Penataan toyomarto1

Embed Size (px)

Citation preview

BAHAN RAPAT KOORDINASI PENATAAN KEGIATAN PENAMABANG SIRTU DESA TOYOMARTO KEC. SINGOSARI

GAMBARAN UMUM1. Aktifitas penambangan sudah dilakukan sekitar tahun 1970an dan bersifat liar karena tidak berizin 2. Perijinan resmi dikeluarkan tahun 2006 setelah ada desakan (demo) dari masyarakat setempat kepada Pemkab Malang 3. Hingga saat ini perijinan yang sudah dikeluarkan sebanyak 11 izin seluas 5, 3 Ha dan sudah habis masa berlakunya per April 2009 4. Perpanjang izin berikutnya tidak diberikan karena : Keluarnya UU Nomor 4 Tahun 2009 yang ditafsirkan waktu itu bahwa pemberian izin IPR harus dalam kerangka Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) WPR Hingga saat ini masih dalam proses penyusunan Perda RTRW pada saat itu tidak menyebutkan Kecamatan Singosari sebagai wilayah pertambangan 5. Hingga saat ini penambangan masih berlangsung secara masif

PERMASALAHAN DAN ISU YANG PERLU MENDAPAT PERHATIANKondisi Geofisik dan Hidrologi :1. Perubahan bentang alam (terbentuknya lobang / cekungan / depresi), depresi), dan terbentuknya genangan atau danau 2. Perubahan pola penyaluran dan hidrogeologi setempat (hilangnya lapisan akuifer atau tampungan air alamiah), alamiah), berpengaruh ketersediaan air pada daerah sekitarnya, sekitarnya, termasuk potensi kekeringan pada lahan-lahan pertanian lahan3. Perubahan tingkat kestabilan wilayah dan kestabilan lereng kawasan serta ancaman terhadap infrastruktur: infrastruktur:- Tebing batas penambangan langsung berbatasan dengan jalan yang mengancam fungsi dan eksistensinya , pada beberapa titik badan jalan berjarak < 3 meter dari bibir tebing - Dasar galian yang tidak teratur (kedalam melebihi yang diperkenankan) diperkenankan) - Tebing curam (kelerengan lebih dari 45% mendekati 90/hangging 45% 90/hangging wall) wall) dengan ketinggian lebih dari 25 meter - Penjenjangan lereng/terasering hampir tidak dilakukan lereng/

4. Peningkatan erosi, limpasan permukaan dan resiko bencana geologi 5. Pendangkalan pada alur-alur penyaluran

Kondisi Sosekbud: Luas aktual areal penambangan saat ini diperkirakan mencapai 10 Ha Jumlah total pekerja penambang 341 Orang, terdari dari : - asal Desa Toyomarto 255 Orang - dan dari luar desa sebanyak 76 Orang Jumlah pengrajin cobek batu sebanyak 69 Orang Kegiatan cenderung mengabaikan keselamatan pekerja dan masyarakat disekitar Mengabaikan kesenimbangunan perekonomian masyarakat secara keseluruhan

-

GAMBARAN KONDISI FISIK

Gambaran aktifitas penambangan yang membentuk danau dan tebing curam tanpa ada penjenjangan dengan ketinggian lebih dari 25 meter (berada disisi utara jalan yang berjarak sekitar 5 meter dari jalan)

Gambaran aktifitas penambangan yang membentuk tebing curam (tinggi > 25 meter), mengabaikan keselamatan pekerja, membentuk cekungan, dan mendekati jalan

Kegiatan penambangan batu diareal bekas penambangan sirtu

Gambaran cara penambangan yang mengabaikan aspek keselamatan pekerja dengan cara membentuk goa (foto merupakan lokasi kecelakaan tambang yang menyebabkan jatuhnya korban) akibat jatuhan batu (rock fall)

Gambaran aktifitas pembukaan areal baru penambangan yang mendekati areal perkebunan PTP Wonosari yang berada disisi selatan jalan raya Toyomarto - Wonosari

Gambaran rekahan tanah (cracking) yang berpotensi terjadinya gerakan massa tanah (mass movement)

