Penatalaksanaan Otitis Externa Difusa

Embed Size (px)

Citation preview

PENATALAKSANAAN OTITIS EKSTERNA DIFUSARenold Yurensa, Askaroellah Aboet

PENDAHULUAN Otitis eksterna adalah suatu inflamasi dari kulit pada liang telinga luar, biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri dan atau infeksi jamur dari kulit yang lembab. Banyak faktor berperan, seperti trauma ketika mengorek telinga, perubahan lapisan kulit superfisial, pintu masuk untuk infeksi dapat terjadi, membuat bakteri otitis eksterna penyebab terbanyak penyakit pada liang telinga luar. Kondisi sistemik seperti anemia dan kelainan endokrin terutama diabetes dan banyak jenis dari dermatitis seperti seboroika, psoriasis dan eksema kemungkinan mengurangi resistensi terhadap infeksi pada liang telinga luar yang menyebabkan terjadinya otitis eksterna.1 Perawatan otitis eksterna dapat dilakukan dengan pengobatan topikal walaupun dapat juga menggunakan pengobatan secara sistemik untuk mengobati pasien otitis eksterna. Pada keadaan khusus seperti pasien immunocompromise, pemberian pengobatan berpotensi mencegah penyebaran ke jaringan sekitar.2 Otitis eksterna dapat di klasifikasikan dalam beberapa kategori seperti: otitis eksterna yang terlokalisasi (sirkumskripta), otitis eksterna difusa, otitis eksterna bagian generalisata dari kondisi kulit secara umum, otitis eksterna invasif, otitis eksterna bentuk lain. Otitis eksterna difusa dibagi oleh dua stadium yaitu otitis eksterna akut difusa dan otitis eksterna kronik difusa. Otitis eksterna akut difusa adalah proses infeksi pada liang telinga luar. Hiperestesia regional adalah hasil dari inflamasi kulit pada daerah dengan sedikit jaringan subkutan, glandula sebasea dan apokrin, terutama pada bagian dalam 2/3 dari meatus. Masuknya air ke dalam liang telinga luar adalah penyebab terbanyak terjadinya otitis eksterna yang berhubungan dengan insidensi dan kejadian otitis eksterna, penyakit ini berkisar antara 5% - 10% pada penduduk, kasus otitis eksterna tinggi pada daerah lembab dan musim panas.3 Otitis eksterna kronik difusa memiliki gejala iritasi dan keluarnya cairan dari liang telinga. Dapat terjadi tuli akibat akumulasi debris pada liang telinga luar.4

1

ANATOMI TELINGA Secara anatomi telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.5,6,7 Telinga luar terdiri atas daun telinga ( pinna atau aurikula ) dan liang telinga. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma, benda asing dan efek termal. Telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.7 Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk-lekuk dan ditutupi oleh kulit. Lekuk daun telinga yang utama ialah heliks dan antiheliks, tragus dan antitragus, dan konka. Konka merupakan lekukan menyerupai corong yang menuju meatus. Bagian daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah lobulus. Tulang rawan daun telinga berlanjut menjadi tulang rawan liang telinga luar, merupakan 1/3 dari panjang liang telinga luar dan 2/3 bagian dalam merupakan bagian tulang. Di sebelah medial, liang telinga luar dibatasi oleh membran timpani. Kulit yang melapisi tulang rawan sangat longgar dan mengandung banyak folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea.7

Gambar 1. Daun telinga 8 Liang telinga luar bagian tulang melengkung ke arah anterior dan inferior, dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Bagian tulang membentuk 2/3 bagian dari keseluruhan panjang liang telinga yang rata-rata berukuran 3 cm. Garis tengah saluran bervariasi antara 7 9 mm dengan ukuran vertikal lebih besar. Kulit pada bagian tulang sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat membentuk perios. Gendang telinga dan kulit liang telinga bagian tulang mempunyai sifat membersihkan sendiri2

yang disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epitelium dari membran timpani keluar ke bagian tulang rawan. Migrasi ini agak cepat dekat perlekatan lengan malleus, menjadi lambat secara melingkar dari umbo dan menjadi sangat lambat ketika mencapai liang telinga.7

