikolor atau panu. Hal ini

disebabkan karena pasien memiliki faktor predisposisi untuk terjadinya pitiriasis

versikolor, yaitu sering memakai pakaian dan celana yang ketat, tinggal di daerah

tropis, kelembaban, dan sering berkeringat.

Ruam terletak di kedua tangan, kedua paha dan pipi kanan yang

merupakan tempat yang paling sering timbulnya pitiriasis versikolor, yaitu di

wajah, sekitar paha dan ekstremitas. Gambaran ruam pada pasien ini berupa

makula hipopigmentasi dengan skuama halus diatasnya yang berbatas tegas

menurunkan kemungkinan diagnosis pityriasis alba dan vitiligo. Pityriasis alba

biasanya berlokasi di wajah, bagian luar lengan dan bahu. Lesinya berbatas tidak

tegas dan skuama lebih kasar, lesi tampak berwarna abu-abu dan fluoresensi di

bawah lampu Wood. Vitiligo biasanya mudah dikenali dengan area-area

depigmentasi berbatas tegas dan tidak berskuama, biasanya di regio wajah,

ekstremitas dan genital (Brannon, 2004).

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pityriasis

versicolor ditegakkan dari pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan dengan

17

Page 18: PendaHulu An

lampu Wood dan KOH. Pemeriksaan di bawah lampu Wood menunjukkan

fluoresensi kuning keemasan yang sesuai dengan gambaran pitiriasis versikolor.

Pemeriksaan dengan mikroskopik KOH 10-20% dari kerokan kulit lesi

menunjukkan hifa pendek dengan gerombolan spora budding yeast yang

berbentuk bulat seperti “spaghetti and meatballs” (Nasution, 2005).

Pitiriasis versikolor merupakan suatu infeksi kulit oportunistik. Malassezia

spp. merupakan bagian dari flora normal kulit, terdapat predominan pada area

seboroik oleh karena sifat ketergantungan lipid mereka (kecuali M.

pachydermatis). Sebagian besar kasus pitiriasis versikolor terjadi karena aktifasi

Malassezia pada tubuh penderita sendiri (autothocus flora), walaupun dilaporkan

pula adanya penularan dari individu lain. Kondisi patogen terjadi bila terdapat

perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora

normal kulit. Dalam kondisi tertentu, yakni faktor predisposisi, Malassezia akan

berkembang ke bentuk miselial, dan bersifat patogenik (Budimulja, 2007;

Radiono, 2004).

Pasien ini mendapatkan terapi loratadine 10 mg, inerson 15 mg, liquid

carbonis detergent dan asam salisilat topikal. Pasien juga diberikan edukasi untuk

menghindari faktor-faktor predisposisi timbulnya pitiriasis versikolor, dengan

menghindari kelembaban berlebihan dan tidak memakai pakaian dan celana yang

terlalu ketat. Pasien harus diberi informasi bahwa pitiriasis versikolor disebabkan

oleh jamur yang normalnya ada di permukaan kulit sehingga tidak menular.

Terapi oral juga efektif untuk pitiriasis versikolor dan seringkali lebih dipilih pada

pasien karena lebih mudah dan tidak memakan waktu. Obat-obatan yang dapat

dipakai antara lain suspensi selenium sulfide (selsun) dapat dipakai sebagai sampo

2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit

sebelum mandi. Obat lainnya adalah salisil spiritus 10%; derivat-derivat azol

misalnya mikonazol, klotrimazol, isokonazol, ekonazol, sulfur presipitatum dalam

bedak kocok 4-20%, tolsiklat, tolnaftat, dan haloprogin. Jika sulit disembuhkan

ketokonazol dapat dipertimbangkan dengan dosis 1 x 200 mg selama 10 hari

(Djuanda, 2010).

18

Page 19: PendaHulu An

IV. KESIMPULAN

1. Pasien seorang perempuan berusia 17 tahun datang dengan keluhan gatal

pada kedua tangan, kedua paha, dan pipi kanan sejak 3 bulan yang lalu

2. Ujud kelainan kulit yang ditemukan pada pasien berupa makula

hipopigmentasi disertai skuama halus di atasnya pada regio facialis dextra,

regio antebrachii dextra dan sinistra, regio femoris dextra dan sinistra

3. Terapi pada pasien secara medikamentosa dengan pemberian obat sistemik

(itrakonazol, loratadin, inerson, ketokonazol), dan obat topikal (asam salisilat,

liquid carbonis detergent, shampoo ketokonazol 2% untuk mandi). Sedangkan

terapi secara non medikamentosa yaitu untuk menghindari suasana yang

lembab dan keringat berlebihan, memakai pakaian yang berbahan cotton,

tidak memakai pakaian yang terlalu ketat dan menjaga higiene perorangan

4. Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten.

Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan

pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif

19

Page 20: PendaHulu An

DAFTAR PUSTAKA

Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf.

Diakses tanggal 29 September 2013.

Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari  www.about.com/Dermatology.

Diakses tanggal 28 September 2013.

Brooks,F Geo. 2006. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Budimulja, U. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Ketiga. Jakarta :

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Budimulja U. 2007. Mikosis. Dalam buku: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,

editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Ke-5. Jakarta: FKUI. Hal

100-101

Dhuhita, Ayuningtiyas. 2008. Aktivitas Minyak Atsiri Rimpang Bengle (Zingiber

Cassumunar Roxb.) Terhadap Pertumbuhan Malassezia Furfur In Vitro.

Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Djuanda, A., Hamzah M., Aisah S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi

Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 100-101

Fitrie, A.A. 2004. Histologi dari Melanosit. Fakultas Kedokteran Bagian Histologi

Universitas Sumatera Utara. Diambil

dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1929/1/histologi-

alya2.pdf. Diakses pada tanggal 27 September 2013

Johnson. R.A, Suurmond, D. 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas And Synopsis

Of Clinical Dermatology, Fifth Edition. E-book : The McGraw-Hill

Companies

Murtiastutik, D., Ervianti, E., Agusni, I., Suyoso, S,. 2009. Atlas Penyakit Kulit

Dan Kelamin. Ed. II. Surabaya: Airlangga University Press

Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan

Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan

Radiono S. 2004. Pitiriasis Versikolor. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono

K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S. Dermatomikosis Superfisialis.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal : 19-23

20

Page 21: PendaHulu An

Siregar, S R. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Hal 10-12

Wolff K, Johnson RA, Suurmond, D. 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and

Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill

Companies

21