156
PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL SUMENEP TUGAS AKHIR Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual Oleh: Rizky Julian Pratama 10.42010.0044 FALKUTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA INSTITUT BISNIS INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2015

PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG

SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

SUMENEP

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Oleh:

Rizky Julian Pratama

10.42010.0044

FALKUTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

2015

Page 2: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG

SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL SUMENEP

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana Desain

Oleh :

Nama : Rizky Julian Pratama

NIM : 10.42010.0044

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

2015

Page 3: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

Tugas Akhir

PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG

SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL SUMENEP

Dipersiapkan dan disusun oleh

Rizky Julian Pratama

NIM : 10.42010.0044

Telah diperiksa, diuji dan disetujui oleh Dewan Penguji

Pada : 20 Agustus 2015

Susunan Dewan Penguji

Pembimbing

I. Muh. Bahruddin, S.Sos., M.Med.Kom. ________________

II. Wahyu Hidayat, S.Sn., M.Pd. ________________

Penguji

I. Ir. Hardman Budiardjo, M.Med.Kom. ________________

II. Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom. ________________

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana

Dr. Jusak

Dekan Fakultas Teknologi dan Informatika

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

Page 4: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertandatangan dibawah ini, saya:

Nama : Rizky Julian Pratama

NIM : 10.42010.0044

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir saya yang berjudul

Penciptaan Buku Esai Fotografi Topeng Dalang Sebagai Upaya Melestarikan

Budaya Tradisional yang dibuat pada bulan Juli 2014 hingga Agustus 2015,

merupakan karya asli kecuali kutipan yang dicantumkan pada daftar pustaka saya.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya tindak plagiat pada Tugas Akhir ini,

maka saya bersedia untuk dilakukan pencabutan terhadap gelar kesarjanaan yang

telah diberikan kepada saya.

Demikian lembar pengesahan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 20 Agustus 2015

Rizky Julian Pratama

NIM : 10420100044

Page 5: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya:

Nama : Rizky Julian Pratama

NIM : 10.42010.0044

Menyatakan demi kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyetujui

bahwa karya Tugas Akhir yang berjudul Penciptaan Buku Esai Fotografi

Topeng Dalang Sebagai Upaya Melestarikan Budaya Tradisional Sumenep

untuk disimpan, dipublikasikan atau diperbanyak dalam bentuk apapun oleh

Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 20 Agustus 2015

Rizky Julian Pratama

NIM : 10420100044

Page 6: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

i

ABSTRAK

Topeng Dalang merupakan karya seni pertunjukan teater tradisional yang

menyerupai wayang orang, yang semua pemerannya menggunakan topeng

sebagai penutup wajah, dan segala dialognya dikendalikan oleh dalang. Bentuk

pertunjukan Topeng Dalang di Sumenep sangat berbeda dengan seni pertunjukan

tradisional lainnya, yang ada diwilayah Sumenep. Selain karena penyajiannya

menggunakan topeng (penutup wajah), juga adanya peran dalang yang

mengendalikan semua pemain atau peraga topeng menjadikan kesenian ini

berbeda dengan seni pertunjukan lainnya. Di Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk,

Kabupaten Sumenep terdapat kelompok seni pertunjukan Topeng Dalang yang

hingga saat ini masih tetap eksis dan Fungsional dalam kehidupan masyarakat

pendukungnya, kelompok tersebut dikenal dengan nama, "Rukun Pewaras".

Kata kunci :Topeng, Topeng Dalang, Seni pertunjukan, Tradisional

Page 7: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

danpenyertaan-Nya sehingga penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul

“Penciptaan Buku Esai Fotografi Topeng Dalang Sebagai Upaya Melestarikan

Budaya Tradisional Sumenep” dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Laporan ini merupakan langkah awal untuk menyelesaikan serangkaian

jadwal kegiatan yang telah disusun secara sistematik guna menghasilkan sebuah

karya Tugas Akhir yang baik. Penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak yang memberikan masukan dan dukungan, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu Penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd. selaku pimpinan Institut Bisnis dan

Informatika Stikom Surabaya.

2. Ibu dan Ayah serta Saudara yang senantiasa mendoakan dan mendukung

selama proses penyusunan Karya Tugas Akhir.

3. Muh. Bahruddin S.Sos.,M.Med.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Desain

Komunikasi Visual Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya yang

telah memberikan kelancaran dalam studi maupun proses pengerjaan Tugas

Akhir.

4. Muh. Bahruddin S.Sos.,M.Med.Kom. selaku dosen pembimbing I yang

senantiasa memberikan ilmu dan saran dalam proses penyusunan Tugas

Akhir ini.

Page 8: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

iv

5. Wahyu Hidayat, S.Sn., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberikan pencerahan untuk setiap permasalahan dalam proses

penyusunan Karya Tugas Akhir ini.

6. Siti Syarifah dan Faris Salman. A. selaku orang terdekat penulis yang selalu

memberikan dukungan moril maupun materiil kepada penulis untuk terus

berkarya dan menyelesaikan Tugas Akhir.

7. Yusuf Arjuna, Kevin Kristobrata, Riyansa. E.F dan Ditho Febri, selaku

teman dekat dan rekan kerja yang telah banyak membantu dalam proses

perancangan Karya Tugas Akhir ini.

8. Dan lain sebagainya yang mungkin belum disebutkan satu persatu di sini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang hati saran dan kritik

untuk penyempurnaan Proposal Tugas Akhir ini yang dapat dikirim di alamat

email [email protected]. Atas segala perhatian dan maklumnya

penulis ucapkan terima kasih.

Surabaya, 20 Agustus 2015

Penulis

Page 9: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

LEMBAR MOTTO

Do it now, Don’t Ever Give Up

Believe be Finished

Page 10: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk

Kedua Orang Tua, Para Dosen

Dan Sahabat-sahabatku yang tercinta.

Page 11: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8

1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 8

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

1.5.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 9

1.5.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10

2.2 Kebudayaan .................................................................................... 11

2.3 Pengertian Topeng ......................................................................... 12

2.4 Topeng Dalang ............................................................................... 13

Page 12: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

vi

Halaman

2.5 Fotografi ......................................................................................... 15

2.5.1 Tahapan dalam Fotografi .......................................................... 16

2.5.2 Teknik Memotret ....................................................................... 20

2.6 Esai Foto ......................................................................................... 22

2.6.1 Perbedaan Esai Foto dengan Sekumpulan Foto Biasa .............. 24

2.6.2 Merangkai Esai Foto ................................................................. 25

2.7 Kajian tentang Buku ....................................................................... 26

2.7.1 Kategori Jenis Buku .................................................................. 28

2.7.2 Anatomi Buku ........................................................................... 29

2.7.3 Karakter Buku dengan Gambar ................................................. 36

2.8 Layout ............................................................................................ 37

2.9 Warna ............................................................................................. 42

2.9.1 Psikologi Warna ........................................................................ 43

2.10 Tipografi ........................................................................................ 45

2.10.1 Prinsip dalam Tipografi ........................................................... 48

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN .............................................. 51

3.1 Metodologi Penelitian .................................................................... 51

3.2 Perancangan Penelitian ................................................................... 52

3.2.1 Riset Lapangan .......................................................................... 52

3.2.2 Program ..................................................................................... 53

3.2.3 Gagasan Desain ......................................................................... 53

Page 13: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

vii

Halaman

3.2.4 Alternatif Desain ....................................................................... 53

3.2.5 Konsultasi .................................................................................. 53

3.2.6 Pedoman Desain Buku .............................................................. 53

3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 54

3.3.1 Data dan Sumber Data ............................................................... 54

3.3.2 Data Primer ................................................................................ 54

3.3.3 Wawancara ................................................................................ 55

3.3.4 Observasi ................................................................................... 55

3.3.5 Data Sekunder ........................................................................... 56

3.3.6 Dokumentasi .............................................................................. 56

3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 57

BAB IV KONSEP DAN PERANCANGAN ................................................... 59

4.1 Hasil dan Analisis Data .................................................................... 59

4.1.1 Analisis Data Wawancara.......................................................... 59

4.1.2 Hasil Observasi Lokasi Penelitian ............................................. 62

4.1.3 Hasil Dokumentasi .................................................................... 63

4.1.4 Analisis STP (Segmentasi, Targeting, dan Positioning) ........... 64

4.1.5 Analisis SWOT (Streanght, Weakness, Opportunity, Threat) .. 69

4.2 Konsep .............................................................................................. 73

4.2.1 Keyword .................................................................................... 73

4.2.2 Deskripsi Konsep ...................................................................... 75

Page 14: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

viii

Halaman

4.3 Unique Selling Preposition ............................................................... 76

4.4 Konsep Perancangan Karya .............................................................. 77

4.4.1 Konsep Perancangan ................................................................. 77

4.4.2 Tujuan Kreatif ........................................................................... 78

4.4.3 Strategi Kreatif .......................................................................... 78

4.4.4 Program Kreatif ......................................................................... 86

4.5 Strategi Media .................................................................................. 87

4.6 Gagasan Perancangan Karya ............................................................ 90

4.7 Perancangan Karya ........................................................................... 91

BAB V IMPLEMENTASI KARYA .............................................................. 95

5.1 Konsep .............................................................................................. 95

5.2 Implementasi Karya .......................................................................... 96

5.2.1 Cover Buku ................................................................................ 96

5.2.2 Desain Halaman Buku ............................................................... 96

5.3 Desain Poster .................................................................................... 123

5.4 Desain X-Banner .............................................................................. 124

5.5 Desain Flyer ...................................................................................... 125

5.6 Desain Kartu Nama .......................................................................... 125

5.7 Sistem Produksi Buku ...................................................................... 126

Page 15: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

ix

Halaman

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 131

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 131

6.2 Saran ................................................................................................. 132

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 133

LAMPIRAN ....................................................................................................... 137

BIODATA PENULIS ........................................................................................ 140

Page 16: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pertunjukan Topeng Dalang .......................................................... 34

Gambar 4.1 Topeng Dalang Kabupaten Sumenep ............................................ 63

Gambar 4.2 Cover Buku Si Bongsor dari Tanah Betawi ................................... 67

Gambar 4.3 Isi dan Layout Buku Si Bongsor dari Tanah Betawi ..................... 68

Gambar 4.4 SWOT ............................................................................................ 72

Gambar 4.5 Keyword ......................................................................................... 74

Gambar 4.6 Konsep Perancangan Karya ........................................................... 77

Gambar 4.7 Pemilihan Warna ............................................................................ 84

Gambar 4.8 Alternatif Font Twilight New Moon ............................................... 85

Gambar 4.9 Alternatif Font Benton Sans Cond-Book ....................................... 86

Gambar 4.10 Sketsa Awal Cover Buku…….. .................................................... 91

Gambar 4.11 Foto Bentuk Topeng Dalang .......................................................... 91

Gambar 4.12 Sketsa Ukuran Font dalam Judul dan Sub Judul ........................... 92

Gambar 4.13 Sketsa Awal Layout Halaman Foto .............................................. 92

Gambar 4.14 Sketsa Awal Desain Poster ............................................................ 93

Gambar 4.15 Sketsa Awal Desain Flyer .............................................................. 93

Gambar 4.16 Sketsa Awal Desain X-Banner ....................................................... 94

Gambar 4.17 Sketsa Awal Desain Kartu Nama ................................................... 94

Gambar 5.1 Desain Cover Buku ........................................................................ 84

Gambar 5.2 Halaman Pembuka ........................................................................ 84

Gambar 5.3 Halaman ii & iii ............................................................................. 85

Gambar 5.4 Halaman iv & v .............................................................................. 85

Gambar 5.5 Halaman vi & vii ........................................................................... 86

Gambar 5.6 Halaman viii & ix ......................................................................... 86

Gambar 5.7 Halaman x ..................................................................................... 87

Gambar 5.8 Halaman 1 & 2 ............................................................................... 87

Gambar 5.9 Halaman 3 & 4 ............................................................................... 88

Gambar 5.10 Halaman 5 & 6 ............................................................................... 88

Page 17: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

xi

Halaman

Gambar 5.11 Halaman 7 & 8 .............................................................................. 89

Gambar 5.12 Halaman 9 & 10 ............................................................................. 89

Gambar 5.13 Halaman 11 & 12 ........................................................................... 90

Gambar 5.14 Halaman 13 & 14 ........................................................................... 90

Gambar 5.15 Halaman 15 & 16 ........................................................................... 91

Gambar 5.16 Halaman 17 & 18 ........................................................................... 91

Gambar 5.17 Halaman 19 & 20 ........................................................................... 92

Gambar 5.18 Halaman 21 & 22 ........................................................................... 92

Gambar 5.19 Halaman 23 & 24 ........................................................................... 93

Gambar 5.20 Halaman 25 & 26 ........................................................................... 93

Gambar 5.21 Halaman 27 & 28 ........................................................................... 94

Gambar 5.22 Halaman 29 & 30 ........................................................................... 94

Gambar 5.23 Halaman 31 & 32 ........................................................................... 95

Gambar 5.24 Halaman 33 & 34 ........................................................................... 95

Gambar 5.25 Halaman 35 & 36 ........................................................................... 96

Gambar 5.26 Halaman 37 & 38 ........................................................................... 96

Gambar 5.27 Halaman 39 & 40 ........................................................................... 97

Gambar 5.28 Halaman 41& 42 ............................................................................ 97

Gambar 5.29 Halaman 43 & 44 ........................................................................... 98

Gambar 5.30 Halaman 45& 46 ............................................................................ 98

Gambar 5.31 Halaman 47& 48 ............................................................................ 99

Gambar 5.32 Halaman 49 & 50 ........................................................................... 99

Gambar 5.33 Halaman 51 & 52 ........................................................................ 100

Gambar 5.34 Halaman 53 & 54 ........................................................................ 100

Gambar 5.35 Halaman 55 & 56 ........................................................................ 101

Gambar 5.36 Halaman 57& 58 ........................................................................ 101

Gambar 5.37 Halaman 59 & 60 ........................................................................ 102

Gambar 5.38 Halaman 61 & 62 ........................................................................ 102

Gambar 5.39 Halaman 63 & 64 ........................................................................ 103

Gambar 5.40 Halaman 65 & 66 ........................................................................ 103

Page 18: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

xii

Halaman

Gambar 5.41 Halaman 67& 68 ........................................................................ 104

Gambar 5.42 Halaman 69 & 70 ........................................................................ 104

Gambar 5.43 Halaman 71 & 72 ........................................................................ 105

Gambar 5.44 Halaman 73 & 74 ........................................................................ 105

Gambar 5.45 Halaman 75 & 76 ........................................................................ 106

Gambar 5.46 Halaman 77& 78 ........................................................................ 106

Gambar 5.47 Halaman 79 & 80 ........................................................................ 107

Gambar 5.48 Halaman 81 & 82 ........................................................................ 107

Gambar 5.49 Halaman 83 & 84 ........................................................................ 108

Gambar 5.50 Halaman 85 & 86 ........................................................................ 108

Gambar 5.51 Halaman 87& 88 ........................................................................ 109

Gambar 5.52 Halaman 89 & 90 ........................................................................ 109

Gambar 5.53 Halaman 91& 92 ........................................................................ 110

Gambar 5.54 Halaman 93 & 94 ........................................................................ 110

Gambar 5.55 Desain Poster .............................................................................. 109

Gambar 5.56 Desain X-Banner ........................................................................ 109

Gambar 5.57 Desain Flyer ................................................................................ 110

Gambar 5.58 Desain Kartu Nama ..................................................................... 110

Page 19: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.4 SWOT ................................................................................................... 72

Tabel 4.5 Keyword ................................................................................................ 74

Tabel 4.5 Konsep Perancangan Karya .................................................................. 77

Page 20: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Riset .......................................................... 137

Lampiran 2 Alur Cerita Buku Esai Fotografi Topeng Dalang Sumenep ........... 138

Lampiran 3 Layout Cerita Buku Esai Fotografi Topeng Dalang Sumenep ........ 139

Page 21: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Sumenep terletak di unjung timur pulau Madura yang terdapat

keanekaragaman kesenian budaya tradisional yang menarik untuk dilihat dan

dilestarikan, salah satunya seni budaya Topeng Dalang. Topeng Dalang

merupakan penyebutan lokal di Madura, sedangkan di wilayah lain seperti Jawa

Timur atau Jawa Tengah menyebutnya dengan Wayang Topeng atau Topeng

Pedalangan. Dalam penulisan ini digunakan istilah Topeng Dalang menyesuaikan

istilah lokal yang dikenal oleh masyarakat Madura. Pada dasarnya topeng dibuat

untuk mengekspresikan karakteristik karakter tokoh pada cerita atau lakon,

misalnya karakter kasar, halus, gagah lembut, licik, buas, santun, lucu, dan unik

(Supriyato Henricus 1994: 2).

Topeng Dalang dari segi penulisan terdiri dari dua suku kata yakni

“topeng” dan “dalang. Topeng dalam sebuah pertunjukan Topeng Dalang

memiliki arti yaitu penutup wajah yang terbuat dari kayu mentaos dan memiliki

bentuk sesuai karakter masing-masing tokoh dalam cerita pewayangan, sedangkan

dalang adalah orang yang memilikui keahlian khusus dalam menyajikan cerita

secara lisan dengan menggunakan sebuah media seperti wayang. Dengan

demikian, Topeng Dalang mengandung pengertian suatu seni pertunjukan teater

tradisional yang menyerupai wayang orang dimana masing-masing pemeran

menggunakan topeng sebagai penutup wajah, dan semua dialognya dikendalikan

oleh dalang. Para Kawula muda di wilayah desa Slopeng kecamatan Dasuk masih

Page 22: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

2

menggandrungi seni pertunjukan tradisional Topeng Dalang, namun dengan

seiring berkembangnya zaman dan masuknya budaya modern dalam era

globalisasi, kesenian modern telah merubah semua nilai-nilai budaya kehidupan

yang ada pada masyarakat perkotaan maupun pelosok desa. Di desa Slopeng

dahulunya hidup beberapa kelompok seni pertunjukan Topeng Dalang, namun

saat ini sudah tenggelam (punah), tinggal dua kelompok saja yaitu kelompok

“Rukun Perawas” dan “Rukun Pewaras”. Diantara dua kelompok tersebut yang

menjadi perhatian peneliti adalah kelompok “Rukun Pewaras”

Dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan upaya melestarikan

dengan memberikan informasi yang detail serta dikemas dengan menarik agar

minat masyarakat terhadap kebudayaan terutama Topeng Dalang meningkat,

kemudian di aplikasikan kedalam media sehingga dapat tersampaikan dengan baik

dan mampu meningkatkan rasa cinta terhadap budaya yang ada di masyarakat

yang akan menimbulkan pengetahuan tentang kesenian daerah yang berkembang

seiring zaman yang maju.