Gambar 2. Lapisan kulit.8 Kulit terdiri dari lapisan epitel ektodermal yaitu epidermis, dan lapisan jaringan penghubung mesodermal yaitu dermis (gambar 2). Hubungan dermis dan epidermis adalah irreguler, dan tonjolan dari dermis disebut papillae dengan evaginasi dari epidermis disebut epidermal ridges. Dibawah dermis, hipodermis atau jaringan subkutan. Jaringan penghubung berisi sel-sel adiposa yaitu panniculus adiposus. Epidermis sebagian besar terdiri dari stratified squamous keratinized epithelium, tetapi epidermis berisi 3 tipe sel: melanocytes, sel Langerhans, dan sel Merkels. Sel keratinizing epidermal disebut keratinocytes. Keratinocytes membedakan antara kulit yang tebal (glabrous, atau halus dan tidak berambut) dan kulit yang tipis (berambut), dijumpai di tempat lain pada permukaan tubuh. Epidermis terdiri dari 5 lapisan sel-sel yang memproduksi keratin (keratinocytes) yang mengatur :9 1. Stratum basale (stratum germinativum). Terdiri dari lapisan tunggal kolumnar basofil atau sel-sel kuboid pada lamina basalis dari gabungan dermis - epidermis (memisahkan dermis dari epidermis).

3

2. Stratum spinosum. Terdiri dari kuboid, poligonal dengan sentral nukleus dan dengan sitoplasma yang berisi ikatan filamen-filamen. 3. Stratum granulosum. Terdiri dari 3 5 lapisan sel-sel poligonal yang tipis yang berisi nukleus dan sitoplasma, kemudian mengisi granul basofilik yang disebut granul keratohialin. 4. Stratum lusidum. Stratum lusidum lebih terlihat pada kulit yang tipis. Bersifat translusen dan tersusun atas lapisan yang sangat tipis dan sel eusinofilik. 5. Stratum corneum. Terdiri dari 15 20 lapisan yang datar bersifat non nucleated keratinized dimana sitoplasma berisi filamen skleroprotein yaitu keratin. Dermis tersusun dari jaringan konektif yang mendukung epidermis. Ketebalan dermis bervariasi tergantung area dari tubuh, ketebalan maksimum 4 mm pada daerah punggung. Dermis memiliki papil (dermal papillae) terutama pada daerah kulit yang sering mendapat tekanan. Lapisan papillary adalah tipis, tersusun atas jaringan konektif. Ini merupakan bagian utama daripada dermal papillae. Penghubung antara dermal dan epidermal dapat terlihat secara histologi. Lapisan reticular adalah tebal yang terdiri dari jaringan konektif yang irreguler, oleh karena itu banyak terdapat jaringan berupa serat dibandingkan sel yang terdiri dari lapisan papillary.9 Dermis banyak terdapat pembuluh darah dan limfa, dermis berfungsi dalam hal pengaturan temperatur tubuh dan sedikit peranan tekanan darah perifer, juga terdapat persarafan pada dermis. Jaringan subkutan terdiri dari jaringan konektif yang mengikat kulit bagian dalam. Pada jaringan subkutan berisi sel lemak yang jumlahnya tergantung pada area tubuh.9 Kulit dari kanalis kartilaginous berisi banyak sel-sel rambut dan kelenjar sebasea serta kelenjar apokrin seperti kelenjar serumen. Berturut-turut, ketiga struktur adneksa ini memberikan fungsi perlindungan dan ini disebut dengan apopilosebaseus. Sekresi kelenjar dengan pergantian kulit epitel skuamous ke dalam bentuk lapisan asam dari serumen, salah satu pelindung primer terhadap infeksi dari liang telinga. Invaginasi dari lapisan epidermis pada dinding luar dari folikel rambut, dan bentuk tangkai rambut pada dinding dalam. Kanalis folikularis adalah ruang antara kedua struktur ini. Alveoli dari kelenjar sebasea dan4

apokrin kosong karena duktus ekskretori kaku dan pendek, kemudian dialirkan ke dalam kanalis folikularis. Sumbatan dari beberapa duktus menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi.9 Hubungan antara liang telinga dengan struktur di sekelilingnya mempunyai arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Infeksi pada liang telinga bagian tulang rawan memungkinkan infeksi meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan sebaliknya. Pada ujung medial dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang memisahkan lumen liang telinga dan epitimpani. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.7,10

