Upload
icutms
View
661
Download
99
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
1/21
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN MYOKARD INFARK (MI)
I. PENDAHULUAN
A. Definisi
Miokard Infark/ Myocard Infarc (MI) dikenal juga dengan suatu serangan jantung (heart attack) merupakan keadaan nekrosis atau matinya otot
jantung akibat sumbatan berupa bekuan darah pada arteri coronaria (Kulick Daniel dan Lee Dennis, 2010). Sumbatan pada arteri koronaria
mengganggu aliran darah dan oksigen ke otot jantung sehingga menyebabkan injuri pada otot jantung. Jika aliran darah ke otot jantung tidak
lancar dalam 20 sampai 40 menit, akan terjadi kematian jantung ireversibel. Selanjutnya otot jantung akan mati dalam enam sampai delapan jam
yang menyebabkan serangan jantung (heart attack). Otot jantung yang mati akhirnya digantikan oleh scar tissue.
Dalam pemahaman yang serupa Fenton, Drew (2009) mendefinisikan miokard infark sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan olehketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan kebutuhan dari miokardium. Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa miokard infark
adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung.
B. Prevalensi
Miokard Infark merupakan bagian dari jenis penyakit jantung iskemik yang paling sering terjadi di negara industri. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 1,5 juta orang menderita miokard infark per tahun, dengan kematian sekitar 500.000. Pada kasus yang fatal, hampir separuh pasien
meninggal sebelum sampai ke rumah sakit (Kumar, Cotran, Robbins, 2007). Di tanah air Indonesia angka kejadian penyakit jantung secara umum
terus meningkat. Bahkan pada tahun 2000, penyakit jantung telah menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia (Ulfah Anna, 2000).
Insiden miokard infark meningkat sesuai penambahan usia, dan lebih sering pada usia lebih dari 45 tahun. Kumar, Cotran, Robbins (2007)
mengatakan bahwa laki-laki memiliki kemungkinan terkena miokard infark empat sampai lima kali dibandingkan perempuan.
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Fenton Drew (2009), penyebab yang paling sering dari miokard infark adalah plak atherosclerosis pada arteri koronaria diikuti spasme
arteri dan pembentukan thrombus. Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher (2010) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor resiko utama
yang berkaitan dengan perkembangan kondisi aterosklerotik arteri koroner yakni ; level kolesterol darah yang tinggi (hyperlipidemia), diabetes
mellitus, hipertensi, perokok, jenis kelamin pria dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
D. Patogenesis
Nekrosis mikardium dimulai 20 sampai 40 menit oklusi arteri koronaria, dan dimulai pada regio endokardium. Dalam keadaan normal region ini
merupakan bagian yang paling terakhir menerima darah dari cabang arteri koronaria epikardium. Zona nekrosis meluas ke arah eksternal dalam
beberapa jam kemudian sehingga mengenai daerah mid- dan sub- epikardium miokardium. Infark biasanya mencapai ukuran penuh dalam tiga
sampai enam jam. Seiring dengan waktu, gelombang kematian sel bergerak dari daerah sub endokardium ke seluruh ketebalan ventr ikel (Kumar,Cotran, Robbins, 2007).
Ukuran infark dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum, oklusi segmen arteri koronaria yang lebih proksimal menimbulkan infark yang
lebih besar, mengenai seluruh ketebalan miokardium. Sebaliknya, thrombus di cabang arteri yang lebih distal cenderung menyebabkan infark
yang lebih kecil (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).
E. Tanda dan Gejala
Menurut Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher (2010), beberapa karakteristik gejala pada kondisi miokard infark adalah :
- Nyeri dada substernum.
Nyeri ini digambarkan seperti ditekan (pressure sensation), terasa penuh (fullness), sesak atau diremas-remas (squeezing sensation). Nyeri dapat
dirasakan menyebar ke leher, rahang, epigastrium, bahu, lengan kiri dan bagian punggung.
- Dyspnea
- Ketidaknyamanan pada epigastrium (mual) tanpa dan disertai muntah
- Berkeringat (diaphoresis)
- Merasa lemah dan pingsan
Pada sekitar 50% pasien, miokard infark didahului oleh serangan-serangan angina pectoris. Namun berbeda dengan nyeri pada angina pectoris,
nyeri pada miokard infark biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari. Sebagian kecil pasien miokard infark tidak merasakan nyeri dada.
Miokard infark silent ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus, hipertensi serta pada pasien berusia lanju t (Kumar, Cotran,
Robbins, 2007).
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
2/21
F. Pemeriksaan dan Diagnosis
Dalam mengidentifikasi kondisi miokard infark diperlukan beberapa pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Fisik, Elektrokardiografik (EKG) dan Tes
Darah melalui Laboratorium.
1. Pemeriksaan Fisik (Baliga dan Julian, 2005)
- Dalam keadaan akut melalui inspeksi pasien terlihat cemas, sedih dan gelisah
- Pasien merasa nyeri dada
- Sesak napas
- Wajah terlihat pucat dan berkeringat
- Tekanan vena jugularis biasanya normal atau sedikit meningkat pada kondisi akut
- Tachyarrhythmias atau Bradycardia- Tekanan darah biasanya menurun dan akan kembali normal secara perlahan selang 2 sampai 3 minggu. Hipertensi yang sifatnya sementara
(transient hypertension) dapat terjadi akibat nyeri yang intens.
- Bunyi jantung ketiga sering terdengar jika terjadi gagal jantung atau syok
- Bunyi ke empat (atrial sound) dapat didengar pada sebagian besar pasien
- Demam jarang mencapai 38C pada 24 jam awal serangan.
2. Pemeriksaan Elektrokardiografik
Kelainan elektrokardiografik merupakan manifestasi penting pada miokard infark. Elektrokardiografik merekam aktivitas elektrik dari jantung.
Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher (2010) mengungkapkan bahwa kelainan pada miokard infark diantaranya mencakup perubahan
segmen S-T yakni ada tidaknya elevasi, yang dikenal dengan STEMI (ST-elevation MI) dan NSTEMI (non-ST-elevation-MI). Kumar, Cotran, Robbins
(2007) menambahkan bahwa manifestasi kelainan miokard infark pada elektrokardiografi mencakup perubahan gelombang Q dan inversi
gelombang T. Fenton, Drew (2009) menambahkan pemeriksaan penunjang lainnya dalam identifikasi miokard infark yaitu radiografi dada seperti
echocardiografi. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi komplikasi miokard infark seperti insufisiensi valvular, disfungsi ventrikular danpericardial effusion.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium merupakan bagian integral dalam penatalaksanaan klinis pasien yang dicurigai mengidap miokard infark. Berbagai
penanda miokardium yang digunakan untuk memantau miokard infark adalah sebagai berikut :
a) Kreatin kinase (CK) adalah suatu enzim yang terkonsentrasi di otak, miokardium dan otot rangka. Enzim tersebut terdiri dari dua dimer yang
dinamai M dan B. CK-MM terutama berasal dari otot rangka dan jantung; CK-BB dari otak, paru dan banyak jaringan lain; dan CK-MB
terutama dari miokardium, walaupun bentuk ini juga terdapat di otot rangka dalam jumlah bervariasi (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).
Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal CK adalah sebagai berikut :
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/L
Aktivitas CK total mulai meningkat dalam 2 sampai 4 jam setelah onset miokard infark, memuncak pada 24 jam, dan kembali ke normal dalam
waktu sekitar 72 jam. Spesifisitas untuk mendeteksi miokard infark ditingkatkan dengan mengukur fraksi CK-MB. Jumlah CK-MB relative terhadap
CK total jauh lebih tinggi pada miokard infark daripada penyakit lain yang CK-nya meningkat (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).
b) Troponin adalah sekelompok protein yang ditemukan pada otot rangka dan jantung manusia. Protein ini mengendalikan kontraksi otot yangdiperantarai oleh kalsium. Dengan menggunakan pemeriksaan imunologik yang sensitive, dapat dibedakan troponin T (cTnT) dan troponin I
(cTnI) jantung dari troponin yang berasal dari otot rangka (Kumar, Cotran, Robbins, 2007).
Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal troponin adalah < 0,16 g/L.
Setelah miokard infark akut, kadar cTnT dan cTnI meningkat pada waktu yang hampir sama dengan CK-MB. Kadar troponin tetap tinggi selama
empat sampai tujuh hari setelah proses akut.
c) Laktat Dehidrogenase (LD) adalah enzim miokardium lain yang dahulu digunakan secara luas untuk mengevaluasi kasus yang dicurigai miokard
infark. Dengan diperkenalkannya pemeriksaan troponin, pengukuran kadar LD untuk diagnosis miokard infark umumnya ditinggalkan (Kumar,
Cotran, Robbins, 2007). Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal laktat dehidrogenase adalah 80-240 U/L.
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
3/21
d) SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase). Sutedjo, AY (2008) mengungkapkan bahwa selain ketiga unsur di atas, enzim SGOT pada
infark jantung akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian. Selanjutnya enzim ini akan kembali normal
pada hari ketiga sampai hari kelima. Nilai normalnya adalah:
Laki-laki sampai dengan 37 U/L
Wanita sampai dengan 31 U/L
G. Differential Diagnosis
Beberapa differential diagnosis berkaitan dengan miokard infark adalah Aortic Stenosis, Myocarditis, dan Congestive Heart Failure (Fenton Drew,
2009).
H. Komplikasi
Menurut Kulick Daniel dan Lee Dennis (2010), komplikasi yang dapat terjadi akibat miokard infark adalah gagal jantung. Apabila sejumlah besar
otot jantung nekrosis, kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang dan dapat menyebabkan gagal jantung. Komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah ventricular fibrillation. Fibrilasi ventricular terjadi ketika aktivitas elektrik dari kontraksi otot jantung yang normal dan regular
digantikan oleh aktivitas elektrik yang kacau atau semrawut, menyebabkan jantung berhenti berdenyut dan memompa darah ke otak serta
bagian tubuh lainnya.
Dalam wikipedia (2010), komplikasi lain yang dapat terjadi pada kondisi miokard infark adalah myocardial rupture, arrhythmia, pericarditis, dan
cardiogenic shock.
I. Prognosis
Prognosis post miokard infark sangat bervariasi, bergantung pada kesehatan individu, kerusakan jantung yang terjadi dan pengobatan yang
diberikan. Pada periode 20052008 di Amerika Serikat angka kematian pada 30 hari mencapai 16,6%. Salah satu penelitian menemukan bahwa
0,4% pasien yang berisiko rendah meninggal setelah 90 hari dan pasien yang beresiko tinggi sebesar 21,1%. Prognosis memburuk secara
signifikan jika terjadi komplikasi mekanikal seperti rupture dinding miokardial (wikipedia, 2010).
J. Pengobatan
Menurut Fenton, Drew (2009), tujuan pengobatan pada kondisi miokard infark adalah mengembalikan keseimbangan suplai oksigen dan
kebutuhan tubuh untuk mencegah iskemik lebih lanjut, mengurangi nyeri dan pencegahan serta pengobatan komplikasi. Beberapa jenis
pengobatan yang diberikan pada penderita miokard infark adalah :
1. Obat-obatan, antara lain : antikoagulan dan antiplatelet (misalnya : aspirin), nitroglycerin, beta blocker, analgesik (misalnya : morfin sulfat),ACE inhibitor, supplemental oxygen, dan glycoprotein (GP) IIb/IIIa-receptor antagonist.
2. Fibrinolitics Therapy
3. Percutaneous Coronary Intervention (PCI), yaitu pengobatan yang bertujuan melebarkan arteri koronaria yang menyempit tanpa melakukan
operasi. PCI meliputi : balloon catheter angioplasty dan stenting.
4. Surgical Revascularization, yakni pengembalian aliran darah lewat emergency CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
5. Healty Lifestyle (gaya hidup sehat).
K. Fisioterapi
Menurut Thompson, Ann (1991), dalam menyusun program penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi jantung perlu diperhat ikan beberapa hal
penting yaitu : faktor usia, pekerjaan, riwayat penyakit, keadaan mental, keadaan jantung, dan keparahan penyakit.
Tandatanda dan gejala yang perlu perhatian khusus dalam memberikan rehabilitasi pasien gangguan jantung adalah: dyspnea, denyut nadi,
nyeri dada, kelelahan, pusing, kram dan elektrokardiogram yang abnormal.
Halhal yang perlu dinilai selama program latihan terhadap pasien dengan gangguan jantung adalah : tekanan darah, denyut nadi, pernafasan
dan electrocardiogram monitoring.
Mackinnon, Laurel et al. (2003) mengungkapkan bahwa latihan (exercise) yang dilakukan secara teratur memiliki efek positif terhadap fungsi
kardiovaskuler yakni :
- Meningkatkan stroke volume dan ejection fraction
- Meningkatkan fungsi otot jantung dengan mengurangi afterload
- Mengurangi kebutuhan oksigen otot jantung dengan menurunkan tekanan darah dan denyut jantung pada waktu istirahat dan selama latihan
sub maksimal
- Mengurangi viskositas darah dan agregasi platelet
- Meningkatkan kepadatan kapiler pada otot skelet
- Menurunkan sirkulasi catecholamine selama latihan sub maksimal
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
4/21
Secara khusus pada kondisi miokard infark, latihan secara teratur memiliki efek anti trombosis (misalnya menghambat pembentukan bekuan
darah) dengan mengurangi viskositas darah dan menghambat agregasi platelet.