Sebutan kata Sumenep sampai saat ini masih terdapat perbedaan dalam

memaknainya. Di kalangan kelompok terpelajar dan tinggal di sekitar pusat

kabupaten Sumenep, umumnya menyebut dengan kata Sumenep. Sedangkan

masyarakat yang tinggal di pedesaan, menyebutnya dengan Songennep. Kata

Soengennep yang diterjemahkan oleh J.L Brandes pada abad XIX ialah bentuk

nama yang sebenarnya menurut cara Madura. Kata Songennep lebih sesuai

dengan lidah atau logat kebiasaan orang Madura yang berasal dari kata “Sung”

mempunyai arti sebuah relung atau cekungan atau lembah dan kata “enneb”

Page 23: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

3

mempunyai arti endapan yang tenang, Maka jika diartikan lebih dalam lagi kata

songennep (dalam bahasa Madura) mempunyai arti “lembah atau cekungan yang

tenang” (Disbudpar Sumenep 2010: 32). Selain itu Sumenep juga memiliki

kekayaan sumber daya alam (SDA) migas serta berpotensi di bidang pertanian,

perkebunan, kelautan dan perikanan yang memiliki potensi besar untuk terus

dikembangkan dan dikelola dengan baik, menurut kepala Bappeda Provinsi Jawa

Timur, DR. Ir. Zainal Abidin, MM (www.sumenep.go.id) serta mampu untuk

mengembangkan kepariwisataan yang berada di Sumenep agar dapat dijadikan

tempat berkunjung bagi wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang

artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan

bahasa Indonesia, penggunaan awalan pe- dan akhiran –an artinya digunakan

untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja) (endarmoko 2006).

Secara umum dapat juga didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk

merawat, melindungi, dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai

guna untuk dilestarikan. Adanya permasalahan yang terjadi di kabupaten

Sumenep guna melestarikan budaya tradisional Topeng Dalang, maka penelitian

ini bertujuan untuk melakukan suatu tindakan Penciptaan Buku Esai Fotografi

Topeng Dalang Sebagai Upaya Meningkatkan Pelestarian Budaya Tradisional

Sumenep yang mampu memiliki daya tarik minat masyarakat untuk mengetahui

budaya tersebut.

Page 24: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

4

Topeng Dalang merupakan suatu jenis kesenian teater lokal tradisional.

Seperti namanya tarian Topeng Dalang Sumenep, Madura termasuk dalam

kelompok seni pendalangan dan sudah diketahui bahwa sejarah kehidupan seni

pendalangan sudah tua, bahkan sanggup menerobos dinding jaman berabad-abad

lamanya. Maka dari itu, topeng yang menjadi atribut utama dalam pertunjukan

tarian Topeng Dalang Sumenep, Madura pun mempunyai sejarah yang tua sekali,

bahkan topengnya jauh lebih tua dari pada kesenian pendalangan itu sendiri

(Soetrisno, 1981: 195).

Pada awal mulanya Topeng Dalang adalah kesenian keraton, lahir di

lingkungan keraton, dan pagelarannya lebih fokus dilihat oleh kaum bangsawan

dan elite tingkat atas. Dengan terjadinya perubahan struktur masyarakat dari yang

bersifat feodal di masa lampau kemudian menjadi bersifat kerakyatan yang

diperjuangkan oleh perjuangan bangsa Indonesia setelah mencapai kemerdekaan

dan kedaulatan negara, tari ini lebih sering diadakan pada waktu ruwatan (acara

syukuran) seperti ruwatan makam, ruwatan pekarangan, ruwatan desa, ruwatan

sunatan, dan ruwatan pernikahan. Di daerah pesisir Madura, umumnya

Gambar 1.1 Pertunjukan Topeng Dalang

Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2014

Page 25: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

5

menggunakan tari Topeng Dalang dalam setiap kegiatan ruwatan dan pada

acara ruwatan bumi atau disebut dengan berumbung. Kegiatan ini tidak boleh

menggunakan kesenian tari yang lain, jika pada kegiatan ini menggunakan

kesenian tari yang lain, maka pada daerah atau desa yang mengadakan acara

tersebut akan tertimpa musibah, seperti masyarakat akan terkena penyakit

dan hasil bumi pada daerah tersebut akan berkurang.

Dengan menggunakan media fotografi sangat membantu untuk sarana

perkenalan dan promosi Topeng Dalang yang ada di Sumenep, karena dalam

dunia fotografi dapat memberikan suatu gambar visual yang terlihat simpel,

menarik indera penglihatan, modern, dan serta mudah untuk dipahami. Taufan

Wijaya dalam bukunya mengatakan bahwa, salah satu kelebihan fotografi adalah

mampu merekam peristiwa yang aktual dan membentuk sebuah cerita

didalamnya, sehingga fotografi tidak hanya dapat menciptakan keindahan saja,

tetapi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual yang dapat menyampaikan

pesan kepada publik (Wijaya, 2011: 9).

Media fotografi yang digunakan untuk menciptakan pelestarian budaya

Topeng Dalang adalah dengan menggunakan esai foto. Esai foto merupakan

sebuah “cabang” foto jurnalistik. Dalam esai foto, sebuah masalah disampingkan

kepada publik dengan menampilkan lebih dari satu foto. Pengertian yang

sederhana esai foto merupakan sebuah narasi atau informasi lebih, dengan

komposisi foto dan esai berimbang dalam bentuk sekumpulan foto yang dirangkai

dalam satu topik. Pengambilan foto yang memiliki alur cerita tentang Topeng

Dalang akan di aplikasikan dalam bentuk sebuah buku dengan menggunakan

Page 26: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

6

konsep esai foto. Pengambilan gambar dengan visual melalui konsep esai foto

dalam bentuk buku, diharapkan dapat memperkenalkan, melestarikan dan menjadi

wawasan bagi pembaca tentang Topeng Dalang Sumenep sebagai salah satu seni

pendalangan yang menjadi cerminan dari kebudayaan di Sumenep pulau Madura.

Penciptaan buku esai foto juga bisa dijadikan sebagai media promosi yang

dianggap sebagai cara komunikasi pemasaran yang efektif untuk menyampaikan

informasi kepada publik. Menurut Herlen Farlow, yang dikutip oleh Tim Studi

Analisa Program Promosi dan Pengenalan Produk (2007: 6) dalam jurnalnya yang

berjudul “Studi Analisa Program Promosi Pasar Modal dan Jasa Keuangan Oleh

Pelaku Industri Jasa Keuangan”, menyatakan bahwa tujuan dari promosi adalah

usaha yang dilakukan untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi pihak

lain agar dapat berpatisipasi dalam pengambilan keputusan bagi calon konsumen

untuk kegiatan pemasaran. Promosi merupakan usaha mengkomunikasikan

informasi yang bermanfaat tentang sesuatu hal untuk mempengaruhi konsumen.

Dengan adanya pernyataan tersebut maka melakukan tindakan promosi bukanlah

sesuatu hal yang baru di dunia industri pariwisata, namun suatu promosi akan

berlangsung efektif apabila seseorang di dalam industri melakukan identifikasi

sasaran masyarakat untuk menentukan respon yang diharapkan, memilih pesan

yang akan disampaikan, juga memilih media penyampaian dan mengumpulkan

feed back atas promosi yang dilakukan tersebut. Untuk mendapatkan media

promosi yang efektif, diperlukan beberapa pertimbangan untuk memilih media

promosi esai foto dapat dianggap tepat sebagai media promosi. Dalam pembuatan

ini, esai foto akan diaplikasikan dalam sebuah buku yang berisikan pesan beserta

Page 27: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

7

gambar visual di desain secara lebih rinci, informatif dengan ukuran tempat yang

fleksibel. Media ini dapat bertahan relatif lama karena buku tersebut bisa

disimpan atau didokumentasikan oleh pembaca sebagai pembelajaran seni budaya

tradisional Topeng Dalang. Hasil jadi buku tersebut, tidak hanya untuk

dipromosikan dan dipasarkan, namun juga dapat digunakan untuk

menginformasikan asal usul Topeng Dalang dan sebagai pembelajaran untuk

anak-anak muda sekarang agar melestarikan budaya yang ada di Indonesia.

Membuat buku ini menggunakan esai fotografi sebagai temanya dan

memberikan artikel yang digunakan untuk menjelaskan tampilan gambar

visualnya, seperti menggambarkan Sumenep sebagai kabupaten yang memiliki

keunikan budaya, kesenian, dan Topeng Dalang Sumenep sebagai warisan budaya

yang tidak hanya untuk hiburan, tetapi memiliki gaya dan suara khas dari dalang

sebagai pengisi suara. Setiap isi cerita pewayangan, baik dalam gerakan, busana,

maupun tempat pertunjukan budaya tersebut.

Oleh karena itu, pembuatan buku esai fotografi yang dapat berisi tentang

informasi, karakter, pewayangan dan cerita di dalam kesenian topeng dalang

menjadi relevan karena fokus pada budaya tersebut yang menceritakan secara

detail seperti karakter tokoh, persiapan, dan pementasan dimulai. Dengan

demikian diharapkan dapat memenuhi keinginan masyarakat terutama Kabupaten

Sumenep terhadap kebudayaan Topeng Dalang yang dikemas dalam bentuk buku

esai fotografi yang bertujuan untuk mempromosikan dan melestarikan budaya

Topeng Dalang sebagai salah satu warisan pulau Madura kepada masyarakat

maupun wisatawan domestik dan mancanegara.

Page 28: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:

“Bagaimana menciptakan buku esai fotografi topeng dalang sebagai upaya untuk

pelestarian budaya tradisional sumenep?”

1.3. Batasan Masalah

Dari permasalahan yang dirumuskan di atas maka batasan masalah yang

akan dikerjakan pada penelitian ini adalah:

1. Pengambilan foto meliputi: proses pembuatan Topeng Dalang sampai pada

pertunjukan teater Topeng dalang.

2. Objek foto meliputi: tarian Topeng Dalang, pengrajin Topeng Dalang,

pertunjukan Topeng Dalang.

3. Mengulas secara garis besar tentang tokoh Topeng Dalang dan elemen yang

terlibat dalam pertunjukan Topeng Dalang.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana menciptakan buku esai

fotografi Topeng Dalang sebagai upaya untuk melestarikan budaya tradisional dan

memperkenalkan kebudayaan yang ada di pulau Madura terutama kabupaten

Sumenep.

Page 29: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

9

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa untuk

membantu proses pembelajaran, pengalaman dan wawasan dalam

membuat buku esai fotografi untuk masyarakat dan wisatawan domestik

maupun mancanegara.

2. Diharapkan bermanfaat sebagai buku referensi seni budaya tradisional

bagi kalangan akademis.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat membuat buku esai fotografi adalah menginformasikan agar

masyarakat luas mengetahui kebudayaan Topeng Dalang dan diharapkan

mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi wisata budaya ini

sebagai tujuan wisata budaya di pulau Madura.

2. Bisa digunakan untuk sumber pengetahuan seni budaya tradisional yang

dikenal menjadi ikon Sumenep, Madura.

Page 30: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Erlinda Triani Wiyono

mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain,

Universitas Kristen Petra, Surabaya. Dalam penelitiannya mengangkat tentang

“perancangan komunikasi visual revitalisasi tari topeng dalang untuk program

destinasi madura”. Berdasarkan hasil penelitian upaya revitalisasi tari topeng

dalang untuk program destinasi madura dapat ditarik kesimpulan bahwa

perkembangan tari dalam masyarakat muda mengalami penurunan atau dapat

dikatakan menurunnya minat masyarakat terhadap kebudayaan tradisional yang

ada di Madura. Salah satu contohnya adalah kebudayaan asli Madura, yaitu

kesenian tari Topeng Dalang. Kesenian ini sebenarnya cukup berkembang

didaerah Madura, namun yang lebih terlihat dan terasa secara jelas adalah di

daerah pinggiran Madura, seperti di Sumenep, Dasuk, dan Kalianget. Tidak salah

jika kesenian tari Topeng Dalang disebut sebagai kesenian rakyat pinggiran, tetapi

kesenian ini dulunya berawal mula dari kesenian yang diselenggarakan di keraton

Sumenep.

Berdasarkan fakta lapangan mengenai jumlah peminat dari Tari Topeng

Dalang Madura yang sangat minim, diperlukan adanya revitalisasi agar

peninggalan kebudayaan tersebut tidak punah. Melihat kenyataan yang

seharusnya demikian, maka kegiatan revitalisasi budaya menjadi jelas sangat vital

Page 31: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

11

dan bahkan mendesak. Pada penelitian ini memiliki tujuan untuk merancang

komunikasi visual yang mengacu pada pengenalan dan promosi. Pada

perancangan komunikasi visual ini, pesan yang ingin disampaikan adalah

mengenalkan kembali kepada masyarakat mengenai kebudayaan Tari Topeng

Dalang Madura yang telah dimiliki sejak dahulu kala. Pemilihan Media berupa

media iklan cetak maupun media iklan elek tronik yang berupa pembuatan media

promosi melalui Website dan pembuatan visualisasi Logo Tari Topeng Dalang

serta merchandise berupa kartu permainan dan tas kain. Media yang dipilih

bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk dapat tertarik dengan kebudayaan

tradisional yang sudah lama mereka miliki tetapi tidak begitu banyak yang

mengenal dan mengetahuinya.

2.2 Kebudayaan

Kebudayaan Topeng dalang merupakan budaya seni tari, teater dan

pendalangan yang menjadi tradisi masyarakat di Sumenep. Budaya tersebut terus

dilestarikan agar generasi muda tetap tahu tentang seni budaya topeng dalang.

Kebudayaan atau pun yang disebut peradapan, mengandung pengertian yang luas,

meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi

pengetahuan, kepercayaan, seni, koral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan

pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.

Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta budhayah , yaitu bentuk

jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian kebudayaan

dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedangkan kata

Page 32: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

12

“budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya

dari budi” sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang

berupa cipta, karsa, dan rasa, dengan “kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta,

karsa, dan rasa (Koentjaraningrat 1980).

2.3 Pengertian Topeng

Tradisi topeng di indonesia telah ada sejak sebelum manusia mengenal

tulisan, artinya bahwa sepanjang peradapan umat manusia topeng hadir dan

menjadi bagian dari kebudayaan mereka. Menurut Emaile Durkheim katakan

didalam bukunya The Elementary Form of the Religious Life, bahwa topeng

diyakini sudah ada sejak awal kehidupan manusia (Durkheim, 2001: 110). Tradisi

topeng dulunya biasanya digunakan dalam ritus-ritus yang berhubungan dengan

kematian (Sumaryono, 2010: 1).

Edy Sedyawati Menjelaskan bahwa benda sebagai produk budaya

memiliki dua sifat, yaitu sifat kebendaan itu sendiri (tangible) dan sifat tak benda

(intangible). Produk budaya yang tangible yaitu dapat disentuh, berupa benda

konkret, yang pada umumnya berupa benda yang metupakan hasil buatan

manusia, dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Sedyawati, 2007: 160-

161), sedangkan produk budaya yang intangible merupakan kabalikan dari sifat

kebendaan yaitu yang tidak dapat diraba atau disentuh.

Page 33: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

13

Topeng sebagai produk budaya yang bersifat tangible yang artinya topeng

sebagai benda seni merupakan hasil olah kreativitas manusia yang dapat terindra

secara visual sekaligus dapat diraba dan di sentuh. Adapun topeng sebagai produk

budaya yang bersifat intangible yang artinya topeng sebagai benda seni sangat

erat kaitanya dengan latar belakang dan nilai-nilai filosofis yang dituangkan di

dalamnya.

2.4 Topeng Dalang

Topeng Dalang Madura sangat populer dikalangan orang Madura. Sejak

abad ke-15 kesenian ini sudah ada di Desa Proppo pada masa pemerintahan Prabu

Menak Senaya. Konon, Prabu inilah yang pertama kali memperkenalkan topeng di

daerah Madura. Mengingat bhwa hubungan Madura dengan kerajaan yang di

Jawa (Majapahit dan Singosari) sangat mesra, maka tidak dapat dipungkiri

bahwa Topeng Dalang Madura merupakan kelanjutan dari topeng yang ada di

Kerajaan tersebut. Namun demikian, dalam perkembangannya Topeng Dalang

Madura menempuh jalan sendiri. Lebih-lebih, ketika agama Islam mulai masuk

ke tanah Madura. Dalam hal ini cerita-cerita yang dipentaskan banyak diselipkan

ajaran-ajaran yang berlandaskan pada agama Islam.

Perkawinan antara seorang keluarga Mataram dan seorang keluarga Madura,

yaitu Pangeran Buwono (1830 – 1850) dengan salah satu puteri raja Madura

(Bangkalan) semakin mengangkat topeng madura. Malahan, Paku Buwono Vll

memberi hadiah berupa seperangkat topeng lengkap dengan busana dan

perlengkapannya. Pada abad ke – 20, setelah kerajaan-kerajaan mulai menghilang

Page 34: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

14

dari bumi Madura, topeng Madura kembali menjadi kesenian rakyat hingga

tahun 1950 –an. Hal itu tercermian dari banyaknya group kesenian topeng dan

pengrjin topeng di berbagai pelosok Madura. Memasuki tahun 1960 – an topeng

Madura mengalami kesurutan. Hal itu disebabkan para tokahnya banyak yang

meninggal, sementara generasi muda belum menguasainya. Pada tahun 1970 -

an topeng Madura kembali bangkit atas jasa dalang tua yang bernama Sabidin

dari Sumenep, sehingga di Sumenep banyak dijumpai kesenian ini. Di Desa

Slopeng, Kalianget, Marengan dan Pinggir Papas misalnya, disana banyak

kesenian tradisional yang masih menekuninya. Salah satu kelompok topeng

dalang yang sangat tua adalah yang ada di Desa Slopeng Dasuk dengan nama

“Rukun Parawas”.

Warna Topeng Dalang erat kaitannya dengan wataknya. Dominan warna

merah mencermin pemberani, dominan warna kuning mencermin keluhuran budi;

dominan warna hitam mencerminkan kebijaksanaan, dominan warna hijau

mencerminkan kelembutan, dan dominan warna kuning emas mencerminkan

keagungan. Sementara, gerakan tari dalam topeng dalang meliputi gerak;

halus, sedang dan kasar. Dalam suatu pementasan, kesenian ini diawali

dengan gending pembuka. Kemudian, disusul dengan tari gambuh tameng,

yaitu tari yang menggambarkan keperkasaan. Tari ini mencerminkan sebuah

ungkapan “Etembang pote mata lebi bagus pote tolang” yang artinya dari pada

hidup bercermin bingkai lebih baik mati berkalang tanah. Selanjutnya disusul

dengan tari branyak rampak prapatan, yaitu tari yang menggambarkan kegesitan

dan kelincahan empat satria. Lalu disusul dengan tari klono tunjung seto, yaitu

Page 35: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

15

tari yang menggambarkan seorang satria utusan dewa dari swargaloka yang diutus

turun ke maya pada untuk memberi suri tauladan kepada para remaja.

2.5 Fotografi

Perkembangan fotografi di Indonesia bermula dari mas penjajahan, dimana

fotografernya sendiri berasal dari masyarakat Indonesia dengan kelas social

menengah keatas sebagai penyalur hobi dan mengabadikan momen-momen

penting perkembangan sejarah dan kebudayaan Indonesia pada saat itu. Fotografi

menjadi popular hingga saat ini, karena proses penghasilan gambar dan cahaya

pada film ini dapat diperbanyak dan hasilnya memberikan informasi serta pesan

kepada orang lain sebagai audience. Dengan menggunakan media fotografi,

hingga saat ini momen-momen sejarah dan cerita tentang kebudayaan Indonesia

dapat kita pahami melalui media fotografi sebagai alat komunikasi massa

(Wijaya, 2011: 67).

Foto atau gambar dianggap memainkan peranan penting sebagai media

komunikasi yang integral dari banyak aspek didalam kehidupan manusia, fungsi

komunikasi dalam hal ini untuk melayani beragam fungsi yang penting.

Komunikasi dapat memuaskan kehidupan kita yang ada dalam berbagai

kebutuhan fisik, identitas diri, kebutuhan social, dan praktis.