GAMBARAN KONDISI DARI HASIL FOTO UDARA

Rona 2003

Rona 2004

Rona 2006

Rona Sept 2006

Rona Sept 2009

UPAYA-UPAYA TEKNIS TELAH YANG DILAKUKAN1. Memberikan arahan-arahan teknis penambangan yang baik dan benar melalui kegiatan sosialisasi 2. Melakukan sosialisi yang berkaitan dengan aturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh penambang 3. Memasang papan peringatan penambangan agar kegiatan penambangan memperhatikan ketentuan perundangundangan 4. Memberikan surat peringatan untuk penghentian aktifitas penambangan (sebanyak 2 kali)

Papan Peringatan pertambangan yang telah dipasang di areal penambangan Desa Toyomrato

Kegiatan sidak dalam rangka penertiban kegiatan penambangan di Desa Toyomarto pada bulan Oktober 2011 Pengumpulan keterangan dan teguran langsung kepada pengusaha tambang di Desa Toyomarto pada bulan Januari 2012

AKIBAT TEKNIK PENAMBANGAN YANG SALAH, AKIBAT PENAMBANGAN TANPA IZIN MENYEBABKAN LINGKUNGAN RUSAK

BAGAIMANAKAH MEMPERBAIKI KONDISI INI BAGAIMANA SOLUSINYA

?

KENDALA YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN:1. Perda Tata Ruang Kabupaten tidak memasukan wilayah Kecamatan Singosari (termasuk didalamnya desa Toyomarto) sebagai wilayah pertambangan 2. Terdapat infrastruktur jalan yang menghubungkan desa Toyomarto dengan perkebunan Wonosari yang merupakan salah satu ikon wisata agro Kabupaten Malang kondisinya memprihantinkan 3. Kerusakan dan degradasi lingkungan 4. Usaha cobek batu merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat yang membutuhkan bahan baku batu alam 5. Luas lahan pertanian yang terbatas dan produktifitas yang rendah 6. Tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH : Alternatif 1 : Tindakan Law EnforcementMeliputi tindakan-tindakan : - Penghentian kegiatan penambangan, - Penutupan areal penambangan dan - Proses hukum terhadap pelakunya sesuai dengan UU Nomor 4/2009

Resiko :1. Kemungkinan timbulnya gejolak sosial dan aksi massa yang akan menentang penutupan areal penambangan 2. Kehilangan sumber mata pencaharian masyarakat 3. Class action karena berdasarkan UU Nomor 4/2009 kegiatan penambangan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai WPR Jika alternatif 1 yang akan dipilih maka diperlukan koordinasi yang solid dengan aparat penegak hukum (Kepolisian dan Kejaksaan) dan TNI untuk memastikan gejolak sosial dan aksi massa dapat diredam atau dihindari

Alternatif 2 : Melegalkan Kegiatan Penambangan dalam kerangka WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat) melalui pemberian Izin Pertambangan Rakyat sesuai kondisi eksistingMengacu pada Pasal 22 UU Nomor 4/2009, kegiatan penambangan di desa Toyomarto dimungkinkan untuk dilegalkan, karena sudah dikerjakan lebih dari 15 Tahun dan sebelumnyapun sudah pernah diterbitkan izin Langkah-langkah yang harus dilakukan : 1. Sinkronisasi dengan Perda Tata Ruang 2. Sinkronisasi dengan UU 32 Tahun 2009 PPLH dengan menyusun dokumen lingkungan 3. Penetapan WPR oleh Bupati dengan luasan maksimal 25 Ha 4. Penerbitan IPR Konsekuensi : 1. Kemungkinan kerusakan lingkungan akan terus berlanjut 2. Reklamasi pasca tambang menjadi kewajiban Pemkab Malang

Alternatif 3 : Pelegalan Bersyarat Kegiatan PenambanganMengacu pada Pasal 22 UU Nomor 4/2009, kegiatan penambangan di desa Toyomarto dilegalkan dengan catatan : 1. Pemberian izin (IPR) dalam kerangka WPR yang disinkronisasi dengan Perda Tata Ruang dan UU 32 Tahun 2009 PPLH dengan menyusun dokumen lingkungan 2. Luas WPR 25 Ha 3. Lokasi penambangan dialihkan dan harus menjauhi infrastruktur (bangunan jalan) 4. Pengusaha pertambangan wajib melakukan upaya-upaya penyelamatan infrastruktur (jalan raya), penutupan lubang tambang untuk menghindari genangan, mengurangi kemiringan dinding tebing dan upaya penguatannya serta upaya-upaya reklamasi 5. Menghentikan kegiatan dan menutup areal tambang jika sudah mencapai batasan luasan WPR dan atau jika masa berlaku izin telah habis 6. Membayar kewajiban-kewajiban terhadap negara