Gambar 3. Bagan telinga.8 Pada liang telinga luar normalnya steril atau berisi Staphylococcus albus, juga terdapat Staphylococcus aureus atau Streptococci. Pada otitis eksterna mikroorganisme sering bercampur, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif seperti Pseudomonas dan Proteus. Infeksi liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi oleh kondisi host misal adanya trauma lokal, dermatitis dan perubahan pH pada liang telinga.11

5

PENDARAHAN Pendarahan liang telinga luar berasal dari cabang arteri aurikular posterior, cabang dari arteri karotid eksternal atau arteri oksipital. Arteri temporal superfisial juga memperdarahi permukaan lateral dari aurikula. Pengaliran darah vena berkaitan dengan pengaliran darah dari arteri. Aliran limfatik bervariasi tetapi pada umumnya aliran konka dan meatus menuju preauricular dan infraauricular nodes. Kanalis auditori eksternal mengalir ke mastoid dan infraauricular nodes.12

Gambar 4. Arteri yang mendarahi kepala dan leher.8 PERSARAFAN Daun telinga dan liang telinga luar menerima cabang-cabang sensoris dari cabang aurikulotemporal saraf ke-5 di bagian depan, di bagian posterior dari nervus auricula mayor dan minor, dan cabang-cabang nervus glossofaringeus dan vagus. Stimulasi saraf ini akan menyebabkan refleks batuk bila telinga luar dibersihkan. Liang telinga bagian tulang sebelah posterior superior disarafi oleh cabang sensorik nervus fasial.7

KLASIFIKASI Klasifikasi otitis eksterna berdasarkan luasnya lesi (tabel 1).4 Tabel 1. Klasifikasi otitis eksterna.4 Klasifikasi 1. Terlokalisasi (furunkulosis) 2. Otitis eksterna difusa6

Subklasifikasi

Idiopatik.

Traumatik. Iritan. Alergi. Bakteri/jamur. Faktor iklim/lingkungan. 3. Bagian dari kondisi-kondisi kulit pada umumnya. Dermatitis seboroika. Dermatitis alergi. Dermatitis atopi. Psoriasis. 4. Invasif (granulomatosa / nekrotising / maligna). 5. Lain-lain (keratosis obturans)

DEFENISI Otitis eksterna difusa adalah infeksi bakteri pada liang telinga yang disebabkan oleh rusaknya kulit pada liang telinga/berkurangnya produksi serumen sebagai pelindung liang telinga dari kelembaban dan temperatur yang tinggi, biasanya dikenal sebagai Swimmers ear. Trauma ketika membersihkan liang telinga dengan kuku jari atau kapas pengorek telinga diketahui sebagai faktor lokal penyebab otitis eksterna difusa yang paling sering terjadi.13

STADIUM Stadium otitis eksterna difusa terdiri dari 2 stadium :4 1. Stadium akut. Rasa tidak nyaman hingga nyeri didalam dan sekitar liang telinga yang sesuai dengan pergerakan dari rahang. Dalam kasus berat terdapat pembengkakan di sekitar jaringan lunak dan bagian luar dari aurikula. Pada pemeriksaan, kulit dari liang telinga berwarna merah, edema dan sangat sensitif. Dijumpai nanah pada liang telinga dan sebagai perkembangan penyakit dari deskuamasi epitel pada liang telinga yang terbentuk dari massa debris seperti keju didalam liang telinga serta membran timpani sering tidak jelas terlihat.47

2. Stadium kronis. Gejala stadium kronis adalah iritasi dan keluarnya cairan dari telinga. Dapat terjadi tuli sebagai hasil dari akumulasi debris pada liang telinga. Tidak ada rasa sensitif pada liang telinga tetapi terjadi penebalan pada kulit liang telinga serta lumen liang telinga yang menyempit.4

KEKERAPAN Insidensi otitis eksterna difusa tinggi pada daerah tropis dan sub tropis dengan kelembaban yang tinggi dan pada daerah ini keluhannya sering lebih berat dengan angka kekambuhan yang lebih sering. Banyak faktor yang melibatkan serangan dari otitis eksterna difusa tetapi infeksi diduga menjadi faktor sekunder dari trauma kulit liang telinga luar. Jika stratum corneum dari kulit liang telinga luar mengalami trauma, infeksi dapat masuk.11 Di poliklinik THT-KL FK USU / RSUP H. Adam Malik selama Januari sampai Desember 2011 adalah sebanyak 33 penderita otitis eksterna difusa dengan persentase lakilaki 14 orang (42,4%) dan perempuan 19 orang (57,6%).