Page 36: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

16

2.5.1 Tahapan dalam Fotografi

Tahapan dalam fotografi ada empat , yaitu komposisi, fokus, kecepatan

dan diafragma (Alwi, 2004: 42). Berikut penjelasanya:

1. Komposisi

Komposisi adalah sususan yang ada dalam foto. Bagaimana susunan itu

hanya fotografer yang bisa mengetahui dan melakukannya. Komposisi

dilakukan berdasarkan:

a. Point Of Interest

Point Of Interest merupakan sesutau hal yang paling menonjol pada foto,

yang membuat orang langsung melihat kepadanya dan tertarik untuk

melihatnya atau disebut juga menjadi pusat perhatian audience.

b. Framing

Framing menggunakan lensa fix, dilakukan dengan cara fotografer maju-

mundur, mendekat-menjahui dari objek. Tetapi dengan lensa zoom atau

tele maka framing dilakukan dengan cara memutar ring zoom ke kanan-

kiri atau ke depan-belakang searang dengan objek foto.

c. Balance

Balance adalah keseimbangan yang harus dipertimbangkan pada objek

foto. Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang

dilakukan dengan variasi long shot, Medium Shot, dan close up. Juga

sudut pengambilan dengan variasi high angle dan low angle. Lalu

penempatan objek lain dengan objek utama, dengan variasi foreground

Page 37: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

17

dan background dan posisi kamera yang diletakkan vertikal ataupun

horizontal.

1) Long Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek (point of interest) kecil. Hal

ini karena kamera berada pada jarak yang jauh dengan objek foto,

sehingga hasil foto atau proyeksi foto pada kaca pembidik terlihat juga

kecil. Komposisi dengan pemotretan long shot dilakukan untuk

memperoleh foto berkesan memperlihatkan suasana.

2) Medium Shot

Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang difoto (point of interest)

sudah terlihat lebih besar dibandingkan pada pemotretan long shot.

Hal ini karena kamera sudah berada atau diletakkan lebih dekat

dengan jaraknya dengan foto.

3) Close Up

Komposisi yang terlihat hanya objek yang difoto saja atau yang

dijadikan point of interest, pada seluruh permukaan foto atau kaca

pembidik. Tidak ada objek lain, sehingga hasil foto objek juga terlihat

besar.

4) High Angle

Hight angle merupakan pemotretan dengan menempatkan objek foto

lebih rendah dari pada kamera atau kamera berada lebih tinggi dari

pada objek foto, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik objek foto

terlihat mengecil.

Page 38: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

18

5) Low Angle

Low angle adalah pemotretan dengan kamera yang ditempatkan lebih

rendah dari pada objek foto atau objek foto berada lebih tinggi dari

pada kamera, sehingga objek foto terkesab membesar dilihat pada

kaca pembidik.

6) Foreground

Foreground merupakan pemotretan dengan menempatkan objek lain

di depan objek utama yang bertujuan selain sebagai pembanding juga

untuk memperindah objek utama. Objek di dapan disebut foreground

atau latar depan, bisa dibuat tajam (focus), bisa pula tidak tajam (blur).

Fokus dilakukan pada objek utama dan hasil foto terkesan objek

utama yang terhalang oleh objek lain di depannya.

7) Background

Kebalikan dari foreground adalah pemotretan dengan menempatkan

objek utama di depan objek lain, tujuannya seperti foreground, yaitu

untuk pembanding dan memperindah objek utama. Objek lain

dibelakang disebut latar belakang (background).

8) Horizontal dan Vertikal

Merupakan pemotretan dengan posisi kamera mendatar (horizontal)

dan hasil fotonya juga mendatar atau disebut juga landscape.

Sementara vertikal, posisi kamera berdiri (vertikal), sehingga hasil

fotonya juga vertikal atau bisa disebut juga potrait.

Page 39: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

19

2. Fokus

Fokus adalah kegiatan mengatur ketajaman pada objek foto yang telah

dijadikan point of interest pada saat komposisi. Dilakukan dengan cara

memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada kaca pembidik, objek

yang tadinya tidak tajam dan tidak jelas, menjadi fokus dan tajam serta jelas

bentuk dan tampilannya.

3. Kecepatan (speed)

Kecepatan adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang

dipilih pada tombol kecepatan. Tirai ada pada bagian belakang dalam kamera.

Kecepatan diibaratkan kelopak mata manusia. Kalau kelopak mata manusia

membuka berarti manusia bisa melihat karena cahaya masuk, begitu juga

sebaliknya kalau kelopak mata tertutup. Rumus kecepatan adalah “ makin

besar kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang besar), makin sebentar atau

sedikit cahaya yang bisa masuk ke kamera dan membakar film. Sebaliknya,

“makin kecil kecepatan (ditunjukkan dengan angka yang kecil), makin lama

atau banyak cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera dan membakar film”.

4. Diafragma (Aperture)

Merupakan sama halnya dengan kecepatan, diafragma juga diibaratkan bola

mata manusia. Kalau bola mata membesar, berarti cahaya yang bisa masuk ke

dalam mata manusia banyak, terutama kalau manusia berada pada tempat

yang gelap, sehingga manusia bisa melihat di dalam kegelapan. Sebaliknya,

kalau bola mata menusia mengecil, berarti cahaya yang bisa masuk ke dalam

mata manusia sedikit, hal ini terutama kalau manusia berada ditempat terang

Page 40: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

20

dimana manusia mengedip sehingga bola mata pun mengecil dan cahaya yang

bisa masuk ke dalam mata manusia pun juga sedikit. Teori diafragma yaitu “

makin besar diafragma (ditunjukkan dengan angka kecil), makin banyak

cahaya yang bisa lolos ke kamera melalui lensa”. Sebaliknya, “makin kecil

diafragma (ditunjukkan dengan angka yang besar), maka makin sedikit

cahaya yang bisa lolos ke dalam kamera melalui lensa”.

2.5.2 Teknik Memotret

Teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret setelah diketahui

bagaimana tahapan memotret (Alwi, 2004: 60-66). Teknik memotret bermacam-

macam, tetapi yang paling banyak digunakan untuk pemotretan foto sebagai

berikut:

1. Freeze

Merupakan teknik memotret pada objek bergerak yang menginginkan objek

tersebut berhenti (diam atau freeze) setelah dipotret. Karena itu digunakan

kecepatan tinggi atau diatas 1/60 sesuai gerakan objek foto. Memotret freeze

bisa dilakukan menggunakan lampu flash.

2. Blur

Merupakan teknik memotret pada objek bergerak untuk memperoleh hasil

foto objek yang bergerak tersebut menjadi blur atau tidak fokus (goyang),

sementara objek yang tidak bergerak diam dan tajam. Karena itu kecepatan

yang digunakan adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

Page 41: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

21

3. Depth Of Field (Ruang Tajam)

Merupakan teknik memotret pada objek yang tetap atau diam untuk

memperoleh gambar yang tampak tajam dan terfokus. Semakin dekat jarak

dengan subjek maka semakin sempit Depht Of Field (ruang tajam) dan

sebaliknya semakin jauh jarak antara kamera dengan subjek maka semakin

lebar Depth Of Fieldnya.

4. Panning

Merupakan teknik memotret dengan menggerakkan kamera sesuai gerakan

objek foto. Tujuannya adalah gerakan terebut terekam oleh kamera hanya

lintasannya saja pada latar belakang objek foto secara blur bergaris.

5. Zooming

Merupakan tekniok memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan

objek mendekat atau menjahui kamera, untuk itu diganakan lensa zoom.

Kecepatan yang dipakai adalah kecepatan rendah atau dibawah 1/60.

6. Multi Exposure

Merupakan teknik memotret untuk memperoleh hasil foto dengan kesan

menumpuk objek yang difoto lebih dari satu kali tetapi berada pada satu

frame (bingkai film).

7. Window light

Merupakan teknik memotret dengan memanfaatkan cahaya dari satu sumber,

bisa dari cahaya jendela (window), bisa juga cahaya dari sumber lain yang

searah sperti halnya cahaya jendela.

Page 42: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

22

8. Silhouette

Merupakan teknik memotret dengan menempatkan kamera menghadap

langsung sumber cahaya, sementara objek foto di tengah-tengah sumber

cahaya dengan kamera. Hasil fotonya, objek foto gelap sementara latar

belakang (sumber cahaya) terang.

2.6 Esai foto

Esai foto atau foto esai adalah sebuah “cabang” dari fotografi jurnalistik.

Esai foto menampilkan lebih dari satu foto yang menggambarkan sebuah

permasalahan kepada publik. Arti yang lebih sederhana, esai foto adalah sebuah

narasi yang berbentuk sekumpulan foto kemudian dirangkai dalam satu topik dan

bertujuan untuk menyampaikan pendapat atau opini secara sekaligus, fakta dan

peristiwa (duniaesai.com).

Michael Davis, mantan picture editor di National Geographic mengatakan

photo essay cenderung mengenai suatu tipe atau aspek dari banyak tempay,

banyak hal, atau orang dan membutuhksn alur yang menyatu. Dalam membuat

photo essay membutuhkan “kejernihan melihat”. Dalam menentukan sudut

pandang secara keseluruhan, melihat duduk perkara, terkadang dengan

mengaitkan hal-hal yang seringkali tidak tampak terlalu jelas kaitannya antara

satu hal dengan hal lainnya, bisa juga dengan kaitan waktu atau kaitan kejadian

(www.slideshare.net/FOTOKITA).

Page 43: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

23

Dalam membuat sebuah esai foto, dibutuhkan seleksi dan pengaturan yang

sesuai agar foto dapat membentuk suatu cerita lewat satu tema. Secara

keseluruhan, permasalahan yang diangkat lebih dalam, lebih utuh, lebih imajinatif

dan memberikan ruang dimesi yang luas dibandingkan yang dapat dicapai foto

tunggal. Subjek untuk foto esai biasa beragam, bisa dari kejadian, tokoh, gagasan

atau suatu tempat. Cara penuturannya juga beragam dari segi kronologis dan

tematik. Esai bentuknya fleksibel, yang terpenting adalah foto-foto tersebut saling

melengkapi dan menjadi satu tema dalam bentuk alur cerita.

Secara umum, esai foto seperti dalam foto-foto yang disusun menjadi satu

cerita yang memiliki narasi atau alur. Foto pertama biasanya memikat,

memancing pembaca untuk ingin tahu kelanjutan dari cerita tersebut. Selanjutnya

foto-foto yang membangun badan cerita dan menggiring pembaca untuk tetap

membacanya. Kemudian foto yang melengkapi cerita dan foto penutup yang

berfungsi mengikat sekaligus memberikan kesan dan arti.

Beberapa jenis foto yang ada dalam rangkaian esai fotografi:

1. Establishing shot: Menggambarkan tempat atau setting tempat kejadian yang

menggunakan lensa wide angle untuk memberikan kesan tiga dimesi.

2. Detail shot: Foto detail dari benda atau bagian dari orang yang penting

misalnya close-up wajah orang atau benda-benda yang melekat pada manusia,

menggunakan lensa makro atau tele.

3. Interaction shot: Berisikan tentang interaksi antara dua orang atau lebih yang

sedang berbicara maupun melakukan suatu kegiatan, menggunakan lensa tele.

Page 44: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

24

4. Climax: Sebuah foto yang menggambarkan puncak dari sebuah acara atau

kegiatan.

5. Closer atau Clincher: Foto yang menutup cerita yang memberikan kesan,

pesan, inspirasi atau motivasi.

2.6.1 Perbedaan Esai Foto dengan Sekumpulan Foto Biasa

Ada beberapa hal mendasar yang membedakan esai foto dengan kumpulan

foto biasa, menurut Budi Andana Marahimin (lifestyle.kompasiana.com). Hal ini

dapat dirumuskan menjadi empat point yang dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Esai foto memiliki tema

Bisa saja kita memotret suatu acara dan menghasilkan suatu foto yang kuat

secara tunggal. Namun apabila tidak didukung tema yang kuat, foto-foto

tersebut tidak dapat dirangkai. Sehingga tema merupakan sebuah keharusan

dalam membuat suatu esai foto.

2. Esai foto cenderung berbau opini dan menggali emosi bagi yang melihat.

Fotografer sebaiknya melakukan pendalaman dengan melakukan

pengukangan ke lokasi dan terjun langsung ketengah problema serta

menangkap secara detil baik itu secara simbolik maupun snapshot. Sehingga

sang fotografer tidak kehilangan momen-momen penting dan yang sering

tidak terdektesi dalam satu kali sesi pemotretan saja.

Page 45: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

25

3. Esai foto memerlukan narasi agar memperkuat tema.

Narasi atau caption atau teks foto adalah sebuah keharusan dalam membuat

suatu esai foto. Karena tanpa narasi, suatu esai foto akan menjadi tidak kuat

bahkan akan bisa menjadi sulit dimengerti maknanya oleh yang melihat.

4. Esai foto mendapat nilai tambah bila tampil dalam tata letak yang

diperhitungkan baik.

Tata letak yang baik (ukuran, jenis, font, dll) akan menonjolkan interaksi

antara foto dan membentuk kesatuan yang utuh.

2.6.2 Merangkai Esai Foto

Menurut Nonot S. Utama dalam kutipan sebuah “Majalah Foto Media”

(2002: 58) selama melakukan pemotretan, beberapa hal dibawah ini dapat menjadi

panduan dalam merangkai esai foto:

1. Foto Long Shot

Dipakai untuk menggambarkan suasana subjek dan lingkungan

disekelilingnya.

2. Foto Medium Shot

Digunakan untuk memperlihatkan suatu kejadian.

3. Foto Close Up

Digunakan untuk memperlihatkan emosi dari subjek itu.

4. Foto Utama atau Lead

Foto yang paling menonjol dari keseluruhan.

Page 46: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

26

5. Foto Potrait

Menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto esai.

6. Foto Interaksi

Menggambarkan bagaimana subjek melakukan interaksi hubungan dengan

lingkungan.

7. Foto Sekuen

Memaparkan tahapan perkembangan pada subjek dalam pemotretan.

8. Foto Detail

Bertujuan sebagai foto yang memperkuat emosi.

9. Close

Digunakan sebagai penutupan foto.

Sebuah foto dalam esai foto tidak harus menampilkan semua ketentuan

diatas, hanya saja foto utama dan penutup amat penting disajikan sebaik mungkin.

Sementara foto lainnya dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

2.7 Kajian Tentang Buku

Buku adalah sekumpulan kertas bertulisan yang dijadikan satu. Kertas-

kertas bertulisan itu mempunyai tema bahasan yang sama dan disusun menurut

kronologi tertentu, dari awal bahasan sampai kesimpulan dan bahasan tersebut.

Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangunan watak bangsa

(Muktiono, 2003: 22). Pengetahuan tertentu dijadikan sebagai satu kesatuan di

dalam buku. Agar pengetahuan tidak terpencar-pencar dan mudah dipelajari, maka

diciptakanlah buku. Tujuan dari buku tidak lain hanyalah untuk menyatukan ilmu

Page 47: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

27

pengetahuan tertentu agar terkumpul dalam satu tempat sehingga mudah

ditemukan dan dipelajari.

Jenis buku ada bermacam-macam, bukan hanya buku ilmu pengetahuan,

diantaranya adalah buku cerita, buku komik, buku novel, dan sebagainya.

Biasanya buku mempunyai ukuran tertentu yang membedakannya dengan

penyatuan kertas bertulisan lainnya. Umumnya buku mempunyai ukuran yang

memudahkannya untuk digenggam atau dibawa-bawa oleh seseorang. Tidak

terlalu kecil dan tidak terlalu besar, tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis.

Terdapat beberapa jenis-jenis buku yang dikutip dari ensiklopedia bebas

(nulisbuku.com) antara lain:

1. Buku Fiksi

Jenis buku ini merupakan salah satu jenis buku yang paling banyak

diterbitkan didunia. Kisah dibalik cerita adalah sebuah fiksi / tidak didasarkan

pada kehidupan nyata. Contoh dari buku fiksi adalah: Novel, novel grafis

maupun komik.

2. Buku Non Fiksi

Dalam kepustakaan jenis-jenis buku non fiksi banyak digunakan sebagai

buku-buku referensi ataupun juga ensiklopedia. Jenis-jenis buku non fiksi

adalah sebagai berikut: buku sekolah, buku jurnalistik, atlas, album, laporan

tahunan, dan sebagainya.

Page 48: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

28

2.7.1 Kategori Jenis Buku

1. Ensiklopedia

Ensiklopedia atau ensiklopedi adalah sejumlah buku yang berisi

penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut

abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

2. Kamus

Kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata.

Berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain

menerangkan maksut kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman

sebutan, asal-usul (etimologi) suatu perkataan.

3. Buku Keagamaan

Buku keagamaan adalah buku yang berisi dan menjelaskan perihal

agama, tuntunan, ataupun hal-hal yang memiliki unsur spiritual dan

kerohanian.

4. Karya sastra

Buku yang berisi karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai

mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya

ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang

bersifat bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang

kreatif dan imajinatif, sedangkan karya satra yang bukan sastra ialah karya

sastra yang non imajinatif.

Page 49: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

29

5. Buku panduan

Buku panduan adalah buku yang memberikan informasi atau intruksi

berkenaan suatu hal dan memberikan penjelasan sejelas-jelasnya dan

seinformatif mungkin untuk memberikan pemahaman pada pengguna.

2.7.2 Anatomi Buku

Menurut Iyan Wibowo dalam bukunya yang berjudul “Anatomi Buku”

(2007), disebutkan bahwa buku memiliki beberapa bagian-bagian yang menjadi

kelengkapan buku antara lain:

1. cover Buku (Sampul Buku)

a. cover depan

Kover sangat memengaruhi daya tarik sebuah buku, sebab awal terhadap

buku ada di sini. Setiap datang ke toko atau sebuah pameran buku, yang

terlebih pertama kali oleh pandangan kita adalah pajangan buku

berbentuk kover buku yang menarik. Kover depan biasanya berisi judul,

nama penulis, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan

nma penerbit.

b. cover belakang

Biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, ISBN

(International Standard Book Number) beserta barcode-nya, dan alamat

penerbit sekaligus logonya.

Page 50: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

30

c. Punggung buku

Buku yang memiliki ketebalan tertentu biasanya memiliki punggung

buku (khusus untuk buku tebal). Punggung buku berisi nama pengarang,

nama penerbit, dan logo penerbit.

d. Endorsement

Semacam dukungan atau pujian terhadap buku dari pembaca atau ahli

atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku yang ditulis di

kover buku atau kover belakang.

e. Lidah cover (jarang ada, buku tertentu saja)

Biasanya berisi foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan

buku yang dihadirkan untuk kepentingan estetika dan keeksklusifan

buku.

2. Perwajahan Buku

a. Ukuran buku

Masalah ukuran buku sangat berhubungan dengan materi (isi). Sebuah

novel biasanya memiliki ukuran yang berbeda dengan buku pelajaran.

Buku pelajaran biasanya lebih panjang dan lebih lebar.

b. Bidang cetak

Dalam setiap halaman isi buku, kita melihat bagian yang kosong di setiap

pinggir-pinggirnya, atau biasa disebut margin. Selain untuk keindahan,

bagian tersebut berfungsi mengamankan materi dari kesalahan cetak

(misalnya terpotong). Sedangkan bagian yang berisi tulisan (materi) biasa

dinamakan bidang cetak.