Program fisioterapi dapat dibagi berdasarkan lima masa atau periode yaitu :
1. Complete bed rest sampai hari ke-2
2. Parsial bed rest sampai hari ke-4
3. Di rumah sakit mulai hari ke empat sampai 2 minggu. Total di rumah sakit 2 sampai 3 minggu.
4. Setelah keluar dari rumah sakit (3 - 12 minggu).
5. Rehabilitasi rawat jalan (3 sampai 9 bulan).
Complete Bed Rest
Pada fase ini tujuan penatalaksanaan fisioterapi adalah :
1. Mencegah akumulasi cairan atau lendir pada paruparu.
2. Mencegah deep vein thrombosis.
3. Mengajari dan memotivasi pasien untuk rileksasi.
4. Mencegah pressure sores.
5. Menjelaskan tujuan program latihan aktif.
Tekhnik yang dilakukan adalah :
1. Latihan rileksasi
2. Latihan pernafasan
3. Latihan gerakan pasif
4. Latihan aktif
Contoh program secara sistematis :
1. Rileksasi
Pasien dalam posisi lying atau half lying dan diinstruksikan untuk menekan shoulder ke tempat tidur kemudian kembali ke posisi semula untuk
mendapatkan rileksasi otot-otot shoulder girdle; atau dinstruksikan untuk stretch jari-jari, tangan menekan ke tempat tidur, kemudian kembali
ke posisi semula.
2. Latihan Pernafasan
Bilateral Basal breathing mengajarkan kepada pasien untuk menggunakan basis paru dengan pola respirasi yang normal. Tidak diberikan force
baik pada inspirasi maupun ekspirasi yang dapat meningkatkan beban jantung. Mengajarkan pasien untuk respirasi secara pelan ( tidak diberikanforce) akan meningkatkan oksigenasi darah sehingga menurunkan kebutuhan/permintaan jantung.
3. Gerakan aktif (Posisi lying atau half lying)
a. Jari-jari kaki dan pergelangan kaki ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan.
b. Salah satu kaki berputar ke arah luar dan dalam, 5 kali pengulangan.
c. Ulangi dengan kaki lainnya, 5 kali pengulangan.
d. Jari-jari tangan dilipat dan stretching, 5 kali pengulangan.
e. Pergelangan tangan ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan.
4. Latihan Pernafasan
Anterior basal expansion (Pengembangan bagian anterior basal) dengan pola yang normal, 3 kali pengulangan.
5. Gerakan Pasif (Posisi lying atau half lying)
a. Salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 1 kali pengulangan.
b. Salah satu tungkai diputar ke dalam dan ke luar, 1 kali pengulangan.
c. Salah satu tungkai dibuka ke arah samping kemudian kembali ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai lainnya.
d. Salah satu elbow di bengokkan dan stretching, 1 kali pengulangan.
e. Salah satu lengan membuka ke arah samping kemudian kembali ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada lengan lainnya.
Gerakan ini akan memelihara Range of Motion (ROM) dan dilakukan secara perlahan sejauh ROM yang dapat dicapai pasien.
6. Latihan Pernafasan
Pengembangan bagian posterior basal pada pola yang normal, 3 kali pengulangan.
7. Gerakan Pasif
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
5/21
Pasien dalam posisi terlentang jika memungkinkan, salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan kemudian ulangi dengan
hip dan knee tungkai lainnya.
Gerakan ini bertujuan untuk menjaga sirkulasi dan mencegah deep vein thrombosis.
8. Rileksasi
Dilakukan rileksasi seperti pada awal program. Pada treatment hari ke-2, gerakan pasif dan/atau aktif dapat ditingkatkan dengan 1
repetisi/pengulangan.
Partial Bed Rest
Pasien telah duduk selama 1-2 jam per hari. Makan, membersihkan diri dan penggunaan kamar kecil dibolehkan.
Tujuan Fisioterapi adalah :
1. Mempertahankan kebersihan lapangan paru.
2. Mengajarkan pasien untuk mengenali tanda dan gejala latihan yang berlebihan.
3. Memulai membangun kepercayaan diri pasien.
4. Melatih kesadaran/adaptasi postural.
5. Meningkatkan kekuatan otot tungkai dan trunk.
Contoh Program :
1. Half lying, rileksasi 5 kali pengulangan.
2. Latihan bernafas dengan posterior basal breathing, 3 kali pengulangan.
3. Half lying atau lying, dilakukan plantar dan dorsi fleksi kedua pergelangan kaki secara bergantian 5 kali pengulangan, kemudian memutar
pergelangan kaki 5 kali pengulangan setiap arah, statik kontraksi quadriceps yang ditahan sekitar 5 hitungan dan 3 kali pengulangan, static
kontraksi gluteal yang ditahan sekitar 5 hitungan dan 3 kali pengulangan.
4. Diafragmatik breathing (anterior basal breathing).
5. Duduk, koreksi postur.
6. Duduk, lengan ditekuk , stretching ke atas, ditekuk lagi kemudian stretching ke bawah, 10 kali pengulangan.
7. Half lying, lateral basal breathing.
8. Lying, salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching 3 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai lainnya 3 kali pengulangan. Selanjutnya
buka salah satu tungkai ke samping kemudian kembalikan ke posisi semula 3 kali pengulangan, dan ulangi pada tungkai lainnya.
9. Lying, rileksasi + koreksi postur.
10. Crook lying; kepala dan shoulder menekan ke arah belakang dan ditahan selama 5 hitungan dan 3 kali pengulangan.
Progress Latihan dicapai dengan :
- Menambah 1 repetisi pada tiap jenis latihan.
- Menginstruksikan pasien untuk mengulangi latihan jari-jari dan kaki 4 kali sehari.
- Tambahkan latihan seperti menggerakkan atau memutar trunk dari salah satu sisi ke sisi lainnya.
- Tambahkan berjalan sedikit di sekitar tempat tidur.
Dalam pelaksanaan program, fisioterapis menjelaskan tujuan peningkatan latihan yang diberikan. Sebelum dan sesudah program, pasien
diajarkan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dari latihan yang berlebihan (nyeri dada, kelelahan, pusing dan kram).
Selama di Rumah Sakit
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
6/21
Pasien diijinkan untuk mandi, makan, ke toilet dan mandi dengan pengawasan. Pada fase ini kadang pasien sebaiknya berpakaian seperti pakaian
yang dipakai di rumah setiap hari.