ETIOLOGI 1. Idiopatik. Dalam banyak kasus, tidak ada alasan yang jelas mengapa otitis eksterna difusa terjadi karena itu kemungkinan menjadi faktor idiopatik. Otitis eksterna difusa disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor-faktor yang saling berkaitan hingga menimbulkan kerusakan, pada beberapa penyebab yang tidak diketahui, mekanisme pertahanan kulit secara alami dan pada keadaan tertentu kelenjar sebasea dan kelenjar serumen mensekresi lipid menutupi epitel skuamous dari meatus.4 2. Trauma. Trauma merupakan penyebab umum disebabkan oleh garukan karena gatal pada telinga dengan apapun yang dapat digunakan ( kuku jari, batang korek api, kertas, kep rambut dan pengorek telinga ). Meskipun memberikan kepuasan pada penderita, yang

8

dapat melukai kulit, misalnya terjadi infeksi sekunder. Pada keadaan lain juga menyebabkan iritasi atau reaksi alergi.4,13 3. Iritasi. Bahan kimia saat dipakai ke kulit menyebabkan iritasi yang kemudian menimbulkan reaksi alergi. Perbedaan antara kedua reaksi ialah terjadi jika pemakaian dari bahan iritan secara lama dan pada konsentrasi yang cukup tinggi. Reaksi iritasi lebih berat pada permukaan kulit yang lembab dan mekanisme pertahanan secara alami terganggu. Reaksi alergi hanya terjadi pada beberapa individu dengan munculnya reaksi hipersensitivitas tipe 4 setelah periode sensitisasi terhadap alergen. Zat iritan sering kali masuk ke dalam telinga setelah periode sensitisasi terhadap alergen.4 4. Alergi. Pada kebanyakan alergi antibiotik (misalnya: neomisin, framisetin, gentamisin, polimiksin), antibakterial (misalnya: clioquinol) dan anti histamin. Bahan sensitif lainnya yang sering dipakai untuk menggaruk telinga seperti bahan-bahan dari logam, kertas dan kep rambut. Sebagai tambahan, reaksi alergi dapat disebabkan oleh kuku jari, kosmetik dan ramuan obat-obatan rambut.4 5. Bakteri Bakteri yang umumnya menyebabkan otitis eksterna akut difusa adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococci, Streptococci dan Bacillus gram negatif.4,14 Untuk infeksi yang ringan atau tidak mengalami komplikasi, kultur mikroorganisme pada liang telinga tidak dilakukan, karena biasanya menunjukkan pertumbuhan pola kuman yang beragam. Untuk infeksi yang berat, kultur diperlukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang dominan dan membantu dalam pemilihan terapi antibiotik.14 6. Faktor iklim/lingkungan. Faktor resiko yang paling sering menyebabkan terjadinya otitis eksterna adalah yang bekerja pada daerah dengan iklim panas dan lembab dibandingkan yang bekerja pada iklim yang dingin. Terdapat beberapa hal yang berpotensi menyebabkan terjadinya otitis eksterna, seseorang yang berenang pada cuaca yang panas, menyebabkan mekanisme pertahanan kulit liang telinga terganggu, telinga menjadi basah yang dapat9

menimbulkan iritasi dan erupsi disebabkan oleh adanya zat kimia didalam kolam renang.4