Page 51: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

31

c. Pemilihan huruf

Jenis huruf (font), ukuran huruf (size), dan jarak antar baris (lead) sangat

penting dalam pembuatan buku. Ketiga hal tersebut selain untuk

kepentingan estetika, akan menentukan enak tidaknya buku dibaca.

d. Teknik penomoran halaman

Masalah halaman berkaitan dengan kemudahan pembaca dalam

menandai materi (isi).

e. Pemilihan warna

Beberapa buku terkadang membutuhkan pewarnaan pada bagian gambar-

gambar tertentu yang memang dibutuhkan, untuk penegasan atau sekadar

keindahan.

f. Keindahan dan kesesuaian ilustrasi

Beberapa buku, terutama yang diperuntukkan bagi anak-anak banyak

membutuhkan ilustrasi yang berfungsi menggambarkan materi, sehingga

membantu imajinasi pembaca memahami pesan di dalam buku.

g. Kualitas kertas dan penjilidan

Tidak semua buku dicetak dengan menggunakan kertas yang sama.

Untuk buku anak-anak yang mengandung banyak ilustrasi dan berwarna,

biasanya membutuhkan kertas yang lebih tebal. Hal ini mempengaruhi

penjilidan di akhir proses penerbitan buku.

Page 52: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

32

3. Halaman Preliminaries (Halaman Pendahulu)

a. Halaman judul

Halaman ini berada di halaman awal, setelah kita membuka Kover Buku,

antara lain berisi judul, subjudul, nama penulis, nama penerjemah, nama

penerbit,, dan logo. Akan tetapi, sebagian buku terbitan memiliki

halaman prancis, yang terletak sebelum halaman judul, dan hanya berisi

judul buku.

b. Hak cipta (copyright)

Halaman hak cipta berisi judul, identitas penerbit, penulis, termasuk tim

yang terlibat selama proses publikasi, misalnya editor, penata letak,

desainer sampul, ilustrator, dan lain-lain. Halaman hak cipta ini biasanya

juga disertai pernyataan larangan atau izin untuk memperbanyak

(menggandakan) buku tersebut. Akan tetapi, kami pernah menemukan

buku yang seakan-akan menolak hak cipta dengan menyebutkan bahwa

buku tersebut boleh difotokopi. Secara umum memang aneh, tapi

begitulah adanya perbedaan pendapat.

c. Halaman tambahan

Halaman ini biasanya berisi motto dan atau ucapan terima kasih dari

penulis.

d. Sambutan

Halaman ini berisi semacam sambutan yang disampaikan oleh lembaga

atau perseorangan yang berkompeten. Ada pula yang menyebutnya

sebagai Sekapur Sirih dan lain sebagainya.

Page 53: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

33

e. Kata pengantar

Kata pengantar berisi sedikit ulasan atas buku atau ulasan atas penulis,

yang ditulis penerbit atau siapa pun yang berkompeten dan berkaitan

dengan isi buku.

f. Prakata

Prakata ditulis sendiri oleh penulis sebagai pemandu sebelum pembaca

memasuki materi atau isi buku. Prakata biasanya berisi uraian tentang

tujuan serta metode penulisan.

g. Daftar isi

Memudahkan pembaca mencari halaman isi yang berkaitan dengan tema

tertentu dari materi buku.

h. Selain itu juga beberapa hal yang termasuk dalam Halaman

Preliminaries, tetapi tergantung kebutuhan atau sesuai dengan materi (isi)

buku (tidak selelu ada), yaitu : Daftar tabel, Daftar singkatan dan

akronim, Halaman daftar lambang, Halaman daftar ilustrasi, Halaman

pendahuluan.

4. Halaman Isi Buku

a. Judul bab

Biasanya, jenis beserta ukuran font (font size, lebih besar) judul bab

dibuat berbeda dengan judul subbab apalagi dengan isinya.

b. Penomoran bab

Penomoran Penomoran ini berbeda-beda pada beberapa buku. Pada buku

yang berisi ilmu pengetahuan teoritis biasanya penomoran bab

Page 54: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

34

menggunakan angka Romawi atau angka Arab. Akan tetapi, pada buku-

buku sastra atau buku-buku ilmu pengetahuan populer, biasanya lebih

banyak menggunakan simbol-simbol atau berupa tulisan, satu, dua, tiga,

dan seterusnya.

c. Alinea

Setiap paragraf baru akan ditandai dengan adanya alinea.

d. Penomoran teks

Dalam penomoran teks, kita harus selalu konsisten dan sesuai aturan

penomoran teks. Misalnya dengan huruf (A, 1, a, (1), (a)) dan dengan

angka (1.1, 1.2, 1.2.3), atau dengan teknik lain.

e. Perincian

Dalam melakukan perincian hampir sama dengan sistem penomoran teks.

Perincian banyak dijumpai pada soal-soal ujian. Perincian dapat berupa

penjabaran, dapat pula berupa pilihan, dapat menggunakan nomor, dan

dapat pula menggunakan angka.

f. Kutipan

Setiap kutipan harus mencantumkan sumber. Jika kutipan agak banyak

maka harus dibuat dengan font yang berbeda, baik ukuran, dan jenis font-

nya, atau bisa juga dengan cara diberi background.

g. Ilustrasi

Ilustrasi harus memiliki keterkaitan dengan materi. Sebab, pemberian

ilustrasi bertujuan membantu menjelaskan materi memalui gambar.

Page 55: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

35

h. Tabel

Penempatan tabel harus berdekatan dengan materi yang berkaitan. Jika

tidak memungkinkan karena menyesuaikan layout, sebaiknya diberi

nomor.

i. Judul lelar

Judul lelar biasanya ditempatkan di atas atau di bawah teks, kadang

diletakkan bersebelahan dengan nomor halaman buku. Judul lelar

biasanya berisi judul buku (pada setiap halaman genap) dan judul bab

atau nama pengarang (pada setiap halaman ganjil).

j. Inisial

Inisial adalah huruf pertama dalam di awal paragraf setelah judul bab

yang dibuat sangat besar melebihi ukuran huruf yang lain.

k. Catatan samping

Biasanya berada di akhir kalimat kutipan tidak langsung.

l. Catatan kaki

Biasanya berada di baris paling bawah halaman, sebelum Judul lelar.

5. Halaman Postliminary (penyudah)

a. Catatan penutup

Semacam catatan kaki yang berada di akhir materi atau setelah bab

terakhir.

b. Daftar istilah

Biasanya berisi istilah-istilah asing dan penjelasannya yang dipakai

dalam materi buku.

Page 56: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

36

c. Indeks

Daftar kata atau istilah penting yang dilengkapi dengan nomor halaman.

Indeks disusun secara alfabetis dan terletak pada bagian akhir buku. Kita

dapat mencari informasi dari istilah yang terdapat dalam indeks

sebagaimana tidak semua buku memerlukan indeks.

d. Daftar pustaka

Berisi daftar buku-buku yang dijadikan referensi dalam menulis materi

buku.

e. Biografi penulis

Penjelasan tentang latar belakang penulis yang melahirkan buku.

2.7.3 Karakter buku dengan gambar

Dalam sebuah buku memiliki kontent yang banyak mengandung gambar

atau foto sebaiknya tidak terlalu kecil atau setidaknya tidak jauh dari ukuran 20cm

x 27cm, 21cm x 28cm, 21cm x 29,7cm. Adapun peletakannya page number pada

tiap halaman sebaiknya mengikuti aturan, untuk halaman ganjil diletakkan pada

bagian kiri buku, sedangkan pada halaman gebap pada bagian halaman kanan

buku. Unsur yang harus ada pada sebuah buku dengan gambar, antara lain adalah:

1. Gambar, dapat menyampaikan sesuatu informasi atau pesan dengan lebih

jelas daripada teks.

2. Mutu, bukan hanya dilihat dari segi estetika tetapi juga dari segi

perkembangan target audience dari aspek afektif dan kognitif.

3. Urutan cerita atau fakta dari gambar-gambar yang dilihat perlu ada.

Page 57: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

37

4. Bahasa, bahasa yang digunakan hendaklah yang mudah dipamahi. Akan

lebih baik jika terdapat unsur-unsur yang nantinya dapat menambah

perbendaharaan kata.

5. Perkataan dan ungkapan, hendaklah disajikan berulang-ulang sebagai tujuan

pengukuhan.

6. Gaya penyajian, perlu jelas dan teratur serta mempunyai unsur hiburan.

7. Keharmonisan antara teks dan gambar, mengingat hal ini sangat penting

pastikan gabungan antara gambar dan tulisan saling melengkapi.

8. Ciri fisik buku ini adalah:

a. Cover yang menarik

b. Mutu kertas yang baik

c. Penjilidan yang kuat

d. Ukuran huruf

e. Cetakan huruf tidak menutupi gambar agar tidak membingungkan (Iyan

WB, 2007: 87).

2.8 Layout

Dalam buku layout yang ditulis oleh Gavin Ambrose dan Paul Harris (2005,

11), layout adalah pengaturan element-element desain dalam kaitanya dengan

ruang atau bidang dimana element-element tersebut berada, dan dalam keserasian

dengan tampilan secara keseluruhan dari segi estetis. Sasaran utama dari layout

adalah untuk menampilkan element-element visual maupun tekstual tersebut yang

dikomunikasikan dengan cara yang teratur, sehingga memungkinkan pembaca

Page 58: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

38

untuk menangkapnya dengan mudah. Tidak ada aturan emas dalam mengatur

layout, karena ada berbagai penanganan yang berbeda bagi tiap media yang

berbeda.

Layout dapat dijabarkan sebagai tata letak element-elemen desain terhadap

suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang

dibawanya (Rustan, 2008: 50). Untuk mengatur layout, maka diperlukan

pengetahuan dan jenis-jenis layout. Berikut ini adalah jenis-jenis layout pada

media cetak, baik majalah, iklan, koran maupun sebuah buku.

1. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian,

yaitu penyaji iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square, lanscape,

maupun potrait dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang

penyajian dan memuat gambar atau copy yang saling berpadu sehingga

membentuk suatu komposisi yang konseptual.

2. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa

tema visual dalam bentuk yang sama square atau double square semuanya.

3. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close

up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan

model (public figure).

Page 59: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

39

4. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writting (naskah iklan)

atau dengan kata lain komposisi layoutnya didominasi oleh penyajian teks

(copy)

5. Frame layout

Suatu tampilan iklan dimana border atau framenya membentuk suatu

naratif (mempunyai cerita).

6. Silhouette Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau teknik fotografi dimana

hanya ditonjolkan banyangan saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau

warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar

seadanya dengan teknik fotografi.

7. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf

dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line

saja.

8. Circus layout

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan buku.

Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya

tidak beraturan.

9. Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari circus layout, yaitu

komposisi beberapa gambar dan teksnya disusu secara teratur.

Page 60: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

40

10. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan

tersebut seolah-olah bagian pembagian (gambar atau teks) berada di dalam

skala grid.

11. Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah

belum dipotong pinggirannya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong

menurut pas cruis (utuh) kalau Trim (sudah dipotong).

12. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertikal dan membagi

layout iklan tersebut.

13. Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang

berurutan atau membentuk satu kata dan diimprovisasikan sehingga

menimbulkan kesan narasi (cerita).

14. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut

kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-7 derajat.

15. Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan element visualnya merupakan perbandingan

yang tidak seimbang.

Page 61: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

41

16. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi

bentuk L-nya bisa terbalik, dan di muka bentuk L tersebut dibiarkan

kosong.

17. Two Morties Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapanya menghadirkan dua inset yang

masing-masing memvisualkan secara deskriptif mengenai hasil

penggunaan atau detai dari produk yang ditawarkan.

18. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian

dengan volume atau isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua

5%, ketiga 12%, dan keempat 38% (mempunyai perbedaan yang menyolok

apabila dibagi empat sama besar).

19. Cosmic Scrip Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk

media komik, lengkap dengan captionsnya.

20. Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks

sehingga membentuk suatu cerita.

Page 62: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

42

2.9 Warna

Warna merupakan unsu penting dalam objek desain, karena warna

memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya.

Masing-masing warna mampu memberikan respon secara psikologis (Supriyono,

2010: 58). Warna juga unsur yang sangat penting dalam Desain Grafis. Warna

memegang peranan penting dalam Desain Grafis. Warna merupakan bagian

terpenting dalam sebuah desain. Penggunaan dan pemilihan warna yang tepat

dapat memberikan kesan yang baik, bahkan bisa menjadi desain yang kita buat

berubah sebagai karya yang luar biasa, oleh karena itu kita harus mengerti arti

warna.

Warna-warni tercipta karena adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya,

manusia tidak akan dapat membedakan warna. Seperti halnya jika kita memasuki

sebuah ruangan yang gelap dan tertutup tanpa adanya cahaya, maka mata kita

tidak akan dapat membedakan warna-warni yang ada di dinding tersebut. Pada

tahun 1666 pengetahuan tentang warna didefinisikan oleh Sir Isaac Newton.

Dimana ketika itu Newton secara tidak sengaja melihat spectrum warna yang

dihasilkan oleh cahaya yang terpancar melalui sebuah gelas prisma (Nuryawan,

2009: 101).

Warna dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok warna yaitu :

1. Warna Primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-

warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna

primer. Warna merah, biru, kuning adalah warna primer yang dikenal dan

dipakai dalam dunia seni rupa.

Page 63: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

43

2. Warna Sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna

primer dalam sebuah ruang warna. Contohnya seperti, Merah + Hijau =

Kuning, Merah + Biru = Magenta dan Hijau + Biru = Cyan.

3. Warna Netral, adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian

warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna sekunder maupun

primer.

4. Warna kontras atau komplementer adalah warna yang berkesan

berlawanan satu dengan yang lainnya. Contoh warna kontras adalah merah

dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga.

5. Warna Panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di

dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini

menjadi simbol riang, semangat, marah, dan lain-lain.

6. Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di

dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi

simbol kelembutan, sejuk, nyaman, dan lain-lain.

2.9.1 Psikologi Warna

Seluruh warna spektrum telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan

emosi manusia. Menurut Marian L. David (1987: 135), warna mempunyai

asosiasi dengan pribadi seseorang. Mengingat pentingnya warna maka mari kita

mengetahui arti-arti warna dalam desain grafis atau desain logo:

Page 64: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

44

1. Merah

Api, semangat dan keberanian bahaya, keamanan, waspada, menarik,

cinta, nafsu dan kekuatan.

2. Merah Jingga

Semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, dan gairah.

3. Jingga

Hangat, semangat muda, ekstremis, dan menarik.

4. Kuning Jingga

Kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme dan terbuka.

5. Kuning

Cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, dan penghianat.

6. Kuning Hijau

Persahabatan, muda, kehangat, baru, gelisah, dan berseri.

7. Hijau muda

Kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar, istirahat, dan

tenang.

8. Hijau

uang, keberuntungan, keindahan, dan menyejukkan.

9. Biru

kejujuran, ketekunan, kedamaian, ketenangan, kepercayaan,

keseimbangan, setia, dan konservatif.

Page 65: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

45

10. Biru Ungu

Spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah

hati, tersisih, tenang, dan sentosa.

11. Ungu

Misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, dan agung (mulia).

12. Coklat

Hangat, tenang, alami, bersahabat, dan kebersamaan.

13. Putih

lambang kesucian, kejujuran, kesopanan, terang, dan bersih.

14. Abu-abu

Tenang dan netral

15. Hitam

berwibawa, kuat, duka cita, kematian, keahlian, dan tidak menentu.

2.10 Typografi

Typography sama halnya dengan warna. Typography merupakan salah satu

elemen yang penting dalam desain. Typography berfungsi sebagai elemen

pelengkap dalam desain, bisa dikatakan typography merupakan visual language

atau bahasa yang dapat dilihat. Tipografi dibagi menjadi 2 macam, yaitu tipografi

dalam logo (latter marks), dan tipografi yang digunakan dalam media media

aplikasi logo (corporate typeface atau corporate typograph).

Menurut Wikipedia, Tipografi atau tata huruf merupakan suatu ilmu dalam

memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang

Page 66: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

46

yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong

pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.

Beberapa type font berdasarkan family font:

1. Serif

Jenis huruf Serif adalah huruf yang memiliki garis-garis kecil yang

berdiri horizontal pada badan huruf. Garis-garis kecil ini biasa disebut

juga counterstroke. Counterstroke inilah yang membuat jenis huruf serif

lebih mudah dibaca karena garis tersebut membantu menuntun mata

pembaca melalui suatu garis teks meskipun dalam komposisi teks yang

panjang. Sangat cocok digunakan untuk teks content atau isi. Font Serif

cenderung digunakan untuk hal-hal yang bersifat formal. Font Serif sering

sekali digunakan sebagai body text dan headline. Hal ini yang

menyebabkan koran-koran memakai Font Serif untuk setiap artikelnya.

Contoh font yang dapat dikelompokkan pada jenis huruf serif adalah :

Times New Roman, Garamond, Book Antiqua, Palatino Linotype,

Bookman Old Style, Calisto MT, Dutch, Euro Roman, Georgia, Pan

Roman, Romantic, Souvenir, dan lain-lain (desainstudio.com, 2010).

2. Sans Serif

Jenis huruf sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis

kecil dan bersifat solid. Jenis huruf seperti ini lebih tegas, bersifat

fungsional dan lebih modern. Contoh font yang digolongkan kepada sans

serif adalah : Arial, Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century

Gothic dan lain sebagainya. Dalam dunia desain, typography terdiri dari

Page 67: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

47

berbagai macam jenis huruf. Tampilan fisik dari jenis-jenis huruf yang

berbeda dan memiliki karakter masing-masing memiliki potensi dalam

merefleksikan sebuah kesan. Jenis-jenis huruf tersebut digunakan sesuai

dengan kebutuhan dan karakter dari sebuah desain. Adapula huruf-huruf

yang khusus diciptakan untuk keperluan sebuah rancangan grafis, huruf ini

di sebut dengan custom typefaces (Sihombing 2001: 53-71).

3. Monospace

Karakter masing-masing font yang paling lebar yang unik, seperti halnya

ruang-ruang di sekitar mereka. Lebar karakter dan spasi dalam font

monospace semua identik. Tipe karakter menggunakan sistem monospace

untuk letter form mereka. Font modern yang dirancang untuk pixel

berbasis pada layar presentasi juga monospace. Font ini sering

mengandung karakter serif dan sans serif.

4. Novelty

Apapun itu dalam kategori ini dari sedikit tweak ke benar-benar aneh. Font

kebaruan cenderung datang dan pergi dari adegan grafis seperti menembak

bintang spektakuler dan berumur pendek. Kebaruan font tertentu, seperti

font kebaruan tertentu, seperti trend mode tertentu, muncul lagi secara

teratur.

Page 68: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

48

2.10.1 Prinsip dalam Tipografi

Ada empat buah prinsip poko tipografi yang sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu desain tipografi yaitu legibility, readability, visibility, dan

clarity.

1. Legibility

Merupakan kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca.

Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain

sebagainya, yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu

huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seorang desainer harus mengenal dan

mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik.

2. Readibility

Merupakan penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan

huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan

huruf baik untuk membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus

memperhatikan hubungan antara huruf yang satu dengan yang lain.

Khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur

secara matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidaktepatan

menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan

yang membuat informasi yang disampaikan pada suatu desain komunikasi

visual terkesan kurang jelas. Huruf-huruf yang digunakan mungkin sudah

cukup legible, tetapi apabila pembaca merasa cepat capai dan kurang dapat

membaca teks tersebut dengan lancar, maka teks tersebut dapat dikatakan

tidak readible. Pada papan iklan, penggunaan spasi yang kurang tepat

Page 69: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

49

sehingga mengurangi kemudahan pengamat dalam membaca informasi dapat

mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak seluruhnya ditangkap oleh

pengamat. Apabila hal ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa karya desain

komunikasi visual tersebut gagal karena kurang komunikatif. Kerapan dan

kerenggangan teks dalam suatu desain juga dapat mempengaruhi

keseimbangan desain. Teks yang spasinya sangat rapat akan terasa menguasai

bidang void dalam suatu bentuk, sedangkan teks yang berjarak sangat jauh

akan terasa lebih seperti tekstur.

3. Visibility

Merupakan kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya

desain komunikasi visual dapat terbaca dalam jark baca tertentu. Font yang

kita gunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang kita

gunakan untuk papan iklan. Papan iklan harus menggunakan font yang cukup

besar sehingga dapat terbaca dari jarak yang tertentu. Setiap karya desain

mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam

desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya

desain dapat berkomunikasi dengan baik.

Page 70: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

50

4. Clarity

Merupakan kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya

desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang dituju. Untuk

suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka

informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat yang

dituju. Beberapa unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah visual

hierarchy, warna, pemilihan type, dan lain-lain.

Page 71: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

51

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Pembuatan buku ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Hal ini karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data

yang berasal dari teknik pengumpulan data berupa observasi langsung,

wawancara, catatan lapangan, dokumentasi pribadi, catatan memo, dan dokumen

resmi lainnya. Menurut Moleong (dalam Arifin, 2007: 26), penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian, misalnya, perilaku, persepsi, pandangan, motivasi,

tindakan sehari-hari, secara holistik dan dengan metode deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa (naratif) pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dipilihnya pendekatan kualitatif

karena pembuatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang topeng

dalang sebagai warisan yang harus dilestarikan khususnya masyarakat Sumenep

sehingga menjadi penting sebagai media informasi tentang tarian Topeng Dalang.

Page 72: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

52

3.2 Perancangan Penelitian

Perencanaan yang disusun secara logis dan sistematis menjadi titik tolak

utama dalam sebuah penelitian. Hal ini bertujuan agar hasil dari perancangan

dapat turut melestarikan kebudayaan topeng dalang dapat dipertanggung-

jawabkan. Kerangka Tugas Akhir harus disusun dengan jelas sehingga

menghasilkan kemudahan dalam memecahkan masalah serta memperkecil

kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses perancangan. Prosedur

perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.2.1 Riset lapangan

Tahap ini merupakan tahap awal untuk mendapatkan beragam informasi

yang berkaitan dengan kisah Topeng Dalang yang telah ditentukan, yang nantinya

akan dipakai sebagai data informasi tentang Topeng Dalang. Riset lapangan

meliputi: tarian Topeng Dalang, nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tarian

Topeng Dalang, hingga wawancara dengan subjek yang memiliki kompetensi

pemahaman terhadap tarian Topeng Dalang sebagai bahan perbandingan utama

dalam proses pengumpulan data.

Page 73: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

53

3.2.2 Program

Pada tahap ini, dilakukan identifikasi masalah berdasarkan data yang telah

diperoleh, sehingga menghasilkan data/informasi yang dapat diajukan sebagai

gagasan pembuatan buku esai fotografi tarian Topeng Dalang.

3.2.3 Gagasan Desain

Tahap ini meliputi pembuatan rancangan konsep, baik secara verbal

maupun secara visual. Gagasan desain dibuat berdasarkan makna, fungsi, dan

kisah/mitos yang terkandung dalam topeng dalang yang akan diwujudkan melalui

bodicopy setiap halaman buku.

3.2.4 Alternatif Desain

Perancang membuat beberapa alternatif desain yang komperehensif

berdasarkan hasil bodycopy yang telah disusun sebelumnya.

3.2.5 Konsultasi

Dari beberapa alternatif desain yang telah dibuat, maka selanjutnya

dikonsultasikan kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan desain terpilih.

3.2.6 Pedoman Desain Buku

Dari alternatif desain yang telah dikonsultasikan, kemudian dilakukan

beberapa perbaikan yang dianggap perlu guna menunjang kesesuaian dan

pemenuhan kriteria dari segi komunikasi, teknologi, ekonomi, teknis, hingga pada

proses visualisasi yang nantinya akan diimplementasikan pada buku.

Page 74: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

54

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh memiliki peranan yang penting untuk menentukan

garis besar nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Topeng Dalang Sumenep,

Madura. Data yang berhubungan dengan makna, fungsi dan kisah atau mitos

Topeng Dalang, diperoleh melalui pengamatan langsung di Kabupaten Sumenep,

Pulau Madura. Data ini berguna untuk mengetahui konsep awal yang akan

digunakan untuk merancang buku esai fotografi Topeng Dalang Sumenep.

Sumber dari penelitian ini terdiri atas data primer yang merupakan data utama dan

data sekunder sebagai data pendukung.

3.3.2 Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan langsung di lapangan oleh peneliti.

Sumber data primer diperoleh melalui informan yang telah ditentukan. Informan

adalah orang (sumber) yang mengetahui secara pasti kondisi atau latar belakang

objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah subjek yang telah memiliki

kompetensi pemahaman yang mendalam terhadap seluk beluk tarian Topeng

Dalang.

Page 75: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

55

3.3.3 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dan keterangan

langsung dari sumber, yaitu tanya jawab kepada informan. Dalam pembuatan ini,

informan yang dipilih adalah informan yang memiliki pemahaman tentang

kebudayaan yang ada di Sumenep atau sejarah topeng dalang seperti pelatih

sanggar tari, budayawan, atau sejarahwan. Pada penelitian ini wawancara

dilakukan dengan Bapak Saherun, beliau merupakan pengrajin Topeng Dalang

dan Pemain dari seni tari Topeng Dalang, serta Mas Iyan Puwaras adalah

Sutradara dari cerita yang akan dimainkan dalam seni pertunjukkan Topeng

Dalang. Wawancara ini di arahkan pada pertanyaan yang menyangkut sejarah

serta harapan dari seni Topeng Dalang untuk tetap dilestarikan.

3.3.4 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah melakukan pencatatan secara sistematik

atas kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan (Sarwono, 2006:

224)

Observasi dilakukan untuk mengamati fenomena topeng dalang yang ada

di Sumenep. Hal ini dilakukan untuk mendalami informasi atau data terkait

dengan promosi dan pelestarian topeng dalang selama ini di Sumenep.

Page 76: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

56

3.3.5 Data Sekunder

Pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang dibutuhkan, artinya data tersebut didapatkan dari sumber-

sumber lain yang mendukung. Sumber data sekunder diharapkan berperan

membantu mengungkap data yang diharapkan. Sumber data sekunder dalam

penelitian ini dapat didapatkan melalui studi literatur dalam buku, catatan, jurnal,

artikel, maupun dokumen-dokumen lainnya yang memiliki keterkaitan dengan

penelitian.

3.3.6 Dokumentasi

Dokumen adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya (Arikunto, 2010: 270). Salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter

adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian,

pada penelitian sejarah maka bahan dokumenter memegang peranan yang sangat

penting. Secara detail bahan dokumenter dapat berupa biografi, surat-surat

pribadi, buku-buku, kliping, cerita roman dan cerita rakyat, film, dan foto. Metode

dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh semua informasi berupa gambar yang berkaitan dengan Penciptaan

Buku Esai Fotografi Topeng Dalang berupa foto-foto Topeng Dalang beserta

baju dan alat-alat yang digunakan untuk pertunjukkan Topeng Dalang.

Page 77: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

57

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkrip wawancara, observasi atau survei, studi eksisting dan materi-materi lain

yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi

tersebut dan memungkinkan penyajian data yang sudah ditemukan. Analisis data

dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan intepretatif untuk

mendapatkan pemaknaan sesuai dengan kajian budaya. Prinsip pokok teknik

analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi

data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna (Sarwono, 2006:

239). Berikut ini disajikan langkah-langkah analisis data yang digunakan (Lexy J

Moleong, 2007: 248) menyatakan :

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan

setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktifitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus

hingga datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data meliputi:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak kompeks dan

rumit. Oleh karena itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci dan segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data, yakni merangkum, memilih hal-hal

Page 78: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

58

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti pada

tahapan penelitian selanjutnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data

atau menyajikan data. Setelah melalui penyajian data, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

3. Verifikasi Kesimpulan

Tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan

melakukan verifikasi data. Pada dasarnya kesimpulan awal yang sudah diperoleh

masih bersifat sementara dan kesimpulan tersebut akan berubah jika

ditemukannya bukti-bukti yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

Proses untuk memperoleh bukti-bukti ilmiah yang dimaksut dengan verifikasi

data. Setelah melalui proses verifikasi akan didapatkan berbagai keyword yang

dibutuhkan oleh peneliti, yang selanjutnya akan dikembangkan lagi untuk menjadi

sebuah konsep pada perancangan penelitian.

Page 79: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

59

BAB IV

KONSEP DAN PERANCANGAN

Pembahasan pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai konsep dan

perancangan yang digunakan dalam penciptaan karya, seperti memaparkan hasil

analisis data, analisis STP, SWOT, dan keyword serta strategi kreatif lainnya

dalam tugas akhir Penciptaan Buku Esai Fotografi Topeng Dalang Sebagai Upaya

Pelestarian Budaya Tradisional Kabupaten Sumenep.

4.1 Hasil dan Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-nahan lainnya,

sehingga dapat mudah dipahami, dan semua dapat diinformasikan kepada orang

lain (Bogdan dalam Sugiyono 2008 : 427).

4.1.1 Analisis Data Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu yang di

ucapkan peniliti dan berhadapan langsung kepada informan untuk mendapatkan

informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan

permasalahan penelitian (Moleong 1991:135). Dalam metode wawancara ini

terjadi proses tanya jawab secara langsung dan lisan dengan informan yang

berfungsi untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang penelitian yang

dikerjakan. Wawancara juga memungkinkan peneliti selain mendapatkan

Page 80: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

60

informasi juga mendapatkan data dalam jumlah yang banyak. Untuk mendapatkan

informasi yang mendalam dan terpecaya dilakukan beberapa wawancara kepada

pihak-pihak terkait seperti, pengrajin topeng dalang, penari topeng dalang serta

pendalang yang menjalankan acara Topeng Dalang dan beberapa pihak yang lain

terkait budaya tradisional Topeng Dalang.

Wawancara pertama dilakukan kepada pihak pengrajin topeng dalang pada

hari senin, 27 Oktober 2014. Menurut bapak Sa’irun selaku pengrajin dan penerus

budaya Topeng Dalang menyatakan bahwa saat ini sangat sedikit penerus budaya

tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep sehingga masyarakat generasi

muda yang ada di kabupaten Sumenep kurang mengetahui adanya budaya

tradisional Topeng Dalang. Maka dari itu diperlukan beberapa tindakan dan

tambahan media untuk melestarikan Topeng Dalang dan memberikan informasi

tentang budaya tradisional Topeng Dalang yang ada di kabupaten Sumenep

sebagai sarana informasi dan pembelajaran tersendiri kepada masyarakat di

kabupaten Sumenep serta juga bisa untuk para wisatawan luar dan dalam negeri

yang ingin mengetahui sejarah budaya tradisional Topeng Dalang yang ada di

kabupaten Sumenep. Selama ini belum adanya buku atau media informasi yang

menampung tentang budaya tradisional Topeng dalang yang ada di kabupaten

Sumenep, sehingga masyarakat di kabupaten Sumenep maupun diluar dari daerah

kabupaten Sumenep juga tidak mengetahui adanya budaya tradisional Topeng

Dalang.

Page 81: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

61

Wawancara kedua dilakukan kepada Sutradara atau pembuat cerita

Topeng dalang bapak Iyan pada senin, 27 Oktober 2014, Bapak Iyan mengatakan

bahwa budaya tradisional Topeng Dalang sudah ada pada zaman kerajaan yang

ada di kabupaten Sumenep. Dulunya Topeng dalang merupakan budaya

tradisional yang hanya dinikmati oleh orang-orang kerajaan dan digunakan untuk

acara-acara tertentu yang ada di kerajaan. Setelah tahun berganti tahun kerajaan-

kerajaan mulai hilang, budaya tradisional Topeng Dalang dilestarikan oleh rakyat

dan menjadi budaya tradisional yang bisa dinikmati oleh rakyat. Tetapi zaman

semakin maju budaya tradisional Topeng dalang mengalamai pasang surut yang

disebabkan banyak tokoh-tokoh atau sesepuh yang telah meninggal dunia dan

tokoh-tokoh muda belum muncul dan menguasai seni Topeng Dalang. Pada

budaya tradisional Topeng Dalang menceritakan tentang cerita-cerita pewayangan

maupun nilai-nilai religius serta mengandung unsur tari, unsur musik, unsur

pendalangan dan unsur kriyanya.

Hasil dari rangkuman wawancara yaitu:

1. Kesenian Topeng Dalang dalam perkembangannya saat ini mengalami

penurunan minat pada masyarakat, terutama generasi muda.

2. Topeng Dalang awalnya tarian dari kerajaan tetapi tahun berganti dan

kerajaan telah punah, kesenian Topeng Dalang menjadi tontonan yang dapat

dinikmati oleh rakyat.

3. Pada kesenian Topeng Dalang memiliki 2 karakter yaitu: halus dan kasar

secara gerakan tari maupun karakter yang disesuaikan dengan cerita

pewayangan.

Page 82: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

62

4. Topeng Dalang diadakan dalam ruwatan (acara syukuran) seperti ruwatan

makam, ruwatan pekarangan, ruwatan desa, ruwatan sunatan, dan ruwatan

pernikahan.

5. Topeng Dalang merupakan kesenian yang menceritakan tentang cerita

Mahabarata dan Ramayana

4.1.2 Hasil Observasi Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di desa Dasuk kabupaten Sumenep,

yang diperlukan suatu pengamatan dan penelitian untuk mengetahui sejauh mana

budaya tradisional Topeng Dalang diketahui oleh masyarakat kabupaten

Sumenep. Dengan mengetahui sejarah dan cerita tentang Topeng Dalang

digunakan sebagai landasan penentuan konsep buku esai fotografi dan

menciptakan esai fotografi budaya tradisional Topeng Dalang. Namun terbatasnya

media buku esai fotografi yang membahas tentang Topeng Dalang sebagai budaya

tradisional, sehingga kurang dikenal oleh masyarakat. Mengetahui faktor-faktor

yang membuat budaya tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep kurang

dikenal masyarakat, maka belum banyak dilakukan penelitian mengenai Topeng

Dalang di kabupaten Sumenep terutama penciptaan buku esai fotografi sebagai

media utama.

Page 83: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

63

4.1.3 Hasil Dokumentasi

Hasil dokumentasi yang telah diperoleh dari objek penelitian yaitu budaya

tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep sebagai objek yang digunakan

untuk pembuatan buku esai fotografi sekaligus media promosi yang diperlukan

untuk menunjang budaya tradisional Topeng Dalang. Berikut beberapa foto yang

diambil oleh peneliti:

Beberapa bentuk macam-macam topeng dari karakter yang ada dalam

Topeng Dalang dimulai dari karakter yang kasar sampai yang halus. Topeng

tersebut di pakai saat pertunjukan Topeng Dalang yang digunakan dalam cerita

pewayangan Mahabarata maupun Ramayana.

Gambar 4.1 Topeng Dalang Kabupaten Sumenep

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2014

Page 84: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

64

4.1.4 Analisis STP (Segmentasi, Targeting, dan Positioning)

Analisa STP dalam perancangan ini mengacu pada observasi yang

dilakukan di area objek budaya tradisional Topeng dalang dan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Sumenep.

1. Analisis Internal

Analisis internal dilakukan pada objek penelitian yaitu budaya tradisional

Topeng Dalang di kabupaten Sumenep.

a. Segmentasi dan Targeting

Target market atau konsumen terdapat berbagai macam yang

berbeda-beda menurut kelas sosial masing-masing dan asal mereka

sendiri. Oleh karena itu agar buku yang dibuat dapat diterima sesuai

target market, peneliti harus menentukan dan lebih focus terhadap

segmen-segmen tertentu yang dinilai tepat sasaran. Berikut ini adalah

dasar-dasar dalam menentukan segmentasi:

1. Demografis

a. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan.

b. Usia : 18 – 40 Tahun (early adulthood)

c. Status Sosial : Menengah ke atas

d. Pendidikan : Minimal Tamat SMA sampai memperoleh

gelar sarjana.

Page 85: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

65

Masa dewasa awal (Early Adulthood, 18/20 – 40 Tahun) Menurut

Hurlock (1991 : 247 – 252) mempunyai ciri – ciri umum diantaranya

sebagai berikut :

a. Masa pengaturan, seseorang mulai menerima tanggung jawab

sebagai orang dewasa.

b. Usia reproduktif, masa yang paling produktif untuk memiliki

keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran

baru sebagai orang tua

c. Masa bermasalah, pada usia ini akan muncul masalah-masalah

baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya

masalah pernikahan.

d. Masa ketegangan emosional, masa yang memiliki peluang

terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu

seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan

baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.

e. Masa keterasingan social, ketika pendidikan berakhir seseorang

akan memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring

dengan itu, hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin

renggang.

f. Masa komitmen, seseorang akan menentukan pola hidup baru

dengan memikul tanggung jawab baru dan memuat komitmen-

komitmen baru dalam kehidupan.

Page 86: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

66

g. Masa Penyesuaian diri dengan cara hidup baru.

h. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

2. Geografis

a. Wilayah : Sumenep

b. Negara : Indonesia

c. Kepadatan Populasi : Kota

3. Psikografis

Sesuai dengan inventori Psikografik VALS (The Value and

Lifestyle System) analisis nilai dan gaya hidup. Pengukuran dan

pengelompokkan gaya hidup konsumen dibagi menjadi 8

kelompok yaitu : Actuallizer, Fullfield, Achiever, Experiencers,

Believers, Strivers, Makers, dan Strugglers. Kelompok yang

terpilih dalam penelitian ini ada 1 kriteria yaitu:

Fullfield : Orang yang percaya diri, menyukai hal-hal yang

bernilai, kurang memperhatikan image dan gengsi, menyukai

program-program pendidikan dan program public seperti berita,

cukup sering membaca.

4. Positioning

Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan

bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, merk atau

perusahaan didalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki

penilaian tertentu menurut Morissan (2010 : 72). Buku esai

fotografi Topeng Dalang sebagai media buku ilmiah popular yang

Page 87: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

67

memberikan informasi tentang budaya tradisional Topeng Dalang

di kabupaten Sumenep. Disajikan dalam bentuk esai fotografi yang

membentuk suatu alur cerita yang menjadi satu tema sehingga

dapat menarik dan menggali emosi audiens serta memberikan

pengetahuan secara mendalam untuk mengetahui budaya

tradisional Topeng Dalang. Segmentasi yang dituju buku ini adalah

Menengah keatas dimana buku tersebut ditempatkan di toko buku

ternama yang bisa didapatkan oleh akademis maupun penikmat

fotografi. Diharapkan adanya buku esai fotografi tersebut dapat

berperan dalam mengoptimalkan budaya tradisional Topeng

Dalang di kabupaten Sumenep.