Tujuan fisioterapi adalah:
1. Melanjutkan peningkatan hipertropi otot jantung untuk menguatkan trunk dan otot-otot tungkai.
2. Melanjutkan upaya peningkatan kepercayaan diri pasien.
3. Meningkatkan toleransi latihan.
4. Mengajarkan kesadaran dan kepekaan pada kapasitas latihan.
Contoh Program :
1. Hentikan rileksasi secara formal tapi ingatkan pasien akan kebutuhan merilekskan leher dan shoulder girdle.
2. Hentikan latihan pernafasan secara segmental.
3. Hentikan latihan segmental pada lengan dan tungkai, dan pasien sebaiknya melakukan latihan pada kaki dan pergelangan kaki 2 kali setiap
hari.
4. Stride Standing (Berdiri dengan berpegangan pada kursi atau pinggiran tempat tidur). Hip dan knee ditekuk kemudian distretching, 5 kali
pengulangan.
5. Berdiri, lengan meraih ke depan, ke atas dan ke bawah, 5 kali pengulangan.
6. Berdiri dengan berpegang pada kursi atau pinggiran tempat tidur, salah satu hip dan knee ditekuk kemudian distretching ke belakang, 5 kali
pengulangan dan diulangi dengan tungkai lainnya.
7. Berdiri, pastikan posturnya tegak kemudian berjalan dengan jarak pendek yang secara bertahap ditingkatkan sampai mengelilingi ruangan
atau bangsal rumah sakit, 3 kali pengulangan. Lengan diupayakan bebas bergerak.
8. Duduk, latihan pernafasan secara general, 3 kali pengulangan.
9. Duduk, trunk dibengkokkan dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya, 3 kali pengulangan.
10. Duduk, trunk diputar dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya, 3 kali pengulangan.
11. Setiap latihan ditingkatkan dengan menambah 1 kali pengulangan setiap harinya. Kira-kira pertengahan minggu kedua :
- Berjalan naik dan turun tangga pada 1 anak tangga. Peningkatannya latihan dilakukan pada 2 anak tangga.
- Berpakaian dan berjalan ke taman atau toko yang ada di rumah sakit.
12. Peningkatan kepercayaan diri pasien :
- Pasien merasa lebih sehat sepanjang hari menggunakan pakaian sehari-hari.
- Pasien diijinkan untuk aktivitas seperti pergi ke toko yang ada di rumah sakit, membantu keperluan pasien lainnya.
Pemantauan kapasitas latihan :
Diskusikan dengan pasien indikasi untuk istirahat atau menghentikan latihan bila timbul tanda dan gejala seperti dyspnea, nyeri dada atau sesak,
denyut jantung meningkat dan merasa pusing.
Setelah Keluar Dari Rumah Sakit
Pasien sebaiknya meninggalkan rumah sakit dengan instruksi seorang spesialis kardiologi untuk pengaturan aktivitas di rumah (home
management). Contohnya, pasien disarankan untuk istirahat pada malam hari selama 8-10 jam dan sore hari selama 1-2 jam. Biasanya pasien
disarankan untuk tidak mengendarai kendaraan sebelum 4-8 minggu setelah keluar dari rumah sakit.
Rehabilitasi Rawat Jalan
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
7/21
Rehabilitasi setelah keluar dari rumah sakit biasanya dilakukan secara grup atau aktivitas di gymnasium. Pasien dapat bertemu dengan sesama
penderita dalam grup tersebut.
Tujuan fisioterapi :
1. Meningkatkan toleransi latihan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan diri.
3. Memberikan support dan motivasi.
4. Membantu mengurangi faktor resiko dan kemungkinan berulangnya serangan jantung.
Contoh latihan untuk meningkatkan toleransi latihan dan kepercayaan diri :
1. Dilakukan pemanasan sebelum latihan dengan gerakan seperti :
- Duduk, lengan diayunkan ke depan dan belakang, 10 kali pengulangan.
- Duduk, lutut dibengkokkan dan diluruskan, 5 kali pengulangan setiap tungkai.
- Duduk, trunk diputar ke salah satu sisi dengan gerakan lengan bebas, 5 kali pengulangan untuk setiap sisi.
2. Berdiri, salah satu tungkai diayunkan ke depan dan belakang, 10 kali pengulangan dan diulangi pada tungkai lainnya.
3. Berdiri, trunk dibengkokkan kemudian lengan kanan menyentuh lutut kiri dan kembali ke posisi semula, ulangi dengan lengan kiri menyentuh
lutut kanan, 10 kali pengulangan masing-masing gerakan.
4. Berbaring, hip dan knee secara bergantian dibengkokkan dan diluruskan, 10 kali pengulangan.
5. Duduk berhadapan dengan pasien lainnya kemudian saling melempar dan mengambil bola, dilakukan selama 2 menit.
6. Berdiri, naik dan turun pada stool yang rendah selama 2 menit.
7. Berdiri, lengan distretch ke depan dengan permukaan tangan pada dinding, 20 kali pengulangan.
8. Duduk, berdiri dan duduk kembali, 10 kali pengulangan.
9. Duduk, genggam tongkat dan angkat sampai agak ke belakang dari shoulder kemudian trunk diputar dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya, 10kali pengulangan.
10. Crook lying, pelvis diangkat dan turunkan kembali, 5 kali pengulangan.
Latihan-latihan tersebut hanya membutuhkan peralatan yang sederhana dan dapat diadopsi untuk dijadikan latihan di rumah.
II. PEMBAHASAN KASUS
A. Data Pasien
Data Pasien I
1. Anamnesis
a) Umum
Nama : S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 58 Tahun
Tanggal Masuk : 11 Mei 2010
Diagnosis Klinis : STEMI inferior Killip I onset > 12 jam
b) Khusus
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
8/21
Keluhan utama : Nyeri dada
Riwayat perjalanan penyakit :
Pada saat pasien mencuci mobil tibatiba kepala terasa pusing, disertai dengan nyeri pada dada sebelah kiri seperti tertusuktusuk, menjalar ke
bahu kiri hingga ke siku lengan kiri. Nyeri dada sudah terjadi kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit namun masih bisa ditahan. Empat
hari sebelum kejadian tersebut, pasien pernah merasa pusing dan terjatuh dengan kepala terbentur.
Sebelum masuk rumah sakit, pasien telah diberi obat yang diletakkan di bawah lidah, namun nyerinya tidak berkurang.
Riwayat penyakit sebelumnya adalah pasien mengalami hipertensi, berobat tidak rutin, kebiasan merokok hingga saat ini, pasien tidak mengidap
penyakit DM.