PATOLOGI Secara dasar patologi dari otitis eksterna difusa adalah dermatitis (eksema) pada kulit, dan otitis eksterna difusa dibedakan secara histologi antara tipe klinis atau etiologi.4 Ada beberapa stadium selama lesi dijumpai. Pertama, stadium akut dengan hiperemia dan edema interseluler (spongiosis). Edema meningkatkan pembentukan vesikel-vesikel kecil yang berisi cairan serosa didalam beberapa sel-sel inflamasi. Pada stadium lanjut, vesikelvesikel ruptur dan cairan serosa keluar ke permukaan kulit. Perbedaan antara stratum granulosum dan corneum adalah hilangnya produksi sel-sel keratotic nucleated (parakeratosis) yang berguguran. Walaupun kondisi ini biasanya reversible tetapi dapat menjadi fibrotik kronis fase indurasi.4 Perlindungan liang telinga dari infeksi dengan membuat lapisan pelindung berupa serumen, yang menghasilkan suasana asam dan kaya akan lisosim. Ketika produksi serumen berkurang menghasilkan pertumbuhan bakteri, yang dapat menyebabkan retensi cairan dan debris yang berlebihan, menjadikan lingkungan yang ideal untuk tumbuhnya bakteri. Hal ini dapat terjadi bila liang telinga sering terpapar oleh air seperti pada perenang dan penyelam. Trauma lokal oleh benda asing pada telinga dapat menyebabkan infeksi di dalam liang telinga. Infeksi menjadi nyata, terjadi maserasi dan inflamasi lokal, yang menyebabkan timbulnya gejala penyakit.15 Gejala dan tanda penyakit muncul setelah 3 bulan atau lebih yang mengindikasikan terjadinya otitis eksterna kronik. Meskipun otitis eksterna kronik merupakan hasil dari otitis eksterna akut yang pengobatannya tidak adekuat, biasanya otitis eksterna kronik berasal dari infeksi non bakteri. Penyebab umum otitis eksterna kronik adalah dermatitis kontak dari benda-benda seperti : anting-anting logam, zat kimia didalam kosmetik dan sampo, alat bantu dengar atau alat pelindung telinga yang terbuat dari plastik. Kondisi-kondisi kulit pada umumnya seperti dermatitis atopik (misal : eksema) atau psoriasis menjadi sulit untuk diobati karena berdekatan dengan liang telinga.16

10

GEJALA DAN TANDA KLINIS Rasa gatal dijumpai pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri, pada infeksi jamur dan semua bentuk otitis eksterna kronis. Rasa nyeri adalah gejala umum yang berhubungan dengan infeksi bakteri. Rasa nyeri yang hebat bila daun telinga atau tragus dilakukan manipulasi. Rasa penuh pada telinga dan berkurangnya pendengaran dapat dijumpai pada beberapa kasus otitis eksterna difusa dengan akumulasi debris pada liang telinga. Otorrhea adalah gejala umum dari infeksi bakteri.17 Gejala klinis penderita otitis eksterna difusa adalah :18 1. Rasa gatal pada telinga. 2. Rasa tidak nyaman pada telinga (aural fullness). 3. Otalgia. 4. Keluarnya cairan dari telinga (pada awalnya cairan jernih dan tidak berbau, tetapi secara cepat berubah menjadi purulen serta cairan yang berbau). 5. Pendengaran yang berkurang. 6. Tinitus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai :18 a. Rasa nyeri pada tragus bila dilakukan manipulasi. b. Eritema dan edema pada liang telinga luar. c. Cairan purulen. d. Eksema pada daun telinga. e. Pada kasus berat, infeksi dapat meluas ke sekitar jaringan lunak, termasuk glandula parotis.

11

DIAGNOSIS 1. Inspeksi. Dijumpai adanya pembengkakan difusa kulit liang telinga luar disertai adanya akumulasi debris dan sekresi pada liang telinga. Sekresi pada liang telinga awalnya keruh kemudian menjadi kuning kehijau-hijauan. Rasa nyeri yang hebat bila daun telinga ditarik ke belakang dan ke atas. Kulit pada sebagian tulang liang telinga dan membran timpani tidak mengalami inflamasi, tetapi terdapat kesulitan untuk menilai rasa nyeri secara umum dan mengurangi pembengkakan pada liang telinga (gambar 5).19

Gambar 5. Otitis eksterna difusa.19 2. Mikroskop telinga. Dilakukan anestesi lokal dengan kapas yang direndam lidokain 4% ditambah dengan adrenalin 1:1000 yang diletakkan pada liang telinga, inspeksi dengan spekulum telinga dibawah mikroskop telinga dan bersihkan liang telinga dengan alat penghisap memakai kanul.19 3. Pemeriksaan bakteriologi. Mengidentifikasi mikroorganisme patogen.19 4. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kadar gula darah untuk menyingkirkan diabetes.19

12

Gambar 6. Otitis eksterna difusa.8 Untuk menegakkan diagnosis yang tepat dari infeksi liang telinga luar, menilai respon klinis terhadap pengobatan dan membersihkan liang telinga. Pemeriksaan dengan otoskop dilakukan untuk pemeriksaan yang cepat tetapi pemeriksaan yang baik untuk telinga dengan memakai mikroskop telinga.14 Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sekret telinga dilakukan untuk menentukan jenis kuman yang biasa berperan pada otitis eksterna akut difusa adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan kadang-kadang Staphylococcus albus, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes dan kultur juga diperlukan untuk pemilihan antibiotik yang sesuai terhadap kuman tersebut.14

