26
Pencegahan Stroke Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005). Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001). Pencegahan Primer Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi : 1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal 2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah- buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh

Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asas

Citation preview

Page 1: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Pencegahan Stroke

Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan

primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke.

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA

(Wahjoepramono 2005).

Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan bertambahnya

usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk selalu

mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan

olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001).

Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan mengatasi

berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok resiko tinggi

yang belum pernah terserang stroke.

Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi

gaya hidup yang meliputi :

1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal

2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan

produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh

3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl)

4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per hari

A. Mengatur Pola Makan yang Sehat

Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan resiko terkena serangan

stroke. Sebaliknya mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat mencegah

terjadinya stroke. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan untuk pencegahan primer terhadap

stroke adalah :

Page 2: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

1. Makanan dari berbagai biji-bijian yang membantu menurunkan kadar kolesterol :

a. Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, bulgur, jagung

dan gandum

b. Oat (=beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan

tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari (memperlambat

pengosongan usus).

c. Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan

kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida tetapi tidak mempengaruhi kadar

kolesterol HDL

d. Kacang-kacangan (termasuk biji kenari dan kacang mede) menurunkan kolesterol

LDL dan mungkin mencegah aterosklerosis

e. Mekanisme kerja menambah ekskresi asam empedu, meningkatkan aktifitas

esterogen dari isoflavon, memperbaiki elastisitas arterial dan meningkatkan aktivitas

antioksidan yang menghalangi oksidasi LDL.

2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke

a. Makanan/zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein seperti asam folat,

vitamin B6, B12 dan riboflavin

b. Susu yang mengadung protein, kalsium, zinc, dan B12 mempunyai efek proteksi

terhadap stroke

c. Beberapa jenis ikan tuna dan ikan salmon, mengandung omega-3 eicosapentenoic

acid (EPA) dan docosahexonoic acid (DHA) yang merupakan pelindung jantung

dengan efek melindungi terhadap resiko kematian mendadak, mengurangi resiko

aritmia, menurunkan kadar trigliserida, menurunkan kecenderungan adesi platelet,

sebagai precursor prostaglandin, inhibisi sitokin, anti inflamasi dan stimulasi NO

endothelial. Dianjurkan untuk mengkonsumsi 2 kali / minggu.

Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam folat.

World's Health Rating dari The George Mateljan Foundation menggolongkan

kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus karena mempunyai

nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas kategori sangat bagus adalah

3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat menurunkan level homosistein.

Homosistein merupakan komponen produk antara yang diproduksi selama proses

Page 3: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh arteri dan sangat potensial

untuk menyebabkan terjadinya penyakit jantung.

Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah dibandingkan

dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38-45mg per 100gr

daging. Kandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk

menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang pernash

dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap

minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang hanya

mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam setiap

minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi tuna 13 kali

per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu stroke yang

disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.

d. Makanan yang kaya vitamin dan anti oksidan: vitamin C,E, betakaroten seperti yang

banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan dan biji-bijian.

e. Buah-buahan dan sayur-sayuran :

Kebiasaan/ membudaya diet kaya buah-buahan dan sayuran (bervariasi) minimal

5 saji setiap hari

Sayuran hijau dan jeruk : menurunkan resiko stroke

Sumber Kalium : kalium merupakan predictor yang kuat mencegah mortalitas

akibat stroke terutama buah pisang. Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat

menurunkan resiko terserangnya stroke. Diduga, asupan kalium yang memadai

membuat dinding arteri lebih elastik dan normal. Selain itu, juga dapat

melindungi kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.

Apel (mengandung quercetin dan phyto-nutrient) menurunkan resiko stroke

Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral yang cukup tinggi.

Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk merevitalisasi sel-sel dan

jaringan tubuh yang telah rusak serta meningkatkan sistem metabolisme serta

sistem kekebalan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis buah dan sayur yang

digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit stroke diantaranya adalah:

melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu biji, dan asparagus.