2. Pemeriksaan Vital sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,5C
3. Pemeriksaan EKG
- Sinus Ritme, HR : 100 kali/menit
- Inferior wall MCI dengan Q patologis
- Ischemic high lateral wall
4. Echocardiogram Report
- Fungsi sistolik global + segmental LV menurun EF 55%
- Diskinetik wall motion di midanteroseptal, anterior, hipokinetik inferior, posterior
- MR mild
- AR mild
- TR mild
- Fungsi diastolik cukup
- Trombus (+) di RV
- Efusi pericard kronik minimal
5. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 11 Mei 2010.
Kimia Darah Hasil Nilai Rujukan
CK 707 < 190 u/L
CK-MB 22 < 25 u/L
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
9/21
Trop. T Negatif Negatif
GDS 107 140 mg/dl
Ureum 27 1050 mg/dl
Kreatinin 1,0 < 1,3 mg/dl
HDL 49 > 65 mg/dl
LDL 121 < 130 mg/dl
Trigliserid 132 200 mg/dl
Protein total 4,7 6,6-8,7 gr/dl
Albumin 2,8 3,5-5 gr/dl
SGOT 130 < 38 u/L
SGPT 91 < 41 u/L
Bilirubin direk 0,56 0,30 mg/dl
Bilirubin Total 1,41 1,1 mg/dl
Elektrolit
Na 137 136-147 mmol/L
Kalium 3,7 3,5-5,1 mmol/L
Klorida 103 97-111 mmol/L
Data Pasien II
1. Anamnesis
a) Umum
Nama : M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 tahun
Tanggal Masuk RS : 31 Mei 2010
b) Khusus
Keluhan utama : Nyeri dada
Riwayat perjalanan penyakit :
Nyeri dada dialami pasien sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, hilang timbul dan dirasakan seperti ditekan benda berat. Nyeri berkurang sejak
dirawat di rumah sakit. Pasien juga merasa sesak nafas yang hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu, dan berkurang sejak pengobatan di rumah
sakit. Mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), demam (-), riwayat demam (-), BAK lancar (kateter), BAB biasa, 10 hari belum BAB.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Hipertensi (+), stroke (+) tahun 1995, DM tipe II
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
10/21
SP : GC/CM/SS
Tekanan Darah : 180/90 mmHg
Deyut nadi : 100x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36,9C
EKG (31 Mei 2010) :
- Sinus taki kardi, HR : 102x/menit
Whole anterior et inferior myocardial infarction
- LVH
- High lateral ischemia
A : STEMI whole anterior et inferior onset > 24 jam killip II
Laboratorium (31 Mei 2010) :
Hasil Nilai Rujukan
GDS 151 140 mg/dl
Ureum 47 10-50 mg/dl
Creatinin 1,5 < 1,5 mg/dl
SGOT 28 < 38 u/L
SGPT 43 < 41 u/L
CK 96 < 190 u/L
CK-MB 12 < 25 u/L
Hematologi Rutin (automatic + diff)
WBC 14,1 x 103/L
RBC 5,42 x 106/ L
HGB 15,0 g/dl
HCT 46,5%
PLT 229 x 103/ L
Elektrolit :
Na 140 136-145 mmol/L
K 4,6 3,5-4,1 mmol/L
Cl 102 97-111 mmol/L
Echocardiography (3 Juni 2010)
Discription of wall motion masses valves, pericardium
- Dilatasi LA dan LV
- Kontraktilitas LV , EF 44%
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
11/21
- Hipokinetik general
- Mitral regurgitation trivial
- E/A > 1 pseudonormalisasi
Kesimpulan : Disfungsi sistolik dan diastolik e.c PJK
Data Pasien III
1. Anamnesis
a) Umum
Nama : AH
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 58 Tahun
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 17 Juni 2010
b) Khusus
Keluhan utama : Nyeri dada
Riwayat perjalanan penyakit :
Nyeri dada dialami sejak tanggal 17 Juni 2010 ( 8 jam sebelum dibawa ke rumah sakit). Nyeri terasa tiba-tiba pada waktu pasien hendak
beristirahat. Nyeri yang dirasakan seperti tertekan benda berat. Sebelumnya pasien sudah merasakan nyeri ( 2 bulan sebelumnya) dan hilang
timbul. Nyeri timbul jika pasien berkaktivitas berat dan hilang juka istirahat. Mual (-), muntah (-), keringat dingin (-), sesak napas (-), sesak napas
sebelumnya (+) jika pasien beraktivitas berat. BAK lancar, BAB biasa.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Hipertensi (+) tidak terkontrol, DM tipe 2 disangkal, penyakit jantung sebelumnya disangkal, riwayat merokok disangkal.
2. Pemeriksaan Fisik
SP : GC/CM/SS
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20x/menit
Denyut Nadi : 80x/menit
Suhu : 37C
Kepala : an (-), ikt (-), sianosis (-)
Leher : JVS RcmH2O
Thorax : Cor SI-II regular, bising (-)
Pulmo : Ronchi (-), Wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas
Ekstremitas : Hangat, edema (-), sianosis (-)
3. Elektrokardiografi (17 Juni 2010)
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
12/21
- Sinus ritme, HR : 75 x/menit
- Poor R V1-V3
- RBBB
NSTEMI
4. Foto Thorax (17 Juni 2010)
- Tampak dilatasi vascular suprahilar (cephalization)
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
5. Laboratorium (17 Juni 2010) Hasil Nilai rujukan
CK 728 < 190 u/L
GDS 231 140 mg/dl
Ureum 122 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,3 < 1,3 mg/dl
SGOT 105 < 38 u/L
SGPT 106 < 41 u/L
Cholesterol Total 241 200 mg/dl
HDL 28 > 55 mg/dl
LDL 156 < 130 mg/dl
Asam urat 7,9 3,47,0 mg/dl
TG 181 200 mg/dl
Elektrolit :
Na 137 136-145 mmol/L
K 3,9 3,5-5,1 mmol/L
Cl 105 97-111 mmol/L
Hematologi :
WBC 8,6 x 103/L
RBC 4,08 x 106/ L
HGB 12,6 g/dl
HCT 36,6%
PLT 164x103/ L
Laboratorium (18 Juni 2010)
HBsAg (rapid) Negatif Negatif
Anti HCV (rapid) Negatif Negatif
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
13/21
B. Pembahasan Temuan Laboratorium Pasien
1. CK (Creatin Kinase)
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, CK adalah suatu enzim yang terkonsentrasi di otak, miokardium dan otot rangka. Enzim tersebut terdiri
dari dua dimer yang dinamai M dan B. Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal CK adalah sebagai ber ikut :
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/L
Aktivitas CK total mulai meningkat dalam 2 sampai 4 jam setelah onset miokard infark, memuncak pada 24 jam, dan kembali ke normal dalam
waktu sekitar 72 jam.