DIAGNOSA BANDING Diagnosa banding untuk otitis eksterna difusa antara lain adalah : 1. Otitis eksterna sirkumskripta (Furunculosis). Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai folikulitis kemudian meluas menjadi furunkel. Organisme penyebab biasanya Staphylococcus. Umumnya kasus ini disebabkan oleh trauma garukan pada liang telinga. Kadangkadang furunkel disebabkan oleh tersumbat serta terinfeksinya kelenjar sebasea di liang telinga, sehingga frekuensi penyakit ini meningkat dalam musim panas.7 2. Otomikosis. Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi, yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergillus. Kadang-kadang juga ditemukan13

kandida albikan atau jamur lain. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.6 3. Otitis eksterna maligna. Necrotizing atau otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang meluas sampai ke dalam liang telinga luar hingga ke jaringan lunak disekitarnya. Otitis eksterna maligna melibatkan mastoid atau tulang temporal, kartilago, pembuluh saraf dan darah. Mikroorganisme yang paling sering terdapat pada otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa. Otitis eksterna maligna harus dicurigai ketika nyeri tidak sesuai dengan keluhan, dijumpai adanya nekrosis kulit liang telinga atau granulasi, fasial paralisis, vertigo, atau tanda-tanda meningeal.20

PENATALAKSANAAN Setelah liang telinga dibersihkan, kain kassa atau cotton bud dengan pemberian larutan alkohol 70% dan steroid (seperti : larutan Volon atau Kenacort- A tincture atau betametason plus natrium sulfasetamid) dimasukkan ke dalam liang telinga. Kain kassa diletakkan di liang telinga selama 2 3 hari dan dipakai tetes telinga hingga beberapa kali sehari. Setelah inflamasi pada liang telinga berkurang, kain kassa yang diolesi krem antibiotik atau antimikotik dengan steroid dimasukkan ke dalam liang telinga dan dibiarkan selama 1 - 2 hari. Kepada penderita diberitahukan agar tidak mengorek telinga selama masa pengobatan. Tetes telinga antibiotik dengan steroid dapat digunakan tetapi kelemahan dari penggunaan dari antibiotik dengan steroid menyebabkan pertumbuhan dari jamur (otomikosis). Setelah edema liang telinga berkurang, pemberian zat pengering topikal seperti larutan Castellani, gentian violet atau iodopovidone dapat digunakan. Pemberian antibiotik oral diindikasikan hanya pada kasus otitis eksterna berat dengan selulitis atau limfadenitis, dan pada penderita diabetes. Pemberian analgetik oral juga diperlukan.19 Pengasaman liang telinga bersifat toksik untuk berbagai jenis bakteri (termasuk Pseudomonas) dan jamur, dan efektif untuk pengobatan berbagai infeksi dini. Larutan asam asetat (Vosol) atau asam asetat dengan aluminium asetat (Domeboro) juga dapat digunakan. Larutan bersifat asam juga dapat dipakai sebagai profilaksis untuk penderita yang beresiko, seperti sesudah berenang. Alat pengering telinga yang diatur pada suhu rendah dapat dipakai untuk mengeringkan liang telinga secara hati-hati.1714

Tetes telinga antibiotik untuk pengobatan utama otitis eksterna, idealnya tetes telinga memiliki hal-hal berikut ini :17 1. Spektrum luas untuk bakteri patogen. 2. Bersifat asam. 3. Tidak bersifat ototoksik, yang mana penting untuk kasus-kasus membran timpani perforasi. 4. Tidak menimbulkan reaksi alergi. 5. Tidak menyebabkan terjadinya pengendapan bila diteteskan. 6. Harga yang murah. 7. Mengurangi edema dan rasa nyeri lebih cepat dengan steroid.