2. Analisa Kompetitor

Buku ini menceritakan tentang esai fotografi kesenian tradisional ondel-

ondel yang berasal dari DKI Jakarta. Dalam buku ini disajikan dalam bentuk

artikel beserta foto-foto yang ditampilkan dan juga berfungsi untuk memberikan

Gambar 4.2 Cover Buku Si Bongsor dari Tanah Betawi

Sumber : Gregorius Bhisma Adinaya, Si Bongsor dari Tanah Betawi

Page 88: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

68

informasi kepada masyarakat tentang kesenian masyarakat betawi di Jakarta yang

belum mengetahui tentang ondel-ondel.

Prinsip layout yang baik adalah selalu memuat 5 prinsip utama dalam

desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan menurut Tom

Lincy (dalam buku Kusrianto, 2007: 277). Pada esai fotografi Si Bongsor Dari

Tanah Betawi dalam penyusunan konten, layout, Font, warna beserta penyusunan

penulisan artikelnya yang menggunakan bahasa baku yang harus diatur sesuai alur

cerita agar dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Kekuatan dari buku esai fotografi Si Bongsor Dari Tanah Betawi

menggunakan foto yang didapatkan oleh fotografer untuk menarik minat pembaca

dan dalam buku esai fotografi tersebut juga terdapat artikel yang sesuai dengan

sejarah ondel-ondel didapatkan dari narasumber pembuat ondel-ondel.

Kelemahan buku esai fotografi Si Bongsor Dari Tanah Betawi terlalu

banyak artikel yang dicantumkan jadi kurang efisien dan singkat sehingga

membuat pembaca lebih lama untuk membaca buku esai fotografi tersebut.

Gambar 4.3 Isi dan Layout Buku Si Bongsor dari Tanah Betawi

Sumber : Gregorius Bhisma Adinaya, Si Bongsor dari Tanah Betawi

Page 89: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

69

4.1.5 Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)

Analisis SWOT adalah metode perancangan strategis yang digunakan

untuk evaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(Opportunity), dan ancaman (treat) dalam suatu proyek atau berbisnis. Setelah

melakukan identifikasi antara unsur internal dan eksternal. Mulai dilakukan

kesimpulan berdasarkan 4 faktor yang sebelumnya telah dianalisis, yaitu:

1. Strategi Peluang dan Kekuatan (S-O)

Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.

2. Stategi Peluang dan Kelemahan (W-O)

Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.

3. Strategi Ancaman dan Kekuatan (S-T)

Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

4. Strategi Ancaman dan Kelemahan (W-T)

Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan

kelemahan. (Sarwono dan Lubis, 2007: 18-19).

Untuk menentukan sebuah keyword dan konsep, diperlukan menganalisa

SWOT yang mendukung hasil dari suatu penelitian.

1. Strenght

Buku merupakan media yang sangat mudah ditemukan, bersifat abadi

yang dapat dibaca suatu saat tanpa terkendala factor tertentu misalnya

media lain seperti internet yang harus membutuhkan biaya untuk

mengakses dan mencari informasi yang diperlukan. Pada pembuatan buku

Page 90: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

70

esai fotografi ini menggabungkan antara verbal dan visual yang lebih

mengutamakan pada teknik fotografi. Memang ada banyak buku yang

membahas tentang fotografi namun untuk informasi yang diberikan masih

kurang sehingga pembaca tidak mendapatkan informasi secara

menyeluruh. Buku esai fotografi bertujuan untuk memperkenalkan kepada

masyarakat terutama kalangan akademisi mengenai tentang budaya

tradisional Topeng dalang yang berada di kabupaten Sumenep yang

selama ini kurang diketahui budaya tersebut.

2. Weakness

Media buku esai fotografi sulit untuk dicari dan tidak mudah untuk

mendapatkannya di pasaran karena buku esai fotografi ini diproduksi

hanya dalam jumlah terbatas. Oleh karena itu pembuatan buku esai

fotografi ini dibuat tidak hanya kalangan tertentu saja misal digunakan

untuk pustakawan yang hanya ditemukan di perpustakaan, melainkan bagi

masyarakat juga dapat memperoleh informasi dan sejarah dari budaya

tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep sebagai suatu objek

budaya tradisional yang harus diketahui dan dilestarikan.

Selain itu bicara mengenai buku esai fotografi biasanya buku seperti

ini lebih banyak mengandung verbal, tulisan yang dimuat dalam buku

tersebut untuk memudahkan bagi masyarakat maupun anak muda untuk

memahami isi dari buku esai fotografi ini. Tidak hanya itu, tidak banyak

pula buku esai fotografi yang membahas tentang budaya tradisional

Topeng Dalang di kabupaten Sumenep sehingga perlu adanya buku esai

Page 91: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

71

fotografi untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang budaya

tradisional, sejarah atau latar belakang mengenai Topeng Dalang serta

pertunjukkan yang ditampilkan dalam budaya tradisional tersebut.

3. Opportunity

Diharapkan dengan adanya buku esai fotografi ini nanti dapat

dijadikan sebagai acuan, rujukan dan informasi yang penting serta juga

bisa sebagai buku yang menghibur karena memberikan visual yang

menarik dengan foto-foto dari budaya tradisional Topeng Dalang di

kabupaten Sumenep. Adanya buku esai fotografi yang jumlahnya terbatas

dan susah dicari di pasaran, diharapkan buku esai fotografi ini menambah

koleksi buku esai fotografi yang dibutuhkan oleh masyarakat maupun

penikmat fotografi mengenai budaya tradisional Topeng Dalang di

kabupaten Sumenep yang harus dilestarikan dan dijaga sampai ke generasi

selanjutnya.

4. Threat

Terdapat banyak buku sejarah tentang budaya tradisional yang lebih

lengkap pembahasannya serta buku yang dipasok dari luar negeri atau

import. Karena buku ini membahas mengenai sejarah dan belum ada buku

esai fotografi yang membahas tentang budaya tradisional Topeng Dalang,

sehingga minat pembaca masyarakat kabupaten Sumenep dirasa kurang

dan lebih memilih untuk membaca buku yang bersifat entertain seperti

majalah fashion, komik, novel dan tabloid. Tabel SWOT dapat dilihat pada

halaman berikutnya.

Page 92: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

72

INTERNAL

EKSTERNAL

Strenghts (Kekuatan)

Menggunakan Bahasa

(Indonesia)

Memberikan informasi

singkat, padat dan jelas.

Memberikan ilustrasi

pembuatan sampai

pertunjukan Topeng Dalang.

Menggunakan teknik

fotografi Depth Of Field dan

komposisi angle sebagai

daya tarik buku ini.

Menggunakan Picture

Window Layout untuk

menonjolkan content Foto

Weakness (Kelemahan)

Terbatasnya informasi

tentang Topeng Dalang.

Kurang minat

masyarakat untuk

mengetahui dan

melestarikan Topeng

Dalang. Kurangnya media

promosi.

Sebagaian masyarakat

belum mengenal Topeng

Dalang.

Opportunities (Peluang)

Belum ada buku esai

fotografi yang mengangkat

tema budaya tradisional

Topeng dalang.

Sebagai acuan referensi

dan wawasan untuk

dijadikan pengetahuan.

Topeng Dalang

Berpontensi dalam

menarik minat Wisatawan.

Strategi S-O

Menggunakan 1 bahasa,

sebagai referensi dan

wawasan untuk menarik

minat masyarakat dan

wisatawan.

Memberikan informasi

yang komunikatif beserta

visual rangkaian foto agar

mudah dipahami dan

menggali emosi audience.

Buku esai fotografi

diberikan kesan Depth Of

Field dan komposisi angle

sebagai daya tarik visual

buku untuk minat audience

Strategi W-O

Memilih media buku

esai fotografi untuk

dijadikan pengetahuan

dengan upaya

pelestarian budaya

tradisional Topeng

Dalang Sumenep.

Memerlukan media

promosi untuk upaya

pelestarian budaya

lokal.

Threat (Ancaman)

terlalu deskripsi untuk

informasinya.

.

Strategi S-T

Merancang buku dengan 1

bahasa dan memberikan

informasi yang komunikatif

agar pesan tersampaikan

pada audience.

Strategi W-T

Buku esai fotografi

dibuat dengan kreasi

baru menggunakan

informasi yang

komunikatif agar

menarik minat

pembaca.

Menonjolkan informasi

visual melalui

rangkaian foto yang

bercerita.

Gambar 4.4 SWOT

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Strategi Utama: Buku esai fotografi Topeng Dalang menyajikan informasi yang dikemas

secara komunikatif melalui teknik foto Depth Of Field yang dirangkai dalam sebuah

cerita visual sehingga memiliki kesan human interest.

SWOT

Page 93: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

73

4.2 Konsep

4.2.1 Keyword

Dengan penelitian yang dipilih berjudul “Penciptaan Buku Esai Fotografi

Topeng Dalang Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Tradisional Sumenep”,

maka untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ada pada Topeng

Dalang di kabupaten Sumenep diperlukan adanya data-data yang terdapat

pada lokasi, sehingga dari latar belakang dapat ditemukan pemecah masalah

yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Penentuan suatu keyword didapatkan berdasarkan data yang sudah ada dan

terkumpul dari analisis SWOT, observasi, wawancara, dokumentasi serta

hasil analisis data dari STP (Segmentasi Targeting Positioning). Dari hasil

observasi dan wawancara telah didapatkan kata kunci yaitu “Artistik”. Tabel

keyword dapat dilihat pada tabel 4.5.

Page 94: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

74

Gambar 4.5 Keyword

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Buku E

sai

Foto

gra

fi T

open

g

Dal

ang

In

form

asi

K

om

unik

atif

H

um

an I

nte

rest

S

ikap

R

asa

P

rose

s

Kar

sa

Kes

an

E

ksi

sten

si

Usi

a 1

8 –

40

tah

un

(Dew

asa

Aw

al)

USP

Un

iqu

e Se

llin

g P

rep

osi

tio

n

SWO

T

STP

Segm

enta

si T

arge

tin

g

Art

isti

k

Stra

tegi

U

tam

a:

Bu

ku

esai

foto

graf

i To

pen

g D

alan

g

men

yajik

an

info

rmas

i ya

ng

dik

emas

se

cara

ko

mu

nik

atif

mel

alu

i te

knik

fo

to D

epth

Of

Fiel

d

yan

g d

iran

gkai

d

alam

se

bu

ah

ceri

ta

visu

al

seh

ingg

a m

emili

ki

kesa

n h

um

an in

tere

st.

Waw

anca

ra

Ob

serv

asi

Do

cum

en

tasi

Stu

di K

om

pe

tito

r

KONSEP

Page 95: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

75

4.2.2 Deskripsi Konsep

Berdasarkan analisis keyword maka dapat ditarik kesimpulan konsep yang

akan menjadi acuan desain dalam penciptaan buku esai fotografi topeng dalang

Sumenep yaitu “Artistik”. Kata artistik mewakili dari semua keyword yang menurut

kamus besar bahasa Indonesia berarti memiliki nilai seni atau bersifat seni dari suatu

keartistikan kesenian tradisional yang berasal dari kabupaten Sumenep, desa Dasuk

seperti Topeng Dalang. Pada Topeng Dalang memiliki keartistikan pada setiap

topengnya untuk dijadikan ciri khas penokohan yang ada dalam cerita kesenian

tersebut. Keartistikan terlihat dari segi warna yang bermacam-macam yang sesuai

dengan watak atau karakter pewanyangan seperti ciri khas dari keraton Sumenep

yang seperti pada gambar 4.1.

Konsep artistik secara visual memberikan suatu kesan pesona keelokan yang

indah serta kreatif. Pada karya yang digunakan dalam penelitian ini adalah upaya

membuat suatu kreasi yang artistik, menonjolkan sisi nilai seni seperti yang

dilakukan dalam hal pembuatan Topeng Dalang maupun pertunjukan budaya

tradisional Topeng Dalang yang memperlihatkan cerita pewayangan dan menyisipkan

nilai-nilai religi serta memberikan kesan humor agar masyarakat tertarik melihatnya

dan memberikan mindset agar tetap melestarikan kesenian budaya tradisional Topeng

Dalang.

Page 96: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

76

4.3 Unique Selling Preposition

Sebagai salah satu budaya tradisional di kabupaten Sumenep, Topeng dalang

memiliki sejarah dan eksistensi yang harus dilestarikan dan tetap dijaga, maka

diperlukannya membuat buku esai fotografi untuk ilmiah popular tentang kesenian

budaya tradisional yang ada di kabupaten Sumenep. Buku esai fotografi memuat

informasi dan wawasan baru kepada para pembacanya agar sadar pentingnya dalam

melestarikan kesenian budaya tradisional Topeng Dalang yang ada di kabupaten

Sumenep. Buku ini berisikan tentang budaya tradisional yang berada di kabupaten

Sumenep, kecamatan Dasuk yang dimana terdapat pengrajin Topeng Dalang beserta

keseniannya yang harus dilestarikan dengan cara mengambil moment-moment yang

ada di tempat tersebut dengan menggunakan teknik fotografi lalu dituangkan dalam

media buku esai fotografi yang dikemas secara artistik dan mengedepankan kualitas

buku dengan menggunakan hardcover dan laminasi doff serta isi memakai kertas art

paper 210gr yang penuh dengan visual fotografi beserta esai, agar menambah daya

tarik buku.

Buku esai fotografi ini menjadi penting dalam upaya mengoptimalkan dan

melestarikan potensi kesenian tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep serta

memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat akan adanya potensi

kesenian tradisional di kabupaten Sumenep.

Page 97: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

77

4.4 Konsep Perancangan Karya

4.4.1 Konsep Perancangan

Konsep Perancangan karya merupakan rangkaian perancangan yang didasarkan

melalui konsep yang telah ditemukan dan kemudian rangkaian ini akan digunakan

secra konsisten setiap hasil implementasi karya. Konsep perancangan buku esai

fotografi Topeng Dalang Sumenep dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Konsep Perancangan Karya

Sumber : Olahan Peneliti, 2014

Pengecatan Topeng

Perancangan

Konsep

“ARTISTIK”

Perancangan Alur dan Struktur Buku

Pembuatan Topeng

Penghalusan Topeng

Pertunjukan Topeng

Visualisasi Desain

Unsur Visual Desain

- Bentuk : Dinamis

- Ilustrasi dengan

fotografi

- Font Serif dan San

serif

- Warna sesuai konsep

- Komposisi dinamis

Desain dan Layout

Strategi desain

1. Picture Window Layout

dan Multipanel Layout.

2. Kontras

3. Dinamis

Strategi desain warna

1. Warna kuning keemasan

melambangkan kejayaan

2. Kontras

3. Gelap terang

Strategi headline dan

bodycopy

1. Menekankan pada warna,

ketebalan dan ukuran

2. Alur

3. Legibility

4. Konsisten huruf

5. Komposisi konsisten

Media

Buku sebagai media

utama dengan ukuran

22 cm x 22 cm

Flyer dan kartu nama

sebagai media promosi

BTL

X-Banner dan Poster

sebagai media promosi

ATL

Implementasi

Page 98: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

78

4.4.2 Tujuan Kreatif

Untuk membuat sebuah media informasi yang dapat memberikan informasi

budaya tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep yang sesuai dengan hasil

analisis data dan keyword sehingga bentuk visual dapat sesuai dengan konsep

perancangan. Dengan adanya hasil dari keyword “Artistik”, diharapkan dapat

membuat visual yang menggambarkan nilai-nilai seni atau keelokan pesonanya dari

kesenian budaya tradisional Topeng Dalang di kabupaten Sumenep yang selalu

memberikan kreasi dalam pertunjukan Topeng Dalang tetapi tidak lepas dari cerita

pewanyangan yang sudah ada sehingga dapat memberikan kesan agar dapat menarik

minat masyarakat untuk ikut melestarikan kesenian budaya tradisional Topeng

Dalang di kabupaten Sumenep. Keyword tersebut didapatkan dari penggabungan

antara analisis data, observasi, wawancara, analisa SWOT, serta dokumentasi maupun

jurnal yang ada dan telah melalui proses reduksi data kemudian terpilih sebuah

konsep “Artistik” sebagai dasar dalam pembuatan buku esai fotografi Topeng Dalang

di kabupaten Sumenep.

4.4.3 Strategi Kreatif

Dengan menggunakan bahasa verbal yang efektif untuk tagline dan bodycopy

yang disusun secara modern dan dinamis namun masih tetap sesuai dengan target

audience, agar mereka bisa ikut serta dalam melestarikan budaya tradisional dan

dapat menceritakan kepada generasi berikutnya. Dengan penggunaan bahasa verbal

yang mudah dipahami dan tidak terlalu berat untuk memahami pembahasan yang

Page 99: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

79

dimuat dalam buku esai fotografi ini, sehingga dapat membatu untuk menjelaskan

kepada masyarakat bagaimana pentingnya menjaga dan melestarikan budaya

tradisional sebagai produk budaya bangsa Indonesia.

Visualisai warna yang digunakan dalam buku esai fotografi Topeng Dalang

merujuk pada konsep yaitu “Artistik” dari nilai-nilai seni budaya tradisional Topeng

Dalang yang kini masih ada dan terus tetap dilestarikan agar dapat dinikmati oleh

generasi selanjutnya. Untuk foto yang digunakan sebagai penunjang dalam buku esai

fotografi ini harus menggambarkan dan memperlihatkan sisi budaya tradisional

Topeng Dalang dari awal pembuatan topengnya serta pertunjukkan yang dipentaskan

oleh karakter-karakter pewayangan yang masih harus tetap dilestarikan.

Karena buku ini ditunjukan kepada para akademisi sebagai target audience,

maka typeface atau font yang digunakan adalah jenis Serif. Pemilihan jenis font serif

dinilai bisa sesuai dengan target audience dan bentuk buku yang dipilih. Jenis

typeface ini memiliki kait tiap unjung hurufnya yang dapat membantu dalam

bodycopy yang tertera dan paling legible juga readable. Menurut Alex Poole,

keunggulan jenis typeface ini adalah adanya serif atau kait yang membimbing mata

mengikuti alur horizontal suatu teks dan menambah perbedaan antar karakter

sehingga lebih mudah dikenali (Rustan, 2011: 79 ).

Page 100: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

80

1. Ukuran dan Halaman Buku

Jenis buku : Buku esai fotografi

Dimensi buku : 220 x 220 mm

Jumlah halaman : 100 halaman

Gramateur isi buku : 210 gr

Gramateur cover : 210 gr

Finishing : Hard cover dan dijilid lem

Dalam perancangan buku esai fotografi Topeng Dalang di kabupaten

Sumenep, memilih ukuran 220 mm x 220 mm dengan horizontal atau landscape hal ini

dilakukan karena sesuai dengan konsep yang ingin menggambarkan nilai-nilai seni

budaya tradisional Topeng Dalang dimana buku ini menonjolkan ilustrasi fotografi dari

keartistikan pembuatan Topeng Dalang serta keelokan pertunjukkan kesenian Topeng

Dalang. Untuk pembagian porsi dalam buku ini 70 persen diisi dengan foto-foto dan

30 persen untuk esai atau artikel yang akan dimuat. Pertimbangan lainnya adalah

keutamaan legibility dan readability sehingga buku ini sangat diutamakan untuk

menghindari kejenuhan pembaca ketika membaca buku ini. Dasar dari pertimbangan

tersebut didukung oleh (Rustan, 2008) yang mengatakan bahwa lebar suatu paragraf

merupakan factor yang menentukan tingkat kenyamanan dalam membaca naskah. Atas

dasa tersebut maka buku ini mempertimbangkan demi keleluasaan dan kenyaman

pembaca dan akan lebih terhibur dengan fotografi human interest yang telah dimuat

sehingga tidak dapat merasa bosan ketika membaca buku tersebut. Halaman buku

untuk buku ini sebanyak 100 halaman, mengedepankan kualitas dengan memakai

Page 101: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

81

hardcover laminasi doff serta isi memakai kertas art paper 210gsm yang berisi

informasi sejarah budaya tradisional Topeng Dalang di Desa Dasuk, Kabupaten

Sumenep, tentang pembuatan Topeng Dalang serta pertunjukkan Topeng Dalang.