Pada pasien I dan III ditemukan nilai CK masing-masing adalah 707 u/L dan 728 u/L. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan nilai CK yang
signifikan dari nilai normalnya. Peningkatan CK merupakan indikator penting adanya kerusakan miokardium. Sedangkan pada pasien II nilai CK
tidak mengalami peningkatan yakni hanya sebesar 96 u/L.
2. CK-MB (Creatin Kinase Label M dan B)
CK-MB merupakan isoenzim yang banyak terdapat pada miokardium. Spesifisitas untuk mendeteksi miokard infark ditingkatkan dengan
mengukur fraksi CK-MB. Jumlah CK-MB relative terhadap CK total jauh lebih tinggi pada miokard infark daripada penyakit lain yang CK-nya
meningkat (Kumar, Cotran, Robbins, 2007). Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal CK-MB adalah kurang dari 10 U/L.
Pada pasien I dan II nilai CK-MB yang ditemukan masing-masing adalah 22 u/L dan 12 u/L. Bila dilihat dari nilai rujukan yang digunakan yaitu
normalnya < 25 u/L, maka tidak ada peningkatan nilai CK-MB pada kedua pasien ini. Sedangkan pada pasien III nilai CK-MB tidak dihitung.
3. Troponin
Troponin adalah sekelompok protein yang ditemukan pada otot rangka dan jantung manusia. Protein ini mengendalikan kontraksi otot yang
diperantarai oleh kalsium. Dengan menggunakan pemeriksaan imunologik yang sensitif, dapat dibedakan troponin T (cTnT) dan troponin I (cTnI)jantung dari troponin yang berasal dari otot rangka (Kumar, Cotran, Robbins, 2007). Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal troponin adalah 55 mg/dl
Wanita dewasa : > 65 mg/dl
Resiko tinggi jantung koroner : < 35 mg/dl
Resiko sedang jantung koroner : 35-45 mg/dl
Resiko rendah jantung koroner : > 60 mg/dl
Pada pasien I dan III ini ditemukan kadar HDLnya masing-masing adalah 49 mg/dl dan 28 mg/dl, nilai yang belum mencapai nilai rujukan atau nilai
normalnya.
8. LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL adalah lipoprotein dalam plasma yang mengandung sedikit trigliserid, fosfolipid sedang, protein sedang dan kolesterol tinggi. Menurut
Sutedjo, AY (2008), nilai normal LDL adalah :
Orang dewasa : < 150 mg/dl
Resiko tinggi jantung koroner : > 160 mg/dl
Resiko sedang jantung koroner : 130-159 mg/dl
Resiko rendah jantung koroner : < 130 mg/dl
Secara klinis LDL merupakan lipoprotein Beta yang mempunyai andil utama terjadinya arterosklerosis dan penyakit arteri koronaria. Pada pasien
ini I ditemukan kadar LDLnya adalah 121 mg/dl, termasuk pada kadar normal. Sedangkan pada pasien III kadar LDLnya adalah 156 mg/dl,
melebihi dari nilai rujukan.
9. Trigliserid
Merupakan senyawa yang terdiri dari 3 molekul asam lemak yang teresterisasi menjadi gliserol, disintesis dari karbohidrat dan disimpan dalam
bentuk lemak hewani. Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal trigliserid adalah :
Dewasa muda : s/d 150 mg/dl
> 50 tahun : s/d 190 mg/dl
Anak : 10-135 mg/dl
Bayi : 5-40 mg/dl
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
15/21
Pada pasien I dan III ditemukan kadar trigliseridnya masing-masing adalah 132 mg/dl dan 181 mg/dl, berada pada rentangan nilai normal
trigliserid.
10. Protein Total
Protein total terdiri dari albumin dan globulin. Pada pasien I ditemukan protein total 4,7 gr/dl, berada pada rentangan nilai rujukan.
11. Albumin
Albumin adalah protein yang larut dalam air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir pada tiap jaringan albumin (C720 H
1134 N 218 S5 O 248), dibuat di hati dan berfungsi utama untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga cairan vascular dapatdipertahankan. Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal albumin adalah :
Dewasa : 3,8-5,1 gr/dl (biuret) atau 52-68% protein total
Anak : 4,0-5,8 gr/dl
Bayi : 4,4-5,4 gr/dl
Bayi baru lahir : 2,9-5,4 gr/dl
Penurunan albumin mengkibatkan keluarnya cairan vascular menuju ke jaringan sehingga terjadi oedema. Pada pasien I ditemukan kadar
albuminnya adalah 2,8 gr/dl, masih masuk pada rentangan nilai rujukan/ normal.
12. SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase)
Adalah enzim transaminase katalisator perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada serum dan jaringan
terutama hati dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi ke dalam serum menunjukkan adanya kerusakan terutama pada jaringan jantung dan
hati. Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali
normal pada hari ke tiga sampai hari ke lima. Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normalnya adalah :
Laki-laki : sampai dengan 37 U/L
Wanita : sampai dengan 31 U/L
Pada pasien I dan III ditemukan nilai SGOTnya masing-masing adalah 130 u/L dan 105 u/L, terjadi peningkatan yang signifikan dari nilai
rujukannya yaitu < 38 u/L. Sedangkan pada pasien II nilai SGOTnya normal yakni 28 u/L.
13. SGPT (Serum Glutamik Piruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah
mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati. Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normalnya adalah :
Laki-laki : s/d 42 U/L
Wanita : s/d 32 U/L
Pada pasien I dan III nilai SGPTnya masing-masing adalah 91 u/L dan 106 u/L , terjadi peningkatan signifikan dari nilai rujukannya yaitu < 41 u/L.
Sedangkan pada pasien II nilai SGPTnya adalah 43u/L.
14. Bilirubin Direk (Terkonyugasi)
Pigmen empedu yang telah diambil oleh hati dan dikonyugasikan menjadi bilirubin diglukoronid yang larut dalam air. Menurut Sutedjo, AY
(2008), nilai norml dalam darah adalah 0-0,25 mg/dl (J&G) atau 1,7-5,1 mmol/L. Pada pasien I ditemukan nilai bilirubin direk adalah 0,56 mg/dl,
melebihi nilai rujukannya yaitu 0,30 mg/dl.