Tidak ada obat-obatan tetes telinga yang memiliki semua kriteria seperti yang tersebut diatas. Dalam beberapa tahun, pengobatan utama adalah kombinasi larutan polimiksin, neomisin, dan hidrokortison (PNH) (Cortisporin). Kombinasi ini tersedia dalam bentuk larutan dan suspensi. Polimiksin efektif untuk Pseudomonas, polimiksin dan neomisin juga efektif untuk S.aureus dan mikroorganisme gram negatif lainnya.17 Antibiotik kuinolon juga tersedia untuk tetes telinga dan mata. Tetes telinga dan mata berisi zat tunggal yang efektif untuk bakteri patogen, dengan tanpa resiko terjadinya dermatitis kontak atau ototoksik. Ofloksasin (Floksin) tersedia untuk pengobatan penyakit telinga luar dan tengah dan sama efektif dengan pemakaian PNH. Kelemahan utama dari ofloksasin adalah bekerja pada pH netral (6,2 - 6,8), tidak dijumpai pada steroid dan mahal. Siprofloksasin juga tersedia dalam bentuk tetes telinga yang dikombinasikan dengan hidrokortison dan sebagai formulasi kombinasi baru yang lebih poten dari deksametason (Cipro HC dan Ciprodex). Larutan ini bersifat asam dan berisi steroid. Hidrokortison dalam Cipro HC meninggalkan endapan dalam liang telinga, kedua obat tetes tersebut mahal.17

KOMPLIKASI Komplikasi otitis eksterna difusa : 1. Perikondritis dan kondritis. Perikondritis, inflamasi dari perikondrium, dan kondritis , inflamasi dari kartilago, merupakan komplikasi dari infeksi pada liang telinga luar atau hasil dari trauma yang tidak disengaja atau trauma akibat pembedahan pada daun telinga.15

Gambaran klinis rasa nyeri, dan penderita sering mengeluhkan rasa gatal yang hebat di dalam liang telinga. Seiring berjalannya waktu, kulit pada daerah yang terinfeksi menjadi krusta dengan debris, dan melibatkan kartilago. Dapat dijumpai pembengkakan dan kemerahan pada telinga, sering dijumpai pembengkakan pada liang telinga.14

Gambar 7. Perikondritis.19 2. Selulitis. Selulitis dari telinga secara khas merupakan hasil dari perluasan otitis eksterna atau luka tusuk. Selulitis berbeda dengan perikondritis oleh pembengkakan yang minimal. Manifestasi selulitis sebagai eritema pada telinga. Pengobatan selulitis dengan antibiotik antistaphylococcal sistemik.17

Gambar 8. Selulitis.21 3. Erisipelas. Erisipelas adalah infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus pada kulit yang menyebabkan kemerahan, edema dan erupsi dengan batas tepi yang jelas. Daun telinga menjadi merah dan bengkak dan penyebaran infeksi ke dalam kulit dari wajah yang biasanya ditandai oleh gejala sistemik dengan temperatur yang tinggi dan nadi yang cepat.416

Gambar 9. Erisipelas.19

PROGNOSIS Pada banyak pasien otitis eksterna difusa memberikan hasil yang baik dalam 48 - 72 jam setelah pemberian antibiotik. Bila pengobatan tidak memperlihatkan perbaikan dalam 2 3 hari harus dilakukan evaluasi kembali dengan cepat tentang diagnosa penyakit penderita oleh dokter. Penyembuhan otitis eksterna difusa pada eksema terjadi dengan mengontrol kondisi kulit yang sehat.15

KESIMPULAN Otitis eksterna difusa adalah infeksi bakteri pada liang telinga yang disebabkan oleh rusaknya kulit pada liang telinga/berkurangnya produksi serumen sebagai pelindung liang telinga dari kelembaban dan temperatur yang tinggi, biasanya dikenal sebagai Swimmers ear. Trauma ketika membersihkan liang telinga dengan kuku jari atau kapas pengorek telinga diketahui sebagai faktor lokal penyebab otitis eksterna difusa yang paling sering terjadi. Bakteri yang umumnya menyebabkan otitis eksterna difusa adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococci, Streptococci dan Bacillus gram negatif. Untuk infeksi yang ringan atau tidak mengalami komplikasi, kultur mikroorganisme pada liang telinga tidak dilakukan, karena biasanya menunjukkan pertumbuhan pola kuman yang beragam. Untuk infeksi yang berat, kultur diperlukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang dominan dan membantu dalam pemilihan terapi antibiotik.