2. Jenis Layout

Jenis layout yang digunakan dalam buku ini mengadaptasi dari jenis layout

yang digunakan juga pada iklan cetak, jenis layout untuk buku esai fotografi ini adalah

Multipanel layout dan Picture Window layout. Buku ini nantinya lebih banyak

menampilkan foto, sehingga layout tersebut sangat cocok dan sesuai dengan konsep

yang sudah ditentukan.

a. Multipanel Layout

Bentuk layout ini menampilkan beberapa tema visual yang hampir sama

dengan tampilan buku komik. Memiliki banyak panel dapat memudahkan

pembaca akan menerima informasi yang tertera dan layout ini diterapkan

pada beberapa lembar buku.

b. Picture Window Layout

Untuk jenis layout yang satu ini bisa dalam bentuk produknya itu sendiri

atau juga bisa menggunakan model public figure. Tata letak iklan dimana

produk yang diiklankan atau ditampilkan secara close up. Pada buku ini

penggunaan layout berada pada halaman yang berisi teks pendek dan

ukuran foto yang besar hampir memenuhi isi halaman buku.

Page 102: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

82

3. Grid System

Ada beberapa contoh untuk penggunaan grid system untuk layout sebuah

halaman majalah atau buku. Berikut diantaranya :

a. A Simple Three Coloum Format

b. A Four Coloumn Format and One Coloumn Header

c. A Tree Coloumn Format Unequal Format

d. A grid That Divides Space both horizontally and Vertically

4. Judul

Headline atau judul merupakan pesan verbal yang paling ditonjolkan dan

diharapkan dibaca pertama kali oleh target audience. Posisinya bisa dimana saja,

tidak selalu di bagian atas meskipun namanya head atau kepala (Supriyono, 2010:

131). Headline untuk buku esai fotografi Topeng dalang di Kabupaten Sumenep ini

adalah “TOPENG DALANG SUMENEP”. Kata ini dipilih berdasarkan

pertimbangan konsep yang telah ditentukan dalam buku ini, yang berarti

menggambarkan budaya tradisional Topeng Dalang yang berasal dari Desa Dasuk,

kabupaten Sumenep dan memiliki kesenian yang menceritakan tentang teater rakyat

tradisional paling komplek dan utuh yang disebabkan dalam kesenian Topeng Dalang

mengandung unsur cerita, unsur tari, unsur musik, unsur pendalangan, dan unsur

kerajinan sehingga dalam buku esai fotografi yang dijadikan referensi masyarakat

atas informasi yang ada didalam buku tersebut dan mengajak masyarakat agar tetap

melestarikan budaya tradisional yang ada di kabupaten Sumenep.

Page 103: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

83

5. Sub Headline

Untuk Sub headline merupakan penjelas headline atau judul. Letaknya bisa di

bawah maupun di atas headline (disebut juga overline). Biasanya mencerminkan

materi dalam teks. Tidak semua desain mengandung sub headline, tergantung konsep

kreatif yang digunakan. Sub judul juga disebut sebagai kalimat peralihan yang

mengarahkan pembaca dari judul ke naskah atau body copy (Pujiriyanto, 2005: 38).

Sub judul pada buku esai fotografi memilih kata “Eksotisme”. Kata ini dipilih

berdasarkan pertimbangan dari konsep “Artistik” yang telah ditentukan dalam buku

ini, yang berarti budaya tradisional Topeng dalang memiliki pesona dan keelokan atas

nilai-nilai keseniannya yang dimana Topeng Dalang memberikan cerita yang

memiliki wawasan tentang jejak-jejak pewayangan dan pertunjukan yang penuh

pesona dengan adanya karakter-karakter topeng serta menarikan tarian dengan penuh

hayatan. Dengan pemilihan judul tersebut dapat menggambarkan budaya tradisional

Topeng Dalang yang ada di kabupaten Sumenep, selain itu digunakan juga untuk

mengajak target audience ikut menjaga dan melestarikan budaya tradisional.

6. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam buku esai fotografi ini adalah bahasa Indonesia

dipilih karena merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia dan lebih mudah

dimengerti masyarakat luas. Pada judul dan sub judul juga memilih bahasa Indonesia

yang memang diperuntuhkan bagi akademisi dengan penggunaan bahasa yang formal

dan sesuai dengan target audience yaitu kalangan menengah ke atas yang selalu aktif,

Page 104: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

84

berpendidikan baik, pemikiran dewasa, suka membaca, berwawasan luas dan

mengerti kondisi sekitar serta perkembangan jaman.

7. Warna

Warna dapat didefinisikan secara fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan

atau secara psikologis sebagai dari pengalaman indera penglihatan. Terlihatnya warna

karena adanya cahaya yang menimpa suatu benda dan benda tersebut memantulkan

cahaya ke mata (retina) sehingga terlihat warna (Bambang, 2013). Pada buku esai

fotografi Topeng Dalang secara visual desain akan dipilih beberapa warna yang

sesuai dengan konsep “Artistik” yaitu merah maroon sebagai warna dominan. Warna

merah maroon (campuran merah dan hitam) merupakan warna produk dari Topeng

Dalang. Dalam makna psikologi merah maroon diasosiasikan pada psikologi warna

merah. Menurut Rustan (2009: 73) merah berarti perayaan, kekayaan, nasib baik,

gairah, kuat, dan energi. Penggunaan warna tersebut agar terlihat kesan menarik

perhatian dan untuk mempertimbangkan kenyamanan dalam menampilkan foto pada

foreground serta kemudahan pembaca agar menikmati foto yang ditampilkan, pada

judul dan body teks warna kuning (keemasan) pada decorative untuk menambah

kesan artistik pada cover untuk melambangkan kesenian yang dulunya dari kerajaan

atau kebesaran keraton Sumenep.

R100 G0 B0 R108 G43 B43 R205 G172 B65

Gambar 4.7 Pemilihan Warna

Sumber : Olahan Oleh Peneliti, 2014

Page 105: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

85

8. Tipografi

Font atau Typeface yang akan digunakan dalam buku esai fotografi Topeng

Dalang adalah jenis serif dan san serif. Pemilihan font serif pada judul berdasarkan

pertimbangan bahwa font tersebut memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras

pada garis-garis hurufnya, kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, dan elegan.

Keuntungan jenis font ini memiliki legibility yang baik dan fleksibel untuk semua

media (Rustan, 2011: 48).

a. Twilight New Moon

Font Twilight New Moon digunakan pada judul “TOPENG DALANG

SUMENEP” sesuai dengan konsep artistik yang mempunyai tingkat

readability dan legibility yang baik serta memiliki kesan yang lugas,

tegas, menarik dan mudah dibaca. Dengan alasan memilih typeface

tersebut memiliki karakter font capital (huruf besar) yang digunakan

untuk penegas dari judul buku esai fotografi ini.

Gambar 4.8 Alternatif Font

Sumber : Olahan Oleh Peneliti, 2014

a

Page 106: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

86

b. Benton Sans Cond-Book

Font Benton Sans Cond-Book ini digunakan untuk sub judul “Eksotisme”

yang mewakili pada konsep artistik, agar menekankan kesan dinamis,

luwes, fleksibel dan lebih nyaman untuk dibaca.

4.4.4 Program Kreatif

Perancangan ini dimulai dengan menentukan jenis layout yang akan

digunakan dan struktur buku seperti apa yang ingin dikerjakan. Mulai dari proses

sketsa, alternatif desain, rough desain, hingga final desain. Semua proses itu sudah

melalui pemilihan jenis layout, typeface, penggunaan bahasa, fotografi, warna dan

informasi yang diperlukan mengenai budaya tradisional Topeng Dalang di kabupaten

Sumenep, untuk penulisan dalam artikel yang dimuat pada buku esai fotografi yang

akan dibuat. Kemudian dilanjutkan dengan mengaplikasikan semua proses di atas

menjadi sebuah final desain dan diaplikasikan pada buku yang mencakup semua

elemen desain.

Gambar 4.9 Alternati Font

Sumber : Olahan Oleh Peneliti, 2014

Page 107: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

87

4.5 Strategi Media

Media yang digunakan dalam proses perancangan ini dibagi menjadi dua yaitu

media utama dan media pendukung. Media utama yang digunakan adalah buku esai

fotografi dalam perancang karya ini dan untuk media pendukung digunakan untuk

membantu publikasi media utama yang sudah dirancang. Berikut media yang akan

digunakan :

1. Buku Esai fotografi

Pemilihan media ini selain memiliki informasi yang mendalam, juga jarang

ditemukan buku esai fotografi yang membahas tentang budaya tradisional

Topeng dalang di kabupaten Sumenep apalagi didukung tampilan visual yang

menarik dengan ilustrasi fotografi yang menggunakan esai fotografi sebagai alur

cerita yang ingin disampaikan. Dengan menggunakan ilustrasi esai fotografi

penjelasan artikel yang tidak terlalu panjang dapat menarik daya minat target

pembaca dan juga akedemisi untuk membaca buku esai fotografi ini. Untuk

mendukung estetika, kejelasan gambar yang akan dimuat, readability dan legality

dari buku ini, maka diperlukan beberapa kriteria sebagai acuan.

Ukuran yang diaplikasikan pada buku ini adalah 220 mm x 220 mm. Pada cover

akan dicetak dengan menggunakan hard cover dan dilaminasi doff untuk

memberikan kesan elegan dan mewah. Jenis kertas yang digunakan adalah Art

paper dengan system cetak digital print full color dua sisi.

Page 108: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

88

2. Sistematika Penerbitan Buku

Pada penciptaan buku esai fotografi Topeng Dalang, buku ini disimulasikan

dengan percetakan Bushindo Indonesia : Printing and Binding. Penulis melakukan

wawancara kepada pihak percetakan untuk memperoleh informasi bagaimana

mengetahui harga pokok produksi sebuah buku yang akan dijual dalam jumlah

banyak dengan lisensi mereka. Setelah itu Bushindo Indonesia akan

mempertimbangkan konsep buku yang akan dikerjakan, yang selanjutnya akan

disetujui oleh penulis, pada proses MOU umumnya yang akan dibahas adalah

persentase laba yang akan ditanggung oleh pihak penulis, penerbit, produksi dan

distribusi.

Berikut adalah gambaran umum pembagian persentase yang digunakan oleh

Bushindo Indonesia:

a. Penerbit 10%

b. Penulis 10%

c. Produksi 30%

Pembagian persentase di atas merupakan pembagian umum, sehingga bisa

tergantung kesepakatan MOU antara penulis dan penerbit. Kesepakatan persentase di

atas bersifat royalti bagi penulis, namun ada beberapa klien yang memang penulisnya

sudah cukup terkenal.

Page 109: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

89

3. Media Pendukung

Untuk mendukung publikasi dari buku referensi ini, maka dibutuhkan 4 jenis

media promosi yang paling efektif dalam menarik minta target audience.

a. Poster, dengan adanya media ini dapat menarik perhatian, mudah dilihat dan

memudahkan audiens mengetahui tata letak dari produk yang ditawarkan.

Poster dibuat dengan ukuran A3 yaitu 29,7 cm x 33 cm dengan

menggunakan system cetak digital printing bahan art paper 150 gr.

b. Flyer, media ini dipilih karena memiliki banyak kegunaan mulai dari biaya

cetaknya murah, tetap sasaran dan terarah sesuai target audience serta dapat

memuat informasi yang leboh detail mengenai produk yang ditawarkan.

Untuk flyer memilih ukuran A5, 148 mm x 210 mm dengan menggunakan

bahan art paper 110 gr, system cetak digital printing full color satu sisi.

c. Kartu nama digunakan pada saat launching buku. Alasan memilih media ini

adalah harganya yang relative murah dan memberikan informasi yang lebih

personal. Kartu nama ini didesain dengan ukuran 9 cm x 5,5 cm

menggunakan kertas art paper 150 gr dengan system cetak digital printing

full color dua sisi.

d. X-Banner digunakan saat launching buku, karena media ini sangat

dibutuhkan untuk memberi informasi yang lebih jelas untuk menjelaskan

produk yang akan di terbitkan. X-Banner didesain dengan ukuran 120 cm x

60cm.

Page 110: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

90

4.6 Gagasan Perancangan Karya

Dalam perancangan ini menerapkan gagasan dari awal yaitu menciptakan buku

esai fotografi mengenai budaya tradisional Topeng dalang di Kabupaten Sumenep

yang sekaligus membantu pelestarian budaya tradisional. Salah satu permasalahan

yang ingin dicapai adalah bagaimana membuat buku esai fotografi mengenai budaya

tradisional Topeng Dalang yang menjelaskan tentang sejarah, makna, kisah budaya

Topeng Dalang tersebut melalui pendekatan dokumentasi foto dan disampaikan

kepada masyarakat atau pembaca. Selain ditunjang oleh dokumentasi foto,

pendekatan lainnya adalah dengan menjelaskan secara rinci dan mendalam untuk

Topeng Dalang yang akan dibahas. Penyampaian informasi ini juga memiliki

batasan-batasan yang harus diperhatikan agar hasil gagasan yang disampaikan pada

media tidak melebar dan keluar dari konteks pembahasan.

Page 111: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

91

4.7 Perancangan Karya

1. Cover Buku

Gambar 4.13 merupakan sketsa awal dalam pembuatan cover buku, yang

diaplikasikan pada hard cover bagian luar. Pada bagian depan akan menggunakan

visual foto Topeng Dalang agar lebih mudah dikenal oleh audience atau masyarakat.

Di bawah ini beberapa foto yang telah dipilih sebagai alternative desain cover.

Foto yang menunjukan Topeng Dalang, diambil dari depan menggunakan

teknik Depth Of Field agar memberi kesan keindahan pada dimensi ketajaman dan

menarik.

Gambar 4.10 Sketsa Awal Cover Buku

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Gambar 4.11 Foto Bentuk Topeng Dalang

Sumber: Dokumentasi Peneliti. 2014

Page 112: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

92

2. Cover dalam (Judul dan Sub Judul)

Untuk judul dan sub judul buku esai fotografi menggunakan warna Putih

untuk memberi kesan kelembutan, kebebasan dan keterbukaan. Pilihan typeface untuk

judul adalah Twilight New Moon, sedangkan sub judul Benton Sans Cond-Book.

3. Isi Halaman (lembar Ekplorasi Foto)

Pada layout buku esai fotografi banyak menggunakan foto dengan format

landscape dan untuk layout yang digunakan adalah Multipanel Layout dan Picture

Window Layout.

Gambar 4.12 Sketsa Ukuran Font dalam Judul dan Sub judul

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Gambar 4.13 Sketsa Awal Layout Halaman Foto

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Page 113: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

93

4. Poster

Pada desain poster menampilkan beberapa foto kesenian Topeng Dalang

terdapat judul peluncuran tentang buku esai fotografi Topeng Dalang.

5. Flyer

Desain pada flyer menampilkan beberapa foto kesenian Topeng Dalang dan

di masing-masing desain terdapat judul peluncuran tentang buku esai fotografi

Topeng Dalang.

Gambar 4.14 Sketsa Awal Desain Poster

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Gambar 4.15 Sketsa Awal Desain Flyer

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Page 114: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

94

6. X-Banner

Pada desain X-Banner menampilkan satu bentuk Topeng sebagai point

interestnya dan

7. Kartu Nama

Desain pada kartu nama menampilkan judul buku esai fotografi Topeng

Dalang.

Gambar 4.16 Sketsa Awal Desain X-Banner

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Gambar 4.17 Sketsa Awal Desain Kartu Nama

Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2014

Page 115: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

95

BAB V

IMPLEMENTASI KARYA

5.1 Konsep

Berdasarkan analisis keyword maka dapat ditarik kesimpulan konsep yang

akan menjadi acuan desain dalam penciptaan buku esai fotografi topeng dalang

Sumenep yaitu “Artistik”. Kata artistik mewakili dari semua keyword yang

menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti memiliki nilai seni atau bersifat

seni dari suatu keartistikan kesenian tradisional yang berasal dari kabupaten

Sumenep, desa Dasuk seperti Topeng Dalang. Pada Topeng Dalang memiliki

keartistikan pada setiap topengnya untuk dijadikan ciri khas penokohan yang ada

dalam cerita kesenian tersebut. Keartistikan terlihat dari segi warna yang

bermacam-macam yang sesuai dengan watak atau karakter pewanyangan dan pada

baju seperti ciri khas dari keraton Sumenep.

Konsep artistik secara visual memberikan suatu kesan pesona keelokan yang

indah serta kreatif. Pada karya yang digunakan dalam penelitian ini adalah upaya

membuat suatu kreasi yang artistik, menonjolkan sisi nilai seni seperti yang

dilakukan dalam hal pembuatan Topeng Dalang maupun pertunjukan budaya

tradisional Topeng Dalang yang memperlihatkan cerita pewayangan dan

menyisipkan nilai-nilai religi serta memberikan kesan humor agar masyarakat

tertarik melihatnya dan memberikan mindset agar tetap melestarikan budaya

tradisional Topeng Dalang.

Page 116: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

96

5.2 Implementasi Karya

5.2.1 Cover Buku

Gambar 5.1 Desain Cover Buku

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Desain pada cover buku esai fotografi dalang menunjukan karakter salah

satu pertunjukan Topeng Dalang. Menggunakan warna merah maroon dan judul

buku dengan warna kuning keemasan.

5.2.2 Desain Halaman Buku

Berikut adalah beberapa hasil implementasi karya buku esai fotografi

Topeng Dalang Sumenep.

Gambar 5.2 Halaman Pembuka

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Page 117: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

97

Halaman pembuka pada gambar 5.2 merupakan buku esai fotografi

Topeng Dalang Sumenep yang menampilkan judul buku eksotisme Topeng

Dalang yang berwarna kuning keemasan.

Gambar 5.3 Halaman ii dan iii

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ii dan iii menunjukkan karakter salah satu tokoh dalam

pertunjukan Topeng Dalang untuk membuka awal halaman.

Gambar 5.4 Halaman iv dan v

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman iv dan v menunjukkan informasi hak cipta, penulis dan

desainer dari buku esai fotografi Topeng Dalang.

Page 118: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

98

Gambar 5.5 Halaman vi dan vii

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikutnya yaitu halaman vi dan vii merupakan halaman berisi ucapan

terima kasih kepada keluarga, sahabat dan semua pihak yang telah membantu

dalam pembuatan buku dan halaman kata pengantar yang berisi penjelasan singkat

mengenai buku esai fotografi Topeng Dalang.

Gambar 5.6 Halaman viii dan ix

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikutnya yaitu halaman viii dan ix merupakan halaman

yang berisikan macam-macam bentuk karakter Topeng Dalang yang ada di

Sumenep.