15. Bilirubin Total
Adalah pigmen empedu, produk dari pemecahan Haem (degradasi HB) dalam reticulo endhothelial, masuk sirkulasi dalam plasma terikat dengan
albumin, diambil oleh hati, dan dikonyugasikan menjadi bilirubin diglukoronid. Kadar bilirubin dalam serum menggambarkan tingkat
kesanggupan hati mengkonyugasi bilirubin dan dieksresikan ke empedu. Menurut Sutedjo, AY (2008), harga normal bilirirubin total dalam darah
adalah 0-1,1 mg/dl (Jendrasik dan Graf), atau 1,7-20,5 umol/L (unit SI). Pada bayi baru lahir : 1-12 mg/dl dan anak : 0,2-0,8 mg/dl.
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
16/21
Pada pasien I ditemukan nilai bilirubinnya adalah 1,41 mg/dl, mengalami peningkatan signif ikan dari nilai rujukannya yaitu 1,1 mg/dl.
16. Na (Natrium)
Adalah kation yang terdapat banyak pada cairan elektrolit ekstraseluler, mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk :
a. Memproduksi cairan tubuh
b. Konduksi impuls neuromuskuler
c. Aktivasi enzim
Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai normal Na dalam serum :
Dewasa : 135-145mEq/L atau 135-145 mmol/L
Bayi : 134-150 mEq/L
Anak : 135-145 mEq/L
Dalam urine : 40-220 mEq/L/24 jam
Pada pasien I, II, III kadar Na yang ditemukan masing-masing adalah 137 mmol/L, 140 mmol/L, dan 137 mmol/L, masih masuk pada rentangan
nilai rujukan.
17. K (Kalium)
Adalah elektrolit yang berada pada cairan vaskuler, dan 90% dikeluarkan melalui urine, rata-rata 40 mEq/L atau 25-120 mEq/24 jam walau input
kalium rendah. Berperan penting dalam pengaturan impuls neuromuskuler terutama denyut jantung. Menurut Sutedjo, AY (2008), nilai
normalnya adalah :
Dewasa : 3,5-5,0 mEq/L atau 3,5-5,0 mmol/L
Anak : 3,6-5,8 mEq/L
Bayi : 3,6-5,8 mEq/L
Pada pasien I, II, dan III ditemukan kadar kaliumnya masing-masing adalah 3,7 mmol/L, 4,6 mmol/L dan 3,9 mmol/L, masih masuk dalam
rentangan nilai rujukan.
18. Cl (Klorida)
Merupakan anion yang banyak terdapat pada cairan ekstraseluler, tidak berada dalam serum, berperan dalam keseimbangan cairan tubuh,
keseimbangan asam-basa, dan dengan Na menentukan osmolalitas. Cl sebagian besar terikat dengan Na dalam bentuk NaCl. Menurut Sutedjo,
AY (2008), nilai normalnya adalah :
Dewasa : 95-105 mEq/L atau 95-105 mmol/L
Anak : 98-110 mEq/L
Bayi : 95-110 mEq/L
Bayi Baru Lahir : 94-112 mEq/L
Pada pasien I, II, dan III ditemukan kadar kloridanya masing-masing adalah adalah 103 mmol/L, 102 mmol/L dan 105 mmol/L, masih masuk dalam
rentangan nilai rujukan.
C. Intervensi Fisioterapi
Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi jantung khususnya miokard infark pada pasien yang data-datanya telah diuraikan sebelumnya adalah
sebagai berikut :
Pasien I dan III berada dalam kondisi complete bed rest di CVCU sehingga tujuan fisioterapinya adalah : mencegah akumulasi cairan atau lendir
pada paruparu, mencegah deep vein thrombosis, mengajari dan memotivasi pasien untuk rileksasi, mencegah pressure sores, dan menjelaskan
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
17/21
tujuan program latihan aktif. Tekhnik yang dilakukan adalah : latihan rileksasi, latihan pernafasan, latihan gerakan pasif dan latihan aktif sebagai
berikut :
1. Rileksasi
Pasien dalam posisi lying atau half lying dan diinstruksikan untuk menekan shoulder ke tempat tidur kemudian kembali ke posisi semula untuk
mendapatkan rileksasi otot-otot shoulder girdle; atau dinstruksikan untuk stretch jari-jari, tangan menekan ke tempat tidur, kemudian kembali
ke posisi semula.
2. Latihan Pernafasan
Bilateral basal breathing mengajarkan kepada pasien untuk menggunakan basis paru dengan pola respirasi yang normal. Tidak diberikan force
baik pada inspirasi maupun ekspirasi yang dapat meningkatkan beban jantung. Mengajarkan pasien untuk respirasi secara pelan ( tidak diberikanforce) akan meningkatkan oksigenasi darah sehingga menurunkan kebutuhan/permintaan jantung.
3. Gerakan aktif (Posisi lying atau half lying)
f. Jari-jari kaki dan pergelangan kaki ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan
g. Salah satu kaki berputar ke arah luar dan dalam, 5 kali pengulangan
h. Ulangi dengan kaki lainnya, 5 kali pengulangan
i. Jari-jari tangan dilipat dan stretching, 5 kali pengulangan
j. Pergelangan tangan ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan
4. Latihan Pernafasan
Anterior basal expansion (Pengembangan bagian anterior basal) dengan pola yang normal, 3 kali pengulangan
5. Gerakan Pasif (Posisi lying atau half lying)
f. Salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 1 kali pengulangan
g. Salah satu tungkai diputar ke dalam dan ke luar, 1 kali pengulangan
h. Salah satu tungkai dibuka ke arah samping kemudian kembali ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai lainnya
i. Salah satu elbow di bengokkan dan stretching, 1 kali pengulangan
j. Salah satu lengan membuka ke arah samping kemudian kembali ke posisi semula, 1 kali pengulangan kemudian ulangi pada lengan lainnya.
Gerakan ini akan memelihara Range of Motion (ROM) dan dilakukan secara perlahan sejauh ROM yang dapat dicapai pasien.
6. Latihan Pernafasan
Pengembangan bagian posterior basal pada pola yang normal, 3 kali pengulangan.
7. Gerakan Pasif
Pasien dalam posisi terlentang jika memungkinkan, salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching, 5 kali pengulangan kemudian ulangi dengan
hip dan knee tungkai lainnya.
Gerakan ini bertujuan untuk menjaga sirkulasi dan mencegah deep vein thrombosis.
8. Rileksasi
Dilakukan rileksasi seperti pada awal program. Pada treatment hari ke-2, gerakan pasif dan/atau aktif dapat ditingkatkan 1 repetisi/pengulangan.