17

Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi. Pengobatan otitis eksterna difusa secara medikamentosa. Prognosis penyakit ini tergantung pada perawatan medis yang baik dan kepatuhan pasien serta meminimalisasi trauma pada liang telinga dan pencegahan terpapar oleh air dengan memakai pelindung telinga selama berenang atau mandi.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Nogueira JCR, Diniz MFFM, Lima EO, Lima ZN, Identification and antimicrobial susceptibility of acute external otitis microorganisms, Original article, Brazilian journal of Otorhinolaryngology, July/August 2008, Pubmed central, Available from URL : www.scielo.br/pdf/rboto/v74n4/en_a07v74n4.pdf 2. Sander R, Otitis externa : A practical guide to treatment and prevention, Practical therapeutics, American family physician, Vol. 63, Number 5, March 1, 2001, Proquest medical library, Available from URL :

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=69861024&SrchMode=1&sid 3. Callejo FJG, Martinez NM, Achiques MT, Tobias NC, Elena MJM, Algara JM, Considerations on acute otitis externa for its optimized treatment, Original article, Acta Otorhinolaryngology Espanola, February 2009, Pubmed central, Available from URL : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term 4. Wright D, Diseases of the external ear, In : Scott-Browns Otolaryngology, 6th edition, Oxford Boston Johannesburg, Elsevier, 1997, pg : 3/6/1 19. 5. Liston SL dkk, Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga, Dalam: Boeis buku ajar penyakit THT, Edisi 6, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, 1997, hal : 27 -38. 6. Sosialisman dkk, Kelainan telinga luar, Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan THT-KL, Edisi 6, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 2007, hal : 58 61. 7. Austin DF, Anatomi dan embriologi telinga, h : 101 51, Penyakit telinga luar, Dalam: Penyakit THT-KL, John Jacob Ballenger, Edisi 13, jilid 2, Binarupa aksara, Jakarta, 1997, hal : 332 48. 8. Human being sense organ hearing (picture), Available from URL :

www.virtualmedicalcentre.com 9. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO, Skin, In : 1989 Basic histology, 6th edition, Prentice-Hall International Pub, United States of America, 1989, pg : 354 67. 10. Wareing MJ, Lalwani AK, Jackler RK, Development of the ear, In : Head & Neck Surgery Otolaryngology, 4th edition, Vol. 2, Lippincott Williams & Willkins, Philadelphia, 2006, pg : 1869 73. 11. Yanagisawa E, Kmucha S, Diseases of the external and middle ear, In : Text book of Otolaryngology Head and Neck Surgery, 8th edition, Elsevier, 2003, pg : 63 - 76.

19

12. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ, Anatomy and embriology of the ear, In : Text book of Otolaryngology Head and Neck Surgery, 8th edition, Elsevier, 2003, pg : 1 26. 13. Ong YK, Chee G, Infections of the external ear, Review article, Annals academy of medicine, Vol. 34, No. 4, May 2005, Pubmed central, Available from URL : www.pubmed.com 14. Linstron CJ, Lucente FE, Infection of the external ear, In : Head and Neck Surgery, Otolaryngology, 4th edition, vol.2, Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins, 2006, pg : 1987 2000. 15. Lee S, Rosh AJ, Otitis externa, Article, eMedicine Emergency Medicine Ear Nose and Throat, Apr 20, 2010, Available from URL :

www.emedicine.medscape.com/article/763918 16. Osguthorpe JD, Nielsen DR, Otitis externa : Review and clinical update, American Academy of Family Physicians, 2006, Available from URL : www.aafp.org/afp 17. Guss J, Ruckenstein MJ, Infections of the external ear, In : Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery, 5th edition, vol.2, Mosby Elsevier, 2010, pg : 2979 - 87 18. Garry JP, Otitis externa, Article, Department of family & community medicine, University of Minnesota Medical School, Feb 28, 2010, Available from URL : www.emedicine.medscape.com/article/84923-clinical 19. Iurato S, Diseases of the auricle and of the external auditory canal, In : European manual of medicine Otorhinolaryngology, Head & Neck Surgery, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2010, pg : 43 54. 20. Handley RT, Otitis externa : treatment is easy, but a missed diagnosis can be fatal, CME, JAAPA, February 2009, Available from URL : www.jaapa.com 21. Adult male ear (rash, growth, or disease) (picture), Available from URL : www.skinsight.com/images/dx/webAdult/cellulitis_6635_med.jpg

20