Page 119: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

99

Gambar 5.7 Halaman x

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikutnya yaitu halaman x merupakan halaman berikutnya

memperlihatkan daftar isi.

Gambar 5.8 Halaman 1 dan 2

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini menjelaskan judul buku dari Topeng Dalang

beserta penjelasan singkat tentang Topeng Dalang.

Page 120: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

100

Gambar 5.9 Halaman 3 dan 4

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini menjelaskan tentang Tarian gambuh

pamungkas atau pungkasan atau akhir merupakan tarian yang digunakan

untuk pembuka pagelaran Topeng Dalang. Tari ini menggambarkan prajurit

yang sigap dalam berlatih perang atau mengatasi sesuatu sampai tuntas.

Gambar 5.10 Halaman 5 dan 6

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini menjelaskan Tarian kelono tanjung seto atau bisa

disebut juga kelana bunga putih merupakan tarian yang menggambarkan cerita

Page 121: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

101

awal mula manusia sampai dewasa. Tarian ini ditampilkan setelah tarian gambuh

pamungkas.

Gambar 5.11 Halaman 7 dan 8

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada Halaman berikut ini menjelaskan tentang cerita kisah Mahabrata

awal mula prabu prapita dan dewi gangga.

Gambar 5.12 Halaman 9 dan 10

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini terdapat foto Sentanu putra dari Prabu Prapita

bersama dengan Semar, Gareng, dan Petruk.

Page 122: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

102

Gambar 5.13 Halaman 11 dan 12

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini menunjukkan macam-macam bentuk dari

karakter Topeng Dalang.

Gambar 5.14 Halaman 13 dan 14

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini menunjukkan Pengrajin atau seniman yang

membuat Topeng Dalang.

Page 123: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

103

Gambar 5.15 Halaman 15 dan 16

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman berikut ini merupakan menampilkan awal proses menunjukkan

bahan utama untuk pembuatan Topeng serta proses pengukuran.

Gambar 5.16 Halaman 17 dan 18

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikutnya menjelaskan proses pembelahan kayu mentaos

dijadikan dua bentuk dasar pembuatan Topeng.

Page 124: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

104

Gambar 5.17 Halaman 19 dan 20

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman ini menjelaskan menunjukkan alat-alat yang digunakan untuk

membentuk dasar pembuatan Topeng.

Gambar 5.18 Halaman 21 dan 22

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikutnya proses memahat bagian sisi kanan kiri kayu

mentaos.

Page 125: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

105

Gambar 5.19 Halaman 23 dan 24

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman ini menunjukkan hasil dasar bentuk pahatan topeng dari kayu

mentaos.

Gambar 5.20 Halaman 25 dan 26

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ini menunjukkan proses gergaji untuk membuat bagian

mulut.

Page 126: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

106

Gambar 5.21 Halaman 27 dan 28

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini proses memahat bagian hidung.

Gambar 5.22 Halaman 29 dan 30

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman ini menjelaskan menunjukkan proses memahat bagian sisi

hidung untuk mendapatkan hasil yang sama antara kanan kiri.

Page 127: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

107

Gambar 5.23 Halaman 31 dan 32

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini proses memperhalus bagian mahkota.

Gambar 5.24 Halaman 33 dan 34

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman berikutnya menunjukkan hasil bentuk dasar yang sudah

diperhaluskan serta mengukur bagian mata sampai mahkota

Page 128: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

108

Gambar 5.25 Halaman 35 dan 36

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman gambar berikut ini merupakan proses memahat serta

menggambar bagian mata sampai alis.

Gambar 5.26 Halaman 37 dan 38

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman gambar berikut ini merupakan menunjukkan proses

menggambar bagian mata sampai mahkota.

Page 129: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

109

Gambar 5.27 Halaman 39 dan 40

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman gambar berikut ini merupakan proses memahat bagian

mahkota dari bentuk dasar topeng yang hampi jadi.

Gambar 5.28 Halaman 41 dan 42

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman ini menunjukkan proses bagian mata sampai mahkota dan

gambar

Page 130: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

110

Gambar 5.29 Halaman 43 dan 44

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman gambar berikut ini merupakan proses memahat bagian pipi

sampai mulut.

Gambar 5.30 Halaman 45 dan 46

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman gambar berikut ini merupakan menunjukkan proses detail

bagian mulut sampai mata

Page 131: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

111

Gambar 5.31 Halaman 47 dan 48

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ini proses memahat bagian belakang bentuk dasar topeng

agar bisa digunakan di muka.

Gambar 5.32 Halaman 49 dan 50

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada gambar ini menunjukkan proses melubangi bagian mata dalam agar

dapat melihat apabila topeng dipakai di muka.

Page 132: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

112

Gambar 5.33 Halaman 51 dan 52

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman berikut ini merupakan proses melubangi bagian hidung.

Gambar 5.34 Halaman 53 dan 54

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikutnya yaitu menunjukkan hasil bentuk dasar topeng yang

sudah melewati proses pahatan maupun penggambaran.

Page 133: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

113

Gambar 5.35 Halaman 55 dan 56

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman ini terdapat awal halaman proses penghalusan secara detail

dan pengecatan topeng.

Gambar 5.36 Halaman 57 dan 58

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman ini merupakan menunjukkan proses penghalusan detail bentuk

dasar topeng.

Page 134: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

114

Gambar 5.37 Halaman 59 dan 60

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ini adalah awal halaman proses pengecatan dasar

menggunakan warna merah.

Gambar 5.38 Halaman 61 dan 62

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini adalah menunjukkan proses pengecatan dasar

menyeluruh bagian topeng.

Page 135: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

115

Gambar 5.39 Halaman 63 dan 64

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman ini merupakan awal jadi hasil proses pengecatan dasar.

Gambar 5.40 Halaman 65 dan 66

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikut ini menunjukkan proses pengecatan warna secara

menyeluruh bagian topeng sesuai dengan karakter topeng.

Page 136: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

116

Gambar 5.41 Halaman 67 dan 68

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ini merupakan proses pengecatan topeng secara perlahan-

lahan dan teliti.

Gambar 5.42 Halaman 69 dan 70

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikutnya yaitu menunjukkan proses awal pengecatan warna

secara menyeluruh bagian topeng.

Page 137: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

117

Gambar 5.43 Halaman 71 dan 72

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikutnya proses pengecatan topeng bagian mahkota.

Gambar 5.44 Halaman 73 dan 74

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman ini merupakan menunjukkan awal jadi secara menyeluruh

bagian topeng yang sesuai karakter Topeng Dalang.

Page 138: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

118

Gambar 5.45 Halaman 75 dan 76

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikutnya menggambarkan beberapa macam karakter

Topeng Dalang Sumenep.

Gambar 5.46 Halaman 77 dan 78

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikut ini menunjukkan awal pembuka halaman alat musik laras

slendro.

Page 139: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

119

Gambar 5.47 Halaman 79 dan 80

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikutnya menggambarkan alat musik bonang besar dan

penerus.

Gambar 5.48 Halaman 81 dan 82

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman berikut ini hanya menunjukkan gambang dan suling.

Page 140: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

120

Gambar 5.49 Halaman 83 dan 84

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ini menggambarkan alat musik gender dan slenthem.

Gambar 5.50 Halaman 85 dan 86

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman berikut ini menunjukkan siter sampai gender penerus.

Page 141: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

121

Gambar 5.51 Halaman 87 dan 88

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Halaman berikut ini menjelaskan sekilas tentang Alat Musik: DEMUNG,

SARON 1, SARON 2, PEKING dan Gong.

Gambar 5.52 Halaman 89 dan 90

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Pada halaman ini memperlihatkan alat musik gendang dan kenong yang

berfungsi saat pertunjukan Topeng Dalang.

Page 142: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

122

Gambar 5.53 Halaman 91 dan 92

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman berikut ini memperlihatkan semua alat musik yang dinamakan

laras slendro yang digunakan saat pertunjukan Topeng Dalang.

Gambar 5.54 Halaman 93

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Di halaman berikutnya berakhirnya buku esai fotografi Topeng Dalang.

Page 143: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

123

5.3 Desain Poster

Gambar 5.55 Desain Poster

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Desain poster promo tentang terbitnya buku esai fotografi Topeng Dalang

Sumenep. Desain poster menggunakan foto salah satu karakter Topeng Dalang,

dengan keterangan di bawahnya bahwa buku ini diluncurkan pada tanggal 14-16

Agustus 2015 di Grand City Mall. Dicetak ukuran A3, memudahkan para

pengunjung untuk datang ke stand pameran.

Page 144: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

124

5.4 Desain X-Banner

Gambar 5.56 Desain X-Banner

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

X-Banner digunakan untuk memberi informasi kepada pengunjung yang

datang pada acara pameran peluncuran buku. Sesuai dengan konsep, x-banner ini

berukuran 120 cm x 60 cm yang berfungsi sebagai media informasi yang akan

memberi tahukan bahwa sedang berlangsung acara launching buku esai fotografi

Topeng Dalang Sumenep sehingga diharapkan dapat menarik pengunjung untuk

tertarik melihat buku esai fotografi ini.

Page 145: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

125

5.5 Desain Flyer

Gambar 5.57 Desain Flyer

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Flyer digunakan pada saat launching buku. Alasan memilih media ini

adalah harganya yang relatif murah, dan memberikan informasi yang lebih

personal.

5.6 Desain Kartu Nama

Gambar 5.58 Desain Kartu Nama

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Page 146: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

126

Pada gambar 5.58 merupakan desain kartu nama yang digunakan pada saat

launching buku. Alasan memilih media ini adalah harganya yang relatif murah,

dan memberikan informasi yang lebih personal. Kartu nama ini didesain dengan

ukuran 9 cm x 5,5 cm menggunakan kertas art paper 120 gr dengan sistem cetak

digital printing full color dua sisi.

5.7 Sistem Produksi Buku

1. Sistematika Penerbitan Buku

Pada penciptaan buku esai fotografi Topeng Dalang, buku ini

disimulasikan dengan percetakan Bushindo Indonesia, Printing and Binding.

Penulis melakukan wawancara kepada pihak percetakan untuk memperoleh

informasi bagaimana mengetahui harga pokok produksi sebuah buku yang

akan dijual dalam jumlah banyak dengan lisensi mereka. Setelah itu Bushindo

Indonesia akan mempertimbangkan konsep buku yang akan dikerjakan, yang

selanjutnya akan disetujui oleh penulis, pada proses MOU umumnya yang

akan dibahas adalah persentase laba yang akan ditanggung oleh pihak penulis,

penerbit, produksi dan distribusi.

Berikut adalah gambaran umum pembagian persentase yang

digunakan oleh Bushindo Indonesia:

a. Penerbit 10%

b. Penulis 10%

c. Produksi 30%

Page 147: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

127

Pembagian persentase di atas merupakan pembagian umum, sehingga

bisa tergantung kesepakatan MOU antara penulis dan penerbit. Kesepakatan

persentase di atas bersifat royalti bagi penulis, namun ada beberapa klien

yang memang penulisnya sudah cukup terkenal.

2. Produksi Buku

Proses produksi buku esai fotografi Topeng Dalang melalui interview

dengan pihak Romi Ilham selaku owner Bushido Indonesia untuk

mendapatkan informasi secara rinci mengenai harga produksi buku, harga

jual, dan laba. Pihak Bushido Indonesia mengatakan bahwa untuk pertama

kali produksi secara umumnya ditentukan jumlah minimal 1000 eksemplar

dengan tambahan 100 untuk waste (hasil cetak yang tidak dipakai, tidak

digunakan, tidak disenangi) menjadi 1100 eksemplar.

Buku esai fotografi Topeng Dalang berukuran 22cm x 22cm, isi 100

lembar dengan jenis kertas art paper 210gsm dan memakai kertas ukuran

plano 61cm x 86cm menyesuaikan mesin cetak offset percetakan. Untuk

ukuran 22cm x 22cm dapat mencukupi 6 lembar isi buku. Berikut

perhitungan biaya produksi buku, harga jual hingga laba:

a. Biaya Cetak Isi Buku

Harga cetak/sisi (1100 exp + waste) = Rp. 350.000,-

60 (lembar isi buku) : 6 (lembar/plano) = 10 (plano)

= 10 x 2 (cetak bolak-balik) = 20

= 20 x 350.000 = Rp. 7.000.000,-

Page 148: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

128

b. Biaya Kertas

Harga/plano = Rp. 2.100,-

= 2.100 : 6 = 350 x 10

= 3500 x 1100 = Rp. 3.850.000,-

c. Biaya Cetak Isi Buku + Biaya Kertas = Rp. 7.000.000 + Rp.

3.850.000 = Rp. 10.850.000

d. Biaya Cetak Cover

Harga cetak cover/2 sisi (1100 exp) = Rp. 700.000,-

Harga/plano : 2 sisi = 2.100 : 2 = 1.050

= 1.050 x 1.100 = 1.155.000

Harga kertas cover + harga cetak = 1.155.000 + 700.000

Biaya cetak cover = Rp. 1.855.000,-

e. Biaya Laminasi Doff

Harga laminasi doff/cm = Rp. 0.25,-

Panjang buku (56+2+5+5) x Tinggi buku (28+2+5+5)

(2;Punggung Buku, 5:Lipatan) = 68 x 40 = 2.720

= 2.720 x 0.25

= 680 x 1.100

= Rp. 748.000,-

f. Biaya Cetak Cover + laminasi Doff = Rp. 1.855.000 + Rp.

748.000 = Rp. 2.603.000,-

Page 149: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

129

g. Biaya Hardcover

Biaya Hardcover/Buku = Rp. 20.000,-

= 20.000 x 1000 eks

= Rp. 20.000.000,-

h. Biaya Binding

Biaya Binding/Lembar = Rp. 5,-

5 x 60 (lembar) x 1100 (exp + waste) = Rp. 330.000,-

i. Total Produksi

Biaya Cetak Isi Buku + Biaya Kertas = Rp. 10.850.000,-

Biaya Cetak Cover + Laminasi Doff = Rp. 2.603.000,-

Biaya Hardcover = Rp. 20.000.000,-

Biaya Binding = Rp. 330.000,- +

= Rp. 33.783.000,-

j. Harga Jual Buku

(Total Produksi : exp) x 6 = (33.783.000 : 1000) x 6

= 33.783 x 6 = Rp. 135.132,-

k. Break Even Point (Titik Impas)

Total Produksi : Harga Jual = 33.783.000 : 135.132

= 250 Buku Terjual

l. Laba Bersih Penulis

(Harga Buku x 10%) x eksemplar = (135.132 x 10%) x 1000

= 13.513 x 1000

= Rp. 13.513.000,-

Page 150: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

130

m. Laba Kotor Penerbit

(Harga Buku - Laba Penulis/buku) x exp = (135.132 - 13.513) x

1000

= 121.619 x 1000

= 121.619.000,-

Page 151: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

131

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penciptaan buku esai fotografi

Topeng Dalang Sumenep:

1. Gagasan dalam penciptaan buku esai fotografi ini adalah untuk melestarikan

sekaligus mengenalkan budaya kesenian tradisional yang ada di Sumenep

serta mengajak masyarakat berperan aktif dalam menjaga budaya kesenian

tradisional tersebut agar tidak menjadi punah.

2. Desain dalam perancangan ini adalah Eksotisme dengan menampilkan visual

yang artistik dan eksotis yang memiliki makna bahwa Topeng Dalang

memiliki keeksotisan dan artistik dalam bentuk maupun pagelaran yang di

tampilkan untuk menjadi wawasan dan hiburan bagi masyarakat Sumenep.

3. Implementasi perancangan mengacu pada buku esai fotografi dan media

pendukung dengan tema artistik.

4. Media utama yang digunakan adalah buku esai fotografi dan untuk media

pendukung promosi buku menggunakan poster, x-banner dan kartu nama.

5. Media buku esai fotografi dan pendukungnya dirancang sesuai dengan tema

rumusan desain, yaitu artistik dari budaya kesenian Topeng Dalang sebagai

kesenian tradisional yang ada di Sumenep serta menggunakan warna yang

Page 152: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

132

melambangkan kejayaan dan semangat yang kemudian diaplikasikan ke

dalam desain layout.

6.2 Saran

Adapun saran dari penciptaan buku esai fotografi Topeng Dalang ini adalah:

1. Memperdalam pembahasan tentang sejarah yang membahas Topeng Dalang di

Sumenep

2. Mengembangkan buku esai fotografi ini agar lebih banyak objek Topeng Dalang

yang dibahas dan ditingkatkan lagi foto penunjang agar dapat menarik minat

pembaca.

3. Agar dapat menjadi referensi bagi generasi untuk lebih mengapresiasikan karya

seni budaya tradisional khususnya pertunjukan Topeng Dalang yang menjadi

ikon budaya tradisional Sumenep, Madura agar lebih dikenal secara luar.

Page 153: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

133

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Kusrianto. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi. 2007

Alwi, Audy Mirza. 2004. Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto

ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara.

Durkheim Emile, 2011, The Elementary Forms of The Religious Life, terj,

Yogyakarta: IRCiSoD.

Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hurlock, Elizabeth. B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT

Gramedia. 1984

Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku, Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Morissan, M. A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Pujiriyanto. 2005. Desain Grafis Komputer: Teori Grafis Komputer. Yogyakarta:

Andi.

Prisma Haris Nuryawan, Winny Gunarti, Sri Rahayu Darmawani. 2009.

Kombinasi Warna Komplementer. Jakarta Barat: PT Gramedia.

Rustan, Surianto. 2008. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta: Gramedia.

Rustan, Surianto. 2011. Font & Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Sedyawati, Edi.2007. Budaya Indonesia : kajian arkeologi, seni, dan sejarah.

Jakarta : Divisi perguruan tinggi, Raja Grafindo Persada.

Page 154: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

134

Sedyawati, Edi. 1993. Seni Pertunjukan Indonesia, “Topeng Dalam Budaya”.

Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta: Diterbitkan atas

kerjasama Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia dengan PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Sihombing, Danton. 2001. Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Supriyato Henricus. 1994. Transkip Lakon. “Rabine Panji” Teater Topeng

Malang. Masyarakat seni pertunjukan Indonesia

Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Andi.

Soetrisno. 1981. Madura V. Malang.

Tim Studi. 2007. Analisa Program Promosi Pasar Modal dan Jasa Keuangan

oleh Pelaku Industri Jasa Keuangan. Laporan Hasil Studi Analisa Program

Promosi.

Wibowo, Iyan. Anatomi Buku. Bandung: Kolbu, Komunitas Lintas Buku. 2007

Wijaya, Taufan. 2011. Foto Jurnalistik. Klaten: Sahabat.

Page 155: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

135

Sumber Jurnal :

Erlinda Triani Wiyono, Ahmad Adib, Ani Wijayanti Suhartono. 2013.

Perancangan Komunikasi Visual Revitalisasi Tari Topeng Dalang untuk

Program Destinasi Madura.

Page 156: PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG …repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4230/1/... · PENCIPTAAN BUKU ESAI FOTOGRAFI TOPENG DALANG SEBAGAI UPAYA MELESTARIKAN BUDAYA TRADISIONAL

136

Sumber Internet

www. Sumenep.go.id (diakses 5 Januari 2015)

http://www.slideshare.net/FOTOKITA/photo-essay-national-geographic

(diakses 12 Januari 2015)

http://www.kompasiana.com/zaferpro/sekilas-esai-

foto_5500b4e3a333119f6f511ec8 (diakses 15 Januari 2015)