Page 4: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

f. Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan

Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau. Sebuah studi di

Jepang membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau sebanyak lima cangkir sehari dapat

menurunkan resiko terserang stroke. Di dalam teh hijau terkandung antioksidan yang

dapat mencegah terjadinya kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen

antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-zat

yang berperan sebagi sumber antioksidan :

Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah perubahan kolesterol

menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak dan akan menggumpal di dalam

arteri. Betakaroten yang diubah menjadi vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf

ketika otak kehilangan oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat,

papaya, bit, serta sayur dan buah yang berwarna jingga.

Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang dapat

menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung vitamin E adalah taoge.

Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah terjadinya

hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan pangan yang mengandung

vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat dan lain-lain.

3. Rekomendasi tentang makanan:

a. Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium (<6 gr/hari). Bahan-bahan

yang mengandung natrium seperti monosodium glutamate, sodium nitrat dikurangi.

Sebaiknya makanan harus segar. Pada penderita hipertensi, asupan natrium yang

dianjurkan ≤ 2,3 gram/hari dan asupan kalium ≥ 4,7 gram / hari.

b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan trans fatty acids

seperti kue-kue krakers, telur, makanan yang digoreng dan mentega.

c. Mengutamakan makanan yang mengandung poly unsaturated fatty acids, mono

unsaturated fatty acids, makanan berserat dan protein nabati

Page 5: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

d. Nutrien harus diperoleh dari makanan, bukan suplemen

e. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang

f. Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal

g. Hindari makanan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi rendah

h. Sumber lemak hendaknya berasal dari sayuran, ikan, buah polong, dan kacang-

kacangan.

i. Utamakan makan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti, pasta, sereal dan

kentang daripada gula (monosakarida dan disakarida)

j. Lain-lain

B. Melakukan  Olah Raga yang Teratur

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobic (jalan cepat, bersepeda,

berenang dan lain-lain) secara teratur minimal 30 menit, dan minimal tiga kali per minggu akan

dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki control diabetes, memperbaiki kebiasaan makan,

menurunkan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.

Efek biologis : penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma dan meningkatkan

aktivitas tissue plasminogen activator.

Pola makan sehat dan olah raga teratur adalah pengobatan utama bagi penderita obesitas

dan mencegah stroke.

C. Menghentikan Rokok

1. Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah, meninggikan kadar

fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah, meningkatkan

hematokrit dan menurunkan HDL dan meningkatkan LDL kolesterol

2. Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel

3. Perokok pasif, risiko sama dengan perokok aktif

 D. Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat

Page 6: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Penyalahgunaan obat seperti kokain , heroin, fenil propanolamin dan mengkonsumsi

alcohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (alcohol abuse) akan menyebabkan tekanan

darah meningkat, memudahkan terjadinya stroke hemoragik.

Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena kelebihan alcohol

yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke. Konsentrasi alcohol yang tinggi

dapat memicu terjadinya emboli (penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam

jaringan), yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh darah.

Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke.

 E. Memelihara Berat Badan Layak

Obesitas mudah mendapatkan penyakit jantung, stroke dan DM. Angka obesitas pada

anak-anak dan dewasa muda pada decade terakhir ini meningkat dan jarang berolahraga.

Sehingga stroke dan penyakit jantung pada usia muda meningkat. Obesitas dapat dicegah dengan

mengubah perilaku makan tidak sehat dan melakukan olah raga teratur.

Disarankan untuk menurunkan berat badan dengan target BMI < 25 kg/m2,  garis lingkar

pinggang < 80 cm dan untuk wanita <90 cm untuk laki-laki

F. Pemakaian kontrasepsi oral

Pemakaian kontrasepsi oral terutama pada wanita perokok atau disertai dengan factor

resiko lain atau pernah mengalami kejadian tromboemboli sebelumnya, mempunyai resiko tinggi

mendapat serangan stroke. Untuk itu disarankan untuk menghentikan pemakaian kontrasepsi oral

dan mencari alternative lain untuk KB.

G. Penanganan Stress dan Berisirahat yang Cukup

1. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari

2. Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut

WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri

pada  Tuhan  Yang Maha Esa. Mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis meningkatkan

Page 7: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

tekanan darah. Penanganan stress menghasilkan relaxation response yang menurunkan

denyut jantung, menurunkan tekanan darah.

3. Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah

H. Pemeriksaan Kesehatan Teratur dan Taat Advis Dokter Dalam Hal Diet dan Obat

1. Faktor-faktor risiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, DM, harus

dimonitor secara teratur

2. Faktor-faktor resiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet dan gaya hidup

sehat

3. Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah < 140/90 mmHg. Jika

menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronik, dianjurkan tekanan darah <

130/80 mmHg.

4. Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus dengan target HbA1C

<7% .

5. Pengendalian kadar kolesterol pada penderita dislipidemia dengan diet dan obat penurun

lemak. Target kadar kolesterol LDL<100 mg/dl. Sedangkan pada penderita dengan risiko

stroke tinggi target kadar kolesterol LDL <70 mg/dl.

I.  Pemakaian antiplatelet (asetosal)

Pemakaian obat antiplatelet (asetosal) untuk pencegahan primer stroke pada laki-laki, tidak

dianjurkan. Tetapi aetosal dapat digunakan untuk pencegahan primer stroke pada wanita dengan

risiko tinggi.

Pencegahan Sekunder

1. Pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Tidak dapat dirubah.

Dapat dipakai sebagai petanda (marker) stroke pada seseorang.

2. Pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Guideline stroke, 2007).

a. Hipertensi.

Page 8: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Rekomendasi :

Mengupayakan tekanan darah sistolik < 140 mmHg; Tekanan darah diastolik < 90

mmHg. Jika menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronik, dianjurkan

tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan diastolic <80 mmHg

Modifikasi gaya hidup :

o Kontrol berat badan.

o Aktivitas fisik (olahraga).

o Hindari minum alkohol.

o Diet mengandung natrium sedang (<2,3 gr/hari).

Bila setelah modifikasi gaya hidup TD masih tetap > 140/90 mmHg tambahkan obat

anti hipertensi.

b. Diabetes mellitus.

Rekomendasi :

Mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dengan cara diet, obat anti diabetika

oral, insulin, dengan target kadar HbA1C < 7%.

Mengobati hipertensi dan dislipidemia bila ada.

c. Riwayat TIA (Transient ischemic Attack) atau stroke.

Rekomendasi :

Penderita dengan stroke iskemik akut

aterotrombotik / TIA atau dengan riwayat

stroke aterotrombolitik / TIA sebelumnya

pemberian antiplatelet lebih dianjurkan

daripada antikoagulan untuk mengurangi

resiko berulangnya stroke dan kejadian

Kelas I, tingkat evidensi A

Page 9: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

kardiovaskular lain.

Pasien dengan stroke iskemik / TIA yang

tidak mendapatkan antikoagulan harus

diberikan antiplatelet seperti aspirin (80-325

mg) atau clopidogrel 75 mg, cilostazol atau

terapi ER 200 mg.

Kelas I, tingkat evidensi A

Dibandingkan dengan terapi aspirin saja,

kombinasi aspirin 25 mg dengan dipiridamol

ER 200 mg, dan clopidogrel dikatakan

aman, dan dikatakan lebih baik.

Kelas IIa, tingkat evidensi A

Penggunaan clopidogrel lebih baik

dibandingkan dengan aspirin saja.

Kelas IIb, tingkat evidensi B

Penambahan aspirni pada terapi clopidogrel

yang diberikan pada populasi resiko tinggi,

akan meningkatkan resiko pendarahan, bila

dibandingkan dengan pemakaian terapi

Clopidrogel saja, sehingga tidak

direkomendasikan untuk pemakaian rutin

pada iskemik stroke atau TIA

Kelas III, tingkat evidensi A

Penderita dengan TIA dan unstable angina

atau non Q wave myocardial infraction,

dapat diberikan clopidogrel 75 mg dan

aspirin 75 mg.

Kelas III

Pada penderita tidak toleran dengan aspirin,

clopidogrel 75 mg atau dipiridamol ER

2x200 mg dapat digunakan

Kelas II, tingkat evidensi B

Page 10: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Pada stroke iskemik aterotrombotik dan

arterial stenosis simptomatik dianjurkan

pula dipakai cilostazol 100 mg 2 kali sehari.