Alternatif 4 : Penataan Ulang (Redesign) Usaha Pertambangan Rakyat dan Alih Profesi PenambangPrinsip : 1. Dilakukan penetaan wilayah secara komprehensip, baik yang komprehensip, terkait dengan WPR, infrastruktur dan potensi SDA lainnya 2. Pemberian izin dilakukan secara selektif dan dikendalikan secara intensif 3. Jika memungkinkan kegiatan usaha pertambangan berakhir 5 tahun setelah penataan 4. Menumbuhkan perekonomian bertumpu potensi kepariwisataan atau ekonomi kreatif lainnya

POTENSI YANG MASIH ADA DAN DAPAT DIKEMBANGKAN :1. 2. 3. 4. 5. Bahan galian pasir, batu dan tanah urug masih cukup tinggi pasir, Sumber air dari pegunungan Genangan pada lubang bekas galian yang membentuk danau/telaga danau/ Wisata agro kebun teh PTP Wonosari Bentang alam/lanskap dengan karekteristik yang unik untuk tujuan alam/ wisata

OPORTUNITAS :1. 2. 3. 4. 5. Mudah dijangkau dan dekat dengan jalur utama Dekat dengan objek wisata kebun teh Wonosari Merupakan pusat pengrajin cobek batu Berdekatan dengan objek-objek wisata Singosari yang merupakan objekdaerah tujuan wisata Harapan masyarakat untuk hidup lebih baik

RENCANA/MODEL PENATAANAlternatif Jalan Lahan bekas tambang

Genangan untuk pengembangan wisata

Potensi Batu Potensi Sirtu

Potensi Sirtu

GAMBARAN BENTANG ALAM PASCA PENAMBANGAN

Bekas lubang tambang yang membentuk genangan/telaga

KEMUNGKINAN PERUNTUKAN/PEMANFAATAN LAHAN PASCA TAMBANG

1. Sarana wisata adventure (down hill, motocross, off road atau tracking) 2. Kolam wisata atau kolam pemancingan 3. Sarana bermain alam bebas atau out bond 4. Wisata edukasi yang terkait dengan geologi dan pertambangan 5. Penelusuran labirin goa bekas tambang 6. Revegetasi dengan kayu-kayuan langka dan buah-buahan 7. dll

SKETSA PENATAAN JENJANG AKHIR TAMBANG

Sketsa Perencanaan Pemanfaatan Daerah Kubangan Untuk Kolam Wisata DLL

BEBERAPA CONTOH PEMANFAATAN LAHAN PASCA TAMBANG (BEST PRACTICE)

Juga ada kolam yang sangat luas, kolam tersebut dimanfaatkan untuk sarana pemancingan dan kawasan wisata air dengan membangun dermaga.

Sebelumnya air yang masuk kedalam kolam dijernihkan lebih dahulu dengan larutan kapur dan lain-lain, sehingga mengurangi pencemaran di dalam air.

Pada hari libur keluarga pekerja tambang dan masyarakat sekitar berekreasi wisata air dengan menggunakan sepeda air dan memancing ikan. Jenis ikan yang dipelihara dikolam ini antara lain : Patin, Mas, Nila, Mujair, Bawal dan Lele. Dan setiap saat di teliti perkembangannya baik berat maupun panjangnya ikan.

Contoh Lahan bekas Tambang dijadikan Circuit motocross

Bekas Kubangan didirikan Real Estate di & Kolam Wisata

PENANGAN ASPEK SOSEKBUD : Tujuan : Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pekerja tambang dan penciptaan iklim usaha berbasis wisata dan pertanian secara luas Beberapa upaya yang mungkin dilakukan : 1. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kewirausahaan 2. Bantuan modal 3. Prakondisi pembentukan desa atau kampung wisata dengan ikon kerajinan pengolahan batu alam dan objek wisata lahan pasca tambang 4. Perbaikan infrastruktur 5. Penataan wilayah 6. Perbaikan lingkungan pemukiman dan sanitasi 7. Penyediaan fasum yang memadai 8. Reklamasi lahan pasca tambang 9. Dll Penangan bersifat lintas sektoral yang dikoordinir Bappeda

Terima Kasih