Pasien II berada di bangsal kardiovaskuler, dan penanganan fisioterapinya adalah sebagai berikut :
Tujuan Fisioterapi adalah :
1. Mempertahankan kebersihan lapangan paru.
2. Mengajarkan pasien untuk mengenali tanda dan gejala latihan yang berlebihan.
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
18/21
3. Memulai membangun kepercayaan diri pasien.
4. Melatih kesadaran/adaptasi postural.
5. Meningkatkan kekuatan otot tungkai dan trunk.
Contoh Program :
1. Half lying, rileksasi 5 kali pengulangan.
2. Latihan bernafas dengan posterior basal breathing, 3 kali pengulangan.
3. Half lying atau lying, dilakukan plantar dan dorsi fleksi kedua pergelangan kaki secara bergantian 5 kali pengulangan, kemudian memutarpergelangan kaki 5 kali pengulangan setiap arah, statik kontraksi quadriceps yang ditahan sekitar 5 hitungan dan 3 kali pengulangan, static
kontraksi gluteal yang ditahan sekitar 5 hitungan dan 3 kali pengulangan.
4. Diafragmatik breathing (anterior basal breathing).
5. Duduk, koreksi postur.
6. Duduk, lengan ditekuk , stretching ke atas, ditekuk lagi kemudian stretching ke bawah, 10 kali pengulangan.
7. Half lying, lateral basal breathing.
8. Lying, salah satu hip dan knee ditekuk dan stretching 3 kali pengulangan kemudian ulangi pada tungkai lainnya 3 kali pengulangan. Selanjutnya
buka salah satu tungkai ke samping kemudian kembalikan ke posisi semula 3 kali pengulangan, dan ulangi pada tungkai lainnya.
9. Lying, rileksasi + koreksi postur.
10. Crook lying; kepala dan shoulder menekan ke arah belakang dan ditahan selama 5 hitungan dan 3 kali pengulangan.
Progress Latihan dicapai dengan :
- Menambah 1 repetisi pada tiap jenis latihan.
- Menginstruksikan pasien untuk mengulangi latihan jari-jari dan kaki 4 kali sehari.
- Tambahkan latihan seperti menggerakkan atau memutar trunk dari salah satu sisi ke sisi lainnya.
- Tambahkan berjalan sedikit di sekitar tempat tidur.
Dalam pelaksanaan program, fisioterapis menjelaskan tujuan peningkatan latihan yang diberikan. Sebelum dan sesudah program, pasien
diajarkan untuk mengenali tanda-tanda peringatan dari latihan yang berlebihan (nyeri dada, kelelahan, pusing dan kram).
III. PENUTUP
Miokard infark adalah gangguan jantung berupa nekrosis miokardium yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan dari miokardium. Berbagai faktor resiko yang sebagian besar muncul dari pola hidup tidak sehat dapat menimbulkan gangguan pada
jantung. Kondisi ini merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi sehingga perlu mendapat perhatian yang serius, mulai dari pencegahan,
pengobatan sampai rehabilitasi yang melibatkan kerjasama berbagai elemen profesi kesehatan secara khusus. Peranan fisioterapi dalam
rehabilitasi miokard infark dapat dilakukan melalui latihan (exercise) secara bertahap sesuai kondisi pasien. Latihan yang dilakukan secara benar
dan teratur, memperhatikan berbagai hal vital terkait kondisi pasien diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pasien dalam proses
penyembuhan sehingga pasien dapat kembali melaksanakan aktivitas sehari-hari. Melalui penanganan yang komprehensif dan sistematis,
kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
19/21
Baliga, Ragavendra.2005. Cardiology. Elesevier Mosby. Philadelphia
Bolooki H Michael dan Bajzer Christopher. 2010. Acute Myocardial Infarction. Diakses tanggal 15 Mei dari http://www.clevelandclinicmeded.com
Fenton, Drew. 2009. Myocardial Infarction. Diakses tanggal 15 Mei dari http://emedicine.medscape.com
Julian, Desmond. Cowan, J. McLenachan, James. 2005. Cardiology (8th ed). Elsevier Saunders. USA
Kulick Daniel dan Lee Dennis. 2010. Heart Attack (Myocardial Infarction). Diakses tanggal 15 Mei dari http://www.medicinenet.com
Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi, volume 2 (edisi 7). EGC. Jakarta
Mackinnon, Laurel. Ritchie, Carrie et al. 2003. Exercise Management, Concepts and Professional Practice. Human Kinetics. USA
Sutedjo, AY. 2008. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui HasilPemeriksaan Laboratorium. Amara Books. Yogyakarta
Thompson, Ann.1991. Tidys Physiotherapy. Twelfth edition. Butterworth Heinemann. Oxford
Ulfah, Anna. 2000. Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner. Diakses tanggal 21 Mei dari http://www.pdpersi.co.id
Wikipedia. 2010. Myocardial infarction Diakses tanggal 21 Mei dari http://en.wikipedia.org
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Faktor Penilaian
GANGGUAN JANTUNG
Miokard Infark
Coronary Heart Failure
Aortic Stenosis
Miokarditis
Etiologi
Aterosclerosis arteri koronaria akibat :
- Hyperlipidemia
- Diabetes mellitus
- Hipertensi
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
20/21
- Merokok
- Ischemic Heart Disease
- Merokok
- Hipertensi
- Obesitas
- Diabetes
- Valvular Heart Disease
- Kongenital
- Penyakit jantung reumatik
- Kalsifikasi senilis
- Infeksi (bakteri, jamur, virus)
- Reaksi alergi, hipersensitifitas obat
- Reaksi toksik bahan tertentu
Gejala Klinis
- Nyeri dada dan dapat menjalar ke leher, rahang, bahu, lengan kiri dan punggung
- Dyspnea
- Mual
- Diaphoresis
- Lemah dan pingsan
- Fatique
- Edema ankle, kaki, abdomen
- Pemendekan nafas akibat penumpukan cairan pada paru
- Sulit tidur
- Peningkatan urination khususnya malam
- Nausea, abdominal pain, penurunan nafsu makan
- Nyeri dada
- Sesak Nafas
8/13/2019 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pasien Dengan Myokard Infark
21/21
- Sinkope
- Nyeri dada
- Sesak nafas
- Otot jantung lemah
- Iregularitas ritme jantung
Laboratorium
- Peningkatan CK-MB
- Peningkatan Troponin
- Peningkatan B-type natriuretic peptide (BNP)
- Cardiac Troponin I
- Peningkatan ESR
- Peningkatan Cytokinin, Complement dan antiheart antibodies
- Leukositosis
Radiologi
- EKG (gelombang ST/ elevasi atau tidak)
- EKG (Aritimia)
- X-Ray (Pembesaran jantung, efusi paru)
- Echocardiography
- EKG (Hipertrofi ventrikel kiri, perubahan segmen ST-T)
- Echocardiography
- Chest radiography (pleural effusion)