Kelas I. tingkat Evidensi A

Obat lain yang dianjurkan adalah Ticlopidin

250 mg 2 kali sehari.

Kelas III

Penambahan cilostazol 2 x 100 mg pada

aspirin dapat mengurangi ukuran stenosis

dan tidak meningkatkan insidensi

perdarahan.

Kelas I. Tingkat Evidensi A

Penderita dengan iskemik serebrovaskular

yang sedang mendapat aspirin, tidak

terdapat bukti bahwa peningkatan dosis

aspirin memberikan keuntungan lebih.

Walaupun antiplatelet alternative sering

dipertimbangkan untuk penderita telah

dipelajari nonkardioembolik, tidak ada obat

tunggal atau kombinasi telah dipelajari

dengan baik pada penderita yang telah

menerima aspirin.

.

i. Dislipidemia.

Karakteristik Rekomendasi

* Evaluasi awal (tidak ada PJK)

Page 11: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

- CT <200 mg% & HDL ≥ 35 mg% - Ulangi pemeriksaan CT & HDL

dalam 6 bulan - 1 tahun

- CT <200 mg% & HDL < 35 mg% - Analisis lipoprotein

- CT 200-239 mg% & HDL ≥ 35 mg% - Modifikasi diet, evaluasi ulang

& < 2 faktor resiko PJK 3-6 bulan

- CT 200-239 mg% & HDL < 35 mg% - Analisis lipoprotein

atau < 2 faktor resiko PJK

- CT ≥ 240 mg% - Analisis lipoprotein

* Evaluasi LDL

- Tanpa PJK & < 2 faktor resiko PJK - Turunkan LDL < 160 mg% :

modifikasi diet selama 6 bulan,

terapi obat-obatan bila LDL ≥ 190

mg%

- Tanpa PJK tetapi mempunyai ≥ 2 - Turunkan LDL < 130 mg% :

faktor resiko PJK modifikasi diet selama 6 bulan,

terapi obat-obatan bila LDL ≥ 160

mg%

- Dengan PJK atau penyakit - Turunkan LDL < 100 mg%

aterosklerotik lainnya - Diet selama 6-12 minggu, bila

LDL ≥ 130 mg%, berikan obat-

obatan

   

Sumber : Guideline stroke, 2007.

Daftar makanan yang dianjurkan dan yang sebaiknya dihindari pada dislipidemia :

Page 12: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Makanan yang dianjurkanMakanan yang sebaiknya

dihindari

Daging/ikan Daging muda, daging ayam

tanpa kulit,

Daging berlemak, kulit

ayam/bebek

ikan laut, batasi udang, cumi,

sosis, daging olahan, jeroan,

makanan kaleng.

dibakar/direbus.

Telur Putih telur boleh bebas. Kuning telur 2 btr/minggu.

Lemak/

minyak

Gunakan minyak jagung,

kacang,

Semua minyak/mentega dari

binatang,

bunga matahari, wijen, zaitun. minyak kelapa.

Susu Susu skim, keju rendah lemak.

Susu penuh (full cream), keju

tinggi lemak.

Kacang-

kacangan

Kacang, tahu, tempe, kwaci,

wijen,

Kacang-kacangan kecuali yang

disebut

bunga matahari. sebelah kiri.

Nasi, roti

Semua jenis nasi dan roti yang

tidak

Nasi olahan (kebuli, lemak),

roti isi,

diolah. pastry.

Sayuran Semua jenis tidak terbatas. -

Buah Bebas Batasi alpokat, kelapa, duren.

Sumber : Hiperlipidemia, buku ajar ilmu penyakit dalam, FKUI, 1998.

ii. Obesitas.

Menurunkan berat badan, dengan target BMI < 25 kg/m2.

Garis lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita, dan < 90 cm untuk laki-laki.

Melakukan olahraga teratur.

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobic (jalan cepat, bersepeda,

berenang,dll) secara teratur minimal 30 menit, dan minimal tiga kali per minggu.

Page 13: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

iii. Menghentikan rokok.

Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah, meninggikan

kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah,

meningkatkan hematokrit dan menurunkan HDL dan meningkatkan LDL kolesterol.

Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel.

Perokok pasif, resikonya sama dengan perokok pasif.

iv. Hindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat.

Penyalah gunaan obat seperti kokain, heroin, fenilpropanolamin dan mengkonsumsi

alkohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (alkohol abuse) akan menyebabkan tekanan

darah meningkat, memudahkan terjadinya stroke hemoragik.

v. Tangani stress dan beristirahat yang cukup.

Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.

Mengendalikan stress dengan cara :

o Berpikir positif.

o Bersikap ramah.

o Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

o Mensyukuri hidup yang ada.

Tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah.

vi. Faktor resiko lainnya.

Faktor resiko Rekomendasi

Page 14: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Diseksi arteri Warfarin 3-6 bln atau antiplatelet

Setelah 3-6 bln, terapi antiplatelet jangka panjang layak diberikan pada

penderita

stroke.

Antikoagulan setelah 3-6 bln dipertimbangkan pada penderita dengan

iskemik berulang.

Penderita dengan kejadian iskemik berulang disamping terapi

antitrombolitik

dipertimbangkan untuk terapi endovaskular (stenting).

Penderita yang gagal atau bukan kandidat terapi endovaskular

dipertimbangkan untuk

terapi pembedahan.

 

Patent Foramen Terapi antiplatelet dipertimbangkan untuk mencegah kejadian berulang.

Ovale

Warfarin digunakan untuk pasien dengan resiko tinggi yang mempunyai

indikasi lain

untuk antikoagulan oral seperti pada keadaan hiperkoagulasi atau adanya

venous

trombosis.

Data kurang mencukupi untuk merekomendasikan PFO pada penderita

dengan stroke

yang pertama kali dengan PFO.

Penutupan PFO dipertimbangkan pada penderita dengan stroke

kriptogenik berulang

walaupun mendapat terapi medis.

 

Hiperhomosistei

n

Preparat multivitamin harian standar layak diberikan untuk mengurangi

kadar

homosistein.

Turunkan sampai < 16 umol/L (berikan asam folat 400 ug/hari, B6 1,7

mg/hari, B12

Page 15: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

2,4 mg/hari, diutamakan dalam bentuk sayur, buah-buahan, tumbuhan

polong, daging,

ikan, beras fortified dan biji-bijian.

 

Kondisi Hiper-

Harus dievaluasi adanya trombosis vena dalam, yang merupakan

indikasi untuk

koagulasi

pemberian terapi antikoagulan, tergantung dari kondisi klinis dan

hematologis.

Inherited Penderita harus dievaluasi untuk mekanisme alternatif stroke.

trombophilia

Bila DVT tidak ditemukan, terapi antikoagulan atau antiplatelet jangka

panjang

layak diberikan.

Penderita dengan riwayat trombosis berulang dipertimbangkan

pemberian

antikoagulan jangka panjang.

 

Antipospolipid - Bila APL antibodi (+) terapi antiplatelet layak diberikan.

antibodi sindrom

Penderita stroke dengan kriteria APL antibodi yang sesuai dengan

penyakit oklusi vena

dan arterial pada multipel organ, aborsi berulang, livedo reticularis,

diberikan anti-

koagulan oral dengan target INR 2-3.

 

Sicle cell disease

Penderita dewasa dengan SCD dan stroke, direkomendasikan mendapat

terapi umum

yang dapat diterapkan untuk mengontrol faktor resiko dan penggunaan

anti koagulan.

Terapi tambahan diberikan termasuk transfusi darah untuk mengurangi

HbS dari < 30%

hingga 50% dari total Hb, hydroxyurea atau pembedahan bypass.

 

Page 16: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Cerebral venous

Beralasan diberikan UFH atau LMWH walaupun pada keadaan adanya

infark hemoragik.

sinus trombosis

Dilanjutkan terapi dengan antikoagulan oral diberikan selama 3-6 bln,

diikuti dengan

terapi antiplatelet.

 

Kehamilan

Pada kehamilan dengan stroke dan resiko tinggi tromboemboli seperti

koagulopati

atau katub jantung, mekanik dipertimbangkan :

Penyesuaian dosis UFH selama kehamilan, seperti pemberian dosis

subkutan setiap 12 jam.

dengan monitoring faktor Xa selama kehamilan; atau UHF atau LMWH

hingga minggu

ke 13, diikuti warfarin hingga pertengahan trimester ke 3, kemudian

UHF atau LMWH

diberikan kembali hingga persalinan.

Wanita hamil dengan kondisi resiko lebih rendah dipertimbangkan

diterapi dengan

UFH atau LMWH pada trimester pertama, diikuti dengan aspirin dosis

rendah hingga

akhir kehamilan.

 

Cerebral

Penderita dengan ICH, SAH atau SDH, seluruh antikoagulan dan

antiplatelet harus

hemoragik

dihentikan selama periode akut minimal 1-2 minggu setelah perdarahan

dan efek

antikoagulan diatasi dengan terapi yang sesuai (seperti vit K, FFP).

Penderita yang memerlukan antikoagulan segera setelah perdarahan

serebral,

heparin intravena lebih aman daripada antikoagulan oral.

Page 17: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

Antikoagulan oral dapat dimulai lagi setelah 3-4 minggu, dengan

monitoring ketat dan

pengawasan INR pada batas bawah rentang terapi.

 

Stenosis carotis

Endarterektomi karotis pada stenosis karotis simptomatik berat ( >70-

99%), sangat

direkomendasikan.

Endarterektomi karotis pada stenosis karotis simptomatik berat (50-

69%),

direkomendasikan selektif.

Endarterektomi karotis pada stenosis karotis simptomatis ringan (<50%)

tidak

direkomendasikan.

Stenosis karotis asimptomatik berat (>60%), direkomendasikan selektif.

Pada kondisi tidak dapat dilakukan tindakan operasi atau stenosis karotis

simptomatik

beresiko tinggi maka dapat dilakukan tindakan stenting dan angioplasty

karotis.

 

Kondisi khusus

Antikoagulan tidak dilanjutkan pada SAH setelah ruptur aneurysma jelas

terjadi.

Pasien dengan ICH lobar atau perdarahan mikro dan dicurigai CAA

pada MRI memiliki

resiko tinggi rekurensi ICH bila antikoagulan dilanjutkan.

Penderita dengan infark hemoragik, antikoagulan dapat dilanjutkan,

tergantung pada

 

kondisi-kondisi klinis spesifik dan indikasi yang mendasari untuk terapi

antikoagulan.

Sumber : Guideline stroke, 2007.

Page 18: Pencegahan Stroke Primer. Sekunder. Guidline

vii. Penggunaan antikoagulan setelah perdarahan serebral.

Rekomendasi :

Penderita dengan ICH, SAH, atau SDH, semua antikoagulan dan antiplatelet harus di

stop selama fase akut minimal 2 minggu setelah perdarahan, dan efek antikoagulan

harus diterapi dengan agen yang sesuai seperti vit K, FFA.

Penderita yang memerlukan antikoagulan setelah perdarahan serebral, heparin IV

lebih aman dibanding antikoagulan oral. Antikoagulan oral dapat dilanjutkan setelah

3-4 minggu, dengan monitoring ketat dan pemantauan INR pada batas bawah dari

range terapi.

Kondisi khusus : antikoagulan harus dihentikan setelah adanya SAH sehingga ruptur

aneurisma ditegakkan. Pasien dengan ICH lobar atau perdarahan mikro dan dicurigai

adanya amiloid angiopati pada MRI dapat beresiko tinggi terjadi ICH bila

antikoagulan perlu dilanjutkan. Untuk penderita dengan infark hemoragik,

antikoagulan dapat dilanjutkan, tergantung pada skenario klinis spesifik dan indikasi

yang mendasari pemberian antikoagulan.

Guideline Stroke 2007 (Edisi Revisi) oleh : Perhimpunan Dokter Specialis Saraf Indonesia

( PERDOSSI)

Wahjoepramono EJ. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Pelita Harapan, RS Siloam Gleneagles.

Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa Swara.